Upload
truongtu
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmatdan hidayah Nya sehingga Buku Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerjadapat diselesaikan tepat waktu. Tempat kerja merupakan lingkungan yangtertutup dimana didalamnya berkumpul orang dalam jumlah banyak sedangmelakukan pekerjaan bersama sama secara sift /bergantian dalam waktu 8jam atau lebih setiap harinya. Kondisi ini merupakan lingkungan yang dapatmenyebarkan berbagai penyakit menular berbahaya termasuk penyakit TB.Pekerja yang sehat jasmani maupun rohani merupakan aset yang sangatberharga bagi perusahaan, karena dengan adanya pekerja yang sehat akanmeningkatkan produktifitas yang tinggi bagi perusahaan yang pada akhirnyaakan meningkatkan keuntungan dari perusahaan tersebut. Agartenaga kerjadi perusahaaan bisa sehat dan produktif perlu dilaksanakan pengendalian TByaitu dengan menemukan kasus untuk kemudian diobati sampai sembuh agartidak berperan sebagai sumber penularan TB di lingkungan perusahaan.
Dalam Pengendalian TB di Tempat Kerja, sejalan dengan perkembangantehnologi dan perkembangan program, maka perlu dilakukan penyempurnaanterhadap panduan yang ada. Dengan telah disempurnakanya sertaditerbitkannya Buku Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja, maka akandigunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan di seluruh fasililitas kesehatanindustry/perusahan dalam penerapan Pengendalian TB di Tempat Kerja. Kamimenyadari bahwa Buku Panduan yang telah disempurnakan ini masih jauhdari sempurna, oleh karena itu kepada semua pihak yang telah membacaBuku Panduan ini diharapkan saran- saran perbaikan.Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua timpenyusun, narasumber dan pihak yang telah berkontribusi dalampenyempurnaan Buku Panduan Pengendalian TB dengan Strategi DOTS diTempat Kerja.
Direktur PPML
(Dr.Sigit Priohutomo, MPH)
i iii
KEM
EN
TE
RIA
NT
E
NAGA KERJA DA
NT
RA
NS
MIG
R
ASI
DIREKTUR JENDERALPEM
BIN
AA
NPENGA W A SAN KETENAGA
KE
RJA
AN
Plt. Direktur JenderalPembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Drs. A. Mudji Handaya, M.Si
ventilasi/sirkulasi udara,kelembaban dan Iain-Iain akan meningkatkan kasusinfeksi pada pekerja.
Mengacu pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaanmengambil kebijakan dan berkomitmen dalam Pengendalian TB di tempatkerja sebagai bagian dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)bekerja sama dengan pihak terkait lainnya. Komitmen dan kebijakan pemerintahini hams diiringi dengan komitmen dan partisipasi pengusaha dalam programpengendalian TB di tempat kerja. Keberhasilan program ini sangat dipengaruhioleh tingkat pelaksanaan program yang meliputi sosialisasi/edukasi, upayapencegahan, penjaringan/deteksi kasus, pengobatan yang teratur, pengawasanminum obat, rujukan kasus dan pembangunan jejaring ataukemitraan. Keberhasilan program ini ditujukan untuk mencapai eliminasi TBdi tempat kerja.
Dengan disusunnya Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja denganstrategi DOTS (Direct Observed Treatment Short Course) ini diharapkan dapatmempermudah dalam pelaksanaan program pencegahan dan penanggulanganTB di tempat kerja. Panduan ini menjadi acuan bagi manajemen, dokter,paramedis, ahli K3 di perusahaan, pengawas Ketenagakerjaan, serikatpekerja/serikat buruh maupun masyarakat pekerja. Secara umum denganpengendalian TB di tempat kerja dengan strategi DOTS ini diharapkan dapatmenurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TB pada pekerja dankeluarganya sehingga dapat mencapai kehidupan yang lebih sehat, produktifdan sejahtera.
Kerjasama dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam programpengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dansinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan model kerjasama dan koordinasiuntuk program-program lain yang berkaitan dengan perlindungan tenaga kerjapada umumnya dan program K3 khususnya. Dengan kerjasama dan koordinasiyang harmonis ini kami yakini akan menjadikan program berjalan sinergisdengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
v
SAMBUTANDIREKTUR BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis tuberkulosis paruoleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0.4 persen (Riskesdas,2013) dan36,7 persennya adalah pekerja. Prinsip dasar pengobatan TB di tempat kerjatidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya, yaitu dengan penerapanstrategi DOTS. Namun demikian tatalaksana TB di tempat kerja mempunyaikarakteristik tersendiri dalam hal hubungan dengan pekerjaan dan lingkungankerja. Pekerjaan dan lingkungan kerja mempunyai hubungan timbal balikdengan TB. Faktor pekerjaan dan lingkungan kerja dapat juga menyebabkankejadian TB yang dikenal sebagai Penyakit TB Akibat Kerja, disamping penyakitlain sebagai komorbid antara lain sil ikosis/ sil ikotuberkulosis.
Adanya hubungan timbal balik antara pekerjaan dengan kejadian TBmemerlukan pendekatan tambahan dalam tatalaksana. Tambahan tatalaksanadimaksud adalah untuk menetapkan diagnosis TB akibat kerja, penetapankelaikan kerja dan kembali bekerja setelah mengalami TB. Lingkungan kerjasebagai penyebab atau pemberat TB dan komorbidnya memerlukan perhatiantersendiri untuk pengendaliannya. Untuk itu diperlukan pedoman agartatalaksana TB di tempat kerja dapat dilakukan oleh semua pihak terkaitsecara berkualitas.
Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja disusun sebagai referensibagi petugas kesehatan dalam pengendalian TB di tempat kerja. Diharapkandengan terbitnya buku ini pengendalian TB di Indonesia dapat lebih efektifdalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga
dr. Muchtaruddin Mansyur,MS,SpOk,PhD
vii
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN : Anggaran Pendapatan Belanja NegaraApindo : Asosiasi Pengusaha IndinesiaASI : Air Susu IbuBB : Berat BadanBBKPM : Balai Besar Kesehatan Paru MasyarakatBKPM : Balai Kesehatan Paru MasyarakatBPJS : Badan Penyelenggara Jaminan SosialBTA : Basil Tahan AsamCSR : Corporate Social ResponsibilityDM : Diabetes MellitusDOTS : Direct Observed Treatment Short CourseDPM : Dokter Praktik MandiriFKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat LanjutanFKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat PertamaGerdunas TB : Gerakan Terpadu Nasional TBHERS : Isoniacid, Ethambutol, Rifampisin, StreptomysinHIV : Human Immune VirusHR : Human ResourceHRD : Human Resource DevelopmentHRE : Isoniacid, , Rifampisin, EthambutolHRZE : Isoniacid, , Rifampisin, Pyrasinamide, EthambutolIRIS : Immune Response Inflammatory SyndromeISTC : International Standard for Tuberculosis CareJKN : Jaminan Kesehatan NasionalKB : Keluarga BerencanaKDT : Kemasan Dosis TetapMCU : Medical Check UpMDGs : Millenium Development GoalsMDR : Multi Drug ResistanceMT : Micobacterium TuberculosisMTBS : Managemen Terpadu Balita SakitMTDS : Managemen Terpadu Dewasa SakitMTPTRO : Managemen Terpadu Pengendalian TB ResistanOAT : Obat Anti TuberkulosisOR : Operational ResearchP2NK3 : Program Pengawasan Norma KeselamatanPAK : Penyakit Akibat Kerja
ii
SAMBUTANDIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I
Tenaga kerja merupakan aset atau modal dari unsur SDM (humancapital) yang sangat vital bagi kelancaran proses produksi dan berjalannyasuatu organisasi atau perusahaan sekaligus merupakan aktor penting dalampembangunan nasional. Untuk itu, maka tenaga kerja harus senantiasaditingkatkan kualitas kesehatan danpoduktivitasnya sehingga dapat mendukung kemajuan dan daya saingperusahaan tempatnya bekerja dan meningkatkan daya saing di pasar global.
Tenaga kerja di tempat kerja senantiasa berhadapan dengan berbagaipotensi bahaya (hazard), baik bahaya terhadap keselamatan kerja (safetyhazard) maupun bahaya terhadap kesehatan kerjanya (health hazard), sehinggaberisiko mengalami kecelakaan kerja (occupational accident) dan penyakitakibat kerja/PAK (occupational diseases). Di sisi lain, pekerja juga merupakanbagian dari masyarakat pada umumnya, sehingga risiko penyakit umum(general diseases) pada masyarakat juga merupakan risiko pada pekerjatermasuk penyakit infeksi yang masih menjadi masalah nasional di Indonesiaseperti ISPA, Hepatitis, TB, HIV, Malaria dan Iain-Iain.Sesuai amanat Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerjadan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, makapengusaha atau pemberi kerja wajib melindungi tenaga kerja dari bahayakeselamatan dan kesehatan kerja maupun dari masalah kesehatan padaumumnya melalui program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). ProgramK3 ini wajib dilaksanakan di setiap tempat kerja sebagai upaya untuk mencegahdan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja maupun penyakit umum,baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan. Selain itu, programK3 sebagai upaya untuk mewujudkan tempat, kondisi dan lingkungan kerjayang aman, sehat dan bebas dari kecelakaan dan penyakitakibat kerja (PAK) dan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatyang menjadi perhatian penting di dunia maupun di Indonesia dan sangatmempengaruhi dunia kerja, karena penyakit ini mudah menular, tersebar luasdi masyarakat, angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)nyamasih tinggi, serta sebagian besar penderita TB adalah usia produktif. Di sisilain, lingkungan kerja yang tidak higienis, adanya pencemaran/polusi, kurang
iv
Direktur Jenderal PP dan PL
(Dr. H. M.Subuh, MPPM)
SAMBUTAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalahkesehatan masyarakat Indonesia. Data Report Nasional menunjukan bahwapada tahun 2014 di Indonesia diperkirakan prevalensi kasus TB 272/100.000penduduk, dengan angka insiden 183/100.000 penduduk, serta angka kematian64,000 (25/100,000 penduduk). Insiden kasus HIV diantara pasien TB sebesar5,8/100,000 penduduk. Jumlah kasus TB dengan resistance OAT, 912 pasienpada tahun 2013. Besar dan kompleks nya permasalahan TB di Indonesia,maka pengendalian TB hams dilakukan melalui kemitraan dengan berbagaisektor baik pemerintah, swasta maupun lembaga masyarakat. Hal ini sangatpenting untuk mendukung keberhasilan tujuan program dan menjaminkesinambungannya.
Sejak tahun 1995 telah diadopsi Strategi DOTS sebagai strategi penanggulanganTB di Indonesia yang dilaksanakan mulai dari puskesmas di beberapakabupaten; yang kemudian dikembangkan secara bertahap ke seluruhpuskemas, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan / rumah tahanan, industry(tempat kerja) dan dokter praktek mandiri. Maksud pelibatan ini adalah agarmasyarakat mendapat pelayanan TB yang berkualitas dan standar di seluruhfasilitas kesehatan.
Untuk maksud tersebut Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan pihakterkait pada tahun 2008 telah menerbitkan Buku Panduan Penggulangan TBdi Tempat Kerja. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan perkembanganprogram, maka panduan ini perlu dikembangkan dan di revisi. .Denganditerbitkannya Buku "Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja" yang baru,dapat menjadi pegangan bagi pelaksana pelayanan kesehatan khususnya ditempat kerja, industri-industri atau perusahan-perusahan milik pemerintah.maupun swasta
Menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan revisi buku ini, kamiharapkan masukan dan saran untuk perbaikan pada edisi berikutnya.
vi
TIM PENYUSUN
PengarahMohammad Subuh : Dirjen PP &PL KemenkesMudji Handaya : PLT. Dirjen Pembinaan Pengawasan
KetenagakerjaanSigit Priohutomo : Direktur P2ML
Penanggung Jawab : Christina Widaningrum
Editor Cetakan 2015 : Guntur Argana (Dit. Kesja dan Olah Raga,KemenKes)Sudi Astono (Dit Norma K3, KemenNaker)Christina Widaningrum (Subdit TB)Vanda Siagian (Subdit TB)
KontributorAstuti : Dit. Bina Kesja dan Olah Raga, Kementerian
KesehatanAtjep Abdulkodir : Fasilitator TB NasionalBambang Setia : BNP2TKIBenyamin Sihombing : WHO IndonesiaBudiyanto : BNP2TKIDewi Utami : Dit Norma K3, Kementerian KetenagakerjaanEka Sulistiany : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanImam Achmadi : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanInne N : Dit. Bina Kesja dan Olah Raga, Kementerian
KesehatanMaria Regina : WHO IndonesiaMunziarti : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanNandi Pinta : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanNova Novianti : BNP2TKINovayanti Tangirerung : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanS. T. Patty : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanSafira Chahyandari : Dit. Bina Kesja dan Olah Raga, Kementerian
KesehatanSiti Kunarisasi : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanSuwandi : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanSuyoto : BNP2TKIWidodo : Master Trainer TBYusuf Said : Subdit TB Dit P2ML Kementerian Kesehatan
viii
PAL : Practical Approach to Lung Health Pemerintah dan swasta)
PHK : Pemutusan Hubungan KerjaPMO : Pengawas Menelan ObatPNPK : Pedoman Nasional Pelayanan KedokteranPPI : Pencegahan dan Pengendalian InfeksiPPM : Public Private Mix (Pelayanan TB Terpadu)QA : Quality AssuranceRR : Rifampisin ResistantRSP : Rumah Sakit ParuRSUD : Rumah Sakit Umum DaerahSDM : Sumber Daya ManusiaSOP : Standard Procedure OperationalSPS : Sewaktu Pagi SewaktuTB MDR : TB Multi Drug ResistantTB MR : TB Mono ResistanTB RR : TB Poly ResistanTB XDR : Extensive Drug ResistantTB : TuberkulosisTemPO : Temukan pasien secepatnya, dan Obati UPK : Unit Pelaksana KesehatanWHO : World Health OrganizationZN : Ziehl Neelsen
ix
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................. .................................................................... iSambutan Direktur Jenderal Pembinaan PengawasanKetenagakerjaan.................................................................................. iiSambutan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit DanPenyehatan Lingkungan ........................................................................ ivSambutan Direktur Kesehatan Kerja Dan Olah Raga ........................... vTim Penyusun..................... ................................................................... viDaftar Singkatan................... ................................................................. viiDaftar Isi................................................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang ................................................................ 1B. Dasar Hukum................................................................... 2C. Tujuan.............................................................................. 3
1. Tujuan Umum........................................................... 32. Tujuan Khusus.......................................................... 3
D. Sasaran ........................................................................... 3E. Ruang Lingkup ................................................................ 4F. Pengertian ....................................................................... 4
BAB II : PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIAA. Kebijakan Nasional.......................................................... 7B. Visi dan Misi .................................................................... 8C. Tujuan.............................................................................. 9D. Kegiatan .......................................................................... 9
BAB III: PENERAPAN PENGENDALIAN TB DI TEMPAT KERJA.A. Kebijakan dan Strategi Pengendalian TB di Tempat
Kerja ................................................................................ 10B. Komitmen Pimpinan Perusahan /Tempat Kerja .............. 10C. Startegi DOTS di Tempat Kerja....................................... 11D. Dukungan sumber Daya.................................................. 12E. Jejaring TB ...................................................................... 14
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangBerdasarkan data Report Nasional menunjukan bahwa pada tahun 2014di Indonesia di perkirakan prevalensi kasus TB 272/100.000 penduduk.Angka insiden 460.000 (183/100.000 penduduk) serta angka kematian64.000 (25/100.000 penduduk). Hal ini menunjukkan bahwa TB masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dan di Indonesia,sehingga membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak.Komitmen Nasional Pemerintah Indonesia menetapkan pengendalianTB sebagai prioritas kesehatan nasional yang didukung dengan komitmenglobal, yaitu Millenium Development Goals (MDGs). PengembanganProgram pengendalian TB dengan strategi “Directly Observed TreatmentShort-Course” (DOTS) di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun1995, dengan melibatkan seluruh fasilitas kesehatan seperti Puskesmas,Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), rumah sakit pemerintah danswasta, poliklinik lapas, klinik perusahaan, dokter praktik mandiri dsb.Tempat kerja merupakan lingkungan dengan populasi yang terkonsentrasipada tempat dan waktu yang sama, sehingga merupakan salah satulingkungan potensial dalam penularan TB. Dengan demikian maka kondisilingkungan kerja dan tingkat penerapan Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) di tempat kerja sangat mempengaruhi penularan TB diantarapara pekerja. Pencegahan dan pengendalian TB di tempat kerja dapatdiintegrasikan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerjakhususnya dan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) pada umumnya.Saat ini pelayanan kesehatan di tempat kerja sebagian besar belummenerapkan strategi DOTS. Oleh karena itu diperlukan “PanduanPengendalian TB di Tempat Kerja dengan Strategi DOTS” sebagaiacuan agar pelaksanaan Program TB di tempat kerja sesuai standar.
5
6. TB Resistan Obat adalah keadaan di mana kuman M. tuberculosissudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti TB (OAT);
7. Multi Drug Resistant yang selanjutnya disingkat MDR adalah resistanterhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa OAT linipertama yang lain, misalnya resistan HR, HRE, HRES;
8. Rifampicin Resistant (RR) adalah resisten terhadap Rifampisindengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yan terdeteksimenggunakan metode genotif (tes cepat) atau metode fenotif(konvensional);
9. Pengawas Menelan Obat yang selanjutnya disingkat PMO adalahorang yang bertugas memastikan pasien TB menelan obat antituberkulosis sesuai instruksi petugas kesehatan sampai selesaipengobatan;
10. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atauterbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atausering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimanaterdapat sumber-sumber bahaya termasuk didalamnya semuaruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakanbagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
11. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3adalahsegala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatandan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaankerja dan penyakit akibat kerja.
12. Pengusaha/ pemberi kerja adalaha. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana yangdimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luarwilayah Indonesia.
13. Pelayanan Kesehatan Kerja unit kesehatan di tempat kerja yangmenjalankan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
3
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009tentang Pedoman Pengendal ian Tuberkulos is (TB);
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;17. S u r a t K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a n R I
Nomor1278/Menkes/SK/2009tentang Kolaborasi TB-HIV;18. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menke/SK/III/2007
tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksidi RS dan Fasyankes lainnya;
19. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 382/Menke/SK/III/2007tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS danFasyankes lainnya;
20. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No 22Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PelayananKesehatan Kerja.
C. Tujuan
1. Tujuan UmumPanduan ini merupakan acuan pengendalian TB denganstrategi DOTS di tempat kerja.
2. Tujuan Khususa. Panduan bagi Manajemen Perusahaan dalam Pengendalian
TB di tempat kerja.b. Panduan petugas dalam pelaksanaan Program TB di tempat
kerja.c. Panduan petugas TB di tempat kerja dalam penatalaksanaan
kasus TB.
D. SasaranSasaran panduan ini ditujukan kepada:1. Pengelola klinik tempat kerja/pelayanan kesehatan kerja;2. Manajemen perusahaan/instansi pemerintah;3. Serikat Pekerja;4. Asosiasi Pengusaha;5. Puskesmas;
x
BAB IV : TATALAKSANA DAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJAA. Tatalaksana ..................................................................... 18B. Diagnosis Tuberkulosis ................................................... 20C. Pengobatan Pasien TB.................................................... 22D. Pengendalian TB di Tempat Kerja.................................. 23E. Penentuan Status Laik Kerja (Fit to Work) ...................... 25F. Program Kembali Kerja (Return to Work)........................ 27
BAB V: PEMANTAUAN DAN EVALUASI ............................................ 28
BAB V I: PENUTUP .............................................................................. 29
BAB VII : DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 30
Lampiran 1:TATALAKSANA PASIEN TUBERKULOSIS di TEMPAT KERJA
A. Penemuan Pasien Tuberkulosis...................................... 31B. Diagnosis Tuberkulosis ................................................... 35C. Pengobatan Pasien TB.................................................... 41
Lampiran 2:TATA CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. Pencatatan ...................................................................... 62B. Pelaporan ........................................................................ 62
Lampiran 3:Formulir TBTB06, TB05, TB04, TB01, TB02, TB03, TB09, TB10, TB11, TB13....... 68
2
B. Dasar Hukum1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja(Lembaran Negara RI Tahun 1970 Nomor 1, TambahanLembaran Negara RI Nomor 2918);
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah PenyakitMenular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, tambahanLembar Negara Nomor 3273);
3. U n d a n g - u n d a n g N o m o r 1 3 t a h u n 2 0 0 3 t e n t a n gKetenagakerjaan(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 39,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4279);
4. Undang-undang nomor 29/2004 tentang Praktik Kedokteran (lembaranNegara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4431)
5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (LembaranNegara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5063);
6. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem JaminanSosial Nasional;
7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (Lembaran Negara RI Tahun 2011, TambahanLembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 5256);
8. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yangTimbul Akibat Hubungan Kerja;
9. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem KesehatanNasional (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 193);
10. Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang JaminanKesehatan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 29);
11. Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan KesehatanTenaga Kerja;
12. Permenakertrans No. 03 tahun 1982 tentang Pelayanan KesehatanKerja;
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 71 tahun 2013 tentangpelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional;
14. PeraturanMenteri Kesehatan RI Nomor 13/2013/tentang PedomanManajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat;
6
termasuk pengendalian faktor risiko, penanganan/pengobatanpenyaki t dan pemul ihan ( rehabi l i tas i )pada peker ja .
14. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB (PPI TB) adalah upayamencegah terjadinya infeksi TB terhadap petugas pelayan kesehatan,pasien, keluarganya dan pengunjung lainnya.
15. International Standards for Tuberkulosis Care yang selanjutnyadisingkat ISTCadalah standar internasional sebagai acuan dalam penangananTuberkulosis.
16. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana TBadalah standar nasional sebagai acuan bagi dokter yang menanganiTB, pembuat keputusan klinis, institusi pendidikan dan kelompokprofesi terkait untuk menyusun panduan praktis klinis/standar proseduroperasional berdasarkan bukti ilmiah dalam penanganan TB diFasilitas Kesehatan.
17. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkatFKTP adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat nonspesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap;
18. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnyadisingkat FKRTL adalah upaya pelayanan kesehatan peroranganyang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawatjalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap diruang perawatan khusus.
4
6. Dinas Tenaga Kerja;7. Dinas Kesehatan;8. Sektor/ pihak terkait.
E. Ruang LingkupRuang lingkup panduan ini meliputi aspek yang terkait dalam pengendalianTB di tempat kerja dengan strategi DOTS sesuai tata urut sebagai berikut:BAB I : PendahuluanBAB II : Program Pengendalian TB di IndonesiaBAB III : Penerapan Pengendalian TB di Tempat KerjaBAB IV : Tatalaksana dan Pengendalian Tuberkulosis di TempatKerjaBAB V : Pemantauan dan EvaluasiBAB VI : PenutupBAB VII : Daftar PustakaLampiran 1 : Tatalaksana Pasien TuberkulosisLampiran 2 : Tatacara Pemantauan dan EvaluasiLampiran 3 : Formulir - Formulir TB
F. Pengertian1. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (MycobacteriumTuberculosis);
2. Basil Tahan Asam yang selanjutnya disingkat BTA adalah kumanMikobakterium tuberkulosis, berbentuk batang dan tahan dalamsuasana asam pada pengecatan metode Ziehl Neelsen (ZN);
3. Program Pengendalian TB Nasional adalah pengendalian tuberkulosisdengan strategi DOTS yang mengikutsertakan seluruh faskes untukberperan aktif;
4. Directly Observed Treatment Shotcourse yang selanjutnya disingkatDOTS adalah strategi pengendalian tuberkulosisyang diawasilangsung oleh pengawas menelan obat yang sudah mendapatpengarahan oleh petugas TB;
5. Obat Anti TB yang selanjutnya disingkat OAT adalah obat yangdipergunakan untuk pengobatan TB;
7
BAB IIPROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA
A. Kebijakan NasionalUntuk mencapai tujuan program pengendalian TB di Indonesia ditetapkankebijakan operasional sebagai berikut:1. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi dalam kerangka otonomi dengan propinsi dankabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang meliputi:perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjaminketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana);
2. Program Pengendalian TB dilaksanakan sesuai dengan Strategi TBDOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) yang meliputikomponen sebagai berikut:2.1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk
dukungan dana.2.2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.2.3. Pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka
pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas MenelanObat (PMO).
2.4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mututerjamin.
2.5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkanpemantauan dan evaluasi program pengendalian TB.
3. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerahterhadap program pengendalian TB;
4. Penguatan pengendalian TB dan pengembangannya ditujukanterhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untukpenemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantaipenularan dan mencegah terjadinya TB resistan obat;
5. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TBdilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL),meliputi: Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, RumahSakit Paru (RSP), Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat(B/BKPM), Klinik Pengobatan serta Dokter Praktik Mandiri (DPM);
9
C. TujuanMenurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangkapencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat.
D. Kegiatan1. Tatalaksana TB
a. Promosi;b. Surveilans TB;c. Pengendalian faktor risiko;d. Penemuan kasus;e. Penanganan kasus; pemberian kekebalan (imunisasi); dan
pemberian obat pencegahan.2. ManajemenProgram TB
a. Perencanaan program pengendalian Tuberkulosisb. Pengembangan ketenagaan program pengendalian Tuberkulosisc. Pelaksanaan program pengendal ian Tuberkulosisd. Pengelolaanlogistik program pengendalian Tuberkulosise. Promosi program pengendalian Tuberkulosis.f. Monitoring dan evaluasi program pengendalian Tuberkulosis
3. Pengendalian TB secara Komprehensifa. Penguatan layanan Labora tor ium Tuberku los isb. Public-Private Mix (Pelayanan TB Terpadu Pemerintah dan
Swasta)c. Penguatan layanan Tuberkulosis pada kelompok rentan: pasien
Diabetes Melitus (DM), ibu hamil, dan gizi burukd. Kolaborasi TB-HIVe. TB Anakf. Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TBg. Pendekatan Praktis Kesehatan Paruh. Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat
(MTPTRO)i. Penelitian tuberkulosis.
11
• Meningkatkan peran serta pekerja dan masyarakat umum dalampencegahan, penemuan dini kasus dan pengawas menelan obatpada pekerja.
• Menjamin ketersediaan dan kesiapan fasilitas kesehatan di tempatkerja dan jaringannya dalam melayani pekerja yang terkena TBdengan menerapkan Strategi TB DOTS.
• Memfasilitasi sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yangberkesinambungan.
• Menjalankan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di tempatkerja.
• Memfasilitasi sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan sebagaibagian dar i kegiatan survei lans kesehatan peker ja.
C. Strategi DOTS di Tempat KerjaDalam pengendalian TB di tempat kerja mempunyai strategi yang samadengan pengendalian TB pada umumnya, dengan menggunakan strategiDOTS. Program DOTS di tempat kerja memerlukan kebijakan daripimpinan tempat kerja. Pimpinan membentuk tim DOTS sebagai pelaksanapengendalian TB di tempat kerja. Tim ini terdiri dari manajemen/HRD,dokter, perawat, ahli kesehatan kerja/K3 dan atau, pembimbing kesehatankerja, anggota P2K3 dan tenaga kesehatan lainnya. Tim DOTS dibentukuntuk memfasilitasi pengendalian TB di tempat kerja berdasarkan kebijakandari pimpinan tempat kerja. Tugas Tim TB DOTS di tempat kerja, meliputi:a. Menyusun perencanaan program TB DOTS di tempat kerja,b. Mengkoordinasikan program TB DOTS di tempat kerja,c. Menjaga mutu pelayanan dan kelangsungan program,d. Memonitor dan evaluasi program TB DOTS,e. Mengintegrasikan program TB DOTS dengan manajemen risiko
kesehatan kerjaf. Membangun komunikasi dan jejaring dengan layanan TB DOTS
pada fasilitas kesehatan setempat.
Fasilitas kesehatan di tempat kerja yang sudah menerapkan Strategi TBDOTS :
13
hanya terbatas pada silikotuberkulosis diberlakukan jaminankecelakaan kerja oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai denganperaturan yang berlaku.
2. Sumber Daya ManusiaPengendalian TB dengan strategi TB DOTS melibatkan SDM yangterdiri dari manajemen/HRD, dokter, perawat, ahli kesehatan kerja/K3dan atau, pembimbing kesehatan kerja, anggota P2K3 dan tenagakesehatan lainnya. Untuk meningkatkan kemampuan danketerampilan diperlukan pelatihan dan bimbingan teknis bagi petugaskesehatan yang dilaksanakan melalui kerjasama antara kementeriankesehatan dan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota denganKementerian Tenaga Kerja dan Dinas Tenaga Kerjaprovinsi/kabupaten/kota.
3. Sarana dan PrasaranaSarana dan prasarana yang diperlukan untuk Unit TB DOTS ditempat kerja antara lain:a. Ruangan untuk layanan TB, sebagai bagian dari unit pelayanan
kesehatan kerjab. Fasilitas laboratoriumc. Tempat pengumpulan dahak
4. Kebutuhan logistikKebutuhan logistik pengendalian TB di tempat kerja yang diperlukanantara lain:a. Buku pedoman nasional pengendalian TB, panduan terkait
program TB lainnya, pedoman untuk PMO, dan panduanpengendalian TB dengan strategi DOTS di tempat kerja
b. Format pencatatan TB (TB01, TB02, TB03 UPK, TB04, TB05,TB06, TB09, TB10, TB13 dan TB14)
c. OAT, regensia, kaca sediaan, kotak sediaan, mikroskop binokulerd. leaflet, brosur, dan poster.Kebutuhan logistik tersebut dapat diadakan oleh perusahaan/tempatkerja sesuai kemampuan atau dikoordinasikan dengan instansikesehatan pemerintah setempat.
8
6. Pengobatan untuk TB tanpa penyulit dilaksanakan di FKTP.Pengobatan TB dengan tingkat kesulitan yang tidak dapatditatalaksana di FKTP akan dilakukan di FKRTL dengan mekanismerujuk balik apabila faktor penyulit telah dapat ditangani;
7. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja samadan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swastadan masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu NasionalPengendalian TB (Gerdunas TB);
8. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayananditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan;
9. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikansecara cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen logistk yangefektif demi menjamin ketersediaannya;
10. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadaiuntuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program;
11. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dankelompok rentan lainnya terhadap TB;
12. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat danpekerjaannya;
13. Memperhatikan komitmen terhadap pencapaian target strategi globalpengendalian TB.
B. Visi dan Misi1. Visi
“ Menuju masyarakat bebas masalah TB, sehat, mandiri danberkeadilan”
2. Misia. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta
dan masyarakat madani dalam pengendalian TB.b. Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata,
bermutu dan berkeadilan.c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya
pengendalian TB.d. Menciptakan tata kelola program TB yang baik.
10
BAB IIIPenerapan Pengendalian TB di Tempat Kerja.
A. Kebijakan dan Strategi Pengendalian TB di Tempat Kerja1. Kebijakan Pengendalian TB di Tempat Kerja mengacu pada Kebijakan
Nasional Pengendalian TB;2. Pengendalian TB di tempat kerja diintegrasikan dengan K3
(Keselamatan & Kesehatan Kerja)3. Penyelenggaraan pengendalian TB (Tim TB DOTS) di tempat kerja
ditetapkan langsung oleh pimpinan tertinggi di tempat kerja dan ataupimpinan puskesmas wilayah tempat kerja untuk skala usaha kecildan rumah tangga;
4. Memberdayakan unit dan personil K3 di tempat kerja;5. Pengendalian TB di tempat kerja merupakan bagian dari kegiatan
surveilans nasional tuberculosis;6. Pengendalian TB di tempat kerja merupakan satu kesatuan
pengendalian TB di wilayah tempat kerja berada.
B. Komitmen Pimpinan Tempat KerjaUntuk membangun komitmen perlu dilakukan advokasi oleh Tim/Koordinasi,yang terdiri dari:• Dinas Ketenagakerjaan Provinsi dan atau Kabupaten/Kota• Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Kabupaten/Kota• Puskesmas di wilayah tempat kerja berada• Lembaga Swadaya Masyarakat, praktisi, perguruan tinggi dll.• Perwakilan asosiasi pengusaha/APINDO• Perwakilan serikat pekerjaUntuk menjamin terselenggaranya pengendalian TB di tempat kerjasesuai standar diperlukan komitmen para pengambil keputusan untuk:• Menyediakan dan mengembangkan sumber daya di tempat kerja.• Memfasilitasi pembentukan Tim TB DOTS di tempat kerja yang
melibatkan manajemen/HRD, dokter, perawat, ahli kesehatan kerja/K3dan atau, pembimbing kesehatan kerja, anggota P2K3 dan tenagakesehatan lainnya.
12
a. Melakukan Penyuluhan terhadap tenaga kerja dan manajemententang pengendalian TB
b. Melaksanakan penemuan terduga TB, diagnosa, pengobatan danpengawasan langsung pengobatan (PMO).
c. Melakukan diagnosis TB akibat kerja dan atau Penyakit Akibat Kerjasebagai komorbid TB dan tidak hanya terbatas pada silikotuberkulosis.
d. Melakukan rujukan balik ke dan dari fasilitas kesehatan jaringansetempat bila diperlukan.
e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai sistem bakusurveilans kesehatan.Tempat kerja yang belum memiliki fasilitas kesehatan atau memilikifasilitas kesehatan yang belum menerapkan Strategi TB DOTS,dapat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan jejaring di luar tempatker ja yang sudah menerapkan Strategi TB DOTS.
D. Dukungan Sumber Daya1. Sumber dana
A. Sumber dana untuk pengendalian TB di tempat kerja dapatberasal dari :a. Kemandirian Perusahaan;b. Program Corporate Social Responsibility (CSR);c. APBD;d. APBN;e. Sponsor dari sumber lain yang tidak mengikat dan sesuai
dengan perundang-undangan yang ber laku;B. Jaminan kesehatan pekerja
a. BPJS KesehatanPekerja yang telah terdaftar sebagai peserta BPJSKesehatan akan mendapatkan jaminan pengobatan TBmelalui mekanisme pelayanan di fasilitas kesehatan yangtelah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai denganperaturan yang berlaku.
b. BPJS KetenagakerjaanPekerja yang terdiagnosis sebagai TB akibat kerja danatau Penyakit Akibat Kerja sebagai komorbid TB dan tidak
14
Dinas Kesehatan Dinas Ketenagakerjaan APINDO
FKRTL
Puskesmas
TIM DOTS TEMPAT KERJA(SEKTOR FORMAL DAN SEKTOR INFORMAL)• Manajemen/HRD• Dokter perusahaan• Perawat• Ahli kesehatan kerja/K3• Pembimbing kesehatan kerja• Anggota P2K3• Tenaga Kesehatan lainnya
FKTP/FKRTLdi tempat kerja
Keterangan :
Grs komando
Grs koordinasi
Grs rujukan pelayanan dan manajemen
Grs rujukan pelayanan
SP/SB
E. Jejaring TBKeterbatasan sarana prasarana fasilitas kesehatan di tempat kerja perludikembangkan jejaring kerja, baik internal maupun eksternal.Suatu sistem jejaring dapat dikatakan berfungsi secara baik apabilapenemuan pasien dan pengobatan berjalan dengan baik di tempat kerja.
Bagan Jejaring Pengendalian TB di tempat kerja dengan strategiDOTS
17
• Bersama dengan petugas Dinas Ketenagakerjaan/PengawasKetenagakerjaan melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja.di tempat kerja.
• Melaksanakan kegiatan TB DOTS9. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut/FKRTL (Rumah Sakit,
Balai Kesehatan Masyarakat (BKKM), Balai Pengobatan dll.)• Menerima rujukan spesimen dahak dan terduga TB dalam
menegakkan diagnosa TB dari Unit pelaksana pelayanan TBDOTS perusahaan.
• Menerima rujukan penetapan kasus TB akibat kerja• Menerima rujukan pasien TB untuk penanganan lebih lanjut.• Memberikan umpan balik kepada unit kesehatan di tempat
kerja/perusahaan yang memberikan rujukan.
15
Fungsi masing-masing unit:1. Dinas Kesehatan
• Bertanggung jawab terhadap manajemen pengendalian TB diwilayahnya termasuk di tempat kerja.
• Menjamin ketersediaan obat anti TB (OAT), reagensia, formulirpencatatan pelaporan dan sarana pendukung lainnya.
• Mengumpul, mengolah dan menganalisa data penderita TBdari tempat kerja/perusahaan dan memberikan umpan balik ketim DOTS tempat kerja/perusahaan atau melalui unit pelayanankesehatan kerja di perusahaan yang bersangkutan.
• Bersama dengan Dinas Tenaga Kerja, melakukan pembinaan,monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja.
2. Dinas Tenaga Kerja• Bertanggung jawab terhadap terlaksananya pengendalian TB
di tempat kerja.• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengendalian TB
di tempat kerja sebagai bagian dari Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) dengan dukungan teknis dari Puskesmas.
• Memberdayakan lembaga/unit K3 (P2K3) dan SDM K3 di tempatkerja/perusahaan dalam mendukung keberhasilan pengendalianTB di tempat kerja.
• Mengkoordinir peran asosiasi pengusaha dan serikatpekerja/buruh atau pihak terkait lainnya dalam pengendalianTB di tempat kerja.
• Memfasilitasi pengusaha dalam berkontribusi dalampengendalian TB di tempat kerja.
• Bersama dengan Dinas Kesehatan, melakukan pembinaan,monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja.
3. Pengelola tempat kerja/Perusahaan• Menyediakan sumber daya dan fasilitas pendukung.• Memberdayakan dan mengembangkan sumber daya kesehatan
yang ada di tempat kerja/perusahaan.• Memfasilitasi pembentukan Tim TB DOTS di tempat
kerja/perusahaanya.
19
Bagan 1: Alur Penemuan Kasus dan Tatalaksana Pekerja dengan TB
Pekerja:• Pemeriksaan kesehatan
awal/sebelum bekerja• Pemeriksaan berkala / MCU• Kunjungan ke
pelayanan kesehatankerja (klinik/RS)perusahaan
• Pelacakan kontak erat
Klinik perusahaan/ faskesperusahaan
Diluar perusahaan (bekerjasamadengan pihak ke-3)
Fisik
Laboratorium
Suspek TB Non Suspek TB
Pengobatan TB
Penetapan hubungan pekerjaan dan kelaikan kerja oleh Dokter
Keraguan diagnosis TB akibat kerja
dan laik kerja
Kembali bekerja
Laik kerja Rujukan:Diagnosis okupasi danRehabilitasi okupasidengan Program kembalikerja(return to work) - Medikal - Sosial
Laik kerja
Penyesuaian Kerja
Keterangan :Pelayanan Kesehatan bisa dilaksanakan di Klinik Perusahaan yang melaksanakan TB DOTS
21
dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya. Dalam menegakkandiagnosis PAK dilakukan dengan 7 (tujuh) langkah diagnosis PAKyang meliputi:1. Menentukan diagnosis klinis
Diagnosis tahap ini dipastikan sebagai Tuberculosis dan atauTuberkulosis dengan komorbid.
2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalampekerjaanAnamnesis pekerjaan yang lengkap tentang adanya pajananmycobacterium tuberculosis dan atau pajanan debu, serat danbahan lain yang dapat memudahkan terjadinya TB.
3. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan denganpenyakitPastikan adanya hubungan antara pajanan dan TB, harusberdasarkan “evidence” yang ada dan dapat dilihat dari buktiyang ada.
4. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besarPenentuan penyebaran TB dapat dilakukan secara kuantitatifdengan penghitungan jumlah koloni persatuan volume udaraatau secara klinik terdapat rekan kerja yang kontak erat dengansputum BTA (+) atau secara kualitatif dengan cara kerja pekerjayang memungkinkan terjadinya kontak.
5. Menentukan apakah ada faktor-faktor individu yangberperanFaktor individu apakah ada yang dapat mempercepat terjadinyaTB akibat kerja atau sebaliknya menurunkan kemungkinanterkena TB akibat kerja, seperti kebiasaan merokok, status giziatau kebiasaan memakai alat pelindung dengan baik.
6. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaanApakah ada faktor diluar pekerjaan yang juga dapat menjadipenyebab TB, misalnya kontak individu dengan BTA (+) di luarpekerjaan.
18
BAB IVTatalaksana dan Pengendalian Tuberkulosis di Tempat Kerja
A. TatalaksanaSalah satu strategi pengendalian dengan pendekatan TemPO, yaknisingkatan dari Temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman danObati secara tepat, yang disertai dengan pemeriksaan hubungan pekerjaandan kelaikan ker ja. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Temukan Pasien SecepatnyaLangkah ini dengan memanfaatkan petugas surveilans batuk ditempatkerja untuk mengidentifikasi terduga TB dan segera dirujuk ke fasilitaskesehatan tempat kerja atau fasilitas kesehatan jejaring untukkonfirmasi diagnosa. Bila terduga TB maka dilakukan pemeriksaanlaboratorium. Penemuan kasus TB di tempat kerja dapat diperolehdengan cara:a. Pemeriksaan kesehatan awal/sebelum bekerja (pre employment
examination)b. Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic examination)c. Kunjungan ke pelayanan kesehatan kerja (klinik/RS) perusahaand. Pelacakan kontak erat
2. Pisahkan secara AmanPetugas surveilans batuk segera mengarahkan pasien yang batukke tempat khusus dengan area ventilasi yang baik, yang terpisahdari rekan kerja lainnya serta diberikan masker. Bila di dalam fasilitaskesehatan tempat kerja ada banyak pasien, maka untuk alasankesehatan masyarakat, pasien yang batuk harus didahulukandalam antrian (prioritas). Perlu diberikan penjelasan dan pendidikanpada pasien lainnya mengenai etiket batuk saat di ruang tunggu.
3. Obati secara Tepat.Pengobatan merupakan tindakan paling penting dalam mencegahpenularan TB kepada orang lain. Pasien TB dengan terkonfirmasibakteriologis, segera diobati sesuai dengan panduan nasional (DOTS)sehingga menjadi tidak infeksius.
16
• Menyampaikan laporan kepada Kepala Puskesmas daninstansi/Dinas Ketenagakerjaan setempat dan ditembuskankepada Kepala Dinas Kesehatan setempat.
4. Asosiasi pengusaha• Pembinaan dan sosialisasi pengendalian TB di tempat kerja
kepada anggotanya.• Memfasilitasi anggota dalam keterlibatan dan pengendalian TB
di tempat kerja.5. Serikat pekerja/buruh• Pembinaan dan sosialisasi pengendalian TB di tempat kerja
kepada anggotanya.• Memfasilitasi anggota dalam keterlibatan dan pengendalian TB
di tempat kerja.6. Tim TB DOTS di tempat kerja/perusahaan
• Manajemen menfasilitasi TB DOTS di tempat kerja/perusahaan• Menyusun perencanaan program TB DOTS di tempat
kerja/perusahaan• Mengkoordinasikan program DOTS di tempat kerja/perusahaan• Memonitor dan evaluasi program DOTS di tempat
kerja/perusahaan• Menjaga mutu dan kelangsungan program.
7. FKTP/FKTL di tempat kerja• Melakukan penemuan terduga (suspect), diagnosa, pengobatan
dan pengawasan menelan obat (PMO).• Melakukan rujukan dan menerima rujukan balik ke dan dari
fasi l i tas kesehatan setempat sesuai kebutuhan.• Melaksanakan pencatatan dan menyusun laporan sesuai sistem
yang baku dan menyampaikan ke pimpinan tempatkerja/perusahaan.
8. Puskesmas• Menerima rujukan spesimen dahak dan terduga TB dalam
menegakkan diagnosa TB dari Unit pelaksana pelayanan TBDOTS perusahaan.
• Menerima rujukan dari unit kesehatan di tempat kerja yangbelum menerapkan strategi TB DOTS.
20
B. Diagnosis TuberkulosisDiagnosis TB adalah upaya untuk menegakkan atau menetapkan
seseorang sebagai pasien TB sesuai dengan keluhan dan gejala penyakityang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Diagnosis TB harusditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis dengan pemeriksaanmikroskopis langsung, biakan dan tes cepat. Apabila pemeriksaan secarabakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan diagnosis TB dapatdilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis danpenunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai danditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB.
Di tempat kerja penegakan diagnosis dapat dilakukan oleh tenagakesehatan yang telah terlatih DOTS baik di klinik perusahaan maupundiluar klinik perusahaan yang sudah melaksanakan program DOTS.
Berdasarkan anatomisnya dari penyakit TB dibagi menjadi 2 yaitu:a) Tuberkulosis paru :
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TBdianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atauefusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukungTB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru. Pasien yangmenderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru,diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
b) Tuberkulosis ekstra paru :Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura,kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otakdan tulang. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkanhasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstraparu harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacteriumtuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita TB padabeberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra parupada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.TB pada pekerja dapat dikategorikan sebagai Penyakit Akibat Kerja(PAK) apabila dalam proses kerjanya mengandung bahaya potensialbiologi (Hazard biologi) seperti pada petugas laboratorium, peneliti,
22
7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat KerjaApabila dapat dibuktikan, bahwa adanya kontak denganMycobacterium Tuberculosis, individu TB dengan BTA (+) ditempat kerja atau TB dengan komorbidnya di tempat kerja yangberperan sebagai penyebab, dapat dikategorikan sebagai TBAkibat Kerja.Apabila dapat dibuktikan sebagai TB Akibat Kerja maka jaminankesehatan dialihkan dari BPJS Kesehatan menjadi jaminankecelakaan kerja oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai denganperaturan yang berlaku.
C. Pengobatan Pasien TBPengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untukmencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yangadekuat harus memenuhi prinsip:a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinyaresistensi
b. Diberikan dalam dosis yang tepatc. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan. Di tempatkerja PMO dapat dilakukan oleh TIM DOTS atau sesama pekerjayang terlatih.
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalamtahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.- Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan
pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secaraefektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasiendan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yangmungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkanpengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya denganpengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, dayapenularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama2 minggu. Pada tahap awal pengobatan pekerja dengan TBdianjurkan untuk istirahatkan di rumah.
23
- Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahapyang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masihada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasiendapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Tempatkerja diharapkan dapat memfasilitasi pekerja dengan TB denganmenyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakanDOTS baik di klinik perusahaan maupun diluar klinik perusahaan.
D. Pengendalian TB di Tempat KerjaPencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) TB di tempat kerja padadasarnya sama dengan pencegahan dan pengendalian di FasilitasKesehatan, yang terdiri dari 4 pilar yaitu:
1. ManajerialPihak manajerial adalah pimpinan tempat kerja dan pimpinan fasilitaskesehatan tempat kerja. Dukungan manajemen yang efektif berupakomitmen dan kepemimpinan merupakan penguatan upaya manajerialuntuk pencegahan TB, yang meliputi:a. Membuat kebijakan pencegahan TB dengan mengeluarkan SK
penunjukkan petugas pemantau (surveilans) batuk di bagian/unittempat kerja. Petugas surveilans batuk, bisa orang awam yangterlatih, tidak harus seorang petugas kesehatan, yang dilatihuntuk melakukan skrining batuk;
b. Membuat SPO mengenai alur pasien untuk semua pasienbatuk, alur pelaporan dan surveilans;
c. Memberi pelatihan petugas surveilans batuk yang terlibat dalampencegahan TB di tempat kerja;
d. Membuat perencanaan PPI TB di tempat kerja secarakomprehensif;
e. Memastikan tata ruang dan persyaratan bangunan sertapemeliharaannya sesuai pencegahan TB;
f. Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya PPI TB meliputitenaga, dana, sarana dan prasarana yang dibutuhkan termasukaspek kesehatan kerja;
g. Pemberian informasi dan edukasi kepada pekerja, dankeluarganya.
25
Jangan menggunakan toilet atau WC sebagai tempat mengeluarkandahak. Pasien perlu diberitahu untuk membersihkan tangan setelahmengeluarkan dahak dengan air mengalir dan sabun, atau denganlarutan handrubs. Fasilitas kesehatan harus menyediakan saranatersebut.
4. Alat Pelindung Diri (APD)a. Alat pelindung diri (APD) pernapasan melindungi petugas
kesehatan di tempat dimana kadar droplet tidak dapat dihilangkandengan upaya administratif dan lingkungan.
b. Petugas kesehatan perlu menggunakan respirator pada saatmelakukan prosedur yang berisiko tinggi.
c. Respirator juga perlu digunakan saat memberikan perawatanpasien atau terduga pasien TB, MDR-TB dan XDR-TB.
d. Pasien atau terduga TB tidak perlu menggunakan N-95, tetapicukup menggunakan masker bedah untuk melindungi lingkungansekitarnya.
E. Penentuan Status Laik Kerja (Fit to Work)Pengobatan pada pasien yang dilakukan oleh dokter, tidak hanya bertujuanuntuk mengurangi penderitaan, menyembuhkan dan/atau memperpanjanghidup sesorang, tetapi pada akhirnya bertujuan agar pasien bisa melakukankegiatannya sehari-hari seperti biasa, termasuk berkarier, serta melakukanpekerjaannya namun tetap perlu dijaga, agar dalam melakukanpekerjaannya, pekerja tidak membahayakan dirinya sendiri, pekerja lainatau lingkungannya, oleh karena itu perlu dilakukan penilaian laik kerjaPenilaian Laik Kerja (Fit To Work) adalah suatu asesmen medis untukmenentukan apakah seseorang dapat melakukan pekerjaannya secaraefektif, tanpa membahayakan dirinya sendiri atau lingkungannya.Pekerja dengan TB, selama tidak memperberat gejala klinis, tidakmengganggu proses pengobatan dan hasil pemeriksaan sputum BTA (-) maka dapat melakukan pekerjaan sama seperti sebelum menderita TB.Penilaian status kelaikan kerja untuk pekerja dengan TB yaitu calonpekerja/pekerja dinyatakan:
27
masalah kesehatannya. Dalam hal ini perlu diberi penjelasan waktuberapa lama diperkirakan belum dapat bekerja dan kapan perludilakukan penilaian laik kerja ulang. Pada pekerja dengan TB padapengobatan awal dan hasil pemeriksaan sputum BTA (+).
4. Tidak Laik Kerja untuk pekerjaan tertentu: Bila kondisikesehatannya tidak memungkinkan calon pekerja/pekerja melakukantugas tertentu dalam pekerjaannya secara efektif. Perlu diberipenjelasan tambahan jenis pekerjaan yang masih bisa dilakukanoleh calon pekerja/pekerja
5. Tidak Laik Kerja untuk semua pekerjaan: Bila kondisi kesehatannyatidak memungkinkan calon pekerja/pekerja melakukan semuapekerjaan
F. Program kembali kerja (Return to Work) Pekerja dengan TuberkulosisPekerja dengan TB aktif sangat menular, hal ini ditandai denganditemukannya hasil pemeriksaan BTA sputum (+). Pekerja dengan TBaktif disarankan untuk diberikan cuti selama 2 (dua) minggu pada tahapawal pengobatan sampai klinis yang lebih baik dan pekerja tidak lagimenular. Umumnya pasien tidak lagi menular setelah sekitar dua minggupengobatan, namun demikian perlu dilakukan pemeriksaan BTA sputumkembali untuk memastikan risiko penularan di tempat kerja. Pekerjadengan TB harus mendapat pengobatan dengan optimal sehingga pekerjadengan pemeriksaan BTA sputum (-) dapat bekerja secara normal karena,mereka bukan ancaman bagi pekerja lain.Pekerja dengan TB MDR tidak diperbolehkan untuk kembali bekerjasampai mereka telah telah melakukan pemeriksaan konversi kultur sputumatau dikonfirmasi tidak memiliki TB yang resistan. Cuti sakit harus diberikanpada pekerja dengan TB MDR untuk waktu yang lebih lama karenamemerlukan rawat inap selama beberapa bulan. Pekerja dengan TBdiusahakan segera mungkin aktif kembali bekerja, gejala ikutan dan atausquele ikutan pengobatan memerlukan kajian kelaikan kerja yangdisesuaikan dengan penyakitnya, selanjutnya bila memerlukan tatalaksanakembali kerja (return to work) dirujuk ke Spesialis Okupasi (SpOk).
29
BAB VIPENUTUP
Dengan tersusunnya Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja ini, makaupaya pengendalian TB dengan strategi DOTS dapat dilaksanakan secaralebih luas, terpadu, berkesinambungan dan sesuai dengan standar yangberlaku. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan TBsecara bermutu, terpadu dan semua penderita TB pada tenaga kerja dapatd iber ikan pelayanan sesuai s tandar DOTS hingga tuntas.
24
2. AdministratifPencegahan dan pengendalian administratif adalah upaya yangdilakukan untuk mencegah/mengurangi pajanan MycobacteriumTuberculosis kepada pekerja, petugas kesehatan dan lingkungandengan menyediakan, mensosialisasikan dan memantau pelaksanaanstandard operational procedure (SOP) dan alur pelayanan. Usahayang diperlukan meliputi:a. Menempatkan semua terduga dan pasien TB di ruang tunggu
yang mempunyai ventilasi baik;b. Menyediakan tisu dan masker dan tempat pembuangan tisu
serta pembuangan dahak yang benar;c. Memasang poster, spanduk dan bahan untuk KIE;d. Mempercepat proses penatalaksanaan pelayanan bagi pasien
terduga dan TB, termasuk diagnostik, terapi dan rujukansehingga waktu berada di fasilitas kesehatan dapat sesingkatmungkin.
3. Lingkungan Tempat KerjaPengaturan aliran udara/ventilasi untuk mencegah penyebaran danmengurangi/ menurunkan kadar percik renik (droplet) di udara.Upaya pengendalian dilakukan dengan menyalurkan percik renik(droplet) kearah udara bebas dan atau ditambah dengan radiasiutraviolet sebagai germisida.Untuk sarana terbatas, pasien diminta mengumpulkan dahak di luargedung, di tempat terbuka yang terkena sinar matahari, bebas lalulintas manusia, jauh dari orang yang menemani atau orang lain, danjauh dari jendela atau aliran udara masuk. Apabila pengeluarandahak di dalam ruangan, maka pengaturan sistem ventilasi harusbenar. Setelah pasien mengeluarkan dahak, pasien harus tetapdalam ruangan sampai diperkirakan udara sudah bersih sebelumpasien berikutnya diperbolehkan masuk. Apabila pasien didampingi,pendamping harus menggunakan masker dan posisi selalu beradadi belakang pasien.
26
1. Laik Kerja: apabila dengan kondisi kesehatannya, calonpekerja/pekerja dapat melakukan tugas pekerjaannya dengan efektifdan tidak membahayakan dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan.Ditandai dengan hasil pemeriksaan keadaan umum yang baik danhasil pemeriksaan sputum BTA (-).
2. Laik Kerja dengan catatan: bila dengan kondisi kesehatannya,calon pekerja/pekerja dapat melakukan tugas pekerjaannya, namun:a. Perlu dilakukan penyesuaian di tempat kerjanya (misalnya
karena keadaan umum yang kurang baik sehingga tidak bisamelakukan aktivitas fisik sedang sampai dengan berat sehinggadilakukan penyesuaian tempat kerja dengan kemampuanfisiknya)
b. Efektifitas berkurang (misalnya lebih lambat)c. Perlu dilakukan restriksi/pembatasan kerja (waktu istirahat lebih
banyak, ada tugas tertentu dari pekerjaanya yang tidak dapatdilakukan).
d. Kondisi diatas dapat untuk sementara waktu, misalnya karenasedang dalam masa pemulihan, atau bisa menetap. Bila untuksementara waktu perlu diberi penjelasan berapa lama kondisiini diperkirakan akan berlaku
Catatan dalam hal ini adalah untuk pemberi kerja dan bukan untukcalon pekerja/pekerja (misalnya nasehat untuk tidak merokok,kegiatan olah raga, kontrol teratur ke dokter, makan makanan yangbergizi), serta bukan juga untuk mencantumkan diagnosis penyakit,misalnya catatannya adalah ada penyakit tuberculosis. Diberlakukanpada pekerja terdiagnosis TB setelah dilakukan pengobatan awalselama 2 minggu dan hasil pemeriksaan sputum BTA (-) namundengan keadaan umum dan gejala klinis yang kurang baik sehinggaperlu pemeriksaanlanjutan oleh dokter.
3. Tidak Laik Kerja sementara: bila pada saat penilaian laik kerja,calon pekerja/pekerja belum dapat melakukan pekerjaannya karena
28
BAB VPEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pelaksanaan Pengendalian Program TB di tempat kerja dengan strategi DOTSdiperlukan pemantauan dan evaluasi. Dalam kegiatan pemantauan dan evaluasidiperlukan sumber data yang valid dengan sistem pencatatan dan pelaporanyang baik sehingga data yang dikumpulkan, dapat diolah, dianalisis dan mudahdiinterpretasikan.Mekanisme dan tata cara pemantauan dan evaluasi mengacu pada Lampiran2 pedoman in.
30
BAB VIIDAFTAR PUSTAKA
• Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2015 ñ 2019 KementerianKesehatan RI, 2015
• Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Kementerian KesehatanRI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
• Occupationally Related Publication on TB Publication, December 2005• Guidelines for Work Place, TB Control Activities WHO and Internationa
Labour Organization.• Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kementerian
Tenaga Kerja RI• Pedoman Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Kemeterian Kesehatan,
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olah Rega 2014• Prosedur Pelacakan Kasus Tuberkulosis pada Tenaga Kerja Indonesia
dan Jemaah Haji, Kementerian Kesehtan RI 2013
31
Lampiran 1Tata Laksana Pasien Tuberkulosis di Tempat Kerja
A. Penemuan Pasien TuberkulosisPenemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melaluiserangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terduga TB, diagnosis,menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB, pengobatan sesuaidengan standar agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga pasien,diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
1. Strategi PenemuanStrategi penemuan kasus TB secara nasional dilakukan melalui:a. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok
populasi terdampak TB dan populasi rentan.b. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan
kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapatditemukan secara dini.
c. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan;didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatanbersama masyarakat.
d. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untukmempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatanpengobatan.
e. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap:1) kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit
TB seperti pada pasien dengan HIV, Diabetes mellitusdan malnutrisi.
2) kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yangberisiko tinggi terjadinya penularan TB, seperti:Lapas/Rutan,tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh, tempatkerja, asrama dan panti jompo.
3) Anak dibawah umur lima tahunyang kontak dengan pasienTB.
33
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasienTB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secaramikroskopis langsung.
✓ Gejala TB pada anak secara sistemik/umum sebagaiberikut:o Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.o Demam lama (=2 minggu) dan/atau berulang tanpa
sebab yang jelas.o Batuk lama =3 minggu, batuk bersifat non-remitting
(tidak pernah reda atau intensitas semakin lamasemakin parah) dan sebab lain batuk telah dapatdisingkirkan.
o Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang,disertai gagal tumbuh (fai lure to thr ive).
o Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.o Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak
sembuh dengan pengobatan baku diare.✓ Gejala klinis TB pada ODHA sering tidak spesifik. Gejala
klinis pada ODHA yaitu batuk, demam, penurunan BByang signifikan (>10%), keringat malam dan gejala ekstraparu sesuai dengan organ yang terkena, misalkan TBPleura, TB Milier, TB Abdomen, dan lain-lain. Apabiladitemukan salah satu gejala di atas, maka ODHA tersebutterduga TB.
✓ Terduga TB resistan obat ( TB-MDR) adalah semua orangyang mempunyai gejala yang memenuhisalah satu kriteriaterduga dibawah ini:1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 22. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan.3. Pasien TB yang riwayat pengobatan TB yang tidak
standar serta menggunakan kuinolon dandan obatinjeksi lini kedua minimal selama 1 bulan.
4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal.
35
• P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua,segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkansendiri kepada petugas di fasyankes.
• S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada harikedua, saat menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan BiakanPemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacteriumtuberkulosis (M.tb) dimaksudkan untuk menegakkan diagnosispasti TB pada pasien tertentu, misal:• Pasien TB ekstra paru.• Pasien TB anak.• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
langsung BTA negatif.Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yangterpantau mutunya.Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tescepat yang direkomendasikan WHO maka untuk memastikandiagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.
B. Diagnosis TuberkulosisPada Orang Dewasaa. Diagnosis TB paru:
• Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosisTB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahuludengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologisyang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung,biakan dan tes cepat.
• Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif,maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinismenggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkanoleh dokter yang telah terlatih TB.
• Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinisdilakukan setelah pemberian terapi antibiotika spektrum luas(Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak memberikan perbaikanklinis.
37
a. Pencatatan dan pelaporan pasien yang tepatb Penetapan paduan pengobatan yang tepatc Standarisasi proses pengumpulan data untuk pengendalian TBd Evaluasi proporsi kasus sesuai lokasi penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologis dan riwayat pengobatane Analisis kohort hasil pengobatanf Pemantauan kemajuan dan evaluasi efektifitas program TB secara
tepat baik dalam maupun antar kabupaten / kota, propinsi, nasionaldan global.
Terduga TB: adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau gejalaklinis mendukung TB.
1. Definisi Pasien TB:Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaanBakteriologis:Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasilpemeriksaan contoh uji biologinya dengan pemeriksaan mikroskopislangsung, biakan atau tes diagnostik cepat yang direkomendasi olehKemenkes RI (misalnya: GeneXpert).Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:a. Pasien TB paru BTA positifb. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positifc. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positifd. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringanyang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.Catatan: Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut diatasharus dicatat tanpa memandang apakah pengobatan TB sudahdimulai ataukah belum.
Pasien TB terdiagnosis secara Klinis:Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secarabakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter,dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
32
4) Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resistanobat.
f. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompokpopulasi terdampak TB dan populasi rentan.
g. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengankegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapatditemukan secara dini.
h. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan;didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatanbersama masyarakat.
i. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untukmempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatanpengobatan.
j. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengangejala dan tanda yang sama dengan gejala TB, sepertipendekatan praktis kesehatan paru (Practical Approach to Lunghealth =PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS),manajemen terpadu dewasa sakit (MTDS) akan membantumeningkatkan penemuan pasien TB di faskes, mengurangiterjadinya misopportunity dan sekaligus dapat meningkatkanmutu layanan.
k. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring merekayang memiliki gejala:✓ Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak
selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengangejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batukdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,berat badan menurun, malaise, berkeringat malam haritanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
✓ Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula padapenyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitiskronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingatprevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, makasetiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala
34
5. Pasien TB pengobatan kategori1yang tetap positifsetelah 3 bulan pengobatan
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps) kategori 1 dankategori 2.
7. Pasien TB yang kembali lost to follow-up (lalaiberobat/default)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak eratdengan pasien TB MDR, termasuk dalam hal ini wargabinan yang ada di Lapas/Rutan.
9. Pasien koinfeksi TB-HIV yang tidak respons secarabakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT(bila pada penegakan diagnosis awal tidakmenggunakan GeneXpert).
Secara khusus penemuan pasien TB di tempat kerjamelalui:1) Pemeriksaan kesehatan awal bekerja2) Pemeriksaan kesehatan berkala3) Kunjungan ke klinik tempat kerja4) Pelacakan kontak
2. Pemeriksaan dahaka. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkandiagnosis,menilai keberhasilan pengobatan danmenentukanpotensi penularan.Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukandengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkandalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahakSewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):• S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien
TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Padasaat pulang, terdugapasien membawa sebuah pot dahakuntuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
36
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaanserologis.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkanpemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalumemberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehinggadapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupununderdiagnosis.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaanuji tuberkulin.
b. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung:• Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksacontoh uji dahak SPS (Sewaktu - Pagi - Sewaktu):
• Ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) daripemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif.
c. Diagnosis TB ekstra paru:• Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,
misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TBpleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis padalimfadenitis TB serta deformitas tulang belakang (gibbus) padaspondilitis TBdan lain-lainnya.
• Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan denganpemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologisdaricontoh uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena.
• Dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukankeluhan dan gejala yang sesuai, untuk menemukan kemungkinanadanya TB paru.
1. Klasifikasi dan Tipe Pasien TBDiagnosis TB adalah upaya untuk menegakkan atau menetapkanseseorang sebagai pasien TB sesuai dengan keluhan dan gejala penyakityang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Selanjutnya untukkepentingan pengobatan dan survailan penyakit, pasien harus dibedakanberdasarkan klasifikasi dan tipe penyakitnya dengan maksud:
38
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto
toraks mendukung TB.b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
Catatan: Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudianterkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelahmemulai pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai pasien TBterkonfirmasi bakteriologis.
2. Klasifikasi pasien TB:Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi tersebut datas, pasienjuga diklasifikasikan menurut :a. Lokasi anatomi dari penyakitb. Riwayat pengobatan sebelumnyac. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obatd. Status HIV
1) Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :Tuberkulosis paru :Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TBdianggap sebagai TB paru karena adanya lesi padajaringan paru.Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atauefusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukungTB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TBekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
Tuberkulosis ekstra paru :Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura,kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otakdan tulang.
39
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasilpemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paruharus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacteriumtuberculosis.Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ,diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organmenunjukkan gambaran TB yang terberat.
2) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnyaatau sudah pernahmenelan OAT namun kurang dari 1 bulan (³ dari 28 dosis).
b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yangsebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih(³ dari 28 dosis).Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasilpengobatan TB terakhir, yaitu:• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosisTB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis(baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalahpasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal padapengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat(lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobatidan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnyadikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat/default).
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namunhasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidakdiketahui.
3) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaanobat
41
c. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: adalah pasienTB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosisTBditetapkan.
Catatan:Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasiltes HIV pasien, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinyaberdasarkan hasil tes HIV terakhir.
C. Pengobatan Pasien TB1. Tujuan Pengobatan TB adalah:
a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas sertakualitas hidup
b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampakburuk selanjutnya
c. Mencegah terjadinya kekambuhan TBd. Menurunkan penularan TBe. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat
2. Prinsip Pengobatan TB:Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) adalah komponen terpenting dalampengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upayapaling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kumanTB.Pengobatan yang adekuat harus memenuhi pr insip:• Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinyaresistensi
• Diberikan dalam dosis yang tepat• Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Menelan Obat ) sampai selesai pengobatan• Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegahkekambuhan
43
Paket Kombipak.Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalampengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping padapengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.
Paduan OAT kategori anak disediakan dalam bentuk paket obatkombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri darikombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikandengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paketuntuk satu pasien.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentukpaket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat danmenjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket KDTmempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu:1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan
resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangikesalahan penulisan resep
3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberianobat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
b. Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.1) Kategori-1 : 2 (HRZE) / 4 (HR) 3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:• Pasien TB paru terkonf i rmasi bakter io logis.• Pasien TB paru terdiagnosis klinis• Pasien TB ekstra paru
45
Tabel 7.Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
BeratBadan
Tahap Intensiftiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan3 kali seminggu
RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28hari selama 20 minggu
30-37 kg
38-54 kg
55-70 kg
³71 kg
2 tab 4KDT+ 500 mg Streptomisin
inj.
2 tab 2KDT+ 2 tab Etambutol
3 tab 4KDT+750 mg Streptomisin
inj.
3 tab 2KDT+ 3 tab Etambutol
5 tab 2KDT+ 5 tab Etambutol
5 tab 4KDT( > do maks )
5 tab 4KDT+ 1000mg Streptomisin
inj.
4 tab 4KDT+ 1000 mg Streptomisin
inj.
4 tab 2KDT+ 4 tab Etambutol
2 tab 4KDT
3 tab 4KDT
4 tab 4KDT
Tabel 8.Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/HRZE/ 5H3R3E3
TahapPengobatan
LamaPengobatan
TabletIsoniasid @300mgr
KapletRifampisin @
450 mgr
TabletPirazinamid @
500 mgr
EtambutolStreptomisininjeksi
Jumlahhari/kalimenelan
obat
Tablet@ 250
mgr
Tablet@ 400
mgr
Tahap Awal(dosis harian)
2bulan
1bulan
TahapLanjutan(dosis 3xsemggu)
5bulan 2 1 - 1 2 - 60
0,75gr-
5628
1 1 3 3 -1 1 3 3 -
40
Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contohuji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapatberupa :• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis
OAT lini pertama saja• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis
OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secarabersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid(H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yangsekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golonganfluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenissuntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisindengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksimenggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip(konvensional).
4) Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIVa. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi
TB/HIV): adalah pasien TB dengan:• Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan
ART,atau• Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.
b. Pasien TB dengan HIV negatif: adalah pasien TBdengan:• Hasil tes HIV negatif sebelumnya,atau• Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.
Catatan:Apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIVmenjadi positif, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinyasebagai pasien TB dengan HIV positif.
42
3. Tahapan Pengobatan TB:Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dantahap lanjutan dengan maksud:a. Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan
pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuksecaraefektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasiendan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yangmungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkanpengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,harus diberikan selama2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teraturdan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangatmenurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
b. Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahapyang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masihada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasiendapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)a. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi
WHO dan ISTC) ( ¹¹ )Paduan OAT yang digunakan oleh Program NasionalPengendal ian Tuberkulosis di Indonesia adalah:• Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3.• Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.• Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR• Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan
obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin,Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin,Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamidand etambutol.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentukpaket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT initerdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnyadisesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalamsatu paket untuk satu pasien.
44
Tabel 5.Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2 (HRZE) / 4(HR) 3
Berat BadanTahap Intensif
tiap hari selama 56 hariRHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan3 kali seminggu selama16 minggu RH (150/150)
30 - 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT38 - 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT55 - 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
³ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Tabel 6.Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/4H3R3
TahapPengobatan
LamaPengobatan
Dosis per hari / kaliJumlahhari/kalimenelan
obat
TabletIsoniasid
@ 300mgr
KapletRifampisin
@ 450mgr
Tablet Pirazinamid @
500 mgr
TabletEtambutol @ 250
mgrIntensif 2 Bulan 1 1 3 3 56Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
2) Kategori -2 { 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3) }Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobatisebelumnya (pengobatan ulang):• Pasien kambuh• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-
up)
46
Catatan:• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB pada keadaan khusus.• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).• Berat badan pasien ditimbang setiap bulan dan dosis pengobatan harus
disesuaikan apabila terjadi perubahan berat badan.• Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepadapasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauhlebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping itu dapat jugameningkatkan risiko terjadinya resistensi pada OAT lini kedua.
• OAT lini kedua disediakan di Fasyankes yang telah ditunjuk gunamemberikan pelayanan pengobatan bagi pasien TB yang resistan obat.
5. Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan TBa. Pemantauan kemajuan pengobatan TB
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasadilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuanpengobatan karena tidak spesifik untuk TB.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan duacontoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakannegatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satucontoh uji positif atau keduanya positif,hasil pemeriksaan ulangdahak tersebut dinyatakan positif.
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan dan tindak lanjut, sebagaiberikut:1) Hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
o Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segeradiberikan dosis pengobatan tahap lanjutan
o Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuaijadwal (pada bulan ke 5 dan Akhir Pengobatan)
47
2) Hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :• Lakukan penilaian jadwal keteraturanmenelan obat.• Status pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR,
segera tindaklanjuti sebagai terduga pasien TB MDR.• Berikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT
sisipan)• Pengobatan dilanjutkan dan periksa ulang dahak pada
akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5).
3) Hasil pemeriksaan pada akhir bulan ke 5 atau lebih :• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif,
lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis pengobatanselesai diberikan.
• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,pengobatan dinyatakan gagal.
• Status pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR,segera tindaklanjuti sebagai terduga pasien TB MDR.
• Untuk pasien baru yang pengobatan dinyatakan gagal dantidak terbukti TB MDR ganti pengobatan dengan kategori2.
• Untuk pasien TB dengan pengobatan ulang yangdinyatakan gagal harus dirujuk ke RS Pusat Rujukan TBMDR.
Tindak lanjut atas dasar hasil pemeriksaan ulang dahakmikroskopis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
49
Keterangan :(====) : Pengobatan tahap awal(-------) : Pengobatan tahap lanjutan X : Pemeriksaan dahak ulang pada minggu terakhir bulan pengobatan
untuk memantau hasil pengobatan ( X ) : Pemeriksaan dahak ulang pada bulan ini dilakukan hanya apabila
hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal hasilnya BTA(+) * : Lakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasilnya
menunjukkan ada resistensi, pasien dinyatakan GAGAL, rujukke fasyankes rujukan TB resistan obat
** : Pasien dinyatakan gagal. Lakukan pemeriksaan biakan dan ujikepekaan. Jika hasilnya menunjukkan ada resistensi, rujuk kefasyankes rujukan TB resistan obat.
Pasien TB ekstra paruUntuk pasien TB ekstra paru, pemantauan kondisi klinis merupakan caramenilai kemajuan hasil pengobatan (Standar 10. ISTC). Sebagaimanapada pasien TB BTA negatif, perbaikan kondisi klinis antara lainpeningkatan berat badan pasien merupakan indikator yang bermanfaat.
b. Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
51
Ket
eran
gan
:*
Lanj
utka
n pe
ngob
atan
dos
is y
ang
ters
isa
sam
pai s
elur
uh d
osis
pen
goba
tan
terp
enuh
i dan
dila
kuka
npe
mer
iksa
an u
lang
dah
ak k
emba
li se
tela
h m
enye
lesa
ikan
dos
is p
engo
bata
n pa
da b
ulan
ke
5 da
n A
P**
S
em
en
tara
me
nu
ng
gu
ha
sil p
em
eri
ksa
an
uji
kep
eka
an
pa
sie
n d
ap
at
dib
eri
kan
pe
ng
ob
ata
n p
ad
ua
nO
AT
kat
egor
i 2.
***
Se
me
nta
ra m
en
un
gg
u h
asi
l pe
me
riks
aa
n u
ji ke
pe
kaa
n p
asi
en
tid
ak
dib
eri
kan
pe
ng
ob
ata
n p
ad
ua
nO
AT
.
cepa
t•
Hen
tikan
peng
obat
anse
men
tara
men
ungg
uha
siln
ya
Apa
bila
sal
ah s
atu
atau
lebi
h ha
siln
yaB
TA p
ositi
f dan
ada
buk
ti re
sist
ensi
Kat
egor
i 1 m
aupu
n K
ateg
ori 2
Dir
ujuk
ke
RS
pus
at ru
juka
n TB
MD
R(d
imod
ifika
si d
ari :
Tre
atm
ent o
f Tub
ercu
losi
s, G
uide
lines
for N
atio
nal P
rogr
amm
e, W
HO
, 200
3)
Kat
egor
i 2D
osis
pen
goba
tan
sebe
lum
nya
< 1
Ber
ikan
pen
goba
tan
Kat
. 2 m
ulai
dar
ibl
naw
al
Dos
is p
engo
bata
n se
belu
mny
a >
1 B
erik
an p
engo
bata
n K
at. 2
mul
ai d
ari
bln
awal
bln
awal
Dos
is p
engo
bata
n se
belu
mny
a >
1 D
iruj
uk k
e la
yana
n sp
esia
listik
unt
ukbl
npe
mer
iksa
an le
bih
lanj
ut
resi
sten
si
53
2) Siapa yang bisa jadi PMOa) Petugas kesehatanb) Leader/ teman sekerja/ supervisorc) Anggota keluarga
3) Tugas seorang PMOa) Mengawasi dan memotivasi pasien TB agar menelan obat
secara teratur sampai selesai pengobatan.b) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan.c) Mengingatkan pada anggota keluarga pasienTB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segeramemeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
4) Informasi penting yang perlu dipahami PMO:a) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.b) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.c) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara
pencegahannya, termasuk pengendalian infeksi TB.d) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).e) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.f) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera
meminta pertolongan ke fasyankes.
e. Pengobatan TB pada keadaan khusus1) Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbedadengan pengobatanTB pada umumnya. Menurut WHO, hampirsemua OAT aman untuk kehamilan, kecuali golongan Aminoglikosidaseperti streptomisin atau kanamisin karena dapat menimbulkanototoksik pada bayi(permanent ototoxic)dan dapat menembus barierplacenta.Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguanpendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yangakan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilanpengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahirandapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar darikemungkinan tertular TB.
48
Tabe
l 9. P
emer
iksa
an d
ahak
ula
ng u
ntuk
pem
anta
uan
hasi
l pen
goba
tan
KA
TEG
OR
IP
EN
GO
BA
TAN
BU
LAN
PE
NG
OB
ATA
N1
23
4
5
6
7
8
Pas
ien
baru
BTA
pos
itif
2(H
RZE
)/4(H
R)
3
(===
=)(=
===)
Xap
abila
hasi
lnya
BTA
posi
tif,
perik
sake
mba
lipa
da b
ulan
ke 3
(---
----
)( X
)ap
abila
has
ilnya
BTA
pos
itif *
,la
njut
kan
peng
obat
an d
anpe
riksa
kem
bali
pada
bul
an k
e 5
(---
----
)(-
----
--)
Xap
abila
hasi
lnya
BTA
pos
itif
**,
diny
atak
anga
gal
(---
----
)X
apab
ilaha
siln
yaB
TA p
ositi
f**
,di
nyat
akan
gaga
l
Pas
ien
baru
BTA
neg
atif
2(H
RZE
)/4(H
R)
3
(===
=)(=
===)
Xap
abila
hasi
lnya
BTA
posi
tif,
perik
sake
mba
lipa
da b
ulan
ke 3
(---
----
)( X
)ap
abila
has
ilnya
BTA
pos
itif *
,la
njut
kan
peng
obat
an d
anpe
riksa
kem
bali
pada
bul
an k
e 5
(---
----
)(-
----
--)
Xap
abila
hasi
lnya
BTA
pos
itif
**,
diny
atak
anga
gal
(---
----
)X
apab
ilaha
siln
yaB
TA p
ositi
f**
,di
nyat
akan
gaga
l
(===
=)(-
----
--)
( X )
apab
ila h
asiln
yaB
TA p
ositi
f *,
lanj
utka
npe
ngob
atan
dan
perik
sa k
emba
lipa
da b
ulan
ke
5
(---
----
)(-
----
--)
Xap
abila
hasi
lnya
BTA
pos
itif
**,
diny
atak
anga
gal
(===
=)(=
===)
(===
=)(-
----
--)
Xap
abila
hasi
lnya
BTA
pos
itif
**,
diny
atak
anga
gal
Pas
ien
peng
obat
anul
ang
BTA
pos
itif
2(H
RZE
)S/(H
RZE
)/5(
HR
) 3E
3
( dim
odifi
kasi
dar
i : M
anag
emen
t of T
uber
culo
sis,
Tra
inin
g fo
r Hea
lth F
acili
ty S
taf,W
HO
,201
0 )
50
Tabe
l 10.
Tat
alak
sana
pas
ien
yang
ber
obat
tida
k te
ratu
r
Tind
akan
pad
a pa
sien
yan
g pu
tus
bero
bat s
elam
a ku
rang
dar
i 1 b
ulan
• Dila
kuka
n pe
laca
kan
pasi
en• D
isku
sika
n de
ngan
pas
ien
untu
k m
enca
ri fa
ktor
pen
yeba
b pu
tus
bero
bat
• Lan
jutk
an p
engo
bata
n do
sis
yang
ters
isa
sam
pai s
elur
uh d
osis
pen
goba
tan
terp
enuh
i *Ti
ndak
an p
ada
pasi
en y
ang
putu
s be
roba
t ant
ara
1 - 2
bul
anTi
ndak
an p
erta
ma
Tind
akan
ked
ua•L
acak
pas
ien
•Dis
kusi
kan
deng
anpa
sien
unt
ukm
enca
ri fa
ktor
peny
ebab
put
usbe
roba
t•P
erik
sa d
ahak
SPS
dan
mel
anju
tkan
peng
obat
anse
men
tara
men
ungg
uha
siln
ya
Apab
ila h
asiln
ya B
TA n
egat
if at
aupa
da a
wal
pen
goba
tan
adal
ah p
asie
nTB
eks
tra p
aru
Lanj
utka
n pe
ngob
atan
dos
is y
ang
ters
isa
sam
pai s
elur
uh d
osis
pen
goba
tan
terp
enuh
i*
Apab
ila s
alah
sat
u at
au le
bih
hasi
lnya
BTA
posi
tif
Tota
l dos
ispe
ngob
atan
sebe
lum
nya
² 5
bula
n
Lanj
utka
n pe
ngob
atan
dos
is y
ang
ters
isa
sam
pai
selu
ruh
dosi
s pe
ngob
atan
terp
enuh
i*
Tota
l dos
ispe
ngob
atan
sebe
lum
nya
³ 5
bula
n
•K
ateg
ori 1
:1.
Laku
kan
pem
erik
saan
tes
cepa
t2.
Berik
an K
ateg
ori 2
mul
ai d
ari a
wal
**•
Kat
egor
i 2 :
Laku
kan
pem
erik
saan
tes
cepa
t ata
u di
ruju
k ke
RS
Pusa
t Ruj
ukan
TB
MD
R **
*Ti
ndak
an p
ada
pasi
en y
ang
putu
s be
roba
t 2 b
ulan
ata
u le
bih
(Los
s to
follo
w-u
p)
•Lac
ak p
asie
n•D
isku
sika
n de
ngan
pasi
en u
ntuk
men
cari
fakt
orpe
nyeb
ab p
utus
bero
bat
•Per
iksa
dah
akSP
S da
n at
au te
s
Apab
ila h
asiln
ya B
TA n
egat
if at
aupa
da a
wal
pen
goba
tan
adal
ah p
asie
nTB
eks
tra p
aru
Kepu
tusa
n pe
ngob
atan
sel
anju
tnya
dite
tapk
an o
leh
dokt
er te
rgan
tung
pad
ako
ndis
i klin
is p
asie
n, a
pabi
la:
1.su
dah
ada
perb
aika
n ny
ata:
hen
tikan
pen
goba
tan
dan
pasi
en te
tap
diob
serv
asi.
Apab
ila k
emud
ian
terja
di p
erbu
ruka
n ko
ndis
i klin
is, p
asie
ndi
min
ta u
ntuk
per
iksa
kem
bali
a
tau
2.be
lum
ada
per
baik
an n
yata
: lan
jutk
anpe
ngob
atan
dos
is y
ang
ters
isa
sam
pai s
elur
uh d
osis
pen
goba
tan
terp
enuh
i *K
ateg
ori 1
Dos
is p
engo
bata
n se
belu
mny
a <
1
Berik
an p
engo
bata
n K
at. 1
mul
ai d
ari
Apab
ila s
alah
sat
u at
au le
bih
hasi
lnya
BTA
posi
tif d
an ti
dak
ada
bukt
i
52
d. Pengawasan langsung menelan obat (DOT = Directly ObservedTreatment)Setiap pasien yang diobati harus diawasi oleh seorang PMO (PengawasMenelan Obat) selama masa pengobatan.
1) Persyaratan PMOa) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh
petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus diseganidan dihormati oleh pasien.
b) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.c) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.d) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien
Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.Termasuk dalam kriteria ini adalah “pasien pindah (transferout)” ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhirpengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota yangditinggalkan.
DefinisiHasilpengobatan
SembuhPasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positifpada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologispada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satupemeriksaan sebelumnya.
Pengobatanlengkap
Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secaralengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhirpengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasilpemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif ataukembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selamapengobatan atau kapan saja apabila selama dalampengobatan diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkanadanya resistensi OAT
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelummemulai atau sedang dalam pengobatan.
Putus berobat(loss to follow-up)
Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yangpengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus ataulebih.
Tidak dievaluasi
54
Pemberian Piridoksin 50 mg/hari dianjurkan pada ibu hamil yangmendapatkan pengobatan TB, sedangkan pemberian vitamin K10mg/hari juga dianjurkan apabila Rifampisin digunakan padatrimester 3 kehamilan menjelang partus.
2) Ibu menyusui dan bayinyaPada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbedadengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untukibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderitaTB harusmendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepatmerupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kumanTB kepadabayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapatterus diberikan ASI. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikankepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
3) Pasien TB pengguna kontrasepsiRifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikanKB, susuk KB) sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsitersebut. Seorang pasienTB sebaiknya mengggunakan kontrasepsinon-hormonal.
4) Pasien TB dengan kelainan hatia) Pasien TB dengan Hepatitis akut
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut danatau klinis ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalamipenyembuhan. Sebaiknya dirujuk ke fasyankes rujukan untukpenatalaksanaan spesialistik.
b) Pasien dengan kondisi berikut dapat diberikan paduanpengobatan OAT yang biasa digunakan apabila tidak adakondisi kronis :• Pembawa virus hepatitis• Riwayat penyakit hepatitis akut• Saat ini masih sebagai pecandu alkohol
55
Reaksi hepatotoksis terhadap OAT umumnya terjadi padapasien dengan kondisi tersebut diatas sehingga harusdiwaspadai.
c) Hepatitis KronisPada pasien dengan kecurigaan mempunyai penyakit hatikronis, pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan sebelummemulai pengobatan. Apabila hasil pemeriksaan fungsi hati >3x normal sebelum memulai pengobatan, paduan OAT berikutini dapat dipertimbangkan:• 2 obat yang hepatotoksik
✓ 2 HRSE / 6 HR9 HRE
• 1 obat yang hepatotoksik✓ 2 HES / 10 HE
• Tanpa obat yang hepatotoksik✓ 18-24 SE ditambah salah satu golongan fluorokuinolon
(ciprofloxasin tidak direkomendasikan karenapotensimya sangat lemah).
Semakin berat atau tidak stabil penyakit hati yang dideritapasien TB, harus menggunakan semakin sedikit OAT yanghepatotoksik.✓ Konsultasi dengan seorang dokter spesialis sangat
dianjurkan,✓ Pemantauan klinis dan LFT harus selalu dilakukan dengan
seksama,✓ Pada panduan OAT dengan penggunaan etambutol lebih
dari 2 bulan diperlukan evaluasi gangguan penglihatan.
5) Pasien TB dengan gangguan fungsi ginjalPaduan OAT yang dianjurkan adalah pada pasien TB dengan gagalginjal atau gangguan fungsi ginjal yang berat: 2 HRZE/4 HR.H dan R diekskresi melalui empedu sehingga tidak perlu dilakukanperubahan dosis. Dosis Z dan E harus disesuaikan karena diekskresimelalui ginjal. Dosis pemberian 3 x /minggu bagi Z : 25 mg/kg BBdan E : 15 mg/kg BB.
57
a) Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampakneurologis
b) TB milier dengan atau tanpa meningitisc) Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi
pericardiald) Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB
saluran kencing( untuk mencegah penyempitan ureter ), pembesaran kelenjargetah bening dengan penekanan pada bronkus atau pembuluhdarah.
e) Hipersensitivitas berat terhadap OAT.f) IRIS ( Immune Response Inflammatory Syndrome )
Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari beratdan ringannya keluhan serta respon klinis.Predinisolon (per oral):• Anak: 2 mg / kg BB, sekali sehari pada pagi hari• Dewasa: 30 - 60 mg, sekali sehari pada pagi hariApabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosisharus diturunkan secara bertahap (tappering off).
8) Indikasi operasiPasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (misalnyareseksi paru), adalah:a) Untuk TB paru:
• Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengancara konservatif.
• Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yangtidak dapat diatasi secara konservatif.
• Pasien TB MDR dengan kelainan paru yang terlokalisir.b) Untuk TB ekstra paru:
Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TBtulang yang disertai kelainan neurologik.
6. Efek samping OAT dan penatalaksanaannya
59
* Penatalaksanaan pasien dengan efek samping pada kulit ( ²6)Apabila pasien mengeluh gatal tanpa rash dan tidak ada penyebab lain,dianjurkan untuk memberikan pengobatan simtomatis dengan antihistaminserta pelembab kulit. Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan denganpengawasan ketat. Apabila kemudian terjadi rash, semua OAT harus dihentikandan segera rujuk kepada dokter atau fasyankes rujukan. Mengingat perlunyamelanjutkan pengobatan TB hingga selesai, di fasyankes rujukan dapatdilakukan upaya mengetahui OAT mana yang menyebabkan terjadinya reaksidikulit dengan cara “Drug Challengin”:
• Setelah reaksi dapat diatasi, OAT diberikan kembali secara bertahapsatu persatu dimulai dengan OAT yang kecil kemungkinannya dapatmenimbulkan reaksi ( H atau R ) pada dosis rendah misal 50 mg Isoniazid.
• Dosis OAT tersebut ditingkatkan secara bertahap dalam waktu 3 hari.Apabila tidak timbul reaksi, prosedur ini dilakukan kembali denganmenambahkan 1 macam OAT lagi.
• Jika muncul reaksi setelah pemberian OAT tertentu, menunjukkan bahwaOAT yang diberikan tersebut adalah penyebab terjadinya reaksi padakulit tersebut.
• Apabila telah diketahui OAT penyebab reaksi dikulit tersebut, pengobatandapat dilanjutkan tanpa OAT penyebab tersebut.
** Penatalaksanaan pasien dengan “drugs induced hepatitis”Patalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi hati karena penyakit penyertapada hati, diuraikan dalam uraian Pengobatan pasien dalam keadaan khusus.
OAT lini pertama yang dapat memberikan gangguan fungsi hati adalah : H,R dan Z. Sebagai tambahan, Rifampisin dapat menimbulkan ikterus tanpaada bukti gangguan fungsi hati. Penting untuk memastikan kemungkinanadanya faktor penyebab lain sebelum menyatakan gangguan fungsi hati yangterjadi disebabkan oleh karena paduan OAT.
Penatalaksanaan gangguan fungsi hati yang terjadi oleh karena pengobatanTB tergantung dari:• Apakah pasien sedang dalam pengobatan tahap awal atau tahap lanjutan
61
Apabila R sebagai penyebab, dianjurkan pemberian: 2HES/10HE.Apabila H sebagai penyebab, dapat diberikan : 6-9 RZE.Apabila Z dihentikan sebelum pasien menyelesaikan pengobatan tahapawal, total lama pengobatan dengan H dan R dapat diberikan sampai 9bulan.Apabila H maupun R tidak dapat diberikan, paduan pengobatan OATnon hepatotoksik terdiri dari : S, E dan salah satu dari golongan kuinolonharus dilanjutkan sampai 18-24 bulan.
8. Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatantahap awal dengan H,R,Z,E (paduan Kategori 1), setelah gangguan fungsihati dapat diatasi, berikan kembali pengobatan yang sama namun Zdigantikan dengan S untuk menyelesaikan 2 bulan tahap awal diikutidengan pemberian H dan R selama 6 bulan tahap lanjutan.
Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatan tahaplanjutan (paduan Kategori 1), setelah gangguan fungsi hati dapat diatasi,mulailahkembali pemberian H dan R selama 4 bulan lengkap tahap lanjutan.
56
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal, perludiberikan tambahan Piridoksin (vit. B6) untuk mencegah terjadinyaneuropati perifer. Hindari penggunaan Streptomisin dan apabilaharus diberikan, dosis yang digunakan: 15 mg/kgBB, 2 atau 3 x/minggu dengan maksimum dosis 1 gr untuk setiap kali pemberiandan kadar dalam darah harus selalu dipantau. ( ²6)
Pasien dengan penyakit ginjal sangat berisiko untuk terkena TBkhususnya pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Secara umum,risiko untuk mengalami efek samping obat pada pengobatan pasienTB dengan gagal kronis lebih besar dibanding pada pasien TBdengan fungsi ginjal yang masih normal. Kerjasama dengan dokteryang ahli dalam penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsiginjal sangat diperlukan.
6) Pasien TB dengan Diabetes Melitus (DM)TB merupakan salah satu faktor risiko tersering pada seseorangdengan Diabetes mellitus.Anjuran pengobatan TB pada pasien dengan Diabetes melitus:a) Paduan OAT yang diberikan pada prinsipnya sama dengan
paduan OAT bagi pasien TB tanpa DM dengan syarat kadargula darah terkontrol
b) Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatandapat dilanjutkan sampai 9 bulan
c) Hati hati efek samping dengan penggunaan Etambutol karenapasien DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata
d) Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisin karena akanmengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea)sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
e) Perlu pengawasan sesudah pengobatan selesai untukmendeteksi dini bila terjadi kekambuhan
7) Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroidKortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yangmembahayakan jiwa pasien seperti:
58
Tabel 13. Efek samping ringan OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan,mual, sakit perut H, R, Z
OAT ditelan malam sebelum tidur.Apabila keluhan tetap ada, OAT ditelandengan sedikit makananApabila keluhan semakin hebat disertaimuntah, waspada efek samping beratdan segera rujuk ke dokter.
Nyeri Sendi Z Beri Aspirin, Parasetamol atau obat antiradang non steroid
Kesemutan s/d rasa ter-bakar di telapak kaki atautangan
H Beri vitamin B6 (piridoxin) 50 - 75 mg perhari
Warna kemerahan padaair seni (urine)
RTidak membahayakan dan tidak perludiberi obat penawar tapi perlu penjelasankepada pasien.
Flu sindrom (demam,menggigil, lemas, sakitkepala, nyeri tulang)
R dosisintermiten
Pemberian R dirubah dari intermitenmenjadi setiap hari
Gangguan penglihatan E E dihentikan.
Tabel 14.Efek samping berat OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
H, R, Z, SIkuti petunjuk penatalaksanaandibawah*
Bercak kemerahan kulit (rash)dengan atau tanpa rasa gatalGangguan pendengaran (tanpadiketemukan serumen) S S dihentikan
S S dihentikanGangguan keseimbangan
Ikterus tanpa penyebab lain H, R, ZSemua OAT dihentikan sampaiikterus menghilang.
Bingung, mual muntah(dicurigai terjadi gangguanfungsi hati apabia disertaiikterus)
Semua jenisOAT
Semua OAT dihentikan, segeralakukan pemeriksaan fungsihati.
Purpura, renjatan (syok), gagal R R dihentikan.ginjal akut
Penurunan produksi urine S S dihentikan.
60
• Berat ringannya gangguan fungsi hati• Berat ringannya TB• Kemampuan fasyankes untuk menatalaksana efek samping obat
Langkah langkah tindak lanjut adalah sebagai berikut, sesuai kondisi:1. Apabila diperkirakan bahwa gangguan fungsi hati disebabkan oleh karena
OAT, pemberian semua OAT yang bersifat hepatotoksik harus dihentikan.Pengobatan yang diberikan Streptomisin dan Etambutol sambil menunggufungsi hati membaik. Bila fungsi hati normal atau mendekati normal,berikan Rifampisin dengan dosis bertahap, selanjutnya Isoniasid secarabertahap.
2. TB berat dan dipandang menghentikan pengobatan akan merugikanpasien, dapat diberikan paduan pengobatan non hepatatotoksik terdiridari S, E dan salah satu OAT dari golongan fluorokuinolon.
3. Menghentikan pengobatan dengan OAT sampai hasil pemeriksaan fungsihati kembali normal dan keluhan (mual, sakit perut dsb.) telah hilangsebelum memulai pengobatan kembali.
4. Apabila tidak bisa melakukan pemeriksaan fungsi hati, dianjurkan untukmenunggu sampai 2 minggu setelah ikterus atau mual dan lemas sertapemeriksaan palpasi hati sudah tidak teraba sebelum memulai kembalipengobatan.
5. Jika keluhan dan gejala tidak hilang serta ada gangguan fungsi hati berat,paduan pengobatan non hepatotoksik terdiri dari: S, E dan salah satugolongan kuinolon dapat diberikan (atau dilanjutkan) sampai 18-24 bulan.
6. Setelah gangguan fungsi hati teratasi, paduan pengobatan OAT semuladapat dimulai kembali satu persatu. Jika kemudian keluhan dan gejalagangguan fungsi hati kembali muncul atau hasil pemeriksaan fungsi hatikembali tidak normal, OAT yang ditambahkan terakhir harus dihentikan.Beberapa anjuran untuk memulai pengobatan dengan Rifampisin. Setelah3-7 hari, Isoniazid dapat ditambahkan. Pada pasien yang pernah mengalamiikterus akan tetapi dapat menerima kembali pengobatan dengan H danR, sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaan Pirazinamid.
7. Paduan pengganti tergantung OAT apa yang telah menimbulkan gangguanfungsi hati.
62
Lampiran 2TATA CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI
A. PencatatanFormat pencatatan dan pelaporan Fasilitas Kesehatan di Tempat Kerjaadalah :1. Daftar Terduga TB yang diperiksa dahak (TB.06).2. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak
(TB.05).3. Register laboratorium TB (TB.04).4. Kartu pengobatan pasien TB (TB.01).5. Kartu identitas pasien TB (TB.02).6. Register TB Fasilitas Kesehatan (TB.03 Faskes).7. Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09).8. Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB.10).9. Formulir Laporan Triwulan Penerimaan dan Pemakaian OAT (TB.13)10. Formulir Laporan Pengembangan Ketenagaan Program
Penanggulangan TB Fasilitas Kesehatan.
B. Pelaporan :Laporan hasil kegiatan Unit Kesehatandi Tempat Kerja (PelayananKesehatan Kerja) dilakukan secara berkala setiap triwulan dari fasilitaskesehatan dengan menggunakan (Form TB. 03 UPK) disampai ke DinasKesehatan Kabupaten Kota, sedangkan untuk format kegiatan pencegahandan penanggulangan di tempat kerja disampaikan kepada InstansiKetenagakerjaan bersama dengan laporan laporan P2K3 dan laporanPenyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai peraturanperundangan bidang Ketenagakerjaan.
Alur Pelaporan :
63
Fasilitas Kesehatanperusahaan
Rekap kegiatan P2 TB di
tempat kerja
PuskesmasTB.03
Dinas ketenagakerjaanKabupaten/kota
Rekap kegiatan P2 TB di
tempat kerja
Dinas ketenagakerjaanProvinsi
Dinas kesehatanKabupaten/kota
TB 07,11,08
Dinas kesehatanProvinsi
Kementerian Tenagakerjadan Transmigrasi
Kementerian Kesehatan
2. Indikator :Untuk mengukur kemajuan program (marker of progress).atau keberhasilanprogram pengendalian TB digunakan beberapa indikator,yaitu:
1) Indikator Penemuan :• Proporsi pasien baru TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis
diantara terduga TB.• Proporsi pasien TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis diantara
semua pasien TB paru yang diobati/ tercatat.
2) Indikator Pengobatan TB• Angka konversi (Conversion Rate)• Angka keberhasi lan pengobatan (Success Rate)• Angka kesembuhan (Cure Rate)• Angka putus berobat
65
3) Angka Konversi (Conversion Rate)
Sumber Data TB. 01, 03 UPK,
NumeratorJumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yghasil pemeriksaan BTA akhir pengobatan pada tahap awalnegatif (TB.03)
Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis ygdiobati (TB.03)
Denominator
Rumus
Manfaat
1) Menilai kualitas pelayanan pengobatan di FasilitasKesehatan
2) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologisyang hasil pemeriksaan BTA akhir pengobatan
tahap awal negatif (TB 01, 03)Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologis
yang diobati TB (TB.01, 03)
x100%
4) Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkanprosentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikanpengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantarapasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angkakesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Cara perhitungan untuk pasien baru BTA positif dengan pengobatankategori1.
Rumus
Jumlah pasien baru TB BTA positif (sembuh + x pengobatan lengkap) 100%
67
6) Angka Putus Berobat
1) Menilaikualitaspelayananpengobatan di FasilitasKesehatan.
2) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.4) Menilai keberhasilan Program TB.
Sumber Data TB. 01, 03 UPK,
Numerator Jumlah semua pasien TB Paru yang tidak selesai pengobatandalam waktu tertentu (TB.03)
Jumlah semua pasien TB Paru yang diobatidalam waktutertentu (TB.03)
Denominator
Rumus
Manfaat
Jumlah semua pasien TB paru yang tidak selesaipengobatan dalam waktu tertentu
Jumlah seluruh pasien TB paru yang diobatidalam waktu tertentu (TB.01, 03)
x100%
3. Supervisi Program Pengendalian TuberkulosisSupervisi TB bertujuan meningkatkan kinerja petugas, melalui suatuproses yang sistematis untuk meningkatkan pengetahuan petugas,meningkatkan ketrampilan petugas, memperbaiki sikap petugas dalambekerja dan meningkatkan motivasi petugas.
Tahapan kegiatan supervisi meliputi: perencanaan, Persiapan,Pelaksanaan, Pemecahan Masalah, dan penyusunan Laporan sertamemberikan umpan balik secara tertulis.
1) Supervisi secara rutin dan teratur pada semua tingkat bersama-sama dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan dinastenaga kerja kabupaten/kota sekurang-kurangnya 6 (enam) bulansekali.
2) Pada keadaan tertentu frekuensi supervisi perlu ditingkatkan, yaitu:• Pelatihan baru selesai dilaksanakan.• Pada tahap awal pelaksanaan program.• Bila kinerja dari suatu faskes kurang baik.
69
Lampiran 3Formulir - Formulir TB
TB.01 : Kartu Pengobatan PasienTB.02 : Kartu Identitas PAsien TBTB.03 : Register TB Fasilitas KesehatqanTB.04 : Register Laboratoirum TB untuk Laboratorim Faskes Mikroskopis
atau Test CepatTB.05 : Formulir Permohonan Laboratorium TB Untuk Pemeriksaan DahakTB.06 : Daftar Terduga TBTB.09 : Formulir Rujukan / Pindah PAsienTB.10 : Formulir Hasil Akhir Pengobatan PAsien TB PindahanTB.11 : Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Akhir Tahap Awal (untuk pasien terdaftar 3-6 bulan yang lalu)TB.13 : Laporan Triwulan Penerimaan dan Pemakaian OAT Kabupaten / KotaTB.14 : Laporan Pengembangan Ketenagaan Program Penanggulangan TB Fasilitas Kesehatan
Formulir Terlampir
----------------------------------------------------------------------------------------------------
64
2) Proporsi Pasien TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara semuapasien TB paru tercatat atau diobati
Sumber Data TB. 01, 03 UPK, 04 dan 06
NumeratorJumlah pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis(BTA+)(TB 01, TB03 UPK)
Jumlah seluruh pasien TB paru tercatat (bakteriologis danklinis) (TB 03 UPK)
Denominator
RumusJumlah pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA+)
Jumlah seluruh pasienTB paru
(bakteriologis dan klinis) (TB 03 UPK)
x100%
Manfaat
1) Menilai kualitas pelayanan pengobatan di FasilitasKesehatan.
2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai pelayananpengobatan yang diberikan kepada pasien TB
3) Menggambarkan penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB yang diobati di tempat kerjatriwulan dan tahunan
Sumber Data TB. 01, 03 UPK, 04 dan 06
Numerator Jumlah kasus baru TB Paru terkonfirmasi Bakteriologis (TB.04)
Denominator JumlahseluruhTerduga TB (TB.06)
Rumus
Manfaat1) Menilai kualitas dari penemuan sampai diagnosis pasien2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai kepekaan menetapkan kriteria terduga TB
Jumlah kasus terkonfirmasi bakteriologis
Jumlah seluruh kasus terduga TBx100%
1) Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologisdiantara terduga TB
66
5) Angka kesembuhan (Cure Rate)
Sumber Data TB. 01, 03 UPK,
Numerator Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yangdiobati sampai sembuh (TB.03)
Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yangdiobati (TB.03)
Denominator
Rumus
Manfaat
6) Menilaikualitaspelayananpengobatan di FasilitasKesehatan.
7) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.8) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.9) Menilai keberhasilan Program TB.10)Mengetahui pasien yang kebal obat.
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologisyang sembuh
Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologisyang diobati TB (TB.01, 03)
x100%
Sumber Data TB. 01, 03 UPK,
Numerator Jumlah pasien TB yang diobati sampai pengobatan lengkap(TB.03)
Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yangdiobati (TB.03)
Denominator
Rumus
Manfaat
1) Menilaikualitaspelayanan pengobatan di FasilitasKesehatan.
2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai PMO.3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.4) Menilai keberhasilan Program TB.5) Mengetahui pasien yang kebal obat.
Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologisyang sembuh
Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologisyang diobati TB (TB.01, 03)
x100%
68
3) Supervisi menggunakan daftar tilik (terlampir)4) Menyusun Laporan Supervisi
Supervisor harus membuat laporan supervisi segera setelahmenyelesaikan kunjungan. Laporan supervisi tersebut harus memuatpaling sedikit tentang:a. Latar belakang (pendahuluan)b. Tujuan supervisi.c. Temuan- temuan: keberhasi lan dan kekurangan.d. Kemungkinan penyebab masalah atau kesalahan.e. Saran pemecahan masalahf. RTL (Rencana Tindak Lanjut).g. Laporan supervisi , sebaiknya dibuat 3 rangkap:
✓ Diberikan ke faskes/dinkes/instansi yang dikunjungisebagaiumpan balik untuk acuan perbaikan program.
✓ Diberikan kepada atasan langsung supervisor.✓ Arsip sebagai bahan untuk rencana kunjungan supervisi
berikutnya.
Lampiran 3Formulir - Formulir TBTB.06, TB.05, TB.04, TB.01, TB.02, TB.03, TB.09, TB.10, TB.13 (Terlampir)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
70
PE
NA
NG
GU
LA
NG
AN
TB
NA
SIO
NA
LT
B.0
1K
AR
TU
PE
NG
OB
AT
AN
PA
SIE
N T
BIN
DO
NE
SIA
/201
5
Nam
a P
asie
n T
B
:N
o.T
elp/
HP
Nom
or In
duk
:K
epen
dudu
kan
(NIK
):
Ala
mat
Len
gkap
:Je
nis
Kel
amin
: L
P
Jika
wan
ita u
sia
subu
r:
Ham
il
Tid
ak H
amil
Tan
ggal
lahi
r:
__/
__/_
___
U
mur
:
t
ahun
:
b
ulan
Ber
at b
adan
:
k
g
Tin
ggi b
adan
:
cm
Nam
a P
MO
:N
o. T
elp/
HP
:A
lam
at P
MO
:N
ama
Fas
kes
:K
ab/K
ota
:N
o. R
eg T
B.0
3 F
aske
s:
Tah
un:
Pro
vins
i:
No.
Reg
TB
.03
Kab
/Kot
a:
Par
ut B
CG
:
Tid
ak a
da
A
daJu
mla
h S
korin
g T
B A
nak:
.....
......
......
......
.....
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
...
Tip
e D
iag
no
sis
dan
Kla
sifi
kasi
Pas
ien
TB
Tip
e D
iag
no
sis
Kla
sifi
kasi
ber
das
arka
n lo
kasi
an
ato
mi
Ter
konf
irmas
i bak
terio
logi
s
Ter
diag
nosi
s kl
inis
TB
Par
u
TB
Eks
trap
aru,
Lok
asi..
......
......
......
......
...
Bul
anke
Has
il P
emer
iksa
an C
onto
h U
ji (S
esua
i den
gan
TB
.05)
Tan
ggal
No.
Reg
Lab
BT
A*)
B
iaka
n
T
es C
epat
Kla
sifi
kasi
ber
das
arka
n r
iway
at p
eng
ob
atan
seb
elu
mn
ya
Bar
uK
ambu
h
Dio
bati
sete
lah
gaga
lD
ioba
ti se
tela
h pu
tus
bero
bat (
lost
to fo
llow
up)
Lain
-lain
Riw
ayat
pen
goba
tan
sebe
lum
nya
tidak
dik
etah
ui
Pos
itif
N
egat
if
Tid
ak d
iket
ahui
Kla
sifi
kasi
ber
das
arka
n s
tatu
s H
IV
Diru
juk
oleh
:In
isia
tif P
asie
n/K
elua
rga
Ang
gota
Mas
yara
kat/K
ader
......
......
......
.
Fas
kes.
......
......
......
......
..D
okte
r P
rakt
ek M
andi
ri....
......
......
......
...
Pol
i Lai
n....
......
......
......
...La
in-la
in...
......
......
......
......
......
......
......
..*)
Tul
isla
h 1+
, 2+
, 3+
, sca
nty,
ata
u N
eg s
esua
i has
il pe
mer
iksa
an d
ahak
Pem
erik
saan
Lai
n-l
ain
Pin
daha
n da
ri :
Nam
a F
aske
s:
......
......
......
......
......
......
......
Kab
/Kot
a:
....
......
......
......
......
......
......
.A
lam
at F
aske
s:
......
......
......
......
......
......
......
Pro
vins
i:
....
......
......
......
......
......
......
.
0 2 3 5 6 8
Riw
ayat
DM
:Y
aT
idak
Has
il T
es D
M:
Pos
itif
Neg
atif
Ter
api D
M:
OH
OIn
j. In
sulin
Keg
iata
n T
B D
M
1 2 3 4 5*)
Has
il di
isi:
Unt
uk D
ewas
a: S
ehat
/Sak
it T
B
Unt
uk A
nak:
Seh
at/In
feks
i Lat
en T
B/S
akit
TB
Pem
erik
saan
Ko
nta
k
K
on
tak
erat
den
gan
an
ak, s
ebu
tkan
.....
......
......
......
......
.....
No.
Nam
a
L/P
U
mur
H
asil
pem
erik
saan
T
inda
k La
njut
• U
ji T
uber
kulin
: ....
......
......
.....
mm
(In
dura
si b
ukan
erit
ema)
• F
oto
tora
ks: T
angg
al: _
__/_
__/_
____
N
o S
eri:
......
......
......
....
K
esan
:.....
......
......
......
......
.....
• B
iops
i jar
um h
alus
(F
NA
B):
Tan
ggal
__/
__/_
___
Has
il: ..
......
......
...•
Bia
kan
hasi
l con
toh
uji s
elai
n da
hak
:
MT
B
Buk
an M
TB
S
ebut
kan.
......
......
......
......
......
......
......
7371
75 77
Menin
ggal
Tid
ak d
ievalu
asi
Sem
buh
G
agal
Pengobata
n
Lengkap
(Tulis
tanggal d
ala
m k
ota
k y
ang s
esuai)
Bu
lan
1
2 3
45
67
89
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
2
8 2
9 3
0 3
1 J
um
lah
B
B (
kg
)
Bu
lan
1
2 3
45
67
89
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
2
8 2
9 3
0 3
1 J
um
lah
B
B (
kg
)
*) B
erila
h tanda jik
a p
asi
en d
ata
ng m
engam
bil
obat dan m
enela
n o
bat di d
epan p
etu
gas
kese
hata
n
Berila
h tanda “
gari
s lu
rus s
esu
ai ta
ng
gal m
inu
m o
bat”
jika
obat dib
aw
a p
ula
ng d
an d
itela
n s
endiri d
i rum
ah
Put
us B
erob
at (
Lost
tofo
llow
up)
Hasil A
kh
ir P
en
go
bata
n
Lay
anan
PD
P (
Per
awat
an, D
uku
ng
an, d
an P
eng
ob
atan
)
Nam
a F
ask
es
PD
P
II. T
AH
AP
LA
NJU
TA
N :
**
*)
Pad
uan
OA
T :
Kate
gori-1
Kate
gori-2
Kate
gori a
nak
Sum
ber
Obat
:P
rogra
m T
BB
aya
r se
ndiri
Ben
tuk O
AT
:K
DT
Kom
bip
ak/
Obat
lepas
Asu
ransi
Lain
-lain
....
....
....
....
....
....
....
....
....
....
I. T
AH
AP
AW
AL
: *
)
KD
T :
T
able
t N
o. B
atc
hS
tre
pto
mis
in**
)
mg/h
ari
N
o.
Batc
h
KD
T :
T
able
t N
o. B
atc
hE
tam
bu
tol *
***)
m
g/h
ari
N
o.
Batc
h
***)
Berila
h tanda jik
a p
asi
en d
ata
ng m
engam
bil
obat dan m
enela
n o
bat di d
epan p
etu
gas
kese
hata
n
B
erila
h tanda “
gari
s lu
rus p
utu
s-p
utu
s s
esu
ai ta
ng
gal m
inu
m o
bat”
jika
obat dib
aw
a p
ula
ng d
an d
itela
n s
endiri d
i rum
ah
****
) D
iisi u
ntu
k O
AT
ka
teg
ori-2
**)
Diis
i un
tuk
OA
T k
ate
go
ri-2
da
n k
ea
da
an
kh
usu
s
Cata
tan (
baca
petu
nju
k pengis
ian):
Ru
jukan
/ P
ind
ah
Pasie
n T
BL
ayan
an
Tes d
an
Ko
nselin
g H
IV S
ela
ma
Pen
go
bata
n T
B
Tanggal d
ianju
rkan
Tes
Tgl.
Tes
Hasi
l Tes*
(R/I/N
R)
* P
indah P
engobata
n
Nam
a F
ask
es
Tuju
an ....................................
Kab/ K
ota
.......................................................
Pro
vinsi
.........................................................
* P
indah R
egis
ter
Pasi
en T
B R
O
No. R
egis
ter
TB
RO
.......................................
*Hasi
l Tes
ditu
lis d
engan k
ode: R
= R
eakt
if, I=
Indete
rmin
ate
, N
R=
Non R
eakt
if
No
. R
eg
. N
asi
on
al
P
PK
(Y
a/T
ida
k) A
RT
(Y
a/T
ida
k) Mengambil Obat, Konsultasi Dokter, Periksa Ulang Dahak
Tanggal Perjanjian
Tanggal Perjanjian untuk Periksa Ulang Dahak
Catatan penting:
Harap datang untuk pemeriksaan dahak ulang pada:1. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )2. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )3. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )4. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )5. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )
Bila kartu ini sudah penuh dapat diganti dengan kartu baru
TanggalTahap
PengobatanTanggal harus kembaliJumlah OAT yang
diberikan
Tanda Tangan Petugas Fasyankes:
Hasil Pengobatan: Kotak diisi dengan tanggalSembuh Pengobatan
LengkapGagal Meninggal Putus Berobat
(Lost to follow up)Tidak
dievaluasi
* Form
ulir in
i digu
naka
n oleh
labo
ratori
um ya
ng m
emilik
i kem
ampu
an m
elaku
kan p
emeri
ksaa
n mikr
osko
pis TB
atau
labo
ratori
um ya
ngme
lakuk
an m
ikros
kopis
TB da
n Gen
Xpert
. Misa
lnya P
uske
smas
dan R
umah
Sakit
yang
mem
iliki a
lat G
en Xp
ert.
PENA
NGGU
LANG
AN TB
NAS
IONA
L
Nama
Labo
ratori
um Pe
merik
sa
: .....
........
........
........
........
........
........
.......
Kabu
paten
/ Kota
: .
........
........
........
........
........
........
........
...Pro
vinsi
: .....
........
........
........
........
........
........
.......
Tahu
n : .
........
........
........
........
........
........
........
...
REGI
STER
LABO
RATO
RIUM
TBUN
TUK
LABO
RATO
RIUM
FASK
ES M
IKRO
SKOP
IS DA
N TE
S CEP
AT
INDON
ESIA/
2015
TB.04
Diagn
osis
Follow
Up
Total
TB Se
nsitif
Juml
ah Se
diaan
Positi
f *)Ju
mlah
Sedia
an Sc
anty
*)TB
RO
Juml
ah Se
diaan
Nega
tif *)
(beri t
anda
rump
ut)
*d
ireka
p per
lemba
r
No. R
eg La
b N
omor
Identi
tas Co
ntoh U
ji
Tang
gal
Pene
rimaa
nCo
ntoh U
ji(H
H/BB)
Nama
Leng
kap P
asien
Nomo
r Indu
kKe
pend
uduk
an (N
IK)Um
ur(Ta
hun)
Jenis
Kelam
inAla
mat L
engk
apNa
ma Fa
silitas
Kese
hatan
Asal
Conto
h Uji
Alasa
nPe
merik
saan
Hasil
Peme
riksa
an M
ikros
kopis
(BTA
/Lainn
ya)
Hasil
Tes C
epat
deng
an Xp
ert
Tand
a Tan
gan
Kete
ranga
nTa
ngga
l Has
il
1
2
3Tg
lPe
merik
saan
Hasil
Peme
riksa
anTg
l Has
ildila
porka
n
1
23
4 5
6
7
8
9
10
1
1
12
1
3 1
4
1
5
16
17
18
19
Keter
anga
n :(1)
Nomo
r Reg
. Lab
: :Tu
lis no
mor re
gister
Lab.
deng
an 4
digit,
mulai
deng
an 00
01 pa
da se
tiap
perm
ulaan
tahu
n dan
tulis
berur
utan
berda
sarka
n tan
ggal
peme
riksa
an.
(2) No
. Iden
titas c
ontoh
uji: T
ulisse
suai
deng
an fo
rmulir
TB.05
(10) A
lasan
peme
riksa
an di
isi de
ngan
:0 u
ntuk d
iagno
sis2 a
tau 3
untuk
akhir
taha
p awa
l5 u
ntuk b
ulan k
elima
6 atau
8 un
tuk ak
hir pe
ngob
atan
(12,13
,14) H
asil P
emeri
ksaan
Mikr
osko
pis di
isi de
ngan
:
Tulis
Neg:
Tidak
ditem
ukan
BTA d
alam
100 L
P
Tulis
Juml
ah BT
A: dit
emuk
an 1-
9 BTA
dalam
100 L
P
Tulis
1+: d
itemu
kan 1
0-99 B
TA da
lam 10
0 LP
Tulis
2+: d
itemu
kan 1
-10 BT
A dala
m 1 L
P (pe
riksa
min
50 LP
)
Tulis
3+: d
itemu
kan =
10 BT
A da
lam 1
LP (p
eriksa
min
20 LP
)
Tulis
TD: ti
dak d
ilakuk
an
(16) H
asil P
emeri
ksaan
Tes C
epat
Xpert
diisi
deng
an:
Neg:
MTB N
OT DE
TECT
ED
Rif Se
n: MT
B DET
ECTE
D, RIF
RESIS
TANC
E NOT
DETE
CTED
Rif Re
s: MT
B DET
ECTE
D, RIF
RESIS
TANC
E DET
ECTE
D
Rif In
det: M
TB DE
TECT
ED, R
IF RE
SISTA
NCE I
NDET
ERMI
NATE
D
INVAL
ID:
Invalid
ERRO
R : Er
ror
NO RE
SULT
: No
Resu
lt
Bulan ...
............
............
........ Ta
hun .....
..........
Nama F
asilitas
Keseh
atan
: .........
............
............
............
............
...Kab
upaten
/ Kota
: .........
............
............
............
............
...Pro
vinsi
: .........
............
............
............
............
...
NoJen
isKel
amin
Alamat
Lengka
p
1
2
3
4
5
6
7
8
910
11
12
13
14
15
16
17
No. Ide
ntitas S
ediaan D
ahak
Tangga
ldida
ftar
NIK(No
mor Ide
ntitas
Kepend
udukan
)Nam
a Lengk
ap Terd
uga TB
Umur
(Tahun)
Tangga
l Mulai
Pengob
atan TB
(Tgl/Bl
n/Thn)
Tangga
lHas
ilDip
eroleh
Tangga
l Hasil
Dipero
leh
16 1
7
18
19
20
21
2
2
23
24
25
26
27
28
2
9
(25) Pe
nulisa
n Hasi
l Biaka
n
Tulis N
eg: Tid
ak ada
koloni y
ang tum
buh
Tulis J
umlah
Kolon
i: Jumla
h koloni
1-19
Tulis 1
+ : 20-
100 kol
oni
Tulis 2
+: >100
-200 ko
loni
Tulis 3
+: >200
-500 ko
loni
Tulsi 4
+: > 50
0 koloni
Tulis N
TM: Ap
abila d
itemuka
n kuma
n Non
Tuberc
ulosis
Tulis K
ontam
inasi:
Apabila
terjadi
kontam
inasi
DAFTAR
TERDU
GA TB
TB.06
(23) Pe
nulisa
n Hasi
l Xpert
MTB/R
if
Tulis N
eg: MT
B NOT
DETEC
TED
Tulis R
if Sen:
MTB D
ETECTE
D, RIF R
ESISTA
NCE N
OT DE
TECTED
Tulis R
if Res:
MTB D
ETECTE
D, RIF R
ESISTA
NCE D
ETECTE
D
Tulis R
if Indet
: MTB
DETEC
TED, RI
F RESI
STANC
E INDE
TERMIN
ATED
Tulis IN
VALID
: Invali
d
Tulis E
RROR
: Error
Tulis N
O RESU
LT: N
o Resu
lt
PENAN
GGULA
NGAN
TB NA
SIONA
LInd
onesia/
2015
Bulan
..........
..........
..........
.... Tah
un .....
.........
Ketera
ngan
Dirujuk
Ke
Dirujuk
olehLok
asi Ana
tomi
Penyak
itTot
al Skor
ingTB
Anak
Hasil
Pemerik
saan
Foto T
oraks
Status
HIVRiw
ayat
Diabet
esMel
itus
Tangga
l Penga
mbilan
Conto
h Uji
(HH/BB
/TTTT)
Mikros
kopis
Xpert M
TB/RIF
Biaka
n
No Reg
Lab(TB
.04)
Tindak
Lanjut
Pengob
atan
A
B
C
Hasil A
Hasil
B
Hasil C
Hasil
Hasil
Tangga
lhas
ildip
eroleh
Ketera
ngan
(2) No
Identita
s Sedia
an Dah
ak
: Sesu
ai formu
lir TB 0
5 (Kode
Kab/K
ode Fa
skes/N
o Urut)
o Kelom
pok an
gka pe
rtama te
rdiri da
ri 2 an
gka yan
g meru
pakan
kode ka
b/kota,
misalny
a 02.
o Kelom
pok an
gka ked
ua terd
iri dari
5 angk
a:
- 3 a
ngka p
ertama
merup
akan ko
de Fas
kes, m
isalnya
015.
- 2 a
ngka b
erikutn
ya meru
pakan
nomor u
rut Pol
i di RS
. Untuk
Faskes
yang p
enjaring
an terd
uga TB
hanya
di satu
Poli, m
enulisk
an 00.
o Kelom
pok an
gka ket
iga terd
iri dari
4 angk
a yang
merup
akan n
o urut
sesuai
TB.06
dan dita
mbahk
an kod
e huru
f ABC s
esuai d
engan
pedom
an
nasiona
l, misal
nya 01
01A
(4) NIK
: Nom
or Iden
titas Ke
pendud
ukan se
suai de
ngan K
TP
(7) Jen
is Kelam
in : Tul
is "L" un
tuk jeni
s kelam
in Laki-
laki, da
n "P" un
tuk jeni
s kelam
in pere
mpuan
(10) Lo
kasi An
atomi P
enyakit
: Tulis
P: unt
uk paru
, Tulis E
P: untu
k ekstra
paru
(11) To
tal Skor
ing TB
Anak : T
ulis tot
al skor
ing unt
uk pasie
n TB A
nak an
tar 0 s.
d 13
(12) Pe
nulisa
n Hasi
l Peme
riksaan
Foto T
oraks
Tulis T
DL jika
peme
riksaan
Tidak
dilakuk
an
Tulis P
os jika
hasil p
emerik
saan P
ositif ke
san TB
Tulis N
eg jika
hasil p
emerik
saan tid
ak ada
kesan
TB
(13) St
atus H
IV diisi
denga
n:
Tulis P
os: un
tuk has
il tes H
IV posit
if
Tulis N
eg: un
tuk has
il tes H
IV nega
tif
Tulis T
D: untu
k hasil t
es HIV y
ang tid
ak diket
ahui
(14) Ri
wayat D
iabete
s Melit
us:
Tulis Y
a=Peny
andang
DM,
Tulis T
idak=B
ukan p
enyand
ang DM
(19,20
,21) Pe
nulisa
n Hasi
l Mikro
skopis
(A,B,C
)
Tulis N
eg: Tid
ak ditem
ukan B
TA dala
m 100
LP
Tulis J
umlah
BTA: d
itemuka
n 1-9 B
TA dala
m 100
LP
Tulis 1
+: ditem
ukan 1
0-99 B
TA dala
m 100
LP
Tulis 2
+: ditem
ukan 1
-10 BT
A dalam
1 LP (p
eriksa m
in 50 L
P)
Tulis 3
+: ditem
ukan =
10 BT
A dalam
1 LP (p
eriksa m
in 20 L
P)
Tulis T
D: tidak
dilakuk
an
74 72
7678
No. Reg. TB :
No. Reg. Kab/Kota : Propinsi
INGAT:1. Peliharalah kartu anda dan bawa selalu bila datang ke Fasilitas kesehatan.2. Anda dapat sembuh jika mengikuti aturan pengobatan dengan menelan obat secara
teratur.3. Penyakit TB dapat menyebar ke orang lain bila tidak diobati teratur.
Baru
Kambuh
Faskes
No. Telp/ HP :
Jenis kelamin : L P Umur tahun
Nama Fasyankes : Telp.
KARTU IDENTITAS PASIEN TB
TB.02
Paduan OAT yg diberikan:
Lihat halaman sebelah
KLASIFIKASI BERDASARKAN RIWAYATPENGOBATAN SEBELUMNYA
Diobat setelah Gagal
Lain-lain
Lokasi
Paru Ekstraparu
KLASIFIKASI BERDASARKAN LOKASI ANATOMIS
Tanggal mulai berobat:
Nama lengkap :
Alamat lengkap :
PENANGGULANGAN TB NASIONALINDONESIA/2015
Nomor IndukKependudukan(NIK)
Tanggal Bulan Tahun
Riwayat pengobatansebelumnya tidakdiketahui
DiobatiSetelah putus berobat(lost to follow up)
PENANG
GULANG
AN TB N
ASIONAL
TB.03 F
ASKES
REGIST
ER TB
FASILIT
AS KES
EHATAN
(8) Diruju
k Oleh d
iisi deng
an:Tuli
s IP/K: u
ntuk Inis
iatif Pas
ien/ Kel
uarga
Tulis AM
/K: untuk
Anggota
Masyar
akat/Ka
der
Tulis FK
: untuk
Fasilitas
Keseha
tanTuli
s DPM: u
ntuk Dok
ter Prakt
ek Mand
iriTuli
s PL: un
tuk Poli
Lain
Tulis LL
: untuk
Lain-lain
No.Reg
istrasi
TBKab
/Kota
Nama Pa
sienNom
or Iden
titasKep
endudu
kan(NIK
)
Jenis
Kelami
nUm
ur(Tah
un)Ala
mat Len
gkap
Dirujuk
Oleh
Skoring
TBAna
k(0-1
3)
Tangga
l Mulai
Pengob
atan(HH
/BB/TTT
T)
1 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13 14
Sumber Obat
Hasil A
khir Pen
gobatan
Kolabo
rasi Ke
giatan T
B-HIV
Sebelum
Pengob
atan
15
1
6
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
2930
31 32
3
3
34
35
36
3
7
38
Keteran
gan
(5) Jenis
Kelami
n diisi d
engan:
Tulis L:
untuk je
nis kelam
in laki-la
kiTuli
s P: unt
uk jenis k
elamin p
erempua
n
TRIWU
LAN:
TAHUN
:
Nama Fa
skes
:
Nama K
ab/ Kot
a:
Nama Pr
ovinsi
:
No.Reg
istrasi
Faskes
TipeDia
gnosis
TB
Klasifik
asiBer
dasarka
nLok
asi Ana
tomi
Klasifik
asiBer
dasarka
nRiw
ayat
Pengob
atanSeb
elumnya
Klasifik
asiBer
dasarka
nSta
tus HIV
pada Sa
atDid
iagnosis
Paduan
OAT
Pemerik
saan C
ontoh U
jiHas
il Akhir
Pengob
atan
INDONE
SIA/201
5
Kegiata
n TB-DM
Dipinda
h keTB.
03 RO
Layana
n PDP
Layana
n Tes da
n Kons
eling H
IVAkh
ir Bulan
ke 2
Ak
hir Bul
an ke 3
Bu
lan ke 5
Akhir P
engoba
tan
No Reg Lab
Hasil
Mikros
kopis
No Reg Lab
Hasil
Mikros
kopis
Hasil
Mikros
kopis
Hasil
Mikros
kopis
No Reg Lab
No Reg Lab
Hasil
Mikros
kopis
Biakan
Tes Cepat
Tangga
l(HH
/BB/TTT
T)Tan
ggal tes
HIV
H
asil Tes
PPK
AR
TDM
Ter
api DM
Tangga
l dianjur
kanHas
il
(9) Tipe
Diagnos
is TB di
isi deng
an:Tuli
s TB: un
tuk terk
onfirma
si bakter
iologis
Tulis TK
: untuk
terdiagn
osis klin
is
(10) Kla
sifikasi B
erdasark
an Loka
si Anato
mi diisi d
engan:
Tulis TP
: untuk
TB Paru
Tulis TE
P: untuk
TB Eks
traparu
(11) Kla
rifikasi B
erdasark
an Riway
at Peng
obatan
Sebelum
nya:
Tulis B:
untuk B
aruTuli
s K: unt
uk Kamb
uhTuli
s DSG: u
ntuk Dio
bati Set
elah Ga
galTuli
s DSPB:
untuk D
iobati Se
telah Pu
tus Bero
batTuli
s LL: un
tuk Lain
-lainTuli
s TD: un
tuk Riw
ayat Pe
ngobata
n Sebelu
mnya
Tidak Di
ketahui
(12) Kla
sifikasi B
erdasark
an Statu
sHIV
pada sa
at didiag
nosis
Tulis Po
s: untuk
Positif
Tulis Ne
g: untuk
Negatif
Tulis TD
: untuk
Tidak Di
ketahui
(15) Pad
uan OA
T diisi d
engan:
Tulis Ka
t 1: untu
k katego
ri 1Tuli
s Kat 2:
untuk ka
tegori 2
Tulis Ka
t Anak:
untuk ka
tegori
anak
(16) Sum
ber oba
t diisi
dengan
:Tuli
s PR: un
tuk Prog
ramP2T
BTuli
s BS: Bia
ya send
iriTuli
s AS: As
uransi
Tulis L:
Lain-la
in
(17,21,2
3,25,27)
Hasil BT
A diisi d
engan:
Tulis Po
s: untuk
hasil Po
sitifTuli
s Neg: u
ntuk has
il Negati
fTuli
s TDL: u
ntuk tida
k dilaku
kan pem
eriksaa
n(18) Has
il Biaka
n diisi d
engan:
Tulis Ne
g: tidak
ada kolo
ni yang
tumbuh
Tulis ju
mlah ko
loni: un
tuk jum
lahkolo
ni 1-19
Tulis 1+
: 20-100
koloni
Tulis 2+
: >100-2
00 kolon
iTuli
s 3+: >2
00-500 k
oloni
Tulis 4+
: >500 k
oloni
Tulis NT
M: bila d
itemuka
n kuman
nonTub
erkulosis
Tulis ko
ntaminas
i: bila te
rjadi
kontam
inasi
(19) Has
il Tes Ce
pat diisi
dengan
:Tuli
s Neg: M
TB NOT
DETECT
EDTuli
s Rif Se
n: MTB D
ETECTE
D, RIF R
ESISTA
NCENOT
DETEC
TEDTuli
s Rif Re
s: MTB D
ETECTE
D, RIF R
ESISTA
NCEDET
ECTED
Tulis Ri
f Indet: M
TB DETE
CTED, R
IF RESI
STANCE
INDETE
RMINAT
EDTuli
s INVAL
ID: Inv
alidTuli
s ERROR
: Error
Tulis NO
RESUL
T: No R
esult
(29) Has
il Akhir P
engoba
tanHas
il diisi de
ngan:
Tulis S:
untuk s
embuh
Tulis PL
: untuk
Pengob
atan Len
gkap
Tulis G:
untuk G
agal
Tulis M
: untuk
Meningg
alTuli
s LF: un
tuk Los
t to follo
w upTuli
s TD: un
tuk tida
k dievalu
asi
(32) Has
il Tes dii
si denga
n:Tuli
s R: unt
uk hasil
tes HIV
Reaktif
Tulis I:
untuk ha
sil tes HI
V Indete
rminate
Tulis NR
: untuk
hasil tes
HIV Non
Reaktif
(33,34)
Layana
n PDP
untuk PP
K dan AR
Tdiisi
dengan
:Tuli
s Ya: jika
pasien
mendap
at PPK/
ARTTuli
s Tidak
: jikapas
ien tida
kmen
dapat P
PK/ART
(35) DM
diisi de
ngan:
Tulis Ya
: jika me
miliki
riwayat
DM atau
hasil
tes DM
positif
Tulis Ti
dak: jika
tidak
memiliki
riwayat
DMatau
hasil tes
DMneg
atif
(37) Dip
indah ke
TB.03 R
O diisi
dengan
menulis
kan tan
darum
put ( ) j
ika pasie
nterd
iagnosis
sebaga
i pasien
TBRO.
(36) Ter
api DM
diisiden
gan:
Tulis OH
O: jika
minum
obat ora
lTuli
s Inj. In
sulin: j
ikamen
dapat s
untikan
insulin
PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.05INDONESIA/2015
FORMULIR PERMOHONAN PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS TBNama Faskes : No. Telp. :
Nama Dokter Pengirim :
Nama Terduga / Pasien TB : Umur : tahun
Nomor Induk Kependudukan :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Alamat lengkap :
Jenis Terduga/ Pasien TBTB TB ANAK
TB HIV TB RO
Kabupaten/ Kota :
Provinsi :
No. Identitas Sediaan (sesuai Daftar Terduga di TB.06 / TB 06 RO)
......./.........../.........../..........
Alasan Pemeriksaan :
Tgl. Pengambilan contoh uji :
Tanggal pengiriman contoh uji :
Tanda tangan pengambil contoh uji :
Diagnosis TB Diagnosis TB RO
Pemantauan Kemajuan pengobatan :
Bulan ke :
Pemeriksaan ulang pasca pengobatan :
Bulan ke :
No.Reg.TB/TB RO Faskes :
No.Reg.TB/TB RO Kab/ Kota :
Jenis & Jumlah Pemeriksaan Lokasi AnatomiParu
Ekstraparu
Lokasi :
BTA x.....................................
Tes cepat GX.........................
Tes Cepat LPA......................
Biakan x ................................
Uji Kepekaan Lini 1.................
Uji Kepekaan Lini 2................ Secara visual dahak tampak (berilah v pada kotak)
Nanah lendir Bercak darah Air liur
Sewaktu / Pagi
Sewaktu / Pagi
Sewaktu / Pagi
Contoh Uji
Dahak
Lainnya .................................
...................................................20.............
(........................................................)
Nama jelas dokter pengirim
HASIL PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS TBNo. Register Lab. (sesuai Buku Register Lab TB.04/ TB.04 RO) : ...................................
Contoh Uji*) Tanggal Hasil Hasil Pemeriksaan Mikroskopis (BTA/lainnya)**)
+++ ++ + 1-9***) Neg
Sewaktu/Pagi
Sewaktu/Pagi
Sewaktu/Pagi
*) Diisi sesuai dengan kode huruf sesuai identitas sediaan/waktu pengambilan dahak.
**) Beri tanda rumput pada hasil pemeriksaan/ tingkat positif yang sesuai. ***) Isi dengan jumlah BTA/ koloni yang ditemukan ****) Untuk kolom INH dan Rif diisi : R : resisten S : sensitif
Untuk kolom MTB diisi MTB:Mycobacterium Tuberculosis , NTM: Non Tuberculosis MycobacteriumKriteria Suspek MDR*****) Diisi R: resisten, S: Sensitif
Tanda tangan pemeriksa
(.....................................) (.....................................)
MengetahuiDokter PJ pemeriksaan Lab
Sewaktu/Pagi
Tanggal HasilContoh Uji*)
Sewaktu/Pagi
Tanggal HasilContoh Uji*)
Sewaktu/Pagi
TanggalContoh Uji*)
H R E S Km Amk OfxHasil Uji Kepekaan*****)
4+ 3+ 2+ 1+ 1-19***) Neg NTM****) Kontaminasi
Hasil Biakan**)
Neg Rif Sen Rif Res Rif Indet Invalid Error No result INH RIF MTB
Hasil Tes Cepat
Lain (LPA)****)Hasil Tes Cepat Xpert MTB/RIF**)
Nama pasien : No Reg TB Kab/Kota:
Jenis Kelamin : L P Umur thn
Tgl. pasien melapor :
( )
TB.09
Nama faskes pengirim : Telp.
Nama faskes tujuan : Telp.
Nama pasien :
NIK :
Jenis kelamin : L P Umur: tahun
Alamat lengkap :
No Reg TB Kab/Kota :
Tanggal mulai berobat :
Hasil
Tgl.
Telp.
( )
Tgl.
Kategori 1
Kategori 2
Kategori Anak
Tgl Bln Tahun
Tgl Bln Tahun
Nama Faskes (tempat berobat baru)
FORMULIR RUJUKAN / PINDAH PASIEN TB
Paduan OAT: Klasifikasi Pasien Berdasarkan RiwayatPengobatan Sebelumnya :
PENANGGULANGAN TB NASIONALINDONESIA/2015
Tanggal Bulan Tahun
Bentuk OAT:
Pasien baru TB
Pasien kambuh
Pasien diobati setelah gagal
Pasien diobati setelah putus berobat (lost to follow up)
Lain-lain
Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahuiKDT Kombipak/ Obat Lepas
Jumlah dosis (obat) yang sudah ditelan: Jumlah dosis (obat) yang dibawakan:
Tahap awal dosis
Tahap Lanjutan dosis
Tahap awal dosis
Tahap Lanjutan dosis
Pemeriksaan ulang dahak terakhir:
Tanggal:
Status HIV:Positif Negatif Tidak diketahui
HARUS DIISI DAN DIKEMBALIKAN KE FASKES PENGIRIM:
79 81
Kabupaten/Kota : .............................................. Triwulan : ............... Tahun ................Bentuk OAT : KDT dan Kombipak Bulan : ............... s/d ....................
KATEGORI 1 KATEGORI 2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)1
2
3
4
Kadaluarsa
Rusak
Hilang
Tidak bisa digunakan
LAPORAN TRIWULAN PENERIMAAN DAN PEMAKAIAN OAT KABUPATEN/KOTA
INDONESIA/2015
OAT KOMBIPAKOAT KDTURAIANNO KATEGORI 1 KATEGORI
ANAK
Stok pada hariterakhir triwulan(Stok akhir)
Total Stok Akhir
Jumlah dipakai/dikirim ke faskes(dalam triwulan)
Stok pada haripertama triwulan(Stok Awal)
Jumlah diterimadalam triwulan
TglDaluarsaJumlah
TglDaluarsaJumlah
TglDaluarsaJumlah
TglDaluarsaJumlah
TglDaluarsaJumlah
KATEGORIANAK
PENANGGULANGAN TB NASIONAL
(............................................)
Mengetahui:
Stok Minimal:Kategori 1Kategori 2Kategori Anak
Yang membuat laporan:
Stok Maksimal:Kategori 1Kategori 2Kategori Anak
(.....................................................)
TB.13 KAB/KOTA
Jumlah OAT yangdapat digunakan
Jumlah
Jumlah OAT yang tidak dapat digunakan
RU
MA
H S
AK
IT T
NI-
AD
Do
kte
r U
mu
mD
okt
er
Sp
esi
alis
Pa
ruD
okt
er
Sp
esi
alis
An
ak
Do
kte
r S
p.P
en
yaki
t D
ala
mD
okt
er
Sp
esi
alis
lain
nya
Pe
tug
as
TB
(pe
raw
at
dll)
Pe
tug
as
La
bo
rato
riu
mP
etu
ga
s F
arm
asi
RU
MA
H S
AK
IT P
OL
RI
Do
kte
r U
mu
mD
okt
er
Sp
esi
alis
Pa
ruD
okt
er
Sp
esi
alis
An
ak
Do
kte
r S
p.P
en
yaki
t D
ala
mD
okt
er
Sp
esi
alis
lain
nya
Pe
tug
as
TB
(pe
raw
at
dll)
Pe
tug
as
La
bo
rato
riu
mP
etu
ga
s F
arm
asi
KL
INIK
Do
kte
r U
mu
mD
okt
er
Sp
esi
alis
Pa
ruD
okt
er
Sp
esi
alis
An
ak
Do
kte
r S
p.P
en
yaki
t D
ala
mD
okt
er
Sp
esi
alis
lain
nya
Pe
tug
as
TB
(pe
raw
at
dll)
Pe
tug
as
La
bo
rato
riu
mP
etu
ga
s F
arm
asi
DO
KT
ER
PR
AK
TE
K M
AN
DIR
ID
okt
er
Um
um
Do
kte
r sp
esi
alis
Pa
ruD
okt
er
Sp
esi
alis
An
ak
Do
kte
r S
p.
Pe
nya
kit
Da
lam
Do
kte
r S
pe
sia
lis la
inn
ya
Ke
tera
ng
an
:P
etu
ga
s T
B F
ask
es
ha
nya
me
ng
isi b
aris
sesu
ai d
en
ga
n t
ipe
Fa
ske
s. C
on
toh
: u
ntu
k P
usk
esm
as
ha
nya
me
ng
isi b
ag
ian
Pu
ske
sma
sJu
mla
h k
eb
utu
ha
n p
osi
si s
taf
dis
esu
aik
an
de
ng
an
sta
nd
ar
yan
g a
da
pa
da
bu
ku p
ed
om
an
.Ju
mla
h p
osi
si y
an
g a
kan
dik
em
ba
ng
kan
dis
esu
aik
an
de
ng
an
re
nca
na
pe
ng
em
ba
ng
an
pe
liba
tan
Fa
sya
nke
s d
an
sta
nd
ar
kete
na
ga
an
p
ad
a b
uku
pe
do
ma
n.
• • •
80
PANDUAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJA
PANDUAN BERSAMA
KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2015
MAKARTI KARYA MUKTITAMA
PU
SK
ES
MA
SD
okte
r U
mu
mD
okte
r S
pe
sia
lis P
aru
Do
kte
r S
pe
sia
lis A
na
kD
okte
r S
p.P
en
ya
kit D
ala
mD
okte
r S
pe
sia
lis la
inya
Pe
tug
as T
B (
pe
raw
at/d
ll)P
etu
ga
s L
ab
ora
toriu
m
Pe
tug
as F
arm
asi
Pe
tug
as P
ustu
RU
MA
H S
AK
IT P
EM
ER
INT
AH
Do
kte
r U
mu
mD
okte
r S
pe
sia
lis P
aru
Do
kte
r S
pe
sia
lis A
na
kD
okte
r S
p. P
en
ya
kit D
ala
mD
okte
r S
pe
sia
lis la
inn
ya
Pe
tug
as T
B(p
era
wa
t d
ll)P
etu
ga
s L
ab
ora
toriu
m
Pe
tug
as F
arm
asi
RU
MA
H S
AK
IT S
WA
ST
AD
okte
r U
mu
mD
okte
r S
pe
sia
lias P
aru
Do
kte
r S
pe
sia
l A
na
kD
okte
r S
p.P
en
ya
kit D
ala
mD
okte
r S
pe
sia
lis la
inn
ya
Pe
tug
as T
B(p
era
wa
t d
ll)P
etu
ga
s L
ab
ora
toriu
mP
etu
ga
s F
arm
asi
IND
ON
ES
IA/2
01
5
TB
.14
FA
SK
ES
PE
NA
NG
GU
LA
NG
AN
TB
NA
SIO
NA
L
LA
PO
RA
N P
EN
GE
MB
AN
GA
N K
ET
EN
AG
AA
N P
RO
GR
AM
PE
NA
NG
GU
LA
NG
AN
TB
FA
SIL
ITA
S K
ES
EH
AT
AN
Pro
vin
si
: ..
....
....
....
....
....
....
....
....
Ta
hu
n:
....
....
....
....
....
....
....
....
...
Ka
bu
pa
ten
/Ko
ta:
....
....
....
....
....
....
....
....
..S
em
es
ter
: ..
....
....
....
....
....
....
....
....
.N
am
a F
as
ke
s:
....
....
....
....
....
....
....
....
..
Je
nis
/K
ate
go
riP
etu
ga
s F
as
ya
nk
es
Jm
lp
etu
ga
sF
as
ya
nk
es
Sit
ua
si P
ela
tih
an
(K
om
pe
ten
si)
Ju
mla
hte
rla
tih
TB
Ak
tif
Tid
ak
ak
tif
Re
nc
an
a y
an
ga
ka
n d
ila
tih
TB
1 2
3 4
5
6
PANDUAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJA
PANDUAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJA
PANDUAN BERSAMA
KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2015
MAKARTI KARYA MUKTITAMA
PANDUAN BERSAMA
KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2015
MAKARTI KARYA MUKTITAMA