Upload
apriko-merza
View
2.615
Download
148
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang serius. Data Kementerian Kesehatan
menunjukkan, bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 60-80% dari populasi,
serta menempati peringkat keenam sebagai penyakit yang paling banyak diderita. Bila
tak ditangani dengan baik, penyakit gigi tersebut dapat menurunkan produktivitas,
menjadi sumber infeksi, bahkan bisa mengakibatkan atau memperparah beberapa
penyakit sistemik. Di antaranya, stroke, diabetes, penyakit jantung dan kelahiran
prematur.
Karies yang dalam dapat menyebabkan rasa sakit pada pasien. Pada kondisi ini,
pasien sering salah kaprah dengan meminta pencabutan gigi. Padahal, pencabutan
gigi hanya boleh dilakukan pada kondisi yang benar-benar parah seperti, sisa akar
gigi dan gigi yang rusak akibat perluasan lubang/karies gigi dimana karies luas dapat
menyebabkan keradangan pulpa, menjalar ke daerah periapikal sehingga timbul
berbagai bentuk keradangan yang melibatkan struktur jaringan yang lebih dalam. Jika
kondisi masih ringan dan tidak separah yang telah disebutkan maka gigi hanya perlu
ditambal.
Ada beberapa jenis bahan tambal yang digunakan dalam kedokteran gigi seperti,
amalgam, resin komposit, cast gold, gold foil, ceramics, dan glass ionomer. Namun,
salah satu yang paling sering digunakan adalah resin komposit. Hal ini disebabkan
oleh efektifitas dan ketahanan bahan yang baik dan warna yang cocok dengan
struktur gigi sehingga memenuhi persyaratan matriks resin suatu komposit gigi.
1
Pencapaian estetik merupakan karakteristik utama yang dihasilkan dari restorasi resin
komposit, sebuah restorasi yang paling digemari dan terkenal diantara para dokter
gigi. Namun pada kenyataannya, berbagai material dalam kedokteran gigi, termasuk
bahan tambalan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang pada
akhirnya merujuk pada kondisi ketika kita diperbolehkan atau bahkan diharuskan
menggunakannya (indikasi) dan kondisi ketika kita dianjurkan untuk tidak
menggunakannya (kontraindikasi) Oleh sebab inilah kami mengangkat tema ini
dalam makalah kami
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahan tambalan jenis resin komposit?
2. Apa saja sifat-sifat umum dari resin komposit?
3. Apa saja klasifikasi dari resin komposit beserta pertimbangan klinis
penggunaannya?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu bahan tambalan jenis resin komposit
2. Mengetahui sifat-sifat umum dari resin komposit.
3. Mengetahui pertimbangan klinis penggunaan resin komposit yang didasarkan
pada klasifikasinya.
4. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan resin komposit.
2
1.4 Manfaat Penulisan
Selain diajukan sebagai tugas mata kuliah Konservasi Gigi-1, penulis berharap
bahwa makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut definisi, komposit adalah suatu material yang terdiri dari dua atau lebih
komponen-komponen. Resin komposit merupakan bahan kompleks yang pada
umumnya terdiri atas komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan
pengisi (filler) inorganik, bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler,
sistem inisiator untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan atau polimerisasi,
stabilisator (inhibitor) dan pigmen.
2.2 Sifat Resin Komposit
2.2.1. Sifat fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman
digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan
karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini .
Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:
a. Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi
tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh
pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen.
Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air
dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit
kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat
menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan
dengan warna email dan dentin.
4
b. Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam,
hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada
pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit
berbeda.
c. Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu
yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light
cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang
diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.
Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrumen
tajam, melainkan dengan abrasive rotary.
2.2.2. Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting
terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin
bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu
tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :
a. Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak
disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut.
Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan
dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi
melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut
sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan
lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud
5
menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding
agent).
b. Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan
resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur
memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.
2.2 Klasifikasi Resin Komposit Beserta Pertimbangan Klinis Penggunaannya
1. Macrofillers
Ukurannya : 8-12 µm
Diindikasikan sebagai campuran dari partikel glass silicate dengan
monomer akrilik, dimana terjadi polimerisasi selama aplikasinya
Partikel silica :
a. menyediakan kekuatan filler
b. menghasilkan penyebaran sinar dan sejumlah kecil sinar yang
menambah transluensi yang menyerupai email
Monomer akrilik ampuran menjadi cair dan mudah dibentuk
Ukuran partikel macrofiller
Efek langsung pada kekasaran permukaan pada dasarnya tahap
terakhir atau pemolesan material
Partikel filler lebih keras daripada matriks
Pada tahap finishing, beberapa partikel dapat terlepas dari permukaan,
sehingga menimbulkan permukaan yang berlubang-lubang.
6
Pertimbangan Klinis Penggunaan :
Kekurangan utama dari komposit tradisional adalah permukaan kasar
yang terjadi selama keausan dari matriks resin lunak yang menyebabkan
partikel pengisi yang tahan aus terangkat. Penyelesaian restorasi dapat
menghasilkan permukaan kasar begitupun penyikatan gigi dan
pengunyahan. Restorasi ini juga memiliki kecendrungan berubah warna
sebagian karena keecendrungan dari permukaan darin permukaan
bertekstur kasar untuk mengikat warna.Fraktur dari lapisan komposit
konvensional bukanlah suatu masalah yang sering terjadi termasuk bila
digunakan untuk restorasi yang harus tahan terhadap tekanan seperti pada
kavitas kelas II dan IV.
Meskipun demikian buruknya ketahanan komposit tradisional merupakan
masalah klinis. Dilihat dari keadaan ini, bahan tersebut lebih rendah dari
bahan yang khusus dirancang sebagai komposit posterior. Meskipun
koefisien ekspansi termal secara nyata berkurang dengan tingginya
kandungan bahan pengisi anorganik dibandingkan dengan resin akrilik
tanpa bahan pengisi, matriks resin tidak berikatan secara kimia terhadap
struktur gigi. Karenanya teknik penumpatan harus dilakukan dengan
cermat dan teknik tersebut haruslah memasukkan pengukuran untuk
mengurangi efek dari sumber perubahan dimensi tersebut.
2. Microfillers composite
Ukurannya : 0,04 µm
Disebut sebagai fine finishing composite karena ukurannya partikelnya
kecil yang menyebabkan viskositasnya tinggi.
7
Dikembangkan menggunakan partikel silica koloidal sebagai bahan
pengisi anorganik. Konsep ini mengakibatkan permukaan yang halus
serupa dengan yang diperoleh dari tambalan resin akrilik langsung.
Keuntungan : lebih elastic, lebih halus dan lebih fleksibel
Kekurangan : kelemahan dari bahan-bahan ini adalal ikatan antar
partikel yangm lemah, mempermudah terjadinya retorasi pada daerah
tersebut sehingga tidak cocok untuk daerah yang menahan beban.
Penggunaan : kelas 3 dan 4
Pertimbangan Klinis Penggunaan :
Untuk kebanyakan aplikasi, penurunan sifat fisik tidak menyebabkan masalah,
namun pada keadaan yang memerlukan tekanan seperti kavitas kelas I, II, dan
IV, kemungkinan pecahnya restorasi lebih besar. Pecahnya restorasi seringkali
teramaati pada tepi tambalan disebabkan oleh tidak terikatnya bahan pengisi
prapolimerisasi. Untuk mengurangi pecahnya kemungkinan restorasi,
disarankan menggunakan bur intan bukan bur tungsten cardide, sewaktu
mengasah komposit berbahan pengisi mikro. KOmposit berbahan pengisi
mikro banyak digunakan saat ini karena permukaan halus, bahan ini menjadi
resin pilihan untuk merestorasi estetika gigi anterior, khususnya untuk daerah
yang tidak perlu menahan bebabn, dan daerah subgingival.
3. Hybrid composite resin
Campuran dua ukuran partikel filler yang berbeda yaitu silica koloidial
dan partikel kaca yang dihaluskan dimana ukurannya 0,6-1µm.
8
Tujuannya untuk menggabungkan sifat fisik dan mekanik dua partikel
filler agar menjadi lebih baik
Jenisnya ada 3:
a. Midi hybrid : campuran microfilm dan midfill
b. Mini hybrid(micro hybrid) : campuran microfill dan macrofill
c. Nano hybrid : campuran nanofill & midfill (microfill)
Pertimbangan klinis Penggunaan :
Karena kehalusan permukaan dan memiliki kekuatan yang cukup baik,
komposit tersebut banyak digunakan untuk restorasi anterior, termasuk
kelas IV. Meskipun sifat mekanis umumnya lebih rendah dari komposit
berbahan pengisi partikel kecil, komposit hybrid juga banyak dipakai
sebagai restorasi pada daerah yang harus menahan beban berat karena
poerbedaannya dengan komposit pengisi partikel kecil hanya sedikit,
4. Nano komposit
Ukurannya: 1-5µm
Ukurannya yang kecil sehingga dapat masuk diantara beberapa
rantai polimer yang disebut very high filler loading levels in
composites.
Beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil menggunakan
quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca
yang mengandung logam berat.
Volumenya dari inorganic filler 78,5%.
Kategori komposit ini menunjukan sifat fisik dan mekanis yang
paling unggul. Dengan ditingkatkannya kandungan bahan pengisi,
terdapat peningkatan dalam hamper semua sifat yang relevan.
Penggunaan pada kelas I, II, III, IV, V
9
Pertimbangan Klinis Penggunaan :
Karena kekuatan komposit tersebut meningkat dan tingginya muatan
bahan pengisi, bahan tersebut diindikasikan untuk aplikasi pada daerah
dengan tekanan dan abrasi tinggi seperti kelas I dan II. Ukuran partikel
dari beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil memungkinkan
diperolehnya permukaan halus untuk pemakaian pada gigi anterior, tetapi
bahan ini tidak sebaik komposit berbahan pengisi mikro.
KLASIFIKASI RESIN
KOMPOSIT
TUMPATAN KELAS
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Macrofillers II, IV
Microfillers III, V I, II, IV,VI
Hybrid I, II, III, IV, V, VI
Nano komposit I, II, III, IV, V, VI
2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Resin Komposit menurut ADA
ADA (American Dental Association) mendukung resin komposit digunakan
dalam :
10
Resin preventive pada pit dan fisur
Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan
untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada
pit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan
pertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit
dan fisur kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena karies
sepanjang pit dan fisur. Tujuan dari restorasi pencegahan (resin preventive)
adalah untuk menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan
fisur, terutama pada gigi molar permanen yang memiliki pit dan fisur,
seklaigus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan fisur
yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam dan
sempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti leher botol, secara
klinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena sewaktu
gigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat
gigi (Yoga, 1997).
Lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi konservatif
- Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan margin email
- Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika
mempertimbangkan segi estetik
- Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal
- Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat
- Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
- Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan mahkota
- Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur
gigi yang melemah
11
- Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal.
(Summit dkk, 2001)
Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika
Sejalan dengan kesadaran pasien akan pentingnya faktor estetika suatu
restorasi gigi, penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan.
Resin komposit merupakan material restorasi yang paling pesat
perkembangannya dibandingkan material restorasi sewarna gigi lainnya,
seperti : silikat, resin akrilik dan semen ionomer kaca. Hal ini dikarenakan
karakteristik tertentu dari resin komposit seperti warnanya yang hampir
menyerupai warna gigi, tidak larut dalam cairan mulut, dan kemampuannya
berikatan dengan gigi secara mikromekanis.
Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam
yang terkandung dalam bahan tambal seperti amalgam. Selain itu, beberapa
waktu setelah penambalan, pasien seringkali mengeluhkan rasa sensitif
terhadap rangsang panas atau dingin.
12
ADA tidak mendukung penggunaan komposit (kontraindikasi) pada gigi dengan:
Tekanan oklusal yang besar
Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit
sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit mempunyai
kekuatan menahan tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam.
Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada
pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism.
Tempat atau area yang diisolasi
Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas
yang hanya terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Lalu, pada
penggunaan bahan restorasi resin komposit, daerah operasi harus sama sekali
terbebas dari kontaminasi cairan seperti saliva atau darah.
Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material komposit.
Reaksi alergi yang dilaporkan akibat penggunaan bahan resin komposit sangat
sedikit. Sensitifitas setelah pembuatan restorasi gigi dengan bahan resin
komposit jarang ditemui. Namun, perlekatan monomer resin pada beberapa
individu dapat menyebabkan reaksi alergi. Selain itu, beberapa laporan
menyebutkan bahwa sering terjadi reaksi alergi berupa dermatitis pada jari
dokter gigi yang berkontak langsung dengan monomer yang tidak bereaksi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan bahan restorasi resin komposit saat ini sudah makin meluas dan menjadi
pilihan dalam prosedur restorasi rutin. Kerusakan jaringan keras gigi, baik pada gigi-
gigi anterior maupun posterior, dapat direstorasi menggunakan bahan resin komposit.
Walaupun banyak mempunyai kelebihan dalam hal estetika dan mengalami
peningkatan kekuatan, tidak semua kasus kerusakan jaringan keras gigi dapat diatasi
dengan menggunakan bahan resin komposit. Ada beberapa keadaan yang tidak dapat
ditoleransi oleh bahan restorasi adhesive ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Mount, GJ., Hume, WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure,
Edisi 2. Brighton: Knowledge Books and Software. 2005. hal. 164-197.
2. Mount GJ. An Atlas of Glass-Ionomer Cements,A Clinician’s Guide. Edisi 3.
London: Martin Dunitz. 2002.
3. Summitt JB, Robbins JW, Schwartz RS. Fundamentals of Operative Dentistry,
A Contemporary
4. De Munck, J., dkk. Four-year water degradation of total-etch adhesives
bonded to enamel. Journal of Dental Research. 2003; 82(2) : 136-140
5. Sherwood, Anand. 2010. Essentials of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee
brothers Medical Publishers.
6. Walton, Richard E. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endondonsia, edisi 3 (Alih
Bahasa: drg. Narlan Sumawinata, SpKG). Jakarta: EGC.
15
16