Kawasan Kota Lama Semarang

  • Upload
    hha6204

  • View
    166

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

Kawasan Kota Lama Semarang (1) Indotoplist.com : Berdasarkan sejarahnya, kota Semarang memiliki suatu kawasan yang ada pada sekitar abad 18 menjadi pusat perdagangan. Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kawasan Kota Lama. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng VIJHOEK.Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : HEEREN STRAAT. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut DE ZUIDER POR.

Jalur pengangkutan lewat air sangat penting hal tersebut dibuktikan dengan adanya sungai yang mengelilingi kawasan ini yang dapat dilayari dari laut sampai dengan daerah Sebandaran, dikawasan Pecinan. Masa itu Hindia Belanda pernah menduduki peringkat kedua sebagai penghasil gula seluruh dunia. Pada waktu itu sedang terjadi tanam paksa( Cultur Stelsel ) diseluruh kawasan Hindia Belanda. Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga OUTSTADT. Luas kawasan ini sekitar 31 Hektar. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga mendapat julukan "LITTLE NETHERLAND". Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Ditempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. Kota Lama Semarang ini adalah daerah yang bersejarah dengan banyaknya bangunan kuno yang dinilai sangat berpotensi untuk dikembangkan dibidang kebudayaan ekonomi serta wilayah konservasi.

MERCUSUAR Dibangun pada tahun 1884. Pembangunan mercusuar ini berkaitan dengan pembangunan kota Semarang sebagai kota Semarang sebagai kota Pelabuhan oleh Pemerintah kolonial untuk pengangkutan ekspor gula ke dunia. Pada masa abad XIX Indonesia waktu itu bernama Hidia Belanda pernah menduduki peringkat kedua sebagai penghasil gula dunia. Bangunan Mercusuar ini adalah satu-satunya di Jawa Tengah.

STASIUN K.A. TAWANG Stasiun Tambak Sari di Jalan Pengapon, dibangun oleh (NEDERLANDSCHE INDISCHE SPOORWEGMAATSCHARIJ), Diresmikan OLEH Gubenur Jenderal MR. BARON SLOET VAN DE BEELE. Stasiun ini menggantikan stasiun sebelumnya dibangun pada 16 Juni 1864 sampai dengan 10 Februari 1870 yang melayani jalur Semarang - Jogja - Solo. Karena Stasiun itu tidak memenuhi syarat lagi, karena bertambahnya volume pengangkutan maka dibangunlah Stasiun Tawang. Arsitek gedung ini adalah JP DE BORDES. Bangunan ini selesai dibangun pada bulan Mei 1914. Bangunan ini mempunyai langgam arsitektur yang Indische yang sesuai dengan kondisi daerah tropis. bangunan ini mempunyai sumbu visual dengan Gereja Blenduk sehingga menambah nilai kawasan. Bangunan ini termasuk "tetenger" Kota Semarang.

PT. MASSCOM GRAPHY Terletak di Jl. Merak 11 - 15. Gedung ini semula dimiliki oleh HET NOORDEN yaitu surat kabar berbahasa Belanda. Gedung ini mempunyai nilai yang tinggi merupakan cikal bakal dunia pers di Semarang. Setelah kemerdekaan, gedung ini di nasionalisasikan oleh Indonesia dan dipakai oleh Harian Umum SUARA MERDEKA, selama lebih dari 30 tahun. Saat ini bangunan ini dialih gunakan untuk PT. MASSCOM GRAPHY yang merupakan perusahaan percetakan surat kabar di Suara Merdeka Group.

Polder Tawang Menurut fungsinya Polder Tawang merupakan suatu sistem untuk memproteksi air limpahan dari luar kawasan dam mengendalikan muka air di dalam Kota Lama. Komponen sistem polder ini terdiri dari : tanggul, pintu air, saluran, kolektor, pompa air dan kolam retensi. Dengan luas lahan 1 ha. Polder yang terletak di depan Stasiun Tawang yang mempunyai daerah tangkapan 70 ha. Bagian utara dibatasi rel kereta api, timur dibatasi jalan Ronggowarsito, selatan oleh jalan Petudungan dan barat oleh Kali Semarang.

Di luar permasalahan teknis, pengelolaan sistem polder ini merupakan penanganan yang sulit, terutama dalam menjaga kebersihan dan pemanfaatan kolam retensi sebaik-baiknya, sehingga kolam dapat dijadikan sebagai penambah daya tarik Kota Lama. Karena itu kita perlu mencermati tiga hal positif berkaitan dengan pembangunan polder tersebut :y

y y

Memberikan ruang terbuka bagi masyarakat sekitar. Lingkungan yang semula terkesan "hitam" kumuh dan menyeramkan menjadi lebih tertata sehingga dapat menghidupkan kembali citra Kota Lama. Kolam bisa berfungsi sebagai obyek rekreasi keluarga dan tempat interaksi sosial masyarakat, setidaknya sebagai alternatif tempat hiburan setelah Simpanglima. Penyediaan air untuk mananggulangi kebakaran dan penyiraman tanaman kota.

GEREJA BLENDUK Berusia lebih dari 200 tahun dan dijadikan "tetenger" (Landmark) kota Semarang. Terletak di Jalan Let Jend. Suprapto no.32. Dinamai gereja Blenduk karena dibagian atas 2 menara dan sebuah kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti Blenduk. Bangunan ini mulai berdiri pada tahun 1753, digunakan untuk gereja NEDERLANDSCHE INDISCHE KERK. Gedung ini diperbaiki lagi pada tahun 1756, 1787, dan 1794. Pada tahun 1894 bangunan ini dirombak seperti keadaan sekarang. Arsitek pembangunan ini adalah HPA DE WILDE dan WWESTMAS. Keberadaan gereja ini berperan besar terhadap perkembangan agama kristen di Semarang.

SUSTERAN ORDO FRANSISKAN Terletak di Jl. Ronggowarsito no. 8.Yayasan ini adalah milik katholik. Semula pada tahun 1808 Pastur LAMBERTS PRINSEN memprakarsai pendirian rumah yatim piatu Katholik untuk putra diberi nama WEESHUIS. Pada tahun 1870 datang sekelompok suster dari Ordo FRANSISKAN ke Semarang. Lalu seorang arsitek bangsa Belanda M. NIESTMAN Merancang bangunan di lokasi tersebut untuk susteran. Bangunan ini dimulai pada tanggal 16 Pebruari 1906. Pada tanggal 15 Juni 1915 Asrama untuk anak-anak putra pindah ke lokasi baru yaitu di Jl. Dr.Wahidin saat ini, sedangkan lokasi tersebut digunakan khusus untuk susteran. Penggunaan

tanah ini untuk Kapel Susteran, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Balai Pengobatan. Komplek ini memanjang dari Jl. R. Patah sampai Jl. StaSIUN Tawang. Sebelum kemerdekaan bangunan ini pernah digunakan untuk markas tentara GURKHA Sumber : Pemerintah Kota Semarang (semarang.go.id)

Kota Lama SemarangLaporan Ekskursi ke Semarang, Kamis 30 Oktober 2008 Setelah mengikuti ekskursi mata kuliah Teori Arsitektur 01 grup B dengan mengadakan jalanjalan ke kota Semarang, maka ada banyak hal yang telah dipelajari dari perjalanan tersebut. Sejumlah tempat di kota Semarang telah sempat dikunjungi seperti Kota lama, Stasiun Tawang, Gereja blenduk, Lawang Sewu, Sam Poo Khong, dan perjalanan terakhir dengan makan malam di kota Simpang Lima. Dari sejumlah tempat yang dikunjungi tersebut, bagi saya tempat yang cukup menarik dan berkesan adalah saat berkunjung ke Kota Lamanya.

Gambar 1: Salah satu bangunan yang ada di Kota Lama Mengapa? Saat berada di Kota Lama tersebut, kita akan menjumpai banyak bangunan-bangunan tua yang di dominasi oleh arsitektur kota Belanda dengan area jalan yang sebagian besar terdiri dari con block dan di setiap persimpangan jalan kita akan menemui berbagi pola yang digambarkan di atas jalan. Tentunya hal tersebut akan memberikan kesan seolah-olah kita berada di salah satu kota tua yang berada di luar negeri. Jika diamati ada beberapa bangunan yang sempat tidak terawatt karena sudah tidak dipakai dan difungsikan lagi, beberapa bangunan yang sudah mulai mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor usia dan alam. Selain itu kehadiran beberapa bangunan baru di Kota lama tersebut yang tidak terarah dan tidak mendominasi bangunan-bangunan sebelumnya sebetulnya bisa mengancam keberadaan Kota Lama tersebut. Perjalanan di Kota Lama dimulai dengan kunjungan pertama ke Stasiun Tawang.

Gambar 2: Stasiun Tawang Stasiun Tawang merupakan stasiun induk di Kota Semarang. Stasiun Tawang ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia yang diresmikan pada tahun 1868. Dan seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan dilanjutkan hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta. Untuk lokasinya sendiri pun begitu startegis karena adanya kolam yang cukup besar yang terletak di depan Stasiun tersebut tepatnya diseberang jalan. Sehingga pemandangan Stasiun Tawang akan lebih menarik jika kita mengamatinya dari tempat tersebut pada sore dan malam hari.

Gambar 3: Kolam besar yang terletak di depan stasiun Tawang yang juga merupakan Tempat menikmati pemandangan Stasiun Tawang pada sore dan malam hari Setelah Stasiun Tawang, tempat selanjutnya yang kita kunjungi adalah Gereja Blenduk. Dalam perjalanan ke Gereja Blenduk tersebut kita melewati berbagai bangunan-bangunan tua yang ada di Kota Lama seperti Pabrik Rokok Perahu Layar, Kantor Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Tengah, Gedung Marba, dan Kantor asuransi Jiwa Sraya yang berada tepat di depan Gereja Blenduk tersebut.

Gambar 4: Pabrik Rokok Praoe Lajar di Kota Lama yang sampai sekarang masih tetap aktif

Gambar 5: Gedung Marba Gedung Marba ini awalnya digunakan sebagai kantor usaha pelayaran, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), dan digunakan juga untuk toko modern yang satu-satunya ada pada waktu itu. Akan tetapi saat ini sudah tidak ada lagi aktivitas dalam bangunan tersebut sehingga digunakan untuk gudang. Dinamakan Marba untuk mengenang jasa seorabg warga negara Yaman yang memprakarsai pembangunan bangunan ini yaitu Marta Badjunet.

Gambar 6: Gereja Blenduk yang merupakan GPIB Imanuel di Kota Lama Semarang Gereja Blenduk merupakan salah satu obyek wisata yang paling menarik yang ada di Kota Lama Semarang. Karena masih sangat terawat dan masih dipergunakan untuk Gereja GPIB Immanuel. Gereja Blenduk juga merupakan gereja kristen tertua di daerah Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di Kota tersebut pada tahun 1753. Pada awal berdiri Gereja Blenduk digunakan sebagai tempat ibadah orang-orang Belanda. Bentuknya yang seperti sekarang ini telah melewati tahap-tahap perombakan pada tahun 1894, bentuknya tersebut bertahan hingga sampai pada saat sekarang ini. Di dalam Gereja ini terdapat orgel balok seperti yang terdapat di beberapa gereja tua di Indonesia. Di sekitar gereja ini juga terdapat bangunan-bangunan tua yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda. Dari perjalanan tersebut saya pun dapat mempelajari hal-hal sebagai berikut:y

y

y

y y

Peninggalan dari zaman dulu harus dihargai dan dilestarikan. Di Kota Lama ada sebagian bangunan tua yang masih difungsikan, tapi ada juga yang sudah tidak terpakai sama sekali. Sehingga kerusakan bangunan tersebut pun terjadi karena sudah tidak terawat lagi. Bertambah pengetahuan dan inspirasi terlebih dalam menentukan bentuk-bentuk ornamen dalam arsitektur. Karena secara umum bentuk-bentuk bangunan yang ada di Kota Lama tersebut mengikuti bentuk bangunan yang ada di Benua Eropa. Hal tersebut terlihat pada detail-detail bangunan, ornamen-ornamen yang identik dengan gaya eropa. Bertambah pengetahuan dalam menetukan tata letak kota, sehingga dapat menentukan mana yang menjadi pusatnya. Seperti halnya Kota Lama yang dibuat memusat dengan Gereja Blenduk dan Kantor-Kantor Pemerintahan sebagai pusatnya, karena pada saat itu pusat pemerintahan di Eropa adalah Gereja dan Gubernurnya. Gereja terlibat dalam pemerintahan, demikian pula sebaliknya. Mengetahui sebuah bentuk nyata sejarah kota Semarang dan sejarah Indonesia pada umumnya. Bangunan Kota Lama Semarang Direnovasi

y

y

y

y

y

y y y

y y

y

y

Semarang, Rabu--Sebuah gedung cagar budaya di kawasan Kota Lama Semarang, yakni bekas pabrik Limun Fresh di Jalan Taman Srigunting 5-6 mulai direnovasi untuk dijadikan galeri seni sebagai lokasi baru Galeri Semarang yang saat ini beralamat di Jalan Dr. Cipto. Pemilik Galeri Semarang, Chris Dharmawan di Semarang, Selasa, mengatakan, pemindahan lokasi Galeri Semarang ke kawasan kota lama KCM/Jodhi Yudono sebagai upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang dijuluki "Little Folder di depan Stasiun Tawang untuk menampung air pasang Netherland" ini. "Seperti di luar negeri, galeri biasa dibangun di gedung cagar budaya dan ini sangat tepat. Pemilihan lokasi baru ini juga untuk merangsang kota lama untuk dihidupkan kembali," katanya. Pengamatan Antara di Semarang, Selasa, Sejumlah pekerja mulai sibuk membersihkan bangunan yang temboknya masih terlihat kokoh. Sementara beberapa bagian di dalam gedung terlihat rusak, seperti lantai di tingkat dua yang terbuat dari kayu, sebagian sudah lapuk karena terus menerus terkena air hujan dari atap yang bocor. Beberapa ruangan di lantai satu juga masih digenangi air. Karena lama tidak difungsikan, sejumlah kelelawar telah menjadi penghuni tetap bangunan yang dulu dimiliki oleh saudagar kaya Semarang, Tasripin. Selain itu, sejumlah pohon juga tumbuh disela-sela tembok dan kayu baik di lantai satu maupun dua. Menurut Chris, renovasi diperkirakan akan memakan waktu sekitar enam bulan. Sebagai bangunan cagar budaya, katanya, untuk merenovasinya membutuhkan izin yang lebih ketat dibanding bangunan biasa. Seperti syarat agar pemilik bangunan tidak mengubah bentuk aslinya. "Izinnya sudah keluar, semua pihak mendukung upaya reviltalisasi ini. Semua tetap dibuat seperti aslinya, seperti lantai yang dipertahankan memakai kayu," katanya. Ia mengatakan, image kota lama sebagai kawasan yang kumuh akibat banjir dan rob memang masih melekat. Namun, dibutuhkan keberanian melangkah untuk mengubah image tersebut. Sebelumnya, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jateng Widya Wijayanti pernah mengungkapkan bahwa untuk menghidupkan kawasan kota lama atau citywalk perlu adanya pengisian aktivitas di gedung-gedung yang ada. Salah satu contoh pengisian kegiatan memanfaatkan bangunan kuno kawasan Kota Lama adalah penggunaan gedung eks pengadilan negeri menjadi rumah makan.