34
LAPORAN AKHIR TAHUN KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL KOPI ARABIKA DI DATARAN TINGGI GAYO PENYULUH PERTANIAN MADYA IR YUFNIATI ZA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN 2012

KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

  • Upload
    donhi

  • View
    253

  • Download
    24

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

LAPORAN AKHIR TAHUN

KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILANKEPUTUSAN PENGGUNAAN VARIETASUNGGUL KOPI ARABIKA DI DATARAN

TINGGI GAYO

PENYULUH PERTANIAN MADYA

IR YUFNIATI ZA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

PERTANIANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2012

Page 2: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan

Laporan Akhir Tahun Kegiatan Kajian Faktor Penentu Pengambilan Keputusan

Penggunaan Varietas Unggul Kopi Arabika Di Dataran Tinggi Gayo tahun 2112 yang

dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh

Dinas/Instansi yang terkait, BP3K Bebesan, BP3K Celala, BP3K Janarata, PPL, petani

responden dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami

menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh

karena itu saran dan keritik yang sifatnya membangun guna perbaikan dimasa yang

akan datang sangat diharapkan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini

mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan

penyusunan laporan akhir tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini

bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab,

Ir Yufniati ZANIP. 19570304 198303 2 004

Page 3: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

ii

RINGKASAN

Kajian Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi ArabikaDi Dataran Tinggi Gayo bertujuan untuk memperoleh data faktor penentu dan alasan pemilihanvarietas yang digunakan, data identifikasi varietas yang di tanam dan perbandingan performakebun serta produktivitas kopi yang dihasilkan dari kombinasi beberapa varietas kopi arabika yangdi tanam. Disamping itu pula dari BPTP Aceh bertujuan agar Varietas kopi Gayo 1 dan Gayo 2yang sudah dilepas melalui Keputusan Menteri Pertanian pada bulan Desember tahun 2010, dapatditanam sesuai dengan indeks Geografis. Kopi merupakan komoditas primadona yang menjadiandalan sumber pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah di dataran tinggi Gayo. VarietasGayo 1 dan Gayo 2 memang sudah sangat adaptif dan ditanaman petani, namun untukmengurangi resiko kegagalan panen dari penggunaan satu varietas , perbaikan mutu dan citarasaserta pertimbangan ketahanan terhadap hama ( Penggerek Buah Kopi ) dan penyakit tertentu(penyakit karat daun dan jamur akar putih ), maka petani menanam beberapa varietas dilokasikebunnya. Penanaman satu varietas memiliki keunggulan sekaligus kekurangan, oleh karena ituperlu studi faktor penentu penggunaan varietas kopi arabika yang ditanam petanidikebunnya.Penggunaan kombinasi varietas apa yang paling menguntungkanterhadap ketahananhama dan penyakit , antisipasi kegagalan panen dari penanaman satu varietas, dan akhirnyacitarasa kopi yang paling baik dari kombinasi varietas yang ditanam oleh petani.

Kajian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan kemitraan antarapeneliti/penyuluh BPTP Aceh, PPL, petani , kelompok tani sebagai responden, serta melibatkanDinas/ Instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah dan Bener Meriah,BP3k Bebesan, BP3K Celala dan BP3K Janarata serta Lembaga Desa. Penelitian ini menggunakanmetoda survey, melalui pemilihan performa kebun yang didasarkan pada ketinggian tempat, yangdibagi menjadi tiga, yaitu : (1) ketinggian 800-1.000m dpl, (2) ketinggian 1.000 – 1.200 m dpl,dan (3) ketinggian 1.200-1.400 m dpl.Jumlah petani responden sebanyak 120 orang untuk duakabupaten, dan dipilih secara sengaja ( purposive sampling) dengan kreteria petani yangmenanam satu varietas unggul kopi arabika dan yang menanam tiga varietas unggul kopi arabika.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Desember 2012. Data yang dijadikansumber bahasan untuk dianalisis terdiri dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primerdilakukan melalui observasi lapangan , wawancara langsung dengan responden denganmenggunakan kuessioner, dan lebih mendalam dengan melakukan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD ). Data primer yang dikumpulkan antara lain (a) karakteristikresponden, (b) keragaan pengelolaan usahatani, (c ) observasi keragaan performa kebun dan (d)alur adopsi pemilihan varietas oleh petani responden. Hasil sementara yang diperoleh dari kajianini adalah umumnya kepemilikan kebun kopi milik sendiri dengan luas rata-rata 1 ha sampai 2 ha,lama kebun yang diusahakan sudah mencapai 15-25 tahun, varietas yang ditanam sebagian besardari kopi arabika ( Gayo 1, Gayo 2, Ateng Super/Catimor Jaluk ) dan sebagian kecil menanamvarietas P88. Alasan menggunakan beberapa varietas tersebut tentunya pertama sekali sudahberadaptasi , selanjutnya berproduksi tinggi dan umur tanaman tahan lama. Petani yangtermasuk responden dengan performa kebun menanam kombinasi varietas, tentunya juga punyaalasan yaitu karena kondisi kebun kopi tidak semua datar, ada juga yang mempunyai kemiringansekitar 15-20% . Untuk lahan yang datar tentu yang sesuai varietas Ateng Super dan yang agakmiring dapat ditanam varietas kopi Gayo1 .Petani kopi dalam memperoleh bahan tanamanumumnya melakukan sendiri, dengan umur bibit berkisar 8 bulan dari semai biji yang diperolehdari kebun sendiri, alasannya karena mudah dalam perawatan dan akarnya belum terlalupanjang. Untuk luas kebun 1 ha dibutuhkan bahan tanaman/bibit tanaman kopi sebanyak 1.280batang. Tanaman pelindung yang digunakan dari jenis tanaman lamtoro, jarak tanamnya 5mx5mdengan jumlah perha 600 batang. Produksi rata rata yang dicapai ditingkat petani baru mencapai500 – 800 kg/ha, dan beberapa petani ada yang mencapai standar nasional yaitu 1 sampai 1,2ton/ha. Panen raya kopi jatuh pada bulan Februari sampai bulan Mei setiap tahun, dan akhirpanen bulan Nopember sampai minggu 2 bulan Desember. Kebiasaan petani kopi menjual hasilpanen dalam bentuk gabah dengan kekeringan air, harga jual Rp 17.000,-/bambu, kepadapedagang pengumpul, sedangkan dalam bentuk gelondong merah Rp 65.000- Rp 70.000,-/kaleng. Pemanenan kopi dilakukan setiap tahun 10-12 kali dengan interval waktu 2 minggu sekali.Hama dan Penyakit yang sering menyerang tanaman kopi petani adalah PBKo dan jamur akarputih, pengalaman petani yang tahan terhadap hama/penyakit tersebuat adalah varietas Gayo 1.

Page 4: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

iii

Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik pemangkasan tanamankopi, pemupukan menggunakan limbah kulit kopi, kompos kulit kopi, pupuk kandang dansebagian kecil menggunakan pupuk an organik.

Kata Kunci :Performa kebun , Varietas kopi Arabika , Ketinggian tempat

Page 5: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

iv

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

RINGKASAN ..................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang................................................................................... 1

1.2. Tujuan ............................................................................................. 3

1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................................. 3

1.4. Hasil Yang Diharapkan ....................................................................... 4

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

III. PROSEDUR................................................................................................ 10

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan .................................................................... 10

3.2. Pendekatan ...................................................................................... 10

3.3. Pola Pendampingan ........................................................................... 10

3.4. Komponen Teknologi PTT Jagung ....................................................... 11

3.5. Bahan .............................................................................................. 12

3.6. Teknik Diseminasi ............................................................................. 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13

4.1. Hasil ................................................................................................. 13

4.2. Pembahasan ...................................................................................... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 22

5.1. Kesimpulan......................................................................................... 22

5.2. Saran................................................................................................. 22

VI. Kinerja Hasil Kegiatan ............................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

LAMPIRAN ....................................................................................................... 24

Page 6: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Propinsi Aceh merupakan daerah penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia

dengan pusat pengembangannya terletak di dataran tinggi Gayo , yaitu di Kabupaten

Aceh Tengah dan Bener Meriah . Pada tahun 2009 luas perkebunan rakyat di Dataran

Tinggi Gayo adalah 87.492 ha dengan rincian 48.001 ha di Kabupaten Aceh Tengah dan

39.491 ha berada di Kabupaten Bener Meriah ( Dinas Perkebunan dan Kehutanan

Provinsi NAD, 2009 ). Akan tetapi dari luasan areal perkebunan rakyat tersebut produksi

yang dihasilkan hanya berkisar ± 27.444 ton dengan tingkat produktivitas per hektar ±

718 kg /tahun . Tingkat produksi dan produktivitas tersebut masih rendah, jika

dibandingkan dengan produktivitas kopi arabika nasional mencapai ± 852,36 kg/ha/th.

Varietas yang digunakan petani umumnya yaitu Lini S, Bergendal, Catimor

Jaluk, BP 542 A, S-288, C-50, Andungsari, S-795, Borbor dan TimTim. Untuk 10 varietas

ini telah dilakukan suatu penelitian awal dengan melakukan identifikasi dan seleksi

terhadap 10 varietas tersebut, dimana Pemerintahb Aceh bekerjasama dengan Forum

Kopi, Aceh Partnerships Economic Development Project ( APED ), Pusat Penelitian Kopi

dan Kakao Indonesia, dan BPTP Aceh pada tahun 2007 yang berlokasi di nKabupaten

Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh 3 varietas kopi yang sesuaib dengan

ketinggian tempat yaitu P88,Borbor dan Timtim. Untuk varietas Gayo 1 yaitu varietas

Timtim dan Gayo 2 adalah varietas Borbor, ke dua varietas ini telah dilepas oleh Menteri

Pertanian menjadi Varietas Unggul Nasional.

Perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total

areal 1,06 juta ha atau 94,14 %, sementara areal perkebunan besar negara 39,3 ribi ha

(3,48%) dan perkebunan besar swasta 26,8 ribu ha ( 2,38%). Areal perkebunan rakyat

tersebut dikelola olehb sekitar 2,12 juta kepala keluarga petani ( Direktorat Jenderal Bina

Produksi Perkebunan, 2004 ).

Varietas Gayo 1 dan Gayo 2 memang sudah sangat adaptif dan ditanam petani

di Dataran Tinggi Gayo ( Aceh Tengah dan Bener Meriah ), namun untuk mengurangi

resiko kegagalan panen dari penggunaan satu varietas , perbaikan mutu dan citarasa

serta pertimbangan ketahanan terhadap hama penyakit tertentu ( penyakit karat daun

dan jamur akar putih ). Berkaitan dengan masalah tersebut maka petani menanam

beberapa varietas kopi dilokasi kebunnya.

Penggunaan satu varietas memiliki keunggulan sekaligus kekurangan, olekarena

itu perlu dilakukan penelitian atau study factor penentu penggunaan varietas kopi

Page 7: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

2

arabika yang ditanam petani dikebunnya. Penggunaan kombinasi varietas apa yang

paling menguntungkan terhadap ketahanan hama penyakit , antisipasi kegagalan panen

dari penanaman satu varietas, dan citarasa kopi yang paling baik dari kombinasi varietas

yang ditanam oleh petani.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat : (1) factor penentu dan alasan pemilihan

varietas yang digunakan petani, (2) data identifikasi varietas yang ditanam , dan (3)

perbandingan performa kebun dan produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi

arabika yang ditanam petani.

1.3. Keluaran

Tersedianya data ; (1) factor penentu dan alasan pemilihan varietas yang

digunakan petani , (2) data identifikasi varietas yang ditanam petani dan (3)

perbandingan performa kebun dan produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi

arabika yang ditanam petani.

1.4. Hasil yang Diharapkan

1) Data morfologi, deskripsi dan identifikasi varietas kopi arabika yang ditanam

petani di Dataran Tinggi Gayo.

2) Data produktivitas kebun dari berbagai kombinasi varietas kopi arabika yang

ditanam petani.

3) Data identifikasi alasan petani menggunakan 1 varietas ataupun kombinasi

varietas yang ditanam.

4) Data performa kebun dari berbagai kombinasi varietas yang ditanam petani

1.5.Perkiraan Manfaat dan Dampak

1) Diharapkan dari penelitian ini ada rekomendasi dari Dinas Perkebunan

Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah tentang performa kebun yang

ditanam satu varietas atau kombinasi beberapa varietas dengan data yang

telah dianalisis oleh BPTP Aceh.

2) Meningkatnya luas penanaman kopi varietas Gayo 1 dan Gayo 2 oleh petani

sesuai dengan performa kebun menurut ketinggian tempat di Dataran Tinggi

Gayo.

Page 8: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Varietas Kopi Arabika

Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan kopi di Indonesia pada

umumnya dan di dataran tinggi Gayo khususnya adalah masih rendahnya produktivitas

dan mutu kopi Arabika yang dihasilkan. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan

kebijakan kopi nasional di bidang budidaya kopi. Salah satunya adalah optimalisasi

penggunaan bahan tanam/bibit unggul yang sesuai kondisi agroklimat tempat

penanaman (Retno Hulupi, 1999).

Pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas kopi arabika ditekankan untuk

mendapatkan varietas toleran penyakit karat daun berperawakan katai. Dengan

perawakan katai peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan populasi

tanaman per satuan lahan. Hasil seleksi terhadap beberapa nomor introduksi kopi

arabika berperawakan katai dari CIFC, Portugal melahirkan BP 453 A dan BP 454 A yang

akhirnya pada tahun 1993 dilepas sebagai varietas Kartika 1 dan Kartika 2. Keduanya

selain memiliki sifat daya hasil tinggi (2.000-3.000 kg kopi pasar per hektar), toleran

serangan penyakit karat daun serta mempunyai mutu biji baik, sehingga dapat

dianjurkan ditanam pada lahan ketinggian menengah.

Selain itu untuk mengatasi masalah lahan marginal, pada tahun 1995 telah

dilepas varietas S 795. Selain produktivitasnya cukup baik (1.500-2.000 kg kopi pasar per

hektar), varietas ini juga toleran penyakit karat daun, sehingga dapat ditanam mulai 700

mdpl. Pada saat yang sama juga dilepas varietas Abesinia 3 dan USDA 762. Meskipun

daya hasilnya lebih rendah karena kurang tahan penyakit karat daun, tetapi dua varietas

tersebut merupakan pilihan bagi pekebun yang memiliki lahan di atas 1.000 mdpl,

tanahnya subur dengan tipe iklim basah serta memiliki tenaga kerja terbatas

(www.ipard.com).

Pemerintah Aceh bekerjasama dengan Forum Kopi Aceh, Aceh Partnership

Economic Development (APED), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan BPTP

NAD telah melakukan suatu penelitian awal dengan melakukan identifikasi dan seleksi

terhadap 10 varietas kopi Arabika yang dibudidayakan di dataran tinggi Gayo. Dari hasil

penelitian ini telah diperoleh tiga varietas kopi yang sesuai dengan ketinggian tempat

yaitu P88, Borbor, dan Timtim. Adapun identifikasi ketiga varietas tersebut menurut

Surip, et. al (2008) adalah sebagai berikut :

1. P88

Merupakan hasil seleksi individual pada keturunan Catimor koleksi introduksi dari

Thailand yang diuji di Balai Penelitian Kopi Gayo, dapat tumbuh pada ketinggian

Page 9: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

4

>1000 m dpl. Agak tahan terhadap serangan nematoda parasit dan tahan penyakit

karat daun (Hemilea vastatrix). Produktivitas 1.000-1.500 kg/ha untuk populasi 2.000

pohon/ha.

2. Borbor

Merupakan hasil seleksi individual pada keturunan Arabusta Timtim yang dilakukan

oleh petani atau pekebun di Gayo, tahan penyakit karat daun (Hemilea vastatrix).

Dapat tumbuh pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas 1.000-1.500 kg/ha

untuk populasi 1.600 pohon/ha.

3. Timtim

Merupakan Arabika asal Timor Timur (sekarang Timor Leste), yang telah beradaptasi

di dataran tinggi Gayo. Ketahanan terhadap penyakit karat daun (Hemilea vastatrix)

antar individu tanaman sangat beragam mulai dari agak rentan–tahan. Dapat

tumbuh pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas 900-1.500 kg/ha untuk

populasi 1.600 pohon/ha.

Varietas Andung Sari 1 yang berasal dari varietas harapan dengan nomor seleksi

BP 426 A, BP 426 A, merupakan salah satu hasil seleksi pohon induk dari populasi

varietas Catimor yang diintroduksikan dari Kolombia. Keragaman individu pada populasi

tersebut sangat nyata, baik habitus, ketahanan terhadap penyakit karat daun,

pembuahan dll. Pada saat pembuahan pertama dan kedua (1987-1988) dilakukan seleksi

individual terhadap sifat daya hasil dan ketahanan terhadap karat daun; terpilih tiga

nomor seleksi, yaitu BP 425 A, BP 426 A dan BP 427 A.

Menilik perbedaan sifat morfologi dan sifat agronomi lainnya yang berbeda

dengan populasi Catimor keturunan HW 26 (Kartika 1 dan Kartika 2), diduga BP 426 A

merupa-kan keturunan Catimor H-440 dengan induk persilangan Catura vermelho (CIFC

19/1) x Hibrido de Timor CIFC 1343/269. Catimor keturunan H-440 ini banyak ditanam

sebagai varietas praktek di Kolombia. Pengujian aras bibit dilakukan terhadap sifat

ketahanan pada kondisi lengas tanah dan hara minimal, serta pengujian lapangan

terhadap sifat daya hasil dan mutu biji yang dilakukan di beberapa kondisi lingkungan.

Pengujian ketahanan ter-hadap penyakit karat daun dilakukan pada aras bibit maupun di

lapangan baik dengan metode inokulasi cakram daun di laboratorium maupun metode

scoring di lapangan.

Berdasarkan penelitian ini BP 426 A dapat ditanam mulai ketinggian tempat 700

m ke atas, dengan be-berapa tipe iklim, yaitu tipe A, B, C, dan D (menurut klasifikasi

Schmith & Ferguson). Meskipun demikian produk-tivitas paling baik adalah penanaman

di lahan dengan = 1000 m dpl, klas lahan S1 dan S2 dengan tipe iklim B atau C.

Pengujian citarasa (cup test) dilakukan oleh panelis dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Page 10: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

5

dan dari luar negeri dengan cara mengirimkan contoh ke laboratorium Uji Mutu milik

Nestle S.A, Switzerland.

Tanaman kopi (Coffea Sp.) merupakan tanaman perkebunan yang termasuk ke

dalam famili Rubiaceae yang memiliki ±100 spesies/jenis, tetapi hanya dua jenis saja

yang banyak dibudidayakan dan diperdagangkan yaitu jenis kopi Arabika dan Robusta.

Kedua jenis kopi ini mempunyai perbedaan yang nyata baik dari segi fisik maupun

kualitas buah yang dihasilkan dimana kopi Arabika menghasilkan kualitas buah kopi yang

lebih baik dibandingkan kopi Robusta.

2.2. Keragaman Varietas

Usaha pertanian modern cenderung menuju pola satu spesies satu varietas dalam

skala hamparan luas sehingga memiskinkan keanekaragaman hayati alamiah.

Penggunaan satu varietas homogen-homozigot dalam hamparan luas, seperti pada

usahatani padi, memusnahkan keanekaragaman hayati di tingkat spesies itu sendiri,

mengakibatkan timbulnya biotipe dan strain baru hama dan penyakit, sebagai akibat

seleksi terarah ke strain yang lebih virulen.

Penanaman satu spesies dalam hamparan luas mengakibatkan terjadinya

pendesakan spesies, sehingga spesies asli musnah. Biota penyerta, termasuk

arthropoda, mollusca, nematoda, mikroba, dan lain-lain ikut terdesak dan termusnahkan,

yang tinggal hanya yang serasi dengan ekologi satu spesies tanaman yang diusahakan.

Pemiskinan keanekaragaman hayati pada ekologi lahan pertanian memang tidak

dapat dihindarkan, tetapi pemeliharaan keragaman hayati masih memungkinkan.

Penggunaan varietas nonhomogen-nonhomozigot, penanaman multivarietas, varietas

campuran, multilini, sintetik dan komposit, menghindarkan keseragaman dalam spesies

dan membentuk keanekaragaman genetik, meningkatkan plastisitas dan daya sangga

genetik tanaman terhadap berbagai cekaman lingkungan. Penanaman multispesies

dalam hamparan secara tumpangsari, karang kitri, hedgerows, dan lain-lain menambah

besarnya keragaman hayati pada ekologi pertanian.

Pelestarian plasmanutfah (keanekaraman genetik dalam spesies) dapat lebih terjamin

apabila dibentuk Pusat Plasma Nutfah Nasional untuk pelestarian komoditas spesies yang

bersangkutan. Pelestarian keragaman hayati perlu dilakukan di tingkat pedesaan,

kabupaten, dan wilayah, dengan membangun Taman Botani atau Gene Park yang

berfungsi sebagai sistem konservasi, rekreasi, edukasi, dan penyediaan bibit (N.

Zuraida,2000).

Page 11: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

6

III. PROSEDUR

3.1.Ruang Lingkup Kegiatan

Penelitian ini merupakan kajian faktor penentu pengambilan keputusan

penggunaan varietas unggul kopi arabika di dataran tinggi Gayo, dilakukan untuk

memperoleh data identifikasi alasan petani menggunakan varietas unggul kopi arabika,

data performa kebun yang menanam 1 varietas maupun kombinasi varietas. Selanjutnya

kajian ini juga ingin mendapatkan data produksi kopi dari berbagai kombinasi varietas

yang ditanam serta data morfologi dari varietas kopi yang ditanam berdasarkan

ketinggian tempat yaitu dari 900m sampai 1.600m diatas permukaan laut. Kegiatan ini

dilaksanakan pada 2 kabupaten yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan masing

masing lokasi melibatkan 60 petani kopi sebagai responden dan enumerator sebanyak 12

orang yang terdiri dari Penyuluh Pertanian Lapangan termasuk Penyuluh THL. Untuk

memperoleh data sesuai dengan harapan, tentu ada beberapa kegiatan yang dilakukan

BPTP Aceh, diantaranya; (1) memberikan coaching kepada penyuluh sebagai enumerator

yang berlokasi di BP3K ( Celala, Bebesan dan Janarata ); (2) melakukan wawancara

dengan beberapa orang responden secara bersamaan dengan cara diskusi, dan (3)

melaksanakan workshop yang melibatkan petani kopi, kepala desa, Penyuluh Lapangan ,

Dinas terkait.

3.2. Pendekatan

Penelitian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan

kemitraan antara peneliti/penyuluh BPTP NAD, PPL, petani, kelompok tani serta

melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh

Tengah dan Bener Meriah, BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lain–lain.

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode survey, dimana

petani sebagai responden dipilih secara sengaja (purposive sampling) yaitu yang

menanam satu varietas dan yang menanam beragam varietas kopi Arabika di kebunnya.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah

yang menjadi sentra produksi kopi Arabika provinsi Aceh. Penentuan lokasi kebun

berdasarkan ketinggian tempat yang dibagi pada: (1) ketinggian 800-1000 meter dpl, (2)

1000-1200 meter dpl, dan (3) 1200-1400 meter dpl. Kebun petani yang dipilih

berdasarkan penggunaan varietas yang ditanamnya yang dibagi kepada petani yang

Page 12: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

7

menanam satu varietas dan yang menanam beragam varietas kopi arabika di kebunnya.

Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai dengan bulan Desember 2012.

3.4. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner model terbuka

dan tertutup untuk mengumpulkan data primer, sedangkan data sekunder dikumpulkan

dari instansi terkait.

3.5. Analisis Data

Data yang dijadikan sumber bahasan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer dikumpulkan dari responden yang terdiri dari PPL, Pejabat dari Dinas-dinas

Lingkup Pertanian di tingkat Kabupaten dan Kecamatan serta petani di lapangan.

Pengumpulan data primer akan dilakukan melalui observasi lapangan,

wawancara langsung engan responden maupun pakar dengan menggunakan kuesioner

untuk mengumpulkan informasi lebih mendalam, dapat pula dilakukan diskusi kelompok

terfokus (Focus Group Discussion - FGD). Data primer yang dikumpulkan, antara lain

adalah sebagai berikut:

(a) Karakteristik responden, meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusahatani dan

lain-lain yang relevan.

(b) Keragaan pengelolaan usahatani, yang di dalamnya memuat uraian komponen

teknologi budidaya, panen, pasca panen hingga pemasaran biji kopi yang dilakukan

petani responden.

(c) Observasi keragaan performa kebun, terutama produksi dan ketahanan terhadap

serangan hama penyakit.

(d) Alur adopsi pemilihan varietas oleh petani responden, termasuk di dalamnya

mengungkap sumber informasi, teknologi, keunggulan dan kelemahan varietas,

dan data pendukung lain yang relevan.

Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran dokumen dan publikasi yang

relevan, Puslit/Balit yang terkait, Dinas Perkebunan, lembaga atau pemangku kebijakan

lainnya, dan sumber lain yang terkait.

Data identifikasi varietas, morfologi dan deskripsi kopi arabika di kebun petani

akan dianalisis secara dekriptif kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan untuk

membandingkan performa kebun dari kombinasi varietas yang ditanam petani digunakan

alat analisis linear berganda dilanjutkan dengan chi square untuk melihat berapa

besarnya faktor yang menentukan petani memilih varietas kopi arabika yang

ditanamnya.

Page 13: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1.Profil Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah

Kabupaten Aceh Tengah merupakan salahsatu kabupaten di Provinsi Aceh dengan

ibukotanya Takengon. Kabupaten ini berada di kawasan Dataran Tinggi Gayo

Kabupaten Aceh Tengah memiliki 14 Kecamatan, yang terdiri dari 271 desa.

Kegiatan Pengkajian yang dilakukan pada 2 kecamatan yaitu Kecamatan Bebesan

dan Celala. Kreteria ketinggian 1.200- 1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 m dpl terwakili

di kecamatan Bebesan dengan jumlah responden yang menanam 1 varietas kopi

arabika sebanyak 10 orang dan yang menanan secara kombinasi sebanyak 10

orang , sehingga jumlah responden untuk kecamatan Bebesan berjumlah 40 orang

dan untuk masing masing responden secara terlampir. Adapun kegiatan yang

dilakukan dengan cara mengunjungi responden untuk mengumpulkan data umum

dan data produksi bulan juni serta data data lain yang berkaitan dengan kegiatan

pengkajian. Kajian ini melibatkan penyuluh lapangan sebagai enumerator dan petani

kopi sebagai responden ,disamping itu juga melibatkan Kepala BPP dan petugas dari

Dinas Perkebunan dan Kehutanan.

Data sementara yang diperoleh dari lokasi kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah ,

terdiri dari 2 Kecamatan yaitu ; (1) Kecamatan Bebesan terdapat 4 desa yang

mewakili kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl dan 1.400-1.600 m dpl yaitu ; ( a)

Desa /kampong Blanggele didampingi oleh Silawirda, A.Md sebagai Penyuluh THL

dengan jumlah responden sebanyak 11 petani dengan luas tanamnya dan

menggunakan 1 varietas dan kombinasi varietas yang ditanam (terlampir). Desa ini

dengan luas 217,20 Ha yang terdiri dari kebun kopi seluas 158 Ha, tanah

pekarangan dan pemukiman seluas 59,2 Ha, tanah terlantar ( tidak diusahakan )

seluas 10 Ha dan lain-lain seluas 1 Ha. Jumlah penduduk 1.095 jiwa dengan 344 KK

yang terdiri dari Laki-laki 541 orang dan Perempuan 554 orang. Sarana

perekonomian terdiri dari 6 unit Kios Sembako dan 2 unit Kilang Padi.( b) Desa

Lelabu dengan pendamping Syukurmi sebagai PPL dengan jumlah responden

sebanyak 10 orang dengan rincian yang menanam 1 varietan dan kombinasi

varietas serta luas tanamnya (terlampir ). Desa ini dengan luas 192 Ha, Kebun

Kopi 60 Ha, tanah tegalan /ladang seluas 12 Ha, tanah pekarangan 8 Ha, tanah

terlantar/tidak diusahakan 2 Ha, kolam 2 Ha, sawah irigasi sederhana ½ Ha, padang

pengembalaan ternak 1 Ha dan lain-lain ½ Ha. Jumlah penduduk 410 jiwa ,113 KK,

Laki-laki 210 orang dan Perempuan 200 orang. Sarana perekonomian desa terdiri

Page 14: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

9

dari warung/kios sembako 4 unit, KUD 2 unit. ( c) Desa Daling dengan pendamping

Yusfi Leili, SP sebagai penyuluh dengan jumlah responden 10 orang dengan luas

tanam, penanama 1 varietas, kombinasi varietas ( terlampir). Desa ini luasnya 250

Ha, kebun kopi 200 Ha, sawah irigasi pedesaan 5 Ha, tanah pekarangan ½

Ha,kolam 2 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 10 Ha. Desa ini dengan jumlah

penduduk 431 jiwa dengan 123 KK, Laki-laki 176 orang, Perempuan 174 orang,

sarana perekonomian desa 5 unit warung /kios sembako. (d) Desa Tansaran yang

didampingi oleh penyuluh yang bernama Agus Nari dengan jumlah responden 10

orang yang terdiri dari menanam 1 varietas dan kombinasin varietas dengan jumlah

luas tanamnya (terlampir). Desa ini dengan luas 420 Ha yang terdiri dari kebun kopi

100 Ha, sawah irigasi sederhana 2 Ha, sawah irigasi pedesaan 2 Ha, tanah

tegalan/ladang 20 Ha, tanah pekarangan 3 Ha, kolam 1 Ha, tanah terlantar 15 Ha,

padang pegembalaan 10 Ha, rawa-rawa/semak 50 Ha, hutan Negara 10 Ha dan

lain-lain 3 Ha. Jumlah penduduk 441 jiwa dengan 123 KK , Laki-laki 212 orang

dan pempuan 229 orang. Sarana perekonomian desa 4 unit warung/kios sembako,

koperasi 1 unit, hand traktor 1 unit, mesin perontok 1 unit.

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah

kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah

kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km2

dengan 17 desa/kampong.Sawah irigasi sederhana PU 573 Ha , sawah irigasi non PU

541 Ha,tanah tegalan 758 Ha, tanah pekarangan 287 Ha, kebun kopi 2.781 Ha,

ladang 455 Ha, kolam ikan 31 Ha, rawa-rawa 5 Ha, hutan Negara 3.221 Ha dan lain-

lain 248 Ha.WKBPP Celala terletak pada ketinggian 700- 900m dpl , dengan suhu

tinggi 20˚- 34˚C dan suhu terendah pada malam hari 15˚- 20˚C dengan

kelembaban relative rata-rata 55,5%.Adapun curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir

berkisar antara 1.750 mm-2.083 mm, dengan hari hujan rata-rata 163 hari pada

bulan September sampai dengan April. Jumlah penduduk di Kemacatan Celala 8.556

jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 96 jiwa/km2. Sebagian besar mata

pencaharian penduk sebagai petani ( 1.591 jiwa ), Buruh Tani ( 154 jiwa). BPP

Celala terletak di desa Makmur , dan merupakan wilayah kerja BPP Celala yang

terdiri dari 17 desa definitive , juga merupakan unit koordinasi serta operasional

kegiatan penyuluhan bagi PPL dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berbagai

macam komoditi yang diusahakan , baik yang sifatnya usaha pokok maupun

berbagai usaha sampingan, tapi yang dominan diusahakan petani adalah tanaman

kopi. Tanaman ini merupakan komoditi yang berpeluang besar untuk dikembangkan,

Page 15: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

10

tapi kendala dilapangan rata-rata produksi kopi ditingkat petani belum mencapai

produksi yang diharapkan yaitu 0,5 ton/ha. Rekomendasi pupuk untuk tanaman kopi

Arabika adalah Urea 300kg/ha, SP 36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha, sedangakan

untuk kopi Robusta yaitu Urea 300 kg/ha, SP 36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha.

Jumlah kelompok tani di WKBPP ini tahun 2011 sebanyak 17 kelompok untuk 17

desa dengan kelas kelompok pada tingkat pemula dan 16 gabungan kelompok tani (

Gapoktan ) .

Permasalahan yang dirasakan selama ini adalah dibidang tehnis adalah masih

rendahnya kesadaran petani untuk mengelola usahataninya secara terpadu, dan

belum mau memanfaatkan jerami, sisa panen, rumput bekas babatan dan kotoran

ternak untuk dijadikan pupuk organic/kompos. Untuk Kecamatan Celala terdapat 2

desa yang memenuhi kreteria ketinggian 900-1.200m dpl yaitu; ( 1 ) Desa Kuyen

Uken termasuk WKPP Weh Cabang dengan nama kelompok tani Siner Kuara,

dengan jumlah responden 10 orang yang menanam 1 varietas kopi arabika. Luas

dan varietas yang ditanam dapat terlihat pada lampiran. Penyuluh yang

mendampingi responden tersebut yaitu Sudianto; ( 2 ) Desa Belang Jorong termasuk

dalam WKPP Alur Bengi dengan nama kelompoktani Tuah Bertona, dengan jumlah

responden yang dipilih untuk kegiatan ini sebanyak 10 orang , yang menanam

kombinasi varietas kopi arabika dengan luas tanam masing masing responden dapat

dilihat pada lampiran. Kabupaten Bener Meriah sebagai kabupaten pemekaran baru

dari kabupaten Aceh Tengah, yang diformalkan sejak tahun 2004. Kabupaten ini

luas wilayahnya 1.454,09 km yang terdiri dari 7 kecamatan , 13 mukim dan 232

desa. Komposisi penggunaan lahan sebagai berikut; sawah 21.234 Ha,

pekarangan/bangunan 3.172,80 Ha, kebun/ ladang 50.384 Ha, hutan lindung

21.604,78 Ha dan hutan produksi 36.447 Ha. Kabupaten ini merupakan kabupaten

termuda dalam wilayah Provinsi Aceh dengan ketinggian rata-rata 1.000 2.500 m dpl

dengan suhu rata-rata antara 20 derajat celcius , sebelah utara dengan kabupaten

Bireun , sebelah selatan dengan kabupaten Aceh Tengah, sebelah timur dengan

kabupaten Aceh Timur dan sebelah barat dengan kabupaten Aceh Tengah.

Kabupaten ini jika ditinjau dari zona dan dibagi pada dua zona dengan kesuburan

tanah yang merata hampir disetiap kecamatan, jenis tanah Podzolik adalah yang

mendominasi kawasan Bener Meriah ,sehingga sangat cocok untuk tanaman

hortikultura serta tanaman perkebunan seperti kopi,kelapa sawit, karet, coklat dan

teh.

Kopi Gayo Arabika asal kabupaten ini sudah lama dikenal oleh kalangan pengusaha

kopi, baik itu tingkat Regional, Nasional dan Manca Negara.Selain kopi Arabika juga

Page 16: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

11

kopi Robusta telah mempunyai nama yang cukup baik terutama dikalangan

pedagang local, dan kopi ini biasanya diproses untuk dijadikan kopi bubuk dengan

aroma dan rasa yang khas. Kecamatan Bandar merupakan salah satu kecamatan

yang terpilih dan terwakili untuk ketinggian 900-1.200m dpl, 1.200- 1.400 m dpl dan

1.400- 1.600 m dpl pada kegiatan pengkajian , dengan suhu rata-rata 20 derajat

celcius. Kecamatan ini terdiri dari 47 desa definitive, 3 kemukiman , jumlah

penduduk 30.434 jiwa. Luas wilayah kecamatan ini 129,64 km2 dan juga merupakan

kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Untuk masing-masing ketinggian

dipilih 20 responden yang terdiri dari yang menanam 1 varietas sebanyak 10 orang

dan yang menanam kombinasi varietas 10 orang. Untuk ketinggian 900-1.200m dpl

yang didampingi oleh seorang Penyuluh bernama Bambang Purnomo dengan jumlah

3 desa yaitu Blang Pulo, Paya Lingkar dan Muyang Kuta Mangku. Kreteria ketinggian

1.200-1.400 m dpl terdiri dari 2 desa yaitu Jadi Sepakat dan Tawar Sedenge yang

didampingi oleh Aria Zulfikar dan pada ketinggian 1.400-1.600 m dpl didampingi

oleh Penyuluh yang bernama Effendi dengan mewaki desa Pondok Gajah.

4.1.2.Koordinasi dan Penentuan lokasi kegiatan

Tanggal 14-15 Maret 2012 dilakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah dengan tujuan melakukan sosialisasi tentang

kegiatan BPTP Aceh yang akan melakukan kajian perkembangan terhadap tanaman kopi

arabika yang ditanam oleh petani, baik varietas Gayo 1 dan Gayo 2 serta P88 pada 3

kreteria ketinggian,yaitu dari 900-1.200m dpl, 1.200 -1.400 m dpl dan 1.400-1.600m

dpl.Dari hasil diskusi tersebut diperoleh informasi tentang daerah atau kecamatan yang

mewakili kreteria ketinggian dimaksud, terpilih kecamatan Bebesan ( 1.200 -1.400 m

dpl dan 1.400-1.600 m dpl ) dan Kecamatan Celala untuk ketinggian 900 -1.200 m dpl.

Jumlah responden yang terlibat dalam kegiatan kajian ini berjumlah 60 orang, dan

enumerator berjumlah 6 orang yang status penyuluh yang berasal dari BPP Bebesan dan

BPP Celala.

Tanggal 16-17 Maret 2012 melakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bener Meriah yang tujuan juga mensosialisasikan kegiatan BPTP

Aceh yaitu Kajian perkembangan varietas Gayo 1 , Gayo 2 dan P88 yang ditanam petani

pada 3 kreteria ketinggian yaitu 900-1.200m dpl, 1.200-1.400m dpl dan 1.400 -1.600 m

dpl. Dari hasil diskusi diperoleh informasi bahwa lokasi yang mewakili ke 3 kreteria

tersebut terpilih Kecamatan Bandar . Jumlah responden pada kegiatan ini berjumlah 60

orang, dan enumerator berjumlah 3 orang yang statusnya penyuluh berasal dari BPP

Bandar.

Page 17: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

12

1. Pengumpulan Data Informasi umum.

Tanggal 18-19 April melakukan koordinasi pada BPP Bebesan dan Celala, yaitu

choaching / penjelasan singkat tentang tatacara pengisian kuessiner yang dihadiri Ka

BPP, PPL. Pada perinsipnya ke dua BPP tersebut mendukung pelaksanaan kegiatan

kajian ini, Ismail SP sebagai Kepala BPP Celala menetapkan 2 orang penyuluh untuk

membantu dan mendampingi petani dalam pengisian kuessioner, yaitu Thallea

Nedwar,SP dan Sudianto. Masing-masing PPL mendampingi 10 orang petani. Untuk

Kecamatan Celala ada dua desa yang terwakili dengan ketinggian 900-1.200 m dpl, yaitu

desa Kuneken ( petani yang menanam 1 varietas) dan desa Paya Kolak ( petani yang

menanam kombinasi beberapa varietas).

Untuk kecamatan Bebesan yang masuk dalam wilayah kerja BPP Bebesan yang

dikepalai oleh Sampit Tarigan ,SP menunjuk 4 orang PPL yaitu Syukurmi, Agusnari, Leli

dan Sila Wirda. Masing masing PPL mendampingi 10 orang petani dan mengumpulkan

data berdasarkan dengan klasifikasi performa kebun yaitu yang menanam 1 varietas

dan kombinasi beberapa varietas. Untuk kecamatan Bebesan ada 5 desa yang mewakili

ketinggian dari 1.200 -1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 mdpl, yaitu desa Tensaran, Daling,

Lelabu,Blang Gele dan Sadong.

Tanggal 20-21 April 2012, melalukan koordinasi dengan BPP Bandar , karena

untuk Kabupaten Bener Meriah terwakili tiga kreteria ketinggian dari 900-1.200m dpl,

1.200-1.400 m dpl dan 1.400 1.600m dpl yaitu kecamatan Bandar dan merupakan

wilayah kerja BPP Bandar, yang di kepalai oleh Linda, SP. Pada perinsipnya beliau

mendukung kegiatan ini , sehingga ditunjuk 3 orang PPL, yaitu Bambang Purnomo, Aria

Zulfikar dan Effendi sebagai pendamping petani dalam pengisian kuessioner sesuai zona

ketinggian yang telah ditentukan.

Untuk masing-masing enumerator diberi insentif sejumlah Rp 200.000, perbulan

yang terhitung sejak bulan Mei sampai November 2012.

4.1.3. Hasil wawancara dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan, BPPBebesan dan BPP Celala Kabupaten Aceh Tengah

Pada tanggal 14 – 15 Maret 2012 dilakukan koordinasi dengan Dinas

Perkebunan dan Kehutanan, BPP Bebesan dan BPP Celala Kab. Aceh Tengah yang

bertujuan untuk mensosialisasikan tentang kegiatan BPTP Aceh yang akan melakukan

kajian tentang perkembangan tanaman kopi Arabika yang ditanam oleh petani, baik

varietas Gayo 1,Gayo 2 dan P88 pada 3 kreteria ketinggian ,yaitu dari 900 -1200 m

Page 18: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

13

dpl ,1200- 1400 m dpl dan 1400 -1600 m dpl. Dari hasil diskusi tersebut didapat

informasi tentang daerah atau kecamatan yang dapat mewakili ketiga kriteria diatas.

Adapun lokasi yang mewakili kriteria ketinggian yang di sebut di atas maka terpilihlah

Kecamatan Bebesan untuk ketinggian 1200 – 1400 m dpl dan 1400 – 1600 m dpl.

Sedangkan untuk ketinggian 900 – 1200 m dpl diwakili oleh kecamatan Celala. Jumlah

Responden yang terlibat pada kegiatan ini berjumlah 60 orang, dan enumerator

berjumlah 6 orang yang berasal dari BPP Bebesan dan Celala.

4.1.4. Hasil wawancara dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan, BPPBandar Kabupaten Bener Meriah

Kemudian pada tanggal 16 - 17 Maret 2012 dilakukan koordinasi dengan Dinas

Perkebunan dan Kehutanan dan BPP Bandar Kab. Bener Meriah yang bertujuan untuk

mensosialisasikan tentang kegiatan BPTP Aceh yang akan melakukan kajian tentang

perkembangan tanaman kopi Arabika yang ditanam oleh petani, baik varietas Gayo

1,Gayo 2 dan P88 pada 3 kreteria ketinggian ,yaitu dari 900 -1200 m dpl ,1200- 1400

m dpl dan 1400 -1600 m dpl. Dari hasil diskusi tersebut didapat informasi tentang

daerah atau kecamatan yang dapat mewakili ketiga kriteria diatas. Adapun lokasi

yang mewakili kriteria ketinggian yang di sebut di atas maka terpilihlah Kecamatan

Bandar untuk semua ketinggian. Jumlah Responden yang terlibat pada kegiatan ini

berjumlah 60 orang, dan enumerator berjumlah 3 orang yang berasal dari BPP

Bandar.

4.1.5. Hasil Peninjauan Lapangan untuk lokasi Survey

Koordinasi kegiatan pengkajian dengan BPP Celala dan Bebesan Kabupaten Aceh

Tengah dan BPP Bandar Kabupaten Bener Meriah. Telah dilakukan koordinasi

kegiatan pengkajian pada BPP kedua kabupaten, dimana pada prinsipnya seluruh

BPP mendukung pelaksanaan kegiatan pengkajian tersebut. Untuk mendukung

kegiatan pengkajian ini Ka. BPP Celala Ismail, SP telah menetapkan dua orang

PPL untuk membantu dan mendampingi petani dalam pengisian kuessioner yaitu

Thallea Nedwar, SP dan Sudianto. Masing-masing PPL mendampingi 10 orang

petani.Untuk Kecamatan Celala ada dua desa yang terwakili dengan ketinggian

900-1.200 m dpl, yaitu desa Kuneken ( petani yang menanam 1 varietas ) dan

Paya Kolak ( petani yang menanam kombinasi varietas ). Untuk Kecamatan

Bebesen yang masuk dalam wilayah kerja BPP Bebesan yang dikepalai oleh

Bapak Sampit Tarigan, SP menunjuk 4 orang PPL yaitu Syukurmi, Agusnari, Leli,

Page 19: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

14

dan Sila Wirda. Masing-masing PPL di kecamatan Bebesan bertanggung jawab

menentukan responden 10 orang dan mengumpulkan data berdasarkan klasifikasi

penanaman satu varietas maupun kombinas varietas. Kecamatan Bebesan ada 5

desa yang mewakili ketinggian dari 1.200 m dpl- 1.400dpl dan 1.400 – 1.600 m

dpl , yaitu desa Tensaran, Daling, Lelabu, Blang Gele dan Sadong.

Kabupaten Bener Meriah terwakili ketinggian dari 900 -1.200 m dpl , 1.200 -1.400

m dpl dan 1.400 – 1.600 m dpl yaitu Kecamatan Bandar termasuk wilayah kerja

BPP Bandar yang dikepalai oleh Ibu Linda, dan menunjuk 3 orang PPL yaitu

Bambang Purnomo, Aria Zulfikar dan Effendi yang membantu menentukan petani

responden sesuai zona ketinggian yang telah ditentukan. Berbeda dengan

kecamatan Bebesan dan Celala, di sini masing masing PPL bertanggung jawab

terhadap 20 orang petani yang dibagi berdasarkan performa kebun yang

pengelolaan kebun didasarkan pada penanaman satu varietas maupun kombinasi

varietas.

Telah diperoleh data petani yang akan dijadikan responden sesuai pengelolaan

kebunnya dari BPP Celala ( terlampir ), sedangkan dari BPP Bebesan dan Bandar

belum diperoleh dan akan dipenuhi pada kegiatan perjalanan mendatang. Telah

dilakukan coaching singkat kepada seluruh PPL yang telah ditunjuk, disampaikan

teknik pengisian kuesioner dan beberapa hal yang menjadi fokus data yang ingin

diperoleh. Seluruh PPL yakin dapat mengumpulkan datanya, dirasa yang cukup

berat adalah mengambil data riil jumlah batang masing-masing varietas dari

setiap petani responden. Hal ini dirasa berat karena PPL harus melakukan sensus

langsung ke batang tanaman kopi Arabika di kebun petani tersebut. (kuesioner

terlampir). Untuk memperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan ,

tentunya diberikan insentif atau uang pengganti BBM kepada masing-masing PPL

sebanyak Rp 200,000.- agar dapat melaksanakan tugas yang telah disepakati

untuk kegiatan pengkajian ini. Untuk data produksi dan produktivitas kopi

ditingkat petani dapat dikumpulkan sejak bulan Januari sampai Nopember 2012.

Data ini sangat diperlukan untuk melihat perbandingan performa kebun yang

menanam 1 varietas dengan kombinasi varietas.

4.1.6. Pelaksanaan Survey

Telah melakukan pengumpulan data responden yang terpilih sesuai denganmasing-masing klasifikasi performa kebun.

Page 20: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

15

1. Kab. Aceh TengahKecamatan Bebesen mewakili untuk ketinggian tempat dari 1.200 m – 1.400m dpl dan 1.400 m – 1.600 m dpl, dan kecamatan Celala dengan ketinggian900 m – 1.200 m dpl. Untuk masing-masing ketinggian tempat di tetapkan 2klasifikasi kebun, yaitu : kebun petani yang ditanam hanya 1 varietas darijenis kopi arabika, dan kebun petani yang menanam lebih dari 1 varietas (2-5varietas). Untuk setiap klasifikasi/performa kebun ditetapkan 10 petanisebagai responden, yang namanya serta asal desanya terlampir.

2. Kab. Bener MeriahKecamatan Bandar merupakan kecamatan yang terpilih untuk mewakili ke-3ketinggian tempat, dari 900 m – 1.600 m dpl, dengan klasifikasi kebundengan penanaman 1 varietas dan lebih dari 1 varietas.Untuk kecamatan Bandar petani sebagai responden sebanyak 60 orang,dengan nama dan asal desa terlampir.

3. Data produksi dan produktivitas kopi di tingkat petani dapat ditampilkansampai hasil November 2012.

Pengumpulan data tahap II terhadap responden yang performa kebunnya

menanam satu varietas dan kombinasi varietas dari jenis kopi arabika. Untuk

masing-masing performa kebun dipilih 10 petani , dan sesuai dengan kreteria

ketinggian tempat . Untuk kegiatan pengkajian ini Kabupaten Aceh Tengah

mendapat 2 lokasi yang mewakili ketinggian tempat 900m -1.200 m dpl

terwakili dilokasi kecamatan Celala yang merupakan wilayah kerja BPP Celala.

Petani kopi yang terpilih sebagai responden sebanyak 10 orang pada performa

kebun yang menanam satu varietas dan 10 orang petani pada performa kebun

yang menanam kombinasi varietas ( data terlampir). Sedangkan untuk

ketinggian 1.200m- 1.400m dpl dan 1.400m- 1.600 m dpl terwakili pada

Kecamatan Bebesan yang merupakan wilayah BPP Bebesan. Petani yang

terlibat dalam kegiatan pengkajian ini sebanyak 40 orang , sehingga jumlah

responden untuk kabupaten Aceh Tengah sejumlah 60 orang.

Untuk Kabupaten Bener Meriah dengan lokasi terpilih yaitu Kecamatan Bandar,

merupakan lokasi kegiatan yang mewakili tiga ketinggian tempat dari 900 m -

1.200 m dpl, 1.200m- 1.400 m dpl dan 1.400m -1.600 m dpl. Petani kopi yang

terpilih sebagai responden pada kegiatan pengkajian ini sebanyak 60 orang

yang tersebar pada 6 desa yaitu desa Blang Pulo,Paya Lingkar,Muyang Kuta

Mangku, Jadi Sepakat, Tawar Sedenge dan Pondok Gajah, dengan jumlah PPL

3 orang. Petani sebagai responden yang terlibat dalam kegiatan ini dapat

Page 21: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

16

dilihat pada lampiran sesuai dengan performa kebun dan penggunaan varietas

yang ditanam.

Data yang ingin dihimpun dari responden yang terpilih antara lain; (1)

performa kebun ,seperti status kepemilikan kebun kopi,keberadaan lokasi

kebun pada ketinggian berapa, luas kebun yang dikelola, jenis tanaman

pelindung yang ditanam dan kapan mulai berusatani kopi; (2) penggunaan

varietas; seperti dari mana asal bibit kopi, berapa jumlah bibit yang digunakan

, umur berapa bibit yang baik untuk ditanam dan apa alasan memilih varietas

tersebut; (3) produksi, seperti interval panen, berapa jumlah panen dalam

setahun, rata-rata produksi pada saat panen, perbedaan produksi per varietas;

(4) pemasaran, seperti dalam bentuk apa dijual ( gelondong merah,labu,

gabah ,beras), berapa harga/kg dan kemana dipasarkan; (5) ketahanan hama

dan penyakit, seperti hama dan penyakit apa saja yang sering menyerang

tanaman kopi, bagaimana pengendaliannya, varietas apa saja yang tahan dan

rentan terhadap serangan hama/penyakit; (6) pengelolaan kebun, seperti

dikelola secara budidaya organik sempurna, setengah organik dan bukan

budidaya organik; (7) analisa usahatani kopi dalam setahun.

Adapun kegiatan yang dilakukan dengan cara mengunjungi Balai Penyuluh

Pertanian dengan cara mengumpulkan enumerator yang terdiri dari Penyuluh

Lapangan dari BPP Celala dan BPP Bebesan. Data sementara yang diperoleh

data umum dan data produksi bulan juni serta data data lain yang berkaitan

dengan kegiatan pengkajian. Kajian ini melibatkan penyuluh lapangan sebagai

enumerator dan petani kopi sebagai responden ,disamping itu juga melibatkan

Kepala BPP dan petugas dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan.

Data sementara yang diperoleh dari lokasi kegiatan di Kabupaten Aceh Tengah

, terdiri dari 2 Kecamatan yaitu ; (1) Kecamatan Bebesan terdapat 4 desa

yang mewakili kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl dan 1.400-1.600 m dpl

yaitu ; ( a) Desa /kampong Blanggele didampingi oleh Silawirda, A.Md sebagai

Penyuluh THL dengan jumlah responden sebanyak 11 petani dengan luas

tanamnya dan menggunakan 1 varietas dan kombinasi varietas yang ditanam

(terlampir). Desa ini dengan luas 217,20 Ha yang terdiri dari kebun kopi

seluas 158 Ha, tanah pekarangan dan pemukiman seluas 59,2 Ha, tanah

terlantar ( tidak diusahakan ) seluas 10 Ha dan lain-lain seluas 1 Ha. Jumlah

Page 22: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

17

penduduk 1.095 jiwa dengan 344 KK yang terdiri dari Laki-laki 541 orang dan

Perempuan 554 orang. Sarana perekonomian terdiri dari 6 unit Kios Sembako

dan 2 unit Kilang Padi.( b) Desa Lelabu dengan pendamping Syukurmi sebagai

PPL dengan jumlah responden sebanyak 10 orang dengan rincian yang

menanam 1 varietan dan kombinasi varietas serta luas tanamnya (terlampir ).

Desa ini dengan luas 192 Ha, Kebun Kopi 60 Ha, tanah tegalan /ladang

seluas 12 Ha, tanah pekarangan 8 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 2 Ha,

kolam 2 Ha, sawah irigasi sederhana ½ Ha, padang pengembalaan ternak 1

Ha dan lain-lain ½ Ha. Jumlah penduduk 410 jiwa ,113 KK, Laki-laki 210

orang dan Perempuan 200 orang. Sarana perekonomian desa terdiri dari

warung/kios sembako 4 unit, KUD 2 unit. ( c) Desa Daling dengan pendamping

Yusfi Leili, SP sebagai penyuluh dengan jumlah responden 10 orang dengan

luas tanam, penanama 1 varietas, kombinasi varietas ( terlampir). Desa ini

luasnya 250 Ha, kebun kopi 200 Ha, sawah irigasi pedesaan 5 Ha, tanah

pekarangan ½ Ha,kolam 2 Ha, tanah terlantar/tidak diusahakan 10 Ha. Desa

ini dengan jumlah penduduk 431 jiwa dengan 123 KK, Laki-laki 176 orang,

Perempuan 174 orang, sarana perekonomian desa 5 unit warung /kios

sembako. (d) Desa Tansaran yang didampingi oleh penyuluh yang bernama

Agus Nari dengan jumlah responden 10 orang yang terdiri dari menanam 1

varietas dan kombinasin varietas dengan jumlah luas tanamnya (terlampir).

Desa ini dengan luas 420 Ha yang terdiri dari kebun kopi 100 Ha, sawah irigasi

sederhana 2 Ha, sawah irigasi pedesaan 2 Ha, tanah tegalan/ladang 20 Ha,

tanah pekarangan 3 Ha, kolam 1 Ha, tanah terlantar 15 Ha, padang

pegembalaan 10 Ha, rawa-rawa/semak 50 Ha, hutan Negara 10 Ha dan lain-

lain 3 Ha. Jumlah penduduk 441 jiwa dengan 123 KK , Laki-laki 212 orang

dan pempuan 229 orang. Sarana perekonomian desa 4 unit warung/kios

sembako, koperasi 1 unit, hand traktor 1 unit, mesin perontok 1 unit.

1. Kecamatan Celala mewakili kreteria ketinggian 900-1.200m dpl.

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah

kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km

Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah

kabupaten Aceh Tengah dengan luas wilayah kerja BPP Celala adalah 89 km2

dengan 17 desa/kampong.Sawah irigasi sederhana PU 573 Ha , sawah irigasi

Page 23: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

18

non PU 541 Ha,tanah tegalan 758 Ha, tanah pekarangan 287 Ha, kebun kopi

2.781 Ha, ladang 455 Ha, kolam ikan 31 Ha, rawa-rawa 5 Ha, hutan Negara

3.221 Ha dan lain-lain 248 Ha.WKBPP Celala terletak pada ketinggian 700-

900m dpl , dengan suhu tinggi 20˚- 34˚C dan suhu terendah pada malam hari

15˚- 20˚C dengan kelembaban relative rata-rata 55,5%.Adapun curah hujan

rata-rata 5 tahun terakhir berkisar antara 1.750 mm-2.083 mm, dengan hari

hujan rata-rata 163 hari pada bulan September sampai dengan April. Jumlah

penduduk di Kemacatan Celala 8.556 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-

rata 96 jiwa/km2. Sebagian besar mata pencaharian penduk sebagai petani (

1.591 jiwa ), Buruh Tani ( 154 jiwa). BPP Celala terletak di desa Makmur , dan

merupakan wilayah kerja BPP Celala yang terdiri dari 17 desa definitive , juga

merupakan unit koordinasi serta operasional kegiatan penyuluhan bagi PPL

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berbagai macam komoditi yang

diusahakan , baik yang sifatnya usaha pokok maupun berbagai usaha

sampingan, tapi yang dominan diusahakan petani adalah tanaman kopi.

Tanaman ini merupakan komoditi yang berpeluang besar untuk

dikembangkan, tapi kendala dilapangan rata-rata produksi kopi ditingkat petani

belum mencapai produksi yang diharapkan yaitu 0,5 ton/ha. Rekomendasi

pupuk untuk tanaman kopi Arabika adalah Urea 300kg/ha, SP 36 200 kg/ha

dan KCl 250 kg/ha, sedangakan untuk kopi Robusta yaitu Urea 300 kg/ha, SP

36 200 kg/ha dan KCl 250 kg/ha. Jumlah kelompok tani di WKBPP ini tahun

2011 sebanyak 17 kelompok untuk 17 desa dengan kelas kelompok pada

tingkat pemula dan 16 gabungan kelompok tani ( Gapoktan ) Permasalahan

yang dirasakan selama ini adalah dibidang tehnis adalah masih rendahnya

kesadaran petani untuk mengelola usahataninya secara terpadu, dan belum

mau memanfaatkan jerami, sisa panen, rumput bekas babatan dan kotoran

ternak untuk dijadikan pupuk organic/kompos. Untuk Kecamatan Celala

terdapat 2 desa yang memenuhi kreteria ketinggian 900-1.200m dpl yaitu; ( 1

) Desa Kuyen Uken termasuk WKPP Weh Cabang dengan nama kelompok tani

Siner Kuara, dengan jumlah responden 10 orang yang menanam 1 varietas

kopi arabika. Luas dan varietas yang ditanam dapat terlihat pada lampiran.

Penyuluh yang mendampingi responden tersebut yaitu Sudianto; ( 2 ) Desa

Belang Jorong termasuk dalam WKPP Alur Bengi dengan nama kelompoktani

Page 24: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

19

Tuah Bertona, dengan jumlah responden yang dipilih untuk kegiatan ini

sebanyak 10 orang , yang menanam kombinasi varietas kopi arabika dengan

luas tanam masing masing responden dapat dilihat pada lampiran.

A. Kabupaten Bener Meriah sebagai kabupaten pemekaran baru dari kabupaten

Aceh Tengah, yang diformalkan sejak tahun 2004. Kabupaten ini luas

wilayahnya 1.454,09 km yang terdiri dari 7 kecamatan , 13 mukim dan 232

desa. Komposisi penggunaan lahan sebagai berikut; sawah 21.234 Ha,

pekarangan/bangunan 3.172,80 Ha, kebun/ ladang 50.384 Ha, hutan lindung

21.604,78 Ha dan hutan produksi 36.447 Ha. Kabupaten ini merupakan

kabupaten termuda dalam wilayah Provinsi Aceh dengan ketinggian rata-rata

1.000 2.500 m dpl dengan suhu rata-rata antara 20 derajat celcius , sebelah

utara dengan kabupaten Bireun , sebelah selatan dengan kabupaten Aceh

Tengah, sebelah timur dengan kabupaten Aceh Timur dan sebelah barat

dengan kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten ini jika ditinjau dari zona dan

dibagi pada dua zona dengan kesuburan tanah yang merata hampir disetiap

kecamatan, jenis tanah Podzolik adalah yang mendominasi kawasan Bener

Meriah ,sehingga sangat cocok untuk tanaman hortikultura serta tanaman

perkebunan seperti kopi,kelapa sawit, karet, coklat dan teh.

Kopi Gayo Arabika asal kabupaten ini sudah lama dikenal oleh kalangan

pengusaha kopi, baik itu tingkat Regional, Nasional dan Manca Negara.Selain

kopi Arabika juga kopi Robusta telah mempunyai nama yang cukup baik

terutama dikalangan pedagang local, dan kopi ini biasanya diproses untuk

dijadikan kopi bubuk dengan aroma dan rasa yang khas. Kecamatan Bandar

merupakan salah satu kecamatan yang terpilih dan terwakili untuk ketinggian

900-1.200m dpl, 1.200- 1.400 m dpl dan 1.400- 1.600 m dpl pada kegiatan

pengkajian , dengan suhu rata-rata 20 derajat celcius. Kecamatan ini terdiri

dari 47 desa definitive, 3 kemukiman , jumlah penduduk 30.434 jiwa. Luas

wilayah kecamatan ini 129,64 km2 dan juga merupakan kecamatan dengan

jumlah penduduk terbanyak. Untuk masing-masing ketinggian dipilih 20

responden yang terdiri dari yang menanam 1 varietas sebanyak 10 orang dan

yang menanam kombinasi varietas 10 orang. Untuk ketinggian 900-1.200m dpl

yang didampingi oleh seorang Penyuluh bernama Bambang Purnomo dengan

jumlah 3 desa yaitu Blang Pulo, Paya Lingkar dan Muyang Kuta Mangku.

Page 25: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

20

Kreteria ketinggian 1.200-1.400 m dpl terdiri dari 2 desa yaitu Jadi Sepakat

dan Tawar Sedenge yang didampingi oleh Aria Zulfikar dan pada ketinggian

1.400-1.600 m dpl didampingi oleh Penyuluh yang bernama Effendi dengan

mewaki desa Pondok Gajah.

Pengumpulan data tahap V terhadap responden yang performa kebun petani yang

menanam satu varietas dan kombinasi varietas dari jenis kopi arabika, serta terhadap

sistim budidaya yang dilakukan petani . Adapun kegiatan yang dilakukan dengan cara

mengunjungi Balai Penyuluh Pertanian di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten

Bener Meriah. Untuk Kabupaten Aceh Tengah diwakili oleh kecamatan Celala yang

merupakan wilayah kerja BPP Celala dan Kecamatan Bebesan yang merupakan

wilayah kerja BPP Bebesan sedangkan untuk Kabupaten Bener Meriah diwakili oleh

Kecamatan Bandar. Pertemuan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan enumerator

yang terdiri penyuluh lapangan di masing-masing BPP. Pada pertemuan tersebut tim

BPTP melihat kuessioner yang telah diisi dan mengoreksi data-data yang perlu diisi

kembali . Data sementara yang diperoleh dari pengisian kuessioner dimana

kepemilikan lahan atau kebun kopi rata-rata milik sendiri dengan luas lahan 1 sampai

dengan 2 ha. Lama kebun kopi yang diusahakan rata-rata sudah 15 – 25 tahun

dimana kebun tersebut sudah turun temurun. Varietas kopi yang ditanam dikebun

umumnya juga masih beragam yaitu varietas Gayo I (Tim-tim), Ateng super, Arabika,

Borbor (Gayo 2), Robusta,dll. Pohon pelindung yang banyak digunakan yaitu tanaman

Lamtoro dan tanaman Jeruk. Pohon pelindung pada kebun kopi saat ini sudah banyak

yang mati dan tua, sebaiknya sudah bisa diganti dengan pohon pelindung baru yang

sesuai untuk tanaman kopi.

Pemanenan buah kopi dilakukan setiap 2 minggu sekali. Panen raya kopi

berbeda beda ada yang bulan Maret - May ada juga yang jatuh pada bulan

September-Desember, dimana produksi rata-rata setiap tahunnya 500-800

kg/ha, dengan harga jual rata-rata Rp. 65.000 - 70.000/kaleng gelondong

merah. Petani umumnya menjual hasil panennya dalam bentuk gelondong

merah dengan alasan mudah dijual dan cepat menghasilkan uang.

Penggunaan input produksi seperti pemberian pupuk umumnya petani

kopi masih memanfaatkan limbah organik misalnya kulit merah, sisa

pangkasan pelindung dan dari penyiangan rumput-rumputan. Pupuk kimia

digunakan hanya bagi sebagian kecil petani dikarenakan kendala di bidang

ekonomi.

Page 26: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

21

Pertemuan juga dilakukan dengan kepala BPP tempat kegiatan dilakukan

untuk membicarakan rencana akan dilaksanakan kegiatan workshop Kajian

Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi

Arabika di Dataran Tinggi Gayo pada akhir bulan Nopember. Kegiatan

workshop akan dilaksanakan di dua kabupaten yaitu kabupaten Aceh Tengah

dan Kabupaten Bener Meriah dengan mengundang Kepala Dinas Perkebunan

dan instansi terkait, kepala BPP dan penyuluh serta petani kopi.

Kegiatan yang dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yaitu mendapatkan data

produksi kopi selama setahun dan analisa usahatani masing-masing

responden. Pengumpulan data tersebut melalui enumerator yaitu PPL yang

telah dipilih untuk mendampingi petani yang berada di BP3K Bebesan .

Untuk ini tentunya mengambil tempat di kantor BP3K Bebesan mengadakan

pertemuan dan melakukan verifikasi data yang dimaksud. Sebagian data

tersebut tidak dapat diperoleh sesuai dengan permintaan , seperti data

produksi dapat diperoleh akhir Bulan Desember, sedangkan data analisa

usahatani dapat diperoleh terhadap masing-masing responden. Data

produksi kopi dalam setahun terdiri dari beberapa kali panen yaitu sejak

bulan Februari sampai Desember sebanyak 12 kali panen, dan panen raya

jatuh pada bulan Februari sampai April , dengan rata rata produksi 150 kg

dalam bentuk beras dengan kering air 18%. Sedangkan rata-rata produksi

diluar panen raya sekitar 3 kg dalam bentuk beras dengan kering air 18 %.

Adapun interval hari panen yang kebiasaan dilakukan petani yaitu 14 hari

sekali, dalam bentuk gelondong merah antara 60- 65 kaleng , dalam bentuk

gabah seberat 5 bambu, dalam bentuk labu seberat 6 kg dan dalam bentuk

beras 3 kg. Rata-rata produktivitas ditingkat petani berkisar rata-rata 500-

600 kg/ha. Data ini diperoleh sebagian kecil dari pengisian Kuessioner,

sedangkan secara lengkap masih menunggu sampai minggu ketiga bulan

Desember. Produktivitas yang dicapai ditingkat petani masih jauh dengan

Produktivitas rata-rata nasional yaitu 900 kg sampai 1 ton /ha. Kebanyakan

petani kopi menanam varietas Timtim , karena mempunyai daya tahan yang

kuat terhadap hama dan penyakit , juga berbuah banyak dan stabil. Untuk

perbedaan ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap produksi dan

ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit.

Page 27: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

22

Kabupaten Aceh Tengah yang terwakili untuk ketinggian 1.200m-1.400 m

dpl dan 1.400 m- 1.600 m dpl berada di Kecamatan Bebesan, dan ketinggian

900m – 1.200m dpl terwakili oleh Kecamatan Celala. Dari hasil identifikasi

oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah , bahwa

tingkat serangan Penggerek Buah Kopi ( PBKo ) cukup tinggi di Celala dan

Trussep demikian juga dengan penyakit jamur akar. Untuk penyakit mati

pucuk sering menyerang tanaman kopi pada ketinggian diatas 1.400m dpl,

dan pemanfaatan tanaman pelindung sangat dianjurkan untuk menanam

kopi . Hal ini dirasa cukup penting disebabkan oleh karena tanaman kopi

merupakan tanaman yang tidak menyukai mendapat matahari langsung.

Kabupaten Bener Meriah juga merupakan lokasi kegiatan pengkajian yang

mana Kecamatan Bandar dapat terwakili untuk 3 ketinggian tempat yaitu

dari 900m -1.600m dpl . Untuk pengambilan data produksi dan usahatani

petani kopi di kumpulkan di BP3K Janarata, dimana sebagai enumerator

pendamping responden /petani kopi yaitu PPL yang satmingkalnya berada di

BP3K Janarata. Umumnya petani kopi menanam varietas Gayo 1 atau

sebelumnya disebut dengan varietas Timtim dan varietas Gayo 2 yang

sebelumnya disebut Borbor. Alasannya memilih varietas tersebut yaitu daya

tahan terhadap hama dan penyakit dan produksi lebih lama waktunya dan

kualitas biji yang dihasilkan lebih baik. Ada juga sebagian pendapat petani

bahwa, dengan menanam beberapa varietas dikebun kopi tentu akan

menambah atau meningkatkan produksi kopi.Panen raya kopi jatuh pada

bulan Maret sampai Mei dengan interval panen 2 minggu sekali. Produksi

yang diperoleh pada saat panen raya yaitu dalam bentuk gelondong merah

sebanyak 150 kaleng, dalam bentuk labu 570 kg , dalam bentuk gabah

sebanyak 60 kaleng dan bentuk beras 300 kg, terhadap varietas Gayo 1.

Sedangkan untuk varietas Ateng Super dalam bentuk gelondong merah 50

kaleng, dalam bentuk labu 190 kg, dalam bentuk gabah sebanyak 20 kaleng

dan bentuk beras 100 kg. Rata-rata produksi yang dicapai ditingkat petani

berkisar antara 500 – 600 kg/ha. Pada umumnya petani menjual hasil panen

dalam bentuk gabah , dan sebagian kecil menjual dalam bentuk beras

dengan upah penggilingan untuk 1 kaleng sebesar 1 bambu.

Page 28: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

23

Tabel.Keragaan Pelaksanaan Survey Kajian Faktor PenentuPengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul KopiArabika di DTG (lihat Lampiran)

4.2. Pembahasan

Propinsi Aceh merupakan daerah penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia

dengan pusat pengembangannya terletak di dataran tinggi Gayo , yaitu di Kabupaten

Aceh Tengah dan Bener Meriah . Pada tahun 2009 luas perkebunan rakyat di Dataran

Tinggi Gayo adalah 87.492 ha dengan rincian 48.001 ha di Kabupaten Aceh Tengah dan

39r.491 ha berada di Kabupaten Bener Meriah ( Dinas Perkebunan dan Kehutanan

Provinsi NAD, 2009 ), dengan tingkat produktivitas per hektar ± 718 kg /tahun . Tingkat

produksi dan produktivitas tersebut masih rendah, jika dibandingkan dengan

produktivitas kopi arabika nasional mencapai ± 852,36 kg/ha/th.

Variietas Gayo 1 dan Gayo 2 sebagai Verietas unggul Nasional telah dilepas oleh

Menteri pertanian RI Nomor : 3998/Kpts/SR.120/12/2010 pada tanggal 29 Desember

2010.

Page 29: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

24

V. KESIMPULAN DAN SARAN SEMENTARA

5.1. Kesimpulan

1. Lokasi Kegiatan di Kabupaten Aceh Tengan dan Kabupaten Bener Meriah di

survey di 3 (tiga) Kecamatan, Kabupaten Aceh Tengah di Kecamatan Bebesen

dan Celala, di Kabupaten Bener Meriah di kecamatan Bandar.

2. Hasil koordinasi baik ditingkat kabupaten/kota dan kecamatan lokasi Kajian

Faktor Penentu Pengambilan Keputusan Penggunaan Varietas Unggul Kopi

Arabika di dataran Tinggi Gayo

3. Kepemilikan lahan atau kebun kopi rata-rata milik sendiri dengan luas lahan 1

sampai 2 ha

4. Lama kebun yang diusAhakan sudah 15 – 25 Tahun.

5. Varietas kopi yang ditanam dikebun umumnya varietas Gayo I, Ateng Super,

sedangan Gayo 2 dan sebagian kecil Robusta.

6. Produksi rata-rata setiap tahunnya 500 – 800 kg/ha

7. Harga jual rata-rata Rp. 65.000,- - Rp. 70.000,-/kaleng gelondong merah.

5.2. Saran

Untuk meningkatn produktivitas kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo diperlukan

pembinaan kepada petani kopi melalui pelatihan keterampilan seperti teknik

pemangkasan, pemeliharaan. Disarankan Hasil Panen kopi dipasarkan dalam bentuk

beras/labu karena kulit merah bisa dimanfaatkan sebagai baku pembuatan kompos

limbah kulit kopi.

Page 30: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

25

VI. KINERJA HASIL KEGIATAN

Pelaksanaan Survey Kajian Faktor Penetu Pengambilan Keputusan Penggunaan

Varietas Unggul Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo berjalan baik, yang dimulai dari

koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Dinas Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten/Kota dan BPP di 2 (dua) Kecamatan, terutama dalam penentuan/penetapan

lokasi.

Khusus untuk survey dibuat kuisioner yang dibagikan kepada petani kopi di 2 (dua)

Kabupaten/kota dan 2 (dua) kecamatan dimana kuisioner diedarkan melalui penyuluh

pendamping di masing-masing Kecamatan.

Lokasi survey di Kabupaten Aceh Tengah dilakukan di Kecamatan Bebesen 4

(empat ) orang PPL, di Kecamatan Celala 2 (dua) orang PPL sedangkan di Kabupaten

Bener Meriah di Kecamatan Bandar 3 (tiga) orang PPL yang membagikan kuisioner ke

petani kooperator.

Tujuan dari kegiatan ini adalah : (1) factor penentu dan alasan pemilihan varietas

yang digunakan petani, (2) data identifikasi varietas yang ditanam, dan (3)

perbandingan performa kebun dari produktivitas dari kombinasi beberapa varietas kopi

arabika yang ditanam petani.

Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya data : (1) factor

penentu dan alasan pemilihan varietas yang digunakan petani, (2) data identifikasi

varietas yang ditanam petani dan (3) perbandingan performa kebun dan produktivitas

dari kombinasi varietas kopi arabika yang ditanam petani

Page 31: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Aksi Agraris Kanisius, 1998. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.

2. Baon, J. et.al., 2003. Pengelolaan Kesuburan Tanah Perkebunan Kopi dalamMewujudkan Usaha Tani yang Ramah Lingkungan. Warta Pusat PenelitianKopi dan Kakao Indonesia.

3. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Propinsi NAD, 2008. Statistik Perkebunan PropinsiNAD.

4. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian. 2004.Statistik Perkebunan Indonesia, Kopi 2001-2003. Jakarta 87p.

5. Gupta, P.C. & J.C. O’Toole. 1986. Upland Rice A Global Perspective. Manila. IRRI.p360.

6. Hulupi, R. (1999). Bahan Tanam Kopi yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat diIndonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1), 64-81.

7. International Coffee Organization. 2004. Coffee Market Report. Agustus 2004

8. Iskandar, S. H. (1988). Beberapa Aspek Budidaya Tanaman Perkebunan. JurusanBudidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48Hal.

9. Muslim, 1993. Pemupukan melalui Daun. Informasi Pertanian Jakarta.

10. Rahim, A. & D.R.D, Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, danKasus). Jakarta, Penebar Swadaya.

11. Roesmanto, J. (1991). Kopi: Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media.Yogyakarta. 165P.

12. Saifuddin Sarief, 1988. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit CV.Pustaka Buana.Bandung.

13. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta.

14. Suhaeti, R.N. & E. Basuno. 2004. Analisis Dampak Pengkajian Teknologi PertanianUnggulan Spesifik Lokasi Terhadap Produktivitas Kasus: BPTP Nusa TenggaraTimur. Soca (Socio-Economic of Agriculture and Agribusiness 4 (1).

15. Surip Mawardi, et. al. 2008. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo.Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

Page 32: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

31

FOTO KEGIATAN

Koordinasi dengan Kadis Perkebunan dan Kehutana Kabupaten Aceh Tengah

Koordinasi dengan Kadis Perkebunan dan Kehutana Kabupaten Bener Meriah

Page 33: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

32

Koordinasi dengan Kepala BPP Kecamatan Bebesen Kab. Aceh Tengah

Koordinasi dengan Kepala BPP Kecamatan Bandar Kab. Bener Meriah

Page 34: KAJIAN FAKTOR PENENTU PENGAMBILAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/03... · Pengelolaan kebun kopi ditingkat petani dilakukan sesuai anjuran , baik

33

Lokasi Lahan Petani di Kecamatan Bebesen Kab. Aceh Tengah

Lokasi Lahan Petani di Kecamatan Celala Kab. Aceh Tengah