Upload
diah-maniest
View
248
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
KARSINOMA KAPUT PANKREAS
Waode Rusdiah, Mutmainnah, Ibrahim Abd SamadDepartemen Ilmu Patologi Klinik FK-UH RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
I. PENDAHULUAN
Pankreas adalah suatu organ penting yang berfungsi sebagai kelenjar
eksokrin dan endokrin. Dikatakan kelenjar eksokrin karena pankreas memiliki
sel-sel asinus yang setiap harinya mensekresikan sekitar 2-2.5 liter enzim-
enzim dan pro-enzim pencernaan yang kaya akan bikarbonate misalnya,
tripsinogen, chymotripsinogen, procarboxypeptidase, proelastase dan
prophospolipase A dan B. Adapun pankreas dikatakan juga sebagai kelenjar
endokrin karena pankreas memiliki pulau-pulau langerhans yang mengandung
sel-sel alpha (α), beta (β) dan delta (δ) yang akan mensekresikan hormon-
hormon langsung ke aliran darah.1
Pankreas merupakan organ kesepuluh yang paling sering mengalami
keganasan dan merupakan penyebab utama keempat kematian akibat
keganasan pada pria dan wanita. Dua pertiga karsinoma pankreas ditemukan
pada kaput pankreas dan sisanya di korpus dan kauda pankreas. Secara
patologi, 80% merupakan adenokarsinoma saluran pankreas, sisanya tumor
pulau Langerhans dan kista adenokarsinoma.
Karsinoma kaput pankreas sangat sulit didiagnosa pada tahap awal.
Pasien dengan karsinoma kaput pankreas tanpa obstruksi saluran empedu
biasanya datang setelah berbulan-bulan merasakan ketidaknyamanan yang
samar di perut bagian atas atau bahkan tanpa gejala sama sekali. Pada saat
diagnosis, 52% dari semua pasien sudah mengalami metastasis jauh sedangkan
26% terjadi penyebaran regional.3
II. EPIDEMIOLOGI
Insiden karsinoma kaput pankreas telah meningkat dari tahun ke tahun.
Di Amerika Serikat pada tahun 2010, insiden 10/100.000, 31.000 pasien
meninggal akibat penyakit ini setiap tahun. Kelangsungan hidup 5 tahun secara
Refarat Kimia Klinik1
Refarat Kimia Klinik
keseluruhan dari pasien kurang dari 4% dan belum meningkat selama dua
dekade terakhir.2
Pada tahun 2002, terdapat 232.000 kasus baru karsinoma kaput pankreas
dan 227.000 kematian di seluruh dunia. Di Inggris terdapat 7.152 kasus baru
pada tahun 2002 dan 7.040 kematian di tahun 2003. Data dari Eropa
menunjukkan 60.139 kasus baru per tahun, mewakili 10,4% dari semua
penyakit saluran pencernaan dan 64.801 kematian per tahun.2,3
Karsinoma kaput pankreas merupakan penyakit yang berhubungan
dengan usia lanjut. Di Indonesia, karsinoma kaput pankreas tidak jarang
ditemukan dan merupakan tumor ganas ketiga terbanyak pada pria setelah
tumor paru dan tumor kolon. Insidens tertinggi pada usia 50 – 60 tahun.
Kurang dari 0,3% dari karsinoma kaput pankreas terjadi pada usia dibawah 40
tahun. Karsinoma kaput pankreas lebih sering terjadi pada pria dibanding
wanita. Insiden pada pria dari segala usia adalah 4,6 per 100.000 dan untuk
wanita adalah 3,3 per 100.000 penduduk (1,4:1).3
III. ETIOLOGI
Etiologi karsinoma kaput pankreas masih belum jelas. Penelitian
epidemiologik menunjukkan adanya hubungan karsinoma kaput pankreas
dengan beberapa faktor, antara lain :4
1. Faktor eksogen (lingkungan)
Faktor eksogen antara lain kebiasaan merokok, diet tinggi lemak, alkohol,
kopi dan zat karsinogen industri.
2. Faktor endogen
Faktor endogen yaitu usia, penyakit pankreas (pankreatitis kronik dan
diabetes mellitus) dan mutasi gen.4
IV. ANATOMI
Kelenjar pankreas terletak di antara duodenum dan limpa, melintang
di retroperitoneum, setara dengan level vertebra torakal ke-12 hingga lumbal
ke-1. Pankreas dapat dibagi menjadi empat bagian, kaput, kolum, korpus, dan
Refarat Kimia Klinik2
kaudal. Kaput terletak dimedial duodenum, berdekatan erat dengan pars
desendens duodenum. Bagian kaput pankreas yang ke arah medio-posterior
disebut prosesus unsinatus, di antara prosesus unsinatus dan kaput pankreas
melintas arteri dan vena mesenterium superior. Di antara kaput dan korpus
pankreas terdapat bagian menyempit yaitu kolum, di posteriornya terdapat
vena porta. Dari kolum hingga hilum lienis adalah korpus dan kaudal
pankreas, antara keduanya tidak memiliki batas yang jelas.4,5
Pasokan darah pankreas terutama berasal dari arteri
pankreatikoduodenalis superior dan inferior, serta arteri lienalis, sebagian dari
arteri mesenterika superior. Percabangan tiap arteri di dalam pankreas
membentuk arkus vaskular, maka pasca reseksi parsial pankreas tidak mudah
muncul defisit pasokan darah ke pankreas yang tersisa, vena semuanya masuk
ke vena lienalis dan vena mesenterika superior, kemudian bermuara ke vena
porta.4,5
Pankreas kaya akan saluran limfatik yang saling berhubungan.
Limfatik kaput pankreas terutama mengalir ke kelenjar limfe
pankreatikoduodenale anterior dan posterior serta kelenjar limfe dekat arteri
mesenterika superior, limfe bagian korpus mengalir ke kelenjar limfe margo
superior, margo inferior pankreas dan para arteri lienalis, para arteri hepatikus
komunis, para arteri seliaka dan para aorta abdominalis, limfe bagian kaudal
pankreas terutama mengalir ke kelenjar limfe hilum lienis.4,5
Refarat Kimia Klinik3
Gambar 1. Anatomi Pankreas4,5
Pada sistem saluran pankreas, Duktus pankreatikus (duktus wirsungi)
bergabung dengan duktus biliaris sebelum meninggalkan pankreas dan masuk
ke duodenum pada papilla mayor, sedangkan duktus santorini mengalir secara
terpisah kedalam duodenum pada papilla minor.4,5
V. FISIOLOGI PANKREAS
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama, yaitu menghasilkan enzim pencernaan (fungsi eksokrin) serta
menghasilkan beberapa hormon (fungsi endokrin). Pankreas terletak pada
kuadran kiri atas abdomen dan bagian kaput menempel pada organ
duodenum. Produk enzim akan disalurkan dari pankreas ke duodenum
melalui saluran pankreas utama. Pankreas seperti spons dengan warna
kekuningan, memiliki panjang ± 15 cm dan lebar ± 3,8 cm.4
Pankreas sebagai kelenjar eksokrin karena pankreas memiliki sel-sel
asinus yang setiap harinya mensekresikan sekitar 2-2.5 liter enzim-enzim dan
pro-enzim pencernaan yang kaya akan bikarbonate, seperti tripsinogen,
chymotripsinogen, procarboxypeptidase, proelastase, dan prophospolipase A
dan B.4
Refarat Kimia Klinik4
Pankreas dikatakan juga sebagai kelenjar endokrin karena pankreas
memiliki pulau-pulau langerhans yang mengandung sel-sel alpha ( )α , beta
( )β dan delta ( ) δ yang akan mensekresikan hormon-hormon langsung ke
aliran darah. Sel-sel tersebut mensekresikan hormon-hormon yang berbeda,
yaitu5 :
1. Sel α mensekresikan hormon glukagon yang berfungsi untuk :
a. Meningkatkan kadar gula darah.
b. Menurunkan konsentrasi insulin dalam darah.
2. Sel β mensekresikan hormon insulin yang berfungsi untuk :
a. Menstimulasi pemakaian dan penyimpanan glukosa pada otot dan
jaringan.
b. Meningkatkan proses glikogenesis pada hepar dan otot skelet.
c. Mempercepat pengangkutan asam amino dan sintesis protein pada sel.
d. Memicu sintesis asam lemak dan penyimpanan lemak pada jaringan
adipose.
e. Menghambat pemecahan protein, lemak, dan glukoneogenesis.
3. Sel δ mensekresikan hormon somatostatin yang juga diproduksi di
hipothalamus, dimana berfungsi untuk menghambat (negative feed back)
sekresi insulin dan glukagon.
Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain
dihasilkan oleh pankreas juga dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang
berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase di dalam serum
meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan
amilase meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam dan
menjadi normal kembali setelah 2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri
hebat pada perut. Kadar amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu
empedu dan pasca bedah lambung.
Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi
mencerna lemak. Lipase akan meningkat di dalam darah apabila ada
kerusakan pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan amilase terjadi pada
permulaan penyakit pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14
Refarat Kimia Klinik5
hari, sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang
akut stadium lanjut.
Pemeriksaan laboratorium untuk fungsi pankreas yang berdasarkan
pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Uji
fungsi pankreas meliputi pemeriksaan bilirubin total, bilirubin direk, kadar
amilase, kadar lipase, serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase
(SGOT/AST), serum Glutamic Pyruvate Transaminase (SGPT/ALT) dan
Alkali Phosphatase (ALP).
VI. PATOGENESIS
Kanker dimulai ketika sel-sel di bagian tubuh mulai tumbuh di luar
kendali. Ada berbagai jenis kanker, tetapi itu semua dimulai karena out-of-
control dari pertumbuhan sel yang abnormal. Pertumbuhan sel kanker
berbeda dari pertumbuhan sel normal. Bukannya mati, sel-sel kanker terus
tumbuh dan membentuk sel-sel abnormal baru. Tumbuh di luar kendali dan
menyerang jaringan lain adalah hal yang membuat sel menjadi sel kanker.
Begitu juga dengan karsinoma kaput pankreas.5
Karsinoma kaput pankreas berasal dari sel-sel duktal dimana
serangkaian mutasi genetik telah terjadi di protoonkogen dan gen supresor
tumor. Mutasi pada onkogen K-ras menjadi peristiwa awal dalam
perkembangan tumor dan terdapat lebih dari 90 % tumor. Saat ini ada tiga
lesi prekursor utama Pancreatic Ductal Adenocarcinoma (PDAC) yg
teridentifikasi. Pertama dan yang paling umum adalah Pancreas
Intraepithelial Neoplasia (PanIN) berdasarkan lesi mikroskopik biasanya
timbul di saluran cabang kecil. PanIN-1, mencapai normal 40% dari pankreas
dewasa, papiler atau micropapillary, menunjukkan minimal atypia dan
dikelompokkan menjadi A atau B tergantung pada adanya micropapillary
infoldings epitel. Lesi PanIN-2 mirip dengan PanIN-1 tapi memiliki kelainan
inti seperti hilangnya polaritas, hiperkromatisma dan inti yang besar. PanIN-3
menunjukkan pertumbuhan sel epithel yang terhenti ke dalam lumen atau
nekrosis luminal, terjadi mitosis abnormal dan distrofi sel goblet.
Refarat Kimia Klinik6
Perkembangan kanker kaput pankreas tahap kedua termasuk tidak
teraktivasinya gen supresor tumor p16, TP 53 dan DPC4 (MADH4 atau
SMAD4), yang dapat terjadi pada tingkat PanIN-2 dan PanIN-3. Tidak
aktifnya gen supresi tumor BRCA2 terbatas pada tingkatan PanIN-3 dan lesi
karsinoma invasif dapat menunjukkan tahap akhir dalam rentang
tumorgenesis.6,7
Adenokarsinoma duktus merupakan yang paling sering terbentuk dari
lesi proliferasi duktus yang muncul pada sistem duktus pankreas. Penelitian
genetik telah mengidentifikasi dan mengklasifikasi lesi prekursor morfologis
adenokarsinoma duktus pankreas, seperti Neoplasma intraepithelial pancreas
(PanIN). Epitelial duktus pankreas berkembang dari duktus normal ke
neoplasma intraepithelial pankreas tingkat yang lebih tinggi, serta kearah
kanker invasif. Tiga tingkatan PanIN telah di bedakan. Kanker kaput
pankreas, terbentuk dari akumulasi mutasi gen yang didapatkan, seperti
onkogen, gen supresor tumor dan gen pemeliharaan genomik. Akumulasi
gen-gen tersebut dianggap berkembang dalam rentang waktu yang dapat di
prediksi.6,7
Perkembangan duktus epithelial pankreas dari normal menjadi
neoplasma intraepithelial pankreas, hingga kanker invasif (gambar 2).
Refarat Kimia Klinik7
Gambar 2. “PanINgram” Patogenesis Karsinoma kaput pankreas7
VII.GEJALA KLINIK
Gejala awal dari penyakit ini seringkali tidak spesifik dan sering
terabaikan sehingga akan terlambat didiagnosis. Gejala klinis yang timbul
tergantung dari ukuran dan lokasi kanker serta metastasenya dan seringkali
tidak memberikan gejala khas sampai kankernya berukuran cukup besar.
Keluhan awal, misalnya kembung, anoreksia, muntah, diare, steathorea dan
badan lesu biasanya tampak dan berlangsung lebih dari dua bulan sebelum
diagnosis ditegakkan. Ikterus, nyeri abdomen dan penurunan berat badan
merupakan gejala klasik yang sering menjadi keluhan utama pasien.7
Refarat Kimia Klinik8
Adapun gejala-gejala klasik tersebut adalah :7,8
a. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan keluhan yang paling sering dijumpai. Lokasi
nyeri biasanya pada regio epigastrium, awalnya difus, selanjutnya lebih
terlokalisir. Nyeri abdomen biasanya disebabkan invasi kanker pada
pleksus coeliac dan pleksus mesenterik superior. Nyeri dapat menjalar ke
punggung pasien, disebabkan oleh invasi kanker ke retroperitoneal dan
terjadi infiltrasi pada pleksus nervus splenicus. Nyeri yang berat
menunjukkan kanker lanjut yang meluas ke jaringan sekitarnya dan sudah
tidak dapat direseksi.
b. Penurunan berat badan
Umumnya dijumpai penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat
badan ideal. Pada mulanya, terjadi secara bertahap, kemudian menjadi
progresif. Penurunan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain : asupan makanan yang berkurang, malabsorpsi lemak dan protein
dan peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (cancer necrosis factor a dan
interleukin-6).
c. Ikterus
Gejala ikterus yang timbul ialah ikterus obstruktif. Hal ini disebabkan
oleh adanya obstruksi saluran empedu oleh kanker dimana 80-90%
merupakan kanker kaput pankreas dan sering terjadi pada stadium awal.
Ikterus dapat pula terjadi pada kanker korpus maupun kauda pankreas (6-
13% kasus) yang menekan saluran empedu. Ikterus obstruktif pada kanker
kaput pankreas umumnya disertai dengan nyeri abdomen tetapi bukan
kolik. Hal ini berbeda dengan ikterus tanpa nyeri (painless jaundice) yang
sering dijumpai pada kanker ductus coleidocus atau kanker ampula vateri.
Penetuan stadium kanker pankreas juga merupakan faktor yang sangat
penting untuk memilih jenis terapi dan menilai prognosis penyakit. Adapun
standarisasi penentuan stadium kanker yang digunakan yaitu sistem TNM
dari The American Joint Committee on Cancer (AJCC).1,6
1. Kategori T
Refarat Kimia Klinik9
a. Tx : Tumor utama tidak dapat dinilai.
b. T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer.
c. Tis : Carsinoma in situ
d. T1 : Kanker belum menyebar keluar pankreas dan ukurannya kurang
dari 2 cm.
e. T2 : Kanker belum menyebar keluar pancreas namun, ukurannya
lebih dari 2 cm.
f. T3 : Kanker telah menyebar keluar dari pankreas ke jaringan
sekitarnya namun, belum sampai ke pembuluh darah besar atau saraf.
g. T4 : Kanker telah menyebar hingga ke pembuluh darah besar atau
saraf.
2. Kategori N
a. Nx : Pembesaran kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai.
b. N0 : Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
c. N1 : Kanker telah menyebar ke kelenjar limfe regional.
3. Kategori M
a. M0 : Kanker tidak menyebar ke kelenjar limfe lain atau organ
lain (seperti hepar, paru-paru, otak, dan lain sebagainya).
b. M1 : Ditemukan adanya metastasis
Penentuan stadium berdasarkan sistem TNM :
a. Stadium 0 (Tis, N0, M0)
Tumor hanya terdapat pada bagian atas sel pankreas dan tidak menginvasi
jaringan yang lebih dalam. Tidak terdapat penyebaran keluar pankreas.
b. Stadium IA (T1, N0, M0)
Tumor berukuran kurang dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke
kelenjar limfe dan organ lainnya.
c. Stadium IB (T2, N0, M0)
Tumor berukuran lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke
kelenjar limfe dan organ lainnya.
d. Stadium IIA (T3, N0, M0)
Refarat Kimia Klinik10
Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar pankreas. Tidak
ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
e. Stadium IIB (T1-3, N1, M0)
Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar pankreas namun,
tidak sampai ke pembuluh darah besar atau saraf terdekat. Dapat
ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
f. Stadium III (T4, Any N, M0)
Tumor telah menyebar dan berkembang ke pembuluh darah besar atau
saraf terdekat. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
g. Stadium IV (Any T, Any N, M1)
Tumor telah menyebar ke berbagai tempat.
Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4
Gambar 3. Stadium karsinoma kaput pankreas1
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis karsinoma kaput pankreas dapat ditegakkan berdasarkan :7,8
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisis
Pada anamnesis, dapat ditelusuri berbagai gejala-gejala yang dialami
pasien misalnya penurunan berat badan, penurunan nafsu makan dan
nyeri abdomen (lokasi, intensitas, penjalaran, serta progresivitasnya).
Selain itu, pada anamnesis dapat kita temukan informasi tentang adanya
faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya karsinoma kaput pankreas pada
pasien dan riwayat kebiasaan serta riwayat penyakit yang pernah diderita
pasien, misalnya riwayat merokok, minum alkohol, diabetes mellitus,
Refarat Kimia Klinik11
nyeri abdomen sebelumnya, stetorea dan lain sebagainya, sedangkan pada
pemeriksaan fisis, dicari tanda-tanda karsinoma kaput pankreas, misalnya
yang paling sering yaitu ikterus, gizi kurang dan juga tanda-tanda
komplikasi dan metastasis seperti hepatomegali, edema, tanda-tanda
perdarahan dan pembesaran kelenjar getah bening.
b. Pemeriksaan laboratorium4-7,9
1. Darah; sebagian besar pasien memperlihatkan tanda-tanda anemia,
karena defisiensi nutrisi atau perdarahan peranal, atau sebagai akibat
penyakitnya yang kronik.
- Amilase serum pada umumnya meninggi, lipase serum lebih
sering meninggi.
- Tes faal hati, terutama bagi mereka yang memperlihatkan gejala
kolestasis ekstrahepatik, diantaranya : bilirubin serum, alkali
fosfatase, SGOT, SGPT, asam empedu, elektroforesis protein.
- Kadar glukosa darah. Terdapat kenaikan glukosa darah ± 20%.
- CEA (Carcinoembryonic Antigen)
CEA dapat digunakan untuk mendeteksi adanya karsinoma kaput
pankreas pada beberapa orang. Tapi, pemeriksaan ini tidak cukup
sensitif untuk mendeteksi karsinoma kaput pankreas pada stadium
dini.
- Ca 19-9 (Carbohydrat Antigen 19-9)
Ca 19-9 merupakan suatu substansi yang dihasilkan oleh sel-sel
kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada
pemeriksaan darah. Penanda tumor CA 19-9 meningkat pada
karsinoma kaput pankreas. CA 19-9 dianggap paling baik untuk
diagnosis karsinoma kaput pankreas, dengan sensitivitas dan
spesifitas yang tinggi.
2. Urin
Beberapa pasien memperlihatkan reduksi positif, yaitu mereka yang
disertai diabetes melitus.
3. Feses
Refarat Kimia Klinik12
Ditemukan ada tanda-tanda steatorea, yaitu tinja terapung dan kadar
lemaknya meninggi.
c. Radiologi10,11
Untuk mendiagnosis karsinoma kaput pankreas, teknik pencitraan
yang digunakan termasuk Ultrasonografi Transabdominal (USG),
Computed Tomography (CT-scan), Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP) dan Magnetic Resonance
Cholangiopacreatography (MRCP).
1. Ultrasonografi Transabdominal (USG)
Ultrasonografi transabdominal dilakukan sebagai insitial
screening test dalam evaluasi adanya ikterus obstruktif. Adanya
dilatasi duktus biliaris atau terdapat suatu massa pada kaput pankreas
sangat menyokong keberadaan karsinoma kaput pankreas.
Gambar 4. USG Abdomen dari karsinoma kaput pankreas10
2. Computed Tomography (CT-Scan)
Computed Tomography Scan merupakan modalitas utama
untuk diagnosis pasien yang dicurigai dengan tumor pankreas. CT-
Scan dapat memberikan visualisasi duktus intrahepatik yang
disebabkan oleh oklusi ekstrahepatik dan duktus koledokus akibat
kolelitiasis atau tumor pankreas.
Refarat Kimia Klinik13
Gambar 5. Adenokarsinoma Pankreas Unresectable Encasemen10
3. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan bantuan endoskopi yang
dimasukkan sampai duodenum kemudian dimasukkan kontras dan
dilakukan foto X-ray. ERCP merupakan pemeriksaan untuk
mengevaluasi kanker pankreas yang menyebabkan ikterus obstruktif,
tapi tidak dapat menentukan stadium kanker. Pemeriksaan ini
memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi karsinoma kaput
pankreas.
Gambar 6. Gambaran ERCP karsinoma kaput pankreas10
4. Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP)
MRCP menggunakan MRI untuk membuat gambar 3 dimensi
dari traktus hepatopankreatikobilier. Modalitas ini tidak memerlukan
kontras, tidak invasif, lebih aman daripada ERCP.
Refarat Kimia Klinik14
Gambar 7. A. Potongan coronal oblik MRCP menunjukkan obstruksi duktus pankreas dan hepatikus kommunis pada kaput pankreas dengan dilatasi duktus proksimal (“double duct” sign).
B. Dengan kontras menunjukkan sebuah massa yang terlihat Pada kaput pankreas.11
Refarat Kimia Klinik15
A B
IX. DIAGNOSIS BANDING
Pankreatitis Kronik
Hepatitis Kolelitiasis Karsinoma Kaput Pankreas
Definisi Proses inflamasi pankreas yang kronik, kontinyu, yang ditandai adanya perubahan-perubahan morfologik yang irreversible.
Inflamasi jaringan hepar oleh virus hepatitis.
Penyakit batu empedu yg dapat ditemukan dalam kandung empedu, di dalam saluran empedu atau kedua-duanya.
Massa pada kaput pankreas
Etiologi Intoksikasi alkohol, metabolit toksik, cystic fibrosis pada pankreas, obat-obat.
Virus hepatitis (A, B, C, D, E)
Infeksi bakteri dalam saluran empedu.
Faktor eksogen dan faktor endogen
Gejala Klinik
Ikterus, Nyeri/sakit epigastrium, distensi dan kembung, diare, steatore.
Demam, nyeri tekan hepar, ikterus, anoreksia, nausea, vomitus, nyeri otot.
Ikterus obstruktif, nyeri kolik.
Ikterus, nyeri abdomen, penurunan berat badan
Pem.Labor-torium
Pemeriksaan DR : Leukositosis ringan.Pemeriksaan kimia : SGOT ↑, SGPT ↑
Pemeriksaan DR : Leukositosis (+).Pemeriksaan Kimia : SGOT ↑, SGPT ↑,GGT ↑, Bilirubin ↑, HBsAg (+)
Pemeriksaan DR : Leukositosis (+).Pemeriksaan Kimia : SGOT ↑, SGPT ↑, GGT ↑, Bilirubin ↑, alkali fosfatase ↑
Pemeriksaan DR : anemia.Pem. Kimia : amilase↑, lipase↑, alkali fosfatase↑, bilirubin↑, SGOT↑, SGPT↑, Glukosa darah ↑Penanda tumor : CEA↑ & Ca 19-9↑
Radio-
logi
-Peninggian intensitas echo jaringan yg menyeluruh atau dapat juga hanya sebagian kecil pankreas.-Pelebaran saluran pankreas yg irregular
USG : Peningkatan echo dari dinding cabang-cabang portae perifer.
Gambaran hiperechoik yang bebas pada kandung empedu serta khas membentuk bayangan akustik dibawahnya.
USG : massa pada kaput pankreas.
Refarat Kimia Klinik16
X. PENATALAKSANAAN12,13
Penatalaksanaan karsinoma kaput pankreas berdasarkan pada panduan
(guideline) National Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2009.
a. Pengobatan kuratif
Pengobatan kuratif ialah dengan pembedahan disertai neoadjuvant
terapi dengan menggunakan kemoterapi disertai radioterapi untuk
mematikan sisa-sisa sel tumor. Pengobatan ini diberikan pada karsinoma
kaput pankreas dengan stadium dini (stadium I dan II). Pembedahan yang
menjadi standar pada kasus kanker pankreas yaitu prosedur Whipple,
dimana dilakukan reseksi pada kaput pankreas, duodenum, bagian
lambung dan kandung empedu. Tindakan paliatif pada pembedahan yang
sering dilakukan adalah dengan membuat billiary bypass melalui
laparoskopi untuk memberikan drainase saluran empedu sehingga
bilirubin dapat dikeluarkan.
Gambar 8. Pembedahan dengan menggunakan prosedur Whipple12
A. Sebelum prosedur pembedahan, B. Setelah prosedur pembedahan
b. Pengobatan paliatif
Pengobatan paliatif digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita yang sudah tidak dapat diberikan tindakan kuratif oleh karena
Refarat Kimia Klinik17
A B
sudah berada pada stadium akhir. Terapi suportif juga dapat berikan
berdasarkan gejala yang ada misalnya obat analgesik, anti-muntah dan
diet TKTP untuk mempertahankan berat badan.
c. Farmakoterapi
Farmakoterapi dalam bentuk kemoterapi dapat diberikan untuk
mengecilkan atau menghambat pertumbuhan tumor. Obat-obat pereda
nyeri seperti analgesik non-opiod hingga opiod dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas. Selain diberikan terapi terhadap kankernya, diberikan
pula asupan nutrisi yang adekuat melalui diet TKTP untuk
mempertahankan serta meningkatkan berat badan.
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari karsinoma kaput pankreas
tergantung pada ukuran tumor, stadium kanker dan metastasisnya. Selain dari
karsinoma kaput pankreas, komplikasi juga dapat ditimbulkan dari hasil
proses pembedahan dan efek dari kemoterapi dan radioterapi yang dapat
berbeda pada masing-masing pasien.14
XII.PROGNOSIS
Prognosis pada karsinoma kaput pankreas ditentukan oleh tingkat
stadium kanker pankreas.
Adapun prognosis karsinoma kaput pankreas yaitu :
a. Qua ad vitam : Malam
b. Qua ad fungsionam : Malam
c. Qua ad sanationam : Malam
Seringkali karsinoma kaput pankreas terlambat didiagnosis sehingga pada
saat diagnosis ditegakkan karsinoma kaput pankreas telah berada pada
stadium akhir sehingga prognosisnya menjadi sangat buruk, angka harapan
hidup dalam 5 tahun kurang dari 15%.15
Refarat Kimia Klinik18
XIII. RINGKASAN
Pankreas adalah suatu organ penting yang berfungsi sebagai kelenjar
eksokrin dan endokrin. Karsinoma kaput pankreas ini sangat sulit untuk
didiagnosa pada tahap awal. Insiden karsinoma kaput pankreas telah
meningkat dari tahun ke tahun. Karsinoma kaput pankreas merupakan
penyakit yang berhubungan dengan usia lanjut. Insiden tertinggi pada usia
50-60 tahun. Karsinoma kaput pankreas lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita.
Penelitian epidemiologik menunjukkan adanya hubungan karsinoma
kaput pankreas dengan beberapa faktor eksogen (lingkungan) dan faktor
endogen pasien. Pankreas dapat dibagi menjadi 4 bagian, kaput, kolum,
korpus, dan kaudal. Pasokan darah pankreas terutama berasal dari arteri
pankreatikoduodenalis superior dan inferior, serta arteri lienalis, sebagian
dari arteri mesenterika superior. Pankreas kaya akan saluran limfatik yang
saling berhubungan.
Kanker dimulai ketika sel-sel di bagian tubuh mulai tumbuh di luar
kendali. Karsinoma kaput pankreas berasal dari sel-sel duktal dimana
serangkaian mutasi genetik telah terjadi di protoonkogen dan gen supresor
tumor. Mutasi pada onkogen K-ras menjadi peristiwa awal dalam
perkembangan tumor dan terdapat lebih dari 90 % tumor.
Gejala awal dari penyakit ini seringkali tidak spesifik dan sering
terabaikan sehingga akan terlambat didiagnosis. Keluhan awal, misalnya
kembung, anoreksia, muntah, diare, stetorea, badan lesu, ikterus, nyeri
abdomen dan penurunan berat badan merupakan gejala klasik yang sering
menjadi keluhan utama pasien.
Adapun standarisasi penentuan stadium kanker yang digunakan yaitu
sistem TNM dari The American Joint Committee on Cancer (AJCC).
Penentuan stadium berdasarkan sistem TNM. Diagnosis karsinoma kaput
pankreas dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Karsinoma kaput pankreas perlu
dibedakan dengan pankreatitis kronik, hepatitis dan kolelithiasis.
Refarat Kimia Klinik19
Penatalaksanaan karsinoma kaput pankreas dapat berupa terapi
kuratif, paliatif dan farmakoterapi. Komplikasi karsinoma kaput pankreas
tergantung pada ukuran tumor, stadium kanker dan metastasisnya. Selain
dari karsinoma kaput pankreas, komplikasi juga dapat ditimbulkan dari hasil
proses pembedahan dan efek dari kemoterapi dan radioterapi yang dapat
berbeda pada masing-masing pasien. Prognosis pada karsinoma kaput
pankreas ditentukan oleh tingkat stadium kanker pankreas. Seringkali
karsinoma kaput pankreas terlambat didiagnosis sehingga pada saat
diagnosis ditegakkan karsinoma kaput pankreas telah berada pada stadium
akhir sehingga prognosisnya menjadi sangat buruk.
Refarat Kimia Klinik20
XIV. ALGORITMA
Refarat Kimia Klinik21
Nyeri abdomen, ikterus, penurunan berat badan
Pemeriksaan Darah rutin
Amilase, Lipase, Serum alkali fosfat, Bilirubin, enzim transaminase, glukosa darah
Menurun Meningkat
Pertimbangkan diagnosis lain
CEA, Ca 19-9
Normal Meningkat
Karsinoma Kaput Pankreas
USG, MRI
DAFTAR PUSTAKA
1. Japaries, Willie. Karsinoma Pankreas. Dalam Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi Kedua. Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2008: hal 442-9.
2. Mayer, J Robert. Pancreatic Cancer. In: Kasper L, Denis et all. Harrison’s Principles of Internal Medicine .16th Edition. United States of America: McGraww Hill Companies, Inc. 2005; Chapter 79.
3. Castillo, Carlos Fernandez-del., Jimenez, Ramon E. Pancreatic cancer. In:Feldman, M., Friedman, L S., Brandt, L J. Sleisenger & Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease. 8th edition. Philadelphia. Elsevier, Inc. 2006. Chapter 58.
4. Padmomarono, F Soemanto. Kanker Pankreas. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jakarta: Interna Publishing. 2006; hal 492-6.
5. Lindseth, N Glenda . Gangguan hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. In: Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume 1. Jakarta. Penerbit EGC. 2003; hal 507-8.
6. Sanityoso, Andri. Hepatitis virus akut. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jakarta: Interna Publishing. 2006; hal 427.
7. Freelove, R.; Walling, Anne D. Pancreatic Cancer: Diagnosis and Management. American Family Physician. Available from www.aafp.org Updated July 1, 2015.
8. Bowles, Matthew J., Benjamin, Irving S. Cancer of the stomach and pancreas. In: Logan, Robert P. H. ABC of the upper Gastrointestinal Tract. Spain. BMJ books. 2002: p. 43
9. Brand, Randall E. Tumors Of The Pancreas. In: Friedman, Scott L.; McQuaid, Kenneth R.; Grendell, James H. Current Medical Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. Edisi Kedua. California. McGraw Hill. 2003; p. 511-8.
10. Murfitt, Janet. The pancreas. In: Sutton, David. Textbook of Radiology and Imaging volume 1. 7th edition. China. Churchill Livingstone. 1998: 789.
11. Boer, Aswar. Ultrasonografi Pankreas. In: Ekayuda, Iwan. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2009: hal 483-8.
12. Debas, Haile T. Pancreas. In Gastrointestinal surgery pathophysiology and management. USA. Springer. 2003:p. 90,92.
Refarat Kimia Klinik22
13. Bowles, Matthew J., Benjamin, Irving S. Cancer of the stomach and pancreas. In: Logan, Robert P. H. ABC of the upper Gastrointestinal Tract. Spain. BMJ books. 2002: p. 43
14. Hariharan, D; Saied, A.; Kocher, H. Analysis of mortality rates for pancreatic cancer across the world. The Official Journal of the International Hepato Pancreato Biliary Association. Blackwell Publishing. Available from www.ncbi.nlm.nih.gov, updated december 20, 2007.
15. Hua, Yun-Peng, et al. Pancreatic head carcinoma: clinical analysis of 189 cases. Guangzhou, china. Hepatobiliary Pancreat Dis Int,Vol 8,No 1 February 15,2009. Available from www.hbpdint.com.
Refarat Kimia Klinik23