110
ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM KARYA DESAIN KARTU POS Proyek Studi Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : Nama : Irfan Fatchu Rahman NIM : 2401404036 Prodi : Pendidikan Seni Rupa Jurusan : Seni Rupa FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

  • Upload
    dohuong

  • View
    247

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG

SEBAGAI OBJEK DALAM KARYA DESAIN KARTU POS

Proyek Studi

Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata Satu

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Nama : Irfan Fatchu Rahman

NIM : 2401404036

Prodi : Pendidikan Seni Rupa

Jurusan : Seni Rupa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009

Page 2: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Proyek Studi ini dipertanggungjawabkan di hadapan sidang panitia ujian

Proyek Studi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Hari : Selasa

Tanggal : 21 Juli 2009

Panitia Ujian

Ketua

Drs. Dewa Made K., M.PdSn. NIP. 131404317

Sekretaris

Drs. Syafii, M.Pd. NIP. 131472572

Penguji I

Drs. Sudarmono, M.Si. NIP. 130604217

Penguji II/Pembimbing II

Drs. Ruswondho NIP. 131568913

Penguji III/Pembimbing I

Supatmo, S.Pd., M.Hum. NIP. 132243691

Page 3: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Keterbatasan membuat anda akan jauh berpikir dan memaksimalkan apa yang

anda punyai (Penulis).

PERSEMBAHAN

1. Ayah dan Ibu serta Keluargaku

2. Akademisi UNNES

3. Semua temanku

Page 4: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

iv

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat serta

kehendak-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proyek studi ini. Penulis

sadar bahwa apa yang tertuang dalam penulisan proyek studi ini masih jauh dari

sempurna, baik bentuk maupun isinya. Meskipun demikian penulis berharap

semoga penulisan proyek studi ini dapat sedikit memberikan sumbangan yang

bermanfaat bagi kalangan pecinta fotografi, desain dan seni rupa; pengamat Kota

Lama Semarang; pengkoleksi kartu pos; promosi pariwisata Kota Semarang.

Umumnya di kalangan mahasiswa dan khususnya Jurusan Seni Rupa Unnes

sendiri.

Dengan diselesaikannya proyek studi ini, penulis menyampaikan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. selaku Rektor Unnes.

2. Prof. Dr. Rustono, M.Hum. selaku Dekan FBS Unnes, atas berbagai

kemudahan yang diberikan.

3. Drs. Syafii, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Seni Rupa FBS Unnes, yang telah

memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Proyek Studi ini.

4. Supatmo, S.Pd., M.Hum., selaku Pembimbing pertama atas motivasinya.

5. Drs. Ruswondho, selaku Pembimbing kedua atas semua waktu dan

motivasinya.

6. Dosen – dosen Seni Rupa Unnes.

7. Krisna Murti atas masukan dan diskusinya.

Page 5: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

v

8. Bapak Seno dan Widya Mitra atas tempat dan dukungan untuk

penyelenggaraan pameran Proyek Studi ini.

9. Aji AS atas sharing-nya, Abikara untuk bantuannya Chabib DH dan Diah

Sekar Widhi atas tulisannya untuk pengantar pameranku.

10. Teman-teman yang selalu setia, dan banyak membantu hingga Proyek Studi

ini selesai, anak – anak BYAR Creative Industry, Aktivis dan Partisipan KtoK

Project, anak – anak Importal dan Kronik di Hobnob dan Widya Mitra, genk

Family di Sendangguwo, anak – anak wiwiek’nfriends, Lina dengan Sindikat

Babi Jahatnya dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebut satu persatu,

terutama untuk semua teman angkatan 2004.

11. Para partisipan proyek kolaborasi “Kartu Pos Kota Lama Semarang dari Saya

untuk Anda”

12. Penyemangatku, kedua orang tuaku, kedua adikku, hal – hal personal dan

keseharian yang menginspirasi.

13. Almarhum Andry Moch. yang menginspirasi dan saya contoh.

Semoga amal dan kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Akhir kata penulis berharap semoga persembahan yang sangat sedikit ini

dapat dipetik manfaatnya.

Semarang, Juli 2009

Penulis

Page 6: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

vi

SARI

Judul : Arsitektur Kota Lama Semarang Sebagai Objek dalam Karya Desain Kartu Pos Penulis : Irfan Fatchu Rahman Dosen Pembimbing : Supatmo, S.Pd., M.Hum. dan Drs. Ruswondho Kata kunci : Arsitektur, Kota Lama Semarang, Desain, Kartu Pos Kawasan Kota Lama Semarang adalah daerah bersejarah dengan banyaknya bangunan kuno yang berpotensi untuk dikembangkan secara kebudayaan, ekonomi serta wilayah konservasi yang menjadi kawasan pariwisata yang patut dikunjungi yang masih menawarkan eksotisme kota tua Kota Lama Semarang. Ada sekitar lima puluh bangunan tua yang masih berdiri dengan kokoh di Kawasan Kota Lama Semarang. Hal inilah yang melatarbelakangi proyek studi ini yaitu, untuk mengabadikan juga mempromosikan arsitektur Kota Lama Semarang sebagai objek dalam karya desain kartu pos. Tujuan dari proyek studi ini adalah: (1) mendokumentasikan aset cagar budaya peninggalan Pemerintahan Kolonial Belanda di Semarang yaitu arsitektur Kota Lama Semarang, (2) menggambarkan kondisi terkini arsitektur Kota Lama Semarang, (3) menawarkan bentuk promosi wisata berupa kartu pos untuk mempromosikan arsitektur Kota Lama Semarang sebagai tujuan wisata yang menawarkan eksotisme kota tua. Media yang digunakan dalam proses penciptaan karya ini yaitu kamera digital SLR (Single Lens Reflect) merk Nikon tipe D60 dengan lensa AF-S NIKKOR 18 – 55 mm dan filter UV Haze merk Marumi, komputer PC Windows Pentium IV; 2, 40 GHz; 512 MB RAM; VGA on board; 160 GB Harddisc Drive; Monitor LG Studioworks 15 inchi dan Software pendukung Adobe Photoshop CS2 dengan filter Nikon Color Effect Pro 3.0, CorelDRAW X3; kertas Ivory 190 – 230 gram dan kertas foto Premium, media internet berupa e-mail. Proses berkarya adalah: (1) praproduksi, (2) produksi, (3) pascaproduksi. Hasil proyek studi ini berupa karya fotografi dan desain dengan objek arsitektur Kota Lama Semarang. Jumlah karya keseluruhan tiga belas buah dengan ukuran 12 R (28 cm x 40 cm) terdiri dari sebelas foto dengan posisi horisontal (landscape) dan dua foto vertikal (portrait) dan berbingkai. Objek – objek dalam karya tersebut disajikan dalam warna berkesan kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Sebagian besar karya kartu pos ditampilkan secara horisontal (landscape) disesuaikan dengan bentuk gedung yang memanjang ke samping maka, sebagian besar dipotret dengan posisi landscape. Beberapa di antaranya ditampilkan secara vertikal (portrait) karena bentuk gedungnya yang menjulang ke atas. Penulis menyarankan bahwa untuk berkarya kartu pos hendaknya diperhatikan hal-hal seperti pertimbangan mengangkat objek atau tema yang akan ditampilkan dalam karya desain kartu pos tersebut. Terlebih dulu dikaji atau dilakukan pengamatan seksama pada objek yang akan diangkat. Karena sebuah kartu pos yang baik adalah menampilkan gambar dan warna yang menarik.

Page 7: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iii

PRAKATA .................................................................................................. iv

SARI ........................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Tema .................................................................. 1

B. Alasan Pemilihan Jenis Karya ........................................................ 4

C. Tujuan Pembuatan Proyek Studi ..................................................... 6

D. Manfaat Proyek Studi ...................................................................... 6

BAB II LANDASAN KONSEPTUAL

A. Desain ............................................................................................ 9

1. Pengertian Desain .................................................................... 9

2. Pengertian Desain Komunikasi Visual .................................... 10

3. Desain Kartu Pos ..................................................................... 11

B. Arsitektur ....................................................................................... 15

C. Kawasan Kota Lama Semarang ..................................................... 16

BAB III METODE BERKARYA

A. Media Berkarya .............................................................................. 19

B. Proses Berkarya ............................................................................. 21

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS KARYA

A. Karya I ............................................................................................ 28

B. Karya II ........................................................................................... 33

C. Karya III .......................................................................................... 38

D. Karya IV ......................................................................................... 43

E. Karya V ........................................................................................... 48

F. Karya VI ......................................................................................... 53

Page 8: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

viii

G. Karya VII ....................................................................................... 58

H. Karya VIII ....................................................................................... 63

I. Karya IX ......................................................................................... 68

J. Karya X .......................................................................................... 73

K. Karya XI ......................................................................................... 78

L. Karya XII ........................................................................................ 83

M. Karya XIII ...................................................................................... 88

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ......................................................................................... 93

B. Saran ............................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 96

LAMPIRAN

A. Curriculum Vitae Penulis

B. Katalog Pameran

C. Foto Pameran

D. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi/ Tugas Akhir

E. Lembar Konsultasi

F. Keterangan Selesai Bimbingan Skripsi Mahasiswa

G. Surat Keputusan Ujian Skripsi/ Tugas Akhir

Page 9: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Tema

Lahirnya Kota Semarang diawali pada tahun 1398 Saka/ 1476 Masehi,

dengan kedatangan seorang pemuda di daerah bukit-bukit Mugas dan Bergota,

yang pada masa itu masih merupakan sebuah jazirah/ semenanjung, termashur

dengan nama Pulau Tirang (Budiman, 1978: 36).

Ki Pandan Arang, demikian nama pemuda itu mendapat tugas untuk

mengIslamkan para pelajar yang bertempat tinggal di Pulau Tirang dan daerah-

daerah sekitarnya. Setelah usahanya berhasil, ia kemudian mendirikan pondok di

daerah Pegisikan yang dulunya berupa daerah pinggir lautan dan berubah menjadi

daratan karena kesaktiannya. Banyak pengikutnya pindah bersamanya. Daerah

pemukimannya kian lama kian ramai, dan akhirnya dinamakan Semarang

(Budiman, 1978: 36). Konon nama Semarang diambil karena pada waktu itu kian

hari daerah yang ditempati oleh Ki Pandan Arang kian subur. Di sela-sela

kesuburan itu kemudian muncul pohon asam yang jarang (Bahasa Jawa: asem

arang), sehingga Ki Pandan Arang memberikan gelar atau nama daerah itu

menjadi Semarang.

Ditambahkan dari sumber lain (www.semarang.go.id), berdirinya Kota

Semarang diawali dengan diangkatnya Ki Ageng Pandan Arang sebagai Bupati

Semarang yang pertama oleh pemerintahan Kasultanan Demak. Sebagai pusat

pemerintahaan kadipaten saat itu adalah di sekitar Kanjengan, dengan peninggalan

Page 10: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

2

antara lain Masjid Kauman. Setelah Ki Ageng Pandan Arang wafat, digantikan

oleh puteranya bernama Pandan Arang II yang diangkat oleh Kasultanan Demak

pada tanggal 2 Mei 1547, yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Kota

Semarang. Pada masa Kasultanan Demak, Semarang berkembang pesat dengan

difungsikannya Pelabuhan Semarang sebagai pelabuhan dagang dan pusat

penyiaran Agama Islam.

Pada abad XVI Portugis datang ke Semarang dan membangun pemukiman

di sekitar Kali Semarang yang kini terkenal sebagai Kawasan Kota Lama. Ketika

Semarang berpindah di bawah kekuasaan Pajang dan Mataram dari Kasultanan

Demak, pada tahun 1646 bangsa Belanda datang. Kemudian membangun

pemukiman di wilayah pemukiman Portugis. Selanjutnya, Belanda membangun

pemukiman dan kantor dagang sendiri. Pada tahun 1678, Raja Mataram

Amangkurat II menggadaikan Pelabuhan Semarang dan sekitarnya kepada VOC

atas bantuannya memadamkan pemberontakan Trunojoyo yang meluas ke

Kaligawe. VOC kemudian membangun benteng pertahanan segi lima di Sleko

bernama De Vijfhoek yang akhirnya mereka bongkar sendiri demi pengembangan

wilayah dan tuntutan zaman.

Kota Semarang semakin berkembang pesat ketika VOC memindahkan

pusat pertahanan militer dan kantor dagangnya dari Jepara ke Semarang pada

tahun 1705 dan 1773. Segala fasilitas warga kota tersedia, dari pemukiman,

pertokoan, tempat ibadah, rumah sakit, panti asuhan, hingga pengadilan (Kompas;

Kamis, 28 Juni 2007).

Moderenisasi Kota Semarang memang dimulai dari kawasan ini, kawasan

Page 11: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

3

yang kelak disebut Kota Lama Semarang atau Oudestad van Semarang. Tak heran

jika kawasan ini menjadi aset penting dan sekaligus cagar budaya yang harus

dilestarikan. Salah satu gedung yang manjadi landmark Kota Semarang adalah

Gereja Blenduk yang hingga kini masih digunakan dan terawat dengan baik.

Kawasan ini menjadi salah satu objek wisata yang disinggahi wisatawan bila ke

Semarang.

Kawasan Kota Lama ini, selain menjadi cagar budaya juga menjadi aset

wisata Kota Semarang. Jalan atau lorong-lorong di Kawasan Kota Lama ini

sekarang telah dibenahi dengan cara dipasang paving block. Paving blocknya pun

sebagian digunakan paving block berwarna-warni. Beberapa lampu juga dibuat

dengan gaya Indies. Sayangnya kawasan ini juga tidak bebas dari rambahan para

penghuni liar (gelandangan) yang mencoba menempati beberapa ruang di gedung-

gedung tersebut yang dianggap (seolah-olah) tidak bertuan. Tentu saja hal ini

cukup mengganggu pemandangan dan keutuhan benda cagar budaya ini. Air rob

(air pasang) dari Laut Jawa sering menggenangi sebagian kawasan ini. Bisa

ditebak akibat dari itu semua, yakni kawasan cagar budaya yang sebelumnya juga

diandalkan untuk salah satu objek wisata ini menjadi tidak begitu diminati oleh

wisatawan (Sartono, 2004).

Kondisi Kawasan Kota Lama Semarang sekarang sudah sedikit berbeda

dengan renovasi dan pemanfaatan yang dilakukan oleh beberapa pihak tentu saja

pemilik gedung-gedung itu sendiri. Penulis melihat ada upaya untuk

menghidupkan kembali kawasan yang dijuluki sebagai Little Netherland ini.

Setidaknya itu yang sempat penulis baca dalam sebuah artikel yang berisi

Page 12: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

4

wawancara dengan pemilik Galeri Semarang atas alasannya memindahkan galeri

tersebut ke Kawasan Kota Lama. Pemerintah Kota Semarang sendiri juga

mempunyai niat bagus dalam upaya menghidupkan kembali Kawasan Kota Lama

Semarang dengan didirikannya sebuah badan yang bertugas mengelola Kawasan

Kota Lama Semarang yaitu BPK2L (Badan Pengelola Kawasan Kota Lama).

Alasan penulis mengangkat arsitektur Kota Lama Semarang sebagai objek

berkarya dalam proyek studi ini adalah:

1. Kondisi Kawasan Kota Lama Semarang semakin hari menunjukkan

perkembangan pemeliharaan gedung-gedung secara fisik terlihat baik

maka, diperlukan upaya untuk mendokumentasikan kondisi tersebut

karena berkaitan dengan perkembangan kawasan.

2. Perlu dilakukan pemetaan dan pendataan serta dokumentasi perkembangan

Kawasan Kota Lama Semarang sebagai cagar budaya peninggalan

Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia terkait dengan upaya promosi

kawasan tersebut menjadi tujuan pariwisata.

Dengan menjadikan arsitektur Kota Lama Semarang sebagai objek

dalam karya desain kartu pos, maka/ ada upaya untuk ikut berpartisipasi dalam

usaha promosi pariwisata dan mendokumentasikan aset cagar budaya peninggalan

Pemerintahan Kolonial Belanda di Semarang.

B. Alasan Pemilihan Jenis Karya

Berkarya adalah kegiatan pokok seorang seniman dan tentunya para

mahasiswa seni rupa yang sedang merintis diri menjadi seniman. Dalam kondisi

Page 13: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

5

ini penulis adalah mahasiswa Jurusan Seni Rupa UNNES dengan Program Studi

Pendidikan Seni Rupa yang diharapkan menjadi seorang pendidik atau guru seni

rupa. Mahasiswa seni rupa dengan program tersebut selain berkarya juga harus

menguasai materi. Hal ini sesuai dengan kebutuhan lapangan, karena mahasiswa

tersebut akan menjadi seorang guru yang mentransfer ilmu yang didapatnya dari

bangku perkuliahan kepada siswa-siswanya.

Berkaitan dengan kegiatan akademik, selama ini penulis telah menempuh

semua mata kuliah seni rupa dengan hasil yang cukup. Di antarannya adalah mata

kuliah gambar, proyeksi, ilustrasi, seni lukis, seni grafis, seni patung, kerajinan,

desain komunikasi visual, komputer grafis, dan lain-lain. Bidang yang menjadi

perhatian khusus penulis adalah desain komunikasi visual dan komputer grafis

yang sudah sedikit ditekuni semenjak duduk di bangku kelas 3 SMA. Serta

pembahasan materi fotografi yang diberikan dalam mata kuliah seni grafis 2, dan

saat ini masih ditekuni untuk kepentingan studi dan profesi sebagai juru foto dan

juru desain lepas. Hal tersebut menjadikan desain dan fotografi sebagai pilihan

penulis untuk berkarya dalam proyek studi ini maupun berkesenian.

Desain dan fotografi selama ini diyakini sebagai media yang akan terus

berkembang dan memungkinkan untuk dieksplorasi dari segi artistik dan

komunikasi yang diciptakannya atau wacana yang dibicarakannya. Dalam hal ini

tema promosi dengan bentuk kartu pos dalam desain dan informasi di dalamnya

berupa foto serta keterangan yang disertakan coba diangkat. Sedikit kuno memang

bila dilihat perkembangan teknologi informasi yang berkembang cepat, tetapi

penulis berkeyakinan kartu pos masih digunakan untuk mengirimkan kabar,

Page 14: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

6

ucapan selamat atau penggambaran suatu rasa meskipun tidak lagi banyak

diproduksi secara fisik atau bentuk cetak. Selain itu, kartu pos menjadi sebuah

souvenir/ cinderamata dari kota tempat wisata yang mereka singgahi. Cinderamata

yang tak akan lekang oleh waktu.

Desain kartu pos tersebut juga semakin berkembang. Ide-ide membuat

desain juga semakin cepat didapat dan dengan mudahnya mendapat referensi dari

internet. Karena perkembangan teknologi memungkinkan hal tersebut. Dari sini

penulis berkeinginan untuk bereksplorasi dalam membuat desain kartu pos

tersebut.

C. Tujuan Pembuatan Proyek Studi

Berdasarkan rumusan masalah di atas, proyek studi ini bertujuan untuk:

1. Mendokumentasikan aset cagar budaya peninggalan Pemerintahan

Kolonial Belanda di Semarang yaitu arsitektur Kota Lama Semarang.

2. Menggambarkan kondisi terkini arsitektur Kota Lama Semarang.

3. Menawarkan bentuk promosi wisata berupa kartu pos untuk

mempromosikan arsitektur Kota Lama Semarang sebagai tujuan wisata

yang menawarkan eksotisme kota tua.

D. Manfaat Proyek Studi

Melalui proyek studi ini, penulis berkeinginan menginformasikan/

menggambarkan kondisi terkini kawasan wisata Kota Lama Semarang. Dari hal

ini wisatawan akan mengetahui mengapa Kota Lama Semarang menjadi tujuan

Page 15: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

7

wisata. Gedung mana saja yang perlu dikunjungi dan diapresiasi dengan

memotretnya, pantaskah Kota Lama Semarang menjadi tujuan wisata yang

dikunjungi.

Proyek studi ini nantinya akan melibatkan teman-teman penulis sebagai

bagian dari target promosi. Memanfaatkan jaringan untuk melakukan kerja agen

promosi yaitu mengenalkan karya yang penulis buat serta mengenalkan arsitektur

Kota Lama Semarang. Ini dimaksudkan agar promosi yang dilakukan tercapai.

Meskipun masih dalam jaringan pertemanan. Ini berkaitan dengan fungsi dari

kartu pos itu sendiri sebagai cara berkomunikasi dan berkembang menjadi

souvenir/ cinderamata. Apa yang penulis lakukan adalah upaya untuk

berkolaborasi serta mendayagunakan potensi jaringan pertemanan serta

kemampuan teman penulis untuk ikut mempromosikan Kota Lama Semarang

sebagai tujuan wisata.

Seniman tidak bisa lagi membiarkan audiensnya hanya dilihat sebagai

target penikmat. Tetapi seniman dapat melihatnya sebagai bagian dari kerja

berkeseniannya atau ikut dalam pembuatan karya dan bagian dari diskusi

karyanya. Seniman dalam hal ini bertindak sebagai inisiator, menjadi penggerak

kreativitas massa, misalnya melakukan kolaborasi. Seniman membuat karya,

kemudian massa yang dilibatkan dibiarkan untuk menciptakan tambahan/

kebaruan ide dari karya asli tersebut.

Penulis berharap, pada akhirnya proyek studi ini dapat memberikan

manfaat secara pribadi yaitu penulis akan dikenal sebagai seniman merangkap

agen promosi Kota Semarang, setidaknya menjadi kebanggaan pribadi. Bagi

Page 16: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

8

Pemerintah Kota Semarang, karya-karya yang dihadirkan dalam pameran nantinya

dan tersebar di internet lewat jaringan pertemanan dunia maya setidaknya menjadi

promosi pariwisata sederhana, murah dan gratis.

Page 17: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

9

BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Desain

1. Pengertian Desain

Akar-akar istilah desain, hakikatnya telah ada sejak zaman purba, dengan

pengertian yang amat beragam. Istilah ‘Arch’, ‘Techne’, ‘Kunst’, ‘Kagunan’,

‘Kabinangkitan’, ‘Anggitan’, dan sebagainya merupakan bukti-bukti bahwa

terdapat istilah-istilah yang berkaitan dengan kegiatan desain, hanya

penggunaannya belum menyeluruh dan dinilai belum bermuatan aspek-aspek

moderenitas seperti yang dikenal sekarang (Sachari & Sunarya, 2000: 4). Di awal

perkembangannya, istilah desain masih berbaur dengan seni dan kriya. Namun

ketika seni moderen mulai memantapkan diri dalam wacana ekspresi murni,

desain mulai memantapkan diri pada aspek fungsi dan industri. Hingga tahun

1970-an istilah desain masih tercampur aduk dengan istilah seni terapan dan

kerajinan.

Sachari dan Sunarya berpendapat bahwa dalam dunia seni rupa Indonesia

kata desain kerap dipadankan dengan: reka bentuk, reka rupa, tata rupa, perupaan,

anggitan, rancangan, rancang bangun, gagas rekayasa, perancangan kerangka,

sketsa ide, gambar busana, hasil keterampilan, karya kerajinan, kriya, teknik

presentasi, pengayaan, komunikasi rupa, denah, layout, ruang (interior), benda

yang bagus, pemecah masalah rupa, dalam kata kerja mendesain berarti: menata,

mengkomposisi, merancang, merencana, menghias, memadu, menyusun,

Page 18: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

10

mencipta, berkreasi, mengkhayal, merenung, menggambar, menyajikan karya.

Kata desain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992: 227) dapat

berarti bentuk; rancangan. Sedangkan mendesain menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1992: 227) adalah membuat desain; membuat rancangan pola; dan

sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa desain berkaitan dengan proses kreatif. Proses

kreatif seorang desainer tidak terjadi secara spontan tetapi melalui rangkaian

proses intelektual karena di dalamnya terdapat hasil pemikiran dari seorang

desainer.

2. Pengertian Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep

komunikasi dan ungkapan daya kreasi, yang diaplikasikan dalam berbagai media

komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis terdiri dari gambar

(ilustrasi), huruf, warna, komposisi dan layout. Semuanya itu dilakukan guna

menyampaikan pesan secara visual, audio, dan audio visual kepada target sasaran

yang dituju. Desain komunikasi visual sebagai salah satu bagian dari seni terapan

yang mempelajari tentang perencanaan dan perancangan berbagai bentuk

informasi komunikasi visual. Perjalanan kreatifnya diawali dari menemukenali

permasalahan komunikasi visual, mencari data verbal dan visual, menyusun

konsep kreatif yang berlandaskan pada karakteristik target sasaran, sampai dengan

penentuan visualisasi final desain untuk mendukung tercapainya sebuah

komunikasi verbal-visual yang fungsional, persuasif, artistik, estetis, dan

komunikatif. Artinya, menurut Sumbo Tinarbuko desain komunikasi visual dapat

Page 19: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

11

dipahami sebagai salah satu upaya pemecahan masalah (komunikasi, komunikasi

visual) untuk menghasilkan suatu desain yang paling baru di antara desain yang

baru (Tinarbuko, 1998: 66).

3. Desain Kartu Pos

Sebuah kartu pos biasanya berbentuk segi empat, dibuat dari kertas tebal

yang digunakan untuk mengirim kabar tanpa menggunakan amplop. Pada tahun

1861 John P. Charlton dari Philadelphia mematenkan benda ini dan menjualnya

ke HL Lipman. Penggunaan kartu pos segera menyebar ke Eropa dan kemudian

ke penjuru dunia lain, bersamaan dengan makin tersedianya akses untuk

perjalanan ke tempat jauh (Ash Shiddiq, 2007).

Salah satu benda pos yang pertama kali diluncurkan penggunaannya pada

1 Oktober 1869 di Austria dengan nama Correspondez-Karte ini pada

perkembangan selanjutnya ternyata bukan hanya menjadi sarana berkomunikasi,

tetapi juga bisa disimpan untuk dipertukarkan dengan benda serupa atau dengan

benda-benda lain. Nama Correspondez-Karte sengaja dipilih karena sesuai

dengan kegunaan kartu tersebut, yaitu sebagai alat korespondensi.

Fungsi lain ini ditemukan pada Agustus 1870. Ketika itu, Schwartz di

Oldenburg, Jerman, menciptakan kartu pos dari potongan kayu. Kartu pos milik

Schwartz itu adalah kartu pos bergambar pertama di dunia. Sejak itu pula,

pemerintah setempat melakukan regulasi kartu pos. Kartu pos yang bisa beredar

hanya kartu pos yang diproduksi pemerintah dan pengirimannya harus

menggunakan perangko yang dicetak pihak swasta, tetapi harus dibeli dari

pemerintah. Nasib Schwartz berubah, yang semula bisa memproduksi kartu pos,

Page 20: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

12

setelah kebijakan itu ia hanya bisa melukis di atas kartu-kartu pos yang diproduksi

pemerintah. Kemudian pemerintah Jerman memberikan izin kepada hotel dan

tempat-tempat lain untuk mencetak kartu pos dengan berbagai gambar yang bisa

digunakan sebagai alat promosi. Pada awalnya, kartu pos bergambar itu hanya

mampu membuat pesan yang disampaikan dalam lima kata, karena ruang yang

tersisa sudah habis untuk menulis alamat dan nama si pengirim. Kartu pos

bergambar mengalami masa keemasan sekitar tahun 1900 – 1918. Mulai muncul

minat banyak kalangan untuk mengoleksi kartu pos

(www.indonesianewsonline.com/prangko/stamps/news/kartupos.htm).

Pada perkembangannya, kartu pos tidak lagi banyak dicetak di era digital

ini. Karena jasa yang diberikan oleh kantor pos mulai dikalahkan oleh teknologi

SMS telepon seluler dan e-mail pada jaringan internet. Penggunaan kartu pos

konvensional kini sudah digantikan oleh kartu pos digital macam layanan

Bluemountain, termasuk kartu ucapan Selamat Lebaran atau Tahun Baru.

Dalam proyek studi ini, penulis akan membuat karya desain sebuah kartu

pos sebagai alat untuk memberikan informasi, berkomunikasi/ memberi kabar

kepada orang lain sekaligus sebagai alat promosi pariwisata. Di samping itu kartu

pos tersebut dapat dijadikan souvenir/ cinderamata. Dalam hal ini penulis sengaja

memilih arsitektur Kota Lama Semarang sebagai objek untuk melengkapi desain

kartu pos yang penulis buat. Karena menurut penulis, Kawasan Kota Lama

Semarang adalah salah satu kawasan yang eksotik bagi para wisatawan dan paling

sering dipotret untuk kenang-kenangan.

Karya dibuat berdasarkan kerja desain komunikasi visual yaitu;

Page 21: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

13

menemukenali permasalahan berupa kondisi arsitektur Kota Lama Semarang

sekarang dan upaya promosi yang kurang dilakukan, mencari data verbal dan

visual arsitektur Kota Lama dari berbagai sumber termasuk situs resmi milik

Pemerintah Kota Semarang. Selanjutnya disusunlah sebuah konsep dari apa yang

telah didapat. Didapat konsep bahwa perlu adanya promosi kawasan tersebut

sebagai tujuan pariwisata.

Eksekusi konsep dilakukan dengan melakukan pemetaan di lapangan

berdasarkan data verbal dan visual yang diperoleh. Gedung atau titik strategis

mana yang sekiranya bisa dipakai untuk image kartu pos tersebut. Tentunya

semua dilakukan berdasarkan pertimbangan menciptakan image yang menarik

perhatian dari arsitektur Kota Lama Semarang tersebut dari informasi yang ada.

Karena sebuah kartu pos yang baik di dalamnya terdapat gambar sederhana tetapi

menarik perhatian dengan warna yang menarik pula tentunya serta gambar mudah

dimengerti. Karena penerima kartu pos biasanya hanya mempunyai waktu satu

sampai dua menit untuk melihatnya sebelum akhirnya memutuskan untuk

menyimpan atau membuangnya.

Kemudian, rancangan kartu pos yang sudah jadi akan langsung

dipamerkan, tentunya ini sudah melalui tahap asistensi dengan dosen

pembimbing. Proyek studi ini selain nantinya memamerkan karya penulis juga

akan memamerkan karya hasil kolaborasi partisipan dengan penulis. Partisipan di

sini dimaksudkan sebagai bagian target promosi. Memanfaatkan jaringan untuk

melakukan kerja agen promosi yaitu mengenalkan karya yang penulis buat serta

mengenalkan arsitektur Kota Lama Semarang. Ini dimaksudkan agar promosi

Page 22: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

14

yang dilakukan tercapai. Meskipun masih dalam jaringan pertemanan. Ini

berkaitan dengan fungsi dari kartu pos itu sendiri sebagai cara berkomunikasi dan

berkembang menjadi souvenir/ cinderamata. Apa yang penulis lakukan adalah

upaya untuk berkolaborasi serta mendayagunakan potensi jaringan pertemanan

serta kemampuan teman penulis untuk ikut mempromosikan Kota Lama

Semarang sebagai tujuan wisata.

Seniman tidak bisa lagi membiarkan audiensnya hanya dilihat sebagai

target penikmat. Tetapi seniman dapat melihatnya sebagai bagian dari kerja

berkeseniannya atau ikut dalam pembuatan karya dan bagian dari diskusi

karyanya. Seniman dalam hal ini bertindak sebagai inisiator, menjadi penggerak

kreativitas massa, misalnya melakukan kolaborasi. Seniman membuat karya,

kemudian massa yang dilibatkan dibiarkan untuk menciptakan tambahan/

kebaruan ide dari karya asli itu.

Lalu bagaimana caranya? Sebetulnya ada dua cara/ modus berkesenian.

Pertama, mengirimkan karya desain kartu pos lewat jalur konvensional melalui

kantor pos atau jasa kurir mengirimkan langsung ke alamat yang akan dituju dan

meminta partisipan untuk menuangkan idenya ke dalam karya desain kartu pos

yang penulis buat kemudian mengirimkan kembali ke penulis. Tetapi ini menjadi

sangat tidak praktis dan mungkin banyak orang akan merasa disusahkan. Kedua,

dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi sekarang yaitu mengirimkan karya

desain kartu pos lewat surat elektronik atau e-mail ke alamat yang dituju, meminta

partisipan untuk mengolahnya berdasarkan ide atau sesuai keinginan mereka

untuk dikirimkan kembali ke alamat e-mail pengirim yaitu penulis. Modus yang

Page 23: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

15

mungkin baru dalam memaksimalkan proyek studi. Di sini terlihat, penulis

menempatkan diri sebagai agen promosi atau duta pariwisata sekaligus inisiator

untuk komunitas dalam paparan khusus dan masyarakat pada umumnya.

B. Arsitektur

Arsitektur adalah seni, ilmu, dan teknologi yang berkaitan dengan

bangunan dan penciptaan ruang untuk kegunaan manusia. Ir. Eko Budiharjo,

M.Sc. berpendapat bahwa arsitektur memiliki keunikan yaitu, sebagai disiplin

ilmu arsitektur tidak hanya merangkum teknologi tetapi juga seni. Manakala tugas

ilmu adalah merumuskan hipotesis dan membuat teori baru, tugas teknologi

memecahkan masalah teknis dan praksis secara elegan, efisien, dan eknomis,

maka tugas seni adalah menciptakan karya-karya yang kreatif dan orisinal

(Budiharjo, 2005: 70). Pengertian arsitektur juga merujuk pada hasil-hasil

perancangan bangunan atau penciptaan ruang untuk manusia, yaitu berupa

gedung-gedung atau bangunan.

Dalam proyek studi ini pembahasan tentang arsitektur merujuk pada

pengertian terakhir, yaitu tentang hasil perancangan sebuah bangunan atau

gedung, dalam hal ini bangunan/ gedung-gedung di Kawasan Kota Lama

Semarang. Arsitektur di Kawasan Kota Lama Semarang mempunyai keunikan

tersendiri. Dalam literatur arsitektur Indonesia dikenal istilah arsitektur bergaya

Indies, yaitu perpaduan antara gaya arsitektur Baroque, Gothic, bahkan sampai

Art Deco dengan arsitektur tropis Jawa Joglo yang berhalaman luas dan serba

terbuka yang disebut sebagai Loji atau Landhuizen lengkap dengan furniture

Page 24: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

16

(meubelair) bergaya hibrida Belanda, Cina, dan Jawa. Pada gedung-gedung di

Kawasan Kota Lama Semarang keunikan gaya Indies tersebut dapat dilihat.

Semisal, gedung Jiwasraya yang terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto 23 – 25

Semarang, dirancang oleh Herman Thomas Karsten pada tahun 1920 sesuai iklim

tropis Indonesia. Gedung Jiwasraya terlihat mempunyai banyak rongga udara

sebagai jalan pertukaran udara dan jendela-jendela tanpa kaca gedung tersebut

dibuat tinggi dan lebar dengan maksud dan fungsi yang sama pada rongga-rongga

udara di gedung tersebut.

Arsitektur Kota Lama Semarang adalah sebuah arsitektur yang umumnya

dibangun pada periode tahun 1900 hingga 1940. Karena gaya arsitektur pada

periode ini sangat adaptif dengan lingkungan lokal yang disebut dengan gaya

Indies, maka keunikan arsitekturnya tidak ditemui di lain tempat di luar Indonesia.

C. Kawasan Kota Lama Semarang

Kawasan Kota Lama Semarang awalnya dibangun oleh Bangsa Portugis

yang pertama kali datang ke Semarang pada abad XVI. Kemudian disusul dengan

kedatangan Bangsa Belanda yang juga membangun pemukimannya di kawasan

tersebut. Kawasan Kota Lama ini sudah berkembang sejak awal abad XVII karena

sekitar tahun 1705 dan 1773, VOC memindahkan pusat pertahanan militer dan

kantor dagangnya dari Jepara ke Semarang. Untuk menunjang kesejahteraan

masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut maka, dibangunlah beberapa

fasilitas. Seperti; pertokoan, tempat ibadah, rumah sakit, panti asuhan, hingga

pengadilan. Kawasan ini merupakan cikal bakal moderenisasi kota Semarang

Page 25: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

17

hingga berkembangnya pemukiman di kawasan sekitarnya seperti pemukiman di

Kawasan Kota Baru yang berada Jalan Pemuda yang dulu dikenal dengan Jalan

Bojong.

Kawasan Kota Lama Semarang atau bekas Kota Benteng pada zaman

penjajahan Belanda merupakan salah satu embrio pertumbuhan Kota Semarang,

selain Kampung Melayu, Pecinan, Kauman, Kampung Kulitan, dan Kawasan

Gedung Batu Simongan (Kompas; Rabu, 17 September 2003).

Kawasan yang luasnya sekitar tiga puluh satu hektar ini menjadi salah satu

pusat pemerintahan Kolonial Belanda di Pulau Jawa selain Batavia. Kawasan

yang dahulu dikelilingi benteng segi lima ini dikenal sebagai Oudestad karena

kondisi geografisnya yang dahulu terpisah dengan daerah lainnya. Juga dijuluki

Little Netherland karena banyaknya bangunan yang berciri arsitektur Belanda atau

Eropa (www.semarang.go.id).

Kawasan Kota Lama Semarang merupakan saksi bisu sejarah Indonesia

masa kolonial Belanda lebih dari dua abad, dan lokasinya berdampingan dengan

kawasan ekonomi. Ada sekitar lima puluh bangunan kuno yang masih berdiri

dengan kokoh di kawasan ini dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang.

Beberapa di antaranya yang masih terurus dan dimanfaatkan dengan baik yaitu;

Gereja Blenduk, Gedung Jiwasraya, Gedung Marba, Gedung eks Pengadilan

Negeri (Restoran Ikan Bakar Cianjur), Kantor Telkom, PT. PELNI. Beberapa

masih dibiarkan tidak terurus, tidak terawat dan apa adanya seperti; Gedung

Gabungan Koperasi Batik Indonesia, Gedung H. Spiegel dan Gedung PT.

Perkebunan XV.

Page 26: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

18

Kawasan Kota Lama Semarang adalah daerah bersejarah dengan

banyaknya bangunan kuno yang berpotensi untuk dikembangkan secara

kebudayaan, ekonomi serta wilayah konservasi yang menjadi kawasan pariwisata

yang patut dikunjungi wisatawan yang menawarkan eksotisme kota tua.

Page 27: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

19

BAB III

METODE BERKARYA

A. Media Berkarya

Dunia desain kini berkembang karena perkembangan teknologi. Di mana

cara merancang sudah banyak dilakukan dengan perangkat yang dihasilkan dari

perkembangan teknologi tersebut. Sebelum adanya komputer dan perangkat yang

memudahkan orang membuat desain, mereka membuatnya secara manual. Kini

berubah, semua bisa dilakukan dengan komputer dengan software yang dirancang

untuk memudahkan pekerjaan seorang desainer.

Kemudahan itu membuat desain berkembang pesat. Sejalan dengan

perkembangan perangkat yang digunakan berkembang pula media rupa yang

digunakan untuk mengeksekusi desain tersebut. Ide dan kreasi juga semakin

beragam. Segala ketidakmungkinan yang dulu ditemui sekarang mungkin bisa

dilakukan. Ini memungkin penulis untuk bereksplorasi dalam ide, kreasi, dan

media ketika membuat desain dalam proyek studi ini.

1. Bahan

Bahan yang digunakan untuk membuat karya desain proyek studi ini:

1. 1. Kertas

Sesuai Standar Nasional, kertas yang digunakan untuk membuat kartu pos

adalah kertas BC/ Brief Caart atau Art Carton 180 gram. Penulis memakai kertas

Ivory 190 – 230 gram dengan pertimbangan kualitas kertas.

Page 28: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

20

2. Alat

Alat yang digunakan untuk membuat karya desain proyek studi ini:

2. 1. Kamera

Kamera yang digunakan penulis adalah kamera digital SLR (Single Lens

Reflect) merk Nikon tipe D60 dengan lensa AF-S NIKKOR 18 – 55 mm dan filter

UV Haze merk Marumi.

2. 2. Komputer dan Software Pendukung

Komputer yang digunakan penulis adalah komputer PC atau Personal

Computer Windows Pentium IV; 2, 40 GHz; 512 MB RAM; VGA on board; 160

GB Harddisc Drive; Monitor LG Studioworks 15 inch. Software yang digunakan

adalah Adobe Photoshop CS2 dan filter Nikon Color Effect Pro 3.0 untuk

mengolah foto, serta CorelDRAW X3 untuk membuat desain kartu pos.

2. 3. Media Internet

Media internet yang digunakan adalah e-mail. Digunakan untuk

mengirimkan dan menerima karya kolaborasi dengan teman-teman penulis

sebagai upaya berpromosi dan mendayagunakan potensi yang dimiliki penulis

melalui jaringan pertemanan yang dipunyai dan kemampuan teman-teman

penulis.

3. Teknik Berkarya

Teknik yang dimaksudkan adalah cara pengerjaan proyek studi ini.

Berdasarkan tema yang penulis angkat yaitu, arsitektur Kota Lama Semarang

sebagai objek dalam karya desain kartu pos. Proyek studi ini penulis kerjakan

Page 29: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

21

secara fotografi, memotret bangunan-bangunan di Kawasan Kota Lama Semarang

dengan kameran digital SLR. Kemudian foto-foto tersebut penulis olah dengan

komputer dan software Adobe Photoshop CS2 dan CorelDRAW X3 untuk

membuat desain kartu pos dengan foto hasil bidikan sebelumnya. Adapun proses

rincinya akan dipaparkan pada sub bab Proses Berkarya.

B. Proses Berkarya

Dalam berkarya penulis melakukan urutan kerja sebagai berikut:

1. Praproduksi

Tahap praproduksi adalah tahap persiapan dan perancangan. Persiapan

dititikberatkan pada proses kreatif melalui pembentukan ide dasar karya yang

akan dibuat. Di antaranya; konsep tentang objek yang akan diambil, tentang

potensi Kawasan Kota Lama Semarang, dan berapa jumlah gedung yang bisa

diangkat. Karya dibuat berdasarkan kerja desain komunikasi visual yaitu;

menemukenali permasalahan berupa kondisi arsitektur Kota Lama Semarang

sekarang dan upaya promosi yang kurang dilakukan, mencari data verbal dan

visual arsitektur Kota Lama dari berbagai sumber termasuk situs resmi resmi

Pemerintah Kota Semarang serta pengamatan langsung di lapangan.

Akhirnya, penulis memperoleh konsep cara menghadirkan objek dalam

desain kartu pos. Di mana terlihat beberapa gedung dan tempat di Kawasan Kota

Lama Semarang itu mulai dibenahi meskipun hanya pengecatan ulang agar

terlihat segar di mata. Kebaruan warna itu menjadi salah satu konsep yang

dijalankan, konsep untuk pengambilan objek. Lain dari itu adalah melihat

Page 30: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

22

arsitektur Kota Lama Semarang, beberapa masih dipelihara dengan baik, yang lain

dibiarkan apa adanya dan sangat memprihatinkan. Kekontrasan kondisi tersebut

juga membuat penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai konsep untuk

pengambilan objek yang akan disematkan dalam karya desain kartu pos arsitektur

Kota Lama Semarang. Kebaruan dan kekontrasan gedung dan tempat di Kawasan

Kota Lama Semarang tersebut menimbulkan sebuah simpulan nilai eksotik dan

nilai jual/ dipromosikan sebagai aset pariwisata Kota Semarang. Keeksotisan

tersebut sepertinya kurang dimanfaatkan sebagai bagian dari bentuk promosi

pariwisata Kota Lama Semarang selain memang kawasan ini sendiri memiliki

nilai sejarah yang menarik.

Dari data verbal dalam situs resmi Pemerintah Kota Semarang serta dari

sumber lain didapat beberapa gedung dan tempat di Kota Lama Semarang masih

berpotensi untuk dipromosikan. Wisatawan dapat menikmati arsitektur Kota

Lama Semarang yang bergaya Indies yang merupakan perpaduan antara gaya

arsitektur Baroque, Gothic, bahkan sampai Art Deco dengan arsitektur tropis Jawa

Joglo yang berhalaman luas dan serba terbuka yang disebut sebagai Loji atau

Landhuizen lengkap dengan furniture (meubelair) bergaya hibrida Kompeni, Cina,

dan Jawa. Di antaranya; landmark Kota Semarang yaitu Gereja Blenduk, Gedung

Marba, Gedung Hollandsche Beton Maatschappij yang lebih dikenal dengan

Gedung Jiwasraya, Gedung Ex-Pengadilan Negeri Semarang yang sekarang

dimanfaatkan untuk Restoran Ikan Bakar Cianjur, Gedung Marabunta, Gedung

P.T. Djakarta Lloyd, Gedung P.T. PELNI Semarang, Kantor Gabungan Koperasi

Batik Indonesia.

Page 31: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

23

2. Produksi

Dalam tahap produksi beberapa kegiatan dilakukan di antaranya adalah

pemotretan. Pemotretan dilakukan berdasarkan data-data dan informasi di

lapangan yang sebelumnya telah dilakukan dalam tahap praproduksi dan

dilakukan dengan kamera digital SLR..

Sebelum melakukan pemotretan, penulis melakukan persiapan-persiapan

dengan tujuan agar nantinya pada saat pemotretan tidak mengalami kesulitan.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melengkapi referensi seperti data

visual berupa foto gedung dan tempat itu sebelumnya. Serta materi-materi/

artikel-artikel yang berkaitan dengan arsitektur Kota Lama Semarang sebagai

bahan pertimbangan dan secara tidak langsung sebagai acuan. Selanjutnya,

memperhatikan setting lokasi pemotretan, waktu serta keadaan cuaca terbaik

untuk pemotretan. Dengan melakukan observasi langsung di lapangan terlebih

dahulu, diharapkan penulis mempunyai gambaran mengenai gedung-gedung yang

akan dipotret sehingga dapat menentukan peralatan foto yang hendak dibawa dan

disiapkan pada saat pemotretan.

Karena penulis memilih eksotisme arsitektur Kota Lama Semarang dengan

gedung-gedung pada kawasan tersebut yang akan digunakan untuk image sebuah

kartu pos sekaligus bagian dari promosi pariwisata kawasan tersebut, maka

penulis harus banyak melakukan ekspos pada keutuhan gedung atau bagian

menarik dari tempat tersebut serta tak ketinggalan memasukkan unsur unik pada

saat memotret gedung-gedung tersebut misalnya lalu lalang becak yang memang

banyak berlalu lalang di kawasan tersebut. Selain mengandalkan ketepatan waktu

Page 32: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

24

dan tempat/ sudut pemotretan, penulis juga mengandalkan faktor keberuntungan,

agar pada saat melakukan proses pemotretan dapat memperoleh objek-objek yang

sesuai dengan keinginan penulis.

Untuk mendapat hasil yang diinginkan, penulis juga memperhatikan arah

datangnya cahaya matahari sehingga penulis dapat mengantisipasi hal-hal yang

tidak diinginkan, seperti masuknya cahaya yang berlebihan. Untuk menghindari

kesalahan-kesalahan pada saat pemotretan, penulis melakukan pemotretan lebih

dari satu kali pada objek yang sama dengan komposisi maupun sudut

pengambilan yang sama dan berbeda. Hal tersebut dilakukan oleh penulis agar

mendapatkan hasil yang maksimal sesuai yang diinginkan penulis. Sebuah kartu

pos yang baik di dalamnya terdapat gambar sederhana tetapi menarik perhatian

dengan warna yang menarik pula. “. . . Anda juga harus membuat gambar yang

mudah dimengerti. Orang-orang yang menerima kartu-kartu Anda hanya

menyediakan waktu satu atau dua menit untuk melirik mereka sebelum

memutuskan untuk menyimpannya atau melemparkannya ke dalam tempat

sampah.” (Majalah B&B, Vol. II No. 17, Oktober 2004).

Semua hasil pemotretan kemudian ditransfer untuk dipilih dan diolah.

Pengolahan dilakukan dengan software Adobe Photoshop CS2. Untuk

menghasilkan image yang diinginkan penulis yaitu berkesan kuno tetapi tidak

banyak merusak warna aslinya, penulis menggunakan filter Adobe Photoshop

CS2: Nikon Color Effect Pro 3.0, untuk mengolah foto tersebut yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sebelum melakukan proses perancangan, penulis berkonsultasi dengan

Page 33: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

25

dosen pembimbing mengenai foto yang akan digunakan sebagai image kartu pos.

Foto-foto itu berupa foto asli dan beberapa contoh yang telah diolah dan dicetak

foto dalam ukuran 4R (10 cm x 15 cm).

Jika foto-foto telah mendapatkan persetujuan dosen pembimbing, maka

dikembangkan ke tahap perancangan bentuk kartu pos. Standar ukuran kartu pos

minimal 90 cm x 140 cm sedangkan ukuran maksimal 120 cm x 235 cm. Penulis

memilih menggunakan ukuran 10 cm x 15 cm dengan pertimbangan ukuran

tersebut sama dengan ukuran foto untuk 4R dan secara tampilan cukup.

Perancangan dilakukan dengan software CorelDRAW X3 yang dikuasai oleh

penulis. Semua unsur yang diutamakan dalam sebuah desain komunikasi visual

diperhatikan. Perancangan memperhatikan tata letak, bagaimana warna dari

image, bagaimana bentuk tulisan yang cocok. Dalam membuat desain kartu pos

juga mencatumkan informasi tentang image yang diletakkan dalam desain

tersebut. Desain kartu pos dibuat tidak semua sama. Masing-masing kartu pos

memiliki desain/ tata letak yang berbeda-beda karena sesuai dengan judul proyek

studi ini yang lebih menekankan tentang desain, bukan fotografi. Meskipun

demikian, pada saat pameran karya yang ditampilkan bukan hanya karya desain

kartu pos yang berukuran 10 cm x 15 cm saja. Tetapi foto untuk image kartu pos

juga ditampilkan dalam ukuran 12 R (40 cm x 28 cm).

Selesai melakukan perancangan, maka tahap selanjutnya adalah pada

proses pencetakan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bantuan jasa

percetakan yang sudah banyak di Semarang. Karena kartu pos yang dibutuhkan

hanya untuk keperluan pameran maka dipilih jasa percetakan yang bisa mencetak

Page 34: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

26

dalam jumlah sedikit. Pencetakan dilakukan di atas kertas Ivory 190 gram dan

laminasi doff dengan ukuran 10 cm x 15 cm untuk karya desain kartu pos, yang

dicetak dengan printer laser Xerox Docucolour 7000 pada jasa digital printing

Cendana. Serta cetak foto doff ukuran 12R (40 cm x 28 cm) untuk image kartu pos

yang dicetak di studio Foto 2000 secara chemical.

Karena proyek studi ini juga mencoba memanfaatkan jaringan pertemanan

penulis sesuai dengan fungsi lain kartu pos sebagai alat komunikasi dan promosi,

maka lima dari beberapa karya desain kartu pos yang telah jadi dibagikan melalui

e-mail. Selanjutnya, diberikan waktu membuat kebaruan pada kartu pos yang

telah penulis buat. Kartu pos dengan desain baru yang dikirim oleh teman-teman

penulis akan ikut dicetak dengan ukuran 4R dan dipamerkan bersamaan karya-

karya penulis. Penulis berharap dilihat sebagai seseorang yang berupaya untuk

memanfaatkan jaringan pertemanan dan mendayagunakan potensi teman-teman

penulis serta melibatkan teman-teman penulis dalam kerja kesenian, bukan hanya

dilihat sebagai penonton saja. Semoga, komunikasi dan promosi yang penulis

lakukan akan dapat dicapai.

3. Pascaproduksi

Pada dasarnya, proyek studi ini adalah proyek seni, maka karya yang

ditampilkan bukan hanya karya desain jadi kartu pos dengan objek arsitektur Kota

Lama Semarang, melainkan, ditampilkan pula sketsa proses dari awal

pengangkatan arsitektur Kota Lama Semarang sebagai objek, pengembangan ke

arah konsep, pengumpulan data verbal dan visual hingga pada tahap akhir yaitu

berupa karya jadi hingga karya kolaborasi. Pada tahap ini juga dilakukan

Page 35: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

27

pengemasan sebagai tahap akhir sebelum pameran. Pengemasan dilakukan untuk

karya yang dicetak ukuran 40 cm x 28 cm. Dikemas dengan bingkai kayu dicat

hitam menggunakan kaca biasa dengan tepi foto menggunakan kertas Ivory 300 –

350 gram dengan panjang tepi masing-masing 8 cm. Sedangkan untuk karya

desain kartu pos ukuran 10 cm x 15 cm dibuat seperti bentuk asli kartu pos dan

dibuatkan tempat untuk meletakan kartu pos tersebut yang ditempelkan di

samping karya image arsitektur Kota Lama Semarang. Untuk karya sketsa dan

data-data verbal dan visual dalam proses berkarya ditampilkan secara print-out

tanpa dibingkai. Kemudian untuk karya kolaborasi, karya dicetak dengan ukuran

4R (10 cm x 15 cm) untuk ditempelkan di dinding secara rapi sebagai pelengkap

karya utama. Karya kolaborasi tersebut setidaknya menjadi sebuah bukti

melibatkan audience dalam kerja kesenian yang dilakukan oleh seniman.

Audience juga merasakan bagaimana rasanya menciptakan sebuah karya. Untuk

selanjutnya pameran siap digelar kepada khalayak ramai untuk mengetahui

apresiasi dan memberikan deskripsi tentang pameran tersebut.

Page 36: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

28

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS KARYA

KARYA I

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Gedung MARBA

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung MARBA

sebagai image. Merupakan gedung berlantai dua dengan tebal dinding kurang

lebih 20 cm. Gedung tersebut terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 33

Page 37: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

29

Semarang. Pintu utama gedung tersebut tepat menghadap pintu utama gedung H.

Spiegel yang berada di seberangnya. Gedung tersebut dicat dengan warna merah

bata. Terdapat pohon di sebelah kiri bangunan yang di bawah pohon tersebut

dijadikan tempat berjualan makanan dan minuman.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung tersebut. Becak yang selalu lalu

lalang dan penjual nasi serta rokok yang mangkal di sebelah kiri pohon di area

gedung tersebut. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos, merupakan

informasi gedung MARBA.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos I adalah image gedung MARBA yang dibuat berkesan kuno

untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image tersebut terdapat

becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan Kota Lama

Semarang. Pada sisi depan sengaja tidak ditempatkan tulisan yang

menginformasikan nama gedung tersebut, karena sudah dituliskan jelas, yaitu

MARBA di sebelah atas jendela lantai dua. Tulisan MARBA menyatakan

singkatan nama pemrakarsa pembangunan gedung tersebut, yaitu Marta Badjunet.

Bangunan tersebut mendapatkan warna cerahnya lagi ketika

digalakkannya program Semarang Pesona Asia tahun 2007 oleh Pemerintah Kota

Semarang. Sebelumnya, gedung tersebut terlihat kusam, seperti tidak terawat.

Page 38: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

30

Padahal sudah digunakan untuk kantor dan gudang penyimpanan oleh perusahaan

logistik serta pengiriman barang. Sampai sekarang, kecerahan gedung MARBA

tersebut masih terlihat terawat.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung MARBA yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu pos. Tulisan

informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri atas bagian kiri kartu

pos yaitu bagian penulisan pesan. Di tengah ditempatkan sebuah garis vertikal

yang menjadi batas bagian untuk penulisan pesan dengan bagian penulisan alamat

tujuan kartu pos. Terdapat empat garis horisontal untuk menuliskan alamat tujuan

kartu pos. Informasi fotografer yang memotret gedung MARBA tersebut yaitu

penulis sendiri dan tahun pemotretan ditempatkan di bagian kanan kartu pos di

bawah empat garis horisontal untuk penulisan alamat tujuan kartu pos. Di bagian

ini juga terdapat tempat untuk penempelan perangko yang diletakkan di sebelah

kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta tulisan All rights reserved

dengan tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu pos, yang dimaksudkan

untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan penulis tersebut tidak

dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos I yang bergambar gedung MARBA

menggunakan jenis font Arial, menyerupai tulisan MARBA yang terdapat pada

gedung tersebut.

Page 39: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

31

Bagan proses berkarya:

Gedung MARBA Terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 33 Semarang. Merupakan bangunan 2 lantai dengan tebal dinding + kurang lebih 20 cm.

foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2008. All rights reserved © 2009.

Keterangan:

Gambar gedung MARBA yang dipotret pagi hari dengan kamera DSLR

Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Page 40: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

32

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung MARBA, fotografer yang memotret, tahun

pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font Arial.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 41: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

33

KARYA II

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Gereja Blenduk

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan Gereja Blenduk

sebagai image. Merupakan bangunan di Kawasan Kota Lama Semarang yang

menjadi landmark Kota Semarang. Gereja tersebut terletak di Jalan Let. Jend.

Suprapto No. 32 Semarang. Lokasinya frontal dengan Jalan Suari. Bangunan

gereja tersebut bergaya neo-klasik. Gereja ini memiliki dua buah menara di kanan

Page 42: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

34

dan kiri bangunan. Gereja ini disebut Gereja Blenduk karena bentuk atap gereja

yang berupa kubah. Orang Jawa menyebut bentuk kubah yang menggelembung

dengan blenduk. Dari bentuk atap gereja tersebut, G. P. I. B. Immanuel lebih

dikenal dengan sebutan Gereja Blenduk.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gereja tersebut dengan becak yang selalu

lalu lalang di depan gereja tersebut. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos,

merupakan informasi Gereja Blenduk.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos II adalah image Gereja Blenduk yang dibuat berkesan kuno

untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image tersebut terdapat

becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan Kota Lama

Semarang. Pada sisi depan di bagian kanan atas ditempatkan tulisan yang

menginformasikan nama dan tempat bangunan tersebut berada yaitu; Gereja

Blenduk, Kota Lama Semarang – Indonesia.

Gereja Blenduk adalah bangunan di Kawasan Kota Lama yang selalu

terawat karena fungsinya sebagai tempat peribadatan yang selalu digunakan setiap

waktu. Karena letaknya yang strategis di jalan besar utama yaitu Jalan Let. Jend.

Suprapto atau dulu disebut dengan de Heerenstraat serta bangunannya yang selalu

terawat, Gereja Blenduk selalu disinggahi wisatawan dan menjadi landmark Kota

Page 43: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

35

Semarang.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang Gereja

Blenduk yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu pos. Tulisan

informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri atas bagian kiri kartu

pos yaitu bagian penulisan pesan. Terdapat empat garis horisontal untuk

menuliskan alamat tujuan kartu pos. Informasi fotografer yang memotret Gereja

Blenduk tersebut yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan ditempatkan di

bagian kanan kartu pos di bawah empat garis horisontal untuk penulisan alamat

tujuan kartu pos. Di bagian ini juga terdapat tempat untuk penempelan perangko

yang diletakkan di sebelah kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta

tulisan All rights reserved dengan tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu

pos, yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan

penulis tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos II yang bergambar

Gereja Blenduk menggunakan jenis font Times New Roman untuk mengesankan

klasik, sesuai dengan karakter huruf tersebut dan disesuaikan dengan tulisan nama

asli Gereja Blenduk tersebut pada bagian depan bangunan di bawah salib gereja,

yaitu G. P. I. B. IMMANUEL.

Page 44: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

36

Bagan proses berkarya:

Gereja Blenduk

+ Kota Lama Semarang – Indonesia

Gereja Blenduk Terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 32 Semarang. Disebut Gereja Blenduk karena bagian atap gereja + berbentuk kubah besar yang menggelembung, oleh orang Jawa disebut blenduk.

foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2009. All rights reserved © 2009.

Page 45: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

37

Keterangan:

Gambar Gereja Blenduk yang dipotret pagi hari dengan kamera DSLR

Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang Gereja Blenduk, fotografer yang memotret, tahun pemotretan

& tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font Times New

Roman.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 46: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

38

KARYA III

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Restoran Ikan Bakar Cianjur

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan Restoran Ikan Bakar

Cianjur (eks Pengadilan Negeri Semarang) sebagai image. Bangunan tersebut

terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 19 Semarang. Bangunan ini tidak

mempunyai serambi, kanopi, dan atap bangunan berbentuk pelana dengan sudut

Page 47: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

39

lebih dari 45 derajat. Gaya bangunan ini dipengaruhi oleh gaya bangunan

Rennaisance Revival, yang berkembang di Negeri Belanda pada abad XVIII.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar bangunan tersebut dengan becak dan

sepeda yang lalu lalang. Pada saat itu restoran belum buka, karena aktivitasnya

dimulai sekitar pukul sembilan pagi. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos,

merupakan informasi bangunan Restoran Ikan Bakar Cianjur.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos III adalah image Restoran Ikan Bakar Cianjur yang dibuat

berkesan kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image

tersebut terdapat becak dan sepeda yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada

di Kawasan Kota Lama Semarang. Pada sisi depan di bagian kanan atas

ditempatkan tulisan yang menginformasikan tempat bangunan tersebut berada

yaitu, Kota Lama Semarang – Indonesia.

Bangunan tersebut ditempati oleh Restoran Ikan Bakar Cianjur mulai akhir

tahun 2007 yang sebelumnya dibiarkan terbengkalai. Sebelumnya, gedung

tersebut terlihat kusam dan tidak berpenghuni. Pemanfaatan yang dilakukan oleh

restoran tersebut sungguh merupakan upaya untuk menghidupkan kembali gairah

Kawasan Kota Lama Semarang. pda malam hari, bangunan tersebut terlihat

berkilauan dengan gemerlap lampu yang dipasang di bangunan tersebut.

Page 48: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

40

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

Restoran Ikan Bakar Cianjur yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu

pos. Tulisan informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri atas bagian

kiri kartu pos yaitu bagian penulisan pesan. Terdapat empat garis horisontal untuk

menuliskan alamat tujuan kartu pos. Informasi fotografer yang memotret Restoran

Ikan Bakar Cianjur tersebut yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan

ditempatkan di bagian kiri kartu pos yaitu bagian penulisan pesan, di kiri bawah.

Di bagian ini juga terdapat tempat untuk penempelan perangko yang diletakkan di

sebelah kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta tulisan All rights

reserved dengan tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu pos, yang

dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan penulis

tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos III yang bergambar

Restoran Ikan Bakar Cianjur menggunakan jenis font Calibri menyerupai tulisan

Ikan Bakar Cianjur yang terdapat pada bangunan tersebut.

Page 49: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

41

Bagan proses berkarya:

+ Kota Lama Semarang – Indonesia

Restoran Ikan Bakar Cianjur (eks Pengadilan Negeri Semarang) Terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 19 Semarang. + Banguan ini tidak mempunyai serambi, kanopi, dan atap bangunan berbentuk pelana dengan sudut lebih dari 45 derajat. foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2008. All rights reserved © 2009.

Page 50: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

42

Keterangan:

Gambar Restoran Ikan Bakar Cianjur yang dipotret pagi hari dengan

kamera DSLR Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang Restoran Ikan Bakar Cianjur, fotografer yang memotret, tahun

pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font Calibri.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 51: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

43

KARYA IV

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Gedung Jiwasraya

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung Jiwasraya

sebagai image. Bangunan tersebut terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 23 -

25 Semarang. Gedung ini dirancang sesuai dengan iklim tropis, terdiri dari 3

lantai, dan sampai saat ini masih digunakan sebagai kantor oleh Jiwasraya.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

Page 52: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

44

memperlihatkan suasana pagi di sekitar bangunan tersebut dengan becak yang lalu

lalang. Pemotretan dilakukan di Minggu pagi dan terlihat sebuah kelompok

sepeda sedang melakukan foto bersama. Serta becak yang mangkal menunggu bis

kota datang mengangkut barang bawaan penumpang yang dibawanya, yang

seorang pedagang. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos, merupakan

informasi gedung Jiwasraya.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos IV adalah image gedung Jiwasraya yang dibuat berkesan

kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image tersebut

terdapat becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan Kota

Lama Semarang. Pada sisi depan didesain sedemikian rupa dengan bagian kiri

bawah ditempatkan tulisan yang menginformasikan nama tempat bangunan

tersebut berada yaitu, Gedung Jiwasraya Semarang – Indonesia. Di bagian kanan

bawah, ditempatkan informasi fotografer yang memotret bangunan tersebut yaitu

penulis sendiri dan tahun pemotretan yang diatur sejajar dengan informasi

bangunan tersebut.

Perspektif bangunan tersebut terlihat sedikit tidak enak dinikmati karena

sulit sekali mendapatkan gambar perspektif lurus dengan kamera berlensa standar.

Hasil tersebut adalah yang terbaik dicapai. Perusahaan Jiwasraya merupakan

pemilik bangunan tersebut.

Page 53: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

45

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung Jiwasraya yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu pos. Tulisan

informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri atas bagian kiri kartu

pos yaitu bagian penulisan pesan. Di tengah ditempatkan sebuah garis vertikal

yang menjadi batas bagian untuk penulisan pesan dengan bagian penulisan alamat

tujuan kartu pos. Terdapat empat garis horisontal untuk menuliskan alamat tujuan

kartu pos. Di bagian ini juga terdapat tempat untuk penempelan perangko yang

diletakkan di sebelah kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta tulisan All

rights reserved dengan tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu pos, yang

dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan penulis

tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos IV yang bergambar gedung

Jiwasraya menggunakan jenis font Cambria, menyerupai tulisan logo Jiwasraya

yang terdapat pada bangunan tersebut.

Page 54: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

46

Bagan proses berkarya:

+ Gedung Jiwasraya Semarang – Indonesia foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2008

Gedung Jiwasraya Terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 23 - 25 Semarang.

+ Gedung ini dirancang sesuai dengan iklim tropis, terdiri dari 3 lantai.

All rights reserved © 2009.

Page 55: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

47

Keterangan:

Gambar gedung Jiwasraya yang dipotret pagi hari dengan kamera DSLR

Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung Jiwasraya, fotografer yang memotret, tahun

pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font

Cambria.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 56: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

48

KARYA V

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Pabrik Rokok Praoe Lajar

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan pabrik rokok Praoe

Lajar sebagai image. Merupakan pabrik rokok tua yang berada di Kawasan Kota

Lama Semarang. Terletak di jalan Merak, jalan yang sedianya akan dijadikan city

walk wisata Kota Lama Semarang, bersebelahan dengan kantor Suara Merdeka

group.

Page 57: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

49

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung tersebut. Pemotretan dilakukan

Minggu pagi saat pabrik berhenti beroperasi/ hari libur pabrik tersebut. Oleh

karena itu, terlihat sepi, hanya sedikit yang melintas, salah satunya seorang

pengendara sepeda yang berhasil terpotret. Sedangkan pada bagian belakang kartu

pos, ditempatkan keterangan image tersebut.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos V adalah image pabrik rokok Praoe Lajar yang dibuat

berkesan kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image

tersebut terdapat sepeda yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di

Kawasan Kota Lama Semarang. Pada sisi depan sengaja tidak ditempatkan tulisan

yang menginformasikan nama gedung tersebut, karena sudah dituliskan jelas pada

bangunan tersebut, yaitu PABRIK ROKOK PRAOE LAJAR.

Bangunan tersebut direnovasi dan dicat ulang pada awal tahun 2009,

sehingga terlihat cerah. Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut, informasi

tentang pabrik rokok Praoe Lajar hanya menyatakan nama dan tempat bangunan

tersebut yaitu Pabrik Rokok Praoe Lajar, Kota Lama Semarang – Indonesia diatur

vertikal dan ditempatkan di sisi kiri kartu pos tersebut. Sedangkan informasi

fotografer yang memotret pabrik rokok Praoe Lajar tersebut yaitu penulis sendiri

dan tahun pemotretan serta tulisan All rights reserved dengan tanda ©/ copyright

Page 58: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

50

dan tahun pembuatan kartu pos, yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan

agar karya kartu pos buatan penulis tersebut tidak dijiplak, yang ditempatkan di

kanan bawah. Di tengah ditempatkan sebuah garis vertikal yang menjadi batas

bagian untuk penulisan pesan dengan bagian penulisan alamat tujuan kartu pos. Di

bagian ini juga terdapat tempat untuk menempelkan perangko yang diletakkan di

sebelah kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Tulisan dalam karya kartu

pos V menggunakan jenis font Arial Rounded MT Bold, menyerupai tulisan

PABRIK ROKOK PRAOE LAJAR yang terdapat pada bangunan tersebut.

Page 59: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

51

Bagan proses berkarya:

Pabrik Rokok Praoe Lajar, Kota Lama Semarang – Indonesia +

foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2009. All rights reserved © 2009.

Keterangan:

Gambar pabrik rokok Praoe Lajar yang dipotret pagi hari dengan kamera

DSLR Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Page 60: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

52

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang pabrik rokok Praoe Lajar, fotografer yang memotret, tahun

pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font Arial

Rounded MT Bold.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 61: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

53

KARYA VI

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : PT. PELNI Semarang

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung PT. PELNI

Semarang sebagai image. Gedung tersebut terletak di Jalan Mpu Tantular No. 27

Semarang. Bangunan ini memiliki ciri-ciri gaya Art Deco, terutama untuk

beberapa detail bangunanya. Bentuk atap bangunan adalah limasan dengan bahan

penutup atap berupa genteng.

Page 62: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

54

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung tersebut dengan becak dan

pengendara sepeda yang lalu lalang. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos,

merupakan informasi gedung kantor PT. PELNI Semarang.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos VI adalah image gedung PT. PELNI Semarang yang dibuat

berkesan kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image

tersebut terdapat becak dan sepeda yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada

di Kawasan Kota Lama Semarang. Pada sisi depan di bagian bawah karya kartu

pos ditempatkan tulisan yang menginformasikan tempat bangunan tersebut berada

yaitu, Kota Lama Semarang – Indonesia.

Setelah dilakukan pengecatan ulang, gedung PT. PELNI Semarang

memperlihatkan kecerahan yang sangat kontras dengan bangunan lain yang

terdapat di jalan Mpu Tantular, seperti PT. Djakarta Lloyd dan gedung Gabungan

Koperasi Batik Indonesia cabang Semarang yang kini terbengkelai persis

bergandengan dengan gedung PT. PELNI Semarang tersebut. Pengecatan yang

dilakukan oleh PT. PELNI Semarang yang dilakukan pada akhir tahun 2008

adalah upaya menghidupkan kembali gairah Kawasan Kota Lama Semarang.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung PT. PELNI Semarang yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu

Page 63: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

55

pos. Tulisan informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri atas bagian

kiri kartu pos yaitu bagian penulisan pesan. Di tengah ditempatkan sebuah garis

vertikal yang menjadi batas bagian untuk penulisan pesan dengan bagian

penulisan alamat tujuan kartu pos. Informasi fotografer yang memotret gedung

PT. PELNI Semarang tersebut yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan

ditempatkan di bagian kanan kartu pos, di kanan bawah. Di bagian ini juga

terdapat tempat untuk penempelan perangko yang diletakkan di sebelah kanan

atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta tulisan All rights reserved dengan

tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu pos, yang dimaksudkan untuk

memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan penulis tersebut tidak

dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos VI yang bergambar gedung PT. PELNI

Semarang menggunakan jenis font Cataneo BT, menyerupai tulisan pada gedung

tersebut PT. PELNI CABANG SEMARANG.

Page 64: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

56

Bagan proses berkarya:

+ Kota Lama Semarang – Indonesia

PT. PELNI Semarang Terletak di Jalan Mpu Tantular No. 27 Semarang. Bangunan ini memiliki ciri-ciri gaya Art Deco, + terutama untuk beberapa detail bangunannya.

foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2008. All rights reserved © 2009.

Page 65: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

57

Keterangan:

Gambar gedung PT. PELNI Semarang yang dipotret pagi hari dengan

kamera DSLR Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung PT. PELNI Semarang, fotografer yang memotret,

tahun pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font

Cataneo BT.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 66: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

58

KARYA VII

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Kantor Pelayanan Jasa Telekomunikasi

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung Kantor

Pelayanan Jasa Telekomunikasi (PT. TELKOM) area Jateng – D. I. Yogyakarta

sebagai image. Gedung tersebut terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 7

Semarang. Gedung dicat sesuai dengan warna seragamn institusi TELKOM yaitu

biru, membedakan dengan gedung-gedung lain di Kawasan Kota Lama Semarang

Page 67: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

59

tersebut. Bangunan terdiri dari satu lantai. Bentuk atap bangunan adalah limasan

dan dikombinasi dengan kubah terutama pada bagian tengah bangunan. Bangunan

ini tidak memiliki halaman depan, melainkan langsung menerus ke jalan.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung tersebut dengan becak yang lalu

lalang. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos, merupakan informasi gedung

Kantor Pelayanan Jasa Telekomunikasi (PT. TELKOM) area Jateng – D. I.

Yogyakarta.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos VII adalah image gedung Kantor Pelayanan Jasa

Telekomunikasi (PT. TELKOM) area Jateng – D. I. Yogyakarta yang dibuat

berkesan kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image

tersebut terdapat becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan

Kota Lama Semarang. Pada sisi depan ditempatkan tulisan yang

menginformasikan nama kawasan gedung tersebut berada yaitu, Kota Lama

Semarang – Indonesia.

Bangunan tersebut sudah lama digunakan oleh PT. TELKOM area Jateng

– D. I. Yogyakarta sebagai kantor pelayanan untuk kawasan sekitar Kota Lama

Semarang. Warna biru yang digunakan untuk mewarnai gedung tersebut

membedakannya dengan gedung-gedung lain yang berjajaran di Kawasan Kota

Page 68: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

60

Lama Semarang tersebut.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung Kantor Pelayanan Jasa Telekomunikasi (PT. TELKOM) area Jateng – D.

I. Yogyakarta yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu pos. Tulisan

informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri atas bagian kiri kartu

pos yaitu bagian penulisan pesan. Di tengah ditempatkan sebuah garis vertikal

yang menjadi batas bagian untuk penulisan pesan dengan bagian penulisan alamat

tujuan kartu pos. Terdapat empat garis horisontal untuk menuliskan alamat tujuan

kartu pos. Informasi fotografer yang memotret gedung Kantor Pelayanan Jasa

Telekomunikasi (PT. TELKOM) area Jateng – D. I. Yogyakarta tersebut yaitu

penulis sendiri dan tahun pemotretan ditempatkan di bagian kiri kartu pos, di kiri

bawah. Di bagian ini juga terdapat tempat untuk penempelan perangko yang

diletakkan di sebelah kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta tulisan All

rights reserved dengan tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu pos, yang

dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan penulis

tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos VII yang bergambar gedung

Kantor Pelayanan Jasa Telekomunikasi (PT. TELKOM) area Jateng – D. I.

Yogyakarta menggunakan jenis font Bickley Script LET, yang memberikan kesan

klasik dan elegan mengimbangi desain yang dibuat.

Page 69: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

61

Bagan proses berkarya:

+ Kota Lama Semarang – Indonesia

Kantor Pelayanan Jasa Telekomunikasi

Terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 7 Semarang. Terdiri dari satu lantai. Bangunan ini tidak memiliki + halaman depan, melainkan langsung menerus jalan. foto oleh Irfan Fatchu Rahman - 2009. All rights reserved © 2009.

Page 70: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

62

Keterangan:

Gambar gedung Kantor Pelayanan Jasa Telekomunikasi (PT. TELKOM)

area Jateng – D. I. Yogyakarta yang dipotret pagi hari dengan kamera

DSLR Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung Kantor Pelayanan Jasa Telekomunikasi (PT.

TELKOM) area Jateng – D. I. Yogyakarta, fotografer yang memotret,

tahun pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font

Bickley Script LET.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 71: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

63

KARYA VIII

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Gedung Marabunta

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung Marabunta

sebagai image. Gedung tersebut terletak di Jalan Cenderawasih No. 23 Semarang.

Merupakan replika Gedung Komedi Stad Schouwburg yang dulu berada di

sebelahnya. Gedung ini merupakan gedung paling unik di Kawasan Kota Lama

Semarang karena ciri lain yang ditunjukkannya yaitu, gedung ini memiliki dua

Page 72: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

64

patung semut besar atau marabunta yang berada di atas gedung tersebut. Dari hal

tersebut, masyarakat menyebut gedung itu sebagai Gedung Marabunta.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung tersebut dengan becak yang selalu

lalu lalang. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos, merupakan informasi

gedung Marabunta.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos VIII adalah image gedung Marabunta yang dibuat berkesan

kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image tersebut

terdapat becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan Kota

Lama Semarang. Pada sisi depan di bagian atas ditempatkan tulisan yang

menginformasikan nama dan tempat bangunan tersebut berada yaitu; Marabunta,

Kota Lama Semarang – Indonesia.

Menurut informasi dari Pemerintah Kota Semarang lewat situs resminya,

www.semarang.go.id, interior di dalam gedung tersebut masih terlihat terawat.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung Marabunta yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu pos.

Tulisan informasi tersebut serta informasi fotografer yang memotret gedung

Marabunta tersebut yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan, diatur rata tengah

dan ditempatkan di bagian bawah kartu pos dan di bawah empat garis horisontal

Page 73: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

65

untuk penulisan alamat tujuan kartu pos. Di bagian ini juga terdapat tempat untuk

penempelan perangko yang diletakkan di sebelah kanan atas, sesuai dengan

standar kartu pos. Serta tulisan All rights reserved dengan tanda ©/ copyright dan

tahun pembuatan kartu pos, yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar

karya kartu pos buatan penulis tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu

pos VIII yang bergambar gedung Marabunta menggunakan jenis font Benhard

Tango BT, menyerupai tulisan pada gedung tersebut, Marabunta Gedung

Multiguna.

Page 74: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

66

Bagan proses berkarya:

+ Marabunta, Kota Lama Semarang – Indonesia

Marabunta Gedung Multiguna. Terletak di Jalan Cendrawasih No. 23 Semarang.

+ Gedung ini mempunyai penanda yang unik yaitu dua buah patung semut besar atau marabunta. (foto oleh Irfan Fatchu Rahman - 2009. All rights reserved © 2009.)

Page 75: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

67

Keterangan:

Gambar gedung Marabunta yang dipotret pagi hari dengan kamera DSLR

Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung Marabunta, fotografer yang memotret, tahun

pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font

Benhard Tango BT.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 76: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

68

KARYA IX

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Kantor Ikatan Arsitektur Indonesia-Jawa Tengah

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung kantor Ikatan

Arsitektur Indonesia-Jawa Tengah sebagai image. Merupakan gedung yang paling

awal merenovasi dan melakukan pengecatan ulang di Kawasan Kota Lama

Semarang. Gedung tersebut terletak di Jalan Branjangan No. 1, Semarang.

Gedung yang ditempati oleh Ikatan Arsitektur Indonesia – Jawa Tengah tersebut

Page 77: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

69

dahulu adalah sebuah kantor penerbitan yang terkenal, yaitu Penerbit Van Dorp.

Tembok samping gedung yang sejajar dengan Jalan Let. Jend. Suprapto dicat

dengan warna merah, membuatnya terlihat elegan. Hal itu membuat tembok

gedung tersenut sering dijadikan sebagai latar belakang untuk pemotretan oleh

wisatawan yang singgah di Kawasan Kota Lama Semarang.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung setelah kawasan tersebut diguyur

hujan sebentar. Lalu lalang becak masih banyak terlihat di kawasan tersebut,

menambah unsur unik yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang. Sedangkan

pada bagian belakang kartu pos, merupakan informasi gedung kantor Ikatan

Arsitektur Indonesia-Jawa Tengah.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos IX adalah image gedung kantor Ikatan Arsitektur

Indonesia-Jawa Tengah yang dibuat berkesan kuno untuk membuat desain kartu

pos semakin menarik. Pada image tersebut terdapat becak yang ditampilkan

sebagai unsur unik yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang. Pada sisi depan di

bagian tengah bawah ditempatkan tulisan yang menginformasikan nama tempat

bangunan tersebut berada yaitu, Kota Lama Semarang – Indonesia.

Bangunan yang sudah memperlihatkan gaya moderen dibandingkan

gedung-gedung lainnya di Kawasan Kota Lama Semarang tersebut dicat berwarna

Page 78: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

70

merah disesuaikan dengan warna logo dari perkumpulan yang menempatinya

yaitu, para arsitektur Jawa Tengah yang tergabung dalam Ikatan Arsitektur

Indonesia – Jawa Tengah yang memang memakai warna merah. Gedung tersebut

memiliki banyak jendela dan tembok samping yang berwarna merah yang sering

menjadi latar belakang untuk pemotretan.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut, informasi tentang gedung

kantor Ikatan Arsitektur Indonesia-Jawa Tengah hanya menyatakan nama

bangunan tersebut yaitu Kantor Ikatan Arsitektur Indonesia – Jawa Tengah (eks

Penerbitan Van Dorp) diatur vertikal dan ditempatkan di sisi kiri kartu pos

tersebut. Sedangkan informasi fotografer yang memotret gedung kantor Ikatan

Arsitektur Indonesia-Jawa Tengah tersebut yaitu penulis sendiri dan tahun

pemotretan serta tulisan All rights reserved dengan tanda ©/ copyright dan tahun

pembuatan kartu pos, yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya

kartu pos buatan penulis tersebut tidak dijiplak, yang ditempatkan diatur vertikal

dan ditempatkan di tengah kartu pos, sebagai pembatas bagian untuk penulisan

pesan dengan bagian penulisan alamat tujuan kartu pos. Di bagian ini juga

terdapat tempat untuk menempelkan perangko yang diletakkan di sebelah kanan

atas, sesuai dengan standar kartu pos. Tulisan dalam karya kartu pos IX

menggunakan jenis font Trebuchet MS.

Page 79: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

71

Bagan proses berkarya:

+ Kota Lama Semarang – Indonesia

Kantor Ikatan Arsitektur Indonesia – Jawa Tengah + (eks Penerbitan Van Dorp) foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2009.

All rights reserved © 2009.

Page 80: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

72

Keterangan:

Gambar gedung kantor Ikatan Arsitektur Indonesia – Jawa Tengah yang

dipotret pagi hari dengan kamera DSLR Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung kantor Ikatan Arsitektur Indonesia – Jawa Tengah,

fotografer yang memotret, tahun pemotretan & tahun kartu pos diproduksi.

Menggunakan jenis font Trebuchet MS.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 81: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

73

KARYA X

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung Gabungan

Koperasi Batik Indonesia sebagai image. Terletak di Jalan Mpu Tantular No. 29

Semarang. Bangunan kantor ini merupakan salah satu contoh bangunan Art

Moderne yang berkembang antara tahun 1930 hingga 1945. Ciri bangunan dengan

aliran ini adalah sentuhan pada horizontalisme yang tanpa ornamen, dilengkapi

Page 82: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

74

dengan menara yang ditutup dengan kaca. Garis-garis horizontal ini dipadukan

dengan garis vertikal yang menciptakan suatu komposisi menarik. Kondisi

sekarang gedung tersebut masih memperlihatkan keasliannya karena memang

tidak dirawat dan tidak mendapatkan perhatian serius atas potensi yang

dimilikinya.

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung tersebut dengan becak yang selalu

lalu lalang. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos, merupakan informasi

tentang gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos X adalah image gedung Gabungan Koperasi Batik

Indonesia yang dibuat berkesan kuno untuk membuat desain kartu pos semakin

menarik. Pada image tersebut terdapat becak yang ditampilkan sebagai unsur unik

yang ada di Kawasan Kota Lama Semarang. Pada sisi depan sengaja tidak

ditempatkan tulisan yang menginformasikan nama gedung tersebut karena sudah

terpampang jelas terukir di tembok gedung tersebut.

Gedung yang sungguh bagus dan terlihat kokoh namun sayang tidak

terawat dan sengaja dibiarkan terbengkelai. Pada zamannya merupakan gedung

yang sangat penting sebagai pusat distribusi batik yang akan diekspor ke luar

negeri.

Page 83: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

75

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia yang didesain sedemikian rupa sesuai

standar kartu pos. Tulisan informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di

kiri bawah bagian kiri kartu pos yaitu bagian penulisan pesan. Sedangkan

informasi fotografer yang memotret gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia

tersebut yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan serta tulisan All rights

reserved dengan tanda ©/ copyright serta tahun pembuatan kartu pos, yang

dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan penulis

tersebut tidak dijiplak, yang ditempatkan diatur vertikal dan ditempatkan di

tengah kartu pos, sebagai pembatas bagian untuk penulisan pesan dengan bagian

penulisan alamat tujuan kartu pos. Di bagian ini juga terdapat tempat untuk

penempelan perangko yang diletakkan di sebelah kanan atas, sesuai dengan

standar kartu pos. Tulisan dalam karya kartu pos X yang bergambar gedung

Gabungan Koperasi Batik Indonesia menggunakan jenis font Gill Sans MT.

Page 84: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

76

Bagan proses berkarya:

Gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia – Semarang

+ Terletak di Jl. Mpu Tantular No. 29 Semarang. Merupakan bangunan bergaya Art Moderne dengan ciri sentuhan pada horizontalisme tanpa ornamen. foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2009. All rights reserved © 2009.

Keterangan:

Gambar gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia yang dipotret pagi

hari dengan kamera DSLR Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Page 85: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

77

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia, fotografer yang

memotret, tahun pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan

jenis font Gill Sans MT.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 86: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

78

KARYA XI

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Galeri Semarang

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan Galeri Semarang

sebagai image. Gedung tersebut terletak di Jalan Taman Srigunting No. 5 -6,

Semarang. Merupakan gedung yang mengalami banyak sekali renovasi menjadi

sebuah galeri tempat presentasi karya. Bangunan sedikit bergaya Spanish

Colonial, terdiri dari dua lantai.

Page 87: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

79

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar galeri tersebut yang diapit dengan

pemukiman yang sangat kontras dengan galeri tersebut. Terlihat penarik becak

dan becaknya yang sedang ia parkirkan. Sepertinya penarik becak tersebut tinggal

di sekitar kawasan galeri tersebut. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos,

merupakan informasi tentang Galeri Semarang.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos XI adalah image Galeri Semarang yang dibuat berkesan

kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image tersebut

terdapat becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan Kota

Lama Semarang. Pada sisi depan sengaja tidak ditempatkan tulisan yang

menginformasikan nama bangunan tersebut, karena sudah terpampang jelas di

bangunan tersebut yaitu, Semarang Contemporary Art Gallery.

Bangunan ini pertama kali dibangun pada 1895 oleh Tuan Addler, seorang

Belanda. Gaya bangunan sedikit terpengaruh oleh gaya Spanish Colonial.

Bangunan ini pertama kali ditempati Perusahaan “Winkel Maatschappij” H

Spiegel yang menjual barang keperluan rumah tangga dan keperluan kantor

dengan model terbaru.

Pengusaha terkemuka di Semarang, Tasripin, pernah mengambil alih

kepemilikan bangunan ini untuk kemudian disewakan untuk gudang. Tercatat,

Page 88: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

80

Perusahaan Besar Farmasi Tempo dan Pabrik Limun Fresh pernah memakai

bangunan ini sampai tahun 1990. Akhirnya pada 2008, Chris Darmawan

melakukan konservasi untuk digunakan sebagai galeri yaitu, Galeri Semarang.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang Galeri

Semarang yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu pos. Tulisan

informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri atas bagian kiri kartu

pos yaitu bagian penulisan pesan. Di tengah ditempatkan sebuah garis vertikal

yang menjadi batas bagian untuk penulisan pesan dengan bagian penulisan alamat

tujuan kartu pos. Informasi fotografer yang memotret Galeri Semarang tersebut

yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan ditempatkan di bagian kanan kartu pos,

di kanan bawah. Di bagian ini juga terdapat tempat untuk penempelan perangko

yang diletakkan di sebelah kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta

tulisan All rights reserved dengan tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu

pos, yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan

penulis tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos XI menggunakan

jenis font Helv Light menyerupai logo dari Galeri Semarang.

Page 89: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

81

Bagan proses berkarya:

Galeri Semarang

Terletak di Jalan Taman Srigunting No. 5 – 6 Semarang.

+ Bangunan yang sedikit terpengaruh gaya Spanish Colonial yang difungsikan sebagai galeri seni. foto oleh Irfan Fatchu Rahman – 2009. All right reserved © 2009.

Keterangan:

Gambar Galeri Semarang yang dipotret pagi hari dengan kamera DSLR

Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Page 90: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

82

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang Galeri Semarang, fotografer yang memotret, tahun pemotretan

& tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font Helv Light.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 91: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

83

KARYA XII

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Gedung H Spiegel

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung H Spiegel

sebagai image. Gedung tersebut terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 54

Semarang. Gedung tersebut terdiri dari dua lantai. Pintu masuk utama menjorok

ke dalam dan dinaungi atap lengkung yang membentuk balkon di atasnya. Gaya

bangunan sedikit terpengaruh oleh gaya Spanish Colonial. Gedung ini tidak

mempunyai halaman dan posisinya tepat di tepi Jalan Let. Jend. Suprapto. Dulu,

gedung ini digunakan sebagai toko yang menjual barang-barang keperluan rumah

tangga dan kantor model terbaru yang berkembang pada abad XIX.

Page 92: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

84

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit.

Memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung tersebut dengan becak yang selalu

lalu lalang. Gedung tersebut terlihat kusam dan tidak terawat serta dibiarkan

terbengkalai, melupakan kejayaannya dulu. Sedangkan pada bagian belakang

kartu pos, merupakan informasi gedung H Spiegel.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos XII adalah image gedung H Spiegel yang dibuat berkesan

kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image tersebut

terdapat becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan Kota

Lama Semarang. Pada sisi depan di bagian atas ditempatkan tulisan yang

menginformasikan nama dan tempat bangunan tersebut berada yaitu, gedung H

Spiegel. Foto dibuat vertikal menyesuaikan bangunan tersebut.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung H Spiegel yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu pos. Tulisan

informasi tersebut diatur rata kiri dan ditempatkan di kiri bawah bagian kiri kartu

pos yaitu bagian penulisan pesan. Di tengah ditempatkan sebuah garis vertikal

yang menjadi batas bagian untuk penulisan pesan dengan bagian penulisan alamat

tujuan kartu pos. Sedangkan informasi fotografer yang memotret gedung H

Spiegel tersebut yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan ditempatkan di bagian

kanan kartu pos, di kanan bawah. Di bagian ini juga terdapat tempat untuk

Page 93: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

85

penempelan perangko yang diletakkan di sebelah kanan atas, sesuai dengan

standar kartu pos. Serta tulisan All rights reserved dengan tanda ©/ copyright dan

tahun pembuatan kartu pos, yang dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar

karya kartu pos buatan penulis tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu

pos XII yang bergambar gedung H Spiegel menggunakan jenis font Arial.

Page 94: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

86

Bagan proses berkarya:

+ Gedung H Spiegel

Gedung H Spiegel Terletak di Jalan Let. Jend. Suprapto No. 54 Semarang. Bangunan kantor ini tidak mempunyai halaman + dan posisinya tepat di tepi Jalan Let. Jend. Suprapto.

foto oleh Irfan Fatchu Rahman - 2009.

All rights reserved © 2009.

Page 95: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

87

Keterangan:

Gambar gedung H Spiegel yang dipotret pagi hari dengan kamera DSLR

Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung H Spiegel, fotografer yang memotret, tahun

pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font Arial.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 96: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

88

KARYA XIII

A. Spesifikasi dan Deskripsi Karya

Judul : Gedung PT. Djakarta LLoyd

Ukuran : 15 cm x 10 cm, 2 sisi

Media : Digital Print, kertas Ivory 190 gram, laminasi doff

Tahun : 2009

Karya kartu pos ukuran 15 cm x 10 cm menampilkan gedung PT. Djakarta

LLoyd sebagai image. Gedung tersebut terletak di Jalan Mpu Tantular No. 23

Semarang. Bangunan terdiri dari dua dan tiga lantai. Atap bangunan berbentuk

limasan dengan bahan penutup atap berupa genteng yang didatangkan langsung

dari Belanda. Jendela bangunan terbuat dari kerangka besi kotak-kotak dan

panelnya sebagian terbuat dari kaca es, sisanya terbuat dari kaca bening. Jendela

tersebut dirangkai secara terpadu dengan lubang angin.

Page 97: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

89

Dipotret pada pagi hari menggunakan kamera DSLR Nikon D60 kit,

memperlihatkan suasana pagi di sekitar gedung PT. Djakarta LLoyd tersebut

dengan becak yang selalu lalu lalang. Sedangkan pada bagian belakang kartu pos,

merupakan informasi gedung PT. Djakarta LLoyd.

B. Analisis Karya

Karya kartu pos tersebut terbagi atas dua sisi yaitu, sisi depan untuk image

dan sisi belakang untuk menuliskan pesan dan alamat tujuan kartu pos. Pada sisi

depan karya kartu pos XIII adalah image gedung PT. Djakarta LLoyd yang dibuat

berkesan kuno untuk membuat desain kartu pos semakin menarik. Pada image

tersebut terdapat becak yang ditampilkan sebagai unsur unik yang ada di Kawasan

Kota Lama Semarang. Pada sisi depan di bagian atas ditempatkan tulisan yang

menginformasikan tempat bangunan tersebut berada yaitu, Kota Lama Semarang

– Indonesia. Foto dibuat vertikal menyesuaikan bangunan tersebut.

Pada sisi belakang karya kartu pos tersebut berisi informasi tentang

gedung PT. Djakarta LLoyd yang didesain sedemikian rupa sesuai standar kartu

pos. Informasi fotografer yang memotret gedung PT. Djakarta LLoyd tersebut

yaitu penulis sendiri dan tahun pemotretan, diatur rata kiri ditempatkan di kiri atas

di bagian kiri kartu pos untuk penulisan pesan. Tulisan informasi gedung PT.

Djakarta LLoyd diatur rata tengah dan ditempatkan di bagian bawah kartu pos dan

di bawah empat garis horisontal untuk penulisan alamat tujuan kartu pos. Di

bagian ini juga terdapat tempat untuk penempelan perangko yang diletakkan di

sebelah kanan atas, sesuai dengan standar kartu pos. Serta tulisan All rights

Page 98: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

90

reserved dengan tanda ©/ copyright dan tahun pembuatan kartu pos, yang

dimaksudkan untuk memberikan peringatan agar karya kartu pos buatan penulis

tersebut tidak dijiplak. Tulisan dalam karya kartu pos XIII yang bergambar

gedung PT. Djakarta LLoyd menggunakan jenis font Times New Roman.

Page 99: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

91

Bagan proses berkarya:

+

Kota Lama Semarang – Indonesia

foto oleh Irfan Fatchu Rahman - 2009.

All rights reserved © 2009.

+ PT. Djakarta Lloyd. Terletak di Jalan Mpu Tantular No. 23 Semarang. Bangunan terdiri dari 2 dan 3 lantai. Sedangkan atap bangunan berbentuk limasan.

Page 100: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

92

Keterangan:

Gambar gedung PT. Djakarta Lloyd yang dipotret pagi hari dengan

kamera DSLR Nikon D60 kit.

Gambar yang telah diolah menggunakan Adobe Photoshop CS 2.

Pengolahan hanya untuk mencerahkan foto, melakukan pemotongan dan

penyeleksian karya dan menghapus kabel-kabel yang mengganggu.

Gambar pengolahan awal dengan Photoshop tadi kemudian diolah kembali

dengan menggunakan filter Adobe Photoshop CS2: Nikon Color Effect

Pro 3.0, khusus untuk mengolah foto menjadi kesan kuno yang penulis

unduh dari situs www.softarchive.net.

Sisi depan kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Menentukan ukuran kartu pos, dipilih kartu pos berukuran 15 cm x 10 cm,

dengan desain sedemikian rupa. Dan informasi yang menyertainya, yaitu

info tentang gedung PT. Djakarta Lloyd, fotografer yang memotret, tahun

pemotretan & tahun kartu pos diproduksi. Menggunakan jenis font Times

New Roman.

Sisi belakang kartu pos siap dicetak dan dipamerkan.

Page 101: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

93

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sudah sejak lama Kawasan Kota Lama Semarang menjadi aset pariwisata

berharga Pemerintah Kota Semarang. Kawasan Kota Lama Semarang menjadi

surga bagi penikmat wisata sejarah dan arsitektur. Dalam proyek studi ini, penulis

berkarya mengangkat permasalahan Kawasan Kota Lama Semarang di antaranya

masalah pendokumentasian dan promosi yang kurang dilakukan. Penulis melihat

ada geliat yang menarik yang terjadi di Kawasan Kota Lama Semarang. Beberapa

gedung dicat ulang seperti gedung PT. PELNI Semarang, gedung MARBA, dan

pabrik rokok Praoe Lajar, yang lain direnovasi untuk difungsikan kembali seperti

bangunan bekas pabrik sirup Fresh yang sekarang menjadi sebuah galeri seni.

Kondisi tersebut sungguh sayang untuk dibiarkan tidak didokumentasikan serta

dipromosikan. Karena menurut penulis, Kawasan Kota Lama Semarang adalah

daerah bersejarah yang berpotensi untuk dikembangkan secara kebudayaan,

ekonomi, serta wilayah konversi.

Perkembangan Kawasan Kota Lama Semarang tersebut kemudian

dipromosikan lewat kartu pos. Kartu pos merupakan salah satu alternatif media

promosi yang tidak harus banyak mengeluarkan biaya tetapi tepat sasaran. Objek-

objek yang ditampilkan dalam kartu pos yang penulis buat adalah tangkapan

perkembangan perwajahan arsitektur Kota Lama Semarang. Beberapa bangunan

di kawasan tersebut masih dirawat dengan baik dan direnovasi untuk difungsikan

kembali.

Page 102: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

94

Penulis berkarya desain kartu pos berwarna sebanyak tiga belas buah,

terdiri dari sebelas desain dengan posisi horisontal (landscape) dan dua desain

vertikal (portrait). Penentuan posisi tersebut menyesuaikan dengan objek yang

dipotret dan kesan yang ingin ditampilkan.

Sebagian besar karya kartu pos ditampilkan secara horisontal (landscape)

yang dapat dilihat pada karya nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. Beberapa

di antaranya ditampilkan secara vertikal (portrait) karena bentuk gedungnya yang

menjulang ke atas. Antara lain terdapat pada karya nomer 12 dan 13. Arsitektur

Kota Lama Semarang yang dipilih untuk dipotret mempertimbangkan kondisi

terkini bangunan. Beberapa masih digunakan, dirawat, dan dicat ulang. Hal ini

dapat dilihat pada karya nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, dan 12. Lainnya

dibiarkan tak terawat dan dibiarkan tak bertuan. Hal ini dapat dilihat pada karya

nomer 10 dan 13.

B. Saran

Kartu pos hendaknya masih dipertahankan meskipun tidak lagi sebagai

benda pos biasa tetapi menjadi sebuah cinderamata dan barang koleksi yang

merekam perkembangan sebuah kota, kawasan, ataupun negara yang secara tidak

langsung mempromosikan kota, kawasan, ataupun negara tersebut.

Dalam membuat kartu pos hendaknya perlu diperhatikan beberapa hal

terkait perancangannya. Karena kartu pos yang baik di dalamnya terdapat gambar

sederhana tetapi menarik perhatian dengan warna yang menarik pula. Pembuat

kartu pos juga harus membuat gambar yang mudah dimengerti, karena orang-

Page 103: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

95

orang yang menerima kartu pos tersebut hanya menyediakan waktu satu atau dua

menit untuk melirik mereka sebelum memutuskan untuk menyimpannya atau

membuangnya.

Berdasarkan hasil proyek studi berupa karya desain kartu pos dengan

objek arsitektur Kota Lama Semarang dan hambatan-hambatan yang dialami

selama proses berkarya, penulis menyarankan bahwa untuk berkarya kartu pos

hendaknya memperhatikan hal-hal seperti pertimbangan mengangkat objek atau

tema yang akan ditampilkan dalam karya desain kartu pos tersebut. Terlebih dulu

dikaji atau dilakukan pengamatan seksama pada objek yang akan diangkat.

Karena sebuah kartu pos yang baik adalah menampilkan gambar dan warna yang

menarik.

Page 104: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

96

DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddiq, Arief. 2007. Mengintip Sejarah Pecinan Indonesia Melalui Jendela Kartu Pos. Jakarta: Majalah Visual Art Edisi 19, Juni – Juli 2007.

Budiman, Amen. 1978. Semarang Riwayatmu Dulu. Semarang: Tuntung Sari. Budiharjo, Eko. 2005. Jati Diri Arsitektur Indonesia. Bandung: PT. Alumni. Sugihandari dan Erianto, Dwi. 2007. Oudestad van Semarang – Kota Lama

Semarang. Kompas, Kamis, 28 Juni 2007, hal. H - I. Sartono K. 2004. Jelajah Negri: Menengok Kawasan Kota Lama Semarang.

Online:www.google.com/kawasan/kota/lama/semarang. (diakses 20/11/2008). Tim Majalah B&B. 2004. Rahasia Promosi via Kartu Pos. Majalah B&B Vol. II

No. 17, Oktober 2004, hal. 20 – 21. Muhammad, Djawahir. 1995. Semarang Sepanjang Jalan Kenangan. Semarang:

Aktor Studio. Sachari, Agus dan Yan Yan Sunarya. 2000. Tinjauan Desain. Bandung: Penerbit

ITB. Website:www.indonesianewsonline.com/prangko/stamps/news/kartupos.htm

(diakses 26/11/2008). Website: www.semarang.go.id (diakses 20/10/2008).

Page 105: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

CURRICULUM VITAE

Irfan Fatchu Rahman Lahir di Semarang, 30 Januari 1986 Mahasiswa seni rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (UNNES) Angkatan 2004 Tinggal dan bekerja di Semarang Jl. Panda Barat 2 no. 14 Pedurungan, Semarang 50199, Indonesia telp. +6281325226556 e-mail: [email protected] webblog: http://www.irfanfatchurahman.blogspot.com

Pameran 2009 “Kartu Pos Kota Lama Semarang – desain & foto oleh Irfan Fatchu Rahman”, bersama karya kolaborasi dengan teman, Pusat Budaya Indonesia – Belanda ‘Widya Mitra’, Semarang, Indonesia “Overpriced-Underpriced, crappy camera photography exhibition”, Our’s Cafe, Semarang, Indonesia “Deer Andry: An Exhibition Andry Moch. with Friends and Family”, RURU Gallery, Jakarta, Indonesia “Hertz vol. 2: subsonic sonar, visual art & music show”, Retro Creative House, Semarang, Indonesia 2008 “Deer Andry: An Exhibition Andry Moch. with Friends and Family”, Galeri S.14, Bandung, Indonesia “Vidiot: Festival Video Indonesia-Belanda 2008”, Pusat Budaya Indonesia – Belanda ‘Widya Mitra’, Semarang, Indonesia “Pameran Seni Visual GORO-GORO ART PROJECT Pra-Event Solo Biennale 2009”, Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta, Indonesia “17 Agustus 2008: Konsoemsi Atoe Mati”, Ruang Pamer BYAR Creative Industry, Semarang, Indonesia

Page 106: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

“LAJAR TANTJAP: Dari Bandoeng Dengan Tjinta, Di Semarang Saja Djatoeh Tjinta”, pemutaran video, kolaborasi dengan VIDEOLAB dan videomaker Bandung, Ruang Pamer BYAR Creative Industry, Semarang, Indonesia 2007 “Biennale Jogja IX 2007 – Neo.Nation”, pameran bersama dalam KtoK Project Semarang, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia “CONTURE: the Contrast Contour, the Effect of Contrast Culture”, pameran bersama mahasiswa seni rupa UNNES, angkatan 2004, Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta, Indonesia “KtoK Project #5-Senirupa Hidupku, Semarang Kotaku, KtoK Project Semangatku”, rumah catdog communitart, Gunung Pati UNNES, Semarang, Indonesia “Festival Tanda Kota”, pameran bersama BYAR Creative Industry dalam KtoK Project Semarang, Galeri Cipta II & III Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indonesia “KtoK Project #4-Sakit? Di KOMIX Aja!!!”, rumah catdog communitart, Gunung Pati UNNES, Semarang, Indonesia “Pameran Softlaunching Grobak Art Komunitas Hysteria”, Galeri Bu Atie, Semarang, Indonesia “Pameran Softlaunching Grobak Art Komunitas Hysteria”, Grobak Art Space Jl. Atmodirono, Semarang, Indonesia “OK. Video-Militia: 3rd Jakarta International Video Festival”, Galeri Nasional, Jakarta, Indonesia “KtoK Project #3-Dark Brown Sofa”, Kontrakan Pink Corner, Gunung Pati UNNES, Semarang, Indonesia “Presentation & Public Screening: OK. Video-Militia Workshop Chapter Semarang”, Rumah Seni Yaitu:, Semarang, Indonesia “KtoK Project #2-Komedi Putar”, Kost Pokemon, Gunung Pati UNNES, Semarang, Indonesia 2005 “Titik Tolak-Pameran Bersama Mahasiswa Seni Rupa UNNES Angkatan 2004”, Gedung Perpustakaan UNNES, Gunung Pati, Semarang, Indonesia “Pameran Bersama Mahasiswa Seni Rupa UNNES Angkatan 2004”, Gedung B6 (sayap kiri) Kampus UNNES, Gunung Pati, Semarang, Indonesia “Play 2-Pameran Bersama Mahasiswa Seni Rupa UNNES”, Gedung Dekanat FBS UNNES, Gunung Pati, Semarang, Indonesia

Page 107: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

Kinerja 2009 Workshop Penulisan Seni Rupa Part 2, 15 – 26 Juni 2009, ruangrupa, Jakarta Desainer issue – tees campaign! first issue: green campaign halo ordinary > foto oleh irfan fatchu rahman edisi mei > portrait Tim display untuk Hertz vol. 2: subsonic sonar, visual art & music show di Retro Creative House Semarang halo ordinary > foto oleh irfan fatchu rahman edisi april sesi 2 > nothing halo ordinary > foto oleh irfan fatchu rahman edisi april sesi 1 > spiritual Eagle Awards Documentary Competition Coaching Clinic, 31 Maret 2009 halo ordinary > foto oleh irfan fatchu rahman edisi maret 2009 > islandia Kontributor untuk Blanket Magazine Issue 14: The Blue Issue Asisten Seniman Krisna Murti Kontributor MOSH! Magazine edisi Januari 2009 Kontributor Reportase “Multicrisis is Delicious, Pameran Tunggal Eko Nugroho di Galeri Semarang, 8 – 22 November 2008” untuk tanda 2008 Wawancara di 90, 2 TRAX fm Semarang dengan anak2 Importal (Rizki Lazuardi dan Diah Sekar Widhi) tentang Vidiot 2008 dan videoklip Ok Karaoke, 22 Desember 2008 Director untuk videoklip “Ok Karaoke – Kembali Ke Dalam Terang” untuk sub program Vidiot 2008: Videoing Ok Karaoke Partisipan 24 Hour Comics Day di Papillon Studio Semarang, tgl 18 – 19 Oktober 2008 Kontributor untuk EMBROSYST visual communications e-magazine issue 3: CMYK Menerbitkan drawing-series “ANALOG”; number one: Think What You Want To Eat, number two: Hard Choice, Easy False, number three: Make Yourself Pops Video Director untuk “Oh Nina! – An Arrow and A Heart” dengan Faisal Ardhana untuk proyek kompilasi videoklip lagu-lagu Oh Nina! grup musik techno asal Jogja Kontributor MOSH! Magazine edisi Desember 2007 dan Mei 2008 Kontributor Kompilasi Komik Babi Jahat #2 – Hidupku Yang Nggak Menarik, Kompilasi Komik Babi Jahat #3 – Urip Mung Mampir Parkir

Page 108: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

Kontributor Penulis dalam buku KtoK Project Semarang [buku dalam proses pengerjaan] Desainer Postcard untuk ISYARAT #2 – LAJAR TANTJAP: Dari Bandoeng Dengan Tjinta, Di Semarang Saja Djatoeh Tjinta Dokumenter BYAR Creative Industry Voice and Guitar of THE UNFAMOUS semi-manual-pop band 2007 Video Maker untuk video catalogue pameran CONTURE: the Contrast Contour, the Effect of Contrast Culture Desainer Postcard untuk pameran CONTURE: the Contrast Contour, the Effect of Contrast Culture Worker dalam pembuatan karya untuk BYAR Creative Industry dalam KtoK Project di Biennale Jogja IX 2007 – Neo.Nation, Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia Worker dalam pembuatan karya untuk BYAR Creative Industry di Festival Tanda Kota, Galeri Cipta II & III Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indonesia Volunter Pameran “Mengenang Indies: Rogier Boon”, Rumah Seni Yaitu:, Semarang, Indonesia Volunter-Display dan Dokumenter Pameran Tunggal Entang Wiharso “Intoxic”, Rumah Seni Yaitu:, Semarang, Indonesia Pendiri catdog communitart, Mei 2007 Peserta Workshop “OK. Video-Militia”, Rumah Seni Yaitu:, Semarang, Indonesia Dokumenter KtoK Project Konseptor dalam KtoK Project #3-Dark Brown Sofa Partisipan dan Aktivis KtoK Project #2 - #5 Video Worker dengan anak-anak BYAR Creative Industry untuk screening Pagelaran Puisi “Persembahan Untuk Prof. Soedjarwo”, Gedung Serba Guna Sastra UNDIP, Pleburan, Semarang, Indonesia

Page 109: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

KATALOG PAMERAN

Page 110: ARSITEKTUR KOTA LAMA SEMARANG SEBAGAI OBJEK DALAM

FOTO PAMERAN