Upload
agus-susanto
View
219
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Konversi Energi Surya
Citation preview
Analisa Performa Heat Exchanger pada Pemanas Air Tenaga Surya Tipe
Flat Plate Solar Energy Collector RE550 Merk. P.A Hilton.
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan
(S.ST) di Pogram Studi Teknik Energi Terbarukan
Oleh:
POGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN
JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2015
Agus Susanto ( B42120701 )
Dwi Pinaring Huda ( B42120626 )
Asrorin Safira Zata Lini ( B42120143 )
Ilham Nugroho Trilaksono ( B42120431 )
Marifah ( B42120132 )
Nur Holifah ( B42120243 )
Qisti Ahmad Nabawi ( B42120834 )
Silfia Juliana Ingi Kollyn ( B42120211 )
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia salah satu negara yang sangat strategis untuk melakukan
berbagai hal dengan kekayaan alamnya yang agraris dan terletak di antara garis
lintang 6 LU-11 LS dan dilalui garis khatulistiwa sehingga bumi Indonesia
mendapatkan energi matahari sepanjang tahun (Rosa dan Sukma. 2008). Hal ini
menyebabkan radiasi surya yang diterima Indonesia lebih besar dari pada bagian
bumi yang lain.
Energi matahari atau surya merupakan energi berupa sinar dan panas dari
matahari dan memiliki daya yang dihasilkan dari permukaan bumi sekitar 3,7 x
1023 kW (Riana, 2015). Melihat potensi daya yang besar ini akan sangat
bermanfaat apabila digunakan sebagai sumber alternatif seperti energi listrik,
pemanas pengering hasil pertanian, dan sebagainya.
Salah satu teknologi konversi energi surya yang banyak dikembangkan
saat ini adalah konversi energi surya menjadi energi termal. Energi termal yang
dikonversi pada umumnya digunakan untuk memanaskan air untuk memasak dan
pemandian air hangat. Energi panas dari radiasi surya diserap oleh kolektor dan
disalurkan pada fluida kerja dengan alat penukar panas, semakin baik efesiensi
alat penukar panas maka panas yang dipindahkan ke fluida kerja akan semakin
tinggi. Oleh karena itu analisa alat penukar panas sangat diperlukan untuk
mengetahui seberapa besar peforma alat pemanas air tenaga surya.
Laboratorium Teknik Energi Terbarukan telah memiliki alat konversi
energi surya untuk memanaskan air. Alat tersebut yakni Flat Plate Solar Energy
Collector RE550 merk. P.A Hilton. Analisa performansi pemanas air yang telah
dilakukan hanya dengan menguji efisiensi alat menggunakan metode
perbandingan laju perpindahan panas dengan daya radiasi total yang dapat diserap
kolektor. Untuk itu perlu dilakukan pengujian performansi alat yang lebih spesifik
dengan membandingkan juga nilai laju perpindahan panas yang mampu
disalurkan heat exchanger yang terdapat pada alat. Dengan demikian performansi
alat dapat dianalisa secara lebih aktual karena panas yang didapatkan dari radiasi
matahri tidak diisalurkan secara langsung ke fluida namun masih melalui proses
heat exchanger terlebih dahulu.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui performa Heat Exchanger pada pemanas air tenaga surya
tipe Flat Plate Solar Energy Collector RE550 merk. P.A Hilton.
b. Untuk mengetahui pengaruh performa Heat Exchanger pada pemanas air
terhadap nilai effisiensi aktual yang dihasilkan.
c. Untuk mengetahui prinsip kerja Heat Exchanger pada pemanas air tenaga
surya tipe Flat Plate Solar Energy Collector RE550 merk. P.A Hilton
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh performa Heat Exchanger pada pemanas air terhadap
nilai effisiensi yang dihasilkan?
b. Bagaimana prinsip kerja Heat Exchanger pada pemanas air tenaga surya
tipe Flat Plate Solar Energy Collector RE550 merk. P.A Hilton?
c. Bagaimana performa Heat Exchanger terhadap pemanas air ?
1.4 Manfaat
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang pemanas air tenaga surya.
b. Untuk meningkatkan nilai guna dari Heat Exchanger
c. Untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai pemanas.
d. Untuk mengeksplor lebih banyak tentang energi terbarukan khususnya
energi surya.
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya berkonsentrasi pada analisa performansi heat
exchanger yang terdapat pada alat konversi energi surya tipe Flat Plate Solar
Energy Collector RE550 Merk. P.A Hilton.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Matahari
Energi matahari adalah sumber energi yang terdapat dialam, dimana tidak
bersifat polutif, tidak habis dan gratis. Energi ini tersedia dalam jumlah yang besar
dan bersifat kontinyu bagi kehidupan mahkluk di bumi. Untuk memanfaatkan
energi surya perlu pengetahuan dan teknologi yang tinggi agar dapat efisiensi
yang lebih baik serta ekonomis (Roza dan Sukma, 2008).
2.1.1 Radiasi matahari
Radiasi adalah suatu energi elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu
benda dan merambat dalam ruangan dengan kecepatan cahaya, 3 x 108 m/s.
Radiasi surya merupakan salah satu bentuk energi termal yang mempunyai
panjang gelombang 0,26 2,6 m. Pada batas luar atmosfir, radiasi surya total
adalah 1353 W/m2
bila bumi berada pada jarak rata-ratanya dari surya.
Dipermukaan bumi radiasi surya akan bervariasi sekitar 1000 W/m2 dan
tergantung kondisi awan, debu, kabut dan sebagainya.
Radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi tergantung pada hal-
hal berikut:
Posisi surya
Lokasi permukaan
Hari dalam tahun
Keadaan cuaca dan kemiringan permukaan
Besarnya radiasi langsung yang diterima dari matahari yaitu:
(2.1)
Dengan,
A = Iradiasi nyata surya, W/m2
B = Koefisien pemandangan atmosfir, tak dimensi
2.1.2 Arah Radiasi dan Posisi Matahari Terhadap Permukaan Horizotal
Gerakan matahari menentukan besarnya energi surya yang jatuh di
permukaan bumi. Sinar matahari dipandang sebagai sinar monokromatik dan
mempunyai sudut datang terhadap bidang tangkap. Posisi bidang tangkap tersebut
dapat dicari sehingga kita dapat menangkap sebanyak mungkin radiasi matahari
sepanjang hari. Sedangkan posisi matahari jika diamati terhadap bidang
horizontal, dilukiskan dalam bentuk sudut zenith (z) dan sudut azimuth (s).
Sudut zenith yaitu sudut yang dibentuk antara arah sinar matahari menuju bumi
dengan sumbu vertikal terhadap bumi. Sudut azimuth yaitu sudut antara proyeksi
horizontal sinar matahari dengan garis batas selatan yang ditarik searah dengan
arah jarum jam.
Gambar 2.1 Deklinasi Matahari
Latitude () adalah sudut posisi bidang tangkap dari equator (-90 90) Sudut
deklinasi () adalah sudut yang terbentuk antara arah radiasi matahari langsung
dengan garis tegak lurus terhadap sumbu polar bumi atau disebut juga sebagai
sudut posisi matahari terhadap bidang rata equator. Sudut deklinasi dapat
ditentukan dengan persamaan berikut :
365
n 284 360sin 23,45
(2.2)
dimana n adalah hari keberapa dari tahun (misal tanggal 10 februari, n = 41)
Sudut kemiringan permukaan bidang tangkap terhadap bidang horizontal
adalah , ( 0 180o ). Maksimum kemiringan bidang tangkap untuk
pemanasan adalah sama dengan lintang tempat berada (latitude) ditambah 10
derajat. Sudut jam (w) adalah sudut yang terbentuk oleh posisi matahari terhadap
bumi pada arah timur dan barat ( pada pagi hari w 0 dan pada sore hari w 0 )
w = 0,25 ( 720 waktu matahari dalam menit ) (2.3)
Sudut insiden ( ) adalah sudut yang dibentuk antara garis tegak lurus
permukaan dan arah sinar radiasi langsung. Hubungan antara sudut-sudut tersebut
dengan ditentukan dengan persamaan berikut :
= sin (sin cos - cos sia cos ) + cos (cos cos cos w + sin sin
cos cos w + sin sin sin w )
Gambar 2.2 Posisi matahari terhadap permukaan horizontal
2.2 Kolektor Surya
Kolektor surya adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan
radiasi matahari yang kemudian dikonversikan kedalam energi thermis. Radiasi
matahari yang dapat diproses berada dalam daerah panjang gelombang 0,26 m
sampai 2,6 m. Radiasi tersebut merupakan radiasi langsung dan radiasi difusi
yang dirobah kedalam panas dengan menggunakan kolektor.
Penggunaan kolektor surya diantaranya adalah untuk pemanasan air,
pemanasan gedung atau ruangan, pengeringan, pengatur temperatur dan lain
sebagainya.
Dalam penyerapan radiasi matahari memerlukan peralatan khusus untuk
mengumpulkan energi radiasi matahari. Sistem penyerapan energi matahari ini
dikenal dengan dua macam peralatan pengumpul yaitu, pengumpul pelat datar dan
pengumpul kosentrator. Ditinjau dari media pembawa energi panas yang
digunakan dapat dibedakan atas dua macam kolektor, yaitu :
kolektor fluida (air dan minyak)
kolektor udara
Kolektor terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu : absorber, cover
(pelat penutup), saluran pembawa energi, storage, isolasi, dan kerangka. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kolektor adalah :
1. Absorber terbuat dari bahan metal bewarna hitam dengan konduktivitas
thermal yang tinggi, agar dapat mengbsorbsi energi matahari sebesar
mungkin
2. Cover atau plat penutup terbuat dari bahan transparan dengan tujuan
untuk menghindari sebesar mungkin kerugian panas secara konveksi dan
radiasi. Pada umumnya terdiri dari dua atau tiga lapis kaca.
3. Saluran atau kanal pembawa energi diusahakan sepanjang mungkin agar
terjadi kontak yang lama antara absorber dan fluida pembawa energi.
4. Untuk menjaga agar panas stabil dan menyimpan panas dalam waktu
yang lebih lama digunakan storage dari bahan yang mempunyai
konduktivitas thermal yang tinggi.
5. Isolasi digunakan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas secara
konduksi.
6. Kerangka yang digunakan diusahakan tidak terlalu berat sehingga mudah
dipindahkan.
Keseluruhan bahan tersebut hendaknya dari bahan yang murah dan awet
atau tahan dari segala macam gangguan seperti hujan, angin, perbedaan
temperatur, korosi dan sebagainya.
Gambar 2.3 Komponen utama kolektor pelat datar
2.2.1 Prinsip Dasar Kolektor Pelat Datar
Cahaya matahari merupakan radiasi gelobang pendek. Radiasi ini jika
terperangkap dalam kolektor dapat dikonversikan menjadi panas. Dari gambar 2.4
terlihat bahwa radiasi gelombang pendek yang jatuh pada cover melewatkan 85%
radiasi, serta 15 % direfleksikan dan diserap cover jika kaca ini kandungan
besinya rendah.
Gambar 2.4 Prinsip dasar kolektor plat datar
Gambar 2.5 Proses penyerapan energi panas pada kolektor
Radiasi ini selanjutnya jatuh ke absorber penyerap yang biasanya dari
aluminium yang dicat hitam. Sehingga akan menyerap kira-kira 66% radiasi
surya. Kemudian mengemisikannya sebagai radiasi gelombang panjang ke cover
dan memantulkannya, demikian seterusnya sehingga panas akan terus bertambah.
Hal ini karena kaca dan plastik tidak akan melewatkan radiasi gelombang
panjang, proses inilah yang disebut efek rumah kaca (green House effect). Jika
tidak ada fluida yang dilewatkan, maka panas kolektor akan bertambah sampai
kira-kira 150oC. Seandainya ada fluida yang dilewatkan di dalam kolektor, maka
panas ini akan dipindahkan ke fluida kerja. Perpindahan panas akan lebih
maksimal apabila diatas absorber dibuat bersekat-sekat sehingga kontak antara
fluida dengan absorber lebih lama.
Radiasi matahari
85%
8%
7%
85%
2.2.2 Keseimbangan Energi Pada Kolektor
Keseimbangan energi pada kolektor ditentukan berdasarkan persamaan
energi dimana energi yang masuk ke kolektor sama dengan energi yang keluar
dari kolektor. Qin = Qu + Ql + U (2.4)
Dimana :
Qin = Energi global yang diterima kolektor
Quse = Energi yang dapat digunakan dari kolektor
Qloss = Energi yang hilang kelingkungan
U = Peningkatan energi dalam kolektor
Qin = ( . ) . Ak . Eglob (2.5)
Qloss = k . A . (dT/dx) (2.6)
Kolektor dianalisis sebagai volume atur dan jika ditinjau dalam keadaan stedi,
maka U = 0, sehingga persamaan menjadi
lossuseinQQQ
(2.7)
Gambar 2.6 Keseimbangan energi pada kolektor
Dari kesetimbangan energinya, maka effisiensi kolektor dapat ditentukan dari
besarnya energi yang digunakan dari kolektor terhadap energi global
matahariyang diterima.
kglob
use
AE
Q
Input
Output
. (2.8)
3%
80% Radiasi
7%
Cover Insulation
Radiasi
16%
Konveksi
Radiasi
100%
66%
QUse
Refleksi 8%
Radiasi
Konveksi
Refleksi
Konveksi
Konduksi
KOLEKTOR
Transportmedium
Transportmedium
Heat Exchanger
Absorber
2.3 Konsep Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi karena adanya
perbedaan temperatur dari dua buah benda atau material.
2.3.1 Perpindahan Panas Secara Konduksi
Bila pada suatu benda terdapat gradien temperatur maka akan terjadi
perpindahan energi dari bahagian yang bertemperatur tinggi ke bahagian yang
bertemperatur rendah. Perpindahan panas terjadi melalui molekul-molekul yang
ada pada benda tersebut. Perpindahan panas ini dikenal sebagai perpindahan panas
secara konduksi.
Persamaan untuk konduksi diterangkan oleh Hukum Fourier yang menjelaskan
bahwa aliran panas secara konduksi dipengaruhi oleh parameter berikut :
Gradien temperatur pada jarak yang diamati
dx
dT
Luas normal pada jarak yang diamati dari aliran panas (A)
Konduktivitas termal bahan (k)
Sehingga dapat ditulis dalam persamaan :
Qx = - k A dx
dT
(Watt) (2.9)
Qx merupakan aliran panas rata-rata untuk nilai x positif, sehingga pada
persamaan dicantumkan tanda minus (-) untuk penurunan temperatur pada jarak x
positif, dan dx
dT
yang negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.8
berikut dimana untuk gambar 2.7(a) harga dari gradien temperatur adalah negatif
dan arah aliran panas adalah positif sesuai arah jarak (x) positif. Sedangkan untuk
gambar 2.7(b) sebaliknya, nilai gradien temperatur adalah positif dan arah
perpindahan panas berlawanan dengan arah positifnya jarak (x).
Aplikasi dari konsep ini dapat diamati pada sebuah plat dengan distribusi
temperatur di dalamnya, seperti terlihat pada gambar 2.9. Persamaan 2.9 dapat
ditulis menjadi :
Qx = - k A 12
12
xx
TT
(2.10)
Qx = -k A L
T
(2.11)
Gambar 2.7 Konversi tanda aliran panas pada hukum Fourier untuk perpindahan
panas konduksi
Di mana x2 x1 = L , merupakan tebal dari plat pada saat nilainya positif.
Untuk situasi khusus seperti di gambarkan pada gambar 2.8, kita mengetahuti T1
T2 dan di sini T = T1 T2 dan juga bernilai positif. Sehingga aliran panas Qx
adalah positif pada x. Aliran panas rata-rata persatuan luas disebut fluks panas,
sehingga Qx dibagi dengan luas A, adalah fluks panas qx.
Gambar 2.8 Distribusi temperatur T(x) dan aliran panas konduksi pada sebuah
plat
Maka qx digambarkan sebagai jumlah aliran panas persatuan waktu pada jarak x.
Aliran panas Qx satuannya adalah Watt dan fluks panas qx dalam Watt permeter
persegi, dimana konduktifitas thermal k memiliki satuan W/ (moC) atau J/
(msoC).
Arah aliran
panas
(a)
tem
pera
tur
Jarak (x)
dx
dT < 0
Qx 0
Arah aliran
panas
x1 x2
T1
T2 te
mp
era
tur
r
Jarak ( x)
dx
dT 0
Qx 0
(b)
x1 x2
T2
T1
T
x x1 x2
Qx
A
T T1
T2
x = L
T(x)
2.3.2 Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan kalor dari sebuah
permukaan padat menuju fluida yang lewat diatasnya melalui proses hantaran.
Proses transfer energinya merupakan gabungan antara konduksi dengan konveksi
itu sendiri. Energi disimpan dalam partikel-partikel fluida dan diangkut sebagai
gerakan massa fluida seperti terlihat pada gambar 2.9
Gambar 2.9 Aliran panas konveksi dari dinding panas (Tw) ke fluida dingin (Tf)
Laju perpindahan panas konveksi dari sebuah permukaan padat ke fluida
yang ada di sekelilingnya, dinyatakan dengan persamaan :
Qc = hc . A . ( Tw Tf ) (2.12)
dimana :
Qc = Laju perpindahan panas secara konveksi (W)
A = Luas permukaan perpindahanpanas (m2)
Tw = Temperatur permukaan benda padat (oC)
Tf =Temperatur fluida yang berada pada permukaan benda padat (oC).
hc = Kostanta perpan konveksi
Harga hc sangat bergantung pada sifat permukaan benda, sifat fluida yang
terlibat, kecepatan fluida, juga beda temperatur antara permukaan benda padat dan
fluida (T). biasanya harga hc diambil harga rata-rata dari keseluruhan permukaan
benda.
Konveksi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Konveksi bebas atau alami.
Terjadi apabila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan massa
fluida yang timbul akibat adnya gradien temperatur.
2. Konveksi paksa
T Tw
Flu
ida d
ing
in p
ad
a T
f Y Profil temperatur pada fluida
Dinding panas pada Tw
Aliran panas
Terjadi apabila gerakan fluida disebabkan karena adanya pengaruh secara
paksa oleh peralatan dari luar seperti pompa, blower, fan dan lain-lain.
Korelasi yang sering digunakan dalam menentukan koefisien perpindahan panas
konveksi dinyatakan dengan :
Bilangan Nusselt, Nu = hc . D / k (2.13)
Bilangan Prandtl, Pr = . cp / k (2.14)
Bilangan Reynold, Re = . . D / (2.15)
Hubungan antara ketiga bilangan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Nu = C (Re)n . (Pr)
m (2.16)
dimana harga C, n , m ditentukan secara percobaan.
ASHRAE Fundamental Volume memberikan korelasi yang dapat
digunakan untuk menentukan koefisien perpindahan panas rata-rata untuk
berbagai permukaan.
h = 5,5 + 2,7 V (untuk kaca) (2.17)
h = 10,21 + 4,57 V (untuk batu bata) (2.18)
h = 11,35 + 11,68 V (2.19)
(untuk lapisan plaster semen)
Panas yang hilang dari pelat datar yang terbuka ke udara luar ditentukan dari
persamaan yang diberikan oleh Mc Adams :
hw = 5,7 + 3,8 V (2.20)
2.3.3 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Radiasi adalah proses perpindahan energi dengan jalan pelompatan foton
dari suatu permukaan ke permukaan yang lain. Radiasi dapat memindahkan energi
menyeberangi ruang vakum dan tidak bergantung kepada medium perantara yang
menghubungkan dua permukaan.
Pada saat mencapai permukaan lain foton yang diradiasikan juga diserap
(absorbsi), dipantulkan (refleksi), atau diteruskan melalui permukaan. Fraksi yang
dipantulkan dinamakan reflektifitas (), fraksi yang diserap absorbsivitas (), dan
fraksi yang diteruskan dinamakan transmisivitas (). Jumlah fraksi total sama
dengan 1, maka berlaku persamaan :
+ + = 1 (2.21)
Untuk benda tidak transparan transmisivitasnya adalah nol, sehingga + = 1
Energi yang diradiasikan dari suatu permukaan ditentukan dalam bentuk
daya pancar (emissive power) yang secara termodinamika dapat dibuktikan bahwa
daya pancar tersebut sebanding dengan pangkat empat suhu absolutnya. Untuk
radiator ideal biasanya berupa benda hitam, dengan daya pancar Eb sebesar :
Eb = . T4
(2.22)
Persamaan 2.22 dikenal dengan hukum Stefan-Boltzman, dimana adalah
konstanta Stefan-Boltzman ( = 5,6697 . 10-8
W/(m2 o
C ), Eb adalah kekuatan
pancaran benda hitam (Watt), dan T adalah temperatur absolut (K).
Perbandingan antara daya pancar nyata E terhadap daya pancar benda
hitam Eb pada suhu yang sama adalah sama dengan absorbsivitas benda itu.
Perbandingan itu disebut dengan emisivitas benda :
= E / Eb (2.23)
Pada banyak bahan emisivitas dan absorbsivitas dapat dianggap sama, = .
Ciri khas pertukaran energi radiasi yang penting lagi adalah sifatnya yang
menyebar secara merata kesegala arah. Hubungan geometrik antara kedua
permukaan dapat diterangkan dan dihitung dengan memperhatikan faktor bentuk
(Fa).
Gambar 2.11 Sifat radiasi terhadap bahan transparan
Sifat optik permukaan, yaitu emisivitas, absorbsivitas, refleksifitas, dan
transmisifitas juga memperngaruhi laju perpindahan panas radiasi. Pertukaran
energi secara radiasi antara suatu permukaan dengan permukaan lain yang jauh
lebih luas, seperti kolektor dengan :
Q1-2 = A . . ( T14 T2
4 ) (2.24)
Harga tergantung jenis bendanya dan dapat dilihat pada tabel emisivitas benda.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Laboratorium Teknik Energi Terbarukan dengan
lokasi pengukuran di halaman Laboratorium Teknik Energi Terbarukan
3.2 SistematikaPenelitian
3.2.1 Persiapan
a). Melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan judul penelitian
dan pemahaman teori yang akan dipakai,
b). Menyiapkan berbagai hal yang akan digunakan seperti alat yang akan
diuji dan instrumen ukur yang diperlukan.
3.2.2 Pengumpulan Data
a) Identifikasi Lokasi
Identifikasi lokasi digunakan untuk menentukan lokasi terbaik yang
akan digunakan untuk pengujian seperti titik dengan intensitas cahaya
tertinggi dan lokasi tidak terhalang bangunan atau pohon yang dapat
menghambat radiasi matahari ke alat yang akan diuji.
b) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
pengujian alat dan identifikasi lokasi penelitian. Data yang didapat
adalah daya radiasi matahari, suhu air masuk dan keluar sistem.
c) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari peneliti lain atau
sumber yang dipublikasikan. Data sekunder yang dibutuhkan pada
penelitian ini adalah tabel properties pindah panas fluida air dan jurnal
pindah panas serta manual book alat yang akan diuji.
3.3 Analisa Data
3.3.1 Analisa Radiasi Matahari
Analisa data radiasi matahari bertujuan untuk mendapatkan daya radiasi
yang dipancarkan matahari pada lokasi penelitian, langkah pengerjaannya dengan
pengukuran secara langsung menggunakan solarimeter.
3.3.2 Analisa Pindah Panas
Analisa pindah panas dilakukan dengan mencari laju kalor yang dianalisa
pada heat exchanger yang terdapat pada alat yang akan diuji.
3.4 Diagram Alir (Flow Chart)
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Analisa Radiasi
MatahariAnalisa Pindah
Panas HE
Efisiensi Alat Tidak
Hasil dan
Pembahasan
Kesimpulan
Ya
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Yazmendra,R. dan Sukma,R.2008. Rancang Bangun Alat Konversi Energi
Surya Menjadi Mekanik. Laboratorium Refrigerasi & Pengkondisian Udara,
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang.
Zainuddin, Dahnil.1990. Solar Teknik 1 & 2.Universitas Andalas, Padang.
Harper & Row.1973.Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas. Terjemahan Arko
Prijono, M.Sc. Penerbit Erlangga, Jakarta.