88
i IDENTIFIKASI KEJADIAN DEMAM TYPOID BERDASARKAN FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DAN HYGIENE PERORANGAN DI RSUD KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH DiajukanSebagaiSalah Satu SyaratUntuk MenyelesaikanPendidikanProgram Studi Diploma IIIKeperawatan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH MUJIONO NIM. P00320014030 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2017

KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

i

IDENTIFIKASI KEJADIAN DEMAM TYPOID BERDASARKAN

FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DAN HYGIENE

PERORANGAN DI RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

DiajukanSebagaiSalah Satu SyaratUntuk MenyelesaikanPendidikanProgram

Studi Diploma IIIKeperawatan Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH

MUJIONO

NIM. P00320014030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2017

Page 2: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

ii

Page 3: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

iii

Page 4: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. N a m a : Mujiono

2. Tempat / Tanggal Lahir : Kendari, 25 Juli 1995

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Suku / Bangsa : Tolaki/ Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jl. Chairil Anwar Lr. Durian

II. JENJANG PENDIDIKAN

1. SD Negeri 05 Baruga Kendari, Tamat Tahun 2008

2. MTS Pesri Kendari, Tamat Tahun 2011

3. SMKS Kesehatan Kendari, Tamat Tahun 2014

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2014 Sampai

Sekarang

Page 5: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

v

MOTTO

Optimislah, meskipun engkau berada jangan putus asa, karena perubahan itu tak bisa secepat yang engkau harapkan…

beranilah tuk bermimpi dan beranikan diri untuk mewujudkan semua impian karena impian tidak akan tercapai tanpa keberanian

pintu kebahagian terbesar adalah do’a kedua orang tua berusahalah mendapatkan doa itu dengan berbakti kepada mereka berdua agar doa mereka menjadi benteng kuat yang menjagamu…

karya tulis ini ku persembahkan untuk

almamaterku

bangsa dan negaraku

kedua orang tuaku, saudaraku dan keluargaku

doa, nasehat dan keikhlasan kalian

menunjang keberhasilanku…..

Page 6: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

vi

ABSTRAK

Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan

Faktor Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan di RSUD Kota Kendari Tahun

2017, Pembimbing I Hj. Siti Nurhayani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, dan Pembimbing II

Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep (xii + 53 halaman + 5 tabel + 12 lampiran).

Menurut data WHO (World Health Organization) memperkirakan angka insidensi

di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat

demam typoid mencapai 600,000 dan 70% kematiannya terjadi di Asia. Di

Indonesia sendiri, penyakit ini bersifat endemik, insidensinya tercatat 81,7 % per

100,000. Demam tifoid erat kaitannya dengan hygiene perorangan dan sanitasi

lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian demam typoid

berdasarkan faktor sanitasi lingkungandan hygiene perorangan di RSUD Kota

Kendari Tahun 2017, Jenis penelitian ini survey deskriptif, dilaksanakan pada tanggal

19 Juli - 31 Juli 2017di Ruang Perawatan RSUD Kota Kendari. Populasi dalam

penelitian ini berjumlah 145 Pasien dengan jumlah responden 59 orang, tehnik

penarikan sampel menggunakan Accidental Sampling, Instrument dalam penelitian ini

lembar quesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari 59 responden di Ruangan

Perawatan kejadian demam typoid berdasarkan faktor sanitasi lingkungan yang

kategori baik 27 orang (45,76 %), dan yang kategori kurang baik 32orang (54,24 %).

Dan kejadian demam typoid berdasarkan faktor hygiene perorangan yang kategori

baik 21orang (35,59 %), dan yang kategori kurang baik 38 orang (64,41 %).

Kesimpulan dari penelitian ini Kejadian Demam typoid di ruang perawatan RSUD

Kota Kendari masih dipengaruhi oleh Faktor Saniatasi dan Hygiene Perorangan.Saran

untuk Pegawai Kesehatan RSUD Kota Kendari untuk melaksanakan perencanaan

kesehatan dan keperawatan kepada penderita demam typoid dalam pencegahan

terjadinya demam typoid dan penularannya.

Kata kunci : Demam Typoid, SanitasiLingkungan, Hygiene Perorangan

Daftar Pustaka : 22 (2005 – 2016)

Page 7: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan ALLAH SWT, yang telah

memberikan rahmat-Nya, berupa ilmu, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul“Identifikasi Kejadian Demam

Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan di RSUD

Kota Kendari. ”.

Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini telah melewati perjalananpanjang

dalam penyusunanya yang tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan saran

dari pihak lain. Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Direktur RSUD Kota Kendari yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian di ruang perawatan yaitu ruang Lavender dan ruang Mawar

RSUD Kota Kendari.

3. Kepala Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan

izin penelitian.

4. Bapak Muslimin L,A.Kep., S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

5. Ibu Hj. SitiNurhayani., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing I dan Ibu Fitri

Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah membimbing

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep., Ns., MM selaku penguji I, Ibu Asminarsih

Zainal Prio, M.Kep., Sp.Kom selaku penguji II, Ibu Dian Yuniar SR, SKM.,

Page 8: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

viii

M.Kep selaku penguji III yang telah memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Kendari

8. Kepala Ruangan Lavender dan Mawar RSUD Kota Kendari yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya buat Ayahanda Alm. Alimansyah

dan Ibunda Nurhayati, S.Pd serta keluarga besar yang selalu memberikan

dorongan baik moral maupun materil serta doadan perhatian bagi penulis.

10. Terima kasih kepada sahabat (Dandi, Erik, Farid, Fina, Anna, Chandra, Fingky,

Awal dan Dani) yang selalu memberikan dorongan dan semangat mulai dari awal

sampai akhir penelitian ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

Angkatan 2014yang tidak bisa disebutkan satu persatu baik kakak senior maupun

adik-adik junior yang selalu member arahan dan nasehatdalam penyelesaian

Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis menyampaikan maaf atas segala kekurangan yang terdapat

pada penulisan ini, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini.

Terima kasih.

Kendari, Juli 2017

Penulis

Page 9: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv

MOTTO ...................................................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ................................................................................... 1

B. RumusanMasalah .............................................................................. 5

C. TujuanPenelitian ............................................................................... 5

1. TujuanUmum .............................................................................. 5

2. TujuanKhusus ............................................................................. 5

D. ManfaatPenelitian ............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTentangDemamTypoid ....................................................... 7

B. TinjauanTentangFaktorSanitasiLingkungan ..................................... 16

C. TinjauanTentangFaktor Hygiene Perorangan ................................... 26

BAB III KERANGKA KONSEP

A. DasarPemikiranPenelitian ................................................................. 31

B. AlurKerangkaPikir ............................................................................ 32

C. VariabelPeneitian .............................................................................. 32

D. DefinisiOperasional........................................................................... 32

BAB IV METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian ................................................................................... 34

B. TempatdanWaktuPenelitian .............................................................. 34

Page 10: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

x

C. PopulasidanSampel ........................................................................... 34

D. InstrumenPenelitian........................................................................... 36

E. Jenisdan Cara Pengumpulan data ...................................................... 36

F. Pengolahan Data................................................................................ 37

G. Analisa Data ...................................................................................... 37

H. Penyajian Data .................................................................................. 38

I. EtikaPenelitian .................................................................................. 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .................................................................................................. 39

B. Pembahasan ....................................................................................... 46

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 52

B. Saran .................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur di Ruang

Perawatan RSUD Kota Kendari tahun 2017 ..................................... 42

5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang

Perawatan RSUD Kota Kendari tahun 2017 ..................................... 43

5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang

Perawatan RSUD Kota Kendari tahun 2017 ..................................... 44

5.4 Distribusi kejadian demam typoid berdasarkan faktor sanitasi

lingkungan di Ruang Perawatan RSUD Kota Kendari tahun 2017 .. 44

5.5 Distribusi kejadian demam typoid berdasarkan faktor hygiene

perorangan di Ruang Perawatan RSUD Kota Kendari tahun 2017 .. 45

Page 12: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lampiran 3 LembarKuesioner

Lampiran 4 Tabulasi Data Hasil Penelitian

Lampiran 5 Master Tabel HasilPenelitian

Lampiran 6 Surat Pengantar Pengambilan Data dari Ketua Jurusan Keperawatan

Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian dari Kepala UPPM

Politeknik Kesehatan Kendari

Lampiran 8 Surat Pengantar Izin Penelitian Dari Ketua Jurusan Keperawatan

Lampiran 9 Surat Permohonan Izin penelitian dari Kepala UPPM Politeknik

Kesehatan Kendari

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dari Kepala BALITBANG PROVINSI SULTRA

Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Meneliti dari Kabid Keperawatan RSUD

Abunawas Kota Kendari

Lampiran 12 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 13 Dokumentasi

Page 13: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bentuk perwujudan dari

upaya pelayanan kesehatan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat. Bahwa

kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui status kesehatan yang dapat

dipengaruhi empat determinant utama, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan herediter (Depkes. RI, 2009).

Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan dan semakin

meningkatnya kemiskinan di masyarakat, memudahkan terjadinya penyakit

saluran cerna salah satunya adalah penyakit typhus abdominalis, hal ini didukung

oleh sanitasi lingkungan yang buruk, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

yang masih kurang serta pola hidup yang tidak teratur ditunjang oleh kebiasaan-

kebiasaan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Kandun, 2006).

Typhus abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan

pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah

Salmonella Typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan

tidak berspora. (Ngastiyah, 2005 : 236)

Menurut data WHO (World Health Organization) memperkirakan angka

insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian

akibat demam typoid mencapai 600,000 dan 70% kematiannya terjadi di Asia.

Di Indonesia sendiri, penyakit ini bersifat endemik. Menurut WHO (dalam

Page 14: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

2

Kurniasih 2016) penderita dengan demam typhoid di Indonesia tercatat 81,7

% per 100,000. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 penderita

demam tifoid dan paratifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit sebanyak 41.081

kasus dan 279 diantaranya meninggal dunia (Depkes RI, 2010).

Demam typhoid ditemukan di masyarakat Indonesia, yang masih tinggal di

kota maupun desa. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas perilaku

hidup bersih dan sehat, sanitasi lingkungan yang kurang baik. Selain masalah

diatas ada beberapa masalah lain yang akan turut menambah besaran

masalah penyakit demam typhoid di Indonesia di antaranya adalah angka

kemiskinan di kota dan desa Indonesia yang mencapai 11,66% yaitu sekitar

28.594.060 orang (Kurniasih, 2016)

Menurut Prof. DR. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K) dalam media

informasi obat dan penyakit, mengatakan bahwa angka kejadian demam tifoid

(typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang di

daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid atau tifus abdominalis banyak

ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri, demam tifoid masih merupakan

penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid

erat kaitannya dengan Higiene Perorangan dan Sanitasi Lingkungan.

Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa

kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan

sabun setelah buang air besar dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan. Peningkatan higiene perorangan adalah salah satu dari program

Page 15: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

3

pencegahan yakni perlindungan diri terhadap penularan tifoid (Depkes RI, 2006:

49).

Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk

memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi

kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia Bahaya

terhadap kesehatan yang dapat ditimbukan oleh pembuangan kotoran yang tidak

baik adalah timbulnya polusi tanah, polusi air, kontaminasi makanan dan

berkembangbiakan lalat. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan adalah tifoid,

paratiroid, disentri, diare, kolera, hepatitis virus, dan beberapa penyakit infeksi

gastrointestinal serta infestasi parasit lainnya. (Chandra, 2009: 52)

Berdasarkan hasil penelitian Lubis, R. di RSUD. Dr. Soetomo (2000) dengan

desain case control , mengatakan bahwa higiene perorangan yang kurang,

mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid 20,8 kali lebih besar

dibandingkan dengan yang higiene perorangan yang baik (OR=20,8) dan kualitas

air minum yang tercemar berat coliform beresiko 6,4 kali lebih besar terkena

penyakit demam tifoid dibandingkan dengan yang kualitas air minumnya tidak

tercemar berat coliform (OR=6,4) .

Tantangan yang dihadapi dalam program pengendalian tifoid di Indonesia

dalam mencegah dan menurunkan angka kesakitan tifoid, yaitu: 1) Meningkatnya

kasus-kasus karier atau relaps dan resistensi 2) Vaksinasi tifoid belum merupakan

program imunisasi nasional di Indonesia; 3) Masih rendahnya akses keluarga

terhadap air bersih; 4) Rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

masyarakat dan terbatasnya ketersediaan sanitasi yang baik; 5) Masih tingginya

Page 16: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

4

angka kemiskinan; 6) Banyaknya tempat-tempat penjualan makanan yang belum

memenuhi syarat kesehatan; dan 7) Meningkatnya arus transportasi dan

perjalanan penduduk dengan berbagai tujuan dari satu daerah/ negara ke daerah/

negara lain, sehingga membawa konsekuensi meningkatkan risiko penularan

tifoid sekaligus mempersulit upaya pengendaliannya. (Purba, 2016)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara angka

kejadian kasus Demam typoid di Sulawei Tenggara Tahun 2016 sebanyak 4.644

kasus yang tersebar di seluruh Kabupaten dan Kota dengan prevalensi yang

berbeda-beda di setiap tempat. Prevalensi Demam typoid di Kota Kendari

menempati urutan pertama di Sulawesi Tenggara dengan angka kejadian kasus

sebanyak 1.311 atau 28,22 %. Untuk seluruh wilayah di Kota Kendari kasus

demam typoid menempati 10 besar penyakit terbanyak dengan peringkat ke- 7.

Berdasarkan data yang penulis temukan dari rekam medik RSUD Kota

Kendari pada tahun 2015, jumlah pasien demam typoid yang dirawat sebanyak

146 pasien dan pada tahun 2016, jumlah pasien demam typoid yang dirawat

sebanyak 145 pasien dan menempati peringkat ke-7 dalam 10 besar penyakit

terbanyak yang dirawat di RSUD Kota Kendari.

Hasil wawancara awal pada penderita yang pernah mengalami demam tifoid

di ruangan keperawatan dan poli umum RSUD Kota Kendari rata-rata penderita

mengatakan sebelum sakit kurang memperhatikan kebersihan diri mereka sendiri,

seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar, tidak mencuci tangan

sebelum makan dan sering makan di luar rumah

Page 17: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

5

Dari berbagai fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

dalam mengenai kejadian demam typoid berdasarkan faktor sanitasi lingkungan

dan hygiene perorangan, sehingga penulis tertarik meneliti tentang ”Identifikasi

Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan Hygiene

Perorangan di RSUD Kota Kendari Tahun 2017

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Kejadian Demam

Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan di

RSUD Kota Kendari Tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi

Lingkungan dan Hygiene Perorangan di RSUD Kota Kendari Tahun 2017

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kejadian demam typoid berdasarkan faktor sanitasi

lingkungan di RSUD Kota Kendari

b. Mengetahui kejadian demam typoid berdasarkan faktor hygiene

perorangan di RSUD Kota Kendari

Page 18: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Untuk RSUD Kota Kendari sebagai bahan masukan dan pertimbangan

untuk melaksanakan perencanaan kesehatan dan keperawatan kepada

penderita demam typoid dalam pencegahan terjadinya demam typoid dan

penularannya.

b. Untuk peneliti sebagai bahan tambahan pengetahuan dan pengalaman

dalam melakukan penelitian.

2. Manfaat Teoritis

a. Untuk Institusi Poltekkes Kemenkes Kendari sebagai tambahan

kepustakaan dan sebagai bahan tambahan informasi tentang Kejadian

Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi lingkungan dan Hygiene

Perorangan di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.

b. Untuk masyarakat sebagai bahan informasi tentang Kejadian Demam

Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi lingkungan dan Hygiene Perorangan

di RSUD Kota Kendari Tahun 2017.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Demam Typoid

1. Pengertian

Tifus abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Ngastiyah, 2005 : 236)

Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan

gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran

pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2008 : 46)

2. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Thyposa/

Eberthela typhosa yang merupakan kuman gram negatif, motif dan tidak

menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh

manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70º C

ataupun oleh antiseptic. Sampai saat ini, diketahui bahwa kuman ini hanya

menyerang manusia. Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:

Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar)

Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat

termolabil

Antigen V1= Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman Dan

melindungi antigen O terhadap fagositosi

Page 20: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

8

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan

pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut agglutinin. Salmonella

typhosa juga dapat memperoleh plasmid faktor –R yang berkaitan dengan

resistensi terhadap multiple antibiotic. Ada 3 spesis utama, yaitu : Salmonella

typhosa (satu serotype), Salmonella choleraesius (satu serotype), Salmonella

enteretides (lebih dari 1500 serotipe). (Rampengan, 2008: 47)

3. Epidemiologi

Demam typoid dijumpai cosmopolitan, saat ini terutama ditemukan di

Negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi, serta

kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat.

4. Patologi

Kuman salmonella typoid masuk bersama makakan dan minuma, setelah

berada dalam usus halus, kuman mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus

halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah

menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat ke pembuluh

limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial

system (RES) terutama hati dan limpa. Ditempat ini, kuman di fagosit oleh

sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit tidak berkembang biak.

Pada akhir masa inkubasi, berkisar 5-9 hari, kuman kembali masuk ke darah

menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman

masuk kedalam organ tubuh terutama limfa, kandung empedu yang

selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke

rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus halus. Dalam masa

Page 21: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

9

bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama

dengan antigen somatic (lipopolisakarida ), yang semula diduga bertanggung

jawab terhadap terjadinya gejala-gejala dari demam tifoid.

Demam typoid disebabkan oleh salmonella typhosa dan endotoksinnya

yang merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan

yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah memengaruhi

pusat termoregulator di hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala

demam. (Rampengan, 2008: 48-49)

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih

bervariasi bila dibandingkan dengam penderita dewasa. Bila hanya berpegang

pada gejala dan tanda klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis

demam typhoid pada anak , terutama pada penderita yang lebih mudah, seperti

pada typoid congenital ataupun typoid pada bayi

Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7-20 hari, dengan masa inkubasi

terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari. Dikatakan bahwa masa inkubasi

mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umum/

status gizi serta status imunologis penderita

Walaupun gejala demam typoid pada anak lebih bervariasi , secara garis

besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan, demam satu minggu

atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.

(Rampengan, 2008: 50)

Page 22: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

10

6. Diagnosis

Menegakkan diagnosis demam typoid pada anak merupakan hal yang

tidak mudah, mengingat gejala dan tanda klinis yang tidak khas, terutama

pada penderita dibawah 5 tahun.

Pada anak di atas 5 tahunatau dengan bertambahnya umur, lebih mudah

menegakkan diagnosis mengingat dengan makin bertambahnya umur, gejala

serta tanda klinis demam typoid hampir menyerupai penderita dewasa, seperti

demam 1 minggu atau lebih, lidah typoid, pembesaran limfa, hati dapat

disertai diare maupun konstipasi.

Masalah lain dalam menegakkan diagnosis demam typoid pada daerah

yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium bakteriologi ataupun

serologis sehingga diagnosis praduga demam tifoid ditegakkan atas dasar

gejala dan tanda klinis yang ada. Mengingat hal ini, ketajaman pengenalan

gejala serta tanda klinis sangatlah penting. Untuk memastikan diagnosis

dibutuhkan pemeriksaan bakteriologis dan serulogis

a. Pemeriksaan Bakteriologis

Diagnosis pasti dengan ditemukan kuman Salmonella Typhosa pada

salah satu biakan darah, feses, urine, sumsung tulang ataupun cairan

duodenum. Waktu pengambilan sampel sangat menetukan keberhasilan

pemeriksaan bakteriologis tersebut. Misalnya biakan darah biasanya

positif pada minggu pertama perjalanan penyakit, biakan feses dan urine

positif biasanya pada minggu kedua dan ketiga, biakan sumsum tulang

paling baik karena tidak dipengaruhi waktu pengambilan ataupun

Page 23: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

11

pemberian antibiotika sebelumnya. Kemungkinan ditemukan biakan yang

positif pada sumsum tulang (84%), pada darah (44%), feses (65%), cairan

duodenum (42%).

Hasil pemeriksaan biakan positif dari sampel darah penderita

digunakan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan hasil pemeriksaan

biakan negative dua kali berturut-turut pemeriksaan feses atau urine

digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah sembuh atau belum

atau karier

b. Pemeriksaan Serulogis

Sampai saat ini tes Widal merupakan reaksi serulogis yang digunakan

untuk membantu menegakkan diagnosis Demam tifoid. Dasar tes Widal

adalah reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella Typhosa dan antibody

yang terdapat dalam serum penderita

Ada 2 metode yang sampai saat ini dikenal, yaitu :

1. Widal cara tabung (Konvesional)

2. Salmonella Slide Test (Cara Slide)

Sampai saat ini, tidak ada kepustakaan yang menyebutkan nilai titer

Widal yang absolut untuk memastikan diagnosis demam tifoid. Nilai

sensitifitas, spesifisitas serta ramal reaksi Widal sangat bervariasi dari satu

laboratorium dengan laboratorium lainnya.

Untuk dapat memberikan hasil yang akurat, tes Widal sebaiknya tidak

hanya dilakukan satu kali saja melainkan perlu satu seri pemeriksaan,

Page 24: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

12

kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati nilai standar setempat.

Beberapa factor yang mempengaruhi reaksi Widal antara lain :

1) Faktor Penderita

Factor penderita meliputi :

a. Saat pemeriksaan perjalanan penyakit

b. Pengobatan dini dengan antibiotika

c. Keadaan umum gizi penderita

d. Penyakit tertentu yang menghambat pembentukan antibodi :

agama, globulinemia, leukemia, tumor

e. Pemakaian obat imunosupresif dan kortikosteroid

f. Vaksinasi

g. Infeksi subklinis

h. Reaksi anamnestik

2) Factor teknis

Factor teknis meliputi :

a. Reaksi silang

b. Konsentrasi suspensi antigen

c. Strain salmonella yang dipakai untuk suspensi antigen

(Rampengan, 2008: 52-54)

7. Komplikasi

Komplikasi pada usus halus :

a. Perdarahan Usus

b. Perforasi

Page 25: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

13

c. Peritonitis

Komplikasi di luar usus halus :

a. Bronchitis

b. Bronkopneumonia

c. Ensefalopati

d. Kolesistitis

e. Meningitis

f. Miokarditis

g. Karier kronik (Rampengan, 2008: 55-56)

8. Penatalaksanaan

Penderita yang dirawat dengan diagnosis praduga demam tifoid harus

dianggap dan dirawat sebagai penderita demam tifoid yang secara garis besar

ada 3 bagian, yaitu: Perawatan, Diet, dan Obat-obatan

a. Perawatan

Penderita demam tifoid perlu di rumah sakit untuk isolasi, observasi

serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas, tetapi

tidak harus tirah baring sempurnah seperti pada perawatan demam tifoid

di masa lalu. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan

kondisi penderita. Pada penderita dengan kesadaran yang menurun harus

di observasi agar tidak terjadi aspirasi. Tanda komplikasi demam tifoid

yang lain termasuk buang air kecil dan buang air besar juga perlu

mendapat perhatian

Page 26: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

14

Mengenai lamanya perawatan dirumah sakit, sampai saat ini sangat

bervariasi dan tidak ada keseragaman. Hal ini sangat bergantung pada

kondisi penderita serta adanya komplikasi selama penyakitnya berjalan .

b. Diet

Dimasa Lalu, penderita diberi diet yang terdiri dari bubur saring,

kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat

kekambuhan penderita. Banyak penderita tidak senang diet demikian,

karena tidak sesuai dengan selera dan ini mengakibatkan keadaan umum

dan gizi penderita semakin mundur dan masa penyembuhan menjadi

semakin lama.

Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai

dengan keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas ataupun

kuantitas dapat diberikan dengan aman. Kualitas makanan disesuaikan

kebutuhan baik kalori, protein, eletrolit, vitamin, maupun mineral, serta

diusahakan makanan yang rendah /bebas selulosa, dan menghindari

makanan yang sifatnya iriatif. Pada penderita dengan gangguan

kesadaran pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.

Pemberian makanan padat dini banyak memberikan keuntungan,

seperti dapat menekan turunnya berat badan selama perawatan, masa di

rumah sakit lebih diperpendek, dapat menekan penurunan kadar albumin,

dalam serum serum dan dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi

lain selama perawatan.

Page 27: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

15

c. Obat-obatan

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian

yang tinggi sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%). Sejak

adanya obat antimikroba terutama kloramfenikol angka kematian

menurun secara drastis (1-4%)

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain :

a) Kloramfenikol

b) Tiamfenikol

c) Kotrimoksasol

d) Ampisilin

e) Amoksilin

f) Seftriakson

g) Sefotaksim

h) Siproprolaksin (Usia >10 tahun). (Rampengan, 2008: 58-59)

9. Pencegahan

Usaha pencegahan dapat dibagi atas:

a. Usaha terhadap lingkungan hidup:

a) Penyediaan air minumyang memenuhi syarat

b) Pembuangan kotoran manusia yang higienis

c) Pemberantasan lalat

d) Pengawasan terhadap penjual makanan

b. Usaha terhadap manusia :

a) Imunisasi

Page 28: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

16

b) Vaksin yang digunakan adalah vaksin yang dibuat dari Salmonella

Typhosa yang dimatikan, vaksin yang dibuat dari strain Salmonella

yang dilemahkan (Ty 21a), vaksin polisakarida kapsular Vi(Thphi Vi)

c) Menemukan dan mengobati karier

d) Pendidikan kesehatan masyarakat. (Rampengan, 2008: 62)

B. Tinjauan Tentang Faktor Sanitasi Lingkungan

1. Definisi

Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau

mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan

penyakit tersebut (Hiasinta A, 2001: 2). Menurut WHO, sanitasi lingkungan

adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang

mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi

perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia (Sri Winarsih,

2008: 1).

Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk

memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi

kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk penyehatan lingkungan fisik antara

lain penyediaan air bersih, mencegah terjadinya pencemaran udara, air dan

tanah serta memutuskan rantai penularan penyakit infeksi dan lain-lain yang

dapat membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia atau

masyarakat.

Page 29: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

17

2. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Mempengaruhi Kejadian Demam

Typoid

a. Sarana Air Bersih

1) Pengertian

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, ¾

bagian tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan

hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Tubuh orang dewasa sekitar

55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan

untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks

antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di

negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan

air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut,

yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu,

untuk keperluan minum dan masak air harus mempunyai persyaratan

khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 152).

Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian

air dikaitkan sebagai faktor perpindahan atau penularan penyebab

penyakit. Air membawa penyebab penyakit dari kotoran (feces)

penderita, kemudian sampai ke tubuh orang lain melalui makanan, susu

dan minuman. Air juga berperan untuk membawa penyebab penyakit

infeksi yang biasanya ditularkan melalui air yaitu typus abdominalis.

Manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci,

Page 30: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

18

kakus, produksi pangan, papan, dan sandang. Mengingat bahwa

berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat

manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih

bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air (Juli Soemirat,

2006: 108).

Setiap rumah tangga harus memiliki persediaan air bersih dalam

jumlah cukup, meskipun kebutuhan air bersih setiap rumah tangga

berbeda-beda. Di daerah yang padat penduduknya, kebutuhan sumber air

bersih tentu saja semakin banyak. Kebutuhan air bersih yang berasal dari

jenis sarana yang dianggap memenuhi persyaratan antara lain melalui

sistem perpipaan, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan

terlindung. Namun demikian untuk menjamin tersedianya air bersih

yang berkualitas secara berkala Departemen Kesehatan melakukan

pemantauan terhadap kualitas sampel air minum dari PDAM maupun air

bersih dari jenis sarana lainnya yang dilaksanakan secara berkala (Aliya

D.R, 2008: 5).

Di daerah endemik, air yang tercemar merupakan penyebab utama

penularan penyakit demam tifoid (Widoyono, 2011: 43). Sarana air

bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bersih bagi

penghuni rumah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari

sehingga perlu diperhatikan dalam pendirian sarana air bersih. Apabila

sarana air bersih dibuat memenuhi syarat teknis kesehatan diharapkan

tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka kualitas air yang

Page 31: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

19

diperoleh menjadi baik. Persyaratan kesehatan sarana air bersih sebagai

berikut:

1. Sumur Gali (SGL) : jarak sumur gali dari sumber pencemar minimal

11 meter, lantai harus kedap air, tidak retak atau bocor, mudah

dibersihkan, tidak tergenang, air, tinggi bibir sumur minimal 80 cm

dari lantai, dibuat dari bahan yang kuat dan kedap air, dibuat tutup

yang mudah dibuat.

2. Sumur Pompa Tangan (SPT) : sumur pompa berjarak minimal 11

meter dari sumber pencemar, lantai harus kedap air minimal 1 meter

dari sumur, lantai tidak retak atau bocor, SPAL harus kedap air,

panjang SPAL dengan sumur resapan minimal 11 meter, dudukan

pompa harus kuat Penampungan Air Hujan (PAH) : talang air yang

masuk ke bak PAH harus dipindahkan atau dialihkan agar air hujan

pada 5 menit pertama tidak masuk ke dalam bak.

3. Perlindungan Mata Air (PMA) : sumber air harus pada mata air,

bukan pada saluran air yang berasal dari mata air tersebut yang

kemungkinan tercemar, lokasi harus berjarak minimal 11 meter dari

sumber pencemar, atap dan bangunan rapat air serta di sekeliling

bangunan dibuat saluarn air hujan yang arahnya keluar bangunan,

pipa peluap dilengkapi dengan kawat kaca. Lantai bak harus rapat air

dan mudah dibersihkan,

4. Perpipaan : pipa yang digunakan harus kuat tidak mudah pecah,

jaringan pipa tidak boleh terendam air kotor, bak penampungan

Page 32: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

20

harus rapat air dan tidak dapat dicemari oleh sumber pencemar,

pengambilan air harus memalui kran (Lud Waluyo, 2009: 137).

2) Standar Kualitas Air Bersih

Dinegara maju, standar lebih ditekankan pada standar kimia, sedangkan

dinegara berkembang lebih ditekankan pada standar biologis. Di

Indonesia, Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Syarat Fisik : tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh

2. Syarat Kimia : Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung

racun , Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan , Cukup

yodium, pH air antara 6,5 – 9,2, Kadar besi maksimum yang

diperbolehkan 1,0 mg/ l,

3. Syarat Mikrobiologis : Tidak mengandung kuman-kuman penyakit

seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit

(Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990)

Sarana air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah

pentingnya berkaitan dengan kejadian demam tifoid. Prinsip penularan

demam typhoid adalah melalui fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau

urin penderita atau bahkan carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit)

yang masuk ke dalam tubuh melalui air dan makanan. Pemakaian air

minum yang tercemar kuman secara massal sering bertanggung jawab

terhadap terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).Di daerah endemik, air

Page 33: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

21

yang tercemar merupakan penyebab utama penularanpenyakit demam

tifoid (Widoyono, 2011: 43).

b. Sarana Pembuangan Tinja dan Urine

Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kedua jenis kotoran manusia

ini menyebabkan masalah yang sangat penting.. Pembuangan tinja secara

layak merupakan kebutuhan kesehatan yang diutamakan. Pembuangan tinja

yang tidak baik dan sembarangan akan dapat menimbulkan kontaminasi

pada air, tanah atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya

bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong Water borne diseases akan

mudah berjangkit. (Chandra, 2009: 52)

Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbukan oleh pembuangan

kotoran yang tidak baik adalah timbulnya polusi tanah, polusi air,

kontaminasi makanan dan berkembangbiakan lalat. Penyakit-penyakit yang

dapat ditimbulkan adalah tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, hepatitis

virus, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal serta infestasi parasit

lainnya. Penyakit-penyakit ini tidak hanya menjadi menimbulkan masalah

pada angka kesakitan, mortalitas, dan harapan hidup tetapi juga merupakan

penghalang tercapainya kemajuan dalam bidang social dan ekonomi.

(Chandra, 2009: 52)

Sarana pembuangan tinja yaitu tempat yang biasa digunakan untuk

buang air besar, berupa jamban. Jamban adalah suatu ruangan yang

mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit

Page 34: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

22

penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis-jenis jamban

yang digunakan :

a) Jamban Cemplung

Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi

menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran

kedasar lubang.

b) Jamban Tangki Septik/Leher Angsa

Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa

tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian

atau dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan

(Atikah Proverawati, 2012: 75). Pembuatan jamban atau kakus

merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan

membuat lingkungan tempat hidup yang sehat (Sri Winarsih, 2008: 41).

Menurut Atikah Proverasari (2012: 78), jamban sehat adalah jamban

yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Tidak mencemari sumber air bersih (jarak antara sumber air bersih

dengan lubang penampungan minimal 10 meter).

2. Tidak berbau.

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

4. Tidak mencemari tanah disekitarnya.

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

7. Penerangan dan ventilasi yang cukup.

Page 35: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

23

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

9. Tersedia air, sabun dan alat pembersih.

Dalam perencanaan pembuatan jamban, perhatian harus diberikan pada

upaya pencegahan keberadaan vektor perantara penyakit demam tifoid

yaitu pencegahan perkembang biakan lalat. Peranan lalat dalam

penularan penyakit melalui tinja (fekal-borne diseases) sangat besar.

Lalat rumah selain senang menempatkan telurnya pada kotoran kuda

atau kotoran kandang, juga senang menempatkannya pada kotoran

manusia yang terbuka dan bahan organik lain yang sedang mengalami

penguraian. Jamban yang paling baik adalah jamban yang tinjanya

segera digelontorkan ke dalam lubang atau tangki dibawah tanah.

Disamping itu, semua bagian yang terbuka ke arah tinja, termasuk

tempat duduk atau tempat jongkok, harus dijaga selalu bersih dan

tertutup bila tidak digunakan (Soeparman dan Suparmin, 2002: 51).

Pengelolaan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat dapat

menjadi sumber penularan penyakit yang mengancam kesehatan

masyarakat banyak. Oleh karena itu kotoran manusia perlu ditangani

dengan seksama (Depkes RI, 2006: 184).

c) Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah

tangga, industri dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang

membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air limbah,

maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan

Page 36: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

24

gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah

sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).

Keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar,

dengan bentuk SPAL yang tidak tertutup dibanyak tempat sehingga air

limbah menggenang ditempat terbuka berpotensi sebagai tempat

berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari aspek estetika (Soejadi,

2003).

Air limbah tidak mengandung ekskreta manusia dan dapat berasal dari

buangan kamar mandi, dapur, cuci pakaian dan lain-lain yang mungkin

mengandung mikroorganisme pathogen. (Chandra, 2009: 52)

d) Sarana Pembuangan Sampah

Sampah ialah suatu bahan atau benda yang terjadi karena berhubungan

dengan aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan

dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh

manusia (Kusnoputranto, 2000).

Penanganan sampah yang tidak baik dapat menimbulkan pencemaran

sebagai berikut (Hadiwiyoto, 1983):

1. Sampah dapat menimbulkan pencemaran pada udara, akibat gas-gas

yang terjadi dari penguraian sampah terutama menimbulkan bau yang

tidak sedap. Selain itu sampah mengakibatkan mengganggu penglihatan

yaitu suatu area yang kotor yang mencemari rasa estetika.

2. Tumpukan sampah yang menggunung dapat menimbulkan kondisi

lingkungan fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan dengan kondisi

Page 37: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

25

lingkungan normal. Pada umumnya hal tersebut menimbulkan kenaikan

suhu dan perubahan pH menjadi asam atau basa. Kondisi ini

mengakibatkan terganggunya kehidupan manusia dan makhluk lain di

lingkungan sekitarnya.

3. Kadar oksigen di area pembuangan sampah menjadi berkurang akibat

proses penguraian sampah menjadi senyawa lain yang memerlukan

oksigen yang diambil dari udara sekitarnya. Berkurangnya oksigen di

daerah pembuangan sampah menyebabkan gangguan terhadap makhluk

sekitarnya.

4. Dalam proses penguraian sampah dihasilkan gas-gas yang dapat

membahayakan kesehatan, berupa gas-gas yang beracun dan dapat

mematikan.

5. Sampah sangat berpotensi menjadi sumber penyakit yang berasal dari

bakteri patogen dari sampah sendiri serta dapat ditularkan oleh lalat,

tikus, anjing dan binatang lainnya yang senang tinggal di areal

tumpukan sampah.

Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah

harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup.

2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan

bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.

3. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian telah

terisi penuh.

Page 38: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

26

4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan

sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk

setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan

tunggu.

5. Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara yang mudah

dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang

terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan

sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

e) Pencemaran Udara

Polusi Udara atau pencemaran udara adalah masuknya komponen lain

ke dalam udara baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak

langsung maupun proses alam sehingga kualitas udara turun sampai

ketingkat tertentu yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi kurang

baik. (Chandra, 2009: 52)

C. Tinjauan Tentang Faktor Hygiene Perorangan

1. Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 562), higiene diartikan

sebagai ilmu yg berkenaan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk

mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Personal hygiene berasal dari

bahasa Yunani yaitu personal artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.

Higiene perorangan adalah tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah,

2006:78).

Page 39: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

27

Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa

kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan mencuci tangan dengan

sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum

makan. Peningkatan higiene perorangan adalah salah satu dari program

pencegahan yakni perlindungan diri terhadap penularan tifoid (Depkes RI,

2006: 49).

2. Faktor Higiene Perorangan yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid

a. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air Besar

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau

virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh

karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat

prioritas tinggi, walaupun hal tersebut sering disepelekan (Siti Fathonah,

2005: 12).]

Kegiatan mencuci tangan sangat penting untuk bayi, anak-anak, penyaji

makanan di restoran, atau warung serta orang-orang yang merawat dan

mengasuh anak. Setiap tangan kontak dengan feses, urine atau dubur

sesudah buang air besar (BAB) maka harus dicuci pakai sabun dan kalau

dapat disikat (Depkes RI, 2007: 49). Pencucian dengan sabun sebagai

pembersih, penggosokkan dan pembilasan dengan air mengalir akan

menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme

(Siti Fathonah, 2005: 12).

Page 40: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

28

b. Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang. Kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan. Pada umumnya ada

keengganan untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan sesuatu karena

dirasakan memakan waktu, apalagi letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan

mencuci tangan, sangat membantu dalam mencegah penularan bakteri dari

tangan kepada makanan (Depkes RI,2006: 208). Budaya cuci tangan yang

benar adalah kegiatan terpenting. Setiap tangan yang dipergunakan untuk

memegang makanan, maka tangan harus sudah bersih. Tangan perlu dicuci

karena ribuan jasad renik, baik flora normal maupun cemaran, menempel

ditempat tersebut dan mudah sekali berpindah ke makanan yang tersentuh.

Pencucian dengan benar telah terbukti berhasil mereduksi angka kejadian

kontaminasi dan KLB (Arisman, 2008: 175).

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:

1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu

harus sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun yang

berbentuk cairan.

2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.

3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari

dan kuku.

4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.

Page 41: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

29

6. Gunakan tisu /handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air

(Atikah Proverawati, 2012: 73).

Penularan bakteri Salmonella typhi salah satunya melalui jari tangan atau

kuku. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya

seperti mencuci tangan sebelum makan maka kuman Salmonella typhi dapat

masuk ke tubuh orang sehat melalui mulut, selanjutnya orang sehat akan

menjadi sakit (Akhsin Zulkoni, 2010: 43).

c. Kebiasaan Makan di Luar Rumah

Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella

thyphi, maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan

minuman yang mereka konsumsi. Penularan tifus dapat terjadi dimana saja

dan kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan di luar rumah

atau di tempat-tempat umum, apabila makanan atau minuman yang

dikonsumsi kurang bersih. Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut

disajikan oleh seorang penderita tifus laten (tersembunyi) yang kurang

menjaga kebersihan saat memasak. Seseorang dapat membawa kuman tifus

dalam saluran pencernaannya tanpa sakit, ini yang disebut dengan penderita

laten. Penderita ini dapat menularkan penyakit tifus ini ke banyak orang,

apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan makanan bagi banyak orang

seperti tukang masak di restoran (Addin A, 2009: 104).

Page 42: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

30

d. Kebiasaan Mencuci Bahan Makanan Mentah yang Akan Dimakan Langsung

Di beberapa negara penularan tifoid terjadi karena mengkonsumsi

kerangkerangan yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan, sayuran

mentah yang dipupuk dengan kotoran manusia (Dinkes Prov Jateng, 2006:

100). Bahan mentah yang hendak dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu

misalnya sayuran untuk lalapan, hendaknya dicuci bersih dibawah air

mengalir untuk mencegah bahaya pencemaran oleh bakteri, telur bahkan

pestisida (Anies, 2006: 97).

Buah dan sayuran segar merupakan satu-satunya kelompok makanan

yang sekaligus memiliki kadar air tinggi, nutrisi dan pembentukan sifat

basa. Oleh sebab itu, porsi sayuran dan buah-buahan segar sebaiknya

menempati persentase 60-70% dari seluruh menu dalam satu hari. Namun,

pada kombinasi makanan serasi sudah banyak terbukti bahwa buah-buahan

tidak pernah menimbulkan masalah jika cara mengkonsumsinya benar yaitu

dengan dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi

pestisida (Andang Gunawan, 2001: 68- 70). Buah dan sayur dapat

terkontaminasi oleh Salmonella typhi, karena buah dan sayur kemungkinan

dipupuk menggunakan kotoran manusia (James Chin, 2006: 647).

Page 43: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

31

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Penelitian

Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan

gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan

dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh salmonella

Typhosa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini hampir

selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sampai saat

ini, demam typoid masih merupakan masalah kesehatan, hal ini disebabkan oleh

Sanitasi lingkungan yang kurang memadai, penyediaan air minum yang tidak

memenuhi syarat, hygiene perorangan serta tingkat social ekonomi dan tingkat

pendidikan masyarakat yang kurang. (Rampengan, 2006 : 46)

Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau

mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan

penyakit tersebut (Hiasinta A, 2001: 2).

Higiene perorangan adalah tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2006:78).

Page 44: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

32

B. Alur Kerangka Pikir Penelitian

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Kejadian demam typoid berdasarkan

faktor sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan di RSUD Kota Kendari

D. Definisi Operasional dan Keriteria Objektif

1. Demam typoid yang dimaksud dalam penelitian ini adalah infeksi akut pada

usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan

pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang

disebabkan oleh Salmonella Typhosa yang terdiagnosa oleh dokter.

2. Sanitasi Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara dan

usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan mengendalikan

lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat

mengancam kelangsungan hidup manusia. Meliputi sarana air bersih, sarana

pembuangan tinja dan urine, sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan

Kejadian Demam Typoid

2. Hygiene Perorangan

1. Sanitasi Lingkungan

Page 45: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

33

sarana pembuangan sampah, Pengukuran tingkat sanitasi lingkungan diukur

dengan 10 pertanyaan jika jawaban benar nilai (1) dan jawaban salah nilai (0)

Keriteria obyektif :

a. Baik : Bila skor responden ≥ 60 %

b. Kurang Baik : Bila skor responden < 60 %

(Arikunto, 2006 : 344)

3. Hygiene Perorangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis. Meliputi kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air

besar, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, kebiasaan

makan diluar rumah, dan kebiasan mencuci bahan makanan mentah yang akan

dimakan langsung. Pengukuran tingkat hygiene perorangan diukur dengan 10

pertanyaan jika jawaban benar nilai (1) dan jawaban salah nilai (0)

Keriteria obyektif :

c. Baik : Bila skor responden ≥ 60 %

d. Kurang Baik : Bila skor responden < 60 %

(Arikunto, 2006 : 344)

Page 46: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kejadian

demam typoid berdasarkan faktor sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan di

RSUD Kota Kendari Tahun 2017.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Juli – 31 Juli 2017

2. Tempat

Penelitian dilaksanakan di Ruang Perawatan Lavender dan Mawar RSUD

Kota Kendari

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Hidayat (2007) Populasi merupakan seluruh subjek atau objek

dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini

adalah semua penderita demam typoid di Ruang Perawatan RSUD Kota

Kendari tahun 2016 bulan Januari – Desember yang berjumlah 145 pasien

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2012), sampel adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili. Dalam mengambil

Page 47: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

35

sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga

sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya.

Untuk menentukan sampel pada penelitian ini maka digunakan teori

yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012), dengan rumus sebagai berikut:

n = 𝑁

1+𝑁(𝑑)2

Keterangan:

N : Besar Populasi (Perawat di Ruang Penelitian)

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan / ketepatan 0,1 (10%) atau 0,05 (5%)

Dengan menggunakan rumus diatas dapat diambil jumlah sampel

sebagai berikut:

n = 𝑁

1+𝑁(𝑑)2

n = 145

1+145(0,1)2

n = 145

1+145(0,01)

n = 145

1+1,45

n = 145

2,45

n = 59,18 di bulatkan menjadi 59 orang

Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 59 orang

pasien yang menderita penyakit demam typoid diruang perawatan dan ruang

poli umum RSUD Kota Kendari.

Page 48: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

36

Menurut Riyanto (2010) Tehnik sampling adalah tehnik pengambilan

sampel dari populasi. Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Accidental

sampling, merupakan cara pengambilan sampel dengan mengambil responden

atau kasus yang kebetulan ada atau tersedia di tempat penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner yang dibuat dengan mengacu

pada kerangka konsep, berisi pertanyaan tentang sanitasi lingkungan dan hygiene

perorangan dengan kejadian demam typoid di Ruang Keperawatan Dan Poli

Umum RSUD Kota Kendari.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

dengan menggunakan quesioner yang telah dibuat oleh peneliti yang

meliputi data tentang sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan serta

data demografi responden.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data dokumentasi atau

rekam medik tentang jumlah penderita demam typoid di RSUD Kota

Kendari.

2. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

memberikan lembar permohonan menjadi responden, lembar persetujuan

Page 49: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

37

menjadi responden dan lembar quesioner pada pasien yang menderita demam

typoid di Ruang Keperawatan RSUD Kota Kendari

F. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari responden diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut:.

a. Editing

Seleksi data (editing) merupakan proses pemeriksaan data di lapangan

sehingga dapat menghasilkan data yang akurat untuk pengelolaan data

selanjutnya.

b. Coding

Pemberian kode (coding) yaitu memberikan kode pada setiap data

sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.

c. Skoring

Memberikan score pada data yang sudah didapatkan dari responden.

d. Tabulation

Pengelolaan data (tabulation) yaitu menyusun dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi setelah dilakukan perhitungan data secara manual.

G. Analisa Data

Untuk mendapatkan persentase hasil dari setiap responden sebagai objek

penelitian maka digunakan rumus sebagai berikut

X =𝑓

𝑛𝑥 𝐾

Keterangan :

Page 50: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

38

X = Nilai persentase yang diperoleh

f = Frekuensi variabel yang diamati

n = Jumlah sampel penelitian

K = Konstanta (100%) (Arikunto, 2006)

H. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi yang kemudian dinarasikan secara deskriptif (memaparkan) variabel

yang telah diteliti.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan

izin kepada instansi tempat penelitian dengan menekankan masalah etika

penelitian yang meliputi:

1. Informed consent, lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang

akan diteliti yang telah memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian.

2. Anonymity,(tanpa nama) untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 51: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

39

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis

RSUD Kota Kendari terletak di Kota Kendari, tepatnya di jalan

Brigjen Z.A. Sugianto No. 39 Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu

dengan luas lahan ±13.000 m2 dengan batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia.

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mokoau.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wua – Wua.

b. Sejarah Perkembangan RSUD Kota Kendari

Sebelum menempati gedung baru saat ini, RSUD Kota Kendari

berkedudukan di Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan

3.527 m2 dan luas bangunan 1.800 m2 yang merupakan gedung

peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927

dan telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu :

1) Dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1927.

2) Dilakukan rehabilitasi oleh pemerintahan Jepang (1942-1945).

3) Menjadi Rumah Sakit Tentara (1945-1960).

4) Menjadi RSU Kabupaten Kendari (1960-1989).

5) Menjadi Puskesmas Gunung Jati (1989-2002).

Page 52: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

40

6) Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota Kendari

oleh Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003.

7) Pada tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari dilakukan pembebasan

lahan seluas 13.000 m2 untuk relokasi rumah sakit dengan rencana

pembangunan bertahap dengan sumber anggaran APBD, TP, DAK dan

DPPIPD.

8) Pada tanggal 4 Desember 2011 RSUD Abunawas Kota Kendari resmi

menempati gedung baru yang terletak di jalan Brigjen Z.A. Sugianto

No.39 Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu.

9) Pada tanggal 12-14 Desember 2012 telah divisitasi oleh Tim Komite

Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil terakreditasi penuh

dengan 5 pelayanan (Administrasi dan Manajemen, Rekam Medik,

Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD).

c. Sarana dan Prasarana

Sarana gedung yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Ruangan

Rawat Inap Yaitu Ruang Lavender (Ruang Penyakit Dalam), Ruang

Mawar (Ruang Anak) dan Poli Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari.

.

Page 53: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

41

d. Status

RSUD Kota Kendari merupakan rumah sakit umum milik

pemerintah Kota Kendari. Rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit tipe C

dengan kapasitas tempat tidur 143 buah, menyelenggarakan pelayanan

pencegahan, pemeliharaan dan rehabilitasi secara komprehensif, bermutu

dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Untuk itu, RSUD Kota

Kendari semakin berbenah seiring dengan perkembangan zaman untuk

dikembangkan terus secara fisik, peralatan dan sumber daya manusia serta

menajemen yang bermutu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

e. Visi dan Misi

1) Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

Rumah Sakit Pilihan Masyarakat

2) Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

a) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan

pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh

masyarakat.

b) Mendorong masyarakat untuk memamfaatkan RSUD Kota

Kendari menjadi RS mitra keluarga

c) Meningkatkan SDM, sarana dan prasarana medis serta non medis

serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan

nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya serta masyarakat

pada umumnya.

Page 54: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

42

f. Motto dan Tugas Pokok

1) Motto Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

Senyum, Salam, Sapa, Santun, Sabar dan Empaty kepada setiap

pengguna jasa Rumah Sakit.

2) Tugas Pokok Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

a) Melaksanakan upaya kesehatan secara budaya guna dan berhasil

guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang

dilakukan secara narasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

b) Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan

rumah sakit.

2) Karakteristik Responden

a. Umur

Umur adalah usia dari responden pada saat penelitian dilaksanakan.

Distribusi umur responden disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur di Ruang

Perawatan RSUD Kota Kendari Tahun 2017

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah

f %

1 6 – 15 27 45,76 %

2 16 – 25 20 33,90 %

3 26 – 35 12 20,34 %

Jumlah 59 100

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Tabel 5.1 menunjukkan, bahwa dari 59 responden, yang tertinggi

adalah golongan umur 6 – 15 tahun yaitu 27 orang (45,76 %),

Page 55: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

43

kemudian golongan umur 16 – 25 tahun yaitu 20 orang dan golongan

umur 26 – 35 tahun yaitu 12 orang (20,34 %).

b. Jenis Kelamin

Karakteristik Jenis Kelamin responden pada saat penelitian

dilaksanakan. Disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang

Perawatan RSUD Kota Kendari Tahun 2017

No Jenis Kelamin Jumlah

f %

1 Laki-laki 34 57,63 %

2 Perempuan 25 42,37 %

Jumlah 59 100

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Tabel 5.2 menunjukkan, bahwa dari 59 responden yang terbanyak

adalah jenis kelamin Laki-laki yaitu 34 orang (57,63 %) sedangkan

jenis kelamin Perempuan yaitu 25 orang (42,37 %).

c. Pendidikan

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan responden di ruang

Perawatan dan Poli Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang

Perawatan RSUD Kota Kendari Tahun 2017

No Tingkat Pendidikan Jumlah

f %

1 SD 18 30,51 %

2 SMP 15 25,42 %

3 SMA 26 44,07 %

Jumlah 59 100

Page 56: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

44

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Tabel 5.3 menunjukkan, bahwa dari 59 responden yang terbanyak

adalah tingkat pendidikan menengah atas yaitu 26 orang (44,07 %),

kemudian tingkat pendidikan dasar yaitu 18 orang (30,51 %), dan

tingkat pendidikan menengah pertama yaitu 15 orang (25,42 %).

3) Variabel Penelitian

a) Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan

di RSUD Kota Kendari

Distribusi kejadian demam typoid berdasarkan faktor sanitasi

lingkungan di Ruang Perawatan, dan Poli Umum Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 5.4

Distribusi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi

Lingkungan di Ruang Perawatan RSUD Kota Kendari Tahun 2017

No Faktor Sanitasi Lingkungan Jumlah

f %

1 Baik 27 45,76 %

2 Kurang Baik 32 54,24 %

Jumlah 59 100

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Pada tabel 5.4 di atas menunjukkan dari 59 responden di Ruangan

Perawatan dan Poli Umum kejadian demam typoid berdasarkan faktor

sanitasi lingkungan yang kategori baik 27 orang (45,76 %), dan yang

kategori kurang baik 32 orang (54,24 %)

Page 57: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

45

b) Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Hygiene Perorangan

di RSUD Kota Kendari

Distribusi kejadian demam typoid berdasarkan faktor hygiene perorangan

di Ruang Perawatan, dan Poli Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 5.5

Distribusi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Hygiene

Perorangan di Ruang Perawatan RSUD Kota Kendari Tahun 2017

No Faktor Hygiene Perorangan Jumlah

f %

1 Baik 21 35,59 %

2 Kurang Baik 38 64,41 %

Jumlah 59 100

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Pada tabel 5.5 di atas menunjukkan dari 59 responden di Ruangan

Perawatan dan Poli Umum kejadian demam typoid berdasarkan faktor

hygiene yang kategori baik 21 orang (35,59 %), dan yang kategori

kurang baik 38 orang (64,41 %)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai ”Identifikasi Kejadian Demam

Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan di

RSUD Kota Kendari maka dapat dilakukan pembahasan

1. Kejadian demam typoid berdasarkan faktor sanitasi lingkungan di

RSUD Kota Kendari

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kejadian demam typoid di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, berdasarkan faktor sanitasi

Page 58: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

46

lingkungan yang kategori kurang baik 32 orang (54,24%). berdasarkan

karakteristik Usia paling banyak pada usia 6-15 tahun yaitu 13 orang

(40,63%), usia 16-25 tahun sebanyak 11 orang (34,37%), usia 26-35 tahun

sebanyak 8 orang (25%), Sedangkan berdasarkan karakteristik jenis kelamin

paling banyak Perempuan 18 orang (56,25%) dan Laki-laki 14 orang

(43,75%). Selanjutnya dari karakteristik Pendidikan yang paling banyak dari

pendidikan menengah atas (SMA) yaitu 16 orang (50%), selanjutnya

pendidikan menengah pertama (SMP) yaitu 9 orang(28,12%), dan pendidikan

sekolah dasar (SD) yaitu 7 orang (21,88%). Dari 59 responden semua

memiliki sumber air bersih tetapi hanya 26 orang (44, 07%) yang memenuhi

syarat kualitas air bersih dan 25 (42,37%) orang yang memiliki sumber air

bersih < 11 meter dari tempat penampungan tinja.

Menurut Pendapat Widoyono (2011:43), Di daerah endemik, air yang

tercemar merupakan penyebab utama penularan penyakit demam tifoid,

Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bersih

bagi penghuni rumah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari

sehingga perlu diperhatikan dalam pendirian sarana air bersih. Apabila sarana

air bersih dibuat memenuhi syarat teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi

pencemaran terhadap air bersih, maka kualitas air yang diperoleh menjadi

baik.

Hasil peneltian semua responden rata-rata menggunakan sumber air

bersih, tetapi beberapa sumber air bersih yang digunakan responden ada yang

tidak memenuhi syarat kualitas air bersih seperti airnya berbau, berasa,

Page 59: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

47

berwarna, dan berkeruh serta beberapa sumber air bersih yang mereka

gunakan berjarak <11 meter dengan septik tank sehingga asumsi saya bakteri

penyebab penyakit tifoid ini dapat masuk kedalam sumur melalui aliran air

dibawah tanah, sebaiknya responden harus lebih memerhatikan perawatan

sumur dengan baik agar tidak terjadi pencemaran yang dapat menyebabkan

penyakit dengan menguras sumur selama 6 bulan sekali dan memasangkan

penutup sumur agar dapat terhindar dari bakteri penyebab penyakit

Menurut Soeparman dkk (2002), tinja dapat menjadi perantara penyakit

menular yang biasanya dapat menyerang masyarakat. Proses pemindahan

kuman penyakit dari tinja sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat

melalui berbagai media perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah,

makanan serta sayuran. Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan

secara saniter akan memutuskan rantai penularan penyakit Kotoran manusia

yang ditampung pada suatu tempat penampungan kotoran yang selanjutnya

diserapkan ke dalam tanah atau diolah dengan cara tertentu tidak akan

menimbulkan bau dan tidak mencemari sumber air disekitarnya. Untuk

mengurangi pengaruh jamban dalam pengendalian pencemaran air salah

satunya yakni membuat jarak antara lubang penampungan dengan sumber air

minimal 11 meter (Lud Waluyo, 2009: 142).

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden mempunyai sarana

pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu mempunyai

jarak antara sumber air bersih dengan septic tank < 11 meter, masih terdapat

wc yang tidak menggunakan jamban leher angsa. dan pembuangan tinja yang

Page 60: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

48

bisa dijamah oleh lalat dan serangga. Padahal sarana pembuangan tinja yang

tidak memenuhi syarat dapat menjadi sumber penularan penyakit yang

mengancam kesehatan masyarakat banyak. Oleh karena itu kotoran manusia

perlu ditangani dengan seksama.

Kejadian demam typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari,

berdasarkan faktor sanitasi lingkungan yang kategori baik 27 orang (45,76%).

Adanya penderita demam typoid dengan sanitasi lingkungan yang baik hal ini

disebabkan sanitasi yang baik tidak menjamin seseorang akan terhindar dari

Demam typoid karena ada faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya

kasus demam typoid yaitu hygiene perorangan, tingkat social masyarakat dan

pengetahuan masyarakat yang kurang, Berdasarkan hasil peneltitian

menunjukkan beberapa responden memiliki sumber air bersih, memiliki

jamban yang memenuhi syarat kesehatan, tempat sampah yang tertutup dan

terhindar dari vektor pembawa penyakit yaitu lalat dan serangga. Tetapi disisi

lain menunjukkan faktor kebersihan diri yang kurang baik yaitu tidak mencuci

tangan sebelum makan, tidak mencuci tangan dengan sabun antimikroba

setelah buang air besar sehingga asumsi saya walaupun sanitasi lingkungan

baik tapi tidak diikuti dengan kebiasaan menjaga kebersihan diri maka resiko

terkena penyakit demam typoid akan tinggi.

2. Kejadian demam typoid berdasarkan faktor hygiene perorangan di

RSUD Kota Kendari

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 59 pasien diruangan

Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, menunjukkan bahwa

Page 61: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

49

kejadian demam typoid berdasarkan faktor hygiene perorangan yang kategori

kurang baik 38 orang (64,41%), berdasarkan karakteristik Usia paling banyak

pada usia 6-15 tahun yaitu 25 orang (65,79%), usia 16-25 tahun sebanyak 8

orang (21,05%), usia 26-35 tahun sebanyak 5 orang (13,16%),

Ini Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria Holly Herawati

(2007:170), prevalensi tifoid terbanyak pada kelompok umur 1-14 tahun dan

15-24 tahun. Determinan faktor umur ini dianggap dominan terhadap kejadian

demam tifoid. Apabila dicermati penyakit demam tifoid ini banyak diderita

anak usia sekolah, usia remaja dan dewasa muda, dimana kelompok ini

mempunyai kebiasaan ruang lingkup gerak yang tinggi, sehingga

dimungkinkan kelompok ini mengenal jajanan diluar rumah, sedangkan

tempat jajan tersebut belum tentu terjamin kebersihannya

Sedangkan berdasarkan karakteristik jenis kelamin paling banyak Laki-

laki 23 orang (60,53%) dan Perempuan 15 orang (39,47%). Hal ini dapat

disimpulkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor penyebab kejadian

Demam Tifoid dikaitkan bahwa laki-laki lebih sering melakukan aktivitas di

luar rumah yang memungkinkan laki-laki beresiko lebih besar terinfeksi

Salmonella typhi dibandingkan dengan perempuan.

Selanjutnya dari karakteristik Pendidikan yang paling banyak dari

pendidikan dasar (SD) yaitu 18 orang (47,37%), selanjutnya pendidikan

menengah atas (SMA) yaitu 11 orang (28,95%), dan pendidikan menengah

pertama (SMP) yaitu 9 orang (23,68%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa

faktor pendidikan mempengaruhi angka kejadian demam typoid karena

Page 62: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

50

semakin tinggi pendidikan maka akan semakin banyak pengetahuan tentang

kesehatan sehingga dapat menjaga personal hygiene dengan lebih benar.

Sebagaimana teori menurut Azwar A, (2005:10) pengetahuan dipengaruhi

oleh faktor pendidikan, semakin tinggi tingkatpendidikan, pengetahuan yang

didapatkan akan semakin banyak begitu pula sebaliknya, tetapi ini tidak

berlaku mutlak.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara sebagian besar responden

telah mencuci tangan dengan baik. Namun responden tidak mencuci tangan

sesuai dengan syarat mencuci tangan yang benar setelah buang air besar yaitu

tidak menggunakan sabun cair antimikroba sehingga tangan yang digunakan

untuk kontak dengan feses, apabila tidak dicuci dengan sabun, penggosokan

dan pembilasan dengan air mengalir maka partikel kotoran atau feses tersebut

yang mungkin mengandung Salmonella thypi dapat pindah ke makanan yang

kita makan. Oleh karena itu responden sebaiknya harus memiliki kesadaran

untuk mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum mengonsumsi

makanan dengan benar agar kotoran atau feses yang mengandung

mikroorganisme pathogen tidak ditularkan melalui tangan ke makanan

Menurut pendapat Addin A (2009: 104), yang menyatakan bahwa

penularan tifus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, biasanya terjadi

melalui konsumsi makanan di luar rumah atau di tempat-tempat umum,

apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Dapat juga

disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh seorang penderita tifus

laten (tersembunyi) yang kurang menjaga kebersihan saat memasak. Dapat

Page 63: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

51

juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh seorang penderita

tifus laten (tersembunyi) yang kurang menjaga kebersihan saat memasak.

Seseorang dapat membawa kuman tifus dalam saluran pencernaannya tanpa

sakit, ini yang disebut dengan penderita laten. Penderita ini dapat menularkan

penyakit tifus ini ke banyak orang, apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan

makanan bagi banyak orang seperti tukang masak di restoran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan sebagian

besar responden memiliki kebiasaan makan diluar rumah. Padahal

kebanyakan makanan siap saji atau makanan warung biasanya banyak

mengandung penyedap rasa dan kehigienisan yang belum terjamin,

dibandingkan dengan memasak makanan sendiri di rumah yang lebih

memperhatikan kebersihan dalam mengolah makanan. Oleh karena itu untuk

memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella thyphi, maka setiap individu

harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi.

Menurut Sri Winarsih (2008: 29), sebelum diolah bahan makanan seperti

daging, ikan, telur, sayur, dan buah, harus dicuci bersih. Lebih-lebih pada

makanan yang akan dikonsumsi langsung atau mentah. Bahan-bahan hewani

seringkali mengandung kuman patogen sedangkan buah dan sayur seringkali

mengandung pestisida atau pupuk. Oleh karena itu lakukan pencucian dengan

air bersih dan mengalir

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan sebagian

besar responden telah mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan

langsung dengan baik. Namun masih terdapat responden yang mempunyai

Page 64: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

52

kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan langsung

dengan kurang baik. Hal ini karena responden tidak mencuci buah-buahan dan

sayuran mentah sebelum di makan, sedangkan buah dan sayur seringkali

mengandung pestisida atau pupuk yang berasal dari kotoran manusia. Namun

sayuran mentah dan buah-buahan tidak akan menimbulkan masalah jika cara

mengkonsumsinya benar yaitu dengan dicuci bersih untuk menghilangkan

kotoran dan mengurangi pestisida. Untuk itu sebaiknya responden lebih

meningkatkan kesadaran mencuci bahan makanan mentah yang akan dimakan

langsung sehingga bakteri Salmonella thypi yang mungkin terdapat pada

buah-buahan dan sayuran mentah tersebut dapat dihilangkan melalui

pencucian yang benar.

Kejadian demam typoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari,

berdasarkan faktor hygiene perorangan yang kategori baik 21 orang (35,59%).

Adanya penderita demam typoid dengan hygiene perorangan yang baik hal ini

disebabkan hygiene perorangan yang baik tidak menjamin seseorang akan

terhindar dari Demam typoid karena ada faktor lain yang dapat menyebabkan

terjadinya kasus demam typoid yaitu sanitasi lingkungan, tingkat social

masyarakat dan pengetahuan masyarakat yang kurang Sesuai dengan pendapat

Rampengan yaitu Sampai saat ini, demam typoid masih merupakan masalah

kesehatan, hal ini disebabkan oleh kesehatan lingkungan yang kurang

memadai, penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat serta tingkat

social ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang kurang. (Rampengan,

2006 : 46)

Page 65: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

53

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan sebagian

responden telah melakukan cuci tangan dengan benar setelah BAB dan

Sebelum makan, juga memiliki kebiasaan mencuci bahan makanan mentah

yang akan dimakan langsung dengan baik yaitu mencuci buah-buahan dan

sayuran mentah yang dibeli di pasar sebelum di makan.

Ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh James Chin (2006: 647)

yaitu buah dan sayur dapat terkontaminasi oleh Salmonella typhi, karena buah

dan sayur kemungkinan dipupuk menggunakan kotoran manusia. Namun

sayuran mentah dan buah-buahan tidak akan menimbulkan masalah jika cara

mengkonsumsinya benar yaitu dengan dicuci bersih untuk menghilangkan

kotoran dan mengurangi pestisida (Andang Gunawan, 2001: 70).

Page 66: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

54

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 19 Juli sampai

dengan 31 Juli 2017 tentang identifikasi kejadian demam typoid berdasarkan

faktor sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan di RSUD Kota Kendari

kesimpulannya, yakni:

1. Kejadian demam typoid berdasarkan faktor sanitasi lingkungan di RSUD

Kota Kendari menunjukkan dari 59 responden, yang kategori baik 27 orang

(45,76%) dan yang kategori kurang baik 32 orang (54,24%),

2. Kejadian demam typoid berdasarkan faktor hygiene perorangan di RSUD

Kota Kendari menunjukkan dari 59 responden, yang kategori baik 21 orang

(35,59%) dan yang kategori kurang baik 38 orang (64,41%),

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka disarankan:

1. Untuk RSUD Kota Kendari sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk

melaksanakan perencanaan kesehatan dan keperawatan kepada penderita

demam typoid dalam pencegahan terjadinya demam typoid dan penularannya.

2. Untuk peneliti sebagai bahan tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian.

3. Untuk Institusi Poltekkes Kemenkes Kendari sebagai tambahan kepustakaan

dan sebagai bahan tambahan informasi tentang Kejadian Demam Typoid

Page 67: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

55

Berdasarkan Faktor Sanitasi lingkungan dan Hygiene Perorangan di RSUD

Kota Kendari Tahun 2017.

4. Untuk masyarakat sebagai bahan informasi tentang Kejadian Demam Typoid

Berdasarkan Faktor Sanitasi lingkungan dan Hygiene Perorangan di RSUD

Kota Kendari Tahun 2017

Page 68: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

DAFTAR PUSTAKA

Addin A, 2009. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Bandung: PT. Puri

Delco

Akhsin Zulkoni, 2010. Parasitologi, Yogyakarta: Nuha Medika.

Anies, 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media

Konputindo.

Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka

Cipta.

Arisman, 2008. Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.

Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012. Perilaku Hidup Bersih & Sehat

(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika.

Chandra Budiman, 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid, Jakarta: Direktorat Jendral

PP & PL.

Hidayat, A.Aziz.Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.Aziz.Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:

Salemba Medika.

James Chin, 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: C.V Info

Medika

Kurniasih. 2016. Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Penyakit Typhoid

Pada Anak Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Pada Tahun

2016. Skripsi. Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah

Ciamis.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Notoatmojo, S. 2011. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Page 69: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Purba, Ivan, Elisabeth. Juni 2016. “Program Pengendalian Demam Typoid di

Indonesia: Tantangan dan Peluang”. Media Litbankes. Volume 26, No.2,

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/5447. 16 April

2016

Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC

Sadulloh, dkk. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta

Siti Fathonah, 2005. Higiene dan Sanitasi Makanan, Semarang: UNNES Press.

Tarwoto dan Wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Jakarta: Salemba Medika.

Page 70: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

SURAT PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth, Responden Penelitian

Di

Tempat

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :

Nama : Mujiono

NIM : P00320014030

Sebagai mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan,

bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul : “Identifikasi Kejadian

Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan Hygiene

Perorangan di RSUD Kota Kendari Tahun 2017”

Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon pada anda berhak untuk

menyetujui atau menolak menjadi responden. Namun apabila anda setuju, anda di

minta kesediannya untuk menandatangani surat persetujuan responden. Atas

partisipasi dan kesediaannya menjadi responden, saya mengucapkan terima kasih.

Kendari, Juli 2017

Peneliti,

Mujiono

Lampiran 1

Page 71: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

( INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Kendari Jurusan Keperawatan dengan judul, “Identifikasi Kejadian Demam Typoid

Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan Hygiene Perorangan di RSUD

Kota Kendari Tahun 2017”

Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini

dengan suka rela tanpa paksaan manapun, semoga dapat di pergunakan sebagaimana

mestinya.

Kendari, Juli 2017

Responden,

(..................................)

Page 72: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

LEMBAR KUESIONER

IDENTIFIKASI KEJADIAN DEMAM TYPOID BERDASARKAN FAKTOR

SANITASI LINGKUNGAN DAN HYGIENE PERORANGAN DI RSUD

KOTA KENDARI

No Urut : Hari Tanggal :

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Alamat :

Ruangan :

B. Petunjuk :

1. Pertanyaan berikut ini adalah mengenai sanitasi lingkungan dan hygiene

perorangan

2. Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya

a) Sanitasi Lingkungan

Pertanyaan Kategori

Ya Tidak

1. Apakah dirumah, menggunakan sumber air bersih

seperti dibawah ini:

Sumur Gali

Sumur Pompa Tangan

Perlindungan Mata Air

Perpipaan (PDAM)

2. Apakah air bersih yang digunakan memenuhi syarat

kualitas air bersih yaitu :

Tidak Berbau

Tidak Berasa

Tidak Berwarna,

Tidak Keruh

3. Apakah jarak air bersih yang digunakan dengan

sumber pencemar (Septik Tank / SPAL) ≥ 11 meter

4. Apakah dirumah menggunakan jamban Leher angsa

Lampiran 3

Page 73: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

2

?

5. Apakah diwc tersedia air, sabun dan alat pembersih

kamar mandi ?

6. Apakah tempat pembuangan tinja tidak dapat

dijamah oleh serangga dan tikus ?

7. Apakah saluran pembuangan air limbah (SPAL)

tertutup dan tidak dibuang dihalaman terbuka ?

8. Apakah saluran pembuangan air limbah lancar dan

tidak tersumbat ?

9. Apakah dirumah terdapat tempat sampah yang

tertutup yang tidak bisa dijamah oleh lalat dan tikus

?

10. Apakah sampah selalu dibuang 1 x 24 jam atau

sebelum sampah menumpuk ?

b) Hygiene Perorangan

Pertanyaan Kategori

Ya Tidak

1. Apakah anda selalu mencuci tangan setelah buang

air besar?

2. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun anti

mikroba setelah buang air besar ?

3. Apakah anda selalu mencuci tangan setelah buang

air kecil ?

4. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun anti

mikroba setelah buang air kecil ?

5. Apakah anda selalu mencuci tangan sebelum

mengonsumsi makanan ?

6. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun anti

mikroba sebelum mengonsumsi makanan ?

7. Apakah dirumah terdapat penutup makanan di atas

meja ?

8. Apakah anda tidak pernah jajan makanan diluar

rumah ?

9. Apakah jika anda makan diluar rumah selalu

memperhatikan kebersihan dari tempat makanan ?

10. Apakah anda selalu mencuci bahan makan mentah

seperti buah-buahan sebelum dimakan langsung ?

Page 74: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

3

Page 75: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

4

Page 76: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 77: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 78: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 79: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 80: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

DOCUMENTASI

Page 81: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 82: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 83: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 84: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 85: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 86: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 87: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1

Page 88: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-kdi.ac.id/328/1/PDF.pdf · vi ABSTRAK Mujiono (P00320014030), Identifikasi Kejadian Demam Typoid Berdasarkan Faktor Sanitasi Lingkungan dan

1