Jurnal Reading Forensik

Embed Size (px)

Citation preview

Studi Aktivitas Enzim Cairan Perikardial setelah Kematian dan Hubungannya dengan Interval Post-Mortem

AbstrakEstimasi waktu sejak kematian pada saat otopsi telah menjadi dan saat ini masih menjadi salah satu tantangan untuk seorang Patologi Forensik. Sebuah penelitian perspektif dilakukan di rumah sakit SMS, Jaipur tentang aktivitas dari enzim pada cairan perikardial setelah kematian yang berkurang. Total ada 50 studi kasus dimana secara acak terpilih melalui suatu penapisan. Cairan perikardial diperiksa secara biokimiawi untuk melihat aktivitas enzim dari amilase, creatinin-kinase (CK), Gamma-glutamyl transferase (GGT) dan Lactate Dehydrogenase (LDH) dengan menggunakan metode photoelectric colorimetry. Tingkat aktivitas enzim didapatkan kemudian dibuat dalam bentuk grafik dan dipelajari secara statistik dan riwayat dalam bentuk grafis didapatkan untuk mengetahui interval post-mortem. Data yang didapatkan kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah dapat memperkirakan waktu sejak kematian. Dalam penelitian ini kami mengamati korelasi positif keempat enzim dengan waktu setelah kematian, dimana CK ditemukan meningkat secara signifikan.

Kata Kunci: Interval Post-Mortem (Waktu sejak kematian), cairan perikardial, aktivitas enzim, amylase, creatinin kinase (CK), Gamma-glutamyl transferase (GGT), lactate dehydrogenase (LDH)

PendahuluanDalam skenario saat ini yang sedang berkembang, ahli mediko-legal secara rutin bergantung pada metode lama yang subjektif dengan mengamati dari luar seperti perubahan somatik viseral pada tubuh yang meninggal, seperti penurunan suhu, perubahan pada mata, rigor mortis, hipostasis, tanda pembusukan, mumifikasi, pembentukan lapisa lilin, pembentukan parasit, dll. dan bukti lainnya yang dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian.Tidak ada metode objektif yang akurat, dapat dilakukan, jelas yang dapat diterima; dimana, masih dibutuhkan dan digali lagi metode objektif yang dapat dilakukan dan akurat seperti pemeriksaan biokimiawi.Penelitian ini merupakan usaha untuk mecari tahu apakah cara ini ringkas dan cukup signifikan untuk memperkirakan interval post-mortem dengan menganalisis secara kuantitatif perubahan aktivitas enzim cairan perikardial. Sebagaimna tubuh yang mati merupakan materi biologis, terdapat ketidaksesuaian dan variasi biologis pada aktivitas enzim perikardial ante-mortem dan post-mortem.

Metode dan BahanTotal ada 50 kadaver yand dibawa ke Departemen Forensik untuk otopsi medikolegal kemudian di teliti. Dipilih kasus dengan trauma yang diketahui waktunya, waktu kematian yang diketahui, dan cara kematian yang diketahui. Cairan perikardial diketahui sebagai filtrasi ultra dari darah, pada kasus dimana ada gangguan cairan tubuh sebelum kematian, elektrolit darah, dan enzim yang dicurigai sebelumnya dieksklusi dari penelitian ini, seperti contoh kasus keracunan, terbakar, septikemi, kematian mendadak, dan kematian mendadak karena sebab yang tidak diketetahui, riwayat alkohol sebelum kematian, alkoholik kronis, muntah, diare, transfusi darah, terapi diuretik, penyakit jantung, penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit pankreas, epilepsi, myopati, penggunaan obat kronis, perokok kronis.Informed consent yang valid dan legal didapatkan sebelum pengumpulan sampel dari cairan perikardial. 5 ml cairan perikardial didapatkan dan dimasukan kedalam spuit steril melalui sinus posterior atau dari kantung perikardial dan kemudian dipindahkan ke dalam vial yang bersih. Penemuan sampel yang terkontaminasi darah akan disingkirkan. Sampel yang didapat kemudian segera disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit dan cairan supernatan dianalisis untuk aktivitas enzim dengan metode kit menggunakan analiser semi otomatis dengan protokol standar (Amylase dengan menggunakan metode substrat langsung, CK dengan modifikasi metode IFCC, LDH dengan modifikasi metode IFCC, dan GGT dengan metode bahan carboxy) menggunakan kit komersial (Crest Biosystem). Data tersebut kemudian dikumpulkan dan dianalisis terutama untuk hubungannya aktivitas enzim cairan perikardial dengan waktu sejak kematian.

Hasil dan ObservasiTotal 50 kasus di teliti (45 laki laki, 5 perempuan) dengan jangkauan umur 8 - 70 tahun dengan kasus terbanyak berada pada umur 20 - 36 tahun (36 kasus). Cidera yang didapatkan beragam, mulai dari kecelakaan lalulintas (39 kasus), jatuh dari ketinggian (4 kasus), kecelakaan kereta api (3 kasus), pembunuhan (2 kasus), gantung diri (1 kasus) dan kejatuhan benda sangat berat (1 kasus).Kami membandingkan rata rata dari aktivitas enzim dari keempat enzim (Amylase, CK, GGT, dan LDH) dengan waktu setelah kematian (Tabel 1) dan statistik perbedaan signifikan dari perubahan aktivitas enzim diantara tiga perubahan waktu sejak kematian (< 6 jam, 6-12 jam, 12-24 jam). Observasi dilakukan sebagai berikut :Amylase:Ratta rata aktivitas amylase berkurang antara kelompok 0,05)Korelasi positif tercatat antara aktivitas amylase dan waktu sejak kematian (nilai r- +0,277) namun hal ini tidak signifikan secara statistik.Creatine Kinase (CK)Nilai rata rata dari Creatine Kinase (CK) meningkat pada kelompok < 6 jam dan 6-12 jam dan juga antara kelompok 6-12 jam dengan 12-24 jam. Ketika dibandingkan tingkat CK antara kelompok 0,05) namun yang menarik disini perbandingan antara kelompok 0,05).Korelasi positif juga tercatat antara aktivitas CK dan waktu sejak kematian (nilai r- +0,325) dimana signifikan secara statistik (nilai p < 0,05).Gamma-glutamyl Transferase (GGT)Nilai rata rata dari Gamma-glutamyl Transferase (GGT) meningkat antara kelompok < 6 jam dengan kelompok 6-12 jam namun kemudian menurun antara kelompok 6-12 jam dan 12-24 jam. Peningkatan antara kelompok