Upload
lamkhanh
View
286
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
IV. SEKILAS TENTANG RPH PT ELDERS INDONESIA
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN
PT Elders Indonesia merupakan perusahaan penanaman modal asing yang bergerak
di bidang peternakan, yaitu penggemukan (feedlot) dan Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
Perusahaan ini berdiri di Indonesia pada tanggal 5 September 2000 dengan akte notaris No 3
dan pengesahan oleh Departemen Kehakiman No 1.861.HT.01.01 tanggal 9 Maret 2001. Bank
Marsden Pty. Ltd dan PT Elders Limited merupakan pemegang saham perusahaan yang
berada di Australia. Kantor pusat perusahaan ini berada di Wisma Raharja Lantai 8 Jalan TB
Simatupang Kavling No 1 Cilandak, Jakarta Selatan, sedangkan RPH PT Elders Indonesia
terletak di Jalan Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Perusahaan tersebut juga memiliki unit
penggemukan sapi yang berada di KM 52 Trans Sumatra Highway Gunung Sugih, Lampung
Tengah.
RPH PT Elders Indonesia awalnya merupakan RPH tradisional yang dikelola oleh
Fakultas Peternakan IPB, kemudian pada tahun 2000 pengelolaan RPH berpindah ke PT Ausi
Fres Import Indonesia. Pada tahun 2002 pengelolaannya dialihkan kepada PT Celmor Perdana
Indonesia yang merupakan cabang dari Celmor Company Australia.
Pada tahun 2000, PT Elders Indonesia pertama kali bergerak dalam usaha
penggemukan sapi (feedlot) yang diimport dari Australia. Waktu penggemukan berkisar
antara 90-100 hari hingga mencapai spesifikasi yang diharapkan. Awalnya PT Elders
Indonesia melakukan kerjasama dengan RPH PT Celmor Perdana Indonesia pada tahun 2005.
Kerjasama yang dilakukan berupa jasa pemotongan ternak sapi di RPH yang dimiliki PT
Celmor Perdana Indonesia. Pada 26 Juni 2006, terjadi pengalihan pengelolaan RPH
sepenuhnya ke PT Elders Indonesia.
Visi dari PT Elders adalah untuk menjadi tolak ukur bagi kualitas dan inovasi dalam
usaha untuk mendukung perkembangan pertanian di Indonesia, sedangkan misi dari
peursahaan ini adalah memperoleh yang terbaik dari Elders sebagai perusahaan dalam
memberikan manfaat kepada Indonesia dan peningkatan industri pedesaan di negara ini. PT
Elders akan melakukan misi tersebut dengan cara yang menguntungkan dan saling
mendukung peserta lokal yang lain, staff dan masyarakat lokal yang akan mereka layani.
Pendirian PT Elders Indonesia telah mendapatkan izin usaha tetap nomor
141/Peternakan/2004 yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal, izin
mengoperasikan tempat pemotongan hewan, yaitu Nomor Kontrol Veteriner (NKV) No
524.7/2654-Kesmavet/2006, dan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor
MUI 01014001230506. PT Elders Indonesia berkembang menjadi produsen penghasil daging
sapi dengan produk berupa daging sapi chilled dengan merek Sterling. Perusahaan ini
menerapkan sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) dalam proses
produksinya untuk menjaga kualitas produk yang mereka hasilkan. Selain itu persyaratan
bangunan RPH juga telah memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 01-6159-1999.
17
B. KETENAGAKERJAAN
RPH PT Elders Indonesia dikepalai oleh seorang manajer dan memiliki lima divisi,
yakni Finance/Human Resource Development, Production, Quality Control or Quality
Assurance, Maintenance, dan Purchase/Warehouse. Struktur organisasi dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Hari kerja dibagi menjadi dua macam hari kerja. Hari ganjil yaitu Senin, Rabu, dan
Jum’at merupakan hari pemotongan (killing), sedangkan hari genap yaitu Selasa, Kamis, dan
Sabtu merupakan hari boning. Waktu kerja dimulai pada pukul 07:30 WIB dan selesai pukul
16:00 WIB, dengan dua kali istirahat selama hari kerja, yaitu pada pukul 09:30 s.d. 10:00 dan
pukul 12:00 s.d. 13:00.
C. SISTEM MANAJEMEN PENDUKUNG
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
RPH PT Elders Indonesia telah menerapkan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) untuk melindungi pekerjanya. Pekerja di RPH ini di lengkapi dengan alat
pelindungan diri (APD), APD disesuaikan dengan kebutuhan pekerja di unit kerja masing
seperti, sepatu bot, apron, masker, iron gloves, helm, sarung pisau dengan ikat pinggang
rantai. Pada unit pemingsanan (stunning) disediakan earplug untuk melindungi stunner dari
kebisingan. Peralatan-peralatan tersebut diletakan di dalam ruang produksi dan selalu
dibersihkan setelah dipakai.
RPH ini juga menyediakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja seperti
menyediakan tempat cuci tangan, kamar mandi dan toilet khusus pekerja serta ventilasi yang
cukup untuk sanitasi pekerja, serta terdapat kotak P3K dan alat pemadam api ringan (APAR)
yang disimpan di ruangan dekat pos satpam. APAR di RPH Elders tersedia dua unit, kedua
unit tersebut diletakan di pos jaga dan ruang maintenance untuk mempermudah pengambilan
jika terjadi kebakaran.
Pengawasan terhadap K3 dilakukan setiap hari selama bekerja sebagai tindakan
preventif yang dilakukan pihak manajemen. Pengawasan ini dilakukan sebagai proses
mengingatkan pekerja yang melakukan tindakan tidak aman baik yang disengaja atau tidak
disengaja. Selain itu, perusahaan juga mengikutka pekerjanya pada program JAMSOSTEK.
Hal tersebut dilakukan sebagai tindakan antisipasi jika terjadi kecelakaan kerja.
2. Pemeliharaan
Divisi pemeliharaan atau maintenance merupakan divisi yang bertanggung jawab
terhadap kinerja peralatan-peralatan di RPH. Tugas yang dilakukan antara lain memperbaiki
kerusakan, mengontrol kinerja mesin, perawatan secara berkala, mengganti atau memasang
suku cadang. Perawatan dan perbaikan yang tepat waktu merupakan usaha yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kerusakan mesin pada saat proses berlangsung. Kerusakan mesin
dan peralatan merupakan titik kritis proses pada saat proses berlangsung akan mengakibatkan
terhentinya proses produksi.
18
3. Quality Control or Quality Assurance
RPH PT Elders Indonesia sangat menjaga kualitas dari daging yang dihasilkan dan
keamanan kesehatan. Hal tersebut dilakukan dengan memperkerjakan seorang dokter hewan
untuk mengawasi kesehatan ternak sebelum dipotong dan setelah daging dipotong. Tujuan
dari hal tersebut adalah untuk melindungi konsumen dari penyakit ternak, seperti anthrax.
Seorang Quality controler setiap harinya mengawasi dan mengevaluasi kualitas dari produk
yang mereka hasilkan.
4. Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)
HACCP merupakan sistem yang digunakan untuk mengetahui, mengukur dan
mengendalikan bahaya yang signifikan terhadap keamanan produk. RPH PT Elders Indonesia
memiliki 8 (delapan) titik sebagai titik kritis produksi(Critical Control Point/CCP). CCP 1
terdapat pada bagian kandang, CCP 2 terdapat pada proses pemeriksaan jeroan merah, CCP 3
terdapat pada penyimpanan daging di chiller carcass, CCP 4 terdapat pada proses vacuum
daging, CCP 5 terdapat pada blast freezer, CCP 6 dan CCP 7 terdapat pada proses
penyimpanan dan pemeriksaan sebelum dilakukan pengiriman, kedua kegiatan tersebut
dilakukan di dalam chiller carton, serta CCP 8 terdapat pada proses pengiriman (delivery).
D. PROSES PRODUKSI
Proses produksi di RPH PT Elders Indonesia terdapat 14 (empat belas) tahap proses
hingga ke tangan distributor dengan mengimplementasikan HACCP pada prosesnya.
Kapasitas produksi dari RPH ini adalah sebesar ± 900 ekor sapi per bulan. Diagram alir proses
dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut penjelasan dari tahapan prosesnya, antara lain:
1. Penurunan dan Pengistirahatan
Ternak sapi yang akan dipotong berasal dari feedlot PT Elders Indonesia, ternak
tersebut dibawa ke RPH beberapa hari sebelum pemotongan dilakukan. Ternak yang telah
sampai, diistirahatkan dikandang dan diperhatikan dengan baik kesejahteraannya agar ternak
sapi tidak berada dalam keadaan stress (Gambar 6).
Gambar 6. Penurunan Ternak
19
2. Pembersihan dan Pemandian
Ternak sapi yang siap dipotong, harus dibersihkan dan dimandikan terlebih dahulu.
Hali ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada tubuh sapi juga dapat
menenangkan sapi yang stress. Pembersihan dan pemandian dilakukan dengan mengalirkan
air ke badan sapi dan dilakukan oleh satu orang pekerja.
3. Pemingsanan (Stunning)
Pemingsanan merupakan tahapan yang dilakukan untuk membuat hewan menjadi
tidak sadar atau dapat disebut proses pelumpuhan. Tahapan ini dilakukan agar sapi tidak
mudah berontak saat proses penyembelihan, sapi yang berontak dengan membantingkan
tubuhnya akan mempengaruhi produk akhirnya. Semakin banyak memar yang terdapat pada
ternak sapi potong maka akan semakin menurun pula kualitas dagingnya. Selain itu,
pemingsanan dilakukan agar lebih mudah dalam proses penyembelihan.
Pemingsanan dilakukan dengan menggunakan alat Stunning Gun (Gambar 7a). Alat
tersebut seperti senapan pneumatic yang bobotnya ± 5 kg. Proses penembakan dengan
stunning gun, dilakukan pada stunning box (Gambar 7b). Penembakan harus ditembakan tepat
di dahi sapi.
(a) (b)
Gambar 7. Stunning Gun (a) dan Stunning Box (b)
(Sumber : http://media.qcsupply.com/catalog dan http://www.bonner-bg.com/shared)
4. Penyembelihan dan Pengeluaran Darah (Bleeding)
Penyembelihan dilakukan segera setelah proses pemingsanan dilakukan. Tahapan ini
dilakukan pada saat sapi dalam posisi rebah setelah proses pemingsanan. Produk yang
dihasilkan merupakan produk daging sapi halal yang telah disertifikasi. Menurut Phillips
(2002) proses penyembelihan yang halal harus dilakukan secara islami dengan menyebutkan
“Bismillahi Allahuakbar” saat memotong leher bagian bawah yaitu bagian tenggorokan, vena
jugularis dan artery carotis. Sapi yang telah mati, jika sudah tidak ada lagi pergerakan
tubuhnya. Pisau untuk penyembelihan harus steril setiap kali penyembelihan dilakukan,
pensterilan pisau sembelih dilakukan dengan cara membersihkannya menggunakan air panas.
Pengeluaran darah merupakan proses setelah penyembelihan dilakukan. Tahapan ini
dilakukan dengan mengaitkan kaki belakang sapi pada suatu crane agar posisi leher menjadi
20
di bawah sehingga sebagian besar darah dalam tubuh sapi dapat dikeluarkan. Semakin banyak
darah yang keluar maka kualitas daging yang didapatkan akan semakin baik.
5. Pemotongan Kepala dan Kaki
Sapi yang telah dipastikan dalam kondisi mati, maka tahapan pemotongan kepala dan
kaki segera dilakukan. Pemotongan kepala dilakukan pada bagian persendian leher yang
paling ujung dan dekat otak, biasa disebut dengan ulak-ulak. Pemotongan kepala dan kaki
bagian depan dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau steril. Kaki bagian
belakang sapi dipotong dengan menggunakan cutter leg pada bagian phalageal bones. Kepala
dan kaki yang telah dipotong dipindahkan ke ruang penimbangan offal untuk ditimbang.
6. Pengulitan dan Pemotongan Ekor
Proses pengulitan dilakukan saat posisi sapi sudah bergantung pada crane dengan
menggunakan pisau yang steril. Tahapan ini dimulai dengan membuat irisan panjang pada
bagian dada tengah sampai bagian perut sapi, kemudian dilanjutkan dengan membuat irisan
pada keempat kaki ternak. Proses ini biasanya dilakukan oleh lebih dari satu pekerja.
7. Pembelahan Dada dan Pengeluaran Jeroan
Pembelahan dada dilakukan dengan menggunakan brisket saw (Gambar 8), alat yang
sejenis dengan gergaji mesin. Hal ini dilakukan untuk membuat lubang agar memudahkan
dalam pengeluaran jeroan dari tubuh sapi, dengan mengiris perut sapi hingga bagian dada.
Pembelahan dada dimulai dengan menyayat garis perut, kemudian jeroan dikeluarkan melalui
lubang yang telah dibuat pada bagian perut.
Gambar 8. Brisket Saw
(Sumber: http://www.jarvisnz.com/mg1.htm)
Proses pengeluaran jeroan harus dilakukan dengan hati-hati agar isi rongga perut dan
kantong kemih tidak mencemari karkas. Jeroan terdiri atas dua bagian yaitu red offal dan
green offal. Kedua bagian jeroan ini dipisahkan berdasarkan bagiannya.
21
8. Pembelahan Karkas dan Pencucian Karkas
Pembelahan karkas dilakukan dengan menggunakan splitter carcass (Gambar 9).
Karkas sapi dibelah menjadi dua bagian yang sama besar. Splitter carcass merupakan alat
berupa gergaji atau pisau otomatis yang dapat membelah karkas. Saat proses pembelahan, dari
alat tersebut akan keluar air ketika dinyalakan dan air akan berhenti ketika alat tersebut mati.
Penggunaan air pada alat tersebut adalah untuk mempermudah proses pembelahan.
Gambar 9. Splitter Carcass
(Sumber: http://www.jarvisnz.com/bv.htm)
Proses pembelahan ini juga dibantu tangga hidrolik untuk mempermudah
pemotongan dari bagian atas ke bawah. Tangga hidrolik dikendalikan dengan menggunakan
kaki untuk mempermudah pekerja dalam melakukan pekerjaan tersebut. Pencucian karkas
dilakukan setelah pembelahan karkas. Pencucian ini dilakukan bertujuan untuk membersihkan
bagian bekas pembelahan dan sisa lemak pada bagian paha dan brisket.
9. Penimbangan Karkas dan Pemberian Stampel
Karkas yang telah terbagi menjadi dua bagian disebut hot carcass. Hot carcass
kemudian ditimbang dengan menggunakan carcass scale yang terdapat pada crane tempat
menggantungkan kaskas. Pemberian stempel dilakukan setelah proses penimbangan dengan
menggunakan crayon khusus daging (food grade) atau disebut meat crayon. Pada stempel
tersebut terdapat nomor urutan penyembelihan dan bagian sisi karkas, untuk karkas sisi kanan
adalah A dan karkas sisi kiri adalah B.
10. Pelayuan
Karkas yang telah ditimbang, diberi stempel, dan dibersihkan selajutnya akan
dimasukkan ke dalam ruang pelayuan (chiller). Karkas-karkas tersebut akan digantung selama
± 24 jam pada suhu 4-10°C.
11. Pemisahan Tulang dan Daging
Pemisahan tulang dan daging disebut dengan deboning. Proses ini merupakan proses
pemotongan karkas yang telah dilayukan menjadi potongan-potongan daging komersial.
Deboning dilakukan setelah karkas tersebut mencapai suhu 10°C dan suhu ruangan yang
22
diperlukan adalah 16°C. Proses deboning terdiri atas tiga tahapan, yaitu boning, cutting, dan
trimming.
Boning merupakan tahap pemisahan daging dengan tulang. Cutting merupakan tahap
pemotongan bagian-bagian daging sesuai dengan potongan komersilnya (Lampiran 3) dan
proses pemotongan tulang dilakukan dengan bone saw (Gambar 10). Proses terakhir dari
deboning adalah trimming, proses ini merupakan proses pembersihan lemak yang menempel
pada daging dan daging yang masih menempel pada tulang.
Gambar 10. Bone Saw
(Sumber: http://image.made-in-china.com/4f0j00mCMTnQpGOtof/Bone-Saw-GRT-
BS210A-.jpg)
12. Pengemasan dan Pengepakan
Potongan daging yang telah dipotong sesuai dengan potongan komersialnya,
kemudian dimasukkan ke dalam kemasan plastik sesuai dengan ukuran daging. Kemasan
plastik merupakan plastik khusus vacuum yang dapat digunakan pada proses vakum. Daging-
daging yang telah dikemas dengan plastik akan di vakum dengan menggunakan vacuum pack
machine. Hal tersebut dilakukan untuk menjadikan daging lebih tahan lama, proses vakum
tersebut dilakukan dalam keadaan hampa udara (pressmeat).
Produk yang dihasilkan tidak hanya daging komersial saja, tetapi juga berupa tulang,
lemak, dan tendon. Produk-produk tersebut dikelompok berdasarkan jenisnya, kemudian
dikemas ke dalam kardus-kardus yang telah dilapisi plastik linier di dalamnya. Proses
pelabelan dilakukan setelah produk-produk tersebut dikemas ke dalam kardus. Isi label pada
produk adalah tanggal produksi, masa kadaluarsa, jenis produk, bobot produk, jumlah produk,
saran penyimpanan (keep chilled atau keep frozen), dan produsen. Produk yang telah dikemas
dan diberi label, kemudian diikat dengan menggunakan alat stripping band machine.
13. Penyimpanan
Produk yang telah dikemas ke dalam kardus, kemudian disimpan dalam gudang
penyimpanan (cold storage). Penyimpanan produk dilakukan pada keadaan chilled dan frozen.
Keadaan chilled terdapat pada carton chiller, suhu pada carton chiller berkisar antara 0-4°C.
Keadaan frozen terdapat pada blast freezer dengan suhu berkisar antara -35 s.d -45°C.
Penyimpanan produk dilakukan berdasarkan saran penyimpanan masing-masing produk. Keep
23
chilled harus disimpan di bawah suhu 4°C, sedangkan keep frozen harus disimpan di bawah
suhu -20°C.
14. Pemasaran dan Distribusi
Pemasaran produk yang dilakukan RPH PT Elders Indonesia tidak langsung ke
tangan konsumen. Pemasaran dilakukan melalui perusahaan distributor yaitu PT Sukanda
Djaya. Distribusi dilakukan menggunakan mobil yang dilengkapi box refrigerator agar
kualitas daging tetap terjaga hingga ke tangan distributor.
E. PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh sebuah
perusahaan. Setiap perusahaan pengolah hasil pertanian pasti akan menghasilkan limbah yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan dampak terhadap lingkungan
ekologis. RPH PT Elders Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang melakukan
pengolahan hasil pertanian berupa produk olahan dari ternak sapi. RPH PT Elders Indonesia
mengeluarkan 3 (tiga) macam jenis limbah, yaitu limbah padat, cair, dan gas. Penanganan dan
pengolahan limbah tersebut dilakukan berdasarkan jenis limbahnya, berikut penjelasannya
dalam Tabel 7.
Tabel 7. Penanganan dan Pengolahan Limbah RPH PT Elders Indonesia Berdasarkan Jenis
Limbah.
Jenis
Limbah Sumber Limbah Penanganan dan Pengolahan
Padat
Kotoran Ternak Dibuang pada tempat penampungan
kotoran khusus limbah peternakan Sisa Pakan
Isi Rumen
Sisa Lemak Di kumpulkan pada karung dan dibuang
Cair
Darah Dijual kepada pengumpul darah
Air sisa pembersihan kandang
Dibuang pada satu saluran menuju ke
kolam IPAL untuk diolah lebih lanjut
Air sisa pembersihan karkas
Air buangan cuci tangan dan mandi
karyawan (syarat higienis produksi)
Air buangan toilet
Air cucian piring
Air sisa klorin
Gas Cerobong asap dari genset
Asap dari proses pembakaran dialirkan
ke dalam bunker bawah tanah untuk
direduksi, kemudian dibuang ke udara
24
Penanganan terhadap limbah padat yang dihasilkan dilakukan dengan
mengumpulkannya pada sebuah penampungan limbah peternakan yang terdapat di belakang
RPH. Pada penampungan ini dapat dilakukan proses pengomposan sederhana sehingga dapat
dihasilkan pupuk, pupuk ini dapat digunakan untuk pupuk tanaman.
Limbah cair yang dihasilkan RPH PT Elders Indonesia sebagian besar berasal dari
air sisa pembersihan kandang dan proses produksi. Pengolahan yang dilakukan pada air
limbah ini adalah dengan mengalirkannya ke dalam satu parit untuk menuju ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang kemudian dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke
badan air.
Tabel 8. Data Sarana Pengolahan Air Limbah
No Kolam Dimensi (m) Volume (m3) Retensi (hari)
1 Trapping 5,5 x 2,3 x 3 37,95 0,76
2 Kolam I 6,13 x 5,25 x 4 128,73 2,56
3 Kolam II 8 x 5 x 3 120 2,39
4 Kolam III 8,1 x 6,8 x 3 165,24 3,29
5 Kolam IV 5,3 x 5,3 x 2 56,18 1,12
Keterangan : m3 air yang digunakan RPH per hari sebesar 50,15 m
3 dengan kapasitas 20 ton
produk daging per hari.
IPAL di RPH PT Elders Indonesia terdiri dari kolam trapping dan kolam lainnya
sebanyak 4 unit. Sarana yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 8. Pengujian air limbah
dilakukan setiap setahun sekali oleh RPH PT Elders Indonesia dengan menggunakan jasa dari
Laboratorium Pengujian yang ada di Institut Pertanian Bogor.
Limbah yang dihasilkan RPH PT Elders Indonesia selain limbah padat dan cair
adalah limbah gas. Limbah gas yang dihasilkan berasal dari cerobong genset. Genset ini
dilengkapi dengan bunker yang berfungsi sebagai pereduksi gas hasil pembakaran dari genset
sebelum dibuang ke udara bebas. Cerobong genset di RPH tersebut memiliki tinggi sekitar ± 7
meter.
Berdasarkan Keputusan Kepalan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
No. Kep 205/Bapedal/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak, disebutkan bahwa cerobong udara harus dibuat dengan
mempertimbangkan aspek pengendalian pencemaran udara yang didasarkan pada lokasi dan
tinggi cerobong. Tinggi cerobong sebaiknya 2-2½ kali tinggi bangunan sekitarnya sehingga
lingkungan sekitar tidak terkena turbulensi. Cerobong genset di RPH PT Elders Indonesia
sudah cukup sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan oleh kepala BAPEDAL.