63

JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id
Page 2: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA

adalah Jurnal dengan akses terbuka dengan ruang lingkup berbagai bidang keperawatan

termasuk penelitian dasar dalam keperawatan, keperawatan manajemen, keadaan

darurat, dan keperawatan kritis, keperawatan medis-bedah, keperawatan kesehatan

mental, keperawatan bersalin, keperawatan bersalin, keperawatan anak, gerontologis

keperawatan, keperawatan komunitas, keperawatan pendidikan keperawatan keluarga,

pengobatan komplementer dan alternatif (CAM) dalam keperawatan.

ISSN CETAK : 2656-825X

ISSN ONLINE : 2656-5811

ALAMAT REDAKSI

LPPM STIKES Muhammadiyah Kendal

Jl. Pemuda No. 42-46, Pegulon, Kendal, Jawa Tengah, 51318

Telp : (0294) 3686444

Email : [email protected]

Page 3: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

TIM REDAKSI

EDITORIAL

Advisor

Sulastri, S.Kep, Ns, M.Kes (Ketua STIKES Muhammadiyah Kendal)

Editors In Chief

Ns, Fatikhah, M.Kep (Ketua LPPM STIKES Muhammadiyah Kendal)

Editor Board Member

Ns. Siti Aminah, MAN (STIKES Muhammadiyah Kendal)

Administrator

Agus Trimanto, S.I.Pust (Pustakawan STIKES Muhammadiyah Kendal)

REVIEWER

Ns. Siti Munawaroh, M.Kep (STIKES Muhammadiyah Kendal)

Ida Untari, SKM, M.Kes (ITS PKU Muhammadiyah Surakarta)

Ns. Livana PH, M.Kep., Sp.Kep.J (STIKES Kendal)

Page 4: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

DAFTAR ISI

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG DAMPAK ROKOK

TERHADAP KESEHATAN DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMA SATAP 4

GUNUNGSARI LOMBOK BARAT TAHUN 2019

(Juniati Juniati, Suswinda Yulisutomo, Hersika Asmawariza)

Hal : 52 – 60

HUBUNGAN DURASI BERMAIN GADGED (GAME EDUKASI) DENGAN

TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK DAHLIA

DARMAJI

(Baiq Larasati Septami, Lalu Wiresanta, Beti Haerani)

Hal : 61 – 69

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH

PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG

GADING KOTA SEMARANG

(Ni Nyoman Maryaningtyas Adinatha, Indah Wulaningsih)

Hal : 70 - 77

ANALISIS HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT

KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI

DUSUN CELEGEH DESA BAREBALI LOMBOK TENGAH TAHUN 2019.

(Yulianti Yulianti, Edy Surya Pratama, Amalia Mastuty)

Hal : 78 – 88

PENGARUH PAKET EDUKASI SAYANG IBU TERHADAP MOTIVASI IBU

DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN PEKALONGAN

(Yuni Sandra Pratiwi, Siti Rofiqoh, Herni Rejeki)

Hal : 89 – 101

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI

PUSKESMAS PONCOL KOTA SEMARANG

(Boediarsih Boediarsih, Wahyu Wiedy Aditantri, Dwi Kustriyanti)

Hal : 102 - 110

Page 5: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

52

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG DAMPAK

ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN PERILAKU

MEROKOK DI SMA SATAP 4 GUNUNGSARI

LOMBOK BARAT TAHUN 2019

Juniati1, Suswinda Yulisutomo

2, L.Hersika Asmawariza

3

1,2,3 Departemen Keperawatan, Fakultas Kesehatan,Universitas Qamarul Huda Bagu,

Lombok, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Merokok merupakan salah satu perilaku yang sangat merugikan. Bagi pelakunya

merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti tekanan darah tinggi dan

gangguan kerja jantung yang disebabkan oleh pengaruh bahan-bahan kimia yang

terkandung di dalam rokok seperti nikotin dan tar. Nusa Tenggara Barat berada di

urutan ke enam untuk Presentase tertinggi nasional usia pertama kali merokok terdapat

pada usia 15-19 tahun 43,3%, 20-24 tahun 14,6%.

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 77 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu

berjumlah 30 orang, namun dalam pengambilan sampel terdapat kriteria eksklusi

sehingga jumlah sampel menjadi 30 orang responden. Instrumen penelitian

menggunakan kuesioner. Tehnik analisa data menggunakan uji chi-square α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar berpengetahuan kurang

yaitu sebanyak 14 orang (46,7%) yang berpengetahuan baik sebanyak 5 (16,7%) dan

yang berpengetahuan cukup 11 (36,7%) Hasi uji chi-square α=0,05 didapatkan p=0,000

< 0,05 sehingga Ha diterima, artinya ada hubungan pengetahuan siswa tentang dampak

rokok terhadap kesehatan dengan perilaku merokok di SMA SATAP 4 Gunungsari.

Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan siswa tentang dampak

rokok terhadap kesehatan dengan perilaku merokok di SMA SATAP 4 Gunungsari

kabupaten lombok barat tahun 2019

Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku merokok

Page 6: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

53

RELATIONSHIP OF STUDENTS KNOWLEDGE ABOUT

CIGARETTE IMPACT ON HEALTH WITH SMOKING

BEHAVIOR IN SATAP 4 GUNUNGSARI

SMA WEST LOMBOK YEAR 2019

ABSTRACT

Smoking is a very detrimental behavior. For the culprit smoking can cause various

diseases such as high blood pressure and heart disease which is caused by the influence

of chemicals contained in cigarettes such as nicotine and tar. West Nusa Tenggara

ranks sixth for the highest national percentage of first-time smoking, aged 15-19 years

43.3%, 20-24 years 14.6%.

The research design used in this study was to use a cross sectional approach.

The population in this study amounted to 77 people. Sampling was carried out using

purposive sampling, amounting to 30 people, but in sampling there were exclusion

criteria so that the total sample was 30 respondents. The research instrument used a

questionnaire. Data analysis techniques used the chi-square test α = 0.05.

The results showed that most of the less knowledgeed as many as 14 people

(46.7%) who had good knowledge as many as 5 (16.7%) and who were knowledgeable

enough 11 (36.7%) Results of the chi-square test α = 0.05 obtained p = 0,000 <0.05 so

that Ha is accepted, meaning that there is a relationship between students' knowledge

about the impact of smoking on health with smoking behavior at SATAP 4 Gunungsari

High School.

So it can be concluded that there is a relationship between students' knowledge

about the impact of smoking on health with smoking behavior in SMA SATAP 4

Gunungsari Barat Lombok Regency in 2019

Keywords: Knowledge, Smoking behavior

Page 7: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

54

PENDAHULUAN

Merokok merupakan salah satu

perilaku yang sangat merugikan. Bagi

pelakunya merokok dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit seperti

tekanan darah tinggi dan gangguan

kerja jantung yang disebabkan oleh

pengaruh bahan-bahan kimia yang

terkandung di dalam rokok seperti

nikotin dan tar. Pada keadaan merokok

pembuluh darah dibeberapa bagian

tubuh akan mengalami penyempitan,

dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan

yang lebih tinggi supaya darah dapat

mengalir ke alat-alat tubuh dengan

jumlah yang tetap. Untuk itu jantung

harus memompa darah lebih kuat,

sehingga tekanan pada pembuluh darah

meningkat. Selain itu juga

menyebabkan penurunan sensitivitas

indra penciuman dan pengecapan bagi

pelakunya (Tristanti, 2016).

Persentase penduduk dunia yang

mengkonsumsi tembakau didapatkan

sebanyak 57% pada penduduk Asia dan

Australia, 14% pada penduduk Eropa

Timur dan Pecahan Uni Soviet, 12%

penduduk Amerika, 9% penduduk

Eropa Barat dan 8% pada penduduk

Timur Tengah serta Afrika. Sementara

itu ASEAN merupakan sebuah kawasan

dengan 10% dari seluruh perokok dunia

(WHO,2015).

Indonesia sendiri menempati

urutan ketiga di dunia dengan jumlah

perokok terbanyak setelah Cina 300

juta, India 120 juta, dan Indonesia

sendiri 82 juta. Menurut data WHO

(2011), 34,8% (59.900.000) dari

populasi orang dewasa di Indonesia saat

ini mengkonsumsi rokok. Sedangkan

pada remaja, WHO (2011)

menunjukkan bahwa 67% remaja di

Indonesia pertama kali merokok pada

usia 15 tahun. Prevalensi perokok pada

kalangan remaja usia 15-19 tahun laki-

laki berjumlah 37,3% dan perempuan

berjumlah 3,1%, dimana jumlah

tersebut mengalami peningkatan dalam

13 tahun dari 7,1% pada tahun 2001

menjadi 18,3% pada tahun 2013

(Riskesdas, 2014)

Persentase perokok di negara

ASEAN untuk negara Indonesia

menempati urutan pertama dengan

persentase (46,16%), Filipina (16,62%),

Vietnam (14,11%), Myanmar (8,73%),

Thailand (7,74%), Malaysia (2,9%)

Kamboja (2,07%), Laos (1,23%),

Singapura (0,39%) dan Brunei (0,04%)

(Depkes RI, 2016).

Nusa Tenggara Barat berada di

urutan ke enam untuk Presentase

tertinggi nasional usia pertama kali

merokok terdapat pada usia 15-19 tahun

43,3%, 20-24 tahun 14,6%. Penduduk

yang pertama kali merokok pada usia

15-19 tahun tertinggi di Maluku Utara

51,9%, Riau 49,5%, Sumatera Selatan

47,7%, dan Kepulauan Riau 47,7%.

Perokok yang berumur >15 tahun di

Nusa Tenggara Barat mencapai 35,5%,

masing-masing perokok aktif 30,5%,

perokok kadang- kadang 5,0%, berhenti

merokok 3,2% dan menghisap rata-rata

10 batang per hari sebanyak 42,6%

(Rikesdas, 2014).

Perilaku merokok merupakan

perilaku yang membakar salah satu

produk tembakau yang dimaksudkan

untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup

termasuk rokok kretek, rokok putih,

cerutu atau bentuk lainnya yang

Page 8: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

55

dihasilkan dari tanaman nicotina

tabacum, nicotinarustica dan spesies

lainnya atau sintetisnyayang asapnya

mengandung nikotin dan tar, dengan

atau tanpa bahan tambahan, Perokok di

masyarakat Indonesia ternyata tidak

hanya di kalangan dewasa saja, tetapi

juga pada remaja. Perilaku merokok

laki-laki dan perempuan umumnya

pertama kali dilakukan ketika memasuki

masa remaja. Prevalensi penduduk

Indonesia usia 15 tahun ke atas yang

merokok tiap hari sebesar 28,2%.

Secara nasional (Kemenkes, 2013).

Pengetahuan tentang rokok

merupakan informasi yang dimiliki oleh

seseorang mengenai bahan atau zat

yang terkandung dalam rokok serta

dampak atau pengaruhnya bagi

kesehatan.Pengetahuan merupakan

faktor pemudah untuk terjadinya suatu

perilaku spesifik sesuai dengan teori

Lawrence Green Pengetahuan seseorang

terhadap rokok akan meningkatkan

kontrol dirinya sehingga jika seseorang

memiliki pengetahuan yang baik

tentang rokok maka orang itu cenderung

tidak merokok dan sebaliknya. Namun,

walaupun seseorang telah memiliki

pengetahuan yang benar tentang rokok,

faktor lain seperti kemampuan berfikir

yang belum berkembang secara

sempurna serta informasi yang salah

mengenai rokok memiliki pengaruh

yang kuat dalam pengambilan

keputusan seseorang untuk merokok

(Chotidjah, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil

“tahu” dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni : indera

penglihataan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting

dalam bentuk tindakan seseorang overt

behaviour(Notoadmodjo, 2012).

Perliaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwa’an seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya.

Pengetahuan bagian dari perilaku

tersebut. Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan

tindakan terhadap masalah yang

dihadapi (Notoatmodjo,2010).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

adalah cross sectional. Populasi

penelitian sebanyak 77 dan yang

diambil sebagai sampel 30 responden.

Teknik pengambilan sampel

menggunakan Purposive sampling.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan kriteria sampel yaitu

kriterian inklusi (Siswa yang bersedia

menjadi responden, siswa atau siswi

yang berada di sekolah) dan kriteria

eksklusi (Siswa yang tidak mau menjadi

responden).

Instrumen dalam penelitian ini

menggunakan kuisioner. Lembar isian

kuisioner yang digunakan adalah lembar

isian tentang perilaku merokok dan

lembar isian tentang pengetahuan

dampak rokok. Pengukuran

menggunakan ordinal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Page 9: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

56

Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Responden Berdasarkan berdasarkan umur

pada siswa di SMA SATAP 4 Gunungsari

No Umur Frequency Percent

1 15 5 16,7%

2 16 11 36,7%

3 17 2 6,7%

4 18 7 23,3%

5 19 4 13,3%

6 20 1 3,3%

Total 30 100%

Berdasarkan Tabel 1 diatas maka dapat dilihat bahwa mayoritas responden berumur 16

tahun sebanyak 11 orang (36%).

Tabel 2. Distribusi Frequensi responden berdasarkan kelas di SMA SATAP 4

Gunungsari

No Kelas Frequency Percent

1 X 8 26,7%

2 XI 15 50,0%

3 XII 7 23,3%

Total 30 100%

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan

kelas masing-masing 8 orang (26,7%) kelas X dan 15 orang (50%) kelas XI dan 7 orang

(23,3%) kelas XII.

Tabel 3. Distribusi Frequensi pengetahuan pada siswa di SMA SATAP 4

Gunungsari

No Pengetahuan Frequency Percent

1 Baik 5 16,7%

2 Cukup 15 50,0%

3 Kurang 10 33,3%

Total 30 100%

Berdasarkan table 3 diatas maka dapat

di lihat bahwa dari 30 responden yang

diteliti ditemukan mayoritas siswa

memiliki pengetahuan cukup tentang

rokok yaitu sebanyak 15 responden

(50,0%).

Page 10: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

57

Tabel 4. Distribusi Frequensi perilaku merokok pada siswa di SMA SATAP 4

Gunungsari

No Perilaku merokok Frequency Percent

1 Merokok 18 60%

2 Tidak merokok 12 40%

Total 30 100%

Berdasarkan table 4.4 diatas maka dapat

di lihat bahwa dari 30 responden yang

diteliti ditemukan mayoritas siswa

merokok, yaitu sebanyak 18 responden

(60 %).

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan pengetahuan siswa

tentang dampak rokok

terhadap kesehatan dengan

perilaku merokok di SMA

SATAP 4 Gunungsari

Tabel 1. Hubungan pengetahuan

dengan perilaku merokok

pada siswa di SMA SATAP

4 Gunungsari

No Pengetahuan Perilaku merokok Total

Merokok Tidak Merokok

F % F % F %

1 Baik 3 10 2 6,6 5 16,6

2 Cukup 9 30 6 20 15 50

3 Kurang 6 20 4 13,3 10 30

Jumlah 18 60 12 39,9 30 100

Berdasarkan Tabel 1 diatas, dari 5

(16,6%) responden yang memiliki

pengetahuan baik terdapat 3 (10 %)

responden yang merokok, dan 2 (6,6%)

responden yang tidak merokok. Dari 15

(50%) responden yang memiliki

pengetahuan cukup terdapat 9 (30%)

responden yang yang merokok dan 6

(20%) responden yang tidak merokok.

Dari 10 (30%) responden yang memiliki

pengetahuan kurang terdapat 6 (20%)

responden yang merokok dan 4 (13,3%)

responden yang tidak merokok.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan Dengan

Perilaku Merokok

Hasil penelitian yang dilakukan

peneliti bahwa 30 responden, tingkat

pengetahuan responden tentang

merokok mayoritas berada pada

kategori cukup 15 (50.0%).

Pengetahuan dalam hal ini meliputi

pengertian rokok dan merokok,

Page 11: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

58

kandungan rokok, bahaya merokok.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan

yang cukup dikarenakan responden

hanya sekedar mengetahui apa itu

bahaya rokok tetapi tidak terlalu

memahami apa sebenarnya rokok

tersebut, apa saja kandungannya, dan

mengapa dapat berbahaya bagi

kesehatan.

Pengetahuan merupakan hasil

“tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yaitu indra

penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.Notoatmodjo (2012).

Berdasarkan hasil distribusi

frekuensi pada tabel 4.1 analisis

univariat berdasarkan umur didapatkan

mayoritas pada umur 16 tahun dengan

responden sebanyak 11orang (36,7%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang

antara pengetahuan dengan perilaku

merokok pada siswa di SMA SATAP 4

Gunungsari, dapat dilihat pada tabel 4.5

diatas dari 5 (16,6%) responden yang

memiliki pengetahuan baik terdapat 3

(10 %) responden yang merokok, dan 2

(6,6%) responden yang tidak merokok.

Dari 15 (50%) responden yang memiliki

pengetahuan cukup terdapat 9 (30%)

responden yang yang merokok dan 6

(20%) responden yang tidak merokok.

Dari 10 (30%) responden yang memiliki

pengetahuan kurang terdapat 6 (20%)

responden yang merokok dan 4 (13,3%)

responden yang tidak merokok.

Perliaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwa’an seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya.

Pengetahuan bagian dari perilaku

tersebut. Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan

tindakan terhadap masalah yang

dihadapi (Notoatmodjo,2010).

Hasil penelitian ini sama dengan

hasil penelitian Silvia Widiasih (2010)

tentang hubungan pengetahuan remaja

tentang merokok dengan perilaku

merokok pada remaja di dusun melik

desa canditunggal kalitengah lamongan,

dari 35 responden mayoritas

berpengetahuan cukup sebanyak 17

orang (48,6%). Sedangkan hasil

penelitian Yosantaraputra dkk (2014)

dari 273 responden mayoritas

berpengetahuan kurang (64.5%), hal ini

dikarenakan kurang aktifnya responden

mencari informasi dan tidak adanya

mata kuliah khusus tentang nikotin di

perguruan tinggi tersebut.

Pengetahuan merupakan faktor

penting yang dapat mempengaruhi

perilaku kesehatan seseorang, sehingga

semakin baik tingkat pengetahuan

seseorang maka akan semakin baik pula

perilaku kesehatan. Merokok

merupakan suatu aktivitas yang

merugikan kesehatan, karena dengan

merokok akan memberikan dampak

pada penyakit kardiovaskuler, kanker,

paru-paru dan gangguan kehamilan,

sehingga dengan semakin tinggi tingkat

pengetahuan kesehatan, maka perilaku

merokok semakin mengalami

penurunan.

Menurut pendapat dari peneliti

pengetahuan merupakan hal penting

dalam membentuk perilaku. Perilaku

Page 12: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

59

siswa yang masih sering merokok

dilingkungan SMA SATAP 4

Gunungsari dipengaruhi kurangnya

pengetahuan tentang bahaya merokok.

Selain itu, perilaku juga bisa terbentuk

dari peran teman-teman

dilingkungannya, apabila teman-

temannya memiliki perilaku merokok

maka siswa yang sebelumnya tidak

merokok menjadi memiliki perilaku

merokok, sebaliknya jika siswa

berkumpul dengan teman-teman yang

tidak merokok maka bisa saja

mahasiswa yang sebelumnya merokok

menjadi tidak merokok.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dalam penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Dari 30 responden SMA SATAP 4

Gunungsari yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 7 siswa

(23,3%), memiliki pengetahuan

cukup sebanyak 16 siswa (53,3%),

dan yang memiliki pengetahuan

kurang 7 siswa (23,3%).

b. Dari 30 responden SMA SATAP 4

Gunungsari yang merokok

sebanyak 17 siswa (70%) dan siswa

yang tidak merokok sebanyak 13

siswa (30%).

c. Hasil uji statistik menggunakan

Chi-Square dengan taraf signifikan

α=0,05 diperoleh hasil 0,078 maka

Ho ditolak. Artinya ada hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku

merokok di SMA SATAP 4

Gunungsari.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu

mewujudkan penelitian ini :

1. Ketua Universitas Qamarul

Huda Badaruddin (UNIQHBA)

Bagu

2. Prodi S1 Keperawatan

3. Dosen pembimbing dalam

penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Tristanti, Ika. 2016. Remaja dan

Perilaku Merokok.

https://publikasiilmiah.

ums.ac.id. Diakses 3 Februari

2017

Who, 2015. Global Youth Tobacco

Survey (GYTS): Indonesia report

2014, Availableat:http://

www.searo.who.in t/tobacco/

documents /ino_gyts_ report

_2014.pdf.

Riskesdas. (2014). Presentasi Wakil

Menteri Kesehatan: Upaya

Pengendalian Tembakau di

Indonesia. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes,2013. Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2013 tentang

Pencantuman Peringatan

Kesehatan Dan Informasi

Kesehatan Pada Kemasan Produk

Tembakau, Jakarta: Kemenkes RI.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010),

Metodologi Penelitian kesehatan,

Rineka Cipta ; Jakarta

Page 13: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

60

Notoatmodjo, Soekodjo. (2012),

Promosi Kesehatan dan perilaku

kesehatan, Rineka cipta ; Jakarta.

Kelana K.D.2017. Metodologi

Penelitian Keperawatan. Jakarta. CV

Trans Info Media.

Page 14: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

61

HUBUNGAN DURASI BERMAIN GADGED (GAME EDUKASI)

DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN

DI TK DAHLIA DARMAJI

Baiq Larasati Septami1, Lalu Wiresanta

2, Beti Haerani

3

1,2,3 Departemen Keperawatan, Fakultas Kesehatan,Universitas Qamarul Huda

Bagu,Lombok, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan gadged (game edukasi) yang sangat pesat, memberikan dampak

terhadap tingkat perkembangan anak karena anak yang sering bermain gadged (game

edukasi) akan mengalami keterlambatan pada tingkat perkembangannya. Tujuan

penelitian untuk mengetahui hubungan durasi bermain gadged (game edukasi) dengan

tingkat perkembangan anak usia 4-6 tahun di TK Dahlia Darmaji. Desain penelitian

cross sectional. Populasi 51 anak TK Dahlia Darmaji usia 4-6 tahun. Sampel 45

responden dengan metode total sampling. Variabel independen yaitu durasi bermain

gadged (game edukasi) dan variabel dependen yaitu tingkat perkembangan anak usia 4-

6 tahun. Diukur dengan kuesioner dan DDST anak. Tehnik analisa data menggunakan

uji chi-square α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi bermain gadged (game edukasi)

sering 21 responden (46,7%), dan tingkat perkembangan anak usia 4-6 tahun terlambat

34 responden (75,6%). Hasi uji ch-square α=0,05 didapatkan p=0,000 < 0,05 sehingga

H1 diterima, artinya ada hubungan durasi bermain gadged (game edukasi) dengan

tingkat perkembangan anak usia 4-6 tahun. Diharapakan orang tua dapat membatasi

anak dalam durasi bermain gadged (game edukasi) dan mengawasi kegiatan yang

dilakukan anak saaat bermain gadged.

Kata kunci : Gadged (game edukasi), Tingkat Perkembangan, Anak

Page 15: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

62

RELATIONSHIP DURATION OF PLAYING GADGED

(EDUCATIONAL GAME) WITH CHILDREN’S DEVELOPMENT

LEVEL AGED 4-6 YEARS OLD AT KINDERGARTEN SCHOOL

OF DAHLIA DARMAJI

ABSTRACT

The development of gadgeds (educational game) is very rapid, giving an impact on

children’s development level because children who often play gadged (educational

game) will experience retardment at his development level. The aim of the study to

determine the relations beetween Relationship Duration Playing Gadged (educational

game) With Children’s Development Level Aged 4-6 Years Old At Kindergarten School

of Dahlia Darmaji. Cross sectional research design. The population were 51

kindergaeden children of Dahlia Darmaji aged 4-6 years old. Sample were 45

respondents with total sampling method. The independet variable was relationship

duration playing gadged (educational game) and the dependent variable was the

children’s development level aged 4-6 years old. It measured by questionnaire and

children DDST. Data analysis technique used chi-square test α=0,05.

The results showed that duration of playing gadged (educational game) often

were 21 respondent (46,7%), and children’s development level aged 4-6 years old late

were 34 respondent (75,6%). Chi-square test results α=0,05 obtained p=0,000 < 0,05

so H1 was accepted, it meant there was relationship duration of playing gadged

(educational game) with children’s development level aged 4-6 years old. It is expected

that parents can limit children in the duration of playing gadged (educational game)

and oversee the activities carried out on children while playing gadged.

Keywords : Gadged (educational game), Development Level, Children

Page 16: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

63

PENDAHULUAN

World Health Organization

(WHO) melaporkan bahwa 5-25% anak

usia prasekolah menderita gangguan

perkembangan. Berbagai masalah

perkembangan anak seperti

keterlambatan motorik, bahasa dan

perilaku sosial dalam beberapa tahun

terakhir ini semakin meningkat.

Dalam survey yang dilakukan

oleh the Asianparent Insights (2014),

pada lingkup studi kawasan Asia

Tenggara dengan melibatkan setidaknya

2.417 orang tua yang memiliki gadged

dan anak dengan usia 3-8 tahun pada

lima negara yakni Singapura, Thailand,

Philipina, Malaysia dan Indonesia.

Dengan sejumlah sampel orang tua

tersebut, diperoleh 3.917 sampel anak

dengan usia 3-8 tahun. Dari 98%

responden anak usia 3-8 tahun

pengguna gadged tersebut 67%

diantaranya meggunakan gadged milik

orang tua mereka, 18% lainnya

menggunakan gadged milik saudara dan

14% sisanya menggunakan gadged

milik sendiri. Angka kejadian masalah

perkembangan pada anak di Indonesia

antara 13-18%. Sekitar 9,5% sampai

14,2% anak prasekolah memiliki

masalah sosial emosional yang

berdampak negatif terhadap

perkembangan dan kesiapan sekolahnya

(Brauner & Stephens ,16).

Di Provinsi Nusa Tenggara barat

sendiri jumlah balita dan anak usia

prasekolah yaitu 8,60% dari 100%

jumlah seluruh popolasi atau sekitar

414.265 jiwa dari 4.813.948 jiwa,

dengan angka yang tertinggi berada di

kabupaten Lombok Timur sejumalh

104.602 jiwa dan yang terendah di Kota

Bima yaitu sejumlah 14.826 jiwa (Profil

kesehatan NTB,2015).

Gadged adalah sebuah istilah

dalam bahasa inggris yaitu perangkat

elektronik kecil yang memiliki tujuan

dan fungsi khusus untuk mengunduh

informasi-informasi terbaru dengan

berbagai teknologi maupun fitur

terbaru, sehingga membuat hidup

manusia menjadi lebih praktis. Gadged

sendiri dapat berupa komputer atau

laptop, tablet pc, video game dan juga

telepon seluler atau smartphone

(Indrawan, 2014 disitasi Dewanti,

Widada dan Triono, 2016, hl27;

Iswidharmanjaya, 2014, h7).

Perkembangan adalah perubahan

individu baik itu fisik maupun psikis

yang berlangsung sepanjang rentang

hidup. Anak memiliki suatu ciri yang

khas yaitu selalu tumbuh dan

berkembang sejak lahir sampai

berakhirnya masa remaja (Hidayat

2005). Perkembangan adalah

peningkatan kemampuan dalam hal

struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks. Perkembangan memiliki pola

yang teratur dan dapat diprediksi, yang

merupakan hasil dari proses

pematangan (Nugroho, 2009; h. 1).

Anak prasekolah adalah anak

yang berusia antara 3-6 tahun, dalam

usia ini anak umumnya mengikuti

program anak (3Tahun-5 tahun) dan

kelompok bermain (Usia 3 Tahun),

sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya

mereka mengikuti program Taman

Kanak-Kanak, Patmonedowo (2008:19).

Anak usia dini adalah anak yang berada

pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler

Page 17: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

64

dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010:7),

anak usia dini adalah anak yang berusia

antara 3-6 tahun.

Indonesia kini bahkan telah

menjadi salah satu negara dengan

pengguna Facebook dan Twitter

terbesar didunia, yang penggunanya

masing-masing mencapai 51 juta dan

19.5 juta orang. Ini adalah kenikmatan

penduduk dunia abad ke-21. Jarak dan

waktu bagaikan terbunuh oleh kemajuan

teknologi informasi semacam ini. Di

Indonesia, bila di tahun 2012 hanya 27

% anak di usia balita yang

menggunakan gadget, di tahun 2014,

jumlahnya meningkat hingga 73 %. Dan

29 % di antaranya, sudah memiliki

tablet pribadi pemberian orang tua

(Djarot Wijanarko, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh

Tria Puspita Sari & Amy Asma Mitsalia

(2016) tentang pengaruh penggunaan

gadged terhadap personal sosial anak

usia pra sekolah di TKIT Al-Mukmin.

Hasil analisis yang didapatkan diketahui

bahwa dalam kelompok kasus, anak

yang sering memainkan gadgetnya

sebanyak 18 anak (95%), berbeda

dengan anak pada kelompok kontrol

dimana anak yang sering memainkan

gadget hanya 4 anak (21%) dan lebih

mayoritas jarang memainkan gadgetnya

yaitu sebanyak 15 anak (79%). Namun

secara keseluruhan anak yang sering

memainkan gadget lebih dominan yaitu

sebanyak 22 anak (58%) daripada anak

yang jarang bermain gadget yang hanya

16 anak (42%).

Berdasarkan uraian di atas

peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan durasi

bermain gadged (game edukasi) dengan

tingkat perkembangan anak usia 4-6

tahun di TK Dahlia Darmaji tahun

2019”

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Hubungan durasi bermain

gadged (game edukasi) dengan tingkat

perkembangan anak usia 4-6 tahun di

TK Dahlia Darmaji tahun 2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross-sectional, karena

peneliti bermaksud untuk

mengidentifikasi apakah ada hubungan

bermain gadged (game edukasi) dengan

tingat perkembangan anak usia 4-6

tahun.

Popolasi dalam penelitian ini

adalah adalah semua siswa/siswi TK

Dahlia Dramaji. Jumlah seluruh

siswa/siswi kelas A & B adalah 51

orang. Sampel dalam penelitian ini

adalah 45 orang anak

Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner

dan DDST, dimana kuesioner yang

digunakan telah dilakukan uji validitas

dan reabilitas oleh peneliti langsung,

sedangkan untuk DDST merupakan

instrument yang sudah valid.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden Usia

Page 18: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

65

Tabel 1 anak responden

No Umur Frekuensi Presentase (%)

1

2

3

4 tahun

5 tahun

6 tahun

15

23

7

33,3

51,1

15,6

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 1

menunjukkan bahwa sebagian

besar dari responden berumur 5

tahun sejumlah 23 orang

(51,1%), umur 4 tahun

sejumlah 15 orang (33,3%) dan

umur 6 tahun sejumlah 7 orang

(15,6%).

Jenis kelamin

Tabel 2 jenis kelamin anak responden

No Jenis kelamin

anak

Frekuensi Presentase

(%)

1

2

Laki-Laki

Perempuan

30

15

66,7

33.3

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 2

menunjukkan bahwa sebagian

besar dari responden berjenis

kelamin Laki-Laki sejumlah 30

orang (66,7%) dan sebagian

kecil berjenis kelamin

Perempuan sejumlah 15 orang

(33,3%).

Pendidikan

Tabel 3 pendidikan orang tua

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

SD

SMP

SMA

SARJANA

7

11

18

9

15,6

24,4

40,0

20,0

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 3

menunjukkan bahwa sebagian

besar dari orang tua responden

berpendidikan SMA sejumlah

18 orang (24,4%),

berpendidikan SMP 11 orang

(24,4%), berpendidikan

SARJANA 9 orang (20,0%) dan

berpendidikan SD 7 orang

(15,6%).

Page 19: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

66

Pekerjaan

Tabel 4 pekerjaan orang tua

No Pekerjaaan Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

IRT

TANI

SWASTA

PNS

26

1

14

4

57,8

2,2

31,1

8,9

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 4

menunjukkan bahwa sebagian

besar dari orang tua responden

bekerja sebagai IRT sejumlah 26

orang (57,8%), bekerja sebagai

SWASTA sejumlah 14 orang

(31,1%), bekerja sebagai PNS

sejumlah 4 orang (8,9%) dan

bekerja sebagai TANI sejumlah

1 orang (2,2%).

Durasi bermanin gadged (game edukasi )

Tabel 5 Durasi bermanin gadged

No Durasi Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

Sangat Jarang

Jarang

Sering

Sangat Sering

7

15

21

2

15,6

33,3

46,7

4,4

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 5

menunjukkan bahwa sebagian

besar anak sering menggunakan

gadged (game edukasi) sejumlah

21 orang (46,7%), anak yang

jarang menggunakan gadged

(game edukasi) sejumlah 15

orang (33,3%), anak yang sangat

jarang menggunakan gadged

(game edukasi) sejumlah 7

orang (15,6%) dan anak yang

sangat sering menggunakan

gadged (game edukasi) sejumlah

2 orang (4,4%).

Tingkat perkembangan

Tabel 6 tingkat perkembangan anak

No Perkembangan Frekuensi Presentase (%)

1

2

Normal

Terlambat

11

34

24,4

75,6

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 6

menunjukkan bahwa sebagian

besar tingkat perkembangan

anak TK Dahlia Darmaji adalah

terlambat sejumlah 34 orang

(75,6%) dan yang mengalami

Page 20: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

67

tingkat perkembangan normal sejumlah 11 orang (24,4%).

Tabel 7 hubungan durasi bermain gadged (game edukasi) dengan tingkat

perkembangan anak usia 4-6 tahun di TK Dahlia Darmaji.

Tingkat Perkembangan

Durasi

bermain

gadged

Normal Terlambat Total

Frekue

nsi

Persentase Frekue

nsi

Persentase N %

Sangat Sering

Sering

Jarang

Sangat Jarang

Jumlah

0

6

3

2

11

0

13,5

6,6

4,4

24,5

2

15

12

5

34

4,4

33,4

26,6

11,1

75,5

2

21

15

7

45

4,4

46,6

33,5

15,5

100

Hasil SPSS p = 0,000 α = 0,05

Berdasarkan tabel 7 dapat

diketahui bahwa sebagian besar

dari responden dengan jumlah

21 (46,6%) responden dimana

15 responden (33,3%) sering

bermain gadged (game edukasi)

dan mengalami tingkat

perkembangan terlambat,

jumlahnya lebih banyak dari

daripada yang sering bermain

gadged (game edukasi) dan

mengalami tigkat perkembangan

normal yaitu sebanyak 6

responden (13,3%). Sebagian

responden jarang bermain

gadged (game edukasi) dan

mengalami perkembangan

terlambat sebanyak 12

responden (26,6%) dan yang

mengalami perkembangan

normal sebanyak 3 responden

(6,6%).Sebagian kecil responden

sangat jarang bermain gadged

(game edukasi) dan mengalami

perkembangan normal yaitu

sebanyak 2 responden (4,4%)

sedangkan yang mengalami

perkembangan terlambat

sebanyak 5 responden (11,1%),

dan responden yang sangat

sering menggunakan gadged

(game edukasi) dengan tingkat

perkembangan terlambat

sebanyak 2 responden (4,4%).

Uji chi-square α = 0,05 antara

variabel durasi bermain gadged

(game edukasi) dengan tingkat

perkembangan anak anak usia 4-

6 tahun di TK Dahlia Darmaji

tahun 2019 didapatkan niali

p=0.000<0,05. Hasil tersebut

kurang dari taraf signifikan yang

digunakan yaitu p=0,05,

sehingga H1 diterima H0 ditolak

yang berarti ada hubungan

durasi bermain gadged (game

edukasi) dengan ingkat

perkembangan anak usia 4-6

tahun di TK Dahlia Darmaji.

Page 21: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

68

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Hubungan durasi bermain

gadged (game edukasi) dengan

tingkat perkembangan anak usia 4-6

tahun di TK Dahlia Darmaji

cenderung ke arah negatif yaitu

sebanyak (46,6%). Hal ini

disebabkan karena dari gadged

(game edukasi) anak lebih sering

bermain game dan menonton

youtube dan jarang berinteraksi

dengan orang lain disekitar

lingkungannya.

2. Selain dampak negatif gadged

(game edukasi) memiliki dampak

positif bagi anak yaitu sebanyak

(15,5%). Hal ini disebabkan karena

gadged (game edukasi) anak dapat

mengikuti pelajaran seperti

menghafal lagu-lagu anak,

memudahkan anak mengingat

warna, belajar mengenal huruf dan

sebagainya.

3. Ada hubungan yang signifikan

antara durasi bermain gadged (game

edukasi) dengan tingkat

perkembangan anak usia 4-6 tahun

di TK Dahlia Darmaji. Dibuktikan

dengan hasil uji statistik

menggunakan pengujian Chi-

Square. Pada analisis Chi-Square,

Ho ditolak dan Ha diterima.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu

mewejudkan penelitian ini :

1. Ketua Universitas Qamarul

Huda Badaruddin (UNIQHBA)

Bagu

2. Prodi S1 Keperawatan

3. Dosen pembimbing dalam

penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Iswidharmanjaya Derry dan Beranda

Agency. 2014. Bila si kecil

bermain gadged. Yogyakarta :

Bisakimia.

Hapsari Iriani Indri,.M.Psi.2016.

Psikologi Perkembangan anak.

Kembangan – Jakarta Barat :

PT.Indeks.

Wijanarko Jarot. 2016. Pengaruh

Pemakaian Gadged dan Perilaku

Anak, terhadap kemampuan anak

Taman Kanak-kanak Happy Holy

Kids. Skripsi. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Pebriana Putri Hana.2017. Analisis

penggunaan gadged terhadap

kemampuan interaksi sosial pada

anak usia dini. Jurnal pendidikan

anak usia dini.1(1) : 1-11.

Elfiadi. 2016. Bermain dan Permainan

bagi anak usia dini. Artikel. Aceh

: STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe.

Sari Tria Puspita dan Amy Asma

Mitsalia. 2016. Pengaruh

penggunaan gadged terhadap

personal sosial anak usia

prasekolah. Jurnal pendidikan

anak usia prasekolah. 13(2) : 72-

78.

Setianingsih. Amila Wahyuni dan

Fitriana Noor Khayati.2018.

Dampak penggunaan gadged

Page 22: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

69

pada anak usia prasekolah dapat

meningkatkan resiko gangguan

pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas. Jurnal kesehatan.

XVI(2) : 191-205.

Pratiwi Wiwik. 2017. Konsep bermain

pada anak usia dini. Jurnal

pendidikan anak usia dini.5(2) :

106-117.

Nailirohmah. 2016. Bermain dan

pemanfaatannya dalam

perkembangan anak usia dini.

Jurnal Tarbawi.13(2) : 28-34.

Chusna Puji Asmaul. 2017. Pengaruh

media gadged pada

perkembangan karakter anak.

Jurnal media komunikasi sosial

keagamaan.17(2) : 26-117.

Chikmah Adevia Maulidya dan Desy

Fitrianingsih.2018. Pengaruh

durasi penggunaan gadged

terhadap masalah mental

emosional anak pra sekolah.

Jurnal siklus.7(2) : 295-299.

Ardianto Asep. 2017. Bermain sebagai

sarana pengembangan kreativitas

anak usia dini. Jurnal jendela

olahraga.2(2) : 35-39.

Katharina Telly. 2016. Hubungan

antara pengetahuan ibu dengan

sikap terhadap tumbuh kembang

anak. Jurnal kebidanan.6(2) : 134-

141.

Amini Mukti,S.Pd,M.Pd. 2003. Hakikat

anak usia dini. Modul.

M. Hafiz Al-Ayouby. Dampak

penggunaan gadged pada anak

usia dini. Skripsi. Bandar

Lampung : Universitas Lampung.

Sulis Tri Oktaviani Santoso. 2014.

Perkembangan teknologi

handphone. Artikel.

Maulida Hidayahti. 2013. Menelisik

Pengaruh Penggunaan Aplikasi

Gadget Terhadap Perkembangan

Psikologis Anak Usia Dini. Jurnal

Ilmiah Teknologi Pendidikan 2013.

Semanrang : FKIP Universitas

Negeri Semarang.

Delima R.,N.K. Arianti dan B

Pramudyawardani. (2015).

Identifikasi Kebutuhan Pengguna

Untuk Aplikasi Permainan Edukasi

Bagi Anak Usia 4 sampai 6 Tahun.

Jurnal Teknik Informatika dan

Sistem Informasi 1(1) : 4-8.

Fadilah, Ahmad. 2011. “Pengaruh

Penggunaan Alat Komunikasi

Handphone (Hp) Terhadap

Aktivitas Belajar Siswa Smp

Negeri 66 Jakarta Selatan.

Page 23: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

70

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN PENINGKATAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN

SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING KOTA SEMARANG

Ni. Nyoman Maryaningtyas Adinatha1, Indah Wulaningsih2, Hadi Suryanto3

STIKes Karya Husada Semarang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya tekanan darah

bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Ketidakcukupan kualitas dan

kuantitas tidur dapat merusak memori dan kemampuan kognitif. Bila hari ini

berkelanjutan hingga bertahun-tahun, akan berdampak pada tekanan darah tinggi. Untuk

mengetahui hubungan kualitas tidur dengan peningkatan tekanan darah pada lansia di

Unit pelayanan lanjut usia Pucang Gading Kota Semarang. Jenis penelitian ini

kuantitatif desain cross sectional. Tehnik purposive sampling Sample penelitian 48

responden uji statistik Chi-Square. Dalam penelitian ini kualitas tidur baik sebagian

besar mempunyai tekanan darah pre hipertensi sebanyak 14 responden (63,6%) dan

yang mempunyau kualitas tidur buruk sebagian besar mempunyai tekanan darah

hipertensi sebanyak 19 responden (73,1%). Ada hubungan antara kualitas tidur dengan

peningkatan tekanan darah di Unit pelayanam sosial lanjut usia Pucang Gading Kota

Semarang, dengan p value 0,000 < 0,05.

Kata kunci : Kualitas Tidur, Tekanan Darah, Lansia

Page 24: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

71

CORRELATION OF SLEEPING QUALITY WITH BLOOD

PRESSURE IN ELDERLY IN THE CONTINUOUS SOCIAL

SERVICE UNIT OF PUCANG GADING AGE, SEMARANG CITY

ABSTRACT

Hypertension is a degenerative disease. Generally blood pressure increases

slowly with age. Insufficient quality and quantity of sleep can damage memory and

cognitive abilities. If today continues for years, it will have an impact on high blood

pressure. To determine the relationship between sleep quality and increased blood

pressure in the elderly in the elderly service unit of Pucang Gading, Semarang City.

This type of research is quantitative cross sectional design. Purposive sampling

technique Research sample 48 respondents Chi-Square statistical test. Good sleep

quality mostly had pre hypertension blood pressure as many as 14 respondents (63.6%)

and those with poor sleep quality mostly had hypertension blood pressure as many as

19 respondents (73.1%). There is a relationship between sleep quality and elevated

blood pressure in the elderly social care unit of Pucang Gading, Semarang City, with a

p value of 0.000 <0.05.

Keywords : Sleep Quality, Blood Pressure, Elderly

Page 25: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

72

PENDAHULUAN

Lanjut usia merupakan bagian dari

tumbuh kembang manusia. Manusia

tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi

berkembang dari bayi, anak-anak,

dewasa, dan akhirnya menjadi tua.

(Azizah, M. Lilik, 2011). Masa lansia

adalah masa perkembangan terakhir

dalam hidup manusia. Perubahan fisik

lansia pada sistem kardiovaskuler akan

berpengaruh terhadap tekanan darahnya.

Dalam hal ini dapat terjadi hipertensi

(Triyanto, 2014).

Hipertensi hampir disetiap

negara menduduki peringkat pertama

sebagai penyakit yang paling sering

dijumpai. Secara global data World

Health Organization (WHO)

menunjukkan, diseluruh dunia sekitar 1

miliar orang angka ini kemungkinan

akan meningkat menjadi 50 % ditahun

2025, dari 1 miliar pengidap hipertensi,

33,3% berada dinegara maju dan 66,7%

sisanya berada dinegara sedang

berkembang termasuk Indonesia.

Berdasarkan data WHO pada

tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta

penderita hipertensi diseluruh dunia.

Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah

Afrika yaitu sebesar 30%. Prevalensi

terendah terdapat diwilayah amerika

sebesar 18%. Secara umum, laki-laki

memiliki prevalensi hipertensi yang

lebih tinggi dibandingkan wanita.

Hipertensi merupakan salah satu

penyakit degeneratif. Umumnya

tekanan darah bertambah secara

perlahan dengan bertambahnya umur.

Risiko untuk menderita hipertensi pada

populasi ≥ 55 tahun yang tadinya

tekanan darahnya normal adalah 90%.

Kebanyakan pasien mempunyai tekanan

darah pre hipertensi sebelum mereka di

diagnosis dengan hipertensi, dan

kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi

pada umur diantara dekade ketiga dan

dekade kelima[4].

Menurut Dinas Kesehatan Kota

Semarang, prevalensi hipertensi di

Rumah Sakit dan di Puskesmas Kota

Semarang pada tahun 2017, yaitu

hipertensi essensial 29.335 orang dan

hipertensi lain 1.247 orang, sedangkan

Jumlah kematian penyakit hipertensi di

Rumah Sakit dan Puskesmas Semarang,

yaitu hipertensi esensial 50 orang

hipertensi lain 28 orang.

Kebutuhan waktu tidur bagi

setiap orang berlainan, tergantung pada

kebiasaan yang dibawa selama

perkembangannya menjelang dewasa,

aktifitas pekerjaan, usia dan kondisi

kesehatan. Kebutuhan tidur pada usia

lanjut 5-8 jam untuk menjaga kondisi

fisik karena usia yang semakin senja

mengkibatkan sebagian anggota tubuh

tidak dapat berfingsi optimal, maka

untuk mencegah adanya penurunan

kesehatan dibutuhkan energi yang

cukup dengan pola tidur yang

sesuai.(Ardiansyah, 2012)

Ketidakcukupan kualitas dan

kuantitas tidur dapat merusak memori

dan kemampuan kognitif. Bila hari ini

berkelanjutan hingga bertahun-tahun,

akan berdampak pada tekanan darah

tinggi, serangan jantung, stroke hingga

masalah psikologis seperti depresi dan

gangguan perasaan lain. Apakah hal ini

Page 26: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

73

berlangsung dalam waktu yang lama,

akan menyebabkan individu tersebut

mengalami kurang tidur yang

mengakibatkan peningkatan resiko

penyakit yang dideritanya (Madyo,

2014)

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Riska Havisa, Sugianto

(2014) tentang hubungan kualitas tidur

dengan tekanan darah penderita pada

usia lanjut di posyandu lansia dusun

Jelavan Sundumartani Ngemplak

Sleman didapat jumlah penduduk lansia

mengeluh sering terbangun pada malam

hari dan setelah itu sulit untuk tertidur

kembali, dan tiga orang lansia

mengatakan sulit untuk mengawali tidur

pada malam hari, sering pusing, mudah

marah dan sulit untuk berkonsentrasi

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan

deskriptif korelasional yang

menggunakan desain cross sectional.

Penelitian deskriptif korelatif yaitu

suatu metode penelitian dengan cara

menelaah hubungan antara dua variabel

pada suatu situasi atau sekelompok

subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat

hubungan antara gejala satu dengan

yang lain, atau variabel satu dengan

variabel yang lain dengan metode

pendekatan cross sectional yaitu

memaparkan peristiwa yang terjadi pada

masa kini, variabel sebab atau resiko

dan akibat atau kasus yang terjadi pada

objek penelitian diukur dan

dikumpulkan secara simultan, sesaat

atau satu kali saja dalam satu kali waktu

(dalam waktu yang bersamaan), dan

tidak ada follow up (Dharma Kusuma

Kelana, 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kualitas tidur pada lansia

Tabel. Distribusi frekuensi kualitas tidur pada lansia di Unit pelayanan

sosial lanjut usia Pucang Gading Kota Semarang

Kualitas tidur Frekuensi Persentase

(%)

kualitas baik 22 45.8

kualitas buruk 26 54.2

Total 48 100.0

Page 27: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

74

b. Peningkatan tekanan darah

Tabel. Distribusi frekuensi kualitas tidur pada lansia di Unit pelayanan

sosial lanjut usia Pucang Gading Kota Semarang

Peningkatan tekanan

darah Frekuensi

Persentase

(%)

Normal 5 10.4

Pre hipertensi 20 41.7

Hipertensi 23 47.9

Total 48 100.0

c. Hubungan antara kualitas tidur dengan peningkatan tekanan darah

Tabel Hubungan antara kualitas tidur dengan peningkatan tekanan darah di Unit

pelayanan sosial lanjut usia Pucang Gading Kota Semarang.

Kualitas

tidur

Tekanan darah

Jumlah P value normal pre

hipertensi hipertensi

F % F % F % f %

Baik

Buruk

4

1

18,2

3,8

14

6

63,6

23,1

4

19

18,2

73,1

22

26

100

100

0,001

Total 5 10,4 20 41,7 23 47,9 48 100

PEMBAHASAN

Ada beberapa faktor risiko

yang menimbulkan terjadinya

hipertensi antara lain genetik, jenis

kelamin, umur, diet, obesitas, gaya

hidup seperti merokok dan konsumsi

alkohol. Hipertensi seringkali tidak

menimbulkan adanya suatu gejala

tertentu pada penderitanya, sehingga

banyak dari penderita hipertensi baru

sadar terkena penyakit tersebut ketika

telah menimbulkan berbagai

gangguan organ seperti gangguan

fungsi jantung atau stroke. Tidak

sedikit bahwa hipertensi ditemukan

secara tidak sengaja ketika

dilakukan suatu pemeriksaan

kesehatan rutin. Hipertensi umumnya

dijuluki dengan “The Silent Killer”.

Beberapa hasil penelitian

menyebutkan bahwa semakin tinggi

Page 28: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

75

tekanan darah, semakin tinggi pula

risiko penyakit kardiovaskular,

stroke, dan serangan jantung .

Kualitas tidur yang buruk,

selain berpengaruh pada naiknya

tekanan darah juga dapat

mempengaruhi status kesehatan

jangka panjang seperti meningkatnya

indeks masa tubuh dan depresi pada

orang dewasa (Shittu, 2016). Selain

berpengaruh pada tekanan darah, IMT,

dan depresi, kualitas tidur yang buruk

juga dapat berpengaruh terhadap

kualitas hidup seseorang serta

berhubungan dengan meningkatnya

mortalitas. Orang yang tidur antara 7

sampai 8 jam pada malam hari,

memiliki angka mortalitas terendah.

Kebutuhan tidur pada manusia

bergantung pada tingkat perkembangan.

Kualitas tidur lansia (60 tahun ke atas)

membutuhkan waktu tidur 6 jam/

hari.[23]

Tekanan darah dipengaruhi oleh

sistem secara otonom, yakni simpatis

dan parasimpatis. Pada orang yang

kualitas tidurnya buruk, didapatkan

peningkatan aktivitas simpatis dan

penurunan aktivitas parasimpatis [24]

.

Menurut Gangwisch, selama terjadi

ketidakseimbangan pada homeostasis

tubuh, sistem saraf simpatik

mengaktifkan dua sistem utama dalam

sistem endokrin[24]

.

Hasil penelitian ini sejalan edegan

penelitian Wahid 2018 tentang

hubungan kualitas tidur dengan tekanan

darah pasien hipertensi di Puskesmas

Mojolangu Kota Malang. Hasil

penelitian menunjukkan mayoritas

responden dengan tekanan darah

tidak normal sebanyak 53,3%

berjenis kelamin perempuan, 43,3%

berada dalam kelompok umur 41-60

tahun, 66,7% dengan kualitas tidur

buruk. Ada hubungan antara kualitas

tidur dengan tekanan darah pada

pasien hipertensi dengan kuat

hubungan 0,649.

Dari 48 responden 1 responden

dengan tekanan darah normal memiliki

kualitas tidur buruk. Kualitas tidur

buruk bisa di sebabkan bukan hanya

karena hipertensi tetapi bisa karena

beberapa faktor yaitu lingkungan yang

tidak mendukung, stress dan pekerjaan.

Dari 48 responden 4 responden yang

mengalami hipertensi memiliki kualitas

tidur baik. Hipertensi bisa di sebabkan

bukan hanya karena kualitas tidur yang

buruk tetapi bisa karena beberapa faktor

yaitu usia, keturunan, pola makan

Page 29: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

76

KESIMPULAN

Sebagian besar responden yang

memiliki kualitas tidur buruk akan

memiliki kenaikan tekanan darah,

sehingga perlu dilakukan penyuluhan

dan pendampingan pada penderita

hipertensi.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Ketua STIKes Karya Husada

Semarang yang telah

memberikan kesempatan untuk

melakukan kegiatan Penelitian

sebagai bentuk pelaksanaan Tri

Dharma Perguruan Tinggi

2. Keluarga tercinta yang telah

senantiasa memberikan

semangat

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, M. Lilik. (2011). Keperawatan

Lanjut Usia. Edisi I. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan

Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi

Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

WHO. (2014). Global target 6 : A 25%

relative reduction in the prevalence of

raised blood pressure or contain the

prevalence of raised blood pressure,

according to national circumstances.

Jenewa: World Health Organization.

Dinkes. (2012). Profil Kesehatan.

http://www.depkes.go.id/.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan

Dasar. Alvailable From URL:

http://riskesdas.litbang.depkes.go.id.

Ardiansyah. (2012). Medikal Bedah

Untuk Mahaiswa. Jogjakarta: DIVA

Press.

Wratsongko, Madyo. (2014). Shalat

Jadi Obat. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Sangiran. (2012). Mukjizat Gerakan

Shalat. Jakarta: Qultum Media.

Palmer, A. (2012). Tekanan Darah

Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Muhammadun, A. S. (2010). Hidup

Bersama Hipertensi. Yogyakarta: In-

Books.

Muhadi. (2016). ANALISIS WHO :

Evidence-based guideline. Klasifikkasi

Pasien Hipertensi Dewasa.

Suprapto, Ira Haruyani. (2014). Menu

Ampuh atasi Hipertensi. Yogyakarta :

Notebook.

Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif;

Mengenal, Mencegah dan Mengurangi

Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Susanto. (2010). Hindari Hipertensi,

Konsumsi Garam 1 Sendok Per Hari.

Jakarta: Gramedia.

[Muhadi. (2016). ANALISIS JNC 8 :

Evidence-based guideline. Penanganan

Pasien Hipertensi Dewasa.

Smeltzer,& Bare. (2010). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth (Edisi 8 volume 2). Jakarta :

EGC.

Page 30: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

77

Yasmine. (2013). Tekanan Darah

Tinggi. Jakarta: Erlangga

Wratsongko, Madyo. (2014). Shalat jadi

obat. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi

manusia. Jakarta: EGC

Stanley, M. & Beare, P, G. (2013).

Buku Ajar Keperawatan Gerontik,

Jakarta : EGC.

Buysse, D. Et al. The Pittsburgh sleep

quality indeks : A new instrumen for

psychiatric practice and research.

Psyciatric research. Ireland : Elsevier

Scientific Publisher. 1998

Page 31: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

78

ANALISIS HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA ANAK

USIA PRA SEKOLAH DI DUSUN CELEGEH DESA BAREBALI

LOMBOK TENGAH TAHUN 2019

Yulianti1, Edy Surya Pratama

2, Amalia Mastuty

3

1,2,3 Departemen Keperawatan, Fakultas Kesehatan,Universitas Qamarul Huda

Bagu,Lombok, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Peran orang tua sebagai pengasuh dan respon dari lingkungan sangat diperlukan

bagi anak dalam pembentukkan kemandirian anak. Berdasarkan data dari badan statistik

nasional pada tahun 2014, jumlah anak usia pra sekolah di Indonesia sebanyak 28.022

jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan

tingkat kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah di dusun celegeh desa

barebali kecamatan batulkliang kabupaten lombok tengah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan

cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 34 orang. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu berjumlah 32 orang, namun

dalam pengambilan sampel terdapat kriteria eksklusi sehingga jumlah sampel menjadi

30 orang responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Tehnik analisa data

menggunakan uji chi-square α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar pola asuh yang diterapkan responden yaitu pola asuh otoriter sebanyak 14 orang

(46,7%), dengan karakteristik anak mandiri sebanyak 7 orang (23,3%) dan karakteristik

anak tidak mandiri sebanyak 7 orang (23,3%). Hasi uji chi-square α=0,05 didapatkan

p=0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima, artinya ada hubungan pola asuh orang tua dengan

tingkat kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah, sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian

personal hygiene pada anak usia pra sekolah di dusun celegeh desa barebali kecamatan

batukliang kabupaten lombok tengah tahun 2019.

Kata kunci : Pola asuh orang tua, Kemandirian, Anak usia pra sekolah

Page 32: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

79

ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING

AND THE LEVEL OF PERSONAL HYGIENE INDEPENDENCE IN

PRE-SCHOOL AGE CHILDREN IN CELEGEH HAMLET

BAREBALI VILLAGE CENTRAL LOMBOK IN 2019

ABSTRACT

The role of parents as caregivers and the response from the enviroment is

needed for children in the formation of children’s independence. Based on data from the

national statistical agency in 2014, the number of pre-school age children in indonesia

was 28.022 people. This study aims to study the relationship of parenting parents with

the level of personal hygiene independence in pre-school age children in the village of

celegeh, barebali village, central lombok. This research is a descriptive correlational

research with a cross sectional approach. The population in study amounted to 34

people. Sampling is done by using purposive sampling which amounts to 32 people, but

in sampling there are exclusion criteria so that the total sample is 30 respondents.

Research instruments using questionnaires. Data analysis techniques using the chi-

square test α=0,05.

The results showed that most of the patterns of adoption by respondents were 14

people (46,7%) authoritarian parenting, with 7 independent children (23,3%) and 7

non-independent children (23,3%), so it can be concluded there is a relationship

between parenting parents with the level of personal hygiene independence in pre-

school age children in the village of celegeh, barebali village, central lombok.

Keywords : Patterns Of Parenting, Independence, Personal Hygiene, Pre School Child

Page 33: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

80

PENDAHULUAN

Personal hygiene atau kebersihan

diri merupakan salah satu upaya yang

dilakukan agar seseorang dapat menjaga

kebersihan pribadinya supaya terhindar

dari penyakit. Manfaat menjaga

kebersihan diri agar dapat

mempertahankan body image, membuat

rasa aman dan relaksasi diri, mencegah

terjadinya infeksi, mencegah terjadinya

sirkulasi dalam darah, mempertahankan

integritas jaringan serta kesejahteraan

fisik dan psikis. Personal hygiene harus

mulai diajarkan kepada anak sedini

mungkin supaya anak menjadi mandiri

(Putri, 2016).

Bentuk-bentuk kemandirian

personal hygiene pada anak usia pra

sekolah yaitu anak sudah bisa

menggosok gigi sendiri meskipun

belum sampurna, mandi sendiri dengan

arahan, membersihkan telinga, menyisir

rambut, buang air kecil di toilet, dan

mencuci tangan tanpa bantuan.

Sebagian besar anak usia pra sekolah

sudah mampu melakukan toilet training

dengan mandiri pada periode pra

sekolah meskipun beberapa anak

mungkin masih ada yang di bantu oleh

orang tua. Perubahan dalam

kemandirian ini dapat mempengaruhi

perasaan mereka mengenai kesehatan

mereka sendiri (Sari dkk, 2018).

Salah satu peran aktif orang tua

adalah mengasuh anak. Pola asuh orang

tua adalah gambaran tentang sikap dan

perilaku orang tua dengan anak dalam

berinteraksi, serta berkomunikasi

selama mengadakan kegiatan

pengasuhan. Pola asuh yang tepat akan

mempengaruhi tingkat kemandirian

anak. Melatih kemandirian anak sejak

dini akan menumbuhkan rasa percaya

diri pada anak. Salah satu tujuan dari

pola asuh orang tua adalah untuk

membuat anak menjadi orang yang

bermanfaat bagi orang lain (Santrok,

2012).

Berdasarkan data Badan Statistik

Nasional, diperoleh jumlah anak pra

sekolah dibeberapa Negara termasuk

Indonesia pada tahun 2014 yaitu

berjumlah 561.933 jiwa. Sedangkan,

jumlah anak pra sekolah di Indonesia

yaitu sebagai berikut: tahun 2011

berjumlah 26.889 jiwa, tahun 2012

berjumlah 27.627 jiwa, tahun 2013

berjumlah 27.644 jiwa dan pada tahun

2014 berjumlah 28.022 jiwa ( Badan

Statistik Nasional, 2014).

Berdasarkan data Badan Statistik

NTB, diperoleh data jumlah anak pra

sekolah sebagai berikut : tahun 2014

berjumlah 508.589 dari 259.108 anak

berjenis kelamin laki-laki dan 249.481

anak berjenis kelamin perempuan.

Sedangkan pada tahun 2015 berjumlah

506.430 dari 257.633 anak berjenis

kelamin laki-laki dan 248.797 anak

berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan data Badan Statistik NTB

di Kabupaten Lombok Tengah tahun

2015, diperoleh jumlah anak pra

sekolah yaitu berjumlah 65.205 dari

30.844 anak berjenis kelamin laki-laki

dan 34.361 anak berjenis kelamin

perempuan (Badan Statistik NTB,

2015).

Dampak kesehatan yang sering

terjadi pada anak usia pra sekolah akibat

dari ketidakmampuan menjaga

kemandirian dalam personal hygiene

adalah kejadian diare. Diare merupakan

Page 34: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

81

gangguan Buang Air Besar (BAB) yang

ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali

sehari dengan konsistensi tinja cair, dan

dapat disertai dengan darah. Hasil Riset

Kesehatan Dasar menyatakan bahwa

Penyakit diare merupakan penyebab

terbesar meninggalnya anak-anak dan

balita di Indonesia (Riskesdas, 2013).

Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) menunjukan bahwa Insiden

diare balita tertinggi terjadi pada

kelompok umur 12-23 bulan (7,6%),

laki-laki (5,5%), perempuan (2,1%).

Pada tahun 2011 didapatkan 6.131

orang menderita diare dan melonjak

menjadi 11.970 (Riskesdas, 2013).

Sedangkan insiden diare di Provinsi

NTB tahun 2013 sebesar 2,6%, priode

prevalensi diare 5,3%, sedangkan

insiden diare balita 6,6% (Riskesdas,

2013).

Upaya dalam memelihara

kebersihan pribadi anak atau personal

hygiene tidak lepas dari upaya

pendidikan secara keseluruhan dan

pendidikan kesehatan pada khususnya,

karena menjaga kebersihan pribadi

secara optimal tidak mungkin dapat

terhujud tanpa adanya penanaman

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

dan juga teladan dari orang tua dan

keluarga . Adapun yang diharapkan dari

kebersihan anak yaitu agar anak

mengetahui manfaat dan pentingnya

kebersihan, mempertahankan perawatan

diri, membuat rasa aman dan mampu

menerapkan perawatan kebersihan

dalam upaya peningkatan kesehatan

anak (Riskesdas, 2013).

Berdasasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Mohammed bahwa

didapatkan hasil bahwa ada hubungan

pola asuh orang tua dengan personal

hygiene anak (Mohammed, 2016). Hasil

penelitian Wahyuningrum et.al juga

menyatakan bahwa ada hubungan pola

asuh orang tua dengan personal hygiene

anak usia pra sekolah (Wahyuningrum

et.al, 2017). Hasil penelitian Arikan

et.al mengungkapkan bahwa tidak ada

hubungan antara personal hygiene

dengan umur orang tua, kelompok umur

siswa, dan tingkat pendidikan ayah

(Arikan et.al, 2014). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Sari bahwa

terdapat hubungan antara peran

keluarga dengan tingkat kemandirian

personal hygiene anak (Jelita, 2017).

Berdasarkan latar belakang

diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai analisis hubungan

pola asuh orang tua dengan tingkat

kemandirian personal hygiene pada

anak usia pra sekolah. Terkait uraian

masalah tersebut peneliti mengambil

judul “Analisis Hubungan Pola Asuh

Orang Tua dengan Tingkat

Kemandirian Personal Hygiene pada

Anak Usia Pra Sekolah di Dusun

Celegeh Desa Barebali Lombok Tengah

Tahun 2019”.

Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara pola

asuh orang tua dengan tingkat

kemandirian personal hygiene pada

anak usia pra sekolah di Dusun Celegeh

Desa Barebali Lombok Tengah Tahun

2019.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross-sectional, karena

Page 35: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

82

peneliti bermaksud untuk

mengidentifikasi apakah ada hubungan

pola asuh orang tua dengan tingat

kemandirian personal hygiene pada

anak usia pra sekolah.

Popolasi dalam penelitian ini

adalah semua orang tua yang memiliki

anak berusia pra sekolah. Jumlah

seluruh anak yang berusia pra sekolah

yaitu 34 orang. Sampel dalam penelitian

ini adalah 32 orang responden.

Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner,

dimana kuesioner yang digunakan telah

dilakukan uji validitas dan reabilitas

oleh peneliti langsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Usia responden

Tabel 1 Usia Responden

No Usia Responden Frekuensi Presentase

1. 20-25 Tahun 6 20,0%

2. 26-31 Tahun 8 26,7%

3. >32 Tahun 16 53,3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 1 diatas, terlihat

bahwa sebagian besar responden (orang

tua) berada pada kelompok usia >32

tahun yaitu sebanyak 16 orang (53,3%)

dan kelompok usia yang paling sedikit

yaitu berada pada kelompok usia 20-25

tahun taitu sebanyak 6 oarang (20,0%).

Usia Anak Responden

Tabel 2 Usia Anak Responden

No Usia Anak Responden Frekuensi Presentase

1. 4 Tahun 9 30,0%

2. 5 Tahun 10 33,3%

3. 6 Tahun 11 36,7%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 2 diatas, terlihat

bahwa sebagian besar usia anak

responden (anak usia pra sekolah)

berada pada kelompok usia 6 tahun

yaitu sebanyak 11 orang (36,7%) dan

kelompok usia yang paling sedikit yaitu

berada pada kelompok usia 4 tahun

yaitu 9 orang (30,0%).

Jenis Kelamin Anak Responden

Tabel 3 Jenis Kelamin Anak Responden

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

1. Perempuan 14 46,7%

2. Laki-laki 16 53,3%

Jumlah 30 100%

Page 36: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

83

Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat

bahwa sebagian besar anak responden

(anak usia pra sekolah) berada pada

kelompok jenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 16 orang (53,3%) dan

kelompok usia yang paling sedikit yaitu

berada pada kelompok jenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 14 orang

(46,7%).

Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4 Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase

1. SD 15 50,0%

2. SMP 7 23,3%

3. SMA 5 16,7%

4. SARJANA 3 10,0%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan Tabel 4 diatas, terlihat

bahwa sebagian besar responden (orang

tua) berada pada kelompok dengan

tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak

15 orang (50,0%) dan kelompok tingkat

pendidikan yang paling sedikit yaitu

berada pada tingkat pendidikan

SARJANA yaitu sebanyak 3 orang

(10,0%).

Jenis Pekaerjaan Responden

Tabel 5 Jenis Pekaerjaan Responden

No Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase

1. IRT 18 60,0%

2. TANI 9 30,0%

3. PNS 1 3,3%

4. WIRAUSAHA 2 6,7%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 5 diatas, terlihat

bahwa sebagian besar responden (orang

tua) berada pada kelompok dengan jenis

pekerjaan IRT yaitu sebanyak 18 orang

(60,0%) dan kelompok jenis pekerjaan

yang paling sedikit berada pada jenis

pekerjaan PNS yaitu sebanyak 1 orang

(3,3%).

Pola Asuh Orang Tua

Tabel 6 Pola Asuh Orang Tua

No Pola Asuh Frekuensi Presentse

1. Otoriter 14 46,75

2. Demokratis 12 40,0%

Page 37: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

84

3. Permisif 4 13,3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan Tabel 6 diatas, terlihat

bahwa sebagian besar responden (orang

tua) menerapkan pola asuh otoriter yaitu

sebanyak 14 orang (46,7%) sedangkan

responden yang menerapkan pola asuh

demokratis sebanyak 12 orang (40,0%)

dan responden yang menerapkan pola

asuh permisif sebanyak 4 orang

(13,3%).

Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Usia Pra Sekolah

Tabel 7 Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Usia Pra Sekolah

No. Kemandirian Personal Hygiene Frekuensi Presentase

1. Tidak Mandiri 16 53,3%

2. Mandiri 14 46,7%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 7 diatas, terlihat

bahwa sebagian besar anak responden

(anak usia pra sekolah) menunjukan

karakteristik tidak mandiri yaitu

sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan

karakteristik mandiri yaitu sebanyak 14

orang (46,7%).

Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Tingkat Kemandirian

Personal Hygiene Pada Anak Usia

Pra Sekolah

Tabel 8 Tabulasi Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat

Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Usia Pra Sekolah

Pola Asuh

Orang Tua

Kemandirian Personal Hygiene Total

Tidak Mandiri Mandiri

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase N %

Otoriter 7 23,3% 7 23,3% 14 46,7%

Demokratis 6 20,0% 6 20,0% 12 40,0%

Permisif 3 10,0% 1 3,3% 4 13,3%

Jumlah 16 53,3% 14 46,7% 30 100%

Berdasarkan data pada tabel 8 diketahui

bahwa berdasarkan tabulasi silang

diatas menunjukkan bahwa pola asuh

otoriter membentuk karakter anak

mandiri sebanyak 7 orang (23,3%)

sedangkan karakter anak tidak mandiri

sebanyak 7 orang (23,3%). Untuk pola

asuh demokratis membentuk karakter

Page 38: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

85

anak mandiri sebanyak 6 orang

(20,0%), sedangkan karakter tidak

mandiri sebanyak 6 orang (20,0%).

Sedangkan untuk pola asuh permisif

membentuk karakter anak mandiri

sebanyak 1 orang (3,3%), sedangkan

karakter anak tidak mandiri sebanyak 3

orang (10,0%).

Hasil uji chi-Square a= 0,05

antara variabel Independen (pola asuh

orang tua) dengan variabel dependen

(tingkat kemandirian personal hygiene

pada anak usia pra sekolah) di dusun

celegeh desa barebali Kecamatan

Batukliang Kabupaten lombok tengah

tahun 2019 didapatkan nilai

p=0,000<0,05. Hasil tersebut kurang

dari taraf signifikan yang digunakan

yaitu p=0,05, Sehingga dapat

disimpulkan Ha diterima yaitu ada

hubungan yang signifikan antara pola

asuh orang tua dengan tingkat

kemandirian personal hygiene pada

anak usia pra sekolah di dusun celegeh

desa barebali kecamatan batukliang

kabupaten lombok tengah tahun 2019.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Dilihat dari pola asuh orang tua,

sebagian besar responden (orang

tua) menerapkan pola asuh

otoriter yaitu sebanyak 14 orang

(46,7%) sedangkan responden

yang menerapkan pola asuh

demokratis sebanyak 12 orang

(40,0%) dan responden yang

menerapkan pola asuh permisif

sebanyak 4 orang (13,3%).

2. Dilihat dari Kemandirian

personal hygiene anak, sebagian

besar anak responden (anak usia

pra sekolah) menunjukan

karakteristik tidak mandiri yaitu

sebanyak 16 orang (53,3%)

sedangkan karakteristik mandiri

yaitu sebanyak 14 orang

(46,7%).

3. Dilihat dari adanya hubungan

pola asuh orang tua dengan

kemandirian personal hygiene

pada anak usia pra sekolah,

responden yang menerapkan

pola asuh otoriter yaitu sebanyak

14 orang (46,7%). Pola asuh

otoriter menghasilkan karakter

anak mandiri sebanyak 7 orang

(23,3%) sedangkan karakter

anak tidak mandiri sebanyak 7

orang (23,3%). Untuk pola asuh

demokratis sebanyak 12 orang

(40,0%) membentuk karakter

anak mandiri sebanyak 6 orang

(20,0%), sedangkan karakter

tidak mandiri sebanyak 6 orang

(20,0%). Sedangkan untuk pola

asuh permisif sebanyak 4 orang

(13,3%). membentuk karakter

anak mandiri sebanyak 1 orang

(3,3%), sedangkan karakter anak

tidak mandiri sebanyak 3 orang

(10,0%).

Berdasarkan hal-hal

tersebut diatas, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan

ada hubungan yang signifikan

antara pola asuh orang tua

dengan kemandirian personal

hygiene pada anak usia pra

sekolah di dusun celegeh desa

barebali kecamatan batukliang

Page 39: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

86

kabupaten lombok tengah tahun

2019. Sehingga hipotesis penulis

yang berbunyi “Analisis

hubungan pola asuh orang tua

dengan tingkat kemandirian

personal hygiene pada anak usia

pra sekolah di dusun celegeh

desa barebali kecamatan

batukliang kabupaten lombok

tengah tahun 2019” dapat

diterima.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu

mewujudkan penelitian ini :

1. Ketua Universitas Qamarul

Huda Badaruddin (UNIQHBA)

Bagu

2. Prodi S1 Keperawatan

3. Dosen pembimbing dalam

penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Al.Tridhonanto dan Beranda

Agency.2014.Mengembangkan

Pola Asuh

Demokratis.Yogyakarta.Elex

Media Komputindo.

Arikan,I.et.al.2014.Personal West Of

Turky Hygiene Status Among

Primary School Students In An

Urban Area In The West Of

Turky.American Journal Of

Research Communication.

Badan Statistik

Nasional.com.2014.Jumlah Anak

Pra Sekolah di beberapa Negara

dan di Indonesia.Diakses pada

23 April 2019.

Badan Statistik NTB.com.2015.Jumlah

Anak Pra Sekolah Se-NTB Dan

Se-Kabupaten Lombok

Tengah.Diakses pada 23 April

2019.

Febri Yunanda.P.2012.Hubungan Pola

Asuh Orang Tua dengan Tingkat

Kemandirian Personal Hygiene

Anak Usia Pra Sekolah Di Desa

Balung Kabupaten Jember.

Skripsi. Fakultas

Kesehatan:Universias Jember.

George,P,.and John J,H.2009.Kesehatan

Masyarakat Administrasi dan

Praktik.Jakarta:EGC

Hasnida.2014.Analisis Kebutuhan Anak

Usia Dini.Jakarta.Luxima Metro

Media PT

Henny V. dan Surya M.2018.Hubungan

Pola Asuh Orang Tua Dengan

Kemandirian Personal Hygiene

Anak Usia Pra Sekolah Di TKIT

Permata Mulia Desa

Banjaragung Pura Kabupaten

Mojokerto.Jurnal Nurse and

Healt.STIKes Dian Husada

Mojokerto.

Jelita.2017.Hubungan Peran Keluarga

Dengan Tingkat Kemandirian

Personal Hygiene Anak

Page 40: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

87

Tunagrahita Di SLB Negeri

Binjai.Universitas Sumatra

Utara.

Judy et all. 2012. Sukses Membesarkan

Anak Dengan Memperdayaan

Hubungan. Alih Bahasa:Eddy

Susanto.Tangerang:Kharisma

Publishing Group.

Kelana K.D.2017.Metodologi

Penelitian

Keperawatan.Jakarta.CV Trans

Info Media.

Lyndon.S.2013.Kebutuhan Dasar

Manusia.Tanggerang.Binarupa

Aksara

Mardliyah., dkk.2014.Pola Asuh Orang

Tua Sebagai Faktor Penentu

Kualitas Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Personal Hygiene Anak

Usia 6-12 Tahun.Journal Ners

and

MidwiferybIndonesia.STIKes

Alma Ata Yogyakarta

Mohammed A.B.2016.Personal

Hygiene In School Children

Aged 6-12 Years In

Jordan.British Journal Of

School Nursing.Al.Bayt

University Jordan.

Notoatmodjo,S.2012.Metodologi

Penelitian

Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

Nunik,A.2018.Hubungam antara pola

asuh orang tua dengan tingkat

kemandirian anak (studi korelasi

pada wali murid kelompok A

ditaman kanak-kanak plus Al-

Hujjah Jember).

Skripsi:Universitas Jember.

Nursalam.2016.Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Edisi

4.Jakarta:Penerbit Salemba

Medika

Putri.,dkk.2016.Pemeriksaan

Pertumbuhan dan Personal

Hygiene Anak Pra Sekolah Di

RA Pesantren Al

Madaniyah.Jurnal Akses

Pengabdian

Indonesia.Universitas

Tribhuwana Tanggadewi

Malang.

Potter and Perry.2005.Fundamental

Keperawatan.Jakarta:EGC

Retno D.N.dan

Sugihartiningsih.2018.Gambara

n Status Gizi dan Personal

Hygiene Anak Di TK Aisyiyah

Kadipiro Surakarta.STIKes

PKU Muhammadiyah Surakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2013.Pedoman Pewawancara

Petugas Pengumpul

Data.Jakarta:Badan

Litbangkes.Depkes RI,2013

Santrock,J.W.2012.Perkembangan

Anak.Jakarta:Erlangga

Sari D.N.A.,dkk.2018.Faktor Yang

Mempengaruhi Pola Asuh

Page 41: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

88

Orang Tua Dalam Kemandirian

Personal Hygiene Pada Anak

Pra Sekolah Di TK Islam

Pelangi Anak Pandeyan

Umbulharjo Yogyakarta.Riset

Informasi Kesehatan.STIKes

Surya Global Yogyakarta.

Sovia L.2015.Pengaruh Konsep Diri

Dan Pola Asuh Orang Tua

Terhadap Kemandirian

Mahasiswa Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Sugiyono.2016.Statistika untuk

Penelitian.Bandung:ALFABET

A

Wahyuningrum.,

et.al.2017.Relationship Between

Parenting To Independence Of

Personal Hygiene On Pre

School Children At Dharma

Wanita Kindergarten Jatirejo

Mojokerto.International Journal

Of Nursing And

Midwifery.STIKes Bina Sehat

PPNI Mojokerto.

Wening.2012.Bunda Sekolah

Pertamaku.Solo.Tinta Medina

Wiyani,N.A.2013.Bina Karakter Anak

Usia Dini:Paduan Orang Tua

Dan Guru Dalam Membentuk

Kemandirian Dan Kedisiplinan

Anak.Yogyakarta.Ar Ruz Media.

Wiratna,S.2014.Metodologi Penelitian

Keperawatan.Yogyakarta.Gava

Media

Yamin.,dkk.2013.Panduan Pendidikan

Anak Usia Dini.Jambi:Referensi

(Gaung Persada Press Group).

Zuhratul U.R.dan

Awatiful.2014.Hubungan Pola

Asuh Orang Tua Dengan

Tingkat Kemandirian Dalam

Perawatan Diri Pada Anak Usia

Sekolah Di Desa Berumbungan

Kidul Probolinggo.Universitas

Muhammadiyah Jember.

Page 42: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

89

PENGARUH PAKET EDUKASI SAYANG IBU TERHADAP

MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

KABUPATEN PEKALONGAN

Yuni Sandra Pratiwi1, Siti Rofiqoh

2, Herni Rejeki

3

1,2,3 Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Rendahnya pemberian ASI pada bayi merupakan ancaman yang sangat serius bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagai generasi penerus bangsa. Motivasi dan

kemampuan yang baik akan meningkatkan peran ibu dalam memberikan ASI pada bayi,

sehingga pemberian ASI pada bayi akan mengalami peningkatan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh paket edukasi sayang ibu terhadap motivasi

ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Metode penelitian quasi eksperiment dengan

pendekatan pre and post test nonequivalent control grup. Tempat penelitian di wilayah

kerja Puskesmas Buaran dan Wonokerto 2 Kabupaten Pekalongan dengan responden

ibu primigravida trimester tiga. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive

sampling yang terdiri dari 38 responden. Uji statistik menggunakan Uji Chi Square.

Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh paket edukasi sayang ibu terhadap motivasi

ibu dalam pemberian ASI pada kelompo intervensi (p < 0,05). Bagi petugas kesehatan

diharapkan lebih menggiatkan program promosi kesehatan, khususnya paket edukasi

sayang ibu pada ibu hamil supaya dapat meningkatkan motivasi ibu hamil dalam

pemberian ASI pada bayinya.

Kata kunci: ASI, Edukasi, Motivasi.

Page 43: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

90

INFLUENCE OF MOTHER'S EDUCATION PACKAGE ON

MOTHER MOTIVATION IN EXCLUSIVE ASSESSMENT IN

PEKALONGAN REGENCY

ABSTRACT

The low milk supply to infants is a very serious threat to the growth and

development of infants as the next generation of the nation. Good motivation and ability

will increase the role of mothers in giving milk to babies, so that breastfeeding to babies

will increase. This study aims to identify the effect of the education package for

maternal affection towards maternal motivation in exclusive breastfeeding. A quasi-

experimental research method with a non-equivalent control group pre and post test

approach. The research site is in the work area of Buaran and Wonokerto 2 Public

Health Centers in Pekalongan Regency with three trimester primigravida respondents.

The sampling technique used consecutive sampling consisting of 38 respondents.

Statistical tests using the Chi Square Test. The results of the study showed that there

was an influence of the mother's love education package on mother's motivation in

breastfeeding in the intervention group (p <0.05). Health workers are expected to be

more active in health promotion programs, especially the education package for

mothers to love pregnant women in order to increase the motivation of pregnant women

in breastfeeding their babies.

Keywords: ASI, Education, Motivation.

Page 44: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

91

PENDAHULUAN

Kematian utama bayi di Indonesia

disebabkan karena asfiksia, BBLR

(berat badan lahir rendah), penyakit lain

dan masalah gizi yang diperkirakan

lebih banyak terjadi pada usia neonatus

(0-28 hari) (Depkes, 2011). Kematian

pada bayi yang disebabkan oleh

penyakit infeksi berhubungan erat

dengan adanya perilaku hidup bersih

sehat, sanitasi dasar, pengadaan air

bersih, ventilasi, status hunian, status

imunisasi, status gizi dan pemberian air

susu ibu (ASI). Hal tersebut dapat

dijadikan sebagai dasar dalam

melakukan tindakan pencegahan

terjadinya penyakit infeksi pada bayi,

sehingga kematian pada bayi akibat

penyakit infeksi dapat dicegah (Depkes,

2007).

Penelitian terkait ASI untuk mencegah

kematian bayi telah dilakukan oleh

banyak peneliti. Salah satu penelitian

yang dilakukan oleh Khairunniyah

(2004), mengidentifikasi bahwa

pemberian ASI yang rendah pada bayi

baru lahir, akan menurunkan kualitas

hidup bayi, semakin sedikit bayi yang

diberikan ASI eksklusif maka kualitas

kesehatan bayi tersebut juga akan

semakin memburuk. Hal ini akan

berpengaruh terhadap angka kematian

bayi, saat bayi mendapatkan ASI maka

bayi akan dapat mempertahankan diri

dari berbagai macam penyakit infeksi,

sehingga resiko kematian bayi dapat

dihindarkan, dan diharapkan kualitas

hidup bayi akan lebih meningkat.

Nurmiati dan Besral (2008), bayi yang

mendapatkan ASI mempunyai

ketahanan hidup lebih tinggi,

dibandingkan dengan bayi yang tidak

mendapatkan ASI. Pemberian ASI akan

sangat mempengaruhi status ketahanan

hidup dan status kesehatan bayi, hal ini

didukung oleh data bahwa bayi yang

diberikan ASI lebih tinggi dari 6 bulan

mempunyai ketahanan hidup sebesar

33,3 kali dibanding bayi yang diberikan

ASI kurang dari 4 bulan.

Bayi memerlukan gizi yang dapat

diperoleh dari pemberian ASI.

Pemberian ASI dimulai 1 jam pertama

setelah kelahiran (Siregar, 2007). ASI

memiliki kandungan lemak dan kalori

yang sangat tinggi sebagai sumber

energi, sejumlah mikronutrien, terdapat

70% vitamin A, 40% kalsium dan 37%

riboflavin (Dewey, 2001). ASI

merupakan zat nutrisi yang sangat

penting dan sangat bermanfaat bagi bayi

dalam pencegahan terhadap penyakit,

membantu proses penyembuhan dari

penyakit dan meningkatkan kekebalan

tubuh bayi (Depkes RI, 2004).

Rekomendasi yang dikeluarkan oleh

WHO (2011), bahwa pemberian ASI

pada bayi yang diharuskan adalah pada

awal kelahiran yaitu satu jam pertama

bayi lahir melalui inisiasi menyusu dini

(IMD), memberikan ASI secara

eksklusif selama 6 bulan, dan

memberikan makanan pendamping ASI

sesudah bayi berusia 6 bulan dengan

tetap memberikan ASI sampai bayi

berusia 2 tahun atau lebih. Kramer dan

Kakuman (2002) meneliti tentang durasi

yang optimal dalam memberikan ASI,

bahwa pemberian ASI selama 6 bulan

atau lebih memberikan keuntungan

lebih dibanding pemberian ASI selama

4 bulan pada bayi. Keuntungan yang

diperoleh salah satunya adalah

Page 45: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

92

menurunkan angka kesakitan dan

kematian yang diakibatkan oleh diare.

Survai Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2012 melaporkan

cakupan ASI eksklusif adalah 42%,

sedangkan laporan dinas kesehatan

provinsi tahun 2013 cakupan ASI

eksklusif sebesar 54,3%. Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2013 cakupannya

sebesar 58,4% (Kementrian Kesehatan

RI, 2014). Laporan Dinas Kesehatan

Jawa Tengah memaparkan bahwa

cakupan ASI eksklusif pada tahun 2014

meningkat menjadi 60,7 %. Kabupaten

Pekalongan berada pada peringkat

terendah dengan cakupan sebesar 37,3%

(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014).

Cakupan ASI eksklusif kembali

menurun pada tahun 2015 dengan

cakupan 30,3%, dan cakupan terendah

di wilayah Puskesmas Wonokerto I

sejumlah 22,2% (Dinas Kesehatan

Kabupaten Pekalongan, 2015). Data

terbaru yang belum dipublikasikan di

bulan Februari tahun 2016 cakupan ASI

eksklusif terendah di Puskesmas Buaran

dengan prosentase berkisar 14, 22%

(Dinas Kabupaten Pekalongan, 2016).

Prevalensi pemberian ASI pada bayi di

Kabupaten Pekalongan menunjukkan

adanya penurunan yang signifikan.

Penurunan pemberian ASI juga

disebabkan oleh masih rendahnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya

ASI bagi bayinya, sehingga masyarakat

terutama ibu bayi kurang termotivasi

untuk memberikan ASI

(BPPSDMK_Depkes, 2012). Penelitian

Saleh, dkk (2009) di Kabupaten Maros

Sulawesi Selatan, bahwa ada pengaruh

yang efektif dari pendidikan kesehatan

yang dilakukan oleh perawat terhadap

peningkatan pengetahuan ibu,

kemampuan dalam praktek menyusui

dan kepercayaan diri ibu dalam

memberikan ASI pada bayinya.

Faktor lain yang perpengaruh terhadap

pemberian ASI adalah keyakinan dan

motivasi terhadap pemberian ASI.

Penelitian yang dilakukan oleh Man-Ku

dan Chow pada (2010) di Hongkong,

bahwa faktor yang cukup berpengaruh

dalam pemberian ASI adalah keyakinan

dan motivasi ibu. Ibu yang mempunyai

motivasi dan keyakinan diri yang baik

akan lebih mampu memberikan ASI,

dibandingkan ibu yang mempunyai

motivasi dan keyakinan rendah.

Penelitian lain yang di lakukan oleh

Yefrida (1996) di kota Depok,

memberikan hasil bahwa keyakinan dan

motivasi merupakan variabel yang

sangat dominan mempengaruhi

kemampuan ibu dalam pemberian ASI.

Motivasi yang merupakan dorongan

dari dalam atau luar diri seseorang

untuk melakukan suatu tindakan,

menjadi salah satu dasar penting bagi

ibu untuk memberikan ASI. Ketika ibu

mempunyai motivasi yang baik dalam

memberikan ASI untuk bayinya, maka

diharapkan ibu tersebut mempunyai

kemampuan yang baik dalam

memberikan ASI.

Motivasi dan kemampuan yang baik

akan meningkatkan peran ibu dalam

memberikan ASI pada bayi, sehingga

pemberian ASI pada bayi akan

mengalami peningkatan. Rendahnya

pemberian ASI pada bayi merupakan

ancaman yang sangat serius bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi

sebagai generasi penerus bangsa.

Kondisi inilah yang menyebabkan

Page 46: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

93

pemerintah membuat peraturan yang

mengatur pemberian ASI. Salah satu

diantaranya yaitu Peraturan Pemerintah

(PP) tentang pemberian ASI yang

bertujuan untuk memenuhi hak bayi,

dukungan pada ibu dan peran keluarga

dalam memberikan ASI (Kementerian

Hukum dan HAM, 2012).

Dukungan khusus dari tenaga kesehatan

terhadap program Peningkatan

Pemberian ASI (PP-ASI) merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pemberian ASI

(BPPSDMK_Depkes, 2012). Penelitian

yang dilakukan oleh Siregar (2007) di

Sumatera, memberikan kesimpulan

adanya peranan dan perhatian dari

petugas kesehatan pada ibu yang

menyusui akan mempengaruhi

kemampuan ibu dalam menyusui

bayinya. Peranan petugas kesehatan ini

bisa dilakukan dengan memberikan

pendidikan kesehatan. Pendidikan

kesehatan yang dilakukan oleh perawat

dengan memberikan informasi pada ibu

dan keluarga tentang kiat sukses

menyusui (paket edukasi sayang ibu).

Similac (2011) menyatakan bahwa, ibu

yang pertama kali menyusui bayinya

akan mendapatkan beberapa kesulitan

selama proses menyusui bayi. Proses ini

dapat dilakukan dengan mudah, jika ibu

mendapatkan informasi dari petugas

kesehatan, tentang kiat sukses menyusui

(paket edukasi sayang ibu).

Kemampuan dalam menyusui inilah

yang sangat dibutuhkan oleh ibu, agar

ibu dapat dengan mudah melakukan

kegiatan menyusui yang benar.

Berdasarkan paparan di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian pengaruh paket edukasi

sayang ibu terhadap motivasi ibu dalam

pemberian ASI eksklusif di Kabupaten

Pekalongan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

quasi eksperiment dengan pendekatan

pre and post test nonequivalent control

grup. Populasi dalam penelitian ini

adalah ibu primigravida trimester tiga di

Wilayah Kerja Puskesmas Buaran dan

Wonokerto 2 Kabupaten Pekalongan.

Pengambilan sampel menggunakan

teknik consecutive sampling. Kriteria

inklusi penelitian adalah ibu hamil

primigravida trimester tiga, kesadaran

ibu kompos mentis, ibu sehat dan tidak

mengalami komplikasi dalam

kehamilan, ibu yang bersedia menjadi

responden, ibu yang dapat

berkomunikasi dengan baik, dan dapat

membaca serta menulis. Sedangkan

kriteria eksklusinya adalah ibu hamil

primigravida trimester satu atau dua, ibu

hamil dengan mengalami komplikasi.

Kemudian 38 responden dibagi menjadi

2, 19 responden kelompok kontrol dan

19 responden kelompok intervensi. Alat

ukur yang digunakan adalah kuesioner

tentang karakteristik responden dan

motivasi ibu dalam pemberian ASI.

Kuesioner motivasi ibu dalam

pemberian ASI merupakan modifikasi

dari teori yang disampaikan oleh

Stockdale, et al (2008) yaitu

pengukuran skala motivasi menyusui

pada primigravida “Breasfeeding

Motivational Instuctional Measurement

Scale” (BMIMS) yang telah dilakukan

uji validitas dan reabilitas dengan hasil

valid dan reliabel.

Page 47: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

94

Kelompok kontrol diberikan leaflet

tanpa informasi lanjutan, dan kelompok

intervensi diberikan paket edukasi

sayang ibu secara terstruktur selama 3

kali selama kehamilan trimester 3. Paket

edukasi dilakukan menggunakan media

lembar balik. Pengukuran motivasi pada

kedua kelompok dilakukan 1 bulan

setelah persalinan. Berdasarkan uji

normalitas data menggunakan

Colmogorof Smirnov, diketahui data

berdistribusi normal, maka uji bivariat

yang digunakan adalah uji Uji Chi

Square dengan confident interval 95%

dan alfa 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang karakteristik

responden diuraikan pada tabel 1 dan 2,

sedangkan skor motivasi diuraikan pada

tabel 3 dan 4.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Responden di Kabupaten

Pekalongan Tahun 2018

Variabel n Mean-

Median

SD (Min-Max) 95% CI

Usia 38 26

25

4,460 20-38 24,53-27,47

Tabel 1 menunjukan rata-rata usia

responden adalah 26 tahun, dengan

standar deviasi 4,660 tahun. Usia

minimal 20 tahun dan usia maksimal 38

tahun. Hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-

rata ibu menyusui adalah diantara 24,53

tahun sampai dengan 27,47 tahun.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, Pandangan

Budaya dan Kepercayaan, serta Dukungan Suami Responden di Kabupaten

Pekalongan Tahun 2018

No Variabel Frekuensi Presentase

1. Pendidikan

a. Dasar

b. Tinggi

22

16

57,9

42,1

2. Pekerjaan

a. Tidak Bekerja

b. Bekerja

21

17

55,3

44,7

3. Pandangan Budaya dan Kepercayaan

a. Kurang

b. Baik

28

10

73,7

26,3

4. Dukungan Suami

a. Kurang

b. Baik

17

21

44,7

55,3

Tabel 2 menunjukan bahwa

karakteristik responden adalah hampir

sebagian berpendidikan dasar, yaitu 22

responden (57,9%), hampir sebagian

besar tidak bekerja yaitu 21 responden

(55,3%), sebagian besar mempunyai

Page 48: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

95

pandangan budaya dan kepercayaan

yang kurang baik dalam menyusui,

yaitu 28 responden (73,7%), hampir

sebagian mempunyai dukungan suami

yang baik dalam menyusui, yaitu 21

responden (55,3%).

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Perbedaan Nilai Rata-Rata (Rerata) Skor Pre Test dan Post

Test Motivasi Responden dalam Pemberian ASI Antar Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol di Kabupaten Pekalongan Tahun 2018 No Variabel Kelp Pre/Post

Test

Mean SD SE t P

value

Mean

diff

95% CI

1 Motivasi

ibu dalam

pemberian

ASI

K Pre Test

Post Test

39,47

38,84

5,28

5,36

1,21

1,23

2,74 0,97 4,21 1,0-7,3

I Pre Test

Post Test

35,26

38,79

4,10

2,74

0,94

0,62

0,03 0,00 0,05 -2,7-2,8

Tabel 3 menunjukan bahwa pada

kelompok kontrol diketahui, rerata skor

motivasi ibu dalam pemberian ASI

sebelum perlakuan adalah 39,47 dengan

SD 5,28, setelah dilakukan intervensi

rerata skor motivasi ibu dalam

pemberian ASI setelah perlakuan adalah

menurun, yaitu 38,84, dengan SD 5,36.

Hasil analisis lebih lanjut

menyimpulkan bahwa tidak ada

perununan yang bermakana antara skor

motivasi ibu dalam pemberian ASI

sebelum dan sesudah pada kelompok

kontrol (p=0,97; α=0,05).

Pada kelompok intervensi diketahui,

rerata skor motivasi ibu dalam

pemberian ASI sebelum perlakuan

adalah 35,26 dengan SD 4,10, setelah

dilakukan intervensi rerata skor

motivasi ibu dalam pemberian ASI

setelah perlakuan adalah meningkat,

yaitu 38,79, dengan SD 2,74. Hasil

analisis lebih lanjut menyimpulkan

bahwa ada peningkatan yang bermakana

antara skor motivasi ibu dalam

pemberian ASI sebelum dan sesudah

pada kelompok intervensi (p=0,00;

α=0,05).

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Selisih Skoring Motivasi Ibu Dalam Pemberian ASI Pada

Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Di Kabupaten Pekalongan Tahun

2018 No Variabel Kelp Mean SD T p

value

Mean

diff

95% CI

1 Motivasi ibu dalam

pemberian ASI

Selisih K

I

-0,63

3,53

7.07

5.63

2,71 0,00 4,21 1,09-7,32

Post Test K

I

38,84

38,79

5,36

2,74

0,038 0,00 0,53 -2,78-2.85

Tabel 4 menunjukan bahwa pada

kelompok kontrol selisih skor motivasi

ibu dalam pemberian ASI sebelum dan

sesudah perlakuan terjadi penurunan,

yaitu -0,63 dengan SD 7.07, berbeda

dengan kelompok intervensi terjadi

peningkatan selisih skor motivasi ibu

Page 49: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

96

dalam pemberian ASI sesudah

perlakuan, yaitu 3,53 dengan SD 5,63.

Pada kelompok kontrol skor motivasi

ibu dalam pemberian ASI sesudah

perlakuan terjadi peningkatan, yaitu

38,84 dengan SD 5,36 sama dengan

peningkatan skor motivasi ibu dalam

pemberian ASI sesudah perlakuan yaitu

38,79 dengan SD 2,74.

Berdasarkan tabel 1 menunjuka bahwa

rata-rata usia responden adalah 26

tahun, usia minimal 20 tahun dan usia

maksimal 38 tahun. Usia dihitung dari

hari pertama lahir sampai dengan saat

berulang tahun, biasanya usia

dinyatakan dalam tahun. Usia dapat

dijadikan salah satu patokan pada

seorang individu untuk melihat tingkat

kematangan secara biologis maupun

psikologis (Nursalam, 2008). Usia 20 –

38 tahun pada responden penelitian ini

termasuk kedalam rentang usia dewasa.

Dimana pada retang usia tersebut

dianggap sebagai masa reproduksi yang

baik dalam pemberian ASI. Seorang ibu

dalam rentang usia dewasa sudah

mempunyai kematangan secara fisik.

Pendidikan pada responden adalah

hampir sebagian berpendidikan dasar.

Soeparmanto dan Pranata (2005), ibu

menyusui dengan karakteristik

berpendidikan dasar mempunyai

proporsi lebih besar dibandingkan

dengan yang berpendidikan tinggi,

tetapi tingkat kemaknaan dalam

pemberian ASI adalah sama antara ibu

yang berpendidikan dasar dengan

berpendidikan tinggi. Berbeda dengan

hasil penelitian Kemalasari (2018),

yang mengidentifikasi bahwa

pendidikan tinggi merupakan faktor

yang mempengaruhi pemberian ASI.

Informasi untuk meningkatkan kualitas

hidup dapat diperoleh dengan

pendidikan tinggi, semakin tinggi

pendidikan maka semakin mudah orang

mendapat informasi. Hasil penelitian

didapatkan bahwa pekerjaan pada ibu

menyusui adalah sebagian besar ibu

tidak bekerja. Kemalasari (2008);

Rohani (2009) ibu menyusui yang

paling banyak adalah tidak bekerja. Ibu

yang tidak bekerja dianggap

mempunyai waktu luang yang banyak

dalam memberikan ASI pada bayi,

sedangkan ibu yang bekerja dianggap

sibuk dan tidak mempunyai waktu

untuk menyusui bayinya.

Pandangan budaya dan kepercayaan

dalam menyusui pada ibu adalah hampir

sebagian mempunyai pandangan budaya

dan kepercayaan yang kurang baik

dalam menyusui. Sidi, dkk (2010)

bahwa adat dan istiadat tempat tinggal

ibu berpengaruh terhadap pemberian

ASI. Ludin (2008) juga menyatakan

bahwa budaya dan kepercayaan yang

dianut seseorang ibu dalam memberikan

ASI akan berpengaruh terhadap

keputusannya dalam memberikan ASI.

Ibu yang mempunyai pandangan budaya

dan kepercayaan yang baik dalam

menyusui akan lebih termotivasi dalam

memberikan ASI.

Dukungan suami pada responden adalah

hampir sebagian mempunyai dukungan

suami baik dalam menyusui. Penelitian

ini sejalan dengan penelitian Al-Akour,

et al (2010), bahwa faktor yang sangat

berpengaruh terhadap keinginan ibu

untuk menyusui adalah dukungan suami

serta keluarga dalam pemberian ASI.

Dukungan suami merupakan suatu

upaya yang dilakukan oleh seorang

Page 50: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

97

suami baik secara moral maupun

tindakan nyata yang diberikan pada

istrinya untuk memberikan motivasi

dalam memberikan ASI pada bayinya.

Dukungan suami sangat diperlukan oleh

ibu dalam hal pengambilan keputusan

untuk memberikan ASI, ibu akan lebih

termotivasi dan merasa percaya diri

ketika menyusui (Malau, 2010).

Berdasarkan tabel 3 pada kelompok

kontrol diketahui, bahwa tidak ada

penurunan yang bermakna antara skor

motivasi ibu dalam pemberian ASI

sebelum dan sesudah perlakuan. Pada

kelompok intervensi terdapat

peningkatan yang bermakna antara skor

motivasi ibu dalam pemberian ASI

sebelum dan sesudah perlakuan.

Berdasarkan tabel 4 pada kelompok

kontrol selisih sekor motivasi ibu dalam

pemberian ASI sebelum dan sesudah

perlakuan terjadi penurunan, berbeda

dengan kelompok intervensi terjadi

peningkatan selisih skor motivasi ibu

dalam pemberian ASI sesudah

perlakuan terjadi peningkatan.

Prosedur pengambilan data pada

kelompok kontrol dan kelompok

intervensi dilakukan sebelum perlakuan

dan sesudah perlakuan. Pengambilan

data yang dilakukan pada kelompok

kontrol yaitu dengan memberikan pre

test kuesioner motivasi ibu dalam

pemberian ASI, memberikan leaflet

tanpa diberikan informasi lanjutan,

kemudian memberikan post test

kuesioner motivasi ibu dalam

pemberian ASI. Sedangkan

pengambilan data yang dilakukan pada

kelompok intervensi yaitu memberikan

pre test kuesioner motivasi ibu dalam

pemberian ASI, melakukan pendidikan

kesehatan terstruktur sebanyak 3 kali

pertemuan dengan menggunakan media

yang menarik, kemudian memberikan

post test kuesioner motivasi ibu dalam

pemberian ASI.

Pada kelompok kontrol mendapat leaflet

tanpa ada pemberian informasi yang

lebih dari petugas kesehatan seperti

pada kelompok intervensi, yaitu

pemberian pendidikan kesehatan

terstruktur sebanyak 3 kali pertemuan

dengan menggunakan media yang

menarik, sehingga pada kelompok

kontrol skor motivasi ibu dalam

pemberian ASI sesudah perlakuan lebih

kecil dibandingkan dengan kelompok

intervensi. Ibu memerlukan

pengetahuan dan pemberian informasi

untuk mengatasi masalah pada saat

pemberian ASI yang dapat diperoleh

dari petugas kesehatan. Informasi

mengenai manfaat menyusui bagi bayi,

ibu dan keluarga, makanan ibu

menyusui, cara menyusui yang benar,

cara mengatasi masalah saat menyusui,

cara menyusui pada ibu bekerja dari

petugas kesehatan sangat besar

pengaruhnya ketika ibu memberikan

ASI pada bayinya. Ibu-ibu biasanya

akan mempunyai motivasi dan

keyakinan diri yang baik untuk dapat

menyusui bayinya karena sudah

mendapatkan pengetahuan dan

informasi sebelumnya (Sidi, dkk, 2010;

Departemen of Health and Human

Services, 2011).

Heriandja (2007) menyatakan bahwa

motivasi seseorang didukung oleh

adanya motif atau pendorong, yang

terjadi karena adanya keinginan yang

mendorong untuk memenuhi suatu

kebutuhan dari dalam diri seseorang, hai

Page 51: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

98

ini disebabkan oleh karena adanya

tuntutan fisik dan psikologis yang

muncul melalui mekanisme sistem

biologis manusia. Ketika ibu menyusui

mendapatkan dukungan yang lebih

banyak dari orang disekelilingnya

terutama dari petugas kesehatan, maka

ibu tersebut diharapkan mempunyai

motivasi lebih besar juga untuk

merawat dan memberikan ASI bagi

bayinya.

Ibu memberikan ASI pada bayinya

dipengaruhi oleh faktor motivasi.

Berdasarkan penelitian Racine, et al.,

(2011) bahwa pengetahuan tentang

menyusui dapat mempengaruhi

motivasi ibu dalam memberikan ASI.

Faktor intrinsik yang dapat

mempengaruhi motivasi adalah

pemberian informasi dan pengetahuan

untuk menyusui, sedangkan faktor

ekstrinsik adalah dukungan keluarga

dan petugas kesehatan. Stockdale

(2007) menyatakan bahwa kurang

pengetahuan dan dukungan dari petugas

kesehatan berpengaruh terhadap

motivasi ibu dalam pemberian ASI pada

bayi.

Faktor ekstrinsik lain yang dapat

mempengaruhi motivasi seseorang

untuk melakukan suatu perubahan

dalam lingkungan, adalah penghargaan

berupa pujian dan reward sangat

dibutuhkan oleh seseorang yang telah

melakukan motivasi untuk berubah.

Penghargaan ini bertujuan untuk

memenuhi keinginan agar dapat

mengaktualisasikan diri di

lingkungannya (Hariandja, 2007). Hal

ini sejalan dengan hasil pada penelitian

ini, bahwa ibu pada kelompok kontrol

mempunyai skor motivasi yang rendah

sesudah diberikan perlakuan, berbeda

dengan ibu pada kelompok intervensi

mempunyai skor motivasi lebih tinggi

sesudah perlakuan. Pada kelompok

intervensi diberikan perlakuan

terstruktur selama 3 kali pertemuan,

pada pertemuan ke 3 peneliti melakukan

evaluasi dan pujian terhadap ibu,

sehingga ibu lebih termotivasi untuk

memberikan ASI pada bayinya.

SIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Karakteristik dari 38 responden

usia, pendidikan, pekerjaan,

pandangan budaya dan

kepercayaan dalam menyusui,

serta dukungan suami didpatkan

hasil bahwa rata-rata usia ibu

menyusui adalah 26 tahun,

hampir sebagian berpendidikan

dasar, sebagian besar tidak

bekerja, hampir sebagian

mempunyai pandangan budaya

dan kepercayaan yang kurang

baik dalam menyusui, serta

hampir sebagian mempunyai

dukungan suami yang baik

dalam menyusui.

2. Pada kelompok intervensi

terdapat peningkatan bermakana

antara skor motivasi ibu dalam

pemberian ASI sebelum dan

sesudah perlakuan.

Page 52: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

99

3. Pada kelompok kontrol tidak ada

penurunan yang bermakna

antara skor motivasi ibu dalam

pemberian ASI sebelum dan

sesudah perlakuan.

4. Pada kelompok intervensi terjadi

peningkatan selisih skor

motivasi ibu dalam pemberian

ASI sesudah perlakuan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu

terwujudnya penelitian ini :

1. Rektor Universitas

Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah

Pekajangan Pekalongan.

3. Ketua Program Studi Diploma

Tiga keperawatan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan.

4. Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat Fakultas

Ilmu kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan.

5. Bapeda Kabupaten Pekalongan.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten

pekalongan.

7. Kepala Puskesmas Buaran

Kabupaten Pekalongan.

8. Kepala Puskesmas Wonokerto 2

Kabupaten Pekalongan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Akour, N.A., Khassawneh, M.Y.,

Khader, Y.S., Ababneh, A.A., &

Haddad, A.M. (2010). Factors

affecting intention to breastfeed

among Syrian and Jordanian

mothers: A comparative cross-

sectional study. International

Breastfeeding Journal, 5(6), 2-8.

BPPSDMK_Depkes. (2012). Banyak

sekali manfaat ASI bagi bayi

dan ibu. 3 Februari 2017.

http://www.bppsdmk.depkes.go.

id/index.php?option=comconten

t&view=article&id=170:banyak-

sekali-manfaat-asi-bagi-bayi-

dan-ibu

Departemen of Health and Human

Services. (2011). Your guide to

breastfeeding. Washington:

Office on Women’s Health.

Depkes. (2007). Buku saku: Pelayanan

kesehatan anak di rumah sakit.

Jakarta: Departemen Kesehatan

RI.

Depkes. (2011). Materi advokasi-BBL

kematian bayi. 2 Februari 2017.

http://www.gizikia.depkes.go.id/

wpcontent/uploads/downloads/2

011/01/Materi-Advokasi-

BBL.pdf

Depkes RI. (2004). Asi eksklusif untuk

ibu bekerja. Jakarta: Dirjen

Binkesmas Direktorat Gizi

Masyarakat.

Dewey, K. (2001). Guiding principles

for complementary feeding of

the breastfeed child.

Washington: Pan American

Health Organization World

Health Organization.

Page 53: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

100

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2014, Profil Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah Tahun

2014, Semarang, Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah

Dinas Kesehatan Kabupaten

Pekalongan, 2015, Profil

Kesehatan Kabupaten

Pekalongan 2015, Pekalongan,

Dinas Kesehatan Kabupaten

Pekalongan.

Hariandja, M. (2007). Manajemen

sumber daya manusia. Jakarta:

Grasindo.

Hasibuan, M. (2007). Manajemen

sumber daya manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.

Kementerian Hukum & HAM. (2012).

PP-ASI eksklusif. Jakarta: Bahan

Harmonisasi Kementerian

Hukum dan HAM.

Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2014, Situasi dan

Analisis ASI Eksklusif. Jakarta,

Pusat Data dan Informasi

kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kemalasari, S. (2008). Pengaruh

karakteristik istri dan partisipasi

suami terhadap pemberian ASI

eksklusif di kecamatan

Setalasari Pematang siantar,

Tesis.Sumatra: USU Repository.

Khairunniyah. (2004). Pemberian air

susu ibu eksklusif ditinjau dari

faktor motivasi, persepsi, emosi,

dan sikap pada ibu yang

melahirkan, Tesis. Bandung:

Universitas Padjadjaran.

Kramer, M., & Kakuma, R. (2002).

The optimal duration of

exclusive breasfeeding: A

systematic review. Switzerland:

WHO.

Ludin, H.B., Subhilhar., & Lubis. Z.

(2008). Pengaruh sosial budaya

masyarakat terhadap tindakan

pemberian ASI eksklusif, Tesis.

Sumatra Utara: USU Repository.

Malau, A.E.T., Erniyati., & Darti. N.E.

(2010). Hubungan dukungan

suami dan kemauan ibu

memberikan ASI eksklusif.

Sumatra: USU Repository.

Man-Ku, C., & Chow, S.K.Y. (2010).

Factors influencing the practice

of exclusive breastfeeding

among Hongkong Chinese

women: A questionnaire survey.

Journal of Clinical Nursing, 19,

2434–2445.

Nurmiati., & Besral. (2008). Pengaruh

durasi pemberian ASI terhadap

ketahanan hidup bayi di

Indonesia. Makara Kesehatan,

12(2), 47-52.

Nursalam. (2008). Konsep dan

penerapan metode penelitian

ilmu keperawatan , pedoman

skripsi, tesis, dan instrument

penelitian keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Racine, E.F., Frick, K.D., Strobino, D.,

Laura M. Carpenter, L.M.,

Milligan, R., & Pugh, L.C.

(2011). How motivation

influences breastfeeding

duration among low-income

women. J Hum Lact, 25(2), 173-

18.

Page 54: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

101

Rohani., Yustina, L., Fauzi (2009).

Pengaruh karakteristik ibu

menyusui terhadap pemberian

ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Teluk Kecamatan

Secanggang Kabupaten Langkat,

Tesis. Sumatra: USU e-

Repository.

Saleh, A., Nurachmah, E., As’ad, S., &

Hadju, V. (2009). Pengaruh

pendidikan kesehatan dengan

pendekatan modelling terhadap

pengetahuan, kemampuan

praktek dan percaya diri ibu

dalam menstimulasi tumbuh

kembang bayi 0-6 bulan di

Kabupaten Maros. 3 Febuari

2017.pasca.unhas.ac.id/jurnal/4d

fd694e7da095c426fa76ffbdf2b3

ea.pdf

Sidi, I.P.S., Suradi, R.S., Masoara, S.,

Boedihardjo, S.D., & Martono,

W. (2010). Manajemen laktasi

(4th ed.). Jakarta: PERINASIA.

Similac. (2011). Helpful tips for

breastfeeding your baby.

California: Abbot Nutrition.

Siregar, A. (2007). Faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI

oleh ibu yang melahirkan.

Sumatera: USU Digital library.

Soeparmanto, P., Pranata, S. (2005).

Faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif pada

bayi. Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan, 8(1), 1-7.

Stockdale, J. (2007). Successful

breastfeeding promotion: A

motivational model of

informational design applied

and tested. Northern Ireland:

(NHS) Research &

Development Office.

WHO. (2011). Exclusive breastfeeding

for six months best for babies

everywhere. 2 Februari 2017.

http://www.who.int/nutrition/top

ics/exclusive breastfeeding

forsixmonths best for babies

everywhere /en/

Yefrida. (1996). Faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku

ibu dalam pemberian ASI

eksklusif, di wilayah kerja

puskesmas Pancoran Mas

kelurahan Depok kecamatan

Pancoran Mas kotif Depok tahun

1996. 2 Febuari 2017.

http://lontar.ui.ac.id/opac/themes

/libri2/detail.jsp?id=79056&loka

si =lokal

Page 55: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

102

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI

BALITA

Boediarsih 1

, Wahyu Wiedy Aditantri2, Dwi Kustriyanti

3

1,2,3 STIKes Karya Husada Semarang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Status gizi balita ( bawah lima tahun ) merupakan gambaran kesehatan mengenai

konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh pada usia dibawah lima tahun. Status gizi

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu langsung, tidak langsung dan mendasar. Untuk

mengetahui hubungan pola asuh makan, tingkat pendidikan, pengetahuan ibu dan pendapatan

keluarga dengan status gizi balita. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi balita di Puskesmas Poncol

sejumlah 1312 balita. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

proportional stratified random sampling dengan sampel sebanyak 89 responden di

Puskesmas Poncol Kota Semarang. Analisa menggunakan Kolmogorov Smirnov.

Faktor yang berhubungan dengan status gizi yaitu pola asuh makan (p value= 0,411),

tingkat pendidikan (p value= 0,018), pengetahuan ibu (p value= 0,062), pendapatan keluarga

(p value= 0,000). Tidak ada hubungan pola asuh makan, pengetahuan ibu dengan status gizi.

Ada hubungan tingkat pendidikan, pendapatan keluarga dengan status gizi. Maka dari itu

perlunya mengoptimalkan program pemantauan status gizi balita dan meningkatkan

pengetahuan gizi masyarakat

Kata kunci: Balita

Page 56: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

103

FACTORS THAT ARE RELATED TO THE NUTRITIONAL STATUS

OF CHILDREN

ABSTRACT

Toddler nutritional status (under five years) is a picture of health regarding food

consumption and use by the body at the age of under five years. Nutritional status is

influenced by several factors, namely direct, indirect and fundamental. To determine the

relationship between parenting, education level, mother's knowledge and family income with

the nutritional status of toddlers. This type of research is correlational quantitative research

with cross sectional approach. The population of children under five in the Poncol Health

Center is 1312 children under five. The sampling technique in this study used proportional

stratified random sampling with a sample of 89 respondents in Poncol Health Center,

Semarang City. Analysis using Kolmogorov Smirnov.

Factors related to nutritional status are parenting (p value = 0.411), education level (p

value = 0.018), mother's knowledge (p value = 0.062), family income (p value = 0.000).

There is no relationship between parenting, mother's knowledge and nutritional status. There

is a relationship between education level, family income and nutritional status. Therefore it is

necessary to optimize the nutritional status monitoring program for toddlers and increase

community nutrition knowledge

Keywords: Toddler

Page 57: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

104

LATAR BELAKANG

Balita adalah anak yang telah

menginjak usia di atas satu tahun atau di

bawah lima tahun yaitu 24-60 bulan

(Kemenkes RI, 2015).

Masa ini menjadi

tantangan bagi orang tua karena anak

susah makan, memilih makan dan suka

pada jajan yang kandungan gizinya tidak

baik seperti mie instant, sehingga

menyebabkan kekurangan atau kelebihan

asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi

status gizi dan kesehatannya (Setyawati &

Hartini, 2018).

Masalah gizi merupakan masalah global

yang terjadi di sebagian besar belahan

dunia. WHO 2018 menyatakan pada tahun

2017 di dunia sekitar 22,2 % atau 150,8

juta balita mengalami stunting, 7,5% atau

50,5 juta balita mengalami wasting dan

5,6% atau 38,3 juta balita mengalami

overweight (World Health Organization,

2018).

Berdasarkan hasil survei

pendahuluan di Puskesmas Poncol yang

dilakukan pada 10 balita yang mengalami

gizi buruk, membuktikan bahwa

persentase ibu yang kurang paham pola

asuh pemberian makan sebesar 60%,

pengetahuan ibu tentang gizi balita rendah

sebesar 60%, tingkat pendidikan ibu yang

rendah sebesar 70%, serta pendapatan

keluarga rendah sebesar 80%.

Angka kejadian gizi buruk tidak

terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi seperti tingkat pendidikan

orang tua, pengetahuan, pola asuh dan

pendapatan keluarga (Septikasari, 2018).

Penelitian Afritayeni dinyatakan bahwa

pola pemberian makan pada balita yang

mengalami gizi buruk tidak baik

(Afritayeni, 2017).

Penelitian Indah dan Jayani

menunjukkan hubungan antara infeksi

dengan status gizi balita di Puskesmas

Jambon Kecamatan Jambon Kabupaten

Ponorogo (Indah & Jayani, 2015).

Penelitian Nyndina Puspasari

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

balita memiliki pengetahuan tentang gizi

yang baik dengan status gizi balita normal

(81,8%) dan yang memiliki pengetahuan

kurang dengan status gizi balita tidak

normal (92,9%) (Puspasari, 2017).

Penelitian ini dilakukan di wilayah

Semarang Utara dimana merupakan daerah

dengan perekonomian menengah kebawah

dan mempunyai pola asuh terhadap balita

yang masih minim serta ibu yang memiliki

latar belakang pendidikan sekolah dasar

dan menengah. Tujuan Penelitian

mengetahui hubungan pola asuh makan,

tingkat pendidikan, pengetahuan ibu dan

pendapatan keluarga dengan status gizi

balita.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dengan desain penelitian

deskriptif menggunakan pendekatan cross

sectional untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan status gizi balita

seperti pola asuh dalam pemberian makan,

tingkat pendidikan, pengetahuan ibu

tentang gizi balita, serta pendapatan

keluarga.

Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu yang mempunyai anak dibawah

lima tahun (balita) di wilayah Puskesmas

Poncol Kota Semarang yang berjumlah

1312 orang. Teknik pe-ngambilan sampel

menggunakan pro-portional stratified

random sampling dengan sampel sebanyak

89 responden. Uji validitas dilakukan

Puskesmas Tlogosari Kulon pada 15

responden pada bulan Mei 2019.

Hasil Uji validitas kuesioner pola asuh

makan dari 24 penyataan terdapat 20

Page 58: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

105

pernyataan yang valid dan kuesioner

pengetahuan terdapat 20 penyataan yang

valid. Hasil uji validitas diperoleh nilai r

hitung masing-masing pernyataan lebih

besar dari r tabel (0,514), maka kuesioner

yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dikatakan valid.

Penelitian dilaksanakan pada bulan juni

– juli 2019. Analisa data yang digunakan

adalah analisa univariat untuk

mendeskripsikan faktor-faktor yang

berhubungan dengan status gizi balita di

Puskesmas Poncol Kota Semarang.

Analisa bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara stataus gizi

dengan pola asuh makan, tingkat

pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan

pendapatan keluarga dengan menggunakan

SPSS 21. Uji yang digunakan adalah uji

Two-Sample Kolmogorov Smirnov.

HASIL PENELITIAN

Gambaran umum yang diamati

berdasarkan analisis data adalah jenis

kelamin balita, umur balita dan jumlah

anggota keluarga. Didapatkan hasil bahwa

89 responden diperoleh, seperti dalam

tabel ini:

Tabel 1. Karakteristik Responden

No Karakteristik Jumlah Persentase

1 Status Gizi

Gizi Lebih

Gizi Baik

Gizi Kurang

Gizi Buruk

3

40

44

2

3,4%

44,9%

49,4%

2,2%

2 Jenis Kelamin Balita

Perempuan

Laki-Laki

55

34

61,8%

38,2%

3 Usia Balita

12-36 bulan

37-60 bulan

58

31

65,2%

34,8%

4 Pendidikan Ibu

Menengah, Tinggi

Dasar

37

52

41,6%

58,4%

5 Jumlah anggota keluarga

≤4 anggota keluarga

>4 anggota keluarga

62

27

69,7%

30,3%

6 Pendapatan Keluarga

Tinggi

Rendah

34

55

38,2%

61,8%

7 Pola Asuh Makan

Baik

Kurang

37

52

41,6%

58,4%

8 Pengetahuan

Baik

Cukup Kurang

41

48

46,1%

53,9%

Page 59: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

106

Tabel 1 menunjukkan status gizi lebih

sebanyak 3 balita (3,4%), gizi baik 40

balita (44,9%), gizi kurang 44 balita

(49,4%) dan gizi buruk 2 balita (2,2%).

Jenis kelamin balita perempuan sebanyak

55 balita (61,8%) dan jenis kelamin balita

laki-laki sebanyak 34 balita (38,2%).

Sebagian besar balita memiliki usia 12-36

bulan sebanyak 58 balita (65,2%) dan usia

37-60 bulan sebanyak 31 balita (34,8%).

Tingkat pendidikan ibu menengah dan

tinggi sebanyak 37 responden (41,6%) dan

pendidikan dasar sebanyak 52 responden

(58,4%).

Jumlah anggota keluarga dalam satu

tempat tinggal ≤ 4 anggota keluarga

sebanyak 62 responden(69,7%) dan > 4

anggota ke-luarga sebanyak 27 responden

(30,3%). Pola Asuh makan baik sebanyak

37 responden (41,6%) dan pola asuh

makan kurang sebanyak 58,4%.

Pengetahuan ibu baik sebanyak 41

responden (46,1%) dan pola asuh kurang

serta cukup sebanyak 48 responden

(53,9%).

Tabel 2. Hubungan Status Gizi Balita dengan Pola asuh, tingkat pendidikan, pengetahuan,

pendapatan keluarga

N

o

Variabel

Status Gizi Berdasarkan berat badan menurut Umur P

Valu

e

Buruk Kurang Baik Lebih Total

n % n % n % n % n %

1 Pola Asuh

a. Kurang

b. Baik

1

1

1.9

2.7

3

0

1

4

57.

7

37.

8

20

20

38.5

54.1

1

2

1.9

5.4

5

2

3

7

10

0

10

0

0.411

2 Pendidikan

a. Dasar

c. Menengah,

Tinggi

2

0

3.8

0.0

3

2

1

2

61.

5

32.

4

18

22

34.6

59.5

0

3

0.0

8.1

5

2

3

7

10

0

10

0

0.018

3 Pengetahuan

a. Cukup,

Kurang

b. Baik

2

0

4.2

0.0

2

9

1

5

60.

4

36.

6

17

23

35.4

56.1

0

3

0.0

7.3

4

8

4

1

10

0

10

0

0.062

4 Pendapatan

a. Rendah

b. Tinggi

2

0

3.6

0.0

3

9

5

70.

9

14.

7

14

26

25.5

26

0

3

0.0

8.8

5

5

3

4

10

0

10

0

0.000

Page 60: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

107

Berdasarkan hasil uji statistik yang

dilakukan dengan uji Two-Sample

Kolmogorov Smirnov pada tabel 2

didapatkan nilai p < 0,05 pada faktor pola

asuh makan (0,411), tingkat pendidikan

ibu (0,018), pengetahuan ibu (0,062),

pendapatan keluarga (0,000) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara tingkat pendidikan ibu dan

pendapatan keluarga dengan status gizi

balita. Sedangkan tidak terdapat hubungan

antara pola asuh makan dan pengetahuan

ibu dengan status gizi balita di Puskesmas

Poncol Kota Semarang.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan masih

ditemukan anak balita yang berstatus gizi

kurang sebanyak 49,4%. Distribusi

tersebut menunjukkan bahwa prevalensi

gizi buruk dan gizi kurang di wilayah

Puskesmas Poncol masih tergolong tinggi

dibandingkan dengan target RPJMN 2019

sebesar 17% balita gizi buruk dan kurang

(Kemenkes RI, 2018).

Hasil penelitian menjelaskan bahwa

pola asuh makan di Puskesmas Poncol

tergolong kurang yaitu sebanyak 52 orang

(58,4%). Praktik pengasuhan sangat

penting untuk me-ngoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

mental anak. Berdasarkan jawaban

pernyataan “Ibu memperbolehkan anak

me-ngambil makanannya sendiri” terdapat

40 responden (44.9%) yang tidak pernah

me-lakukan. Hal ini sebaiknya dilakukan

agar anak memiliki kemandirian sejak dini

dan ibu tetap melakukan pada anak.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat

pendidikan ibu di Puskesmas Poncol yaitu

pendidikan rendah ( SD dan SMP )

sebanyak 52 orang (58,4%). Pendidikan

ibu berperan penting dalam menentukan

kondizi gizi pada anak, ibu dengan tingkat

pendidikan yang baik dianggap memiliki

pengetahuan yang cukup untuk memilih

menu yang tepat dan cara pengolahan

makanan yang benar bagi anaknya.

Berdasarkan distribusi pengetahuan ibu

tentang gizi di Puskesmas Poncol sebagian

responden memiliki pengetahuan rendah

dan cukup sebanyak sebesar 53.9%. hal ini

tampak pada jawaban pernyataan

kuesioner indikator ASI dari responden,

dimana sebagian besar responden

beranggapan bahwa kandungan ASI belum

bisa memenuhi gizi balita sehingga

kebanyakan responden menjawab salah

pada pernyataan ini.

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari

89 responden di Puskesmas Poncol

sebagian pendapatan keluarga rendah (

dibawah UMR dan tabungan mereka

dibawah standar, yaitu sebanyak 55 orang

(61,8%). Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki

pendapatan keluarga yang rendah hal ini

dapat mempengaruhi status gizi balita,

kemungkinan jika pendapatan keluarga

tinggi maka daya beli keluarga baik.

Berdasarkan analisis bivariat terdapat

tidak terdapat hubungan antara pola asuh

makan dengan status gizi balita di

Puskesmas Poncol Kota Semarang dengan

p value (0,411). Pola asuh kurang secara

teori seharusnya mempengaruhi status gizi

kurang, tetapi dalam penelitian ini terdapat

pola asuh kurang yang mempengaruhi

status gizi balita baik. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh faktor yang lain seperti

pengetahuan, pendidikan, pendapatan

keluarga.

Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Lusiana

Retno menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara pola asuh makan dengan

Page 61: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

108

status gizi balita (Anggono & Nurrahima,

2015). Karakteristik penelitian tersebut

sama dengan penelitian ini yaitu tingkat

pendidikan responden rendah serta

pendapatan rendah. Pada penelitian yang

dilakukan Tiara dwi menunjukkan hasil

yang berbeda yakni, terdapat hubungan

antara pola asuh makan dengan status gizi

balita dengan p value (0,014),

karakteristik responden hampir sama tetapi

untuk pekerjaan sebagian besar adalah

wiraswasta (Pratiwi, Masrul, & Yerizel,

2016).

Hasil analisa status gizi berdasarakan

tingkat pendididkan ibu diperoleh p value

(0.018), ada hubungan tingkat pendidikan

ibu dengan status gizi balita di Puskesmas

Poncol Kota Semarang. Ibu yang memiliki

pendidikan tinggi akan lebih mudah

menerima wawasan yang luas mengenai

gizi, mudah menerima perubahan ilmu

pengetahuan, sedangkan pendidikan yang

rendah menyebabkan keterbatasan dalam

memahami tentang kebutuhan gizi anak

dan lambat dalam menangani masalah gizi

anak.

Hal ini senada dengan hasil penelitian

(Sebataraja, Oenzil, & Asterina, 2014)

bahwa Anak dengan ibu berpendidikan

rendah memiliki angka mortalitas yang

lebih tinggi dibandingkan ibu

berpendidikan tinggi. Penelitian Ranityas

memiliki karakteristik sama dengan

penelitian ini, hasil penelitian tersebut

menyatakan adanya hubungan antara

tingkat pendidikan ibu dengan status gizi

balita (Ranityas, Era, & Diyah, 2016).

Berdasarkan hasil analisa diketahui

bahwa tidak ada hubungan anatara

pengetahuan ibu dengan status gizi balita p

value (0,062). Tingkat pengetahuan

berpengaruh terhadap perilaku dalam

memilih makanan yang berdampak pada

asupan gizi. Penelitian yang dilakukan

oleh Burhani menunjukkan tidak ada

hubungan pengetahuan ibu dengan status

gizi balita dengan p value (0.638)

(Burhani, Oenzil, & Revilla, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan

Nyndina Puspasari menunjukkan hasil

yang berbeda yakni terdapat hubungan

antara pengetahuan ibu dengan status gizi

balita (BB/U) usia 12-24 bulan dengan p

value (0,000), penelitian tersebut memiliki

karakteristik yang sama tetapi didapatkan

hasil pengetahuan baik disertai pendidikan

ibu yang tinggi (Puspasari, 2017).

Hasil analisa menunjukan bahwa ada

hubungan antara pendapatan keluarga

dengan status gizi balita dengan p value

(0.000). Hal ini menunjukkan bahwa

pendapatan keluarga merupakan faktor

yang mempengaruhi status gizi balita.

Penelitian yang dilakukan Mulazimah

menyatakan bahwa ada hubungan antara

pendapatan dengan status gizi balita

(Mulazimah, 2017).

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sebagian besar status gizi balita

(BB/U) kurang 49,4%, pola asuh makan

kurang 58,4%, tingkat pendidikan ibu

dasar (SD,SMP) 58,4%, pengetahuan ibu

kurang dan cukup 53,9%, serta pendapatan

keluarga rendah 61,8% di Puskesmas

Poncol Kota Semarang. Tidak ada

hubungan pola asuh makan, pengetahuan

ibu dengan status gizi balita di Puskesmas

Poncol Kota Semarang. Ada hubungan

tingkat pendidikan ibu dan pendapatan

keluarga dengan status gizi balita di

Puskesmas Poncol Kota Semarang. Hasil

penelitian ini dapat menjadi evaluasi untuk

dapat mengoptimalkan program

pemantauan status masyarakat.

Page 62: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

109

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu

terwujudnya penelitian ini :

1. Ketua STIKes Karya Husada

Semarang

2. Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian STIKes Karya Husada

Semarang

3. Teman sejawat dan para mahasiswa

prodi Keperawatan STIKes Karya

Husada Semarang

DAFTAR PUSTAKA

Afritayeni. (2017). Pola pemberian Makan

pada Balita Gizi Buruk di Kelurahan

Rumbai Bukit Kota Pekan Baru. Journal

Endurance , 7-17.

Anggono, L. R., & Nurrahima, A. (2015).

Hubungan Pola Asuh Makan dengan

STatus Gizi Anak Balita Dari Ibu

Pengrajin Bambu di Desa Kebonsari

Kecamatan Borobudur Kabupaten

Magelang. Journal UNIMUS , 1-6.

Burhani, P., Oenzil, F., & Revilla, G.

(2016). Hubungan Tingkat Pengetahaun

Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga

Nelayan dengan Status Gizi Balita di

Kelurahan Air Tawar Barat Kota Padang.

Jurnal Kesehatan Andalas , 515-521.

Indah, & Jayani. (2015). Hubungan Antara

Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Balita.

Java Health Journal , 1-8.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama

Riskesdas 2018. Badan penelitian dan

Pengembangan Kesehatan:

www.depkes.go.id.

Kemenkes RI. (2015). Situasi Kesehatan

Anak Balita di Indonesia. Jakarta: Pusat

data dan informasi (Infodatin).

Mulazimah. (2017). Hubungan Pendapatan

Keluarga Dengan Status Gizi Balita Desa

Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih

Kabupaten Kediri. OJS UNP Kediri , 18-

21.

Pratiwi, T. D., Masrul, M., & Yerizel, E.

(2016). Hubungan Pola Asuh dengan

Status Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Belimbing Kota Padang.

Jurnal Kesehatan Andalas , 661-665.

Puspasari, N. (2017). Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang Gizi, Tingkat

Asupan Makan Balita dan Budaya

Pemberian Makan dengan Status Gizi

Balita dan Budaya Pemberian Makan

dengan Status Gizi Balita (BB/U) Usia 12-

24 Bulan. Skripsi Thesis Universitas

Airlangga .

Ranityas, K., Era, R., & Diyah, Y. (2016).

Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan

Status Gizi Balita di Puskesmas Pleret.

Jurnal Kesehatan , 07.

Sebataraja, L. R., Oenzil, F., & Asterina,

A. (2014). Hubungan Status Gizi dengan

Status Sosial Ekonomi Keluarga Murid

Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan

Pinggiran Kota Padang. Jurnal Kesehatan

Andalas , 182-187.

Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak

dan Faktor Yang Mempengaruhi edisi

pertama. Yogyakarta: UNY Press.

Setyawati, V., & Hartini, E. (2018). Buku

Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan

Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.

Page 63: JURNAL SURYA MUDA - ojs.stikesmuhkendal.ac.id

JURNAL SURYA MUDA, 1(2), 2019 p-ISSN 2656-5811

e-ISSN 2656-825x

110

World Health Organization. (2018). Levels

and Trends in Child Malnutrition. WHO :

www.who.int.