21
Jurnal POLA KOMUNIKASI REHABILITASI ANAK JALANAN (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dalam Rehabilitasi Keterampilan Pokok antara Anak Jalanan dengan Pembimbing di Panti Pelayanan Sosial Anak Tawangmangu Kabupaten Karanganyar) Disusun Oleh: Laras Shinta Andari Putri D1215028 Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018

Jurnal POLA KOMUNIKASI REHABILITASI ANAK JALANAN D1215028.pdf · 2018. 7. 12. · POLA KOMUNIKASI REHABILITASI ANAK JALANAN (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dalam Rehabilitasi

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Jurnal

    POLA KOMUNIKASI REHABILITASI ANAK JALANAN

    (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dalam Rehabilitasi Keterampilan

    Pokok antara Anak Jalanan dengan Pembimbing di Panti Pelayanan Sosial Anak

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)

    Disusun Oleh:

    Laras Shinta Andari Putri

    D1215028

    Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

    Program Studi Ilmu Komunikasi

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2018

  • 1

    POLA KOMUNIKASI REHABILITASI ANAK JALANAN

    (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dalam Rehabilitasi Keterampilan

    Pokok antara Anak Jalanan dengan Pembimbing di Panti Pelayanan Sosial Anak

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)

    Laras Shinta Andari Putri

    A. Eko Setyanto

    Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Abstract

    Street children with low ability and education work in the streets. Panti

    Pelayanan Sosial Anak Tawangmangu is provide social skills training such as

    automotive motorcycle workshop, welding workshop and cullinary class for street

    children. The purpose of this research is to know the communication pattern of

    primary skill rehabilitation between mentor and street children. The theory used

    is theory of Devito, this theory find the communication patterns into five forms of

    communication patterns of wheels, chains, Y, circles and stars.

    The type of research used in this study is descriptive qualitative research.

    Technique of collection data in this research is observation, interview, and

    literature study. The sampling technique using purposive sampling. Selection of

    interviewees for mentors based on their task and intesity of interaction with street

    children, for street children based on their duration of rehabilitation, active

    participation in skill rehabilitation and communicative. Interviewees consists

    from 3 skill mentors and 3 skill members. The technique of data validity is

    triangulation data. While the analysis technique is data reduction, data

    presentation and conclusion.

    The results showed the pattern of communication between mentors and

    street children in the primary rehabilitation of automotive motorcycle workshop,

    welding workshop and cullinary class is the communication pattern of stars. In

    principle, all members can communicate and influence both mentors and street

    children. Supporting factors mentors in the process of communication is a

    comfortable environment, a clear message, complete learning media, and active

    street children. While the inhibiting factors is psychological barriers such as lack

    of discipline, ignorance and lack of ability of street children in receiving

    messages and mechanical barriers to the media practice of less automotive

    workshop skills.

    Keywords : communication patterns, social rehabilitation, street children.

  • 2

    A. Pendahuluan

    Kemiskinan merupakan salah satu tantangan besar yang harus diselesaikan

    oleh negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah terus mengupayakan

    penurunan penduduk miskin dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan

    Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia per September 2016

    mencapai 27,76 juta orang, berkurang sebesar 0,25 juta orang dibandingkan

    dengan kondisi Maret 2016 sebesar 28,01 juta orang.1

    Banyak anak putus sekolah disebabkan ketidakmampuan orang tua untuk

    membayar biaya sekolah, sehingga mencari uang untuk membantu ekonomi

    keluarga. Namun minimnya keterampilan dan pendidikan yang dimiliki membuat

    mereka memiliki sedikit peluang kerja, sehingga turun ke jalan menjadi alternatif

    lain yang mereka pilih. Delapan puluh persen anak jalanan disuruh oleh orang tua

    mereka untuk mencari uang dengan menjadi pengemis dan pengamen di jalanan.2

    Menurut Departemen Sosial, anak jalanan atau anjal merupakan anak yang

    melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan

    kegiatan sehari-hari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan dan pusat-

    pusat keramaian lainnya.3

    Jamiludin dalam Jurnal International Street Children’s Problem in Getting

    Education : Economic and Parental Factors4 menyatakan :

    The main focus of social community development is social protection.

    Therefore, helping street children is not simply removing them from the

    street, but rather improving their quality of life or protecting them from

    exploitation. Referring to the principles of the social work profession, the

    policy and social protection programs include social assistance, education

    for encouraging skill and knowledge, and social welfare insurance. As a

    result, the social rehabilitation and empowerment are developed by right-

    based initiatives, considering serious fundamental rights of children

    inaccordance with their best aspirations.

    1http://setkab.go.id/bps-per-september-2016-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-berkurang-025-

    juta/diakses 18 Mei 2017 pukul 09.00 WIB. 2 https://www.merdeka.com/peristiwa/80-persen-anak-jalanan-mengemis-disuruh-orang-tua.html

    3https://www.kemsos.go.id/ content/anak-jalanan diakses 18 Mei 2017 pukul 09.15 WIB.

    4 Jamiludin, 2018, Street Children’s Problem in Getting Education : Economic and Parental

    Factors, Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol 9 No 1, ISSN 2039-9340

    http://setkab.go.id/bps-per-september-2016-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-berkurang-025-juta/http://setkab.go.id/bps-per-september-2016-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-berkurang-025-juta/https://www.kemsos.go.id/https://www.kemsos.go.id/content/anak-jalanan

  • 3

    Pemerintah terus mengupayakan dalam penanganan anak jalanan ini, salah

    satunya dengan mengeluarkan kebijakan sebuah Program Kesejahteraan Sosial

    Anak (PKSA), yang didalamnya termasuk Program Kesejahteraan Sosial Anak

    Terlantar/Jalanan (PKS-Antar/PKS Anjal). Program ini bertujuan untuk

    pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan anak sehingga tumbuh kembang,

    kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud.5 Bentuk program ini

    adalah rehabilitasi sosial dengan memberikan pelayanan sosial seperti pemenuhan

    kebutuhan dasar, kesehatan, rekreasi, keterampilan.

    Kisirkoi and Godfrey Shed (2018) dalam Jurnal Internatonal Education Access

    and Retention for Street Children: Perspectives from Kenya6 menyatakan :

    Rehabilitation of all street children should be carried out. The rehabilitation

    course should include: hygiene, games, sports, athletics, drama, basic

    numeracy and literacy, skills development, life skills, living values

    acquisition, drug abuse and HIV/Aids messages and religious education. The

    length of this phase should depend on the learners/needs. As long as a child

    can adjust to a learning atmosphere he or she should be moved to the next

    stage where they should be prepared for academic and trade skills

    developments.

    Permasalahan anak jalanan di Provinsi Jawa Tengah ditangani unit pelaksana

    teknis yang disebut Panti Pelayanan Sosial Anak, salah satunya Panti Pelayanan

    Sosial Anak Tawangmangu, yang beralamat di Jalan Lawu Nomor 73

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

    Bentuk rehabilitasi yang diberikan meliputi bimbingan fisik, mental, sosial,

    karakter, dan keterampilan7. Tujuannya untuk membentuk kualitas diri anak

    jalanan agar dapat memperoleh kehidupan lebih baik. Anak tersebut kemudian

    akan dikembalikan kepada orang tua dan disalurakan ke perusahaan guna

    memperoleh pekerjaan, setelah rangkaian bimbingan diselesaikan.

    Bimbingan keterampilan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam

    rehabilitasi. Menurut Hovland, komunikasi adalah mengubah perilaku seseorang.8

    Komunikasi ini berperan aktif mengubah perilaku anak jalanan yang disebut panti 5http://dinsos.jogjaprov.go.id/progam-kesejahteraan-sosial-anak/diakses 30 Mei 2018.

    6 Kisirkoi and Godfrey Shed,2016, Education Access and Retention for Street Children:

    Perspectives from Kenya, Journal of Education and Practice, Vol.7, No.2, ISSN 2222-1735 7 http://barehsoskartini.blogspot.co.id/2014/12/tahap-resosialisai-dan-penyaluran.html.

    8 Suprapto, Tommy dan Fahrianoor,2004,Komunikasi Penyuluhan Dalam Teori Dan

    Praktek,Yogyakarta : Arti Bumi Intaran.

    http://dinsos.jogjaprov.go.id/progam-kesejahteraan-sosial-anak/

  • 4

    sebagai “penerima manfaat (PM)” melalui arahan dan bimbingan dalam rangka

    merealisasikan tujuan rehabilitasi. Proses komunikasi yang berlangsung selama

    bimbingan membentuk pola komunikasi dan faktor – faktor yang mempengaruhi

    keberhasilan komunikasi.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik meneliti tentang Pola

    Komunikasi Rehabilitasi Anak Jalanan (Studi Deskriptif Kualitatif Pola

    Komunikasi dalam Rehabilitasi Keterampilan Pokok antara Anak Jalanan dengan

    Pembimbing di Panti Pelayanan Sosial Anak Tawangmangu Kabupaten

    Karanganyar). Pola komunikasi yang diteliti adalah proses komunikasi rehabilitasi

    keterampilan pokok dengan mengkaji komunikator, pesan, media, komunikan,

    umpan balik, serta faktor - faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan

    komunikasi.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diperoleh rumusan masalah

    adalah ;

    1. Bagaimana pola komunikasi antara pembimbing dengan anak jalanan dalam

    mengikuti rehabilitasi keterampilan pokok di Panti Pelayanan Sosial Anak

    Tawangmangu ?

    2. Dalam proses komunikasi antara pembimbing dengan anak jalanan, apa saja

    faktor pendukung dan penghambat pembimbing sebagai komunikator dalam

    rehabilitasi keterampilan pokok di Panti Pelayanan Sosial Anak

    Tawangmangu ?

    C. Landasan Teori

    1. Komunikasi Interpersonal

    Komunikasi interpersonal menurut Mulyana9 adalah komunikasi antara orang

    – orang yang bertatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap

    reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.

    Komunikasi interpersonal sangat berpotensial untuk mempengaruhi ataupun

    9 Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

    halaman 73.

  • 5

    membujuk orang lain. Sedangkan menurut pawito10

    adalah jalinan hubungan yang

    interaktif antar individu dimana pesan digunakan secara efektif. Jalinan hubungan

    merupakan seperangkat harapan yang pada partisipan menunjukkan perilaku

    tertentu dalam berkomunikasi. Jalinan hubungan antar individu melatar belakangi

    pola-pola interaksi dan tujuan personal menjadi faktor penentu kesepakatan

    komunikasi.

    Dari kedua pengertian komunikasi interpersonal diatas dapat ditarik

    kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi tatap

    muka secara langsung dapat diketahui reaksi dari relasi yang dilakukan. Dari

    komunikasi interpersonal ini komunikator dapat mempengaruhi atau membujuk

    komunikan sesuai dengan tujuan personal.

    Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada

    kepada orang lain sesuai dengan tujuannya. Dalam proses berkomunikasi ini

    terdapat unsur – unsur yang terlibat. Seperti yang ditemukan oleh Shannon dan

    Berlo dengan formula “SMCR” yakni Source (pengirim), Message (pesan),

    Channel (saluran media), dan Receiver (penerima). Kemudian dikembangkanoleh

    Charles Osgood, Gerald Miller, dan Melvin L De Fleur menambahkan unsur efek

    dan umpan balik (feedback).11

    Digambarkan dalam bagan berikut :

    Bagan 1 Proses Komunikasi

    Untuk lebih jelasnya Effendi menjabarkan unsur – unsur komunikasi yaitu

    yaitu12

    :

    a. Komunikator

    10

    Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LkiS halaman 2-4. 11

    Cangara, Haied, 2016, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua, Depok : PT Rajagrafindo

    Persada halaman 26. 12

    Effendy, Onong Uchjana, 2006, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya halaman 6.

  • 6

    Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan pesan. Dalam

    menyampaikan pesan komunikator memiliki tujuan tertentu seperti

    menginformasikan, membujuk atau memerintah.

    b. Pesan

    Pesan adalah seperangkat simbol – simbol verbal dan non verbal yang

    bermakna. Simbol verbal berbentuk bahasa sedangkan non verbal berbentuk

    gesture, gerakan dan lain – lain.

    c. Media

    Media adalah saluran penyampaian pesan. Dalam berkomunikasi

    penyampaian pesan dilakukan dengan langsung atau dengan menggunakan

    alat atau perantara dengan tujuan untuk memudahkan dalam penyampaian

    pesan.

    d. Komunikan

    Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan. Seorang menerima pesan

    melalui penafsiran lambang – lambang dalam dirinya,

    e. Efek

    Efek adalah tanggapan terhadap pesan yang disampaikan. Pesan – pesan yang

    disampaikan komunikator ditanggapi oleh komunikan baik itu secara verbal

    maupun non verbal.

    Dalam komunikasi yang dilakukan, tentunya ada faktor-faktor yang

    mempengaruhi seperti faktor pendukung dan penghambat. Dalam bukunya,

    Effendy13

    menjelaskan beberapa faktor penghambat komunikasi adalah sebagai

    berikut :

    a. Hambatan sosio-antro-psikologis

    Hambatan sosiologis merupakan hambatan tentang status sosial dalam

    masyarakat, sedangkan hambatan antropologis adalah hambatan komunikasi

    yang disebabkan oleh budaya. Seorang komunikator untuk mencapai tujuan

    komunikasi harus mengenal siapa komunikannya. Mengenal kebudayaan,

    gaya hidup, norma , kebiasan dan bahasanya. Hambatan psikologis adalah

    13

    Effendi, Onong Uchjana, 2004, Dinamika Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdkarya halaman 11.

  • 7

    hambatan yang terjadi ketika komunikator tidak mengkaji diri komunikan.

    Kajian diri pada komunikan dalam kondisi sedih, kecewa marah dan kondisi

    psikologis lainnya juga menaruh prasangka pada komunikator.

    b. Hambatan sematis

    Hambatan sematis adalah hambatan yang terjadi menyangkut bahasa.

    Gangguan seperti salah ucap, salah tulis, kata – kata yang sama tetapi

    pengertian berbeda dan pemilihan kata yang kurang tepat.

    c. Hambatan mekanis

    Hambatan mekanis adalah hambatan yang terjadi pada media yang

    digunakan. Misalnya suara telepon yang krotokan, ketikan huruf yang buram,

    suara yang muncul dan hilang. Beberapa hambatan mekanis dapat diatasi oleh

    komunikator seperti menelepon kembali atau memperbaiki mesin ketik.

    d. Hambatan ekologis

    Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap

    proses berlangsungnya komunikasi. Gangguan seperti kebisingan suara riuh,

    kebisingan lalu lintas dan lain – lain.

    Selain hambatan, terdapat juga faktor – faktor pendukung yang

    mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi. Djamarah14

    berpendapat bahwa

    ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi.

    Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu :

    a. Komunikator

    Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan

    penerimaan pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam

    melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi.

    b. Pesan

    Pesan merupakan tujuan dari komunikasi yang dilakukan. Untuk mencapai

    keberhasilan komunikasi, cara penyampaian pesan sangat berpengaruh yaitu

    dengan cara pesan yang dibuat dapat menarik perhatian penerima pesan. Isi

    dan peran pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan dimaksud untuk

    14

    Djamarah, Bahri, Syaiful, 2004, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, Jakarta : PT. Reneka Cipta halaman 14-15.

  • 8

    menimbulkan umpan balik. Pesan yang disampaikan disesuaikan dengan

    pengalaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan sehingga

    menimbulkan saling pengertian.

    c. Komunikan

    Kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan menentukan pesan dapat

    diterima dan dipahami dengan baik. Kesadaran komunikan atas pesan yang

    memenuhi kebutuhannya mempengaruhi perhatian terhadap pesan yang

    diterimanya.

    d. Konteks

    Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan

    yang kondusif seperti nyaman, menyenangkan, aman, menantang sangat

    menunjang keberhasilan komunikasi.

    e. Sistem penyampaian

    Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode atau media yang

    digunakan dalam penyampaian pesan. Metode dan media yang disesuaikan

    dengan berbagai jenis indra penerima pesan yang kondisinya berbeda – beda

    akan menunjang keberhasilan komunikasi.

    2. Pola komunikasi

    Djamarah15

    mendefinisikan pola komunikasi sebagai pola hubungan antara

    dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang

    tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Devito16

    menjelaskan

    terdapat lima pola komunikasi yaitu pola komunikasi roda, pola komunikasi

    rantai, pola komunikasi Y, pola komunikasi lingkaran dan pola komunikasi

    bintang. Pola tersebut digambarkan sebagai berikut :

    a. Pola Komunikasi Roda

    Pola komunikasi roda memiliki pemimpin yang jelas dengan posisi yang

    berada di pusat. Pemimpin menjadi satu – satunya yang dapat mengirim dan

    menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota akan

    15

    Ibid, Djamarah, halaman 1. 16

    A Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing

    Group halaman 382-384.

  • 9

    berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui

    pemimpinnya.

    Gambar 1 pola komunikasi roda

    b. Pola Komunikasi Rantai

    Pola komunikasi rantai sama dengan struktur lingkaran, kecuali bahwa para

    anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.

    Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada pada posisi tengah lebih

    berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.

    Gambar 2 pola komunikasi rantai

    c. Pola Komunikasi Y

    Pola komunikasi ini kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda,

    tetapi lebih tersentralisasi dibanding pola lainnya. Pada pola ini terdapat

    pemimpin yang jelas yaitu orang ketiga dari bawah. Anggota dapat mengirim dan

    menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya hanya terbatas

    pada satu orang lainnya.

    Gambar 3 pola komunikasi y

    d. Pola Komunikasi Lingkaran

    Pola komunikasi lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota

    posisinya sama. Mereka mempunyai wewenang atau kekuatan yang sama untuk

  • 10

    mempengaruhi kelompok. Setiap anggota dapat berkomunikasi degan dua anggota

    lain di sisinya.

    Gambar 4 pola komunikasi lingkaran

    e. Pola Komunikasi Semua Saluran atau Bintang

    Pola komunikasi ini hampir sama dengan pola lingkaran dalam arti semua

    anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki peran yang sama untuk

    mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam pola ini semua anggota bisa

    berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan partisipasi

    secara optimum

    Gambar 5 pola komunikasi bintang

    3. Anak Jalanan

    Keberadaan anak jalanan merupakan dampak dari lingkungannya. Menurut

    Departemen Sosial anak jalanan atau anjal merupakan anak yang melewatkan atau

    memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari di

    jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian

    lainnya.17

    Sedangkan menurut Suyanto bahwa anak jalanan adalah anak yang

    tersisih, termarginal dan kurangnya kasih sayang saat usia yang masih dini dan

    berhadapan dengan lingkungan yang keras serta tak bersahabat dengan anak.18

    Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak jalanan

    merupakan anak yang termarginal dan kurang mendapatkan perhatian sehingga

    menghabiskan sebagian besar waktunya dijalan untuk melakukan kegiatan sehari

    hari karena lingkungan yang keras dan tidak bersahabat dengannya.

    17

    https://www.kemsos.go.id/ diakses 18 mei 2017 pukul 09.15 WIB. 18

    Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Anak Sosial . Jakarta : Kencana halaman 185.

    https://www.kemsos.go.id/

  • 11

    Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia dalam Bajari19

    terdapat tiga

    kategori anak jalanan yaitu :

    a) Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of the street)

    Merupakan anak jalanan dengan intensitas bertemu dengan orang tua yang

    rendah bahkan putus hubungan dengan menghabiskan sebagian besar waktu

    di jalanan dengan rata – rata putus sekolah atau drop out.

    b) Anak jalanan yang bekerja di jalanan (children on the street)

    Merupakan anak jalanan yang mempunyai hubungan dengan orang tua tidak

    teratur, menghabiskan waktu dijalanan untuk bekerja, hidup di daerah kumuh

    dengan mengontrak bersama dan putus hubungan dengan sekolah atau drop

    out.

    c) Anak rentan menjadi anak jalanan

    Merupakan anak yang masih memiliki intensitas hubungan dengan teratur

    karena tinggal bersama, rata – rata masih bersekolah, menghabiskan waktu

    dijalan untuk mendapatkan uang dengan waktu empat sampai enam jam.

    4. Pola Komunikasi Untuk Anak Jalanan

    Bajari20

    menguraikan fenomena anak jalanan dengan menggunakan beberapa

    teori, salah satunya Teori Interaksi Simbolik yaitu munculnya simbol – simbol

    spesifik dalam interaksi anak jalanan. Menemukan dalam perilaku komunikasi

    interpersonal pada anak jalanan biasanya berlangsung pada situasi yang memaksa,

    otoritatif, konflik, menganggu (teasing), membiarkan (bebas), sukarela dan

    rayuan. Komunikasi interpersonal melalui pesan verbal dan nonverbal. Pesan

    verbal berupa istilah/kata – kata yang berhubungan dengan kekerasan, panggilan

    khass atau konteks dan aktivitas jalanan. Sedangkan pesan non verbal seperti

    gestur, intonasi suara, mimik muka, isyarat bunyi, pakaian, aksesories, dan

    penampilan.

    Dengan kondisi seperti diatas maka komunikasi yang dilakukan dengan

    pendekatan yang empatis dengan kebiasaan, tindakan, dan simbol – simbol yang

    melekat pada diri anak jalanan.

    19

    Bajari, Atwar,2012, Anak Jalanan : Dinamika Komunikasi dan Perilaku Anak, Bandung :

    Humaniora halaman 18. 20

    Bajari, Ibid halaman 226.

  • 12

    D. Metodologi

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

    bertujuan untuk mendiskripsikan tentang pola hubungan dalam proses pengiriman

    dan penerimaan pesan dalam proses rehabilitasi keterampilan pokok antara

    pembimbing dan anak jalanan di Panti Pelayanan Sosial Anak Tawangmangu.

    Dan juga menjelaskan tentang faktor pendukung dan penghambat pembimbing

    sebagai komunikator dalam menyampaikan materi kepada anak jalanan. Teknik

    pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

    dengan memilih tiga pembimbing keterampilan pokok dan tiga anak jalanan pada

    masing – masing keterampilan. Teknik pengumpulan data menggunakan

    observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data diperoleh melalui tehnik

    triagulasi data dengan pengujian data yang diperoleh dari satu sumber dengan data

    sumber lain pada persoalan yang sama.

    E. Sajian dan Analisis Data

    Komunikasi antara pembimbing dengan anak jalanan terjadi ketika pemberian

    materi rehabilitasi keterampilan pokok. Di Panti anak jalanan dinamakan

    penerima manfaat. Proses yang terjalin dalam pemberian materi tersebut

    membentuk pola komunikasi seperti yang disampikan oleh Devito, selain itu juga

    muncul faktor – faktor pendukung dan penghambat pembimbing dalam

    menyampaikan materi.

    1. Pola Komunikasi antara Pembimbing dengan Anak Jalanan dalam

    Mengikuti Rehabilitasi Keterampilan Pokok di Panti Pelayanan Sosial

    Anak Tawangmangu

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan, komunikasi dalam rehabilitasi

    keterampilan pokok bengkel automotif sepeda motor, bengkel las dan tataboga

    terdapat tiga bentuk komunikasi yaitu komunikasi antar pembimbing, komunikasi

    antar penerima manfaat dan komunikasi antara pembimbing dengan penerima

    manfaat.

    a. Pola komunikasi bengkel automotif sepeda motor

    1. Komunikasi antar pembimbing

  • 13

    Komunikasi yang dilakukan antar pembimbing mengenai koordinasi dalam

    bentuk kesepakatan pembagian dan pelaksanaan tugas secara bersama – sama.

    Keterampilan ini diampu oleh dua pembimbing atau instruktur, yaitu bapak bowo

    dan bapak joko. Pemberian materi dilaksanakan sebelum praktek di kelas. Saat

    praktek pembongkaran sepeda motor dilaksanakan bersama – sama. Pembimbing

    berperan mengawasi praktek yang dilaksanakan.

    2. Komunikasi antar penerima manfaat

    Komunikasi yang dilakukan antar penerima manfaat terkait dengan

    pembahasan materi bengkel dan pengarahan praktek. Pada saat praktek, penerima

    manfaat meminta pengarahan bagaimana cara yang dilakukan untuk membongkar

    bagian – bagian sepeda motor.

    3. Komunikasi antara pembimbing dengan penerima manfaat

    Komunikasi yang dilakukan antara pembimbing dan penerima manfaat terkait

    dengan pembelajaran teori yang diberikan dan evaluasi praktek. Dalam

    menyampaikan pesan, pembimbing memilih pesan yang sederhana dan nyaman.

    Pembimbing menempatkan diri penerima manfaat yang berkomunikasi dengan

    teman, sehingga menimbulkan suasana yang nyaman. Pembimbing juga selalu

    membangun respon dari penerima manfaat atas pesan yang disampaikan.

    Pembimbing bersifat terbuka dengan pendapat dan ide yang disampaikan

    penerima manfaat. Pembimbing juga memberikan kesempatan kepada penerima

    manfaat untuk mengembangkan kemampuan bengkel seperti modifikasi

    menaikkan CC kendaraan. Dalam menyampaikan pesan pembimbing

    mednggunakan dua media yaitu modul untuk pembelajaran secara teori dan

    sepeda motor untuk alat praktek. Sedangkan dalam menerima pesan Penerima

    Manfaat bersifat aktif bertanya dan mengungkapkan ide serta masalah yang

    dihadapi ketika praktek, namun ada pula yang pasif hanya mendengarkan.

    Berdasarkan bentuk - bentuk komunikasi tersebut maka pola komunikasi

    yang terbentuk dalam rehabilitasi keterampilan bengkel automotif sepeda motor

    adalah sebagai berikut :

  • 14

    Gambar 6

    Pola Komunikasi Keterampilan Bengkel Automotif Sepeda Motor

    b. Pola komunikasi keterampilan bengkel las

    1. Komunikasi antar pembimbing

    Komunikasi antar pembimbing terkait dengan pembagian tugas dan

    pengawasan. Terdapat dua instruktur dalam keterampilan ini yaitu bapak nurul

    dan bapak tri. Sistem pembelajaran langsung praktek jadi penyampaian materi

    langsung dalam praktek yang dilakukan. Komunikasi juga dilakukan pada

    penentuan model pengelasan seperti pot atau jemuran.

    2. Komunikasi antar penerima manfaat

    Komunikasi yang dilakukan antar penerima manfaat terkait dengan

    pembelajaran modul dan praktek. Sistem pembelajaran bengkel las yaitu langsung

    praktek dan penerima manfaat hanya diberikan modul untuk mempelari sendiri

    teori tentang pengelasan. Komunikasi juga dilakukan saat praktek tentang cara

    pengelasan dan model yang dibuat. Dalam komunikasi ini penerima manfaat ada

    yang menanyakan kepada temannya tentang penggunaan alat maupun cara.

    3. Komunikasi antara pembimbing dengan penerima manfaat

    Komunikasi yang dilakukan pembimbing terkait dengan materi praktek dan

    evaluasi praktek. Pembimbing menyampaikan materi pengelasan sekaligus

    dengan menunjukkan cara yang dilakukan. Dalam menyampaikan pesan

    pembimbing memilih pesan yang sesuai dengan kondisi penerima manfaat.

    Kondisi karakteristik anak jalanan yang slengean dan pendidikan yang rendah.

    Pesan dibuat dengan sederhana dan mudah dimengerti. Sifat pembimbing yang

    santai, friendly dan terbuka membuat suasana komunikasi yang nyaman.

    Pembimbing juga selalu menanyakan kejelasan dari pesan yang disampaikan.

    Pembimbing memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan

  • 15

    bengkel las dengan kreatifitas penerima manfaat seperti bentuk pot sepeda. Media

    yang digunakan modul dan peralatan serta perlengkapan mengelas.

    Penerima manfaat dalam menerima pesan aktif bertanya dan mendengarkan.

    Dalam evaluasi praktek penerima manfaat diberi kesempatan untuk mengutarakan

    kesulitan dan masalah yang dihadapi ketika praktek. Namun ada pula yang pasif

    hanya mendengarkan saja.

    Berdasarkan bentuk - bentuk komunikasi tersebut maka pola komunikasi

    yang terbentuk dalam rehabilitasi keterampilan bengkel las adalah sebagai berikut

    :

    Gambar 7 Pola Komunikasi Keterampilan Bengkel Las

    c. Pola komunikasi keterampilan tataboga

    1. Komunikasi antar pembimbing

    Komunikasi antar pembimbing terkait dengan koordinasi tugas yaitu

    pengawasan dan pembagian tugas serta materi yang diberikan. Koordinasi

    dilaksanakan sebelum praktek tataboga dilaksanakan. Dalam keterampilan

    tataboga terdapat dua pembimbing satu sebagai instruktur yaitu ibu nuning dan

    satu sebagai pengawas yaitu bu nuri. Materi yang disampaiakn berdasarkan

    kesepakatan yang telah diprogramkan.

    2. Komunikasi antar penerima manfaat

    Komunikasi antar penerima manfaat terkait dengan koordinasi pembagian

    tugas memasak resep. Dalam ketrampilan ini setidaknya ada tiga anggota masing

    – masing mempunyai tugas sendiri yang ditentukan berdasarkan koordinasi

    bersama. Setiap penerima manfaat meempunyai buku catatan tentang resep yang

    disampaikan oleh pembimbing. Pelaksanaan praktek tata boga berdsarkan resep

    yang disampaikan.

    3. Komunikasi anatar pembimbing dengan penerima manfaat

  • 16

    Komunikasi antara pembimbing dengan penerima manfaat tentang cara

    pembuatan masakan dan evaluasi praktek. Dalam keterampilan tataboga

    pembimbing menjelaskan resep dan bahan – bahan yang dibutuhkan. Kemudian

    cara memasak, semua penerima manfaat menulis resep yang ditentukan.

    Kemudian melaksanakan praktek yang diawasi oleh pembimbing. Dalam

    menyampaikan pesan pembimbing menyesuaikan dengan kemampuan penerima

    manfaat. Pembimbing berisifat serius tetapi juga santai. Pembimbing juga aktif

    dalam menayakan kejelasan dan pemahaman dari pesan yang disampaikan dan

    memberikan kesempatan penerima manfaat untuk mengembangkan kreatifitas dan

    kemampuan dalam memasak sperti pengemasan. Dalam menerima pesan,

    penerima manfaat mencatat dan memperhatikan resep yang diberikan. Ada yang

    aktif bertanya. tentang kegagalan dalam memasak. Ada juga yang memperhatikan

    arahan.

    Berdasarkan hubungan dari bentuk – bentuk komunikasi tersebut maka

    terbentu pola komunikasi sebagai berikut :

    Gambar 8 Pola Komunikasi Keterampilan Tataboga

    2. Faktor pendukung dan penghambat pembimbing sebagai komunikator

    dalam menyampaikan materi rehabilitasi keterampilan pokok di Panti

    Pelayanan Sosial Anak Tawangmangu

    Dalam proses komunikasi tentunya terdapat faktor – faktor pendukung dan

    penghambat yang mempengaruhi komunikator dalam menyampaikan pesan.

    Menurut effendi21

    faktor – faktor penghambat komunikasi adalah hambatan sosio-

    antro-psikologis, hambatan sematis, hambatan mekanis dan hambatan ekologis.

    Sedangkan Djamarah22

    keberhasilan komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor

    seperti komunikator, pesan, komunikan, konteks dan sistem penyampaian.

    21

    Effendi, Op.Cit halaman 11-16. 22

    Djamarah, Op.Cit halaman 1.

  • 17

    Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, peneliti memperoleh

    beberapa faktor yang mempengaruhi pembimbing sebagai komunikator dalam

    proses komunikasi yaitu :

    a. Faktor pendukung yang mempengaruhi pembimbing sebagai

    komunikator

    Dalam proses komunikasi antara pembimbing dengan penerima manfaat,

    pembimbing sebagai komunikator dalam menyampaikan materi terdapat faktor

    pendukung jalannya komunikasi. Faktor – faktor tersebut tentunya berpengaruh

    terhadap keberhasilan komunikasi rehabilitasi keterampilan. Faktor faktor tersebut

    adalah media yang tersedia lengkap. Media dalam hal ini adalah media

    pembelajaran seperti modul, catatan, perlengkapan dan peralatan keterampilan.

    Pembimbing juga menciptakan lingkungan yang nyaman dan pesan yang

    disesuaikan dengan kondisi penerima manfaat. Penerima manfaat yang aktif

    dalam bertanya dan berpendapat j uga mempengaruhi keberhasilan komunikasi.

    b. Faktor penghambat yang mempengaruhi pembimbing sebagai

    komunikator

    Dalam proses komunikasi antara pembimbing dengan penerima manfaat,

    pembimbing sebagai komunikator dalam menyampaikan materi terdapat faktor

    pendukung jalannya komunikasi. Faktor – faktor tersebut tentunya berpengaruh

    terhadap keberhasilan komunikasi rehabilitasi keterampilan. Faktor faktor tersebut

    adalah kemampuan penerima manfat dalam menerim pesan. Hal ini dipengaruhi

    oleh tingkat pendidikan penerima manfat yang rendah.

    Faktor lain yang menghambat adalah penerima manfaat yang kurang disiplin.

    Seperti terlambat masuk atau bahkan tidak mengikuti keterampilan, ngobrol

    sendiri dengan temannya ketika pembimbing menyampaikan materi dan media

    praktek pada keterampilan bengkel sehingga materi yang disampikan kurang jelas

    karena tidak dapat praktek dan emnunjukkan bagian secara langsung.

    Munculnya faktor – faktor tersebut, pembimbing sebagai komunikator

    mengatasi dengan menasehati untuk tidak mengganggu teman – teman lainnya

    dan mengulangi materi apabila kurang jelas.

  • 18

    F. Kesimpulan

    1. Pola komunikasi antara pembimbing dengan anak jalanan dalam

    rehabilitasi keterampilan pokok.

    Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dibahas dalam bab

    sebelumnya, maka dapat diketahui pola komunikasi antara pembimbing dengan

    anak jalanan dalam rehabilitasi keterampilan pokok yaitu bengkel automotif

    sepeda motor, bengkel las dan tataboga. Ketiga keterampilan tersebut sama –

    sama mempunyai tiga bentuk komunikasi yaitu komunikasi antar pembimbing

    yang berkaitan dengan pembagian tugas, komunikasi antar penerima manfaat

    yang berkaitan dengan diskusi materi dan praktek, kemudian komunikasi antara

    pembimbing dan penerima manfaat yang berkaitan dengan pembahasan materi,

    praktek dan evaluasi. Media yang digunakan yaitu modul dan alat praktek. Dalam

    menyampaikan pesan pembimbing bersifat terbuka dan menempatkan diri

    sebagai teman. Penerima manfaat dalam menerima pesan terdapat yang aktif

    bertanya atau mencoba menjawab pertanyaan temannya ada pula yang hanya

    mendengarkan.

    Berdasarkan bentuk pola dari ketiga keterampilan pokok diatas, maka dapat

    disimpulkan bahwa pola komunikasi rehabilitasi keterampilan pokok adalah

    menggunakan pola komunikasi semua saluran atau bintang. Hal ini ditandai

    dengan semua anggta dapat berkomunikasi satu sama lain seperti antar

    pembimbing, antar penerima manfaat maupun antara pembimbing dan penerima

    manfaat. Masing – masing anggota tidak mendominasi meskipun pembimbing

    sebagai guru yang mengajarkan materi keterampilan namun penerima manfaat

    diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sesuai bidang yang

    diminati.

    2. Faktor Pendukung dan penghambat pembimbing sebagai komunikator

    dalam rehabilitasi keterampilan pokok

    a. Faktor pendukung

    Faktor yang mendukung keberhasilan komunikasi yaitu pembimbing sebagai

    komunikator yang menciptakan suasana yang nyaman, pesan yang disampikan

  • 19

    jelas, media yang digunakan lengkap, penerima manfaat sebagai komunikan ada

    yang aktif sehingga membangun suasana.

    b. Faktor penghambat

    Faktor penghambat keberhasilan komunikasi yaitu hambatan psikologis

    seperti kondisi penerima manfaat yang kurang disiplin, jahil menganggu

    temannya, kemampuan dalam menerima pesan. Selanjutnya hambatan mekanis

    yaitu media yang kurang seperti media sepeda motor matic untuk praktek di

    keterampilan bengkel automotif sepeda motor.

    Namun pembimbing sebagai komunikator telah berupaya mengatasi faktor

    penghambat dengan cara menasehati untuk tidak mengganggu teman – teman

    lainnya dan mengulangi materi apabila kurang jelas.

    Daftar Pustaka

    Bajari, Atwar, 2012, Anak Jalanan : Dinamika Komunikasi dan Perilaku Anak,

    Bandung : Humaniora.

    Effendy, Onong Uchjana, 2006, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek , Bandung :

    PT Remaja Rosdakarya

    Djamarah, Bahri, Syaiful, 2004, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam

    Keluarga, Jakarta : PT. Reneka Cipta.

    Jamiludin, 2018, Street Children’s Problem in Getting Education : Economic and

    Parental Factors, Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol 9 No 1, ISSN

    2039-9340

    Kemensos. Pengertian Anak Jalanan, diakses 18 Mei 2017 dari kemensos :

    https://www.kemsos.go.id/content/anak-jalanan

    Kisirkoi and Godfrey Shed,2016, Education Access and Retention for Street

    Children: Perspectives from Kenya, Journal of Education and Practice, Vol.7,

    No.2, ISSN 2222-173.

    Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT.

    Remaja Rosdakarya.

    Pawito,2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LkiS.

    PPSA Kartini. Tahap Rehabilitasi Sosial, diakses 18 Mei 2017 dari PPSA Kartini :

    http://barehsoskartini.blogspot.co.id/2014/12/tahap-resosialisai-dan-

    penyaluran.html

    Setkab. Jumlah penduduk miskin indonesia, diakses 18 mei 2017 dari setkab RI :

    http://setkab.go.id/bps-per-september-2016-jumlah-penduduk-miskin-

    indonesia-bekurang-025-juta/.

    Suprapto, Tommy dan Fahrianoor, 2004, Komunikasi Penyuluhan Dalam Teori

    Dan Praktek, Yogyakarta : Arti Bumi Intaran.

    Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Anak Sosial . Jakarta : Kencana.

    http://barehsoskartini.blogspot.co.id/2014/12/tahap-resosialisai-dan-penyaluran.htmlhttp://barehsoskartini.blogspot.co.id/2014/12/tahap-resosialisai-dan-penyaluran.htmlhttp://setkab.go.id/bps-per-september-2016-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-bekurang-025-juta/http://setkab.go.id/bps-per-september-2016-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-bekurang-025-juta/

  • 20