Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
jL;?-/PP5 /T
KISAH NABI IBRAHIM A.S. DALAM ALQURAN
(SUATU KAJIAN SEMIOTIK)
TesisDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Agamadalam Ilmu Bahasa dan Sastra Arab
•Oleh:
Maisaroh NurharjantiNIM : 01.2.00.1.06.01.0049
,> Pembimbing :Dr. H. A. Sayuti Anshan Nasution, M.A.
•
KONSENTRASI BAHASA DAN SASTRA ARAB" SEKOLAHPASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HlDAYATULLAHJAKARTA
1429 H / 2008 M
SURATPERNYATAAN.,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Maisaroh Nurharjanti
NIM : 01.2.00.1.06.01.0049
.,
Tempat dan Tanggal Lahir : Gunungkidul, 27 Januari 1975
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul "Kisah Nabi Ibrahima.s. dalam Alquran (Suatu Kajian Semiotik)" adalah benar karya asli saya kecualikutipan dan bukan merupakan jiplakan. Apabila di kemudian hari terbukti tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar.
Surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
~
31 Desember 2007
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Tesis yang berjudul Kisah Nabi Ibrahim a.S. dalam Alquran (Suatu Kajian
Semiotik) telah diujikan dalanl Sidang Munaqasyah Magister Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tanggal 12 Februari
2008. Tesis ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Agama (M.A.) bidang Pengkajian Islam, konsentrasi Bahasa dan Sastra
Arab.
Jakarta, 12 Februari 2008
Sidang Munaqasyah
1. Dr. Yusuf Rahman, M.A.Ketua SidangIPenguji
(
2. Dr. Thoyib I.MPenguji
( )
3. Dr. H. A. Sayuti Ansharv Nasution, M.A.Pembimbing / Penguji
ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang Kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Alquran.PeneJitian ini difokuskan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana strukturyang membangun kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran, bagaimana koherensi danketerpaduan unsur-unsur dalam kisah Ibrahim a.s., dan bagaimana pemaknaan totalkisah Ibrahim a.s. dalam Alquran.
Untuk membahas permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakanpendekatan semiotik yang merupakan perkembangan dari pendekatan strukturaJisme.Strukturalisme melihat sebuah karya sastra sebagai sebuah konstruksi yang memilikiunsur-unsur internal yang membentuknya. Dalam perkembangannya, teori ini lebihluas lagi tidak hanya memperhatikan unsur-unsur intrinsiknya saja melainkan jugaunsur-unsur di luar diri teks tersebut, misalnya latar belakang kemuncuFannya, situasisosial budaya di sekitarnya, ataupun diri pengarang yang melahirkan karya.
Pendekatan semiotik ini digunakan. karena dianggap dapat memberikanpemaknaan yang lebih luas -dari sekedar makna litllralnya- dari sebuah kisah yangterdapat dalam Alquran. Data yang diperlukan diperoleh dengan melakukan studikepustakaan, dengan mengumpulkan data-data dan bahan-bahan penulisan dariberbagai sumber. Untuk menganalisis ayat-ayat yang berkaitan dengan persoalanyang dibahas, penuJis menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yangmenghasilkan data-data deskriptif seperti kata-kata tertuJis. Melalui metode ini,penulis mencoba untuk mengungkapkan berbagai pemaknaan yang timbul darikumpulan tanda di dalam teks.
Berdasarkan penelitian penulis, dapat dikemukakan bahwa kisah NabiIbrahim a.s. dalam Alquran mengandung unsur-unsur sebagaimana yang terdapatdalam kisah, berupa tema, tokoh, plot, peristiwa, setting atau Jatar, dan pesan moral.Diantara pesan yang ingin disampaikan adalah sebuah tatanan sosial yangberlandaskan tauhid. Inti dari segala uraian Alquran adalah memperkenalkan keesaanAllah swt.
Kisah Ibrahim a.s. lebih mementingkan tema yang ingin disampaikan berupapesan-pesan moral yang luhur dan sedikit "mengabaikan" unsur-unsur lainnya,seperti siapa ayah Ibrahim a.s. yang sesungguhnya, usia berapa ia mulai berdakwah,Alquran tidak merincinya. HaJ ini disebabkan Alquran lebih mengutamakan pesanpesan tersebut sampai kepada pembaca dan dijadikan peJajaran agar dapat mengikutijejak Ibrahim a.s. dari perjuangan dan keteguhannya serta menjauhi kesesatan dankebodohan kaumnya. Allah swt. menjadikan Ibrahim a.s. sebagai teladan atau contohmanusia yang teguh pendirian.
Tema yang menggambarkan tentang qiaran tauhid menjadi tema utama darikeseJuruhan kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran. Tema utama ini mempengaruhi ataumewarnai keseluruhan episode kisah Ibrahim a.s. yang memang tersebar dalambeberapa surah dalam Alquran. Keteguhan dan keyakinan Ismail tentang mimpi yangdialami ayahnya merupakan wujud pengabdian yang sangat tinggi kepada Allah swt.
•
Beberapa tema minor mengarah kepada tema utarna diantaranya adalahkecerdasan Ibrahim dalam menyarnpaikan hujjah atau dalil-dalil untuk mengajakkaumnya mengikuti ajaran tauhid, keteguhan sikap dan sikap pengorbanan Ibrahima.s. dalam mempertahankan suatu keyakinan meskipun sikap seperti itu akanmembahayakan dirinya, dan proses observasi dan perenungan terhadap bintang,bulan, dan matahari yang dilakukan Ibrahim merupakan salah satu perjalananspiritual dalam rangka menemukan keesaan Allah swt. Ketika Ibrahim dan Ismailmendirikan kakbah sebagai tempat beribadah terlihat bahwa keduanya memilikiketaatan, kepatuhan dan penghormatan kepada Sang Pencipta.
Selain tema utama dan tema-tema minor, penggambaran kisah. Ibrahim a.s.juga dipaparkan melalui penggambaran sang tokoh, setting kehidupannya, sifat-sifatpositifuya, dan juga alur yang membangun rangkaian episode dari kisah Ibrahim a.s.Unsur-unsur tersebut mengarah pada satu tema pokok yaitu ajaran tauhid.
Wallahu atllam biZ shawiib..)
vi
•
Jv ~I I..u. jS'.J!.) ·r-Pl iJ0Af1 .; f,wl~ r-A'ftJ U cj ~ aJt...)I o..u. J)1.:::i
Y"r/all cj ~')\....ll ~ 1"""1y!) a.....i ..p <jill A,,;.,JI ..:.;IS' ..;.,f (,) :</") ,~I A.l,••81 o..u. .:.f" ~ l::-~I
'Yf>WI ~ 1"""1f.! A..aAJ :t:;s:LI .r"t:.ll JotSJ) (coherence) ~I)I )f Jolu\I DIS' ..;.,f (Y»)
YA.,.lS" aJ~~ A..aAJI o..u. aJ~~ ..:.;IS' ..;.,f (l"»)
""""yl j,.:...wl 1)03 0)~~ ~).# ~..Lo ~t,ll ~J..i<;:...J ,UtWI JoWl Jv ~l::-{'J)
v.o aJ.,..y cj :i.(»-\I o..lA) .:tP::;1 ~1J.l1.r"t:.l1 ':'>I~ ~ pJ ~~~I Jl..P~1 .,f :i.(""yl :i.(»-\II$.J
~)Ul-I 0.r"1oP J) I$J.It:j LC)) ,~ ..,....u ~1J.l1 .r"t:.ll.! ..pJ ~ ~ ,ijl.6.i t:")f L»y.; J.:-Iy
'<J~~I J..-li~ <$.ilI....aJjll) ''4 ~I a.,.!l.i;)I) ~I..-.~I J)};JI) ,0).,#~ cj~I
LC)~ ,t:")f aJ~~ f-..\Aj v.o~ ~..Lo fi'"I. "'~ ~I I..u. cj if.")."......J1 j,.:...L\1 J-;.-!
~I 1.1!. "')~I .:.>uyl e () ·f-Pl DTyall cj .~)I)I ;;.....all ~I ~I ~r. Jv~~ cj ~t,ll ~J..i<;:...J) .:i.(-La; ¥I) .ol} ~ol}) ~I)I) )~L.al.1 Jv t~~~ ~I LI~l.!
J.':-I) ':'>I},.JI) ;WSJI v.o a,a....,)1 .:.>uyl~ <jill Ut)o.ll ~) ,~yll )f~I Ut)o.ll .:.>uyl
..,a.;ll cj .~J')I .:.>Lo~1 01)) v.o;u..IS'':>t...)f .:.>~~~ 3~ Ut)o.ll o-4-! ~.:>f J)l>'!) .~pJ.1
.~I
.r"1oP~ .,Tyall .j ~')\....ll ~ 1"""1y!) a.....i.:>f JjAJl~,~ (<jill .:.>uyl Jv o~)
,;U~lJ-I) ,~I))I ~) ,(,-",,~~I) ':'>~I) ,t."....)1 </") ,~ <$i .:>u. ~u. :t§...
<J"t...i Jv 1f'1..-.~1 ~ll2.J1 o,-! A..aAJ1 o..u. I.&--< I$~U <jill Jon....)1 v.o) ..:.>l,.i~~I) ,Mill) ,~I)
.Jw .!ill ~J"! ......~I JI> .:.>Li..pI)1 v.o f-PI DTyall .j II <$J"y..1 ..,...ul) .~;::ll
v.o 0y}- D)~ Jill ~) y y....f Jv .fr"'l ~ .,r}!1 cj ~')\....ll ~ 1"""1f.! ~ ~.r')
~I.J') A..aAJ1 .H--J .:r.t"' .j ,y,S"f Lo\.o;:.>I Jv~I,:t,l~~1 J:l.1) jJt...)~ 1"""1y!! a.....i~ .-,...It...~1
Y3Y'J.l~ ~1"QJ1.j tro LoJ.:l:. 0r-".:>IS' ~) ,~II"""If.! J.l1) v.o :J\!:.4f v.o ~J"y. y}-.r"1oP t,.,...J
3.;>'JJ':>#~ J) jJt...)1 JL...o.t!~.:>Tyall':>~ ~~).~ DTyall~ ~ ,~..I..AlII..u. ~
:U~ y~1 v.o) ,.I»I ....tJ:, .j "",~I) o~~) ;;;yU) 1"""1f.! ~I.o:<i 01.\::!~1 v.o '4 .:>~ \! ,3y)
.~I .:t?) .:>u;,~1 <$;3 <J"I.:JJ LoLo!) 3)..L! I"""IA .!ill j-. .loi.I) .~~) "';3
I..u.) .Dr}!I cj 1"""1y!! ~ ~.r' ~ uJY L;.."....Y ~ ~;::ll ~ <$.ill t""'")1)
~l.Q$I.,lJ ..:>Tyall v.o)J-" 3~.j 3~1 A..aAJ1 j....'>I.w ~ cj piW\ JS' )J; <$jS')\ U.;:.)\
vii
..ydl ~w ~ ..:r ;;)~ rl.:l.l <J l;j)1 J,!~ ..:r '4) ~I.JIJ .}<II IA J.t- •frI'; r')lJl~ ~~!
.Jw; <til>..,...> .I» JWI; J5J1
';1,1';11 <J ~IA .\S""~ ~ <J'; ,~)I tyP}1~ J.t- ;::-J ~jli <.:J~yPyo ;;~ ai;
~) ,~\A$'il ..:r t U..l.lJ~; ,~;WI; <Jj}1 <J ""'\A:;...>I; ,~;::ll JJ ....} y>J.,I aJ~'iI; &-4~I; rAJl; ~~I t.;Y- <J .;".LoWI ..,.;j;; .d;...~ ~ Dr Jl asW>';Il; ,~ ~ I!.li~ .;f
~~!J ~I.JIJ r li IA~; .Jw .1»1 ;;.,;1......; ..:r ~I j.,.,....j ~;)\ .ul..r:--< <$......1..:r ;;)~
.,.wI .;IWJ 4.,lo.l; "~t,a;I; ,~i.b w wi L:l .;..,lr "~\.,MI Ifr asr-LI ~I .lY. r')lJl~
.~I
J,!~ ..:r ~; ( r')lJl ~ ~I.JI! ;;..,d ~.r" .;f i.,>jWI; ~)I tyP}1 Jl JI..io!;
.J..>; .........all .J..> J..;~ J:z;; JI ~I;)I 4; ,;;.;..j..1 .uL<..,.:.; ,.uy.. ~; ,~I J-,o;
.yl;-all; ~i .1»1; .~;::ll y>; 'if ,~) tyPyo.j Jw'il :JJ:w J!~ r"t.:.J1
•
viii
ABSTRACT
This thesis discusses the Tales o/the Prophet Ibrahim 'alayhis salam in TheQuran. The study is focused on answering questions regarding the constructivestructure of story creation regarding the Prophet Ibrahim 'alayhis salam in the Quran,its coherency and cohesion of elements in the story, and the complete understandingof the Prophet Ibrahim'alayhis salam tale in the Quran.
To disscuss the issue, this study .utilizes the semiotic approach, which is afurther development of the structuralism approach. Structuralism views a literarypiece as a construction that contains internal elements creating the work. In itsdevelopment, this theory is more extensive, it not only observes the intrinsic, but alsothe external elements of the text itsel£ For example, the background of itsmaterialization, the surrounding socio-cultural situation, as well as the author creatingthe work.
The semiotic approach is used because it can proviae a more extensivecomprehension - rather than just a literal understanding - of a tale contained in theQuran. The required data is obtained by conducting a literary study of compiled dataand literature material from various sources. To analyze verses related to the issue indiscussion, the writer utilizes the qualitative method, a research resulting indescriptive data such as written words. By means of this method, the writer attemptsto disclose various understandings emerging from the collection ofsigns in the text.
Based on the writer's study, it is proposed that the tale of the ProphetIbrahim'alayhis salam in the Quran contains elements found in a story in the form oftheme, character, plot, events, setting or background, and moral message. Amongstthe messages to be conveyed are that of a social structure based on tauhid(monotheism). The essence of the elucidation contained in the Quran is theintroduction of the Oneness ofAllah subhanahu wata'ala.
Tales of the Prophet Ibrahim .alayhis salam emphasize more on thecommunication of the theme of exalted moral messages, and somewhat "disregards"the other elements such as the identity of his true father, or at what age he beganproselytizing. The Quran does not discuss these issues in detail. This is caused by thereason that the Quran devotes greater emphasis on the moral messages reaching itsreaders, and tum them into lessons to follow the footsteps of Ibrahim 'alayhis salambased on his struggle and conviction, and to avoid his people's misled ways and lackof common sense. Allah subhanahu wata' ala presents Ibrahim 'alayhis salam as anexample ofa man of great conviction.
The theme illustrating the teachings of monotheism became the main themeof the overall tale of the Prophet Ibrahim 'alayhis salam in the Quran. This maintheme influences or provides nuance to the overall episodes of the Prophet Ibrahim'alayhis salam which is disseminated in several surah of the Quran. The firmness andconviction ofIsmail regarding his father's dream displays tremendous dedication toAllah subhanahu wata'ala.
Several minor themes leading to the main theme, are Ibrahim's astuteness inconveying persuasive arguments for his people to follow the teaching of tauhid
ix
(monotheism), his strength and sacrificial attitude in defending a conviction, althoughthis behavior may endanger himself. And the process of observation andcontemplation of the stars, moon and sun by Ibrahim is a form of spiritual journey inthe framework of finding the oneness of Allah subhanahu wata'ala. When Ibrahimand Ismail constructed the kaabah as a place of worship, it is depicted that both hadobedience, loyalty and respect for the Creator.
Aside from the main theme and sub-themes, the tale of the Prophet Ibrahim.alayhis salam is also presented through the portrayal of the character, hisbackground, positive nature, and a story line creating a series of episodes of theProphet Ibrahim .alayhis salam tale. These elements lead to a single main themewhich is the teaching of tauhid.
Wallahu a 'lam bi! shawdb.
x
KATAPENGANTAR
~)I~)I.&I~
Segala puji dan syukur hanya milik Allah swt., yang atas curahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis°
dalam rangka memperoleh gelar magister di bidang Bahasa dan Sastra Arab pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan umat
Nabi Muhammad saw. yang telah diutus Allah swt. sebagai rahmat bagi alam
semesta. Begitu juga semoga tercurah kepada para keluarga, sahabat, serta
pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Setelah sekian waktu, penulis "vakum" dari aktifitas perkuliahan, penulis.• °
sempat merasakan putus harapan akan terselesaikannya penulisan tesis ini. Namun,
penulis yakin Allah swt. akan memberikan kemudahan kepada hamba yang selalu
memohon kepada-Nya. Dengan energi dan semangat yang sedikit demi sedikit
penulis kumpulkan dan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, baik perorangan
°maupun lembaga, baik secara langsung maupun tidak langsung, mulai perencanaan,
penelitian, penyusunan sampai pada tahap finalisasi, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan pada batas limit waktu yang diberikan. Alhamdulilliihi rabbi! 'iilamin.
Untuk itu, sudah sewajamya penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
I. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan kepemimpinan dan
kebijakan-kebijakannya, penulis bisa menyelesaikan program S2 ini.
2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
sekaligus sebagai Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan
Rakyat yang telah memberikan semangat dengan kata-kata beliau, "Tesis
adalah untuk ditulis dan bukan untuk dikhayalkan".
3. Asisten Direktur dan seluruh staf Sekolah Pascasarjana DIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan arahan dan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada penulis, sehingga penulis tetap bersemangat untuk
menyelesaikan program S2 inL
4. Bapak Dr. H. Ahmad Sayuti Anshari Nasution, M.A. yang telah meluangkan
waktu yang sangat berharga untuk memberikan bimbingan, masukan
masukan, arahan-arahan serta memberikan dorongan moril yang sangat
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5. Segenap Dosen Sekolah Pascasarjana DIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
selama penulis menimba ilmu, mereka dengan ikhlas dan penuh tanggung
jawab memberikan i1mu pengetahuan dan telah memperluas cakrawala
berfikir penulis.
6. Kepala dan segenap staf perpustakaan DIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Kepala perpustakaan di Gedung Dakwah Muhammadiyah, JI Menteng Raya
Jakarta Pusat yang telah sudi meminjamkan buku-buku yang diperlukan untuk
penyelesaian penulisan tesis.
7.. Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Administrasi, Bapak /;;!enry
Soelistyo Budi, S.H., L. LM., Kepala Pusat Penerjemahan dan Penyiapan
Naskah, Bapak Drs. Maman H. Soetardja, Apt., M.M. beserta rekan kerja di
Sekretariat Wakil Presiden RI, khususnya Pusat Penerjemahan dan Penyiapan
Naskah, Mas Sapto, Siti Khodijah, dan Risti, serta tentu saja untuk Pak
Hananto, terima kasih atas pengertian dan perhatiannya selama penulis dalam
proses penyelesaian penulisan tesis.
Atas semua bantuan dan jasa mereka, sekali lagi penulis ucapkan terima kasih,
jazaahumullah khairan katsiro, semoga'°menjadi am<lJ shaleh yang akan memberatkan. .timbangan amal kebaikan di akhirat nanti dan Allah swt. senantiasa melimpahkan
hidayah-Nya. Amin.
Selanjutnya penulis tidak lupa memanjatkan doa kepada Allah swt., kiranya
Allah swt. mengampuni dan mengasihi kedua orang tua penulis, H. Muhaji dan Hj.
Siti Jamhariah yang atas atas doa dan kasih sayangnya yang tulus dan tiada pernah
pupus serta rnotivasi untuk terus belajar dan belajar, yang sangat penuJis rasakan
berkahnya. PenuJis ucapkan "Jazdkumulldh khaira al-jaza', serta doa Rabbi ighfir Ii
wa liwdlidayya wa arhamhumd kamd rabbaydnf shaghfrd, Amin. Saudara-saudaraku
di Yogyakarta, Mbak Nur, Mbak Upik, Irwan , dan Ulfa, terima kasih banyak atas
dukungannya.
Begitu pula penuJis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Bapak dan Mama Mertua, Drs. H. Chusnan Jusuf dan Dr. ~. Masyitoh,
M.Ag. atas dorongan moril dan materiil dalam upaya menyelesaikan studi ini.
Kepada suami tercinta, Faiz Rafdhi, M.Kom., yang tiada bosan memberikan
motivasi kepada penuJis selama studi, serta mendampingi penuJis dalam suka maupun
dukfu Semoga tesis ini dapat memacu dalam menyelesaikan penuJisan disertasi pada
Program Doktor Bidang Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta.
Terakhir, kepada kedua permata hati °Rifda Hanun dan Izza Mufida yang dengan
canda dan tawanya dapat memecah kebuntuan dan menjadi penghibur saat lelah
menghadapi tugas. Teriring doa untuk kedua permata hati, semoga kelak permata
hatiku tersayang akan menjadi mukminah, 'alimah, 'arifah, dan shalihah. Amin.
Akhirnya, PenuJis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidak sempurnaan dalam penuJisan tesis ini. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca sangat dinantikan demi
kesempurnaan tesis ini. PenuJis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk hamba Allah yang
senantiasa berserah diri kepada-Nya. Amin.
Jakmia, 3I Desember 2007 M
21 Dzulhijjah 1428 H
Maisaroh Nurharjanti•
DAFTARISI
Halaman Judul
Halaman Pemyataan ..
Halaman Persetujuan Pembimbing .
Halaman Pengesahan ..
Abstrak .
Kata Pengantar .
Daftar lsi .
Pedoman Transliterasi .
BABI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
BABn
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah .
Identifikasi Masalah .
Pembatasan Masalah .
Perumusan Masalah .
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..
Manfaat Penelitian .
Metode Penelitian .
Sumber Data .
Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data .
Teknik dan Prosedur Analisis Data ..
Tinjauan Pustaka dan Kajian Terdahulu ..
Sistematika Penulisan .
QASHASH AL-QUR'AN
ii
iii
iv
v
xi
xiv
xix
•
I
10
IO
12
12
12
I3
15
15
16
12
21
A. Pengertian Qashash al-Qur'an 22
B. Unsur-unsur Qashash al-Qur 'an 28
C. Kesatuan Kisah dan Pengulangan Kisah 37
D. Karakteristik Qashash al-Qur 'an 40
E. Kisah Ibrahim dalam al-Qur 'an 41
xiv
•
BAB III KAJIAN TEORI: SEMIOTIKA, PERKEMBANGAN, DAN
PENERAPANNYA
58
61
66
67
72
74
76
A.B.
C.
D.
BABIV
Makna Semiotika .
P erkembangan Semiotika dan Penerapannya .
Beberapa Konsep Semiotika .
1. Teori Semiotik Saussure .
2. Teori Semiotik Peirce .
3. Teori Semiotik Eco .
Pendekatan Semiotika dalam Karya Sastra .
ANALISIS SEMIOTIK PADA AYAT-AYAT YANG
MENGKISAHKAN IBRAHIM A.S.
A. Struktur yang Membangun Kisah Ibrahim a.s. d!lc!am Alquran 82
I. Tema 83
2. Tokoh dan Penokohan 96
3. Alur atau Plot 106
4. Setting 109
5. Bahasa (Simbol, Gaya Bahasa/Dialog) 111
6. Moral (pesan) 115
B. Koherensi dan Keterpaduan Unsur-unsur dalam Kisah Ibrahim a.s. 116
C. Relasi Struktural Kisah Ibrahim a.s. dengan Konteks 134
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 146
B. Saran 149
Daftar Pustaka
Lampiran
xv
1. Konsonan
PEDOMAN TRANSLITERASI
I=a j=z J=q
y=b "' !l =kU'" = s
-:..> =t J'=sy J =1
c:., = ts c..T' = sh r=m
C =J ,..J' = dl 0=n
t=h .b=th )=w
t=kh J;=zh ~=h
~=d t.=,
~='
~=dz t=gh <$=y
.J =r J=f
2. Vokal
a. Vokal Tunggal_=a
=i
=u
b. Vokal Rangkap
<$1 = ai
XVI
= Rabbana
3. Maddah (vokal panjang)
Vokal panjang dikembangkan dengan huruf dan tanda, yaitu:
Huruf-<i\rab HurufLatin dan Tanda Contoh
L iiJ19 =qiila
i JJ =qila~
ilJ~ =yaqilluj-
4. Ta marbuthah C.I L) yang hidup (berharakat fathah, kasrah, dan dlomat)
menjadi "tOO•
5. Syaddah ( )
Tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sarna dengan yang diberi
tanda syaddah.
L:Contoh: .j
6. Kata Sandang
Kata sandang JI yang diikuti oleh huruf baik syamsyiyah maupun
qarnariyaI1
berlaku aturan yang sarna, yakni dimulai dengan kata sandang JI dan
diikutioleh huruf-huruf tersebut.
Contoh: al-Syams (untuk syamsyiyah) =~I
al-Qamar (untuk qamariyah) = ~I
Secara umum, transliterasi dalam tulisan ini merujuk pada Pedoman
Transliterasi Arab Latin berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1977 dan No.
0543 bl UI 1987. Untuk nama orang, dianggap sudah diindonesiakan.
XVII
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Alquran berasal dari bahasa Arab al-Qur'dn yang secara harfiah merupakan
akar kata dari qara'a yang berarti membaca. AI-Qur'dn adalah bentuk mashdar
yang diartikan sebagai isim maf'ul yaitu maqru' yang berarti "yang dibaca".1
Menurut istilah pengertian Alquran adalah kalam yang diwahyukan Allah swt.
kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan malaikat Jibril.2 Alquran
merupakan baydn atau penjelasan kepada manusia tentang bagaimana
membangun sebuah tatanan sosial yang berlandaskan tauhid. Dengan kata lain inti
dari segala uraian Alquran adalah memperkenalkan keesaan Allah swt. Ini terlihat
sejak wahyu pertama Alquran, ketika wahyu tersebut memerintahkan untuk
membaca dengan nama Allah swt. yang dijJerkenalkannya sebagai Maha
Pencipta, Maha Pemurah, serta Maha Pemberi IImu.
Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan bahasa Arab,
bahasa yang dipakai oleh orang-orang Arab waktu itu. Tingkat kebahasaan bangsa
Arab pada waktu itu telah mencapai tingkat bahasa yang tinggi. Meskipun
demikian bahasa Alquran tetap tak bisa ditandingi oleh para penyair sekalipun.
Perlu digarisbawahi bahwa Alquran menggunakan kosa kata yang
digunakan oleh orang-orang Arab pada masa turunnya. Namun, pengertian kosa
kata tersebut tidak selalu sarna dalam pemaknaannya dengan yang berlaku di
masyarakat pada waktu itu. Selain harus memperhatikan struktur serta kaidah
kaidah kebahasaan serta konteks pembicaraan ayat, harus diperhatikan pula
penggunaan kosa kata tersebut pada masa pra Islam. Hal ini penting untuk
menangkap makna yang dimaksud oleh Alquran.3
I Muhammad 'Abd al-'Azh!m al-Zarqani, Manahil al- 'fryanji 'Ul11m al-Qur'an, Juz I, Beirut:Daral-Pikr, 1988 h. 43-47
2 Shubhi al-Shillih, Mabiilzits ji 'Ulzim al- al-Qur 'an, Beirut: Dar al-' 11m Ii al-Malay!n, 1988 h. 2I3 M. Quraish Shihab, Membumilmn Alquran, Bandung: Mizan, 1992, h. 82
Sebagai kitab hidayah dan lurqan, Alquran bertujuan untuk mempengaruhi
pendengar atau pembacanya agar mau menerima gagasan yang diajukannya dan
mengamalkannnya dalam kehidupan. Oleh karena itu Alquran selalu
menggunakan dualisme pendekatan dalam, menyeru manusia. Gagasan-gagasan
Allah swt. disampaikan oleh Alquran secara argumentatif, logis, dan rasional
tetapi menggunakan gaya bahasa dan teknik pengungkapan yang menyentuh
perasaan dan emosi pendengar atau pembacanya sehingga terpengaruh dan
terkesan oleh gagasan tersebut. Ini menunjukkan bahwa Alquran menggunakan
pendekatan sastra dalam menyampaikan pesan-pesan Allah swt. mengenai
kehidupan dunia dan akhirat.4
Allah swt. meyakinkan manusia tentang ajaran-Nya dengan menyentuh
seluruh totalitas manusia, termasuk menyentuh hati mereka. Sarana yang
digunakan adalah melalui seni yang ditampilkan oleh Alquran, antara lain melalui
kisah-kisah nyata atau simbolik yang dipadu oleh imiUinasi dan gambaran
gambaran kongkrit dari gagasan abstrak yang dipaparkan dalam bahasa seni yang
mencapai puncaknya.s > •
Salah satu tradisi bangsa Arab dalam menyampaikan suatu pesan adalah
dengan menggunakan sarana kisah, hikayat, dan mitos yang diwariskan secara
turun temurun. Sebagaimana tradisi bangsa Arab pada waktu itu maka Alquran
pun banyak menggunakan kisah sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
kebenaran. Alquran menjadikan kisah sebagai salah satu sarana pendidikan yang
sejalan dengan pandangannya tentang alam, manusia, dan kehidupan.
Secara teologis, Alquran diyakini oleh umat Islam sebagai firman Allah swt.
yang didektekan langsung oleh malaikat Jibril kepada Muhammad. Hal ini yang
membedakan otentisitas Alquran dibandingkan kitab suci agama lain yang mana
kitab suci agama lain redaksinya ditulis oleh para nabi (manusia). Teks Alquran
ditulis dalam bahasa Arab yang dapat membuka peluang penafsiran hermeneutis
ketika Alquran dibaca oleh generasi berikutnya yang berselang waktu dan tempat
4 Sayyid Quthb, AI-Tashwir al-Fann;ft AI-Qur 'an. Kairo: Dar al-Ma 'ar1, 1975, h. 125 M. Quraish Shih.b, Wmvasan Alquran, Bandung: Mizan, 1996, h. 399
2
yang jauh berbeda. Kehadiran teks Alquran di tengah umat Islam pada khususnya
telah membuka pusaran kajian yang tak pemah berhenti. Alquran dikaji dari
berbagai sudut pandang dan tak pernah ada habisnya.6
Untuk memahami pesan yang disampaikan Alquran diperlukan tafsir.
Hidayat berpendapat bahwa Muhammad saw. terlibat langsung dalam proses•
penafsiran Alquran. Dengan keempat sifat utama yang dimilikinya (shiddiq,
amanah,Jathanah, tabligh), Muhammad saw. mampu memahami, menyerap, dan
mengungkapkann kembali pesan Allah swt. yang disampaikan melalui Jibril
tersebut dalam bahasa Arab. Keterlibatan Muhammad saw. dalam penafsiran
Alquran berlangsung dalam dua level. Kesatu, proses pengungkapannya dalam
bahasa Arab; kedua, penafsiran atas Alquran yang kemudian disebut dengan
hadis.7
Perdebatan mengenai pendekatan sastra untuk memahami kisah-kisah dalam
Alquran ini telah terjadi sejak lama. Selain al-Khuli, terdapat juga KhalafulJah
dan Nasr Hamid Abu Zaid yang mencoba menafsirkan Alquran dengan
memposisikan teks Alquran sebagai teks yang dapat dikaji dengan sudut pandang
pemahaman yang umum. Teks-teks kisah dalam Alquran dipandang sebagai
bukan teks sejarah melainkan teks-teks sastra yang dipilih Alquran sebagai
mediator demi kemudahan penyampaian pesan-pesan dasarnya yang kadang
bertentangan dengan mainstream tafsir yang biasanya memosisikannya sebagai
teks-teks sejarah.
Jika ditilik dari segi historisnya, Alquran diturunkan untuk berdialog dengan
realitas sosial budaya yang melingkupinya. Turunnya sebuah ayat Alquran
dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa dan merupakan jawaban atas pertanyaan
pertanyaan umat pada masa turunnya ayat tersebut. Sehingga muncullah
6 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama. Sebuah kajian Hermeneutik, Jak.rta:Paramadina, 1996, h. 15
7 Komaruddin Hid.y.t, Memahami Bahasa Agama, Sebuah kajian Hermeneutik, h. 16
3
pemahaman bahwa teks Alquran tidak dapat dipisahkan dari sistem budaya yang
melatarbelakanginya.
Kisah dalam Alquran bukanlah sebuah karya seni yang terpisah dalam tema,
cara penyampaiannya, dan dalam pengolahan alur ceritanya tetapi Alquran
memiliki cara yang beragam dalam menyampaikan sebuah kisah untuk maksud
tujuan keagamaan. Tugas kisah dalam Alquran adalah memberikan gambaran
gambaran yang semuanya tunduk pada tujuan keagamaan.8
Pemaparan Alquran menyatukan antara maksud tujuan keagamaan dan
maksud tujuan seni. Alquran menjadikan keindahan seni sebagai alat yang
digunakan untuk mempengaruhi perasaan.
Diantara tujuan-tujuan kisah dalam Alquran adalah:
I. Untuk menetapkan wahyu dan risalah. Sebagaimana terdapat dalam
pembukaan Surah Yusuf as.: "Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa
Alquran dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya. Kami
menceritakan kepadamu kisah pa-ling baik dengan mewahyukan Alquran ini
kepadamu dan sesungguhnya kamu se-belumnya adalah termasuk orang-
orang yang belum mengetahui. " SurahYusuf[QS 12:2-3]. "
2. Menerangkan bahwa semua agama berasaI dari Allah swt., sejak masa Nabi
Nuh a.s. hingga Nabi Muhammad saw.~
3. Menerangkan bahwa agama seluruhnya berlandaskan pada satu dasar yaitu
tauhid.
4. Menjelaskan cara-cara para nabi berdakwah dan sikap penerimaan umatnya
yang relatif sarna.
5. Menerangkan asal yang sarna antara agama Nabi Muhammad saw. dan agama
Nabi Ibrahim a.s. seCaI'a khusus dan agama-agama bani Israil secara umum.
6. Menerangkan bahwa Allah swt. pada akhirnya pasti akan menolong para nabi
Nya dan membinasakan orang-orang yang mendustakan mereka.
8 Sayyid Quthb, Al-Tashwir al-Fannifi Al-Qur'dn, h. 120
4
7. Membenarkan kabar gembira dan kabar ancaman serta menyajikan contoh
contoh nyata dari pembenaran ini.
8. Menerangkan nikmat-nikmat Allah sM. yang diberikan kepada nabi-nabi-Nya
dan orang-orang pilihan-Nya
9. Memberikan peringatan kepada anak-anak Adam terhadap godaan dan rayuan
setan serta menampakkan permusuhan abadi antara setan dan anak keturunan
Adam as.
iO. Menerangkan kekuasaan Allah swt. yang di luar kebiasaan.9
Selain itu masih terdapat tujuan-tujuan lain yang berisi nasehat dan wejangan
yang mewamai dan mendominasi kisah-kisah dalam Alquran.
Mengingat peran penting dari kisah adalah untuk menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan juga merupakan tradisi keberagamaan bangsa Arab pada masa itu,
maka Alquran menjadikan kisah sebagai salah satu alat dakwah. Kisah dalam
Alquran bukanlah karya sastra murni baik dilihat dari segi tema, alur cerita,
ataupun aspek penokohannya tetapi kisah dalam Alquran ini merupakan sarana
dakwah untuk mempengaruhi emosi pembaca ataupun pendengarnya.
Pentingnya posisi kisah dalam Alquran menjadikannya menempati porsi
yang tidak sedikit dari keseluruhan ayat-ayat Alquran. Bahkan ada surah-surah
Alquran yang dikhususkan untuk kisah semata-mata di dalamnya banyak
mengandung pelajaran bagi umat manusia, misalnya Surah Yusuf, al-Qashash, al
Anbiyii', dan lain-lain. 1O
Salah satu kisah yang dipaparkan dalam Alquran adalah kisah nabi Ibrahim
a.S. Dalam agama Islam, Ibrahim a.s. adalah panutan iman yang teguh dan
penganut monoteisme yang kokoh, nabi dan rasul, dan penerima wahyu dari Allah
swt. Nabi Ibrahim a.s. tercatat sebagai kekasih atau sahabat Allah swt. ll
9 Sayyid Quthb, Al-Tashwir al-Fannifi Al-Qur'dn, h. 120-12810 A. Hanali, Segi-segi Kesusatraan Pada Kisah-Kisah Alquran, Jakarta: Pustaka AI-Husna, 1984,
h. 22II Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, penerjemah, Satrio Wahono Jakalta: Serambi,
2004, h. 13
5
Selain menjadi nama dari surah dalam Alquran, Nabi Ibrahim a.s. juga
merupakan manusia yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh nabi
ataupun manusia lain. Misalnya Nabi Ibrahim a.s. menemukan Allah swt. melalui
tahapan-tahapan pencarian dan analisa yang panjang serta pengalaman ruhaniah.
Nabi Ibrahim a.s. merupakan satu-satunya nabi yang memohon pada Allah swt.
agar diperlihatkan bagaimana Allah swt. menghidupkan yang mati dan
permohonan' tersebut dikabulkan. 12 Nabi Ibrahim as. juga pendiri kakbah sebagai
kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia.
Pada masa hidupnya Nabi selalu memberikan penjelasan dan penafsiran
tentang ayat-ayat Alquran, namun tidak semua ayat telah dikomentari oleh beliau.
Setelah beliau wafat, para sahabat dan thabi'in memberikan penjelasan mengenai
ayat-ayat yang belum dijelas~an oleh Nabi. Munculnya penafsiran Alquran
menjadikan tumbuh berbagai aliran tafsir. Tafsir Alquran dapat membantu
manusia untuk menangkap pesan-pesan Allah swt. yang dituangkan dalam
Alquran. 13
Semiotika atau semiologi mel'llpakan terminologi yang merujuk pada ilmu
yang sarna. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkano
semiotika lazim dipakai oleh i1muwan Amerika. Istilah ini berasal dari .bahasa
Yunani yaitu semeion, yang berarti "tanda". Yang dipelajari di dalamnya adalah
sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan lain sebagainya.
Awal mula konsep semiotika diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure
melalui dikototlIi sistem tanda, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signifie).
Jadi ketika salah satu aspek disebut atau ditunjuk, maka aspek yang lain tul'llt
hadir dalam penunjukan atau penyebutan tersebut l4• Dalam istilah Iinguistik,
fenomena penanda-petanda diungkap sebagai fenomena langue-parole atau
competence-performance. Langue dimaknai sebagai aspek sosial bahasa yang
12 M. Quraish Shihab, Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan, 1994, h., 203IJ Thameem Ushama, Metodologi Tafsir Alquran, penerjemah, Hasan Basri dan Amroeni Jakarta:
Riora Cipta, 2000, h. 214 Riyadi Santoso, Semiotika Sosial Pandangan Terhadap Bahasa, Surabaya: Eureka, 2003, h. 2
6
memungkinkan terjadinya komunikasi simbolik, sedangkan parole merupakan
wujud atau aktualisasi dari langue dalam tuturan atau tulisan. 15
Aminuddin menyebutkan bahwa ruang lingkup semiotika meliputi:
I. Karakteristik hubungan antara bentuk, lambang, atau kata yang satu dengan
yang lainnya.
2. Hubungan antara bentuk kebahasaan dengan dunia luar yang diacunya.
3. Hubungan antara kode bahasa dengan pemakainya.
Berkaitan dengan tiga ruang lingkup semiotika tersebut di atas, maka bahasa
dalam sistem semiotik dapat dibedakan dalam tiga komponen sistem, yaitu:
I. Sintaktik, yakni komponen yang berkaitan dengan lambang atau sign serta
bentuk hubungannya.
2. Semantik, yakni unsur yang berkaitan dengan masalah hubungan antara
lambang dengan dunia luar yang diacunya.
3. Pragmatik, yakni bidang kajian yang berkaitan dengan hubungan antara
pemakai dengan lambang dalam pemakaian. 16
Media sastra adalah bahasa. Bahasa adalah sistem tanda, maka untuk
memahami konsep makna dalam karya sastra seorang penelaah harus menguasai
tanda-tanda dan lambang-Iambang, sistem lambang, dan proses perlambangan
yang terdapat dalam suatu bahasa. Hal tersebut berdasarkan kenyataan bahwa
sistem tanda atau lambang pada masing-masing bahasa mempunyai ciri dan
spesifikasinya sendiri. 17
Fungsi bahasa sejJ'erti dikutip Sobur dari Roman Jacobson adalah bahwa
bahasa memiliki enam macam fungsi yaitu:
I. Fungsi referensial, atau bahasa sebagai pengacu pesan;
2. Fungsi emotif, bahasa adalah alat untuk mengungkapkan keadaan pembicara;
15 Hedy Sri Ahimsa Putra, Stl7Jkturalisme Levi Strauss. Milos dan KG/ya Sastro. (yogyakarta:Galang Press, 2001), h. 42-43
16 Aminuddin, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001,h.37
17 Zainuddin Fananie, Te/aah Sastra, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002, h., 139
7
3. Fungsi konatif, bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan sesuatu keinginan
pembicara yang langsung atau segera dipikirkan oleh pendengamya;
4. Fungsi metalinguistik, bahasa sebagai penjelas terhadap sandi atau kode yang
digunakan;
5. Fungsi Fatis, bahasa sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan,
atau kontak antara pembicara dengan pendengamya;
6. Fungsi puitis atau penyandi pesan. 18
Berbeda dengan Jacobson, Halliday mengungkapkan fungsi bahasa secara
makro yang terbagi menjadi tiga fungsi yaitu:
I. Fungsi Ideasional, bahasa sebagai alat untuk membentuk, mempertahankan,
dan memperjelas hubungan antar masyarakat;
2. Fungsi Interpersonal, berkaitan dengan pera bahasa sebagai alat untuk
menyampaikan informasi di antara anggota masyarakatnya. Bahasa berperan
sebagai pembangun dan pemelihara hubungan sosial dalam masyarakat.
Bahasa dapat mengungkapkan sebuah status, sikap sosial dan individu, serta
penilaian atau taksiran terhadap peristiwa komunikasi dalam masyarakat;
3. Fungsi tekstual, bahasa berfungsi untuk membentuk suatu mata rantai
hubungan kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang memungkinkan
digunakannya bahasa oleh para pemakainya. 19
Metode semiotik dalam kajian sastra lahir sebagai kelanjutan dari metode
strukturalisme. Strukturalisme memiliki asumsi bahwa dalam suatu fenomena
terdapat konstruksi tanda-tanda. Keterkaitan antar inner structure merupakan inti
dari metode strukturalisme ini. Dalam menanggapi karya sastra secara obyektif
haruslah berdasarkan teks karya sastra itu sendiri. Jika kajian struktural hanya
menitikberatkan pada aspek intrinsik, semiotik tidak demikian halnya karena
paham semiotik menganggap bahwa karya sastra memiliki sistem tersendiri.
Pengkajian terhadapnya diarahkan pada bagian-bagian karya sastra dalam
]8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, h. 5619 Halliday, MAX, Language Structure and Language Function, dalam John Lyons, 1972, h.140
165
8
menyangga keseluruhan dan sebaIiknya keseluruhan itu terdiri atas bagian
bagian.20
Pendekatan sastra atas teks Alquran sebenamya bukan merupakan hal yang
baru. Pada masa abad pertama Islam, Abdullah ibnu Abbas (w. 68 Hijriah/687 M)
menggunakan puisi pra Islam untuk menafsirkan beberapa teks Alquran. Hal ini
dilakukan karena sebelum kedatangan Islam tradisi sastra berupa syi'r telah
berkembang di dunia Arab. Model penafsiran seperti ini diikuti oleh para ulama
sesudah ibn Abbas, diantaranya adalah Abd al-Qahir al-Jurjani dan al
Zamakhsyari.21
Pada masa modern, pendekatan Iinguistik dan sastra dimotori oleh Amin al
Khuli (w. 1967). Ia mulai mengkaji pendekatan sastra dalam menginterpretasikan
Alquran (al-rnanhaj al-adabi fi al-taftir) pada pertengahan abad ke dua puluh.
Keseriusannya dalam mengkaji Alquran tidak bisa dilepaskan dari kajian
kajiannya terhadap bahasa dan sastra Arab. Menurutnya, kajian sastra Arab
membutuhkan perangkat analisis iImu balaghah yang mencakup aspek rna 'ani,
baydn dan badi'.
Muhammad Ahmad Khalafullah menerapkan teori yang digunakan oleh al
Khulli ini dalam mengkaji kisah-kisah nabi dalam Alquran. Menurutnya kisah
kisah nabi yang terdapat dalam Alquran bukanlah data sejarah yang disusun
secara kronologis tetapi kisah-kisah tersebut banyak disebutkan secara berulang
karena memiliki misi tertentu. Gambaran sastrawi banyak digunakan untuk
mengekspresikan ajaran moral yang disampaikan sesuai dengan konteks asbdb al
nuzUl pada saat ayat tersebut diturunkan.22 Generasi setelah kedua ulama di atas
adalah Nashr Hamid Abu Zayd yang mengembangkan teori sastra sebagai sebuah
pendekatan dalam menafsirkan Alquran.
20 Suminto A. Sayuti, Strukturalisme Dinamik dalam Pengkajian Sastra, dalam Jabrohim,Metodologi Penelitian Sastra Yogyakarta: Hanindita, 2001, h. 66
21 Mach. Nur Ichwan, Meretas KesO/janaan Kritis Alquran, Jakarta: Toraju, 2003, h. 4222 Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al- Qashashifi al-Qur'dn ai-Karim h. 44
9
d. Surah AI-An 'dm disebut namanya sebanyak 4 kali. (Makiyyah)
e. Surah At-Taubah disebut namanya sebanyak 3 kali. (Madaniyyah)
f. Surah Hud disebut namanya sebanyak 4 kali. (Makiyyah)
g. Surah Yusufdisebut namanya sebanyak 2 kali. (Makiyyah)
h. Surah Ibrdhim a.S. disebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
i. Surah al-Hijr disebut namanya sebanyak I kali.(Makiyyah)
j. Surah an-Nab.! disebut namanya sebanyak 2 kali. (Makiyyah)
k. Surah al-Anbiyd' disebut namanya sebanyak 4 kali. (Makiyyah)
I. Surah aI-Hajjdisebut namanya sebanyak 3 kali.(Madaniyyah)
m. Surah al-Syu'ard' disebut namanya sebanyak I k!lli. (Makiyyah)
n. Surah al-AnkabUt disebut namanya sebanyak 2 kali. (Makiyyah)
o. Surah al-A!J.zab disebut namanya sebanyak I kali.(Madaniyyah)
p. Surah as-Shdffat disebut namanya sebanyak 3 ka~i. (Makiyyah)
q. Surah Shdd disebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
r. Surah as-Syurd disebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
s. Surah al-Zukhr/ifdisebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
t. Surah al-Dzariyat disebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
u. Surah an-Najm disebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyah)
v. Surah al-Hadid disebut namanya sebanyak I kali. (Madaniyyah)
w. Surah al-Mumta!J.anah disebut namanya sebanyak 2 kali. (Madaniyyah)
x. Surah al-A 'ld disebut namanya sebanyak I kali. (Makiyyahi3
23 Pengklasifikasian Surah berdasarkan jeuis ayat Madaniyyha ataupuu Makiyyah berdasarkan AIQUI" 'tin ai-Karim, Madinah: Majma' ai-Malik al-Fahd Ii Thibd'ah al-Mushhafal-Syarij, tanpa tahun.
Mayoritas kisah-kisah Alquran tergolong dalam ayat-ayat Makiyyah. Pada periode awal dakwahIslam di Mekah, isu sentral yang muneul ke pennukaan sangat kental diwamai dengan tiga poin yaitu,ketuhanan, kerasulan, dan mukjizat. (Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al- Qashashi fl alQur'dn ai-Karim h. 114
Dari dua puluh empat surah yang memuat kisah Ibrahim a.s. tersebut hanya tujuh surah yangmerupakan kelompok ayat-ayat madaniyyah. Hal tersebut merupakan salah satu ciri ayat-ayatmakiyyah yang lebih mengutamakan pengajaran tauhid melalui penjelasan-penjelasan tentang prinsipprinsip akhlak yang mulia dan pranata sosial yang tinggi yang tujuannya untuk mengajak orang untukberiman, taat, dan menjauhi kemusyrikan.(Abdul Djalal, 'Ulilm al-Qur'an, h. 96)
t 1
D. PERUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini
dengan pertanyaan berikut:
"Bagaimana pemaknaan simbol, interpretasi, dan pemaknaan totalitas kisah
Ibrahim a.s. dalam Alquran dilihat dari paradigma semiotik'?"
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
I. Mengetahui pemaknaan simbol yang diungkapkan dalam kata-kata yang
tersusun tentang Ibrahim a.s. dalam Alquran.
2. Memahami kerangka pemaknaan yang logis berdasarkan urutan kisah.
3. Memahami kisah Ibrahim a.s. secara total, sistematis dan berdasilrkan
pendekatan semiotik.
4. Memperolehjawaban atas permasalahan yang diangkat
F. MANFAAT PENELITIAN
I. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kaj ian sastra Arab
khususnya dalam menerapkan metode semiotik. Metode ini memiliki
kemampuan untuk menganalisis dan menginterpretasikan kisah-kisah
sehingga maknanya dapat digali lebih jauh.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana baru bagi masyarakat
dalam memahami pesan-pesan yang tersurat ataupun tersirat dalam kisah
kisah Alquran.
.) ') 12
G. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan proses, prmslp dan prosedur kerja yang
digunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Metodologi adalah
pendekatan umum untuk mengkaji suatu obyek penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prinsip kerja penelitian
kualitatif. Dengan demikian hasil penelitian ini dijabarkan dan dianalisis dengan
kata-kata atau susunan kalimat dan tidak menggunakan angka-angka statistik.
Penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis,
prinsip angka dan metode statistik?4
Penelitian ini memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai penelitian
.) kualitatif, diantaranya adalah:
I. Mempunyai latar ilmiah
Penelitian kualitatif dengan ciri latar ilmiah berarti peneliti melakukan
penelitian pada satu konteks secara utuh. Hal itu disebabkan oleh kesatuan
konteks yang terdari beberapa struktur yang saling menginterpretasi satu sarna
lain dan tidak dapat dipecah-pecah. Antara struktur yang satu dengan struktur
lainnya saling berpengaruh. 25
2. Menggunakan manusia (peneliti) sebagai instrumen penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan pengumpul data
utama. Penelitian dengan peneliti sebagai alat pengumpul data utama dalam
istilah Moleong26, disebut sebagai "pengamatan berperan serta" atau
"participant observation".
3. Bersifat diskriptif
Deskripsi dalam penelitian kualitatif dijabarkan dalam gambaran dengan
ciri-ciri yang akurat yang berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Data-data
yang dikumpulkan dapat berasal dari naskah, hasH wawancara, ataupun dari
24 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 200 1, h. 15025 Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Bandung:
Eresco, 1993, h. 1126 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996, h. 5.
13
lapangan. Data tersebut kemudian disusun dengan dipilah sesuai denga
hakikatnya atau sesuai dengan ciri-cirinya. Penelitian juga harus diawali
dengan sebuah studi pustaka yan kemudian disusun dengan teliti dan
sistematis dengan pertimbangan ilmiah.27
4. Menganalisis data secara induktif
Analisis data pada tahapan ini menggunakan kaj ian data secara induktif, yaitu
data yang akan diuji berlangsung dari fakta kepada teori dan bukan
sebaliknya.
5. Mementingkan proses daripada hasil28
Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses karena sejalan dengan
pengertian teori strukturalisme De Saussure yang menyatakan bahwa bagian
bagian atau unsur-unsur itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa peranan
proses dalam penelitian kualitatif adalah besar sekali.
Metode penelitian pada tesis ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusun
dengan ana/isis, terutama yang berhubungan dengan isi teks. Sebagai jenis
penelitian kualitatif, dasar dari metode analisis adalah penafsiran.29
Penelitian ini juga bersifat diskriptif karena dalam penelitian ini data-data
akan dipaparkan sebagaimana adanya seperti yang tergambar pada saat penelitian')1
dilakukan. Laporan penelitian juga berbentuk paparan yang berisi kutipan dari
data untuk memberikan dukungan terhadap hal-hal yang diteliti. Penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan secara sistematis
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar peristiwa yang diteliti.30 Di dalam
penelitian kebahasaan, metode penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam
27 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 628 Zaini Hasan, Karakteristik Penelitian Kualitatif, dalam Aminuddin, Pengernbangan Penelitian
Kualitatifdalarn Bidang Bahasa dan Sastra, Malang: HISKI·YA3, 1990, h. 1429 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelilian Sastra,oYogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006, cet. ii, hA9.30 M.Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, h. 63
14
•
penelitian kualitatif, terutama dalam mengumpulkan data serta menggambarkan
data secara ilmiah.
Data dalam penelitian ini adalah seluruh sistem tanda bahasa yang terdapat
dalam Alquran mengenai kisah Nabi Ibrahim a.s. yang merupakan unsur-unsur
pembentuk struktur kisah Nabi Ibrahim a.S. tersebut. Dalam tesis ini, dilakukan
beberapa langk~h penelitian, yaitu: 0
a. Menentukan topik penelitian
b. Merumuskan masalah
c. Menentukan met9de pengolahan data
d. Mengklasifikasi dan mengidentifikasi data
e. Menganalisis data, serta
f. Menarik kesimpulan
i>
H. SUMBERDATA
Data penelitian ini diperoleh dari Alquran pada ayat-ayat yang memuat
kisah Ibrahim a.S. Ayat-ayat tersebut menjadi sumber data utama dalam penelitian
inL Data skunder diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan kajian
sastra, baik sastra pada umumnya maupun sastra Arab pada khususnya. Selain itu
buku-buku tentang kisah-kisah para' Nabi dijadikan juga sebagai data pendukung.
I. TEKNIK DAN PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data diperoleh melalui langkah-Iangkah dan teknik sebagai
berikut:
I. Menentukan unsur-unsur kisah yang akan diteliti
2. Mengumpulkan data-data primer
3. Mengumpulkan data-data sekunder
4. Pembacaan keseluruhan terhadap kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran
15
J. TEKNIK DAN PROSEDUR ANALISIS DATA
Langkah-langkah analisis metode semiotik adalah sebagai berikut:
I. Teks dianalisis dengan memperhatikan hubungan antar unsur-unsur dengan
keseluruhannya dengan menggunakan pendekatan struktural.
2. Pemberian makna masing-masing unsur dengan metode semiotik sesuai
dengan yang berlaku dalam sastra.
3. Pencarian makna totalitas dalam kerangka semiotik.
4. Untuk kepentingan pemaknaan itu harus dilakukan pembacaan heuristik dan
hermeneutik.
Perlu ditekankan disini bahwa urut-urutan di atas dapat dibolak-balik sesuai
keperluan. Dalam kerangka semiotik perlu diperhatikan konvensi-konvensi sastra
dan kaitannya dengan kerangka kesejarahan dan kerangka sosial budaya dimana
teks tersebut diproduksi atau dihasilkan.
K. TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TERDAHULU
Kajian tentang qashash al-qur'dn telah banyak tersebar dalam buku-buku
tafsir maupun dalam 'ulfim al- qur'dn karena qashash merupakan bagian dari
kandungan Alquran. Sejauh pengamatan penulis, kajian semiotik yang diterapkan
dalam Kisah Nabi Ibrahim a.S. belum penulis temukan. Namun, karya-karya
terdahulu yang menjadi tinjauan kepustakaan dalam kajian ini diantaranya adalah:
Khalafullah dalam bukunya yang berjusul al-Fann al- Qashashi fi al
Qur'dn al-Karim31, Quthb dalam bukunya, Al-Tashwir al-Fannifi al-Qur'dnJ2
,
al-Qaththiin dalam Mabdhis fi 'Ulfim al-Qur'iin33, Ibnu Katsir dalam Qashash al
Anbiyii' .34 Selain buku-buku tersebut, penulis juga menggunakan beberapa
penelitian tesis terdahulu sebagai studi kepustakaan diantaranya adalah tesis yang
31 Muhammad Ahmad Khalafullah, aI-Fann al- Qashashi fi al-Qur'an ai-Karim, Kairo:Maktabah al- Nahdlah al-Mashirah, 1951
32 Sayyid Quthb, AI-Tashwir al-Fann!fi al-Qur 'an33 Manna' al-Qaththiln, Mabdhisfi 'Wum al-Qur'an, tanpa penerbit, 199034 Ibnu Katsir, Qashash al-Anbiya', Juz I, Tahqlq Mushtofa Abdul Wahid, Kairo: Dar ai
Kutub al-Haditsah, tanpa tahun
16
ditulis oleh Wahab, Konsep Dialog dalam Alquran: Studi Kisah Nabi Ibrahim
a.s. 3S, Hadiyanto, Kajian Semiotik Kisah Yusuf Sebuah Tinjauan Sastra terhadap
Kisah Alquran36, Tohe, Gaya Bahasa Alquran Periode Mekah, Kajian Struktural
Semiotik37, dan Hidayat, Struktur Narasi dalam Qashash al-Qur'iin, Tinjauan
Analisa Strukturalime Narati,fS. Penjelasan mengenai kajian-k~ian terdahulu dan
menjadi tinjauan kepustakaan dalam penulisan tesis ini, secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut:
K~ian Khalafullah merupakan kajian yang komprehensif dan menjadi
argumen bahwa Alquran mengikuti konvensi sastra dalam penyajian qashash al
Qur'iin. K~ian Khalafullah telah menggunakan pendekatan surah dalam
menyatukan tema-tema dan tidak menyatukan tokoh-tokoh atau peristiwa
peristiwa khas dalam kisah Alquran. 39
Kajian Quthb lebih mengedepankan asumsi bahwa Qashash al-Qur'iin
tunduk dalam kerangka tujuan keagamaan dan tujuan dakwah Muhammad.
Pandangan yang dibangun Quthb adalah Alquran merupakan kitab dakwah
keagamaan dan Qashash merupakan salah satu sarananya. Qashash dalam
Alquran bukanlah sebuah karya seni yang terpisah dalam tema dan cara
pengungkapan atau penggambarannya tetapi merupakan salah satu cara Alquran
yang beragam untuk maksud tujuan keagamaan.40
Sebuah kritik terhadap tesis yang dikemukakan Quthb adalah fokus yang
menjadi perhatian Quthb pada pengungkapan atau penggambaran (tashwfr) yang
35 Muhbib Abdul Wahab, Konsep Dialog dalam Alquran: Studi Kisah Nabi Ibrahim a.S.,Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana Universitas Islam NegeriSlarifHidayatuliah Jakarta, 19973 Andy Hadiyanto, Kajlan Semiotik Kisah Yusuf, Sebuah Tinjauan Sastra terhadap Kisah
Alquran, Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana Universitas Islam NegeriSyarifHidayatuliah Jakarta, 2004 .
37 Achmad Tohe, Gaya Bahasa Alquran Periode Mekah Kajian Struktural Semiotik, Tesis 82Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pasc"sarjana Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2006
J8 M. Wakhid Hidayat, Struklur Narasi dalam Qashas ai-QuI' 'an Tinjauan Analisa StrukturalimeNaratif, Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana Universitas Islam NegeriSyarifHidayatuliah Jakarta, 2007
39 Muhammad Ahmad Khalafullah, aI-Fann al- Qashashifi ai-QuI' 'an ai-Karim, h. 211-212.,0 Sayyid Quthb, AI-Tashwir al-Fannifi ai-QuI' 'an, h. 143
17
masih berada pada tataran kajian unsur bahasa pada tingkat unsur cerita sehingga
kajian ini belum mengungkap lebih dalam mengenai unsur-unsur teks dalam
Qashash al-Qur'an. 41
Sementara itu, al-Qaththan, berpendapat bahwa Qashash al-Qur 'an
merupakan gambaran realita kehidupan masa lalu yang benar-benar terjadi dan
jauh dari khayalan ataupun imajinasi. Al-Qaththan, membagi cerita menjadi tiga;
cerita para nabi dan rasul, cerita orang-orang pendahulu yang tidak ditetapkan
kenabian dan kerasulannya, dan cerita yang berkaitan dengan masa Muhammad.42
Perbedaan antara Khalafullah dengan kajian al-Qaththiin, adalah pada penekanan
acuan (reference) cerita, dimana acuan narasi dalam pemikiran Khalafullah
kepada kehidupan Muhammad, sedangkan acuan narasi pemikiran al-Qaththan,
kepada kehidupan para tokoh cerita, misalnya Musa, Ibrahim, Luth, dan lainnya.4J
Sejalan dengan Quthb, Ibn Katsir menceritakan para nabi dari sudut pandang
kesejarahan sehingga yang diungkapkan lebih cenderung semacam biografi
kehidupan para nabi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi selia tokoh-tokoh lain
yang berinteraksi dengan para nabi semasa hidup mereka.44 Karena mengacu pada
referen kehidupan nyata sang tokoh atau suatu peristiwa, eksistensi teks cerita
atau kisah dengan model-model penceritaannya menjadi terabaikan.
Penjelasan singkat mengenai kaj ian kepustakaan dari beberapa tesis adalah:
Wahab dalam tesisnya yang berjudul "Konsep Dialog dalam Alquran: Studi
tentang Kisah Ibrahim a.s." menjabarkan tentang konsep dialog dalam Alquran
dengan fokus penelitian pada kisah Ibrahim. Objek kajian Muhbib dengan tesis
yang penulis susun adalah sarna-sarna meneliti kisah Ibrahim a.s. Namun,
menurut penulis, tesis Wahab hanya membahas salah satu unsur yang terdapat
dalam teori strukturalisme yaitu dialog. Sementara kajian semiotik yang penulis
41 Sayyid Quthb, Al-Tashwlral-Fanniji al-Qur'dn, h. 163-16842 Manna' al-Qaththan, Mabdhisji 'warn al-Qur'dn, h. 30643 Manna' al-Qaththan, Mabdhisji 'warn al-Qur'an, h. 30844 Ibn Katsir, Qashash al-Anbiyd'
18
teliti adalah meneliti seluruh unsur yang membangun sebuah karya sastra. Oleh
karena itu pada unsur dialog hanya akan dibahas secara sekilas.
Teori semiotika yang diiplementasikan oleh Hadiyanto dalam tesisnya
tersebut adalah bertolak dari teori strukturalisme yang menyebutkan bahwa
sebuah karya sastra tersusun dari beberapa struktur yang membentuk satu
kesatuan dan dari kesatuan itulah muncul sebuah makna. Korpus kajian dalam
kajian Hadiyanto adalah kisah Nabi Yusuf a.s. Dalam Alquran, kisah Yusuf a.s.
dimuat dalam satu surah secara utuh sedangkan kisah Ibrahim a.s. ditampilkan
dalam Alquran secara parsial atau dengan kata lain tersebar dalam beberapa
episode dan berada dalam surah-surah yang terpisah. Hal ini menjadikan setiap
episode dalam pengkisahan Ibrahim memiliki ciri struktural yang berbeda dengan
pengkisahan Yusuf a.s.
Tohe dalam tesisnya yang berjudul "Gaya Bahasa Alquran Periode
Mekah, Kajian ·Struktural-Semiotik. Tesis ini objek kajiannya adalah ayat-ayat
Makiyyah dengan menggunakan metode struktural-semiotik. Sebagaimana pada
Hadiyanto, tesis ini menggunakan teori semiotik yang merupakan perkembangan
dari teori strukturalisme.
Hidayat mengangkat model analisa strukturalisme naratif A.J. Greimas
sebagai landasan kajian terhadap struktur narasi dalam qashshah al- Qur'an.
Strukturalisme naratif ini mengandaikan bahwa struktur suatu teks
dikarakteristikkan oleh enam peran yang disebut dengan istilah aktan.
Penelitian Hidayat menggunakan pendekatan sastra untuk mengkaji
Qashash al-Qur 'an dengan menggunakan teori strukturalisme naratif, terutama
yang dikembangkan oleh A.J.Greimas. Aktan ini memetakan tokoh yang berbeda
beda yang ditelaah melalui tata bahasa naratif. Enam peran yang disebut aktan ini
disusun secara oposisi biner (pasangan opisisi) sebagai berikut: l) Subjek vs
Objek, (2) Pengirim vs Penerima, (3) Pembantul Penolong vs LawanlPenentang.
Analisa ini dilengkapi dengan analisis hubungan masing-masing oposisi biner
yang disebut sebagai poros-paros (the axis) meliputi poras komunikasi; aktan
19
pengirim, aktan objek dan aktan penerima, paras kehendak; antar subjek dan
ol5jek, dan paras kekuatan; antara pembantu, subjek dan perintang. Analisa
kemudian dilengkapi juga dengan analisa./imgsi dan sintagma.
• Masalah utama yang diangkat dalam Tesis Hidayat adalah, "Bagaimana
struktur narasi dalam Qashash al-Qur 'an dianalisa dengan strukturalisme naratif'.
Masalah ini dijabarkan; (I) Bagaimana Qashash al-Qur 'an ditinjau dari konsep
strukturalisme dan konsep narasi? (2) Bagaimana struktur narasi Qashash al
Qur 'an dianalisa dengan struktur aktansial A. J. Greimas?, (3) Apa karakteristik
struktur narasi Qashash al-Qur 'an yang didasarkan pada analisa strukturalisme
naratif model A.J. Greimas dan ditinjau dari konsep struktur narasi secara umum?,
Tujuan Penelitian ini adalah menemukan deskripsi Qashash al-Qur'an dalam
tinjauan strukturalisme dan narasi, menemukan deskripsi struktur-struktur narasi
berdasarkan struktur aktansial A.J.Greimas, dan menemukan karakteristik
karakteristik struktur narasi Qashash al-Qur 'an. Qashash al-Qur 'an ditinjau dari
konsep strukturalisme dan narasi, dan dikombinasikan dengan paradigma tartib
al-dyat dan kesatuan ayat-ayat dalam surah, terbagi dalam tiga klasifikasi. Kesatu,
model Qashash al-Qur 'an satu narasi dalam satu surah, kedua, model kumpulan
narasi pendek berurutan dalam satu surah, dan ketiga model narasi tak beraturan
dalam satu surah.
Struktur aktansial A.J. Greimas dianalisakan kepada sembilan surah yang
mengandung model-model Qashash al-Qur'an, yaitu surah Yusuf [Q.S. 12], al
Qashash [Q.S. 28], al-A 'raf[Q.S. 7], Maryam [Q.S. 19], asy-Syu'ara' [Q.S. 26],
al-Naml [Q.S. 27], al-Shdffat LQ.S. 37], al-Baqarah[Q.S. 2], dan al-Kahji [Q.S.
18].
Dari analisa ini ditemukan variasi deskripsi struktur-struktur narasi
aktansial Qashash al-Qur 'an yang lengkap dalam keenam aktan, atau zeroisasi
dalam salah satu dari aktan pembantu dan penentang.
Ditinjau dari beberapa penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian
tentang kisah Ibrahim dengan pendekatan semiotika, belum pernah dilakukan.
20
o
Pendekatan semiotik ini digunakan untuk memaknai fenomena kebahasaan
Alquran tidak hanya secara literal tetapi lebih luas dari itU.45
L. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan penelitian ini disusun dalam lima bab, dengan
perincian sebagai berikut:
Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sumber data, teknik
dan prosedur pengumpulan data, teknik dan prosedur analisis data, tinjauan
pustaka dan kajian terdahulu, serta sistematika penulisan tesis;
Bab kedua berisi uraian tentang Qashash al-Qur 'an. Pada bab kedua ini akan dijabarkan
mengenai pengertian Qashash al-Qur 'an, unsur-unsur Qashash al-Qur 'an, kesatuan,kisah dan pengulangan kisah, karakteristik Qashash al-Qur 'an, dan kisah Ibrahim a.s.
dalam Alquran.
Bab ketiga berisi uraian tentang kajian teori: meliputi pengertian semiotika,
perkembangan dan penerapannya, beberapa konsep semiotika yang terdiri dari
tiga orang tokoh yang mempopulerkan konsep semiotika yaitu Ferdinand De
Saussure, Charles Sanders Peirce, dan Umberto Eco, serta pendekatan semiotika
dalam karya sastra.
Bab keempat berisi analisis semiotik pada ayat-ayat yang mengkisahkan Ibrahim
a.s. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai struktur yang membangun kisah
Ibrahim a.s. dalam Alquran, koherensi dan keterpaduan unsur-unsur dalam kisah
Ibrahim a.s., relasi struktural kisah Ibrahim a.s. dengan konteks, dan interpretasi
seCaI'a keseluruhan terhadap kisah Ibrahim a.S.
Bab kelima berisi penutup berupa simpulan dan saran.
(J)
45 M. Wakhid Hidayat, Struktur Narasi dalam Qashas al-Qur'dn Tinjauan Analisa StrukturalimeNaratif, Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sas!ra Arab Program Paseasarjan. Universitas Islam NegeriSyarifHidaya!ull.h Jakarta, 2007
21
-,
BABII
QASHASHAL-QUR 'AN
A. PENGERTIAN QASHASHAL-QUR 'AN
Menurut bahasa, kata qashash merupakan bentuk jama' dari qishshah yang
berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas, atau cerita/kisah. 1 Kata al-Qashsh
(kisah) adalah bentuk mashdar (gerund) dari kata kerja qashsha, yaqushshu.
Kisah menurut istilah ialah suatu media untuk menyalurkan tentang
kehidupan atau suatu~kebahagiaan tertentu dari kehidupan yang mengungkapkan
suatu peristiwa atau sejumlah peristiwa yang satu dengan yang lain saling
berkaitan, dan kisah harus memiliki pendahuluan dan bagian akhir. Secara
semantik kisah berarti cerita, kisah atau hikayat. Dapat pula berarti mencari jejak,
Al-Kalifi [Q.S. 18: 64], menceritakan kebenaran, Al-An'am [Q.S. 6: 57],.",
menceritakan ulang hal yang tidak mesti terjadi Yuszif [Q.S. 12: 5] dan berarti
berita berurutan, Ali Imran [Q.S. 3:62).• >
Pengertian qashash al-qur'dn menurut istilah adalah kisah-kisah dalam
Alquran yang menceritakan ihwal umat-umat terdahulu, para Nabi, dan peristiwa
peristiwa yang teJjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.
Di dalam Alquran banyak diceritakan tentang umat-umat terdahulu dan sejarah
para Nabi dan Rasul serta ihwal bangsa-bangsa dan perilaku mereka. 2
AI-Qaththiln mendefinisikan Qashash al-Qur'dn dalam kerangka
kesejarahan sehingga kisah dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu:
I. Qashash al-anbiyd', (kisah para nabi)
Dalam Alquran diceritakan tentang dakwah para nabi dan mukjizat-mukjizat
para Rasul serta sikap umat-umat yang menentang. Tahapan dakwah dan
perkembangannya yang dilakukan para nabi disertai akibat-akibat yang
dihadapi orang yang beriman dan azab yang ditimpakan kepada orang-orang
I Manna' al-Qaththiin, Mabahitsfi 'Wzim a!-Qur'an, tanpa penerbit, 1990, h. 3052 Abdul Djalal, 'Wzlm a!-Qur'an, 8urabaya: Dunia IImu, 1998, h. 294
22
yang mendustakan, misalnya kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw.
dan nabi-nabi serta rasullainnya.
2. Qashash al-qur'tin yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang telah telah
terjadi pada masa lampau yang tidak dapat dipastikan kenabian mereka,
seperti kisah ribuan orang yang pergi dari kampung halaman mereka karena
takut mati. Contoh lainnya adalah kisah Thalfit dan Jiilfit, Ahl al-Kahfi, Qiirfin,
dan lainnya.
3. Qashash al-qur'tin yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada masa
Rasulullah saw., seperti kisah perang Badr dan perang Uhud serta peristiwa
Isra' .3
Khalafullah, dengan kerangka tenninologi cerita sastra, mendefinisikan
qashash sebagai "Sebuah karya sastra dalam kapasitasnya sebagai hasil
imajinasi seorang pengisah atas suatu kejadian tertentu yang dialami oleh seorang
tokoh tak dikenal, ataupun sebaliknya, tokohnya dikenal tapi kejadiannya sama
sekali belum terjadi. Atau keduanya dikenal tapi dibungkus dalam sebuah kisah
"sastra, sehingga tidak semua fenomena yang terjadi diceritakan, artinya hanya
diambil beberapa hal yang dianggap penting saja. Bahkan bisa jadi dalam kisah
itu diceritakan sebuah kejadian nyata akan tetapi ditambah sendiri oleh
pengisahnya dengan kejadian dan tokoh khayalan, sehingga terkesan menjadi
sebuah kisah fiktif saja.,,4
Pendefinisian qashash menurut Khalaf\!llah yang mengambil teori sastra
pada umumnya memunculkan sebuah pertanyaan "Adakah aspek sastra dalam
Alquran? Agaknya pertanyaan tersebut akan selalu dipertanyakan mengingat
Alquran bagi umat Islam adalah kaltimullah yang tidak mungkin terdapat satu
okesalahan sekecil apapun. Alquran adalah kalam Allah yang tidak ada keraguan
lagi untuk meyakininya sebagai suatu kebenaran yang akan membimbing manusia
3 Manna' al-Qaththiin, Mabdhitsfi 'Wiim al-Qur'dn, h. 306'Muhammad A.Khalafullah, ,al-Fann al-Qashashfi al Quran ai-Karim, (Kairo: Sina' Ii al-Nasyr
wa al-!ntisyar al-'Arabi, 1999 h. 127
23
kepada petunjuk (al-hudii). Akan tetapi Alquran akan dipahami melalui sarana
tafsir.
Benih-benih penafsiran Alquran yang mengandung nilai sastra sebenarnya
telah dimulai pada masa nabi Muhammad saw. Dalam riwayat-riwayat dari Nabi
sendiri menunjukkan bahwa beliau dalam beberapa kesempatan memberikan
interpretasi yang sejajar dengan pengertian istilah majiiz atau perluasan makna
dalam terminologi sastra Arab. Istilah majiiz bam muncul belakangan tetapi inti
dari istilah majiiz ataupun elemen-elemen penopangnya secara jelas dapat
diketahui dalam interpretasi Nabi.
Contoh dari penjelasan nabi yang mengandung unsur majiiz adalah dalam
menjelaskan makna dari Surah Al-Baqarah [Q.S. 2: 187]
"~~f» L:J·~·f'~'''» L:J~~ crs;'L '11~j"IT ~TJD~''''1-1()1l" iJ" " ,....., J iJ" " lJ • u, 'j'..,f • " ~\' '" .... ...
~ ~ ;!, -'~ ~;T 8J .. "I" J~T J ~ .... J@-......:.....J~ If' ,~~<JJj~
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteriisteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagimereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Makasekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allahuntukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benanghitam, yaitufajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalammesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. DemikianlahAllah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
o
24
Nabi menjawab petanyaan Uday Ibn Hatim bahwa yang dimaksud dengan
benang hitam dan putih adalah gelapnya malam dan terangnya siang. Dari kasus
ini terdapat perubahan makna dari makna leksikal kepada makna majdzi. Jawaban
Nabi dalam kasus ini merupakan embrio dari penafsiran susastra Alquran.5
Selain perbedaan penafsiran yang memunculkan pebedaan makna suatu
teks, perbedaan penafsiran juga berpengaruh terhadap munculnya aliran i1mu
nahwu dan balaghah. Sejarah menunjukkan bahwa aliran nahwu antara Kufah,
Basrah, maupun Baghdad muncul karena perbedaan interpretasi dalam membaca
la/adz atau susunan kata dalam Alquran.
Dapat dipahami bahwa Alquran secara empiris merupakan suatu naskah
teks, sebagai suatu kitab yang menggunakan sarana komunikasi berupa bahasa.
Namun, harus dipahami pula bahwa Alquran tetap memiliki perbedaan dengan
teks sastra ataupun teks-teks lainnya. Kekhususan ini karena sifat hakikat bahasa
yang terkandung dalam Alquran yang memiliki fungsi yang berbeda dengan
fungsi bahasa lainnya dalam komunikasi antar manusia. Yang membedakan kedua
fungsi bahasa tersebut adalah fungsi bahasa Alquran yang khas, universal, dan
mengatasi ruang dan waktu.
Hakikat bahasa sebagaimana dikembangkan para pemikir bahasa dan
pemikir filsafat adalah suatu struktur dan makna. Struktur berkaitan dengan
bentuk kata, kaidah kata, struktUl' kalimat, makna kalimat, dan bagaimana cara
pengucapannya.
Teks dalam bahasa Alquran memiliki hakikat yang khusus karena hakikat
Alquran itu sendiri. Bahasa Alquran bukan hanya mengacu pada dunia melainkan
mengatasi ruang dan waktu. Hal ini ditunjukkan misalnya yang b€rkaitan dengan
kisah para nabi, dunia ghaib, alam ruh, dan lain sebagainya. Bahasa Alquran
mengacu pada :
5 M. Nur Kholis Setiawan. Al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar, Yogyakarta:eLSAQ Press, 2005, h.130
25
I. Dunia, yang meliputi dua hal. Kesatu, dunia human, yang meliputi dunia
kemanusiaan. Kedua, dunia infra human, yang berkaitan dengan dunia
binatang, tumbuhan, dan dunia fisik lainnya dengan segala hukum serta sifat
masing-masing.
2. Aspek metajisik, yaitu suatu hakikat makna di balik hal-hal yang bersifat fisiko
Aspek metajisik ini tidak terjangkau oleh indera manusia, sehingga hanya
dapat dipahami, dipikirkan, dan dihayati..3. Adikodrati, yaitu suatu wilayah di balik dunia manusia yang hanya
diinformasikan oleh Allah swt. meJalui wahyu, misalnya tentang surga,
neraka, ruh, hari kiamat, dan sebagainya.
4. Ilahiyah, yaitu aspek yang berkaitan dengan hakikat Allah, bahwa Allah itu
memiliki al-Asma' al-Husna, seperti al-Aziz, ai-Hakim, al-Alim, dan lain
sebagainya. 6
Khalafullah, dengan kerangka sastra tersebut, membagi Qashash al-qur 'an
menjadi tiga corak. Kesatu, corak sejarah (al-laun al-tarikhy), yaitu suatu cerita
yang menceritakan tokoh-tokoh sejarah tertentu seperti para nabi dan rasul dan
beberapa cerita yang diyakini orang-orang terdahulu sebagai sebuah realitas•sejarah. Kedua, corak perumpamaan (al-laun at-tamtsily), yaitu cerita-cerita yang
menurut orang-orang terdahulu, kejadiannya dimaksudkan untuk menerangkan
dan menjelaskan suatu hal atau nilai-nilai. Corak cerita seperti ini tidak
mengharuskan cerita yang diangkat dari sebuah realitas sejarah dan boJeh berupa
cerita fiktif dalam batasan orangorang terdahulu. Ketiga, bercorak legenda atau
mitos (al-laun al-usthUry), yaitu cerita yang diambil dari mitos-mitos yang
dikenal dan berlaku dalam sebuah komunitas sosial. Tujuan dari cerita mitos ini
adalah untuk memperkuat satu tujuan pemikiran atau untuk menafsirkan suatu
problem pemikiran. Unsur mitos dalam kisah bukan sebagai tujuan cerita, tapi
6 Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika Alquran, YogyakaIta:Islamika, 2003, h. 71
26
berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk menarik pendengar atau
pembacanya.7
Menurut Quthb, kisah-kisah Alquran Ualam penyampaian ataupun dalam
alur kejadiannya tunduk pada maksud tujuan dakwah keagamaan. Namun,
pengaruh ketertundukan terhadap tujuan tersebut tidak menghalangi keserasian
seni dalam cara pengungkapan sehingga keserasian seni pengungkapan itu dapato
mempengaruhi perasaan.8
Quthb mengklasifikasikan kisah Alquran didasarkan kepada urutan
episode-episode ceritanya menjadi tiga, yaitu; (I) Cerita disajikan dari episode
kelahiran sang tokoh, seperti, cerita Adam, 'Isil, Isma'll, Ishilq, dan Musil. (2)
Cerita disajikan dari episode yang relatif akhir ketika sang tokoh menghadapi
konflik atau mengalami peristiwa yang dapat dijadikan pelajaran. Contoh, cerita
Yusuf, Ibrahim, Daud, dan Sulaimiin. (3) Cerita yang disajikankan pada episode
paling terakhir. Contoh cerita Nuh Hud, Shalih, dan juga Syu'aib.9
Lebih jauh, Ojalal mengklasifikan kisah Alquran dalam dua tinjauan yaitu
I) Segi waktu, yang terbagi menjadi tiga macam: Kesatu, kisah tentang hal-hal
ghaib pada masa lalu (al-qashash al-ghuyub al-mddliyah) yang sudah tidak
dapat lagi ditangkap oleh panca indra manusia karena waktu kejadiannya
sudah lampau. Contohnya adalah kisah para nabi, kisah Maryam, dan lainnya.
Kedua, kisah hal-hal ghaib yang teljadi pada masa kini (al-qashash al-ghuyub
al-!J.ddlirah). Meskipun sudah ada sejak zaman dulu akan tetapi tetap masih
ada sampai masa yang akan datang. Contohnya adalah kisah yang
menerangkan tentang segala sifat-sifat Allah swt., para malaikat, jin, setan,
kenikmatan surga dan juga siksaan neraka.Ketiga, kisah hal-hal ghaib yang
akan datang (al-qashash al-ghuyub al-mustaqbalah). Yaitu kisah-kisah yang
menceritakan peristiwa-peristiwa yang beIum pemah terjadi pada saat Alquran
diturunkan, kemudian peristiwa tersebut benar-benar terjadi. Contohnya
7 Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al- Qashashifi al-Qur 'an ai-Karim, h. 1278 Sayyid Quthb, AI-Taslnvir al-Fannifi al-Qur'an, Kairo: Dar al-Ma'arij, 1975, h. 1439 Sayyid Quthb, AI-Tashwir al-Fannifi al-Qur'an, h. 162-165
27
adalah kemenangan nabi Muhammad saw. dari penganiayaan orang-orang
yang menentang dakwahnya.
2) Segi materi yang terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Kesatu, kisah para nabi.
Kedua, kisah orang-orang yang belum tentu nabi atau kelompok manusia
tertentu. Ketiga, kisah tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian pada
masa nabi Muhammad saw. 10
B. UNSUR-UNSUR QASHASHAL-QUR 'ANUnsur-unsur kisah dalam Alquran metode pengalokasiannya sama dengan
pengalokasian yang berlaku dalam karya sastra pada umumnya seperti pada
cerpen, prosa, dan novel. Yang membedakan antara unsur kisah pada karya sastra
umum dengan karya sastra Alquran diantaranya adalah dalam kisah-kisah
Alquran kita tidak akan dapat menemukan seluruh unsur kisah terkumpul pada
satu kisah melainkan akan tersebar pada berbagai surah. Kisah yang ditampilkan
secara utuh hanyalah kisah Yusuf a.s. sedangkan kisah-kisah lainnya banyak
tersebar dan mayoritas kisahnya bukanlah merupakan satu kisah yang panjang.
Hal tersebut kiranya berkaitan dengan tahapan dakwah Islam yang terjadi pada
saat ayat diturunkan.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa unsur peristiwa atau kejadian banyak
ditonjolkan apabila pesan yang disampaikan adalah berupa peringatan atau
ancaman. Jika unsur tokoh yang ditonjolkan maka maksud diturunkannya ayat
tersebut adalah untuk memberikan sugesti dan menyebarkan semangat dan pada
saat tertentu untuk meneguhkan hati nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya.
Namun, apabila unsur dialog yang menjadi fokus maka akan tampak tujuannya
adalah sebagai pembelaan atas dakwah Islam terhadap orang-orang yang
menentang ajaran Allah.':)
10 Abdul Djalal, 'Ulzim al-Qur 'an, h. 296-300
28
o
Khalafutlah menyatakan bahwa dalam kaidah kisah sastra II disebutkan
bahwa sebuah kisah harus terfokuskan pada satu unsur saja, adapun unsur kisah
kisah lainnya harus disembunyikan. Artinya agar unsur-unsur kisah tidak
terkumpul dalam satu bingkai kisah dengan porsi tempat dan kepentingan yang
sarna di mana jika salah satu unsur kisah tenggelam akan mengakibatkan kisah
tersebut kehilangan keseimbangan seninya. Kisah-kisah Alquran notabene adalah
kisah-kisah pendek kecuali kisah Yusufa.s.
Beberapa perbedaan model kisah Alquran ditinjau dari perspektif tata cara
pengalokasian unsur-unsumya:
I. Kisah yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti dan mengancam. Dalam hal
ini unsur peristiwa atau kejadian lebih dominan.
2. Kisah yang dimaksudkan untuk memberikan sugesti atau menumbuhkan
semangat baru serta meneguhkan hati Nabi Muhammad saw. dan para
pengikut setianya. Dalam hal ini unsur tokoh atau penokohan lebih dominan.
3. Kisah yang dirancang khusus untuk mengadakan pembelaan terhadap ajaran
dan dakwah Islam, unsur dialog lebih dominan. 12
Khalafullah berpendapat bahwa unsur-unsur dalam kisah Alquran dapat
dibagi menjadi empat unsur yaitu:
I. Tokoh
Dalam Alquran penggambaran tokoh dalam wacana kisah tidak hanya
tokoh yang berwujud manusia saja melainkan lebih luas dan bersifat umum.
Artinya bahwa tokoh adalah pemeran utama dari seluruh rangkaian peristiwa
-yang terjadi, dialog yang muncul, serta pemikiran berputar pada diri tokoh
tersebut. Sebagai contoh kisah dalam Alquran memuat tokoh-tokoh berupa
• malaikat, manusia baik laki-laki maupun perempuan, dan juga mengangkat
tokoh j in dan hewan.
Jl Muhammad Ahmad Khalafullah, a/-Fann a/- Qashashifi a/-Qur'iin a/-Karim, h. 29212 Muhammad Ahmad Khalafullah,A/-Fann a/- Qa,'1iashlfi a/-Qur'iin a/-Karim, h.292
29
•
Dalam menggambarkan tokoh-tokoh dalam suatu kisah, terdapat
beberapa model, diantaranya:
Bersifat global tidak hanya yang berwujud manusia tetapi semua makhluk
hidup yang menjadi pemeran termasuk binatang. Dalam penyebutan tokoh
manusia disebutkan ada tokoh laki-laki dan perempuan. Mereka
disebutkan dengan tingkatannya misalnya raja, menteri, atau manusia
biasa. Tetapi tak pemah disebutkan sisi fisik dari seseorang tokoh
melainkan disebutkan tanda-tanda yang menunjuk pada sifat tertentu.
Nama tokoh kadang disebut untuk memudahkan pembaca atau pendengar
untuk memahami pesan-pesan yang terdapat dalam kisah tersebut. Contoh
kisah yang dikedepankan dari ~alangan rasul zaman awal adalah Musa a.s.
dan Ibrahim a.s. sementara dari zaman akhir adalah Ayyub a.s. dan Yunus
a.sYSelain tokoh-tokoh manusia yang memang seorang Nabi atau utusan Allah
disebutkan pula tokoh-tokoh lainnya seorang laki-laki biasa atau seorang
raja, misalnya Raja Fir'aun, Azar, Lukman, Putra Nuh, dan saudara
saudara Nabi Yusuf a.s.
Selain tokoh laki-Iaki, dalam beberapa kisah Alquran juga disebutkan
tokoh wanita. Karakteristik penggambaran tokoh wanita tidaklah berbeda
dengan penggambaran tokoh laki-laki, walaupun kadang-kadang juga ada
yang berbeda. Karakteristik wanita kadang-kadang lebih menonjol
dibandingkan karakteristik tokoh laki-Iaki.
Titik persamaan pertama antara tokoh laki-Iaki dengan tokoh wanita
adalah keduanya sering tidak digambarkan secara sempuma dari bentuk
fisiknya, maupun dari watak perilakunya. Yang kedua adalah nama-nama
tokoh yang disembunyikan dan membuat tokoh-tokoh tersebut bersifat
umum. Dalam sebuah kisah, walaupun seorang wanita menjadi tokoh
utama, Alquran seolah-olah tidak memberikan porsi yang yang berlebihan
13 Muhammad Ahmad KhalafulJah, AI-Fann al- Qashashifi al-Qur'dn ai-Karim, h.296
30
dan nyaris tidak begitu diperhatikan. Justru Alquran membidik sisi lain
dari suatu peristiwa atau dialog untuk ditonjolkan dalam
penggambarannya.
Hal ini menurut Khalafullah karena dilatarbelakangi oleh kultur bangsa
Arab pada masa itu. yang masih terkungkung oleh tradisi yang
menganggap wanita harus mengikuti laki-laki dalam setiap hal dan wanita
tidak boleh disebut ,namanya secara jelas dalam pembicaraan yang
dilakukan oleh laki-laki di manapun tempatnya. Alasannya adalah fakta
bahwa tokoh wanita memang sengaja ditampilkan dalam Alquran untuk
memainkan peranannya sendiri dan bahkan bukan dimaksudkan untuk
sekedar menjadi simbol bagi berbagai pesan yang akan disampaikan.
Term bahasa yang digunakan dalam menggambarkan seorang wanita juga
terdapat perbedaan yang berkaitan dengan latar belakan maupun sifat dari
tokoh wanita tersebut. Misalnya kata ;;1y! (wanita secara umum) baik
yang sudah bersuami maupun yang tidak. Bila tokoh ini telah bersuami
maka dalam Alquran sebutan ini disandarkan pada nama suaminya seperti:
.J:!jc. ;;l y ! '(':!AI..>!I ;;I y ! ,.b) ;;l y ) 'cy;;l y ) ,u)l9 ;;Iy )
Bagi yang tidak bersuami, tokoh-tokoh wanita ini dilepaskan dari ikatan
ikatan nama laki-Iaki atau disebut dengan sebutan lain, misalnya sebutan
untuk Ratu Saba' adalah f aSI .; ;;1.)--4) yang artinya perempuan yang
memerintah mereka. Satu-satunya tokoh wanita yang disebutkan namanya
dalam Alquran adalah Maryam. Hal ini dilakukan karena orang-orang
pada waktu itu menganggap Isa adalah anak Allah swt., maka Alquran
berusaha mengindari anggapan yang salah tersebut. Alquran juga
memberikan penegasan bahwa Isa bukanlah anak Allah melainkan anak
Maryam yang dilahirkan tanpa ayah seperti juga Adam yang ada tanpa ada
orang tuanya. Dalam Alquran disebutkan secara berulang-ulang bahwa Isa
adalah putra Maryam bukan anak Allah.
31
Tokoh yang tergolong makhluk ghaib seperti malaikat, jin, iblis, dan
setan. Tokoh malaikat pemah menjumpai Nabi Ibrahim a.s. Tokoh
malaikat menjelma menjadi manusia dan mendatangi Ibrahim layaknya
seorang tamu. Ibrahim pun digambarkan memperlakukan tamunya
layaknya ketika menerima tamu pada umumnya dengan memberikan
sambutan dan suguhan. Penggambaran malaikat dalam kisah-kisah
Alquran tidak melebihi batas akal manusia. Hal ini menjadi penting karena
konsepsi yang berkembang dalam pemikiran manusia, khususnya di
Jazirah Arab pada masa itu, malaikat adalah makhluk halus yang memiliki
kelebihan luar biasa.
Selain malaikat tokoh yang ghaib lainnya adalah jin dan iblis. Tokoh jin
tidaklah digambarkan sebagai tokoh yang menjelma menjadi manusia laki
laki. Kisah tentang tokoh jin ini terpolarisasi seperti orang-orang Arab
yang terbagi dua golongan yaitu yang beriman dan yang ingkar. Mereka
juga berseteru mengenai kebenaran !\iaran Islam. [Q.S. 72: 14-17]
Tokoh jin juga muncul dengan penggambaran yang berbeda dalam kisah
nabi Sulaiman a.s. Deskripsi dalam kisah ini berseberangan dengan kisah
yang sering muncul dalam syi'r al-Jdhili sebelum turunnya para nabi.
Dalam kisah ini sosok jin dimunculkan dalam bentuk yang tidak jelas.
Sosok jin di sini lebih dekat dengan konsepsi atau khayalan bangsa arab
tentangjin. [Q.S. 38: 36-38] dan [Q.S. 34: 12-14]
Selain malaikat dan jin, tokoh makhluk ghaib juga digambarkan dengan
adanya iblis. Tokoh ini terdapat dalam kisah penciptaan Adam dan
perilaku iblis dalam kisah keluarnya Adam dari surga. Iblis berjanji akan
menggoda manusia untuk berbuat kejahatan. Alquran juga mengkisahkan
usaha para iblis untuk lari ketika pengikutnya meminta
pertanggungjawaban di hari akhir.
Tokoh yang termasuk kategori hewan. Dalam Alquran terdapat kisah yang
tokohnya diperankan oleh hewan. Misalnya dalam kisah Sulaiman a.s.•
32
ada tokoh semut [Q.S. 17: 18-19] dan tokoh burung hud-hud yang
berperan sebagai pembisik Sulaiman karena ia tahu kabar tentang
kerajaan-kerajaan lain yang belum diketahui Sulaiman. Burung hud-hud
juga uang memberitahukan Sulaiman tentang keberadaan Ratu Bulqis dan
rakyatnya [Q.S.: 27: 20-29].
Dalam penamaan surah Alquran, terdapat beberapa surah yang
menggunakan nama hewan, misalnya al-Baqarah, al-Fil, al-Naml, al
Ankabut, dan al-Nabl. Ketiga surah yang terakhir disebut, merupakan
binatang yang seeara fisik sangat keeil bentuknya. Namun, sikap hidup
manusia di dunia dapat diibaratkan dengan berbagai binatang keeil
tersebut. Misalnya semut, semut adalah binatang yang suka menumpuk
dan menimbun disamping juga semut sangat pandai memanfaatkan
kesempatan sehingga muneul peribahasa "ada gula ada semut" sedangkan
laba-Iaba adalah binatang yang hanya menunggu mangsa untuk dapat
disantapnya dengan memasang jaring disekitar tubuhnya. Atau seekor
lebah yang dapat memberi manfaat tanpa merusak. Tidak makan keeuali
yang baik, tidak menghasilkan keeuali yang memberikan manfaat, dan jika
menimpa sesuatu tudak merusak dan tidak menghaneurkan. 14
Seni penciptaan tokoh dengan menggunakan peran seekor hewan tidak
hanya ditemukan dalam kesusastraan modern yang dikenal dengan nama
fabel, akan tetapi dalam khazanah sastra klasik eerita yang tokohnya
diperankan oleh hewan~uga sudah ada.
Keseluruhan tokoh-tokoh tersebut memiliki keterkaitan dengan situasi
dan kondisi serta peristiwa-peristiwa yang dialami nabi Muhammad saw. dan
para pengikutnya. Salah satu eontohnya adalah peristiwa pembakaran Ibrahim
a.S. yang tidak membuat Ibrahim terbakar dan tetap selamat melahirkan
semangat dan tekad bagi Nabi Muhammad saw. untuk tetap menyampaikan
dakwah. Fenomena penyembahan Allah swt. selain Allah (kemusyrikan) yang
.14 Quraish Shihab, Len/era A/quran, Edisi Baru, Bandung: Mizan, 2008, h. 190
33
meliputi penyembahan bintang, matahari, bulan, berhala, makhluk halus dan
beberapa tokoh manusia sendiri. Dalam hal ini Ibrahim a.s. dapat dibedakan
dengan tokoh lainnya sebab dia lebih terkenal dengan pengingkarannya atas
penyembahan bintang-bintang dan penghancuran berhala. IS
2. Peristiwa
Keter~aitan antara berbagai peristiwa dengan para tokoh dalam satu
kisah adalah faktor penting untuk menarik perhatian pembaca atau pendengar
kisah. Bahkan kadang-kadang unsur peristiwa lebih menonjol dibandingkan
dengan keberadaan unsur tokoh yang dikaburkan atau dibuat umum.
Karekteristik unsur peristiwa dalam Alquran sangat beragam.
Diantaranya adalah peristiwa yang terjadi karena adanya pengaruh qadla dan
qadar. Sebagai contohnya dalah ketika Nabi didustakan oleh umatnya
sehingga mereka memaksa nabi untuk mel1)berikan bukti-bukti tentang
kebenaran kerasulannya. Ketika Allah menurunkan bukti-bukti yang$
menunjukkan kebenaran itu, mereka tetap ingkar sehingga datanglah azab atau
siksa Allah yang membinasakan mereka. [Q.S.: 26: 141-159]
Peristiwa berikutnya adalah yang digambarkan sebagai suatu mukjizat
yang luar biasa yang dikehendaki dan dijalankan oleh Allah melalui tangan
tangan Rasul-Nya. Dengan pengkisahan suatu peristiwa seperti ini, Alquran
memiliki tujuan untuk kehidupan akal dan pemikiran manusia pada masa itu
dan masa selanjutnya. Peristiwa lainnya dalah peristiwa terkenal atau kejadian
biasa dan dikenal luas yang dialami oleh tokoh kisah. Para tokoh di sini
bersifat umum dan tidak terikat pada tokoh nabi atau rasul saja tetapi seluruh
manusia yang melakukan aktivitas seperti makan dan minum, tidur, dan
berjalan. Salah satu contoh peristiwa yang menggambarkan peristiwa model
ini adalah kish Yusuf a.s. 16
IS Muhammad Ahmad Khalafullah, AI-Fann al- Qashashifi al-Qur'dn ai-Karim, h.297-32316 Muhammad Ahmad Khalafullah, AI-Fann al- Qashashifi al-Qur'dn ai-Karim, h.323-326
34
3. Dialog
Unsur dialog memang tidak harus ada dalam setiap kisah. Dalam
kisah-kisah cerita pendek atau kisah-kisah sastra lainnya ada kisah yang
mengabaikan unsur dialog dalam bangunan ceritanya. Namun, kisah tersebut
lebih intens menonjolkan unsur lainnya misalnya unsur peristiwa.
Tidak demikian dengan kisah Alquran yang justru lebih menekankan
pada unsur dialog kritis yang dijadikan sebagai sarana untuk melukiskan
gejolak-gejolak kejiwaan dari tokoh-tokoh kisahnya yang memindahkan satu
adegan ke adegan lainnya. Unsur dialog menjadi mediator dalam
menyampaikan doktrin-doktrin keagamaan atau sebaliknya untuk
mematahkan doktrin lain yang bertolak belakang dengan dakwah Islam.
Contohnya dalah dialog Ibrahim dengan ayahnya Azar mengenai sikap Azar
dan kaum pada masanya yang menjadikan berhala sebagai Allah swt. atau
sembahan. [Q.S. 6: 74-79]
74. Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, AzarJ7,
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan?Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yangnyata."
75. Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tandakeagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kamimemperlihatkannya) agar dia termasuk orangyangyakin.
76. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Sayatidak suka kepada yang tenggelam. "
77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku".tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jikaTuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orangyang sesat. "
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "InilahTuhanku, Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia
17 di antara Mufassirin ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Abihi (bapaknya)ialah pamannya.
35
berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yangkamu persekutukan.
79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakanlangit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Akubukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah swt.
Alquran mendeskripsikan unsur dialog ini biasanya menggunakan
metode pengkisahan atau menceritakan berbagai perkataaan sang tokoh
dengan menggunakan kata pendahuluan seperti kata, " Ia berkata", " Mereka
berkata", dan sebagainya. Selain itu model dialog yang dilatarbelakangi oleh
masalah keagaman, sosial, dan perilaku universal, maka dalam dialog yang
terbentuk, para pendengar atau pembaca akan mendapati pertentangan antara
dua pemikiran atau fenomena yang bertolak belakang yang mengarah pada
suatu kesimpulan bahwa manusia diberi kebebasan untuk berpikir, berusaha,
dan berbuat, sedangkan yang memberi ketentuan adalah Allah swt. 18
4. Qadla dan Qadar
Dalam konsep pemikiran kita istilah qadla dan qadar adalah identik
dengan nasib. Khalafullah mengategorikan unsur qadla dan qadar sebagai
salah satu unsur dalam kisah Alquran karena Khalafullah menganggap bahwa
azab atau balasan dari perbuatan yang dilakukan orang-orang kepada para
nabi tidak terlepas dari ketentuan takdir Allah swt. Demikian pula ketika para
nabi tersebut selamat dari upaya-upaya pembunuhan dari orang-orang yang
tidak mau mengimani keberadaan para nabi. Salah satu contoh yang
menunjukkan peran qadla dan qadar dalam mengubah nasib segala sesuatu.
Dalam kisah Ibrahim a.s. yang terdapat dalam Surah AI-Shdffat[Q.S. 37: 99
108] dikisahkan adanya peran tangan Allah swt. yang menyelematkan Ismail
a.s. ketika Ibrahim a.s. telah berserah diri untuk melaksanakan perintah Allah
swt. dalam mimpinya. 19
18 Muhammad Ahmad. Khalafullah, AI-Fann al- Qashashiji al-Qur'dn ai-Karim, h.326-24119 Muhammad Ahmad. Khalafullah, AI-Fann al- Qashashiji al-Qur'dn aI-Karim, h.341
36
.,
5. Suara Hati
Salah satu unsur kisah yang jarang dijumpai adalah unsur suara had.
Dalam kisah-kisah sastra pada umumnya, suara hati digambarkan sebagai
ungkapan hati seorang tokoh untuk dirinya sendiri agar dapat didengar orang
lain. Dalam kisah Alquran, suara hati ini digambarkan dengan sikap para nabi
ketika menghadapkan jiwa dan raganya secara ikhlas, pasrah, dan tawakkal
sekaligtls berdoa dengan penuh harap memohon kepada Allah swt. Adanya
pendiskripsian kisah seperti ini akan membuat pembaca atau pendengar turut
terbawa dalam alur kisah karena suasana hati antara tokoh dalam kisah dengan
orang di luar kisah tersebut seakan menyatu dalam satu kerangka suasana
yang diciptakan. Hal seperti ini dapat ditemukan dalam kisah Nuh a.s.[Q.S.
71: 26-28], kisah Ibrahim a.s. [Q.S. 34: 35-41] dan [Q.S. 12:lOlfo
C. KESATUAN KISAH DAN PENGULANGAN KISAH
Maksud dari kesatuan kisah adalah dikumpulkannya dasar-dasar dari
beberapa kisah dalam satu kesatuan. Penyatuan yang umum terjadi adalah dengan
menyatukan kisah orang-orang terdahulu baik itu nabi ataupun kelompok tertentu
yang merupakan tokoh sejarah dan diberikan nama dengan nama para nabi
tersebut ataupun karakter khusus dari kelompok-kelompok tertentu tersebut.
Penyatuan kisah yang seperti ini agaknya tidak disetujui oleh Khalafullah
sehingga ia mengemukakan pendapatnya bahwa kesatuan kisah-kisah Alquran
didasarkan pada substansi tujuan kisah, misalnya kisah untuk menakut-nakud,
peringatan, hikmah atau suri teladan, dan kisah untuk meneguhkan hati
Muhammad saw.21
Dapat dikatakan bahwa penyebutan secara berulang dari nama tokoh
bukanlah menjadi fokus dari pendapat Khalafullah. Ia lebih cenderung
20 Muhammad Ahmad Khalafullah, AI-Fann al- Qashashifi al-Qur'an ai-Karim, h.34221 Muhammad Ahmad Khalafullah, AI-Fann al- Qashashifi al-Qur 'an ai-Karim, h. 211
37
0'
berpendapat bahwa setiap cerita memiliki tujuan dan substansi yang berbeda
beda.
Selain penyatuan atau pengumpulan dasar-dasar dari beberapa kisah, di
dalam AIquran juga terdapat pengulangan-pengulangan beberapa bagian kisah.
Namun, pengulangan tersebut tidak dalam bentuk keseIuruhan kisah secara
lengkap. Ada pengulangan yang hanya sebagian-sebagian saja, ada pula
pengulangan kisah yang sarna tetapi menggunakan kalimat yang berbeda-beda.
Pengulangan kisah dalam AIquran secara umum dapat dikelompokkan
dalam tiga bentuk, yaitu:
I. Pengulangan kisah dengan alur kisah dengan tokoh yang berbeda.
Dantara tujuan kisah-kisah dalam Alquran adalah penetapan keesaan Allan
swt., kesatuan agama, kesatuan rasuI, kesamaan metode dakwah, dan
kesamaan cara yang ditempuh oleh orang-orang yang mendustakannya. Untuk
mengungkapkan tujuan tersebut digunakan alur kisah yang sarna dengan
tokoh yang berbeda.
Dalam kisah-kisah tentang dakwah yang disampaikan oleh nabi Nuh, Hud,
dan nabi Shiilih22 digunakan alur kisah yang sarna yaitu Allah swt. mengutus
Nabi kepada kaumnya agar mengajak mereka untuk mengesakan Allah dan
beribadah kepada Allah, tetapi, mereka membantah dan menentang ajakan
tesebut sehingga datang azab Allah.
Meskipun digunakan alur kisah yang sarna, akan tetapi pilihan kata yang
digunakan berbeda sehingga menimbulkan nuansa yang berbeda pula.23
2. Pengulangan kisah dengan kronologi yang berbeda.
Kisah AIquran tidak disuslln dengan kronologi kisah yang sebenamya tetapi
disesuaikan dengan tujuan kisah dan kondisi Nabi Muhammad saw. ketika
menerima wahyu. Menurut Abduh, Alquran tidak bermaksud menerangkan
materi sejarah atau menurunkan peristiwa-peristiwa secara kronologis.
22 [Q.S. 7: 59-64, 65-72, 73-79]23 Sayyid Quthb, AI-Taslnvir al-Fanniji al-Qur 'an, h. !41
Namun, pengurutan suatu kisah secara berulang-ulang dengan pemilihan kata
yang berbeda membawa pengaruh kepada jiwa manuasia agar mau mengambil
suatu pelajaran dari kisah yang ditampilkan tersebut.24
3. Pengulangan kisah dengan gaya bahasa yang berbeda.
Alquran seringkali mengulang kisah dari tokoh yang sarna dengan pilihan kata
atau bahasa yang berbeda. Sebagai contoh adalah kisah Musa a.s. yang
terdapat dalam [Q.S. 20:24-98], [Q.S. 26: 10-68], dan [Q.S. 28: 1-47]. Dalam
ketiga kisah tersebut tampak berbeda padahal yang membedakan hanya gaya
bahasanya saja.25
Pengulangan-pengulangan dengan membedakan gaya bahasa yang digunakan
, tidak menimbulkan kejenuhan bagi pembaca atau pendengar. Selain itu,
pengulangan-pengulangan yang terjadi bukanlah pengulangan secara
keseluruhan kisah akan tetapi hanya sebagian-sebagian saja yang disesuaikan
dengan konteks dan dengan penggunaan gaya bahasa yang berlainan yang
dapat menimbulkan nuansa yang berbeda antara satu kisah dengan kisah
lainnya.
Dalam beberapa kitab 'Ulum al-Qur'dn disebutkan bahwa pengulangan
kisah itu memiliki beberapa tujuan atau hikmah, diantaranya adalah:
I. Menjelaskan ketinggian mutu sastra atau ke-balaghahan Alquran. Kisah
diungkapkan berkali-kali dengan menggunakan kalimat yang berbeda-beda
sehingga tidak membosankan bagi pendengarnya.
2. Membuktikan ketinggian mukjizat Alquran, yakni menjelaskan satu makna
(satu kisah) dalam berbagai bentuk kalimat yang bermacam-macam.
3. Untuk lebih memperhatikan kepada pentingnya kisah-kisah Alquran sehingga
perlu disebutkan dengan berulang-ulang agar lebih meresap ke dalam jiwa dan
lebih memberi penekanan kepada sesuatu yang disampaikan.
24 Muhammad Rasyid Ridla, Taftir al-Mantir, Jilid t, Kairo: Muhammad'Ali Sabih waAuliiduhu, 1375H, h. 327
25 Sayyid QUlhb,AI-Taslnviral-Fannijial-Qur'tin, h. 141
iB
39
4. Menunjukkan perbedaan tujuan dari tiap-tiap pengulangan dari kisah Alquran
karena penyebutan suatu kisah memiliki tujuan yang berbeda dengan
penyebutan kisah berikutnya.26
5. Untuk pengembangan pola pikir, kisah-kisah Alquran juga bertujuan untuk
mengajak berpikir dan merenung. Kisah-kisah Alquran tidak lepas dari dialog
yang mengandung dan mengundang penalaran. Adapun tema pokoknya ialah
bahwa yang haq menjadi pihak yang menang. Dalam dialog tersebut, yang
menghasilkan kesimpulan, berupa pemantapan kebenaran dan keagungan
Alquran. Hal ini akan dapat mempengaruhi dan memperkokoh jiwa
masyarakat pada umumnya.
Selain tujuan-tujuan pengulangan kisah tersebut, mengingat bahwa salah
satu tujuan kisah adalah untuk memberikan pelajaran bagi umat akan peristiwa
terdahulu yang pernah terjadi, maka proses pengulangan. fakta yang sarna lebih
dari satu surah dalam Alquran menjadi sangat penting. Pengulangan dengan tidak
menggunakan bahasa yang persis sarna meskipun fakta yang dihadirkan sarna
akan memberikan pengaruh yang mendalam bagi pembacanya. Dengan
demikian, pelajaran yang akan diambil dapat lebih terserap oleh pembacanya.
Kisah yang baik tentu digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan
mudah. Segenap perasaan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jenuh
akibat pengulangan kalimat yang monoton dan penggunaan bahasa yang
berulang. Dengan mengikuti alur kisah yang menarik, unsur-unsur kisah akan
dapat dijelajahi akal sehingga dapat diambil 'ibrah yang bermanfaat bagi
kehidupan.
D. KARAKTERISTIK QASHASHAL-QUR'AN
Dilihat dari sudut pandang seni penggambaran atau dapat disebut dengan
keistimewan artistik, kisah Alquran memberikan beberapa keistimewaan.
Keistimewan dalam keindahan susunan kebahasaan yang tetap tunduk pada tujuan
,6 Manna' al-Qaththan, Mabdhitsfi 'Ularn al-Qur'dn, h., 308
40
keagamaan. Quthb mengelompokkan keistimewaan ini dalam empat tampilan
kisah, yaitu:
I. Keanekaragaman cara penyampaian. Terdiri dari bagaimana kisah
disampaikan dengan menyebutkan sinopsis terlebih dahulu, baru kemudian
diuraikan rincian-rinciannya dari awal hingga akhir. Dalam hal ini, Quth
mengambil contoh pengkisahan tentang Ahl al-Kalifi [Q.S.. 18:9-12].
2. Menyebutkan simpulan kisah dan maksudnya kemudian diikuti kisah dari
awal hingga akhir dengan pemaparan rincian-rincian episodenya. Contohnya
adalah kisah Musa a.s. yang dimuat dalam al-Qashash [Q.S. 28:2-6].
3. Menyebutkan kisah secara langsung tanpa ada pendahuluan dan tanpa ada
sinopsis, misalnya tentang kisah Maryam yang melahirkan Isa a.s.
4. Kisah digambarkan sebagai sebuah drama yang disusun berdasarkan adegan
yang dilakukan oleh tokoh, seperti kisah Ibrahim a.s. bersama Ismail a.s.
ketika membangun kakbah [Q.S. 2:127]. Dalam kisah tersebut hanya sedikit
beberapa lafal yang memeberitahukan akan awal pemaparan kemudian
membiarkan kisah itu bercerita tentang kisahnya dengan perantaraan para
pemainnya.27
E. KISAH IBRAHIM DALAM ALQURAN
I. Nama dan Kelahirannya
Nama Ibrahim a.s. mempunyai arti yang sangat penting kepada
beliaulah merujuk agama-agama samawi terbesar selama ini yaitu Yahudi, 0
Nasrani dan Islam. Islam menganggap Ibrahim as. sebagai "Bapak
monotheisme", juga "Bapak para Nabi", bapak orang-orang mukmin. Beliau
adalah contoh ideal dari seorang yang disebut mukmin. Ini ditunjukkannya
dengan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah swt., dengan
kesediaannya untuk menyembelih anak kesayangan satu-satunya yaitu Ismail
a.s.
21 Sayyid Quthb, AI-Tashwir al-Fannifi al-QlIr 'an, h. 148·150
41
Kitab Kejadian berulang-ulang menyatakan bahwa nama asli Ibrahim
a.s. adalah Abram (secara etimologis, nama ini berasal dari Abi'ram yang
artinya "terpujilah bapak (saya). Menurut Kitab Kejadian, Abram belum
diberi nama Abraham sampai beberapa waktu setelah kelahiran putra
pertamanya, Ismail a.s.: "karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan
Abraham karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapak sejumlah besar
bangsa".28
Perubahan nama sebagaimana dituturkan dalam Kitab Kejadian
berkaitan dengan tiga faktor. Pertama, perubahan nama tersebut jelas
berhubungan dengan kelahiran Ismail as., sebab Ishak a.s. ketika itu belum
lahir. Kedua, etimologi yang digunakan dalam Kitab Kejadian tersebut di atas
sangat tidak tepat. "Bapak sejumlah besar bangsa" atau "Nenek moyang
banyak orang' adalah arti dari Abhamon, bukan Abraham. Ketiga, sejumlah
penafsir Alkitab menyatakan bahwa terdapat upaya untuk menutupi fakta
bahwa terdapat dua orang yang berbeda (Abram dan Abraham) dipadukan
dalam tuturan versi Kitab Kejadian.29
Dalam Ibnu Katsir, mengutip pendapat dalam nash ahl-al-kitab
disebutkan bahwa nama lengkap Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh (250
tahun) bin Nahur (148 tahun) bin Saraugh (230 tahun) bin Raghu (239 tahun)
bin Faligh (439 tahun) bin Abir (464 tahun) bin Syalih (433 tahun) bin
Arfakhsyadz (438 tahun) bin Saam (600 tahun) bin Nuh a.s. Tanah
kelahirannya disebut dengan sebutan Kaldaniyyin yang merujuk kepada Babil.
Ibunya bernama Amilah. Sedangkan al-Kalabi mengemukakan bahwa sejarah
kelahiran ibu Ibrahim terdapat cerita yang cukup panjang yang disimpulkan
oleh al-Kalabi bernama Buna binti Kartiba bin Kartsi, salah seorang dari Bani
Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh a.s.lO
28 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, Jakarta: Serambi Hmu Semesta, 2004, h. 2429 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 2530 Ibnu Katsir, Qashash a/-Anbiyd', Juz I, Tahqiq Mushtofa Abdul Wahid, Kairo: Dar al-Kutub al
Haditsah, tanpa tahun, h. 167
42
.,
Menurut Solah AI-Khalidi nama Ibrahim a.s. berarti "bapa segala
nabi" (ab al-anbiyd') dijuluki dengan Khalilullah (kekasih Allah swt.) 31
berdasarkan pada firman-Nya: Allah swt. AI-Nisil' [Q.S. 4: 125]
"Dan Allah swt. menjadikan Ibrahim a.s. sebagai kesayangan-Nya".
Ibrahim a.S. diutus oleh Allah swt. kepada penduduk negeri Iraq yang
menyembah berhala dan bintang-bintang. Menurut pendapat ahli sejarah,
Nabi Ibrahim a.s. diutus kepada penduduk Harran di Damaskus (Turkii2 yang
menyembah bintang-bintang di langit dan berhala-berhala. Diceritakan bahwa
pada waktu itu, semua penduduk di muka bumi dalam keadaan kufur kepada
Allah swt. swt kecuali Nabi Ibrahim as., isterinya Sarah dan anak saudaranya
yaitu Nabi Luth as.33
Setelah beranjak dewasa, pemuda Ibrahim a.s. kembali ke tengah
tengah warganya. Ia heran melihat kaumnya menyembah berhala. Ia jadi lebih
sedih setelah mengetahui ayahnya Azar ternyata bekerja sebagai pembuat
berhala. Ibrahim a.s. minta petunjuk dari Allah swt. dan karena itulah ia
diangkat jadi Nabi. Alquran banyak menceritakan riwayat Ibrahim a.s. ini,
bahkan namanya pun diabadikan sebagai nama salah satu surah di dalam
Alquran, Surah Ibrahim. Salah satu kisah Ibrahim a.s. yang diceritakan di
dalam Alquran adalah kisah tentang perjalanan spiritual Ibrahim a.s. dalam
menemukan keesaaan Allah swt.
Wafatnya Ibrahim a.s. terdapat beberapa pendapat. AI-Kilabi
menyebutkan bahwa usia Ibrahim mencapai 200 tahun. Pendapat lain yang
31 Solah AI-Khalidi, Al-Qashash al-Qur'dni: Ardhu Waqdi' Wa Tablit al-A!J.dats, Damaskus:Darul Qalam, 1997, h. 311
32 Jerald F. Dirk berpendapat bahwa Haran berada di wilayah Turki bagian Tenggara (lihat JeraldF. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 65), sementara Ibnu Katsir (dan jumhur ulama) berpendapatbahwa Haran berada di Damaskus
33 Ibnu Katsir, Al-Biddyah Wa al-Nihtiyah, Beirut: Darul Fikr, 1997, h. 213
43
dikemukakan oleh sejarawan Nabi Ibrahim a.s. wafat dalam usia 175 tahun
dan dimakamkan di daerah Habrawan (Hebron) disamping istrinya, Sarah.J4
2. Keluarga dan Kehidupannya
Berkaitan dengan silsilah keturunan Ibrahim a.s., satu-satunya
informasi genealogis yang diberikan Alquran adalah bahwa Ibrahim a.s. itu
putera Azaf5, sebuah hubungan yang diperkuat oleh Hadis Shahih Bukhari.
Baik Alquran maupun hadis shahih tidak menceritakan secara
kronologis yang pasti mengenai kehidupan Ibrahim a.s. Kapan Ibrahim a.S.
hidup? Peristiwa-peristiwa apa yang mengiringinya? Namun Alquran
memberikan petunjuk kronologis dalam surah al-Baqarah [Q.S. 2: 258]
~~!':).l JLi ~l 'ni;lI:&r~l~ of ~~j J r~!':).l tt.. i..S;Jr Jl) tlf"", ,
.... ~,., ... ".......... j.:&o ~ o",.t.... ... J. J J. ~....
JJJI ~}3 ~~l Jlj ~Ij ~J-I LSI Jlj~j~0 ->;UI ~.)
'1 :&Ij "")5' i..S;J! ...:./~ y'; :11 ;p I:r- yJ~ J.J'~.:1I ;p ~l; Jt.... ...... ......... ...... ..
~~. I,tlr-·_;ir"".j~~~ i.:r-' '-"~
258. Apakah kamu tidak memperhatikan orani6 yang mendebatIbrahim a.s. tentang Allah swt.nya (Allah swt.) Karena Allah swt. telahmemberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim a.s.mengatakan: "Allah swt.ku ialah yang menghidupkan dan mematikan, " orangitu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim a.s.berkata: "Sesungguhnya Allah swt. menerbitkan matahari dari timur, Makaterbitkanlah dia dari barat, " lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah swt.tidak memberi peturifuk kepada orang-orang yang zalim.
34 Ibnu Katsir, Qashash al-Anbiyd', h. 16935 Versi lain menyebutkan bahwa Azar adalah kakek Ibrahim dari jalur ibunya. Lihat Kamal as
Sayyid, Kisah-kisah Terbaik Alquran, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), cet i, h. 6136 Yang dimaksud adalah Namrudz dari Babilonia. Lihat Alquran Terjemah, Departemen Agama
RI
44
Meski Alquran dan Hadis Shahih tidak menyediakan identifikasi
langsung siapa tokoh yang mendebat Ibrahim a.s., namun beberapa sejarawan
berspekulasi bahwa orang tersebut adalah Nimrod (Nimrud atau Namrud), raja
Mesopotamia kuno, yang namanya dalam bahasa Ibrani berarti "kami akan
emberontak,,37.
Ibrahim a.s. hidup di kalangan orang Kaldea 38 yang menyembah
benda-benda langit. Ibrahim as. biasa merenungi bintang-bintang, matahari
dan bulan, namun Allah swt. memilih untuk mengilhaminya bahwa benda
benda yang timbul tenggelam tidak pantas dipuja dan disembah.
Nabi Ibrahim a.s. memiliki istri bemama Sarah yang melahirkan Ishaq
dan Hajar yang melahirkan Ismail a.s. (anak pertama). Sebagaimana yang
diterangkan oleh Allah swt. dalam Alquran Surah Had [Q.S. II: 69 - 76].
b< b<
uf4 W (: ,1 ~, JLi 1:,1:.. i)Li --:..>~~ ~).J H:'·5 ';~1:;'- j iJ), ... .,! J... ....".... J ...... ."t - ..... ...." - ...
, >.' I' ,~.' <::'-" • .wI 'I -" ':1' >'..lJ1 I;' ~ ~';;"..L...:.>- 1':'_, ~ b.~''''''-?"JJ :r::--' ," ~ "....~..J _ /', ~ .,. , ... v . .. I O' "':11' ..
Jt J '" J. /. J ~ .....
~~ti J~I"h~.bI,j '111~L:ibl~ ':/i1Li ~b :.-.. ~ cr'J'W~y..-t..TtJff ...J J Y ...
o"..t J t ..r"..,," ... },.. ....... _ ... ... ....... ~ ...~I) .\}I~ ~Jl,! -.:.J1j ~ y~ ~J ~Ij) 01) ~.b ~j.':..j
31 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h, 22938 Faruq Sherif, Alquran Menul'Ut Alquran: Menelusuri Kalam Tuhan dari Tema ke Tema, Jakarta:
Serambi, 2001, h. 104.•
45
69. Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-malaikat) Telah datangkepada Ibrahim a.s. dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:"Selamat. " Ibrahim a.s. menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama KemudianIbrahim a.s. menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.70. Maka tatkala dilihatrrya tangan mereka tidak merifamahnya, Ibrahim a.s.memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka.malaikat itu berkata: /'Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah(malaikat-maJaikat) yang diutus kepada kaum Luth."7I.Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, Maka kamisampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak(akan lahir puterarrya) Ya'qub.72. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah Aku akan melahirkananak padahal Aku adalah seorang perempuan tua, dan Ini suamikupun dalamkeadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya Ini benar-benar suatu yangsangat aneh. "73. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapanAllah swt.? (Itu adalah) rahmat Allah swt. dan keberkatan-Nya, dicurahkanatas kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah swt. Maha Terpuji lagi MahaPemurah. "74. Maka tatkala rasa takut hUang dari Ibrahim a.s. dan berita gembira Telahdatang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (Malaikat-malaikat) kamitentang kaum Luth.75. Sesungguhnya Ibrahim a.s. itu benar-benar seorang yang Perryantun lagipenghiba dan suka kembali kepada Allah swt..76. Hai Ibrahim a.s., tinggalkanlah soaljawab ini, Sesungguhnya Telah datangketetapan Allah swt.mu, dan Sesungguhnya mereka itu akan didatangi azabyang tidak dapat ditolak.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw., tidakjelas bagaimana rupa dan
fisik Ibrahim a.s. Imam Ahmad menjelaskan dari Ibnu Abbas RasuluIIah saw.
bersabda39;
"Aku melihat Isa putera Maryam, Musa, dan Ibrahim. Adapun Isa berwarna
merah, berambut keriting dan berdada lebar. Sedangkan Musa seorang yang
39 Ibnu Katsir, Qashash al-Anbiya', h. 168
46
~':'"l;ir~rDan (ingatlah), ketilca Ibrahim a.s. meninggilean (membina) dasar-dasarBaitullah bersama Ismail a.s. (seraya berdoa); "Ya Allah swt. leami terimalahdaripada leami (amalan leami), sesungguhnya Engkaulah Yang MahaMendengar lagi Maha Mengetahui".
Beberapa syariat Ibrahim a.s. yang dilaksanakan ummat Islam
diantaranya:
Khitan adalah salah satu syariat kepada Ibrahim a.s. dan orang-orang
yang beriman. Untuk itu khitan ini diikuti oleh anak keturunan Ibrahim a.s.
termasuk Ismail a.s., Ishaq a.s., Musa a.s., Isa a.s. dan Muhammad saw.,
beserta pengikut-pengikutnya yang setia.
Kurban adalah salah satu ajaran Islam yang diambil dari nabi Ibrahim
a.s., yang diceritakan dalam Alquran bahwa nabi Ibrahim a.s. di usia tuanya
belum juga dikaruniai seorang anak maka ia pun berdoa kepada Allah swt.
Surah AI-Shaffdt [Q.S. 37: 100-107]
lOa. Ya Allah swt.ku, anugrahleanlah kepadaku (seorang anak) yangtermasuk orang-orang yang saleh.
48
101. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yangamat sabar40
.
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusahabersama-sama Ibrahim a.s., lbrahim a.s. berkata: "Hai anakkuSesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Akumenyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" iamenjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkankepadamu; insya Allah swt. kamu akan mendapatiku termasukorang-orang yang sabar".
103. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim a.s.membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabarankeduanya).
104. Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim a.s.,105. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu 41
Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepadaorang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata.107. Dan kami tebus anak itu dengan seekar sembelihan yang besar.
Haji. Ibadah Haji yang dilaksanakan ummat Islam juga bersumber dari
nabi Ibrahim a.s. Sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran Surah Al
Baqarah [Q.S.2:I25 dan 128]
J. ,4 ~ ,J
~~'FJ'j125. Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempatberkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan jadikanlah sebahagianmaqam Ibrahim as. tempat shalat. dan Telah kami perintahkan kepadalbrahim a.s. dan Ismail a.s.: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orangyang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
40 Menurut Alquran terjemah terbitan Departemen Agama RI, anak yang dimaksud ialah nabiIsmail a.s. •
41 Menurut Alquran terjemah terhitan Departemen Agama RI, yang dimaksud denganmembenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah swl. dan wajibmelaksanakannya.
-"'-l\ 49
128. Ya Allah swt. kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuhkepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tundukpatuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempattempat ibadat haji kami, dan terimalah Taubat kami. SesungguhnyaEngkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Alquran banyak menyebut nama Ibrahim a.s. dan terdapat dalam dua
puluh empat (24) surah dan enam puluh enam (66) ayat, baik ketika disebut
secara khusus ataupun secara umum bersama dengan nama-nama nabi yang
lain.
Sekalipun terdapat banyak surah yang menceritakan Nabi Ibrahim a.s.
akan tetapi masing-masing surah memiliki kisah-kisah sendiri yang berlainan.
Ayat-ayat yang menceritakan Nabi Ibrahim a.s. berjumlah 194 ayat yang
menceritakan secara khusus serta 8 ayat yang menceritakan secara umum
bersamaan dengan para nabi lainnya. Jumlah tersebut lebih banyak daripada
jumlah ayat pada kisah Nabi Yusuf a.s. yang berjumlah I II ayat.
Jika mengacu pada tafsir (terjemah) Alquran yang diterbitkan
Departemen Agama RI, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
I. Surah Al-Baqarah: terdapat pada ayat 124 - 141 (18 ayat), ayat-ayat
ini menceritakan:
Pengukuhan Nabi Ibrahim a.s. dan keturunannya sebagai
pemimpin bangsa-bangsa.
Perintah supaya dijadikan sebagian daripada maqam Ibrahim a.s.
sebagai tempat beribadah.
Doa Nabi Ibrahim a.s. dan anaknya Nabi Ismail a.S. setelah
membangun Kakbah.
Penegasan Allah swt. bahwa agama Nabi Ibrahim a.s. adalah
agama Islam.
50
Wasiat Nabi Ibrahim a.s. kepada keturunannya supaya mel\iadi
muslim dan melarang mereka mati di dalam selain agama Islam.
Golongan Yahudi dan Nasrani yang mengaku bahwa mereka
mengikuti agama Nabi Ibrahim a.s.
Menegaskan keimanan kaum muslimin kepada Nabi Ibrahim a.s.
dan juga kepada nabi-nabi lain setelah Nabi Ibrahim a.s..
Menolak pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa Nabi
Ibrahim a.s. dan rasul-rasul setelahnya adalah beragama Yahudi
ataupun Nasrani dan diikuti dengan penegasan bahwa Nabi
Ibrahim a.s. dan rasul-rasul setelahnya merupakan orang muslim.
Terdapat pula pada ayat 258 - 260 (3 ayat) yang menceritakan
tentang perdebatan Nabi Ibrahim a.s. dengan Namrud yang mengaku
sebagai Allah swt. Menarik untuk diketahui bahwa beliau satu-satunya
Nabi yang disebut Alquran memintil pada Allah swt. untuk
diperlihatkan bagaimana caranya menghidupkan yang mati, dan
permintaan beliau itu dikabulkan Allah swt. (ayat 260)
2. Surah Ali- 'Imran: surah ini lebih menekankan pada kelebihan dan
kemuliaan Nabi Ibrahim a.s. di sisi Allah swt. dan hakikat agama
yang dianutnya. Di dalam ayat 33, ditegaskan bahwa Allah swt.
memilih keluarga Nabi Ibrahim a.s. dan keluarga Imran dengan
diberikan kelebihan dan kemuliaan di atas umat-umat yang lain di
dunia. Sedangkan di dalam ayat 65 - 68 (4 ayat), Allah swt. menolak
pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa Nabi Ibrahim a.s.
menganut agama mereka, melainkan Nabi Ibrahim a.S. seorang yang
bergama hanif. Hanif berarti lurus. Ibnu Katsir menyebut bahwa istilah
ini sebagai satu pemyataan bahwa Nabi Ibrahim a.s. suci bersih dari
amalan syirik dan beriman dengan keimanan yang sebenamya.42
.,
42 lbnu Katsir, Taftir al-Qur'dn al- 'Azim, Beirut: Dar ai-Filer, 1994, h. 457.
51
kaum Nabi Luth yang telah melampaui batas di dalam kekufuran
kepada Allah swt.
9. Surah Al-Nahl: ayat 120 - 123 (4 ayat). Di dalam ayat 120 dikabarkan
bahwa Nabi Ibrahim a.s. ialah seorang yang taat kepada Allah swt.
(htinif) dan tidak sekali-kali termasuk golongan kaum musyrikin. Ayat
123 berupa anjuran dan perintah untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim
a.s.
10. Surah Maryam: di dalam ayat 41 - 50 (10 ayat), mengkisahkan
clakwah Nabi Ibrahim a.s. kepada ayahnya supaya tidak kufur kepada
Allah swt. dan masuk kepada agama Islam. Namun ayahnya menolak
dakwah Nabi Ibrahim a.s., dan Nabi Ibrahim a.s. mengasingkan diri
dari bapanya dan dikaruniakan oleh Allah swt. dua orang anak yaitu
Nabi Ismail a.s. dan Nabi Ishak.
II. Surah Al-Anbiyd ': ayat 51 - 73 (23 ayat). Surah ini menceritakan
tentang penolakan terhadap ketuhanan JJerhala-berhala yang menjadi
sembahan bapak dan kaumnya. Kemudian diikuti dengan kisah penting
yaitu suatu peristiwa Ibrahim a.s. menghancurkan berhala-berhala
kecuali berhala yang terbesar. Kemudian terjadi debat antara Ibrahim
a.s. dan kaumnya, dan argumentasi Ibrahim a.s. tidak dapat dibantah.
Walaupun demikian, Nabi Ibrahim a.s. tetap dihukum dengan
dicampakkan ke dalam api namun diselamatkan oleh Allah swt.
Tingkatan atau tahapan proses dakwah yang dilakukan Ibrahim a.s
dapat dikelompokkan dalam tiga tahap. Kesatu, Ibrahim berdakwah
kepada ayahnya. Kedua, Ibrahim berdakwah di hadapan kaumnya atau
masyarakat yang berada di lingkungannya yang kala itu elakukan
penyembahan terhadap berhala maupun benda-benda langit yang terbit
dan tenggelam seperti bintang, buan, dan matahari. Sedangkan tahapan
dakwah Ibrahim yang tertinggi adalah ketika dia berhadapan dengan
penguasa atau raja yang berkuasa saat itu.
54
Seruan Ibrahim untuk meninggalkan sembahan mereka, ditolak tidak
hanya oleh ayahnya tetapi juga oleh kaumnya. Ibrahim melihat sebab
utama seruannya ditolak ialah kerana adanya berhala-berhala yang
dianggap sebagai tuhan oleh kaumnya. Ibrahim kemudiannya
mengambil langkah untuk menghancurkan berhala-berhala tersebut.
Peristiwa ini dinyatakan beberapa kali di dalam AI-Quran.
Pada bagian akhir, Nabi Ibrahim a.s. keluar dari negeri tersebut
bersama anak saudaranya (Nabi Luth) ke "bumi yang diberkati" serta
dikaruniakan dua orang anak (Ishak dan Ismail a.s.).
12. Surah A/-Hajj: Di dalam ayat 62 - 69 (8 ayat), diceritakan tentang satu
episod yang berhubungan dengan nama surah ini sendiri,
yaitu permulaan ibadah haji yang didasarkan dengan perjalanano
spiritual Nabi Ibrahim a.s. Di dalam ayat-ayat ini, diceritakan tentang
pembangunan Masjidil Haram, perintah Allah swt. kepada Nabi
Ibrahim a.s. supaya menyeru manusia untuk datang ke Masjidil Haram
untuk menunaikan ibadah haji dan mengagungkan asma-Nya. Di
dalam ayat 78, merup1ikan ayat terakhir dari surah ini, menyebutkan
kaitan yang kuat antara umat Islam dengan Nabi Ibrahim a.s.
13. Surah A/-Syu 'ard ': Ayat 69 - 89 (21 ayat) mengandung kisah dakwah
Nabi Ibrahim a.S. kepada ayah dan kaumnya, diikuti dengan ikrar
Ibrahim a.s. yang berlepas diri dari apapun amalan syirik kaumnya.
14. Surah A/- 'AnkabUt: Ayat 16 - 27 (12 ayat) di dalam surah ini
menceritakan dakwah Nabi Ibrahim a.s. kepada kaumnya supaya
menyembah kepada Allah swt. dan menolak perbuatan kaumnya yang'>
menyekutukan-Nya. Berbeda dengan surah-surah yang lain, di sini
diceritakan bagaimana Nabi Ibrahim a.s. memperkenalkan sifat-sifat
Allah swt. kepada kaumnya. Namun penjelasan Ibrahim a.S. ditolak
oleh kaumnya dan diancam untuk dibunuh atau dibakar. Namun, Nabi
Ibrahim a.s. diselamatkan oleh Allah swt. dari segala tipu daya orang-
55
orang katir. Selanjutnjya dikisahkan Nabi Ibrahim a.s. a.s. bersama
sarna dengan Nabi Luth a.s. berhijrah dan dikaruniakan oleh Allah swt.
seorang anak yaitu Ishak, dari keturunannya Iahir Nabi Ya'qub.
15. Surah Al-Shajfat: Ayat 83 - 113 (31 ayat) dari surah ini menceritakan
Nabi Ibrahim a.S. dianugerahi hati yang damai. Dan dikisahkan juga
perihal dakwah Nabi Ibrahim a.s. yang menolak perbuatan kaumnya
yang menyekutukan-Nya, diikuti dengan peristiwa penghancuran
berhala°dan Nabi Ibrahim a.S. dihukum dengan dibakar hidup-hidup.
Selanjutnya ayat-ayat ini menceritakan peristiwa penyembelihan
terhadap anaknya sendiri. Di sini, Nabi Ibrahim a.s. teguh
membuktikan ketaatannya kepada Allah swt. Diceritakan juga tentang
anaknya yang lain yaitu Ishaq a.s. yang juga diangkat menjadi Nabi
dan dimuliakan Allah swt.
16. Surah Al-Zukhruj: Di dalam ayat 26 tentang penegasan Nabi Ibrahim
a.s. yang tidak bertanggungjawab atas apa yang diperbuat kaumnya.
17. Surah Al-Dzariyat: di dalam ayat 24 - 34, Nabi Ibrahim a.s.
dimuliakan dengan kisah para malaikat yang datang kepadanya untuk
menyampaikan berita gembira akan kelahiran puteranya, Ishak a.s.
Dinukilkan di dalam ayat ini keheranan isteri Nabi Ibrahim a.s.
mendengar berita tersebut. Kemudian para malaikat tersebut
memberitahu Nabi Ibrahim a.s. tentang bencana yang akan menimpa
umat Nabi Luth a;s.
18. Surah Al-Hadfd: ayat 26 mengandung isyarat kenabian Nabi Nuh a.s
dan Ibrahim a.s. serta keturunan mereka yang mewarisi kenabian.
19. Surah Al-Mumtauanah: Di dalam ayat 4 - 6 diceritakan tentang
kedudukan iman Nabi Ibrahim a.s. dan pengikut-pengikutnya yang
beriman. Juga disebutkan kemurkaan Allah swt. kepada orang-orang
katir. Dinukilkan juga perintah kepada orang-orang mukmin supaya
56
o
.,
mencontoh Nabi Ibrahim a.s. dan menerangkan kedudukan doa Nabi
Ibrahim a.s. kepada ayahnya.
Selain dari surah-surah yang telah disebutkan di atas, disebut pula
nama Nabi Ibrahim a.s. secara umum bersama dengan nama-nama nabi•
yang lain dan pujian terhadapnya. Antara lain surah Yusuf[Q.S. 12: 6 dan
38], Al-Ab.zab [Q.S. 33: 7], Shad [Q.S. 38: 45], As-Syura [Q.S. 42: 13],
Al-Najm [Q.S. 53: 37], dan Al-A 'la [Q.S. 76: 19].
57
BAB III
KAHAN TEORI: SEMIOTIKA,
PERKEMBANGAN DAN PENERAPANNYA
A. MAKNA SEMIOTIKA
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang
berarti tanda. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu yang
lain atas dasar konvensi sosial yang telah terbangun sebelumnya. Tanda pada
masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. I
Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang.,mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh
kebudayaan sebagai tanda.2 Van Zoest mendefinisikan semiotik sebagai ilmu
tanda dan segala yang berhubungan dengannya meliputi cara berfungsinya,
hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan cara penerimaannya bagi
pemakainya.3
Batasan lain tentang semiotik diungkapkan oleh' Dick Hartoko yang
menyatakan bahwa semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para
pengamat, pembaca, atau masyarakat melalui tanda-tanda atau lambang-lambang.
Batasan lain sebagaimana dikutip oleh Alex Sobur adalah batasan yang
dikemukakan oleh Preminger bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.
Fenomena sosial dan budaya merupakan sistem tanda yang memiliki aturan
aturan atau konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda itu mempunyai
arti. 4
Definisi semiotika menurut beberapa ahli' memang memiliki pengertian
yang bermacam-macam. Asal kata semiotika adalah seme dari bahasa Yunani
1 Umberto Eco, A Theory a/Semiotics, Bloomington: Indiana University, 1976, h. 162 Umberto Eco, A Theory a/Semiotics, h. 63 Aart van Zoest, "!nterpretasi dan Semiotika" dalam Sudjiman P. dan Aart van Zoest, Serba-serbi
Semiotika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, h. 54 Alex Sobur, Analisis Telrs Media, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, h. 96
58
susunan huruf tertentu. Tanda berbeda dengan simbol. Lambang berarti simbol.
Tanda merujuk pada kenyataan sedangkan simbol memiliki hubungan yang tidak
langsung dengan kenyataan. Misalnya lambang bunyi bahasa yang dipergunakan
sebagai alat komunikasi memiliki dua unsur yang dalam istilah semiotik disebut
sebagai penanda (signifier) dan petanda (signifie).10
Tanda bersifat terbatas sedangkan lambang berkembang cepat sesuai dengan
perkembangan pemikiran penutur bahasa yang bersangkutan. Tanda, meskipun
bersifat konvensional tidak dapat diorganisasikan, tidak dapat direkam, dan tidak
dapat dikomunikasikan seperti lambang.
Simbol atau lambang memanfaatkan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh alat bicara manusia kemudian dapat dinyatakan secara tertulis mengan
menggunakan grafem-grafem tertentu. Lambang juga dapat diartikan sebagai
unsur Iinguistik berupa kata atau kalimat yang tidak memiliki hubungan langsung
dengan objek atau acuan. Hubungan yang terjadi selamanya adalah melalui
pikiran dalam wujud konsep-konsep yang bersemayam dalam otak. Hubungan
antara lambang dengan objek bersifat arbriter dan tidak ada alasan yang kuat
mengapa suatu konsep harus dilambangkan dengan deretan huruftertentu. 11
B. PERKEMBANGAN SEMIOTIKA DAN PENERAPANNYA
Seluruh kehidupan manusia diliputi oleh tanda. Dari komunikasi yang
paling alamiah dan sederhana sampai kepada sistem budaya yang kompleks.
Sebagai teori, semiotik mengalami perkembangan menjadi dua jenis, yaitu:
semiotik komunikasi dan semiotik signifikasi. Semiotik komunikasi menekankan
pada produk tanda sedangkan signifikasi menekankan pada pemahaman atau
pemberian makna. Produksi tanda mengharuskan adanya unsur pengirim
informasi, penerima informasi, sumber, dan juga kode. Sedangkan pada
10 Fatimah Djajasudarma, Semanlik I Penganlar ke Arah I1mu Makna, Bandung: Breseo, 1993, h.23
11 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 200 I, h. 56
61
signifikasi sangat menekankan pada segi pemahaman tanda-tanda serta
bagaimana proses interpretasinya. 12
Dalam penerapannya sebagai i1mu, semiotika adalah metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili suatu pemikiran,
pengalaman, gagasan atau ide, perasaan, dan lain sebagainya.
Setidaknya terdapat sembiIan macam semiotik l3 yaitu:
I. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce
menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi
ide, objek, dan makna. Ide dapat diartikan sebagai lambang, sedangkan makna
adalah beban yang melekat pada lambang dan mengacu pada objek tertentu.
2. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang
dapat kita alami sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan akan
turun hujan. Sejalan dengan perkembangan teknologi telah banyak tanda
diciptaklll,l manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Semiotik faunal, yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda
yang dihasilkan oleh binatang. Hewan menghasilkan sistem tanda untuk
berkomunikasi dengan sesamanya. Namun, kadang-kadang hewan juga
menghasilkan sistem tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia.
4. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus meneliti sistem tanda yang
berJaku dalam budaya suatu masyarakat. Budaya masyarakat merupakan
sistem tanda yang secara turun temurun dipeltahankan dan dihormati yang
dapat membedakannya dengan masyarakat yang lain.
5. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi
yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Mitos dan cerita lisan
seringkali memiliki nilai kultural yang tinggi sehingga dalam pembahasan
persoalan semiotik naratif dimulai dengan nilai-nilai kultural.
[2 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiks,; Yogyakarya: Gajah Mada University Press,2002,h.40 0
13 Mansoer Pated., Semantik Leksikal, h. 29
62
3. Aliran semiotik behavioris yang dipelopori oleh Charles Morris membahas
bahasa sebagai sistem stimuli, respons yang jika ditelaah dari segi semiotik
adalah persoa1an sistem tanda yang berproses pada pengirim dan penerima.
Penerapan teori semiotika yang bersifat multidisiplin tersebut dapat
diterapkan dalam segala macam tanda. Dalam bidang seni, semiotika dapat
diterapkan dalam upaya menangkap makna baik seni lukis, patung, musik, tari,
seni arsitektur, film, dan juga seni sastra. Landasan seni sastra adalah bahasa
maka penerapan teori semiotika dalam ranah Iinguistik ini akan menduduki posisi
yang penting karena bahasa sangat kaya dengan tanda. 14
Disebabkan begitu luasnya cakupan, bidang dan objek kajiannya, semiotika
dapat disetarakan dengan theory ofeverything di dalam sains, yaitu sebuah teori
yang dapat menje1askan segala hal. Semiotika pada kenyataannya adalah sebuah
ilmu yang dapat menjelaskan apa pun, selama apa pun itu adalah sesuatu yang
bermakna.
Selain sembilan pengelompokan bidang semiotika tersebut, ljpgkup
semiotika dapat'pu1a diterapkan dalarn bidang semiotika hukum (legal semiotics),
semiotika seni, semiotika fashion, semiotika film, semiotika televisi, dan
sebagainya. Semiotika teks (text semiotics) adalah salah satu cabang dari
semiotika, yang secara khusus mengkaji penggunaan tanda-tanda dan
kombinasinya di dalam teks. Teks itu sendiri mempunyai pengertian yang luas,
:ehingga selarna sesuatu dibentuk dari seperangkat tanda-tanda, yango
ikombinasikan dengan cara tertentu, maka ia dapat dikatakan sebagai teks.
Dalam perkembangannya, semiotik yang bergerak di wilayah bahasa
'angkat dari seorang ahli bahasa Swiss, Ferdinand de Saussure (1857-1913).
'ssure mengemukakan pandangan bahwa linguistik merupakan bagian dari
I pengetahuan umum mengenai tanda. Saussure menyebutnya dengan istilah
ologi. Pada masa yang sama di Amerika rnuncul seorang filsuf, Charles
ers Peirce (1834-1914) yang rnengernukakan bahwa serniotik dipahami
an Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 40
64
sebagai perluasan logika. Gagasan Peirce tentang serniotik bersifat rnenyeluruh
rnendeskripsikan struktur dari sernua sistern penandaan. Langkah yang dilakukan
adalah rnengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan rnenggabungkan kernbali
sernua kornponen ke dalam struktur tunggal. 15
Pemahaman yang dikemukakan oleh Peirce menunjukkan bahwa serniotik
ingin membongkar bahasa secara keseluruhan dan kemudian menatanya kembali
menjadi sebuah struktur. Langkah kerja seperti ini akan memungkinkan
munculnya berbagai pemahaman akan struktur baru yang bergantung pada siapa
yang rnembongkar objek tersebut. Peluang akan munculnya makna baru adalah
sangat mungkin. Pada bagian ini sisi pragmatis dari seorang pemakai bahasa,J
pembaca, atau pengkaji objek akan menjadi sangat dominan.16
Pemahaman akan struktur ini berkaitan erat dengan strukturalisme yang
awaI munculnya adalah sebagai paharn filsafat. Dunia merupakan realitas yang
berstruktur. Dalam bidang linguistik umum, secara historis, strukturalisme
dimunculkan oIeh Ferdinand de Saussure. Strukturalisme Iinguis berkembang
lebih lanjut menjadi strukturalisme genetik dan berkembang Iagi menjadi
strukturalisme dinamik. Dalam pendekatan semiotik, strukturalisme dinamik
berkembang rnenjadi telaah heuristik dan telaah hermeneutik. Heuristik adalah
disiplin yang mempelajari metode-metode untuk menemukan dan
mengkomunikasikan kebenaran atau fakta-fakta. Yang dimaksud dengan
hermeneutik adalah bidang kajian filsafat yang memusatkan idang kajiannya pada
persoalan pemahaman atas pemahaman (understanding of understanding)
terhadap teks. I?
Cabang semiotika yang secara khusus mengkaji teks-teks keagamaan
disebut semiotika teologis (theological semiotics), yang menjadi bagian dari
15 Alex Sobur, AnaUsis Teks Media, h. 9716 Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa semiotik mempunyai liga
komponen sistem, yaitu sinlaktik, semantik, dan pragmatik. Pragmatik adalah kajian tentang hubungananlara pemakai bahasa dengan lambang yang digunakan dalam bahasa. (Aminuddin, SemantikPengantar Studi Tentang MalOla, h. 37)
17 Alex Sobur, AnaUsis Teks Media, h. 105
65
bidang semiotika teks, yang lebih umum.18 Semiotika teologis mempelajari
persinggungan antara teks ketuhanan dan teks keduniaan, yaitu keberadaan tanda
keagamaan (religious sign) di dalam kehidupan keberagamaan manusia. Tanda
tanda ketuhanan ini menuntut sebuah kajian teks yang khusus, disebabkan
terdapat pertalian antara tanda-tanda yang membentuk teks dengan dimensi
kesucian. 19 Problematika semiotika teologis, adalah kontradiksi yang terbuka di
dalamnya antara kesucian sebuah teks dan kebebasan interpretasi yang dimiliki
manusia sebagai makhluk berpikir.
C. BEBERAPA KONSEP SEMIOTIKA
Dua tokoh yang sangat berpengaruh terhadap teori semiotik adalah
Saussure dan Peirce. Kedua tokoh yang berasal dari dua tempat yang berbeda
mengemukakan sebuah teori yang" secara prinsip memiliki beberapa kesamaan.
Saussure mempergunaan istilah semiologi sedangkan Peirce mempergunakan
istilah semiotik untuk sebuah kajian yang menyangkut tentang tanda. Jika.,
dilihat, akan tampak bahwa semiotik Saussure bersifat semiotik struktural dan
semiotik model Peirce bersifat semiotik analitis. Adanya ketidaksamaan antara
keduanya tampaknya lebih disebabkan oleh latar belakang keilmuan mereka.
Saussure adalah seorang ahi bahasa sedangkan Peirce adalah seorang filosof.
Saussure mengembangkan dasar-dasar teori linguistik umum. la menyatakan
dalam teorinya bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda. Peirce lebih
memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya dengan
menempatkan tanda-tanda Iinguistik pada tempat yang penting tetapi bukan yang
utama.
Perkembangan semiotika hingga dewasa ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotik komunikasi lebih
menekankan pada teori tetang produksi tanda, sedangkan semiotik signifikasi
18 Umberto Eco, The Name o/the Rose, London: Picador, 1984, h. II.19 Winfried Notb, Handbook a/Semiotics, BJoomington:lndiana University Press, 1995, h. 381.
66
.)
lebih menekankan pemahaman atau pemberian makna pada suatu tanda.
Dikemukakan oleh Eco bahwa produksi tanda dalam semiotik komunikasi
mensyaratkan adanya pengirim informasi, penerima informasi, sumber, tanda
tanda, saluran, proses pembacaan, dan kode. Semiotik signifikasi tidak
mempersoalkan produksi dan tujuan komunikasi melainkan menekankan bidang
kajiannya pada segi pemahaman tanda-tanda serta bagaimana proses kognitif
atau interpretasinya.
Dalam kajian ini akan dilihat teori yang dikemukakan oleh tiga orang tokoh
semiotik yang cukup temama yaitu Saussure, Peirce, dan Eco.
1. Teori Semiotik Saussure
Teori semiotik Saussure sebetulnya berkaitan dengan pengembangan teori
linguistik secara umum sehingga istiah-istilah yang digunakan banyak meminjam
istilah dan model linguistik. Hal tersebut bukan hanya disebabkan oleh seorang
Saussure yang mengilhami aliran ini, melainkan juga pada waktu mereka
mengembangkan teori semiotik, linguistik struktural telah bekembang pesat.
Bahasa sebagai sebuah sistem tanda,menurut Saussure memiliki unsur yang tidak
terpisahkan yaitu signifier dan signified, signifiant dan signifie, atau penanda dan
petanda. Wujud signifiant (penanda) dapat berupa bunyi-bunyi ujaran atau
huruf-huruf tulisan sedangkan signifie (petanda) adalah unsur konseptual,
gagasan, ide, atau makna yang terkandung dalam penanda tersebut.20
Misalnya kata 'buku' yang jika dituliskan akan terdiri dari rangkaian huruf
(lambang fonem). Kata buku dalam bayangan atau gagasan pendengar atau
pembacanya menunjuk pada benda tertentu yang ada secara nyata. Tulisan b-u
k-u disebut sebagai penanda sedangkan buku (yang ada secara nyata) disebut
sebagai petanda. Dalam teori Saussure dikemukakan bahwa meskipun keduanya
(antara b-u-k-u dengan buku) dapat disebut sebagai dwitunggal, akan tetapi
20 M.H. Abrams, A Glossary ofLiterary Terms, New York: Holt Rinehart and Winston, 1981,h. 171
67
hubungan antara penanda dengan petanda tersebut bersifat arbitrer, atau
tergantung kepada pemakai bahasa tersebut.21
Kenyataan bahwa bahasa mernpakan sebuah sistem, mengandung arti
bahwa bahasa memiliki beberapa unsur yang saling berkaitan secara teratur
sehingga bahasa dapat digunakan sebagai sarana komunikasi. Hal tersebut
melandasi adanya teori tinguistik modem (baca: strnkturatisme) yang selanjutnya
teori ini dijadikan landasan dalam kajian sastra. Dalam studi Iinguistik dikenal
adanya tataran fonetik, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Dalam
kajian sastra juga dikenal aspek sintaksis, semantik, dan pragmatik atau ada pula
yang menyebutnya sebagai aspek stilistika, komposisi, dan tematik. Oleh karena
itu penerapan teori semiotik dalam karya sastra dapat dimulai dengan
menggunakan tataran-tataran sebagaimana terdapat dalam kajian tinguistik.
Bahasa sebagai aspek material dalam sebuah karya sastra telah memiliki
konsep makna yang bergantung pada kesepakatan masyarakat pemakainya. Hal
ini menyebabkan unsur bahasa tidak bersifat netral sepenuhnya meskipun tidak
menutup kemungkinan makna tersebut dikreasikan juga oleh masyarakat
pemakainya. Di sisi lain, sastra mempunyai konsepsi yang sedikit berbeda
dengan bahasa. Dalam menuturkan sesuatu, sastra tidak langsung mengacu pada
suatu makna tertentu sebagaimana dalam tataran tinguistik. Namun, sastra lebih
menunjuk kepada sistem makna pada tingkat kedua. Misalnya, dalam sastra
digunakan lambang-Iambang atau perbandingan-perbandingan, personifikasi atau
metafora. Sehingga sebuah signifiant tidak hanya mengacu pada satu signifie
melainkan juga mengacu pada signifie-signifie lain dengan kata lain, sebuah
signifie menghasilkan signifie barn yang mewakili sesuatu yang lain.
21 Dikatakan arbitrer karena hubungan antara wujud formal bahasa dengan konsep atau sesuatuyang menjadi acuannya bersifat "semaunya" atau berdasarkan kesepakatan sosial masyarakat pemakaibahasa tersebut. Antara keduanya tidak bersifat identik. Suatu masyarakat mungkin menggunakan katalain untuk menunjuk pada acuan yang sarna yaitu buku.
68
Saussure menjelaskan bahwa terdapat enam prinsip dasar dalam semiotika .
I. Prinsip struktural. Tanda dilihat sebagai sebuah kesatuan antara sesuatu yang
bersifat material dan konseptual. Yang menjadi fokus penelitian adalah relasi
antara unsur-unsur tersebut, karena dari relasi tersebut akan menghasilkan
makna.
2. Prinsip kesatuan. Sebuah tanda merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara bidang penanda yang bersifat konkrit atau material dengan
bidang petanda.
3. Prinsip konvensional. Realsi antara penanda dan petanda sangat tergantung
pada apa yang disebut konvensi, yaitu kesepakatan sosial tentang bahasa
(tanda dan makna) di antara komunitas'bahasa .
4. Prinsip sinkronik. Tanda dipandang sebagai sebuah sistem yang tetap di dalam
konteks waktu yang dianggap konstan, stabil dan tidak berubah.
5. Prinsip representasi. Tanda merepresentasikan suatu realitas yang menjadi
rujukan atau referensinya .
6. Prinsip kontinuitas. Relasi antara sistem tanda dan penggunanya secara sosial
dipandang .sebagai sebuah kontinuitas, mengacu pada struktur yang tidak
pemah berubah.
Menurut Saussure tanda memiliki tiga wajah yaitu tanda itu sendiri (sign),
aspek material (suara, huruf, bentuk, gambar, gerak) dari tanda yang berfungsi
menandakan atau yang dihasilkan oleh aspek material (signifier), dan aspek
mental atau konseptual yang dibentuk oleh aspek materil (signified). Hal
terpenting yang dilakukan dalam melakukan analisis tentang tanda adalah
mengetahui mana aspek material dan aspek mental dari sebuah tanda; karena
tanda itu sendiri merupakan kesatuan antara signifier dan signified. Hubungan
antara signifier dan signified disebut sebagai signification. Dalam analisis
semiotika yang dicari adalah berbagai hubungan yang menyatukan antara
beberapa signified dan beberapa signifier dari berbagai unsur obyek tersebut.
Hubungan antara beberapa signified dan signifier kemudian akan menghasilkan
69
makna. Dalam sistem tanda, Saussure menjelaskan bahwa suatu tanda akan dapat
menghasilkan makna karena adanya prinsip perbedaan atau sistem hubungan
antar tanda.
Ferdinand de Saussure menjelaskan bahwa terdapat tiga macam hubungan
tanda yaitu:
- Hubungan simbolik. Hubungan simbolik adalah hubungan tanda dengan
dirinya sendiri (internal).
- Hubungan paradigmatik. Hubungan paradigmatik adalah adalah hubungan
tanda dengan tanda lain dad satu sistem atau kelas
- Hubungan sintagmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan tanda dengan
tanda lain dad satu struktur.
Kedua jenis hubungan -paradigmatik dan sintagmatik- kemudian disebut
sebagai hubungan eksternal. Ketiga jenis hubungan tanda ini kemudian
dijelaskan oleh Roland Barthes22 melalui gagasannya tentang dua tatanan
pertandaan.
Tataran pertandaan pertama digambarkan dalam relasi di dalam tanda;
antara signifier dan signified, atau yang Saussure sebut sebagai hubungan
simbolik, dan antara tanda dengan referennya dalam realitas eksternal; Barthes
menyebutnya sebagai denotasi. Pada tataran pertandaan yang kedua, tanda
kemudian berinteraksi dengan perasaan atau emosi penggunanya serta nilai-nilai
kultural dimana tanda dan penggunanya berada. Barthes menyebutnya sebagai
konotasi. Karena dipengaruhi oleh nilai kultural maka konotasi sebuah tanda
akan berbeda dalam berbagai masyarakat. Hal ini membuat tanda bersifat arbiter
dan spesifik pada kultur tertentu. Konotasi bekerja dalam level subyektif dan
oleh sebab itu seringkali nilai konotatif dibaca sebagai fakta denotatif. Tujuan
analisis semiotika adalah memberi metode analisis dan kerangka pikir untuk
22 Roland Barthes (1915-1980) adalah seorang penganut Saussure. Barthes merupakan peloporaliran semiotik konotasi. Dalam menelaah sistem tanda, aliran ini tidak berpegang pada makna primertetapi berusaha mendapatkan makna melalui makna konotasi. (Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.102)
70
menjaga kita dari kesalahan membaca seperti itu. Cara kedua bekerjanya tanda
dalam tatanan pertandaan kedua adalah melalui mitos.
Salah satu teori Saussure yang dipakai secara luas di bidang kajian sastra
adalah hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Maksudnya adalah kata-kata
yang menyusun sebuah wacana, saling berhubungan dan berkesinambungan
sesuai dengan sifat linear dari bahasa yang tidak memungkinkan seseorang
melafalkan dua unsur sekaligus. Di sisi lain, di luar wacana, kata-kata yang sarna
berasosiasi dalam ingatan dan menjadi bagian kekayaan dari tiap individu dalam
bentuk langue. Hubungan yang bersifat linear tersebut dinamakan hubungan
sintagmatik, sedangkan hubungan yang bersifat asosiatif disebut hubungan
paradigmatik. Kedua model hubungan ini sering diterapkan dalam kajian fiksi
ataupun puisi.
Hubungan sintagmatik lebih menunjukkan pada pengaluran yang relatif
kronologis. Sistem alur semacam ini sering disebut dengan alur Iurus yaitu aIm
yang bertumpu pada satu tokoh dan tidak ada intervensi dari alur lain. Pengaluran
yang sepcrti ini tidak rumit dan merupakan salah saUl dari ciri aliran realisme.
Sedangkan kalau dilihat dalam hubungan paradigmatik maka akan tampak
kontras antara tokoh utama dengan tokoh-tokoh pelengkapnya. Hubungan antara
tokoh utama dengan tokoh pelengkap lainnya menunjukkan kebiasaan, tata cara,
adat, perilaku, ataupun nilai-nilai. Analisis hubungan paadigmatik ini menelaah
unsur-unsur yang tidak hadir dalam teks yaitu hubungan antara nalar (gagasan)
dengan simbol. Dasar dari analisis paradigmatik adalah makna konotasi karena
unsur-unsur cerita adalah berupa tanda-tanda yang berasosiasi dengan pikiran
pendengar atau pembaca. Tanda-tanda ini berupa nilai-nilai yang mempunyai
sifat implisit sebagai pesan dari sebuah budaya masyarakat yang
melatarbelakangi munculnya sebuah karya. 23
Ketika mengkaji sebuah fiksi ataupun sebuah cerita, maka akan dapat
ditemukan adanya hubungan antara penanda dengan petanda yang sangat banyak
23 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Filrsi, h. 47
71
jumlahnya. Yang pertama adalah aspek formal dari sebuah karya yang terdiri dari
deretan atau hubungan kata, kalimat, paragraf atau alinea, dan seterusnya hingga
membentuk sebuah teks yang utuh. Hubungan tersebut adalah hubungan yang
antara penanda dengan petanda yang hadir secara terus menerus dalam kata,
kalimat, ataupun alinea hingga akhir teks, 'maka hubungan yang seperti ini sering
disebut dengan istilah hubungan in praesentia. Dalam teori Iinguistik Saussure,
hubungan sintagmatik identik dengan hubungan in praesentia sedangkan
hubungan paradigmatik identik dengan hubungan in absentia.
Setiap konsep bahasa atau aspek formal, kala dan kalimat, dapat dipastikan
didahului dengan kehadiran konsep makna. Hubungan antara aspek formal
dengan aspek makna ini merupakan hubungan yang asosiatif atau hubungan
antara aspek yang hadir dengan aspek yang tidak hadir. Kata dan kalimat dapat
dilihat kehadirannya dalam sebuah teks, akan tetapi makna tidak dapat dilihat
dan hanya dapat diasosiasikan dalam gagasan pembaca atau pendengar.
Hubungan seperti iiii disebut dengan istilah hubungan in absentia.
2. Teori Semiotik Peirce
Teori semiotik Peirce menyatakan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan
sebagai tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Sebuah tanda haruslah
mewakili suatu objek atau dikenal juga dengan istilah referent. Fungsi utama
tanda adalah ketika tanda itu mewakili objek acuannya. Proses pewakilan tanda
terhadap objek acuannya ini terjadi pada saat tanda itu ditafsirkan dalam
hubungannya dengan yang diwakili. Hal ini disebut Peirce sebagai interpretant,
yaitu pemahaman makna yang timbul dalam kognisi (penerima tanda) melaui
sebuah interpretasi.
Proses pewakilan ini disebut semiosis. Semiosis adalah sebuah proses yang
menempatkan tanda sebagai tanda yaitu tanda mewakili sesuatu yang
ditandainya. Proses dasar dari semiosis adalah kognisi. Proses semiosis menuntut
hadimya unsur tanda, objek, dan interpretan secara bersamaan. Apabila ketiga
72
elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna
tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Bagi Peirce, semiotika adalah
suatu tindakan, pengaruh (influence), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda,,objek, dan interpretan (interpretant). Yang dimaksud subjek pada semiotika
Peirce bukan manusia, tetapi tiga entitas semiotika yang sifatnya abstrak yang
tidak dipengaruhi kebiasaan berkomunikasi secara konkret. Dalam istilah Peirce
proses ini dinamakan triadik. Proses semiosis berlangsung secara terus menerus
sehingga sebuah interpretan menghasilkan tanda baru yang mewakili objek yang
baru pula yang akan melahirkan interpretant yang lain pula.
Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan objek acuannya ke
dalam tiga jenis hubungan yaitu: ikon (hubungan kemiripan atau tanda suatu
bentuk yang dimengerti oleh kebanyakan orang karena menyerupai sesuatu),
indeks (hubungan kedekatan eksistensi), dan simbol (hubungan yang sudah
terbentuk karena adanya konvensi atau konsensus budaya). Tanda yang berupa
ikon, misalnya berupa foto,peta geografis, ataupun penyebutan di awal (sebagai
tanda sesuatu yang dipentingkan). Tanda yang berupa indeks, misalnya asap
menandakan adanya api, wajah yang murung menandakan hati yang sedang
sedih. Sedangkan tanda yang berupa simbol mencakup berbagai hal yang ada
berdasarkan konvensi sebuah masyarakat pemakainya. Antara tanda dengan
objek acuannya tidak memiliki hubungan kemiripan maupun hubungan
kedekatan eksistensi ataupun hubungan sebab akibat, tetapi semata-mata karena
adanya konvensi atau kesepakatan. Misalnya warna putih menandakan sesuatu
yang suci, lampu lalu Iintas terwarna hijau menunjukkan tanda boleh berjalan
bagi kendaraan. Bahasa merupakan simbol yang paling lengkap karena tanda
berfungsi sebagai sarana untuk berpikir dan berasa.•
Masih ungkap Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan objek '
adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada
dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk tanda. Seperti dikutip Sobur,24
24 Alex Sobur, Analisis reks Media, h. 109
73
menurut Peirce tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk
menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kepastian. Peirce
mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan,,objeknya adalah kekeduaan, dan penafsimya (unsur pengantara) adalah contoh
dari keketigaan. Penafsir ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan tanda
dengan objeknya.
Dalam sebuah karya sastra ketiga jenis tanda tersebut kerap hadir secara
bersamaan yang sulit untuk dipisahkan. Dalam kajian semiotik kesastraan,
pemahaman dan penerapan konsep ikonisitas memberikan sumbangan yang
berarti. Peirce membedakannya dalam tiga macam ikon, yaitu ikon topologis,
diagramatik, dan metaforis. Ketiganya dapat muncul secara bersamaan dalam
sebuah teks akan tetapi tidak dapat dipilahkan tentang berbagai hal yang
menunjukkan kemunculannya.25
3. Teori Semiotik Eco
Definisi semiotik yang digunakan Eco26 adalah definisi Saussure dan
Peirce. Menurut Saussure, tanda memiliki dua dua entitas, yaitu signifier dan
signifie atau tanda dan makna, atau penanda dan petanda. Jika dua entitas
tersebut yaitu penanda dan petanda dihubungkan atas dasar sistem yang
dinamakan langue, maka semiotik Saussure akan mengarah sebagai semiotik
signifikasi. Menurut pandangan Eco, Saussure belum memberikan batasan yang
jelas mengenai pengertian petanda karena Saussure baru sampai pada imaji
25 Umberto Eco, A Theory ofSemiotics, h 14-1526 Umberto Eco dilahirkan di Italia pada tahun 1932. Karya yang ditulis olehnya selain A Theory
ofSemiotics diantaranya adalah dua buah novel yang cukup terkenal yaitu The Name ofthe Rose, danFoucault Pendulum. Novel The Name of the Rose dapat dikategorikan sebagai novel semiotiskhususnya semiotika teologis. Problem semiotis yang diangkat oleh Eco di dalam The Name of theRose adalah konflik antara penanda transendental (transendental signified) dan interpretasi bebas(open interpretation), antara ayat tuhan dan tafsiran manusia, antara Kitab Sud (Divine Book) danfilsafat, anlara strukturalisme-teologis dan postrukturalisme anti teologis, antara langue dan parole,antara logos (kehenaran akhir) dan gram (interpretasi tanpa akhir), antara Being dan Becoming, antarayang sakral dan yang profan. Pertentangan antara yang mempertahankan tradisi, dogma, dan orangorang yang menginginkan perubahan, kekebasan dan interpretasi
74
mental atau masih dalam tataran konsep. Menurut Saussure menekankan bahwa
petanda adalah segala sesuatu yang telah dikerjakan dengan aktivitas mental
seseorang sebagai penanda. Tanda mengekspresikan gagasan sebagai kejadian
mental yang berhubungan dengan pikiran manusia.27 Simpulan dari Saussure
secara implisit tanda dianggap sebagai alat komunikasi antara dua orang manusia
yang disengaja dan bertujuan untuk menyatakan suatu maksud tertentu.
Dalam pandangan Eco, definisi yang dikemukakan oleh Peirce lebih luas
dan secara semiotis lebih berhasil. Bagi Peirce, semiotik adalah suatu tindakan
(action), pengaruh (influence), atau kerja sama tiga subjek yaitu tanda (sign),
objek (object), dan interpretan (interpretant). Tiga entitas dalam Iingkup
pengertian yang diberikan oleh Peirce bukanlah mengacu pada subjek manusia
dan tidak dipengaruhi oleh kebiasaan berkomunikasi secara kongkrit. Menurut
Peirce, tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan
sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda dapat memiliki arti
bagi seseorang jika diperantarai oleh interpretan. 28
Eco sepakat dengan Peirce dalam mengartikan interpretan sebagai suatu
pllristiwa psikologis dalam pikiran interpreter dan harus dipahami secara non
antropomorfis.29 Apabila semiotik dibatasi hanya pada tindak komunikasi saja
maka jelas bahwa gejala dan perilaku manusia, baik disadari atau tidak disadari,
mustahil dapat dianggap sebagai tanda. Menurut Eco:
Since such authors maintain that they are solely concerned withcommunication, they have the right to exclude a lot ofphenomena from theset sign. Instead of denying that right I would like to defend the right toestablish a semiotic theory able to take into account a broader range ofsignphenomena.3o
21 Umberto Eco, A TheOlY o/Semiotics, h. 1528 Umberto Eco, A TheOlY o/Semiotics, h. 1529 Antropomorfis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengenaan ciri-ciri
manusia pada binatang atau benda mati. (Tim Penyusun:Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:BalaiPustaka, Cet-2, 1989. Dalam kamus Linguistik disebutkan bahwa pengertian antropomorfisme adalahmetafora berupa pemakaian kata atau bentuk lain yang bersangkutan dengan manusia untuk objek ataukonsep yang bukan manusia, misal: mulut sungai. (Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, EdisiKetiga, Cet-I, Jakarta: Oramedia Pustaka Utama, 1993, h.15)
30 Umberto Eco, A Theory o/Semiotics, h. 16
75
..
•
Karena beberapa penulis semata-mata fokus pada lwmunikasi, merekaseakan-akan berhak memisahkan begitu banyak gejala dari seperangkattanda. Mengingat hal itu, saya berusaha menyusun teori semiotik denganmemperhitungkan sejumlah gejala tanda yang lebih luas.
Menurut Eeo terdapat sembilan belas bidang yang dapat dipertimbangkan
sebagai bahan kajian semiotik, yaitu zoo-semotic (semiotik binatang/masyarakat
nonhuman), alfactory sign (tanda-tanda penciuman), tactile communication
(komunikasi rabaan), codes of taste (kode-kode eeeapan), paralinguistics
(paralinguistik), medical semiotics (semiotik medis), kinesics and proxemics
(kinesik dan proksemik), musical codes (kode-kode musik), formalized
languages (bahasa yang diformalkan), written languages, unknown alphabets,
secret codes (bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia), natural
languages (bahasa alam), visual communication (komunikasi visual), systems of
objects (sistem objek).31
D. PENDEKATAN SEMIOTIKA DALAM KARYA SASTRA
Pada awalnya, sastra dikenal melalui penuturan dad mulut ke mulut. Sastra
pada tahap ini sering disebut sebagai sastra Iisan. Namun kini jika kita berbieara
mengenai sastra maka identik dengan teks. Maka kajian terhadap sastra tidak dapat
dipisahkan dad kajian teks. Meskipun demikian antara teks sastra dan teks pada
umumnya tetap memiliki perbedaan. Perbedaan antara teks seeara umum dengan
teks sastra memang tidak dapat dirumuskan seeara jelas karena keduanya sama
sarna memiliki unsur kata, kalimat, dan makna.
Tentang definisi sastra, para ahli banyak mengemukakan dengan bahasa
yang berbeda. Namun, jika ditelaah lebih lanjut memiliki satu pemahaman yang
tidak jauh berbeda. Dalam bahasa Indonesia kata sastra berasal dad bahasa
Sansekerta. Akar kata sastra adalah sas yang berarti mengarahkan atau mengajar,
memberi petunjuk, akhiran tra berarti alat atau sarana. Maka sastra berarti alat
untuk mengajar, buku petunjuk atau buku intruksi. Kata susastra baru muneul
31 Umberto £co, A TileOlY olSemiotics, h. 9-14
76
kemudian dalam khazanah Melayu yang diartikan sebagai karya yang indah
(mengandung nilai estetis).
Dalam bahasa Arab, istilah sastra disepadankan. dengan kata adab. Kata adab
dalam arti sempit berarti 8usastra, dalam makna yang lebih luas adab dapat
diartikan sebagai budaya. Selain kata adab, ada beberapa kata yang menunjuk
pada sastra tertentu misalnya kata qasidah dan syi 'r. 32
Sebuah karya sastra, dibangun oleh susunan kata atau bahasa yang sarat oleh
simbol atau tanda. Pemilihan kata (diksi) menyimpan makna konotatif yang
memungkinkan diinterpretasikan berdasarkan tanda-tanda yang ada di dalamnya.
Tanda bahasa dalam karya sastra sangat banyak. Simbol dapat dianalisis melalui
suku kata, kata, kalimat, alinea, bab, dan seterusnya, bahkan dapat juga dianalisis
melalui tanda baea dan huruf.
Dalam kaitannya dengan strukturalisme, karya sastra dinyatakan sebagai
sebuah konstruksi dari unsur tanda-tanda. Makna yang tepat muneul dari
keterkaitan antar struktur dalam karya sastra tersebut dan aspek struktur inilah
yang menjadi ojek kajian dalam strukturalisme semiotik.33
Dapat pula dikutip sini pendapat Komarudin Hidayat yang menyatakan
bahwa bidang kajian semiotik atau semiologi34 adalah mempelajari fungsi tanda
dalam teks, yaitu bagaimana sebuah tanda yang terdapat dalam teks akan
membimbing pembaeanya agar dapat menangkap pesan yang terkandung di
dalamnya. Dengan kata lain seorang pembaea dapat memasuki bilik-bilik makna
yang tersimpan dalam teks melalui interogasi (penelaahan) terhadap kode-kode
atau tanda-tanda yang dipasang oleh pengarang atau penulis.35
J2 A. Teeuw, Sastera dan lImu Sastera, Jakarta: Pustaka Jaya, 2003, h. 21JJ Alex Sobur, Analisis reks Media, h. 105]4 Tidak ada pembedaan atas istilah semiotik dan semiologi, yang membedakannya hanyalah
penggunaan tenninologi tersebut. Semiotik digunakan pada tradisi Amerika yang bennula padaCharles Sanderss Peirce sedangkan semiologi digunakan pada tradisi Eropa yang bennula padaFerdinand de Saussure
35 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta:Paramadina, 1996, h. 163-164
77
"
Pendekatan semiotik dalam karya sastra berawal dari asumsi bahwa karya
sastra memiliki sistem tersendiri dan dunia tersendiri yang sengaja dihadirkan
oleh pengarang di hadapan pePlbaca. Di dalam karya sastra tersebut terkandung
potensi komunikatif yang ditandai dengan adanya lambang-lambang kt<pahasaan
yang khas yang mengandung nilai-nilai keindahan. Pendekatan semiotik secara
lebih rinci digambarkan konsep dan kriterianya sebagai berikut:
I. Karya sastra menurut pandangan semiotik memiliki sistem sendiri yang
berupa sistem tanda. Tanda dalam karya sastra memiliki potensi besar
menimbulkan banyak interpretasi. Teks sastra bersifat otonom yang tidak
terikat acuan atau fakta apapun di luar teks.
2. Pendekatan semiotik mempunyai pertalian dengan pendekatan struktur dan
pendekatan stilistika. Dengan pendekatan struktural, pendekatan semiotik
merupakan lanjutan atau pengembangan pendekatan struktural yang
menekankan analisis unsur formal yang membangun karya sastra. Pendekatan
stilistika lebih menekankan kepada masalah kebahasaan sedangkan
pendekatan semiotik lebih luas karena menyangkut semua sistem tanda yang
terkait dengan sistem sastra.
3. Dalam melihat karya sastra, semiotik tidak hanya terbatas pada sosok karya
sastra itu saja tetapi juga menghubungkannya dengan sistem yang berada di
luamya. Sistem yang berada di luara karya sastra adalah semua anasir, data,
fenomena yang mereaksi bagi kelahiran karya sastra tersebut. 36
Beragam cara ditawarkan dalam menganalisis sastra secara semiotis. Cara
yang paling umum adalah yang ditawarkan oleh Wellek dan Warren yaitu analisis
melalui dua tahapan, intrinsik (mikrostruktur) dan ekstrinsik (makrostruktur).37
Cara yang lain adalah yang ditawarkan oleh Abrams yang memberikan sebuah
kerangka (framework) dengan menggabungkan empat pendekatan kritis terhadap
karya sastra yaitu:
J6 M. Atar Semi, Metode Penelitian 8astra, Bandung: Angkasa, 1990, h. 8737 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiirsi, hal. 104
78
1. Pendekatan objektif atau pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu
sendiri.
2. Pendekatan ekspresif yang menitikeratkan kepada pengarang.
3. Pendekatan mimetik yang menitikberatkan pada kesemestaan atau
menghubungkan suatu karya sastra dengan fakta atau realitas yang
membentukya.
4. Pendekatan pragmatik yang menitikberatkan pada pembaca. Sebuah karya
sastra yang baik dapat memberikan efek atau pengaruh kepada pembacanya.38
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penelitian menggunakan
pendekatan semiotik adalah sebagai berikut
I. Tidak membawa suatu sistem karya sastra yang lain sebagai bahan acuan atau
ukuran. Sebagai langkah awal, objek kajian harus dibaca dan dipahami untuk
menemukan sesuatu yang khas. Pengalaman yang telah tersimpan, sebaiknya
tidak secara langsung digunakan sebagai tolak ukur. Dengan semiotik, yang
akan dilihat adalah keunikan dan kekhasan dari karya tersebut.
2. Bila pemahaman terhadap teks yang dikaji telah menyeluruh maka selanjutnya
diadakan analisis yang lebih terperinci menyangkut teknik, gaya, dan
kekuatan-kekuatan atau keistimewaan-keistimewaan yang menjadikan objek
kajian itu memiliki sistem sendiri.
3. Langkah berikutnya adalah mengaitkan hal-hal yang berada dalam tubuh
karya sastra tersebut dengan sistem dan dibandingkan dengan sistem yang
berada di luarnya.39
Teks sastra secara keseluruhan memiliki ciri-ciri indeksikal40 karena teks
berhubungan dengan dunia yang disajikannya. Mengacu pada teori Peirce, sebuah
teks paling tidak terdiri atas tiga sisi indeksikal yaitu pengarang sebagai ciri
komunikasi, dunia nyata sebagai ciri nilai-nilai pengetahuan, dan pembacanya
38 A. Teeuw, Sastera dan Ilmu Sastera, hal. 4339 M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra, h. 88 - 89.40 Indeks dalam istilah linguistik berarti perbandingan antara unsur-unsur tertentu dalam bahasa
yang dapat dipakai untuk membandingkan dan mengklasifikan bahasa. Harimurti Kridalaksana,Kamus Linguistik, Edisi III, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, h. 81
79
umum dengan teks Alquran diantaranya adalah dalam kisah-kisah Alquran kita
tidak akan dapat menemukan seluruh unsur kisah terkumpul dalam satu alur
kisah yang berkelanjutan tetapi unsur-unsur tersebut tersebar dalam berbagai
surah. Rangkaian kisah terbagi dalam beberapa episode yang saling berhubungan
membentuk satu tujuan kisah yang tunduk pada tujuan keagamaan.
o
o
81
•
BABIV
ANALISIS SEMIOTIK PADA AYAT-AYAT
YANG MENGKISAHKAN IBRAHIM A.S.
A. STRUKTUR YANG MEMBANGUN KISAH IBRAHIM DALAM ALQURAN
Pengertian kisah sebagaimana teIah dikemukakan pada bab sebelumnya
didefinisikan sebagai mengikuti jejak atau menelusuri bekas, atau cerita/kisah.!
Kata al-Qashsh (kisah) adalah bentuk mashdar (gerund) dari kata kerja qashsha,o •
yaqushshu.
Pengertian qashash al-Qur'dn menurut istilah adalah kisah-kisah dalam
Alquran yang menceritakan ihwal umat-umat terdahulu, para nabi, dan peristiwa
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.,Sebetulnya kalau mau dirunut lagi lebih ke belakang secara literal, kata qashsha
itu artinya adalah menggunting. Jadi kisah itu sebetulnya semacam konstruksi
yang dibangun berdasarkan guntingan-guntingan. Alur atau plot cerita yang
membentuk suatu bangunan. Jadi pada dasarnya kisah itu adalah memang
konstruksi.
Di dalam kata kisah itu terdapat dimensi susunan. Susunan itu artinya
adalah ada tindakan menyusun secara sengaja dan di dalam tindakan menyusun
itu tersangkut di dalamnya secara sengaja orang membuat suatu cerita,
memasukkan suatu unsur, dan sekaligus mengeluarkan unsur yang lain. Jadi, ada
sesuatu yang dimasukkan dan dibuang. Sebuah kisah bukanlah suatu cerita yang
menyeluruh tentang suatu fakta tetapi suatu fakta yang dibentuk kembali. Itulah
yang ditunjuk oleh kata qishshah. Jadi, kisah itu adalah guntingan dan jika
terdapat guntingan maka ada editing. Ada sesuatu yang dimasukkan untuk
disusun dan ada yang dikeluarkan dari susunan karena dianggap tidak diperlukan.
I Manna' al-Qaththan, Mabdhitsji 'Ulzim al-Qur'dn, tanpa penerbit, 1990 h. 305
Alquran di dalam menyusun suatu kisah, - atau hampir semua kisah-kisah
dalam Alquran - merupakan konstruksi. Suatu susunan yang dibangun secara
sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan tidak semata-mata dimaksudkan
sebagai penceritaan ulang mengenai sesuatu yang berlangsung di masa lampau.
Dengan kata lain kisah-kisah dalam Alquran memang dari awal tidak diniatkan
sebagai rekaman historis. Dan penggunaan kata qashsha, yang artinya
menggunting itu, secara semantik dipakai dengan kesadaran penuh bahwa
sebetulnya kisah-kisah yang ditunjukkan dalam Alquran itu bukan semata-mata
menceritakan secara historis kejadian masa lampau tetapi konstruksi yang
memang disengaja dipakai untuk mencapai suatu message atau pesan tertentu.
Unsur-unsur kisah sebagai sebuah sastra yang akan dibahas pada bab ini
adalah sebagai berikut:
1. Tema
Tema merupakan dasar kisah yang paling penting dari seluruh kisah.
Tema adalah' ide, gagasan, tujuan kisah, atau ide pokok yang merupakan
patokan untuk membangun suatu kisah yang melatarbelakanginya2• Tema bisa
berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, cinta, serta tradisi yang
terkait dengan kehidupan masyarakat karena tema merupakan refleksi dari
kehidupan masyarakat. Tanpa tema, sebuah kisah tidak ada artinya sarna
sekali. Dengan kata lain, tema adalah suatu unsur yang memandu seorang
pengarang ke mana sebuah cerita akan diarahkan. Dalam kasus kisah Ibrahim
a.s. dalam Alquran, yang dimaksud dengan pengarang adalah penyusun plot
plot atau unsur-unsur kisah. PenyuslID di sini, mengangkat tema atau pesan
pesan moral yang terkandung dalam kisah tersebut. Robert Stanton
menempatkan tema sebagai pusat dalam cerita, atau disebut juga sebagai ide
pusat. Tema juga bermti makna yang dikandung dan ditawarkan oleh ceritaJ•
2 Zainuddin Fanani, Telaah Saslra, h. 84J Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarya: Gajah Mada University Press, 2002,
h.67.
00
",
Oleh karena itu, tema menjadi salah satu unsur dan aspek cerita yang
memberikan kekuatan dan sekaligus sebagai unsur pemersatu kepada sebuah
fakta dan alat-alat penceritaan, yang mengungkapkan tentang kehidupan.
Tema dapat diolah berdasarkan suatu motif tertentu yang terdiri dari
objek, peristiwa kejadian dan sebagainya. Tema juga dapat berupa gagasan,
fikiran atau persoalan utama yang mendasari sesebuah karya sastra dan
terungkap secara langsung (eksplisit) atau tidak langsung (implisit). Tema
dalam sebuah cerita tidak dapat dilihat sepenuhnya sehingga cerita itu selesai
dibaca.
Selain itu, tema dapat pula ditangkap melalui perwatakan tokoh dalam
sebuah cerita, peristiwa, kisah, suasana, dan unsur lain seperti nilai-nilai."b
kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita atau melalui
persoalan-persoalan yang disuguhkan dan kemudian mendapatkan pokok
persoalannya secara keseluruhan.
Tema tidak dapat dipisahkan dari permasalahan-permasalahan yang
dikemukakan dalam masalah kehidupan. Akan tetapi tema tidak sarna dengan
masalah. Tema adalah suatu (hal) yang berkaitan dengan pandangan,
pendapat, ataupun sikap pengarang (penyusun kisah) tentang suatu masalah,
sedangkan masalah adalah sesuatu hal yang harus diselesaikan. Sebuah tema
pada dasarnya merupakan abstraksi dari suatu masalah. Oleh karena itu, tema
sebuah karya sastra haruslah diabstraksikan dari masalah utama yang
diungkapkan pengarang (penyusun kisah) dalam karyanya.
Memahami tema sebuah cerita tidaklah mudah ditunjukkan, apalagi
tema sebuah kisah yang bersumber dari kitab suci. Memahami sebuah tema
kisah, apapun sumbernya haruslah dipahami dan ditafsirkan melalui data-data
atau unsur-unsur pembangun kisah yang lain seperti aim atau plot,
penokohan, dan seting. Dalam kenyataannya ada banyak makna yang
terkadung dalam sebuah cerita atau kisah. Dari sini harus ditentukan makna
kllUsus mana yang dapat dijadikan sebuah tema, atau jika berbagai makna
QA
o
tersebut dapat dijadikan tema, yang manakah dan bagaimanakah yang dapat
dianggap sebagai makna pokok sehingga dapat dijadikan sebagai tema pokok
(major).
Dalam kasus kisah Ibrahim a.s terdapat beberapa makna atau pesan yang
terkandung di dalamnya. Kesatu, keimanan akan keesaan mutlak Dzat
Pencipta yaitu Allah swt. serta agama yang !J.anif. Pada tema ini, Ibrahim a.S.
mempertanyakan manfaat patung bagi kehidupan manusia kepada bapaknya
dan pencarian Ibrahim a.s. akan hakikat Allah melalui penalaran premis dari
pengamatannya terhadap fenomena alam semesta. Di samping itu juga
peristiwa perdebatan antara Ibrahim a.s. dengan Namrud. Kedua, keteguhan
dan pengakuan Ibrahim a.s. akan keesaan Allah (tau!J.id) sebagai wujud
keimanannya kepada Allah swt. Ketiga, pengorbanan melaksanakan perintah
Allah untuk menyembelih puteranya, yang telah dinanti-nantinya selama ± 80
tahun. Keempat, kesabaran dan ketabahan Ismail as. menerima perintah Allah
swt. dalam melaksanakan penyembelihan atas dirinya serta kesabaran dan
ketabahan Hajar ketika mengasuh Ismail as. ketika masih bayi dan ditinggal
Ibrahim a.s. dan Kelima, perintah Allah swt. kepada Ibrahim a.s. dan Ismail
a.s. untuk membangun Kakbah sebagai rumah Allah swt., sekaligus sebagai
pusat peribadatan seluruh umat manusia.
Menilik kriteria bahwa makna utama atau tema pokok (major) bersifat
merasuki atau mempengaruhi keseluruhan cerita, maka harus ditentukan
makna manakah dari kelima tema di atas yang mempengaruhi keseluruhan
jalannya cerita. Perintah Allah swt. kepada Ibrahim a.s. untuk melaksanakan
"ritual" kurban menyembelih puteranya dan kepasrahan Ismail as. menerima
perintah tersebut, jelas bukan makna pokok, karena tidak mempengaruhi
keseluruhan jalannya cerita. Begitupun dengan pengabdian ayah dan anak
dalam membangun Kakbah. Sedangkan kesabaran serta ketabahan Hajar dan
Ismail a.s. menurut hemat penulis juga bukan makna pokok karena tidak
Q<
merasuki jalannya kisah Ibrahim a.s. Begitu pula dengan keteguhan dan
pengakuan Ibrahim a.s. akan keesaan Allah swt.
Maka yang paling mungkin dijadikan tema! makna pokok pada kasus
kisah Ibrahim a.s. adalah konsep keimanan tentang keesaan Allah swt.
(tauhid) berdasarkan ilmu dan bukan hanya berdasarkan taqlid. Karena hanya
tema inilah yang mempengaruhi tema-tema lainnya. Ajaran tauhid
membutuhkan keteguhan dan pengakuan yang tulus (b.anif) akan hakikat
Allah swt., tidak penuh dengan kepura-puraan. Pengorbanan menjalankan
perintah-perintahNya tidak cukup jika tidak didukung keluarganya yang sabar
dan tabah sebagaimana ditunjukkan Hajar dan Ismail a.s. Konsekuensi atas
seIuruh sikap tersebut di atas, maka diperlukan rumah Allah swt. sebagai
bentuk pengabdian kepada-Nya serta meninggalkan monument terpenting dan
terluhur bagi keturunan-keturunannya. Inilah inti dari agama yang b.anif.
Dalam beberapa ayat disebutkan frase
frase tersebut berdampingan dengan
Dengan adanya dua frase yang disebut secara berulang dan secara
berdampingan dan memiliki makna yang berlawanan maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa tema pokok dalam kisah Ibrahim ini adalah
keimanan yang sungguh-sungguh dan tidak mempersekutukan Allah swt.
dengan siapapun dan dengan apapun.
Disamping itu dapat pula dijabarkan bahwa frase
, ('I ~fso..Jb'.J "J-4 .....\ ...... J'J ...
dalam ayat ini dapat dikategorikan sebagai sebuah langue dalam tataran
semiotik yang dikemukakan oleh Saussure. Langue di sini merupakan
kumpulan kata atau elemen bentuk yang memiliki makna berdasarkan
konsensus. Dalam istilah bahasa Arab, kata millah selalu disandingkan khusus
dengan kata Ibrahim a.s. Konsensus atau konvensi yang melingkupi
pemaknaan kata millah ini sangat berkaitan dengan frase sesudahnya bahwa
setiap pengikut millah Ibrahim maka ia selalu menghindari hal-hal yang
merupakan tidakan mempersekutukan Allah dengan benda-benda ataupun
makhluk lain.
Hubungan semiotik yang terjadi dalam contoh ini adalah yang disebuto
dengan hubungan paradigmatik. Dikatakan demikian karena hubungan
paradigmatik merupakan hubungan makna dan perlambangan, hubungan
asosiatif, pertautan makna, antara unsur yang hadir dengan unsur yang tidak
hadir.4 Millah merupakan signifier yang mengacu pada signifie. Sifat implisit
yang terkandung di dalamnya adalah penghambaan diri kepada Allah swt.
yang menciptakan seluruh alamo Kaitannya dengan budaya pada waktu itu
adalah tradisi kaum Ibrahim a.s. yang secara turun temurun melakukan
penyembahan terhadap berhala ata~pun benda-benda langit. Millah
merupakan simbol tauhid yang diperkuat oleh kata selanjutnya yaitu !J.anif.
Kriteria lain yang dapat dijadikan acuan dalam membentuk atau
mengambil tema pokok adalah melalui beberapa pertanyaan seperti: Apa
permasalahan yang dihadapi? Bagaimanakah perwatakannya? Bagaimanakah
sikap dan pandangannya terhadap permasalahan itu? Apa dan bagaimana cara
yang dipikir, dirasa dan dilakukannya serta bagaimana keputusan yang
diambil?5 Jika menilik kriteria ini, maka akan menghasilkan kesimpulan yang
sama bahwa tema pokok dari kisah Ibrahim as. adalah kemurnian ajaran
Tauhid serta agama yang !J.anif.
Alquran memberikan gambaran perihal tema pokok kisah Ibrahim a.S. dengan
istilah ~C;~~ (kalimat tauhid). [Q.S. 43:28].
Menurut Al-Zujaj, ~c; 0 disini adalah tauhid (la ilaha ilia Allah)
4 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 475 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 85.
yang abadi pada anak keturunan Ibrahim a.s. yang tetap mengesakan Allah
swt.6 Maksudnya Ibrahim a.s. menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan
bagi keturunannya yang abadi hingga akhir zaman, dan kalau terdapat di
antara mereka yang mempersekutukan-Nya, mereka mau kembali kepada"tauhid itu.
~
Untuk menyebut agama Ibrahim a.s. digunakan kata ~ dan bukan~
menggunakan kata dfn. Kata~ , terambil dari kata yang berarti mengimla'-
kan, yakni membacakan kepada orang lain agar ditulis olehnya. Kata ini
seringkali dipersamakan dengan kata dfn! agama. Ini karena agama atau
millah adalah tuntunan-tuntunan yang disampaikan Allah swt., bagaikan
sesuatu yang di-imla 'kan dan ditulis, sehingga sama sepenuhnya dengan apa
yang disampaikan itu. Penggunaan kata millah selalu dikaitkan dengan nama
penganjumya, yang dalam ayat ini dikaitkan dengan Nabi Ibrahim as. Oi sisi
lain, biasanya kata millah tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan.,
keseluruhan ajaran agama, tidak dalam rinciannya, sedang kata dfn digunakan,
di samping untuk keseluruhan ajaranjuga dapat untuk rinciannya.
Ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. dipersamakan
dengan millah Ibrahim, karena prinsip-prinsip ajaran Islam sama dengan
prinsip-prinsip ajaran Nabi Ibrahim as., yaitu tauhid, kesesuaian dengan fitrah,
moderasi, penegakkan hak dan keadilan, keramahtamahan atau perdamaian
dan lain-lain.7
Jika dilihat, proses dakwah yang dilakukan oleh Muhammad saw.
tampak sebagai potret dari proses dakwah yang dilakukan oleh Ibrahim a.s.
Pada masanya, Ibrahim a.s. menghancurkan berhala, Muhammad juga
menghancurkan berhala-berhala yang diletakkan di sekitar kakbah. Ibrahim
a.S. membangun kakbah bersama putranya, Ismail a.s., pada masa Muhammad
saw. dilakukan peletakan hajar aswad yang merupakan bagian dari kakbah.
6 Ibnu Manzhilr, Lisdn al- 'Arab, Juz. 12, Beirut: Dar Ihya' AI-Turats Al- 'Arabi, h. 148.7 Quraish Shihab, Taftir al-Mishbah, Vol 4, Cet. III, Jakarta: Lentera Hati, 2005, h. 368
00
r----~'-, .., ., " -''''---------1l II I,
il r r i\ i, ~ JL __,_,_"_,_,,., ,_,, ~,.,, ,_'-_-'_
Ibrahim melakukan perenungan saat mencari hakikat Tuhan, demikian pula
Muhammad saw.melakukan perenungan di gua Hira' ketika hatinya mulai
gundah, hingga akhirnya Allah swt.mengutus Jibri! untuk menemuinya dan
menurunkan tirman Allah swt. yang pertama. Demikian pula Ibrahim a.s
merupakan satu-satunya nabi yang mohon untuk diberikan bukti bahwa Allah
swt . dapat menghidupkan sesuatu yang telah mati dan kemudian permohonan
itu dikabulkan, maka Muhammad saw. juga mengalami fase yang hampir
sarna dengan peristiwa yang dialami oleh Ibrahim a.s. Nabi Muhammad saw.
dapat melihat kehidupan setelah kematian ketika ia melakukan perjalanan
Isra' ketika akan menerima wahyu berupa perintah untuk mendirikan shalat.
Stanton mengemukakan sejumlah kriteri~ dalam penentuan atau
penafsiran tema pokok sebuah cerita atau kisah. 8 Kesatu, pertimbangan setiap
deti! cerita yang menonjol. Kriteria ini merupakan hal yang paling penting.
Hal ini disebabkan pada detil-detil cerita yang menonjol yang dapat
diidentitikasikan sebagai tokoh masalah atau pokok masalah. Kedua, dalam
menafsirkan sebuah tema, tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita.
Ketiga, penafsiran tema sebuah kisah, tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti
yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
cerita tersebut. Dan keempat, penafsiran sebuah tema dalam cerita haruslah
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang
disarankan atau diungkapkan dalam cerita. Dalam hal ini, maka bukti-bukti
tersebut harus mendasarkan diri pada Alquran sebagai sebuah sumber kisah
Ibrahim a.s.
Sedangkan beberapa tema minor sebagaimana telah diurai di atas yang
mengandung pesan-pesan moral adalah sebagai berikut.
a. Keteguhan (Istiqdmah) dan Pengakuan
Dalam mengajarkan dan menjalankan ajaran tauhid tentulah
membutuhkan keteguhan dan keyakinan, tidak mudah disogok atau
·8 Robert Stanton. An Introduction to Fiction, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1965, h. 22
•
diiming-imingi harta dan jabatan serta tidak takut akan ancaman yang
menghadangnya walau ancaman tersebut ditujukan bagi keselamatan
jiwanya. Nabi Ibrahim a.S. membuktikan keteguhannya ketika
mendapatkan ancaman akan dibakar tubuhnya hidup-hidup, sebagaimana
dikisahkan Alquran surahAl-Anbiyti' [QS 21: 51 -71].
Keyakinan Ibrahim a.s. kepada Allah swt. bukanlah untuk mencari
sensasi semata apalagi untuk mencari ketenaran supaya dikenal orang
banyak. Di masa sekarang, sudah umum orang menjadi terkenal diawali
dengan sensasi. Para politisi dan pemimpin negara sering melakukan
tindakan sensasi untuk menaikkan popularitasnya agar dipilih kembali
pada pemilihan umum berikutnya. Dalam istilah i1mu marketing dikenal
dengan model diffirensiasi sebagai suatu tindakan merancang
seperangkat perbedaan yang berarti dalam perusahaan, lebih jauh
diffirensiasi diartikan sebagai suatu taktik perusahaan melakukan
perbedaan yang khas untuk mendukung positioning-nya yang tidak
dimiliki perusahaan lain. Tetapi Ibrahim a.s. bukan tipe demikian,
mencari sensasi ataupun melakukan strategi difJerensiasi. Ibrahim a.s.
tulus mengakui keesaan Allah swt. dengan sepenuh hati. Pengakuannya
adalah monotheisme atau keesaan Allah swt., serta penolakan terhadap
segala macam dan bentuk kemusyrikan baik berupa patung-patung,
bintang, bulan dan matahari bahkan segala sesuatu selain dari Allah swt.
Pengakuan Ibrahim tersebut diungkapkan di dalam surah Al-An'tim [QS.
6: 79]
Menurut James, orang yang melakukan pengakuan, usailah
kepura-puraan dan datanglah kenyataan. Kebusukan pada dirinya sudah
dibuang, kalaupun ia belum benar-benar menyingkirkannya, setidaknya ia
tidak lagi melumuri diri dengannya, yaitu dengan memamerkan kebajikan
.,
o
secara munafik, paling tidak ia hidup berdasarkan kejujuran9• Lebih lanjut
ia mengemukakan bahwa dalam sebagian besar sejarah dan buku agama,
terdapat tiga hal menjadi unsur-unsur paling pokok. Ketiga hal ini adalah
pengakuan, pengorbanan dan doaJO• Ketiga unsur ini banyak mewamai
peristiwa kisah Ibrahim as. Bahkan jika ditelaah lebih jauh, ayat-ayat
yang terkait dengan Ibrahim as. banyak mengandung doa-doa beliau.
Hakikat doa juga merupakan satu bentuk pengakuan lain akan kelemahan
dan keterbatasan dirinya serta membutuhkan Satu Dzat yang dapat
mengatasi keterbatasannya tersebut. Di antara doa-doa dan permohonan
Ibrahim a.s. yang terdapat di dalam Alquran adalah sebagai berikut:
1. Permohonan agar keturunannya dijadikan imam bagi seluruh manusia.
Al-Baqarah [QS.2: 124]>
2. Doa agar menjadikan Mekah sebagai negeri yang aman sentosa Al-
Baqarah [QS.2: 126] dan Surah Ibrahim [QS. 14: 35] serta anak>
cucunya dijauhi dari perbuatan menyembah berhala, tetap mendirikan
shalat dan dilimpahkan rezki yang cukup. Surah Ibrahim [QS.l4: 350
38].
3. Doa mohon ampunan bagi kedua orang tua dan orang-orang mukmin.
Surah Ibrahim [QS. 14: 41]
4. Doa agar pengabdiannya membangun Kakbah diterima sebagai
amalannya. Al-Baqarah [QS.2: 127]
5. Doa agar keturunannya termasuk orang yang tunduk dan patuh kepada
Allah swt. Al-Baqarah [QS.2: 128 - 1.29]
6. Permohonan agar diperlihatkan proses kehidupan dari kematian. Al
Baqarah [QS. 2: 260]
7. Permohonan Ibrahim atas keselamatan ayahnya. Surah Maryam [QS.
19: 41 - 50].
•
9 William James, Peljumpaan Dengan Tuhan: Ragam Pengalaman Religius Manusia,peneljemah: Gunawan Admiranto, Bandung: Mizan, 2004, h. 595.
10 William James, Peljumpaan Dengan Tuhan: Ragam Pengalaman Religius Manusia, h. 594.
8. Doa diberikan hikmab, dimasukkan ke dalam golongan orang yang
shaleh dan orang-orang yang mempusakai surga yang penuh
kenikmatan, diberikan tutur kata yang baik dan tidak dihinakan pada
hari kemudian serta diampuni ayabnya. Al-Syu 'ara' [QS. 26: 83 - 89]
9. Permohonan agar dikaruniai anak yang termasuk orang-orang yang
shaleh. Al-Shaffdt [QS. 37: 100]"
1O.Doa mohon ampunan serta dijauhi dari sasaran fitnab bagi orang-orang
kafir. AI-Mumtab.anah[QS.60: 4 - 6]
Dalam perkembangannya, bentuk pengakuan menjadi sebuah
"ritual" yang dijalankan para penganut atau pemeluk agama. Bagi
agama Kristen, dikenal dengan pengakuan dosa, sedangkan dalam
agama Islam dikenal dengan ucapan pengakuan dua kalimah syahadat:
"aku bersaksi tiada Allah melainkan Allah swt., dan oku bersaksi
bahwa Muhammad saw. itu utusan-Nya" sebagai tanda bahwa
seseorang telah menyatakan dirinya sebagai pemeluk Islam. Dan bagi
agama Yahudi juga terdapat ungkapan pengakuan seperti halnya
syahadat dalam agama Islam, yaitu: "wahai bani Israel, Tuhan kita
Satu".
b. Pengorbanan
Kegiatan pengorbanan yang dipersembahkan kepada para dewa
dan Allah selalu dijumpai dalam peribadaban primitif. Akan tetapi, ketika
kultus-kultus ini semakin berkembang, persembahan-persembahan
dengan membakar dan darah digantikan dengan pengorbanan yang
bersifat lebih spiritual. Dalam Yahudi, Islam dan Budha, tidak terdapat
pengorbanan yang bersifat ritual.
Sebagaimana dijelaskan di atas, dalam mengajarkan ajaran tauhid
tidak hanya membutuhkan keteguhan sikap tapi juga sikap pengorbanan
sebagai bukti ketulusan sikap yang diambil. Sikap demikian dikisabkan
dalam pengorbanan Ibrahim a.s. akan anakn)fll yang belum dewasa ketika
diperintahkan Allah swt. untuk disembelih. Peristiwa ini dikisahkan
dalam Al-Shaffat [QS. 37: 100 - III]
Pengorbanan Ibrahim a.s. terjadi semata-mata karena kecintaannya
yang tulus kepada Allah swt. melebihi kecintaannya kepada Ismail a.s.,
puteranya yang telah dinanti-nanti (dicita-citakan) sangat lama. Alquran
menggambarkan bahwa Ibrahim a.s. menerima anugrah Allah berupa
anak ketika beliau dalam kondisi sudah tua, sebagaimana firman-Nya:
e~!ul~Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail a.s. dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Mahamendengar (memperkenankan) doa. [QS 14: 39]
Dirk menyatakan bahwa usia Nabi Ibrahim a.s. ketika memperoleh
anak pertama (Ismail a.s.) berusia 86 tahun. 11 Apabila Ibrahim a.s. bukan
orang yang mencintai Allah swt. dengan tulus tentu ia tidak akan mau
mengorbankan apa yang telah dicita-citakan sejak lama.
Peristiwa pengorbanan Ibrahim a.s. dan kepasrahan Ismail a.s.
sebagai tonggak pengorbanan yang mengutamakan spiritual daripada
ritual. Melalui Ibrahim a.s., secara amaliah dan tersirat pesan-pesan
tersebut disampaikan, bukan karena manusia atau benda lainnya terlalu
tinggi nilainya sehingga tak wajar untuk dikorbankan atau berkorban, tapi
karena sifat Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puteranya Ismail diperintahkan Allah swt. untuk dikorbankan, sebagai
pertanda bahwa apa pun bila panggilan telah tiba wajar untuk
dikorbankan karena Allah swt. Setelah perintah tersebut dilaksanakan
sepenuh hati oleh ayah dan anak, Allah swt. dengan kekuasaan-Nya
II Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, penerjemah, Satrio Wahono Jakarta: Serambi,2004,h.122
menghalangi penyembelihan tersebut dan menggantikannya dengan
seekor domba sebagai pertanda bahwa hanya karena kasih sayang-Nya
pula pada manusia, maka praktek pengorbanan semacam itu pun tak
diperkenankan. 12
Islam melalui Ibrahim a.s. menggantikan semua pengorbanan
mubazir itu dengan pengorbanan hati dan penyangkalan batin terhadap
nafsu diri. Setiap amal perbuatan yang dilakukan manusia untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. adalah pengorbanan. Shalat adalah
pengorbanan harian setiap muslim. Dalam Nahj al-Baldghah, Amirul
Mukminin Ali ibn Abi Thalib berkata: "Zakat dijadikan, seperti halnya
shalat, sebagai (bentuk) pengorbanan".
C. Kesabaran dan Ketabahan Hajar serta Ismail a.s.
Satu aspek lain dari kisah Ibrahim a.s. yang ditonjolkan secara
khusus oleh Allah swt. di dalam Alquran merupakan asal dari satu ritual
yang khas dalam Islam yaitu ibadah qurban. Diriwayatkan bahwa Ibrahim
a.s. bermimpi (mimpinya seorang nabi merupakan wahyu) bahwa Allah
swt. memerintahkan mengurbankan puteranya Ismail a.s. 13 Perintah
tersebut datang justru ketika Ibrahim a.s. baru bertemu dengan putera
kesayangannya dan telah lama berpisah selama II sampai 12 tahun.
Dikisahkan, setelah menerima wahyu yang aneh, menakutkan,
menyakitkan ini, Ibrahim a.s. menemui Ismail a.s. dan mengatakan
kepada puteranya apa yang dilihatnya dalam mimpi, dan ia menanyakan
pendapat serta jawaban dari Ismail a.s. mengenai mimpinya tersebut.
Namun di luar dugaan, Ismail a.s. tidak meragukan "wahyu" Allah swt.
tersebut. Ismail a.s. "siap untuk menderita dan bersabar" serta bersedia •
untuk menjalankan "ketabahan dan kepatuhan kepada Allah swt".
12 Quraish Shihab, Wmvasan A/quran, Bandung: Mizan, 1996, h. 75.13 Bagi agama Yahudi dan Nasrani, putera yang dimaksud adalah Ishaq, sedangkan dalam Alquran
Terjemah terbitan Departemen Agama Ri ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan anak yang sabaradalah Ismail
OA•
•
Jawaban atau pendapat Ismail as. menunjukkan kepa,Allah total pada
Allah swt. dan Ismail a.S. meminta ayahnya agar melaksanakan perintah
yang diterimanya tersebut. Riwayat lain menyebutkan, Ismail a.s.
khawatir ketika pelaksanaan proses pengurbanan dirinya ia akan melawan
dan memberontak, maka ia memohon kepada ayahnya untuk mengikat
kedua tangan dan kakinya. Hal itu dilakukan Ismail a.s. karena ia
khawatir akan menyakiti ayahnya yang sudah tua dan baik hati. 14 AI
Shaffiit [QS. 37: 100 - 109]
d. Membangun Rumah Allah atau Tempat Peribadatan (bentuk ketundukan
dan kepaAllah)
Implikasi dari ajaran tauhid adalah menjalankan perintahNya dan
menjauhi larangan-Nya membutuhkan perilaku yang tawakkal dan patuh>
kepada Dzat yang Maha Kuasa, perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-
hari dijalankan melalui shalat (ruku' dan sujud), i'tikaf, dan thawaf, hal
ini tergambarkan dari sikap Nabi Ibrahim a.S. sebagaimana firman-Nya
dalam AI-Baqarah [QS. 2: 124 - 126] dan AI-Hajj [QS.22: 26]
Pelaksanaan shalat (ruku' dan sujud), i'tikaf, dan thawaf adalah
sebagai bentuk peribadatan (ketundukan dan kepatuhan) Ibrahim a.s.
kepada Allah swt. Keteladanan dalam kepaAllah tersebut, setiap tahun
ummat Islam memperingatinya antara lain diwujudkan dalam bentuk
ibadah haji dengan berkunjung ke Mekah, karena beliaulah bersama
putranya Ismail a.s. yang membangun (kembali) fondasi-fondasi Kakbah
sebagai tempat beribadah al-Baqarah [QS. 2: 127].
14 Kamal al-Sayyid, Kisah-kisah TerbaikAlquran, penerjemah, Selma Anis, Jakarta: PustakaZahra, 2004, h. 75
2. Penokohan
Pembicaraan mengenai alur pada, dasarnya adalah pembicaraan
mengenai rangkaian peristiwa dan kejadian dalam sebuah karya sastra.
Peristiwa itu terjadi karena tindakan dan perbuatan manusia yang menjadi
tokoh cerita dalam lingkungannya. Karakter (watak) dari sang tokoh
sesungguhnya merupakan penentu bagi peristiwa dan kejadian. Sebaliknya,
peristiwa merupakan ilustrasi atau pencerminan karakter tokoh. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa tokoh dan penokohan merupakan faktor penting
yang harus ada dalam cerita sebab ~egenap peristiwa terjadi karena aksi/
tindakan para tokoh cerita itu. Peristiwa Ibrahim a.s. di dalam Alquran tidak
dapat dipisahkan dan dilepaskan dad tokoh yang menyebabkan terjadinya
peristiwa tersebut.
Istilah "tokoh" sendiri menunjuk pada orang atau pelaku di dalam cerita.
Penunjukkan orang dimaksud:' misalnya dapat dilakukan dengan sejumlah
pertanyaan: "Siapakah tokoh (orang) yang terlibat dalam cerita tersebut?",
"Ada berapa orang?". Menurut Jones, penokohan berarti pelukisan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang dimunculkan dalam sebuah ceritalS• Dalam
pengertian lain, orang-orang yang ditampilkan tersebut oleh pembaca
(penulis) ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam perkataan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan l6• Jadi, kualitas pribadi tokoh sangat berkaitan erat dengan
penerimaan dan persepsi pembaca (penulis).
Dalam sebuah karya sastra, tokoh cerita merupakan tokoh rekaan dari
pengarang. Namun, tokoh dalam cerita haruslah tokoh yang hidup secara
wajar seperti manusia pada umumnya yang memiliki adat kebiasaan, sikap,
dan perasaan. Tokoh cerita ini menempati posisi yang strategis sebagai
15 Edward H. Jones, Outlines 0/ Literature: Short Stories, Novels, and Poems, New York: TheMacmillan Company, 1968, h.33
16 M.H. Abrams, A Glossmy a/Literary Terms, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1981, h.20.
penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang akan disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca.
Seorang "tokoh" tidak dapat dilepaskan dari watak atau karakter yang
menunjuk pada suatu sikap dan sifat dari para tokoh yang menampilkan
kualitas pribadinya yang ditafsirkan oleh para pembaca. Dalam kasus kisah
Ibrahim a.s., penafsiran tokoh tentu saja dilakukan oleh penulis. Penggunaan
istilah "watak" atau "karakter" mengacu pada dua pengertian yaitu pertama,
sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan kedua, sebagai sikap,.,ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-
tokoh tersebut17• Karakter dapat berarti "pelaku cerita" atau "perwatakan".
Dalam kasus penafsiran atas novel-novel atau karya sastra lainnya,
pengenalan atau pengidentifikasian terhadap tokoh tidak mudah dilakukan
atau tidak sekaligus hadir di hadapan pembaca, melainkan sedikit demi sedikit
sejalan dengan perkembangan cerita dan kompleksitas pribadi dan karakter
toR'oh. Namun, dalam kasus kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran, tidaklah
mengalami kesukaran, hal ini disebabkan Ibrahim a.s. merupakan seorang
Nabi sekaligus tokoh yang diakui sebagai pendiri tiga agama samawi yang di
dalam kitab suci mereka masing-masing disebut atau ditampilkan tokoh ini.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana persepsi penulis terhadap tokoh
Ibrahim a.s. berdasarkan sumber kitab suci Alquran yang tentu saja pada
akhimya akan berbeda dengan penerimaan atau persepsi kedua agama lain
terhadap tokoh ini.
Khusus dalam kisah Alquran, tokoh yang menjadi pelaku dari
serangkaian peristiwa tidaklah harus seorang manusia. Namun, tokoh yang
memainkan peranan dalam kisah-kisah Alquran dapat berupa sem'ang
manusia, binatang, dan makhluk ghaib.
J7 Robert Stanton, An Introduction to Fiction, h. 17
Q7
Ada tiga prinsip pengidentifikasian seorang tokoh dalam sebuah cerita
termasuk kisah yang bersumber dari kitab suci 18, yaitu:
1) Prinsip Pengulangan
Prinsip ini menggambarkan bahwa sifat atau karakter tokoh diulang-ulang
dalam sebuah cerita untuk menekankan atau mengintensifkan sifat yang
menonjol tersebut sehingga pembaca memahaminya dengan jelas. Alquran
menceritakan secara berulang tentang sifat Ibrahim a.s. yang f1anif
sebanyak 7 kali, yaitu pada Surah Al-Baqarah [QS.2: 135], Ali Imran
[QS.3: 67 dan 95], Al-Nisd' [QS.4: 125], Al-An'dm [QS.6: 161], serta
Surah AI-Naf11 [QS. 16: 120 dan 123].
Kata f1anif biasa diartikan lurus atau cenderung pada sesuatu. Kata ini
pada mulanya digunakan untuk menggambarkan telapak kaki dan
pasangannya yang kiri condong ke arah kanan dan yang kanan condong ke
arah kiri. Ini menjadikan manusia dapat berjalan dengan lurus. Dalam
beberapa ayat di atas, yang dimaksud dengan f1anifsebagai millah Ibrahimo
a.s. memiliki makna bahwa agama Ibrahim tidak memihak pada ajaran
Yahudi maupun ajaran Nasrani.
2) Prinsip Pengumpulan
Prinsip ini dilakukan dengan cara mengungkapkan seluruh kedirian
tokoh sedikit demi sedikit dalam seluruh rangkaian cerita. Pada prinsip ini
dapat dilakukan juga dengan mengumpulkan data-data kedirian tokoh
yang tercecer di seluruh cerita tersebut, sehingga akhirnya diperoleh eata
yang lengkap. Pengumpulan data ini menjadi penting karena, karena data
data kedirian yang diperoleh dapat'dikumpulkan dan digabungkan
sehingga bersifat saling melengkapi dan menghasilkan suatu gambaran
yang padu tentang kedirian tokoh dimaksud.
Hubungan paradigmatik dari teori Saussure dapat terlihat dalam
hubungan antara tokoh utama dalam kisah Ibrahim a.s. ini. Dari data yang
18 Burhan Nurgiyantoro, Teori Penglwjian Fiksi, h. 212 - 214
91l
dikumpulkan dalam Alquran, penulis mengidentifikasi beberapa tokoh
yang memainkan peran dalam serangkaian kisah yaitu Sarah, Hajar,
Ismail a.s., Ishaq a.s., Luth a.s.
Selain tokoh utama dan tokoh pendukung tokoh utama, dalam kisah
Ibrahim a.s daat disebutkan satu kelompok tokoh yang merupakan tokoh
penentang dari dakwah yang dilakukan Ibrahim a.s. Tokoh-tokoh tersebut
adalah Ayah Ibrahim a.s., kaumnya, serta Namrud sang raja pada
masanya. Ketiga tokoh ini memiliki sifat yang berlawanan dengan sifat
Ibrahim a.S. dan tokoh-tokoh pendukungnya. Mereka meiliki karakter
sebagai pembangkang dan tidak mempercayai pembaharuan yang
ditemukan oleh Ibrahim a.s. Mereka adalah penganut setia tradisi yang
tidak berdasarkan akal pemikiran sehingga apa yang mereka lakukan
terutama dalam sembahan dan peribadatan mereka dapat disebut sebagai
sebuah tindakan bodoh.
Tohoh utama (Ibrahim a.s.) mengajak ketiga tokoh penentang
(ayahnya, kaumnya, serta rajanya) untuk berpikir bahwa apa yang mereka
lakukan selama ini adalah tidak benar sebab bagaimana mungkin berhala
yang mereka ciptakan dengan tangan dan sesuai dengan kemauan mereka
justru mereka jadikan sembahan (sesuatu yang lebih mulia) mereka.
Padahal kalau mereka mau berpikir, berhala tersebut tidakl dapat dapat
mendengar, melihat, apalagi memberikan kemanfaatan bagi mereka.
Berhala itu ada karena dibuat oleh mereka sendiri.
Tokoh utama dalam sebuah cerita menumt Abrams, adalah orang
atau tokoh yang ditampilkan dalam suatu karya qaratif atau drama yang
oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan perilakunya.19
Karakter atau perwatakan tokoh utama mengarah kepada sikap,
19 Abrams, M.H., A Glossary ofLitermy Terms, h. 20.
00
ketertarikan, dan prmslp moral yang melekat pada sang tokoh.2°
Perwatakan yang melekat pada Ibrahim a.s. diantaranya adalah shiddiq
(benar dan membenarkan), !J.anif,fathanah (cerdas), istiqdmah (konsisten
atau teguh pendirian), tabligh (ko~unikatif), tenang, toleran, dan santun,
serta reformis.
Pengelompokan sifat-sifat atau perwatakan dari tokoh utama ini
tidak hadir dalam teks. Perwatakan ini hadir berdasarkan analisis
paradigmatik atau upaya menelaah unsur-unsur yang tidak hadir dalam
teks karena adanya hubungan makna dengan simbol. Dasar analisisnya
adalah makna konotasi karena unsur-unsur cerita berupa tanda berasosiasi
dengan pikiran pembaca. Tanda-tanda itu berupa niIai-niIai yang
mempunyai sifat implisit sebagai pesan dari kebudayaan.
Beberapa penjelasan dari karakter atau perwatakan tokoh utama
dalam kisah Ibrahim a.s., dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Shiddiq
Menurut aI-Laits dalam Lisdn ai- 'Arab disebutkan:
J:\.... ) .~ ~ ~~ ~ ..J,.~ :I .illl J'i~ J:\.... 0" J5'.~:\.... ~ rL )~ .illl~~I
Makna ~:\.... adalah orang yang membenarkan segala yang
diperintahkan Allah swt. dengan penuh keyakinan tanpa ada sedikitpun
perasaan bimbang dan ragu-ragu.21
Sebagaimana para nabi dan rasuI, salah satu wataknya adalah
memiliki sifat shiddiq, yaitu selalu membenarkan wahyu Allah swt.
20 Islilah tokoh merujuk pada orangnya apabila tokoh itu seorang manuasia atau pelaku cerita jikapelakunya selain manusia. Penokohan atau dapat disebut sebagai karakter atau perwatakan, menunjukpada sifat dan sikap para tokoh sebagaimana yang ditafsirkan oleh pembaca. Dapat dikatakan karaktertidak hadlr sebagai petanda berupa bahasa atau kalimat, melalnkan la hadir sebagal sebuah prosespemaknaan oleh pembaca. Perwatakan adalah peluklsan atau penggambaran yang jelas dari seorangyang ditampilkan dalam sebuah cerita.(Edward H. Jones, Outlines ofLiterature: Short Stories. Novels,and Poems, New York: The Macmillan Company, 1968, h. 33)
21 Ibnu Manzhfir, Lisdn al- 'Arab, Beirut: Dar Ihya' AI-Turats AI·'Arabi, Juz 7, h. 308
100
dan selalu yakin bahwa segala sesuatu yang berasal dari Allah swt.
adalah benar. Surah Maryam [Q.S. 19: 41).
b. Hanif
Makna hanif sebagaimana disebutkan dalam Lisdn al- 'Arab
memiliki pengertian
Orang Islam yang selalu condong pada agamanya atau selalu
condongpada kebenaran
Menurut Abu Zaid:
r)- ,\1 ~. J.,-J-I (orang yang lurus, teguh pendirian) yang
disebutkan dalam ungkapannya:
'-7.~-'''' ,~ JP 'i 'cY.» W!~~ wi~Abu Ubadah menyebutkan berdasarkan firman Allah swt.:
•Li...c,.. I I J..L. 1, I.• r-:"" .f., if. <f
Dari ayat tersebut disimpulkan
~* r-:""IA 0!~ ~ wt) ..:r'setiap orang yang mengikuti agama Ibrahim maka dia disebut !J.anif.
Karakter dari Ibrahim a.s. adalah !J.anif, yaitu sebagaimana !J.anif
pengertian di atas, seorang yang lurus dan selalu berpegang kepada
kebenaran selia tidak pernah meninggalkannya.22 Terdapat beberapa
ayat yang menjelaskan karakter !J.anif. Di antaranya AI·Na!J.1 [QS.16:
120], Al-An'dm [QS. 6: 161], AI·Nisd' [QS. 4: 125]
c. Fathanah (Cerdas dan Kritis)
Salah satu keutamaan para nabi dan rasul adalah kecerdasannya..
Di dalam berdakwah dan menyampaikan pesan-pesan Allah
22 Lihal Alquran Terjemah terhitan Departemen Agama Rl
,,) 1
dibutuhkan kemampuan menangkap pesan tersebut dan mengolahnya
menjadi sumber informasi yang mudah diterima ummatnya. Pesan
pesan Allah tidak akan sampai kepada ummatnya, manakala para nabi
dan rasul tidak memiliki kecerdasan mengolah wahyu Allah menjadi
bahasa yang diterima masyarakat. Ibrahim a.s. membuktikan
kecerdasannya ketika menyimpulkan bahwa setiap benda yang timbul
dan tenggelam atau hidup dan mati bukanlah Allah, seperti premis di
bawah ini:
Allah itu hidup (timbul), dan Allah itu tidak mati (tidaktenggelam)Matahari itu timbul, dan matahari tenggelamMaka, matahari bukan AllahBulan itu timbul, dan bulan tenggelamMaka, bulan bukan AllahBintang itu timbul, dan bintang tenggelamMaka bintang bukan Allah
Di dalam menarik kesimpulan premis di atas tentulah
membutuhkan kecerdasan, apalagi menyangkut hakikat dan
keberadaan Allah swt. Penalaran Ibrahim a.s. tersebut tertulis dalam
AI-An 'am [QS. 6: 74 - 79]. Kecerdasan dam kekritisan Ibrahim a.s.
ditunjukkan pula dalam Alquran ketika berdebat dengan Namrud akan
hakikat kekuasaan Allah, sebagaimanaAI-BaqarahJQS. 2: 258].
d. Istiqdmah (Teguh pendirian)
Nabi Ibrahim a.s. juga memiliki sikap yang teguh, tidak plin-plan
atau gampang terombang-ambing dengan bujukan dan rayuan serta
ancaman. Sikap demikian tentu saja dibutuhkan seorang nabi dan rasul
ketika menyampaikan risalah-Nya yang mengandung kebenaran
hakiki. Kebenaran tidak akan sampai kepada ummatnya, jika Ibrahim
a.s. plin-plan karena ummat akan menjadi ragu.
Keteguhan Ibrahim a.s. dikisahkan di dalam Al-Anbiyd' [QS.2I:
66-69] ketika memperoleh ancaman dibakar hidup-hidup oleh Namrud
In?
dan para pengikutnya.
e. Tabligh (Komunikatif)
Nabi Ibrahim a.s. termasuk seorang nabi yang komunikatif,
artinya beliau mampu menggunakan bahasa sesuai dengan tempat dan
lawan bicaranya. Ketika berhadapan dengan Namrud dan para
pengikutnya, ia menggunakan bahasa yang tegas, namun ketika
berbicara dengan anaknya Ismail a.s., ia menggunakan bahasa yang
lembut dan penuh kasih sayang. Sebagaimana dalam surah Al-Anbiyii',
[QS. 21: 66-69] ketika Ibrahim a.s. memperoleh ancaman akan
dibakar hidup-hidup oleh Namrud dan para pengikutnya.
> Contoh lain dari gaya komunikasi Ibrahim a.s., adalah ketika ia
menyeru kepada ayahnya untuk meninggalkan penyembahan kepada
berhala. Konflik ideologi yang sangat mendasar antara Ibrahim a.s. dan
ayahnya dikemukakan dengan lembut , penuh sopan santun, dan penuh
kasih sayang. Sebagaimana diungkapkan dalam Alquran surah
Maryam [QS.l9:42-45].
Perkataan Ibrahim dalam ayat tersebut sangatlah santun, kata,yang digunakan adalah ~tr,; yang diulang-ulang sampai empat kali.
Hal ini menunjukkan suasana kasih sayang (rasa kecintaan) yang
tidak dimiliki oleh kata "YaAbiy'yu" meskipun secara linguistik arti
dasamya sama.23
" Di satu sisi ungkapan kata tersebut menunjukkan k01embutan
hati Ibrahim a.s. sekaligus kesopanan Ibrahim a.s. dalam
menyampaikan pesan dakwahnya. Dapat dikatakan bahwa metode
dakwah Ibrahim a.s. adalah sesuai dengan apa yang difirmankan oleh
Allah swt. bahwa untuk menyiarkan dakwah hendaknya dengan kata-
23 Ami! Badi' Ya'kub, Mausli 'ah al-Nalnvi wa al-Shmji wa al-I'rab, Beirut: Dar al- '11m Ii alMaliiyin, 1988, h. 15
Q
kata yang baik dan jika harns berdebat hendaknya dilakukan dengan
etika dan tatakram
f. Tenang, toleran, dan santun
Seperti yang diungkapkan dalam surah HUd [Q.S. I I: 75]
bahwasannya Ibrahim a.s. memiliki sikap yang santun dan berserah
diri kepada Allah swt. Ketenangan dirinya dalam menghadapi segala
seusuatu, digambarkan dalam Alquran ketika Ibrahim a.s. berada pada
proses pencarian hakikat Tuhan. Ia lama merenung dan pada akhimya
setelah berdebat dengan logika pemikirannya, ia mengambil sebuah
kesimpulan bahwa ia harns beriman kepada Sang Pencipta langit bumi
serta seisinya.
Setelah yakin akan hakikat Tuhan yang dicarinya, Ibrahim
kembali kepada kaumnya dan kepada ayahnya. Namun, sang ayah
menolak dengan kasar apa yang disampaikan oleh Ibrahim a.s. Ia tidak
membalas penolakan ayahnya dengan kebencian tetapi dengan sikap
yang santun. Ia melakukan tidakan menghancurkan berhala-berhala
sembahan kaumnya dan meninggalkan berhala yang paling besar
dengan tujuan agar kaumnya berpikir dengan logis apakah mungkin
sebuah berhala memberikan kesaksian tentang siapa yang
menghancurkan berhala-berhala di sekitarnya.
Cara yang diambil Ibrahim a.s ketika melakukan penghancuran
berhala adalah upaya Ibrahim untuk berdialog dengan kaumnya agar
mau berpikir dengan logis tentang eksistensi tuhan mereka. Apakah
mungkin sebuah kekuatan yang Maha Agung dapat mereka ciptakan
sendiri? Itu berarti kekuatan benda yang diciptakan mereka berada
pada level di bawah kekuatan mereka dan tidak mungkin hakikat
Tuhan berada di bawah kuasa manusia.24
24 Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann ai- Qashashifi al-Qur'dn ai-Karim, h. 116
1 ()A
Selain itu, ketika Ibrahim a.s. bergembira dengan tumbuh
kernbang Ismail, ia bermimpi diperintah Allah swt. untuk membunuh
anaknya dengan cara menyembelihnya. Dalam situasi seperti inipun,
keimanan Ibrahim tak tergoyahkan. Ia tetap melaksanakan apa yang
dimimpikannya tersebut dengan penuh keyakinan.25
g. Reformis (Pembaharu)
Nabi Ibrahim a.s. termasuk seorang nabi yang refonnis, beliau
tidak mau mengikuti ajaran-ajaran nenek moyangnya yang sesat.
Tingkah laku kesesatan masyarakatnya yang tidak mendatangkan
manfaat harus ditinggalkan dan ditolak, serta dirubah kepada perilaku
yang menimbulkan manfaat serta berada pada cahaya iman. Salah satu
sikap Ibrahim a.s. yang reformis ditunjukkan di dalam Alquran surah
Al-Anbiya' [QS 21: 51- 54].
3) Prinsip Kemiripan dan Pertentangan
Prinsip ini dilakukan dengan cara mempergunakan prinsip
kemiripan dan pertentangan dilakukan dengan memperbandingkan antara
seorang tokoh dengan tokoh lain dari cerita yang ditampilkan.
Perbandingan dan pertentangan antar tokoh tidak harus berada dalam
pengertian yang ekstrem, hitam-putih, negatif-positif, melainkan lebih
merupakan mempertunjukkan kadar, gradasi dan intensitas tokoh satu
lebih dalam hal sifat tertentu dibandingkan dengan tokoh lain. Alquran
juga menunjukkan kemiripan dan pertentangan antar tokoh dalam kisah
Ibrahim a.s., misalnya keinginan yang sarna dalam ketundukkan antara
Ibrahim a.s. dengan Ismail a.s. kepada Allah swt., seperti Surah Al
Baqarah [QS 2: 128]. Kemiripan yang sarna dalam berserah did
menerima perintah Allah swt. sebagaimana ditunjukkan oleh Alquran
dalam peristiwa pengurbanan Ismail a.s. Al-Shaffat [QS 37: 83 - 113]
25 Sayyid Quthb, AI-Tashwiral-Fannifi al-Qur'dn, h. 135
It,,,
3. Alur atau plot
Alur atau plot menurut merupakan unsur sebuah cerita yang penting
karena cerita adalah pengisahan peristiwa demi peristiwa yang tersusun
sedemikian rupa berdasarkan urutan waktu. Secara sepintas, perbedaan antara
batasan cerita dan alur agak kabur dan sedikit tersamar. Pengertian alur atau
plot juga memiliki batasan sebagai sebuah penekanan bahwa cerita tidak
hanya tersusun dari rentetan peristiwa tetapi terletak pada hubungan
kausalitas. Hubungan kausalitas tersebut tidak hanya dinyatakan dengan
sangat eksplisit, tetapi juga mengandung suatu misteri, yaitu suatu bentuk
pemyataan yang dapat dikembangkan
Salah satu elemen terpenting dalam membentuk sebuah karya sastra.J
adalah plot atau cerita. Dalam pengertiannya y!$IIg paling umum, plot atau alur
sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam
cerita. Oleh karena itu, cerita merupakan sederetan kisah dan peristiwa yang
tidak harus berhubungan dan belum tentu pula berkaitan satu sarna lainnya.
AIur sebenamya merupakan salah satu aspek intelektual dan logika
dalam cerita rekaan, yang juga memerlukan misteri, yang membuat
pembacanya mungkin meraba-raba dalam dunia yang tidak nyata. Alur adalah
jalan cerita dalam sebuah cerpen dengan pengertian bagaimana cara
pengarang menyuguhkan cerpennya kepada pembaca, bagaimana suatu cerita
dirangkaikan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain dalam
hubungan kausalitas. 26
Menurut Abrams, pengertian alur adalah struktur peristiwa-peristiwa.
Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting
menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Hubungan sebab-akibat dalam alur
selalu menuntut kemampuan daya ingat dan kecerdasan berpikir pembaca agar
dapat memahami sebuah cerita rekaan. Pengurutan dan penyajian berbagai
26 Burhan Nurgiyantoro, Teari Pengkajian Fi/(si, h. 113
lOt;
peristiwa tersebut dimaksudkan untuk mencapai efek emosional dan efek
artistik tertentu.27
Secara teoritis, plot dapat diklasifikasikan dalam tiga urutan pokok yaitu
plot awal, tengah, dan akhir. Tahapan plot ini saling berkaitan membentuk
sebuah kepaduan cerita terlepas dari mana letak masing-masing tahapan
dalam urutan sintagmatik. Tahap awal cerita umumnya akan membawa para
pembaca dari proses pengenalan seting menuju tanda-tanda munculnya
konflik. Tahap tengah menggambarkan tahapan konflik yang mulai
meningkat, hubungan antar konflik yang mengarah pada suatu klimaks yang
merupakan inti cerita. Tahap akhir mengurakan tahapan klimaks yang terdiri
dari beberapa konflik menuju sebuah penyelesaian. Namun, pada praktiknya
dalam langkah operasional, seorang pengarang sering tidak tunduk pada teori
itU?8o
Jika dilihat dari urutan waktu atau kronologis cerita, plot dapat
dibedakan dalam dua kategori, yaitu kronologis dan tidak kronologis. Urutan
waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya. Plot kronologis disebut juga plot lurus, maju,
atau plet progresif, sedangkan plot tidak kronologis adalah plot sorot balik,
mundur,flash-back, atau sering disebut sebagai plot regresif?9
Plot cerita dalam kisah Ibrahim a.s. disusun dengan pola maju-mundur,
kad angkala melompat ke depan, atau kadangkala melompat mundur ke
belakang atau flash back. Model alur kisah Yusuf a.S. berbeda dengan kisah
Ibrahim a.s., kisah peristiwa Nabi Ylisuf a.s. berurutan secara kronologis dan
berkembang dimulai dengan peningkatan usia Nabi Yusuf. Peristiwa
peristiwa pada masa Nabi Yusuf masih kecil diceritakan lebih dahlllu, diikuti
dengan peristiwa ketika beliau menjadi pemllda dan dewasa, kemlldian
akhirnya peristiwa ketika bel iau diangkat menjadi menteri perbendaharaan
27 Abrams, M.H., A Glossary ofLiterary Terms, h. 13728 Burhan Nurgiyanloro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 14929 Burhan Nurgiyanloro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 153
111'7
Mesir. Plot cerita pada kisah nabi Ibrahim a.s. menggunakan teknik.flash back
ataupun .flash forward ataupun parallel, tidak berdasarkan urutan waktu.
Penyajiannya dalam Alquran tidak daIam satu kesatuan surah sebagaimana
kisah Yusuf a.s. melainkan menyebar dalam episode-episode tertentu pada"
beberapa surah Alquran yang berlainan.
Kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran tidak dipaparkan dari awal kisah,
melainkan dipaparkan dari beberapa episode yang berbeda. Yaitu episode
keimanannya atau proses Ibrahim a.S. mencari hakikat Tuhan, dialog Ibrahim
dengan ayah dan kaumnya, penghancuran yang dilakukan Ibrahim a.s.
terhadap berhala-berhala serta Ibrahim a.s. menjauhi ayah dan kaumnya. Juga
episode tentang anugrah dari Allah swt. dua orang anak yaitu Ismail dan
Ishaq, mimpi Ibrahim a.s. yang diperintahkan untuk menyembelih anaknya
dan episode penebusan anaknya tersebut. Episode pembangunan kakbah dan
panggilan Ibrahim a.s. kepada seluruh manusia untuk melaksanakan ibadah
haji. Episode tentang permintaaannya kepada Allah swt. akan bukti bahwa
orang yang sudah mati dapat hidup kembali, bukan agar dia percaya, sebab
dia sudah percaya, akan tetapi tujuannya agar dia mendapatkan ketenangan
hatinya. Episode ini dijeIaskan dengan peristiwa kebangkitan empat ekor
burung yang telah dimutilasi dan dipisahkan masing-masing bagiannya di
atas bukit yang berlainan.30 Al-Baqarah [Q.S. 2: 260].
Secara terperinci, Dirk mengurutkan kisah Ibrahim a.s. dalam episode-.,
episode sebagai berikut:
1. Kelahiran Nabi Ibrahim a.s. dan masa remajanya (tidak diceritakan di
dalam Alquran kapan dan dimana);
2. Ibrahim a.s. mengamati aIam untuk sampai pada penemuan hakikat
"Allah";
3. Ibrahim a.s. menghancurkan berhala;
30 Sayyid Quthb, AI-Taslnvir al-Fannifi AI-Qur'dn, h.135
,)
4. Ibrahim a.s. mengajak kll,umnya menyembah Allah swt. dan beragama
yang fJ.anifserta diadili oleh Namrud;
5. Keyakinan Luth dan Pernikahan Ibrahim a.s. dengan Sarah;
6. Ibrahim a.s. meninggalkan kampungnya;
7. Ibrahim a.s. di Mesir;
8. Ibrahim a.s. menikahi Rajar;
9. Rajar melahirkan Ismail a.s.;
10. Ibrahim a.s. pergi dari Palestina ke Jazirah Arab dan meninggalkan RajaI';
I I. Kabar tentang Luth, Sarah, dan kelahiran Ishaq;
12. Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. dikhitan;
13. Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. membangun Kakbah;
14. Ibrahim a.s. meninggalkan RajaI' dan Ismail a.s.;
15. Ismail a.S. beranjak remaja dan Ismail a.s. dikorbankan;
16. Ibrahim a.s. wafat (sebagaimana kelahirannya, Alquran tidak
menceritakan kapan dan dimana) 31
Urutan-urutan peristiwa tersebut di atas, di dalam Alquran tidak
dikisahkan secal'a berurutan dimulai dari lahir hingga wafatnya Ibrahim a.s.
4. Seting
Dalam karya sastra, seting merupakan satu elemen pembentuk cerita
yang sangat penting, karena elemen tersebut dapat menentukan situasi umum
sebuah karya. Seting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang
tergambar dalam cerita, kelleradaan elemen seting hakikatnya tidaklah hanya
sekedar menyatakan dimana, kapan dan bagaimana situasi peristiwa
berlangsung melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, atau
perwatakan tokoh, dan perilaku masyarakat serta tokoh yang bersangkutan.
JI Urutan-urutan peristiwa yang menyangkut Ibrahim a.S dalam Jerald F. Dirk, Ibrahim SangSahabat Tuhan, h. 286 - 290
'"''
Latar atau seting juga merupakan salah satu fakta cerita yang harus
diperhatikan, dianalisis dan dinilai. Latar biasa juga disebut sebagai
atmosphere atau setidak-tidaknya bagian dari atmosphere atau tone secara
keseluruhan.
Pada dasarnya, latar adalah tempat terjadinya peristiwa dalam cerita
pada suatu waktu tertentu. Dengan cara yang lebih luas, dapat dikatakan
bahwa latar adalah lingkungan di sekeliling pelaku cerita, mungkin berupa
sebuah kamar, lingkungan kehidupan sebuah rumah tangga, bahkan di
dalamnya termasuk pula pekerjaan dan lingkungan pekerjaan para pelaku,
alat-alat yang digunakan dan berhubungan dengan pekerjaan tokoh, dan
sebagainya.
Dalarn kisah Ibrahim a.s. ini terdapat beberapa hal yang berkaitan
dengan seting, yaitu:
I. Seting Tempat
Secara umum, kehidupan Nabi Ibrahim a.s. terbagi kepada dua tahap,
yaitu ketika beliau berada di Mekah dan yang kedua ketika berada di
tempat sebelum Mekah, yaitu suatu masa ketika Ibrahim a.s. belum
memiliki putera, peristiwa ini banyak terjadi di Vr, Palestina, Haran atau
sebelum kepergian Ibrahim a.S. ke Mekah.
2. Lingkungan Kehidupan
Lingkungan kehidupan yang mewarnai kehidupan Ibrahim terutama yang
menggerakkan akal pemikirannya adalah adalah Iingkungan yang
menjadikan benda-benda langit sebagai sembahan dan berhala-berhala
yang dibuat sendiri oleh kaumnya dianggap sebagai tuhan.
3. Lingkungan kekuasaan Namrud
Dalam alquran digambarkan dialog yang dilakukan Ibrahim a.s dengan
raja Babilonia kala itu yang sering disebut sebagai Namrud bin Kan'an
bin Kausy bin Saam bin Nuh. Dialog yang dilakukan oleh Ibrahim dengan
Namrud perihal kekuasaan Allah swt. dalam menghidupkan sesuatu yang
1 l{\
o
telah mati. Ibrahim berdoa kepada Allah swt. agar ditunjukkan sebuah
bukti bahwa sesuatu yang telah mati dapat hidup kembali dan allah swt.
mengabulkan permohonan itu dengan perantaraan burung yang dipotong
potong dan setiap bagiannya diletakkan di atas bukit yang berbeda. Dan
atas kuasaAllah swt. burung yang telah mati, terpotong, dan terpisah
pisah itu dapat menyatu kembali dan hidup seperti sedia kala.
4. Lingkungan keluarga
Sasaran dakwah Ibrahim yang pertama kali adalah orang yang paling
dekat dengannya, yaitu Azar, sang ayah. Namun, dakwahnya ditolak oleh
ayahnya. Walaupun ditolak oleh ayahnya, Ibrahim dengan bahasa yang
santun menympaikan kebenaran yang diyakininya dengan menyampaikan
bukti-bukti bahwa benda yang dibuat dengan tangan manusia tidak
mungkin mempunyai kekuatan atau kekuasaan melebihi manusia yang
menciptakannya.
5. Sistem kehidupan
Ibrahim hidup di tengah budaya feodalisme yang dipimpin oleh seorang
raja bemama Namrud. Dalam lingkunganyang memiliki tradisi atau adat
istiadat menyembah berhala. Padahal berhala tidakdapat memberikan
kemanfaatan apapun bagi orang yang membuatnya.
5. Bahasa (Simbol, Gaya Bahasa/ Dialog)
Kisah di dalam Alquran bukan merupakan karya sastra yang bebas, baik
dalam tema, plot, penokohan, seting maupun bahasa (termasuk di dalamnya
gaya bahasa), senantiasa tunduk kepada tujuan keagamaan yaitu untuk
mencapai tujuan yang mulia. Namun, ketundukkan ini tidaklah menghalangi
munculnya karakteristik seni (gaya bahasa) dalam pemaparannya32• Sehingga
pemaparan kisah dalam Alquran merupakan gabungan dari aspek seni dan
aspek keagamaan.
32 Sayyid Quthb, AI-Tashw;r al-Fanni.li AI-QuI' 'an, h. 11.
o
1 1 1
.•
Dapat dimaklumi bahwa Alquran secara empiris merupakan suatu
naskah teks, sebagai suatu kitab yang menggunakan bahasa sebagai sarana
komunikasi. Namun, harus dipahami bahwa Alquran berbeda dengan teks
teks sastra ataupun teks-teks lainnya. Hal ini disebabkan sifat hakikat bahasa
yang terkandung di dalam Alquran memiliki fungsi yang berbeda dengan
fungsi lainnya dalam komunikasi antar manusia. Perbedaan tersebut terletak
pada hakikat makna, fungsi bahasa Alquran yang khas, universal, dan
mengatasi ruang dan waktu.33 Kekhususan sifat hakikat Alquran itu adalah
sarana komunikasi antara Allah swt. dengan makhluk, terutama manusia
sedangkan bahasa dalam pengertian umum hanya merupakan komunikasi
antar sesama manusia.
Bahasa pada dasamya merupakan sarana pengungkapan sastra.
Keindahan sebuah sastra tergantung pada konteks pemakaian dan situasi
wacana dimana tuturan itu terjadi. Hakikat bahasa merupakan suatu struktur
dan makna. Struktur berkaitan dengan bentuk kata, kaidah kata, susunan frasa,
struktur kalimat, makna kalimat, struktur fonologi dan pengucapannya34•
Dengan demikian, suatu bahasa sebagai sarana komunikasi harus memenuhi
seluruh unsur hakikat makna bahasa dan harus berkaitan dengan aspek
pragmatisnya.
Untuk memahami struktur kalimat, struktur frasa sebuah kalimat dalam
teks Alquran dapat dilakukan melalui pendekatan stilistika, suatu pendekatan
secara sederhana diartikan sebagai kajian Iinguistik yang objeknya berupa
style35. Cara atau gaya bahas~ suatu kisah dalam Alquran, meliputi: teknik
pemaparan kisah, penyajian unsur-unsur kisah, pengulangan kisah dan seni
penggambaran kisah36•
33 Sahiron Syamsnddin, dkk, Hermeneutika Alquran, Yogyakarta: Islamika, 2003, h. 7034 Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika Alquran, h. 7035 Style berarti snatu cara penggunaan bahasa dari seseorang dalam konteks tertentu untuk tujuan
tertentu, Iihat Geoffrey Neil Leech, Style in Fiction, London: Longman, 1981, h. 1036 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika Alquran, Yogyakarta: Titian I1ahi Press, 1997, h. 66
o1 1')
Alquran sendiri menegaskan bahwa wahyu disampaikan dalam "bahasa
Arab" yang jelas AI-Nahl [QS.16: 103] dan AI-Syu'ard [QS. 26: 195].
Montgomery mengatakan terdapat berbagai bentuk atau ciri bahasa yang
digunakan di dalam Alquran37, yaitu:
1) Bentuk slogan atau peribahasa, seperti firman-Nya: "Peturifuk Allah
adalah petunjuk (yang sebenarnya)" Al-Baqarah [QS. 2: 120] atau "Allah
adalah (penentu) nasibku kepadanyalah orang-orang yang tawakkal
berserah diri" Al-Zumar [QS. 39: 38] atau sebagaimana perkataan Ibrahim
a.s.; "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali
orang-orang yang sesaf'
2) Bacaan yang memastikan positif dan "kapan", biasanya menunjukkan
waktu atau didahului dengan "idza" (ketika/ apabila) atau "yauma" (hari
ketika), ''falamma'' (tatkala) seperti: " Apabila Telah datang pertolongan
Allah dan kemenangan" Al-Nashr [QS. 110: 1] atau, "Maka tatkala anak
itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi
bahwa Aka menyembelihmu" Al-Shaffdt (QS. 37: 102]
3) Adegan dramatik. Alquran menggambarkan suatu peristiwa secara
dramatik dengan maksud untuk meninggalkan kesan dalam hati nurani dan
memenangkan suatu argumen. Misalnya peristiwa hari kiamat dan hidup
yang akan datang ditampilkan atau adegan dramatik dari peristiwa
pengurbanan Ismail a.s.: Al-Shdffat [QS. 37: 102 - 103]
4) Narasi dan Perumpamaan. Narasi yang paling panjang adalah kisah Yusuf
a.s. dalam Surah Yusuf, dan sesekali kejadian-kejadian akan disela dengan
penjelasan-penjelasan mengenai maksud Allah swt. dalam kejadian itu.
37 W. Montgomery Watt, Richard Beli: Pengantar Alquran, penerjemah, Lilian D Tedjasudhana,Jakarta INIS, 1998, h. 66
Ciri lainnya adalah perumpaan atau matsal, seperti dalam Al-Jumu 'ah
[QS. 62: 5]. Menurut penelusuran penulis, ayat-ayat yang mengkisahkan
Ibrahim a.s. tidak terdapat kandungan matsal atau perumpamaan.
Namun, tidak demikian halnya dengan narasi. Jika mengacu pada Kamus
Besar Bahasa IndonesiaJ8, narasi berarti penceritaan suatu cerita atau
kejadian, pengertian lainnya adalah cerita atau deskripsi dari suatu
kejadian atau peristiwa. Menurut pengertian ini, maka narasi dalam ayat-
ayat Ibrahim a.s. dapat dimulai dengan kata L.:J.g seperti: AI-An 'am [QS.
6: 77]
Meskipun dalam imajinasi umum kalangan muslim, tokoh-tokoh
yang diceritakan dalam narasi kisah Ibrahim a.s. adalah nyata, artinya
tokoh-tokoh yang benar-benar ada akan tetapi sangat sedikit atau tidak ada
perhatian yang detil terhadap tokoh-tokoh itu. Hal ini disebabkan
pelajaran dari kehidupan dan perjuangan mereka merupakan isu pokok
dari pesan-pesan Ilahi. Kalaupun ada tokoh yang diceritakan detil di dalam
ayat Alquran, lebih dikarenakan kesamaan predikatnya dengan Ibrahim
a.s., sebagai Nabi dan Rasul, yaitu Ismail a.s. dan Luth a.S.
Sesungguhnya pesan utama dari narasi, dengan ketiadaan perhatian
yang delil terhadap tokoh lain, adalah tekanan pada kontinuitas kenabian
Muhammad saw. dan para nabi sebelumnya, sebagai pelajaran moral dan
peringatan bagi orang-orang yang mengabaikan atau menentang perintah
Allah. Kisah-kisah ini juga sekaligus memantapkan jalan dan risalah Nabi
Muhammad saw. atas apa yang sudah ditempuhnya dengan menceritakan
padanya bahwa para nabi sebelumnya juga memiliki musuh, dan dengan
keyakinan serta keteguhan mereka melawan musuh-musuhnya.39
38 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia39 Fadd Esack, Samudra Alquran, terjemahan dad, The Quran: A Short Introduction, Oxford:
Oneworld Publication, 2002, h. 135
• Kisah Ibrahim a.s. dalam Alquran banyak mengandung pesan-pesan
moral yang disampaikan kepada pembacanya. Di antara pesan-pesan moral
dari kisah Ibrahim a.s. yang dapat penulis tangkap adalah:
Tujuan mulia tidak akan tercapai tanpa kesabaran, pengorbanan,
komitmen dan konsistensi (istiqdmah)
Pendekatan dialogis lebih diutamakan daripada menggunakan pendekatan
kekerasan dalam pendidikan dan berdakwah.
Berprasangka baik kepada Allah swt. dengan kesabaran dan tunduk dalam
melaksanakan segala perintah-perintahNya serta menjauhi larangan
laranganNya (dalam rangka mencapai tujuan hidup yang mulia).
B. KOHERENSI DAN KETERPADUAN UNSUR-UNSUR DALAM KISAHIBRAHIM A.S.
Secara umum, kehidupan Nabi Ibrahim a.s. terbagi kepada dua tahap, yaitu
ketika beliau berada di Mekah dan yang kedua ketika berada di tempat s,fbelum
Mekah, seperti Iraq (tanah kelahirannya), Palestina, Haran (Turki) dan Mesir. Di
dalam tulisan ini, penulis tidak bermaksud mengkaji keseluruhan kehidupannya,
namun lebih fokus kepada ujian terhadap diri dan keluarganya serta pesan-pesan
yang terkandung di dalamnya sebagaimana dikisahkan Alquran. Alquran tidak
menceritakan alur peristiwanya secara berurutan, tetapi lebih mementingkan tema
atau pesan-pesan yang diangkat waIau tidak mengabaikan peristiwa itu sendiri.
Penulis membagi dua episode, yaitu: episode sebelum Mekah dan episode
Mekah. Pertimbangan penulis membagi ke dalam dua episode ini adalah faktor
subjektif semata. Diketahui, bahwasanya kisah Ibrahim a.s. secara umum terbagi
ke dalam masa ketika beliau bersama Ismail a.s. membangun Kakbah, Ismail a.s.
dikurbankan, dan Hajar serta Ismail a.s. ditinggalkan di padang tandus, peristiwa
ini terjadi di Mekah dan satu masa lain ketika Ibrahim a.s. belum memiliki putera,
peristiwa ini banyak terjadi di Ur, Palestina, Haran atau sebeluJ!! kepergian
Ibrahim a.s. ke Mekah.
1 1 "
• •
I. Pendahuluan
Di dalam Alquran, Allah swt. memerintahkan kepada Muhammad
dengan menggunakan fi'il amr, dengan kata ,plj (bacakanlah) dan
J ..
5)lj (ceritakanlah), masing-masing tercantum pada Surah Maryam [QS.19:
41] dan Al-Syu'ara' [QS.26: 69 - 70], yang pada hakikatnya juga mengajak
atau memerintahkan kepada kaum muslimin untuk membaca cerita atau kisah
Ibrahim a.s., karena di dalamnya terdapat keistimewaan-keistimewaan yang
dapat dijadikan ibrah bagi ummat sesudahnya.
Terdapat sepuluh keistimewaan atau pujian yang diberikan Allah swt.
kepada Ibrahim a.s.42, yaitu:
I) Ibrahim a.s. adalah orang yang selalu berbuat baik dengan tulus (muhsin).
Al-Shaffat [QS. 37: 104 - 105];
2) Imam teladan yang patuh kepada Allah swt (qanit) lagi lurus (!:lanifJ. Al
Na!:ll [QS.16: 120];
3) Dia adalah orang yang pandai bersyukur, orang yang dipilih dan diberi
petunjuk oleh Allah swt. Pada jalan yang lurus (shirath al-mustaqfm). Al
Na!:ll [QS. 16: 121];
4) Orang shalih yang mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Al-Na!:ll
[QS.16: 122];
5) Seorang Nabi yang sangat cepat membenarkan (shiddiq) segala hal ghaib
yang datang dari Allah swt. Maryam [QS. 19: 41];
6) Orang yang sangat lembut hatinya dan penyantun (awwah halfm). Al
Taubah [QS. 9: 114];
7) Orang yang selalu menepati janji (alladzf waffa). Al-Najm [QS. 53: 37];
8) Orang yang mencapai derajat kekasih Allah (Khalil Allah). Al-Nisa' [QS.
4: 125];
42 Muchtar Adam, Taftir Ayat-ayat Haji, h. 33
1 17
9) Orang yang memiliki karya besar dan ilmu tinggi (uti a/-aidi wa a/
abshar) serta disucikan oleh Allah swt. sehingga menjadi ~amba yang
mulia serta selalu mengingat kehidupan akhirat. Shad [QS. 38: 45 - 47];
10) Orang yang senang menjamu tamu dengan jamuan yang berlimpah,
sehingga beliau dijuluki abu d/aif. Hfid [QS II: 69 - 70] dan A/-Dzariyat
[QS. 51: 25 - 27.]
2. Episode Sebelum Mekah
a. Kelahiran Nabi Ibrahim as. dan masa remajanya (tidak diceritakan di
dalam Alquran kapan dan dimana)
Menurut riwayat yang masyhur Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan pada
tahun ~166 SM43 di sebuah gua, namun tidak ada yang mengetahui pasti
dimana letak gua tersebut. Ibnu Abbas mengemukakan bahwa Ibrahim a.s.
dilahirkan di Babil (Babilonia, Irak), pendapat Ibnu Abbas inilah yang
sangat terkenal. Ketika itu ibunya ingin menghindari pembantaian bayi
lelaki besar-besaran di negerinya yang dilakukan seorang penguasa. Para
ahli sejarah berkeyakinan bahwa penguasa tersebut bemama Nimrod atau
Namrud atau Namrudz.
Dikisahkan, keputusan Namrud untuk membantai seluruh anak laki
laki diawali oleh datangnya seorang peramal yang mengatakan kepadanya
akan lahir seorang bayi laki-Iaki dan ia akan mengakhiri kerajaan Namrud.(;)
Ketika disembunyikan orang tuanya di dalam gua itu, bayi Ibrahim a.s.
tidak mendapatkan makanan apa-apa kecuali dari ibu jarinya yang selalu
dihisap-hisapnya dan membuatnya kenyang.44
Agama Yahudi dan Nasrani mengenal Ibrahim a.s. sebagai
Abraham. Tidak jelas asal usul Ibrahim a.s. Satu-satunya informasi
4J Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 2444 Kamal al-Sayyid, Kisah-kisah Terbaik Alquran, h. 60
genealogis yang diceritakan Alquran adalah bahwa Ibrahim a.s. itu putera
Azar, sebagaimana surah At-An 'am [QS. 6: 74t5
Ibnu Katsir lebih spesifik lagi menyebutkan genealogis Ibrahim a.S.
dengan lengkap. Nama lengkap Ibrahim a.s. jika mengacu pada bapak dan
nenek moyangnya adalah Ibrahim a.S. ibn Tarikh (250) ibn Nahur (148)
ibn Sarugh (230) ibn Raghu (239) ibn Faligh (439) ibn Abir (464) ibil
Syalih (433) ibn Arfakhsyadz (438) ibn Saam (600) ibn Nuh a.s46•
Berbeda dengan Ibnu Katsir Jerald F. Dirk, menambahkan silsilah
keturuan Ibrahim a.s. setelah Ibn Syatih (433) adalah Qaynan47, baru
kemudian Arfakhsyadz (438) dan ibn Saam (600). Lebih lanjut Ibn Katsir
mengatakan bahwa ibu Ibrahim a.s. bemama Amilah. Ibrahim a.s.
dilahirkan ketika Tarikh berusia 75 (tujuh puluh lima) tahun. Saudara
saudara kandung Ibrahim a.s. adalah Nahur atau Nahor dan Haran, dari
Haran inilah lahir Luth a.s.48
Ibnu Katsir juga menceritakan, Tarikh mengajak Ibrahim a.S. dan
isterinya, serta Luth pergi ke Haran. Pada zaman itu, penduduk haran
menyembah tujuh bintang dan berkiblat ke kutub selatan. Dan tiap-tiap
tujuh bintang tersebut, para penduduk selalu mengadakan hari raya dan
juga berkurban. Tidak jelas apa motivasi Tarikh pergi ke Haran.
Berdasarkan penemuan arkeologis teridentifikasi bahwa Haran merupakan
pusat penyembahan dan pemujaan dewa bulan Akad dan Sin yang
merupakan dewa utama yang dipuja di Ur. Sejalan dengan penemuan
arkeologis tersebut nampaklah bahwa Haran merupakan lokasi ziarah
favorit bagi para pemuja Sin (sebagaimana Mekah, Madinah dan Baitul
Maqdis sebagai ziarah favorit bagi ummat Islam). Dari fakta itu, menurut
45 Jerald F. Dirk, Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 25, lelapi Alquran Terjemah lerbilanDepartemen Agama menjelaskan bahwa di anlara Mufassirin ada yang berpendapal bahwa yangdimaksud dengan Abiihi (bapaknya) ialah pamannya
'6 Ibnu Kalsir, Qashash al-Anbiyii " Tanpa Kola: Dar al-Kulub al-J::!adltsah, h. 16647 Jerald F. Dirk, Ibrahim SangSahabat Tuhan, h. 31.48 Jerald F. Dirk mengemukakan hal yang sama perihal saudara kandungnya, Ibrahim Sang
Sahabat Tuhan, h. 25.
11 Q
Jerald F. Dirk49, maka motivasi Tarikh ke negeri Haran dalam rangka
perjalanan religius.
Semenjak keeil, Ibrahim a.S. telah dianugerahi oleh Allah swt. akal
yang eerdas lagi kritis. Dia memberikan kepada Ibrahim a.s. kematangan
dan hikmah di usia dini. Ahmad Bahjat meneeritakan kekritisan Ibrahim
a.s. di waktu keeil ketika melihat ayahnya membuat patung-patung
tuhan.50
b. Ibrahim a.s. mengamati alam untuk sampai pada penemuan hakikat
"Allah".
Di atas digambarkan bahwa penduduk Ur adalah penyembah bulan
dan tujuh bintang. Dan dijelaskan pula, Ibrahim a.s. telah meneapai
kematangan akalnya. Pada saat hari menjadi gelap, Ibrahim a.S.
bertafakkur dan pergi ke kota untuk meneari kebenaran. Terlihatlah
penerangan yang menyala di suatu kuil, dan nampak orang-orang sedang
menyembah planet. Mereka berfikir bahwa planetlah tuhan mereka.
Kepekaan religius Ibrahim a.s. terus menerus terfokus pada
tritunggal yang berhubungan dengan benda langit yang terdiri atas bulan,
bintang, dan matahari, yang merupakan sesembahan kaum Ur. Ketika
mengil\iak usia rem~a sekitar 14 tahun51, ia mulai berproses menjadi
seseorang yang seeara spiritual, religius. Ia mulai mempertanyakan
konteks religius yang mengelilinginya dan memalingkan pada benda
tritunggal tersebut yang seeara sakral menjadi sesembahan. Dan ia mulai
merenungkan hukum-hukum alam yang mengatur dan menata benda
benda langit. Dengan kebijakannya, Ibrahim a.s. mengajak kaum Ur untuk
menggunakan akalnya dalam menemukan hakikat Tuhan. AI-An 'am [ QS.
6: 75 -79]
49 Jerald F. Dirk Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 6650 Ahmad Bahjat, Ensiklopedi Nabi-nabi Ai/ah, penerjemah, Khalifurahman Fath, Yogyakarta: Al
Manar, 2007, h. 126 - 128.51 Jerald F. Dirk. Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 46
tritunggal benda langit tidaklah pantas menyandang sifat i1ahiyah maupun
rububiyah.
Ibrahim a.s. ingin mengatakan kepada kaumnya dengan dalil-dalil
rasional. Ia berargumen bahwa benda-benda yang memiliki sifat
tenggelam, mati, terbenam, tidak bisa dijadikan sandaran. Benda-benda
tersebut dianggap tidak dapat mempertahankan eksistensi dirinya. Seolah
olah ia ingin mengatakan, "saya belum mantap bertuhankan bulan". Pola
argumentasi Ibrahim a.s. seperti di atas dikisahkan pula oleh Allah swt.
dalamAI-Anbiyd' [QS. 21: 62 - 63]
Pada ayat ini, seakan-akan Ibrahim a.s. ingin memposisikan diri
seperti kaumnya sebagai penyembah berhala (patung), walaupun
sesungguhnya Ibrahim jelas-jelas tidak meyakini hal yang sama. Kira-kira
Ibrahim a.s. ingin mengatakan: "bukan saya, mana mungkin saya
melakukannya (karena saya sama seperti engkau), tanyalah samapatung
yang besar itu". Sekali lagi, jelaslah disini bahwa Ibrahim a.s. semata
mata ingin menggiring mereka kepada argumentasi yang dapat diterima
oleh aka!. Dengan sifatnya yang l1anif, maka Ibrahim a.S. bersih dari
prasangka-prasangka yang mengotori keyakinannya terhadap Allah swt.
Menarik untuk ditelaah, dalam kasus ini Ibrahim a.s. sekaligus mengajak
kepada kaumnya untuk bisa merasakan kehadiran Allah Sang Pencipta
melalui ciptaan-Nya bukan kepada wujud-Nya. Sebab wujud Allah tidak
bisa dilihat, melainkan dirasakan kehadirannya melalui ayat-ayat-Nya atau
ciptaan-Nya. Seperti diketahui pula, tidak ada satupun kitab suci agama
lain yang menyebutkan dan menjelaskan wujud Allah. Ibrahim a.s. ingin
memberikan bukti-bukti ilmiah bahwa Allah itu ada dan bisa dirasakan
melalui ciptaan-Nya. Al-Anbiya' [QS. 21: 51-73] dan AI-An 'am [QS. 6:
76 -78]
o
o
Ini!ah salah satu kisah Ibrahim a.s. yang diceritakan di dalam
Alquran, suatu kisah tentang perjalanan spiritual Ibrahim a.s. dalam
menemukan keesaaan Allah swt.
c. Ibrahim a.s. menghancurkan berhala
Konflik terus berlanjut. Kala itu ada perayaan religius, mungkin
dipersembahkan kepada dewa atau sesembahan mereka, para penduduk
mengajaknya namun Ibrahim a.s. menolaknya dengan alasan sakit,
terdapat dalam AI-ShaJfdt [QS. 37: 89], bahkan ia mengisyaratkan bahwa
ia memiliki rencana atas berhala-berhala tersebut, sebuah rencana yang
akan ia laksanakan ketika orang lain tidak ada yang mengawasi. Al
Anbiyd,[QS. 21 : 57]
Dengan penuh hati-hati Ibrahim a.S. keluar menuju rumah ibadah
(kuil) sambi! membawa sebilah kapak yang tajam. Lalu ia menghampiri
berhala kayu berIapis emliS yang berbusana megah dan memiliki sajian
makanan lezat di hadapannya. Ibrahim a.s. kemudian menghina berhala
itu, dan juga menghina konsep pemberhalaan, yaitu bahwa manusia sangat
menipu diri sendiri karena menyembah sesuatu yang diciptakannya.
Patung yang ditanya men1'bisu, dan patung-patung lainpun tidak luput dari
hinaan dan ejekan Ibrahim a.s. AI-ShaJfdt [QS. 37: 83 - 113], senada
dengan ayat di atas, Surah Al-Anbiyd' [QS. 21: 58] juga mengkisahkan hal
yang sarna.
Dari kedua ayat di atas, tidak ada ditemukan pengulangan. Bila
kedua ayat tadi ditempatkan dalam satu konteks, peristiwa penghancuran
berhala, maka kejadian yang diceritakan dalam ayat kedua tadi tidak lain
hanyalah pelengkap dari kejadian yang dikisahkan sebelumnya.
d. Ibrahim a.s. mengajak kaumnya menyembah Allah swt. dan beragama
yang bfinifselta diadi!i Namrud
Setelah perayaan keagamaan selesai, para pendeta (pemuka agama)
beserta pengikut-pengikutya kembali ke kuil untuk memberikan
l'n
Jika diamati, penggunaan kata pada dialog Ibrahim a.s. kepada ayahnya
mengandung makna atau unsur kasih sayang sesuai dengan sifatnya
sebagai seorang anak di samping seorang rasul yang diutuskan oleh Allah
swt. Misalkan lafaz w.,l digunakan Ibrahim a.s. ketika memanggil
ayahnya yang memiliki makna atau ungkapan rasa sayang, meskipun ia
sendiri mengetahui dengan jelas dakwahnya ditolak oleh ayahnya. Lafaz
yang berbeda digunakan untuk objek dakwahnya masyarakat umum, Nabi
Ibrahim a.s. menggunakan gaya bahasa yang sesuai sifat masyarakat yang
"ngeyel", fanatik terhadap keyakinan dan golongannya. Misalnya
perkataan ~ 0i yang artinya celakalah kamu, jijik perasaanku
terhadap kamu. Jelas sekali kata tersebut mengandung celaan, terhadap
penyembah-penyembah berhala yang tetap ingkar menerima kebenaran
sekalipun mereka sudah kalah di dalam perdebatan.
Sebagian besar mufassirin berpendapat bahwa peristiwa "Empat
Ekor Burung" yang dicincang dan kemudian dihidupkan kembali oleh
Allah swt. terpisah dengan peristiwa pengadilan Ibrahill), a.s.. Namun,
menurut Kamal al-Sayyid kejadian tersebut menyatu dengan peristiwa
pengadilan Ibrahim a.s.53, yaitu ketika Namrud telah menunjukkan kepada
Ibrahim a.s. bagaimana ia bisa menghidupkan dan mematikan dengan
memanggil dua orang tahanan, yang satu divonis hukuman mati dan yang
lain dibiarkan hidup. Kemudian Namrud, karena terdesak atau keras
kepala, ia meminta Ibrahim a.s. untuk menunjukkan pula bagaimana
Allahnya bisa mematikan dan menghidupkan. Lantas Ibrahim a.S.
meminta kepada Allah swt. untuk menunjukkan bagaimana proses
kehidupan dan kematian. Al-Baqarah [QS. 2: 260]
Menurut penulis, pendapat terakhirlah yang dapat dijadikan
pegangan, mengingat tidak ada kaitan peristiwa "Empat Ekor Burung"
53 Kamal al-Sayyid, Kisah-kisah TerbaikAlquran. h. 67.
1')':;;
•
dengan peristiwa-peristiwa lainnya dalam kisah Ibrahim a.s. Di sisi lain
ayat ini beriringan dengan ayat tentang kejadian pengadilan Ibrahim a.s.,
meskipun tidak bisa dijadikan patokan atas pendapat di atas. Argumen lain
adalah, sejak kecil Ibrahim a.s. telah memperoleh kematangan religius dan
dianugerahi akal penalaran yang kritis. Maka, kurang tepat jika Ibrahim
a.s. merasa perlu meminta Allah untuk menunjukkan proses kehidupan
dan kematian tanpa ada konteksnya. Konteks kemantapan dan keyakinan
yang diharapkan Ibrahim a.s. pada ayat di atas adalah semata-mata untuk
digunakan pada adu debat atau argumen Ibrahim a.s. kepada lawan
bicaranya yaitu Namrud. Jelasnya, Ibrahim a.s. memperoleh satu dalil atau
hujjah bahwa apa yang dikatakan Ibrahim a.s. bukanlah omong kosong
tetapi dengan pembuktian empirik.
e. Kelemahan dan kerentanan sifat manusia (fanatisme terhadap golongan
dan keyakinan lama yang dianut) jika berhadapan dengan kebenaran
adalah cenderung menanggapinya dengan emosional daripada secara.•logis. Hal itu dikarenakan kekhawatiran dan keterpaksaan manusia dalam
menghadapi kebenaran. Sifat tersebut cenderung muncul bila sifat mutlak
dari kebenaran itu dibentuk oleh penalaran dan logika yang tidak dapat
dijelaskan, terutama bila orang itu terperangkap dengan kesombongan,
keangkuhan dan kebanggaannya sendiri serta golongannya. Maka
jawaban yang diterima Ibrahim a.s. bukanlah kesadaran mereka untuk
kembali kepada Allah yang benar, melainkan respon emosional dengan
tetap meminta kepada Namrud untuk membakarnya. Tidak demikian
halnya dengan Ibrahim a.s., walau menghadapi ancaman siksaan dan
hukuman, ia tetap mengajak mereka dengan santun kembali kepada
kebesaran Allah Pencipta Alam AI- 'Ankabut [QS. 29: 16 - 27]
f. Keyakinan Luth dan Pernikahan Ibrahim a.s. menikahi Sarah
Meskipun mayoritas penduduk Dr tidak mau menerima ajakan
dakwah Ibrahim a.s. yaitu ajaran monoteisme (tauhid), setidaknya ada dua
1 .",
orang yang mendengarkan dan memahami dakwah Ibrahim a.s., yaitu
Luth. dan Sarah (sepupunya)54 calon isterinya.
Alquran dan hadis shahih tidak memberikan petunjuk berapa usia
Ibrahim a.s. ketika menikah dengan Sarah. Menurut penelitian Dirks yang
bersumber dari beberapa kitab perjanjian lama, hanya diketahui bahwa
Ibrahim a.s. lebih tua 10 tahun dibandingkan Sarah55. Dan hingga usia 75
tahun Ibrahim a.s. belum dikaruniai anak.
g. Ibrahim a.s. meninggalkan kampungnya
Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa motivasi Ibrahim a.s.
meninggalkan kaumnya adalah kekecewaan Ibrahim a.s. melihat tiadanya
harapan bagi kaumnya untuk mau mengikuti risalahnya. Sementara Kamal
al-Sayyid beranggapan bahwa alasan kepergian Ibrahim a.s. adalah karena
mendapatkan hukuman psikis diusir dari kampungnya oleh Namrud,
setelah hukuman pembakaran tidak punya pengaruh apa_apa56. Jika
menilik Surah Maryam [QS. 19: 46], akan nampak sesungguhnya Ibrahim
a.s. meninggalkan kaumnya disebabkan Azar-Iah yang mengusirnya
sekaligus tidak mengakui puteranya (anak asuhnya) tersebut, bahkan
bersiap akan membunuh Ibrahim a.S. dengan cara dirajam.
Namun demikian, walaupun diusir oleh ayahnya (Azar), Ibrahim a.s.
tetap mendoakannya dan meninggalkan ayahnya dengan kata-kata manis.
Maryam [Q.S. 19: 47-48].
h. Ibrahim a.s. di Mesir
Ibrahim a.s., Sarah dan Luth tiba di Mesir, karena ada ketentuan
untuk membayar pajak pada orang yang baru tiba di Mesir, maka Ibrahim
54 Riwayat Ibnu Jarir dalam Ibnu Katsir mengatakan bahwa Sarah adalah pUleri Raja Haran,namun yang paling masyhur adalah sepupu dari ayah Ibrahim.
55 Jerald F. Dirk Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 6456 Kamal al-Sayyid, Kisah-kisah TerbaikAlquran, h. 70.
1?7
dari tanah akibat kaki si keeil Ismail a.s. menendang-nendang. Peristiwa
ini kemudian menjadi salah satu ritual dalam ibadah haji, yaitu Sa'i (lari
lari kecil) antara bukit Shafa dan Marwah.
k. Ibrahim a.s. pergi dari Palestina ke Jazirah Arab dan Meninggalkan Hajar
Keeemburuan Sarah menyebabkan kepergian Ibrahim a.s. dan Hajar
beserta anaknya Ismail a.s. yang ketika itu masih menyusui. Sarah melihat
Hajar mampu memiliki anak sementara dirinya tidak, di samping itu
Ibrahim a.s. lebih memperhatikan Ismail a.s., karena sebagai orang tua ia
telah menantinya selama ± 30 tahun usia pemikahannya. Sarah memohon
kepada Ibrahim a.s. agar dirinya dijauhi dari Hajar dan Ismail a.s.. Ibrahim
a.s. mengabulkan permintaannya. Lalu Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah
swt., dan Allah mengabulkan permohonan Ibrahim a.s. sekaligus memberi
petunjuk kepadanya agar pergi ke Jazirah Arab (Mekah) dan menjamin
kesehatan dan keamanan Ismail a.S. dan kelak satu bangsa besar akan
muneul dari keturunan Ismail a.s.
Setibanya di Mekah, Ibrahim a.s. langsung meninggalkan Hajar dan
Ismail a.s. Hajar mengikuti Ibrahim a.s. seraya bertanya, "Hai Nabiyallah,
kemana engkau akan pergi, apakah engkau akan meninggalkan kami
sedang lembah ini tidak terdapat seorang manusiapun dan tidak pula
makanan apapun? ", hal yang demikian itu diueapkannya berkali-kali,
namun Ibrahim a.s. tidak menjawabnya. Lalu Sarah merubah
pertanyaannya, "Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?".
Ibrahim a.s. berhenti dan mengiyakan pertanyaan itu. "Kalau begitu, kami
tidak akan disia-siakan ", kata Hajar. setelah mendapatkan jawaban itu,
Hajar punya satu pertanyaan tambahan, "Wahai Nabiyallah, kepada siapa
engkau akan meninggalkan kami? ", jawaban Ibrahim a.s. jelas dan• •
langsung kepada intinya, "Aku menitipkanmu kepada perlindungan
Allah ". Keimanan kepada Allah dan keteguhan Hajar langsung memegang
kendali dan menenangkan batinnya, "Aku ridla bersama Allah ".
.,
Kemudian Hajar pun kembali. Dan Ibrahim a.s.pun berdoa. Surah Ibrahim
[QS. 14: 37]
I. Kbabar tentang Luth, Sarah, dan kelahiran Ishak
Suatu hari ctatang tiga orang pemuda berbadan kuat ke rumah Nabi
Ibrahim a.s. Terdapat kebiasaan di kampung itu untuk menghormati tamu
dengan menyiapkan hidangan yang istimewa. Bagi tamu ia akan
menyantap hidangan yang disediakan tuan rumah sebagai bentuk
penghormatan kembali. Jika menolak hidangan yang disediakan tuan
rumah, maka itu berarti sang tamu menolak keramahtamahan dan
menumbuhkan sikap kurang simpati atau sakit hati dari tuan rumah.
Ibrahim a.s. menghidangkan daging sapi panggang kepada tamunya
sebagai wujud pengormatan beliau. Ada satu ukuran di kampung Ibrahim
a.s. bahwa hidangan daging kambing sudah sangat layak dalam
menghormati tamu. Namun Ibrahim a.s. menyediakannya lebih. Ketika
hidangan itu disuguhkan, tamu-tamu tersebut tidak menyentuhnya.
Ibrahim a.s. khawatir atau takut bahwa penolakan para tamunya
merupakan preseden buruk. Untuk menenangkan sikap Ibrahim a.s., tamu
tamu itu memperkenalkan diri sekaligus mengkhabarkan bahwa mereka
membawa berita sedih dan berita gembira. Berita sedih adalah hukuman
dan siksaan yang diberikan Allah swt. kepada kaum Nabi Luth a.s.,
sedangkan berita gembira adalah akan lahimya anak (Ishaq) dari rahim
Sarah. Alquran menggambarkan sikap Ibrahim a.s. dan Sarah menerima
khabar yang dibawa para tamunya sebagaimana firman-Nya dalam Al
Dzdriydt [QS.51: 24 - 34], Hitd [ QS. 11: 69 - 76], dan Al-Hijr [QS. 15:
51 - 60]
, " ,
3. Episode Mekah
a. Ismail a.s. beranjak reml\ia dan dikorbankan
Episode berikut dari kisah Ibrahim a.s. adalah berkumpulnya
kembali Ibrahim a.s. setelah perjalanan panjang ke negeri Sarah selama
beberapa waktu. Setelah sekian lama berpisah sekitar II - 12 tahun
dengan Ismail a.s. (usia Ismail a.s. 13 tahun) dan ketika Ismail a.s. sudah
beranjak remaja serta telah mencapai akil baligh dimana ia telah mampu
melakukan sesuatu berdasarkan akal fikirannya, Ibrahim a.s. menerima
wahyu lewat mimpi, dimana ia diperintahkan untuk mengurbankan nyawa
Ismail a.s. bagi Allah.
Ibrahim a.s. menerima ujian yang paling suIit, ia hams memilih
ketaatan, kepaAllah sebagai wujud kecintaannya kepada Allah swt..
ataukah kecintaannya kepada Ismail a.s., seorang anak yang beranjak
remaja dan dirindukan karena telah lama ditinggalkan, tiba-tiba menerima
perintah untuk memilih: Ismail a.s. ataukah Allah yang lebih dicintai.
Ujian pun diterima Ismail a.s., seorang anak yang tidak merasakan
masa kanak-kanak bersama ayahnya, seorang anak yang "tidak"
merasakan kasih sayang ayahnya, menerima perintah Allah harus
mengakhiri hidupnya justru di tangan ayahnya. Bagaimana kira-kira
perasaan dan sikap si bocah itu? Kekecewaankah dalam diri Ismail a.s.
karena tidak sempat merasakan kasih sayang sang ayah, ketika ia
mengharapkan kehadiran sang ayah? ataukah kekecewaan lain menerima
kenyataan ayah yang tidak pemah ada di sisinya (tidak mempedulikan
dirinya) harus membunuh nyawanya. Alquran memberikan jawaban atas
sikap kedua orang, yaitu Ibrahim a.s. si ayah dan Ismail a.s. si anak. AI
Shaffat [QS 37: 83 - 113].
b. Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. dikhitan
Setelah Ibrahim a.s. dan Ismail a.S. berhasil melalui ujian keyakinan
dan kepaAllah yang diberikan Allah, mereka menerima perintah baru
yaitu melaksanakan khitan. Awalnya pisau yang akan digunakan untuk
khitan. Namun karena pisau telah temoda oleh darah domba sebagai
tebusan dari Allah swt., maka Ibrahim a.s. menggunakan kapak yang
sedianya digunakan untuk menebang pohon atau memotong kayu. Kapak
inilah sebagai senjata pertama yang digunakan pertama kali dalam ritual
khitan.60 Dalam kisah ini Alquran sarna sekali tidak menceritakan.
c. Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. membangun Kakbah
Mengenai pembangunan Baitullah Kakbah ini, Allah swt. berfirman dalam
Ali-Imran [QS 3: 96 - 97]. Ketika dalam proses pembangunan rumOO
Allah, dan Ibrahim a.s. membersihkan rumah-Nya atas perintOO-Nya pula,
Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. berdoa: Al-Baqarah [QS 2: 124 - 141]
d. Ibrahim a.S. wafat
Ibnu Katsir menyebutkan, Ibrahim a.s. meninggal dunia dalam usia
seratus tujuh puluh lima (175) tOOun setelah jatuh sakit. Pemakamannya
dilakukan oleh Ismail a.s. dan Ish'l,k serta dikuburkan di gua (Makhpela61)
yang terdapat di daerah Habrawan di samping isterinya Sarah.62
Sebagaimana kelahirannya pula Alquran tidak menceritakan kapan dan
dimana.
e. Penutup atau Kesimpulan
Sebagai penutup sekaligus kesimpulan dari kisah Ibrahim a.s. dan
siapakah dia, penulis mengutipAI-Nab.l[QS 16: 120 dan 123]:
60 Jerald F. Dirk Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 15461 Penyebutan gua Makhpela disampaikan oleh Jerald F. Dirk, ia juga sepakat bahwa Ibrahim
wafat pada usia 175 tahun. Lihat Jerald F. Dirk Ibrahim Sang Sahabat Tuhan, h. 21662 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, h. 221.
120. Sesungguhnya Ibrahim a.s. adalah seorang imam yang dapatdijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kalibukanlah dia termasuk orang-orangyang mempersekutukan (Allah).
~''''' t:" ., }"-" ",.... "'.. ....... ~ (....., ... - " ... ., t f1 J
~PI~ut)l.j ¥~).1~li'91.1.Wl~)I~
123. Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilahagama Ibrahim a.s. seorang yang hanif' dan bukanlah dia termasukorang-orangyang mempersekutukan Allah.
C. RELASI STRUKTURAL KISAH IBRAHIM A.S. DENGAN KONTEKS
Di atas telah dijelaskan, kajian kisah Alquran dapat dilakukan melalui
pendekatan stilistika (gaya bahasa) yang meliputi: teknik pemaparan kisah,
penyajian unsur-unsur kisah, pengulangan kisah dan seni penggambaran kisah.
Teknik pemaparan kisah-kisah di dalam Alquran memiliki cara yang
spesifik. Ada 6 cara yang dapat dilakukan pada teknik ini63, yaitu:
I. Berawal dari Kesimpulan
Pada teknik ini dimulai dari kesimpulan, lalu diikuti dengan rinciannya
(episode pertama hingga episode terakhir). Contoh pada kisah Ibrahim a.s. a.s.
dengan teknik ini adalah Al-Nahl [QS 16: 120-123] dan Al-Taubah [QS 9:
114].
2. Berawal dari Ringkasan Kisah
Pada teknik ini kisah justru dimulai dari ringkasan lalu diikuti rinciannya dari
awal hingga akhir. Contoh pada teknik ini adalah Al-Baqarah [QS2: 124
141]
3. Berawal dari Adegan Klimaks
Pola pada teknik ini adalah memapatkan kisah yang berawal dari adegan
klimaks, lalu diceritakan rinciannya dari awal hingga akhir, sebagaimana
firman-Nya Al-Baqarah [QS 2: 258].
.,
63 Shihabuddin Qalynbi, Stilistilra Ai-Qur 'on, Yogyakarta: Titian lIabi Press, 1997, h. 67
4. Tanpa Pendahuluano
Pada teknik ini kisah justru dimulai dari intinya yang tidak didahului dengan
pendahuluan sebagaimana pada teknik pertama, kedua dan ketiga atau dengan
pola pertanyaan, seperti tertera dalam AI-An 'am [QS 6: 74]
5. Adanya Keterlibatan Imajinasi Manusia
Menurut Watt, dalam memahami Alquran (terutama kisah) harus
dipergunakan daya imajinasi pembacanya.64 Sebab ayat-ayat Alquran pada
umumnya disusun secara garis besamya saja. Misalnya kisah Ibrahim a.s. dan
Ismail a.S. tatkala membangun Kakbah sebagaimana firman Allah swt. dalam
Al-Baqarah [QS 2: 127].
Pada pemaparan kisah di atas akan tergambar pada imaginasi kita suatu
kondisi yang terdiri dari dua tokoh Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. dengan latar
Baitullah. Adegan pertama dimulai peletakkan batu pertama oleh tukang
bangunan yang bemama Ibrahim a.s. dibantu asistennya bemama Ismail a.s.
Imaginasi tersebut akan terus mengembara dan membayangkan kira-kira apa
yang dilakukan kedua tokoh tersebut pada saat membuat batu dari tanah,
menyusun, meninggikan hingga tahap pembersihan.
6. Penyisipan Nasihat Keagamaan
Teknik pemaparan kisah dalam Alquran sering disisipi pesan-pesan moral
keagamaan. Pesan tersebut antara lain ajaran tauhid atau keesaan Allah swt..
dan keharusan adanya hari akbir. Contoh pola ini adalah Al-Baqarah [QS 2:
124 - 141] atau pada. Al-Hijr [QS 15: 56]
Pada unsur-unsur yang kedua yaitu teknik penyajian unsur-unsur kisah telah
dijelaskan pada sub bab di atas. Unsur-unsur kisah pada umumnya di dalam
Alquran terdiri dari 3 (tiga), yaitu adanya tokoh, peristiwa dan dialog. Ketiga
unsur tersebut terdapat hampir seluruh kisah Alquran.
Sedangkan pada teknik pengulangan kisah dan seni penggambaran kisah,
kiranya penulis dapat memaparkan sekaligus kedua teknik tersebut, beberapa
64 W. Montgomery Watt, Richard Sell: Pengantar Alquran, h~ 66•
kisah Ibrahim a.s. yang mengalami pengulangan, yaitu dialog Ibral1im a.s. dengan
ayahnya perihal ketiadamanfaatan menyembah patung-patung. Kisah tersebut
diulang konteksnya sebanyak 4 kali, yaitu dalam Surah AZ-Anbiyd' [QS 21: 52],
Surah AZ-Syu'ard' [QS 26: 70], Surah AZ-An'am [QS 6: 74], dan Surah Maryam
[QS 19: 42].
Contoh stilistika terakhir dari pemaparan Alquran, seni penggambaran
kisah, di antaranya adalah peristiwa penghancuran berhala, dapat diperhatikan
peristiwa dialog Ibrahim a.s. dengan ayahnya dan di sisi lain seolah terjadi
pengulangan, misalnya pada Surah AZ-Anbiyd' [QS 21: 52], Surah Al-Syu'ard'
[QS 26: 70], Surah AI-An 'am [QS 6: 74] dan surah Maryam [QS 19: 42]
Pada dasarnya hal ini hanya merupakan cabang-cabang atau tahap-tahap
dari babak perjalanan kepribadian Ibrahim a.S. Boleh jadi, pada masa kecil
Ibrahim a.s. telah berani mengingkari sembahan ayahnya beserta kaumnya dalam
bentuk pertanyaan pengingkaran seperti yang disebut dalam Surah AZ-Syu 'ard'
[QS 26: 70]. Padahal saat itu Ibrahim a.s. belum diangkat menjadi Rasul. Karena
itu dapat diartikan bahwa pengingkaran Ibrahim a.s. berangkat dari kecerdasan
dan daya kritisnya.
Ketika akalnya mulai matang dan pengetahuannya bertambah, menegaskan
penyebutan nama benda (patung) sembahan ayahnya dan kaumnya seperti yang
disebut dalam Surah AZ-Anbiyd' [QS 21: 52]. Kemudian ketika akalnya semakin
matang, Ibrahim a.s. menyebutkan letak kesalahan ayahnya dan kaumnya. Surah
AI-An 'am [QS 6: 74]. Dan ketika mencapai kematangan, Ibrahim a.s. menjelaskan
alasan atau argumen dari pendapatnya atas pengingkaran terhadap patung-patung
sesembahan dan buatan ayahnya seperti Surah Maryam [QS 19: 42]. Allah swt.
menegaskan bahwa apa yang diperoleh Ibrahim a.s. atas akal dan argumennya
merupakan hujjah-Nya, sebagaimana ditegaskan dalam AI-An 'am [QS 6: 83].
Kisah lain yang dapat penulis analisis yang terkait dengan seni
penggambaran kisah, terutama dilihat dari penggunaan kata. Di antaranya adalah
peristiwa penghancuran berhala, dapat diperhatikan seolah telah terjadi
pengulangan pada surah yang sarna. Pada Surah Al-Anbiyd' [QS 21: 58], seolah
olah berhala besar itulah yang menghaneurkan berhala-berhala lain, sementara
pada Surah Al-Anbiyd' [QS21: 63] seolah merupakan penjabaran dari ayat yang
pertama. Namun, timbul pertanyaan, mengapa dalam perkataan Ibrahim a.s.
, '.. ...muneul kata t'"P (bertanya kepada berhala yang haneur), dan bukannya
> > •...p (bertanya kepada berhala yang besar). Seakan-akan berhala yang haneur
itulah yang harus ditanya oleh mereka. Oleh sebab itu tidak diragukan lagi,
kalimat ini mengandung sindiran. Kata tersebut juga bisa memiliki makna, bah-
>wa kata r-'" tadi bahwa berhala besar sebagai pel'W\ljudan semua bentuk berhala
yang dihaneurkan tadi. Sebab berhala besarlah sebagai simbol Allah para Allah.
Bertanya kepadanya berarti bertanya kepada semua Allah, dan sekaligus dapat
dipahami bahwa maksud Ibrahim a.s. membiarkan berhala yang besar tadi untuk
membedkan sindiran kepada kaumnya, sekaligus memelihara simbol karena ia
juga memelihara Allah Pencipta Alam yang disimbolkan dalam hatinya. Dan
pada saat ia menghaneurkan berhala-berhala, Allah swt telah memilihnya sebagai
khalilullah65
Kisah lain yang mengalami pengulangan atau kemiripan eerita adalah
peristiwa hukuman pembakaran terhadap Ibrahim a.s. dari Namrud yang diulang
sebanyak 3 kali, yaitu pada Al-Shaffdt [QS 37: 97], Al-Anbiyd' [QS 2: 68], dan
Al- 'Ankabut [QS 29: 24].
Usulan membunuh Ibrahim a.s. hanya disebut sekilas, yang menjadi pokok
atau tekanan adalah substansi dad usulan tersebut, yaitu pembakaran. Menurut
penulis, jika kaumnya Ibrahim a.s. atau Namrud menghendaki Ibrahim a.s.
dibunuh, tentu tidak perlu repot-repot menyiapkan bangunan, tidakkah lebih
mudah di tanah lapang saja, mengapa kaum Ibrahim a.s. justru memilih untuk
menyiapkan bangunan guna membakar Ibrahim as.?
65 Ahmad Bahjat, EnsikJopedi Nabi-nabi Allah, h. 14. Tidak diterangkan apakah pada saatdipilihnya Ibrahim sebagai Khalilullah sekaligus diangkal ia sebagai Rasul.
''>7
Kiranya dapat disimpulkan dari keinginan mereka yang kuat tersebut dan
cara yang mereka tempuh, bahwa maksud tersembunyi dari semua itu adalah
bukan hanya sekedar cara untuk membunuh Ibrahim a.s., melainkan dapat diduga
bahwa hal tersebut merupakan satu bentuk upacara ritual yang telah menjadi
tradisi mereka. Dan menjadikan Ibrahim a.s. sebagai korban sesembahan bagi
Allah-Allah mereka. Jika dilihat dari literatur sejarah-sejarah kuno, korban dalam
bentuk persembahan manusia dan hewan telah menjadi tradisi di seluruh bangsa
ketika itu66•
Berdasarkan fakta sejarah tadi kiranya dapat dipahami bahwa keinginan
kaum Ibrahim as. untuk membakarnya tidak lain sebagai upaya membersihkan
jiwa Ibrahim as. yang mereka yakini telah ternodai atau menodai kaum Ibrahim
a.s.
Di sisi lain tidak dapat dipungkiri juga menurut sejarawan bahwa masa itu
sebagian k;aum Ibrahim a.s. memiliki keyakinan meny;mbah api, yang di dalam
sejarah dikenal dengan keyakinan Majusi. Maka pengorbanan Ibrahim a.S.
melalui sarana api, pada hakikatnya memberikan sesembahan kepada tuhan
mereka.
Menilik kajian kisah Ibrahim as. dalam Alquran, kiranya dapat ditelusuri
dan ditelaah beberapa simbol yang dapat diambil hikmah dan ibrah sesuai dengan
konteksnya yang meliputi: pengorbanan, api, berhala, tritunggal benda langit
(bulan, bintang dan matahari), bait (bait Allah) atau rumah.
1. Pengorbanan
Sejarah awal dan tatacara kurban sudah ada lama sebelum adanya
pelianian yang terorganisir bahkan sejak Nabi Adam as. Habil putera Adam
as. melaksanakan pengorbanannya denllan mempersembahkan hewan yang
gemuk-gemuk dan sehat-sehat sebagai kurbannya, sementara Qabil putera
66 FW. Dillistone, The Power a/Symbol, terj. A. Widyamartaya, Yogyakarta: Kanisius, 2002, h. 70
138
I !
L~ ._._. . . JAdam as. yang lain mempersembahkan hasil pertaniannya yang buruk-buruk
dan busuk-busuk.
Sebagaimana uraian di atas, Ibrahim as. pun tidak luput dar! proses dan
pelaksanaan kurban, yaitu ketika ia dipersembahkan kaumnya sebagai
sesembahan bagi tuhan-tuhan kaumnya, karena ia dianggap menodai kesucian
dan kekuasaan tuhan-tuhan mereka.
Kegiatan pengorbanan yang dipersembahkan kepada para dewa dan
tuhan selalu ditemui dalam peribadahan agama-agama kuno dan primitif.
Namun, dalam perkembangannya, persembahan-persembahan kepada para
dewa dan tuhan tersebut digantikan dengan pengorbanan yang bersifat lebih
spiritual. Dalam Yahudi, Islam dan Budha, tidak terdapat pengorbanan yang
bersifat ritual. Dan inti dari setiap kegiatan pengorbanan adalah kesediaan
melakukan apa s1\ia demi sesuatu yang dicintainya
Peristiwa pengorbanan Ibrahim dal) kepasrahan Ismail-Iah sebagai
tonggak pengorbanan yang mengutamakan spiritual daripada ritual. Melalui
Ibrahim as. secara amaliah dan tersirat pesan-pesan tersebut disampaikan,
bukan karena manusia atau benda lainnya terlalu tinggi nilainya sehingga tak
wajar untuk dikorbankan atau berkorban, tapi karena sifat-Nya yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Puteranya Ismail diperintahkan Tuhan untuk
dikorbankan, sebagai pertanda bahwa apa pun -bila panggilan telah tiba- wajar
untuk dikorbankan demi karena Allah. Setelah perintah tersebut dilaksanakan
sepenuh hati oleh ayah dan anak, Tuhan dengan kekuasaan-Nya menghalangi
penyembelihan tersebut dan menggantikannya dengan domba sebagai
pertanda bahwa hanya karena kasih sayang-Nya pula pada manusia, maka
praktek pengorbanan semacam itu pun tak diperkenankan67•
Islam melalui Ibrahim menggantikan semua pengorbanan mubazir itu
dengan pengorbanan hati dan penyangkalan batin terhadap nafsu diri. Setiap
amal perbuatan yang dilakukan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah
67 Qur.ish Shih.b, Wawasan Alquran, h. 75.
adalah pengorbanan. Shalat adalah pengorbanan harian setiap muslim. Dalam
Nahj al-Balaghah, Amirul Mukminin Ali ibn Abi Thalib berkata: "Zakat
dijadikan, seperti halnya shalat, sebagai (bentuk) pengorbanan".
2. Api
Pada awal perjalanan dakwah Ibrahim a.s. dijumpai kaumnya sebagai
penyembah matahari, bulan dan bintang. Ketergantungan pada matahari,
bintang dan fase-fase bulan, bagi penduduk bumi zaman purbakala atau kaum
Ibrahim as. adalah sangat mutlak. Terang hanya datang dari atas atau dari
kebakaran hutan yang kadang-kadang dan tak terduga-duga terjadi. Matahari,
bukan dan bintang sebagai simbol pemberi cahaya kehidupan. Tanpa mereka,
uml1lat manusia tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan dan
bermasyarakat. Baru kemudian lahirlah babak baru ditemukan api, baik yang
bersumber langsung dari matahari maupun kayu-kayu kering.
Tidak mengherankan bahwa api menjadi salah satu bentuk simbolis
yang paling kuat dan paling luas penerapannya sebagaimana air. Api dapat
mengacu kepada sedemikian banyak manfaat dan sekaligus sedemikian
banyak bahaya. Api tidak dapat diperlakukan secara serampangan tanpa tahu
kegunaan dan akibatnya. Oleh karenanya, timbullah seruan orang yang
melihat api sebagai simbol katarsis tertinggi: Tuhan yang diyakini bangsa
Israel adalah api yang melalap68. Tidak banyak adegan dramatis daripada
turunnya api dad langit sebagai jawaban atas permohonan Nabi Musa as di
bukit Tursina. Tidak banyak ucapan Yesus (Nabi Isa as.) yang lebih
mengantlung misteri daripada perkataan-Nya bahwa ia telah datang untuk
melemparkan api ke bumi
Keldani mengatakan bahwa penyucian jiwa seorang muslim dilakukan
Tuhan melalui api yang berarti bahwa Allah swt meresapi dan mengisinya
68 FW. Dillistone, The Power ofSymbol, terj. A. Widyamartaya, Yogyakarta: Kanisius, 2002, h. 67
lAA
dengan rasa cinta dan ketundukan kepada-Nya.69 Lebih lanjut ia menguraikan
bahwa dengan shibghah (pembaptisan/ celupan) dengan api yang dilakukan
Muhammad dijelaskan melalui wahyu Allah swt. dalam Al-Baqarah [Q.S. 2:
138]... be.... ~
~,.. J .. ~t}'.'.... {ij"'.....- J .. ,t" .. ¢"""' ...
~0j~)",~j ~~I~~I()Aj ~I~
"Shibghah (pembaptisan/o Allah. Dan siapakah yang lebih baik darishibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah.
Senada dengan Keldani, Quraish Shihab menafsirkan kata shibghah
dengan celupan. Jika suatu benda dicelupkan ke sesuatu, maka sesuatu itu
akan mengambil warna sesuai warna celupan. Yang dimaksud celupan ini
adalah mencelupkan hati ummat Islam ke dalam celupan berupa iman yang
diajarkan oleh Ibrahim a.s.?1
Di sisi lain tidak dapat dipungkiri juga, bahwa simbol katarsis dad api
juga berpengaruh bagi sebagian kaum Ibrahim a.s. yaitu keyakinan
menyembah api, yang di dalam sejarah dikenal dengan key.gkinan Majusi.
3. Berhala
Dalam memahami makna kata keberadaan teks dan konteks tidak bisa
dipisahkan, di mana keduanya telah menjalin dialektika. Teks tidak lahir dad
ruang hampa, namun teks pada umumnya merupakan respon terhadap situasi
yang dihadapi dalam ruang dan waktu tertentu. Teks yang dibaca karena ada
konteks atau faktor yang melatal'belakangi. Jika pemahaman hanya terfokus
69 David Benjamin Keldani, Menguak Misteri Muhammad, Jakarta: Sahara, 2003, h. 191 - 193.70 David Benjamin Keldani menerjemahkan kata shibghah dengan pembaptisan agama Allah.
Pembaptisan bagi kaum Muslim berbeda dengan yang dilakukan kaum Kristen. Dalam tradisi ajaranKristen, pembaptisan dilakukan dengan air yang bersumber dari sungai Yordan. Menurutnya, tradisiini tidak dihapus oleh Islam tetapi disempumakan dengan cara berwudlu (Lihat David BenjaminKeldani, Menguak Misteri Muhammad, h. 186 - 196). Lebih jauh ia mengatakan bahwa pembaptisanberarti peresapan ajaran-ajaran tauhid ke dalam dada kaum muslimin, sehingga menimbulkan api yangberkobar-kobar dalam menjalankan perintah-perintahNya.
71 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, vol. I, h. 318.
o
Dari beberapa simbol yang telah disebutkan di atas, setidaknya dapat
mengungkap tiga keistimewaan Ibrahim a.s. yang tidak dimiliki oleh nabi dan
manusia lainnya. Kesatu, Ibrahim menemukan Tuhan melalui pencarian dan
pengalaman ruhani Kedua, melalui Ibrahim, kebiasaan mengorbankan
manusia sebagai sesaji atau persembahan dibatalkan oleh Allah swt. Ketiga,
nabi Ibrahim adalah satu-satunya nabi yang berdoa kepada Allah swt. agar
ditunjukkan bukti bagaimana Allah swt. dapat menghidupkan makhluk hidup
yang telah mati dan permohonan tersebut dikabulkan oleh Allah swt.
o
BABV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dapat disimpulkan ditinjau dari pembahasan semiotika dari cerita Ibrahim
a.s. di dalam Alquran. Yang kesatu, telah terpenuhinya unsur-unsur kisah Ibrahim
a.s. dalam Alquran, berupa tema, tokoh, plot, peristiwa, setting atau latar, bahasa
dan moral atau pesan-pesan yang ingin disampaikan yaitu sebuah tatanan sosial
yang berlandaskan tauhid. Inti dari segala uraian Alquran adalah memperkenalkan
keesaan Allah swt. Kedua, kisah Ibrahim a.s. tidak diuraikan di dalam Alquran
hanya dengan satu teknik pemaparan saja. Ketiga, kisah Ibrahim a.s.
mementingkan tema yang ingin disampaikan berupa pesan-pesan moral yang
luhur, dan sedikit "mengabaikan" unsur-unsur lainnya, seperti siapa ayah yang
sesungguhnya dari Ibrahim a.s., usia berapa ia mulai berdakwah, Alquran tidak
merincinya.
Hal ini disebabkan Alquran lebih mengutamakan pesan-pesan tersebut
sampai kepada pembaca dan dijadikan pelajaran agar dapat mengikuti jejak
Ibrahim a.s. dari perjuangan dan keteguhannya serta menjauhi kesesatan dan
kebodohan kaumnya. Oleh Allah swt., Ibrahim a.s. dijadikan teladan atau model
manusia yang teguh pendirian atau keyakinannya. Di dalam QS. Al-Mumtallanah
[Q.S. ·60: 4], dikatakan: "Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik
bagimu pada Ibrahim a.s. dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika
mereka Serkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri
daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan
Ibrahim a.s. kepada bapaknya: "Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan
bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah".
(Ibrahim a.s. berkata): "Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah kami
balaghah dapat disejajarkan dengan teori linguistik umum atau sebagai
perbandingan teori-teori kebahasaaan dan kesastraan yang telah berkembang.
Dengan demikian, akan diketahui dan ditemukan jalan guna melakukan
sintesis dan pengembangan-pengembangan teoretis lebih lanjut di masa yang
akan datang.
2. Bagi non akademik, khususnya umat Islam hendaknya mengikuti keteladanan
Ibrahim a.s. IttiM' atas keteladanan Ibrahim a.s. yang menyebabkan
kesejahteraan di masyarakat (Saldmun 'ala IbrahIm dan Saldmun 'ala ummat
Ibrahfm). Hal ini dapat diperhatikan di tengah-tengah masyarakat yang
terpuruk, disebabkan oleh pemimpin yang enggan berkorban lebih
mementingkan individu dan kelompoknya serta ketakutan yang tidak
beralasan terhadap hegemoni negara-negara Barat. Di samping itu, para
pemimpin dan kaum muslimin pada umumnya dapat pula meneladani
kepasrahan total terhadap apa yang diberikan oleh Allah swt. dan ber-b.usnu
zhan atas cobaan yang ditetapkan-Nya
3. Ajaran tauhid dapat menjadi landasan kehidupan bermasyarakat dalam
menghadapi arus globalisasi, yang cenderung membuat orientasi hidup
manusia mengalami pergeseran nilai berupa sikap hedonisme, materialisme
serta pengkultusan terhadap individu, lembaga dan negara.
Wallahu A 'lam bi al-Shawab.
150
..
DAFTAR PUSTAKA
A Committee of Arab Linguists, Dictionary of Modern Linguistic Terms, Beirut,
1983
Abrams, M.H., A Glossary of Literary Terms, (New York: Holt, Rinehart and
Winston, 1981)
Adam, Muchtar, Tqftir Ayat-ayat Haji, (Bandung: AI-Bayan Mizan, 2005)
Alquran ai-Karim
Aminuddin, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 200 I)
Bahjat, Ahmad, Ensiklopedi Nabi-nabi Allah, terj, Khalifurrahman Fath,
(Yogyakarta: AI-Manar, 2007)
Djajasudarma, Fatimah, Metode Linguistik ancangan Metode Penelitian dan Kajian,
(Bandung: Eresco, 1993)
Djalal, Abdul, 'Ulum al-Qur'tin, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998)
Dillistone, FW, The Power ofSymbol, terj. A. Widyamartaya, (Yogyakarta: Kanisius,
2002)
Dirk, Jerald F., Ibrahim a.s. Sang Sahabat Tuhan, penerjemah, Satrio Wahono
(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004)
Eco,Umberto, A Theory ofSemiotics, (Bloomington: Indiana University, 1976)
___--', The Name ofthe Rose, (London: Picador, 1984)
Esack, Farid, Samudra Alquran, terj. Dari, The Quran: A Short Introduction, (Oxford:
Oneworld Publication, 2002)
Fanani, Zainuddin, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2002)
Hadiyanto, Andy, Kajian Semiotik Kisah Yusuf, Sebuah Tinjauan Sastra terhadap
Kisah Alquran, Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah (Jakarta, 2004)
Halliday, M.A.K, Language Structure and Language Function, dalam John Lyons,
1972
Hanafi, A., Segi-segi Kesusatraan Pada Kish-Kisah Alquran, (Jakarta: Pustaka AI
Husna, 1984)
Hasan, Zaini, Karakteristik Penelitian Kualitatif, dalam Aminuddin, Pengembangan
Peneliti,{ln Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra, (Ma1ang: HISKI
YA3,1990)
Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneuti/c,
(Jakarta: Paramadina, 1996)
Hidayat, Nuim, Sayyid Quthb Biograji dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2005)
Ibnu Katsir, Al-Biddyah Wa al-Nihdyah, (Beirut: Darul Fikr, 1997)
___" Qashash al-Anbiyd', Juz 1, Tahqiq Mushtofa Abdul Wahid, (Kairo: Dar al-
Kutub al-Hadltsah, tanpa tahun)
__--', Tafslr Alqurdn al 'Azhim, (Beirut: Darul Fikr, 1994)
Ibnu Manzhur, Lisan al- 'Arab, (Beirut: Dar Ihya' AI-Turats AI-'Arabi)
Ichwan, Moch. Nur, Meretas Kesarjanaan Kritis Alquran, (Jakarta: Teraju, 2003)
James, William, Perjumpaan Dengan Tuhan: Ragam Pengalaman Religius Manusia,
penerjemah: Gunawan Admiranto, (Bandung: Mizan, 2004)
Jones, Edward H., Outlines of Literature: Short Stories, Novels, and Poems, (New
York: The Macmillan Company, 1968)
AI-Khalidi, Solah, Al-Qashash al-Qurani: 'Ardhu Waqd'iha Wa Tahlilu Ahdats,
(Damaskus: Dar al- Qalam, 1997)
Keldani, David Benjamin, Menguak Misteri Muhammad, (Jakarta: Sahara, 2003)
Kenny, William, How to Analyze Fiction, (New York: Monarch Press, 1966)
Khalafullah, Muhammad Ahmad, al-Fann al- Qashashiji al-Qur'dn aI-Karim,
(Kairo: Maktabah al- Nahdlah al-Mashlrah, 1951)
Leech, Geoffrey Neil, Style in Fiction, (London: Longman, 1981)
ii
•Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996)
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001)
Nazir, M., Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985)
Noth, Winfried, Handbook of Semiotics, (Bloomington:lndiana University Press,
1995)
Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarya: Gajah Mada University
Press, 2002)
Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)
Putra, Hedy Sri Ahimsa, Strukturalisme Levi Strauss, Milos dan Karya Sastra,
(Yogyakarta: Galang Press, 200I)
al-Qaththan, Manna' Mabtihisfi 'Ulitm al-Qur'dn, (tanpa penerbit, 1990)
Qalyubi, Syihabuddin, Stilistika Alquran, (Yogyakarta: Titian I1ahi Press, 1997)
Quthb, Sayyid, AI-Tashwfr al-Fanniji Al-Qur 'dn, (Kairo: Dar al-Ma 'arif, 1975)
Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006)
Ridla, Muhammad Rasyid, Tafsir al-Mandr, Jilid I, (Kairo: Muhammad 'Ali Sabih
wa Auladuhu, 1375H)
AI-Sa'di, Abdurrahman ibn Nashir, Tafsir al-Lathifal-Mananji Khulashah Tafsir al
Quran, terj. Abu Muhammad Idral Haris, (Tegal: Pustaka AI-Nusroh, 2004)
Santoso, Riyadi, Semiotika Sosial Pandangan Terhadap Bahasa, (Surabaya: Pustaka
Eureka, 2003)
AI-Sayyid, Kamal, Kisah-kisah Terbaik Alquran, Penerjemah, Selma Anis (Jakarta:
Pustaka Zahra, 2004)
Sayuti, Suminto A., Strukturalisme Dinamik dalam Pengkajian Sastra, dalam
Jabrohim, Metodologi Penelitian Sastra (Yogyakarta: Hanindita, 2001)
Semi, M. Atar, Metode Penelitian Sastra, (Bandung: Angkasa, 1990)
iii
•
Setiawan, M. ,Nur Kholis, Al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: Elsaq
Press, 2005)
Shiilih, Shubhi al-, MabdfJ.its fi 'Ulilm al- al-Qur'dn, (Beirut: Dar al-'I1m Ii al
Malayin, 1988)
Sherif, Faruq, Alquran Menurut Alquran: Menelusuri Kalam Tuhan dari Tema ke
Tema, (Jakarta: Serambi, 2001)
Shihab, M. Quraish, Membumikan Alquran, (Bandung: Mizan, 1992)
____"Lentera Hati, Edisi Baru (Bandung: Mizan, 2008)
____" Wawasan Alquran, (Bandung: Mizan, 1996)
____"Tafsir AI-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
Shofan, Mohammad, Urgensi Pembacaan Ulang Terhadap al-Qur'an: Menakar
Kembali Kebenaran Agama, dalam Kembali ke Alquran Menaftir Makna
Zaman, ed. M. Hilmi Faiq (Malang: UMM Press, 2004)
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002)
____"Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rem'\ia Rosdakarya, 2003)
Stanton, Robert, An Introduction to Fiction, (New York: Holt, Rinehart and Winston,
1965)
Syamsuddin, Sahiron, dkk, Hermeneutika Alquran, (Yogyakarta: Islamika, 2003)
Teeuw A., Sastera dan Ilmu Sastera, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2003)
TG'he, Achmad, Gaya Bahasa Alquran Periode Mekah Kajian Struktural Semiotik,
Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2006)
Umar, Ahmad Mukhtar, 'Ilmu al-Daldlah, Kuwait: Maktabah Dar al-'Arubah Ii al
Nasyri wa al-Tauzi', 1982
Ushama, Thameem, Metodologi Taftir Alquran, penerjemah, Hasan Basri dan
Amroeni (Jakarta: Riora Cipta, 2000)
Wahab, Muhbib Abdul, Konsep Dialog dalam Alquran: Studi Kisah Nabi Ibrahim
a.s., Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah (Jakarta, 1997)
iv
Wakhid, Hidayat, M., Struktur Narasi dalam Qashas al-Qur'iin Tinjauan Analisa
Strukturalime Naratif, Tesis S2 Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah (Jakarta, 2007)
Watt, W. Montgomery, Richard Bell: Pengantar Alquran, terjemahan Lilian D.
Tedjasudhana, (Jakarta: INIS, 1998)
Ya'kub, Ami! Badi' Mausu'ah al-Nahwi wa al-Sharfi wa al-I'rab, Beirut: Dar al-'I1m
Ii al-Maliiyln, 1988
al-Zarqani, Muhammad 'Abd al-'Azhlm, Mandhil al- 'Iifdnfi 'Uli1m al-Qur'dn, Juz I,
(Beirut:Diir al-Fikr, 1988)
Zoest, Aart van "Interpretasi dan Semiotika" dalam Sudjiman P. dan Aart van Zoest,
Serba-serbi Semiotika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996)
v
Lampiran:
AYAT-AYAT TENTANG NABI IBRAHIM A.S.
be. ... 11"'... ........ t /... ... ... - ... .".... ~ .... J .. ""11 ~'... ""
W< 1# 01JS' ~'Jj ;'~!':;'l Jl bJyPj ~ ;'~!':;'l~l.L (fl Ij~I~,
11.,;, '1'::':1,..::'/ ~,"I 'ILi ~1' ~;." ~.~ t11c!=" ttl' --:,<:','11' ~ . L!JJ~ .:J , J., U )j ® ,~ 'Y' j~ j ~ ,... .... .- ....
... ... ... .... ... "" be. ....~"'''' ",,...,;,J <> .... '" ... ... ... ~ oJ J"'... t.". }.,.,;: ?c......
fia-j Jij f; 'SI1~~lj~~ ('4:? &-1; a-9~1~ J~I <Jjjlj ~I; l..\l..i
... .". .,,., .". .6!: /,., ... ... ... t J ;:'... { __
~,"I ~" ~I' ~~I ' .' 81 d.:LC 'II ~~j)a ~ol ". )l,lj J~:''':1.9, A \....J" }J @ ., ~j ~ J U, ('-'."o ~
~' ®~I :.A .~.II-=:..:J J,tl t. 0"~~ ~' J,.,~ ,~,1'...:. :'i1 ~ ~I~;i\u~ ., c::::::-- '/. U ., }J,.. (fl ,Y'"
/ ~ "'" J.... t~;:. ;:'~! _ J ... ,,"",.,
db) I~ .Ie ~j ~~ G)j JlJo~ A.: I l.St~ (flj JlJ~~Ij... ............ ...
o
"
}/ .. "."";1 ;1........... "... "".... -"" ...... .......... J J., .... J ....
>4) ~j I~j 4J1~jj J";,'. ,~'jj ;'~!':;'1 ~~I~ 4.Jjj~1 ~ I}(jb!. ~ ~ ".
,"-;,'~"'':; ~"I"~" ~";-"4J' :I~ ·'»"·I~II.@'~',l..4-YUt-"" .. l ... ., ..., 1..4 ... ~l.4 ~..u~~@"\"j. j. , -'-' ,
I~.:;' ;'~!':).1 ~ J.! JJ \'1:';; t:>j.;,5 jf I~~ i}~ i)Lij~o)~:J i)D"" "'"
;'~!':).1;]1 J-?IL:j ~1 J-?IL:j ~~ il":1~ i))~ 0f!,~,~iT~ oD" L:j
..:-:)j~/'lr J)L:j ~j;;';'J)L:j J;>~\irjY):0~jjJ#jj... ... ... ... ...
¥ ~ ,,--:' )) ~:J i)D" I:c OJ\; ~.~,
124. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji[87] Tuhannya dengan beberapa kalimttt(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahimberkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku(ini) tidak mengenai orang yang zalim".125. Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpulbagi manusia dan tempat yang aman. dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim[89]tempat shalat. dan Telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlahrumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
137. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu Telab beriman kepadanya,sungguh mereka Telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnyamereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memeliharakamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maba Mengetahui.138. Shibghah Allah[91]. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah?dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.139. Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah,padabal dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagikamu amalan kamu dan Hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati,140. Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwaIbrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudiatau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dansiapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dariAllah[92] yang ada padanya?" dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamukerjakan.141. \tu adalah umat yang Telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimuapa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentangapa yang Telab mereka kerjakan.[87] ujian terhadap nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bab,
membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapiraja Namrudz dan lain-lain.[88] Allah Telah mengabulkan doa nabi Ibrahim a.s., Karena banyak di antara rasulrasul itu adalah keturunan nabi Ibrahim a.s.[89] ialah tempat berdiri nabi Ibrabim a.s. diwaktu membuat Ka'bab.[90] di antaranya menjadi; Imam, rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi,diberi gelar khalilullah.[91] Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti imankepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.[92] Syahadab dari Allah ialah persaksian Allab yang tersebut dalam Taurat dan Injilbahwa Ibrahim a.s. dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasranidan bahwa Allah akan mengutus Muhammad s.a.w.
2. QS. AI-Baqarah [2]: 258 - 260:
Qj ~~~:).l J~ ~l -311~11~\~I; of ~~) J F~~:).l E'- LS~\ Jl) rJf-;.J ~ /. ""... .- ~J { ! 0 t .... J ~,.J
~" G -G:LUI ": l!~'~ ('I 'llj -.::.,.....1' ~ 'I lSI 'llj~' £.. ,} .....->jJl. L:l • ---.;...J, , f" u -,) t.?"" U " J) ~ ,... ..." ...... .... .../. .i. /. .,.
~\ 'i~\LS~ -q ~\j ")5" LSj}\~ /~ u'; :11.: t;, -.:.;li JJ'~.:II ~........ .... .. ... .... ,.:.. u ;.......... ...
..
65. Hai ahli kitab, Mengapa kamu bantah membantah[198] tentang hal Ibrahim,padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. apakah kamutidak berpikir?66. Beginilah kamu, kamu Ini (sewajamya) bantah membantah tentang hal yangkamu ketahui[199], Maka Kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidakkamu ketahui[200]? Allah mengetahui sedang kamu tidak Mengetahui.67. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi diaadalah seorang yang lurus[201] lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kalibukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.68. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yangmengikutinya dan nabi Ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepadaMuhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.[198] orang Yahudi dan Nasrani masing-masing menganggap Ibrahim a.s. itu darigolongannya. lalu Allah membantah mereka dengan alasan bahwa Ibrahim a.s. itudatang sebelum mereka.[199] yakni tentang nabi Musa a.s., lsa a.S. dan Muhammad s.a.w.[200] yakni tentang hal Ibrahim a.s.[201] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh darikesesatan.
~a.,ol,;ilif ~ ~10~" '
95. Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agamaIbrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.96. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadipetunjuk bagi semua manusia[214].
97. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215];barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan hajiadalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggupmengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semestaalam.[214] ahli Kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada diBaitul Maqdis, oleh Karena itu Allah membantahnya.[215] ialah: tempat nabi Ibrahim a.s. berdiri membangun Ka'bah.[216] yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutanserta sehat jasmani dan perjalananpun aman.
6. QS. AI-Nisi!' [4J: 125:~ ...:~,., .!! ~... "., ...t: ...... t:"" JJ .,J J '(j; J ... ':> ...! .. -; VI? ..... ., t ., ...
31j~~-~:;'l~ ~Ij~~j ~ '4.p.-j ~\~ ~~..:r->Ia-j
125. Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlasmenyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan iamengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadikesayanganNya.
,.,.... J ~ , fJ "" ... ..... ... t _ ""........ ... ... ;: ... .,,., /. ........
; ". '.L-'j" ·.l":I .. t-tlj I.\W "1.:u;-tlj~·G-~'IjI;-wc:P --:.J.r- 4,) 4;0;. r ~ u if 4,) u .) ..r-"" )
,., "~fT:li ~fT1.; JJ 11.; JIJ ~)~ ~I\;J I :li.~~WJI-!).iJ1
-7-'3' ~ "II)J <s;J! ~j ~ gf;.j Jl~ '0J;1 ~ ~Cs;' Jkja'J JIJ
t', " ,;",.. ..r- ... :: J. J. :: J.~ -,. ,..... '" J"~,- 0"..$-_".. ... ... ..-- -;",J
J~I J[j J4.0~ J~b-j~ ~"pI-.....:.-rJ \51 L:.j~---J:'j~lj
.!L ........... '" "" • J. '" ~",'" / -...... J" 't:: t' _ ..-- _~." ...}.... r- -"" "...." ... o;;i J
(.;1'; ~j I...., J,; ;~ 01 ~1 '-~ ......:-l.y~ L:. J\c..1 'lj ~..u JJj ;Jl1 JJ"-::, J. '" ." t_ J ... t .,,,,; J 11 ...... "",,;(A p'" ... ~ J
".-:)~~ 'lj~pl C:J\c..I,'n/ j(Q0JP.:2i '>t!1 l...Jf ~~ Jf=;.,
." 't-",J J ... t "... ....,,"" l t ... (. ....... ." ). J. "...... '" J'" "..., J '" ." t ~t0 1,....~L0->I~..rUI<.S1.9 I~,bl .. ;b Ic'-"-".bV:IC:J1lL~pl' '1f";:! • • \ r- .
J ,"-;''''',JJ. J"" ~! "J. J ..... J.,. j. ..:.., , ....." ... .,,} J
~j.:r~1 ~J.lfJIA~, {, oJ1 18,;.1j Iy.-ol; (f..;U1 ¢»--<)~f5.l (. r. "
01 {lliJ;;- '';:'J~ [:'J '-~~ J.P~).1 16<';1; ~.l.ltj ~0/1:t~(. ::: J t:. J
~~ r;,..;j ~~~ Y~:Jj~1 ~~ I~:~jj~;:"~c~ ->'It
;., ,~ .-:'- I, "-IT ~- -l!1~ "1.::11- " "'~ G<?~, ~~ .. :: 'IT ,r.~>WI~ <X U-' LY".}J ~J \.$. J J-(.JJ ~~ <.o>~
... ... ..."-" ...... ... " ~ ... t J I::.. ~ J. J J. .......",., ",. ...
~~ I~ t::J.,a.9 >Lf=j Lb}j~J:!j~ Ij J.,. 0 ,~,Jj
74. Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar[489],"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? SesungguhnyaAku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."75. Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan(Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar diatermasuk orang yang yakin.76. Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "InilahTuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepadayang tenggelam."77. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapisetelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak membedpetunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat."78. Kemudian tatkala ia melihat matahad terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Iniyang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,Sesungguhnya Aku berlepas did dad apa yang kamu persekutukan.79. Sesungguhnya Aku menghadapkan didku kepada Rabb yang menciptakan langitdan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah telmasuk @
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
9. QS. AI-Taubah [9J: 114:J -:: 'f _J"" ... .:;:...... .:;:"'-; J /. -... ... ... '" -:: "'.:;: -a ... ...,,., ,. ...
o.ul o4l W W3 o~j lA..LPj j..lfy if ~l ~'i ~J!l)~I ~)D l.j....,;; .... ....
r. ~ ..
«dl J} I:' "~\j, 'I'" I " -1"'/ ",.{!"dD~ I J~" • .0..:... - JJl ..LP;:. _, oJ _, f.j uj " IP.J , ,J
114. Dan permintaan ampun dad Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lainhanyalah Karena suatu janji yang Telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka,tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahimberlepas diri dad padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangatLembut hatinya lagi Penyantun.
10. QS. Hud [l1J: 69 -76:be be
;1.;- of4 w r,1'.. J[j I:.t. i)[j~J4~ ~:).JH:,,) ~;l? ',alj
i l[j rc~b >. ' ,: ,nfnr-"'" L-.~ JI 'I -~.q"'.LfT;' ~ ~7,'.:w;. I': _.y _ , ~~J J :.r::--' ,- ,()-I;'-' ,...,.._ - J qp '-, ~\ l'" .... \ ,. ... t:$ ...
.'~L Ig,~~~.'~~~[j o~hTJ' m.b·1J-i '1IT~i 'J,fbl~.qv- -~-;.: . ... ; v "WJ ~ y .. -..T U; .. J
be1J ." ... .. ... -:- .... JJ J... o ...t J t _/.", ... '" ... ... J."........._~~ lJ.JAjj~ l5lj ~I; ~~...:.Jlj ~y~~) ~IJj 0'Jj
be"'~"'l;:: J.... ;:-.--.... ";'" J ~ .;;"" '" t" ... ... ", ...t ~ J... ... r. ............ ..-~ o4.Wy'j ~I~J ~I ~10'J ~llylj~~~Zs1J I.:u.." 0}
~"'~I " y "~~I' 'I" "~ I :I~ ~ J} "J} , '''I rc .. "i~1 JA/' £1.'1" • ,(j' 1<>' Y ,sUb".-c ~;l .-, ..L..:...L..i'- .u <..::....l-I~. ~ . J L!- \.... fl; u-- . @........... ) ~ ... ...
be_... ... ""'" "t J ... ... J JJ .:;:t jj ......... ... .:;: }.... J J
I.:u.." if UO«"I ~J!~ ~(,'. .~: oJI (.FJ ~J!) U} ~;p}~jj J W0(~be ~
J .. -,'" ... ... -.:... t -.... "' .... J'"~;l;l' ~c01.:u-' -1"'·1' J.X,' "1'1,;. ..uo.ul@)J V J.-. r-y.:; < \'"1"1-' }J,/ < • j
69. Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-malaikat) Telah datang kepadaIbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahimmenjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama Kemudian Ibrahim menyuguhkan daginganak sapi yang dipanggang.70. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandanganeh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat itu berkata:"Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutuskepada kaum Luth."
14. QS. Maryam [19J: 41 - 50:"' .. },.,," ,.t,. -;. ... """ ?1!~ .. ...... }'.1~,... ...... """ J"J
'11. ¥ H<;-!~ ~~ Jl:9 ~l~ L;f l.a.:!+,o 0 DJoUl ~:;'l~' J'-~Ij
,...,... ".,." -.....,.... ...t ... ;::".........., 1- ...,. J.".}.......
(oJ l. -#1~ ~;iq.. .Jj ~l<;-!~~ 1'0 ",~~ '1j~ '1j~
~ l!lJ:.Jl- ~ L.:J .. 'i I~i;;;..· 1~7'i--" , • ~'i Q:.;.n~ o•• ...,..-0. r ,J. :J0:!, ,JJ
41. Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (AI Quran) ini.Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan[905]lagi seorang nabi.42, Ingatlah ketika ia Berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, Mengapa kamumenyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongkamu sedikitpun?43, Wahai bapakku, Sesungguhnya Telah datang kepadaku sebahagian i1mupengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah aku, niscaya Aku akanmenunjukkan kepadamujalan yang lurus,44, Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan, Sesungguhnya syaitan itudurhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah, >
45, Wahai bapakku, Sesungguhnya Aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azabdari Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan",46, Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jikakamu tidak berhenti, Maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah Aku buatwaktu yang lama",47, Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, Aku akanmemintakan ampun bagimu kepada Tuhanku, Sesungguhnya dia sangat baikkepadaku,
48. Dan Aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu sem selain Allah,dan Aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan Aku tidak akan kecewadengan berdoa kepada Tuhanku".49. Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yangmereka sembah selain Allah, kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. danmasing-masingnya kami angkat menjadi nabi.50. Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat kami dan kamijadikan mereka buah tutur yang baik lagi Tinggi.
[905] Maksudnya: ialah Ibrahim a.s. adalah seorang nabi yang amat cepatmembenarkan semua hal yang ghaib yang datang dari Allah.
15. QS. AI-Anbiya' [21]: 51 -73:
c: <-.....,.i. 4...;\1 J(j 11 ffl ~,.. 1,;:' <- ~J' J1,i ..... y~.Jj,.J ~(.JI t:51~ jiJ'J' J!t......7'...-1 ........:",. J~~ .: ~u.... ~ ...... "'/'; ..
... ....... .... -.... - ... ?... • J... ...}.... ",,' J t ~,.4 J ...... ,., ...
~~y.~ II b~~I~ b..tt;-j I}u~0.# II ~I cs}1 ~~I ~~
... t"::lt <>.J t. J.... 1.... ... J J_ J t J J "'....... ...
~,.::.•:,j ....I~~ 1~~~z:-II:;Ju ~W P J FjL;l~j~l~ .:w Ju, /
J ... ... 0 t J.... ... -;.1 t "'.... ..,?~ ... .;: ,.,
5!') J-" lSljJ~ 00J1 ~5~lj y)'; ~,II ~J~.J tY. Ju~ ~)!.\II
... .,. J • J! J t .... .,..... /:: ... ,-: ""_! ~ .... ~ '" -61"'''' .:;,., ..
~ LY-~..L: I}y 0 1~~I 0 1_ '" '1 ~bj ~ ~y'~1 ~
11; 1.::1: .' i((j~ -: J "..]1;. ~1;1 ~;{ ( L ~I IS,l:,. , ~1.::.:'-1:<..t""" u-" y 'ifJ; --.:....>~..r. " ft r ~ ft •~
J .... J.... J ... J J}oJ?.... ,;f...... ." ..... J.... -::.J'" ,-;i -".. ,; ...
o ~~) ~4J J~ (oJ'y.:y ~~ I}u~~I~ Y4:>) ~l!.;
1<" ~ ~ I;L'::,)~ i:;](j ~ ,-:)/1 ~;~ r~1;1 ,-",01 ~f ~ <-~ i~t i)(j\,# ...... ...
5I. Dan Sesunggldmya Telah kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaransebelum (Musa dan Harun)[960], dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya.52. (ingatlah), ketika Ibrahim Berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patungpatung apakah Ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?"53. Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya".54. Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalamkesesatan yang nyata".55. Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguhataukah kamu termasuk orang-orang yang belmain-main[96I]?"56. Ibrahim berkata: "Sebenamya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yangTelah menciptakannya: dan Aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan buktiatas yang demikian itu".57. Demi Allah, Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap berhalaberhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya[962].58. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecualiyang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untukbertanya) kepadanya.59. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan Ini terhadap tuhan-tuhankami, Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim."60. Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhalaberhala Ini yang bernama Ibrahim".61. Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihatorang banyak, agar mereka menyaksikan".62. Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan Ini terhadap tuhantuhan kami, Hai Ibrahim?"63. Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar Itulah yang melakukannya,Maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".
"" "'- -;;", "" "".J. if 1. "" ", -;;", 1< "" ~ "" ""., ", "" ""f-""'"~WJI ~ Ut) JoUl t.:J.~plj~~1 ~.~jj~ ~Ij~(t-t""ll
'7 ia):&\J~ ~1~0~ .qjJL: (j.J.q ry. ~0;;:; ry. Jj.qj~~ ,
69. Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.70. Ketika ia Berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?"71. Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasatekun menyembahnya".72. Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamuberdoa (kepadanya)?,73. Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"74. Mereka menjawab: "(Bukan Karena itu) Sebenamya kami mendapati nenekmoyang kami berbuat demikian".75. Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu Telah memperhatikan apa yang selalukamu sembah,76. Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?,77. Karena Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecualiTuhan semesta Alam,78. (yaitu Tuhan) yang Telah menciptakan aku, Maka dialah yang menunjuki aku,79. Dan Tuhanku, yang dia memberi makan dan minum kepadaku,80. Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku,81. Dan yang akan mematikan aku, Kemudian akan menghidupkan Aku (kembali),82. Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".83. (Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlahAku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,84. Dan jadikanlah Aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang)Kemudian,85. Dan jadikanlah Aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuhkenikmatan,86. Dan ampunilah bapakku, Karena Sesungguhnya ia adalah termasuk golonganorang-orang yang sesat,87. Danjanganlah Engkau hinakan Aku pada hari mereka dibangkitkan,88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-Iaki tidak berguna,89. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
o
,(;,..
;~, ~, ~~c..: 'L~ ,f~ ~, ~ .. 1\ :c ,~ 'L ~ , 1\
~ ~\....
~\ f,l \ :" ~"~~ (;;,
~:' , lc '1 ..
~~ ~\to
1~, , , , ' .. tj".,
}~-, I (9 C:
~<1;, ~i\ 10 \l'
-" 'a;" -'" C:" :>, ,\ ..~\ '"
-, '.- -, '"r ''i;, C:'-,
t~-, , '" .' r-, } ~ 't" .... ,f'l
"",, 1.. ,... '",'
o ¥: ;;, , -< ~ , -".. ., .., , -, r-, \' "" [~ "~t~ ,
\'1' It" ~'\ ~~:., .. =~ ,
~' .. "" ,' ~
"" '£\\ ':1'."' 't.~ \ \~t [;' ~:, r-,
t~~' ~\... .. ' .. E\ "
"" ".~
~
E" \.~\. \\ \.\) {, ~\ J~:,
1f~" c't· ...'\.\ -< 't" -, C:1\ ~, (;, '",' ...
" '.- -< -" ,...~"
,.-~,
,G..~ 1\ }; 1'- '~" <1;, .1:-: ['. ~>J, tU: \ 'Ie ,(;,.. () .. I<:l., 'I . ,'",\ C:'"" ~
-,
'~:" \\"::"1.:.-\ ... ., '.-
11' G...: ~~ ~\ '~ ~, { .. ,~, ~ ,~~ ~-\ ~ \ -, C. ,
~~· .. \ \ ~,",Il \ 0\ 0~ , ,'<i. 1;' ~i\ ~ ., I. ,.. .- , t ~' \.~\ t~
-, '.--, 'y "" Ii" -,~\ ,~..
>J
t-~ f:'e, ' .. ,~" .....'t ~. ~. c:; .. -".., , , '- oL."' e -, ..
_\ tJ°,
~: ~~ {,\r:~\,(;,.. -~ l "~ ,v'" ,(;,.. E\ ,(;,.. \t.>:. c;:~
, ..u<:' j~ ",.,e ,(;,.. ty } .. C: \\ (\ (\ 'G:l \
'~:.,
., .. 1\"- 9 '<i. ~F"
~ "",t f' ' ' , '\... " " 'e'"~\. ,
G' 'h Gi,\ e,~:, " [, --'-~." ,
~ '1. ,· , v" " '" oL."' <;:\ ,. ,
""\ ." -\ '",' -~.,
,",,'
"" (,>:. ' ~\\ l\ -" ,
"f(;;"",j
~~ C;; '\ -" ~~{,
:-' ~{~ 9 .. L. ~~ e. , '~" -,'.[\ t..: \~ 'C -, ~.-,
\\~ t,..~, l .. ,. , £;' ~~
\C: t..C:..~ ..... ,",,'~i\
~" f~ "" ' ~ . ..-" -" v ..(;,''~" -" e C: s' II., , -,
~\.,
r-" ~-,
\~> r <;: \ (;,' Il -, f ~,'I:;,
~\ ~t'C: "" ~~~.... 9~, .. e ~\ ~\., '\1 ~
~\\ -,
.0' v .. <;:"' '" ~ Col.\ t 1~"~ . .,
9-~ ,.-~,
-, '"" "-~\,(;,.. e ,:: ., .. '" .'
~\,! I.; c..:~, 'f." .. l
Ol,f'f
~ .. ~" 't, .. ')\~\'"'....
~.' ;C ..t~
(;;,
t. " 1':,
~~v"
~' : , -, oL.,· , 1:" .0' " "-'I:;, (\ ~.. "" r:F {~', 1 .,
'~" ' ' -~'~" '~" [",1\ "" ,,' -" ,..
~~'a{:\ \:;\
l"-,
't~-\
.", -, . , -,\..."
~L~ rt, '.-., ."
['" 'C: -, 'C: I:t.:'1:::" e . : " ~ ~ 'I:;, ."
""oL." it.~ ~ 9 'I:;,-\ ,~ '.- -, v .. -\ ,.- "- v ..
16. Dan (Ingatlah) Ibrahim, ketika ia Berkata kepada kaumnya: "Sembahlah olehmuAllah dan bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jikakamu Mengetahui.17. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamumembuat dusta[1l46]. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidakmampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dansembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akandlkembalikan.18. Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, Maka umat yang sebelum kamu jugaTelah mendustakan. dan ke:wajiban Rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan(agama Allah) dengan seterang-terangnya."19. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan(manusia) dari permulaannya, Kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnyayang demikian itu adalah mudah bagi Allah.20. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allahmenciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekalilagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.21. Allah mengazab siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberi rahmat kepada siapayang dikehendaki-Nya, dan Hanya kepada-Nya-Iah kamu akan dikembalikan.22. Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi dantidak (pula) di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selainAllah.23. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia,mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih.24. Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: "Bunuhlah ataubakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yangdemikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yangberiman.25. Dan Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selainAllah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalamkehidupan dunia Ini Kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkarisebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela'nati sebahagian (yang lain); dantempat kembalimu ialah neraka, dan sekali- kali tak ada bagimu para penolongpun.26. Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan berkatalah Ibrahim:"Sesungguhnya Aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku(kepadaku); Sesungguhnya dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.27. Dan kami anugrahkan kepda Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan kami jadikankenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan kami berikan kepadanya balasannyadi dunia[1l48]; dan Sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orangyang saleh.[1146] Maksudnya: mereka menyatakan bahwa berhala-berhala itu dapat memberi
syafaat kepada mereka disisi Allah dan Ini adalah dusta.[1147] Maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat
85. (Ingatlah) ketika ia Berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamusembah itu?86. Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalanberbohong?87. Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?"88. Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang.89. Kemudian ia berkata:"Sesungguhnya Aku sakit".90. Lalu mereka berpaling daripadanya dengan membelakang.91. Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu iaberkata: "Apakah kamu tidak makan[1280]?92. Kenapa kamu tidak menjawab?"93. Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangankanannya (dengan kuat).94. Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas.95. Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah p,atung-patung yang kamu pahat itu96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". .,97. Mereka berkata: "Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim;lalulemparkanlah dia ke dalam api yan~ menyala-nyala itu".98. Mereka hendak me1akukan tipu muslihat kepadanya, Maka kami jadikan merekaorang-orang yang hina[1281].99. Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya Aku pergi menghadap kepada Tuhanku,dan dia akan memberi petunjuk kepadaku[1282].100. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang saleh.101. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amatsabar[1283].102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samaIbrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpibahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Haibapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akanmendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".103. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya ataspelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).104. Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,105. Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu[I284] SesungguhnyaDemikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.106. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata.107. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orangyang datang Kemudian,109. (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".110. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Ill. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba kami yang beriman.
112. Dan kami bed dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yangtermasuk orang-orang yang saleh.113. Kami Iimpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. dan diantara anak cucunyaada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengannyata.[1278] Maksudnya: Ibrahim termasuk golongan Nuh a.s. dalam keimanan kepada
Allah dan pokok-pokok pelajaran agama.[1279] maksud datang kepada Tuhannya ialah mengikhlaskan hatinya kepada Allahdengan sepenuh-penuhnya.[1280] maksud Ibrahim dengan perkataan itu, ialah mengejek berhala-berhala itu,Karena dekat berhala itu banyak diletakkan makanan-makanan yang baik sebagaisajian-sajian.[1281] Maksudnya: Tuhan menggagalkan tipu daya mereka.[1282] Maksudnya: Ibrahim pergi ke suatu negeri untuk dapat menyembah Allah danberda'wah.[1283] yang dimaksud ialah nabi Ismail a.S.[1284] yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwamimpi itu benar dari Allah S.W.t. dan wajib melaksana- kannya.[1285] sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allahmelarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinyadengan seekor sembelihan (kambing). peristiwa Ini menjadi dasar disyariatkannyaqurban yang dilakukan pada had raya haji.
21. QS. AI-Zukhruf [43]: 26:J1f.- ......... ";,J -;; ... JJ,"," -; .. _,.....- 1i ... 1-} ......... ..
).up J)d .s;.J1 'lIJ ~ uJ¥ ~ ~~ ~J =-~~j ~~ ~:;'J J(j ~Jj
... J "" J1i...... ... ;:' ... r.......... "'...... '" ....~ . ' ". ;\;1 - . wL:,~I ~I:: '~ .. l'~ .@0~y.lr-~~~ .,. ,~JWq..;:-r--
26. Dan ingatlah ketika Ibrahim Berkata kepada bapaknya[1353] dan kaumnya:"Sesungguhnya AIm tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamusembah[1354],27. Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku; Karena Sesungguhnya diaakan memberi hidayah kepadaku".28. Dan (Ibrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal padaketurunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu[1355].[1353] di antara Mufassirin ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud denganAbiihi (bapaknya) ialah pamannya.[1354] Maksudnya: nabi Ibrahim a.s. tidak menyembah berhala-berhala yangdisembah kaumnya.
•
... .J .. '3'" JJ '"~ • ft;; ..."· J .• L-'@u.r-+~~J
26. Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan kami jadikankepada keturunan keduanya kenabian dan Al kitab, Maka di antara mereka ada yangmenerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik.
24. QS. AI-Mumtahanah [60): 4 - 6:.f. .} ....} -::: .... J. "" "" _}............ ~~ ",. JJ....... ~ ! J. .............. ",,"
~ Ij;~.r. [;,J~:;.a! l}lJ ~J~"""" ~;Ulj~:;'J~~ oy:;,1~~D ..u
~,." ...... ".""t_ .... ......... ~ ....... ~ .. ~ ......... ..-11_"' ... "" ~,.".J"'J
(;-J ~I &.w ~Il.j.wcJ~'J~~ ~:;'J J:J.i 'JJ ~o..L>j ~~ IBY
11'" ~ .,. ...::",... "",.,. ..... t ""... "'1i".. ""'- be,;~ .:uJ 8 ~ 'J LG' Q7' J -' 'I .lUI' lilil .lUI' t.JS".~ LG'" <'.~" , . .J CP~ .!J. - !J Y _ U l$"" ,,
J ~
k:;. ~y:;,i ~jj;:,5'raJQJ~ y.;JT..;:.:,f J.bJ 8.5 w~Tj iJ~
o JIJLT~T;' :&T0~ JBU-:j~<iTt:;;]Tj :&Ti;-jd;:,5'ifI4. Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orangorang yang bersama dengan Dia; ketika mereka Berkata kepada kaum mereka:"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamusembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan Telah nyata antara kami dankamu permusuhan dan kebencian buat selama-Iamanya sampai kamu beriman kepadaAllah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya[I470]: "Sesungguhnya Akuakan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun darikamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulahkami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepadaEngkaulah kami kernbali."5. "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orangorang kafir. dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah yangMaha Perkasa lagi Maha Bijaksana".6. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baikbagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan
pada) hari kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya AllahDia-Iah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.[1470] nabi Ibrahim pemah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrikkepada Allah: Ini tidak boleh ditiru, Karena Allah tidak membenarkan orang mukminmemintakan ampunan untuk orang-orang kafir (lihat surat An Nisa ayat 48).
25. Ayat-ayat yang tidak disebutkan secara langsnng:
o
6. Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dandiajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dandisempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub,sebagaimana dia Telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orangbapakmu[743] sebelum-zitu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya TuhanmuMaha mengetahui lagi Maha Bijaksana.[743] dimaksud bapak disini kakek dan ayah dari kakek.
b. QS. Yusuf [12J: 38:J
..- ";"'''- '" ill t_..- ,., ..- ~ J""............. .... _........-:: J "" ...~
~z;,(fl ~~ J.l,Fi 01W '::-JDl. Y~j~lJ~).lC>~L!I; ~~Ij
~;)J~'1lJ"OTj; f~j lJ"0T J'-j I~Jc ~T J;:aj (fl -nl'S ~38. Dan Aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub.tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun denganAllah. yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepadamanusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri (Nya).
>'
•
7. Dan (Ingatlah) ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu(sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan kami Telahmengambil dari mereka perjanjian yang teguh[1202].
[1202] Perjanjian yang teguh ialah kesanggupan menyampaikan agama kepadaumatnya masing-masing.
d. QS. Shad [38): 45:.... -;. "'"I ,,1- ".... .,. J..,............ ....... _............ j..,,,1
~!"Q.r~lj -'>f,1~1 ~JIy~j~Jj~).115..lL:-fJS'~lj
45. Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yangmempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi.
e. QS. Al-Syura [42): 13? /. .... .....,. .... - ..... .,! -::.... }. -;;i.... "'.... '" ,......... ..-
=--~ I~_~oj L:.j.lJ)l ~JI C>0llj ~y ~~ ~j L:. 0,.\11 ~ ~ ~ f;l
.,..,.... .... t: .}.........; '" .... • t (be.L:~.(".''1 \;:.,,'(" Wi_d.",:}', ..u\\ '-\"1 T' ,,' ',' ('\(ft'~ r..r..f:" ",~'p J.:t, ~ <J ~J (,$"YJ ~A
J ... .,,, - ............ "'.... "'., .... ,.~..,r::...,.... }. J.,""~~. .w\C> j ~n ; G..). .w\ -,"..c:-.oJI <\..Ji':.~.c J.:iW . ...... <.JA .... t 7T.J .. L,r4 ..... J~ ...... t \. .T
13. Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telahdiwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu danapa yang Telah kami wasiatkan kepadaIbrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlahagama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagiorang-orang musyrik agama yang kamu sem mereka kepadanya. Allah menarikkepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
[1340] yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., berimankepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat selia mentaatisegala perintah dan larangan-Nya.
f. QS. AI-Najrn [53): 37
37. Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempumakanjanji?'OJ
g. QS. AI-A'la [87]: 19.
19, (yaitu) kitab-kitab Ib h'ra 1m dan Musa
o
o
1. IDENTITASNama
DAFTARRIWAYATHIDUP
: Maisaroh Nurharjanti
Tempat, Tanggal Lahir : Gunungkidul, 27 Januari 1975
Orangtua/ AyahIbu
Suami
Anak
Alamat Rumah
: H. Muh!\ii bin Praptodimulyo: Hj. Siti Jamhariah bt. H. Rofi'i
: Faiz Rafdhi, M. Kom.(Dosen di STMIK Muhammadiyah Jakarta)
: I. Rifda Hanun (5 Juli 2002)2. Izza Mufida (3 Maret 2006)
: JI. Rusa VII / 9, RT 008/ 08, Manggarai SelatanJakarta Selatan 12860.Telp. (021) 8292409/68674313
Alamat Kantor : Pusat Penerjemahan dan Penyiapan Naskah,Sekretariat Wakil Presiden RI,Jln. Kebon Sirih No. 14 Jakarta 10110Telp. (021) 3842780 - 3865507
II. RIWAYAT PENDIDlKAN
I. SDN II Wonosari di Gunungkidul (Tamat Tahunl987)2. Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah di Yogyakarta (Tamat Tahun1993)3. Fakultas Adab, lAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Tamat Tahunl998)4. S.2 Program Studi Bahasa dan Sastra Arab pada Sekolah Pascasarjana UIN
SyarifHidayatullah Jakarta sejak tahun 2001
III. KURSUS DAN PELATIHAN
I. Kursus Bahasa Inggris di Pusat Pelayanan Bahasa Universitas Indonesia(2006)
2. In house training Bahasa Inggris oleh LB-LIA di Jakarta (2007)3. Pelatihan Jurnalistik Instansi dan Media Internal, di Bandung (2007)4. Pelatihan Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Tulis I1miah oleh
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesii! (2006)5. Pelatihan Microsoft Office XP Full Package di Sciencom Jakarta (2006)
6. Pelatihan Sistem Informasi "Paperless Online" di Telkom Bandung (2006)7. Pelatihan Sistem Informasi "Perpustakaan Online" di Telkom Bandung
(2006)8. Pelatihan Table Manner, di Sheraton Media Hotel & Tower Jakarta (2006)9. Pelatihan Table Manner, di Hotel Borobudur Jakarta (2007)10. Kursus Komunikasi Tulis dan Tata Naskah Bahasa Indonesia di Sekretariat
Negara RI, Jakarta (2007)11. Kursus Penulisan Pidato Kenegaraan di Sekretariat Negara RI, Jakarta
(2007)
IV. SEMINAR, LOKAKARYA, WORKSHOP DAN LAIN-LAIN
I. Peserta Seminar Komunikasi Politik , Jakarta (2007)2. Peserta Seminar Teknik Wawancara yang Efektif ,Jakarta (2007)3. 5th Asian Translators Forum, "Translation and Cultural Dialogue" di Bogor
(2007)
V. RIWAYAT PEKERJAAN
I. Gu'fu Pondok Pesantren An-Najah, Bekasi (1998)2. Guru Pondok Pesantren Harisul Khairat, Tidore Maluku Utara (1999)3. Guru Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah, Yogyakarta (2000-2001)4. Guru SMK Muhammadiyah 6 Jakarta (2001-2004)5. StafPusat Penerjemahan dan Penyiapan Naskah, Sekretariat Wakil Presiden
RI, Jakarta (2005-sekarang)
VI. PENGALAMAN ORGANISASI
I. Ketua Umum Persatuan Pelajar Madrasah Mu'allimaat MuhammadiyahYogyakarta (1992)
2. Pengurus Bidang Litbang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah KomisariatFakultas Adab lAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1995)
•