87
KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Triwulan II - 2014

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kalimantan Selatan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah II Kalimantan

Triwulan II - 2014

Page 2: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

i i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan

Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan II-

2014 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas

perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi,

meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran,

keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan

ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini

dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku

kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-

pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap

perkembangan ekonomi Provinsi Kalsel.

Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja

perekonomian Kalsel pada triwulan II 2014 mencatat pertumbuhan yang

melambat dari 5,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,89% (yoy).

Hal ini tidak terlepas dari pelemahan kinerja sektor pertambangan dan

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pelemahan permintaan

batubara dari Tiongkok menyebabkan terjadi penurunan hasil produksi

tambang dan aktivitas perdagangannya. Sementara itu, konsumsi rumah

tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi dapat menopang

perekonomian Kalsel pada kisaran 5%.

Sementara itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II

2014 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi

Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin dan Tanjung tercatat

sebesar 6,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(4,88%, yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut terutama

didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food akibat kebijakan

pemerintah dalam pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC)

dan permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok

administered price yang didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat

terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan

menjadi lebih tinggi.

Dari sisi perbankan, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada

triwulan II 2014 menunjukkan pertumbuhan yang kembali meningkat.

Pertumbuhan aset perbankan mencapai 12,68% (yoy), dana pihak ketiga

tumbuh 8,25% (yoy) dan kredit tumbuh 5,12% (yoy). Kondisi tersebut

mencerminkan intermediasi perbankan mencapai 89,98% dengan tingkat

risiko kredit yang masih terjaga.

Page 3: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

ii

Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi masih mengalami

perlambatan sesuai dengan pola historisnya. Perekonomian Kalsel pada

triwulan III 2014 tumbuh pada kisaran 4,6% - 5,0% (yoy). Perlambatan

terutama disumbang oleh ekspor luar negeri yang masih mengalami

kontraksi. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi

masih menopang perekonomian Kalsel. Sementara itu tekanan inflasi pada

triwulan III 2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu pada kisaran 4,4%-4,8% (yoy).

Kesimpulan di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai

data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan

perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wil. II juga berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah

Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan

Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, serta

berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal

tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan

buku ini.

Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi

berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih

banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran

dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya

kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai

pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang

kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang

akan datang.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan

kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik

Banjarmasin, 15 Agustus 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN

Mokhammad Dadi Aryadi

Direktur Eksekutif

Page 4: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ........................................................................ ix TABEL INDIKATOR TERPILIH .................................................................................... xi

RINGKASAN EKSEKUTIF . ................. 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ............................. ......... 7

1. Sisi Permintaan ........................................................................................ 7 1.1 Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ............ 8 1.2 Pengeluaran Pemerintah ................................................................... . 9 1.3 Investasi ................................................................................. ........... 9 1.4 Perkembangan Ekspor ...................................................................... . 11 1.5 Perkembangan Impor ............................................................. ........... 12

2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah 13 2.1 Sektor Pertanian ................................................................................ 14 2.2 Sektor Pertambangan ...................................................................... .. 15 2.3 Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 16 2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ............ 18

BOKS 1 : Analisis Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah Terhadap ....... 19

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... ............................... 21

1. Kondisi Umum ........................... 23 2. Faktor- ................. 27

BOKS 2 : Upaya Peningkatan Produksi Bahan Pangan Berbasis Klaster .............. 31

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ....... ........ 33 1. Perkembangan Bank Umum .................................. .................................. 35

1.1 Perkembangan Volume Usaha ......................................................... 35 1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ..................................................... 36 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................................ 37 1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit ...................................................... 38 1.5 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ............................ 38

2. Perkembangan Bank Umum Syariah .......................................... ................ 39 3. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................................. 40

3.1 Transaksi Pembayaran Tunai .............................................. ............. 41 3.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................... ................ 42 BOKS 3 : Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas (BISILK) .................................................................................................................. 44 BAB 4. KEUANGAN DAERAH .............................................. 45

1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .......... ................................................. 47 2. Realisasi Belanjar Daerah ........................................................................ 49

Page 5: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014 iv

BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ......................................... 51

...................................................................... 53

2. Kesejahteraan .......... ................................................................................ 54 BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ....................... 59

1. Prakiraan Kondisi Makro Ekonomi .... . ............................................. 61

2. Prakiraan Inflasi .......... .............................................................................. 62

DAFTAR ISTILAH

TIM PENYUSUN

Page 6: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Daftar Tabel

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014 v v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............. 8 Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%,yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan ........................................... 13 Tabel 2.1. Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok ........................................................................ 24 Tabel 2.2. Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ................................................................ 26 Tabel 2.3. Tingkat Inflasi Kota Tanjung Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ............................................................... 27 Tabel 3.1. Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalsel ................. 35 Tabel 3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah ................................... 39 Tabel 3.3. Perkembangan Transaksi Melalui BI RTGS di Kalsel ..................... 43 Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Juta) ............................................................................. 47 Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ....................................................................................... 48 Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) .. 50 Tabel 5.1. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) ................................................................................................ 56 Tabel 5.2. Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan .......................... 58

Page 7: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 8: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

vii vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan ..................... 7 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................... 8 Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja ..................... 8 Grafik 1.4. Indeks Tedensi Konsumen ............................................................... 9 Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan .............................................. 9 Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA ................................................................. 10 Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA ........................................................ 10 Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN ................................................................. 10 Grafik 1.9. Jumlah Proyek Investasi PMDN ...................................................... 10 Grafik 1.10. Kredit Investasi ................................................................................ 11 Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal ...................................................... 11 Grafik 1.12. Nilai Ekspor LN Kalsel ...................................................................... 12 Grafik 1.13. Volume Ekspor LN Kalsel ................................................................. 12 Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ............................................................................................. 12 Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas ...................................................................................... 12 Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan ............... 13 Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalsel ....................................................................... 13 Grafik 1.18. Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) ................................. 14 Grafik 1.19. Produksi Karet Alam ........................................................................ 14 Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek ........................................... 15 Grafik 1.21. Luas Lahan Panen Padi Kalsel ......................................................... 15 Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara ................................................................. 15 Grafik 1.23. Stok Batubara Taboneo .................................................................. 15 Grafik 1.24. Produksi Batubara Kalori Menengah Tinggi ................................... 16 Grafik 1.25. Kredit Sektor Pertambangan ........................................................... 16 Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalsel ............................................................................ 17 Grafik 1.27. Produksi CPO .................................................................................... 17 Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan ....................... 17 Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan .................................................. 17 Grafik 1.30. Aktivitas Perdagangan LN .............................................................. 18 Grafik 1.31 Aktivitas Perdagangan DN ............................................................. 18 Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang ................................................... 18 Grafik 1.33. Kredit Sektor PHR ............................................................................ 18 Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan, dan Nasional ... 23 Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw I 2014 dan Tw II 2014 ........................................................... 25 Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tw I 2014 dan Tw II 2014 ........................................ 25 Grafik 2.4. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan ............................................... 25 Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di Tw II 2014 .......................................................... 25 Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab .......................... 27 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan ........................... 28 Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global ....................... 30 Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah ............................................................ 30

Page 9: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

viii

Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen ............................................................ 30 Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) ................................... 30 Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan ..................... 36 Grafik 3.2. Perkembangan DPK Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan ............................................................................... 36 Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan ........................................................................... 37 Grafik 3.4. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan .............................................................................................. 37 Grafik 3.5. Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha ................................. 39 Grafik 3.6. NPL Kredit UMKM Di Wilayah Kalimantan Selatan ....................... 39 Grafik 3.7. Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK, dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan ......................................................................... 40 Grafik 3.8. Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan ................... 40 Grafik 3.9. Perkembangan Inflow dan Outflow di Kalimantan Selatan .......... 41 Grafik 3.10. Pekembnagan Penukaran Uang Di KPw BI Wil. II (Kalimantan) ..... 41 Grafik 3.11. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan ...................... 42 Grafik 3.12. Share Pecahan Uang Palsu Di Wilayah Kalimantan Selatan ........... 42 Grafik 3.13. Perkembangan Jumlah Perputaran Kliring Di Kalimantan Selatan 43 Grafik 3.14. Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong Di Kalimantan Selatan ..................................................................... 43 Grafik 4.1. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Dalam APBD Triwulan II - 2014 ............................................................................. 49 Grafik 4.2. Rasio Kemandirian Daerah / Desentralisasi Fiskal ......................... 49 Grafik 4.3. Prosentase Realisasi Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Modal ................................................................................. 50 Grafik 4.4. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total .................... 50 Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja .............. 54 Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ............................................ 54 Grafik 5.3. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ....... 55 Grafik 5.4. Upah Rill di Kalimantan Selatan ..................................................... 55 Grafik 5.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel .............................. 56 Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia ........................................ 61 Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha ............................................................. 61 Grafik 6.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang ... 63

Page 10: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

ix ix

KETERANGAN DAN SUMBER DATA

Buku Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas

dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari

Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.

Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan,

dioleh lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.

Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank

yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).

Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.

Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional

(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.

Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi

dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE.

Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.

Page 11: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

x

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trus and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork. Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasiona. Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

Page 12: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

xi xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

a. Inflasi dan PDRB

Page 13: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

xii

b. Perbankan

Page 14: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

xiii xiii

c. Sistem Pembayaran

Page 15: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 16: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 17: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 18: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014

mengalami perlambatan dari 5,50% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 4,89% (yoy). Perlambatan ini terjadi

karena penurunan kinerja sektor pertambangan dan sektor

perdagangan, melambatnya kinerja sektor hotel dan restoran

(PHR), impor yang masih meningkat dan ekspor yang masih

terkontraksi. Memburuknya kinerja sektor pertambangan

dipengaruhi oleh sentimen negatif dari pelemahan

perekonomian Tiongkok dan rencana pengurangan konsumsi

batubara di negara tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan

ekspor Kalsel yang didominasi ekspor komoditas batubara masih

mengalami kontraksi.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan

dipengaruhi oleh ekspor yang masih terkontraksi dan

impor yang meningkat. Peningkatan impor yang terjadi

didorong oleh konsumsi rumah tangga yang masih tinggi dan

aktivitas investasi yang meningkat. Struktur industri yang

didominasi oleh perusahaan CPO dan bukan perusahaan

consumer goods maupun bahan bangunan menyebabkan

Kalimantan Selatan bergantung dengan impor (dari dalam

maupun luar negeri). Sementara itu, permintaan Tingkok yang

menurun terhadap komoditas batubara masih menurunkan

kinerja ekspor pada triwulan tersebut.

Dari sisi penawaran atau sektoral, perlambatan

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada periode

laporan, terutama disebabkan oleh perlambatan sektor

pertambangan dan sektor PHR. Kinerja produksi

pertambangan terpengaruh oleh pelemahan permintaan

Tiongkok terutama untuk komoditas batubara. Selain itu, belum

diterbitkannya surat ijin ekspor untuk hasil produksi smelter bijih

besi menyebabkan terhambatnya eksplorasi pertambangan bijih

Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 sebesar 4,89% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Ekspor yang masih terkontraksi dan impor yang meningkat menahan laju perekonomian Kalsel.

Sektor pertambangan dan sektor PHR menjadi penahan laju perekonomian Kalsel

Page 19: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

2

besi di Kalsel. Sementara itu, meskipun konsumsi rumah tangga

dan investasi mengalami peningkatan, namun sektor PHR

mengalami perlambatan. Kondisi ini terjadi karena sektor PHR

didominasi oleh perdagangan komoditas eskpor seperti

batubara, CPO dan karet. Karena ekspor batubara mengalami

tekanan maka sektor PHR juga terpengaruh.

ASESMEN INFLASI

Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat

meningkat dari 4,88% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi

6,83% (yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut

terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile

food. Beberapa komoditas seperti daging ayam ras, beras dan

bumbu-bumbuan akibat kebijakan pemerintah dalam

pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC) dan

permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok

administered price yang didorong oleh peningkatan permintaan

masyarakat terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong

inflasi triwulan laporan menjadi lebih tinggi. Searah dengan

kelompok volatile food dan administered price, kelompok inflasi

inti juga sedikit mengalami peningkatan yang didorong oleh

penyesuaian harga beberapa komoditas yang disebabkan oleh

peningkatan biaya produksi.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM

PEMBAYARAN

Dari berbagai indikator utama perbankan, kinerja

perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014

menunjukkan adanya peningkatan. Pertumbuhan aset

perbankan mencapai 12,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,15% (yoy).

Sementara itu, dana masyarakat yang dihimpun (DPK) oleh bank

umum Kalimantan Selatan mencapai Rp38,4 triliun atau tumbuh

8,25% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya (5,51%,

yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada simpanan dalam

Laju inflasi Kalsel pada triwulan II 2014 sebesar 6,83% (yoy), kembali meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya terpengaruh oleh kenaikan harga di kelompok volatile food dan administered price

Total aset tumbuh 12,68% (yoy) dan DPK tumbuh 8,25% (yoy).

Page 20: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

3

bentuk giro dan tabungan, sementara deposito mengalami

perlambatan.

Kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah

Kalimantan Selatan (lokasi bank) pada triwulan II 2014

juga meningkat. Pada triwulan II 2014 kredit yang disalurkan

mencapai Rp33,4 triliun atau tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat

pertumbuhan 4,61% (yoy). Sementara itu, total kredit yang

disalurkan ke Kalsel (berdasarkan lokasi proyek) mencapai Rp45,6

triliun, tumbuh 10,78% (yoy) atau lebih lambat dari sebelumnya

(12,79%, yoy). Untuk kredit lokasi proyek, jika dilihat dari jenis

penggunaannya, kredit investasi dan konsumsi tercatat

mengalami perlambatan. Penurunan tersebut terutama

disebabkan oleh turunnya kredit investasi pada sektor

pertambangan. Dengan kondisi tersebut LDR berdasarkan lokasi

bank pada mencapai 86,98%, atau turun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 88,18%. Sementara itu risiko

kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah (NPL), juga

mengalami peningkatan dari 1,69% menjadi 2,40%.

Transaksi tunai dan non tunai baik melalui kliring maupun

RTGS terindikasi mengalami peningkatan. Total perputaran

aliran uang kartal mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,23

triliun. Peningkatan tersebut seiring peningkatan outflow dan

menurunnya inflow sejalan dengan meningkatnya konsumsi dan

investasi. Sejalan dengan transaksi tunai, transaksi pembayaran

non tunai melalui kliring dan BI-RTGS juga mengalami

penurunan. Nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS pada

triwulan laporan tercatat sebesar Rp43,37 triliun dan transaksi

kliring mencapai Rp4,12 triliun.

PROSPEK EKONOMI

Perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan akan

sesuai dengan pola historisnya kembali melambat pada

triwulan III 2014 dan berada dalam kisaran 4,6% - 5,0%

(yoy). Perekonomian ke depan diperkirakan masih memiliki

kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan II 2013

terutama pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal,

perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan

masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan

Transaksi pembayaran secara tunai dan non tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi dan investasi

Kredit perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh 5,12% (yoy). LDR mencapai 86,98% dan NPL tercatat sebesar 2,40%

Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan II 2014 diperkirakan sebesar 4,6%- 5,0% (yoy) sehingga untuk tahun 2014 tumbuh sebesar 4,8 5,2% (yoy).

Page 21: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

4

yang tinggi. Perekonomian negara-negara tujuan ekspor

Kalimantan Selatan seperti Tiongkok dan India masih memiliki

pertumbuhan yang baik meskipun oleh beberapa lembaga

keuangan internasional diperkirakan akan mengalami

perlambatan. Kondisi ini juga tercermin dari penurunan

ekspektasi dunia usaha di Kalsel sesuai Survei Kegiatan Dunia

Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan.

Adapun untuk sepanjang tahun 2014, perekonomian Kalsel

diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 4,8%-5,2% (yoy)

Dari sisi permintaan, perlambatan terutama disumbang oleh

ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi. Sementara

itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih

menopang perekonomian Kalsel. Dari sisi sektoral,

perlambatan diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja

sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan.

Perlambatan sektor pertambangan terutama disebabkan oleh

penurunan permintaan Tiongkok dan terbitnya ketentuan baru

mengenai perijinan ekspor batubara.

PROSPEK INFLASI

Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diperkirakan mereda

seiring hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi

tahun 2013 (base effect). Penurunan inflasi yang terjadi

tersebut terutama disebabkan oleh penurunan tekanan pada

kelompok administered price dan kelompok volatile food dengan

kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan

bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta adanya peningkatan

produksi beberapa komoditas tanaman bahan makanan di

wilayah Kalimantan Selatan.

Pada triwulan III 2014, inflasi Kalimantan Selatan

diperkirakan mencapai 4,4%-4,8% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan II 2014 yang mencapai 6,8% (yoy).

Sedangkan untuk tahun 2014, inflasi Kalimantan Selatan

diperkirakan berada dalam kisaran 4,5%-5,5% (yoy).

Laju inflasi d triwulan III-2014 diperkirakan pada kisaran 4,4%-4,8% (yoy).

Penurunan investasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di tengah penurunan kinerja sektor PHR dan bangunan.

Page 22: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

8

paman

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Page 23: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 24: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

7

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Sesuai dengan perkiraan sebelumnya, perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) pada triwulan II

2014 mengalami perlambatan, yaitu hanya tumbuh 4,89% (yoy) dari sebelumnya 5,50% (yoy) 1.

Perlambatan ini terjadi karena adanya penurunan kinerja sektor pertambangan dan sektor perdagangan,

melambatnya kinerja sektor hotel dan restoran (PHR), impor yang masih meningkat dan ekspor yang masih

terkontraksi. Memburuknya kinerja sektor pertambangan dipengaruhi oleh sentimen negatif dari

pelemahan perekonomian Tiongkok dan rencana pengurangan konsumsi batubara di negara tersebut.

Kondisi tersebut menyebabkan ekspor Kalsel yang didominasi ekspor komoditas batubara masih mengalami

kontraksi. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi mendorong

impor tumbuh lebih tinggi dan menekan pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan II 2014 tersebut.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonoi Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: BPS, BPS Kalimantan Selatan

1. SISI PERMINTAAN

Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan dipengaruhi oleh ekspor yang masih

terkontraksi dan impor yang meningkat. Peningkatan impor yang terjadi didorong oleh konsumsi

rumah tangga yang masih tinggi dan aktivitas investasi yang meningkat. Struktur industri yang didominasi

oleh perusahaan CPO dan bukan perusahaan consumer goods maupun bahan bangunan menyebabkan

Kalimantan Selatan bergantung dengan impor (dari dalam maupun luar negeri). Sementara itu, permintaan

Tingkok yang menurun terhadap komoditas batubara masih menurunkan kinerja ekspor pada triwulan

tersebut.

1 Terdapat perubahan angka pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2014 oleh BPS pada tanggal 5 Agustus 2014 dari

sebelumnya 5,87% (yoy).

4,89%

5,12%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Pertumbuhan Kalsel (yoy) Pertumbuhan Nasional (yoy)

1

Page 25: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

8

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan

Keterangan: PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan); yoy Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)

1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 tumbuh meningkat menjadi 7,09% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi perekonomian yang secara umum mengalami perlambatan

tidak menyurutkan aktivitas konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga di Kalsel. Peningkatan konsumsi

pada triwulan tersebut lebih didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan

hari besar keagamaan, persiapan menjelang bulan Ramadhan, persiapan umroh, dan liburan anak sekolah.

Kondisi ini berbeda dengan triwulan sebelumnya dimana konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan

karena adanya kenaikan penghasilan.

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Hal tersebut tercermin dari survey konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II (Kalimantan) dimana

Indeks Pembelian Barang Tahan Lama di Kota Banjarmasin mengalami penurunan, namun Indeks Keyakinan

Konsumen pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan. Dengan demikian, kenaikan konsumsi rumah

tangga yang terjadi didorong oleh pembelian barang tidak tahan lama seperti bahan pangan, makanan jadi

dan pakaian. Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat dalam hasil Indeks Tendensi Konsumen yang

dikeluarkan oleh BPS Provinsi Kalsel, dimana pada triwulan II 2014 komponen pendapatan masyarakat

mengalami penurunan.

Pangsa SOG

I II III IV I II III IV I II

Konsumsi Rumahtangga 5,2 5,5 5,5 7,8 7,8 7,4 6,9 6,58 6,62 7,09 45,92 3,19

Konsumsi Pemerintah 4,4 12,7 5,6 5,6 6,0 6,9 10,6 8,66 8,86 8,91 13,78 1,18

PMTB (Investasi) 6,4 8,2 9,3 13,8 10,0 10,3 10,0 7,03 7,10 10,77 19,46 1,98

Ekspor 0,5 2,2 -2,4 -5,5 12,4 -5,4 -5,2 -3,82 -7,62 -2,14 55,08 -1,26

Impor 19,0 16,9 15,0 7,6 3,8 0,6 3,6 3,24 3,44 6,01 -41,85 -2,49

PDRB 6,29 5,94 4,79 5,98 5,57 5,05 4,77 5,40 5,50 4,89 4,89

2012

TwII 2014

2014Penggunaan

2013

95

100

105

110

115

120

125

130

135

140

145

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

IKE - Kondisi Ekonomi Saat Ini

IEK - Ekspektasi Konsumen

IKK - Indeks Keyakinan Konsumen

optimispesimis

90

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Indeks Pembelian Barang Tahan Lama

Indeks Penghasilan

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Page 26: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

9

Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen

Sumber: BPS Kalimantan Selatan

Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalsel

Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di triwulan II 2014 tersebut juga tercermin dari meningkatkan

realisasi penyaluran kredit konsumsi. Pada akhir triwulan II 2014, kredit konsumsi tercatat mencapai

Rp15,82 triliun, atau bertambah sebesar Rp549 miliar dari posisi akhir triwulan I 2014. Pertumbuhan kredit

konsumsi yang masih tercatat tumbuh tinggi adalah untuk KPR (18%, yoy), otomotif (32%, yoy) dan

elektronik (177%, yoy).

1.2. Pengeluaran Pemerintah

Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan II 2014 tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan

tersebut mencapai 8,91% (yoy), sementara pada triwulan I 2014 hanya tumbuh 8,86% (yoy). Peningkatan

ini turut disebabkan oleh lebih tingginya anggaran pemerintah daerah pada tahun 2014. Total belanja

untuk konsumsi (di luar belanja modal) se-Provinsi Kalimantan Selatan mencapai Rp14,37 triliun atau

meningkat sebesar 13,5% (yoy).

Pada triwulan II 2014, realisasi belanja operasional Pemprov Kalsel saja sudah mencapai 38,08%.

Pencapaian tersebut lebih tinggi daripada tahun 2013 yang pada periode yang sama baru merealisasikan

anggaran belanja operasional sebesar 35,44%. Dari realisasi belanja operasional sampai triwulan II 2014

tersebut, pertumbuhan terbesar adalah realisasi belanja barang dan jasa (23,9%, yoy), sementara

pertumbuhan realisasi belanja pegawai hanya tumbuh 4,2% (yoy).

1.3. Investasi

Masih menariknya Kalsel sebagai tempat investasi turut memperbesar aliran modal yang masuk

ke Kalsel pada triwulan II 2014. Pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

tercatat sebesar 10,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 7,10% (yoy). Kondisi

ini sejalan dengan data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi

111,47

107,86

90

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Indeks

Indeks Tendensi Konsumsi Pendapatan rumah tangga

Kaitan inflasi dengan konsumsi Konsumsi food & non food

15,2715,82

16,4%

13,5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

-

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (skala kanan)

Rp Triliun yoy

Page 27: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

10

investasi PMA pada triwulan tersebut. Nilai investasi PMA tercatat mencapai US$170,24 juta (tumbuh

186,6%, yoy) untuk 23 proyek investasi. Meningkatnya produksi kelapa sawit di Kalsel dan rencana hilirisasi

produk CPO turut mendorong investasi perusahaan pengolahan CPO. Selain itu, pemberlakuan UU Minerba

mendorong perusahaan tambang membangun smelter bijih besi maupun instalasi pembersihan batubara.

Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Grafik 1.9 Jumlah Proyek Investasi PMDN

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Meskipun terjadi peningkatan penanaman modal asing, kegiatan investasi dari perusahaan dalam negeri

tercatat mengalami penurunan tajam. Pada triwulan II 2014, realisasi investasi penanaman modal dalam

negeri (PMDN) hanya mencapai Rp495,37 miliar (turun 70,6%, yoy). Meskipun demikian, realisasi pada

triwulan II tersebut sudah lebih baik daripada realisasi pada awal tahun 2014. Berdasarkan hasil liaison,

beberapa perusahaan batubara skala kecil menengah menahan investasinya hingga kondisi harga batubara

kembali membaik. Selain itu, perusahaan masih menunggu kondisi perekonomian dan politik pasca Pemilu

2014.

Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi Kalsel pada periode laporan turut disumbang oleh

peningkatan belanja modal pemerintah pada tahun 2014. Total belanja modal pemerintah daerah se-

Kalimantan Selatan pada tahun 2014 mencapai Rp5,93 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 33,8%

dibandingkan dengan anggaran tahun 2013. Beberapa proyek infrastruktur pemerintah masih terus

148,6

170,24

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Realisasi Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Juta US$ 38

23

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Proyek Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

115

495,37

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Realisasi Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Miliar Rp

5

9

-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Proyek Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Page 28: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

11

berjalan terutama untuk proyek multiyears seperti pembangunan jalan layang Gatot Subroto di Banjarmasin

dan beberapa ruas jalan. Realisasi belanja modal pemerintah Provinsi Kalsel pada triwulan II 2014 mencapai

26,29% dari target, dimana pencapaian tersebut lebih tinggi daripada realisasi pada tahun 2013 yang

hanya mencapai 21,25%.

Peningkatan investasi juga terjadi pada pembangunan rumah/ konstruksi bangunan. Hal ini sejalan dengan

peningkatan kinerja sektor bangunan dari semula tumbuh 7,28% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi

7,65% (yoy) pada triwulan II 2014. Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja investasi

bangunan/perumahan adalah menguatnya rupiah, suku bunga kredit yang masih stabil, pertambahan

penduduk dan pendatang, dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kondisi ini tercermin dari volume

bongkar barang modal (berupa bahan bangunan dan kendaraan) di pelabuhan Banjarmasin yang

mengalami peningkatan dan tumbuh sebesar 16,5%. Selain itu, kredit investasi juga masih dapat tumbuh

12%. Meskipun melambat, namun kredit investasi yang disalurkan bertambah cukup besar mencapai

Rp1,18 triliun dari triwulan sebelumnya.

Grafik 1.10. Kredit Investasi

Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal

Sumber: KSOP Banjarmasin

1.4. Perkembangan Ekspor

Pada triwulan II 2014 ekspor Kalimantan Selatan (ke luar negeri dan provinsi lain) masih

menunjukkan kontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Secara total, ekspor Kalsel

mengalami penurunan sebesar 2,14% (yoy), sementara pada triwulan I 2014 penurunan mencapai 7,62%

(yoy). Hampir sama dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, kinerja ekspor Kalsel pada triwulan II 2014

tersebut dipengaruhi penurunan ekspor hasil pertambangan batu bara dan mineral mentah. Penurunan

ekspor batu bara lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun, seiring dengan

pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi

di negara tersebut. Sementara itu, seiring dengan pemberlakuan UU Minerba, ekspor komoditas mineral

Kalsel seperti bijih besi tidak dapat dilakukan karena harus diolah/dimurnikan terlebih dahulu menggunakan

smelter.

13,87

15,05

12%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Kredit Investasi gKredit Investasi (skala kanan)

Rp Triliun yoy

411,5

435,0

16,5%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

200

250

300

350

400

450

500

550

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Vol Bongkar Barang Modal Pertumbuhan yoy (skala kanan)

Ribu Ton %, yoy

Page 29: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

12

Nilai ekspor Kalimantan Selatan ke luar negeri pada triwulan II 2014 mencapai US$2,02 miliar, sedikit lebih

rendah daripada triwulan sebelumnya yang sebesar US$2,20 miliar. Dari sisi volume, ekspor juga

menunjukkan penurunan. Jumlah barang yang diekspor ke luar negeri pada triwulan II 2014 hanya sebesar

34,92 juta ton, sementara di triwulan sebelumnya dapat mencapai 36,9 juta ton. Dilihat jenis komoditasnya,

produk utama yang diekspor pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh komoditas batubara sebesar 77%

dari total ekspor Kalimantan Selatan, diikuti dengan crude palm oil (CPO) sebesar 15% dan produk kayu

sebesar 3%.

Grafik 1.12. Nilai Ekspor LN Kalsel

Grafik 1.13. Volume Ekspor LN Kalsel

Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas

1.5. Perkembangan Impor

Impor Kalimantan Selatan (dari luar negeri dan provinsi lain) pada triwulan II 2014 mengalami

peningkatan sebesar 6,01% (yoy). Nominal impor pada triwulan tersebut tercatat sebesar Rp4,02 triliun

(harga konstan) dimana sebanyak 74,5% merupakan aktivitas impor antar provinsi dan 25,5% merupakan

aktivitas impor luar negeri. Peningkatan aktivitas impor disebabkan oleh beberapa faktor seperti

peningkatan konsumsi rumah tangga, peningkatan kinerja perkebunan kelapa sawit (mendorong impor

pupuk) dan masih tingginya investasi (impor barang modal).

2.200 2.023

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (sb. kanan)

36.932 34.918

-8,4%-11,6%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

1.000

6.000

11.000

16.000

21.000

26.000

31.000

36.000

41.000

46.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (sb. kanan)

AS1%

ASEAN14%

Hongkong3%

India27%

Jepang11%

Tiongkok27%

Korsel5%

Taiwan3%

Eropa5%

Lainnya4%

Batubara77%

CPO15%

Kayu3%

Karet3%

Lain2%

Page 30: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

13

Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan

*) Total volume bongkar tidak termasuk batubara

Sumber: KSOP Banjarmasin

Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalsel

Peningkatan impor Kalsel ini juga terlihat dari meningkatnya aktivitas bongkar barang di Pelabuhan Trisakti

Banjarmasin. Pada triwulan II 2014, total barang yang dibongkar di pelabuhan tersebut (tidak termasuk

batubara) sebanyak 2,04 juta ton, lebih tinggi dari aktivitas bongkar triwulan sebelumnya yang hanya

sebesar 1,95 juta ton. Peningkatan aktivitas impor antar daerah ini seiring dengan bertambahnya pasokan

barang investasi. Dari sisi impor luar negeri, aktivitas impor pada triwulan II 2014 juga masih tumbuh tinggi,

meskipun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Total impor Kalsel mencapai US$65,5 juta, atau tumbuh

sebesar 46,2% (yoy). Adapun jumlah volume impor mencapai 61,1 ribu ton dimana sebanyak 79%

merupakan impor bahan baku dan 20% merupakan impor barang modal.

2. SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH

Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan

SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan) Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)

1.955

2.048

3,1%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Total Volume Bongkar Barang* Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Ribu Ton

106,9

65,5

46,2%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

USD Juta

Nilai impor Pertumbuhan (sb. kanan)

Pangsa SOG

I II III IV I II III IV I II

Pertanian 5,6 3,7 3,7 3,1 4,2 2,6 2,4 2,20 2,59 3,18 24,08 1,18

Pertambangan 5,9 5,0 0,0 -1,9 2,6 1,6 0,8 1,14 0,81 0,23 19,72 0,96

Industri Pengolahan 2,8 3,4 3,6 6,2 4,6 5,1 3,3 4,11 4,74 5,08 9,86 0,48

Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,0 7,0 6,8 6,9 6,3 6,4 5,4 6,00 6,05 5,95 0,52 0,03

Bangunan/Konstruksi 8,6 8,8 9,1 12,6 7,4 8,9 8,7 8,15 7,28 7,65 5,92 0,29

PHR 8,2 8,6 9,8 13,1 6,9 8,6 8,0 10,27 10,08 8,23 16,72 0,82

Pengangkutan & Komunikasi 5,8 6,6 7,2 8,4 7,6 7,0 7,0 5,94 7,86 6,86 8,85 0,43

Jasa Dunia Usaha 7,0 7,2 6,7 11,8 10,9 11,4 10,9 7,94 8,92 9,90 4,52 0,22

Jasa-jasa 8,1 9,9 6,5 9,7 8,2 6,7 9,3 10,47 9,15 7,72 9,82 0,48

PDRB 6,29 5,94 4,79 5,98 5,57 5,05 4,77 5,40 5,50 4,89 100 4,89

2013

TwII 2014Lapangan Usaha

2012 2014

Page 31: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

14

Dari sisi penawaran atau sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada

periode laporan, terutama disebabkan oleh perlambatan sektor pertambangan dan sektor PHR.

Kinerja produksi pertambangan terpengaruh oleh pelemahan permintaan Tiongkok terutama untuk

komoditas batubara. Selain itu, belum diterbitkannya surat ijin ekspor untuk hasil produksi smelter bijih besi

menyebabkan terhambatnya eksplorasi pertambangan bijih besi di Kalsel. Sementara itu, meskipun

konsumsi rumah tangga dan investasi mengalami peningkatan, namun sektor PHR mengalami perlambatan.

Kondisi ini terjadi karena sektor PHR didominasi oleh perdagangan komoditas eskpor seperti batubara, CPO

dan karet. Oleh karena ekspor batubara mengalami tekanan maka sektor PHR juga terpengaruh.

2.1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada periode tersebut, sektor pertanian dapat tumbuh sebesar 3,18% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,59%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan kinerja di perkebunan kelapa sawit. Produksi tandan buah segar (TBS) di Kalsel pada triwulan II

2014 mencapai 312,6 ribu ton, lebih besar daripada periode sebelumnya yang hanya menghasilkan 244,4

ribu ton kelapa sawit. Setelah mengalami kontraksi selama 3 triwulan berturut-turut, kinerja sub sektor

perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh 11,6% (yoy) pada triwulan II 2014. Hal tersebut seiring dengan

kondisi cuaca yang mendukung pada periode enam bulan sebelumnya dan juga didorong oleh mulai

berproduksinya lahan-lahan sawit baru.

Grafik 1.18. Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar)

Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan

Grafik 1.19. Produksi Karet

Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan

Untuk kinerja perkebunan karet, pada triwulan II 2014 dapat memproduksi 64 ribu ton karet alam.

Meskipun masih mengalami kontraksi, namun secara year on year kinerjanya menunjukkan adanya

perbaikan. Sementara itu, kinerja pertanian bahan makanan (padi) pada triwulan II 2014 secara siklusnya

menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Luas lahan panen padi

di Kalsel pada triwulan II 2014 mencapai 166 ribu hektare (tumbuh sebesar 0,73%, yoy).

244,4

312,6

11,6%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

TBS Kalsel Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

ribu ton

58,864,0

-5,74%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Produksi Karet (ton) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Ribu Ton

Page 32: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

15

Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek

Grafik 1.21 Luas Lahan Panen Padi Kalsel

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan

Sementara itu, dukungan dari perbankan terhadap sektor pertanian di Kalsel tetap tumbuh tinggi. Pada

triwulan II 2014, kredit di sektor pertanian mencapai Rp5,02 triliun atau tumbuh sebesar 41,9% (yoy), lebih

rendah daripada pertumbuhan kredit periode sebelumnya yang dapat mencapai 56,5% (yoy).

2.2. Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh melambat, yaitu hanya

tumbuh sebesar 0,23% (yoy). Perlambatan terjadi pada pertambangan batubara dan pertambangan

mineral yang terkena dampak UU Minerba. Belum siapnya smelter mineral seperti bijih besi pada periode

tersebut menyebabkan beberapa perusahaan tambang mineral mengurangi aktivitasnya.

Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara

Grafik 1.23 Stok Batubara Taboneo

Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin

Selain itu, melemahnya perekonomian Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara

yang masih tinggi di negara tersebut turut menekan harga batubara internasional dan mempengaruhi

5.179

5.025

41,90%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Kredit Pertanian Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Rp Miliar

49

166

0,73%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Ribu Ha

Luas Panen Padi Kalsel (Ha) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

35,734,4

-3,2%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Juta Ton

Ekspor Batubara Pertumbuhan (sb. kanan)

6,56

6,30

1%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014Stok batubara Taboneo Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

juta ton

Page 33: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

16

kinerja perusahaan pertambangan batubara. Hal ini terlihat dari volume ekspor batubara Kalsel yang masih

relatif tinggi di atas 6 juta ton.

Meskipun demikian, untuk produksi batubara kalori menengah tinggi masih mencatat adanya pertumbuhan

produksi meskipun melambat secara year on year. Produksi batubara kalori menengah tinggi di salah satu

perusahaan batubara besar pada triwulan II 2014 mencapai 13,84 juta ton (tumbuh 2,3%). Bahkan

perusahaan tersebut sudah mulai mengoperasikan area tambang yang baru di Kabupaten Balangan untuk

memenuhi permintaan dari Thailand.

Grafik 1.24. Produksi Batubara Kalori Menengah Tinggi

Sumber: Dinas Pertambangan, BEI

Grafik 1.25 Kredit Sektor Pertambangan

Dari sisi pembiayaan perbankan, sektor pertambangan didominasi oleh perusahaan pemiliki ijin usaha

pertambangan (IUP) yang memproduksi batubara kalori rendah. Harga batubara internasional yang masih

rendah menyebabkan tekanan pada kondisi keuangan perusahaan. Hal ini menyebabkan penyaluran kredit

perbankan untuk sektor ini semakin terkontraksi menjadi sebesar -24,49% (yoy).

2.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2014 mencatatkan kinerja yang meningkat dan

mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel pada periode tersebut. Pertumbuhan sektor

industri pengolahan mencapai 5,08% (yoy), meningkat dari 4,74% (yoy) pada periode sebelumnya.

Peningkatan sektor industri pengolahan pada periode ini turut disumbang oleh peningkatan produksi CPO

dan juga kayu lapis yang masih tumbuh tinggi. Hal ini terlihat dari produksi CPO yang tumbuh meningkat

sebesar 13,2% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi karena supply bahan baku sudah cenderung stabil dan

sebagai persiapan dalam mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Disisi lain ekspor CPO Kalsel cenderung melambat kisaran 31,5% (yoy). Hal ini karena permintaan CPO

terperngaruh dengan berlangsungnya masa panen sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rapeseed

dan bunga matahari. Selain itu adanya penurunan harga minyak dunia menyebabkan permintaan CPO

14,0 13,8

2,3%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

8

10

12

14

16

18

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Produksi batubara Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

juta ton

2.724

2.432

-24,49%-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Kredit Sektor Pertambangan Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Rp Miliar

Page 34: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

17

untuk biodiesel relatif tertahan. Kondisi ini tercermin dari pelemahan harga komoditas CPO internasional.

Dimana pada triwulan II 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton.

Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalsel

Grafik 1.27. Produksi CPO

Sumber: Dinas Perkebunan Kalsel

Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan Trisakti

Sumber: KSOP Banjarmasin

Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan

Sementara itu, permintaan kayu lapis di pasar domestik sebagai salah satu komoditas utama sektor industri

pengolahan Kalimantan Selatan relatif masih tumbuh tinggi sebesar 97,6% (yoy). Dari data pengiriman

barang (muat barang) di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, jumlah kayu lapis yang dimuat ke daerah lain

mencapai 95,5 ribu ton.

Dukungan pembiayaan terhadap sektor industri pengolahan di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014

juga menunjukkan peningkatan. Pada periode laporan realisasi kredit ke sektor ini mencapai nilai yang

cukup tinggi yaitu Rp2,1 triliun, tumbuh sebesar 38,96% (yoy).

419,9

374,0

31,5%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Ribu Ton

Volume Ekspor CPO Pertumbuhan (sb. kanan)

47,7

81,2

13,2%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Produksi CPO Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

ribu ton

113,6

95,5

97,6%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

(10)

10

30

50

70

90

110

130

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Volume Muat Kayu Lapis Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)

Ribu Ton

1.727

2.117

38,96%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Kredit Sektor Industri Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Rp Miliar

Page 35: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

18

2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan pertumbuhan dari

10,08% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 8,23% (yoy) di triwulan II 2014. Perlambatan ini terutama

terjadi di subsektor perdagangan yang mendominasi sektor ini sebesar 87,7%. Dari sisi perdagangan,

perlambatan terjadi karena penurunan aktivitas perdagangan komoditas tambang. Kondisi ini terlihat dari

peningkatan aktivitas perdagangan luar negeri maupun aktivitas dalam negeri di pelabuhan Banjarmasin.

Total bongkar muat barang perdagangan luar negeri pada triwulan II 2014 mencapai 17,08 juta ton (-

8,2%, yoy) dan untuk perdagangan dalam negeri mencapai 20,4 juta ton (-7,9%, yoy).

Grafik 1.30. Aktivitas Perdagangan LN

Sumber: KSOP Banjarmasin

Grafik 1.31 Aktivitas Perdagangan DN

Sumber: KSOP Banjarmasin

Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang

Sumber: BPS Kalsel

Grafik 1.33. Kredit Sektor PHR

Pada triwulan II 2014 tingkat hunian hotel berbintang sebesar 48,42%, atau lebih tinggi dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang sebesar 45,41%. Sementara itu, dari sisi pembiayaan perbankan terjadi

perlambatan realisasi kredit sektor PHR. Sampai dengan triwulan I 2014 total kredit yang disalurkan ke

sektor ini mencapai Rp9,75 triliun, atau tumbuh sebesar 11,26% (yoy) lebih rendah dari periode

sebelumnya.

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Volume Bongkar Volume Muat

%, yoy

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Volume Bongkar Volume Muat

%, yoy

45,41

48,42

-9,3%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

40,0

45,0

50,0

55,0

60,0

65,0

70,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Tingkat Hunian Hotel Bintang Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Tingkat Hunian

8.558

9.749

11,26%0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Kredit Sektor PHR Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Rp Miliar

Page 36: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

19

BOKS 1

Analisis Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah Daerah terhadap Ekonomi Kalsel

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak dapat terlepas dari peranan konsumsi dan investasi yang

dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal ini sudah tergambar jelas dari persamaan umum PDRB (produk

domestik regional bruto) di sisi permintaan yaitu:

Y = C + I + G + X M

dimana Y adalah PDRB suatu daerah, C adalah konsumsi rumah tangga, I adalah kegiatan investasi yang

dilakukan oleh rumah tangga maupun pemerintah, G adalah konsumsi pemerintah, X adalah ekspor dan M

adalah impor.

Meskipun demikian, belanja pemerintah daerah baik berupa belanja operasional ( masuk ke komponen G)

dan belanja modal (masuk ke komponen I) ternyata dapat mempengaruhi kondisi perekonomian beberapa

periode berikutnya. Oleh sebab itu, dalam kajian ini akan ditelusuri bagaimana pengaruh konsumsi dan

investasi pemerintah daerah tersebut.

Dengan menggunakan model REMBI* (Regional Macroeconomic Model Bank Indonesia) yang sedang

dikembangkan oleh KPw BI Wilayah II Kalimantan, konsumsi dan investasi pemerintah dimasukkan ke

dalam blok fiskal.

Gambar A. Skema Umum Model REMBI Kalimantan Selatan

* REMBI merupakan suatu model makroekonometrik regional yang relatif komplit (struktural), obyektif dan powerfull dalam menjelaskan State of Economy daerah (termasuk untuk proyeksi 1-2 tahun kedepan), Terdiri dari 5 blok: blok PDRB Permintaan, PDRB Penawaran, Blok Moneter, Fiskal dan Harga. Metode estimasi dan proyeksi yang digunakan adalah Error Correcting Model (ECM). REMBI Provinsi Kalsel diestimasi dengan menggunakan data kuartalan, dari kuartal I-2000 s.d kuartal IV 2012.

PDRB

C I Gc X

Inflasi

Regional

Investasi

Swasta

Suku Bunga

Kredit

Output

Gap

Volume

Kredit

Disposable

Income

Investasi

Pemda

M

PDB (Dunia,

Nasional,

Daerah Lain)

Output Potensial

Deflator

Investasi

Deflator

Konsumsi

Blok Harga

Blok PDB-Penawaran

Blok Moneter

Blok PDB-Permintaan

Blok Fiskal Nilai Tukar

Riil

Suku Bunga

Simpanan

Page 37: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

20

Dengan menggunakan model tersebut, disimulasikan shock berupa kenaikan Konsumsi Pemda APBD

sebesar 10% dalam 1 periode/triwulan. Didapatkan bahwa kenaikan tersebut akan:

- Berdampak pada peningkatan PDRB pada periode/triwulan berikutnya sebesar 0,49% dan

mencapai puncaknya pada periode ke-5.

- Peningkatan Konsumsi Pemerintah berpengaruh langsung kepada peningkatan PDRB, dan akan

menggerakan investasi yang pada akhirnya memberikan efek multiplier ke peningkatan PDRB.

Peningkatan 10% Konsumsi Pemda Peningkatan 10% Investasi Pemda

Gambar B. Impuls Response Peningkatan 10% Konsumsi Pemda APBD dan Peningkatan 10% Investasi Pemda APBD

Selanjutnya dengan metode yang sama disimulasikan disimulasikan shock berupa kenaikan Investasi Pemda

APBD sebesar 10% dalam 1 periode/triwulan. Didapatkan bahwa kenaikan tersebut akan:

- Berdampak pada naiknya PDRB pada awal periode sebesar 0,12% dan mencapai puncaknya pada

periode ke 3.

- Namun kenaikan investasi akan mendorong terjadinya impor barang modal yang cenderung

menahan laju kenaikan PDRB.

Dengan melihat grafik shock pengaruh kenaikan konsumsi dan investasi Pemda yang memperlihatkan

pengaruh cukup lama (kembali ke titik 0/hilangnya pengaruh kenaikan), memperlihatkan bahwa konsumsi

dan investasi Pemda cukup penting dalam meningkatkan perekonomian Kalimantan Selatan dalam jangka

panjang.

Periode Periode

% %

Page 38: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

ai

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 39: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 40: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

23

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat meningkat dari 4,88%

(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 6,83% (yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut

terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food seperti daging ayam ras, beras dan

bumbu-bumbuan akibat kebijakan pemerintah dalam pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC)

dan permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok administered price yang didorong oleh

peningkatan permintaan masyarakat terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan

laporan menjadi lebih tinggi.

Searah dengan kelompok volatile food dan administered price, kelompok inflasi inti juga sedikit mengalami

peningkatan yang didorong oleh penyesuaian harga beberapa komoditas yang disebabkan oleh

peningkatan biaya produksi.

1. KONDISI UMUM

Setelah pada triwulan sebelumnya inflasi Kalimantan Selatan mengalami penurunan, pada

triwulan II-2014 inflasi Kalimantan Selatan menunjukan peningkatan. Peningkatan ini dipicu oleh

beberapa permasalahan pasokan komoditas pangan strategis dan peningkatan permintaan

masyarakat seiring adanya hari libur keagamaan, nasional dan libur sekolah, serta persiapan

bulan Ramadhan. Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 2,39% (qtq) atau

secara tahunan sebesar 6,83% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,15% (qtq) atau 4,89% (yoy), serta lebih tinggi dari inflasi Nasional yang

tercatat sebesar 6,70% (yoy).

Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan dan Nasional

4,89

6,83

7,577,32

6,70

3

4

5

6

7

8

9

10

TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI Tw II

2010 2011 2012 2013 2014

% yoy

Kalsel

Kalimantan

Nasional7.30

2

Sumber: BPS Kalsel, data diolah

Page 41: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

24

Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan II-2014 terutama bersumber dari peningkatan harga di berbagai

komoditas dalam kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Tingkat inflasi pada kelompok bahan makanan pada triwulan II-2014 sebesar 4,08% (qtq) atau 11,0% (yoy),

meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 6,40% (yoy). Peningkatan tersebut

terutama didorong oleh peningkatan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang tercatat mengalami inflasi

10,28% (qtq) dan sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 6,06% (qtq).

Pada sub kelompok daging dan hasi-hasilnya, peningkatan inflasi terutama disumbang oleh kenaikan harga

daging ayam ras, akibat meningkatnya permintaan serta permasalahan penurunan pasokan DOC akibat

kebijakan pemerintah untuk menghindari kebangkrutan masal peternak ayam. Selain itu, semakin menipisnya

pasokan beras lokal (unus dan siam) akibat belum mulainya masa panen raya dan berkurangnya pasokan

bumbu-bumbuan terutama bawang merah akibat menurunnya produksi di daerah penghasil, turut

mendorong inflasi triwulan II-2014.

Peningkatan tekanan inflasi yang cukup signifikan juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 4,93% (qtq), atau meningkat dari 7,6% (yoy) pada

triwulan I-2014 menjadi 10,6% (yoy) pada triwulan laporan. Tingginya inflasi kelompok tersebut didorong

oleh peningkatan tarif angkutan udara selama triwulan II-2014, yang disebabkan oleh penerapan

Permenhub No. 2/2014 yang mengatur besaran biaya tambahan (surcharge) pada bulan April 2014 dan

peningkatan permintaan masyarakat seiring adanya hari libur, pelaksanaan ibadah Umroh, serta untuk

persiapan mudik hari raya Idul Fitri. Pada triwulan ini, tarif angkutan udara tercatat mengalami inflasi

sebesar 61,51% (qtq) dan setiap bulan selalu masuk dalam 10 komoditas penyumbang inflasi terbesar di

Kalimantan Selatan dengan sumbangan terhadap inflasi triwulan II-2014 sebesar 1,22%.

Tabel 2.1 Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan menurut Kelompok

Selain itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 juga didorong oleh peningkatan harga

pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar. Penyesuaian biaya produksi pada komoditas di sub kelompok makanan jadi seperti

peningkatan harga ikan bakar, mie dan nasi dengan lauk, serta inflasi pada sub kelompok biaya tempat

tinggal menjadi penyumbang utama dari kedua kelompok pengeluaran tersebut.

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Umum 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8

1 Bahan Makanan 8,3 6,7 11,8 9,9 6,4 11,0 2,3 1,8 3,3 2,8 1,3 2,3

2 Mamin, Rokok & Tembakau 7,7 6,7 6,1 5,6 6,7 7,2 1,8 1,6 1,4 1,3 1,6 1,8

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,7 3,8 4,4 6,2 2,3 3,8 0,8 0,8 0,9 1,2 0,5 0,8

4 Sandang 0,8 (1,3) (0,8) (2,3) 1,0 0,9 0,1 (0,1) (0,1) (0,2) 0,1 0,1

5 Kesehatan 4,3 4,2 2,4 3,3 2,4 3,9 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2

6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 3,0 3,4 2,1 2,4 2,1 2,2 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1

7 Transportasi & Komunikasi 0,8 2,9 11,1 12,4 7,6 10,6 0,1 0,4 1,6 1,8 1,2 1,8

No Kelompok Barang 20132013

Sumbangan Inflasi yoy

20142014

Inflasi yoy

Sumber: BPS Kalsel, data diolah

Page 42: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

25

Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan

Tw I-2014 dan Tw II-2014

Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan Tw I-2014 dan Tw II-2014

Sumber: BPS Kalsel, data diolah Sumber: BPS Kalsel, data diolah

Grafik 2.4 Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan

Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan

Kelompok Pengeluaran di Tw II-2014

Sumber: BPS Kalsel, data diolah Sumber: BPS Kalsel, data diolah

Jika dilihat secara bulanan, selama triwulan II-2014 realisasi inflasi Kalimantan Selatan lebih tinggi dari rata-

rata inflasi pada periode yang sama dalam 5 tahun terakhir. Laju inflasi bulanan Kalimantan Selatan pada

bulan April, Mei dan Juni 2014 secara berturut-turut adalah 0,53% (mtm), 1,04% (mtm) dan 0,81% (mtm),

lebih tinggi dari periode (bulan) yang sama pada tahun 2012 dan 2013. Salah satu yang mendorong

peningkatan inflasi di triwulan II-2014 adalah tingginya inflasi bulan Mei 2014 yang mencapai 1,04% (mtm)

dimana sangat berbeda dengan pola historisnya yang cenderung mengalami deflasi. Hal tersebut

dikarenakan pada bulan Mei 2014 terjadi peningkatan tarif angkutan udara yang sangat signifikan dengan

sumbangan terhadap inflasi Kalimantan Selatan sebesar 0,67%. Peningkatan tarif angkutan udara tersebut

didorong oleh meningkatnya permintaan karena banyaknya hari libur keagamaan dan hari libur nasional

pada pertengahan Mei 2014, serta masuknya bulan Rajab dimana terjadi peningkatan intensitas ibadah

umroh yang dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Selatan.

Perkembangan Inflasi Menurut Kota

-13,00

-8,00

-3,00

2,00

7,00

12,00Padi-padian

Daging & Hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu & Hasilnya

Sayur-sayuranKacang-kacangan

Buah-buahan

Bumbu-bumbuan

Lemak & Minyak

Bahan Makanan Lainnya

Tw I-2014 Tw II-2014

-4,16

7,19

2,03

-6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00

Transport

Kom & Pengiriman

Sarana & Pnj Trans

Jasa Keuangan

% qtq

Tw II-2014

Tw I-2104

0,76

-0,27 -0,35

0,53

1,04

0,80

-0,70

-0,20

0,30

0,80

1,30

1,80

2,30

2,80

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

% mtm

2012

2013

2014

rata-rata 5 thn

-1,80 -0,80 0,20 1,20 2,20 3,20

Bahan Makanan

Makanan, Rokok & Tbakau

Perumahan, ALHBB

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

% mtm

Jun

Mei

Apr

Page 43: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

26

Jika dilihat berdasarkan kotanya, Inflasi triwulan II-2014 untuk kota Banjarmasin tercatat sebesar 6,81%

(yoy) meningkat dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,83% (yoy). Sedangkan untuk kota

Tanjung pada periode laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 7,01% (yoy), juga mengalami peningkatan

dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,29% (yoy).

Jika dilihat secara bulanan, pada bulan April 2014, kota Banjarmasin mengalami inflasi 0,55% (mtm) yang

didorong oleh meningkatnya komoditas kelompok bahan makanan terutama ikan kembung dan ikan gabus

akibat masih tingginya curah hujan pada bulan April 2014. Selain itu, efek dari kenaikan surcharge

mengakibatkan peningkatan tarif angkutan udara yang sebelumnya mengalami penurunan selama 3 bulan

berturut-turut. Peningkatan tarif angkutan udara mengalami puncaknya pada bulan Mei 2014 yang terlihat

dari inflasi kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 3,24% (mtm) yang

tertinggi dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya. Sedangkan untuk inflasi bulan Juni 2014 yang

tercatat sebesar 0,79% (mtm) didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat menjelang bulan

Ramadhan dan permasalahan pasokan pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras akibat

kebijakan pemerintah terhadap produksi DOC, berkurangnya pasokan padi lokal yang belum memasuki

masa panen raya, serta komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah yang memasuki masa tanam di

daerah penghasil.

Tabel 2.2 Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok

Berbeda dengan inflasi di kota Banjarmasin, selama triwulan II-2014 kota Tanjung cenderung mengalami

inflasi bulanan yang lebih rendah dari kota Banjarmasin. Hanya pada bulan Juni 2014 dimana kota Tanjung

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,98% (mtm), atau lebih tinggi dari kota Banjarmasin yang tercatat

sebesar 0,79% (mtm). Inflasi kota Tanjung selama triwulan II-2014 lebih didominasi oleh permasalahan

pasokan bahan makanan yang tercermin pada inflasi kelompok bahan makanan yang mencapai 0,99%

(mtm) pada bulan April; 2,40 (mtm) pada bulan Mei; dan 3,24% (mtm) pada bulan Juni. Berbagai kendala

dan permasalahan terkait pasokan dan distribusi memicu tingginya inflasi bahan makanan di kota Tanjung.

Seperti halnya kota Banjarmasin, peningkatan harga pada komoditas daging ayam ras, ikan gabus, telur

ayam ras, bawang merah, ikan kembung dan tomat menjadi pendorong utama inflasi kota Tanjung pada

triwulan laporan.

Apr Mei Jun Apr Mei Jun

Umum 0.55 1.07 0.79 5.26 6.55 6.81

1 Bahan Makanan 1.07 0.58 2.13 7.44 9.00 10.90

2 Mamin, Rokok & Tembakau 0.65 0.61 0.56 6.82 7.15 7.17

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.21 1.23 0.38 2.07 3.21 3.67

4 Sandang -1.19 -0.85 -0.15 0.37 0.41 0.78

5 Kesehatan 0.76 0.84 0.01 2.74 3.58 3.57

6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.19 0.13 0.05 1.95 2.12 2.17

7 Transportasi & Komunikasi 0.98 3.24 0.95 8.96 12.68 11.00

No Kelompok BarangTw II-2014 (mtm) Tw II-2014 (yoy)

Page 44: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

27

Di sisi lain, baik pada kota Banjarmasin maupun kota Tanjung, terdapat beberapa komoditas yang menjadi

penahan inflasi pada triwulan II-2014 seperi emas perhiasan seiring dengan trend penurunan harga emas

dunia dan komoditas cabai merah dan cabai rawit yang telah memasuki masa panen raya pada daerah

produsen.

Tabel 2.3 Tingkat Inflasi Kota Tanjung bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Tekanan inflasi yang meningkat dari 4,89 (yoy) menjadi 6,83% (yoy) di triwulan II-2014 bersumber

dari peningkatan tekanan pada hampir semua kelompok, terutama kelompok volatile food dan

administered price. Inflasi volatile food mengalami peningkatan yang paling signifikan dari 6,33% (yoy) pada

triwulan I-2014 menjadi 11,09% (yoy) pada periode laporan, atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi

sebesar 2,31% (qtq). Sedangkan untuk kelompok administered price mengalami peningkatan dari 10,95%

(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 14,14% (yoy) pada triwulan laporan, atau secara triwulanan mengalami

inflasi sebesar 1,53% (qtq). Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor inti secara triwulanan tercatat mengalami

inflasi sebesar 0,23% (qtq) dan secara tahunan inflasi inti pada akhir triwulan II-2014 tercatat sebesar 4,12%

(yoy).

Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab

Meningkatnya inflasi volatile foods pada triwulan II-2014 didorong oleh permasalahan pasokan

dan peningkatan permintaan masyarakat. Pada awal triwulan II-2014, tekanan inflasi kelompok volatile

food di wilayah Kalimantan Selatan terutama didorong oleh komoditas yang berada dalam sub kelompok

Apr Mei Jun Apr Mei Jun

Umum 0.37 0.66 0.98 5.66 6.41 7.02

1 Bahan Makanan 0.99 2.40 3.24 7.23 10.10 11.80

2 Mamin, Rokok & Tembakau 0.11 0.11 0.35 6.82 6.92 7.30

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.39 0.14 0.20 4.63 4.64 4.85

4 Sandang 0.00 0.02 0.20 2.37 2.65 2.79

5 Kesehatan 0.27 0.36 0.35 8.18 8.57 8.95

6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.00 0.00 0.00 2.89 2.89 2.89

7 Transportasi & Komunikasi 0.00 -0.30 0.01 4.39 4.37 4.38

No Kelompok BarangTw II-2014 (mtm) Tw II-2014 (yoy)

4.88 6.83

10.95

14.14

6.33

11.09

3.214.12

-3.00

2.00

7.00

12.00

17.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

% yoy

Inflasi IHK (yoy) Adm Price

Volatile Foods Core

Sumber: BPS Kalsel, data diolah

Page 45: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

28

ikan segar seperti ikan kembung/gembung dan ikan gabus, serta sub kelompok buah-buahan seperti melon

dan semangka. Peningkatan harga pada kelompok ini terutama disebabkan masih tingginya curah hujan

yang terjadi pada bulan April 2014 sehingga mengakibatkan penurunan pasokan ikan segar dan buah yang

berasal dari wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, tekanan inflasi kelompok volatile food pada awal

triwulan II-2014 juga didorong oleh kenaikan harga minyak goreng kemasan per 1 April 2014 yang dipicu

oleh kenaikan harga bahan baku. Minyak goreng 1 liter yang sebelumnya dijual Rp14.000 naik menjadi

Rp16.000 s.d Rp17.000 dan untuk minyak goreng kemasan 2 liter dijual Rp27.000 s.d Rp28.000 dari

sebelumnya dijual sebesar Rp24.000.

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan

Pada pertengahan triwulan II-2014, tekanan inflasi kelompok volatile food sedikit mengalami penurunan

yang didorong oleh koreksi harga komoditas bahan makanan strategis seperti cabai merah, cabai rawit,

komoditas buah-buahan dan komoditas ikan segar, akibat meningkatnya pasokan yang berasal dari

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

11,500

12,000

12,500

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

De

s

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2012 2013 2013

% mtmHarga (Rp)

P Beras

Perubahan (mtm)

-40.00

-30.00

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

u

Sep

Okt

No

v

De

s

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

u

Sep

Okt

No

v

De

s

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

2012 2013 2013

% mtmHarga (Rp)

P Bawang Merah

Perubahan (mtm)

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

55,000

60,000

65,000

70,000

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2012 2013 2013

% mtmHarga (Rp)

P Ikan Gabus

Perubahan (mtm)

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2012 2013 2013

% mtmHarga (Rp)

P Daging Sapi

Perubahan (mtm)

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu Se

p

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2012 2013 2013

% mtmHarga (Rp)

P Daging Ayam Ras Perubahan (mtm)-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Agu

Se

pO

ktN

ov

De

sJa

nF

eb

Ma

rA

pr

Me

iJu

nJu

lA

guS

ep

Okt

No

vD

es

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

2012 2013 2013

% mtmHarga (Rp)

P Telur Ayam Ras

Perubahan (mtm)

Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan, KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Page 46: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

29

peningkatan produksi komoditas tersebut. Namun demikian, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada bulan

Mei 2014 didorong oleh kenaikan harga beras seiring menipisnya persediaan akibat pergeseran musim

panen raya beras lokal di Kalimantan Selatan yang diperkirakan baru akan terealisasi pada bulan Agustus

2014. Selain itu, dengan adanya perayaan bulan Rajab dan Isra Mi raj yang secara tradisi dirayakan oleh

masyarakat Kalimantan Selatan dengan cukup besar, mendorong peningkatan permintaan terhadap daging

ayam ras dan telur ayam ras, yang pada akhirnya mendorong peningkatan harga komoditas tersebut.

Peningkatan tekanan inflasi kelompok volatile food kembali terjadi pada akhir triwulan II-2014 yang

didorong oleh beberapa komoditas pangan strategis seperti daging ayam ras, bawang merah dan telur

ayam ras. Kebijakan pemerintah dalam pengaturan harga jual DOC maksimal Rp3.200/ekor dan

memangkas produksi DOC hingga 15% yang bertujuan untuk menyelamatkan peternak rakyat, mendorong

peningkatan harga daging ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak. Hal ini berdampak pada

kenaikan harga jual ayam ras pada konsumen, selain juga dipengaruhi adanya peningkatan permintaan

masyarakat menjelang event tahunan bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan untuk harga

bawang yang mengalami peningkatan selain disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat, juga

karena menurunnya pasokan dari daerah penghasil akibat berlalunya masa panen untuk bawang merah.

Tekanan Inflasi kelompok administered price pada triwulan II-2014 kembali mengalami

peningkatan yang didorong peningkatan tarif angkutan udara. Setelah pada triwulan sebelumnya

tarif angkutan udara mengalami koreksi cukup dalam, pada triwulan II-2014 terjadi peningkatan tarif

angkutan udara sehingga mendominasi inflasi kelompok administered price. Adanya hari libur nasional dan

keagamaan, tingginya intensitas ibadah Umroh, libur anak sekolah dan pembelian tiket untuk persiapan

udara yang mengakibatkan naiknya tarif angkutan udara. Selain itu, peningkatan tarif angkutan udara juga

didorong oleh penerapan Permenhub No. 2/2014 tentang peningkatan tarif surcharge dan semakin

terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang menyebabkan meningkatnya biaya operasional pesawat.

Tekanan inflasi pada kelompok administered price pada triwulan II-2014 juga turut didorong oleh kebijakan

pemerintah seperti kebijakan Pertamina menaikkan harga LPG 12 Kg sebesar Rp1.000/kg pada tanggal 1

Juni 2014, yang merupakan kenaikan tahap kedua setelah kenaikan harga pada bulan Januari 2014. Selain

itu, pada akhir triwulan II-2014 juga terjadi peningkatan harga LPG 3 Kg pada tingkat pengecer akibat

penyesuaian biaya angkut yang dilakukan oleh pedagang.

Tekanan inflasi dari kelompok inti sedikit mengalami peningkatan yang disebabkan oleh

penyesuaian biaya produksi. Hal ini terjadi pada inflasi kelompok makanan jadi seperti ikan bakar, nasi

dengan lauk, serta kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar seperti komoditas papan dan pasir

yang menjadi pendorong inflasi kelompok inti di triwulan II-2014. Namun demikian, laju inflasi inti di

triwulan II-2014 tertahan oleh masih berlanjutnya tren penurunan harga emas perhiasan akibat penurunan

harga emas internasional seiring membaiknya ekonomi Amerika Serikat.

Tekanan faktor eksternal mengalami peningkatan karena kembali melemahnya nilai tukar Rupiah

dan kecenderungan naiknya harga komoditas global. Depresiasi nilai tukar Rupiah yang kembali

Page 47: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

30

terjadi semenjak pertengahan Mei 2014 mendorong peningkatan biaya impor untuk bahan makanan, selain

itu masih belanjutnya kecenderungan peningkatan harga beberapa komoditas global mendorong tekanan

inflasi dari eksternal semakin meningkat. Namun, dengan melihat kondisi minimnya komponen impor yang

dikonsumsi oleh masyarakat Kalimantan Selatan berakibat minimnya tekanan eksternal pada tingkat inflasi

Kalimantan Selatan. Hal tersebut dikarenakan impor terbesar untuk wilayah Kalimantan Selatan berupa

barang modal yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pertambangan seperti alat-alat berat.

Ekspektasi inflasi di tingkat konsumen kembali menunjukan trend peningkatan. Peningkatan

tekanan inflasi pada triwulan II-2014 terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada triwulan

I-2014 yang memperlihatkan peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat Kalimantan Selatan untuk periode 3

bulan yang akan datang, setelah adanya koreksi berbagai harga komoditas strategis pada triwulan I-2014.

Berdasarkan survei tersebut, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi pada periode triwulan III-2014

cenderung mengalami peningkatan seiring adanya event musiman seperti bulan puasa Ramadhan dan hari

raya Idul Fitri.

-60

-40

-20

00

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

% yoygEmas gJagung gKedelai

gTerigu gCPO gMinas

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

200.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

% yoyIndeks Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6bln yad (sk. Kiri)Inflasi IHK aktual (sk. Kanan)Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3bln yad (sk. Kiri)

100.000

110.000

120.000

130.000

140.000

150.000

160.000

170.000

180.000

190.000

200.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

IndeksHarga Umum Bahan MakananMakanan Jadi, Min, Rokok & Tbk Perumahan, LGBBSandang KesehatanTransport, Kom dan Jasa Keu Pendidikan, Rekreasi dan OL

Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global

Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah

Sumber: Bloomberg, data diolah

Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK)

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah

Page 48: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

31

BOKS 2

Upaya Peningkatan Produksi Bahan Pangan Berbasis Klaster

Dalam pengendalian inflasi, pasokan bahan pangan merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi

inflasi volatile food. Pasokan bahan pangan di suatu daerah diperoleh dari produksi sendiri maupun

mendatangkan dari daerah lain. Sebagian dari kebutuhan pangan di Kalimantan Selatan masih didatangkan

dari Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui jalur laut. Kondisi logistik bahan pangan yang sangat tergantung

dengan kondisi cuaca dan gelombang laut meningkatkan risiko peningkatan inflasi. Oleh sebab itu, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II membentuk klaster sebagai upaya peningkatan produksi bahan

pangan. Pendekatan klaster dirasakan lebih tepat digunakan karena dapat memberikan nilai tambah bagi

petani dan memperbesar output produksi. Klaster yang sudah dibentuk antara lain:

1. Klaster Cabai Besar Merah Kab. Hulu Sungai Selatan (HSS)

Klaster ini merupakan klaster untuk melakukan stabilisasi harga cabai besar merah di daerah khususnya di

Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan komoditas penyumbang inflasi yang mulai dilaksanakan pada

Tahun 2012 dengan peserta Klaster adalah : (1). Gapoktan Puspa Desa Telaga Langsat Kec. Telaga Langsat

dan (2). Gapoktan Ruhui Rahayu Desa Kayu Abang, Kecamatan Angkinang Kab. HSS dengan menitik

beratkan pada pengaturan pola tanam untuk peningkatan produksi dan pengaturan pemasaran melalui

Rumah Pasar dengan menerapan POLA KANDANGAN dan pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA)

Muara Taniran bekerjasama dengan Pemkab. HSS yang sekarang ini telah mampu menyediakan cabai besar

merah secara berkesinambungan dengan harga yang relatif stabil dibandingkan sebelum adanya klaster ini.

2. Klaster Sapi Kabupaten Tanah Laut.

Klaster sapi di Kabupaten Tanah Laut dilakukan dalam rangka mengatasi kelangkaan daging di daerah ini,

di mana Kab. Tanah Laut sebagai penyumbang 40% dari kebutuhan daging sapi di wilayah Kalimantan

Selatan dan provinsi tetangga (Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) yang juga merupakan komoditas

penyumbang inflasi yang mulai dilaksanakan pada Tahun 2013 dengan peserta Klaster, yaitu : (1). Poknak

Harapan Makmur Kelurahan Sarang Halang Kec. Pelaihari dengan menekankan pada integritas Sapi -

Kelapa Sawit, dan (2). Poknak Bina Tani Desa Batu Tungku, Kecamatan Panyipatan dengan menekankan

pada integritas Sapi Jagung yang akan dilanjutkan lagi pada tahun 2015 dengan menekankan pada

integritas Sapi Jerami Padi. Klaster sapi ini dilakukan baik untuk pengembangan maupun pengemukan

sapi untuk dapat mendukung keberadaan Pasar Hewan Sarang Halang Pelaihari menjadi pasar terbesar dan

termodern di Kalimantan dengan menerapkan sistem timbangan untuk penyediaan sapi yang cukup dan

berkualitas khususnya di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan pada umumnya.

Page 49: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

32

3. Klaster Padi Unggul Kabupaten Tanah Bumbu.

Pengembangan klaster padi unggul Kabupaten Tanah Bumbu telah berjalan sejak tahun 2013 dengan

membangun kerjasama dan sinergi dengan SKPD terkait pada Kabupaten Tanah Bumbu dan KPw Bank

Indonesia Wilayah Kalimantan yang pada tahun 2013 yang lalu telah meningkatkan produktivitas hasil

pertanian : (a). Pada musim tanam I sebesar 0,4 ton/ha atau sebesar 5,84%; (b). Pada musim tanam II

sebesar 0,35 ton/ha atau sebesar 5,47% dan (c). Adanya musim tanam III dengan hasil 6,5 ton/ha yang

sebelumnya belum pernah ada. Pengembangan klaster ini terus dilakukan dengan menekankan pada

keseragaman waktu tanam dalam kelompok sebagai upaya mengurangi kehilangan hasil panen oleh hama

tikus dengan memaksimalkan penggunaan handtracktor dan alat pengusir tikus elektronik yang dilakukan

bagi peserta klaster, yaitu : (1). Poktan Mattiro Wali, (2). Poktan Mattiro Deceng, dan (3). Poktan Baringin

Desa Saring Sei Binjai Kecamatan Kusan Hilir Kab. Tanah bumbu.

4. Klaster Bawang Merah Kabupaten Tapin.

Bawang merah sebagai komoditas penyumbang inflasi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia di luar

Pulau Jawa termasuk juga di wilayah Kalimantan Selatan dan berdasarkan hasil penanaman pada tahun

2013 yang lalu untuk varietas Manjung di Kab. Tapin dengan rata-rata produksi sebesar 11,8 ton/ha. Hal ini

menunjukkan prestasi produksi tertinggi untuk wilayah Kalimantan Selatan secara keseluruhan. Karena itu

pada APBD Kab. Tapin pada Tahun 2014 telah dicanangkan pengembangan bawang merah seluas 15 ha

dan APBN untuk seluas 15 ha juga yang didukung dari swadaya petani seluas 8 ha. Dalam mendukung

pengembangan kawasan ini menjadi sentra pengembangan bawang merah di Kalimantan Selatan, maka

atas kesepakatan antara KPw BI Wilayah Kalimantan dan Pemkab. Tapin mengembangkan Klaster Bawang

Merah di Poknak Harapan Bersama Desa Shabah Kec. Bungur Kab. Tapin dengan memberikan bantuan

sarana produksi dan fasilitas pendukung lainnya dari PSBI KPw BI Wilayah Kalimantan yang diharapkan

dapat memenuhi setidaknya sebagian kecil kebutuhan di Kalimantan Selatan.

Page 50: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

49

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Page 51: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 52: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

35

PERKEMBANGANPERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Dari berbagai indikator utama perbankan, kinerja perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan

II 2014 tumbuh meningkat. Berdasarkan data Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia, pertumbuhan

aset, DPK dan kredit berdasar lokasi banklebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.Sementara

itu,kredit berdasar lokasi proyek tercatat tumbuh melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

sehingga mendorong turun LDR berdasar lokasi proyek.Disisi lain, kredit bermasalah di Kalimantan Selatan

menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin dari peningkatan angka NPL namun masih dalam batas

kewajaran. Seiring dengan meningkatnya NPL, terjadi peningkatan tekanan pada stabilitas sistem keuangan,

yang ditunjukkan dengan meningkatnya probability of default baik sektor korporasi maupun rumah tangga.

1. PERKEMBANGAN BANK UMUM

1.1.Perkembangan Volume Usaha

Pada akhir triwulan II 2014, aset perbankan di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp50,19 triliun

atau tumbuh 10,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp45,46 triliun. Secara tahunan

aset perbankan Kalimantan Selatan tumbuh 12,68% (yoy), ataumeningkatbila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,15% (yoy).

Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan

Jika dilihat dari kelompok bank, pertumbuhan aset usaha bank umum terutamaterjadi padakelompok bank

swasta yang tumbuh21,80% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya

tumbuh17,80% (yoy). Sementara itu aset bank umum milik pemerintah tumbuh 9,64% (yoy),

meningkatjika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya berkisar pada level4,79% (yoy).

3

Page 53: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

36

Grafik 3.1 Pertumbuhan Asset Bank Umum Kalimantan Selatan

Grafik 3.2 Perkembangan DPK Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan

1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II-

2014 mencapai Rp38,45 triliun, atau tumbuh8,25% (yoy). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan

periode sebelumnyayang tercatat 5,51% (yoy).Dilihat dari jenis simpanannya, peningkatan pertumbuhan

terjadi pada simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, sementara deposito mengalami perlambatan.

Pertumbuhan giro meningkat tajam dari -4,33% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi tumbuh 9,98% (yoy)

pada triwulan laporan. Jika dilihat dari kepemilikannya, pertumbuhan ini didorong oleh kembali tumbuhnya

giro pemerintah daerah (Pemda) sebesar 8,81% (yoy) pada triwulan II-2014 setelah mengalami penurunan -

17,56% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Giro Pemda kembali tumbuh seiring dengan meningkatnya

realisasi pendapatan daerah pada triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya.

Sementara itu, simpanan berbentuk tabungan juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan dari 7,49%

(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 7,98% (yoy) pada triwulan laporan. Jika dilihat dari kepemilikannya,

pertumbuhan tabungan terbesar terjadi pada tabungan swasta perseorangan, yang meningkat 8,09% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan tabungan ini terjadi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan PDRB sektor

pertanian, yang menyerap tenaga kerja terbanyak di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu 36,84% dari total

tenaga kerja. Pertumbuhan sektor pertanian yang didorong oleh mulainya musim panen padi serta

meningkatnya aktivitas perkebunan, peternakan dan perikanan ini berdampak pada peningkatan

pendapatan masyarakat yang kemudian disimpan di bank dalam bentuk tabungan.

Di sisi lain, deposito terus dalam tren pertumbuhan yang melambat sejak triwulan III-2013, dimana

pertumbuhan deposito pada triwulan II-2014 melambat menjadi 6,89% (yoy) dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 11,61% (yoy).Jika dilihat dari kepemilikannya, perlambatan pertumbuhan

deposito disebabkan oleh turunnya deposito pemda sebesar -17% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 11,40% (yoy). Turunnya deposito Pemda terjadi seiring dengan meningkatnya

realisasi belanja pemda pada triwulan laporan dibanding dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan deposito

-10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Growth DPK (y-o-y) Growth Giro (y-o-y)

Growth Tabungan (y-o-y) Growth Deposito (y-o-y)

Page 54: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

37

swasta perorangan yang merupakan komponen terbesar dari deposito tumbuh meningkat dari 16,27%

(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 19,58% (yoy) pada triwulan II-2014.

1.3 Penyaluran Kredit

Berdasarkan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia, kredit yang disalurkan oleh bank

umum di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan II-2014 mencapai

Rp33,4triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kredit ini tumbuhsebesar

5,12% (yoy), meningkatdibandingkan dengan triwulan sebelumnyayang tumbuh 4,61% (yoy).

Sementara itu, kredit yang disalurkan seluruh bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan (Kredit menurut

lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp45,6 triliun atau tumbuh sebesar 10,78% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 12,79% (yoy).

Untuk kredit lokasi proyek, jika dilihat dari jenis penggunaannya, kredit investasi dan konsumsi tercatat

mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2014. Kredit investasi tumbuh sebesar 12,89% (yoy)

atau lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yangmencapai19,12% (yoy). Penurunan tersebut

terutama disebabkan oleh turunnya kredit investasi pada sektor pertambangan yang mencapai -44,17%

(yoy) seiring dengan melemahnya kinerja sektor tersebut di tengah tekanan harga internasional.

Hal yang sama juga terjadi pada kredit konsumsiyang juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

I-2014 yaitu dari 16,38% (yoy) menjadi 13,52%(yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan terjadi terutama

pada kredit pemilikan rumah (KPR)yang hanya tumbuh 18,28%(yoy),jauh melambat dibandingkan dengan

triwulan I-2014yang tumbuh mencapai 30,13% (yoy).

Grafik 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan

Grafik 3.4 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan

Sementara itu,kredit modal kerja pada triwulan laporantumbuh6,01% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh4,20% (yoy). Kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan signifikan

terutama pada sektor industri pengolahan, yang pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar -

7,77% (yoy), menjadi tumbuh tajam sebesar 30,96% (yoy).

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Growth Kredit (y-o-y) Growth Modal kerja (y-o-y)

Growth Investasi (y-o-y) Growth Konsumsi (y-o-y)

Page 55: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

38

Dengan perkembangan indikator tersebut, fungsi intermediasi perbankan di Kalimantan

Selatanmenunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Hal ini tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) perbankan Kalimantan Selatan menurut lokasi proyek pada triwulan laporan yang

mencapai 118,61%,atau mengalami penurunan dibandingkantriwulan I-2014 yang tercatat sebesar

121,15%.

1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit

Sementara itu, LDR berdasarkan lokasi bank pada triwulan II-2014 mencapai 86,98%, atau turun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 88,18%. Dari sisi manajemen risiko, penurunan

LDR ini meningkatkan ketahanan likuiditas bank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan. Sedangkan

dari sisi intermediasi, angka LDR tersebut masih berada dalam batas kewajaran dan menunjukkan tingkat

intermediasi perbankan yang cukup baik.

Risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)tercatatsebesar

2,22%, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,78%. Ditinjau dari jenis

penggunaannya, peningkatan rasio NPL tersebut terutama didorong oleh NPL pada kredit investasi yang

mengalami peningkatan cukup besar yaitu dari 1,69% pada triwulan I-2014 menjadi 2,40% pada triwulan

laporan.Sementara untuk NPL kredit konsumsidan kredit modal juga juga mengalami peningkatan namun

tidak sebesar kredit investasi, yaitu masing-masing mengalami peningkatan dari 1,57% menjadi 1,74% dan

dari 2,09% menjadi 2,56%.

Sementara itu, jika dilihat dari sektor ekonominya, peningkatan rasio NPL terbesar terjadi di sektor listrik,

gas, dan air, yaitu dari 0,2% pada triwulan I-2014 menjadi 9,08% pada triwulan laporan. Hal ini terkait

dengan realisasi proyek investasi infrastruktur kelistrikan di Kalimantan Selatan yang tidak sesuai jadwal

sehingga pembayarannya terlambat yang akhirnya mempengaruhi kelancaran pembayaran angsuran kredit

terkait dengan proyek tersebut.

1.5 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM)

Perkembangan kredit yang disalurkan bank umum ke UMKM di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan,

dimana pada akhir triwulan II-2014mencapai Rp11,06 triliun, atau tumbuh 18,34%(yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai14,38% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM

ditengah penurunan kredit non UMKM, menyebabkanpangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang

disalurkan juga mengalami peningkatan, yaitu dari 22,08% pada triwulan I-2014 menjadi 24,25% pada

triwulan laporan.

Berdasarkan skala usahanya,penyaluran terbesar dari kredit UMKM kini berada pada kredit usaha menengah,

bukan lagi usaha kecil.Pada triwulan laporan, kredit untuk usaha menengah memiliki pangsa 40,27%, atau

meningkat dari 38,68% pada triwulan sebelumnya. Kredit usaha mikro juga mengalami peningkatan pangsa,

dari 16,56% pada triwulan I-2014 menjadi 21,28% pada triwulan II-2014. Sebaliknya pangsakredit usaha

kecil turun dari 44,76% pada triwulan sebelumnya menjadi 38,45% pada triwulan laporan.

Page 56: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

39

Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaan,kredit UMKM terutama disalurkan dalam bentuk kredit modal

kerja dengan pangsa sebesar 65,57%,sedangkanuntuk kredit investasi sebesar 34,43%.

Terkait kinerja kredit UMKM yang diperlihatkan oleh parameter Non Performing Loan (NPL) secara

keseluruhan pada triwulan II-2014 sebesar3,87%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat3,72%. Peningkatan NPL tersebut terjadi pada semua jenis kredit UMKM, dimana peningkatan

tertinggi terjadi pada kredit kecil yang meningkat dari 3,99% pada triwulan I-2014 menjadi 4,29% pada

triwulan laporan. Peningkatan tersebut juga terjadi pada kredit mikro dan menengah yang masing-masing

tercatat sebesar 3,19% dan 3,83% pada triwulan laporan.

Grafik 3.5 Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha

Grafik 3.6 NPL Kredit UMKM di Wilayah Kalimantan Selatan

2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH

Sejalan dengan perkembangan perbankan secara umum, kinerja perbankan syariah juga masih

menunjukkan perkembangan yang positif khususnya dari sisi aset. Pada akhir triwulan laporan, aset bank

umum syariah dan unit usaha syariah di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai Rp3,79 triliun, atau

meningkat 3,39% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan perkembangan volume

usaha kelompok syariah mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu dari 16,79% (yoy) pada triwulan I-

2014 menjadi 15,45% (yoy) pada triwulan laporan.

Tabel 3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah

Dari sisi penghimpunan dana, DPK perbankan syariah pada akhir triwulan laporan mencapai Rp2,63 triliun

atau tumbuh 18,06% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat 11,03% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis simpanan dalam bentuk giro yang tumbuh

sebesar 50,05% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan I-2014 sebesar 33,57% (yoy). Begitu

II III IV I II III IV I II

Asset (Rp Miliar) 2.494 2.737 3.020 3.138 3.282 3.468 3.711 3.665 3.789

Pembiayaan lokasi proyek (Rp Miliar) 2.045 2.260 2.481 2.870 3.199 3.477 3.677 3.716 4.006

Dana (Rp Miliar) 1.948 2.062 2.242 2.296 2.231 2.359 2.707 2.549 2.634

FDR lokasi proyek (%) 105,01% 109,61% 110,66% 124,98% 143,42% 147,41% 135,81% 145,74% 152,13%

NPF lokasi proyek (%) 1,35% 2,45% 2,16% 2,77% 2,45% 1,68% 1,76% 2,04% 2,55%

2013 20142012Keterangan (Miliar Rp)

Page 57: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

40

pula untuk 2 (dua) jenis simpanan yang lain yaitu tabungan dan deposito masing-masing tumbuh 13,4%

(yoy) dan 16,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing hanya tercatat

sebesar 7,62% (yoy) dan 11,27% (yoy).

Sementara itu, realisasi pembiayaan syariah yang disalurkan oleh perbankan (berdasarkan lokasi proyek) di

provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 mencapai Rp4,01 triliun, lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tercatat Rp3,72 triliun. Namun secara tahunan,pertumbuhan kredit syariah mengalami

perlambatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 29,47% (yoy) menjadi 25,23%

(yoy). Dilihat dari jenis kreditnya, menurunnya pembiayaan syariah ini terjadi pada pembiayaan modal kerja

yang tumbuh 37,66% (yoy), melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

58,34% (yoy). Pertumbuhan kredit konsumsi syariah juga relatif mengalami perlambatan, dari 20,49% (yoy)

menjadi 20,44% (yoy) pada triwulan laporan. Sebaliknya, kredit investasi syariah mengalami peningkatan

pertumbuhan, dari 8,04% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 16,38% (yoy) pada triwulan II-2014.

Dengan perkembangan tersebut, Financing to DepositRatio(FDR) menurut lokasi proyek pada triwulan II-

2014 tercatat152,13%, meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 145,74%.

Kondisi ini menjadi indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah pada triwulan laporan masih

berjalan baik. Namun meningkatnyafungsi intermediasi ini tidak diikuti dengan membaiknya kinerja

pembiayaan. Rasio Non Performing Financing (NPF) pada akhir triwulan laporan tercatat 2,55%, meningkat

dibandingkantriwulan I-2014yang sebesar 2,04%. Peningkatan tingkat risiko pembiayaan ini terutama

terjadi pada pembiayaan yang bersifat investasidimana NPF tercatat meningkat dari 2,40% pada triwulan I-

2014 menjadi 3,71%pada triwulan laporan.

Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan

Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan

3. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksipembayaran tunai di Kalimantan Selatan melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II

(Kaliamantan)selama triwulan II-2014, menunjukkan net inflow. Penukaran uang pecahan kecildan temuan

uang palsu sedikit mengalami penurunan selama triwulan laporan. Sementara itu pada sistem pembayaran

non tunai baik melalui kliring dan RTGS mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.

Page 58: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

41

3.1 Transaksi Pembayaran Tunai

Pada triwulan II-2014, total transaksi tunai melalui loket Kantor Perwakilan (KPw) BI Wilayah II(Kalimantan)

khususnya uang kartal masuk (inflow) tercatat mengalami penurunan, sedangkan uang kartal keluar

(outflow) mengalami peningkatan.Hal ini sesuai dengan siklus ekonomi tahunan yang mulai menggeliat

pada triwulan II.

a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Total perputaran aliran uang kartal pada triwulan II-2014 sedikit mengalami peningkatan sebesar 16,6% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,23 triliun. Peningkatan tersebut

terutama terjadi pada aliran uang keluar (outflow) yang naik cukup tajam, yaitusebesar 72,77% (qtq) dari

Rp1,02 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp1,76 triliun. Mulaiterealisasi proyek pemerintah dan swasta di

kuartal kedua merupakan salah satu faktor utama terjadinya peningkatanoutflow tersebut.Sementara itu,

jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) mengalami penurunan sebesar 4,89% (qtq) yaitu

dari Rp 2,66 triliun menjadi Rp 2,54 triliun. Untuk itu, transaksi pembayaran tunai di Kalimantan Selatanpada

triwulan II-2014 mengalami net inflow sebesar Rp 773 miliar.

Grafik 3.9 Perkembangan Inflow dan Outflow di Kalimantan Selatan

Grafik 3.10 Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan BI Wilayah II (Kalimantan

b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah

Selama triwulan II-2014, jumlah nominal penukaran uang baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket

penukaran uang di KPw BI Wilayah Kalimantan tercatat mencapai Rp54,58 miliar, atau meningkat 19,62%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp45,63miliar. Jika dilihat dari pecahannya, uang

pecahan kecil yaitu Rp2.000, Rp5.000 dan Rp10.000 menjadi pecahan yang paling banyak diminta oleh

masyarakat dalam kegiatan penukaran uang di KPw BI Wilayah II (Kalimantan).

Selain menerima penukaran uang rupiah melalui loket di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II

(Kalimantan), selama triwulan II-2014 Bank Indonesia juga melakukan penukaran langsung ke tengah

masyarakat melalui kegiatan kas keliling sebanyak 12kali termasuk ke daerah terpencil. Kas Keliling tersebut

merupakan salah satu upaya aktif Bank Indonesia untuk mendukung ketersediaan uang layak edar di

masyarakat.

(3.000)

(2.000)

(1.000)

-

1.000

2.000

3.000

II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp Miliar) Net Inflow/Outflow (Rp Miliar)

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nominal (Rp Juta) % Growth (qtq)

Page 59: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

42

c. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Selama triwulan II-2014 tercatat sebanyak 167 lembar uang palsu yang ditemukan di wilayah Kalimantan

Selatan.Jumlah temuan uang palsu tersebut relatif menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mencapai 177 lembar. Dilihat dari sumbernya, uang palsu tersebut ditemukan dari penukaran uang di

loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan

masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian.Seiring jumlah bilyet uang palsu pada triwulan II-2014 yang

menurun, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) juga menurun dibandingkan dengan

triwulan I-2014 yaitu dari 0,000332% menjadi 0,000329% pada triwulan laporan.Seperti pada triwulan

sebelumnya, mayoritas uang palsu yang ditemukan merupakan uang pecahan Rp100.000 dan pecahan

Rp50.000.

Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah II (Kalimantan) terus berupaya untuk meningkatkan awareness dari masyarakat melalui berbagai

macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai

daerah di Kalimantan Selatan.

Grafik 3.11 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan

Grafik 3.12 Share Pecahan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan

3.2 Transaksi Pembayaran Non-Tunai

Selama triwulan II-2014, transaksi pembayaran non tunai melalui BI-RTGS dan Kliring yang dilakukan

melalui KPwBI Wilayah Kalimantan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode

sebelumnya.Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di sesuai dengan siklus

tahunannya.

a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi non-tunai yang bernilai besar khususnya lebih dari Rp500 juta harus dilakukan melalui sarana

Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Selama triwulan II-2014 ini transaksi melalui BI-RTGS

mengalami peningkatanbaik dari sisi nominal maupun dari sisi volume transaksi.Nilai nominal transaksi

melalui BI-RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp43,38 triliun atau meningkat

0,000000%

0,000500%

0,001000%

0,001500%

0,002000%

0,002500%

0

100

200

300

400

500

600

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Lembar Uang Palsu Rasio UPAL/UYD

13%40%

19% 22% 15% 16% 5% 12%4% 10%

21%

17%

14%

69%

28% 30%

12%

49%

26% 16%

65%43%

67%

9%

55% 54%

81%

36%

69% 74%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Pecahan 2 ribu ke bawah Pecahan 5 ribu Pecahan 10 ribu

Pecahan 20 ribu Pecahan 50 ribu Pecahan 100 ribu

Page 60: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

43

sebesar14,49%(qtq), sedangkan untuk volume transaksi mengalami peningkatan sebesar 1,88% (qtq) dari

41.979 transaksi menjadi 42.769 transaksi.

Tabel 3.3.Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan

b. Transaksi Kliring

Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, transaksi kliring pada triwulan II-2014 juga mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan nominal transaksi kliring mencapai

Rp4,12 triliunatau sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,18% (qtq) dari triwulan sebelumnya.Apabila

dihitung dengan jumlah hari kerja pelaksanaan kliring, maka rata-rata harian perputaran kliring adalah sebesar

Rp68,67miliar. Namun demikian, jumlah warkat yang ditransaksikan relatif tidak mengalami peningkatan yang

signifikan, dari 78.153 lembar menjadi 80,037 lembar, atau rata-rata perputaran harian sebanyak

1.351lembar.

Grafik 3.13 Perkembangan Jumlah Perputaran Kliring di Kalimantan Selatan

Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Kalimantan Selatan

Sementara itu, penolakan cek dan bilyet giro kosong yang ditemukan dalam transaksi kliring mengalami

peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah transaksi.Dari sisi jumlah transaksi, rata-rata harian

cek/bilyet giro kosong mencapai 40 lembar, meningkat dari triwulan sebelumnya yang berkisar pada 30

lembar. Secara nominal, jumlah cek dan bilyet giro kosong yang ditemukan pada triwulan II-2014 rata-rata

mencapai Rp2,04 miliar per hari, meningkat dari triwulan I-2014 yang sebesarRp1,70 miliar per hari.

Nilai Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

1 19.292 17.164 13.419 21.756 4.735 4.977 37.446 43.897

2 19.362 12.032 13.713 22.081 4.628 5.056 37.702 39.169

3 21.262 18.696 15.923 22.815 5.038 5.165 42.223 46.676

4 23.349 20.305 18.066 25.107 5.777 5.700 47.191 51.112

1 23.216 17.547 18.201 21.627 5.114 4.775 46.531 43.949

2 31.699 21.394 22.743 23.651 6.634 5.272 61.076 50.317

3 24.859 21.048 14.982 22.437 5.327 5.055 45.168 48.540

4 28.709 22.721 17.406 24.750 6.160 5.619 52.275 53.090

1 29.824 20.355 15.097 21.371 4.921 4.784 49.842 46.510

2 35.465 20.769 16.537 22.214 5.646 4.847 57.648 47.830

3 24.719 18.523 15.681 20.081 6.395 4.786 46.795 43.390

4 21.801 20.003 16.345 21.560 6.543 5.146 44.688 46.709

1 18.241 18.298 14.162 18.997 5.485 4.684 37.888 41.979

2 21.854 18.841 15.473 19.334 6.050 4.594 43.376 42.769 2014

FROM TO FROM - TO TOTAL

Volume Volume Volume VolumePeriode

2011

2012

2013

0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Nominal (Triliun Rp) Transaksi (ribu lembar)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Nominal Per Hari (Juta Rp) Lembar Per Hari

Page 61: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

44

BOKS 3

Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem InformasiLayanan Kas (BISILK)

Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kelancaran proses layanan kas untuk

memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang

sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar.

Langkah terbaru yang ditempuh Bank Indonesia adalah melalui penerbitan Surat Edaran no.16/6/DPU

tanggal 17 April 2014 tentang penerapan Bank Indonesia Sistem Layanan Kas (BISILK).

1. BISILK merupakan sistem informasi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan digunakan oleh

bank untuk menunjang kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang yang terdiri dari:

a. informasi posisi likuiditas;

b. transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

c. rencana Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang; dan

d. laporan terkait kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang,

yang diproses secara elektronik, on-line, dan tersentralisasi.

2. Penyelenggara BISILK adalah Bank Indonesia, sementara Bank peserta BISILK adalah kantor Bank yang

ditunjuk sebagaikoordinator dalam kegiatan Penyetoran Uang dan/atau PenarikanUang. Setiap Bank

hanya dapat menunjuk 1 (satu) kantor Bankuntuk bertindak sebagai koordinator pada 1 (satu) wilayah

kerjakantor Bank Indonesia setempat sebagai peserta BISILK.

3. BISILK mulai diimplementasikan pada tanggal 21 April 2014 untuk Bank yang berada di wilayah kerja

Kantor Pusat Bank Indonesia, dan tanggal 18 Agustus 2014 untuk Bank yang berada di luar wilayah

kerja Kantor Pusat Bank Indonesia. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui implementasi

BISILK adalah:

a. meningkatkan kecepatan, keamanan, keakuratan, akuntabilitas, transparansi, dan

kenyamanan dalam kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang;

b. meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen kas perbankan; dan

c. mengoptimalkan proses sirkulasi uang Rupiah di masyarakat.

4. Informasi lebih lengkap mengenai SE ini dapat dilihat pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id).

Page 62: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 4 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

46

BAB IV KEUANGAN DAERAH

Page 63: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 64: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 4 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

47

KEUANGAN DAERAH

Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, kinerja keuangan

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2014 mengalami perbaikan. Hal

ini ditunjukkan baik dari sisi realisasi pendapatan daerah maupun dari sisi realisasi belanja

yang keduanya mengalami peningkatan.

Kinerja APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada pos pendapatan daerah sampai dengan triwulan II-

2014 relatif membaik. Hal ini dicerminkan oleh realisasinya yang mencapai Rp2,42 triliun atau sebesar

51,44% dari Rp4,70 triliun anggaran pendapatan tahun 2014. Kinerja tersebut menunjukkan sedikit

peningkatan dari triwulan II-2013, dimana realisasi berada pada tingkat 50,26% atau Rp2,2 triliun dari

total anggaran sebesar Rp4,37 triliun.

Tabel 4.1.Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Juta)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Sementara itu, realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan

terserap 35,05%, atau Rp1,85 triliun dari Rp5,27 triliun yang dianggarkan. Penyerapan ini relatif

meningkat dibanding triwulan yang sama pada tahun 2013, yaitu sebesar Rp1,62 triliun atau 32,61%

dari Rp4,97 triliun anggaran.

1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah

Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II-

2014 menunjukkan kinerja yang sedikit mengalami perbaikan dibandingkan periode

sebelumnya.

2013 2014 2013 2014 2013 2014

Pendapatan Daerah 4.369.706 4.701.326 2.196.328 2.418.264 50,26% 51,44%

Pendapatan Asli Daerah 2.751.770 2.975.594 1.237.096 1.398.920 44,96% 47,01%

Dana Perimbangan 1.270.215 1.374.101 790.385 837.186 62,22% 60,93%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 347.721 351.632 168.846 182.158 48,56% 51,80%

Belanja Daerah 4.973.326 5.266.326 1.621.569 1.846.036 32,61% 35,05%

Belanja Operasi 3.963.757 3.919.559 1.404.658 1.492.701 35,44% 38,08%

Belanja Modal 999.569 1.336.767 214.985 351.442 21,51% 26,29%

Belanja Tidak Terduga 10.000 10.000 1.926 1.893 19,26% 18,93%

Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan II % Realisasi

4

Page 65: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 4 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

48

Efektivitas keuangan daerah1, sebagaimana diukur melalui realisasi Pendapatan Asli Daerah

(PAD), pada triwulan laporan mencapai 47,01% dari total PAD yang dianggarkan. Hal ini

menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan II-2013 yang hanya mencapai 44,96%.

Namun demikian, tingkat efektivitas keuangan daerah pada triwulan laporan belum dapat kembali ke

tingkat yang sama seperti triwulan II-2012, yang mencapai 67,35% dari anggaran PAD.

Tabel 4.2.Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Seiring dengan meningkatnya realisasi PAD, kemandirian daerah2 Provinsi Kalimantan Selatan selama

triwulan II-2014 juga mulai mengalami peningkatan. Rasio kemandirian daerah mencapai 57,85%,

membaik dibanding dengan triwulan yang sama pada periode sebelumnya yang hanya mencapai

56,33%.

Di sisi lain, kemampuan fiskal daerah3 Provinsi Kalimantan Selatan dalam membiayai belanja sedikit

mengalami penurunan, dari 76,29% pada triwulan I-2013 menjadi 75,78%. Peningkatan realisasi PAD

sebesar 13,08% (yoy) belum dapat menyamai peningkatan realisasi belanja daerah, yang meningkat

sebesar 13,84% (yoy). Hal ini berakibat pada meningkatnya ketergantungan daerah terhadap dana

perimbangan.

1Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.

2Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut

3Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.

2013 2014 2013 2014 2013 2014

Pendapatan Asli Daerah 2.751.770 2.975.594 1.237.096 1.398.920 44,96% 47,01%

Hasil Pajak Daerah 2.481.325 2.652.000 1.042.641 1.157.028 42,02% 43,63%

Hasil Retribusi Daerah 7.069 18.205 5.800 9.705 82,04% 53,31%

Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 43.528 33.666 37.016 44.141 85,04% 131,12%

lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 219.848 271.723 151.639 188.047 68,97% 69,21%

Dana Perimbangan 1.270.215 1.374.101 790.385 837.186 62,22% 60,93%

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 545.150 647.375 379.204 411.589 69,56% 63,58%

Dana Alokasi Umum 683.511 701.726 398.715 409.340 58,33% 58,33%

Dana Alokasi Khusus 41.554 25.000 12.466 16.257 30,00% 65,03%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 347.721 351.632 168.846 182.158 48,56% 51,80%

Pendapatan Daerah 4.369.706 4.701.326 2.196.328 2.418.264 50,26% 51,44%

Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan II % Realisasi

Page 66: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 4 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

49

Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah dalam APBD Triwulan II-

2014

Grafik 4.2 Rasio Kemandirian Daerah/ Desentralisasi Fiskal

Dilihat dari komponen pembentuk PAD, komponen yang mengalami peningkatan terbesar terjadi

pada komponen retribusi daerah, yaitu mencapai Rp9,7 miliar, atau meningkat 67,33% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp5,8 miliar. Selain

itu, Pajak Daerah juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, yaitu dari Rp1,24 triliun menjadi Rp1,4 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat

kesadaran dan partisipasi masyarakat serta dunia usaha di Kalimantan Selatan semakin meningkat

dalam mendorong pembangunan melalui pembayaran pajak dan retribusi daerah.

Sementara itu, persentase realisasi dana perimbangan cenderung menurun dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya, yaitu dari 62,22% pada triwulan II-2013 menjadi 60,93% pada triwulan

laporan, walaupun realisasi nominal meningkat dari Rp790,39 miliar menjadi Rp837,19 miliar.

Menurunnya realisasi tersebut terutama dipengaruhi oleh sub komponen Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,

yang menurun dari 69,56% pada triwulan II-2013 menjadi 63,58% pada triwulan II-2014.

2. Realisasi Belanja Daerah

Sejalan dengan pos pendapatan, realisasi sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan

Selatan selama triwulan II-2014 tercatat sebesar 35,05%, atau mengalami peningkatan dari

32,61% pada periode yang sama tahun 2013. Dilihat dari nominalnya, realisasi belanja mengalami

peningkatan sebesar 13,84 % (yoy), yaitu dari Rp1,62 triliun pada triwulan II-2013 menjadi Rp1,85

triliun pada triwulan laporan.

Ditinjau dari komponen belanja daerah, baik belanja operasi maupun belanja modal mengalami

peningkatan realisasi. Pada belanja operasi, realisasi pada triwulan II-2014 mencapai Rp1,49 triliun

atau 38,08% dari total anggaran, meningkat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya

yang hanya mencapai Rp1,4 triliun atau 35,44% dari total anggaran. Meningkatnya prosentase

realisasi pada triwulan II-2014 terutama didorong oleh meningkatnya realisasi anggaran belanja

barang dan jasa dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

67,35% 44,96% 47,01%0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Tw2-2012 Tw2-2013 Tw2-2014

60,95% 56,33% 57,85%53%54%55%56%57%58%59%60%61%62%

Tw2-2012 Tw2-2013 Tw2-2014

Page 67: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 4 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

50

Tabel 4.3.Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Hal yang sama juga terjadi pada realisasi komponen belanja modal yang mengalami peningkatan.

Sampai dengan akhir triwulan II-2014, realisasi telah mencapai Rp351,44 miliar, atau 26,29% dari

anggaran 2014. Realisasi ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013, dimana pada periode

tersebut belanja modal terealisasi sebesar 21,51% dengan nominal Rp215 miliar.

Peningkatan realisasi belanja modal tersebut mengindikasikan peningkatan perhatian pemerintah untuk

penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Hal ini mengingat belanja modal pada umumnya dipergunakan

untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar

distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Kondisi ini juga tercermin

dari meningkatnya rasio realisasi belanja modal pemerintah terhadap realisasi belanja total yang

mencapai 19,04% pada triwulan II-2014, meningkat signifikan dibanding triwulan II-2013 yang hanya

mencapai 13,26%.

Grafik 4.3 Prosentase Realisasi Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Modal

Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total

2013 2014 2013 2014 2013 2014

Belanja Operasi 3.963.757 3.919.559 1.404.658 1.492.701 35,44% 38,08%

Belanja Pegawai 806.693 866.944 304.277 317.186 37,72% 36,59%

Belanja Barang dan Jasa 1.028.254 1.276.271 344.487 426.745 33,50% 33,44%

Hibah 421.620 396.546 190.526 171.519 45,19% 43,25%

Belanja Bantuan Sosial 422.781 10 47 - 0,01% 0,00%

Belanja Bantuan Keuangan 1.284.409 1.379.788 565.321 577.251 44,01% 41,84%

Belanja Modal 999.569 1.336.767 214.985 351.442 21,51% 26,29%

Belanja Tidak Terduga 10.000 10.000 1.926 1.893 19,26% 18,93%

Total Belanja 4.973.326 5.266.326 1.621.569 1.846.036 32,61% 35,05%

Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan II % Realisasi

Page 68: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111411111111111044444441100140014 014411014014 0 104

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Page 69: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 70: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014

53

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Seiring dengan melambatnya kinerja perekonomian Kalimantan Selatan, pada triwulan II-2014 ini

kondisi ketenagakerjaan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari hasil liaison dan Survei

Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja pada

triwulan laporan relative stabil. Namun demikian, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan penyerapan tenaga kerja khususnya

pada sektor industri pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran walaupun tidak terlalu besar.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum

memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti peningkatan daya beli

masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap

Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel yang juga

mengalami penurunan, serta adanya peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan

Kemiskinan dan peningkatan garis kemiskinan.

1. KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, jumlah penggunaan tenaga kerja pada triwulan laporan relatif

stabil, hal ini dikonfirmasi oleh sebagian besar contact liaison yang menyatakan bahwa contact tidak

menambah maupun mengurangi jumlah tenaga kerja. Sementara dari hasil Survei Konsumen (SK) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia, indeks ketersediaan lapangan kerja yang merupakan persepsi masyarkat

terhadap kondisi saat ini dibandingkan periode sebelumnya, mengalami penurunan dari 132,5 pada

triwulan I-2014 menjadi 116,7 pada triwulan II-2014 (Grafik 5.2) Namun indeks tersebut masih berada di

atas angka 100 yang artinya masyarakat masih optimis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan di

Kalimantan Selatan.

Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II-2014

mengindikasikan kenaikan realisasi penggunaan tenaga kerja pada dunia usaha di Kalimantan Selatan,

dimana tercermin dari angka saldo bersih tertimbang (SBT) realisasi penggunaan tenaga kerja triwulan II-

2014 sebesar 8,06, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -

3,50 (Grafik 5.1). Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya ekspektasi pelaku usaha, seiring

meningkatnya aktivitas di sektor perdagangan hotel dan restoran, khususnya menjelang bulan Ramadhan

dan musim liburan sekolah. Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2014, dua dari tiga sektor utama (sektor

pertanian dan sektor PHR) di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja, kecuali

5

Page 71: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014

54

sektor pertambangan yang menurun, seiring belum meningkatnya permintaan dan harga komoditas

batubara yang mendorong pelaku usaha untuk tidak melakukan penambahan tenaga kerja.

2. KESEJAHTERAAN

Selama triwulan II-2014, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan mengalami

penurunan. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator kesejahteraan yang dihasilkan selama triwulan

laporan di bawah ini.

2.1. Daya Beli Masyarakat

Bedasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II

(Kalimantan), Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) pada triwulan II-2014 sebesar 147,1 atau menunjukkan

penurunan dari triwulan I-2014 yang mencapai 152,1. Hal ini juga tercermin dari nilai Indeks Tendensi

Konsumen (ITK) Kalimantan Selatan yang dirilis oleh BPS untuk triwulan II-2014 sebesar 107,86 atau

menurun dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang tercatat 111,47. Penurunan ini sejalan dengan

turunnya UMP riil Kalimantan Selatan karena cukup tingginya tingkat inflasi pada semester I-2014 akibat

kenaikan harga pangan dan komoditas strategis lainnya.

Namun demikian, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada triwulan III-2014 menunjukkan masih

berada pada level yang optimis dan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, yaitu dari 147,1 menjadi 152,9.

Grafik 5.1 Saldo Bersih tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja

Grafik 5.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Page 72: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014

55

2.2. Nilai Tukar Petani

NTP adalah suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang

diperlukan petani untuk konsumsi untuk rumah tangganya dan untuk keperluan memproduksi produk

pertanian. Oleh karena itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat

khususnya yang berkerja di sektor pertanian. Pada triwulan II-2014, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar

99,89, atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,12. Penurunan NTP pada

triwulan laporan didorong oleh penurunan indeks harga yang diterima petani lebih besar daripada

penurunan indeks harga yang dibayar petani.

Dilihat dari sub sektornya, hampir seluruh subsektor mengalami penurunan NTP, dimana penurunan terbesar

terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan, yaitu dari 97,8 menjadi 93,87 atau turun 4,02% jika

dibandingkan triwulan lalu (qtq). Sementara itu, hanya subsektor peternakan yang mengalami kenaikan NTP,

yaitu dari 108,97 menjadi 109,27. Namun, mengingat penurunan di 4 subsektor lainnya yang jauh lebih

dalam dibandingkan kenaikan NTP di subsektor perkebunan, mengakibatkan NTP di Kalimantan Selatan

mengalami penurunan sebesar 1,3% (qtq) atau 6,07% (yoy).

Jika di bandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan mengalami penurunan

ranking yang cukup besar, dimana saat ini berada pada urutan ke-24 sementara pada triwulan sebelumnya

berada pada urutan ke-14. Sementara jika dibandingkan dengan propinsi lainnya di Kalimantan, NTP

Kalimantan Selatan berada di urutan ke-2 setelah Kalimantan Tengah dengan NTP 101,23, kemudian

Kalimantan Timur di urutan 3 dengan NTP 99,77 dan Kalimantan Barat berada di urutan terakhir dengan NTP

97,05.

Grafik 5.3 Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini

Grafik 5.4 Upah Riil di Kalimantan Selatan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah

Page 73: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014

56

Grafik 5.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel

Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah

Tabel 5.1 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007)

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

II III IV I II III IV I II qtq yoy

107,37 106,66 106,61 105,46 105,49 102,61 96,56 98,97 98,76 -0,21% -6,38%

146,39 147,27 147,91 149,95 150,01 149,99 102,30 105,80 107,66 1,76% -28,23%

a. 146,64 147,17 147,82 149,90 149,35 149,35 102,11 106,08 108,13 1,93% -27,60%

b. 145,09 147,78 148,37 150,21 153,31 153,20 103,88 103,35 103,57 0,21% -32,44%

136,33 138,07 139,52 142,20 142,20 146,17 105,94 106,90 109,01 1,97% -23,34%

a. 138,50 140,48 141,84 145,08 145,01 149,73 106,43 107,41 109,83 2,25% -24,26%

b. 127,90 128,70 130,48 130,97 131,24 132,28 104,58 105,48 106,72 1,18% -18,68%

128,53 128,84 126,04 123,64 125,26 123,18 100,79 100,94 98,86 -2,06% -21,08%

173,53 176,07 173,76 173,88 176,17 178,12 106,37 107,60 107,83 0,21% -38,79%

a. 200,85 203,09 204,89 211,18 215,73 221,44 117,41 117,61 118,61 0,85% -45,02%

b. 166,71 169,33 166,00 164,58 166,30 167,32 102,82 104,52 104,48 -0,04% -37,17%

c. Tanaman Obat 103,54

135,01 136,65 137,87 140,63 140,64 144,59 104,02 106,60 109,07 2,32% -22,45%

a. 137,05 139,02 140,34 143,53 143,48 148,05 105,54 107,20 109,99 2,60% -23,34%

b. 124,36 124,31 124,95 125,48 125,81 126,56 103,04 103,63 104,53 0,87% -16,91%

93,66 94,28 95,34 95,71 93,07 90,70 98,92 97,80 93,87 -4,02% 0,86%

124,59 127,12 129,41 132,20 128,53 128,95 104,71 104,43 102,22 -2,12% -20,47%

124,59 127,12 129,41 132,20 128,53 128,95 104,71 104,43 102,22 -2,12% -15,27%

133,02 134,83 135,74 138,13 138,10 142,17 105,86 106,77 108,90 1,99% -20,46%

a. 137,61 139,83 140,89 144,08 143,95 148,81 106,47 107,51 109,85 2,18% -27,04%

b. 120,52 121,21 121,70 121,89 122,17 124,04 103,40 103,76 105,02 1,21% -14,04%

104,13 104,58 104,90 104,11 104,75 105,52 108,93 108,97 109,27 0,28% 4,32%

132,56 134,44 135,77 136,98 137,57 142,27 113,54 114,35 116,33 1,73% -15,44%

a. Ternak Besar 122,18 123,07 125,76 126,84 126,69 129,03 119,53 118,50 120,67 1,83% -4,75%

b. Ternak Kecil 133,21 134,41 136,97 137,36 138,35 140,62 110,37 111,17 111,91 0,67% -19,11%

c. 138,34 140,99 141,21 142,86 146,29 150,55 113,04 113,06 115,51 2,17% -21,04%

d. 147,17 150,36 149,93 151,06 149,99 160,35 109,76 113,05 114,39 1,19% -23,73%

127,30 128,55 129,42 131,58 131,34 134,83 104,23 104,93 106,46 1,46% -18,94%

a. 138,13 140,02 141,24 144,47 144,02 149,05 106,56 107,57 109,96 2,22% -23,65%

b. 106,93 106,98 107,19 107,31 107,47 108,07 101,62 101,98 102,54 0,55% -4,59%

86,68 86,51 88,17 87,99 88,68 89,39 107,80 108,58 108,09 -0,45% 21,89%

110,12 111,27 113,89 115,57 116,15 120,09 115,75 117,56 118,70 0,97% 2,20%

a. 106,28 106,95 109,90 111,62 112,37 116,76 116,72 119,10 119,59 0,41% 6,43%

b. 119,31 121,60 123,44 125,01 125,17 128,05 113,18 113,46 116,35 2,55% -7,05%

127,04 128,63 129,17 131,34 130,98 134,35 107,37 108,27 109,81 1,42% -16,16%

a. 134,81 137,18 138,01 141,00 140,49 145,34 109,52 110,55 112,77 2,01% -19,73%

b. 111,15 111,13 111,08 111,57 111,52 111,83 103,54 104,18 104,54 0,35% -6,26%

107,78 107,57 107,00 106,23 106,34 104,26 100,44 101,21 99,89 -1,30% -6,07%

144,51 146,02 146,55 148,21 148,32 149,47 106,19 107,92 108,54 0,57% -26,82%

134,08 135,75 136,96 139,53 139,48 143,36 105,72 106,63 108,66 1,90% -22,10%

a. 137,78 139,81 141,07 144,27 144,13 148,88 106,65 107,67 110,11 2,27% -23,60%

b. 123,01 123,50 124,62 125,05 125,28 126,29 103,56 104,18 105,21 0,99% -16,02%

2014

Nilai Tukar Petani

Indeks Konsumsi Rumah Tangga

2012 Perubahan (%)Sektor, Kelompok dan Subkelompok

Nilai Tukar Petani

Indeks harga yang diterima petani (lt)

Indeks harga yang dibayar petani (lb)

Tanaman Pangan

Padi

Palawija

2013

Buah-buahan

Indeks harga yang dibayar petani (lt)

Indeks Konsumsi Rumah Tangga

Indeks BPPBM

Tanaman Perkebunan Rakyat

Indeks BPPBM

HortikulturaNilai Tukar Petani

Indeks harga yang diterima petani (lt)

Sayur-sayuran

Indeks BPPBM

PerikananNilai Tukar Petani

Indeks harga yang diterima petani (lt)

Indeks harga yang diterima petani (lt)

Indeks Konsumsi Rumah Tangga

Tanaman Perkebunan Rakyat

Indeks harga yang dibayar petani (lt)

Indeks Konsumsi Rumah Tangga

Indeks BPPBM

PeternakanNilai Tukar Petani

Indeks harga yang diterima petani (lt)

Unggas

Hasil Ternak

Indeks harga yang dibayar petani (lt)

Penangkapan Ikan

Indeks harga yang dibayar petani (lb)

Indeks Konsumsi Rumah Tangga

Indeks BPPBM

Indeks harga yang dibayar petani (lb)

Indeks Konsumsi Rumah Tangga

Indeks BPPBM

GabunganNilai Tukar Petani

Indeks harga yang diterima petani (lt)

Budidaya

Page 74: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014

57

2.3. Tingkat Kemiskinan

Angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan menunjukan trend penurunan baik dari jumlah maupun

prosentase penduduk miskin. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel, jumlah penduduk miskin di Kalimantan

Selatan pada bulan Maret 2014 mencapai 182.876 orang atau 4,68% dari total penduduk Kalsel. Jumlah

tersebut menurun 1.423 orang atau sebesar 0,77% dibandingkan data September 2013.

Dilihat dari lokasinya, penurunan kemiskinan ini terjadi di daerah pedesaan. Penduduk miskin di perdesaan

pada Maret 2014 tercatat 120.367 orang, atau menurun 2.626 orang (2,14%) dibandingkan dengan bulan

September 2013. Sebaliknya, di perkotaan, penduduk miskin pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar

62.509 orang, atau mengalami peningkatan dari bulan September 2013 sebesar 1.203 orang (1,66%).

Sementara itu sebagai acuan dasar dari menentukan tingkat kemiskinan atau dikenal dengan Garis

Kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan di Provinsi

Kalimantan Selatan meningkat sebesar 2,72% dari Rp300.329 per kapita/bulan pada posisi September

2013 menjadi Rp308.512 per kapita/bulan di bulan Maret 2014. Kenaikan ini tampaknya didorong oleh

cukup tingginya tingkat inflasi pada semester I-2014 akibat kenaikan harga pangan dan komoditas strategis

lainnya. Peningkatan garis kemiskinan terjadi baik pada komponen makanan dan komponen bukan

makanan. Kontribusi garis kemiskinan dari komponen makanan pada Maret 2014 sebesar 71,71%, sedikit

mengalami penurunan dibandingkan posisi September 2013 sebesar 71,81%.

Walaupun secara umum angka kemiskinan menunjukkan kecenderungan yang menurun, namun terdapat

kecenderungan kesenjangan antar penduduk miskin semakin melebar. Hal tersebut dicerminkan oleh

peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 0,61 pada September 2013 menjadi 0,63 pada Maret

2014. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan yang mengalami sedikit peningkatan dari 0,11 menjadi

0,14 pada Maret 2014.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah Distribusi Pendapatan yang merupakan suatu gambaran

tentang pemerataan maupun ketimpangan pembagian pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi

di suatu wilayah. Ketimpangan distribusi pendapatan dapat dilihat dari angka Gini Ratio. Pada periode

September 2013 sampai dengan Maret 2014 ketimpangan distribusi pendapatan masih dalam kategori

ketimpangan sedang, walaupun terjadi kenaikan angka Gini Ratio dimana pada September 2013 sebesar

0,3555 menjadi 0,3594 pada bulan Maret 2014.

Jika dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional yang pada Maret 2014 mencapai

11,25%, tingkat kemiskinan di Kalsel masih jauh lebih baik. Hal yang sama juga terjadi jika dibandingkan

dengan provinsi lainnya wilayah Kalimantan, dimana persentase penduduk miskin di Kalsel berada paling

rendah diantara provinsi lain, yaitu Kalteng (6,03%), Kaltim (6,42%) dan Kalbar (8,54%).

Page 75: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014

58

Tabel 5.2 Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

Garis

Kemiskinan

Jumlah

Penduduk

Miskin

Persentase

Penduduk

Miskin (P0)

Tingkat

Kedalaman

Kemiskinan

(P1)

Tingkat

Keparahan

Kemiskinan

(P2)2000 74.441 385.300 13,05 2,53 0,71

2001 86.515 357.442 11,92 1,58 0,43

2002 98.596 259.800 8,51 1,11 0,23

2003 114.151 258.960 8,16 1,22 0,28

2004 121.879 231.000 7,19 1,04 0,24

2005 128.598 235.700 7,23 1,09 0,25

2006 147.915 278.451 8,32 1,28 0,32

2007 161.514 233.500 7,01 0,81 0,16

2008 180.263 218.898 6,48 1,03 0,27

2009 195.787 175.977 5,12 0,73 0,17

2010 210.850 181.963 5,21 0,69 0,18

Maret 2011 238.535 194.623 5,29 0,81 0.20

September 2011 249.487 198.611 5,35 0,81 0,20

Maret 2012 262.459 189.875 5,06 0,65 0,13

September 2012 269.714 189.214 5,01 0,76 0,17

Maret 2013 283.515 181.739 4,77 0,53 0,11

September 2013 300.329 184.299 4,76 0,61 0,11

Maret 2014 308.512 182.876 4,68 0,63 0,14

Waktu

Prov. Kalimantan Selatan

Page 76: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 6 Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

81

BAB VI PROSPEK EKONOMI

Page 77: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 78: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 6 Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

61

PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan III 2014 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan masih

melanjutkan tren melambat. Sementara itu, laju inflasi diproyeksi cenderung mereda bila

dibandingkan dengan triwulan laporan. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan

liaison, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan III 2014 diprakirakan berada pada kisaran 4,6% - 5,0%

(yoy). Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalsel untuk tahun 2014 diperkirakan berada di bawah

perkiraan sebelumnya atau berada pada kisaran 4,8%-5,2% (yoy).

Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha,

serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir

triwulan III-2014 cenderung turun dengan perkirakan berada pada kisaran 4,4% - 4,8% (yoy).

1. PRAKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI

Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha

Sumber: SKDU - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan akan sesuai dengan pola historisnya kembali

melambat pada triwulan III 2014 dan berada dalam kisaran 4,6% - 5,0% (yoy). Perekonomian ke

depan diperkirakan masih memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan II 2013 terutama

pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal, perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan

masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan yang tinggi. Perekonomian negara-negara

tujuan ekspor Kalimantan Selatan seperti Tiongkok dan India masih memiliki pertumbuhan yang baik

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha (rhs)

6

Page 79: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 6 – Prospek Ekonomi

62Kajian Ekonom

i

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

meskipun oleh beberapa lembaga keuangan internasional diperkirakan akan mengalami perlambatan.

Kondisi ini juga tercermin dari penurunan ekspektasi dunia usaha di Kalsel sesuai Survei Kegiatan Dunia

Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan.

Dari sisi permintaan, perlambatan terutama disumbang oleh ekspor luar negeri yang masih mengalami

kontraksi. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih menopang perekonomian

Kalsel. Hal ini terkait dengan masih berlanjutnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan

pembangunan smelter. Selain itu, berkembangnya pasar batubara domestik untuk pembangkit listrik dan

smelter diperkirakan akan membuat perusahaan tetap melanjutkan kegiatan investasinya di bidang

pertambangan.

Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja sektor pertambangan dan

sektor industri pengolahan. Perlambatan sektor pertambangan terutama disebabkan oleh penurunan

permintaan Tiongkok. Selain itu terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menurunkan kinerja

pertambangan batubara, seperti :

a. kekhawatiran terhadap larangan impor batubara kalori rendah oleh pemerintah Tiongkok. Sebagian

kalangan memperkirakan larangan ini akan diberlakukan pada awal tahun depan.

b. rencana menaikkan pajak impor batubara kalori rendah oleh pemerintah Korea Selatan juga menjadi isu

penarik kinerja ekspor batubara Kalimantan. Ekspor ke pasar Korsel sejak awal tahun cenderung

konstan menunggu kepastian pemberlakuan kebijakan tersebut.

c. Dikeluarkannya ketentuan mengenai perijinan ekspor batubara oleh Kementerian ESDM

Sementara itu, perlambatan di sektor industri pengolahan lebih disebabkan karena penurunan permintaan

luar negeri terhadap komoditas CPO. Pelemahan permintaan CPO asal Indonesia dari pasar internasional

merupakan imbas kenaikan Bea keluar (BK) CPO yang ditetapkan Kementerian Perdagangan RI dari yang

sebelumnya sebesar 10,5% menjadi 13,5%. Sedangkan, BK CPO Malaysia hanya sebesar 5,5%. Hal ini

membuat importir lebih memilih CPO asal Malaysia yang harganya jauh lebih rendah. Naiknya harga BK

CPO sebesar 13,5% yang ditetapkan Kementrian Perdagangan (Kemendag) terhitung sejak tanggal 1 April

2014. Penurunan permintaan diperkirakan juga terjadi karena adanya penurunan harga seiring dengan

berlangsungnya masa panen kedelai, rapeseed dan bunga matahari yang digunakan sebagai bahan baku

minyak nabati.

Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalsel untuk tahun 2014 yang pada awal tahun diperkirakan

tumbuh sebesar 5,2%-5,6% (yoy) akan cenderung terkoreksi ke bawah berada pada kisaran 4,8%-5,2%.

Dengan demikian, perekonomian Kalsel diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tahun

2013 yang mencapai 5,18% (yoy).

2. PRAKIRAAN INFLASI

Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 diperkirakan mereda seiring

hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013 (base effect), yaitu pada kisaran 4,4-

4,8% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 yang mencapai 6,8% (yoy).

Penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan tekanan pada kelompok administered price

Page 80: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 6 Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

63

dan kelompok volatile food dengan kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan bulan

Ramadhan dan Idul Fitri, serta adanya peningkatan produksi beberapa komoditas tanaman bahan makanan

di wilayah Kalimantan Selatan.

Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan berlalunya

perayaan keagamaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta pelaksanaan pemilihan presiden di triwulan II-

2014. Kembali normalnya permintaan masyarakat pada triwulan III-2014 akan mendorong koreksi berbagai

harga komoditas dan tarif yang terdapat di kelompok volatile food seperti daging ayam ras, telur ayam ras

dan beras, serta kelompok administered price seperti tarif angkutan udara dan tarif angkutan laut yang

pada periode sebelumnya mengalami peningkatan.

Sejalan dengan sisi permintaan, dari sisi pasokan/supply juga berpotensi untuk menurunkan tekanan inflasi.

Masuknya panen raya beras lokal Kalimantan (Siam dan Unus) yang diperkirakan mulai bulan Agustus 2014

akan meningkatkan pasokan beras lokal sehingga akan diperkirakan akan terjadi koreksi harga beras.

Namun demikian, dengan adanya kebijakan pemerintah terkait peningkatan tarif tenaga listrik (TTL) serta

kebijakan pemerintah terkait pembatasan BBM bersubsidi yang akan menahan penurunan tekanan inflasi

Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014.

Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi pada triwulan III-2014 mengalami penurunan. Hal ini

terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang,

menunjukkan bahwa pada awal triwulan II-2014 mengalami penurunan. Namun, ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi kembali meningkat pada triwulan IV-2014 seperti yang terlihat pada hasil survei konsumen

pada akhir triwulan II-2014.

Grafik 6.3 Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang

Ke depan, tekanan inflasi Kalsel sepanjang tahun 2014 diperkirakan berada dalam kisaran 4,5% - 5,5%.

Masih relatif tingginya inflasi Kalsel tersebut terutama bersumber dari kelompok bahan makanan dan

kenaikan tarif tenaga listrik (TTL). Selain itu, hal yang perlu diwaspadai terkait adanya sejumlah faktor risiko

yang berpotensi mendorong inflasi tahun 2014 lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) risiko dari

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

200.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

% yoyIndeks Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6bln yad (sk. Kiri)Inflasi IHK aktual (sk. Kanan)Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3bln yad (sk. Kiri)

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah

Page 81: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Bab 6 – Prospek Ekonomi

64Kajian Ekonom

i

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014

kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi untuk mengamankan kuota dalam APBNP 2014 sebesar

46 juta Kilo Liter yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014, 2) risiko dampak second round akibat kebijakan

pembatasan penjualan BBM besubsidi terkait kenaikan tarif angkutan orang dan angkutan barang yang

pada akhirnya dapat meningkatkan inflasi, dan 3) masih adanya risiko el nino yang dapat mengakibatkan

kondisi cuaca yang sulit diprediksi dan dapat berisiko untuk mengeser masa tanam/panen komoditas bahan

pangan strategis.

Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

2011 2012

2013 2013

2014 2014* I II III IV I II III*

Pertumbuhan PDRB, % yoy

6,12 5,73 5,57 5,05 4,77 5,40 5,18 5,50 4,89 4,6-5,0 4,8 5,2

Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan

Inflasi

2011 2012 2013

2013 2014

2014* I II III I II III*

IHK, %yoy 3,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,8 4,4 4,8 4,5 5,5

Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan

Page 82: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 83: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 84: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.

Faktor Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.

Page 85: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Non Performing Loan (NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 86: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

TIM PENYUSUN

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Mokhammad Dadi Aryadi

Maurids H. Damanik

KOORDINATOR PENYUSUN

Triatmo Doriyanto

TIM PENULIS

Agus Hartanto, Andika Surya Akbar, Daniel Agus Prasetyo , One Yusril Fikar, dan Rubiyanto

KONTRIBUTOR

Tim Statistik, Survei dan Liaison Tim Akses Keuangan dan UMKM

Tim Sistem Pembayaran

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN

Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin

No. Telp. (0511) 4368182 ext. 8236 No. Fax.(0511) 3354678

Email : [email protected]

Page 87: KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL · terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan ... Produksi Kelapa Sawit ... Perkembangan Kurs Rupiah

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan