Upload
lemien
View
244
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
Fatmawati Hospital Journal
Karsinoma Sel Skuamosa Pada Kista Dermoid Ovarium Ken Idra,1 Fara Vitantri 2
1 Peserta Program Dokter Spesialis Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Indonesia 2 KSM Obstetri dan Ginekologi RSUP Fatmawati Jakarta
ABSTRAK Karsinoma sel skuamosa pada kista dermoid umumnya ditemukan pada wanita menopause. Pengetahuan kita tentang
keganasan pada teratoma ini sangat minim, dikarenakan insidensi yang rendah. Tidak adanya tanda klinis yang
patognomonik, penanda tumor yang umumnya tidak meningkat dan metode pencitraan seringkali tidak banyak
membantu. Sebagai akibatnya, kebanyakan kasus didiagnosa post operatif. Seorang nona, 21 tahun datang dengan
keluhan perut membesar dan nyeri vas 4 - 5 sejak 2 bulan, nyeri dirasakan hilang timbul, dan pasien tidak ada keluhan
perdarahan per vaginam. Kemudian pasien dilakukan laparotomy salpingo-ooforektomi, parsial omentektomi dan
appendektomi, hal ini sesuai dengan meta analisis yang dilakukan oleh Hackethal dkk yang menunjukkan bahwa
pembedahan dengan sitoreduksi merupakan tatalaksana optimal pada kasus ini, walaupun belum ada konsensus ataupun
guidelines yang dipublikasikan.
Kata Kunci : karsinoma sel skuamosa, kista dermoid, laparotomy salpingo-ooforektomi, parsial omentektomi,
sitoreduksi
PENDAHULUAN
Teratoma matur (juga dikenal sebagai
kista dermoid) mewakili 10-20% kasus dari dari
seluruh tumor jinak yang berasal dari ovarium,1
dengan insidens transformasi keganasan 0,17 -
2%. 2 Karsinoma sel skuamosa pada kista
dermoid umumnya ditemukan pada wanita
menopause.3 Pengetahuan kita tentang keganasan
pada teratoma ini sangat minim, dikarenakan
insidensi yang rendah dengan sebagian besar
publikasi yang ada hanya berupa laporan kasus
atau serial kasus.4
________________________________________
Korespondensi : Ken Indra, Departemen
Obstetri dan Ginekologi Universitas Indonesia,
Email : [email protected]
Diagnosis pra-operatif adalah suatu tantangan,
dimana tidak adanya tanda klinis yang
patognomonik, penanda tumor yang umumnya
tidak meningkat dan metode pencitraan seringkali
tidak banyak membantu.5 Sebagai akibatnya,
kebanyakan kasus didiagnosa post operatif.5
Kami mempresentasikan suatu kasus
karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista
dermoid ovarium yang terdiagnosis pasca operasi
dengan stadium lanjut, dengan prognosis yang
buruk pada seorang wanita pra menopause.
ILUSTRASI KASUS
Seorang nona, 21 tahun datang ke
poliklinik kebidanan dengan keluhan perut
membesar dan nyeri vas 4 - 5 sejak 2 bulan
Fatmawati Hospital Journal
terakhir, nyeri dirasakan hilang timbul, pasien
menyangkal adanya penurunan berat badan, tidak
ditemukan keluhan perdarahan per vaginam dan
menstruasi. Sesak napas disangkal. BAK dan
BAB lancar.
Pada pasien dilakukan ultrasonografi dan
ditemukan gambaran neoplasma ovarium kistik
dengan echo interna dan garis-garis kasar, sesuai
dengan kista dermoid. Pasien kemudian
dijadwalkan untuk kistektomi per laparoskopi.
Gambar 1Gambaran USG massa hipoekoik berbatas tegas dengan corakan garis kasar,
sesuai kista dermoid, dilakukan Doppler, RI 0.67
Dalam persiapan operasi, pasien
mengalami nyeri perut dan demam sehingga
datang ke Unit Gawat Darurat Kebidanan. Dari
pemeriksaan ditemukan demam hingga 38°C,
takikardi 120-125x/menit, dan nyeri abdomen
VAS 5. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan
leukositosis hingga 27.000.
Pasien didiagnosis sebagai sepsis ec kista
dermoid terinfeksi, diputuskan untuk perbaikan
keadaan umum dengan pemberian antibiotik
Meropenem selama 3 hari. Pasca pemberian
antibiotik hari ketiga tidak ditemukan perbaikan
secara klinis maupun laboratoris dan ditemukan
penanda inflamasi semakin meningkat, leukosit
mencapai 43.000, sehingga diputuskan untuk
melakukan source control.
Dilakukan laparotomi, intra operatif
ditemukan massa kistik berasal dari ovarium
kanan dan perlekatan hebat antara massa dengan
omentum, kolon asenden dan appendik, juga
antara uterus dan massa. Dilakukan adhesiolisis,
dan diputuskan untuk melakukan reduksi massa,
keluar cairan putih kekuningan seperti pus dan
rambut dari dalam massa sesuai kista dermoid
terinfeksi. Jaringan intraabdomen tampak
inflamatif dan rapuh. Dilakukan salpingo-
ooforektomi dan parsial omentektomi dan
appendektomi.
Pasca operasi pasien mengalami
perburukan, dimana ia semakin takikardi antara
140 -150 kali per menit, dan disertai demam
dengan suhu 37.5 – 38.3°C. Hasil kultur darah
urine dan pus intraop adalah steril.
Pada hari ke-7 post operasi pasien
diassess dengan syok sepsis dan abdomen rigid
terkesan peritonitis, dengan produksi NGT
berwarna kekuningan seperti feces, dicurigai
terjadi perforasi usus dan diputuskan untuk
melakukan relaparotomi cito. Intra operatif tidak
ditemukan pus ataupun feces, hanya ditemukan
perlengketan hebat antara usus dan omentum, dan
tampak gambaran omentum yang edematous dan
berbenjol-benjol menyerupai gambaran omental
cake, karena perdarahan dan kesulitan saat
adhesiolisis, diputuskan untuk menghentikan
operasi dan memasang drain intraperitoneal.
Fatmawati Hospital Journal
Gambar 2 Intra operatif ditemukan tumor kistik dengan Gambar 3 Tumor ovarium dengan permukaan berbenjol
permukaan berbenjol melekat dengan omentum, usus, berisi cairan putih-kekuningan dan rambut
saat reduksi keluar cairan putih-kekuningan dan rambut
Pasca operasi pasien mengalami perburukan,
dimana ia semakin takikardi antara 140 -150 kali
per menit, dan disertai demam dengan suhu 37.5 –
38.3°C. Hasil kultur darah urine dan pus intraop
adalah steril.
Pada hari ke-7 post operasi pasien diassess dengan
syok sepsis dan abdomen rigid terkesan
peritonitis, dengan produksi NGT berwarna
kekuningan seperti feces, dicurigai terjadi
perforasi usus dan diputuskan untuk melakukan
relaparotomi cito. Intra operatif tidak ditemukan
pus ataupun feces, hanya ditemukan perlengketan
hebat antara usus dan omentum, dan tampak
gambaran omentum yang edematous dan
berbenjol-benjol menyerupai gambaran omental
cake, karena perdarahan dan kesulitan saat
adhesiolisis, diputuskan untuk menghentikan
operasi, hemostasis dan memasang drain
intraperitoneal
.
Gambar 3 Relaparotomi tidak ditemukan succus,
pus atau feces intraoperatif, hanya gambaran
omental cake dan perlengketan usus dan omentum
Fatmawati Hospital Journal
Gambar 4 Patologi anatomi suatu gambaran karsinoma sel skuamosa
Hasil patologi anatomi definitif dari
operasi pertama menunjukkan gambaran suatu
Karsinoma Sel Skuamosa. Pasien direncanakan
untuk dilakukan re-laparotomi sitoreduksi, tetapi
hingga saat tulisan ini dibuat, keadaan pasien
tidak stabil sehingga dinilai belum layak untuk
dilakukan pembedahan ulang.
Gambar 6 Rontgen Thorax saat masuk UGD, jantung paru Gambar 7 Rontgen thorax pasca laparotomi – kesan
dalam batas normal. terdapat infiltrate di parakardial kanan dan kiri
susp.pneumonia
Fatmawati Hospital Journal
Foto polos abdomen 3 Posisi
Gambar 8 Foto Polos Abdomen 3 posisi, kesan tidak ada obstruksi
Pasien terus mengalami perburukan sepsis dan
mengalami HAP pada perawatan perawatan pasca
operasi. Sudah dilakukan join conference dan
hasilnya dengan pasien keganasan dalam stadium
lanjut, diputuskan untuk perawatan paliatif. Pasien
meninggal pada hari ke 7 pasca relaparotomi
eksplorasi. Hasil kultur dari sputum ditemukan
positif terhadap S.epidermidis, dan multi drug
resistant.
Berikut adalah grafik marker inflamasi dan suhu tubuh pasien selama perawatan:
01000020000300004000050000600007000080000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kadar Leukosit per mm3
Hari ke-
Fatmawati Hospital Journal
DISKUSI
Kasus ini memberikan ilustrasi sulitnya
menegakkan diagnosis keganasan yang berasal
dari kista dermoid ovarium yang umumnya
dianggap jinak. Hal ini sesuai dengan literatur,
dimana umumnya diagnosis ditegakkan pasca
operasi, dengan gambaran klinis preoperatif yang
tidak khas.3,5
Sepsis pada pasien ditegakkan dari gejala
klinis dan laboratoris, yaitu takikardia, demam
dan leukositosis. Hal ini sesuai dengan guidelines
yang ada.6 Hasil kultur yang diperoleh dari urin
darah menunjukkan steril, dan didapatkan hasil
positif S.aureus dari sputum.
Peran modalitas pencitraan dalam
mendeteksi keganasan pada kasus ini adalah
minimal 2,3, pada pasien ini dengan ultrasonografi
ditemukan suatu gambaran massa hipoekoik
dengan batas tegas dengan corakan kasar seperti
rambut yang sesuai dengan kista dermoid akan
tetapi tidak dapat menemukan tanda-tanda
keganasannya.
Sementara umumnya tumor marker pada
keganasan sekunder dari kista dermoid adalah
normal, CA-125, CA-19-9, CEA dan AFP adalah
tumor marker yang disarankan untuk
diperiksakan.7
0
2
4
6
8
10
12
1 3 5 7 9 10 12
Kadar Laktat Darah dalam U/ml
36.0
36.5
37.0
37.5
38.0
38.5
39.0
39.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kurva Suhu dalam oC
Hari ke-
Hari ke-
Fatmawati Hospital Journal
Table 1 Peningkatan tumor marker pada KSS dari Kista Dermoid7
Tumor
Marker N
Cut off
value Mean ±SD Range
Elevated
rate n (%)
CA125 110 35 27.87±33.48 2.3-248 18 (%16.4)
CA 19-9 110 37 77.25±323.89 0.01-3269.3 32 (%29.1)
CEA 110 3.4 1.6±1.22 0.01-9.73 8 (%7.27)
AFP 110 8.1 2.46±1.23 0.68-7.95 0 (%0)
Pada pasien dilakukan laparotomy
salpingo-ooforektomi, parsial omentektomi dan
appendektomi, hal ini sesuai dengan meta analisis
yang dilakukan oleh Hackethal dkk yang
menunjukkan bahwa pembedahan dengan
sitoreduksi optimal merupakan tatalaksana
optimal pada kasus ini, walaupun belum ada
konsensus ataupun guidelines yang
dipublikasikan.8,9
Peranan adjuvan kemoterapi pada
penyakit ini tampaknya minimal, pada laporan
serial kasus oleh J.Powel dkk dengan 6 pasien
stadium lanjut yang diberikan carbo-pacli pasca
pembedahan sitoreduksi optimal, 2 dari 6 pasien
memberikan respon parsial, dan yang lainnya
mengalami progresi dengan rerata survival 12.3
bulan.4
Pada kasus ini dengan keterlibatan pada
omentum (klinis tampilan omental cake) maka
dapat disimpulkan bahwa secara klinis pasien
dalam stadium IIIC, dengan prognosis sangat
buruk. Pasien-pasien yang ditemukan dengan
penyakit terbatas pada ovarium saja memiliki
survival 5 tahun yang sangat baik yaitu hingga
95%10, sementara pada pasien yang ditemukan
sudah dengan metastasis jarang bertahan hingga 5
tahun.1,4
Table 2 Laju survival 5 tahun KSS ovarium11
Stadium Laju survival 5 tahun (p<0.0001)
I 75.7%
II 33.8%
III 20.6%
IV 0%
Fatmawati Hospital Journal
KESIMPULAN
Kasus keganasan karsinoma sel skuamosa
yang berasal dari kista dermoid ovarium sangat
jarang. Namun demikian, perlu disadari
keberadaannya sehingga dapat memberikan
konseling dan tatalaksana yang tepat pada pasien.
Kasus keganasan perlu dipikirkan sebagai
diagnose banding dari infeksi kista ovarium. Jika
ditemukan keraguan, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan VC saat operasi.
KEPUSTAKAAN
1. Lucksom P, Sebastian N, Pradhan D, Ritu
R. Malignant transformation of ovarian
dermoid: a rare case. Int J Reprod
Contraception, Obstet Gynecol.
2013;2(4):698. doi:10.5455/2320-
1770.ijrcog20131244.
2. Patni R. Squamous cell carcinoma arising
in mature cystic teratoma of ovary. J
midlife Heal. 2014;5(4):195-197.
3. Hurwitz JL, Fenton a, McCluggage WG,
McKenna S. Squamous cell carcinoma
arising in a dermoid cyst of the ovary: a
case series. BJOG. 2007;114(10):1283-
1287. doi:10.1111/j.1471-
0528.2007.01478.x.
4. Powell JR, Haldar K. Squamous Cell
Carcinoma Arising in a Mature Cystic
Teratoma of the Ovary: A Case Series and
Review of the Literature. Eur Oncol
Haematol. 2013;09(01):17.
doi:10.17925/EOH.2013.09.1.17.
5. Mardi K, Sharma S. Squamous cell
carcinoma arising in an ovarian mature
cystic teratoma. Clin Cancer Investig J.
2014;3(1):2014-2016. doi:10.4103/2278-
0513.125810.
6. Dellinger R, Levy M, Rhodes A. Surviving
Sepsis Campaign: international guidelines
for management of severe sepsis and septic
shock, 2012. Intensive care ….
2013;41(2):580-637.
doi:10.1097/CCM.0b013e31827e83af.
7. Cengiz H, Yasar L, Kaya C, Erkin M. The
role of tumor markers in predicting mature
cystic teratoma of the ovary. gineco.eu.
2012;8(30):158-161.
8. Hackethal A, Brueggmann D, Bohlmann
MK, Franke FE, Tinneberg HR, Münstedt
K. Squamous-cell carcinoma in mature
cystic teratoma of the ovary: systematic
review and analysis of published data.
Lancet Oncol. 2008;9(12):1173-1180.
doi:10.1016/S1470-2045(08)70306-1.
9. Zakkouri FA, Ouaouch S, Boutayeb S,
Rimani M, Gamra L, Mrabti H. Squamous
cell carcinoma in situ arising in mature
cystic teratoma of the ovary : a case report.
J Ovarian Res. 2011;4(1):5.
doi:10.1186/1757-2215-4-5.
10. Chaudhry S, Hussain R. Squamous cell
carcinoma arising in mature cystic
Fatmawati Hospital Journal
teratoma (dermoid cyst)--a rare
presentation. J Pak Med Assoc.
2013;63(4):521-523.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/239
05455http://search.bvsalud.org/portal/reso
urce/en/mdl-23905455.
11. Chen R-J, Chen K-Y, Chang T-C, Sheu B-
C, Chow S-N, Huang S-C. Prognosis and
treatment of squamous cell carcinoma
from a mature cystic teratoma of the ovary.
J Formos Med Assoc. 2008;107(11):857-
868. doi:10.1016/S0929-6646(08)60202-8.