18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Katarak atau kekeruh pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, presipitasi protein atau bahan lainnya sehubungan dengan proses degenerasi atau bertambahnya usia. Katarak bisa terjadi di satu atau kedua mata biasanya berkembang secara perlahan sehingga seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Jika katarak hanya terjadi pada sisi luar lensa mata, tidak ada perubahan penglihatan yang berarti. Tapi jika katarak terjadi dekat pusat lensa, akan timbul gangguan penglihatan. Alasan mengapa katarak terjadi seiring dengan bertambahnya usia tidak diketahui pasti, tetapi radiasi ultraviolet, terutama dari matahari, dianggap berperan terhadap perubahan kimia pada lensa yang selanjutnya menjadi katarak. Pada penelitian yang dilakukan Laurentina Mihardja, dkk (Gizi Indon 2008, 31(2):83-91) disebutkan bahwa radiasi ultra violet (UV) dapat mengeruhkan lensa dengan membentuk fragmen kimia yang sangat reaktif yang disebut radikal bebas. Selanjutnya radikal bebas ini akan merusak struktur lensa. Katarak berkembang dengan lambat, penglihatan berangsur- angsur terganggu sampai gangguan tersebut menjadi demikian parah. Faktor resiko lainnya seperti Diabetes Mellitus (DM),

(Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat mata merupakan salah satu syarat dalam menempuh kepanitraan mata pada pendidikan dokter umum.

Citation preview

Page 1: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Katarak atau kekeruh pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein

lensa, presipitasi protein atau bahan lainnya sehubungan dengan proses degenerasi atau

bertambahnya usia. Katarak bisa terjadi di satu atau kedua mata biasanya berkembang

secara perlahan sehingga seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Jumlah dan bentuk

kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Jika katarak hanya terjadi pada sisi

luar lensa mata, tidak ada perubahan penglihatan yang berarti. Tapi jika katarak terjadi

dekat pusat lensa, akan timbul gangguan penglihatan. Alasan mengapa katarak terjadi

seiring dengan bertambahnya usia tidak diketahui pasti, tetapi radiasi ultraviolet, terutama

dari matahari, dianggap berperan terhadap perubahan kimia pada lensa yang selanjutnya

menjadi katarak. Pada penelitian yang dilakukan Laurentina Mihardja, dkk (Gizi Indon

2008, 31(2):83-91) disebutkan bahwa radiasi ultra violet (UV) dapat mengeruhkan lensa

dengan membentuk fragmen kimia yang sangat reaktif yang disebut radikal bebas.

Selanjutnya radikal bebas ini akan merusak struktur lensa. Katarak berkembang dengan

lambat, penglihatan berangsur-angsur terganggu sampai gangguan tersebut menjadi

demikian parah. Faktor resiko lainnya seperti Diabetes Mellitus (DM), trauma, kebiasaan

merokok, Indeks Massa Tubuh (IMT) juga ikut serta dalam angka kejadian katarak.

Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996

prevalensi katarak pada beberapa propinsi yang dapat mewakili Indonesia sebesar 7,3

persen. Prevalensi katarak pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 33,4 persen, dan

pada usia lebih 65 tahun 62,2 persen. Prevalensi katarak di daerah pedesaan 6,29 persen,

lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan 4,5 persen. Besarnya jumlah penderita

katarak di Indonesia diperkirakan berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut.

Jumlah penderita akan meningkat seiring dengan terjadinya peningkatan usia lanjut.

Mengikuti kemajuan dan peningkatan suatu bangsa DM menjadi penyakit metabolik

yang berhubungan dengan perubahan life style dan merupakan faktor resiko katarak.

Beberapa penelitian menemukan bahwa penderita DM mempunyai kemungkinan

menderita katarak 1,6 kali lebih tinggi dari orang yang tidak DM. Penelitian lain

menemukan bahwa IMT yang kurang (< 18,5) memiliki kemungkinan terkena katarak 4,3

Page 2: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

kali lebih tinggi dari yang memiliki IMT normal. Katarak dapat dicegah, ditunda,

diperlambat dan mungkin sembuh pada tahap awal dengan memperbaiki secara tuntas

penyebab penyakit dan/atau faktor resikonya. Selain itu prevalensi katarak di daerah

belum terlalu banyak khususnya di Kecamatan Plaju, Kota Palembang, Provinsi Sumatra

Selatan. Maka dari itu untuk mengetahui bagaimana prevalensi katarak dengan/tanpa DM

dan IMT, dan mencari bagaimana hubungan antara katarak dengan DM dan IMT ingin

melakukan penelitian dengan judul Prevalensi Katarak Senilis dan Hubungan Faktor

Resiko Diabetes Melittus dan Indeks Masa Tubuh di Kecamatan Plaju, Palembang

Tahun 2012.

1.2RUMUSAN MASALAH

Berapa prevalensi katarak senilis untuk Kecamatan Plaju pada tahun 2012 dan

hubunganya dengan Diabetes Melittus dan Indeks Massa Tubuh?

1.3TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum:

Mendapatkan prevalensi katarak, faktor resiko yang mempengaruhi untuk

Kecamatan Plaju.

1.3.2 Tujuan Khusus:

a. Untuk mengetahui gambaran kesehatan mata responden di wilayah

Kecamatan Plaju.

b. Untuk mengetahui gambaran prevalensi katarak di wilayah Kecamatan

Plaju.

c. Untuk mengetahui gambaran prevalensi katarak senilis di wilayah

Kecamatan Plaju.

d. Untuk mengetahui gambaran faktor resiko yang paling banyak

mempengaruhi katarak di wilayah Kecamatan Plaju.

e. Untuk mengetahui gambaran prevalensi katarak dengan diabetes melittus

di wilayah Kecamatan Plaju.

f. Untuk mengetahui gambaran prevalensi katarak dengan indeks masa tubuh

di wilayah Kecamatn Plaju.

g. Untuk mengetahui gambaran hubungan katarak dengan diabetes melittus.

h. Untuk mengetahui gambaran hubungan katarak dengan indeks masa tubuh.

Page 3: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

1.4MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S.Ked.

2. Dengan penelitian ini dapat diketahui data penderita katarak di Kecamatan Plaju.

3. Dapat diketahui faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap angka kejadian

katarak.

4. Dapat dibuat kebijakan yang dapat mengurangi angka kejadian katarak dengan faktor

risiko yang berpengaruh di kecamatan Plaju.

Page 4: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KATARAK

2.1.1 Definisi

Katarak adalah keadaan perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan

tembus cahaya menjadi keruh dapat menyebabkan terjadinya katarak kongenital,

katarak pada anak-anak atau dewasa muda, dan katarak pada usia lanjut (diatas 50

tahun) atau katarak senilis yang bisa dikarenakan akibat hidrasi (penambahan

cairan) lensa, denaturasi protein lensa, trauma, presipitasi protein atau bahan

lainnya sehubungan dengan proses degenerasi atau bertambahnya usia.

Katarak bisa terjadi di satu atau kedua mata biasanya berkembang secara

perlahan sehingga seringkali tidak disadari oleh penderitanya. Jumlah dan bentuk

kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Jika katarak hanya terjadi pada

sisi luar lensa mata, tidak ada perubahan penglihatan yang berarti. Tapi jika

katarak terjadi dekat pusat lensa, akan timbul gangguan penglihatan. Penderita

katarak tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh

menyebabkan cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang

kabur pada retina.

2.1.2 Etiologi

Penyebab pasti katarak sampai sekarang belum diketahui. Banyak dikatakan

perubahan lensa pada usia lanjut menjadi penyebab kejadian katarak

Lensa adalah struktur bikonveks yang transparan dibungkus oleh capsula

transparan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan corpus vitreum serta

dikelilingi processusciliaris. Lensa tidak memiliki pembuluh darah dan inervasi

syaraf sehingga bergantung sepenuhnya pada humor aquosus sebagai pemberi

makanan dan mengakut hasil-hasil metabolism. Lensa terdiri dari kapsula elastik,

epithelium kuboideum, dan fibrae lentis. Fungsi dari lensa sebagai merefreksikan

cahaya, akomodasi dan dapat mengatur kejernihannya sendiri. Multifaktor yang

dapat menyebabkan katarak:

a. Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik

Page 5: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

b. Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek

buruk terhadap serabu-serabut lensa.

c. Faktor imunologik

d. Gangguan metabolisme umum

e. Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan

permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

f. Trauma mata, infeksi

g. Degenerasi Lensa

1. Kapsula elastic, yang membungkus struktur

o Menebal dan kurang elastik (1/4 dibanding anak)

o Mulai presbiopia

o Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

o Terlihat bahan granular

2. Epithelium kuboideum, yang terbatas pada permukaan anterior lensa

o Makin tipis

o Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

o Tinggi sel epitel berkurang dan lebarnya bertambah

o Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Fibrae lentis (Serat lensa), yang dibentuk dari ephitelium kuboideum pada

equator lentis.

o Lebih irregular

o Pada korteks jelas kerusakan serat sel

o Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein

nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa

o Korteks tidak berwarna karena :

Kadar as. Askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

2.1.3 Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah dari 45

juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara berkembang

seperti Indonesia, India dan lainnya. Di Asia Tenggara Indonesia menjadi negara

paling tinggi menderita katarak sekitar 1,5%. Katarak juga merupakan penyebab

Page 6: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan

dengan penglihatan

Prevalensi katarak senilis cendrung meningkat sesuai bertambahnya usia. Pada

kelompok usia 60 tahun, diperkirakan separuhnya mengalami kekeruhan lensa dan

pada kelompok usia 80 tahun/lebih tua, hampir seluruhnya mengalami kekeruhan

lensa. Berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun

1993-1996 prevalensi katarak pada beberapa propinsi yang dapat mewakili

Indonesia sebesar 7,3 persen. Prevalensi katarak pada kelompok usia 55-64 tahun

sebesar 33,4 persen, dan pada usia lebih 65 tahun 62,2 persen. Prevalensi katarak

di daerah pedesaan 6,29 persen, lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan 4,5

persen.

2.1.4 Faktor resiko

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang

berpengaruh seperti factor usia, jenis kelamin, etnis dan faktor genetik, sedangkan

factor ekstrinsik yang berpengaruh seperati faktor panjanan kronis terhadap ultra

violet, infla merah atau sinar matahari, derajat sosial ekonomi, status pendidikan,

status kesehatan, faktor lingkungan, merokok, alcohol, nutrisi, multivitamin dan

myopia.

a. Usia

Katarak sinilis merupakan penyakit idopatik, umumnya terjadi pada

usia diatas 50 tahun, prevalensinya cendrung bertambah sesuai dengan

penambahan usia. Penelitian yang dilakukan Laurentia Mihardja dkk

menunjukkan usia 55 tahun/lebih tua beresiko menderita katarak 30,6 kali

lebih tinggi dibandingankan dengan usia kurang dari 55 tahun.

Penelitian lain melaporkan pada usia 55-64 tahun didapatkan hampir

40% dengan kekeruhan lensa dan 5% dengan katarak penuh,. Pada usia 65-74

tahun didapatkan 70% dengan kekeruhan lensa dan 18% dengan katarak

penuh. Pada usia 75-84 tahun lebih dari 90% dengan kekeruhan pada lensa

dan hamper separuhnya dengan katarak penuh.

b. Jenis Kelamin

Page 7: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

Pada penelitian beberapa negara melaporkan bahwa katarak banyak

terjadi pada wanita. Di India didapatkan 51% penderita katarak adalah

wanita. Namun hal ini mungkin berhubungan dengan faktor lain. Faktor lain

tersebut adalah relative kurang baiknya secara umum akses kesehatan

terhadap wanita di suatu negara. Selain itu perlu juga memperhitungkan

angka harapan hidup yang lebih tinggi pada wanita di beberapa negara

c. Diabetes Mellitus

Diabettes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada

DM berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau

kegagalan organ tubuh, terutama mata, gunjal,saraf, jantung dan pembuluh

darah. Adanya peningkatan metabolism glucose dalam lensa, menyebabkan

penimbunan sorbitol yang dianggap berhubungan dengan perubahan osmotic,

dan akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.

Risiko katarak dilaporkan tinggi pada penderita DM, kadar gula darah

normal tinggi, kerusakan ginjal, dan penggunaan steroid. Penderita DM

menderita katarak 1,6 kali lebih sering, terjadi pada usia lebih muda, dan

lebih cepat memburuk dibandingkan orang yang tidak DM.

d. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator yang paling sering

digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan kurang,

normal, lebih dan obes pada orang dewasa dengan cara menghitung berat

badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2).

Klasifikasi IMT berdasarkan WHO

Klasifikasi IMT (kg/m2)Berat Badan Kurang < 18,5

Kisaran Normal 18,5 – 24,9Berat Badan Lebih > 25

Pra-Obes 25,0 – 29,9Obes Tingkat I 30,0 – 34,9Obes Tingkat II 35,0 – 39,9Obes Tingkat III > 40

Tabel 1.Klasifikasi IMT berdasakan WHO

Page 8: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

Penelitian terakhir menunjukkan IMT < 18,5 (gizi kurang)

mempunyai kemungkinan menderita katarak 4,3 kali dibanding responden

dengan status gizi normal.

2.1.5 Jenis katarak senilis

a. Berdasarkan stadiumnya katarak senilis dibagi menjadi

1. Insipient

2. Imatur

3. Matur

4. Hiperatur

Table 2. Perbedaan stadium katarak sinilis

b. Berdasarkan letak anatomi kelainan dibagi menjadi

1. Kortikal

2. Nuklear

3. Subkapsula

c. Berdasarkan gejala Klinis:

1. Katarak insipient

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menujuu korteks anterior

dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks

2. Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degenerative

menyerap air.

Page 9: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

Masuknya air ke dalam celah lensa menyebabkan lensa menjadii bengkak dan

besar yang akan mendorong iris sehiingga bilik mata menjadi dangkal.

Pencembungan lensa akan memberikan penyulit glaucoma.

3. Katarak imatur

Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum negenai seluruh lapis

lensa. Pada katarak imatur dapat berambah besar lensa akibat meningkatnya

tekanan osmotic. Pada saat lensa mencembung akan dapat meimbulkan

hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder.

4. Katara matur

Kekeruhan telah terjadi pada selurh masa lensa. Kekeruhan ini bias akibat

deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak

dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada

ukuran normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan

mengakibatkan kalsifikasi kensa

5. Katarak hipermatur

Katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras

atau lembek dan mencair. Bila proses katrak berjalan lanjut dan disertai

dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak

dapat keluar, maka akan memperlihatkan bentuk sebagai kantong susu

disertai nucleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat

(katarak morgagni)

2.1.6 Gejala Klinis

a. Distrorsi Penglihatan, penglihatan yang semakin kabur dan penglihatan tidak

jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

b. Pada stadium insipient, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan

jauh yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien

dapat membaca lebih baik tanpa kacamata (“second sight”).

c. Pada stadium insipient terjadi miopia ini disebabkan oleh peningkatan indeks

refraksi.

d. Peka terhadap sinar atau cahaya.

e. Dapat melihat dobel pada satu mata.

f. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

g. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Page 10: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

2.1.7 Cara mendiagnosis

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pemeriksa awam sampai

menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan.

Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil yang dilatasi

maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp. Dengan torch atau

slit lamp terlihat buram/keruh putih keabu-abuan di oblique illumination.

Kekeruhan putih keabu-abuan dapat dilihat dalam pencahayaan miring oleh senter

atau slit lamp di bagian optik. Oftalmoskop berguna sebagai indikator penting

gejala klinik katarak. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan

semakin padatnya kekeruhan lensa, hingga reaksi fundus hilang. Dengan

oftalmoskop pada jarak sekitar 15 cm akan terlihat sebagai daerah gelap pada

siluet terhadap refleks merah di daerah pupil. Kekeruhan ini juga terlihat saat

dilakukan retinoscopy.

Derajat klinis pembentukan katarak dinilai terutama dengan uji ketajaman

penglihatan Snellen.

2.1.8 Tatalaksana

Katarak senilis penanganannya harus dilakukan pembedahan atau operasi.

Tindakan bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak senil,

seperti katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak belum

matur, katarak matur, karena apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan

penyulit (uveitis atau glaukoma) dan katarak telah telah menimbulkan penyulit

seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaucoma. Ada beberapa jenis

operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

a. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction), atau operasi katarak intrakapsula

1. Pembedahan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus

sehingga penyulit tidak banyak

2. Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.

3. Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan

mudah putus

4. Tidak menyebabkan katarak sekunder dan merupakan tindakan

pembedahan yang sangat lama popular.

Page 11: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

5. Kontraindikasi pada pasien kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai

ligament hialoidea kapsular.

6. Penyulit yang dapat terjadi astigma, glaucoma, uveitis, endoftalmitis,

dan pendarahan

b. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) atau operasi katarak

ekstrakapsula

1. Pembedahan mengeluarkan isi lensa dengan memecahkan atau merobek

kapsul lensa anterior sehingga mata lensa dan korteks lensa dapat keluar

melalui robekan tersebut.

2. Termaksud dalam golongan ini ekstrasi linear, aspirasi dan irigasi

3. Indikasi dilakukan pembedahan

o Katarak muda

o Pasien dengan kelaianan endotel

o Perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular

o Kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma

o Mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca

o Mengalami ablasi retina

o Mata dengan sitoid macula edema

o Pasca bedah ablasi

o Mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti

prolaps badan kaca

4. Penyulit yang dapat timbul terjadinya katarak sekunder

5. Jenis-jenis ECCE

o ECCE konvensional

o SICS (Small Incision Cataract Surgery)

o Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification)

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana

menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus

sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ±

3 mm11.

2.1.9 Komplikasi

Page 12: (Katarak)BAB I & II -Rieska Y.M

a. Komplikasi katarak mulai dari gangguan penglihatan sampai kebutaan.

b. Komplikasi pembedahan katarak antara lain:

1. Ruptur kapsul posterior

2. Glaukoma

3. Uveitis

4. Endoftalmitis

5. Perdarahan suprakoroidal

6. Prolap iris

2.2 STRUKTUR GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KECAMATAN PLAJU

Kecamatan Plaju merupakan salah satu daerah yang berada di Palembang, Sumatra

Selatan. Secara geografis Kecamatan Plaju berada pada 2o 59’ Lintang selatan, 104o 47’

Bujur Timur. Kecamatan Plaju terdiri dari 7 kelurahan dengan total penduduk 79.096

jiwa.