20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 4 Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) secara khusus meminta USAID PRIORITAS untuk mengembangkan software SIMPK (Sistem Informasi Manajemen Kabupaten/Kota) dan software pelaporan BOS (Biaya Operasional Pendidikan). SIMPK sendiri, rencananya akan digunakan untuk membantu pemetaan SPM pendidikan di 110 kabupaten kota. Sedangkan software pelaporan BOS yang telah disimulasikan bersama manajer BOS yang berasal dari 550 kabupaten/kota, dianggap dapat memudahkan sekolah membuat laporan keuangan yang akuntabel. Berita lengkapnya di halaman 3. (Anw) Software Aplikasi SIMPK dan Pelaporan BOS PRIORITAS Education Policy Workshop di Amerika yang Diikuti Rektor LPTK, Kemenko Kesra, dan Kemdikbud Adaptasi Inovasi Pembelajaran di LPTK dan Sekolah ”Dekatkan LPTK dengan Sekolah” Dr. Sri Minda Murni dosen Universitas Negeri Medan (Unimed) berbagi pengalaman tentang metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) kepada konsorsium LPTK di Grand Angkasa International Hotel, Medan, Rabu (21/8). Setelah mengikuti pelatihan Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs untuk dosen pedagogi LPTK, Ia ingin mengubah metode perkuliahan di kampusnya dengan pendekatan CTL. ”Pengalaman saya mempraktikkan CTL di sekolah, seluruh siswa sangat aktif kegiatan praktik dan mereka berhasil mencapai tujuan belajar,” urainya dengan antusias. Menurut dosen yang mengajar di Program Pascasarjana Unimed itu, USAID PRIORITAS berhasil mendekatkan LPTK dengan sekolah. ”Kami dapat mengetahui secara langsung berbagai keberhasilan dan permasalahan yang ada di sekolah sebagai bahan perkuliahan bagi mahasiswa di LPTK,” katanya lagi. (Eh/Rep) Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org Para Rektor Mitra LPTK berkesempatan melihat dari dekat inovasi pendidikan yang dikembangkan di perguruan tinggi dan sekolah di Amerika. REKTOR LPTK Mitra USAID PRIORITAS, perwakilan Kemenko Kesra dan Kemdikbud yang berjumlah 18 orang diundang secara khusus mengunjungi Program Pendidikan di Amerika yang dikemas dalam acara PRIORITAS Education Policy Workshop (16-20/9). Para delegasi pendidikan Indonesia itu diajak untuk melihat dari dekat berbagai inovasi yang dilakukan universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan di Amerika, seperti melihat pembelajaran di kelas, pemanfaatan teknologi untuk pendidikan, dan model pengembangan profesi guru Amerika. Peserta diajak mengunjungi dua perguruan tinggi ternama, Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang aktif mendukung peningkatan mutu pendidikan di sekolah Amerika. Di Harvard University, peserta mengikuti kuliah singkat Prof. Paul Revile tentang pengalaman Kota Massachusetts dalam mereformasi pendidikannya. Pada kunjungan ke MIT, peserta mengikuti kuliah singkat dari Prof. Dr.Vijay Kumar, Direktur Educational Innovation and Technology dan Prof. Dr. Richard Larson, tokoh di BLOSSOMS (Blended Learning Open Source Science or Math Studies atau Pembelajaran Terpadu dengan Sumber Belajar Terbuka untuk Studi Matematika atau IPA). Selama ini MIT terlibat aktif dalam mengembangkan teknologi untuk bidang pendidikan. Peserta juga diajak melihat proses pembelajaran di Columbkille School, Natick High School dan Eagle View Elementary School. Mereka menemukan berbagai inovasi yang dikembangkan di perguruan tinggi, diterapkan secara konsisten di sekolah. ”Banyak hal yang dapat kita adaptasi untuk dikembangkan seperti program BLOSSOMS,” kata Prof. Dr. Muchlas Samani Rektor Unesa yang ikut dalam rombongan. Berita lainnya di halaman 4-5. (Fs/Anw) Dr. Sri Minda Murni

ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 4Jul - Sept

2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Dr. Sri Minda Murni, MS

Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) secara khusus meminta USAID PRIORITAS untuk mengembangkan software SIMPK (Sistem Informasi Manajemen Kabupaten/Kota)

dan software pelaporan BOS (Biaya Operasional Pendidikan). SIMPK sendiri, rencananya akan digunakan untuk membantu pemetaan SPM pendidikan di 110 kabupaten kota. Sedangkan software pelaporan BOS yang telah disimulasikan bersama manajer BOS yang berasal dari 550 kabupaten/kota, dianggap dapat memudahkan sekolah membuat laporan keuangan yang akuntabel. Berita lengkapnya di halaman 3. (Anw)

Software Aplikasi SIMPK dan Pelaporan BOS

PRIORITAS Education Policy Workshop di Amerika yang Diikuti Rektor LPTK, Kemenko Kesra, dan Kemdikbud Adaptasi Inovasi Pembelajaran di LPTK dan Sekolah

”Dekatkan LPTK dengan Sekolah”

Dr. Sri Minda Murni dosen Universitas Negeri Medan (Unimed) berbagi pengalaman tentang metode pembelajaran

CTL (Contextual Teaching and Learning) kepada konsorsium LPTK di Grand Angkasa International Hotel, Medan, Rabu (21/8).

Setelah mengikuti pelatihan Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs untuk dosen pedagogi LPTK, Ia ingin mengubah metode perkuliahan di kampusnya dengan pendekatan CTL. ”Pengalaman saya mempraktikkan CTL di sekolah, seluruh siswa sangat aktif kegiatan praktik dan mereka berhasil mencapai tujuan belajar,” urainya dengan antusias.

Menurut dosen yang mengajar di Program Pascasarjana Unimed itu, USAID PRIORITAS berhasil mendekatkan LPTK dengan sekolah. ”Kami dapat mengetahui secara langsung berbagai keberhasilan dan permasalahan yang ada di sekolah sebagai bahan perkuliahan bagi mahasiswa di LPTK,” katanya lagi. (Eh/Rep)

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org

Para Rektor Mitra LPTK berkesempatan melihat dari dekat inovasi pendidikan yang dikembangkan di perguruan tinggi dan sekolah di Amerika.

REKTOR LPTK Mitra USAID PRIORITAS, perwakilan Kemenko Kesra dan Kemdikbud yang berjumlah 18 orang diundang secara khusus mengunjungi Program Pendidikan di Amerika yang dikemas dalam acara PRIORITAS Education Policy Workshop (16-20/9). Para delegasi

pendidikan Indonesia itu diajak untuk melihat dari dekat berbagai inovasi yang dilakukan universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan di Amerika, seperti melihat pembelajaran di kelas, pemanfaatan teknologi untuk pendidikan, dan model pengembangan profesi guru Amerika.

Peserta diajak mengunjungi dua perguruan tinggi ternama, Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang aktif mendukung peningkatan mutu pendidikan di sekolah Amerika. Di Harvard University, peserta mengikuti kuliah singkat Prof. Paul Revile tentang pengalaman Kota Massachusetts dalam mereformasi pendidikannya.

Pada kunjungan ke MIT, peserta mengikuti kuliah

singkat dari Prof. Dr. Vijay Kumar, Direktur Educational Innovation and Technology dan Prof. Dr. Richard Larson, tokoh di BLOSSOMS (Blended Learning Open Source Science or Math Studies atau Pembelajaran Terpadu dengan Sumber Belajar Terbuka untuk Studi Matematika atau IPA). Selama ini MIT terlibat aktif dalam mengembangkan teknologi untuk bidang pendidikan.

Peserta juga diajak melihat proses pembelajaran di Columbkille School, Natick High School dan Eagle View Elementary School. Mereka menemukan berbagai inovasi yang dikembangkan di perguruan tinggi, diterapkan secara konsisten di sekolah. ”Banyak hal yang dapat kita adaptasi untuk dikembangkan seperti program BLOSSOMS,” kata Prof. Dr. Muchlas Samani Rektor Unesa yang ikut dalam rombongan. Berita lainnya di halaman 4-5. (Fs/Anw)

Dr. Sri Minda Murni

Page 2: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

USAID PRIORITAS dan 16 LPTK Mitra Kembangkan Bahan Sumber Pengayaan Kurikulum Guru Pra-Jabatan

Persiapkan Calon Guru yang Pandai Konten dan Mengajarkannya

Jakarta - Materi dan metode pembelajaran merupakan materi perkuliahan yang wajib diperoleh mahasiswa LPTK. Materi kuliah tersebut diberikan untuk membekali mahasiswa agar siap menjadi guru yang kompeten dalam mengajar. Hanya saja dalam praktiknya, mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan antara materi dengan metode mengajar yang dipelajari. Dampaknya, ketika mengajar mereka tidak bisa memanfaatkan metode yang relevan untuk memfasilitasi siswa mencapai kompetensi.

Salah satu tawaran solusinya, dosen perlu memodelkan cara mengajar dengan metode/pendekatan yang relevan kepada mahasiswa. Perkuliahan harus menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa tentang cara mengajar dengan baik. Hal itu mengemuka dalam diskusi Pre-Service Teacher Training Curriculum Initial Workshop yang mengundang 48 dosen LPTK mitra USAID PRIORITAS di Hotel Atlet Jakarta (2-5/7).

Diskusi berbagi pengalaman itu, mengawali tahapan kegiatan pengembangan bahan sumber pengayaan dan kurikulum guru pra jabatan (pre-service teacher) di LPTK. Ada tiga topik besar yang dibahas, yaitu membaca di kelas awal SD, Matematika SMP, dan IPA SMP. Peserta berbagi pengalaman tentang subjek materi dan proses perkuliahan di LPTK, termasuk menyusun draf kerangka bahan sumber pengayaan tersebut.

Dari sesi presentasi dan diskusi, para peserta memperoleh gambaran tentang perkuliahan di LPTK. Dari diskusi ini kemudian ditentukan prioritas atau hal-hal

penting yang perlu dikembangkan dalam lokakarya tersebut. Selanjutnya peserta dibagi dalam tiga kelompok besar. Di setiap kelompok mereka mulai memetakan materi perkuliahan dan mengidentifikasi kesenjangan yang selama ini terjadi. Mereka juga mencari berbagai sumber referensi dan informasi untuk mengisi kesenjangan yang terjadi.

Menurut Lynne Hill, Adviser Pembelajaran USAID PRIORITAS, ada 2 hal penting dalam bahan sumber pengayaan yang dikembangkan dalam lokakarya ini. Pertama, tentang peran dosen dalam memfasilitasi mahasiswa memahami konten mata kuliah. Kedua, peran dosen dalam membantu mahasiswa cara mengajar di sekolah.

”Penting sekali bagi guru atau dosen fokus pada cara mengajarkan konten dengan baik. Proses yang juga penting dipelajari mahasiswa adalah bagaimana cara memahami konten dan cara mengajarkannya kepada siswa. Bahan yang

sedang kita kembangkan dapat membantu mahasiswa memahami konten dan cara mengajarnya kepada siswa,” katanya. (Anw)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi situs kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto dalam format JPG yang relevan dengan tulisan.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

”Langkah Maju untuk Persiapkan Guru Berkualitas”

PENGEMBANGAN bahan sumber untuk pengayaan kurikulum di LPTK ini, dinilai Prof. Dr. Nuryanie Rustaman, Dosen Universitas Pendidikan Indonesia – sebagai perwakilan dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdikbud merupakan langkah maju yang dikembangkan LPTK dan USAID PRIORITAS. ”Program seperti ini sangat ditunggu oleh kami dosen di LPTK. Kita dapat memperkuat dan memperkaya

proses perkuliahan bagi para calon guru. Apalagi dengan pelaksanaan kurikulum 2013 kita dapat memperkaya bahan sumber kurikulum untuk meningkatkan kemampuan calon guru dalam mengajar,” kata guru besar dari FMIPA itu.

Apresiasi juga disampaikan oleh Prof. Dr. Ani Rusilowati dosen Unversitas Negeri Semarang (UNNES). “Kegiatan

pemodelan dalam perkuliahan memang sangat perlu dilakukan sehingga mahasiswa mendapatkan banyak contoh cara mengajar dengan metode yang inovatif. Saya juga terapkan pada perkuliahan di S2 dan S3 di kampus UNNES,” ujarnya.

Lokakarya ini telah menghasilkan beberapa topik utama untuk dikembangkan lebih lanjut. Para peserta telah mendapatkan masukan tentang apa yang perlu diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dalam perkuliahan bagi calon guru di LPTK. Langkah berikutnya, informasi yang telah terkumpul akan diolah tim USAID PRIORITAS untuk dikaji lebih lanjut kesenjangan apa lagi yang masih ada. Selanjutnya hasil tim tersebut akan dibahas kembali dan dirinci dalam lokakarya di setiap provinsi mitra yang melibatkan 16 LPTK mitra.

“USAID PRIORITAS akan mengorganisasikan kegiatan untuk mengembangkan bahan sumber pengayaan tersebut di setiap LPTK. Targetnya, produk dapat selesai pada Januari 2014, untuk mulai dilatihkan kepada para dosen,” kata Lynne Hill Adviser Pembelajaran USAID PRIORITAS.

(Anw)

Perkaya Materi Perkuliahan yang Relevan dengan K-13

PENYUSUNAN bahan sumber pengayaan kurikulum guru pra jabatan yang melibatkan dosen-dosen dari 16 LPTK, dirancang agar relevan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13). Dengan bahan itu, lulusan LPTK diharapkan mampu mengimplementasikan pembelajaran IPA, Matematika, dan Membaca yang sesuai kurikulum 2013 dan menerapkan pendekatan pembelajaran aktif. Dalam penyusunan bahan pengayaan tersebut, para guru yang berhasil mengimplementasikan praktik yang baik dalam pembelajaran juga diundang untuk terlibat.

Sabar Nurohman, M.Pd dosen Universitas Negeri Yogyakarta mengapresiasi lokakarya yang dilakukan USAID PRIORITAS. Sabar mengaku baru pertama sekali berkolaborasi dengan guru untuk membuat bahan ajar LPTK. “Selama ini dosen dan guru berkolaborasi untuk membuat bahan ajar yang digunakan oleh sekolah. Tapi ini dibalik, dosen berkolaborasi dengan guru untuk membuat bahan ajar di LPTK. Ini pengalaman yang menarik,” tukasnya. (Anw/Eh)

Perkuliahan yang baik diharapkan dapat menjadi model bagi mahasiswa LPTK.

Prof. Nuryanie Rustaman

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 3

Lihat Capaian SPM di Tingkat Sekolah

Kemdikbud Apresiasi SIMPK USAID PRIORITAS untuk Petakan SPM

Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengapresiasi aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMPK) USAID PRIORITAS pada presentasi penggunaan aplikasi tersebut di Gedung E, Kantor Kemdikbud (17/9). Presentasi ini dilakukan oleh USAID PRIORITAS yang difasilitasi oleh Kabag Hukum dan Kepegawaian, Setditjen Dikdas Ibu Sri Renani Pantjastuti. Hadir dalam presentasi itu perwakilan Setditjen Dikdas Kemdikbud, data pokok pendidikan (Dapodik) Dikdas Kemdikbud, dan lembaga donor, seperti ADB dan AusAID. USAID PRIORITAS diminta secara khusus mempresentasikan SIMPK untuk digunakan dalam pemetaan standar pelayanan minimum (SPM) di 110 kabupaten/kota di Indonesia.

SIMPK merupakan alat yang dikembangkan untuk mendukung kabupaten/kota dalam menyusun kebijakan pendidikan berdasarkan data yang akurat. Aplikasi ini menggunakan Dapodik sebagai sumber data yang sudah tersedia di kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Keunggulan aplikasi ini antara lain dapat menghitung secara langsung jumlah sekolah yang telah atau belum memenuhi SPM dari seluruh sekolah di kabupaten/kota. Untuk pemetaan ini, sekolah tidak perlu melakukan entri data ulang karena data telah tersedia di Dapodik. Kabupaten/kota juga dapat melakukan analisis lebih mendalam dengan melihat distribusi tingkat capaian SPM antar wilayah di dalam kabupaten/kota.

Hanya saja belum semua indikator dihitung dengan SIMPK karena keterbatasan data yang tersedia di Dapodik. Hal ini

langsung direspon oleh Tim Dapodik Dikdas. Bapak Supriyatno, S.Pd., M.A, Kepala Sub Bagian Data dan Informasi DAPODIK, Sesditjen Dikdas Kemdikbud menyampaikan bahwa beberapa indikator SPM yang belum tersedia di Dapodik akan disempurnakan pada Dapodik 2014.

Bapak Liberti Marpaung perwakilan dari Setditjen Dikdas Kemdikbud mengusulkan perlunya mengadopsi SIMPK untuk merespon permintaan laporan pencapaian SPM Pendidikan dari UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan). “SIMPK perlu dikembangkan tidak hanya untuk kabupaten/kota, tetapi juga untuk UKP4 yang saat ini kami masih belum mampu menjawab permintaan mereka terkait tingkat capaian SPM Pendidikan,” usulnya. Melihat pentingnya aplikasi program berbasis Excel tersebut, salah satu peserta mengusulkan SIMPK dapat disebarluaskan ke seluruh Indonesia melalui situs Kemdikbud.

(Aff/Vh)

Dr. Afiffudin dari USAID PRIORITAS mempresentasikan SIMPK di Gedung E Kemdikbud.

SELAMA ini masih banyak sekolah yang mengalami kesulitan dalam membuat pelaporan BOS (biaya operasional sekolah). Pelaporan BOS yang dibuat dengan cara manual juga memerlukan waktu yang cukup lama. Apalagi dengan banyaknya data dan transaksi yang perlu dicatat, membuat pengerjaannya menjadi semakin kompleks. Untuk memudahkan dalam pembuatan laporan BOS, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bekerjasama dengan USAID PRIORITAS mengembangkan perangkat lunak aplikasi pengelolaan dan pelaporan BOS 2013.

Selain untuk mempermudah pengadministrasian dan pelaporan, perangkat lunak ini juga bermanfaat untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana BOS. Perangkat lunak ini mampu menghasilkan laporan untuk masyarakat, sehingga

masyarakat bisa tahu bagaimana sekolah menggunakan dana BOS. Perangkat lunak BOS 2013 tidak hanya untuk mengadministrasikan dan melaporkan dana sekolah yang bersumber dari BOS Pusat, tetapi juga untuk melaporkan multi-sumber keuangan. Artinya semua sumber keuangan sekolah diadministrasikan dan

dilaporkan secara terintegrasi. Dengan demikian, kasus-kasus pembayaran ganda bisa dihindari.

Pada demonstrasi penggunaan perangkat lunak tersebut dihadapan tim teknis BOS Kemdikbud, perangkat lunak yang berbasis program excel itu dinilai praktis, sangat informatif, mudah dijalankan, dan bermanfaat, terutama dalam memberikan kemudahan bagi pengelola sekolah dalam mengelola dan melaporkan

BOS. ”Kita akan mengujicoba penggunaan perangkat lunak ini secara terbatas. Dalam tiga bulan ke depan, diharapkan sudah bisa digunakan oleh seluruh sekolah di Indonesia,” kata Ahmad Badar tim teknis BOS Kemdikbud (23/8).

Sekolah juga tidak perlu membeli atau menghadirkan tenaga ahli untuk menggunakan perangkat lunak ini. “Cukup dengan membaca panduannya, kami yakin sekolah sudah dapat menjalankan aplikasi ini,” kata Handoko Widagdo Whole School Development Specialist USAID PRIORITAS yang terlibat aktif dalam pengembangan perangkat lunak tersebut. Nantinya perangkat lunak tersebut dapat diunduh melalui situs BOS nasional. (Hw/Anw)

Permudah Sekolah Buat Laporan BOS yang Akuntabel

550 Manajer BOS Nilai Sangat Membantu

Tampilan menu utama perangkat lunak (software) pelaporan BOS yang dikembangkan USAID PRIORITAS.

PELATIHAN pembuatan laporan keuangan sekolah dengan menggunakan perangkat lunak Aplikasi BOS 2013 yang digelar di empat wilayah, Jakarta, Solo, Bandung, dan Makassar, melibatkan setidaknya 550 manajer BOS. Mereka umumnya adalah para pejabat di dinas pendidikan seperti kepala bidang dan kepala seksi yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program BOS di daerah. Setelah mengikuti proses pelatihan, para peserta menyampaikan aplikasi tersebut sangat membantu.

”Perangkat lunak ini mempermudah sekolah untuk mengadministrasikan dana BOS. Pembuatan laporan keuangan menjadi semakin mudah dan menghemat waktu,” kata beberapa manajer BOS. Aplikasi tersebut juga dinilai dapat meningkatkan tertib administrasi karena memuat laporan sekolah dari multi sumber dan mudah diakses oleh masyarakat. (Anw)

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

Page 3: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

USAID PRIORITAS dan 16 LPTK Mitra Kembangkan Bahan Sumber Pengayaan Kurikulum Guru Pra-Jabatan

Persiapkan Calon Guru yang Pandai Konten dan Mengajarkannya

Jakarta - Materi dan metode pembelajaran merupakan materi perkuliahan yang wajib diperoleh mahasiswa LPTK. Materi kuliah tersebut diberikan untuk membekali mahasiswa agar siap menjadi guru yang kompeten dalam mengajar. Hanya saja dalam praktiknya, mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan antara materi dengan metode mengajar yang dipelajari. Dampaknya, ketika mengajar mereka tidak bisa memanfaatkan metode yang relevan untuk memfasilitasi siswa mencapai kompetensi.

Salah satu tawaran solusinya, dosen perlu memodelkan cara mengajar dengan metode/pendekatan yang relevan kepada mahasiswa. Perkuliahan harus menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa tentang cara mengajar dengan baik. Hal itu mengemuka dalam diskusi Pre-Service Teacher Training Curriculum Initial Workshop yang mengundang 48 dosen LPTK mitra USAID PRIORITAS di Hotel Atlet Jakarta (2-5/7).

Diskusi berbagi pengalaman itu, mengawali tahapan kegiatan pengembangan bahan sumber pengayaan dan kurikulum guru pra jabatan (pre-service teacher) di LPTK. Ada tiga topik besar yang dibahas, yaitu membaca di kelas awal SD, Matematika SMP, dan IPA SMP. Peserta berbagi pengalaman tentang subjek materi dan proses perkuliahan di LPTK, termasuk menyusun draf kerangka bahan sumber pengayaan tersebut.

Dari sesi presentasi dan diskusi, para peserta memperoleh gambaran tentang perkuliahan di LPTK. Dari diskusi ini kemudian ditentukan prioritas atau hal-hal

penting yang perlu dikembangkan dalam lokakarya tersebut. Selanjutnya peserta dibagi dalam tiga kelompok besar. Di setiap kelompok mereka mulai memetakan materi perkuliahan dan mengidentifikasi kesenjangan yang selama ini terjadi. Mereka juga mencari berbagai sumber referensi dan informasi untuk mengisi kesenjangan yang terjadi.

Menurut Lynne Hill, Adviser Pembelajaran USAID PRIORITAS, ada 2 hal penting dalam bahan sumber pengayaan yang dikembangkan dalam lokakarya ini. Pertama, tentang peran dosen dalam memfasilitasi mahasiswa memahami konten mata kuliah. Kedua, peran dosen dalam membantu mahasiswa cara mengajar di sekolah.

”Penting sekali bagi guru atau dosen fokus pada cara mengajarkan konten dengan baik. Proses yang juga penting dipelajari mahasiswa adalah bagaimana cara memahami konten dan cara mengajarkannya kepada siswa. Bahan yang

sedang kita kembangkan dapat membantu mahasiswa memahami konten dan cara mengajarnya kepada siswa,” katanya. (Anw)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi situs kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto dalam format JPG yang relevan dengan tulisan.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

”Langkah Maju untuk Persiapkan Guru Berkualitas”

PENGEMBANGAN bahan sumber untuk pengayaan kurikulum di LPTK ini, dinilai Prof. Dr. Nuryanie Rustaman, Dosen Universitas Pendidikan Indonesia – sebagai perwakilan dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdikbud merupakan langkah maju yang dikembangkan LPTK dan USAID PRIORITAS. ”Program seperti ini sangat ditunggu oleh kami dosen di LPTK. Kita dapat memperkuat dan memperkaya

proses perkuliahan bagi para calon guru. Apalagi dengan pelaksanaan kurikulum 2013 kita dapat memperkaya bahan sumber kurikulum untuk meningkatkan kemampuan calon guru dalam mengajar,” kata guru besar dari FMIPA itu.

Apresiasi juga disampaikan oleh Prof. Dr. Ani Rusilowati dosen Unversitas Negeri Semarang (UNNES). “Kegiatan

pemodelan dalam perkuliahan memang sangat perlu dilakukan sehingga mahasiswa mendapatkan banyak contoh cara mengajar dengan metode yang inovatif. Saya juga terapkan pada perkuliahan di S2 dan S3 di kampus UNNES,” ujarnya.

Lokakarya ini telah menghasilkan beberapa topik utama untuk dikembangkan lebih lanjut. Para peserta telah mendapatkan masukan tentang apa yang perlu diajarkan dan bagaimana mengajarkannya dalam perkuliahan bagi calon guru di LPTK. Langkah berikutnya, informasi yang telah terkumpul akan diolah tim USAID PRIORITAS untuk dikaji lebih lanjut kesenjangan apa lagi yang masih ada. Selanjutnya hasil tim tersebut akan dibahas kembali dan dirinci dalam lokakarya di setiap provinsi mitra yang melibatkan 16 LPTK mitra.

“USAID PRIORITAS akan mengorganisasikan kegiatan untuk mengembangkan bahan sumber pengayaan tersebut di setiap LPTK. Targetnya, produk dapat selesai pada Januari 2014, untuk mulai dilatihkan kepada para dosen,” kata Lynne Hill Adviser Pembelajaran USAID PRIORITAS.

(Anw)

Perkaya Materi Perkuliahan yang Relevan dengan K-13

PENYUSUNAN bahan sumber pengayaan kurikulum guru pra jabatan yang melibatkan dosen-dosen dari 16 LPTK, dirancang agar relevan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13). Dengan bahan itu, lulusan LPTK diharapkan mampu mengimplementasikan pembelajaran IPA, Matematika, dan Membaca yang sesuai kurikulum 2013 dan menerapkan pendekatan pembelajaran aktif. Dalam penyusunan bahan pengayaan tersebut, para guru yang berhasil mengimplementasikan praktik yang baik dalam pembelajaran juga diundang untuk terlibat.

Sabar Nurohman, M.Pd dosen Universitas Negeri Yogyakarta mengapresiasi lokakarya yang dilakukan USAID PRIORITAS. Sabar mengaku baru pertama sekali berkolaborasi dengan guru untuk membuat bahan ajar LPTK. “Selama ini dosen dan guru berkolaborasi untuk membuat bahan ajar yang digunakan oleh sekolah. Tapi ini dibalik, dosen berkolaborasi dengan guru untuk membuat bahan ajar di LPTK. Ini pengalaman yang menarik,” tukasnya. (Anw/Eh)

Perkuliahan yang baik diharapkan dapat menjadi model bagi mahasiswa LPTK.

Prof. Nuryanie Rustaman

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 3

Lihat Capaian SPM di Tingkat Sekolah

Kemdikbud Apresiasi SIMPK USAID PRIORITAS untuk Petakan SPM

Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengapresiasi aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMPK) USAID PRIORITAS pada presentasi penggunaan aplikasi tersebut di Gedung E, Kantor Kemdikbud (17/9). Presentasi ini dilakukan oleh USAID PRIORITAS yang difasilitasi oleh Kabag Hukum dan Kepegawaian, Setditjen Dikdas Ibu Sri Renani Pantjastuti. Hadir dalam presentasi itu perwakilan Setditjen Dikdas Kemdikbud, data pokok pendidikan (Dapodik) Dikdas Kemdikbud, dan lembaga donor, seperti ADB dan AusAID. USAID PRIORITAS diminta secara khusus mempresentasikan SIMPK untuk digunakan dalam pemetaan standar pelayanan minimum (SPM) di 110 kabupaten/kota di Indonesia.

SIMPK merupakan alat yang dikembangkan untuk mendukung kabupaten/kota dalam menyusun kebijakan pendidikan berdasarkan data yang akurat. Aplikasi ini menggunakan Dapodik sebagai sumber data yang sudah tersedia di kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Keunggulan aplikasi ini antara lain dapat menghitung secara langsung jumlah sekolah yang telah atau belum memenuhi SPM dari seluruh sekolah di kabupaten/kota. Untuk pemetaan ini, sekolah tidak perlu melakukan entri data ulang karena data telah tersedia di Dapodik. Kabupaten/kota juga dapat melakukan analisis lebih mendalam dengan melihat distribusi tingkat capaian SPM antar wilayah di dalam kabupaten/kota.

Hanya saja belum semua indikator dihitung dengan SIMPK karena keterbatasan data yang tersedia di Dapodik. Hal ini

langsung direspon oleh Tim Dapodik Dikdas. Bapak Supriyatno, S.Pd., M.A, Kepala Sub Bagian Data dan Informasi DAPODIK, Sesditjen Dikdas Kemdikbud menyampaikan bahwa beberapa indikator SPM yang belum tersedia di Dapodik akan disempurnakan pada Dapodik 2014.

Bapak Liberti Marpaung perwakilan dari Setditjen Dikdas Kemdikbud mengusulkan perlunya mengadopsi SIMPK untuk merespon permintaan laporan pencapaian SPM Pendidikan dari UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan). “SIMPK perlu dikembangkan tidak hanya untuk kabupaten/kota, tetapi juga untuk UKP4 yang saat ini kami masih belum mampu menjawab permintaan mereka terkait tingkat capaian SPM Pendidikan,” usulnya. Melihat pentingnya aplikasi program berbasis Excel tersebut, salah satu peserta mengusulkan SIMPK dapat disebarluaskan ke seluruh Indonesia melalui situs Kemdikbud.

(Aff/Vh)

Dr. Afiffudin dari USAID PRIORITAS mempresentasikan SIMPK di Gedung E Kemdikbud.

SELAMA ini masih banyak sekolah yang mengalami kesulitan dalam membuat pelaporan BOS (biaya operasional sekolah). Pelaporan BOS yang dibuat dengan cara manual juga memerlukan waktu yang cukup lama. Apalagi dengan banyaknya data dan transaksi yang perlu dicatat, membuat pengerjaannya menjadi semakin kompleks. Untuk memudahkan dalam pembuatan laporan BOS, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bekerjasama dengan USAID PRIORITAS mengembangkan perangkat lunak aplikasi pengelolaan dan pelaporan BOS 2013.

Selain untuk mempermudah pengadministrasian dan pelaporan, perangkat lunak ini juga bermanfaat untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana BOS. Perangkat lunak ini mampu menghasilkan laporan untuk masyarakat, sehingga

masyarakat bisa tahu bagaimana sekolah menggunakan dana BOS. Perangkat lunak BOS 2013 tidak hanya untuk mengadministrasikan dan melaporkan dana sekolah yang bersumber dari BOS Pusat, tetapi juga untuk melaporkan multi-sumber keuangan. Artinya semua sumber keuangan sekolah diadministrasikan dan

dilaporkan secara terintegrasi. Dengan demikian, kasus-kasus pembayaran ganda bisa dihindari.

Pada demonstrasi penggunaan perangkat lunak tersebut dihadapan tim teknis BOS Kemdikbud, perangkat lunak yang berbasis program excel itu dinilai praktis, sangat informatif, mudah dijalankan, dan bermanfaat, terutama dalam memberikan kemudahan bagi pengelola sekolah dalam mengelola dan melaporkan

BOS. ”Kita akan mengujicoba penggunaan perangkat lunak ini secara terbatas. Dalam tiga bulan ke depan, diharapkan sudah bisa digunakan oleh seluruh sekolah di Indonesia,” kata Ahmad Badar tim teknis BOS Kemdikbud (23/8).

Sekolah juga tidak perlu membeli atau menghadirkan tenaga ahli untuk menggunakan perangkat lunak ini. “Cukup dengan membaca panduannya, kami yakin sekolah sudah dapat menjalankan aplikasi ini,” kata Handoko Widagdo Whole School Development Specialist USAID PRIORITAS yang terlibat aktif dalam pengembangan perangkat lunak tersebut. Nantinya perangkat lunak tersebut dapat diunduh melalui situs BOS nasional. (Hw/Anw)

Permudah Sekolah Buat Laporan BOS yang Akuntabel

550 Manajer BOS Nilai Sangat Membantu

Tampilan menu utama perangkat lunak (software) pelaporan BOS yang dikembangkan USAID PRIORITAS.

PELATIHAN pembuatan laporan keuangan sekolah dengan menggunakan perangkat lunak Aplikasi BOS 2013 yang digelar di empat wilayah, Jakarta, Solo, Bandung, dan Makassar, melibatkan setidaknya 550 manajer BOS. Mereka umumnya adalah para pejabat di dinas pendidikan seperti kepala bidang dan kepala seksi yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program BOS di daerah. Setelah mengikuti proses pelatihan, para peserta menyampaikan aplikasi tersebut sangat membantu.

”Perangkat lunak ini mempermudah sekolah untuk mengadministrasikan dana BOS. Pembuatan laporan keuangan menjadi semakin mudah dan menghemat waktu,” kata beberapa manajer BOS. Aplikasi tersebut juga dinilai dapat meningkatkan tertib administrasi karena memuat laporan sekolah dari multi sumber dan mudah diakses oleh masyarakat. (Anw)

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

Page 4: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 5

PRIORITAS Education Policy Workshop yang digelar di Boston dan

Washington, Amerika pada 16-20 September 2013 memberikan kesan

menarik bagi para Rektor LPTK Mitra USAID PRIORITAS dan pemangku

kepentingan pendidikan yang mengikuti acara tersebut. Para peserta juga diajak

melakukan kunjungan ke beberapa sekolah. Rektor Unesa, Prof. Dr.

Muchlas Samani menuliskan pengalamannya melihat proses

pembelajaran di sekolah Amerika.

Jum'at, 20 September 2013 saya beserta rombongan diajak ke Eagle View Elementary School. Sekolahnya terletak di Fairfax County Virginia. Kira-kira 1 jam perjalanan dengan mobil dari Georgetown Suites, hotel tempat saya menginap.

Di sekolah, setelah mendengarkan penjelasan wakil kepala sekolah, guru, serta melihat kelas, saya sungguh mendapat pelajaran berharga. Yang ingin dicapai sekolah itu adalah kompetensi anak sebagai critical thinker (pemikir kritis), creative thinker (pemikir kreatif), problem solver (pemecah masalah), dan good character (berkarakter baik). Hal itu dikaitkan dengan kehidupan nyata agar anak memiliki kecakapan hidup (life skills).

Mengajarkan Berpikir Tingkat TinggiKetika mengunjungi kelas V, saya melihat

para siswa sedang membaca dan di mejanya ada selembar kertas yang dibagi menjadi dua kolom. Di bagian atas kolom kiri ada

tulisan WHAT ARE YOU CONFUSED ABOUT (apa yang belum dipahami) dan untuk kolom kanan tertulis kalimat WHAT IS YOUR INNER VOICE (apa suara batinmu). Saya amati apa yang dilakukan siswa. Ternyata setelah membaca mengisi kolom tersebut. Apa yang masih bingung atau belum paham ditulis di kolom kiri dan apa yang komentar/pertanyaan ditulis pada kolom kanan.

Setelah selesai atau mungkin waktunya habis, siswa berkumpul duduk di karpet dan gurunya duduk di kursi di depan. Ada dua orang guru lain, yang ternyata merupakan guru “khusus” yang bertugas membantu anak berkebutuhan khusus. Misalnya yang lambat belajar (slow learner) dan yang belum pandai membaca.

Apa yang dikerjakan? Ternyata guru menayangkan lembar demi lembar dari bacaan di papan pintar (smart board). Dan siswa diminta mengajukan apa yang belum dipahami (what are you confused about?) dan apa komentar/pertanyaan (what is your inner voice). Hampir semua anak mengangkat tangan setiap guru menanyakan. Dan guru menanggapinya dengan bagus. Jadi apa yang ditulis di kertas folio tadi diajukan secara lisan waktu itu. Sunggguh contoh bagus, bagaimana mengembangkan berpikir kritis (critical thinking).

Ketika saya masuk di kelas II, siswa sedang duduk di karpet dan guru memandu pelajaran. Siswa ditanya, bagaimana cara mendapatkan teman (how to get friends). Bagaimana kalau ada orang lain yang mengajak berteman. Anak kelas II tentu masih berusia sekitar 7-8 tahun. Jawabannya macam-macam. Tampak sekali guru mendorong anak untuk mencari cara mendapatkan teman yang cocok. Mungkin itu bagian dari berpikir kreatif (creative thinking). Juga bagaimana kalau ada orang yang belum dikenal tetapi mengajak berteman. Bagaimana kalau anak sebenarnya tidak senang. Sepertinya kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sedang dipupuk.

Di dinding kelas II juga ada pajangan yang tampak seperti buatan siswa. Dalam kertas folio itu tertulis kalimat I AGREE BECAUSE..... (Saya setuju karena....). I DISAGREE BECAUSE.... (Saya tidak setuju karena....) Saya tidak tahu bagaimana pelaksanaan pengisian titik-titik itu. Namun dari tulisan yang ada saya menduga siswa diberi suatu contoh pendapat atau ungkapan dan diminta mengajukan pendapat setuju atau tidak setuju dan harus diberi penjelasan mengapa setuju atau tidak setuju.

Saya meyakini itu untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Untuk mengerjakan isian tersebut, menurut Bloom anak harus berpikir sampai tahap evaluasi. Melihat apa yang terjadi di Eagle View Elementary School jadi jadi tercenung. Ternyata kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan memecahkan masalah anak SD bahkan TK.

Saya jadi teringat apa yang saya lihat di kelas TK di Columbkille School di Boston. Guru musik TK membawa gitar dan biola. Anak diminta menunjuk apa yang sama dan apa yang berbeda. Bukankah itu mengembangkan kemampuan analisis untuk anak kecil. Semoga kita dapat belajar dari pengalaman tersebut. ***

Pembelajaran Berpikir Tingkat Tinggi di Sekolah Amerika Catatan Rektor Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani Ikuti PRIORITAS Education Policy Workshop

Pertanyaan yang merangsang siswa kelas awal menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi

Keterangan Foto:1. Memanfaatkan setiap sudut kelas untuk belajar dan memfasilitasi

anak berani menyampaikan gagasannya.2. Guru sedang memandu satu kelompok dalam membaca

berpasangan. Siswa diminta secara bergantian membacakan buku cerita, dan saling memberikan umpan balik.

3. Sudut baca di kelas dirancang mudah diakses anak, menarik, dan setidaknya 2000 judul buku tersedia dalam satu kelas.

PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

Lessons Learned dari PRIORITAS Education Policy Workshop di Amerika

Setelah mengikuti rangkaian kegiatan lokakakarya, para Rektor LPTK mitra, perwakilan Kemenko Kesra, dan Kemdikbud membuat lessons learned (pelajaran yang dapat dipetik) khususnya tentang pengembangan profesi guru untuk dikembangkan di Indonesia. Berikut adalah catatannya.

Program pendidikan profesi guru (PPG) di LPTK dan sekolah lab/mitra harus yang berkualitas sehingga para calon guru dapat magang dan belajar dari model yang baik. Guru pamong dipilih dari guru yang terbukti berhasil dalam mengajar dan memiliki komitmen untuk menjadi teman belajar yang baik bagi calon guru.

Pembelajaran membaca di sekolah sangat menentukan dan harus diperkuat. Sekolah yang dilatih dalam program keterampilan membaca dapat menjadi sekolah model bagi sekolah lainnya. Anak harus diajarkan keterampilan membaca sejak dini. (Contoh dari sekolah dasar Eagle View, Fairfax County, dimana anak diajarkan keterampilan untuk memroses suatu bacaan dengan berdialog dengan diri sendiri. Jadi keterampilan membaca dianggap suatu kegiatan di mana siswa aktif berproses dan berinteraksi dengan teks yang dibaca).

Professional Learning community di Indonesia seperti KKG dan MGMP masih belum maksimal. Program KKG/MGMP harus dibangun bottom up (vs regulasi dari atas – top down).

Kita sudah mengetahui teorinya tetapi seringkali praktiknya tidak bagus. Misalnya pelaksanaan pembelajaran berpusat pada siswa atau kegiatan MGMP di mana pelaksanaannya masih tidak maksimal.

Rekomendasi Menghimpun sekolah yang punya

komitmen dan energi (guru mitra, dosen) untuk mengembangkan perangkat sebagai bahan melatih calon guru untuk dipakai di PPG dan di sekolah praktiknya. Bisa dimulai dengan sekolah lab dan sekolah mitra LPTK, serta mencoba menggunakan konsep 'BLOSSOMS' dengan mahasiswa calon guru.

Kemdikbud berencana untuk melatih sekitar 1,6 juta guru. Pendekatan yang digunakan adalah sedikit bicara, banyak praktik. Saat ini sudah tersedia buku latihan dan buku siswa. USAID PRIORITAS diharapkan membuat video

pembelajaran aktif kelas 1, kelas 4 SD, SMP dan SMA. Melalui video diharapkan guru dapat melihat dan mengembangkannya di kelas, seeing is believing (melihat dulu baru percaya).

Tindak lanjut Setiap peserta membuat rencana tindak

lanjut yang konkret dengan mengadopsi prinsip, konsep atau pendekatan yang sekiranya dapat diterapkan di LPTK masing-masing dari hasil lokakarya kebijakan pendidikan di Amerika.

Sekitar 3 bulan lagi, semua peserta akan berkumpul lagi bersama dengan koordinator teknis di LPTK yang biasa terlibat dalam kegiatan USAID PRIORITAS) untuk membahas progress tindak lanjut LPTK. (Fs)

Melihat dari dekat proses pembelajaran di sekolah Amerika.

Mengikuti kuliah Prof. Paul Reville, Direktur Harvard Graduate School of Education.

Prof. Unifa presentasikan pengembangan profesi guru Indonesia di USAID Washington.

Belajar tentang pengembangan teknologi pembelajaran di MIT.

Dokumentasi PRIORITAS Education Policy Workshop

Mendapat penjelasan strategi program pendidikan USAID seperti membaca untuk kelas awal, penelitian, dan best practices.

Mengamati pembelajaran membaca di Daniels Run Elementary.

Belajar tentang kemitraan universitas dan sekolah yang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di Columbkille School.

Guru Fairfax County Schools sedang memandu siswanya belajar membaca.Guru Fairfax County Schools sedang memandu siswanya belajar membaca.

Mendapat penjelasan strategi program pendidikan USAID seperti membaca untuk kelas awal, penelitian, dan best practices.

Belajar tentang kemitraan universitas dan sekolah yang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di Columbkille School.

Belajar tentang pengembangan teknologi pembelajaran di MIT.

Mengamati pembelajaran membaca di Daniels Run Elementary.

Berfoto bersama para rektor, perwakilan Kemenko Kesra, Kemdikbud, USAID, RTI International, dan EDC di Harvard Graduate School of Education. Berfoto bersama para rektor, perwakilan Kemenko Kesra, Kemdikbud, USAID, RTI International, dan EDC di Harvard Graduate School of Education.

Page 5: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 5

PRIORITAS Education Policy Workshop yang digelar di Boston dan

Washington, Amerika pada 16-20 September 2013 memberikan kesan

menarik bagi para Rektor LPTK Mitra USAID PRIORITAS dan pemangku

kepentingan pendidikan yang mengikuti acara tersebut. Para peserta juga diajak

melakukan kunjungan ke beberapa sekolah. Rektor Unesa, Prof. Dr.

Muchlas Samani menuliskan pengalamannya melihat proses

pembelajaran di sekolah Amerika.

Jum'at, 20 September 2013 saya beserta rombongan diajak ke Eagle View Elementary School. Sekolahnya terletak di Fairfax County Virginia. Kira-kira 1 jam perjalanan dengan mobil dari Georgetown Suites, hotel tempat saya menginap.

Di sekolah, setelah mendengarkan penjelasan wakil kepala sekolah, guru, serta melihat kelas, saya sungguh mendapat pelajaran berharga. Yang ingin dicapai sekolah itu adalah kompetensi anak sebagai critical thinker (pemikir kritis), creative thinker (pemikir kreatif), problem solver (pemecah masalah), dan good character (berkarakter baik). Hal itu dikaitkan dengan kehidupan nyata agar anak memiliki kecakapan hidup (life skills).

Mengajarkan Berpikir Tingkat TinggiKetika mengunjungi kelas V, saya melihat

para siswa sedang membaca dan di mejanya ada selembar kertas yang dibagi menjadi dua kolom. Di bagian atas kolom kiri ada

tulisan WHAT ARE YOU CONFUSED ABOUT (apa yang belum dipahami) dan untuk kolom kanan tertulis kalimat WHAT IS YOUR INNER VOICE (apa suara batinmu). Saya amati apa yang dilakukan siswa. Ternyata setelah membaca mengisi kolom tersebut. Apa yang masih bingung atau belum paham ditulis di kolom kiri dan apa yang komentar/pertanyaan ditulis pada kolom kanan.

Setelah selesai atau mungkin waktunya habis, siswa berkumpul duduk di karpet dan gurunya duduk di kursi di depan. Ada dua orang guru lain, yang ternyata merupakan guru “khusus” yang bertugas membantu anak berkebutuhan khusus. Misalnya yang lambat belajar (slow learner) dan yang belum pandai membaca.

Apa yang dikerjakan? Ternyata guru menayangkan lembar demi lembar dari bacaan di papan pintar (smart board). Dan siswa diminta mengajukan apa yang belum dipahami (what are you confused about?) dan apa komentar/pertanyaan (what is your inner voice). Hampir semua anak mengangkat tangan setiap guru menanyakan. Dan guru menanggapinya dengan bagus. Jadi apa yang ditulis di kertas folio tadi diajukan secara lisan waktu itu. Sunggguh contoh bagus, bagaimana mengembangkan berpikir kritis (critical thinking).

Ketika saya masuk di kelas II, siswa sedang duduk di karpet dan guru memandu pelajaran. Siswa ditanya, bagaimana cara mendapatkan teman (how to get friends). Bagaimana kalau ada orang lain yang mengajak berteman. Anak kelas II tentu masih berusia sekitar 7-8 tahun. Jawabannya macam-macam. Tampak sekali guru mendorong anak untuk mencari cara mendapatkan teman yang cocok. Mungkin itu bagian dari berpikir kreatif (creative thinking). Juga bagaimana kalau ada orang yang belum dikenal tetapi mengajak berteman. Bagaimana kalau anak sebenarnya tidak senang. Sepertinya kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sedang dipupuk.

Di dinding kelas II juga ada pajangan yang tampak seperti buatan siswa. Dalam kertas folio itu tertulis kalimat I AGREE BECAUSE..... (Saya setuju karena....). I DISAGREE BECAUSE.... (Saya tidak setuju karena....) Saya tidak tahu bagaimana pelaksanaan pengisian titik-titik itu. Namun dari tulisan yang ada saya menduga siswa diberi suatu contoh pendapat atau ungkapan dan diminta mengajukan pendapat setuju atau tidak setuju dan harus diberi penjelasan mengapa setuju atau tidak setuju.

Saya meyakini itu untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Untuk mengerjakan isian tersebut, menurut Bloom anak harus berpikir sampai tahap evaluasi. Melihat apa yang terjadi di Eagle View Elementary School jadi jadi tercenung. Ternyata kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan memecahkan masalah anak SD bahkan TK.

Saya jadi teringat apa yang saya lihat di kelas TK di Columbkille School di Boston. Guru musik TK membawa gitar dan biola. Anak diminta menunjuk apa yang sama dan apa yang berbeda. Bukankah itu mengembangkan kemampuan analisis untuk anak kecil. Semoga kita dapat belajar dari pengalaman tersebut. ***

Pembelajaran Berpikir Tingkat Tinggi di Sekolah Amerika Catatan Rektor Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani Ikuti PRIORITAS Education Policy Workshop

Pertanyaan yang merangsang siswa kelas awal menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi

Keterangan Foto:1. Memanfaatkan setiap sudut kelas untuk belajar dan memfasilitasi

anak berani menyampaikan gagasannya.2. Guru sedang memandu satu kelompok dalam membaca

berpasangan. Siswa diminta secara bergantian membacakan buku cerita, dan saling memberikan umpan balik.

3. Sudut baca di kelas dirancang mudah diakses anak, menarik, dan setidaknya 2000 judul buku tersedia dalam satu kelas.

PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

Lessons Learned dari PRIORITAS Education Policy Workshop di Amerika

Setelah mengikuti rangkaian kegiatan lokakakarya, para Rektor LPTK mitra, perwakilan Kemenko Kesra, dan Kemdikbud membuat lessons learned (pelajaran yang dapat dipetik) khususnya tentang pengembangan profesi guru untuk dikembangkan di Indonesia. Berikut adalah catatannya.

Program pendidikan profesi guru (PPG) di LPTK dan sekolah lab/mitra harus yang berkualitas sehingga para calon guru dapat magang dan belajar dari model yang baik. Guru pamong dipilih dari guru yang terbukti berhasil dalam mengajar dan memiliki komitmen untuk menjadi teman belajar yang baik bagi calon guru.

Pembelajaran membaca di sekolah sangat menentukan dan harus diperkuat. Sekolah yang dilatih dalam program keterampilan membaca dapat menjadi sekolah model bagi sekolah lainnya. Anak harus diajarkan keterampilan membaca sejak dini. (Contoh dari sekolah dasar Eagle View, Fairfax County, dimana anak diajarkan keterampilan untuk memroses suatu bacaan dengan berdialog dengan diri sendiri. Jadi keterampilan membaca dianggap suatu kegiatan di mana siswa aktif berproses dan berinteraksi dengan teks yang dibaca).

Professional Learning community di Indonesia seperti KKG dan MGMP masih belum maksimal. Program KKG/MGMP harus dibangun bottom up (vs regulasi dari atas – top down).

Kita sudah mengetahui teorinya tetapi seringkali praktiknya tidak bagus. Misalnya pelaksanaan pembelajaran berpusat pada siswa atau kegiatan MGMP di mana pelaksanaannya masih tidak maksimal.

Rekomendasi Menghimpun sekolah yang punya

komitmen dan energi (guru mitra, dosen) untuk mengembangkan perangkat sebagai bahan melatih calon guru untuk dipakai di PPG dan di sekolah praktiknya. Bisa dimulai dengan sekolah lab dan sekolah mitra LPTK, serta mencoba menggunakan konsep 'BLOSSOMS' dengan mahasiswa calon guru.

Kemdikbud berencana untuk melatih sekitar 1,6 juta guru. Pendekatan yang digunakan adalah sedikit bicara, banyak praktik. Saat ini sudah tersedia buku latihan dan buku siswa. USAID PRIORITAS diharapkan membuat video

pembelajaran aktif kelas 1, kelas 4 SD, SMP dan SMA. Melalui video diharapkan guru dapat melihat dan mengembangkannya di kelas, seeing is believing (melihat dulu baru percaya).

Tindak lanjut Setiap peserta membuat rencana tindak

lanjut yang konkret dengan mengadopsi prinsip, konsep atau pendekatan yang sekiranya dapat diterapkan di LPTK masing-masing dari hasil lokakarya kebijakan pendidikan di Amerika.

Sekitar 3 bulan lagi, semua peserta akan berkumpul lagi bersama dengan koordinator teknis di LPTK yang biasa terlibat dalam kegiatan USAID PRIORITAS) untuk membahas progress tindak lanjut LPTK. (Fs)

Melihat dari dekat proses pembelajaran di sekolah Amerika.

Mengikuti kuliah Prof. Paul Reville, Direktur Harvard Graduate School of Education.

Prof. Unifa presentasikan pengembangan profesi guru Indonesia di USAID Washington.

Belajar tentang pengembangan teknologi pembelajaran di MIT.

Dokumentasi PRIORITAS Education Policy Workshop

Mendapat penjelasan strategi program pendidikan USAID seperti membaca untuk kelas awal, penelitian, dan best practices.

Mengamati pembelajaran membaca di Daniels Run Elementary.

Belajar tentang kemitraan universitas dan sekolah yang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di Columbkille School.

Guru Fairfax County Schools sedang memandu siswanya belajar membaca.Guru Fairfax County Schools sedang memandu siswanya belajar membaca.

Mendapat penjelasan strategi program pendidikan USAID seperti membaca untuk kelas awal, penelitian, dan best practices.

Belajar tentang kemitraan universitas dan sekolah yang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di Columbkille School.

Belajar tentang pengembangan teknologi pembelajaran di MIT.

Mengamati pembelajaran membaca di Daniels Run Elementary.

Berfoto bersama para rektor, perwakilan Kemenko Kesra, Kemdikbud, USAID, RTI International, dan EDC di Harvard Graduate School of Education. Berfoto bersama para rektor, perwakilan Kemenko Kesra, Kemdikbud, USAID, RTI International, dan EDC di Harvard Graduate School of Education.

Page 6: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 7

Kantor Pusat RTI di Amerika Terkesan dengan Pembelajaran di MI Asih Putera

Eddie Story, Senior Vice President,General Counsel, and Corporate Secretary RTI International terkesan dengan pembelajaran di MI Asih Putera, Cimahi, Jawa Barat.

Cimahi – USAID PRIORITAS Jawa Barat. Tiga pejabat Research Triangle Institute (RTI) International dari Kantor Pusat North Carolina, Amerika Serikat, terkesan dengan kunjungannya yang melihat langsung proses pembelajaran di MI Asih Putera. Ketiga tamu penting yang secara khusus ingin melihat langsung dampak program di sekolah mitra USAID PRIORITAS itu adalah Edward “Eddie” Story (Senior Vice President, General Counsel, and Corporate Secretary), Mohammad Ali (Senior Director-Chief Procurement Officer), dan Dan Segal (International Counsel). ”Saya melihat semua siswa tampak menikmati proses belajar di kelas. Hal itu sangat penting untuk membuat siswa dapat belajar dengan baik,” kata Eddie Story kepada para tamu yang ikut dalam kunjungan (11/7).

Beliau juga menyampaikan apresiasinya atas dampak positif program USAID PRIORITAS di MI Asih Putera. ”Apa yang kami bayangkan mengenai sekolah binaan kami itu terwujud di MI Asih Putera. Praktik pendidikan di madrasah ini memenuhi apa yang kami dambakan,” katanya lagi.

Rombongan tamu disambut langsung oleh pihak sekolah, perwakilan dinas pendidikan, Kepala Kemenag Kota Cimahi, dan staf USAID PRIORITAS. Pada saat berkeliling kelas, semua menyaksikan proses pembelajaran yang hari itu merupakan hari pertama masuk kelas tahun ajaran baru. Semua berdecak

kagum saat melihat karya siswa kelas awal berupa tulisan pendek pengalaman berlibur, yang sudah terpajang di dinding kelas, hasil belajar pagi hari itu.

Setelah berkeliling kelas, kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan singkat untuk berbincang terkait program USAID PRIORITAS. Dalam pertemuan tersebut juga hadir Drs. H. Hilmi Riva'i, M.Pd Kepala Kemenag Kota Cimahi, Hj. Hartati, S.Pd., M.Si Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Iis Siti Aisyah, S.S Kepala MI Asih Putera, Ibu Anindya Dhian Komite Sekolah, dan beberapa guru dan siswa MI Asih Putera.

Kepala sekolah, Komite, Pejabat Dinas dan Kemenag memberikan komentar atas pertanyaan, ”Bagaimana pendapat bapak dan ibu terhadap program USAID PRIORITAS?” Mereka memberi komentar hampir sama, yaitu menyambut baik dan berterima kasih bahwa sekolah ini dipilih sebagai mitra program.

Mereka siap mendukung pelaksanaan program, misalnya akan mengijinkan para guru untuk mengikuti pelatihan dan mendorong mereka untuk menerapkan hasilnya di kelas. ”Pelaksanaan program USAID PRIORITAS sangat membantu kami dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kami berharap banyak madarasah dan sekolah yang dapat terlibat dalam program USAID PRIORITAS,” kata Hilmi Rivai, Kepala Kemenag Kota Cimahi. (Anw)

20 Daerah Mitra Kohor 2 Siap Lakukan Inovasi

MEMASUKI program Kohor 2, USAID PRIORITAS memperluas kemitraan program dengan menambah 20 daerah mitra yang tersebar di tujuh provinsi. Jumlah ini menambah 69 daerah mitra DBE dan USAID PRIORITAS yang sudah bergabung sejak Kohort 1. Jadi, pada tahun 2013, secara keseluruhan ada 89 daerah mitra kabupaten/kota. Jumlah ini masih akan bertambah dengan rencana bergabungnya Provinsi Papua.

Daerah mitra baru tersebut akan melakukan serangkaian kegiatan seperti asesmen pendidikan, penilaian kemampuan membaca kelas awal (EGRA), koordinasi program dengan seluruh pemangku kepentingan pendidikan, seleksi fasilitator daerah, pelatihan dan pendampingan sekolah, analisis pemerataan distribusi guru, penghitungan biaya satuan pendidikan.

Perkuat Koordinasi dengan PemerintahPertengahan Agustus 2013 USAID PRIORITAS menugaskan

Ruwiyati Ahmadi yang ditunjuk sebagai Technical Coordinator with GOI yang juga berkantor di Kemdikbud. Dia akan membantu memperkuat koordinasi dan sinergi program dengan Pemerintah.

Pada saat berkoordinasi dengan Prof. Dr. Ibrahim Bafadal Direktur Pembinaan SD, USAID PRIORITAS diharapkan menjadi satu tim kerja dengan Kemdikbud. Sementara Dr. Didik Suhardi, Direktur Pembinaan SMP terkait sinkronisasi program, USAID PRIORITAS diminta terlibat dalam PPMBS (program peningkatan

mutu berbasis sekolah) Direktorat

PSMP. Hal itu juga sejalan dengan program USAID PRIORITAS yang mendampingi sekolah untuk menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah.

Drs. Khamim, M.Pd Kasubdit Program Direktorat PSMP dan Drs. Didik Prabangkat, MA Kasubdit Kurikulum Direktorat PSD berharap USAID PRIORITAS dapat terlibat dalam pelatihan kurikulum 2013. Sementara Drs. Rochmat, MA Kasubdit Kerjasama dan Kelembagaan, Direktorat Pendidikan Madrasah, Kementerian Agama (Kemenag) menyarankan perlunya membentuk tim teknis pelaksana program (implementing agency) di Kemenag. Hal ini akan dijadikan dasar bagi Kemenag untuk dapat mengalokasikan dana sebagai pendamping program.

”Termasuk bila jumlah MI dan MTs mitra USAID PRIORITAS di setiap daerah mencapai 20%, maka setiap kantor wilayah Kemenag bisa mengajukan anggaran ke Kemenag Pusat untuk melakukan diseminasi di tahun 2014,” katanya.

(Ra/Anw)

Pertemuan USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan dengan Bappeda, Dinas Pendidikan, Kemenag, DPRD, dan PGRI Kabupaten Tana Toraja.

Kudus. Berkat konsistensinya menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran, Abdul Rochim, M.Pd guru SMPN 1 Kudus, Jawa Tengah berhasil meraih Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Nasional Tahun 2013. Pak Rochim, demikian guru IPA yang juga Fasilitator USAID PRIORITAS itu biasa dipanggil, sejak tahun 2007 dia menjadi fasilitator daerah program USAID DBE yang kini dilanjutkan menjadi program USAID PRIORITAS.

Dia mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari keterlibatannya sebagai fasilitator dalam program USAID. ”Saya telah menerapkan semua hasil pelatihan USAID di dalam pembelajaran. Konsistensi itulah yang mengantarkan saya berhasil menjadi juara di tingkat nasional,” cerita pak Rochim.

Sebelumnya, pada April 2013, pak Rochim ditetapkan sebagai Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Kudus. Kemudian, Juni 2013 berkompetisi dengan 35 guru terbaik dari kabupaten/kota di Jawa Tengah, dia ditetapkan menjadi Juara 1 tingkat provinsi. Lalu pada Agustus 2013, dia berhasil menjadi juara 1 tingkat nasional. Karya Ilmiahnya yang mengangkat tema Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna (Better Teaching and Learning-BTL) dalam Aplikasi Pembelajaran di Kelas, dinilai Prof. Dr. Ahmad Slamet, salah satu dewan juri, karya tersebut relevan dengan tuntutan kurikulum 2013.

Setelah melalui tahapan penilaian portofolio, tes tertulis, presentasi karya ilmiah, dan wawancara, akhirnya pengumuman disampaikan. Fasilitator USAID PRIORITAS tersebut dinobatkan menjadi juara 1 guru berprestasi tingkat nasional. Yang menarik, pak Rochim bersanding dengan kepala sekolahnya, H. Oky Sudarto yang juga menjadi kepala sekolah beprestasi tingkat nasional. “BTL yang dikembangkan Program USAID mampu menjawab tantangan kurikulum 2013. Itulah yang membuat saya yakin menggunakan program yang dikembangkan USAID sebagai tema dalam karya tulis ilmiah lomba guru berprestasi,” paparnya bersemangat. (Shs)

Pak Rochim mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Moh Nuh atas keberhasilannya menjadi guru berprestasi tingkat nasional Tahun 2013.

PRIORITAS - Nasional

Fasilitator USAID PRIORITAS Raih Juara 1 Guru Berprestasi Nasional

Kuota CPNS 2013 dan Pengalaman Pendampingan PPG PENDEKATAN Penataan dan

Pemerataan Guru (PPG) yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS semakin menarik, sejalan dengan keluarnya kuota CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) untuk kabupaten/kota. Dari informasi awal hampir semua kabupaten/kota mengajukan usulan formasi CPNS. Namun sebagian besar (lebih dari 60%) kabupaten/kota tidak diberikan kuota untuk merekrut CPNS.

Menurut Dr. Aos Santosa, Spesialis Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS, ada dua syarat yang mengikat bagi kabupaten/kota untuk mengajukan formasi CPNS, yaitu 1) belanja pegawai (belanja tidak langsung) tidak lebih dari 50% dari total APBD, dan 2) daerah tersebut telah melakukan distribusi pegawai, khusus untuk pendistribusian guru diatur dalam Peraturan Bersama 5 Menteri tahun 2011.

Mengapa penataan guru menjadi penting dikaitkan dengan formasi PNS? Karena sebagian besar PNS yang ada di kabupaten/kota adalah guru. Jika guru ditata dengan baik, akan berdampak pada penataan PNS secara keseluruhan.

Dari pengalaman pendampingan analisis distribusi guru di daerah mitra USAID PRIORITAS, menunjukkan sebagian besar kabupaten kota mengalami kelebihan guru, terutama guru matapelajaran di SMP dan SMA dan

distribusinya tidak merata. Sementara kekurangan guru hanya terjadi pada guru kelas di SD.

Dari 23 kabupaten mitra USAID, hanya 5 kabupaten (22%) yang mendapat kuota CPNS 2013, yaitu: 1) Kabupaten Bantaeng, 2) Kabupaten Semarang, 3) Kabupaten Mojokerto, 4) Kabupaten Serang, dan, 5) Kabupaten Nias Selatan. Ke lima kabupaten tersebut kekurangan guru kelas yang cukup signifikan, salah satu diantaranya adalah Kebupaten Semarang, kabupaten ini telah melakukan pendistribusian PNS, khususnya guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta guru Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model guru rangkap sekolah. Model guru rangkap sekolah dapat mengatasi dua masalah sekaligus, yaitu mengatasi kekurangan guru dan juga dalam rangka pemenuhan jam mengajar guru, yaitu minimal 24 jam.

Sampai saat ini, USAID PRIORITAS telah memfasilitasi analisis distribusi guru pada 23 kabupaten/kota dengan menggunakan perangkat lunak sederhana dan memanfaatkan data yang sudah ada di sekolah, yaitu DAPODIK (Data Pokok Pendidikan) yang diperbaharui setiap semester. Hasil pemetaan menujukkan bahwa kekurangan guru tidak selalu harus menambah guru, karena banyak sekolah, terutama SD yang jumlah siswanya sangat

sedikit, yaitu rasio siswa terhadap rombongan belajar kurang dari 8 (seperempat SPM).

”Jika kekurangan guru terjadi pada sekolah kecil, tidak perlu menambah guru, tetapi dengan memilih beberapa opsi kebijakan yang cocok, misalnya pengajaran kelas rangkap, penggabungan sekolah kecil yang berdekatan, penerimaan siswa baru berkala, dan guru kunjung,” jelas Aos.

Selama ini dengan program PPG, daerah mitra USAID PRIORITAS merasa terbantu dalam menata pemerataan guru. Seperti yang diutarakan Ashari,M.Pd., Kepala Bidang Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. “Program PPG sangat membantu kami dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,” katanya. (Ash/Arz)

Penataan guru menjadi bagian upaya untuk pemerataan mutu pendidikan.

Page 7: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 7

Kantor Pusat RTI di Amerika Terkesan dengan Pembelajaran di MI Asih Putera

Eddie Story, Senior Vice President,General Counsel, and Corporate Secretary RTI International terkesan dengan pembelajaran di MI Asih Putera, Cimahi, Jawa Barat.

Cimahi – USAID PRIORITAS Jawa Barat. Tiga pejabat Research Triangle Institute (RTI) International dari Kantor Pusat North Carolina, Amerika Serikat, terkesan dengan kunjungannya yang melihat langsung proses pembelajaran di MI Asih Putera. Ketiga tamu penting yang secara khusus ingin melihat langsung dampak program di sekolah mitra USAID PRIORITAS itu adalah Edward “Eddie” Story (Senior Vice President, General Counsel, and Corporate Secretary), Mohammad Ali (Senior Director-Chief Procurement Officer), dan Dan Segal (International Counsel). ”Saya melihat semua siswa tampak menikmati proses belajar di kelas. Hal itu sangat penting untuk membuat siswa dapat belajar dengan baik,” kata Eddie Story kepada para tamu yang ikut dalam kunjungan (11/7).

Beliau juga menyampaikan apresiasinya atas dampak positif program USAID PRIORITAS di MI Asih Putera. ”Apa yang kami bayangkan mengenai sekolah binaan kami itu terwujud di MI Asih Putera. Praktik pendidikan di madrasah ini memenuhi apa yang kami dambakan,” katanya lagi.

Rombongan tamu disambut langsung oleh pihak sekolah, perwakilan dinas pendidikan, Kepala Kemenag Kota Cimahi, dan staf USAID PRIORITAS. Pada saat berkeliling kelas, semua menyaksikan proses pembelajaran yang hari itu merupakan hari pertama masuk kelas tahun ajaran baru. Semua berdecak

kagum saat melihat karya siswa kelas awal berupa tulisan pendek pengalaman berlibur, yang sudah terpajang di dinding kelas, hasil belajar pagi hari itu.

Setelah berkeliling kelas, kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan singkat untuk berbincang terkait program USAID PRIORITAS. Dalam pertemuan tersebut juga hadir Drs. H. Hilmi Riva'i, M.Pd Kepala Kemenag Kota Cimahi, Hj. Hartati, S.Pd., M.Si Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Iis Siti Aisyah, S.S Kepala MI Asih Putera, Ibu Anindya Dhian Komite Sekolah, dan beberapa guru dan siswa MI Asih Putera.

Kepala sekolah, Komite, Pejabat Dinas dan Kemenag memberikan komentar atas pertanyaan, ”Bagaimana pendapat bapak dan ibu terhadap program USAID PRIORITAS?” Mereka memberi komentar hampir sama, yaitu menyambut baik dan berterima kasih bahwa sekolah ini dipilih sebagai mitra program.

Mereka siap mendukung pelaksanaan program, misalnya akan mengijinkan para guru untuk mengikuti pelatihan dan mendorong mereka untuk menerapkan hasilnya di kelas. ”Pelaksanaan program USAID PRIORITAS sangat membantu kami dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kami berharap banyak madarasah dan sekolah yang dapat terlibat dalam program USAID PRIORITAS,” kata Hilmi Rivai, Kepala Kemenag Kota Cimahi. (Anw)

20 Daerah Mitra Kohor 2 Siap Lakukan Inovasi

MEMASUKI program Kohor 2, USAID PRIORITAS memperluas kemitraan program dengan menambah 20 daerah mitra yang tersebar di tujuh provinsi. Jumlah ini menambah 69 daerah mitra DBE dan USAID PRIORITAS yang sudah bergabung sejak Kohort 1. Jadi, pada tahun 2013, secara keseluruhan ada 89 daerah mitra kabupaten/kota. Jumlah ini masih akan bertambah dengan rencana bergabungnya Provinsi Papua.

Daerah mitra baru tersebut akan melakukan serangkaian kegiatan seperti asesmen pendidikan, penilaian kemampuan membaca kelas awal (EGRA), koordinasi program dengan seluruh pemangku kepentingan pendidikan, seleksi fasilitator daerah, pelatihan dan pendampingan sekolah, analisis pemerataan distribusi guru, penghitungan biaya satuan pendidikan.

Perkuat Koordinasi dengan PemerintahPertengahan Agustus 2013 USAID PRIORITAS menugaskan

Ruwiyati Ahmadi yang ditunjuk sebagai Technical Coordinator with GOI yang juga berkantor di Kemdikbud. Dia akan membantu memperkuat koordinasi dan sinergi program dengan Pemerintah.

Pada saat berkoordinasi dengan Prof. Dr. Ibrahim Bafadal Direktur Pembinaan SD, USAID PRIORITAS diharapkan menjadi satu tim kerja dengan Kemdikbud. Sementara Dr. Didik Suhardi, Direktur Pembinaan SMP terkait sinkronisasi program, USAID PRIORITAS diminta terlibat dalam PPMBS (program peningkatan

mutu berbasis sekolah) Direktorat

PSMP. Hal itu juga sejalan dengan program USAID PRIORITAS yang mendampingi sekolah untuk menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah.

Drs. Khamim, M.Pd Kasubdit Program Direktorat PSMP dan Drs. Didik Prabangkat, MA Kasubdit Kurikulum Direktorat PSD berharap USAID PRIORITAS dapat terlibat dalam pelatihan kurikulum 2013. Sementara Drs. Rochmat, MA Kasubdit Kerjasama dan Kelembagaan, Direktorat Pendidikan Madrasah, Kementerian Agama (Kemenag) menyarankan perlunya membentuk tim teknis pelaksana program (implementing agency) di Kemenag. Hal ini akan dijadikan dasar bagi Kemenag untuk dapat mengalokasikan dana sebagai pendamping program.

”Termasuk bila jumlah MI dan MTs mitra USAID PRIORITAS di setiap daerah mencapai 20%, maka setiap kantor wilayah Kemenag bisa mengajukan anggaran ke Kemenag Pusat untuk melakukan diseminasi di tahun 2014,” katanya.

(Ra/Anw)

Pertemuan USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan dengan Bappeda, Dinas Pendidikan, Kemenag, DPRD, dan PGRI Kabupaten Tana Toraja.

Kudus. Berkat konsistensinya menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran, Abdul Rochim, M.Pd guru SMPN 1 Kudus, Jawa Tengah berhasil meraih Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Nasional Tahun 2013. Pak Rochim, demikian guru IPA yang juga Fasilitator USAID PRIORITAS itu biasa dipanggil, sejak tahun 2007 dia menjadi fasilitator daerah program USAID DBE yang kini dilanjutkan menjadi program USAID PRIORITAS.

Dia mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari keterlibatannya sebagai fasilitator dalam program USAID. ”Saya telah menerapkan semua hasil pelatihan USAID di dalam pembelajaran. Konsistensi itulah yang mengantarkan saya berhasil menjadi juara di tingkat nasional,” cerita pak Rochim.

Sebelumnya, pada April 2013, pak Rochim ditetapkan sebagai Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Kudus. Kemudian, Juni 2013 berkompetisi dengan 35 guru terbaik dari kabupaten/kota di Jawa Tengah, dia ditetapkan menjadi Juara 1 tingkat provinsi. Lalu pada Agustus 2013, dia berhasil menjadi juara 1 tingkat nasional. Karya Ilmiahnya yang mengangkat tema Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna (Better Teaching and Learning-BTL) dalam Aplikasi Pembelajaran di Kelas, dinilai Prof. Dr. Ahmad Slamet, salah satu dewan juri, karya tersebut relevan dengan tuntutan kurikulum 2013.

Setelah melalui tahapan penilaian portofolio, tes tertulis, presentasi karya ilmiah, dan wawancara, akhirnya pengumuman disampaikan. Fasilitator USAID PRIORITAS tersebut dinobatkan menjadi juara 1 guru berprestasi tingkat nasional. Yang menarik, pak Rochim bersanding dengan kepala sekolahnya, H. Oky Sudarto yang juga menjadi kepala sekolah beprestasi tingkat nasional. “BTL yang dikembangkan Program USAID mampu menjawab tantangan kurikulum 2013. Itulah yang membuat saya yakin menggunakan program yang dikembangkan USAID sebagai tema dalam karya tulis ilmiah lomba guru berprestasi,” paparnya bersemangat. (Shs)

Pak Rochim mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Moh Nuh atas keberhasilannya menjadi guru berprestasi tingkat nasional Tahun 2013.

PRIORITAS - Nasional

Fasilitator USAID PRIORITAS Raih Juara 1 Guru Berprestasi Nasional

Kuota CPNS 2013 dan Pengalaman Pendampingan PPG PENDEKATAN Penataan dan

Pemerataan Guru (PPG) yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS semakin menarik, sejalan dengan keluarnya kuota CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) untuk kabupaten/kota. Dari informasi awal hampir semua kabupaten/kota mengajukan usulan formasi CPNS. Namun sebagian besar (lebih dari 60%) kabupaten/kota tidak diberikan kuota untuk merekrut CPNS.

Menurut Dr. Aos Santosa, Spesialis Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS, ada dua syarat yang mengikat bagi kabupaten/kota untuk mengajukan formasi CPNS, yaitu 1) belanja pegawai (belanja tidak langsung) tidak lebih dari 50% dari total APBD, dan 2) daerah tersebut telah melakukan distribusi pegawai, khusus untuk pendistribusian guru diatur dalam Peraturan Bersama 5 Menteri tahun 2011.

Mengapa penataan guru menjadi penting dikaitkan dengan formasi PNS? Karena sebagian besar PNS yang ada di kabupaten/kota adalah guru. Jika guru ditata dengan baik, akan berdampak pada penataan PNS secara keseluruhan.

Dari pengalaman pendampingan analisis distribusi guru di daerah mitra USAID PRIORITAS, menunjukkan sebagian besar kabupaten kota mengalami kelebihan guru, terutama guru matapelajaran di SMP dan SMA dan

distribusinya tidak merata. Sementara kekurangan guru hanya terjadi pada guru kelas di SD.

Dari 23 kabupaten mitra USAID, hanya 5 kabupaten (22%) yang mendapat kuota CPNS 2013, yaitu: 1) Kabupaten Bantaeng, 2) Kabupaten Semarang, 3) Kabupaten Mojokerto, 4) Kabupaten Serang, dan, 5) Kabupaten Nias Selatan. Ke lima kabupaten tersebut kekurangan guru kelas yang cukup signifikan, salah satu diantaranya adalah Kebupaten Semarang, kabupaten ini telah melakukan pendistribusian PNS, khususnya guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta guru Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model guru rangkap sekolah. Model guru rangkap sekolah dapat mengatasi dua masalah sekaligus, yaitu mengatasi kekurangan guru dan juga dalam rangka pemenuhan jam mengajar guru, yaitu minimal 24 jam.

Sampai saat ini, USAID PRIORITAS telah memfasilitasi analisis distribusi guru pada 23 kabupaten/kota dengan menggunakan perangkat lunak sederhana dan memanfaatkan data yang sudah ada di sekolah, yaitu DAPODIK (Data Pokok Pendidikan) yang diperbaharui setiap semester. Hasil pemetaan menujukkan bahwa kekurangan guru tidak selalu harus menambah guru, karena banyak sekolah, terutama SD yang jumlah siswanya sangat

sedikit, yaitu rasio siswa terhadap rombongan belajar kurang dari 8 (seperempat SPM).

”Jika kekurangan guru terjadi pada sekolah kecil, tidak perlu menambah guru, tetapi dengan memilih beberapa opsi kebijakan yang cocok, misalnya pengajaran kelas rangkap, penggabungan sekolah kecil yang berdekatan, penerimaan siswa baru berkala, dan guru kunjung,” jelas Aos.

Selama ini dengan program PPG, daerah mitra USAID PRIORITAS merasa terbantu dalam menata pemerataan guru. Seperti yang diutarakan Ashari,M.Pd., Kepala Bidang Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. “Program PPG sangat membantu kami dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,” katanya. (Ash/Arz)

Penataan guru menjadi bagian upaya untuk pemerataan mutu pendidikan.

Page 8: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Sumatra UtaraPRIORITAS - Provinsi Aceh

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 98 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

Pemerataan Guru di Aceh Jaya dan Bener Meriah

Aceh. Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Bener Meriah menyatakan kesiapannya untuk melakukan penataan dan pemerataan guru berbasis Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Kegiatan Sosialisasi Analisis dan Pemerataan guru di kedua kabupaten tersebut dihadiri secara lengkap oleh pemangku kepentingan bidang pendidikan, diantaranya DPRK (DPRD), Dinas

Pendidikan, Kemenag, BKPP, Bappeda dan MPD (Dewan Pendidikan).

Bupati Kabupaten Aceh Jaya mendukung penuh dan sepakat pentingnya analisis tersebut untuk pemerataan pendidikan, “Pemerataan guru penting dilakukan untuk meningkatkan daya saing lulusan yang lebih berkualitas ke depan,” jelas Bupati Ir. Azhar Abdurrahman.

Diakui bupati, untuk melakukan distribusi atau mutasi guru banyak tantangan yang dihadapi,

terutama benturan kepentingan sosial dan politik. “Untuk mencapai mutu pendidikan yang merata dengan kapasitas guru yang baik, maka distribusi pemera-taan guru perlu dilakukan,” katanya.

Di Kabupaten Bener Meriah, Wakil Bupati Bener Meriah juga mendukung penuh program pemerataan guru di daerahnya, “Kami mendukung analisis ini dan setelah adanya hasil nanti, maka

segera kita tindak lanjuti. Salah satunya, setiap guru PNS yang ingin pindah ke daerah kerja lain harus mendapatkan rekomendasi atau izin langsung dari Bupati atau Wakil Bupati,” jelas Drs. Rusli M. Saleh.

Wakil Bupati juga mewacanakan strategi distribusi bagi guru non PNS. Menurutnya, “Untuk pendistribusian guru honor akan diutamakan ke daerah terpencil, dan diutamakan adalah guru honor suami–istri dengan salah satu persyaratannya yaitu dapat mengajar di daerah yang sama.”

Proses untuk menghasilkan analisis data pemerataan guru yang akurat diperlukan waktu sekitar 4 bulan yang diakhiri kegiatan konsultasi publik atau pemaparan hasil analisis untuk pengambilan kebijakan pada tingkat kabupaten.

Staf dinas pendidikan dan staf Kemenag dalam prosesnya bekerjasama dengan LPTK yang akan menjadi service provider. Dengan pelibatan tersebut, diharapkan staf dinas pendidikan, Kemenag dan LPTK mampu melakukan pemetaan dan analisis kecukupan serta kebutuhan guru pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan, dan kabupaten/kota. (Tmk)

Aceh.18 Dosen LPTK dari Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Syiah Kuala, dan IAIN Ar Raniry, menyusun pengayaan bahan ajar LPTK pembelajaran Sains tingkat SMP (27-29/8).

Selain dosen LPTK, perwakilan guru IPA dari SMP dan MTs juga turut serta berbagi ilmu dan pengalaman. Secara spesifik bahan ajar tersebut akan digunakan untuk para calon guru yang berfokus pada bagaimana mengajar kompetensi Sains di sekolah.

Dr. Erman, M.Pd dan Prof. Dr. Ani Rusilowati dari Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Semarang, sangat antusias bersama tim di Aceh dalam menyusun bahan pengayaan Sains untuk LPTK yang relevan dengan Kurikulum 2013. “Penyusunan bahan pengayaan bagi dosen LPTK ini sangat bermanfaat dalam mengaplikasikan Kurikulum 2013 bagi mahasiswa LPTK yang merupakan calon guru,” kata Erman.

Selain di Aceh, LPTK mitra USAID PRIORITAS juga tengah mengembangkan bahan ajar untuk topik Membaca di Kelas Awal, dan Matematika SMP yang dilaksanakan di beberapa kota. (Tmk)

7 LPTK Susun Bahan Pengayaan Sains

Medan. Enam LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) di Sumatera Utara sepakat membentuk konsorsium. Konsorsium ini terdiri dari dua LPTK mitra USAID PRIORITAS yaitu Universitas Negeri Medan (Unimed) dan IAIN Sumatera Utara dan empat LPTK lainya yaitu Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Muslim Nusantara Al-Walsyiah, Universitas HKBP Nommensen dan Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli. Kesepakatan ini dicapai dalam Provincial Consortia Meeting di Grand Angkasa International Hotel, Medan, Rabu (21/8).

Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Pd mengapresiasi pembentukan konsorsium LPTK di Sumut. Abdul Hamid mengatakan konsorsium akan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan LPTK. ”Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh konsorsium, misalnya pelatihan dosen, pengembangan model-model pembelajaran dan penerbitan media publikasi,” jelasnya.

Sedangkan Teachers Training Institutions (TTIs) Development Specialist USAID PRIORITAS Sumut Parapat Gultom, Ph.D menekankan peran LPTK sebagai service provider (penyedia jasa). LPTK di masa mendatang diharapkan mampu mendesain

Konsorsium LPTK Terbentuk di Sumut

dan mengimplementasikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru. “Guru-guru kita perlu secara berkala dilatih agar kapasitasnya terus terjaga. LPTK diharapkan mampu menyediakan layanan pelatihan itu,” terangnya.

Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut, Agus Marwan, mengatakan konsorsium merupakan wadah tukar pengalaman. Wadah ini dapat dimanfaatkan sesama LPTK guna

Siap Implementasikan PPG di Sumut

Rp. 2, 9 Milyar untuk Diseminasi di Deli Serdang

Lubuk Pakam. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang berkomitmen memanfaatkan program USAID PRIORITAS untuk meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen itu diwujudkan dalam alokasi anggaran diseminasi sebesar Rp. 2.952.614.000,- dalam APBD 2013. Anggaran itu akan dilaksanakan ke dalam 12 kegiatan. Keseluruhan kegiatan akan memberikan manfaat kepada 1.190 guru dan tenaga kependidikan. Implementasi diseminasi

telah kami mulai sejak April 2013.Kami mendesiminasikan program USAID PRIORITAS untuk

meningkatkan mutu guru. Mutu guru saat ini masih sangat rendah. Biarpun guru pernah mendapatkan pelatihan profesi dan sudah mendapatkan tunjangan profesional, namun kualitas pembelajaran dan tata kelola pendidikan masih rendah. Karena itu kami merasa perlu untuk terus meningkatkan mutu guru dan pengelola pendidikan. Kami menggelar pelatihan-pelatihan agar kualitas pendidikan di daerah ini terus membaik.

Kami memilih menggunakan modul dan tenaga pelatih yang dibina oleh USAID PRIORITAS karena telah terbukti secara praktis. Metode pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS sangat praktikal dan mampu membantu guru mengatasi masalah pembelajaran. Keberhasilan itu sudah dirasakan oleh

masyarakat pendidikan di Deli Serdang. Kami menargetkan setelah pelatihan ini manajemen sekolah lebih baik dan guru-guru semakin berkualitas dan siswa bisa berprestasi.

Paket pelatihan yang didiseminasikan meliputi pelatihan (1) praktik pembelajaran yang baik di tingkat SD/MI dan SMP/MTs, (2) Pelatihan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di tingkat SD/MI dan SMP/MTs, (3) Pelatihan kepemimpinan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan komite sekolah, (4) Pelatihan penyusunan RKT/RKS di tingkat SD dan SMP, serta (5) pendampingan dan lokakarya keberhasilan untuk mengukur dampak diseminasi.

Hj. Sa'adah Lubis, S.Pd, M.AP, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Deli

Serang. Disarikan dari Presentasi Berjudul Kebijakan Strategis Dikpora Deli Serdang Tahun 2013.

meningkatkan kualitas pendidikan. LPTK sebagai lembaga pendidik calon guru bertanggung jawab menghasilkan tamatan guru yang berkualitas. Guna memenuhi tanggung jawab itu, LPTK harus mampu meningkatkan kapasitas para tenaga pendidiknya secara periodik. “Agar tujuan itu tercapai maka LPTK perlu saling tukar pengalaman dan bekerjasama,” kata Agus Marwan. (Eh)

Kiri: Dosen-dosen dari Konsorsium LPTK mengikuti pelatihan PAKEM di Hotel Grand Kanaya pada Juni 2013. Kanan: Dekan Fakultas Ilmu Kependidikan (FKIP) Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA), Drs. TB Pakpahan, MPd memberikan masukan kepada konsorsium LPTK di Grand Angkasa International Hotel, Medan, Rabu (21/8).

Hj. Sa'adah Lubis, S.Pd, M.AP

“USAID PRIORITAS sangat membantu pemerintah kota, merealisasikan program Walikota Medan,” kata Mutsyuhito Solin dalam Sosialisasi PPG di Medan (23/7). Sementara di Labuhan Batu (31/7), Bupati Dr. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD memberikan apresiasi kepada USAID PRIORITAS karena memberikan referensi konstruktif dalam peningkatan mutu pendidikan di Labuhan Batu.

Guru Besar Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Efendi Napitupulu mengatakan, “Yang diperlukan adalah analisis data yang benar sehingga kita dapat memetakan kondisi guru di masing-masing sekolah,” katanya saat memfasilitasi Workshop Analisis PPG di Berastagi (19/9).

USAID PRIORITAS sendiri telah mengembangkan perangkat lunak SIMPK yang mampu memetakan kondisi guru dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. ”Dengan data yang benar dan akurat, maka para pengambil kebijakan dapat merumuskan langkah yang tepat dalam melakukan PPG,” terang Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut Agus Marwan. (Eh)

Bener Meriah. Jam pelajaran belum berlangsung, tetapi siswa MTs Simpang Tiga Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah sudah mulai berada di kelas menunggu kedatangan guru sambil membaca. Para siswa mengambil buku di atas rak buku yang terletak pada bagian belakang di dalam kelas, sementara siswa lainnya sudah mulai membaca di mejanya. Kedisiplinan tersebut tercipta dari pembiasaan siswa untuk membaca.

Kepala MTs Simpang Tiga, Masdi S.Pd., yang juga fasilitator daerah USAID PRIORITAS, menjelaskan bahwa dengan membentuk perpustakaan kelas beberapa bulan lalu, minat baca siswa di madrasah tersebut mulai tumbuh. ”Perpustakaan yang kita sediakan pada setiap kelas telah meningkatkan minat baca siswa. Akses ke buku juga dekat, siswa tidak perlu berjalan ke perpustakaan,” jelas pak Masdi panggilan akrab Kepala MTs Simpang itu.

Ternyata tidak hanya perpustakaan kelas, di dalam kelas juga tersedia perangkat komputer dan printer, “Di dalam komputer, telah kami simpan buku digital dan bahan-bahan pembelajaran lainnya, Dengan demikian, siswa dengan mudah bisa mencari dan mencetak bahan belajar jika mereka butuhkan,” jelas pak Masdi lagi.

Para siswa pun merasa senang dengan adanya perpustakaan kelas tersebut. ”Kami bisa memanfaatkan waktu dengan membaca dan belajar sendiri jika guru berhalangan atau terlambat masuk kelas. Selain itu, dengan adanya buku, komputer dan printer di kelas, kami dapat membaca, melihat dan mencetak berbagai bahan pembelajaran,” ungkap Nia Simeherti, siswi kelas X. (Tmk)

Tumbuhkan Minat Baca dengan Perpustakaan Kelas

Bupati Aceh Jaya, Ir. Azhar Abdurrahman, didampingiSekretaris Disdikpora, Masril Yusdi, S.Pd, KepalaKemenag, Drs. H. Amiruddin, MA dan Ketua DPRK, H.Hasan Ahmad serta Komite Sekolah, T. Asrizal, SH.

Siswa MTs Simpang Tiga terbiasa memanfaatkan waktu dengan membaca buku dari perpustakaan kelas.

Page 9: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Sumatra UtaraPRIORITAS - Provinsi Aceh

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 98 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

Pemerataan Guru di Aceh Jaya dan Bener Meriah

Aceh. Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Bener Meriah menyatakan kesiapannya untuk melakukan penataan dan pemerataan guru berbasis Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Kegiatan Sosialisasi Analisis dan Pemerataan guru di kedua kabupaten tersebut dihadiri secara lengkap oleh pemangku kepentingan bidang pendidikan, diantaranya DPRK (DPRD), Dinas

Pendidikan, Kemenag, BKPP, Bappeda dan MPD (Dewan Pendidikan).

Bupati Kabupaten Aceh Jaya mendukung penuh dan sepakat pentingnya analisis tersebut untuk pemerataan pendidikan, “Pemerataan guru penting dilakukan untuk meningkatkan daya saing lulusan yang lebih berkualitas ke depan,” jelas Bupati Ir. Azhar Abdurrahman.

Diakui bupati, untuk melakukan distribusi atau mutasi guru banyak tantangan yang dihadapi,

terutama benturan kepentingan sosial dan politik. “Untuk mencapai mutu pendidikan yang merata dengan kapasitas guru yang baik, maka distribusi pemera-taan guru perlu dilakukan,” katanya.

Di Kabupaten Bener Meriah, Wakil Bupati Bener Meriah juga mendukung penuh program pemerataan guru di daerahnya, “Kami mendukung analisis ini dan setelah adanya hasil nanti, maka

segera kita tindak lanjuti. Salah satunya, setiap guru PNS yang ingin pindah ke daerah kerja lain harus mendapatkan rekomendasi atau izin langsung dari Bupati atau Wakil Bupati,” jelas Drs. Rusli M. Saleh.

Wakil Bupati juga mewacanakan strategi distribusi bagi guru non PNS. Menurutnya, “Untuk pendistribusian guru honor akan diutamakan ke daerah terpencil, dan diutamakan adalah guru honor suami–istri dengan salah satu persyaratannya yaitu dapat mengajar di daerah yang sama.”

Proses untuk menghasilkan analisis data pemerataan guru yang akurat diperlukan waktu sekitar 4 bulan yang diakhiri kegiatan konsultasi publik atau pemaparan hasil analisis untuk pengambilan kebijakan pada tingkat kabupaten.

Staf dinas pendidikan dan staf Kemenag dalam prosesnya bekerjasama dengan LPTK yang akan menjadi service provider. Dengan pelibatan tersebut, diharapkan staf dinas pendidikan, Kemenag dan LPTK mampu melakukan pemetaan dan analisis kecukupan serta kebutuhan guru pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan, dan kabupaten/kota. (Tmk)

Aceh.18 Dosen LPTK dari Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Syiah Kuala, dan IAIN Ar Raniry, menyusun pengayaan bahan ajar LPTK pembelajaran Sains tingkat SMP (27-29/8).

Selain dosen LPTK, perwakilan guru IPA dari SMP dan MTs juga turut serta berbagi ilmu dan pengalaman. Secara spesifik bahan ajar tersebut akan digunakan untuk para calon guru yang berfokus pada bagaimana mengajar kompetensi Sains di sekolah.

Dr. Erman, M.Pd dan Prof. Dr. Ani Rusilowati dari Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Semarang, sangat antusias bersama tim di Aceh dalam menyusun bahan pengayaan Sains untuk LPTK yang relevan dengan Kurikulum 2013. “Penyusunan bahan pengayaan bagi dosen LPTK ini sangat bermanfaat dalam mengaplikasikan Kurikulum 2013 bagi mahasiswa LPTK yang merupakan calon guru,” kata Erman.

Selain di Aceh, LPTK mitra USAID PRIORITAS juga tengah mengembangkan bahan ajar untuk topik Membaca di Kelas Awal, dan Matematika SMP yang dilaksanakan di beberapa kota. (Tmk)

7 LPTK Susun Bahan Pengayaan Sains

Medan. Enam LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) di Sumatera Utara sepakat membentuk konsorsium. Konsorsium ini terdiri dari dua LPTK mitra USAID PRIORITAS yaitu Universitas Negeri Medan (Unimed) dan IAIN Sumatera Utara dan empat LPTK lainya yaitu Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Muslim Nusantara Al-Walsyiah, Universitas HKBP Nommensen dan Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli. Kesepakatan ini dicapai dalam Provincial Consortia Meeting di Grand Angkasa International Hotel, Medan, Rabu (21/8).

Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Pd mengapresiasi pembentukan konsorsium LPTK di Sumut. Abdul Hamid mengatakan konsorsium akan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan LPTK. ”Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh konsorsium, misalnya pelatihan dosen, pengembangan model-model pembelajaran dan penerbitan media publikasi,” jelasnya.

Sedangkan Teachers Training Institutions (TTIs) Development Specialist USAID PRIORITAS Sumut Parapat Gultom, Ph.D menekankan peran LPTK sebagai service provider (penyedia jasa). LPTK di masa mendatang diharapkan mampu mendesain

Konsorsium LPTK Terbentuk di Sumut

dan mengimplementasikan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru. “Guru-guru kita perlu secara berkala dilatih agar kapasitasnya terus terjaga. LPTK diharapkan mampu menyediakan layanan pelatihan itu,” terangnya.

Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut, Agus Marwan, mengatakan konsorsium merupakan wadah tukar pengalaman. Wadah ini dapat dimanfaatkan sesama LPTK guna

Siap Implementasikan PPG di Sumut

Rp. 2, 9 Milyar untuk Diseminasi di Deli Serdang

Lubuk Pakam. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang berkomitmen memanfaatkan program USAID PRIORITAS untuk meningkatkan mutu pendidikan. Komitmen itu diwujudkan dalam alokasi anggaran diseminasi sebesar Rp. 2.952.614.000,- dalam APBD 2013. Anggaran itu akan dilaksanakan ke dalam 12 kegiatan. Keseluruhan kegiatan akan memberikan manfaat kepada 1.190 guru dan tenaga kependidikan. Implementasi diseminasi

telah kami mulai sejak April 2013.Kami mendesiminasikan program USAID PRIORITAS untuk

meningkatkan mutu guru. Mutu guru saat ini masih sangat rendah. Biarpun guru pernah mendapatkan pelatihan profesi dan sudah mendapatkan tunjangan profesional, namun kualitas pembelajaran dan tata kelola pendidikan masih rendah. Karena itu kami merasa perlu untuk terus meningkatkan mutu guru dan pengelola pendidikan. Kami menggelar pelatihan-pelatihan agar kualitas pendidikan di daerah ini terus membaik.

Kami memilih menggunakan modul dan tenaga pelatih yang dibina oleh USAID PRIORITAS karena telah terbukti secara praktis. Metode pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS sangat praktikal dan mampu membantu guru mengatasi masalah pembelajaran. Keberhasilan itu sudah dirasakan oleh

masyarakat pendidikan di Deli Serdang. Kami menargetkan setelah pelatihan ini manajemen sekolah lebih baik dan guru-guru semakin berkualitas dan siswa bisa berprestasi.

Paket pelatihan yang didiseminasikan meliputi pelatihan (1) praktik pembelajaran yang baik di tingkat SD/MI dan SMP/MTs, (2) Pelatihan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di tingkat SD/MI dan SMP/MTs, (3) Pelatihan kepemimpinan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan komite sekolah, (4) Pelatihan penyusunan RKT/RKS di tingkat SD dan SMP, serta (5) pendampingan dan lokakarya keberhasilan untuk mengukur dampak diseminasi.

Hj. Sa'adah Lubis, S.Pd, M.AP, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Deli

Serang. Disarikan dari Presentasi Berjudul Kebijakan Strategis Dikpora Deli Serdang Tahun 2013.

meningkatkan kualitas pendidikan. LPTK sebagai lembaga pendidik calon guru bertanggung jawab menghasilkan tamatan guru yang berkualitas. Guna memenuhi tanggung jawab itu, LPTK harus mampu meningkatkan kapasitas para tenaga pendidiknya secara periodik. “Agar tujuan itu tercapai maka LPTK perlu saling tukar pengalaman dan bekerjasama,” kata Agus Marwan. (Eh)

Kiri: Dosen-dosen dari Konsorsium LPTK mengikuti pelatihan PAKEM di Hotel Grand Kanaya pada Juni 2013. Kanan: Dekan Fakultas Ilmu Kependidikan (FKIP) Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA), Drs. TB Pakpahan, MPd memberikan masukan kepada konsorsium LPTK di Grand Angkasa International Hotel, Medan, Rabu (21/8).

Hj. Sa'adah Lubis, S.Pd, M.AP

“USAID PRIORITAS sangat membantu pemerintah kota, merealisasikan program Walikota Medan,” kata Mutsyuhito Solin dalam Sosialisasi PPG di Medan (23/7). Sementara di Labuhan Batu (31/7), Bupati Dr. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD memberikan apresiasi kepada USAID PRIORITAS karena memberikan referensi konstruktif dalam peningkatan mutu pendidikan di Labuhan Batu.

Guru Besar Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Efendi Napitupulu mengatakan, “Yang diperlukan adalah analisis data yang benar sehingga kita dapat memetakan kondisi guru di masing-masing sekolah,” katanya saat memfasilitasi Workshop Analisis PPG di Berastagi (19/9).

USAID PRIORITAS sendiri telah mengembangkan perangkat lunak SIMPK yang mampu memetakan kondisi guru dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. ”Dengan data yang benar dan akurat, maka para pengambil kebijakan dapat merumuskan langkah yang tepat dalam melakukan PPG,” terang Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut Agus Marwan. (Eh)

Bener Meriah. Jam pelajaran belum berlangsung, tetapi siswa MTs Simpang Tiga Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah sudah mulai berada di kelas menunggu kedatangan guru sambil membaca. Para siswa mengambil buku di atas rak buku yang terletak pada bagian belakang di dalam kelas, sementara siswa lainnya sudah mulai membaca di mejanya. Kedisiplinan tersebut tercipta dari pembiasaan siswa untuk membaca.

Kepala MTs Simpang Tiga, Masdi S.Pd., yang juga fasilitator daerah USAID PRIORITAS, menjelaskan bahwa dengan membentuk perpustakaan kelas beberapa bulan lalu, minat baca siswa di madrasah tersebut mulai tumbuh. ”Perpustakaan yang kita sediakan pada setiap kelas telah meningkatkan minat baca siswa. Akses ke buku juga dekat, siswa tidak perlu berjalan ke perpustakaan,” jelas pak Masdi panggilan akrab Kepala MTs Simpang itu.

Ternyata tidak hanya perpustakaan kelas, di dalam kelas juga tersedia perangkat komputer dan printer, “Di dalam komputer, telah kami simpan buku digital dan bahan-bahan pembelajaran lainnya, Dengan demikian, siswa dengan mudah bisa mencari dan mencetak bahan belajar jika mereka butuhkan,” jelas pak Masdi lagi.

Para siswa pun merasa senang dengan adanya perpustakaan kelas tersebut. ”Kami bisa memanfaatkan waktu dengan membaca dan belajar sendiri jika guru berhalangan atau terlambat masuk kelas. Selain itu, dengan adanya buku, komputer dan printer di kelas, kami dapat membaca, melihat dan mencetak berbagai bahan pembelajaran,” ungkap Nia Simeherti, siswi kelas X. (Tmk)

Tumbuhkan Minat Baca dengan Perpustakaan Kelas

Bupati Aceh Jaya, Ir. Azhar Abdurrahman, didampingiSekretaris Disdikpora, Masril Yusdi, S.Pd, KepalaKemenag, Drs. H. Amiruddin, MA dan Ketua DPRK, H.Hasan Ahmad serta Komite Sekolah, T. Asrizal, SH.

Siswa MTs Simpang Tiga terbiasa memanfaatkan waktu dengan membaca buku dari perpustakaan kelas.

Page 10: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Banten PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ Juli - September/ 2013 - 11

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

Untuk melihat praktik yang baik implementasi program penataan dan

pemerataan guru di Ciamis, Ipin Rohana, Koordinator Daerah Ciamis,

mewawancarai Sukiman, Kesubag Kepegawaian dan Umum Disdik

Ciamis

Apa latar belakang Disdik mela-kukan upaya pemetaan guru?

Menyusul lahirnya Peraturan Bersama (Perber) 5 Menteri, Ciamis melakukan analisa keadaan dan kebutuhan guru per unit sekolah. Disadari bahwa guru di Ciamis yang berjumlah 11.016 orang ternyata belum tertata secara merata. Ada banyak guru yang tidak memenuhi kewajiban jam mengajar minimal 24–40 jam dan minimal 150–250 siswa bagi guru Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling.

Dari 8.124 Guru Ciamis, Hanya Enam Belum Terpetakan

Lalu, bagaimana tindak-lanjutnya?

Tahun 2010 dibentuk Tim Pemetaan Redistribusi Guru (Bupati, Sekda, BKDD, dan Disdik). Tim mengawal implementasi peraturan Bupati Ciamis Nomor 8 tentang Implementasi Perber 5 Menteri.

Apa yang dilakukan oleh tim?

Tim melaksanakan penghitungan keadaan guru dengan cara a) pengusulan pribadi karena kekurangan jam mengajar, b) memenuhi kriteria Perbup meliputi kinerja, kualifikasi akademik, pangkat/golongan, jam mengajar, sertifikat pendidik, dan tugas tambahan.

Apa temuan analisis pemetaan itu?Tahun 2012 sebanyak 498 orang guru

di seluruh jenjang pendidikan terpetakan untuk mengisi sekolah yang kekurangan guru. Sampai di sini, tuntutan Perber 5 Menteri sudah terpenuhi. April 2013 pemetaan tahap kedua selesai dan terpetakan 94 orang guru di seluruh jenjang pendidikan. Sekarang pemetaan tahap ketiga sedang berlangsung. Pada tahap ini, program USAID PRIORITAS sangat membantu, khususnya dalam pengembangan aplikasi sistem penghitungan kebutuhan guru, baik guru

kelas maupun guru mata pelajaran.

Apa korelasi pemetaan dan pemerataan guru dengan profesionalisme guru?

Dari 8.124 guru, sebanyak 8.118 guru sudah terpenuhi jam mengajarnya. Guru yang belum bisa terbayarkan tunjangan profesinya hanya 6 orang karena jam mengajarnya belum terpetakan. Hasil pemetaan tersebut menjadi dasar kami menyusun program keprofesian berkelanjutan bagi guru.

Apa dampaknya untuk Ciamis?Dampak pemetaan dan pemerataan guru

ini diantaranya, (1) Karier guru dapat terbina, terukur, dan terencana; (2) Mutu guru meningkat; (3) Manajemen kepegawaian di satuan pendidikan lebih terkontrol; (4) Penilaian kinerja guru terpenuhi; (5) Terhindar dari sangsi Perber 5 Menteri. (Ir)

Kembangkan Media

Perkuliahan Bahasa Inggris

GURU sebagai tenaga pendidik menjadi lebih profesional dalam hal penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung mutu pembelajaran di kelas. Demikian disampaikan oleh Utomo, Kasi SD Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi (24-26/7). Lokakarya yang diikuti 188 guru itu berfokus pada pemanfaatan TIK untuk pembelajaran.

Peserta lokakarya mengasah keterampilan mencari media online untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Mereka juga berlatih mendesain blog sebagai

media belajar sekaligus sosialisasi sekolahnya. Peserta juga berlatih berkomunikasi melalui skype dan terlibat aktif dalam jejaring sosial. Semua keterampilan ini diorientasikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan gairah belajar siswa.

Dana untuk lokakarya ini bersumber dari APBD Kabupaten Sukabumi “Disdik Sukabumi sudah anggarkan dana lebih besar melalui APBD Perubahan untuk diseminasi pelatihan PAKEM Berbasis TIK bagi pengawas dan guru yang belum dilatih,” kata Utomo lebih jauh. (Ddn)

Diseminasi Distance Education di Sukabumi

Guru Kian Profesional dengan TIK

Kelompok Kabupaten Ciamis saat mengikuti Workshop 1 PPG tentang analisis Data di Cianjur, Jabar.

Para peserta di kelompok sedang merancang blog sekolah.

Dekan dan dua dosen itu, sebagai guru, mengajak siswa keluar untuk mengamati pengaruh matahari. Siswa serempak menyanyikan lagu Matahari. Siswa mencoba memahami kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.

Demikianlah awal kegiatan belajar saat sesi praktik mengajar di SDN 2 Kayu Ambon, Lembang. Praktik mengajar ini merupakan rangkaian dari pelatihan pedagogi untuk dosen LPTK (27-29/7). Pelatihan diikuti oleh 117 dosen dari UPI, UIN, UNPAS, UNINUS, STAI Siliwangi, dan IAI Darussalam, Ciamis.

“Setiap dosen mendapat pengalaman praktis yang sangat berharga. Dosen lebih menghayati teori melalui praktik lapangan yang sangat baik ini,” tutur Dr. Hendi S. Muhtar, Dekan FKIP UNINUS. Hendi kemudian bertekad akan mengajak 26 dosennya yang berpartisipasi dalam pelatihan ini, untuk mempraktikkan di kampus dan memengaruhi dosen lain untuk juga melakukan perubahan.

(Ddn)

“Waktu yang tersedia sepertinya kurang memuaskan siswa,” ujar Abdul Mupahir, guru Bahasa Indonesia

SMPN 1 Petir.

PELATIHAN praktik pembelajaran yang baik bagi guru SMP dan MTs mitra di Kabupaten Serang, Banten (23-26/8), memberi kesempatan bagi semua peserta untuk mengajar langsung di sejumlah kelas di SMPN 1 Ciruas. Pelatihan itu melibatkan 144 peserta yang terdiri dari guru mata pelajaran, kepala sekolah, pengawas, dan staf dinas pendidikan.

Pelatihan berisi kiat dan cara penyajian pembelajaran di

kelas berdasarkan CTL (Contextual Teaching and Learning), sebuah konsep yang sebenarnya familier bagi kebanyakan guru, namun masih asing dalam penerapannya. Pendekatan pembelajaran CTL ini memiliki prinsip konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian autentik, dan refleksi. Perbedaan utama dari sistem ini adalah guru memberikan teori dan pembekalan secara singkat di awal pelajaran, dan para murid diminta untuk menggali lebih jauh melalui tugas kelompok. Hasil kerja kelompok ini kemudian mereka presentasikan di depan kelas.

Banyak kalangan, termasuk Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Drs. Hudaya Latuconsina, mengatakan bahwa metode pembelajaran ini sangat sesuai dengan Kurikulum 2013. Saat bertemu dengan perwakilan dari USAID PRIORITAS Banten beberapa waktu lalu, beliau lebih jauh menyatakan, “Dari sejumlah guru yang telah menerima pelatihan PAKEM, CTL, atau MBS dari USAID PRIORITAS, kita perlu mencari orang yang bisa memotivasi guru lain, kepala sekolah, dan masyarakat untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan dasar bersama.”

Kesan yang disampaikan guru yang mengikuti pelatihan adalah pendekatan CTL membuat siswa menjadi lebih aktif. “Waktu yang tersedia sepertinya kurang memuaskan siswa,” ujar Abdul Mupahir, guru Bahasa Indonesia SMPN1 Petir yang melihat para siswanya sangat menikmati proses pembelajaran yang membuat mereka aktif.

(Nic)

Ketika Dekan FKIP Praktik Mengajar di Sekolah

Terlalu Menyenangkan bagi Guru dan Murid

Siswi tampak menikmati presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas.

Contoh cue card yang dikembangkan mahasiswa.

DALAM kegiatan Program Pengenalan dan Latihan Kependidikan (PPLK), sebuah program latihan bagi calon guru Bahasa Inggris, ditengarai selama ini terlalu mengandalkan buku teks saat praktik mengajar di depan kelas. Pengajar dan peserta didik sama-sama membaca dari buku yang sama, dan proses transfer ilmu berlangsung searah, monolog, dan membosankan. Yayu Heryatun, dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, memutuskan menerapkan pendekatan kontekstual.

Maka, ilmu yang diperolehnya sebagai fasilitator USAID PRIORITAS di Provinsi Banten segera diujicobakan. Yayu mengajak para mahasiswanya untuk mengembangkan media pembelajaran dalam perkuliahan. Bentuk medianya bisa berupa flash card, flip chart, cue card, presentasi power point, gambar, bahkan poster.

Siti Humairoh, salah seorang mahasiswi menyatakan bahwa awalnya memang sedikit merepotkan. “Tapi ada kepuasan tersendiri setelah medianya jadi. Apalagi saat dipakai mengajar, media pembelajaran benar-benar membantu siswa memahami materi,” ujar Siti.

Yayu Heryatun, Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris- Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN “SMH” Banten.

UNTUK menjadi dosen yang mengajar di LPTK tentu dibutuhkan seseorang yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan. Hal itu sangat nyata menilik Pelatihan Dosen LPTK Tingkat Primary (3-5/9) dan Secondary (27-29/8). Sejumlah 60 orang dosen partisipan terlibat diskusi hangat terkait isu pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS).

“Sebenarnya, materinya bukan hal yang baru, tapi berdiskusi seperti ini, kami belum pernah,” ujar Siti Aisyah S.Pd., M.Hum, dosen dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten (Untirta). Bu Ais, ia biasa disapa, lebih jauh

mengatkan bahwa metode pemberian materi lewat diskusi seperti pelatihan ini sangat bisa diaplikasikan di kampus.

Dosen Bahasa Inggris itu mengaku pelatihan USAID PRIORITAS sangat berguna baginya dan dosen lain. Metode pelatihan dengan diskusi kelompok seperti ini juga disambut dengan antusias oleh Evi Afiati, S.Pd., M.Pd., dosen Psikologi Pendidikan Untirta.

“Diskusi kelompok seperti ini membuat peserta lebih partisipatif dan tidak mudah jenuh,” pujinya. “Ini bagus sekali. Saya mau kalau sering-sering ikut pelatihan seperti ini,” ujarnya sambil tertawa.

(Nic)

Materi Lama, Pengalaman Baru

Para dosen LPTK di Banten tampak aktif mengikuti proses pelatihan.

Dr. Hendi S. Mukhtar, Dekan FKIP UNINUS, tengah membimbing siswa mengerjakan LK Matematika pada sesi praktik mengajar Training Pedagogy Lecturers, di SDN 1 Kayu Ambon, Bandung Barat.

Page 11: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Banten PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ Juli - September/ 2013 - 11

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

Untuk melihat praktik yang baik implementasi program penataan dan

pemerataan guru di Ciamis, Ipin Rohana, Koordinator Daerah Ciamis,

mewawancarai Sukiman, Kesubag Kepegawaian dan Umum Disdik

Ciamis

Apa latar belakang Disdik mela-kukan upaya pemetaan guru?

Menyusul lahirnya Peraturan Bersama (Perber) 5 Menteri, Ciamis melakukan analisa keadaan dan kebutuhan guru per unit sekolah. Disadari bahwa guru di Ciamis yang berjumlah 11.016 orang ternyata belum tertata secara merata. Ada banyak guru yang tidak memenuhi kewajiban jam mengajar minimal 24–40 jam dan minimal 150–250 siswa bagi guru Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Konseling.

Dari 8.124 Guru Ciamis, Hanya Enam Belum Terpetakan

Lalu, bagaimana tindak-lanjutnya?

Tahun 2010 dibentuk Tim Pemetaan Redistribusi Guru (Bupati, Sekda, BKDD, dan Disdik). Tim mengawal implementasi peraturan Bupati Ciamis Nomor 8 tentang Implementasi Perber 5 Menteri.

Apa yang dilakukan oleh tim?

Tim melaksanakan penghitungan keadaan guru dengan cara a) pengusulan pribadi karena kekurangan jam mengajar, b) memenuhi kriteria Perbup meliputi kinerja, kualifikasi akademik, pangkat/golongan, jam mengajar, sertifikat pendidik, dan tugas tambahan.

Apa temuan analisis pemetaan itu?Tahun 2012 sebanyak 498 orang guru

di seluruh jenjang pendidikan terpetakan untuk mengisi sekolah yang kekurangan guru. Sampai di sini, tuntutan Perber 5 Menteri sudah terpenuhi. April 2013 pemetaan tahap kedua selesai dan terpetakan 94 orang guru di seluruh jenjang pendidikan. Sekarang pemetaan tahap ketiga sedang berlangsung. Pada tahap ini, program USAID PRIORITAS sangat membantu, khususnya dalam pengembangan aplikasi sistem penghitungan kebutuhan guru, baik guru

kelas maupun guru mata pelajaran.

Apa korelasi pemetaan dan pemerataan guru dengan profesionalisme guru?

Dari 8.124 guru, sebanyak 8.118 guru sudah terpenuhi jam mengajarnya. Guru yang belum bisa terbayarkan tunjangan profesinya hanya 6 orang karena jam mengajarnya belum terpetakan. Hasil pemetaan tersebut menjadi dasar kami menyusun program keprofesian berkelanjutan bagi guru.

Apa dampaknya untuk Ciamis?Dampak pemetaan dan pemerataan guru

ini diantaranya, (1) Karier guru dapat terbina, terukur, dan terencana; (2) Mutu guru meningkat; (3) Manajemen kepegawaian di satuan pendidikan lebih terkontrol; (4) Penilaian kinerja guru terpenuhi; (5) Terhindar dari sangsi Perber 5 Menteri. (Ir)

Kembangkan Media

Perkuliahan Bahasa Inggris

GURU sebagai tenaga pendidik menjadi lebih profesional dalam hal penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung mutu pembelajaran di kelas. Demikian disampaikan oleh Utomo, Kasi SD Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi (24-26/7). Lokakarya yang diikuti 188 guru itu berfokus pada pemanfaatan TIK untuk pembelajaran.

Peserta lokakarya mengasah keterampilan mencari media online untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Mereka juga berlatih mendesain blog sebagai

media belajar sekaligus sosialisasi sekolahnya. Peserta juga berlatih berkomunikasi melalui skype dan terlibat aktif dalam jejaring sosial. Semua keterampilan ini diorientasikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan gairah belajar siswa.

Dana untuk lokakarya ini bersumber dari APBD Kabupaten Sukabumi “Disdik Sukabumi sudah anggarkan dana lebih besar melalui APBD Perubahan untuk diseminasi pelatihan PAKEM Berbasis TIK bagi pengawas dan guru yang belum dilatih,” kata Utomo lebih jauh. (Ddn)

Diseminasi Distance Education di Sukabumi

Guru Kian Profesional dengan TIK

Kelompok Kabupaten Ciamis saat mengikuti Workshop 1 PPG tentang analisis Data di Cianjur, Jabar.

Para peserta di kelompok sedang merancang blog sekolah.

Dekan dan dua dosen itu, sebagai guru, mengajak siswa keluar untuk mengamati pengaruh matahari. Siswa serempak menyanyikan lagu Matahari. Siswa mencoba memahami kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.

Demikianlah awal kegiatan belajar saat sesi praktik mengajar di SDN 2 Kayu Ambon, Lembang. Praktik mengajar ini merupakan rangkaian dari pelatihan pedagogi untuk dosen LPTK (27-29/7). Pelatihan diikuti oleh 117 dosen dari UPI, UIN, UNPAS, UNINUS, STAI Siliwangi, dan IAI Darussalam, Ciamis.

“Setiap dosen mendapat pengalaman praktis yang sangat berharga. Dosen lebih menghayati teori melalui praktik lapangan yang sangat baik ini,” tutur Dr. Hendi S. Muhtar, Dekan FKIP UNINUS. Hendi kemudian bertekad akan mengajak 26 dosennya yang berpartisipasi dalam pelatihan ini, untuk mempraktikkan di kampus dan memengaruhi dosen lain untuk juga melakukan perubahan.

(Ddn)

“Waktu yang tersedia sepertinya kurang memuaskan siswa,” ujar Abdul Mupahir, guru Bahasa Indonesia

SMPN 1 Petir.

PELATIHAN praktik pembelajaran yang baik bagi guru SMP dan MTs mitra di Kabupaten Serang, Banten (23-26/8), memberi kesempatan bagi semua peserta untuk mengajar langsung di sejumlah kelas di SMPN 1 Ciruas. Pelatihan itu melibatkan 144 peserta yang terdiri dari guru mata pelajaran, kepala sekolah, pengawas, dan staf dinas pendidikan.

Pelatihan berisi kiat dan cara penyajian pembelajaran di

kelas berdasarkan CTL (Contextual Teaching and Learning), sebuah konsep yang sebenarnya familier bagi kebanyakan guru, namun masih asing dalam penerapannya. Pendekatan pembelajaran CTL ini memiliki prinsip konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian autentik, dan refleksi. Perbedaan utama dari sistem ini adalah guru memberikan teori dan pembekalan secara singkat di awal pelajaran, dan para murid diminta untuk menggali lebih jauh melalui tugas kelompok. Hasil kerja kelompok ini kemudian mereka presentasikan di depan kelas.

Banyak kalangan, termasuk Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Drs. Hudaya Latuconsina, mengatakan bahwa metode pembelajaran ini sangat sesuai dengan Kurikulum 2013. Saat bertemu dengan perwakilan dari USAID PRIORITAS Banten beberapa waktu lalu, beliau lebih jauh menyatakan, “Dari sejumlah guru yang telah menerima pelatihan PAKEM, CTL, atau MBS dari USAID PRIORITAS, kita perlu mencari orang yang bisa memotivasi guru lain, kepala sekolah, dan masyarakat untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan dasar bersama.”

Kesan yang disampaikan guru yang mengikuti pelatihan adalah pendekatan CTL membuat siswa menjadi lebih aktif. “Waktu yang tersedia sepertinya kurang memuaskan siswa,” ujar Abdul Mupahir, guru Bahasa Indonesia SMPN1 Petir yang melihat para siswanya sangat menikmati proses pembelajaran yang membuat mereka aktif.

(Nic)

Ketika Dekan FKIP Praktik Mengajar di Sekolah

Terlalu Menyenangkan bagi Guru dan Murid

Siswi tampak menikmati presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas.

Contoh cue card yang dikembangkan mahasiswa.

DALAM kegiatan Program Pengenalan dan Latihan Kependidikan (PPLK), sebuah program latihan bagi calon guru Bahasa Inggris, ditengarai selama ini terlalu mengandalkan buku teks saat praktik mengajar di depan kelas. Pengajar dan peserta didik sama-sama membaca dari buku yang sama, dan proses transfer ilmu berlangsung searah, monolog, dan membosankan. Yayu Heryatun, dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, memutuskan menerapkan pendekatan kontekstual.

Maka, ilmu yang diperolehnya sebagai fasilitator USAID PRIORITAS di Provinsi Banten segera diujicobakan. Yayu mengajak para mahasiswanya untuk mengembangkan media pembelajaran dalam perkuliahan. Bentuk medianya bisa berupa flash card, flip chart, cue card, presentasi power point, gambar, bahkan poster.

Siti Humairoh, salah seorang mahasiswi menyatakan bahwa awalnya memang sedikit merepotkan. “Tapi ada kepuasan tersendiri setelah medianya jadi. Apalagi saat dipakai mengajar, media pembelajaran benar-benar membantu siswa memahami materi,” ujar Siti.

Yayu Heryatun, Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris- Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN “SMH” Banten.

UNTUK menjadi dosen yang mengajar di LPTK tentu dibutuhkan seseorang yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan. Hal itu sangat nyata menilik Pelatihan Dosen LPTK Tingkat Primary (3-5/9) dan Secondary (27-29/8). Sejumlah 60 orang dosen partisipan terlibat diskusi hangat terkait isu pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS).

“Sebenarnya, materinya bukan hal yang baru, tapi berdiskusi seperti ini, kami belum pernah,” ujar Siti Aisyah S.Pd., M.Hum, dosen dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten (Untirta). Bu Ais, ia biasa disapa, lebih jauh

mengatkan bahwa metode pemberian materi lewat diskusi seperti pelatihan ini sangat bisa diaplikasikan di kampus.

Dosen Bahasa Inggris itu mengaku pelatihan USAID PRIORITAS sangat berguna baginya dan dosen lain. Metode pelatihan dengan diskusi kelompok seperti ini juga disambut dengan antusias oleh Evi Afiati, S.Pd., M.Pd., dosen Psikologi Pendidikan Untirta.

“Diskusi kelompok seperti ini membuat peserta lebih partisipatif dan tidak mudah jenuh,” pujinya. “Ini bagus sekali. Saya mau kalau sering-sering ikut pelatihan seperti ini,” ujarnya sambil tertawa.

(Nic)

Materi Lama, Pengalaman Baru

Para dosen LPTK di Banten tampak aktif mengikuti proses pelatihan.

Dr. Hendi S. Mukhtar, Dekan FKIP UNINUS, tengah membimbing siswa mengerjakan LK Matematika pada sesi praktik mengajar Training Pedagogy Lecturers, di SDN 1 Kayu Ambon, Bandung Barat.

Page 12: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

Blitar. Hasil analisis data Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) yang dibuat oleh Tim PPG Kabupaten Blitar mendapat dukungan untuk segera diimplementasikan. Hal itu mengemuka pada acara konsultasi publik PPG di Gedung Paripurna DPRD Kabupaten Blitar (30/7).

Pada acara konsultasi publik, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) memaparkan hasil analisis data PPG di depan anggota DPRD, Bappeda, BKD, Kemenag, Dewan Pendidikan, Kelompok Kerja Pengawas (KKPS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), PGRI dan jajaran staf Dispendik Kabupaten Blitar. Menurut Kadispendik, hasil analisa data Dapodik dengan aplikasi SIMPK

(Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota) yang dikembangkan USAID PRIORITAS, telah berhasil membuat beberapa alternatif kebijakan. Banyak temuan-temuan menarik yang dihasilkan dari hasil analisa. Salah satunya ternyata terdapat kekurangan guru SD sebanyak 1.066 guru dan kelebihan guru SMP.

”Untuk menindaklanjuti hasil temuan ini, Dispendik bersama BKD akan mengambil langkah penataan guru dimana bisa saja nantinya para guru SMP yang berlebih akan menjadi guru SD untuk menutup kekurangan guru SD,” jelasnya. Untuk tahap awal, Dispendik Kabupaten Blitar telah mengalokasikan dana Rp. 161 juta untuk kegiatan sosialisasi sistem kelas rangkap (multi grade) sebagai implementasi hasil PPG yang dimasukkan dalam perubahan anggaran

keuangan (PAK) Kabupaten Blitar.Langkah ini tentu tidak mudah dan akan banyak menghadapi

tantangan. Untuk itu membutuhkan dukungan dari pemangku kepentingan terkait yakni kepala daerah untuk membuat payung hukum guna menguatkan dan mendukung pemerataan dan penataan guru di Kabupaten Blitar.

“Persoalan kekurangan dan kelebihan guru harus segera dituntaskan, untuk itu kami berharap segera ada solusi yang terbaik,” kata Abdul Munib, S.IP Wakil Ketua II DPRD Kab. Blitar. Beliau berharap apa yang dilakukan oleh Dispendik Kabupaten Blitar dapat ditiru oleh dinas lainnya. (Dkd/Tri)

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 13

Hasil Konsultasi Publik Program PPGP di Kabupaten Blitar

Dispendik Alokasikan Rp 161 Juta Sebagai Tindak LanjutDANA Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat sebesar Rp. 580.000 untuk jenjang SD/MI dan Rp. 710.000 untuk jenjang SMP/MTs bagi sekolah perkotaan dirasakan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional secara keseluruhan. Kebutuhan tersebut kemudian disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Batang dengan berinisiatif mencukupinya melalui dana APBD. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 bahwa pemenuhan biaya operasional satuan pendidikan untuk sekolah negeri dan swasta menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

Permasalahan selanjutnya ketika BOS akan dicukupi melalui dana APBD adalah berapa sebenarnya besaran dana yang dibutuhkan untuk tiap-tiap jenjang. Untuk mengetahui besaran dana tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Batang bekerjasama dengan USAID PRIORITAS melakukan penghitungan bersama. Acara yang diselenggarakan dua hari itu

ditempatkan di Aula Kantor Dinas Pendidikan. Kegiatan penghitungan meliputi penyamaan persepsi tentang proses penghitungan, langkah-langkah penghitungan, latihan penghitungan sampai dengan menghasilkan besaran dana yang dibutuhkan oleh tiap-tiap jenjang.

Drs. Joko Sutono, M.Pd., Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Batang yang hadir dalam acara itu mengemukakan bahwa pengkajian, pemetaan, dan penghitungan biaya operasional satuan pendidikan per murid per tahun diperlukan untuk mengetahui kebutuhan pembiayaan setiap satuan pendidikan dan

menghitung standar biaya operasional nonpersonalia. ”Penghitungan biaya operasional sangat dibutuhkan sebagai landasan untuk menentukan kebijakan khususnya untuk memberikan bantuan BOSDA kepada sekolah-sekolah di jenjang pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs dari APBD Kabupaten/Kota,” terangnya. (Nk)

Fasilitasi Penghitungan BOSP Batang dan Salatiga

Bojonegoro. Untuk menyiapkan kompetensi para guru menghadapi pelaksanaan kurikulum 2013, Forum Komunikasi Guru Profesi Bukan Pegawai Negeri Sipil Kelompok Kerja Madrasah (FKGBPNS - KKM) MTs Negeri 1 Bojonegoro Wilayah 1, menyelenggarakan workshop pembelajaran kontekstual menyongsong kurikulum 2013. Kegiatan ini diikuti oleh guru – guru sertifikasi di lingkungan KKM MTs Negeri 1 Bojonegoro yang berjumlah 89 orang. Workshop ini menggunakan modul-modul yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. “Alasan pemilihan modul ini karena para pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) Kemenag Kabupaten Bojonegoro

wilayah 1 menganggap bahwa modul yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS yang paling sesuai dan sejalan penerapannya dengan kurikulum 2013,” terang Mufid Rohman selaku Ketua Panitia yang juga Kepala MTs Negeri 1 Bojonegoro.

Seiring dengan pemberlakuan kurikulum 2013, dimana pada kurikulum tersebut tidak hanya mengedepankan domain pengetahuan, namun juga ketrampilan dan sikap maka materi yang dilatihkan adalah pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif, merumuskan pertanyaan

yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa belajar efektif dan menulis jurnal reflektif.

“Harapan kami pasca pelatihan, para guru yang telah lulus sertifikasi dapat menerapkan materi pelatihan yang telah diterima sehingga begitu kurikulum 2013 diberlakukan, kita telah siap dan terbiasa melakukan pembelajaran bermakna,” tambahnya.

(Shd)

FKGBPNS – KKM MTs Negeri 1 Bojonegoro

Pelatihan Persiapan Kurikulum 2013 dengan Modul USAID PRIORITAS

Konsultasi publik PPG yang diikuti pemangku kepentingan pendidikan Kabupaten Blitar.

Semua peserta tampak aktif bekerjasama.

Bupati Madiun Terbitkan SK untuk Fasda

Madiun. Untuk memperkuat eksistensi fasilitator daerah (Fasda) dalam memfasilitasi pelatihan dan pendampingan di sekolah, Bupati Madiun menerbitkan SK Penetapan Fasda USAID PRIORITAS Kabupaten Madiun. SK Bupati bernomor 188.45/1314/KPTS/402.031/2013, membuat kehadiran Fasda di Kabupaten Madiun telah memiliki payung hukum yang jelas.

Kabupaten Madiun secara keseluruhan memiliki 30 Fasda, yang terdiri dari 10 orang fasilitator MBS, dan 20 orang fasilitator pembelajaran dari dua kecamatan, Mejayan dan Geger.

Pertemuan Rutin dan MandiriTidak berpuas diri pasca mengikuti

ToT, para Fasda rutin bertemu sebulan sekali dengan iuran mandiri. “Pertemuan rutin Fasda dengan iuran mandiri memberi manfaat yang besar buat saya. Selain sebagai ajang berkumpul para Fasda yang dilakukan sebulan sekali, beragam masalah yang kami hadapi juga terpecahkan dalam pertemuan ini” kata Tinuk Rachmawati S. Pd, Guru Mapel IPS di MTs Al Basmalah Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun. (Cw)

Mengakrabkan Masyarakat dengan Sekolah

Banjarnegara. Semangat Pak Nirsoengkowo (70) mengikuti Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seperti tak mengenal usia senja. Pria yang lahir tahun 1943 itu bersama 44 orang dari unsur komite, kepala sekolah dan guru tak sedikitpun meninggalkan sesi selama tiga hari berlangsung (24-26/7). Baginya mengikuti pelatihan MBS dapat menambah pengalaman dan memperkaya ilmu.

Bagi Pak Soengkowo menjabat sebagai Ketua Komite Sekolah SD Negeri 1 Semarang, Banjarnegara merupakan amanah dari masyarakat. “Setelah mengikuti pelatihan ini, saya dan komite yang lain akan mengakrabkan masyarakat pada sekolah, agar masyarakat tahu kebutuhan sekolah dan tahu kebutuhan anak-anak kita dalam pembelajaran. Begitu juga sebaliknya sekolah juga perlu akrab dengan masyarakat sehingga tahu apa yang dipikirkan orang tua siswa,” harap kakek 9 cucu itu. (Lhr)

Hasil Penghitungan BOSP Kab. Batang

LIBURAN sekolah bagi guru merupakan saat yang tepat untuk membekali diri dengan ilmu baru untuk persiapan tahun ajaran berikutnya. Kegiatan tersebut salah satunya dilakukan oleh Guru Gugus Jodipati Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga dengan melakukan bimbingan teknis (Bintek) PAKEM di SDN 1 Toyareka (3/7). Peserta adalah semua guru dari Gugus Jodipati sejumlah 96 orang dari 10 SD di wilayah Kemangkon.

Sutarman, M.Pd. selaku pengawas daerah binaan tersebut dan juga pemrakarsa kegiatan menyampaikan bahwa selama ini guru kurang mendapatkan gambaran implementasi PAKEM sehingga kondisi pembelajaran di

kelas hampir semuanya konvensional. Guru menjadi penceramah yang baik dan siswa menjadi pendengar setia. “Saya melihat pola yang bagus ketika mengikuti pelatihan MBS dari USAID PRIORITAS,” cerita pak Sutarman.

Pengawas senior ini melihat pelatihan MBS USAID PRORITAS membuat peserta aktif dan bisa mengungkapkan ide-ide kreatifnya sehingga pada kegiatan Bintek ini dia berharap guru-guru dapat mulai menerapkan PAKEM dalam pembelajaran.

Pada Bintek tersebut, PAKEM diperkenalkan sebagai dasar dalam membentuk sistem pembelajaran yang menyenangkan dan lebih berpusat pada siswa. Dengan PAKEM siswa difasilitasi keterampilan menyampaikan pendapat dan berdiskusi kelompok dalam memecahkan masalah. “Kegiatan sangat terkondisikan, peserta aktif, penyaji dan materi tidak membosankan,” tutur Nur Sabar Widiningsih, S.Pd., salah satu peserta Bintek. (Di)

PAKEM Jadi Inspirasi Guru-Guru SD di Kemangkon

Guru-guru SD di Kemangkon peserta Bintek, tengah mengidentifikasi praktik PAKEM.

Pak Nirsoengkowo (berbaju batik) sedang menjadi notulen dalam diskusi kelompok.

Page 13: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

Blitar. Hasil analisis data Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) yang dibuat oleh Tim PPG Kabupaten Blitar mendapat dukungan untuk segera diimplementasikan. Hal itu mengemuka pada acara konsultasi publik PPG di Gedung Paripurna DPRD Kabupaten Blitar (30/7).

Pada acara konsultasi publik, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) memaparkan hasil analisis data PPG di depan anggota DPRD, Bappeda, BKD, Kemenag, Dewan Pendidikan, Kelompok Kerja Pengawas (KKPS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), PGRI dan jajaran staf Dispendik Kabupaten Blitar. Menurut Kadispendik, hasil analisa data Dapodik dengan aplikasi SIMPK

(Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota) yang dikembangkan USAID PRIORITAS, telah berhasil membuat beberapa alternatif kebijakan. Banyak temuan-temuan menarik yang dihasilkan dari hasil analisa. Salah satunya ternyata terdapat kekurangan guru SD sebanyak 1.066 guru dan kelebihan guru SMP.

”Untuk menindaklanjuti hasil temuan ini, Dispendik bersama BKD akan mengambil langkah penataan guru dimana bisa saja nantinya para guru SMP yang berlebih akan menjadi guru SD untuk menutup kekurangan guru SD,” jelasnya. Untuk tahap awal, Dispendik Kabupaten Blitar telah mengalokasikan dana Rp. 161 juta untuk kegiatan sosialisasi sistem kelas rangkap (multi grade) sebagai implementasi hasil PPG yang dimasukkan dalam perubahan anggaran

keuangan (PAK) Kabupaten Blitar.Langkah ini tentu tidak mudah dan akan banyak menghadapi

tantangan. Untuk itu membutuhkan dukungan dari pemangku kepentingan terkait yakni kepala daerah untuk membuat payung hukum guna menguatkan dan mendukung pemerataan dan penataan guru di Kabupaten Blitar.

“Persoalan kekurangan dan kelebihan guru harus segera dituntaskan, untuk itu kami berharap segera ada solusi yang terbaik,” kata Abdul Munib, S.IP Wakil Ketua II DPRD Kab. Blitar. Beliau berharap apa yang dilakukan oleh Dispendik Kabupaten Blitar dapat ditiru oleh dinas lainnya. (Dkd/Tri)

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 13

Hasil Konsultasi Publik Program PPGP di Kabupaten Blitar

Dispendik Alokasikan Rp 161 Juta Sebagai Tindak LanjutDANA Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat sebesar Rp. 580.000 untuk jenjang SD/MI dan Rp. 710.000 untuk jenjang SMP/MTs bagi sekolah perkotaan dirasakan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional secara keseluruhan. Kebutuhan tersebut kemudian disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Batang dengan berinisiatif mencukupinya melalui dana APBD. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 bahwa pemenuhan biaya operasional satuan pendidikan untuk sekolah negeri dan swasta menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

Permasalahan selanjutnya ketika BOS akan dicukupi melalui dana APBD adalah berapa sebenarnya besaran dana yang dibutuhkan untuk tiap-tiap jenjang. Untuk mengetahui besaran dana tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Batang bekerjasama dengan USAID PRIORITAS melakukan penghitungan bersama. Acara yang diselenggarakan dua hari itu

ditempatkan di Aula Kantor Dinas Pendidikan. Kegiatan penghitungan meliputi penyamaan persepsi tentang proses penghitungan, langkah-langkah penghitungan, latihan penghitungan sampai dengan menghasilkan besaran dana yang dibutuhkan oleh tiap-tiap jenjang.

Drs. Joko Sutono, M.Pd., Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Batang yang hadir dalam acara itu mengemukakan bahwa pengkajian, pemetaan, dan penghitungan biaya operasional satuan pendidikan per murid per tahun diperlukan untuk mengetahui kebutuhan pembiayaan setiap satuan pendidikan dan

menghitung standar biaya operasional nonpersonalia. ”Penghitungan biaya operasional sangat dibutuhkan sebagai landasan untuk menentukan kebijakan khususnya untuk memberikan bantuan BOSDA kepada sekolah-sekolah di jenjang pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs dari APBD Kabupaten/Kota,” terangnya. (Nk)

Fasilitasi Penghitungan BOSP Batang dan Salatiga

Bojonegoro. Untuk menyiapkan kompetensi para guru menghadapi pelaksanaan kurikulum 2013, Forum Komunikasi Guru Profesi Bukan Pegawai Negeri Sipil Kelompok Kerja Madrasah (FKGBPNS - KKM) MTs Negeri 1 Bojonegoro Wilayah 1, menyelenggarakan workshop pembelajaran kontekstual menyongsong kurikulum 2013. Kegiatan ini diikuti oleh guru – guru sertifikasi di lingkungan KKM MTs Negeri 1 Bojonegoro yang berjumlah 89 orang. Workshop ini menggunakan modul-modul yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. “Alasan pemilihan modul ini karena para pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) Kemenag Kabupaten Bojonegoro

wilayah 1 menganggap bahwa modul yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS yang paling sesuai dan sejalan penerapannya dengan kurikulum 2013,” terang Mufid Rohman selaku Ketua Panitia yang juga Kepala MTs Negeri 1 Bojonegoro.

Seiring dengan pemberlakuan kurikulum 2013, dimana pada kurikulum tersebut tidak hanya mengedepankan domain pengetahuan, namun juga ketrampilan dan sikap maka materi yang dilatihkan adalah pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif, merumuskan pertanyaan

yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, menciptakan lingkungan belajar yang mendorong siswa belajar efektif dan menulis jurnal reflektif.

“Harapan kami pasca pelatihan, para guru yang telah lulus sertifikasi dapat menerapkan materi pelatihan yang telah diterima sehingga begitu kurikulum 2013 diberlakukan, kita telah siap dan terbiasa melakukan pembelajaran bermakna,” tambahnya.

(Shd)

FKGBPNS – KKM MTs Negeri 1 Bojonegoro

Pelatihan Persiapan Kurikulum 2013 dengan Modul USAID PRIORITAS

Konsultasi publik PPG yang diikuti pemangku kepentingan pendidikan Kabupaten Blitar.

Semua peserta tampak aktif bekerjasama.

Bupati Madiun Terbitkan SK untuk Fasda

Madiun. Untuk memperkuat eksistensi fasilitator daerah (Fasda) dalam memfasilitasi pelatihan dan pendampingan di sekolah, Bupati Madiun menerbitkan SK Penetapan Fasda USAID PRIORITAS Kabupaten Madiun. SK Bupati bernomor 188.45/1314/KPTS/402.031/2013, membuat kehadiran Fasda di Kabupaten Madiun telah memiliki payung hukum yang jelas.

Kabupaten Madiun secara keseluruhan memiliki 30 Fasda, yang terdiri dari 10 orang fasilitator MBS, dan 20 orang fasilitator pembelajaran dari dua kecamatan, Mejayan dan Geger.

Pertemuan Rutin dan MandiriTidak berpuas diri pasca mengikuti

ToT, para Fasda rutin bertemu sebulan sekali dengan iuran mandiri. “Pertemuan rutin Fasda dengan iuran mandiri memberi manfaat yang besar buat saya. Selain sebagai ajang berkumpul para Fasda yang dilakukan sebulan sekali, beragam masalah yang kami hadapi juga terpecahkan dalam pertemuan ini” kata Tinuk Rachmawati S. Pd, Guru Mapel IPS di MTs Al Basmalah Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun. (Cw)

Mengakrabkan Masyarakat dengan Sekolah

Banjarnegara. Semangat Pak Nirsoengkowo (70) mengikuti Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seperti tak mengenal usia senja. Pria yang lahir tahun 1943 itu bersama 44 orang dari unsur komite, kepala sekolah dan guru tak sedikitpun meninggalkan sesi selama tiga hari berlangsung (24-26/7). Baginya mengikuti pelatihan MBS dapat menambah pengalaman dan memperkaya ilmu.

Bagi Pak Soengkowo menjabat sebagai Ketua Komite Sekolah SD Negeri 1 Semarang, Banjarnegara merupakan amanah dari masyarakat. “Setelah mengikuti pelatihan ini, saya dan komite yang lain akan mengakrabkan masyarakat pada sekolah, agar masyarakat tahu kebutuhan sekolah dan tahu kebutuhan anak-anak kita dalam pembelajaran. Begitu juga sebaliknya sekolah juga perlu akrab dengan masyarakat sehingga tahu apa yang dipikirkan orang tua siswa,” harap kakek 9 cucu itu. (Lhr)

Hasil Penghitungan BOSP Kab. Batang

LIBURAN sekolah bagi guru merupakan saat yang tepat untuk membekali diri dengan ilmu baru untuk persiapan tahun ajaran berikutnya. Kegiatan tersebut salah satunya dilakukan oleh Guru Gugus Jodipati Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga dengan melakukan bimbingan teknis (Bintek) PAKEM di SDN 1 Toyareka (3/7). Peserta adalah semua guru dari Gugus Jodipati sejumlah 96 orang dari 10 SD di wilayah Kemangkon.

Sutarman, M.Pd. selaku pengawas daerah binaan tersebut dan juga pemrakarsa kegiatan menyampaikan bahwa selama ini guru kurang mendapatkan gambaran implementasi PAKEM sehingga kondisi pembelajaran di

kelas hampir semuanya konvensional. Guru menjadi penceramah yang baik dan siswa menjadi pendengar setia. “Saya melihat pola yang bagus ketika mengikuti pelatihan MBS dari USAID PRIORITAS,” cerita pak Sutarman.

Pengawas senior ini melihat pelatihan MBS USAID PRORITAS membuat peserta aktif dan bisa mengungkapkan ide-ide kreatifnya sehingga pada kegiatan Bintek ini dia berharap guru-guru dapat mulai menerapkan PAKEM dalam pembelajaran.

Pada Bintek tersebut, PAKEM diperkenalkan sebagai dasar dalam membentuk sistem pembelajaran yang menyenangkan dan lebih berpusat pada siswa. Dengan PAKEM siswa difasilitasi keterampilan menyampaikan pendapat dan berdiskusi kelompok dalam memecahkan masalah. “Kegiatan sangat terkondisikan, peserta aktif, penyaji dan materi tidak membosankan,” tutur Nur Sabar Widiningsih, S.Pd., salah satu peserta Bintek. (Di)

PAKEM Jadi Inspirasi Guru-Guru SD di Kemangkon

Guru-guru SD di Kemangkon peserta Bintek, tengah mengidentifikasi praktik PAKEM.

Pak Nirsoengkowo (berbaju batik) sedang menjadi notulen dalam diskusi kelompok.

Page 14: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 15

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

DUA rektor LPTK, Prof. Dr. H. Abdul Kadir Gassing HT, MS dan Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd, Rektor UIN dan UNM terlibat aktif dalam Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bagi

dosen LPTK (20-22/7) di Hotel La Macca, Makassar. Kedua rektor tersebut selalu tampil kompak dan terkesan berbagi peran pada kegiatan yang diselenggarakan atas kemitraannya dengan USAID PRIORITAS. Mereka bergantian membuka atau menutup kegiatan. Namun, dalam Pelatihan Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah itu, Rektor UNM, Arismunandar, memilih menjadi peserta setelah Rektor UIN, Abdul Kadir Gassing, membuka acara.

Suasana pelatihan menjadi lebih hidup dan bersemangat saat Prof. Arismunandar terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Peserta kian antusias mengelaborasi dan berbagi pengalaman tentang manajemen

sekolah. Sang rektor terus menguatkan perhatian mereka dengan menegaskan, ”MBS harus diterapkan secara profesional. Jika tidak, maka kepala sekolah harus berhadapan dengan hukum. Karena itu, pelatihan ini memberikan pencerahan bagi dosen dan praktisi pendidikan di tingkat sekolah,” paparnya.

Saat membuka pelatihan, Prof. Abdul Kadir Gassing meminta perhatian peserta untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama pelatihan. Drs. Nuryamin, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Fakultas Tarbiyah UIN, menilai pelatihan itu sangat penting untuk manajemen di perguruan tinggi. Menurutnya, dosen dan manajemen perguruan tinggi harus lebih awal mencontohkan tradisi transparansi dan akuntabilitas lalu menunjukkannya kepada mahasiswanya.

Salah satu peserta dari UNM juga menegaskan bahwa mahasiswa sebelum melaksanakan Program

Praktik Lapangan (PPL), perlu diorientasi tentang MBS agar mereka dapat berkerjasama dengan pengelola sekolah untuk melaksanakan tugas pengajaran.

Hadir dalam pelatihan itu 30 dosen UNM dan UIN Alauddin serta lima universitas dan sekolah tinggi anggota Konsorsium LPTK seperti UNISMUH Makassar, UNISMUH Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Watampone, dan STAIN Palopo. Mereka terdiri dari dosen, ketua jurusan, dan penanggung jawab program bidang studi di universitasnya. (Ham)

KOTAK catur yang terletak di atas meja rumah, memberikan inspirasi pada saya untuk memanfaatkannya sebagai media pembelajaran. Kotak catur pun saya ubah menjadi alat peraga Matematika. Alat peraga sederhana yang saya namakan “Kotak Catur 7 in 1” ini dapat memeragakan 7 materi pembelajaran Matematika, yaitu pencerminan, putaran, sistem koordinat kartesius, menentukan keliling dan luas persegi panjang serta persegi, mengenal bangun datar sederhana, operasi hitung bilangan bulat dan bermain catur.

Dengan 6 materi pembelajaran dan 1 permainan tersebut saya khususkan untuk pembelajaran kelas tinggi dan lebih mudah dilakukan karena tersedia satu set dalam sebuah kotak.

Awalnya saya hanya ingin membuat percerminan dengan menggunakan sistem koordinat kartesius dan bermain bola dengan koordinat tersebut. Bisa juga dibuat putaran jika garis tengah pada kotak catur diperpanjang. Kemudian setelah saya melihat putaran dengan bangun-bangun datar, ternyata bangun datar tersebut dapat dihitung luasnya karena jaraknya sama jaraknya. Saya juga meletakkan kaca pada papan catur bagian dalam untuk pencerminan.

Cara Mendesain Pertama, kita harus menyiapkan satu

buah papan catur besar. Bagian dalam salah satu sisi papan catur (tempat meletakkan bidak catur) ditempeli cermin dan sisi lainnya diberi paku ukuran kecil dengan jarak antar paku yang sama dan membentuk persegi. Setelah itu, garis sumbu koordinat kartesius (sumbu x dan y).

Untuk menambah manfaat dan daya tarik untuk siswa, maka siapkan satu lembar triplek kecil atau kartun tebal. Triplek atau karton tebal, dilubangi sesuai dengan letak paku dan gambari triplek atau kartun tersebut seperti lapangan bola kaki, sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermain bola dengan titik-titik koordinat. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan beberapa bidang kecil dari triplek atau kartun tebal dengan berbagai bentuk, misalnya jajargenjang, bujur-sangkar, trapesium, dan segitiga yang akan digunakan khusus untuk materi putaran.

Cara PemanfaatanUntuk materi pencerminan yang

merupakan bagian dari pembelajaran kelas IV, kita dapat menggunakan papan catur bagian dalam. Siswa diminta untuk mengambar satu bidang pada cermin dengan menggunakan spidol. Selanjutnya,

sebuah karet gelang diletakkan pada papan berpaku mengikuti gambar bidang yang telah digambarkan pada cermin. Dengan materi ini, siswa menjadi lebih paham materi pencerminan dengan melihat karet berbentuk bidang pada cermin dan membandingkan dengan yang digambarkan.

Khusus untuk materi putaran (kelas IV), kita memerlukan peraga tambahan, yaitu beberapa bidang kecil yang telah dibentuk dan dipersiapkan. Cara bermainnya, letakkan bidang tersebut pada paku bagian tengah yang lebih panjang. Misalnya kita menempatkan segitiga sama kaki pada posisi nol derajat, selanjutnya segitiga tersebut diputar hingga 90 derajat. Siswa diminta untuk mengambarkan posisi segitiga sebelum dan sesudah terjadi putaran.

Siswa juga diajak untuk mengenal bangun datar dengan menggunakan karet gelang. Materi untuk kelas III tersebut dapat mengenalkan siswa pada bentuk-bentuk bangun datar yang dilakukannya sendiri dengan mengunakan karet gelang tersebut dan mengambarkannya di atas kertas.

Selanjutnya, siswa juga diajak untuk menentukan keliling dan luas persegi panjang serta persegi. Kita masih menggunakan karet gelang untuk membentuk bidang-bidang pada paku. Siswa dapat menghitung sendiri keliling dan luas bidang datar karena jarak antara satu paku dengan paku lainnya sama. Materi kelas IV tersebut yang disajikan dengan cara siswa melakukan sendiri ternyata menyenangkan siswa.

Untuk kelas V dan VI, materi operasi hitung bilangan bulat dilakukan dengan menggunakan bidak catur. Bidak catur berwarna hitam bermakna negatif dan bidak catur berwarna putih bermakna positif. Satu

bidak catur berwarna hitam dan satu bidak catur berwarna putih (berpasangan) mempunyai nilai sama dengan nol. Selanjutnya siswa diajak bermain hitung bilangan bulat dengan menggunakan bidak catur tersebut. Dengan alat peraga ini, saya berharap siswa yang mengalami kesulitan belajar operasi hitung bilangan bulat akan lebih mudah memahaminya dengan mengunakan bidak-bidak catur.

Materi lainnya, menentukan titik koordinat kartesius dengan meletakkan benda (seperti dadu yang telah dilubangi bagian tengah) pada koordinat yang dikehendaki (sumbu x dan y) di atas papan paku. Selain itu, dengan menggunakan triplek atau karton yang bergambar lapangan bola, siswa diajak bermain dengan koordinat tersebut secara bergantian menentukan titik-titik koordinat.

Terakhir, sambil bermain siswa juga diajak belajar menggunakan papan catur bagian atas dan bidak-bidak catur. Untuk mengasah otak dalam salah satu cabang olah raga tersebut, siswa diajak berpikir sambil bermain catur.

Harapan saya dengan alat peraga “Papan Catur 7 in 1” ini, pelajaran matematika yang bersifat abstrak (hanya dihafal dan dibayangkan), maka siswa dapat melihat sendiri bagaimana proses dari Matematika tersebut. Semoga ide papan catur tersebut dapat menyenangkan siswa dalam belajar matematika.

Adek Elfera Chandrawati, S.Pd Guru Matematika kelas V dan VI

MIN Rukoh Banda Aceh

7 in 1, Alat Peraga dari Sekotak Catur

1

22

4

53

(1) Bermain bola dengan paku-paku koordinat kartesius; (2) Bidang untuk materi pencerminan dan putaran, pada koordinat kartesius Karet ntuk materi menentukan keliling dan luas persegi panjang serta persegi, mengenal bangun datar sederhana; (3) Seperangkat alat peraga kotak catur yaitu cermin, papan berpaku dan lapangan bola; (4) Satu set Kotak Catur 7 in 1; (5) Seperangkat alat peraga kotak catur yaitu cermin, papan berpaku, dan lapangan bola.

Dosen Ditantang Bantu Mahasiswa Siap Mengajar

“KEGIATAN ini membawa kami ke sekolah dan kami melihat langsung realitas pembelajaran di sekolah. Dengan pengalaman ini kami ditantang untuk benar-benar menyiapkan mahasiswa calon guru siap mengajar di sekolah,” kata Prof. Dr. Nurhayati, M. Pd., usai melakukan praktik mengajar di sekolah.

Pelatihan yang diikuti Guru Besar IPA Biologi UNM itu adalah Pelatihan Dosen Pedagogi tingkat SMP/MTs bagi dosen LPTK (3-5/6). Pelatihan yang digelar di Hotel La Macca Makassar itu dibuka oleh Prof. Dr. Arismunandar, Rektor UNM. Dalam sambutannya rektor menegaskan pentingnya pelatihan ini untuk meningkatkan kompetensi pedagogi dosen.

Selama tiga hari pelatihan, 54 peserta yang berasal dari UNM, UIN Alauddin, UNISMUH Makassar, UNISMUH Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Watampone, dan STAIN Palopo mengembangkan praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran dan Manajemen Berbasis Sekolah yang mendukung penerapan pembelajaran aktif dan inovatif di sekolah.

Praktik mengajar pada hari kedua merupakan sesi yang sangat bermakna bagi peserta. Mereka bertandang ke SMP YP-PGRI, MTsN Model Makassar, dan MTs Alauddin, untuk berpraktik mengajar.

Di sekolah itu mereka praktik menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual. Selama dua jam pelajaran,

dengan cara team teaching, mereka memfasilitasi siswa kelas VII dan VIII belajar aktif dalam kelompok, mengerjakan Lembar Kerja yang memicu pikiran kritis, bereksperimen, menemukan, berdiskusi, berkarya, presentasi, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran melalui jurnal refleksi.

“Kami merasakan kalau kami harus bekerja keras untuk mengelola siswa di kelas. Khususnya membuat mereka fokus dan aktif mengikuti semua proses pembelajaran. Persiapan pembelajaran memang harus matang untuk mengelola kelas,” ujar Pariabti Palloan, S.Si., MT., Dosen Fisika UNM Makassar.

“Dosen kuat dalam teori, tapi pada saat mempraktikkannya di kelas banyak yang canggung dan kewalahan, khususnya mengelola kelas dengan pembelajaran aktif. Kami juga tidak mengenal persis kondisi ril siswa. Karenanya, materi dan pengalaman dari pelatihan ini menjadi sangat berharga untuk kami bagikan kepada mahasiswa. Termasuk dalam perkuliahan seharusnya dilakukan seperti model lokakarya seperti ini,” kata Dr. Asdar, M.Pd., dosen Fakultas MIPA UNM.

(Ham)

Prof. Dr. H. ArismunandarRektor UNM

Rektor UNM Makassar, Aris Munandar, sedang terlibat aktif dalam diskusi kelompok.

Rektor UNM yang Ikut Menjadi Peserta Pelatihan MBS untuk Dosen LPTK:

”MBS Tidak Diterapkan, Kepala Sekolah Berhadapan dengan Hukum”

Para dosen sedang praktik mengajar di SDN III Sudirman Makassar. Mereka berhasil membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Page 15: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 15

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

DUA rektor LPTK, Prof. Dr. H. Abdul Kadir Gassing HT, MS dan Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd, Rektor UIN dan UNM terlibat aktif dalam Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bagi

dosen LPTK (20-22/7) di Hotel La Macca, Makassar. Kedua rektor tersebut selalu tampil kompak dan terkesan berbagi peran pada kegiatan yang diselenggarakan atas kemitraannya dengan USAID PRIORITAS. Mereka bergantian membuka atau menutup kegiatan. Namun, dalam Pelatihan Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah itu, Rektor UNM, Arismunandar, memilih menjadi peserta setelah Rektor UIN, Abdul Kadir Gassing, membuka acara.

Suasana pelatihan menjadi lebih hidup dan bersemangat saat Prof. Arismunandar terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Peserta kian antusias mengelaborasi dan berbagi pengalaman tentang manajemen

sekolah. Sang rektor terus menguatkan perhatian mereka dengan menegaskan, ”MBS harus diterapkan secara profesional. Jika tidak, maka kepala sekolah harus berhadapan dengan hukum. Karena itu, pelatihan ini memberikan pencerahan bagi dosen dan praktisi pendidikan di tingkat sekolah,” paparnya.

Saat membuka pelatihan, Prof. Abdul Kadir Gassing meminta perhatian peserta untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama pelatihan. Drs. Nuryamin, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Fakultas Tarbiyah UIN, menilai pelatihan itu sangat penting untuk manajemen di perguruan tinggi. Menurutnya, dosen dan manajemen perguruan tinggi harus lebih awal mencontohkan tradisi transparansi dan akuntabilitas lalu menunjukkannya kepada mahasiswanya.

Salah satu peserta dari UNM juga menegaskan bahwa mahasiswa sebelum melaksanakan Program

Praktik Lapangan (PPL), perlu diorientasi tentang MBS agar mereka dapat berkerjasama dengan pengelola sekolah untuk melaksanakan tugas pengajaran.

Hadir dalam pelatihan itu 30 dosen UNM dan UIN Alauddin serta lima universitas dan sekolah tinggi anggota Konsorsium LPTK seperti UNISMUH Makassar, UNISMUH Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Watampone, dan STAIN Palopo. Mereka terdiri dari dosen, ketua jurusan, dan penanggung jawab program bidang studi di universitasnya. (Ham)

KOTAK catur yang terletak di atas meja rumah, memberikan inspirasi pada saya untuk memanfaatkannya sebagai media pembelajaran. Kotak catur pun saya ubah menjadi alat peraga Matematika. Alat peraga sederhana yang saya namakan “Kotak Catur 7 in 1” ini dapat memeragakan 7 materi pembelajaran Matematika, yaitu pencerminan, putaran, sistem koordinat kartesius, menentukan keliling dan luas persegi panjang serta persegi, mengenal bangun datar sederhana, operasi hitung bilangan bulat dan bermain catur.

Dengan 6 materi pembelajaran dan 1 permainan tersebut saya khususkan untuk pembelajaran kelas tinggi dan lebih mudah dilakukan karena tersedia satu set dalam sebuah kotak.

Awalnya saya hanya ingin membuat percerminan dengan menggunakan sistem koordinat kartesius dan bermain bola dengan koordinat tersebut. Bisa juga dibuat putaran jika garis tengah pada kotak catur diperpanjang. Kemudian setelah saya melihat putaran dengan bangun-bangun datar, ternyata bangun datar tersebut dapat dihitung luasnya karena jaraknya sama jaraknya. Saya juga meletakkan kaca pada papan catur bagian dalam untuk pencerminan.

Cara Mendesain Pertama, kita harus menyiapkan satu

buah papan catur besar. Bagian dalam salah satu sisi papan catur (tempat meletakkan bidak catur) ditempeli cermin dan sisi lainnya diberi paku ukuran kecil dengan jarak antar paku yang sama dan membentuk persegi. Setelah itu, garis sumbu koordinat kartesius (sumbu x dan y).

Untuk menambah manfaat dan daya tarik untuk siswa, maka siapkan satu lembar triplek kecil atau kartun tebal. Triplek atau karton tebal, dilubangi sesuai dengan letak paku dan gambari triplek atau kartun tersebut seperti lapangan bola kaki, sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermain bola dengan titik-titik koordinat. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan beberapa bidang kecil dari triplek atau kartun tebal dengan berbagai bentuk, misalnya jajargenjang, bujur-sangkar, trapesium, dan segitiga yang akan digunakan khusus untuk materi putaran.

Cara PemanfaatanUntuk materi pencerminan yang

merupakan bagian dari pembelajaran kelas IV, kita dapat menggunakan papan catur bagian dalam. Siswa diminta untuk mengambar satu bidang pada cermin dengan menggunakan spidol. Selanjutnya,

sebuah karet gelang diletakkan pada papan berpaku mengikuti gambar bidang yang telah digambarkan pada cermin. Dengan materi ini, siswa menjadi lebih paham materi pencerminan dengan melihat karet berbentuk bidang pada cermin dan membandingkan dengan yang digambarkan.

Khusus untuk materi putaran (kelas IV), kita memerlukan peraga tambahan, yaitu beberapa bidang kecil yang telah dibentuk dan dipersiapkan. Cara bermainnya, letakkan bidang tersebut pada paku bagian tengah yang lebih panjang. Misalnya kita menempatkan segitiga sama kaki pada posisi nol derajat, selanjutnya segitiga tersebut diputar hingga 90 derajat. Siswa diminta untuk mengambarkan posisi segitiga sebelum dan sesudah terjadi putaran.

Siswa juga diajak untuk mengenal bangun datar dengan menggunakan karet gelang. Materi untuk kelas III tersebut dapat mengenalkan siswa pada bentuk-bentuk bangun datar yang dilakukannya sendiri dengan mengunakan karet gelang tersebut dan mengambarkannya di atas kertas.

Selanjutnya, siswa juga diajak untuk menentukan keliling dan luas persegi panjang serta persegi. Kita masih menggunakan karet gelang untuk membentuk bidang-bidang pada paku. Siswa dapat menghitung sendiri keliling dan luas bidang datar karena jarak antara satu paku dengan paku lainnya sama. Materi kelas IV tersebut yang disajikan dengan cara siswa melakukan sendiri ternyata menyenangkan siswa.

Untuk kelas V dan VI, materi operasi hitung bilangan bulat dilakukan dengan menggunakan bidak catur. Bidak catur berwarna hitam bermakna negatif dan bidak catur berwarna putih bermakna positif. Satu

bidak catur berwarna hitam dan satu bidak catur berwarna putih (berpasangan) mempunyai nilai sama dengan nol. Selanjutnya siswa diajak bermain hitung bilangan bulat dengan menggunakan bidak catur tersebut. Dengan alat peraga ini, saya berharap siswa yang mengalami kesulitan belajar operasi hitung bilangan bulat akan lebih mudah memahaminya dengan mengunakan bidak-bidak catur.

Materi lainnya, menentukan titik koordinat kartesius dengan meletakkan benda (seperti dadu yang telah dilubangi bagian tengah) pada koordinat yang dikehendaki (sumbu x dan y) di atas papan paku. Selain itu, dengan menggunakan triplek atau karton yang bergambar lapangan bola, siswa diajak bermain dengan koordinat tersebut secara bergantian menentukan titik-titik koordinat.

Terakhir, sambil bermain siswa juga diajak belajar menggunakan papan catur bagian atas dan bidak-bidak catur. Untuk mengasah otak dalam salah satu cabang olah raga tersebut, siswa diajak berpikir sambil bermain catur.

Harapan saya dengan alat peraga “Papan Catur 7 in 1” ini, pelajaran matematika yang bersifat abstrak (hanya dihafal dan dibayangkan), maka siswa dapat melihat sendiri bagaimana proses dari Matematika tersebut. Semoga ide papan catur tersebut dapat menyenangkan siswa dalam belajar matematika.

Adek Elfera Chandrawati, S.Pd Guru Matematika kelas V dan VI

MIN Rukoh Banda Aceh

7 in 1, Alat Peraga dari Sekotak Catur

1

22

4

53

(1) Bermain bola dengan paku-paku koordinat kartesius; (2) Bidang untuk materi pencerminan dan putaran, pada koordinat kartesius Karet ntuk materi menentukan keliling dan luas persegi panjang serta persegi, mengenal bangun datar sederhana; (3) Seperangkat alat peraga kotak catur yaitu cermin, papan berpaku dan lapangan bola; (4) Satu set Kotak Catur 7 in 1; (5) Seperangkat alat peraga kotak catur yaitu cermin, papan berpaku, dan lapangan bola.

Dosen Ditantang Bantu Mahasiswa Siap Mengajar

“KEGIATAN ini membawa kami ke sekolah dan kami melihat langsung realitas pembelajaran di sekolah. Dengan pengalaman ini kami ditantang untuk benar-benar menyiapkan mahasiswa calon guru siap mengajar di sekolah,” kata Prof. Dr. Nurhayati, M. Pd., usai melakukan praktik mengajar di sekolah.

Pelatihan yang diikuti Guru Besar IPA Biologi UNM itu adalah Pelatihan Dosen Pedagogi tingkat SMP/MTs bagi dosen LPTK (3-5/6). Pelatihan yang digelar di Hotel La Macca Makassar itu dibuka oleh Prof. Dr. Arismunandar, Rektor UNM. Dalam sambutannya rektor menegaskan pentingnya pelatihan ini untuk meningkatkan kompetensi pedagogi dosen.

Selama tiga hari pelatihan, 54 peserta yang berasal dari UNM, UIN Alauddin, UNISMUH Makassar, UNISMUH Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Watampone, dan STAIN Palopo mengembangkan praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran dan Manajemen Berbasis Sekolah yang mendukung penerapan pembelajaran aktif dan inovatif di sekolah.

Praktik mengajar pada hari kedua merupakan sesi yang sangat bermakna bagi peserta. Mereka bertandang ke SMP YP-PGRI, MTsN Model Makassar, dan MTs Alauddin, untuk berpraktik mengajar.

Di sekolah itu mereka praktik menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual. Selama dua jam pelajaran,

dengan cara team teaching, mereka memfasilitasi siswa kelas VII dan VIII belajar aktif dalam kelompok, mengerjakan Lembar Kerja yang memicu pikiran kritis, bereksperimen, menemukan, berdiskusi, berkarya, presentasi, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran melalui jurnal refleksi.

“Kami merasakan kalau kami harus bekerja keras untuk mengelola siswa di kelas. Khususnya membuat mereka fokus dan aktif mengikuti semua proses pembelajaran. Persiapan pembelajaran memang harus matang untuk mengelola kelas,” ujar Pariabti Palloan, S.Si., MT., Dosen Fisika UNM Makassar.

“Dosen kuat dalam teori, tapi pada saat mempraktikkannya di kelas banyak yang canggung dan kewalahan, khususnya mengelola kelas dengan pembelajaran aktif. Kami juga tidak mengenal persis kondisi ril siswa. Karenanya, materi dan pengalaman dari pelatihan ini menjadi sangat berharga untuk kami bagikan kepada mahasiswa. Termasuk dalam perkuliahan seharusnya dilakukan seperti model lokakarya seperti ini,” kata Dr. Asdar, M.Pd., dosen Fakultas MIPA UNM.

(Ham)

Prof. Dr. H. ArismunandarRektor UNM

Rektor UNM Makassar, Aris Munandar, sedang terlibat aktif dalam diskusi kelompok.

Rektor UNM yang Ikut Menjadi Peserta Pelatihan MBS untuk Dosen LPTK:

”MBS Tidak Diterapkan, Kepala Sekolah Berhadapan dengan Hukum”

Para dosen sedang praktik mengajar di SDN III Sudirman Makassar. Mereka berhasil membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Page 16: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

Zat aditif pada makanan memiliki efek yang membahayakan tubuh. Hal itu yang coba disampaikan oleh Nur

Afifah Alifia, S. Pd Guru SMPN 9 Kota Mojokerto melalui Pelajaran Kimia

Kelas VIII dengan Kompetensi Dasar (KD) mendeskripsikan zat aditif pada

makanan dan psikotropika.

Mengawali kegiatan pembelajaran, guru yang akrab disapa Bu Afifah ini menugaskan setiap kelompok membawa beberapa bekas bungkus makanan dan minuman ringan dari rumah masing-masing. Mereka kemudian ditugaskan mencermati kandungan zat aditif makanan pada kemasan melalui bahan pembuatan yang tertera.

Usai menemukan beberapa zat aditif makanan dan minuman, setiap kelompok kemudian mencari informasi di internet tentang zat aditif tesebut, mengidentifikasi dan mengobservasi bahaya dari zat aditif tersebut.

“Mereka menemukan zat aditif pada pemanis, pengawet dan penyedap yang tertera di bungkus makanan dan minuman,” terang Bu Afifah.

Banyak siswa yang tercengang membaca hasil temuan mereka di internet. Misalnya saja Monosodium Glutamat (MSG) yang banyak ditemukan pada camilan ringan, ternyata apabila dikonsumsi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan sel syaraf otak dan kanker. “Hi... ngeri ya. Padahal saya dan adik saya dulu suka sekali camilan ringan yang mengandung MSG. Sekarang nggak lagi deh,” ungkap Jessica Maycitra Rakhma, siswa kelas VIII.

Setiap kelompok kemudian mengisi Lembar Kerja (LK) dari hasil temuan, identifikasi dan observasi. Mereka melanjutkan pembelajaran dengan membuat tabel 'Identifikasi Makanan dan Minuman', kemudian menempelkan bekas bungkus makanan dan minuman beserta kandungan zat aditif dan pengaruhnya untuk manusia dan lingkungan sekitar.

Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran ini, apalagi mereka menemukan sendiri bahaya zat aditif pada makanan dan minuman yang sering mereka temukan sehari-hari.

Usai membuat tabel, setiap kelompok kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Hasil kerja siswa tersebut kemudian ditempel di dinding kelas. Para siswa tampak serius melihat hasil kerja teman-temannya. Beberapa diantaranya bahkan ada yang mengabadikannya melalui kamera telepon genggam miliknya.

“Saya mau tunjukkan tabel ini pada adik saya supaya dia tidak lagi gemar mengonsumsi makanan dan minuman ringan yang banyak mengandung zat aditif,” terang Jessica.

Afifah mengamati kegiatan ini diikuti

siswa dengan hasil yang memuaskan. “Saya puas dengan hasil kerja siswa. Mereka menemukan sendiri kandungan zat aditif pada makanan dan minuman yang mereka temui sehari-hari. Bahkan beberapa diantara siswa tidak mau lagi mengonsumsi makanan dan minuman tersebut. Ini menunjukkan bahwa siswa menyadari bahaya zat aditif tersebut untuk tubuh mereka,” terangnya.

(Dkd)

Mengenali Zat Aditif Makanan dan Minuman

“Dulu Saya Suka Sekali, Sekarang Enggak Lagi Deh...”

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Memantik Siswa Belajar Daur Air secara Tematik

Pada saat praktik mengajar di kelas awal SD dengan pendekatan tematik, saya mencoba memantik siswa melakukan eksplorasi. Saya

mengawalinya dengan Mata Pelajaran (Mapel) PKn. Kami terlibat dalam

proses tanya-jawab tentang organisasi kesehatan yang ada di sekitar

masyarakat setempat.

Dialog kemudian masuk pada Mapel IPA soal pentingnya air sebagai unsur pembentuk kesehatan. Siswa tampak tertantang mengemukakan pendapatnya dengan penuh keberanian.

Saya lalu menayangkan video yang menggambarkan siklus air. Siswa mengamati proses siklus air dari tayangan video. Kemudian, saya bertanya kepada siswa tentang hasil pengamatan video.

Sejumlah siswa mengacungkan tangan penuh percaya diri. Yang mengangkat tangan lebih dulu diberi kesempatan pertama. Ia bisa menjelaskan tahap-tahap siklus air.

Saya lalu mendorong siswa untuk mengelaborasi lebih lanjut mengenai daur air. Mereka melakukan percobaan tentang kegiatan yang memengaruhi siklus air dengan teliti dan hati-hati. Mereka belajar membandingkan jumlah air dari hasil percobaan dengan menggunakan rumus Matematika tentang pecahan dan perbandingan.

Usai melakukan percobaan dan diskusi kelompok, siswa masuk pada Mapel Bahasa Indonesia dengan membuat laporan secara tertulis. Lebih dari sekedar melaporkan hasil pengamatan, siswa didorong untuk mendeskripsikan cara

menghemat air.Wakil setiap kelompok kemudian

mempresentasikan hasil percobaan. Saya merasa bangga saat penyaji tampil penuh percaya diri, sementara kelompok lain meresponnya juga dengan penuh keberanian. Pada tahap ini muncul kreativitas siswa.

Saya kemudian melakukan penguatan tentang materi yang disampaikan. Dalam hal ini, saya mencoba mengaitkan tubuh dan kesehatan. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti.

Di akhir proses belajar, saya menyediakan waktu buat siswa melakukan refleksi tentang pengalaman belajar hari itu.

Ade Yeti N, Dosen UIN SGD Bandung

Siswa kelas VIII SMPN 9 Kota Mojokerto mempresentasikan hasil temuan zat aditif pada makanan.

Siswa mengerjakan tabel bersama dengan menempelkan bekas bungkus makanan dan minuman beserta kandungan zat aditif dan pengaruhnya.

Foto dari kiri ke kanan: 1. Siswa melakukan percobaan; 2. Guru mendampingi siswa menulis laporan; 3. Siswa menghitung perbandingan.

Pembelajaran Kimia Kelas VIII

Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan zat aditif pada makanan dan psikotropika

Materi Pembelajaran: Bahan Kimia dalam Kehidupan

Alat dan bahan: Bekas bungkus makanan dan minuman, laptop, modem, LK, kertas karton, spidol

Penilaian:Proses: kemampuan mencari informasi di internet, keaktifan, kerjasama & presentasi.Hasil: pembuatan tabel zat aditif padamakanan & minuman.

Tujuan Pembelajaran:1. Siswa mengidentifikasi zat aditif pada

bekas bungkus makanan dan minuman2. Siswa mencari informasi di internet

terkait kandungan zat aditif pada bungkus makanan dan minuman

3. Siswa mengobservasi efek negatif zat aditif makanan dan minuman pada tubuh dan lingkungan sekitar

4. Siswa membuat tabel identifikasi makanan dan minuman temuannya.

Serang. Sabtu, pukul 11 siang, di SDN Tegal Jetak, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten, hari itu suasananya tampak seperti ujian. Semua siswa tampak duduk diam membaca. Ada beberapa murid membaca di saung dekat lapangan, ada sebagian lagi di dalam ruangan perpustakaan, dengan seorang guru yang tampak mendampingi para siswa. Mereka memang bukan sedang ujian tetapi mengikuti pelajaran membaca.

SD mitra USAID PRIORITAS ini sedang menerapkan jam membaca. Seluruh siswa dari kelas I sampai kelas VI secara bergantian mendapatkan kesempatan membaca selama setengah jam dengan didampingi oleh wali kelasnya. Selama waktu tersebut, siswa boleh membaca apa saja buku yang mereka mau. Mereka boleh membaca fiksi, non-fiksi, apapun. Siswa yang tengah mengikuti pelajaran di kelas pun, diperbolehkan minta ijin untuk ke perpustakaan untuk mencari referensi. Perpustakaan selalu terbuka bagi para siswa saat jam sekolah, apalagi saat istirahat.

Koleksi buku setiap tahun terus bertambah berkat sumbangan dari berbagai pihak, terutama dari siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP. Guru-guru SDN Tegal Jetak bekerjasama membuat katalog, kartu indeks, dan melakukan pencatatan peminjaman. Belakangan juga telah dibuat jadwal kunjungan per kelas, dan penugasan petugas khusus perpustakaan.

“Saya senang sekali membaca buku yang ada di perpustakaan, karena banyak buku yang gambarnya bagus, ceritanya seru, juga banyak pengetahuan yang belum saya tahu. Terus kalau di buku pelajaran tidak ada, bisa cari di perpustakaan untuk mencari jawabannya,” ujar Silvi Nuraeni, siswa kelas VI.

Para guru menyampaikan kegiatan ini berhasil membuat siswa senang dan terbiasa membaca buku, serta membantu siswa memperluas pengetahuan, terutama yang tidak ada dalam buku pelajaran.

Luda Sofiah, Guru SDN Tegal Jetak Ciruas, Banten

Wajib Baca di Perpustakaan SDN Tegal Jetak

Setiap jadwal giliran membaca di perpustakaan selalu didampingi wali kelas, agar tertib dan teratur.

Page 17: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

Zat aditif pada makanan memiliki efek yang membahayakan tubuh. Hal itu yang coba disampaikan oleh Nur

Afifah Alifia, S. Pd Guru SMPN 9 Kota Mojokerto melalui Pelajaran Kimia

Kelas VIII dengan Kompetensi Dasar (KD) mendeskripsikan zat aditif pada

makanan dan psikotropika.

Mengawali kegiatan pembelajaran, guru yang akrab disapa Bu Afifah ini menugaskan setiap kelompok membawa beberapa bekas bungkus makanan dan minuman ringan dari rumah masing-masing. Mereka kemudian ditugaskan mencermati kandungan zat aditif makanan pada kemasan melalui bahan pembuatan yang tertera.

Usai menemukan beberapa zat aditif makanan dan minuman, setiap kelompok kemudian mencari informasi di internet tentang zat aditif tesebut, mengidentifikasi dan mengobservasi bahaya dari zat aditif tersebut.

“Mereka menemukan zat aditif pada pemanis, pengawet dan penyedap yang tertera di bungkus makanan dan minuman,” terang Bu Afifah.

Banyak siswa yang tercengang membaca hasil temuan mereka di internet. Misalnya saja Monosodium Glutamat (MSG) yang banyak ditemukan pada camilan ringan, ternyata apabila dikonsumsi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan sel syaraf otak dan kanker. “Hi... ngeri ya. Padahal saya dan adik saya dulu suka sekali camilan ringan yang mengandung MSG. Sekarang nggak lagi deh,” ungkap Jessica Maycitra Rakhma, siswa kelas VIII.

Setiap kelompok kemudian mengisi Lembar Kerja (LK) dari hasil temuan, identifikasi dan observasi. Mereka melanjutkan pembelajaran dengan membuat tabel 'Identifikasi Makanan dan Minuman', kemudian menempelkan bekas bungkus makanan dan minuman beserta kandungan zat aditif dan pengaruhnya untuk manusia dan lingkungan sekitar.

Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran ini, apalagi mereka menemukan sendiri bahaya zat aditif pada makanan dan minuman yang sering mereka temukan sehari-hari.

Usai membuat tabel, setiap kelompok kemudian mempresentasikannya di depan kelas. Hasil kerja siswa tersebut kemudian ditempel di dinding kelas. Para siswa tampak serius melihat hasil kerja teman-temannya. Beberapa diantaranya bahkan ada yang mengabadikannya melalui kamera telepon genggam miliknya.

“Saya mau tunjukkan tabel ini pada adik saya supaya dia tidak lagi gemar mengonsumsi makanan dan minuman ringan yang banyak mengandung zat aditif,” terang Jessica.

Afifah mengamati kegiatan ini diikuti

siswa dengan hasil yang memuaskan. “Saya puas dengan hasil kerja siswa. Mereka menemukan sendiri kandungan zat aditif pada makanan dan minuman yang mereka temui sehari-hari. Bahkan beberapa diantara siswa tidak mau lagi mengonsumsi makanan dan minuman tersebut. Ini menunjukkan bahwa siswa menyadari bahaya zat aditif tersebut untuk tubuh mereka,” terangnya.

(Dkd)

Mengenali Zat Aditif Makanan dan Minuman

“Dulu Saya Suka Sekali, Sekarang Enggak Lagi Deh...”

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Memantik Siswa Belajar Daur Air secara Tematik

Pada saat praktik mengajar di kelas awal SD dengan pendekatan tematik, saya mencoba memantik siswa melakukan eksplorasi. Saya

mengawalinya dengan Mata Pelajaran (Mapel) PKn. Kami terlibat dalam

proses tanya-jawab tentang organisasi kesehatan yang ada di sekitar

masyarakat setempat.

Dialog kemudian masuk pada Mapel IPA soal pentingnya air sebagai unsur pembentuk kesehatan. Siswa tampak tertantang mengemukakan pendapatnya dengan penuh keberanian.

Saya lalu menayangkan video yang menggambarkan siklus air. Siswa mengamati proses siklus air dari tayangan video. Kemudian, saya bertanya kepada siswa tentang hasil pengamatan video.

Sejumlah siswa mengacungkan tangan penuh percaya diri. Yang mengangkat tangan lebih dulu diberi kesempatan pertama. Ia bisa menjelaskan tahap-tahap siklus air.

Saya lalu mendorong siswa untuk mengelaborasi lebih lanjut mengenai daur air. Mereka melakukan percobaan tentang kegiatan yang memengaruhi siklus air dengan teliti dan hati-hati. Mereka belajar membandingkan jumlah air dari hasil percobaan dengan menggunakan rumus Matematika tentang pecahan dan perbandingan.

Usai melakukan percobaan dan diskusi kelompok, siswa masuk pada Mapel Bahasa Indonesia dengan membuat laporan secara tertulis. Lebih dari sekedar melaporkan hasil pengamatan, siswa didorong untuk mendeskripsikan cara

menghemat air.Wakil setiap kelompok kemudian

mempresentasikan hasil percobaan. Saya merasa bangga saat penyaji tampil penuh percaya diri, sementara kelompok lain meresponnya juga dengan penuh keberanian. Pada tahap ini muncul kreativitas siswa.

Saya kemudian melakukan penguatan tentang materi yang disampaikan. Dalam hal ini, saya mencoba mengaitkan tubuh dan kesehatan. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti.

Di akhir proses belajar, saya menyediakan waktu buat siswa melakukan refleksi tentang pengalaman belajar hari itu.

Ade Yeti N, Dosen UIN SGD Bandung

Siswa kelas VIII SMPN 9 Kota Mojokerto mempresentasikan hasil temuan zat aditif pada makanan.

Siswa mengerjakan tabel bersama dengan menempelkan bekas bungkus makanan dan minuman beserta kandungan zat aditif dan pengaruhnya.

Foto dari kiri ke kanan: 1. Siswa melakukan percobaan; 2. Guru mendampingi siswa menulis laporan; 3. Siswa menghitung perbandingan.

Pembelajaran Kimia Kelas VIII

Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan zat aditif pada makanan dan psikotropika

Materi Pembelajaran: Bahan Kimia dalam Kehidupan

Alat dan bahan: Bekas bungkus makanan dan minuman, laptop, modem, LK, kertas karton, spidol

Penilaian:Proses: kemampuan mencari informasi di internet, keaktifan, kerjasama & presentasi.Hasil: pembuatan tabel zat aditif padamakanan & minuman.

Tujuan Pembelajaran:1. Siswa mengidentifikasi zat aditif pada

bekas bungkus makanan dan minuman2. Siswa mencari informasi di internet

terkait kandungan zat aditif pada bungkus makanan dan minuman

3. Siswa mengobservasi efek negatif zat aditif makanan dan minuman pada tubuh dan lingkungan sekitar

4. Siswa membuat tabel identifikasi makanan dan minuman temuannya.

Serang. Sabtu, pukul 11 siang, di SDN Tegal Jetak, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten, hari itu suasananya tampak seperti ujian. Semua siswa tampak duduk diam membaca. Ada beberapa murid membaca di saung dekat lapangan, ada sebagian lagi di dalam ruangan perpustakaan, dengan seorang guru yang tampak mendampingi para siswa. Mereka memang bukan sedang ujian tetapi mengikuti pelajaran membaca.

SD mitra USAID PRIORITAS ini sedang menerapkan jam membaca. Seluruh siswa dari kelas I sampai kelas VI secara bergantian mendapatkan kesempatan membaca selama setengah jam dengan didampingi oleh wali kelasnya. Selama waktu tersebut, siswa boleh membaca apa saja buku yang mereka mau. Mereka boleh membaca fiksi, non-fiksi, apapun. Siswa yang tengah mengikuti pelajaran di kelas pun, diperbolehkan minta ijin untuk ke perpustakaan untuk mencari referensi. Perpustakaan selalu terbuka bagi para siswa saat jam sekolah, apalagi saat istirahat.

Koleksi buku setiap tahun terus bertambah berkat sumbangan dari berbagai pihak, terutama dari siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP. Guru-guru SDN Tegal Jetak bekerjasama membuat katalog, kartu indeks, dan melakukan pencatatan peminjaman. Belakangan juga telah dibuat jadwal kunjungan per kelas, dan penugasan petugas khusus perpustakaan.

“Saya senang sekali membaca buku yang ada di perpustakaan, karena banyak buku yang gambarnya bagus, ceritanya seru, juga banyak pengetahuan yang belum saya tahu. Terus kalau di buku pelajaran tidak ada, bisa cari di perpustakaan untuk mencari jawabannya,” ujar Silvi Nuraeni, siswa kelas VI.

Para guru menyampaikan kegiatan ini berhasil membuat siswa senang dan terbiasa membaca buku, serta membantu siswa memperluas pengetahuan, terutama yang tidak ada dalam buku pelajaran.

Luda Sofiah, Guru SDN Tegal Jetak Ciruas, Banten

Wajib Baca di Perpustakaan SDN Tegal Jetak

Setiap jadwal giliran membaca di perpustakaan selalu didampingi wali kelas, agar tertib dan teratur.

Page 18: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Kuliah Pengajaran Mikro di UIN Alauddin Makassar

Mahasiswa Jadi Kreatif dan Manfaatkan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar

”Saat mahasiswa berpraktik mengajar, mereka sebetulnya tidak semata belajar transfer pengetahuan, tapi mereka melakukan transfer pengalaman pembelajaran dengan meniru model pembelajaran dosennya. Karena itu, jika kita ingin mereka menerapkan pembelajaran aktif, dosen penting membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” kata Nursalam, dosen Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar.

Itulah alasan Fasilitator Pembelajaran USAID PRIORITAS itu selalu memberikan perkuliahan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan kepada mahasiswa. Seperti praktik di bawah saat mendampingi mahasiswanya semester VI Program Studi Matematika dalam kuliah pengajaran mikro (micro teaching).

Supaya kuliah dan praktik micro teaching menarik bagi mahasiswa, Nursalam memfasilitasi mereka menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual di dalam dan luar kelas. Dengan mengajar secara tim (team teaching) Fitriani dan Anita Purnama Putri, mahasiswa yang berperan sebagai guru, menyajikan materi Himpunan untuk siswa kelas VII semester ganjil. Mereka tampak rileks dan tidak canggung lagi mengajar di depan kelas. Bahkan, persiapan perangkat pembelajarannya lengkap. RPP dan LKS mereka rancang untuk pembelajaran aktif dan kontekstual.

Selama 2x45 menit Fitriani dan Anita mengelola pembelajarannya dengan model pembelajaran kooperatif di dalam dan luar kelas. Tahapan pembelajarannya meliputi apersepsi,

penjelasan tujuan pembelajaran, pembagian kelompok, pengerjaan LKS (observasi, kerja, dan diskusi kelompok di dalam dan luar kelas), presentasi hasil kerja kelompok, tanya jawab, penguatan hasil pembelajaran, dan refleksi proses dan konten pembelajaran.

Agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, Fitri dan Anita menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas sebagai sumber belajar. Untuk itu, mereka membagi siswanya ke dalam 6 kelompok heterogen. Masing-masing kelompok diberikan stau LKS dengan berisi tugas (1) mengamati dan mencatat kumpulan-kumpulan benda yang ada di ruang kelas, di taman depan kelas, di samping kelas, di belakang kelas, dan di samping gedung serta di lapangan yang ada di sekitar kelas. Beragam benda-benda yang diamati sebagai sumber belajar seperti: kumpulan motor, pepohonan, batu-batuan, rerumputan, sampah plastik, dan dedaunan kering di halaman. Selama proses pengamatan berlangsung, Fitri dan Anita mengarahkan siswanya untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang kumpulan benda yang ditemukan, khususnya kesamaan dari benda-benda itu; (2) memberikan penamaan kumpulan-kumpulan benda yang dikumpulkan itu lalu memberikan nama himpunan untuk kumpulan-kumpulan tersebut. Dari kegiatan pembelajaran itu, siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis benda yang dapat dikelompokkan ke dalam satu himpunan. Dan akhirnya dapat membuat simpulan sendiri tentang definisi himpunan.

Proses pembelajaran kemudian dilanjutkan di dalam kelas dengan kegiatan presentasi hasil belajar kelompok, diskusi, dan tanya jawab. Fitri dan Anita saling bergantian menjadi fasilitator diskusi. Di bagian akhir pembelajaran, Fitri menguatkan pemahaman siswanya dengan dua cara memberikan Kuis Tebak-Tebakan

Himpunan dan Demonstrasi Keabsahan Himpunan. Cara yang kedua itu, dirinya mengundang tiga orang teman perempuannya tampil di depan lalu bertanya “Apakah benar kalau mereka berada dalam himpunan perempuan cantik?” jawaban dan argumentasi beragam pun muncul. Fitri lalu menegaskan “Tidak benar kalau dikatakan himpunan perempuan cantik. Karena cantik tidak memiliki ciri dan persamaan yang mutlak,” ujarnya.

Di akhir pembelajaran, Fitri dan Anita melakukan refleksi pembelajaran. Mereka mengundang tanggapan teman-temannya tentang proses dan hasil pembelajaran yang dicapai. Fitri, Anita dan teman-temannya nampak begitu menikmati perkuliahan aktif itu. “Saya sangat suka dengan perkuliahan seperti ini. Sebelum praktik micro teaching, dosen menjelaskan tentang pembelajaran inovatif beserta model-modelnya. Kami diberikan kebebasan untuk merancang dan mengembangkannya. Akhirnya kami tidak merasa kaku lagi untuk melakukan PPL,” papar Anita. (Ham)

Mahasiswa (sebagai siswa) sedang belajar di luar kelas.

1

3

Dari atas: (1) Siswa sedang presentasi hasil kerja kelompok; (2) Siswa sedang diskusi dan tanya jawab; (3) Fitri (guru) sedang menguatkan secara konkret tentang Keabasahan Himpunan

2

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 19

Belajar Alat Indra Manusia dengan Kooperatif - Window Shopping

Banjarnegara. Belajar tentang alat indra manusia semestinya hal yang mudah karena melekat dalam tubuh manusia, dapat diraba, dilihat, disentuh, dan dieksplorasi. Namun karena pada umumnya pembelajaran itu disampaikan dengan teknik ceramah atau sekadar membaca buku teks saja, hasilnya hal tersebut kurang melekat dan kurang dipahami oleh siswa.

Metode pembelajaran kooperatif tipe Window Shopping (belanja hasil karya) akan membawa siswa tidak hanya sekadar paham alat indra manusia melainkan juga mengantarkan mereka pada penanaman karakter kerjasama, keberanian, demokratis, rasa ingin tahu, interaksi antarteman, dan bertanggung jawab. Pembelajaran ini dilakukan oleh Suciningtyas, S.Pd.I di SDN 2 Semarang Banjarnegara (8/6).

Pembelajaran dimulai dengan tanya jawab yang mengarah pada pembahasan tentang mata. Di antaranya, “coba benda apa yang Ibu pegang?” atau “Mengapa kalian bisa tahu kalau ini adalah pulpen?”. Setiap jawaban siswa ditulis di papan tulis. Setelah semua siswa paham maksud pertanyaan itu, guru memberikan energizer “Hai, Hallo” dan bernyanyi “dua mata saya, hidung saya satu...dan seterusnya.”

Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan eksplorasi dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk menjelaskan materi tentang bagian–bagian mata beserta fungsinya. Dalam kegiatan eksplorasi, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan nama kelompok Retina, Kornea, Iris, Lensa, Pupil, dan Saraf Mata dengan teknik berhitung 1 sampai 6 sejumlah siswa dalam

satu kelas dengan memperhatikan gender. Siswa yang menyebut angka 1 berkelompok dengan angka 1, angka 2 berkelompok dengan angka 2 dan seterusnya.

Setiap kelompok diberi lembar kerja yang berbeda-beda kepada setiap siswanya. Kemudian guru menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya dan bagaimana aturan mainnya. Setelah selesai menjelaskan, siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Begitu selesai mengerjakan, guru mendampingi kelompok untuk mempresentasikan dalam kelompoknya sambil berdiri. Bila ada yang kurang jelas siswa dalam kelompok lain bisa memberikan komentar.

Langkah selanjutnya, siswa melakukan kunjung karya antarkelompok. Dua orang siswa dalam kelompok berperan sebagai penyaji kelompok dan anggota kelompok yang lain mengunjungi kelompok terdekat serta memberikan cacatan perbaikan jika diperlukan (window shopping). Setelah selesai mengerjakan 4 lembar kerja, siswa diarahkan untuk memajangkan hasil karyanya.

Guru kemudian memeriksa hasil kerja dan memberikan penghargaan pada semua kelompok atas prestasi yang telah dicapai. Untuk memperjelas pemahaman siswa, guru memberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Sambil menjelaskan, guru juga memberi penguatan tentang materi bagian–bagian mata beserta fungsinya.

Guru menutup pembelajaran dengan meminta dua orang siswa (yang dinilai menonjol untuk menyimpulkan). Selanjutnya guru memberi tambahan simpulan terkait pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah semua siswa paham terhadap materi, guru menutup pembelajaran dengan menyanyikan kembali lagu “dua mata saya, hidung saya satu…dan seterusnya” dengan suka cita.

(Lhs)

Siswa mendemostrasikan bagian-bagian eksternal mata dalam kelompoknya.

Kiri Kanan: Karya kelompok dipajangkan di papan tulis dan saling : Guru mendampingi siswa mengerjakan Lembaran Kerja Window Shopping. membandingkan di antara kelompok.

Page 19: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Kuliah Pengajaran Mikro di UIN Alauddin Makassar

Mahasiswa Jadi Kreatif dan Manfaatkan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar

”Saat mahasiswa berpraktik mengajar, mereka sebetulnya tidak semata belajar transfer pengetahuan, tapi mereka melakukan transfer pengalaman pembelajaran dengan meniru model pembelajaran dosennya. Karena itu, jika kita ingin mereka menerapkan pembelajaran aktif, dosen penting membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” kata Nursalam, dosen Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar.

Itulah alasan Fasilitator Pembelajaran USAID PRIORITAS itu selalu memberikan perkuliahan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan kepada mahasiswa. Seperti praktik di bawah saat mendampingi mahasiswanya semester VI Program Studi Matematika dalam kuliah pengajaran mikro (micro teaching).

Supaya kuliah dan praktik micro teaching menarik bagi mahasiswa, Nursalam memfasilitasi mereka menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual di dalam dan luar kelas. Dengan mengajar secara tim (team teaching) Fitriani dan Anita Purnama Putri, mahasiswa yang berperan sebagai guru, menyajikan materi Himpunan untuk siswa kelas VII semester ganjil. Mereka tampak rileks dan tidak canggung lagi mengajar di depan kelas. Bahkan, persiapan perangkat pembelajarannya lengkap. RPP dan LKS mereka rancang untuk pembelajaran aktif dan kontekstual.

Selama 2x45 menit Fitriani dan Anita mengelola pembelajarannya dengan model pembelajaran kooperatif di dalam dan luar kelas. Tahapan pembelajarannya meliputi apersepsi,

penjelasan tujuan pembelajaran, pembagian kelompok, pengerjaan LKS (observasi, kerja, dan diskusi kelompok di dalam dan luar kelas), presentasi hasil kerja kelompok, tanya jawab, penguatan hasil pembelajaran, dan refleksi proses dan konten pembelajaran.

Agar semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, Fitri dan Anita menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas sebagai sumber belajar. Untuk itu, mereka membagi siswanya ke dalam 6 kelompok heterogen. Masing-masing kelompok diberikan stau LKS dengan berisi tugas (1) mengamati dan mencatat kumpulan-kumpulan benda yang ada di ruang kelas, di taman depan kelas, di samping kelas, di belakang kelas, dan di samping gedung serta di lapangan yang ada di sekitar kelas. Beragam benda-benda yang diamati sebagai sumber belajar seperti: kumpulan motor, pepohonan, batu-batuan, rerumputan, sampah plastik, dan dedaunan kering di halaman. Selama proses pengamatan berlangsung, Fitri dan Anita mengarahkan siswanya untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang kumpulan benda yang ditemukan, khususnya kesamaan dari benda-benda itu; (2) memberikan penamaan kumpulan-kumpulan benda yang dikumpulkan itu lalu memberikan nama himpunan untuk kumpulan-kumpulan tersebut. Dari kegiatan pembelajaran itu, siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis benda yang dapat dikelompokkan ke dalam satu himpunan. Dan akhirnya dapat membuat simpulan sendiri tentang definisi himpunan.

Proses pembelajaran kemudian dilanjutkan di dalam kelas dengan kegiatan presentasi hasil belajar kelompok, diskusi, dan tanya jawab. Fitri dan Anita saling bergantian menjadi fasilitator diskusi. Di bagian akhir pembelajaran, Fitri menguatkan pemahaman siswanya dengan dua cara memberikan Kuis Tebak-Tebakan

Himpunan dan Demonstrasi Keabsahan Himpunan. Cara yang kedua itu, dirinya mengundang tiga orang teman perempuannya tampil di depan lalu bertanya “Apakah benar kalau mereka berada dalam himpunan perempuan cantik?” jawaban dan argumentasi beragam pun muncul. Fitri lalu menegaskan “Tidak benar kalau dikatakan himpunan perempuan cantik. Karena cantik tidak memiliki ciri dan persamaan yang mutlak,” ujarnya.

Di akhir pembelajaran, Fitri dan Anita melakukan refleksi pembelajaran. Mereka mengundang tanggapan teman-temannya tentang proses dan hasil pembelajaran yang dicapai. Fitri, Anita dan teman-temannya nampak begitu menikmati perkuliahan aktif itu. “Saya sangat suka dengan perkuliahan seperti ini. Sebelum praktik micro teaching, dosen menjelaskan tentang pembelajaran inovatif beserta model-modelnya. Kami diberikan kebebasan untuk merancang dan mengembangkannya. Akhirnya kami tidak merasa kaku lagi untuk melakukan PPL,” papar Anita. (Ham)

Mahasiswa (sebagai siswa) sedang belajar di luar kelas.

1

3

Dari atas: (1) Siswa sedang presentasi hasil kerja kelompok; (2) Siswa sedang diskusi dan tanya jawab; (3) Fitri (guru) sedang menguatkan secara konkret tentang Keabasahan Himpunan

2

Prioritas Pendidikan: Edisi 4/ Juli - September/ 2013 - 19

Belajar Alat Indra Manusia dengan Kooperatif - Window Shopping

Banjarnegara. Belajar tentang alat indra manusia semestinya hal yang mudah karena melekat dalam tubuh manusia, dapat diraba, dilihat, disentuh, dan dieksplorasi. Namun karena pada umumnya pembelajaran itu disampaikan dengan teknik ceramah atau sekadar membaca buku teks saja, hasilnya hal tersebut kurang melekat dan kurang dipahami oleh siswa.

Metode pembelajaran kooperatif tipe Window Shopping (belanja hasil karya) akan membawa siswa tidak hanya sekadar paham alat indra manusia melainkan juga mengantarkan mereka pada penanaman karakter kerjasama, keberanian, demokratis, rasa ingin tahu, interaksi antarteman, dan bertanggung jawab. Pembelajaran ini dilakukan oleh Suciningtyas, S.Pd.I di SDN 2 Semarang Banjarnegara (8/6).

Pembelajaran dimulai dengan tanya jawab yang mengarah pada pembahasan tentang mata. Di antaranya, “coba benda apa yang Ibu pegang?” atau “Mengapa kalian bisa tahu kalau ini adalah pulpen?”. Setiap jawaban siswa ditulis di papan tulis. Setelah semua siswa paham maksud pertanyaan itu, guru memberikan energizer “Hai, Hallo” dan bernyanyi “dua mata saya, hidung saya satu...dan seterusnya.”

Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan eksplorasi dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk menjelaskan materi tentang bagian–bagian mata beserta fungsinya. Dalam kegiatan eksplorasi, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan nama kelompok Retina, Kornea, Iris, Lensa, Pupil, dan Saraf Mata dengan teknik berhitung 1 sampai 6 sejumlah siswa dalam

satu kelas dengan memperhatikan gender. Siswa yang menyebut angka 1 berkelompok dengan angka 1, angka 2 berkelompok dengan angka 2 dan seterusnya.

Setiap kelompok diberi lembar kerja yang berbeda-beda kepada setiap siswanya. Kemudian guru menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya dan bagaimana aturan mainnya. Setelah selesai menjelaskan, siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Begitu selesai mengerjakan, guru mendampingi kelompok untuk mempresentasikan dalam kelompoknya sambil berdiri. Bila ada yang kurang jelas siswa dalam kelompok lain bisa memberikan komentar.

Langkah selanjutnya, siswa melakukan kunjung karya antarkelompok. Dua orang siswa dalam kelompok berperan sebagai penyaji kelompok dan anggota kelompok yang lain mengunjungi kelompok terdekat serta memberikan cacatan perbaikan jika diperlukan (window shopping). Setelah selesai mengerjakan 4 lembar kerja, siswa diarahkan untuk memajangkan hasil karyanya.

Guru kemudian memeriksa hasil kerja dan memberikan penghargaan pada semua kelompok atas prestasi yang telah dicapai. Untuk memperjelas pemahaman siswa, guru memberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. Sambil menjelaskan, guru juga memberi penguatan tentang materi bagian–bagian mata beserta fungsinya.

Guru menutup pembelajaran dengan meminta dua orang siswa (yang dinilai menonjol untuk menyimpulkan). Selanjutnya guru memberi tambahan simpulan terkait pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah semua siswa paham terhadap materi, guru menutup pembelajaran dengan menyanyikan kembali lagu “dua mata saya, hidung saya satu…dan seterusnya” dengan suka cita.

(Lhs)

Siswa mendemostrasikan bagian-bagian eksternal mata dalam kelompoknya.

Kiri Kanan: Karya kelompok dipajangkan di papan tulis dan saling : Guru mendampingi siswa mengerjakan Lembaran Kerja Window Shopping. membandingkan di antara kelompok.

Page 20: ISSN · 2013. 11. 20. · ISSN 2303 - 0852 Edisi 4 PRIORITAS PENDIDIKAN Jul - Sept 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan

Ace

h B

arat

Day

a

Ace

h U

tara

Ace

h Ta

mia

ng

Pid

ie Jay

a

Del

i Ser

dan

g

Lang

katS

um

ate

raU

tara

Toba

Sam

osi

r

Kota

Tan

gera

ng

Tang

eran

g Se

lata

n

Kun

inga

n

Suka

bum

i

Ban

dun

g B

arat Ta

sikm

alay

a

Bek

asi

Peka

long

an

Wono

sobo

Srag

enN

gaw

i

Lum

ajan

g

Par

e-Par

e

Mak

asar

Taka

lar

Bone

Tana

Tora

ja

Cir

ebon

Dae

rah

Mitra

- S

ept

2013

DB

E

46

89 D

aera

h M

itra

Koho

rt 1

Koho

rt 2

2320