26
INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA KUALIT AS AIR Oleh: Bambang Hendra Siswoyo & Dedy AriefHendriyanto Abstract Penyakit ikan merupakan salall satu masalalz serius yang harus dihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit ikan selain dapat memaiikan ikan juga dapat menurunkan mutu dari ikan itu sendiri. Dari hasi! penelitian yang telai: dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ektoparasit berkembang biak pada kondisi lingkungan yang buruk dengan ditandai tingginya ammonia dan nitrit serta fluktuasi pH, DO dan temperatur. Jenis ektoparasit yang diiemukan selama penelitian adalah Diplecianum sp., Trichodina sp. dan Tetrahymena sp. pada insang. Pada kulit diiemukan Benedenia sp. danlricnodina sp. Hubungan kualitas air dengan intensiias parasii baik pada insang maupun kulit pada petak I dan II jika dilihat secara keseluruhan, rata-rata mempunuai nilai korelasi yang lemah. Khusus terhadap llubungan aniara ammonia dengan Diplectanum sp. mempunyai nilai korelasi positi] dan pola regresi linear positif dan dapat dinyatakan bahioa ammonia mempunuai hubungan yang kuat terhadap intensitas Diplectanum sp. Munculnya Diplectanum sp. yang ditandai dengan rusaknya insang merupakan indikator bahioa kandungan ammonia di lahan budidaya tersebut tinggi. Kematian tinggi akibat inJestasi patogen dan toksisitas akan sangat mungkin terjadi apabila parameter air lain yang berhubungan dengan ammonia mengalami perubalzan yang eksirim. Kata Kunci: Infestasi, Ektoparasit, Kualitas air, Kerapu 21

jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelusfuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA PARA.l~dETER

KUALITAS AIR

Oleh: Bambang Hendra Siswoyo & Dedy AriefHendriyanto

Abstract

Penyakit ikan merupakan salall satu masalalz serius yang harusdihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Kerugian yangdiakibatkan oleh penyakit ikan selain dapat memaiikan ikan juga dapatmenurunkan mutu dari ikan itu sendiri. Dari hasi! penelitian yang telai:dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ektoparasit berkembang biak pada kondisilingkungan yang buruk dengan ditandai tingginya ammonia dan nitrit sertafluktuasi pH, DO dan temperatur.

Jenis ektoparasit yang diiemukan selama penelitian adalahDiplecianum sp., Trichodina sp. danTetrahymena sp. pada insang. Pada kulitdiiemukan Benedenia sp. danlricnodina sp.

Hubungan kualitas air dengan intensiias parasii baik pada insangmaupun kulit pada petak I dan II jika dilihat secara keseluruhan, rata-ratamempunuai nilai korelasi yang lemah. Khusus terhadap llubungan aniaraammonia dengan Diplectanum sp. mempunyai nilai korelasi positi] dan polaregresi linear positif dan dapat dinyatakan bahioa ammonia mempunuaihubungan yang kuat terhadap intensitas Diplectanum sp.

Munculnya Diplectanum sp. yang ditandai dengan rusaknya insangmerupakan indikator bahioa kandungan ammonia di lahan budidaya tersebuttinggi. Kematian tinggi akibat inJestasi patogen dan toksisitas akan sangatmungkin terjadi apabila parameter air lain yang berhubungan dengan ammoniamengalami perubalzan yang eksirim.

Kata Kunci: Infestasi, Ektoparasit, Kualitas air, Kerapu

21

Page 2: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

22

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Aktivitas budidaya ikan menyebabkan upaya manipulasi danmodifikasi baik terhadap lingkungan, bio-reproduksi, kepadatan,manajemen pakan dan lain-lain.Kondisi tersebut menimbulkan tekanan(stress) terhadap komoditas yang dibudidayakan sehingga rentanterhadap penyakit baik infeksius maupun non infeksius.Munculnyapenyakit tersebut merupakan resiko biologis yang harus diantisipasi,Dalam akuakultur atau budidaya perairan, kesehatan lingkungantempat pemellharaan ikan merupakan salah satu faktor penentukeberhasilan.Unsur kesehatan lingkungan perairan yang dimaksudadalah terjadinya perkembangan polusi dan penyakit. Pada kegiatanbudidaya sistem tertutup, lingkungan perairan yang terpolusi danberpenyakit akan menyebabkan kematian ikan secara massal dalamwaktu yang singkat.

Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang harusdihadapi dalam pengembangan usaha budidaya ikan. Kerugian yangdiakibatkan oleh penyakit ikan selain dapat mematikan ikan juga dapatmenurunkan mutu dari ikan itu sendiri.Kematian yang ditimbulkanoleh penyakit ikan sangat tergantung pada jenis penyakit ikan yangmenyerang, kondisi ikan dan kondisi lingkungan.

Apabila kondisi lingkungan menurun maka kematian yangdiakibatkan oleh wabah penyakit sangat tinggi, tapi sebaliknya apabilakondisi lingkungan baik maka kematian akibat infeksi suatu penyakitlebih rendah.Tinggi rendahnya kematian akibat infeksi suatu penyakitjuga tergantung pada kondisi immunitas ikan. Wabah penyakit yangterjadi pada kondisi ikan sedang sehat tidak akan mengakibatkankematian yang tinggi, dan sebaliknya akan mengakibatkan kematianyang tinggi apabila kondisi ikan kurang sehat (Supriyadi, 2007).

Menurut penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakitinfeksi (infectious diseases) dan non infeksi (non infectious diseases).Penyakit infeksi disebabkan oleh jasad parasitik, bakteri, jamur danvirus. Penyakit parasiter yaitu penyakit akibat infeksi jasad parasitikseperti golongan protozoa maupun metazoa, Protozoa yang sering

Page 3: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

23

ditemukan sebagai organisme parasitik meliputi sporozoa, ciliata danflagellate, sedangkan metazoa meliputi: crustacea, isopoda dan helminth

n (cacing). [asad parasiter tersebut dapat menginfeksi ikan air tawarI, maupun ikan laut (Taukhid, 2(06).n Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salahn satu primadona ikan budidaya di Indonesia dan pada saat inia mempunyai potensi dan peluang pasar yang sangat menjanjikan.PotensiI. tersebut perlu disertai dengan perhatian terhadap mutu mulai dari:1 benih yang dihasilkan oleh hatchery karena kegiatan pembenihan1 merupakan awal dari rangkaian kegiatan budidaya ikan.Benih ikani yang berkualitas tinggi merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan1 kegiatan budidaya.1

I B. Perumusan MasalahBerbagai pustaka telah melaporkan bahwa sanitasi yang buruk

; merupakan salah satu faktor penyebab munculnya parasit monogenea~ yang menyebabkan infeksi primer.Hal ini menyebabkan munculnyat infeksi sekunder yang ditandai dengan munculnya bakteri bahkanI virus. Di sisi lain ikan masih dapat bertahan hidup bila kualitas air di

lingkungan budidaya tidak optimal (parameter di luar ambang).Insidensi parasit monogenea pada net cage culture mempunyai nilai lebihtinggi jika dibandingkan dengan pond system.Dari beberapa penelitiantelah ditemukan bahwa tidak terdapat korelasi antara suhu denganinsidensij prevalensi parasit.

Rendahnya kualitas lingkungan akuatik (poor sanitation) tidakberpengaruh nyata terhadap kegiatan budidaya ikan sehingga padapenelitian ini akan dapat terlihat dan terjawab untuk pertanyaanberikut:a. Parasit apa yang dominan menyerang ikan kerapu macan?b. Apakah faktor lingkungan dapat mempengaruhi timbulnya parasit?

C. TujuanAdapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

jenis dan intensitas serangan ektoparasit pada kerapu macan (E.

Page 4: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

24

fuscoguttatus) dan untuk mengetahui faktor lingkungan yangmenyebabkan timbulnya penyakit parasiter pada kerapu macan (E.fuscoguttatus) sebagai indikator penurunan kualitas lingkungan perairansekitar budidaya.

D. ManfaatSebagai Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) dalam hal

pengelolaan lingkungan budidaya ikan kerapu macan dan sebagaiindikator bahwa lingkungan perairan sekitar budidaya telah menurunditandai dengan adanya ektoparasit pada insidensi dan intensitastertinggi.

II. METODOLOGIA. Waktu, Tempat Alat dan Bahan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan [anuari sampai Pebruari2011. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari akuades,reagensia ammonia dan nitrit serta desinfektan. Alat yang digunakanterdiri dari multi parameter ion spesifik meter (HANNA instuments­Italy), hand refractometer, pH meter, termometer, slide glass, mikroskopCCTV dan akuarium beserta kelengkapannya.

B. Rancangan PenelitianPenelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian survey

(suroey research) dengan tujuan untuk mengetahui insidensi danhubungan antar variabel dari populasi sampel yang diambil.

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui 2 (dua) tahap dimanauntuk masing-masing tahap mempunyai metode penelitian yangberbeda yaitu :1. Tahap pertama adalah menginventarisasi dan mengkaji status

serangan ektoparasit terhadap ikan kerapu yang dibudidayakandimana biasanya terjadi akumulasi bahan organik yang kaya nutriendan ammonia dati hasil pembusukan sisa pakan serta fluktuasiparameter kimia lain. Pada tahap ini dilakukan diagnosis terhadapikan sampel secara mikroskopis dan konvensional. Hasil analisis

Page 5: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

25

yang diperoleh dijadikan data dasar untuk menentukan nilaiinsidensi dan intensitas parasit. Metode penelitian y~g dilakukanadalah deskriptif dimana pada tahap tersebut memperlihatkangambaran faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi ikandimana akan dilakukan komparasi dan evaluasi.

2. Tahap kedua adalah mencari kemungkinan hubungan antarainfestasi ektoparasit pada ikan kerapu macan dengan parameter airpada maslng-masing petak. Pada tahap ini, data-data seranganparasit yang telah ditemukan pada tahap sebelumnya akandikumpulkan dan dianalisis tentang sebab dan hubungannya.

Pada penelitian ini jurnlah ikan kerapu macan yangdibudidayakan pada masing-masing petak adalah 200.000 (dua ratusribu) ekor. Setelah melalui pengamatan gejala klinis ikan, melakukananamnesa, mengetahui sistem budidaya yang diterapkan sertamemperoleh data awal parameter kualitas air, asumsi insidensi parasitditentukan pada 40 %, sehingga menurut kaidah pengambilan sampelyang merujuk pada Amos (1985) dalam Lightner (1996), pada populasi~100000 ekor adalah 9 (sembilan) ekor sehingga total sampel ikanmasing-masing petak adalah 72 (tujuh puluh dua) ekor.

C. Analisis DataInfestasi ektoparasit pada ikan ditentukan oleh dua parameter

yaitu insidensi dan intensitas. Insidensi adalah Prosentase jurnlah ikanyang terinfeksi dibagi jumlah total ikan yang diperiksa. Intensitasadalah rasio antara jurnlah parasit yang ditemukan dibagi denganjumlah ikan yang terinfeksi. Rumus Insidensi dan Intensitas adalahsebagai berikut :

Insidensi =

Intensitas =

Jumlah ikan yang terinfeksi

Jumlah total ikan yang diperiksa

Jumlah oarasit vane ditemukan

Jumlah ikan yang terinfeksi

X 100%

Page 6: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

26

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara paramekualitas air (DO, temperatur, salinitas, pH, ammonia dan nitrit) dengkeberadaan parasit (intensitas) digunakan analisis regresi dan korelasiserta mencari koefisien determinasi untuk mengetahui prosentasekeberadaan ektoparasit yang dijelaskan oleh faktor parameter kualitasair melalui hubungan linear. Analisis data statistik tersebutmenggunakan Tool Data A1Jalysis Microsoft Excel.

III.HASILA. Kualitas Air

Data harian petak I untuk parameter temperatur mempunyalkisaran 30-34 oC (di udara) dan 31-37OC (30-40 em dati permukan air).Petak II, kisaran temperatnr udara sama dengan petak I yaitu 30-34OC,tetapi temperatur air berkisar dari 32·37 0<: (30-40 em dari permukanair).

Temperatur udaradi atas permukaan air eenderung lebih rendahjika dibandingkan temperatur di dalam air.Perbedaan temperatur udaradengan temperatur air di luar karamba berkisar 1-20<: sedangkan didalam karamba berkisar 2-30<:.

Salinitas tertinggi pada petak I dan II selama peneIitian adalah 26ppt dan terendah adalah M ppt. Oari data harlan, niIai rata-rata salinitaspetak I dan II adalah 22,9 ppt Hanya minggu pertama dan ketiga yangmempunyai rata-rata salinitas yang sama yaitu 23,4 ppt (minggu ke-l)dan 23 ppt (minggu ke-3). Selain minggu ke-l dan ke-3 niIai salinitaspetak I lebih rendah dari petak II.

Oksigen terlarut (00) pada petak I mempunyai kisaran 5,0-6,6mg/L sedangkan pada petak II adalah 5,5-6,8 rng/L, [ika dirata-ratakan,data harlan petak I mempunyai kisaran nilai DO 5,27-5,86 mg/L danpetak n adalah 6,16-6l,47 mg/L Selama pengamatan, total nilai DOpetak I lebih rendah daD petak II dimana petak I mempunyai rata-ratanilai 5,64 mg/L dan petak II mempunyai nilai 6,39 mg/L. Konsentrasi00 di luar karamba cenclerung lebih tinggi jika dibandingkan dengankonsentrasi di dalam karamba. Secara teknis, petak I dan II mempunyaiperlakuan yang sarna yaitu dalam manajemen pemasukan dan

Page 7: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

27

r pergantian air, penambahan oksigen pada malam hari dengan\ menggunakan aerator, waktu pergantian jaring, kedalaman kolam dani air serta manajemen pemberian pakan. Seeara fisik pada siang hari riak~ air kolam di petak I dan II di luar karamba terlihat kuat tetapi di dalam; petakan karamba terlihat kecil karena terhalang oleh jaring yangt mempunyai ukuran mata jaring 1 em dimana lumut dan kotoran sering

menempel di pinggir jaring tersebut.Pengukuran pH dilakukan seminggu sekali dimana pada

minggu ke-O (awal pengambilan data) diperoleh nilai pH 7,33 padapetak I dan 7,30 pada petak II. Data yang diperoleh pada petak Imempunyai kisaran nilai 7,2-7,4 pada masing-masing stasiunpengamatan. Nilai rata-rata selama penelitian adalah 7,29 dimana nilaiterendah terjadi pada minggu ke-6 dan ke-7 dengan konsentrasi 7,24dan nilai tertinggi terjadi pada minggu ke-O dan 2 yaitu dengan nilai7,33. Pada petak II, kisaran konsentrasi pH adalah 7,2-7J3 pada masing­masing stasiun pengamatan. Nilai rata-rata selama penelitian adalah7,36 dimana nilai terendah terjadi pada minggu ke-5 yaitu 7,29 dan nilaitertinggi pada minggu ke-6 yaitu 7,6. Dari hasil pengamatan, perbedaanpH petak I berkisar 0,1-0,2 sedangkan pada petak 2 berkisar 0,1-0,6.

Dari hasil pengamatan, konsentrasi ammonia masing-masingstasiun pengamatan di petak I mempunyai kisaran 0,55-1,55 mg/Lsedangkan petak II mempunyai kisaran 0,50-1,03 mg/L. Konsentrasitertinggi pada petak I setelah dirata-ratakan dari beberapa stasiunterjadi pada minggu ke-5 dengan nilai 1,52 mg/L dan terendah padaminggu ke-O (awal pengambilan data) dengan nilai 0,63 mg/L. Padapetak II, nilai tertinggi terjadi pada minggu ke-4 dengan nilai 0,89 mg/Ldan terendah pada minggu ke-O (awal pengambilan data) dengan nilai0,54 mg/L, Setelah dihitung nilai rata-rata total selama penelitian,konsentrasi ammonia petak I mempunyai nilai lebih tinggi dibandingpetak II yaitu 0,93 mg/L untuk petak I dan 0,68 mg/L untuk petak II.

Konsentrasi nitrit selama penelitian berkisar antara nilai 0,01­0,03 mg/L untuk petak I dan 2 di masing-masing stasiun pengamatan.Pada petak I nilai tertinggi terjadi pada minggu ke-3 dan 4 dengan nilai0,024 mg/L sedang terendah terjadi pada minggu ke-6 dengan nilai

Page 8: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

28

0,016 mg/L. Pada petak II nilai tertinggi terjadi pada minggu ke-6 dandengan nilai 0,027 mg/L sedang terendah pada minggu ke-O (awpengambilan data) dengan nilai 0,014 mg/L. Nilai rata-rata selcunapenelitian tidak terjadi perbedaan yang ekstrim antara petak I dan petakII dirnana petak I mempunyai nilai 0,02 mg/L dan petak II mempunyainilai 0,021 mg/

B. Insidensi dan Intensitas EktoparasitPada petak I terdeteksi sebanyak 62 (enam puluh dual ekor ikan

terinfeksi Diplectanum sp. yang menyerang insang dengan nilai insidensiterendah 77,7% yang terjadi pada minggu ke ~1,5,6 dan 7 dan tertinggi100% pada minggu ke-2 dan 8. [ika dihitung selama 8 (delapan) minggumaka nilai insidensi total adalah 86,1 %. Pada petak II, total ikan yangterinfeksi Diplectanum sp. berjumlah 48 ekor dengan nilai insidensiterendah 44,4%yang terjadi pada minggu ke -2 dan tertinggi 88,9% padaminggu ke-4 dan 7. [ika dihitung selama 8 (delapan) minggu penelitianmaka nilai insidensi total adalah 66,7%. Selain DipIectanum sp. yangmenyerang insang kerapu macan juga terdeteksi parasit Tetrahymena sp.yang menginfeksi 33 ekor ikan pada petak I dengan nilai insidensiterendah 11,1 %pada minggu ke-4 dan tertinggi 66,7% pada minggu ke­5. Nilai insidensi total 45,8%. Pada petak II, Tetrahymena sp. menginfeksi40 ekor ikan dengan nilai insidensi terendah 22,2% pada minggu ke-Sdan tertinggi 55,6% pada minggu ke-1,4 dan 6. Nilai insidensi total55,6%. Parasit Trichodina sp. juga ditemukan pada insang kerapu macan.Pada petak I Ttichodina sp. menyerang 36 ekor ikan dengan insidensiterendah 22,2% pada minggu ke-7 dan tertinggi 77,8% pada minggu ke­1. Nilai insidensi total selama pengamatan adalah 50%. Pada petak IITrichodina sp. menyerang 33 ekor dengan insidensi terendah 22,2% padaminggu ke-5 dan tertinggi 55,5% pada minggu ke-1,4 dan 6. Nilai totalinsidensi selama penelitian adalah 45,8%.

Dari hasil pengamatan selama penelitian, parasit yangditemukan menyerang kulit adalah Trichodina sp. dan Benedenia sp.Gejala klinis ikan yang terserang parasit tersebut adalah mempunyaimucus atau lendir yang berlebihan serta wama tubuh agak memudar

Page 9: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

7

I1

\

29

(pucat). Parasit Benedenia sp. di petak I mempunyai nilai insidensiterendah pada minggu ke-2 dan 4 dengan nilai 11,1 % dan tertinggi padaminggu ke-6 dengan nilai 55,6%. Terhadap parasit Trichodina sp. nilaiinsidensi terendah terjadi pada minggu ke-2 dengan nilai 11,1 % dantertinggi pada minggu ke-6 dan 7 dengan nilai insidensi 88,9%. Padapetak II, nilai insidensi Benedenia sp. terendah terjadi pada minggu ke-I,3 dan 8 dengan nilai 22,2% sedang nilai tertinggi terjadi pada mingguke-2,4 dan 7 dengan nilai 44,4%. Parasit Trichodina sp. mempunyai nilaiterendah pada minggu ke-2 dan 4 yaitu 33,3% sedangkan tertinggi padaminggu ke-5 dengan nilai 100% dengan kata lain seluruh sampel yangdiperiksa terinfeksi parasit tersebut.

Intensitas parasit tertinggi pada insang adalah Tetrahymena sp.dimana populasinya kadang bergerombol dengan ukuran yang kecil.Trichodina sp. danDiplectanum sp. juga mempunyai nilai intensitas tetapitidak sebanyak Tetrahymena sp. Intensitas ektoparasit pada kulit kerapumacan pada petak I dan II didominasi oleh Trichodina sp. yangmerupakan protozoa jenis cilliata sedangkan Benedenia sp. mempunyaiintensitas yang lebih rendah. Benedenia sp. merupakan parasit jenismonogenea seperti halnya Diplectanum sp. pada insang.

Tabell.Nilai korelasi antara parameter kualitas air dengan intensitas

ektoparasit pada insang

ParameterNilai Korelasi terhadap

Kualitas /JJr Diplectanum sp. Tetrahymena sp. Trichodina sL-PI PII PI PII PI PII

Temperatur (+) 0,39 (+) 0,14 (+) 0,48 (+) 0,84 (-) 0,04 (-) 0,36

Salinitas (+) 0,20 (-) 0,14 (+) 0,50 (-) 0,24 (-) 0,30 (+) 0,31DO (-)0,17 (+) 0,47 (+) 0,02 (-) 0,53 (-) 0,46 (-) 0,22pH (-) 0,14 (-) 0,55 (-) 0,56 (-) 0,44 (-) 0,24 (-) 0,43

Ammonia (+) 0,97 (+) 0,47 (+) 0,83 (+) 0,04 (+) 0,53 (+) 0,14

Nitrit (+) 0,10 (0) 0,40 (-) 0,10 (-) 0,24 (+) 0,62 (-) 0,51

,) ~ .. -

Page 10: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

Tabel2.Nilai korelasi antara parameter kualitas air denganintensitas

______e_kt--'oparasit e.ada kulit '

30

ParameterKualilas Air

Nilai Korelasi terhadap _

Benedenia sp, Trichodina sp_,_

PI PII PI PII

Temperalur (-) 0,28 (+) 0,90 (+) 0,22 (+) 0,33Salinitas (+) 0,05 (+) 0,28 (-) 0,42 (+) 0,33

DO (+) 0,75 (+) 0,41 (+) 0,42 (+) 0,14

pH (-) 0,14 (+) 0,75 (-) 0,02 (+) 0,26Ammonia (+) 0,14 (+) 0,33 (+) 0,14 (+) 0,51

Nitrll (-) 0,20 (+) 0,28 (+10,52 i!) 0,14Keterangan: (+) dan (-) untuk menunjukkan pola garis regresi linear

Page 11: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

31

'\"Hubungan Temperatur Air dengan Intensitas Ektoparasit pada Insangdan Kulit

16 --- -""---' ----_.-. -'-'---'--' --- .- _.--------- - ~.~------~- ._-----~,--

• Dlplectanum .p.14 . •yo3.30x· 99.8R'00.23'r o048

12 ' ' .. • Tetrahymena

•10 .k- 1 • ,III

~ • A T~chodlna Ip.'" i • ,... Y' ·0.20x.111.4III 8e • R'00.002; r00.04 -.! -"T

, -Linear (Dlplectanum Ip.).= 6 •-- •4 y02.90x· SO.80 • • - Linear (Tetrahymena)R'oO.1l;r oO.3S

2 -Linear(T~hodln8 .p.)

0 . • •33.0 33.2 33.4 33.6 33.8 34.0 34.2

Terrperatur ( 'C)

16 ._.- - - -- . ---- --- ------,-_ •.._._-- --'--'-----' "-'~"-'---._--------I, ,

14 II Benedenla 8p.

12 ,.'.82x· ••.ee

10II'-o.05;r 00.22

A T~chodina Ip.WI

" • A A= , AWI 8c A41 II.. 6

,-Llnear(Benedenia Ip.)e I Jl. II

4 yL '.30.•• 1.71 I ,

IR'oO.OI;raQ,21

2 II -Linear (T~chodlneIp.)

0 . . • •33.0 33.2 33.4 33.6 33.8 34.0 34.2

Temperatur (OC )

Page 12: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

32

Hubungan Salinitas dengan Intensitas Ektoparasit pada Insang danKulit

14 r-···-······· _.. --_._---~ ..... ' ,---.-- . -_..--- --_.- .-- '-'i,

Diplecill/lllll ep.0 0 y··0,45x+2\94 ID

12 0 R"0,08 ;r'0,240 0 0 0 Tetrah)mn

10 C,

0D i

yo ·0,48x +'18,09 I,A Trichollnllp.rJl 8 R"0,02 ;r.O.14 A

,!III r) i.'to

XrJl

Y'0,40x· 2,71 8 ac 6 h h I-Unear101!ieClanum ep.)I

Gl I-.5 C R"0,1O:r'0,31 ,4 c

I -Unear{T_)Illene),I

2 I -LJneat (Tricho d1n8lp.)II

0I

22,8 23.0 23,2 23.4 23.6 23,8 24.0 24.2 24.4 24.6Salin~as (ppll

16 ... .,- ... . - _.-... - .._-- -- ... +-_._--"-----_.__.• ---'j

14,

-s i a Ber*erllip.

12 y.·2,06X+57,97 iI

R'·O,'B;r·0,42 !

106 t Trict1OdirJllp.fIl

," , , ,

1 J i~fIl 8 IcI) D.. i.5 6 a a p _Llnw(Btnedenlllp.)

I

4 0 IY' O,2OX' 0,37 a I

2 I R'·O,OO3; r' 0.05 , -Line.. (Trlchodlnllp.)

0 i. . . •22,8 23,0 23,2 23.4 23,6 23,8 24.0 24,2

S.Unlt•• (ppt)

Page 13: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

33

Hubungan DO dengan Intensitas Ektoparasit pada Insang dan Kulit

16 -_.-_.- -'~----"--------"-------"-----"--_._----,

• ,! • Dlplecl8l1um sp.

14 ii

T.lr.hym.ne12 • , •i• ,i I

10 - "-t,- • IIII • , • T~chodln..p,,m •III 8 !c •! -Linter (Dlpl.cl.num SP,)

6 • ~

• •4 • - Linter(T.lr.hym.ne)

2 -Linter(Trichodln.sp,)

05,60 5,62 5,64 5,66 5,68 5,70 5,72 5,74

Konsentrasi DO (111l/L)

16 ---- .. _---- ----~._-------_._-_ .._----,._..__ . ~ -- .. ---._-- -_. -_ ..~----,

14 • Bened.nla sp,I II

12 ,- ICIl 10 • Trichodlna sp,

III • • • I~ L •1Il 8c11-=(1III..

6 ; -Linear (Benedenl. Sp,)cII- "

4 L-II

2 0 _L1neer (Tnchodlna sp.)

05,60 5,62 5,64 5,66 5,68 5,70 5,72 5.74

KDnsentrasl DO (mg/l)

Page 14: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

34

Hubungan pH dengan Intensitas Ektoparasit pada Insang dan Kulit

16 -_._---------• I • Olplectlnum .p.

14 I12 ; • y··31,72.+241,51 • Tetl1hymena• • R'00,31;r=0,16

.. 10 , I~ -L , Trichodlna.p.•.. 8 yo ·8,8S.+1;,28e • •J!l R'00 OS' roO,24 -Linear(Telrahymena).E 6 * I' t-• • yo·7,1.+58.84

4 • R'00,02;r oO,14 -Linear (Trlchodlna.p.)

2 -L1n..r(Olplectanum .p.)

07,22 7.24 7.26 7.28 7,30 7,32 7,34 7.36

pH

16 c------.--- _._---~-------_.-----_.-

I,14 I II Benedenl8lp.!12 y.·\00.+1Il,13

R"0,0003 :1 00,02

• 10 , Trichodlne Ip.

~ , , , , ,• 8!

,II I

.5 6 • III -L1neer (B enedenla ,p.)I

4 IIa

Y'·5AIIc+44,72

2 II R'00,02 ;roO, II -Linear (Trlchodlne sp.)

I07.22 7,24 7,26 7.28 pH 7,30 7,32 7.34 7.36

-,

Page 15: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

Hubungan Ammonia dengan Intensitas Ektoparasit pada Insang danKulit

16

14 A II 8enedeniasp.

12 y~O.sex+8,78

til 10Rl=O,02;r=O,14 • A Trichodinesp.

ClI -. A A~ Atil 8 Ac

IIQI- 6 II -Linear (8 enedenia sp.)c II II II-4 II

~ y' O,87x +4,48

II Rl ~O,02; r~O,14-Linear{Trichodins sp.)2

0 • • • •0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6

Ammonia (mglL)

35

• Dlpleclanum Ip.

• Trlchodlnup.

• Telrehymena

-llneer (Trlchodlna Ip.)

-Linter(Tatrahymena)

-Linear(Olpleclanum Ip,)

1.6

16•14

12

!10

.,. 8cS.E 6

4

2

00.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4

Ammonia (mg/L)

Page 16: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

• DlplectJnum Ip.

• Totrahjmenl

" Trlchollnaap.

-Lineer(Tetrahymana)

-Linellf(Diplectanum Ip.)

-Llnear(Trichodlnllp.)

0.0250.0230,019 0.021

Nltrlt (mgil)

Y.·74,07. +11.0~ •R.;'. 0,01;r -0,-:1 •• I• ..• y·293,03x+2.e1

• R'.0.30;r.0.02 •, •• yo 77,19. +U~• • R"O.Ol;r'O.1l ••

0.017

----------'--------'-"-------~,.-------16.0•14.0

12.0

f/) 10.0~ •r! 8.0 -~ 6.0-

4.0

2.0

0.00.015

HubunganNitrit dengan Intensitas Ektoparasit pada Insang dan Kulit

36

16.0 -------._._-." " -- - --- --,--- 'l14.0 " I II Benedenillp,

I

12.0Y'344.94.+2.00

IR"0.27: r '0.62 ...

10.0,

! " TrIchodinllp.

" • 1 " " I" 6.0 - "c! y•••I.12.+UO II.5 6.0 g II

-L1neer (Benedenillp.)• R"0&4:r'0.20

4.0 II2.0 II -L1neer (TrlChodll1llp.)

0.00.015 0.017 0.019 0.021 0.023 0.025

Ntrlt (mg/L)

Page 17: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

37

IV. PEMBAHASAN

A. Hubungan Parameter Kualitas Air dengan Intensitas EktoparasitRata-rata metabolisme ikan mempunyai hubungan erat dengan

temperatur air. Metabolisme yang paling bail< terjadi pada saartemperatur tertinggi di kisaran normal (Svobodova et al., 2009). Kabata(1985) mengatakan bahwa perubahan temperatur yang terjadi sangatcepat akan membawa perubahan patologi pada insang. Infestasimonogenea (Diplectanum sp.) dan Tetrahymena sp. pada insangmempunyai garis regresi dan korelasi positif, tetapi Trichodina sp.mempunyai garis regresi dan korelasi negatif. Hal ini mungkindisebabkan karena Trichodina sp. mudah menyerang ikan dalamkondisi dengan nafsu makan kurang (annorexia) yang biasanya terjadipada temperatur rendah,

Antara temperatur dengan intensitas Diplecianum sp. danTetrahymena sp. pada petak I mempunyai hubungan yang sedang. Padapetak II antara temperatur dengan intensitas Tetrahymena sp.mempunyai hubungan sangat kuat berbeda dengan Diplecianum sp.yang mempunyai hubungan Iemah. Dari hasil tersebut tidak dapatdiambil kesimpulan bahwa temperatur mempengaruhi intensitasektoparasit karena hanya terjadi pada Tetrahymena sp. di petak II saja

x . yang mempunyai hubungan sangat kuat. Akan tetapi Noga (1996)menjelaskan bahwa reproduksi monogenea dikontrol oleh temperaturdimana mempunyai range yang sempit. Monogenea seringberkembang pesat pada musim semi. Bayoumy et al. (2008) jugamengatakan bahwa temperatur merupakan parameter abiotik sangatpenting dan pengaruhnya sangat besar terhadap siklus hidupmonogenea. Pada penelitiannya dijelaskan bahwa ditemukan korelasipositif yang tinggi antara temperatur dengan insidensi monogeneayang secara umum dapat dijelaskan bahwa meningkatnya temperatursejalan dengan meningkatnya rata-rata pertumbuhan monogenea.

Kasus infestasi Trichodina sp. pada insang berbeda denganinfestasi pada kulit dimana produksi lendit pada kulit melimpahsehingga mempengaruhi pergerakan ikan. Antara temperatur dengan

Page 18: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

38

intensitas Trichodina sp. pada kulit mempunyai korelasi positif.walaupun pada petak I pengaruh lemah dan pada petak II mempunyai .pengaruh sedang. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikatakan Grabda(1991) bahwa tubuh sebagai inang merupakan substrat bagiperkembangan parasit secara individu dimana bagian yang paling.penting terhadap lingkungan adalah temperatur air. Dari hasil .penelitian dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yangkuat antara temperatur dengan intensitas Triclwdina sp. baik padainsang maupun kulit. Dari penelitian Garcia et al. (2009) ditemukanbahwa Trichodina sp. tidak mempunyai hubungan yang signifikandengan temperatur.

Hubungan salinitas dengan intensitas ektoparasit baikDiplectanum sp., Tetrahymena sp. dan Triclwdina sp. pada petak I dan IItidak ada yang menunjukkan pengaruh kuat bahkan pada petak II,antara salinitas dengan Diplectanum sp. dan Tetrahymena sp.mempunyai korelasi negatif begitu juga dengan Trichodina sp. padapetak I. Hal ini disebabkan Trichodina sp. mempunyai toleransi yangluas terhadap salinitas hingga 60ppt (Kabata, 1985). Tawfik etal. (2006)mengatakan bahwa koreIasi positif ditemukan antara insidensiTrichodina sp. dengan turbidity, DO, nitrit dan ammonia sedangkandengan salinitas tidak terjadi hubungan yang spesifik, Dari penelitanColomi & Diamant (2005) menemukan bahwa pada salinitas 40 ppt,30.000 ekor European Sea Bass dengan herat 200 g terinfeksi Trichodinasp. dan Diplectanum aequans pada insang dengan serangan herat.Setelah dilakukan evaluasi, infeksi monogenea temyata berhubungandengan parameter air yang peningkatannya mungkin disebabkan olehkonduktifitas elektrik yang ditandai dengan penambahan NaCI yangberarti meningkatnya salinitas (Garciaetal., 2003).

Hubungan antara salliritas dengan intensitas parasit pada kulitdi petak I dan II terjadi perbedaan dimana saIinitas dengan Benedeniasp. pada petak I menunjukkan korelasi linear positif dan Trichodina sp.herkorelasi linear negatif sedangkan pada petak II, intensitas 2 (dua)parasit tersebut mempunyai nilai regresi dan korelasi yang positifdimana Trichodina sp. 0,33 dan Benedenia sp. 0,28. Noga (1996)

Page 19: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

39

mengatakan bahwa untuk ikan perairan payau, salinitas tidak bolehdiatur lebih dari 10 ppt selama beberapa jam. Begitu juga denganvariabel kualitas air yang lain. dimana perubahan yang cepat akanmempunyai toleransi yang rendah terhadap ikan sehingga manifestasipenyakit akan timbul. Hal ini tidak sependapat dengan Ernst et ai.(2004) yang menyatakan bahwa pengaruh salinitas terhadap periodsembrionasi terhadap Benedenia sangat menentukan inkubasi embriopada 25, 30 dan 35 ppt dan pada fase telur di salinitas 20 dan 50 ppt.

Hubungan oksigen terJanrt (DO) dengan ektoparasit padainsang di petak I mempunyai korelasi negatif terhadap Diplectanum sp.dan Trichodina sp. sedang terhadap Tetrahymena sp. berkorelasi linearpositif. Pada petak II, korelasi positif hanya ditunjukkan olehDiplectanum sp. sedangkan ektoparasit yang lain berkorelasi negatif.Dari penelitian Garcia et al. (2009) dilaporkan hubungan antara DOdengan Trichodina sp. berkorelasi negatif dimana kadar oksigen yangrendah lebih disukai Trichodina sp. untuk melakukan reproduksi.Hubungan DO dengan intensitas ektoparasit pada kulit baik padapetak 1 maupun petak II menunjukkan korelasi positif terhadapBenedenia sp. dan Trichodina sp. Hal ini bertolak belakang dengankejadian infestasi Trichodina sp. pada insang. Madsen et al. (2000)mengatakan bahwa DO mempunyai korelasi positif terhadap infestasiTrichodina sp. dimana DO yang rendah dapat menyebabkankonsentrasi bahan organik tinggi yang sesuai untuk reproduksiTrichodina. Tawfik et al. (2006) dalam observasinya mengatakan bahwaDO mempunyai korelasi negatif terhadap insidensi dan intensitasTrichodina sp. dan Apiosom« sp. Hubungan 00 dengan intensitasDiplectanum sp. pada insang eli petak I menunjukkan korelasi negatifsedangkan pada petak II menunjukkan korelasi positif.

Secara umum Diplednnum sp. hanya menyerang insangsehingga reproduksinya akan semakin meningkat pada kondisi ikanmengalami gangguan respirasi. Hal itu berkaitan dengan kandunganoksigen terlarut yang ada pada perairan tersebut karena semakin kecil00 akan menyebabkan respirasi terhambat dan infestasi monogeneasemakin besar. Noga (1996) m.engatakan bahwa rendahnya oksigen

Page 20: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

40

menyebabkan infestasi monogenea dalam skala berat ditandai denganreproduksi yang cepat. Berbeda dengan pemyataan Post (l987) bahwatidak diketahui hubungan antara reduksi oksigen dengan timbulnyamonogenea karena selama observasi yang dilakukannya menun[ukkantidak ada pengaruh reduksi oksigen terhadap munculnya parasit jenismonogenea ssdangkan deplesi oksigen rengarulmya cukup rendahdan tidak ada pengaruhnya terhadap munculnya cacing.

Hubungan pH dengan sernua [enis parasit yang menyeranginsang pacla petak I dan II menuniukkan nilai korelasi negatifsedangkan terhadap kulit hanya pada petak II sa::a yang mempunyainilai korelasi positif, Singhal ei al. (1986) melaporkan bahwameningkatnya pH mempunyai korelasi tinggi dengan infestasiTrichodina sp. Berbeda dengan pernyataan Madsen et al. (2000) bahwapH tidak 'memperlgaruhi rata-rata intensitas Trichodina sp. Tetapi,penelitian tersebut tidak clilakukan pada pH 5,45-6,39 sebagaimanadilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Singhal et al. (1986). Padapenelitian ini hubungan antara pH dengar intensitas ektoparasit padainsang mempunyai hasil yang konsisten, akan tetapi pada infestasikulit di petak II ditemukan hal yang berbeda, Jika dilihat dari kondisiparameter air di petak tersebut, kondisi pH cenderung lebih fluktuatifjika dibandingkan dengan petak I. Hal lain yang mungkin terjadiadalah karena kondisi pH selama penelitian dalam kisaran normal danapabila terjadi infestasi parasit mungkin disebabkan oleh faktor lainyang berkaitan dengan perubahan pH seperti ar:unonia, temperaturdan 00. Svobodova et al. (2009) mengatakan bahwa meningkatnya pHakan diiringi dengan meningkatnya temperatur dan ammonia sertamenyebabkan kandungan oksigen terlarut .nenurun.

Kadar ammonia peda petak I dan II melebihi standar bakumutu dan menyebabkan terjadinya korelasi yang positif terhadapsemua jenis ektoparasit baik pada insang maupun kulit di kedua petaktersebut, Koefisien korelasi antara ammonia dengan ektopa:rasit padainsang di petak I cenderung lebih tinggi jika dibandingkan pada petakII. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kac'ar ammonia antara petak Idan II dinlana pada petak I cenderur.g lebih tinggi. Ammonia

Page 21: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

41

mengandung sisa bahan organik yang terakumulasi sehingga dapatmenyebabkan racun yang proses awalnya diserap melalui Insangsebagai alat pemafasan. Akibat penyerapan tersebut ada kemungklnanterjadi kerusakan filamen insang yang kemudian akan dijadikan iangoleh patogen. Pada penelitian ini ditemukan Diplectanum sp. padamsang di petak I dengan intensitas tinggi yang merupakan pengaruhdari tingginya kadar ammonia pada organ tersebut. Boyd (1982)mengatakan bahwa amoniak meningkatkan konsumsi oksigen olehjaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan darah untukmelakukan transportasi. Adanya konsentrasi subletal amoniak dapatmeningkatkan sensitifitas ikan terhadap penyakit. Noga (1996)mengatakan bahwa infestasi rnonogenea biasanya merupakanindikator bahwa sanitasi dan pengawasan kualitas air buruk sepertitingginya ammonia atau nitrit, polusi bahan organik dan rendalmyaoksigen terlarut. Reproduksi mereka sangat cepat pada kondisi yangdemikian karena dalam waktu 24 jam mereka dapat bereproduksi duakali dengan cara vivipar.

Kadar ammonia yang tinggi di petak I mempengaruhi InfestasiTetrahymena sp. dengan hubungan yang sangat kuat yaitu pada nilaikorelasi 0,8:3. Pada petak Il mempunyai hubungannya lemah. Begitujuga terhadap Trichodina E;p. yang menyerang insang dimana padapetek I mempunyai hubungan yang kuat tetapi pada petak IIhubungannya lemah. Hal ini mungkin disebabkan karena Tetrahymenasp. dan Ttichodina sp, menvukai inang dengan kondisi mucus/ lendiryang berlebihan yang merupakan indikator bahwa kualitas air jelekseperti kondisi pada petak I, sedangkan ikan pada petak II mempunyaikondisi yang normal sehingga lendir yang dijadikan inang parasittersebut tidak diproduksi oleh ikan. Noga (1996) mengatakan bahwaparasit menyebabkan iritasi dimana sering menyebabkan hiperplasiapada epitel atau meningkatsan produksi lendir. Ketika hiperplasiamencapai serangan berat, hal yang terjadi adalah kulit menjadi buramdimana kejadiannya sama dengall insang yang terserang hipoksiaberat, Supriyadi (2007) mengatakan bahwa Tetrahymena sp. merupakanpamsit fakultatif yang terdapat pada kulit dan sirip tapi kadang-

Page 22: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

42

kadang ditemukan pada insang. Gejala klinis y,mg dapat temukanadalah warna ikan agak kusam, gerakan ikan lamban, jika menginfeksiinsang maka ibn akan kelihatan megap-megap. Kondisi yang memieu.infeksi parasit ini adalah kualitas air yang buruk serta kepadatan ikanyang terlalu tinggi.

Hubungan nitrit dengan intensitas Diplectanum sp. danTetrahymena sp. pada insang di petak I adalah lemah sedangkan padapetak II huhungannya sedang. Terhadap Trichodina sp. di petak I danII mempunyai hubungan yang kuat tetapi regresi lineamya berbeda,Dalam penelitian ini, konsentrasi nitrit masih dalam batas yangdirekomendasikan sehingg;a tidak menunlukkan adanya degradasiyang dipengaruhinya. Kuatnya hubungan antara Nitrit denganTrichodina sp. di petak I mungkin kadar ammonia yang tinggi dalamkolam karena nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dannitrat serta antara nitrat dengan nitrogen dalam proses nitrifikasi,Dalam PP No. 20 Tahun 1990, Tanggal 5 [uni 1990 te:ntangPengendalian Pencemaran Air Oaftar kriteria kualitas air Golongan C(Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan danpetemakan), konsentrasi Nitrit sebagai N adalah maksimal 0,06 mg/L.

Kejadian selama penelitian mungkin bisa juga disebahkankarena nitrit yang telah terbentuk dari ammonia melalui prosesnitrifikasi telah terbuang dengan adanya pergantian air yang rutinsetiap hari. Noga (1996) mengatakan bahwa pergantian air 25-50 %setiap hari akan mengurangi konsentrasi nitrit. Hal lain yangmenyebabkan nitrit tidak mempengaruhi infestasi patoge:n adalahdisebabkan karena proses nitrifikasi akan selalu dipengaruhi oleh pH,temperatur dan IX) dimana pada petak I dan II selama penelitian,konsentrasi pH dan 00 masih dalam kisaran yang direkomendasikanwalaupun temperatur mengalami :fluktuasi. Russo &. Thurston (1991)mengemukakan banwa faktor yang mempengaruhi proses nitrifikasiadalah pH, tempemtur, oksigen terlarut, jumlah bakteri nitrifikasi danmunculnya zat-zat penghambat,

Page 23: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

43

B. Pengelolaan Kesehatan Ikan dan LingkunganPenyakit lingkungan disebabkan oleh berbagai macam faktor

baik fisik rr.aupun kimiawi, diantaranya adalah rendahnya kandunganoksigen terlarut, tingginya kandungan nitrit, nitrit ataupun racun-racunlain yang merupakan hasil manipulasi dan aktifitas manusia yangmasuk ke dalam lingkungan budidaya. Pengelolan kesehatan ikan danlingkungan budideya ikan kerapu sarna seperti terhadap ikan laintergantung dari rekomendasi standar baku mutu parameter kualitas air.Terhadap lingkungan budidaya yc,ng mernpunyai kandungan oksigenyan:s terlalu tinggi akan menyebabkan gas bubble aieeaase«. Pencegahandan penanggulangan terhadap kasus tersebut adalah dengan melaku­kan pergantian air yang cukup, menghindari terjadinya blooming alga,monitoring rutin kadar oksigen terlarut dan melakukan penambahan airuntuk menghilangkan nitrogen (Dewi dkk, :!002).

Rendahnya oksiger terlarr.t menyebabkan penyakit hipoksia,Penvebab rendahnya 00 tersebut berkaitan dengan dua faktor utamayaitu kareru tingghya bahan organik dan adanya blooming alga yangkemudian mati (Djokosetyanto, 20C6). Pencegahan dan penanggulangankasus tersebut adalah monitoring kandungan oksigen terlarut secaraperiodik serta penyediaan aerasi yang cukup terutama pada saatmendekati titik kritis oksigen (Dewi dkk, 2002). Selama penelitiankandungan nitrit masih dalandsaran standar baku mutu yangdrrekomendasikan. Apabils, kandu.igan nitrit menjadi sangat basa ataunitrit tinggi maka kulit ikan akan menjadi keruh dan terjadi kerusakanpada kulit clan insang, Supriyadi (2007) mengatakan bahwa pencegahanpenyakit alkalois (nitrit basa) adalah dengan memonitor nitrit secararutin dan mengetahui nitrit optimum pada setiap jeni.s ikan yangdibudidayakan. Terhadap penyakit asinitritsis (nitrit asam), pencegahanyang dapat dilakukan adalah monitoring; nitrit tanah dan membilasdasar kolarn dengan air serta penggunaan kapur pertanian (CaC03)

sebelum dilakukan penebaran ikan (Boyd, 1982). Beberapa strategipengelolaan Iingkungan selain manajemen pengelolaan kualitas airyang saat ini dilakukan adalah bioremediasi tsrmasuk fitoremediasi danpenggunaan biofilter, biosekuriti serta biostimulasi. Pada kegiatan

Page 24: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

•44

•budidaya ikan secara intensif biasanya dilakukan manajepengelolaan air sebagai media hidup ikan dengan cara penggl.1llafilter biologi.

Di lokasi penelitian telah diterapkan konsep biofilter tetap'manajemen yang dilakukan belum maksimal. Tandon sebagai tt~mpat

penampungan air yang akan didistribusikan ke dalam petabudidaya ditanami rumput laut dan kerang hijau fang berfungsi unmengendapkan partikel-partikel yang mer.yebabkan air menjadi keruh,Rurnput laut merupakan jenis alga yans sering digunakan sebagaibiofilter karena rumput laut mempunyai kapasitas untuk mengurangikelebihan nitrogen pada ekosistem budidaya (Nurhudah, 2006). Selainrumput laut, kerang hijau jenis mytilidae juga sering digunakan sebagaifilter feeder yang berfungsi dalam penyerapan Iogam berat(Djokosetyanto, 2006). Squmlah penelitian menurqukkan optimasipenanganan air limbah akuakultur dengan kornbinasi antara tiram(Saccostrea wmmerClalis), Ciliata dan alga makrofit yang secara signifikan .memperbaiki kualitas air limbah (Taukhid, 2006).

V. KESIMPULANDari hasil penelitian yang telah dilakukai dapat disimpulkan

bahwa Ektoparasit berkembang biak pada kondsi lingkungan yang.buruk dengan ditandai tingginya ammonia dan nitrit serta fluktuasi .pH, 00 dim temperatur, Jenis ektoparasit yang ditemukan selama .penelitian adalah Diplecianum sp., Trichodin« sp danTetrahymella sp.pada insang. Pada kulit ditemukan Benedenia sp. dmTrichodina sp.

Hubungan kualitas air dengan intensitas parasit baik pada .insang maupun kuJit pada petak I dan II jika dilihat secara keseluruhan, .rata-rata mempunyai nilai korelasi yang lemah. KhU5US terhadaphubungan antara ammonia dengan Diptecumum sp. mernpunyai nilaikorelasi positif dan pola regresi linear positif dan dapat dinyatakanbahwa ammonia mempunvai hubungan yang kuat terhadap intensitasDtplectanum sp.

Munculnya Diplectanum sp. yang ditandai dengan rusaknyainsang merupakan indika.or bahwa kandungan ammonia di lahan

Page 25: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

·'1 '

t1

(

I ~

1

i\

i 'ti1

I

45

,budidaya tersebut tinggi. Kematian tinggi akibat :infestasi patogen dantoksisitas akan sangat mungkin terjadi apabila parameter air lain yangberhubungan dengan ammonia mengalami perubahan yang ekstrim.

VI. REFERI!NSI

Boyd C.E. 1982. Water Quality Management for Pond fish Cultured.Department of Fisheries and Allied Aquacultures.AgriculturalExperiment Station.Auburn University, Alabama. USA

Ernst, 1., Whittington, 1.0., Corneillie, S. and Talbot, C. 2005. Eifect ofemperaiure, salinity, desiccation ana' chemical treatments on eggembryonation and hatching Success ofBenedenia seriolat (Monogenea :Capsalidae), a parasite of filrmed Seriola spp. Journal of FoshDiseases. Volume 28. Number 3. March :W05, PI' 157-164 (8).Blackwell Publishing.

Garda, F., I'ujimoto, RY., Martin, M.L and Moraes, F.R. 2009. Protozoaparasites of XiplwphlJrus spp. (Poeciliidae) and their relaium withwater characteristics. Veterinary Medicine. Centro m' Aquicultura.University of Espanyola. Jaboticabal. Spain. Arq. Bras. Med, Vet.Zootec, 61 :1. Belo Horizonte.

Grabda, J. 1991. lVIarine FIsh Para:;itology. Polish Scientific Publishers.Warszawa. Poland. Halmetoja, A, Valtonen, E.T. and Taskinen,J. 1992. Trichodinids (Protozoa) on fish from central finish lake ofdiffering water quality. Aqua Fenica. 22 :59··70.

Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics.International Development Reasearch Council. United Kingdom.

Lightner, D.V. 1996. A Handbook of Shrimp Pathology and DiagnosticProcedures for Diseases of Cultured Penaeid Shrimp. WorldAquaculture Society, BatonRouge, Louisiana, USA304 p.

Madsen, H.C.K., Buchmann, K and Mellergaard.. S. 2000. Associationbetween trichodiniasis in eel (.4nguilla anguilul) and water quality inrecirculation system. Aquaculture.187: 275-281.

Page 26: jika - digilib.mercubuana.ac.iddigilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi...INFESTASI EKTOPARASIT PADA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DITINJAU DARI BEBERAPA

46

~

Noga, RJ. 1996. Fi5h Disease. Diagnosis and Treatment. DepartmentCompanion Animal and Special Species Medicine. NoCaroline State University.

Post, G. 1987. Text Hook of Fish HeaJth.T.F.H Publicfdion, Inc. for Rev'and Expanded Edition. USA.

Russo, RC and Meade, J.W. 1985. .4.mmonia, Nitrite and Nitrate. In RandGM, Petrocelli SR Editors: Fundamentals of Aquatic Toxicology.Hemisphere. NewYork.

Singhal, RN, Jeet, S and Davies, RW. 1986. The relationship betweenchanges in ielected physico-chemical properties of water and theoccurrence offish parasites in Haryana, India. Trop. Ecol. 27: 1-9.

Svobodova, Z., Lloyd, Rand Machota, J. 2009. lAlater Quality and FishHealth.Cause,) and Effect of Pollution on Fish. FAO CorporateDocument Repository.Fisheries and Aquaculture Department.

Taukhid, 2006. Mnnajemen Kesehatan limn dan Lingkungan. LaboratoriumRiset Keseha tan ikan, Bogor.

Tawfik, M.A.A., Abo-Hegab, S., Ahmed A.K and Abbas. 2006. Profozoan .Para:;ites of fish in reunion to Water Quality of Some Ecosystems in .'Egypt. Egyptian Journal of Veterinary Science. Department of '.Parasitology and Anima Diseases. Nation Research Center.Faculty ofScience. Cairo University. Cairo.

Thurston, RV., Chakonmakos, C and Russo, RC. 1981. Effi~ct ofFluduating Exposure s on the Acute Toxicity ofAmmonia to Rainbow ..Trout. Water res 15: 911-917.