Upload
trancong
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIANKAJIANKAJIANKAJIAN
KANTOR
AN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIOAN EKONOMI REGIO
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
TRIWULAN IV - 2013
R PERWAKILAN BANK IND
WILAYAH IV
IONALIONALIONALIONAL
NDONESIA
Penerbit :Penerbit :Penerbit :Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Kantor Kantor Kantor Kantor PerwakiPerwakiPerwakiPerwaki
Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor Misi Kantor KantoKantoKantoKanto
“Mendukung pen
perbankan dan
memberikan saran
rangka mendukung
Visi Visi Visi Visi Kantor PerwakKantor PerwakKantor PerwakKantor Perwak
“Menjadi kantor
peningkatan peran
diberikan.”
MisiMisiMisiMisi Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia
“ Mencapai dan m
kestabilan moneter
nasional yang berkes
Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia
“Menjadi bank sent
melalui penguatan n
stabil.“
Nilai Nilai Nilai Nilai –––– Nilai StrategiNilai StrategiNilai StrategiNilai Strategi
Kompetensi – Intergr
Visi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai StrategisVisi, Misi dan Nilai Strategis
Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia
Visi dan MisiVisi dan MisiVisi dan MisiVisi dan Misi
kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV kilan Bank Indonesia Wilayah IV
tor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IVtor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
ncapaian kebijakan Bank Indonesia di
sistem pembayaran secara efisien da
n kepada Pemda dan lembaga terkait lainn
ng pembangunan ekonomi daerah.”
akilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IVakilan Bank Indonesia Wilayah IV::::
Bank Indonesia yang dapat dipercaya
ran dalam menjalankan tugas-tugas Ban
ia :ia :ia :ia :
memelihara kestabilan nilai rupiah melal
r dan sistem keuangan untuk mendukun
esinambungan.“
ia :ia :ia :ia :
ntral yang kredibel secara nasional maup
nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi
gis :gis :gis :gis :
gritas – Transparansi – Akuntabilitas – Keber
V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)V (Jawa Timur)
IVIVIVIV::::
i bidang moneter,
dan optimal serta
nya di daerah dalam
di daerah melalui
ank Indonesia yang
lalui pemeliharaan
ng pembangunan
upun internasional
si yang rendah dan
ersamaan.
i
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan IV - 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun
internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem
pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.
Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah
Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai
pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun
swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama
ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan
masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat
memberikan kemanfaatan yang maksimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan
kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
Surabaya, 17 Februari 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
WILAYAH IV (JAWA TIMUR)
Dwi Pranoto Direktur Eksekutif
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GRAFIK iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ix
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv
DAFTAR ISTILAH xv
DAFTAR SINGKATAN xviii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013 1
1,2 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. IV 2013 3
1.2.1 SISI PERMINTAAN 4
a. Konsumsi 5
b. Investasi 8
c. Ekspor - Impor 10
c.1 Ekspor Impor Antar Daerah 10
c.2 Ekspor Impor Luar Negeri 11
1.2.2 SISI PENAWARAN 12
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 14
b. Sektor Industri Pengolahan 16
c. Pertanian 18
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 19
e. Bangunan 20
f. Pengangkutan dan Komunikasi 21
BOKS 1
BOKS 2
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 30
2.1 KONDISI UMUM 30
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 31
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 35
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 39
2.5 INFLASI MENURUT KOTA 41
2.6 DISAGREGASI INFLASI 43
BOKS 3 DAMPAK BENCANA BANJIR DI JAWA TIMUR
ii
DAFTAR ISI
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UNGGULAN JAWA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA
DAYA SAING DAERAH
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 51
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 51
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 54
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 54
3.1.3. KREDIT 57
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 61
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 64
3.2.1. RISIKO KREDIT 64
3.3 PERBANKAN SYARIAH 65
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 68
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 70
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 73
3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (qtq) 73
3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI (qtq) 78
3.6.3 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (yoy) 82
3.6.4 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI (yoy) 85
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 88
4.1 UMUM 88
4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 89
4.2.1 Pendapatan Daerah 89
4.2.2 Belanja Daerah 92
4.2.3 Realisasi Belanja Daerah 94
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 96
5.1 UMUM 96
5.2 KETENAGAKERJAAN 96
5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 96
5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 100
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 101
5.3.1 Kesejahteraan Petani 102
5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 104
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 106
BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 109
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 109
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 111
6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014 112
6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014 113
iii
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur 1
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jawa Timur 2
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur 2
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (yoy) 13
Tabel 2.1 Inflasi Triwulan III Tahun 2012 & Triwulan IV 2013 di Jawa Timur (mtm) 31
Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) 36
Tabel 2.3 Stok Beras dan Penyaluran Raskin 37
Tabel 2.4 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 39
Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (%yoy) 41
Tabel 2.6 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV - 2013 (%yoy) 42
Tabel 2.7Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2013
(%yoy)43
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 51
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 52
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 64
Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 68
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 70
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia 74
Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV - 2013 81
Tabel 3.8 Perkembangan Inflow dan Outflow Provinsi Jatim Tahunan 83
Tabel 3.9 Perkembangan UTLE Jawa timur Tahunan 84
Tabel 3.10 Perkembangan UPAL Jawa Timur Tahunan 85
Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi RTGS Jatim Tahunan 86
Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jatim Tahunan 86
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2013 (Juta Rupiah) 89
Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jatim Triwulan 2013 (juta Rupiah) 91
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun 2013 93
Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 95
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2013) 97
Tabel 5.2Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa
Timur101
Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 107
Tabel 5.4Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa
Timur Menurut Daerah108
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko 111
iv
DAFTAR TABEL
Grafik 1.1Pertumbuhan Kredit Bank Umum per sektor (yoy) Provinsi Jawa Timur 3
Grafik 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 4
Grafik 1.3 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 4
Grafik 1.4 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4
Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 4
Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran 5
Grafik 1.7 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 5
Grafik 1.8 Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur 6
Grafik 1.9 Penjualan Motor baru di Jawa Timur 6
Grafik 1.10 Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE) 6
Grafik 1.11 Kredit Konsumsi 7
Grafik 1.12 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 7
Grafik 1.13 Survei Konsumen Kondisi saat ini 7
Grafik 1.14 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat 7
Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 8
Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Investasi 8
Grafik 1.17 Perkembangan PMTB 9
Grafik 1.18 Perkembangan Kredit Investasi 9
Grafik 1.19
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.19 Perkembangan Volume Penjualan Semen 9
Grafik 1.20 Perkembangan Penjualan Truk 9
Grafik 1.21 Perkembangan Impor Barang Modal 10
Grafik 1.22 Komponen Impor Barang Modal 10
Grafik 1.23 Perkembangan Ekspor Impor Antar Daerah 10
Grafik 1.24 Pengiriman Barang Melalui Angkutan Laut 10
Grafik 1.25 Perkembangan Net Ekspor Luar negeri 12
Grafik 1.26 Komoditas Ekspor Unggulan Jatim 12
Grafik 1.27 Perkembangan Net Ekspor Komoditas Unggulan 12
Grafik 1.28 Harga Kertas dan Minyak Sawit Internasional 12
Grafik 1.29 Pertumbuhan Tiga sektor Utama 13
Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor Pendukung 13
Grafik 1.31 Pertumbuhan Sektor pendukung 13
Grafik 1.32 Utilisasi kapasitas produksi 14
Grafik 1.33 Utilisasi kapasitas produksi sektoral 14
Grafik 1.34 Indeks realisasi Usaha 14
Grafik 1.35 Indeks realisasi Usaha Sektoral 14
Grafik 1.36 Pertumbuhan Subsektor PHR 15
Grafik 1.37 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman 15
Grafik 1.38 Lama Wisatawan Menginap di Hotel 15
Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 15
Grafik 1.40 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 16
Grafik 1.41 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal 17
Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Golongan industri 17
Grafik 1.43 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 18
Grafik 1.44 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 19
Grafik 1.45 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jatim 19
Grafik 1.46 Luas Lahan Puso di Jatim 19
Grafik 1.47 Pertumbuhan Subsektor Keuangan 20
Grafik 1.48 Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim 20
Grafik 1.49 Volume Penjualan semen di Jatim 21
Grafik 1.50 Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial 21
Grafik 1.51 Rata-Rata Penjualan Properti Residensial 21
Grafik 1.52 Arus Penumpang di Tanjung Perak 22
Grafik 1.53 Arus Barang di Tanjung Perak 22
Grafik 1.54 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 22
Grafik 1.55 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 22
Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 30
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 30
Grafik 2.3 Disagregasi Inflasi Jawa Timur 30
Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 30
Grafik 2.5 Inflasi per Kelompok Barang (mtm) 32
Grafik 2.6 Inflasi Oktober 2013 per Kelompok Barang 32
Grafik 2.7 Inflasi November 2013 per Kelompok Barang 32Inflasi November 2013 per Kelompok Barang 32
Grafik 2.8 Inflasi Desember 2013 per Kelompok Barang 32
Grafik 2.9 Inflasi Sub Kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air (mtm) 34
Grafik 2.10 Inflasi (mtm) Bumbu dan Sayur 35
Grafik 2.11 Inflasi (mtm) Beras, Daging dan Telur 35
Grafik 2.12 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 36
Grafik 2.13 Perbandingan Inflasi Sub kelompok Bahan Makanan 36
Grafik 2.14 Harga Beras Internasional dan Lokal 37
Grafik 2.15 Inflasi Beras Jawa Timur 37
Grafik 2.16 Inflasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 38
Grafik 2.17 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim 38
Grafik 2.18 Inflasi Sub Kelompok Daging, Telur dan hasilnya 39
Grafik 2.19 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013 40
Grafik 2.20Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor
(yoy) 2010-2013 40
Grafik 2.21 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012 - 2013 40
Grafik 2.22 Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 40
Grafik 2.23 Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm) 42
Grafik 2.24 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) 7 Kota di Jawa Timur 42
Grafik 2.25 Inflasi Jatim per Komponen (yoy) 43
Grafik 2.26 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy) 43
Grafik 2.27 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm) 44
Grafik 2.28 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur 44
Grafik 2.29 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm) 46
Grafik 2.30 Inflasi Inti – Manufacturing & Services (mtm) 46
Grafik 2.31 Inflasi Inti Traded Konstruksi dan Non Konstruksi (yoy) 47
Grafik 2.32 Inflasi Inti Traded Food dan Non Food (yoy) 47
Grafik 2.33 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 47
Grafik 2.34 Ekspektasi Harga yang Akan Datang 47
Grafik 2.35 Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Administered Price 48
Grafik 3.1 Perkembangan LDR 53
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 53
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 54
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 54
Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 54
Grafik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum 54
Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 55
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 56
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 56
Grafik 3.10 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 56
Grafik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) 56
Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 58
Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) 58
Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) 59
Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 59Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 59
Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 59
Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 59
Grafik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 60
Grafik 3.19 Proporsi Kredit Sektoral 60
Grafik 3.20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 61
Grafik 3.21 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 62
Grafik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM 62
Grafik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 63
Grafik 3.24 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 65
Grafik 3.25 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 65
Grafik 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum 66
Grafik 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 66
Grafik 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 66
Grafik 3.29 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) 66
Grafik 3.30 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy) 67
Grafik 3.31 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 67
Grafik 3.32 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 67
Grafik 3.33 Perkembangan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 69
Grafik 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 69
Grafik 3.35Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah di Jawa Timur 69
Grafik 3.36 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy) 69
Grafik 3.37 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) 69
Grafik 3.38 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) 71
Grafik 3.39 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 71
Grafik 3.40 Perkembangan LDR & NPL BPR 71
Grafik 3.41 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 71
Grafik 3.42 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 72
Grafik 3.43 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 72
Grafik 3.44Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 72
Grafik 3.45Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya
(qtq) 74
Grafik 3.46 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 74
Grafik 3.47 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 76
Grafik 3.48 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupia 77
Grafik 3.49 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 77
Grafik 3.50 Pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE) 77
Grafik 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 79
Grafik 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 79
Grafik 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ) 80
Grafik 3.54 6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I 2013 80
Grafik 3.55 6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw I 2013 80
Grafik 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim 80
Grafik 3.57 Tolakan Transaksi Kliring di Jatim 82
Grafik 3.58 Nominal UTLE di Jawa Timur 84
Grafik 3.59 Nominal UTLE pada temuan UPAL di JawaTimur 85
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jatim 89Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jatim 89
Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jatim 90
Grafik 4.3Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta
Rupiah) 92
Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jatim 93
Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jatim 94
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung 95
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Langsung 95
Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 97
Grafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 98
Grafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 98
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 98
Grafik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 101
Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 101
Grafik 5.7Perubahan NTP Jatim, Indeks harga yang diterima (lt), Indeks harga yang
dibayar (lb) 2012 - 2013 102
Grafik 5.8 Subsektor NTP Jatim (%) 104
Grafik 5.9 Perkembangan Subsektor NTP Jatim (yoy) 104
Grafik 5.10Perubahan NTN Jatim, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang
dibayar (lb) 2012-2013 105
Grafik 5.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 106
Grafik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 109
Grafik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 109
Grafik 6.3 Estimasi realisasi usaha Tw.IV-2013 110
Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw.IV-2013 110
�
RingkasanRingkasanRingkasanRingkasan EksekutifEksekutifEksekutifEksekutif
�
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)
TRIWULAN IV – 2013
Assesmen Perkembangan Makro EkonomiAssesmen Perkembangan Makro EkonomiAssesmen Perkembangan Makro EkonomiAssesmen Perkembangan Makro Ekonomi
Pada triwulan IV-2013, perekonomian Jawa Timur (Jatim) tumbuh
6,21% (yoy), lebih rendah dari perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah IV (Jawa Timur) di kisaran 6,25% - 6,50% (yoy). Angka ini juga
lebih rendah 0,3% dari pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar
6,5% (yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Jatim masih di atas angka
pertumbuhan ekonomi nasional (5,78%).
Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi lebih disebabkan oleh
penurunan kinerja perdagangan luar negeri terutama untuk negara tujuan
China dan India. Di sisi lain, masih tumbuhnya konsumsi masyarakat Jawa
Timur dan transaksi perdagangan antar daerah menjadi faktor penahan
penurunan kinerja ekspor luar negeri. Komponen lainnya yaitu investasi
swasta dan belanja pemerintah masih tumbuh stabil.
Dari sisi penawaran, kinerja sektor Industri, Bangunan, Jasa serta
sektor Pengangkutan & Komunikasi menahan laju perlambatan sektor
lainnya. Optimisme mengiringi perbaikan kinerja sektor industri di tengah
masih kuatnya konsumsi domestik khususnya di wilayah Jawa. Sementara
itu, perlambatan yang terjadi pada sektor pertanian dan Perdagangan, Hotel
dan Restoran (PHR) dominan mendorong laju pertumbuhan ekonomi pada
level yang lebih rendah.
Assesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen InflasiAssesmen Inflasi
Inflasi Jatim terkoreksi pada akhir tahun 2013, yaitu mencapai
7,59% (yoy) turun dibandingkan triwulan sebelumnya (7,78%) dan
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional (8,38%). Demikian
pula secara triwulanan, inflasi Jatim juga turun dari 3,72% (qtq)
menjadi 0,73%.
Walaupun menurun, namun masih di atas sasaran inflasi
nasional 4,5% + 1%, yang disebabkan oleh peningkatan inflasi
kelompok administered price (14,91%) dan volatile foodss (12,76%).
Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13%.
Kinerja ekonomi Jatim meningkat sebesar 6,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (5,78%).
Inflasi IHK pada triwulan IV-2013, secara tahunan, mencapai sebesar 7,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional (8,38%).
x
Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok
administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods
(2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan
pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu seperti
Bahan Bakar Minyak, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai
rokok dan bahan bakar rumah tangga, dan fluktuasi produksi
(termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun)
merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok
tersebut.
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional
dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi. Namun pada tahun
2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi nasional dan di
urutan kedua terendah untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di
kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu DIY (7,32%), Jawa
Timur (7,59%), Jawa Tengah (7,99%), Jawa Barat (9,15%) dan
tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,65%).
Assesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen PerbankanAssesmen Perbankan
Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi
Jawa Timurbaik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
masih terus menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut
tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh
dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah
(kurang dari 5%) dan stabil.Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh
tinggi yaitu sebesar18,8% (yoy) hingga mencapai Rp 429,98 triliun
pada Triwulan IV 2013. Kredit tumbuh sebesar 26,71% (yoy) dari
sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp
310,96 triliun pada Triwulan IV 2013. Demikian pula dengan Dana
Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat
pertumbuhan sebesar 15,9% (yoy) menjadi sebesar Rp 340,96 triliun
pada periode laporan.
Sementara itu, perkembangan transaksi sistem pembayaran di
wilayah Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia di Jawa Timur yang
meliputi KPw BI Wilayah IV, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan
II-2013 menunjukkan peningkatan, baik untuk transaksi tunai maupun
transaksi non-tunai. Transaksi tunai mengalami net-outflow sebesar
Rp. 3,44 triliun. Kondisi tersebut cukup berbeda apabila dibandingkan
Kinerja perbankan di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 26,71% (yoy), bahkan lebih tinggi dari tahun 2012.
xi
triwulan sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar Rp 729,32
miliar (Triwulan III 2013). Net outflow yang terjadi pada periode ini
disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada
momen liburan natal dan tahun baru. Selain itu, tingginya realisasi
anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun juga turut
mendorong peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat Jawa
Timur pada periode laporan.
Hal serupa juga ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui
sistem BI-RTGS yang tumbuh mencapai 5,93% (qtq) dan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang mencapai Rp. 44,39 triliun atau
menurun sebesar -14,19% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw IProspek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw IProspek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw IProspek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw I 2012012012014444
Pada triwulan I 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim
diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan
6,2% s.d 6,6% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini
diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 6,2% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur
masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor.
Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi penghasilan
masyarakat di triwulan I 2014 cenderung meningkat sebagaimana
tercermin pada hasil survei konsumen. Pulihnya perekonomian negara
maju serta mulai meredanya tekanan pada perekonomian negara
mitra dagang Jawa Timur di triwulan I 2014 diperkirakan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari ekspor luar
negeri. Perkiraan meredanya tekanan nilai tukar rupiah juga menjadi
salah satu pendorong perbaikan neraca perdagangan Jawa Timur,
sehingga perekonomian wilayah Jabagtim diperkirakan mampu
tumbuh positif pada triwulan I-2014.
Sementara itu, pada triwulan I-2014, kinerja investasi
diperkirakan sedikit melambat. Hasil quick survey dan liaison
menunjukkan bahwa pelaksanaan Pemilu 2014 membuat investor
melakukan wait and see dan menunda keputusan investasi 6-12 bulan
ke depan. Tekanan di sektor industri berupa kenaikan UMK dan
rencana kenaikan tarif listrik industri diperkirakan berpotensi menahan
realisasi investasi.
Ekonomi Jatim pada Tw I-2014 diperkirakan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,2% s.d 6,5%
xii
Di sisi penawaran, kinerja pertanian di triwulan I-2014
diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran
panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah.
Sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga
diperkirakan meningkat seiring dengan kembali pulihnya konsumsi
rumah tangga serta semakin majunya kota tujuan wisata alam seperti
Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik
maupun internasional. Pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya
agenda bisnis di awal tahun berpotensi meningkatkan kinerja
subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Perbaikan sisi penawaran
tercermin dalam hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
menunjukkan peningkatan ekspektasi realisasi usaha dan penyerapan
tenaga kerja pelaku usaha.
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking
beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw
I-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 6,71% s/d
6,90%.
Pada awal 2014 terjadi banjir di beberapa wilayah di Jawa
Timur yang merusak 5,95% dari total lahan yang telah
ditanami(mayoritas adalah lahan padi). Hal ini menyebabkan petani
harus menanam ulang sawah yang terendam sehingga berpotensi
pada berkurangnya produksi beras dan pergeseran masa panen.
Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga sampai dengan minggu
ke-2 Februari 2014 tidak terdapat kenaikan harga yang signifikan
untuk sub kelompok sayur-sayuran maupun bumbu-bumbuan.
Kenaikan harga terjadi pada beras (0,92%) dan cabe rawit (3,45%).
Selain banjir, pada minggu ke-2 Februari juga terjadi erupsi
Gunung Kelud yang menyebabkan rusaknya lahan pertanian padi,
cabe rawit, jagung, kedelai, nanas dan tomat. Hal ini berpotensi
meningkatkan inflasi kelompok bahan makanan pada awal 2014.
Meskipun demikian, diproyeksi tekanan inflasi tersebut berdampak
pada bulan Januari dan Februari 2014 sehingga di akhir Tw I-2014,
dampak tersebut telah termoderasi oleh dimulainya masa panen raya
dan inflasi kelompok ini relatif stabil.
Sampai dengan Tw I-2014 pendorong inflasi kelompok ini
adalah kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang
Inflasi Jatim pada Tw I-2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,71% s.d 6,90% (yoy).
xiii
meningkat Rp1.000/kgdan menyumbang inflasi bulan Januari 2014
sebesar 0,21%. Tidak terdapat rencana pemerintah untuk menaikkan
harga komoditas lain pada Tw I-2014. Kenaikan selanjutnya adalah
Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang akan dilaksanakan pada Mei 2014,
sehingga pada Tw I-2014 inflasi kelompok ini diperkirakan stabil dan
cenderung turun.
Inflasi kelompok ini diproyeksi meningkat di akhir Tw I-2014
seiring dengan adanya Pemilu pada April 2014 yang memicu tingginya
ekspektasi masyarakat. Harga komoditas internasional yang belum
stabil serta masih lemahnya nilai tukar Rupiah juga menjadi salah satu
pemicu relatif meningkatnya inflasi kelompok ini.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 201Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 201Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 201Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014444
Di sepanjang tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim
diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy). Perkiraan
pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 ini lebih tinggi dibandingkan
tahun 2013 (6,2%, yoy). Pertumbuhan ini diyakini masih yang
tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan
ekonomi masih berasal dari konsumsi masyarakat seiring tingginya
daya beli dan dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur.
Selain itu, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah pada tahun 2014
didorong oleh kenaikan permintaan akibat pelaksanaan Pemilu 2014.
Sementara itu, kenaikan tarif komponen pembentuk biaya produksi di
tahun 2013 terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur
di sepanjang tahun 2014. Tekanan di dunia usaha diperkirakan
memperlemah kinerja investasi. Namun demikian, adanya realisasi
beberapa proyek infrastruktur Pemerintah seperti mulai beroperasinya
Teluk Lamong, rencana pembangunan empat buah smelter serta Tol
Trans Jawa diperkirakan mampu menahan laju perlambatan investasi
tersebut. Pembaikan perekonomian global dan regional sepanjang
tahun ini secara optimis mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di
tahun 2014.
Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor mampu tumbuh
positif dibanding tahun 2013, kecuali sektor bangunan dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada tahun 2014,
tekanan sektor industri pengolahan mampu dikompensasi dengan
Ekonomi Jatim Tahun 2014 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy)
xiv
tingginya permintaan pra dan pasca Pemilu, sehingga masih tumbuh
positif. Sementara itu, sektor bangunan dan sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan diperkirakan relatif melambat. Adanya
kebijakan pengetatan kepemilikan rumah berpotensi untuk menahan
pertumbuhan sektor konstruksi. Di sisi lain, kebijakan peningkatan
suku bunga acuan dan pembatasan penyaluran kredit oleh bank
berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor keuangan, terutama
subsektor bank. Secara keseluruhan faktor tersebut mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya.
Pada akhir tahun 2014, inflasi Jawa Timur diproyeksikan
berada di kisaran 4,84% - 5,34% atau kembali pada sasaran nasional
yang sebesar 4,5% + 1%.
Tekanan berkurang seiring dengan tidak adanya kendala impor
hortikultura. Meskipun demikian, produksi lokal diproyeksikan
berkurang sebagai dampak terjadinya bencana alam di awal tahun
2014 seperti banjir di beberapa daerah di Jawa Timur serta erupsi
Gunung Kelud.
Inflasi relatif stabil karena tidak adanya rencana kenaikan
harga BBM. Tekanan kenaikan harga LPG 12 kg di awal tahun dan
kenaikan BBM di Tw III-2013 diproyeksi termoderasi di Tw III-2014
melalui penyesuaian indeks base year IHK. Namun perlu diwaspadai
rencana kenaikan tarif tenaga listrik yang akan dilaksanakan pada Mei
2014 termasuk pula dampak lanjutannya terhadap kelompok inflasi
lainnya.
Tekanan inflasi berpotensi meningkat karena ekspektasi
masyarakat dengan adanya Pemilu pada April 2014 dan penyesuaian
UMP. Adanya Pemilu tahun 2014 meningkatkan ekspektasi
masyarakat akan tingginya aktivitas perekonomian sehingga dapat
mendorong kenaikan harga. Selain itu, tingkat harga komoditas
internasional yang masih berfluktuatif dan adanya titik keseimbangan
baru Rupiah juga berpotensi meningkatkan biaya produksi industri
yang sebagian bahan bakunya impor sehingga menjadi salah satu
sumber kenaikan harga.
inflasi Jatim pada tahun 2014 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 4,84% s.d 5,34%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 130,58 131,75 134,29 135,50 139,39 139,55 144,74 145,79
- Kota Surabaya 130,32 131,39 133,80 135,02 138,95 139,09 144,18 145,17
- Kota Malang 130,51 131,63 134,34 135,89 139,65 140,14 145,31 146,65
- Kota Kediri 129,34 130,90 134,04 134,62 138,00 138,82 144,47 145,45
- Kota Jember 131,12 132,22 134,39 135,86 139,66 139,33 144,83 145,65
- Kota Probolinggo 133,59 135,90 139,28 140,56 144,54 137,07 141,63 142,29
- Kota Madiun 134,42 135,20 137,51 138,20 142,52 144,58 150,44 151,75
- Kota Sumenep 128,26 129,81 132,63 133,44 137,77 142,10 147,45 148,59
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 3,97 4,63 4,50 4,50 6,75 5,93 7,78 7,59
- Kota Surabaya 4,19 4,69 4,29 4,37 6,63 5,86 7,76 7,52
- Kota Malang 3,80 4,44 4,58 4,60 7,01 6,46 8,16 7,92
- Kota Kediri 4,34 5,06 5,26 4,63 6,70 6,05 7,79 8,05
- Kota Jember 2,46 4,12 4,40 4,49 6,51 5,38 7,77 7,21
- Kota Probolinggo 3,19 4,66 5,55 5,88 8,20 5,59 8,02 7,98
- Kota Madiun 3,36 3,93 3,91 3,51 6,04 6,39 7,22 7,52
- Kota Sumenep 5,10 5,46 6,06 5,06 7,42 5,10 6,76 6,62
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 95.330.557 98.085.149 100.427.099 99.823.633 101.592.876 104.838.963 106.972.444 106.024.163
- Pertanian 15.982.668 14.177.715 13.591.281 10.712.279 16.210.298 14.378.586 13.851.750 10.889.462
- Pertambangan dan Penggalian 1.893.917 2.120.466 2.160.927 2.225.952 1.949.636 2.177.323 2.270.837 2.299.832
- Industri Pengolahan 23.409.626 23.871.800 24.936.426 25.799.205 24.618.463 25.452.321 26.272.724 27.153.725
- Listrik, gas, dan air bersih 1.257.835 1.320.473 1.310.535 1.349.589 1.328.343 1.381.232 1.371.165 1.405.760
- Bangunan 2.893.702 3.224.522 3.314.209 3.408.133 3.132.579 3.564.182 3.594.584 3.714.675
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.081.571 31.799.848 32.958.742 33.535.338 32.903.774 34.637.806 35.766.969 36.122.757
- Pengangkutan dan komunikasi 6.945.037 7.627.427 7.949.406 8.119.044 7.707.809 8.393.503 8.800.228 8.936.202
- Keuangan, persewaan, dan jasa 5.156.525 5.439.472 5.544.158 5.662.313 5.594.390 5.865.905 5.954.027 6.041.520
- Jasa 2.145.164 8.503.427 8.661.415 2.996.662 8.147.583 8.988.106 9.090.159 9.460.230
Pertumbuhan (yoy)
- Pertanian 2,76 4,68 4,36 1,95 1,42 1,42 1,92 1,65
- Pertambangan dan Penggalian 5,09 1,66 1,01 1,11 2,91 2,34 4,72 3,19
- Industri Pengolahan 6,23 5,74 7,21 6,17 5,16 6,62 5,36 5,25
- Listrik, gas, dan air bersih 7,07 6,69 5,25 5,90 5,61 4,60 4,63 4,16
- Bangunan 10,18 5,58 6,84 6,10 8,26 10,53 8,46 8,99
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,69 10,61 9,79 10,13 9,38 8,92 8,52 7,72
- Pengangkutan dan komunikasi 13,17 8,05 8,79 9,10 10,98 10,04 10,70 10,06
- Keuangan, persewaan, dan jasa 7,76 8,92 8,18 7,20 8,49 8,24 7,39 6,70
- Jasa 4,75 4,96 4,63 4,97 5,68 5,72 4,95 4,98
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 7,27 7,31 7,41 7,09 6,57 6,90 6,51 6,21
2012 2013
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
LAMPIRAN
INDIKATOR
xviii
A. Perbankan
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 304,22 322,89 342,66 353,60 362,32 379,47 406,88 420,52
DPK (Rp. Triliun) 252,81 262,25 273,66 289,09 287,82 293,80 313,69 335,31
- Tabungan (Rp. Triliun) 109,95 116,20 122,89 134,22 130,08 133,15 140,54 130,19
- Giro (Rp. Triliun) 42,85 43,54 46,07 47,67 46,57 45,98 51,85 53,34
- Deposito (Rp. Triliun) 100,00 102,50 104,70 107,20 111,16 114,67 121,31 151,77
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 192,75 210,06 223,51 239,48 245,21 265,35 284,35 304,11
- Modal Kerja 112,31 123,45 129,66 139,52 142,72 153,43 165,97 181,17
- Investasi 26,13 28,75 31,21 33,72 33,43 38,62 41,56 43,96
- Konsumsi 54,32 57,86 62,64 66,25 69,06 73,31 76,82 78,98
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2,96 2,73 2,64 2,60 2,26 2,12 2,02 1,75
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 76,25% 80,10% 85,07% 82,84% 85,20% 90,32% 90,64% 90,70%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 63,21 68,87 63,65 68,53 70,40 78,65 79,16 83,26
NPL UMKM Gross (%) 4,22 3,82 3,68 3,63 3,89 3,56 3,59 3,29
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 6,98 7,35 8,01 8,33 8,57 8,97 9,39 9,46
DPK (Rp. Triliun) 4,18 4,39 4,74 4,89 4,98 5,09 5,30 5,41
- Tabungan (Rp. Triliun) 1,33 1,35 1,47 1,57 1,61 1,60 1,65 1,74
- Deposito (Rp. Triliun) 2,85 3,03 3,27 3,32 3,38 3,50 3,65 3,67
Kredit (Rp. Triliun) 5,15 5,57 5,81 5,94 6,19 6,70 6,92 6,85
- Modal Kerja 3,36 3,63 3,78 3,80 4,11 4,48 4,62 4,62
- Investasi 0,16 0,17 0,20 0,28 0,20 0,23 0,26 0,25
- Konsumsi 1,64 1,77 1,83 1,85 1,88 1,99 2,05 1,99
Non Performing Loan (NPL-Gross) 4,29% 4,14% 4,24% 3,39% 3,84% 3,88% 4,28% 4,00%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 123,38% 127,08% 123% 121% 124% 131% 131% 127%
SYARIAH :
Total Asset (Rp. Triliun) 12,01 13,14 14,08 16,57 17,27 18,74 19,23 21,45
DPK (Rp. Triliun) 9,32 9,88 10,59 12,39 13,27 13,95 14,03 16,91
- Giro (Rp. Triliun) 0,84 0,88 0,88 1,39 1,25 1,30 0,78 0,99
- Tabungan (Rp. Triliun) 4,90 5,08 5,43 4,83 4,97 5,29 5,81 6,50
- Deposito (Rp. Triliun) 3,58 3,92 4,28 6,18 7,04 7,35 7,44 9,43
Pembiayaan (Rp. Triliun) 8,93 10,03 10,68 11,99 12,67 13,81 14,09 15,01
- Modal Kerja 3,60 4,16 4,54 5,08 5,40 5,95 6,26 6,86
- Investasi 1,51 1,75 1,89 2,29 2,31 2,58 2,51 2,77
- Konsumsi 3,83 4,12 4,25 4,61 4,96 5,27 5,32 5,39
Non Performance Financing (NPF) % 1,36 1,43 1,63 1,43 1,91 1,97 2,5 2,59
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95,77 101,59 100,80 96,72 95,50 98,97 100,43 86,76
B. SISTEM PEMBAYARAN
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Inflow (Rp. Triliun) 12,70 20,08 14,91 9,99 15,99 11,35 18,78 10,98
Outflow (Rp. Triliun) 6,52 12,08 14,30 11,53 8,16 11,77 18,05 14,42
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 4,76 5,10 0,29 0,88 1,67 3,28 5,02 4,61
Nominal Transaksi RTGS 122,21 182,77 185,10 197,88 184,12 220,10 210,82 200,00
Volume Transaksi RTGS 141.322 172.750 146.738 189.920 121.530 170.050 171.756 160.000
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 44,05 46,32 38,59 46,11 36,69 49,46 51,73 44,39
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1,40 1,40 1,28 1,29 1,30 1,38 1,35 1,06
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 632.814 638.541 637.615 979.293 964.720 774.711 964.847 707.567
Tolakan Kliring (lembar) 20.065 19.361 23.280 21.770 25.418 21.488 25.638 18.731
2012
2012201220122012INDIKATOR
INDIKATOR2013
2013
LAMPIRAN
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
�
Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONAL
�
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
1111 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.1.1.1.1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 201Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 201Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 201Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2013333
Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2013 mencapai 6,55% (yoy),
melambat dibanding 2012 (7,22%), namun tetap lebih tinggi dari ekonomi nasional yang
berada pada level 5,78%. Sebagaimana diinformasikan pada tabel berikut, pertumbuhan
ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 tahun terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan
nasional, kecuali pada tahun 2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih
lanjut, kinerja perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami
perlambatan di tahun 2012.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur
WILAYAHWILAYAHWILAYAHWILAYAH 2005200520052005 2006200620062006 2007200720072007 2008200820082008 2009200920092009 2010201020102010 2011201120112011 2012201220122012 2013*2013*2013*2013*
NASIONAL 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 5.78
JAWA TIMUR 5.84 5.80 6.11 6.16 5.01 6.68 7.22 7.27 6.55 Sumber: BPS Jawa Timur
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga, pemerintah dan kinerja investasi swasta
Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga di
tahun 2013 didorong perbaikan daya beli masyarakat seiring bertambahnya kelompok usia
produktif. Di sisi lain, pertumbuhan belanja investasi pemerintah dan swasta pun meningkat di
tengah upaya percepatan pembangunan infrastruktur guna meningkatkan minat investor luar
dan dalam negeri, khususnya pada sektor industri pengolahan. Namun, transaksi perdagangan
Jawa Timur mengalami penurunan akibat melambatnya ekspor impor dalam negeri, sedangkan
luar negeri relatif tumbuh membaik. Di sisi lain, minat investasi relatif membaik dengan
diselesaikannya beberapa proyek infrastruktur besar semisal Jalan Tol Mojokerto – Kertosono,
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pacitan, Sistem Penyediaan Air Minum (SPA),
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) serta Penyelesaian Tahap IV Jalan
Lintas Selatan (JLS). Dengan diresmikannya PLTU Pacitan menambah supply listrik di Jawa Timur
sehingga mendorong kondisi surplus energi yang berpotensi meningkatkan minat investasi
khususnya pembangunan pabrik Smelter di tahun 2014.
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan pada kegiatan konsumtif masih
lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit ke sektor produktif. Hal ini searah dengan
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
kebijakan Bank Indonesia yang menginginkan adanya peningkatan kredit pada sektor
produktif, sedangkan pertumbuhan kredit konsumtif diharapkan melaju pada level stabil
dengan tingkat prudential yang lebih baik.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur
Dari sisi penawaran, Dari sisi penawaran, Dari sisi penawaran, Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja 3 (tiga) perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja 3 (tiga) perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja 3 (tiga) perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja 3 (tiga)
sektor utama. sektor utama. sektor utama. sektor utama. Menurunnya luas lahan dan pergeseran musim tanam turut mempengaruhi
tingkat produktivitas hasil tani sehingga pada akhirnya menekan pertumbuhan sektor
pertanian. Di sisi lain, belum membaiknya transaksi ekspor impor luar negeri dan penurunan
marjin dunia usaha akibat kenaikan biaya produksi turut mempengaruhi perlambatan sektor
industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi PenawaranProvinsi Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur
Ditinjau dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan di Jawa timur kepada sektor-
sektor utama secara umum terjaga stabil. Meskipun pertumbuhan kredit kepada sektor
pertanian sejak triwulan III 2013 mencatat perlambatan, namun diharapkan kondisinya terus
Komponen Sisi Permintaan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi 6.44 5.16 8.20 5.56 6.61 4.73 6.91
Konsumsi Rumah Tangga 6.29 4.61 7.82 5.04 7.17 5.17 7.38
Konsumsi Pemerintah 8.25 11.59 12.40 10.44 1.26 0.24 2.27
Konsumsi Lemb. Nirlaba 4.94 1.54 5.34 8.54 7.79 5.74 4.15
Investasi (PMBT) 2.71 5.86 5.22 7.13 9.67 5.39 6.67
Ekspor 5.63 5.86 0.44 5.38 11.11 11.55 6.47
Ekspor (Luar Negeri) 6.65 9.11 8.31 8.45 11.81 3.53 3.45
Ekspor (Dalam Negeri) 4.86 3.37 (12.12) 9.75 9.55 20.50 9.08
Impor 5.33 3.52 2.44 7.28 7.55 9.82 5.38
Impor (Luar Negeri) 2.43 4.61 6.77 12.30 9.37 12.62 2.39
Impor (Dalam Negeri) 7.62 2.70 (5.79) 8.50 10.82 2.49 8.30
PDRB 5.89 6.16 5.01 6.68 7.22 7.27 6.55
KOMPONEN SISI PENAWARAN 2009 2010 2011 2012 2013
1. PERTANIAN 3.92 2.23 2.53 3.49 1.59
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6.92 9.18 6.08 2.32 3.30
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.80 4.32 6.06 6.34 5.59
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2.72 6.43 6.25 6.21 4.74
5. BANGUNAN 4.25 6.64 9.12 7.05 9.08
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 5.58 10.67 9.81 10.06 8.61
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12.98 10.08 11.43 9.65 10.43
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 5.30 7.27 8.18 7.91 7.68
9. JASA-JASA 5.76 4.34 5.08 5.06 5.32
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.01 6.68 7.22 7.27 6.55
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOM
PPPP
membaik mengingat optim
Sementara itu penyaluran
mencatat pertumbuhan ya
upaya peningkatan penge
perbankan, utamanya pad
dukungan pembiayaan da
ketahanan pangan daerah.
1.21.21.21.2 Pertumbuhan EkonomPertumbuhan EkonomPertumbuhan EkonomPertumbuhan Ekonom
Perekonomian JawPerekonomian JawPerekonomian JawPerekonomian Jaw
IV 2013. Pertumbuhan eIV 2013. Pertumbuhan eIV 2013. Pertumbuhan eIV 2013. Pertumbuhan e
(yoy) dibanding triwulan (yoy) dibanding triwulan (yoy) dibanding triwulan (yoy) dibanding triwulan
pertumbuhan nasional ypertumbuhan nasional ypertumbuhan nasional ypertumbuhan nasional y
ekonomi lebih disebabkan
negara tujuan China dan In
dan transaksi perdagangan
negeri. Komponen lainnya
Dari sisi penawaDari sisi penawaDari sisi penawaDari sisi penawa
Pengangkutan & KomunPengangkutan & KomunPengangkutan & KomunPengangkutan & Komun
mengiringi perbaikan kine
khususnya di wilayah Jawa
PHR dominan mendorong
MI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Reg
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.11.11.11.1 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy)Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy)Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy)Pertumbuhan Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy)
Prov.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa Timur
imisme pelaku usaha atas peningkatan produks
n kredit kepada sektor industri pengolahan da
yang relatif sama dan lebih stabil. Terkait denga
gelolaan risiko pada sektor utama masih me
ada sektor pertanian. Hal tersebut diperlukan
dalam pengembangan sektor pertanian dalam
h.
mi Jawa Timur Tahun Triwulan IV 2013mi Jawa Timur Tahun Triwulan IV 2013mi Jawa Timur Tahun Triwulan IV 2013mi Jawa Timur Tahun Triwulan IV 2013
wa Timur menginwa Timur menginwa Timur menginwa Timur mengindikasikan terjadinya perlamdikasikan terjadinya perlamdikasikan terjadinya perlamdikasikan terjadinya perlam
ekonomi pada triwulan ini sebesar 6,2% ( ekonomi pada triwulan ini sebesar 6,2% ( ekonomi pada triwulan ini sebesar 6,2% ( ekonomi pada triwulan ini sebesar 6,2% (
n sebelumnya (6,5%, yoy), namun tetap lebihn sebelumnya (6,5%, yoy), namun tetap lebihn sebelumnya (6,5%, yoy), namun tetap lebihn sebelumnya (6,5%, yoy), namun tetap lebih
yang tercatat sebesaryang tercatat sebesaryang tercatat sebesaryang tercatat sebesar 5,78%. 5,78%. 5,78%. 5,78%. Dari sisi per
an oleh penurunan kinerja perdagangan luar n
India. Di sisi lain, masih tumbuhnya konsumsi m
an antar daerah menjadi faktor penahan penuru
a yaitu investasi swasta dan belanja pemerintah
aran, aran, aran, aran, kinerja sektor Industri, Bangunankinerja sektor Industri, Bangunankinerja sektor Industri, Bangunankinerja sektor Industri, Bangunan
unikasi menahaunikasi menahaunikasi menahaunikasi menahan laju perlambatan sektorn laju perlambatan sektorn laju perlambatan sektorn laju perlambatan sektor
nerja sektor industri di tengah masih kuatny
a. Sementara itu, perlambatan yang terjadi pad
g laju pertumbuhan ekonomi pada level yang
3
gional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan IV– 2013
ksi usaha di tahun 2014.
dan sektor perdagangan
gan hal tersebut di atas,
enjadi tantangan dunia
n mengingat pentingnya
m rangkat peningkatan
ambatan pada triwulan ambatan pada triwulan ambatan pada triwulan ambatan pada triwulan
(yoy), menurun 0,3% (yoy), menurun 0,3% (yoy), menurun 0,3% (yoy), menurun 0,3%
bih tinggi dibandingkan ih tinggi dibandingkan bih tinggi dibandingkan ih tinggi dibandingkan
ermintaan, , , , perlambatan
r negeri terutama untuk
i masyarakat Jawa Timur
runan kinerja ekspor luar
h masih tumbuh stabil.
n, Jasa serta sektor n, Jasa serta sektor n, Jasa serta sektor n, Jasa serta sektor
or lainnya. or lainnya. or lainnya. or lainnya. Optimisme
nya konsumsi domestik
ada sektor pertanian dan
g lebih rendah. Tibanya
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.2222
Perkembangan Pertumbuhan EkonomPerkembangan Pertumbuhan EkonomPerkembangan Pertumbuhan EkonomPerkembangan Pertumbuhan Ekonomi i i i
ProProv.Jawa Timurv.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.3333
Struktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurStruktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
musim tanam kelompok bahan makanan serta tertundanya panen tanaman perkebunan (akibat
hadirnya musim hujan lebih awal) menyebabkan penurunan produksi sektor pertanian. Di sisi
lain, masih belum membaiknya kinerja perdagangan luar negeri mempengaruhi transaksi
ekspor impor Jawa Timur di tengah membaiknya transaksi perdagangan dalam negeri.
1.2.1.Sisi Permintaan1.2.1.Sisi Permintaan1.2.1.Sisi Permintaan1.2.1.Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, , , , pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja
konsumsi masyarakat, ekspor antar daerah, investasi swasta dan belanja pemerintah.
Sedangkan transaksi perdagangan luar negeri mengalami penurunan, terutama untuk negara
tujuan China dan India.
GrafikGrafikGrafikGrafik1.1.1.1.4444
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
GrafikGrafikGrafikGrafik1.1.1.1.5555
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim
6,41
5,87
5,83
4,33
5,01
5,42
6,53
7,14 7,17 7,29 7,29
7,27
7,30 7,42
7,106,57
6,90
6,51
6,21
6,22 6,25
5,28
4,14 4,27
5,60
6,29 5,81
6,81
6,45
6,52
6,50 6,36 6,16
6,03
5,81
5,58
5,50
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV**
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur
%
y
o
y
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011 2012 2013
JASA
KEUANGAN
ANGKUT &
KOM
PHR
BANGUNAN
LGA
INDUSTRI
TAMBANG
PERTANIAN
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah
gKonsumsi (rhs) g_Konsumsi Pemerintah (rhs)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
%
Y
O
Y
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Net Ekspor Luar Negeri Net Ekspor Antar Pulau
g_Net Ekspor Luar Negeri (rhs) g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs)
R
P
T
R
I
L
I
U
N
%
Y
O
Y
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
GrafikGrafikGrafikGrafik1.1.1.1.6666
Indeks PeIndeks PeIndeks PeIndeks Penjualan njualan njualan njualan EceranEceranEceranEceran
a. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsia. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat pada triwulan IV-2013. Hal ini didukung
oleh stabilnya pendapatan rumah tangga serta tingginya permintaan barang dan jasa di akhir
tahun pada season Natal dan menjelang tahun baru. Peningkatan tersebut dikonfirmasi oleh
meningkatnya omset riil penjualan, terutama peralatan rumah tangga, bahan bangunan (atau
konstruksi) serta pakaian dan perlengkapannya (Grafik 1.6). Faktor tersebut mendorong
konsumsi rumah tangga meningkat menjadi 8,2% (yoy), meningkat sebesar 0,7% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sebagaimana diinformasikan sebelumnya, peningkatan belanja masyarakat terindikasi
oleh hasil Survei Penjualan Eceran (yang dilakukan KPwBI Wil.IV) dengan meningkatnya indeks
omset riil khususnya pada jenis barang untukmemenuhi kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Di
sisi lain, konsumsi listrik rumah tangga pun tumbuh lebih tinggi dari angka pada triwulan II dan
III 2013. Kedua indikator ini mengkonfirmasi peningkatan belanja masyarakat di
triwulan IV 2013.
Namun, berdasarkan angka yang diperoleh dari laporan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa
Timur atas kinerja pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Triwulan IV 2013 diperoleh
informasi bahwa angka penjualan baik mobil maupun motor tumbuh melambat dibandingkan
dengan Triwulan III 2013. Perlambatan ini diduga akibat shifting belanja masyarakat ke jenis
kendaraan Low Cost Green Car (LCGC), dengan kondisi barang yang belum dapat segera
dipenuhi mengingat tingginya pesanan barang. Dugaan ini diperkuat dari indeks Ketepatan
Waktu Pembelian Barang Tahan Lama (hasil Survei Konsumen KPwBI Wilayah IV), yang
mengalami peningkatan sebesar 4,58 poin dari 100,6 menjadi 105,2 (lihat grafik 1.10). Kinerja
GrafikGrafikGrafikGrafik1.1.1.1.7777
Konsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah Tangga
-
100
200
300
400
500
600
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga
Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau
Alat Tulis Konstruksi
Barang Budaya dan Rekreasi
Indeks
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kons. Listrik RT Pertumbuhan
Sumber : PLN (diolah)
Kwh %
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.8888 Penjualan Mobil Baru di Jawa TimurPenjualan Mobil Baru di Jawa TimurPenjualan Mobil Baru di Jawa TimurPenjualan Mobil Baru di Jawa Timur
Gambar Gambar Gambar Gambar 1.1.1.1.10101010 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) –––– Survei KonsumenSurvei KonsumenSurvei KonsumenSurvei Konsumen
penjualan kendaraan bermotor diperkirakan akan membaik pada triwulan I 2014 seiring
dipenuhinya ribuan pesanan secara bertahap baik jenis LCGC maupun Low Multi Purpose
Vehicle (LMPV).
Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber
pembiayaan konsumsi masyarakat masih sama dengan pola-pola triwulan sebelumnya yaitu
masih relatif rendah. Namun secara keseluruhan pertumbuhannya mengalami perbaikan
dibandingkan di awal tahun. Sumber pembiayaan eksternal lainnya yang penting bagi
masyarakat adalah kredit konsumsi perbankan yang selama triwulan IV 2013tumbuh
melambat, melanjutkan penurunan angka sebelumnya pada triwulan III 2013. Perlambatan ini
merupakan dampak dari pemberlakuan kebijakan Loan to Value (LTV) progresif (Oktober 2013)
dan kenaikan suku bunga kredit konsumsi pasca kenaikan BI Rate sebagai suku bunga acuan
sejak Juni 2013. Menurunnya realisasi Kredit Kepemilikan Rumah untuk tipe di atas 70 menjadi
salah satu penyebab penurunan pertumbuhan kredit konsumsi di Jawa Timur pada
periode laporan.
Gambar Gambar Gambar Gambar 1.1.1.1.9999 Penjualan Motor Baru di Jawa TimurPenjualan Motor Baru di Jawa TimurPenjualan Motor Baru di Jawa TimurPenjualan Motor Baru di Jawa Timur
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Mobil Pribadi g Mobil
Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah)
(%, yoy)(unit)
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Sepeda Motor g Sepeda Motor (rhs)
Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah)
(%, yoy)(unit)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
INDEKS
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.11114444
Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Ekspektasi MasyarakatEkspektasi MasyarakatEkspektasi MasyarakatEkspektasi Masyarakat
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.11113333
Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Kondisi Saat IniKondisi Saat IniKondisi Saat IniKondisi Saat Ini
Gambar Gambar Gambar Gambar 1.1.1.1.11112222
Dana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan Perorangan
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.11111111
Kredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit Konsumsi
Indikator lainnya yang turut mendukung kenaikan konsumsi masyarakat tercermin
pada hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan meningkatnya
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) (lihat grafik 1.13). Kenaikan indeks ini lebih dominan
didorong oleh membaiknya persepsi masyarakat atas kondisi ekonomi saat ini dibandingkan
dengan faktor ekspektasinya. Perbaikan pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja
mendorong meningkatnya keyakinan masyarakat dalam mengkonsumsi barang tahan lama
sehingga secara keseluruhan mendorong peningkatan IKK. Sebaliknya, perlambatan
ekspektasi didorong kekhawatiran masyarakat atas ketersediaan lapangan pekerjaan dan
tingkat penghasilan di tahun 2014 mengingat dominannya pengaruh variabel PEMILU atas
kinerja sektor usaha, khususnya sektor konstruksi. Namun demikian, keseluruhan nilai
indeks masih di atas 100. Hal ini mencerminkan masyarakat cenderung optimis karena nilai
bersih di atas 100 sama dengan jumlah responden yang merasa optimis lebih besar
dibandingkan dengan jumlah responden yang merasa pesimis.
aya
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
0510152025303540
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Modal Kerja Investasi Konsumsi
G Modal Kerja (yoy) G Investasi (yoy) G Konsumsi (yoy)
%
y
o
y
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.
Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d. Ketersediaan lapangan kerja 6 bl yad
INDEKS
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
gDPK Perorangan gGiro Perorangan (rhs)
gTab Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)%yoy
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
(INDEKS)
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.16161616 Perkembangan Nilai InvestasiPerkembangan Nilai InvestasiPerkembangan Nilai InvestasiPerkembangan Nilai Investasi
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.15151515 Perkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek Investasi
b. Investasib. Investasib. Investasib. Investasi
Pada triwulan IV-2013, kegiatan investasi di Jawa Timur mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi di triwulan ini tumbuh sebesar 7,7% (yoy),
meningkat 1,2% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III-2013. Peningkatan investasi di
triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi
PMA di wilayah Jabagtim pada triwulan IV-2013 meningkat 57% menjadi 1.368,7 juta USD,
sementara kinerja Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) cenderung turun sebesar 31%
menjadi Rp 6.529,1 Miliar (Grafik 1.16).
Tertariknya investor asing terhadap pasar investasi negara berkembang merupakan
salah satu faktor pendorong relatif tingginya investasi asing di Jatim. Selain itu, perekonomian
yang relatif stabil dan tumbuh di atas level nasional serta kemudahan izin investasi turut
mendukung peningkatan PMA. Berbagai rangkaian kegiatan business meeting dengan calon
investor asing berupa penawaran proyek infrastruktur dan potensi berinvestasi di Jawa Timur
direspon positif dengan dibentuknya kerjasama (MoU) antara beberapa negara dengan
Gubernur Jawa Timur. Langkah ini dinilai efektif terlihat dari berlanjutnya hubungan bilateral
dengan pengajuan rencana investasi beberapa PMA di sepanjang tahun 2013. Apabila dilihat
secara tahunan, investasi di tahun 2013 meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya,
dengan dominasi padajenis investasi berbentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
lihat grafik 1.16.
Perbaikan kinerja investasi juga terindikasi dari volume penyaluran kredit investasi
yang memiliki tren peningkatan (Grafik 1.18Berdasarkan hasil liaison, investasi wilayah
Jabagtim di triwulan IV-2013 banyak dilakukan melalui peremajaan mesin produksi, sehingga
impor barang modal cenderung meningkat (Grafik 1.21).
-100%
0%
100%
200%
300%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
(%, yoy)(Unit
Proyek)
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
3500%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
(%, yoy)(USD
Million)
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Gambar1.1Gambar1.1Gambar1.1Gambar1.19999
Perkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan Semen
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.20202020
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Penjualan TrukPenjualan TrukPenjualan TrukPenjualan Truk
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.Gambar 1.18181818
Perkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit Investasi
Gambar1.1Gambar1.1Gambar1.1Gambar1.17777
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PMTBPMTBPMTBPMTB
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Sumber: BPS Jawa Timur
Indikator lainnya mengindikasikan hal yang sama, yaitu indikator tingkat
pertumbuhan penjualan semen dan penjualan truk. Meningkatnya kebutuhan
pembangunan investasi fisik di Jawa Timur terindikasi melalui pertumbuhan penjualan
semen, meskipun belum levelnya belum setinggi di tahun 2012. Giatnya kegiatan investasi
turut dikonfirmasi oleh berlanjutnya perbaikan kinerja penjualan truk (sebagai salah satu
kendaraan usaha).
Meskipun kebijakan tarif impor mesin sebesar 0% telah dihapuskan, namun kinerja
kelompok impor barang modal masih tumbuh stabil. Pesta demokrasi di tahun 2014
menjadi faktor utama penyebab ekspansi terbatas sektor industri pengolahan. Sebagaimana
turut dikonfirmasi dari hasil kegiatan liaison (KPwBI Wilayah IV) bahwa ekspansi investasi
cenderung meningkat pada kelompok non fisik berupa pembelian mesin baik yang
bertujuan sebagai pengganti maupun peningkatan kapasitas produksi. Sedangkan ekspansi
berupa investasi fisik (mis: bangunan dan tanah) tumbuh melambat mengingat masih
tingginya aksi wait & see pelaku usaha di tahun 2014 mendatang.
0510152025303540
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Modal Kerja Investasi Konsumsi
G Modal Kerja (yoy) G Investasi (yoy) G Konsumsi (yoy)
%
y
o
y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pembentukan Modal Tetap Bruto gPMTB (rhs)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
%
Y
O
Y
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
(%, yoy)(ribu sak)
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Truk g Truk
Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah)
(%,yoy)(unit)
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.21212121
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Impor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang Modal
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.22222222
Komponen Impor Barang ModalKomponen Impor Barang ModalKomponen Impor Barang ModalKomponen Impor Barang Modal
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.23232323
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan EksporEksporEksporEkspor----Impor Antar DaerahImpor Antar DaerahImpor Antar DaerahImpor Antar Daerah
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.24242424
Pengiriman Barang Melalui Angkutan LautPengiriman Barang Melalui Angkutan LautPengiriman Barang Melalui Angkutan LautPengiriman Barang Melalui Angkutan Laut
c. Ekspoc. Ekspoc. Ekspoc. Eksporrrr––––ImporImporImporImpor
c. 1. Ekspor Impor c. 1. Ekspor Impor c. 1. Ekspor Impor c. 1. Ekspor Impor Antar DaerahAntar DaerahAntar DaerahAntar Daerah
Net ekspor perdagangan antar daerah di wilayah Jabagtim pada triwulan IV-2013
mengalami peningkatan. Hal ini terutama didukung oleh posisi Jawa Timur sebagai hub
antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur. Net ekspor
perdagangan antar daerah pada triwulan ini meningkat sebesar 26,2% dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (Grafik 1.23). Hal ini terindikasi dari peningkatan volume barang yang
dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak sejak bulan September hingga akhir tahun 2013
(Grafik 1.24). Tingginya permintaan barang dari KTI, terutama untuk komoditas pangan,
seperti beras dan Jagung serta komoditas hasil industri makanan dan minuman pada hari raya
Natal dan menjelang tahun baru mengkonfirmasi kenaikan ini. Pembangunan beberapa
pelabuhan di Jawa Timur, seperti Teluk Lamong, Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung
Wangi di Banyuwangi diperkirakan semakin meningkatkan konektivitas dan perdagangan
antar daerah di wilayah Jabagtim di tahun 2014.
Sumber: Bank Indonesia
-80%
-30%
20%
70%
120%
170%
220%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011 2012 2013
Vol Barang g Jml Barang (rhs)Ribu Ton %, yoy
Sumber : BPS (diolah)
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
-5,000,000.00
0.00
5,000,000.00
10,000,000.00
15,000,000.00
20,000,000.00
25,000,000.00
30,000,000.00
35,000,000.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Ekspor Antar Daerah Impor Antar Daerah
Net Ekspor Antar Daerah g Ekspor Antar Daerah (Rhs)
g Impor Antar Daerah (Rhs)
Juta (Rp)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Capital Goods
g_Capital Goods
(%, yoy)(USD juta)
271
548 7
8
45
33
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
-
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Kendaraan (U/ Industri) Peralatan Ind. Kend. Pribadi
Mesin g Impor Mesin (rhs)
(USD juta) (%, yoy)
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
c. 2. Ekspor Impor Luar Negeric. 2. Ekspor Impor Luar Negeric. 2. Ekspor Impor Luar Negeric. 2. Ekspor Impor Luar Negeri
Kinerja ekspor luar negeri di wilayah Jabagtim pada triwulan IV 2013 menunjukkan
perlambatan yang relatif signifikan dikarenakan pelemahan perekonomian negara mitra
dagang, terutama China dan India. Pada triwulan ini, ekspor menurun sebesar 19,7%
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 1.25). Selain itu, perlambatan kinerja
ekspor juga didorong atas tingginya import content atas barang ekspor di wilayah Jabagtim
yang diperparah dengan semakin terdepresiasinya Rupiah. Ekspor wilayah Jabagtim
didominasi oleh empat komoditas unggulan, yaitu minyak goreng (animal, vegetable, fats and
oil) , kertas (paper and paperboard), bahan kimia organik (organic chemicals), serta mutiara
dan batu perhiasan (pearl, precious and semi prec. stone).
Berkembangnya industri pengolahan di wilayah ini berkontribusi terhadap
peningkatan nilai tambah atas komoditas ekspornya, misalnya minyak goreng yang menjadi
komoditas dengan net ekspor terbesar. Minyak sawit mentah yang diperoleh dari Kawasan
Timur Indonesia (KTI) diolah menjadi minyak goreng dan diekspor dengan pangsa terbesar di
Asia (India, China, dan Pakistan).Seluruh komoditas tersebut mengalami net ekspor, kecuali
bahan kimia organik yang masih mengalami net impor (Grafik 1.27). Pergerakan harga
minyak sawit internasional dan kertas (lihat Grafik 1.28) turut mempengaruhi kinerja ekspor
Jawa Timur, mengingat tingginya nilai ekspor kedua komoditas ini dari Jawa Timur. Namu,
perlu diperhatikan terkait terbatasnya hutan tanaman industri kertas di Sumatera dan Jawa
Timur merupakan kendala utama dalam perkembangan industri kertas dalam 5 (lima) tahun
mendatang.
Kinerja impor di Triwulan IV 2013 menunjukkan peningkatan, sebagaimana
ditunjukkan dengan net ekspor yang semakin besar pada Grafik 1.25. Impor Jatim yang
sebagian besar didominasi oleh barang modal menunjukkan tingginya sektor usaha di Jawa
Timur dalam melakukan ekspansi skala usahanya. Berdasarkan klasifikasi HS 2 Digit, impor
Jatim di Triwulan IV 2013 yang tertinggi adalah nuclear reactor, boilers machine dan
mechanic application serta iron and steel. Perkembangan industri kendaraan bermotor,
peralatan mekanik rumah tangga dan industri pengolahan akan mendorong permintaan
impor Jatim terhadap bahan baku mesin tersebut.
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.25252525
Perkembangan Net Ekspor Luar NegeriPerkembangan Net Ekspor Luar NegeriPerkembangan Net Ekspor Luar NegeriPerkembangan Net Ekspor Luar Negeri
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.26262626
Komoditas Ekspor Unggulan JKomoditas Ekspor Unggulan JKomoditas Ekspor Unggulan JKomoditas Ekspor Unggulan Jatimatimatimatim
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.27272727
Perkembangan Net Ekspor Komoditas UnggulanPerkembangan Net Ekspor Komoditas UnggulanPerkembangan Net Ekspor Komoditas UnggulanPerkembangan Net Ekspor Komoditas Unggulan
Gambar1.Gambar1.Gambar1.Gambar1.28282828
Harga Kertas dan Minyak Sawit InternasionalHarga Kertas dan Minyak Sawit InternasionalHarga Kertas dan Minyak Sawit InternasionalHarga Kertas dan Minyak Sawit Internasional
1.2.1.2.1.2.1.2. SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV 2013 secara
keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR), Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing
sektor tersebut terhadap PDRB Jawa Timur triwulan IV 2013 sebesar 34,85% (PHR), 25,46%
(Industri Pengolahan), dan 9,82% (Pertanian). Kontribusi ketiga sektor utama tersebut terhadap
PDRB Jawa Timur mencapai 70,13%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan proporsi
ketiganya pada Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 70,81%. Penurunan proporsi ini
didorong oleh kontribusi sektor pertanian yang menurun 2,52% dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Sektor ekonomi di Jawa Timur sebagian besar mengalami perlambatan pada triwulan IV
2013, terutama sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu, sektor yang mengalami
pertumbuhan positif adalah sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Secara keseluruhan di tahun
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
-5,000,000.00
0.00
5,000,000.00
10,000,000.00
15,000,000.00
20,000,000.00
25,000,000.00
30,000,000.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Ekspor LN Impor LN Net Ekspor
g Ekspor Luar Negeri (Rhs) g Impor Luar Negeri (Rhs)
Juta (Rp)
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
Jan
'11
Mrt
'11
Me
i'1
1
Jul'
11
Se
p'1
1
No
v'1
1
Jan
'12
Mrt
'12
Me
i'1
2
Jul'
12
Se
p'1
2
No
v'1
2
Jan
'13
Mrt
'13
Me
i'1
3
Jul'
13
Se
p'1
3
No
v'1
3
Animal or vegt. fats and oils Organic chemicals
Paper and paperboard Pearls,precious and semi prec.stone
(Juta USD)
80
280
480
680
880
1080
Jan
Fe
b
Mar
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Mar
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
2012 2013 2014
Palm Oil Price Paper Price
USD per Ton-1000.00
-500.00
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
Animal or vegt. fats and oils Organic chemicals
Paper and paperboard Pearls,precious and semi prec.stone
(Juta
USD)
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
2013, kinerja sektor utama dan pendukung juga mengalami perlambatan dibanding tahun
sebelumnya. Kondisi eksternal yang belum membaik menjadi salah satu faktor utama
pendorong perlambatan tersebut.
Tabel.1.Tabel.1.Tabel.1.Tabel.1.4444 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy)
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
justru masih menunjukkan adanya optimisme dunia usaha di tengah perlambatan. Utilisasi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.29292929 Pertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor Utama
GrafGrafGrafGrafik 1.3ik 1.3ik 1.3ik 1.30000 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.31111 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 TOTAL 2012 TOTAL 2013 TOTAL
Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel, Restoran
%, yoy
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 TOTAL 2012 TOTAL 2013 TOTAL
Jasa-Jasa Pengangkutan & Komunikasi
Keu, Persewaan & Jasa Perush.
%, yoy
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 TOTAL 2012 TOTAL 2013 TOTAL
Listrik, Gas, Air Bersih Pertambangan & Penggalian Bangunan
%, yoy
I II III IV I II III IV I II III IV
1. PERTANIAN 2.82 3.35 2.06 1.64 2.53 2.76 4.68 4.36 1.95 3.49 1.42 1.42 1.92 1.65 1.59
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 10.34 5.44 4.55 4.85 6.08 5.13 2.01 1.37 1.24 2.32 2.91 2.34 4.72 3.19 3.30
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.66 6.08 5.60 5.96 6.06 6.23 5.74 7.21 6.17 6.34 5.16 6.62 5.36 5.25 5.59
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.22 7.05 5.17 5.65 6.25 7.07 6.69 5.25 5.90 6.21 5.61 4.60 4.63 4.16 4.74
5. BANGUNAN 7.42 10.98 8.90 8.99 9.12 10.18 5.58 6.84 6.10 7.05 8.26 10.53 8.46 8.99 9.08
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.60 9.47 10.44 9.69 9.81 9.69 10.61 9.79 10.13 10.06 9.38 8.92 8.52 7.72 8.61
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12.37 12.14 11.61 9.85 11.43 13.17 8.05 8.79 9.10 9.65 10.98 10.04 10.70 10.06 10.43
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.21 8.50 8.17 7.87 8.18 7.76 8.52 8.18 7.20 7.91 8.49 8.24 7.39 6.70 7.68
9. JASA-JASA 3.89 4.48 5.96 5.82 5.08 5.18 4.94 4.63 5.50 5.06 5.68 5.72 4.95 4.98 5.32
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7.17 7.29 7.29 7.11 7.22 7.27 7.30 7.42 7.10 7.27 6.57 6.90 6.51 6.21 6.55
LAPANGAN USAHA TOTAL2013
TOTAL2012
TOTAL2011
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.32222 Utilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas Produksi
kapasitas produksi cenderung meningkat, terutama di sektor industri pengolahan. Ekspektasi
terhadap meredanya tekanan Rupiah menjadi salah satu faktor optimisme tersebut.
a.a.a.a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)
Pada triwulan IV 2013, sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami perlambatan
dari 8,52% (yoy) menjadi 7,72% (yoy). Penurunan kinerja terjadi di semua subsektor, terutama
subsektor perdagangan yang tumbuh menurun dari 8,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya
menjadi 7,47% (yoy) di triwulan IV 2013. Selanjutnya, diikuti oleh subsektor hotel yang
menurun dari 8,51% (yoy) menjadi 8,26% (yoy) dan subsektor restoran yang menurun dari
9,20% (yoy) menjadi 8,94% (yoy) sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 1.36).
Tekanan dari faktor eksternal akibat perlambatan kinerja negara mitra dagang
menyumbang pelemahan pada subsektor perdagangan.Ekspor Jawa Timur yang cenderung
melambat di triwulan ini juga mengkonfirmasi perdagangan yang melambat. Sementara itu,
pelemahan subsektor hotel dan restoran didorong oleh pelemahan ekonomi domestik di Jawa
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.34444 Indeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi Usaha
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.35555 Indeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha SektoralIndeks Realisasi Usaha Sektoral
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.33333 Utilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
-27.23
7.05
22.1
-0.45
-18.91
11.35
22.32
25.86
-1.85
21.623.29
4.15
1.1
19.5518.54
6.47
-1.46
20.88
11.6
15.81
6.43
26.35
8.49
35.87
12.65
31.82
16.30
12.71
2.60
37.72
9.0311.97
14.10627402
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Realisasi UsahaSBT (%)
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
-4.00
1.00
6.00
11.00
16.00
21.00
26.00
31.00
36.00
41.00
68
70
72
74
76
78
80
82
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
% SBT
Kapasitas Produksi Terpakai (Persen) Perkembangan Kegiatan Usaha-Skala Kanan
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
Total Pertanian
Pertambangan Industri Pengolahan
Listrik Gas Air Bersih% SBT
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Timur. Adanya tekanan inflasi, suku bunga dan depresiasi nilai tukar di triwulan ini yang
menekan perekonomian domestik turut mengonfirmasi perlambatan sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Daya beli masyarakat mengalami tekanan dan berdampak pada terbatasnya
permintaan barang dan jasa. Selain itu, pengeluaran masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan
sekunder seperti rekreasi juga mengalami penurunan, yang berdampak pada menurunnya
tingkat okupansi hotel baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara di wilayah di Jawa
Timur pada triwulan ini.
Menurunnya konsumsi listrik di triwulan ini juga mengindikasikan terbatasnya
produktivitas sektor usaha bisnis di Jawa Timur (Grafik 1.39). Ke depan, kinerja sektor ini
diperkirakan optimis meningkat seiring dengan semakin majunya kota tujuan wisata alam
seperti Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik maupun
internasional. Selain itu, adanya pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya agenda bisnis
di awal tahun berpotensi meningkatkan kinerja subsektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.39393939
Konsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan Bisnis
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
Perdagangan H o t e l Restoran
%, yoy
-10
0
10
20
30
40
50
60
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2011 2012 2013
TPK Hotel Berbintang(%) gJumlah Wisman Melalui Juanda (%,yoy)
%, yoy
0
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2009 2010 2011 2012 2013
Asing Indonesia TOTAL
Sumber : BPS (diolah)
Hari
-20-15-10-505101520253035
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Bisnis gKonsumsi Listrik Bisnis-Skala Kanan
%,yoyKwh
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.38383838
Lama Wisatawan Menginap di HotelLama Wisatawan Menginap di HotelLama Wisatawan Menginap di HotelLama Wisatawan Menginap di Hotel
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.36363636
Pertumbuhan Subsektor PHRPertumbuhan Subsektor PHRPertumbuhan Subsektor PHRPertumbuhan Subsektor PHR
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.33337777
TPK Hotel Berbintang dan Jumlah WismanTPK Hotel Berbintang dan Jumlah WismanTPK Hotel Berbintang dan Jumlah WismanTPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman
Sumber: BPS Jatim , diolah Sumber: BPS Jatim , diolah
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
b. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahanb. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh terbatas dengan kinerja sebesar 5,25% (yoy) pada
triwulan IV 2013. Tertekannya sektor ini dipicu oleh menurunnya sub sektor semen dan barang
galian logam yang menurun dari 11,98% (yoy) menjadi 5,72% (yoy). Meskipun demikian, sub
sektor industri ini masih berkontribusi besar terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan
secara keseluruhan. Selanjutnya, perlambatan yang relatif dalam juga terjadi di subsektor
makanan dan minuman yang turiun sebesar 0,3% dari 5,91% (yoy) menjadi 5,61% (yoy),
Grafik 1.40.
Berdasarkan rilis data industri manufaktur, industri di Jawa Timur masih optimis dan
diperkirakan mengalami kenaikan. Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan produksi industri
manufaktur besar dan sedang secara tahunan pada 2013 meningkat sebesar 5,58% dibanding
tahun 2012. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri bahan kimia dan
barang dari bahan kimia (14,09 persen), Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (10,23
persen), dan Industri Furnitur (9,97 persen). Sementara itu, industri peralatan listrik yang
merupakan kelompok industri manufaktur mikro dan kecil mengalami peningkatan di triwulan
ini.
Tertekannya kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh penurunan impor
bahan baku dan modal (Grafik 1.41). Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam negeri
(kenaikan Upah Minimum Kota, peningkatan suku bunga) dan faktor luar negeri (depresiasi
nilai tukar), turut menjadi beban sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan pendapatan
sektor korporasi. Hal ini turut dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan tergerusnya
marjin usaha sejak bulan Agustus 2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga mengakibatkan
kenaikan biaya bahan baku.
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.41.41.41.40000 PertumbuhaPertumbuhaPertumbuhaPertumbuhan n n n Sektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri PengolahanSektor Indusri Pengolahan
Sumber: BPS Jatim , diolah
-10
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV
2012 2013
Industri Pengolahan Mamin dan Tembakau
Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki Kertas dan Barang Cetakan
Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian bukan Logam
Logam dasar besi dan baja
%, yoy
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Konsumsi listrik industri di triwulan IV 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Hal ini turut mendukung indikasi perlambatan di sektor industri pengolahan. Perlambatan
permintaan pasar akibat turunnya konsumsi rumah tangga di triwulan IV 2013 menjadi salah
satu faktor penurunan daya beli terhadap produk yang dihasilkan industri.
Ke depan, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan
sebagai dampak atas pelaksanaan Pemilu 2014 khususnya industri makanan dan minuman,
industri percetakan dan tekstil. Faktor risiko yang perlu dicermati terkait kinerja industri
pengolahan adalah beberapa kebijakan Pemerintah seperti kenaikan UMK dan kenaikan tarif
listrik industri. Berdasarkan hasil quick survey, sebanyak 54%-58% pelaku usaha merespon
kenaikan UMK dengan menaikkan harga jual. Sementara 15%-18% sektor usaha akan
melakukan rasionalisasi tenaga kerja, terutama industri padat karya. Peningkatan harga
komoditas bahan baku internasional juga berpotensi menekan industri, terutama industri
yang memiliki kandungan impor tinggi.
Di sisi lain, peningkatan Tarif Dasar Listrik (TDL) di 2014 untuk industri menengah
dengan daya > 200 kVa dan 30.000 kVa ke atas masing-masing sebesar 38,9% dan 64,7%
menjadi faktor risiko. Beban tarif listrik tersebut secara signifikan turut menambah biaya
produksi industri menengah di Jawa Timur hingga 48%-50% dari total biaya produksi. Selain
itu, peningkatan iuran Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang harus ditanggung perusahaan juga
semakin tinggi dan akan menekan kinerja sektor industri pengolahan. Di sisi lain, naiknya
harga baja internasional hingga mencapai 15-20% akan turut menekan kinerja sektor industri
pengolahan , terutama industri logam dan transportasi. Namun, dengan masih kuatnya
permintaan dan momen Pemilu 2014, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan dapat
terjaga.
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.42222
Konsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan Industri
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
80
280
480
680
880
1080
1280
1480
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112
2009 2010 2011 2012 2013
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan
Kwh
Sumber : PLN (diolah)
%
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.41111
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang ModalPerkembangan Impor Bahan Baku dan Barang ModalPerkembangan Impor Bahan Baku dan Barang ModalPerkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
3,500,000,000
4,000,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2011 2012 2013
Capital Goods Intermediate Goods
Consumption Goods g_Capital Goods-Skala Kanan
g_Intermediate Goods-Skala Kanan g_Consumption Goods-Skala Kanan
USD % , yoy
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
c. Pertanianc. Pertanianc. Pertanianc. Pertanian
Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2013, sektor pertanian melambat dari
1,92% (yoy) menjadi 1,65% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disumbang oleh
perlambatan di subsektor tanaman perkebunan dan tanaman bahan makanan.Hal ini
dikonfirmasi dari indikator luas lahan panen padi dan jagung yang menurun di triwulan IV 2013
(Grafik 1.44 dan Grafik 1.45).
Penurunan kinerja sektor ini disebabkan karena pola siklikal tanaman padi yang sedang
berada pada masa tanam, sehingga panen baru dapat dilakukan pada tiga-empat bulan ke
depan. Namun demikian, masih terdapat beberapa wilayah yang mengalami panen gadu,
khususnya padi dan palawijaya serta panen sub kelompok bumbu-bumbuan di sentra produksi
Malang dan Probolinggo.
Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, khususnya di sepanjang sungai
Bengawan Solo dan Kali Lamong berpengaruh terbatas terhadap kinerja sub sektor tanaman
bahan makanan.Sebanyak kurang lebih 9000 ha sawah tergenang, yang sebagian besar sedang
ditanami padi yang baru memasuki masa tanam. Walaupun luas lahan yang terendam banjir
relatif besar, namun tingkat kerusakan dan puso yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini karena
mayoritas tanaman padi baru memasuki usia tanam kurang dari 40 hari. Oleh karena itu,
dampak banjir tidak secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja sektor pertanian.
Kinerja pertanian di triwulan I 2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan
adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Kinerja
pertanian di triwulan I 2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran
panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah.
Sumber: BPS Jatim , diolah
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan
Peternakan Perikanan
%, yoy
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.43333
Pertumbuhan Subsektor PertanianPertumbuhan Subsektor PertanianPertumbuhan Subsektor PertanianPertumbuhan Subsektor Pertanian
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.44444444 Luas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen PadiLuas Lahan Tanam dan Panen Padi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.45454545 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa TimurLuas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.46464646
Luas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa Timur
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasad. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami perlambatan di
triwulan IV 2013. Kinerja pada triwulan ini melambat dari 7,39% (yoy) menjadi 6,70% (yoy).
Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan hampir seluruh sub sektornya, kecuali sub sektor
lembaga keuangan bukan bank. Beberapa kebijakan berupa peningkatan BI rate yang
mendorong peningkatan suku bunga pinjaman dan simpanan menjadi faktor utama
terhambatnya pertumbuhan subsektor bank. Sementara itu, adanya pembatasan kepemilikan
rumah melalui kebijakan Loan to Value (LTV) dan tingginya harga properti turut mendorong
pelemahan sektor sewa bangunan.
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)
gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Ha
%
(60)(40)(20)-20 40 60 80 100 120 140 160
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Jatim (diolah)
%
Ribu Ha
(80)
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)
gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Ha
%
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Penyaluran kredit sektor perbankan masih relatif tinggi di tengah perlambatan
pertumbuhan subsektor bank pada triwulan IV 2013. Diperkirakan, subsektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan mampu tumbuh positif kembali di triwulan I 2014 seiring
dengan pelaksanaan Pemilu 2014 yang meningkatkan arus transaksi baik melalui bank maupun
non bank. Sementara itu, faktor risiko yang perlu mendapat perhatian adalah adanya
pembatasan target kredit yang diperkirakan dapat menekan kembali pertumbuhan sektor ini.
e. Bangunane. Bangunane. Bangunane. Bangunan
Kinerja sektor bangunan di triwulan IV 2013 mengalami pertumbuhan dari
sebelumnya8,46% (yoy) menjadi 8,99% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi
perlambatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen yang menunjukkan
peningkatan pada triwulan IV 2013. Tingginya penjualan semen tersebut menunjukkan relatif
besarnya proyek pembangunan yang dilaksanakan di Jawa Timur.
Sumber peningkatan kinerja sektor bangunan di triwulan ini berasal dari tingginya
pembangunan proyek-proyek infrastruktur, misalkan pembangunan Teluk Lamong, Jalan Tol
Trans Jawa serta ekspansi pembangunan pabrik di Jawa Timur di akhir tahun. Sementara itu,
pembangunan properti residensial, khususnya rumah tinggal pada triwulan ini menunjukkan
perlambatan. Hal ini dikonfirmasi dengan menurunnya pembangunan dan penjualan properti
residensial di Jawa Timur.
Adanya kebijakan loan to value, pelarangan indent pembelian rumah serta semakin
tingginya harga properti seperti yang diindikasikan dari hasil Survei Harga Properti Residensial
(SHPR) mendorong perlambatan ini.Peningkatan penjualan semen tersebut dikonfirmasi data
dari hasil Survei Harga Properti dan Residensial (SHPR).Pertumbuhan volume penjualan semen
pada triwulan IV-2013meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Sementara itu,
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.48484848
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kredit Perbankan di JatimKredit Perbankan di JatimKredit Perbankan di JatimKredit Perbankan di Jatim
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.47474747
Pertumbuhan Sub Sektor KeuanganPertumbuhan Sub Sektor KeuanganPertumbuhan Sub Sektor KeuanganPertumbuhan Sub Sektor Keuangan
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV
2012 2013
Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank
Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2012 2013
Kredit LB Kredit LP gKredit LB gKredit LP
%, yoyTriliun Rp
21
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Grafik 1.49Grafik 1.49Grafik 1.49Grafik 1.49 Volume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen diiii Jawa TimurJawa TimurJawa TimurJawa Timur
rata-rata pembangunan properti residensial di Jawa Timur cenderung stabil dengan penjualan
yang meningkat, khususnya pada properti residensial tipe kecil.
Grafik 1.50Grafik 1.50Grafik 1.50Grafik 1.50 RataRataRataRata----Rata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti ResidensialRata Pembangunan Properti Residensial
Grafik 1.51Grafik 1.51Grafik 1.51Grafik 1.51 RataRataRataRata----RaRaRaRata Penjualan Properti Residensial ta Penjualan Properti Residensial ta Penjualan Properti Residensial ta Penjualan Properti Residensial
f. f. f. f. Pengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan KomunikasiPengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan mengalami
perlambatan dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada triwulan IV 2013, sektor ini melambat
dari 10,70% menjadi 10,06%. Perlambatan terbesar terjadi di subsektor komunikasi yang
melambat sebesar 1,0% (yoy), sementara subsektor angkutan melambat sebesar 0,23% (yoy).
Perlambatan pada subsektor ini disebabkan karena kembali ke pola normalnya setelah
mengalami peak season pada triwulan sebelumnya akibat hari raya Idul Fitri. Hal ini
terkonfirmasi dengan penurunan yang cukup dalam pada angkuta kereta api dan angkutan
penyeberangan laut. Pasca lebaran, jumlah penumpang dengan jarak yang relatif jauh
43
26 24
16
21
30
1412
15,9
23
30
27
42
31
39
23
15
7 9 8 9 10
6 9
9,8
17 17 18
23 23 23
19
5 3 4 4 4 3 4
3
5,8
9 8 7
9 11 10
8
22
16
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011 2012 2013
KECIL MENENGAH
BESAR Grand Total
41
25
23
21
35
27
13 12
14
10
25
21
31
25
34
18
14
6 9 7 7 8 7
9
9 9 9
10
16
1213 12
4 2
3 4 3 2 3 3
5
5
5 5 6 6 6 6
16
8
9 8 10
10
7
7 9
8
12 11
16
12
14
11
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2010 2011 2012 2013
KECIL MENENGAH
BESAR Grand Totalunit unit
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
(ribu sak)(%, yoy)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
22
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Grafik Grafik Grafik Grafik 1.1.1.1.55554444
Penumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara Juanda
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.1.1.1.55555555
Penumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara Juanda
Grafik Grafik Grafik Grafik 1111....55553333
Arus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung PerakArus Barang di Tanjung Perak
mengalami penurunan, sehingga kinerja di kedua moda transportasi ini cenderung menurun.
Ke depan, potensi peningkatan subsektor ini, terutama komunikasi diperkirakan masih relatif
kuat dengan beragamnyaproduk smartphonedan perang tarif operator di pasaran semakin
tinggi. Hal ini mendorong pengeluaran komunikasi masyarakat semakin tinggi.
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.51.51.51.52222
Arus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung Perak
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-20
30
80
130
180
230
280
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)
Ribu Orang % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Vol Barang g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs)
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
% yoyRibu Orang
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jml Penumpang Intl gPenumpang Intl (rhs)
Ribu Orang% yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
23
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
BOKS 1
DAYA SAING DAERAH
Komposisi sektor produktif utama di Kawasan Jawa didominasi oleh 3 (tiga) sektor
yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor
Pertanian. Terkait isu daya saing, kami melakukan pengukuran pada 2 (dua) sektor utama
yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian.Hasil pengukuran daya saing sektoral
di Kawasan Jawa dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) mengindikasikan
peringkat daya saing masing – masing Provinsi. Pada metode ini dilakukan perbandingan
antar periode yaitu tahun 2007 untuk mewakili periode sebelum krisis 2008 dan tahun 2013
guna mewakili kondisi terkini.
Pada grafik 1, terindikasi bahwa Provinsi Jawa Tengah unggul pada sektor pertanian
dengan nilai LQ mencapai 1,5, disusul Provinsi Jawa Timur (1,2) dan Daerah Istimewa
Yogyakarta pada level 1,1. Sisanya, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Banten memiliki
keunggulan lebih rendah dari 1. Hal ini mengindikasikan lemahnya daya saing kedua
provinsi ini, meskipun nilainya relatif membaik dibandingkan tahun 2007.
Grafik 1. Daya Saing Pertanian Jawa Grafik 2. Daya Saing Industri Jawa
Selanjutnya, pada grafik 2, terindikasi bahwa daya saing sektor industri pengolahan
di Provinsi Banten merupakan tertinggi dibandingkan lainnya, yang disusul oleh Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan provinsi DIY memiliki daya saing
terendah (di bawah 1). Potret atas kedua sektor ini memberikan rekomendasi untuk
pengembangan sektor unggulan daerah, semisal DIY, sebaiknya tidak memaksakan untuk
pengembangan sektor industri namun dapat lebih fokus pada upaya optimalisasi kinerja
Jabar
Jateng
DIY
Jatim
Banten
KAWASAN
JAWA
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
2007 2013*
Jabar
Jateng
DIY
Jatim
Banten
KAWASAN
JAWA
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
2007 2013*
24
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Pengukuran daya saing tingkat
kabupaten di wilayah Jawa Timur
dengan menggunakan analisis
Tipologi Klassen diinformasikan
melalui grafik 3. Melalui analisis
tersebut diperoleh informasi
bahwa 55% kabupaten di Jatim
terklasifikasi sebagai daerah relatif
tertinggal. Sedangkan sisanya
(45%) merupakan daerah cepat
Berdasarkan analisis Klassen, hanya Kab.
Jember yang tergolong daerah cepat maju &
cepat tumbuh (dari wil. Tapal Kuda). Guna
mendorong ekonomi wilayah ini dapat
dikembangkan agroindustri dengan
menggunakan hasil pertanian setempat serta
pengembagan sektor pariwisata melalui Jember
Fashion Carnaval. Sementara itu, tingginya
indeks Kab. Bojonegoro dikarenakan turut
menghitung pendapatan migas (Blok Cepu).
sektor pertanian. Hasil analisis ini mengindikasikan relatif stagnannya daya saing industri
Jatim yang tidak bergerak pada level 1,1 selama 6 (enam) tahun.
Grafik 3.Tipologi KlassenKabupaten di Jawa Timur
relatif tertinggal dan daerah ini pun terklasifikasi pada wilayah Tapal Kuda yang termasuk
daerah tertinggal. Pemprov Jatim telah berupaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
wilayah Tapal Kuda yang meliputi Kabupaten di Madura, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab.
Jember, Kab. Probolinggo, dan Kab. Pasuruan. Grafik 4.Tipologi KlassenKotamadya di Jawa Timur
Hal yang perlu menjadi perhatian utama saat ini adalah Kabupaten Sampang karena
memiliki Indeks Klassen terendah. Melalui analisis tipologi ini diperoleh irisan karakteristik
daerah dimana daerah yang terklasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh merupakan kawasan
25
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
industri dan atau daerah pariwisata yang memiliki nilai tambah sehingga berkarakter daya saing
lebih tinggi dibandingkan daerah yang terkonsentrasi pada sektor pertanian. Sebagai informasi,
sub sektor industri tembakau di Kediri dikelompokkan pendapatannya di tingkat kotamadya,
sehingga indeks Kabupaten Kediri tergolong rendah dibandingkan daerah industri lainnya.
26
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
BOKS 2
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UNGGULAN JAWA
PASCA IMPLEMENTASI ACFTA
Di era globalisasi, keterkaitan industri antar dan inter negara menjadi hal yang tidak
dapat dihindari. Guna mendorong daya saing antar negara, beberapa negara bersepakat
untuk mendukung perdagangan bebas antara Cina dengan negara ASEAN (Indonesia,
Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam).
Perjanjian perdagangan bebas ASEAN dengan China dalam skema ASEAN-China Free
Trade Agreement (ACFTA) yang didasarkan pada perjanjian komprehensif kerjasama
ekonomi ASEAN China tahun 2002, dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu dengan jadwal
penurunan tarif:
1. Early harvest package untuk sektor yang sudah siap khususnya produk pertanian dan
perikanan (2004 – 2006);
2. Normal Track tahun 2005 – 2010 (normal track pertama) dan selesai tahun 2012
(normal track kedua);
3. Untuk produk yang dikategorikan sensitif (sensitive list) dijadwalkan selesai tahun 2018.
Analisis Intra Industry Trade (IIT)
Dengan adanya liberarisasi perdagangan maka akan menciptakan daya saing antar
produk. Selain itu pola perdagangan antar negara dapat diidentifikasikan melalui
keterkaitan perdagangan yang dapat tercermin dari nilai Intra Industry Trade (IIT). Nilai IIT
masing-masing komoditi akan menunjukkan tingkat integrasi. Integrasi yang tinggi
menunjukkan keterkaitan yang erat diantara negara-negara yang melakukan perdagangan
tersebut. Nilai IIT yang tinggi (mendekati 1) perdagangan tersebut bersifat dua arah (two-
way trade) dan nilai IIT yang kecil (mendekati 0) menunjukkan keterkaitan yang bersifat satu
arah (one-way trade).
Analisis IIT berikut dilakukan berdasarkan 3 (tiga) ekspor unggulan Kawasan Jawa
tahun 2009, yaitu kelompok industri kimia, logam serta industri alat komunikasi. Namun,
27
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
struktur tiga besar ini bergeser menjadi industri kimia, makanan serta barang hasil olahan
kayu. Pada tabel 1 dapat dilihat, ekspor kimia di tahun 2013 mengalami penurunan
dibandingkan 2009. Pada tahun 2009, industri kimia termasuk kelompok industri beralur
perdagangan intra-industry karena memiliki transaksi ekspor impor ke negara China yang
hampir setara. Dengan adanya perdagangan intra industry memungkinkan biaya produksi
lebih murah karena adanya differensiasi produk sehingga biaya produksi rata-rata menjadi
lebih murah. Tetapi pada tahun 2013, nilai IIT industri kimia menurun menjadi 0.18 yang
mencerminkan alur perdagangan satu arah, sehingga industri kimia di jawa hanya menjadi
importir dari Cina
Tabel 1. Nilai Intra Industry Trade (IIT) Ekspor Unggulan Kawasan Jawa Tahun 2009 dan 2013
Demikian pula untuk manufaktur ekspor terbesar lainnya di tahun 2009, yaitu
industri logam serta industri radio, televisi dan komunikasi pun terus menurun di tahun
2013. Kedua industri ini memiliki daya saing lebih rendah dibandingkan dengan industri
makanan dan kayu. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa beberapa komoditas
unggulan Kawasan Jawa kalah bersaing dengan produk Cina. Namun, pemberlakuan ACFTA
mendorong daya saing produk dalam negeri untuk menjadi produk ekspor andalan dalam
negeri (meliputi industri makanan dan hasil olahan kayu).
Faktor Pendorong Lemahnya Daya Saing Industri
Dalam kenyataannya, kebanyakan produk Indonesia kalah bersaing dengan produk
China yang dapat disebabkan :
1. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap Industri Kecil Menengah (IKM) yang
merupakan 90% dari total industri.
Ekspor Impor IIT Ekspor Impor IIT
Kimia & turunannya 662,65 277,37 0,59 1093,88 10792,25 0,18
Logam 269,55 165,39 0,76 279,84 5190,98 0,1
Radio, TV & Alat Komunikasi 170,26 822,21 0,34 198,08 6626,74 0,06
Kelompok Industri
2009 2013
28
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
Tabel 2. Perbandingan Daya Saing Industri Tekstil Indonesia vs Cina
No Indicator Indonesia China
1 Bahan Baku Masih diimpor Dalam Negeri & Impor
Kebijakan pemerintah yang
berpihak pada industri padat karya
menyebabkan inefisiensi produksi
industri tekstil.
-
2 Tenaga
kerja/buruh
Jam kerja : 40 jam/ minggu 44-48 jam/minggu
Hari kerja pertahun : 337 hari 347- 350 hari
Labor cost : US$ 0.66/jam US$ 0.55-0.85/jam
3 Energi/ Listrik Tarif : US$ 0.08 / kWh Tarif : US$ 0.09/ kWh
Supply tidak kontinyu sehingga
ada penambahan biaya (tidak
ekonomis untuk perusahaan)
Supply stabil
4 Mesin dan
peralatan
industry
>20 tahun dan baru 6% dilakukan
program restrukriasi mesin dari
pemerintah tahun 2007
<10 tahun dan telah
melakukan peremajaan
mesin sejak tahun 2000
5 Suku bunga
pinjaman
14% 6 %
2. Minimnya insentif biaya pengurusan Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap
produk UMKM.
3. Masih minimnya penggunaan produk dalam negeri (kalah bersaing dengan strategi
branding dan harga produk impor).
Namun, industri dalam negeri dapat bernafas lega dengan disahkannya Undang –
Undang Perdagangan mengingat keberpihakannya yang tinggi pada produk hasil industri
dalam negeri. Selain itu, concern pemerintah daerah guna mendorong substitusi impor
bahan baku juga terus digaungkan melalui berbagai forum. Ke depan, daya saing industri
29
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
unggulan Kawasan Jawa berpotensi terus meningkat jikalau dapat dilakukan linkage antara
industri dan UMKM. Industri harus terus didorong untuk dapat menjadi capital intensive
dan UMKM berkarakter labour intensive guna mendorong daya saing hasil industri dalam
negeri.
�
Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2
�
PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
�
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
2222 PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI
2.12.12.12.1 KONDISI KONDISI KONDISI KONDISI UMUUMUUMUUMUMMMM
Inflasi Jatim terkoreksi pada akhir tahun 2013, yaitu mencapai 7,59% (yoy) turun
dibandingkan triwulan sebelumnya (7,78%) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional
(8,38%). Demikian pula secara triwulanan, inflasi Jatim juga turun dari 3,72% (qtq) menjadi
0,73%.
Walaupun menurun, namun masih di atas sasaran inflasi nasional 4,5% + 1%, yang
disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok administered price (14,91%) dan volatile
foodss (12,76%). Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13%.
Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (2,68%),
disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%).
Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu seperti
Bahan Bakar Minyak, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar
rumah tangga, dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di
awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut.
Grafik 2.3. Grafik 2.3. Grafik 2.3. Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy)
Grafik 2.4. Grafik 2.4. Grafik 2.4. Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2Grafik 2.2.... Perkembangan Inflasi Jawa Timur
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang
relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi
nasional dan di urutan kedua terendah untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan
Jawa mulai dari yang terendah yaitu DIY (7,32%), Jawa Timur (7,59%), Jawa Tengah
(7,99%), Jawa Barat (9,15%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,65%).
2.22.22.22.2 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)
Sepanjang triwulan IV-2013, pergerakan harga di Jatim diwarnai dengan dua bulan
inflasi dan satu bulan deflasi. Tekanan inflasi terjadi pada bulan November dan Desember
masing-masing sebesar 0,19% dan 0,60% (mtm), sedangkan deflasi terjadi di bulan Oktober
(-0,06%). Terjadinya inflasi pada Desember 2013 utamanya didorong oleh tingginya
permintaan karena perayaan Natal dan Tahun Baru 2014 serta telah berakhirnya musim
panen dan dimulainya musim tanam. Hal ini diindikasikan melalui kenaikan harga tomat
sayur (55,52%), telur ayam ras (6,27%), daging sapi (2,48%) dan cabe rawit (20,92%),
dimana kenaikan harga telur ayam ras dan daging sapi karena tingginya permintaan,
sedangkan kenaikan harga tomat sayur dan cabe rawit karena faktor musim tanam dan
tingginya curah hujan sehingga mengurangi produksi. Kondisi ini menyebabkan inflasi
kelompok bahan makanan meningkat menjadi 1,56% dan menjadi penyumbang utama
inflasi Jawa Timur. Kenaikan inflasi tersebut tertahan oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga yang mengalami deflasi 0,28%.
Walaupun merupakan penyumbang utama pada Desember 2013, namun berdasarkan
rata-rata inflasi selama triwulan IV-2013, kelompok bahan makanan (0,24%) masih
mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar (0,52%), kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,38%)
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.1111 Inflasi Triwulan III Tahun 2013 & Triwulan IV Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
JulJulJulJul AugAugAugAug SepSepSepSep OctOctOctOct NovNovNovNov DecDecDecDec
Umum 2.96 0.98 -0.24 1.23 -0.06 0.19 0.60 0.24
1 Bahan Makanan 5.76 0.93 -2.25 1.48 -1.09 -0.11 1.56 0.12
2 Mamin, Rokok & Tembakau 1.25 0.51 0.54 0.77 0.43 0.31 0.39 0.38
3 perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.50 0.65 0.40 0.52 0.55 0.66 0.34 0.52
4 Sandang -0.95 3.31 3.29 1.88 -1.21 -0.28 0.21 -0.43
5 Kesehatan 0.41 0.19 0.36 0.32 -0.03 0.20 0.31 0.16
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.20 1.72 0.15 0.69 1.04 0.26 -0.28 0.34
7 Transpor, Komunikasi 8.06 0.27 -0.45 2.63 0.52 0.07 0.50 0.36
Rata-RataRata-RataRata-RataRata-RataNoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangTw III-2013Tw III-2013Tw III-2013Tw III-2013
Rata-RataRata-RataRata-RataRata-RataTw IV-2013Tw IV-2013Tw IV-2013Tw IV-2013
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,36%). Hal ini karena inflasi
bahan makanan masih dapat termoderasi melalui fluktuasi harga pangan yang berbanding
lurus dengan tingkat produksi, sedangkan inflasi 3 (tiga) kelompok lainnya lebih disebabkan
kenaikan harga yang ditentukan Pemerintah (administered price) yang tidak dapat
termoderasi, seperti tarif tenaga listrik, cukai rokok, bensin dan bahan bakar rumah tangga.
Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (untuk bulan Oktober, November dan Desember
2013), tampak bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk triwulan IV-2013 adalah
administered price yang berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada
kelompok transportasi, kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau dan kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan kelompok bahan makanan baru
meningkat pada akhir tahun 2013 karena faktor seasonal.
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw IV-2013 adalah sebagai berikut :
1.1.1.1. Bulan Bulan Bulan Bulan Oktober Oktober Oktober Oktober 2013201320132013
- Pada Oktober 2013, Jatim mengalami deflasi sebesar 0,06% dengan pendorong utama
masih normalnya konsumsi masyarakat, masih berlangsungnya musim panen dan
berlanjutnya pelemahan harga emas internasional. Faktor penahan laju inflasi pada
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.5555. . . . Inflasi per Kelompok Barang Tw IV-2013 (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.6666.... Inflasi Oktober 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.7777.... Inflasi November 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.8888.... Inflasi Desember 2013 per Kelompok Barang (mtm)
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
periode ini adalah kelompok bahan makanan dan sandang yang masing-masing
mengalami deflasi sebesar -1,09% (mtm) dan -1,21%(mtm).
- Sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran mengalami deflasi terbesar yaitu -
3,56% (mtm) dan -3,75%(mtm) sebagai dampak masih terpenuhinya permintaan
masyarakat melalui pasokan hasil panen di triwulan III yang terindikasikan dari
penurunan harga bawang merah dan tomat sayur masing-masing sebesar -13,86%
dan -37,01%. Potensi peningkatan harga daging sapi karena momen Hari Raya Idul
Adha memang terbukti dimana harga daging sapi meningkat sebesar 2,28%, namun
peningkatan tersebut mampu diredam oleh penurunan harga daging ayam ras sebesar
-9,04% sehingga secara total sub kelompok daging dan hasil-hasilnya masih
mengalami deflasi sebesar -2,68% (mtm).
- Pendorong utama inflasi secara bulanan pada Oktober 2013 adalah kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga (1,04%) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar (0,55%). Hal ini tercermin dari peningkatan biaya akademi/perguruan
tinggi sebesar 2,89% atau menyumbang 0,044%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di
Sumenep (11,81%).
2.2.2.2. Bulan Bulan Bulan Bulan November November November November 2013201320132013
- Berbeda dengan Oktober 2013, pada bulan ini inflasi mulai meningkat menjadi 0,19%
(mtm) atau sesuai dengan pola normalnya yang memang akan meningkat menjelang
akhir tahun. Inflasi utamanya didorong oleh kenaikan harga tarif listrik yang
merupakan penyesuaian ke-empat selama tahun 2014 dan menyumbang inflasi
sebesar 0,088%. Sedangkan penahan inflasi masih dari kelompok bahan makanan (-
0,11%) dan kelompok sandang (-0,28%).
- Kelompok administered price menjadi penyumbang utama peningkatan inflasi
November 2013 yaitu naik dari 0,14% (Okt 2013-mtm) menjadi 0,63% melalui
berlanjutnya peningkatan tarif listrik dan cukai rokok, sedangkan kelompok volatile
foods masih mengalami deflasi sebesar 0,01%. Walaupun mengalami deflasi, namun
perlu pula diperhatikan potensi inflasi kelompok ini, yang mulai tercermin dari
peningkatan harga di sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya
(0,27%), buah-buahan (1,57%) dan ikan segar (0,64%). Kenaikan harga apel (5,65%)
dan kelapa (4,63%) disebabkan curah hujan yang tinggi di daerah Malang sehingga
mempengaruhi kualitas dan daya tahan hasil panen, serta proses panen yang lebih sulit
untuk komoditas kelapa. Sedangkan kenaikan harga komoditas jeruk utamanya karena
pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga mempengaruhi harga komoditas jeruk impor.
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Secara historis, komoditas beras mengalami titik terendah panen pada akhir tahun
karena baru dimulainya musim tanam, yang akan dipanen pada bulan Januari-Februari
tahun selanjutnya. Kondisi tersebut menyebabkan harga beras meningkat sebesar
0,29% pada November 2013.
- Inflasi kelompok core inflation melambat dari 0,23% (Okt 2013) menjadi 0,15% (Nov
2013) yang masih didorong oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar -1,15%.
3.3.3.3. Bulan Bulan Bulan Bulan DesemberDesemberDesemberDesember 2013201320132013
- Inflasi akhir tahun 2013 meningkat menjadi 0,60%. Angka inflasi bulanan tersebut
searah namun lebih tinggi dari pola inflasi 5 (lima) tahun terakhir dengan rata-rata
0,40% (mtm). Tekanan inflasi bulanan terutama bersumber dari kelompok volatile
foods melalui kenaikan harga kelompok bahan makanan (1,56%-mtm) khususnya sub
kelompok sayur-sayuran (11,12%), bumbu-bumbuan (4,47%), telur (3,03%) dan ikan
segar (1,95%).
- Tingginya tekanan inflasi pada Desember 2013 berasal dari 2 (dua) faktor yaitu faktor
permintaan dan produksi. Faktor permintaan karena adanya Natal dan Tahun Baru
2014 sehingga mendorong peningkatan konsumsi dan mobilitas masyarakat,
sedangkan faktor produksi karena berlalunya masa panen dan dimulainya masa tanam
sehingga jumlah pasokan di masyarakat tidak melimpah.
- Kelompok volatile foods mengalami inflasi sebesar 1,76% (mtm), dengan dorongan
utama pada sub kelompok sayur-sayuran (m11,12%), bumbu-bumbuan (4,47%) dan
telur,susu dan hasil-hasilnya (3,03%). Kenaikan harga tomat sayur yang mencapai
angka 55,52% (mtm) sekaligus menjadi penyumbang utama inflasi dengan
sumbangan sebesar 0,089% disebabkan minimnya ketersediaan komoditas ini di pasar
karena salah satu sentra produksi tomat di Kediri masih mengalami masa tanam
sehingga mendorong harga menjadi tinggi. Selain komoditas tomat sayur, cabe rawit
dan bawang merah juga menyumbang inflasi di Jawa Timur masing-masing sebesar
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.9999.... Inflasi sub Kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air (mtm)
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
0,039% dan 0,023%. Kenaikan harga yang tinggi pada komoditas cabe tersebut
disebabkan penurunan produktivitas di salah satu sentra produksi (Kediri) dari yang
ditargetkan sebesar 4.165 kuintal/hektar menjadi 1.395 kuintal/hektar.
- Di sisi lain, tekanan inflasi dari kelompok volatile foods juga disumbang oleh komoditas
daging sapi. Walaupun sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi
sebesar -0,18% (mtm) namun komoditas daging sapi mengalami kenaikan harga
sebesar 2,48% dan menyumbang inflasi sebesar 0,04%. Hal ini telah diprediksi
sebelumnya mengingat tidak seimbangnya produksi daging sapi dengan tingkat
konsumsi masyarakat.
- Secara bulanan, inflasi kelompok inti meningkat pada periode laporan, yaitu dari
0,15% (mtm-November 2013) menjadi 0,28% (Desember 2013). Sumber utama
tekanan berasal dari domestik sebagai dampak lanjutan kebijakan harga energi dan
pelemahan nilai tukar Rupiah.
- Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm), dengan sumbangan utama
berasal dari peningkatan tarif kereta api sebesar 8,70% dan bahan bakar rumah
tangga sebesar 1,57%.
2.3.2.3.2.3.2.3. INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN INFLASI TRIWULANAN (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Pada Tw IV-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 0,73% (qtq), turun
dibandingkan periode sebelumnya (Tw III-2013) yang sebesar 3,72%. Semua kelompok
mengalami penurunan inflasi, dengan penurunan terbesar pada kelompok sandang (1,23%),
kelompok bahan makanan (-6,97%), kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
(-6,78%) dan kelompok bahan makanan (-4,00%). Penurunan tersebut karena telah
berlalunya second round effect kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), masih
berlanjutnya penurunan harga emas internasional dan tingkat konsumsi masyarakat yang
tidak setinggi pada saat Hari Raya Idul Fitri.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.10101010 Inflasi (mtm) Bumbu dan Sayur
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.11111111 Inflasi (mtm) Beras, Daging dan Telur
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar memberikan sumbangan terbesar sebesar 0,32% disusul oleh kelompok
makanan, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,21% yang dipicu peningkatan tarip
listrik dan cukai rokok yang selalu terjadi setiap triwulan.
Walaupun sempat mengalami anomali di awal tahun 2013, pola sumbangan inflasi
telah kembali pada pola normalnya yaitu meningkat pada akhir tahun. Hal ini karena dampak
inflasi volatile foods yang meningkat signifikan di awal tahun telah termoderasi seiring
dengan kembali lancarnya impor hortikultura dan berlangsungnya masa panen raya.
Analisis lebih lanjut dilakukan terhadap kelompok bahan makanan mengingat
kelompok ini memiliki volatilitas besar dan pada musim-musim tertentu seiring dengan
ketersediaan pasokan dan permintaan, serta menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur,
khususnya untuk sub kelompok padi-padian, bumbu-bumbuan dan daging. Perkembangan
inflasi beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi Jatim adalah sebagai berikut :
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.2222 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS, data diolah
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.12121212 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.13131313 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV
Umum 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 0.73 0.70 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 0.73
1 Bahan Makanan 0.90 2.55 1.62 9.34 -2.36 4.34 0.34 0.12 0.20 0.58 0.37 2.26 -0.56 1.03 0.08
2 Mamin, Rokok & Tembakau 1.90 2.59 0.79 1.73 0.89 2.31 1.13 0.23 0.35 0.48 0.15 0.32 0.16 0.42 0.21
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.18 0.68 0.97 1.84 0.97 1.57 1.57 0.14 0.25 0.14 0.20 0.38 0.20 0.32 0.32
4 Sandang -0.48 3.61 0.31 -1.66 -4.37 5.69 -1.28 0.07 -0.03 0.25 0.02 -0.11 -0.27 0.36 -0.08
5 Kesehatan 0.54 0.86 0.68 0.98 1.11 0.97 0.47 0.02 0.03 0.04 0.03 0.04 0.05 0.04 0.02
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.27 3.56 0.32 0.32 0.18 2.08 1.02 0.02 0.02 0.32 0.03 0.03 0.02 0.18 0.09
7 Transpor, Komunikasi 0.40 0.80 0.79 0.25 3.32 7.87 1.09 0.07 0.07 0.14 0.14 0.04 0.58 1.42 0.20
Sumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQSumbangan Inflasi QTQ
2012201220122012 20132013201320132012201220122012NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang 2013201320132013
Inflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQInflasi QTQ
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BerasBerasBerasBeras
Pada Tw IV-2013 ini, komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa
Timur mengalami penurunan harga dari 5,34% (Sep 2013-qtq) menjadi 0,74%. Hal ini
sejalan dengan tingkat harga beras internasional yang mengalami penurunan harga dari
USD$ 495,42/mt menjadi USD$ 427,60//mt. Penurunan inflasi dan harga beras internasional
tersebut tidak serta merta sejalan dengan tingkat harga di Jawa Timur. Beberapa pasar justru
mengalami kenaikan harga beras yaitu dari Rp11.671/kg (Sep 2013) menjadi Rp11.792/kg
(Des 2013). Kenaikan harga tersebut lebih dipicu oleh aspek distribusi dan struktur pasar
karena produksi beras di Jawa Timur masih surplus.
Untuk memastikan ketersediaan beras di masyarakat, Bulog sebagai salah satu
lembaga buffer memastikan pasokan beras di Jawa Timur cukup dan memadai. Hal ini
tercermin dari jumlah stok beras Bulog dan tingkat penyaluran Raskin yang terus meningkat
selama 3 (tiga) tahun terakhir.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.14141414 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Tw IV-2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.15151515 Inflasi Beras Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS Jatim dan Bloomberg (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Penyaluran Raskin 2011 2012 2013
Stok total 182.089 477.776 628.025
Raskin Reguler 600,564 588,160 514,344
Raskin 13 51,025 42,862
Raskin 14 42,862
Raskin 15 42,862
Total 600,564 639,185 642,930
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.3333 Stok Beras dan Penyaluran Raskin
Sumber : Bulog, data diolah
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BumbuBumbuBumbuBumbu----BumbuanBumbuanBumbuanBumbuan
Inflasi bumbu-bumbuan pada Tw IV-2013 masih menunjukkan trend yang rendah
yaitu turun dari 2,96% (Tw III-2013) menjadi -1,63% (Tw IV-2013).
Walaupun secara kumulatif inflasi kelompok bumbu-bumbuan stabil. Namun
berdasarkan komoditasnya terdapat fluktuasi inflasi. Sebagai contoh pada akhir tahun
bawang merah dan cabe merah mengalami inflasi masing-masing sebesar 3,05% dan
28,44% (qtq), namun tertahan oleh deflasi cabe rawit yang mencapai 22,18%. Hal ini
menyebabkan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan masih mengalami deflasi pada akhir
2013.
Sedangkan dari sisi produksi, terdapat peningkatan produksi untuk komoditas
bawang merah dan cabe merah dimana masing-masing meningkat 19,07% dan 7,91%.
Sedangkan cabe rawit mengalami penurunan produksi sebesar 16,19%. Gangguan terbesar
terhadap produksi komoditas bumbu-bumbuan adalah curah hujan yang tinggi sehingga
beberapa tanaman menjadi tidak dapat dipanen dan produksi menjadi turun. Permasalahan
lainnya adalah komoditas ini merupakan komoditas yang tidak tahan lama sehingga tidak
dapat disimpan untuk memenuhi permintaan masyarakat ketika kondisi shortage.
PeternakanPeternakanPeternakanPeternakan
Inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya pada Tw IV-2013 turun dari 10,53%
(Tw III-2013) menjadi -3,20% (Tw IV-2013). Penurunan tersebut didorong oleh deflasi daging
ayam ras dan telur ayam ras masing-masing sebesar -13,97% dan -4,01%. Sedangkan
daging sapi masih mengalami inflasi sebesar 7,84%.
Penurunan inflasi tersebut karena tingkat permintaan masyarakat pada Tw IV-2013
lebih rendah dibandingkan Tw III-2013 sehingga mendorong tingginya pasokan dan koreksi
harga. Sedangkan dari sisi supply, ketersediaan daging sapi relatif terbatas karena tidak
semua populasi sapi di Jawa Timur siap untuk dipotong. Berdasarkan sensus pertanian tahun
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.16161616 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.17171717 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim
Sumber : BPS Jatim (diolah) Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah)
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
2013 terdapat penurunan jumlah sapi di Jawa Timur dari 5,1 juta ekor menjadi 3,8 juta ekor,
sedangkan di lain sisi jumlah penduduk relatif meningkat sehingga berpotensi menimbulkan
shortage. Sedangkan dari data dari Dinas Peternakan Jawa Timur, beberapa sentra daging
sapi di Jawa Timur antara lain Tuban, Lumajang, Magetan, Madura dan Malang
mengkonfirmasi tidak meratanya produksi daging sapi yang tercermin dari rata-rata
pertumbuhan 5 (lima) tahun terakhir konsumsi daging sapi (kisaran 2,5%) yang lebih tinggi
dari produksinya (kisaran 2,4%).
2.4.2.4.2.4.2.4. INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN INFLASI TAHUNAN (yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
Inflasi Jawa Timur tahun 2013 secara tahunan mencapai 7,59% lebih tinggi
dibandingkan realisasi 2012 yang mencapai 4,50%. Peningkatan inflasi tersebut didorong
oleh banyak faktor yaitu fluktuasi produksi yang menyebabkan kenaikan harga bahan
makanan, penetapan harga oleh Pemerintah antara lain BBM, tarip listrik, Upah Minimum
Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah tangga, serta pelemahan nilai Rupiah dan
pergerakan harga komoditas internasional.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.18181818 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq)
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.4444 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV
Umum 4.63 4.50 4.50 6.75 5.92 7.78 7.59 3.97 4.63 4.50 4.50 6.75 5.92 7.78 7.59
1 Bahan Makanan 6.14 6.65 5.74 14.98 11.27 13.20 11.78 0.90 1.38 1.50 1.30 3.62 2.66 3.13 2.78
2 Mamin, Rokok & Tembakau 6.32 6.69 6.71 7.18 6.12 5.83 6.19 0.93 1.17 1.24 1.25 1.32 1.13 1.06 1.13
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 3.29 3.18 3.54 4.75 4.53 5.46 6.09 0.58 0.70 0.67 0.74 0.99 0.95 1.12 1.26
4 Sandang 6.27 3.99 4.53 1.72 -2.25 -0.29 -1.88 0.61 0.42 0.27 0.31 0.11 -0.14 -0.02 -0.12
5 Kesehatan 1.83 2.43 2.60 3.10 3.69 3.80 3.59 0.13 0.09 0.11 0.12 0.14 0.17 0.17 0.16
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 6.26 4.51 4.43 4.50 4.40 2.91 3.63 0.57 0.56 0.41 0.40 0.39 0.39 0.25 0.31
7 Transpor, Komunikasi 1.86 1.87 2.43 2.26 5.23 12.61 12.94 0.29 0.33 0.32 0.42 0.38 0.91 2.28 2.34
Sumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOYSumbangan Inflasi YOY
2012201220122012 2013201320132013 2012201220122012 2013201320132013NoNoNoNo Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang
Inflasi YOYInflasi YOYInflasi YOYInflasi YOY
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Berdasarkan kelompoknya, secara tahunan pendorong inflasi tahun 2013 adalah
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (12,94%-yoy) dan kelompok bahan
makanan (11,78%) yang sekaligus juga menjadi penyumbang terbesar inflasi. Kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga secara perlahan meningkat (6,09%) di
tahun 2013 sebagai dampak peningkatan tarip listrik yang dilakukan bertahap setiap
triwulan. Penahan inflasi tahun 2013 adalah kelompok sandang (-1,88%) seiring dengan
pelemahan harga emas internasional. Walaupun mengalami deflasi, namun penurunan harga
emas semakin kecil sehingga berpotensi mengalami inflasi ke depannya.
Tingginya inflasi kelompok bahan makanan utamanya berasal dari sub kelompok
bumbu-bumbuan (26,12%), sayur-sayuran (20,26%) dan buah-buahan (16,84%).
Sedangkan berdasarkan komoditasnya, pendorong inflasi secara tahunan adalah bawang
merah (114,30%), beras (6,43%), daging sapi (16,17%) dan daging ayam ras (13,19%).
Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan diperkirakan masih akan berlanjut sampai
dengan awal tahun 2014 karena faktor cuaca (curah hujan tinggi dan banjir) serta minimnya
musim panen.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.20202020 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang
dan Tranpor (yoy) 2010-2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.19191919 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.21212121 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun
2012 - 2013
GrafikGrafikGrafikGrafik 2.2.2.2.22222222 Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Selain kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan juga mengalami kenaikan signifikan khususnya sub kelompok transport (17,99%).
Kenaikan bensin sebesar 44,44% direspon dengan kenaikan inflasi bensin secara kumulatif
sebesar 42,90%. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan tarif lainnya antara lain angkutan
dalam kota (31,12%) dan angkutan luar kota (21,89%). Dampak kenaikan harga BBM ini
baru akan termoderasi pada awal Tw III-2014 seiring dengan telah hilangnya dampak tahun
base year IHK.
2.5.2.5.2.5.2.5. INFLASI INFLASI INFLASI INFLASI MENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTAMENURUT KOTA
Dari 7 (tujuh) kota yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional, dibandingkan
dengan Tw III-2013, rata mengalami kenaikan di kisaran 0,4% - 0,9%. Sedangkan secara
tahunan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri (8,05%), disusul Probolinggo (7,96%), Malang
(7,92%), Surabaya dan Madiun (7,52%), Jember (7,21%) dan Sumenep (6,63%).
Tingginya inflasi di tujuh kota secara tersebut, disebabkan kondisi perubahan harga
dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan.
Kabupaten Jember mengalami inflasi kelompok bahan makanan tertinggi (2,63%-mtm),
sebagai dampak peningkatan harga dari sub kelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan.
Kota Madiun mengalami kenaikan cukup tinggi untuk sub kelompok makanan jadi (1,02%)
dan perumahan (0,64%). Secara umum, tingginya inflasi kelompok bahan makanan tersebut
karena masih berlangsungnya periode tanam dan tingginya permintaan masyarakat karena
adanya Natal dan Tahun Baru 2014. Di samping itu, curah hujan dan ombak yang cukup
tinggi turut mempengaruhi penurunan pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti
cabe rawit, cabe merah dan ikan laut.
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.5555 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS, Data diolah.
Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV
Jatim 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 0.73 4.63 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78 7.59
Surabaya 0.82 1.83 0.91 2.90 0.11 3.66 0.69 4.69 4.29 4.37 6.61 5.86 7.75 7.52
Malang 0.86 2.05 1.15 2.78 0.35 3.69 0.92 4.44 4.58 4.60 7.01 6.46 8.17 7.92
Kediri 1.20 2.40 0.43 2.51 0.60 4.07 0.68 5.06 5.26 4.63 6.69 6.05 7.78 8.05
Jember 0.84 1.65 1.09 2.81 -0.25 3.95 0.57 4.12 4.40 4.49 6.53 5.38 7.77 7.21
Sumenep 1.21 2.17 0.61 3.26 -0.53 3.33 0.46 5.46 6.06 5.06 7.44 5.59 6.79 6.63
Probolinggo 1.73 2.49 0.92 2.83 0.03 4.05 0.87 4.66 5.55 5.88 8.19 6.39 8.02 7.96
Madiun 0.58 1.71 0.50 3.14 -0.31 3.77 0.77 3.93 3.91 3.51 6.04 5.10 7.23 7.52
WilayahWilayahWilayahWilayah
Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)
2012201220122012 2013201320132013 2012201220122012 2013201320132013
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Inflasi tahunan terendah periode ini terjadi di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar
6,78% (yoy). Penyumbang utama rendahnya inflasi tersebut selain penurunan harga
komoditas telur ayam ras yang cukup tinggi (-22,27%) juga karena penurunan harga sub
kelompok minuman yang tidak beralkohol (-0,77%) melalui deflasi pada komoditas gula
pasir (-9,53%). Selain komoditas di atas, faktor penyebab rendahnya inflasi Kabupaten
Sumenep juga berasal dari sub kelompok ikan segar (0,87%) karena Kabupaten Sumenep
merupakan kabupaten yang sebagian masyarakatnya mendapatkan penghasilan sebagai
nelayan sehingga pasokan ikan segar merupakan hal yang umum terjadi ketika cuaca sedang
baik.
Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan
inflasi di ketujuh kota tahun 2013 ini bersumber dari 2 (dua) kelompok utama yaitu
kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Hal
ini karena tingginya bobot kedua kelompok tersebut dalam konsumsi masyarakat yang
mencapai 24% dan 18%.
Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun
Umum 7.59 7.52 7.92 8.05 7.21 6.63 7.96 7.18
Bahan Makanan 2.78 12.17 13.18 8.21 11.14 7.79 11.96 9.38
Mamin, Rokok & Tembakau 1.13 6.55 4.46 7.26 3.04 5.38 9.51 7.69
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.26 6.12 5.71 5.91 4.86 5.62 4.11 11.20
Sandang -0.12 -2.65 0.67 0.30 -0.33 1.57 -2.97 -7.32
Kesehatan 0.16 4.23 1.72 5.64 2.71 4.95 4.28 -2.12
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.31 3.08 1.07 6.10 5.73 4.77 4.29 14.36
Transpor, Komunikasi 2.34 11.69 15.30 15.38 13.65 10.69 12.74 19.08
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.24242424 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Tabel 2.6Tabel 2.6Tabel 2.6Tabel 2.6 Inflasi 7 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan IV-2013 (% yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.23232323 Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)
7 Kota di Jawa Timur
Sumber : BPS, data diolah
43
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
2.6.2.6.2.6.2.6. DISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASIDISAGREGASI INFLASIINFLASIINFLASIINFLASI
Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh
peningkatan harga kelompok administered price dan volatile foods pada tingkat 14,91% dan
12,76%, sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13% (yoy). Sumbangan
inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (2,68%), disusul kemudian
oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan
pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu dan fluktuasi produksi (termasuk di
dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya
inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut.
Pada grafik 2.27 di atas, tampak bahwa tingginya inflasi pada tahun 2013 utamanya
disebabkan oleh lonjakan inflasi kelompok administered price dan volatile foods yang
melebihi pola normalnya. Inflasi kelompok administered price seharusnya berada di kisaran
2% - 4%, sedangkan kelompok volatile foods di kisaran 6% - 9%. Jika inflasi kedua
kelompok tersebut secara tahunan dapat kembali pada pola normalnya, maka inflasi Jawa
Timur akan sejalan dengan sasaran inflasi nasional yaitu 4,5% + 1%.
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.Tabel 2.7777 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan IV-2013 (% yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.22225555 Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.26262626 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy)
Kelompok BarangKelompok BarangKelompok BarangKelompok Barang JatimJatimJatimJatim SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya MalangMalangMalangMalang KediriKediriKediriKediri JemberJemberJemberJember SumenepSumenepSumenepSumenep ProbolinggoProbolinggoProbolinggoProbolinggo MadiunMadiunMadiunMadiun
Umum 7.59 7.52 7.92 8.05 7.21 6.63 7.96 7.18
Bahan Makanan 0.66 2.72 3.43 2.06 3.09 2.55 3.30 2.23
Mamin, Rokok & Tembakau 0.21 1.20 0.86 1.32 0.49 0.82 1.77 1.48
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.26 1.27 1.13 1.26 1.04 1.08 0.88 2.47
Sandang -0.01 -0.17 0.03 0.02 -0.02 0.12 -0.18 -0.39
Kesehatan 0.01 0.19 0.07 0.26 0.12 0.21 0.19 -0.11
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.03 0.27 0.10 0.47 0.40 0.27 0.29 1.14
Transpor, Komunikasi 0.42 2.19 2.55 2.76 2.28 1.62 1.92 3.12
44
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Sedangkan berdasarkan disagregasi bulanan, inflasi Jatim terutama didorong oleh
inflasi kelompok volatile foods sebesar 1,76% (mtm) dan administered price sebesar 0,45%.
Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil di kisaran 0,28%. Peningkatan inflasi
kelompok volatile foods disebabkan oleh peningkatan permintaan dan belum optimalnya
proses produksi (faktor seasonal). Sedangkan inflasi kelompok administered price lebih
karena kenaikan harga bensin non subsidi (Pertamax) serta bahan bakar rumah tangga (LPG
12 kg) sebagai bentuk antisipasi masyarakat menjelang keputusan kenaikan harga oleh
pemerintah pada 1 Januari 2014.
Volatile foodsVolatile foodsVolatile foodsVolatile foods
Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,76% (mtm) atau 12,76% (yoy),
meningkat dibandingkan November 2013 yang mengalami deflasi -0,01% (mtm) atau
12,63% (yoy) dan menyumbang inflasi Jatim sebesar 2,54% (yoy).
Secara bulanan, tekanan inflasi pada kelompok ini utamanya didorong oleh sub
kelompok sayur-sayuran (mtm : 11,12% dan yoy : 20,26%), bumbu-bumbuan (mtm : 4,47%
dan yoy : 26,12%) dan telur,susu dan hasil-hasilnya (mtm : 3,03% dan yoy : 5,67%).
Kenaikan harga tomat sayur yang mencapai angka 55,52% (mtm) sekaligus menjadi
penyumbang utama inflasi dengan sumbangan sebesar 0,089% disebabkan minimnya
ketersediaan komoditas ini di pasar karena salah satu sentra produksi tomat di Kediri masih
mengalami masa tanam sehingga mendorong harga menjadi tinggi. Harga diperkirakan
terkoreksi pada Januari 2014 seiring mulai dipanennya beberapa komoditas sayuran. Saat ini,
di Kediri terdapat 400 ha tomat yang berumur 1 bulan. Umur tanam tomat rata-rata 60 hari,
dan akan habis dipanen selama 90 hari. Jika iklim masih normal, maka panen tomat dengan
luas tanam 400ha akan terjadi di bulan Januari. Selain Kediri, masih ada daerah lainnya yang
Grafik Grafik Grafik Grafik 2.2.2.2.27272727 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.28282828 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
45
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
juga akan panen seperti Tulungagung, Bojonegoro, dan Malang, sehingga pada bulan
Januari s.d Maret 2014 harga tomat diprediksi akan turun karena pasokan melimpah.
Selain komoditas tomat sayur, cabe rawit dan bawang merah juga menyumbang inflasi
di Jawa Timur masing-masing sebesar 0,039% dan 0,023%. Kenaikan harga yang tinggi
pada komoditas cabe tersebut disebabkan penurunan produktivitas di salah satu sentra
produksi (Kediri) dari yang ditargetkan sebesar 4.165 kuintal/hektar menjadi 1.395
kuintal/hektar. Penurunan produktivitas tersebut karena mayoritas lahan di Kediri adalah
tadah hujan, sehingga adanya anomali cuaca dan gangguan hama menyebabkan banyak
petani mengalami gagal panen, petani cabai merah banyak yang beralih kepada komoditas
lainnya (cabai kecil dan tomat) dan luasan lahan tanam cabai merah setiap tahun semakin
berkurang, sehingga mempengaruhi jumlah produksi cabai merah. Sedangkan kenaikan
harga bawang merah dikarenakan masih dimulainya musim tanam komoditas ini antara lain
di Nganjuk dan Probolinggo.
Di sisi lain, tekanan inflasi dari kelompok volatile food juga disumbang oleh komoditas
daging sapi. Walaupun sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi sebesar -
0,18% (mtm) namun komoditas daging sapi mengalami kenaikan harga sebesar 2,48% dan
menyumbang inflasi sebesar 0,04%. Hal ini telah diprediksi sebelumnya mengingat tidak
seimbangnya produksi daging sapi dengan tingkat konsumsi masyarakat. Sedangkan
populasi sapi yang ada di Jawa Timur tidak semuanya dapat dipotong sehingga pasokan
daging melalui impor menjadi penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sisi lain,
rendahnya margin yang diperoleh peternak sapi (di kisaran Rp500.000 per ekor sapi)
menyebabkan kurangnya perhatian peternak untuk menggiatkan pengembangbiakan sapi.
Selain itu, berdasarkan informasi dari APFINDO (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot
Indonesia) terdapat arus keluar sapi hidup dari daerah ini untuk memenuhi tingginya
permintaan daging sapi dari DKI Jakarta dan Jawa Barat, sehingga semakin mengurangi
populasi sapi di wilayah Jawa Timur.
Demikian pula dengan kondisi ketersediaan sapi di beberapa sentra produksi seperti di
Kabupaten Sumenep yang turun dari 362.227 ekor (2011) menjadi 333.770 ekor sapi (2013).
Kondisi ini menjadi potensi risiko ke depannya yang akan terus meningkatkan harga
komoditas daging sapi. Tingginya inflasi komoditas daging sapi ini tertahan oleh penurunan
harga komoditas daging ayam ras yang pada periode laporan mengalami deflasi sebesar
3,38% (mtm) serta sub kelompok buah-buahan melalui penurunan harga komoditas apel (-
4,44%), alpukat (-12,31%) dan semangka (-4,68%).
46
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Core InflationCore InflationCore InflationCore Inflation
Sumber utama tekanan berasal dari domestik sebagai dampak lanjutan kebijakan harga
energi. Sedangkan dari sisi eksternal, peningkatan dimulai pada triwulan III 2013 seiring
dengan pelemahan nilai tukar Rupiah selama triwulan III 2013 akibat derasnya capital
outflow semenjak menguatnya isu tapering – off dari The Fed. Tekanan pelemahan nilai
tukar rupiah meningkat meskipun masih dapat dimitigasi oleh penurunan harga komoditas
global. Rupiah pada Desember 2013 kembali mengalami depresiasi (di kisaran 9,21% mtm
atau rata-rata Rp12.270,- per USD). Dampak depresiasi nilai tukar ini terlihat pada inflasi
kelompok industri yang secara bulanan menunjukkan tren meningkat seperti kelompok
elektronik, otomotif, makanan minuman dan emas perhiasan.
Analisis lebih lanjut terkait inflasi inti (core) dengan mengeluarkan komoditas emas
perhiasan, menunjukkan laju inflasi yang lebih rendah dengan angka sebesar 4,13% (yoy),
dibandingkan memasukkan komoditas ini dalam kelompok inti dengan laju inflasi yang lebih
tinggi mencapai angka 4,68% (yoy). Hal tersebut mencerminkan bahwa pengaruh
pergerakan harga emas di pasar internasional diiringi dengan depresiasi nilai tukar rupiah
berpengaruh besar terhadap laju inflasi di kelompok inti secara keseluruhan.
Berdasarkan pembentuknya, kelompok inti tradable mengalami peningkatan yang lebih
besar yaitu dari 0,18% (mtm) menjadi 0,43% (mtm) atau stabil di tingkat 4,45% (yoy).
Peningkatan inflasi inti tradeable tersebut jika diuraikan lebih dalam secara tahunan lebih
dikarenakan kenaikan harga dari kelompok core traded-konstruksi antara lain dalam bentuk
peningkatan harga batu bata/batu tela (19,98%-yoy), pasir (15,88%) dan cat kayu (12,88%)
yang menjadi komponen sektor properti, sehingga sektor properti masih menjadi faktor yang
berperan penting dalam menggerakkan inflasi inti di Jawa Timur.
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.29292929 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.30303030 Inflasi Inti – Manufacturing & Services (mtm)
47
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Dari faktor ekspektasi, konsumen masih optimis terhadap perkembangan
perekonomian di Jawa Timur, tercermin dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen dari
122,07 (November 2013) menjadi 123,94 pada Desember 2013. Hal ini diperkirakan
merupakan dampak dari tingginya aktivitas ekonomi di penghujung tahun 2013 dan adanya
Pemilu di April 2014 yang diikuti dengan peningkatan pengeluaran pemerintah. Kondisi ini
diyakini turut mendorong persepsi konsumen dan pedagang terhadap peningkatan harga
pada tiga dan enam bulan ke depan.
Administered PriceAdministered PriceAdministered PriceAdministered Price
Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm) atau 14,91% (yoy) dan menyumbang
inflasi Jawa Timur sebesar 2,68% (yoy). Inflasi ini turun dibandingkan November 2013 yang
mencapai 0,63% (mtm) atau 14,56% (yoy). Sumbangan utama peningkatan inflasi periode
ini berasal dari peningkatan tarif kereta api sebesar 8,70% dan bahan bakar rumah tangga
sebesar 1,57%. Adanya rencana peningkatan harga LPG 12 kg pada tahun 2014
menyebabkan masyarakat mulai meningkatkan pembelian sebagai antisipasi terjadinya
kenaikan. Peningkatan permintaan tersebut menyebabkan turunnya jumlah persediaan
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.31313131 Inflasi Inti Traded Konstruksi dan Non Konstruksi (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.32323232 Inflasi Inti Traded Food dan Non Food (yoy)
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.33333333 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.Grafik 2.34343434 Ekspektasi Harga yang Akan Datang
120
130
140
150
160
170
180
190
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2010 2011 2012 2013
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Indeks
0
50
100
150
200
250
2010 2011 2012 2013 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Indeks
48
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
sehingga mendorong kenaikan harga LPG. Sedangkan kenaikan harga bensin lebih
disebabkan karena peningkatan harga Pertamax yang dimasukan dalam komoditas ini.
Grafik Grafik Grafik Grafik 2222....35353535
Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Administered Price
49
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BOKS BOKS BOKS BOKS 3333
Dampak Bencana Banjir di JDampak Bencana Banjir di JDampak Bencana Banjir di JDampak Bencana Banjir di Jawa Timurawa Timurawa Timurawa Timur
Peta Bencana Banjir
Pada awal tahun 2014 sejumlah daerah di Indonesia mengalami banjir yang cukup parah
seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Manado. Di Jawa Timur, curah hujan memang tinggi
namun banjir yang terjadi tidak sebesar di wilayah lain. Berdasarkan peta potensi banjir
BMKG tampak bahwa Jawa Timur memang mengalami banjir di beberapa daerah seperti
Bojonegoro, Magetan, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Jember dan Lumajang namun pada skala
menengah sehingga tidak menimbulkan kerusakan infrastruktur yang parah. Sedangkan
potensi banjir dengan skala tinggi terjadi pada daerah yang bukan merupakan sentra
produksi pangan (Bangil, Mojosari, Purwodadi dan Purwosari).
Dampak Bencana Banjir Terhadap Produksi Pangan
Berdasarkan penggalian informasi terhadap beberapa daerah yang mengalami banjir di
Jawa Timur, dampak yang ditimbulkan terangkum pada tabel berikut :
DaerahDaerahDaerahDaerah KomoditasKomoditasKomoditasKomoditas DampakDampakDampakDampak
Bojonegoro Padi Lahan pertanian padi yang siap panen terendam banjir seluas 4.965 ha
Palawija Lahan palawija terendam hingga 379 hektar
Jember Padi & Cabe Total lahan yang terendam sekitar 500 ha
Lamongan Padi Lahan tambak dan padi terendam seluas 898 hektar
Tuban Padi &
Jagung
Total lahan yang terendam sekitar 3.672 ha
Ngawi Padi Lahan terendam seluas 308 ha dan mengalami puso seluas 0,75 ha
Magetan Padi Lahan terendam seluas 87 ha dan yang mengalami puso 14,5 ha
Grafik 1. Intensitas Curah Hujan Jawa Timur Grafik 2. Potensi Banjir Februari 2014
50
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
Gresik Padi Lahan terendam seluas 1.985 ha
Jagung Lahan terendam seluas 8,2 ha
Kacang hijau Lahan terendam seluas 8,2 ha
Madiun padi Lahan terendam seluas 30 ha
Mayoritas komoditas pertanian yang mengalami banjir di Jawa Timur adalah padi karena
memang telah memasuki masa tanam pada Tw IV-2013, sedangkan komoditas lainnya
ditanam namun dalam skala yang lebih kecil. Walaupun luas lahan yang terendam banjir
relatif besar, namun tingkat kerusakan dan puso yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini
karena mayoritas padi telah memasuki usia tanam lebih dari 40 hari. Sedangkan untuk lahan
puso di Magetan dan Madiun, saat ini telah dilakukan penanaman kembali. Namun dengan
memperhatikan peta curah hujan dan potensi banjir, masih dimungkinkan terjadi gangguan
pada produksi padi yang disebabkan pergeseran masa panen dan penurunan produktivitas.
Dampak Bencana Banjir Terhadap Inflasi
Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga s.d. minggu ke-2 Februari 2014 di Jawa Timur,
belum terdapat pergerakan harga yang signifikan. Kenaikan harga terjadi pada beberapa
komoditas yaitu beras (0,92%), cabe rawit (3,45%), tomat sayur (1,07%) dan wortel
(0,36%). Dengan mengacu pada uraian tersebut, maka dampak banjir di Jawa Timur
terhadap inflasi bahan makanan diproyeksikan berada pada optimist scenario (7% - 9%)
yang dilandasi asumsi produksi tidak mengalami gangguan secara signifikan melainkan
hanya pergeseran masa panen, tidak terdapat kerusakan infrastruktur yang menghambat
jalur distribusi barang serta lancarnya impor hortikultura jika pasokan lokal mengalami
shortage.
Grafik 3. Komoditas dengan Trend Harga Naik Grafik 4. Komoditas dengan Trend Harga Turun
�
Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3
�
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN DAN DAN DAN DAN
SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN
�
51
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
3333 PERKEMBANGAN PERBANKAN& SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN PERBANKAN& SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN PERBANKAN& SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN PERBANKAN& SISTEM PEMBAYARAN
Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank
Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan
positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh aset, kredit dan DPK yang tumbuh aset, kredit dan DPK yang tumbuh aset, kredit dan DPK yang tumbuh
dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan
stabil.stabil.stabil.stabil.Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar18,8% (yoy) hingga
mencapai Rp 429,98 triliun pada Triwulan IV 2013. Kredit tumbuh sebesar 26,71% (yoy) dari
sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp 310,96 triliun pada
Triwulan IV 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa
Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 15,9% (yoy) menjadi sebesar Rp 340,96 triliun
pada periode laporan.
Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh
terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren
pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai kisaran 27% (yoy) pada Triwulan
IV 2013, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi
Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat.
3.1.3.1.3.1.3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan IV 2013 secara umum
masihterusmenunjukkan perkembangan positifdiikuti dengan fungsi intermediasi yang berjalan
TTTTabel 3.1abel 3.1abel 3.1abel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
III IV I II III IV
Total Aset 350,677.74 361,922.83 370,892.76 388,441.32 416,268.97 429,976.45
Pertumbuhan (%yoy) 22.13 20.79 19.18 17.63 18.70 18.80
Dana Pihak Ketiga 278,400.34 293,979.22 292,804.92 298,892.15 318,994.08 340,710.71
Pertumbuhan (%yoy) 18.03 16.46 13.94 12.10 14.58 15.90
Kredit 229,312.65 245,419.66 251,401.19 272,050.57 291,265.74 310,960.80
Pertumbuhan (%yoy) 24.38 26.18 27.03 26.16 27.02 26.71
20132012INDIKATOR BANK UMUM
DAN BPR (Miliar Rp)
52
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timurtersebut tercermin dari
pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar 18,93% (yoy),Dana Pihak Ketiga
(DPK) sebesar 14,74% (yoy) dan kreditdengan pertumbuhan sebesar 26,41% (yoy).
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mendorong
kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari sebesar 90,64% pada Triwulan III
2013, menjadi sebesar 90,70% pada Triwulan IV 2013.
Adanya sedikit perlambatan pada pertumbuhan kreditpada periode laporan antara lain
didorong oleh kembali normalnya aktivitas ekonomi masyarakat pasca peningkatan konsumsi
saat bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli - Agustus 2013 (Triwulan III
2013). Sementara itu,tren peningkatan LDR dimaksud diikuti dengan risiko kredit atau Non
Performance Loan (NPL) yang semakin membaik. NPL bank umum Jatim pada Triwulan IV 2013
adalah sebesar level 1,75%, lebih rendah dibandingkan NPL Triwulan III 2013 yang tercatat
sebesar 2,02%.
Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
Total Aset (Jt Rp) 342.663.960,00 353.595.712,00 362.320.071,28 379.474.342,11 406.877.274,32 420.518.246,90
Aset (yoy %) 22,05 20,75 19,10 17,52 18,74 18,93
Pertumbuhan (qtq %) 6,12 3,19 2,47 4,73 7,22 3,35
Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 273.662.910,00 289.087.210,00 287.820.030,32 293.799.081,36 313.692.848,13 335.305.144,18
DPK (yoy %) 17,94 16,39 13,85 12,03 14,63 14,74
Pertumbuhan (qtq) 4,35 5,64 (0,44) 2,08 6,77 6,89
Kredit (Jt Rp) 223.506.097,00 239.483.201,00 245.211.529,00 265.353.368,89 284.345.325,30 304.106.840,10
Kredit (yoy %) 24,49 26,28 27,21 26,32 27,22 26,41
Pertumbuhan (qtq) 6,40 7,15 2,39 8,21 7,16 6,95
LDR (%) 81,67% 82,84% 85,20% 90,32% 90,64% 90,70%
NPL (%) 2,64 2,60 2,26 2,12 2,02 1,75
20132012INDIKATOR BANK UMUM
53
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Fungsi Intermediasi perbankan untuk Bank Umum di Jawa Timur terus menunjukkan
peningkatan. Tercatat sampai dengan Triwulan IV 2013, LDR Bank Umum di Jawa Timur cukup
tinggi mencapai 90,7%. Jumlah tersebutlebih tinggi apabila dibandingkan dengan LDR periode
sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 90,64%, atau periode yang sama tahun
sebelumnya (Triwulan IV 2012) yang tercatat sebesar 82,84%(grafik 3.1). Peningkatan ini
terutama didorong oleh pertumbuhan kredit triwulanan (6,95% qtq) yang lebih tinggi daripada
pertumbuhan DPK (6,89% qtq).
Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesarpada periode ini adalah pada bank asing
dengan prosentase sebesar 108,37%, sedikit lebih tinggi dari LDR bank pemerintah yang
tercatat sebesar 106,81%. Sementara itu bank swasta mencatat LDR terkecil pada level
74,97%. Tingginya LDR bank asing mencerminkan perannya yang cukup besar dalam
pembiayaan aktifitas ekonomi masyarakat Jawa Timur.
Namun demikian apabila ditinjau berdasarkan nominalnya, proporsi penyaluran kredit
masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timurmasih didominasi
oleh Bank Pemerintah sebesar Rp 156,15 triliun atau 51,35% dari total kredit. Proporsi terbesar
selanjutnya adalah Bank Swasta dengan penyaluran kredit sebesar Rp 127,88 triliun atau
42,05%. Sementara Bank Asing memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan nominal
sebesarRp 20,08 triliun atau 6,60% dari total kredit.
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Perkembangan LDR
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
LDR (%) NPL (%) rhs
%
0
20
40
60
80
100
120
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
%
LDR (%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
54
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
3.1.1.3.1.1.3.1.1.3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIFASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Total aset bank umum pada Triwulan IV - 2013, menunjukkan pertumbuhansebesar
18,93% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
pada periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 18,74% (yoy).Peningkatan
jumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain didorong oleh adanya peningkatan kinerja
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 14,63% (yoy) pada Triwulan III 2013
menjadi sebesar 15,99% (yoy) pada Triwulan IV 2013.
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2013, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil
dihimpun bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat jumlah
DPK pada periode laporanadalah sebesar Rp 335,31 triliun, atau tumbuh sebesar14,74% (yoy)
dibandingkan periode sebelumnya.Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan
Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy) Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.5555Perkembangan Total Aset Bank Umum
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.6 6 6 6 Proporsi Aset Bank Umum
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7777 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
0
5
10
15
20
25
30
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
400.000.000
450.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Kredit Dana
G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy)
%
y
o
y
(5,00)
(3,00)
(1,00)
1,00
3,00
5,00
7,00
9,00
I II III IV I II III IV
2012 2013
%
Aset Kredit DPK
46%
48%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
0
5
10
15
20
25
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
400.000.000
450.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset G Aset (yoy) rhs
%
y
o
y
%
y
o
y
55
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
pertumbuhan pada periode sebelumnya yaitu Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 14,63%
(yoy).
Terus meningkatnya pertumbuhan tahunan DPK pada periode laporan searah dengan
tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu, mulai kembali normalnya aktifitas ekonomi
masyarakat pasca momen puasa lebaran (awal Agustus 2013) turut mendorong kembali
pertumbuhan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada
Triwulan IV 2013. Demikian pula apabila ditinjau secara triwulanan, penghimpunan DPK
mencatat peningkatan dari sebesar 6,77% (qtq) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 6,89%
(qtq) pada Triwulan IV 2013.Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur
yang stabil dan kepercayaan masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK
yang dihimpun bank umum di Jawa Timur akan tetap tumbuh cukup tinggi pada tahun 2014.
Berdasarkan bentuknya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV 2013
didominasi oleh deposito dengan nominal mencapai Rp 151,77 triliun denganproporsi sebesar
45,81% dari total DPK.Menyusulkemudian tabungan dengan prosentase sebesar38,83% dan
nominal Rp 130,19 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam bentuk giro tercatat
sebesar Rp 53,34 triliun, atau 15,91% dari total DPK.
Ditinjau dari sisi pertumbuhan jenis simpanan, pada periode ini deposito masih
memberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 41,58% (yoy).
Disusul kemudian dengangiro dengan pertumbuhan sebesar 11,89% (yoy). Sementara
tabungan mencatat pertumbuhan negatif sebesar -3% (yoy) pada periode laporan. Hal tersebut
diyakini disebabkan oleh penarikan dana tabungan oleh masyarakat untuk kegiatan liburan
natal dan tahun baru pada akhir tahun 2013.
-5
0
5
10
15
20
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
400.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Rp
Ju
taDana G DPK (yoy) G DPK (qtq)
%
y
o
y
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7 7 7 7 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
56
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 7,25%pada
Triwulan III 2013 menjadi 7,5% pada Triwulan IV 2013, tren suku bunga DPK bank umum di
Jawa Timur mulai menunjukkan peningkatan.Tercatat suku bunga rata-rata tertimbang bank
umum di wilayah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,5%pada Triwulan III 2013 menjadi
sebesar 3,73%pada Triwulan IV 2013. Peningkatan tersebut terutama didorong
olehpeningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 6,08% pada Triwulan III 2013 menjadi
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.11110 0 0 0 Komposisi DPK Bank Umum (%)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.9999Perkembangan DPK PerJenisSimpanan (Rp. Juta)
Grafik 3.8 Grafik 3.8 Grafik 3.8 Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy))))
GrafGrafGrafGrafik 3.ik 3.ik 3.ik 3.11111111 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% Y
OY
Giro Tabungan Deposito
-
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
140.000.000
160.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Tabungan Giro Deposito
%
y
o
y
16%
45%
39%
Giro Deposito Tabungan
-
2,00
4,00
6,00
8,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
%
DPK Giro Tabungan
Deposito BI Rate
57
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
sebesar 6,54% pada Triwulan IV 2013. Suku bunga giro meningkat dari sebesar 1,72% pada
Triwulan III 2013, menjadi sebesar 1,78% pada Triwulan IV 2013.
Sementara itu tren suku bunga tabungan justru menunjukkan sedikit penurunan.
Tercatat suku bunga tabungan turun dari sebesar 1,74% pada Triwulan III 2013 menjadi
sebesar 1,73% pada Triwulan IV 2013.Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum
yang lebih memilih untuk meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu
panjang, yaitu deposito. Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank
sehingga mempermudah perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan
dan giro belum menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga
kurang optimal untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang.
3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1.3. KREDIT KREDIT KREDIT KREDIT
Sampai dengan Triwulan IV2013, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timurmasih terus menunjukkan peningkatan.
Tercatat jumlah kredit yang disalurkan sampai dengan akhir tahun 2013adalah sebesar Rp
304,11 triliun atau tumbuh26,41% (yoy) dan 6,95% (qtq).
Secara tahunan, pertumbuhan kredit bank umum di wilayah Jawa Timur sebesar
26,41% (yoy) dimaksud sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada
Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,22% (yoy). Peningkatan tersebut terutama
didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dari 28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013
menjadi sebesar 29,85% (yoy) pada Triwulan IV 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh
peningkatan pengajuan kredit modal kerja menjelang akhir tahun (libur natal dan tahun
baru).Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, pada periode tersebut banyak
bermunculan usaha musiman seperti catering, penjualan kue kering, baju dan perlengkapan
tahun baru.
Senada dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan jumlah kredit yang
disalurkan oleh bank umum di wilayah Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan
dengan periode sebelumnya (Triwulan IV 2013). Tercatat pada Triwulan IV kredit tumbuh
6,95% (qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan III yang tercatat sebesar
7,16% (qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh sangat tinggi pada triwulan III 2013
sehubungan dengan adanya periode bulan puasa dan lebaran.Pada Triwulan IV 2013 kredit
58
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
masihtumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya karena
terdapat momen libur natal dan tahun baru.
Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau
Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan semakin baiknya fungsi
intermediasi perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar
90,70%, meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 90,64%. Tingginya rasio LDR dimaksuddidukung oleh NPL yang rendah dan stabil di
kisaran 1,75%.
Pada Triwulan IV 2013 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih
didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitusebesar 59,57% dari total kredit
dengan nominal sebesar Rp 181,17 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit
konsumsi dengan prosentase sebesar 25,97% dari total kredit (Rp 78,98 triliun).Sementara itu
kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 14,46% dari total kredit
dengan nominal mencapai Rp 43,96 triliun.
Ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami peningkatan
pertumbuhan dari sebesar 28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi 29,85% (yoy) pada
periode laporan. Sementara kredit investasi dan konsumsi menunjukkan sedikit perlambatan
dibandingkan periode sebelumnya dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar
30,38% dan 19,22%.
Senada dengan pertumbuhan tahunan, pertumbuhan kredit modal kerja secara
triwulanan juga menunjukkan peningkatan dari sebesar 8,17% (qtq) pada triwulan III 2013
menjadi sebesar 9,16% (qtq) pada triwulan IV 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh
tingginya aktifitas ekonomi masyarakat pada saat libur natal dan tahun baru. Sementara kredit
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.12121212Pertumbuhan Kredit (yoy)
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.13333Pertumbuhan Kredit (qtq)
0
5
10
15
20
25
30
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Kredit G Kredit (yoy)
%
y
o
y
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Kredit G Kredit (qtq)
%
y
o
y
59
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
investasi dan konsumsi mencatat pertumbuhan yang lebih rendah pada level masing-masing
sebesar 5,78% (yoy) dan 2,82% (yoy).
Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar
dengan proporsi 51,35% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,05% dan Bank
Asing sebesar 6,6%.Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, pada periode ini bank asing
masih mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 48% (yoy), sementara bank
pemerintah dan bank swasta masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 25,33% (yoy) dan
24,87% (yoy).
Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja bank
umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya. Tingkat persaingan yang
semakin kondusif antara kelompok bankdiharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas
penyaluran kredit kepada masyarakat.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.11115555Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.11114444Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.11116666Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.11117 7 7 7 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan (qtq)
60% 14%
26%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
46%
48%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
- 5.00
10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
% y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
60
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada
periode laporansebagian besar masih kepada Sektor Industri Pengolahan (30% dari
total kredit), dan kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26%). Tingginya
peyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai
sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.Sementara itu, kredit
yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan memperoleh proporsi
kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 2,58%.Proporsi tersebut lebih kecil apabila
dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63%. Hal
tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor pertanian yang
merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
3% 0%
1%
30%
0%
3%
26%
1% 3%
1%
4%
0%
0%
0%
1% 0%
0%
0%
26%
0%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR 6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 10. PERANTARA KEUANGAN
12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
14. JASA PENDIDIKAN 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 20. Lain-lain
GrafikGrafikGrafikGrafik3.3.3.3.11118 8 8 8 Proporsi Kredit Sektoral
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.19191919 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
-
10,000.00
20,000.00
30,000.00
(50.00)
-
50.00
100.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
% y
oy
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR 6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 10. PERANTARA KEUANGAN
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 20. Lain-lain (rhs)
61
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
3.1.4 KREDIT3.1.4 KREDIT3.1.4 KREDIT3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam
mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan
penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur
menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat
luas.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim
hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan
konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor
usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar
60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian
sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah
menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UMKM, antara lain
dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit
linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk
memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan
Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama
Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya dimaksud diharapkan mampu menjadi
-
5.00
10.00
15.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
%
Kredit Modal kerja Investasi
Konsumsi BI Rate
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.20 0 0 0 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
62
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
pendorongbagi industri perbankan di Jawa Timur untuk terus meningkatkan penyaluran kredit
kepada UMKM.
Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM
yang disalurkan terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 83,26 triliun pada periode
laporan. Jumlah tersebut tumbuh 20,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada
periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 24,97%(yoy).Searah dengan
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di
Jawa Timur diperkirakan akan terus tumbuh positif.
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi
oleh Bank Pemerintah sebesar 59% dengan jumlah nominal mencapai Rp 49,44 triliun. Bank
swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 39,8% dan nominal
Rp 32,91 triliun.Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.21 1 1 1 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.22 2 2 2 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
0
5
10
15
20
25
30
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Kredit UMKM Rp Miliar % yoy
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
90,000,000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
2012 2013Ju
ta R
p
% Kredit UMKM Juta Rupiah NPL (%) Skala Kanan
59%
40%
1% Triwulan IV
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
58%
41%
1% Triwulan III
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
63
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
sebesar Rp 918,59 miliar dan prosentase 1,09% dari total kredit.Semakin besarnya proporsi
penyaluran kredit oleh bank pemerintah dari 58% pada Triwulan III 2013 menjadi 59% pada
Triwulan IV 2013 mengindikasikan peningkatan peran bank swasta dalam dalam mendukung
pengembangan UMKM di Jawa Timur.
Apabila ditinjau berdasarkan wilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran
kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten
Jember, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran
kredit UMKM terbesar dengan nominal mencapai Rp 34,22 triliun atau 41,09% dari total kredit
UMKM Jawa Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,78 triliun
atau 9,34% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM
dengan prosentase lebih kecil yaitu sebesar 5,77%, dengan nominal sebesar Rp 4,81 triliun.
Kabupaten Jember mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,37 triliun atau 5,25%.
Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terendah terdapat pada Kabupaten Madiun dengan
jumlah kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.22223 3 3 3 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur
41%
9% 6%
5% 3% 3%
3%
3%
2%
2% 2%
2% 2% 2%
2% 1% 1% 1%
1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 0% 0% 0%
Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri Kab. Jember
Kab. Sidoarjo Kab. Banyuwangi Kab. Gresik Kota Madiun
Kota Probolinggo Kab. Jombang Kab. Tulungagung Kab. Bojonegoro
Kab. Mojokerto Kota Pasuruan Kota Blitar Kab. Lamongan
Kab. Pamekasan Kab. Ponorogo Kab. Tuban Kab. Nganjuk
Kab. Magetan Kab. Ngawi Kab. Lumajang Kab. Situbondo
Kab. Bondowoso Kab. Pacitan Kab. Trenggalek Kab. Malang
Kab. Bangkalan Kab. Sumenep Kab. Sampang Kab. Kediri
Kota Mojokerto Kab. Madiun
64
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
3.2.3.2.3.2.3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan IV 2013 tetap stabil dan terjaga yang
tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan
kredit perbankan sebesar 26,41% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar
90,70% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan
penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 1,75%
mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh
kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.
Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko
operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap
perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh
internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal
dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa
perbankan.
Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan
nasabah dengan Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan
Edukasi Konsumen. hal tersebut dilakukanuntuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang
kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun
perlindungan konsumen.
3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total
kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan
TabTabTabTabel 3.el 3.el 3.el 3.3333 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NPL NPL NPL NPL perperperper----Kelompok BankKelompok BankKelompok BankKelompok Bank
IIII I II II II I I I II I II I II I I IVIVIVIV IIII I II II II I I I II I II I II I I IVIVIVIV
NP L Bank Umum (%)NP L Bank Umum (%)NP L Bank Umum (%)NP L Bank Umum (%) 2.972.972.972.97 2.742.742.742.74 2.652.652.652.65 2.602.602.602.60 2.262.262.262.26 2.122.122.122.12 2.012.012.012.01 1.751.751.751.75
a. Bank P emerintah 3.91 3.63 3.38 3.47 2.75 2.56 2.41 2.17
b. Bank S was ta 1.65 1.50 1.68 1.63 1.69 1.65 1.61 1.30
c. Bank As ing 4.12 3.87 3.05 1.98 2.01 1.60 1.35 1.38
2012 2013KeteranganKeteranganKeteranganKeterangan
65
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
perbaikan dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan IV 2013tercatat membaik
dibandingkan periode sebelumnya,yaitu dari sebesar 2,01% pada Triwulan III 2013menjadi
1,75% pada Triwulan IV 2013.Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah dan mecerminkan kinerja bank
yang membaik dalam pengelolaan risiko kredit.
Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank
pemerintahdengan NPL sebesar 2,017%.NPL bank asing dan bank swasta di Jawa
Timur memiliki NPL lebih rendah dengan prosentase keduanya di kisaran
1,3%.Sedangkan dilihat dari jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan laporan
terdapat pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 1,99%. Sementara kredit investasi
dan kredit konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 1,78% dan 1,99%.
Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko
terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian
kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara agregat perbankan, kredit
konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko
kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur
kredit konsumsi.
3.3.3.3.3.3.3.3. PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH PERBANKAN SYARIAH
Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yaitu asetdan pembiayaan
pada triwulan IV 2013 mencatat perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya.
Aset tumbuh sebesar 29,44% (yoy) dari Rp 19,23 triliun pada Triwulan III-2013 menjadi Rp
21,45 triliun pada Triwulan IV-2013. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.22224 4 4 4 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.22225 5 5 5 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
%
Total Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
-
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Ju
ta
R
p
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
NPL Bank Pemerintah rhs NPL Bank Swasta rhs NPL Bank Asing
66
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Syariah di Jawa Timur tumbuh 36,45% (yoy) dari sebesar Rp 13,89 triliun pada Triwulan III
2013 menjadi Rp 16,91 triliun pada Triwulan IV 2013.
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw IV 2013
tumbuh sebesar 25,23% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 15,01 triliun. Berdasarkan
jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi tertinggi dengan prosentase
sebesar 45,67% dari total pembiayaan. Sementara kredit konsumsi dan investasi memperoleh
prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 35,89% dan 18,43%. Adanya
penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 43,67% (Triwulan III 2013) menjadi 45,67%
(Triwulan IV 2013) menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam mendukung
ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.22226 6 6 6 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.22227 7 7 7 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.22228 8 8 8 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.29 29 29 29 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
0
20
40
60
80
100
120
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013R
p
Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G DPK (yoy) G Aset (yoy) G Kredit (yoy)
%
y
o
y
0
5
10
15
20
25
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Rp
Ju
ta
Aset Pembiayaan Dana
G Aset (qtq) G Kredit (qtq) G DPK (qtq)
%
q
t
q
6%
38%
56%
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% y
oy
DPK
67
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan
bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 34,87%
(yoy) dan 20,57% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang
lebih kecil dengan prosentase sebesar 16,91% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga
secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur.
Kinerja penyaluran pembiayaan yang baiktersebutdidukung dengan kualitas
pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF)
terjaga rendah dan stabil di kisaran 2,59%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode
sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah
dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik.
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran
pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang
masih cukup tinggi walaupun sedikit melambat. Tercatat FDR pada Triwulan IV 2013 mencapai
88,76%, lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 100,43%.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33332222 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33330 0 0 0 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33331 1 1 1 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% y
oy
Modal Kerja Konsumsi Investasi
46%
18%
36%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
%
FDR (%) NPF (%)
68
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
3.4.3.4.3.4.3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan IV - 2013 secara umum
menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat total aset BPR
pada periode laporan tumbuh sebesar 14,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 17,19% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 11,45%
(yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 11,9%. Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 18,23% (yoy),
sedikit melambat dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 18,23% (yoy).
Sampai dengan Triwulan IV 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di
Jawa Timur mencapai Rp 5,4 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh
deposito yang mencapai 67,88% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh
proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 32,12% dari total DPK.
Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu
tumbuhsebesar 13,25% (yoy),lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh
sebesar 10,62% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan
dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana
masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan IV -
2013, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya
fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga
simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum.
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.4444 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
2013
II III IV I II III IV
1111 T otal As s etT otal As s etT otal As s etT otal As s et 7,345,638 8,013,778 8,327,121 8,572,689 8,966,980 9,391,693 9,458,203
2222 KreditKreditKreditKredit
P er J enis P enggunaanP er J enis P enggunaanP er J enis P enggunaanP er J enis P enggunaan 5,572,413 5,806,554 5,936,457 6,189,661 6,697,201 6,920,414 6,853,955
- Modal Kerja 3,631,661 3,781,188 3,801,754 4,105,148 4,481,920 4,617,058 4,616,767
- Inves tas i 171,126 195,048 284,088 202,962 225,223 258,083 245,564
- Konsums i 1,769,626 1,830,319 1,850,615 1,881,551 1,990,057 2,045,274 1,991,624
3333 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.77% 4.28% 4.00%
4444 4,385,038 4,737,430 4,892,009 4,984,885 5,093,066 5,301,227 5,405,566
- Depos ito 3,032,046 3,271,589 3,319,944 3,377,435 3,497,001 3,651,184 3,669,283
- Tabungan 1,352,992.08 1,465,841.86 1,572,064 1,607,450 1,596,064 1,650,044 1,736,284
4444 127.08% 122.57% 121.35% 124.17% 131.50% 130.54% 126.79%
NP L (%)NP L (%)NP L (%)NP L (%)
Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)Dana (dpk)
LDRLDRLDRLDR
BPR (Juta Rupiah)2012
69
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase
mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan IV 2013 kredit modal
kerja tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 21,44% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi dan
investasi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 7,62% (yoy) dan -13,56%
(yoy). Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR
mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33336 6 6 6 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33337777 Perkembangan LDR & NPL BPR
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33333 3 3 3 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33334 4 4 4 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33335 5 5 5 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% y
oy
DEPOSITO TABUNGAN DPK
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2,013
% q
tq
DPK Deposito Tabungan
(20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
I II III IV I II III IV
2012 2013
Juta
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
G Modal Kerja G Investasi G Konsumsi
67%
4%
29%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
115.00%
120.00%
125.00%
130.00%
135.00%
I II III IV I II III IV
2012 2013
%
LDR NPL Skala Kanan
70
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Setelah menunjukan peningkatan signifikan pada periode sebelumnya, Loan to Deposit
Ratio (LDR) BPR pada periode laporan menunjukkan penurunan meski masih pada level yang
cukup tinggi. Tercatat LDR BPR oada periode laporan adalah sebesar 126,79%, lebih rendah
dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 130,54%. Sementara itu, kualitas kredit
yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) menunjukkan penurunan dari
4,28% pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 4% pada periode laporan. Masih cukup
tingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan
pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara
efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan
Condition of Economy).
3.5.3.5.3.5.3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYABANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYABANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYABANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada TriwulanIV 2013
secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat.Tercatat
pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat dari9,13% (yoy) pada
Triwulan III 2013 menjadi sebesar 14,83% (yoy) pada Triwulan IV 2013.
1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),
Bank AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB)dan Bank Prima Mas,ter.
II III IV I II III IV
Total Aset (Jt Rp) 38,361,025.00 42,254,532.00 35,941,107.00 41,263,366.55 43,389,416.06 46,111,458.29 41,269,589.95
Pertumbuhan (yoy %) 29.30 35.28 17.61 12.56 13.11 9.13 14.83
Pertumbuhan (qtq %) 4.65 10.15 (14.94) 14.81 5.15 6.27 (10.50)
Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) 26,605,346.00 27,931,448.00 23,996,099.00 25,173,780.01 26,866,224.34 31,381,327.20 29,486,755.35
Pertumbuhan (yoy %) 15.66 16.60 10.30 (4.44) 0.98 12.35 22.88
Pertumbuhan (qtq) 0.99 4.98 (14.09) 4.91 6.72 16.81 (6.04)
Kredit (Jt Rp) 18,919,553.00 19,726,756.00 19,805,245.00 20,175,683.58 21,750,303.72 22,951,115.45 23,749,501.69
Pertumbuhan (yoy %) 21.83 18.26 16.79 15.71 14.96 16.35 18.45
Pertumbuhan (qtq) 8.51 4.27 0.40 1.87 7.80 5.52 3.48
LDR (%) 71.11% 70.63% 82.54% 80.15% 80.96% 73.14% 80.54%
NPL (%) 1.89% 2.01% 2.06% 2.03% 2.27% 2.17% 1.97%
2012Bank KP di Jatim
2013
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.5555 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
71
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup tinggi yaitu mencapai
28,80% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya.Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dihimpun dari masyarakat relatif merata antara giro, deposito dan tabungan dengan proporsi
masing-masing sebesar 34%, 36% dan 30% dari total DPK.
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar
18,45% (yoy) dan 3,48% (qtq), meningkat dari sebesar Rp22,95 triliun pada Triwulan III2013
menjadi Rp 23,75triliun pada periode laporan.Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi
masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 60%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja
dengan proporsi sebesar 34%. Sementara kredit investasi mencatat pertumbuhan terkecil
dengan prosentase sebesar 6%.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.44440 0 0 0 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.44441 1 1 1 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.33338888 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.39 39 39 39 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP diSurabaya (qtq)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
% y
oy
Aset Kredit DPK
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
%
Aset Kredit DPK
34%
36%
30%
Giro Deposito Tabungan
(45.00)
(40.00)
(35.00)
(30.00)
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
% q
tq
Giro Deposito Tabungan
72
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Tren pertumbuhan kredit modal kerjaberfluktuasi dan membentuk pola tertentu yaitu
meningkat di akhir tahun. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi
mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus menurun dibandingkan periode sebelumnya.
Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan
penyaluran kredit produktif kepada masyarakat.
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada TriwulanIV-
2013didukungoleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup
rendah dan stabil,yaitudi kisaran 1,97%, lebih rendah bila dibandingkan dengan NPL Triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,17%.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor
Pusat di Jawa Timurmenunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat
dariterjaganyaLoan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 80,54%. Jumlah
tersebut meningkat dar periode sebelumnya yang tercatat sebesar 73,14% dan mencerminkan
baiknya fungsi intermediasi, disamping tingginya permintaan kredit pada akhir tahun (liburan
natal dan tahun baru).
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.44442 2 2 2 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.44443 3 3 3 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.44444 4 4 4 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di
(30.00)
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2013
% q
tq
Modal Kerja Investasi Konsumsi
34%
6%
60%
Modal Kerja Investasi
Konsumsi
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013
LDR NPL (rhs)
73
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
3.6.3.6.3.6.3.6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank
Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan
Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan
kestabilan sistem keuangan. Sampai dengan akhir tahun 2013, kegiatan Sistem Pembayaran
di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak
terlepas dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem
pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun
pecahan yang mencukupi.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem
Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang
terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang
keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta
jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
PERKEMBANGAN TRIWULANANPERKEMBANGAN TRIWULANANPERKEMBANGAN TRIWULANANPERKEMBANGAN TRIWULANAN
3.6.13.6.13.6.13.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran TunaiTransaksi Sistem Pembayaran TunaiTransaksi Sistem Pembayaran TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Tunai
Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan,
antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), jumlah
aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan
pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE).
a.a.a.a. Aliran Uang Masuk / Keluar (Aliran Uang Masuk / Keluar (Aliran Uang Masuk / Keluar (Aliran Uang Masuk / Keluar (Inflow/OutfloInflow/OutfloInflow/OutfloInflow/Outflowwww) ) ) )
Pada Triwulan IV 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan
Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow setelah mencatat net inflow
pada periode sebelumnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang kartal
yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar dibandingkan
dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow).
74
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Tercatat net outflow Jawa Timur pada periode laporan cukup besar yaitu
mencapai sebesar Rp 3,44 triliun. Kondisi tersebut cukup berbeda apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar Rp 729,32 miliar (Triwulan III
2013). Net outflow yang terjadi pada periode ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas
ekonomi masyarakat pada momen liburan natal dan tahun baru. Selain itu, tingginya
realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun juga turut mendorong
peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat Jawa Timur pada periode laporan.
Namun demikian, apabila ditinjau lebih dalam, jumlah inflow dan outflow pada
periode laporan menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Tabel 3.6 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow –Outflow)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Grafik 3.45 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow – Outflow)
Dalam Juta Rupiah
Grafik 3.46
Perkembangan Net Flow JawaTimur
dalam miliar rupiah
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
OUTFLOW 6.803,54 6.192,91 4.728,70 7.026,66 10.069,52 7.858,51
INFLOW 8.120,04 4.776,87 7.502,76 4.975,73 9.058,45 4.748,35
NET FLOW 1.316,50 (1.416,04) 2.774,06 (2.050,92) (1.011,07) (3.110,16)
OUTFLOW 3.585,98 2.561,01 1.657,39 2.183,55 3.803,58 2.830,61
INFLOW 2.309,86 1.269,90 2.194,90 1.656,83 3.514,64 1.696,85
NET FLOW (1.276,12) (1.291,11) 537,51 (526,72) (288,94) (1.133,76)
OUTFLOW 1.996,30 1.417,27 826,44 1.105,54 2.139,94 2.217,84
INFLOW 2.823,32 2.792,64 4.205,10 3.069,28 4.160,30 2.982,05
NET FLOW 827,02 1.375,38 3.378,66 1.963,74 2.020,36 764,21
OUTFLOW 1.915,09 1.359,02 943,13 1.450,60 2.039,90 1.508,41
INFLOW 1.654,95 1.154,19 2.088,87 1.652,96 2.048,87 1.548,03
NET FLOW (260,14) (204,83) 1.145,75 202,35 8,97 39,61
OUTFLOW 14.300,91 11.530,20 8.155,66 11.766,34 18.052,93 14.415,37
INFLOW 14.908,16 9.993,60 15.991,64 11.354,80 18.782,25 10.975,28
NET FLOW 607,25 (1.536,60) 7.835,97 (411,54) 729,32 (3.440,10)
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
JEMBER
JAWA TIMUR
2012
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Wilayah Keterangan2013
-
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Milia
r R
up
iah
OUTFLOW INFLOW
(6.000,00)
(4.000,00)
(2.000,00)
-
2.000,00
4.000,00
6.000,00
8.000,00
10.000,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Mil
iar
Ru
pia
h
NETFLOW
75
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Tercatat outflow selama Triwulan IV 2013 mencapai Rp 14,42 triliun, turun -20,15%
(qtq) dibandingkan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp 18,05 triliun. Demikian
pula dengan jumlah uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia (inflow) yang
menunjukkan penurunan cukup signifikan dari Rp 18,78 triliun pada Triwulan III 2013
menjadi sebesar Rp 10,97 pada Triwulan IV 2013 dengan prosentase penurunan
mencapai -41,57% (qtq).
Penurunan jumlah inflow dan outflow pada periode laporan disebabkan oleh
kembali normalnya jumlah kebutuhan uang kartal, pasca peningkatan yang cukup
signifikan pada saat bulan puasa dan lebaran 2013 yang jatuh pada Triwulan III 2013.
Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur mengikuti
pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outflow dan inflow
uang kartal akan meningkat cukup tinggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan
puasa dan Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya.
Adanya momen tahun ajaran baru pada pertengahan tahun serta perayaan Natal dan
Tahun Baru pada akhir tahun juga turut mendorong terjadinya net outflow pada periode
dimaksud.
b.b.b.b. Uang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak EdarUang Kartal Tidak Layak Edar
Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas
Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal
yang diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy.
Kegiatan dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar
(UTLE) secara rutin.
Selama Triwulan IV 2013, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang
dimusnahkan adalah sebesar Rp 4,61 triliun atau melambat -8,03% (qtq) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terkait dengan terjadinya net outflow
pada periode laporan.
76
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Sementara itu, persentase jumlah Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap
inflow di Provinsi Jawa Timur secara umum menunjukan tren peningkatan. Tercatat rasio
UTLE terhadap inflow di Jawa Timur pada triwulan akhir 2013 adalah sebesar 42,04%,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,71%. Selain
didorong oleh peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat seiring tingginya pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur, peningkatan jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan pada
periode laporan juga disebabkan oleh faktor siklikal pasca tingginya penggunaan uang
kartal pada pertengahan tahun 2013 (momen tahun ajaran baru dan jelang lebaran
2013).
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal tidak layak edar yang
dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui
brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang
kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume UTLE yang pada
akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
Grafik 3.47 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
0,00
1.000,00
2.000,00
3.000,00
4.000,00
5.000,00
6.000,00
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Juta
Ru
pia
h
PTTB Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhsUTLE Rasio UTLE thd inflow (%) rhs
77
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
c.c.c.c. Temuan Uang Palsu Temuan Uang Palsu Temuan Uang Palsu Temuan Uang Palsu
Selama Triwulan IV Tahun 2013, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik
melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan
sebanyak 7.654 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut meningkat 2,97%
(qtq) apabila dibandingkan dengan temuan pada Triwulan III 2013 yang tercatat
sebanyak 7.433 lembar.
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di
Jawa Timur pada Triwulan IV 2013 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan
proporsi sebesar 69% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota
Grafik 3.49 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(lembar)
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Grafik 3.48 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II tw III Tw IV
2011 2012 2013
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs)Lembar
51%
17%
22%
10%
Surabaya Malang Kediri Jember
Grafik 3.50 Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim
(lembar)
69%
15%
11% 1% 2% 1% 1%
100.000 50.000 20.000 10.000
5.000 2.000 1.000
78
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih
menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur.
Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi
berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat
preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya
memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan
unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di
dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif
dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun
pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
3.6.2 3.6.2 3.6.2 3.6.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Non TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Non TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Non Tunai
Alat pembayaran nontunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai
masyarakat. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank
Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring.
Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan
di Indonesia.Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat
mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa
saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring
dilakukan melalui sistem BI-RTGS.
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa
Timurterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar
transaksi RTGS.
79
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
a. Transaksi BIa. Transaksi BIa. Transaksi BIa. Transaksi BI----RTGS ( RTGS ( RTGS ( RTGS ( RRRReal Time Gross Settlementeal Time Gross Settlementeal Time Gross Settlementeal Time Gross Settlement))))
BI----RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap
transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia
pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas
transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang
termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi
Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90%
dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai
sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important
Payment System).
Grafik 3.52
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Grafik 3.51
Perkembangan Transaksi Non Tunai di JawaTimur
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Share Kliring Share RTGS
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
1
10
100
1.000
10.000
100.000
1.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
Tran
saks
i
Volume Nominal (Rp Triliun) rhs
80
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem BI-RTGS di Jawa Timur terus
menunjukkan tren peningkatan. Pada Triwulan IV 2013, jumlah volume transaksi RTGS di
Jawa Timur tercatat sebanyak 184.098 transaksi dengan nominal mencapai Rp 223,33
triliun. Nominal transaksi BI RTGS tersebut meningkat 5,93% (qtq) dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Peningkatan transaksi RTGS pada periode laporan didorong oleh
tingginya transaksi ekonomi yang bersifat high value dan mendesak jelang akhir tahun,
baik oleh sektor swasta maupun pemerintah.
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar
transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan
perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi
outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas
perekonomian yang cukup menonjol,dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa
Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Grafik 3.54 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS
Terbesar Tw III -2013
Grafik 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw III -2013
Grafik 3.53
Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)
(60,00)
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV
2012 2013
% q
tq
Nominal Volume
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU JEMBER
Nilai (Miliar Rp) Volume
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU JEMBER
Nilai (Miliar Rp) Volume
81
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Tercatat transaksi RTGS selama Triwulan IV -2013 dari kota Surabaya ke kota lainnya
(outgoing) mencapai Rp 131,5 triliun dengan volume sebanyak 67.454 transaksi. Sementara
itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat
sebanyak 101.604 transaksi dengan nilai mencapai Rp 114,36 triliun. Kota lain di Jawa
Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming pada
periode ini adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu, Jember dan Sidoarjo.
b.b.b.b. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur
diikuti oleh 474 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar
di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor
Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan
Jember.
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada
Triwulan IV 2013 menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat
jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 44,39 triliun, lebih
rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi
sebesar Rp 51,73 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut turun -14,19 % (qtq) dibandingkan
periode sebelumnya.
Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat penurunan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada Triwulan IV 2013
adalah 1,06 juta lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan).
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw IV - 2013
JumlahJumlahJumlahJumlah
KotaKotaKotaKota KantorKantorKantorKantor
PesertaPesertaPesertaPeserta LembarLembarLembarLembar NominalNominalNominalNominal LembarLembarLembarLembar NominalNominalNominalNominal LembarLembarLembarLembar NominalNominalNominalNominal LembarLembarLembarLembar NominalNominalNominalNominal LembarLembarLembarLembar NominalNominalNominalNominal
(satuan)(satuan)(satuan)(satuan) (juta Rp)(juta Rp)(juta Rp)(juta Rp) (satuan)(satuan)(satuan)(satuan) (juta Rp)(juta Rp)(juta Rp)(juta Rp) (satuan)(satuan)(satuan)(satuan) (juta Rp)(juta Rp)(juta Rp)(juta Rp) (satuan)(satuan)(satuan)(satuan) (juta Rp)(juta Rp)(juta Rp)(juta Rp) (%)(%)(%)(%) (%)(%)(%)(%)
Surabaya 264 882.346 38.115.647 14.465 624.847 15.704 588.805 257 9.653 1,78 1,54
Malang 60 78.841 2.965.348 1.292 48.612 1.238 67.032 20 1.099 1,57 2,26
Kediri 81 60.636 2.046.480 994 33.549 981 29.145 16 478 1,62 1,42
Jember 69 41.683 1.272.342 683 20.858 808 22.585 13 370 1,94 1,78
Jatim 474 1.063.506 44.399.817 17.435 727.866 18.731 707.567 307 11.599 1,76 1,59
Perputaran Kliring ( D )Perputaran Kliring ( D )Perputaran Kliring ( D )Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 PerputaranRata-2 PerputaranRata-2 PerputaranRata-2 Perputaran Jumlah Penolakan CekJumlah Penolakan CekJumlah Penolakan CekJumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan CekRata-2 Penolakan CekRata-2 Penolakan CekRata-2 Penolakan Cek
Kliring SehariKliring SehariKliring SehariKliring Sehari Dan Giro KosongDan Giro KosongDan Giro KosongDan Giro Kosong Dan BG Kosong SehariDan BG Kosong SehariDan BG Kosong SehariDan BG Kosong SehariCek & BG Kosong SehariCek & BG Kosong SehariCek & BG Kosong SehariCek & BG Kosong Sehari
% Rata-2 Penolakan% Rata-2 Penolakan% Rata-2 Penolakan% Rata-2 Penolakan
82
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Jumlah tersebut sedikit lebih rendah dari jumlah warkat kliring pada Triwulan III 2013 yang
tercatat sebanyak 1,35 juta lembar (turun 21,35% qtq).
Senada dengan perkembangan triwulanan transaksi sistem pembayaran tunai,
penurunan jumlah transaksi dan volume kliring di Jawa Timur pada periode laporan juga
dipengaruhi oleh faktor musiman. Diperkirakan volume transaksi ekonomi masyarakat
kembali normal pasca peningkatan cukup tinggi di momen puasa dan lebaran (Triwulan III
2013).
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN TAHUNANTAHUNANTAHUNANTAHUNAN
3.6.33.6.33.6.33.6.3 Transaksi Sistem Pembayaran TunaiTransaksi Sistem Pembayaran TunaiTransaksi Sistem Pembayaran TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Tunai
a.a.a.a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow) ) ) )
Apabila ditinjau secara tahunan, perkembangan peredaran jumlah uang kartal di
Jawa Timur baik inflow maupun outflow menunjukkan perlambatan pertumbuhan
walau masih dalam prosentase yang cukup tinggi. Tercatat outflow Jawa Timur selama
tahun 2013 adalah sebesar Rp 52,39 Triliun atau meningkat 17,9 % (yoy). Peningkatan
outflow tersebut lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan tahun sebelumnya
(2012) yang tercatat sebesar 30,46% (yoy). Demikian pula dengan inflow yang
mencatat perlambatan peningkatan dari sebesar 27,58% (yoy) pada tahun 2012,
menjadi sebesar 20,89% (yoy) pada tahun 2013 dengan jumlah nominal sebesar Rp
57,1 triliun.
Grafik 3.56
Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur
Grafik 3.57
Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur
0,00
0,50
1,00
1,50
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
2012 2013
Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV
2012 2013
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
83
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Perlambatan pertumbuhan inflow dan outflow Jawa Timur pada tahun 2013 searah
dengan tren pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang melambat dari sebesar 7,3% (yoy)
pada tahun 2012 menjadi sebesar 6 ,5% (yoy) pada tahun 2013.
Apabila ditinjau lebih dalam, daerah pusat industri di Jawa Timur seperti Surabaya
dan Malang mencatat net outflow pada tahun 2013. Surabaya mencatat net outflow
tertinggi dengan nominal mencapai Rp 3,39 triliun, sementara Kediri mencatat net
ouflow yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 1,411 triliun. Hal tersebut diperkirakan
didorong oleh tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat untuk aktivitas ekonomi.
b.b.b.b. Uang Tidak Layak edarUang Tidak Layak edarUang Tidak Layak edarUang Tidak Layak edar
Perkembangan jumlah uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga
(UTLE) di Jawa Timur menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Selama tahun
2013, Jumlah UTLE meningkat 120,77% (yoy) hingga mencapai Rp 14,58 triliun. Relatif
juta rupiah
Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013
OUTFLOW 17.928.719,94 22.428.074,22 29.683.378,34
INFLOW 19.656.151,79 24.398.324,29 26.285.294,41
NET FLOW 1.727.431,85 1.970.250,07 -3.398.083,93
OUTFLOW 8.538.591,55 10.721.002,02 10.475.116,55
INFLOW 5.974.474,01 6.543.940,20 9.063.211,40
NET FLOW -2.564.117,54 -4.177.061,83 -1.411.905,14
OUTFLOW 4.896.652,38 5.648.245,77 6.289.773,88
INFLOW 9.219.242,88 10.903.263,99 14.416.736,12
NET FLOW 4.322.590,51 5.255.018,23 8.126.962,24
OUTFLOW 2.697.439,93 5.637.650,85 5.942.042,90
INFLOW 2.176.192,03 5.390.851,38 7.338.726,04
NET FLOW -521.247,90 -246.799,47 1.396.683,14
OUTFLOW 34.061.403,79 44.434.972,86 52.390.311,67
INFLOW 37.026.060,72 47.236.379,86 57.103.967,98
NET FLOW 2.964.656,93 2.801.407,00 4.713.656,31
Growth (% yoy)
OUTFLOW 53,39 25,10 32,35
INFLOW 32,20 24,13 7,73
OUTFLOW 55,70 25,56 (2,29)
INFLOW 66,55 9,53 38,50
OUTFLOW 68,85 15,35 11,36
INFLOW 52,79 18,27 32,22
OUTFLOW 5,98 109,00 5,40
INFLOW (40,95) 147,72 36,13
OUTFLOW 50,60 30,46 17,90
INFLOW 31,42 27,58 20,89
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
Wilayah Keterangan
JEMBER
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JAWA TIMUR
JEMBER
JAWA TIMUR
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Tabel 3.8
Perkembangan Inflow dan Outflow Provinsi Jawa Timur Tahunan
84
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
tingginya peningkatan jumlah UTLE pada tahun 2013 disebabkan oleh adanya
kebijakan untuk menekan jumlah UTLE pada tahun 2012 (kebijakan zero racik).
Surabaya sebagai pusat perdagangan dan industri menyumbang porsi terbesar
yaitu mencapai 46,10% dengan jumlah nominal sebesar Rp 6,72 triliun. Sementara
daerah dengan jumlah UTLE terkecil pada tahun 2013 adalah Jember dengan
prosentase sebesar 15,63%. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa perputaran
uang kartal di daerah searah dengan tinggi rendahnya aktivitas ekonomi di daerah
tersebut.
c.c.c.c. Temuan Temuan Temuan Temuan Uang PalsuUang PalsuUang PalsuUang Palsu
Secara umum, jumlah temuan uang palsu di Jawa Timur selama tahun 2013
menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.Tercatat jumlah lembar uang
palsu yang ditemukan pada tahun 2013 adalah sebanyak 30.675 lembar, meningkat
19,5% (yoy) dibandingkan tahun 2012 yang tercatat sebanyak 25.670 lembar.
Tabel 3.9
Perkembangan UTLE Provinsi Jawa Timur Tahunan
juta rupiah
Tahun Tahun Tahun Growth (% yoy)
2011 2012 2013 2013
13.683.529,74 3.007.032,03 6.721.553,04 123,53
3.342.313,69 877.641,79 2.598.078,72 196,03
2.281.808,35 1.759.143,18 2.981.607,87 69,49
2.004.891,53 960.169,29 2.278.496,48 137,30
21.312.543,31 6.603.986,30 14.579.736,10 120,77
Wilayah
JEMBER
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JAWA TIMUR
Grafik 3.58
Nominal UTLE di JawaTimur
46%
18%
20%
16%
Surabaya Kediri Malang Jember
85
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
Senada dengan jumlah UTLE, wilayah di Jawa Timur dengan jumlah temuan lembar
UPAL tertinggi selama tahun 2013 adalah di Surabaya, dengan prosentase sebesar
44%. Disusul kemudian secara berurutan oleh Kediri, Malang dan Jember dengan
prosentase masing-masing sebesar 26%, 18% dan 12%.
3.6.4 3.6.4 3.6.4 3.6.4 Transaksi Sistem Pembayaran Non TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Non TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Non TunaiTransaksi Sistem Pembayaran Non Tunai
a.a.a.a. Transaksi BI Transaksi BI Transaksi BI Transaksi BI –––– RTGSRTGSRTGSRTGS
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang cukup tinggi,
perkembangan jumlah transaksi RTGS di Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu.Tercatat jumlah transaksi RTGS selama tahun 2013
adalah sebesar Rp 838,36 triliun, atau meningkat 21,86% (yoy) dibandingkan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 687,98 Triliun. Namun demikian = volume
transaksi RTGS di Jawa Timur meningkat dari 650.730 transaksi menjadi 647.434
volume transaksi.
Tabel 3.10
Perkembangan Temuan UPAL Provinsi Jawa Timur Tahunan
44%
18%
26%
12%
Surabaya Malang Kediri Jember
Grafik 3.59
Nominal UTLE pada temuan UPAL di JawaTimur
2012 2013
Surabaya 12.287 14.559 13.469 18,49 -7,49
Malang 3.619 4.433 5.539 22,49 24,95
Kediri 3.540 3.495 7.862 -1,27 124,95
Jember 3.044 3.219 3.809 5,75 18,33
TOTAL 22.490 25.670 30.675 14,14 19,50
Growth (%yoy)UPAL Lembar 2011 2012 2013
86
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
b.b.b.b. Transaksi SKNBITransaksi SKNBITransaksi SKNBITransaksi SKNBI
Secara keseluruhan transaksi kliring di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan
dan mencerminkan semakin tingginya aktifitas ekonomi yang menggunakan sistem
pembayaran non tunai. Hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran
masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai
Tercatat nominal transaksi kliring selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 192,65
triliun, atau meningkat 6,34% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat
sebesar Rp 181,16 triliun. Namun demikian, jumlah warkat transaksi melalui kliring
selama 1 (satu) tahun sedikit mengalami penurunan,dari sebanyak 5,38 juta lembar
menjadi 5,09 juta lembar pada tahun 2013. Hal tersebut menjadi indikasi semakin
Tabel 3.11
Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jawa Timur Tahunan
Tabel 3.12
Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jawa Timur Tahunan
KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 2010201020102010 2011201120112011 2012201220122012 2013201320132013
KLIRINGKLIRINGKLIRINGKLIRING
Nominal (Rp triliun) 145,17 165,95 181,16 192,65
Warkat (juta lembar) rhs 5,13 5,33 5,38 5,09
Tolakan Kliring (Rp juta) 2.588.368,00 2.571.207,89 2.888.263,40 3.164.577,00
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan 93.913,00 110.656,00 84.476,00 86.395,00
Growth (%yoy)
Nominal (Rp triliun) (3,21) 14,31 9,17 6,34
Warkat (juta lembar) (7,10) 3,84 0,91 (5,39)
Tolakan Kliring (Rp juta) (0,94) (0,66) 12,33 9,57
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan (5,05) 17,83 (23,66) 2,27
KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN 2010201020102010 2011201120112011 2012201220122012 2013201320132013
RTGSRTGSRTGSRTGS
Nominal (Rp triliun) 519,38 549,62 687,98 838,36
Volume (transaksi) 578.026,00 588.712,10 650.730,02 647.434,02
Growth (%yoy)
Nominal 22,12 5,82 25,17 21,86
Volume 12,75 1,85 10,53 (0,51)
87
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
besarnya nilai transaksi yang per lembar warkat yang diproses melalui SKNBI, sehingga
mencerminkan peningkatan efisiensi traksaksi.
�
Bab 4
�
PERKEMBANGAN
KEUANGAN DAERAH
�
88
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Keuangan daerah merupakan aspek fiskal yang penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Belanja daerah secara signifikan berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan Government Expenditure (G) dalam komponen
PDRB. Semakin tinggi belanja Pemerintah Daerah, khususnya belanja modal, maka
pembangunan daerah tersebut akan semakin maju. Di sisi lain, kebijakan moneter
merupakan stimulus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan sinergitas dan koordinasi antar kebijakan moneter dan fiskal.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan
keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003. APBD merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan
perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan
berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak
ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian
daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah.
Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya
keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada
masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
89
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2013
adalah sebesar Rp 15,29 triliun, meningkat 1,27% dari total anggaran pendapatan daerah
setelah perubahan tahun 2012 yang dianggarkan sebesar Rp 15,09 triliun. Jumlah
anggaran belanja daerah juga meningkat sebesar 1,3%, dari Rp 16,01 triliun pada tahun
2012 menjadi Rp 16,21 triliun pada tahun 2013.
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah
0.00
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
14,000,000.00
16,000,000.00
18,000,000.00
2010 2011 2012 2013
Pendapatan BelanjaJuta Rupiah
Grafik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur
Tabel 4.1
Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
APBD APBD Perubahan
Th. 2012 Tahun 2013 %
(Juta Rp) (Juta Rp)
PENDAPATAN DAERAH 15,094,257.88 15,286,013 1.27
PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,385,804.03 9,523,901 1.47
PAJAK DAERAH 7,733,400.00 7,863,719 1.69
RETRIBUSI DAERAH 110,984.72 126,405 13.89
HASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKAN
352,883.86 328,891 -6.80
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH1,188,535.45 1,204,884 1.38
DANA PERIMBANGAN 2,832,022.38 2,895,842 2.25
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI
HASIL BUKAN PAJAK1,287,673.56 1,177,549 -8.55
DANA ALOKASI UMUM 1,491,561.14 1,632,648 9.46
DANA ALOKASI KHUSUS 52,787.68 85,644 62.24
LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH2,876,431.47 2,866,268 -0.35
PENDAPATAN HIBAH 25,380.13 10,615 -58.18
DANA PENYESUAIAN DAN
OTONOMI KHUSUS2,851,051.34 2,855,652 0.16
Uraian
90
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun
anggaran 2013 mencapai Rp 15,29 triliun atau meningkat 1,27% dibandingkan anggaran
tahun 2012. Peningkatan tertinggi adalah pada Dana Alokasi Khusus dengan prosentase
sebesar 62,24% dan Retribusi Daerah dengan prosentase sebesar 13,89%. Sementara itu,
anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar
-58,18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa
Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan
pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Proporsi PAD yang dianggarkan pada
tahun 2013 adalah sebesar 62,3% dari total pendapatan. Sementara itu, Dana Perimbangan
dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang hampir sama, yaitu
masing-masing sebesar 18,94% dan 18,75% dari total pendapatan.
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber
pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 83% dari total PAD yang direncanakan
diperoleh pada tahun 2013. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan
proporsi tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 82%. Proporsi terbesar
selanjutnya adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (13%), Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (3%), dan Retribusi Daerah (1%).
Grafik 4.2
Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
91
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah
Realisasi total Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan III 2013 mencapai Rp
12,83 triliun, atau telah mencapai 83,93% dari total anggaran sebesar Rp 15,29 triliun.
Realisasi tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang
sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang hanya mencapai 74,65%. Peningkatan
realisasi anggaran pendapatan daerah dimaksud terutama didorong oleh realisasi
pendapatan asli daerah sebesar 90,51%.
Sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagian besar
berasal dari Pajak Daerah dengan nominal rencana anggaran sebesar Rp 7,86 triliun, atau
82,57% dari total Pendapatan Asli Daerah. Realisasi pajak daerah sampai dengan Triwulan
III 2013 adalah sebesar Rp 6,9 triliun, atau telah mencapai 88,89% dari anggaran yang
direncanakan. Realisasi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,87%. Sementara itu, penerimaan retribusi daerah
Tabel 4.2
Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
APBD APBD
Th. 2012 Tahun 2013
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
4 PENDAPATAN DAERAH 15.094.258 11.267.198 74,65 15.286.013 12.829.690 83,93
4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 9.385.804 7.046.510 75,08 9.523.901 8.619.793 90,51
4.1.1 PAJAK DAERAH 7.733.400 5.635.454 72,87 7.863.719 6.997.023 88,98
4.1.2 RETRIBUSI DAERAH 110.985 74.384 67,02 126.405 71.420 56,50
4.1.3HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN352.884 349.466 99,03 328.891 329.020 100,04
4.1.4LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAH1.188.535 987.205 83,06 1.204.884 1.222.328 101,45
4.2 DANA PERIMBANGAN 2.832.022 2.146.854 75,81 2.895.842 2.188.558 75,58
4.2.1DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAK1.287.674 988.592 76,77 1.177.549 937.435 79,61
4.2.2 DANA ALOKASI UMUM 1.491.561 1.118.671 75,00 1.632.648 1.224.486 75,00
4.2.3 DANA ALOKASI KHUSUS 52.788 39.591 75,00 85.644 26.636 31,10
4.3LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH2.876.431 2.073.835 72,10 2.866.268 2.021.338 70,52
4.3.1 PENDAPATAN HIBAH 25.380 25.942 102,21 10.615 25.151 236,94
4.3.4DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUS2.851.051 2.047.893 71,83 2.855.652 1.996.187 69,90
Tw III 2013
Realisasi (Juta Rp)
Tw III 2012
Realisasi
No Uraian
92
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
pada Triwulan III 2013 mencatat realisasi yang lebih rendah yaitu sebesar 56,5% dari
anggaran, dengan nominal sebesar Rp 71,42 miliar.
Berbeda dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain,
Pendapatan Daerah yang Sah mencatat prosentase realisasi yang tidak jauh berbeda
apabila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Realisasi Dana Perimbangan pada
Triwulan III 2013 telah mencapai 75,58% dengan nominal mencapai Rp 2,19 triliun, sedikit
lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 75,81%.
Sementara itu, Pendapatan Hibah Provinsi Jawa Timur mencatat realisasi yang cukup tinggi
hingga mencapai Rp 25,15 miliar, lebih tinggi dibandingkan rencana anggaran semula yang
ditetapkan sebesar Rp 10,61 miliar.
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013
direncanakan sebesar Rp 16,21 triliun atau meningkat 1,30% dibandingkan anggaran
belanja tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 16,01 triliun. Berdasarkan
kelompoknya, Belanja Langsung mencatat peningkatan tertinggi yaitu 1,81%, sementara
Belanja Tidak Langsung meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja
Bantuan Sosial dicadangkan cukup tinggi yaitu sebesar Rp 77,19 miliar, meningkat 64,6%
dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut terkait dengan perhatian Pemerintah Provinsi Jawa
Timur terhadap dampak kenaikan BBM, TDL dan UMK Provinsi Tahun 2013 terhadap
kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000
9000000
PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL
PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH
YANG DIPISAHKAN
LAIN-LAIN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH
Jt R
p
APBD 2013 Realisasi Tw III
93
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi
Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah dengan prosentase sebesar 49% dari total
anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi
Hasil kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Pegawai dengan prosentase masing-masing
sebesar 24% dan 17%. Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji
pegawai mencatat peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 15% dari total
Belanja Tidak Langsung Provinsi.
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa
masih mendominasi dengan prosentase sebesar 66%, disusul kemudian dengan Belanja
Tabel 4.3
Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Grafik 4.4
Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
APBD APBD Perubahan
Th. 2012 Tahun 2013 %
(Juta Rp) (Juta Rp)
BELANJA DAERAH 16,007,745.52 16,215,603 1.30
BELANJA TIDAK LANGSUNG 10,088,960.10 10,189,908 1.00
BELANJA PEGAWAI 1,557,539.37 1,725,859 10.81
BELANJA BUNGA 6,139.01 5,516 -10.15
BELANJA HIBAH 4,092,242.77 4,988,320 21.90
BELANJA BANTUAN SOSIAL 46,900.50 77,198 64.60
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
2,810,071.50 2,427,977 -13.60
BELANJA BANTUAN
KEUANGAN KEPADA PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
1,516,532.03 903,036 -40.45
BELANJA TIDAK TERDUGA 59,534.92 62,000 4.14
BELANJA LANGSUNG 5,918,785.42 6,025,695 1.81
BELANJA PEGAWAI 1,010,963.88 1,086,920 7.51
BELANJA BARANG DAN JASA 3,767,460.63 3,947,256 4.77
BELANJA MODAL 1,140,360.91 991,518 -13.05
Uraian
94
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Pegawai dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 18% dan 16%.
Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 64% pada tahun 2012
menjadi sebesar 66% pada tahun 2013 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan peningkatan proporsi belanja
pegawai dari sebesar 17% pada tahun 2012 menjadi 18% pada tahun 2013 yang
mengindikasikan peningkatan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk mendukung kegiatan
operasional. Sementara itu, alokasi Belanja Modal yang mencerminkan kegiatan investasi
menunjukkan penurunan proporsi dari sebesar 19% pada tahun 2012, menjadi sebesar
16% pada tahun 2013.
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah
Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur telah
mencapai Rp 11,24 triliun, atau telah terealisasi sebanyak 69,31% dari anggaran yang
direncanakan. Realisasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi anggaran
belanja daerah pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang
mencatat realisasi sebesar 63,51%. Apabila ditinjau berdasarkan sub kelompoknya,
realisasi tertinggi adalah Belanja Tidak Langsung yaitu mencapai 75,92% dari yang
dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung terealisasi lebih rendah yaitu sebesar
58,15% dari yang telah dianggarkan.
Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
95
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
Realisasi belanja tertinggi adalah Belanja Tidak Terduga yaitu sebesar 93,73%.
Belanja Pegawai baik di Pos Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung pada
periode laporan menunjukkan prosentase realisasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 75,92%
untuk Belanja Pegawai Tidak Langsung, dan 71,56% untuk belanja pegawai langsung.
Tabel 4.4
Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Grafik 4.7 Realisasi Anggaran Belanja Langsung
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
APBD APBD
Th. 2012 Tahun 2013
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
5 BELANJA DAERAH 16.007.746 10.165.927 63,51 16.215.603 11.239.679 69,31
5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 10.088.960 6.846.247 67,86 10.189.908 7.735.695 75,92
5.1.1 BELANJA PEGAWAI 1.557.539 1.134.675 72,85 1.725.859 1.170.993 67,85
5.1.2 BELANJA BUNGA 6.139 4.238 69,03 5.516 3.956 71,72
5.1.4 BELANJA HIBAH 4.092.243 2.679.458 65,48 4.988.320 3.784.239 75,86
5.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 46.901 25.605 54,59 77.198 39.039 50,57
5.1.6BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
2.810.071 1.691.009 60,18 2.427.977 1.873.117 77,15
5.1.7BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
1.516.532 1.261.677 83,19 903.036 806.235 89,28
5.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 59.535 49.586 83,29 62.000 58.114 93,73
5.2 BELANJA LANGSUNG 5.918.785 3.319.680 56,09 6.025.695 3.503.983 58,15
5.2.1 BELANJA PEGAWAI 1.010.964 682.430 67,50 1.086.920 777.764 71,56
5.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 3.767.461 2.099.336 55,72 3.947.256 2.254.484 57,12
5.2.3 BELANJA MODAL 1.140.361 537.914 47,17 991.518 471.735 47,58
Tw III 2013
Realisasi (Juta Rp)
Tw III 2012
Realisasi
No Uraian
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
BELANJA
PEGAWAI
BELANJA
BARANG DAN
JASA
BELANJA MODAL
Realisasi Belanja Langsung APBDJuta
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
Realisasi Tw III 2013 APBDJuta
�
Bab Bab Bab Bab 5555
�
KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
�
96
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555 KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555.1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM .1. UMUM
Pada triwulan IV-2013, kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang
tercermin pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat
pedesaanmenunjukkan kondisi perlambatan dibanding periode sebelumnya. Berdasarkan
indikator ketenagakerjaan yang telahdirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS
Jatim)mengindikasikan adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja. Namun
sebaliknya,Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan IV-2013 di Jawa Timur yang
terindikasi adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu indikator kesejahteraaan
masyarakat pedesaan di Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya.Pergeseran musim tanam dan kelangkaan pupuk
bersubsidi mendorong Nilai Tukar Petani (NTP) melambat.Sementara itu, Nilai Tukar
Nelayan (NTN) Jawa Timur pada triwulan IV-2013 relatif membaik.
5.25.25.25.2. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN. KETENAGAKERJAAN
Pada triwulan IV-2013, kondisiperekonomian yang melemah memberikan
dampak negatif pada kondisi ketenagakerjaan.
5555.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Di Jawa Timur dalam kurun waktu Agustus 2012 – Agustus 2013,rasio penduduk
yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan sebesar 0,21%, dari 4,12%
menjadi 4,33%.Kondisi ini dipicu oleh terjadinya penambahan angkatan kerja dalam
kurun waktu tersebut (236 ribu orang) lebih tinggi daripada penyerapan tenaga kerja
(185 ribu orang), sehingga terjadi peningkatan jumlah pengangguran sebanyak 52 ribu
orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan perbandingan
antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) juga
menurunmenjadi 69,92% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesra 69,62%.
97
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel Tabel Tabel Tabel 5555.1.1.1.1
Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2013)
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
GrafikGrafikGrafikGrafik5555.1 .1 .1 .1
Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
Pada triwulan laporan, secara sektoral distribusi penyerapan tenaga
kerjadidominasi oleh sektor Pertanian, Perdagangan, dan Jasa Kemasyarakatan.
Perlambatan kinerja Industri pengolahan dinilai sebagai faktor utama penurunan
kontribusi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur yaitu sebesar 14,40%, sementara itu
penyerapan tenaga kerja di sektor Jasa Kemasyarakatan meningkat dengan kontribusinya
sebesar 15,63%. Sektor Jasa Kemasyarakatan membutuhkan keahlian khusus dengan
upah tertentu yang diberikan bagi pekerjanyasehingga permintaan terhadap tenaga kerja
sektor ini semakin meningkat. Di sisi lain, sektor Pertanian dan Perdagangan masing-
masing berkontribusi sebesar 37,44% dan 21,01% dari total tenaga kerja Jawa Timur.
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
Total
Angkatan Kerja 20,316,773 20,338,568 20,623,490 19,527,051 20,251,672 19,761,885 19,831,685 19,901,558 20,095,752 20,137,000
Bekerja 19,123,221 19,305,056 19,611,540 19,698,108 19,406,025 18,940,340 19,012,225 19,081,995 19,291,374 19,266,000
Menganggur 1,193,552 1,033,512 1,011,950 828,943 845,647 821,546 819,460 819,563 804,378 871,000
TPAK (%) 69.36% 69.25% 69.77% 69.08% 71.39% 69.49% 69.55% 69.62% 70.12% 69,92%
TPT (%) 5.87% 5.08% 4.91% 4.25% 4.18% 4.16% 4.14% 4.12% 4.00% 4,33%
Kegiatan
2009 2010 2011 2012 2013
16,500
17,000
17,500
18,000
18,500
19,000
19,500
20,000
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Jasa Kemasyarakatan Industri Perdagangan Pertanian TOTAL
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Ribu orang
98
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
GGGGrafikrafikrafikrafik 5.2 5.2 5.2 5.2 GGGGrafikrafikrafikrafik 5555.3.3.3.3 PenyerapanTenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Grafik Grafik Grafik Grafik 5555.4 .4 .4 .4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Merujuk pada pola pertumbuhan ekonomi/investasi yang melemah saat ini,
berdampak pada peningkatan produksi, perluasan usaha dan kondisi pasar ekspor serta
kebijakan/aturan pemerintah termasuk kebijakan UMK dan kondisi cuaca berpengaruh
besar terhadap aktivitas pekerjaan di semua sektor dan hal ini mendorong
meningkatnya penganggurandi Jawa Timur. Tidak terkecuali,banyaknya unjuk rasa
buruh untuk menuntut kenaikan upah minimum menyebabkan sentimen negatif
tentang jaminan keamanan dan investasi biaya tinggi yang akhirnya menyebabkan
investor memindahkan investasinya ke tempat lain. Inflasi tinggi karena kenaikan harga
BBM dan TDL membuat daya beli masyarakat menurun. Selain itu, kondisi eksternal
berupa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US $ hingga menembus level Rp 11.000
membuat harga bahan baku impor semakin mahal. Oleh karena itu, sebagian dunia
usaha mencoba melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yang
digunakan.
5.27 5.29 5.12 5.02 5.19 5.50 5.44 5.70 6.11 6.15 6.45 6.62 6.51
13.48 13.58 13.76 14.10 14.12 14.11 13.26 12.84 12.84 12.86 12.63 12.67 12.76
-12%
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
-
5
10
15
20
25
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Informal Formal G Formal G Informal
Sumber : BPS Jatim (diolah)
0.59 0.57 0.59 0.48 0.58 0.49 0.55 0.51 0.56 0.60 0.62 0.65 0.65 0.70 0.62
4.37 4.30 4.68 4.80 4.54 4.53 4.64 4.99 4.88 5.10 5.49 5.50 5.81 5.92 5.88
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1
2
3
4
5
6
7
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan
Sumber : BPS Jatim (diolah)
3.01 2.92 3.19 3.33 3.45 3.40 3.42 3.29 3.02 2.89 2.89 2.67 2.76 2.83 2.69
3.75 4.13 4.18 4.26 4.25 4.34 4.46 4.36 4.10 3.85 3.85 3.99 3.61 3.82 3.84
1.78 1.71 1.54 1.48 1.50 1.57 1.51 1.46 1.47 1.43 1.43 1.41 1.39 1.17
2.41
0.93 0.84 0.91 0.86 1.00 0.94 1.04 1.01 0.91 1.05 1.05 1.13 1.19 1.21
-
3.24 3.60 3.66 3.65 3.56 3.85 3.69 3.99 3.77 3.62 3.62 3.67 3.69 3.64 3.81
-
2
4
6
8
10
12
14
16
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Bebas di Pertanian
Berusaha dibantu buruh tdk tetap Berusaha sendiri
Sumber : BPS Jatim (diolah)
R
I
B
U
R
I
B
U
R
I
B
U
99
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Menghadapi realita ini mesti segera diantisipasi, salah satunya dengan
pembukaan lapangan kerja baru di tahun 2014.Dengan upaya pemerintah
meningkatkan iklim usaha, meningkatkan infrastruktur dasar, pelayanan perizinan satu
pintu dengan harapan para investor dapat menjalankan kegiatan usaha dengan aman
dan mendapat kepastian hukum yang terjamin. Sementara itu, mengingat sejumlah
besar penggangguran adalah orang yang belum memiliki ketrampilan atau keahlian
maka perlu memberikan pelatihan kerja kepada para pencari kerja sehingga menjadi
pekerja yang terampil dan ahli serta siap pakai, seperti misi pemerintah Jawa Timur
(tahun 2014 – 2019) memperluas lapangan kerja dengan fokus program untuk
memeperluas skala pelatihan ketrampilan tenaga kerja melalui pengembangan balai
latihan kerja berstandar internasional, memperluas akses pencari kerja terhadap
lapangan kerja melalui job fair, magang antar kerja antar daerah (AKAD) dan antar
kerja antar negara (AKAN). Selain itu, menumbuhkan jiwa wirausaha sejak sekolah
sehingga merubah paradigma dari mencari kerja menjadi pemberi kerja dapat pula
dilakukan. Hal ini mesti didukung oleh pemerintah dengan memberikan pinjaman
tanpa anggunan dan tanpa bunga bagi perintis usaha/pemula. Di sisi lain, untuk
mengatasi pengangguran musiman perlu adanya pemberian informasi yang cepat
mengenai tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja seperti pengumuman
lowongan kerja di kampus dan media masa. Sementara itu, upaya lain adalah
menggalakkan program transmigrasi. Program ini bukan saja meratakan pembangunan
dan jumlah penduduk tetapi juga merupakan cara mengatasi pengangguran, misalnya
dengan memberikan pelatihan dan modal untuk membuka usaha di wilayah
transmigrasi dapat membuka lapangan pekerjaan di daerah transmigrasi sehingga
masyarakat tidak berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota besar.
Mengintensifkan program keluarga berencana juga dapat mengurangi jumlah
pengangguran. Pemerintah harus berusaha untuk menekan laju pertumbuhan dan
mengawasi program ini dengan baik. Kita ketahui bersama bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara dengan polulasi terbesar di dunia, apabila masalah
keluarga berencana tidak dijalankan secara efektif dapat dipastikan pengangguran
akan semakin bertambah. Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban
pemerintah semata, oleh karena itu pemerintah Jawa Timur mengharapkan kepada
seluruh masyarakat berpartisipasi untuk mengatasi masalah ini. Tanpa kerjasama
pemerintah dan masyarakaat mustahil dapat mengatasi pengangguran.
100
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.2.2. Survei Keg5.2.2. Survei Keg5.2.2. Survei Keg5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)iatan Dunia Usaha (SKDU)iatan Dunia Usaha (SKDU)iatan Dunia Usaha (SKDU)1111
Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Jawa Timur, indikator
ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU)di wilayah kerja Jawa Timur
menunjukkanadanya peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.Tercatat saldo
bersih tertimbang (SBT) yang dihitung dari penggunaan tenaga kerja pada sektor usaha
di 9 (sembilan) sektor ekonomi, menunjukkan perbaikan walaupun masih dalam kondisi
negatif (melambat).Tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) -6.31% pada
triwulan III-2013 menjadi -0,72% pada triwulan IV-2013.Demikian pula, bila
dibandingkan dengan tahun sebelum pada periode yang sama mengalami peningkatan,
dari -1,99% (SBT) pada triwulan IV-2012 menjadi -0,72% (SBT) triwulan IV-2013.
Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan penggunaan tenaga kerja terjadi hampir
semua sektor, kecuali sektor Pertanian dan sektor Jasa.Dari 9 (sembilan) sektor ekonomi,
secara spesifik yang melakukanpeningkatan penyerapan tenaga kerja pada triwulan
laporan,terutamasektorPerdagangan, Hotel, dan Restoran,sektor Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaandiikuti olehsektor Pertambangan, sektor Listrik, Gas dan Air
Bersihserta sektor Industri Pengolahan.Peningkatan kinerja sektor-sektorini pada triwulan
IV-2013 menyebabkan menigkatnya nilai SBT penggunaan tenaga kerja.
Sebaliknya menurunnya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi penyerapan
tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai Saldo Bersih
Tertimbang(SBT)sektor tersebut dibandingkan dengan triwulansebelumnya.Penurunan
nilai SBT terutama terjadi pada sektor Jasa dan sektorPertanian. Hal ini seiring dengan
kondisi cuacayangtidak menentu akhir-akhir ini, berdampak besar pada akivitas
pekerjaan di sektor Pertanian. Selain itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 diinformasikan
selama 10 tahun terakhir, jumlah rumah tangga pertanian turun sebanyak 5,1 juta
kepala keluarga karena banyak yang beralih bekerja di sektor lainnya.
Sementara itu, responadanya kenaikan TDL pada 1 Oktober 2013 dan UMKakan
berdampakterhadap peningkatan harga barang yang sangat berpengaruh terhadap
dunia usaha karena akan menambah beban terutama biaya operasional perusahaan
menjadi meningkat.Kenaikan TDL dan UMK walau mulai berlaku 1 Januari 2014,diakui
semakin memberatkan dunia usaha dalam ekspansi usaha dan sektor
ketenagkerjaan.Para pelaku usahaakan mengurangi beban usaha, bahkan rawan
1SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi
penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang.
101
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
menutup usahanya karena tidak kuat memberikan hak karyawan dengan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK).Namun demikian, ekspektasi pelaku usaha terhadap
perkembangan perekonomian di Jawa Timur pada triwulan yang akan datang,
diperkirakan masih optimis akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal ini
sebagaimana tercermin dari SBT triwulan I-2014 meningkat menjadi 5,00%.
Tabel 5.2Tabel 5.2Tabel 5.2Tabel 5.2
Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
GrafikGrafikGrafikGrafik5.5.5.5.5555 Grafik 5.6Grafik 5.6Grafik 5.6Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
5555....3333. . . . KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAANPEDESAANPEDESAANPEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan IV-2013
sedikit melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,
khususnya didorong oleh penurunan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu,kondisi
kesejahteraan nelayan relatif membaik.
2014
IIII I II II II I II III III III I IVIVIVIV IIII IIIIIIII I III III III II IVIVIVIV I*I*I*I*
REALISASIREALISASIREALISASIREALISASI
1,54 -0,62 -0,39 -0,15 0,68 -0,48 0,19 -0,17 0,06
PERTAMBANGAN 0,03 -0,21 -0,21 0,37 0,35 0,52 0,21 0,73 0,00
INDUSTRI PENGOLAHAN -3,50 3,44 -1,69 -4,33 -8,16 -4,68 -5,46 -2,87 0,45
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -0,77 -0,82 -0,03 -0,02 0,01 -0,39 -0,84 0,36 -0,78
BANGUNAN 0,26 0,49 0,00 0,24 0,00 0,59 0,00 0,26 -0,26
PHR 3,23 3,67 7,30 0,84 -1,86 0,44 -1,77 0,79 4,47
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1,52 0,46 -1,93 -0,64 -0,92 -0,27 0,71 0,76 0,51
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0,32 0,71 -0,21 0,34 -0,20 -0,53 -0,12 0,26 0,97
JASA - JASA -0,42 0,42 -1,82 1,36 3,13 0,00 0,78 -0,84 -0,42
TOTALTOTALTOTALTOTAL -0,83-0,83-0,83-0,83 7,547,547,547,54 2,702,702,702,70 -1,99-1,99-1,99-1,99 -6,95-6,95-6,95-6,95 -4,81-4,81-4,81-4,81 -6,31-6,31-6,31-6,31 -0,72-0,72-0,72-0,72 5,005,005,005,00
*) Ekpektasi Penyerapan Teanaga Kerja
20132012
PERTANIAN
SEKTORSEKTORSEKTORSEKTOR
-10,00
-8,00
-6,00
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
I II III IV I II III IV I*
2012 2013 2014
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR PERTAMBANGAN
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
%, SBT
-10,00
-8,00
-6,00
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2011 2012 2013 2014
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
%, SBT
102
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5555....3333.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani.1. Kesejahteraan Petani
Kesejahteraan petani di daerah pedesaan diindikasikan melalui perubahan
indikatorNilai Tukar Petani (NTP). Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim),penghitungan Nilai Tukar Petani
pada Desember 2013 mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya
menggunakan tahun dasar 2007 yang dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi
dan konsumsi petani seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta
pendapatan petani.
Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, indikator kesejateraan petani di Jawa
Timur yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP)menunjukkan sedikitpenurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.Namun demikian, Nilai
Tukar Petani (NTP) Jawa Timur pada triwulan IV-2013 telah melampaui level 100 dan
berada di atas level NTP Nasional (101,96)yang mengindikasikan bahwa kesejahteraan
petani di Jawa Timur masih pada level yang cukup baik. Tercatat Nilai Tukar Petani Jawa
Timur pada triwulan IV-2013 sebesar 104,85 sedikit lebih rendah dibandingkan
triwulan IV-2012 yaitu sebesar 104,96.Secara mtm, Nilai Tukar Petani Jawa Timur pada
Bulan Desember 2013 turun 0,31% dibanding pada November 2013 dari 105,18
menjadi 104,85. Penurunan ini disebabkanoleh kenaikan indeks yang diterima petani
(lt)0,2% lebih rendahdaripada indeks harga yang dibayar petani (lb) 0,5%.
Grafik5.7Grafik5.7Grafik5.7Grafik5.7
Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013
Kenaikan indeks harga yangditerima petani disebabkan oleh kenaikan 3
subsektor pertanian yaitu Peternakan, Hortikultura dan Perikanan. Sebaliknya subsektor
Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan. Sementara
104.96 104.85 104.24
113.91
99.32
108.09
90
95
100
105
110
115
120
NTP
Des'12
NTP
Des'13
Indeks
yg
diterima
Des'12
Indeks
yg
diterima
Des'13
Indeks
yg
dibayar
Des'12
Indeks
yg
dibayar
Des'13
(yoy)
103
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
itu dari 5 provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP yaitu Jawa Timur,
D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Barat seluruhnya mengalami
penurunan.
Kondisi ini terjadi karena sampai akhir 2013, sektor pertanian masih berada
pada musim tanam sebagai akibat pergeseran musim karena perubahan cuaca yang
terjadi, sehingga mengakibatkan menurunnya nilai imbal jasa petani dibandingkan
dengan biaya produksi dan konsumsi hidup yang tetap harus dikeluarkan. Petani di
beberapa daerah di sentra produksi beras mengalami keterlambatan tanam. Musim
tanam yang biasanya dimulai bulan Oktober bergeser dimulai akhir Desember. Selain
itu, sejumlah petani mengeluh sulit mendapatkan pupuk urea bersubsidi, seperti yang
terjadi di Kabupaten Lumajang Jawa Timur kelangkaan pupuk bersubsidi membuat
petani harus mencari ke daerah lain yang tentunya memerlukan waktu dan biaya
tambahan. Musim hujan yang terus turun akibat anomali iklim, memberikan pasokan
air yang mencukupi bagi petani untuk memulai musim tanam. Namun musim hujan
berkepanjangan juga mengakibatkan beberapa daerah terkena banjir, seperti banjir
yang menggenang di Kabupaten Gresik merusak lahan pertanian seluas 2.658,2hektar
membuat petani merugi.
Pemerintah Jawa Timur berkomitmen untuk melindungi pertanian di Jawa
timur, yaitu dengan adanya revitalisasi pertanian dan penyediaan infrastruktur
pedesaan. Adanya strategi peningktan produksi tanaman pangan, inisiatif regulasi yang
berupa Pergub, Perda dan Kepgub. Untuk memperbaiki infrastruktur seperti saluran
irigasi di Jawa Timur, telah dianggarkan dana subsidi sebesar Rp 5 – 10 miliar per
kabupaten kota per tahun. Selain itu Pemerintah Jawa Timur juga membangun Bank
UMKM, khusus menampung hasil pertanian di Jatim untuk mencegah petani
berhubungan langsung dengan tengkulak. Pemerintah Jatim juga menerbitkan 14
Perturan Daerah (Perda) untuk melindungi petani, salah satunya tentang larangan
hortikultura impor di Jatim. Produk impor bila dibebaskan masuk ke Jatim maka harga
komditas lokal akan jatuh sehingga petani merugi. Untuk transportasi pertanian
pemerintah Jawa Timur juga memberikan subsidi, seperti subsidi angkutan tebu bagi
pengembangan pertanian tebu di Madura. Sementara untuk menunjang Jatim sebagai
lumbung pangan Nasional, Pemprov.Jatim menyiapkan bantuan hibah sarana prasarana
pertanian senilai Rp 107 miliar. Bantuan tersebut digunakan untuk pembelian peralatan
pertanian berupa traktor, perontok padi, mesin tanam, mesin pembuat susu kedelai
104
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
dan berbagai alat lainnya yang diperuntukkan untuk kelompok tani yang ada di Jatim.
Semua upaya di atas dilakukan pemerintah untuk lebih mensejahterakan masyarakat
khususnya petani pedasan di Jawa Timur.
GrafikGrafikGrafikGrafik5.5.5.5.8888 Grafik 5.9 Grafik 5.9 Grafik 5.9 Grafik 5.9 Subsektor NTP Jatim (%) Perkembangan Subsektor NTP Jatim (yoy)
5555....3333.2. .2. .2. .2. Kesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan NelayanKesejahteraan Nelayan
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator kesejahteraan petani (NTP),
berdasarkan hasil rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim),penghitungan
Nilai Tukar Nelayan pada Desember 2013 juga mengalami perubahan tahun dasar 2012
karena dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi nelayan seiring
dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan nelayan.
Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mengindikasikan kesejahteraan nelayan di
Jawa Timur sampai akhir 2013 menunjukkan peningkatan dan berada di atas level 100
namun masih berada di bawah NTN Nasional. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa
Timur sebesar 101,68 sedangkan Nilai Tukar Nelayan Nasional sebesar 102,66.
Sementara itu, Nilai Tukar Nelayan Jawa Timur bulan Desember 2013 mengalami
kenaikan sebesar 0,8%, dari 101,68 pada November 2013 menjadi 102,50 pada
Desember 2013. Peningkatan ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan
lebih tinggi daripada indeks yang dibayar nelayan.
Berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga diterima nelayan pada
periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis ikan, seperti ikan tongkol,
ikan layang, ikan cakalang dan ikan teri. Sedangkan kenaikan indeks harga yang dibayar
oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga serta indeks biaya
produksi dan penambahan barang modal.
20%
20%
19%
21%
20%
Tanaman pangan
Hortikultura
Tanaman perkebunan
rakyat
Peternakan
Perikanan
104,96
103,83 103,63
106,77
105,84
106,99
104,85 102,96 103,13 102,48 108,98 105,67
98
100
102
104
106
108
110
NTP Tanaman
pangan
Hortikultura Tanaman
perkebunan
rakyat
Peternakan Perikanan
Des 2012 Des 2013
105
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.10000
Perubahan NTN Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013
Anomali cuaca akhir-akhir ini, bersamaan hujan turun disertai angin kencang
membuat nelayan Jawa Timur menghentikan kegiatan menangkap ikan di perairan Jawa
Timur. Demi keselamatan jiwa, mereka berhenti melaut. Seperti yang terjadi di Pacitan,
Trenggalek, Tulungagung dan Malang produksi ikan tangkapan laut sepekan ini turun
drastis, pada hari normal bisa mencapai 20 ton perhari karena faktor cuaca buruk
menjadi kurang dari 10 ton perhari. Namun di sisi lain, mengimbangi Nilai Tukar Nelayan
supaya tetap terjaga atau bahkan naik, nelayan Benganwan Solo di Kabupaten
Bojonegoro mengembangkan budi daya ikan air tawar dalam keramba di lokasi
genangan air bekas sungai Bengawan Solo. Salah satu bentuk upaya Pemerintah
Kabupaten Bojonegoro untuk mendukung kesejahteraan nelayan dengan memberikan
bantuan keramba, benih serta pakan sebagai modal pertama mereka. Selain itu, di
Kabupaten Sumenep upaya pemerintah setempat mensejahterakan nelayan dengan
memberikan paket bantuan kepada 676 kelompok masyarakat nelayan berupa perahu,
jaring, lampu celup air, dan alat pengasapan ikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya
mewujudkan kesejaheraan para nelayan. Sementara di Banyuwangi, pemda setempat
berupaya mensejahterakan para nelayan dengan menenggelamkan 340 apartemen ikan
dan 8 modul di wilayah perairan Pantai Bangsring di sekitar Selat Bali. Apartemen ikan ini
merupakan konstruksi yang tersusun dari benda padat sebagai tempat perlindungan
asuhan tempat telur serta pembesaran anak ikan dan berfungsi untuk melindungi
beberapa jenis ikan dan bayi ikan.
106,99105,67
108,75
116,35
101,64
110,11
90
95
100
105
110
115
120
NTN
Des'12
NTN
Des'13
Indeks
yg
diterima
Des'12
Indeks
yg
diterima
Des'13
Indeks
yg
dibayar
Des'12
Indeks
yg
dibayar
Des'13
(yoy)
106
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.4 PROFIL 5.4 PROFIL 5.4 PROFIL 5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMURKEMISKINAN JAWA TIMURKEMISKINAN JAWA TIMURKEMISKINAN JAWA TIMUR
Secara umum beberapa tahun terakhir perkembangan perekonomian Jawa Timur
menunjukkan kinerja yang positif diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun
menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS),
jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)2
pada September 2013 turun sebesar 0,35 poin dari 13,08% pada September 2012 menjadi
12,73% atau sebesar 4.865.820 jiwa, namun selama 1 semester ini prosentase penduduk
miskin mengalami peningkatan 0,18 poin. Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik
pemerintah pusat maupun daerah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah
satu contoh program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah
program pemberdayaan potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan
kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal
sosial lokal sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk
penganggulangan kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan
kemiskinan dengann cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM), fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T)
yang bertujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur.
Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.1Grafik 5.11111
Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%)
2Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
0
5
10
15
20
25
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
21.09 19.9818.51
16.68
15.2613.85
13.0812.73
107
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis
kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar Rp 273.758,- atau meningkat sebesar 0,18
poin dari garis kemiskinan Maret 2013. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah
satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur, dampak dari kenaikan harga BBM yang
mempengaruhi daya beli penduduk miskin. Komoditas makanan yang berpengaruh besar
terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi
lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan
adalah bensin, listrik, pakaian jadi laki-laki dewasa dan pakaian jadi perempuan.
Tabel 5.Tabel 5.Tabel 5.Tabel 5.3333 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
MakananBukan
MakananTotal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan
Maret 2008 131.487 51.921 183.408 2.438.76 13.15
Maret 2009 145.676 56.948 202.624 2.148.51 12.17 -0.98
Maret 2010 152.965 60.418 213.383 1.873.55 10.58 10.58
Maret 2011 169.242 65.303 234.546 1.768.23 9.87 -0.71
Sept 2011 174.210 68.193 242.403 1.734.31 9.66 -0.21
Maret 2012 175.806 69.499 245.305 1.630.63 9.06 -0.81
Sept 2012 182.073 71.874 253.947 1.605.96 8.90 -0.16
Maret 2013 187.350 77.853 265.209 1.550.46 8.57 -0.33
Pedesaan
Maret 2008 118.971 36.461 155.432 4.581.19 23.64
Maret 2009 131.522 43.106 174.628 3.874.07 21.00 -2.64
Maret 2010 139.806 46.073 185.879 3.655.76 19.74 19.74
Maret 2011 155.457 50.818 206.275 3.587.98 18.19 -1.55
Sept 2011 161.141 53.025 214.166 3.493.00 17.66 -0.53
Maret 2012 167.352 54.864 222.216 3.440.34 17.35 -0.84
Sept 2012 176.674 57.882 234.556 3.354.58 16.88 -0.47
Maret 2013 189.172 61.358 250.530 3.220.80 16.15 -0.73
Kota + Desa
Maret 2008 125.091 44.020 169.112 7.019.95 18.51 -1.47
Maret 2009 138.440 49.874 188.317 6.022.59 16.68 -1.83
Maret 2010 146.240 53.087 199.327 5.529.30 15.26 -1.42
Maret 2011 162.017 57.711 219.727 5.365.21 14.23 -1.03
Sept 2011 167.360 60.243 227.603 5.227.31 13.85 -0.38
Maret 2012 171.375 61.827 233.202 5.070.98 13.40 -0.83
Sept 2012 179.244 64.540 243.783 4.960.54 13.08 -0.32
Maret 2013 188.306 69.205 257.510 4.771.26 12.55 -0.53
Sept 2013 201.683 72.075 273.758 4.865.82 12.73 0.18
Sumber : BPS Jatim
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/ tahunJumlah Penduduk
Miskin (Ribu)
Persentase
Penduduk Miskin
Perubahan
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
108
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga
menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami
peningkatan sebesar 0.23 poin. Tercatat pada Maret 2013 sebesar 1,84 menjadi 2.07 pada
September 2013. Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di perkotaan (0,11 poin)
dan pedesaan (0,34 poin). Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan
0,07 poin atau menjadi 0,50 pada September 2013. Peningkatan keduanya mengindikasikan
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
TabelTabelTabelTabel 5.5.5.5.4444 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)di Jawa Timur
Menurut Daerah
Tahun Kota Desa Kota + Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 )
Maret 2008 2.34 4.38 3.38
Maret 2009 2.18 3.54 2.88
Maret 2010 1.53 3.18 2.38
Maret 2011 1.51 2.96 2.27
September 2011 1.25 2.67 2
Maret 2012 1.25 2.32 1.81
September 2012 1.29 2.52 1.93
Maret 2013 1.31 2.32 1.84
Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )
Maret 2008 0.61 1.23 0.93
Maret 2009 0.6 0.91 0.76
Maret 2010 0.37 0.79 0.59
Maret 2011 0.35 0.72 0.54
September 2011 0.28 0.63 0.46
Maret 2012 0.27 0.48 0.38
September 2012 0.3 0.57 0.44
Maret 2013 0.33 0.52 0.43
September 2013 0,34 0,66 0,50
Sumber : BPS Jatim
�
Bab Bab Bab Bab 6666
�
PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN
HARGAHARGAHARGAHARGA
�
109
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan III– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.2222 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.1111 Indeks Indeks Indeks Indeks Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan
6666 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGAPERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.16.16.16.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMURPERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan I 2014,pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang
pertumbuhan 6,2% s.d 6,6% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada
level 6,2% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa
ekspektasi penghasilan masyarakat di triwulan I 2014 cenderung meningkat sebagaimana
tercermin pada hasil survei konsumen (Grafik 6.2).Ekspektasi penghasilan yang tinggi akan
mendorong pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi semakin tinggi pula. Selain itu,
perbaikan perekonomian di triwulan I 2014 juga ditunjukkan dengan ekspektasi masyarakat
terhadap kondisi ekonomi dan keyakinan masyarakat yang juga meningkat di triwulan I 2014.
Pulihnya perekonomian negara maju serta mulai meredanya tekanan pada
perekonomian negara mitra dagang Jawa Timur di triwulan I 2014 diperkirakan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari ekspor luar negeri. Perkiraan
meredanya tekanan nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu pendorong perbaikan neraca
perdagangan Jawa Timur, sehingga perekonomian wilayah Jabagtim diperkirakan mampu
tumbuh positif pada triwulan I-2014.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
Indeks
110
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan III– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Sementara itu, pada triwulan I-2014, kinerja investasi diperkirakan sedikit melambat.
Hasil quick survey dan liaison menunjukkan bahwa pelaksanaan Pemilu 2014 membuat
investor melakukan wait and see dan menunda keputusan investasi 6-12 bulan ke depan.
Tekanan di sektor industri berupa kenaikan UMK dan rencana kenaikan tarif listrik industri
diperkirakan berpotensi menahan realisasi investasi. Pelemahan tersebut juga dikontribusikan
dari masih rendahnya realisasi proyek MP3EI yang salah satunya adalah proyek jalan tol Trans
Jawa dengan realisasi baru mencapai 50,4%. Sementara itu, pembangunan Terminal Multi
Purpose Teluk Lamong senilai Rp 4,1 T yang akan dioperasikan pada April 2014 juga baru
terealisasi sebesar 70% untuk tahap pemancangan, 20% pengerasan dan 58% untuk tahap
pengecoran. Realisasi proyek tersebut masih mengalami kendala teknis terkait pembebasan
lahan, sehingga turut menahan perlambatan kinerja investasi di triwulan I-2014. Selain itu,
adanya pelaksanaa Pemilu 2014 diperkirakan turut meningkatkan kinerja perekonomian Jawa
Timur, terutama dari saluran konsumsi rumah tangga dan pemerintah.
Kinerja pertanian di triwulan I-2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan
adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Sementara
itu, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan meningkat seiring
dengan kembali pulihnya konsumsi rumah tangga serta semakin majunya kota tujuan wisata
alam seperti Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik maupun
internasional. Pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya agenda bisnis di awal tahun
berpotensi meningkatkan kinerja subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Perbaikan sisi
penawaran tercermin dalam hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan
peningkatan ekspektasi realisasi usaha dan penyerapan tenaga kerja pelaku usaha (Grafik 6.3
dan 6.4).
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.3333 Estimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha Tw IIIIII II II II 2012012012013333
Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw IIIIII II II II 2012012012013333
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2011 2012 2013 2014
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II III IV I*
2011 2012 2013 2014
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
%, SBT
111
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan III– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Faktor risiko yang perlu dicermati antara lain kebijakan pemerintah, seperti kenaikan
UMK dan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berpotensi menekan kinerja industri pengolahan.
Kondisi ini secara keseluruhan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada
2014 di kisaran 6,4% – 6,8% (yoy).
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka
inflasi kota Jawa Timur pada Tw I-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di
kisaran6,71% s/d 6,90%.
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw I-2014 dari ketiga kelompok inflasi relatif
stabil walaupun terdapat beberapa faktor risiko inflasi. Secara lebih lanjut penjelasannya yaitu :
Menurun Meningkat Stabil
Tw IV-2013 Tw I-2014 Faktor Risiko
- Dimulainya masa panen untuk beberapa komoditas pangan
seperti beras, bawang merah dan cabe
- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 13 bulan
ke depan
- Keterbatasan stok sapi sehingga tidak memenuhi permintaan
masyarakat
- Banjir yang terjadi di awal 2014 berpotensi menunda musim
panen khususnya komoditas beras karena sekitar 5% lahan
harus ditanami kembali pasca banjir
- Adanya erupsi Gunung Kelud yang merusak lahan padi, jagung,
kedelai, cabe rawit, nanas dan tomat berpotensi meningkatkan
inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan
- Berlanjutnya penyesuaian harga LPG khususnya LPG 12 kg
- Kembali normalnya tarif transportasi
- Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah ya ng
berpotensi meningkatkan harga barang impor dan
mempengaruhi harga komoditas emas
- Harga komoditas internasional yang berfluktuatif
- Ekspektasi masyarakat akan pelaksanaan Pemilu 2014
- Dampak lanjutan kenaikan Upah Minimum Provinsi terhadap
kenaikan biaya produksi dan harga produk
Core Inflation
Tw I-2014
Volatile Food
Tw I-2014
Administered
Price
Tw I-2014
112
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan III– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
1. Volatile Food
Pada awal 2014 terjadi banjir di beberapa wilayah di Jawa Timur yang merusak 5,95% dari
total lahan yang telah ditanami(mayoritas adalah lahan padi). Hal ini menyebabkan petani
harus menanam ulang sawah yang terendam sehingga berpotensi pada berkurangnya
produksi beras dan pergeseran masa panen. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga
sampai dengan minggu ke-2 Februari 2014 tidak terdapat kenaikan harga yang signifikan
untuk sub kelompok sayur-sayuran maupun bumbu-bumbuan. Kenaikan harga terjadi
pada beras (0,92%) dan cabe rawit (3,45%).
Selain banjir, pada minggu ke-2 Februari juga terjadi erupsi Gunung Kelud yang
menyebabkan rusaknya lahan pertanian padi, cabe rawit, jagung, kedelai, nanas dan
tomat. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi kelompok bahan makanan pada awal 2014.
Meskipun demikian, diproyeksi tekanan inflasi tersebut berdampak pada bulan Januari dan
Februari 2014 sehingga di akhir Tw I-2014, dampak tersebut telah termoderasi oleh
dimulainya masa panen raya dan inflasi kelompok ini relatif stabil.
2. Administered Price
Sampai dengan Tw I-2014 pendorong inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga bahan
bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang meningkat Rp1.000/kgdan menyumbang inflasi
bulan Januari 2014 sebesar 0,21%. Tidak terdapat rencana pemerintah untuk menaikkan
harga komoditas lain pada Tw I-2014. Kenaikan selanjutnya adalah Tarif Tenaga Listrik
(TTL) yang akan dilaksanakan pada Mei 2014, sehingga pada Tw I-2014 inflasi kelompok
ini diperkirakan stabil dan cenderung turun.
3. Core Inflation
Inflasi kelompok ini diproyeksi meningkat di akhir Tw I-2014 seiring dengan adanya Pemilu
pada April 2014 yang memicu tingginya ekspektasi masyarakat. Harga komoditas
internasional yang belum stabil serta masih lemahnya nilai tukar Rupiah juga menjadi salah
satu pemicu relatif meningkatnya inflasi kelompok ini.
6.36.36.36.3 PROSPEK PROSPEK PROSPEK PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 201EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 201EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 201EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014444
Di sepanjang tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini lebih
tinggi dibandingkan tahun 2012 (6,2%, yoy). Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi
dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
113
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan III– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari
konsumsi masyarakat seiring tingginya daya beli dan dominannya proporsi usia produktif di
Jawa Timur. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah pada tahun 2014 didorong
oleh kenaikan permintaan akibat pelaksanaan Pemilu 2014. Sementara itu, kenaikan tarif
komponen pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada kinerja sektor
riil Jawa Timur di sepanjang tahun 2014. Tekanan di dunia usaha diperkirakan memperlemah
kinerja investasi. Namun demikian, adanya realisasi beberapa proyek infrastruktur Pemerintah
seperti mulai beroperasinya Teluk Lamong, rencana pembangunan empat buah smelter serta
Tol Trans Jawa diperkirakan mampu menahan laju perlambatan investasi tersebut. Pembaikan
perekonomian global dan regional sepanjang tahun ini secara optimis mampu meningkatkan
ekspor Jawa Timur di tahun 2014.
Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor mampu tumbuh positif dibanding tahun 2013,
kecuali sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada tahun
2014, tekanan sektor industri pengolahan mampu dikompensasi dengan tingginya permintaan
pra dan pasca Pemilu, sehingga masih tumbuh positif. Sementara itu, sektor bangunan dan
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diperkirakan relatif melambat. Adanya
kebijakan pengetatan kepemilikan rumah berpotensi untuk menahan pertumbuhan sektor
konstruksi. Di sisi lain, kebijakan peningkatan suku bunga acuan dan pembatasan penyaluran
kredit oleh bank berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor keuangan, terutama subsektor
bank. Secara keseluruhan faktor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya.
6.6.6.6.4444 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014
Pada akhir tahun 2014, inflasi Jawa Timur diproyeksikan berada di kisaran 4,84% -
5,34% atau kembali pada sasaran nasional yang sebesar 4,5% + 1%. Beberapa hal yang
terjadi pada tahun 2014 yang berpotensi turut mempengaruhi inflasi antara lain :
1. Volatile Foods
Tekanan berkurang seiring dengan tidak adanya kendala impor hortikultura. Meskipun
demikian, produksi lokal diproyeksikan berkurang sebagai dampak terjadinya bencana
alam di awal tahun 2014 seperti banjir di beberapa daerah di Jawa Timur serta erupsi
Gunung Kelud.
2. Administered Price
Inflasi relatif stabil karena tidak adanya rencana kenaikan harga BBM. Tekanan kenaikan
harga LPG 12 kg di awal tahun dan kenaikan BBM di Tw III-2013 diproyeksi termoderasi
114
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan III– Tahun 2013
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
di Tw III-2014 melalui penyesuaian indeks base year IHK. Namun perlu diwaspadai
rencana kenaikan tarif tenaga listrik yang akan dilaksanakan pada Mei 2014 termasuk
pula dampak lanjutannya terhadap kelompok inflasi lainnya.
3. Core Inflation
Tekanan inflasi berpotensi meningkat karena ekspektasi masyarakat dengan adanya
Pemilu pada April 2014 dan penyesuaian UMP. Adanya Pemilu tahun 2014
meningkatkan ekspektasi masyarakat akan tingginya aktivitas perekonomian sehingga
dapat mendorong kenaikan harga. Selain itu, tingkat harga komoditas internasional yang
masih berfluktuatif dan adanya titik keseimbangan baru Rupiah juga berpotensi
meningkatkan biaya produksi industri yang sebagian bahan bakunya impor sehingga
menjadi salah satu sumber kenaikan harga.
Dengan mengacu pada uraian tersebut, secara ringkas hal-hal yang mendasari
proyeksi inflasi tahun 2014 yaitu :
Downward Risk
- Hilangnya dampak base year IHK untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga inflasi
kelompok transportasi, keuangan dan jasa keuangan diperkirakan akan kembali pada pola
normalnya yaitu di kisaran 2% - 4% (yoy)
- Inflasi kelompok bahan makanan juga diperkirakan relatif stabil di kisaran 7% - 8% yang
dipicu tidak adanya kendala impor sehingga masih dapat menutupi pasokan domestik
yang diperkirakan sedikit terganggu sebagai dampak pergeseran masa tanam (faktor
cuaca) dan keterbatasan sarana dan prasarana pertanian (pupuk, benih, dll)
- Ketersediaan cadangan pangan (beras) oleh Bulog
- Sentra produksi di Jawa Timur telah memiliki kualitas yang baik dan produktivitas tinggi,
namun masih memerlukan dukungan pemerintah untuk pengembangannya (intensifikasi
pertanian)
Upward Risk
- Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga berpotensi mendorong
peningkatan harga emas perhiasan domestik di kisaran 3% - 4%
- Adanya potensi kenaikan inflasi kelompok administered price melalui penyesuaian kembali
TTL dan gas
- Tata niaga pasar yang belum mendukung distribusi barang secara optimal ke semua
daerah di Jawa Timur (misal : premanisme dan kartel).
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan IV – 2013
DAFTAR ISTILAH
Administered price
Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan
daerah
BI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap
bulannya
BI-RTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-
membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer
dana
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka
Ekspor dan Impor
Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar
provinsi
Faktor Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi
permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat
Fakor Non Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun
distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(adminisered price)
Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam
rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional
Imported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar
negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur
Triwulan IV – 2013
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga
konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat luas
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices
Inflow
Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
Kredit
Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk
• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA)
• Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai
perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan
dalam bentuk laporan
mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Net Inflow
Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)
Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank,
baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL
dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan
dan (3) macet
Omset
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Outflow
Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur
Triwulan IV – 2013
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
qtq
Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada
pembentukan PDRB secara keseluruhan
Volatile Food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat
bergejolak karena faktor-faktor tertentu
yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
DAFTAR SINGKATAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan IV – 2013
DAFTAR SINGKATAN
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBM
Bahan Bakar Minyak
BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPS
Badan Pusat Statistik
IHK
Indeks Harga Konsumen
IKK
Indeks Keyakinan Konsumen
KPR
Kredit Pemilikan Rumah
LDR
Loan to Deposit Ratio
LTV
Loan to Value
NIM
Net Interest Margin
NPF
Non Performing Financing
NPL
Non Performing Loan
PHR
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLN
Perusahaan Listrik Negara
PMA
Penanaman Modal Asing
PMDN
Penanaman Modal Dalam Negeri
DAFTAR SINGKATAN
Kajian Ekonomi Regional ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi JawaJawaJawaJawa TimurTimurTimurTimur Triwulan IV – 2013
PMTB
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
q-t-q
Quarter to quarter
RBB
Rencana Bisnis Bank
SKDU
Survei Kegiatan Dunia Usaha
yoy
Year on year