6
KAPAL PERIKANAN SULAWESI Lepa-lepa Jenis perahu lepa-lepa (sampan) dipergunakan untuk menangkap ikan di daerah pantai. Fungsi lainnya adalah sebagai perahu sekoci di perahu yang lebih besar (sande’, panjala, dan kappal) dan juga sebagai perahu pembantu untuk memperluas lokasi menangkap ikan sewaktu perahu sedang menambat di roppong (rumpon). Perahu jenis ini selalu dicat berwarna putih. Lepa-lepa yang dibuat oleh tukang perahu Mandar mempunyai perbedaan dengan perahu sejenis yang dibuat di daerah lain karena lepa-lepa lebih kecil, ringan, dan tipis tetapi kuat. Ukuran lepa-lepa tergantung pada besarnya diameter pohon yang akan digunakan sebagai bahan baku. Namun umumnya berukuran tiga sampai empat meter panjang, lebar 0,5 meter, kedalaman 0, 4 meter, dan tebal lambung sekitar 2 cm. Lepa-lepa digerakkan dengan dayung, dan dilengkapi dengan penyeimbang, kemudi, dan layar. Sande’ Sande’ adalah jenis perahu Mandar yang paling terkenal. Jenis perahu bercadik ini diperkirakan mulai muncul pada tahun 30-an,

KAPAL PERIKANAN SULAWESI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAPAL PERIKANAN SULAWESI

KAPAL PERIKANAN SULAWESI

Lepa-lepa

Jenis perahu lepa-lepa (sampan) dipergunakan untuk menangkap ikan di daerah pantai. Fungsi

lainnya adalah sebagai perahu sekoci di perahu yang lebih besar (sande’, panjala, dan kappal)

dan juga sebagai perahu pembantu untuk memperluas lokasi menangkap ikan sewaktu perahu

sedang menambat di roppong (rumpon). Perahu jenis ini selalu dicat berwarna putih. Lepa-lepa

yang dibuat oleh tukang perahu Mandar mempunyai perbedaan dengan perahu sejenis yang

dibuat di daerah lain karena lepa-lepa lebih kecil, ringan, dan tipis tetapi kuat. Ukuran lepa-lepa

tergantung pada besarnya diameter pohon yang akan digunakan sebagai bahan baku. Namun

umumnya berukuran tiga sampai empat meter panjang, lebar 0,5 meter, kedalaman 0, 4 meter,

dan tebal lambung sekitar 2 cm. Lepa-lepa digerakkan dengan dayung, dan dilengkapi dengan

penyeimbang, kemudi, dan layar.

Sande’

Sande’ adalah jenis perahu Mandar yang paling terkenal. Jenis perahu bercadik ini diperkirakan

mulai muncul pada tahun 30-an, ketika pelaut-pelaut Mandar yang sering berlayar ke dermaga-

dermaga dagang besar mengadopsi bentuk layar “segitiga” perahu Eropa ke perahu bercadik

mereka yang awalnya menggunakan layar “segiempat” (tanja).

Ciri khas sande’ terletak pada bentuk layar segitiga, warna putih, dan paccong (linggi) yang

ujungnya membentuk limas segitiga. Sande’ mempunyai satu pallayarang (tiang layar), dua

baratang (cadik), dan dua palatto (katir).

Fungsi utama sande’ adalah sebagai perahu penangkap ikan. Juga sering digunakan sebagai

perahu dagang, tetapi tidak efektif sebab daya muatnya tidak sebanyak perahu lain. Sande’

Page 2: KAPAL PERIKANAN SULAWESI

berukuran besar biasa beroperasi di roppong (rumpon). Pada waktu lampau, nelayan yang

menggunakan sande’ bermalam di sekitar roppong sampai satu bulan lebih. Sekarang tidak lagi

sebab hasil tangkapan lebih menguntungkan bila dijual dalam keadaan segar. Ukuran sande’

yang digunakan menangkap ikan di roppong mempunyai panjang 7-8 meter, lebar sekitar 80 cm

dan dalam sampai 1 meter.

Pakur

Perbedaan pakur dengan sande’ adalah, pakur umumnya lebih kecil dan memakai layar segi

empat yang dinamakan sobal tanja’ sehingga tiang layar harus disesuaikan, yaitu berukuran

pendek (sekitar 5 meter), lurus dan terbuat dari kayu bukan bambu. Cadik buritannya terletak

dekat sanggar kemudi perahu di belakang lambung, sedangkan sande’ cadik buritannya dipasang

di sekitar tengah lambung perahu.

Page 3: KAPAL PERIKANAN SULAWESI

Olanmesa

Olanmesa adalah jenis perahu bercadik yang ukurannya lebih kecil daripada pakur.

Menggunakan layar jenis tanja’ yang besar. Perahu jenis ini sudah tidak ada lagi. Posisi cadik

buritan hampir terletak di tengah perahu dan cadik haluan terletak lebih ke arah dalam, mirip

dengan posisi cadik pada perahu pakur. Posisi tiang layar terletak di depan cadik buritan atau di

tengah perahu.

Katitting

Katitting adalah jenis perahu bercadik yang tidak menggunakan layar ataupun dayung sebagai

penggeraknya, tetapi mesin. Mesin yang diletakkan di samping kiri geladak perahu yang

mempunyai lengan yang panjang untuk menghubungkan motor dengan baling-baling yang

terletak di samping kiri buritan. Umumnya digunakan sebagai sarana untuk menangkap bibit-

bibit udang (pambibi’) yang banyak muncul pada musim-musim tertentu di pantai teluk Mandar.

Berukuran panjang lima meter, lebar 0,80 meter dan dalam 0,50 meter. Kesamaannya dengan

perahu jenis sande’ adalah geladak juga ditutupi baik sebagai alat pelindung agar air tidak

masuk, juga sebagai tempat awak perahu dan mesin.

Page 4: KAPAL PERIKANAN SULAWESI

Bodi-bodi

Perahu jenis ini mempunyai bentuk lambung yang disesuaikan dengan penggunaan mesin

sebagai penggerak utama, yaitu lebih ramping dan panjang. Jenis perahu ini mulai muncul ketika

penggunaan mesin mulai banyak dimanfaatkan oleh nelayan Mandar. Umumnya digunakan

untuk memancing ikan karang di pulau-pulau Selat Makassar. Panjang perahu ini berkisar

delapan sampai sepuluh meter, lebar sekitar dua meter, dan dalam palka satu meter. Palka dari

tengah lambung sampai haluan mempunyai pintu yang besar, sebagai tempat penyimpanan peti-

peti yang berisi es batu. Pada musim timur, jenis perahu ini juga digunakan untuk menangkap

ikan terbang.

Ba’go (panjala)

Perahu ba’go adalah perahu yang bentuk lambungnya cukup lebar dan bulat. Biasa disebut

panjala karena alat tangkap yang digunakan adalah jala. Sebelum menggunakan mesin, perahu

ini ditambah dengan dayung berukuran besar yang digunakan ketika mengoperasikan jala atau

ketika angin terlalu kencang atau sebaliknya. Sekarang ini, peran layar telah digantikan oleh

mesin. Di atas geladaknya terdapat bangunan yang digunakan sebagai dapur dan ruang

beristirahat. Dilengkapi atap yang mudah dibongkar-pasang