22
1 SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA KELOMPOK TERNAK SAPI DI KECAMATAN RENDANG, KARANGASEM BALI Damriyasa, I M., A. A. G. Arjana dan N.S Dharmawan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2020

SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

1

SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT

PADA KELOMPOK TERNAK SAPI DI KECAMATAN RENDANG,

KARANGASEM BALI

Damriyasa, I M., A. A. G. Arjana dan N.S Dharmawan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2020

Page 2: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

2

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sosisodemografis dan infestasi parasit pada beberapa kelompok ternak sapi di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem Bali. Data ini sangat dibutuhkanbdalam menyususn model pencegahan dan pengendalian penyakit parasiter yang efektif, murah dan ramah lingkungan berbasis partisipasi masyarakat melalui pembinaan kelompok ternak. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, penyakit parasiter masih merupakan kendala utama dalam meningkatkan produktivitas ternak khususnya sapi. Hasil penelitian memiliki dampak langsung pada peningkatan produktivitas ternak sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Penelitian ini dilakukan di empat kelompok ternak sapi di Desa Pempatan, Kecamatan Rendang. Status sosial ekonomi serta tingkat kesejahteraan anggota empat kelompok ternak binaan yang masih rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan program untuk meningkatkan produktivitas ternak pada kelompok ternak binaan tersebut. Karena ternak sapi merupakan satu satunya peternakan yang sangat potensial untuk menunjang perekonomian masyarakat di wilayah tersebut karena didukung oleh ketersediaan pakan ternak yang terdapat di lereng Gunung Agung. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas ternak sapi adalah tingginya infeksi penyakit parasit pada ternak.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengambilan data melalui kuisioner serta pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa status sosial ekonomi anggota kelompok ternak binaan masih rendah sehingga tingkat kesejahteraannya juga rendah. Peternakan sapi merupakan satu satunya penunjang perekonomian kelompok ternak binaan di Kabupaten Karangasem. Sedangkan prevalensi penyakit parasit saluran pencernaan pada kelompok ternak binaan cukup tinggi.

Kata kunci: sosiodemografis, kelompok ternak sapi, parasit

Page 3: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

3

LATAR BELAKANG

Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang bersumber dari daging sapi di

Indonesia masih merupakan masalah serius, sehingga Indonesia masih melakukan upaya

impor daging sapi. Indonesia memiliki berbagai berbagai jenis sapi yang sangat potensial

untuk dikembangkan. Salah satunya adalah sapi bali yang memiliki daya adaptasi yang

cukup tinggi. Kebutuhan daging di Indonesia terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran protein

hewani. Pada tahun 2012 kebutuhan daging diperkirakan mencapai 490.000 ton, dan yang

bisa dipenuhi oleh produksi ternak di dalam negeri hanya berkisar 82%, sedangkan sisanya

dari impor. Pada tahun 2014 diharapkan impor daging tidak lebih dari 10% dari kebutuhan

daging nasional. Ini artinya 90% produksi daging harus dapat dipenuhi dari produksi

ternak di dalam negeri. Untuk mencapai ini diperlukan peningkatan produktivitas ternak

yang salah satunya adalah dengan melakukan pembinaan pada kelompok kelompok ternak.

Sapi Bali merupakan salah satu jenis ternak potong asli Indonesia yang sudah

beradaptasi dengan lingkungan di daerah tropis. Hal ini tercermin dari tingginya tingkat

reproduksi dan sifat yang tidak terlalu selektif terhadap pakan yang tersedia, sehingga sapi

Bali sangat berpotensi untuk ditingkatkan produktivitasnya. Populasi sapi bali di Bali

selama lima tahun terakhir sekitar 600 – 700 ribu ekor. Salah satu faktor yang menghambat

pertumbuhan populasi adalah ketersediaan bibit sapi bali yang berkualitas masih kurang.

Kondisi ini sangat menghambat peningkatan produksi ternak dalam upaya memenuhi

swasembada daging tahun 2014. Oleh karena itu perlu upaya-upaya yang lebih riil dalam

meningkatkan populasi ternak yang salah satunya adalah menyediakan bibit ternak dengan

kualitas yang baik..

Page 4: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

4

Salah satu contoh penyakit cacingan pada sapi adalah Penyakit cacing hati

(fascioliasis/distomatosis) yang merupakan penyakit yang berlangsung akut, subakut, atau

kronik, disebabkan oleh trematoda genus Fasciola, Fascioloides, dan Dicrocoelium

(Kaufmann,1997). Pada tahun 1991 pernah dilaporkan bahwa kerugian ekonomi akibat

penyakit ini diperkirakan sekitar 500 milyar setiap tahun (Anonymous, 1990). Kerugian

tersebut akibat kerusakan hati yang harus diafkir, pertumbuhan terhambat serta kerugian

lainnya. Prevalensi fasciolosis pada sapi pernah dilaporkan mencapai 90% ( Suhardono et

al., 1991)

Dwinata et al., (2009) melaporkan hasil pemeriksaan koproskopis pada sapi di

Kelompok ternak Kerta Nandini Kabupaten Badung ditemukan 87% sapi yang dipelihara

terinfeksi oleh cacing. Kondisi yang sama dapat diasumsikan terjadi juga pada kelompok

ternak lainnya di Bali. Dari uraian diatas maka untuk mengurangi dampak yang

ditimbulkan oleh penyakit parasit pada sapi, maka strategis yang tepat dan efisien serta

ramah lingkungan sangat mendesak perlu dilakukan.

Strategi dengan obat cacing (deworming) telah banyak dilakukan dan hasilnya

cukup memuaskan terutama pada ternak yang digembalakan (Williams et al, 1986).

Misalnya dengan pemberian salah satu obat cacing seperti Moxidectin yang merupakan

generasi kedua dari komponen endectocide yang sangat potensial membunuh endo dan

ektoparasit pada sapi (Hubert et al., 1995; Morin et al., 1996; Chick et al., 1993).

Pengendalian dengan obat-obatan kimiawi telah berhasil dilakukan dalam beberapa

dekade, namun belakangan ini diketahui dapat menyebabkan evolusi parasit tertentu.

Situasi ini menyebabkan fokus perhatian pengendalian tidak terlalu optimistis dengan

penggunaan obat-obatan kimia. Banyak dilaporkan adanya resistensi parasit tertentu

(Nematoda and Arthropoda) terhadap obat obatan kimia akibat penggunaan yang kurang

tepat. Penggunaan obat-obatan kimia secara masif dan kurang tepat juga dapat

Page 5: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

5

menyebabkan kerusakan lingkungan karena membunuh ornasime yang bukan menjadi

target (non-target organisms). Penggunaan obat antiparasit kimiawi yang kurang tepat juga

dapat menyebabkan penurunan kualitas pupuk kandang serta mempengaruhi ekosistem

mikroorganisme pada kotoran sapi. Hal ini juga mempengaruhi ekosistem serangga yang

siklus hidupnya memerlukan kotoran sapi (Barth, 1993; Halley et al., 1989; Herd, 1995;

Lumaret et al., 1993; McKellar 1992; Wall and Strong 1987; Wrdhaugh et al., 1998;

Wardhaugh et al., 2001).

Infeksi cacing pada saluran pencernaan sapi merupakan salah satu penyakit

infeksius yang bersifat subklinis (tanpa menunjukkan gejala klinis yang menciri) dan

menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi, seperti yang pernah dilaporkan di

Belanda secara ekonomi pernah dianalisis oleh Gross et al., (1999) bahwa kerugian

ekonomi yang hanya disebabkan oleh infeksi cacing nematoda mencapai 90 juta Euro per

tahun. Kerugian ini akibat penurunan berat badan atau terhambatnya pertumbuhan serta

faktor pencetus terjangkitnya penyakit infeksius lainnya yang disebabkan oleh virus

maupun bakteri.

Peternakan sapi di lokasi kelompok ternak sapi binaan di Kabupaten Karangasem

merupakan salah satu ternak yang sangat potensial ditingkatkan produktivitasnya, karena

didukung dengan ketersediaan pakan sapi yang berlimpah dan berkelanjutan dengan

memanfaatkan lereng gunung sebagai tempat tanam rumput gajah. Dengan meningkatkan

produktivitas tentunya akan dapatmeningkatkan penghasilan dan pendapatan peternak.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sosisodemografis dan infestasi parasit

padabeberapa kelompok ternak sapi di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem Bali.

Page 6: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

6

METODE PENELITIAN

Penentuan Kelompok Ternak Sapi

Sasaran adalah kelompok ternak sapi di beberapa kecamatan di kabupaten

Karangasem Bali. Sebelum dilakukan penentuan kelompok ternak sapi dilakukan

penentuan lokasi. Kelompok ternak sapi binaan akan dipilih 4 kelompok ternak dengan

persyaratan kelompok sebagai berikut: a). kelompok peternak aktif yang terdaftar di Dinas

Peternakan Kabupaten/Kota , b). jumlah anggota minimum 40 orang, c) tidak bermasalah baik

dengan perbankan maupun sumber permodalan lainnya, dan d) bersedia menjadi kelompok

ternak binaan.

Untuk menentukan kelompok ternak sapi, dari 542 kelompok ternak sapi yang

tersebar di 7 Kecamatan di Kabupaten Karangasem dikunjungi secara acak ke masing-

masing kecamatan dengan jumlah kelompok ternak sapi di masing-masing kecamatan

sebanyak 2 sampai 3 kelompok ternak. Kunjungan ke masing-masing kelompok ternak

bersama dengan petugas Bidang Produksi Ternak dari Dinas Peternakan, Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Karangasem. Dalam kunjungan tersebut dilakukan wawancara

dengan ketua kelompok ternak untuk mengetahui profil kelompok ternak serta potensi

untuk dilakukan program pembinaan dalam meningkatkan produktivitas yang didukung

oleh potensi pakan ternak yang bisa menunjang kelangsungan kelompok ternak tersebut.

Secara acak dikunjungi 18 kelompok ternak yang tersebar di 7 kecamatan di

Kabupaten Karangasem. Kunjungan ke masing masing kelompok ternak diawali pada

bulan April 2015. Berdasarkan hasil kunjungan dan dilakukan diskusi dengan bidang

Page 7: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

7

produksi Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem, maka

diputuskan 4 kelompok ternak dilakukan di dua kelompok ternak sapi yaitu; 1). Kelompok

Ternak Sapi Wana Merta, 2). Kelompok Ternak Sapi Dukuh Sari, 3). Kelompok Ternak

Sapi Arta Wiguna dan 4). Kelompok Ternak Sapi Margi Lestari

Keempat kelompok ternak sapi tersebut berada di Banjar Keladian, Desa Pempatan,

Kecamatan Rendang. Kelompok ternak tersebut berlokasi di lereng selatan Gunung Agung

yang didukung oleh ketersedian pakan (rumput gajah) yang sangan memedai.

Survei Penyakit Parasit

Kegiatan ini diawali dengan pertemuan di masing-masing kelompok ternak sapi untuk

mendapatkan data karakteristik manajemen peternakan pada kelompok ternak dan anggota

kelompok. Selanjutnya dilakukan kunjungan ke masing-masing anggota untuk pengambilan

sampel darah dan tinja. Sampel darah dan tinja kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium

di Laboratorium Center for Studies on Animal Diseases (CSAD) FKH Unud.

Dalam penelitian tahun pertama dilakukan survei penyakit parasiter pada sapi yang

ada pada kelompok ternak binaan. Survei penyakit parasiter dilakukan secara langsung

dengan pemeriksaan koproskopis terhadap parasit yang menginfeksi saluran pencernaan.

Pemeriksaan koproskopis dilakukan dengan pemeriksaan keberadaan stadium

tertentu dari parasit yang berada dalam saluran pencernaan melalui pemeriksaan feses.

Feses sapi diambil secara langsung pada rektum kemudian ditampung dalam kontainer

feses yang tanpa pengawet dan dengan pengawet Sodium Acid Formaldehyde (SAF).

Sampel feses tanpa pengawet disimpan di lemari es sebelum dilakukan pemeriksaan

laboratorium. Pemeriksaan laboratorium secara keseluruhan yang dilakukan seperti tabel

berikut:

Page 8: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok Ternak Sapi

Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten di Bali yang sangat

potensial dikembangkan ternak sapi. Di wilayah Kabupaten Karangasem terdapat 592

kelompok ternak yang sebagian besar merupakan Kelompok ternak sapi, selain itu terdapat

kelompok ternak babi, kelompok ternak itik dan kelompok ternak ayam. Dari 592

kelompok ternak tersebut 524 (88,51%) merupakan kelompok ternak sapi yang tersebar di

7 Kecamatan (Gambar1).

Gambar 1. Sebaran Kelompok Ternak Sapi di 7 Kecamatan di Kabupaten Karangasem

Kelompok ternak sapi Wana Merta terdiri dari 20 anggota dengan populasi sapi

183 ekor, kelompok ternak sapi Dukuh Sari terdiri dari 20 anggota dengan populasi sapi

sebanyak 167 ekor, Kelompok ternak Arta Wiguna terdiri dari 20 anggota dengan populasi

18

92

108

64

98103

41

Page 9: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

9

sapi sebesar 166 ekor, dan Kelompok ternak Margi Lestari terdiri dari 17 anggota dengan

populasi sebesar 128 ekor yang terdiri dari sapi induk, penggemukan dan pedet. Sapi di

keempat kelompok ternak sapi tersebut dilakukan pemeriksaan kondisi tubuh masing-

masing sapi serta pendataan data sapi dan data peternak yang merupakan faktor risiko

penyakit parasiter. Data kondisi ternak dan faktor risiko diperoleh dengan menggunakan

kwisioner.

Rata-rata kepemilikan ternak pada masing masing anggota kelompok ternak adalah

sebanyak 8 ekor per anggota, yang secara rinci rata rata kepemilikan sapi disajikan pada

gambar 2 berikut:

Gambar 2. Rata-rata kepemilikan ternak pada masing-masing kelompok ternak binaan

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa keempat kelompok ternak binaan ini

mempunyai potensi pengembangan karena didukung oleh keberadaan pakan yang

memadai. Di samping itu kelompok ternak binaan memanfaatkan lereng gunung sebagai

10.75

5.766.35 6.5

KTTArtaWiguna KTTMargiLestari KTTWanaMerta KTTDukuhSari

Page 10: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

10

lahan rumput gajah. Pemanfaatan ini selain untuk peternakan juga bermanfaat dalam

mencegah terjadinya erosi.

Sosio-demografi Kelompok Ternak Binaan

Indikator sosio-demografis kelompok ternak binaan pada program ini berdasarkan

penghasilan per bulan, kondisi rumah, kepemilikan barang seperti alat transportasi, tingkat

pendidikan kepala rumah tangga maupun anak.

Dari data rata rata penghasilan per bulan yang diperoleh menunjukkan bahwa rata

rata penghasilan per bulan dari anggota kelompok tani ternak adalah Rp. 1.032.467. Rata-

rata penghasilan masing-masing kelompok tani ternak disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata penghasilan perbulan pada kelompok tani ternak

Dari data penghasilan per bulan menunjukkan bahwa kondisi ekonomi peternak

masih relatif rendah, oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan agar terjadi peningkatan

pendapatan peternak melalui peningkatan produktivitas ternak sapi yang dipelihara.

Rendahnya pendapatan peternak sangat terkait dengan tingkat pendidikan dari peternak

tersebut. Tingkat pendidikan peternak sebagian besar masih rendah yaitu Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah Pertama, seperti tersaji pada gambar 4.

845000

582352.94

1185000

1450000

KTTArtaWiguna KTTMargiLestari KTTWanaMerta KTTDukuhSari

Page 11: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

11

Gambar 4. Tingkat pendidikan anggota kelompok tani ternak

Dari data tersebut menunjukkan bahwa hanya 6,5% anggota kelompok tani ternak

memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan tidak ada anggota

kelompok tani ternak yang memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi. Perbedaan

tingkat pendidikan untuk masing-masing kelompok tani ternak secara statistik berbeda

signifikan, seperti tersaji pada gambar 5.

Gambar 5. Perbedaan tingkat pendidikan anggota masing masing kelompok ternak.

0

70

30

0

TidakSekolah SD SMP SMA

0

10

20

30

40

50

60

70

80

ARTAWIGUNA MARGILESTARI WANAMERTA DUKUHSARI

TidakSekolah SD

Page 12: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

12

Tingkat pendidikan anak dari anggota kelompok ternak binaan 50,6% Dekolah

Dasar, 24,7% Sekolah Menengah Pertama, 22,1% Sekolah Menengah Atas dan masih ada

2,6% tidak sekolah. Perbedaan tingkat pendidikan anak pada masing-masing kelompok

ternak binaan tersaji pada gambar 6.

Gambar 6. Perbedaan tingkat pendidikan anak masing-masing kelompok ternak.

Hampir seluruh (98,7%) anggota kelompok ternak merupakan petani, dan hanya

satu anggota kelompok ternak memiliki kerja sampingan sebagai wiraswasta. Hal ini

menunjukkan bahwa kehidupan para anggota kelompok ternak di wilayah ini tergantung

pada sektor pertanian yaitu sektor peternakan. Ternak sapi merupakan satu satunya

penopang perekonomian di wilayah ini. Hal ini ditunjukkan dari 77 anggota kelompok

ternak, 75 (97,4%) menyatakan bahwa ternak sapi yang dipelihara sanat mendukung

kebutuhan keluarga seperti biaya sekolah anak, upacara adat serta kepentingan lainnya.

Kondisi rumah kelompok ternak binaan diukur berdasarkan lantai rumah. Lantai

rumah diklasifikasikan menjadi tiga yaitu lantai tanah, lantai semen dan lantai keramik.

Derajat kualitas lantai tersebut dapat dipakai indikator derajat ekonomi anggota kelompok

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

TidakSekolah SD SMP SMA

ARTAWIGUNA MARGILESTARI WANAMERTA DUKUHSARI

Page 13: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

13

ternak. Sebagian besar (70,1%) anggota kelompok ternak binaan memiliki rumah dengan

lantai semen, sedangkan yang memiliki lantai keramik sebanyak 20,8%, dan masih ada

sebanyak 9,1% anggota kelompok ternak binaan tinggal di rumah dengan lantai tanah.

Perbedaan jenis lantai rumah pada masing-masing kelompok ternak binaan disajikan pada

gambar 7.

Gambar 7. Perbedaan lantai rumah pada masing-masing kelompok ternak.

Kepemilikan alat transportasi dapat juga digunakan sebagai salah satu indikator

status ekonomi masyarakat. Alat transportasi yang dimiliki oleh kelompok ternak binaan

sebagian besar (84,4%) adalah sepeda motor, 2,6% anggota kelompok ternak memiliki

sarana transportasi mobil, dan 13% anggota kelompok ternak binaan memiliki sepeda

motor dan mobil.

Dari data sosio-demografis anggota kelompok ternak binaan pada program ini

menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh

tingkat pendidikan yang sebagian besar sekolah dasar dengan penghasilan yang rendah.

Ditinjau dari potensi pengembangan peternakan sapi bali di wilayah kelompok ternak

0 20 40 60 80 100 120

ARTAWIGUNA

MARGILESTARI

WANAMERTA

DUKUHSARI

KERAMIK

SEMEN

TANAH

Page 14: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

14

binaan maka peternakan sapi akan mampu meningkatkan kondisi sosial ekonomi

masyarakat di wilayah tersebut.

Terkait dengan pengembangan ternak sapi pada kelompok ternak binaan tersebut

telah mendapat perhatian dari berbagai instansi baik pemerintah maupun suasta. Dari

empat kelompok ternak binaan tersebut dua kelompok ternak sudah pernah mendapat

bantuan. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk bibit ternak maupun bantuan lainnya.

Pada program ini akan dilakukan program pembinaan dan pendampingan dalam

meningkatkan produktivitas melalui pemberantasan penyakit parasit.

Karakteristik Peternakan Sapi Kelompok Ternak Sapi

Berdasarkan data yang diperoleh dari karakteristik peternakan sapi kelompok

ternak binaan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan tradisional. Selain memelihara

sapi juga memelihara aneka ternak lainnya. Lebih dari setelah (59,7%) anggota kelompok

ternak binaan selain memelihara sapi juga memelihara ternak lainnya.

Peternakan sapi di kelompok ternak binaan ini sangat didukung oleh ketersediaan

pakan berupa rumput gajah yang ditanam dan tumbuh subur di lereng gunung agung.

Sebagian besar (76%) anggota kelompok ternak binaan menyatakan bahwa ketersediaan

pakan di wilayahnya sangat mencukupi (Gambar 8).

Gambar 8. Ketersediaan pakan pada kelompok ternak binaan

Page 15: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

15

Selain rumput gajah sebagai pakan utama, peternak juga menggunakan pakan

tambahan berupa konsentrat maupun pakan tambahan lainnya. Namun tidak semua

anggota kelompok ternak menyatakan bahwa mereka menggunakan pakan tambahan.

Sebagian (50,6%) menyatakan menggunakan pakan tambahan dan sisanya 49,4%

menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan pakan tambahan. Keragaman penggunaan

pakan tambahan tersaji pada gambar 9.

Gambar 9. Keragaman penggunaan pakan tambahan pada kelompok ternak binaan

Sapi yang dipelihara oleh kelompok ternak binaan 36,4% diperoleh di pasar hewan,

39% menyatakan bahwa dari ternak sendiri dan 24,7% menyatakan bahwa sapi yang

dipelihara dari peternakan sendiri dan pasar.

Survei Penyakit Parasiter

Data yang terkait dengan penyakit parasiter pada sapi diperoleh melalui kuisioner,

terutama pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit parasiter. Penyakit parasiter yang

umum diketahui masyarakat adalah kecacingan. Hanya 27,3% anggota kelompok ternak

binaan mengetahui bahwa kecacingan juga terjadi pada ternak. Tetapi apakah ternak sapi

juga terinfeksi oelh cacing, 100% menyatakan tidak tahu tentang kecacingan dan

dampaknya pada sapi. Dari pemahaman dan pengetahuan tersebut maka sangat perlu

YA0

20406080

100

YA

TIDAK

Page 16: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

16

diberikan pemahaman terutama bahaya penyakit parasiter pada sapi. Selain masalah

penyakit parasiter, penyakit lainnya juga merupakan maslah pada ternak di kelompok

ternak binaan tersebut. Hampir semua (98,7%) anggota kelompok ternak binaan yang

mengalami masalah kesehatan ternaknya melapor pada petugas peternakan.

Penyakit pada ternak tidak hanya berdampak pada kesehatan ternak, juga beberapa

penyakit pada ternak dapat menular ke manusia yaitu bersifat zoonosis. Salah satu penyakit

zoonosis yang dapat ditularkan melalui daging sapi adalah penyakit cacing pita pada

manusia. Dalam siklus hidup dan penularan ke manusia sangat didukung oleh faktor

sanitasi. Data yang dieproleh pada penelitian ini 98,7% anggota kelompok ternak binaan

tidak memiliki jamban. Kondisi seperti ini sangat potensial terjadinya penyebaran penyakit

zoonosis tersebut.

Infeksi Parasit Gastrointestinal

Hasil pemeriksaan laboratorium secara koproskopis, 78,9 % sapi yang dipelihara

pada kelompok ternak binaan terinfeksi oleh cacing pada saluran pencernaanya. Dari hasil

pemeriksaan mikroskopis ditemukan adanya telur cacing Fasciola spp, Paramphistomum

spp, Trichuris spp dan Toxocara vitulorum. Di samping itu ditemukan juga ookista

Eimeria spp., dengan prevalensi berturut turut 42%, 36%, 24%, 40% dan 77%. Keragaman

prevalensi pada masing-masing kelompok ternak binaan tersaji pada gambar 10.

Page 17: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

17

Gambar 10. Prevalensi parasit gastrointestinal pada sapi di masing-masing kelompok ternak binaan

Dari data di atas menunjukkan bahwa prevalensi parasit saluran pencernaan pada sapi di

masing-masing kelompok ternak binaan cukup tinggi. Parasit tersebut sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas ternak

Berdasarkan temuan infeksi parasit pada penelitian tahun pertama, yang didukung dari data-data

yang diperoleh melalui kuissioner diantaranya rendahnya pemahaman terhadap kerugian infeksi

parasite pada ternak serta data sosio-demografis yang ditandai dengan rendahnya pendidikan

peternak, tingkat kesejahteraan yang rendah. Tahun kedua dilakukan program pembinaan dan

pendampingan s terutama dalam pemberantasan penyakit parasite pada sapi.

Data sosio-demografis menunjukkan bahwa kondisi ekonomi peternak masih relatif

rendah, oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan agar terjadi peningkatan pendapatan

peternak melalui peningkatan produktivitas ternak sapi yang dipelihara. Hampir seluruh

0 20 40 60 80 100

FASCIOLA

PARAMPHISTOMUM

TRICHURIS

TOXOCARA

EIMERIA

DUKUHSARI

WANAMERTA

MARGILESTARI

ARTAWIGUNA

Page 18: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

18

anggota kelompok ternak adalah petani. Sehingga kehidupan para anggota kelompok

ternak di wilayah ini tergantung pada sektor pertanian yaitu sektor peternakan. Ternak sapi

merupakan satu satunya penopang perekonomian di wilayah ini. Hal ini ditunjukkan dari

pernyataan peternak bahwa ternak sapi yang dipelihara sangat mendukung kebutuhan

keluarga seperti biaya sekolah anak, upacara adat serta kepentingan lainnya.

Tingkat pendidikan yang sebagian besar sekolah dasar dengan penghasilan yang

rendah. Ditinjau dari potensi pengembangan peternakan sapi bali di wilayah kelompok

ternak binaan maka peternakan sapi akan mampu meningkatkan kondisi sosial ekonomi

masyarakat di wilayah tersebut.

Data karakteristik peternakan sapi kelompok ternak binaan menunjukkan bahwa

sistem pemeliharaan ternak secara tradisional. Selain memelihara sapi juga memelihara

aneka ternak lainnya. Peternakan sapi di kelompok ternak binaan ini sangat didukung oleh

ketersediaan pakan berupa rumput gajah yang ditanam dan tumbuh subur di lereng gunung

Agung. Selain rumput gajah sebagai pakan utama, peternak juga menggunakan pakan

tambahan berupa konsentrat maupun pakan tambahan lainnya.

Prevalensi infeksi cacing gastrointestinal pada ternak sapi kelompok binaan masih

cukup tinggi. Parasit tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas ternak.

Uji serologis dengan menggunakan metoda ELISA, 8% sapi terdeteksi adanya antibodi

(IgG) terhadap Neospora caninum. Infeksi Neospora pada sapi menyebabkan kerugian ekonomi,

karena mengalami gangguan reproduksi termasuk keguguran. Sapi yang terinfeksi neospora

mengalami penurunan efisiensi reproduksi, produksi susu berkurang, berat badan menurun,

(Baszler, 2003 ).

Dari hasil yang disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi

dampak ekonomi akibat penyakit parasit pada sapi terutama pada peternakan tradisional

sangat mendesak dilakukan program pengendalian penyakit tersebut. Dalam program

Page 19: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

19

pengendalian penyakit tersebut juga harus menjadi perhatian dampak negatif seperti

resistensi dan kerusakan ekosistem mikroorganisme yang ditimbulkan akibat penggunaan

obat obatan kimia yang kurang tepat. Oleh karena strategi pengendalian yang tepat untuk

wilayah Indonesia adalah pengendalian yang selektif, aman dan efisien berbasis

pemeriksaan laboratorium melalui pembinaan kelompok ternak.

Page 20: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1990. Data ekonomi akibat penyakit. Direktorat jenderal Peternakan, Jakarta.

Barr, B. C., J. P. Dubey, D. S. Lindsay, J. P. Reynolds, and S. J. Wells. 1998.Neosporosis: its prevalence and economic impact. Comp. Cont. Edu. Pract.Vet. 20:1–16.

Barth D., 1993: Importance of the methodology in the interpretation of factors affecting degradation of dung, Vet. Parasitol. 48. 99-108.

Bisset SA, Morris CA, McEwan JC, Vlassoff A: 2001. Breeding sheep in New Zealand that are less reliant on anthelmintics to maintain health and productivity. N Z Vet J, 49:236-246.

Chick B, McDonald D, Cobb R, Kieran PJ, Wood I. 1993. The efficacy of injectable and pour-on formulations of moxidectin against lice on cattle. Aust Vet J. Jun;70(6):212–213.

Damriyasa IM., N.S. Dharmawan, Ibk Ardana, A.A.S Kenderan, 2004. Pemberantasan Ekto Dan Endoparasit Pada Babi Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Rakyat Di Desa Bebandem Karangasem. Udayana Mengabdi 3 (1) P. 7-8

Damriyasa, IM., Schares G. And C. Bauer (2010) Seroprevalence of Antibodies to Neospora Caninum In Bos Javanicus (Bali Cattle) From Indonesia. Trop. Anim. Health Prod. 42: 95-98

Dharmawan, N.S., A.A.S. Kenderan, I.B.K. Ardana, I G. Mahardika, N. Sulabda And I M. Damriyasa. (2009). Studies On The Hematology Status Of Bali Cattle In Bali. Proc. International Conference On Biotechnology, Bali, September, 15-16, 2009.

Dharmawan, N.S., I M. Damriyasa, I N. Kapti, P. Sutisna, M. Okamoto And A. Ito. (2009). Experimental Infection Of Taenia Saginata Eggs In Bali Cattle: Distribution And Density Of Cysticercus Bovis. Jurnal Veteriner 10 No. 4;178-183

Dwinata I M, I B M Oka dan I M. Damriyasa. 2009; Pemberantasan Penyakit Parasiter Berbasis Pemeriksaan Koproskopis Pada Kelompok Ternak Sapi Kerta Nandini Desa Petang. Laporan Pengabdian Penerapan Iptek

Gross SJ, Ryan WG, Ploeger HW (1999): Anthelmintic treatment of dairy cows and its effect on milk production. Vet Rec, 144:581-587.

Halley B.A., Nessel R.J., Lu A.Y.H., 1989: Environmental aspects of ivermectin usage in livestock: general considerations, in: CampbellW.C. (Ed.), Ivermectin and Abamectin, Springer Verlag, New York, , pp. 162-172

Herd R. 1995: Endectocidal drugs: ecological risks and counter-measures, Int. J. Parasitol. 25 875-885.

Page 21: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

21

Hubert J, Kerboeuf D, Cardinaud B, Blond F. 1995. Persistent efficacy of moxidectin against Dictyocaulus viviparus and Ostertagia ostertagi in cattle. Vet Rec. Mar 4;136(9):223–224.

Kendran A. A. S., I M Damriyasa, N S Dharmawan, I B K Ardana, L D Anggreni (2012). Profil Kimia Klinik Darah Sapi Bali. Veteriner Vol. 13 No. 4; 410-415

Ketzis JK, Vercruysse J, Stromberg BE, Larsen M, Athanasiadou S, Houdijk JG: 2006. Evaluation of efficacy expectations for novel and non-chemical helminth control strategies in ruminants. Vet Parasitol, 139:321-35.

Le Jambre L.F., RoyalW.M.,MartinP.J.: 1979. The inheritance of thiabendazole resistance in Haemonchus contortus, Parasitology 78. 107-119.

Lumaret J.-P., Galante E., Lumbreras C., Mena C.,BertrandM., Bernal J.L.,Cooper J.-F., Kadiri N., Crowe D., 1993: Field effects of antiparasitic drug ivermectin residues on dung beetles, J. Appl. Ecol. 30 428-436.

McCracken D.I., 1993: The potential for avermectins to affect wildlife, Vet. Parasitol. 48 273-280.

Morin D, Valdez R, Lichtensteiger C, Paul A, DiPietro J, Guerino F. 1996. Efficacy of moxidectin 0.5% pour-on against naturally acquired nematode infections in cattle. Vet Parasitol. Oct 15;65(1-2):75–81.

Reichel, M. P. 2000. Neospora caninum infections in Australia and New Zealand. Aust. Vet. J. 78:258–261.

Sangster N.C., Redwin J.M., Bjørn H.: 1998. Inheritance of levamisole and benzimidazole resistance in an isolate of Haemonchus contortus, Int.J. Parasitol. 28 503-510.

Stear MJ, Doligalska M, Donskow-Schmelter K: 2007. Alternatives to anthelmintics for the control of nematodes in livestock. Parasitology, 134:139-151.

Suhardono, S. Widjajanti, P. Stevenson and I.H. Carmichael. 1991. Control of Fasciola gigantica with triclabendazole in Indonesia cattle. Trop. Anim. Health and Production, 23: 217 – 220.

Wall R., Strong L., 1987: Environmental consequences of treating cattle with antiparasitic drug ivermectin, Nature 327. 418-421.

Wardhaugh K.G., Longstaff B.C., Lacey M.J., 1998: Effects of residues of deltamethrin in cattle faeces on the development and survival of three species of dung-breeding insects, Aust. Vet. J. 76. 273-280.

Wardhaugh K.G., Longstaff B.C.,MortonR., 2001: A comparison of the evelopment and survival of the dung beetle, Onthophagus taurus (Schreb.) when fed on the faeces of cattle treated with pour-on formulations of prinomectin or moxidectin,Vet. Parasitol. 99. 155-168.

Page 22: SOSIODEMOGRAFIS DAN INFESTASI PARASIT PADA …

22

Williams JC, Corwin RM, Craig TM, Wescott RB. 1986.Control strategies for nematodiasis in cattle. Vet Clin North Am Food Anim Pract. Jul;2(2):247–260.

Anziani, O. S., Zimmermann, G., Guglielmone, A. A., Vazquez,R. and Suarez, V. 2001. Avermectin resistance in Cooperia pectinatain cattle in Argentina. Vet. Rec.149: 58–59.

Bailey, W. S. 1949. Studies on calves experimentally infected with Cooperia punctata(v.

Linstow, 1907) Ransom, 1907. Am. J. Vet. Res.10: 119–129. Coles, G. C., Stafford, K. A. and MacKay, P. H. S. 1998. Ivermectin-resistant Cooperia

species from calves on a farm in Somerset. Vet. Rec.142: 255–256. Demeler, J., Küttler, U. and von Samson-Himmelstjerna, G. 2010. Adaptation and

evaluation of three different in vitrotests for the detection of resistance to anthelmintics in gastro intesti-nal nematodes of cattle. Vet. Parasitol.170: 61–70.

Demeler, J., Kleinschmidt, N., Küttler, U., Koopmann, R. and von Samson-Himmelstjerna,

G. 2012. Evaluation of the egg hatch assay and the larval migration inhibition assay to detect anthelmintic resistance in cattle parasitic nematodes on farms. Parasitol. Int.61: 614-618.

Demeler, J., Van Zeveren, A. M. J., Kleinschmidt, N., Ver-cruysse, J., Höglund, J.,

Koopmann, R., Cabaret, J., Claerebout, E., Areskog, M. and von Samson-Himmelstjerna,G. 2009. Monitoring the efficacy of ivermectin and albendazole against gastro intestinal nematodes of cattle in Northern Europe. Vet. Parasitol.160: 109–115.

Demeler, J., Küttler, U., El-Abdellati, A., Stafford, K., Rydzik, A., Varady, M., Kenyon,

F., Coles, G., Höglund, J., Jackson, F., Vercruysse, J. and von Samson-Himmelstjerna, G. 2010. Stan-dardization of the larval migration inhibition test for the detec-tion of resistanceto ivermectin in gastro intestinal nematodes of ruminants. Vet. Parasitol.174: 58–64.