23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium IS-27526 Pertumbuhan E. faecium IS-27526 dilakukan dengan dua macam pengukuran, yaitu metode turbidimetri dengan spektrofotometer serta metode hitungan cawan yang mengukur jumlah sel hidup. Metode turbidimetri dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang dibiaskan sumber cahaya akan diserap oleh sel, sehingga semakin tinggi pertumbuhan sel akan memberikan nilai absorbansi yang lebih besar. Hasil pengukuran metode turbidimetri berbanding lurus dengan hitungan cawan pada satuan log cfu/ml dalam pengukuran pertumbuhan E. faecium IS-27526. Hasil pengukuran pertumbuhan ditampilkan pada Gambar 6. Gambar 6 Kurva pertumbuhan E. faecium IS-27526 (A) Fase Adaptasi/Lag; (B) Fase Eksponensial/Log; (C) Fase Stasioner Penentuan fase pada kurva pertumbuhan didasarkan pada kurva nilai absorbansi. Kurva absorbansi menunjukkan pola garis mendatar hingga waktu B C A

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kurva Pertumbuhan E. faecium IS-27526

Pertumbuhan E. faecium IS-27526 dilakukan dengan dua macam

pengukuran, yaitu metode turbidimetri dengan spektrofotometer serta metode

hitungan cawan yang mengukur jumlah sel hidup. Metode turbidimetri

dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang

dibiaskan sumber cahaya akan diserap oleh sel, sehingga semakin tinggi

pertumbuhan sel akan memberikan nilai absorbansi yang lebih besar. Hasil

pengukuran metode turbidimetri berbanding lurus dengan hitungan cawan

pada satuan log cfu/ml dalam pengukuran pertumbuhan E. faecium IS-27526.

Hasil pengukuran pertumbuhan ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Kurva pertumbuhan E. faecium IS-27526(A)Fase Adaptasi/Lag; (B) Fase Eksponensial/Log; (C) Fase Stasioner

Penentuan fase pada kurva pertumbuhan didasarkan pada kurva nilai

absorbansi. Kurva absorbansi menunjukkan pola garis mendatar hingga waktu

B CA

Page 2: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

inkubasi 8 jam, yang menunjukkan terjadinya fase adaptasi atau lag pada E.

faecium IS-27526.

Gambar 6 menunjukkan adanya pertumbuhan pada hasil hitungan cawan

pada jam ke-0 hingga jam ke-8 pada pembuatan kurva pertumbuhan.

Seharusnya kurva hitungan cawan menunjukkan pola mendatar seperti kurva

absorbansi. Hal ini dimungkinkan karena adanya pertumbuhan sel ketika

proses hitungan cawan. Dalam pelaksanaan teknis, sel dan sebagian nutrisi

media yang terencerkan didiamkan dalam pengenceran 10-1, sehingga masih

memungkinkan adanya pertumbuhan sel.

Kurva hitungan cawan menunjukkan awal fase log mulai jam ke-4,

sedangkan dari kurva absorbansi awal fase log pada jam ke-8. Namun, hal ini

tidak mempengaruhi tujuan pembuatan kurva pertumbuhan, yaitu untuk

memperoleh waktu yang tepat untuk penambahan kultur. Kultur pada usia 4

hingga 18 jam masih berada pada fase eksponensial dengan kondisi

pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada jam berapa pun, namun

masih dalam rentang fase log, akan menunjukkan kondisi sel yang sama.

Peningkatan absorbansi mulai terjadi dari jam ke-8 hingga jam ke-18

yang merupakan fase eksponensial atau log dari pertumbuhan E. faecium IS-

27526. Nilai log cfu/ml mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 10.8 log

cfu/ml pada waktu inkubasi 16 dan 18 jam. Peningkatan ini terjadi akibat

adanya pembelahan biner sel yang meningkatkan jumlah sel hidup, sehingga

semakin banyak cahaya yang diserap yang membuat nilai absorbansi lebih

besar (Pelczar dan Chan, 2008).

Fase stasioner E. faecium IS-27526 terlihat sejak jam ke-18. Nilai

absorbansi dan jumlah sel hidup dengan satuan log cfu/ml pada kurva

pertumbuhan di fase stasioner menunjukkan garis lurus. Pada fase ini terjadi

pertumbuhan sel yang sebanding dengan kematian sel, sehingga jumlah sel

yang hidup cenderung konstan pada proses pencawanan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Fardiaz (1989b) yaitu populasi sel tetap karena jumlah sel yang

tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati.

Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah

walaupun nutrisi sudah mulai habis. Nilai absorbansi yang tinggi namun

Page 3: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

konstan pada fase stasioner disebabkan karena sel hidup yang kehabisan

nutrisi pada media akan mendegradasi sel yang telah mati sebagai sumber

nutrisi dan energinya (Mandelstam dan McQuillen, 1989). Pengukuran massa

sel pada fase stasioner, termasuk dengan turbidimetri, tidak mengalami

perubahan nilai.

Kurva pertumbuhan E. faecium IS-27526 yang dihasilkan belum

menunjukkan terjadinya fase kematian karena hingga pengujian di jam ke-24

kurva pertumbuhan E. faecium IS-27526 masih menunjukkan garis lurus yang

mengindikasikan fase stasioner. Fase kematian terlihat dari adanya penurunan

garis pada kurva pertumbuhan. Pada fase ini terjadi laju kematian sel yang

lebih tinggi dibanding dengan laju pertumbuhan sel, sehingga jumlah sel

hidup akan berkurang (Pelczar dan Chan, 2008). Fase kematian E. faecium IS-

27526 kemungkinan terjadi pada waktu lebih dari 24 jam.

Sel yang dipindahkan ke media baru akan mengalami fase lag dan lama

fase lag ini ditentukan dari usia sel yang dipindahkan. Apabila sel berasal dari

fase stasioner, maka banyak sel yang sudah mati akan terbawa yang akan

mempengaruhi turbiditas. Selain itu, sel hidup di dalamnya membutuhkan

waktu lama untuk pemulihan dari kondisi toksik lingkungan di media lama,

seperti adanya kondisi asam, basa, atau alkohol (White, 1995). Apabila

inokulum berasal dari fase lag, sel masih belum aktif membelah karena masih

berada dalam proses pembesaran ukuran sel (Pelczar dan Chan, 2008).

Sel yang berada pada fase eksponensial atau log berada pada kondisi

yang aktif membelah dan responsif, sehingga sel pada rentang usia di fase ini

dapat dipilih untuk kultur pengujian pengaruh prebiotik. Sel probiotik E.

faecium IS-27526 yang dipilih untuk pengujian prebiotik adalah sel yang

berada pada kondisi awal fase eksponensial atau log.

Kondisi ini merupakan kondisi sel yang telah berukuran besar dan telah

siap untuk melakukan pertumbuhan dan pembelahan sel (Cooper, 1991). Hal

ini didukung pernyataan White (1995) bahwa lama fase lag dapat

diminimalkan dengan menggunakan inokulum dari fase eksponensial (log)

dan dipindahkan ke media dengan komposisi yang sama.

Page 4: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Pengujian pengaruh prebiotik terhadap pertumbuhan probiotik

menggunakan E. faecium IS-27526 berusia 8 jam untuk menjamin kecukupan

jumlah dan kesiapan pertumbuhan. Kurva hitungan cawan menunjukkan awal

fase log mulai jam ke-4, tidak sesuai dengan kurva absorbansi yang menjadi

dasar penentuan kurva pertumbuhan. Namun hal ini tidak mempengaruhi

kondisi kultur yang diambil, yaitu pada usia 8 jam, karena masih berada dalam

fase log atau eksponensial dengan kondisi pembelahan biner yang sama.

B. Pengaruh Prebiotik terhadap Pertumbuhan E. faecium IS-27526

Manfaat minimum prebiotik adalah mempengaruhi fisiologi dan

modulasi mikrobiota pada bagian tertentu, seperti saluran pencernaan (Marlis,

2008). Pengujian langsung terhadap probiotik dirasa penting untuk melihat

efek prebiotik terhadap sifat fisiologi, khususnya pertumbuhan, probiotik

secara spesifik. Penelitian terhadap prebiotik yang tepat untuk probiotik lokal

seperti E. faecium IS-27526 dan L. plantarum IS-10506 belum pernah

dilakukan.

Prebiotik yang sudah umum dikenal dan populer digunakan adalah inulin

dan fruktooligosakarida (FOS). Prebiotik inulin dan FOS telah banyak diteliti

efeknya hingga secara in vivo dan banyak digunakan secara komersial di

produk pangan (Rouzaud, 2007).

Pengaruh prebiotik terhadap pertumbuhan E. faecium IS-27526 diamati

dengan pengukuran absorbansi, pH, Total Asam tertitrasi (TAT) yang

dikonversi menjadi persen asam laktat, dan jumlah sel hidup dengan metode

hitungan cawan. Probiotik E. faecium IS-27526 ditumbuhkan dalam media m-

MRSB yang disuplementasi prebiotik inulin atau FOS kemudian dibandingkan

dengan m-MRSB + Glukosa sebagai standar dan m-MRSB sebagai kontrol.

Page 5: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Gambar 7 Pengaruh jenis prebiotik terhadap pertumbuhan (absorbansi)E. faecium IS-27526

Gambar 7 menunjukkan hasil pengukuran absorbansi dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm yang menggambarkan

pengaruh prebiotik inulin dan FOS terhadap pertumbuhan probiotik E.

faecium IS-27526. Nilai absorbansi tertinggi menunjukkan pertumbuhan

tertinggi E. faecium IS-27526, yaitu pada media m-MRSB + Glukosa dengan

nilai absorbansi 1.285 pada waktu inkubasi 12 jam. Glukosa adalah sumber

karbon paling umum dalam lingkungan. Glukosa merupakan sumber energi

yang segera dapat digunakan karena glukosa dapat dengan mudah dan lebih

cepat masuk ke dalam sel (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

E. faecium IS-27526, yang tergolong dalam Bakteri Asam Laktat (BAL),

tumbuh baik di media yang diperkaya glukosa tinggi karena glukosa

merupakan sumber karbon utama dan juga merupakan sumber pembentukan

asam laktat. White (1995) menyatakan bahwa umumnya hampir semua bakteri

memiliki enzim metabolisme glukosa yang hadir di setiap kondisi dan siap

tumbuh dalam media mengandung glukosa di setiap waktu. Glukosa

merupakan substansi kaya energi yang penting karena umumnya dalam daur

hidup mikroorganisme diawali dengan konversi senyawa menuju jalur

katabolisme glukosa (Bertolani, 2007).

Pertumbuhan E. faecium IS-27526 dalam m-MRSB tanpa suplementasi

sumber karbon tergolong rendah. Pot et al. (1994) menyatakan bahwa BAL

membutuhkan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk

pertumbuhannya. Waktu inkubasi yang sama, yaitu 12 jam, menunjukkan

absennya sumber karbon membuat pertumbuhan E. faecium IS-27526 tidak

sebaik dalam m-MRSB + Glukosa. Nilai absorbansi E. faecium IS-27526 pada

Page 6: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

media m-MRSB hanya sebesar 0.349. Pertumbuhan dalam m-MRSB hanya

mengandalkan sumber nitrogen dan vitamin yang berasal dari pepton, yeast

extract, dan lab lemco powder yang merupakan ekstrak daging.

Nilai absorbansi E. faecium IS-27526 pada jam ke-12 dalam media m-

MRSB + Inulin dan m-MRSB + FOS masing-masing sebesar 0.407 dan 0.389.

Kurva absorbansi menunjukkan adanya tren pertumbuhan namun setelah itu

bersifat statis. Hal ini sesuai dengan kurva hasil hitungan cawan (Gambar 8)

yang menunjukkan adanya fase log yang dilanjutkan dengan fase stasioner.

Gambar 8 Pengaruh jenis prebiotik terhadap pertumbuhan (log cfu/ml)E. faecium IS-27526

Jumlah E. faecium IS-27256 pada jam ke-0 berkisar pada 7 log cfu/ml.

Hasil pengukuran absorbansi berkorelasi dengan hitungan cawan dalam satuan

log cfu/ml. Pertumbuhan tertinggi diperoleh pada absorbansi tertinggi, yaitu

1.285 pada jam ke-12, dan jumlah sel tertinggi sebesar 9.3 log cfu/ml pada

jam yang sama dalam media m-MRSB + Glukosa. Media dengan sumber

karbon glukosa mendukung pertumbuhan sel sehingga jumlah sel hidup tinggi

pada metode hitungan cawan. Banyaknya sel meningkatkan nilai penyerapan

cahaya atau absorbansi pada metode turbidimetri.

Pertumbuhan tertinggi E. faecium IS-27256 pada media m-MRSB

ditunjukkan pada jam ke-12 sebesar 9.0 log cfu/ml (absorbansi 0.349).

Pertumbuhan tertinggi E. faecium IS-27256 pada media m-MRSB + Inulin di

Page 7: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

jam ke-12 sebesar 9.1 log cfu/ml (absorbansi 0.407). Analisis statistik

menunjukkan bahwa pertumbuhan E. faecium IS-27526 pada jam ke-12 dalam

kedua media tersebut tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%

(Lampiran 17).

Kurva pertumbuhan E. faecium IS-27526 juga menunjukkan bahwa pola

pertumbuhan pada media m-MRSB + Inulin menyerupai kurva pertumbuhan

pada media m-MRSB (Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan

pertumbuhan E. faecium IS-27526 memanfaatkan nutrisi dalam media m-

MRSB dan tidak dengan memanfaatkan inulin.

E. faecium IS-27526 pada media m-MRSB masih dapat mengalami

pertumbuhan, namun tidak secepat pertumbuhan pada media m-MRSB +

Glukosa. Media m-MRSB merupakan media MRSB modifikasi yang terdiri

dari mineral, vitamin, dan protein tanpa sumber karbon. Lingkungan yang

kekurangan sumber karbon membuat E. faecium IS-27526 memanfaatkan

sumber lain untuk menunjang pertumbuhannya.

Surono (2004) menyatakan BAL membutuhkan nutrisi kompleks untuk

pertumbuhannya, yaitu asam amino dan vitamin. E. faecium IS-27526, yang

tergolong sebagai BAL, dapat tumbuh mengandalkan asam amino sebagai

sumber energi dalam kondisi lingkungan yang kritis sumber karbon. Kedua

nutrisi ini dapat diperoleh dari kandungan m-MRSB yaitu yeast extract, lab

lemco powder yang merupakan ekstrak daging, serta pepton. Clifton (1958)

menyatakan pepton dapat berperan sebagai sumber penyedia karbon dan

nitrogen, serta meyuplai elemen anorganik untuk pertumbuhan bakteri.

Penelitian serupa telah dilakukan oleh Audisio et al. (2007) yang

menumbuhkan E. faecium CRL 1385 pada media tanpa glukosa, dengan

glukosa, dengan gula merah, serta dengan penambahan gula putih. Media

basis yang digunakan adalah LAPT yang mengandung meat peptone, yeast

extract, dan Tween 80. Hasil penelitian menunjukkan adanya pertumbuhan E.

faecium CRL1385 pada media tanpa glukosa, yaitu sekitar 8.5 – 9.0 log

cfu/ml. Pada taraf signifikansi 5%, pertumbuhan E. faecium CRL 1386 tidak

berbeda nyata pada tiap media dilihat dari nilai laju pertumbuhannya.

Page 8: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Jumlah sel hidup E. faecium IS-27526 dalam media m-MRSB + FOS

sebesar 8.7 log cfu/ml pada jam ke-4, kemudian menunjukkan pertumbuhan

tertinggi 8.8 log cfu/ml pada waktu inkubasi 8 jam. Akan tetapi, terjadi

penurunan menjadi 8.5 log cfu/ml ketika waktu inkubasi 12 jam dan 8,2 log

cfu/ml pada waktu inkubasi 24 jam, namun penurunan jumlah tidak mencapai

hingga 1 log cfu/ml.

Perubahan jumlah sel hidup E. faecium IS-27526 dari jam ke-4 hingga

jam ke-24 dalam m-MRSB + FOS tidak berbeda signifikan dari analisis

statistik. Namun, jumlah sel hidup pada jam ke-8 berbeda nyata dengan

jumlah sel pada jam ke-24. Peningkatan jumlah sel hidup pada media m-

MRSB + FOS mengindikasikan bahwa E. faecium IS-27526 dapat

memanfaatkan FOS untuk pertumbuhannya, tetapi kemudian menurun.

Jumlah sel hidup atau kurva pertumbuhan dapat ditingkatkan dengan

penambahan konsentrasi FOS. Konsentrasi FOS dalam media pengujian ini

adalah 1% (b/v). Nutrisi yang paling penting dalam pertumbuhan sel adalah

sumber karbon dan dalam hal ini dapat diperoleh dari prebiotik seperti FOS.

Sehingga dimungkinkan bahwa jumlah sel hidup dapat ditingkatkan bila

konsentrasi prebiotik ditingkatkan lebih banyak, yaitu melebihi 1% (b/v).

Fardiaz (1989b) menyatakan bahwa pada fase log pertambahan jumlah

sel sensitif terhadap lingkungan dan dapat diperlambat oleh kurangnya zat

nutrisi pada media hingga sel akan memasuki fase stasioner. Dinyatakan juga

bahwa nutrisi penting untuk membentuk energi dan menyusun komponen sel.

Penambahan jumlah nutrisi dapat meningkatkan jumlah sel yang ada karena

terjadi sintesis RNA, DNA, dan protein baru secara cepat sehingga dapat

meningkatkan kecepatan pembelahan sel (Mandelstam dan McQuillen, 1989).

Pengukuran pH (Gambar 9) di jam ke-12 jam pada media m-MRSB +

Glukosa, yaitu sebesar 4.7, merupakan nilai pH terendah dibanding ketiga

jenis media lainnya. Hal ini menunjukkan paling tingginya pertumbuhan E.

faecium IS-27526 pada media m-MRSB + Glukosa, sesuai dengan pengukuran

absorbansi dan hitungan cawan (Gambar 7 dan Gambar 8). Nilai pH

mengalami penurunan hingga 4.5 di jam ke-24, namun penurunan ini tidak

berbeda nyata berdasarkan analisis statistik (Lampiran 18).

Page 9: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Gambar 9 menunjukkan nilai pH media m-MRSB serta m-MRSB +

Inulin memiliki nilai pH yang saling berdekatan. Nilai pH media m-MRSB

serta m-MRSB + Inulin tidak berbeda nyata dari jam ke-0 hingga jam ke-24

dari hasil analisis statistik. E. faecium IS-27526 tidak membentuk asam laktat

selama pertumbuhannya dalam kedua media ini, sehingga pH tidak mengalami

perubahan nyata. Inulin tidak dapat difermentasi E. faecium IS-27526

menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan pH media.

Gambar 9 Pengaruh jenis prebiotik terhadap nilai pH media selamapertumbuhan E. faecium IS-27526

E. faecium IS-27526 merupakan probiotik yang tergolong dalam BAL

homofermentatif yang melakukan fermentasi asam laktat yang mengubah

karbohidrat hampir seluruhnya menjadi produk tunggal, yaitu asam laktat

(Madigan et al., 1997 dalam Surono, 2004b). BAL homofermentatif dapat

mengubah 95% glukosa atau heksosa lainnya menjadi asam laktat dan

sejumlah kecil CO2 (Rahman et al., 1992).

Sumber karbohidrat yang dapat difermentasi meliputi glukosa, fruktosa,

galaktosa, sukrosa, maltosa, latosa, dekstrin, sorbitol, dan manitol (Gilliland,

1986). Surono (2004b) menyatakan BAL homofermentatif menghasilkan 2

molekul asam laktat dari heksosa apapun yang dapat difermentasi, termasuk

fruktosa. BAL homofermentatif menghasilkan asam laktat lebih banyak yang

dapat menurunkan pH.

Page 10: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Hasil pengukuran pH sebanding dengan hasil pengukuran TAT (% asam

laktat). Pengukuran TAT (% asam laktat) mengindikasikan banyaknya asam

laktat yang terbentuk. Semakin tinggi total asam yang terbentuk pada media

menandakan semakin tingginya asam laktat yang dihasilkan oleh E. faecium

IS-27526, karena sifatnya homofermentatif, sehingga hampir seluruh produk

fermentasi yang dibentuk adalah asam laktat. Hasil pengukuran TAT (% asam

laktat) dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Pengaruh jenis prebiotik terhadap nilai TAT (% asam laktat) mediaselama pertumbuhan E. faecium IS-27526

Nilai TAT (% asam laktat) mendukung hasil absorbansi, hitungan

cawan, dan pH media. Pertumbuhan optimum pada media m-MRSB +

Glukosa di jam ke-12 menunjukkan absorbansi dan log cfu/ml tertinggi. Pada

kondisi ini diperoleh nilai pH terendah (pH 4.7) dan nilai TAT (% asam laktat)

tertinggi dibanding ketiga jenis media lainnya, yaitu sebesar 0.73% asam

laktat. Nilai TAT (% asam laktat) media mengalami penurunan, namun

cenderung statis hingga jam ke-24. Analisis statistik menunjukkan penurunan

nilai TAT (% asam laktat) setelah jam ke-12 ini tidak berbeda nyata. Hasil

analisis statistik nilai TAT (% asam laktat) media selama pengujian pengaruh

prebiotik terhadap E. faecium IS-27526 dapat dilihat pada Lampiran 19.

Pertumbuhan tertinggi E. faecium IS-27526 dalam media m-MRSB serta

m-MRSB + Inulin terjadi pada jam ke-12. Media m-MRSB memiliki nilai pH

Page 11: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

media dan TAT (% asam laktat) masing-masing sebesar 7.5 dan 0.22% asam

laktat. Media m-MRSB + Inulin memiliki nilai pH 7.3 dan TAT (% asam

laktat) sebesar 0.18% asam laktat.

Nilai TAT (% asam laktat) pada media m-MRSB berkorelasi dengan

nilai pengukuran pH media. Analisis statistik menunjukkan nilai TAT (%

asam laktat) media m-MRSB tidak berbeda nyata dari jam ke-0 hingga jam

ke-24. Demikian halnya dengan nilai TAT (% asam laktat) pada media m-

MRSB + Inulin. Nilai TAT (% asam laktat) kedua media ini tidak berbeda

nyata dalam analisis statistik dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil pengukuran pH dan TAT (% asam laktat) menunjukkan tidak

terjadi pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan pH media m-MRSB

dan m-MRSB + Inulin. Nilai TAT (% asam laktat) tergolong rendah karena

tidak ada sumber karbon yang dapat difermentasi oleh E. faecium IS-27526

menjadi asam laktat dan terlihat bahwa inulin tidak dapat difermentasi oleh E.

faecium IS-27526.

Media m-MRSB + FOS memiliki nilai pH 5.5 dan TAT (% asam laktat)

sebesar 0.36% asam laktat pada pertumbuhan tertingginya di jam ke-8. Nilai

pH mengalami perubahan hingga jam ke-24, namun analisis statistik

menunjukkan perubahan pH dari jam ke-8 hingga jam ke-24 tidak memiliki

perbedaan nyata (Lampiran 18). Demikian halnya dengan nilai TAT (% asam

laktat) media m-MRSB + FOS yang tidak berbeda nyata dari jam ke-4 hingga

jam ke-24 (Lampiran 19).

Nilai pH dan TAT (% asam laktat) media m-MRSB + FOS berbeda

nyata dengan media kontrol m-MRSB. Hasil pengukuran pH dan TAT (%

asam laktat) menunjukkan E. faecium IS-27526 mampu memfermentasi FOS

sehingga menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH media.

Berbagai monosakarida dimetabolisme oleh BAL menjadi glukosa-6-

fosfat atau fruktosa-6-fosfat dalam tahapan glikolisis atau jalur Embden

Meyerhoff Parnas (EMP) (Surono, 2004b). FOS merupakan oligosakarida

yang tersusun atas satu monomer glukosa dan monomer-monomer fruktosa

yang jumlahnya tergantung pada nilai derajat polimerisasi (DP). FOS

Page 12: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

memiliki DP antara 2 – 8 (De Leenheer dan Hoebregs, 1994 dalam Franck dan

De Leenheer, 2005).

FOS, yang dapat dipecah oleh enzim β-fruktosidase, akan menghasilkan

glukosa dan fruktosa. Molekul monosakarida ini akan masuk ke tahap

glikolisis kemudian menghasilkan asam piruvat, 2 molekul adenosine

triphosphate (ATP), dan 2 molekul NADH. Asam piruvat diubah oleh enzim

laktat dehidrogenase menjadi asam laktat dengan mengubah 2 molekul NADH

menjadi 2 molekul NAD+. Prinsip fermentasi asam laktat adalah transfer H+

dari NADH kepada gugus karbonil dari piruvat sehingga piruvat tereduksi

menjadi laktat (Bertolani, 2007).

Fermentasi asam laktat dengan memanfaatkan FOS yang dilakukan oleh

E. faecium IS-27526 akan menghasilkan ATP. Peran ATP sangat penting

dalam proses pertumbuhan karena merupakan sumber energi dalam aktivitas

sel, salah satunya adalah pertumbuhan (Bertolani, 2007).

Hasil pengukuran hitungan cawan (log cfu/ml), pH, dan TAT (% asam

laktat) pada media m-MRSB + FOS dapat dilihat pada Gambar 11. Selama

terjadi peningkatan pertumbuhan, media menunjukkan peningkatan TAT (%

asam laktat) sehingga media menjadi semakin asam dengan nilai pH yang

menurun. Peningkatan pertumbuhan E. faecium IS-27526 tertinggi pada waktu

inkubasi 8 jam. Analisis statistik menunjukkan bahwa pada jam ke-8 jumlah

log cfu/ml E. faecium IS-27526 berbeda nyata dengan media kontrol m-

MRSB, namun tidak berbeda dengan inulin (Lampiran 17), walaupun

perbedaan di antara m-MRSB (8.1 log cfu/ml) dan m-MRSB + Inulin (8.2 log

cfu/ml) hanya sedikit, yaitu 0.1 log cfu/ml.

Page 13: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Gambar 11 Pengaruh prebiotik FOS terhadap pertumbuhan E. faecium IS-27526 (log cfu/ml), pH media, serta nilai TAT (% asam laktat)

E. faecium IS-27526 dapat memanfaatkan FOS untuk difermentasi

membentuk asam laktat yang menurunkan pH media dan meningkatkan TAT

(% asam laktat). Selain itu, ATP yang umum dihasilkan saat fermentasi dapat

digunakan untuk mendukung aktivitas pertumbuhannya hingga mencapai

jumlah sel tertinggi sebesar 8.8 log cfu/ml pada waktu inkubasi 8 jam.

Penelitian oleh Audisio et al. (2001) melihat efek prebiotik dari berbagai

sumber gula terhadap E. faecium CRL1385. Hasil pertumbuhan E. faecium

CRL1385 tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% di antara kontrol

tanpa sumber karbon, penambahan gula putih, penambahan gula merah, serta

penambahan glukosa.

Mekanisme pemanfaatan prebiotik dalam fermentasi masih belum

dikemukakan secara jelas. Namun penelitian Barrangou et al. (2003) dalam

Saulnier et al. (2007) telah menunjukkan adanya peran dari fruktofuranosidase

dalam hidrolisis FOS pada L. acidophillus. Gen pengkodean dari

fruktofuranosidase berasosiasi dengan gen untuk sistem transpor ATP Binding

Cassette (ABC). Pada penelitian ini, L. acidophillus mampu memanfaatkan

prebiotik FOS.

Page 14: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Penelitian Kaplan dan Hutkins (2003) dalam Saulnier et al. (2007)

menyimpulkan bahwa L. paracasei dapat memanfaatkan FOS dengan

implikasi sistem transpor yang bersifat dependen terhadap keberadaan ATP.

Saulnier et al. (2007) meneliti lebih dalam dan menyatakan bahwa proses

degradasi prebiotik FOS melibatkan tiga gen yaitu sistem transpor

fosfoenolpiruvat (PTS) sukrosa, β-fruktofuranosidase, dan fruktokinase.

C. Pengaruh Prebiotik terhadap Pertumbuhan L. plantarum IS-10506

Pengujian efek prebiotik terhadap strain E. faecium IS-27526

dibandingkan dengan kedua strain lainnya, yaitu L. plantarum IS-10506 isolat

dadih dan juga L. casei strain Shirota sebagai probiotik komersial. Pengukuran

yang dilakukan adalah pH media dan TAT (% asam laktat) setiap 4 jam

hingga waktu inkubasi 12 jam. Penghitungan sel hidup dengan metode

hitungan cawan dilakukan pada jam ke-0, 8, dan 12.

Pengujian ini tidak menggunakan standar m-MRSB + Glukosa. Huebner

et al. (2007) dengan penelitian serupa menunjukkan jumlah log cfu/ml

Lactobacillus serta Bifidobacterium paling optimum pada media standar

glukosa. Pembuktian teori bahwa BAL memerlukan glukosa untuk tumbuh

optimum telah terlihat dari pengujian terhadap probiotik E. faecium IS-27526.

Pola pertumbuhan BAL pada media glukosa diperkirakan akan sama, yaitu

menunjukkan hasil paling optimum, sehingga penggunaan standar glukosa

tidak lagi digunakan pada L. plantarum IS-10506 dan L. casei strain Shirota.

Analisis statistik hasil hitungan cawan pada Lampiran 20 menunjukkan

jumlah kultur awal yang ditambahkan dalam ketiga jenis media dalam

pengujian tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%. Kultur awal

(berkisar pada 7.0 log cfu/ml) yang digunakan sama jumlahnya dengan

pengujian terhadap probiotik E. faecium IS-27526. Jumlah kultur awal serupa

digunakan dalam pengujian pengaruh prebiotik oleh Audisio et al. (2001).

Pertumbuhan L. plantarum IS-10506 tertinggi secara signifikan (p<0.05)

pada media m-MRSB + Inulin sebesar 10.3 log cfu/ml di jam ke-12. Pada

waktu inkubasi yang sama, pertumbuhan dalam m-MRSB + FOS sebesar 9.5

log cfu/ml. Analisis statistik menunjukkan pertumbuhan L. plantarum IS-

Page 15: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

10506 lebih tinggi secara signifikan (p<0.05) pada m-MRSB + Inulin dan m-

MRSB + FOS dibanding kontrol m-MRSB pada waktu inkubasi 12 jam.

Pertumbuhan L. plantarum IS-10506 pada media kontrol m-MRSB

sebesar 8.7 log cfu/ml di jam ke-12. Pertumbuhan tertinggi dalam m-MRSB

terjadi di jam ke-8 sebesar 8.8 log cfu/ml, namun perubahan log cfu/ml ini

tidak berbeda nyata. Pertumbuhan L. plantarum IS-10506 dalam m-MRSB

tanpa sumber karbon sangat minim karena pertumbuhan BAL membutuhkan

sumber karbohidrat yang dapat difermentasi (Pot et al., 1994). Hasil hitungan

cawan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Pengaruh jenis prebiotik terhadap pertumbuhan (log cfu/ml)L. plantarum IS-10506

Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa pH media m-MRSB + Inulin

serta m-MRSB + FOS, masing-masing bernilai 7.23 dan 7.22 pada jam ke-0,

mengalami penurunan menjadi 4.94 serta 4.69 pada jam ke-12. Nilai pH

media m-MRSB masih berada pada kisaran pH 7, yaitu pada jam ke-0 dan jam

ke-12 adalah 7.22 dan 7.30. Gambar 13 menunjukkan bahwa pH media yang

mengandung prebiotik lebih asam dibanding kontrol.

Page 16: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Gambar 13 Pengaruh jenis prebiotik terhadap nilai pH media selamapertumbuhan L. plantarum IS-10506

Hasil analisis statistik menunjukkan selama pertumbuhan L. plantarum

IS-10506 nilai pH terendah secara signifikan (p<0.05) diperoleh pada m-

MRSB + FOS pada jam ke-8 dan 12. Nilai pH media yang mengandung

prebiotik (m-MRSB + FOS serta m-MRSB + Inulin) berbeda nyata satu sama

lain pada jam ke-8 dan 12 dan juga berbeda nyata dengan nilai pH media

kontrol m-MRSB. Hasil analisis statistik pH media dapat dilhat pada

Lampiran 21.

Gambar 14 Pengaruh jenis prebiotik terhadap nilai TAT (% asam laktat) mediaselama pertumbuhan L. plantarum IS-10506

Nilai pH sesuai dengan hasil TAT (% asam laktat), yaitu pH media turun

seiring dengan kenaikan nilai TAT (% asam laktat). Asam laktat merupakan

asam yang mudah terdisosiasi membentuk ion H+ dan ion CH3CHOHCOO-.

Page 17: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Semakin tinggi konsentrasi asam laktat akan menghasilkan konsentrasi ion H+

yang semakin tinggi sehingga pH menjadi semakin asam (Helferich dan

Westhoff, 1980).

Pertumbuhan tertinggi ditunjukkan dengan nilai TAT (% asam laktat)

tertinggi. Pada jam ke-12 terjadi pertumbuhan L. plantarum IS-10506 dalam

media m-MRSB + FOS memiliki pH terendah 4.7 dan nilai TAT (% asam

laktat) tertinggi sebesar 0.61% dibanding jenis media lainnya. Hasil ini sesuai

dengan analisis statistik nilai TAT (% asam laktat) selama pertumbuhan L.

plantarum IS-10506 pada Lampiran 22.

Pada jam ke-12, nilai TAT (% asam laktat) media m-MRSB + Inulin

sebesar 0.50% dan TAT (% asam laktat) terendah pada media m-MRSB

sebesar 0.15%. Nilai TAT (% asam laktat) pada media yang mengandung

prebiotik lebih tinggi secara signifikan (p<0.05) dibanding dengan kontrol m-

MRSB dari hasil analisis statistik. L. plantarum IS-10506, yang merupakan

BAL, dapat memfermentasi inulin dan FOS menjadi asam laktat sehingga

terjadi penurunan pH dan kenaikan nilai TAT (% asam laktat) pada kedua

media yang mengandung prebiotik dibanding dengan kontrol m-MRSB.

Lampiran 20 menunjukkan hasil analisis statistik pertumbuhan L.

plantarum IS-10506. ANOVA dengan analisis lanjutan menggunakan uji

Tukey menentukan jenis prebiotik yang signifikan menunjukkan pertumbuhan

tertinggi dari analisis interaksi antara variabel jenis media dan waktu inkubasi.

Jumlah sel hidup pada media m-MRSB + Inulin pada jam ke-8, yaitu 9.5

log cfu/ml, tidak berbeda nyata dengan jumlah sel hidup pada media m-MRSB

+ FOS di jam ke-12. Jumlah sel hidup yang sama, yaitu 9.5 log cfu/ml, dapat

dicapai oleh L. plantarum IS-10506 dengan lebih singkat pada m-MRSB +

Inulin. L. plantarum IS-10506 dapat memanfaatkan prebiotik inulin dan FOS,

namun tumbuh lebih cepat dengan prebiotik inulin dibanding FOS.

Hasil pengukuran hitungan cawan, pH media, dan TAT (% asam laktat)

pada media m-MRSB + Inulin terhadap pertumbuhan L. plantarum IS-10506

dapat dilihat pada Gambar 15. Selama pertumbuhan L. plantarum IS-10506,

terjadi penurunan pH dan peningkatan nilai TAT (% asam laktat) secara

bertahap.

Page 18: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Gambar 15 Pengaruh prebiotik inulin terhadap pertumbuhan L.plantarumIS-10506 (log cfu/ml), pH media, serta nilai TAT (% asam laktat)

L. plantarum IS-10506 menunjukkan adanya kemampuan untuk

memecah ikatan pada rantai panjang inulin. Inulin umumnya dapat dipecah

dengan enzim inulinase yang dapat dijumpai pada beberapa tanaman dan

mikroorganisme (kapang, khamir, dan bakteri). Inulinase memotong unit

fruktosa dari ujung yang tidak tereduksi atau dari posisi fruktosa tertentu

(Molina et al., 2005).

Fermentasi prebiotik sangat tergantung pada strain bakteri, bukan hanya

berdasarkan spesies saja. Penelitian Huebner et al. (2007) menunjukkan

bahwa strain berbeda dari spesies L. plantarum menunjukkan skor aktivitas

prebiotik yang berbeda. Prebiotik inulin dan FOS mendukung pertumbuhan L.

plantarum 4008 dengan baik, namun tidak mendukung L. plantarum 12006.

Pennachia et al. (2006) menyimpulkan adanya pertumbuhan dalam 2%

FOS pada MRSB kontrol tanpa glukosa pada L. plantarum strain DL6, namun

tidak demikian dengan L. plantarum strain GL2. Penelitian Saulnier et al.

(2007) menunjukkan L. plantarum WCFS1 tidak dapat tumbuh dengan baik

menggunakan FOS selama 24 jam inkubasi.

Perbedaan respon tiap strain ini dikarenakan perbedaan pengkodean gen

dalam sistem metabolik yang berpengaruh terhadap skor aktivitas prebiotik

Page 19: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

(Huebner et al., 2007). Pemanfaatan prebiotik oleh BAL membutuhkan

keberadaan sistem transportasi dan hidrolisis yang spesifik (Barrangou et al.,

2003 dalam Huebner et al. , 2007).

D. Pengaruh Prebiotik terhadap Pertumbuhan L. casei strain Shirota

Pengujian pengaruh prebiotik dilakukan pada L. casei strain Shirota

mewakili probiotik komersial. Pengujian dilakukan dengan metode sama

seperti L. plantarum IS-10506. Pengukuran yang dilakukan antara lain

pengukuruan pH media dan TAT (% asam laktat) setiap 4 jam selama 12 jam,

sedangkan jumlah sel hidup diukur dengan metode hitungan cawan pada jam

ke-0, 8, dan 12.

Pertumbuhan tertinggi L. casei strain Shirota diperoleh pada waktu

inkubasi 12 jam pada media m-MRSB + Inulin sebesar 10.0 log cfu/ml.

Pertumbuhan pada media m-MRSB + FOS dan m-MRSB masing-masing

sebesar 9.2 dan 9.3 log cfu/ml. Gambar 16 menunjukkan hasil hitungan cawan

L. casei strain Shirota dalam satuan log cfu/ml.

Gambar 16 Pengaruh jenis prebiotik terhadap pertumbuhan (log cfu/ml)L. casei strain Shirota

Analisis statistik pertumbuhan L. casei strain Shirota dapat dilihat pada

Lampiran 23. Variabel jenis media dan waktu inkubasi memiliki pengaruh

nyata terhadap pertumbuhan L. casei strain Shirota pada taraf signifikansi 5%

atau nilai p<0.05 sehingga dilakukan analisis lanjutan dengan uji Tukey.

Page 20: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Dilihat dari segi waktu inkubasi, analisis statistik menunjukkan bahwa

pertumbuhan dari jam ke-0, 8, dan 12 masing-masing memiliki perbedaan

yang signifikan. Hal ini disebabkan karena selama jam ke-0 hingga jam ke-12

pertumbuhan L. casei strain Shirota berada pada fase log yang masih aktif

membelah dan membetuk sel baru, sehingga jumlah sel setiap waktu

penghitungan sel hidup akan berbeda. Peningkatan jumlah sel terjadi cukup

tinggi akibat pembelahan biner sel selama fase log (Lay dan Hastowo, 1992).

Rata-rata pertumbuhan L. casei strain Shirota pada media m-MRSB +

Inulin tidak berbeda nyata dengan m-MRSB + FOS, namun berbeda nyata

dengan kontrol. Walaupun dikatakan berbeda nyata secara statistik, namun

perbedaannya tidak mencapai 1 log cfu/ml. Rata-rata pertumbuhan L. casei

strain Shirota pada m-MRSB + FOS tidak berbeda nyata dibanding kontrol

dan juga tidak berbeda nyata dengan m-MRSB + Inulin.

Media m-MRSB + Inulin dan m-MRSB + FOS memiliki nilai pH awal

yang sama, yaitu 7.2 dan setelah inkubasi 12 jam turun menjadi 5.6. Nilai pH

yang mendekati, yaitu 5.1, diperoleh dari fermentasi prebiotik FOS mikrobiota

feses babi in vitro selama inkubasi 12 jam yang diteliti oleh Smiricky-Tjardes

et al. (2003). Analisis statistik pH media selama pertumbuhan L. casei strain

Shirota pada Lampiran 24 menunjukkan pH kedua media yang mengandung

prebiotik tidak berbeda satu sama lain.

Analisis statistik menunjukkan nilai pH media m-MRSB + Inulin dan m-

MRSB + FOS lebih rendah secara signifikan (p<0.05) dibanding media

kontrol m-MRSB pada jam ke-8 dan 12. Pada jam ke-12, nilai pH media m-

MRSB sebesar 7.7. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Pengaruh jenis prebiotik terhadap nilai pH media selama

Page 21: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

pertumbuhan L. casei strain Shirota

Hasil pengukuran pH sesuai dengan pengukuran TAT (% asam laktat)

(Gambar 18). Setelah waktu inkubasi 12 jam, nilai TAT (% asam laktat) pada

media m-MRSB, m-MRSB + Inulin, dan m-MRSB + FOS secara berturut-

turut adalah 0.15%, 0.26%, dan 0.27%.

Gambar 18 Pengaruh jenis prebiotik terhadap nilai TAT (% asam laktat) mediaselama pertumbuhan L. casei strain Shirota

Analisis statistik nilai TAT (% asam laktat) selama pertumbuhan L. casei

strain Shirota dapat dilihat pada Lampiran 25. Media yang mengandung

prebiotik, yaitu m-MRSB + Inulin dan m-MRSB + FOS, tidak berbeda nyata

satu sama lain. Pada jam ke-12, yaitu waktu inkubasi dengan pertumbuhan L.

casei strain Shirota tertinggi, menunjukkan nilai TAT (% asam laktat) media

prebiotik lebih tinggi dibanding kontrol m-MRSB. Media mengandung

prebiotik dapat dimanfaatkan oleh L. casei strain Shirota untuk difermentasi

membentuk asam laktat sehingga pH media turun.

Inulin dan FOS merupakan bentuk polimer dan oligomer dari glukosa

dan fruktosa karena strukturnya berupa GFn (Gibson dan Angus, 2000). Inulin

dan FOS yang dipecah ikatan polimer dan oligomernya menghasilkan satu

monomer glukosa dan monomer-monomer fruktosa yang dapat digunakan

untuk membentuk asam laktat, sesuai pernyataan Budiyanto (2002) bahwa

asam laktat dapat dihasilkan dari sumber campuran sukrosa, glukosa, dan

fruktosa. Penumpukan asam laktat dapat menyebabkan penurunan pH (Naidu

dan Clemens, 2000).

Page 22: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

L. casei strain Shirota menunjukkan kemampuan tumbuh di kedua jenis

prebiotik, sehingga jenis prebiotik yang signifikan mendukung pertumbuhan

L. casei strain Shirota diketahui dengan bantuan analisis ANOVA dengan

analisis lanjutan uji Tukey. Hasil analisis menunjukkan L. casei strain Shirota

dapat tumbuh dengan baik pada kedua jenis prebiotik dan tidak berbeda

signifikan satu sama lain (p<0.05). Walaupun demikian, pertumbuhan L. casei

strain Shirota cenderung memberikan hasil jumlah sel hidup yang lebih tinggi

pada prebiotik inulin, yaitu sebesar 10.0 log cfu/ml.

Pengaruh prebiotik inulin terhadap jumlah sel hidup, nilai pH media, dan

nilai TAT (% asam laktat) selama pertumbuhan L. casei strain Shirota dapat

dilihat pada Gambar 19, sedangkan pengaruh prebiotik FOS terhadap

parameter yang sama dapat dilihat pada Gambar 20. Peningkatan pertumbuhan

L. casei strain Shirota dalam media mengandung prebiotik menunjukkan

penurunan pH dan peningkatan nilai TAT (% asam laktat) karena fermentasi

prebiotik menghasilkan asam laktat.

Gambar 19 Pengaruh prebiotik inulin terhadap pertumbuhan L.casei strainShirota (log cfu/ml), pH media, serta nilai TAT (% asam laktat)

Page 23: IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kurva Pertumbuhan E. faecium … · dilakukan dengan prinsip mengukur kenaikan massa sel. Cahaya yang ... pembelahan biner yang sama, sehingga diambil pada

Gambar 20 Pengaruh prebiotik FOS terhadap pertumbuhan L.casei strainShirota (log cfu/ml), pH media, serta nilai TAT (% asam laktat)

Interaksi prebiotik dengan probiotik bersifat spesifik, sehingga studi ini

penting dalam aplikasi sinbiotik, gabungan prebiotik-probiotik. Sinbiotik

dapat meningkatkan manfaat kesehatan dibanding aplikasi prebiotik atau

probiotik saja. Sistem sinbiotik efisien bila substrat mengandung prebiotik

sesuai untuk mendukung pertumbuhan probiotik (Kneifel et al., 2000 dalam

Pennachia et al., 2006). Pemilihan lebih dari satu prebiotik diperlukan untuk

meningkatkan pertumbuhan probiotik (Penacchia et al., 2006).

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Prebiotik inulin 1% (b/v) dapat dimanfaatkan oleh L. plantarum IS-

10506 dan L. casei strain Shirota untuk mendukung pertumbuhannya, tetapi

tidak dapat dimanfaatkan E. faecium IS-27526. Prebiotik fruktooligosakarida

(FOS) 1% (b/v) dapat dimanfaatkan oleh ketiga jenis probiotik.

E. faecium IS-27526 dapat memfermentasi FOS sehingga TAT (% asam

laktat) meningkat dan pH menurun. E. faecium IS-27526 tidak dapat

memanfaatkan inulin karena kurva pertumbuhannya sama dengan m-MRSB,

selain itu penurunan pH dan peningkatan TAT (% asam laktat) tidak terjadi.

Pertumbuhan tertinggi pada prebiotik inulin ditunjukkan oleh L.

plantarum IS-10506 setelah inkubasi selama 12 jam, yaitu 10.3 log cfu/ml. L.

plantarum IS-10506 tumbuh lebih baik dalam prebiotik inulin karena dapat