Upload
ayu-apriliani
View
36
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Penentuan ALT
Citation preview
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT
INFEKSI
PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL
NAMA:
PUTRI RARASWATI 260110140078
AYU APRILLIANI 260110140079
UMMI HABIBAH 260110140080
AYYU WIDYAZMARA 260110140081
ANGGIA DIANI 260110140082
SITI NURROHMAH 260110140083
AI SITI RIKA FAUZIAH 260110140084
NISA MAULANI 260110140085
TIFFANY SABILLA 260110140086
NURMALIA SARASWATI 260110140087
ADAM RENALDI 260110140090
FAMI FATWA 260110140095
RHEZA ANDIKA 260110140105
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
I. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara dan prinsip uji angka lempeng total
2. Menghitung jumlah mikroba pada ekstrak tumbuhan dengan metode angka
lempeng total.
II. PRINSIP
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji
Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob
mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat
diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/gram atau
koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan
cara sebar (BPOM, 2008).
Untuk melaporkan suatu analisis mikrobiologi digunakan suatu standar
yang disebut “Standard Plate Count” yang menjelaskan cara menghitung koloni
pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni
dalan suatu contoh.Cara menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni
antara 30 sampai 300.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan
koloni yang besar (Dwidjoseputro, 1978).
Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk
berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Terdapat berbagai macam cara untuk
menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara
yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan
secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan
(preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung
(counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk
mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja
(viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada
cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran,
perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara
kekeruhan atau turbidimetri) (Cappuccino & Natalie, 1983).
III. TEORI DASAR
Cemaran adalah bahan yang tidak dikehendaki ada dalam makanan yang
mungkin berasal dari lingkungan atau sebagai akibat proses produksi makanan,
dapat berupa cemaran biologis, kimia dan benda asing yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (BPOM,2009).
Analisis mikrobiologi merupakan analisis yang sangat penting untuk
mengetahui jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu sampel tertentu
mengandung banyak mikroorganisme atau sebaliknya (Ferdiaz 1993).
Pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok
dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan di dalam medium yang tidak
cair, maka akan terjadi suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni
berbeda-beda untuk setiap spesies dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi
suatu spesies tertentu (Waluyo 2007).
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji
Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob
mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat
diamati secara visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/gram atau
koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan
cara sebar (BPOM, 2008).
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur
jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara tersebut dibedakan
atas beberapa kelompok yaitu, perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan
mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (most probable number); perhitungan
massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik, dan kekeruhan
(turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari analisis
komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien
(Ferdiaz 1993). Menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah
mikroba, yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung
langsung (metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri,
nefelometri, serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan
pada lempeng pembiakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau
metode penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni, dilakukan penyimpanan
pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu
koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap
volume pengenceran yang digunakan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba
yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan atau sebar (surface
atau spread plate) (Fardiaz 1993). Metode yang kita gunakan dalam praktikum ini
adalah metode hitungan cawan.
Uji Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. Uji ALT
menggunakan media padat untuk memudahkan perhitungan koloni dengan hasil
akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung. Intepretasi
hasil berupa angka dalam koloni per ml atau koloni per g. PCA adalah media yang
umumnya digunakan sebagai tempat menumbuhkan mikroba dipermukaan
sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung dan diisolasi. Masa
inkubasi dilakukan selama 1 x 24 jam dengan membalik cawan petri yang berisi
biakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari jatuhnya butir air hasil
pengembunan disebabkan suhu inkubator. Apabila sampai terdapat air yang jatuh
maka akan merusak pembacaan angka lempeng total dari sampel yang diuji.
Sebagai kontol negatif disertakan blanko, yaitu cawan petri yang mengandung
media dan larutan pengencer yang tidak mengandung sampel yang kemudian
diinkubasi bersama-sama pada suhu 37°C selama 24 jam. Untuk perhitungan
koloni, berdasarkan data perhitungan koloni dari sampel 1 sampai sampel 12 dari
masing-masing sampel hanya dihitung pengenceran dengan jumlah koloni antara
30-300. Karena dilakukan dua kali (duplo) maka hasil harus di ambil rata-ratanya
terlebih dahulu dan kemudian dimasukkan dalam rumus dan dibandingkan dengan
standar uji cemaran mikroba (Karlah L. R. Mansauda, Fatimawali, & Kojong,
Novel, 2014).
Hasil dari metode hitungan cawan menggunakan suatu standar yang
disebut dengan Standart Plate Counts (SPC). Standar tersebut adalah cawan yang
dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300,
beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni
yang besar yang jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni,
dan satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung
sebagai satu koloni (Waluyo 2007). Plate count agar (PCA) adalah mikrobiologi
medium pertumbuhan umum digunakan untuk menilai atau memonitor "total"
atau layak pertumbuhan bakteri dari sampel. PCA adalah bukan media selektif.
Komposisi agar-agar pelat menghitung dapat bervariasi, tetapi biasanya
mengandung (b/v) yaitu 0,5% pepton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5%
agar-agar, dan pH disesuaikan (Harley, 2001).
Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji
AngkaLempeng Total adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan.
Keuntungan lainnyadapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat
dalam contoh. Adapun kelemahandari metode ini adalah :
1. Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba,
seperti padamikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.
Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
2. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena
penggunaan jenismedia agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama
masa inkubasi.
3. Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di
seluruh permukaanmedia agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini
akan mengakibatkan mikroba laintersebut tidak terhitung.
4. Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi
mikrobanya antara 30 – 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30
koloni akan menghasilkan penghitunganyang kurang teliti secara statistik,
namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan halyang sama karena
terjadi persaingan diantara koloni.
5. Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi
yang umumnyamembutuhkan waktu 24 jam atau lebih (Buckle, 1987).
IV. ALAT, BAHAN DAN GAMBAR ALAT
4.1.Alat
1. Cawan petri
2. Erlemenyer
3. Gelas Kimia
4. Inkubator
5. Kapas
6. Kasa
7. Pembakar spritus
8. Rak tabung rekasi
9. Tabung Reaksi
10. Volume pipet
4.2.Bahan
1. Aquadest
2. Ekstrak Daun Salam
3. Media TSA
4.3.Gambar Alat
Cawan Petri Erlenmeyer Gelas Kimia
Inkubator Kasa Kapas
Pembakar Spritus Rak Tabung Tabung Reaksi
Volume pipet
V. PROSEDUR
Ditimbang 1 gram ekstrak kental daun salam. Kemudian dilarutkan di
dalam etanol secukupnya. Kemudian di add dengan aquadest sampai 100 ml.
Dilakukan pengenceran bertingkat dengan menyiapkan 3 tabung reaksi. Dipipet 1
ml larutan ekstrak kental dan ditambakan 9 ml aquadest sampai deproleh tingkat
pengenceran 10ˉ¹. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10ˉ³ atau sesuai yang
diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml larutan ekstrak ke dalam cawan
petri dan dibuat duplo. Ke dalam setiap cawan petri dituang media 15-20 ml
media TSA. Digoyangkan cawan petri dan diputar sedemikian rupa agar ekstrak
tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan media TSA dibuat uji
kontrol(blanko). Pada satu cawan diisi 1 ml pengencer dan media TSA dan pada
cawan lainnya hanya diisi media TSA. Setelah media TSA memadat , cawan
diinkubasi pada suhu 35-37ºC selama 24-48 jam dengan posisi dibalik. Jumlah
koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Prosedur perhitungan
1. Bila satu diantara petri dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah
25-250 (30-300 koloniuntuk sampel serbuk , dihitung rata-rata kedua
cawan dikalikan factor pengenceran.
2. Bila pada cawan petri pada kedua tingkat pengenceran yang berurutan
menunjukkan jumlah antara 30-300 koloni, maka dihitung jumlah koloni
dan dikalikan factor pengenceran kemudian diambil rata-rata. Jika
pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari 2kali
jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat
pengenceran terendah (missal pada pengenceran 10-2 diperoleh 140 koloni
dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 32 koloni, maka yang dipilih jumlah
koloni pada tingkat pengenceran 10-2 yaitu 140 koloni)
3. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah
antara 30-300 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat
pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka lempeng total perkiraan.
4. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan
karena faktor inhibitor, maka angka lempeng total dilaporkan sebagai
kurang dari satu dikalikan factor pengenceran terendah
5. Bila jumlah koloni percawan lebih dari 250, maka cawan dengan tingkat
pengenceran tertinggi dibagi dalam beberapa sector (2,4, dan 8) jumlah
koloni dikalikan dengan factor pengencerannya. Hasil dilaporkan sebagai
angka lempeng total perkiraan.
6. Bila jumlah koloni lebih besar dari 200 dari 1/8 bagian cawan, maka
jumlah koloni adalah 200x8xfaktor pengenceran. Angka lempeng total
perkiraan dihitung sebagai lebih besar dari jumlah koloni diperoleh.
(Srikandi Fardiaz, 1989).
VI. DATA PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil
1. Penyiapan Sampel : Ekstrak daun salam sebanyak 1
gr diencerkan dengan etanol q.s dan di cukupkan volume
dengan aquadest hingga 100 mL
Ekstrak daun salam sebanyak 100 mL
2. Pembuatan pengenceran larutan
ekstrak: Larutan ekstrak dipipet
sebanyak 1 mL dan dimasukan ke dalam tabung reaksi + 9 mL aquadest
Didapatkan pengenceran larutan
ekstrak 10-1
Proses saat larutan ekstrak di pipet 1 mL
Hasil larutan pengenceran pertama
3. Penyiapan pengenceran larutan ke 2 (10-2) : Dimasukan aquadest 9 mL ke
dalam tabung reaksi 2 dan ditambahkan 1 mL larutan
ekstrak yang diambil dari tabung reaksi pertama
Didapatkan pengenceran larutan ekstrak 10-2
4. Penyiapan pengenceran larutan ke 3 (10-3) : Dimasukan aquadest 9 mL ke
dalam tabung reaksi 3 dan ditambahkan 1 mL larutan
ekstrak yang diambil dari tabung reaksi kedua
Didapatkan pengenceran larutan esktrak 10-3
5. Cawan petri disiapkan untuk dimasukan 1 mL larutan ekstrak dari masing masing
hasil pengeneceran. Disiapkan untuk masing masing hasil
pengenceran 2 cawan petri karena dilakukan secara duplo
Cawan petri sebanyak 2 buah masing masing tiap hasil pengenceran (10-1,
10-2, 10-3) telah disiapkan
6. Hasil pengenceran larutan Sebanyak 1 mL larutan ekstrak telah
ekstrak dari masing- masing tabung, dipindahkan ke cawan
petri sebanyak 1 mL untuk kemudian ditambahkan dengan
TSA sebanyak19 mL dengan suhu 45 ± 1 oC. Dilakukan secara duplo pada
masing masing hasil pengenceran 10-1, 10-2, 10-3
dimasukan ke dalam cawan petri yang kemudian akan siap ditambahkan
dengan TSA
19 mL TSA telah ditambahkan ke
dalam cawan petri yang sebelumnya telah berisi larutan hasil pengenceran
dari masing masing tabung reaksi
Dari tiap tiap hasil pengenceran
dilakukan duplo sehingga dihasilkan 6
cawan petri yang berisi 1 mL dan 19 mL TSA dari tiap larutan hasil
pengenceran.
7. Cawan Petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata
Media yang telah berisi larutan hasil pengenceran ekstrak (sampel) telah
memadat dan tersebar merata setelah
cawan petri digoyang-goyangkan.
Hasil tersebut dilakukan secara duplo pada masing masing hasil
pengenceran.
8. Setelah media memadat, cawan
diinkubasi pada suhu 35-37 oC selama 18-24 jam dengan posisi dibalik
Cawan petri yang akan diinkubasi
diposisikan secara terbalik
Cawan petri siap diinkubasi di dalam
inkubator selama 18- 24 jam
9. Semua cawan yang telah
diinkubasi diambil dan
diletakan dengan posisi terbalik
Cawan diletakan dengan posisi terbalik
10. Cawan dibagi menjadi empat
bagian untuk mempermudah
perhitungan jumlah koloni
Cawan dibagi atas empat bagian,
11. Dihitung jumlah koloni pada 1 Koloni terhitung dari setiap cawan
daerah yang telah digarisi, lalu
dikalikan empat. Dan
melakukannya terhadap semua
cawan
PERHITUNGAN
Percobaan
Jumlah Koloni
10 -
1
10 -
2
10 -
3
A 696 500 640
B 748 624 916
Rata-
rata
722 562 778
Angka Lempeng Total (ALT)
ALT = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
=
=
= 280473,33 koloni / mL
VII. PEMBAHASAN
Daun salam adalah salah satu rempah pengharum makanan yang sering
terdapat di dapur penduduk Indonesia. Daun salam dengan mudah dapat
ditemukan di wilayah Indonesia. Daun salam juga merupakan bumbu dapur yang
sering di gunakan. Penelitian uji klinis mengenai ekstrak daun salam dalam
menurunkan kolesterol total dan LDL dapat menghindari terjadinya aterogenesis
sehingga dapat di gunakan dalam pencegahan penuaan. Flavonoid yang
merupakan antioksidan juga yang terdapat dalam daun salam yang dapat
mencegah terjadinya peroksidasi lipid (Lajuck, 2012).
Penggunaan bahan alam dilakukan dengan mencoba tumbuhan yang ada di
sekitar kemudian dikembangkan dengan mencampur berbagai jenis tumbuhan
untuk memberi khasiat yang lebih baik. Pengetahuan tentang ramuan tersebut
pada awalnya dirahasiakan, digunakan oleh keluarga dan diwariskan hanya pada
keturunan (Bermawi, 2008).
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia,
sehingga ketersediaan pangan perlu mendapat perhatian yang serius baik kuantitas
maupun kualitasnya. Perhatian pemerintah terhadap ketersediaan pangan
diimplementasikan melalui program ketahanan pangan, agar masyarakat
memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, aman, bergizi, sehat, dan halal
untuk dikonsumsi (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2004). Sifat kimia,
biologis, dan fisik bahan pangan sangat memungkinkan berbagai macam
mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik dan pada bahan pangan yang biasanya
bersifat sangat spesifik dan sangat tergantung jenis bahan serta kondisi tertentu
dari penyimpanannya. Adanya mikroorganisme yang tumbuh di suatu bahan
pangan sangat berpengaruh pada kualitas produknya (Pratiwi, 2002).
Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan
jumlah total mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan
termofilik).
a. Psikofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu
kurang dari 20°C,
b. Mesofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20
°C-40°C
c. Termofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu
lebih besar dari 40°C.
Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisma hidup yang
membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang diuji. Pertumbuhan
mikroorganisme aerob dananaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) setelah
contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam 48
jam ± 1 jam mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka
mikroorganisma tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dengan membentuk
koloni yang dapat langsung dihitung.
Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu
teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada
prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa kemudian
dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang
sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara
30-300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil
perhitungan dikalikan faktor pengenceran.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ekstrak daun
salam. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Ekstrak adalah sediaan kental
yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan. Ekstrak daun salam
yang digunakan sebagai sampel diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi
merupakan proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam bahan alam
atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun salam adalah
dengan menggunakan metode maserasi.
Maserasi merupakan proses ekstraksi cara dingin dimana penyarian zat
aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya. Mekanisme dari proses maserasi sendiri adalah mula-mula cairan penyari
akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel kemudian isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Pada praktikum kali ini pertama-tama ditimbang terlebih dahulu ekstrak
kental Syzygium polyanthum sebanyak 1 gram dengan menggunakan neraca
analitik. Penimbangan ini dilakukan untuk pembuatan larutan ekstrak dengan
konsentrasi tertentu 1%. Kemudian hasil penimbangan tersebut dilarutkan dengan
etanol agar ekstrak dapat larut. Volume etanol yang ditambahkan kedalam ekstrak
dihentikan sampai ekstrak larut dalam etanol tersebut. Selanjutnya ditambahkan
dengan aquades dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas. Lalu didapatkan
ekstrak dengan konsentrasi 1%. Perhitungan konsentrasi ini dilakukan agar
memudahkan dalam perhitungan koloni untuk angka lempeng total dari ekstrak
yang dibuat.
Kemudian dilakukan pengenceran bertingkat hingga tiga kali pengenceran.
Pengenceran ini dilakukan agar terlihat perbedaan jumlah koloni antara
konsentrasi yang lebih tinggi dengan konsentrasi yang lebih rendah. Dari hasil
pengenceran tersebut sebanyak 1 ml dari masing-masing konsentrasi dimasukkan
ke dalam 6 cawan. Satu konsentrasi dari hasil pengenceran dituangkan untuk 2
cawan yang berbeda. Ini dilakukan agar keakuratan perhitungan koloni dapat
terjaga. Selanjutnya ke dalam masing-masing cawan ditambahkan 19 ml Trypthon
Soy Agar dan diputarkan agar tersebar merata. Setelah itu, lalu dibiarkan memadat
untuk diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18 jam. Inkubasi dilakukan agar
bakteri yang ada dalam ekstrak masih tetap utuh dan tidak mengalami perubahan
disesuaikan dengan lingkungan bakteri untuk hidup.
Ekstrak yang dihasilkan diuji melalui berbagai pengujian guna mengukur
kualitasnya terhadap standar mutu ekstrak yang telah ditetapkan. Ekstrak dalam
proses produksinya akan dkemas menjadi obat tradisional. Obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau cam[uran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatanm dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakar. Salah satu parameter standar itu
adalah batas cemaran mikroba. Pengujian kandungan mikroba dalam ekstrak
seperti yang telah dpaparkan sebelumnya diujji melalui metode Angka Lempeng
Total (ALT). Hasil ALT (Angka Lempeng Total) menunjukan pertumbuhan
koloni rata-rata dari setiap cawan uji terdapat sekitar 7,78 x 105 koloni per/mL.
Sebagaimana dikutip dari Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu
Obat Tradisional menetapkan cemaran mikroba dalam obat tradisional untun
pemakaian dalam dibagi ke dalam beberapa kelompok. Obat tradisional (obat
dalam) obat dalam dalam bentuk rajangan yang diseduh dengan air panas sebelum
digunakan memiliki nilai Angka Lempeng Total (ALT) ≤106 koloni/mL artinya
sampel yang di dalamnya terdapat 106 koloni mikroba per mililiter dianggap
masih aman (tidak berbahaya). Sediaan obat dalam berupa rajangan yang direbus
sebelum digunakan memiliki nilai Angka Lempeng Total senilai ≤107 koloni
per/mL. Sediaan obat dalam beupa serbuk simplisia yang direbus dengan air panas
sebelum digunakan memiliki nilai Angka Lempeng Total ≤106 koloni per/mL.
Sedangkan sediaan lain termasuk di dalamnya cairan obat dalam (suspensi)
mempunyai batas jumlah mikroba yang tumbuh pada sampel adalah ≤104 koloni
per mililiter. Dari ketentuan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
ekstrak yang dihasilkan belum memenuhi standar mutu ekstrak yang telah
ditetapkan. Hal ini karena sediaan atau ekstrak jika dibiarkan memiliki cemaran
mikroba melebihi batas yang diizinkan maka hal tersebut dapat berdampak buruk
bagi kesehatan. Cemaran tersebut berasal dari berbagai sumber. Selain merupakan
mikroba bawaan dari simplisia tanaman tersebut. Mikroba yang tumbuh dapat
berasal dari tiap langkah pengolahan yang tidak bersih sehingga ekstrak
terkontminasi oleh kotoran di lingkungan sekitarnya.
VIII. SIMPULAN
Untuk menguji jumlah cemaran mikroba dalam sampel berupa ekstrak
daun salam (Syzygium polianthum) digunakan metode angka lempeng
total dengan teknik tuang pada media pertumbuhan Plate Count Agar
(PCA) secara duplo pada tiga variasi konsentrasi suspensi bakteri yaitu
10-1, 10-2, dan 10-3.
Diperoleh hasil cemaran bakteri pada sampel daun salam sebesar
280473,33 koloni / mL yang melebihi batas cemaran bakteri standar
atau dapat dikatakan tidak sesuai standar, yaitu rentang koloni yang
diperbolehkan adalah 30-300 CFU/mL.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Bermawi. 2008. Jamu Brand Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Jakarta: UI Press.
BPOM. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Pusat Pengujian
Obat dan Makanan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan
Republik Indonesia.
BPOM RI. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan
Kimia dalam Makanan. Jakarta : BPOM RI.
Capuccino, J.G & Natalie, N. 1983. Microbiology a Laboratory Mannual.
USA: The Benjamin/Cummings Publish. Hal 458.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2004. Laporan Tahunan.Bandung:
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan;
Jakarta.
Fardiaz S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Harley, J.P. & Prescott, L.M. 2001. Laboratory Exercise in Microbiology,
5th ed. New York : McGraw Hill.
Irianto K. 2007. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.
Karlah L. R. Mansauda, Fatimawali, & Kojong, Novel. (2014). Jurnal
Analisis Cemaran Bakteri Coliform Pada Saus Tomat Jajanan
Bakso Tusuk Yang Beredar Di Manado. Pharmacon. Vol. 3. No.40.
Lajuck, Pranasista.2012.Ekstrak Daun Salam (Eugenia Poliantha) Lebih
Efektif Menurunkan Kadar Kolesterol Total dan LDL Dibandingkan
Statin pada Penderita Disiplidemia. Denpasar: Universitas Udayana
Pratiwi, Rika.2002.Deteksi Ergosterol sebagai Indikator Kontaminasi
Cendawan pada Tepung Terigu.Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. 13 (3), 254.
Srikandi, F. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.