12
Menopause and work: An electronic survey of employees’ attitudes in the UK JOURNAL READING Oleh Putri Fathma 125070607111004 Ranthy Pratiwi 125070607111005 Eva Yusniawati 125070607111008 Astrid Widyanita 125070607111007 Priska Berliana Madul 125070607111010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN

JR REVISI

  • Upload
    arya

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

revidu

Citation preview

Menopause and work: An electronic survey of employees attitudes in the UKJOURNAL READING

Oleh

Putri Fathma

125070607111004Ranthy Pratiwi

125070607111005Eva Yusniawati

125070607111008Astrid Widyanita

125070607111007Priska Berliana Madul 125070607111010

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

APRIL 2015

Identitas JurnalJurnal UtamaJurnal pembanding

1. Judul JurnalMenopause and work: An electronic survey of employees attitudes in the UKMenopause and work- the experience of middle-aged female teaching staff in an Egyptian governmental faculty of medicine

2. Tahun terbit20132011

3. PenulisAmanda Griffiths, Sara Jane MacLennan, dan Juliet HassardRehab A.M Hammam, Reem A. Abbas, Myra S. Hunter

4. Lembaga PenulisAcademic Urology Unit, University of Aberdeen, Health Science Building, Foresterhill, Aberdeen, UK; Centre for Sustainable Working Life, Birkbeck College, Unitversity of London, Department of Organization Psychology, Clore Management Centre, Malet Street, Bloomsbury, London Institute of Work, Health and Organisations, University of NottinghamFaculty of medicine, Zagazig University, Egypt; Department of Psychology, institute of psychiatry, Kings College London, UK

5. Lembaga Penerbit ElsevierElsevier

Ringkasan Jurnal Gejala umum wanita premenopause dan postmenopause umumnya meliputi: Menstruasi, muka memerah, gangguan tidur, kelelahan, gangguan suasana hati, iritasi kandung kemih, malaise yang mungkin saja berdampak pada kehidupan kerja. Gejala somatik yang umum pada wanita di akhir reproduksi dan awal dan akhir menopause transisi yaitu kelelahan, kekurangan energi dan perubahan pola tidur dilaporkan memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kapasitas kerja dan kinerja staf. Wanita merasa menopause memiliki dampak negatif di tempat kerja. Situasi kerja tertentu dan lingkungan kerja fisik meningkatkan intensitas gejala menopause, seperti hot flushes lebih sulit diatasi ketika bekerja di tempat yang panas atau ruang kerja tidak berventilasi. Diskusi tentang menopause di tempat kerja secara luas dianggap sebagai hal tabu sehingga wanita umumnya enggan memberitahukan status menopause terutama di tempat kerja.

Gejala yang sangat nampak bermasalah bagi perempuan di tempat kerja daripada untuk aktivitas pada umumnya yaitu menurunkan kepercayaan diri, kurang konsentrasi dan memori yang buruk.

4 hal untuk membantu mengurangi gejala yang bermasalah ditempat kerja: (i) kesadaran yang lebih besar di antara manajer tentang kemungkinan menopause sebagai masalah kesehatan (ii) jam kerja yang fleksibel, (iii) akses terhadap informasi dan sumber dukungan di tempat kerja, dan (iv) perhatian terhadap suhu dan ventilasi. Disatu sisi pekerjaan dapat mempengaruhi efek masa transisi menopause misalnya, stres atau stigma di tempat kerja yang memperburuk gejala. Stres kerja dan jam kerja yang berlebihan dipandang sebagai faktor utama yang memperburuk gejala menopause. Mengurangi stres, baik oleh pencegahan (menanggulangi penyebab stres di tempat kerja) dan pengobatan (perhatian, relaksasi) akan sangat membantu mengatasi masa transisi menopause. Selama masa transisi menopause wanita mungkin mengalami gejala fisik dan emosional, seperti gejala vasomotor, gangguan tidur, perubahan mood, yang sering dikaitkan dengan perubahan hormon dan dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk mengatasi permasalahan menopause dapat dilakukan terapi perilaku kognitif (CBT) dalam mengurangi frekuensi muka memerah (hot flushes) seperti HRT dan dalam meningkatkan efektifitas diri dan kemampuan persepsi. Berbagai karakteristik yang sama dari lingkungan kerja,kebijakan kerja, dan kondisi kerja dilaporkan memperburuk gejala menopause. Perempuan yang di tempat kerjanya tidak melalui klinik menopause, memiliki lebih banyak masalah kesehatan yang diketahui lebih stres dan memiliki presepsi yang lebih negatif tentang menopause. Perempuan dengan pekerjaan yang dibayar rendah memiliki fisik yang lebih lelah serta lebih stres, dan kondisi kerja kurang nyaman dan kurang fleksibel. Namun manager tidak menyadari masalahanya sehingga dukungan dari karyawan yang harusnya sangat penting untuk membantu mengurangi risiko stress dan menjaga kinerja, meningkatkan loyalitas karyawan dan berpartisipasi untuk melanjutankan fasilitasi dalam tenaga kerja tidak ada.

Penting bagi atasannya untuk menyampaikan kepada karyawan bahwa masalah menopause adalah normal dan tidak dijadikan stigma karena akan berdampak pada kerjanya. Perlu disediakan informasi dan dukungan untuk mengatasi menopause di tempat kerja. Penerapan kebijakan kesehatan kerja untuk wanita setengah baya yang bekerja sangat dianjurkan, yaitu akses ke dokter kesehatan kerja (memeriksa kesehatan secara teratur, resep perawatan medis, seperti HRT, sesuai kebutuhan, dan menerapkan sesi pendidikan tentang menopause dan masalah kesehatan. Metode Jurnal Utama Wanita yang berpartisipasi dalam survei adalah yang bekerja di 10 perusahaan yang berbasis di Inggris. Kuesioner on-line diberikan menggunakan Snap Survei Software, Versi 9 Item kuesioner meliputi : umur, usia dan jenis kelamin manajer lini, tingkat pendidikan, kepuasan kerja (item tunggal); Status menopause; gejala menopause yang berpotensi bermasalah untuk bekerja dan aktifitas pada umumnya'; hot flushes di tempat kerja; kondisi kerja; kinerja, keterbukaan pada manajer; strategi penanganan individu; efektif dan penyesuaian yang diinginkan di tempat kerja dan dukungan atasan.

Wawancara dilakukan dengan 61 relawan wanita, berusia 45-55 tahun. Wawancara yang berhubungan dengan gejala menopause, teknik mengatasi, keterbukaan, dukungan mekanisme, organisasi kerja dan lingkungan psikososial, dampak menopause pada kinerja kesehatan dan pekerjaan; dampak bekerja dari gejala menopause; dan saran perempuan tentang sumber bantuan untuk dukungan. Data menggunakan kode dan dianalisis statis menggunakan SPSS versi 18.0. Metode Jurnal Pembanding

Penelitian bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara pengalaman pada masa transisi menopause dengan pekerjaanserta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan cara mengatasi efek dari gejala pada masa transisi menopause pada pekerjaan.

Penelitian dengan cross-sectional pada 131 staff pengajarmedis perempuan menopause yang bekerja di Fakultas Kedokteran ZagZig di Sharqia Mesir.

Kuesioner dan wawancara semi-terstruktur pada Januari sampai Juni 2011. Perbandingan jurnal utama dan jurnal pembanding

Jadi kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara jurnal utama dan jurnal pembanding. Dimana hasil dari kedua penelitian tersebut saling mendukung. didapatkan bahwa pekerjaan dapat memperburuk gejala atau efek dan dampak dari masa transisi saat menopause pada kebanyakan wanita. Jarang dijumpai wanita yang melaporkan lansung keluhan tersebut baik kepada instansi maupun berkonsultasi kepada petugas kesehatan. Faktor-faktor utama dalam pekerjaan yang mempengaruhi adalah kebijakan instansi tempat bekerja termasuk lamanya waktu bekerja, sarana dan prasarana, dan pimpinan instansi. Oleh karena itu dukungan yang sesuai dari atasan menjadi sangat penting. Ini cenderung membantu mengurangi risiko stres, menjaga kinerja, meningkatkan loyalitas karyawan dan berpartisipasi untuk melanjutankan fasilitasis dalam tenagakerja dan Menyediakan informasi dan dukungan untuk mengatasi menopause di tempat kerja. Banyak yang bisa on-line, dan memfasilitasi pembentukan jaringan pendukung informal, tidak membutuhkan biaya yang mahal dan akan menyampaikan pesan penting untuk perempuan.Pertanyaan Jurnal Reading1. Bagaimana prosedur wawancara dilakukan pada jurnal utama? Apakah juga melalui media online

Penanya : Hesti iramajawati

Jawab : wawancara dilakukan secara lansung pada 10 organisasi atau lembaga yang akan dilakukan penelitian. Wawancara dilakukan lansung pada karyawan lembaga tersebut yang bersedia untuk melakukan wawancara. Hal ini bertujuan mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan yang dirasakan oleh karyawan di lembaga tersebut terkait masa transisi menopause. Wawancara ini dilakukan untuk membuat tindak lanjut terkait pertanyaan kuisioner yang akan disebarkan melalui online untuk melakukan penelitian ini.2. Apakah di dalam jurnal dijelaskan mengenai tingkat stress berdasarkan jenis pekerjaan seorang wanita ?

Penanya : Ely septiani

Jawab : Di dalam jurnal utama tidak dijelaskan perbedaan antara tingkat stress berdasarkan pekerjaan mereka. Peneliti dalam jurnalnya terbatas menjelaskan tentang bagaimana efek atau dampak yang dirasakan dari transisi menopause terhadap wanita yang bekerja saja. Jadi peneliti tidak menguraikan lebih lanjut tentang tingkat / persentase stress pada masing-masing pekerjaan tersebut3. Mengapaterapi perilaku kognitif bisa mengurangi terjadinya hot flushses ?

Penanya : Himma Muhibbati

Jawab : Terapi perilaku kognitif merupakan salah satu terapi yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya hot flushes pada masa transisi menopause. Salah satu bentuk dari terapi ini adalah dengan melakukan terapi sulih hormon (TSH). TSH diperlukan untuk mencegah terjadinya kekurangan hormon yang berlebihan pada masa transisisi menopause yang tidak bisa dikompensasi oleh tubuh. Sementara itu hot flushes disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan meningkatnya hormon FSH dan LH. Hal ini memicu terjadinya perubahan pada pembuluh darah. Melebarnya pembuluh darah pada wajah dan leher, dan tengkuk akan menimbulkan rasa panas yang disebut hot flushes.Selain itu hal penurunan estrogen dan kenaikan FSH dan LH dapat menyebabkan gangguan vasomotor yang mengakibatkan kenaikan norepinefrin dan serotonin sehingga pusat pengaturan panas atau termoregulasi di hipotalamus terganggu sehingga terjadi hot flushes.