Isu Dan Masalah Pesisir Lutim

Embed Size (px)

Citation preview

2.5. Isu Utama Pengelolaan Pesisir dan Laut

2.5.1. Degradasi Lingkungan Pesisir dan Laut Sumberdaya pesisir dan laut mengalami tekanan menyebabkan penurunan kualitas sumberdaya pesisir dan laut. Potensi ancaman terhadap keberlanjutan sumberdaya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Luwu Timur disebabkan oleh pola pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan dan oleh aktifitas alamiah. Perairan pesisir kabupaten Luwu Timur berpotensi mengalami pencemaran dan sedimentasi akibat suplai dari Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama oleh aktifitas penambangan, pertanian maupun oleh limbah rumah tangga. Tingginya suplai sedimen dari DAS menyebabkan sedimentasi di sebagian muara sungai. Beberapa isu-isu utama yang diperoleh melalui kajian data sekunder, wawancara dan observasi lapangan terkait penurunan kualitas sumberdaya wilayah pesisir dan laut dijabarkan dibawah ini. 1. Menipisnya vegetasi Mangrove di daerah sebaran mangrove terutama di Muara Sungai Kec. Malili; Daerah Lambulambu dan Muara sungai Salualla di Kec. Wotu, serta daerah Ujung Lampou-mpou, Tanjung Terrabi di Kec. Angkona dan sebagian pesisir Kec. Burau. 2. Adanya alih fungsi lahan mangrove di sebagian besar wilayah kecamatan pesisir sebagai areal pertambakan yang menghilangkan fungsi hutan mangrove sebagai Green belt/sabuk hijau dan sebagai nursery/spawning ground bagi daerah sekitarnya. 3. Penurunan kualitas Terumbu Karang terjadi di beberapa spot al; Tanjung Ujung Suso, Mabonta, dan Ujung Tanah di Kec. Burau; Gusung Pasi Maejaeja di Kec. Wotu; Pulau Bulu Poloe, Teluk Parebubu, Teluk Labutabuta dan Tanjung

Paresulu di Kec. Malili. 4. Ancaman degradasi terumbu karang disebabkan oleh penambangan karang untuk material bangunan, sedimentasi serta penggunaan bahan peledak dan Trawl Mini terutama oleh nelayan-nelayan pendatang.

5. Kepadatan dan keanekaragaman jenis karang dan biota asosiasi di Pasi Maejaeja Kec. Wotu mengalami penurunan drastis, hingga kini hanya ditumbuhi alga karena penambangan karang untuk pondasi/bahan bangunan. 6. Terjadi Blooming (peningkatan populasi) Acanthaster plancii sp di Pulau Bulu Poloe Kecamatan Malili yang mengancam keberadaan ekosistem Terumbu Karang. 7. Kondisi Ekosistem Padang Lamun mengalami tekanan cukup berat oleh sedimentasi di Pantai Salualla dan sebelah timur M uara Sungai Salualla di Kecamatan Wotu; serta di Pantai Lakawalli Kecamatan Angkona dan depan Muara Sungai Lampia di Kecamatan Malili 8. Potensi abrasi pantai di sebagian wilayah pesisir terutama di daerah sebaran mangrove yang telah dialih fungsikan akibat hilangnya green belt/sabuk hijau 9. Penambangan bijih besi di Desa Harapan mengakibatkan rusaknya bentang alam sehingga berpotensi merusak ekosistem pesisir di sekitarnya 10. Perairan berpotensi mengalami pencemaran dan sedimentasi tinggi akibat suplai dari DAS terutama oleh aktifitas penambangan, pertanian maupun oleh limbah RT 11. Tingginya Laju sedimentasi muara sungai di Kabupaten Luwu TImur berpotensi mengganggu ekosistem pesisir terutama lamun dan terumbu karang.

Peta Isu dan Permasalahan : Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut Kabupaten Luwu Timur

2.5.2. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Laut 1. Maraknya aktifitas penangkapan ikan tidak ramah lingkungan oleh Nelayan dari luar meresahkan nelayan lokal di wilayah pesisir luwu timur terutama blast fishing di sekitar daerah sebaran terumbu karang antara lain Tanjung Ujung Suso, Mabonta, dan Ujung Tanah di Kecamatan Burau; Pulau Bulu Poloe, Teluk Parebubu, Teluk Labutabuta dan Tanjung Paresulu di Kecamatan Malili. 2. Minimnya sarana dan prasarana penunjang produksi dan pemasaran hasil perikanan berimplikasi pada jumlah dan kualitas produksi. 3. Budidaya tambak umumnya menggunakan sistim tradisional dengan saluran irigasi yang masih minim dan umumnya masih terdapat sisa tegakan mangrove yang ditebang. 4. Pengelolahan pasca panen budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kecamatan Malili dan Burau masih tradisional sehingga mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. 5. Belum berkembangnya industri Pembibitan dan pengolahan produk perikanan untuk meningkatkan nilai tambah 6. Alat kebijakan yang merangsang pengembangan bisnis perikanan belum berkembang dan mendukung sisi investasi dan pemasaran produk 7. Minimnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut 8. Potensi lahan pengembangan kepiting bakau (Scylla serrata sp) di ekosistem mangrove dengan luas lahan 8.672,42 Ha

Peta Isu dan Masalah : Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten Luwu Timur

2.5.3. Penataan Ruang dan Penggunaan Lahan 2. ata ruang yang diperlihatkan

1. Inkonsistensi oleh pola

rencana penggunaan

t lahan

3. atau pemanfaatan ruang yang telah dan sedang berlangsung di wilayah pesisir tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan. 4. Minimnya jangkauan sosialisasi rencana penataan ruang dan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan. 5. Sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan kebijakan-kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan relatif belum efektif sebagaimana diharapkan. 6. Perencanaan tata ruang daerah belum terintegrasi dengan kawasan pesisir menimbulkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan tata ruang pesisir. 2.5.4. Administrasi dan Kelembagaan 1. Pengembangan visi kabupaten sebagai kabupaten agorbisnis 2010 mendorong optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut 2. Belum tersedianya kebijakan/peraturan pengelolaan wlayah pesisir dan laut kabupaten yang mengakomodasi kepentingan pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan. 3. Minimnya koordinasi dan integrasi stakeholder dalam perencanaan dan implementasi program di wilayah pesisir kabupaten Luwu Timur, 4. Diseminasi data dan informasi detil mengenai kondisi dan renca na pembangunan wilayah pesisir dan laut belum optimal. 5. Belum tersedianya basis data spesifik mengenai wilayah pesisir dan laut yang mengakomodir kepentingan antar stakeholder 6. Terbatasnya akses informasi untuk pengembangan diversifikasi usaha perikanan dan kelautan

Peta Isu dan Masalah : Administrasi, Kelembagaan dan Tataruang Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Luwu Timur

2.5.5. Sosial Ekonomi dan Budaya 1. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan SDM (Nelayan dan Petani Rumput Laut) dalam produksi, penanganan produk perikanan 2. Jumlah dan kemampuan SDM yang berhubungan dengan pengelolaan pesisir dan laut masih sangat minim 3. Rendahnya kualitas SDM secara umum baik dari segi kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan 4. Rendahnya keterampilan dan teknologi SDM dalam penanganan dan pengolahan produk perikanan, 5. Keterbatasan teknologi alat tangkap menjadi pembatas bagi nelayan untuk mengembangkan keterampilannya 6. Kemiskinan masyarakat di desa-desa nelayan di kawasan pesisir. 7. Kurangnya pelibatan dan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan berkelanjutan 8. Rendahnya sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat pesisir 9. Indeks Pembangunan Daerah (IPD) kecamatan pesisir adalah terendah dibanding kecamatan lainnya di Lutim (selain Malili sebagai ibukota kabupaten).

Peta Isu dan Masalah : Sosial Ekonomi dan Budaya di Wilayah Perencanaan Strategis Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Luwu Timur