Upload
noronha12
View
926
Download
65
Embed Size (px)
DESCRIPTION
karya ilmiah
Citation preview
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah. Otonomi
yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah
daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh
pengaturan pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Lahirnya otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya finansial yang cukup
memadai guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali dan
mengelola sumber- sumber pendapatan daerahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan
ketentuan pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur sumber-sumber
pendapatan daerah, yang terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu terdiri dari:
a) Hasil pajak daerah
b) Hasil retribusi daerah
c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
e) Dana Perimbangan
2. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pendapatan Asli Daerah yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah
pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan
dengan PAD dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber
daya alam yang berupa objek wisata. Pemerintah daerah menyadari bahwa sektor
pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan
daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD.
Bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional.
Kenyataan ini lebih terasa di era globalisasi sekarang. Sektor ini dicanangkan
selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup handal, juga
merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong
perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini, pemerintah berusaha
keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung ke arah kemajuan
sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan
mengembangkan objek-objek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi
wisatawan. Dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya
kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Pembangunan
kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor
pembangunan lainnya serta antara berbagai usaha kepariwisataan yang kecil,
menengah dan besar agar saling menunjang.
Pembangunan sektor pariwisata, dapat memberi peluang bagi investor untuk
menanamkan modalnya dalam rangka perluasan dan meningkatkan mutu pelayanan
bidang kepariwisataan daerah. Oleh sebab itu perlu peningkatan efisiensi pola kerja
pemerintah dalam perencanaan pembangunan agar pengusaha dapat mengantisipasi
kenaikan pajak dan retribusi, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi
pembangunan ekonomi daerah.
Pemerintah daerah dan pengusaha adalah dua kelompok yang paling
berpengaruh dalam menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah
daerah mempunyai kelebihan dan keterbatasan, begitu pula pengusaha. Pemerintah
daerah mempunyai kesempatan membuat berbagai peraturan, menyediakan
berbagai sarana dan peluang, serta membentuk pola pikir publik. Pengusaha
mempunyai kreatifitas mengenali kebutuhan publik dan dengan inisiatifnya,
memenuhi kebutuhan itu. Aktivitas memenuhi kebutuhan itu membuat roda
perekonomian berputar, menghasilkan gaji dan upah bagi pekerja dan pajak bagi
pemerintah. Dan dengan pajak, pemerintah daerah berkesempatan membentuk
kondisi agar perekonomian daerah tetap stabil dan berkembang lebih lanjut ke arah
yang lebih baik.
Kebijakan pembangunan dari sektor pariwisata oleh pemerintah daerah
dapat memberi peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya dalam rangka
perluasan dan meningkatkan mutu pelayanan di bidang pariwisata khususnya pada
daerah Kota Kupang. Sehingga pembangunan daerah dapat berkembang akibat dari
peningkatan kualitas sektor pariwisata yang berimplikasi pada pandapatan perkapita
penduduk dan peningkatan pandapatan asli daerah.
Kota Kupang sebagai Ibu kota Propinsi NTT, Ibu kota Kabupaten Kupang
dan Ibu kota Kota Kupang, menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian. Kota
Kupang memiliki keunggulan sebagai pintu masuk dan juga merupakan tempat
transit wisatawan asing karena letaknya berbatasan langsung dengan dua negara.
Oleh karena itu pemerintah Kota Kupang dengan berbagai keterbatasan terus
berbenah diri untuk menciptakan Kota Kupang sebagai Kota Kasih yang indah dan
menarik untuk selalu dikunjungi, terutama dengan menata dan mengelola objek
wiasata yang ada. Kota Kupang memiliki berbagai objek wisata yang dapat
dinikmati seperti Pantai Lasiana, Pantai Teluk Kupang, Pantai Flobamora, Gua
Monyet dan lain sebagainya.
Objek wisata yang ada di Kota Kupang dikelola oleh pemerintah daerah dan
sebagian oleh pihak swata, namun pemerintah tetap mempunyai
kontrol/pengendalian terhadap pengelolaan objek wisata oleh pihak swasta. Semua
objek wisata baik yang dikelolah oleh pemerintah maupun oleh swasta memberikan
keuntungan bagi pemerintah daerah dari pajak dan retribusi. Dengan kekayaan
objek wisata tersebut diharapkan dapat meningkatkan PAD yang akhirnya dapat
mendukung meningkatnya pembangunan ekonomi daerah. Oleh karena itu peran
sektor pariwisata juga sangat penting guna peningkatan PAD.
Keberadaan objek-objek wisata tersebut akan kurang berdaya guna apabila
Pemerintah Daerah Kota Kupang sebagai pihak pengelola tidak berupaya untuk
mengelolanya dengan baik. Dalam hal ini terutama faktor-faktor penunjang objek
wisata seperti daya tarik, sarana dan prasarana serta promosi. Dengan pengelolaan
yang baik, maka dapat meningkatkan pendapatan asli daerah yaitu berupa retribusi.
Tabel berikut menunjukkan data penerimaan retribusi Pantai Lasiana.
Tabel 1.
Data Perkembangan Penerimaan Retribusi Objek Wisata Pantai Lasiana
Tahun 2008-2010
No Tahun Anggaran
Realisasi %PAD (Rp) ObjekWisata
(xRp000)1
2008 50,680,040,757 52,667 0.1042
2009 41,958,120,196 50,272 0.1193
2010 58,977,340,693 111,600 0.189Rata-Rata
0.137Sumber Data : Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Kupang, agustus 2010
Data di atas menunjukkan bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi
rata-rata sebesar 0,137% pertahun. Kontibusi pariwisata dari tahun ke tahun terus
meningkat yaitu 0,104 % dalam tahun anggaran 2007 naik menjadi 0,119% dalam
tahun anggaran 2008 kemudian mengalami peningkatan lagi yakni 0,189% dalam
tahun anggaran 2009. Namun kenaikan tersebut masih jauh dari harapan, sebab
kontribusi yang diberikan masih sangat kecil.
Kondisi yang digambarkan di atas menunjukkan bahwa ada beberapa faktor
yang sangat berperan dalam pengembangan industri pariwisata daerah yang
seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah yaitu :sumber daya manusia,
partisipasi masyarakat, promosi, dan sarana prasarana pariwisata
Keempat faktor di atas merupakan faktor pendukung dalam rangka
pengembangan industri pariwisata kota yang dalam kenyataannya belum menjadi
fokus perhatian pemerintah daerah dalam menentukan langkah-langkah untuk
pembenahan serta mengembangkan pariwisata yang ada. Tujuan pengembangan
industri pariwisata daerah dapat tercapai apabila keempat faktor tersebut
dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Pada kenyataannya pemerintah
Kota Kupang belum sepenuhnya memperhatikan keempat faktor penunjang di atas.
Kondisi ini sebagaimana yang kita lihat bahwa pemerintah kurang mempromosikan
objek wisata yang ada terutama kepada wisatawan, sarana prasarana yang ada
kurang mendapat perhatian. Hal ini sangat beralasan karena daya tarik suatu objek
wisata juga tergantung pada seberapa besar objek wisata tersebut dikenal oleh
masyarakat umum serta dukungan sarana dan prasarana yang baik yang dapat
memberikan kenyamanan tersendiri. Selain itu minimnya sumber daya manusia dan
dukungan masyarakat masih menjadi kendala tersendiri sehingga pengelolaan objek
wisata tersebut mengalami hambatan yang berdampak pada kecilnya sumbangan
sector pariwisata terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Hanya saja perlu
disadari bahwa pengembangan pariwisata sebagai industri memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Terlebih dengan mulai diterapkannya otonomi daerah, maka pola
perencanaan yang terpadu mutlak diperlukan sebelum mulai dengan pengembangan
industri pariwisata.
Melihat latar belakang masalah yang ada maka menarik bagi penulis untuk
mengambil judul : “Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Kupang”.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari latar belakang masalah di atas adalah: Sejauhmana peran
sumber daya manusia, partisipasi masyarakat, promosi dan sarana prasaran pariwisata
untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Kupang?
C. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah :
untuk mengetahui sejauhmana peran sumber
b. Manfaat
Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi pemerintah
Kota Kupang dalam upaya memberdaya sektor pariwisata yang ada.
b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti
permasalahan yang sama.
KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA KUPANG
Sebagai landasan berpijak maka tinjauan pustaka ini bertujuan untuk
memberikan kerangka dasar pemikiran guna membahas, mengkaji dan menganalisis
tujuan dalam tulisan ini. Oleh karena itu penulis memaparkan kerangka dasar sebagai
pedoman/acuan dalam memecahkan permasalaha tersebut sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah
Pengertian pendapatan (revenues) berbeda dengan income. Revenues
merupakan pendapatan yang belum dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh
pendapatan tersebut, sedangkan Income adalah pendapatan yang telah dikurangi
dengan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan-pendapatan itu. Income lebih
tepat diterjemahkan sebagai penghasilan.
Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Sumber Pendapatan Asli
Daerah terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Dari ketentuan pasal tersebut di atas, maka pendapatan daerah dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu :
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Pendapatan Non Asli Daerah
Sampai saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan
yang berasal dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah, retribusi
daerah, BUMD, dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga.
a. Pajak Daerah
Pajak daerah termasuk sumber keuangan pokok bagi daerah di
samping retribusi daerah. Pajak adalah iuran masyarakat kepada pemerintah
berdasarkan undang-undang yang berlaku, guna membiayai pengeluaran
pemerintah yang prestasinya kembali, tidak dapat ditunjuk secara langsung
tetapi pelaksanaannya dapat dipaksakan. (Ibnu Syamsi, 1994: 201) Sedangkan
pajak daerah itu sendiri menurut UU No. 34 Tahun 2000 adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan.
Selanjutnya pada pasal 2 ayat (2) UU No 34 Tahun 2000, jenis pajak
kabupaten atau kota terdiri dari:
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g) Pajak Parkir
Dari jenis pajak di atas, Kabupaten atau Kota dapat tidak memungut
salah satu dari beberapa jenis pajak yang telah ditentukan apabila potensi
pajak di daerah Kabupaten atau Kota tersebut dipandang kurang memadai.
b. Retribusi Daerah
Di samping pajak daerah, sumber pendapatan daerah dapat diperoleh
melalui retribusi. Ibnu Syamsi (1994:201) mendefinisikan retribusi sebagai
berikut :
Retribusi adalah iuran dari masyarakat tertentu (orang-orang tertentu)
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang prestasinya dikembalikan
ditunjuk secara langsung, tetapi pelaksanaannya tidak dapat dipaksakan
meskipun tidak mutlak.
Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi (PERDA Kota Kupang No.12/2007).
Sedangkan menurut PP No.38 Tahun 2007, retribusi dibagi dalam 3
golongan yaitu:
a) Golongan Retribusi Jasa Umum
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte
Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
b) Golongan Retribusi Jasa Usaha
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7) Retribusi Penyedotan Kakus
8) Retribusi Rumah Potong Hewan
9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
10) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
11) Retribusi Penyeberangan di Atas Air
12) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
c) Golongan Retribusi Perizinan Tertentu
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
c. Perusahaan Daerah
Pemerintah daerah juga diberikan hak untuk mengelola perusahaan
sendiri sebagai salah satu sumber pendapatannya, yang disebut perusahaan
daerah (Perusda). Prinsip pengelolaan daerah haruslah bersifat profesional dan
berpegang teguh pada prinsip-prinsip ekonomi secara umum yaitu efisien.
Secara umum perusahaan daerah merupakan suatu badan usaha yang
dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan perekonomian dan untuk
menambah penghasilan daerah. Dari kutipan ini tergambar dua fungsi pokok
yaitu sebagai dinamisator perekonomian daerah yang berarti harus mampu
memberikan rangsangan bagi berkembangnya perekonomian daerah dan
sebagai penghasil pendapatan daerah. Salah satu maksud didirikannya
perusahaan daerah adalah didasarkan pada pelayanan dan pemberian jasa
kepada masyarakat. Namun demikian tidak berarti bahwa perusahaan daerah
tidak dapat memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah. Perusahaan
daerah mempunyai dua fungsi yang berjalan secara bersamaan, dimana satu
pihak dituntut untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi sosial, yaitu
memberikan pelayanan dan jasa kepada masyarakat dan dipihak lain
perusahaan daerah menjalankan fungsi ekonomi yaitu memperoleh
keuntungan dan kinerjanya. Keuntungan inilah yang diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi Pendapatan Asli Daerah. Semakin banyak
perusahaan daerah yang dikelola oleh daerah, maka semakin banyak
pendapatan daerah yang didapatkan dari sektor ini. Oleh karena itu diperlukan
penanganan yang baik serta profesional dalam menjalankan perusahaan
daerah.
d. Lain-lain Hasil Usaha Daerah Yang Sah
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah selain pajak, retribusi dan
perusahaan daerah maka daerah berhak mendapatkan sumber daerah itu
sendiri. Lain-lain usaha daerah yang sah merupakan usaha daerah (bukan
usaha perusahaan daerah) dapat dilakukan oleh suatu aparat Pemerintah
Daerah (dinas) yang dalam kegiatannya menghasilkan suatu barang atau jasa
yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dengan ganti rugi. Usaha daerah
sebagai sumber pendapatan daerah harus disetorkan kepada kas daerah dan
diatur dalam peraturan daerah. Dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
Kabupaten/ kota melakukan berbagai upaya terobosan dalam peningkatan
perolehan Pendapatan Asli Daerah, sebab faktor dana sangat menentukan
lancar tidaknya suatu pemerintah daerah. Pelayanan kepada masyarakat akan
terlambat akibat terbatasnya kemampuan dalam bidang pendanaan. Dengan
terbatasnya sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak banyak yang dapat
dilakukan dalam memberikan pelayanan maupun kemudahan bagi
masyarakat.
2. Pariwisata
Guyer Freuler (dalam. Yoeti,1996 : 115) merumuskan pariwisata sebagai
fenomena dari jaman yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
penantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap
keindahan alam.
Yoeti (1996 : 118) merumuskan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat
lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan beraneka ragam.
Robert MC Intosh dan skashikant Gupta ( Pendit, 2003 : 34) menjelaskan
pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam
proses menarik dan melayani wisatawan – wisatawan serta para pengunjung
lainnya.
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan yang dimaksud dengan :
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin
yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pengusaha.
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut
Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada
dalam satu atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata.
Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok
orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.
Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata.
Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi,
sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Membicarakan indusri pariwisata tentunya juga tidak terlepas dari
membicarakan batasan pengertian pariwisata itu sendiri. Pengertian istilah
"Pariwisata" perlu di kemukakan karena istilah tersebut tidak selalu memberikan
anti maupun ruang lingkup yang sama.
Menurut definisi yang bersifat umum, pariwisata adalah keseluruhan
kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan
melayani kebutuhan wisatawan. Pariwisata berarti perpindahan orang untuk
sementara (dan) dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di
mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan mereka selama tmggal di
tempat tujuan-tujuan itu.
Menurut ketentuan perundangan di Indonesia yang dimaksud dengan
pariwisata adalah ‘segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan-pengusahaan obyek dan Jaya tarik wisata Berta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
Pariwisata sebagai industri atau lebih dikenal dengan istilah "Industri
Pariwisata" belum dijumpai batasan pengertiannya dalam peraturan perundangan
di Indonesia. Namun demikian para ahli kepariwisataan telah merumuskan
pengertian tentang industri pariwisata.
Industri pariwisata adalah keseluruhan rangkaian dan usaha menjual
barang dan jasa yang diperlukan wisatawan, selama is melakukan perjalanan
wisata sampai kembali ketempat asalnya. Industri pariwisata dalam pengertian
yang lain ialah industri yang berupa seluruh kegiatan pariwisata yang utuh.Dan
batasan pengertian tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa pariwisata sebagai
industri di sini dapat dipahami dengan memberikan gambaran mengenai
komponen-komponen kepariwisataan dalam industri tersebut yang saling terkait
satu dengan yang lain. Jadi komponen-komponen kepariwisataan tersebut tidak
dapat berdiri sendiri, namun merupakan rangkaian jasa yang kait mengait yang
dihasilkan industri-industri Lain, misalnya: industri kerajinan, perhotelan,
angkutan dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa industri
pariwisata mempunyai ciri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri khusus mengenai industri
pariwisata yaitu sebagai berikut:
1) Produk pariwisata tidak dapat disimpan atau dipindahkan;
2) Permintaan akan produk pariwisata sangat tergantung pads musim (highly
seasonal);
3) Permintaan dipengaruhi oleh faktor luar dan pengaruh yang tidak dapat
atau sulit diramalkan (unpredictable influences). Misalnya, perubahan dalam
nilai kurs valuta, ketidaktentraman politik, dan perubahan cuaca dapat
mempengaruhi permintaan;
4) Permintaan tergantung pada banyak motivasi yang rumit. Ada lebih dan
satu alasan mengapa para wisatawan manca negara melakukan perjalanan ke
luar negeri;
5) Pariwisata sangat elastis akan harga dan pendapatan. Permintaan sangat
dipengaruhi oleh perubahan yang relatif kecil dalam harga dan pendapatan.
Kalau harga atau pendapatan naik atau turun perubahan tersebut sangat
mempengaruhi konsumsi jasa jasa pariwisata.
3. Kontribusi Industri Pariwisata terhadap Pendapatan Asli
Daerah Dalam Menunjang Otonomi Daerah
Bagi Indonesia, industri pariwisata merupakan suatu komoditi prospektif
yang di pandang mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional,
sehingga tidak mengherankan apabila Indonesia menaruh perhatian khusus
kepada industni pariwisata. Hal ini lebih diperkuat dengan adanya kenyataan
bahwa Indonesia memiliki potensi slam dan kebudayaan yang cukup besar yang
dapat dijadikan modal bagi pengembangan industni pariwisatanya. Salah satu
tujuan pengembangan kepariwisataan di Indonesia adalah untuk meningkatkan
pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada
umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-
kegiatan industri-industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.
Dahliana Hasan (Mimbar Hukum 2000, II(34)) dalam artikelnya
menjelaskan, di Indonesia pengembangan industni pariwisata masuk dalam skala
prioritas khususnya bagi daerah-daerah yang miskin akan somber daya alam.
Sesuai dengan pernyataan. International Union Of Official Travel Organization
(Iuoto) dalam konferensi di Roma tahun 1963 bahwa pariwisata adalah penting
bukan saja sebagai sumber devisa, tetapi juga sebagai faktor yang menentukan
lokasi industri dan dalam perkembangan daerah-daerah yang miskin dalam
sumber-sumber alam. Ini menunjukkan bahwa pariwisata sebagai industni jasa
mempunyai andil besar dalam mendistribusikan pembangunan ke daerah-daerah
yang belum berkembang. Penyerahan kewenangan tersebut disertai juga dengan
penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Merupakan
konsekuensi logis bagi daerah dengan adanya penerapan otonomi daerah maka
segala sesuatu yang bersifat operasional dilimpahkan kepada daerah.
Sehubungan dengan penerapan otonomi daerah maka segala sesuatu yang
menyangkut pengembangan industri pariwisata meliputi pembiayaan, perizinan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi wewenang daerah untuk
menyelenggarakannya. Dengan demikian masing-masing daerah dituntut untuk
lebih mandiri dalam mengembangkan obyek dan potensi wisatanya, termasuk
pembiayaan promosinya.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi
berasal dan pendapatan asli daerah, dana perimbangan, daerah dan lain-lain
penerimaan yang sah. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber
keuangan daerah yang digali dan dalam wilayah daerah yang bersangkutan terdiri
dari hasil pajak daerah, basil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Dilihat dari sisi PAD maka ada beberapa daerah di Indonesia yang miskin
akan sumber daya alam sehingga tidak dapat mengandalkan PAD-nya dari hasil
sumber daya alam. Oleh karenanya pengembangan industri pariwisata suatu
daerah menjadi alasan utama sebagai salah satu upaya meningkatkan PAD
melalui pemanfaatan potensi-potensi daerah setempat.
Dalam ruang lingkupnya, kontribusi industri pariwisata di bidang
perpajakan diharapkan semakin meningkat dengan jalan melakukan
pengembangan dan pendayagunaan potensi-potensi pariwisata daerah. Hanya saja
pungutan pajak tersebut hares dilakukan secara bijaksana, artinya pungutan pajak
harus tetap berpegang pada prinsip keadilan, kepastian hukum dan kesederhanaan.
Dalam menuju kemandirian daerah, potensi industri pariwisata daerah yang
dikelola dan dikembangkan dengan baik akan meningkatkan penerimaan di
bidang perpajakan. Dalam hal ini kontribusi pajak dan industri pariwisata daerah
selain sebagai sumber PAD, juga dimaksudkan untuk membiayai pembangunan .
Pada dasarnya pengembangan industri pariwisata suatu daerah berkaitan
erat dengan pembangunan perekonomian daerah tersebut. Dampak positif yang
secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat daerah setempat adalah pada
adanya perluasan lapangan kerja secara regional. Ini merupakan akibat dari
industri pariwisata yang berkembang dengan baik. Misalnya dengan dibangunnya
sarana prasarana di daerah tersebut maka tenaga kerja akan banyak tersedot dalam
proyek-proyek seperti pembangkit tenaga listrik, jembatan, perhotelan dan lain
sebagainya.
Menurut penulis, gagasan tersebut memberi angin segar bagi dunia
kepariwisataan di Indonesia terlebih dengan diterapkannya sistem otonomi
daerah. Paling tidak kebijakan baru tersebut menjadi salah satu alternatif yang
dapat dipergunakan untuk mengembangkan dan mendayagunakan potensi-potensi
wisata daerah melalui program kerjasama antar daerah. Namur demikian yang
perlu mendapat perhatian di sini bahwa penerapan program kerjasama tersebut
jangan sampai menimbulkan konflik yang justru berdampak merugikan, sehingga
tujuan dan pengembangan pariwisata daerah menjadi tidak tercapai.
4. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Pengembangan
Industri Pariwisata Daerah
Upaya pengembangan industri pariwisata daerah-daerah di Indonesia
terutama dalam menghadapi otonomi daerah berkaitan erat dengan berbagai
faktor. Oleh karena itu Dahliana Hasan (Mimbar Hukum 2000, II(34))
menjelaskan perlu dipahami faktor-faktor yang secara faktual berperan dalam
pengembangan industri pariwisata khususnya di daerah-daerah, yaitu:
a) Kwalitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia, yang kemudian disingkat SDM, merupakan
potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam
menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang
dan berkelanjutan.
Dalam definisi yang lain, sumber daya manusia adalah kemampuan
terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan
sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi
kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya
(Tjiptoraharja P, 1995).
Keberadaan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi baik itu
pemerintahan maupun swasta memegang peranan sangat penting. Tenaga
kerja memiliki potensi yang besar untuk menjalankan aktivitas organisasi.
Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam organisasi harus dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan hasil yang
maksimal.
b) Partisipasi masyarakat
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang
berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan.
Menurut Keith Davis partisipasi didefenisikan sebagai berikut:
“Partisipation is defined as a mental and emotional involved at a person in a
group situasion which encourager then contribut to group goal and share
responsibility in them”. (Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental
dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di
dalamnya).
Pengertian partisipasi masyarakat adalah masyarakat berperan secara
aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari
tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan
memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill.
Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan
sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam
situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia
menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses
berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,
kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah
proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi,
mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi
kehiduapan mereka.
Dari definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang
(masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program
pembangunan.
c) Promosi
Winardi dalam Ediwarsyah (1986) mengatakan bahwa pemasaran
adalah aktifitas dunia usaha yang berhubungan dengan arus benda-benda serta
jasa-jasa dari produksi sampai konsumsi dimana termasuk tindakan membeli,
menjual, menyelengarakan reklame, menstandarisasi, pemisahan menurut
nilai, mengangkut, menyimpan benda-benda, serta informasi pasar.
Berdasarkan keterangan di atas dapat di ambil kesimpulan pemasaran
adalah suatu kegiatan usaha perdagangan baik dalam bentuk barang-barang
atau jasa, yang dilakukan oleh Si penjual kepada Si pembeli, didalamnya
termasuk tindakan memperkenalkan barang-barang dan jasa, menjual,
membeli, menstandarisasi dengan tujuan untuk memberi kepuasan antara Si
penjual kepada Si pembeli dengan melalui proses pertukaran.
Berdasarkan uraian di atas diambil kesimpulan bahwa dalam kegiatan
pemasaran maka akan ada kegiatan promosi, karena promosi ini sangat
diperlukan untuk mempertemukan antara produsen dengan konsumen,
memperkenalkan jenis dan mutu barang dan jasa yang dihasilkan sehingga
antara Si pembeli dan Si penjual mendapat kepuasan.
Promosi adalah usaha untuk memajukan sesuatu, kerap kali istilah
promosi dihubungkan dengan misalnya kepariwisataan, perniagaan yang
berarti usaha untuk memajukan kedua bidang tersebut. Karena tujuan promosi
adalah :
a. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada pihak luar.
b. Untuk meningkatkan penjualan
c. Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada pihak luar tentang
kehebatan perusahan tersebut.
d. Ingin mengetengahkan segi kelebihan perusahan atau produk atau jasa
terhadap saingan.
Bila dikaitkan dengan kepariwisataan maka yang menjadi sasaran
promosinya adalah obyek pariwista, yaitu dengan cara memaparkan keadaan
daya tarik dari wisata tersebut, sarana dan prasarana yang telah tersedia di
obyek pariwisata, sehingga menimbulkan keinginan orang untuk berkunjung
di obyek pariwisata tersebut.
Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
promosi obyek pariwisata adalah :
a. Agar masyarakat mengetahui bahwa ada obyek paiwisata yang baik untuk
di kunjungi.
b. Untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.
c. Untuk menunjukkan pada wisatawan tentang keadan obyek wisata yang
mempunyai sifat spesifik dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
obyek pariwisata lainnya.
d. Untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat terutama yang ada di
lingkungan obyek pariwisata.
d) Sarana dan Prasarana Kepariwisataan
a. Prasarana Obyek Wisata
Prasarana obyek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya
buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam
perjalanannya di daerah. Tujuan wisata seperti jalan, listrik, air,
telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya, dan itu termasuk
ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan obyek wisata yang akan di
kunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata
tersebut perlu di bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi
obyek wisata yang bersangkutan.
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi
dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan
wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti
bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-
lain.
Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan,
karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan
tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas
ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang
tentu saja meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat disekitarnya.
b. Sarana obyek
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata
maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera
pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai
sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel,
biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana
pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang
sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuikan
dengan kebutuhan wisatawan. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk
pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif
menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin
pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam
hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah
tujuan wisata telah di susun suatu standar wisata yang baku baik secara
nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal
memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A. 1996 .Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia Putaka Utama. Jakarta
Biro Organisasi Setda Provinsi NTT. 2009. Himpunan Peraturan Daerah Propinsi NTT
dan Peraturan Gubernur NTT tentang Perangkat Daerah Propinsi NTT berdasarkan
PP no 41 tahun 2007
Dinas pariwisata dan seni budaya NTT. 2005. Directory Pariwisata Nusa Tenggara
Timur (destinasi unruk dikenang)
Dahliana Hasan, S.H. adalah Staf Pengajar pada Fakultas Hukum - UGM. (dalam KoranKedaulatan Rakyat, 16 Oktober 1999 dan 21 Desember 1999).Sumber :Mimbar Hukum 2000, II(34) dan http://i-lib.ugm.ac.id. http://www.bali-dance-wednesday.com
Efendi, T.N.2000. Pembangunan Krisis dan Arah Reformasi. Surakarta. Muhammadyah
University Press.
Fandeli, Chafid. “Potensi Obyek Wisata Alam Indonesia” Dalam: Fandeli. Chafid (Ed)
2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Liberty
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Pendit S. Nyoman.2003.Ilmu Pariwisata (sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradya
Paramita.
Sambut, Pieter. 2004. Sumber Daya Pesisir dan Laut NTT (Lokomotif Pembangunan
Ekonomi Masa Depan).
UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
__________. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita
Wagito, “Kebijaksanaan Pembangunan Pariwisata Nasional Indonesia,” dalam: Fandeli,
Chafid (Ed) 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta:
Liberty
Yoeti A. Oka H. 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata.Bandung : Angkasa.