Upload
trinhnga
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (MPERDESAAN MELALUI INOVASI (M--P3MI) P3MI)
PROVINSI ACEHPROVINSI ACEH
Oleh :
Basri A. Bakar Abdul Azis
Jamal Khalid M. Nasir Ali
Zulkilfi Umar Mardhiah
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) ACEH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2011
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
i
KATA PENGANTAR
Upaya untuk terus meningkatkan produksi beras dihadapkan oleh berbagai
tantangan. Konversi lahan pertanian, gangguan alam seperti bencana banjir dan
kekeringan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta penurunan
kualitas sumber daya lahan sawah irigasi merupakan faktor penghambat dalam
upaya untuk meningkatkan produksi beras secara nasional.
Laporan ini merupakan hasil kegiatan Model Pengembangan Pertanian
Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) di dua Kabupaten yaitu Pidie Jaya dan Nagan
Raya dengan komoditas utama padi. Pelaksanaan kegiatan telah dilakukan mulai
bulan Januari sampai Oktober 2011. Lokasi yang dipilih baik Pidie Jaya dan Nagan
Raya masing-masing merupakan daerah sentra produksi padi. Kegiatan ini dilakukan
melalui Demfarm seluas masing-masing lokasi 5 ha dan terdapat 1 ha di dalamnya
sebagai ajang tempat proses belajar sebagai Laboratorium Lapang.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada rekan-rekan peneliti, penyuluh,
teknisi dan tenaga administrasi serta semua pihak yang telah membantu dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan hingga tersusunnya laporan ini. Kata
penghargaan disampaikan kepada pimpinan PT. Petrokimia Kayaku yang telah ikut
berperan memberikan dukungan sarana produksi pupuk hayati.
Kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan, semoga laporan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Banda Aceh, Desember 2011 Penanggung Jawab Kegiatan,
Ir. Basri A. Bakar, M.Si NIP. 19600811 198503 1 001
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
ii
DAFTAR ISIDAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i KATA PENGANTAR ......................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................... ii DAFTAR TABEL .............................................................................. iv DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vi RINGKASAN .................................................................................. vii I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................ 4 1.3. Keluaran ............................................................................. 4 1.4. Perkiraan Hasil .................................................................... 4 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ............................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5 2.1. Program Primatani ...................................................................... 5 2.2. Program PTT .................................................................... 7 2.3. Program SL-PTT ...................................................................... 8 2.4. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC .......................... 12 III. PROSEDUR PELAKSANAAN ................................................... 14
3.1. Kerangka Pemikiran.................................................................... 14 3.2. Cakupan Kegiatan ............................................................... 15 3.3. Prosedur Pelaksanaan ......................................................... 16 3.4. Bahan dan Alat ................................................................... 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 22
4.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Pidie Jaya ............................ 22 4.2. Gambaran Umum Kondisi Daerah Nagan Raya ........................ 29
4.3. Sasaran Pengembangan Komoditas ...................................... 35 4.4. Potensi dan Kendala .............................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 48
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 48 5.2. Saran-saran ........................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 49
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077
Email : [email protected] ; [email protected] Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
iii
ABSTRAKABSTRAK
Basri AB., dkk. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Kegiatan M-P3MI dilaksanakan di dua lokasi yaitu di desa Dayah Baroh, Kec. Ulim, Kab. Pidie Jaya dan Desa Lueng Baro, Kec. Suka Makmue, Kab. Nagan Raya dengan luas hamparan pengkajian masing–masing kurang lebih 5 Ha. Kegiatan dilaksanakan dengan pendekatan on Farm Adaptive Research, mulai musim Gadu (April–Oktober). Jumlah petani kooperator untuk Kab. Pidie Jaya sejumlah 20 orang dan untuk Kab. Nagan Raya 10 orang yang bertindak sebagai pelaksana aktif dalam melaksanakan program pengkajian M-P3MI. Beberapa komponen teknologi yang diimplementasikan meliputi; a. Penggunaan varietas unggul adaftif dan benih berkualitas; b. Seed treatment; c. Tanam tunggal bibit muda (15 hari setelah tebar); d. Penggunaan bahan organik (kompos ); e. Pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun; f. Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah; dan i. Pengendalian hama secara PHT. Pengamatan dilakukan terhadap parameter agronomis, ekonomis, dan respon petani terhadap hasil pengkajian yang dilakukan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pelaksanaan program M-P3MI mampu dilaksanakan oleh petani dan mendapat respon dari petani di luar lokasi kegiatan. Asumsi petani sementara bahwa pola PTT secara konsisten menghasilkan keuntungan per unit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani sebelumnya, sebagai akibat adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya usaha tani. Respon petani kooperator dan non-kooperator di Desa Dayah Baroh terhadap pelakasanaan program PTT cukup baik, hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar patani lain yang tertarik untuk melaksanakan cara-cara pendekatan PTT dalam usaha tani padi sawahnya, walaupun tidak semua komponen teknologi diterapkan. Sedangkan untuk Desa Lueng Baro pendekatan model PTT masih tergolong baru bagi petani untuk menerapkan komponen teknologi tersebut, sehingga perlu pembinaan lanjutan. Dari hasil workshop dan diskusi menunjukkan bahwa sebagian besar petani kooperator memberikan respons dan adopsi yang tinggi terhadap introduksi komponen teknologi pada pendekatan PTT padi sawah. Walaupun masih terlalu dini untuk menyatakan kesesuaian pendekatan PTT padi sawah dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani padi sawah, namun terdapat indikasi akan berkembangnya intensifikasi padi melalui pendekatan PTT. Hal ini terlihat dari minat petani di sekitar lokasi pengkajian yang berkeinginan untuk mencoba menerapkan pendekatan PTT dalam usahataninya. Kata kunci : Model Pengembangan, Pertanian, Perdesaan, Inovasi, SL-PTT.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
2
PENDAHULUANPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
menghasilkan sejumlah inovasi tepat guna. Di antaranya telah digunakan secara
luas dan terbukti menjadi tenaga pendorong utama pertumbuhan dan
perkembangan usaha dan sistem agribisnis berbagai komoditas pertanian.
Namun demikian, evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa
kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi teknologi yang dihasilkan cenderung
melambat bahkan menurun, sehingga diperlukan suatu strategi baru yaitu model
yang mampu menyebarluaskan inovasi dalam skala lebih luas.
Hasil yang sudah diperoleh oleh Balai-Balai Komoditas Nasional dapat
memberikan keuntungan multiguna, namun perlu ditata dan diimplementasikan
pada suatu kondisi agroekosistem dan kebutuhan petani. Selanjutnya dalam
pengembangannya memerlukan masukan inovasi teknologi yang lebih baik, agar
dapat memberikan hasill serta dampak positif yang lebih besar terhadap
pembangunan pertanian, terutama pada komponen dan sistem usahatani yang
menghasilkan keuntungan komparatif untuk meningkatkan pendapatan,
kesempatan kerja serta optimasi pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya lokal
(Marwan dan Made Oka, 1991).
Strategi pembangunan agribisnis yang dipicu oleh inovasi teknologi
pertanian menuntut perlunya pengembangan kelembagaan teknologi pertanian
yang kondusif bagi penemuan teknologi tepat guna dan efektif dalam
mendiseminasikan temuan teknologi baru. Penataan kelembagaan teknologi ini
ialah bagaimana merancang tata hubungan antara tiga sub sistem utama
kelembagaan teknologi yaitu lembaga penelitian, lembaga penyuluhan dan
praktisi agribisnis (Kasryno dan Pasandaran, 1996 ; Haggblade and Hazell, 1989).
Agar teknologi inovasi dapat cepat digunakan oleh petani/ masyarakat,
maka perlu mendekatkan, menserasikan dan memadukan kegiatan
penelitian/pengkajian dengan kepentingan pengguna stakeholder, yakni petani,
pemerintah daerah dan instansi terkait, KUD, Perguruan Tinggi, LSM, dan
pengusaha swasta yang bergerak di sektor pertanian. Juga memperkuat tali
hubungan penelitian/ pengkajian dan penyuluhan pertanian dalam upaya
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
3
menciptakan teknologi adaptif yang lokasi spesifik dengan pendekatan partisipatif
yang merupakan titik strategis meningkatkan akses komunikasi kepada petani
sebagai pengguna teknologi (Kasryno dan Simatupang, 1997).
Salah satu cara mendekatkan model diseminasi kepada masyarakat tani/
pengguna dapat dilakukan melalui demfarm atau pengkajian partisipatif pada
lahan-lahan petani dan pengguna lainnya. Kegiatan pengkajian dan
pengembangan harus berorientasi pada pengguna, sehingga teknologi inovatif
yang dihasilkan lebih terjamin benar-benar tepat guna spesifik lokasi dan
pemakai.
Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)
merupakan kegiatan pengembangan konsep diseminasi inovasi yang lebih efektif
dengan basis lesson learn dari PRIMATANI, PUAP, FEATI, dan pendampingan
program strategis Kementerian Pertanian (SL-PTT). Unit percontohan M-P3MI
adalah teknologi matang, siap digunakan pada skala pengembangan dan
mempunyai potensi dampak yang luas.
Untuk memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin dari kegiatan
diseminasi teknologi dan informasi hasil litkaji, terutama dalam memenuhi
kebutuhan pengguna yang semakin dinamis, diperlukan suatu pendekatan
strategi atau model yang mampu menjangkau pemangku kepentingan yang luas
dengan memanfaatkan berbagai media dan saluran komunikasi yang sesuai
dengan karakteristik masing-masing pemangku kepentingan. Strategi atau model
tersebut dikenal dengan nama Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).
M-P3MI di Provinsi Aceh berorientasi kepada percepatan peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani dalam pengembangan Agribisnis Industrial
Pedesaan (AIP) padi. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di kawasan M-
P3MI di Provinsi Aceh diimplementasikan hanya pada satu komoditas, yaitu padi
untuk pengembangan Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) padi secara terpadu
dari sektor hulu ke hilir. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Pidie Jaya dan
Kabupaten Nagan Raya yang merupakan daerah sentra produksi/lumbung padi di
Provinsi Aceh.
Untuk memantapkan pelaksanaan kegiatan M-P3MI di Provinsi Aceh,
maka telah dilakukan persiapan pelaksanaan kegiatan dengan berkoordinasi
dengan stakeholders di daearh. Koordinasi dilakukan dengan Dinas Pertanian
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
4
Provinsi dan Dinas Pertanian dan BKPP di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten
Nagan Raya.
Dari koordinasi telah dihasilkan adanya komitmen yang baik dari Pemda
Provinsi, Pemda Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya, untuk mendukung
keberhasilan pencapaian target dari kegiatan ini antara lain dengan akan
diarahkannya beberapa program nasional terkait seperti SL-PTT, PUAP, dan
FEATI, serta program daearh seperti KUAT dan Food Estate untuk mendukung
kegiatan M-P3MI.
Ditetapkannya Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Nagan Raya sebagai
lokasi kegiatan M-P3MI adalah karena kedua kabupaten ini merupakan lumbung
padi di Provinsi Aceh yang mewakili kawasan pertanian padi dengan
agroekosistem lahan beririgasi, yang diharapkan mampu menyumbang PAD dan
memberikan andil yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Aceh, khususnya Kabupaten Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Nagan Raya.
Untuk itu, dengan pengembangan agribisnis padi secara terpadu melalui M-P3MI
diharapkan adanya respon positif dari Pemerintah Daerah Provinsi Aceh,
sehingga memberi peluang besar bagi teradopsinya kegiatan ini oleh stakeholder,
Dinas/Instansi terkait, Pemerintah Daerah setempat dan memberikan dampak
terhadap kawasan lainnya di luar binaan M-P3MI.
Keberhasilan pengembangan M-P3MI pada agroekosistem lahan irigasi ini
ditentukan oleh adanya dukungan yang kuat dalam sinergisitas antar instansi
terkait, dalam hal ini Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten), BUMN,
swasta, dan petani, sehingga dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Kelembagaan yang ada di tingkat petani seperti gapoktan, Kelompok Usaha
Agribisnis Terpadu (KUAT), dukungan permodalan dari PUAP, dan kelembagaan
lainnya dapat berfungsi dengan baik sebagai wadah petani berkolaborasi,
sehingga pengembangan agribisnis padi dapat berjalan seperti diharapkan.
Dengan implementasi M-P3MI secara komprehensif, diharapkan dapat
mewujudkan terciptanya Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) padi secara terpadu
dari sektor hulu (sumberdaya lahan dan manusia, teknologi produksi, dan
permodalan) hingga sektor hilir (pasca panen dan kelembagaan), yang pada
akhirnya diharapkan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan nilai tambah, penumbuhan simpul-
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
5
simpul agribisnis, pemantapan ketahanan pangan dan peningkatan
kesejahteraan petani di kawasan binaan Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya. Dengan
demikian, Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi dapat
menjawab apa yang diharapkan oleh Pemerintah Provinsi Aceh.
1.2. Tujuan
1. Untuk mendapatkan model kawasan dalam pengembangan inovasi
pertanian melalui penerapan teknologi adaptif.
2. Memperluas prepalensi adposi serta memperoleh umpan balik
mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna.
3. Meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani.
1.3. Keluaran
1. Model kawasan adopsi penerapan teknologi spesifik lokasi.
2. Peningkatan adopsi teknologi anjuran tepat guna
3. Peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani
1.4. Perkiraan Hasil
Terbentuknya satu kawasan model pengembangan pertanian melalui
inovasi teknologi adaptif.
1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak
Merupakan bagian dari pengembangan diseminasi hasil pengkajian yang juga
sekaligus sebagai tempat belajar bersama antara peneliti, penyuluh dan petani.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Program Primatani
Prima Tani adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi
yang dipandang dapat mempercepat peyampaian informasi dan bahan dasar
inovasi baru yang diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung
langsung dengan pelaku agribisnis dan pengguna inovasi.
Sebagai wahana desiminasi juga akan digunakan sebagai wahana
pengkajian partisipatif dan merupakan strategi baru dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi Badan Litbang Penelitian dan pengembangan pertanian.
Prima Tani dipandang menjawab keperluan pengguna karena Prima Tani
berorientasi pengguna, menerapkan konsep pemecahan masalah secara
komprehensip atau sebagai integrasi vertical dan horizontal, integrasi teknologi
serta kelembagan, memberikan dukungan terhadap Dinas terkait melalui
implementasi teknologi inovatif.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menghasilkan sejumlah
inovasi tepat guna. Sejumlah diantaranya telah digunakan secara luas dan
terbukti menjadi tenaga pendorong utama pertumbuhan dan perkembangan
usaha dan system agribisnis berbagai komoditas pertanian.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan
inovasi teknologi yang dihasilkan cendrung melambat bahkan menurun, sehingga
dirasakan perlu suatu strategi baru yaitu model Prima Tani.
Pengembangan teknologi pertanian seperti padi, palawija, hortikultura,
peternakan, perkebunan dan alsintan perlu kiranya dilakukan secara dan tepat.
Hasil penelitian oleh Balai Komoditas Nasional dapat memberikan keuntungan
multiguna, akan tetapi perlu ditata dan diimplementasikan pada suatu kondisi
agroekosistem dan kebutuhan petani. Untuk ini dalam pengembangannya
memerlukan masukan inovasi teknologi yang lebih baik, agar dapat memberikan
hasil serta dampak positif yang lebih besar terhadap pembangunan pertanian,
terutama pada komponen dan system usahatani yang menghasilkan keuntungan
komperatif untuk meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja serta optimasi
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
7
pemanfatan dan pelestarian sumberdaya local (Marwan dan Made Oka, 1991).
Strategi pembanguan agribisnis yang dipicu oleh inovasi teknologi
pertanian menuntut perlunya pengembangan teknologi pertanian yang kondusif
bagi penemuan teknologi tepat guna dalam mediseminasikan temuan teknologi
baru. Penataan kelembagaan teknologi ini ialah bagaimana merancang tata
hubungan antara tiga sub system utama kelembagaan teknologi yaitu lembaga
penelitian, lembaga penyuluhan dan praktisi agribisnis (Kasryno dan
Pasandaran,1996 ; Haggblade and Hazell, 1989).
Ruang lingkup kegiatan mencakup penentuan tujuan, pendekatan yang
dilakukan, lokasi kegiatan, implementasi teknologi dan kelembagaan, organisasi
pelaksana, dan target inovasi teknologi tepat guna terhadap komoditas tanaman
pangan (padi dan sayuran), peternakan sapid an kerbau, limbah peternakan dan
limbah perkebunan, teras masih jauh dari jangkauan petani di Provinsi Aceh.
Salah satu jalan mendekatkan model diseminasi kepada masyarakat
tani/pengguna dapat dilakukan melalui prima tani dan pengkajian dan
pengembangan harus berorientasi pada pengguna, sehingga teknologi inovatif
yang dihasilkan lebih terjamin benar-benar tepat guna spesifik lokasi dan
pemakai.
Program Prima Tani akan memberikan manfaat dan dampak kepada
pembangunan sektor pertanian dalam memanfaatkan potensi sumber daya local
seperti meningkatnya muatan inovasi baru dalam pengembangan system dan
usaha agrbisnis, meningkatnya efisiensi system produksi yang dilakukan melalui
pertanian terpadu, secara teknis mudah dilaksanakan, secara social dapat
diterima oleh masyarakat tani,pengguna, secara ekonomi menguntungkan dan
lingkungan dapat lestari dengan memanfaatkan sumberdaya lokal seperti limbah
padi, kopi, kotoran sapi, limbah sayuran yang dapat diproses melalui teknologi
fermentasi untuk pupuk organic sebagai usaha skala rumah tangga, juga
meningkatnya akuntabilitas Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi
pertanian melalui percepatan penyebaran dan adopsi teknologi pertanian oleh
pengguna serta praktisi agribisnis.
Komponen teknologi sistem usahatani komoditas tanaman pangan (padi
dan sayuran), perkebunan (kopi), peternakan dan proses limbah untuk pupuk
organik dan untuk pakan ternak yang telah dihasilkan oleh Balai Komoditas
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
8
Nasional, apabila komponen teknologi tersebut diramu secara tepat guna spesifik
lokai dan benar, akan dapat meningkatkan produktivitas dan diversifikasi usaha
di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Teknologi yang tepat guna spesifik
lokasi, murah (low input) dan mudah dilaksanakan akan lebih cepat di adopsi,
sehingga dapat memotivasi petani/pengguna untuk mengembangkan
usahataninya dalam mendukung agribisnis pertanian sekaligus meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga tani.
2.2. Program PTT
Pengelolaan Tanaman Terpadu ( Integrated Crop Management ) atau
lebih dikenal PTT padi sawah, merupakan salah satu model atau pendekatan
pengelolaan usahatani padi sawah dengan mengimplimentasikan berbagai
komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis. PTT
menggabungkan usaha tani terpilih yang serasi dan saling komlementer, untuk
mendapatkan hasil panen yang optimal dan kelestarian lingkungan (Sumarno,
dkk. 2000).
Menurut Sumarno dan Suyamto (1998), bahwa tindakan PTT merupakan
good agronomic practices yang antara lain meliputi; (a) penentuan pilihan
komoditas adaptif sesuai dengan agroklimat dan musim tanam, (b) varietas
unggul adaftif dan benih bermutu tinggi, (c) pengelolaan tanah, air, hara dan
tanaman secara optimal, (d) pengendalian hama penyakit secara terpadu, dan
(e) penanganan panen dan pasca panen secara tepat.
Model PTT terdiri dari beberapa komponen teknologi budidaya yang
sinergis, yang dapat diterapkan sesuai kondisi agrosistem, antara lain adalah; (a)
perlakuan benih; (b) Pemilihan varietas; (c) Penanaman tunggal bibit muda; (d)
jarak tanam lebih rapat; (e) sistem pengairan; (f) penggunaan bahan organik;
(g) penggunaan bagan warna daun dan pemupukan; (h) pengendalian gulma
dengan gasrok. Implementasi model ini dilaporkan dapat meningkatkan hasil
padi dari sekitar 5,6 menjadi 7,3–9,6 t/ha, dan pendapatan petani meningkat dari
Rp 1,6 juta menjadi Rp 4,1 juta/ha (Puslitbangtan, 2000).
Komponen teknologi dalam PTT, telah dikaji dan diteliti diberbagai
lembaga penelitian. Berdasarkan laporan Sembiring (2001) dan Pramono, dkk
(2001), bahwa pemberian pupuk N berdasarkan panduan Bagan Warna Daun
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
9
(LCC) dapat menghemat penggunaan pupuk urea antara 30–40%, dengan tanpa
menurunkan hasil persatuan luas. Hasil penelitian Suismono, dkk (2001),
mengemukakan bahwa penggunaan bibit umur muda tidak berpengaruh
terhadap kualitas gabah. Penggunaan bibit umur 15 hari dengan jarak tanam 25
x 25 cm kadar butir hijau dan mengapur sebesar 0,07%, jauh lebih rendah dari
standart mutu gabah yang mensyaratkan maksimal 3%. Pemberian air pada
lahan padi hanya sampai basah dapat menghemat 40% air bila dibandingkan
dengan sistem penggenangan lahan padi secara kontinyu, tanpa menurunkan
hasil padi (Tabbal, dkk 1992). Demikian pula pemberian bahan organik pada
lahan sawah, walaupun penelitian jangka pendek kurang menunjukkan pengaruh
yang nyata terhadap peningkatan hasil, namun pada jangka panjang diyakini
akan meningkatkan kualtas sumberdaya lahan yang pada gilirannya dapat
meningkatkan produktivitas padi.
2.3. Program SL-PTT
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
berkembangnya industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Komoditi padi berperan
untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat masyarakat.
Sasaran produksi padi nasional tahun 2010 adalah 66,80 juta ton GKG
atau meningkat 6,58% dibandingkan sasaran panen 12 juta ha, sasaran
produktivitas 5,55 ton/ha. Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai
yang terfokus pada penerapan SL-PTT tahun 2009 pada areal seluas 2.241.000
hektar telah berhasil menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi padi 5,91%,
kedelai 26,97% dan kacang tanah 1,92% (ARAM 2009). (Dirjen Tanaman
Pangan, 2010).
Program Badan Litbang Pertanian lima tahun mendatang secara nasional
adalah peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang
mampu menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas
dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi. Program ini nantinya
mempunyai tiga keluaran yaitu: (1) meningkatnya ketersediaan benih dan bibit
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
10
sumber tanaman/ternak; (2) meningkatnya ketersediaan paket teknologi
budidaya tanaman, ternak, pengelolaan lahan dan pupuk; dan (3) meningkatnya
ketersediaan teknologi, mekanisasi dan pascapanen.
Sejak lebih dari satu dekade yang lalu sebahagian lahan sawah
mengalami penurunan produktivitas, sebagaimana tercermin pada laju
pelandaian produksi padi. Puslitbang Tanaman Pangan telah berupaya
menghasilkan inovasi penigkatan produksi padi melalui penelitian secara intensif
telah dihasilkan inovasi SL-PTT. SL-PTT merupakan Sekolah Lapangan bagi
petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan
input produksi yang efisien dan menurut spesifik lokasi sehingga mampu
menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara
berkelanjutan. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui
pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan,
menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali),
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik
budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi (Dirjen Tanaman
Pangan, 2010).
Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya
yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam
melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi
sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan
usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung, kedelai dan
kacang tanah. Namun demikian wilayah di luar SL-PTT akan tetap dilakukan
pembinaan peningkatan produksi sehingga produksi dan produktivitas tahun
2010 dapat meningkat (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
Pada prinsipnya SL-PTT adalah pendekatan dalam budidaya yang
mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu
tanaman (OPT) secara terpadu. SL-PTT adalah kombinasi teknologi pilihan yang
penerapannya disesuaikan dengan kondisi dan potensi setempat. Pada dasarnya
SL-PTT bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi
atau strategi bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola
tanaman, tanah air, dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman
secara holistik dan berkelanjutan (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
11
Balai Besar Penelitian Padi telah menginisiasi aplikasi SL-PTT lahan
sawah irigasi sejak 1999 di Sukamandi, peningkatan hasil padi yang diperoleh
dengan penerapan SL-PTT berbeda menurut tingkat dan skala luasan usaha.
Pada tingkat penelitian dan demonstrasi dengan luasan terbatas (1,0-2,5 ha)
melalui model SL-PTT hasil padi dapat meningkat rata-rata 37% (Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, 2009).
Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman pangan (padi,
jagung, kedelai) dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri
nasional yang setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 16,6% kebutuhan beras
nasional dipenuhi dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,6 ton/ha
(Dinas Pertanian TPH Prov. Aceh, 2009). Produktivitas padi Provinsi Aceh
mengalami peningkatan dari 4,26 ton per hektar pada 2008, meningkat jadi 4,32
ton per hektar pada 2009 atau meningkat sebesar 1,37 persen, sedangkan target
peningkatan pada tahun 2010 sebesar 6,08% atau 4,6 ton per hektar (BPS,
2009).
Padi sebagai salah satu komoditi pangan yang mempunyai potensi
produksi dan pekembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan
lahan sawah potensial tercatat seluas 408.486 ha tersebar pada 21
kabupaten/kota. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap musim tanam,
Aceh membutuhkan benih padi 12,25 juta ton dengan perhitungan kebutuhan
benih 30 kg/ha. Sedangkan kedelai di Provinsi Aceh produksinya mencapai
19,029 ton dengan produktivitas rata-rata 1,29 ton/ha. Luas tanam jagung
Provinsi Aceh mencapai 41.198 ha, produksi yang dicapai 125.155 ton dengan
produktivitas rata-rata 3,4 ton/ha. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Aceh, 2008).
Peningkatan produktivitas padi dan tanaman pangan lainnya disebabkan
antara lain curah hujan dan persediaan pupuk yang cukup serta penggunaan
bibit semakin berkualitas. Luas panen meningkat sebesar 5,87 persen
dibandingkan tahun 2008. Ini disebabkan sudah berfungsinya irigasi secara baik
di beberapa daerah seperti Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Jaya.
Dengan berfungsinya irigasi tersebut dan didukung curah hujan yang cukup,
maka pemanfaatan lahan dapat lebih optimal, khususnya lahan yang sebelumnya
tidak terairi. Selain itu peningkatan Indeks Penanaman (IP) di beberapa daerah,
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
12
telah melakukan penanaman 2-3 kali setahun juga memberikan kontribusi bagi
peningkatan produktivitas padi di Aceh (BPS, 2009).
BPTP Aceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis di bawah
BBP2TP yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus
berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada
pengguna melalui kegiatan desiminasi. Penelitian/ pengkajian yang
diimplementasikan dalam bentuk ”Sekolah Lapang (demplot)” akan lebih bersifat
lokal spesifik, dinamis dan partisipatif dimana petani terlibat langsung sejak
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat
mengadopsi secara parsial atau paket spesifik tergantung kemampuan petani.
Dengan pendekatan seperti ini teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan
diadopsi petani karena paket tersebut sudah teruji langsung di lapangan.
Salah satu kegiatan diseminasi yang akan dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan adopsi teknologi yaitu kegiatan SL-PTT melalui demfarm. Sekolah
Lapang ini diharapkan dapat memberi suatu daya tarik tesendiri terhadap petani
dalam memecahkan masalah. Dengan pendekatan SL-PTT juga diharapkan
petani dapat berpartisipasi aktif sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dalam
menentukan paket yang tepat. Dengan demikian SL-PTT yang nantinya
diharapkan dapat ditiru dan diadopsi oleh pengguna secara berkelanjutan.
Pendampingan SL-PTT dilakukan BPTP Aceh bertujuan agar teknologi
Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam SL-PTT,
sehingga pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Sasaran
pendampingan teknologi pada 60% total unit SL-PTT padi 2.963 unit di 18
kabupaten, jagung 96 unit di enam kabupaten, kedelai 1.560 unit di enam
kabupaten dan kacang tanah 192 unit di tiga kabupaten/kota Provinsi Aceh.
Target peningkatan produktivitas pada lahan SL-PTT padi inbrida 0,5–1,0 ton/ha,
serta kedelai dan kacang tanah sebesar 0,5-1 ton/ha.
Kegiatan pendampingan oleh BPTP Aceh dalam bentuk: Juknis PTT dan
SL-PTT; Sebagai narasumber pada pelatihan SL-PTT untuk 1.789 pemandu
lapang (PL) II di setiap kabupaten/kota; Demonstrasi Plot PTT dilakukan pada
lahan seluas 0,25 ha di luar Laboratorium Lapangan (LL) dalam Sekolah
Lapangan (SL) pada dua titik per kabupaten untuk menguji paket teknologi
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
13
lengkap PTT. Lahan SL yang luasnya 24 ha dijadikan lahan perluasan inovasi
teknologi yang dikembangkan dalam LL dan lahan demplot. Penyelenggaraan
pendampingan di SL dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Penyebarluasan inovasi dilakukan melalui demplot seluas 0,25 ha dengan
intoduksi masing-masing lima varietas unggul baru (VUB) padi yang berproduksi
tinggi dan satu varietas pembanding yang telah digunakan petani secara luas.
Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/areal yang terdapat dalam kawasan
SL-PTT yang berfungsi sebagai percontohan, temu lapang, tempat belajar dan
tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama
oleh kelompoktani/petani (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
Koordinasi tim stuktural pendamping di tingkat provinsi terdiri dari
Kadistan sebagai ketua, BPTP Aceh sebagai sekretaris dan Bakorluh sebagai
wakil ketua serta anggotanya Dinas/instansi terkait. Penunjukan Liason Officer
(LO) sebanyak 18 orang di setiap kabupaten dilakukan berdasarkan keputusan
kepala BPTP Aceh. Pelaporan pelaksanaan pendampingan oleh tim BPTP Aceh
dilakukan secara berjenjang oleh LO melalui pengumpulan data di tingkat desa,
kecamatan dan kabupaten, ditembuskan kepada tim teknis di provinsi dan
kabupaten. BPTP Aceh juga menyampaikan laporan berkala kepada BP2TP.
Pendekatan ini diharapkan akan berhasil meningkatkan pendapatan petani yang
didukung oleh semua pihak terkait. Koordinasi antara tim teknis, LO dengan
unsur lainnya menjadi faktor kunci keberhasilan. Oleh karena itu jalinan
kerjasama dengan semua pihak terkait terus dibina dan ditingkatkan
intensitasnya. (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
2.4. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC)
Untuk memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin dari kegiatan
diseminasi teknologi dan informasi hasil litkaji, terutama dalam memenuhi
kebutuhan pengguna yang semakin dinamis, diperlukan suatu pendekatan
strategi atau model yang mampu menjangkau pemangku kepentingan yang luas
dengan memanfaatkan berbagai media dan saluran komunikasi yang sesuai
dengan karakteristik masing-masing pemangku kepentingan. Strategi atau model
tersebut dikenal dengan nama Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
14
Dengan pendekatan SDMC, kegiatan diseminasi dikembangkan dengan
memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan pemangku kepentingan
(stakeholders) yang terkait. Penyebaran teknologi tidak lagi dilakukan hanya
pada satu pola diseminasi, tetapi dilakukan secara multi channel sehingga
diharapkan seluruh inovasi pertanian hasil penelitian di lingkup Badan Litbang
Pertanian dapat didistribusikan secara cepat kepada pengguna
(Gapoktan/Poktan/petani, Pemda, BUMN, Pengambil keputusan nasional/daerah,
penyuluh, Pengusaha/swasta/industri, Peneliti/Ilmuwan) melalui berbagai media
secara simultan dan terkoordinasi. (Badan Libang Pertanian, 2011).
Kegiatan diseminasi dalam pendekatan SDMC, dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan pemangku kepentingan
(stakeholders) terkait. Ilustrasi pada Gambar 1 menunjukkan pola-pola yang
merupakan spectrum diseminasi beserta beragam channel yang dapat digunakan
dalam proses distribusi informasi inovasi teknologi tersebut.
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC)
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
15
Dengan demikian, SDMC bertujuan untuk meningkatkan adopsi inovasi
pertanian oleh pelaku utama dan pelaku usaha melalui percepatan arus dan
perluasan jangkauan diseminasi inovasi pertanian Badan Litbang Pertanian, di
samping itu dapat pula menjaring umpan balik untuk referensi perbaikan dan
pengembangannya. Pendekatan SDMC dibangun untuk memperkuat sistem
diseminasi inovasi pertanian dan sekaligus mendukung kelembagaan penyuluhan
eksisting (Badan Libang Pertanian, 2011).
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
16
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pertanian dalam arti luas terus dikembangkan agar makin maju dan
efisien dan diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi serta
keaneka ragaman hasil melalui usaha intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi
dengan pemanfaatan iptek, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta
kebutuhan bahan baku industri.
Konversi lahan pertanian subur menjadi lahan nonpertanian, gangguan
alam seperti bencana banjir dan kekeringan, serangan organisme pengganggu
tanaman (OPT) merupakan kendala untuk meningkatkan produksi beras secara
nasional. Pada tahun 1998 terjadi penurunan produksi padi Nasional sekitar
6,5%, kondisi ini mengakibatkan pemerintah harus mengimpor beras sekitar 3
juta ton. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat
perlu diupayakan untuk mencari terobosan tehknologi budidaya, panen dan
pasca panen yang mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan efesiensi
usaha.
Produktivitas padi sawah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
produksi, antara lain persiapan lahan, penggunaan varietas, cara tanam,
ketepatan cara, jenis maupun takaran pupuk yang diberikan, keberadaan
organisme penggangu tanaman (OPT), tataguna air, dan lain sebagainya.
Faktor–faktor tersebut masing–masing memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
padi sawah. Oleh karena itu apabila faktor- faktor tersebut dapat dikelola
dengan baik melalui suatu manajemen yang terpadu dan sinergis mulai
praproduksi hingga pasca panen bukan tidak mungkin akan dicapai suatu hasil
berupa peningkatan produksi dan efesiensi usahatani.
Berbagai penelitian dan pengkajian terhadap komponen teknologi
budidaya padi sawah, mengindikasikan adanya peluang peningkatan efesiensi
penggunaan sarana produksi, seperti benih dan pupuk kimia. Pengkajian
pendekatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan melalui Inovasi (M-P3MI)
dalam hamparan pengkajian sistem usahatani (SUT) perlu dilakukan, guna
menguji lebih lanjut dampak pendekatan model tersebut dalam skala ekonomi.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
17
3.2. Cakupan Kegiatan
Sasaran akhir Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi
(M-P3MI) adalah meluasnya adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan Badan
Litbang Pertanian oleh pengguna secara cepat, tepat secara massal. Badan
Litbang Pertanian hanya membuktikan dan menunjukkan kepada masyarakat tani
dan pengguna lainnya bahwa teknologi yang diimplementasikan tepat guna dan
unggul, sehingga masyarakat yakin dan mengadopsinya. Demikian pula kegiatan
diseminasi yang akan dilaksanakan hanya dalam skala terbatas dan sementara
waktu saja. Fasilitasi difusi diharapkan akan dilakukan oleh instansi pemerintah
yang bertugas untuk itu, baik lingkup nasional maupun Dinas lingkup pertanian
Pemerintah Daerah melalui program pembangunan daerah.
Peranan Badan Litbang Pertanian terutama pada tahap penumbuhan
sistem inovasi serta sistem dan usaha agribisnis, apabila sudah tumbuh dan
mempu berjalan mandiri maka Badan Litbang Pertanian akan segera
menyerahkan pembinaannya kepada lembaga berwenang baik Provinsi maupun
Kabupaten. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan on farm adaptive reseacrh
dan dilaksanakan di lahan petani dengan mengutamakan unsur partisipatif dari
petani terhadap semua tahapan kegiatan. Peneliti dan penyuluh yang dilibatkan
selain dari BPTP Aceh juga BPP dan Dinas Pertanian setempat. Jumlah petani
kooperator yang dilibatkan dan lahan yang digunakan pada kegiatan ini
disesuaikan dengan kebutuhan.
Berdasarkan berbagai pertimbangan seperti daerah sentra produksi beras,
kesesuaian agroklimat, dan koordinasi dengan institusi yang terkait, untuk
pengkajian PTT, dilaksanakan di dua Kabupaten, yaitu Kab. Pidie Jaya dan Kab.
Nagan Raya. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2001 adalah
sebagai berikut:
3.3. Prosedur Pelaksanaan
Untuk memberikan arah dan pedoman dalam mencapai tujuan pengkajian,
maka disusun rencana kegiatan melalui serangkaian tahapan pengakajian
sebagai berikut :
a. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan pengkajian adalah
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
18
menyusun rencana kegiatan, termasuk di dalamnya penyusunan proposal,
pembentukan tim pelaksana pengkajian, penyusunan petunjuk pelaksanaan,
melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga atau dengan intansi
terkait, observasi calon lokasi pengkajian, pemilihan lokasi pengakajian,
penentuan petani kooperator dan lain–lain. Khusus untuk lokasi pengkajian
merupakan daerah sentra produksi atau daerah pengembangan yang agroklimat
sesuai dengan komuditas tanaman padi. Untuk menentukan kesesuain komuditas
dengan agrosistem lokasi pengkajian digunakan informasi Agro–Ecological Zone
(AEZ) (BPTP, 1999).
Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan sawah irigasi milik petani kooperator
masing-masing kawasan seluas 5 ha (SL), 1 ha sebagai Laboratorium Lapang
(LL) dijadikan sebagai tempat pembelajaran petani. Beberapa pendekatan yang
akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan:
a) Pendekatan partisipatif petani melalui penerapan inovasi teknologi
adaptif, persiapan lahan, penanaman sampai panen.
b) Peningkatan SDM melalui pelatihan, temu lapang dan farmer to
farmer visit.
c) Workshop dilaksanakan selain di lokasi kegiatan juga kabupaten
sekitar lokasi.
Cakupan analisis meliputi :
a. Peningkatan produktivitas
b. Identifikasi tanah dan iklim
c. Identifikasi hama dan penyakit padi
d. Analisa peluang pasar.
e. Identifikasi masalah
f. Peningkatan adopsi inovasi oleh petani
g. Dampak penerapan teknologi kepada petani non kooperator
b. Indentifikasi dan karakterisasi lokasi pengkajian
Tujuannya dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi sumber
daya alam setempat, kondisi biofisik lahan, agroklimat dan sosial ekonomi
masyarakat. Di samping itu juga untuk mengetahui tentang potensi dan
permasalahan usahatani yang dihadapi petani di lapangan. Dengan berbagai
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
19
informasi tersebut dapat diidentifikasi masalah di suatu wilayah, ketersediaan
sumber daya alam (fisik dan biologi), teknologi yang telah berkembang, kondisi
sosial ekonomi dan budaya petani.
Informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk merakit komponen-
komponen teknologi yang dapat mengatasi permasalahan usahatani di suatu
wilayah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei, data
sekunder berasal dari data statistik dari lembaga terkait, data monografi desa
maupun kecamatan, sedangkan data primer diperoleh dengan wawancara
terhadap petani, kelompok tani, aparat desa, petugas dari dinas intansi terkait
dengan menggunakan metode PRA (Parcitypatory Rural Appraisal).
c. Perakitan teknologi
Perakitan teknologi dilaksanakan atas dasar informasi yang diperoleh
dari lapangan melalui kegiatan identifikasi, termasuk identifikasi kebutuhan
teknologi di lapangan. Komponen-komponen teknologi hasil penelitian dari
lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi atau swasta yang relevan yang
berpeluang guna memberikan pemecahan berbagai masalah yang dihadapi
petani di lapangan, dapat digunakan sebagai sumber teknologi dan perlu dirakit
menjadi suatu paket teknologi yang akan dikaji pada kondisi spesifik lokasi.
Untuk kegiatan PTT pada padi sawah, sebagian besar akan mengintroduksikan
komponen-komponen teknologi tentang PTT yang berasal dari BB Padi
Sukamandi.
Paket teknologi yang diterapkan pada lokasi MP3-MI
Alternatif Pilihan Komponen Teknologi Tanaman Padi
No Uraian Pilihan Komponen Teknologi 1. Varietas padi • VUB (Ciherang, Mekongga, Inpari-
10, Inpari 13) 2. Benih • BLB, direndam air garam / abu
dapur (BD air > 1 )
3. Persemaian • Basah, seed treatment 4. Jumlah benih • Legowo : 20 - 30 kg / ha 5. Umur bibit • 15-18 hari (keong mas dapat di
kendalikan) 6. Jumlah bibit / rumpun • 1-2 batang (untuk bibit muda) 7. Sistem tanam • Legowo 2:1
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
20
8. Pengelolaan air • Intermitten (MK, bila air dapat diatur )
• Tapin/ legowo : cara petani 9. Pupuk urea • Alat BWD. 10. Pupuk P dan K • Berdasarkan peta status P dan K
lahan sawah ( 1 : 50. 000 ). 11. Bahan organik • Pupuk kandang 2 ton / ha. 12. Pengendalian hama dan
penyakit • Tikus : TBS di persemaian dan di
lapangan • Pestisida hayati, bila
memungkinkan. 13. Panen • Sabit bergerigi 14. Pascapanen • Tresher
• Pengeringan langsung / drying
d. Apresiasi Program Pengkajian
Untuk mendapatkan berbagai masukan dari intansi terkait (Dinas
Pertanian, Dinas Perkebunan, Badan Penyuluhan Pertanian), petani serta
dukungan Pemeritah Daerah, maka sebelum pelaksanaan pengkajian terlebih
dahulu dilaksanakan apresiasi tentang rencana kegiatan pengakajian, tujuan dari
kegiatan adalah untuk menjelaskan program pengkajian yang akan dilaksanakan.
Dengan apresiasi diharapkan mendapat berbagai masukan dalam
menyempurnakan program pengkajian yang akan dilaksanakan, sehingga
pengkajian yang akan dilaksanakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan
pengguna dan sejalan dengan program pembangunan daerah.
e. Implimentasi Rakitan Teknologi
Tahapan ini merupakan suatu tahapan pelaksanaan kegiatan di
lapangan. Dalam mengimplimentasikan rakitan teknologi, petani dibimbing oleh
teknisi lapangan, peneliti dan penyuluh dari Dinas terkait. Selama pelaksanaan
kegiatan dilakukan bimbingan terhadap petani kooperator melalui Sekolah
Lapang tentang berbagai aspek budidaya secara berkala.
f. Pengamatan (pengambilan Data)
Selama kegiatan berlangsung dilakukan pengamatan dan pengambilan
data pada akhir kegiatan. Selain monitoring, juga dilakukan pengambilan data-
data teknis dan ekonomi. Data-data yang dikumpulkan meliputi data keragaan
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
21
ekonomis, biologis dan serta data output/input usahatani. Pengamatan dilakukan
terhadap petani kooperator pada UHP dan petani non kooperator di luar UHP.
Evaluasi dilakukan tehadap perkembangan kegiatan Super Imposed Trial.
g. Analisis data dan pelaporan
Data yang dikumpulkan secara priodik selama kegiatan pengkajian
berlangsung, baik data teknis maupun ekonomis pada setiap akhir tahun
anggaran dianalisis dengan menggunakan analisis baku (deskriptif, sidik ragam
dan analisis finansial). Selanjutnya data yang telah dianalisis digunakan sebagai
dasar untuk membuat laporan.
3.4. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
adalah :
Bahan :
§ Bahan tanaman : benih padi varietas unggul
§ Pupuk organik : Pupuk kandang (kotoran sapi)
§ Pupuk anorganik : Urea, SP-36 dan KCl, serta pupuk cair
§ Pestisida : Sesuai anjuran dan jika diperlukan
§ Tali plastik : untuk tandur jajar
§ Caplak : untuk jarak tanam
§ Perangkap tikus : untuk mengatasi hama tikus
Alat :
§ Traktor : Untuk pengolahan tanah
§ Landak : Untuk penyiangan
§ Handsprayer : Untuk menyemprot
§ Alat tulis menulis : Untuk mencatat
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Pidie Jaya
a. Kondisi Geografis
Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu Kabupaten yang baru terbentuk
berada dalam wilayah Pemerintah Aceh dengan ibu kota Kabupaten adalah
Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang – undang Nomor 7
Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007, dengan luas wilayah 1.162,85 km2,
yang terdiri dari 8 kecamatan, 37 kemukiman, dan 222 Gampong.
Batas – batas wilayah sebagai berikut :
Ø Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Ø Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen.
Ø Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tangse, Kecamatan
Geumpang dan Kecamatan Mane Kabupaten Pidie.
Ø Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Glp. Tiga, Kecamatan Glp.
Baro dan Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.
Kabupaten Pidie Jaya juga merupakan salah satu wilayah yang terkena
dampak tsunami dan mengakibatkan sebagian wilayah pesisir luluh lantak,
struktur perekonomian, infrastruktur dan prasarana lainnya rusak dan hancur.
Wilayah Kabupaten ini terdiri dari 8 (delapan) wilayah Kecamatan, yaitu : Bandar
Baru, Pante Raja, Trienggadeng, Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya,
dan Kecamatan Bandar Dua. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Pidie Jaya
memiliki luas 1.162, 85 km2, dengan wilayah yang terluas berada di Kecamatan
Meurah Dua dan Bandar Baru, masing-masing luasan 25, 13% dan 24, 19% dari
total luas wilayah Kabupaten Pidie Jaya. Luas per kecamatan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Luas dan Prosentase Luas Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya No Kecamatan Luas (km2 ) Persentase 1 Bandar Baru 281.24 24.19 2 Pante Raja 40.04 3.44 3 Trienggadeng 128.00 11.01 4 Meureudu 156.74 13.48 5 Meurah Dua 292.2 25.13
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
23
6 Ulim 60.73 5.22 7 Jangka Buya 29.64 2.55 8 Bandar Dua 174.26 14.99
Jumlah 1.162,85 100,00 Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie JayaTahun 2008
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Bandar Baru
merupakan kecamatan terluas, dan yang paling kecil adalah Kecamatan Jangka
Buya, sedangkan luas kecamatan Ulim sebagai lokasi demfarm tercatat 60,73
km2. Wilayah administrasi Kabupaten Pidie Jaya terdiri atas 8 Kecamatan, 222
Gampong dan kemukiman sebanyak 37 kemukiman. Lebih jelasnya tentang
wilayah administrasi kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Desa, Kelurahan dan Kemukiman di Kabupaten Pidie Jaya
No Kecamatan Jumlah
Desa Kemukiman 1 Bandar Baru 43 8 2 Pante Raja 10 2 3 Trienggadeng 27 5 4 Meureudu 30 7 5 Meurah Dua 19 3 6 U l i m 30 5 7 Jangka Buya 18 2 8 Bandar Dua 45 5
TOTAL 222 37 Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008
Dari Tabel 2 di atas, kecamatan Ulim memiliki 30 desa dan 5
kemukiman. Umumnya desa-desa yang ada sambung menyambung dengan satu
hamparan sawah.
b. Iklim
Kabupaten Pidie Jaya termasuk ke dalam wilayah beriklim tropis basah,
temperatur berkisar dari suhu minimun 190C–220C sampai dengan suhu
maksimum 300C–350C. Selama ini curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan
Januari, Sedangkan curah hujan tetap terjadi pada bulan Oktober dan Desember.
Walaupun kebiasaan musim hujan di daerah dimulai dari September hingga
Desember.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
24
c. Struktur Tanah
Bila dilihat dari jenis tanah, Kabupaten Pidie Jaya, jenis tanah podsolit
merah kuning (PMK) yang merupakan jenis tanah terluas dengan beberapa jenis
tanah lainnya. Keadaan tanah efektif di Kabupaten Pidie Jaya mencapai 94,78%
untuk kedalaman lebih dari 90 cm, sedangkan sisanya 5,22% tersebar
kedalaman lainnya.
d. Topografi
Kabupaten Pidie Jaya menurut kelas ketinggiannya bervariasi antara 0–
15 m dpl. Kondisi fisik dataran dengan ketinggian yang relatif rendah berada di
sebelah utara dengan kondisi kemiringan lereng yang cenderung landai antara 0–
25%, yaitu sebesar 28,53%. Sedangkan dataran dengan ketinggian relatif tinggi
berada di selatan dengan kemiringan lereng antara 25 sampai dengan >40%.
e. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan terluas adalah pemukiman dan pertanian atau
perkebunan, sisanya adalah hutan lindung. Dari seluruh lahan yang digunakan
mencapai sekitar 21,74% dengan rincian untuk sawah 8.015 ha, perkebunan
9.947 ha, dan pekarangan 8.640 ha. Sedangkan sisanya merupakan hutan lebat
dan lainnya sebagai kawasan non budidaya. (Sumber: Dinas Pertanian Pidie
Jaya).
f. Sektor Pertanian dan Peternakan
Sektor Pertanian dan Peternakan terutama tanaman pangan pada
umumnya masih terfokus pada tanaman padi sawah, palawija, hortikultura dan
sayur-sayuran yang masih menjadi komoditi unggulan saat ini, namun demikian
tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan komoditi lain sehingga
Kabupaten Pidie Jaya dimasa yang akan datang mampu surplus komoditi
pertanian/ peternakan. Luas lahan dan penggunaannya dalam Kecamatan di
Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
25
Tabel : 3 Luas lahan menurut jenis di Kabupaten Pidie Jaya.
No Kecamatan LUAS LAHAN (Ha)
Sawah Tegalan Jumlah Ket 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bd. Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua U l i m Bandar Dua Jangka Buya
1.365 204
1.376 1.100 650
1.002 1.834 466
1.110 900
1.604 1.325 460
1.291 1.277 673
2.475 1.104 2.980 2.425 1.110 2.293 3.121 1.139
J U M L A H 7.997 8.640 16.637
Dari luas lahan sawah di kabupaten Pidie Jaya 7.997 ha terdiri dari lahan
irigasi teknis 1.350 ha (15,88%), lahan irigasi semi teknis 3.850 ha (48,14%),
sederhana 2.437 ha (34,82%), lahan irigasi non PU/ alami 145 ha (2,07%) dan
lahan tadah hujan 256 ha (3,65%).
Luas lahan sawah menurut sistem Pengairan dalam Kabupaten Pidie Jaya
dapat di lihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel : 4 Luas lahan menurut keadaan pengairan di Kab. Pidie Jaya.
No Kecamatan Sawah ( Ha ) Teknis Semi
Teknis Sederhana Non PU
Tadah Hujan
1 2 3 4 5 6 7 8
Bd. Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua U l i m Bandar Dua Jangka Buya
1.365 204 1.376 1.100 650 1.043 1.834 466
-- 50 1.300 -- -- -- -- --
1.150 50 -- 1.100 650 900 -- --
61 -- -- -- -- 76 1.834 466
95 50 -- -- -- -- -- --
59 54 76 -- -- 67 -- --
JUMLAH 8.038 1.350 3.850 2.437 145 256 Sumber Data : Dinas Pertanian
Sedangkan produksi padi di Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada
Tabel 5.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
26
Tabel 5. Luas Lahan dan Produksi Padi yang Ditanam di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2008.
No Kecamatan Luas Tanam (Ha)
Produksi (Ton)
Rata-Rata Produktivitas
(Ton/ha) 1 Bandar Baru 1.365 8.817 6.46 2 Pante Raja 204 1.175 5.76 3 Trienggadeng 1.376 9.230 6.71 4 Meureudu 1.100 5.785 5.26 5 Meurah Dua 650 4.376 6.73 6 U l i m 1.002 8.377 8.36 7 Bandar Dua 1.834 12.959 7.07 8 Jangka Buya 466 3.528 7.57
Jumlah 7.997 54.247 6.74 Sumber: Pidie Jaya Dalam Angka, Tahun 2009
Sebagai gambaran jumlah kelompok tani menurut kelas kemampuannya
yang ada dalam wilayah Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada Tabel 6 sbb :
Tabel : 6 Jumlah Kelompok menurut kelas kemampuan di Kab. Pidie Jaya.
No Kecamatan Kelas Kemampuan Kelompok
Jumlah Ket Pemula Lanjut Madya Utama 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8.
Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua U l i m Bandar Dua Jangka Buya
-- -- -- -- -- -- -- --
80 20 100 100 45 60 75 40
4 2 13 12 10 9 30 9
-- -- -- 5 3 -- 4 --
84 22 113 117 58 69 109 49
J U M L A H -- 520 89 12 621
Dari Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani di
Kabupaten Pidie Jaya tercatat 621 kelompok dengan kelas paling dominan
berada pada posisi kelas lanjut yakni 520 kelompok, sedangkan kelas Madya dan
Utama masing-masing 89 dan 12 kelompok. Khusus kecamatan Ulim sebagai
lokasi demfarm, kelas kelompok didominasi oleh kelas lanjut (60) dan Madya
(9), sedangkan kelas utama tidak ada satupun.
Ditinjau dari kemampuan kelompok, maka kelas Lanjut dan kelas Madya
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
27
merupakan kelas yang mudah dibina terutama dalam memperkenalkan teknologi
baru. Mereka sudah termasuk kritis dan akan mengadopsi teknologi jika dinilai
menguntungkan dan memudahkan dalam pelaksanaan di lapangan.
3.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Nagan Raya
a. Letak dan Luas Daerah
Kabupaten Nagan Raya merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten
Aceh Barat yang dibentuk dengan Undang undang Nmor. 4 tahun 2002 dan
diresmikan pada tanggal 22 Juli 2002 , dengan ibu kota Suka Makmue yang
terletak di kawasan pantai barat Propinsi Aceh pada posisi geogrfis 030 44,08-
030 49,16 Lintang Utara 960 10,59 - 960 49,16 Bujur Timur (BT). Luas wilayah
kabupaten ini adalah 3,363,72 Km2 atau 336.3372 Ha, dengan batas batasnya
sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan kabupaten Aceh Tengah
- Sebelah Selatan dengan Samudra Hindia dan Kabupaten Aceh Barat daya
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Barat Daya
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Barat
Sesuai dengan pengembangan wilayah Kabupaten Nagan Raya memiliki 8
Kecamatan dan 27 Mukim serta 222 Desa / Gampong.
b. Topografi
Kabupaten Nagan Raya terdiri dari dataran rendah, perbukitan,
pergunungan sampai dataran tinggi. Untuk lebih jelas topografi wilayah
kabupaten Nagan Raya yang dirinickan pada keadaan lereng (kemiringan tanah)
dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 6. Keadaan kemiringan tanah di Kabupaten Nagan Raya
No Kecamatan Pantai Lembah Lereng Dataran Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8
Durul Makmur Tadu Raya Kuala Kuala Pesisir Beutong Seunagan Suka Makmue Seunagan Tumur
2 2 - 8 - - - -
1 1 12 1 - - - 1
1 4 4 - - 5 4 8
47 15 1 7 28 30 15 25
51 22 17 16 28 35 19 34
Jumlah 12 16 26 168 222
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
28
Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut Kabupaten Nagan
Raya di klasifikasikan seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Ketinggian, luas wilayah serta persentasenya di Kabupaten Nagan Raya No Ketinggian (dpl) Luas (ha) % 1. 12 - 35 139.930,75 04,16 2. 7 -1 199.804,96 05,94 3. 4 – 6 1050.153,38 31,22 4. 2 – 3 1322.951,08 39,33 5. 0 – 1 547.777,24 16,27 JUMLAH 3363720 100
c. Jenis Tanah
Jenis tanah merupakan salah satu informasi penting bagi pengembangan
komoditas di suatu daerah. Tidak semua komoditas dapat dikembangkan pada
lokasi tertentu. Kabupaten Nagan Raya terdapat 9 (sembilan) jenis tanah yang
tersebar di berbagai Kecamatan.
d. Iklim
Keadaan iklim, sangat menentukan ragam dan jenis tanaman yang dapat
dikembangkan. Komponen iklim ini meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban
akan sangat menentukan kondisi suatu daerah. Fluktuasi curah hujan akan
berpengaruh langsung terhadap penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman
dan perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pendataan dan
evaluasi terhadap iklim juga berguna untuk mengkaji dan menyusun pola tanam
serta waktu tanam sehingga dapat membantu petani dalam menghadapi resiko
kerugian yang mungkin terjadi.
Tipe iklim di Kabupaten Nagan Raya menurut Oldeman, Darwis dan LAZ
terdapat dua tipe yaitu A dan B1 dengan kriteria bulan basah 3–9 bulan dan
bulan kering 2–3 bulan.
e. Penduduk dan Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008 tercatat 145.798
jiwa dengan penyebaran penduduk setiap Kecamatan dengan kepadatan
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
29
mencapai 71 orang/km. Kepadatan penduduk antar daerah tidak sama
sebarannya, daerah terpadat 80 orang /km, sedangkan daerah paling jarang
penduduknya 35 orang/km seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Penyebaran Penduduk setiap menurut Kecamatan
No Kecamatan Jenis Kelamin
Jumlah Laki - laki Perempuan
1 Beutong 7.918 8.578 16.496 2 Seunagan Timur 7.655 8.293 15.948 3 Seunagan 11.075 11.998 23.073 4 Kuala 20.944 22.690 43.634 5 Darul Makmur 22.390 24.255 46.645
Jumlah 69.982 75.816 145.796
Pada umumnya penduduk Kabupaten Nagan Raya bermata pencarian di
sektor pertanian, selain itu bergerak di sektor perdagangan, jasa dan kontruksi.
Untuk lebih jelasnya mata pencarian penduduk dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jenis mata pencaharian penduduk Kabupaten Nagan Raya
No Jenis Mata Pencarian % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air minum Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan Jasa-jasa
63,37 1,40 2,40 0,18 16,01 4,16 0,69 7,70
JUMLAH 100
Berdasarkan tabel di atas, pencaharian penduduk Kabupaten Nagan Raya
umumnya bergerak di sektor pertanian (63,37%) yakni tanaman pangan,
peternakan dan perkebunan diikuti dengan pekerjaan di bidang perdagangan
(16,01%).
f. Potensi Lahan Luas lahan persawahan di Kabupaten Nagan Raya adalah 311.285 ha.
Berdasarkan kondisi pengairan lahan yang ada di Kabupaten Nagan Raya dapat
dilihat pada Tabel 10.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
30
Tabel 10. Luas sawah berdasarkan kondisi pengairan
No Kondisi Pengairan Luas Lahan (Ha) 1. 2. 3. 4. 5.
Teknis Semi teknis Pengairan sederhana Tadah hujan Lahan tidur
1.076 10.380 1.726 3.516 17.120
Selain itu penggunaan lahan baik berupa perkebunan,
persawahan,padang rumput atau lainnya dirincikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Nagan Raya
No Penggunaan Lahan Luas Lahan % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Perkampungan Industri Pertambangan Persawahan Pertanian tanah kering Kebun Perkebunan besar Hutan Perairan Darat Lain-lain
68.956,26 2.354,60 336,37 33.973,57 80.729,28 178..277,16 47.092,10 2.326.348,75 18.836,83 261.361,04
2,05 0,07 0,01 1,01 2,40 5,30 1,40 69,16 0,56 7,77
JUMLAH 3.363.720 100
g. Administrasi Pemerintahan Secara administrasi Kabupaten Nagan Raya terdiri 8 kecamatan, 27
Kemukiman dan 222 Desa seperti terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah Kecamatan, Mukim dan Desa menurut Kabupaten Nagan Raya Tahun 2010. No Kecamatan Ibukota Mukim Desa Ket 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Darul Makmue Kuala Kuala Pesisir Tadu Raya Beutong Seunagan Suka Makmue Seunagan Timur
Alue Bilie Ujong Fatihan Padang Rubek Alue Bata Babul Salam Jeuram Lueng Baro Keude Linteng
4 2 3 2 5 5 2 4
15 17 16 22 28 35 19 34
JUMLAH 27 222 -
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
31
h. Institusi Kelembagaan Penyuluh Pertanian
Kelompok Tani di Kabupaten Nagan Raya berjumlah 651 Kelompok terdiri
dari kelas pemula 334 Kelompok Kelas Lanjut 251 Kelompok Kelas Madya 63
Kelompok Kelas Utama 3 Kolompok. Sementara itu untuk kelembagaan penyuluh
pertanian sebagai pendukung dan penggerak dalam pelaksanaan kegiatan
Penyuluh Pertanian di Kabupaten Nagan Raya seperti Balai Penyuluihan
Pertanian (BPP). Terdapat 8 (delapan) BPP yang dikelola untuk mendukung
pelaksanaan penyuluhan pertanian yang dibagi atas wilayah binaan atau disebut
juga Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP). Wilayah binaan ini di tempati
oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Hingga tahun 2010 jumlah penyuluh
pertanian yang berada di Kabupaten Nagan Raya tercatat 144 orang terdiri dari
penyuluh PNS 60 orang, Penyuluh Honorer 27 orang dan Tenaga Harian Lepas
(THL) 57 orang.
Akreditas dan sistem penilaian angka kredit penyuluh pertanian saat ini
dilakukan oleh Kabupaten Nagan Raya. Untuk peningkatan pelayanan dann
jaminan kecukupan dan percepatan proses, maka penilaian angka kredit
penyuluh mulai golongan IV/c (Pembina Utama Muda) ke atas penilaian dan
penetapan angka kredit (PAK) dilaksanakan / di keluarkan di Provinsi.
Para penyuluh lapangan baik PNS maupun THL ikut berperan dalam
mendukung kegiatan yang dilaksanakan BPTP Aceh di wilayah kerja mereka.
3.3. Sasaran Pengembangan Komoditas
a. Pertanian Tanaman Pangan
Sasaran luas tanam, panen, produktivitas dan produksi komoditas
pertanian tanaman pangan tahun anggaran 2010 di Kabupaten Nagan Raya
menurut komoditas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sasaran Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan Produki Komoditas
Pertanian Tan. Pangan Tahun 2010 Kab. Nagan Raya
No Komoditas Luas
Tanam (ha)
Luas Panen (ha)
Produktivitas (kw/ha)
Produksi (ton)
1. Padi 31.233,3 31.200 70 218.400 2. Kedelai 2.910 2.844 50 14.220 3. Jagung 2.665 2.680 21 5.445 4. Kacang Tanah 2.748 2.680 18 4.824
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
32
b. Luas Lahan sawah, Lahan Tidur dan Tingkat Pemanfaatannya.
Luas Lahan sawah dan lahan yang sementara tidak digunakan (sleeping
land) dalam Kabupaten Nagan Raya seperti tergambar pada Tabel 14 di bawah
ini.
Tabel. 14. Luas Lahan Sawah menurut Tingkat Pengairan serta Lahan Tidur.
No Kecamatan
Lahan Sawah ( Ha ) Jumlah (Ha )
Lahan Tidur (Ha)
Total (Ha)
Irigasi Tadah Hujan Tek
nis Semi
Teknis Desa
1 Beutong 1.076 300 923 437 2.736 2.104 4.840 2 Seungan
Timur - 1.625 60 40 1.725 2.328 4053
3 Seunagan - 2.215 150 - 2.565 989 3.354 4 Kuala - 1.433 67 175 1.675 1.158 2.833 5 Darul
Makmur - 1.125 230 2.212 3.567 7.029 10.596
6 Kuala Pesisir - 893 117 371 1.381 1.320 2.701
7 Tadu Raya - 937 54 201 1.192 1.382 2.574 8 Suka
Makmue - 1.477 - - 1.477 810 2.287
JUMLAH 1.076 10.005 1.601 3.436 16.698 17.120 33.818
c. Luas Potensi Lahan Kering
Di samping lahan sawah, Kabupaten Nagan Raya juga terdapat lahan
kering atau tegalan yang merupakan potensi yang bisa dikembangkan. Tabel 13
berikut memperlihatkan potensi lahan kering di Kabupaten Nagan Raya.
Tabel 15. Luas Potensi Lahan Kering di Kabupaten Nagan Raya
No Kecamatan Luas lahan Kering (Ha )
Yang digunakan
Belum Digunakan Total
1 Beutong 10.686 5.887 16.573 2 Seungan Timur 2.100 6.573 8.673 3 Seunagan 1.807 5.529 7.336 4 Kuala 9.175 23.416 32.591 5 Darul Makmur 33.523 12.342 45.865 6 Kuala Pesisir 8.388 22.253 30.641 7 Tadu Raya 8.651 22.517 31.168 8 Suka Makmue 2.28 6.758 8.966
JUMLAH 76.538 105.275 181.813
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
33
d. Luas Potensi Lahan Kering yang ditanami palawija dan sayuran
Luas lahan kering atau tegalan temasuk tanah diperkarangan yang
ditanami palawija dan sayuran dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Luas potensi lahan kering dan penggunaannya
No Kecamatan Perkarangan (Ha)
Tegalan/Ladang (Ha)
Jumlah ( Ha )
1 Beutong 521 478 999 2 Seungan Timur 640 104 744 3 Seunagan 450 480 930 4 Kuala 696 1.942 2.638 5 Darul Makmur 199 5.548 5.747 6 Kuala Pesisir 637 1.775 2.412 7 Tadu Raya 657 1.831 2.488 8 Suka Makmue 550 720 1.270
JUMLAH 4.350 12.878 17.228
e. Kelembagaan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Jumlah BPP dan WKPP dalam Kabupaten Nagan Raya yang tersebar di 8
Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah BPP dan WKPP dalam Kabupaten Nagan Raya.
No Kecamatan Jumlah BPP ( Unit )
Jumlah WKPP (Unit)
1 Beutong 1 10 2 Seungan Timur 1 16 3 Seunagan 1 12 4 Kuala 1 10 5 Darul Makmur 1 24 6 Kuala Pesisir 1 12 7 Tadu Raya - 9 8 Suka Makmue 1 9
JUMLAH 8 102
Kelembagaan petani yang ada di Kabupaten Nagan Raya jumlah dan
ragamnya seperti terlihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah dan Ragam Kelembagaan Petani di Kabupaten Nagan Raya
No Kecamatan Keltan
KUD
LUEP
KTNA (Org)
Gapoktan ( Buah )
Kejruen Blang ( Org )
1 Beutong 142 4 3 12 5 45 2 Seungan
Timur 93 2 1 7 4 55
3 Seunagan 121 1 3 14 7 70
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
34
4 Kuala 253 2 3 13 7 33 5 Darul Makmur 168 3 1 6 4 12
JUMLAH 759 12 11 52 27 215
f. Aparatur Penyuluh Pertanian Ketahanan Pangan
Penyuluh pertanian terdiri dari Penyuluh Pertanian Ahli berpendidikan
Sarjana dan Penyuluh Pertanian terampil berpendidikan Non Sarjana minimal
SLTA. Penyuluh Pertanian tersebut ada yag di tempatkan di Kabupaten sebagai
Tim Supervisi ( Penyuluh Pertanian Supervisor ) maupun Penyuluh Pertanian
Lapangan ( PPL). Jumlah Penyuluh Pertanian tersebut dapat di lihat pada Tabel
19.
Tabel 19. Jumlah Penyuluh Pertanian dalam Kabupaten Nagan Raya
No Kecamatan Penyuluh Sarjana Non Sarjana Jumlah
PNS HNR THL PNS HNR THL PNS HNR THL 1 Beutong 1 - 1 2 2 5 3 2 6 2 Seungan
Timur 1 - 5 4 5 2 5 5 7
3 Seunagan 2 - 4 1 1 3 3 1 7 4 Kuala 2 - 4 2 1 2 4 1 6 5 Darul
Makmur 4 - 5 3 2 11 7 2 16
6 Kuala Pesisir 1 - 2 1 2 2 2 2 4 7 Tadu Raya 2 - 3 2 - 3 4 - 6 8 Suka
Makmue 2 - 3 3 4 2 5 - 5
9 Kabupaten 6 - - 4 - - 10 - - Jumlah 21 - 27 22 13 30 43 13 57
g. Pengolahan hasil pertanian
Pengolahan hasil pangan di Kabupaten Nagan Raya merupakan sarana
penunjang dalam peningkatan mutu peningkatan nilai ekonomi dari produksi
pertanian pangan sehingga petani memperoleh nilai tambah yang berdampak
dalam peningkatan pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan mereka.
Jumlah dan ragam pengolahan hasil pangan dalam Kabupaten Nagan Raya dapat
di lihat pada Tabel 20 di bawah ini.
Tabel 20. Jumlah dan ragam Alat Pengolahan hasil pangan dalam Kabupaten
Nagan Raya
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
35
No Kecamatan Pengolahan
Sagu Keripik Ubi
Pisang Sale Tempe Tahu Kue
Tradisional 1 Beutong - - - - - 2 unit 2 Seungan
Timur 2 unit - - - - 1 unit
3 Seunagan 1 unit - - - - 3 unit 4 Kuala - 2 unit - 12 unit 8 unit 2 unit 5 Darul
Makmur - 2 unit - 8 unit 6 unit 2 unit
6 Kuala Pesisir - 2 unit 1 unit 5 unit 2 unit 1 unit 7 Tadu Raya - 2 unit - 7 unit 3 unit - 8 Suka
Makmue - - - - - 2 unit
JUMLAH 3 unit
6 unit 1 unit 32 unit
19 unit
13 nit
h. Kondisi Produksi Komoditi Tanaman Pangan
- Padi
Budidaya padi sebagian besar dilakukan di lahan sawah, selebihnya di
lahan kering. Luas tanam dan luas panen serta produksinya seperti digambarkan
dalam tabel 21 di bawah ini :
Tabel 21. Luas areal tanaman padi dan produksi di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2009.
No Lahan Luas Tanah (Ha)
Luas Panen ( Ha)
Produksi (Ton)
1 2
Sawah Kering
30.043 538
29.746 538
184.425,50 1345
Jumlah 30.581 30.284 185.770,5
- Palawija Enam jenis palawija yang biasa diusahakan oleh masyarakat Nagan Raya
adalah jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Di
antara ke enam jenis palawija tersebut yang paling dominan adalah kacang
tanah dan kedelai. Tabel 22 menunjukkan luas areal dan produksi bebertapa
komoditi palawija.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
36
Tabel 22. Luas Areal dan Produksi Palawija di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2009.
No Jenis Palawija Luas(Ha) Produksi (Ton)
1 2 3 4 5 6
Jagung Kedelai Kacang tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi jalar
909
3.218 3.076 266 169 132
1.853 3.299 4.75 234
3.213 2.032
- Sayuran
Beberapan macam saturan yang dihasilkan di Kabupaten Nagan Raya
adalah kacang panjang, cabe, tomat, terong, ketimun, kangkung, bayam dan
semangka sangat bervariasi dan tidak kontinyu antara musim ke musim.
Tabel 23. Luas dan Produksi Saturan di Kabupaten Nagan Raya pada Tahun 2009
No Jenis Sayuran Luas ( Ha) Produksi ( Ton ) 1 2 3 4 5 6 7 8
Kacang Panjang Cabe Tomat Terong Ketimun Kangkung Bayam Semangka
257 159 38 161 235 23 142 123
2.142 1.154 522
1.449 2.350 260 184 736
- Buah – Buahan
Tanaman buah-buahan di Kabupaten Nagan Raya yang sering ditanam
adalah mangga (kuini), rambutan, jeruk manis, langsat, sawo, durian, jambu,
pisang, nenas dan pepaya. Tanaman ini sejak lama telah ada merupakan harta
warisan turun temurun, ditambah pengembangan yang dilaksanakan selama ini.
Tabel 24. LuasAreal Tanaman Buah – buahan dan Produksi di Kabupaten Nagan Raya pada Tahun 2009.
No Jenis Tanaman Buah – Buahan Luas ( Ha ) Produksi ( Ton )
1 2 3
Mangga Rambutan Jeruk Manis
270 933 210
2.297 7.464 2.112
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
37
4 5 6 7 8 9 10
Langsat Sawo Durian Jambu Nenas Pisang Pepaya
241 91 641 62 6
226 46
1.276 321
16.640 469 106
40.294 770
3.4. Hasil Pelaksanaan Demfarm
Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan
kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program
intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perhatian dan penyempurnaan dari
berbagai aspek baik teknis maupun kelembagaan pendukung.
Dari hasil perjalanan yang dilakukan ke kabupaten Pidie Jaya, tim
melakukan koordinasi dengan Kepala Badan Ketaanan Pangan dan Penyuluhan
Pidie Jaya Ir. Mukhlis beserta stafnya. Dalam pertemuan tersebut membahas
pengembagan kawasan agribisnis terpadu dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu : Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi
(M-P3MI) di Provinsi Aceh.
Selanjutnya didampingi Kepala BKPP, melakukan pertemuan dengan
Ketua Kelompok tani Dayah Baroh Nurdin Ibrahim, sekaligus menetapkan
kelompoktani Dayah Baroh sebagai calon lokasi kegiatan Model Pengembangan
Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Sedangkan untuk pelaksanaan
jadual tanam MT 2011, masih menunggu hasil rapat antara Dinas Pertanian
Kabupaten Pidie Jaya dengan kelompoktani di daerah tersebut.
Adapun strategi pokok pembangunan model pengembangan pertanian
perdesaan melalui inovasi (MP3MI) yaitu :
a. Penguatan stuktur ekonomi berbasis agribinis
b. Pemberdayaan masyarakat
c. Revitalisasi kawasan dan wilayah.
Untuk mencapai hal tersebut salah satunya melalui pengembangkan
ekonomi lokal berbasis pertanian dan meningkatkan peranan dan swadaya
masyarakat. Dalam hal ini dilakukan pengembangan inovasi teknologi seperti
pengembangan PTT padi sawah yang bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
38
tanaman yang optimal dengan mengembangkan semua komponen teknologi
usahatani terpilih yang serasi dan komplementer
Terselenggaranya program (M-P3MI) diharapkan pada pengembangan
penggunaan teknologi pertanian dan kemandirian petani dalam memperkuat
modal usaha sendiri. Di sisi lain juga akan mempengaruhi peluang bagi
pengusaha swasta untuk berpatisipasi dalam program peningktan produktivitas
pertanian, mulai dari tahap awal sampai akhir proses agribinis dan terbukanya
kesempatan kerja, serta menjaga kelestarian sumberdaya alam.
Pengembangan kawasan terpadu melalui M-P3MI bermanfaat terhadap
pembangunan sektor pertanian dengan terjadinya penyebaran inovasi pertanian
dan perluasan jangkauan penggunaan teknologi kepada berbagai pengguna
utama dan pengguna usaha di sektor pertanian dalam jangka waktu relatif
singkat.
Prima Tani adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi
yang dipandang dapat mempercepat peyampaian informasi dan bahan dasar
inovasi baru yang diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung
langsung dengan pelaku agribisnis dan pengguna inovasi. Sebagai wahana
diseminasi juga akan digunakan sebagai wahana pengkajian partisipatif dan
merupakan strategi baru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Badan
Litbang Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Prima Tani dipandang menjawab keperluan pengguna karena Prima Tani
berorientasi pengguna, menerapkan konsep pemecahan masalah secara
konfrehensip atau sebagai integrasi vertikal dan horizontal, integrasi teknologi
serta kelembagaan, memberikan dukungan terhadap dinas terkait melalui
implementasi teknologi inovatif. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
menghasilkan sejumlah inovasi tepat guna. Sejumlah diantaranya telah
digunakan secara luas dan terbukti menjadi tenaga pendorong utama
pertumbuhan dan perkembangan usaha dan system agribisnis berbagai
komoditas pertanian.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan
inovasi teknologi yang dihasilkan cendrung melambat bahkan menurun, sehingga
dirasakan perlu suatu strategi baru yaitu model Prima Tani. Sebagai suatu
lembaga penelitian dan pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian memiliki
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
39
sumberdaya peneliti/penyuluh yang bekerjasama secara fungsional dan
profesional. Kesiapan sumberdaya peneliti dan penyuluh merupakan kekuatan
bagi BPTP sebagai fungsi penyuluhan ke daerah (kabupaten). Para penyuluh dan
peneliti melakukan pengkajian dan pengembangan serta diseminasi inovasi
pertanian secara bersama-sama di suatu wilayah spesifik lokasi. Langkah ini
dilakukan dalam rangka mendekatkan dan memberikan pelayanan terhadap
hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepada pengguna teknologi pertanian
(petani dan pelaku agribisnis). Selain hal tersebut BPTP telah dinilai berhasil
mewujudkan paradigma “penelitian berasal dari petani dan berakhir kepada
petani”.
Dalam eksistensinya selama ini, BPTP telah memperkuat penelitian
regional dalam mengidentifikasi kebutuhan, menghasilkan dan menyediakan
paket atau alternatif teknologi spesifik lokasi dengan kekuatan utamanya adalah
keterpaduan peneliti dan penyuluh bekerjasama dengan pemerintah daerah dan
masyarakat pertanian lainnya melalui penelitian/pengkajian, pengujian dan
perakitan teknologi dengan cara dan wahana yang efektif dan dinamis.
Di samping hal tersebut eksistensi BPTP juga telah mengembangkan
sistem dan usaha pertanian yang berwawasan agribisnis dan berkelanjutan untuk
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kesejahteraan dan kemandirian
petani. Selain itu BPTP juga berperan menjembatani difusi teknologi dari Balit
Komoditas serta umpan balik pelaku usaha-usaha pertanian bagi berbagai pihak
terkait. Dengan demikian pengembangan difusi dan adopsi teknologi serta
penyediaan informasi akan terjamin.
Pada tahun 2011 BPTP Aceh melakukan kegiatan Model Pengembangan
Pertanian Perdesaan Melalai Inovasi (M-P3MI) yang merupakan wujud dari
Primatani dialokasikan pada dua kabupaten yaitu Pidie Jaya dan Nagan Raya.
Kegiatan ini ditempatkan pada kabupaten Pidie Jaya dianggap sudah selangkah
lebih maju (tingkat inovasinya) sedangkan untuk Kabupaten Nagan Raya
merupakan pengenalan awal sistem tanam legowo 2 : 1.
Untuk Kabupaten Nagan Raya lokasi kegiatan terletak di Desa Lueng Baro
Kecamatan Suka Makmue dengan luas areal 5 ha, dan 1 ha sebagai ajang proses
belajar bagi petani yang disebut juga Laboratorium Lapang. Kegiatan tanam
menggunakan sistem legowo 2 : 1 pada 9 petani kooperator.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
40
Dosis pupuk yang diberikan terdiri dari Urea 200/kg/ha, 100 kg/ha SP-36
dan KCl 75 kg/ha (pengganti NPK). Selain itu, untuk menjaga tingkat kesuburan
tanah juga diberikan pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha. Kegiatan tanam
perdana pada tanggal 24–27 Juli 2011 yang dilanjutkan dengan workshop serta
diskusi dihadiri kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Ir. Alibasyah yang juga
mewakili Bupati Kabupaten Nagan Raya, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Pertanian Ir. Amri, Kepala BPP Suka Makmue Akmal D, SP dan
penyuluh pertanian serta puluhan petani setempat.
Kepala Badan Ketahanan Pangan sangat mendukung program BPTP ACEH
dimana selama ini Kabupaten Nagan Raya dengan potensi yang ada cukup
strategis untuk dikembangkan padi sehingga dapat meningkatkan produksi
menjadi lebih baik.
Kendala yang selama ini menjadi permasalahan bagi petani adalah tingkat
ketersediaan saluran irigasi yang belum begitu baik dan lancar. Harapan petani
dengan adanya teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan, maka kebutuhan
akan irigasi teknis lebih manjadi faktor pendukung utama.
Menurut Kepala Dinas Pertanian pihaknya telah berupaya semaksimal
mungkin dan membahas program tersebut dalam berbagai even pertemuan
seperti workshop dan seminar di tingkat provinsi. Ia juga menguraikan secara
rinci bahwa irigasi di Kabupaten Nagan Raya menjadi salah satu prioritas utama
dalam program pembangunan pertanian kedepan. Menurutnya selain faktor
teknologi ketersediaan air merupakan kunci utama dalam upaya mendongkrak
produksi agar lebih meningkat. Banyak pihak yang terlibat dengan peran masing-
masing demi menyukseskan kegiatan demfarm di dua lokasi, seperti tertera
dalam tabel 25.
Tabel 25. Keterlibatan bebagai pihak dalam menyukseskan kegiatan demfarm.
No. Unsur yang terlibat Peran dan tugas 1. Dinas Pertanian Prov. Aceh Koordinatif, konsultatif 2. BKPP Provinsi Aceh Koordinatif, konsultatif 3. Dinas Pertanian Aceh Koordinatif, konsultatif 4. Bapel Penyuluhan Kabupaten Pembinaan 5. BPP Pembinaan/ pendampingan 6. Kepala Desa Koordinasi tingkat desa 7. Balai Sertifikasi Benih Pemeriksaan benih 8. BPS Pengambilan ubinan 8. PT Petrokimia Kayaku Pupuk dan pestisida, kaos bagi
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
41
kelompoktani 9. Koramil, Polsek Perburuan babi dan tikus 10. Tokoh agama, tokoh
masyarakat Motivasi
11. Pabrik penggilingan padi Penampungan hasil
3.5. Dampak Pendampingan
Secara umum kegiatan demfarm yang dilakukan di dua lokasi (Kab. Pidie
Jaya dan Nagan Raya) memberikan dampak positip baik bagi petani kooperator,
penyuluh dan pemangku jabatan di wilayah Kabupaten. Kebijakan SKPD Badan
Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Daerah singkron dalam mendukung arah dan
kebijakan Badan Litbang Pertanian.
Kebijakan SKPD Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan adalah :
a. Melaksanakan program penyelenggaraan penyuluhan pertanian/ peternakan,
perikanan/ kelautan dan perkebubab/ kehutanan agar petani tahu, mau dan
mampu merubah Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarganya.
b. Menyusun dan menyebarkan materi penyuluhan dalam bentuk cetakan
maupun elektronik sesuai dengan kebutuhan lokalita.
c. Menumbuhkembangkan kelompok tani dan kelembagaan ekonomi petani
pedesaan melalui kegiatan Pemberdayaan Usaha Ekonomi Perdesaan (PUAP)
dan kegiatan Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN) dan pernyaluran dana
Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (LUEP) .
d. Memfasilitasi pola kemitraan antara pelaku utama, pelaku usaha dengan
peneliti, perguruan tinggi dan LSM;
e. Membina dan mengelola kelembagaan penyuluhan Balai Penyuluhan
Pertanian sebagai tempat pelatihan petugas dan petani secara tertib, teratur
dan berkelanjutan.
f. Membina kepemimpinan petani, wanita tani dan pemuda tani ke arah
agribisnis di tingkat desa/ gampong;
g. Meningkatkan mutu sarana dan prasarana penyuluhan serta pengelolaan
perpustakaan pertanian.
h. Peningkatan pembinaan ketahanan pangan di mulai dari tingkat rumah
tangga dimana setiap orang berhak untuk memiliki akses atas pangan yang
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
42
beragam, bergizi dan berimbang agar memperoleh kesempatan hidup yang
layak dan produktif serta menjamin generasi penerus yang lebih berkualitas.
Strategi yang dilaksanakan oleh SKPD adalah :
a. Mendayagunakan Balai penyuluhan sebagai basis kegiatan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan di kecamatan;
b. Menjadikan penyuluhan pertanian/ peternakan, perikanan/kelautan dan
perkebunan/ kehutanan sebagai gerakan masyarakat yang dinamis untuk
meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha;
c. Menumbuhkankembangkan lembaga pelaku utama dan pelaku usaha sebagai
wadah untuk mewujudkan petani yang tangguh;
d. Meningkatkan peran penyuluh dalam rangka penyelenggaraan penyuluhan;
e. Mengembangkan penyuluhan sesuai perspektif sistem usaha agribisnis dan
ketahanan pangan berdasarkan kebutuhan masyarakat;
f. Menerapkan pola ”petani belajar dari petani” sebagai pendekatan utama
kegiatan penyuluhan pertanian/peternakan, perikanan/kelautan dan
perkebunan/kehutanan.
g. Menerapkan metode pendidikan orang dewasa dengan pendekatan ”belajar
sambil bekerja dan bekerja sambil belajar untuk menemukan”.
h. Memberdayakan wanita ( Gender ) dan generasi muda dalam pembangunan
agribisnis yang responsif dengan kesetaraan gender;
i. Memberdayakan lembaga usaha ekonomi pedesaan berbasis pertanian
sebagai mitra kerja;
j. Pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan;
k. Menggali dan memberdayakan potensi sumberdaya secara efektif dan efisien.
l. Pembinaan kawasan terpadu di desa mandiri pangan.
m. Pengembangan kawasan agribisnis terpadu.
3.6. Kelembagaan Penyuluhan
a. Kondisi Eksisting
Jumlah Kelompok tani dalam kawasan Kabupaten Pidie Jaya dan
Nagan Raya masing mencapai 621 dan 651 kelompok. Jumlah kelompok
yang sangat banyak ini tidak dikuti dengan manajemen organisasi yang
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
43
baik, sehingga sistem penyuluhan menjadi kurang efektif. Banyak
bantuan yang berasal dari pemerintah pusat seperti PUAP, LUEP dan lain-
lain tidak dapat dipergunakan dengan maksimal dan sulit dikembalikan
sebagai revolving fund.
Masih banyak desa yang belum membentuk gapoktan, padahal
sangat diperlukan untuk mengakomodir kelompok tani di gampong.
Sementara itu jumlah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan
masih kurang. Hingga tahun ini baru ada satu BPP di Kecamatan
Meureudu. Bahkan di kecamatan-kecamatan lain belum tersedia. Padahal
BPP ini sangat diperlukan sebagai tempat pelayanan petani dan kelompok
tani di tingkat kecamatan.
b. Kondisi Ideal
Idealnya di setiap kecamatan terdapat satu BPP sehingga
pelayanan kepada petani dan kelompok tani optimal. Idealnya di
Kabupaten Pidie Jaya diperlukan sebanyak delapan unit BPP di masing-
masing kecamatan. Selain itu perlunya revitalisasi kelompok tani di desa-
desa dan pembentukan Gapoktan dan pendampingan kepada kelompok
tani/Gapoktan sehingga memiliki manajemen yang baik.
3.7. Dukungan Pemkab
Secara umum Pemerintah Kabupaten menyambut baik kegiatan yang
dilakukan BPTP melalui demfarm, namun hanya sebatas memberikan motivasi
dan dukungan moril. Kondisi ini tidak hanya terjadi untuk dua lokasi demfarm
saja, bahkan hampir di setiap kabupaten. Mereka belum menjadi garda terdepan
dalam menyuskseskan program pertanian di wilayah mereka. Padahal di sisi lain,
Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pertanian dan Badan Penyuluhan mengakui
bahwa teknologi dan pendampingan yang dilakukan BPTP sangat positif dan
berdammpak bagi peningkatan produktivitas serta kesejahteraan kaum tani.
Namun di pihak lain belum ada dana sharing kabupaten untuk mendukung
kegiatan demfarm. Di era otonomi saat ini tampaknya semakin menyulitkan
dalam mencapai sinergisme, karena masing-masing pihak memiliki program
masing-masing dan terkesan jalan sendiri-sendiri.
Untuk itu dibutuhkan pemahaman kembali dalam menyamakan persepsi
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
44
antara BPTP dengan Pemerintah Kabupaten melalui koordinasi dan sosialisasi
yang lebih intens dan lebih baik. Sebab bila tidak maka pengembangan
diseminasi teknologi Badan Litbang akan berjalan lambat. Pemerintah Kabupaten
harus mampu diyakinkan bahwa kegiatan yang dilakukan BPTP adalah
pendampingan teknologi yang kemudian harus dikembangkan oleh masing-
masing daerah.
3.8. Pertumbuhan dan Hasil Ubinan
Pertumbuhan tanaman padi di kedua lokasi demfarm sangat memuaskan,
meskipun ada gangguan hama keong mas pada saat di persemaian dan umur di
bawah dua minggu setelah tanam. Khusus di Kabupaten Pidie Jaya, tanaman
padi terserang tikus sejak mulai tanam hingga menjelang panen, sedangkan di
Kabupaten Nagan Raya, serangan hama tikus tidak sampai menurunkan
produksi.
Untuk mengatasi hama tikus, petani telah berupaya dengan berbagai cara
seperti mengumpan dengan racun, memasang perangkap, plastik, emposan dan
lain-lain namun tetap saja tidak dapat dikendalikan secara maksimal. Menurut
pengalaman tahun-tahun sebelumnya, serangan tikus biasanya terjadi secara
eksplosif pada MT Gadu, sedangkan pada MT Rendengan agak kurang. Jika
serangan tikus tidak terjadi, diprediksi produktivitas bisa mencapai lebih dari 10
ton/ha. Produktivitas rata-rata berdasarkan hasil ubinan ukuran 2,5 x 2,5 meter
di Kabupaten Pidie Jaya dan Nagan Raya masing-masing seperti tertera pada
tabel 26.
Tabel 26. Hasil ubinan berdasarkan varietas.
No. Lokasi Varietas Produksi (t/ha)
Ket
1. Kec. Ulim Pidie Jaya Inpari 13 Mekongga Ciherang Inpari 10
4,7 5,0 4,9 7,5
Terserang tikus Terserang tikus Terserang tikus Terserang tikus
2. Kec. Suka Makmue Inpari 13 Mekongga
8,3 8,2
Tergenang banjir pada umur 40 HST
Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil ubinan tertinggi diperoleh di
Kecamatan Suka Makmue dengan penggunaan varietas Inpari 13 yakni 8,3 ton/
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
45
ha, sedangkan hasil terendah diperoleh di Kecamatan Ulim Pidie Jaya yakni
varietas Ciherang dengan produktivitas 4,9 ton/ha. Hal tersebut karena lokasi
demfarm secara umum terserang tikus mencapai 50% lebih mulai saat tanaman
berumur 35 HST sampai menjelang panen. Sedangkan di Kabupaten Nagan
Raya, serangan tikus tidak sampai menurunkan produksi secara drastis. Kendala
yang dihadapi petani kooperator setempat adalah genangan akibat banjir pada
saat padi berumur 40 HST, namun tiodak sampai mempengaruhi hasil secara
nyata.
3.9. Permasalahan Lapangan
1. Ongkos tanam untuk menerapkan sistem tanam legowo 2 : 1 dan 4 : 1 lebih
mahal dari cara tanam biasa.
2. Rencana penanaman yang tidak tepat waktu disebabkan karena faktor bibit
dan perubahan iklim/ cuaca.
3. Terjadinya perubahan suhu yang sangat signifikan sehingga lahan
kekurangan sumber air.
4. Serangan hama tikus yang sulit dikendalikan.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kegiatan M-P3MI meliputi 2 lokasi terdiri Desa Dayah Baro, Kec. Ulim Kab.
Pidie Jaya dan Desa Lueng Baro, Kec. Suka Makmue Kab. Nagan Raya.
Pemilihan lokasi didasarkan bahwa kedua kabupaten tersebut merupakan
lumbung pangan Provinsi Aceh. Terdapat 20 orang petani kooperator yang
terlibat langsung pada kegiatan Demfarm Desa Dayah Baro, Kecamatan Ulim
Kabupaten Pidie Jaya dan 10 orang petani kooperator di Desa Lueng Baro,
Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya.
2. Respon petani sekitar terhadap inovasi teknologi sangat positif, karena di luar
areal Demfarm pun mereka dapat melaksanakannya, namun perlu pembinaan
dalam hal pengenalan benih unggul.
3. Capaian produktivitas di kedua lokasi belum optimal, disebabkan keong mas,
serangan hama tikus dan genangan banjir. Hal ini karena biasanya setiap
tahun pada MT Gadu serangan tikus dan hama lainnya sangat tinggi
dibanding MT Rendengan.
4. Sistem Kelembagaan di kedua lokasi Demfarm belum berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga perlu pembinaan yang lebih intensif.
Saran
1. Diperlukan sarana dan prasarana produksi yang memadai untuk petani diluar
areal Demfarm, agar kesungguhan dan kerjasama petani menjadi lebih baik
dan solid sehingga upaya meningkatkan produksi akan terpenuhi.
2. Dalam upaya pengembangan M-P3MI, perlu ditingkatkan koordinasi dan
partisipasi dengan Pemerintah Kabupaten sejak awal kegiatan, sehingga
selain memberikan dukungan motivasi juga sharing dana.
3.3. Kegiatan di lapangan sebaiknya dilakukan pada MT Rendengan, sehingga
tingkat serangan hama tidak mengganggu penurunan produksi.
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
47
DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian, 1998. Panduan Pelaksanaan Model Pengembangan Sistem Usaha Pertanian, Badan Litbang Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Badan Litbang Pertanian, 2001. Inovasi Pertanian untuk Membangun Agribisnis. Rumusan Raker Badan Litbang Pertanian. Jakarta, 24 – 26 April 2001.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1998. Membangun Kelembagaan dan Jaringan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dalam Inovasi Teknologi Pertanian, Seperempat Abad Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1998 Buku I.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2004 a. Rancangan Dasar Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian). Pasar Minggu. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011. Panduan Umum Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Jakarta.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2009. Laporan Tahunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Kasryno, F dan Pasandaran, E, 1996. Program Nasional Ristek Sektor Pertanian Untuk Memacu Inovasi Teknologi Pertanian Memasuki Abad XXI Dalam Inovasi Teknologi Pertanian Seperempat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian jakarta 1998. Pasar Minggu, Jakarta.
Kasryno, F dan P. Simatupang, 1997. Inovasi dan Rekayasa Teknologi Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas dan Pertumbuhan Sektor Pertanian. Dalam Inovasi Teknologi Pertanian Seperempat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Jakarta 1998. Pasar Minggu - Jakarta
Marwan, I dan Made Oka, 1991. Konsep Penelitian Sistem Usahatani dan Penelitian Pengembangan. Hasil Perumusan Raker Badan Litbang, Jakarta 27 – 28 Februari 1991, Jakarta
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
48
LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran 1. Nama petani kooperator pada lahan Demfarm Kab. Nagan Raya.
No Nama Jabatan Luas Lahan (ha)
1. Hasan Basri Ketua Kelompok 1.0 2. Arsyad Anggota 0.5 3. Sibat Anggota 0.5 4. Mahdi B Anggota 0.5 5. Razali Anggota 0.5 6. Dahlan Anggota 0.5 7. Mahdi. M Anggota 0.5 8. Rasyidi Anggota 0.5 9. Pardi Anggota 0.5
Jumlah… 5
Lampiran 2. Nama petani kooperator pada lahan Demfarm Kab. Pidie Jaya.
No Nama Alamat Luas Lahan (ha)
1. Ibrahim Nurdin Ketua 0.125 2. Jauhari Anggota 0.125 3. M. Husen Anggota 0.25 4. Sayuti Anggota 0.25 5. Safiah Anggota 0.25 6. Ismail Ys Anggota 0.25 7. H. Abdul Jalil Anggota 0.25 8. TD. Buendi Anggota 0.25 9. T. Musafa Anggota 0.25 10. Zamzami Anggota 0.25 11. Yusri Anggota 0.125 12. Nasruddin SL Anggota 0.125 13. Muhammad R Anggota 0.125 14. Zahleha Anggota 0.125 15. Badruddin Anggota 0.25 16. Abdullah Ibr Anggota 0.25 17. Mahmud Anggota 0.125 18. Ibrahim Ahmad Anggota 0.25 19. Aiyub Anggota 0.125 20. Ibrahim Aziz Anggota 0.125
Jumlah…. 5.0
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
49
FOTO-FOTO KEGIATAN
Survei lapangan bersama Kepala Bapel Penyuluhan dan ketua Kelompoktani di Pidie Jaya
Penanaman di Kab. Pidie Jaya
Penanaman di Kab. Nagan Raya
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
50
Workshop PTT Padi Sawah di Kab. Nagan Raya
Workshop PTT Padi Sawah di Kab. Pidie Jaya
Pemanenan di Kab. Pidie Jaya
LAPORAN AKHIR M-P3MI TA.2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam
Jl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077 Email : [email protected] ; [email protected]
Website:http://nad.litbang.deptan.go.id
51
Pemanenan di Kab. Nagan Raya
Workshop pada acara pemanenan di Kab. Nagan Raya
Workshop pada acara pemanenan di Kab. Pidie Jaya