14
Jawaban UAS Pemeriksaan & Penyidikan Pajak Nama : AYU AFRIZA Kampus : LP3I Blok M 1. Penjelasan Tahapan SPHP dan Tanggapan Wajib Pajak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) merupakan batas awal penghitungan jangka waktu pembahasan. Jangka waktu pengujian telah berakhir. SPHP wajib disampaikan oleh pemeriksa pajak. SPHP diberikan hanya sekali saja. SPHP merupakan materi pemeriksaan pokok yang harus diatur di Peraturan Menteri Keuangan. Materi penting tata cara pemeriksaan menurut Pasal 31 (2) UU KUP terdiri dari: a. pemeriksaan ulang, b. jangka waktu pemeriksaan, c. kewajiban menyampaikan SPHP, dan d. hak WP untuk hadir dalam pembahasan (closing conference) Atas penyampaian SPHP tersebut, WP berhak memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan yang tercantum dalam SPHP dalam jangka waktu 7 hari kerja setelah SPHP diterima oleh Wajib Pajak dan dapat diperpanjang 3 hari jika ada alasan tertentu dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Perpanjangan.

Jawaban UAS Pemeriksaan Dan Penyidikan PAJAK - AYU AFRIZA.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemeriksaan Dan Penyidikan PAJAK

Citation preview

Jawaban UAS Pemeriksaan & Penyidikan Pajak

Nama: AYU AFRIZA

Kampus: LP3I Blok M

1. Penjelasan Tahapan SPHP dan Tanggapan Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) merupakan batas awal penghitungan jangka waktu pembahasan. Jangka waktu pengujian telah berakhir. SPHP wajib disampaikan oleh pemeriksa pajak. SPHP diberikan hanya sekali saja.

SPHP merupakan materi pemeriksaan pokok yang harus diatur di Peraturan Menteri Keuangan. Materi penting tata cara pemeriksaan menurut Pasal 31 (2) UU KUP terdiri dari:a. pemeriksaan ulang,b. jangka waktu pemeriksaan,c. kewajiban menyampaikan SPHP, dand. hak WP untuk hadir dalam pembahasan (closing conference)

Atas penyampaian SPHP tersebut, WP berhak memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan yang tercantum dalam SPHP dalam jangka waktu 7 hari kerja setelah SPHP diterima oleh Wajib Pajak dan dapat diperpanjang 3 hari jika ada alasan tertentu dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Perpanjangan.

Tanggapan WP tersebut isinya bisa menyetujui, menolak sebagian, atau menolak seluruhnya hasil pemeriksaan tersebut. DJP juga memfasilitasi adanya pembahasan akhir hasil pemeriksaan antara Wajib Pajak dengan tim pemeriksa.

Dalam jangka waktu 3 hari kerja sejak WP memberikan surat tanggapan atas SPHP kepada tim pemeriksa pajak, undangan pembahasan akhir hasil pemeriksaan harus disampaikan kepada wajib pajak.

Ketika WP hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dalam hal Wajib Pajak menolak sebagian atau menolak seluruhnya, Wajib Pajak berhak untuk meminta bantuan tim Quality Assurance untuk menengahi perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan tim pemeriksa. Namun, apabila Wajib Pajak tidak hadir, maka pembahasan akhir dianggap telah selesai dilakukan, itu artinya Wajib Pajak menyetujui hasil pemeriksaan tim pemeriksa pajak.

2. Tim Quality Assurance Pemeriksaan adalah tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas.

Tim Quality Assurance mempunyai tugas dan fungsi melakukan review terhadap proses pelaksanaan dan hasil pemeriksaan dalam rangka meningkatkan mutu hasil pemeriksaan.

Aturan lebih lanjut tentang tim QA Pemeriksaan diatur di Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-34/PJ/2011 tentang petunjuk pelaksana pemriksaanuntukmengujikepatuhan.Menurut Pasal 11A ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No.

82/PMK.03/2011, Tim QA Pemeriksaan bertugas:

a. membahas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;b. memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak; danc. membuat risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang berisi simpulan dan keputusan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada huruf b, yang ditandatangani oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan dan Tim Pemeriksa, dan/atau dengan Wajib Pajak.

3. Perbedaan penyidik, penyelidik, penyidikan dan penyelidikan, dapat kita lihat berdasarkan pengertiannya. Memberikan pengertian mengenai penyidik, penyidikan, penyelidik, dan penyelidikan sebagai berikut:

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-

undang untuk melakukan penyidikan.

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Mengenai penjelasan bahwa dari pengertian dalam, penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan penyidikan. Akan tetapi harus diingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan. Penyelidikan merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Kalau dipinjam kata-kata yang dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP, penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut umum.

Jadi sebelum dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan mengumpulkan bukti permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan. Mungkin penyelidikan dapat disamakan dengan pengertian tindak pengusutan sebagai usaha mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana.4. Dasar Pemeriksaan Bukti PermulaanBukti Permulaanadalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.Pemeriksaan Bukti Permulaanadalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.Pemeriksaan Ulang melalui Pemeriksaan Bukti Permulaanadalah Pemeriksaan Bukti Permulaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk jenis pajak dan Masa Pajak/Tahun Pajak yang telah diperiksa pada pemeriksaan sebelumnya karena adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan.Pemeriksa Bukti Permulaanadalah : Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan Pemeriksaan Bukti Permulaan; atau Pegawai Negeri Sipil pada unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan yang diberi tugas oleh Menteri Keuangan untuk melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43A ayat (2) undang-Undang KUP.Sesuai dengan PerMenkeu No. 18/PMK.03/2013, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan hasil pengembangan dan analisis informasi, data, laporan, dan pengaduan. Hasil tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan intelijen atau pengamatan. Dalam hal pengembangan dan analisis informasi, data, laporan, dan pengaduan terkait dengan Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang telah diterbitkan surat ketetapan pajak, hasil pengembangan dan analisis tersebut ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan atau Pemeriksaan ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang KUP.TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan disampaikan kepada Direktur Intelijen dan Penyidikan dalam hal instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau Direktur Intelijen dan Penyidikan.Konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang menerbitkan instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan

Setelah konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan diterima, selanjutnya Pejabat yang bersangkutan membuat resume atas konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan dan menjadwalkan pemaparan dengan Tim Pemeriksa Bukti Permulaan dihadapan Tim Penelaah.

Tim Penelaah agar dibentuk dengan Surat Keputusan Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan yang bersangkutan, dengan jumlah anggota minimal 3 (tiga) orang, yang berasal dari sub direktorat/bidang yang menangani Pemeriksaan Bukti Permulaan dan sub direktorat/bidang lainnya.Tugas Tim Penelaah adalah mereview dan membahas konsep Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan dengan Tim Pemeriksa Bukti Permulaan.

Hasil penelaahan dituangkan dalam bentuk Berita Acara Penelaahan yang digunakan sebagai dasar penentuan tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan dapat berupa:usul penyidikan; atautindakan lainnya, berupa:1) penerbitan surat ketetapan pajakdalam hal Wajib Pajak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP;2) penerbitan surat ketetapan pajakdalam hal Wajib Pajak badan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) dan ayat (3a) Undang-Undang KUP, tetapi tidak ditemukan Bukti Permulaan bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan;3) pembuatanlaporan kepada pihak lainyang berwenang apabila ditemukan Bukti Permulaan yang mengandung adanya unsur tindak pidana selain di bidang perpajakan;4) pembuatanlaporan sumirapabila Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP; atau5) pembuatan laporan sumir apabila tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan, Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan tidak ditemukan, Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan meninggal dunia.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAANHasil Pemeriksaan Bukti Permulaan harus dituangkan dalam Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan.Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan antara lain harus mencantumkan hal-hal sebagai berikut:a. Instruksi Pemeriksaan Bukti Permulaan;b. Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan;c. Surat Tugas;d. Identitas Wajib Pajak;e. Pemenuhan kewajiban perpajakan Tahun Pajak yang diperiksa;f. Alasan dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan (bukti awal);g. Tempat dan waktu kejadian;h. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;i. Data/informasi yang tersedia dari Kantor Pelayanan Pajak;j. Daftar buku dan dokumen yang dipinjam; dank. Hasil Pemeriksaan Bukti Permulaan, termasuk:1. modus operandi;2. calon tersangka;3. calon saksi;4. kerugian negara;5. pasal-pasal yang dilanggar;6. bahan bukti yang diperoleh; dan7. kesimpulan dan usul.

5. STP, SKPKB, SKPKBT

SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)Berdasarkan pengertian STP sebagaiman diatur pada Pasal 14, Dirjen pajak dapat menerbitkan STP dalam hal-hal sebagai berikut :

a. Pajak penghasilan dalam satu tahun berjalan tidak/kurang bayar, dikenakan denda bunga 2% sebulan maksimal 24 bulanb. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagaimana salah tulis dan atau salah hitung, dikenakan sanksi bunga 2% sebulan maksimal 24 bulan.c. Denda administrasi berupa denda atau bungad. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), 2% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP, tetapi membuat faktur pajak, denda 2% x DPPf. Pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tidak membuat atau membuat faktur pajak tetapi tepat waktu atau tidak mengisi lengkap faktur pajak, denda 2% x DPP

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)SKPKB Adalah surat ketetapan pajak menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

Menurut ketentuan Pasal 13 ayat 9 (1) huruf b, bahwa SPT yang tidak disampaikan pada waktunya, walaupun telah ditegur secara tidak tertulis dan tidak juga disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran, membawa akibat bahwa Dirjen pajak dapat menerbitkan SKPKB secara jabatan. Terhadap ketentuan seperti ini dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari penghasilan yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak. Sanksi untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakan dibidang PPN dan PPnBm yang mengakibat pajak terutang atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi dengan menerbitkan SKPKB ditambah kenaikan sebesar 100%.

SURAT KETETAPAN PAJAK BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)

Adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Dirjen pajak menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan ( dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan sebelumnya Pasal 15 UU KUP). Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak terutang berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, apabila ditemukan data baru (Novum) dan atau data semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang. Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tambahan ditambah dengan sanksi administrasi 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

6. TAHAPAN-TAHAPAN PENYIDIKAN PAJAKProses atau tahapan penyidikan dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut:

1. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan dilakukan oleh penyidik berdasarkan Surat Perintah Penyidikan.2. Penyidikan diawali dengan disampaikanya Surat Pemberitahuan dimulainya Penyidikan kepada Jaksa pentut umum melalui POLRI dan kepada tersangka.3. Dalam melakukan penyidikan, penyidik wajib memperhatikan asas praduga tak bersalah, dan asas persamaan dimuka hukum. Penyidikan pajak dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan bukti permulaan.4. Pada tahap pemerikasaan setiap tersangka dapat didampingi penasehat hukumnya, bila diperlukan penangkapan atau penahanan, dilakukan dengan bantuan POLRI.5. Penyidik pajak wajib memelihara dan meningkatkan sikap terpuji dalam menjalakan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawabnya. Penyidik wajib menunjukan tanda pengenal penyidik pajak dan surat perintah penyidikan. Penyidik dapat dibantu petugas lain berdasarkan izin tertulis dari atasanya, penyidik pajak dalam setiap tindakan penyidikan wajib membuat laporan dan berita acara. Penyidik pajak harus berpedoman pada kode etik yang berlaku.6. Dalam melakukan penggeledahan dan atau penyitaan harus terlebih dulu mendapat izin tertulis dari dari ketua Pengadilan Negeri setempat dan harus berdasarkan Surat Perintah Penggeledahan dan atau Penyidikan dari pejabat berwenang. Apabila mendesak izin tersebut dapat diperoleh selambat-lambatnya 2 hari setelah pelaksanaan penggeledahan dan atau penyitaan.7. Penyidik pajak harus membuat berita acara dalam waktu 2 hari setelah melakukan penggeledahan dan atau penyitaan dan tindasanya dilengkapi dengan daftar rincian bahan bukti yang disita disampaikan kepada pihak atau wakil atau kuasa atau pegawai dari pihak pemilik tempat yang digeledah dan atau bukti yang disita, diserahkan dengan bukti penerimaan. Penggeledahan dan atau penyitaan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi.8. Pemanggilan tersangka atau saksi dilakukan dengan surat penggilan yang sah yang harus segera diterima paling lambat 3 hari sebelum tanggal hadir. Dalam hal tersangka atau saksi untuk kedua kalinya tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang wajar penyidik dapat meminta bantuan POLRI untuk menghadirkan yang bersangkutan. Dalam hal akan meninggalkan wilayah Indonesia, penyidik segera minta bantuan Kejaksaan Agung untuk melakukan pencegahan.9. Laporan kemajuan pelaksanaan penyidikan disampaikan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).10. Setelah proses penyidikan selesai Penyidik Pajak membuat Berita Acara Pendapat, menyerahkan berkas perkara, dan barang bukti kepada Penuntut Umum melaului Penyidik POLRI, dalam hal dikembalikan Penyidik Pajak harus segera menyempurnakan dan melengkapi sesuai petunjuknya.

7. PENGHENTIAN PENYIDIKANPenyidik menghentikan penyidikan dalam hal memenuhi ketentuan pasal 44A UU KUP, yaitu;1. Tidak terdapat cukup bukti2. Peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana perpajakan3. Tersangka meningal dunia4. Peristiwanya telah daluarsa berdasarkan pasal 40 UU KUP daluarsa tindak pidana perpajakan adalah 10 tahun. Penghentian penyidikan dapat juga atas perintah Jaksa Agung melalui permintaan Menteri Keuangan untuk kepentingan penerimaan Negara (pasal 44B UU KUP).