Upload
jessica-evans
View
16
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN RAWAT INAP USIA 20-64 TAHUN DI RS KRISTEN
LENDE MORIPA KABUPATEN SUMBA BARAT
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Respati
Disusun oleh:
GITHA SHINTYA DEWI MEZANGO
NIM.08110197
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2012
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN RAWAT INAP USIA 20-64 TAHUN
DI RS KRISTEN LENDE MORIPA KABUPATEN SUMBA BARAT
Githa Shintya Dewi Mezango1, Theresia Puspitawati2, Yohanes Sugiri3
INTISARI
Latar belakang : Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat. Data Depkes 2006 menunjukkan bahwa gastritis berada dalam kategori 10 besar penyakit di seluruh rumah sakit di Indonesia. Data profil Dinkes Nusa Tenggara Timur tahun 2010 gastritis termasuk dalam ketegori 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di runah sakit dengan proporsi 2,1%. Di RS Kristen Lende Moripa angka kesakitan gastritis adalah 166 kejadian per 10.000 penduduk. Salah satu penyebab terjadinya gastritis adalah kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan mengkonsumsi obat anti-inflamasi non steroid.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan faktor perilaku yaitu kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat anti-inflamasi non steroid/OAINS terhadap kejadian gastritis pada pasien rawat inap di RS Kristen Lende Moripa.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan penelitian case control. Subyek penelitian sebanyak 124 orang dengan perbandingan kasus dan kontrol 1:1 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan uji Chi-square dengan nilai kemaknaan 0,05.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat berisiko 8,333 kali lebih besar (p<0,05) terkena gastritis dibandingkan yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol ringan berisiko 1,667 kali lebih besar (p>0,05) terkena gastritis dibandingkan yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi OAINS berat berisiko 19,864 kali lebih besar (p<0,05) terkena gastritis dibandingkan yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi OAINS. Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi OAINS ringan berisiko 6,795 kali lebih besar (p<0,05) terkena gastritis dibandingkan yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi OAINS.
Kesimpulan: ada hubungan antara faktor perilaku dengan kejadian gastritis pada pasien rawat inap di RS Kristen Lende Moripa Kabupaten Sumba Barat.
Kata kunci: alkohol, OAINS/NSAIDs, gastritis
1Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta2Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta3Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
ASSOCIATIONS BETWEEN BEHAVIOR FACTORS AND GASTRITIS OCCURRENCE IN 20-64-YEAR-OLD
INPATIENTS IN LENDE MORIPA CHRISTIAN HOSPITALSUMBA BARAT REGENCY
Githa Shintya Dewi Mezango1, Theresia Puspitawati2, Yohanes Sugiri3
ABSTRACT
Background :Gastritis is one of health problems in community. Data from the Ministry of Health in 2006 showed that gastritis was among the among the top 10 diseases in entire hospitals in Indonesia. Data of profiles at Nusa Tenggara Timur Health Office in 2010 included gastritis among the 10 top diseases of outpatients in hospitals, with the proportion of 2.1%. In Lende Moripa Christian Hospital, the morbidity rate of gastritis is 166 events per 10,000 population. One of the causes of gastritis is the behavior af consuming alcohol and non-steroidal anti-inflamatory drugs.
Objective :To know associations between behavior factors specifically behavior of consuming alcohol and non-steroidal anti-inflammatory drugs/ NSAIDs inpatients hospitalized in the Hospital Christian Lende Moripa
Methods :This was an analytical survey with case control design. Total subjects of study were 124 people, consisting of cases and control with the ratio of 1:1, those were taken by purposive sampling technique. Data were analyzed using Chi-square test with a significance value of 0,05
Results :The results showed that respondents who have a heavy alcohol consumption behavior 8,333 times greater risk (p<0,05) affected by gastritis compared with no alcohol consumption behavior. Respondents who have a mild alcohol consumption behavior 1,667 times greater risk (p>0,05) affected by gastritis compared with no alcohol consumption behavior. Respondents who have a heavy NSAIDs consumption behavior 19,864 times greater risk (p<0,05) affected by gastritis compared with no NSAIDs consumption behavior. Respondents who have a mild NSAIDs consumption behavior 6,795 times greater risk (p<0,05) affected by gastritis compared with no NSAIDs consumption behavior.
Conclusion :There are associations between behavior factors and gastritis occurrence in inpatients in Lende Moripa Christian Hospital, Sumba Barat Regency
Key words : alcohol,NSAIDs, gastritis
¹ Student at S1-Public Health Science Study Program, Respati University Yogyakarta2 Lecturer at Faculty of Health Sciences Respati University Yogyakarta3 Lecturer at Faculty of Health Sciences Respati University Yogyakarta
PENDAHULUAN
Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung.1Gastritis merupakan penyakit lambung
yang paling sering, ditemukan dengan keluhan antara lain nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung,
rasa terbakar, sendawa, rasa penuh dan lain-lain sekarang lebih dikenal sebagai sindroma
dispepsia.2 Gastritis atau inflamasi lambung biasanya disebabkan oleh adanya infeksi bakteri
Helicobacter pylori, konsumsi obat penghilang nyeri seperti aspirin, konsumsi alkohol, stres,
masuknya asam empedu yang ke lambung akibat rusaknya cincin pilorus,dan serangan terhadap
lambung atau yang biasa disebut dengan autoimmune gastritis.3Survei yang dilakukan Asosiasi
Rematik Jepang tahun 1991 mendapatkan bahwa persentasi penyakit terhadap 100 orang pasien
dengan penyakit rematik yang diberi OAINS selama 3 bulan sebanyak 38,5% menderita gastritis,
15,5% menderita ulkus lambung, 1,9% menderita ulkus duodeni, dan 2,7% menderita duodenitis. 4
Dari data Depkes tahun 2005, gastritis berada dalam peringkat ke 10 atau 1,61% dalam kategori 10
jenis penyakit terbesar pada pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia.5Dari data di
propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010, gastritis termasuk dalam kategori 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit atau 2,1 % .6
Di RS Kristen Lende Moripa Kabupaten Sumba Barat kejadian gastritis dari bulan
Januari 2011 – Desember 2011 berjumlah 2.160 orang dengan jumlah pasien rawat inap sebesar
952 orang dan pasien rawat jalan berjumlah 1208 orang. Di RS Kristen Lende Moripa Kabupaten
Sumba Barat, gastritis termasuk dalam 10 urutan penyakit terbanyak. Angka kesakitan gastritis
adalah 166 kejadian per 10.000 penduduk per tahun.7 Berdasarkan latar belakang tersebut maka
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan antara Faktor Perilaku terhadap Kejadian
gastritis pada pasien rawat inap usia 20-64 tahun di RS Kristen Lende Moripa Kabupaten Sumba
Barat
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada
hubungan antara faktor perilaku terhadap kejadian gastritis pada pasien rawat inap usia 20-64
tahun di RS Kristen Lende Moripa Kabupaten Sumba Barat. Dengan tujuan Untuk mengetahui
hubungan antara faktor perilaku terhadap kejadian gastritis pada pasien rawat inap usia 20-64
tahun di RS Kristen Lende Moripa Kabupaten Sumba Barat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik dengan rancangan case
control yaitu suatu penelitian yang mempelajari faktor risiko dengan menggunakan pendekatan
retrospektif. 8 Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap yang menderita
gastritis RS Kristen Lende Moripa Kabupaten Sumba Barat usia 20 – 64 tahun pada saat
penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah Pasien yang terdiagnosa menderita gastritis yang
berusia 20-64 tahun di RS Kristen Lende Moripa Kabupaten Sumba Barat yaitu sebanyak 62 0rang
sebagai kasus yang berkunjung di RS Kristen Lende Moripa yang tidak menderita gastritis
sebanyak 62 orang sebagai kontrol.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.9 Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah faktor perilaku yang meliputi kebiasaan mengkonsumsi
alkohol dan mengkonsumsi obat anti-inflamasi non steroid. Variabel terikatnnya yaitu kejadian
Gastritis. Cara pengumpulan data melalui pengisian kuisioner yang diisi oleh responden. Analisis
data dengan menggunakan uji chi-square.
HASIL PENELITIAN
Sebelum melakukan analisis data secara lanjut, dilakukan pengelompokan data untuk
memudahkan dalam pembacaan data. Lebih jelasnya pengelompokan data dapat dilihat pada
uraian di bawah ini:
1. ANALISIS UNIVARIAT
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden,
serta variabel-variabel dalam penelitian.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Tingkat
Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kelompok Umur,
Tingkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan.
KarakteristikKasus Kontrol Total
n % n % n %Jenis Kelamin
Laki-lakiPerempuanJumlah
Kelompok Umur20-3435-4950-64Jumlah
Tingkat PendidikanTidak SekolahTamat SDTamat SMPTamat SMAAkademi/PTJumlah
Jenis PekerjaanPNS/ABRI/POLRIPegawai SwastaPetaniIbu Rumah TanggaWiraswastaLainnyaJumlah
273562
22132762
7142020162
284621362
43.556.5100.0
35.521.043.5100.0
11.322.632.332.31.6100.0
3.212.974.23.21.64.8100.0
273562
22142662
2151723562
483850762
43.556.5100.0
35.522.649.1100.0
3.224.227.437.18.1100.0
6.512.961.38.10.011.3100.0
5470124
442753124
92937436124
616847110124
43.556.5100.0
35.521.842.7100.0
7.323.429.834.74.8100.0
4.812.967.75.60.88.1100.0
Sumber: Data Analisis 2012
Berdasarkan Jenis kelamin sebagian besar yaitu 70 responden (56.5%) berjenis
kelamin perempuan. Berdasarkan kelompok umur, 53 responden (42.7%) berusia 50-64
tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui sebagian besar yaitu 43 responden
(34.7%) berpendidikan tamat SMA. Berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar 84
responden (67.7%) bekerja sebagai petani.
b. Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Alkohol, Umur Pertama
Kali Mengkonsumsi Alkohol, Frekuensi Konsumsi Alkohol per Minggu, Jumlah
Alkohol yang Dikonsumsi Setiap Kalinya, Jenis Alkohol yang Dikonsumsi
Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Alkohol,
Umur Pertama Kali Mengkonsumsi Alkohol, Frekuensi Konsumsi
Alkohol per Minggu, Jumlah Alkohol yang Dikonsumsi Setiap
Kalinya, Jenis Alkohol yang Dikonsumsi
Distribusi RespondenKasus Kontrol
n % n %Kebiasaan mengkonsumsi alkoholTidak mengkonsumsiMengkonsumsi ringanMengkonsumsi beratUmur pertama konsumsi alkohol10-1920-30Frekuensi konsumsi alkohol/minggu≤1 kali per minggu2-3 kali per minggu>3 kali per mingguJumlah alkohol yang dikonsumsi<1 botol 2-3 botol>3 botolJenis alkohol yang biasa dikonsumsiBirAnggurKolesomCiu/Peci
30725
2012
7187
11138
291221
48.411.348.3
62.537.5
21.956.221.9
34.440.625.0
46.81.63.233.9
5075
111
1020
930
6007
80.611.38.1
91.78.3
83.316.70
75.025.00
9.70011.3
Berdasarkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol, 30 responden (48.4%) yang
menderita gastritis tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. 7 responden (11.3%)
memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol ringan menderita gastritis, dan 25 responden
(48.3) memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat menderita gastritis. Berdasarkan
umur pertama kali mengkonsumsi alkohol, 31 responden dari kelompok kasus maupun
kontrol mulai mengkonsumsi alkohol 10-19 tahun. Berdasarkan frekuensi mengkonsumsi
alkohol per minggu 20 responden mengkonsumsi alkohol 2-3 kali per minggu dimana 18
responden (56.2%) dari kelompok kasus dan 2 responden (16.7%) kontrol. Berdasarkan
jumlah alkohol yang di konsumsi setiap kalinya 13 responden (40.6%) mengkonsumsi 2-3
botol setiap kalinya dan menderita gastritis. Berdasarkan jenis alkohol yang dikonsumsi
29 responden (46.8%) mengkonsumsi bir.
c. Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi OAINS, Frekuensi
Konsumsi OAINS per minggu, Jumlah OAINS yang Dikonsumsi dalam sehari, Jenis
OAINS yang Dikonsumsi
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi OAINS,
Frekuensi Konsumsi OAINS per minggu, Jumlah OAINS yang
Dikonsumsi dalam sehari, Jenis OAINS yang Dikonsumsi
Distribusi Respondenkasus kontrol
n % n %
Kebiasaan mengkonsumsi OAINSTidak mengkonsumsiMengkonsumsi ringanMengkonsumsi berat
111140
17.717.764.5
46511
74.28.117.7
Frekuensi konsumsi OAINS/minggu1-2 kali sehari3-4 kali sehari
1140
21.678.4
97
56.243.8
Jumlah OAINS yang dikonsumsi1-2 tablet 3-4 tablet
2922
56.943.1
88
50.050.0
Berapa lama mengkonsumsi OAINS1-2 hari3-4 hari5-6 hariSetiap hari
1327101
25.552.919.62.0
8440
50.025.025.00
Jenis OAINS yang biasa dikonsumsiAspirinAntalginOskadonBintang tujuhAsam mefenamatIbuprofenLainnya
8411112314
12.966.11.617.737.11.66.5
0804602
012.906.59.703.2
Sumber: Data Analisis 2012
Berdasarkan kebiasaan mengkonsumsi OAINS 40 responden (64.5%) memiliki
kebiasaan mengkonsumso OAINS berat. Berdasarkan frekuensi mengkonsumsi OAINS
40 responden (78.4%) mengkonsumsi OAINS 3-4 kali sehari. Berdasarkan jumlah
OAINS yang dikonsumsi 29 responden (56.9%) yang menderita gastritis mengkonsumsi
OAINS 1-2 tablet. Berdasarkan lama mengkonsumsi OAINS 27 responden (52.9%)
mengkonsumsi OAINS 3-4 hari dan menderita gastritis. Berdasarkan jenis OAINS yang
sering dikonsumsi 41 responden (66.1%) biasa mengkonsumsi antalgin.
2. ANALISIS BIVARIAT
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat. Berikut adalah hasil analisis bivariat:
a. Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol dengan gastritis
1) Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat dengan kejadian
gastritis
Tabel 4.4 Tabulasi silang hubungan kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat
dengan kejadian gastritis.
Kebiasaan konsumsi alkohol
Status responden
pvalue CI ORGastritisTidak
GastritisTotal
n % n % n %Konsumsi Alkohol berat 25 45.5 5 9.1 30 27.3 0.000 2.883-
24.0908.333
Tidak konsumsi alkohol 30 54.5 50 90.9 80 72.7Total 55 100.0 55 100.0 110 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui ada 25 responden (45.5%) yang
menderita gastritis dan memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat. Hasil
analisis diperoleh OR=8.333 artinya orang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi
alkohol berat berisiko 8.333 kali terkena gastritis daripada orang yang tidak
memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol.
Secara statistik ada hubungan bermakna dengan p-value<0,05 (p=0,00) dan antara
kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat dengan gastritis.
2) Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol ringan dengan kejadian
gastritis
Tabel.4.5 Tabulasi silang hubungan kebiasaan mengkonsumsi alkohol ringan
dengan kejadian gastritis.
Kebiasaan konsumsi alkohol
Status responden
pvalue CI ORGastritisTidak
GastritisTotal
n % n % n %Konsumsi Alkohol ringan 7 18.9 7 12.3 14 14.9 0.377 0.553-
5.2181.667
Tidak konsumsi alkohol 30 81.1 50 87.7 80 85.1Total 37 100.0 55 100.0 94 100.0Sumber: Data Analisis 2012
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 1.667 yang berarti pengkonsumsi
alkohol ringan lebih beresiko terkena gastritis 1.667 kali lebih besar dibandingkan
orang yang tidak memiliki kebiasan mengkonsumsi alkohol. Hasil uji statistik
diperoleh nilai person chi-square dengan nilai signifikansi 0.377 berarti p-value > α
(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
kebiasaan konsumsi alkohol berat dengan kejadian gastritis.
b. Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi OAINS dengan kejadian gastritis
1) Kebiasaan Konsumsi obat penghilang nyeri/OAINS berat terhadap kejadian
gastritis
Tabel.4.6 Tabulasi silang hubungan kebiasaan mengkonsumsi OAINS berat
dengan kejadian gastritis.
Kebiasaan konsumsi OAINS
Status responden
pvalue CI ORGastritisTidak
GastritisTotal
n % n % n %Konsumsi OAINS berat 38 77.6 8 14.8 46 44.7
0.0007.257-54.373
19.864Tidak konsumsi OAINS 11 22.4 46 85.2 57 55.3
Total 49 100.0 54 100.0 103 100.0Sumber: Data Analisis 2012
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 19.864 yang berarti orang
yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi OAINS berat beresiko terkena gastritis
19.864 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi OAINS. Hasil uji statistik diperoleh nilai person chi-square
dengan nilai signifikansi 0.000 berarti p-value < α (0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan konsumsi OAINS
berat dengan kejadian gastritis.
2) Kebiasaan Konsumsi obat penghilang nyeri/OAINS ringan terhadap kejadian
gastritis
Tabel.4.7 Tabulasi silang hubungan kebiasaan mengkonsumsi OAINS ringan
dengan kejadian gastritis.
Kebiasaan konsumsi OAINS
Status respondenpvalu
eCI ORGastritis
Tidak Gastritis
Total
n % n % n %Konsumsi OAINS
ringan13 54.2 8 14.8 21 26.9
0.0002.264-20.400
6.795Tidak konsumsi OAINS 11 45.8 46 85.2 57 73.1
Total 24 100.0 54 100.0 78 100.0
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 6.795 yang berarti orang yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi OAINS ringan beresiko terkena gastritis 6.795
kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi
OAINS. Hasil uji statistik diperoleh nilai person chi-square dengan nilai signifikansi
0.000 berarti p-value < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
bermakna antara kebiasaan konsumsi OAINS ringan dengan kejadian gastritis.
PEMBAHASAN
1. Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol dengan kejadian
gastritis
Berdasarkan analisa bivariat antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat dan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol ringan terhadap gastritis dapat diketahui bahwa ada
hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat dengan kejadian gastritis, dengan
OR=8.333. Ini berarti pengkonsumsi alkohol berat lebih beresiko terkena gastritis 8.333 kali
lebih besar dibandingkan orang yang tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Nilai
Confident Interval adalah 2.883-24.090, dimana besarnya risiko berada di antara nilai CI dan
secara statistik ada hubungan bermakna (p<0,05) antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol
berat dengan kejadian gastritis. Sedangkan hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi
alkohol ringan dilihat dari kemaknaan biologis (OR=1.667) kebiasaan mengkonsumsi alkohol
ringan beresiko 1,667 kali terkena gastritis daripada orang yang tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol. Jadi dapat disimpulkan bahwa orang pengkonsumsi alkohol berat
lebih berisiko terkena gastritis daripada pengkonsumsi alkohol ringan. Dalam jumlah sedikit,
alkohol dapat merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan
mual, sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan
duodenum.10
Yuliarti (2009)3 mengatakan bahwa mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi
(merangsang) dan mengikis permukaan lambung. Etanol yang merusak mukosa lambung
terutama berhubungan dengan subepitelial dengan edema yang mengelilinginya dan
peningkatan sel-sel peradangan mukosal ringan sampai sedang.11 Penelitian membuktikan
penyalahgunaan alkohol tidak hanya menimbulkan gangguan mental dan perilaku, tetapi
dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan pada otak, liver (hati), alat pencernaan,
pankreas, otot janin, endokrin, nutrisi, metabolisme, dan resiko kanker.12 Kebiasaan
mengkonsumsi alkohol merupakan satu bentuk pola perilaku manusia. Perilaku manusia
merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Adat atau
kebiasaan juga mempengaruhi dalam kebiasaan seseorang dalam mengkonsumsi alkohol
dalam hal ini kebiasaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang ada dimasyarakat itu
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wawan dan Dewi (2011)13 bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2 yaitu faktor intern yang meliputi
pengetahuan, kecerdasan, emosi, motivasi, dll dan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar
misalnya sosial ekonomi, kebudayaan, iklim, dan sebagainya.
2. Hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi OAINS dengan kejadian
gastritis
Berdasarkan analisa bivariat, antara kebiasaan mengkonsumsi OAINS berat dan
OAINS ringan dapat diketahui bahwa ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi obat
penghilang nyeri/OAINS berat dengan kejadian gastritis dengan OR=19.864, ini berarti
orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat penghilang nyeri/OAINS berat
berisiko 19.864 kali lebih besar daripada orang yang tidak mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi obat penghilang nyeri/OAINS. Nilai confident interval (CI) 5.958-38.813,
dimana besarnya risiko berada diantara nilai CI. Berdasarkan kemaknaan statistik, ada
hubungan bermakna (p<0,05), bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan
mengkonsumsi OAINS berat dengan kejadian gastritis.Sedangkan hubungan antara kebiasaan
mengkonsumsi OAINS ringan terhadap gastritis juga terdapat hubungan dimana OR= 6.795.
Ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi OAINS ringan
berisiko 6.795 kali terhadap gastritis daripada orang yang tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi OAINS. Jika dilihat dari nilai confident interval (CI), 2.264-20.400 yang
berarti nilai besarnya risiko berada di antara nilai CI. Secara statistik ada hubungan bermakna
(p<0,05), bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi OAINS ringan
dengan kejadian gastritis.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi OAINS berat lebih berisiko terkena gastritis daripada orang yang
mengkonsumsi OAINS ringan. Ini menunjukkan bahwa frekuensi dalam mengkonsumsi
OAINS dan jumlah OAINS yang dikonsumsi berpengaruh terhadap kejadian gastritis.
Yuliarti (2009) mengatakan bahwa, konsumsi obat penghilang nyeri, seperti Nonsteroidal
anti-iflamatory drugs (NSAIDs) misalnya aspirin, ibuprofen,juga naproxen,dan lain-lain,
yang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit maag, baik itu gastritis akut maupun kronis.
Ini disebabkan karena sifat OAINS itu sendiri yang bersifat korosif sehingga dapat merusak
epitel mukosa lambung (Hariwijaya dan Sutanto, 2007)14 dan dalam frekuensi yang cukup
sering dan jangka waktu yang cukup lama akan memperparah inflamasi pada mukosa
lambung.15OAINS menyebabkan eksfoliasi sel epitel permukaan dan mengurangi sekresi
mukus yang merupakan barier protektif terhadap serangan asam. Efeknya kemungkinan
diperantarai oleh penghambatan sintesis prostaglin.16 OAINS termasuk obat-obatan bebas
yang dapat dibeli tanpa resep dokter, dan kini kebanyakan tersedia daalam rumah tangga.
Kebiasaan mengkonsumsi OAINS oleh responden dipengaruhi oleh faktor mudahnya untuk
memperoleh obat-obat tersebut karena OAINS termasuk obat bebas yang mudah di dapat
tanpa resep dokter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010)17 dalam perilaku
saat orang sakit:
a. Didiamkan saja
b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri misalnya dengan cara
tradisional (kerokan, minum jamu) atau dengan cara modern (membeli obat di warung,
toko obat, atau apotik)
c. Mencari pengobatan keluar yakni ke pelayanan kesehatan
KESIMPULAN
1. Berdasarkan karakteristik responden jenis kelamin perempuan (56.5%) dan jenis kelamin
laki-laki (43.5%). Mayoritas umur responden 50-64 tahun (42.7%). Pendidikan terakhir yang
ditempuh terbanyak adalah SMA (34.7%). Pekerjaan yang paling banyak adalah petani.
2. Kebiasaan konsumsi alkohol dengan terjadinya gastritis pada pasien rawat inap usia 20-64
tahun di RS Kristen Lende Moripa yaitu 25 responden (45.5%) yang memiliki kebiasaan
konsumsi alkohol berat dan menderita gastritis, 7 reponden (18.9%)memiliki kebiasaan
konsumsi alkohol ringan dan menderita gastritis
3. Kebiasaan konsumsi OAINS dengan terjadinya gastritis pada pasien rawat inap usia 20-64
tahun di RS Kristen Lende Moripa yaitu 40 responden (78,4%) memiliki kebiasaan
mengkonsumsi OAINS berat dan menderita gastritis dan 11 responden (50.0%) memiliki
kebiasaan mengkonsumsi OAINS ringan.
4. Ada hubungan bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol berat dengan kejadian
gastritis dan ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol ringan dengan kejadian
gastritis.
5. Ada hubungan bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi OAINS berat dengan kejadian
gastritis dan ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi OAINS ringan dengan kejadian
gastritis.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang perlu dijadikan
pertimbangan bagi penelitian lain:
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan agar masyarakat memperhatikan kebiasaan hidup sehat dalam hal ini dalam
mengendalikan kebiasaan dalam mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat penghilang
nyeri/OAINS
2. Bagi Rumah Sakit
Selain pengendalian secara kuratif, diharapkan Rumah Sakit juga mengendalikan secara
promotif misalnya dengan pembuatan poster atau leaflet.
3. Bagi Dinas Kesehatan Waikabubak Kabupaten Sumba Barat
Menetapkan kebijakan dalam pengendalian faktor-faktor perilaku yang meningkatkan
kejadian gastritis dalam hal ini adalah perilaku dalam mengkonsumsi alkohol dan obat
penghilang nyeri (OAINS).
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya meneliti faktor risiko lain selain kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dan OAINS yang menyebabkan gastritis dengan menggnakan
rancangan penelitian lain seperti kohort dan crossectional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC2. Mediatry,A.Fuad B, & Syadra,B.(1998).Prevalensi Helikobakter Pylori pada Penderita
gastritis kronis yang Dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Palembang,30 (1)Oktober,hal 26-29
3. Yuliarti,Nurheti.(2009).Maag Kenali, Hindari,dan Obati,Yogyakarta: ANDI4. Pudiyanti.P,Ahmad.Y, & Laili. R.(2005). Tingkat Stres dan Kebiasaan Pemakaian Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (OAINS) pada Penderita Gastritis Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsari,6 (12)Maret,hal 101-108
5. Depkes RI.(2006).Profil Kesehatan Indonesia 2005.Jakarta:Depkes RI6. Dinas Kesehatan.(2010). Profil Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur7. Profil RS Kristen Lende Moripa(2011). Profil RS Kristen Lende
Moripa.Waikabubak:YUMERKRIS8. Riyanto,Agus.(2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Mediaka9. Sugiyono.(2008).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D).Bandung:ALFABETA10. Susanti,Andri.(2011). Faktor Risiko Dispepsia Pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB).Institut Pertanian Bogor11. Isselbacher et al.(2000).Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13.Jakarta:EGC12. Hawari,Dadang.(2006). Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, &
Zat Adiktif).Jakarta:FKUI
13. Wawan,A dan Dewi,M.(2010).Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:Nuha Medika
14. Hariwijaya,M dan Sutanto.(2007).Buku Panduan Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kronis,Jakarta:EDSA Mahkota
15. Endang,L dan VA.Puspadewi.(2012).Penyakit Maag & Gangguan Pencernaan.Yogyakarta:KANISIUS
16. Underwood,J.C.E.(1999).Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2.Jakarta:EGC17. Notoatmodjo.S.(2010).Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta