34
KDM (Iren.Tauran S.kep.NS.M.kes) DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 1. AFRIANTI.LESTALUHU 2. HANA.TATIRATU 3. IBNU.RAHMADI 4. IRFAN.AMDY 5. LIA.LISAHRA SALEH 6. PUJI.ISLAMIYANTI KAIMUDIN 7. RUMTI.LAANDE 8. SARAH.ANAKOTAPARY 9. VIVI.LISAHARA RUPI TINGKAT : I.A Yayasan Wahana Bhakti Karya Husada Akademi Keperawatan “ Rumkit TK III Dr.R.A.Latumeten “

KDM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keebutuhan dasar manusia

Citation preview

KDM

(Iren.Tauran S.kep.NS.M.kes)

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2

1. AFRIANTI.LESTALUHU2. HANA.TATIRATU3. IBNU.RAHMADI4. IRFAN.AMDY5. LIA.LISAHRA SALEH6. PUJI.ISLAMIYANTI KAIMUDIN7. RUMTI.LAANDE8. SARAH.ANAKOTAPARY9. VIVI.LISAHARA RUPI

TINGKAT : I.A

Yayasan Wahana Bhakti Karya HusadaAkademi Keperawatan

“ Rumkit TK III Dr.R.A.Latumeten “

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmatnya yang memberikan potensi kesuksesan pada kami. Dengan akal, penglihatan, pendengaran, dan hati kita bisa meraih segala sesuatu yang di inginkan atas berkahnya juga kami selaku kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul KDM MEMENUHI KEBUTUHAN CAIRAN. dengan di buat makalah ini bertujuan agar kita sebagai pelajar dapat mengetahui materi tentang KDM MEMENUHI KEBUTUHAN CAIRAN

apa bila ada kata, kalimat, atau penulisan yang salah kami selaku kelompok 2 memohon maaf , karena setiap manusia tidak luput dari kesalahan. Karena kita juga masi dalam tahap belajar dan dengan kerendahan hati, kritik dan saran kami sangat nantikan

Ambon, 10 APRIL 2015

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangB. Tujuan

BAB IIPEMBAHASANA. MEMENUHI KEBUTUHAN CAIRAN PERORALB. MEMENUHI KEBUTUHAN CAIRAN PARENTERALC. MERAWAT LUKA INFUSD. MENGANTI CAIRAN INFUSE. MEMONITOR CAIRAN INFUSF. MELEPASKAN INFUS

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANB. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis,

yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan

tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara

keseluruhan, katagori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adsalah; bayi baru

lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita

dewasa 55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan.

Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh,

dan jenis kelamin.

TUJUAN

1. Agar kita mengetahui pengertian cairan dan memenuhi kebutuhan cairan peroral

2. Agar kita mengertahui pengertian dan memenuhi kebutuhan cairan perenteral

3. Untuk mengetahui bagaimana perawatan pada luka infuse

4. Untuk mengertahui pengertian tujuan menganti cairan infus

5. Untuk mengetahui pengertian memonitoring cairan infuse

6. Untuk mengetahui pengertian melepaskan infuse

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR CAIRAN

Cairan tubuh adalah cairan yang terdapat dalam tubuh manusia, yang padadasarnya

dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Cairan Ekstra sel terdiri dari cairan intertisial (CIS) dan cairan intravaskuler.

Cairan intertisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh

dan menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh, membentuk 20% berat

tubuh.

2. Cairan Intera sel adalah cairan didalam membran sel yang berisi substansi

terlarut yang penting untuk keseimbangan cairan serta untuk metabolisme intrasel.

Membentuk 40% berat tubuh.

Fungsi Cairan Tubuh

1. Membentuk struktur tubuh

2. Sarana transportasi

3. Metabolisme sel

4. Pelarut elektrolit dan non elektrolit

5. Memelihara suhu tubuh

Macam-macam Dehidrasi

Dehidrasi dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1. Dehidrasi ringan, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,2 ± 2 liter.

2. Dehidrasi sedang, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Kehilangan cairan mencapai 5 ± 10% BB atau 2 ± 4 liter dan mata terlihat

cekung.

3. Dehidrasi berat, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :Pengeluaran cairan

sebanyak 4 - liter atau mencapai 10% BB, hipotensi, turgor kulit jelek, uliguria, nadi

dan napas meningkat.

A. Pemberian Cairan Peroral

Pemberian cairan peroral adalah pemberian cairan melalui oral atau mulut pada klien yang mengalami

gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit. Cairan ini diberikan per-oral diminum

seperti biasa. Bila penderita tidak bisa meminumnya secara biasa, dipasang

“Nasogastric Tube (NGT)”. Jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam pertama 1800 cc

yaitu 600 cc cairan perjam. Perhitungan pemberian cairan setelah 3 jam tersebut

adalah 100 cc cairan per-oral setiap jam ditambah sejumlah cairan per-oral sesuai

dengan pengeluaran tinja setiap jam sebelumnya.

Jenis cairan yang diberikan melalui oral adalah:

1. Menurut WHO – Manila: 4 g NaCl, 2 g NaHCO3  , 20 g Glukosa dan 1½ g Na

citrat dalam 1 liter air.

2. Rumus Namru – 2: 7g NaCl, 2½ g NaHCO3 , 3½ g K citrat dan 20 g Glukosa

dalam 1 liter air.

3. Cairan 5 : 4 : 1 yang terdiri dari 5 g NaCl, 4 g NaHCO3, dan 1 g KCL dalam 1 liter

air.

4. Garam diare/elektrolit

TUJUAN

1. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

2. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi, cairan dan elektrolit sesuai

dengan program pengobatan.

3. Mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.

INDIKASI

1. Pada pasien yang bisa makan sendiri.2. Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri.3. Mencegah dan mengobati kekurangan cairan (dehidrasi) akibat diare, mencret

dan muntaber. Kontraindikasi : Mual atau pun muntah-muntah

PROSEDUR KERJA

Persiapan Pasien

– Memperkenalkan diri (kontrak)

– Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan.

– Menjelaskan tujuan

– Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan

– Pasien disiapkan dipinggir tempat tidur

Persiapan perawat

– Mempersiapkan diri

Persiapan Lingkungan

– Menutup pintu atau jendela atau memasang sampiran

 

Persiapan Alat

– Baki alas penyajian

– Serbet makan

– Piring berisi nasi atau bubur

– Mangkok berisi sayur atau kuah

– Piring kecil berisi lauk

– Sendok makan

– Sendok garpu

– Gelas berisi air minum

– Sedotan atau pipet

– tisu

cara keja

– Bawa alat-alatnya kedekat pasien

– Perawat mencuci tangan

– Pasangkan atau beri pasien serbet untuk alas

– Hidangkan makanan dan minuman kedekat pasien dengan hati-hati

– Bantu pasien untuk memotong lauknya bila diinginkan

– Persilahkan pasien untuk makan dan minum

– Bila pasien tidak bisa makan dan minum sendiri , suapi pasien sedikit demi sedikit sambil berkomunikasi dengan pasien

– Memberi pasien minum obat (sesuaikan dengan dosis yang diberikan)

– Berikan pasien buah setelah selesai makan (bantu pasien jika tidak bisa mengkonsumsi buah sendiri)

– Membersihkan mulut dan sekitarnya dengan serbet atau tisu

– Kembalikan pasien ke posisi semula yang nyaman

– Bereskan alat dan perawat mencuci tangan

B. PEMBERIAN CAIRAN PARENTERAL

Pemberian cairan parenteral merupakan tindakan memasukkan cairan melalui

intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan

pengobatan dan pemberian makanan. Infus merupakan tindakan yang dilakukan pasien

dengan cara memasukan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan

tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan

pemberian nutrisi parenteral

Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke

dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan

elektrolit, darah, maupun nutrisi (Perry & Potter, 2006). Pemberian cairan intravena

disesuaikan dengan kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh

yang hilang. Pemberian cairan intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang

dilakukan oleh perawat.

a)      Tujuan pemasangan infus

Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral

Memperbaiki keseimbangan asam basa

Memperbaiki volume komponen-komponen darah

Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh

Memonitor tekan Vena Central (CVP)

Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.

b)     INDIKASI Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan

pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti

furosemid, digoxin)

Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui Intra vena

Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit

Pasien yang mendapatkan tranfusi darah

Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.

c)      KONTRAINDIKASI

Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau thrombosis

 Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh

Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis

Vena yang sklerotik atau bertrombus

 Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula

 Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit

Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)

 Lengan yang mengalami luka bakar (Asta Qauliyah,2006)

d)     Daerah pemasangan infusPemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui

sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok.

Vena bagian mana saja yang boleh dipasang infus?

Permukaan dorsal tangan- Vena Sevalika- Vena supervisial dorsalis- Ramus Vena Dorsalis- Vena Basilika

Pemukaan lengan bagian dalam- Vena Basilika- Vena Sevalika- Vena kubital median

- Vena Median lengan bawah- Vena radialis

Permukaan Dorsal kaki- Vena Savenamagna- Fleksus Dorsalis- Ramus Dorsalis

e)      Prinsip pemasangan infus

Prinsip pemasangan infus pada pediatric (anak)

Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)

Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindunga agar tidak mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)

Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang minimal

Prinsip pemasangan infuse pada lansia

Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran darah lebih lancar sehingga hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan meningkat.

Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan subkutan lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah tempat insersi

Penggunaan sudut 5 – 15 ° saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena vena lansia lebih superficial

Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan jumlah pemakaian plester.

g.      Jenis Cairan Infus:

1.Cairan hipotonik.

Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum

(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam

serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam

pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari

osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel

yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya

pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.

Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari

dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan

peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.

Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik.

Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati

serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam

pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi

(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki

risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal

jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL),

dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik.

Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,

sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam

pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi

urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan

cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%

+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,

demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,

trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung

  Na 130 mEq

                     K 4 mEq

                     Cl 109 mEq

                     Ca 3 mEq

                     Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang

mengalami gangguan hati

Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik

dibanding RL pada neonatus

Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada

anestesi dengan isofluran

Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000

ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko

memperburuk edema serebral.

KA-EN 1B

Indikasi:

Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada

kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan

sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100

ml/jam

KA-EN MG3

Indikasi :

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit

dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada

keadaan asupan oral terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium 20 mEq/L

Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4B

Indikasi:

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko

hipokalemia

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi: Na 30 mEq/L,K 8 mEq/L,Cl 28 mEq/L,Laktat 10 mEq/L,  

Glukosa 37,5gr/L

Otsu-NS

Indikasi:

Untuk resusitasi

Kehilangan Na> Cl, misal diare

Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,

insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

AMIPAREN

Indikasi:

Stres metabolik berat

Luka bakar

Infeksi berat

Kwasiokor

Pasca operasi

Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600

Indikasi:

Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

Penderita GI yang dipuasakan

Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)

Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G

Indikasi:

Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

Nutrisi dini pasca operasi

Tifoid

      H. Prosedur pemasangan infuse 

Persiapan alat dan bahan Cairan infus Infus set jarum infuse (20-22G untuk dewasa, 24-26G untuk anak-anak) pengalas tourniquet (untuk membendung aliran darah vena) kapas alcohol Plaster Gunting pencukur rambut kassa steril betadin bengkok sarung tangan sekalipakai spolk (bila perlu) Persiapan Pasien/Lingkungan klien diberi penjelasan tenteng hal-hal yang dilakukan saat pemasangan infuse

dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik.jika keadaan memungkinkan. pakaian klien pada daerah yang akan di pasang infuse, harus di buka (untuk

mempermudah saat pemasangan infus) dan mencari venanya identifikasi vena yang dapat di akses untuk tempat pemasangan jarum IV atau

kateter : hindari daerah penonjolan tulang gunakan vena dibagian yang paling distal terlebih dahulu hindarkan pemasangan selang intra vena di pergelangan tangan klien, di daerah

yang mengalami peradangan, di ekstermitas yang sensasinya menurun. bila pada lingkungan banyak klien, perlu dipasang sampiran. CARA KERJA siapkan peralatan dan bawa ke dekat klien cuci tangan siapkan cairan infuse dan infuse set buka kemasan steril dengan menggunakan tekhnik aseptic R = mencegah kontaminasi pada objek steril

periksa larutan dengan menggunaan “lima tepat” : tepat klien tepat obat (tanggal kadaluarsa) waktu dosis (tetesan infuse yang di butuhkan) rute (jalan yang diberikan melalui IV)

Yakinkan tambahan resep (missal : kalium dan vitamin) telah di tambahkan. Observasi kebocoran kantung cairan.

R = larutan IV adalah obat dan harus dengan hati-hati diperiksa untuk mengurangi resiko kesalahan. Larutan yang berubah warna , mengandung partikel, atau kadaluarsa tidak di gunakan. Kebocoran kantung menunjukkan kesempatan kontaminasi dan tidak boleh di gunakan.

buka penutup botol invus dan buka set infuse dengan mempertahankan sterilitas dari kedua ujung.

R = mencegah bakteri masuk ke peralatan infuse dan aliran darah. empatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm di bawah ruang drip dan gerakkan klem

rol pada posisi “off” R = kedekatan klem rol pada ruang drip memungkinkan pengaturan lebih akurat

tentang kecepatan aliran. Gerakkan klem pada “off” mencegah penetesan cairan pada klien, perawat, tempat tidur, atau lantai.

lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastic. Tusukkan set infuse ke dalam kantung cairan atau botol.

R = memberi akses untuk insersi slang infuse ke dalam larutanNB=jangan menyentuh jarum penusuk botol infuse karena bagian ini steril.jika misal jarum jatuh kelantai, buang slang IV tersebut dang anti dengan yang baru.

aliran larutan IV pada slang infuse. Tekan ruang drip dan lepaskan, ini memungkinkan pengisian 1/3 sampai ½ penuh.

R = menjamin slang bersih dari udara sebelum penyambungan ke IV, dan mencegah udara masuk ke dalam slang.

pelindung jarum tidak di lepas dan lepaskan klem rol untuk memungkinkan cairan mengalir dari ruang drip melalui slang ke adapter jarum. Kembalikan klem rol ke posisi “off” setelah slang terisi.

R = pengisian lambat slang menurunkan turbelens dan terbentuknya gelembung. Keluarkan udara dari slang dan biarkan slang terisi larutan. Penutupan klem mencegah kehilangan cairan yang tidak sengaja.

Yakinkan slang bersih dari udara dan gelembung udara. R = gelembung udara besar dapat bertindak sebagai emboli Pasang perlak Jika ada rambut, cukur daerah tersebut ± 2 inchi / 5cm R = Mengurangi resiko kontaminasi dari bakteri pada rambut. Juga membantu

mempertahankan keutuhan balutan intra vena dan membuat pelepasan plester tidak terlalu menimbulkan nyeri. Pencukuran dapat menyebabkan mikroabrasi dan menjadi predis posisi terjadinya infeksi ( metheny,1996).

Apabila memungkinkan, letakkan ekstermitas pada posisi dependen ( dalam keadaan ditompang sesuatu).

R = Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat dilihat. Siapkan alat2 yang tidak steril: Pasang perlak dibawah tangan/area yang akan di infuse Siapkan kasa steril Buka insersi bevel R =  untuk mempermudah saat melakukan tindakan pasang tourniquet ± 5-7 inchi / 10-15 cm di atas / di daerah yang akan ditusuk R = tourniquet menekan aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri.

Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alcohol dengan arah melingkar dari tengah ketepi

R = agar terhindar dari mikroorganisme / tidak terkontaminasi Lakukan fungsi vena. Fiksasi vena dg meregangkan kulit berlawanan dg arah

insersi 5-7 cm dari arah distal ke tempat fungsi vena ONC = insersi bevel (bagian ujung jarum yang miring) dg membentuk sudut 20-

30 derajat searah dg aliran balik darah vena distal terhadap tempat fungsi vena yang sebenarnya.

R = memungkinkan perawat menempatkan jarum  menjadi  pararel dg vena sehingga saat vena difungsi,resiko menusuk vena sampai tembus keluarr berkurang

Lihat aliran balik melalui srelang jarum aliran balik darah di ONC,yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki vena. Jika sudah terasa pas masuk ke vena  insersi bevel di landaikan dan di masukkan sampai penuh

R=penggunaan jari yang sama mempengaruhi terjadinya sensitifitas terhadap kajian yang lebih baik tentang kondisi vena.Rendahkan jarum sampai hamper menyentuih kulit. Masukkan lagi kateter sekitar seperempat inci ke dalam vena dan kemudian longgarkan stylet(bagian pangkal jarum yang di masukkan ke vena)

Stabilkan kateter dg salah satu tangan ,lepaskan tourniquet dan lepaskan stylet dari ONC, tekan ujung area penusukan.

R = Mengurangi aliran balik darah Hubungkan adapter jarum infuse ke hub ONC atau jarum. Jangan sentuh titik

masuk adapter jarum atau bagian dalam hub ONC . R = dengan menghubungkan set infuse dengan tepat,kepatenan vena dicapai.

Mempertahankan sterilisasi. Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infuse dengan kecepatan

tertentu untuk mempertahankan kepetenan selang intra vena. R= Memungkinkan aliran vena dan mencegah obstruksi aliran larutan IV. Fiksasi kateter IV atau jarum: Lepaskan sarung tangan sebelah kiri R = agar plester tidak menempel pada sarung tangan. Tempelkan plester kecil(1-25 cm) di bawah hub kateter dg sisi perekat kearah

dan silangkan plester diatas hub. R : Mencegah kateter lepas darivena tanpa sengaja. Berikan sedikit larutan atau salep yodium-povidin pada tempat pungsi vena.

Biarkan larutan mengering sesuai dengan kebijakan lembaga. R : Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptic topical yang

mengurangi bakteri pada kulit dan mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan trasparan, larutan yodium-povidin direkomendasikan ; salep mengganggu perekatan balutan pada kulit.

Tempelkan plester kecil yang kedua, langsung silangkan ke hub kateter. R : Mencegah terlepasnya infuse IV secara tidak sengaja tempatkan kasa balutan yang berukuran 4 cm di atas fungsi vena dan hub

kateter. Jangan menutupi hubungan antara selang intravena dan hub kateter.

Tempelkan 2 lembar plaster mengikuti panjang kasa atau sepanjang 9 cm. sarung tangan dapat di lepas supaya tidak menempel ke plaster

Fiksasi selang infuse ke kateter dengan sepotong plester berukuran 2,5 cm. R : Menstabilkan hubungan infuse dengan kateter lebih lanjut. Buang sarung tangan dan rapikan alat yang sudah di gunakan ,selanjutnya cuci

tangan R = mengurangi penularan mikroorganisme Tulis tanggal ,waktu pemasangan selang IV ,ukuran jarum, dan tanda tangan

serta inisial perawat pada plaster. R = Memberikan data yang cepat tentang tanggal insersi IV dan dapat di ketahui

penggatian balutan selanjutnya Atur kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit R = memoertahankan kecepatan aliran larutan IV yang benar Observasi klien setiap jam untuk menentukan responnya terhadap terapi cairan: Jumlah larutan benar dan sesuai dangan program yang ditetapkan Kecepatan aliran benar (tetesan  per menit ) Kepatenan intra vena Tidak terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi. R = memberikan evaluasi type dan jumlah cairan yang di berikan kepada klien

secara berkesinambungan. inspeksi per jam mencegah terjadinya beban cairan berlebih tanpa sengaja atau hidrasi yang tidak adekuat

Evaluasi Setelah di lakukan pemasangan infuse pada klien, tidak terlihat atau terdapat

tanda-tanda peradangan. Dokumentasi

C. PROSEDUR PERAWATAN INFUS

A.    Definisi Perawatan infus adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada tempat pemasangan infus.Perawatan infus adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi lokal atau infeksi pada pasien yang menggunakan infus.

B.    Tujuan1.    Mencegah terjadinya infeksi2.    Mencegah terjadinya flebitis pada tindakan pemasangan infus3.    Menghindari adanya pendarahan 4.    Menghindari adanya pembengkakan

C.    Indikasi 1. Pasien yang mengalami ketidaknyamanan pada tempat pemasangan infus2.     Pasien yang terpasang infus

D.    Alat yang digunakan1.    Pinset anatomi steril : 2 buah2.    Kasa steril3.    Sarung tangan steril4.    Gunting plester5.    Plester / hipavix6.    Lidi kapas7.    Alcohol 70% / wash bensin dalam tempatnya8.    Iodine povidon solution 10% / sejenis9.    Penunjuk waktu10.    NaCl 0,9 %11.    Bengkok 2 buah, satu berisi cairan desinfektan

E.Prosedur Tindakan 1.    Mengatur posisi pasien (tempat tusukan infus terlihat jelas)2.    Memakai sarung tangan3.    Membasahi plester dengan alcohol / wash bensin dan buka balutan dengan menggunakan pinset

4.    Membersihkan bekas plester

5.    Membersihkan daerah tusukan & sekitarnya dengan NaCl

6.    Mengolesi tempat tusukan dengan iodine cair / zalf

7.    Menutup dengan kassa steril dengan rapi

8.    Memasang plester penutup

9.    Mengatur tetesan infus sesuai program

 

D. TUJUAN MENGGANTI CAIRAN INFUS

Melanjutkan rehidrasi cairan dan elektrolit untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh.

LANGKAH KEGIATAN  Pastikan kebutuhan klien akan penggantian botol cairan infus dan cek cairan infus

sesuai 5 benar : > benar nama pasien, benar cara, benar cairan, benar waktu,

benar dosis

  Siapkan alat : jam tangan, plester K/P

  Sampaikan salam

  Jelaskan prosedur kepada pasien

  Dekatkan alat ke samping tempat tidur, jaga kesterilan alat

  Buka plastic botol cairan, jika ada obat yang perlu di drip dalam cairan sekalian

dimasukkan dengan spuit melalui mulut botol, tutup kembali

  Matikan klem infus set, ambil botol yang terpasang

  Ambil botol yang baru, buka tutupnya, kemudian tusukkan alat penusuk pada infus

setke mulut botol infus dari arah atas dengan posisi botol tegak lurus

  Gantung kantung/botol cairan

  Periksa adanya udara di selang, dan pastikan bilik drip terisi cairan

  Atur kembali tetesan sesuai program

  Evaluasi respon pasien dan amati area sekitar penusukan infus

  Bereskan alat

  Sampaikan salam

  Cuci tangan

  Dokumentasikan tindakan

JENIS INFUS SET  Makro à tiap 20 tetes adalah sejumlah 1 cc. biasa untuk orang dewasa  Mikro à tiap 60 tetes adalah sejumlah 1 cc. biasa digunakan untuk bayi dan anak2

RUMUS DEWASA  Tetesan permenit = jumlah cairan yg masuk / lamanya infus ( jam ) x 3 atau  Tetesan permenit = kebutuhan cairan x faktor tetesan / lamanya infus ( jam ) x 60

menit # faktor tetesan bermacam2 ex : 10 tpm, 15 tpm, 20 tpm dll

Contoh soal  Tn. Adam dirawat di RS dengan diare,memerlukan rehidrasi cairan RL 1000 cc

dalam 1 jam , maka tetesan per menitnya adalah….  Tetesan permenit = 1000 / 1x3 = 333 tpm Atau  Tetesan permenit = 1000x20/1x60 = 333 tpm   

ANAK  Tetesan permenit = jumlah cairan yang masuk / lamanya nfus ( jam )

Contoh soal An. Nia dirawat di RS dengan muntaber, memerlukan cairan RL 250 cc dalam 2 jam, berapa tetesan permenit nya

  Tetesan permenit = 250 / 2 = 125 tpm

RUMUS  1 cc = 20 tpm makro = 60 tpm mikro  Ex : infus 500 cc diberikan pada seorang pasien 20 tpm habis dalam berapa jam ?

Jika dalam mikro ?  1 cc = 20 tpm makro à berarti pasien diberikan 1 cc per menit  Sediaan infus 1 botol = 500 cc  Berarti akan habis dalam ? 500 / 60 mnt = 8, 33 jam kalau dlm mikro dikali 3 = 24,

99 jam  1 cc = 20 tpm makro = 60 tpm mikro

  Ex : infus 500 cc diberikan pada seorang pasien 20 tpm habis dalam berapa jam ? Jika dalam mikro ?

E. MONITORING INFUS INTREVENA

Pengertian Monitoring Infus Intrevena Monitoring Infus intravena adalah pemantauan perawat untuk mencatat hasil dari data pasien sebelum maupun setelah melakukan tindakan perawatan infus. pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk memeriksa terhadap proses berikut objek atau untuk mengevaluasi kondisi atau kemajuan menuju tujuan hasil manajemen atas efek tindakan dari beberapa jenis antara lain tindakan untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan

a) Pengaturan tetesan infus        Monitoring merupakan tangung jawab perawat dan meliputi laju arus infus sambil memastikan kebetahan dan keselamatan pasien/klien. Laju arus infus ditetapkan menurut perintah dokter, dokter mungkin telah menentukan jumlah infus dalam 8 atau 24 jam. Laju infus dihitung berdasarkan jumlah tetes larutan per menit. Dibawah ini disertakan rumus yang dapat digunakan untuk menentukan laju arus infus :Jumlah tetes per menit = Tetesan infus diatur sesuai pogram pengobatan, tidak boleh teralu cepat atau terlalu lambat. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tetesan, yakni : Jumlah mililiter/jam.jumlah tetesan dihitung dengan mebandingkan voleme cairan yang harus diberikan ( ml ) dengan lamanya pemberian ( jam ).Contoh : 3000 ml cairan RL. Harus diberikan dalam 24 jam. Dengan demikian jumlah tetesan =

                                = 125ml/jam      Tetesan/menit. Jumlah tetesan dihitung dengan mengalikan jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) dengan faktor tetes, kemudian membaginya dengan lama pemberian (menit). Faktor tetes detentukan berdasarkan alat yang digunakan.Rumusan pemberian cairan:               Contoh:seorang klien datang dengan keluhan mual dan muntah yang terus menerus. dari pengkajian itu di temukan tanda-tanda dehidrasi sedang. Berdasarkan pemeriksaan, klien harus mendapatkan terapi cairan intervena. Dokter menginstruksikan pemberian 3 kolf RL dalam 24 jam.Dengan demikian jumlah tetesan infus/menit untuk klien tersebut adalah :

Tetes/menit  = = 20,8 tetes/menit = 21 tetes/ menit

Faktor tetes, atau jumlah tetes per milimeter, ditentukan oleh ukuran bukan pada peralatan infus. Faktor tetes yang lebih banyak di pergunakan adalah 15 tetes/ml, 20 tetes/ml, 60  tetes/ml.

b) Pemeliharaan laju infus Banyak faktor yang mengubah laju arus infus intravena : Ketinggian letak botol larutan infus di banding posisi pasien- Tekanan darah pasien/klien, dan- Posisi pasien sendiri dapat mempengaruhi.

Perawat perlu terus menerus mengecek infus dalam selang waktu yan teratur. Pemeliharaan laju infus penting karena implikasinya yang berkaitan dengan keseimbangan cairan tubuh pasien. Arus infus yang terlalu lambat dapat menyebabkan terjadinya deficit (kekurangan) karena masukan tidak dapat mengiimbangi pengeluaran, atau memperlambat pemulihan keseimbangan.

C) Perawatan Selama Pemasagan Infus Intravena Perhatikan pasien selama perasat dijalankan kecepatan tetesan harus diobservasi dengan ketat untuk memastikan

kecepatan jumlah cairan yang diinfuskan. Tinggi kantong infus juga akan mempengaruhi tetesan karena gravitasi meningkatkan kecepatan aliran.

Daerah tusukkan infus harus dipantau untuk memastikan tidak adanya tanda-tanda infeksi dan kanula harus tetap berada pada tempatnya dan tidak tersumbat

Kanula harus dibilas secara teratur, setiap selesai pemberian obat IV. Bagi pasien yang masih kekurangan cairan maka diharuskan untuk

menggantikan cairan infus yang sudah kosong dengan cairan yang baru. Jika selang infus terjadi penyumbatan atau kerusakan maka harus segera

diganti. Perhatikan keadaan penderita selama dipasang infus bila terjadi reaksi tersebut

infus dihentikan dahulu dan laporkan pada dokter Jangan sampai ada udara masuk kedalam pembuluh udara Bekerja selalu dan ingat dasar-dasar aseptik dan aterilitet Catatlah macam cairan dan banyaknya tetesan permenit Denyut nadi dan tensi darah harus dikontrol selama perasat dijalankan

F. MELEPASKAN INFUS

PengertianMelepaskan  infus adalah pencabutan cairan yang telah dimasukkan ke dalam

tubuh pasien melalui pembuluh darah karena keadaan pasien yang sudah membaik.

TujuanAgar tidak timbulnya reaksi alergi, emboli udara, infeksi, edema paru-paru pada

pasien.

INDIKASI :Bagi pasien yang sudah mendapat izin dari dokter untuk pulang, sembuh dan bagi

pasien yang sudah terpenuhi oksigennKONTRA INDIKASI:

Bagi pasien yang belum sembuh dan mendapatkan izin dari dokter untuk pulang sarta belum terpanuhi oksigennya.

Persiapan Alat 1. Perlak dan pengalas 2. Sarung tangan

3. Kapas alkohol larutan antiseptik (klorheksidin glukonat 2%, alcohol 60-90% atau PVI 10%

4. Plester bedah atau band aid steril, kasa 2x2 cm, 5. Gunting plester

Prosedur

1. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan 2. Mendekatkan alat 3. Mencuci tangan 4. Memasang perlak dan pengalas 5. Memakai sarung tangan 6. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas alkohol 7. Melepas plester dan kassa dari kulit

8. Menekan tempat tusukan dengan kapas alkohol dan mencabut infus pelan-pelan 9. Menekan kapas alkohol dengan plester 10. Membereskan alat dan merapikan pasien 11. Melepas sarung tangan 12. Mencuci tangan 13. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Cairan dan elektrolit sangat penting di dalam tubuh manusia. Memenuhi kebutuhan cairan pada manusia melalui oral dan perenteral di lakukan pada pasien yang dehidrasi dan kekurangan cairan. untuk membantu menstabilakan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia . untuk memenuhi kebutuhan cairan maka pemasangan infus dilakukan agar kebutuhan cairan dalam tubuh bisa kembali normal.selama dalam masa pemenuhan kebutuhan cairan harus di perhatikan atau merawat pasien mulai dari menganti cairan,memonitor cairan, singga melepaskan cairan apabila keadan pasien sudah baik. Atau kebutuhan cairalnya sudah normal.

SARAN

Untuk memenuhi cairan pada pasien yang dehidrasi atau kekurangan cairan perawat atau tenagan kesehatan, harus bisa memperhatikan keadan pasien. Agar tidak terjadi kesalahan atau luka karena infeksi dan hal-hal yang tidak di inginkan. Dan untuk memenuhi kebutuhan caiaran pada manusia setidaknya minum air.

DAFTAR PUSTAKA

http://septalatief.blogspot.com/2012/07/askep-kebutuhan-cairan-elektrolit-dan_12.html#ixzz2OKypSQ9j (22 Maret 2013)

Potter, Patricia A. Buku ajar Fundamental Keperawatn : konsep, proses, dan praktik/praticia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahasa, Renata komalasari. Penerbit Jakarta : EGC, 2005Wahit Iqbal Mubarak. Buku ajar Kebutuhan Dasar Manusia : teori & aplikasi dalam praktik. Penerbit, Jakarta : EGC, 2007.