48
Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Kupang KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010

Kantor Bank Indonesia Kupang

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.

Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Februari 2011 Bank Indonesia Kupang

Lukdir Gultom Pemimpin

| Kajian Ekonomi Regional NTT 2

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

D DDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII

HALAMAN JUDUL---------------------------------------------------------------------- 1

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------- 2

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ 3

RINGKASAN EKSEKUTIF -------------------------------------------------------------- 5

MAKRO EKONOMI REGIONAL

1.1 SISI PERMINTAAN ----------------------------------------------------------------- 11

1.2 SISI PENAWARAN ----------------------------------------------------------------- 17

PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 22

2.2 INFLASI KOTA KUPANG---------------------------------------------------------- 23

2.3 INFLASI MAUMERE --------------------------------------------------------------- 26

PERKEMBANGAN PERBANKAN

3.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 28

3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN ---------------------------------------------------- 29

3.3 KREDIT MKM----------------------------------------------------------------------- 35

3.4 PERKEMBANGAN BPR------------------------------------------------------------ 36

BOKS 1. POLA PEMBIAYAAN BUDIDAYA BANDENG--------------------------- 39

SISTEM PEMBAYARAN

4.1 KONDISI UMUM------------------------------------------------------------------- 42

4.2 TRANSAKSI RTGS ----------------------------------------------------------------- 43

4.3 TRANSAKSI KLIRING-------------------------------------------------------------- 44

4.4 TRANSAKSI TUNAI ---------------------------------------------------------------- 45

OUTLOOK PEREKONOMIAN

5.1 PERTUMBUHAN EKONOMI ----------------------------------------------------- 47

5.2 INFLASI ------------------------------------------------------------------------------ 48

5.3 PERBANKAN ----------------------------------------------------------------------- 48

| Kajian Ekonomi Regional NTT 3

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei

KBI Kupang

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

| Kajian Ekonomi Regional NTT 4

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Ringkasan Eksekutif Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan IV-2010 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI

Kinerja ekonomi NTT tahun 2010 secara umum lebih baik dibandingkan tahun 2009. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2010 lebih tinggi dari tahun 2009, yaitu 5,13% dari 4,44% di 2009. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan sektor jasa memiliki peran yang besar selama tahun 2010. Sementara dari sisi penggunaan, kegiatan belanja rumah tangga tetap mendominasi. Rasa optimis konsumen terkait peningkatan pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja diyakini menjadi sentimen positif. Hal tersebut sejalan dengan menurunnya tingkat pengangguran terbuka sepanjang tahun 2010. Peningkatan kinerja perekonomian NTT juga ditandai dengan volume jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia Kupang maupun transaksi dengan sistem kliring Bank Indonesia. PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

Sejalan dengan tren nasional, inflasi di NTT pada akhir 2010 lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Inflasi NTT tercatat sebesar 9,72% (yoy), sedangkan pada tahun 2009 hanya 6,28%(yoy). Kenaikan tekanan inflasi di NTT terjadi baik di Kupang maupun di Maumere. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan triwulan III, pergerakan inflasi NTT masih relatif mengalami penurunan. Secara umum, penyebab utamanya berasal dari komponen bahan makanan, khususnya bumbu-bumbuan dan kenaikan harga beras. Hal tersebut terjadi karena pengaruh anomali cuaca yang berdampak terhadap produksi pertanian nasional, tidak terkecuali di NTT. Selain itu, keputusan pemerintah untuk menaikan tarif dasar listrik (TDL) sejak pertengahan tahun, ikut memberikan tambahan tekanan, khususnya bagi kenaikan tarif sewa rumah yang mulai direspon sejak Mei. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perekonomian Provinsi NTT ikut mendorong pertumbuhan kinerja perbankan di NTT. Kondisi NTT sebagai wilayah yang sedang berkembang membawa peluang bagi perbankan berekspansi dengan menambah jumlah kantornya. Terlihat dari kemampuan perbankan dalam meningkatkan asetnya masih tetap terpelihara walaupun relatif melambat. Demikian pula dengan dua indikator yang lain, yaitu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit yang masih meningkat diatas dua digit. Peran konsumsi

| Kajian Ekonomi Regional NTT 5

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

dalam struktur ekonomi NTT menjadi pendorong utama peningkatan penyaluran kredit perbankan. Namun, secara perlahan diperkirakan ada upaya untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit produktif sebagai wujud nyata peran perbankan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. Sampai dengan akhir 2010, fungsi intermediasi perbankan (rasio LDR) tercatat 77,16%, meningkat dari 73,07% jika dibandingkan 2009 dengan kualitas kredit yang tetap terjaga. Kinerja sistem pembayaran meningkat yang mencapai puncak pada triwulan laporan. Hal tersebut tercermin dari peningkatan aktivitas sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai. Puncak realisasi proyek pemerintah dan lonjakan aktivitas konsumsi menjelang peringatan Hari Natal dan Tahun Baru merupakan faktor utama meningkatnya kinerja sistem pembayaran, khususnya pada triwulan IV. Namun demikian, ada kecenderungan meningkatnya peredara jumlah uang palsu di NTT. Hal ini ditandai dengan kenaikan jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang. Oleh karena itu, upaya sosialisasi, baik kepada aparat penegak hukum, maupun kepada masyarakat agar semakin memahami bagaimana ciri-ciri keaslian uang rupiah merupakan salah satu solusi untuk menghidari kerugian masyarakat. OUTLOOK 2011

Pada tahun 2011, sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kinerja perekonomian regional, juga diyakini akan terus membaik. Konsumsi tetap akan menjadi tulang punggung. Ekspektasi penjualan eceran diperkirakan akan meningkat, demikian pula keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi menjadi sebuah sentimen positif. Dari sisi investasi, peningkatan selama 2010 diindikasikan akan memicu investasi lainnya. Salah satunya Cheetham Salt Ltd (Cheetham), perusahaan garam Australia, yang berinvestasi di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengembangkan industri pengolahan garam. Peningkatan alokasi belanja pemerintah, juga diproyeksikan akan menjadi trigger bagi roda perekonomian. Berbagai factor diatas akan mampu menggerakan perekonomian, sehingga tumbuh pada kisaran 4,9% sampai dengan 5,3%. Membaiknya perekonomian, dipastikan akan mendorong peningkatan permintaan domestik. Hal tersebut sangat positif apabila disertai dengan kemampuan sisi penawaran dalam menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan. Namun bila yang terjadi sebaliknya, justru akan berdampak negative terhadap kestabilan harga. Anomaly cuaca yang diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2011, diindikasikan berpotensi meningkatkan harga kebutuhan pangan seperti halnya yang terjadi tahun 2010 lalu. Selain itu,

| Kajian Ekonomi Regional NTT 6

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

membaiknya perekonomian dunia, ternyata berdampak terhadap pergerakan harga minyak bumi sebagai komoditi strategis yang cenderung meningkat. Dan umumnya juga akan diikuti dengan peningkatan harga komoditi di pasar internasional. Hal ini akan mempengaruhi harga-harga barang di Indonesia, terutama dengan kandungan impor yang tinggi. Oleh karena itu, inflasi pada tahun 2011 diperkirakan tidak akan melebihi kisaran 9,6±1%. Bagi industri perbankan di NTT, kondisi perekonomian NTT di tahun 2011 akan tetap memberikan peluang peningkatan usaha. Seiring dengan potensi membaiknya perekonomian peluang ekspansi dari segi pembiayaan relatif masih terbuka, terutama bila melirik sector usaha yang produktif. Sehingga pada akhir 2011, pertumbuhan kredit perbankan NTT diperkirakan bisa mencapai 16% – 20%. Akan tetapi perlu menjadi perhatian, bahwa penghimpunan dana masyarakat (DPK), dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhannya cenderung mengalami perlambatan, dan didominasi oleh sumber dana jangka pendek. Sehingga kemampuan perbankan dalam melakukan pengelolaan likuiditas, akan memegang peranan yang penting.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 7

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Laju Inflasi Tahunan (yoy;%)

- Kupang 9.03 11.08 11.42 9.97

- Maumere 7.02 8.52 8.05 8.48

PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 2,972 3,056 3,189 3,301

- Pertanian 1,182 1,206 1,152 1,162

- Pertambangan dan Penggalian 36 39 42 43

- Industri Pengolahan 43 46 46 49

- Listrik, gas dan air bersih 12 13 14 13

- Bangunan 178 187 204 213

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 492 510 557 583

- Pengangkutan dan komunikasi 217 228 240 249

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 105 112 122 126

- Jasa 707 716 812 864

Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 4.44 5.28 5.53 5.22

Ekspor - Impor*

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 6.47 21.12 5.06 4.24

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 65.83 25.33 22.19 13.09

Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 8.45 0.06 0.46 9.33

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 1.77 0.02 8.53 11.61

Sistem Pembayaran

Inflow (miliar Rp) 577.15 439.81 354.36 321.56

Outflow (miliar Rp) 151.53 631.72 751.24 1,320.27

Netflow (miliar Rp) -425.61 -191.91 -396.88 -998.71

MRUK (miliar Rp) 231.16 381.00 270.03 194.05

Uang Palsu (ribu Rp) 1,870 1,100 6,420 3,920

Nominal RTGS (miliar Rp) 2.70 19.75 8.78 50.21

Nominal Kliring (miliar Rp) 397.29 422.05 462.18 516.92

Sumber : Berbagai sumber (diolah)

Keterangan :

1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi)

PDRB atas dasar harga konstan 2000

2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002

3) Data ekspor-impor posisi November(*)

Tw.IV-10

TABE L INDIKATOR E KONOMI TE RPIL IHPROVINS I NUS A TE NGGARA TIMUR

Tw.I-10 Tw.III-10Tw.II-10

INFLASI DAN PDRB

INDIKATOR

| Kajian Ekonomi Regional NTT 8

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 9

PERBANKAN

k Umum

otal Aset (Rp Triliun) 11.85 12.04 12.55 13.25

K (Rp Triliun) 9.24 9.54 9.83 10.21

Tabungan (Rp Triliun) 4.48 4.56 4.73 5.65

Giro (Rp Triliun) 2.50 2.79 2.83 1.96

Deposito (Rp Triliun) 2.25 2.18 2.27 2.60

edit (Rp Triliun) 6.95 7.53 8.13 7.88

- Modal Kerja 1.72 1.88 2.09 2.17

- Konsumsi 4.94 5.29 5.68 5.32

- Investasi 0.30 0.36 0.37 0.39

R 75.34% 78.92% 82.71% 82.71%

Ls 1.96% 1.97% 1.86% 1.86%

edit UMKM (Triliun Rp) 6.66 7.36 7.94 7.67

otal Aset (Rp Miliar) 118.61 129.95 136.87 150.66

K (Rp Miliar) 81.94 87.08 95.30 106.83

Tabungan (Rp Miliar) 35.99 38.37 39.85 42.21

Deposito (Rp Miliar) 45.95 48.71 55.45 64.42

edit (Rp Miliar) 93.82 103.40 116.38 119.70

dal Kerja 41.56 47.04 54.37 54.98

Konsumsi 42.72 45.54 48.85 50.00

- Investasi 10.82 13.16 14.72

edit UMKM (Rp Miliar) 93.82 103.40 116.38 119.70

asio NPL Gross 4.98% 4.13% 3.70% 3.90%

R 114.51% 118.74% 122.12% 112.05%

ber : Bank Indonesia Kupang (diolah)

Tw.IV-10

TABE L INDIKATOR E KONOMI TE RPIL IHPROVINS I NUS A TE NGGARA TIMUR

Tw.II-10INDIKATOR Tw.III-10Tw.I-10

Ban

T

DP

-

-

-

Kr

LD

NP

Kr

BPR

T

DP

-

-

Kr

- Mo

-

9.55

Kr

R

LD

Sum

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

BBB AAA BBB III

MMMAAAKKKRRROOO EEEKKKOOONNNOOOMMMIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Kinerja ekonomi NTT tahun

2010 secara umum lebih baik

dibandingkan tahun 2009. Laju

pertumbuhan ekonomi tahun 2010 lebih

tinggi dari tahun 2009. Kalau pada tahun

2009 hanya 4,44%, tahun 2010 ini

mencapai 5,13%. Hal ini juga sejalan

dengan kondisi nasional yang juga

mengalami perkembangan positif dari

4,57% pada tahun 2009, menjadi 6,11% pada 2010. Dari total pertumbuhan

ekonomi NTT sebesar 5,13%, didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dan sektor jasa-jasa. Kedua sektor

tersebut menyumbang 62,80% tingkat pertumbuhan ekonomi NTT, dimana

masing-masing 1,91% untuk sektor jasa dan 1,31% sektor PHR. Sektor

pertanian yang merupakan sektor unggulan, justru perannya tidak sebesar

kedua sektor tadi. Sementara dari sisi penggunaan, kegiatan belanja rumah

tangga mendominasi hingga 46,51% angka pertumbuhan ekonomi atau setara

dengan 2,38% dari 5,13%. Peningkatan kinerja perekonomian NTT juga

ditandai dengan volume jumlah uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia

Kupang yang meningkat hingga 35,43%, hingga mencapai Rp 2,85 triliun.

Demikian pula volume transaksi dengan sistem kliring di Bank Indonesia yang

mencapai Rp 1,80 triliun, meningkat 9,13% dibandingkan volume 2009.

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT

2,000 

4,000 

6,000 

8,000 

10,000 

12,000 

14,000 

0%

1%

3%

4%

5%

6%

7%

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010 miliar

PDRB tahunan y‐o‐y tahunan

2%

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

KONSUMSI 68.06%

INVESTASI8.49%

NET EKSPOR ‐18.95%

STOK*4.50%

PERTANIAN37.60%

TAMBANG1.29%

INDUSTRI1.46%

LISTRIK & AIR 0.42%

BANGUNAN 6.21%

PHR16.99%ANGK & KOM

7.45%

KEU,SEWA & JASA3.75%

JASA24.83%

Sumber : BPS NTT diolah

Grafik 1.2 Struktur Sisi Penawaran 2010 Grafik 1.3 Struktur Sisi Permintaan 2010

Sumber : BPS NTT diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 10

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Secara struktur perekonomian, kondisi NTT relatif belum mengalami

perubahan signifikan, meskipun tren pergeseran sudah mulai nampak. Dalam

sepuluh tahun terakhir, struktur ekonomi NTT tetap bergantung kepada tiga

sektor utama, yaitu : pertanian, PHR, dan jasa. Namun bila melihat

perkembangannya, sektor

pertanian cenderung melemah.

Laju pertumbuhan sektor tersebut

pada dasarnya relatif lambat

dibanding kedua sektor lainnya.

Namun demikian, apabila

penurunan sektor pertanian

diikuti dengan peningkatan

sektor industri, hal tersebut

mengindikasikan sentimen positif. Nyatanya tidak demikian yang terjadi di NTT,

sektor industri masih belum menunjukan tanda-tanda peningkatan. Hal ini

mengindikasikan bahwa hasil pertanian yang dimiliki NTT, belum diolah secara

optimal, namun hanya diperdagangkan tanpa diberikan nilai tambah terlebih

dahulu.

1.1 Sisi Permintaan

Konsumsi menjadi sumber

utama penopang pertumbuhan

ekonomi. Selain kontribusinya yang

sangat dominan, perannya dalam

mendukung laju pertumbuhan juga sangat

signifikan (share of growth), secara khusus

kegiatan belanja rumah tangga.

Dari sisi investasi, walaupun belum signifikan namun tetap menunjukan

perkembangan positif. Dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor),

peningkatan aktivitas impor terus mengalami peningkatan sejalan dengan

pertumbuhan aktivitas konsumsi dan investasi. Kondisi diatas juga terjadi khusus

selama triwulan IV-2010.

Grafik 1.5 Sumbangan Penggunaan 2010

Sumber : BPS diolah

0%

25%

10

50%

75%

0%

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

JASA

KEU,SEWA & JASA

ANGK & KOM

PHR

BANGUNAN 

LISTRIK & AIR 

INDUSTRI

TAMBANG

PERTANIAN

Grafik 1.4 Perkembangan Struktur PDRB NTT

Sumber : BPS NTT diolah

4.56%

0.46%

‐3.57%

3.68%

5.13%

‐0.04 ‐0.02 0 0.02 0.04 0.06

KONSUMSI 

INVESTASI

NET EKSPOR 

STOK*

yoy 2010

| Kajian Ekonomi Regional NTT 11

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

1. Konsumsi

Secara keseluruhan aktivitas konsumsi tumbuh positif, meskipun

relatif lebih lambat dibandingkan

tahun 2009. Pada tahun 2009 seluruh

konsumsi tumbuh 4,22%, sedangkan

tahun 2010 sedikit turun menjadi

4,12%. Melambatnya tingkat

pertumbuhan konsumsi terutama

disebabkan karena penurunan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga

dari 4,70% menjadi 2,76%.

Sedangkan konsumsi swasta nir laba dan pemerintah justru meningkat

dibandingkan tahun 2009. Kegiatan konsumsi rumah tangga diperkirakan

sedikit mengalami tekanan sejalan dengan kenaikan tingkat inflasi tahun 2010

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 6,28% menjadi 9,72%.

Grafik 1.6 PDRB Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi sebesar 4,12%, diyakini konsumen karena

dukungan pendapatan akibat peningkatan ketersediaan lapangan kerja.

Sepanjang tahun 2010 konsumen optimis terhadap kedua faktor diatas, bahkan

konsumen meyakini bahwa ada tren peningkatan daya serap sektor riil terhadap

tenaga kerja sepanjang 2010. Hal ini sejalan dengan menurunnya tingkat

pengangguran terbuka sepanjang tahun 2010. Pada Februari 2010 tercatat

sebesar 3,49%, sedangkan Agustus 2010 turun menjadi 3,34%. Bahkan bila

dibandingkan tahun 2009,

penurunannya jauh lebih besar,

dimana pada Agustus tahun 2009

tingkat pengangguran terbuka di

NTT mencapai 3,97%. Selain itu,

tingkat kesejahteraan masyarakat

baik secara umum maupun khusus

untuk masyarakat petani diyakini

juga memberikan andil positif.

Pemakaian listrik rumah tangga yang terus meningkat menjadi salah satu

indikasi kualitas rumah tangga NTT mengalami peningkatan, meskipun disatu

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

-12%

-8%

-4%

0%

4%

8%

12%

16%

20%

500

00

00

2000

00

3000

3500

4000

I II III IV I II III IV*

2009 2010Rp

mili

ar

Konsumsi y-o-y q-t-q

0

10

15

25

Grafik 1.7 Keyakinan Konsumen

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja

Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 12

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

sisi indeks Nilai Tukar Petani (NTP) 2010 sedikit menurun jika dibandingkan akhir

tahun 2009.

210000

215000

220000

225000

230000

235000

240000

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010ribu

 kwh

Konsumsi (ribu kwh)

Jml Pelanggan

Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Rumah TanggaGrafik 1.8 Perkembangan NTP NTT

80

90

100

110

120

130

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

NTPIndeks yang  dibayarIndeks yang  diterima

Sumber : BPS diolah Sumber : PLN Wilayah NTT diolah

Khusus untuk triwulan IV-2010, aktivitas konsumsi meningkat

dibandingkan triwulan III. Pada triwulan IV pertumbuhannya mencapai

5,25%(yoy), sedangkan triwulan sebelumnya hanya 3,24%(yoy). Pertumbuhan

akselerasi kegiatan konsumsi pada akhir tahun merupakan kondisi yang hampir

setiap tahun terjadi. Perayaan Natal dan Tahun Baru, umumnya merupakan

puncak kegiatan konsumsi rumah tangga di NTT. Kemudian, realisasi belanja

pemerintah yang umumnya dominan di akhir semester II juga memberikan

pengaruh yang signifikan. Pembiayaan

perbankan menjadi salah satu

pendukung kegiatan konsumsi. Kredit

konsumsi yang disalurkan oleh

perbankan di NTT sampai dengan

akhir triwulan IV-2010 mencapai Rp

5,32 triliun, tumbuh 14,64%(yoy) dan

masih menjadi porsi terbesar dalam

pembiayaan perbankan, yaitu 67,54%.

Grafik 1.10 Kredit Konsumsi

0%

10%

20%

30%

40%

0

1000

2000

3

4

000

000

5000

6000

7000

1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12

1 2 3 4 5 6 7 8 910 11 12

2010

Rp m

iilar

nominal y-o-y

2009Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 13

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

2. Investasi

Investasi 2010 tumbuh

positif

u

Bila melihat periode triwulan IV-2010, maka pertumbuhan investasi pada

period

Pada triwulan IV-2010 investasi tumbuh

Grafik 1.11 Perkembangan Investasi

, meskipun sedikit lebih

lambat dibandingkan 2009. Pada

tahun 2010 investasi di NTT, baik oleh

swasta maupun oleh pemerintah

mengalami peningkatan sebesar

3,28%, sedangkan tahun 2009 sebesar

3,50%. Kegiatan investasi di NTT

alitas infrastruktur. Hal ini ditunjukan

dengan beberapa pembangunan instalasi listrik oleh PLN di beberapa wilayah.

Selain itu, kegiatan investasi yang dominan di NTT, adalah pembangunan ruko

baru yang terus mengalami peningkatan, sehingga berdampak terhadap

peningkatan jumlah pelanggan listrik kategori bisnis. Kemudian untuk

mendukung peningkatan aktivitas pariwisata di NTT, pada tahun 2010 juga

dibangun sebuah hotel baru kerja sama

antara PT Nusa Wisata Indah dengan PT

Adhi Karya, Hotel dan Lounge T-More

bintang tiga senilai Rp. 21 miliar pada

triwulan kedua. Pertumbuhan kinerja

investasi sepanjang 2010 juga sejalan

dengan meningkatnya konsumsi semen

di wilayah NTT jika dibandingkan tahun

2009.

secara umum seputar peningkatan k

e tersebut, mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Melambatnya laju pertumbuhan investasi

pada triwulan IV juga terjadi pada tahun

sebelumnya, hal ini diindikasikan karena

pengaruh realisasi proyek infrastruktur oleh

pemerintah umumnya dilaksanakan mulai

triwulan II sampai dengan triwulan III,

sedangkan pada triwulan IV relatif sedikit.

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV*

2009 2010

Rp m

iliar

Investasi y-o-y q-t-q

17000

17500

18000

18500

19000

0

2000

4000

6000

8000

1950012000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010ribu

 kwh

10000Konsumsi (ribu kwh)

Jml Pelanggan

Grafik 1.12 Pelanggan Listrik Sektor Bisinis

Sumber : PLN wil NTT diolah

Grafik 1.13 Konsumsi Semen NTT

140000

40000

60000

80000

100000

120000

160000

I II III IV I II III IV

2009 2010

konsumsi semen

Sumber : ASI

| Kajian Ekonomi Regional NTT 14

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

2,34%(yoy), sedangkan triwulan sebelumnya mencapai 4,16%(yoy). Sama

halnya dengan kondisi tahun 2009 lalu, dimana triwulan IV pertumbuhan

investasi turun menjadi 3,55%(yoy), sementara triwulan III mencapai

4,14%(yoy).

Dari sisi pembiayaan, perkembangan kredit investasi setiap tahun tetap

menga

3. Net Ekspor

ekspor-impor NTT

masih

aruh peningkatan

lami ekspansi, meskipun proporsinya masih relatif kecil dibandingkan

total kredit yang disalurkan. Pada akhir

triwulan IV 2010, outstanding kredit

investasi tumbuh 63,32% (yoy), atau

menjadi Rp 391,22 miliar dari Rp 239,54

miliar. Faktor keterbatasan infrastruktur

maupun aspek kepastian hukum

diperkirakan rentan dapat menjadi

penghambat laju investasi, khususnya

investasi swasta.

Kinerja

diwarnai dengan angka

defisit yang cukup signifikan. Pada

tahun 2010, angka defisit ekspor-impor

NTT yang tercermin dari struktur PDRB

mencapai Rp 3,82 triliun. Jumlah

tersebut tumbuh 12,51% jika

dibandingkan tahun 2009 yang hanya

Rp 3,40 triliun. Secara umum hal tersebu

konsumsi masyarakat NTT dan pertumbuhan kegiatan investasi. Selain itu,

lambatnya pertumbuhan ekspor NTT sangat dipengaruhi kinerja sektor tradeable

yang masih bersifat tradisional. Selama tahun 2010 ekspor PDRB NTT tumbuh

0,90%, sedangkan impor tumbuh jauh lebih tinggi dengan 6,48%.

Ketimpangan kinerja ekspor dan impor di NTT tercermin dari kinerja di

pelabuhan yang lebih diwarnai kegiatan unloading (bongkar muatan).

t terjadi karena peng

Sumber : BPS NTT diolah

Grafik 1.15 PDRB Ekspor - Impor

0%

20%

40%

60%

80%

0

50

100

150

200

250

300

350

100%

400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010

450

Grafik 1.14 Kredit Investasi

nominaly-o-y

p m

iir

laR

Sumber : KBI Kupang

(1,200.00)

(1,100.00)

(1,000.00)

(900.00)

(800.00)

(700.00)

(600.00)

(500.00)

-300

100

500

900

1300

I II III IV I II III IV*

2009 2010

mili

ar

2500

1700

2100

Rp

ImporEksporNet Ekspor (axis kanan)

| Kajian Ekonomi Regional NTT 15

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Kegiatan impor selama

2010, puncaknya selama triwulan

IV. Pada triwulan IV pertumbuhan

impor NTT mencapai 7,85%(yoy),

sementara pada triwulan III

pertumbuhannya 7,46%(yoy). Hal ini

dikarenakan puncak kegiatan

konsumsi masyarakat NTT berada

pada akhir tahun. Volume peti

kemas yang masuk meningkat signifikan selama bulan Desember dibandingkan

bulan-bulan sebelumnya, sehingga otomatis volume barang yang masuk juga

ikut meningkat. Pada triwulan IV, kinerja ekspor NTT juga lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV ekspor NTT tumbuh hingga

1,97%(yoy), sedangkan triwulan III hanya 0,22%(yoy).

‐50,000

‐45,000

‐40,000

‐35,000

‐30,000

‐25,000

‐20,000

‐15,000

‐10,000

‐5,000

00 

10,000 

20,000 

30,000 

40,000 

50,000 

60,000 

Dec

‐09

Jan‐10

Feb‐10

Mar‐10

Apr‐10

May‐10

Jun‐10

Jul‐1

0

Aug

‐10

Sep‐10

Oct‐10

Nov

‐10

Dec

‐10

(ton)(ton)

unloading

loading

net loading

Grafik 1.16 Bongkar-Muat Pelabuhan

Sumber : Pelindo diolah

Khusus untuk ekspor luar

negeri NTT sebagian besar

ditujukan ke negara di Asia,

dengan tujuan Cina. Komoditi yang

dominan adalah komoditi bahan galian

(marmer, mangan). Volume ekspor luar

negeri NTT pada triwulan IV-2010

mencapai 13,09 ribu ton. Dari total

jumlah tersebut, 9,23 ribu ton

ditujukan ke Cina, sedangkan sekitar 2,93 ribu ton dikirim ke negara tetangga

Timor Leste. Secara total volume ekspor luar negeri NTT pada triwulan IV

mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 22,19 ribu

ton.

Grafik 1.17 Tujuan Ekspor NTT

Sumber : EDW DSM BI

EUROPE AUSTRALIA ASIA

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV

2006 2007

AMERICA AFRICA

| Kajian Ekonomi Regional NTT 16

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

1.2 Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran,

kontribusi sektor pertanian relatif

masih dominan. Tiga sektor utama

yang menjadi penggerak roda

ekonomi NTT, yaitu : sektor

pertanian, sektor jasa-jasa dan,

sektor perdagangan, hotel & restoran

pada triwulan laporan. Selama tahun

2010 ketiga sektor tersebut menyumbang Sektor-sektor tersebut secara total

menyumbang 78,04% angka pertumbuhan PDRB 5,13%. Pada tahun 2010

sektor jasa menyumbang 1,91%, sektor PHR 1,31%, dan sektor pertanian

0,78%. Tingginya kontribusi sektor jasa dipengruhi oleh pengingkatan konsumsi

pemerintah yang pada tahun 2010 mencapai 9,56%, sedangkan pertumbuhan

sektor PHR sebagaian besar karena kinerja sektor perdagangan yang ditopang

oleh pertumbuhan konsumsi.

Grafik 1.18 Sumbangan Penawaran

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

0.78%

0.06%

0.03%

0.04%

0.23%

1.31%

0.47%

0.29%

1.91%

5.13%

0 0.02 0.04 0.06

PERTANIAN

TAMBANG

INDUSTRI

LISTRIK & AIR 

BANGUNAN 

PHR

ANGK & KOM

KEU,SEWA & JASA

JASA

y‐o‐y 2010

1. Pertanian

Sektor pertanian di NTT pada

tahun 2010 tetap tumbuh positif,

meskipun lebih lambat

dibandingkan tahun 2009. Pada

tahun 2010 mengalami peningkatan

sebesar 2,02%, sedangkan tahun 2009

terjadi pertumbuhan 2,28%.

Melambatnya kinerja sektor pertanian,

disebabkan oleh subsektor tanaman pangan yang mengalami gangguan

produksi karena pengaruh faktor cuaca. Subsektor tersebut memiliki peran

terbesar dalam struktur sektor pertanaian. Selain itu, faktor tersebut juga

berdampak terhadap menurunya kinerja subsektor perkebunan, yaitu kopi dan

kakao, yang menjadi salah satu komoditi ekspor NTT. Sejak akhir tahun 2009,

telah diperkirakan bahwa untuk periode musim tanam 2009, akan terjadi

perbedaan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan

Grafik 1.19 Perkembangan Pertanian

3,600 

3,800 

4,000 

4,200 

4,400 

4,600 

4,800 

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

2005 2006 2007 2008 2009 2010 miliar

PDRB pertanian

y‐o‐y

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 17

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

pergeseran musim hujan yang umumnya dimulai pada bulan Desember,

bergeser ke Januari.

Januari - April

Mei - Agustus

September -Desember

Januari - April

Mei - Agustus

September -Desember

Januari - April

Mei - Agustus

September -Desember

PADI 218.696 298.207 90.456 215.623 233.486 91.662 -1,41% -21,70% 1,33%JAGUNG 552.013 71.783 15.103 557.646 79.871 12.486 1,02% 11,27% -17,33%KEDELAI 1.496 194 411 922 654 170 -38,37% 237,11% -58,64%KACANG TANAH 17.826 4.096 543 16.212 3.443 316 -9,05% -15,94% -41,80%KACANG HIJAU 8.947 6.293 5.207 7.398 4.481 2.087 -17,31% -28,79% -59,92%UBI KAYU 215.734 278.391 418.928 205.308 400.701 495.095 -4,83% 43,93% 18,18%UBI JALAR 28.519 56.817 18.299 36.635 59.404 19.020 28,46% 4,55% 3,94%

ATAP 2009 ARAM 2010KOMODITAS

ARAM 2010 (YOY)

Tabel 1.1 Aram Padi dan Palawija NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Secara khusus, pada triwulan IV pertumbuhan sektor pertanian

relatif lebih baik dibandingkan triwulan III. Pada triwulan IV pertanian

tumbuh 1,33%(yoy), sedangkan selama triwulan III naik 1,20% dibandingkan

triwulan yang sama tahun 2009. Hal ini salah satunya disebabkan karena

pergeseran musim panen untuk komoditi perkebunan yang umumnya sudah

dimulai sejak awal semester II. Hal ini juga sejalan dengan kineja ekspor NTT

yang membaik di triwulan IV, mengingat sebagian besar komoditi perkebunan

dikirim ke luar NTT dalam bentuk bahan mentah. Namun demikian, porsi sektor

pertanian dalam membentuk angka PDRB yang 37,60%, masih relatif kurang

menjadi perhatian lembaga keuangan, khususnya perbankan. Hal ini tercermin

dari alokasi pembiayaan pada sektor pertanian sampai dengan akhir 2010 hanya

0,27% atau setara Rp 21,48 miliar dari total Rp 7,88 triliun.

.

2. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sejalan dengan meningkatnya

aktivitas konsumsi, kinerja sektor

perdagangan, hotel dan restoran

juga meningkat. Pada tahun 2010,

sektor PHR tumbuh hingga 6,44%,

lebih tinggi dibandingkan tahun 2009

dengan 4,99%. Peningkatan aktivitas

konsumsi masyarakat yang disebabkan

karena tingkat keyakinan konsumen

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

1,000 

2,000 

3,000 

4,000 

5,000 

6,000 

7,000 

8,000 peti kemas (box)

kapal barang (ton)

Dec

‐09

Jan‐10

F ug‐10

ct‐10

eb‐10

Mar‐10

Apr‐10

May‐10

Jun‐10

Jul‐1

0

A Sep‐10

O Nov

‐10

Dec

‐10

(ton

)

(box)

Sumber : Pelindo Kupang

Grafik 1.20 Perkembangan Arus Bongkar

| Kajian Ekonomi Regional NTT 18

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

yang selalu optimis selama 2010, serta membaiknya tingkat penyerapan tenaga

kerja. Belum lagi ditambah dengan dukungan pembiayaan konsumtif oleh

perbankan. Berbagai kondisi diatas memberikan sentimen positif terhadap

aktivitas perdagangan. Meningkatnya volume perdaganan di NTT, juga

ditunjukan dengan peningkatan volume barang impor di pelabuhan. Dengan

porsi konsumsi yang sangat dominan dalam perekonomian NTT, maka dapat

dipastikan bahwa sebagian besar barang yang masuk ke NTT bukan merupakan

barang modal untuk kegiatan usaha produktif, namun merupakan barang-

barang konsumtif. Bila mengamati perkembangan triwulan IV-2010,

pertumbuhan kegiatan PHR mengalami sedikit penurunan. Selama triwulan IV,

kenaikan sektor PHR sebesar 7,22%(yoy), sementara pada triwulan III

menembus level 10,11%(yoy).

3. Jasa-jasa dan sektor lainnya

Kinerja sektor jasa

diperkirakan masih ditopang oleh

jasa pemerintahan. Pada tahun 2010,

sektor jasa tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009, yaitu 7,89%.

Peningkatan nilai belanja pemerintah

melalui APBD ataupun DAU menjadi

stimulus kegiatan sektor ini. Selama

2010, pertumbuhan tahunan sektor jasa selalu diatas level 8%, kecuali di

triwulan II yang tercatat 6,435(yoy). Bahkan umumnya pada triwulan IV sektor

jasa tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan III, namun pada tahun 2010

kondisinya justru masih terjadi percepatan pertumbuhan dari 8,19%(yoy) di

triwulan III, dan 8,45%(yoy) di triwulan IV.

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1

Rp

000

I II III IV I II III IV*

2009 2010

mil

iar

Grafik 1.21 PDRB Sektor Jasa

PDRB y-o-y

Sumber : BPS NTT diolah

Selain tiga sektor utama, peranan 6 sektor ekonomi lainnya juga

mengalami peningkatan, kecuali sektor industri. Lambatnya perkembangan

industri di NTT dikarenakan barang-barang output dari sektor tradeable masih

belum dioptimalkan untuk mendapatkan nilai tambah, hanya diperdagangkan

saja. Bahkan bila melihat perkembangan pemakaian listrik sektor industri justru

menurun dibandingkan 2009 dan pertumbuhan pemakaian listrik 2010 juga

| Kajian Ekonomi Regional NTT 19

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

tidak setinggi 2009 lalu. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan industri NTT

tahun 2010 ditopang oleh industri kecil (skala UKM), meskipun ada

kemungkinan mulai terjadi perbaikan, mengingat selama triwulan IV sektor

industri tumbuh lebih baik dari triwulan III, menjadi 0,47%(yoy) dari 0,44%(yoy).

Kemudian, sebagai provinsi kepulauan, peran transportasi dalam mendukung

kegiatan ekonomi sangat dominan. Pada

tahun 2010 terjadi peningkatan

pertumbuhan pada sektor tersebut,

menjadi 6,44% dari 4,99% di 2009.

Pertumbuhan yang paling dominan dalam

sektor ini, terjadi pada transportasi udara,

dimana sepanjang 2010 telah terjadi

beberapa penambahan pesawat yang

beroperasi di NTT.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

yoy konsumsi listrik

Sumber : PLN NTT diolah

Grafik 1.22 Pertumbuhan Konsumsi Listrik

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, maka sektor

keuangan NTT ikut terkena imbasnya. Kinerja sektor tersebut sangat

dipengaruhi perbankan. Bahkan potensi NTT memberikan daya tarik tersendiri

bagi lembaga perbankan. Salah satu bukti nyata adalah jumlah bank yang

beroperasi terus mengalami pertumbuhan. Sampai dengan akhir 2010, fungsi

intermediasi perbankan (rasio LDR) tercatat 77,16%, meningkat dari 73,07%

jika dibandingkan 2009. Asset perbankan di NTT tumbuh sebesar 12,88%;(yoy).

Sejalan dengan hal tersebut, penghimpunan dana oleh pihak ketiga juga

mengalami perkembangan yang positif dengan 11,94%(yoy). Sementara dari

segi pembiayaan, penyaluran kredit naik 18,21%;(yoy), didukung dengan

kualitas kredit yang masih dibawah batas rekomendasi 5%, yaitu 1,95%.

indikator

utama

Aset (miliar) 7,583.95 8,516.24 9,941.95 11,741.12 13,253.05

y-o-y aset 34.03% 12.29% 16.74% 18.10% 12.88%

Kredit (miliar) 3,192.99 4,202.99 5,404.28 6,663.13 7,876.60

y-o-y kredit 23.74% 31.63% 28.58% 23.29% 18.21%

DPK (miliar) 6,627.69 7,296.11 8,004.80 9,119.13 10,208.09

y-o-y DPK 34.98% 10.09% 9.71% 13.92% 11.94%

LDR 48.18% 57.61% 67.51% 73.07% 77.16%

NPL 1.84% 1.54% 1.39% 2.10% 1.95%

2008 2009 201020072006

Tabel 1.2 Kinerja Perbankan NTT

Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 20

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

No SEKTORAL (miliar) 2008 2009 2010 yoy‐2008 yoy‐2009 yoy‐20101 PERTANIAN 4,515 4,618 4,711 3.84% 2.28% 2.02%2 PERTAMBANGAN  149 154 161 4.11% 3.73% 4.74%3 INDUSTRI 172 179 183 0.04% 3.93% 2.25%4 LISTRIK & AIR BERSIH 44 48 53 3.51% 8.60% 10.67%5 BANGUNAN  724 751 778 2.90% 3.70% 3.59%6 PHR 1,876 1,973 2,129 5.39% 5.19% 7.92%7 ANGKUTAN & KOMUNIKASI 835 877 934 7.44% 4.99% 6.44%8 KEUANGAN, SEWA & JASA USAHA 403 436 470 2.92% 8.34% 7.85%9 JASA – JASA 2,695 2,884 3,111 5.94% 7.01% 7.89%

11,427 11,921 12,532 4.81% 4.33% 5.13%TOTAL PDRB

Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Penawaran

Sumber : BPS NTT diolah

No PENGGUNAAN (miliar) 2008 2009 2010 yoy‐2008 yoy‐2009 yoy‐20101 KONSUMSI RUMAH TANGGA 9,847 10,310 10,594 3.77% 4.70% 2.76%2 KONSUMSI SWASTA NIRLABA 485 501 532 5.44% 3.28% 6.24%3 KONSUMSI PEMERINTAH 2,325 2,380 2,608 7.75% 2.38% 9.56%4 PMTB/INVESTASI 1,602 1,658 1,713 15.13% 3.50% 3.28%5 EKSPOR & ANTAR PULAU KELUAR 3,626 3,674 3,707 2.68% 1.32% 0.90%

    a. Ekspor luar negeri 27 28 29 ‐0.76% 4.22% 2.92%    b. Antar pulau keluar 3,599 3,645 3,678 2.71% 1.29% 0.88%

6 IMPOR & ANTAR PULAU MASUK 7,037 7,072 7,530 6.03% 0.49% 6.48%    a. Impor luar negeri 113 118 121 8.57% 4.27% 2.67%    b. Antar pulau masuk 6,924 6,954 7,409 5.99% 0.43% 6.54%

7 PERUBAHAN STOK* 578 469 908 13.65% ‐18.87% 93.47%11,427 11,921 12,532 4.81% 4.32% 5.13%TOTAL PDRB

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Penggunaaan

Sumber : BPS NTT diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 21

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

BBB AAA BBB III III

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

2.1 Kondisi Umum

Sejalan dengan kondisi

nasional, inflasi di NTT pada akhir

2010 lebih tinggi dibandingkan tahun

2009. Inflasi NTT tercatat sebesar 9,72%

(yoy), sedangkan pada tahun 2009 hanya

6,28%(yoy). Secara nasional inflasi 2010

mencapai 6,96%, meningkat 4,17% jika

dibandingkan tahun 2009. Kenaikan

tekanan inflasi di NTT terjadi baik di

Kupang maupun di Maumere. Inflasi Kupang pada tahun 2010 meningkat

menjadi 9,97%(yoy), dari 6,49%(yoy), sedangkan Maumere tercatat 5,22%(yoy)

pada tahun 2009, dan tahun 2010 menjadi 8,48%(yoy).

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Apabila dibandingkan dengan triwulan III, pergerakan inflasi NTT justru

relatif mengalami penurunan. Bila pada akhir triwulan III inflasi NTT menembus

10,86%(yoy). Penurunan tersebut dikarenakan inflasi Kupang yang turun dari

11,42%(yoy), sedangkan untuk Maumere jika dibandingkan triwulan III justru

meningkat, mengingat realisasi triwulan III hanya 8,05%(yoy). Inflasi Selama

tahun 2010 inflasi bulanan paling tinggi terjadi pada bulan Januari yang

mencapai 3,15%(mtm). Pada bulan tersebut, inflasi Kupang mencapai 3,08%,

dan Maumere relatif lebih tinggi yaitu, 3,56%.

Secara umum inflasi NTT pada tahun 2010, penyebab utamanya masih

disebabkan oleh komponen bahan makanan, dimana mengalami perubahan

paling tinggi dengan 16,86%(yoy). Komoditi bahan makanan yang meningkat

paling signifikan pada tahun 2010 adalah subkelompok bumbu-bumbuan,

hingga menembus level 72,06%(yoy). Penyebab lain yang tidak kalah

pentingnya adalah kenaikan harga padi-padian, sehingga mengalami inflasi

24,08%(yoy). Kenaikan harga bahan makanan pada tahun 2010, sebagian besar

dikarenakan adanya pengaruh faktor anomali cuaca yang berdampak terhadap

Sumber : BPS diolah

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010

yoy ntt

mtm ntt

| Kajian Ekonomi Regional NTT 22

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

produksi pertanian nasional, tidak terkecuali di NTT. Bahkan pada akhir tahun

2010, Bulog telah memutuskan untuk melakukan impor untuk memenuhi

kebutuhan pengadaan beras yang tidak mampu dicukupi dari hasil produksi

nasional. Selain itu, keputusan pemerintah yang menaikan tarif dasar listrik (TDL)

sejak pertengahan tahun, ikut memberikan tambahan tekanan, khususnya bagi

kenaikan tarif sewa rumah yang mulai direspon sejak Mei, meskipun kenaikan

tarif baru dimulai untuk pemakaian bulan Juli

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

I II III IVUMUM 8.70% 10.67% 10.86% 9.72%BAHAN MAKANAN 19.72% 20.58% 20.75% 16.86%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.95% 9.89% 8.71% 8.79%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB -0.90% 0.70% 3.09% 3.39%SANDANG 6.33% 8.10% 7.93% 5.63%KESEHATAN 3.17% 2.97% 4.92% 5.96%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 5.49% 4.47% 4.70% 4.22%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 7.69% 14.99% 11.32% 10.60%

2010Komoditi

Sumber : BPS diolah

Inflasi NTT masih diatas

inflasi secara nasional. Secara

umum, Kupang dan Maumere

termasuk kota di Indonesia dengan

persistensi yang cukup tinggi. Kondisi

geografis yang dikelilingi oleh laut, dan

tingkat ketergantungan cukup tinggi

kepada daerah lain, menyebabkan

kedua kota tersebut rentan terhadap fluktuasi harga. Pada triwulan laporan,

gejolak harga dari sisi suplai diperkirakan menjadi penyebab paling dominan,

meskipun tekanan dari sisi permintaan relatif meningkat, sejalan dengan

peningkatan transaksi volume uang yang keluar dari Bank Indonesia Kupang.

Grafik 2.2 Inflasi NTT vs Nasional

2.2 Inflasi Kota Kupang

Inflasi Kupang mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan

III-2010. Pada akhir triwulan III tercatat sebesar 11,42%, sedangkan pada akhir

tahun hanya 9,97%(yoy). Selama triwulan IV Kota Kupang, hanya pada bulan

Oktober mengalami deflasi, yaitu sebesar 0,18%, sedangkan pada bulan

November dan Desember masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,33% dan

Sumber : BPS diolah

0%

3%

6%

9%

12%

21%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010

yoy kupang

15%

18%

yoy maumere

yoy nasional

| Kajian Ekonomi Regional NTT 23

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

0,91%. Kecenderungan peningkatan inflasi bulanan menjelang akhir tahun

umumnya selalu terjadi. Hal ini terutama dikarenakan meningkatnya permintaan

menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, ditambah dengan kondisi suplai

yang sedikit menglami kendala karena kondisi cuaca yang kurang mendukung.

Khusus untuk harga subkelompok

bumbu-bumbuan, kenaikan harga cabe

yang melanda wilayah Jawa menjelang

akhir tahun, ikut meningkatkan harga di

Kupang. Hal ini dikarenakan ada

sebagian hasil produksi cabai di sekitar

Kupang yang dikirim oleh pedagang

pengumpul ke Jawa, untuk

mendapatkan margin yang lebih baik,

mengingat harga di Jawa sudah lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan pasokan

cabai untuk Kupang mengalami penurunan, sehingga pada akhirnya ikut

menaikan harga cabai di Kupang.

Bila dilakukan disagregasi, inflasi Kupang sebagian besar dibentuk

oleh fluktuasi yang terjadi pada kelompok volatile food. Pergerakan inflasi

volatile food bahkan berada diatas inflasi Kupang secara keseluruhan. Inflasi

yang paling stabil terjadi pada komoditi yang pergerakan harganya ditentukan

oleh pemerintah. Pada bulan Juli lalu pemerintah telah menaikan tarif dasar

listrik, dampaknya mengakibatkan kenaikan pada tarif sewa rumah, sehingga

Grafik 2.3 Inflasi Kota Kupang

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Kota Kupang

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010

yoy kupang mtm kupang

ytd kupang

Sumber : BPS diolah

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010

inflasi yoy

administered price

volatile food

core inflation

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010

core inflation

administered price

volatile food

| Kajian Ekonomi Regional NTT 24

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

ada tekanan pada inflasi kelompok perumahan sejak Mei sampai dengan

Agustus.

Selama tahun 2010 pergerakan inflasi volatile food yang paling

dominan terjadi pada bulan Januari dan Juli. Pada periode tersebut,

penyebab utamanya adalah kenaikan harga beras yang melanda seluruh

Indonesia. Pada awal tahun terjadi kenaikan beras yang disebabkan karena

keputusan pemerintah melalui Inpres yang menyatakan bahwa, harga pokok

pembelian baik untuk gabah, maupun gabah kering giling naik mendekati 10%.

Hal tersebut langsung direspon oleh pasar dengan ikut menaikan harga beras.

Sedangkan tekanan harga beras pada bulan Juli, disebabkan oleh kenaikan

harga beras premium. Hal tersebut terjadi karena produksi panen putaran

pertama tidak sesuai dengan perkiraan, banyak sentra penghasil padi yang

kualitasnya menurun karena kondisi curah hujan selama masa tanam. Akibatnya

beras yang dihasilkan relatif tidak sebaik biasanya. Sehingga bahan baku untuk

beras premium terbatas. Pada triwulan IV 2010, tekanan terhadap harga beras

sudah relatif terkendali, namun bergeser kepada komoditi cabai, seperti telah

disampaikan sebelumnya.

Selain itu, inflasi Kupang juga bisa dilihat dari aspek inflasi barang dan

inflasi jasa. Pada tahun 2010 inflasi Kupang lebih disebabkan oleh inflasi

barang. Lebih dari 90% angka inflasi Kupang dibentuk oleh pergerakan inflasi

barang. Hal ini sejalan dengan pembagian sebelumnya, mengingat seluruh

komoditi volatile food termasuk dalam kategori barang, bukan jasa. Sehingga

Grafik 2.5 Inflasi Barang dan Jasa diKupang

‐2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010

inflasi barang inflasi jasa

Sumber : BPS diolah

‐3%

0%

3%

6%

9%

12%

15%

18%

21%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010

inlfasi yoy

inflasi barang

inflasi jasa

| Kajian Ekonomi Regional NTT 25

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

peningkatan inflasi volatile food juga akan menggerakan inflasi kelompok

barang menjadi ikut meningkat, sedangkan inflasi jasa kontribusinya relatif kecil.

Selain bahan makanan, kelompok transportasi juga memberikan

kontribusi yang cukup signifikan. Pergerakan inflasi di kelompok ini sangat

dipengaruhi oleh fluktuasi tarif angkutan udara. Khusus selama triwulan IV,

diperkirakan telah terjadi lonjakan penumpang sebagaimana tahun-tahun

sebelumnya bila menjelang Natal dan Tahun Baru. Arus baik dari Kupang tujuan

Surabaya dan Jakarta ataupun sebaliknya umumnya meningkat signifikan mulai

dari satu minggu menjelang hari raya. Hal ini diindikasikan menjadi pemicu

terjadinya kenaikan harga, mengingat jumlah maskapai penerbangan yang

beroperasi selama 2010 mengalami pengurangan.

I II III IVUMUM 9.03% 11.08% 11.42% 9.97%BAHAN MAKANAN 20.76% 21.06% 21.87% 16.96%MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10.07% 10.04% 8.37% 8.62%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB -1.43% 0.54% 3.42% 3.73%SANDANG 7.31% 8.93% 8.66% 5.84%KESEHATAN 3.55% 3.50% 5.67% 6.78%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.21% 4.98% 4.87% 4.50%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 9.79% 18.47% 13.77% 12.78%

KOMODITI 2010

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kupang

Sumber : BPS diolah

2.3 Inflasi Maumere

Inflasi Maumere pada triwulan IV

2010 lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, tekanan inflasi tahunan di

Maumere tercatat sebesar 8,48%,

sementara pada triwulan sebelumnya

8,05%. Selama triwulan IV tekanan paling

tinggi untuk inflasi bulanan paling tinggi

terjadi pada bulan Desember yaitu 1,09%.

Penyebabnya relatif sama dengan wilayah Kupang, dimana hal tersebut selalu

terjadi setiap tahunnya. Bila dilihat sepanjang tahun 2010, inflasi Maumere juga

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2009 lalu, inflasi

Grafik 2.6 Inflasi Maumere

di Maumere hanya sebesar 5,22%. Fenomena peningkatan inflasi yang terjadi

secara nasional, juga dialami wilayah NTT.

Sumber : BPS diolah

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

yoy maumere

mtm maumere

ytd maumere

| Kajian Ekonomi Regional NTT 26

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Sumber tekanan inflasi Maumere paling besar juga disebabkan

oleh kelompok bahan makanan. Inflasi 2010 untuk kelompok bahan

makan

an di Maumere mencapai 16,30%, naik jika dibandingkan dengan tahun

2009 lalu yang sebesar 9,87%. Secara khusus pengaruh utama relatif sama

dengan kupang, dimana subkelompok padi-padian dan bumbu-bumbuan

masing-masing mengalami inflasi sebesar 22,40% dan 22,66%. Hal tersebut

secara otomatis berdampak terhadap inflasi kelompok volatile food. Pada tahun

2010, pergerakan volatile food relatif sangat fluktuatif apabila dibandingkan

dengan perakan core dan administered inflation. Tingkat inflasi volatile food

mencapai 14,80%, lebih tinggi dari inflasi Maumere secara keseluruhan. Dari

total inflasi Maumere sebesar 8,05%, volatile food menyumbang 71,92%.

Kondisi tersebut, menunjukan bahwa pergerakan volatile food akan sangat

menentukan tingkat inflasi Maumere secara keseluruhan.

Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Maumere

Sumber : BPS diolah

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

2

1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

0%

3 4

administered inflation

voltile food inflation

core inflation

‐5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

30% inflasi umum

core inflation

volatile food  inflation

administered inflation

I II III IV7.02% 8.52% 8.05% 8.48%

14.15% 18.01% 15.01% 16.30%MA NAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.24% 9.10% 10.65% 9.74%PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.84% 1.46% 1.42% 1.66%SA NG 1.16% 3.73% 4.09% 4.51%KESEHATAN 1.17% 0.19% 0.96% 1.58%PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.80% 1.83% 3.79% 2.69%TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2.64% -2.14% -1.54% -0.61%

MODITI

UMUM

2010KO

BAHAN MAKANANKA

NDA

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Maumere

Sumber : BPS diolah

| Kajian Ekonomi Regional NTT 27

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

BBB AAA BBB IIIIIIIII

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN

3.1 Kondisi Umum

Kinerja perbankan NTT masih tumbuh positif, namun

cenderung melambat dalam beberapa bulan terakhir. Pertumbuhan

ekonomi NTT yang mencapai 5,13% pada tahun 2010 menjadi salah satu

pemicu peningkatan kinerja perbankan NTT. Meningkatnya aktivitas

ekonomi memicu meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam

memanfaatkan fasilitas-fasilitas perbankan. Terlihat dari kemampuan

perbankan NTT dalam meningkatkan asetnya masih tetap terpelihara

walaupun relatif melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Demikian pula dengan dua indikator yang lain, yaitu penghimpunan Dana

Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit yang masih meningkat diatas dua

digit walaupun akselerasi peningkatannya relatif melambat.

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan

indikator 2010utama I II III IV I II III IV

Aset (miliar)

t (miliar)

(miliar)

9,610.96 10,321.05 10,994.03 11,741.12 11,845.82 12,042.61 12,551.89 13,253.05

y-o-y 15.53% 20.77% 15.33% 18.10% 23.25% 16.68% 14.17% 12.88%

Kredi 5,524.35 6,059.12 6,463.72 6,663.13 6,954.66 7,525.34 8,129.09 7,876.60

y-o-y 28.67% 25.84% 23.39% 23.29% 25.89% 24.20% 25.76% 18.21%

DPK 8,268.80 8,823.98 9,013.42 9,119.13 9,230.52 9,535.05 9,828.99 10,208.09

y-o-y 15.45% 18.64% 14.28% 13.92% 11.63% 8.06% 9.05% 11.94%

LDR 66.81% 68.67% 71.71% 73.07% 75.34% 78.92% 82.71% 77.16%

NPL 1.61% 1.73% 1.83% 2.10% 1.96% 1.97% 1.86% 1.95%

2009

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Dominasi konsumsi masyarakat dalam struktur ekonomi NTT menjadi

pendorong utama peningkatan penyaluran kredit perbankan. Namun, secara

perlahan perbankan NTT berupaya mendorong peningkatan penyaluran

kredit produktif dan menahan laju penyaluran kredit konsumtif sebagai

wujud nyata peran perbankan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi

Provinsi NTT.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 28

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

3.2 Intermediasi Perbankan

Penyerapan dana masyarakat yang tercermin dari

penghimpunan DPK mengalami peningkatan sebesar 11,94%.

Penyerapan dana masyarakat pada triwulan laporan mencapai Rp 10,21

triliun atau meningkat 11,94% dibandingkan tahun 2009 (y-o-y).

Peningkatan penyerapan DPK didorong oleh peningkatan penyerapan dana

pada rekening deposito dan tabungan. Data yang diterima Bank Indonesia

Kupang mencatatkan bahwa pada triwulan IV-2010 terjadi peningkatan

deposito yang cukup signifikan sebesar 32,98%. Angka tersebut merupakan

peningkatan tertinggi dalam 4 (empat) tahun terakhir. Peningkatan tersebut

diperkirakan merupakan imbas dari meningkatnya suku bunga deposito

dalam 3 (tiga) bulan terakhir. Selain itu, peningkatan penyerapan pada

rekening deposito mengindikasikan bahwa preferensi masyarakat NTT dalam

menempatkan dana mulai beralih dari instrumen jangka pendek (tabungan)

menjadi jangka menengah-panjang.

Tabel 3.2 Perkembangan Komponen DPK

2010

I II III IV I II III IV

DPK 8,268.80 8,823.98 9,013.42 9,119.13 9,230.52 9,535.05 9,828.99 10,208.09

y-o-y 15.45% 18.64% 14.28% 13.92% 11.63% 8.06% 9.05% 11.94%

Giro 2,540.89 2,807.69 2,739.86 2,028.37 2,499.54 2,787.47 2,831.37 1,963.11

y-o-y 11.48% 15.65% 7.26% 6.78% -1.63% -0.72% 3.34% -3.22%

Deposito 1,912.63 1,989.79 2,087.35 1,952.96 2,251.19 2,183.11 2,265.93 2,597.01

y-o-y 19.59% 21.03% 20.04% 9.35% 17.70% 9.72% 8.56% 32.98%

Tabungan 3,815.29 4,026.50 4,186.21 5,137.81 4,479.78 4,564.47 4,731.69 5,647.97

y-o-y 16.18% 19.63% 16.48% 18.95% 17.42% 13.36% 13.03% 9.93%

DPK (miliar)

2009

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Penyerapan dana pada rekening tabungan masih menunjukkan

perkembangan positif walaupun akselerasi cenderung melambat. Pada

triwulan laporan, penyerapan dana pada rekening tabungan sebesar Rp 5,65

triliun atau meningkat sebesar 9,93%. Salah satu factor penyebab

melambatnya penyerapan dana pada rekening tabungan adalah preferensi

masyarakat dalam memilih produk investasi yang memberikan keuntungan

yang lebih besar. Rekening tabungan dimanfaatkan sebagai penempatan

likuiditas jangka pendek, sementara bagi masyarakat yang memiliki excess

liquidity cenderung memilih produk investasi lain.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 29

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Berbeda dengan kedua instrument sebelumnya, penyerapan dana

pada rekening giro mengalami penurunan dibandingkan posisi triwulan IV-

2009. Pada triwulan laporan, penyerapan dana pada rekening giro sebesar

Rp 1,96 triliun atau turun 3,22% dibandingkan tahun 2009 (y-o-y).

Penurunan rekening giro secara signifikan disebabkan oleh penurunan

penempatan dana pemerintah daerah pada rekening giro yang dipindahkan

penempatannya pada rekening deposito.

Laju penyerapan dana pada rekening giro yang lebih tinggi

dibandingkan dengan dua instrumen yang lain mengakibatkan terjadinya

peningkatan komposisi tabungan yang mencapai 25,44% dari total DPK.

Perlambatan pertumbuhan penempatan dana masyarakat pada rekening

tabungan dan penurunan dana pada rekening giro mengakibatkan proporsi

kedua rekening tersebut mengalami penurunan. Komposisi rekening

tabungan dibandingkan dengan total DPK mencapai 55,33%, sementara

komposisi rekening giro mencapai 19,23%.

Dominasi struktur kepemilikan DPK masih bersumber pada

kepemilikan perseorangan yaitu sebesar 68,73% dimana sebagian besar

dananya dialokasikan dalam bentuk tabungan dan deposito. Berbeda

dengan dana milik pemerintah yang sebagian besar dananya ditempatkan

dalam rekening giro.

Grafik 3.1 Komposisi DPK Grafik 3.2 DPK Menurut Golongan Pemilik

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

Peran aktif perbankan NTT dalam percepatan pertumbuhan

ekonomi diwujudkan dengan mendorong penyaluran kredit

produktif berjenis investasi dan modal kerja. Outstanding kredit

perbankan NTT pada triwulan laporan sebesar Rp 7,88 triliun atau meningkat

| Kajian Ekonomi Regional NTT 30

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

18,21%. Peningkatan tersebut secara signifikan didorong oleh peningkatan

penyaluran kredit produktif jenis investasi dan modal kerja. Berbeda dengan

kedua jenis kredit produktif yang akselerasi peningkatannya semakin cepat,

pertumbuhan kredit jenis konsumsi relatif melambat dibandingkan periode

sebelumnya.

Outstanding kredit investasi pada triwulan laporan mencapai

Rp 391,22 miliar atau meningkat signifikan 63,22% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan kredit investasi yang signifikan mencerminkan peningkatan

kinerja investasi di Provinsi NTT. Penyaluran kredit investasi didominasi pada

sektor konstruksi dan perdagangan dengan proporsi masing-masing sebesar

30,90% dan 28,28% dari total kredit investasi. Minimnya sektor industri di

wilayah NTT menyebabkan ketergantungan terhadap pasokan dari daerah

cukup tinggi. Hal ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha dengan berinvestasi di

bidang perdagangan, khususnya bagi pedagang besar.

Outstanding kredit modal kerja pada triwulan laporan mencapai

Rp 2,17 triliun atau meningkat 21,43% (y-o-y). Akselerasi peningkatan kredit

modal kerja yang meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya

merupakan salah satu wujud komitmen perbankan untuk mendorong kredit

produktif. Tren peningkatan laju outstanding kredit modal kerja menjadi

salah satu indikator ekspansi yang terjadi pada sektor Perdagangan. Data

yang tercatat di Bank Indonesia Kupang menyebutkan bahwa penyaluran

kredit modal kerja didominasi pada sektor perdagangan dengan proporsi

65,31% dari total kredit modal kerja.

Grafik 3.3 Perkembangan Kredit

2010

I II III IV I II III IV

Kredit 5,524.35 6,059.12 6,463.72 6,663.13 6,954.66 7,525.34 8,129.09 7,876.60

y-o-y kredit 28.67% 25.84% 23.39% 23.29% 25.89% 24.20% 25.76% 18.21%

Modal kerja 1,476.12 1,662.69 1,786.11 1,783.28 1,717.68 1,879.16 2,087.45 2,165.52

y-o-y modal ke 27.70% 20.46% 19.06% 19.44% 16.36% 13.02% 16.87% 21.43%

Investasi 163.84 201.03 218.90 239.54 295.67 355.27 365.36 391.22

y-o-y investasi 34.19% 37.70% 37.78% 44.05% 80.46% 76.73% 66.91% 63.32%

Konsumsi 3,884.38 4,195.40 4,458.71 4,640.30 4,941.31 5,290.92 5,676.29 5,319.86

y-o-y konsums 28.81% 27.58% 24.56% 23.91% 27.21% 26.11% 27.31% 14.64%

2009Kredit(miliar)

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Outstanding kredit konsumsi pada triwulan laporan mencapai

Rp 5,32 triliun atau meningkat 14,64% (y-o-y). Akselerasi pertumbuhan

| Kajian Ekonomi Regional NTT 31

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

kredit jenis konsumsi tidak setinggi kredit produktif bahkan relative

melambat bahkan tercatat sebagai peningkatan terendah dalam 7 (tujuh)

tahun terakhir. Hal tersebut implikasi dari komitmen perbankan untuk

menahan laju penyaluran kredit konsumsi dan beralih pada penyaluran kredit

produktif.

Penurunan tingkat suku bunga kredit modal kerja secara bertahap

yang diharapkan dapat memicu kalangan dunia usaha untuk meningkatkan

aktivitas kegiatan usahanya belum memberikan dampak yang signifikan.

Rata-rata tingkat suku bunga kredit perbankan NTT pada triwulan laporan

sebesar 15,59%, dimana tingkat suku bunga kredit modal dan kredit

konsumsi mengalami penurunan hingga mencapai 14,21% dan 17,99%. Di

sisi lain, tingkat suku bunga kredit investasi mengalami kenaikan hingga

menjadi 14,58% pada triwulan laporan.

Grafik 3.4 Komposisi Kredit Grafik 3.5 Perkembangan Suku bunga

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

Akselerasi pertumbuhan kredit investasi yang signifikan diatas yang

lain menyebabkan komposisi kredit investasi terhadap total penyaluran kredit

meningkat dari 3,6% pada triwulan IV-2009 menjadi 4,97% pada triwulan

laporan. Demikian pula dengan komposisi kredit modal kerja yang

mengalami kenaikan dari 26,76% pada triwulan IV-2009 menjadi 27,49%

dari total kredit perbankan NTT. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan

kredit konsumsi mengakibatkan komposisi kredit tersebut mengalami

penurunan sehingga proporsinya terhadap total penyaluran kredit sebesar

67,54%

| Kajian Ekonomi Regional NTT 32

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor produktif, khususnya

sektor pertanian yang menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi

di NTT masih minim. Data Bank Indonesia Kupang mencatatkan bahwa pada

triwulan laporan proporsi penyaluran kredit pada sektor pertanian sebesar

0,27%. Salah satu faktor penyebab rendahnya penyaluran kredit pada sektor

pertanian adalah pola pertanian yang masih bersifat tradisional serta berskala

UMKM yang menjadi faktor pertimbangan dalam hal kelayakan pemberian

kredit. Sesuai hasil kajian Bank Indonesia Kupang, usaha berskala mikro, kecil

dan menengah pada sektor pertanian, khususnya sektor perikanan dinilai

layak untuk dibiayai (boks.1)

Sementara itu, sektor produktif yang mendominasi penyaluran kredit

perbankan adalah sektor perdagangan. Proporsi penyaluran kredit pada

sektor perdagangan mencapai 20,18%, yang terdiri dari kredit modal kerja

dan investasi. Struktur perekonomian NTT mendorong perkembangan sektor

perdagangan diatas sektor produktif yang lain.

Secara triwulanan, terjadi penurunan proporsi penyaluran kredit pada

sektor konstruksi. Pada triwulan sebelumnya, proporsi kredit konstruksi

mencapai 3,39% dari total kredit sementara pada triwulan laporan kredit

konstruksi mencapai Rp 222,17 miliar atau 2,82% dari total kredit. Kondisi

tersebut mengindikasikan bahwa kebutuhan pembiayaan konstruksi

meningkat pada triwulan III untuk realisasi fisik proyek pada triwulan IV.

Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral

Kredit per 2010sektor (miliar) I II III IV

Pertanian 23.96 21.01 19.40 21.48

Pertambangan 2.40 2.39 4.38 4.10

Industri 19.65 15.72 15.63 17.56

Listrik, air 7.21 8.30 18.40 20.30

Konstruksi 119.95 181.32 275.80 222.17

Perdagangan 1,186.02 1,080.65 1,515.58 1,589.45

Transportasi 24.28 22.60 25.72 24.40

Jasa Dunia Usah 46.98 41.79 40.03 59.30

Jasa Sosial 78.95 336.33 322.23 298.50

Lain-lain 5,445.26 5,815.25 5,891.91 5,619.35

Total 6,954.66 7,525.34 8,129.09 7,876.60

Sumber : Bank Indonesia Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 33

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Fungsi intermediasi perbankan NTT menunjukkan peningkatan,

terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 77,16%. Penyaluran

kredit perbankan yang meningkat signifikan walaupun cenderung melambat

menyebabkan LDR perbankan NTT terus menunjukkan tren peningkatan.

Upaya perbankan untuk memaksimalkan pemanfaatan penyerapan dana

masyarakat melalui penyaluran kredit dan meminimalkan dana idle terlihat

dari perkembangan undisbursed loan yang mengalami penurunan signifikan

sebesar 72,55% (y-o-y) dari Rp 468,05 miliar pada triwulan IV-2009

menjadi Rp 128,47 miliar pada triwulan IV-2010. Penurunan tersebut

menyebabkan ratio undisbursed loan terhadap total kredit sebesar 1,63%

atau terendah dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir.

Grafik 3.6 Perkembangan LDR Grafik 3.7 Perkembangan Undisbursed Loan

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

Resiko penyaluran kredit perbankan NTT pada triwulan laporan

relatif terkendali. Rasio NPLs (Non Performing Loan Gross) perbankan NTT

masih berada di bawah batas yang dipersyaratkan yaitu 5,00%. Pada

triwulan IV-2010, rasio NPLs menurun dibandingkan dengan periode yang

sama tahun 2009 dan berada pada level 1,95% atau senilai Rp 153,84

miliar. Hal ini terkait dengan dominasi kredit konsumsi dalam total kredit

dimana sebagian besar kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di

NTT ditujukan kepada pegawai negeri, dengan sistem angsuran melalui

pemotongan langsung dari gaji yang diterima masing-masing pegawai,

sehingga tingkat risiko (default) akan lebih kecil.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 34

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL Konsumsi dan Modal Kerja

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Bank Indonesia Kupang

Di sisi lain, meningkatnya penyaluran kredit modal kerja berimplikasi

pada meningkatnya rasio NPLs kredit modal kerja yang mencapai 1,21%

sementara rasio NPLs kredit investasi hanya sebesar 0,26%. Tingginya

tingkat resiko penyaluran kredit modal kerja harus diimbangi dengan

peningkatan kinerja perbankan dalam penyaluran kredit dengan lebih

berhati-hati sesuai dengan prinsip prundential banking.

3.3 Kredit MKM (Menengah Kecil Mikro)

Penyaluran kredit berjenis MKM mengalami peningkatan

sebesar 16,55%. Akselerasi peningkatan kredit berjenis MKM, yaitu kredit

dengan plafon sampai dengan Rp 5,0 miliar relatif lambat dibandingkan

dengan total kredit perbankan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi

peningkatan kredit non MKM dengan plafon diatas Rp 5,0 miliar. Proporsi

kredit MKM pada triwulan laporan sebesar 97,38% dari total kredit

perbankan NTT, menurun dibandingkan posisi triwulan IV-2009 sebesar

98,77%.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 35

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Tabel 3.4 Perkembangan Komponen Kredit MKM

I II III IV I II III IVKREDIT UMKM 5,470 5,999 6,377 6,581 6,662 7,361 7,939 7,670 y-o-y 28.15% 25.60% 22.59% 23.28% 21.79% 22.69% 24.49% 16.55%MIKRO 2,603 2,723 2,746 2,810 3,947 3,392 3,920 2,592 y-o-y 7.97% 8.93% 4.19% 6.16% 51.62% 24.57% 42.76% -7.78%KECIL 2,026 2,327 2,605 2,701 2,004 3,125 3,334 4,216 y-o-y 62.90% 51.59% 49.51% 42.63% -1.10% 34.32% 28.00% 56.05%MENENGAH 813 949 1,027 1,070 711 843 685 863 y-o-y 32.60% 27.99% 24.57% 34.13% -12.57% -11.18% -33.28% -19.32%Rasio thd total kredit 99.01% 99.01% 98.66% 98.77% 95.79% 97.81% 97.66% 97.38%

2010 KREDIT(Rp miliar)

2009

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Akselerasi peningkatan kredit

berjenis kecil, mengakibatkan

proporsi penyaluran kredit jenis kecil

mendominasi penyaluran kredit

MKM. Pada triwulan laporan ,

komposisi kredit MKM sebesar

55,0% sementara proporsi kredit

jenis mikro dan menengah masing-

masing sebesar 33,8% dan 11,3%.

Grafik 3.10 Komposisi Kredit MKM

Sumber : Bank Indonesia Kupang

3.4 Perkembangan BPR

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat mengalami perkembangan

yang positif. Perkembangan indicator utama kinerja BPR meningkat

signifikan walaupun cenderung melambat dalam beberapa periode terakhir.

Kemampuan BPR dalam meningkatkan asetnya tetap terjaga dengan

kenaikan sebesar 38,06% (y-o-y) pada triwulan laporan. Demikian pula

dengan penyerapan dana masyarakat (DPK) yang mengalami peningkatan

sebesar 49,46% (y-o-y) melambat dibandingkan dengan akselerasi

peningkatan pada triwulan IV-2009 yang mencapai 83,78%. Indikator lain,

yaitu penyaluran kredit BPR meningkat sebesar 36,65% yang merupakan laju

peningkatan terendah dalam empat tahun terakhir.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 36

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Indikator(juta) I II III IV I II III IV

Aset 75,097 84,022 102,075 109,133 118,608 129,951 136,869 150,664 y-o-y aset 84.41% 73.26% 75.13% 59.73% 57.94% 54.66% 34.09% 38.06%DPK 44,438 52,076 67,662 71,477 81,937 87,083 95,297 106,827 y-o-y DPK 113.26% 87.36% 91.14% 83.78% 84.38% 67.22% 40.84% 49.46%Kredit 59,111 67,971 79,474 87,598 93,822 103,399 116,376 119,703 y-o-y kredit 119.23% 85.57% 66.60% 70.16% 58.72% 52.12% 46.43% 36.65%LDR 133.02% 130.52% 117.46% 122.55% 114.51% 118.74% 122.12% 112.05%NPLs (nominal) 2,572 2,118 2,889 3,472 4,668 4,560 4,301 4,663 NPLs 4.35% 3.12% 3.63% 3.96% 4.98% 4.41% 3.70% 3.90%

20102009

Tabel 3.5 Perkembangan Usaha BPR

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Penyaluran kredit BPR masih didominasi kredit produktif

dengan proporsi sebesar 58,53% dari total penyaluran kredit. Dari sisi

penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit investasi mengalami kenaikan

yang sangat signifikan sebesar 120,58% (y-o-y). Hal ini merupakan indicator

yang positif bagi perekonomian, dimana pelaku usaha banyak melakukan

investasi untuk mengembangkan usahanya. Sementara itu, penyaluran kredit

modal juga juga mengalami kenaikan walaupun trennya melambat

dibanding tahun sebelumnya. Besarnya share kredit investasi dan modal

kerja dalam pembentukan kredit BPR disebabkan sebagian besar pelaku

usaha dalam skala kecil umumnya lebih memilih bank yang dapat

memberikan kemudahan birokrasi atau administrasi dalam pengajuan kredit.

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit BPR

Indikator(juta) I II III IV I II III IV

PENGGUNAANMODAL KERJA 32,238 37,122 42,522 43,299 41,555 47,036 54,369 55,129 INVESTASI 2,861 3,985 5,068 6,314 9,551 10,818 13,159 13,927 KONSUMSI 24,012 26,864 31,884 37,986 42,716 45,544 48,848 48,924

20102009

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Secara sektoral, komposisi kredit produktif BPR masih

didominasi oleh sektor perdagangan. Penyaluran kredit pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencapai 20,36% dari total kredit

BPR. Sementara sector pertanian masih mendapatkan proporsi kecil dalam

penyaluran kredit, yaitu sebesar 3,55%. Proporsi penyaluran kredit pertanian

menurun dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar 5,5% dari total kredit

BPR.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 37

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

oleh kredit-kredit jangka pendek (kurang dari 1 tahun) yang

diberik

PR dalam melakukan assesment

terhadap pengajuan kredit relatif baik.

Rp juta Proporsi (%)

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 4,249.31 3.55

Perikanan 517.82 0.43

Pertambangan dan Penggalian 699.43 0.58

Industri Pengolahan 335.10 0.28

Listrik, Gas dan Air 14.58 0.01

Konstruksi 11,362.35 9.49

Perdagangan Besar dan Eceran 24,365.94 20.36

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan-minum 6,927.86 5.79

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 11,140.95 9.31

Perantara Keuangan 708.81 0.59

Real Estate 153.13 0.13

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib 359.91 0.30

Jasa Pendidikan 41.33 0.03

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,466.94 1.23

Jasa Kemasyarakatan, SosBud, Hiburan & Perseorangan lainnya 943.37 0.79

Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga 2.71 0.00

Kegiatan Usaha yang Belum Jelas Batasannya 6,410.30 5.36

10,910.35 9.11

Bukan pangan Usaha - Lainnya 39,092.98 32.66

Tw IV-2010SEKTOR

Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga

La

Fungsi intermediasi BPR masih diatas batas yang

dipersyaratkan Bank Indonesia. Tingginya penyaluran kredit BPR yang

tidak diimbangi dengan penyerapan dana masyarakat menyebabkan Loan to

Deposit Ratio (LDR) BPR NTT berada diatas 100% atau sebesar 112,05%.

LDR pada triwulan laporan telah mengalami penurunan dibandingkan

triwulan IV-2009 yang mencapai 122,55%. Penurunan rasio LDR disebabkan

oleh melambatnya laju penyaluran kredit BPR, sementara laju penyerapan

dana masyarakat lebih tinggi diatas laju penyaluran kredit. LDR BPR Provinsi

NTT yang masih berada diatas level 100% mengindikasikan bahwa sumber

dana penyaluran kredit tidak hanya berasal dari penghimpunan dana, tetapi

juga dari modal BPR. Di sisi lain, LDR BPR yang mencapai level diatas 100%

disebabkan

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Sektoral BPR

Sumber : Bank Indonesia Kupang

an.

Peningkatan kredit BPR tidak berdampak signifikan terhadap

performance kredit BPR. Tercermin dari ratio NPLs pada triwulan laporan

yang masih berada dibawah level 5,00% atau sebesar 3,90%. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan B

| Kajian Ekonomi Regional NTT 38

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Pola Pembiayaan Budidaya Ikan Bandeng

Latar Belakang

Sektor pertanian di Kabupaten Belu merupakan sektor yang sangat

potensial dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian daerah.

Pengembangan sektor pertanian yang didominasi kegiatan Usaha Mikro Kecil

(UMK) perlu mendapatkan dorongan, khususnya dari sisi pembiayaan.

Oleh sebab itu, dilakukan penelitian pola pembiayaan sebagai model

kelayakan terhadap salah satu komoditi sektor pertanian, yaitu budidaya ikan

bandeng dengan tujuan menyediakan informasi dan pengetahuan bagi

UMKM dalam upaya mengembangkan usaha, sementara bagi perbankan

bertujuan sebagai informasi dalam rangka mendorong pengembangan UMK

melalui pemberian kredit.

Hasil Analisa

Hasil studi kelayakan usaha budidaya ikan bandeng di Kabupaten Belu

dari beberapa aspek adalah sebagai berikut :

1. Aspek pasar

Usaha budidaya ikan bandeng layak dilakukan, karena mempunyai

permintaan dan prospek yang masih terbuka, konsep pemasaran yang

sederhana dan tingkat persaingan yang masih sehat.

2. Aspek teknis produksi

Usaha budidaya ikan bandeng dapat dikategorikan layak karena relatif

dapat dilakukan oleh petani tambak. Perbaikan teknologi budidaya dapat

dilakukan melalui pendampingan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.

3. Aspek keuangan

Usaha budidaya layak untuk dijalankan karena nilai NPV (Net Present

Value) positif dan IRR (Internal Rate of Return) di atas suku bunga

pinjaman.

Arus kas usaha tambak budidaya ikan bandeng menunjukkan bahwa

skala usaha dan asumsi yang telah ditetapkan mampu mengembalikan

kewajiban kepada bank, yang ditunjukkan dengan arus kas bernilai positif

pada setiap siklus usaha. Pada suku bunga 14% per tahun, usaha

pembesaran bandeng semi intensif menghasilkan NPV sebesar

BOKS 1

| Kajian Ekonomi Regional NTT 39

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 40

Rp.14.713.358, sehingga asumsi tingkat suku bunga dinaikkan secara

interpolatif sampai dengan 50%, hasilnya masih menunjukkan NPV

positif sebesar Rp.74.894.

Tabel 1. Kelayakan Usaha Budidaya Bandeng

No Kriteria Nilai Justifikasi Kelayakan

1 NPV (14%) Rp 14.713.358 LAYAK

2 IRR 50% LAYAK

3 Net B/C Ratio 1,7 LAYAK

4 Payback Period (PBP) 1,7 tahun LAYAK Sumber : data primer

Hasil perhitungan IRR memperlihatkan tingkat suku bunga sebesar 50%,

jauh lebih besar dari tingkat suku bunga KUR 14% per tahun bagi usaha

kecil. Ini berarti, usaha ini mampu membayar kewajibannya sehingga

dapat dinyatakan layak untuk diusahakan.

Net B/C Ratio dari budidaya ikan bandeng bernilai positif atau sebesar

1,7. Hal ini mengindikasikan bahwa usalah budidaya bandeng di

Kabupaten Belu layak untuk diusahakan.

Analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji sensitivitas usaha

budidaya bandeng di tambak terhadap perubahan lingkungan yang

berdampak pada penurunan pendapatan dan kenaikan biaya produksi

menunjukkan bahwa dengan 2 (dua) skenario perubahan sebagaimana

tabel dibawah, usaha tersebut masih layak untuk dilakukan.

Tabel 2. Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Ikan Bandeng

Penjualan turun 5%, Biaya produksi tetap

Penjualan tetap, Biaya produksi naik 5%

1 NPV (14%) Rp.10.049.365 Rp.11.991.278

2 IRR 39% 44%

3 Net B/C Ratio 1,4 1,5

4 Payback Period (PBP) 1,9 tahun 1,8 tahun

Kriteria

No Indikator

Sumber : data primer

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

| Kajian Ekonomi Regional NTT 41

4. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan, usaha budidaya ikan bandeng

berpeluang untuk mengembangkan usaha perdagangan nener, usaha

pengolahan ikan bandeng, dapat memanfaatkan limbah dari usaha

ternak sebagai input pengganti pupuk anorganik

Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil analisis diatas

adalah sebagai berikut :

1. Bagi perbankan, direkomendasikan untuk memberikan kredit mikro bagi usaha budidaya ikan bandeng karena cukup menguntungkan dan memiliki risiko yang relatif rendah;

2. Bagi Dinas Kelautan dan Perikanan, direkomendasikan untuk memberikan sosialisasi dan bimbingan teknis yang lebih intensif dan lebih luas, sehingga: a) usaha budidaya ikan bandeng dapat menjadi mata pencaharian utama masyarakat, b) menunjang ke semua aspek kelayakan teknik produksi, c) dapat meningkatkan skala usaha yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan d) memperhatikan kelestarian hutan mangrove dalam pembangunan tambak.

3. Bagi semua stakeholders yang menangani UMKM, direkomendasikan untuk melakukan pembinaan kelayakan usaha dalam aspek manajemen sehingga usaha budidaya ikan bandeng yang feasible dapat menjadi bankable sehingga diharapkan dapat memperoleh kredit dari perbankan.

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

BBB AAA BBB III VVV

SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

4.1 Kondisi Umum

Kinerja sistem pembayaran meningkat seiiring dengan

peningkatan kinerja perekonomian yang mencapai puncak pada

triwulan laporan. Tercermin dari peningkatan aktivitas sistem pembayaran

baik tunai maupun non tunai. Puncak realisasi proyek pemerintah dan

lonjakan aktivitas konsumsi menjelang peringatan Hari Natal dan Tahun Baru

merupakan faktor utama meningkatnya kinerja sistem pembayaran. Pada

transaksi tunai, peningkatan kinerja ekonomi berdampak pada peningkatan

kebutuhan uang kartal di masyarakat. Terlihat dari peningkatan nominal

bayaran (outflow) sebesar 75,74% (q-t-q) atau sebesar 30,56% (y-o-y) yang

menyebabkan net outflow meningkat sebesar 39,26% (y-o-y) atau 151,64%

(q-t-q).

Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi Tunai

Pembayaran Tunai (miliar) I II III IV I II III IV

setoran 596.39 211.99 277.05 278.28 577.15 439.81 354.36 321.56y-o-y 13.05% 20.97% 12.01% 1.86% -3.23% 107.46% 27.90% 15.55%

bayaran 164.24 523.52 408.91 1011.20 151.53 631.72 751.24 1320.27y-o-y -54.35% -6.89% -40.16% 9.98% -7.74% 20.67% 83.72% 30.56%

net 432.15 -311.53 -131.85 -732.93 425.61 -191.91 -396.88 -998.71y-o-y 157.54% -19.50% -69.76% 13.42% -1.51% -38.40% 201.00% 36.26%

2009 2010

Sumber : KBI Kupang

Pada transaksi non tunai, peningkatan aktivitas sistem pembayaran

terlihat pada transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

maupun fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS). Secara kuartalan terjadi

lonjakan nominal kliring sebesar 11,84% (q-t-q) dan nominal RTGS sebesar

471,98% (q-t-q). Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan

aktivitas ekonomi yang terjadi pada triwulan laporan tidak hanya berdampak

pada peningkatan perputaran uang kartal, namun juga berimplikasi pada

peningkatan arus perputaran uang secara non tunai. Secara tahunan,

transaksi melalui fasilitas kliring juga mengalami peningkatan sebesar 8,92%

sementara transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar 62,54%.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 42

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai

lembar nominal lembar nominal volume nominal

I 11,974 418,765 63 2,089 24 1,744II 11,915 441,091 66 1,215 85 10,523III 12,758 373,837 71 1,727 57 21301IV 13,390 420,699 136 4,953 221 69,264I 12,517 398,095 85 3,621 74 13,707II 12,745 373,201 134 4,362 131 105,731III 13,362 402,144 169 4,905 63 16,813IV 14,222 474,591 157 4,825 364 134,045I 13,004 397,290 99 3,096 22 2,704II 14,162 422,052 158 4,658 143 19,748III 14,539 462,183 201 10,323 105 8,779IV 15,433 516,923 278 11,078 612 50,213

TRANSAKSINON TUNAI

perputaran

TRANSAKSI KLIRING

(juta)

PERIODE

cek/BG kosong RTGS

2008

2010

2009

Sumber : KBI Kupang

4.2 Transaksi RTGS

Volume transaksi dengan sistem BI-RTGS mengalami

penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan III-

2009 (yoy). Penurunan transaksi RTGS yang tercatat pada Kantor Bank

Indonesia Kupang belum mampu menggambarkan kinerja perekonomian

Provinsi NTT secara keseluruhan. Hal ini disebabkan transaksi yang tercatat

merupakan transaksi keuangan pemerintah yang terhubung dengan

rekening luar negeri. Oleh sebab itu, penurunan transaksi RTGS pada

triwulan laporan yang mencapai 47,79% (yoy) merupakan indikasi dari

penurunan bantuan dari luar negeri terhadap pembangunan di Provinsi NTT,

bukan penurunan aktivitas perekonomian di daerah secara umum.

Grafik 4.2 Perkembangan Nominal RTGS Grafik 4.1 Perkembangan Volume RTGS

Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 43

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

4.3 Transaksi Kliring

Transaksi non tunai dengan fasilitas kliring pada triwulan

laporan relative meningkat walaupun melambat dibandingkan

dengan tahun 2009. Data yang tercatat yang di Bank Indonesia Kupang

menunjukkan bahwa pada triwulan laporan, nominal transaksi kliring di Kota

Kupang sebesar Rp 516,92 miliar dengan jumlah transaksi sebanyak 15.433

lembar warkat sehingga rata-rata nominal transaksi sebesar Rp 33,49 juta

per lembar warkat. Dibandingkan dengan tahun 2009 (y-o-y), terjadi

peningkatan nominal transaksi sebesar 8,92%, melambat dibandingkan

peningkatan triwulan IV-2009 (y-o-y) yang mencapai 12,81%. Secara

kuartalan (q-t-q), terjadi kenaikan yang cukup signifikan sebesar 11,84%.

Puncak aktivitas kliring pada triwulan laporan telah diperkirakan sebelumnya,

peningkatan aktivitas konsumsi meliputi konsumsi Rumah Tangga dan

Pemerintah mencapai puncaknya pada akhir tahun didukung oleh

peringatan Hari Raya Natal dan Tahun Baru serta realisasi proyek pemerintah.

Grafik 4.4 Perkembangan Cek/BG Kosong Grafik 4.3 Perkembangan Transaksi Kliring

Sumber : KBI Kupang Sumber : KBI Kupang

Rasio cek/BG kosong yang terjaring Bank Indonesia Kupang

mengalami peningkatan yang signifikan. Pada triwulan laporan, cek/BG

kosong mencapai 278 lembar warkat dengan nominal sebesar Rp 11,08

miliar atau meningkat 129,57% (y-o-y). Peningkatan yang sangat signifikan

tersebut mengakibatkan rasio cek/BG kosong terhadap total nominal kliring

pada triwulan laporan mencapai 2,14%, jauh lebih besar dibandingkan

triwulan IV-2009 yang sebesar 1,02%. Tren peningkatan rasio cek/BG

kosong harus ditekan dengan pengoptimalan penggunaan Daftar Hitam

| Kajian Ekonomi Regional NTT 44

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Nasional (DHN) bagi nasabah yang mengeluarkan cek/BG kosong untuk

meningkatkan kontrol dan prudential banking bagi para debitur.

4.4 Transaksi Tunai

Aktivitas transaksi tunai ikut bergerak positif ditandai dengan

peningkatan kebutuhan uang kartal pada triwulan laporan. Volume

bayaran (outflow) yang tercatat di Bank Indonesia pada triwulan IV-2010

sebesar Rp 1,32 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 30,56%.

Sementara volume setoran (inflow) sebesar Rp 321,56 miliar, sehingga net

outflow pada triwulan laporan mencapai Rp 998,71 miliar atau meningkat

36,26% (y-o-y). Peningkatan yang cukup signifikan tersebut didorong oleh

perkembangan ekonomi Provinsi NTT beberapa tahun terakhir yang

meningkat pesat. Peningkatan konsumsi masyarakat yang terlihat dari

peningkatan arus barang masuk ke NTT, menjadi penggerak utama

meningkatnya peredaran uang di NTT. Namun, pola ketergantungan

terhadap daerah lain untuk memenuhi kebutuhan barang menjadikan arus

peredaran bersifat outflow, dimana uang yang keluar dari NTT lebih besar

dibandingkan dengan uang yang masuk.

Secara triwulanan (q-t-q), peningkatan kebutuhan uang beredar

disebabkan oleh peningkatan aktivitas konsumsi sebagai implikasi peringatan

Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang diperingati oleh mayoritas penduduk

NTT.

Grafik 4.5 Perkembangan Transaksi Tunai

Sumber : KBI Kupang

| Kajian Ekonomi Regional NTT 45

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

Peningkatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

merupakan indikasi positif upaya Bank Indonesia dalam

melaksanakan clean money policy. Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

yang dimusnahkan pada triwulan laporan sebanyak Rp 194,05 miliar atau

meningkat 152,05% dibandingkan triwulan IV-2009. Peningkatan aktivitas

MRUK selain disebabkan dari meningkatnya volume setoran ke Bank

Indonesia juga merupakan hasil dari peningkatan frekuensi kegiatan kas

keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara berkala ke semua

kabupaten di wilayah NTT dari 2 (dua) kali menjadi 3 (tiga) kali di setiap

kabupaten. Uang Layak Edar (ULE) yang berhasil disalurkan melalui kegiatan

kas keliling sebesar Rp 18,3 miliar atau naik signifikan dibanding periode

sama tahun 2009 yang hanya sebesar Rp 12,85 miliar. Selain kas keliling,

Bank Indonesia juga melayani penukaran uang langsung melalui loket

kantor. Penukaran melalui loket ikut mengalami kenaikan. Bertambahnya

jumlah hari penukaran dari 2 (dua) hari seminggu yaitu senin dan kamis

menjadi 4 (empat) kali seminggu yaitu senin sampai dengan kamis

memberikan dampak peningkatan yang signifikan.

I II III IV I II III IVMRUK 29.97 46.82 74.79 76.99 231.16 381.00 270.03 194.05y-o-y -73.22% -40.13% -15.66% 80.10% 671.23% 713.68% 261.06% 152.05%penukaran loket 9.73 10.88 18.40 15.34 13.84 16.51 27.76 26.27y-o-y 27.56% 15.63% 74.92% 53.89% 42.15% 51.75% 50.85% 71.20%kas keliling 5.65 6.25 11.40 12.85 9.50 11.50 12.00 18.30Uang Palsu (ribu) 100 400 900 250 1,870 1,100 6,420 3,920 Ratio thd uang bered 0.000061% 0.000076% 0.000220% 0.000025% 0.001234% 0.000174% 0.000855% 0.000297%

Indikator(miliar)

2009 2010

Sumber : KBI Kupang

Tabel 4.3 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain

Jumlah uang palsu yang terjaring di Bank Indonesia Kupang

mengalami peningkatan yang signifikan. Pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp 3,92 juta, sedangkan triwulan IV-2009 hanya sebesar Rp 0,25

juta. Jumlah nominal yang paling banyak adalah pecahan Rp 50.000

sejumlah 68 lembar atau sebesar Rp 3,40 juta. Oleh karena itu, Bank

Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi, baik kepada aparat penegak

hukum, maupun kepada masyarakat agar semakin memahami bagaimana

ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 46

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

B BB AAA BBB VVV

OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

5.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pada tahun 2011, sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian

nasional, kinerja perekonomian regional, juga diyakini akan terus membaik.

Konsumsi masyarakat NTT tetap akan menjadi tulang punggung, perannya ke

depan masih akan dominan. Ekspektasi penjualan eceran dalam 6 bulan

kedepan diperkirakan akan meningkat, demikian pula keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi, baik dari sisi pendapatan maupun ketersediaan

lapangan kerja menjadi sebuah indikasi sentimen positif bagi aktivitas konsumsi

ke depan.

Dari sisi investasi, peningkatan selama 2010 diindikasikan akan memicu

investasi lainnya, terutama didukung dengan perbaikan dari sisi infrastruktur.

Salah satunya Cheetham Salt Ltd (Cheetham), perusahaan garam Australia, yang

berinvestasi di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk

mengembangkan industri pengolahan garam senilai US$ 15 juta – US$ 20 juta

mulai tahun 2011, mengingat pada tahun 2010 telah dimulai dengan

pembukaan lahan sekitar 2.100 hektar. Pembangunan fasilitas produksi garam

akan dilakukan mulai 2011. Pabrik pengolahan yang diperkirakan menelan total

investasi US$ 15 juta–US$ 20 juta diperkirakan mulai beroperasi komersial pada

2012. Peningkatan alokasi belanja pemerintah, juga diproyeksikan akan menjadi

trigger untuk memberikan multiplier effect bagi roda perekonomian. Berbagai

factor diatas kami yakini akan mampu menggerakan perekonomian, sehingga

tumbuh pada kisaran 4,9% sampai dengan 5,3%.

Namun demikian, perlu tetap diwaspadai adanya kemungkinan tekanan

yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi NTT. Potensi tekanan yang

sebenarnya sudah dirasakan sejak 2010 adalah faktor anomali cuaca. Kondisi

sistem pertanian NTT yang masih tradisional akan sangat bergantung kepada

curah hujan atau iklim. Hal ini tentunya akan mempengaruhi produktivitas

sektor pertanian. Terutama bila melihat distribusi sektor pertanian dalam

pembentukan angka PDRB NTT yang berada di urutan teratas.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 47

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id filememberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian

Triwulan IV - 2010 |

5.2 Inflasi

Membaiknya perekonomian, dipastikan akan mendorong peningkatan

permintaan domestik. Hal tersebut sangat positif apabila disertai dengan

kemampuan sisi penawaran dalam menjamin ketersediaan barang yang

dibutuhkan. Namun bila yang terjadi sebaliknya, justru akan berdampak

negative terhadap kestabilan harga. Anomaly cuaca yang diperkirakan masih

akan berlanjut di tahun 2011, diindikasikan berpotensi meningkatkan harga

kebutuhan pangan seperti halnya yang terjadi tahun 2010 lalu.

Bahkan, hal tersebut juga dialami oleh negara-negara tetangga yang

notabene merupakan pemasok bagi Indonesia. Sehingga bukan tidak mungkin

negara-negara tersebut akan memprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan

internal, sehingga membatasi alokasi ekspor. Selain itu, membaiknya

perekonomian dunia, ternyata menimbulkan pengaruh negative terhadap

pergerakan harga minyak bumi sebagai komoditi strategis yang cenderung

meningkat. Dan umumnya juga akan diikuti dengan peningkatan harga

komoditi di pasar internasional. Hal ini akan mempengaruhi harga-harga barang

di Indonesia, terutama dengan kandungan impor yang tinggi. Oleh karena itu,

inflasi pada tahun 2011 diperkirakan tidak akan melebihi kisaran 9,6±1%.

5.3 Perbankan

Bagi industri perbankan di NTT, kondisi perekonomian NTT di

tahun 2011 akan tetap memberikan peluang peningkatan usaha. Seiring

dengan potensi membaiknya perekonomian peluang ekspansi dari segi

pembiayaan relatif masih terbuka, terutama bila melirik sector usaha yang

produktif. Sehingga pada akhir 2011, pertumbuhan kredit perbankan NTT

diperkirakan bisa mencapai 16% – 20%. Akan tetapi perlu menjadi perhatian,

bahwa penghimpunan dana masyarakat (DPK), dalam beberapa tahun terakhir

pertumbuhannya cenderung mengalami perlambatan, dan didominasi oleh

sumber dana jangka pendek. Sehingga kemampuan perbankan dalam

melakukan pengelolaan likuiditas, akan memegang peranan yang penting.

| Kajian Ekonomi Regional NTT 48