143
KAJIAN KAJIAN KAJIAN KAJIAN KANTOR N EKONOMI REGIO N EKONOMI REGIO N EKONOMI REGIO N EKONOMI REGIO JAWA TIMUR JAWA TIMUR JAWA TIMUR JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2013 PERWAKILAN BANK IND WILAYAH IV ONAL ONAL ONAL ONAL DONESIA

KAJIAN AN EKONOMI REGIO IONAL JAWA TIMUR JAWA … · Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan ini ... BOKS 2 ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP DAYA SAING

Embed Size (px)

Citation preview

KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN

KANTOR

AN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR

TRIWULAN III - 2013

R PERWAKILAN BANK INDWILAYAH IV

IONALIONALIONALIONAL

NDONESIA

Penerbit :Penerbit :Penerbit :Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)

Kantor Kantor Kantor Kantor PerwakiPerwakiPerwakiPerwaki

Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor KantoKantoKantoKanto

“Mendukung pen

perbankan dan

memberikan saran

rangka mendukung

Visi Visi Visi Visi Kantor PerwakKantor PerwakKantor PerwakKantor Perwak

“Menjadi kantor

peningkatan peran

diberikan.”

MisiMisiMisiMisi Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia

“ Mencapai dan m

kestabilan moneter

nasional yang berkes

Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

“Menjadi bank sent

melalui penguatan n

stabil.“

Nilai Nilai Nilai Nilai –––– Nilai StrategiNilai StrategiNilai StrategiNilai Strategi

Kompetensi – Intergr

Visi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai Strategis

Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia

Visi dan MisiVisi dan MisiVisi dan MisiVisi dan Misi

kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV

tor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

ncapaian kebijakan Bank Indonesia di

sistem pembayaran secara efisien da

n kepada Pemda dan lembaga terkait lainn

ng pembangunan ekonomi daerah.”

akilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IV::::

Bank Indonesia yang dapat dipercaya

ran dalam menjalankan tugas-tugas Ban

ia :ia :ia :ia :

memelihara kestabilan nilai rupiah melal

r dan sistem keuangan untuk mendukun

esinambungan.“

ia :ia :ia :ia :

ntral yang kredibel secara nasional maup

nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi

gis :gis :gis :gis :

gritas – Transparansi – Akuntabilitas – Keber

V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)

IVIVIVIV::::

i bidang moneter,

dan optimal serta

nya di daerah dalam

di daerah melalui

ank Indonesia yang

lalui pemeliharaan

ng pembangunan

upun internasional

si yang rendah dan

ersamaan.

i

KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III - 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun

internal yang terkait dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem

pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.

Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan ini

mencapai kinerja yang membanggakan sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan ekonomi nasional (5,62%) maupun provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Sementara laju inflasi Jawa Timur di triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,78% (yoy), lebih

rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,40%. Di sisi lain, kinerja

kredit perbankan sebagai salah satu penopang sumber pendanaan perekonomian Jawa

Timur mencatat pertumbuhan sebesar 21,27% (yoy).

Kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan IV-2013 diperkirakan

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya di kisaran 6,65% s.d 6,75% (yoy), didukung

dengan peningkatan kredit perbankan di kisaran 23%, meskipun dibayangi laju inflasi

yang tinggi dengan proyeksi di kisaran 7,62% s/d 7,85%.

Analisa kajian ini didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari

berbagai pihak seperti perbankan, instansi pemerintah daerah, BUMN maupun swasta.

Atas kerjasama tersebut kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di

masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih

meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan

kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi

masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Surabaya, 8 November 2013

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

WILAYAH IV (JAWA TIMUR)

Dwi Pranoto Direktur Eksekutif

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GRAFIK iv

RINGKASAN EKSEKUTIF ix

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv

DAFTAR ISTILAH xv

DAFTAR SINGKATAN xviii

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1

1.1 KONDISI UMUM 1

1.2 SISI PERMINTAAN 2

a. Konsumsi 3

b. Investasi 5

c. Ekspor - Impor 7

1.3 SISI PENAWARAN 9

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 12

b. Sektor Industri Pengolahan 14

c. Pertanian 15

d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 17

e. Bangunan 19

f. Pengangkutan dan Komunikasi 20

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 22

2.1 KONDISI UMUM 22

2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 23

2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 27

2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 31

2.5 INFLASI MENURUT KOTA 33

2.6 DISAGREGASI INFLASI 35

BOKS 1 KELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGA TERHADAP

BOKS 2 ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMUR

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 45

3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 46

3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 48

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 51

3.1.3. KREDIT 55

3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 61

3.1.5 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) 63

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 64

DAFTAR ISI

PERUBAHAN HARGA DI JATIM

3.2.1. RISIKO KREDIT 64

3.3 PERBANKAN SYARIAH 66

3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 69

3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 71

3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 73

3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI 74

a. Aliran Uang Masuk/Keluar (inflow/Outflow) 74

b. Uang Kartal Tidak Layak Edar 76

3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 77

a. Transaksi RTGS (Real Time Gross settlement) 78

b. Transaksi Kliring 79

3.6.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 81

BOKS 3 EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PERBANKAN DI JAWA TIMUR

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 85

4.1 UMUM 85

4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 86

4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah 86

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 88

4.2.3 Anggaran Belanja Daerah 89

4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 91

BOKS 3

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 93

5.1 UMUM 93

5.2 KETENAGAKERJAAN 93

5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 93

5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 96

5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 98

5.3.1 Kesejahteraan Petani 98

5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 99

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 101

BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 106

6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 106

6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 108

6.3 PERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMUR 110

6.4 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013 110

6.5 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013 111

PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur 10

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 16

Tabel 2.1 Inflasi Triwulan II Tahun 2013 & Triwulan III 2013 di Jawa Timur (mtm) 23

Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) 28

Tabel 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 31

Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur 33

Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III - 2013 (%yoy) 34

Tabel 2.6Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2013

(%yoy)35

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 45

Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 46

Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 64

Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 69

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 71

Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia 75

Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.I - 2013 80

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Prop. Jatim Triwulan I - 2013 (Juta Rupiah) 86

Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah 88

Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jatim Triwulan III - 2013 (Rp juta) 90

Tabel 4.4 Realisasi Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Triwulan III - 2013 92

Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) (dalam ribuan) 94

Tabel 5.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur 97

Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 102

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko 108

Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko 112

DAFTAR TABEL

Grafik 1.1 Kontribusi PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur 2

Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur 2

Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur 2

Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 2

Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 3

Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 3

Grafik 1.7 Survei Konsumen-Keyakinan Konsumen 4

Grafik 1.8 Survei Konsumen-Kondisi Ekonomi Saat Ini 4

Grafik 1.9 Indeks Penjualan Eceran 4

Grafik 1.10 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 4

Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Konsumsi 5

Grafik 1.12 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 5

Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 6

Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 6

Grafik 1.15 Perkembangan PMTB 6

Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Investasi 6

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Penjualan semen 7

Grafik 1.18 Perkembangan Impor Barang Modal 7

Grafik 1.19 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 8

Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar negeri Jatim 8

Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Ekspor per Jenis Barang 8

Grafik 1.22 Pertumbuhan Ekspor per jenis barang 8

Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ekspor 8

Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Impor 8

Grafik 1.25 Nilai Impor per Jenis Barang 9

Grafik 1.26 Pertumbuhan Impor per jenis Barang 9

Grafik 1.27 Pertumbuhan tiga sektor utama 10

Grafik 1.28 Pertumbuhan Sektor pendukung 10

Grafik 1.29 Pertumbuhan Sektor pendukung 10

Grafik 1.30 Utilisasi kapasitas produksi 11

Grafik 1.31 Utilisasi kapasitas produksi sektoral 11

Grafik 1.32 Indeks realisasi Usaha 12

Grafik 1.33 Indeks realisasi Usaha Sektoral 12

Grafik 1.34 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 13

Grafik 1.35 Lama Tinggal tamu di Hotel Berbintang di Jatim 13

Grafik 1.36 Jumlah Wisatawan Asing Melalui bandara Juanda 13

Grafik 1.37 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 13

Grafik 1.38 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 14

Grafik 1.39 Perkembangan Pertumbuhan Impor barang Bahan Baku 15

Grafik 1.40 Konsumsi Listrik Golongan industri 15

Grafik 1.41 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 17

Grafik 1.42 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jatim 17

Grafik 1.43 Luas Lahan Puso di Jatim 17

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.44 Pertumbuhan Kredit & DPK Perbankan Jatim 18

Grafik 1.45 Perkembngan NIM Perbankan Jatim 18

Grafik 1.46 Perkembangan Fee Based Incame 18

Grafik 1.47 Perkembangan Interest Based Income 18

Grafik 1.48 Perkembangan Pendapatan Biaya Operasional Bank Umum 18

Grafik 1.49 Volume Penjualan semen di jatim 20

Grafik 1.50 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 20

Grafik 1.51 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial 20

Grafik 1.52 Arus Penumpang di Tanjung Perak 21

Grafik 1.53 Arus Barang di tanjung Perak 21

Grafik 1.54 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 21

Grafik 1.55 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 21

Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 22

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 22

Grafik 2.3 Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) 22

Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 22

Grafik 2.5 Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2013 (mtm) 24

Grafik 2.6 Inflasi Juli 2013 per Kelompok Barang 9mtm) 24

Grafik 2.7 Inflasi Agustus 2013 per Kelompok Barang (mtm) 24

Grafik 2.8 Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm) 24

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi per Kelompok Barang 25

Grafik 2.10 Inflasi Terkait Kenaikan Harga BBM (mtm) 25

Grafik 2.11 Inflasi Harga Sub Kelompok Daging dan Telur (mtm) 26

Grafik 2.12 Perkembangan Kurs dan Harga Emas 26

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Sub Kelompok Pendidikan 26

Grafik 2.14 Inflasi (mtm) Kedelai dan Hasilnya 27

Grafik 2.15 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan 28

Grafik 2.16 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 28

Grafik 2.17 Harga Beras Internasional dan Lokal 29

Grafik 2.18 Inflasi Beras Jatim 29

Grafik 2.19 Inflasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 30

Grafik 2.20 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim 30

Grafik 2.21 Inflasi Sub Kelompok Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq) 31

Grafik 2.22 Inflasi Tahunan Sub Kelompok 2012-2013 32

Grafik 2.23 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang 32

Grafik 2.24 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012-2013 33

Grafik 2.25 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (yoy) 33

Grafik 2.26 Perbandingan Inflasi Tahunan 34

Grafik 2.27 Inflasi Jatim per Komponen 35

Grafik 2.28 Perbandingan Inflasi Jatim dan Rata-Ratanya 35

Grafik 2.29 Perbandingan - Disagregasi Inflasi (mtm) 36

Grafik 2.30 Disagregasi Inflasi (mtm) 36

Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 38

Grafik 2.32 Inflasi Inti - Manufacturing & Services 38

Grafik 2.33 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 38

Grafik 2.34 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable - Food & Non Food 38

Grafik 2.35 Inflasi Inti tanpa Emas 38

Grafik 2.36 Inflasi Traded - Properti & Nilai Tukar 39

Grafik 2.37 Inflasi Non Traded - Properti & Nilai Tukar 39

Grafik 2.38 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 39

Grafik 2.39 Eksktasi Harga yang Akan Datang 39

Grafik 3.1 Perkembangan LDR 47

Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 47

Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 48

Grafik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum 49

Grafik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum 49

Grafik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum per Kab./Kot 49

Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 49

Grafik 3.8 Jumlah Aset Bank Umum Per Kab./Kot 50

Grafik 3.9 Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kab./Kot 50

Grafik 3.10 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 51

Grafik 3.11 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 52

Grafik 3.12 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 52

Grafik 3.13 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 52

Grafik 3.14 Komposisi DPK Bank Umum (%) 52

Grafik 3.15 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 53

Grafik 3.16 Proporsi DPK per Kab./Kot 54

Grafik 3.17 Jumlah DPK per Kab./Kot 54

Grafik 3.18 Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kab./Kot 55

Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit (yoy) 56

Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit (qtq) 56

Grafik 3.21 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 57

Grafik 3.22 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 57

Grafik 3.23 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 58

Grafik 3.24 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 58

Grafik 3.25 Proporsi Kredit Sektoral 58

Grafik 3.26 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 59

Grafik 3.27 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 59

Grafik 3.28 Proporsi Penyaluran Kredit per Kab./Kot 60

Grafik 3.29 Pertumbuhan Kredit per Kab./Kot 60

Grafik 3.30 Perkembangan Kredit UMKM 61

Grafik 3.31 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 62

Grafik 3.32 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 63

Grafik 3.33 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 63

Grafik 3.34 Perkembangan NPL Bank Umum 65

Grafik 3.35 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 65

Grafik 3.36 NPL per Sektor Ekonomi 66

Grafik 3.37 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) 66

Grafik 3.38 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy) 66

Grafik 3.39 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 67

Grafik 3.40 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 67

Grafik 3.41 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 68

Grafik 3.42 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 68

Grafik 3.43Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)

Perbankan Syariah di Jawa Timur 68

Grafik 3.44 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy) 70

Grafik 3.45 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) 70

Grafik 3.46 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) 70

Grafik 3.47 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 70

Grafik 3.48 Perkembangan LDR & NPL BPR 70

Grafik 3.49 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 71

Grafik 3.50 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 71

Grafik 3.51 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 72

Grafik 3.52Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 72

Grafik 3.53Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya

(qtq) 73

Grafik 3.54 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 73

Grafik 3.55 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 73

Grafik 3.56 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupia 75

Grafik 3.57 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 75

Grafik 3.58 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 76

Grafik 3.59 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 77

Grafik 3.60 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 78

Grafik 3.61 Pertumbuhan Transaksi RTGS (yoy) 78

Grafik 3.62 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq) 78

Grafik 3.63 6 Kota dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar 79

Grafik 3.64 6 Kota dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar 79

Grafik 3.65 Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim 80

Grafik 3.66 Tolakan Transaksi Kliring di Jatim 80

Grafik 3.67 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 81

Grafik 3.68 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan 81

Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jatim 86

Grafik 4.2 Proporsi APBD Jatim 87

Grafik 4.3 Realisasi PAD Jatim 89

Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jatim 90

Grafik 4.5 Proporsi Belanja Langsung Prov. Jatim 91

Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung 92

Grafik 4.7 Realisasi Anggaran Belanja Langsung 92

Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 94

Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 95

Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 95

Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 95

Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 97

Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 97

Grafik 5.7 NTP Nasional & Jawa Timur 99

Grafik 5.8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 99

Grafik 5.9 lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 99

Grafik 5.10 lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim 99

Grafik 5.11 NTN Nasional & Jawa Timur 100

Grafik 5.12 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 100

Grafik 5.13 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 101

Grafik 5.14 Pertumbuhan Pengeluaran RT dan Inflasi Jatim 103

Grafik 5.15 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan 104

Grafik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 106

Grafik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 106

RingkasanRingkasanRingkasanRingkasan EksekutifEksekutifEksekutifEksekutif

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2013

x

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN EKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)

TRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN IIIIIIIII –––– 2012012012013333

Assesmen Assesmen Assesmen Assesmen Perkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro Ekonomi

Ekonomi Jatim periode ini tumbuh melambat (6,49% - yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya pada level 6,89% (direvisi dari sebelumnya 6,97%).

Angka ini pun lebih rendah dari perkiraan KPwBI Wil.IV pada level 7,09%

(yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2013

mencapai 6,68% (ctc), lebih rendah dibandingkan Januari–September

2012 pada level 7,33% (ctc). Pertumbuhan ekonomi Jatim masih di atas

angka pertumbuhan ekonomi nasional (5,62%) maupun provinsi lainnya

di Kawasan Jawa. Perlambatan kinerja ekonomi juga dialami seluruh

daerah di pulau Jawa

Dari sisi permintaan, perlambatan ini disebabkan masih rendahnya

pertumbuhan transaksi ekspor khususnya ke kawasan ASEAN.

Sumbangan pertumbuhan ekspor Jatim sebesar 2,81%, lebih rendah dari

triwulan II 2013 di kisaran 3,50%. Di sisi lain, sumbangan impor sedikit

melambat dari 2,48% menjadi 2,32%. Selain itu, masih rendahnya

serapan belanja modal pemerintah mengakibatkan penurunan kontribusi

komponen ini pada perekonomian. Dari sisi investasi hingga triwulan III

2013 tercatat pertumbuhan investasi swasta tidak beranjak dari kisaran

6% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimana perusahaan

cenderung melakukan aksi wait and see di tengah ketidakpastian faktor

eksternal dan peningkatan biaya produksi dalam negeri.

Ditinjau dari sisi penawaran sektor Industri Pengolahan, sektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Perdagangan Hotel dan

Restoran (PHR) menjadi sektor utama pendorong perlambatan

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut, secara

berurutan menyumbang perlambatan pertumbuhan ekonomi masing-

masing sebesar 1,26%, 0,45%, dan 0,41%.

Assesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen Inflasi

Laju inflasi pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,78% (yoy) dan lebih

rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 8,40%. Rendahnya

Kinerja ekonomi Jatim melambat sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,62%).

Laju inflasi pada triwulan III-2013, secara tahunan, mencapai sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (8,40%).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2013

xi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

tekanan inflasi Jatim menyebabkan inflasi sampai dengan September

2013 mencapai 6,81% (ytd) lebih rendah dibandingkan nasional yang

telah mencapai 7,57%. Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jatim justru

meningkat dari 0,11% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi 3,72%.

Peningkatan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Raya Idul Fitri

menjadi indikator peningkatan inflasi kelompok volatile food dari 12,39%

(yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 14,43% (yoy), serta kenaikan harga

Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan lonjakan inflasi kelompok

administered price dari 6,58% (yoy) menjadi 13,89%. Kelompok inflasi

inti (core inflation) juga menyumbang kenaikan inflasi sebagai dampak

kenaikan harga emas dan pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga pada

triwulan ini meningkat menjadi 4,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya

yang hanya sebesar 3,90%.

Berbeda dibandingkan periode sebelumnya dimana Jatim berada di

urutan ketiga tertinggi di kawasan Jawa. Pada periode kali ini Jatim

berada pada posisi kelima atau kedua dari bawah. Realisasi inflasi di

kawasan Jawa, terendah ditempati Yogyakarta (7,60%), Jawa Timur

(7,79%), Semarang (7,89%), Jakarta (6,54%) dan tertinggi terjadi pada

Provinsi Banten (10,13%).

Assesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen Perbankan

Sampai dengan Triwulan III tahun 2013 kinerja perbankan di Jawa Timur

baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus

menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator

total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh

tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil. Aset Bank

Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 15,76% (yoy) hingga

mencapai Rp 416,27 triliun pada Triwulan III 2013. Kredit tumbuh sebesar

21,27% (yoy) menjadi sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013.

Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di

Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,73% (yoy) menjadi

sebesar Rp 318,99 triliun.

Sementara itu, perkembangan transaksi sistem pembayaran di wilayah

Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia di Jawa Timur yang meliputi KPw

BI Wilayah IV, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan III-2013 secara

kumulatif kembali menunjukkan posisi net inflow setelah mencatat net

outflow pada periode sebelumnya. Tercatat net inflow Jawa Timur pada

periode laporan adalah sebesar Rp 729,32 miliar. Kondisi tersebut

berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013

Kinerja perbankan di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 21,27% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2013

xii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 miliar. Hal serupa juga

ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS yang tumbuh

mencapai 1% (qtq) dari sisi volume transaksi dan Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) yang meningkat sebesar 4,59% dibandingkan

triwulan sebelumnya. Peningkatan kedua transaksi non tunai tersebut

turut mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

pada triwulan ini.

Prospek EkonoProspek EkonoProspek EkonoProspek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw IVmi, Inflasi dan Perbankan Tw IVmi, Inflasi dan Perbankan Tw IVmi, Inflasi dan Perbankan Tw IV 2013201320132013

Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan

tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,65% s.d 6,75% (yoy).

Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat

pertumbuhan pada level 6,49% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih

ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada

hasil survei konsumen. Namun, pertumbuhannya masih lebih rendah

dibandingkan triwulan III 2013, mengingat telah berlalunya puncak

pengeluaran belanja masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri. Komponen

terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh

lebih rendah mengingat masih belum membaiknya kondisi ekonomi

domestik dan permintaan global.

Di sisi penawaran, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan

mengalami perbaikan pasca terjaganya nilai tukar rupiah. Meskipun

perdagangan luar negeri Jatim mengalami tekanan cukup dalam akibat

pelemahan ekonomi Eropa, namun masih cukup kuatnya kinerja

perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk

menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar Jatim.

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator

harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw IV-2013 diperkirakan secara

tahunan (yoy) berada di kisaran 7,62% s/d 7,85%.

Adanya beberapa potensi risiko seperti berakhirnya musim panen dan

baru dimulainya musim tanam petani yang diiringi dengan tibanya musim

penghujan berpotensi menyebabkan gangguan pasokan di masyarakat,

disisi lain justru di akhir tahun permintaan masyarakat mengalami

kenaikan karena Hari Natal dan Tahun Baru. Walaupun masih terdapat

kecukupan stok dari masa panen periode sebelumnya, namun tata niaga

atau distribusi barang yang ada saat ini tidak mampu mencukupi

kebutuhan/pasokan semua daerah juga menjadi potensi peningkatan

Ekonomi Jatim pada Tw IV-2013 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,65% s.d 6,75% (yoy).

Inflasi IHK pada triwulan IV-2013, diperkirakan berada di kisaran 7,62% s/d 7,85% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2013

xiii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

inflasi. Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di

pertengahan Triwulan IV-2013 serta adanya potensi kenaikan cukai rokok

menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi di kelompok

administered price meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah

dibandingkan akhir Tw III-2013 dengan adanya kenaikan harga BBM. Dari

sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari

kelompok tradeable seiring dengan meningkatnya permintaan di akhir

tahun yang akan mendorong pula para pelaku usaha untuk

meningkatkan utilisasinya sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

Sedangkan dari sisi kelompok non tradable, potensi kenaikan UMK juga

akan mendorong peningkatan inflasi kelompok ini walaupun pada tingkat

yang relatif lebih rendah dibandingkan kelompok tradable. Berlanjutnya

peningkatan TTL pada Tw IV-2013 berpotensi direspon masyarakat

dengan peningkatan tarif sewa rumah serta kenaikan harga barang

seiring dengan peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi

kelompok ini adalah rendahnya tekanan inflasi dari komoditas emas

seiring dengan masih lesunya perdagangan di dunia internasional serta

telah berlalunya tahun ajaran baru.

Diperkirakan pada triwulan IV 2013 kinerja industri perbankan di Jawa

Timur akan terus meningkat. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang

cukup baik diyakini masih dapat terjaga terutama ditopang oleh

peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Adanya kenaikan BI

Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada Triwulan II 2013 menjadi

7,25% pada Triwulan III 2013 diperkirakan akan mendorong peningkatan

suku bunga kredit dan DPK secara bertahap sampai dengan akhir tahun.

Namun demikian, dengan penerapan strategi pengembangan usaha yang

tepat serta efisiensi biaya perbankan di Jawa Timur diharapkan mampu

terus meningkatkan kinerjanya.

Pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan

tetap mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan

adanya momen periode libur natal dan akhir tahun yang pada akhirnya

akan meningkatkan kredit konsumsi. Sektor ekonomi andalan Jatim

seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi

serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor

unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.

Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013

Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan

tumbuh pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy), ), lebih rendah dari angka

Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tetap mengalami peningkatan

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2013

xiv

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

perkiraan sebelumnya di kisaran 6,70% s.d 6,90%. Perkiraan

pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini masih lebih rendah

dibandingkan tahun 2012 (7,27% - yoy), namun pertumbuhan ini

diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan ekonomi masih

berasal dari konsumsi masyarakat seiring dominannya proporsi usia

produktif di Jawa Timur. Sementara itu, kenaikan tarif komponen

pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada

kinerja sektor riil Jawa Timur di triwulan III 2013. Hal ini terlihat dari

melemahnya kinerja investasi dan konsumsi swasta nirlaba. Di sisi lain,

masih belum pulihnya ekonomi global dan tertekannya nilai rupiah pada

Juli 2013 turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri Jawa

Timur. Meskipun, transaksi perdagangan dalam negeri masih terjaga

stabil, namun secara keseluruhan neraca perdagangan Jawa Timur

menunjukkan pelemahan dibandingkan tahun 2012. Tingginya upaya

pemerintah untuk menyelesaikan proyek infrastruktur di daerah turut

mendorong level pertumbuhan belanja pemerintah.

Di sisi penawaran, meningkatnya komponen biaya produksi baru

terindikasi dampaknya pada triwulan III 2013. Hampir seluruh sektor

ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan meskipun pelaku usaha

telah berusaha meningkatkan efisiensi produksinya, namun daya saing

produknya masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Tingginya arus

impor negara tetangga pun turut berdampak pada kinerja sektor industri

pengolahan, khususnya yang memiliki pasar utama tujuan dalam negeri.

Masih belum terurainya permasalahan di Tanjung Perak menjadi bottle

neck tersendiri bagi pelaku usaha di sub sektor perdagangan besar.

Sementara itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam kegiatan

wisata turut mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah

dengan meningkatnya peranan Kota Surabaya sebagai sub hub ke

Indonesia Timur yang terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas

bisnis di Surabaya. Adanya pergeseran musim tahun ini berdampak

signifikan pada tingkat produksi sub sektor tanaman bahan makanan.

Berdasarkan rilis data Angka Ramalan II (ARAM II), terindikasi adanya

perlambatan produksi meskipun angkanya masih sama dengan tahun

2012. Meningkatnya suku bunga konsumsi sejak Agustus 2013 turut

menekan kinerja sektor konstruksi dan sub sektor real estate, sehingga

kedua sektor ini mengalami perlambatan sejak triwulan III 2013. Hal

serupa terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

akibat meningkatnya faktor risiko sektor keuangan pasca kenaikan suku

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2013

xv

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

bunga perbankan dan melemahnya kinerja sektor riil pada triwulan III

2013. Namun demikian, sektor pendukung lainnya diharapkan mampu

lebih tinggi seiring meningkatnya demand masyarakat (pasca kenaikan

UMK 2013), seperti sektor transportasi dan komunikasi.

Secara tahunan, tekanan inflasi sampai dengan akhir tahun 2013,

diproyeksi bersumber dari kelompok administered price sebagai dampak

kenaikan harga BBM, tarif listrik serta cukai rokok yang terjadi di

sepanjang tahun 2013 serta kembali meningkatkan inflasi kelompok

volatile food di akhir tahun. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun

2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 7% + 1.

Masih terbatasnya proses produksi pangan karena berbagai kendala

seperti ketersediaan bibit, pengairan, pencegahan hama serta kerentanan

terhadap cuaca menajdi penyebab utama keterbatasan pasokan di

musim-musim tertentu sehingga belum dapat mendorong terjadinya

penurunan harga yang lebih dalam.

Dari sisi fundamental potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal

dari kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan

pendidikan, meskipun di sisi lain tren pelemahan harga emas dunia (pada

tingkat yang semakin kecil) dapat menahan laju inflasi di kelompok ini.

Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi perekonomian

Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas utilisasi produksi

sehingga dapat meminimalkan terjadinya output gap dan mendukung

stabilnya inflasi kelompok ini sampai dengan akhir tahun 2013.

Inflasi IHK di akhir tahun 2013, diperkirakan berada di kisaran 7% + 1 (yoy).

2012

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)

JAWA TIMUR 130.58 131.75 134.29 135.50 139.39 139.55 144.74

- Kota Surabaya 130.32 131.39 133.80 135.02 138.95 139.09 144.18

- Kota Malang 130.51 131.63 134.34 135.89 139.65 140.14 145.31

- Kota Kediri 129.34 130.90 134.04 134.62 138.00 138.82 144.47

- Kota Jember 131.12 132.22 134.39 135.86 139.66 139.33 144.83

- Kota Probolinggo 133.59 135.90 139.28 140.56 144.54 137.07 150.44

- Kota Madiun 134.42 135.20 137.51 138.20 142.52 144.58 147.45

- Kota Sumenep 128.26 129.81 132.63 133.44 137.77 142.10 141.63

LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)

JAWA TIMUR 3.97 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78

- Kota Surabaya 4.19 4.69 4.29 4.37 6.63 5.86 7.75

- Kota Malang 3.80 4.44 4.58 4.60 7.01 6.46 8.17

- Kota Kediri 4.34 5.06 5.26 4.63 6.70 6.05 7.78

- Kota Jember 2.46 4.12 4.40 4.49 6.51 5.38 7.77

- Kota Probolinggo 3.19 4.66 5.55 5.88 8.20 5.59 8.02

- Kota Madiun 3.36 3.93 3.91 3.51 6.04 6.39 7.23

- Kota Sumenep 5.10 5.46 6.06 5.06 7.42 5.10 6.78

PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 95,330,557 98,085,149 100,427,099 99,823,633 101,637,322 104,923,561 106,946,358

- Pertanian 15,982,668 14,177,715 13,591,281 10,712,279 16,295,361 14,596,007 13,831,915

- Pertambangan dan Penggalian 1,893,917 2,120,466 2,160,927 2,225,952 1,944,490 2,169,220 2,267,291

- Industri Pengolahan 23,409,626 23,871,800 24,936,426 25,799,205 24,587,026 25,398,705 26,272,724

- Listrik, gas, dan air bersih 1,257,835 1,320,473 1,310,535 1,349,589 1,324,308 1,381,232 1,370,689

- Bangunan 2,893,702 3,224,522 3,314,209 3,408,133 3,132,579 3,564,182 3,594,584

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 30,081,571 31,799,848 32,958,742 33,535,338 32,903,774 34,637,806 35,764,742

- Pengangkutan dan komunikasi 6,945,037 7,627,427 7,949,406 8,119,044 7,707,809 8,393,503 8,800,228

- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,156,525 5,439,472 5,544,158 5,662,313 5,594,390 5,857,555 5,954,027

- Jasa 2,145,164 8,503,427 8,661,415 2,996,662 2,239,473 8,925,351 9,090,159

Pertumbuhan (yoy)

- Pertanian 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 2.95 1.77

- Pertambangan dan Penggalian 5.09 1.66 1.01 1.11 2.67 2.30 4.92

- Industri Pengolahan 6.23 5.74 7.21 6.17 5.03 6.40 5.36

- Listrik, gas, dan air bersih 7.07 6.69 5.25 5.90 5.28 4.60 4.59

- Bangunan 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.51

- Pengangkutan dan komunikasi 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70

- Keuangan, persewaan, dan jasa 7.76 8.92 8.18 7.20 8.49 7.69 7.39

- Jasa 4.75 4.96 4.63 4.97 4.40 4.96 4.95

Pertumbuhan PDRB (yoy ) 7.27 7.31 7.41 7.09 6.62 6.97 6.49

2013INDIKATOR

LAMPIRAN

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR

xviii

A. PerbankanA. PerbankanA. PerbankanA. Perbankan

Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III

Bank Umum :Bank Umum :Bank Umum :Bank Umum :

Total Asset (Rp. Triliun) 304.22 322.89 342.66 353.60 362.32 379.47 406.88

DPK (Rp. Triliun) 252.81 262.25 273.66 289.09 287.82 293.80 313.69

- Tabungan (Rp. Triliun) 109.95 116.20 122.89 134.22 130.08 133.15 140.54

- Giro (Rp. Triliun) 42.85 43.54 46.07 47.67 46.57 45.98 51.85

- Deposito (Rp. Triliun) 100.00 102.50 104.70 107.20 111.16 114.67 121.31

Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 192.75 210.06 223.51 239.48 245.21 265.35 284.35

- Modal Kerja 112.31 123.45 129.66 139.52 142.72 153.43 165.97

- Investasi 26.13 28.75 31.21 33.72 33.43 38.62 41.56

- Konsumsi 54.32 57.86 62.64 66.25 69.06 73.31 76.82

Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.96 2.73 2.64 2.60 2.26 2.12 2.02

Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 76.25% 80.10% 85.07% 82.84% 85.20% 90.32% 90.64%

Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 63.21 68.87 63.65 68.53 70.40 78.65 79.16

NPL UMKM Gross (%) 4.22 3.82 3.68 3.63 3.89 3.56 3.59

BPR :BPR :BPR :BPR :

Total Asset (Rp. Triliun) 6.98 7.35 8.01 8.33 8.57 8.97 9.39

DPK (Rp. Triliun) 4.18 4.39 4.74 4.89 4.98 5.09 5.30

- Tabungan (Rp. Triliun) 1.33 1.35 1.47 1.57 1.61 1.60 1.65

- Deposito (Rp. Triliun) 2.85 3.03 3.27 3.32 3.38 3.50 3.65

Kredit (Rp. Triliun) 5.15 5.57 5.81 5.94 6.19 6.70 6.92

- Modal Kerja 3.36 3.63 3.78 3.80 4.11 4.48 4.62

- Investasi 0.16 0.17 0.20 0.28 0.20 0.23 0.26

- Konsumsi 1.64 1.77 1.83 1.85 1.88 1.99 2.05

Non Performing Loan (NPL-Gross) 4.29% 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.88% 3.88%

Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 123.38% 127.08% 123% 121% 124% 131% 131%

-

SYARIAH :SYARIAH :SYARIAH :SYARIAH : -

Total Asset (Rp. Triliun) 12.01 13.14 14.08 16.57 17.27 18.74 19.23

DPK (Rp. Triliun) 9.32 9.88 10.59 12.39 13.13 13.83 13.90

- Giro (Rp. Triliun) 0.84 0.88 0.88 1.39 1.22 1.27 0.75

- Tabungan (Rp. Triliun) 4.90 5.08 5.43 4.83 4.95 7.29 7.36

- Deposito (Rp. Triliun) 3.58 3.92 4.28 6.18 6.97 5.27 5.78

Pembiayaan (Rp. Triliun) 8.93 10.03 10.68 11.99 12.46 13.53 13.84

- Modal Kerja 3.60 4.16 4.54 5.08 5.24 5.74 6.04

- Investasi 1.51 1.75 1.89 2.29 2.30 2.57 2.50

- Konsumsi 3.83 4.12 4.25 4.61 4.92 5.22 5.30

Non Performance Financing (NPF) % 1.36 1.43 1.63 1.43 1.91 1.97 2.54

Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95.77 101.59 100.80 96.72 94.84 97.84 99.57

B. SISTEM PEMBAYARANB. SISTEM PEMBAYARANB. SISTEM PEMBAYARANB. SISTEM PEMBAYARAN

Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III

Inflow (Rp. Triliun) 12.70 20.08 14.91 9.99 15.99 11.35 18.78

Outflow (Rp. Triliun) 6.52 12.08 14.30 11.53 8.16 11.77 18.05

Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 4.76 5.10 0.29 0.88 0.93 0.25 5.02

Nominal Transaksi RTGS 122.21 182.77 185.10 197.88 126.58 220.10 210.82

Volume Transaksi RTGS 141,322 172,750 146,738 189,920 79,223 170,050 171,756

Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44.05 46.32 38.59 46.11 36.69 49.46 51.73

Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.40 1.40 1.28 1.29 1.12 1.38 1.35

Tolakan Kliring (Rp. Juta) 632,814 638,541 637,615 979,293 964,720 774,711 964,847

Tolakan Kliring (lembar) 20,065 19,361 23,280 21,770 25,418 21,488 25,638

2013201320132013

2013201320132013

2012201220122012

2012201220122012INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMURINDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMURINDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMURINDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR

Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1

PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONAL

1

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

1111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1.1.1.1.1.1.1. KONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUMKONDISI UMUM

Ekonomi Jatim periode ini tumbuh melambat (6,49% - yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya pada level 6,89% (direvisi dari sebelumnya 6,97%). Angka ini pun lebih rendah

dari perkiraan KPwBI Wil.IV pada level 7,09% (yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi

hingga triwulan III 2013 mencapai 6,68% (ctc), lebih rendah dibandingkan Januari –September

2012 pada level 7,33% (ctc).

Dari sisi permintaan, perlambatan ini disebabkan masih rendahnya pertumbuhan

transaksi ekspor khususnya ke kawasan ASEAN. Hingga September 2013, ekspor komoditas

utama tumbuh lebih rendah meliputi komoditas tembaga, bahan kimia organik dan

perhiasan/permata. Sumbangan pertumbuhan ekspor Jatim sebesar 2,81%, lebih rendah dari

triwulan II 2013 di kisaran 3,50%. Di sisi lain, sumbangan impor sedikit melambat dari 2,48%

menjadi 2,32%. Selain itu, masih rendahnya serapan belanja modal pemerintah mengakibatkan

penurunan kontribusi komponen ini pada perekonomian. Dari sisi investasi hingga triwulan III

2013 tercatat pertumbuhan investasi swasta tidak beranjak dari kisaran 6% (yoy), dimama

realisasi investasi lebih banyak berupa investasi non bangunan dan bersifat

penggantian/peremajaan mesin. Hal tersebut terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimana

perusahaan cenderung melakukan aksi wait and see di tengah ketidakpastian faktor eksternal

dan peningkatan biaya produksi dalam negeri. Tercatat hanya konsumsi rumah tangga dan

lembaga swasta nirlaba yang meningkat sebagai respon atas momentum Hari Raya Idul Fitri

pada bulan Agustus 2013. Indikator konsumsi ini searah dengan hasil Survei Konsumen (SK)

dan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan BI KPw Jatim.

Dari sisi penawaran, perlambatan terbesar disumbang dari menurunnya kinerja sektor

industri pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Namun, sektor

pertanian, pertambangan serta sektor pengangkutan dan komunikasi masih mampu tumbuh

lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam

negeri (kenaikan upah buruh, biaya energi dan beban bunga pinjaman) dan faktor luar negeri

(depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan

pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan

2

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa Timur

Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral

Prov.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa Timur

Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi Permintaan

Prov.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa Timur

tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus 2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga

mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku. Di sisi lain, derasnya impor kelompok tekstil

mengakibatkan pelaku usaha terpaksa menurunkan kapasitas produksinya karena kalah

bersaing dengan produk Cina. Di pasar dalam negeri, transaksi perdagangan antar pulau

mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja ekspor antar pulau. Hal ini berujung

pada melemahnya pertumbuhan sub sektor perdagangan besar Jawa Timur. Disisi lain,

sebagaimana diperoleh dari hasil Survei Pemantauan Harga Properti (SHPR) BI KPw

Jatim, kenaikan suku bunga konsumsi dan biaya material konstruksi turut mempengaruhi

tingkat pembangunan properti residensial dan komersial, khususnya kelompok menengah.

Hal ini berdampak pada melambatnya pertumbuhan sektor jasa (sub sektor real estate) dan

sektor konstruksi.

Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah

Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah

71.36

0.64

7.40

20.58

2.22

21.97

-24.17

70.59

0.64

7.14

20.86

1.76

21.98

-22.97

70.81

0.66

7.63

21.36

1.14

23.55

-25.14

-40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba

Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Perubahan Stok

Ekspor

Impor q3-2012

q2-2013

q3-2013

5.79 5.89

6.32

6.44

5.97

6.11

5.61

4.33

5.01

5.28 5.42

5.81

6.53

7.14 7.20

7.17

7.29 7.29

7.11

7.27 7.31 7.41

7.09

6.65

6.89

6.49 6.03

6.64 6.58

5.85

6.30 6.25

5.28

4.52

4.14

4.27

5.60

5.99

6.29

5.81

6.45 6.52 6.29 6.36

6.16

6.11 6.03

5.81

5.60

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur

%

y

o

y

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II III

2007 2008 2009* 2010 2011 2012 2013

JASA-JASA

KEUANGAN, PERSEWAAN, &

JS. PRSH.

PENGANGKUTAN &

KOMUNIKASI

PERDAGANGAN, HOTEL &

RESTORAN

BANGUNAN

LISTRIK, GAS & AIR BERSIH

INDUSTRI PENGOLAHAN

PERTAMBANGAN &

PENGGALIAN

PERTANIAN

15.12

2.07

27.13

1.33

4.60

30.58

5.71

5.04

8.41

14.63

2.04

26.48

1.23

4.76

31.58

6.13

5.07

8.08

0 5 10 15 20 25 30 35

PERTANIAN

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS & AIR BERSIH

BANGUNAN

PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN

PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI

KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.

JASA-JASATw III 2013

Tw III 2012

Tw II 2013

(%, yoy)

3

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, masih tingginya konsumsi rumah tangga turut menahan

perlambatan ekonomi, dengan sumbangan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21% (yoy).

Selanjutnya, meskipun investasi swasta belum bergerak dari level pertumbuhan 6% (yoy),

namun besarannya merupakan kedua yang tertinggi sebagai pendorong kerja mesin ekonomi

di angka 1,17%. Sumber perlambatan ekonomi periode laporan masih berasal dari belum

pulihnya kinerja transaksi ekspor-impor luar negeri Jawa Timur. Sedangkan, kinerja

perdagangan dalam negeri relatif stagnan, berbeda arah dengan pola sebelumnya, khususnya

mengingat pada triwulan ini terdapat momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri.

a. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsi

Pada triwulan III 2013, kinerja konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Tercatat pertumbuhannya mencapai 7,54% (yoy),

meningkat dari triwulan II 2013 pada level 6,94%. Tren ini turut dikonfirmasi oleh perbaikan

level pertumbuhan/indeks beberapa indikator konsumsi, seperti hasil survei konsumen,

konsumsi listrik rumah tangga dan sumber pembiayaan konsumsi masyarakat. Sedangkan

indikator indeks omset riil relatif stabil di atas level 115.

Meningkatnya kinerja konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi,

dengan bertahannya indeks di atas level 120. Membaiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

(IKE) mencerminkan kenaikan level konsumsi masyarakat periode laporan. Perbaikan indeks ini

utamanya didorong oleh Indeks Penghasilan Saat Ini, sebagai efek lanjut dari kenaikan upah

buruh sebesar 30% di tahun 2013. Namun, di sisi lain, adanya kekhawatiran atas

perekonomian Jatim dan Indonesia dalam 6 (enam) bulan mendatang mengakibatkan

melemahnya capaian Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Meningkatnya tekanan domestik pasca

kenaikan komponen biaya produksi serta masih berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global

Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur

Grafik 1.6Grafik 1.6Grafik 1.6Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur

Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kons. RT Kons. Pemerintah

g_Kons. RT (rhs) g_Kons. Pemerintah (rhs)T

r

i

l

i

u

n

R

p

%

Y

O

Y

-3,500

-3,000

-2,500

-2,000

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

-6

-4

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau

g_Net Ekspor Luar Negeri (rhs) g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs)

T

r

i

l

i

u

n

R

p

%

Y

O

Y

4

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.9Grafik 1.9Grafik 1.9Grafik 1.9 Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran

Sumber: PLN Distribusi Jatim

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.8888 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Kondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.7777 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Keyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan Konsumen

diterjemahkan oleh para responden dengan menurunnya keyakinan kondisi ekonomi dan

penghasilan pada 6 (enam) bulan mendatang.

Meningkatnya konsumsi rumah tangga turut dikonfirmasi oleh hasil Survei Penjualan

Eceran yang bertahan di atas indeks 115. Transaksi pembelian eceran masyarakat didominasi

oleh kelompok barang barang budaya dan rekreasi, barang bahan kimia, barang konstruksi,

suku cadang dan alat tulis. Momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri menjadi pemicu

meningkatnya pembelian kelompok pakaian serta kelompok makanan, minuman dan

tembakau. Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV bertahan pada indeks 116.

Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga mengindikasikan terjadinya

peningkatan konsumsi, yaitu dari 886 juta Kwh menjadi 910 juta Kwh atau meningkat dari

108,79 menjadi 110,09 Kwh per pelanggan. Kenaikan ini dipicu dari banyaknya

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.10101010 Konsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah Tangga

-

100

200

300

400

500

600

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga

Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau

Alat Tulis Konstruksi

Barang Budaya dan Rekreasi

Indeks Indeks

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Indeks

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama

Indeks

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

70

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Konsumsi Listrik Kwh/pelangganKwhKwh/

pelanggan

5

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11111111 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit Konsumsi

penyelenggaraan kegiatan masyarakat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri pada bulan

Agustus 2013.

Sementara itu, konsumsi BBM jenis premium pun meningkat sebagai konsekwensi dari

rutinitas mudik masyarakat Jawa Timur di saat Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan harga pada

pertengahan Juni belum direspon negatif, mengingat tingginya kebutuhan konsumsi BBM

untuk kegiatan mudik Hari Raya. Dalam mengantisipasi lonjakan konsumsi ini, KPwBI Wil.IV

telah berkoordinasi dengan instansi terkait guna memastikan terjaganya stok BBM premium

hingga akhir tahun di seluruh wilayah kab/kota Jawa Timur.

Pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi

masyarakat menunjukkan terjaga pada level 15%. Komponen jenis simpanan yang tumbuh

meningkat adalah jenis giro (dari 7,15% menjadi 7,77%) dan deposito (dari 11,11% menjadi

12,76%). Sedangkan jenis tabungan mengalami penurunan dari 19,34% (yoy) menjadi

18,29%. Penggunaan dana tabungan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi

masyarakat mengakibatkan penurunan pertumbuhan pada periode laporan. Sedangkan

meningkatnya suku bunga simpanan perbankan dan faktor masih tingginya ketidakpastian

ekonomi domestik dan global menjadi pendorong meningkatnya pertumbuhan dana simpanan

masyarakat jenis deposito. Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kenaikan suku bunga

konsumsi pada bulan Agustus 2013 mengakibatkan perlambatan kredit konsumsi Bank Umum,

yaitu dari 26,69% (yoy) menjadi 22,63%.

b. Investasib. Investasib. Investasib. Investasi

Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi

(Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB) pada triwulan III 2013 meningkat dari 6,34% (yoy)

menjadi sebesar 6,50% pada periode laporan. Namun, jika dinilai dari sumbangannya, realisasi

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11112222 Dana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan Perorangan

-5,00

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

%y

oy

Modal Kerja Investasi Konsumsi

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

gDPK Perorangan

gGiro Perorangan (rhs)

gTab Perorangan (rhs)

gDep Perorangan (rhs)

%yoy% yoy

6

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.16161616 Perkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit Investasi

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.15555 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PMTBPMTBPMTBPMTB

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11113333 Perkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek Investasi

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11114444 Perkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek Investasi

PMTB periode ini masih lebih rendah yaitu dari 1,23% menjadi 1,17%. Pertumbuhan investasi

di sepanjang tahun 2013 tercatat cenderung stagnan di level 6% (yoy).

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh

informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengindikasikan hal serupa

pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Dapat dilaporkan, bahwa realisasi investasi jenis PMA mencapai USD 609,9 juta (109 proyek)

sedangkan PMDN sebesar Rp. 8,807.8 milyar (78 proyek).

Berdasarkan informasi dari kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah IV, realisasi investasi lebih banyak berupa investasi non bangunan dan

bersifat penggantian/peremajaan mesin. Perusahaan cenderung melakukan aksi wait and see di

tengah ketidakpastian faktor eksternal dan peningkatan biaya produksi dalam negeri.

Sumber: BKPM

Sumber: BPS Jawa Timur, diolah

Sumber: BKPM

-100%

0%

100%

200%

300%

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN

Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN

-400%

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)

g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pembentukan Modal Tetap Bruto

gPMTB (rhs)

T

r

i

l

i

u

n

R

p

%

Y

O

Y -5,00

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

%y

oy

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Jumlah

USD Miliar

7

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.17777 Perkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan Semen

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.18888 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Impor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang Modal

Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari

terjaganya level pertumbuhan kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan

investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan kredit jenis ini terjaga

di atas level 33%. Mayoritas investasi dalam bentuk non bangunan/mesin turut dikonfirmasi

oleh indikator volume penjualan semen di Jawa Timur, yang mengalami perlambatan dari

5,40% (yoy) menjadi 1,09%. Searah dengan indikator volume penjualan semen, indikator

kinerja impor barang modal mengindikasikan adanya peningkatan transaksi dibandingkan

periode sebelumnya. Tracking atas perkembangan impor barang modal pada triwulan III 2013

menginformasikan masih stabilnya transaksi kelompok barang ini, yang didominasi impor mesin

dari Cina.

c.c.c.c. EksporEksporEksporEkspor----ImporImporImporImpor

Pada triwulan III 2013, neraca perdagangan Jawa Timur masih belum stabil dengan

menurunnya angka net ekspor dari Rp. 4,22 triliun menjadi Rp. 3,86 triliun. Meningkatnya nilai

net ekspor perdagangan dalam negeri dari Rp. 3,47 triliun menjadi Rp. 3,70 triliun menjadi

penahan turunnya nilai net ekspor luar negeri dari Rp. 0,75 triliun menjadi Rp. 0,16 triliun.

Informasi pendukung lainnya menginformasikan kondisi serupa, yaitu laporan aplikasi

Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB) kembali mencatatkan

net impor sebesar USD 1.176,83 juta dengan faktor pendorong dari peningkatan net impor

barang modal (dari sebelumnya kondisi net impor sebesar USD 446,20 juta menjadi net impor

USD 619,90 juta) dan masih berlanjutnya net impor barang bahan baku dari (dari sebelumnya

kondisi net impor sebesar USD 1,187.67 juta menjadi net impor USD 1.064,35 juta). Sedangkan

kelompok barang konsumsi mencatatkan kondisi net ekspor pada besaran yang lebih rendah,

yaitu dari USD 874,72 juta menjadi USD 507,43 juta. Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Penjualan Semen g_Penjualan Semen (Juta Sak) (%, yoy)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

120

140

160

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Capital Goods g_Capital Goods(FOB, juta

usd)

(%,

yoy)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

8

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.19191919 Perkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Jatim

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.20000 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim

luar negeri Jatim melemah cukup dalam dibandingkan periode sebelumnya. Depresiasi nilai

tukar sejak Juli 2013 berpengaruh pada peningkatan nilai ekspor barang Jawa Timur. Namun,

di sisi lain, masih tingginya ketergantungan impor bahan baku mengakibatkan defisit neraca

perdagangan Jawa Timur makin melebar. Rendahnya pertumbuhan transaksi ekspor khususnya

terjadi untuk negara tujuan kawasan ASEAN. Hingga September 2013, ekspor komoditas

utama tumbuh lebih rendah meliputi komoditas tembaga, bahan kimia organik dan

perhiasan/permata.

Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.24444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai ImporImporImporImpor

Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.22222 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang

Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.21111 Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai EksporEksporEksporEkspor Per Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis Barang

Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.23333 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai EksporEksporEksporEkspor

-6

-4

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau Net Ekspor

T

r

i

l

i

u

n

R

p

Sumber: BPS Jatim(800)

(600)

(400)

(200)

-

200

400

600

800

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008 2009 2010 2011

NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods

Net Intermediate Goods Net Consumption Goods(juta usd)(juta usd)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

g_Total Ekspor

g_Capital Goods (rhs)

g_Intermediate Goods (rhs)

g_Consumption Goods (rhs)

(%,

yoy)

(juta usd)

Juta USD

(40)

(20)

-

20

40

60

80

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Total Ekspor g_Total Ekspor (%,

yoy)

(juta usd)

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Total Impor g_Total Impor(FOB, juta

usd)

(%,

yoy)

9

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.22225555 Nilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis Barang

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.21.21.21.26666 Pertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis Barang

1.2.1.2.1.2.1.2. SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2013 secara

keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (PHR), Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian, dengan rincian kontribusi

31,58% (PHR), 26,48% (Industri Pengolahan), dan 14,63% (Pertanian). Secara umum, jumlah

kontribusi ketiga sektor utama tersebut mencapai 72,68%, sedikit lebih rendah apabila

dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 72,77%.

Penurunan proporsi ini didorong oleh kontribusi sektor pertanian yang menurun 0,74%

dibandingkan triwulan II-2013.

Sektor Pertanian, Pertambangan serta Pengangkutan dan Komunikasi mencatat

pertumbuhan positif pada triwulan III-2013, sementara enam sektor lainnya mengalami

perlambatan. Pertumbuhan tertinggi dinikmati oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi,

yaitu sebesar 10,70% (yoy) pada triwulan III-2013 dengan pertumbuhan tertinggi di sub sektor

Komunikasi, yaitu sebesar 12,61%. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan

masyarakat akan jasa komunikasi dan angkutan selama hari raya Idul Fitri. Sektor pertanian dan

pertambangan juga mengalami pertumbuhan positif, yaitu masing-masing tumbuh dari 1,46%

menjadi 1,77%, dan dari 2,6% menjadi 4,9% pada triwulan laporan.

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

5,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Consumption Goods Intermediate Goods Capital GoodsJ

U

T

A

U

S

D

(

C

I

F)

(juta usd)

-60.0

-40.0

-20.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

g_Total Impor g_Capital Goods

g_Intermediate Goods g_Consumption Goods

%

y

o

y

(juta usd)

10

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Tabel.1.3 Tabel.1.3 Tabel.1.3 Tabel.1.3 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy)

Berbeda dengan triwulan sebelumnya, sektor Industri Pengolahan mengalami

perlambatan yang cukup dalam, yaitu dari 6,62% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 5,36%

pada triwulan III-2013. Perlambatan paling besar dialami oleh sub sektor Barang Kayu dan Hasil

Hutan Lainnya yang melambat 11,91%, dari 15,35% menjadi 3,44%. Sementara itu,

perlambatan pada sektor bangunan juga cukup signifikan, yaitu tumbuh menurun dari 10,53%

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.29292929 Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Tiga Sektor UtamaTiga Sektor UtamaTiga Sektor UtamaTiga Sektor Utama

Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.30000 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung

Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.31111 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung

Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah

Sumber: BPS Jatim, diolah

Sumber: BPS Jatim, diolah

I II III IV I II III IV I II III

Pertanian 2.82 6.15 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 1.46 1.77

Pertambangan 10.3 1.9 4.5 4.9 5.1 1.7 1.0 1.1 2.7 2.6 4.9

Industri Pengolahan 6.66 2.50 5.60 5.96 6.23 5.74 7.21 6.17 5.16 6.62 5.36

Listrik, Gas & Air Bersih 7.22 4.54 5.17 5.65 7.07 6.69 5.25 5.90 5.28 4.60 4.59

Bangunan 7.42 7.23 8.90 8.99 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46

Perdagangan, Hotel & Restora 9.60 5.76 10.44 9.69 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.51

Pengangkutan & Komunikasi 12.41 7.82 11.61 9.85 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70

Keuangan, Persewaan & Jasa P 8.21 5.40 8.17 7.87 7.76 8.92 8.18 7.20 8.49 7.84 7.39

Jasa-jasa 3.89 3.70 2.55 5.82 5.18 4.96 4.63 5.50 5.68 5.70 4.95

PDRB 7.17 7.29 7.29 7.11 7.27 7.31 7.41 7.09 6.65 6.89 6.49

20132011 2012Lapangan Usaha

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Pertanian

Industri Pengolahan

Perdagangan, Hotel&Restoran

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Listrik, Gas & Air Bersih

Pertambangan & Penggalian

Bangunan

(%, yoy)

(%, yoy)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Jasa-Jasa

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

(%, yoy)

11

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.32222 Utilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas Produksi

menjadi 8,46%. Sektor lainnya yang turut melambat antara lain sektor Perdagangan, Hotel &

Restoran (PHR) yang tumbuh di level 8,51%, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(7,39%) dan sektor Jasa-Jasa (4,95%), seluruhnya secara yoy. Berbeda dengan triwulan

sebelumnya, pertumbuhan sektor primer cenderung positif, sektor sekunder cenderung

melambat, sedangkan sektor tersier cenderung stabil.

Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

menunjukkan adanya penurunan tingkat utilisasi kapasitas produksi dari 79,28% menjadi

76,55%. Penurunan ini didorong oleh menurunnya utilisasi sektor utama, yakni Pertanian

sebesar 8,16%, Industri Pengolahan (1,16%), dan Listrik, Gas dan Air (3,56%). Sementara

apabila dilihat dari rincian sub sektor, maka sub sektor listrik mengalami penurunan utilisasi

terbesar, disusul oleh sub sektor semen dan barang galian bukan logam, serta sub sektor

perikanan. Secara keseluruhan tingkat utilisasi kapasitas produksi sektor utama Jawa Timur

masih berada di atas 70%.

Penurunan kinerja ekonomi pada triwulan III 2013 turut dikonfirmasi oleh indeks

realisasi usaha pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami penurunan signifikan

dari 37,72 menjadi 9,03. Secara sektoral, perlambatan sektor utama pun searah dengan indeks

realisasi usaha di sektor tersebut yang menurun. Indeks realisasi usaha sektor Pertanian

menurun sebesar 7,86, sementara sektor industri pengolahan menurun 4,17 dan sektor PHR

menurun 6,95. Ke depan, di perkirakan indeks realisasi usaha sektor utama tersebut mampu

stabil kembali di angka total 15,72 pada triwulan IV-2013 seiring dengan harapan perbaikan

perekonomian nasional dan Jawa Timur.

Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.33333 Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi Utilisasi Kapasitas Produksi SektoralSektoralSektoralSektoral

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I I I III IV I II II I IV I II I II IV I II III IV I II II I

2009 2010 2011 2012 2013

Total Pertanian

Pertambangan Industri Pengolahan

Listrik Gas Air Bersih%, SBT

-4.00

1.00

6.00

11.00

16.00

21.00

26.00

31.00

36.00

41.00

64.00

66.00

68.00

70.00

72.00

74.00

76.00

78.00

80.00

82.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

% SBT

Kapasitas Produksi Terpakai (Persen)

Perkembangan Kegiatan Usaha (left axis)

12

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

a.a.a.a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)

Masih sama dengan pola historisnya, pertumbuhan sektor PHR termasuk dalam 2 (dua)

besar sektor dengan pertumbuhan tertinggi dalam struktur ekonomi Jatim. Pada

triwulan III 2013, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran tercatat mengalami pertumbuhan

kedua tertinggi yaitu mencapai 8,51% (yoy), namun melemah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,92%(yoy). Perlambatan ini dipicu oleh

melemahnya pertumbuhan di seluruh sub sektor PHR, terutama hotel yang menurun dari

9,04% (yoy) menjadi 8,27% (yoy). Sedangkan kedua sub sektor lainnya yaitu restoran dan

perdagangan besar dan eceran masing-masing juga menurun menjadi 9,04% (yoy) dan

8,27% (yoy). Kenaikan harga BBM yang mendorong tingginya harga barang dan jasa turut

berpengaruh pada penurunan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub

sektor restoran. Sementara itu, tingginya impor, terutama kelompok tekstil dan persaingan

produk lokal dengan China menyebabkan sektor usaha menurunkan kapasitas produksinya,

sehingga memperlambat pertumbuhan perdagangan besar.

Perlambatan kinerja sub sektor hotel di Jawa Timur dikonfirmasi oleh perlambatan

pertumbuhan beberapa indikator seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal

tamu di Hotel Berbintang. Tercatat, TPK Hotel Berbintang mengalami penurunan dari

sebelumnya mencapai 52,69% pada triwulan II-2013 menjadi 50,73% pada triwulan III-2013.

Indikator rata–rata lama menginap tamu di hotel berbintang turut mengindikasikan adanya

penurunan, baik tamu asing maupun domestik. Tercatat rata-rata lama menginap tamu asing

pada triwulan II adalah selama 4,08 hari, sementara pada pada triwulan III-2013 berkurang

menjadi selama 2,22 hari. Begitu pula dengan rata-rata menginap tamu domestik yang

berkurang dari 1,88 hari pada triwulan III-2012, menjadi 1,73 hari pada periode laporan.

Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.34444 Indeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi Usaha

Grafik Grafik Grafik Grafik 1.31.31.31.35555 Indeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha Sektoral

-27.23

7.05

22.1

-0.45

-18.91

11.35

22.32

25.86

-1.85

21.623.29

4.15

1.1

19.5518.54

6.47

-1.46

20.88

11.6

15.81

6.43

26.35

8.49

35.87

12.65

31.82

16.30

12.71

2.60

37.72

9.03

15.72

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Realisasi Usaha

S

B

T

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

S

B

T

13

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.36666

Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimTingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.37373737

Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim

Penurunan kinerja PHR tersebut juga ditunjukkan dengan jumlah wisatawan mancanegara

(wisman) yang datang melalui bandara Juanda mengalami penurunan signifikan, yaitu 13,31%

(qtq), dari 19.898 orang menjadi 17.250 orang.

Faktor penyebab melambatnya kinerja sub sektor hotel yakni perlambatan ekonomi

internasional, terutama negara sedang berkembang (emerging market) dan Amerika Serikat

(AS). Seperti diketahui, sebagian besar wisatawan asing Jawa Timur berasal dari wilayah Asia.

Depresiasi mata uang di sebagian besar negara sedang berkembang terhadap USD

menyebabkan menurunnya daya beli dan minat berwisata wisman. Selain itu, instabilitas

perekonomian Indonesia pada triwulan III-2013, seperti inflasi yang tinggi turut memberikan

sentimen negatif wisatawan asing terhadap Indonesia.

Meskipun kinerja sektor ini mengalami perlambatan, namun potensi pemulihan

kinerjanya diperkirakan masih tinggi. Hal ini seiring dengan stabilnya indikator konsumsi listrik

golongan usaha atau bisnis di Jawa Timur. Konsumsi listrik golongan usaha/bisnis tumbuh

2,27% (qtq), yaitu dari 260,87 KwH menjadi 266,8 KwH pada triwulan laporan atau 14,78%

30%

35%

40%

45%

50%

55%

60%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

TPK Hotel Berbintang Jatim

Sumber : BPS Jatim (diolah)

%

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.38383838

Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.39393939

Konsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan Bisnis

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Asing Indonesia Total

H

A

R

I

Sumber : BPS Jatim (diolah)

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

80

100

120

140

160

180

200

220

240

260

280

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan

Sumber : PLN (diolah)

Kwh%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

TPK Hotel Berbintang Jatim

gJumlah Wisman Melalui Juanda

%

Sumber : BPS, diolah

14

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

secara year on year. Ke depan, sektor ini diperkirakan dapat kembali stabil seiring dengan

masih tingginya pasar usaha restoran dan perdagangan di Jawa Timur.

b. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,36% (yoy), tumbuh

lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat

pertumbuhan sebesar 6,62% (yoy). Perlambatan sektor ini dipicu oleh menurunnya sub sektor

barang kayu dan hasil hutan lainnya yang menurun menjadi 3,44% (yoy), pupuk, kimia dan

barang dari karet (4,37%), serta tekstil, barang kulit dan alas kaki (2,91%).

Berdasarkan rilis data industri manufaktur, diperoleh informasi bahwa produksi industri

manufaktur besar dan sedang pada triwulan III-2013 mengalami kenaikan 3,03% (yoy), namun

lebih rendah dibanding angka nasional yang mencapai 6,83%. Pertumbuhan produksi industri

manufaktur besar dan sedang disumbang oleh pertumbuhan industri alat angkut lainnya. Di sisi

lain, Industri mikro dan kecil Jawa Timur pun mengalami peningkatan pertumbuhan produksi

sebesar 5,35% (yoy) dan lebih tinggi dari level nasional yang tumbuh 4,86%. Kenaikan

tersebut terutama disebabkan karena peningkatan kinerja sub sektor industri komputer, barang

elektronik dan optik serta industri kertas dan barang dari kertas.

Perlambatan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh penurunan impor

bahan baku dan modal. Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam negeri ( biaya energi dan

beban bunga pinjaman) dan faktor luar negeri (depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban

sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut

dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus

2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku.

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.41.41.41.40000 Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Sektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri Pengolahan

Sumber: BPS Jatim , diolah

-8

-3

2

7

12

17

22

27

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki Kertas dan Barang Cetakan

Logam Dasar Besi & Baja Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

%, yoy

15

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Apabila dilihat dari indikator jumlah konsumsi listrik golongan industri, pada triwulan III-

2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu tumbuh 29,95% (yoy) atau 36,44%

(qtq). Hampir serupa dengan pola golongan usaha atau bisnis, peningkatan kinerja golongan

industri terutama disebabkan karena tingginya permintaan barang dan jasa masyarakat pada

momen ramadhan dan lebaran. Oleh karena itu, produksi yang dilakukan oleh industri

pengolahan di Jawa Timur meningkat sebagaimana direpresentasikan dengan jumlah konsumsi

listrik yang dikonsumsi golongan tersebut.

c. Pertanianc. Pertanianc. Pertanianc. Pertanian

Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur sedikit meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,77% (yoy), yang didorong oleh meningkatnya produksi

sub sektor perikanan (4,33% - yoy) dan perikanan (4,33%). Seluruh sub sektor mengalami

pertumbuhan positif kecuali sektor peternakan yang melambat menjadi -0,59%. Perlambatan

sektor ini disebabkan karena penurunan jumlah ternak, sebagaimana hasil survei pertanian

pada September 2013 yang menyatakan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan

penurunan jumlah ternak sapi terbesar yang mencapai 1,22 juta ekor jika dibandingkan dengan

tahun 2011.

Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.42222 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Impor Impor Impor Impor

Impor Impor Impor Impor Barang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan Baku

Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.43333

Konsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan Industri

Sumber: BPS Jatim , diolah

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

80

180

280

380

480

580

680

780

880

980

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan

Sumber : PLN (diolah)

Kwh%

-60.0

-40.0

-20.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

g_Total Impor g_Capital Goods

g_Intermediate Goods g_Consumption Goods

%

y

o

y

(juta usd)

Sumber: KPwBI Wil.IV (Jatim)

16

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

Berdasarkan rilis data ARAM II Tahun 2013 diperoleh informasi adanya penurunan

produksi padi pada bulan Mei-Agustus 2013 yaitu dari 6,12 juta ton (Januari-April 2013)

menjadi 3,89 juta ton. Penyebab utama penurunan produktivitas padi adalah musim kering di

beberapa wilayah di Jawa Timur, seperti Jombang dan Madura. Sementara itu, pada bulan

September-Desember diramalkan akan terjadi penurunan produksi padi menjadi 2,14 juta ton.

Sebagaimana terkonfirmasi pada grafik di bawah ini, luas panen padi menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya seiring dengan semakin meningkatnya luas puso padi, sementara itu

pertumbuhannya mengalami peningkatan yakni tumbuh sebesar 10,39% (yoy). Luas panen

jagung mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya seiring dengan semakin

menurunnya luas puso jagung baik secara qtq maupun yoy, namun pertumbuhannya menurun

menjadi -1,24% (yoy).

Untuk mengatasi dampak akibat anomali cuaca, Dinas Pertanian wilayah Jawa Timur telah

menganggarkan pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian berupa jaringan irigasi,

lampu pembasmi hama dan mengoptimalkan program system of rice intensification (SRI) yang

telah berjalan sejak tahun 2011. Permasalahan makin berkurangnya luas lahan tanam di

daerah selain diatasi melalui penerbitan RTRW tingkat kab/kota juga dengan mengkoodinasikan

gerakan pemanfaatan lahan tadah hujan dan bantaran sungai oleh seluruh Dinas Pertanian di

Jawa Timur.

Pada tanaman hortikultura dan bumbu-bumbuan menunjukkan pasokan yang stabil,

seperti peningkatan produksi kedelai di Jember dan Nganjuk, produksi bawang merah yang

stabil. Namun, pasokan bawang putih cenderung langka, sehingga meningkatkan permintaan

impor, terutama dari China. Dari sisi harga, terdapat potensi kenaikan harga terutama pada

komoditas cabai dan bawang putih akibat kelangkaan pasokan.

I II III IV I II III IV I II III

PERTANIAN 2.82 3.35 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.96 1.46 1.77

1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.88 2.18 2.43 0.90 1.91 5.09 4.94 (1.49) 0.94 0.79 1.58

1.2. Tanaman Perkebunan 3.76 3.97 (1.53) 9.36 3.94 2.82 1.02 2.81 3.52 1.71 2.46

1.3. Peternakan 5.91 6.40 4.42 0.61 3.34 3.42 3.24 4.68 3.39 1.18 (0.59)

1.4. Kehutanan 4.60 4.83 7.62 8.04 35.70 16.52 40.51 26.89 (0.43) 4.27 3.44

1.5. Perikanan 3.92 4.28 3.00 (2.78) 4.02 4.55 5.10 4.12 4.08 4.24 4.33

201320122011LAPANGAN USAHA

Sumber: BPS Jatim , diolah

17

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44444444 Luas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen Padi

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.45454545 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.46464646

Luas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa Timur

d. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Pada periode laporan, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sedikit

melambat dari 7,84% (yoy) menjadi 7,39%. Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan

hampir seluruh sub sektornya, kecuali sub sektor bank. Sub sektor yang mengalami

perlambatan terbesar adalah Jasa Perusahaan yang pertumbuhannya menurun dari 5,40%

menjadi 3,70%. Selanjutnya subsektor yang mengalami perlambatan adalah Lembaga

Keuangan Bukan Bank dan Sewa Bangunan yang mampu tumbuh masing-masing sebesar

8,47% dan 6,84%.

(100)

(50)

-

50

100

150

200

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)

gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)

%

Ha

(80)

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)

gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)

Ha

%

(2,000)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)

gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)

Ha

%

18

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.48484848

Perkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa Timur

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.49494949

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan FeeFeeFeeFee----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income

Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.50000

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan InterestInterestInterestInterest----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income

Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.47474747

Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur

Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.51111 Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan –––– Biaya Biaya Biaya Biaya Operasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank Umum

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

Fee Based Income

g.Fee Based Income (Skala Kanan)

juta Rp

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

Interest Based Income

g.Interest Based Income (Skala Kanan)

juta Rp

0.60

20.60

40.60

60.60

80.60

100.60

120.60

140.60

(2,000,000)

(1,000,000)

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

I2009

II III IV I2010

II III IV I2011

II III IV I2012

II III IV I2013

II III

Pendapatan Operasional - Biaya Operasional

BO/PO (Skala Kanan)

juta Rp

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

140.00%

160.00%

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

2010 2011 2012 2013

Nilai Net Interest Margin (NIM) g NIM (Skala Kanan)

%,

yoy

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

20%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013

gDana Pihak Ketiga gKredit (Skala Kanan)%, yoy

19

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Kinerja sub sektor bank yang cukup tinggi tercermin dari penghimpunan Dana Pihak

Ketiga (DPK) yang pertumbuhannya meningkat dari 12,03% menjadi 14,63% pada triwulan III-

2013. Tingginya sumber dana tersebut diimbangi dengan penyaluran kredit yang cukup tinggi,

yaitu tumbuh 27,22%. Terjaganya kredit penyaluran perbankan pada level tinggi dengan

tingkat risiko yang terjaga rendah mendorong terjadinya pertumbuhan sub sektor ini pada

periode laporan. Demikian pula dengan indikator perbankan lainnya, seperti pertumbuhan laba

net interest margin yang meningkat dari 17,92% menjadi 23,08%. Di sisi lain, fee based

income perbankan pada periode laporan mengalami penurunan dari 21,77% menjadi 17,18%.

Sementara intereset based income yang diperoleh subsektor bank mengalami peningkatan dari

16,15% menjadi 22,78%. Peningkatan interest based income tersebut salah satunya dipicu

oleh kenaikan suku bunga bank sebagai akibat dari peningkatan BI Rate. Suku bunga yang

cukup tinggi tidak menjadi hambatan berarti bagi sebagian besar kreditur, sebagaimana

tercermin dari pertumbuhan kredit yang semakin meningkat. Hal ini justru meningkatkan

efisiensi sub sektor bank yang ditunjukkan dengan penurunan Rasio Biaya Operasional

dibandingkan dengan Pendapatan Operasional.

e. Bangunane. Bangunane. Bangunane. Bangunan

Kinerja sektor bangunan di triwulan III-2013 mengalami perlambatan dari sebelumnya

10,53% (yoy) menjadi 8,46% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan

kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen, serta pembangunan dan penjualan

properti residensial di Jawa Timur. Pertumbuhan volume penjualan semen pada triwulan IV-

2012 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2012, yaitu dari sebesar 5,40% (yoy) menjadi

1,09% (yoy). Sementara itu, rata-rata pembangunan prperti residensial di Jawa Timur

cenderung stabil dengan penjualan yang meningkat, khususnya pada properti residensial tipe

kecil.

Selain itu, walaupun secara umum pertumbuhan rata-rata pembangunan dan penjualan

properti residensial di Jawa Timur menunjukkan tren meningkat, namun pada triwulan III-2013

terjadi perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang

diperkirakan menahan pertumbuhan kinerja sektor bangunan antara lain kenaikan harga bahan

bangunan dan kenaikan upah pekerja. Selain itu, kenaikan harga BBM pada tiwulan laporan

juga turut meningkatkan biaya produksi dan pembangunan properti residensial. Dari sisi

konsumen, adanya peraturan Loan to Value (LTV) pada rumah kedua dan seterusnya pun

menjadi penghambat pertumbuhan penjualan properti residensial.

20

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik 1.52Grafik 1.52Grafik 1.52Grafik 1.52 Volume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen diiii Jawa TimurJawa TimurJawa TimurJawa Timur

Grafik 1.53Grafik 1.53Grafik 1.53Grafik 1.53 RataRataRataRata----Rata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti Residensial

Grafik 1.54Grafik 1.54Grafik 1.54Grafik 1.54 RataRataRataRata----Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial Rata Penjualan Properti Residensial

f. f. f. f. Pengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan mengalami

pertumbuhan positif yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor ini tumbuh

dari 10,04% menjadi 10,70% pada triwulan III-2013. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya

kinerja seluruh kelompok sub sektornya, kecuali jasa penunjang angkutan dan angkutan jalan

raya. Kelompok yang tumbuh paling tinggi adalah angkutan udara yang tumbuh sebesar

12,13%, diikuti dengan angkutan rel (2,67%). Tingginya kinerja sektor pengangkutan tersebut

sejalan dengan tingginya arus mudik menjelang dan arus balik pasca hari raya dengan

menggunakan kereta api dan pesawat terbang. Tingginya harga tiket pesawat terbang maupun

kereta api mampu meningkatkan kinerja sektor ini mengingat pola konsumsi masyarakat pada

43

26 24

16

21

30

1412

15.9 23

30 27

42

31

39

15

7 9 8 9 10

6 9

9.8 17 17 18

23 23 23

5 3 4 4 4 3 4 3

5.8 9 8 7

9 11 10

17

9 10 89 12

7 6 10.0

14 17 16

24 21 22

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

KECIL MENENGAH

BESAR Grand Total41

25 23

21

35

27

13 12

14

10

25

21

31

25

34

14

6 9 7 7 8 7 9

9 9 9

10

16

12 13

4 2 3 4 3 2 3 3

5

5 5 5 6 6 6

16

8 9 8 10

10

7 7 9 8

12 11

16

1214

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2010 2011 2012 2013

KECIL MENENGAH

BESAR Grand Total

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Penjualan Semen g_Penjualan Semen (Skala Kanan)

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)

unit unit

21

BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013

Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.55557777

Penumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara Juanda

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.55558888

Penumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara Juanda

Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.55556666

Arus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung Perak

jasa angkutan di peak season cenderung bersifat inelastis dan tidak memperhatikan kenaikan

harga. Di samping itu, waktu tempuh yang pendek juga menyebabkan pertumbuhan pada

kedua jenis angkutan ini lebih tinggi dibanding dengan angkutan laut maupun angkutan darat

lainnya.

Indikator sektor komunikasi dan angkutan pada triwulan III-2013 seperti tercermin pada

gambar di bawah ini menunjukkan arus penumpang di Jawa Timur yang melalui pelabuhan

Tanjung Perak tercatat mengalami peningkatan, sementara arus barang di pelabuhan tersebut

mengalami penurunan. Di sisi lain, arus penumpang domestik di bandara Juanda mengalami

penurunan, sementara arus penumpang internasional meningkat signifikan.

GrafikGrafikGrafikGrafik 1.51.51.51.55555

Arus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung Perak

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-20

30

80

130

180

230

280

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)

Ribu Orang % yoy

Sumber : BPS Provinsi Jatim

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Vol Barang g Jml Barang (rhs)

Ribu Ton % yoy

Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs)

Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)

% yoyRibu Orang

Ribu Ton % yoy

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jml Penumpang Intl gPenumpang Intl (rhs)

Ribu Orang% yoy

Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)

Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2

PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI

JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR

22

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

2222 PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI

2.12.12.12.1 KONDISI KONDISI KONDISI KONDISI UMUUMUUMUUMUMMMM

Tekanan inflasi mereda pada akhir triwulan III-2013. Setelah mengalami lonjakan inflasi

yang tinggi pada triwulan I-2013 dan awal triwulan III-2013, laju inflasi pada triwulan III-2013

tercatat sebesar 7,78% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar

8,40%. Rendahnya tekanan inflasi Jatim menyebabkan inflasi sampai dengan September

2013 mencapai 6,81% (ytd) lebih rendah dibandingkan nasional yang telah mencapai

7,57%. Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jatim justru meningkat dari 0,11% (qtq) pada

triwulan II-2013 menjadi 3,72%. Hal ini khususnya dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi

masyarakat karena adanya Hari Raya Idul Fitri yang terindikasi dari peningkatan inflasi

kelompok volatile food dari 12,39% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 14,43% (yoy), serta

tingginya tekanan inflasi kelompok administered price sebagai dampak kenaikan harga

Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan lonjakan inflasi kelompok ini dari 6,58%

(yoy) menjadi 13,89%. Kelompok inflasi inti (core inflation) juga menyumbang kenaikan

inflasi sebagai dampak kenaikan harga emas dan pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga

pada triwulan ini meningkat menjadi 4,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya

sebesar 3,90%.

Grafik 2.3. Grafik 2.3. Grafik 2.3. Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy)

Grafik 2.4. Grafik 2.4. Grafik 2.4. Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)

Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)

Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2.... Perkembangan Inflasi Jawa Timur

% yoy

23

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang

relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi

nasional dan di urutan ketiga tertinggi untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa

terendah ditempati DIY (7,60%), Jawa Tengah (7,72%), Jawa Timur (7,78%), Jawa Barat

(9,24%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,78%). Walaupun tekanan inflasi pada

akhir triwulan III-2013 relatif melambat, namun potensi inflasi sampai dengan akhir tahun

2013 diperkirakan akan meningkat seiring dengan masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar,

penerapan kebijakan terkait dengan administered price (listrik, cukai rokok) serta minimnya

musim panen di beberapa sentra produksi Jatim.

2.22.22.22.2 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)

Sepanjang triwulan III-2013, pergerakan harga di Jatim diwarnai dengan dua bulan

inflasi dan satu bulan deflasi. Tekanan inflasi terjadi pada bulan Juli dan Agustus masing-

masing sebesar 2,96% dan 0,97% (mtm), sedangkan deflasi terjadi di bulan September (-

0,23%). Terjadinya deflasi pada September 2013 utamanya didorong oleh kecukupan

pasokan bahan makanan serta kembali normalnya konsumsi masyarakat setelah mengalami

masa puncaknya pada Agustus 2013 seiring dengan tibanya Hari Raya Idul Fitri. Hal ini

diindikasikan melalui terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan khususnya sub

kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur, susu dan hasil-hasilnya yang

merupakan komoditas yang banyak diminta masyarakat ketika momen bulan Ramadhan dan

Lebaran. Selain kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi terbesar yaitu -2,25%

(mtm) dan memberikan sumbangan -0,53%, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan juga mengalami deflasi sebesar -0,45% (menyumbang -0,08%) yang utamanya

karena telah meredanya dampak BBM yang mengalami kenaikan harga sebesar 44,44%

pada Juni 2013.

TabeTabeTabeTabel 2.l 2.l 2.l 2.1111 Inflasi Triwulan I Tahun 2013 & Triwulan II Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm)

Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah

AprAprAprApr MeiMeiMeiMei JunJunJunJun JulJulJulJul AugAugAugAug SepSepSepSep

Umum -0.36 -0.20 0.68 0.04 2.96 0.97 -0.23 1.23

1 Bahan Makanan -1.38 -1.39 0.40 -0.79 5.76 0.93 -2.25 1.48

2 Mamin, Rokok & Tembakau 0.35 0.19 0.34 0.30 1.25 0.51 0.54 0.77

3 perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.09 0.78 0.10 0.32 0.50 0.65 0.40 0.52

4 Sandang -1.69 -1.83 -0.91 -1.48 -0.95 3.31 3.29 1.88

5 Kesehatan 0.34 0.47 0.30 0.37 0.41 0.19 0.36 0.32

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.09 0.07 0.02 0.06 0.20 1.72 0.15 0.69

7 Transpor, Komunikasi -0.07 0.20 3.18 1.11 8.06 0.27 -0.45 2.63

NoNoNoNoTw II-2013Tw II-2013Tw II-2013Tw II-2013

Rata-RataRata-RataRata-RataRata-RataTw III-2013Tw III-2013Tw III-2013Tw III-2013

Rata-RataRata-RataRata-RataRata-RataKelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang

24

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Namun demikian, deflasi pada kelompok bahan makanan dan transportasi tertahan

oleh peningkatan harga kelompok sandang dan makanan minuman yang masing-masing

mengalami inflasi sebesar 3,29% (mtm) dan 0,54%. Berdasarkan kelompok barang sesuai

tabel di atas, rata-rata laju inflasi bulanan sepanjang Tw III-2013 ditandai dengan inflasi yang

berada di atas seluruh rata-rata bulanan dari triwulan sebelumnya kecuali untuk kelompok

kesehatan. Hal ini selaras dengan pola inflasi pada periode yang sama pada tahun-tahun

sebelumnya dimana selalu terjadi kenaikan harga di moment Hari Raya Idul Fitri (seasonal)

yang disebabkan peningkatan permintaan masyarakat secara signifikan dan direspon oleh

para pelaku pasar dengan kenaikan harga. Pola seasonal ini dicirikan dengan akan turunnya

inflasi setelah periode seasonal berlalu.

Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (untuk bulan Juli, Agustus dan September 2013),

tampak bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk triwulan III-2013 adalah administered

price yang berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada kelompok transportasi

dan kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan kelompok bahan

makanan karena telah melampaui masa seasonal-nya mulai mengalami penurunan harga di

akhir triwulan III-2013.

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.5555. . . . Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2013 (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.6666.... Inflasi Juli 2013 per Kelompok Barang (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.7777.... Inflasi Agustus 2013 per Kelompok Barang (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.8888.... Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm)

25

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw III-2013 tersaji sebagai berikut :

1.1.1.1. Bulan Bulan Bulan Bulan JuliJuliJuliJuli 2013201320132013

- Pada bulan ini, Jatim mencatat inflasi bulanan tertinggi sepanjang tahun 2013 yaitu

2,96% (mtm). Hal ini sudah diprediksi pada periode sebelumnya dimana kenaikan BBM

yang terjadi pada bulan Juni 2013 dampaknya baru akan terlihat pada Juli 2013.

- Lonjakan harga BBM tersebut diikuti dengan kenaikan harga komoditas lainnya

(second round effect) yang diantaranya meliputi peningkatan tarif angkutan dalam

kota sebesar 21,34% (mtm) dan angkutan antar kota sebesar 13,21% (mtm). Hal

tersebut menyebabkan kelompok transportasi mengalami inflasi yang sangat besar

pada bulan Juli 2013 yaitu sebesar 8,06% (mtm).

- Berdasarkan grafik 2.10 di atas tampak bahwa penyesuaian harga oleh sub kelompok

transportasi atas kenaikan harga BBM baru dilaksanakan secara penuh pada Juli 2013

yang meliputi antara lain penyesuaian tarif taxi, tarif angkutan dan sewa kendaraan.

Tingkat harga angkutan antar kota dan kendaraan carter menyesuaikan dengan

kondisi pasar sehingga masih berfluktuatif, sedangkan untuk angkutan dalam kota

mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur

dengan mengacu kepada ketentuan dari Dinas Perhubungan. Dengan demikian,

penyesuaian harga yang dilakukan pada bulan yang bersamaan tersebut menjadi

pendorong utama tingginya inflasi pada kelompok transportasi.

- Kelompok bahan makanan juga mulai mengalami peningkatan harga sehubungan

dengan tibanya bulan Ramadhan. Tercatat beberapa komoditas yang mengalami

kenaikan harga yaitu bawang merah (61,36%-mtm), daging ayam ras (20,30%), cabe

rawit (86,01%) dan beras (3,64%). Tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan

selain disebabkan oleh tingginya permintaan juga karena permasalahan pada

kecukupan pasokan dimana terdapat gangguan salah satunya pada produksi bawang

merah di kota Nganjuk karena faktor angin dan bibit.

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.9999.... Perkembangan Inflasi per Kelompok Barang (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.10101010.... Inflasi terkait Kenaikan Harga BBM (mtm)

% mtm

26

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

2.2.2.2. Bulan Bulan Bulan Bulan Agustus Agustus Agustus Agustus 2013201320132013

- Inflasi sedikit mereda pada Agustus 2013 dimana secara bulanan sebesar 0,97% lebih

rendah dibandingkan Juli 2013 yang mencapai 2,96% (mtm). Penyebab utama masih

tingginya inflasi tersebut selain karena masih dalam momen Hari Raya Idul Fitri juga

karena pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dimana salah satu

dampaknya adalah peningkatan harga emas perhiasan lokal.

- Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan relatif turun, terlihat dari inflasi

kelompok ini yang sebesar 0,93% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya

(5,76%). Penyumbang penurunan tersebut adalah terjadinya deflasi pada komoditas

bawang putih (-13,88%), telur ayam ras (-4,03%) dan wortel (-14,24%).

- Meredanya inflasi pada kelompok volatile food tidak diikuti oleh kelompok core

inflation dimana pada bulan Agustus 2013 justru menjadi penyumbang utama inflasi.

Pada grafik 2.12 di atas tampak bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi sejak

awal triwulan III-2013 diikuti dengan kenaikan harga emas perhiasan sebesar 9,62%

(mtm) atau menyumbang 0,19% dari total inflasi di bulan Agustus 2013. Kondisi

tersebut diperburuk dengan tibanya tahun ajaran baru yang secara seasonal

meningkatkan inflasi di sub kelompok pendidikan (grafik 2.13) dimana Sekolah Dasar

mengalami inflasi terbesar (6,16%) dengan sumbangan 0,07%.

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.11111111.... Perkembangan Harga Sub Kelompok Daging dan Telur (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.12121212.... Perkembangan Kurs dan Harga Emas (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.13131313.... Perkembangan Inflasi sub Kelompok Pendidikan (mtm)

% mtm % mtm

% mtm

27

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

3.3.3.3. Bulan Bulan Bulan Bulan SeptemberSeptemberSeptemberSeptember 2013201320132013

- Setelah mengalami puncak inflasi pada Agustus 2013, laju inflasi Jatim pada

September 2013 mengalami penurunan. Perubahan harga pada periode ini tercatat

mengalami deflasi sebesar 0,23% (mtm). Berdasarkan disagregasinya, penurunan

inflasi kelompok volatile food dan administered price menjadi faktor utama terjadinya

deflasi pada September 2013. Redanya kenaikan tarif angkutan serta tidak adanya

kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada periode laporan menyebabkan minimnya

tekanan inflasi kelompok administered price. Kembali normalnya tingkat konsumsi

masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri yang didukung pula dengan kecukupan pasokan

beberapa komoditas utama menjadi faktor penahan inflasi kelompok volatile food.

- Masih sejalan dengan bulan sebelumnya, tekanan inflasi pada bulan ini utamanya

berasal dari kelompok core inflation yang memberikan sumbangan inflasi sebesar

0,32% sebagai dampak kenaikan harga emas perhiasan akibat pelemahan nilai tukar

Rupiah serta masih belum stabilnya harga komoditas internasional. Dampak tersebut

terlihat dari peningkatan harga komoditas kedelai impor yang mempengaruhi pula

harga komoditas tahu mentah dan tempe, serta daging ayam ras yang komponen

pakannya sebagian besar menggunakan kedelai.

- Beberapa sentra produksi di Jawa Timur antara lain Probolinggo (bawang merah),

Kediri dan Banyuwangi (cabe merah), masih mengalami masa panen sehingga

mendorong deflasi komoditas tersebut masing-masing sebesar -33,11% (bawang

merah), -23,20% (cabe rawit) dan -17,23% (cabe merah).

2.3.2.3.2.3.2.3. INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)

Pada Tw III-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 3,72% (qtq),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,11% (qtq). Seluruh kelompok

barang mengalami peningkatan inflasi, khususnya kelompok transport, komunikasi dan jasa

keuangan yang mengalami kenaikan terbesar dari 3,32% (Tw II-2013) menjadi 7,87% (Tw III-

2013). Sumbangan utama kenaikan inflasi kelompok ini adalah peningkatan harga sub

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.14141414 Inflasi (mtm) Kedelai dan Hasilnya

% mtm

28

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

kelompok transpor dari 5,16% (qtq) menjadi 11,85% karena peningkatan bahan bakar

minyak (BBM) yaitu bensin. Kelompok lain yang juga mengalami inflasi cukup tinggi adalah

kelompok sandang (5,69%-qtq) khususnya karena peningkatan harga sub kelompok barang

pribadi dan sandang lain dari -10,31% menjadi 12,29% karena naiknya harga emas

perhiasan. Kelompok lain juga mengalami inflasi namun pada tingkat yang lebih rendah.

Berdasarkan sumbangannya, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

memberikan sumbangan inflasi terbesar pada Tw III-2013 sebesar 1,42% sehubungan

dengan kenaikan BBM (bensin dan solar) serta tarif angkutan dalam dan luar kota (second

round effect). Penyumbang inflasi tertinggi kedua adalah kelompok bahan makanan (1,03%)

karena tingginya permintaan akan daging dan ikan segar serta kacang-kacangan.

Pola sumbangan inflasi pada tahun 2013 ini sedikit berbeda dengan pola inflasi

triwulanan pada umumnya. Sebagaimana tabel di atas, tampak bahwa seharusnya inflasi

merangkak naik sejak awal tahun dengan puncak pada Tw III (sehubungan dengan adanya

perayaan hari keagamaan Idul Fitri) dan melambat pada Tw IV. Namun adanya permasalahan

hortikultura di awal tahun menyebabkan inflasi Jawa Timur melambung pada Tw I-2013,

kemudian sedikit mereda pada Tw II dan masih meningkat pada Tw III-2013 seiring dengan

adanya hari keagamaan dan tahun ajaran baru.

Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.2222 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)

Sumber : BPS, data diolah

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.15151515 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan

Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III

Umum 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72

1 Bahan Makanan 0.90 2.55 1.62 9.34 -2.36 4.34 0.06 0.87 0.24 2.28 -0.56 1.03

2 Mamin, Rokok & Tembakau 1.90 2.59 0.79 1.73 0.89 2.31 0.25 0.56 0.17 0.31 0.16 0.42

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.18 0.68 0.97 1.84 0.97 1.57 0.18 0.23 0.19 0.38 0.20 0.32

4 Sandang -0.48 3.61 0.31 -1.66 -4.37 5.69 -0.06 0.16 0.13 -0.10 -0.27 0.36

5 Kesehatan 0.54 0.86 0.68 0.98 1.11 0.97 0.02 0.04 0.04 0.04 0.05 0.04

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.27 3.56 0.32 0.32 0.18 2.08 0.00 0.34 0.03 0.03 0.02 0.18

7 Transpor, Komunikasi 0.40 0.80 0.79 0.25 3.32 7.87 0.06 0.20 0.09 0.04 0.58 1.42

Sumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQ

NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang

Inflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQ

2012201220122012 2013201320132013 2012201220122012 2013201320132013

-35

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

Padi

-pad

ian,

um

bi-u

mbi

an

Dag

ing

dan

Has

il-ha

siln

ya

Ikan

Seg

ar

Ikan

Dia

wet

kan

Telu

r, S

usu

dan

Has

il2ny

a

Sayu

r-sa

yura

n

Kaca

ng -

kaca

ngan

Bua

h -b

uaha

n

Bum

bu -

bum

buan

Lem

ak d

an M

inya

k

Bah

an M

akan

an L

ainn

ya

4.96

10.538.86

1.92

-1.41 -2.69

7.11

3.07 2.96 3.54

1.16

% (qtq)

Sumber : BPS Jatim (diolah)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.16161616 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan

29

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Analisis lebih lanjut dilakukan terhadap kelompok bahan makanan mengingat

kelompok ini memiliki volatilitas besar dan pada musim-musim tertentu menjadi penyumbang

utama inflasi Jawa Timur. Sebagaimana terlihat pada grafik 2.16, sub kelompok bumbu-

bumbuan yang pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi cukup dalam, pada triwulan ini

meningkat signifikan karena kenaikan harga bawang merah dan cabe rawit masing-masing

sebesar 19,05% (qtq) dan 35,21%. Demikian pula dengan sub kelompok daging dan hasil-

hasilnya yang meningkat dari 1,55% (Tw II-2013) menjadi 10,53% (Tw III-2013) sebagai

dampak peningkatan harga daging ayam ras dan daging sapi sebesar 23,36% dan 1,63%

(qtq) karena tingginya konsumsi pada Hari Raya Idul Fitri dan peningkatan harga pakan

ternak. Peningkatan ini diproyeksi masih akan berlanjut mengingat pada awal triwulan IV

terdapat Hari Raya Idul Adha akan yang mendorong tingginya permintaan akan daging sapi

serta trend pelemahan nilai tukar Rupiah yang akan meningkatkan harga komoditas impor

diantaranya bawang putih.

Perkembangan inflasi beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi Jatim adalah

sebagai berikut :

BerasBerasBerasBeras

Pada Tw III-2013 ini, komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa

Timur mulai mengalami sedikit kenaikan harga (5,34% - qtq) khususnya pada jenis beras

premium sebagai dampak tingginya permintaan akan beras disamping kapasitas Jawa Timur

untuk memenuhi pula kebutuhan di luar Provinsi Jawa Timur. Meskipun demikian,

berdasarkan informasi dari Bulog Provinsi Jawa Timur, penyerapan Bulog relatif baik dan

terdapat kecukupan stok untuk memastikan tidak terjadi shortage akibat kekurangan

pasokan.

Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa dibandingkan dengan harga beras lokal,

harga komoditas beras internasional relatif stabil bahkan mengalami penurunan. Kondisi

tersebut tidak berpengaruh pada harga beras domestik karena minimnya penggunaan beras

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.17171717 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Sep 2013

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.18181818 Inflasi Beras Jawa Timur (qtq)

Sumber : BPS Jatim dan Bloomberg (diolah)

Sumber : BPS Jatim (diolah)

% qtq

30

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

impor seiring dengan kecukupan stok Bulog dan posisi Jawa Timur lumbung padi nasional,

sehingga diharapkan mampu menstabilkan kembali harga komoditas beras di triwulan

selanjutnya.

Untuk memitigasi dan menjaga kecukupan beras di masyarakat, Bulog telah

melakukan antisipasi dengan pengadaan yang sampai dengan akhir September 2013

mencapai 923.452 ton atau setara dengan pasokan sampai dengan 19 bulan ke depan serta

melakukan penyaluran raskin yang mencapai 489.894 ton.

BumbuBumbuBumbuBumbu----BumbuanBumbuanBumbuanBumbuan

Berdasarkan grafik berikut, terlihat setelah mengalami lonjakan signifikan pada Tw I-

2013, terdapat penurunan inflasi untuk sub kelompok bumbu-bumbuan yang terus berlanjut

sampai dengan Tw II-2013 dan meningkat kembali pada Tw III-2013.

Produksi beberapa komoditas sub kelompok bumbu-bumbuan antara lain bawang

merah, cabe merah dan cabe rawit memiliki pola tanam dan panen tertentu. Sebagai contoh

untuk komoditas bawang merah, masa panen tertinggi adalah di pertengahan tahun (Tw II

dan Tw III) kemudian melambat di akhir dan awal tahun, demikian pula dengan cabe merah

yang memiliki masa panen raya di Tw II dan awal Tw III. Dengan demikian, pola inflasi

komoditas ini juga dapat diperkirakan yaitu meningkat di masa-masa dimana petani memulai

musim tanam (mendekati akhir tahun dan awal tahun). Karena bumbu-bumbuan merupakan

komoditas yang tidak tahan lama sehingga kelebihan pasokan pada saat panen tidak dapat

disimpan untuk memenuhi masa shortage.

PeternakanPeternakanPeternakanPeternakan

Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya pada Tw III-2013 meningkat signifikan

dibandingan Tw II-2013 yaitu dari 1,55% (qtq) menjadi 10,53%. Peningkatan terbesar terjadi

pada komoditas daging ayam ras yaitu dari 1,46% (qtq) menjadi 23,36%. Daging sapi

meningkat sedikit dari 1,30% (qtq0 menjadi 1,63% sedangkan telur ayam ras justru

mengalami penurunan dari 14,11% (qtq) menjadi -6,05%.

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.19191919 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.20202020 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim

Sumber : BPS Jatim (diolah)

Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah)

31

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Tingginya inflasi pada sub kelompok ini karena adanya momen Hari Raya Idul Fitri di

Triwulan III-2013 sehingga meningkatkan permintaan akan komoditas tersebut. Dari sisi

supply, ketersediaan daging sapi relatif terbatas karena tidak semua populasi sapi di Jawa

Timur siap untuk dipotong. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Timur, beberapa

sentra daging sapi di Jawa Timur antara lain Tuban, Lumajang, Magetan, Madura dan

Malang mengkonfirmasi tidak meratanya produksi daging sapi yang tercermin dari rata-rata

pertumbuhan 5 (lima) tahun terakhir konsumsi daging sapi (kisaran 2,5%) yang lebih tinggi

dari produksinya (kisaran 2,4%). Sedangkan peningkatan harga daging ayam ras lebih

disebabkan kenaikan harga biaya produksi akibat harga pakan ternak yang meningkat.

2.4.2.4.2.4.2.4. INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN (yoy)(yoy)(yoy)(yoy)

Meningkatnya inflasi Jawa Timur sejak awal tahun 2013, secara langsung juga

mempengaruhi pencapaian inflasi tahunan yang pada Tw III-2013 mencapai 7,78%.

Kebijakan Pemerintah antara lain kenaikan harga BBM, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL),

tarif Upah Minimum Kota (UMK) dan cukai rokok secara keseluruhan memberikan

sumbangan peningkatan inflasi pada tahun 2013 ini.

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.21212121 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq)

Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.3333 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang

Sumber: BPS, data diolah

Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III

Umum 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78 3.97 4.63 4.50 6.75 5.93 7.78

1 Bahan Makanan 6.14 6.65 5.74 14.98 11.27 13.20 1.37 1.48 1.29 2.71 2.65 3.13

2 Mamin, Rokok & Tembakau 6.32 6.69 6.71 7.18 6.12 5.83 1.16 1.24 1.25 1.12 1.13 1.06

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 3.29 3.18 3.54 4.75 4.53 5.46 0.70 0.68 0.75 0.95 0.96 1.12

4 Sandang 6.27 3.99 4.53 1.72 -2.25 -0.29 0.42 0.27 0.31 -0.14 -0.14 -0.02

5 Kesehatan 1.83 2.43 2.60 3.10 3.69 3.80 0.09 0.11 0.12 0.17 0.17 0.17

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 6.26 4.51 4.43 4.50 4.40 2.91 0.56 0.40 0.40 0.39 0.39 0.25

7 Transpor, Komunikasi 1.86 1.87 2.43 2.26 5.23 12.61 0.33 0.33 0.42 0.88 0.91 2.28

2012201220122012 2013201320132013NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang

Inflasi YOYInflasi YOYInflasi YOYInflasi YOY Sumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOY

2012201220122012 2013201320132013

% qtq

32

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Dibandingkan tahun sebelumnya, inflasi Tw III-2013 mengalami peningkatan dan lebih

tinggi dibandingkan rata-rata 5 (lima) tahun terakhir sebagai akibat kenaikan harga

kelompok bahan makanan, transportasi, listrik maupun rokok dan tembakau.

Pendorong inflasi pada triwulan ini adalah masih tingginya kenaikan harga kelompok

bahan makanan (13,20% - yoy) dengan sumbangan sebesar 3,13% dan kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (12,61%) yang menyumbang inflasi sebesar

2,28%. Penahan inflasi pada periode ini adalah adalah kelompok sandang yang mengalami

deflasi sebesar -0,29% karena masih berlanjutnya penurunan harga emas perhiasan.

Berdasarkan grafik 2.23 di atas tampak bahwa terdapat peningkatan signifikan untuk

inflasi kelompok bahan makanan di Tw I-2013 dan transport di Tw II-2013 yang dampaknya

masih berpengaruh sampai dengan Tw III-2013. Selain itu, perlu juga diwaspadai trend inflasi

kelompok sandang yang di Tw III-2013 juga mulai meningkat walaupun masih dalam posisi

deflasi. Sedangkan kelompok makanan jadi tidak terlalu terpengaruh kenaikan inflasi

kelompok bahan makanan.

Masih berlanjutnya inflasi kelompok bahan makanan disebabkan oleh peningkatan

harga sub kelompok bumbu-bumbuan (35,25%-yoy), daging dan hasil-hasilnya (21,48%),

buah-buahan (18,21%) dan sayur-sayuran (18,01%). Sedangkan berdasarkan komoditasnya,

bawang merah, cabe rawit, tomat sayur dan cabe merah merupakan penyumbang utama

tingginya inflasi kelompok ini masing-masing sebesar 194,15%, 82,08%, 66,40% dan

41,31% (yoy). Walaupun tekanan inflasi pada Tw III-2013 sudah mulai mereda namun pada

triwulan selanjutnya diperkirakan kelompok ini akan kembali mengalami kenaikan harga

seiring dengan minimnya musim panen dan dimulainya musim penghujan.

Selain kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan juga mengalami kenaikan signifikan khususnya untuk sub kelompok transport

yang meningkat dari 7,89%-yoy (Tw II-2013) menjadi 16,93% (Tw III-2013). Kenaikan bensin

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.23232323 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang

dan Tranpor (yoy) 2010-2013

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22222222 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013

33

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

sebesar 44,44% direspon dengan kenaikan inflasi bensin sebesar 41,84% (first round effect)

serta kenaikan tarif angkutan dalam kota sebesar 31,12% (second round effect).

2.5.2.5.2.5.2.5. INFLASI INFLASI INFLASI INFLASI MENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTA

Pada Tw III-2013, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi

nasional secara umum menunjukkan peningkatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi

tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Kediri dengan inflasi sebesar 4,07% (qtq)

sedangkan terendah terjadi di kota Sumenep (3,33%-qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi

pada triwulan sebelumnya dimana seluruh kota mengalami inflasi kurang dari 1%, pada

triwulan ini 7 (tujuh) kota tersebut mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Terjadinya inflasi (qtq) di beberapa kota di Jawa Timur tersebut terutama didorong

oleh peningkatan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan harga sub kelompok transport.

Selain BBM, kenaikan juga dipicu oleh inflasi pada kelompok bahan makanan khususnya sub

kelompok bumbu-bumbuan, daging dan hasil-hasilnya serta sayur-sayuran.

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.24242424 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun

2012 - 2013

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.25252525 Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan

Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.4444 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur

Sumber: BPS, Data diolah.

Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III

Jatim 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78

Surabaya 0.82 1.83 0.91 2.90 0.11 3.66 4.69 4.29 4.37 6.61 5.86 7.75

Malang 0.86 2.05 1.15 2.78 0.35 3.69 4.44 4.58 4.60 7.01 6.46 8.17

Kediri 1.20 2.40 0.43 2.51 0.60 4.07 5.06 5.26 4.63 6.69 6.05 7.78

Jember 0.84 1.65 1.09 2.81 -0.25 3.95 4.12 4.40 4.49 6.53 5.38 7.77

Sumenep 1.21 2.17 0.61 3.26 -0.53 3.33 5.46 6.06 5.06 7.44 5.59 6.78

Probolinggo 1.73 2.49 0.92 2.83 0.03 4.05 4.66 5.55 5.88 8.19 6.39 8.02

Madiun 0.58 1.71 0.50 3.14 -0.31 3.77 3.93 3.91 3.51 6.04 5.10 7.23

2012201220122012 2013201320132013WilayahWilayahWilayahWilayah

Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)

2012201220122012 2013201320132013

34

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Secara tahunan (yoy), inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang (8,17%), disusul kemudian

di Probolinggo (8,02%), Kediri (7,78%), Jember (7,77%), Surabaya (7,75%), Madiun

(7,23%) dan Sumenep (6,78%).Tingginya inflasi kota Malang antara lain karena kenaikan

inflasi kelompok bahan makanan dan transport yang lebih tinggi diantara kabupaten/kota

lainnya yaitu mencapai 14,35% dan 15,66% (yoy) dan relatif persisten sehingga memerlukan

waktu yang lebih lama untuk kembali normal.

Berbeda dibandingkan periode sebelumnya, inflasi tahunan terendah periode ini

terjadi di kabupaten Sumenep yaitu sebesar 6,78% (yoy). Penyumbang utama rendahnya

inflasi tersebut selain penurunan harga komoditas bawang merah yang cukup tinggi (-

43,75%) juga karena penurunan harga sub kelompok ikan segar yang pada periode ini

mengalami deflasi sebesar -3,62% (yoy). Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang

sebagian masyarakatnya mendapatkan penghasilan sebagai nelayan sehingga pasokan ikan

segar merupakan hal yang umum terjadi ketika cuaca sedang baik. Sebagai dampak

banyaknya hasil tangkapan tersebut, sub kelompok ikan segar menyumbangkan deflasi yang

cukup besar dibandingkan 6 kabupaten/kota lainnya yang justru mengalami inflasi pada sub

kelompok ini. Selain sub kelompok ikan segar, komoditas daging sapi juga mengalami deflasi

sebesar -3,46% karena kabupaten ini merupakan salah satu pemasok daging sapi di Jawa

Timur.

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.26262626 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)

7 Kota di Jawa Timur

Tabel 2.5Tabel 2.5Tabel 2.5Tabel 2.5 Inflasi 7 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan III-2013 (% yoy)

Sumber : BPS (diolah)

Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun

Umum 7.78 7.75 8.17 7.78 7.77 6.78 8.02 7.23

Bahan Makanan 13.20 13.92 14.35 9.19 11.68 8.02 12.46 11.11

Mamin, Rokok & Tembakau 5.83 5.94 4.55 6.51 4.24 6.34 10.09 6.17

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.46 5.90 3.82 5.28 6.74 6.03 3.84 5.06

Sandang -0.29 -1.47 2.65 1.53 0.52 1.33 -1.85 3.05

Kesehatan 3.80 4.38 1.51 4.58 2.67 6.07 4.42 2.90

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.91 2.36 3.02 5.71 2.80 3.85 3.58 4.80

Transpor, Komunikasi 12.61 11.96 15.66 14.06 13.23 9.91 11.72 10.05

35

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh

kota pada Tw III-2013 ini relatif sama yaitu pada kelompok bahan makanan. Hal ini karena

tingginya permintaan masyarakat akan bahan makanan untuk Hari Raya Idul Fitri sedangkan

supply yang ada relatif terbatas karena belum optimalnya hasil produksi lokal yang

diakibatkan faktor cuaca dan pola produksi yang belum mampu mendukung produksi

massal.

2.6.2.6.2.6.2.6. DISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASI INFLASIINFLASIINFLASIINFLASI

Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh

peningkatan harga kelompok volatile food dan administered price yaitu pada level 14,43%

dan 13,89%, sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,25% (yoy).

Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok volatile food (2,63%), disusul

kemudian oleh core inflation (2,60%) dan kelompok administered price (2,50%). Tingginya

permintaan akan komoditas pangan dan penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang

berdampak pada pergerakan harga menjadi pemicu utama peningkatan inflasi pada 2 (dua)

kelompok tersebut.

Sumber : BPS, data diolah

Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.6666 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan III-2013 (% yoy)

Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun

Umum 7.78 7.75 8.17 7.78 7.77 6.78 8.02 7.23

Bahan Makanan 3.13 3.12 3.73 2.34 3.26 2.63 3.43 2.67

Mamin, Rokok & Tembakau 1.06 1.08 0.87 1.18 0.68 0.97 1.87 1.17

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.12 1.22 0.75 1.12 1.43 1.16 0.82 1.11

Sandang -0.02 -0.10 0.14 0.08 0.04 0.10 -0.12 0.16

Kesehatan 0.17 0.20 0.06 0.21 0.12 0.26 0.19 0.16

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.25 0.21 0.28 0.44 0.19 0.21 0.24 0.38

Transpor, Komunikasi 2.28 2.24 2.62 2.51 2.22 1.50 1.77 1.64

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22227777 Inflasi Jatim per Komponen (yoy)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.28282828 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya(yoy)

36

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Pada grafik 2.27 di atas, tampak bahwa tingginya inflasi pada tahun 2013 utamanya

disebabkan oleh lonjakan inflasi volatile food pada awal tahun dan administered price pada

Tw II-2013. Sedangkan kelompok core inflation masih stabil di kisaran 4,5%.

Sedangkan berdasarkan disagregasi bulanan, inflasi Jatim terutama didorong oleh

penurunan inflasi kelompok volatile food yaitu pada level -2,59% (mtm), sedangkan

kelompok administered price relatif stabil sebesar 0,14% (mtm) dan kelompok core inflation

mulai meningkat menjadi sebesar 0,51% (mtm). Masih berlanjutnya penurunan harga

komoditas hortikultura khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur,

susu dan hasil-hasilnya sebagai dampak panen periode sebelumnya dan kembali normalnya

konsumsi masyarakat menjadi pendorong utama penurunan inflasi kelompok volatile food.

Tekanan inflasi kelompok administered price dari peningkatan bahan bakar minyak (BBM)

telah mencapai puncaknya pada Agustus 2013 dan mereda pada September 2013, demikian

pula dengan kenaikan TTL tahap ke-4 yang akan dilaksanakan pada pertengahan triwulan IV

sehingga memberikan tekanan yang rendah pada inflasi kelompok ini. Sedangkan kelompok

core inflation mengalami tekanan yang cukup besar sebagai dampak pelemahan nilai tukar

Rupiah yang berujung pada peningkatan harga emas perhiasan, harga komoditas

internasional yang cenderung meningkat serta adanya trend kenaikan properti.

Volatile Food

Fluktuasi harga pada kelompok volatile food menyumbang deflasi sebesar -0,52%

(mtm) terhadap inflasi bulanan Jawa Timur yang sebesar -0,23% (mtm). Pada periode ini, sub

kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur dan hasil-hasilnya, merupakan

komponen terbesar penyumbang deflasi kelompok bahan makanan dengan sumbangan

masing-masing sebesar -0,36%, -0,14% dan -0,05% (mtm). Sedangkan sub kelompok

kacang-kacangan dan buah-buahan mengalami inflasi masing-masing sebesar 4,39% dan

1,67% (mtm) dengan sumbangan mencapai 0,08% dan 0,04% (mtm).

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.29292929 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm)

GrafGrafGrafGrafik 2.ik 2.ik 2.ik 2.30303030 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur

% mtm

37

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Berdasarkan pemetaan komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Timur diketahui

bahwa komoditas beras, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, daging

sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras merupakan komoditas-komoditas yang paling besar

pengaruhnya terhadap kenaikan harga karena merupakan kebutuhan sehari-hari mayoritas

penduduk di Jawa Timur. Pemetaan terhadap produksi komoditas utama tersebut

menunjukkan bahwa terdapat kendala di lapangan yaitu :

- Proses produksi pertanian yang sepenuhnya bergantung kepada faktor cuaca

menyebabkan hasil pertanian menjadi berfluktuatif dan tidak mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat (contoh : bawang merah, cabe, sayur-sayuran dan beras).

- Infrastruktur yang belum memadai menyebabkan jalur distribusi barang menjadi

terhambat sehingga terdapat potensi kelangkaan di suatu daerah pada waktu tertentu.

- Belum adanya perlindungan harga kepada petani dan produsen sehingga petani lebih

memilih untuk memproduksi tanaman pertanian yang menguntungkan bagi mereka.

- Arus produksi bahan makanan seringkali diperdagangkan ke luar daerah tanpa

mempertimbangkan potensi shortage di Jawa Timur.

Berdasarkan kendala-kendala tersebut tampak bahwa sumber potensi inflasi kelompok ini

berada pada aspek hulu, yaitu proses produksi komoditas-komoditas pangan utama

penyumbang inflasi Jawa Timur sehingga potensi timbulnya permasalahan yang sama di

kemudian hari masih tetap ada.

Core Inflation

Secara bulanan inflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain (7,55%-

mtm) menjadi pendorong tingginya inflasi kelompok inti. Beberapa penyebab eksternal dan

internal ditengarai menjadi penyebab tingginya inflasi. Secara eksternal, perekonomian global

yang tak kunjung membaik serta pelemahan nilai tukar Rupiah menjadi hal yang harus

diantisipasi dampaknya terhadap perekonomian domestik. Sedangkan secara internal,

ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga menjadi suatu potensi inflasi yang harus

diminimalkan.

Berdasarkan pembentuknya secara bulanan baik inflasi untuk kelompok inti tradeable

maupun nontradeable lebih banyak disebabkan oleh aspek konstruksi. Hal ini tercermin pada

peningkatan harga kontrak rumah (0,58%-mtm), tukang bukan mandor (0,96%) serta

bahan bangunan seperti batu bata/batu tela (2,40%), genteng (0,61%), pasir (0,37%) dan

semen (0,57%). Tidak terdapat peningkatan signifikan untuk inflasi kelompok tradable food

karena rendahnya tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan sehingga dapat menjaga

inflasi relatif stabil. Tekanan inflasi kelompok inti utamanya berasal dari komoditas non-food

khususnya emas dan biaya tempat tinggal. Pada awal September 2013, harga emas

beberapa kali mengalami kenaikan dan mencatatkan titik tertinggi sebesar Rp 441.375 di

38

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

pasar. Namun kenaikan tersebut tidak bertahan lama seiring dengan tidak berlangsungnya

tapering quantitative easing sehingga mendorong emas turun menjadi Rp 429.500 di akhir

September 2013 dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,19% (8,97%-mtm).

Walaupun terdapat peningkatan inflasi komoditas emas perhiasan pada Tw III-2013,

namun secara tahunan harga emas justru cenderung turun. Pada grafik 2.35 tampak bahwa

inflasi inti tanpa komoditas emas justru lebih tinggi dibandingkan tanpa emas. Hal ini

menunjukkan besarnya pengaruh emas perhiasan terhadap tingkat inflasi di Jawa Timur.

Selanjutnya, perlu dianalisis pula

tentang pengaruh penurunan nilai tukar

Rupiah terhadap inflasi kelompok core

inflation. Analisis dilakukan dengan melihat

pengaruh nilai tukar terhadap inflasi core

traded dan core non traded non properti.

Secara bulanan pengaruh terbesar terjadi

pada bulan Agustus 2013 dan telah mereda

pada September 2013. Hal ini karena

tingginya permintaan akan barang-barang

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.31313131 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.32323232 Inflasi Inti – Manufacturing & Services (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33333333 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.34343434 Inflasi Inti Tradeable – Food & Non Food (mtm)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.35353535 Inflasi Inti tanpa Emas (yoy)

% mtm % mtm

% mtm % mtm

% yoy

39

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

impor baik untuk bahan baku industri maupun konsumsi untuk memenuhi tingginya

permintaan masyarakat pada saat Hari Raya Idul Fitri.

Jika dilihat secara tahunan, tampak bahwa terdapat peningkatan secara konsisten

untuk inflasi di core tradable sektor properti sedangkan untuk core tradable non properti

tetapi terpengaruh oleh nilai tukar peningkatan terjadi pada triwulan II-2013 dimana kondisi

Rupiah melemah sedangkan permintaan barang impor masih relatif tinggi.

Ekspektasi inflasi masyarakat (yang tercermin dari hasil survei konsumen) juga menjadi

faktor pendorong inflasi inti, baik pada ekspektasi harga 3 (tiga) dan 6 (enam) bulan yang

akan datang (grafik 2.45). Masyarakat menilai bahwa harga akan meningkat pada jangka

pendek sampai dengan awal tahun 2014 dan menurun mendekati akhir Triwulan I-2014.

Disisi lain keyakinan konsumen kota Surabaya pada bulan September 2013

menunjukkan penurunan yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen pada Tw III-2013

sebesar 121,8 lebih rendah dibandingkan Tw II-2013 yang mencapai 122,07. Penurunan

tersebut disebabkan indeks pembentuknya yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen yang turun

dari 135,2 menjadi 133,9 sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini masih meningkat dari

108,8 menjadi 109,8. Hal ini mencerminkan keraguan konsumen menyikapi kondisi ekonomi

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.36363636

Inflasi Traded – Properti & Nilai Tukar (yoy)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.37373737

Inflasi Non Traded – Properti & Nilai Tukar (yoy)

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.38383838 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen

Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.39393939 Ekspektasi Harga yang Akan Datang

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 91011121 2 3 4 5 6 7 891011121 2 3 4

2010 2011 2012 2013 2014

Perubahan harga umum 3 bulan yad

Perubahan harga umum 6 bulan yad

Indeks

Indeks

40

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

yang akan datang, salah satunya disebabkan adanya kenaikan harga BBM dan pelemahan

nilai tukar Rupiah.

Administered Price

Secara bulanan inflasi kelompok administered price mengalami penurunan dari 0,74%

(Agustus 2013-mtm) menjadi 0,14% (September 2013). Sumbangan utama peningkatan

inflasi periode ini utamanya berasal dari peningkatan harga BBM (Pertamax) sebagai

dampak peningkatan harga minyak dunia dan rokok kretek filter. Walaupun meningkat

namun tidak berpengaruh signifikan karena masyarakat pengguna Pertamax relatif sedikit.

Sedangkan faktor penahan laju inflasi adalah kembali normalnya harga tarif angkutan setelah

Hari Raya Idul Fitri seperti tarip kereta api dan angkutan lainnya.

41

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

KELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGAKELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGAKELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGAKELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGA TERHADAP TERHADAP TERHADAP TERHADAP

PERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMURPERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMURPERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMURPERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMUR

Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang penting dalam menentukan

kinerja ekonomi suatu daerah. Tingginya inflasi tanpa diikuti dengan penyesuaian

tingkat upah dapat berimplikasi pada penurunan daya beli masyarakat sebagai

dampak dari kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Pengeluaran rumah

tangga di Jawa Timur sebesar 54% didominasi oleh konsumsi makanan, baik berupa

bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan sisanya

(46%) digunakan untuk konsumsi non makanan yang terdiri dari perumahan,

sandang, pendidikan, transportasi, kesehatan, jasa keuangan dan lainnya. Oleh

karena itu, guncangan inflasi akan mempengaruhi daya beli rumah tangga yang

tercermin dari kinerja pengeluarannya.

Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1 Inflasi dan Konsumsi Makanan & Non Makanan di Jawa Timur

Secara historis, terdapat lag satu periode perubahan konsumsi masyarakat

dalam merespon pergerakan inflasi di Jawa Timur. Gambar di atas menunjukkan

perkembangan inflasi (qtq) dan pengeluaran konsumsi masyarakat baik untuk

komoditas makanan maupun non makanan di Jawa Timur. Pada triwulan II-2011

terjadi deflasi pada komoditas makanan sebesar -0,21% dengan pertumbuhan

konsumsi makanan yang cenderung stabil di kisaran 3,66%. Penurunan harga

(deflasi) tersebut baru direspon oleh masyarakat dengan meningkatkan pengeluaran

makanan pada satu triwulan berikutnya (triwulan III-2011), yang tumbuh dari 3,66%

menjadi 4%. Pola serupa juga terlihat pada triwulan III-2011, dimana inflasi makanan

meningkat menjadi 2,15% direspon dengan penurunan konsumsi makanan di

42

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

triwulan IV-2011 yang hanya tumbuh sebesar 1,73%. Sementara itu, pada triwulan I-

2013, tingginya inflasi makanan (bahan makanan: 9,34%, makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau: 1,73%) mampu menurunkan pertumbuhan pengeluaran

konsumsi makanan di triwulan II-2013 dari 4,36% menjadi 0,95% atau menjadi

Rp100,37 T. Hal serupa juga terjadi pada pengeluaran non makanan yang

pertumbuhannya meningkat menjadi Rp85,33 T sebagai akibat dari penurunan

inflasi non makanan di satu triwulan sebelumnya.

Kelambanan (lag) dalam merespon kenaikan harga tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor. Pertama, rencana pengeluaran masyarakat yang tidak dapat

diubah dengan mudah, sehingga baru dapat disesuaikan pada periode selanjutnya.

Kedua, terdapat kekakuan upah (wage rigidity). Pada saat inflasi tinggi, upah

pekerja tidak dapat disesuaikan dalam waktu yang dekat, sehingga daya beli di

periode tersebut tidak berubah. Oleh karena itu, masyarakat berekspektasi untuk

menurunkan daya beli yang dimiliki terhadap barang dan jasa di periode yang akan

datang. Di sisi lain, pola konsumsi komoditas makanan dan non makanan memiliki

sifat yang berbeda. Konsumsi makanan cenderung memiliki elastisitas yang lebih

rendah mengingat makanan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi

pada level harga berapapun. Sementara konsumsi non makanan merupakan

kebutuhan sekunder dan tersier yang sensitif terhadap perubahan harga. Oleh

karena itu, perkembangan konsumsi non makanan cenderung bergerak tajam.

Ke depan, pada triwulan III-2013, diperkirakan konsumsi rumah tangga pada

komoditas makanan akan meningkat signifikan seiring dengan adanya deflasi (-

0,73%) pada komoditas makanan di triwulan II-2013. Hal tersebut juga didukung

dengan tingginya keyakinan masyarakat yang tercermin pada IKK (Indeks Keyakinan

Konsumen) di triwulan III-2013 yang meningkat 1,1% dari 120,7% mencapai 121,8%.

Oleh karena itu, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih akan menjadi faktor

pendorong tingginya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur.

43

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

ANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMURANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMURANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMURANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMUR

Rendahnya inflasi pada kuartal II-2013 di Jawa Timur meningkatkan daya

saing ekspor antardaerah Jawa Timur sebesar 7,4%.

Jawa Timur memiliki daya saing produk yang cukup tinggi, baik di dalam

maupun luar negeri. Gambar di bawah ini menunjukkan perkembangan ekspor Jawa

Timur serta inflasi dan kurs tengah. Kinerja ekspor Jawa Timur ke wilayah lain di

Indonesia (ekspor antar daerah) terutama ditentukan oleh tinggi-rendahnya inflasi.

Pada triwulan I-2013, saat inflasi umum meningkat dari 0,91% menjadi 2,87% (qtq),

ekspor dalam negeri Jawa Timur terpengaruh signifikan, yaitu tumbuh menurun -

4,76% dari Rp82,65T menjadi Rp78,72T. Hal ini disebabkan karena tingginya inflasi

meningkatkan harga bahan baku maupun barang modal yang digunakan dalam

proses produksi. Oleh karena itu, harga jual barang dan jasa tersebut akan

meningkat dan menurunkan daya saing produk, sehingga ekspor dalam negeri pun

menurun. Selain itu, inflasi yang tinggi di Jawa Timur akan meningkatkan harga

relatif Jawa Timur terhadap provinsi lain. Eksportir dalam negeri akan memilih untuk

membeli barang dari provinsi selain Jawa Timur yang menawarkan harga lebih

rendah. Kondisi sebaliknya terjadi pada triwulan IV-2012, dimana inflasi yang rendah

(0,91%) diikuti dengan peningkatan ekspor dalam negeri di triwulan tersebut,

meningkat 6,2% dari Rp77,83T menjadi 82,66T.

Grafik Grafik Grafik Grafik 1111 Perkembangan Inflasi, Nilai Tukar dan Perkembangan Ekspor Jawa Timur (%)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

g Ekspor LN g Ekspor DN g Kurs Tengah Inflasi (qtq)

44

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Berdasarkan data IRIO (Inter Regional Input-Output) 2005, Jawa Timur paling

banyak mengekspor hasil produksinya terutama dari sektor industri ke provinsi-

provinsi di Jawa. Sebagian besar jenis komoditas berupa: industri makanan-

minuman, pulp dan kertas, jasa-jasa lainnya, serta pengilangan minyak bumi. DKI

Jakarta merupakan provinsi yang paling banyak menggunakan output Jawa Timur

untuk digunakan sebagai input industrinya, yakni sebesar 22,33% dari total output

Jawa Timur. Komoditas Jawa Timur yang paling banyak diekspor ke DKI Jakarta

tersebut antara lain: industri petrokimia, industri makanan dan minuman, serta

industri pengolahan hasil laut. Sementara itu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera

Utara masing-masing menggunakan 21,88%, 10,01% dan 5,62% dari total output

yang dihasilkan Jawa Timur, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah

Grafik Grafik Grafik Grafik 2222 Distribusi Output Jawa Timur ke Daerah Lain (IRIO 2005)

Sementara itu, dari sisi daya saing eksternal, faktor yang paling berpengaruh

pada ekspor luar negeri Jawa Timur adalah kinerja nilai tukar rupiah. Depresiasi

Rupiah terhadap US $ akan menurunkan harga relatif dalam negeri terhadap luar

negeri, sehingga ekspor luar negeri akan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada

triwulan II-2013, dimana Rupiah terdepresiasi 2,14% yang diikuti dengan

peningkatan volume ekspor sebesar 1,58% dari Rp56,92T menjadi Rp57,82T.

Perlambatan ekonomi global di Eropa dan Amerika Serikat sebagai tujuan ekspor

turut berpengaruh signifikan pada penurunan ekspor Jawa Timur ke luar negeri.

Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3

PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN

PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN DAN DAN DAN DAN

SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN

45

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

3333 PERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKANPERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN& SISTEM PEMBAYARAN

Sampai dengan Triwulan III tahun 2013Sampai dengan Triwulan III tahun 2013Sampai dengan Triwulan III tahun 2013Sampai dengan Triwulan III tahun 2013 kkkkinerja perbankaninerja perbankaninerja perbankaninerja perbankan di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur baik baik baik baik

BBBBank ank ank ank UUUUmum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus masih terus masih terus masih terus menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan

perkembangan perkembangan perkembangan perkembangan positifpositifpositifpositif. Hal tersebut. Hal tersebut. Hal tersebut. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK

yang tumbuh dengan baik yang tumbuh dengan baik yang tumbuh dengan baik yang tumbuh dengan baik serta serta serta serta didukung olehdidukung olehdidukung olehdidukung oleh tingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yangtingkat risiko kredit yang rendah rendah rendah rendah (kurang (kurang (kurang (kurang

dari 5%) dari 5%) dari 5%) dari 5%) dan stabil.dan stabil.dan stabil.dan stabil. Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 15,76%

(yoy) hingga mencapai Rp 416,27 triliun pada Triwulan III 2013. Kredit tumbuh sebesar 21,27%

(yoy) dari sebesar Rp 272,26 triliun pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar Rp 291,26 triliun

pada Triwulan III 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di

Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,73% (yoy) menjadi sebesar Rp 318,99

triliun pada periode laporan.

Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh

terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren

pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai 21,27% (yoy) pada Triwulan III

2013, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi

Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat.

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan transaksi transaksi transaksi transaksi sistem pesistem pesistem pesistem pembayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank mbayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Surabaya, MalangSurabaya, MalangSurabaya, MalangSurabaya, Malang, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri, Jember dan Kediri pada pada pada pada

TTTTriwulan riwulan riwulan riwulan IIIIIIIIIIII---- 2013201320132013 secara umum secara umum secara umum secara umum menunjukkan menunjukkan menunjukkan menunjukkan peningkatanpeningkatanpeningkatanpeningkatan, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai, baik untuk transaksi tunai

Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur

I II III IV I II III

Total Aset (Miliar Rupiah) 311.206,26 330.235,29 350.677,74 361.922,83 370.892,76 388.441,32 416.268,97

Pertumbuhan (%yoy) 18,65 19,47 22,13 20,79 19,18 17,63 15,76

Pertumbuhan (%qtq) 2,71 5,38 3,88 4,36 3,86 6,11 7,16

Dana Pihak Ketiga (Miliar Rupiah) 256.985,03 266.634,97 278.400,34 293.979,22 292.804,92 298.892,15 318.994,08

Pertumbuhan (%yoy) 17,60 16,77 18,03 16,46 13,94 12,10 12,73

Pertumbuhan (%qtq) 5,82 5,75 0,46 1,55 8,52 1,61 6,73

Kredit (Miliar Rupiah) 197.908,02 215.635,55 229.312,65 245.419,66 251.401,19 272.050,57 291.265,74

Pertumbuhan (%yoy) 19,65 22,26 24,38 26,18 27,03 26,16 21,27

Pertumbuhan (%qtq) 3,81 6,63 4,53 5,49 1,75 8,96 7,06

2012INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR

2013

46

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

maupunmaupunmaupunmaupun transaksi nontransaksi nontransaksi nontransaksi non----tunai. tunai. tunai. tunai. Transaksi tunai mengalami net-inflow sebesar Rp 729,32 miliar.

Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013

yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 triliun. Hal serupa juga ditunjukkan oleh

transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

yang peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Peningkatan jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia pada periode laporan

merupakan dampak dari tingginya penggunaan uang kartal di masyarakat. Momen bulan

puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Bulan Agustus 2013 menyebabkan transaksi

ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat.

3.1.3.1.3.1.3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan III 2013 masih terus

menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut merupakan indikasi terlaksananya fungsi

intermediasi dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timurtersebut tercermin

dari pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar 18,74% (yoy),Dana Pihak

Ketiga (DPK) sebesar 14,63% (yoy) dan kredit dengan pertumbuhan sebesar 27,22% (yoy).

Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mendorong

kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari sebesar 90,32% pada Triwulan II

2013, menjadi sebesar 90,64% pada Triwulan III 2013.

Peningkatan penyaluran kredit antara lain didorong oleh adanya peningkatan konsumsi

masyarakat saat bulan puasa dan Hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli - Agustus 2013.

Peningkatan LDR dimaksud diikuti dengan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) yang

tetap terjaga di level 2,02%, lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang

tercatat sebesar 2,12%.

Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III

Total Aset (Jt Rp) 322.889.656,00 342.663.960,00 353.595.712,00 362.320.071,28 379.474.342,11 406.877.274,32

Pertumbuhan (yoy %) 19,48 22,05 20,75 19,10 17,52 18,74

Pertumbuhan (qtq %) 6,14 6,12 3,19 2,47 4,73 7,22

Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 262.249.932,00 273.662.910,00 289.087.210,00 287.820.030,32 293.799.081,36 313.692.848,13

Pertumbuhan (yoy %) 16,75 17,94 16,39 13,85 12,03 14,63

Pertumbuhan (qtq) 3,73 4,35 5,64 (0,44) 2,08 6,77

Kredit (Jt Rp) 210.063.135,00 223.506.097,00 239.483.201,00 245.211.529,00 265.353.368,89 284.345.325,30

Pertumbuhan (yoy %) 22,30 24,49 26,28 27,21 26,32 27,22

Pertumbuhan (qtq) 8,98 6,40 7,15 2,39 8,21 7,16

LDR (%) 80,10% 81,67% 82,84% 85,20% 90,32% 90,64%

NPL (%) 2,73 2,64 2,60 2,26 2,12 2,02

2013INDIKATOR BANK UMUM

2012

47

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Secara umum, kinerja bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan

selama beberapa waktu terakhir. Hal tersebut terlihat dari peningkatan rasio penyaluran kredit

terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh tren

penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL).

Fungsi Intermediasi perbankan untuk Bank Umum di Jawa Timur terus menunjukkan

peningkatan. Tercatat sampai dengan Triwulan IIIt 2013, LDR Bank Umum di Jawa Timur

cukup tinggi mencapai 90,64%. sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan LDR periode

sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar 90,64%, atau periode yang sama tahun

sebelumnya (Triwulan III 2012) yang tercatat sebesar 81,67%(grafik 3.1). Peningkatan ini

terutama didorong oleh pertumbuhan kredit triwulanan (7,16% qtq) yang lebih tinggi daripada

pertumbuhan DPK (6,77% qtq). Hal tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya

konsumsi masyarakat pada periode bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri (Agustus 2013) dengan

sumber dana dari penarikan simpanan maupun pinjaman bank. Indikasi adanya penarikan dana

simpanan masyarakat di Bank tercermin dari penurunan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

dalam bentuk tabungan dari sebesar 14,58% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar

14,36% (yoy) pada Triwulan II 2013. Sementara itu, pertumbuhan total kredit menunjukkan

peningkatan dari sebesar 26,3% (yoy) menjadi sebesar 27,22% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank

Pemerintah dengan LDR sebesar 109,38%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 101,78%

dan Bank Swasta sebesar 73,43% (grafik 3.2).

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank

Grafik Grafik Grafik Grafik 3.13.13.13.1Perkembangan LDR

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

65,00

70,00

75,00

80,00

85,00

90,00

95,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

LDR (%) NPL (%) rhs

%

0

20

40

60

80

100

120

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

%

LDR (%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

48

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank

terhadap total kredit perbankan di Jawa Timurmasih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar

Rp 148,7 triliun atau 52,3% dari total kredit. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta

dengan penyaluran kredit sebesar Rp 117,2 triliun atau 41,22%. Sementara Bank Asing

memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan nominal sebesar Rp 18,43 triliun atau 6,48%

dari total kredit.

3.1.1.3.1.1.3.1.1.3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIF

Total aset bank umum pada Triwulan III - 2013, menunjukkan pertumbuhan

sebesar18,74%(yoy) dan 7,22% (qtq). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan II 2013) yang hanya tercatat sebesar

17,52% (yoy) dan 4,73% (qtq).

Peningkatan jumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain didorong oleh adanya

peningkatan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 12,03% (yoy) pada

Triwulan II 2013 menjadi sebesar 14,63% (yoy) pada Triwulan III 2013. Peningkatan Dana Pihak

Ketiga (DPK) pada periode laporan diperkirakan didorong oleh berangsur normalnya kegiatan

penarikan dana oleh masyarakat yang sempat cukup tinggi pada periode tahun ajaran baru dan

liburan sekolah (Triwulan II 2013). Selain itu, mulai kembali normalnya harga pasca kenaikan

BBM turut mendorong peningkatan DPK dan aset pada periode laporan (Triwulan III 2013).

Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy) Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)

0

5

10

15

20

25

30

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

400.000.000

450.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Rp

Ju

ta

Aset Kredit Dana

G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy)

%

y

o

y

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

%

Aset Kredit DPK

49

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Searah dengan kapasitas ekonomi masing-masing Kabupaten / Kota, aset perbankan

masih didominasi oleh Bank Umum yang berlokasi di wilayah Surabaya dengan prosentase

sebesar 58,7% dari total aset Bank Umum di Jawa Timur. Tercatat jumlah aset bank umum

yang berlokasi di wilayah Kota Surabaya pada Triwulan III 2013 adalah sebesar Rp 238,3 triliun.

Proporsi terbesar selanjutnya secara berurutan adalah Kota Malang dengan nilai aset sebesar Rp

32,92 triliun (8,09%), Kediri sebesar Rp 24,94 triliun (6,13%), Jember sebesar Rp 17,1 triliun

(4,2%) dan Sidoarjo dengan nilai aset sebesar Rp 10,84 triliun (2,67%).

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.5555Perkembangan Total Aset Bank Umum

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.6666ProporsiAset Bank Umum

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7 7 7 7 Proporsi Aset Bank Umum Per Kabupaten Kota

0

5

10

15

20

25

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

400.000.000

450.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Rp

Ju

ta

Aset G Aset (yoy) rhs

%

y

o

y

%

y

o

y

47%

47%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

59%

8%

6%

4%

3%3%

2%

1% 1% 1%

1%

1%

1%

1%

1%

1%1%

1%1%

0%

0%0%

0%

0%0%

0%

0%0%

0%

0%

0% 0%0%

0%

Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Sidoarjo Kab. Gresik

Kota Madiun Kab. Banyuwangi Kab. Mojokerto Kota Probolinggo Kab. Tulungagung Kota Pasuruan

Kab. Bojonegoro Kota Blitar Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tuban Kab. Ponorogo

Kab. Lamongan Kab. Ngawi Kab. Nganjuk Kab. Situbondo Kab. Magetan Kab. Lumajang

Kab. Bangkalan Kab. Bondowoso Kab. Trenggalek Kab. Pacitan Kab. Malang Kab. Sumenep

Kab. Sampang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun

50

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Berdasarkan perkembangan kinerja pertumbuhan aset pada periode laporan, bank

umum yang berhasil mencatat pertumbuhan jumlah aset tertinggi adalah yang berlokasi di

Kota Mojokerto, yaitu sebesar 29,42% (yoy). Disusul kemudian dengan bank umum yang

berlokasi di Kota Kediri, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bondowoso dengan

pertumbuhan masing-masing sebesar 28,9% (yoy), 28,44% (yoy) dan 28,14% (yoy). Sementara

itu, pertumbuhan jumlah aset terkecil adalah pada Bank Umum yang berlokasi di wilayah

Kabupaten Tuban dengan prosentase pertumbuhan sebesar 6,8% (yoy).

Grafik 3.8Grafik 3.8Grafik 3.8Grafik 3.8 Jumlah Aset Bank Umum Per Kab / Kota

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.9999 Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy)

0,00

50.000,00

100.000,00

150.000,00

200.000,00

250.000,00

300.000,00

Miliar Rp

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

% y

oy

Kota Mojokerto Kota Kediri Kab. Lamongan Kab. Bondowoso

Kab. Malang Kab. Madiun Kab. Ngawi Kab. Bojonegoro

Kab. Lumajang Kab. Gresik Kab. Mojokerto Kab. Nganjuk

Kota Pasuruan Kab. Banyuwangi Kab. Sumenep Kab. Ponorogo

Kab. Sidoarjo Kota Surabaya Kota Probolinggo Kab. Trenggalek

Kota Malang Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Pacitan

51

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)

Sampai dengan Triwulan III Tahun 2013, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil

dihimpun bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat jumlah

DPK pada periode laporan adalah sebesar Rp 313,69 triliun, atau tumbuh sebesar14,63% (yoy)

dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan

pertumbuhan pada periode sebelumnya yaitu Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 12,03%

(yoy).

Kembali meningkatnya pertumbuhan tahunan DPK pada periode laporan searah

dengan tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu, mulai kembali normalnya aktifitas

ekonomi masyarakat pasca libur tahun ajaran baru (Juni 2013) dan lebaran (awal Agustus

2013) turut mendorong kembali pertumbuhan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan III 2013 (September). Demikian pula apabila ditinjau

secara triwulanan, penghimpunan DPK mencatat peningkatan cukup signifikan dari sebesar

2,08% (qtq) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 6,77% (qtq) pada Triwulan III 2013.

Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang stabil dan kepercayaan

masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK yang dihimpun bank umum di

Jawa Timur akan tetap tumbuh cukup tinggi sampai dengan akhir tahun 2013. Namun

demikian, pertumbuhan DPK tersebut diperkirakan mengalami sedikit penurunan pada akhir

tahun seiring dengan tingginya konsumsi masyakarat pada momen libur natal dan tahun ajaran

baru.

Sebagaimana periode sebelumnya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada

Triwulan III 2013 masih didominasi olehtabungan dengan nominal mencapai Rp 140,54triliun

denganproporsi sebesar 44,8% dari total DPK.Menyusulkemudian deposito dengan prosentase

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7777 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)

-5

0

5

10

15

20

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Rp

Ju

ta

Dana G DPK (yoy) G DPK (qtq)

%

y

o

y

52

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

sebesar38,67% dan nominal Rp 121,31 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam

bentuk giroadalah sebesar Rp 51,85 triliun, atau 16,53% dari total DPK.

Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode ini depositomemberikan kontribusi

terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 15,86% (yoy). Disusul kemudian dengan

tabungan dan giro dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 14,36% (yoy) dan 12,53%

(yoy).Penurunan pertumbuhan tabungan dari sebesar 14,58% (yoy) pada triwulan II 2013

menjadi sebesar 14,36% (yoy) pada triwulan III 2013 diyakini disebabkan oleh penarikan dana

tabungan oleh masyarakat untuk kegiatan bulan puasa dan lebaran yang jatuh pada bulan

Agustus 2013.

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.11111Komposisi DPK Bank Umum (%)

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.10101010Perkembangan DPK PerJenisSimpanan (Rp. Milyar)

Grafik 3.8 Grafik 3.8 Grafik 3.8 Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy))))

Grafik 3.9 Grafik 3.9 Grafik 3.9 Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)

Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate

16%

39%

45%

Giro Deposito Tabungan

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

% y

oy

Giro Deposito Tabungan

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

I II III IV I II III

2012 2013

%q

tqGiro Deposito Tabungan

-

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

120.000.000

140.000.000

160.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Rp

Juta

Tabungan Giro Deposito

%

y

o

y

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2011 2012 2013

%

DPK Giro Tabungan Deposito BI Rate

53

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada

Triwulan II 2013 menjadi 7,25%pada Triwulan III 2013, tren suku bunga DPK bank umum di

Jawa Timur mulai menunjukkan peningkatan. Tercatat suku bunga rata-rata tertimbang bank

umum di wialyah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,22%pada Triwulan II 2013 menjadi

sebesar 3,5%pada Triwulan III 2013. Peningkatan tersebut terutama didorong oelh

peningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 5,32% pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar

6,08% pada Triwulan III 2013.

Sementara itu tren suku bunga tabungan dan giro justru menunjukkan sedikit

penurunan. Tercatat suku bunga tabungan turun dari sebesar 1,79% pada Triwulan II 2013

menjadi sebesar 1,74% pada Triwulan III 2013. Suku bunga giro tercatat sebesar 1,72% pada

triwulan III 2013, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar

1,74% (yoy).

Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum yang lebih memilih untuk

meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu panjang, yaitu deposito.

Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank sehingga mempermudah

perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan dan giro belum

menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga kurang optimal

untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang.

Apabila ditinjau berdasarkan lokasinya, bank umum di wilayah Kota Surabaya mencatat

jumlah penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten /

Kota lain di Jawa Timur. Tercatat DPK Bank Umum di wilayah Kota Surabaya mencapai sebesar

Rp 180,58 triliun atau 56,9% dari total DPK bank umum di Jawa Timur. Wilayah dengan DPK

terbesar selanjutnya adalah Kota Malang sebesar Rp 28,9 triliun (9,11%), Kota Kediri sebesar

Rp 16 triliun (5,04%), dan Kabupaten Jember sebesar Rp 13,68 triliun ( 4,31%).

Grafik 3.13 Proporsi DPK per Kabupaten Kota

57%

9%5%

4%3%

2%

2%1%

1%

1%

1% 1%

1% 1%

1%1% 1%1%

1%1% 1%0%0%

0%0%0%0% 0%0% 0% 0% 0% 0% 0%

Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Sidoarjo Kab. Gresik

Kota Madiun Kab. Mojokerto Kab. Banyuwangi Kab. Tulungagung Kota Pasuruan Kota Blitar

Kota Probolinggo Kab. Bojonegoro Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tuban Kab. Ponorogo

Kab. Lamongan Kab. Nganjuk Kab. Ngawi Kab. Magetan Kab. Bangkalan Kab. Lumajang

Kab. Trenggalek Kab. Situbondo Kab. Pacitan Kab. Sumenep Kab. Sampang Kab. Bondowoso

Kab. Malang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun

54

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Berdasarkan perkembangan pertumbuhan DPK, Kabupaten Madiun mencatat

pertumbuhan tahunan tertinggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 76,09% (yoy).

Wilayah dengan pertumbuhan kinerja penghimpunan DPK terbesar selanjutnya adalah

Kabupaten Kediri, Kota Mojokerto dan Kabupaten Sidoarjo dengan pertumbuhan masing-

masing sebesar 31,36% (yoy), 30,93% (yoy) dan 30,81% (yoy). Kabupaten Pacitan mencatat

pertumbuhan DPK terendah sebesar 3,72% (yoy).

3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1.3. KREDIT KREDIT KREDIT KREDIT

Sampai dengan Triwulan III 2013, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar

penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur masih terus menunjukkan peningkatan.

Tercatat pada bulan September 2013 (Triwulan III), adalah sebesar Rp 284,34 triliun atau

tumbuh27,22% (yoy) dan 7,16% (qtq).

Grafik 3.14 Jumlah DPK per Kabupaten Kota

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.15 15 15 15 Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy)

0,00

20.000,00

40.000,00

60.000,00

80.000,00

100.000,00

120.000,00

140.000,00

160.000,00

180.000,00

200.000,00

Milia

r Rp

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

% y

oy

Kab. Madiun Kab. Kediri Kota MojokertoKab. Sidoarjo Kab. Ngawi Kab. NganjukKab. Lumajang Kab. Lamongan Kab. MalangKab. Ponorogo Kab. Banyuwangi Kab. MagetanKab. Mojokerto Kab. Trenggalek Kota PasuruanKab. Bojonegoro Kab. Sumenep Kab. SampangKota Probolinggo Kota Malang Kab. TulungagungKab. Bangkalan PROVINSI JAWA TIMUR Kota BlitarKota Madiun Kab. Jombang Kab. PamekasanKota Kediri

55

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Secara tahunan, pertumbuhan kredit bank umum di wilayah Jawa Timur sebesar

27,22% (yoy) dimaksud lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 26,32% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan kredit modal kerja dari 24,29% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar

28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan

pengajuan kredit modal kerja dalam rangka menyambut bulan puasa dan hari raya Idul Fitri

1434.Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, pada periode tersebut banyak

bermunculan usaha musiman seperti catering, penjualan kue kering, baju dan perlengkapan

lebaran.

Berbeda dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan jumlah kredit yang

disalurkan oleh bank umum di wilayah Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan

dengan periode sebelumnya (Triwulan II 2013). Tercatat pada Triwulan III kredit tumbuh 7,16%

(qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan II yang tercatat sebesar 8,21%

(qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh sangat tinggi pada triwulan II 2013 sehubungan

dengan adanya periode tahun ajaran baru, libur sekolah dan kenaikan harga karena ekspektasi

kenaikan BBM. Pada Triwulan III 2013 kredit tetap tumbuh tinggi walaupun sedikit melambat

dibandingkan periode sebelumnya karena terdapat momen puasa dan Hari Raya Idul Fitri.

Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau

Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan baiknya fungsi intermediasi

perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar 90,64%,

meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

90,32%. Tingginya rasio LDR dimaksud masih didukung oleh NPL yang rendah dan stabil di

kisaran 2,02%.

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.13333Pertumbuhan Kredit (yoy)

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.14444Pertumbuhan Kredit (qtq)

0

5

10

15

20

25

30

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Rp

Ju

ta

Kredit G Kredit (yoy)

%

y

o

y

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Rp

Ju

ta

Kredit G Kredit (qtq)

%

y

o

y

56

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Pada Triwulan III 2013 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih

didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitu sebesar 58% dari total kredit

dengan nominal sebesar Rp 165,97 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit

konsumsi dengan prosentase sebesar 27% dari total kredit (Rp 76,82 triliun).Sementara itu

kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 15% dari total kredit

dengan nominal mencapai Rp 41,56 triliun.

Ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami peningkatan

pertumbuhan dari sebesar 24,29% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi 28,01% (yoy) pada

periode laporan. Sementara kredit investasi dan konsumsi menunjukkan sedikit perlambatan

dibandingkan periode sebelumnya dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar

33,16% dan 22,63%.

Senada dengan pertumbuhan tahunan, pertumbuhan kredit modal kerja secara

triwulanan juga menunjukkan peningkatan dari sebesar 7,5% (qtq) pada triwulan II 2013

menjadi sebesar 8,17% (qtq) pada triwulan III 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh

tingginya aktifitas ekonomi masyarakat pada saat puasa dan lebaran. Sementara kredit investasi

dan konsumsi mencatat pertumbuhan yang lebih rendah pada level masing-masing sebesar

7,62% (yoy) dan 4,79% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar

dengan proporsi 52,3% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 41,22% dan Bank

Asing sebesar 6,48%. Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, pada periode ini bank asing

masih mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 40,06% (yoy), sementara bank

pemerintah dan bank swasta masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 28,01% (yoy) dan

24,46% (yoy).

Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja bank

umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya. Tingkat persaingan yang

semakin kondusif antara kelompok bank diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas

penyaluran kredit kepada masyarakat.

57

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

3%0%

1%

29%

0%

3%

26%

1%

3%

0%

4%

0%

0%

0%

2%

0% 0%

0%

27%

0%

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN

3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN

5. LISTRIK, GAS DAN AIR 6. KONSTRUKSI

7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 10. PERANTARA KEUANGAN

12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

14. JASA PENDIDIKAN 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA

17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA

19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 20. Lain-lain

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.16666Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.15555Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.17 7 7 7 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)

Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.18888Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan (qtq)

GrafikGrafikGrafikGrafik3.3.3.3.19191919 Proporsi Kredit Sektoral

47%

47%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

58%15%

27%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-5,00

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

%y

oy

Modal Kerja Investasi Konsumsi

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

I II III IV I II III

2012 2013

% q

tq

Modal Kerja Investasi Konsumsi

58

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode

laporan sebagian besar masih kepada Sektor Industri Pengolahan (29% dari total kredit), dan

kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26%). Tingginya peyaluran kredit kepada kedua

sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi daerah.

Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan

kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 2,63%. Proporsi

tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat

sebesar 3,08%. Hal tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor

pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di

Jawa Timur. Selain itu, terdapat adanya peningkatan penyaluran kredit pada sektor lain seperti

sektor pengolahan dan sektor perdagangan seiring dengan datangnya bulan puasadan Hari

Raya Idul Fitri 2013.

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.20202020 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.21111 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

% y

oy

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN

3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN

6. KONSTRUKSI 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

10. PERANTARA KEUANGAN 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

20. Lain-lain (rhs)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2011 2012 2013

%

Kredit Modal kerja Investasi Konsumsi BI Rate

59

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Ditinjau dari wilayah lokasi bank pelapor, penyaluran kredit terbesar masih didominasi

oleh bank umum di Kota Surabaya dengan nominal sebesar Rp 161,26 triliun dan prosentase

sebesar 56,41% dari total kredit yang disalurkan. Proporsi terbesar selanjutnya adalah bank

umum di wilayah Kota Malang, Kota Kediri dan Kabupaten Jember dengan prosentase masing-

masing sebesar 7,92%, 6,74% dan 4,27% dari total kredit yang disalurkan Jawa Timur.

Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi bank pelapor tertinggi pada periode laporan

adalah di Kabupaten Madiun dengan pertumbuhan tahunan mencapai 56,92% (yoy).

Pertumbunan tertinggi selanjutnya adalah pada Kota Batu dan Kabupaten Kediri dengan

prosentase masing-masing sebesar 54,88% dan 49,53% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit

terbesar pada Kota Madiun dengan prosentase pertumbuhan negatif sebesar -9,46% (yoy).

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.22 2 2 2 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten Kota

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.23 3 3 3 Pertumbuhan Kredit per Kabupaten Kota

56%

8%

7%

4%4%

2%2%

1%1%

1%

1%

1%

1% 1%1% 1%1%

1%1%1%1%1%1%

0%0% 0%0%0% 0%0% 0% 0% 0% 0%

Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember Kab. Gresik

Kab. Sidoarjo Kota Madiun Kab. Banyuwangi Kab. Bojonegoro Kota Probolinggo

Kab. Mojokerto Kota Pasuruan Kab. Pamekasan Kab. Jombang Kab. Tulungagung

Kota Blitar Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi

Kab. Nganjuk Kab. Magetan Kab. Situbondo Kab. Lumajang Kab. Bondowoso

Kab. Pacitan Kab. Malang Kab. Trenggalek Kab. Bangkalan Kab. Sumenep

Kab. Sampang Kota Mojokerto Kab. Kediri Kab. Madiun

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

Mil

iar R

p

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

2012 2013

% y

oy

Kota Kediri Kab. Lumajang Kab. Gresik

Kab. Situbondo Kota Pasuruan Kab. Bondowoso

Kab. Malang Kab. Banyuwangi Kota Surabaya

60

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

3.1.4 3.1.4 3.1.4 3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAHKREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ((((UUUUMMMMKM)KM)KM)KM)

Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam

mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan

penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur

menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat

luas.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim

hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan

konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor

usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar

60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian

sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah

menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UMKM, antara lain

dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit

linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk

memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan

Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama

Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk

meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya dimaksud diharapkan mampu menjadi

pendorong bagi industri perbankan di Jawa Timur untuk terus meningkatkan penyaluran kredit

kepada UMKM.

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.22222Perkembangan Kredit UMKM

0

5

10

15

20

25

30

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

90,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Kredit UMKM Juta Rupiah Growth % (yoy)

R

p

J

u

t

a

%

y

o

y

3,20

3,40

3,60

3,80

4,00

4,20

4,40

-

10.000.000

20.000.000

30.000.000

40.000.000

50.000.000

60.000.000

70.000.000

80.000.000

90.000.000

Tw I

Tw I

I

Tw I

II

Tw I

V

Tw I

Tw I

I

Tw I

II

2012 2013

Juta

Rp

%Kredit UMKM Juta Rupiah NPL (%) Skala Kanan

61

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan

peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM

yang disalurkan terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 79,16 triliun pada periode

laporan. Jumlah tersebut tumbuh 24,37% (yoy), lebbih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada

periode sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar 14,2% (yoy). Secara triwulanan,

pertumbuhan penyaluran kredit UMKM adalah sebesar 0,65% (qtq), lebih rendah apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan cukup tinggi yaitu

sebesar 11,71% (qtq). Searah dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan

penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Timur diperkirakan akan terus tumbuh

positif.

Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi

oleh Bank Pemerintah sebesar 58% dengan jumlah nominal mencapai Rp 45,99 triliun. Bank

swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 41% dan nominal Rp

32,37 triliun.Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal

sebesar Rp 794 miliar dan prosentase 1% dari total kredit. Semakin besarnya proporsi

penyaluran kredit oleh bank swasta dari 40% pada Triwulan II 2013 menjadi 41% pada

Triwulan III 2013 mengindikasikan peningkatan peran bank swasta dalam dalam mendukung

pengembangan UMKM di Jawa Timur.

Apabila ditinjau berdasarkan wilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran

kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten

Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran kredit UMKM

terbesar dengan nominal mencapai Rp 33,45 triliun atau 41,62% dari total kredit UMKM Jawa

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.23333Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank

59%

40%

1%

Triwulan II 2013

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

58%

41%

1%

Triwulan III 2013

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

62

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,54 triliun (9,38% dari

total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM dengan prosentase

lebih kecil yaitu sebesar 5,88%, dengan nominal sebesar Rp 4,72 triliun. Kabupaten Jember

mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,26 triliun atau 5,3%, dan Kabupaten

Banyuwangi sebesar Rp 2,3 Triliun dengan prosentase sebesar 2,86%.

Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terendah terdapat pada Kabupaten Madiun

dengan jumlah kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar. Jumlah tersebut hanya menyumbang sebesar

0,12% dari keseluruhan kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Timur.

Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM tertinggi adalah di Kabupaten Lumajang

dengan pertumbuhan sebesar 59,51% (yoy). Pertumbuhan tertinggi selanjutnya adalah

Kabupaten Nganjuk sebesar 44,93% (yoy), Kabupaten Mojokerto sebesar 44,82% (yoy) dan

Malang sebesar 44% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM terkecil adalah di Kabupaten Madiun

yang mencatat penurunan pertumbuhan hingga -81,83% (yoy).

42%

9%6%

5%3%3%

2%

2%2%

2%

2%2% 2%2%

2%

1% 1% 1% 1% 1%

1%

1%1%1%1% 1%1% 1%

1%0% 0% 0%

0% 0%

Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember

Kab. Banyuwangi Kab. Sidoarjo Kota Madiun Kab. Gresik

Kota Probolinggo Kab. Jombang Kab. Bojonegoro Kab. Tulungagung

Kab. Mojokerto Kota Pasuruan Kota Blitar Kab. Lamongan

Kab. Pamekasan Kab. Ponorogo Kab. Tuban Kab. Nganjuk

Kab. Magetan Kab. Ngawi Kab. Situbondo Kab. Lumajang

Kab. Bondowoso Kab. Pacitan Kab. Trenggalek Kab. Bangkalan

Kab. Malang Kab. Sumenep Kab. Sampang Kota Mojokerto

Kab. Kediri Kab. Madiun

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.32 32 32 32 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33 33 33 33 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

2012 2013

%

Kab. Lumajang Kab. Nganjuk Kota Mojokerto Kab. Malang

Kota Pasuruan Kab. Sumenep Kab. Ngawi Kab. Situbondo

Kab. Pacitan Kab. Gresik

63

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

3.2.3.2.3.2.3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan III 2013 relatif stabil dan terjaga yang

tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan

kredit perbankan sebesar 27,22% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar

90,64% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan

penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 2,02%

mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh

kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.

Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko

operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap

perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh

internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal

dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa

perbankan.

Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan

nasabah dengan Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan

Edukasi Konsumen. hal tersebut dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang

kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun

perlindungan konsumen.

3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT

Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total

kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan

perbaikan dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan II 2013 tercatat membaik

dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari sebesar 2,12% pada Triwulan II 2013 menjadi

Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.4444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NPL NPL NPL NPL perperperper----Kelompok BankKelompok BankKelompok BankKelompok Bank

Sumber: Bank Indonesia

Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III

NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%)NPL Bank Umum (%) 3,033,033,033,03 2,732,732,732,73 2,642,642,642,64 2,602,602,602,60 2,262,262,262,26 2,122,122,122,12 2,022,022,022,02

a. Bank Pemerintah 3,90 3,62 3,37 3,46 2,74 2,56 2,42

b. Bank Swasta 1,66 1,51 1,69 1,64 1,70 1,66 1,63

c. Bank Asing 4,12 3,87 3,05 1,98 2,01 1,60 1,36

2013KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 2012

64

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

2,02% pada Triwulan III 2013. Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah dan mecerminkan kinerja bank

yang membaik dalam pengelolaan risiko kredit.

Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank

pemerintah dengan NPL sebesar 2,02%. NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur

memiliki NPL lebih rendah dengan prosentase masing-masing sebesar 1,36% dan 1,63%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan laporan terdapat

pada kredit investasi dengan prosentase sebesar 2,4%. Sementara kredit modal kerja dan kredit

konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 2,25% dan 1,33%.

Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko

terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian

kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat perbankan, kredit

konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko

kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur

kredit konsumsi.

3.3.3.3.3.3.3.3. PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH

Secara tahunan, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas aset,

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan pada triwulan III 2013 mencatat perlambatan

pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 36,56% (yoy) dan

2,63% (qtq) dari Rp 18,74 triliun pada Triwulan II-2013 menjadi Rp 19,23 triliun pada Triwulan

III-2013. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur

Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.26 6 6 6 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.27777Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

%

Total Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

-5.000.000

10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 45.000.000 50.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Pemerintah (Jt Rp) Swasta (Jt Rp) Asing (Jt Rp)

NPL Pemerintah (%) NPL Swasta (%) NPL Asing (%)

Juta Rp

65

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

tumbuh 24,15% (yoy) dan 0,46% (qtq) dari sebesar Rp 13,53 triliun pada Triwulan II 2013

menjadi Rp 13,89 triliun pada Triwulan III 2013.

Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan Giro, Deposito maupun Tabungan menunjukkan

penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Giro mencatat penurunan tertinggi dengan

persentase sebesar -13,5% (yoy), dari sebelumnya 45,97% (yoy) pada Triwulan II 2013.

Pertumbuhan deposito melambat dari 34,98% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar

32,82% (yoy) pada Triwulan III 2013. Demikian pula dengan tabungan yang melambat dari

sebesar 43,18% (yoy) pada periode laporan menjadi 23,3% (yoy) pada Triwulan III 2013.

Perlambatan tersebut disebabkan oleh tingginya penggunaan dana untuk aktifitas ekonomi

masyarakat pada saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri 2013.

Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw III 2013

tumbuh sebesar 2,23% (qtq) atau 29,61 % (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 13,83 triliun.

Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi tertinggi dengan

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33333333Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)

Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.34 4 4 4 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)

Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.35555 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur

Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.36 6 6 6 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

-

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Rp

Ju

ta

Aset Pembiayaan Dana

G DPK (qtq) G Aset (qtq) G Kredit (qtq)

%

q

t

q

0

20

40

60

80

100

-

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIR

p Ju

ta

Aset Pembiayaan Dana

G DPK (yoy) G Aset (yoy) G Kredit (yoy)

%

y

o

y

5%

42%53%

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% y

oy

GIRO DEPOSITO TABUNGAN

66

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

prosentase sebesar 44% dari total pembiayaan. Sementara kredit konsumsi dan investasi

memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 38% dan 18%. Adanya

penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 42% (Triwulan II 2013) menjadi 44%

(Triwulan III 2013) menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam mendukung

ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif.

Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan

bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan

pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 33,05%

(yoy) dan 32,40% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang

lebih kecil dengan prosentase sebesar 24,68% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga

secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur.

Kinerja penyaluran pembiayaan yang baik tersebut didukung dengan kualitas

pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF)

terjaga rendah dan stabil di kisaran 2,54%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode

sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah

dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik.

Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran

pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang stabil

dan terus meningkat. Tercatat FDR pada Triwulan III 2013 mencapai 99,57%, meningkat

dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 97,84%.

Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.37 7 7 7 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.38 8 8 8 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% y

oy

Modal Kerja Konsumsi Investasi

44%

18%

38%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

67

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

3.4.3.4.3.4.3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan III - 2013 secara umum tetap

menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Tercatat total aset BPR pada periode laporan

tumbuh sebesar 17,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 17,07% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 11,9% (yoy) pada periode laporan,

lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 14,23%. Demikian pula

penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 19,18% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 19,36%.

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.39393939 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)

Perbankan Syariah Jawa Timur

Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.5555 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur

90,00

92,00

94,00

96,00

98,00

100,00

102,00

104,00

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

%FDR (%) NPF (%)

I II III IV I II III

1111 Total AssetTotal AssetTotal AssetTotal Asset 6.982.253 7.345.638 8.013.778 8.327.121 8.572.689 8.966.980 9.391.693

2222 KreditKreditKreditKredit

Per Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis Penggunaan 5.153.678 5.572.413 5.806.554 5.936.457 6.189.661 6.697.201 6.920.414

- Modal Kerja 3.355.165 3.631.661 3.781.188 3.801.754 4.105.148 4.481.920 4.617.058

- Investasi 156.005 171.126 195.048 284.088 202.962 225.223 258.083

- Konsumsi 1.642.508 1.769.626 1.830.319 1.850.615 1.881.551 1.990.057 2.045.274

3333 4,29% 4,14% 4,24% 3,39% 3,84% 3,88%

4444 4.177.128 4.385.038 4.737.430 4.892.009 4.984.885 5.093.066 5.301.227

- Deposito 2.850.360 3.032.046 3.271.589 3.319.944 3.377.435 3.497.001 3.651.184

- Tabungan 1.326.767,86 1.352.992,08 1.465.841,86 1.572.064 1.607.450 1.596.064 1.650.044

4444 123,38% 127,08% 122,57% 121,35% 124,17% 131,50% 130,54%

2012 2013

NPL (%)NPL (%)NPL (%)NPL (%)

Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)

LDRLDRLDRLDR

BPR (Juta Rupiah)

68

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Sampai dengan Triwulan III 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di

Jawa Timur mencapai Rp 5,3 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh

deposito yang mencapai 68,87% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh

proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 31,13% dari total DPK.

Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuh

sebesar 12,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh

sebesar 11,6% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan

dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana

masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan III -

2013, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya

fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga

simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum.

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.40404040Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.41414141 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)

Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.42222 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% y

oy

DEPOSITO TABUNGAN DPK

(2,00)

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2.013

% q

tq

DPK Deposito Tabungan

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% y

oy

Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi

69

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase

mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan III 2013 kredit

investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 32,32% (yoy). Kredit modal kerja juga mencatat

pertumbuhan yang cukup tinggi meski sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya

dengan persentase sebesar 22,11% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi yang disalurkan BPR

tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 11,74%. Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal

kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR mulai meningkatkan penyaluran kreditnya

pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di

sekitarnya.

Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK selama beberapa periode

terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR meningkat hingga mencapai 130,54%

pada periode laporan. Sementara itu, kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio Non

Performing Loan (NPL) maish berada di kisaran 3%. Hal ini mencerminkan perlunya

peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui

penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital,

Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy).

3.5.3.5.3.5.3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYBANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYAAAA

Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada Triwulan III 2013

secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat. Tercatat

1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),

Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Mas,ter.

Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.43333Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.44444Perkembangan LDR & NPL BPR

67%

4%

29%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

116,00%

118,00%

120,00%

122,00%

124,00%

126,00%

128,00%

130,00%

132,00%

134,00%

I II III IV I II III

2012 2013

%LDR NPL Skala Kanan

70

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat 9,13% (yoy) dan

6,27% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah

peningkatan dana pihak ketiga yang pada triwulan ini mencapai 16,81% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat relatif

merata antara giro, deposito dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 38,28%,

26,36% dan 35,36% dari total DPK.

I II III IV I II III

Total Aset (Jt Rp) 36.657.865,00 38.361.025,00 42.254.532,00 35.941.107,00 41.263.366,55 43.389.416,06 46.111.458,29

Pertumbuhan (yoy %) 36,85 29,30 35,28 17,61 12,56 13,11 9,13

Pertumbuhan (qtq %) 19,95 4,65 10,15 (14,94) 14,81 5,15 6,27

Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 26.344.525,00 26.605.346,00 27.931.448,00 23.996.099,00 25.173.780,01 26.866.224,34 31.381.327,20

Pertumbuhan (yoy %) 29,74 15,66 16,60 10,30 (4,44) 0,98 12,35

Pertumbuhan (qtq) 21,09 0,99 4,98 (14,09) 4,91 6,72 16,81

Kredit (Jt Rp) 17.436.071,00 18.919.553,00 19.726.756,00 19.805.245,00 20.175.683,58 21.750.303,72 22.951.115,45

Pertumbuhan (yoy %) 22,19 21,83 18,26 16,79 15,71 14,96 16,35

Pertumbuhan (qtq) 2,82 8,51 4,27 0,40 1,87 7,80 5,52

LDR (%) 66,18% 71,11% 70,63% 82,54% 80,15% 0,81% 73,14%

NPL (%) 1,40% 1,89% 2,01% 2,06% 2,03% 2,27% 2,17%

2012Bank KP di Jatim

2013

Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.6666 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya

Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.45555 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)

Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.46666 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

(10,00)

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% y

oy

Aset Kredit DPK

(20,00)

(15,00)

(10,00)

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

%

Aset Kredit DPK

71

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar

16,35% (yoy) dan 5,52% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 21,75 triliun pada Triwulan II 2013

menjadi Rp 22,95 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi

masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 59,59%, disusul kemudian oleh kredit modal

kerja dengan proporsi sebesar 34,99%. Sementara kredit konsumsi mencatat pertumbuhan

terkecil dengan prosentase sebesar 5,42%.

Tren pertumbuhan kredit modal kerja berfluktuasi dan membentuk pola tertentu yaitu

sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di pertengahan tahun. Sedangkan

kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus

menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua

kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat.

Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan III-2013

didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah

dan stabil,yaitudi kisaran 2,17%, lebih rendah bila dibandingkan dengan NPL Triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 2,27%.

Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.47777 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya

Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.48 8 8 8 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.49 49 49 49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.50 50 50 50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya

38%

26%

36%

Giro Deposito Tabungan

(45,00)

(40,00)

(35,00)

(30,00)

(25,00)

(20,00)

(15,00)

(10,00)

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

50,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% q

tq

Giro Deposito Tabungan

(30,00)

(25,00)

(20,00)

(15,00)

(10,00)

(5,00)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% q

tq

Modal Kerja Investasi Konsumsi

35%

5%

60%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

72

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor

Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari terjaganya

Loan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 73,14%. Perlambatan LDR dari

sebesar 80,96% pada Triwulan II 2013 menjadi 73,14% pada Triwulan III 2013 dimaksud

disebabkan oleh lebih tingginya peningkatan Dana Pihak Ketiga yaitu 16,81% (qtq)

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 5,52% (qtq).

3.63.63.63.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank

Indonesia lainnya yaitu moneter dan perbankan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem

Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan

pengawasan perbankan.

Sampai dengan Triwulan III 2013, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai

maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya

komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan

kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang cukup.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem

Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang

terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang

keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real

Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.51 51 51 51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

LDR NPL ( rhs)

73

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta

jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.

3.6.13.6.13.6.13.6.1 Transaksi Keuangan TunaiTransaksi Keuangan TunaiTransaksi Keuangan TunaiTransaksi Keuangan Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara

lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), jumlah aliran

uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan Uang

Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).

a.a.a.a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow) ) ) )

Pada Triwulan III 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah

Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember secara

kumulatif kembali menunjukkan posisi net inflow setelah mencatat outflow pada periode

sebelumnya.Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang yang masuk ke Bank

Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang dari

Bank Indonesia kepada perbankan (outflow).

Tabel 3.6 PerkembanganArusUangTunai (Inflow –Outflow)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

dalam miliar rupiah

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

OUTFLOW 6,080.74 6,803.54 6,192.91 4,728.70 7,026.66 10,069.52

INFLOW 5,078.72 8,120.04 4,776.87 7,502.76 4,975.73 9,058.45

NET FLOW (1,002.03) 1,316.50 (1,416.04) 2,774.06 (2,050.92) (1,011.07)

OUTFLOW 3,027.60 3,585.98 2,561.01 1,657.39 2,183.55 3,803.58

INFLOW 1,113.18 2,309.86 1,269.90 2,194.90 1,656.83 3,514.64

NET FLOW (1,914.42) (1,276.12) (1,291.11) 537.51 (526.72) (288.94)

OUTFLOW 1,359.03 1,996.30 1,417.27 826.44 1,105.54 2,139.94

INFLOW 2,181.97 2,823.32 2,792.64 4,205.10 3,069.28 4,160.30

NET FLOW 822.93 827.02 1,375.38 3,378.66 1,963.74 2,020.36

OUTFLOW 1,518.28 1,915.09 1,359.02 943.13 1,450.60 2,039.90

INFLOW 1,331.97 1,654.95 1,154.19 2,088.87 1,652.96 2,048.87

NET FLOW (186.30) (260.14) (204.83) 1,145.75 202.35 8.97

OUTFLOW 11,985.65 14,300.91 11,530.20 8,155.66 11,766.34 18,052.93

INFLOW 9,705.83 14,908.16 9,993.60 15,991.64 11,354.80 18,782.25

NET FLOW (2,279.82) 607.25 (1,536.60) 7,835.97 (411.54) 729.32

Keterangan :

Net Flow (+) : Net Inflow

Net Flow (-) : Net outf low

JEMBER

JAWA TIMUR

2012

SURABAYA

KEDIRI

MALANG

Wilayah Keterangan2013

74

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 729,32 miliar.

Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013

yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 miliar. Net inflow yang terjadi disebabkan oleh

peningkatan jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia pasca tingginya

peredaran uang (outflow) pada pertengahan tahun karena adanya momen tahun ajaran baru,

liburan sekolah, dan hari raya keagamaan serta ekspektasi kenaikan harga BBM.

Secara nominal, jumlah inflow dan outflow menunjukkan peningkatan yang cukup

signifikan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat outflow pada periode

laporan mencapai Rp 18,05 triliun, atau meningkat 53,43% (qtq) dan 26,24% (yoy)

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 11,76 triliun. Demikian pula

dengan inflow yang juga menunjukkan peningkatan cukup signifikan dari sebesar Rp 11,35

triliun pada Triwulan II 2013, menjadi sebesar Rp 18,78 triliun pada Triwulan III 2013. Jumlah

tersebut meningkat 65,41% (qtq) dan 25,99% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.

b.b.b.b. Uang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak Edar

Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam memelihara kualitas uang kartal

yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) adalah pelaksanaan kegiatan

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

secara rutin.

Gambar 3.50 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow –Outflow)

DalamJuta Rupiah

0.00

2,000,000.00

4,000,000.00

6,000,000.00

8,000,000.00

10,000,000.00

12,000,000.00

14,000,000.00

16,000,000.00

18,000,000.00

20,000,000.00

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2013

Juta

Ru

pia

h

OUTFLOW INFLOW

(4,000,000.00)

(2,000,000.00)

-

2,000,000.00

4,000,000.00

6,000,000.00

8,000,000.00

10,000,000.00

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2013

Juta

Ru

pia

h

NETFLOW

Gambar 3.51

Perkembangan Net Flow JawaTimur

75

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Selama Triwulan III 2013, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan

adalah sebesar Rp 5,02 triliun atau meningkat 53,16% (qtq) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh adanya kenaikan inflow yang lebih

tinggi dibandingkan dengan outflow pada periode laporan. Namun demikian, peningkatan

jumlah PTTB tersebut jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada

Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 95,81% (qtq).

Sementara itu, apabila ditinjau dari persentase jumlah uang kartal tidak layak edar

terhadap inflow (rasio PTTB terhadap inflow), pada periode laporan menunjukkan penurunan

dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat besar rasio PTTB terhadap inflow Jawa Timur

pada Triwulan III 2013 adalah sebesar 26,71%, lebih rendah bila dibandingkan dengan

Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 28,85%.

Tren penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar tidak terlepas dari upaya Bank

Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi

perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga

mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang

baru.

Gambar 3.52 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

0,00

1.000.000,00

2.000.000,00

3.000.000,00

4.000.000,00

5.000.000,00

6.000.000,00

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2013

Juta

Ru

pia

h

PTTB Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhs

76

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

3.6.23.6.23.6.23.6.2 Transaksi Keuangan Non TunaiTransaksi Keuangan Non TunaiTransaksi Keuangan Non TunaiTransaksi Keuangan Non Tunai

Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi

non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum

perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timurterus mengalami

peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.

a. Transaksi BIa. Transaksi BIa. Transaksi BIa. Transaksi BI----RTGS ( RTGS ( RTGS ( RTGS ( RRRReal eal eal eal Time Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross Settlement))))

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dikembangkan sebagai

upaya mitigasi risiko dalam sistem pembayaran antar bank bernilai besar (high-value payment

system).

Gambar 3.54

Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur

Gambar 3.53

Perkembangan Transaksi Non Tunai Di JawaTimur

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Share Kliring Share RTGS

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

110

1001.000

10.000

100.0001.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

Tra

nsa

ksi

Volume Nominal (Rp Triliun) rhs

77

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur secara umum

masih terus menunjukkan tren peningkatan. Pada Triwulan III 2013, jumlah volume transaksi

RTGS di Jawa Timur tercatat sebanyak 171.756 transaksi dengan nominal mencapai Rp

210,82 triliun. Jumlah transaksi tersebut meningkat 17,05% (yoy) atau 1% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat transaksi sebesar 170.050 transaksi.

Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar

transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan

perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi

outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas

perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa

Timur masih mendominasi besarnya transaksi.

Gambar 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS

Terbesar Tw III -2013

Gambar 3.56 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming

RTGS Terbesar Tw III -2013

(50,00)

(40,00)

(30,00)

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

% q

tq

Nominal Volume

Gambar 3.55

Pertumbuhan Transaksi RTGS (yoy)

Gambar 3.56

Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013

% y

oy

Nominal Volume Linear (Nominal )

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU SIDOARJO

(Miliar Rp) Volume

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU SIDOARJO

(Miliar Rp) Volume

78

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan III -2013 dari kota Surabaya ke kota lainnya

(outgoing) mencapai Rp 210,82 triliun dengan volume sebanyak 171.756 transaksi.

Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming)

tercatat sebanyak 175.431 transaksi dengan nilai mencapai Rp 216,162 triliun. Kota lain di

Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming

pada periode ini adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Sidoarjo.

b.b.b.b. Transaksi KliringTransaksi KliringTransaksi KliringTransaksi Kliring

Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui

transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur

diikuti oleh 473 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar

di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan

Jember.

Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada

Triwulan III 2013 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat

jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 51,73 triliun, lebih

tinggi apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi

Tabel 3.7

Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2013

Jumlah

Kota Kantor

Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal

(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)

Surabaya 263263263263 1.093.711 42.355.535 52.081 696.939 20.960 806.201 998 38.391 2 6

Malang 70707070 111.782 4.444.605 5.323 71.073 1.883 77.019 90 3.668 2 5

Kediri 81818181 85.096 3.251.380 4.052 49.295 1.555 41.247 74 1.964 2 4

Jember 59595959 57.160 1.677.512 2.722 28.616 1.240 40.380 59 1.923 2 7

JatimJatimJatimJatim 473473473473 1.347.7491.347.7491.347.7491.347.749 51.729.03251.729.03251.729.03251.729.032 64.17964.17964.17964.179 2.463.2872.463.2872.463.2872.463.287 25.63825.63825.63825.638 964.847964.847964.847964.847 1.2211.2211.2211.221 45.94545.94545.94545.945 1,901,901,901,90 1,871,871,871,87

Persentase Rata-2 Penolakan

Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari

Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek

79

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

sebesar Rp 49,46 triliun. Jumlah tersebut meningkat 4,59 (qtq) dan 15,78% (yoy)

dibandingkan periode sebelumnya.

Dari sisi volume, tercatat sebanyak 1,35 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota

kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring. Jumlah tersebut sedikit lebih

rendah dari jumlah warkat kliring pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebanyak 1,38 juta

lembar. Selain mencerminkan tingginya aktifitas ekonomi dengan menggunakan sistem

pembayaran non tunai, hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran

masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai.

5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR 5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR

Gambar 3.57

Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur

Gambar 3.58

Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur

Gambar 3.59

Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)

1,20

1,25

1,30

1,35

1,40

1,45

40,00

42,00

44,00

46,00

48,00

50,00

52,00

54,00

Tw I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw II

I

2012 2013

Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar)

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Tw I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw II

I

2012 2013

Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II tw III

2011 2012 2013

Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs)

80

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

Pada Triwulan III -2013, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan

maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan penurunan dibandingkan periode

sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 7.452 lembar

dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut menurun -8,64% (qtq) apabila dibandingkan dengan

temuan pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebanyak 8.136 lembar

Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur

pada Triwulan III 2013 didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi mencapai

69,17% (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan

dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu

tertinggi di wilayah Jawa Timur.

Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang

yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun

represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan pengetahuan

mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta

peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu,

upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan

menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang -

undangan yang berlaku.

Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan

(lembar)

43%

22%

19%

16%

Surabaya Malang Kediri Jember

81

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT PERBANKAN DIPERBANKAN DIPERBANKAN DIPERBANKAN DI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR

Salah satu syarat bagi keberhasilan pembangunan adalah terciptanya suatu sistem

keuangan yang berfungsi dengan baik dan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

Dalam hal ini perbankan memiliki peran penting dalam menyalurkan dana kepada kegiatan

ekonomi yang produktif. Akses terhadap layanan keuangan merupakan syarat penting

keterlibatan masyarakat luas dalam sistem perekonomian, khususnya dalam upaya

pemberdayaan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan yang muaranya pada

pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Bank Indonesia, sebanyak 32% masyarakat

Indonesia belum memiliki tabungan, dan hanya sekitar 17% penduduk Indonesia yang

mendapatkan kredit perbankan serta baru sekitar 10% penduduk yang mendapatkan kredit

dari lembaga keuangan mikro. Beberapa penyebab tingginya unbanked people diantaranya

adalah adanya keterbatasan infrastruktur lembaga keuangan, rendahnya penghasilan

masyarakat, rendahnya pemahaman tentang keuangan, dan masih belum tersedianya jasa

keuangan/layanan yang sesuai. Namun hal ini bukan berarti tidak bisa diselesaikan satu demi

satu.

Fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar penyaluran kredit oleh bank umum

di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan hingga mencapai Rp 284,34 triliun pada bulan

September 2013. Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit mendorong peningkatan Loan to

Deposit Ratio (LDR) hingga sebesar 90,64%, namun tetap didukung oleh risiko kredit yang

stabil dan terjaga di kisaran 2,02%.

Kredit

BAB III–PERKEMBANGAN PERBA

Salah satu cara m

perkembangan ekonomi d

disalurkan dengan tingkat k

Berdasarkan hasil

Kabupaten Kota di Wilaya

masih terdapat beberapa K

dengan tingkat kemiskinan

Sedangkan kota dengan t

Kota Pasuruan, Mojokerto

Namun demikian, p

kabupaten mulai mempero

Pamekasan, Pacitan dan G

dengan penurunan rasio pe

Hal tersebut semak

dalam penyaluran kredit un

HubungHubungHubungHubung

1 Pacitan

2 Ponorogo

3 Trenggalek

4 Tulungagung

5 Blitar

6 Kediri

7 Malang

8 Lumajang

9 Jember

10 Banyuwangi

Tah

ANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regi

melihat efektifitas penyaluran kredit perbank

daerah adalah dengan melihat hubungan ant

t kemiskinan daerah tersebut.

il observasi terhadap jumlah kredit, PDRB da

yah Jawa Timur (tahun 2006 dan 2011) diper

Kabupaten / Kota yang rasio kredit dan PDRB-n

an yang tinggi yaitu Kabupaten Sampang, Pam

tingkat penyaluran kredit tinggi dan kemiskin

o dan Surabaya.

, pada tahun 2011 terlihat mulai terjadi perges

roleh penyaluran kredit cukup tinggi, antara l

Gresik. Peningkatan rasio kredit terhadap P

penduduk miskin di beberapa kota dimaksud.

akin menekankan pentingnya fungsi intermedia

untuk perkembangan ekonomi masyarakat. De

gan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jawgan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jawgan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jawgan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jaw

11 Bondowoso 21 Ngawi 31 Kota B

12 Situbondo 22 Bojonegoro 32 Kota M

13 Probolinggo 23 Tuban 33 Kota P

14 Pasuruan 24 Lamongan 34 Kota P

15 Sidoarjo 25 Gresik 35 Kota M

16 Mojokerto 26 Bangkalan 36 Kota M

17 Jombang 27 Sampang 37 Kota S

18 Nganjuk 28 Pamekasan 38 Kota B

19 Madiun 29 Sumenep

20 Magetan 30 Kota Kediri

Tahun 2006 Tahun

82

gionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

kan dalam mendukung

ntara jumlah kredit yang

dan Tingkat Kemiskinan

eroleh gambaran bahwa

nya masih relatif rendah

mekasan dan Bangkalan.

inan rendah antara lain

eseran dimana beberapa

lain Kabupaten Tuban,

PDRB dimaksud seiring

iasi perbankan khusunya

engan demikian, sangat

awa Timurawa Timurawa Timurawa Timur

ta Blitar

ta Malang

ta Probolinggo

ta Pasuruan

ta Mojokerto

ta Madiun

ta Surabaya

ta Batu

ahun 2011

83

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013

penting untuk menciptakan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan

masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan,

pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan.

Untuk itu, untuk meningkatkan akses masyarakat kepada perbankan Bank Indonesia

telah berupaya mengembangkan program keuangan inklusif seperti Gerakan Indonesia

Menabung (GIM), branchless banking (mobile payment system), program edukasi keuangan, e-

money, pendalaman keuangan untuk UMKM, dan program-program kampanye lainnya seperti

“Ayo ke Bank”dan “3P”( Pastikan Manfaatnya, Pahami Risikonya, Perhatikan Biayanya).

Bab 4

PERKEMBANGAN

KEUANGAN DAERAH

84

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1. UMUM

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan

keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah

(DPRD).

Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan

perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan

berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak

ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian

daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah.

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui

oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU No.17 tahun 2003). APBD

memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi.

Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi

perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengawasan

terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya

keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam

pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.

85

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan

peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2013

adalah sebesar Rp 15,29 triliun, meningkat 1,27% dari total anggaran pendapatan daerah

setelah perubahan tahun 2012 yang dianggarkan sebesar Rp 15,09 triliun. Jumlah

anggaran belanja daerah juga meningkat sebesar 1,3%, dari Rp 16,01 triliun pada tahun

2012 menjadi Rp 16,21 triliun pada tahun 2013.

4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah

0.00

2,000,000.00

4,000,000.00

6,000,000.00

8,000,000.00

10,000,000.00

12,000,000.00

14,000,000.00

16,000,000.00

18,000,000.00

2010 2011 2012 2013

Pendapatan BelanjaJuta Rupiah

Grafik 4.1

Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur

Tabel 4.1

Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)

APBD APBD Perubahan

Th. 2012 Tahun 2013 %

(Juta Rp) (Juta Rp)

PENDAPATAN DAERAH 15,094,257.88 15,286,013 1.27

PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,385,804.03 9,523,901 1.47

PAJAK DAERAH 7,733,400.00 7,863,719 1.69

RETRIBUSI DAERAH 110,984.72 126,405 13.89

HASIL PENGELOLAAN

KEKAYAAN DAERAH YANG

DIPISAHKAN

352,883.86 328,891 -6.80

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI

DAERAH YANG SAH1,188,535.45 1,204,884 1.38

DANA PERIMBANGAN 2,832,022.38 2,895,842 2.25

DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI

HASIL BUKAN PAJAK1,287,673.56 1,177,549 -8.55

DANA ALOKASI UMUM 1,491,561.14 1,632,648 9.46

DANA ALOKASI KHUSUS 52,787.68 85,644 62.24

LAIN-LAIN PENDAPATAN

DAERAH YANG SAH2,876,431.47 2,866,268 -0.35

PENDAPATAN HIBAH 25,380.13 10,615 -58.18

DANA PENYESUAIAN DAN

OTONOMI KHUSUS2,851,051.34 2,855,652 0.16

Uraian

86

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun

anggaran 2013 mencapai Rp 15,29 triliun atau meningkat 1,27% dibandingkan anggaran

tahun 2012. Peningkatan tertinggi adalah pada Dana Alokasi Khusus dengan prosentase

sebesar 62,24% dan Retribusi Daerah dengan prosentase sebesar 13,89%. Sementara itu,

anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar

-58,18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa

Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan

pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,

Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Proporsi PAD yang dianggarkan pada

tahun 2013 adalah sebesar 62,3% dari total pendapatan. Sementara itu, Dana Perimbangan

dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang hampir sama, yaitu

masing-masing sebesar 18,94% dan 18,75% dari total pendapatan.

Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber

pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 83% dari total PAD yang direncanakan

diperoleh pada tahun 2013. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan

proporsi tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 82%. Proporsi terbesar

selanjutnya adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (13%), Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (3%), dan Retribusi Daerah (1%).

Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur

87

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi total Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan III 2013 mencapai Rp

12,83 triliun, atau telah mencapai 83,93% dari total anggaran sebesar Rp 15,29 triliun.

Realisasi tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang

sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang hanya mencapai 74,65%. Peningkatan

realisasi anggaran pendapatan daerah dimaksud terutama didorong oleh realisasi

pendapatan asli daerah sebesar 90,51%.

Sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagian besar

berasal dari Pajak Daerah dengan nominal rencana anggaran sebesar Rp 7,86 triliun, atau

82,57% dari total Pendapatan Asli Daerah. Realisasi pajak daerah sampai dengan Triwulan

III 2013 adalah sebesar Rp 6,9 triliun, atau telah mencapai 88,89% dari anggaran yang

direncanakan. Realisasi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,87%. Sementara itu, penerimaan retribusi daerah

Tabel 4.2

Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)

APBD APBD

Th. 2012 Tahun 2013

(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %

4 PENDAPATAN DAERAH 15.094.258 11.267.198 74,65 15.286.013 12.829.690 83,93

4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 9.385.804 7.046.510 75,08 9.523.901 8.619.793 90,51

4.1.1 PAJAK DAERAH 7.733.400 5.635.454 72,87 7.863.719 6.997.023 88,98

4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 110.985 74.384 67,02 126.405 71.420 56,50

4.1.3HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN352.884 349.466 99,03 328.891 329.020 100,04

4.1.4LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH1.188.535 987.205 83,06 1.204.884 1.222.328 101,45

4.2 DANA PERIMBANGAN 2.832.022 2.146.854 75,81 2.895.842 2.188.558 75,58

4.2.1DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL

BUKAN PAJAK1.287.674 988.592 76,77 1.177.549 937.435 79,61

4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1.491.561 1.118.671 75,00 1.632.648 1.224.486 75,00

4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 52.788 39.591 75,00 85.644 26.636 31,10

4.3LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH2.876.431 2.073.835 72,10 2.866.268 2.021.338 70,52

4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 25.380 25.942 102,21 10.615 25.151 236,94

4.3.4DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI

KHUSUS2.851.051 2.047.893 71,83 2.855.652 1.996.187 69,90

Tw III 2013

Realisasi (Juta Rp)

Tw III 2012

Realisasi

No Uraian

88

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

pada Triwulan III 2013 mencatat realisasi yang lebih rendah yaitu sebesar 56,5% dari

anggaran, dengan nominal sebesar Rp 71,42 miliar.

Berbeda dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain,

Pendapatan Daerah yang Sah mencatat prosentase realisasi yang tidak jauh berbeda

apabila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Realisasi Dana Perimbangan pada

Triwulan III 2013 telah mencapai 75,58% dengan nominal mencapai Rp 2,19 triliun, sedikit

lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 75,81%.

Sementara itu, Pendapatan Hibah Provinsi Jawa Timur mencatat realisasi yang cukup tinggi

hingga mencapai Rp 25,15 miliar, lebih tinggi dibandingkan rencana anggaran semula yang

ditetapkan sebesar Rp 10,61 miliar.

4.2.3. Anggaran Belanja Daerah

Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013

direncanakan sebesar Rp 16,21 triliun atau meningkat 1,30% dibandingkan anggaran

belanja tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 16,01 triliun. Berdasarkan

kelompoknya, Belanja Langsung mencatat peningkatan tertinggi yaitu 1,81%, sementara

Belanja Tidak Langsung meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja

Bantuan Sosial dicadangkan cukup tinggi yaitu sebesar Rp 77,19 miliar, meningkat 64,6%

dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut terkait dengan perhatian Pemerintah Provinsi Jawa

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

8000000

9000000

PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL

PENGELOLAAN

KEKAYAAN DAERAH

YANG DIPISAHKAN

LAIN-LAIN

PENDAPATAN ASLI

DAERAH YANG SAH

Jt R

p

APBD 2013 Realisasi Tw III

89

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Timur terhadap dampak kenaikan BBM, TDL dan UMK Provinsi Tahun 2013 terhadap

kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.

Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi

Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah dengan prosentase sebesar 49% dari total

anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi

Hasil kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Pegawai dengan prosentase masing-masing

sebesar 24% dan 17%. Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji

pegawai mencatat peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 15% dari total

Belanja Tidak Langsung Provinsi.

Tabel 4.3

Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)

Grafik 4.3

Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur

APBD APBD Perubahan

Th. 2012 Tahun 2013 %

(Juta Rp) (Juta Rp)

BELANJA DAERAH 16,007,745.52 16,215,603 1.30

BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,088,960.10 10,189,908 1.00

BELANJA PEGAWAI 1,557,539.37 1,725,859 10.81

BELANJA BUNGA 6,139.01 5,516 -10.15

BELANJA HIBAH 4,092,242.77 4,988,320 21.90

BELANJA BANTUAN SOSIAL 46,900.50 77,198 64.60

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

2,810,071.50 2,427,977 -13.60

BELANJA BANTUAN

KEUANGAN KEPADA PROVINSI/

KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

1,516,532.03 903,036 -40.45

BELANJA TIDAK TERDUGA 59,534.92 62,000 4.14

BELANJA LANGSUNG 5,918,785.42 6,025,695 1.81

BELANJA PEGAWAI 1,010,963.88 1,086,920 7.51

BELANJA BARANG DAN JASA 3,767,460.63 3,947,256 4.77

BELANJA MODAL 1,140,360.91 991,518 -13.05

Uraian

90

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa

masih mendominasi dengan prosentase sebesar 66%, disusul kemudian dengan Belanja

Pegawai dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 18% dan 16%.

Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 64% pada tahun 2012

menjadi sebesar 66% pada tahun 2013 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan peningkatan proporsi belanja

pegawai dari sebesar 17% pada tahun 2012 menjadi 18% pada tahun 2013 yang

mengindikasikan peningkatan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk mendukung kegiatan

operasional. Sementara itu, alokasi Belanja Modal yang mencerminkan kegiatan investasi

menunjukkan penurunan proporsi dari sebesar 19% pada tahun 2012, menjadi sebesar

16% pada tahun 2013.

4.2.3. Realisasi Belanja Daerah

Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur telah

mencapai Rp 11,24 triliun, atau telah terealisasi sebanyak 69,31% dari anggaran yang

direncanakan. Realisasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi anggaran

belanja daerah pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang

mencatat realisasi sebesar 63,51%. Apabila ditinjau berdasarkan sub kelompoknya,

realisasi tertinggi adalah Belanja Tidak Langsung yaitu mencapai 75,92% dari yang

dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung terealisasi lebih rendah yaitu sebesar

58,15% dari yang telah dianggarkan.

Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur

91

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

Realisasi belanja tertinggi adalah Belanja Tidak Terduga yaitu sebesar 93,73%.

Belanja Pegawai baik di Pos Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung pada

periode laporan menunjukkan prosentase realisasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 75,92%

untuk Belanja Pegawai Tidak Langsung, dan 71,56% untuk belanja pegawai langsung.

Tabel 4.4

Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)

Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Langsung

Grafik 4.5 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung

APBD APBD

Th. 2012 Tahun 2013

(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %

5 BELANJA DAERAH 16.007.746 10.165.927 63,51 16.215.603 11.239.679 69,31

5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 10.088.960 6.846.247 67,86 10.189.908 7.735.695 75,92

5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1.557.539 1.134.675 72,85 1.725.859 1.170.993 67,85

5.1.2 BELANJA BUNGA 6.139 4.238 69,03 5.516 3.956 71,72

5.1.4 BELANJA HIBAH 4.092.243 2.679.458 65,48 4.988.320 3.784.239 75,86

5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 46.901 25.605 54,59 77.198 39.039 50,57

5.1.6BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

2.810.071 1.691.009 60,18 2.427.977 1.873.117 77,15

5.1.7BELANJA BANTUAN KEUANGAN

KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

1.516.532 1.261.677 83,19 903.036 806.235 89,28

5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 59.535 49.586 83,29 62.000 58.114 93,73

5.2 BELANJA LANGSUNG 5.918.785 3.319.680 56,09 6.025.695 3.503.983 58,15

5.2.1 BELANJA PEGAWAI 1.010.964 682.430 67,50 1.086.920 777.764 71,56

5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 3.767.461 2.099.336 55,72 3.947.256 2.254.484 57,12

5.2.3 BELANJA MODAL 1.140.361 537.914 47,17 991.518 471.735 47,58

Tw III 2013

Realisasi (Juta Rp)

Tw III 2012

Realisasi

No Uraian

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

BELANJA

PEGAWAI

BELANJA

BARANG DAN

JASA

BELANJA MODAL

Realisasi Belanja Langsung APBDJuta

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

Realisasi Tw III 2013 APBDJuta

Bab Bab Bab Bab 5555

KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT

92

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5555 KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5555.1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM

Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin

pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan

kondisi perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan indikator

ketenagakerjaan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)

mengindikasikan adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja. Hal ini juga

terkonfirmasi dengan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2013 di Jawa

Timur yang terindikasi adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di

sektor Industri Pengolahan, serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).

Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu indikator kesejahteraaan

masyarakat pedesaan di Jawa Timur menunjukkan sedikit peningkatan. Akhir panen gadu

dan peningkatan harga beberapa komoditas hortikultura di triwulan III-2013 mendorong

peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu, Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa

Timur pada triwulan III-2013 menunjukkan penurunan akibat tingginya gelombang di

perairan laut Jawa sehingga menurunkan hasil tangkapan nelayan.

5.25.25.25.2. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN

Perlambatan perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2013 sebagai dampak

dari tekanan domestik maupun eksternal, memberikan dampak negatif pada kondisi

ketenagakerjaan.

5555.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur

Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur menunjukkan adanya penurunan jika

dibandingkan denga triwulan sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur per

Agustus 2013 sebanyak 20,137 juta orang, meningkat dibandingkan data

ketenagakerjaan di bulan Februari 2013 (20,095 juta). Namun demikian, peningkatan

angkatan kerja diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang menganggur dan

penurunan jumlah penduduk yang bekerja. Oleh karena itu, rasio penduduk yang

menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan sebesar 0,33%, dari 4,00%

93

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

menjadi 4,33%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan

perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) juga

menurun menjadi 69,92% jika dibandingkan periode sebelumnya sebesra 70,12%

Kondisi perekonomian nasional maupun regional yang melemah merupakan

salah satu pendorong meningkatnya pengangguran di Jawa Timur. Inflasi yang tinggi

pada triwulan III-2013, yang diikuti dengan kenaikan harga BBM menurunkan daya beli

masyarakat. Selain itu, kondisi eksternal berupa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US

$ hingga menembus level Rp 11.000 membuat harga bahan baku impor semakin mahal.

Oleh karena itu, dunia usaha mencoba melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah

tenaga kerja yang digunakan.

Tabel Tabel Tabel Tabel 5555.1.1.1.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2013)

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

GrafikGrafikGrafikGrafik 5555.1 .1 .1 .1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral

Secara sektoral, pada triwulan III-2013 penyerapan tenaga kerja sedikit

mengalami pergeseran. Distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar yang secara historis

didominasi oleh tiga sektor unggulan Jawa Timur (Pertanian, Perdagangan, dan Industri

Pengolahan), pada triwulan III-2013 didominasi oleh sektor Pertanian, Perdagangan, dan

Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug

Total

Angkatan Kerja 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 19,761,885 19,831,685 19,901,558 20,095,752 20,137,000

Bekerja 19,123,221 19,305,056 19,611,540 19,698,108 19,406,025 18,940,340 19,012,225 19,081,995 19,291,374 19,266,000

Menganggur 1,193,552 1,033,512 1,011,950 828,943 845,647 821,546 819,460 819,563 804,378 871,000

TPAK (%) 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% 69.49% 69.55% 69.62% 70.12% 69,92%

TPT (%) 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% 4.16% 4.14% 4.12% 4.00% 4,33%

Kegiatan

2009 2010 2011 2012 2013

16,500

17,000

17,500

18,000

18,500

19,000

19,500

20,000

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jasa Kemasyarakatan Industri Perdagangan Pertanian TOTAL

Sumber : BPS Jatim (diolah)

Ribu orang

94

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Jasa Kemasyarakatan. Perlambatan kinerja Industri pengolahan dinilai sebagai faktor

utama penurunan kontribusi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur yaitu sebesar

14,40%, sementara itu penyerapan tenaga kerja di sektor Jasa Kemasyarakatan

meningkat dengan kontribusinya sebesar 15,63%. Sektor Jasa Kemasyarakatan

membutuhkan keahlian khusus dengan upah tertentu yang diberikan bagi

pekerjanyasehingga permintaan terhadap tenaga kerja sektor ini semakin meningkat. Di

sisi lain, sektor Pertanian dan Perdagangan masing-masing berkontribusi sebesar 37,44%

dan 21,01% dari total tenaga kerja Jawa Timur.

GGGGrafikrafikrafikrafik 5.2 5.2 5.2 5.2 GGGGrafikrafikrafikrafik 5555.3.3.3.3 Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal

Grafik Grafik Grafik Grafik 5555.4 .4 .4 .4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal

Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih

didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal, yakni sebesar 12,76 juta

orang. Komposisi terbesar pada kelompok berusaha dibantu buruh (3,84 juta orang)

diikuti oleh kelompok pekerja tak dibayar (3,81 juta orang). Hal ini sejalan dengan

5.27 5.29 5.12 5.02 5.19 5.50 5.44 5.70 6.11 6.15 6.45 6.62 6.51

13.48 13.58 13.76 14.10 14.12 14.11 13.26 12.84 12.84 12.86 12.63 12.67 12.76

-12%

-8%

-4%

0%

4%

8%

12%

16%

-

5

10

15

20

25

Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Informal Formal G Formal G Informal

Sumber : BPS Jatim (diolah)

0.59 0.57 0.59 0.48 0.58 0.49 0.55 0.51 0.56 0.60 0.62 0.65 0.65 0.70 0.62

4.37 4.30 4.68 4.80 4.54 4.53 4.64 4.99 4.88 5.10 5.49 5.50 5.81 5.92 5.88

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

-

1

2

3

4

5

6

7

Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan

Sumber : BPS Jatim (diolah)

3.01 2.92 3.19 3.33 3.45 3.40 3.42 3.29 3.02 2.89 2.89 2.67 2.76 2.83 2.69

3.75 4.13 4.18 4.26 4.25 4.34 4.46 4.36 4.10 3.85 3.85 3.99 3.61 3.82 3.84

1.78 1.71 1.54 1.48 1.50 1.57 1.51 1.46 1.47 1.43 1.43 1.41 1.39 1.17

2.41

0.93 0.84 0.91 0.86 1.00 0.94 1.04 1.01 0.91 1.05 1.05 1.13 1.19 1.21

-

3.24 3.60 3.66 3.65 3.56 3.85 3.69 3.99 3.77 3.62 3.62 3.67 3.69 3.64 3.81

-

2

4

6

8

10

12

14

16

Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian

Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri

Sumber : BPS Jatim (diolah)

R

I

B

U

R

I

B

U

R

I

B

U

95

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor Pertanian, dimana sektor primer ini

membutuhkan buruh dalam jumlah banyak dan seringkali melibatkan anggota

keluarga, sehingga jumlah pekerja tak dibayar juga tinggi. Kedua hal inilah yang

menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kapasitas keterampilan tenaga kerja Jawa

Timur, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun informal. Pendidikan yang

memadai juga penting untuk didorong pemerintah, sehingga tenaga kerja memiliki

kualitas tinggi dan mampu bekerja di sektor sekunder maupun tersier yang

menawarkan pendapatan lebih tinggi.

Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal juga mengalami

penurunan secara qtq, namun secara yoy mengalami kenaikan. Tenaga kerja di sektor

formal didominasi oleh buruh atau karyawan sebesar 90,40%, sementara sisanya

merupakan berusaha dibantu buruh.

5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1111

Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Provinsi Jawa Timur,

indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank

Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur menunjukkan penurunan, tercermin dari nilai

Saldo Bersih Terimbang (SBT)2 sebesar -4,81% pada triwulan II-2013 menjadi -6,31%

pada triwulan III-2013. Secara spesifik dari 9 (sembilan) sektor ekonomi yang melakukan

pengurangan tenaga kerja pada triwulan laporan, terutama sektor Industri Pengolahan

yang diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Listrik, Gas dan Air Bersih,

serta Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Perlambatan kinerja sektor-sektor ini

pada triwulan III-2013 menyebabkan menurunnya nilai SBT Penggunaan Tenaga Kerja.

Sementara itu, membaiknya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi

penggunaan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan meningkatnya

nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sektor tersebut dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Peningkatan nilai SBT tertinggi terjadi pada sektor Jasa-Jasa serta

Pengangkutan dan Komunikasi. Hal ini seiring dengan tingginya arus jasa angkutan dan

komunikasi serta jasa lain pada hari raya Idul Fitri.

1 SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang

bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi

penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. 2 Diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor

yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

96

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Respon adanya kenaikan TDL dan harga BBM disertai dengan peningkatan harga

barang sangat berpengaruh terhadap dunia usaha karena biaya operasional perusahaan

akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, pengusaha akan mengurangi beban

usaha salah satunya dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun demikian,

ekspektasi pelaku usaha terhadap perkembangan perekonomian di Jawa Timur pada

triwulan yang akan datang pasca kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar

minyak (BBM) bersubsidi, diperkirakan masih optimis akan terjadi peningkatan

penggunaan tenaga kerja. Hal ini sebagaimana tercermin dari SBT triwulan IV-2013

meningkat menjadi 2,12%.

Tabel 5.2Tabel 5.2Tabel 5.2Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur

Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.5555 Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.Grafik 5.6666 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral

5555....3333. . . . KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANKESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan III-2013

cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari

IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IV*IV*IV*IV*

REALISASIREALISASIREALISASIREALISASI

PERTANIAN 2.89 -0.79 -0.82 -0.94 1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.19 0.49

PERTAMBANGAN 0.00 0.04 -0.94 0.04 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.21 0.00

INDUSTRI PENGOLAHAN -3.18 -0.46 -1.66 0.28 -3.50 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -5.46 0.65

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.07 0.61 -0.08 -0.05 -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.84 -0.25

BANGUNAN 1.64 1.32 -0.37 0.35 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.00 0.52

PHR -0.58 1.65 0.63 -1.38 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 -1.77 -0.27

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -0.60 -0.54 0.19 0.33 -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.71 -0.26

KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 2.13 1.72 1.67 1.36 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 -0.12 0.85

JASA - JASA 0.79 0.90 0.84 0.00 -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 0.78 0.39

TOTALTOTALTOTALTOTAL 3.163.163.163.16 4.444.444.444.44 -0.54-0.54-0.54-0.54 -0.02-0.02-0.02-0.02 -0.83-0.83-0.83-0.83 7.547.547.547.54 2.702.702.702.70 -1.99-1.99-1.99-1.99 -6.95-6.95-6.95-6.95 -4.81-4.81-4.81-4.81 -6.31-6.31-6.31-6.31 2.122.122.122.12

SEKTORSEKTORSEKTORSEKTOR2011 2012 2013

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

%, SBT

-10.00

-8.00

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

PERTAMBANGAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA

%, SBT

97

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

penurunan yang cukup signifikan pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan sedikit peningkatan

pada Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan.

5555....3333.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani

Pada triwulan III-2013, indikator kesejahteraan petani di Jawa Timur yang

tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukan sedikit peningkatan, yaitu

tumbuh 0,25% (qtq) dari 102,95 menjadi 103,21. Pertumbuhan NTP Jawa Timur tersebut

menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di Jawa Timur yang cukup baik di tengah

melambatnya NTP nasional yang menurun sebesar 0,68% (qtq). Namun demikian, NTP

Jawa Timur pada periode ini masih berada di bawah level nasional (104,56).

Peningkatan NTP Jawa Timur didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang

diterima petani (lt) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan

oleh petani (lb). Pada triwulan laporan indeks harga yang diterima petani di Jawa Timur

sebesar 164,32 (meningkat 4,77% (qtq)). Angka indeks ini menunjukkan bahwa tingkat

harga produk pertanian pada tw.III-2013 mengalami kenaikan secara rata-rata 64,32%

dibandingkan dengan produk yang sama pada tahun dasar (2007). Di sisi lain, indeks

harga yang dibayar petani di Jawa Timur sebesar 159,22 (meningkat 4,52% (qtq)). Angka

indeks ini menunjukkan bahwa tingkat harga kebutuhan petani baik biaya produksi,

penambahan barang modal, maupun konsumsi petani meningkat secara rata-rata 59,22

kali lipat dibanding dengan produk yang sama pada tahun dasar (2007). Lebih besarnya

indeks harga terima dibanding indeks harga bayar petani menunjukkan bahwa

pendapatan petani di Jawa Timur lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan oleh petani.

Kondisi ini terjadi karena di triwulan III 2013 merupakan akhir dari masa panen

gadu padi, sehingga hasil produksi petani masih cukup relatif tinggi. Selain itu, curah

hujan yang rendah di Jawa Timur membuat panen tembakau di beberapa wilayah, seperti

Bojonegoro, Madura dan Probolinggo cukup tinggi. Sementara itu, Kabupaten Nganjuk

sebagai salah satu sentra produksi kedelai Jawa Timur, pada triwulan III-2013 mampu

memanen kedelai dengan peningkatan hampir 30% dibandingkan musim sebelumnya.

Harga kedelai yang melambung di pasar, membuat petani kedelai menikmati keuntungan

yang signifikan. Kondisi tersebut turut berkontribusi pada peningkatan pendapatan

petani di Jawa Timur.

98

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Ketersediaan pasokan hasil pertanian relatif terjaga. Selain itu, meningkatnya

kebutuhan masyarakat pada hari raya Idul Fitri mengakibatkan harga pangan cenderung

naik, turut berpengaruh pada peningkatan indeks harga yang diterima oleh petani.

GrafikGrafikGrafikGrafik 5.5.5.5.7777 GrafikGrafikGrafikGrafik 5.5.5.5.8888 NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim)

Grafik Grafik Grafik Grafik 5555....9999 Grafik Grafik Grafik Grafik 5.5.5.5.10101010

It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim

5555....3333.2. .2. .2. .2. Kesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan Nelayan

Kondisi kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN)

Jawa Timur pada triwulan III-2013 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan II-2013

tumbuh menurun sebesar 1,76% dari 158,07 menjadi 155,28. Penurunan tersebut

terutama disebabkan karena faktor cuaca dan tingginya ombak di sebagian besar

perairan Jawa, termasuk di perairan Jawa Timur. Oleh karena itu, nelayan cenderung

enggan melaut dan beralih ke pekerjaan di sektor lain, seperti pertanian dan

perdagangan, sehingga hasil tangkapan ikan cenderung menurun. Namun demikian,

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

NTP Nasional NTP Jawa Timur

Sumber : BPS Jatim (diolah)

-1

0

1

2

3

4

5

6

90

92

94

96

98

100

102

104

106

108

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

NTP Nasional NTP Jawa Timur g It Nasional g It Jatim

Sumber : BPS Jatim (diolah)

-1

0

1

2

3

4

5

6

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

lt Nasional lt Jatim g lt Nasional g lt Jatim

Sumber : BPS Jatim (diolah)

-1

0

1

2

3

4

5

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

Ib Nasional Ib Jatim g Ib Nasional g Ib Jatim

Sumber : BPS Jatim (diolah)

Indeks Indeks

Indeks Indeks

%

%

99

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

kesejahteraan nelayan Jawa Timur lebih tinggi dari nasional yang tercermin dari NTN

Jawa Timur yang berada di atas level nasional (105,21).

Sepuluh komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang diterima

nelayan adalah ikan tongkol, ikan ekor kuning, ikan tenggiri, ikan

kembung, cumi-cumi, ikan pari, ikan layur, ikan selar dan ikan layur.

Sementara itu, hanya terdapat satu komoditas yang mengalami kenaikan indeks harga

yang diterima nelayan, yakni udang putih. Di sisi lain, sepuluh komoditas yang

mengalami kenaikan indeks harga yang dibayar nelayan adalah emas perhiasan, garam,

upah membersihkan kapal, biaya perbaikan, beras, bensin, umpan, jaring, minyak tanah

dan tahu mentah. Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang

di bayar nelayan adalah cabai rawit, bawang merah, tomat sayur, cabai hijau dan bayam.

Dari enam kabupaten yang melakukan penghitungan nilai tukar nelayan pada

bulan september 2013, penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Situbondo sebesar

3,81%, diikuti kabupaten Lamongan sebesar 3,25%, Kabupaten Tuban sebesar 2,48%,

kabupaten Trenggalek 1,77% dan Kabupaten Pamekasan sebesar 1,33%. Sementara

kenaikan nilai tukar nelayan hanya terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,27%.

GrGrGrGrafikafikafikafik 5.5.5.5.11112222 Grafik Grafik Grafik Grafik 5.15.15.15.13333

NTN Nasional & Jawa Timur NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR

Angka kemiskinan di Jawa Timur terus menurun secara gradual sejak tujuh tahun

terakhir. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah penduduk Jawa

Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)3 pada Maret 2013 turun

sebesar 0,53%, yaitu dari 13,08% pada September 2012 menjadi 12,55% atau sebesar

3 Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

Garis Kemiskinan.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

NTN Nasional NTN Jawa Timur

Sumber : BPS Jatim (diolah)

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim

Sumber : BPS Jatim (diolah)

Indeks

Indeks

%

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAK

4.771.260 jiwa (grafik 5.1

perekonomian, namun tin

kemiskinan menjadi faktor

Sumber : BP

Penurunan persent

oleh penurunan penduduk

persentase penduduk misk

tersebut, tidak terlepas d

pengentasan kemiskinan y

yang dilakukan di desa-des

kemiskinan tersebut ditua

(RPJMD) Provinsi Jawa

Penanggulangan Kemiskina

Program-program

dimaksudkan untuk meni

lembaga-lembaga Desa, u

nasibnya. Program-program

beban biaya bagi Rumah

kesehatan, infrastruktur s

pendapatan Rumah Tangg

ekonomi produktif, usaha

pemberdayaan ekonomi lo

Kajian Ekonomi Region

ASYARAKAT

.14). Meskipun secara makroekonomi, terdapat

tingginya upaya masyarakat dan pemerintah

r pendorong penurunan kemiskinan di Jawa Tim

Grafik 5.14Grafik 5.14Grafik 5.14Grafik 5.14

Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%

BPS Jatim (diolah)

ntase penduduk miskin pada Maret 2013 seba

uk miskin di pedesaan, yaitu sebesar 0,73%,

iskin di kota hanya sebesar 0,33%. Penurun

dari komitmen dan konsistensi melaksanaka

yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerin

esa. Konsistensi Pemerintah Provinsi Jawa Timu

uangkan dalam Rencana Pembangunan Jangk

a Timur Tahun 2009-2014, dengan me

inan sebagai salah satu Program Prioritas di Jawa

Penanggulangan dan pengentasan kemisk

ningkatkan dan mengembangkan peran ma

untuk mendorong kesadaran kaum miskin

ram mengentas kemiskinan melalui dua cara,

h Tangga Sangat Miskin, seperti misalnya : bi

seperti air bersih, jalan desa dan sebagain

gga Miskin dan Hampir Miskin dengan jalan

a ekonomi, stimulan modal kerja/ usaha, pasa

lokal serta peningkatan produksi melalui tekno

0

5

10

15

20

2519.95

21.0919.98

18.5116.68

15.2613.8513.0812.55

%

100

mi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

at indikasi perlambatan

h dalam memberantas

imur.

(%)

agian besar disumbang

, sementara penurunan

nan angka kemiskinan

kan berbagai program

rintah daerah, terutama

ur dalam pengentasan

gka Menengah Daerah

emposisikan Program

wa Timur.

iskinan di Jawa Timur

asyarakat serta fungsi

in dalam memperbaiki

a, yaitu (i) mengurangi

biaya pendidikan, biaya

inya, (ii) meningkatkan

n antara lain pelatihan

sar desa, dan kegiatan

ologi tepat guna. Salah

101

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

satu contoh program yang dilaksanakan adalah Program Pemberdayaan Potensi

Desa/Kelurahan (P3D/K) yang telah dialokasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat

(Bapemas) Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sekarang ini telah memasuki tahap

penguatan. Program tersebut memperkuat perekonomian masyarakat desa melalui

pengembangan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan.

Tabel 5.4 Tabel 5.4 Tabel 5.4 Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah

Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk

memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan

esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Garis

kemiskinan pada Maret 2013 meningkat sebesar 5,63 persen atau Rp.13.727 perkapita

perbulan, yaitu dari Rp. 243.783 perkapita perbulan pada September 2012 menjadi Rp.

257.510 perkapita perbulan pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan terhadap garis

MakananBukan

MakananTotal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan

Maret 2008 131,487 51,921 183,408 2,438.76 13.15

Maret 2009 145,676 56,948 202,624 2,148.51 12.17 -0.98

Maret 2010 152,965 60,418 213,383 1,873.55 10.58 10.58

Maret 2011 169,242 65,303 234,546 1,768.23 9.87 -0.71

Sept 2011 174,210 68,193 242,403 1,734.31 9.66 -0.21

Maret 2012 175,806 69,499 245,305 1,630.63 9.06 -0.81

Sept 2012 182,073 71,874 253,947 1,605.96 8.90 -0.16

Maret 2013 187,350 77,853 265,209 1,550.46 8.57 -0.33

Pedesaan

Maret 2008 118,971 36,461 155,432 4,581.19 23.64

Maret 2009 131,522 43,106 174,628 3,874.07 21.00 -2.64

Maret 2010 139,806 46,073 185,879 3,655.76 19.74 19.74

Maret 2011 155,457 50,818 206,275 3,587.98 18.19 -1.55

Sept 2011 161,141 53,025 214,166 3,493.00 17.66 -0.53

Maret 2012 167,352 54,864 222,216 3,440.34 17.35 -0.84

Sept 2012 176,674 57,882 234,556 3,354.58 16.88 -0.47

Maret 2013 189,172 61,358 250,530 3,220.80 16.15 -0.73

Kota + Desa

Maret 2008 125,091 44,020 169,112 7,019.95 18.51 -1.47

Maret 2009 138,440 49,874 188,317 6,022.59 16.68 -1.83

Maret 2010 146,240 53,087 199,327 5,529.30 15.26 -1.42

Maret 2011 162,017 57,711 219,727 5,365.21 14.23 -1.03

Sept 2011 167,360 60,243 227,603 5,227.31 13.85 -0.38

Maret 2012 171,375 61,827 233,202 5,070.98 13.40 -0.83

Sept 2012 179,244 64,540 243,783 4,960.54 13.08 -0.32

Maret 2013 188,306 69,205 257,510 4,771.26 12.55 -0.53

Sumber : BPS Jatim

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

Daerah/ tahun

Jumlah

Penduduk Miskin

(Ribu)

Persentase

Penduduk Miskin

Perubahan

Persentase

Penduduk Miskin

(%)

102

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan,

sandang, pendidikan dan kesehatan), yaitu sebesar 73,13 persen.

Inflasi yang tinggi akan diikuti dengan peningkatan harga barang dan jasa.

Pengeluaran rumah tangga terhadap komoditas tertentu akan terpengaruh sebagai dampak

dari peningkatan harga. Grafik 5.15 menunjukkan perkembangan pertumbuhan konsumsi

makanan dan non makanan rumah tangga serta rata-rata inflasi makanan dan non makanan

di Jawa Timur. Pada triwulan III-2013, rata-rata inflasi makanan meningkat dari -0,73%

menjadi 3,33% sebagai dampak dari tingginya permintaan bahan makanan pada bulan

Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pola konsumsi makanan masyarakat bersifat inelastis,

sehingga tidak terpengaruh dengan adanya peningkatan harga yang cukup signifikan tersebut.

Pada triwulan III-2013, konsumsi makanan tetap tumbuh positif 4,8% dari Rp100,37 T

menjadi 105,27 T pada triwulan III-2013. Sementara itu, rata-rata inflasi non makanan juga

mengalami peningkatan dari 0,24% menjadi 3,64%. Hal ini juga direspon dengan

peningkatan konsumsi non makanan yang tumbuh positif 7,24% dari Rp85,33 T menjadi

Rp91,51 T. Inflasi yang meningkat akan diikuti oleh peningkatan batas kemiskinan sehingga

jumlah penduduk miskin akan bertambah jika tidak diikuti dengan peningkatan daya beli dan

pendapatan, terutama masyarakat kelompok berpenghasilan bawah.

Grafik 5.15Grafik 5.15Grafik 5.15Grafik 5.15 Pertumbuhan Pengeluaran Rumah Tangga dan Pertumbuhan Inflasi di Jawa Timur (%)

Sumber : BPS Jatim (diolah)

Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga

menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap

garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari (P1) dan (P2). Indeks Kedalaman

Kemiskinan/Poverty Gap Index (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran

(0.10)

(0.05)

-

0.05

0.10

0.15

0.20

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

II-2

00

8

III-

20

08

IV-2

00

8

I-2

00

9

II-2

00

9

III-

20

09

IV-2

00

9

I-2

01

0

II-2

01

0

III-

20

10

IV-2

01

0

I-2

01

1

II-2

01

1

III-

20

11

IV-2

01

1

I-2

01

2

II-2

01

2

III-

20

12

IV-2

01

2

I-2

01

3

II-2

01

3

III-

20

13

Rata2 Inflasi Makanan Rata2 Inflasi Non Makanan

g Konsumsi Makanan g Konsumsi Non Makanan

%

103

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013

BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks,

semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan

Kemiskinan/Poverty Severity Index (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran

diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan

pengeluaran diantara penduduk miskin.

Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)

digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan 0,09 poin atau

sebesar 1,93 pada September 2012 menjadi 1,84 pada Maret 2013. Penurunan nilai P1

tersebut terjadi di pedesaan (0,21 poin), sedangkan di perkotaan terjadi sedikit peningkatan

(0,03 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,01 poin atau menjadi 0,43

pada Maret 2013. Penurunan nilai yaitu P1 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran

penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan sebagai akibat dari semakin tingginya

harga-harga komoditas yang harus dipenuhi masyarakat. Di sisi lain, penurunan P2

menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.

Dari sisi wilayah, pola kemiskinan di desa menunjukkan semakin banyak penduduk yang

mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang

lebih tinggi daripada di kota sebagaimana ditunjukkan pada grafik 5.18.

Grafik 5.18 Grafik 5.18 Grafik 5.18 Grafik 5.18 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

di Jawa Timur Menurut Daerah

Sumber : BPS Jatim

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sept 11 Mar 12 Sept 12 Mar 13

P1 Kota P1 Desa P2 Kota P2 Desa

Indeks

Bab Bab Bab Bab 6666

PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN

HARGAHARGAHARGAHARGA

104

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.1111 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.2222 Indeks Indeks Indeks Indeks Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan

6666 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6.16.16.16.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada

rentang pertumbuhan 6,65% s.d 6,75% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini

diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat

pertumbuhan pada level 6,49% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh

tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Namun,

pertumbuhannya masih lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013, mengingat telah

berlalunya puncak pengeluaran belanja masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri. Komponen

terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh lebih rendah

mengingat masih belum membaiknya kondisi ekonomi domestik dan permintaan global.

Selanjutnya, masih belum membaiknya kinerja perekonomian global serta

perkembangan harga komoditas internasional diperkirakan masih menekan tingkat daya

saing produk ekspor Jawa Timur. Masih belum pulihnya kinerja ekspor komoditas utama

Jatim di tengah meningkatnya nilai impor bahan baku akibat depresiasi rupiah

mengakibatkan neraca perdagangan masih belum mampu mencapai nilai net ekspor. Di

sisi lain, perdagangan antar pulau diharapkan mengalami perbaikan seiring membaiknya

kinerja ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sementara itu, belanja pemerintah

diperkirakan juga mengalami peningkatan, mengikuti pola belanja yang terus meningkat

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Indeks

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat IniIndeks

105

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

hingga akhir tahun, di samping faktor pendukung berupa membaiknya awareness

pemerintah daerah tingkat kab/kota terkait realisasi belanja APBD.

Di sisi penawaran, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan mengalami

perbaikan pasca terjaganya nilai tukar rupiah. Meskipun perdagangan luar negeri Jatim

mengalami tekanan cukup dalam akibat pelemahan ekonomi Eropa, namun masih cukup

kuatnya kinerja perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk

menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar Jatim. Secara keseluruhan, kinerja sub

sektor perdagangan besar pada triwulan ini diperkirakan masih tumbuh lebih rendah

karena pemulihan kinerja perdagangan dalam negeri masih belum kembali pada level

sebelumnya. Perkiraan masih rendahnya curah hujan di awal triwulan IV 2013 diharapkan

mendorong kinerja sub sektor tanaman bahan makanan yang telah tiba waktunya untuk

musim panen. Sektor pendukung yang turut mengalami kenaikan diperkirakan adalah

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Masih

tingginya tingkat suku bunga sektor produktif diperkirakan turut mempengaruhi tingkat

marjin usaha sektor pendukung lainnya, terutama sektor konstruksi serta sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan. Kondisi sektoral pada triwulan II 2013 ini searah dengan

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang menunjukkan optimisme pelaku

usaha yang dituangkan dalam nilai indeks estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga

kerja sektoral tiga sektor utama.

Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi

tetap perlu diwaspadai. Masih belum membaiknya perekonomian dunia dan dampak

lanjutannya di kawasan negara berkembang, berpotensi mendorong kenaikan harga

komoditas sehingga berpotensi menekan biaya bahan baku akibat masih tingginya

ketergantungan impor bahan baku. Selanjutnya, dampak ikutan dari kenaikan TDL di awal

Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.3333 Estimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha Tw IIIIII II II II 2012012012013333

Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan TenagaEstimasi Penggunaan TenagaEstimasi Penggunaan TenagaEstimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Kerja Tw Kerja Tw Kerja Tw IIIIII II II II 2012012012013333

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2009 2010 2011 2012 2013

TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

%, SBT

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)

106

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

triwulan IV-2013 berpotensi menekan marjin usaha lebih dalam hingga akhir tahun.

Kenaikan UMK di wilayah penyangga ekonomi utama Jatim perlu diimbangi dengan

insentif untuk dapat mempertahankan gairah dunia usaha. Beberapa hal yang menjadi

perhatian pelaku usaha adalah situasi politik dalam negeri menjelang Pemilu 2014 dan

potensi kenaikan biaya produksi. Disisi lain, adanya beberapa momentum perayaan hari

agama dan cuti bersama diharapkan mampu mendorong kinerja sub sektor Hotel dan

Restoran serta sektor Transportasi dan Komunikasi.

6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka

inflasi kota Jawa Timur pada Tw IV-2013 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran

7,62% s/d 7,85%.

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko

Menurun Meningkat Stabil

Tw III-2013 Tw IV-2013 Faktor Risiko

- Telah berlalunya masa panen untuk komoditas pangan utama

- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat sampai

dengan 18 bulan ke depan

- Peningkatan harga komoditas kedelai yang akan mempengaruhi

harga produksi daging ayam ras

- Pasokan daging sapi berpotensi tidak memenuhi tingginya

permintaan masyarakat di akhir tahun

- Produksi cabe sebagian dikirim kepada Provinsi lain

- Lemahnya nilai tukar Rupiah berpotensi meningkatkan harga

komoditas pangan impor (contoh : bawang putih)

- Dimulainya musim penghujan sehingga berpotensi mengganggu

proses produksi komoditas pertanian

- Tarif angkutan dalam kota telah relatif stabil

- Masih adanya kenaikan tarif dasar listrik dan cukai rokok

- Potensi kenaikan Upah Minimum Kota/Kabupaten

- Adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2014 sehingga berpotensi

menggiring kenaikan tarif transportasi

- Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah berpotensi

meningkatkan harga barang impor dan biaya produksi

perusahaan

- Harga komoditas internasional yang masih berfluktuatif

- Trend kenaikan harga properti

Tw IV-2013

Core Inflation

Tw IV-2013

Volatile Food

Tw IV 2013

Administered

Price

107

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw IV-2013 dari ketiga kelompok inflasi

mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan Tw III-2013 dengan ulasan sebagai

berikut :

1. Volatile Food

Kelompok ini diproyeksi akan memberikan sumbangan utama kenaikan inflasi di akhir

tahun 2013. Adanya beberapa potensi risiko seperti berakhirnya musim panen dan baru

dimulainya musim tanam petani yang diiringi dengan tibanya musim penghujan berpotensi

menyebabkan gangguan pasokan di masyarakat, disisi lain justru di akhir tahun

permintaan masyarakat mengalami kenaikan karena Hari Natal dan Tahun Baru. Walaupun

masih terdapat kecukupan stok dari masa panen periode sebelumnya, namun tata niaga

atau distribusi barang yang ada saat ini tidak mampu mencukupi kebutuhan/pasokan

semua daerah.

2. Administered Price

Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di pertengahan Triwulan

IV-2013 serta adanya potensi kenaikan cukai rokok menjadi pendorong utama

meningkatnya inflasi kelompok ini, meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah

dibandingkan akhir Tw II-2013 dimana Pemerintah meningkatkan harga BBM. Namun

perlu dicermati pula potensi kenaikan Upah Minimum Kab/Kota (UMK) yang di satu sisi

dapat menaikkan inflasi dari sisi permintaan karena kenaikan daya beli, dan di sisi lain

meningkatkan inflasi pula dari sisi penawaran karena tingginya biaya produksi.

3. Core Inflation

Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok

tradeable seiring dengan meningkatnya permintaan di akhir tahun yang akan mendorong

pula para pelaku usaha untuk meningkatkan utilisasinya sehingga dapat memenuhi

permintaan pasar. Sedangkan dari sisi kelompok non tradable, potensi kenaikan UMK juga

akan mendorong peningkatan inflasi kelompok ini walaupun pada tingkat yang relatif

lebih rendah dibandingkan kelompok tradable. Berlanjutnya peningkatan TTL pada Tw IV-

2013 berpotensi direspon masyarakat dengan peningkatan tarif sewa rumah serta

kenaikan harga barang seiring dengan peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi

kelompok ini adalah rendahnya tekanan inflasi dari komoditas emas seiring dengan masih

lesunya perdagangan di dunia internasional serta telah berlalunya tahun ajaran baru.

108

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6.36.36.36.3 PERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMURPERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMURPERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMURPERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMUR

Diperkirakan pada triwulan IV 2013 kinerja industri perbankan di Jawa Timur akan

terus meningkat. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih

dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan.

Adanya kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada Triwulan II 2013 menjadi

7,25% pada Triwulan III 2013 diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga

kredit dan DPK secara bertahap sampai dengan akhir tahun. Namun demikian, dengan

penerapan strategi pengembangan usaha yang tepat serta efisiensi biaya perbankan di

Jawa Timur diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya.

Pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tetap

mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan adanya momen periode

libur natal dan akhir tahun yang pada akhirnya akan meningkatkan kredit konsumsi. Sektor

ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor

konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor

unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.

6.6.6.6.4444 PROSPEK PROSPEK PROSPEK PROSPEK EKONOMIEKONOMIEKONOMIEKONOMI JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013TAHUN 2013

Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh

pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy), ), lebih rendah dari angka perkiraan sebelumnya di

kisaran 6,70% s.d 6,90%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini masih

lebih rendah dibandingkan tahun 2012 (7,27% - yoy), namun pertumbuhan ini diyakini

masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari

konsumsi masyarakat seiring dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur.

Sementara itu, kenaikan tarif komponen pembentuk biaya produksi di tahun 2013

terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur di triwulan III 2013. Hal ini

terlihat dari melemahnya kinerja investasi dan konsumsi swasta nirlaba. Di sisi lain, masih

belum pulihnya ekonomi global dan tertekannya nilai rupiah pada Juli 2013 turut

mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri Jawa Timur. Meskipun, transaksi

perdagangan dalam negeri masih terjaga stabil, namun secara keseluruhan neraca

perdagangan Jawa Timur menunjukkan pelemahan dibandingkan tahun 2012. Tingginya

upaya pemerintah untuk menyelesaikan proyek infrastruktur di daerah turut mendorong

level pertumbuhan belanja pemerintah.

109

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Di sisi penawaran, meningkatnya komponen biaya produksi baru terindikasi

dampaknya pada triwulan III 2013. Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami

perlambatan pertumbuhan meskipun pelaku usaha telah berusaha meningkatkan efisiensi

produksinya, namun daya saing produknya masih lebih rendah dibandingkan negara lain.

Tingginya arus impor negara tetangga pun turut berdampak pada kinerja sektor industri

pengolahan, khususnya yang memiliki pasar utama tujuan dalam negeri. Masih belum

terurainya permasalahan di Tanjung Perak menjadi bottle neck tersendiri bagi pelaku usaha

di sub sektor perdagangan besar. Sementara itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat

dalam kegiatan wisata turut mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah

dengan meningkatnya peranan Kota Surabaya sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang

terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas bisnis di Surabaya. Adanya pergeseran

musim tahun ini berdampak signifikan pada tingkat produksi sub sektor tanaman bahan

makanan. Berdasarkan rilis data Angka Ramalan II (ARAM II), terindikasi adanya

perlambatan produksi meskipun angkanya masih sama dengan tahun 2012. Meningkatnya

suku bunga konsumsi sejak Agustus 2013 turut menekan kinerja sektor konstruksi dan sub

sektor real estate, sehingga kedua sektor ini mengalami perlambatan sejak

triwulan III 2013. Hal serupa terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan akibat meningkatnya faktor risiko sektor keuangan pasca kenaikan suku bunga

perbankan dan melemahnya kinerja sektor riil pada triwulan III 2013. Namun demikian,

sektor pendukung lainnya diharapkan mampu lebih tinggi seiring meningkatnya demand

masyarakat (pasca kenaikan UMK 2013), seperti sektor transportasi dan komunikasi.

6.6.6.6.5 5 5 5 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Tingginya tekanan harga komoditas hortikultura pada Tw I-2013 telah dapat

kembali normal pada Tw II-2013 dan berlanjut di Tw III-2013. Meskipun terdapat tekanan

pada Tw III-2013, namun tekanan tersebut hanya merupakan dampak dari tingginya

permintaan masyarakat sehubungan dengan banyaknya hari raya keagamaan dan bukan

karena faktor produksi maupun permasalahan impor. Secara tahunan, tekanan inflasi

sampai dengan akhir tahun 2013, diproyeksi bersumber dari kelompok administered price

sebagai dampak kenaikan harga BBM, tarif listrik serta cukai rokok yang terjadi di

sepanjang tahun 2013 serta kembali meningkatkan inflasi kelompok volatile food di akhir

tahun. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun 2013 diperkirakan secara tahunan

berada di kisaran 7% + 1.

110

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko

Dibandingkan tahun 2012, kenaikan harga terbesar diprediksi terjadi pada kelompok

administered price. Hal ini berbeda dibandingkan pola inflasi yang umumnya peningkatan

terbesar terjadi dari kelompok volatile food. Walaupun sempat meningkat signifikan di awal

tahun, mulai terdapat penurunan inflasi kelompok volatile food meskipun belum dapat kembali

pada tingkat wajarnya di kisaran 7% - 10% (yoy). Masih terbatasnya proses produksi pangan

karena berbagai kendala seperti ketersediaan bibit, pengairan, pencegahan hama serta

kerentanan terhadap cuaca menajdi penyebab utama keterbatasan pasokan di musim-musim

tertentu sehingga belum dapat mendorong terjadinya penurunan harga yang lebih dalam.

Sejalan dengan volatile food namun pada tingkat yang lebih besar, kelompok

administered price diproyeksi masih mengalami peningkatan seiring dengan berlanjutnya

Th. 2012 Th. 2013 Faktor Risiko

- Impor hortikultura lancar sehingga anomali kenaikan harga

seperti di awal tahun 2013 bisa dihindari

- Bulog mampu menjaga stok beras sehingga memastikan

kecukupan ketahanan pangan Jawa Timur

- Anomali cuaca (musim hujan) berkelanjutan

- Rendahnya produksi daging sapi dibandingkan dengan

pertumbuhan konsumsinya

- Tata niaga komoditas hortikultura yang belum baik

menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan melalui pasokan

lokal

- Peningkatan harga komoditas pangan impor seiring dengan

pelemahan nilai tukar Rupiah

- Kenaikan harga BBM di tengah tahun masih mempengaruhi

proses pembentukan harga s.d. akhir tahun

- Masih adanya kenaikan tarif dasar listrik dan cuka i rokok yang

berkelanjutan

- Adanya Hari Natal dan Tahun Baru di akhir 2013 memicu

peningkatan tarif transportasi sehingga meningkatkan inflasi

kelompok ini

- Berlanjutnya penurunan harga emas walaupun semakin mengecil

karena depresiasi Rupiah

- Harga komoditas internasional walaupun berfluktuatif namun

masih pada koridor yang tidak signifikan

- Membaiknya ekspektasi masyarakat akan kondisi usaha Jawa

Timur

Core Inflation

Th. 2013

Volatile Food

Th. 2013

Administered

Price

Th. 2013

Menurun Meningkat Stabil

111

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur

Triwulan II I– Tahun 2013

BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

kenaikan TTL, cukai rokok dan transportasi di akhir tahun. Dibandingkan tahun 2012 dimana

kelompok ini mengalami tingkat inflasi di kisaran 2% - 4% (yoy), pada tahun 2013 tingkat

inflasi adminitered price diproyeksi belum dapat kembali pada tingkat normalnya sehingga

menjadi pendorong utama inflasi.

Sementara itu, dari sisi fundamental potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal

dari kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan pendidikan, meskipun di

sisi lain tren pelemahan harga emas dunia (pada tingkat yang semakin kecil) dapat menahan

laju inflasi di kelompok ini. Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi

perekonomian Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas utilisasi produksi sehingga

dapat meminimalkan terjadinya output gap dan mendukung stabilnya inflasi kelompok ini

sampai dengan akhir tahun 2013.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013

DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAH

Administered priceAdministered priceAdministered priceAdministered price

Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar

listrik

APBDAPBDAPBDAPBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah

yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan

perauran daerah

BI RateBI RateBI RateBI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap

bulannya

BIBIBIBI----RTGSRTGSRTGSRTGS

Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban

bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi

transfer dana

Bobot inflasiBobot inflasiBobot inflasiBobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut

Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka

Ekspor dan ImporEkspor dan ImporEkspor dan ImporEkspor dan Impor

Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar

provinsi

Faktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor Fundamental

Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi

permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat

Fakor Non FundamentalFakor Non FundamentalFakor Non FundamentalFakor Non Fundamental

Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi

maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh

pemerintah (adminisered price)

Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to DepoFinancing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)sit Ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam

rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional

Imported inflationImported inflationImported inflationImported inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di

luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi KonsumenIndeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013

DAFTAR ISTILAH

Indeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi EkonomiIndeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100

Indeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Keyakinan Konsumen

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100

Inflasi IHKInflasi IHKInflasi IHKInflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks

harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi

oleh masyarakat luas

Inflasi IntiInflasi IntiInflasi IntiInflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices

InflowInflowInflowInflow

Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia

InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi

KreditKreditKreditKredit

Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk

• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement

(NPA)

• Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang

LiaisonLiaisonLiaisonLiaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang

dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai

perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan

dalam bentuk laporan

MtmMtmMtmMtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

Net InflowNet InflowNet InflowNet Inflow

Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh

bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah,

sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang

lancar, (2) diragukan dan (3) macet

OmsetOmsetOmsetOmset

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

OutOutOutOutflowflowflowflow

Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia

Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,

restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013

DAFTAR ISTILAH

QtqQtqQtqQtq

Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya

Sektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi DominanSektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan

pada pembenttukan PDRB secara keseluruhan

Volatile FoodVolatile FoodVolatile FoodVolatile Food

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sanga

bergejolak karena faktor-faktor tertentu

YoyYoyYoyYoy

Year on year. Perbandingan antara daa sau tahun dengan tahun sebelumnya

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013

DAFTAR SINGKATAN

DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR SINGKATANSINGKATANSINGKATANSINGKATAN

APBDAPBDAPBDAPBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BBMBBMBBMBBM

Bahan Bakar Minyak

BOPOBOPOBOPOBOPO

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

BPSBPSBPSBPS

Badan Pusat Statistik

IHKIHKIHKIHK

Indeks Harga Konsumen

IKKIKKIKKIKK

Indeks Keyakinan Konsumen

KPRKPRKPRKPR

Kredit Pemilikan Rumah

LDRLDRLDRLDR

Loan to Deposit Ratio

LTVLTVLTVLTV

Loan to Value

NIMNIMNIMNIM

Net Interest Margin

NPFNPFNPFNPF

Non Performing Financing

NPLNPLNPLNPL

Non Performing Loan

PHRPHRPHRPHR

Perdagangan, Hotel dan Restoran

PLNPLNPLNPLN

Perusahaan Listrik Negara

PMAPMAPMAPMA

Penanaman Modal Asing

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013

DAFTAR SINGKATAN

PMDNPMDNPMDNPMDN

Penanaman Modal Dalam Negeri

PMTBPMTBPMTBPMTB

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

QQQQ----tttt----QQQQ

Quarter to quarter

RBBRBBRBBRBB

Rencana Bisnis Bank

YoyYoyYoyYoy

Year on year