27
SEKILAS TENTANG KOROSI Bidang korosi merupakan suatu bidang yang ditekuni oleh berbagai kalangan, baik kalangan industri, pemberi jasa atau konsultan, maupun peneliti dan perguruan tinggi. Penanganan masalah korosi dilakukan secara multidisiplin, yang memerlukan kerjasama para praktisi dari berbagai disiplin ilmu, misalnya: disiplin ilmu pertambangan, metalurgi, teknik kimia, perminyakan, sipil, biologi dan lain sebagainya. Ditinjau dari bidang kerjanya, banyak pihak yang berkepentingan dengan masalah korosi. Disatu pihak ada yang mengalami kerugian akibat serangan korosi seperti industri logam dan mesin; ada juga pihak yang berkepentingan dengan usaha penanggulangan korosi melalui penyediaan material yang handal terhadap lingkungan tertentu, penyediaan bahan pelapis yang tahan lama, penyediaan sistim dan teknologi perlindungan; ada pihak yang menekuni penelitian dan pengembangan material, pengembangan metoda-metoda penanggulangan korosi seperti proteksi katodik-anodik, teknik inhibisi; dan akhirnya ada pihak-pihak yang bergerak dalam pemberian jasa konsultasi yang melakukan kegiatan problem solving dan desain sistem proteksi. Hampir semua sektor industri mempunyai permasalahan dengan korosi. Misalnya sektor industri logam, industri perhubungan, industri pertambangan dan energi, pekerjaan umum, industri pertanian dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul dapat berupa kerusakan, umur pakai barang yang tidak memenuhi harapan sampai pada faktor keamanan yang tidak memadai. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia dan teknologi di dalam negeri, akan sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan biaya penanggulangan yang relatif murah, dan mendapatkan alternatif pemecahan yang didasari oleh kemampuan sendiri SEJARAH INDOCOR Pada tahun 1967/1968 sebelum memasuki tahap pembangunan jangka

SEKILAS TENTANG KOROSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

korosi tentang

Citation preview

SEKILAS TENTANG KOROSI

Bidang korosi merupakan suatu bidang yang ditekuni oleh berbagai kalangan, baik kalangan industri, pemberi jasa atau konsultan, maupun peneliti dan perguruan tinggi. Penanganan masalah korosi dilakukan secara multidisiplin, yang memerlukan kerjasama para praktisi dari berbagai disiplin ilmu, misalnya: disiplin ilmu pertambangan, metalurgi, teknik kimia, perminyakan, sipil, biologi dan lain sebagainya. Ditinjau dari bidang kerjanya, banyak pihak yang berkepentingan dengan masalah korosi.

Disatu pihak ada yang mengalami kerugian akibat serangan korosi seperti industri logam dan mesin; ada juga pihak yang berkepentingan dengan usaha penanggulangan korosi melalui penyediaan material yang handal terhadap lingkungan tertentu, penyediaan bahan pelapis yang tahan lama, penyediaan sistim dan teknologi perlindungan; ada pihak yang menekuni penelitian dan pengembangan material, pengembangan metoda-metoda penanggulangan korosi seperti proteksi katodik-anodik, teknik inhibisi; dan akhirnya ada pihak-pihak yang bergerak dalam pemberian jasa konsultasi yang melakukan kegiatan problem solving dan desain sistem proteksi.

Hampir semua sektor industri mempunyai permasalahan dengan korosi. Misalnya sektor industri logam, industri perhubungan, industri pertambangan dan energi, pekerjaan umum, industri pertanian dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul dapat berupa kerusakan, umur pakai barang yang tidak memenuhi harapan sampai pada faktor keamanan yang tidak memadai.

Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia dan teknologi di dalam negeri, akan sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan biaya penanggulangan yang relatif murah, dan mendapatkan alternatif pemecahan yang didasari oleh kemampuan sendiriSEJARAH INDOCOR Pada tahun 1967/1968 sebelum memasuki tahap pembangunan jangka panjang yang pertama, pemerintah Indonesia meminta ECAFE (Economic Comission for Asia and far East) untuk melakukan survey pada industri-industri yang ada di Indonesia. Hasil survey dari ECAFE menunjukkan bahwa pada industri-industri tersebut, terdapat berbagai masalah yang perlu mendapatkan penanganan segera, antara lain permasalahan korosi yang merupakan suatu permasalahan yang serius.

Oleh karena itu maka dibentuklah Tim Korosi Indonesia untuk mengkaji kondisi di Indonesia yang beranggotakan personil dari berbagai instansi, dan berada di bawah koordinasi B4T (Balai Besar Bahan dan Barang Teknik) yang diketuai oleh Ir. J. Kusnadi, yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur B4T. Dipilihnya B4T sebagai koordinator didasarkan pada alasan bahwa masalah korosi yang besar terdapat di sekitar industri.

Instansi-instansi yang terkait dalam Tim Korosi Indonesia adalah LIPI, B4T, PINDAD, BATAN, PALAD dan AURI. Selanjutnya diadakan survey oleh Tim Korosi Indonesia ke instansi dan industri di berbagai daerah di seluruh tanah air. Dari hasil survey tersebut tim berpendapat bahwa kondisi korosi di Indonesia ada pada tingkat yang cukup parah. Hasil survey selanjutnya dievaluasi oleh Tim Korosi Indonesia, dan koordinasinya dipindahkan ke LIPI pada tahun 1969.

Pada tahun 1973, diadakan pertemuan korosi ASEAN yang pertama di Manila. Oleh karena forum tersebut merupakan suatu forum yang penting, maka Indonesia bermaksud berpartisipasi dalam forum tersebut. tetapi karena Indonesia belum mempunyai organisasi yang mapan dalam bidang korosi, maka dirasa perlu membentuk organisasi tersebut sebelum forum ASEAN dimulai.

Atas prakarsa anggota Tim Korosi Indonesia, maka pada tanggal 19 Januari 1973, dengan Akte Notaris Mochtar Railan di Jl. Purnawarman Bandung, dibentuklah suatu organisasi profesi yang diberi nama INDOCOR yang merupakan singkatan dari Indonesian Corrosion Association atau Asosiasi Korosi Indonesia yang berkedudukan di Bandung.

Pengurus INDOCOR selanjutnya dipegang oleh mantan anggota Tim Korosi Indonesia, antara lain : Ir. J. Kusnadi (B4T) Ir. Ronald Kastanya (PINDAD) Ir. A. Sulaeman (LIPI) Ir. Wahyudin (LIPI) Drs. Sumanto Imam Kasani (LIPI) Drs. Rachmat Supardi (PINDAD) Ir. Suripto. A (AURI) Ir. Sumantono Kasam (PRAB/BATAN) Tujuan, landasan dan rencana kerja INDOCOR tertuang dalam Anggaran Dasar INDOCOR, yang pada prinsipnya bertujuan untuk menunjang pembangunan di Indonesia dalam arti yang luas.

Sejak berdirinya hingga saat ini, INDOCOR telah banyak melakukan kegiatan yang bertaraf nasional maupun internasional, antara lain : Pada tahun 1974, mengadakan Seminar dan Workshop pertama dalam bidang korosi, bekerjasama dengan B4T di Bandung. Pada tahun 1982, bekerjasama dengan LIPI dan Departemen Perindustrian, mengadakan Seminar Korosi Nasional terbesar, di Jakarta. Pada tahun 1976 dalam partisipasinya di International Congress on Metallic Corrosion (ICMC) di Sydney, INDOCOR diterima menjadi anggota International Corrosion Council (ICC). Selama tiga periode 1976 - 1985, keanggotaan ini diwakili oleh Ir. A. Sulaeman. INDOCOR berperan aktif pula dalam Asia Pacific Material and Corrosion Association (ADMACA), dan pada saat ini ikut serta dalam kepengurusannya, yang diwakili oleh Dr.Ir. Rochmim Suratman. Hubungan dengan National Association of Corrosion Engineers (NACE) - Amerika juga dijalin dengan baik sejak tahun 1977 dan pada saat ini Dr.Ir. A. Sulaeman duduk sebagai anggota International Relation Committee NACE. Selain itu, beberapa anggota INDOCOR juga menjadi anggota dari NACE. INDOCOR bekerjasama dengan LIPI berkesempatan pula mengadakan "ASEAN Marine Corrosion Course" di Puncak, atas biaya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Antara tahun 1987 - 1992, anggota INDOCOR turut berpartisipasi dalam penelitian ASEAN-Jepang dalam bidang korosi. Pada bulan November 1993, bekerjasama dengan LIPI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Jepang, INDOCOR mengadakan "Asia-Pasific Conference in Various Environment" di Bandung. Pada bulan April 1995, INDOCOR bekerjasama dengan LAPI - ITB, mengadakan "Kursus Korosi Tingkat Dasar" untuk Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI). Kursus ini merupakan suatu kursus pertama yang dipersiapkan untuk mendapatkan akreditasi dari instansi pemerintah, maupun organisasi profesi internasional. Workshop Korosi Nasional ITB dengan Pusat Studi Korosi ITB. Seminar Galvanisasi Jakarta dengan Asosiasi Galvanisasi Indonesia. Seminar Korosi Asia-Pasifik Bali dengan APMACA. Seminar Korosi Nasional Bandung. Ujian akreditasi Teknisi Korosi dengan Depnaker dan Deperindag. Anggota Forum Organisasi Profesi Ilmiah. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut, terlihat bahwa INDOCOR berperan serta dalam dunia penelitian, peningkatan sumber daya manusia, dan penyelesaian masalah industri, yang secara keseluruhan sesuai dengan tujuan yang dicanangkan dalam Anggaran Dasar INDOCOR.

Sejak masa berdirinya, maka kepengurusan INDOCOR dipegang oleh personil dari berbagai instansi, yaitu :

1973 -1982 Ir. J. Kusnadi (B4T)

1982 - 1990 Ir. Ronald Kastanya (PINDAD)

1990 - 1995 Dr.Ir. A. Sulaeman (LIPI)

1995 - 1998 Dr.Ir. Bambang Widyanto (ITB)

1998 - 2002 Dr.Ir. Bambang Widyanto (ITB)

VISI INDOCOR Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri dan ekonomi di Indonesia (pada tahun 1998-1999 mengalami kemerosotan untuk sementara), maka meningkat pula penggunaan bahan logam, baik sebagai komponen proses di industri, maupun sebagai komponen produk yang dipasarkan di masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang telah melebihi 200 juta orang, akan membuat konsumsi pemakaian logam dalam sarana kehidupan menjadi sangat besar.

Dengan perkiraan kasar bahwa biaya penanggulangan korosi mencapai 1,5% dari GNP, maka dapat dibayangkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk penanggulangan korosi tersebut, dan pada saat ini biaya yang diperlukan mencapai orde beberapa trilyun rupiah.

Untuk bisa menangkap kesempatan tersebut, maka diperlukan sumber daya manusia yang cukup yang sepenuhnya berasal dari Warga Negara Indonesia untuk melakukan aktivitas penanggulangan korosi yang dapat bersaing dengan para ahli luar negeri terutama ditinjau dari segi kualitas. Tetapi peningkatan kualitas tersebut juga harus berjalan seiring dengan peningkatan kuantitas, mengingat besarnya ruang lingkup industri dan sektor kehidupan yang perlu dibantu dalam menanggulangi masalah korosi yang sangat merugikan mereka. Kemampuan yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia kita antara lain adalah : kemampuan untuk memecahkan masalah di industri kemampuan untuk mengembangkan standar-standar nasional kemampuan untuk melakukan kegiatan pengembangan metoda penanggulangan korosi kemampuan untuk mengembangkan sektor jasa kemampuan untuk mengembangkan suatu masyarakat dan sistim penanggulangan secara nasional kemampuan untuk melihat peluang pasar, untuk menjual kemampuan/jasa penanggulangan korosi pada pihak luar. Kemampuan-kemampuan diatas merupakan suatu hal yang harus dibina mulai sekarang, untuk menghadapi persaingan global dan era pasar bebas pada masa yang akan datang dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.Pada saat ini saja, Indonesia sebenarnya membutuhkan jumlah praktisi yang bergerak dalam bidang penanggulangan korosi sebesar 2000 orang teknisi dan 400 orang ahli korosi. Sedangkan yang tercatat dan tidak, yang tersebar diberbagai instansi dan industri, diperkirakan tidak lebih dari 100 orang teknisi dan 25 orang ahli. Dan bila dicatat lagi berapa yang mempunyai sertifikat keahlian dalam dan luar negeri, maka jumlahnya akan semakin sedikit lagi. Sehingga peluang untuk menangani masalah ini di Indonesia, pada saat ini sebagian besar dimanfaatkan oleh tenaga asing.

INDOCOR dalam menggalang potensi ini berusaha melakukan pendekatan ke berbagai instansi dan industri, dan diharapkan dengan pendekatan ini dapat diramalkan secara akurat kekuatan dan kebutuhan didalam negeri, sehingga tindakan dan strategi yang lebih tepat dapat dilakukan. Sebagai perbandingan, Jepang pada saat ini memiliki kurang lebih 2000 ahli korosi, sedangkan Amerika, diperkirakan memiliki 3000-5000 orang ahli.MISI INDOCOR Untuk bisa berperan aktif dalam penanggulangan korosi di Indonesia, maka sebagai lembaga atau organisasi profesi satu-satunya di Indonesia, maka INDOCOR perlu memantapkan dan memperkuat struktur organisasi, sehingga mampu memberikan gairah kepada para praktisi dan industri untuk dapat menangani masalah korosi secara nasional secara bersama-sama.

Selanjutnya INDOCOR berusaha untuk menanamkan kesadaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk serius menangani masalah korosi, mengingat bahwa penanggulangan korosi yang baik akan memberikan efisiensi pemeliharaan dan meningkatkan produktivitas dari industri.

Dalam bidang peningkatan sumber daya manusia, INDOCOR akan mengembangkan dan memperbaiki sistim pembinaan keahlian, dengan menyusun suatu program pelatihan yang relevan baik bersama industri yang terkait maupun dengan lembaga-lembaga lain baik nasional maupun internasional, yang selanjutnya akan dilakukan prosedur pengakuan melalui suatu sistim akreditasi dan sertifikasi yang baik.

Semua usaha tersebut tidak terlepas dari adanya suatu sistim komunikasi dan penyampaian informasi yang baik. Pembentukan suatu sarana komunikasi berupa penerbitan newsletter dan majalah profesi akan sangat membantu memperlancar komunikasi dari pihak-pihak yang berkepentingan. Selain media komunikasi cetak, penyelenggaraan pertemuan secara berkala seperti seminar, workshop dan lain sebagainya akan sangat membantu terciptanya atmosfir kerjasama yang baik.

Kerjasama yang harmonis antar setiap pihak yang berkepentingan sangat diharapkan. INDOCOR berusaha untuk menjalin dan menciptakan suasana yang demikian dengan cara mengadakan kontak secara langsung dan tidak langsung kepada pihak-pihak yang terkait.

Pengembangan Hubungan IndustriKonsumen utama dari jasa perlindungan korosi adalah sektor industri, baik industri mesin dan logam, industri kimia, industri transportasi, industri pertambangan dan lain sebagainya. Semua sektor kehidupan yang berhubungan dengan penggunaan logam sebagai bahan utama sebetulnya tidak terlepas dari masalah korosi.

Dengan demikian maka adanya suatu hubungan yang akrab diantara para ahli, praktisi dan industri sangat perlu untuk diciptakan, dengan selalu mempertahankan asas "win-win". Dengan suatu kerjasama yang baik maka diharapkan pemecahan masalah secara nasional dapat dilakukan dengan lebih mudah, dan ketergantungan yang besar terhadap para praktisi dan ahli dari luar negeri seperti yang masih terjadi pada saat ini, dapat dikurangi.

Pada saat ini kerjasama ini masih berskala kecil, terbatas pada pelatihan yang terbatas maupun problem solving yang sederhana. Bila dibandingkan dengan skala dan jumlah industri yang sedemikian besar dan banyaknya. Maka hubungan yang diharapkan harmonis ini baru dapat disetarakan dengan suatu benih saja. Hal itu tidak sebanding dengan perkirakan kerugian akibat korosi yang menurut perkiraan kasar sementara ahli, ekivalen dengan 1,5-3% dari GNP.

Dengan sosialisasi yang gencar, diharapkan kalangan industri mau bergabung dalam wadah ini, bahu-membahu menanggulangi kerugian yang terhitung besar ini.

Pengembangan Hubungan Luar NegeriUntuk mensukseskan program kerja INDOCOR, beberapa hubungan telah dilakukan dengan organisasi profesi sejenis, seperti National Association of Corrosin Engineers (NACE-USA), Australia-Asian Corrosion Association (ACA) dan Asia Pacifik Materials and Corrosion Association (APMACA). Bahkan telah direncanakan untuk mendirikan NACE Section di Indonesia yang akan diintegrasikan dengan Komisi Hubungan dan Kerjasama Internasional di INDOCOR. Dengan adanya hubungan-hubungan tersebut, maka akan dirintis kerjasama-kerjasama pengembangan SDM dan transfer informasi, sehingga anggota INDOCOR tidak akan tertinggal oleh kemajuan-kemajuan yang ada didunia internasional.

Salah satu target yang sangat diharapkan dengan melaksanakan hubungan luar negeri ini, adalah didapatnya otorisasi untuk melakukan akreditasi dan sertifikasi bagi tenaga ahli dan teknisi korosi secara internasional.

Program Jangka PendekProgram pertama dari INDOCOR adalah membentuk kesekretariatan yang mapan, dengan personil dan perangkat administrasi yang cukup. Hal ini diperlukan untuk membuat suatu bank data tentang peta keahlian dan masalah korosi yang ada di Indonesia.

Program berikutnya adalah menciptakan sarana komunikasi yang intensif diantara semua pihak yang terkait dalam bentuk : Penyelenggaraan pertemuan-pertemuan ilmiah dan profesi secara berkala seperti : rapat anggota, seminar dan workshop, sehingga memungkinkan terjadinya tukar menukar informasi secara konsisten dan efektif. Penerbitan Newsletter (Berita Indocor) setiap dua bulan sekali dan majalah profesi (Korosi dan Material) yang direncanakan terbit setiap tahun, sebagai sarana penyampaian informasi dalam bentuk media cetak. Program pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui sistem pembinaan keahlian dengan melakukan program pelatihan yang intensif, baik secara formal (terakreditasi) maupun non formal. Salah satu program pelatihan yang sudah berjalan dan dilakukan atas kerjasama dengan Depnaker dan Depperindag adalah Program Pelatihan dan Akreditasi Ahli Korosi Muda dan Madya yang telah memasuki angkatan ke II pada tahun 2000 ini. Beberapa kegiatan non-formal direncanakan akan diadakan pada tahun 2000 ini. Program Jangka PanjangIndocor akan mengembangkan Divisi R&D yang akan melakukan kegiatan penelitian secara nasional maupun internasional, yang bekerja sama dengan beberapa industri dan lembaga penelitian terkait, dalam bidang : pengembangan material tahan korosi, pengembangan sistim proteksi baik anodik maupun katodik, pengembangan metoda coating atau pelapisan, pengembangan usaha pengendalian lingkungan melalui teknik inhibisi, teknik-teknik monitoring dan testing.

Dalam pengembangan SDM, akan diupayakan suatu kerja sama dengan organisasi profesi sejenis di beberapa negara, sehingga Indocor bisa mendapatkan otorisasi untuk mengadakan program pelatihan formal bagi tenaga ahli dan teknisi korosi, yang diarahkan untuk mendapatkan akreditasi secara internasional.

Untuk mempermudah transfer informasi dengan organisasi profesi di luar negeri, Indocor akan merencanakan untuk mendirikan NACE Section di Indonesia.

ANALISIS SWOT Salah satu program INDOCOR yang menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan, yaitu peningkatan sumber daya manusia, Dengan tersedianya SDM dalam jumlah yang cukup, dan dengan tingkat profesionalisme yang tangguh, diharapkan program-program lain dapat dijalankan dengan lebih baik dan sempurna. Untuk melandasinya, maka dirasakan perlunya pembuatan suatu analisis SWOT, sehingga dapat diatur suatu strategi pelatihan yang mantap

Hasil dari pemikiran yang dituangkan dalam analisis SWOT, dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

Strength (S)Telah berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia, memungkinkan untuk mendapatkan bahan baku bagi pembentukan tenaga praktisi dan ahli dalam bidang penanggulangan korosi. Untuk mengambil sebagian personil dari masyarakat tersebut yang berprofesi dalam bidang penanggulangan korosi perlu dilakukan tukar menukar informasi secara konsisten dan efektif agar tercipta suatu nuansa Link and Match antara berbagai pihak yang bergerak dalam bidang ini. Adanya institusi lain yang sudah mulai bergerak dalam bidang ini, seperti universitas (ITB, UI, ITS) dan lembaga penelitian (BPPT, LIPI, BATAN) merupakan suatu aset bagi pertumbuhan usaha pengendalian korosi.

Keberadaan INDOCOR sebagai suatu organisasi profesi dalam bidang korosi, walaupun aktifitasnya masih tersendat-sendat, tetapi sudah mulai dikenal oleh banyak kalangan, sehingga dapat dipakai sebagai suatu sarana untuk pengembangan usaha penanggulangan korosi secara nasional.

Hubungan yang cukup baik dengan lembaga internasional seperti NACE (National Association of Corrosion Engineers) dari Amerika dan ACA (Australasian Corrosion Association) dari Australia serta APMACA (Asia Pacific Materials and Corrosion Association), sudah merupakan suatu modal dasar yang baik bagi realisasi pengembangan SDM didalam negeri.

Adanya beberapa spesialis di Indonesia yang berada dibeberapa industri yang diantaranya bahkan sudah mendapatkan sertifikat dari NACE dan institusi internasional lainnya, juga dapat dimanfaatkan, asalkan semuanya dapat dimasukkan dalam suatu wadah yang sama dengan persepsi yang sama.

Walaupun dengan keadaan yang serba terbatas ini, INDOCOR sudah mulai menghasilkan konsep-konsep untuk pengembangan sumber daya manusia seperti konsep Standar Kualifikasi Keterampilan (SKK) untuk Teknisi Korosi, yang akan terus dikembangkan sampai kepada Standar Latihan Ketrampilan (SLK) dan Materi Uji Keterampilan (MUK), bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Industri. Disamping itu telah dipersiapkan pula SKK, SLK dan MUK untuk tenaga Ahli Korosi.

Weakness (W)Organisasi profesi yang ada seperti INDOCOR merupakan suatu organisasi yang sementara ini masih bersifat terbatas. INDOCOR belum dapat berperan secara maksimal karena kurangnya kesadaran dari pada industriawan, ilmuwan maupun praktisi diberbagai instansi dan bidang usaha, dan juga kurangnya kesadaran dari pihak pengguna jasa mengenai pentingnya kerjasama dalam usaha penanggulangan korosi dan bergabung dalam kegiatan-kegiatan INDOCOR.

Konsekuensi dari keadaan ini adalah kurangnya dana untuk melakukan kegiatan secara bersama, baik dalam usaha pengadaan sumber informasi, usaha pengembangan teknologi penanggulangan korosi, dan juga usaha untuk menekan kerugian akibat korosi.

Keberadaan cabang ilmu pengendalian korosi yang sebenarnya merupakan suatu ilmu yang interdisiplin, belum terlalu dikenal dan dimengerti oleh masyarakat, sehingga masih dirasakan sebagai suatu kegiatan yang bersifat terbatas dan tidak memberikan manfaat yang terlalu besar.

Opportunity (O)Jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulangi korosi, di negara berkembang seperti Indonesia, diperkirakan mencapai 1,5 % dari GNP.

Pertumbuhan industri di Indonesia yang cukup besar yang telah berlangsung selama ini, notabene berkaitan pula dengan belanja untuk pembelian peralatan yang sebagian besar terbuat dari logam. Peralatan ini memerlukan biaya perawatan dan biaya proteksi.

Dari data yang disampaikan oleh Memperindag dalam Workshop Korosi di Bandung beberapa waktu yang lalu, program pengembangan industri untuk Repelita yang ditunda pada tahun 1998 yang lalu besarnya adalah Rp. 815 trilyun, atau sama dengan Rp. 163 trilyun per tahunnya, bila komponen dari logam mencapai 60% dari jumlah total, maka belanja untuk komponen logam saja mencapai Rp. 96 trilyun. Bila biaya perawatan dari masalah korosi yang diperlukan mencapai 5% dari harga komponen logam total, dan biaya untuk manusianya atau tenaga ahli adalah 10 % dari biaya perawatan, maka diperlukan banyak tenaga ahli yang diperlukan untuk penanggulangan korosi. Dengan nilai diatas, maka diperlukan minimal + 10000 tenaga dalam bidang ini.

Kebutuhan tersebut akan semakin besar, bila diperhitungkan pula jumlah instalasi terpasang pada waktu-waktu sebelumnya.

Sebagai perbandingan, pada saat ini anggota yang terdaftar di INDOCOR baru berkisar pada angka +150-an, dan bila ditambah dengan para tenaga yang bekerja di perusahaan-perusahaan, yang tidak terdaftar di INDOCOR, seluruhnya tidak akan lebih dari 500 orang. Yang menarik adalah bahwa usaha penanggulangan korosi telah dipergunakan sebagai ladang penghasilan bagi para ahli dari luar negeri. Dengan demikian, maka peluang untuk pengembangan sumber daya manusia dalam bidang ini masih terbuka lebar.

Threat (T)Dengan semakin mendekatnya era globalisasi dan pasar bebas pada tahun 2003 yang akan datang, maka semakin mendesak pula kebutuhan akan tenaga ahli korosi di Indonesia. Keberadaan tenaga ahli Indonesia yang kualifikasinya tidak diragukan lagi merupakan barier yang tangguh dalam menghadapi serbuan dari tenaga ahli asing yang akan masuk ke Indonesia. Oleh karena itu maka program pelatihan dan akreditasi harus dilaksanakan sesegera mungkin.

Dari dalam negeri ancaman akan timbul dalam bentuk kurangnya dan miskinnya pengadaan informasi yang efektif untuk penanggulangan korosi, yang harus dapat diterima oleh semua pihak yang berkaitan dengan masalah korosi. Dengan demikian, pengadaan media komunikasi yang dikenal secara luas sangat diperlukan. Dalam hal ini, INDOCOR berusaha sekuat tenaga untuk mengembangkan media informasi ini.

PENGEMBANGAN BIDANG KEAHLIAN Pengembangan bidang keahlian selalu didasarkan pada kebutuhan di lapangan, dimana disiplin ilmu yang terlibat dan diperlukan sudah tercantum secara mendetail pada referensi-referensi yang digunakan didunia internasional. Dengan usaha pengembangan ini, maka penanganan problem korosi di Indonesia, dapat ditangani secara terpadu oleh para ahli di Indonesia.

Beberapa bidang ilmu yang relevan yang direncanakan untuk ditangani dan dikembangkan antara lain adalah : pengembangan material tahan korosi, pengembangan sistim proteksi baik anodik maupun katodik, pengembangan metoda coating atau pelapisan, pengembangan usaha pengendalian lingkungan melalui teknik inhibisi, teknik-teknik monitoring dan testing dan lain sebagainya.

Oleh karena itu pembentukan subkomite INDOCOR didasarkan pada jenis bidang yang akan ditangani.

Pengembangan bidang keahlian tidak terlepas dari pengembangan sumber daya manusia, pengembangan institusi yang berkaitan dengan masalah ini, dan pengembangan metoda, sehingga didapatkan suatu potensi terpadu yang dapat menangani masalah korosi di Indonesia secara cepat dan efektif. Bila keunggulan tersebut sudah terbentuk, maka ketergantungan kepada para ahli dan institusi yang datang dari luar negeri dapat dikurangi.

Oleh karena itu berbagai kegiatan seperti penelitian dan problem solving di Indonesia akan sangat membantu membina potensi nasional dalam bidang penanggulangan korosi.

INDOCOR sangat berharap dapat menjadi suatu organisasi profesi yang dapat menghimpun potensi nasional ini dengan baik.

PENDAYAGUNAAN ORGANISASI Pendayagunaan organisasi yang efektif akan membantu INDOCOR melaksanakan tugas-tugasnya dan mencapai tujuan serta program-programnya dengan baik. Konsep LINK and MATCH harus diterapkan secara harmonis, baik antar anggota, antar profesi maupun antara anggota dengan institusi terkait.

Dalam kaitannya dengan sasaran yang ingin dicapai yaitu kemandirian dan profesionalisme dalam penanggulangan korosi, maka beberapa langkah telah diambil.

Pertama-tama, telah dilakukan usaha untuk membuat peta keahlian dan masalah di Indonesia. Data-data mengenai jumlah ahli, serta permasalahan yang ada di Indonesia, sangat diharapkan dapat direkapitulasi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sebagai usaha pertama maka, herregistrasi para anggota dengan data mengenai bidang yang ditekuninya, serta sosialisasi kepada masyarakat luas yang berminat bergabung dengan INDOCOR telah dimulai.

Agar terciptanya Link and Match antara para pemberi jasa, manufakturer peralatan maupun bahan untuk pencegahan korosi dan industri yang membutuhkannya, maka berbagai media komunikasi sudah dan akan disediakan. Baik dalam bentuk news letter, majalah, maupun pertemuan ilmiah.

Penyerapan dan pengembangan teknologi penanggulangan korosi juga dibina, dalam bentuk kerjasama dengan lembaga sejenis di luar negeri, maupun dalam bentuk partisipasi di program peneletian nasional seperti RUT dan lain sebagainya.

INDOCOR tidak menutup diri pula terhadap kerjasama dengan organisasi yang relevan, misalnya dengan Asosiasi Cat, Masyarakat Material Indonesia maupun organisasi lain.

PENGEMBANGAN SARANA KOMUNIKASISalah satu sarana yang harus disediakan oleh INDOCOR untuk mengembangkan komunikasi adalah: Media komunikasi cetak seperti news letter dan majalah Pertemuan-pertemuan ilmiah dan profesi Sarana komunikasi elektronik seperti telpon, fax dan internet Media cetak yang sudah berjalan secara reguler adalah news letter dengan nama "Berita Indocor", sedangkan penerbitan majalah sedang dalam persiapan. Majalah resmi INDOCOR tersebut akan diberi nama "Korosi dan Material". Peluncuran perdana dari majalah ini diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun 2000 ini. Semua aktivitas pengendalian korosi yang ada di Indonesia termasuk penelitiannya, diharapkan dapat dimuat dalam media-media ini, sehingga interaksi dari para ahli dan praktisi dapat berlangsung dengan lebih harmonis.

Pengadaan sarana elektronik telah dibuat sedemikian rupa, dalam bentuk telepon dan faximile dan untuk fasilitas komunikasi yang lain telah dilakukan pemasangan jaringan internet dengan alamat e-mail: [email protected] dan homepage: http://www.indocor.melsa.net.id. Diharapkan dengan penyediaan fasilitas diatas, komunikasi langsung ke sekretariat, dapat dilakukan dengan mudah, baik dalam bentuk surat maupun dokumen.

Sebagai salah satu organisasi profesi, maka kegiatan pertemuan secara periodik, merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka mempertahankan kesinambungan aktivitas yang positif. Sampai tahun 1999 ini, telah diadakan 2 kali pertemuan tahunan dengan judul Seminar Korosi Nasional, yang kedua-duanya dilaksanakan di Bandung. Setiap seminar diproyeksikan untuk mengambil tema-tema yang spesifik, agar perhatian dapat dikonsentrasikan pada pengembangan setiap bidang secara serius.

Usaha penyediaan sarana komunikasi ini perlu diimbangi oleh antusiasme dari para anggota dan simpatisan INDOCOR untuk bersama-sama mengisi wadah ini dengan berbagai pemikiran dalam bentuk tulisan karena media ini hanya akan dapat berjalan dengan cara itu, mengingat waktu untuk mengadakan pertemuan untuk melakukan interaksi diantara anggota sangat terbatas. Dengan demikian maka fungsi media cetak ini akan menjadi sangat penting bagi usaha penanggulangan korosi secara nasional.PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Sebagaimana kita bersama sudah ketahui, dan sesuai dengan program nasional untuk memajukan kehidupan sosio-ekonomi negara kita, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) telah menjadi suatu program utama.

Aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan SDM dalam bidang korosi ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu kegiatan formal dan non formal. Kegiatan formal berhubungan dengan kegiatan pelatihan yang diarahkan untuk mendapatkan akreditasi secara nasional maupun internasional, sedangkan kegiatan non formal, adalah kegiatan pembinaan atau pelatihan yang bertujuan untuk menyebarluaskan teknologi pengendalian korosi tetapi tidak ditujukan untuk mendapatkan akreditasi.

Dilihat dari analisis SWOT diatas, maka kegiatan pengembangan SDM ini sangat perlu mendapat perhatian serius.

Dan dari kajian lain, pada awal milenium kedua nanti, diperlukan tidak kurang dari +400 ahli dan +2000 teknisi korosi. Untuk mengisi gap ini, maka aktivitas pelatihan perlu digalakkan.

Program pelatihan formal yang sedang disempurnakan dan sebagian sudah mengalami uji coba oleh INDOCOR terdiri dari tujuh jenjang, yaitu yang utama adalah : Teknisi Korosi Muda Teknisi Korosi Madya Teknisi Korosi Ahli Korosi Muda Ahli Korosi Madya Ahli Korosi Ahli Korosi Spesialis Secara nasional program ini mendapat dukungan dari Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang akan diperluas untuk mendapat dukungan dari departemen teknis lain yang relevan, seperti Departemen Perhubungan dan Departemen Pertambangan dan Energi. Pelaksanaan pelatihan akan dilakukan secara reguler setiap tahun sekali.

Disamping jenjang-jenjang diatas sedang dipikirkan untuk melakukan penstrukturan dari bidang-bidang keahlian yang berkaitan erat dengan usaha penanggulangan korosi, seperti inspektor korosi, dan perlakuan permukaan.TRAINING Dasar PemikiranProses korosi adalah suatu proses alamiah yang berkaitan dengan penurunan mutu logam sebagai akibat dari hasil interaksi logam tersebut dengan lingkungannya. Dengan demikian, proses korosi akan senantiasa terjadi di berbagai bidang dimana terdapat logam sebagai bahan utamanya.

Dari beberapa data yang ada, kerugian yang ditimbulkan oleh proses korosi relatif besar dan diperkirakan 1.5% dari GNP di Indonesia sedangkan dinegara maju berkisar antara 3.5-4.0% dari GNP, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk dapat memperkecil biaya akibat proses korosi tersebut. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui pendidikan/ pelatihan, pembinaan dan pengembangan profesionalisme tenaga kerja yang bergerak dalam bidang korosi.

Untuk mengembangkan program pendidikan/ pelatihan dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga kerja yang bergerak dalam bidang korosi diperlukan suatu konsep yang sangat cermat sehingga hasil dari program pendidikan/ pelatihan, pembinaan dan pengembangan tenaga kerja tersebut dapat diakui.

Sebagai langkah awal dalam rangka hal tersebut diatas, diperlukan suatu proses inventarisasi keahlian tenaga kerja yang bergerak dalam bidang korosi, sehingga melalui proses inventarisasi tersebut dapatlah dipikirkan cara dan prosedur pendidikan/ pelatihan, pembinaan, pengembangan dan bahkan cara-cara atau prosedur pengakuan dari individu-individu yang telah mengikuti program-program tersebut. Pengakuan tingkat keahlian, baik secara nasional maupun internasional, merupakan suatu hal yang sangat penting dalam era globalisasi dewasa ini. Program pengakuan tingkat keahlian seseorang lazim disebut sebagai program akreditasi.

Pada hakekatnya pengakuan tingkat keahlian seseorang sebagai hasil dari prgram tersebut dilakukan secara bertahap dan berjenjang oleh organisasi-organisasi profesi yang terkait dan untuk bidang korosi, INDOCOR berusaha untuk menanganinya. Namun pada saat ini, organisasi-organisasi profesi yang seharusnya mengatur tingkat keahlian seseorang belum banyak berperan, sehingga perlu segera dilakukan suatu pengaturan untuk dapat menentukan tingkat keahlian seseorang yang telah menekuni suatu bidang keahlian untuk jangka waktu yang tertentu.

Pengakuan tingkat keahlian merupakan suatu bentuk "penghargaan" bagi seseorang yang menekuni suatu bidang keahlian agar yang bersangkutan terus dirangsang untuk senantiasa meningkatkan tingkat keahliannya.

Pengaturan tingkat keahlian seseorang, selayaknya dilakukan oleh organisasi profesi yang berkaitan; namun sebelum aturan hukumnya ada ("Recognition by law"), pengaturan tersebut perlu dilakukan bersama-sama dengan pemerintah agar memiliki dampak nasional dan memudahkan dalam melakukan perundingan pengakuan keahlian seseorang dalam skala nasional.

Disamping itu, untuk pengakuan dalam skala internasional; biasanya organisasi profesi internasional selalu "menuntut" adanya organisasi profesi nasional yang "diakui" (authorized body) oleh pemerintah.

Mengingat bahwa tingkat keahlian seseorang yang akan diakreditasi tersebut dalam proposal ini terbatas hanya pada bidang teknik pengendalian korosi, maka instansi pemerintah yang terkait dalam program ini terutama adalah Departemen-departemen Perindustrian dan Perdagangan, Tenaga Kerja, Pertambangan dan Energi, dan dapat pula menyertakan departemen-departemen lainnya seperti Departemen Perhubungan.

Dalam bidang korosi, usul agar program akreditasi untuk mengakui keahlian seseorang dalam bidang tersebut telah banyak disampaikan kepada INDOCOR misalnya antara lain dari Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) dan berbagai industri yang bergerak dalam bidang energi dan perminyakan seperti PLN, PT Arun dan PT. Badak.

Berdasarkan hal tersebut, dan sesuai pula dengan hasil-hasil "Workshop Korosi" yang telah diselenggarakan pada bulan Maret 1996 di ITB, Asosiasi Korosi Indonesia (INDOCOR), mencoba menyusun suatu konsep program akreditasi untuk mengatur pengakuan tingkat keahlian seseorang (dikenal dengan istilah "kualifikasi") dalam bidang korosi, yang akan dimintakannya dukungannya dari instansi-instansi terkait seperti Deperindag, Dephub, Depnaker dan Deptamben.

Tujuan Program Pembinaan dan KualifikasiProgram pembinaan dan kualifikasi para teknisi dan ahli korosi bertujuan: Membina para teknisi dan ahli korosi melalui suatu program pendidikan dan pelatihan dengan kerangka pendidikan dan pelatihan yang terstruktur dan terjadwal dengan kurikulum yang baku disetiap tingkatan keahlian tenaga korosi sehingga dihasilkan para teknisi dan ahli korosi yang terampil dan berpengetahuan yang cukup memadai sehingga setiap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya dapat diselesaikan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Memberi sarana untuk pengakuan profesi kepada individu-individu yang terlibat dalam bidang korosi serta memaklumkan kepada khalayak ramai bahwa sudah ada organisasi profesi yang telah melakukan prosedur pengakuan keakhlian yang didasarkan kepada pengalaman dan pendidikan/pelatihan yang pernah dialami oleh individu-individu yang bersangkutan. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam bidang profesi dari orang-orang yang memperoleh sertifikasi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan dalam bidang korosi memiliki keahlian profesional yang dapat dipertanggung jawabkan secara nasional. Merangsang pertumbuhan ilmu dan pembaruan ilmu dan pengetahuan dalam bidang korosi melalui pertukaran dan penyebaran informasi melalui semua individu yang telah disertifikasi oleh organisasi profesi. Menggalakkan pengembangan profesi dari para individu yang bekerja dalam bidang korosi melalui beberapa katagori sertifikasi. Memberikan semacam "sense of achievement" kepada individu-individu sebagai cerminan dari pengembangan profesi yang bersangkutan dalam bidang korosi. Kondisi Saat IniSaat ini di Indonesia, pembinaan dan proses kualifikasi para teknisi dan akhli korosi belum dilakukan oleh badan atau lembaga profesi, namun masih diatur oleh badan atau institusi yang berafiliasi dengan Departemen-Departemen atau oleh perusahaan secara sendiri-sendiri disesuaikan dengan keperluan; dengan menggunakan standar-standar atau rujukan-rujukan yang berbeda-beda. Pembinaan yang bersifat umum dan menyeluruh serta proses kualifikasi yang seragam dan berlaku umum belum terbentuk.

Permasalahan yang timbul dari proses pembinaan dan penjenjangan yang tidak terpusat adalah bahwa tingkat keahlian yang dimiliki oleh teknisi dan akhli korosi belum tentu diakui oleh instansi yang lain meskipun teknisi/akhli korosi tersebut memiliki sertifikat yang telah dikeluarkan oleh salah satu instansi penyelenggara.

Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa lembaga/instansi dan perusahaan-perusahaan lalu menjalin kerjasama dengan asosiasi korosi di luar negeri untuk memperoleh sertifikasi internasional bagi para teknisi dan akhli korosinya; disesuaikan dengan tingkat keahlian teknisi/akhli korosi yang dibina oleh lembaga/instansi atau perusahaan yang bersangkutan. Mengenai hal ini, INDOCOR masih harus melakukan pendataan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, terlihat bahwa untuk mengharmonisasikan program pembinaan para teknisi dan akhli korosi dapat diawali dari suatu penyusunan konsep pembinaan yang menyeluruh dan berlaku umum, misalnya dimulai dengan penyusunan kurikulum yang baku untuk setiap tingkat keahlian, penentuan kriteria instruktur dan lembaga/instansi penyelenggara pendidikan/ pelatihan serta penentuan/prosedur pengakuan keakhlian dari para teknisi dan akhli korosi. Untuk menyusun hal-hal tersebut diatas, diperlukan suatu wadah yang independen yang dapat diterima oleh semua fihak yang juga nantinya dapat berfungsi pula untuk memantau pelaksanaan pembinaan/pelatihan, sarana pelatihan dan pelaksanaan program kualifikasi. Wadah ini pulalah yang harus berperan dalam memperjuangkan pengakuan internasional terhadap para teknisi dan akhli korosi Indonesia. Apabila kita merujuk kepada maksud dari pendirian INDOCOR, maka tersirat bahwa wadah dimaksud harus dapat diperani oleh INDOCOR. Berdasarkan hal tersebut maka INDOCOR melalui serangkaian seminar dan pertemuan dan kunjungan ke berbagai instansi, perusahaan dan lembaga-lembaga pelatihan mencoba merangkum dan menyusun program pembinaan keahlian yang mengarah kepada pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional. Untuk memperoleh pengakuan internasional, upaya-upaya yang dilakukan oleh Indocor antara lain menjajagi kerjasama dengan asosiasi korosi se-ASEAN dan NACE serta menjalin kerjasama dengan Australasian Corrosion Association (ACA), Asia Pacific Material and Corrosion Association (APMACA), dlsb.Tingkat Keahlian dan Program PembinaanPada dasarnya, program pembinaan dan penjenjangan tingkat keahlian para teknisi dan akhli korosi merupakan salah satu upaya untuk memotivasi yang bersangkutan agar berprestasi lebih baik. Kriteria yang penting untuk program pembinaan dan penjenjangan tersebut ada dua yaitu: Tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki serta unjuk kerja yang harus dicapai. Kedua kriteria tersebut bukanlah merupakan kriteria yang kaku tetapi lebih bersifat petunjuk pengembangan diri sehingga setiap teknisi dan ahli korosi dapat berkontribusi secara optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Berdasarkan hal tersebut, isi program pembinaan yang dilakukan melalui pelatihan dan pendidikan serta praktek (silabus) untuk berbagai tingkat keahlian disusun & disesuaikan dengan tingkatan keahlian yang diminta oleh atau yang akan diberikan kepada para teknisi dan ahli korosi. Isi program tersebut harus dijadikan pedoman baik oleh instruktur (pengajar/pelatih) maupun oleh perusahaan (industri) yang akan memperkerjakan teknisi/ahli korosi. Bahan rujukan untuk penyusunan isi program pendidikan dan pelatihan merujuk kepada NACE dan ACA. Dalam program tersebut, terkandung pula ketentuan-ketentuan tentang prosedur evaluasi untuk setiap tingkatan. Tingkat/Jenjang Keahlian Dalam Bidang Korosi Tingkat /jenjang keahlian dalam bidang korosi digolongkan dalam beberapa tahap. Teknisi Korosi Yang dimaksud dengan tiga tingkat Teknisi Korosi adalah : Mereka yang bila ditinjau dari pengetahuannya / keahliannya, memiliki : pemahaman yang luas tentang penggunaan peralatan-peralatan untuk memantau dan mengendalikan laju korosi, memahami prinsip kerja dari peralatan-peralatan tersebut dan mampu melakukan interpretasi /analisis secara umum dari data yang dihasilkan oleh peralatan-peralatan tersebut.

Memiliki kemampuan mengorganisasikan pekerjaannya baik dalam bentuk team maupun dalam bentuk pekerjaan mandiri. Mampu mengklasifikasikan data dan fakta yang diterima dari orang lain dan mampu mengembangkan hipotesa dari data-data tersebut.

Lamanya DIKLAT untuk TEKNISI KOROSI MUDA adalah 24 jam demikian juga untuk TEKNISI KOROSI MADYA dan TEKNISI KOROSI masing-masing adalah 24 jam.

Untuk ketiga tahap pelatihan teknisi korosi ini harus didapatkan penguasaan pengendalian korosi secara praktis dengan perhitungan hanya menggunakan rumus, tetapi tidak perlu mampu merumuskannya.

Jika teknisi korosi akan dipromosikan menjadi ahli korosi muda, maka yang bersangkutan harus lulus placement test (bagi mereka yang tidak pernah mengikuti pelatihan teknisi korosi), atau telah mengikuti dan lulus pelatihan TEKNISI KOROSI, serta memiliki buku catatan kegiatan yang diterbitkan oleh INDOCOR, dan disahkan oleh atasan yang bersangkutan serta dievaluasi oleh tim evaluasi/penguji INDOCOR.

Ahli Korosi MudaYang dimaksud dengan ahli Korosi Muda adalah : Mereka yang bila ditinjau dari pengetahuannya, memiliki pemahaman yang luas tentang : Proses dan Korosi (Process and Corrosion) Peralatan Proses Industri (Industrial Process Equipment) Material Teknik (Materials Engineering) Teknologi Pengolahan dan Pengerjaan Bahan (Industrial Processes) Dasar-dasar enjiniring korosi (Basic Corrosion Engineering) Disamping mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan tersebut dalam pekerjaan yang ditanganinya secara mandiri, mereka harus mampu pula mengkoordinasikan sumber-sumber untuk memecahkan permasalahan baik didalam team maupun mandiri, serta mampu menjabarkan persoalan yang dihadapinya secara logis.

Seseorang disimpulkan memiliki pengetahuan/keahlian seperti tersebut diatas setelah yang bersangkutan terbukti dapat dinyatakan lulus dalam ujian akreditasi yang diselenggarakan untuk maksud tersebut, atau telah mengikuti dan lulus dari suatu program pelatihan AHLI KOROSI MUDA yang meliputi masa pelatihan selama 192 jam.

Jika ahli korosi muda akan dipromosikan menjadi ahli korosi madya, maka yang bersangkutan harus berpengalaman bekerja selama 2 tahun setelah mendapatkan sertifikat AHLI KOROSI MUDA, atau lulus dalam placement test yang memberikan kesetaraan dengan tingkatan AHLI KOROSI MUDA walaupun tidak pernah mengikuti pelatihan AHLI KOROSI MUDA.

Sebagai konsekuensi untuk mendapatkan tingkat penjenjangan tersebut, maka para kandidat diwajibkan memiliki buku catatan kegiatan yang diterbitkan oleh INDOCOR yang berisi catatan kegiatan yang diketahui dan disahkan oleh atasan yang bersangkutan dan akan dinilai oleh tim evaluasi/penguji INDOCOR sebagai catatan yang sah terhadap masa kerja yang dibutuhkan diatas.

Ahli Korosi MadyaAhli Korosi level ini adalah mereka yang bila ditinjau dari pengetahuannya, memiliki pemahaman yang luas tentang : Dasar-dasar yang telah dimiliki oleh Ahli Korosi Muda + : Material-material tahan korosi (Corrosion Resistant Alloys) Teknik perbaikan sifat material (Material Improvement) Teknik/metoda pemantauan korosi (Corrosion Monitoring Method) Teknik pengendalian korosi (Corrosion Control) Korosi pada suhu tinggi (High Temperature Corrosion) Seseorang disimpulkan memiliki pengetahuan/keahlian seperti tersebut diatas setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus dalam ujian akreditasi yang diselenggarakan untuk maksud tersebut, walaupun tidak pernah mengikuti pelatihan AHLI KOROSI MADYA, atau mengikuti pelatihan AHLI KOROSI MADYA yang berlangsung selama 160 jam dan lulus dalam ujian pelatihan yang bersangkutan.

Setelah peserta mendapatkan sertifikat akreditasi sebagai AHLI KOROSI MADYA, maka untuk mendapatkan akreditasi sebagai AHLI KOROSI, diperlukan suatu catatan kegiatan dalam bidang korosi selama 2 tahun yang dicantumkan dalam buku catatan kegiatan yang diterbitkan oleh INDOCOR dan disahkan oleh atasan yang bersangkutan serta dievaluasi oleh tim INDOCOR.

Ahli KorosiAhli Korosi adalah : Mereka yang bila ditinjau dari pengetahuannya, memiliki pemahaman yang sama dengan Ahli Korosi Madya + memiliki pengetahuan dalam bidang-bidang: Korosi Mikrobiologi (Biological Corrosion) Perlakuan Permukaan (Surface Treatment) Dasar-Dasar Analisis Kegagalan (Failure analysis) Korosi lelah dan korosi tegangan (Corrosion Fatigue & Stress Corrosion) Quality Assurance dan Teknik Audit Korosi Dengan pengetahuan/keahlian yang dimiliki, yang bersangkutan mampu menganalisa persoalan-persoalan yang timbul di lapangan. Mempunyai inisiatif menyelesaiakan permasalahan dan mampu menerapkan aspek ekonomi dalam penyelesaian persoalaan tersebut.

Mampu menyelesaikan perkerjaannya di lapangan secara efesien; mampu bagaimana memperoleh informasi, menganalisa dan mempresentasikan persoalaan tersebut serta cara-cara penyelesaiannya dengan logis.

Seseorang disimpulkan mempunyai pengetahuan/ keahlian seperti tersebut diatas setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus ujian ahli dalam ujian akreditasi yang diselenggarakan untuk maksud tersebut yang dikaitkan dengan pelatihan AHLI KOROSI dalam bidang-bidang diatas, atau mereka yang dapat lulus langsung dalam ujian akreditasi tingkat AHLI KOROSI walaupun tidak mengikuti pelatihan AHLI KOROSI yang pelaksanaannya memerlukan waktu 160 jam.

Jika AHLI KOROSI bermaksud untuk mendapatkan akreditrasi sebagai AHLI KOROSI SPESIALIS, maka yang bersangkutan diwajibkan memiliki catatan kegiatan dalam bidang korosi selama 2 tahun dan dicantumkan dalam buku catatan yang diterbitkan oleh INDOCOR serta diapproved oleh atasan yang bersengkutan dan dievaluasi oleh tim INDOCOR.

Ahli Korosi SpesialisYang dimaksud ahli korosi spesialis adalah : Yang bersangkutan memiliki sertifikat ahli korosi dan/atau mampu menunjukkan tingkat keahlian seperti yang diuraikan diatas dan mampu berkomunikasi dengan sesama profesi dengan baik setelah dievaluasi melalui sidang yang khusus untuk maksud tersebut. Disamping itu, yang bersangkutan harus memiliki "brevet" keahlian minimal dalam dua bidang sebagai berikut : Korosi dan industri kimia Teknik Inhibisi Teknik Coating (pelapisan) Pipeline coating & coating inspection Failure analisys Pemilihan material dsb. Dalam bentuk latihan yang akan diselenggarakan selama 64 jam untuk 2 jenis keahlian tersebut.

Yang bersangkutan disarankan pula agar menjadi anggota salah satu organisasi profesi dalam bidang yang ditanganinya agar yang bersangkutan tetap "segar" dan "updated" baik dengan informasi dari dalam maupun dari luar negeri.

Kapankah tingkat pengalaman dan pengetahuan yang bersangkutan dapat dianggap telah mencapai tahap "extremely qualified professional engineers"?

Seseorang disimpulkan memiliki sertifikat pengetahuan/ahli seperti tersebut diatas setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus dalam bidang akreditasi yang diselenggarakan secara global untuk semua bidang-bidang tersebut diatas.

PelaksanaanUntuk memperoleh pengakuan setiap tahapan tingkat keahlian, seseorang harus menempuh: ujian akreditasi yang diselenggarakan periodik (satu kali setiap tahun). Ujian akreditasi akan dilaksanakan oleh INDOCOR dan didukung oleh Depnaker dan lain-lain.

Tingkat keahlian seseorang dapat juga diperoleh setelah yang bersangkutan mengikuti kursus-kursus yang sesuai jenjangnya dengan tingkat keahlian yang diminatinya. Kursus-kursus seperti ini kurikulumnya harus sesuai dengan kurikulum baku yang telah disusun untuk setiap jenjang keahlian dan pelaksanaannya harus sepengetahuan INDOCOR.

Instruktur pada kursus korosi seperti diuraikan diatas harus memiliki sertifikat kewenangan mengajar yang diterbitkan oleh INDOCOR.

Setiap sertifikat yang dikeluarkan sebagai akibat dari penyelenggaraan kursus-kursus tersebut diatas harus terdaftar dan memuat logo INDOCOR serta diketahui dan ikut disahkan oleh DEPNAKER, DEPRINDAG, DEPTAMBEN serta Departemen-departemen lain yang terkait

Setiap peserta program akreditasi akan mendapatkan buku catatan kegiatan dari INDOCOR yang harus ditandatangani oleh atasan peserta, dan harus diperlihatkan kepada panitia akreditasi sebelum mengikuti tahap pelatihan yang lebih tinggi, sebagai bukti aktivitas dalam bidang yang relevan yang merupakan persyaratan untuk mendapatkan sertifikat akreditasi pada level tertentu.

Setiap pengakuan yang dinyatakan oleh sertifikat akreditasi akan selalu dievaluasi kembali dan harus diperbaharui kembali (seakreditasi) setiap lima tahun