71
KEADILAN DALAM AL-QUR’AN (Analisis Kata Al-Qisth Pada Berbagai Ayat) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Alfionitazkiyah NIM: 1110034000005 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADITS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2014 M.

KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

KEADILAN DALAM AL-QUR’AN

(Analisis Kata Al-Qisth Pada Berbagai Ayat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Alfionitazkiyah

NIM: 1110034000005

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H./2014 M.

Page 2: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama
Page 3: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama
Page 4: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbutkti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 30 Oktober 2014

Alfionitazkiyah

Page 5: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala karunia dan

rahmat-Nya. Salawat teriring salam serta untaian kata-kata mutiara yang indah

senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. sehingga penulis

dapat menyelesaiakan penyusunan skripsi yang berjudul “Keadilan Dalam Al-

Qur’an (Analisis Kata Al-Qisth Pada Berbagai Ayat).”

Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa adanya orang-orang berjasa

dibelakang penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dan

Dekan Fakultas Ushuluddin.

2. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku ketua jurusan Tafsir-Hadis yang

telah mensahkan proposal skripsi. Dan juga kepada sekretaris jurusan

Tafsir-Hadis, Jauhar Azizy, MA., yang telah banyak sekali membantu

penulis agar skripsi ini menjadi baik.

3. Dr. Abdul. Moqsith, M.Ag, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan masukan dan saran agar skripsi ini menjadi layak untuk

ditampilkan.

4. Seluruh dosen program studi Tafsir-Hadis yang telah banyak memberikan

ilmu selama berkiprah di UIN Syarif Hidayatullah.

5. Kepada kedua orang tua, yang tercinta A. Malik dan Hj. Inayah, yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi, dan tiada hentinya berdoa

untuk kesuksesan anaknya.

Page 6: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

vi

6. Kepada orang terdekat penulis, Ilmawan Hikmansyah yang telah banyak

sekali membantu dan selalu memberikan motivasi.

7. Seluruh teman-teman Tafsir-Hadits, yang selalu memberikan

dukungannya.

8. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas, yang telah banyak membantu demi selesainya skripsi ini.

Akhirnya, penulis menyadari dengan wawasan keilmuan yang masih

sedikit, kurangnya referensi, dan rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan

skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, penulis telah berusaha menyelesaikan

skripsi ini sesuai dengan kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik

dari para pembaca sangat diperlukan sebagai bahan perbaikan penulisan ini.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi diri sendiri, dan

bagi orang lain yang membacanya. Serta memberikan pemahaman tafsir mengenai

Keadilan Dalam Al-Qur’an (Analisis Kata Al-Qisth Pada Berbagai Ayat).

Ciputat, 30 Oktober 2014

Alfionitazkiyah

Page 7: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Aksara

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

Huruf Arab Huruf Latin

th : ط a : ا

zh : ظ b : ب

‘ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : هـ s : س

, : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

Page 8: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

viii

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a : ā : ai

Kasrah : i : ī : au

Dhammah : u : ū

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam ( ) al-qamariyah ditrnsliterasikan sesuai

dengan bunyinya. Contoh:

: al-Baqarah : al-Māidah

b. Kata sandang yang diikuti dengan alif lam ( ) asy-syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di deoan dan sesuai

dengan bunyinya. Contoh:

: ar-Rajulu : as-Sayyidah

: asy-Syamsu : ad-Dārimī

c. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah (Tasydīd) dalam system aksara Arab digunakan lambang (),

sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

cara menggandakan huruf yang bertanda tasydīd. Aturan ini berlaku secara

umum, baik tasydīd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

: Āmannā billāh : Āman as-Sufahā’u

: Inna al-Ladzīna : wa ar-Rukka’i

Page 9: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

ix

ABSTRAK

Alfionitazkiyah

Keadilan Dalam Al-Qur’an (Analisis Kata Al-Qisth Pada Berbagai Ayat)

Latar belakang penulisan skripsi ini adalah ketertarikan penulis terhadap

pokok bahasan mengenai Keadilan Dalam Al-Qur’an (Analisis Kata Al-Qisth

Pada Berbagai Ayat), mengingat bahwa al-qisth merupakan bagian dari sifat

manusia yang harus selalu ditegakkan kepada siapapun dan kapanpun. Karena

sifat ini memiliki dampak yang sangat positif bagi orang yang menegakkannya.

Kajian skripsi ini merupakan kajian pustaka dengan metode pembahasan

yang bersifat deskriptik-analitik, yakni menggambarkan dan menguraikan data-

data penafsiran al-Qur’an tentang materi bahasan yang didapat dari berbagai

macam sumber bacaan yang primer dan sekunder.

Sumber-sumber utama dari bahan-bahan kajian ini diambil dari lima kitab

tafsir al-Qur’an, seperti Mafātih Al-Ghaib karya Fakhruddīn Ar-Rāzī, Ruh Al-

Ma’ānī fī Tafsīr Al-Qur’an Al-’Azhīm wa As-Sab’ Al-Matsānī karya Al-Ālūsī, Al-

Kasysyāf karya az-Zamakhsyarī, At-Tahrīr wa At-Tanwīr karya Ibn ’Āsyūr, dan

Al-Mīzān fi Tafsīr Al-Qur’an karya Thabāthabāi’.

Temuan yang didapat dari hasil penelitian mengenai Keadilan Dalam Al-

Qur’an (Analisis Kata Al-Qisth Pada Berbagai Ayat) adalah bahwa setiap kata di

dalam al-Qur’an memiliki makna khusus tersendiri. Ada dua kata yang bermakna

adil di dalam al-Qur’an yaitu al-‘adl dan al-qisth. Kata al-qisth memiliki dua

makna, pertama, bermakna adil dan kedua, bermakna menyimpang. Serta

beberapa objeknya, yaitu al-qisth adalah sifat orang yang berilmu, al-qisth

terhadap anak yatim, al-qisth dalam jual-beli, al-qisth dalam melerai pertikaian,

al-qisth terhadap orang-orang non muslim.

Selanjutnya, penulisan skripsi ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan untuk memperluas wawasan intelektual pembaca dan memperkaya

khazanah ilmu-ilmu keislaman.

Page 10: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 6

C. Tujuan Penulisan ............................................................... 7

D. Metodologi Penulisan ........................................................ 7

E. Tinjauan Pustaka ............................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 10

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KEADILAN ....................... 11

A. Definisi Keadilan Secara Bahasa....................................... 11

B. Definisi Keadilan dari Berbagai Disiplin Ilmu .................. 16

C. Term Keadilan dalam Al-Qur’an....................................... 18

D. Urgensi Keadilan ............................................................... 23

BAB III OBJEK AL-QISTH DALAM AL-QUR’AN ............................ 25

A. Term Al-Qisth dalam Al-Qur’an ....................................... 25

B. Objek Al-Qisth dalam Al-Qur’an ...................................... 36

1. Al-Qisth adalah Sifat Orang yang Berilmu ................. 37

2. Al-Qisth terhadap Anak Yatim ................................... 40

3. Al-Qisth dalam Jual-Beli ............................................ 44

Page 11: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

xi

4. Al-Qisth dalam Melerai Pertikaian ............................. 48

5. Al-Qisth terhadap Orang-Orang Non Muslim ............ 52

BAB IV PENUTUP ................................................................................ 56

A. Kesimpulan ........................................................................ 56

B. Saran .................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 58

Page 12: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup bersama dalam suatu

komunitas masyarakat dengan jangka hidup waktu yang lama. Mereka saling

berinteraksi dan melakukan tindakan yang menghasilkan timbal balik kepada

sesamanya. Sehingga tidak mustahil terjadi konflik sosial1 di antara mereka.

Sehingga dapat memunculkan tindakan-tindakan yang menyimpang dari nilai-

nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dianggap tidak sesuai dengan

akhlak yang terpuji. Dalam menindak lanjuti penyimpangan tersebut masyarakat

tidak harus main hakim sendiri melaikan harus adanya keadilan yang ditegakkan

dalam mengatasi penyimpangan tersebut. Oleh karenanya keadilan dalam suatu

komunitas masyarakat sangatlah penting untuk selalu ditegakkan.2

Sikap adil adalah suatu tindakan/akhlak yang sangat terpuji dan bahkan

harus selalu ditegakkan dalam berbagai aspek kehidupan. Di dalam al-Qur‟an pun

aspek yang banyak dipaparkan adalah aspek akhlak, yaitu aspek yang mengatur

hubungan makhluk kepada Allah seperti firman-Nya dalam Q.S. Ash-Shaffāt

[37]:159-160, Q.S. Asy-Syūra [42]:05 dan Q.S. Al-Muzammil [73]:09, hubungan

sesama mannusia sebagaimana tertulis di dalam Q.S. Al-Baqarah [02]:83 dan Q.S.

An-Nisā [04]:86 dan hubungan kepada lingkungan sebagaimana tertulis di dalam

Q.S. Al-An‟ām [06]:38. Dari tiga aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa

1 Konflik sosial adalah bagian dari interaksi social yang bersifat asosiatif. Konflik atau

pertentangan diartikan sebagai sebuah bentuk interaksi yang ditandai ole keadaan saling

mengancam, menghancurkan, melukai, atau melenyapkan. Hal ini terjadi di dalam dinamika

masyarakat. Lihat Tri Sunarti, Sosiologi, (Sukoharjo: Graha Multi Grafiko, 2007), h. 41 2 Niniek Sri Wahyuni dan Yusniati, Manusia dan Masyarakat, (Jakarta: Ganeca Exact,

2004), h. 23

Page 13: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

2

manusia sebagai mkhluk ciptaan-Nya diharuskan untuk selalu bergaul dengan

apapun dan siapapun yang disebut habl minallah dan habl minannās.

Dari dua macam interaksi tersebut manusia lebih banyak menghabiskan

waktu hidupnya berinteraksi dengan sesamanya (habl minannās). Oleh karenanya

al-Qur‟an telah menjelaskan tentang tata cara manusia bersikap kepada manusia

lainnya. Di antaranya adalah dengan berbuat ihsan (baik), jujur, tolong-menolong,

tenggang rasa, saling menghormati, adil dan lain-lain. Dari beberapa sikap/sifat

yang telah tersebut ada salah satu sifat yang sulit dilakukan yaitu sifat adil. Tidak

semua orang dapat berlaku adil kepada sesamanya, meskipun orang tersebut ingin

berlaku adil.

Keadilan adalah sesuatu yang abstrak. Sulit untuk diungkapkan dan

dideskripsikan. Terkadang keadilan dikaitkan dengan hukum. Keadilan dapat

dimaknai memberikan sesuatu kepada setiap anggota masyarakat sesuai dengan

haknya yang harus diperolehnya tanpa diminta; tidak berat sebelah atau tidak

memihak kepada salah satu pihak; mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana

yang benar dan mana yang salah, bertindak jujur dan tetap menurut peraturan

yang telah ditetapkan. Keadilan merupakan nilai-nilai kemanusiaan asasi dan

menjadi pilar bagi berbagai aspek kehidupan, baik individual, keluarga, dan

masyarakat. Ibn Qudamah mengatakan bahwa keadilan merupakan sesuatu yang

tersembunyi, motivasinya semata-mata karena takut kepada Allah Swt.3

Adil juga termasuk satu kata yang mudah diucapkan, tetapi berat untuk

ditegakkan. Kata ini berbentuk kata benda tetapi maknanya adalah kata kerja.

Sehingga mengindikasikan adanya perintah untuk menegakkan dan berlaku adil

3 Abdul „Azis Dahlan, et. al., (eds), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, (Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1996), h. 25

Page 14: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

3

kepada setiap orang. Kata adil juga sering dimaknai “menempatkan sesuatu pada

tempatnya”.4

Adapun orang-orang yang adil yang mengurus urusan orang-orang muslim

dan menunaikan hak-haknya, maka mereka kelak akan mendapatkan derajat yang

tinggi dan kegembiraan yang besar. Mereka akan berada di menara-menara

cahaya di sisi kanan Rabb ar-Rahmān. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan

oleh „Abdullah bin „Amr bin al-„Ash ra.5

Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah akan berada di atas

menara-menara cahaya di sebelah kanan Rabb yang Rahmān, dan kedua

tangan-Nya di sebelah kanan orang-orang yang adil di dalam menetapkan

hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam kepemimpinannya. Sedangkan

dalam suatu riwayat ditambahkan; “Nabi Muhammad bersabda: dan

keduanya adalah tangan kanan (kebaikan)”.6

Hadits di atas menerangkan bahwa Nabi menjamin orang-orang yang

berbuat adil akan berada di sisi Allah. Nabi pun menerangkan bahwa orang-orang

yang berbuat adil yang dijamin adalah mereka yang selalu menegakkan keadilan

dengan mengunakan term al-qisth. Dalam Q.S. An-Nisā‟ [04]:03 Allah juga

menggunkan kata al-qisth untuk menerangkan keadilan seorang wali terhadap

anak yatim yang berada dibawah tanggungannya.

4 Maksud dari arti tersebut adalah menempatkan yang hak pada tempatnya yang hak dan

sesuatu yang batil pada tempatnya yang batil. 5 Yusuf Abdullah Daghfaq, Berbuat Adil Jalan Menuju Bahagia, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1992), h. 58 6Abū „Abdurrahmān bin Syu‟aib bin „Alī an-Nasā‟i, Sunan An-Nasāi Al-Musamma Al-

Mujtaba, Kitab Al-Qudhah, Bab fadhl al-hakīm al-„ādil fī hukmih, No. Hadits 5389, (Bairūt:Dārul

Hadīts, 1889), h. 235

Page 15: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

4

Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian

jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang

saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya.7

Asbāb al-nuzūl ayat ini adalah bahwa ada seorang anak yatim perempuan

yang cantik dan memiliki harta yang banyak. Ia berada di bawah tanggungan

walinya. Wali anak yatim tersebut menyukai akan kecantikan dan hartanya yang

melimpah. Sehingga ia ingin menikahinya tetapi sang wali tidak mau memberikan

mahar baginya. Bahkan tujuan sang wali ingin mengambil/menikmati kekayaan

dari harta yang dimiliki anak yatim tersebut tanpa mengelolahnya. Menurut al-

Thabarī kata adil yang pertama bermakna adil bagi seorang wali anak yatim dalam

bemberikan hak-hak yang harus didapatkan anak yatim tersebut dari harta yang

dimilikinya dengan mengelolahnya sebaik-baiknya.8 Sedangkan makna adil yang

kedua adalah keadilan dalam bemberikan nafkah batin, waktu/giliran dan kasih

sayang yang sama terhadap istri-strinya.9

Dari tafsiran ayat di atas secara eksplisit dapat dikatakan bahwa aspek

yang dibahas dengan menggunakan term al-„adl adalah bersifat batiniyah atau

immateri (abstrak). Sedangkan aspek yang dibahas dengan menggunakan term al-

qisth bersifat indrawi/lahiriyah.

7 Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

8Abū Ja‟far Muhammad bin Jarīr At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fī Ta‟wīl Al-Qur‟an. Jilid 3,

(Mesir: Al-Maktabah At-Taufiqiyyah. 2004), h. 242 9 At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fī Ta‟wīl Al-Qur‟a, Jilid 3, h. 531

Page 16: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

5

Di dalam Q.S. Al-Anbiyā‟[21]:47 Allah juga menggunakan term al-qisth

untuk menjelaskan hukuman-Nya kepada mkahluk-Nya sesuai dengan amalan

yang pernah diperbuatnya.

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka

Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu)

hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan

cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.10

Pada ayat ini Allah berfirman dengan menggunakan term al-qisth. Al-

Baidhawī berpendapat bahwa keadilan yang maksud dari ayat ini adalah Allah

akan memberikan hukuman atau balasan sesuai dengan lembaran amalan-amalan

yang pernah dilakukan oleh seorang hamba. Allah akan menimbang semua

amalan yang pernah diperbuatnya maupun yang baik atau yang buruk dengan adil

pada hari kiamat. Yakni setiap amalan yang ditimbang tidak akan dikurangi atau

dilebihkan. Sehingga tidak ada seorang pun yang akan dizalimi. Setiap jiwa akan

menerima hukumannya masing-masing sesuai amal perbuatannya semasa

hidupnya.11

Dari ayat-ayat al-Qur‟an dan hadīts di atas, diketahui bahwa keadilan

disebut dengan menggunakan term al-qisth dan seluruh ungkapannya bermakna

adil. Dan di dalam al-Qur‟an juga telah jelas sekali bahwa Allah sangat mencintai

orang-orang yang berbua adil dengan sebutan muqsithīn dan bukan dengan lafaz

‟ādilīn. Ini mengindikasikan bahwa derajat lafaz qisth lebih tinggi dari pada lafaz ‟adl.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini penting untuk dikaji lebih lanjut

10

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 11

Nāshiruddīn Abī Sa‟īd ‟Abdullah bin ‟Umar bin Muhammad as-Syairāzī al-Baidhawī,

Anwar At-Tanzīl wa Asrār At-Ta‟wīl, (Mesir: Al-Maktabah At-Taufiqiyah, t.t), h. 89

Page 17: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

6

dengan judul skripsi KEADILAN DALAM AL-QUR’AN (Analisis Kata Al-

Qisth pada Berbagai Ayat).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembahasan tentang kata adil (al-qisth) sangat banyak dan luas aspek-

aspek yang terkait dengannya. Seperti berlaku adil ketika menjadi seorang

pemimpin, menegakkan hukum, melerai dua orang yang bertikai sehingga tidak

memihak pada salah satu dari keduanya, memelihara harta orang lain dan harta

anak yatim, adil kepada non muslim, berdagang/jual-beli dalam menentukan

timbangan, berlaku adil terhadap anak adopsi, menjadi saksi, dan sifat adil juga

menjadi identitas orang yang berilmu.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas pembatasan masalah yang akan

dibahas hanya menyangkut beberapa aspek yaitu sifat adil yang menunjukkan

identitas orang yang berilmu, berlaku adil terhadap anak yatim, adil dalam

berdagang/jual-beli, melerai orang yang bertikai, dan adil kepada non muslim.

Pembatasan ini betujuan agar pembahasan tentang al-qisth (adil) lebih

fokus dan tidak keluar dari tema yang dibahas dari aspek-aspek yang telah

diidentifikasi dengan mengkaitkannya kepada ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits yang

berkaitan dengannya, namun tidak terlepas dari penafsiran dan penjelasan al-

Qur‟an dan hadits.

Sedangkan rumusan masalah dalam penulisan ini menggunakan model

pertanyaan yang berguna untuk menjawab pokok permasalahan dan menunjukkan

arah pemahaman yang benar.

1) Bagaimana pemahaman term al-qisth dalam al-Qur‟an?

Page 18: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

7

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pokok permasalahn yang telah disebutkan di atas, maka

tujuan penulisan ini yaitu:

1. Mengetahui penjelasan tentang definisi al-qisth dalam al-Qur‟an,

bentuk-bentuk kalimat al-qisth yang digunakan al-Qur‟an pada ayat-

ayatnya, serta macam-macamnya.

2. Mengetahui dan memahami term al-qisth dalam al-Qur‟an dengan

menggunakan penafsiran dari para mufassir tentang ayat-ayat yang

terkait, dan untuk mendapatkan penjelasan tentang objek-objek yang

dikaji dalam al-Qur‟an dengan menggunakan kata al-qisth.

3. Secara akademis, penelitian ini bertujuan untuk memberikan konstribusi

ilmiah dalam khazanah keilmuan Islam, khususnya dalam bidang Al-

Qur‟an. Penulisan ini juga menjadi salah satu bacaan bagi pembaca

yang ingin mendalami wawasan al-Qur‟an, khususnya mengenai

masalah al-qisth. Selain itu bertujuan untuk melengkapi tugas akhir

kuliah sebagai persyaratan dalam rangka meraih gelar Sarjana Agama

(S.Ag).

D. Metodologi Penulisan

Kajian penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan

kualitatif dengan menggunakan teknik library research (kepustakaan), yaitu

dengan mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada

kaitannya dengan pembahasan penulis. Sebagai data primer penulis merujuk pada

kitab-kitab tafsir karya beberapa mufassir diantaranya kitab Mafātīh Al-Ghaib

karya Fakhruddīn Ar-Rāzī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-‟Azhīm wa As-

Page 19: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

8

Sab‟ Al-Matsānī karya Al-Ālūsī, Al-Kasysyāf karya az-Zamakhsyarī, At-Tahrīr wa

At-Tanwīr karya Ibn ‟Āsyūr, dan Al-Mīzān fi Tafsīr Al-Qur‟an karya

Thabāthabāi‟. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang dicari dari sumber-

sumber kepustakan berupa kitab-kitab tafsir, buku-buku, majalah, artikel, dan

lain-lain. Sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

Pedoman Akademik Strata 1 yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2010,

dan pedoman transliterasi mengikuti Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan

Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta (Edisi Revisi), Cetakan kedua, Mei

tahun 2011.

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitik. Metode deskriptif adalah suatu metode yang bermaksud untuk

menggambarkan data-data dalam menguji dan menjelaskan sebuah hipotesis

untuk menjawab pertanyan dari suatu permasalahan. Sedangkan analitik yaitu

sebuah tahapan untuk menguraikan data-data yang telah terkumpul dan tersusun

secara sistematis. Jadi, metode deskriptif analitik adalah sebuah metode

pembahasan untuk menerapkan data-data yang telah tersusun dengan melakukan

kajian terhadap data-data tersebut.

E. Tinjauan Pustaka

Pembahasan tentang adil dalam berbagai literatur cukup banyak. Namun

dari berbagai literatur tersebut belum ditemukan pembahasan kata al-qisth secara

detail atau secara tematik. Bahkan, terkadang kata al-qisth masuk dalam

pembahasan al-„adl atau keadilan. Kata keadilan kadang pula berkaitan dengan

hukum, baik hukum Islam atau pun hukum Negara yang disebut Undang-Undang

Page 20: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

9

Dasar (UUD). Sejauh yang bisa diketahui belum ditemukan bahasan kata al-qisth

secara mendalam.

Beberapa pembahasan yang terkait dengan adil adalah:

1. Berbuat Adil Jalan Menuju Bahagia karangan Yusuf Abdullah Daghfaq yang

diterbitkan oleh Gema Insani Press tahun 1992. Buku ini membahas tentang

sifat adil yang harus dilakukan oleh seorang ulil amri (pemimpin) dan balasan

dari Allah bagi orang yang berlaku adil, serta balasan bagi orang yang berbuat

zalim.

2. Konsep Adil Dalam Poligami (Analisis Perspektif Hukum Islam dan Undang-

Undang No.1 tahun 1974) ditulis oleh Abdul Khoir Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Skripsi ini membahas

sikap adil yang harus dilakukan oleh seorang suami ketika ia melakukan

poligami yang bertumpu pada hukum Islam dan hukum Negara. Sifat adil

yang dituntut pada pembahasan ini adalah adil kepada anak dan istri dalam

pembagian waktu berkumpul bersama keluarga.

3. Analisis Konsep Adil Berpoligami Perspektif Hukum Islam ditulis oleh Nuri

Faat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2007. Skripsi ini hampir sama dengan skripsi di atas hanya saja sifat adil yang

dibahas pada skripsi ini adalah keadilan yang harus dilakukan oleh seorang

suami ketika dia berpoligami yang bertumpu pada hukum Islam.

Dari beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas belum ada yang

mengkaji keadilan dalam al-Qur‟an; analisis kata al-qisth pada berbagai ayat. Hal

ini yang penting untuk dikaji. Posisi penulisan ini mencoba untuk membuat

wacana baru yang belum dikaji dari beberapa penelitian sebelumnya.

Page 21: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

10

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun menggunakan sistematika bab per bab. Kemudian

pembahasan dijelaskan dalam sub-sub bab. Bab pertama berisi pendahuluan, yang

terdiri dari sub-sub bab yang menjelaskan latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan.

Pada bab kedua penulis paparkan tentang kajian teoritis tentang keadilan,

yang terdiri dari beberapa sub bab yang menjelaskan tentang definisi keadilan

secara bahasa, definisi keadilan dari berbagai disiplin ilmu, term keadilan dalam

al-Qur‟an dan urgensi keadilan.

Pada bab ketiga penulis memaparkan tentang inti dari pembahasan yang

ingin penulis bahas yaitu objek al-qisth dalam al-Qur‟an, yang terdiri dari dua sub

bab yang menerangkan term al-qisth dalam al-Qur‟an dan al-qisth dalam al-

Qur‟an terdiri dari lima sub-sub bab yaitu al-qisth terhadap orang-orang non

muslim, al-qisth terhadap anak yatim, al-qisth dalam melerai pertikaian, al-qisth

adalah sifat orang yang berilmu, dan al-qisth dalam jual-beli.

Pada bab keempat ini berupa penutup. Pada bab ini penulis menarik

kesimpulan dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dan

juga menulis saran-saran. Pada akhir penulisan ini adalah Daftar Pustaka, yaitu

paparan buku-buku yang dipakai untuk menjadi rujukan penulisan dalam

penulisan skripsi ini.

Page 22: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

11

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG KEADILAN

A. Definisi Keadilan Secara Bahasa

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keadilan diartikan sama berat;

tidak berat sebelah; dan tidak memihak.12

Artinya tidak melebihi atau mengurangi

dari pada yang sewajarnya. Berpihak dan berpegang pada kebenaran.13

Seperti

halnya seorang pemimpin yang menegakkan hukum kepada rakyatnya. Seorang

pemimpin yang adil adalah yang menghukum rakyatnya yang berbuat salah dan

membebaskan rakyatnya yang tidak bersalah. Dalam kasus ini pemimpin tersebut

telah berlaku adil karena menempatkan kebenaran dan keburukan sesuai

tempatnya. Di dalam al-Qur‟an Allah ta‟ala pun telah berfirman bahwa jika

seseorang yang hendak menetapkan hukum maka tetapkanlah dengan adil.

Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,

banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang

kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu)

diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari

mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun.

dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara

itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang adil.14

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

pustaka, 2005), h. 4 13

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:

Modern Englidh Press, 2002), h. 12 14

Q.S Al-Māidah [05]:42 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 23: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

12

Khitab ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Jika orang-orang

tersebut (kaum Yahudi) datang kepada Nabi dan memintanya untuk menegakkan

hukum di dalam perselisihan yang terjadi di antara mereka, maka tetapkanlah

hukum atau tinggalkanlah (tidak perduli). Ini adalah pilihan bagi Nabi dalam

menghadapi perselisihan kaum Yahudi. Jika Nabi mengabaikannya-tidak

menuruti kamauan mereka-maka hal itu tidak akan memudaratkan Nabi walaupun

mereka melakukannya, karena Allah akan selalu menjaganya. Namun jika Nabi

tidak mengabaikannya, maka Allah menyuruhnya untuk menegakkan hukum

dengan adil-dengan tidak menerima suap-karena Allah menyukai orang-orang

yang berbuat adil dan Allah akan selalu menjaga diri mereka dari hal-hal yang

bersifat haram.15

Keadilan bukan hanya ditegakkan dalam hal kepemimpinan saja. Namun

banyak aspek yang berkaitan dengannya. Salah satunya adalah menjadi seorang

saksi. Seperti dalam kasus persaksian bagi wanita/istri yang berbuat zina. Jika ada

seseorang yang berkata bahwa wania/istri tersebut berzina, maka harus dihadirkan

saksi baginya untuk membenarkan atau menyalahkan persaksiannya.

Sebagaimana firman Allah Swt.

15

Dalam kitab Ma‟ālim At-Tanzīl diterangkan bahwa ayat ini menjelaskan tentang hukum

yang ditegakkan oleh kaum Yahudi yaitu oleh Ka‟ab bin Asyrāf dan koalisinya, mereka selalu

menerima suap dan menetapkan hukum untuk orang yang telah menyuapnya. Artinya mereka

memenangkan orang yang telah menyuap mereka. Dalam hal ini mereka adalah orang-orang suka

mendengarkan perkataan dusta dan memakan sesuatu yang haram yaitu suap. Pandangan mereka

pura-pura buta terhadap kebenaran sehingga mereka meninggalkan perselisihan yang sebenarnya

terjadi. Lihat Ahmad Mushthafâ Al-Maraghī, Tafsīr Al-Marāghī, (Kairo: Maktabah Mushthafâ,

1946), h. 120

Page 24: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

13

Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji16

hendaklah

ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian

apabila mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka

(wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau

sampai Allah memberi jalan lain kepadanya.17

Bagi orang yang dihadirkan sebagai saksi harus berlaku adil dengan

memberikan persaksian yang benar dan tidak berdusta. Sehingga persaksiannya

tidak memberatkan salah satu pihak. Sebagaiman firman Allah Swt.

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.18

Arti “hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan

(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil” mengindikasikan bahwa

ada dua perkara yang tersirat. Pertama, mengagungkan Allah atas perintah-

16

Perbuatan keji: menurut jumhur mufassirin yang dimaksud perbuatan keji ialah

perbuatan zina, sedang menurut Pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti : zina,

homo sek dan yang sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan Mujahid yang dimaksud dengan

perbuatan keji ialah musahaqah (homosek antara wanita dengan wanita). 17

Q.S. An-Nisā [04]:15 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 18

Q.S. Al-Māidah [05]:08 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 25: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

14

perintah-Nya dan kedua, saling mengasihi terhadap sesama makhluk ciptaan

Allah. Dan lafaz (menjadi saksi dengan adil) adalah lafaz yang

menjelaskan perkara yang kedua. Yaitu saling mengasihi terhadap sesama

makhluk. Ar-Rāzī menjelaskan bahwa tidak boleh saling mengasihi dalam hal

persaksian dikarenakan karabat atau keluarganya, dan tidak boleh menghalang-

halangi pengajuan kesaksian yang dilakukan oleh musuh-musuh dan lawan-

lawannya.19

Firdaus al-Hisyam dan Drs. Rudy Hariyono berpendapat bahwa kata adil

diartikan just, fair, impartial, rightful, lawful, honest (secara pantas, adil, tidak

berat sebelah, berdasarkan keadilan, hukum yang sah, lurus hati).20

Dalam kamus

Cambridge kata fair berarti treating everyone in the same way, so that no one has

an advantage (perbuatan seseorang dengan cara yang sama, sehinnga tidak ada

seorang pun mendapatkan keuntungan).21

Maksud dari definisi tersebut adalah

bahwa tidak ada salah satu yang merasa diuntungkan dan yang lain dirugikan,

melainkan keduanya mendapatkan kepuasaan dan kerelaan dari sebuah keputusan

dan keputusannya pun tidak berat sebelah.

Pengertian di atas sejalan dengan pengertian yang telah dirumuskan dalam

hukum Islam bahwa adil adalah “mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik

dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat

19

Ar-Rāzī, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Musytahir bi At-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-

Ghaib, Jilid 6, h. 184 20

Firdaus al-Hisyam dan Rudy Hariyono, Kamus Lengkap 3 Bahasa: Arab Indonesia

Inggris, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 523 21

Cambridge University, Cambridge School Dictionary, (New York: Cambridge

University Press, 2008), h. 273

Page 26: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

15

sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Adil juga berarti “berpihak atau

berpegang kepada kebenaran.”22

Berlaku adil sangat terkait dengan hak dan kewajiban. Hak yang dimiliki

seseorang, termasuk hak asasi wajib diperlakukan secara adil. Hak dan kewajiban

terkait pula dengan amanah, sedangkan amanah wajib diberikan kepada yang

berhak menerimanya/ditunaikan. Oleh karena itu hukum yang didasarkan sifat

amanah harus ditetapkan secara adil tanpa diiringi rasa benci dan sifat negatif

lainnya yang dapat merugikan salah satu dari dua pihak.23

Sebagaimana firman

Allah Swt. dalam Q.S. Al-Maidah [05]:08.

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.24

Ayat ini menceritakan kaum Yahudi pada perang Khaibar. Ketika itu

Rasulullah mendatangi mereka untuk membantu meringankan pajak yang harus

mereka keluarkan. Akan tetapi mereka bertekad untuk membunuh Nabi. Sehingga

turunlah ayat ini sebagai nasihat kepada Nabi agar tetap berlaku adil kepada suatu

kaum dan larangan untuk berbuat curang (tidak berbuat adil) yang disebabkan rasa

benci yang terdetik di hati karena perbuatan mereka ke Nabi.25

Oleh karena itu

Allah melarang hamba-hambanya untuk berbuat curang (tidak adil) kepada orang

lain yang disebabkan oleh kebencian.

22

Dahlan, et. al., (eds), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, h. 25 23

Dahlan, et. al., (eds), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, h. 25 24

Q.S. Al-Maidah [05]:08 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 25

„Abdurrahmān Jaluddīn as-Suyūthī, Al-Dur Al-Mantsūr fī Tafīr Al-Ma‟tsūr, (Bairūt:

Dārul Fikr, 2009), h. 35

Page 27: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

16

B. Definisi Keadilan dari Berbagai Disiplin Ilmu

Keadilan adalah tindakan yang selalu diinginkan oleh setiap elemem

masyarakat di setiap Negara. Tanpa keadilan kehidupan akan goyah. Karena

seseorang akan bersikap sewenang-wenang dan semenah-menah terhadap

terhadap yang lainnya. Terkadang keadilan tidak hanya berkutik dalam ranah

hukum saja. Jika dilihat dari berbagai disiplin ilmu pengertian keadilanpun akan

berbeda-beda.

Dalam ilmu sosial keadilan didefinisikan dengan adanya keseimbangan

dan pembagian yang proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga Negara

yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi, politik, pengetahuan, dan

kesempatan. Definisi lain dari keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan

pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau

golongan tertentu.26

Dalam ilmu tasawuf keadilan didefinisikan dengan seseorang harus

mendapatkan haknya dan memberikan kewajibannya. Dalam hal ini, yaitu

mendamaikan perselisihan antara orang yang menzalimi dengan orang yang

terzalimi.27

Karena kewajiban setiap muslim adalah menegakkan amr ma‟ruf nahi

munkar. Sehingga ketika ia melihat kemunkaran/kezaliman, ia wajib melerainya.

Berbeda halnya dalam ilmu hadīts keadilan diartikan sebagai sifat yang

tertancap dalam jiwa seseorang untuk senantiyasa bertakwa dan memelihara harga

diri. Menjauhi dosa besar seperti syirik, sihir, membunuh, memakan riba,

26

Komaruddin Hidayat dan Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education), 6 cet, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 187 27

Muhammad Yusūf Mūsa, Falsafah Al-Akhlāqiyah fī Al-Islām, (Mesir: Muassasah Al-

Khānajī, 1963), h. 162

Page 28: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

17

memakan harta anak yatim, melarikan diri sewaktu perang berkecamuk, menuduh

zina wanita-wanita baik-baik, menyakiti kedua orang tua dan mengaharapkan

kehalalan di al-Bait al-Haram dan menjauhi dosa kecil seperti mengurangi

timbangan sebiji, mencuri sesuap makanan, serta menjauhi perkara-perkara

mubah yang dinilai mengurangi harga diri.28

Sedangkan dalam ilmu filsafat menurut Aristoteles (dikutip dari Ibn

Maskawaih) keadilan terbagi menjadi tiga macam yaitu:

1. Keadilan yang dilakukan seorang hamba keada tuhannya. Dalam hal

ini seseorang mengerjakan secara terus-menerus perkara yang telah

diperintahkan/diwajibkan tuhan kepada hamba-Nya.

2. Keadilan yang bersifat komutatif. Yaitu keadilan yang mengatur

hubungan antara satu orang dengan yang lainnya dalam menegakkan

hak-hak tiap individu. Seperti dalam menghormati kepala

negara/pemimpin, menunaikan amanat dan menunaikan janji dalam

bermu‟amalah. Keadilan ini lebih menuntut agar semua orang

menepati apa yang telah dijanjikannya.

3. Kedilan yang ditegakkan setiap orang dalam hal hutang-piutang dan

wasiat. Keadilan yang harus mereka tegakkan adalah dengan

membayarkan hutangnya dan menjalankan wasiatnya.29

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah

suatu tindakan seseorang untuk menunaikkan hak dan kewajiban terhadap orang

28

Muhammad „Ajaj Al-Khatib, Ushūl Al-Hadīts. Penerjemah H.M Nur Ahmad Musyafiq,

(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 203. 29

Kāmil Muhammad Muhammad „Araidhah, Ibn Maskawaih Mazāhib Akhlāqiyah,

(Bairūt: Dārul Kutub Al-‟Ilmiyah, t.t.), h, 287.

Page 29: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

18

lain. Jika hal ini dapat tercapai maka kehidupan pun akan berjalan damai dan

sejahtera.

C. Term Keadilan dalam Al-Qur’an

Al-Qur‟an adalah firman Allah Swt. yang terdiri dari susunan berbagai

macam kosakata. Banyaknya kosakata tersebut disesuaikan dengan teks dan

konteksnya. Oleh karena itu cukup banyak pula beberapa kosakata yang memiliki

arti yang sama. Hal inilah yang menjadi perdebatan para mufassir, karena ada

anggapan bahwa kosakata yang terdapat di dalam al-Qur‟an memiliki sinonim.

Ada pula mufassir yang berpendapat bahwa tidak ada sinonimitas di dalam al-

Qur‟an.

‟Aisyah binti Syāthī menolak adanya sinonimitas kata di dalam al-Qur‟an.

Menurutnya setiap kata memiliki arti dan makna tersendiri. Sehingga antara satu

kata dengan kata lainnya tidak memiliki kesamaan makna. Di dalam kitab Al-

Burhān fī ‟Ulūm Al-Qur‟an dijelaskan bahwa ada beberapa kata yang dianggap

mutaradif (sinonim).30

Seperti kata adil. Di dalam al-Qur‟an banyak kata yang

semakna dengannya namun berbeda lafaznya yaitu kata ‟adl dan qisth.

30

Adapun beberapa kata yang dianggap memiliki sinonim kata seperti kata al-khauf, di

dalam al-Qur‟an kata ini disebutkan sebanyak 125 kali dengan berbagai derivasinya. Kata al-khauf

berarti takut dan lafaz lain yang satu arti dengannya kurang lebih ada 8 kata, yaitu kata al-

khasyyah, ar-ru‟bah, ar-ruhbah, wajala, asy-syafaqah, hadzara, ar-rau‟u. Kata-kata tersebut

memiliki makna yang sama dengan kata al-khauf. Lihat Mannā‟ al-Qaththān, Mabāhits fī ‟Ulūm

Al-Qur‟an, (Riyadh: Dārul Rasyīd, t.t), h. 204

Kata lain yang dianggap memiliki sinonim adalah kata al-bukhl yang berarti pelit, kikir,

atau bakhil. Di dalam al-Qur‟an kata al-bukhl disebutkan sebanyak 12 kali pengulangan dengan

berbgai macam derivasinya. Kata-kata yang memiliki arti sama dengannya seperti qatara, al-syuh,

dan dhanīn. Lihat „Abdul Bāqī, Al-Mu‟jam Al-Mufahrās li Alfādz Al-Qur‟an Al-Karīm, h. 115 dan

246

Page 30: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

19

Kata al-‟adl bermakna al-istiwā‟ ( ) “suatu keadaan yang

sama/lurus.”31

Makna ini berarti menetapkan hukum dengan benar. Jadi orang

yang adil adalah seseorang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan

ukuran yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kata al-‟adl memiliki

makna ”persamaan”, dan inilah makna asal kata al-‟adl yang menjadikan

pelakunya tidak berpihak kepada salah satu.32

Sehingga ia hanya menegakkan

keadilan terhadap orang yang bersalah sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan

di dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah. Menurut pendapat al-Raghib al-Ashfahani

dalam kitabnya Al-Mufradāt fī Gharīb Al-Qur‟an mngatakan bahwa pengertian term

„adl adalah انعدانح وانعدنح : نفظ قرض يع انساواج.33

Kata al-‟adl disebutkan di dalam al-Qur‟an sebanyak 28 kali pengulangan

dengan berbagai derivasinya. Salah satunya terdapat pada Q.S. al-Nisā [04]:129.

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu

cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain

terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri

(dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.34

Kata ‟adl pada ayat ini diartikan ‟sama‟ . Menurut al-Baidhawī35

kata ‟adl

pada ayat ini adalah tidak condong sedikitpun kepada salah satu istri sebagaimana

31

Abū al-Husain Ahmad bin Fāris bin Zakariyā, Mu‟jam Maqāyis Al-Lughah, (T.tp:Dārul

Fikr, t.t), h. 246 32

Dahlan, et. al., (eds), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, h. 5 33 Abu al-Qāsim al-Husain bin Muhammad (ar-Rāgib al-Ashfahānī), Al-Mufradāt fī

Gharīb Al-Qur‟an, (T.tp, Maktabah Nazār Mushthafâ al-Bāz, t.t), h. 422 34

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 35

Al-Baidhawī, Anwār At-Tanzīl wa Asrār At-Ta‟wīl, h. 309

Page 31: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

20

yang dilakukan oleh rasulullah dengan menbagikan bagiannya/haknya terhadap

para istrinya ”Ya Allah, inilah pembagianku yang aku mampu, maka janganlah

Engkau cela aku pada sesuatu yang Engkau mampu dan tidak aku mampu." (Abu

Daud berkata; yaitu hati).36

Hal ini mengindikasikan bahwa rasul membagi hak dan kewajiban kepada

para istrinya dengan adil dalam hal kasih sayang. Begitupun yang dimaksud ayat

ini bahwa jika seorang suami memiliki dua istri maka hendaklah ia berlaku adil

dengan semampunya, tidak condong berbuat baik kepada salah satunya dan

membenci yang lainnya. Rasulullah bersabda ”Barangsiapa yang memiliki dua

orang istri kemudian ia cenderung kepada salah seorang diantara keduanya,

maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan sebelah badannya

miring."37

Dapat disimpulkan bahwa makna kata ‟adl berkaitan dengan sesuatu

yang bersifat immateri yaitu bersifat abstrak dan keadilan dengan menggunakan

term al-‟adl sangat sulit untuk dilakukan. 38

Sedangkan kata al-qisth ( ) yang terdiri dari tiga huruf yaitu qāf, sīn

dan tha‟ adalah kosa kata bahasa arab yang berbentuk masdar yang memiliki dua

makna yang berbeda.39

Berdasarkan derivasinya, kata al-qisth memiliki dua

36

Diriwayatkan oleh „Āisyah Dalam kitab Sunan Abu Daud

Lihat

Abū Dāud bin al-Asy‟ats as-Sijistānī al-Adzdī, Sunan Abī Dāud, Jilid I, Kitab Al-Nikāh, bab fī

Al-Qism baina An-Nisā‟, No. Hadits 2134 (Indonesia: Maktabah Risunkur, t.t ), h. 24237

Diriwayatkan Abu Hurairah dalam kitab Sunan Abu Daud

Lihat Abū Dāud, Sunan

Abī Dāud, Jilid I, Kitab Al-Nikāh, bab fī Al-Qism baina An-Nisā‟, No. Hadits 2133, h. 24238

Dahlan, et. al., (eds), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, h. 6 39

Al-Husain, Mu‟jam Maqāyīs Al-Lughah, h. 86

Page 32: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

21

makna pokok yang bertentangan yaitu (adil dan menyimpang).40

Menurut as-Sya‟rāwī kata al-qisth yang bermakna adil berasal dari kata

sedangkan yang bermakna menyimpang berasal dari kata

41

Asal makna al-qisth adalah al-nashīb yaitu bagian. Makna pertama adalah

keadilan dan makna kedua adalah mengambil bagian orang lain. Menurut al-

Raghib al-Ashfahanī maksud dari makna al-qisth yang kedua adalah kecurangan.

Sedangkan kata al-qisth yang bermakna adil berasal dari bentuk tsulatsī mazīd

dari kata bermakna “memberikan bagian orang lain” yang berarti

bertindak secara proporsional. Seperti kalimat bermakna“seorang laki-

laki telah berlaku curang” dan bermakna “seorang laki-laki telah

berlaku adil.”42

Kata al-qisth yang bermakna menyimpang terdapat dalam Q.S Al-Jin

[72]:14-15 wa minnā al-qasithūn ( = dan ada (pula) di antara kami

yang menyimpang dari kebenaran) dan wa ammā al-qasithūn ( =

dan adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran). Kata al-qisth pada

dua ayat tersebut berbentuk isim fā‟il dari tsulatsī mujarrad. Asal katanya adalah

. Kata ini sangat

bertentangan dengan kata al-qisth yang bermakna adil yang berasal dari kata

40

Ahmad bin Muhammad bin „Alī al-Muqrī al-Fayyūmī, Al-Mishbah Al-Munīr, (Bairūt:

Dārul Kutub al-„Ilmiyah, 1994), h. 503 41

.Muhammad Mutawallī Asy-Sya‟rāwī, Tafsīr Asy-Sya‟rāwī, Jilid 4, (T.tp.: Dar at-

Tafiqiyyah li at-Turats, t.t.), h. 30 42

Nasaruddin Umar, et. al, (eds), Ensiklopedia Al-Qur‟an Kajian Kosakata, (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), h. 775

Page 33: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

22

walaupun makna keduanya berbeda namun berasal dari satu suku kata.43

Di dalam kitab tafsir Mafātih Al-Ghaib diterangkan bahwa kata al-qisth bermakna

adil digunakan untuk menerangkan sifat orang-orang mukmin dan orang-orang

yang berilmu, dan juga dalam hal mu‟amalah. Sedangkan kata al-qisth bermakna

menyimpang menerangkan tentang sifat orang-orang kafir karena mereka selalu

menyimpang dari kebenaran, sifat orang-orang musyrik yang berbuat zalim, dan

termasuk sifat para jin.44

Dalam kamus Al-Munawwir kata al-qisth memiliki banyak arti. Secara

etimologi kata al-qisth ( ) an-nashīb artinya bagian dan ada

beberapa makna yang semakna dengannya. Seperti al-qisth dapat bermakna

( ) al-miqdār artinya kadar, jumlah, ( ) al-mīzān artinya neraca,

timbangan, ( ) ar-rizq artinya rezeki, ( ) an-najm artinya angsuran,

cicilan.45

Elias A. Elias dan Edwar E. Elias mengartikan kata al-qisth adalah fair

and square46

(dengan jujur).47

Di dalam kitab Tāj Al-‟Ārūs diterangkan bahwa kata al-qisth digunakan

untuk menerangkan keadilan yang terkait tentang pembagian saja

ا (bila memutuskan perkara mereka memutuskannya

dengan adil, bila mereka membagi mereka membaginya dengan merata) artinya

43

Abu al-Fadhl Jamāluddīn Muhammad bin Mukrim, Lisānul „Arab, (Bairut: Dār Shādar,

t.t.), h. 377 44

Muhammad ar-Rāzī Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: At-Tafsīr Al-Kabīr wa

Mafātīh Al-Ghaib, (Bairūt: Dārul Fikr, 1985), h. 160 45

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Qāmūs „Arabī-Indūnisī, (Yogyakarta:

Pustaka Progresif, 1984), h. 1202 46

Elias A. Elias dan Edwar E. Elias, Qāmūs Al-Ilyās Al-„Ashrī Injilīzī-„Arabī, (Bairūt:

Dārul Jīl, 1974), h. 256 47

Peter Salim, M.A., Adavced English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modern English

Press, 1991), h. 822

Page 34: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

23

apabila mereka membagi (sesuatu) mereka membaginya dengan adil.48

Sedangkan

kata al-‟adl digunakan untuk menegakkan keadilan secara lurus, sesuai dengan

hukum syar‟i, seperti hukum qishās, jinayāt, dan sebagainnya. Adanya persamaan

dalam memberikan balasan/ganjaran. Jika hal itu baik, maka katakan baik dan jika

hal itu buruk, maka katakan buruk.49

D. Urgensi Keadilan

Keadilan adalah ambisi orang-orang yang berakal, tujuan orang-orang

bijak dan sasaran yang ingin dicapai oleh semua orang yang normal. Tanpa

keadilan kehidupan akan menjadi goncang, timbangan akan terbalik dan ukuran

akan meleceng. Jika keadilan tidak ditegakkan, maka akan banyak orang-orang

yang kuat berlaku sewenang-wenang terhadap orang yang lemah, dan orang yang

zalim akan berlaku semenah-menah terhadap orang yang merdeka.50

Oleh sebab

48

Hadits ini diriwayatkan oleh Abū Mūsa dalam kitab Musnad Ahmad bin Hanbal

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far Telah menceritakan kepada kami

'Auf dan Hammad bin Usamah telah menceritakan kepadaku 'Auf dari Ziyad bin Mikhraq dari Abu

Kinanah dari Abu Musa ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri diatas pintu

ka'bah dan disana ada orang-orang dari bangsa Quraisy. Kemudian beliau bersabda seraya seraya

memegang dua sisi pintu: "Adakah orang lain dika'bah ini selain orang quraisy?" maka

dikatakanlah, "Ya, wahai Rasulullah, yaitu si Fulan anak saudara perempuan kami." Maka beliau

bersabda: "Anak dari saudara perempuan suatu kaum adalah termasuk dari kaum itu." kemudian

melanjutkan bersabda: "Sesungguhnya urusan ini akan senantiasa di tangan orang-orang Quraisy

selama sikap mereka, bila dimintai belas kasihan, mereka mengasihi, bila memutuskan perkara

mereka memutuskannya dengan adil, bila mereka membagi mereka membaginya dengan merata.

Barangsiapa yang tidak melakukan itu diantara mereka, maka baginya laknat Allah, para malaikat

dan manusia seluruhnya. Dan tidak akan diterima darinya baik amalan wajib maupun amalan

sunnahnya." 49

Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husainī al-Zabidī, Tāj Al-„Ārūs min Jawir Al-

Qāmūs, (Bairūt: Dārul Kutub al-„Ilmiyah, 2007), h. 257 50

Yusuf, Berbuat Adil Jalan Menuju Bahagia, h.57

Page 35: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

24

itu sangat penting rasa keadilan untuk selalu ditegakkan. Banyak manfaat dari

ditegakkannya keadilan yaitu;

1. Masyarakat akan hidup damai, sejahtera, dan tentram.

2. Tidak adanya kecemburuan antar individu.

3. Tidak adanya pertentangan antara orang yang mengadili dengan orang

yang diadili dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan hukum.

4. Tidak adanya kesenjangan social dan disintegrasi dalam masyarakat.

5. Tidak adanya perpecahan antar masyarakat disebabkan perbedaan suku,

ras, dan budaya.

6. Segala tindakan masyarakat akan berjalan berdasarkan norma-norma dan

nilai-nilai yang berlaku.

Keadilan sangatlah penting serta dibutuhkan baik di suatu komunitas

ataupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab jika tanpa adanya

keadilan maka tidak akan terwujud pemerintahan yang baik, serta tidak akan

terwjud persatuan dan kesatuan bangsa.51

51

Medhy Putra, “Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Sebagai Upaya Menghadapi Konflik Di Berbagai Wilayah NKRI.” Artikel diakses pada 27

November 2014 dari http://Medhyputra.wordpress.com/2011/06/16/Keterbukaan-dan-Keadilan-

dalam-Kehidupan-Berbangsa-dan-Bernegara-Sebagai-Upaya-Menghadapi-Konflik-Di-Berbagai-

Wilayah-nkri/

Page 36: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

25

BAB III

OBJEK AL-QISTH DALAM AL-QUR’AN

Firman-firman Allah yang terdapat di dalam al-Qur‟an terdiri dari berbagai

macam pola-pola kalimat dan kosakata. Terkadang dalam satu pembahasan Allah

menjelaskan kata yang sama namun menggunakan berbagai macam kosa kata.

Seperti kata pelit. Di dalam al-Qur‟an kata pelit tidak diartika dengan satu kosa

kata tetapi dengan berbagai macam kata seperti qatara, bukhl, al-syuh, dan

dhanīn. Perbedaan kosakata yang digunakan menjadi salah satu sebab terjadinya

perbedaan objek-objek yang dibahas pada setiap ayatnnya. Begitu pula yang

terjadi pada kata adil. Allah tidak hanya menggunakan satu kosakata untuk

mengartikan kata adil. Ada beberapa kosakata yang dapat memaknainya dalam

bahasa arab, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya salah satunya

adalah al-qisth.

Term al-qisth tidak hanya membahas satu objek kajian. Term ini juga

terkait dengan beberapa objek keadilan lainnya. Di antara beberapa objek

pembahasannya adalah adil adalah sifat orang yang berilmu, adil dalam

memelihara harta anak yatim, adil dalam transaksi jual-beli, adil dalam melerai

pertikaian, dan adil terhadap orang-orang non muslim.

A. Term Al-Qisth dalam Al-Qur’an

Di dalam al-Qur‟an ada beberapa kosa kata arab yang bermakna adil.

Seperti kata al-„adl dan al-qisth. Menurut pendapat al-Raghib al-Ashfahani dalam

kitabnya Al-Mufradāt fī Gharīb Al-Qur‟an mengatakan bahwa keadilan dengan

menggunakan term qisth diartikan: انصة تانعدل (bagian atau yang dibagikan

Page 37: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

26

secara adil).52

Menurut Imam al-Ghazali (dalam bukunya Al-Maqshad fī Syarh

Asma' Allah Al-Husnâ), kata al-muqsith berarti memenangkan/membela orang

yang teraniaya/terzalimi dari orang yang menganiaya/menzalimi. Maksud dari

pengertian tersebut adalah dengan menggabungkan/menyatukan keridhaan dari

orang yang terzalimi dengan keridhaan orang yang menzalimi. Sehingga

keduanya merasa rela, sama-sama puas dan senang dengan hasil yang diperoleh.53

Jika dipahami dari definisi ini maka dapat dikatakkan bahwa keadilan yang

dimaksud adalah keadilan yang dapat menyenangkan kedua belah pihak dan tidak

ada yang merasa teraniaya.

Kata al-qisth di dalam al-Qur‟an, dengan berbagai derivasinya disebut

sebanyak 25 kali di dalam 22 ayat dan 15 surat. Dalam bentuk mashdar

disebutkan sebanyak 15 kali, dalam bentuk isim tafdhīl disebut 2 kali, dalam

bentuk fi‟il mudhāri‟ disebut 2 kali, dalam bentuk fi‟il amr disebut 1 kali, dalam

bentuk isim fā‟il disebut sebanyak 5 kali, 2 dalam bentuk tsulatsī dan 3 kali dalam

bentuk mazīd. Berbagai derivasinya terdapat di beberapa surat sebagaimana

tercantum pada tabel.54

No. Kosa kata Jumlah Surat No.

Sur Ayat Mk Md

1 2 3 4 6 7 8

1 2 An-Nisā 4 3 Md

Al-Mumtahanah 60 8 Md

52

Abu al-Qāsim, Al-Mufradāt fī Gharīb Al-Qur‟an, h. 521 53

Abū Hāmid al-Ghazalī, Al-Maqshad fī Syarh Asma' Allah Al-Husna, (Bairūt: Dār al-

Kutub al-„Ilmiyah, t.t), 112 54

Muhammad Fuād „Abdul Bāqī, Al-Mu‟jam Al-Mufahrās li Alfadz Al-Qur‟an Al-Karīm,

(Mesir: Dārul Hadīts, 1364), h. 544-545

Page 38: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

27

2 1 Al-Hujurāt 49 9 Md

3 2 Al-Jinn 72 14 Mk

Al-Jinn 72 15 Mk

4 2 Al-Baqarah 2 282 Md

Al-Ahzāb 33 5 Md

5 3

Al-Māidah 5 42 Md

Al-Hujurāt 49 9 Md

Al-Mumtahanah 60 8 Md

6 11

„Ālī „Imrān 3 18 Md

„Ālī „Imrān 3 21 Md

An-Nisā 4 127 Md

An-Nisā 4 135 Md

Al-Māidah 5 8 Md

Al-Māidah 5 42 Md

Al-An‟ām 6 152 Md

Al-A‟rāf 7 29 Mk

Yūnus 10 4 Mk

Yūnus 10 47 Mk

Yūnus 10 54 Mk

Page 39: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

28

Hūd 11 85 Mk

Al-Anbiyā‟ 21 47 Mk

Ar-Rahmān 55 9 Md

Al-Hadīd 57 25 Md

Kata al-qisth dalam bentuk mashdar disebutkan sebanyak 15 kali dengan

kata Seperti yang terdapat pada Q.S. Yunus [10]:04.

Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang

benar daripada Allah, Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada

permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali

(sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang

yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. dan untuk

orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih

disebabkan kekafiran mereka.55

Pada ayat ini, huruf “ba” pada lafaz kembali kepada lafaz

yang menerangkan bahwasanya Allah akan memberikan balasan bagi orang yang

telah berbuat adil dan berbuat zalim/kufur dengan adil. Orang yang semasa

hidupnya berlaku adil tidak berbuat zalim dan suka mengerjakan amal-amal

sholeh, maka Allah balas mereka pada hari pembalasan dengan pahala yang besar.

Berlaku adil yang dimaksud adalah berbuat adil dalam segala perkara karena

keadilan yang kuat bagaikan kemusyrikan yaitu sebuah kezaliman yang besar, dan

55

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 40: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

29

adil adalah sikap untuk mengalahkan kezaliman. Sedangkan bagi orang yang

berlaku kufur kepada Allah, maka akan dibalas dengan sebuah siksaan yang besar

pula yaitu diberikannya minuman berupa air yang sangat panas serta azab yang

pedih. Oleh karena itu sangat beruntunglah bagi orang-orang yang berlaku adil

dan selalu menegakkannya selama hidupnya.56

Balasan yang Allah berikan kepada makhluknya adalah sesuai dengan

amalan mereka masing-masing. Allah tidak akan memberatkan/menzalimi

makhluknya, karena Allah adalah yang Maha Adil dan pasti akan menempatkan

timbangannya dengan seadil-adilnya pada hari kiamat. Sebagaiman firman Allah

pada Q.S. Al-Anbiyā‟[21]:47

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka

Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu)

hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan

cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.57

Pada ayat ini Allah berfirman dengan menggunakan term al-qisth. Al-

Baidhawī berpendapat bahwa keadilan yang maksud dari ayat ini adalah Allah

akan memberikan hukuman atau balasan sesuai dengan lembaran amalan-amalan

yang pernah dilakukan oleh seorang hamba. Allah akan menimbang semua

amalan yang pernah diperbuatnya maupun yang baik atau yang buruk dengan adil

pada hari kiamat. Yakni setiap amalan yang ditimbang tidak akan dikurangi atau

dilebihkan. Sehingga tidak ada seorang pun yang akan dizalimi. Setiap jiwa akan

56

Al-Baidhawī, Anwār At-Tanzīl wa Asrār At-Ta‟wīl, h. 546 57

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 41: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

30

menerima hukumannya masing-masing sesuai amal perbuatannya semasa

hidupnya.58

Kemudian kata al-qisth dalam bentuk fi‟il mudhāri‟ mazīd yaitu tuqsithū

( ) terdapat pada dua surat yaitu Q.S. Al-Nisā [04]:03 dan Q.S. Al-

Mumtahanah [60]:08.

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)

mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang Berlaku adil.59

Ayat ini menjelaskan tentang sikap orang-orang mukmin kepada orang-

orang kafir. Asbab an-nuzul ayat ini menceritakan tentang Asmā‟ binti Abī Bakr.

Kejadian ini terjadi pada masa Jahiliyah. Ketika itu ibunya yang bernama Qatīlah

Ibnah ‟Abdul ‟Uzzá ia adalah seorang wanita musrik datang dan membawa hadiah

untuk Asmā‟ sebuah keju dan minyak samin. Namun Asmā‟ menolaknya sambil

berkata : ” Aku tidak mau menerima hadiah dari mu, dan janganlah kamu

memasuki rumahku sampai rasulullah mengizinkannya”. Kemudian ‟Āisyah

melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Saw. hingga turunlah ayat ini.60

Allah

58

Al-Baidhawī, Anwar At-Tanzīl wa Asrār At-Ta‟wīl, h. 89 59

Q.S. Al-Mumtahanah [60]:08 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 60

Dari riwayat Az-Zubair

، قال: ثا يصعة ، قال: ثا هازو ت يعسوف، قال: ثا تشس ت انسس حدث يحد ت إتساهى األاط

ت ثاتد، ع عه عايس ت عثد اهلل ت انزتس، ع أته، قال: زند ف أساء تد أت تكس، وكاد نها أو ف

هح اتح عثد انجاههح قال نها قر ، فقاند: ال اقثم نك هدح، وال ذدخه عه انعزي، فأذرها تهداا وصاب وأقط وس

ه وسهى، فأزل اهلل) ال ه وسهى فركسخ ذنك عائشح نسسىل اهلل صه اهلل عه هاكى حر أذ زسىل اهلل صه اهلل عه

نى قاذهىك انر (انهه ع قسط ( ... إن قىنه:) ان ى ف اند lihat At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fī Ta‟wīl

Al-Qur‟an, Jilid 15, h. 68

Page 42: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

31

memerintahkan untuk berbuat baik dan berbuat adil kepada orang-orang diluar

agama Islam yang tidak memerangi orang-orang mukmin dalam hal agama dan

juga tidak mengusirnya dari kampung-kampungnya.

Di dalam agama Islam adanya kebebasan untuk memeluk agama lain dan

tidak memaksa penganut lain untuk memeluk agama Islam. Islam juga

menganjurkan untuk saling tenggang rasa dan saling menghormati kepada

penganut lainnya. Selama penganut lain tidak melakukan kezaliman pada umat

muslim, maka tidak diizinkan bagi umat muslim untuk berbuat zalim kepada

mereka. Bahkan Allah menganjurkan untuk saling berbuat baik dan adil.

Kata al-qisth dalam bentuk fi‟il al-amr mazīd yaitu aqsithū ( Kata

ini hanya disebut satu kali, yaitu pada Q.S. Al-Hujurāt [49]:09.

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu

melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar

Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.

kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan

hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang

yang Berlaku adil.61

Pada ayat ini, Allah menyuruh kepada kaum mukmin untuk berlaku adil

dalam menyelesaikan dan mendamaikan dua orang beriman yang sedang

61

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 43: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

32

berperang. Adil yang dimaksud dalam ayat ini adalah dalam menegakkan hukum

kepada dua kaum dengan tidak condong kepada salah satu dari keduanya.62

Kata al-qisth dalam bentuk isim fā‟il tsulatsī mujarrad yaitu al-qāsithūn

( ) terdapat pada dua ayat dalam Q.S al-Jin [72]:14-15 yang bermakna

menyimpang (bengkok =اعىجاج).

Dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang taat dan ada

(pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang

yang taat, Maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka

mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.63

Menurut imam as-Syaukanī kata al-muslimūn bermakna orang-orang yang

beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Sedangkan kata al-qasithūn bermakna

orang-orang yang menyimpang lagi berbuat zalim yang menjauhkan dirinya dari

jalan kebenaran dan lebih condong mendekati jalan kebatilan. Bagi orang-orang

yang beriman maka mereka telah memilih jalan yang benar artinya mereka telah

menyengaja dirinya untuk selalu mendapatkan petunjuk. Sedangkan bagi orang-

orang yang telah menyimpang dari kebenaran maka mereka menjadi bahan bakar

bagi api neraka.64

Kata al-qisth dalam bentuk isim tafdhīl disebutkan sebanyak 2 kali dengan

kata aqsathu ( ). Seperti dalam Q.S. Al-Ahzab [33]:05.

62

Abū Ja‟far Muhammad bin Jarīr At-Thabarī, Jāmi‟ Al-Bayān fī Ta‟wīl Al-Qur‟an,

(Bairūr: Dārul Fikr, 1978), h. 82 63

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 64

Muhammad bin „Alī bin Muhammad as-Syaukanī, Fathul Qadīr Al-Jāmi‟ baina

Fannai Ar-Riwāyah wa Ad-Dirāyah min ‟Ilm Al-Tafsīr, (Bairūt: Dārul Ma‟rifah, 1997), h. 377

Page 44: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

33

Panggilah mereka dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah

yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-

bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu

seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa

yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja

oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.65

Ayat ini menerangkan tentang penisbatan nama wali dari seorang anak

angkat.66

Dalam kitab Al-Muntakhab dijelaskan bahwa dengan menisbatkan nama

seorang anak angkat kepada nama ayah kandungnya menunjukkan sikap adil.

Bahkan lebih adil dari pada menisbatkannya kepada nama ayah angkatnya. Dapat

dikatakan bahwa adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Penisbatan

ini dapat menunjukkan bahwa panggilan anak anggkat sesuai dengan nama

ayahnya dan bukan kepada yang lainnya. Jika ayah kandungnya tidak diketahui

65

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 66

Asbāb an-nuzūl ayat ini menceritakan tentang Zaid bin Hāritsah. Suatu hari pamannya

bertemu dengannya di kota Mekkah dalam keadaan sibuk. Kemudian ia bertanya tentang namanya,

ayahnya, ibunya. Kemudian Zaid menjawab pertanyaan tersebut bahwa nama ayahnya adalah

Haritsah bin Syarahil al-Kalbi dan ibunya bernama sa‟adi dari bani thayyi. Lalu pamannya

merangkulnya dan mengantarnya ke saudara laki-lakinya serta kaumnya. Kemudian mereka

mengajak Zaid dan bertanya: “milik siapakah engkau?,” Zaid menjawab: “milik Muhammad bin

„Abdullah,” kemudian kaum tersebut mendatangi Rasulullah, dan berkata: “Zaid adalah anak

kami, maka kembalikanlah ia kepada kami”, nabi menjawab: “serahkan kepada Zaid, jika ia

memilih kalian maka bawalah”. Lalu nabi berjalan menuju Zaid dan bertanya: “apakah kamu

mengenal mereka ?,” Zaid menjawab: “ya, ini adalah ayahku, saudaraku, dan pamanku.” Lalu nabi

bertanya: “milik siapakah engkau selama ini?” Zaid menjawab sambil menangis: “mengapa

engkau bertanya seperti itu kepada ku?”, nabi menjawab: “karena lebih baik bagimu jika engkau

mencintai mereka maka kembalilah kepada mereka, namun jika engkau ingin tetap bersama ku,

maka engkau tahu bagaimana diriku.” Zaid menjawab: “Aku tidak dapat memilih siapapun

diantara kalian”, kemudian pamannya menariknya sambil berkata: “Zaid pilihlah ayah dan

pamanmu berdasarkan kepatuhan”, Zaid menjawab: “Wallahi jika berdasarkan kepatuhan, maka

aku lebih mencintai nabi Muhammad dibandingkan aku bersama kalian”. Maka mulai saat itu Zaid

tetap dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad. Lihat Syamsuddīn al-Qurthūbī, Al-Jāmi‟ li

Ahkām Al-Qur‟an, (Riyādh: Dār ‟Ālim al-Kutub, 2003), h. 295-296

Page 45: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

34

maka boleh penisbatan itu kepada orang tua angkatnya dan tidak ada dosa

baginya. Apabila telah diketahui, namun orang tua angkat menyengaja tetap

menisbatkan namanya kepada anak angkatnya maka ia berdosa. Dengan

melakukan hal tersebut sungguh ia telah berbuat zalim (tidak adil).67

Kata al-qisth dalam bentuk isim fā‟il mazid disebutkan sebanyak 3 kali

yaitu terdapat di dalam Q.S. Al-Māidah [05]:42, Q.S. Al-Hujurāt [49]:09, dan

Q.S. Al-Mumtahanah [60]:08 dengan kata al-muqsithīn ( ).

Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,

banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang

kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu)

diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka, jika kamu berpaling dari

mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun.

dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara

itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang adil.68

Ayat ini menerangkan tentang sikap Nabi Muhammad Saw. dalam

menegakkan hukum kepada kaum Yahudi. Menurut al-Ālūsī makna dari kata

sammā‟ūna lilkadzib adalah orang-orang yang suka mengajak kepada sesuatu

yang batil dan suka mengada-adakan berita. Sehingga dapat dikatakan bahwa

mereka adalah orang-orang suka berbohong. Kata akkālūna lissuht adalah orang-

orang yang suka memakan sesuatu yang haram yaitu mereka memperoleh harta

67

Muhammad Ahmadī Abū an-Nūr, Al-Muntakhab fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-Karīm, (Mesir:

Lajnah Al-Qur‟an wa Al-Sunnah, 1986), h. 623 68

Q.S. Al-Māidah [05]:42 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 46: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

35

mereka dengan cara yang haram. Pada ayat ini makna haram menggunakan kata

suht karena yang dimaksud ayat ini adalah suap.69

Khitab ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Jika orang-orang

tersebut (kaum Yahudi) datang kepada Nabi dan memintanya untuk menegakkan

hukum di dalam perselisihan yang terjadi di antara mereka, maka tetapkanlah

hukum atau tinggalkanlah (tidak perduli). Ini adalah pilihan bagi Nabi dalam

menghadapi perselisihan kaum Yahudi. Jika Nabi mengabaikannya-tidak

menuruti kamauan mereka-maka hal itu tidak akan memudaratkan Nabi walaupun

mereka melakukannya, karena Allah akan selalu menjaganya. Namun jika Nabi

tidak mengabaikannya, maka Allah menyuruhnya untuk menegakkan hukum

dengan adil-dengan tidak menerima suap-karena Allah menyukai orang-orang

yang berbuat adil dan Allah akan selalu menjaga diri mereka dari hal-hal yang

bersifat haram.70

69

Dalam kitab Sunan Al-Kubra lī Al-Baihaqī

70 Dalam kitab Ma‟ālim At-Tanzīl diterangkan bahwa ayat ini menjelaskan tentang hukum

yang ditegakkan oleh kaum Yahudi yaitu oleh Ka‟ab bin Asyrāf dan koalisinya, mereka selalu

menerima suap dan menetapkan hukum untuk orang yang telah menyuapnya. Artinya mereka

memenangkan orang yang telah menyuap mereka. Dalam hal ini mereka adalah orang-orang suka

mendengarkan perkataan dusta dan memakan sesuatu yang haram yaitu suap. Pandangan mereka

pura-pura buta terhadap kebenaran sehingga mereka meninggalkan perselisihan yang sebenarnya

terjadi. Lihat Al-Maraghī, Tafsīr Al-Marāghī, h. 120

Page 47: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

36

B. Objek Al-Qisth dalam Al-Qur’an

Pada bab pertama telah dijelaskan beberapa objek yang menggunakan term

al-qisth di dalam al-Qur‟an. Di bawah ini adalah kolom objek-objek yang dibahas

al-Qur‟an dengan menggunakan term al-qisth.

No. Objek Surat dan Ayat

1. Adil terhadap anak yatim Q.S. an-Nisā [04]:03 dan

127

2. Adil terhadap orang-orang non muslim

Q.S. al-Mumtahanah

[60]:08 dan Q.S. al-

Māidah [05]:42

3. Adil dalam mendamaikan perselisihan Q.S. al-Hujurat [49]:09

4. Adil sebagai penulis dan memberikan

persaksian Q.S. al-Baqarah [02]:82

5. Adil terhadap anak adopsi Q.S. al-Ahzāb [33]:05

6. Adil sebagai identitas orang yang berilmu Q.S. „Ālī ‟Imrān [03]:18

7. Adil dalam menegakkan amr ma‟ruf Q.S. „Ālī ‟Imrān [03]:21

8. Adil dalam menyempurnakan takaran dan

timbangan

Q.S. al-An‟ām [06]:152,

Q.S. Hūd [11]:85 dan

Q.S. ar-Rahmān [55]:9

9. Adil dalam memberikan keputusan

Q.S. Yūnus [10]:47 dan

54

10. Keadilan Allah

Q.S. Yūnus [10]:04

Q.S. al-Anbiya [21]:47

11. Perintah menegakkan keadilan

Q.S. an-Nisā [04]:135,

Q.S al-Māidah [05]:08,

Q.S. al-A‟rāf [07]:29 dan

Q.S. al-Hadīd [57]:25

12. Menyimpang dari agama Q.S. al-Jinn [72]:14-15

Page 48: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

37

1. Al-Qisth adalah Sifat Orang yang Berilmu

Al-qisth (adil) adalah sifat yang sangat terpuji, dan sifat orang-orang yang

berilmu serta menjadi identitas orang Islam. Keadilan juga termasuk ambisi

orang-orang yang berakal, tujuan orang-orang bijak dan sasaran yang ingin

dicapai oleh semua orang yang normal. Tanpa keadilan kehidupan akan menjadi

goncang, timbangan akan terbalik dan ukuran akan meleceng. Jika keadilan tidak

ditegakkan, maka akan banyak orang-orang yang kuat berlaku sewenang-wenang

terhadap orang yang lemah, dan orang yang zalim akan berlaku semenah-menah

terhadap orang yang merdeka.71

Orang-orang yang berilmu adalah orang-orang

yang terbukti mampu untuk berserah diri kepada Allah Swt. dan keadilan yang

ditegakkan oleh mereka adalah dalam hal beragama dan mengerjakan syari‟at

agama Islam.72

Sebagaimana firman Allah Swt.

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang

berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-

orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan

melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.73

Ayat di atas menerangkan tentang persaksian (syahādah) atas keesaan

Allah Swt.74

Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang Maha Perkasa

71

Yusuf, Berbuat Adil Jalan Menuju Bahagia, h.57 72

Al-Maraghī, Tafsīr Al-Maraghī, Jilid I, h. 117 73

Q.S. „Alī „Imrān [03]:18 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 74

Asbāb an-nuzūl ayat ini menceritakan dua orang alim penduduk Syam bertanya tentang

syahadat (persaksian) paling tinggi. Ketika Nabi berada di kota Madinah datanglah dua orang alim

tersebut. Ketika keduanya melihat kota Madinah, salah satu dari mereka berkata bahwa kota

Madinah sangat mirip sekali dengan kotanya Nabi Muhammad Saw. yang akan datang pada akhir

zaman. Kemudian keduanya masuk menemui Nabi Muhammad dan mereka telah mengenal sifat

dan karakter beliau, Lalu keduanya menanyakan namanya sebanyak dua kali. Sedangkan Nabi

hanya menjawab dengan kata “ya”. Kemudian keduanya meminta Nabi untuk memberitahukan

Page 49: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

38

dalam memimpin kerajaan langit dan bumi serta menciptakan segala yang ada

pada keduanya, lagi Maha Bijaksana dalam firman-Nya, perbuatan-Nya dengan

memberikan balasan kepada setiap makhluk-Nya sesuai dengan amal perbuatan

mereka masing-masing, menetapkan peraturan-Nya dan tidak ada siapapun yang

dapat menandinginya. Syahadat pada hakikatnya adalah kabar yang harus

disahkan/dibenarkan oleh orang yang menerima kabar (persaksian) tersebut.

Namun terkadang kabar juga dapat bersifat dusta/bohong seperti firman Allah

dalam Q.S. al-Baqarah [02]:282.

Menurut Ibn „Āsyūr ayat di atas menerangkan tiga syahadat. Pertama,

syahadatullah adalah Allah bersaksi bahwa Dia Esa, dan keesaannya dibuktikan

dengan dalil-dalil yang telah Allah tetapkan (dalīl qath‟i). Kedua, Syahadat

malaikat adalah persaksian di antara mereka dengan menyampaikan wahyu

kepada para rasul,75

dan ketiga, syahadat orang-orang berilmu adalah kesaksian

mereka atas keesaan Allah dengan hujah-hujah dan dalil-dalil (al-Qur‟an, sunnah,

dan ayat-ayat kauniyah) untuk melawan kekafiran.76

Persaksian ini ditujukan

untuk membantah perkataan-perkatan orang-orang kafir yang memperolok-olok

Islam.77

tentang syahadat paling tinggi dengan berjanji bahwa setelah mereka diberitahu, mereka akan

memeluk agama Islam. Kemudian turunlah ayat ini dan keduanya segera masuk Islam. Lihat Al-

Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fi Tafsīr Al-Qur‟an Al-‟Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 102 75

Syahadat malaikat adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, karena Allah

telah mengabarkan kepadanya--tentang ayat yang turun di Mekkah sebelum ayat ini bahwa mereka

adalah hamba-hamba Allah yang mulia yang tidak akan berbuat maksiat kepada-Nya dan mereka

mengarjakan segala perintah-Nya dan selalu bertasbih kepada-Nya. Q.S. Al-Anbiyā‟ [21]:27 dan

Q.S. Asy-Syūra [42]:05. Lihat Muhammad Husain at-Thabāthabāī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an,

(Bairut: Muassasah Al-A‟la, 1983), h. 114-1115 76

Muhammad at-Thahir Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, (t.tp: Al-Dār at-

Taunisiyyah, t.t), h. 186 77

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 187

Page 50: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

39

Menurut ar-Rāzī keadilan yang dimaksud adalah kondisi tiap-tiap orang

mukmin yang berilmu dalam menegakkan keadilan dengan bersaksi bahwa Allah

Swt adalah Esa. 78

Pendapatnya juga sejalan dengan az-Zamakhsyarī,79 al-Ālūsī,80

dan Thabāthabāi‟.81

Menurut al-Ālūsī orang-orang yang berilmu adalah para Nabi

as, atau muhājirin dan anshār, atau para ulama‟ yang mengimani kitab, atau para

ulama‟ mukmin yang mengetahui keesaan Allah Swt. dengan dalil qati‟ dan

hujjah-hujjah yang nyata. 82

Ar-Rāzī menjelaskan bahwa kesaksian yang dilakukan oleh orang-orang

yang berilmu adalah terhadap keadilan yang Allah lakukan. Keadilan tersebut

terbagi dua yaitu keadilan yang berkaitan dengan dunia dan keadilan yang

berkaitan dengan agama. Adapun yang berkaitan dengan dunia adalah proses

penciptaan anggota tubuh manusia, perbedaan kondisi individu ada yang baik dan

ada yang buruk, kaya dan miskin, sehat dan sakit, panjang pendeknya umur

seseorang, adanya kenikmatan dan penderitaan, dan penciptaan elemen-elemen

bumi. Keadilan hal ini berkaitan dengan keadilan Allah dengan menggunakan

term „adl. Sedangkan keadilan yang berkaitan tentang perkara agama adalah

perbedaan dalam penciptaan makhluk ada yang berilmu dan ada yang tidak

berilmu, ada yang cerdas dan ada yang bodoh, dan ada yang mendapatkan hidayah

dan ada yang mendapatkan kesesatan. Keadilan ini berkaitan dengan keadilan

Allah dengan menggunakan term „adl dan qisth.83

Hal-hal tersebut adalah bukti

78

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-Ghaib, h. 222 79

Mahmūd bin „ūmar bin Muhammad az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyāf ‟an Haqāiq

Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 338 80

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 102 81

At-Thabāthaba‟ī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 114 82

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 101 83

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: At-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātih Al-Ghaib, h. 222-

223

Page 51: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

40

bahwa Allah Esa. Maha Sempurna dalam perbuatan-Nya dan zat-Nya.84

Tidak ada

seorangpun yang mampu selain dari pada-Nya. 85

Orang-orang yang berilmu akan selalu taat dan patuh kepada Allah Swt.

mereka dapat membedakan mana baik dan buruk. Sehingga mereka mengetahui

perkara-perkara yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan dan perkara-

perkara yang harus dijauhi. Ini salah satu bukti mereka mengagungkan keesaan

Allah. Mereka akan menempatkan segala perintah-Nya sesuai dengan kadar dan

takarannya/porsinya. Tidak ada yang dilebihkan dan dikurangkan seperti dalam

hal ibadah ke pada-Nya. Mereka akan selalu mensyukuri apapun yang Allah

berikan.

2. Al-Qisth terhadap Anak Yatim

Al-qisth terhadap anak yatim adalah salah satu perbuatan yang harus

dilakukan oleh setiap manusia khususnya umat Islam. Mereka wajib diberikan

perhatian dan kasih sayang. Anak yatim adalah sebutan bagi anak yang telah

ditinggal mati oleh ayahnya. Menurut kebiasaan yang beredar di masyarakat

bahwa seseorang yang disebut anak yatim adalah mereka yang ditinggal mati

ayahnya yang belum baligh atau belum cukup umurnya seperti orang dewasa.86

k

84

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 102 85

Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyāf „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-

Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, (Bairūt: Dārul Kutub Al-‟Ilmiyah, 2009), h. 338 86

Ahmad Mushthafâ al-Maraghī, Tafsīr Al-Maraghī, (Mesir: t.pn, 1969), h. 178

Page 52: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

41

Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan

yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita

(lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak

akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang

kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.87

Ayat ini menerangkan keadilan seorang wali anak yatim terhadap anak

yatim yang berada dibawah tanggungannya. Menurut Ibn „Āsyūr keadilan yang

dimaksud adalah keadilan yang dituntut kepada seorang wali atas anak yatim yang

berada dalam tanggungannya dalam mengelolah hartanya88

dan tidak dianjurkan

untuk menikahinya dengan alasan banyak harta dan kecantikannya. Wali tetap

harus menjaga harta anak yatim tanggungannya walaupun sedikit hartanya dan

kurang cantik.89

Jika seorang wali tidak mampu berbuat adil terhadap anak yatim

tangguhannya dalam menjaga hartanya, maka hendaklah ia menikahi wanita lain

yang baik menurutnya. Hal ini juga berkaitan tentang kehawatiran seorang wali.

Pendapat ini juga sejalan dengan pendapat ar-Rāzī,90

az-Zamakhsyarī,91

al-Ālūsī,92

dan Thabāthabāi‟.93

Thabāthabāi‟ menjelaskan bahwa ketidakadilan sang wali adalah setelah

mengambil harta anak yatim tersebut. Sehingga ia jatuh miskin dan tidak memiliki

harta untuk menafkahi dirinya sendiri dan tidak ada yang menyukainya. Pada saat

87

Q.S. An-Nisā [04]:03 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi. Ayat yang semisal dengannya yaitu

perintah berbuat adil terhadap anak yatim terdapat pada Q.S. An-Nisā [04]:127 88

Dalam kitab Al-Shahih Al-Bukhari diterangkan asbāb an-nuzūl ayat ini berdasarkan

hadits yang diriwayatkan oleh „Āisyah. „Urwah bertanya kepada „Āisyah tentang ayat ini,

kemudian ia menjawabnya: “Wahai anak saudara perempuanku, ini adalah anak yatim perempuan

yang berada dibawah tanggungan walinya, dan ia hendak menyatukan haratnya dengan harta anak

yatim itu serta ia kagum akan kecantikan sang anak. Lalu ia berkeinginan untuk menikahinya

dengan tidak berlaku adil yaitu dengan tidak memberinya mahar hingga Ia memberinya seperti ia

memberi sesuatu kepada yang lainnya. Hal inilah yang dilarang untuk menikahi seorang anak

yatim perempuan kecuali ia dapat berlaku adil dengan memberikan mahar kepadanya. Oleh karena

itu mereka diperintahkan untuk menikahi wanita lain yang baik bagi mereka selain dari anak yatim

perempuan. Lihat Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 222 89

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 222 90

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: At-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātih Al-Ghaib, h. 177 91

Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyāf „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-

Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 457 92

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 400 93

At-Thabāthabāī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 166

Page 53: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

42

itulah wali datang kepadanya dan menikahinya.94

Hal tersebut mengindikasikan

bahwa sang wali telah memakan dengan zalim harta anak yatim dan mencampur

hartanya dengan harta sang anak. Allah telah berfirman dalam Q.S. an-Nisā

[04]:02 dan ayat 10 bahwa tidak boleh bagi seorang wali anak yatim memakan

dan mencampur hartanya dengan harta anak yatim.

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka,

jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu

Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan

(menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.95

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,

sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan

masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).96

Pada ayat sebelumnya Q.S. An-Nisā [04]:03 diterangkan dua perkara

keadilan, pertama, keadilan dengan menggunakan term al-qisth dan kedua,

keadilan dengan menggunakan term al-„adl. Kata „adl pada ayat ini menerangkan

keadilan yang dilakukan oleh seorang suami kepada istri. Hal ini sering terjadi

pada bangsa Arab bahwa seorang laki-laki dari bangsa Arab telah menikahi 10

atau lebih orang perempuan. Namun ia tidak mampu berbuat adil terhadap para

94

At-Thabāthabāī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 166 95

Q.S. An-Nisā [04]:02 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 96

Q.S. An-Nisā [04]:10 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 54: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

43

istrinya. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada para suami untuk menikahi

seorang perempua saja.

Menurut Ibn „Āsyūr jika seorang suami hawatir tidak dapat berlaku adil

maka hendaknya ia menikahi satu orang perempuan saja atau seorang budak.

Kehawatiran yang dimaksud adalah tidak dapat berbuat adil terhadap beberapa

istri yang telah dinikahinya, yaitu dengan tidak adanya persamaan perlakuan

suami terhadap mereka. Seperti dalam hal memberi nafkah, pakaian, kegembiraan,

dan hubngan seksualitas. Allah telah mensyariatkan bahwa boleh menikahi

perempuan lebih dari satu hanya bagi orang-orang yang mampu berbuat adil. Hal

ini bertujuan untuk kemaslahatan bersama, diantaranya untuk memperbanyak

populasi umat dengan bertambahnya jumlah kelahiran, menjamin kehidupan para

wanita pada tiap-tiap generasi karena jumlah kelahiran wanita lebih banyak dari

pada laki-laki, masa hidup wanita lebih lama dari pada laki-laki menurut

kebiasaan, dan mengurangi perzinahan.97

Menurut al-Ālūsī kehawatiran akan berbuat tidak adil terhadap beberapa

istri sama seperti kehawatiran akan berbuat tidak adil terhadap hak-hak anak

yatim.98

Al-Razī berpendapat jika kamu takut akan tidak berbuat adil dalam

menjaga hak-hak anak yatim maka jadilah kamu orang-orang yang takut untuk

berbuat zina dan nikahilah wanita-wanita yang baik menurutmu, tetapi bukan

wanita-wanita yang muhrim (yang diharamkan untuk dinikahi).99

97

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 226 98

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 406 99

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-Ghaib, h 178

Page 55: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

44

3. Al-Qisth dalam Jual-Beli

Jual-beli adalah salah satu contoh mu‟amalah yang sering dilakukan oleh

masyarakat. Jual-beli adalah transaksi yang dilakukan minimal oleh seorang

penjual dan pembeli. Menurut bahasa jual-beli adalah bertemunya suatu barang

dagangan dengan brang dagangan lainnya disertai akad.100

Dalam transaksi jual-beli seorang penjual selayaknya berlaku jujur dan

tidak berbuat curang. Seperti tidak boleh menjual barang-barang yang tidak layak

untuk dijual atau kadaluarsa dan tidak boleh mengurangi takaran dan timbangan

suatu barang. Sehingga dapat dikatakan bahwa selain seorang penjual dituntut

untuk berbuat jujur, ia juga harus berbuat adil yaitu dengan menyempurnakan

takaran dan timbangan suatu barang tanpa menguraginya sedikitpun. Sebagaimana

firman Allah.

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang

lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran

dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada

sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,

Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu),

dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah

kepadamu agar kamu ingat.101

Pada ayat ini ada beberapa objek yang diterangkan oleh Allah Swt. Namun

pembahasan yang diangkat adalah keadilan dalam menyempurnakan takaran dan

100

„Abdurrahmān al-Jazirī, Al-Fiqh „ala Al-Madzāhib Al-Arba‟ah, (Mesir: Dārul Hadīts,

2004), h. 118 101

Q.S. Al-An‟ām [06]:152 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 56: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

45

timbangan dalam transaksi jual-beli. Ayat ini juga menerangkan keadilan dengan

dua term yang berbeda. Term pertama keadilan dengan menggunakan kata al-

qisth dan term kedua menggunakan kata al-„adl.

Sesungguhnya segala sesuatu dapat mencapai kesempurnaannya, karena

telah mencapai batas ukuran yang cukup dan sempurna. Seperti satu dirham satu

kesempurnaan/ukuran, dan satu ukuran satu kesempurnaan. Hak-haknya akan

terpenuhi jika takaran dan timbangannya telah disempurnakan dan tidak dikurangi

sedikitpun.102

Menurut Ibn „Āsyūr, al-Ālūsī,103

ar-Rāzī,104

az-Zamakhsyarī,105

dan

Thabāthabāi‟106

keadilan (dengan menggunakan term al-qisth) yang dimaksud

adalah keadilan dalam menyempurnakan takaran dan timbangan dalam transaksi

jual-beli. Seperti halnya para pedagang yang telah menentukan takaran buah

kurma dan kismis, dan timbangan emas dan perak. Namun, terkadang pedagang

itu mengurangi takaran dan timbangannya dengan maksud mendapatkan

keuntungan. Hal ini terjadi karena ketamakannya akan harta. Sehingga ia tidak

berlaku adil dalam transaksi jual-beli dan mengurangi takaran serta

timbangannya.107

Di dalam Q.S. Hūd [11]:84 Allah Swt. berfirman bahwa tidak

boleh mengurangi takaran dan timbangan dan Allah akan memerikan balasan azab

bagi mereka yang berbuat curang.

102

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-Ghaib, h. 247.

Ayat lain yang semisal dengan ini yaitu Q.S. Hūd [11]:85 dan Q.S. ar-Rahmān [55]:09. 103

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 298 104

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-Ghaib, h. 247 105

Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyāf „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-

Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 76 106

At-Thabāthabāī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 376 107

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 165

Page 57: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

46

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia

berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu

selain Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,

Sesungguhnya aku melihat kamu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan

Sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang

membinasakan (kiamat)."108

Ini mengisyaratkan bahwa adanya perintah untuk menegakkan hak-hak

keadilan dalam menyempurnakan takaran dan timbangan. Tidak mengurangi

takaran dan timbangan berarti ia telah telah berbuat adil dengan

menyempurnakannya. Turunnya ayat ini agar menjadi perhatian bagi tiap individu

untuk selalu condong berbuat adil dalam transaksi jual beli dengan

menyempurnakan takaran dan timbangan dan tidak menguranginya. Hal ini juga

menunjukkan kedermawanan seorang pedagang.109

Tidak semua barang dapat ditimbang dengan ukuran yang pas, seperti biji-

bijian. Oleh karena itu Allah tidaklah membebankan kepada hambanya untuk

menyempurnakan timbangannya (dalam hal biji-bijian dan segala benda yang

berukuran kecil). Namun harus tetap waspada atau hati-hati dalam menentukan

takaran dan timbangannya. Kehati-hatian dalam hal ini terjadi karena kehawatiran

para penjual akan berbuat salah, dan juga mengindikasikan agar setiap orang tetap

berlaku adil dalam hal sekecil apapun. Perintah ini juga bertujuan untuk menjaga

108

Lihat Al-Qur‟an Al-Hadi 109

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 165

Page 58: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

47

harta seorang pembeli dari praduga yang negatif, seperti pemborosan dan sia-sia

dalam mengeluarkan uangnya.110

Keadilan kedua menggunakan term „al-„adl. Menurut Ibn „Āsyūr, ar-

Rāzī,111

az-Zamakhsyarī,112

dan al-Ālūsī113

adalah keadilan dalam menegakkan

hukum yang dilakukan oleh seseorang terhadap kerabatnya dengan berkata yang

benar. Artinya walaupun seseorang yang diadili adalah kerabatnya, maka ia tetap

menegakkan keadilan berdasarkan kebenaran. Keadilan tidak mengenal siapaun

atau apapun. Oleh karena itu keadilan tetap harus dijalankan walaupun terhadap

kerabat, dan tidak bermaksud untuk melindunginya dari hal yang mudharat atau

kemaslahatannya. Hendaknya ia mengatakan yang benar adalah benar dan yang

salah adalah salah. Ini juga terjadi dalam hal persaksian di dalam hukum.

Sebagaimana firman Allah Swt. Q.S an-Nisā [04]:135.114

Menurut Thabāthabāi‟ keadilan dengan term „adl bermakna keadilan

dalam bentuk perkataan. Perkataan yang dapat memberikan keuntungan atau

kemudharatan bagi orang lain. Seperti dalam persaksian, fatwa, nasihat, hukum,

perkara pengadilan, perintah untuk kebaikan dan larangan untuk keburukan.

Dalam hal ini keadilan tidak boleh berpihak kepada siapapun dan apapun, baik

keluarga atau kerabat dekat atau jauh. Jika mereka menjadi saksi maka tetap harus

menyampaikan persaksiannya dengan adil. Sedangkan bagi penegak keadilan

110

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 165-166 111

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: At-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātih Al-Ghaib, h. 248 112

Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyāf „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-

Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 76-77 113

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 299 114

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 168

Page 59: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

48

harus tetap menegakkan keadilan terhadap mereka ketika mereka terbukti bersalah

dan tidak boleh melindungi diri serta hartanya.115

Mafhūm mukhalafah dari dua term ini adalah bahwa keadilan yang

pertama menunjukkan sesuatu yang bersifat materi yaitu berupa takaran dan

timbangan, sedangkan yang kedua menunjukkan sesuatu yang bersifat immateri

yaitu sifat kasih sayang terhadap kerabat dalam menetapkan hukum untuknya.

4. Al-Qisth dalam Melerai Pertikaian

Al-qisth adalah tindakan yang dilakukan seseorang secara proporsional

yaitu sesuai dengan kadar/porsinya. Seperti meandamaikan dua orang yang

sedang berselisih/bertikai. Dalam mendamaikan keduanya seseorang yang

ditunjuk sebagai hakim harus menghukum keduanya sessuai dengan

tindakan/kesalahannya masing-masing. Sebagaimana firman Allah.

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang

hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu

melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar

Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.

kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan

hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang

yang Berlaku adil.116

Ayat ini menerangkan perdamaian antara dua kelompok yang

berselisih/bertikai. Asbāb an-nuzūl ayat ini menceritakan suku Aus dan Khazrāj

115

At-Thabāthabāī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 376 116

Q.S. Al-Hujurāt [49]:09 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 60: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

49

yang sedang bertikai dengan menggunakan tangan, sandal dan perabot rumah

tangga. Maka turunlah ayat ini.117

Pada ayat ini term keadilan yang digunakan ada dua term, yaitu al-‟adl dan

al-qisth. Menurut ar-Rāzī pada ayat ini menggunakan kata in ( ) yang

mengisyaratkan bahwa jarang sekali terjadi peperangan antara dua kelompok

muslim. Term yang digunakan adalah thāifah bukan firqah karena kata thaifah

bermakna satu sekte/kelompok, sedangkan kata firqah adalah kumpulan besar dari

sekte-sekte/kelompok-kelompok.118

Menurutnya keadilan yang menggunakan term „adl bermakna

mendamaikan perselisihan dua kelompok untuk menghentikan peperangannya

dengan memberikan nasihat untuk tidak mengulanginya. Sedangkan keadilan

dengan term al-qisth bermakna keadilan yang dilakukan untuk membela

kebenaran. Hal ini bermakna bahwa kebenaran yang dituju adalah hukum yang

ditegakkan dalam segala perkara untuk mencari derajat yang paling mulia dan

kedudukan yang tinggi di hadapan Allah Swt yaitu mahabbatullah (cintanya

Allah). Keadilan yang menggunakan term ini biasanya salah satu dari pihak yang

terkait masih belum merasa ridha/rela di dalam hatinya.119

Menurut Ibn „Āsyūr pada ayat ini terdapat dua kali perintah untuk

mendamaikan dua kelompok yang bertengkar. Perintah pertama, mendamaikan

dua kelompok yang sedang bertengkar, dan kedua perintah mendamaikan dua

117

„Imāduddīn Abī al-Fidā‟ Ismā‟īl bin Katsīr al-Qurasyī Al-Damasyqī, Tafsīr Al-Qur‟an

Al-„Azhīm, (Bairut: Al-Maktabah Al-„Ashriyyah, 2000), h. 189 118

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-Ghaib, h. 127 119

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-Ghaib, h.

128-129

Page 61: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

50

kelompok yang salah satunya memberontak setelah adanya perdamaian pertama.

Keadilan ini dilakukan oleh Nabi Saw kepada dua suku yaitu Aus dan Khazraj.120

Dalam masalah hukum Nabi tetap menegakkannya dengan adil. Menurut

ibn „Āsyūr keadilan menggunakan term „adl menunjukkan perdamaian yang

pertama. Sehingga dalam mendamaikan keduanya Nabi tidak berat sebelah dan

mencari solusi untuk saling ridha dan rela. Sedangkan keadilan dengan term qisth

(pendapat ini sama dengan az-Zamakhsyarī) menunjukkan perdamaian yang

kedua. Yaitu keadilan yang ditegakkan Nabi untuk kelompok yang memberontak.

Sehingga hukuman yang dijatuhkan disesuaikan dengan tindakan pemberontakan

yang dilakukan salah satu kelompok dengan menjamin keduanya selamat dan

tidak berperang kembali.121

Adapun pendapat az-Zamakhsyarī122

dan al-Ālūsī123

keadilan dengan

menggunakan term „adl berimplikasi dalam mendamaikan dua kelompok dan

memberikan hukuman sesuai perintah Allah yang tertulis di dalam al-Qur‟an.

Yaitu dengan hikmah dan nasihat. Namun hukuman ini masih memungkinkan

keduanya bertikai kembali. Karena hanya berupa nasihat saja.124

Menurut Thabāthbāi‟ Keadilan yang dimaksud (dengan term „adl) adalah

mendamaikan dua kelompok yang salah satunya memberontak hingga ia kembali

ke jalan Allah. Perdamaian diantara keduanya bukan hanya mengambil senjata

120

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 239 121

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 242 122

Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyāf „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-

Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 356 123

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 301 124

Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyā „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-

Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 354

Page 62: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

51

dan menyuruh mereka menghentikan berperang saja, akan tetapi juga memberikan

balasan atau hkuman terhadap orang yang memberontak semisal dengan apa yang

dihilangkannya. Seperti darah, harta benda, harta, atau apapun yang telah

dihilangkan atau dihancurkannya. Sedangkan kata al-qisth menjadi penguat dari

kata al-„adl yang bermakna “berbuat adillah kalian selalu dan dalam segala hal

karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.”125

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para mufassir, saya

berpendapat bahwa pendapat yang dikemukakan oleh Ibn „Āsyūr lebih relevan

dengan isi yang dimaksud ayat tersebut. Berdasarkan kronologis turunnya ayat

Q.S.al-Hujurāt [49]:09 di atas. Penggunaan term „adl adalah perdamaian yang

ditegakkan oleh Nabi di antara suku Aus dan Khazrāj ketika keduanya bertikai

berdasarkan al-Qur‟an dan Sunnah. Namun setelah perdamaian tersebut salah

satu dari mereka tidak menerima keputusan itu. Sehingga suku tersebut

melakukan pemberontakan terhadap suku yang lainnya. Kemudian Nabi

mendamaikan untuk kedua kalinya dengan memberikan hukuman kepadanya

sesuai dengan pemberontakannya dan menjamin akan keselamatan dari dua

kelompok tersebut bahwa keduanya tidak akan bertikai kembali.

Penulis berkesimpulan, dalam ayat ini bahwa keadilan dengan term al-

qisth lebih berat dilakukan dibandingkan keadilan dengan term al-„adl. Karena

dalam menegakkan keadilan (term al-qisth) Nabi sampai menjamin keduanya

akan selamat dan tidak akan ada pertikaian kembali.

125

At-Thabāthabāī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 315

Page 63: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

52

5. Al-Qisth terhadap Orang-Orang Non Muslim

Setiap orang memiliki kehidupan dan tempat tinggal di suatu tempat atau

suatu negara. Sehingga tidak boleh bagi orang lain untuk berbuat kasar atau

meresahkan orang lain. Seperti mengusirnya atau memeranginya tanpa alasan

yang jelas. Dalam suatu negara terdiri dari berbagai ras, suku, dan agama. Ada

warga muslim dan ada pula warga non muslim. Walaupun dalam suatu Negara

berbeda-beda agama yang dianut, warga lainnya tetap harus saling menghormati

dengan penganut lainnya. Jika mereka tidak mengusir dan memerangi penganut

lainnya maka penganut yang lain tidak boleh mengusir dan memeranginya pula.

Bahkan Allah menganjurkan kepada setiap penganut atas penganut lainnya harus

berbuat baik dan adil. Sebagaimana firman Allah.

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)

mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang Berlaku adil.126

Ayat ini menerangkan tentang menyambung silaturrahim kepada kaum

kafir yang tidak lagi memerangi kaum mukminin. Menurut ar-Rāzī mereka yang

tidak lagi memerangi kaum mukminin adalah kaum yang telah berjanji kepada

Rasulullah untuk meninggalkan peperangn dan permusuhan kepada kaum

muslimin. Mereka adalah kaum Khuzā‟ah. Mereka berjanji kepada Rasulullah

tidak akan memerangi dan mengusir kaum muslimin. Kemudian rasul menyuruh

126

Q.S. Al-Mumtahanah [60]:08 lihat Al-Qur‟an Al-Hadi

Page 64: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

53

kaum muslimin untuk berbuat baik kepada mereka selama mereka tetap berbuat

baik dan memenuhi janjinya.127

Menurut az-Zamakhsyarī lafaz bermakna “agar kamu berbuat

baik kepada mereka” yaitu dengan tidak menzalimi mereka (orang-orang

musyrik) dan menyambung silaturrahim. Salah satunya dengan bermu‟amalah.

Tidak menzalimi penganut lainnya berarti telah berbuat baik kepada mereka.128

Menurut az-Zamakhsyarī, al-Ālūsī,129

Ibn „Āsyūr,130

dan Thabāthabāi‟131

keadilan yang dimaksud adalah menetapkan keadilan kepada orang non muslim

dan tidak berbuat zalim kepadanya. Berbuat baik dan tetap menyambung

silaturrahim di antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin, dengan syarat

mereka tidak memerangi kaum muslimin dan tidak pula mengusirnya dari

kampung halaman mereka.132

Selain kaum musyrikin ada pula umat lain yang

tetap diberikan keadilan yaitu kepada ahlul kitab sebagaimana firman Allah dalam

Q.S. Al-Māidah [05]:42. 133

127

Fakhruddīn, Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Tafsīr Al-Kabīr wa Mafātīh Al-Ghaib, h. 305 128

Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-Kasysyā „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-

Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 503 129

Al-Ālūsī, Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī, h. 268 130

Ibn „Āsyūr, Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr, h. 153 131

At-Thabāthabāī, Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an, h. 234 132

Asbāb an-nuzūl ayat ini menceritakan Asmā‟ bint Ābi Bakr. Ketika itu ibunya yang

bernama Qatīlah Ibnah ‟Abdul ‟Uzzá ia adalah seorang wanita musrik datang dan membawa

hadiah untuknya. Namun ia tidak mau menerimanya dan tidak mengizinkannya masuk. Kemudian

turun ayat ini dan rasulullah menyuruh Asmā‟ untuk berlaku adil kepadanya dengan memberikan

izin masuk, tetap memuliakannya, serta berbuat baik kepadanya. Lihat Az-Zamakhsyarī, Tafsīr Al-

Kasysyā „an Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl, h. 503 133

Q.S. Al-Māidah [05]:42

Page 65: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

54

Pada ayat Q.S. Al-Māidah [05]:42. Nabi diminta oleh kaum Yahudi

menjadi seorang hakim untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara

mereka. Kemudian Nabi dihadapkan pada dua pilihan oleh Allah. Menetapkan

hukum atau meninggalkannya (tidak perduli). Jika Nabi mengabaikannya maka

hal itu tidak akan memudaratkan Nabi walaupun mereka melakukannya, karena

Allah akan selalu menjaganya. Namun jika Nabi tidak mengabaikannya, maka

Allah menyuruhnya untuk menegakkan hukum dengan adil-dengan tidak

menerima suap-karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil dan Allah

akan selalu menjaga diri mereka dari hal-hal yang bersifat haram.134

Dari penjelasan di atas sangat jelas sekali bahwa umat Islam diwajibkan

berbuat baik dan adil kepada umat lainnya tanpa membeda-bedakan agama.

Selama orang-orang non muslim tidak melakukan kezaliman kepada umat Islam,

maka mereka tidak boleh diperangi, disakiti, atau diusir dari tempat tinggalnya.

Dan sifat saling menghormati antar umat beragama tetap harus dijaga.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa al-Quran

menggambarkan sifat keadilan dengan menggunakan term al-qisth untuk

mnyatakan suatu tindakan yang bersifat indrawi dalam bersosialisasi sesama

manusia dan menjamin setiap individu akan merasa senang dan rela hati. Keadilan

dengan menggunakan term al-qisth menjelaskan bahwa keadilan yang harus

ditegakkan sangatlah berat karena keadilan ini lebih menjamin kedua orang yang

diadili merasa puas. Bias dikatakan bahwa orang yang menegakkannya berjanji

kepada dua belah pihak. Sedangkan janji adalah hutang yaitu kewajiban seseorang

134

Al-Maraghī, Tafsīr Al-Marāghī, h. 120

Page 66: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

55

untuk menunaikan. Oleh karena itu Allah sangat mencintai al-muqsithīn (orang-

orang yang menegakkan keadilan) dan derajat mereka lebih tinggi berada di

sebelah kanan Rabb ar-Rahmān.

Page 67: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

56

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan telaah dan analisis yang telah dipaparkan, maka dapat

disimpulkan bahwa setiap kata di dalam al-Qur‟an memiliki makna khusus

tersendiri. Meskipun secara lahir kata tersebut memiliki kesamaan arti dengan

kata yang lain. Seperti kata keadilan di dalam al-Qur‟an disebutkan dalam dua

bentuk yaitu term al-„adl dan term al-qisth. Term „adl adalah keadilan yang

ditegakkan berdasarkan hukum yang telah termaktub di dalam al-Qur‟an.

Sehingga terkadang ada salah satu pihak yang tidak puas dari keputusan orang

yang mengadili. Sedangkan term al-qisth adalah keadilan yang memiliki tanggung

jawab lebih berat dari pada keadilan yang diteggakkan dengan menggunakan term

„adl. Karena keadilan dengan term ini lebih mengutamakan kepuasan antara

keduabelah pihak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadilan ini seperti suatu

amanah yang harus dijalankan. Yaitu dengan memberikan kepuasaan pada

keduabelah pihak. Oleh karena itu Allah sangat mencintai al-muqsithīn (orang-

orang yang berbuat adil).

Di dalam al-Qur‟an kata al-qisth terungkap sebanyak 25 kali di dalam 22

ayat dan 15 surat. Al-qisth di dalam al-Qur‟an terungkap di berbagai ayat yang

umumnya berisi penjelasan agar setiap individu menegakkan keadilan dalam

setiap kondisi dan kepada siapapun tanpa membeda-bedakan status stratanya.

Secara eskplisit diterangkan di dalam al-Qur‟an bahwa sifat al-qisth merupakan

sifat yang baik dan paling Allah sukai jika dimiliki oleh seorang manusia. Para

Page 68: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

57

ulama tafsir seperti Ibn. Āsyūr, ar-Rāzī, az-Zamakhsyarī, al-Ālūsī, dan

Thabāthabāi‟ di dalam kitab mereka juga mengungkapkan bahwa sifat al-qisth

merupakan sifat yang sangat baik dan harus ditegakkan. Banyak hal dapat

ditemukan yang berkaitan dengan kajian mengenai penafsiran al-qisth di dalam

al-Qur‟an seperti objek-objek al-qisth yaitu al-qisth adalah sifat orang yang

berilmu, al-qisth terhadap anak yatim, al-qisth dalam jual-beli, al-qisth dalam

melerai pertikaian, al-qisth terhadap orang-orang non muslim.

B. Saran

1. Penelitian yang menggali nilai-nilai dalam al-Qur‟an dan pembahasan

yang berisi pelajaran-pelajaran mengenai akhlak dan sifat-sifat manusia,

seperti al-qisth harus selalu digalakkan agar setiap individu semakin

mengerti dan memahami tentang arti kebaikan yang bersumber dari al-

Qur‟an.

2. Sifat al-qisth (adil) selalu bersifat positif. Oleh karena itu setiap individu

diharapkan benar-benar memahami sifat al-qisth dan selalu

menegakkannya dimanapun dan kepada siapapun. Sehingga tidak ada

ketimpangan dalam menegakkan keadilan dan berat sebelah.

3. Kepada instansi pemerintah dan lembaga-lembaga baik swasta dan negeri

yang terkait, sebisa mungkin memberikan peluang sebanyak-banyaknya

secara terbuka dan dukungan seluas-luasnya berupa beasiswa kepada para

mahasiswa atau setiap individu yang serius dan konsen terhadap ilmu-ilmu

keislaman agar dapat melaksanakan penelitian yang serupa atau yang

lainnya.

Page 69: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

58

DAFTAR PUSTAKA

Al-Adzdī, Abū Dāud bin al-Asy‟ats as-Sijistānī. Sunan Abī Dāud. Jilid I.

Indonesia: Maktabah Risunkur. t.t.

Al-Ālūsī, Abūl Fadhl Syihābuddīn Mahmūd. Rūh Al-Ma‟ānī fī Tafsīr Al-Qur‟an

Al-„Azhīm wa As-Sab‟ Al-Matsānī. Bairūt: Dārul Kutub Al-„Ilmiyah.

1994.

„Araidhah, Kāmil Muhammad Muhammad. Ibn Maskawaih Mazāhib Akhlāqiyah.

Bairūt: Dārul Kutub Al-‟Ilmiyah. t.t.

„Āsyūr, Muhammad at-Thahir Ibn. Tafsīr At-Tahrīr wa At-Tanwīr. t.tp: Al-

Dāruttaunisiyyah. t.t.

Al-Baidhawī, Nāshiruddīn bin Sa‟īd „Abdullah bin „Umar bin Muhammad asy-

Syairāzī. Anwār At-Tanzīl wa Asrār At-Ta‟wīl. Mesir: al-Maktabah at-

Taufiqiyyah. t.t.

Al-Bāqī, Muhammad Fuād „Abd. Al-Mu‟jam Al-Mufahrās li Alfadz Al-Qur‟an Al-

Karīm. Mesir: Dārul Hadīts. 1364.

Cambridge University. Cambridge School Dictionary. New York: Cambridge

University Press. 2008.

Dahlan, Abdul „Azis et. al., (eds). Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid I. Jakarta:

Ichtiar Baru Van Hoeve. 1996.

Daghfaq, Yusuf Abdullah. Berbuat Adil Jalan Menuju Bahagia. Jakarta: Gema

Insani Press. 1992.

Ad-Damasyqī, „Imāduddīn Abī al-Fidā‟ Ismā‟īl bin Katsīr al-Qurasyī. Tafsīr Al-

Qur‟an Al-„Azhīm. Bairut: Al-Maktabah Al-„Ashriyyah. 2000.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

pustaka. 2005.

Elias, Elias A. dan Edwar E. Elias. Qāmūs Al-Ilyās Al-„Ashrī Injilīzī-„Arabī.

Bairūt: Dārul Jīl. 1974.

Fakhruddīn, Muhammad ar-Rāzī. Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: At-Tafsīr Al-Kabīr wa

Mafātih Al-Ghaib. Bairut: Dārul Fikr. 1985.

--------------. Tafsīr Al-Fakhr Ar-Rāzī: Al-Musytahir bi At-Tafsīr Al-Kabīr wa

Mafātīh Al-Ghaib. Bairūt: Dārul Fikr. 1981.

Al-Fayyūmī, Ahmad bin Muhammad bin „Alī al-Muqrī. Al-Mishbah Al-Munīr.

Bairūt: Dārul Kutub al-„Ilmiyah. 1994.

Page 70: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

59

Al-Ghazalī, Abū Hāmid. Al-Maqshād fī Syarh Asma' Allah Al-Husna. Bairūt: Dār

al-Kutub al-„Ilmiyah. t.t

Hidayat, Komaruddin dan Azyumardi Azra. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic

Education). 6 cet. Jakarta: Kencana. 2008.

Al-Hisyam, Firdaus dan Rudy Hariyono. Kamus Lengkap 3 Bahasa: Arab

Indonesia Inggris. Surabaya: Gitamedia Press. 2006.

Al-Jazirī, „Abdurrahmān. Al-Fiqh „ala Al-Madzāhib Al-Arba‟ah. Mesir: Dārul

Hadīts. 2004.

Al-Khatib, Muhammad „Ajaj. Ushūl Al-Hadīts. Penerjemah H.M Nur Ahmad

Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2007.

Al-Maraghī, Ahmad Mushthafâ. Tafsīr Al-Marāghī. Kairo: Maktabah Mushthafâ.

1946.

--------------. Tafsīr Al-Maraghī. Mesir: t.pn. 1969.

Muhammad, Abu al-Qāsim al-Husain bin (ar-Rāgib al-Ashfahānī). Al-Mufradāt fī

Gharīb Al-Qur‟an. Maktabah Nazār Mushthafâ al-Bāz. t.pn. t.t.

Mukrim, Abu al-Fadhl Jamāluddīn Muhammad. Lisānul „Arab. Bairut: Dār

Shādar. t.t.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Qāmūs „Arabī-Indūnisī. Yogyakarta:

Pustaka Progresif. 1984.

Mūsa, Muhammad Yusūf. Falsafah Al-Akhlāqiyah fī Al-Islām. Mesir: Muassasah

Al-Khānajī. 1963.

An-Nasā‟ī, Abū „Abdurrahmān bin Syu‟aib bin „Alī. Sunan An-Nasā‟ī Al-

Musamma Al-Mujtaba. Bairūt: Dārul Hadīts. 1889.

An-Nūr, Muhammad Ahmadī Abū. Al-Muntakhab fī Tafsīr Al-Qur‟an Al-Karīm.

Mesir: Lajnah Al-Qur‟an wa Al-Sunnah. 1986.

Putra, Medhy. “Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan

Bernegara Sebagai Upaya Menghadapi Konflik Di Berbagai Wilayah

NKRI.” Artikel diakses pada 27 November 2014 dari

http://Medhyputra.wordpress.com/2011/06/16/Keterbukaan-dan-

Keadilan-dalam-Kehidupan-Berbangsa-dan-Bernegara-Sebagai-Upaya-

Menghadapi-Konflik-Di-Berbagai-Wilayah-nkri/

Al-Qaththān, Mannā‟. Mabāhits fī ‟Ulūm Al-Qur‟an. Riyādh: Dārurrasyīd. t.t

Al-Qurthūbī, Syamsuddin. Al-Jāmi‟ li Ahkām Al-Qur‟an. Riyādh: Dār ‟Ālim al-

Kutub. 2003.

Salim, Peter, M.A. Adavced English-Indonesia Dictionar. Jakarta: Modern

English Press. 1991.

Page 71: KEADILAN DALAM AL QUR’AN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27695/1/... · macam sumber bacaan yang primer dan sekunder. Sumber-sumber utama

60

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern Englidh Press. 2002.

Sunarti, Tri. Sosiologi. Sukoharjo: Graha Multi Grafiko. 2007.

As-Suyūthī, „Abdurrahmān Jaluddīn. Ad-Dur Al-Mantsūr fī Tafsīr Al-Ma‟tsūr.

Bairūt: Dārul Fikr. 2009.

Asy-Sya‟rāwī, Muhammad Mutawallī. Tafsīr Asy-Sya‟rāwī. Jilid 4. T.tp.: Dar at-

Tafiqiyyah li at-Turats. t.t.

As-Syaukanī, Muhammad bin „Alī bin Muhammad. Fathul Qadīr Al-Jāmi‟ baina

Fannai Ar-Riwāyah wa Ad-Dirāyah min ‟Ilm At-Tafsīr. Bairūt: Dārul

Ma‟rifah. 1997.

Tim Forum Karya Ilmiah RADEN. Al-Qur‟an Kita Studi Ilmu Sejarah dan Tafsir

Kalamullah. Kediri: Lirboyo Press. 2011.

At-Thabarī, Abū Ja‟far Muhammad bin Jarīr. Jāmi‟ Al-Bayān fī Ta‟wīl Al-

Qur‟an. Jilid 3. Mesir: Al-Maktabah Al-Taufiqiyyah. 2004.

--------------. Jāmi‟ Al-Bayān fī Ta‟wīl Al-Qur‟an. Bairūr: Dārul Fikr. 1978.

At-Thabāthabāī‟, Muhammad Husain. Al-Mīzān fī Tafsīr Al-Qur‟an. Bairut:

Muassasah Al-A‟la. 1983.

Umar, Nasaruddin, et. al, (eds). Ensiklopedia Al-Qur‟an Kajian Kosakata.

Jakarta: Lentera Hati. 2007.

Wahyuni, Niniek Sri dan Yusniati. Manusia dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca

Exact. 2004

Az-Zabidī, Muhammad Murtadha bin Muhammad al-Husainī. Tāj Al-„Ārūs min

Jawir Al- Qāmūs. Bairūt: Dārul Kutub al-„Ilmiyah. 2007.

Zakariyā, Abū al-Husain Ahmad bin Fāris bin. Mu‟jam Maqāyis Al-Lughah. T.tp:

Dārul Fikr. t.t.

Az-Zamakhsyarī, Mahmūd bin ‟Umar bin Muhammad. Tafsīr Al-Kasysyā „an

Haqāiq Ghawāmidh At-Ta‟wīl wa ‟Uyūn Al-Aqāwīl fī Wujūh At-Ta‟wīl.

Bairūt: Dārul Kutub Al-‟Ilmiyah. 2009.