Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Kekuasaan dan Kejatuhan Raja Faisal di Arab Saudi (1962-1975)
Riyan Hidayat dan Yon Mahmudi
Program Studi Sastra Arab, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menjelaskan tentang kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan Raja Faisal di Arab Saudi. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang memiliki tahapan pengumpulan data, penilaian data, penafsiran data, dan penulisan sejarah. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kebijakan yang dijalankan Raja Faisal meliputi bidang politik dan pemerintahan, bidang ekonomi, bidang sosial masyarakat dan budaya, dan bidang pendidikan. Pada 25 Maret 1975, Raja Faisal tertembak dan mengakibatkan dirinya meninggal dunia. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa Raja Faisal dibunuh diduga karena faktor balas dendam, faktor asing, dan faktor frustasi dan gangguan mental seorang Faisal bin Musaid.
Keywords: Raja Faisal, Arab Saudi, Kebijakan, Pembunuhan, Faisal bin Musaid.
The Reign and The Collapse of King Faisal in Saudi Arabia (1962-1975)
Abstract
This research describes the policies that made by King Faisal in Saudi Arabia. The method historical is used that has stages of data collection, data assessment, data interpretation, and summarizing the data. This research reveals that the policy of King Faisal covers politics and government, economics, social and cultural, and education. On March 25, 1975, King Faisal was shot and resulted in his death. This research revealed that King Faisal was killed allegedly because of revenge, foreign factor, and the factor a frustrating and mental disorders Faisal bin Musaid
Keywords: King Faisal, Saudi Arabia, Policy, Murder, Faisal bin Musaid. Pendahuluan
Arab Saudi saat ini merupakan negara yang masyarakatnya memiliki tingkat
kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan dilakukan dimulai pada masa pemerintahan Abdul
Aziz bin Abdurrahman Al Saud hingga saat ini. Kehidupan yang terus berkembang dan
perjalanan sejarah yang panjang membuat Arab Saudi menjadi negara yang modern dan
termasuk negara yang maju.
Arab Saudi pertama kali melakukan modernisasi secara signifikan pada masa Raja
Faisal bin Abdul Aziz Al Saud. Pemerintahan Raja Faisal menginisiasi pembangunan
infrastruktur vital nasional dengan mendirikan lembaga perencanaan pusat. Lembaga tersebut
membuat perencanaan lima tahun pertama kepemimpinan Raja Faisal bin Abdul Aziz Al Saud
dan mempublikasikannya pada 1970. Perencanaan tersebut meliputi pembangunan dalam
aspek pertahanan, pendidikan, dan infrastruktur vital lainnya.
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
2
Faisal bin Abdul Aziz Al Saud atau yang selanjutnya disebut Raja Faisal memang
menjadi pemimpin Kerajaan Arab Saudi yang sangat dikenal di dunia. Raja Faisal pernah
mendapatkan gelar man of the year yang diberikan oleh majalah TIME, sebuah majalah
terkenal yang berasal dari New York, Amerika Serikat. Dia menerima tahta Kerajaan Arab
Saudi pada 2 November 1964 setelah turunnya Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud atau raja
Saud karena sakit.
Raja Faisal adalah salah seorang pelopor berdirinya OPEC bersama pemimpin negara
produsen minyak lainnya, yaitu Venezuela, Kuwait, Iran dan Irak pada 1960. OPEC dibentuk
karena latar belakang kekecewaan pihak produsen yang menganggap bahwa transaksi minyak
dunia lebih menguntungkan pihak konsumen dan bertujuan untuk menjaga stabilitas harga
untuk melindungi kepentingan produsen. Raja Faisal juga pemimpin Arab Saudi yang sangat
memiliki peran dalam aspek perpolitikan internasional. Beliau melakukan pembelaan untuk
palestina terhadap agresi Israel dan Amerika Serikat pada periode waktu 1970-an.
Raja Faisal menyelesaikan tugasnya dengan cara yang tragis. Dia dibunuh oleh Faisal
bin Musaid yang juga merupakan keponakannya sendiri. Faisal bin Musaid membunuh Raja
Faisal dengan cara menembak dengan menggunakan pistol jenis revolver dari jarak dekat.
Motif pembunuhan tersebut masih belum jelas. Sementara itu, Faisal bin Musaid ditangkap
oleh pengawal kerajaan dan diadili. Dia terbukti bersalah atas peristiwa pembunuhan Raja
Faisal. Hakim negara memutuskan bahwa pelaku mendapatkan hukuman penggal di depan
masyarakat Arab Saudi oleh pihak kerajaan di Riyadh, Arab Saudi pada 18 Juni 1975.
Prestasi dan perkembangan Arab Saudi yang cukup pesat pada 1960-1970an yang
dicapai, dan karakter yang dimiliki oleh Raja Faisal membuat penulis tertarik pada sejarah
perjalanan Arab Saudi di bawah kepemimpinannya. Hal-hal seperti bagaimana gambaran dan
profil seorang Raja Faisal bin Abdul Aziz Al Saud, kebijakan yang dijalankannya, serta
bagaimana dia menjalankan pemerintahannya membuat penulis ingin mengetahui hal tersebut.
Hal lain yang menjadi ketertarikan penulis adalah peristiwa pembunuhan oleh Faisal bin
Musaid yang menewaskan Raja Faisal. Oleh karena itu, hal ini menjadi fokus dalam
penelitian ini.
Metode Penelitian
Metode yang penulis pilih dalam menyusun penulisan ini adalah metode penulisan
sejarah yang berguna untuk kegiatan rekonstruksi dan analisa peristiwa. Metode penelitian
sejarah atau metode penelitian historis adalah penyelidikan yang mengaplikasikan metode
pemecahan ilmiah dari perspektif historis suatu masalah. Metode penelitian historis meliputi
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
3
pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa, atau gagasan yang muncul di masa lalu guna
memahami kenyataan sejarah. Tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan
penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap pengumpulan data (heuristik),
penilaian data (verifikasi), penafsiran data (interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi).
Semua tahapan tersebut merupakan penyesuaian terhadap penelitian yang bersifat deskriptif
analitif. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk menunjang kegiatan penelitian agar lebih
sistematis.
Pengumpulan data adalah mengumpulkan berbagai sumber data, baik yang berbentuk
tulisan maupun lisan yang digunakan sebagai rujukan yang relevan bagi penelitian ini.
Selanjutnya masuk dalam tahap penilaian data atau kritik historis, yaitu melakukan verifikasi
atau rekonstruksi fakta sejarah guna menilai apakah sebuah sejarah benar-benar asli atau
tidak. Selanjutnya masuk dalam tahap penafsiran data, yaitu kegiatan penginterpretasian
suatu fakta antara satu fakta dengan fakta yang lain. Tanpa melakukan interpretasi, fakta
yang sudah ada menjadi tidak memiliki hubungan satu sama lain yang membentuk definisi.
Setelah proses tersebut, penulis memasuki penyimpulan data atau penyusunan kisah sejarah.
Data-data yang penulis jadikan sebagai bahan kajian penelitian ini diperoleh dari berbagai
sumber.
Pembahasan
Biografi Raja Faisal
Raja Faisal bin Abdul Aziz Al Saud atau yang selanjutnya disebut dengan Raja Faisal
lahir pada 1904 di kota Riyadh, Arab Saudi. Dia adalah anak keempat dari raja Abdul Aziz
bin Abdurrahman Al Saud. Ibunya bernama Tarfah binti Al Syaikh. Dia memiliki garis
keturunan dengan Muhammad bin Abdul Wahab melalui jalur ibunya. Dengan demikian Raja
Faisal adalah keturunan dari Bani Tamim yang saat itu memiliki kekuasaan atas oase di
daerah Dir’iyah, Selatan Nejd.
Raja Faisal menjadi pemimpin Kerajaan Arab Saudi sejak 1962 sebagai kepala
pemerintahan menggantikan Saud bin Abdul Aziz Al Saud yang sedang sakit.. Dia
memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan dan kemajuan negara Kerajaan
Arab Saudi. Secara umum dia telah melakukan banyak perubahan di berbagai aspek, seperti
ekonomi, sosial, politik (terkhusus politik internasional). Majalah Time pernah memberikan
kepadanya sebuah penghargaan yang bertajuk “Man of The Year” pada 1974 karena
pengaruhnya yang cukup besar bagi dunia. Raja Faisal wafat pada 25 Maret 1975 dalam usia
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
4
69 tahun. Dia dibunuh oleh keponakannya yang bernama Faisal bin Musaid dalam sebuah
pertemua bilateral.
Raja Faisal mendapatkan berbagai dasar ilmu dan pendidikan dari ayahnya, Abdul
Aziz bin Abdurrahman Al Saud, dan oleh kakek dan nenek dari jalur ibunya. Kakeknya,
Syaikh Abdul Lathif berpengaruh dalam pembentukan kepribadian dan akhlak Raja Faisal.
Sementara itu, Abdul Aziz menjaga dan memperhatikan kepribadian, maupun berbagai
potensi dan kemampuan militernya.
Raja Faisal memiliki daya ingat yang luar biasa. Dia mampu mengingat hal-hal yang
rinci mengenai tempat dan waktu. Dia juga dapat berbicara banyak dan menceritakan kembali
mengenai kejadian, waktu dan tempat yang pernah dia alami dengan penyampaian yang baik.
Misalnya, dalam sebuah pertemuan, dia dapat menerangkan kembali apa yang terjadi seperti
posisi duduk peserta pertemuan, apa yang dibicarakan, dan waktu pertemuan. Walaupun
memiliki kemampuan daya ingat dan mampu menceritakan pengalamannya, Raja Faisal
sebenarnya adalah seorang yang tidak banyak bicara. Jika dia berbicara, hal itu dianggap
penting oleh pendengarnya.
Raja Faisal mulai menjadi Wakil Raja yang memerintah langsung wilayah Hijaz pada
1926. Jabatan tersebut adalah jabatan publik pertama yang ditugaskan kepadanya. Dia
ditunjuk langsung oleh Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud dan diangkat atas
pertimbangan jasanya dalam peperangan di ‘Asir. Selama hampir 17 tahun dia memerintah di
Hijaz dan masyarakat Hijaz telah cukup mengenal karakter kepemimpinannya. Raja Faisal
menyelesaikan tugasnya menjadi Wakil Raja di Hijaz pada 1960. Menurut Amin Said (2014),
Raja Faisal telah memberikan peradaban baru dengan segala kegemilangan. Tambahnya, dia
masuk dalam bagian sejarah yang indah yang dimiliki warga Hijaz yang sekarang terkenal
dengan Mekkah dan Madinah.
Pada 1930, Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud membentuk kementerian luar
negeri. Kementerian ini dibentuk atas dasar usaha untuk menguatkan hubungan luar negeri
secara sistemis dan implementatif yang semakin dibutuhkan oleh Kerajaan Arab Saudi. Raja
Faisal adalah menteri pertama dari kementerian ini dan merangkap sebagai Wakil Raja di
Hijaz yang sebelumnya telah ditugaskan kepadanya.
Pada awal 1962, Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud kembali mengalami kemunduran
kesehatan. Para dokter di perusahaan ARAMCO mendesak Raja Saud bin Abdul Aziz Al
Saud untuk segera berangkat guna mendapatkan perawatan dan pengobatan di rumah sakit
terbaik di luar negeri. Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud meninggalkan Riyadh dan
melakukan pengobatan di Roma pada 2 Juni 1962. Proses pengobatannya dilakukannya di
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
5
beberapa rumah sakit di Eropa seperti di kota Hastine di Swedia dan sebuah rumah sakit di
Jerman. Hingga akhhirnya Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud kembali ke Thaif, Arab Saudi
guna menjalankan penyembuhan.
Pada 28 Oktober 1962, Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud memberikan kewenangan
kepada Raja Faisal untuk membentuk kabinet. Raja Faisal menyusun kabinet yang
diumumkan pada 4 November 1962 yang terdiri dari keluarga Al Saud dan bukan Al Saud.
Jabatan Menteri Luar Negeri masih dipercayakan kepada Raja Faisal. Kabinet yang disusun
oleh Raja Faisal adalah terdiri dari Amir Musaid bin Abdurrahman yang memegang jabatan
Menteri Keuangan dan Ekonomi Negara, Fahd bin Abdul Aziz, adik dari Raja Faisal
memegang jabatan Menteri Dalam Negeri, Sultan bin Abdul Aziz yang juga adik dari Raja
Faisal memegang jabatan menteri pertahanan dan Militer. Ahmad Zaki Yamani, yang bukan
anggota dari keluarga kerajaan dipercaya Raja Faisal untuk memegang jabatan Menteri
Perminyakan dan Pertambangan. Posisi Menteri Pendidikan diisi oleh Syekh Hasan bin
Abdullah, Husein Arab memegang jabatan Menteri Urusan Haji dan Wakaf. Abdurrahman
Abul Khail diberikan kepercayaan oleh Raja Faisal untuk menjadi Menteri Tenaga Kerja dan
Sosial. Selanjutnya, Muhammad Umar Taufik diberikan kepercayaan untuk mengurus
Kementerian Transportasi dengan menjadi Menteri Transportasi. Dr. Yusuf Al Hajiri
ditempatkan pada posisi Menteri Kesehatan. Kementerian Perdagangan diberikan
kekuasaannya kepada Abid Syaik oleh Raja Faisal.
Penyakit yang diderita oleh Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud tidak kunjung
membaik. Melihat hal ini, para ulama merasa khawatir akan keberlangsungan pemerintahan
yang ditinggalkan oleh Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud. Oleh karena itu, pada awal 1964,
para ulama mengeluarkan fatwa yang menerangkan bahwa Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud
tetap menjadi raja, namun kewenangan terhadapa pengaturan pemerintahan diambil alih oleh
Raja Faisal. Pada 13 Maret 1964, Raja Faisal diminta menanggalkan jabatannya dan
menyerahkannya kembali kepada Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud. Namun, Raja Faisal
menolaknya dengan alasan kekuasaan dan kepercayaan tersebut diserahkan oleh rakyat
Kerajaan Arab Saudi dan jika ingin dilepaskan harus atas persetujuan rakyat Kerajaan Arab
Saudi.
Pernyataan penolakan yang dilakukan Raja Faisal kepada Raja Saud bin Abdul Aziz
Al Saud sejalan dengan sejumlah anggota keluarga kerajaan. Misalnya, Muhammad bin
Abdul Aziz dan Abdullah bin Musaid yang merupakan adik dan keponakan dari Raja Faisal
menginisiasi perundingan antara keluarga kerajaan dengan para ulama agar memberikan
fatwa. Pada 24 Maret 1975, para ulama mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa Raja
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
6
Saud bin Abdul Aziz Al Saud tetap memiliki jabatan sebagai raja dan Raja Faisal tetap
sebagai putra mahkota dan perdana menteri yang memiliki kekuasaan penuh atas pengaturan
negara. Raja Faisal memiliki kuasa untuk memutuskan sesuatu dengan atau tanpa persetujuan
Saud sebagai Raja. Namun, keputusan bagi dewan kerajaan adalah Raja Saud bin Abdul Aziz
Al Saud harus turun tahta karena tidak efektif dalam menjalankan pemerintahannya.
Keadaan krisis Arab Saudi menjelang akhir 1964 semakin memburuk. Para anggota
keluarga Al Saud dan Ulama mendesak Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud untuk segera
mundur. Ditambah lagi dengan keadaan kesehatannya yang semakin memburuk. Sampai
akhirnya Muhammad bin Abdul Aziz Al Saud menemui sendiri Raja Saud bin Abdul Aziz Al
Saud untuk memintanya turun dengan hormat setelah seruan seluruh keluarga Al Saud dan
Ulama diabaikan. Akhirnya pada 3 November 1964, Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud resmi
mundur sebagai raja Arab Saudi. Dia mengucapkan perpisahan dan bersegera untuk pergi ke
Dahran untuk melanjutkan pengobatan.
Pada hari yang sama, Khalid bin Abdul Aziz Al Saud yang memiliki wewenang
sebagai Wakil Dewan Kabinet berkumpul dengan seluruh menteri dari kabinet tersebut. Dia
bersama dengan seluruh menteri merumuskan persiapan dan dokumen yang diperlukan dalam
proses baiat atau penetapan Faisal bin Abdul Aziz Al Saud sebagai raja yang memerintah
Arab Saudi. Raja Faisal ditetapkan sebagai raja ketiga dari negara Kerajaan Arab Saudi atas
dasar fatwa Syar’i yang dikeluarkan ulama pada 26/6/1384 H.
Raja Faisal membaca seluruh isi dokumen yang telah disusun oleh Khalid bin Abdul
Aziz Al Saud dan para menteri dan menanggapinya dalam satu pidato yang disampaikan di
depan Ulama, keluarga Al Saud, dan masyarakat. Pidato tersebut berisi penegasan dirinya
sebagai raja didepan seluruh pangeran dari keluarga Al Saud, Ulama, dan masyarakat. Selain
itu, dia menekankan seluruh masyarakat untuk bertakwa kepada Allah SWT sebagai landasan
dan penjagaan kebaikan kehidupan manusia. Raja Faisal berpesan kepada seluruh pegawai
kerajaan agar bekerja berdasarkan Takwa kepada Allah SWT dan menjunjung tinggi sikap
amanah dan tanggung jawab. Dalam pidatonya, dia juga menyeru prinsip politik internasional
yang dijadikan olehnya landasan, yaitu berpolitik dalam mewujudkan perdamaian dunia. Raja
Faisal berjanji akan memfasilitasi agar perdamaian dapat menyebar ke seluruh dunia.
Setelah seluruh masyarakat, pangeran dari keluarga Al Saud dan ulama melakukan
penetapan, para tentara ikut pula melakukan baiat. Baiat selanjutnya datang dari anggota
keluarga Al Saud yang lain. Abdurrahman bin Saud bin Abdul Aziz Al Saud mendatangi
Faisal 21 hari setelah pembaiatan resmi Faisal sebagai raja Arab Saudi. Kejadian seperti ini
berulang dengan hadirnya pangeran-pangeran lainnya ke hadapan Raja Faisal seperti
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
7
Abdullah, Bandar, Tamir, Kamil, Najily, Nayif, Mamduh, dan Ahmad. Peristiwa baiat
selanjutnya dilakukan oleh kakaknya sendiri, Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud sendiri
sebagai mantan raja Arab Saudi. Pasukan pengamanan tanah Air Arab Saudi atau Al Haras Al
Wathani sebelumnya juga telah melakukan baiat terhadap Raja Faisal dan merayakannya
pada September 1964. Seluruh rakyat Arab Saudi merasa gembira atas kabar berita baiat Raja
Faisal sebagai raja.
Pemerintahan Raja Faisal 1962-1975
Pada masa awal kepemimpinannya, Raja Faisal membangun rumah sakit, sekolah,
jalan, dan pembangkit energi untuk keperluan negaranya. Dalam hal politik dan
pemerintahan, Raja Faisal melakukan perbaikan terhadap kebijakan dan meluncurkan
berbagai kebijakan baru. Kebijakan penting pertama adalah reformasi birokrasi bagi
pemerintahan Arab Saudi. Pemerintahan mulai membuat pengaturan mengenai birokrasi dan
bidang-bidang kerja sebagai upaya menciptakan keteraturan. Upaya ini dimulai dengan
pembentukan tim pengaturan administrasi yang dipimpin oleh Raja Faisal sendiri. Seluruh
kementerian mendukung untuk turut serta dalam perbaikan administrasi negara.
Pada 8 Juli 1963, pemerintah Arab Saudi mendatangkan tim Ford Amerika untuk
membantu tim kementerian untuk mengatur dan menselaraskan administrasi pemerintahan.
Selanjutnya pada 3 Oktobr 1963, Arab Saudi meluncurkan kebijakan baru tentang pengaturan
provinsi. Aturan ini berisi tentang pengaturan-pengaturan yang mengatur tentang kategorisasi
kantor (Bab 1), penjelasan tentang hak dan kewajiban pemerintah termasuk pegawai-
pegawainya (Bab 2), Tugas-tugas dewan perwakilan provinsi (Bab 3), dan peraturan umum
untuk penyelesaian masalah (Bab 4). Program ini disetujui oleh dewan kementerian dan harus
dijalankan dengan masa percobaan 9 bulan setelah peluncuran peraturan ini dilakukan.
Kebijakan lain yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi adalah menetapkan peraturan pers
di Arab Saudi pada 15 Maret 1964.
Selain administrasi dan undang-undang tertentu, Arab Saudi juga memperhatikan hari
nasional negara Arab Saudi yang belum ditetapkan. Hal ini berpengaruh terhadap simbolisasi
kebangkitan bangsa. Akhirnya pada 1965, Raja Faisal menerbitkan keputusan yang
menetapkan bahwa pada 23 September ditetapkan sebagai hari nasional Arab Saudi. Pada
1962, pegawai yang bekerja di pemerintahan pusat negara Kerajaan Arab Saudi adalah
sejumlah 36.776 orang. Pada 1971, jumlahnya melonjak hingga 85.184 orang dan terus
bertambah hingga 250.000 pada 1979.
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
8
Perkembangan lain dalam reformasi birokrasi adalah dibentuknya kementerian-
kementerian baru seperti Kementerian Informasi, Kementerian Peradilan, Kementerian
Pendidikan tinggi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, Kementerian Perdagangan,
dan Kementerian Energi dan Industri.
Pada aspek Ekonomi, pada awal 1964, GDP Arab Saudi tercatat sejumlah
10.400.000.000 SR. namun pada 1975, jumlahnya telah berkembang dan mencapai
164.530.000.000 SR atau naik rata-rata 1.11% per tahun. Hal ini menjadi sebuah pencapaian
tersendiri bagi pemerintahan Arab Saudi di bawah arahan Raja Faisal. Sementara itu, GDI
Arab Saudi rata-rata mengalami kenaikan rata-rata 17.2% per tahun. Menurut Madawi Al
Rasheed, seluruh pendapatan yang masuk pada periode tersebut berasal dari penjualan minyak
yang pengaruhnya sangat signifikan bagi perekonomian Arab Saudi. Bukti perkembangan
GDP di atas adalah salah satu pembuktian dan tentunya terjadi karena adanya kebijakan-
kebijakan pemerintahan Raja Faisal yang dapat mewujudkan hal tersebut.
Pada aspek sosial budaya, Transformasi sosial Arab Saudi terjadi dalam periode 1960-
an hingga tahun 1970-an. Pengembangan kemasyarakatan, modernisasi, industrialisasi
mengubah kebiasaan-kebiasaan dan perilaku masyarakat Arab Saudi. Hal ini menjadi
perhatian yang cukup besar bagi Raja Faisal sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan. Dia menjunjung tinggi Islam sebagai keyakinan dan ideologinya. Latar
belakang kehidupannya yang berasal dari keturunan Al Syaikh Al Wahhabi membawa dia
memiliki karakter yang islami dan berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan sosial Arab
Saudi.
Periode tersebut melahirkan hal-hal baru yang tidak pernah ada di dunia Arab,
khususnya Arab Saudi. Perkembangan bahasa (arabisasi dan pengaruh bahasa), penyesuaian
hukum sesuai konteks, dunia hiburan, televisi, dan media adalah hal yang cukup berkembang
di masa itu. Hal lain yang lebih utama, yaitu paradigma memandang status sosial dan gender
juga menjadi perhatian khusus. Serta yang tidak dilupakan adalah kompetensi yang harus
disejajarkan dengan negara lain, salah satunya adalah dalam aspek keolahragaan.
Selanjutnya, pada konstitusi Arab Saudi, dalam artikel No.13 menjelaskan bahwa
pendidikan harus menumbuh kembangkan keyakinan Islam dalam setiap jiwa pemuda dan
mengajarkan mereka pengetahuan dan keterampilan dalam upaya persiapan masyarakat yang
dapat berkontribusi untuk membangun masyarakat, bangga dan mencintai sejarah tanah
airnya (Arab Saudi).
Pendidikan menjadi salah satu fokus utama Raja Faisal dalam pengembangan negara
Arab Saudi. Bagi Raja Faisal, pendidikan adalah cara utama dalam membentuk negara yang
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
9
kokoh dan kuat. Prinsip ini diturunkan dari ayahnya, Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al
Saud yang mengatakan bahwa ilmu adalah dasar yang kuat untuk membuat kebangkitan, tiada
kebangkitan tanpa ilmu dan satu-satunya jalan adalah belajar (sekolah). Arab Saudi pada saat
itu menganut “Free Education for all.” Sehingga tidak ada satupun masyarakat yang tidak
mendapatkan pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Raja Faisal melakukan perubahan besar mengenai pendidikan di Arab Saudi. Sebelum
1960-an, pendidikan di Arab Saudi belum terdengar perkembangannya. Hal ini mencuat
ketika Raja Faisal menjabat sebagai putra mahkota yang merangkap sebagai kepala
pemerintahan menggantikan Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud. Raja Faisal bersama istrinya,
Iffat mulai mengampanyekan pendidikan bagi kaum perempuan pada 1962. Ketika mulai
menjadi raja, Raja Faisal mulai melaksanakan kebijakan seperti penambahan anggaran biaya
pendidikan, memberikan beasiswa kepada setiap masyarakat Arab Saudi yang ingin belajar,
terkhusus bagi yang ingin belajar di luar negeri disediakan beasiswa khusus dengan ikatan
dinas. Ia juga mulai mengembangkan pendidikan sesuai kategori, yaitu pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan khusus.
Raja Faisal memulai dengan penambahan anggaran pendidikan menjadi lebih dari
290.000.000 SR yang terus bertambah setiap tahun hingga mencapai 1 milyar pertahun pada
1974. Jumlah tersebut terhitung sebesar 10% dari setiap anggaran belanja negara setiap
tahunnya. Pembiayaan ini dialokasikan untuk operasional kementerian pendidikan,
pembiayaan pendidikan khusus perempuan, universitas negeri di Arab Saudi, dan pembiayaan
pendidikan bagi masyarakat Arab Saudi yang memiliki kesempatan belajar di luar Arab
Saudi. Jaminan semua bisa merasakan belajar menjadi acuan utama dalam hal ini.
Akhir Kekuasaan Raja Faisal
Kekuasaan Raja Faisal berakhir, ditandai dengan peristiwa pembunuhan yang
dilakukan oleh oleh Faisal bin Musaid terhadap Raja Faisal sehingga menewaskan raja.
Peristiwa tersebut terjadi pada 25 Maret 1975 saat terjadi pertemuan bilateral dengan menteri
perminyakan Kuwait.
Raja Faisal memasuki ruang kerja raja beberapa menit sebelum pukul 10:30 pagi.
Ahmed bin Abdul Wahab mendampingi Raja Faisal dan beberapa dari karyawan televisi yang
sedang mendokumentasikan kegiatan pertemuan antar negara ini. Raja Faisal bermaksud
menyambut dan memberikan jamuan untuk para delegasi Kuwait dan Ahmad Zaki Yamani.
Delegasi tersebut beserta Ahmad Zaki Yamani memasuki ruangan tanpa melewati proses
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
10
pemeriksaan keamanan dan identitas. Raja Faisal mengucapkan salam kepada para delegasi
dan menyambut dengan hangat. Mereka melakukan pembicaraan mengenai pengembangan
industri perminyakan.
Pada saat Raja Faisal melakukan pertemuan dengan pihak Kuwait, Faisal bin Musaid
memasuki ruangan begitu saja dengan memakai pakaian khas Arab. Faisal bin Musaid
sebenarnya tidak berkepentingan dan tidak memiliki janji dengan Raja Faisal. Faisal bin
Musaid menunggu di satu sisi ruangan tersebut. Setelah selesai pertemuan, melihat
keberadaan Faisal bin Musaid, Raja Faisal melakukan penghormatan juga kepada pangeran
muda tersebut. Raja Faisal mendekatinya dan memegang kepala Faisal bin Musaid dan
mencium kepala dan hidungnya yang merupakan penyambutan tradisional Keluarga Saud.
Kejadiannya begitu cepat, Faisal bin Musaid memasukkan tangannya kedalam saku
dan mengambil sepucuk senjata api dan menembakkannya ke arah Raja Faisal. Tiga butir
peluru berhasil ditembakkan Faisal bin Musaid ke tubuh Raja Faisal. Peluru pertama
ditembakkan Faisal bin Musaid ke kepala Raja Faisal sebelah kiri kepala di belakang telinga.
Setelah peluru pertama ditembakkan, Faisal bin Musaid memegang kepala Raja Faisal dan
menembakkan peluru kedua dan ketiga ke arah leher atau di sekitar dagu.
Raja Faisal jatuh dengan tubuh penuh darah. Ahmed bin Abdul Wahab yang telah
menganggap Raja Faisal sebagai ayahnya segera menyerang Faisal bin Musaid dan
menyingkirkan pistolnya. Pihak militer segera mengamankan Faisal bin Musaid. Sementara
itu pihak kerajaan segera bertindak cepat dan menghubungi rumah sakit pusat Riyadh. Raja
dibawa dengan mobil Ambulan menuju rumah sakit Riyadh. Sesampainya raja disana, para
dokter telah siap dengan alat dan memberikan tindakan awal berupa pemberian transfusi
darah dan memacu jantung Raja Faisal dengan alat pemacu jantung. Para dokter bekerja
selama satu jam lebih termasuk dengan mengeluarkan peluru-peluru yang masuk dalam tubuh
Raja Faisal dan tindakan medis lainnya.
Pada pukul 14:12 waktu Riyadh, Stasiun Radio Riyadh mengumumkan bahwa Raja
Faisal telah meninggal dunia. Penyiar yang bertugas menangis saat menyiarkan menjadi tanda
duka yang begitu mendalam bagi masyarakat Arab Saudi saat itu. Arab Saudi kehilangan
seorang pemimpin yang islami, modern, dan dekat dengan masyarakat. Seluruh Radio di Arab
Saudi mengganti siaran mereka dengan berita kematian Raja Faisal. Setelah pemberitaan
tersebut, seluruh Radio di Arab Saudi juga memutar suara pembacaan Al Quran.
Keadaan kota Riyadh seperti tidak ada kehidupan dan seperti kota yang mati.
Begitulah yang tertulis dalam salah satu surat kabar di Amerika Serikat. Masyarakat Arab
Saudi pulang ke rumah dalam keadaan lemas, seperti pulang dari kekalahan perang dan
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
11
mengalami trauma yang hebat. Semuanya merasa sedih seakan telah kehilangan anggota
keluarganya sendiri. Para penyair mempertunjukkan berbagai syairnya dalam ekspresi yang
berbeda dari biasanya. Mereka menunjukkan wajah yang sangat sedih dan mengucapkan
syairnya dengan lemah dan terbata-bata. Mereka menangis tersedu di bait kedua dan bait-bait
selanjutnya hingga mereka menyelesaikan syairnya.
Warga Jeddah bepergian dengan baju berkain panjang berwarna putih. Hal itu mereka
lakukan sebagai tanda duka atas meninggalnya pemimpin bangsa Arab sekaligus Islam yang
sangat mereka hormati. Sebagian besar masyarakat berkumpul, disusul kedatangan kepala-
kepala negara sahabat. Lebih dari 100.000 orang melakukan shalat Jenazah untuk tokoh
keemasan Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud1.
Kesimpulan
Raja Faisal menjalankan pemerintahannya 13 tahun. Pemerintahan tersebut
mencakup dua periode, yaitu periode saat menjadi putra mahkota yang mencakup sebagai
kepala pemerintahan selama 2 tahun (1962-1964), dan saat menjadi Raja selama hampir 11
tahun (1964-1975).
Selama memerintah, Raja Faisal mengeluarkan kebijakan dalam bidang politik dan
pemerintahan, bidang ekonomi, bidang sosial masyarakat dan budaya, dan bidang pendidikan
untuk mengembangkan negara Kerajaan Arab Saudi. Kebijakan dalam bidang politik dan
pemerintahan mencakup perbaikan birokrasi, pembuatan undang-undang dan pembentukan
kementerian-kementerian baru dalam lingkup dalam negeri. Kebijakan penentuan batas,
hubungan kerjasama bilateral dan kebijakan politik dunia dilakukan dalam lingkup politik
luar negeri. Dalam kebijakan ekonomi, Raja Faisal melakukan beberapa hal terkait
perekonomian Arab Saudi seperti pengelolaan sumberdaya alam dengan kebijakan konsesi
minyak dan gas, industrialisasi dengan perwujudan pembuatan pabrik-pabrik dan pusat
pelatihan industry serta lembaga keuangan industri, pertanian dan perdagangan diwujudkan
dalam kebijakan perluasan lahan pertanian, mengadakan pusat penelitian pertanian, dan
melakukan kesepakatan bilateral mengenai pertanian. Kebijakan dalam bidang ekonomi lain
dalam aspek pengembangan tingkat kesejahteraan adalah pembuatan lembaga pinjaman
berbungan lunak dan non-bunga. Dan yang terakhir dalam perwujudan kebijakan ekonomi
adalah adanya kebijakan rancangan perekonomian yang selama Raja Faisal memerintah telah
mencapai pembangunan tahap I yaitu hinga tahun 1975.
1 Robert Lacey (1981), Op.Cit., hlm. 521
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
12
Kebijakan dalam bidang sosial masyarakat dan budaya antara lain dalam aspek
transportasi dan perhubungan yaitu kebijakan pengadaan dan pembuatan infrastruktur pada
angkutan dasarat, laut dan udara. Dalam aspek kesehata, kebijakan yang diambil adalah
memperluas wilayah sosialisasi kesehatan dan pembuatan infrastruktur baru seperti klinik dan
rumah sakit baru. Dalam aspek pengembangan olahraga pada masa Faisal banyak dibentuk
lembaga-lembaga yang menaungi satu jenis olahraga khusus. Lalu dalam kebijakan yang
berhubungan dengan media yaitu memperkenalkan televisi membuat stasiunnya di beberapa
kota serta pengembangan radio. Kebijakan lain yang dilakukan Raja Faisal adalah dalam
bidang Pendidikan. Dimulai dari kebijakan umum Arab Saudi yang melakukan kesepakatan
dengan negara lain dalam aspek pendidikan. Pendidikan dasar dan menengah mendapatkan
infrastruktur baru dan penambahan jumlah guru. Pada kebijakan pendidikan dalam aspek
pendidikan tinggi Raja Faisal membuat universitas-universitas baru dan mengirimkan putra
terbaik Arab Saudi untuk belajar di negara maju. Dalam aspek pendidikan kejuruan, kebijakan
yang diambil adalah pembuatan sekolah pertanian dan industri. Aspek pendidikan khusus
diimplementasikan dalam kebijakan pembuatan lembaga An Nur yang mengurusi pendidikan
bagi masyarakat berkebutuhan khusus. Pendidikan bagi perempuan pun terus berkembang dan
mengalami peningkatan
Raja Faisal mengakhiri jabatannya pada tahun 1975 sebagai raja setelah terbunuh
akibat penembakan keponakannya sendiri, Faisal bin Musaid. Dugaan motif yang beredar
pada saat itu adalah antara lain dilatarbelakangi oleh balas dendam, konspirasi pihak asing,
ketidakpuasan terhadap pemerintahan, dan faktor ketidakstabilan mental seorang Faisal bin
Musaid. Faktor diatas yang paling menonjol adalah faktor balas dendam yang dipicu kematian
Khalid bin Musaid pada tahun 1966 karena memiliki korelasi yang empiris yaitu adanya
hubungan keluarga antara kakak-adik.
Saran
Setelah melakukan penelitian ini, saran bagi para peneliti yang ingin meneliti mengenai
Raja Faisal agar fokus pada kebijakan pendidikannya dan hubungannya dengan
pengembangan negara. Hal ini menarik dan mungkin saja pola yang mungkin dapat dipelajari
dari kebijakan pendidikan Raja Faisal dapat diterapkan atau diambil manfaatnya dalam
perjalanan pendidikan di Indonesia.
78
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
13
Daftar Referensi
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.
Al Rasheed, Madawi. A History of Saudi Arabia. Cambridge : Cambridge University Press,
2002.
Bowen, Wayne H.. The History of Saudi Arabia. London : Greenwood Press, 2008.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Gaury, Gerald De. Faisal : King of Saudi Arabia. Louisville : Fons Vitae, 2007.
Harper, Robert A.. Saudi Arabia (2nd Ed.). New York : Infobase Publishing, 2007.
Kostiner, Joseph. The Making of Saudi Arabia 1916-1936 : From Chieftaincy to Monarchial
State. New York : Oxford University Press, 1993.
Khaldun, Ibnu. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta : Pustaka Firdaus, 1986.
Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1981.
Long, David E. dan Bernard Reich, (Ed.). The Government and Politics of The Middle East
and North Africa. Oxford : Westview Press, 2002.
Maisel, Sebastian dan John A. Shoup, (Ed.). Saudi Arabia and the Gulf Arab States Today:
An Encyclopedia of Life in the Arab States. Westport : Greenwood Press, 2009.
Niblock, Tim dan Monica Malik. The Political Economy of Saudi Arabia. New York :
Routledge, 2007.
Niblock, Tim. Saudi Arabia : Power, Legitimacy and Survival. New York : Routledge, 2006.
Peterson, J. E.. Historical Dictionary of Saudi Arabia (2nd Ed). Oxford : Scarecrow Press,
Inc. 2003.
Rapar, Jan Hendrik. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius, 1996.
Reed, Jennifer. The Saudi Royal Family. New York : Infobase Publishing, 2007.
Sadat, Anwar. Tokoh-Tokoh Pemimpin yang Saya Kenal. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1987.
Said, Amin. King Faisal : Raja Saudi Pelayan Umat, Penentang Imperialisme. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar, 2014. Trans. Of Faishal Al-Azhim, 2008.
Sihbudi, M. Riza. Menyandera Timur Tengah. Jakarta : Mizan, 2007.
______________. Profil Negara-Negara Timur Tengah Buku Satu. Jakarta : Pustaka Jaya,
1995.
Sugono, Dendy. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa, 2008.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung :
Penerbit Tarsito, 1985.
Tucker, Spencer C. (Ed.). The Encyclopedia of The Arab-Israeli Conflict: A Political, Social
and Military History. California: ABC-CLIO, Inc. 2008.
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
14
Walizer, Michael H. dan Paul L. Wainer. Metode dan Analisis Penelitian : Mencari
Hubungan. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1986.
Weston, Mark. Prophets and Princes, Saudi Arabia from Muhammad to The Present. New
Jersey : John Wiley and Sons, Inc., 2008
Wynbrandt, James. A Brief History of Saudi Arabia. New York: Facts on File Inc., 2004.
Zuhur, Sherifa. Saudi Arabia. California : ABC CLIO, LLC., 2011.
Surat Kabar
“Arabia’s King Faisal Slain”. Boca Raton News 25 Maret 1975 : 3.
“Assassin Used ‘Lady gun’, Witnesses Pain Detail of King Faisal’s Murder”. Observer-
Reporter 29 Maret 1975 : 1
“Detailed Accout of King Faisal’s Slaying”. Pittsburgh Post-Gaxette 29 Maret 1975 : 2.
“Faisal’s Assassin May Have Killed to Avenge Father." Ottawa Citizen 26 Maret 1975 : 43.
“Faisal’s Death Creates Question.” Times-News 25 Maret 1975 : 2.
“King Faisal : Time’s Man of The Year.” The Montreal Gazette 30 Desember 1974 : 7.
“King Faisal Buried As Thousand Weep.” Herald-Tribune 27 Maret 1975 : 3.
“King Faisal Shot Dead in Palace.” The Sydney Morning Herald 26 Maret 1975 : 1.
“King Faisal’s Assassin Is Publisly Beheaded During Religious Celebration.” Gettysburg
Times 18 Juni 1975 : 1.
“King Faisal’s Assassin, Speedy Trial, Execute Expected.” Rome News-Tribune 27 Maret
1975 : 1.
“Man In The News, King Faisal.” Nashua The Telegraph 11 November 1964 : 6.
“Nephew Assassin is Publicly Beaheaded.” The Bryan Times 18 Juni 1975 : 1
“Prince to be Executed for King Faisal Murder.” The Bryan Times 18 Juni 1975 : 11.
“Religion Motivated King Faisal’s Assassin.” Lakeland Ledger 19 Juni 1975 : 5.
“Saudi Arabia’s King Faisal Assasinated.” Lodi News Sentinel 25 Maret 1975 : 1.
“Saudis Hold 15 Over King’s Death.” The Age 9 April 1975 : 6.
“Speedy Trial, Execution Expected.” Rome-Tribune 27 Maret 1975 : 1.
“The Kings Assassin.” The Southeast Missourian 2 April 1975 : 3.
Artikel Majalah
Aneka Komentar Tentang Alm Raja Faisal. (Vol. 176). Panji Masyarakat. Hal. 10.
Discover Plot Agains Saudi Arabia (Vol. 5). Executive Intelegence Review. Hal. 45-56.
Kekayaan Alamiah Saudi Arabia. (Vol. 171). Panji Masyarakat. Hal. 30.
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
15
Mideast Thinktanker Prince Faisal Murder on Kissinger (Vol. 3). Executive Intelegence
Review. Hal. 6-7.
Pembunuh Faizal Dihukum Mati. (Vol.178). Panji Masyarakat. Hal. 28.
Pendidikan di Saudi Arabia. (Vol. 734). Panji Masyarakat. Hal. 11-12.
Siapa Pembunuh Faisal yang Sebenarnya?. (Vol. 178). Panji Masyarakat. Hal. 27.
Jurnal
Arab Law Quarterly, Vol. 3, No. 3 (1993), hlm. 258-270 : The New Constitution : The
Kingdom of Saudi Arabia. http://www.jstor.org/stable/3381589. Diunduh pada tanggal
19 Mei 2014 Pukul. 11:18 WIB.
Edens, David G. dan William P. Snavely. Middle East Journal, Vol. 24, No. 1 (1970), hlm.
17-30 : Planning for Economic Development in Saudi Arabia.
http://www.jstor.org/stable/4324550. Diunduh pada tanggal 19 Mei 2014 Pukul 11 :
30 WIB.
Kavoussi, Rostam M.. Arab Studies Quarterly, Vol. 5, No. 1 (Winter 1983), hlm. 65-81 :
Economich Growth and Income Distribution in Saudi Arabia.
http://www.jstor.org/stable/41857655. Diunduh pada tanggal 19 Mei 2014 Pukul
11:27 WIB.
Majeher, Helmut. British Journal of Middle Eastern Studies, Vol.31. No.1 (May, 2004), hlm.
5-23 : King Faisal Ibn Abdul Aziz Al Saud in The Arena of World Politics : A Glimpse
From Washington, 1950 to 1971. http://www.jstor.org/stable/41445533. Diunduh pada
tanggal 27 Januari 2014 pukul 21:50 WIB.
MERIP Reports, No. 36 (April, 1975), hlm 29-30 : From Faisal to Fahd.
http://www.jstor.org/stable/3011446. Diunduh pada tanggal 27 Januari 2014 pukul 21
: 50 WIB.
Middle East Journal, Vol. 17, No. 1/2 (Winter –Spring, 1963), hlm. 161-162 : Ministerial
Statement of 6 November 1962 by Prime Minister Amir Faysal of Saudi Arabia.
http://www.jstor.org/stable/4323561. Diunduh pada tanggal 19 Mei 2014 Pukul 11:16
WIB.
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4
16
Ochsenwald, William. International Journal of Middle East Studies, Vol. 13, No. 3 (Agustus,
1981), hlm. 271-286 : Saudi Arabia and The Islamic Revival.
http://www.jstor.org/stable/162837, Diunduh pada tanggal 27 Januari 2014 pukul
21:51 WIB.
Reumann, Rolfs Meyer. Arab Law Quarterly, Vol. 10 No. 3. (1995) hlm. 207-237 : The
Banking System in Saudi Arabia. http://www.jstor.org/stable/3381355. Diunduh pada
tanggal 19 April 2014 Pukul 22:33 WIB.
Riddah, Mamdouh dan King Faisal. Journal of Palestine Studies, Vol. 3. No. 2. (Winter,
1974) hlm. 226-230 : King Faisal’s Attitude. http://www.jstor.org/stable/2535830.
Diunduh pada tanggal 27 Januari 2014 pukul 21:50 WIB.
Saleh, Mahmoud Abdullah Saleh. Higher Education, Vol. 15, No. 1/2 (1986, hlm. 17-23 :
Development of Higher Education in Saudi Arabia.
http://www.jstor.org/stable/3446739. Diunduh pada tanggal 19 Mei 2014 pukul. 22:53
WIB.
Sheaan, Victor. Foreign Affairs, Vol. 44. No. 2 (Januari, 1966), hlm. 304-313 : King Faisal’s
First Year. http://www.jstor.org/stable/20039166. Diunduh pada tanggal 21 Februari
2014 pukul 01:54 WIB.
Kekuasaan dan kejatuhan ..., Riyan Hidayat, FIB UI, 201 4