10

Click here to load reader

JURNAL (Autosaved)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gjjvhjhjgkjvjk

Citation preview

7

Gambaran pasien asma dewasa berbagai derajat dengan faktor pencetus serangan asma di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Sukapura periode 18 Maret 2013 27 September 2014.*Muhammad Fachri, Risa Maulida Widjaya

Asma adalah penyakit kronis saluran napas yang melibatkan banyak sel inflamasi dan elemennya. Kondisi ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif sehingga menimbulkan gejala klinis yang berlangsung secara episodik terutama pada malam hari atau dini hari / subuh. Episodik perburukan berkaitan dengan luasnya peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel baik spontan maupun dengan pengobatan.(13,2)Asma merupakan masalah kesehatan yang serius, secara keseluruhan prevalensi asma di dunia meningkat diperkirakan ada sekitar 10% penderita asma di seluruh dunia hal ini mengakibatkan asma menjadi masalah kesehatan dunia.3,4 Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan berbagai ukuran beban kesehatan asma di dunia, yaitu 15 juta disability-adjusted life years (DALYs) hilang setiap tahunnya karena asma yang artinya 15 juta usia produktif hilang karena asma.5 Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 menunjukan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas).2 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 prevalensi penyakit asma di Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 1,9%. (1,2) Asma pada dewasa menurut penelitian dengan menggunakan kueisoner modifikasi American thoracic society (ATS) dan premeriksaan arus puncak ekspirasi (APE) serta uji bronkodilator dengan alat peak expiratory flow meter (PEF meter) pada 6662 responden usia 13-70 tahun dengan rata rata usia 35,6 tahun, didapatkan prevalensi asma sebesar 7,7 % (laki-laki 9,2 % dan perempuan 6,6 % ).2,5,7 Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian.8 Gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.10 Peningkatan inflamasi hiperesponsif dipengaruhi oleh berbagai macam faktor atau stimulus.11 Faktor genetik dan lingkungan saling mendukung berkembangnya penyakit asma.2 Faktor lingkungan merupakan faktor pencetus terjadinya asma pada dewasa yang terdiri dari alergen, infeksi saluran pernapasan, okupasi (sensitisasi lingkungan kerja), merokok / kebiasaan merokok, refluks gastroesofagus dan polusi udara.5 Penanganan asma yang baik tidak hanya mengandalkan obat - obatan atau intervensi farmakologi, tetapi juga melibatkan komponen non-farmakologi antara lain mengatasi faktor resiko perburukan asma.5 Faktor pencetusnya bervariasi pada setiap individu sehingga pasien dan keluarga perlu untuk mengidentifikasi dan mengurangi pajanan pencetus seoptimal mungkin.2METODEPenelitian ini bersifat survei deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk melihat gambaran pasien asma berbagai dejarat pada dewasa dengan faktor pencetus serangan asma. Penelitian ini dilakukan di klinik Paru RSIJ Sukapura dan dimulai periode 18 Maret 2013 27 September 2014. Populasi adalah penderita asma stabil yang berobat ke klinik Paru RSIJ Sukapura Jakarta Utara. Sampel penelitian adalah penderita asma stabil yang sesuai kriteria penerimaan dan penolakannya. Semua subjek diambil menggunakan metode total sampling artinya semua populasi yang masuk ke dalam kriteria penerimaan dijadikan sampel penelitian.Kriteria penerimaan Pasien asma usia 20-69 tahun Pasien dengan data rekam medik dan nomor rekam medik lengkap Pasien yang telah melakukan pemeriksaan faal paru (spirometri)Kriteria penolakan Pasien asma akut Pasien menggunakan obat penghambat kerja beta Memiliki penyakit pernafasan lain selain asma seperti tuberkulosis paru atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)Alur penelitiana. Mengumpulkan data rekam medis pasien asma yang kontrol di klinik paru RSIJ Sukapura.b. Memilih data rekam medis yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.c. Melakukan wawancara melalui telepon untuk memperjelas atau melengkapi data penelitian.d. Mengolah data yang diperoleh.e. Melakukan analisis data rekam medis pasien.f. Mencatat hasil observasi.Analisis data akan dilakukan secara univariant. Perhitungan analisis menggunakan SPSS 20HASIL Penelitian ini dilakukan pada periode 18 Maret 2013 27 September 2014 pada pasien asma stabil di klinik Paru Rumah Sakit Islam (RSIJ) Jakarta Sukapura. Pasien asma stabil dewasa yang diperoleh selama periode 18 Maret 2013 27 September 2014 sebanyak 72 pasien asma yang berobat ke klinik Paru RSIJ Sukapura. Dari total 72 pasien terdapat 25 pasien tidak memiliki data dan nomor rekam medik yang lengkap sehingga tidak dapat ditelusuri lebih lanjut untuk memperoleh data yang lengkap jadi hanya 47 pasien yang dapat diteliti. Jumlah pasien asma dewasa periode 18 Maret 2013 Desember 2014 sebanyak 24 pasien (51,06%) sedangkan bulan Januari 2014 27 September 2014 sebanyak 23 pasien (48,94%). Hasil tersebut menunjukkan adanya penurunan jumlah pasien asma dewasa di RSIJ Sukapura. Usia pasien asma stabil dewasa rerata 41 tahun yang terdiri dari 4 (8,5%) pasien berusia 20-29 tahun, 17 (36,3%) pasien berusia 30-39 tahun, 13 (27,7%) pasien berusia 40-49 tahun, 11 (23,4%) pasien berusia 50-59 tahun dan 2 (4,3%) pasien berusia 60-69 tahun. Pasien asma stabil dewasa sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 (70,21%) pasien dibandingkan pasien laki laki 14 (29,79%) pasien.Tabel 1.1 karakteristik dataKarakteristikN(47)%

Jumlah pasien18 Maret 2013 - Desember 2013Januari 2014 27 September 20142423

51,0648,94

Usia20-2930-3940-4950-5960-69Mean

41713112418,536,327,723,44,341

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

1433

29,7970,21

PendidikanTidak sekolahSDSMPSMAD3S1

3861758

6,3817,012,7636,2010,6017,02

Pekerjaan Tidak bekerjaMahasiswaIbu Rumah TanggaBuruh WiraswastaKaryawan 12213119

2,14,344,76,42,140,4

Indeks Masa Tubuh (IMT)Underweight (18,5)Normoweight (18,5-24,99)Overweight (25-29,99)Obesitas (30)Mean

220187254,342,638,314,925

Klasifikasi derajat asma berdasarkan PDPI 2006Asma IntermittentAsma Persisten RinganAsma Persisten SedangAsma Persisten Berat

716177

14,934,036,214

Tingkat pendidikan pasien asma yang berpendidikan SD 8 pasien (17,20%), SMP 6 pasien (12,76%), SMA 17 pasien (36,20%), D3 5 pasien (10,60%), S1 8 pasien (17,02%) dan tidak sekolah 3 pasien (6,38%). Pekerjaan pasien asma di RSIJ Sukapura terbanyak bekerja sebagai ibu rumah tangga 21 pasien (44,7%) dibandingkan dengan tidak bekerja 1 pasien (2,1%), mahasiswa 2 pasien (4,3%), buruh 3 pasien (6,4%), wiraswasta 1 pasien (2,1%) dan karyawan 19 pasien (40,4%). Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rerata 25, pasien yang termasuk kriteria normoweight memiliki presentasi yang tinggi sebanyak 20 pasien (42,6%) sedangkan kriteria underweight memiliki presentasi yang paling rendah sebanyak 2 pasien (4,3%). Klasifikasi derajat asma yang paling banyak terjadi di RSIJ Sukapura periode 18 Maret 2013 27 September 2014 adalah asma persisten sedang sebanyak 17 pasien (36,2%) dibandingkan dengan derajat asma yang lain seperti asma intermittent sebanyak 6 pasien (12,8%), asma persisten ringan sebanyak 14 pasien (39,8%) dan asma persisten berat sebanyak 7 pasien (14,9%).

Tabel 1.2 faktor pencetus serangan asma dengan klasifikasi derajat asma (PDPI 2006)

Pasien asma yang terdiagnosis derajat intermitten ada 7 pasien dengan faktor pencetus terbanyak karena polutan dan iritan, GERD, infeksi saluran napas sebanyak 2 pasien (4,3%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten ringan berjumlah 16 pasien dengan faktor pencetus terbanyak disebabkan oleh infeksi saluran napas sebanyak 7 pasien (14,9%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten sedang berjumlah 17 orang dengan faktor pencetus terbanyak disebabkan oleh infeksi saluran napas 12 pasien (25,5%). Pasien asma yang terdiagnosis asma persisten berat berjumlah 7 orang dengan faktor pencetus terbanyak karena refluks gastroesofagus dan infeksi saluran napas sebanyak 3 orang (6,4%) pasien. Faktor pencetus tersering karena infeksi saluran napas 23 pasien (48,94%) dan hanya sedikit pasien asma yang memliki faktor pencetus berupa merokok dan pajanan lingkungan. Pembahasan