72

JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

  • Upload
    hatram

  • View
    277

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi
Page 2: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

JURNAL SISTEM INFORMASI Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah - Jakarta

Vol. 8 No. 1, Februari 2015 ISSN: 1979 – 0767

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Dr. Agus Salim, S.Ag., M.Si

Pimpinan Redaksi (Editor in Chief)

Zainul Arham, S.Kom.,M.Si.

Dewan Redaksi (Editor Board) Ditdit N. Utama, MM, M.Com

Ir. Bakri La Katjong, MT Bayu Waspodo, MM

Ir. M. Qomarul Huda, M.Kom Nur Aeni Hidayah, MMSI

Zulfiandri, MMSI

Penelaah Senior (Senior Reviewer) Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis

Dr. Ujang Maman, M.Si. Dr. Agus Salim, M.Si.

Mitra Bestari

Dr. Eko Syamsuddin Hasrito Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya

Dr.Ir. Taslim Rochmadi, M.Sc Dr.Ir. Rusdianto Roestam, M.Sc

Penyunting Pelaksana

Qurrotul Aini, MT Nia Kumaladewi, MMSI

Penyunting Pengelola

A’ang Subiyakto, M.Kom. Nur Aeni Hidayah, MMSI

Koordinator Sekretariat dan Pelaksana Tata Usaha

Fitroh, MMSI Eva Khudzaeva, M.Si

Alamat Penerbit / Redaksi Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat 15412

Telp / Fax. (021) 7493545 / (021) 7493315 Website: http://fst.uinjkt.ac.id

E-mail: [email protected] dan [email protected]

Jurnal Sistem Informasi merupakan jurnal keilmuan bidang sistem informasi dan teknologi informasi yang memuat tulisan-tulisan ilmiah mengenai penelitian-penelitian murni dan terapan serta ulasan-ulasan umum tentang perkembangan teori, metode dan ilmu-ilmu terapan terkait.

Jurnal Sistem Informasi diterbitkan oleh Program Studi Sistem Informasi. Redaksi mengundang para peneliti, praktisi dan mahasiswa untuk menulis perkembangan ilmu di bidang yang berkaitan dengan sistem informasi dan teknologi informasi.

Jurnal Sistem Informasi diterbitkan 2 (dua) kali dalam 1 tahun pada bulan Februari dan Oktober.

Page 3: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga Jurnal Sistem Informasi Volume 8 No.1 bulan Februari 2015 dapat terbit.

Keberadaan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi mencakup berbagai aspek kehidupan, dalam hal ini jurnal Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya para akademisi dan praktisi teknologi informasi dan komunikasi, terutama pada konsep sistem informasi geografis, sistem informasi korporat dan sistem informasi bisnis syari’ah.

Dengan terbitnya Jurnal Sistem Informasi ini diharapkan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dalam konsep dan aplikasi sistem informasi dan teknologi informasi serta meningkatnya wawasan dan kemampuan para akademisi dan praktisi teknologi informasi dan komunikasi.

Edisi Jurnal Kali Ini memuat 8 (Delapan) makalah yang mengangkat perihal Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, yaitu: Pengembangan Sistem E-Procurement (Studi Kasus: PT Telkom Indonesia, Unit General Support — STO Gambir); Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pelayanan Pelanggan Listrik; Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Promosi Karyawan Menggunakan Metode Fuzzy AHP Dan Topsis Studi Kasus: PT. Istidata Indopacific Solution Centre; Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Pencatatan Keuangan Pada Koperasi Lancar Jaya; Usulan Manajemen Risiko Berdasarkan Standar SNI ISO/IEC 27001:2009 Menggunakan Indeks Kami (Keamanan Informasi) Studi Kasus: Badan Nasional Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI); ANALISA PERANCANGAN Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) (Studi Kasus : Kota Tanggerang Selatan); Implementasi Algoritma Meeus Dalam Penentuan Waktu Shalat Dan Pencarian Masjid Terdekat Dan Implementasi Algoritma Sidik Jari Audio Untuk Mendeteksi Duplikat Lagu.

Kami selaku tim redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan terbitnya Jurnal Sistem Informasi ini. Kami berharap jurnal sistem informasi ini dapat menjadi salah satu alternatif pilihan bacaan yang berguna, informatif dan inovatif.

Jakarta, Februari 2015 Hormat Kami

Tim Redaksi Jurnal SI

Page 4: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

JURNAL SISTEM INFORMASI Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah - Jakarta

Februari 2015 Vol. 8 No. 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii PENGEMBANGAN SISTEM E-PROCUREMENT (STUDI KASUS: PT TELKOM INDONESIA, UNIT GENERAL SUPPORT — STO GAMBIR) Nia Kumaladewi, Meinarini Catur Utami, Andika Syafiq Baskara 1

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN PELANGGAN LISTRIK Dewi Arti Wulandari, Nuratni S Simin 8 RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PROMOSI KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP DAN TOPSIS STUDI KASUS: PT. ISTIDATA INDOPACIFIC SOLUTION CENTRE Hendra Bayu Suseno, Andrew Fiade, Ahmad Rizki Faizal 13 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN KEUANGAN PADA KOPERASI LANCAR JAYA Sarip Hidayatuloh, Indah Sari Agustin 25 USULAN MANAJEMEN RISIKO BERDASARKAN STANDAR SNI ISO/IEC 27001:2009 MENGGUNAKAN INDEKS KAMI (KEAMANAN INFORMASI) STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI) Indah Kusuma Dewi, Fitroh, Suci Ratnawati 35 ANALISA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL PENDIDIKAN BERDASARKAN INDIKATOR ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) (STUDI KASUS : KOTA TANGGERANG SELATAN) Eva Khudzaeva 42

IMPLEMENTASI ALGORITMA MEEUS DALAM PENENTUAN WAKTU SHALAT DAN PENCARIAN MASJID TERDEKAT Dede Muhammad Isnaeni, Fitri Mintarsih, Feri Fahrianto 49 IMPLEMENTASI ALGORITMA SIDIK JARI AUDIO UNTUK MENDETEKSI DUPLIKAT LAGU Raka Yusuf, Harni Kusniyati, Erick Estrada 58

ii

Page 5: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

1

PENGEMBANGAN SISTEM E-PROCUREMENT (STUDI KASUS: PT TELKOM INDONESIA, UNIT GENERAL

SUPPORT — STO GAMBIR)

Nia Kumaladewi1, Meinarini Catur Utami2, Andika Syafiq Baskara 3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412 Jakarta

E-mail : [email protected], [email protected]

Abstract - PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) is a telecommunications company and the information provider (InfoComm). With the technology continues to evolve, the role of information systems in the various divisions to support the modernization of the company due to synergize information system media, and information technology with business processes. Especially in the procurement of goods and services with the integration of such information may facilitate each division to cooperate with and support each other maximum to achieve company goals. The purpose of this research is to help develop e-procurement systems PT Telkom to support the needs of enterprise business processes. The development of e-procurement system is using SDLC (System Development Life Cycle) with the waterfall model. The results of this study are e-procurement system that has been developed to support the needs of corporate business processes in helping to maximize the logistics functional division kinerjai.Sistem e-Pocurement functional logistics that can help in making a decision for the procurement of goods and services by PT Telkom Indonesia. Based on test results, it can be concluded that the information system has been running as they are designed Keywords: Procurement of goods and services, e-procurement system

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Procurement activities significantly improves bottom-line performance by supply chain coordination and cost reduction efforts, and improve agility through lead-time reduction efforts (Hamilton, 2003). Dalam kutipan tersebut dapat dipahami bahwa mengelola procurement pada sebuah perusahaan diperlukan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan untuk proses dengan kualitas maksimal tapi dengan harga yang sesuai budget, karena aktivitas pengadaan meningkatkan performa dari bottom-line. Hal tersebut merupakan tantangan terbesar dalam procurement.

Dengan adanya teknologi perputaran informasi menjadi lebih cepat dan divisi procurement dapat mempertimbangkan banyak hal dengan informasi yang didapat dari divisi-divisi dalam perusahaan dan dari vendor sebagai penyedia barang. Dalam proses Procurement ada beberapa tahap mulai dari listing permintaan barang, pengajuan biaya, hingga pemilihan vendor. Dalam pemilihan vendor ada beberapa cara mulai dari seleksi hingga pembukaan umum di media cetak (Hamilton, 2003).

Proses Procurement yang dijalankan PT Telkom meliputi proses pengidentifikasian data barang untuk procurement, proses pembuatan surat procurement, identifikasi vendor untuk procurement,interaksi dengan vendor, dan pembuatan dokumen untuk proses auction. Dalam proses identifikasi data barang fungsional logistik melakukan input spesifikasi barang yang akan

melalui proses procurement, setelah itu proses identifikasi vendor dilakukan untuk menentukan vendor yang dapat ambil bagian dalam proses procurement, proses berikutnya adalah pembuatan surat dalam proses ini fungsional logistik melakukan input spesifikasi barang dan project procurement untuk kemudian di printout untuk persetujuan kepala divisi procurement. Setelah proses persetujuan selesai dan dokumen disetujui, fungsional logistik melakukan interaksi dengan vendor mengenai event procurement yang akan diselenggarakan. Setelah interaksi selesai dan ditemukan vendor yang mengikuti proses procurement, data proses auction dibuat. Pelaksanaan procurement yang efektif dan efisien akan membantu kesehatan suatu perusahaan. sebagai contoh perbandingan kita bisa lihat implementasi yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) yang telah mengimplementasikan e-procurement secara menyeluruh. Selama tahun 20052008, eProc mencatat saving sebesar 4,56% terhadap realisasi Harga Perkiraan Sendiri (HPS), yakni Rp.249,40 Milyar dan pengehematan sebesar Rp.1,6 Trilyun dan Realisasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) terhadap total RAB. Sedangkan total pengadaan yang telah direalisasikan melalui eProc selama 4 tahun tersebut adalah sebanyak 3352 pengadaan dan total rencana sebanyak 5071 pengadaan atau 66,1%. Jumlah realisasi pengadaan yang dilakukan melalui eProc terhadap rencana pengadaan cenderung meningkat dan tahun 2005 hingga tahun 2008 dengan rata-rata pertumbuhan realisasi pengadaan sebesar 63.91% setiap tahunnya. Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 terjadi

Page 6: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

2

penpenurunan pertumbuhan sebesar 5,89%. Sedangkan pada tahun 2008, eProc berhasil mencatat saving sebesar Rp.90,80 Milyar atau sebesar 4.91% berdasarkan Perolehan HPS terhadap Realisasi HPS dan sebesar Rp.457,9 Milyar atau sebesar 8,06% terhadap Realisasi RAB (E-Procurement PLN, 2012).

Berdasarkan data tersebut, PLN berhasil memaksimalkan efektifitas dan efisiensi dalam suatu proses procurement. Dilihat dan hal tersebut PT. Telkom belum mencapai efektifitas dan efisiensi maksimal dalam proses procurement, karena PT. Telkom baru meng-implementasikan e-procurement secara menyeluruh, PT. Telkom hanya meng-implementasikan e-auction dalam proses procurement. Aplikasi e-auction yang membantu proses procurement sudah dapat menekan penghematan RAB sekitar 5,6% (e-Proc PT Telkom, 2014). Melihat hal tersebut potensi penekanan biaya seharusnya bisa mencapai 8-10 % apabila PT Telkom mengimplementasikan e-procurement secara menyeluruh.

Dari uraian singkat di atas sangat menarik untuk melakukan penelitian dan pembuatan Sistem e-Procurement pada PT. Telkom yang dapat memberikan solusi untuk menangani permasalahan tersebut dengan cara memberikan suatu usulan rancangan Sistem Informasi e-Procurement dangan tema: “Pengembangan Sistem e-Procurement (Studi Kasus: PT Telkom Indonesia, Unit General Support — STO Gambir)”.

B. Rumusan Masalah Identifikasi masalah yang ada di sistem e-

Procurement PT Telkom Indonesia, yakni : 1. Proses identifikasi barang yang meliputi input

data kebutuhan barang, dan listing data Procurement dalam sistem tidak terintegrasi sehingga dalam proses pembuatan RFQ harus dilakukan input ulang.

2. Tidak terintegrasinya data dalam sistem, sehingga dalam proses e-auction. data dalam e-procurement tidak bisa dimanfaatkan dan memerlukan proses input ulang.

3. Proses penawaran harga dalam tendering procurement masih menggunakan cara permohonan melalui proposal, sehingga memakan waktu lama. Berdasarkan permasalahan diatas, maka

dapat dirumuskan suatu permasalahan yang utama, yaitu : Bagaimana mengembangkan sistem yang mampu yang dapat membantu proses Procurement menj adi lebih efektif, dan terintegrasi, sehingga membuat tata cara interaksi yang lebih baik dan cepat dalam proses procurement secara menyeluruh?

C. Batasan Masalah

Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem ini membahas pengembangan sistem e- Procurement pada PT Telkom Indonesia, Unit General Support Infra Service - STO Gambir.

2. Proses Procurement yang dilakukan berdasarkan pada pedoman dasar Procurement PT Telkom Indonesia dan UN Procurement Practitioner's Handbook .

3. Pengembangan sistem berupa pembuatan modul e-sourcing, e-tendering,web based ERP dan e-information.

4. Tidak ada proses pendaftaran vendor karena proses pendaftaran vendor terdapat dalam aplikasi SMILE dari PT Telkom.

5. Sistem e-Procurement ini tidak terintegrasi dengan SMILE dan e-auction.

6. Data vendor yang digunakan merupakan data dummy, karena keterbatasan hak akses di PT Telkom.

7. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah SDLC (System Development Life Cycle) dengan metode Waterfall.

8. Pengembangan sistem e- Procurement dengan menggunakan PHP dan MySQL.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah mempelajari dan menganalisa sistem procurement yang berjalan di PT Telkom untuk mengembangkan sistem procurement yang telah berjalan tersebut agar mampu membantu semua pihak yang terlibat dalam proses procurement untuk mencapai efektifitas dan efisiensi maksimal dalam proses procurement PT Telkom.

II. LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Sistem Informasi Informasi merupakan hal yang sangat penting

bagi manajemen di dalam pengambilan keputusan, permasalahannya adalah dari mana informasi itu didapat. Informasi dapat diperoleh dari sistem informasi. Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut: “Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan” (Jogiyanto: 2005).

Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang berlaku. (Sutabri : 2003)

Page 7: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

3

B. E-Procurement Pada saat ini, e-Procurement menggunakan

transfer data secara elektronik untuk mendukung kegiatan operasional, penyusunan taktik, dan strategi Procurement. E-Procurement merupakan pelanggan setia dari internet semenjak kemuculannya pertama kali diantara tahun 1960- 1990s. Dari 1960 1990s, e-Procurement mengutamakan bentuk eletctronic data intercharge (EDI). Pada saat ini, e-Procurement lebih sering didukung oleh teknologi internet dan menjadi bersifat semakin umum.

Gambar 1. Hubungan Waktu, Teknologi, dan e-Procurement (IAPWG, 2006)

Keterlibatan tersebut dalam fungsi Procurement membutuhkan pemahaman dalam konsep Procurement dan alat untuk menyediakan masukkan dalam pengembangan, kegunaan, evaluasi dan perbaikan yang artinya peningkatan dalam efektifitas dan efisiensi Procurement.

Dalam bisnis untuk mengadopsi atau menambahkan e-Procurement biasanya dipersiapkan oleh bagian IT dan atau spesialis keuangan. Bagaimanapun, e-Procurement paling sukses diimplementasikan oleh mereka yang mengerti bagaimana proses Procurement dan apa yang akan dihasilkan. Karena pemahaman terhadap proses Procurement, keterlibatan dalam fungsi Procurement menjadi kunci dalam mengidentifikasi dan menaksir biaya dan keuntungan dari penggunaan e-Procurement (IAPWG, 2006).

C. Metode Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah Pengadaan Barang Jasa Pemerintah secara

umum dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu (Mustafa, Metode Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, 2012) :

1. Swakelola 2. Pemilihan Penyedia Barang Jasa

Sehingga ketika suatu dinas atau instansi atau /L/D/I (kementrian/lembagaldaerah/instansi) pemerintah memperoleh suatu kegiatan pengadaan barang jasa maka ada 2 (dua) pilihan secara umum yang dapat digunakan, apakah melalui swakelola yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri atau melalui pemilihan penyedia barang jasa yang suka disalah kaprahkan istilahnya menjadi pihak ketiga.

Swakelola dapat digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, seminar, diklat dan kursus, pilot proyek, pekerjaan rahasia, pekerjaan yang kurang diminati penyedia, pekerjaan yang membutuhkan langsung masyarakat, dsb seperti tercantum dalam Perpres 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang jasa pemerintah.

D. Metode Pengembangan Sistem

Menurut Jeffrey L. Whitten (2004) kebanyakan organisasi memiliki proses pengembangan sistem (system development process) resmi yang terdiri dari satu set standar proses atau langkah-langkah yang mereka harapkan akan diikuti oleh semua proyek pengembangan sistem. Proses pengembangan sistem di kebanyakan organisasi mengikuti pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Pendekatan tersebut biasanya terdiri dari beberapa langkah pemecahan masalah yang umum, yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah. 2. Manganalisis dan memahami masalah. 3. Mengidentifikasi persyaratan dan solusi yang

diharapkan. 4. Mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih

tindakan yang terbaik. 5. Mendesain solusi yang dipilih. 6. Mengimplementasikan solusi yang dipilih. 7. Mengevaluasi hasilnya. (Jika masalah tidak

terpecahkan, kembalilah ke langkah 1 atau 2 seperlunya.)

Langkah-langkah pemecahan masalah tersebut sesungguhnya merupakan bagian dari tahapan-tahapan proses pengembangan sistem dalam strategi waterfall seperti yang dikemukakan oleh Jeffery L. Whitten (2004) bahwa pengembangan sistem terbagi menjadi empat tahapan metode yaitu permulaan sistem (system initiation), analisis sistem (system analysis), desain sistem (system design), dan implementasi sistem (system implementation).

Untuk lebih jelasnya, pada Tabel 1. dijelaskan korelasi antara tahapan-tahapan metode proses pengembangan sistem dengan langkah-langkah pemecahan masalah.

Tabel 1. Korelasi Langkah Pemecahan Masalah dengan Tahapan Proses Pengembangan Sistem

Sumber: Whitten, 2004

Page 8: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

4

Dari tahapan proses pengembangan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa pengembangan sistem secara alamiah adalah berurutan (sequential) dari tahap permulaan sistem (system initiation) hingga tahap implementasi sistem (system implementation) yang disebut juga dengan pengembangan sistem waterfall.

E. Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Object-Oriented Analysis adalah metode analisa yang memeriksa requirement (syarat/keperluan yang harus dipenuhi suatu sistem) dari sudut pandang kelas-kelas dan objek-objek yang ditemui dalam ruang lingkup permasalahan. Sedangkan Object-Oriented Design adalah metode untuk mengarahkan arsitektur software yang didasarkan pada manipulasi objek-objek sistem atau subsistem (Suhendar, 2002). Objek

Objek (object) adalah “benda”, secara fisik atau konseptual, yang dapat kita temui disekeliling kita. Hardware, software, dokumen, manusia, dan bahkan konsep semuanya adalah contoh objek. Sebuah objek memiliki keadaan sesaat (state) dan perilaku (behavior). State dari sebuah objek adalah kondisi objek tersebut atau himpunan dari keadaan yang menggambarkan objek tersebut.

State dinyatakan dengan nilai dari atribut (attribute) objeknya. Atribut adalah nilai internal suatu objek yang mencerminkan antara lain karakteristik objek, kondisi sesaat, koneksi dengan objek lain, dan identitas. Perubahan state dicerminkan oleh prilaku (behavior) objek tersebut.

Behavior suatu objek mendefinisikan bagaimana sebuah objek bertindak (beraksi) dan memberi reaksi. Behavior ditentukan oleh himpunan semua atau beberpa operasi yang dapat dilakukan dalam objek itu sendiri. Behavior dari objek dicerminkan oleh interface, service, dan method dari objek tersebut. Interface adalah pintu untuk mengakses service objek. Service adalah fungsi yang bisa diemban objek. Method adalah mekanisme internal objek yang mencerminkan perilaku (behavior) atau service-nya mencetak apapun yang diterima (Suhendar, 2002). Kelas

Kelas (class) adalah definisi umum (pola, template atau cetak biru) untuk himpunan objek sejenis. Kelas menetapkan spesifikasi perilaku (behaviors) dan atribut objek-objek tersebut. Class adalah keniskalan (abstraksi) dari entitas dalam dunia nyata. Objek adalah “contoh” (instance) dari sebuah kelas (Suhendar, 2002). Encapsulation

Encapsulation adalah proses menyembunyikan detil implementasi sebuah objek. Satu-satunya jalan untuk mengakses data objek tersebut adalah melalui interface. Interface melindungi internal state sebuah objek dari “campur tangan” pihak luar. Oleh karena itu objek sering

digambarkan sebagai kotak hitam (black box) yang menerima dan mengirim pesan-pesan (messages). Dalam object-oriented programming kotak hitam tersebut berisi kode (himpunan intruksi dengan bahasa yang dipahami komputer) dan data (informasi dimana intruksi tersebut beroperasi dengannya).

Dalam object-oriented programming, kode dan data disatukan dalam sebuah “benda” yang tersembunyi isinya, yaitu objek. Pengguna objek tidak perlu tahu isi dalam kotak tersebut. Untuk dapat berkomunikasi dengan objek, diperlukan pesan (message). Secara formal message di definisikan sebagai permintaan untuk objek penerima (receiver object) untuk membawa metode yang ditunjukan atau perilaku dan mengembalikan result dari aksi tersebut kepada objek pengirim (sender object) (Suhendar, 2002). Association dan Aggregation

Association (asosiasi) adalah hubungan antar objek yang saling membutuhkan. Sedangkan aggregation (agregasi) adalah bentuk khusus dari asosiasi yang menggambarkan seluruh bagian suatu objek merupakan bagian dari objek lainnya. Sebagai contoh, objek tanggal dapat disusun dari objek hari, objek bulan, dan objek tahun (Suhendar, 2002).

F. UML (Unified Modelling Language)

UML (Unified Modeling Language) adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi objek. Hal ini dikarenakan UML menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan bagi pengembang sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk yang baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain (Munawar, 2005).

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data untuk

pengembangan sistem ini dilakukan dengan cara : 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Pustaka B. Metode Pembuatan Sistem

Dalam pengembangan system e-procurement ini, dengan menggunakan metodologi waterfall (Whitten: 2005). Tahap-tahap pengembangan yang dilakukan, yaitu: 1. Permulaan Sistem (System Initiation) 2. Analisis Sistem (System Analysis) 3. Desain Sistem (System Design) 4. Implementasi Sistem (System Implementation)

C. Kerangka Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan tahapan-tahapan kegiatan dengan

Page 9: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

5

mengikuti rencana kegiatan yang tertuang dalam kerangka penelitian meliputi metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem. Berikut ini dapat dilihat gambaran kerangka berpikir penelitian.

Gambar 2. Kerangka Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permulaan Sistem (System Initiation) 1. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang melatarbelakangi pengembangan sistem ini, yaitu: a. Fleksibilitas proses yang dilakukan oleh divisi

Procurement dan UBIS yang berpengaruh secara langsung kepada waktu prosesProcurementperusahaan.

b. Efektifitas proses interkasi antara perusahaan dan vendor, yang mempengaruhi proses Procurement perusahaan.

c. Integrasi dan alur data yang masih belum bisa dimanfaatkan untuk proses bisnis lain dalam e-Procurement .

2. Lingkup Sistem Peneliti menentukan batasan sistem yang akan

dibangun yaitu sistem informasi e-procurement pada PT Telkom Indonesia, Unit General Support Infra Service - STO Gambir dengan modul yang dibuat adalah modul e-sourcing, e-tendering,web based ERP dan e-information.

Sistem ini akan dijalankan pada web browser dengan server Apache, bahasa pemrograman PHP dan database MySQL.

3. Tujuan

Sistem ini dibangun untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya dan diharapkan dapat membantu kinerja karyawan yang terlibat dalam proses procurement. B. Analisis Sistem (System Analysis) 1. Profil PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM)

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara

informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM (yang selanjutnya disebut juga Perseroan atau Perusahaan) menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.

Menganalisa Sistem yang Berjalan Sistem berjalan pada proses procurement dapat dilihat pada gambar 3:

Gambar 3. Rich Picture Sistem Berjalan C. Desain Sistem (System Designs)

Pada tahapan desain sistem yang dilakukan meliputi perancangan sistem, perancangan basis data, dan perancangan antar muka sistem. 1. Perancangan Sistem

Alur proses procurement digambarkan dengan menggunakan diagram UML yang terdiri atas use case diagram, activity diagram dan sequence diagram. Tergambar pada gambar 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Use Case Diagram Sistem Informasi e-procurement dapat dilihat pada gambar 4 berikut:

Gambar 4 Use Case Model Diagram Sistem e-Procurement

Activity Diagram

Page 10: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

6

Gambar 5. Activity Diagram Data Procurement

Gambar 6. Activity Diagram Pengajuan Penawaran Sequence Diagram

Gambar 7. Sequence Diagram Pengajuan Penawaran

Gambar 8. Sequence Diagram Buat RFQ

2. Perancangan Basis Data

Berikut ini Class Diagram dari system e-procurement;

Gambar 9 Class Diagram Sistem e-Procurement

3. Perancangan Antar Muka Sistem Antar Muka Sistem ini bertujuan untuk

menggambarkan rancangan tampilan aplikasi yang akan dibuat. Perancangan layout terdiri dari halaman modul Procurement, modul RFQ, modul event procurement, modul pengajuan penawaran, modul penentuan vendor dan modul pengumuman. D. Implementasi Sistem (System Implementation) 1. Pembuatan Sistem e-Procurement

Pada proses pembuatan sistem e-Procurement, penulis menggunakan XAMPP versi 1.6.2 yang mencakup: Apache versi 2.2.4 untuk web server, PHP versi 5.2.2 untuk bahasa pemrograman dan MySQL versi 5.0.41 untuk database-nya. Selain itu, penulis juga menggunakan Edit Plus 2 dan Macromedia Dreamweaver MX 2004 sebagai software editor dan Adobe Photoshop 7.0 untuk mengolah gambar. Berikut ini spesifikasi minimal hardware dan software yang digunakan: a. Perangkat Keras (Hardware) 1. Server:

a. Processor Intel Pentium 4 2.8 GHz b. 256 MB of RAM

Page 11: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

7

c. Harddisk 80 GB 2. Client:

a. Processor Intel Pentium 4 2.8 GHz b. 256 MB of RAM c. Printer tinta

b. Perangkat Lunak (Software) 1. Server:

a. Microsoft Windows XP Professional Version 2002 Service Pack 2

b. XAMPP version 1.6.2 yang mencakup: Apache version 2.2.4, PHP version 5.2.2, dan MySQL version 5.0.41

c. Browser: Microsoft Internet Explorer Version: 6.0

2. Client: a. Microsoft Windows XP Professional Version

2002 Service Pack 2 b. Browser: Microsoft Internet Explorer Version:

6.0 2. Pengujian Sistem e-Procurement

Setiap program menjalani pengujian secara pribadi untuk memastikan bahwa program yang telah kita buat bisa bebas dari kesalahan (bug), walaupun tidak menutup kemungkinan masih terjadi sedikit bug atau tidak 100% bebas dari bug, namun pengujian ini setidaknya bisa meminimalisasi kesalahan yang akan terjadi.

Pada tahap ini, menggunakan metode pengujian unit dengan pendekatan black-box testing. Pengujian dengan Black-box testing yang dilakukan untuk memperlihatkan bahwa fungsi-fungsi bekerja dengan baik dalam arti masukan yang diterima dengan benar dan keluaran yang dihasilkan benar-benar tepat, pengintegrasian dari eksternal data berjalan dengan baik. Cara pengujian yang dilakukan dengan menjalankan sistem e-Procurement dan melakukan input data serta melihat output-nya apakah sesuai dengan proses yang diharapkan.

V. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan pembahasan

sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan bahwa: 1. Ketersediaan dan integrasi data bernilai besar

untuk meningkatkan waktu pelaksanaan procurement. Loading data memberikan waktu lebih cepat dibandingkan proses input berulang selain itu kegiatan load data dapat menjaga sistem berjalan lebih stabil.

2. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi diperlukan implementasi secara menyeluruh dalam sistem e-procurement (semua modul).

3. Dengan implementasi tersebut alur proses dan data terus berjalan secara terintegrasi antara satu modul dengan modul lainnya.

VI. REFERENSI

[1] HM, Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain SIstem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.

[2] IAPWG. (2006). UN Procurement Practitioner's Handbook. Institute for Supply Management.

[3] Munawar, Pemodelan Visual dengan UML, Graha Ilmu, 2005

[4] Suhendar, A dan Hariman Gunadi, Visual Modelling Menggunakan UML dan Rational Rose, Informatika,2002.

[5] Whitten, Jeffrey L. 2004. Systems Analysis & Design Methods: Sixth Edition. New York: McGraw-Hill.

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.

Page 12: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

8

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN

PELANGGAN LISTRIK

Dewi Arianti Wulandari1, Nuratni S Simin2

Sekolah Tinggi Teknik – PLN, Jakarta Email : [email protected]

Abstract - PT PLN is one of the power company in Indonesia. Customers scattered throughout the archipelago, where PT PLN is trying to provide good service to all customers. Among other functions are in the service of providing information about the electrical connection, the information procedure for the calculation of costs, information about the added power and much more related to customer service. SAW method is often also known term weighted sum method. The basic concept SAW method is to find a weighted summation of the performance ratings of each alternative on all attributes. SAW method requires a decision matrix normalization process (X) to a scale which can be compared with all existing alternative rating. Application design support system is designed to improve the performance of PT PLN in terms of providing services to customers. This application is made by using one of the methods Decision Support System (Decision Support System) is a SAW (Simple Additive Weighting). In this application the customer reported the complaint in accordance categories via SMS (Short Message Service). Based on the complaint of the sms-sms it will take a decision on which category most productive, that category will be improved services

Keywords: SAW method, Services, Applications

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PT PLN (persero) memberikan pelayanan dalam bidang penyambungan baru , penyambungan sementara , pelayanan pembayaran penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL) , catat meter dan pemutusan. Pengaduan pelanggan itu sendiri hanya bisa di lakukan pelanggan dengan cara melalui telepon dan dengan cara datang langsung ke kantor PLN. Pelanggan PT PLN pada tahun ini berjumlah 49 juta pelanggan.

Keputusan yang dihasilkan diperlukan suatu sistem pendukung keputusan (Decision Support System/DSS) yang dapat membantu bagian pelayanan pelanggan untuk memutuskan kategori yang paling tinggi untuk mendapat tindakan selanjutnya dari bagian pelayanan pelanggan itu sendiri. DSS merupakan suatu sistem menggunakan model yang dibangun untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah semi terstruktur. Dengan menerapkan model SAW (Simple Additive Weighting).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat maka dibuat beberapa rumusan masalah , yaitu : 1. Bagaimana merancang suatu aplikasi

pendukung keputusan dengan menggunakan metode SAW (Simple Additive Weighting)?

2. Bagaimana meningkatkan kinerja pelayanan kepada pelanggan ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang suatu aplikasi pendukung keputusan yang dapat meningkatkan kinerja pelayanan pelanggan.

2. Membantu PT PLN dalam mengambil keputusan yang optimal berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pelanggan.

II. LANDASAN TEORI

A. Simple Additive Weighting (SAW) Metode SAW sering juga dikenal istilah

metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternative yang ada.

dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A𝑖𝑖 pada atribut C𝑗𝑗 ; i=1,2,...,m dan j = 1,2,...,n.

Nilai preferensi untuk setiap alternatif 𝑉𝑉𝑖𝑖 diberikan sebagai:

=

(cost) biayaatribut adalah j jika

(benefit) keuntunganatribut adalah j

ij

iji

iji

ij

ij

x

xMin

jikaxMaxx

r

Page 13: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

9

𝑉𝑉𝑖𝑖 = �𝑊𝑊𝑗𝑗𝑟𝑟𝑖𝑖𝑗𝑗

𝑛𝑛

𝑗𝑗=1

Keterangan : V𝑖𝑖 = nilai preferensi untuk alternatif ke− 𝑖𝑖 W𝑗𝑗 = bobot r𝑖𝑖𝑗𝑗 = rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A𝑖𝑖

Nilai V𝑖𝑖 yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif A𝑖𝑖 lebih terpilih.

Perancangan SAW dalam sistem ini terdiri dari beberapa langkah yaitu 1. Input tingkat kepentingan / nilai pembobotan

dari user. 2. Penentuan masing-masing kriteria cost /

benefit. 3. Normalisasi nilai kriteria. 4. Perhitungan data bobot dan hasil normalisasi

nilai kriteria 5. Perhitungan hasil alternative dan pencarian

nilai tertinggi. Simpe Additive Weighting (SAW)

memungkinkan setiap orang atau kelompok untuk mempertajam kemampuan logic dan intuisinya terhadap persoalan yang dipetakan melalui Simpe Additive Weighting (SAW).

B. Unified Modeling Language (UML)

UML (Unified Modeling Language) adalah metode pemodelan secara visual sebagai sarana untuk merancang dan atau membuat software berorientasi objek. Karena UML ini merupakan bahasa visual untuk pemodelan bahasa berorientasi objek, maka semua elemen dan diagram berbasiskan pada paradigma object oriented. UML sendiri terdiri atas pengelompokkan diagram-diagram system menurut aspek atau sudut pandang tertentu. Diagram adalah yang menggambarkan permasalahan maupun solusi dari permasalahan suatu model.

1. Diagram Use Case

Diagram Use Case menggambarkan apa saja aktifitas yang dilakukan oleh suatu sistem dari sudut pandang pengamatan luar. yang menjadi persoalan itu apa yang dilakukan bukan bagaimana melakukannya. Diagram Use Case dekat kaitannya dengan kejadian-kejadian.

2. Diagram Class

Diagram Class memberikan pandangan secara luas dari suatu system dengan menunjukan kelas-kelasnya dan hubungan mereka. Diagram Class bersifat statis; menggambarkan hubungan apa yang terjadi bukan apa yang terjadi jika mereka berhubungan.

3. Diagram Sequence Diagram Class dan diagram Object

merupakan suatu gambaran model statis. Namun ada juga yang bersifat dinamis, seperti Diagram Interaction. Diagram sequence merupakan salah satu diagram Interaction yang menjelaskan bagaimana suatu operasi itu dilakukan; message (pesan) apa yang dikirim dan kapan pelaksanaannya. Diagram ini diatur berdasarkan waktu. Obyek-obyek yang berkaitan dengan proses berjalannya operasi diurutkan dari kiri ke kanan berdasarkan waktu terjadinya dalam pesan yang terurut.

4. Diagram Collaboration

Diagram Collaboration juga merupakan diagram interaction. Diagram membawa informasi yang sama dengan diagram Sequence, tetapi lebih memusatkan atau memfokuskan pada kegiatan obyek dari waktu pesan itu dikirimkan. 5. Diagram StateChart

Behaviors dan state dimiliki oleh obyek. Keadaan dari suatu obyek bergantung pada kegiatan dan keadaan yang berlaku pada saat itu. Diagram StateChart menunjukan kemungkinan dari keadaan obyek dan proses yang menyebabkan perubahan pada keadaannya. 6. Diagram Activity

Pada dasarnya diagram Activity sering digunakan oleh flowchart. Diagram ini berhubungan dengan diagram Statechart. Diagram Statechart berfokus pada obyek yang dalam suatu proses (atau proses menjadi suatu obyek), diagram Activity berfokus pada aktifitas-aktifitas yang terjadi yang terkait dalam suatu proses tunggal. Jadi dengan kata lain, diagram ini menunjukkan bagaimana aktifitas-aktifitas tersebut bergantung satu sama lain.

7. Diagram Component dan Deployment

Component adalah sebuah code module (kode-kode module). Diagram Component merupakan fisik sebenarnya dari diagram Class. Diagram Deployment menerangkan bahwa konfigurasi fisik software dan hardware.

C. Pelayanan Pelanggan

Pelayanan pelanggan merupakan fungsi yang menangani interaksi sistem dengan pelanggan. Pelayanan Pelanggan dibagi atas 5 sistem yaitu : 1. Penyambungan Baru adalah sub sistem yang

menangani permintaan pelanggan yang akan memasang jaringan listrik atau menjadi pelanggan PLN.

2. Penyambungan sementara adalah sub sistem yang menangani permintaan pelanggan atau

Page 14: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

10

non pelanggan untuk mendapatkan layanan sambungan listrik untuk jangka waktu tertentu.

3. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) adalah sub sistem yang menangani pelanggan yang ingin membayar Tagihan Susulan (TS), adalah pelanggan yang telah terdeteksi melakukan pelanggaran dalam pemakaian tenaga listrk.

4. Catat Meter adalah Pencatatan meter pada umumnya dilakukan oleh petugas dengan cara manual, yaitu menuliskan hasil pembacaan meter kWh ke dalam Daftar Pembacaan Meter (DPM). Cara seperti ini membawa risiko terjadinya kesalahan akibat salah tulis, apabila petugas melakukan pencatatan meter melakukan penyalinan atau pemindahan catatan dari daftaryang satu ke daftar yang lain.

5. Pemutusan, ini terjadi jika pelanggan tidak membayar listrik hingga waktu yang di tentukan misalnya dalam jangka waktu 3 bulan maka akan dikenakan sanksi yaitu berupa pemutusan.

D. Short Message Service (SMS) 1. Pengertian SMS

Short Message Service (SMS) adalah layanan global dengan sistem komunikasi nirkabel yang mentransmisikan pesan teks antara dua atau lebih handphone dan sistem eksternal seperti surat elektronik, pager dan pesan suara.

2. Arsitektur Jaringan SMS

Struktur dasar jaringan yang digunakan untuk SMS ditunjukkan pada Gambar 1

Gambar 1 Arsitektur Jaringan untuk SMS

III. METODOLOGI PENELITIAN Ada beberapa tahap dalam melakukan

penelitian ini. Dimana tahap-tahap ini dilakukan agar penelitian dapat dilakukan secara berurut, sehingga penelitian dapat berjalan dengan teratur. 1. Identifikasi masalah tahap ini merupakan tahap

awal dari penelitian yaitu memahami masalah yang terjadi.

2. Kajian pustaka dilakukan dengan cara mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Analisa dan perancangan , pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu analisa masalah,

perancangan data base, dan perancangan tampilan.

4. Analisa hardware dan software menganalisa perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan untuk membuat dan menjalankan aplikasi yang dirancang.

5. Pengkodean dilakukan dengan merancang kode program yang sesuai dengan aplikasi yang akan dibangun.

6. Implementasi dengan cara melakukan uji coba terhadap aplikasi, ini dilakukan agar aplikasi yang sudah dibangun dapat dikatakan berhasil atau tidak. Dan jika hasil implementasi belum baik, maka akan dilakukan pengkajian ulang agar implementasi dapat berjalan sukses.

7. Evaluasi dan pembahasan akan membahas hasil perancangan aplikasi

IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN

SISTEM A. Analisis Permasalahan

Analisis sistem berjalan dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Prosedur sistem berjalan

PELANGGAN ADMINISTRASI PETUGAS (PLN)

Menginformasikan pengaduannya lewat telepon

ataupun dengan cara langsung datang ke kantor PLN

Mencatat data pelanggan (nama,no

kode, alamat, keluhan) baik lewat telepon maupun datang ke

tempat

Membuat KP (Kartu perencanaan ) survey.oleh

petugas terkait ke lokasi pelanggan yang meakukan

pengaduan

Petugas PLN meakukan survey dirumah

pelanggan yang mengadu .perugas akan melakukan

pengerjaan(perbaikan) setelah selsai,petugas akan mencatat semua

untuk di jadikan laporan ke pihan pelayanan

pelanggan

Petugas akan melaporkan kejadian yang terjadi saat

melakukan survey ke pihak administrasi atau bagian

pelayanan pelanggan

Pelayanan pelangan akan melaporkan ke pelanggan bahwa pengaduan yang di

lakukan oleh pelanggan telah di selesaikan oleh

petugas .

Menerima informasi dari pihak pelayanan

pelanggan, jika pengaduannya telah

selesai di tindak

B. Perancangan Sistem

Use Case Diagram

PELANGGAN

ADMINISTRASI PELAYANAN PELANGGAN

APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN BERDASARKAN ANALISA KELUHAN

PELANGGAN BERBASIS SMS

Melakukan Registrasi

Melakukan Pengaduan/ keluhan pelanggan

Meminta Status Pengaduan

Meminta Bantuan

Mencatat NO Hp Pelanggan

Mendata keluhan / pengaduan pelanggan menganalisa denga SPK,kemudian memasukan ke

No agenda

Membuat kartu perencanaan untuk perintah kerja kepada petugas

untuk melakukan survey ke rumah pelanggan

Mengirim Petugas survey

Menerima laporan dari petugas survey dan kemudian menginformasikan kepada pelanggan jika telah selesai di kerjakan perihal pengaduan

yang telah di sampaikan oleh pelanggan

Membatalkan pengaduan

Gambar 2. Use Case Diagram Aplikasi Keluhan Pelanggan

Page 15: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

11

Sequence Diagram

Pelanggan

Trigger_Registrasi() PesanPelanggansms

Kirim_sms_daftar() Terima_sms_daftar()

Simpan_sms_daftar()

Cek_format_sms()

Get_data_pelanggan()

Data_pelanggan()

Cek_hp_pelanggan()

Cek_Kode_pelanggan()

Update_data_pelanggan()

Get_data_pesan()

Data_pesan()

Simpan_pesan_sms()

Proses_kirim_sms()Terima_data_sms()

Gambar 3. Sequence Diagram untuk Use Case registrasi – pelangan

Gambar 4. Sequence Diagram Untuk Use Case

Keluhan Pelanggan Activity Diagram

PELANGGAN SISTEM

Mengirimkan permintaan via sms :• Proses registrasi• Proses pengaduan / keluhan• Proses status keluhan• Proses bantuan

Menerima permintaan via SMS

Memproses sms masuk

Pengaduan/ keluhan dan status keluhan

tersebut

Update keluhan

Kirim sms konfirmasi

Bantuan

Gambar 5. Diagram Activity Sistem yang Diusulkan untuk Pelanggan

C. Perancangan Database

Aduan

Kode aduanWaktu aduan

Kode pelangganKategori

Isistatus

PelangganRegistrasi

AduanStatusCancel

help

Transaksi

Reg()Adu()

Status()Cancel()Help()

Txrstatus

PelangganAduan

Reg()Adu()

Status()

Minta status()Cek status

adu()

KodeDayaNama

pelangganAlamat

Hp

Pelanggan

Add()Edit()

Delete()Save()

Kategori

Kode kategori

Add()Edit()

Delete()Save()

Data pelangganData pesan

Data kategori

SPK

Gambar 6. Aplikasi Pendukung Keputusan

Berdasarkan Analisa Keluhan Pelanggan Berbasis SMS

D. Tahap pembuatan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Simple Additive Weighting (SAW)

APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN BERDASARKAN ANALISA KELUHAN

PELANGGAN BERBASIS SMS

CATER SAMBUNG BARU SAMBUNG SEMENTARA P2TL PEMUTUSAN

TELEPON DATANG KE KANTOR VIA SMS

KRITERIA

ALTERNATIF

Gambar 7. Struktur hirarki keluhan pelanggan

1. Pembobotan Kriteria Dan Alternative Untuk Keluhan Pelanggan

a. Pembobotan kriteria Catat Meter ini mempunyai bobot nilai pertama tertinggi dibanding kriteria lainnya, dikarenakan banyaknya pelanggan yang sering mengeluhkan hal ini baik meternya rusak. Tetapi sebelumnya kriteria-kriteria lain juga menjadi pertimbangan. Kriteria ini mempunya nilai atau bobot default 45 %, namun user atau pengguna dapat menginput bobot tersebut sesuai kebutuhan.

b. Sambung Baru Sambung Baru, kriteria ini yang menjadi salah satu bahan pertimbangan yang berpengaruh dalam keluhan pelanggan. Kriteria ini mempunya nilai atau bobot default 30 %, namun user atau pengguna dapat menginput bobot tersebut sesuai kebutuhan.

c. Sambung Sementara Kriteria pelayanan untuk pendaftaran bagi pelanggan/non pelanggan yang mengajukan penyambungan listrik semetara.Penyambungan sementara adalah untuk melayani permohonan dari pelanggan dan nonpelanggan yang

Page 16: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

12

memerlukan energi listrik dengan daya tertentu dan jangka waktu tertentu. Memiliki bobot 15%.

d. P2TL(penertiban dan pemakaian tenaga listrik)

Pelayanan bagi pelanggan yang terkena P2TL.Nilai bobot untuk Kriteria ini adalah 7% .

e. Pemutusan Pada kriteria ini sangat sedikit orang yang terkena pemutusan di PT PLN (Persero) cabang Ternate.di karenakan banyak pelanggan yang bayar listrik tepat pada waktunya.bobot atau nilai 3% .

2. Hasil Perancangan Hasil perancangan tampilan dari aplikasi

pendukung keputusan berdasarkan analisa keluhan pelanggan berbasis sms. a. Trigger

Berfungsi untuk menangani setiap pesan masuk sesuai dengan format pesan yg terdapat di dalam basis data. Trigger ini bisa difungsikan dalam banyak hal sesuai dengan format khusus dari pesan yg masuk yaitu : i. Proses pengaduan, trigger ini menangani

permintaan proses pengaduan dari jenis kategori tertentu.

ii. Pembatalan pengaduan, trigger ini menangani permintaan pembatalah proses pengaduan yang telah dilakukan dengan.

iii. Cek status aduan, trigger ini menangani permintaan status aduan tertentu apakah telah diterima oleh operator kantor.

iv. Help, trigger ini untuk menangani permintaan format penulisan yang dikenali sistem.

Fungsi sms balas otomatis adalah merupakan layanan sms gateway yang dapat diakses oleh pelanggan. Untuk mendapatkan data-data dan informasi tertentu dari PLN. Fungsi- fungsi yang tersedia :

i. Pendaftaran Pelanggan melakukan registrasi, kemudian sms server akan mengirimkan pesan ke no Hp pelanggan kalau proses regstrasi pelanggan dengan no pelanggan, dan no Hp sekian, telah berhasil melakukan registrasi.

ii. Penggaduan Setelah melakukan registrasi, pelanggan melakukan aduan berdasarkan kategori yang telah disediakan oleh PLN. Setelah itu sms server akan mengirimkan no pengaduan ke No Hp pelanggan.

iii. Status Penggaduan Setelah melakukan aduan pelanggan dapat melakukan cek status aduannya. Apa telah di terima server atau belum.

iv. Pembatalan Pada tahap ini pelanggan dapat membatalkan aduan yang telah di lakukannya.

v. Help, pelanggan melakukan permintaan bantuan.

V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas

maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Aplikasi ini digunakan untuk membantu pihak

PT PLN dalam mengambil suatu keputusan untuk menentukan jenis pelayanan mana yang harus ditingkatkan.

2. Metode Simple Additive Wrighted (SAW) digunakan untuk menentukan urutan prioritas kategori tertinggi pada penggaduan yang dilakukan oleh pelanggan.

3. Aplikasi ini menggunakan data yang dikirimkan oleh pelanggan melalui sms.

4. Aplikasi ini berfungsi untuk menganalisa aduan, sehingga pelanggan mendapatkan informasi dengan mudah.

VI. REFERENSI

[1] Adi Nugroho, Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data, 2011, Andi Publisher.

[2] Buku Pelayanan Pelanggan, khususnya pengaduan dan Informasi Pelanggan, PT PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara khususnya di PT PLN Cabang Kota Ternate.

[3] Dermawan, R. 2005. Model Kualitatif Pengambilan Keputusan dan Perancangan Strategi. Bandung : Alfabeta. Cv.

[4] Kusumadewi, Sri dan Hari Purnomo. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukug Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu

[5] Kusrini, 2007, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Yogyakarta: Penerbit Andi

[6] Ralph H Sprague, Jr.Hugh, J Watson, 1993, Decision Support Systems, Putting Theory Intro Practice, Prentice-Hall, Inc, New Jersey

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar

Page 17: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

13

Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Promosi Karyawan Menggunakan Metode Fuzzy AHP dan TOPSIS

Studi Kasus: PT. Istidata Indopacific Solution Centre

Hendra Bayu Suseno1, Andrew Fiade2, Ahmad Rizki Faizal3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412 Jakarta

Abstract- Promotion of employees provide an important role for employees. With the promotion of employees are based on the principles of fairness and objectivity will make the employees are motivated to work harder, passionate, disciplined, and improve job performance so as to achieve company goals optimally. PT. Istidata IndoPacific Solution Centre (I2S), the selection of the most viable employee promoted was done directly. In other words, the selection of employees is still done in the absence of specific procedures in selecting employees and without the weight of employee assessment criteria. Fairness, objectivity and accuracy of selection of employees in this way of course doubtful. Other problems that arise are the employee eligibility determination process is still time consuming and difficult to choose the best employees if the results are not much different assessment. Therefore, this study aims to build a decision support system to help the promotion of employees I2S decision makers in making decisions to determine the most appropriate employee promoted. The promotion of employees included in the multi-criteria problems. Therefore, Fuzzy AHP and TOPSIS methods used as a tool to determine eligibility of employees. Fuzzy AHP is used to perform the weighting of the criteria used to sort while the TOPSIS ranking employees. System development method used in this research that while the incremental method of data collection methods, namely observation, interviews, library research and literature studies. Web-based system developed using HTML programming language, PHP, Javascript and MySQL as database server. The results showed that the system is able to help the decision makers in the I2S in determining appropriate employee promoted faster, more accurate, fair, objective, and able to cope with the selection of employees permasalahaan if the assessment result is not much different.

Keywords : Method Fuzzy AHP, TOPSIS, Promotion of employees

I. PENDAHULUAN Manusia selalu berperan aktif dan dominan

dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa adanya peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya [1]. Mengatur karyawan merupakan tugas yang sulit dan kompleks, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status keinginan dan latar belakang yang berbeda-beda di dalam organisasi [1]. Salah satu cara untuk mengatur karyawan yaitu dengan promosi karyawan. Adanya promosi karyawan dapat membuat karyawan termotivasi dan bekerja lebih giat sehingga dapat mencapai tujuan organisasi secara optimal [1].

Pada PT. Istidata Indopacific Solution Centre (I2S), pemilihan karyawan yang paling layak dipromosikan masih dilakukan secara langsung. Dengan kata lain manajer langsung

memilih siapa yang berhak dipromosikan tanpa adanya bobot kriteria dan prosedur tertentu untuk menentukan karyawan yang paling layak dipromosikan. Objektivitas, keakuratan dan keadilan pada pengambilan keputusan secara langsung tersebut patut dipertanyakan. Masalah lain yang ada yaitu proses pengambilan keputusan memakan banyak waktu karena melibatkan beberapa jabatan dan sulitnya menentukan karyawan terbaik jika hasil penilaian tidak jauh berbeda.

Adapun permasalahan diatas dapat digolongkan dalam permasalahan MCDM (Multi Criteria Decision Making) karena melibatkan beberapa kriteria dalam menentukan karyawan yang terbaik diantara sejumlah karyawan. Metode AHP merupakan salah satu metode dalam model MCDM [2]. AHP termasuk kedalam metode yang paling terkenal dan paling sering digunakan untuk menentukan pilihan [3]. Meskipun pengaplikasian AHP sangat luas, namun AHP tidak sepenuhnya

Page 18: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

14

mencerminkan gaya berpikir manusia, oleh karena itu fuzzy AHP (FAHP) dikembangkan untuk memecahkan masalah ini [4]. Dalam memecahkan permasalahan pemilihan, FAHP juga tidak selalu menjadi solusi yang utuh [5]. Dua atau lebih metode MCDM dapat dikombinasikan untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan [3]. Untuk itu dapat digunakan TOPSIS untuk mendukung FAHP. TOPSIS memiliki konsep yang sederhana, mudah dipahami dan komputasinya efisien [2]. Penggunaan Fuzzy AHP dan TOPSIS dapat mengurangi proses perbandingan berpasangan [5] yang terdapat dalam metode Fuzzy AHP. Untuk itu peneliti menerapkan kombinasi antara Fuzzy AHP dan TOPSIS. Metode Fuzzy AHP digunakan untuk melakukan pembobotan kriteria, sedangkan TOPSIS digunakan untuk mengurutkan alternatif (karyawan). A. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang dan membangun sistem

pendukung keputusan promosi karyawan dengan menggunakan metode Fuzzy AHP dan TOPSIS?

2. Bagaimana sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan metode Fuzzy AHP dan TOPSIS dapat membantu pengambil keputusan dalam mengambil keputusan untuk promosi karyawan dengan cepat, lebih akurat, adil, obektif dan dapat mengatasi masalah pemilihan karyawan jika hasil penilaian tidak jauh berbeda?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membangun sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan menggunakan metode fuzzy AHP dan Topsis pada PT. Istidata Indopacific Solution centre

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem yang dapat melakukan proses pengambilan keputusan untuk promosi karyawan pada PT. Istidata Indopacific Solution Centre

II. LANDASAN PEMIKIRAN A. Fuzzy AHP

Teknik Fuzzy AHP (F-AHP) adalah suatu metode analitik yang dikembangkan dari AHP tradisional [7]. F-AHP menyisipkan teori fuzzy pada AHP tradisional. F-AHP menjalankan proses perbandingan berpasangan dari alternatif yang berbeda dengan kriterianya masing-masing dan menyediakan alat pendukung keputusan untuk masalah keputusan multi-kriteria [6]. Berikut ini

merupakan tahap-tahap dalam Fuzzy AHP dengan metode Buckley[6]. 1. Pengambil keputusan membandingkan kriteria

atau alternatif melalui istilah linguistik.

Tabel 1 Istilah linguistik dan nilai triangular fuzzy

Saaty

scale Definition

Fuzzy Triangu

lar Scale

1 3 5 7 9

Equally important Weakly important Fairly important Strongly important Absolutely important

(1, 1, 1) (2, 3, 4) (4, 5, 6) (6, 7, 8) (9, 9, 9)

2 4 6 8

The intermittent values between two adjacent scales

(1, 2, 3) (3, 4, 5) (5, 6, 7) (7, 8, 9)

2. Jika ada lebih dari satu pengambil keputusan, preferensi dari tiap pengambil keputusan (𝑑𝑑𝑖𝑖𝑗𝑗𝑘𝑘� ) dirata-rata dan (𝑑𝑑𝑖𝑖𝑗𝑗� ) dihitung seperti persamaan berikut.

𝑑𝑑𝑖𝑖𝑗𝑗� = ∑ 𝑑𝑑𝑖𝑖𝑗𝑗𝑘𝑘

�𝐾𝐾𝑘𝑘=1𝐾𝐾

3. Sesuai dengan preferensi, matrik kontribusi berpasangan di-update seperti persamaan berikut.

�̃�𝐴 = �𝑑𝑑11� ⋯ 𝑑𝑑1𝑛𝑛�⋮ ⋱ ⋮𝑑𝑑𝑛𝑛1� ⋯ 𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛�

4. Hitung geometric mean dari nilai perbandingan

fuzzy pada tiap kriteria. Berikut merupakan persamaannya.

𝑟𝑟𝑖𝑖� = �∏ 𝑑𝑑𝑖𝑖𝑗𝑗�𝑛𝑛𝑗𝑗=1 �

1/𝑛𝑛, i=1,2,...,n

5. Hitung fuzzy weights pada tiap kriteria dengan

persamaan sebagai berikut 𝑤𝑤𝑖𝑖� = 𝑟𝑟𝑖𝑖� ⊗ (𝑟𝑟1� ⊕ 𝑟𝑟2� ⊕⋯⊕ 𝑟𝑟𝑛𝑛� )−1 = (𝑙𝑙𝑤𝑤𝑖𝑖 ,𝑚𝑚𝑤𝑤𝑖𝑖 ,𝑢𝑢𝑤𝑤𝑖𝑖) a. Hitung penjumlahan vector pada tiap 𝑟𝑟𝑖𝑖�. b. Hitung pangkat (-1) dari hasil jumlah

vector. Ubah urutan nilai fuzzy triangular dengan urutan naik.

c. Hitung fuzzy weight pada kriteria i (𝑤𝑤𝑖𝑖�) dengan mengalikan tiap 𝑟𝑟𝑖𝑖� dengan reverse vector ini.

Page 19: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

15

6. Sejak 𝑤𝑤𝑖𝑖� masih dalam bentuk fuzzy triangular, maka perlu dilakukan de-fuzzified dengan metode Centre of area yang diajukan oleh Chou dan Chang [6] dengan persamaan berikut.

𝑀𝑀𝑖𝑖 = 𝑙𝑙𝑤𝑤𝑖𝑖 + 𝑚𝑚𝑤𝑤𝑖𝑖 + 𝑢𝑢𝑤𝑤𝑖𝑖

3

7. 𝑀𝑀𝑖𝑖 merupakan anggota non fuzzy, maka perlu dinormalisasi dengan persamaan berikut.

𝑁𝑁𝑖𝑖 = 𝑀𝑀𝑖𝑖

∑ 𝑀𝑀𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖𝑖=1

B. TOPSIS

Konsep TOPSIS banyak digunakan pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis[2]. TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga jarak terpanjang dari solusi ideal negatif [2]. TOPSIS memiliki konsep yang sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien dan memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana [2]. Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai [2]: 1. Membuat matriks keputusan yang

ternormalisasi dari matriks keputusan yang diperoleh dengan persamaan berikut. 𝑟𝑟𝑖𝑖𝑗𝑗 =

𝑥𝑥𝑖𝑖𝑗𝑗

�∑ 𝑥𝑥𝑖𝑖𝑗𝑗2𝑚𝑚

𝑖𝑖=1

; dengan i=1,2,....,m;dan

j=1,2,...,n.

2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot. Pengambil keputusan memberikan faktor kepentingan (bobot) pada tiap kriteria yang mengekspresikan kepentingan relatifnya (𝑤𝑤𝑗𝑗 ). 𝑊𝑊 = (𝑤𝑤1 ,𝑤𝑤2, … ,𝑤𝑤𝑛𝑛 ) Dengan ∑ 𝑤𝑤𝑗𝑗𝑛𝑛

𝑗𝑗=1 = 1 Bobot ini kemudian dikalikan dengan matriks perbandingan berpasangan dengan persamaan berikut. 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑗𝑗 = 𝑤𝑤𝑗𝑗 𝑟𝑟𝑖𝑖𝑗𝑗 dengan i=1,2,...,m; dan j=1,2,...,n.

3. Menentukan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif. 𝐴𝐴+ = (𝑦𝑦1

+,𝑦𝑦2+, … , 𝑦𝑦𝑛𝑛+)

𝐴𝐴− = (𝑦𝑦1−,𝑦𝑦2

−, … , 𝑦𝑦𝑛𝑛−) Dengan

𝑦𝑦𝑗𝑗+ = �maxi 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑗𝑗 ; 𝑗𝑗𝑖𝑖𝑘𝑘𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑟𝑟𝑖𝑖𝑎𝑎𝑢𝑢𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑢𝑢𝑛𝑛𝑎𝑎𝑢𝑢𝑛𝑛𝑘𝑘𝑗𝑗𝑛𝑛𝑚𝑚𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑗𝑗 ; 𝑗𝑗𝑖𝑖𝑘𝑘𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑟𝑟𝑖𝑖𝑎𝑎𝑢𝑢𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑟𝑟𝑢𝑢𝑘𝑘𝑖𝑖𝑗𝑗𝑛𝑛

𝑦𝑦𝑗𝑗− = �mini 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑗𝑗 ; 𝑗𝑗𝑖𝑖𝑘𝑘𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑟𝑟𝑖𝑖𝑎𝑎𝑢𝑢𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑢𝑢𝑛𝑛𝑎𝑎𝑢𝑢𝑛𝑛𝑘𝑘𝑗𝑗𝑛𝑛𝑚𝑚𝑗𝑗𝑥𝑥𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑗𝑗 ; 𝑗𝑗𝑖𝑖𝑘𝑘𝑗𝑗 𝑗𝑗 𝑗𝑗𝑎𝑎𝑟𝑟𝑖𝑖𝑎𝑎𝑢𝑢𝑎𝑎 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑟𝑟𝑢𝑢𝑘𝑘𝑖𝑖𝑗𝑗𝑛𝑛

j=1,2,...,n

4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif. a. Jarak alternatif 𝐴𝐴𝑖𝑖 dengan solusi ideal

positif dirumuskan sebagai berikut.

𝐷𝐷𝑖𝑖+ = �∑ (𝑦𝑦𝑖𝑖+ − 𝑦𝑦𝑖𝑖𝑗𝑗 )2𝑛𝑛𝑗𝑗=1 ; i=1,2,...,m.

b. Jarak alternatif 𝐴𝐴𝑖𝑖 dengan solusi ideal negatif dirumuskan sebagai berikut.

𝐷𝐷𝑖𝑖− = �∑ (𝑦𝑦𝑖𝑖𝑗𝑗 − 𝑦𝑦𝑖𝑖−)2𝑛𝑛𝑗𝑗=1 ; i=1,2,...,m.

5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap

alternatif dengan persamaan sebagai berikut. 𝑉𝑉𝑖𝑖 = 𝐷𝐷𝑖𝑖

𝐷𝐷𝑖𝑖−+𝐷𝐷𝑖𝑖

+ ; i=1,2,...,m.

Nilai 𝑉𝑉𝑖𝑖 yang lebih besar menunjukan bahwa alternatif 𝐴𝐴𝑖𝑖 lebih dipilih.

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian yang digunakan

adalah metode pengumpulan data dengan studi lapangan, pustaka dan literatur dan metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Incremental dengan tahapan Communication, planning, modelling, construction, Deployment.

A. Kerangka Berpikir

Observasi, wawancara, studi

pustaka, studi literatur

Perumusan masalah

Communication

Planning

Modeling

Construction

Deployment

Pembuatan jadwal rancang bangun

sistem

Analisis Data

Desain Sistem

Desain basis data

Desain Antarmuka

ERD

DFD

Implementasi Kode

Melakukan black box testing

Unggah sistem ke hosting I2S

Menerima feedback dari

pengguna

Uji coba perbandingan

sistem

Normalisasi

Uji perhitungan Fuzzy AHP dan

TOPSIS

Gambar 1. Kerangka Berpikir

IV. HASIL PENELITIAN

Page 20: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

16

A. Communication Pada increment pertama tahap

communication, peneliti melakukan observasi dan wawancara untuk menentukan mengumpulkan data dan mengidentifikasi kebutuhan sistem yang akan dibuat. Berikut ini merupakan gambaran dari sistem yang berjalan:

Pengambilan keputusan untuk promosi karyawan

Manager HRD Supervisor Leader

Mulai

Form penilaian

Menentukan data-

data yang diperlukan

Menyiapkan form

pengisian data

Mengisi form

penilaian staf

Mengisi form

penilaian leader

Data penilaian leader

Data penilaian staf

Mengumpulkan data penilaian

staf, supervisor &

leader

Laporan akhir hasil penilaian

Data yang diperlukan

Mempertimbangkan kan karyawan yang layak

dipromosikan

Laporan mengenai karyawan yang

layak dipromosikan

Melakukan proses

kenaikan jabatan

Selesai

Mengisi form

penilaian supervisor

Data penilaian supervisor

Gambar 2. Sistem yang berjalan

Berdasarkan flowchart diatas dapat

ditemukan beberapa permasalahan dalam sistem yang sedang berjalan. Permasalahan pertama yang muncul yaitu mengenai objektivitas dari pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan secara manual tanpa melakukan proses perhitungan apapun. Manajer hanya mempertimbangkan mengenai siapa yang layak dipromosikan melalui pemikiran langsung. Permasalahan lain yang muncul yaitu proses pengambilan keputusan yang memakan banyak waktu. Proses ini masih dilakukan secara manual dan berdasarkan hasil wawancara menunjukkan adanya kendala dalam proses ini karena melibatkan banyak karyawan.

Untuk mengatasi permasalahan diatas peneliti dalam hal ini mengajukan rancangan sistem yang diusulkan. Berikut ini merupakan alur dari sistem usulan.

Pengambilan keputusan untuk promosi karyawan

Manager HRD Supervisor Leader

Mulai

Form pengisian data

Menyiapkan form

pengisian data

Mengisi form

penilaian staf

Mengisi form

penilaian leader

Data penilaian leader

Data penilaian staf

Mengumpulkan data penilaian staf, leader &

supervisor

Melakukan proses

kenaikan jabatan

Selesai

Mengurutkan karyawan yang

paling layak dipromosikan

dengan menggunakan

TOPSIS

Pembobotan kriteria dihitung

dengan menggunakan

Fuzzy AHP

Menentukan

kriteria

Mengisi kuesioner Fuzzy

AHP

input nilai staf,

leader & supervisor ke sistem

Memilih keputusa

n dan tanggal

Laporan berupa

karyawan yang layak

dipromosikan

Mengisi form

penilaian supervisor

Data penilaian supervisor

Gambar 3. Sistem usulan

Inti dari sistem usulan ini yaitu otomatisasi

proses perhitungan kelayakan karyawan. Sistem ini akan memberikan hasil atau laporan yang berisi urutan karyawan berdasarkan kelayakannya untuk dipromosikan. Laporan ini nantinya akan dijadikan sarana pendukung keputusan Manajer. Diharapkan melalui sistem usulan ini dapat menjawab permasalahan yang ada seperti objektivitas penilaian dan penghematan waktu pemilihan karayawan untuk dipromosikan. B. Planning

Dalam tahap ini akan dilakukan penjadwalan untuk membangun fungsionalitas sistem pendukung keputusan (SPK). Jadwal yang dibuat berorientasi pada model incremental. Berikut ini merupakan jadwal pembuatan sistem pada increment pertama dan kedua.

Gambar 4. Jadwal Rancang Bangun Sistem

Page 21: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

17

Pada minggu pertama peneliti melakukan observasi, wawancara dan penjadwalan untuk spesifikasi fungsi SPK. Kemudian pada minggu kedua peneliti merancang SPK dan menentukan spesifikasi pada fitur olah input dan keputusan. Kegiatan terus dilakukan sampai kepada minggu kelima sesuai dengan gambar 4 B. Modelling

Berdasarkan model pengembangan sistem yang digunakan. Peneliti melakukan analisis data sebanyak dua kali, yaitu analisi data pada increment pertama dan analisis data pada increment kedua.

Pada increment pertama, peneliti melakukan analisis terhadap hasil data tahap communication di increment pertama untuk membangun fungsionalitas dasar sistem. Berdasarkan tahap communication diperoleh skema promosi karyawan di I2S. Berikut ini merupakan gambaran dari skema promosi karyawan I2S.

SupervisorLeader

Teknisi QC Leader

Supervisor

CSO TA Leader

Manajer

PimpinanStaf

Karyawan

Manajer

Gambar 5. Skema Promosi Karyawan I2S

Manajer I2S menentukan kriteria sesuai

dengan golongan karyawannya. Kriteria promosi untuk staf dan pimpinan dipisahkan oleh manajer, dengan kata lain terdapat dua kriteria promosi yaitu kriteria promosi untuk golongan Staf (Teknisi dan CSO) dan kriteria promosi untuk golongan pimpinan (Supervisor, QC Leader dan TA Leader). Berikut ini merupakan kriteria dan sub-kriteria dari golongan yang bersangkutan.

Tabel 2 Kriteria Promosi untuk Golongan Staf

(Teknisi dan CSO)

Kriteria Sub-Kriteria Sikap Kerja Kebersihan Kerapihan Kelengkapan peralatan Motivasi untuk berprestasi Kepedulian terhadap

lingkungan Kerjasama Produktivitas Hasil KPI Prosedur pencapaian hasil Inisiatif dan Kreatifitas

kerja Kecepatan dan Ketelitian

Kerja

Pekerjaan Komitmen terhadap pekerjaan

Pengetahuan teknis kerja Kedisiplinan Masa Kerja

Tabel 3 Kriteria Promosi untuk Golongan Pimpinan

(Supervisor, TA Leader dan QC Leader) Kriteria Sub-Kriteria

Sikap Kerja Kebersihan Kerapihan Kelengkapan peralatan Motivasi untuk berprestasi Kepedulian terhadap

lingkungan Kerjasama Kepemimpinan Hubungan secara

horizontal Hubungan secara vertikal Kemampuan pengambilan

keputusan Produktivitas Hasil KPI Prosedur pencapaian hasil Inisiatif dan Kreatifitas

kerja Kecepatan dan Ketelitian

Kerja Pekerjaan Komitmen terhadap

pekerjaan Pengetahuan teknis kerja Kedisiplinan Masa Kerja

Diskusi dilakukan antara penelitis dan

manajer I2S pada masalah pembobotan promosi karyawan. Hasilnya, pembobotan dibedakan berdasarkan golongan Staf, Leader dan Supervisor. Pembobotan promosi untuk Staf melibatkan jabatan Teknisi dan CSO, pembobotan promosi untuk Leader melibatkan jabatan QC Leader dan TA Leader dan pembobotan promosi untuk golongan Supervisor melibatkan jabatan Supervisor.

Pembobotan masing-masing kriteria dilakukan dengan menerapkan metode Fuzzy AHP. Pengambil keputusan untuk mengisi nilai perbandingan kriteria yaitu Manajer I2S, dengan kata lain hanya terdapat satu pengambil keputusan. Hasil perbandingan kriteria selanjutnya akan diproses lebih lanjut ke tahap-tahap berikutnya pada Fuzzy AHP sehingga akan menghasilkan bobot kriteria untuk keputusan tertentu.

Dalam hal ini peneliti akan melakukan perhitungan pada pembobotan kriteria promosi untuk golongan staf dengan menggunakan Fuzzy AHP secara manual. Langkah awal yang ditempuh

Page 22: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

18

yaitu pengambil keputusan mengisi kuesioner perbandingan kriteria. Berikut hasil pengisian kuesioner pada kriteria ‘Promosi untuk Staf’ oleh manajer I2S setelah dilakukan konversi intensitas (derajat kepentingan) ke dalam bentuk numerik. Tabel 4. Perbandingan Kriteria ‘Promosi untuk Staf’

Intensitas dari hasil perbandingan kriteria diatas selanjutnya diubah menjadi skala fuzzy segitiga (triangular) dengan catatan bila perbandingan antar kriteria adalah sama penting maka intensitasnya adalah (1,1,1). Pada langkah kedua ditentukan jumlah pengambil keputusan. Dalam penelitian ini hanya ada satu pengambil keputusan sehingga langkah kedua dapat dilewati. Kemudian pada langkah ketiga, matriks perbandingan kriteria diubah dan dilengkapi. Sebagai contoh, perbandingan kriteria sikap kerja atas pekerjaan memberikan skala TFN (1,2,3) maka sebaliknya perbandingan antara pekerjaan dan sikap kerja akan memberikan skala TFN (1/3,1/2,1/1) dan begitu seterusnya hingga matriks keputusan dilengkapi. Berikut ini matriks perbandingan kriteria yang telah diubah dan dilengkapi.

Tabel 5. Matrik Perbandingan Kriteria

Setelah menyelesaikan tiga langkah awal dalam metode fuzzy AHP, maka dilanjutkan ke langkah ke-empat yaitu menghitung geometric mean (𝑟𝑟𝑖𝑖�) dari nilai perbandingan fuzzy pada tiap criteria

Tabel 6. Geometric Mean dari nilai perbandingan fuzzy

Pada langkah ke-lima dihitung bobot fuzzy

pada tiap kriteria. Hasil dari penerapan langkah 5 (lima) pada setiap kriteria sebagai berikut.

Tabel 7 Bobot fuzzy untuk tiap kriteria

Pada langkah ke-enam, diperoleh hasil bobot non-fuzzy dengan menghitung rata-rata bilangan fuzzy pada tiap kriteria (𝑀𝑀𝑖𝑖).

Berikut ini merupakan hasil dari perhitungan langkah ke-enam dan ke-tujuh.

Tabel 8 Hasil de-fuzzified dan normalisasi bobot fuzzy

Kolom 𝑁𝑁𝑖𝑖 merupakan hasil bobot akhir level satu pada kriteria atau keputusan promosi untuk staf. Peneliti mengubah bobot kedalam bentuk persen (%) dan membatasi hanya dua angka di belakang koma untuk menyederhanakan penulisan bobot di browser. Adapun nilai bobot yang digunakan pada perhitungan TOPSIS akan digunakan nilai bobot asli (bukan dalam bentuk persen). Perhitungan bobot untuk beberapa sub-kriteria pada kriteria ‘Sikap kerja’, ‘Produktivitas’ dan ‘Pekerjaan’, dihitung dengan cara yang sama melalui tahapan fuzzy AHP begitu juga dengan pembobotan pada golongan leader dan supervisor. Pembobotan pada tiap kriteria dihitung nilai prioritas lokal dan prioritas globalnya. Prioritas

Page 23: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

19

lokal merupakan nilai 𝑁𝑁1 yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya. Penjumlahan bobot kriteria pada prioritas lokal akan menghasilkan nilai satu. Sedangkan penjumlahan bobot kriteria pada prioritas global akan menghasikan nilai bobot sama dengan induk bobot induk kriterianya. Prioritas global pada level 1 (satu) kriteria diperoleh dengan mengalikan prioritas lokal dengan 1 (satu). Contoh untuk mendapatkan prioritas global kriteria ‘sikap kerja’ maka dihitung 0.263548253 x 1 = 0.263548253, Adapun prioritas global tiap subkriteria yaitu hasil kali dari prioritas lokalnya dengan prioritas global induknya.

Contoh untuk memperoleh prioritas global pada subkriteria kebersihan yaitu sebagai berikut:

Prioritas global ‘kebersihan’ = prioritas lokal x prioritas global ‘sikap kerja’ = 0.101473784 x 0.263548253= 0.026743239

Berikut salah satu hasil akhir pembobotan untuk staff.

Tabel 9 Kriteria Promosi (Staf)

Dalam membuat peringkat mengenai siapa yang paling layak dipromosikan, peneliti menggunakan metode TOPSIS. Hasil bobot prioritas global pada proses Fuzzy AHP dijadikan input bagi perhitungan TOPSIS. Adapun nilai bobot kriteria yang digunakan pada proses TOPSIS yaitu kriteria yang tidak memilik sub-kriteria (kriteria anak). Hal ini dikarenakan input penilaian yang dilakukan oleh HRD seluruhnya merupakan kriteria anak. Bobot kriteria induk hanya dijadikan acuan pada sub-kriterianya untuk menentukan bobot global. Jumlah seluruh nilai bobot global kriteria anak pada satu keputusan adalah 1 (satu). Hasil dari proses TOPSIS adalah urutan karyawan. Karyawan dengan peringkat teratas adalah karyawan yang paling layak dipromosikan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data untuk mengolah data dengan metode TOPSIS. Golongan kriteria yang dipilih peneliti yaitu golongan kriteria promosi untuk staf. Dalam keputusan promosi untuk staf terdapat beberapa kriteria yang dijadikan input penilaian, yaitu kebersihan, kerapihan, kelengkapan peralatan, motivasi untuk berprestasi, kepedulian terhadap lingkungan, kerjasama, hasil KPI, prosedur pencapaian hasil, inisiatif dan kreatifitas kerja, kecepatan dan ketelitian kerja, komitmen terhadap pekerjaan, pengetahuan teknis kerja, kedisiplinan, masa kerja. Sedangkan pada

kriteria untuk pimpinan terdapat kriteria input tambahan yaitu hubungan secara horizontal, hubungan secara vertikal dan kemampuan pengambilan keputusan.

Rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria (baik keputusan promosi untuk staf maupun untuk pimpinan) kecuali hasil KPI dan masa kerja, yaitu 5 (Istimewa), 4 (Baik Sekali), 3 (baik), 2 (Cukup), 1 (Kurang). Rating kecocokan untuk setiap alternatif pada kriteria hasil KPI yaitu 1 (Not Achieved), 2 (Achieved), 3 (Exceed 1), 4 (Exceed 2). Adapun rating untuk kriteria masa kerja yaitu lama kerja karyawan dalam hitungan bulan. peneliti akan menggunakan data sampel pada 5 (lima) karyawan sebagai alternatif (𝑉𝑉𝑖𝑖). Sampel data diambil dari karyawan dengan jabatan teknisi, sehingga pengurutan karyawan digunakan untuk menentukan karyawan yang paling layak dipromosikan menjadi QC Leader. Berikut merupakan data sampel penilaian karyawan (staf).

Tabel 10. Data Sampel Penilaian Staf

Langkah awal dalam menentukan karyawan yang paling layak dipromosikan menggunakan metode TOPSIS yaitu membuat matriks ternormalisasi dari matriks keputusan. Matriks keputusan dapat dibentuk berdasarkan tabel 10 yang diubah dengan rating kecocokannya masing-masing.

Matriks keputusan diatas selanjutnya dinormalisasi dengan persamaan pada tahap pertama TOPSIS.

Berikut ini merupakan perhitungan TOPSIS dari data sampel penilaian leader

Page 24: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

20

Tabel 11. Data Sampel Penilaian Leader

Berikut ini merupakan data sampel untuk penilaian supervisor.

Tabel 12. Data Sampel Penilaian Supervisor

C. Perancangan Sistem 1. Data Flow Diagram (DFD) Berikut ini merupakan rancangan DFD yang dibuat. a. Diagram Konteks

Sistem Pendukung Keputusan Promosi

Jabatan

Manajer

Karyawan

Deskripsi_KeputusanDeskripsi_InputJenis_KeputusanTanggal

HRDJenis_KeputusanTanggal Jenis_Keputusan

TanggalPenilaian_User

Deskripsi_KeputusanDeskripsi_InputAturan_KeputusanHasil_Keputusan

Aturan_KeputusanHasil_Keputusan

Aturan_KeputusanHasil_Keputusan

Gambar 6 Diagram Konteks

Diagram konteks pada gambar 6

memperlihatkan entitas luar yang berinteraksi dengan sistem. Dalam hal ini entitas luar yang berinteraksi dengan sistem yaitu Manajer, Karyawan (Supervisor, Leader, Tekinisi, CSO) dan HRD. Diagram diatas juga memperlihatkan hak akses bagi tiap entitas luar. Manager memiliki peranan lebih untuk melakukan manajemen sistem pendukung keputusan (Deskripsi_Keputusan dan Deskripsi_Input) sementara HRD memiliki peranan untuk mengisi nilai karyawan (Penilaian_User). Selain hal yang telah disebutkan sebelumnya, semua entitas memiliki hak yang sama untuk menerima informasi mengenai Hasil_Keputusan dan Aturan_Keputusan.

b. Diagram Nol

Input

Keputusan

Kriteria

Karyawan

User

1.0Olah Input

2.0Olah Keputusan

3.0Pembobotan

Kriteria dengan Fuzzy AHP

5.0Pengurutan Peringkat Karyawan

ManajerDeskripsi_Input

Deskripsi_Kriteria

Jenis_KeputusanTanggal

Hasil_KeputusanAturan_Keputusan

4.0Pengisian NilaiHRD Nilai

Penilaian_User

Deskripsi_Keputusan

Jenis_KeputusanTanggal

Aturan_keputusanHasil_Keputusan

Jenis_KeputusanTanggal

Hasil_KeputusanAturan_Keputusan

Pilihan

Input

User

Pilihan

Umpan_balik

Gambar 7 Diagram Nol

Diagram nol pada gambar 7 menjelaskan

sistem pendukung keputusan secara umum. Terdapat 5 (lima) proses yang secara sekilas memeberikan pengertian mengenai fitur-fitur sistem yang dibangun. Proses-proses tersebut antara lain yaitu olah input, olah keputusan, pembobotan kriteria dengan Fuzzy AHP, Pengisian Nilai dan pengurutan peringkat karyawan dengan TOPSIS. Simpanan Data (Data Store) dijabarkan pada diagram diatas. Arus data dari dan/ atau ke

Page 25: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

21

Simpanan Data tidak dijabarkan karena data yang dikirim atau diterima berupa data dalam bentuk satu record utuh. Penggambaran satu record utuh dalam penelitian ini akan digunakan istilah ‘deskripsi’, contohnya satu record utuh untuk data input diberi nama dengan ‘Deskripsi_Input’.

c. Diagram 1.0

Manajer

1.1Tambah Input

1.2Edit Input

1.3Hapus Input

Input

Deskripsi_Input

Deskripsi_Input

Id_Input

1.4Tambah Pilihan

1.5Edit Pilihan

1.6Hapus Pilihan

Pilihan

Deskripsi_Pilihan

Deskripsi_Pilihan

Id_Pilihan

Gambar 8 Diagram 1.0

Diagram 1.0 diatas memperlihatkan proses lengkap olah input yang melibatkan proses tambah, ubah dan hapus input kemudian juga melibatkan proses tambah, ubah dan hapus pilihan. Proses-proses tersebut masing-masing berinteraksi dengan basis data.

d. Diagram 2.0

Manajer

2.1Tambah

Keputusan

2.2Edit Keputusan

2.3Hapus Keputusan

Keputusan

Deskripsi_Keputusan

Deskripsi_Keputusan

Id_Keputusan 2.5Edit Umpan Balik

2.4Tambah Umpan

Balik

Umpan_balik

Deskripsi_Umpan_Balik

Id_Umpan_Balik

Gambar 9 Diagram 2.0

Diagram diatas memperlihatkan pengolahan

keputusan yang mencakup tambah, ubah dan hapus keputusan. Diagram ini juga memperlihatkan proses tambah dan ubah umpan balik. Secara keseluruhan proses ini menggambarkan bagaimana simpanan data keputusan diolah dalam basis data.

e. Diagram 5.0

5.2Pilih User

Manager

Karyawan

5.3Pengurutan

TOPSIS

Keputusan

Kriteria

Nilai

User

HRD

Jenis_KeputusanTanggal

Daftar_User

Hasil_Keputusan

Hasil_Keputusan

Hasil_Keputusan

Jenis_KeputusanTanggal

Jenis_KeputusanTanggal

5.1Lihat Aturan Keputusan

Jenis_Keputusan

Aturan_Keputusan

Jenis_Keputusan

Aturan_Keputusan

Jenis_Keputusan

Aturan_Keputusan

Keputusan

Kriteria

Umpan_balik Gambar 10 Diagram 5.0

Diagram diatas menjelaskan proses pengurutan karyawan. Awal dari proses pengurutan digambarkan digambarkan pada proses Pilih User dimana proses tersebut melakukan pengambilan data user yang sesuai kemudian dilanjutkan dengan proses Pengrutan TOPSIS yang melakukan pengurutan karyawan. Diagram ini juga menggambarkan bagaimana proses Lihat Aturan Keputusan dijalankan.

1. Entity Relationship Diagram (ERD)

Selanjutnya dilakukan rancangan basis data. Adapun rancangan basis data dibuat dengan alat bantu ERD. Berikut merupakan ERD sistem yang dirancang.

Input

KeputusanKriteria

PilihanUser

id

memiliki

1

memiliki 11

memiliki

M

1

id

memiliki

M

1

memiliki M

1

Jabatan

memiliki

M

N

N

M memiliki N

memiliki

N

nama

pos

nilai

idPilihan

idJabatan

id

id

Nilai

M

M

memiliki

1

idKeputusan

idJabatan

idKriteria

rentang

id

namabobot

idInput

modeBobot

id

rentang

keterangan

nama

idInput

idJabatan

tipe

default

idInput

idKaryawan

tgl

nilai

Umpan_balik

memiliki

1

M

isi

peringkat

idKeputusan

idPilihan

keterangan

pass

nama

idJnsKel

idJabatan

idStatusidCabang

idDivisi

poin

kinerja

tglMulaiKerja

jabatan

idDivisi

dinilai

Gambar 11 ERD Sistem yang dirancang

ERD diatas menggambarkan hubungan antar

entitas. Entitas yang digambarkan hanyalah entitas untuk sistem pendukung keputusan (entitas Keputusan, Kriteria, Input, Nilai, Pilihan dan Umpan_Balik), sedangkan entitas lain pada sistem KPI tidak disertakan, kecuali entitas User dan Jabatan. Entitas User dan Jabatan pada ERD diatas hanya untuk menggambarkan hubungannya dengan entitas-entitas di sistem pendukung keputusan promosi jabatan yang akan dirancang. 2. Perancangan Antarmuka

Pada tahap ini peneliti melakukan perancangan antarmuka sistem. Perancangan dilakukan untuk menentukan tempat dari fitur-fitur yang akan dipasang. Berikut ini beberapa rancangan antarmuka yang dibuat peneliti:

Page 26: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

22

Gambar 12 Halaman ‘Decision Support’

Gambar 13 Halaman ‘Manage Input’

Gambar 14 Halaman ‘Add Input’ dan ‘Edit Input’

Gambar 15 Halaman ‘Manage Selection’

Gambar 16 Halaman ‘Add Selection’ dan ‘Edit Selection’

Gambar 17 Halaman Olah Keputusan Halaman

‘Manage Decision’

Gambar 18 Halaman ‘Add Decision’ dan ‘Edit

Decision’

Gambar 19 Halaman ‘Feedback’

Page 27: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

23

Gambar 20 Halaman ‘DSS Input’

D. Construction

Pada tahap ini dilakukan pembuatan source code atau implementasi kode program berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Source code ditulis dengan menggukan program Netbeans IDE 8.0. Bahasa pemrograman yang dilibatkan dalam proses pengkodean sistem antara lain yaitu javascript, php, html, css. Bahasa pemrograman yang dominan digunakan dalam pengembangan sistem ini yaitu javascript. Dalam penulisan source code javascript peneliti menggunakan beberapa library. Proses yang melibatkan javascript meliputi proses pengiriman data, perpindahan halaman, event handling, sorting, error handling dan lain-lain.

Pengembangan sistem web dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi WampServer versi 2.4 yang didalamnya terdapat aplikasi Apache 2.4.4, PHP 5.4.16, dan MySql 5.6.12 sekaligus dengan phpMyAdmin sebagai interface untuk mengolah database.

Setelah melakukan implementasi kode program, peneliti melakukan pengujian perhitungan fuzzy AHP dan TOPSIS pada sistem untuk memastikan hasil hitung memberikan nilai yang benar. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan manual yang telah dilakukan pada tahap anilisis data dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh sistem yang telah dibuat. Dari hasil pengujian terlihat bahwa semua perhitungan menghasilkan nilai yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan Fuzzy AHP dan TOPSIS pada sistem telah memberikan hasil yang benar.

Pada tahap ini, peneliti juga melakukan proses pengujian terhadap sistem untuk menemukan kesalahan (error) sistem yang mungkin masih ada. Pada increment pertama

peneliti melakukan pengujian secara mandiri terhadap fungsi dasar sistem untuk menemukan kesalahan. Kesalahan yang teridentifikasi segera diperbaiki. Selanjutnya progress sistem diperlihatkan kepada calon pengguna. Pada increment kedua di tahap construction dilakukan pengujian menggunakan metode black-box testing. Proses pengujian dilakukan oleh peneliti dan juga oleh calon pengguna sistem pada browser Google Chrome. Browser ini dipilih karena semua karyawan I2S termasuk manajer I2S menggunakan browser ini untuk mengakses sistem perhitungan KPI. Sistem perhitungan KPI merupakan sistem yang akan diintegrasikan dengan sistem pendukung keputusan yang dibangun. Browser Google Chrome mendukung secara penuh fungsionalitas sistem perhitungan KPI ini sedangkan browser lainnya masih dalam tahap pengembangan. Pada proses black-box testing sistem pendukung keputusan yang dibangun, setiap unit dan fungsionalitas sistem diperiksa satu-persatu. Kesalahan atau error yang ditemukan akan dicatat dan di perbaiki oleh peneliti.

V. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem pendukung keputusan promosi

karyawan dengan Fuzzy AHP dan TOPSIS ini dirancang dan dibangun melalui tahapan incremental. Tahapan incremental yang dilakukan yaitu communication, planning, modeling, construction dan deployment.

2. Sistem pendukung keputusan promosi karyawan dengan Fuzzy AHP dan TOPSIS yang telah dibangun ini dapat membantu manajer I2S mempercepat proses pengambilan keputusan promosi karyawan dan mampu mengurangi subjektivitas sehingga kualitas keputusan lebih objektif. Keakuratan dan keadilan pengambilan keputusan juga tercapai melalui sistem ini. Sistem ini juga dapat mengatasi permasalahan pemilihan karyawan jika hasil penilaian tidak jauh berbeda (hampir seimbang). Semua hal itu dapat diraih karena sistem ini melakukan proses pembobotan dan perhitungan kelayakan karyawan secara otomatis (terkomputerisasi) dengan metode Fuzzy AHP dan TOPSIS. Metode Fuzzy AHP digunakan untuk menghitung bobot kriteria sedangkan TOPSIS digunakan untuk mengurutkan peringkat karyawan.

VI. REFERENSI

[1] Hasibuan, M.S.P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

[2] Kusumadewi, S., Hartati, S., Harjoko, A., & Wardoyo, R. 2006. Fuzzy Multi-Attribute

Page 28: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

24

Decision Making (FUZZY MADM). Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

[3] Volarić, T., Brajković, E., & Sjekavica, T. 2014. Integration of FAHP and TOPSIS Methods for the Selection of Appropriate Multimedia Application for Learning and Teaching. electronic form only:: DA.

[4] Momeni, M., Fathi, M. R., Jafarzadeh, A. H., & Behrooz, A. 2012. Integration of Interval TOPSIS and Fuzzy AHP for Technology Selection. Nature & Science, 10(6).

[5] Abdolshah, M., & Nejad, S. S. 2013. Developing a new model using Fuzzy AHP and TOPSIS methods in supplier selection problem in Supply Chain Management-A case study of SADRA Company in IRAN. Supply Chain Management Journal, 4(1), 26-44.

[6] Ayhan, M. B. 2013. A Fuzzy AHP Approach for Supplier Selection Problem: A Case Study in a Gear Motor Company. arXiv preprint arXiv:1311.2886.

[7] Özdağoğlu, A., & Özdağoğlu, G. 2007. Comparison of AHP and fuzzy AHP for the multi-criteria decision making processes with linguistic evaluations. İstanbul Ticaret Üniversitesi Fen Bilimleri Dergisi, 6(11), 65-85.

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.

Page 29: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

25

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN KEUANGAN PADA KOPERASI LANCAR JAYA

Sarip Hidayatuloh1, Indah Sari Agustin2

Program Studi Sistem Informasi1,2

Fakultas Sains danTeknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Indonesia [email protected], [email protected]

Abstract - With the development of increasingly advanced technology today cooperatives should improve managerial performance by utilizing these technologies. Among the recording of financial data to be used as financial statements. Current Cooperative Jaya, processing financial data to be reported is still done manually which cause management to lose control. So it may happen transactions are not recorded, lost documents, and problem reporting delay making financial reports are not accurate and can not be used as a basis for making decisions. Based on these problems, in this study Analysis and Design of Information Systems Financial Recording Current Cooperative Jaya which can be used to process and store data in the form of financial cooperative cash receipts and disbursements of data to produce financial statements are accurate, timely and accounted for. Analysis and Design of Information Systems using the Waterfall method which refers to the theory of Jeffery L, Whitten Dkk. (2004) with the Unified Modeling Language (UML) as the modeling tool system, while microsoft visio 2013 as the design of the interface design and create charts. The research methodology used to use observation, interviews, literature and for the development of cooperative information systems using waterfall development methodology. The results of this study are Analysis and Design of Information Systems Financial Recording desktop based. The design is expected to facilitate the flow of information recording keuangann, as well as supporting the implementation of cooperative binis process. Keywords: cooperative, financial records, receipts and cash disbursements, UML, interface design, microsoft visio 2013, tools, waterfall.

I. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam era globalisasi terjadi begitu cepat dengan tingkat persaingan yang tinggi. sehingga mengharuskan perusahaan atau organisasi berupaya meningkatkan kualitas yang disertai dengan peningkatan kemampuan sumber daya.

Dalam koperasi pasti memiliki proses keuangan yang dikeluarkan atau dimasukkan, dalam hal ini peneliti akan membahas tentang sistem informasi pencatatan keuangan pada Koperasi Lancar Jaya serta melihat sejauh dan sebaik mana yang diterapkan oleh koperasi tersebut dan menganalisanya.

Melihat kondisi proses bisnis koperasi saat ini yaitu dengan masih banyaknya penggunaan sistem yang masih manual dan menggunakan software yaitu microsoft excel 2007 sehingga membuat kinerja menjadi kurang efisien

II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi merupakan kumpulan dari

perangkat keras dan perangkat lunak komputer serta perangkat manusia yang akan mengolah data menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak

tersebut, selain itu data juga memegang peranan yang penting dalam sistem informasi, data yang akan dimasukkan dalam sebuah sistem informasi dapat berupa formulir-formulir, prosedur-prosedur, dan bentuk data lainnya.

B. Koperasi

Dalam Undang-Undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992, Koperasi diartikan sebagai badan usaha yang beranggotakan kumpulan orang atau badan hukum Koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi merupakan kumpulan orang atau badan hukum berdasarkan prinsip Koperasi yaitu untuk memajukan kepentingan anggota dan masyarakat umum. Dalam Koperasi tidak ada paksaan dan campur tangan dari pihak lain. Semua diatur oleh para anggota, sehingga pemegang kekuasaan tertinggi adalah rapat para anggota. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) didasarkan pada besar kecilnya karya dan jasa anggota (Departemen Koperasi, 1994).

C. Pencatatan Keuangan Pada Koperasi

Page 30: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

26

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya atas dasar prinsip koperasi dan kaidah ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat sekitarnya, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi memiliki karakteristik utama yang membedakannya dengan badan usaha lain yaitu adanya identitas ganda (the dual identity of the member) pada anggotanya. Anggota koperasi berperan sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan koperasi yang disusun berdasarkan PSAK, akan membuat informasi yang disajikan menjadi lebih mudah dipahami, mempunyai relevansi, keandalan, dan mempunyai daya banding yang tinggi. Sebaliknya jika laporan keuangan koperasi disusun tidak berdasarkan standar dan prinsip yang berlaku, dapat menyesatkan penggunanya.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data digunakan untuk melakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam penelitian. Baik berupa data-data pendukung penelitian maupun data-data yang akan digunakan dalam pembuatan sistem informasi pencatatan keuangan pada koperasi lancar jaya. Fungsi dari metode pengumpulan data adalah agar proses pengumpulan data dalam penelitian dapat terorganisir dengan baik sehingga akan mempercepat proses penelitian. 1. Studi Pustaka

Dalam proses studi pustaka dilakukan pencarian data-data terkait penelitian yang akan dijadikan landasan teori dalam melakukan penelitian. Setelah menjadi landasan teori, data-data tersebut berguna untuk menjadi petunjuk penelitian dan acuan untuk tahapan pengembangan sistem. Pencarian data tersebut dilakukan dengan cara melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan. 2. Observasi / Pengamatan

Teknik ini dilakukan pada tanggal 24 maret 2014 sampai dengan 24 april 2014 dengan cara pengamatan langsung terhadap proses atau kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi Lancar Jaya yang

beralamat di Jl. Wibawa Mukti Pedurenan No. 39 Jatiluhur Jatiasih Bekasi.

Dalam observasi dilakukan pengamatan dan diskusi dengan pihak terkait dalam hal lingkungan pengendalian organisasi dan sistem pencatatan keuangan yang berjalan dalam Koperasi Lancar Jaya sehingga dapat disimpulkan masalah yang ada dalam organisasi dan dapat dilakukan penelitian sebagai usaha atau pemecahan masalah tersebut. Dalam observasi tersebut telah didapatkan:

a. Profil Koperasi Lancar Jaya. b. Sistem Yang Sedang Berjalan. c. Data-data tentang standar sistem informasi

pencatatan keuangan koperasi lancar jaya.

3. MetodeWawancara Peneliti melakukan diskusi dengan Ibu

Ika selaku bendahara mengenai proses Koperasi Lancar Jaya. Sehingga peneliti dapat mengetahui kebutuhan yang diperlukan dalam merancang Sistem Informasi Pencatatan Keuangan pada koperasi tersebut.

4. Studi Literatur Sejenis

Penelitian ini menggunakan laporan penelitian yang berjudul Rancang Bangun Sistem Informasi Pencatatan Keuangan Organisasi Non-Profit (Studi Kasus: Di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PATTIRO).

B. Metode Pengembangan Sistem

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Object oriented dengan model waterfall strategy sequential (strategi air terjun beraturan). Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, strategi ini mensyaratkan penyelesaian tiap proses secara satu per satu sehingga lebih mudah dimengerti. Tahapan model watefall strategy sequential yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut. 1. Permulaan Sistem (System Initiation)

Dalam tahap ini, terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan di dalam membangun sistem informasi pencatatan keuangan pada Koperasi Lancar Jaya antara lain: a. Identifikasi Masalah, yaitu menjelaskan

masalah pada proses pencatatan keuangan yang sedang berjalan.

b. Lingkup Sistem, yaitu menentukan batasan ruang lingkup sistem informasi pencatatan keuangan yang akan dibangun.

Page 31: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

27

c. Tujuan, yaitu menentukan untuk apa dan untuk siapa sistem informasi pencatatan keuangan dibangun.

2. Analisis Sistem (system Analysis) Dalam tahap ini, peneliti akan menguraikan

beberapa hal, yaitu: a. Gambaran Umum Koperasi Lancar Jaya seperti

Visi, Misi, Struktur Organisasi, dan Fungsi Koperasi tersebut.

b. Analisa sistem yang berjalan menjelaskan sistem yang dipakai oleh Koperasi Lancar Jaya dalam melakukan proses kegiatan transaksi sebelum adanya sistem informasi Pencatatan Keuangan.

c. Analisa pemecahan masalah menguraikan tentang beberapa usulan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan pada sistem yang berjalan.

d. Kebutuhan User dan Sistem Informasi Pencatatan Keuangan.

3. Desain Sistem (System Design) Desain sistem dirancang sebagai

penggambaran model sistem untuk mendokumentasikan aspek teknis dari sebuah sistem yang akan dibangun.

Pada tahap ini, peneliti akan membuat desain sistem yang akan dibangun, meliputi perancangan proses menggunakan Use Case Diagram, Activity Diagram, dan Sequence Diagram, perancangan input dan output, perancangan database menggunakan Class Diagram, dan perancangan tampilan user interface (GUI). Proses desain akan menggunakan perancangan sistem notasi UML yang digambarkan dalam Microsoft Visio sebagai tools system design dan Microsoft Visual Studio 2008 sebagai perancangan tampilan user interface (GUI). C. Kerangka Penelitian Berikut ini adalah kerangka penelitian dari penelitian yang dilakukan digambarkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 KerangkaPenelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Sistem Berjalan Ada satu sistem pokok yang ada dalam sistem keuangan Koperasi Lancar Jaya yaitu sistem penerimaan dan pengeluaran kas. Sistem tersebut masih dilakukan secara manual. 1. Sistem Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran

Kas

Sistem Pencatatan Penerimaan dan pengeluaran Kas di Koperasi Lancar Jaya dimulai dengan Bendahara 1 dan 2 membuat bukti penerimaan & pengeluaran Kas. Kemudian Bukti Penerimaan dan pengeluaran Kas tersebut diberikan kepada Ketua untuk ditandatangani, direvisi, atau ditolak. Setelah Bukti Penerimaan dan pengeluaran Kas ditandatangani, Bendahara 1 dan 2 mencatatnya kedalam jurnal penerimaan dan pengeluaran.

Gambar 4.1 Sistem Berjalan Pencatatan

Penerimaan dan Pengeluaran Kas

B. Analisa Kebutuhan Sistem

Page 32: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

28

Tujuan dari analisa kebutuhan sistem adalah untuk memperjelas sistem apa yang akan dirancang sesuai dengan permasalahan yang ada.

C. Analisa Sistem Usulan Setelah melakukan analisa kebutuhan sistem maka dapat disimpulkan untuk membuat sebuah sistem yang bisa mengatasi masalah serta memenuhi kebutuhan sistem.

Gambar 4.2 Sistem Usulan Pencatatan Penerimaan dan Pngeluaran Kas

1. Use – Case Diagram

Gambar 4.3 Use-case Diagram Sistem Usulan

2. Activity Diagram

Gambar 4.4 Activity Diagram Login

Gambar 4.5 Activity Diagram Input Penerimaan Kas

Gambar 4.6 Activity Diagram Input Pengeluaran Kas

Gambar 4.7 Activity Diagram Persetujuan Penerimaan Kas

Page 33: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

29

Gambar 4.8 Activity Diagram Persetujuan Pengeluaran Kas

Gambar 4.9 Activity Diagram Klarifikasi Data Keuangan

Gambar 4.10 Activity Diagram Cetak Bukti Penerimaan Kas

Gambar 4.11 Activity Diagram Cetak Bukti Pengeluaran Kas

Gambar 4.12 Activity Diagram Lihat Laporan Keuangan

3. Class Diagram

Gambar 4.13 Class Diagram Sistem Informasi Pencatatan Keuangan Koperasi Lancar Jaya

4. Skema Mapping

Gambar 4.14 Schema Mapping Pencatatan Keuangan

Page 34: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

30

5. Sequence Diagram

Gambar 4.15 Sequence Diagram Login

Gambar 4.16 Sequence Diagram Input Penerimaan Kas

Gambar 4.17 Sequence Diagram Input Pengeluaran Kas

Gambar 4.18 Sequence Diagram Persetujuan Penerimaan Kas

Gambar 4.19 Sequence Diagram Persetujuan Pengeluaran Kas

Gambar 4.20 Sequence Diagram Cetak Penerimaan Kas

Page 35: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

31

Gambar 4.21 Sequence Diagram Cetak Pengeluaran Kas

Gambar 4.22 Sequence Diagram Lihat

Laporan Keuangan

Gambar 4.23 Sequence Diagram Klarifikasi Data Keuangan

6. Statechart Diagram

Gambar 4.24 Statechart Diagram Penerimaan Kas

Gambar 4.25 Statechart Diagram Pengeluaran Kas

7. Deployment Diagram

Gambar 4.26 Deployment Diagram Pencatatan Keuangan

Page 36: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

32

D. Perancangan Antar Muka Sistem

Pada tahap ini dilakukan perancangan tampilan (antarmuka) halaman-halaman desktop, dimana dari beberapa menu memiliki form, yaitu form dana, user, status, pegawai, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Beserta output laporan keuangan, bukti penerimaan kas dan pengeluaran kas. Perancangan antarmuka ini diharapkan dapat memudahkan pengguna dalam menjalankan sistem informasi pencatatan keuangan pada Koperasi Lancar Jaya. Berikut ini adalah gambaran rancangan antarmuka sistem.

Gambar 4.27 Rancangan Halaman Login

Sistem

Gambar 4.28 Rancangan Halaman Utama User

Gambar 4.29 Rancangan Halaman Form User

Gambar 4.30 Rancangan Halaman Form

Pegawai

Gambar 4.31 Rancangan Halaman Form Status

Gambar 4.32 Rancangan Halaman Form Dana

Gambar 4.33 Rancangan Halaman Form

Penerimaan Kas

Page 37: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

33

Gambar 4.34 Rancangan Halaman Form

Pengeluaran Kas

Gambar 4.35 Rancangan Halaman Laporan

Keuangan Neraca

Gambar 4.36 Rancangan Halaman Laporan

Keuangan Laba Rugi

Gambar 4.37 Rancangan Halaman Laporan

Keuangan Perubahan Modal

Gambar 4.38 Rancangan Halaman Laporan

Keuangan Arus Kas

Gambar 4.39 Rancangan Halaman Bukti

Penerimaan Kas .

Page 38: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

34

Gambar 4.40 Rancangan Halaman Bukti

Pengeluaran Kas

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan a. Analisis sistem pencatatan keuangan yang saat

ini berjalan pada Koperasi Lancar Jaya telah berhasil membuat pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang sudah terkomputerisasi serta karyawan dapat mencetak bukti penerimaan dan pengeluaran kas.

b. Rancangan sebuah sistem pencatatan keuangan yang keluar dan masuk dapat meningkatkan kinerja karyawan pada Koperasi Lancar Jaya.

c. Menghasilkan analisis dan perancangan sistem informasi pencatatan keuangan Koperasi Lancar Jaya yang tepat waktu, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga ketua dapat mengambil keputusan berdasarkan laporan yang ada.

B. Saran a. Dengan adanya analisis pencatatan keuangan,

dapat mengefisiensikan proses kerja pada karyawan dan mempermudah dalam pencatatan keuangan yang masuk maupun keluar.

b. Diharapkan kedepannya sistem informasi pencatatan keuangan tidak hanya penerimaan dan pengeluaran kas saja tetapi bisa ditambahkan produk jasa koperasi lainnya yaitu simpan pinjam

VI. REFERENSI [1]. Al Fatta, Hanif. Analisis dan Perancangan

Sistem Informasi untuk Keunggulan

Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: Penerbit: Andi. 2007

[2]. Arifin Sitio. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga. 2001

[3]. Bodnar, George H. dan William S. Hopwood. Sistem Informasi Akuntansi Salemba Empat. Jakarta. 2000

[4]. Gulo, W. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta. 2002

[5]. Hartono, Jogiyanto MBA. Ph.D. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi. Yogyakarta. 2005

[6]. Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 2002

[7]. Jogiyanto HM. Analisis dan Desain Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Offset: Yogyakarta. 2009.

[8]. John J Wild. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Buku Satu. Edisi Delapan. 2005

[9]. Kadir, Abdul.Pengenalan Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi. 2003

[10]. Kendall, Keneith E, dan Julie E. Kendall. Analisis dan Perancangan Sistem. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. 2003

[11]. Munawar. Pemodelan Visual UML. Graha Ilmu Media: Yogyakarta. 2007.

[12]. Mulyanto A. Sistem Informasi. Konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2009.

[13]. Nazir M. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia : Bogor. 2005

[14]. Sholiq. Pemodelan Sistem Informasi Berorientasi Objek dengan UML. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009

[15]. Soemarso SR Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Citra. 2002

[16]. Pressman , Roger S. Rekayasa Perangkat Lunak. Buku 1. Alih Bahasa. Yogyakarta: Andi. 2002

[17]. Warren Reeve Fess. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Buku dua, Edisi 21.

[18]. Whitten, Jeffery L, Dkk. Metode Desain dan Analisis Sistem. Andi. Yogyakarta. 2004

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.

Page 39: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

35

USULAN MANAJEMEN RISIKO BERDASARKAN STANDAR SNI ISO/IEC 27001:2009 MENGGUNAKAN INDEKS KAMI

(KEAMANAN INFORMASI) STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI)

Indah Kusuma Dewi1, Fitroh2, Suci Ratnawati3

1,2,3 Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tel: (021) 7493606 Fax: (021) 7493315 Email : [email protected] , [email protected] 2, [email protected]

Abstract - National Agency for the Placement and Protection of Indonesian Overseas Workers (BNP2TKI) managing labor data are vital such as data placement and data arrival so required security information. At the Center for Research and Development Information (Puslitfo) are the head of information systems in charge of sub-areas of system development and maintenance of the system. Of the two sub-areas that many threats that occur as the incident that led to the demise of electricity damaged server so that services should be in real time was inhibited. The study began with a check (analysis of current conditions), Act (Self-assessment based index WE) is an evaluation of the role and the importance of ICT as well as V (five) the completeness of the information security area, namely governance, risk management, framework, asset management, and technology and information security, Plan (Creating Risk Management Plan) which has an output Inventory asset, threat list, list of potential weakness, value possible threats, the impact value, and the value of risk and level of risk. And the last one is Do (Implement controls planned). From the results, the role and the importance of ICT with a score of 31, which has a higher category. For completeness of information security level still needs to be improved, and the maturity level of information security is at the first level categories (initial conditions). Of V (five) area evaluation, information security risk management has not reached the minimum so that made the Risk Management Plan and the policies and controls in the Risk Management Plan. Keywords: Risk Management Plan, Assets, Threats, Weaknesses, Value Possible Threat, Impact Analysis, Risk Value.

I. PENDAHULUAN Pada bidang sistem informasi di Puslitfo,

terdapat dua sub bidang yaitu pengembangan sistem dan pemeliharaan sistem. Dua sub bidang inilah yang mengelola seluruh aplikasi dan server untuk kebutuhan data dan informasi baik internal maupun eksternal. Oleh karena itulah mereka memerlukan sebuah pengkajian risiko untuk tugas mereka yang berisiko tinggi bagi kelangsungan bisnis dan informasi di BNP2TKI.

Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara kepada kepala sub bidang pengembangan sistem, BNP2TKI ternyata tidak mempunyai pengkajian dan pengelolaan risiko, tidak ada kerangka kerja pengelolaan risiko yang mencakup klasifikasi aset informasi dan tingkat keamanan serta tidak melakukan pendefinisian kepemilikan dan pihak pengelola aset informasi. BNP2TKI hanya menjadi organisasi yang reaktif terhadap risiko ancaman yang terjadi. Contoh

insiden yang pernah terjadi adalah saat aliran listrik yang tiba-tiba mati dan menyebabkan server menjadi rusak. Saat itu pelayanan yang biasanya real time pun tidak dapat diakses oleh para user. Apalagi BNP2TKI yang terletak di Jl. MT. Haryono ini adalah kantor pusat sehingga kasus itu pun berimbas pula ke kantor-kantor cabang di Indonesia. Kasus ini membuat BNP2TKI menderita kerugian baik dari segi bisnis maupun informasi.

II. LANDASAN TEORI

A. SNI ISO/IEC 27001:2009 Merupakan susunan secara adopsi identik

terhadap standar ISO/IEC 27001:2005, Information technology – Security techniques – Information security management systems – Requirements. Standar yang merupakan standar nasional ini dibuat sebagai model untuk penetapan, penerapan, pengoperasian, pemantauan, pengkajian, pemeliharaan, dan perbaikan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI). Desain dan penerapan SMKI dari suatu perusahaan

Page 40: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

36

dipengaruhi oleh kebutuhan dan sasaran perusahaan. Standar ini dan sistem pendukungnya diperkirakan akan berubah dari waktu ke waktu. Penerapan SMKI disesuaikan pula dengan kebutuhan perusahaan. Standar ini dapat digunakan untuk menilai kesesuaian oleh pihak terkait baik internal maupun eksternal (Badan Standardisasi Nasional SNI ISO/IEC 27001: 2005).

Standar SNI ISO/IEC 27001:2009 mengadopsi model “Plan-Do-Check-Act” (PDCA) yang diterapkan untuk membentuk seluruh proses SMKI. Gambar 2.1 memperlihatkan persyaratan keamanan informasi dan harapan dari pihak terkait menjadi masukan bagi SMKI, serta melalui tindakan dan proses yang diperlukan akan menghasilkan keluaran keamanan informasi yang memenuhi persyaratan dan harapan tersebut.

Gambar 2.1 Model PDCA

Tabel 2.1 Penjelasan Model PDCA

Plan (Penetapan SMKI)

Menetapkan kebijakan, sasaran, proses dan prosedur SMKI yang sesuai untuk pengelolaan risiko dan perbaikan keamanan informasi agar menghasilkan hasil yang sesuai dengan kebijakan dan sasaran perusahaan secara keseluruhan.

Do (Penerapan dan Pengoperasian SMKI)

Menerapkan dan mengoperasikan kebijakan pengendalian, proses dan prosedur SMKI.

Check (Pemantauan dan Pengkajian

Mengukur kinerja proses terhadap

SMKI) kebijakan, sasaran SMKI dan pengalaman praktis dan melaporkan hasilnya kepada manajemen untuk pengkajian.

Act (Peningkatan dan Pemeliharaan SMKI)

Mengambil tindakan korektif dan pencegahan berdasarkan hasil internal audit SMKI dan tinjauan manajemen atau informasi terkait lainnya, untuk mencapai perbaikan berkesinambungan dalam SMKI.

B. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses untuk

mengidentifikasi risiko, menganalisa risiko dan melakukan penanganan untuk mengurangi risiko sampai dampaknya terhadap proses bisnis di perusahaan ataupun organisasi pada level yang dapat diterima atau dibolehkan (Sarno&Iffano, 2009). Manajemen risiko meliputi aktifitas-aktifitas yaitu: identifikasi informasi, identifikasi ancaman dan kelemahan, analisa dampak bisnis serta penilaian risiko (risk assessment). Penilaian Risiko

Penilaian risiko (risk assessment) adalah langkah atau tahap pertama dari proses manajemen risiko dan bertujuan untuk mengetahui ancaman-ancaman (threat) dari luar yang berpotensi mengganggu keamanan informasi organisasi dan potensial kelemahan (vulnerability) yang mungkin dimiliki oleh informasi di perusahaan atau organisasi (Sarno&Iffano, 2009). Pada tahap ini, penulis mengadopsi dan mengadaptasikannya menjadi Plan, yaitu membuat Risk Management Plan dengan melakukan tahap-tahap pada metode dibawah ini.

Metode penilaian risiko terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu: 1. Identifikasi aset/Fasilitas Informasi 2. Identifikasi ancaman (threat) 3. Identifikasi kelemahan (vulnerability) 4. Menentukan kemungkinan ancaman

(probability) 5. Analisa dampak (impact analysis) 6. Menentukan nilai risiko

Page 41: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

37

Aset

TAHAP 1Identifikasi Aset/

Fasilitas Informasi

Inventarisasi Aset

Historis ancaman yang pernah

terjadi

TAHAP 2Identifikasi Ancaman

Daftar Ancaman (Threat)

Laporan penilaian

terdahulu, hasil-hasil audit

TAHAP 3Identifikasi Kelemahan

Daftar kelemahan yang potensial

Historis gangguan

TAHAP 4Menentukan

Kemungkinan

Nilai kemungkinan

ancaman

Aset yang kritikal dan sensitif

TAHAP 5Analisa Dampak Nilai Dampak

Besarnya dampak

TAHAP 6Menentukan Nilai

Risiko

Risiko dan level risiko

INPUT TAHAPAN OUTPUT

Gambar 2.2 Tahapan Penilaian Risiko

C. Indeks KAMI (Keamanan Informasi)

Indeks KAMI adalah alat evaluasi untuk menganalisis tingkat kesiapan pengamanan informasi di instansi pemerintah. Alat evaluasi ini tidak ditujukan untuk menganalisis kelayakan atau efektivitas bentuk pengamanan yang ada, melainkan sebagai perangkat untuk memberikan gambaran kondisi kesiapan (kelengkapan dan kematangan) kerangka kerja keamanan informasi kepada pimpinan Instansi. Evaluasi dilakukan terhadap berbagai area yang menjadi target penerapan keamanan informasi dengan ruang lingkup pembahasan yang juga memenuhi semua aspek keamanan yang didefinisikan oleh standar SNI ISO/IEC 27001:2009. Hasil evaluasi indeks KAMI menggambarkan tingkat kematangan, tingkat kelengkapan penerapan SNI ISO/IEC 27001:2009 dan peta area tata kelola keamanan sistem informasi di instansi pemerintah (Direktorat Keamanan Informasi, 2012).

III. METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa proses, yaitu menggunakan Check-Act-Plan-Do yang masing-masing mencakup analisis kondisi terkini, melaksanakan self-assessment berdasarkan Indeks KAMI (Keamanan Informasi), membuat perencanaan manajemen risiko, serta melakukan kebijakan yang akan dilakukan

B. Metode Pendekatan Proses

Berdasarkan teori yang ada, metode yang diterapkan oleh SNI ISO/IEC 27001: 2009 menggunakan model atau siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA). Karena merupakan suatu siklus,

PDCA ini juga dapat dilakukan dari siklus mana saja, baik itu dari Do, Check, maupun Act. Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan Check-Act-Plan-Do (CAPD). Alasan penulis memilih model CAPD karena penulis melihat dari saran penelitian sebelumnya yang kebanyakan hanya melakukan Plan dan Do saja. Karena framework SNI ISO/IEC 27001: 2009 ini fleksibel, maka dapat disesuaikan dengan kondisi organisasinya. BNP2TKI belum pernah melakukan tata kelola teknologi informasi dan tidak memiliki pengkajian risiko untuk mengelola ancaman-ancaman yang ada maupun yang akan datang. Maka dengan melakukan Check terlebih dahulu, penulis dapat mengetahui apa kebutuhan sebenarnya dari BNP2TKI.

Berikut ini adalah tabel model CAPD yang dilakukan oleh penulis beserta dengan penjelasannya:

Tabel 3.1 Model CAPD Check (pemantauan dan pengkajian)

Mengobservasi profil, struktur organisasi dan SOP, serta kondisi organisasi saat ini untuk dijadikan analisis kondisi terkini.

Act (peningkatan dan pemeliharaan)

Peningkatan dan pemeliharaan dengan melaksanakan self-assessment berdasarkan Indeks KAMI (Keamanan Informasi). Penilaian yang dilakukan meliputi: Peran dan tingkat kepentingan TIK, Tata kelola keamanan informasi Pengelolaan risiko keamanan informasi, Kerangka kerja pengelolaan keamanan informasi, Peengelolaan aset informasi, serta Teknologi dan keamanan informasi. Hasil dari assessment ini untuk peningkatan dan pemeliharaan organisasi dari sisi manajemen

Plan (penetapan dan perencanaan)

Membuat risk management plan dari prosedur SMKI yang sesuai untuk perbaikan keamanan informasi. Perencanaan tersebut meliputi:

Page 42: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

38

1. Identifikasi aset, outputnya yaitu daftar aset utama dan aset pendukung.

2. Identifikasi ancaman, outputnya yaitu daftar ancaman.

3. Identifikasi kelemahan, outputnya yaitu daftar kelemahan yang potensial terjadi.

4. Menentukan nilai kemungkinan, outputnya yaitu nilai kemungkinan ancaman dan prioritas aset.

5. Analisa dampak, outputnya yaitu nilai dampak bisnis dan analisa mitigasi.

6. Menentukan nilai risiko, outputnya yaitu nilai risiko dan level risiko.

Do (penerapan dan pengoperasian)

Melakukan kontrol yang direncanakan berupa kebijakan dan pengendalian dari usulan risk management pada tahap sebelumnya.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Check (Analisis Kondisi Terkini) Penulis mengecek profil, visi, misi, arah,

kebijakan, tujuan dan sasaran organisasi, logo, struktur organisasi baik pada organisasi maupun lingkup batasan masalah, serta proses bisnis yang ada pada Kepala Bidang Sistem Informasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi (Puslitfo).

B. Act (Melakukan self-assessment)

Self-assessment dilakukan untuk melakukan penilaian menggunakan indeks KAMI (Keamanan Informasi). Penilaian ini mencakup penilaian tingkat ketergantungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Penilaian V (lima) area tingkat kelengkapan keamanan informasi sebagai berikut:

1. Peran dan Tingkat Kepentingan TIK dalam instansi

2. Tata kelola keamanan informasi 3. Pengelolaan risiko keamanan informasi 4. Kerangka kerja pengelolaan keamanan

informasi 5. Pengelolaan aset informasi 6. Teknologi dan keamanan informasi

Gambar 4.1 Dashboard dan Radar Chart Kantor Pusat BNP2TKI

Dari hasil evaluasi kelengkapan penerapan

standar SNI ISO/IEC 27001: 2009 didapatkan bahwa kantor pusat BNP2TKI berada pada area merah dan memiliki nilai 228 sehingga masih dikategorikan dalam status kesiapan perbaikan. Sedangkan untuk tingkat kematangan keamanan informasi berada pada kategori tingkat I yaitu kondisi awal (Reaktif).

C. Plan (Membuat Risk Management Plan)

Dari hasil evaluasi self-assesment yang telah didapatkan, pengelolaan risiko pada kantor pusat BNP2TKI memang belum sampai pada tahap minimal. Risiko keamanan informasi adalah potensi bahwa ancaman yang diberikan akan mengeksploitasi kerentanan aset yang dimiliki oleh organisasi ataupun kelompok aset lainnya. Organisasi yang memberikan layanan untuk publik, sangat rentan akan keamanan informasi. Semakin tinggi teknologi suatu organisasi, maka makin tinggi pula risiko keamanan informasinya. Untuk menjadikan organisasi yang preventif, Risk Management Plan dapat menjadi solusi. Penulis menggabungkan ISO 27001 dengan ISO 27005 mengenai manajemen risiko yang merupakan prasyarat untuk membuat Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI).

1. Identifikasi Aset/Fasilitas Informasi

Jenis aset dapat dibedakan menjadi 2 (dua): 1. Aset utama

Aset utama biasanya merupakan proses dan informasi inti kegiatan dalam lingkup organisasi. Aset utama lainnya seperti proses

Page 43: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

39

organisasi juga dapat diperhitungkan, yang akan lebih tepat untuk menyusun kebijakan keamanan informasi atau rencana kelangsungan bisnis. Aset utama terdiri dari dua jenis:

a. Proses bisnis (sub-proses) dan kegiatan b. Informasi

2. Aset pendukung Aset pendukung merupakan dimana unsur-unsur utama dari ruang lingkup bergantung. Ruang lingkup terdiri dari aset yang harus diidentifikasikan dan dijelaskan. Aset-aset ini mempunyai kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh ancaman yang bertujuan untuk merusak aset utama. Yang termasuk aset pendukung antara lain:

a. Hardware b. Software/Aplikasi c. Jaringan d. Personel e. Tempat f. Struktur organisasi

2. Identifikasi Ancaman

Threat atau ancaman adalah suatu potensi yang disebabkan oleh insiden yang tidak diinginkan yang mungkin membahayakan jalannya proses bisnis organisasi. Tujuan dari mengidentifikasi ancaman adalah agar diketahui ancaman yang mungkin terjadi dan membahayakan sistem dalam organisasi. Sumber ancaman dapat berasal dari alam (natural threat), lingkungan (environmental threat), dan manusia (human threat).

Pada ISO 27005: 2008, diberikan daftar contoh ancaman yang khas. Daftar tersebut memberikan gambaran ancaman yang mungkin disengaja, tidak disengaja atau lingkungan alam dan dapat mengakibatkan kerusakan atau kehilangan layanan yang penting. Daftar ini menunjukkan untuk setiap jenis ancaman yang diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Daftar klasifikasi ancaman

A Tidak disengaja Digunakan untuk semua tindakan manusia yang tidak sengaja dapat merusak aset informasi

D Disengaja Digunakan untuk semua tindakan sengaja yang ditujukan untuk aset

informasi

E Lingkungan Digunakan untuk semua insiden yang tidak didasarkan pada tindakan manusia

3. Identifikasi Kelemahan

Kelemahan yang dimaksud dalam mengidentifikasi kelemahan ini adalah yang di dalam prosedur kemanan informasi, perencanaan, implementasi atau kontrol internal di dalam organisasi terhadap penjagaan informasi yang dimiliki, dimana kelemahan ini dapat menimbulkan atau memicu ancaman. Tujuan utama dari tahap ini adalah organisasi memahami kelemahan yang dimiliki dalam sistem manajemen keamanan informasinya.

Berdasarkan pada ISO 27001, input dari identifikasi kelemahan ini adalah dari laporan penilaian terdahulu dan hasil-hasil audit 4. Menentukan Kemungkinan/Nilai

Kemungkinan Ancaman Tujuan dari tahap ini adalah untuk

mengetahui kemungkinan ancaman yang akan timbul sesuai dengan identifikasi ancaman yang telah didefinisikan. Nilai aset, dan tingkat ancaman dan kerentanan, relevan untuk setiap jenis konsekuensi dan dicocokkan dalam matriks berdasarkan ISO/IEC 27005: 2008. 5. Analisa Dampak

Analisa dampak adalah kegiatan untuk menentukan seberapa besar dampak atau pengaruhnya suatu risiko yang diakibatkan oleh ancaman atau kelemahan terhadap organisasi atau jalannya proses bisnis organisasi. Jika analisa dampak ditujukan atau difokuskan kepada proses bisnis organisasi diistilahkan dengan analisa dampak bisnis yang disingkat BIA (Business Impact Analysis). 6. Menentukan Nilai Risiko

Nilai risiko adalah gambaran dari seberapa besar akibat yang akan diterima organisasi jika ancaman yang menyebabkan kegagalan keamanan informasi terjadi.

Tabel 4.2 Nilai kemungkinan skenario risiko

Kemungkinan Ancaman

Rendah ( R )

Sedang ( S )

Tinggi ( T )

Level Kerentanan

R S T R S T R S T

Page 44: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

40

Nilai kemungkinan dari skenario insiden

0 1 2 1 2 3 2 3 4

Tabel 4.3 Matriks nilai aset dan nilai kemungkinan

Nilai Aset 0 1 2 3 4

Nilai Kemungkinan

0 0 1 2 3 4

1 1 2 3 4 5

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 8

Penulis membuat penilaian risiko dari

aplikasi data warehouse yang memiliki 3 (tiga) aset utama yaitu Data Penempatan (A1), Data Kedatangan (A2), serta Data Pengaduan (A3). Ancaman yang terjadi pada BNP2TKI adalah data dari sumber yang tidak dapat dipercaya (T1).

Tabel 4.4 Nilai Risiko Aplikasi Data Warehouse BNP2TKI

Aset/Nilai Aset T1 Jumlah

A1/4 7 7

A2/4 6 6

A3/4 7 7

Nilai Risiko Data Warehouse 20

Dapat dilihat bahwa aplikasi data warehouse

yang merupakan salah satu aplikasi penting untuk pengambilan keputusan pada level top management memiliki nilai risiko 20 dikarenakan aset-aset yang ada memiliki kemungkinan ancaman yang sedang dan tinggi. Dengan nilai ancaman yang masing-masing 7, 6 dan 7 termasuk dalam kategori risiko yang tinggi dan diperlukan mitigasi prioritas menengah bagi manajemen atas.

D. Do(Melaksanakan kontrol yang

direncanakan) Dalam menerapkan Keamanan Informasi

dua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan. Artinya sebaiknya suatu organisasi tidak hanya menerapkan

Teknologi Keamanan Informasi saja tanpa menerapkan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI). Berdasarkan perbandingan (benchmarking), jika dihitung perbandingan kontribusi maka Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) berperan lebih besar (60%) dalam Keamanan Informasi dibandingkan dengan Teknologi Keamanan Informasi.

Gambar 4.2 Hubungan Teknologi Keamanan Informasi dan SMKI

Kebijakan yang penulis rekomendasikan untuk dilakukan oleh kantor pusat BNP2TKI berdasarkan referensi dari SNI ISO/IEC 27001: 2009 yang mencakup dari tahapan penilaian risiko yang sudah direncanakan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah melakukan self-assessment pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi pada bidang sistem informasi dengan menggunakan indeks KAMI (Keamanan Informasi) berdasarkan SNI ISO/IEC 27001: 2009.

2. Hasil evaluasi peran dan tingkat kepentingan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) termasuk dalam kategori TINGGI yaitu dengan skor 31, yang berarti BNP2TKI membutuhkan keamanan ekstra untuk melindungi aset atau informasi yang dimiliki.

3. Hasil evaluasi kelengkapan penerapan keamanan informasi pada kantor pusat BNP2TKI berada pada area merah sehingga masih dikategorikan dalam status kesiapan tidak layak. Sedangkan untuk tingkat kematangan keamanan informasi berada pada kategori tingkat I yaitu kondisi awal (reaktif).

4. Perencanaan manajemen risiko telah menghasilkan daftar aset, daftar ancaman, daftar kelemahan yang potensial, nilai kemungkinan ancaman, nilai dampak dan risiko serta level risiko

B. Saran 1. Evaluasi penilaian dilakukan di semua deputi

atau unit yang ada di kantor pusat BNP2TKI, tidak hanya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Informasi (Puslitfo).

2. Model Plan-Do-Check-Act (PDCA) terus dilakukan berkelanjutan membentuk siklus sehingga Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) dapat berjalan optimal.

3. Dapat memberikan laporan dari hasil evaluasi tingkat kepentingan, kelengkapan informasi dan kematangan keamanan informasi kepada top management serta melakukan Business Impact Analysis (BIA) yang lebih mendalam.

Page 45: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

41

4. Dapat melakukan desktop assessment dan on site assessment langsung oleh auditor atau assessor SNI ISO/IEC 27001: 2009.

5. Usulan manajemen risiko dapat diimplementasikan dan dilanjutkan untuk dibuat pengendalian sesuai dengan kebutuhan organisasi

VI. REFERENCE

[1]. Direktorat Keamanan Informasi. 2011. Panduan Penerapan Tata Kelola Keamanan Informasi Bagi Penyelenggara Pelayanan Publik. Jakarta: Penerbit Kementerian Komunikasi dan Informatika.

[2]. Sarno, Riyanarto. 2009. Audit Sistem dan Teknologi Informasi. Surabaya: Penerbit ITS Press

[3]. Sarno R, Iffano I. 2009. Sistem Manajemen Keamanan Informasi berbasis ISO 27001. Surabaya: Penerbit ITS Press.

[4]. Surendro, Kridanto. 2009. Implementasi Tata Kelola Teknologi Informasi. Bandung: Penerbit: Informatika.

[5]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Penerapan Standard SNI-27001 Dibidang Keamanan Informasi. Jakarta: Penerbit Kementerian Komunikasi dan Informatika.

[6]. ISO/IEC 27005. 2008. International Standard ISO/IEC 27005 Information Technology - Security Techniques – Information Security Risk Management.

[7]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Pendahuluan. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika.

[8]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Persyaratan Keamanan Informasi. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika.

[9]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Risk Management Information Security Management System. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika.

[10]. Direktorat Keamanan Informasi. 2012. Indeks KAMI Versi 2.3. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika.

[11]. SNI ISO/IEC 27001: 2009. Teknologi Informasi – Teknik Keamanan – Sistem Manajemen Keamanan Informasi – Persyaratan. Badan standardisasi Nasional Indonesia.

[12]. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

[13]. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.

Page 46: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

42

ANALISA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL PENDIDIKAN BERDASARKAN INDIKATOR ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) (STUDI KASUS : KOTA TANGGERANG SELATAN)

Eva Khudzaeva

Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tel : (021) 7493547 Fax: (021) 7493315

e-mail : [email protected]

Abstract - One of the aspects that determine the progress of a country is the education level of its citizens. Not of services to the needs of the educational facilities is caused in part by less uneven distribution of schools that are not in accordance with Act No. 20 of 2003. Through the indicator of the gross enrollment rate (GER) and indicator equal opportunity to learn, be able to formulate a plan to address the issue of equity in each education. Thus, it is necessary to review the evaluative against based on age distribution of educational facilities in the City of Tangsel. To evaluate the distribution of facilities (school) education in the form of spatial data is needed to view and mapping the distribution of educational facilities (schools) in Tangsel. The required spatial data can be displayed by relying on Geographic Information System (GIS). in this study researchers used the method to equalization APK learning and to the development of information systems using the methodology of development RAD (Rapid Application development), and processing the data using ArcGIS software. The results achieved in the form of a web-based spatial information system distribution points educational facilities in the City of Tangsel based on the number of school age. Keywords: APK, a web-based spatial information system, RAD.

I. PENDAHULUAN Tingkat pendidikan adalah salah satu aspek

yang menentukan kemajuan dari suatu negara. Kota Tangerang Selatan (Tangsel) merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008. Dengan 36 kecamatan luas wilayah + 1.159,05 km2 dan jumlah penduduk lebih dari tiga juta orang, Selaras dengan pertumbuhan penduduk Kota Tangsel maka sebaran sarana pendidikan harus sejalan dengan perkembangan penduduknya, mulai dari tingkat sekolah SD hingga SLTA.

Indikator angka partisipasi kasar (APK) merupakan suatu perencanaan untuk mengatasi masalah pemerataan pada masing-masing jenjang pendidikan. APK berguna untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu dan untuk menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu jenjang pendidikan tertentu.

Pemanfaatan teknologi informasi digunakan sebagai penyebaran informasi untuk mengetahui letak wilayah suatu Negara, kota maupun daerah dan pemanfaatan teknologi informasi ini juga terasa pada sistem informasi geografis (SIG) di bidang pendidikan. Penyebaran informasi geografis berupa

data spasial (wilayah) maupun data non spasial mampu menyajikan informasi yang lebih dinamis, sehingga tidak hanya menyajikan informasi berupa data tekstual (atribut, keterangan atau angka) saja tetapi juga data spasial berupa data grafis peta dalam bentuk data yang terhubung secara digital. [1]

Dengan demikian, perlu dilakukan tinjauan evaluatif terhadap pemerataan pendidikan berdasarkan Angka partisipasi kasar (APK) di Kota Tangsel. Untuk pemerataan pendidikan berdasarkan Angka partisipasi kasar (APK) pendidikan ini dibutuhkan data dalam bentuk spasial untuk melihat persebaran pendidikan (sekolah) di Kota Tangsel. Data spasial yang dibutuhkan ini dapat ditampilkan dengan mengandalkan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Penyediaan informasi kepada masyarakat mengenai pendidikan khususnya sekolah, menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat dan peguna mendukung kegiatan pelayanan Dinas Pendidikan Kota Tangsel. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka penulis membuat Analisa pendidikan sistem informasi spasial berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan dan memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai

Page 47: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

43

pemerataan sekolahan berdasaarkan jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA) di Kota Tangsel.

II. LANDASAN TEORI

A. Indikator Pendidikan Indikator merupakan suatu konsep dan

sekaligus ukuran. Sebagai suatu konsep, indikator pendidikan merupakan besaran kuantitatif mengenai suatu konsep tertentu yang dapat digunakan untuk mengukur proses dan hasil pendidikan atau dampak dari suatu instrumen kebijakan pendidikan. Indikator juga didefinisikan sebagai perbandingan antara dua atau lebih variabel sehingga dapat diinterpretasikan.

Tujuan dari indikator adalah untuk menunjukkan seberapa baik suatu sistem bekerja. Seandainya sistem tersebut bekerja dengan kurang baik, maka suatu indikator dapat membantu menentukan arah kemana atau apa yang harus diperbaiki. Indikator sangat bervariasi sesuai dengan sistem yang sedang dimonitor, namun ada beberapa karakteristik indikator yang efektif , yaitu: 1. Relevan, indikator ini memperlihatkan sesuatu

tentang sistem yang seharusnya diketahui. 2. Mudah dipahami, bagi siapa saja termasuk

pengguna yang bukan ahlinya 3. Reliabel, informasi yang diberikan oleh

indikator dapat dipercaya B. APK (Angka Partisipasi Kasar)

Data Statistik Indonesia [2] Mendefinisikan Angka Partisipasi Kasar (APK) sebagai rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK berguna untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu dan untuk menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu jenjang pendidikan tertentu. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.

III. METODE PENELITIAN A. Data

Dalam Analisa perencanaan sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web, bahan yang digunakan adalah : 1. Peta Administrasi Kota Tangsel dalam format

*.shp yang telah di olah menggunakan proyeksi geografi (longitude latitude ), dengan skala

1:25000 dan dengan koordinat UTM dengan ellipsoid acuan WGS 84.

2. Data non spasial (data tabular) berupa data mengenai nama-nama sekolah, jumlah penduduk usia sekolah, jumlah unit sekolah.

B. Teknik Pengumpulan Data Metode-metode yang penulis gunakan dalam

pengumpulan data antara lain :

1. Studi Pustaka a. Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. b. UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasioanl c. Peraturan Pemerintah no. 47 tahun 2008

tentang Wajib Belajar. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

no. 17 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

e. Siti et al (2008), mahasiswi Universitas Diponogoro dengan penelitiannya berjudul “Sistem Informasi Pemetaan Sekolah Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Serang”. Sistem ini dapat menampilkan informasi persebaran sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah pertama (SMP/MTs), dan pendidikan menengah atas dan kejuruan (SMA/SMK) yang berstatus negeri maupun swasta dalam bentuk peta intraktif, berupa data spasial dan data atribut. Pada pembangunan sistem ini model proses perangkat lunak yang digunakan adalah waterfall model[2]

f. Diecky Zenzova (2013), mahasiswa UIN Jakarta“Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Jumlah Usia Sekolah Berbasis Web (Studi Kasus : Kota Administrasi Tangsel)” [3]

2. Observsi Observasi dilakukan untuk mengetahui

bagaimana sebaran data-data sekolah, data tersebut diolah sehingga dapat memberikan gambaran tentang APK.

C. Metode Pengembangan Sistem

Pengembangan Analisa perencanaan sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web, ini menggunakan metode pengembangan Rapid Application Development (RAD) [5], pengembangan sistem berorientasi objek RAD ini terdiri dari tiga fase pengembangan yaitu : 1. Fase Perencanaan Syarat

Dalam Fase ini terdiri dari dua tahap yaitu : a. Fase Pengumpulan data

Dalam Fase ini penulis mengumpulkan data dan syarat-syarat informasi, yaitu tahap mengumpulkan data-

Page 48: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

44

data hasil survey dan wawancara untuk mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan sistem, yaitu dengan mengidentifikasikan kebutuhan informasi dan masalah yang dihadapi untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan juga alternative pemecahan masalah. Analisis ini digunakan untuk mengetahui perilaku sistem dan juga untuk mengetahui aktivitas apa saja yang ada dalam sistem tersebut. Pada pengumpulan data diperoleh sebagai : 1.) Data-data sebaran pendidikan jenjang SD,

SMP,SMA 2.) Peta Administrasi Kota Tangsel 3.) Data Mengenai Sistem Berjalan

b. Identifikasi Sistem 1.) Identifikasi masalah pada sistem yang

lama 2.) Identifikasi sistem yang di usulkan 3.) Identifikasi Kebutuhan Sistem yang

diusulkan 2. Workshop Design

Fase ini ditujukan untuk mengidentifikasi solusi alternative dari Analisa perencanaan sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) berbasis web dan memilih solusi yang terbaik. Selanjutnya membuat desain proses bisnis dan desain pemrograman untuk data-data yang telah diperoleh dan dimodelkan dalam arsitektur tersebut. Tujuan dari tahapan ini adalah membangun dasar arsitektur, menentukan rencana proyek, mendapatkan gambaran umum kebutuhan, persyaratan dan fungsi-fungsi utama perangkat lunak.

Peneliti menggunakan notasi UML (Unified Modeling Language). Notasi ini UML digunakan untuk merancang arsitektur pengembangan sistem. Diagram pada notasi UML [5] yang digunakan yaitu: 1.) Usecase diagram 2.) Activity digram 3.) Sequence diagram 4.) Class Diagram

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Sistem Tahap analisa sistem bertujuan untuk

menganalisa sistem yang sedang berjalan sebelumnya dan mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada. 1 Sistem Berjalan

. Gambar 1. Sistem Berjalan

a. Kegiatan pencarian lokasi dan informasi spesifikasi SD, SLTP, dan SLTA berdasarkan usia sekolah seperti nama-nama sekolah, alamat sekolah, jumlah masyarakat yg sekolah, belum sekolah, dan tidak sekolah mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA serta informasi yang menunjukan tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah tertentu masih dilakukan secara manual dengan mengirimkan form pengisian data spesifikasi sekolah yang dikirim oleh Dinas Pendidikan Tangsel untuk melakukan pendataan setiap tahunnya.

b. Sulitnya mengetahui lokasi SD, SLTP, dan SLTA di Tangsel dengan menggunakan data atribut biasa, maka akan lebih baiknya ditambahkan fungsi peta untuk melihat lokasi SD, SLTP, dan SLTA di Tangsel.

2 Sistem Usulan

Gambar 2. Sistem Usulan

Dari gambar di atas pengguna dapat melakukan pencarian data berupa informasi pendidikan berdasarkan usia sekolah dari SD sampai SLTA dan lokasi-lokasinya yang diinginkan serta informasi yang menunjukan tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah tertentu, memperolehnya hanya melalui website yang pengaksesannya tidak terbatas ruang dan waktu.

Page 49: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

45

Pengguna tidak harus memiliki peta ataupun mendatangi kantor Dinas Pendidikan Tangsel seperti yang terlihat pada sistem yang berjalan.

Peta yang digunakan adalah peta administrasi Kota Tangsel yang digunakan untuk menampilkan informasi SD sampai SLTA berdasarkan usia sekolah yang ada di Tangsel, point/titik yang dimunculkan pada peta dimaksudkan untuk memudahkan user untuk memperoleh informasi mengenai data-data tentang SD sampai SLTA Negeri dan Swasta yang dipilih dengan mengklik point dan kemudian muncul informasi atribut yang dibutuhkan. B. Perencanaan Syarat-Syarat

Pada fase ini menjabarkan sistem yang tengah berjalan, mendefinisikan permasalahan dan tujuan pengembangan sistem.

1. Kebutuhan Sistem Untuk membuat suatu analisa sistem

informasi spasial Suku Dinas Pendidikan Tangsel tentang sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan APK. Maka penulis melakukan observasi dan pengambilan data dari Badan pusat statistik (BPS) Kota Tangsel dan suku dinas pendidikan Kota Tangsel.

a. Kebutuhan akan suatu sistem yang dapat memberikan informasi yang jelas mengenai informasi nama-nama sekolah, alamat sekolah, dan angka partisipasi kasar (APK) per kecamatan mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA serta menunjukan sebaran tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah Tangsel.

b. Kebutuhan sistem informasi yang mampu memberikan informasi secara visual.

c. Kebutuhan akan suatu media penyampaian berita, keluhan atau opini masyarakat secara mengenai sistem pendidikan dan pemerataan kesempatan belajar di Tangsel.

2. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terjadi dalam sistem yang berjalan Suku Dinas Pendidikan Tangsel dalam mengetahui dan mengawasi pemetaan sekolah berdasarkan APK antara lain :

a. Sistem yang ada hanya berupa draft kertas, tidak adanya sistem terkomputerisasi visual dalam menampilkan informasi nama-nama sekolah, alamat sekolah, dan angka partisipasi kasar (APK) per desa mulai tingkat SD, SLTP, dan SLTA berdasarkan usia sekolah di Tangsel serta menunjukan tingkat pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan untuk masyarakat pada wilayah tertentu.

b. Selama ini tidak adanya media penyampaian opini masyarakat sebagai warga Tangsel mengenai dunia pendidikan

C. Workshop Design 1. Usecase Diagram

Usecase Diagram memodelkan perilaku dari suatu sistem dengan menggambarkan hubungan interaksi antar actor pada sistem arsip akreditasi Fakultas Sains dan Teknologi. a. Tabel Identifikasi aktor

Tabel 1 Identifikasi actor

No Nama aktor Keterangan

1 Bidang Sistem Informasi

Aktor yang dapat memanage data standar

2 Kepala Dinas

Aktor yang melihat data sekolah/pendidikan dan laporan

3 Kepala Sekolah

Aktor yang menginput data-data sekolah

4 Masyarakat Aktor dapat melihat informasi spasial pendidikan berdasarkan indicator APK

b. Identifikasi Diagram Usecase

Tabel 2. Identifikasi diagram usecase

No. Nama Usecase

Keterangan Aktor

1. Login Usecase yang menggambarkan kegiatan memasukan username dan password untuk masuk ke dalam sistem.

Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah

2. Logout Usecase yang menggambarkan kegiatan untuk keluar dari sistem.

Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah

3. Manage data berita

Usecase yang menggambarkan kegiatan mengelola data berita.

Bid. System informasi

4. Melihat data berita

Usecase yang menggambarkan kegiatan melihat berita.

Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah,

Page 50: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

46

Aktor Sistem

Pilih Log out Menghapus Cookies Login

Menampilkan Halaman Login

Lihat Halaman Login

Aktor Sistem

Masukkan Email dan Password

Memilih Login

Menghubungkan dengan database

Menampilkan Pesan Login Gagal

Menampilkan Pesan Login Berhasil

valid?

tidakya

Menampilkan Halaman Utama

Lihat Halaman Utama

masyarakat 5. Manage

peta Usecase yang menggambarkan kegiatan mengelola data peta

Bid. System informasi

6. Melihat Peta

Usecase yang menggambarkan kegiatan melihat berita.

Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah, masyarakat

7 Input data sekolah

Usecase yang menggambarkan kegiatan menginput data sekolah

Kepala sekolah

8 Melihat data sekolah

Usecase yang menggambarkan kegiatan melihat data sekolah

Bid. System informasi, kepala dinas, kepala sekolah, masyarakat

c. Usecase diagram

Gambar 3. Usecase diagram SIPETANG

d. Activity Diagram

Activity diagram memodelkan alur aktifitas antara aktor dengan sistem dalam sebuah aliran kerja bisnis.

i. Activity Diagram Login

Gambar 4 Activity Diagram Login

Proses Login diawali dengan memasukkan email dan password kemudian memilih Login. Sistem menghubungkan dengan database untuk mencek email dan password. Jika benar maka sistem menampilkan pesan login berhasil dan sistem akan menampilkan halaman utama. Tetapi, jika salah sistem akan menampilkan pesan login gagal dan sistem meminta untuk kembali menginput email dan password.

ii. Activity Diagram Logout

Gambar 5. Activity Diagram Logout

Proses Logout dimulai dengan actor memilih logout kemudian sistem memberikan respons dengan menghapus cookies login. Selanjutnya, setelah proses logout berhasil sistem menampilkan halaman login

e. ER- Diagram

Page 51: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

47

1

mengelola 1 user

mengelola UserId

*user

password

posisi

setup

isi

modul

halaman

*id_haljudul

konten

admin

Mengelolamenu M

mod_forum

M *forum_id

forum_name

1 mod_forum_a

**user

avatar

signature

published

url

menu

Mengelola

HasBPS

B Polygon

M BPS

*id_mod

mod

url

menu

*id_ad

forum_desc

Memiliki MM SLTPSDHas

SD

S point

1

1

*id_sd

jenis

kode

nama

alamat

tingkat

Has

SLTP

L point

nama

kode_sltp

jenis

*id_sltp

alamat

keteranganM

SLTAHas

*id_slta

jenis

kode_sltanama

alamat

tingkat

SLTA

T point

Inside

1

menu_users

*id_menus

menu url

email

*prop_no

kabkota_no

kec_non

desa_no

propinsi

kab_kota

kecamatan

desa

jml_pen

sklh_blm

sklh_sd

sklh_mi

sklh_smp

sklh_mts

sklh_sma

sklh_ma

sklh_tdk

M

bukutamu

*id_buktam

sekarang

nama

emailhomepage

alamat

1

Indikator_SD

Has

Indikator_SD

B polygon

*id_intsdkab_kota

kecamatan

pu_sd

ju_sd

dts_sd

Indikator_SLTP

Has

Indikator_SLTP

B polygon

Has

Indikator_SLTA

B polygon

Indikator_SLTA

*id_intsltakab_kota

kecamatan

desa

jml_pen

pu_slta

*id_intsltp

kab_kota

kecamatan

desa

jml_pen

pu_sltp

11

web

alamat

avatar

ym

level

tipe

komentar

jawab

1

published

ordering

M

1

punyasubmenu M

ordering

published

url

ordering

*Id_men

*id_fora

maxpost

lock

forum_lastpost

hide

forum_replies1

punyamod_forum_t M*id_fort

**forum_id

thread_name

thread_user

thread_date

thread_desc

thread_parent

thread_reply

thread_a

thread_view

useragent

ip

thread_lock

thread_s

menu

**id_menu

*id_submen

1

Mengelola

artikel

M

1

punyatopik M

judul

konten

email

hits

gambar

publikasi

tags

tgl

*id_art

**user

**id_topik

keterangan

topik

*id_topik

M

komentar

konten

useremail

tgl

**id_artikel

judul

ip

*id_kom

M

M

keterangan

keterangan

tingkat

desa

jml_pen

jss_sd

apk

keterangan

ju_sltp

dts_sltp

jss_sltp

apk

keterangan

ju_slta

dts_slta

jss_slta

apk

keterangan

modul

Inside

Inside

dytampung

dytampung

dytampung

Gambar 6. ERD

f. Interface i. Desain input

Sistem informasi spasial pendidikan berdasarkan jumlah usia sekolah menerima input dari pengguna baik menggunakan mouse yang berupa pemilihan fitur-fitur yang tersedia maupun menggunakan keyboard untuk input text pada saat melakukan fungsi search.

ii. Desain Output Output sistem dirancang agar informasi

yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna

iii. Antar Muka (Interface)

Gambar 7. Halaman Login

Gambar 8. Halaman Home

Gambar 8. Halaman Peta

Page 52: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

48

2.) Peta Sebaran Pendidikn Kota Tangsel

Gambar 9. Peta Sebaran Pendidikaan

V. Kesimpulan A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam pembangunan Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) ini adalah sebagai berikut : Analisa Sistem Informasi Spasial ini menyajikan informasi spasial mengenai sebaran sekolah dan juga tingkat pemerataan kesempatan belajar berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada sektor pendidikan jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di wilayah Kota Tangsel

B. Saran Analisa Sistem Informasi Spasial Pendidikan

Berdasarkan APK usia sekolah yang dibuat ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan dan jauh sekali dari sempurna, karena itu demi menghasilkan sesuatu yang lebih baik dimasa yang akan datang, perlu diadakan perbaikan-perbaikan,

diantaranya adalah sebagai berikut : dapat menggunakan analisis modeling untuk penetuan pemerataan sekolah.

VI. REFERENSI [1] Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Informatika, Bandung.

[2] Siti et al. 2008. Sistem Informasi Pemetaan Sekolah Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah di Kota Serang. Universitas Diponogoro. [3] Zenzova, Diecky, 2013. Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Pendidikan Berdasarkan Jumlah Usia Sekolah Berbasis Web (Studi Kasus : Kota Administrasi Tangsel). Universitas Islam Negeri Jakarta.

[4] Whitten, Jetfery L. 2004. Metode Desain & Analisis Sistem Edisi 6. P. Yogyakarta : ANDI & Mc Graw Hill Education.

[5] Kendall KE & Kendall JE. 2008 Analisa dan Perancangan Sistem. Jakarta: PT indeks

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.

Page 53: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

49

IMPLEMENTASI ALGORITMA MEEUS DALAM PENENTUAN WAKTU SHALAT DAN

PENCARIAN MASJID TERDEKAT

Dede Muhammad Isnaeni1, Fitri Mintarsih2, Feri Fahrianto3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi1,2,3

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia Jl. Ir. H. Juanda No 95, Ciputat 15412

Phone (62-21) 7493606

Abstract- In an age of emerging technologies such as the role of the communications media today is in need in answering every need, both physical and spiritual needs. For physical needs such as social media and so forth, for the spiritual needs as a religious lecture, digital Qur'an, and the timing of prayer. To be able to determine prayer times, a lot of methods and different opinions on the use of the algorithm determining the prayer time, one of which is the algorithm Meeus. Jean Meeus is a Belgian astronomer and mathematician born in 1928. He studied mathematics at the University of Leuven, Belgium, and graduated in 1953. He was interested in astronomy and mechanics of celestial bodies ball. Jean Meeus wrote many books on mathematical astronomy, such as the Canon of Solar eclipses, Elements of Solar eclipses 1951-2200, Canon of Lunar eclipses, Astronomical Formulae for Calculators, Astronomical Algorithms, Transits, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets, Mathematical Astronomy Morsels . For his services in the field of astronomy, an asteriod found named asteroid 2213 Meeus. Meeus algorithm is an algorithm that is widely used for astronomical calculations because it is known with sufficient accuracy is high. Meeus algorithm itself is the reduction of VSOP87 algorithm which has a high degree of accuracy, of the thousands of tribes VSOP87 collection of algorithms to determine the position of the sun, then that counts is about hundreds of tribes large and important in this Meeus algorithm, while the tribes small is not taken into account. This does not reduce the accuracy of the calculation algorithm itself Meeus, therefore the author uses this Meeus algorithm in determining the time the five daily prayers. The method of searching a nearby mosque, the author uses the data base sourced from Google, this is due to the limitations of time, energy and ability to re-writer to record the mosque to be included in this study. Keywords: determination of the time of prayer, bookmark the nearest mosque, Smartphone, Android.

I. PENDAHULUAN Saat ini teknologi informasi semakin

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, efisien, tepat waktu dan menarik untuk dikonsumsi publik. Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dimulai dari cara penentuan waktu dalam menyusun agenda pekerjaan, pendidikan, kesehatan serta membantu dalam menentukan waktu kewajiban kita seperti halnya shalat.

Shalat adalah suatu kewajiban setiap individu muslim, pada zaman kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, tentunya dapat membantu kualitas ibadah shalat, hal ini tentunya mendorong kita untuk lebih meningkatkan kualitas beribadah kepada Allah SWT. Kemajuan teknologi ini salah satunya dapat diterapkan pada cara kita menentukan waktu shalat, jika zaman dahulu penentuan waktu shalat dilihat dari cuaca, maka zaman sekarang dapat diketahui dengan hitungan matematis yang dapat diketahui dari handset android.

Algoritma meeus merupakan algoritma yang sudah banyak digunakan untuk perhitungan astronomi karena dikenal dengan keakuratannya yang cukup tinggi, sebagai contoh thesis yang ditulis oleh Farid Wajdi, mahasiswa IAIN walisongo yang berjudul Penerapan Algoritma Jean Meeus dalam Pengukuran Arah Kiblat dengan Theodolite, pada thesis ini dibahas bagaimana penerapan algoritma meeus dapat menentukan arah kiblat, adapun kekurangan dari thesis ini adalah penerapannya masih berbasis desktop, dan belum menerapkan basis mobile sehingga hanya dapat digunakan ketika kita sedang menggunakan komputer saja.

Lalu skripsi yang ditulis oleh Arif Agus P, mahasiswa Universitas Brawijaya jurusan fisika yang berjudul Pembuatan Aplikasi untuk Menentukan Fase dan Visibilitas Bulan dengan Menggunakan Algoritma Jean Meeus, sama seperti thesis diatas, skripsi ini masih bersifat desktop, sehingga hanya dapat digunakan ketika kita sedang menggunakan komputer saja.

Maka dalam hal ini penulis mencoba mengimplementasikan algoritma meeus dalam hal perhitungan waktu shalat berbasis mobile, sehingga pengguna dapat menggunakan algoritma meeus ini

Page 54: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

50

kapan saja dan dimana saja selama pengguna membawa handset android.

Algoritma meeus itu sendiri adalah reduksi dari algoritma VSOP87 yang memiliki tingkat akurasi tinggi, dari ribuan suku koreksi dari algoritma VSOP87 untuk menentukan posisi matahari, maka yang diperhitungkan adalah sekitar ratusan suku-suku yang besar dan penting pada algoritma meeus ini, adapun suku-suku yang kecil tidak diperhitungkan.

Hal ini tidak mengurangi keakurasian dari perhitungan algoritma meeus itu sendiri, oleh karena itu penulis menggunakan algoritma meeus ini dalam menentukan waktu shalat lima waktu.

II. PENELITIAN SEJENIS

A. Aplikasi Adzan dan Pengingat Shalat menggunakan Global Positioning System (GPS) berbasis Android 2.2

Sumber : Hasan Abdul Malik Pada studi literatur pertama ini, fitur yang

di tawarkan hanya berupa pengingat waktu shalat dan pemilihan adzan saja, tanpa ada fitur lain yang mendukung kegiatan shalat.

B. Aplikasi Pengingat Shalat dan Arah Kiblat

Menggunakan Global Positioning System (GPS) berbasis Android 1.6

Sumber : Muhammad Amiral Pada studi literatur yang kedua ini, fitur

yang ditawarkan sudah ditambah dengan penunjukkan arah kiblat, namun tidak menunjukkan masjid yang berada disekitar Pengguna.

C. Sistem Pemandu Pencarian Masjid

Terdekat Berbasis Lokasi di atas Platform Android

Sumber : Fatimah Aljufri Pada studi literatur selanjutnya, fitur yang

terdapat pada aplikasi ini hanya menunjukkan masjid terdekat saja, tanpa memberitahukan waktu shalat kepada pengguna dan hanya dapat digunakan di daerah Kotamadya Yogyakarta saja.

D. Augmented Reality on Android Operating

System-Based Device; Case Study: Mosque Finder

Sumber : Ary Mazharuddin S dan Diaz Hendrianto Fitur yang terdapat pada penelitian ini

terbilang cukup lengkap sebagai pencari masjid, namun aplikasi ini tidak dapat memberikan rute menuju masjid yang dituju serta tidak menampilkan jadwal shalat.

III. PEMBAHASAN

A. Metode Pengembangan Sistem Dalam mengembangkan aplikasi ini peneliti

menggunakan pendekatan metode pengembangan sistem Rapid Application Development (RAD)

menurut teori Kendall & Kendall. Sedangkan tools yang digunakan adalah notasi Unified Modelling Language (UML) yang merupakan pemodelan berorientasi objek menurut Jetfery L. Whitten adalah suatu pendekatan berorientasi objek terhadap pengembangan sistem yang mencakup suatu metode pengembangan serta perangkat-perangkat lunak. Pengembangan sistem RAD memiliki tiga fase yakni penilaian, perancangan, dan penerapan yang melibatkan penganalisis dan pengguna. Gambar di bawah ini menggambarkan ketiga fase ini.

Gambar 3.1. Fase Rapid Application Development

1. Fase Perancangan Kebutuhan

Pada fase ini, penganalisis mengidentifikasikan tujuan – tujuan aplikasi atau sistem untuk mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan data serta sistem yang dibutuhkan untuk membangun aplikasi tersebut.

Pada fase perancangan kebutuhan, yang dilakukan antara lain:

a. Melakukan pembelajaran pada literatur yang membahas tentang algoritma meeus.

b. Menganalisa sistem yang akan dibangun. c. Melakukan identifikasi masalah yang terjadi.

2. Fase Workshop Desain RAD

Fase ini adalah fase untuk merancang sistem yang akan dibuat atau memperbaiki (jika ada) sistem yang telah dibuat. Adapun fase ini terdiri dari dua hal, yakni design system dan build system.

Fase ini dicirikan dengan workshop karena layaknya sebuah workshop yang terdapat para partisipan yang berpartisipasi kuat dalam kelompok dan tidak terdapat aktifitas yang pasif. Partisipan tersebut dianalogikan sebagai kelompok-kelompok kecil (Group Decision Support System) yang dibentuk untuk membantu pengguna dalam menyetujui desain. Selama workshop desain RAD ini, pengguna merespon working prototype yang ada, menganalisa dan memperbaiki modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan respon pengguna.

a. Design System

- Desain Aplikasi Pada perancangan aplikasi ini, didesain

menggunakan Unified Modeling Language (UML). Hal ini dilakukan karena UML dapat memudahkan dalam pengembangan sistem. Selain itu, UML juga lebih cocok digunakan dalam perancangan aplikasi object oriented.

UML (Unified Modelling Language) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990-an

Page 55: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

51

ketika Grady Booch, Ivar Jacobson dan James Rumbaugh mulai mengadopsi ide-ide serta kemampuan-kemampuan tambahan dari masing-masing metodanya dan berusaha membuat metodologi terpadu yang kemudian dinamakan UML (Unified Modelling Language) (Nugroho, 2005:20).

Secara umum UML merupakan ’bahasa’ untuk visualisasi, spesifikasi, konstruksi dan dokumentasi. Secara khusus, UML menspesifikasikan langkah-langkah penting dalam pengambilan keputusan analisis, perancangan, serta implementasi dalam sistem yang sangat bernuansa perangkat lunak (Nugroho, 2005:21).

Pendekatan UML memiliki nilai yang sangat baik dalam penyelidikan dan penelitian. Perangkat UML distandarkan sebagai peralatan untuk dokumen analisa dan perancangan dari sistem perangkat lunak. Peralatan UML termasuk diagram yang memberikan seseorang untuk menampilkan konstruksi dari sebuah sistem object oriented.

UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blue print, yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik, skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem software.

b. Diagram UML

UML menyediakan beberapa jenis diagram, diantaranya yang digunakan dalam penelitian ini adalah Use Case Diagram, Sequence Diagram, Class Diagram, dan State Diagram.

- Use Case Diagram.

Use Case diagram memperlihatkan himpunan use case dan aktor-aktor. Diagram ini terutama sangat penting untuk mengorganisasi dan memodelkan perilaku dari suatu sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna (Nugroho, 2005:19).

Di dalam use case terdapat teks untuk menjelaskan urutan kegiatan yang di sebut use case specification. Use case specification terdiri dari:

- Nama Use Case

Mencantumkan nama dari use case yang bersangkutan. Sebaiknya di awali dengan kata kerja untuk menujukan suatu aktivitas.

- Deskripsi singkat Menjelaskan secara singkat dalam satu atau dua kalimat tentang tujuan dari use case ini.

- Aliran normal

Ini adalah jantung dari use case. Menjelaskan interaksi antara actor dan sistem dalam kondisi normal, yaitu segala seuatu berjalan dengan baik, tiada halangan atau hambatan dalam mencapai tujuan dari use case.

- Aliran alternatif Merupakan perlengkapan dari basic flow karena tidak ada yang sempurna dalam setip kali use case berlangsung. Di dalam alternate flow ini dijelaskan apa yang akan terjadi bila suatu halangan terjadi sewaktu use case berlangsung.

- Pre-condition Menjelaskan persyaratan yang harus di penuhi sebelum use case bisa di mulai.

- Post-condition Menjelaskan kondisi yang berubah atau terjadi saat use case selesai di eksekusi.

- Activity Diagram.

Activity diagram menggambarkan aliran fungsionalitas sistem. Pada tahap pemodelan bisnis, diagram aktivitas dapat digunakan untuk menunjukan aliran kerja bisnis (business workflow). Dapat juga digunakan untuk menggambarkan aliran kejadian (flow of event) dalam use case. (Sholiq, 2006 : 8).

- Sequence Diagram.

Sequence Diagram adalah diagram interaksi yang menekankan pada pengiriman pasan (message) dalam suatu waktu tertentu (Nugroho, 2005:19).

Kita dapat membaca diagram ini dengan melihat pada objek-objek dan pesan-pesan (message). Objek-objek yang berperan dalam aliran diperlihatkan pada kotak bersegi empat panjang yang melintas pada bagian atas diagram. Setiap objek memiliki garis hidup (lifeline), yang digambarkan sebagai garis vertikal di bawah nama suatu objek (Nugroho, 2005:92).

- Class Diagram.

Class Diagram mendeskripsikan jenis-jenis objek dalam sistem dan berbagai macam hubungan statis yang terdapat diantara mereka. Class Diagram juga menunjukkan properti dan operasi sebuah class dan batasan-batasan yang terdapat dalam hubungan-hubungan objek tersebut (Fowler, 2005:53).

Class didefinisikan sebagai kumpulan/himpuanan objek dengan atibut/yang mirip, perilaku (operasi) yang mirip, serta

Page 56: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

52

hubungan dengan objek yang lain dengan cara yang mirip. (Nugroho, 2005 : 39).

Gambar 3.2. Notasi Class

Bagian paling atas pada notasi kelas

digunakan sebagai nama kelas, dan secara opsional juga dapat disertakan stereotype-nya. Bagian tengah digunakan untuk mendeklarasikan atribut, dan bagian paling bawah digunakan mendeklarasikan operasi. (Sholiq, 2006 : 103).

Class diagram umumnya tersusun dari elemen class, interface, dependency, Generalization dan Association. Relasi dependency menunjukan bagaimana terjadi ketergantungan antar class yang ada. Relasi Generalization menunjukan bagaimana suatu class menjadi superclass dari class lainnya dan class tersebut menjadi subclasss dari class tersebut. Relasi Association menggambarkan navigasi antar class, berapa banyak obyek lain bisa berhubungan dengan satu obyek (multiplicity antar class), dan apakah satu class menjadi bagian dari class lainnya (agregation) (Hermawan, 2004:28).

- Build System

Pada tahap build system ini merupakan output dari design system yaitu pengembangan aplikasi yang telah dirancang sebelumnya. Pada fase ini membuat pengguna interface dan pengkodean program. Perancangan yang dilakukan meliputi halaman-halaman yang ada pada aplikasi.

3. Fase Implementasi

Setelah aplikasi selesai dibangun, dilakukan implementasi kepada pengguna untuk memperoleh hasil yang diharapkan, maka dilakukanlah uji coba atau system testing.

Pada tahap ini jika sistem dikembangakan belum sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti melakukan revisi terhadap aplikasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aplikasi dengan metode blackbox secara mandiri.

B. Alur Berfikir

Gambar 3.3. Alur berfikir

IV. HASIL

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya mengenai metode ini, peneliti memulai penelitian dengan melakukan pengumpulan data untuk menjadikan parameter awal penelitian.

A. Requirement Planning 1. Algoritma Meeus

Jean Meeus adalah astronom dan matematikawan kelahiran Belgia tahun 1928. Dia belajar matematika di Universitas Leuven, Belgia, dan lulus tahun 1953. Dia tertarik pada astronomi bola dan mekanika benda langit. Jean Meeus menulis banyak buku matematika astronomi, seperti Canon of Solar Eclipses, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, Canon of Lunar Eclipses, Astronomical Formulae for Calculators, Astronomical Algorithms, Transits, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets, Mathematical Astronomy Morsels. Atas jasanya dalam bidang astronomi, sebuah asteriod yang ditemukan diberi nama asteroid 2213 Meeus.

B. Desain Workshop 1. Desain Sistem

Pada tahap ini, penulis akan merancang sistem pengingat waktu sholat dan penunjuk masjid terdekat. Adapun rancangannya meliputi rancangan identifikasi aktor, perancangan use case diagram, perancangan activity diagram, perancangan sequence diagram, perancangan class diagram, dan perancangan user interface.

- Penentuan Aktor Pada tahap ini, penulis mendapatkan dua aktor yang terlibat pada aplikasi ini, yakni user dan GPS. User adalah aktor yang menggunakan handphone berbasis Smartphone Android, dimana user akan mendapatkan output dari sistem berupa pemberitahuan waktu sholat dan masjid yang jaraknya terdekat dari posisi user. Sedangkan GPS memiliki kewajiban untuk memberikan nilai koordinat latitude, longtitude dan altitude posisi handphone berada.

Tabel 4.1. Penentuan Actor

Page 57: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

53

- Use Case Diagram Use Case merupakan gambaran skenario dari interaksi antara user dengan sistem. Sebuah diagram Use Case menggambarkan hubungan antara user dan kegiatan yang dapat dilakukan terhadap aplikasi

Gambar 4.1. Diagram Use Case

Pada diagram diatas terdiri dari 1 aktor dan 5 Use Case. Di dalam diagram ini terdapat extend yang digunakan untuk menunjukkan bahwa satu Use Case merupakan tambahan fungsional dari Use Case lain.

Adapun Use Case sistem pada pengingat waktu sholat dan penunjuk masjid terdekat ini diantaranya :

1. Melihat Jadwal Sholat, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user akan mendapatkan kemampuan untuk melihat jadwal sholat.

2. Melihat Masjid Terdekat, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user akan mendapatkan kemampuan untuk mengetahui masjid terdekat dilokasi sekitar handphone berada.

3. Menentukan Mazhab yang digunakan, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user diberikan keleluasaan untuk menentukan mazhab yang akan dipakainya dalam metode perhitungan waktu shalat.

4. Menentukan Mode Pengingat, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa user dapat mengatur mode pengingat waktu shalat, apakah dengan suara adzan atau hanya getar saja.

5. Memberikan nilai latitude, longtitude dan altitude, merupakan Use Case yang menggambarkan bahwa GPS memberikan nilai koordinat latitude, longtitude dan altitude posisi handphone berada.

- Test Case - Test Case Melihat Jadwal

Shalat. User berhasil melihat jadwal shalat.

- Test Case Melihat Masjid Terdekat. User berhasil melihat masjid terdekat sesuai dengan posisi handphone user.

- Test Case Menentukan Mazhab yang digunakan. User berhasil menentukan mazhab yang digunakan sesuai dengan keinginan user.

- Test Case Menentukan Mode Pengingat. User berhasil memilih mode pengingat yang diinginkan, baik itu berupa suara adzan maupun hanya getar saja.

- Test Case Memberikan Nilai Latitude, Longtitude dan Altitude. GPS berhasil memberikan nilai koordinat latitude, longtitude dan altitude sesuai dengan posisi handphone.

- Activity Diagram Activity Diagram adalah teknik untuk mendeskripsikan logika procedural, proses bisnis, dan aliran kerj dalam banyak kasus. Adapun Activity Diagram pada program ini adalah: - Activity Diagram Lihat jadwal

shalat

Activity diagram diatas

menggambarkan bagaimana ketika aplikasi pertama kali dijalankan akan membawa user pada tampilan pembuka program Muaidzah ini selama 3 detik, lalu user akan

Page 58: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

54

langsung dihadapkan kepada jadwal waktu shalat.

- Activity Diagram Lihat daftar masjid terdekat

Activity diagram diatas menggambarkan ketika aplikasi pertama kali dijalankan akan membawa user pada tampilan pembuka program Muaidzah ini selama 3 detik, lalu user akan langsung dihadapkan kepada jadwal waktu shalat. Lalu user mengklik menu masjid terdekat, maka akan ditampilkan daftar-daftar masjid terdekat dari posisi user. - Activity Diagram Detail lokasi

masjid terdekat

Activity diagram diatas

menggambarkan bagaimana ketika aplikasi pertama kali dijalankan akan membawa user pada tampilan pembuka program Muaidzah ini selama 3 detik, lalu user akan langsung dihadapkan kepada jadwal waktu shalat. Lalu user mengklik menu masjid terdekat, maka akan ditampilkan daftar-daftar masjid terdekat dari posisi user.

Dengan mengklik nama lokasi yang dikehendaki, user akan dihadapkan dengan tampilan googlemap yang akan

menunjukkan rute menuju masjid yang dituju.

- Sequence Diagram

Diagram ini menggambarkan interaksi antar objek didalam dan disekitar sistem (termasuk pengguna, display dan sebagainya) berupa massage yang digambarkan terhadap waktu. Sequence Diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek terkait).

- Class Diagram Diagram ini digunakan untuk menggambarkan kumpulan dari class dan hubungannya. Diagram ini merupakan diagram yang paling umum ditemukan dalam pemodelan sistem berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan suatu sistem, sekaligus layanan untuk memanipulasi keadaaan metode atau fungsi sehingga class memiliki tiga area pokok, yaitu: nama, atribut, dan metode. Selainitu setiap class yang dapat menjadi sebuah form saat pembuatan program. Class diagram yang diusulkan dapat dilihat pada gambar berikut:

Class Diagram Jadwal Shalat

Class Diagram Masjid Terdekat

Page 59: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

55

2. Build System a. Perancangan Antarmuka (Interface)

Perancangan Interface adalah bagian yang penting pada aplikasi, karena yang pertama kali dilihat dan berinteraksi dengan pengguna adalah tampilan antar muka (interface) aplikasi.

b. Perancangan Algoritma Meeus

Pada tahap ini dilaksanakan implementasi perhitungan waktu shalat menurut algoritma Meeus yang digunakan oleh penulis. Adapun perhitungan dari algoritma Meeus itu sendiri akan dijabarkan dalam bentuk contoh kasus sebagai berikut :

Menentukan waktu shalat pada tanggal 20 Maret 2014 di Jakarta (L = -6,166667 derajat, B = 106,85 derajat, Z = 7, H = 50 meter). Sudut Subuh = 20 derajat. Sudut Isya’ = 18 derajat. Ashar menggunakan madzhab Syafi’i (KA = 1).

Langkah – langkah : 1. Koordinat lintang daerah tersebut (L) = -

6,166667 derajat 2. Koordinat bujur daerah tersebut (B) =

106,85 derajat 3. Zona waktu daerah tersebut (Z) = 7 4. Ketinggian lokasi dari permukaan laut (H) =

50 meter 5. Julian Day untuk 20 Maret 2014 pukul

12.00 UT. Dari tanggal tersebut diperoleh nilai D = 20, M = 3, Y = 2014.

a. A = INT(Y/100) A = INT(2014/100) A = 20 b. B (JD) = 2 + INT(A/4) – A B (JD) = 2 + INT(20/4) – 20 B (JD) = -13 c. JD = 1720994,5 + INT(365,25*Y) +

INT(30,6001(M + 1))+B+D JD = 1720994,5 + INT(365,25*2014) +

INT(30,6001(3 + 1)) + (-13) + 20 JD = 2456729,0 d. Convert menjadi JD lokal JD lokal = JD – Z/24 JD lokal = 2456729,0 – 7/24 JD lokal = 2456728,708 Dari nilai JD tersebut, maka dapat dihitung

sudut tanggal (T) untuk menghitung Delta dengan rumus :

T = 2*PI*(JD – 2451545)/365,25 T = 2*3,14159265359*(2456728,708 –

2451545)/365,25 T = 89,17234781 6. Sudut deklinasi matahari (Delta), dapat

dihitung dengan rumus : Delta = 0,37877 + 23,264*SIN(57,297*T –

79,547) + 0,3812*SIN(2*57,297*T – 82,682) + 0,17132*SIN(3*57,297*T – 59,722)

Delta = 0,37877 + 23,264*SIN(57,297*89,17234781 – 79,547) + 0,3812*SIN(2*57,297*89,17234781 – 82,682) + 0,17132*SIN(3*57,297*89,17234781 – 59,722)

Delta = -0,190491501 derajat 7. Equation of Time (ET), untuk dapat

menghitung ET, maka pertama kali yang harus dihitung adalah bujur rata-rata matahari (L0) dengan rumus :

L0 = 280,46607 + 36000,7698*U Dimana U: U = (JD – 2451545)/36525 U = (JD – 2451545)/36525. U = (2456728,708 – 2451545)/36525. U = 0,142141227 Maka dapat dihitung L0 = 280,46607 + 36000,7698*U L0 = 280,46607 + 36000,7698*0,142141227 L0 = 94,2069333 Selanjutnya, Equation of Time dapat dihitung

sebagai berikut : 1000*ET = -(1789 + 237*U)*SIN(L0) – (7146

– 62*U)*COS(L0) + (9934 – 14*U)*SIN(2*L0) – (29 + 5*U)*COS(2*L0) + (74 + 10*U)*SIN(3*L0) + (320 – 4*U)*COS(3*L0) – 212*SIN(4*L0)

1000*ET = -(1789 + 237*0,142141227)*SIN(94,2069333) – (7146 – 62*0,142141227)*COS(94,2069333) + (9934 – 14*0,142141227)*SIN(2*94,2069333) – (29 + 5*0,142141227)*COS(2*94,2069333) + (74 + 10*0,142141227)*SIN(3*94,2069333) + (320 – 4*0,142141227)*COS(3*94,2069333) – 212*SIN(4*94,2069333)

1000*ET = -7555 ET = -7555/1000 ET = -7,555 8. Altitude matahari waktu subuh = 20 derajat. Altitude matahari waktu Isya’ = 18 derajat 9. Tetapan panjang bayangan ashar = 1

(Mazhab Syafi’i) Dari data-data tersebut diatas, maka dapat

waktu shalat sudah dapat dihitung 1. Waktu Zhuhur Zhuhur = 12 + Z – B/15 – ET/60 Zhuhur = 12 + 7 – 106,85/15 – (-7,555/60) Zhuhur = 12,0028 Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit :

detik Jam = 12 Menit = 0,0028/1 * 60 = 0,168

Page 60: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

56

Menit = 00 Detik = 0,168/1 * 60 = 10,08 Detik = 10 Jam : menit : detik = 12 : 00 : 10 WIB 2. Waktu Ashar Ashar = Zhuhur + (Hour Angle Ashar)/15 Ashar = Zhuhur + ACOS(COS(HA))/15 Ashar = Zhuhur + ACOS(SIN (Altitude) – SIN

(Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15

Ashar = Zhuhur + ACOS(SIN(ARCCOT(KA + TAN(ABS(Delta - Lintang))))) - SIN (Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15

Ashar = 12,0028 + ACOS(SIN(ARCCOT(1 + TAN(ABS((-0,107629)-(-0,003324704)))))) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15

Ashar = 12,0028 + 47,60749529/15 Ashar = 15,17663 Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit :

detik 15,17663 = 15 : 10 : 35 3. Waktu Maghrib Maghrib = Zhuhur + (Hour Angle Maghrib)/15 Maghrib = Zhuhur + ACOS(COS(HA))/15 Maghrib = Zhuhur + ACOS(SIN (Altitude) –

SIN (Lintang) * SIN (Delta)] / [COS (Lintang) * COS (Delta))/15

Maghrib = Zhuhur + ACOS(SIN (0,8333 – 0,0347 * SQRT(H)) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15

Maghrib = 12,0028 + ACOS(SIN (0,8333 – 0,0347 * SQRT(50)) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15

Maghrib = 12,0028 + 91,09472347/15 Maghrib = 18,07578 Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit :

detik 18,07578 = 18 : 04 : 32 4. Waktu Isya Isya’ = Zhuhur + (Hour Angle Isya’)/15 Isya’ = Zhuhur + ACOS(COS(HA))/15 Isya’ = Zhuhur + ACOS(SIN (Altitude) – SIN

(Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15

Isya’ = 12,0028 + ACOS(SIN (-18) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15

Isya’ = 12,0028 + 108,1165581/15 Isya’ = 19,21057

Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit : detik

19,21057 = 19 : 12 : 38 5. Waktu Subuh Subuh = Zhuhur - (Hour Angle Subuh)/15 Subuh = Zhuhur - ACOS(COS(HA))/15 Subuh = Zhuhur - ACOS(SIN (Altitude) – SIN

(Lintang) * SIN (Delta) / COS (Lintang) * COS (Delta))/15

Subuh = 12,0028 - ACOS(SIN (-20) – SIN(-0,003324704) * SIN(-0,107629) / COS(-0,003324704) * COS(-0,107629))/15

Subuh = 12,0028 - 110,157568/15 Subuh = 4,658962 Kemudian nilai ini dikonfersi ke jam : menit :

detik 4,658962 = 04 : 39 : 32

[b]. Perancangan Coding Pada tahap ini dilaksanakan implementasi

dari rancangan sistem yang dibuat. Bahasa yang digunakan pada pemrograman ini adalah bahasa Java. Untuk editor dan unit test digunakan Eclipse Galileo. Pada tahap debugging penulis menggunakan sdk yang telah diberikan.

Untuk menghitung waktu shalat, penulis menggunakan algoritma Meeus. Dengan perhitungan tersebut maka dapat ditentukan waktu shalat berdasarkan lokasi pengguna berada. Berikut potongan kode perhitungan waktu shalat dalam aplikasi ini.

C. Implementation Agar aplikasi ini berjalan baik dan benar

maka dibutuhkan perangkat yang mampu mendukung aplikasi ini baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat keras. Untuk itu perlu diperhatikan kategori dari perangkat yang dapat menjalankan aplikasi ini.

1. Handphone dengan OS Android atau biasa disebut Smartphone Android.

2. Smartphone Android dengan minimal API 8.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari penelitian dan penulisan yang telah

diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : dengan memanfaatkan teknologi yang ada pada Smartphone khususnya yang berbasis sistem operasi Android, pengguna bisa dengan cepat mengetahui waktu shalat dan lokasi masjid yang berada paling dekat dengan posisi dia berada menggunakan sebuah aplikasi yang dirancang untuk dapat mengetahui waktu shalat dan masjid terdekat.

Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Page 61: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

57

- Penulis dapat menjelaskan keakurasian algoritma Meeus dalam penentuan waktu shalat.

- Aplikasi dapat mencari keberadaan masjid terdekat dengan memanfaatkan fasilitas GPS.

B. Saran Aplikasi ini tentu saja masih jauh dari kata

sempurna. Masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aplikasi ini agar menjadi lebih baik lagi, antara lain : - Penulis mengharapkan aplikasi ini dapat

dikembangkan lebih lanjut bukan hanya waktu shalat serta masjid terdekat, tetapi juga konten-konten islami lainnya agar dapat lebih bermanfaat.

- Diharapkan kedepannya dapat dikembangkan bukan hanya berjalan pada platform Android saja.

VI. REFERENSI

[1]. Amhar, Fahmi. 2002. Pengantar Memahami

Astronomi Rukyat. [2]. Jogianto. 1999. Metodologi Penelitian Sistem

Informasi. Yogyakarta: Andi. [3]. Kendall & Kendall. 2008. System Analysis And

Design. London: Pearson International Edition 7th Edition.

[4]. Meeus, Jean. 1991. Astronomical Algorithm, Willmann-Bell: Virginia.

[5]. Mulyadi, Adi. 2010. Membangun Aplikasi Android. Yogyakarta: Multimedia Center Publishing.

[6]. Riyanto. 2011. Sistem Informasi Geografis Berbasis Mobile. Yogyakarta: Gava Media.

[7]. Safaat, Nazaruddin. 2012. ANDROID Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Bandung: Informatika.

http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmu-hisab/cara-menghitung-waktu-shalat.htm

http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmu-hisab/kalender-julian-kalender-gregorian-dan-julian-day.htm

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.

Page 62: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

58

Implementasi Algoritma Sidik Jari Audio Untuk Mendeteksi Duplikat Lagu

Raka Yusuf1, Harni Kusniyati2, Erick Estrada3

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract- In a song storage media, often found duplicate songs which resulted in the use of storage media space song not be optimal. Duplicate songs are generally caused by the way the user to store songs on the storage media. Generally, users do not pay attention to whether the storage medium has tracks are the same song or not. In addition, differences in track storage location is one of the factors that make it difficult to determine whether the storage medium contained songs duplicate songs. Therefore, to optimize storage space song, then designed an application that uses audio fingerprinting algorithm to identify duplicate songs in the song storage media. This study uses the waterfall model of software engineering, to produce an application that can overcome the problem of duplicate song files on the storage media. Keywords: Fingerprint Algorithm Song, Library Open Fingerprint Architecture

I. PENDAHULUAN Beban kehidupan akhir-akhir ini terasa

bertambah berat, membuat manusia harus berpacu melawan waktu bekerja keras untuk mendapatkan rejeki. Hal inilah yang membuat masyarakat Indonesia, terutama yang hidup di kota-kota besar mengalami tingkat stress yang begitu tinggi. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk menghilangkan stress, dimana salah satu cara untuk menghilangkan stress adalah dengan mendengarkan musik. Musik sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia, karena dapat membawa emosi bagi pendengarnya. Saat musik mengalun sendu, maka tanpa terasa emosi si pendengarnya terbawa hanyut oleh kesenduan musik tersebut, namun tatkala musik mengalun riang dengan nada semangat, maka emosi si pendengarpun dapat ikut terbawa semangat.

Musik atau lagu yang kita dengarkan sejak kecil hingga dewasa, mungkin sudah berjumlah ratusan lagu. Lagu yang diciptakan manusia mungkin sudah ribuan atau bahkan jutaan lagu. Banyak atau hampir setiap orang menyimpan lagu-lagu sebagai koleksi pribadi, terlebih lagi bagi suatu stasiun radio yang menyimpan ribuan lagu dalam berbagai jenis aliran musik.

II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Suara Suara adalah gelombang yang dihasilkan

oleh getaran benda dengan amplitudo yang berubah secara kontinu terhadap waktu. Suara berhubungan dengan pendengaran yang merambat melalui media terkompresi seperti gas, air atau udara, dan tidak dapat merambat melalui ruang hampa. Lihat Gambar 1.

Gambar 1. Proses Terjadinya Suara

Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda dimana selama bergetar, terjadi perbedaan tekanan pada media terkompresi yang dilalui, sehingga menghasilkan pola osilasi yang disebut dengan gelombang. Gelombang yang dihasilkan memiliki pola sama berulang pada interval tertentu, dan dapat dihitung dengan rumus:

λ = c/f........................................................(1) Dimana : λ = Panjang Gelombang suara (m) c = Kecepatan Rambat Suara (m/s) f = Frekuensi (Hz)

Berdasarkan tinggi rendahnya frekuensi yang dihasilkan, maka gelombang suara dibagi kedalam empat jenis gelombang suara, yaitu: 1. Infrasonik yang mempunyai rentang

frekuensi diantara 0 Hz – 20 Hz. 2. Audiosonik yang mempunyai rentang

frekuensi diantara 20 Hz – 20 KHz. 3. Ultrasonik yang mempunyai rentang

frekuensi diantara 20 KHz – 1GHz. 4. Hipersonik yang mempunyai rentang

frekuensi diantara 1 GHz – 10 THz.

B. Audio Watkinson (2002:3) menyatakan, bahwa

audio adalah sinyal analog dalam bentuk gelombang listrik yang merepresentasikan gelombang suara. Dalam proses menghasilkan

Benda

Perbedaan

Melewat

Penden

Page 63: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

59

audio, suara asli diubah oleh transducer seperti mikrofon menjadi sinyal analog listrik yang merambat secara kontinu pada media terkompresi, dan mengalami perubahan seiring waktu dan media yang dilalui. Lihat Gambar 2.

Gambar 2. Contoh Gelombang Sinyal Analog

Gelombang sinyal analog dihitung

berdasarkan amplitudo sebagai ukuran tinggi rendahnya gelombang sinyal analog dalam satuan decibel (db), dan velocity sebagai ukuran kecepatan rambat gelombang dalam satuan m/s.

Sebuah sinyal audio analog merupakan akumulasi gabungan dari suara asli dan noise. Hal ini merupakan kelemahan dari sinyal audio analog sebab perubahan gelombang listrik yang dihasilkan selama melalui media terkompresi bersifat kontinu sehingga sulit untuk mendeteksi proporsi energi dari suara asli maupun noise.

Untuk mengatasi kelemahan sinyal audio analog, maka diperlukan suatu bentuk gelombang sinyal audio yang dapat dideteksi proporsi antara energi suara asli maupun noise pada sinyal tersebut. Gelombang sinyal audio ini merupakan gelombang sinyal audio digital. C. Audio Digital

Fries dan Marty (2005:142) menyatakan, bahwa audio digital adalah representasi dari suara dalam bentuk deret angka berurutan yang mewakili gelombang sinyal selama interval waktu tertentu seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.3. Audio digital direpresentasikan oleh bilangan biner (1 dan 0), dimana bilangan biner dinyatakan dalam bit-bit yang mewakili dua jenis tegangan, yaitu tegangan rendah atau off yang diwakili oleh bilangan 0, dan tegangan tinggi atau on yang diwakili oleh bilangan 1.

Gambar 3. Contoh Gelombang Sinyal Audio Digital

Definisi dari pemrosesan sinyal audio digital adalah analisa dan manipulasi informasi bentuk gelombang audio yang diproses ke dalam sistem komputer. Dalam pemrosesan ke dalam sinyal audio digital, dilakukan pengukuran amplitudo selama interval waktu tertentu pada sinyal analog untuk menghasilkan sampling, dimana pada tiap satuan pengukuran dalam sampling dinamakan sampel.

D. Audio Sampling Dalam memproses sinyal analog menjadi

bit-bit sinyal digital, digunakan teknik sampling yang merupakan teknik untuk mengambil cuplikan-cuplikan dari bagian-bagian sinyal analog, dimana tiap cuplikan yang diambil disebut dengan sinyal-sinyal sampel.

Dalam proses sampling, untuk menghasilkan sinyal sampel mengikuti aturan teori Shannon yang menyatakan minimum frekuensi sinyal sampel adalah dua kali frekuensi sinyal analog, sebab frekuensi sinyal sampel yang lebih banyak akan menghasilkan cuplikan yang lebih menggambarkan gelombang sinyal analog yang asli. Setelah proses sampling dilakukan, maka akan terbentuk sinyal analog diskrit yang menyerupai sinyal analog asli seperti yang ditunjukan pada Gambar.4.

Gambar 4. Contoh Sinyal Analog Diskrit

Setelah proses sampling, dilakukan proses

pembandingan sinyal sampel diskrit dengan tetapan level tertentu yang disebut quantisasi. level-level pembanding pada proses ini merupakan tetapan-tetapan angka dalam bentuk bilangan biner dimana tetapan level tergantung pada resolusi dari alat konversi. Sinyal-sinyal diskrit yang dihasilkan akan disesuaikan levelnya dengan tetapan-tetapan pada level yang ada. Dengan melakukan pembulatan angka, sinyal-sinyal diskrit yang lebih besar dari median rentang tetapan level akan dinaikan dan jika lebih kecil maka akan diturunkan. Lihat Gambar 5.

Gambar 5. Contoh Gambaran Proses

Quantisasi Sinyal Analog

Page 64: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

60

Tiap-tiap sinyal diskrit yang telah mempunyai tetapan tertentu menghasilkan representasi informasi dari sinyal analog. Urutan-urutan dari sinyal-sinyal diskrit disebut sebagai sinyal audio digital karena sudah berbentuk informasi dalam bentuk bit-bit digital. E. Format Audio Digital

Binanto (2010:56) menyatakan, bahwa Format berkas audio merupakan hasil pemampatan audio yang dilakukan pada saat pembuatan berkas audio dan pada saat distribusi berkas audio tersebut, yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran berkas audio. Pendekatan Umum tentang penyimpanan audio digital adalah pengambilan sampel tegangan audio analog menjadi digital yang pada waktu dimainkan kembali (playback) akan cocok dengan audio analog aslinya.

Dalam penyimpanannya, berkas audio umumnya dapat mendukung penggunaan beragam codec, walaupun terdapat juga berkas audio yang tidak mendukung penggunaan codec seperti AVI. Bentuk dari berkas audio sendiri digolongkan ke dalam tiga golongan besar berdasarkan jenis pemampatannya, yaitu: 1. Format audio yang tidak terkompresi

(uncompress) Format audio tidak terkompresi disebut juga

berkas audio polos/mentah. Formati ini mengkodekan suara dengan jumlah bit per unit waktu yang sama, sebagai contoh sebuah berkas audio berisi simfoni orkestra akan berdurasi sama dengan berkas audio suara hening berdurasi satu menit. Contoh format audio ini adalah WAV, AIFF dan AU. 2. Format audio dengan kompresi lossless

Format audio kompresi lossless memampatkan suara dengan kualitas yang tidak berkurang, sehingga penggunaannya dapat difokuskan pada kecepatan kompresi dan decompresi, derajat kompresi dan dukungan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak. Contoh format audio ini adalah FLAC, Wavpack (WV), Shorten, TTA dan ATRAC.

3. Format audio dengan kompresi lossy

Format audio ini memampatkan suara dengan kualitas yang berkurang. Proses kompresi format audio kompresi lossy lebih difokuskan untuk menjaga kualitas audio, faktor kompresi, kecepatan kompresi dan decompresi, dan kecepatan real-time streaming. Contoh format audio ini adalah MP3, Vorbis, lossy Windows Media Audio (WMA) dan AAC. F. Codec

Binanto (55) menjelaskan, bahwa codec adalah program komputer yang memampatkan/menggembungkan data audio digital sesuai dengan format berkas audio yang diberikan.

Codec audio mempunyai dua arti yang merupakan kombinasi dari coder-decoder.

G. Sidik Jari Audio

Untuk menghasilkan sidik jari audio, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan agar sidik jari yang dihasilkan dapat dianggap mewakili audio sumbernya, yaitu: 1. Ketahanan

Untuk menghasilkan sidik jari audio, sebuah berkas audio harus memiliki tingkat ketahanan yang tinggi.

2. Kehandalan Sidik jari audio hasil ekstraksi dari berkas audio harus dapat digunakan untuk mengidentifikasi berkas lagu identik lainnya secara tepat.

3. Ukuran sidik audio Sidik jari audio harus berukuran kecil agar dalam penggunaannya sebagai alat identifikasi berkas audio, proses yang dilakukan akan berjalan cepat. Ukuran sidik jari audio sangat berpengaruh pada aplikasi yang berinteraksi dengan server yang menyediakan basis data informasi berkas audio.

4. Terperinci Lama durasi berkas audio yang digunakan untuk menghasilkan sidik jari audio harus diperhitungkan secara jelas, sehingga dapat menghasilkan sidik jari audio yang identik dengan berkas audio asli.

5. Kecepatan pencarian dan skalabilitas Kecepatan proses dalam satuan waktu yang diperlukan untuk mencocokan sidik jari. Kecepatan sangat diperlukan apabila proses pencocokan sidik jari audio dilakukan dalam jumlah yang berskala besar.

Dalam mengekstraksi sidik jari audio, terdapat dua bagian yang menjadi proses utama dalam menciptakan sidik jari, yaitu Front End Module dan Fingerprint Modeling Block. Front End Module merupakan bagian dimana terjadi proses ekstraksi isi berkas audio ke dalam bentuk audio mentah, sedangkan Fingerprint Modeling Block merupakan bagian dimana proses ekstraksi dari audio mentah yang dihasilkan untuk diubah menjadi sidik jari audio.

Dari kedua proses utama tersebut, terdapat langkah-langkah untuk memproses audio hingga menghasilkan sidik jari audio yang digambarkan ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Front End Module

Bagian ini dimulai dari proses awal (Preprocessing) yaitu mengkonversi sinyal audio menjadi format standar untuk proses sidik jari audio yaitu 16 bit mono PCM dengan sample rate 44,1 kHz. Sinyal audio kemudian dipecah menjadi frame-frame overlap berdurasi satuan milidetik (Framing & Overlap). Pada proses selanjutnya, setiap frame yang ada diubah menggunakan metode

Page 65: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

61

fourier transform, yaitu operasi menguraikan sinyal berdasarkan sinyal penyusunnya ke dalam bentuk blok-blok frekuensi sinyal (Transform). Blok-blok frekuensi sinyal ini disebut sebagai hasil ekstraksi fitur (feature extraction) yang selanjutnya akan diproses pada Fingerprint Model Block (Post-Processing).

2. Fingerprint Modeling Block Bagian ini merupakan tahap proses ekstraksi sidik jari audio, yaitu tahap menghasilkan sidik jari audio dengan mengambil magnitude tiap-tiap blok frekuensi sinyal yang diproses pada tahap front end module, dan menggunakan algoritma tertentu untuk mengubah blok-blok sinyal tersebut menjadi sidik jari audio.

H. Library Open Fingerprint Architecture

Arsitektur LIBOFA dapat mengidentifikasi lagu dengan toleransi bitrate terendah mulai dari 65 kbps hingga bitrate tertinggi yang ada, serta mendukung identifikasi berkas audio dengan algoritma kompresi lossy seperti MP3.

Pada Arsitektur LIBOFA, terdapat tiga tahap proses utama dimana dua diantaranya merupakan tahap untuk menghasilkan sidik jari audio. Tahap-tahap tersebut yaitu: 1. Konversi berkas audio

Dalam menciptakan sidik jari audio, arsitektur LIBOFA menggunakan codec untuk mengubah berkas audio kedalam bentuk audio mentah dengan format 16 bit mono PCM bertipe WAV.

2. Ekstraksi sidik jari audio Dari audio mentah yang dihasilkan, sinyal-sinyal audio dibagi menjadi serangkaian frame dengan durasi setiap frame berukuran 185 milidetik. Setiap kolom pada matrik awal mewakili pita frekuensi, dan setiap baris pada matrik awal mewakili frame.

Dengan menggunakan rumus, digunakan nilai-nilai pada matriks V untuk mengkonstruksi core print berukuran 512 bytes, digabung dengan empat nilai pita frekuensi paling menonjol (pitch print) berukuran 4 bytes, lalu dienkripsi dengan enkripsi yang dikembangkan oleh LIBOFA, dan dienkripsi kembali menggunakan enkripsi base64 untuk menghasilkan sebuah sidik jari audio berukuran 516 bytes, yang divisualisasikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Visualisasi Bentuk Sidik Jari Lagu 3. Mengambil informasi-informasi berkas audio

Arsitektur LIBOFA menggunakan protocol layer untuk mengirimkan informasi sidik jari audio ke server MusicDNS untuk mendapatkan informasi berkas audio yang sesuai dengan sidik jari audio yang dikirimkan. Tahap ini bersifat opsional, karena tidak mempengaruhi proses dalam menghasilkan sidik jari audio.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Masalah Teknologi multimedia saat ini mempunyai

peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, sebagai salah satu contoh adalah kebutuhan untuk mendengarkan lagu sebagai media yang paling sering digunakan untuk menghilangkan stress. Penikmat lagu dapat menikmati lagu yang ia inginkan menggunakan perangkat keras yang memiliki aplikasi pemutar lagu, ataupun mendengarkan langsung melalui sinyal gelombang-gelombang radio.

1. Faktor-Faktor Penyebab Duplikasi Lagu Duplikasi berkas lagu pada media

penyimpanan lagu merupakan kondisi dimana terdapat 2 atau lebih berkas lagu yang sama pada media penyimpanan lagu tersebut. Duplikasi tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yang disebabkan oleh cara pemilik media penyimpanan lagu dalam melakukan penyimpanan berkas lagu kedalam media penyimpanan lagu, seperti:

Menyimpan berkas lagu dengan nama A.MP3 ke dalam direktori A pada media penyimpanan lagu, dimana pada direktori A dalam media penyimpanan lagu tersebut sudah terdapat berkas lagu yang sama namun memiliki nama B.MP3.

Solusi-Solusi Untuk Mengatasi Duplikasi

Lagu Berdasarkan faktor-faktor penyebab duplikasi berkas lagu, maka dapat didefinisikan kondisi-kondisi yang disebut sebagai duplikasi berkas lagu, yaitu: 1. Kondisi dimana terjadi duplikasi berkas lagu

pada lokasi penyimpanan yang sama, karena terdapat 2 atau lebih berkas lagu yang sama dengan penamaan berkas lagu yang berbeda-beda.

2. Kondisi dimana terjadi duplikasi berkas lagu pada lokasi penyimpanan yang berbeda, walaupun berkas-berkas lagu tersebut memiliki penamaan yang sama.

3. Kondisi terjadinya duplikasi berkas lagu pada lokasi penyimpanan yang berbeda, dengan penamaan berkas-berkas lagu yang berbeda pada tiap lokasi penyimpanannya.

Page 66: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

62

Berdasarkan kondisi-kondisi diatas, dapat disolusikan beberapa cara untuk mencari duplikasi berkas-berkas lagu pada media penyimpanan lagu, yaitu: 1. Melakukan pencarian secara manual ke dalam

lokasi media penyimpanan lagu, dengan cara memutar tiap-tiap berkas lagu untuk mengidentifikasi apakah berkas-berkas lagu tersebut dapat dinyatakan sama.

2. Menggunakan fitur pencarian yang dimiliki oleh sistem operasi, dimana berkas-berkas lagu dengan penamaan yang mirip pada lokasi yang sama atau penamaan yang sama pada lokasi yang berbeda akan diputar agar dapat teridentifikasi apakah berkas-berkas lagu tersebut dapat dinyatakan sama.

3. Menggunakan algoritma khusus untuk melakukan ekstraksi sidik jari untuk setiap berkas lagu pada media penyimpanan lagu, kemudian melakukan pencarian duplikasi berkas lagu dengan cara membandingkan setiap sidik jari berkas lagu satu dengan lainnya, dan menampilkan hasil pencarian berkas-berkas lagu yang di teridentifikasi sama berdasarkan perbandingan antara sidik jari berkas-berkas lagu yang sama, serta menampilkan lokasi berkas-berkas lagu yang sama tersebut.

Analisis Program Aplikasi Setelah

menganalisa permasalahan dan menganalisa solusi terbaik dari solusi-solusi yang ada, maka penulis memutuskan untuk merancang sebuah program aplikasi yang dapat melakukan pencarian duplikasi berkas lagu pada suatu media penyimpanan lagu.

B. Implementasi Program Aplikasi

Pada tahap implementasi program aplikasi, proses pengkodean program akan menggunakan bahasa pemrograman Visual basic.NET, dan Microsoft Visual Studio 2005 sebagai antar muka pengembang aplikasi yang digunakan.

Berdasarkan Rancangan diagram alir program, ditentukan tahapan-tahapan implementasi yang akan dilakukan yaitu implementasi antar muka aplikasi, implementasi fitur lokasi pencarian, implementasi fitur opsi pencarian, dan implementasi fitur pencarian.

1. Implementasi Antar Muka Aplikasi

Pada diagram alir program, setelah program dijalankan, pengguna akan disuguhkan tampilan layar utama program. Pada pembuatan layar utama digunakan beberapa komponen yang terdapat pada toolbar Microsoft Visual Studio 2005 yaitu menu, textbox, tombol (button), optionbox, radio, dan listview sebagai komponen pendukung antar muka program aplikasi. Berikut digambarkan pada Gambar 7. tampilan layar utama.

Gambar 7. Tampilan Layar Utama Program Aplikasi

2. Implementasi Fitur Lokasi Pencarian

Fitur lokasi pencarian merupakan fitur untuk menentukan lokasi pencarian duplikasi lagu atau merupakan fitur untuk menentukan lokasi media penyimpanan lagu. Dalam fitur ini digunakan 1 komponen textbox dan 1 komponen button pada antar muka program aplikasi. Implementasi Fitur Opsi Pencarian

Fitur Opsi pencarian merupakan fitur untuk menentukan cara pencarian duplikasi lagu pada media penyimpanan lagu. Pada antar muka aplikasi, diberikan opsi pencarian duplikasi berkas lagu pada direktori utama atau direktori dan sub direktori utama media penyimpanan lagu. Dalam fitur ini digunakan 1 komponen Optionbox dan 2 komponen radio pada antar muka program aplikasi

C. Pengujian Program Aplikasi

Pengujian program aplikasi merupakan tahapan yang dilakukan untuk penilaian kesesuaian program yang dibuat dengan analisa yang dilakukan dan hasil yang diharapkan. Dalam tahap pengujian aplikasi ini, dilakukan pengujian dengan metode Black Box yang merupakan uji spesifikasi dan fungsionalitas program, tanpa adanya pengetahuan tentang struktur internal dari source code-nya. Metode Black Box menitikberatkan pada apa yang dilakukan oleh code tersebut, dan bukan bagaimana code itu bekerja.

Dalam pengujian program aplikasi ini, akan dijelaskan lingkungan pengujian program, skenario pengujian, hasil pengujian dan analisis hasil pengujian.

1. Lingkungan Pengujian

Dalam pengujian program aplikasi, diperlukan perangkat lunak dan perangkat keras untuk melakukan pengujian, sehingga diperlukan persiapan awal untuk mempersiapkan kebutuhan akan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut. Untuk pengujian program aplikasi ini, dilakukan pengujian pada lingkungan pengujian sebagai berikut:

Page 67: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

63

a. Perangkat Keras Yang Dibutuhkan

Berdasarkan fungsi atau kegunaannya, perangkat keras dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

i. Alat Masukan (Input Device)

Dalam pengujian program aplikasi ini, digunakan 2 alat masukan yaitu papan ketik atau keyboard dan mouse.

ii. Alat Pemroses (Processing Unit)

Alat pemroses yang digunakan dalam pengujian program aplikasi ini adalah sebuah CPU (Central Processing Unit) yaitu prosesor Intel Core 2 Duo T6400 @2.00GHz, 1 Gb RAM memory, dan sebuah harddisk dengan kapasitas penyimpanan sebesar 250 Gb.

iii. Alat Keluaran (Output Device)

Dalam pengujian program aplikasi ini digunakan alat keluaran berupa layar monitor bertipe SVGA.

b. Perangkat Lunak Yang Digunakan

c. Perangkat lunak merupakan sekumpulan baris perintah atau program yang digunakan untuk memberikan instruksi-instruksi pengolahan data kepada perangkat keras komputer. Pada pengujian program ini, dilakukan pada sistem operasi Windows XP.

Skenario Pengujian Dalam melakukan pengujian program

aplikasi ini, ditetapkan skenario pengujian yang disusun sebagai berikut:

Tabel 1. Skenario Pengujian

No Yang Diuji Data Pengujian

Cara Menguji Hasil Yang Diharapkan

1 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang sama, isi yang sama, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi berbeda

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

2 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang sama, isi yang sama, bitrate yang berbeda, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi berbeda

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser.

Progrm akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

3 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang sama, bitrate yang sama, dengan kedua berkas

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

Page 68: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

64

lagu berada pada lokasi yang sama

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama pengujian

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

4 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang sama

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

5 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang berbeda

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

Hasil Pengujian

Dari skenario pengujian yang dilakukan, didapatkan hasil pengujian sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengujian

No Yang Diuji

Data Pengujian

Cara Menguji Hasil Yang Diharapkan

Hasil Pengujian

1 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang sama, isi yang sama, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi berbeda

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, berikut lokasi dari masing-masing berkas lagu, yang akan ditampilkan pada tabel hasil pengujian

Sesuai

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama

Page 69: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

65

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

2 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang sama, isi yang sama, bitrate yang berbeda, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi berbeda

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, berikut lokasi dari masing-masing berkas lagu, yang akan ditampilkan pada tabel hasil pengujian

Sesuai

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama dan sub direktori dari direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

3 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang sama, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang sama

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, berikut lokasi dari masing-masing berkas lagu, yang akan ditampilkan pada tabel hasil pengujian

Sesuai

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

4 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dengan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang sama

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian

Sesuai

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

Page 70: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

66

5 Layar Utama

2 berkas lagu dengan nama yang berbeda, isi yang berbeda, bitrate yang sama, dan kedua berkas lagu berada pada lokasi yang berbeda

1 Pilih lokasi dengan menekan tombol bergambar direktori, maka akan muncul jendela directory browser

Program tidak akan menampilkan kedua berkas lagu yang diuji, pada tabel hasil pengujian

Sesuai

2 Pada jendela directory browser, pilih lokasi berkas lagu yang akan diuji, kemudian tekan tombol OK

3 Pilih opsi pencarian pada direktori utama

4 Tekan tombol cari untuk memulai proses pengujian kedua berkas lagu

Analisis Hasil Pengujian

Dari hasil skenario pengujian terhadap aplikasi, dilakukan analisa sebagai berikut:

1. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 1 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan, karena data pengujian yang digunakan merupakan 2 berkas lagu dengan nama, isi dan bitrate yang sama, dimana dalam prosesnya aplikasi akan menghasilkan sampling dan nilai-nilai quantisasi yang sama untuk setiap berkas lagu data pengujian, dan dalam proses ekstraksi sidik jari akan menghasilkan sidik jari berkas lagu yang dapat dipastikan sama. Perbedaan lokasi tidak akan mempengaruhi dalam proses identifikasi duplikasi berkas lagu, selama data pengujian berada pada direktori utama atau sub-sub direktori dari direktori utama lokasi yang dipilih.

2. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 2 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan. Dalam penggunaan data pengujian 2 berkas lagu dengan nama dan isi yang sama, namun dengan bitrate yang berbeda menunjukkan bahwa perbedaan bitrate pada berkas lagu dengan nama dan isi yang sama akan menghasilkan audio sampel dengan ukuran yang berbeda karena perbedaan jumlah bit-bit pembentuk kedua lagu tersebut. Dalam proses ekstraksi sidik jari lagu, algoritma enkripsi LIBOFA dapat menghasilkan sidik jari lagu yang sama untuk kedua berkas lagu Hal ini menunjukkan bahwa proses quantisasi sinyal pada kedua lagu dapat dihasilkan perbandingan tetapan nilai yang sama, sehingga pada proses transform hingga membentuk sidik jari lagu, dapat dihasilkan sidik jari yang sama.

3. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 3 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan. Dalam penggunaan data pengujian 2 berkas lagu dengan isi dan bitrate yang sama namun dengan penamaan

berkas lagu yang berbeda, ditunjukkan bahwa pada proses pencocokan berkas lagu tidak dilakukan pencocokan berdasarkan nama berkas-berkas lagu, melainkan dari ekstraksi isi berkas lagu tersebut. Dijelaskan pula bahwa kesamaan lokasi data pengujian tidak akan mempengaruhi dalam proses identifikasi duplikasi berkas lagu, sama seperti keadaan apabila berkas lagu data pengujian terdapat pada lokasi yang berbeda-beda.

4. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 4 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan. Dalam proses ekstraksi sidik jari lagu dapat dipastikan bahwa kedua sidik jari lagu data pengujian yang dihasilkan merupakan sidik jari yang berbeda, karena merupakan 2 lagu dengan isi yang berbeda.

5. Hasil pengujian pada skenario pengujian nomor 5 menunjukkan kesesuaian dengan hasil yang diharapkan, karena selain perbedaan lokasi tidak mempengaruhi hasil dari identifikasi duplikasi berkas lagu, hasil ekstraksi sidik jari lagu dari kedua berkas lagu data pengujian akan menunjukkan perbedaan antara kedua sidik jari berkas lagu tersebut, sebab kedua berkas lagu tersebut hanya memiliki kesamaan bitrate, tapi sebenarnya merupakan 2 jenis berkas lagu yang berbeda.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang dilakukan dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Aplikasi yang dibuat dapat melakukan

identifikasi berkas-berkas lagu yang terduplikasi pada media penyimpanan lagu, baik untuk berkas lagu dengan bitrate yang sama maupun berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses quantisasi untuk menghasilkan audio sampel, algoritma LIBOFA dapat melakukan penyesuaian quantisasi sinyal sampel terutama pada lagu dengan bitrate yang berbeda, dan mengubahnya kedalam sampling rate yang sama. Kemudian pada proses transform yang dilakukan, algoritma sidik jari LIBOFA dapat

Page 71: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

67

melakukan penyesuaian perhitungan untuk mengubah nilai matriks awal dari perbandingan nilai-nilai pada pita-pita frekuensi terhadap nilai-nilai waktu, sehingga dapat dihasilkan sidik jari yang sama baik untuk lagu dengan bitrate yang sama maupun berbeda.

2. Aplikasi dapat digunakan untuk membantu pengguna dalam menemukan duplikasi berkas-berkas lagu yang terdapat pada media penyimpanan lagu, sehingga pengguna dapat menghapus duplikasi-duplikasi lagu tersebut.

B.Saran

Beberapa saran yang diajukan dengan kemungkinan untuk dilakukan pengembangan aplikasi lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan ke depannya disarankan untuk menggunakan komponen ekstraksi sidik jari lagu lainnya, sehingga dapat dilakukan perbandingan mana komponen yang lebih baik.

2. Pengembangan lebih lanjut dapat dicoba untuk melakukan ekstraksi sidik jari dari berkas lagu dengan kualitas yang sangat baik, seperti berkas lagu dengan kualitas orkestra atau live music.

3. Pengembangan lebih lanjut juga dapat dicoba dengan tipe format lagu yang berbeda seperti MP4, MIDI, DLL. Hal ini ditujukan untuk menguji kemampuan LIBOFA dalam ekstraksi sidik jari dari berkas lagu selain MP3.

4. Faktor kecepatan dalam ekstraksi dan besarnya ukuran sidik jari lagu sebaiknya menjadi pertimbangan untuk pengembangan lebih lanjut, karena kedua hal tersebut cukup mempengaruhi waktu proses pencarian duplikasi berkas lagu.

5. Penambahan fitur-fitur baru pada pengembangan lebih lanjut seperti penambahan konfigurasi threeshold dalam mencocokan sidik jari, atau menggunakan ID3 Tag sebagai tambahan untuk membantu proses identifikasi berkas lagu.

V. REFERENSI [1] Binanto, Iwan. Multimedia Digital Dasar Teori

dan Pengembangannya. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010

[2] Cano, Pedro, Eloi Batlle, Emilia Gomez, Leandro de C.T Gomes, and Madeleine Bonnet, 2005 “Audio Fingerprinting: Concepts And Applications” Studies in: Computational Intelligence for Modeling and Prediction Halgamuge, S.K, Lipo Wang. Berlin: Springer, 2005

[3] Elektro Indonesia, Audio Sampling, http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek35a.html, diakses pada tanggal 1 mei 2011

[4] Fries, Bruce, and Marty Fries. Digital Audio Essentials Sebastopol: O`Reilly Media, Inc, 2005

[5] Kusumo, Ario Suryo. Buku Latihan Pemrograman Visual Basic 2005 Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2006

[6] Music IP. MusicDNS Developers Guide Monrovia: Music IP Corporation, 2006

[7] Rainer, R.Kelly, Turban, Efraim, Introduction to Information Systems Danvers: John Wiley & Sons Inc, 2009

[8] Serrao, Carlos, Clara, Marco, 2007 “Describing Acoustic Fingerprint Technology Integration For Audio Monitoring Systems” Studies in: Innovation And Advanced Techniques In Computer And Information Sciences And Engineering Sobh, Tarek Dordrecht: Springer, 2007

[9] Watkinson, John, An Introduction to Digital Audio Oxford: Focal Press, 2002

COPYRIGHT

Dengan ini kami menyatakan bahwa jurnal ini benar-benar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai jurnal atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis bertanggung jawab dalam menyalin (mereproduksi) gambar atau tabel dan citra yang diperoleh dari pihak lain dengan apresiasi (acknowledgement) yang benar.

Page 72: JURNAL SISTEM INFORMASI - si.fst.uinjkt.ac.idsi.fst.uinjkt.ac.id/prodi/wp-content/uploads/2015/09/Jurnal-SI-Feb... · serta ulasan -ulasan umum tentang ... para akademisi dan praktisi

JURNAL SISTEM INFORMASI ISSN 1979 – 0767

Vol 8, No 1 Februari 2015

DAFTAR ISI

1-7 PENGEMBANGAN SISTEM E-PROCUREMENT

(STUDI KASUS: PT TELKOM INDONESIA, UNIT GENERAL SUPPORT — STO GAMBIR) Nia Kumaladewi, Meinarini Catur Utami, Andika Syafiq Baskara

8-12

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN PELANGGAN LISTRIK Dewi Arianti Wulandari, Nuratni S Simin

13-24

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PROMOSI KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP DAN TOPSIS STUDI KASUS: PT. ISTIDATA INDOPACIFIC SOLUTION CENTRE

Hendra Bayu Suseno, Andrew Fiade, Ahmad Rizki Faizal

25-34 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENCATATAN KEUANGAN PADA

KOPERASI LANCAR JAYA Sarip Hidayatuloh, Indah Sari Agustin

35-41

USULAN MANAJEMEN RISIKO BERDASARKAN STANDAR SNI ISO/IEC 27001:2009 MENGGUNAKAN INDEKS KAMI (KEAMANAN INFORMASI) STUDI KASUS: BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BNP2TKI) Indah Kusuma Dewi, Fitroh, Suci Ratnawati

42-48

ANALISA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI SPASIAL PENDIDIKAN BERDASARKAN INDIKATOR ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) (STUDI KASUS : KOTA TANGGERANG SELATAN)

Eva khudzaeva

49-57 IMPLEMENTASI ALGORITMA MEEUS DALAM PENENTUAN WAKTU SHALAT DAN PENCARIAN MASJID

TERDEKAT Dede Muhammad Isnaeni, Fitri Mintarsih, Feri Fahrianto

58-67

IMPLEMENTASI ALGORITMA SIDIK JARI AUDIO UNTUK MENDETEKSI DUPLIKAT LAGU Raka Yusuf, Harni Kusniyati, Erick Estrada