20
Sementara Direktur Kantor Pendidikan USAID Indonesia, Peter Cronin mengata- kan, "Saya bangga dengan komitmen yang kuat dari Pemerintah Kabupaten/Kota mitra kami, membuat program literasi ini dapat berjalan baik," kata Peter Cronin dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu- capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan untuk komitmen dan keberhasilan ini, dan kami berharap kabupaten lain dapat belajar dari mereka," tambahnya. (Anw) ISSN 2303 - 0852 Edisi 16 Jan-Mar 2017 USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa PRIORITAS PENDIDIKAN Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com Berita lainnya di halaman 18. Anugerah Literasi Prioritas dari Kemendikbud untuk 19 Daerah Mitra Para Bupati dan Walikota menerima Anugerah Literasi Prioritas karena komitmennya mendukung dan menerapkan budaya membaca di sekolah. Kabupaten/kota tersebut yaitu Aceh Barat Daya, Bireun, Labuhanbatu, Serdang Bedagai, Serang,Tangerang, Kota Cimahi, Bandung Barat,Tasikmalaya, Banjarnegara, Demak, Sragen, Banyuwangi, Blitar, Lumajang, Sidoarjo, Sidrap, Maros, dan Wajo. Program USAID PRIORITAS di lapangan akan berakhir pertengah- an tahun 2017. Hampir lima tahun USAID PRIORITAS telah mening- katkan kapasitas fasilitator daerah untuk melatih pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dalam hal pembelajaran, budaya baca, dan manajemen sekolah, melalui kegiatan kunjungan sekolah, pelatihan, kegiatan gugus sekolah, dan pendampingan di sekolah. Dari hasil monitoring dan evaluasi dari tahun 2012 hingga 2016, seperti tampak pada grafik di samping, persentase guru yang menerapkan pendekatan pembelajaran aktif meningkat dari 21,5% (2012) menjadi 80% (2016). Perilaku belajar siswa yaitu keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas, memecahkan masalah, dan kegia- tan kerja kooperatif dalam kelompok, yang awalnya hanya ditemukan pada 16,8% kelas (2012) meningkat menjadi 89% (2016). Pada aspek manajemen sekolah, partisipasi orang tua dan masya- rakat dalam mendukung proses pendidikan di sekolah juga mening- kat dari 27,2% (2012), menjadi 85% (2016). Inisiatif pengelola sekolah dalam menciptakan budaya baca di sekolah juga meningkat Pengelola sekolah mengambil inisiatif untuk menciptakan budaya baca di sekolah Partisipasi orang tua dan masyarakat dalam kegiatan yang berfokus dalam pembelajaran dan dalam perbaikan lingkungan sekolah Siswa memperlihatkan perilaku belajar positif 2014 2013 2012 2015 2016 Guru mendemonstrasikan praktik yang baik dalam pembelajaran DARI RAKYAT AMERIKA signifikan dari 24,8% (2012) menjadi 97% (2016). Capaian ini menunjukkan komitmen sekolah dan madrasah mitra dalam menerapkan program USAID PRIORITAS. (Anw) Kemajuan di Sekolah Mitra 80% 71.5% 59.6% 55.1% 21.5% 89% 86% 80.7% 72.9% 16.8% 85% 91.3% 65.6% 26.1% 27.2% 97% 87.3% 78.3% 64.6% 24.8% Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberi Anu- gerah Literasi Prioritas kepada 19 kabupa- ten/kota mitra USAID PRIORITAS untuk keberhasilannya meningkatkan literasi atau budaya membaca siswa. Hamid Muhammad, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID yang telah melakukan pendampingan program literasi kepada SD/MI dan SMP/MTs di tujuh provinsi sejak tahun 2013 (20/3). “Anugerah Literasi Prioritas diberikan sebagai apresiasi Kemendikbud kepada Kabupaten/Kota mitra USAID PRIORITAS. Apresiasi itu diharapkan menjadi motivasi agar Pemda terus mengembangkan program literasi secara kreatif dan inovatif,” tukas Hamid dalam sambutannya. Ke-19 daerah tersebut juga mendapat SK peneta- pan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Nomor 209/D/KEP/BS/2017 tentang penetapan kabupaten/kota literasi mitra USAID PRIORITAS tahun 2017.

ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

Sementara Direktur Kantor Pendidikan USAID Indonesia, Peter Cronin mengata-kan, "Saya bangga dengan komitmen yang kuat dari Pemerintah Kabupaten/Kota mitra kami, membuat program literasi ini dapat berjalan baik," kata Peter Cronin dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan untuk komitmen dan keberhasilan ini, dan kami berharap kabupaten lain dapat belajar dari mereka," tambahnya. (Anw)

ISSN2303 - 0852

Edisi 16Jan-Mar

2017

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

PRIORITAS PENDIDIKANMedia Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com

Berita lainnya di halaman 18.

Anugerah Literasi Prioritas dari Kemendikbud untuk 19 Daerah Mitra

Para Bupati dan Walikota menerima Anugerah Literasi Prioritas karena komitmennya mendukung dan menerapkan budaya membaca di sekolah. Kabupaten/kota tersebut yaitu Aceh Barat Daya, Bireun, Labuhanbatu, Serdang Bedagai, Serang, Tangerang, Kota Cimahi, Bandung Barat, Tasikmalaya, Banjarnegara, Demak, Sragen, Banyuwangi, Blitar, Lumajang, Sidoarjo, Sidrap, Maros, dan Wajo.

Program USAID PRIORITAS di lapangan akan berakhir pertengah-an tahun 2017. Hampir lima tahun USAID PRIORITAS telah mening-katkan kapasitas fasilitator daerah untuk melatih pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dalam hal pembelajaran, budaya baca, dan manajemen sekolah, melalui kegiatan kunjungan sekolah, pelatihan, kegiatan gugus sekolah, dan pendampingan di sekolah.

Dari hasil monitoring dan evaluasi dari tahun 2012 hingga 2016, seperti tampak pada grafik di samping, persentase guru yang menerapkan pendekatan pembelajaran aktif meningkat dari 21,5% (2012) menjadi 80% (2016). Perilaku belajar siswa yaitu keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas, memecahkan masalah, dan kegia-tan kerja kooperatif dalam kelompok, yang awalnya hanya ditemukan pada 16,8% kelas (2012) meningkat menjadi 89% (2016).

Pada aspek manajemen sekolah, partisipasi orang tua dan masya-rakat dalam mendukung proses pendidikan di sekolah juga mening-kat dari 27,2% (2012), menjadi 85% (2016). Inisiatif pengelola sekolah dalam menciptakan budaya baca di sekolah juga meningkat

Pengelola sekolah mengambil inisiatif untuk menciptakan budaya baca di

sekolah

Partisipasi orang tua dan masyarakat dalam kegiatan yang berfokus dalam pembelajaran dan dalam perbaikan

lingkungan sekolah

Siswa memperlihatkan perilaku belajar positif

2014 2013 201220152016

Guru mendemonstrasikan praktik yang baik dalam pembelajaran

DARI RAKYAT AMERIKA

signifikan dari 24,8% (2012) menjadi 97% (2016). Capaian ini menunjukkan komitmen sekolah dan madrasah mitra dalam menerapkan program USAID PRIORITAS. (Anw)

Kemajuan di Sekolah Mitra

80%71.5%

59.6%55.1%

21.5%

89%86%

80.7%72.9%

16.8%

85%91.3%

65.6%26.1%27.2%

97%87.3%

78.3%64.6%

24.8%

Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberi Anu-gerah Literasi Prioritas kepada 19 kabupa-ten/kota mitra USAID PRIORITAS untuk keberhasilannya meningkatkan literasi atau budaya membaca siswa. Hamid Muhammad, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID yang telah melakukan pendampingan program literasi kepada SD/MI dan SMP/MTs di tujuh provinsi sejak tahun 2013 (20/3).

“Anugerah Literasi Prioritas diberikan sebagai apresiasi Kemendikbud kepada Kabupaten/Kota mitra USAID PRIORITAS. Apresiasi itu diharapkan menjadi motivasi agar Pemda terus mengembangkan program literasi secara kreatif dan inovatif,” tukas Hamid dalam sambutannya. Ke-19 daerah tersebut juga mendapat SK peneta-pan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Nomor 209/D/KEP/BS/2017 tentang penetapan kabupaten/kota literasi mitra USAID PRIORITAS tahun 2017.

Page 2: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Nasional

Siswa Dapatkan Pembelajaran Berkualitas

Kolaborasi Dosen Pendamping Lapangan dan Guru Pamong

PPL Berkualitas untuk Mahasiswa Calon Guru

UINSA Siapkan Calon Guru Berkualitas

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

Siswa kelas 1 juga berani dan antusias saat ditanya oleh Jeff Cohen tentang buku yang barudibacanya bersama dengan guru.

Mahasiswa PPL Mengajar dengan Pembelajaran Aktif

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Direktur Perencanaan Strategis dan Operasi USAID Biro Asia, Jeff Cohen, menilai pembelajaran aktif di SDN Sumbergondo 2, Batu, Jawa Timur, akan mengantarkan siswa pada kesuksesan di masa depan. Semua kelas memperlihatkan siswa mendapatkan pembelajaran aktif yang berkualitas.

Batu, Jawa Timur -Direktur Perencanaan Strategis dan Operasi USAID Biro Asia, Jeff Cohen, mengunjungi SDN Sumbergondo 2 Batu, untuk melihat dampak program USAID PRIORITAS (6/10). Sehari setelah-nya, dia juga mengunjungi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya untuk melihat perkuliahan calon guru di Jurusan Pendi-dikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) terkait implementasi program kemitraan USAID PRIORITAS dan UINSA (7/10).

Jeff Cohen, memberi apresiasi pada budaya membaca dan pembelajaran aktif di SDN Sumbergondo 2, Batu. Para guru di sekolah ini, menurutnya secara konsisten menerap-kan hasil pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS. “Sekolah ini mendapat dukungan pemerintah dan masyarakat yang

menyediakan fasilitas pembelajaran sehingga membuat guru dapat mengembangkan pembelajaran aktif agar siswa dapat belajar dengan baik,” kata Jeff.

Menurut Sri Winarni, kepala sekolah, semua guru di sekolahnya sudah menerapkan pem-belajaran aktif. “Guru lebih banyak memfa-silitasi siswa untuk melakukan percobaan, memecahkan masalah, menghasilkan karya kreatif, dan berani berpresentasi,” kata Sri.

Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso, menyebut kerja sama dengan USAID telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan dasar di daerahnya. “Pemerintah Kota Batu siap mendukung keberlanjutan program USAID PRIORITAS dan dikembangkan ke banyak sekolah lainnya,” kata Punjul. (Anw)

Surabaya, Jawa Timur - Setelah melihat proses perkuliahan di UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Jeff Cohen menilai UINSA berada di jalur yang benar untuk mempersiapkan guru berkualitas

di masa depan. “Mahasiswa calon guru akan lebih siap untuk menerapkan pembelajaran aktif dan mengoptimalkan

potensi siswa mereka,” katanya. “Para mahasiswa terlihat aktif berdiskusi di

kelompok menyelesaikan tugas dari dosennya,” tambahnya.

Sejak kemitraan dengan USAID, UINSA telah melatih lebih dari 50 dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam menerapkan perkuliahan dengan pendekatan aktif. Beberapa dosen UINSA juga mengambil bagian dalam kegiatan penelitian dua bulan pada Januari-Februari 2016 untuk belajar tentang pengembangan program praktik mengajar bagi mahasiswa calon guru di Michigan State University (MSU) di Amerika.

Rektor UINSA, Prof Dr Abd A’la, mengatakan bahwa kerja sama antara UINSA dan USAID telah membantu para dosen untuk meningkatkan kualitas perkuliahan mereka dalam mempersiapkan calon guru yang profesional. “Kami optimis bahwa pendekatan perkuliahan yang kreatif, inovatif, dan lebih banyak praktik dapat memenuhi pendidikan yang berkualitas dan memperkaya pengalaman belajar mahasiswa di universitas ini,” katanya. (Anw)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan.Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitiantindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270.

Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email: [email protected] ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350-550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JEPG.

Arsya Dwi Tarana, mahasiswa semester VII Jurusan PGSD UNY sedang bersimulasi praktik mengajar bersama guru pamong dalam Pelatihan Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk meningkatkan Kualitas PPL mahasiswa LPTK, di Yogyakarta.

Yogyakarta – Praktik pengalaman lapangan (PPL) merupakan salah satu fase penting untuk memberikan bekal pengalaman mengajar yang baik bagi mahasiswa. USAID PRIORITAS bersama para pengelola PPL memandang perlunya peningkatan peran efektif dosen pendamping lapangan (DPL) dan guru pamong (GP) dalam melakukan pembimbingan kepada para mahasiswa praktikan.

“Pelatihan untuk memberi masukan alternatif untuk pembimbingan kepada mahasiswa dalam PPL,” jelas Lynne Hill, Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS di sela-sela acara Pelatihan Nasional Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk meningkatkan PPL mahasiswa lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) di Yogyakarta (20/7).

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Dr Rochmat Wahab, menyebut kolaborasi antara DPL, GP dan mahasiswa praktikan sangat diperlukan. “Pelatihan ini sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK sehingga nantinya mereka benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa,” kata Prof Rochmat saat membuka acara pelatihan tersebut.

Pelatihan tiga hari ini juga dilaksanakan di 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS di tujuh provinsi. Isi materi pelatihan lebih banyak mempraktikkan tentang melakukan observasi sekolah dan kelas, praktik pendampingan mengajar terbimbing dan mengajar mandiri, dan konferensi pembimbingan mahasiswa dengan pendampingan DPL dan GP. Tatat Hartati PhD, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, menjelaskan bahwa pelatihan yang dilakukan USAID PRIORITAS ini dapat menjadi refleksi dan acuan pelaksanaan kegiatan PPL, baik bagi dosen maupun guru pamong.

“PPL ini bukan hanya berguna bagi mahasiswa calon guru, tapi juga bagi sekolah karena mahasiswa mempraktikkan pembelajaran aktif terbaru dan belajar bersama guru pamong untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,” katanya.

Alphian Sahruddin, guru pamong SDN Kompleks IKIP I Makassar, menjelaskan, kegiatan pelatihan yang mempertemukan dosen dan guru menciptakan forum pertemuan yang memberi solusi aplikatif untuk masalah PPL yang dihadapi di lapangan. (Tif/Anw)

Siswa mempresentasikan pengubinan dari bangun datar yang mereka pilih, didampingi Sri Ayu, mahasiswa PPL yang praktik mengajar.

Serang, Banten - Sri Ayu, mahasiswa IAIN SMH Banten, melakukan praktik mengajar di MIN 2 Serang, dalam ToT Praktik Pengalaman lapangan (PPL). Dia didampingi Syihabudin dosen pendamping lapangan, dan Asep Nizarudin, guru pamong di madrasah tersebut. “Saya mengajar matematika di kelas IVB dengan tujuan siswa dapat membuat rancangan pola pengubinan dengan banyak bangun datar,” tukas Sri Ayu.

Pengubinan adalah penyusunan satu atau lebih bangun datar sehingga tidak menimbulkan rongga di antaranya. “Di sini saya membawa tiga motif kain sarung yang berisi ragam bangun datar yang menjadi model. Melalui media ini, saya berharap siswa dapat mengkreasikan pola pengubinan,” kata Sri lagi.

Pada kegiatan apersepsi, dia memperlihatkan tiga model sarung yang dibawanya. Siswa diminta membedakan bangun datar yang tercetak dalam motif

sarung. Setiap perwakilan kelompok menuliskan bangun datar yang ditemukan di papan tulis. Lalu Sri bertanya kembali dengan melakukan klarifikasi, apakah betul bangun datar itu yang dimaksud dalam motif sarung.

Siswa yang dibagi dalam tujuh kelompok, mendapatkan bangun datar yang berbeda-beda, yakni persegi panjang, segitiga sama, lingkaran, segi lima, trapesium dan jajargenjang. Setiap siswa juga mendapatkan lembar kerja yang berisi instruksi:

1. Buatlah rancang pola pengubinan sesuai

bangun datar yang diterima kelompok!

2. Warnailah pola pengubinan yang sudah dirancang!

3. Gunakan tiga warna yang berbeda untuk pengubinan sehingga menghasilkan motif yang menarik!

Siswa memilih sendiri konsep bangun datar yang bisa dijadikan pengubinan. Ada yang membuat persegi, persegi panjang, atau segi enam. Setiap kelompok memilih pola pengubinan yang menarik untuk dipresentasikan di kelas. Lalu siswa menjelaskan pewarnaan dan pola pengubinan yang dipilih.

Setelah praktik mengajar, DPL, GP, dan mahasiswa bertemu untuk melakukan konferensi dengan pola 3-2-1. Yaitu DPL dan guru pamong menyampaikan tiga hal yang baik dari praktik mengajar, menyampaikan dua pertanyaan, dan memberi satu saran kepada mahasiswa. Mahasiswa memberikan tanggapan dari semua sesi ini. “Kelebihannya, mahasiswa membuat suasana kelas menjadi aktif, siswa belajar matematika lebih bermakna dan menghasilkan karya seperti yang dilatihkan USAID PRIORITAS. Yang perlu diperbaiki, cara berkomunikasi agar tidak kaku dan mudah dipahami siswa," kata Syihabudin, DPL memberi saran kepada Sri Ayu. (Anl)

2 3Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016

Jeff Cohen dan Rektor UINSA, Prof Abd A’la saat melihat proses perkuliahan literasi di PGSD. Mahasiswa sedang melakukan modeling kegiatan membaca bersama dengan buku besar yang mereka buat sendiri.

Jeff Cohen, Direktur Perencanaan Strategis dan Operasi USAID Biro Asia:

Page 3: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Nasional

Siswa Dapatkan Pembelajaran Berkualitas

Kolaborasi Dosen Pendamping Lapangan dan Guru Pamong

PPL Berkualitas untuk Mahasiswa Calon Guru

UINSA Siapkan Calon Guru Berkualitas

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

Siswa kelas 1 juga berani dan antusias saat ditanya oleh Jeff Cohen tentang buku yang barudibacanya bersama dengan guru.

Mahasiswa PPL Mengajar dengan Pembelajaran Aktif

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Direktur Perencanaan Strategis dan Operasi USAID Biro Asia, Jeff Cohen, menilai pembelajaran aktif di SDN Sumbergondo 2, Batu, Jawa Timur, akan mengantarkan siswa pada kesuksesan di masa depan. Semua kelas memperlihatkan siswa mendapatkan pembelajaran aktif yang berkualitas.

Batu, Jawa Timur -Direktur Perencanaan Strategis dan Operasi USAID Biro Asia, Jeff Cohen, mengunjungi SDN Sumbergondo 2 Batu, untuk melihat dampak program USAID PRIORITAS (6/10). Sehari setelah-nya, dia juga mengunjungi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya untuk melihat perkuliahan calon guru di Jurusan Pendi-dikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) terkait implementasi program kemitraan USAID PRIORITAS dan UINSA (7/10).

Jeff Cohen, memberi apresiasi pada budaya membaca dan pembelajaran aktif di SDN Sumbergondo 2, Batu. Para guru di sekolah ini, menurutnya secara konsisten menerap-kan hasil pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS. “Sekolah ini mendapat dukungan pemerintah dan masyarakat yang

menyediakan fasilitas pembelajaran sehingga membuat guru dapat mengembangkan pembelajaran aktif agar siswa dapat belajar dengan baik,” kata Jeff.

Menurut Sri Winarni, kepala sekolah, semua guru di sekolahnya sudah menerapkan pem-belajaran aktif. “Guru lebih banyak memfa-silitasi siswa untuk melakukan percobaan, memecahkan masalah, menghasilkan karya kreatif, dan berani berpresentasi,” kata Sri.

Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso, menyebut kerja sama dengan USAID telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan dasar di daerahnya. “Pemerintah Kota Batu siap mendukung keberlanjutan program USAID PRIORITAS dan dikembangkan ke banyak sekolah lainnya,” kata Punjul. (Anw)

Surabaya, Jawa Timur - Setelah melihat proses perkuliahan di UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Jeff Cohen menilai UINSA berada di jalur yang benar untuk mempersiapkan guru berkualitas

di masa depan. “Mahasiswa calon guru akan lebih siap untuk menerapkan pembelajaran aktif dan mengoptimalkan

potensi siswa mereka,” katanya. “Para mahasiswa terlihat aktif berdiskusi di

kelompok menyelesaikan tugas dari dosennya,” tambahnya.

Sejak kemitraan dengan USAID, UINSA telah melatih lebih dari 50 dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam menerapkan perkuliahan dengan pendekatan aktif. Beberapa dosen UINSA juga mengambil bagian dalam kegiatan penelitian dua bulan pada Januari-Februari 2016 untuk belajar tentang pengembangan program praktik mengajar bagi mahasiswa calon guru di Michigan State University (MSU) di Amerika.

Rektor UINSA, Prof Dr Abd A’la, mengatakan bahwa kerja sama antara UINSA dan USAID telah membantu para dosen untuk meningkatkan kualitas perkuliahan mereka dalam mempersiapkan calon guru yang profesional. “Kami optimis bahwa pendekatan perkuliahan yang kreatif, inovatif, dan lebih banyak praktik dapat memenuhi pendidikan yang berkualitas dan memperkaya pengalaman belajar mahasiswa di universitas ini,” katanya. (Anw)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan.Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitiantindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270.

Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email: [email protected] ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350-550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JEPG.

Arsya Dwi Tarana, mahasiswa semester VII Jurusan PGSD UNY sedang bersimulasi praktik mengajar bersama guru pamong dalam Pelatihan Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk meningkatkan Kualitas PPL mahasiswa LPTK, di Yogyakarta.

Yogyakarta – Praktik pengalaman lapangan (PPL) merupakan salah satu fase penting untuk memberikan bekal pengalaman mengajar yang baik bagi mahasiswa. USAID PRIORITAS bersama para pengelola PPL memandang perlunya peningkatan peran efektif dosen pendamping lapangan (DPL) dan guru pamong (GP) dalam melakukan pembimbingan kepada para mahasiswa praktikan.

“Pelatihan untuk memberi masukan alternatif untuk pembimbingan kepada mahasiswa dalam PPL,” jelas Lynne Hill, Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS di sela-sela acara Pelatihan Nasional Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk meningkatkan PPL mahasiswa lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) di Yogyakarta (20/7).

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Dr Rochmat Wahab, menyebut kolaborasi antara DPL, GP dan mahasiswa praktikan sangat diperlukan. “Pelatihan ini sangat relevan dengan penyiapan calon guru oleh LPTK sehingga nantinya mereka benar-benar bisa menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa,” kata Prof Rochmat saat membuka acara pelatihan tersebut.

Pelatihan tiga hari ini juga dilaksanakan di 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS di tujuh provinsi. Isi materi pelatihan lebih banyak mempraktikkan tentang melakukan observasi sekolah dan kelas, praktik pendampingan mengajar terbimbing dan mengajar mandiri, dan konferensi pembimbingan mahasiswa dengan pendampingan DPL dan GP. Tatat Hartati PhD, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, menjelaskan bahwa pelatihan yang dilakukan USAID PRIORITAS ini dapat menjadi refleksi dan acuan pelaksanaan kegiatan PPL, baik bagi dosen maupun guru pamong.

“PPL ini bukan hanya berguna bagi mahasiswa calon guru, tapi juga bagi sekolah karena mahasiswa mempraktikkan pembelajaran aktif terbaru dan belajar bersama guru pamong untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,” katanya.

Alphian Sahruddin, guru pamong SDN Kompleks IKIP I Makassar, menjelaskan, kegiatan pelatihan yang mempertemukan dosen dan guru menciptakan forum pertemuan yang memberi solusi aplikatif untuk masalah PPL yang dihadapi di lapangan. (Tif/Anw)

Siswa mempresentasikan pengubinan dari bangun datar yang mereka pilih, didampingi Sri Ayu, mahasiswa PPL yang praktik mengajar.

Serang, Banten - Sri Ayu, mahasiswa IAIN SMH Banten, melakukan praktik mengajar di MIN 2 Serang, dalam ToT Praktik Pengalaman lapangan (PPL). Dia didampingi Syihabudin dosen pendamping lapangan, dan Asep Nizarudin, guru pamong di madrasah tersebut. “Saya mengajar matematika di kelas IVB dengan tujuan siswa dapat membuat rancangan pola pengubinan dengan banyak bangun datar,” tukas Sri Ayu.

Pengubinan adalah penyusunan satu atau lebih bangun datar sehingga tidak menimbulkan rongga di antaranya. “Di sini saya membawa tiga motif kain sarung yang berisi ragam bangun datar yang menjadi model. Melalui media ini, saya berharap siswa dapat mengkreasikan pola pengubinan,” kata Sri lagi.

Pada kegiatan apersepsi, dia memperlihatkan tiga model sarung yang dibawanya. Siswa diminta membedakan bangun datar yang tercetak dalam motif

sarung. Setiap perwakilan kelompok menuliskan bangun datar yang ditemukan di papan tulis. Lalu Sri bertanya kembali dengan melakukan klarifikasi, apakah betul bangun datar itu yang dimaksud dalam motif sarung.

Siswa yang dibagi dalam tujuh kelompok, mendapatkan bangun datar yang berbeda-beda, yakni persegi panjang, segitiga sama, lingkaran, segi lima, trapesium dan jajargenjang. Setiap siswa juga mendapatkan lembar kerja yang berisi instruksi:

1. Buatlah rancang pola pengubinan sesuai

bangun datar yang diterima kelompok!

2. Warnailah pola pengubinan yang sudah dirancang!

3. Gunakan tiga warna yang berbeda untuk pengubinan sehingga menghasilkan motif yang menarik!

Siswa memilih sendiri konsep bangun datar yang bisa dijadikan pengubinan. Ada yang membuat persegi, persegi panjang, atau segi enam. Setiap kelompok memilih pola pengubinan yang menarik untuk dipresentasikan di kelas. Lalu siswa menjelaskan pewarnaan dan pola pengubinan yang dipilih.

Setelah praktik mengajar, DPL, GP, dan mahasiswa bertemu untuk melakukan konferensi dengan pola 3-2-1. Yaitu DPL dan guru pamong menyampaikan tiga hal yang baik dari praktik mengajar, menyampaikan dua pertanyaan, dan memberi satu saran kepada mahasiswa. Mahasiswa memberikan tanggapan dari semua sesi ini. “Kelebihannya, mahasiswa membuat suasana kelas menjadi aktif, siswa belajar matematika lebih bermakna dan menghasilkan karya seperti yang dilatihkan USAID PRIORITAS. Yang perlu diperbaiki, cara berkomunikasi agar tidak kaku dan mudah dipahami siswa," kata Syihabudin, DPL memberi saran kepada Sri Ayu. (Anl)

2 3Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016

Jeff Cohen dan Rektor UINSA, Prof Abd A’la saat melihat proses perkuliahan literasi di PGSD. Mahasiswa sedang melakukan modeling kegiatan membaca bersama dengan buku besar yang mereka buat sendiri.

Jeff Cohen, Direktur Perencanaan Strategis dan Operasi USAID Biro Asia:

Page 4: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Nasional

Fasilitator Dampingi Guru TingkatkanMutu Pembelajaran

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

(1) Fasilitator sedang berlatih melakukan pendampingan kepada guruuntuk melakukan perbaikan pembelajaran. (2) Guru Kelas IV SDN Ngoto,meminta siswa menunjukkan arah jarum jam saat belajar konsep waktu(3) Siswa kelas VIII SMPN 5 Sleman, praktik IPA tentang getaran. Keduasekolah tersebut para gurunya didampingi mengajar oleh fasilitatorpembelajaran USAID PRIORITAS.

Yogyakarta – Para fasilitator pembelajaran dari 7 provinsi (Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan), dilatih dengan kemampuan mengamati dan mengidentifikasi kekuatan dan masalah dalam pembelajaran, termasuk memikirkan alternatif pemecahan masalah dan menerapkan dalam kegiatan pendampingan kepada guru. Kegiatan ini dilaksanakan di Yogyakarta selama enam hari yang dibagi dua angkatan untuk fasilitator pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs (24/9).

“Banyak fasilitator yang masih sulit menemukan hal-hal yang baik dan masalah dalam proses pembelajaran yang mereka dampingi. Mereka juga kesulitan memberi masukan untuk perbaikan pembelajaran. Untuk itu kami melatih fasilitator untuk mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sebuah pembelajaran, dan melakukan pendampingan terhadap guru dari hasil pengamatannya,” kata Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS di sela-sela acara.

Pada pelatihan tersebut, para peserta dilatih melakukan pengamatan proses pembelajaran melalui tayangan 7-8 video. Lalu mereka membahas kekuatan atau permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran pada video, dan mendiskusikan pemecahannya yang dipandu beberapa pertanyaan. Hasil temuan kekuatan dan permasalahan pembelajaran dalam kelompok kecil dibagi di kelompok pleno. Fasilitator juga dibekali dengan keterampilan melakukan pendampingan dengan pertanyaan-pertanyaan menggali agar guru menjadi praktisi yang reflektif

Tiga Hal Penting dalam Pendampingan

Menurut Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS, secara umum, ada tiga hal penting yang dilakukan fasilitator dalam melakukan pendampingan pembelajaran.

Pertama, beri kesempatan guru untuk memberikan komentar terhadap pelaksaan pembelajaran yang dilakukannya terlebih dahulu. Lalu, beri apresiasi kepada guru terhadap hal-hal positif dalam pembelajaran. Hal ini penting untuk memberi motivasi kepada guru agar lebih berani melakukan inovasi.

Kedua, minta kepada guru menyampaikan refleksinya terkait hal-hal yang penting dalam pembelajarannya. Ketiga, minta guru untuk memikirkan perbaikan pembelajaran, kemudian tawarkan ide perbaikan dan/atau pengembangan dari yang penting tersebut, misal tentang penugasan yang diberikan kepada siswa, pengelolaan kelas, dan pertanyaan yang diajukan kepada siswa.

”Kalau proses pendampingan ini dapat dilaksanakan dengan baik maka guru bisa membuat perencanaan perbaikan atau pengembangan pembelajaran berdasarkan hasil identifikasi kekuatan dan masalah tadi untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas,” kata Ujang.

Pada hari terakhir pelatihan, peserta praktik mengidentifikasi kekuatan dan masalah tersebut, serta keterampilan

mendampingi guru di sekolah, yaitu di SDN Ngoto dan SMPN 5 Sleman, Yogyakarta.

Eko Budi Raharjo, guru IPA SMPN 5 Sleman yang menjadi guru terdamping, merasa mendapat teman berbagi untuk meningkatkan proses pembelajaran. “Saya tadi mengajak siswa melakukan percobaan getaran di kelompok yang berjumlah 5-6 siswa. Ternyata dari hasil diskusi dengan fasilitator yang mendampingi, ada beberapa siswa yang pasif hanya bergantung pada teman. Ke depan saya akan membentuk kelompok 3-4 siswa. Laporan percobaan siswa juga masih perlu ditingkatkan, terutama dalam menarik kesimpulan,” katanya.

Sementara Kepala SDN Ngoto, Sutinem, menyampaikan rencananya untuk mengajak guru-gurunya menerapkan hasil pendam-pingan fasilitator. ”Kami juga akan mengajak para guru untuk selalu menerapkan prinsip pembelajaran aktif secara efektif. Sebagai langkah awal, mulai besok, kami juga akan melaksanakan kegiatan membaca senyap setiap hari selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, terutama agar minat dan keterampilan membaca siswa meningkat,” tukasnya setelah berdiskusi dengan para fasilitator.

Para fasilitator nasional ini akan melatih fasilitator kabupaten/kota melalui ToT provinsi, yang kemudian akan melatih lebih dari 1.000 fasilitator daerah yang dipersiap-kan untuk melatih para guru sekolah mitra melalui forum KKG atau MGMP. (Anw)

Rusiyah (kiri) fasilitator pembelajaran SD dari Jawa Tengah, sedang mendampingi Sri Wahyuni, guru kelas V SDN Ngoto, Yogyakarta.

4 5Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016

Perkuat Guru Kuasai Konten Materi dan Cara Mengajarnya

Modul IV

Jakarta - USAID PRIORITAS baru saja mengembangkan dan melatihkan modul IV kepada sekitar 300 fasilitator dari 50 daerah di tujuh provinsi mitra, Aceh, Sumut, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulawesi Selatan. “Modul IV ini lebih memfokuskan pada penguatan konten materi dan cara mengajarnya dengan pendekatan

pembelajaran aktif,” kata Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS di sela-sela pelatihan di Medan (23/2/2017).

Modul IV ini melengkapi tiga modul sebelumnya yang sudah dilatihkan kepada lebih dari

30.000 SD/MI dan SMP/MTs, yaitu modul 1 PAKEM/ pembelajaran kontekstual, modul II pendekatan saintifik, dan modul III keterampilan informasi. Ketiga modul tersebut lebih memfokuskan pada meto-dologi pembelajaran. Semen-tara modul IV, berfokus pada

konten materi pembelajaran. Untuk guru SD/MI ada tiga materi utama yang dilatih-kan yaitu literasi, IPA, dan matematika, sedangkan untuk guru SMP/MTs, yaitu bahasa Indonesia, IPA, dan matematika.

Penyusun modul IV ini adalah para dosen dari 16 LPTK mitra. “Pelibatan para dosen LPTK ini agar setelah program USAID PRIORITAS selesai, mereka dapat melan-jutkan pengembangan modul pelatihan lainnya untuk guru yang lebih menekankan pada kegiatan praktik dan menggunakan pendekatan aktif,” kata Stuart lagi.

Perbaiki MiskonsepsiPada pelatihan modul IV untuk fasilitator provinsi di Jawa Barat yang dilaksanakan di Karawang (21-24/2/2017), terungkap miskonsepsi guru terhadap konsep materi pembelajaran, misalnya pada pembelajaran matematika. Selama ini, 'garis tinggi' segitiga selalu digambarkan tegak. Garis tinggi didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut secara tegak lurus terhadap alas, dan alas selalu dianggap berada di bagian bawah segitiga dan horizontal. Akibatnya, siswa mengalami kesalahan dalam menen-tukan garis tinggi segitiga yang miring.

Padahal, alas itu lebih tepat digambarkan sebagai 'sisi' di hadapan titik sudut tersebut atau perpanjangan sisi tersebut dalam hal segitiga tumpul. Maka, garis tinggi segitiga tepatnya didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut tegak lurus terhadap sisi di hadapannya atau terhadap perpanjangan sisi tersebut.

“Bayangkan, miskonsepsi tentang garis tinggi segitiga semacam itu sudah berlang-sung puluhan tahun dan ribuan anak selama ini mengalami kesulitan menentukan garis tinggi segitiga yang miring atau segitiga tumpul,” ujar Ujang Sukandi, Spesialis Pelatihan Guru USAID PRIORITAS saat mendampingi pelatihan SMP/MTs. (Kom)

Pelatihan Peran Kepala Sekolah dan Pengawas

Para kepala sekolah dan pengawas peserta pelatihan di Jawa Tengah, sedang berpraktik mengamati kondisi sekolah dan menyusun program peningkatan mutu sekolah berdasarkan hasil pengamatan.

USAID PRIORITAS melatih kepala sekolah dan pengawas secara khusus dengan Modul Pengembangan Sekolah Secara Menyeluruh: Peran Kepala Sekolah dan Pengawas. Pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh (whole school development) adalah suatu pendekatan di mana semua warga sekolah, termasuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, masyarakat, dan siswa terlibat dalam pengembangan sekolah.

“Dari pelatihan tiga hari ini, kepala sekolah dan pengawas diharapkan bisa menjalankan peran dan memfokuskan upayanya dalam memajukan proses pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah dan pengawas diharapkan juga memahami indikator-indikator yang berhubungan dengan pembelajaran, budaya baca dan manajemen sekolah,” kata Handoko Widagdo, Spesialis Pengembangan Sekolah.

Pada pelatihan ini, mereka juga dilatih untuk praktik langsung melakukan pengamatan kemajuan sekolah. Dengan mengetahui praktik yang baik dan kelemahan di sekolah, diharapkan kepala sekolah dan pengawas bisa menyusun program untuk membantu sekolah menjadi lebih maju dalam pembelajarannya.

“Pelatihan ini bermanfaat untuk mencapai kemajuan sekolah secara terukur dan terencana,” kata Nur Ridawati, Kepala MIN Maros Baru saat mengikuti pelatihan di Maros, Sulawesi Selatan. Sementara Ella

Nofiarti, pengawas sekolah di Kota Serang, Banten berpendapat pelatihan ini perlu bagi pengawas sekolah untuk mendukung sekolah mengembangkan sekolah secara menyeluruh berdasarkan data temuan pada kegiatan supervisi (9/1/2017). (Kom)

Implementasikan Whole School Development

Peserta pelatihan modul IV IPA SMP di Jawa Tengah, sedang simulasi melakukan percobaan Ingenhouze dengan tanaman hydrilla untuk membuktikan fotosintesis menghasilkan oksigen.

1 2 3

Page 5: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Nasional

Fasilitator Dampingi Guru TingkatkanMutu Pembelajaran

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

(1) Fasilitator sedang berlatih melakukan pendampingan kepada guruuntuk melakukan perbaikan pembelajaran. (2) Guru Kelas IV SDN Ngoto,meminta siswa menunjukkan arah jarum jam saat belajar konsep waktu(3) Siswa kelas VIII SMPN 5 Sleman, praktik IPA tentang getaran. Keduasekolah tersebut para gurunya didampingi mengajar oleh fasilitatorpembelajaran USAID PRIORITAS.

Yogyakarta – Para fasilitator pembelajaran dari 7 provinsi (Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan), dilatih dengan kemampuan mengamati dan mengidentifikasi kekuatan dan masalah dalam pembelajaran, termasuk memikirkan alternatif pemecahan masalah dan menerapkan dalam kegiatan pendampingan kepada guru. Kegiatan ini dilaksanakan di Yogyakarta selama enam hari yang dibagi dua angkatan untuk fasilitator pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs (24/9).

“Banyak fasilitator yang masih sulit menemukan hal-hal yang baik dan masalah dalam proses pembelajaran yang mereka dampingi. Mereka juga kesulitan memberi masukan untuk perbaikan pembelajaran. Untuk itu kami melatih fasilitator untuk mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sebuah pembelajaran, dan melakukan pendampingan terhadap guru dari hasil pengamatannya,” kata Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS di sela-sela acara.

Pada pelatihan tersebut, para peserta dilatih melakukan pengamatan proses pembelajaran melalui tayangan 7-8 video. Lalu mereka membahas kekuatan atau permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran pada video, dan mendiskusikan pemecahannya yang dipandu beberapa pertanyaan. Hasil temuan kekuatan dan permasalahan pembelajaran dalam kelompok kecil dibagi di kelompok pleno. Fasilitator juga dibekali dengan keterampilan melakukan pendampingan dengan pertanyaan-pertanyaan menggali agar guru menjadi praktisi yang reflektif

Tiga Hal Penting dalam Pendampingan

Menurut Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS, secara umum, ada tiga hal penting yang dilakukan fasilitator dalam melakukan pendampingan pembelajaran.

Pertama, beri kesempatan guru untuk memberikan komentar terhadap pelaksaan pembelajaran yang dilakukannya terlebih dahulu. Lalu, beri apresiasi kepada guru terhadap hal-hal positif dalam pembelajaran. Hal ini penting untuk memberi motivasi kepada guru agar lebih berani melakukan inovasi.

Kedua, minta kepada guru menyampaikan refleksinya terkait hal-hal yang penting dalam pembelajarannya. Ketiga, minta guru untuk memikirkan perbaikan pembelajaran, kemudian tawarkan ide perbaikan dan/atau pengembangan dari yang penting tersebut, misal tentang penugasan yang diberikan kepada siswa, pengelolaan kelas, dan pertanyaan yang diajukan kepada siswa.

”Kalau proses pendampingan ini dapat dilaksanakan dengan baik maka guru bisa membuat perencanaan perbaikan atau pengembangan pembelajaran berdasarkan hasil identifikasi kekuatan dan masalah tadi untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas,” kata Ujang.

Pada hari terakhir pelatihan, peserta praktik mengidentifikasi kekuatan dan masalah tersebut, serta keterampilan

mendampingi guru di sekolah, yaitu di SDN Ngoto dan SMPN 5 Sleman, Yogyakarta.

Eko Budi Raharjo, guru IPA SMPN 5 Sleman yang menjadi guru terdamping, merasa mendapat teman berbagi untuk meningkatkan proses pembelajaran. “Saya tadi mengajak siswa melakukan percobaan getaran di kelompok yang berjumlah 5-6 siswa. Ternyata dari hasil diskusi dengan fasilitator yang mendampingi, ada beberapa siswa yang pasif hanya bergantung pada teman. Ke depan saya akan membentuk kelompok 3-4 siswa. Laporan percobaan siswa juga masih perlu ditingkatkan, terutama dalam menarik kesimpulan,” katanya.

Sementara Kepala SDN Ngoto, Sutinem, menyampaikan rencananya untuk mengajak guru-gurunya menerapkan hasil pendam-pingan fasilitator. ”Kami juga akan mengajak para guru untuk selalu menerapkan prinsip pembelajaran aktif secara efektif. Sebagai langkah awal, mulai besok, kami juga akan melaksanakan kegiatan membaca senyap setiap hari selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, terutama agar minat dan keterampilan membaca siswa meningkat,” tukasnya setelah berdiskusi dengan para fasilitator.

Para fasilitator nasional ini akan melatih fasilitator kabupaten/kota melalui ToT provinsi, yang kemudian akan melatih lebih dari 1.000 fasilitator daerah yang dipersiap-kan untuk melatih para guru sekolah mitra melalui forum KKG atau MGMP. (Anw)

Rusiyah (kiri) fasilitator pembelajaran SD dari Jawa Tengah, sedang mendampingi Sri Wahyuni, guru kelas V SDN Ngoto, Yogyakarta.

4 5Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016

Perkuat Guru Kuasai Konten Materi dan Cara Mengajarnya

Modul IV

Jakarta - USAID PRIORITAS baru saja mengembangkan dan melatihkan modul IV kepada sekitar 300 fasilitator dari 50 daerah di tujuh provinsi mitra, Aceh, Sumut, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulawesi Selatan. “Modul IV ini lebih memfokuskan pada penguatan konten materi dan cara mengajarnya dengan pendekatan

pembelajaran aktif,” kata Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS di sela-sela pelatihan di Medan (23/2/2017).

Modul IV ini melengkapi tiga modul sebelumnya yang sudah dilatihkan kepada lebih dari

30.000 SD/MI dan SMP/MTs, yaitu modul 1 PAKEM/ pembelajaran kontekstual, modul II pendekatan saintifik, dan modul III keterampilan informasi. Ketiga modul tersebut lebih memfokuskan pada meto-dologi pembelajaran. Semen-tara modul IV, berfokus pada

konten materi pembelajaran. Untuk guru SD/MI ada tiga materi utama yang dilatih-kan yaitu literasi, IPA, dan matematika, sedangkan untuk guru SMP/MTs, yaitu bahasa Indonesia, IPA, dan matematika.

Penyusun modul IV ini adalah para dosen dari 16 LPTK mitra. “Pelibatan para dosen LPTK ini agar setelah program USAID PRIORITAS selesai, mereka dapat melan-jutkan pengembangan modul pelatihan lainnya untuk guru yang lebih menekankan pada kegiatan praktik dan menggunakan pendekatan aktif,” kata Stuart lagi.

Perbaiki MiskonsepsiPada pelatihan modul IV untuk fasilitator provinsi di Jawa Barat yang dilaksanakan di Karawang (21-24/2/2017), terungkap miskonsepsi guru terhadap konsep materi pembelajaran, misalnya pada pembelajaran matematika. Selama ini, 'garis tinggi' segitiga selalu digambarkan tegak. Garis tinggi didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut secara tegak lurus terhadap alas, dan alas selalu dianggap berada di bagian bawah segitiga dan horizontal. Akibatnya, siswa mengalami kesalahan dalam menen-tukan garis tinggi segitiga yang miring.

Padahal, alas itu lebih tepat digambarkan sebagai 'sisi' di hadapan titik sudut tersebut atau perpanjangan sisi tersebut dalam hal segitiga tumpul. Maka, garis tinggi segitiga tepatnya didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut tegak lurus terhadap sisi di hadapannya atau terhadap perpanjangan sisi tersebut.

“Bayangkan, miskonsepsi tentang garis tinggi segitiga semacam itu sudah berlang-sung puluhan tahun dan ribuan anak selama ini mengalami kesulitan menentukan garis tinggi segitiga yang miring atau segitiga tumpul,” ujar Ujang Sukandi, Spesialis Pelatihan Guru USAID PRIORITAS saat mendampingi pelatihan SMP/MTs. (Kom)

Pelatihan Peran Kepala Sekolah dan Pengawas

Para kepala sekolah dan pengawas peserta pelatihan di Jawa Tengah, sedang berpraktik mengamati kondisi sekolah dan menyusun program peningkatan mutu sekolah berdasarkan hasil pengamatan.

USAID PRIORITAS melatih kepala sekolah dan pengawas secara khusus dengan Modul Pengembangan Sekolah Secara Menyeluruh: Peran Kepala Sekolah dan Pengawas. Pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh (whole school development) adalah suatu pendekatan di mana semua warga sekolah, termasuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, masyarakat, dan siswa terlibat dalam pengembangan sekolah.

“Dari pelatihan tiga hari ini, kepala sekolah dan pengawas diharapkan bisa menjalankan peran dan memfokuskan upayanya dalam memajukan proses pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah dan pengawas diharapkan juga memahami indikator-indikator yang berhubungan dengan pembelajaran, budaya baca dan manajemen sekolah,” kata Handoko Widagdo, Spesialis Pengembangan Sekolah.

Pada pelatihan ini, mereka juga dilatih untuk praktik langsung melakukan pengamatan kemajuan sekolah. Dengan mengetahui praktik yang baik dan kelemahan di sekolah, diharapkan kepala sekolah dan pengawas bisa menyusun program untuk membantu sekolah menjadi lebih maju dalam pembelajarannya.

“Pelatihan ini bermanfaat untuk mencapai kemajuan sekolah secara terukur dan terencana,” kata Nur Ridawati, Kepala MIN Maros Baru saat mengikuti pelatihan di Maros, Sulawesi Selatan. Sementara Ella

Nofiarti, pengawas sekolah di Kota Serang, Banten berpendapat pelatihan ini perlu bagi pengawas sekolah untuk mendukung sekolah mengembangkan sekolah secara menyeluruh berdasarkan data temuan pada kegiatan supervisi (9/1/2017). (Kom)

Implementasikan Whole School Development

Peserta pelatihan modul IV IPA SMP di Jawa Tengah, sedang simulasi melakukan percobaan Ingenhouze dengan tanaman hydrilla untuk membuktikan fotosintesis menghasilkan oksigen.

1 2 3

Page 6: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

6

PRIORITAS - Provinsi

7

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Begini Perubahan SD dan MI di Makassar

Direktur Misi USAID Indonesia, Erin McKee dan Konsul Jendral Amerika di

Surabaya, Heather Variava mengunjungi sekolah mitra di

Makassar dan Maros, untuk melihat dampak program USAID PRIORITAS yang hampir lima tahun bekerja sama

dengan Pemda, LPTK, dan sekolah (26/1/2017).

SDN Gunung Sari 1 Makassar, Sekolah Lab UNMSekolah ini adalah sekolah mitra Universitas Negeri Makassar (UNM) yang dijadikan sebagai tempat mahasiswa praktik mengajar. Para guru, kepala sekolah dan komite sekolah telah dilatih dan didampingi para fasilitator USAID PRIORITAS dan dosen-dosen UNM dalam menerapkan pembelajaran aktif, MBS, dan budaya baca.

Bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Arismunandar, rombongan melihat pembelajaran di kelas 1. Siswa tampak sedang belajar membaca bersama dengan buku besar di lantai kelas yang diberi karpet. Guru juga menggunakan papan baca dan kartu kata untuk melatih keterampilan membaca siswa. Para siswa tampak antusias belajar. Direktur Misi USAID, Erin McKee, juga berkesempatan mengajak siswa belajar membaca bersama.

Di kelas V, rombongan melihat mahasiswa UNM yang sedang praktik mengajar dengan didampingi guru pamong. Siswa di kelom-pok kecil sedang belajar menemukan ber-bagai variasi jaring-jaring kubus dan balok dengan menggunakan media kertas berbentuk persegi dan persegi panjang. ”Apa bedanya balok dan kubus?” tanya Erin kepada salah satu kelompok. ”Kalau kubus seluruh sisinya berbentuk persegi sedang balok sisinya berbentuk persegi panjang,”

kata salah seorang siswa sambil menunjuk-kan media kubus dan balok. “Terima kasih, saya jadi tahu sekarang,” kata Erin.

Pada sesi dialog, Idrus, Kepala SDN Gunung Sari 1 Makassar, menerangkan bahwa sekolahnya juga menikmati jerih payah berkat komitmen mereka menerapkan hasil pelatihan USAID dan dosen-dosen UNM. ”Dengan menerapkan pembelajaran aktif, MBS, dan juga budaya baca, kami baru saja menjadi juara satu lomba literasi se-kota Makassar, yang menunjukkan membaiknya tingkat membaca di sekolah kami,” katanya.

Widya Karmilasari, salah seorang dosen UNM yang ikut dalam kunjungan, menyam-paikan rasa terima kasihnya kepada USAID karena sudah dilibatkan dalam pelatihan USAID PRIORITAS dan berkesempatan magang selama dua bulan di Michigan State University. “Kami juga sudah menerapkan praktik-praktik baik dalam perkuliahan dan mengembangkan kerja sama dengan sekolah untuk menyiapkan mahasiswa calon guru yang berkualitas,” tukasnya.

MIN Maros Baru, Raih 62 Prestasi Setelah Tiga Tahun Bermitra

Nur Ridhawati, Kepala MIN Maros Baru, pada kunjungan ini mengatakan bahwa konsistensinya menerapkan metode-metode program USAID telah menjadikannya memperoleh juara kepala madrasah terbaik di Sulawesi Selatan pada tahun

2015. "Pelatihan yang telah kami dapatkan mendorong kami untuk terus maju berkembang,” ujarnya.

Kemajuan tersebut juga telah membuat madrasahnya memperoleh banyak penghargaan. Selama tiga tahun belakangan, sekolah telah menerima 62 penghargaan. Padahal hanya 10 penghargaan saja yang diterima pada periode sebelumnya yaitu antara tahun 1998 sampai 2012 sebelum bermitra dengan USAID.

Bupati Maros, Hatta Rahman yang datang bersama Ketua DPRD Maros, A.S Chaidir Syam, dan Kepala Kemenag Maros, Syamsudin, berharap program USAID PRIORITAS terus berlanjut. “Saya melihat siswa menjadi sangat antusias belajar dan guru menjadi kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Ini modal yang amat baik bagi pengembangan sumber daya manusia ke depan,”ujar Bupati yang berjanji akan mendiseminasikan program USAID PRIORITAS ke sekolah lainnya dengan menggunakan dana APBD. (Ajb)

Direktur Misi USAID, Erin McKee, mengajak siswa SDN Gunung Sari 1 Makassar membaca bersama dengan buku besar yang membuat siswa lebih antusias belajar membaca. Dia juga melihat mahasiswa UNM yang sedang praktik mengajar di kelas.

Konjen Amerika di Surabaya, Heather Variava, mengajak siswa MIN Maros Baru membaca terbimbing dengan buku bacaan berjenjang.

Labuhan Batu, Sumatra Utara – Deva Aulyta adalah guru kelas IV SDN 116874 Bakaranbatu dan Fasilitator Daerah Akselerasi di Labuhan Batu. Dia juga pernah mengajar di kelas V dan VI. Guru muda ini ulet, rajin, dan pintar membuat beragam pembelajaran aktif di kelas menjadi 'surga belajar' bagi siswanya. Berikut adalah beberapa ceritanya yang rutin diunggah di laman facebook Deva Aulyta.

‘Surga Belajar’ di SDN 116874 Bakaran Batu

Buat Karya Teknologi Sederhana

Belajar Pecahan dengan Origami

Kelas IV, Buat Karya Teknologi Sederhana. Yaitu saat belajar menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda, misalnya ada yang membuat kaleidoskop, terbuat dari sekumpulan cermin yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar pemantulan berkali-kali yang indah. Ada juga yang membuat kaca pembesar dari lampu bohlam yang isinya dikeluarkan lalu diberi air. Kelompok lainnya membuat kamera lubang jarum, spektrum cahaya, atau periskop. Mereka membawa alat dan bahan sendiri dari rumah, membuatnya di kelas, dan mempresentasikannya.

Kelas VI, Belajar Pemilu. Siswa diajak melakukan simulasi pemilu. Ada lima calon pasangan presiden yang berkampanye. Siswa ditugaskan membuat pidato singkat kampanye. Mereka juga membuat singkatan nama, misalnya Wandi dan Safira menjadi Wansa. Lalu panitia pemilihan menyiapkan kartu untuk pemilihan, ada juga yang menjadi saksi, dan semua siswa berpartisipasi. Pada saat penghitungan suara, siswa luar biasa senangnya. Lalu mereka menyimpulkan pembelajaran dengan membuat peta pikiran.

Berikutnya siswa melakukan observasi proses Pilkada Bupati. Setiap kelompok mengunjungi TPS dekat rumahnya dengan membawa kamera HP. Mereka mengamati proses pengambilan suara. Sore harinya, siswa juga mewawancarai petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) untuk mengetahui siapa pemenangnya. Dan masih banyak lagi pembelajaran aktif menarik lain yang dapat dilihat di laman facebook Deva Aulyta.

“Dengan pembelajaran aktif ini siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar dan mengembangkan pola pikir mereka. Siswa belajar sambil bermain seperti pada dunianya sehingga proses belajar terbentuk dengan sendirinya,” kata Deva. Bahkan, lanjut Deva, saking senangnya belajar, ada siswa sedang sakit tapi tetap memaksa masuk kelas. (Anw)

Mengamati dan Simulasi Pemilu

Page 7: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

6

PRIORITAS - Provinsi

7

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Begini Perubahan SD dan MI di Makassar

Direktur Misi USAID Indonesia, Erin McKee dan Konsul Jendral Amerika di

Surabaya, Heather Variava mengunjungi sekolah mitra di

Makassar dan Maros, untuk melihat dampak program USAID PRIORITAS yang hampir lima tahun bekerja sama

dengan Pemda, LPTK, dan sekolah (26/1/2017).

SDN Gunung Sari 1 Makassar, Sekolah Lab UNMSekolah ini adalah sekolah mitra Universitas Negeri Makassar (UNM) yang dijadikan sebagai tempat mahasiswa praktik mengajar. Para guru, kepala sekolah dan komite sekolah telah dilatih dan didampingi para fasilitator USAID PRIORITAS dan dosen-dosen UNM dalam menerapkan pembelajaran aktif, MBS, dan budaya baca.

Bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Arismunandar, rombongan melihat pembelajaran di kelas 1. Siswa tampak sedang belajar membaca bersama dengan buku besar di lantai kelas yang diberi karpet. Guru juga menggunakan papan baca dan kartu kata untuk melatih keterampilan membaca siswa. Para siswa tampak antusias belajar. Direktur Misi USAID, Erin McKee, juga berkesempatan mengajak siswa belajar membaca bersama.

Di kelas V, rombongan melihat mahasiswa UNM yang sedang praktik mengajar dengan didampingi guru pamong. Siswa di kelom-pok kecil sedang belajar menemukan ber-bagai variasi jaring-jaring kubus dan balok dengan menggunakan media kertas berbentuk persegi dan persegi panjang. ”Apa bedanya balok dan kubus?” tanya Erin kepada salah satu kelompok. ”Kalau kubus seluruh sisinya berbentuk persegi sedang balok sisinya berbentuk persegi panjang,”

kata salah seorang siswa sambil menunjuk-kan media kubus dan balok. “Terima kasih, saya jadi tahu sekarang,” kata Erin.

Pada sesi dialog, Idrus, Kepala SDN Gunung Sari 1 Makassar, menerangkan bahwa sekolahnya juga menikmati jerih payah berkat komitmen mereka menerapkan hasil pelatihan USAID dan dosen-dosen UNM. ”Dengan menerapkan pembelajaran aktif, MBS, dan juga budaya baca, kami baru saja menjadi juara satu lomba literasi se-kota Makassar, yang menunjukkan membaiknya tingkat membaca di sekolah kami,” katanya.

Widya Karmilasari, salah seorang dosen UNM yang ikut dalam kunjungan, menyam-paikan rasa terima kasihnya kepada USAID karena sudah dilibatkan dalam pelatihan USAID PRIORITAS dan berkesempatan magang selama dua bulan di Michigan State University. “Kami juga sudah menerapkan praktik-praktik baik dalam perkuliahan dan mengembangkan kerja sama dengan sekolah untuk menyiapkan mahasiswa calon guru yang berkualitas,” tukasnya.

MIN Maros Baru, Raih 62 Prestasi Setelah Tiga Tahun Bermitra

Nur Ridhawati, Kepala MIN Maros Baru, pada kunjungan ini mengatakan bahwa konsistensinya menerapkan metode-metode program USAID telah menjadikannya memperoleh juara kepala madrasah terbaik di Sulawesi Selatan pada tahun

2015. "Pelatihan yang telah kami dapatkan mendorong kami untuk terus maju berkembang,” ujarnya.

Kemajuan tersebut juga telah membuat madrasahnya memperoleh banyak penghargaan. Selama tiga tahun belakangan, sekolah telah menerima 62 penghargaan. Padahal hanya 10 penghargaan saja yang diterima pada periode sebelumnya yaitu antara tahun 1998 sampai 2012 sebelum bermitra dengan USAID.

Bupati Maros, Hatta Rahman yang datang bersama Ketua DPRD Maros, A.S Chaidir Syam, dan Kepala Kemenag Maros, Syamsudin, berharap program USAID PRIORITAS terus berlanjut. “Saya melihat siswa menjadi sangat antusias belajar dan guru menjadi kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Ini modal yang amat baik bagi pengembangan sumber daya manusia ke depan,”ujar Bupati yang berjanji akan mendiseminasikan program USAID PRIORITAS ke sekolah lainnya dengan menggunakan dana APBD. (Ajb)

Direktur Misi USAID, Erin McKee, mengajak siswa SDN Gunung Sari 1 Makassar membaca bersama dengan buku besar yang membuat siswa lebih antusias belajar membaca. Dia juga melihat mahasiswa UNM yang sedang praktik mengajar di kelas.

Konjen Amerika di Surabaya, Heather Variava, mengajak siswa MIN Maros Baru membaca terbimbing dengan buku bacaan berjenjang.

Labuhan Batu, Sumatra Utara – Deva Aulyta adalah guru kelas IV SDN 116874 Bakaranbatu dan Fasilitator Daerah Akselerasi di Labuhan Batu. Dia juga pernah mengajar di kelas V dan VI. Guru muda ini ulet, rajin, dan pintar membuat beragam pembelajaran aktif di kelas menjadi 'surga belajar' bagi siswanya. Berikut adalah beberapa ceritanya yang rutin diunggah di laman facebook Deva Aulyta.

‘Surga Belajar’ di SDN 116874 Bakaran Batu

Buat Karya Teknologi Sederhana

Belajar Pecahan dengan Origami

Kelas IV, Buat Karya Teknologi Sederhana. Yaitu saat belajar menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda, misalnya ada yang membuat kaleidoskop, terbuat dari sekumpulan cermin yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar pemantulan berkali-kali yang indah. Ada juga yang membuat kaca pembesar dari lampu bohlam yang isinya dikeluarkan lalu diberi air. Kelompok lainnya membuat kamera lubang jarum, spektrum cahaya, atau periskop. Mereka membawa alat dan bahan sendiri dari rumah, membuatnya di kelas, dan mempresentasikannya.

Kelas VI, Belajar Pemilu. Siswa diajak melakukan simulasi pemilu. Ada lima calon pasangan presiden yang berkampanye. Siswa ditugaskan membuat pidato singkat kampanye. Mereka juga membuat singkatan nama, misalnya Wandi dan Safira menjadi Wansa. Lalu panitia pemilihan menyiapkan kartu untuk pemilihan, ada juga yang menjadi saksi, dan semua siswa berpartisipasi. Pada saat penghitungan suara, siswa luar biasa senangnya. Lalu mereka menyimpulkan pembelajaran dengan membuat peta pikiran.

Berikutnya siswa melakukan observasi proses Pilkada Bupati. Setiap kelompok mengunjungi TPS dekat rumahnya dengan membawa kamera HP. Mereka mengamati proses pengambilan suara. Sore harinya, siswa juga mewawancarai petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) untuk mengetahui siapa pemenangnya. Dan masih banyak lagi pembelajaran aktif menarik lain yang dapat dilihat di laman facebook Deva Aulyta.

“Dengan pembelajaran aktif ini siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar dan mengembangkan pola pikir mereka. Siswa belajar sambil bermain seperti pada dunianya sehingga proses belajar terbentuk dengan sendirinya,” kata Deva. Bahkan, lanjut Deva, saking senangnya belajar, ada siswa sedang sakit tapi tetap memaksa masuk kelas. (Anw)

Mengamati dan Simulasi Pemilu

Page 8: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

8 9Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Lumajang, Jawa Timur - Rr Suindah Wijayanti SPd MM, guru IPA SMPN 4 Lumajang berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif. “Membuat siswa belajar dengan aktif saya upayakan dilakukan setiap hari. Saya juga sering dibantu oleh paguyuban maupun siswa untuk memenuhi kebutuhan alat dan bahan dalam pembelajaran,” ungkapnya.

Misalnya, saat belajar tentang kelistrikan, siswa kelas VIII diajak menemukan kegiatan pencurian listrik yang tanpa sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. “Saya mengaitkan pembelajaran IPA dengan konteks kehidupan sehari-hari agar lebih bermakna. Kegiatan pembelajaran juga saya kolaborasikan dengan literasi sains sehingga sejalan dengan gerakan budaya baca yang diselenggarakan sekolah,” ungkapnya. Pada pertemuan sebelumnya, setiap kelompok diminta mencatat pemakaian peralatan listrik di rumah mereka secara umum seperti kulkas, penanak nasi, mesin cuci, lampu, dan charge ponsel. Mereka juga diminta mencatat berapa jam pemakaian alat-alat tersebut setiap harinya.

Diawali dengan menyajikan artikel koran yang membahas tentang pencurian listrik dan setiap kelompok membawa nota pembayaran listrik. Mereka diminta mengamati dan menjelaskan, apakah ada hubungan pencurian listrik dengan pembayaran listrik setiap bulan.

Pembelajaran dilanjutkan dengan menyajikan gambar meteran listrik yang mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait permasalahan pada meteran dan rekening listrik tersebut. Beberapa pertanyaan yang muncul antara lain mengapa setiap rumah harus memiliki meteran listrik? Apa sajakah yang tertera pada meteran listrik? Apakah sesuai penggunaan listrik dengan biaya yang tertera pada rekening listrik? Para siswa kemudian merancang kegiatan tersebut dalam beberapa langkah, yaitu:

(1) membaca daya listrik yang digunakan pada alat-alat listrik di rumah,

(2) menentukan harga per kWh rekening listrik,

(3) memasukkan data pengamatan yang terdiri dari nama alat-alat listrik, daya yang digunakan pada alat-alat listrik, dan waktu pemakaian alat-alat listrik dalam satu hari,

(4) setelah data dikumpulkan dan harga per kwh dapat ditentukan, menghitung biaya yang harus dibayarkan dalam satu bulan, (W=

P watt x t jam x 30 hari x harga per kwh Rp ... ,-)

(5) dilanjutkan mengolah data hasil kegiatan dengan membandingkan hasil perhitungan rekening listrik yang di bayar dengan biaya sesungguhnya.

Siswa juga diminta mencari informasi sebagai pendukung hasil percobaan dari buku, internet dan narasumber petugas PLN yang didatangkan sebagai rujukan untuk menanyakan atau mengkonfirmasi masalah tersebut. Ternyata dari hasil perhitu-ngan siswa tentang pemakaian listrik di rumah masing-masing, sebagian besar pemakaian listrik jauh lebih besar dari pembayaran. “Saya menemukan selisih

Kolaborasikan Pembelajaran Aktif dan Literasi Sains

Siswa melakukan percobaan membuktikan hukum Archimedes dengan membuat plastisin menjadi perahu dan diberi beban dengan kelereng.

pembayaran listrik sebesar dua puluh enam ribu,” kata Irma, siswa kelas VIII. Bahkan ada siswa yang menemukan selisih lebih dari Rp 200.000 dari yang harus dibayar.

Siswa lalu ditugaskan untuk menanyakan kepada petugas PLN terdekat mengenai hasil temuan siswa. Ternyata selisih perhitungan tersebut karena ada subsidi dari pemerintah, tetapi ada juga beberapa siswa yang mengakui karena di rumahnya melakukan pencurian listrik. Guru lalu memberikan siswa bahan bacaan tentang dampak pencurian listrik dan subsidi listrik dari pemerintah yang sangat besar. Dengan bacaan tersebut siswa diminta untuk merumuskan penyebab, dampak, dan solusinya untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Implementasi Hukum ArchimidesKegiatan pembelajaran IPA lainnya menarik diajarkan oleh Roro adalah penerapan hukum Archimides. Ia mengajak siswa melihat fenomena banyaknya kapal yang tenggelam. Dengan menggunakan mainan plastisin sebagai kapalnya dan kelereng sebagai penumpang, guru meminta siswa membuktikan dan memecahkan permasalahan adakah hubungan antara volume kapal dan gaya apung pada hukum Archimedes.

Kegiatan diawali dengan tugas siswa yang diminta mencari informasi di koran, internet, atau perpustakaan terkait kejadian tenggelamnya kapal. Dari informasi yang didapatkan oleh siswa, kemudian siswa diminta membuat pertanyaan tingkat tinggi, misalnya: Apakah semakin banyak penumpang menyebabkan kapal tenggelam? Apakah yang menyebabkan kapal tenggelam? Berapa seharusnya berat beban penumpang agar kapal tidak tenggelam?

Langkah lanjutan adalah siswa mulai membuat kapal dengan plastisin. Sebelum dibuat kapal, plastisin ditimbang dulu, lalu dimasukkan ke dalam ember berisi air. Awal mula plastisin berbentuk kapal tersebut tenggelam karena terlalu berat. Siswa kemudian mengurangi berat plastisin, begitu seterusnya hingga plastisin tersebut bisa mengapung. Selanjutnya di atas plastisin yang berbentuk kapal tadi diletakkan kelereng satu persatu hingga kapal dalam kondisi mengapung, melayang, hingga tenggelam.

Banyaknya kelereng tadi kemudian dicatat oleh siswa mulai kon-disi mengapung, melayang, hingga tenggelam. Dari kegiatan terse-but, siswa berhasil melakukan pengujian hukum Archimides bahwa makin kecil berat benda (pengurangan plastisin), makin kecil pula tekanan benda tersebut terhadap air, sehingga kapal plastisin ter-sebut menjadi terapung. Ketika 'kapal' tersebut ditambahi kele-reng (analog bertambah penumpang), maka tekanan kapal terha-dap air bertambah pula sehingga lama-lama tenggelam. (DKd)

dalam menerapkan tata kelola guru. Berbagai inovasi tersebut telah dihimpun dalam buku Praktik yang Baik Tata Kelola Guru.

Buku ini menggambarkan bagaimana peta distribusi guru, termasuk rasio guru siswa, proses perumusan kebijakan dilakukan, penetapan kebijakan melalui Peraturan Bupati/ Walikota. Buku ini juga memuat hasil implementasi yang menghasilkan perubahan, baik dalam rangka mengurangi kebutuhan guru melalui distribusi guru yang efisien, maupun dalam rangka meningkatkan kualitas guru dengan menggunakan pendekatan pendanaan multi-sumber.

Keberhasilan kabupaten/kota dalam menata distribusi guru seperti yang dikupas pada buku ini, dapat menjadi rujukan. Misalnya seperti dilakukan Kabupaten Blitar yang mengembangkan pembelajaran kelas rangkap untuk sekolah kecil yang tidak dapat digabung. Sementara Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kuningan memilih menggabungkan ratusan SD negeri untuk efisiensi, efektivitas, dan memenuhi kebutuhan guru kelas. Kebijakan mutasi 727

guru SD dan SMP di Aceh Barat Daya dapat diterima dengan baik karena berbasis data akurat dan mempertimbangkan kedekatan dengan tempat tinggal guru.

Pada program pengembangan keprofesian berkelanjutan, yang dapat menjangkau sasaran lebih banyak, Kabupaten Bandung Barat memperbanyak fasilitator dan membentuk sekolah unggulan untuk meningkatkan kualitas guru di daerahnya. Di Kabupaten Purbalingga para gurunya diwajibkan mengikuti pelatihan minimal sekali dalam setahun. Kebijakan tersebut dipayungi dengan peraturan bupati untuk memastikan semua guru melaksanakannya. Lalu Dinas Pendidikan Provinsi Aceh menyediakan anggaran Rp 16,8 milyar untuk memastikan guru-guru di kabupaten/ kota nonmitra juga mendapat pelatihan.

Sumarna Surapranata PhD, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, dalam sambutannya pada buku ini, memberi apresiasi kepada USAID PRIORITAS yang telah mendampingi 50 kabupaten/kota dalam menerapkan tata kelola guru. (Anw)

Inspirasi Tata Kelola Guru

Sampul depan buku praktik yang baik tata kelola guru.

Jakarta - USAID PRIORITAS sejak tahun 2013 mendampingi kabupaten/kota dalam menerapkan program tata kelola guru, baik dalam Penataan dan Pemerataan Guru, maupun dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Guru Pembelajar). Telah banyak inovasi yang dibuat kabupaten/kota

Menyebarluaskan Praktik yang Baik Pembelajaran, MBS, dan Budaya Baca

Jakarta - USAID PRIORITAS telah melaksanakan program pengembangan kapasitas yang terdiri atas pelatihan dan pendampingan guru, kepala sekolah, dan pengawas, serta kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah maupun gugus, dalam menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Selain itu USAID PRIORITAS juga mengembangkan pendidikan inklusif yang memperhatikan perbedaan individu dalam pembelajaran.

Berbagai kemajuan yang dapat dilihat di sekolah, di antaranya guru berperan menjadi fasilitator dalam mendorong interaksi antar siswa, memberi tugas yang bervariasi dan menantang siswa untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meman-faatkan beragam sumber belajar, bekerja secara kooperatif dalam kelompok, menghasilkan karya yang merupakan hasil gagasannya sendiri, dan memajangkan karya tersebut dalam kelas. Sedangkan hasil implementasi MBS, pengelolaan sekolah menjadi partisipatif dengan melibatkan guru, komite sekolah dan masyarakat, serta transparan dan akuntabel.

Untuk menyebarluaskan pengalaman SD, MI, SMP dan MTs tersebut, USAID PRIORITAS menerbitkan buku praktik yang baik yang memuat tentang contoh keberhasilan sekolah dalam pembelajaran, budaya baca, dan MBS. Dengan terbitnya buku ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi dan dipraktikkan oleh SD, MI, SMP dan MTs di Indonesia. (Anw)

Sampul depan buku praktik yang baik pembelajaran dan MBS di SD/MI dan SMP/MTs Edisi II. Edisi I sudah diterbitkan tahun 2015.

Laporan siswa menghitung biaya selisih rekening listrik.

Page 9: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

8 9Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Lumajang, Jawa Timur - Rr Suindah Wijayanti SPd MM, guru IPA SMPN 4 Lumajang berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif. “Membuat siswa belajar dengan aktif saya upayakan dilakukan setiap hari. Saya juga sering dibantu oleh paguyuban maupun siswa untuk memenuhi kebutuhan alat dan bahan dalam pembelajaran,” ungkapnya.

Misalnya, saat belajar tentang kelistrikan, siswa kelas VIII diajak menemukan kegiatan pencurian listrik yang tanpa sengaja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. “Saya mengaitkan pembelajaran IPA dengan konteks kehidupan sehari-hari agar lebih bermakna. Kegiatan pembelajaran juga saya kolaborasikan dengan literasi sains sehingga sejalan dengan gerakan budaya baca yang diselenggarakan sekolah,” ungkapnya. Pada pertemuan sebelumnya, setiap kelompok diminta mencatat pemakaian peralatan listrik di rumah mereka secara umum seperti kulkas, penanak nasi, mesin cuci, lampu, dan charge ponsel. Mereka juga diminta mencatat berapa jam pemakaian alat-alat tersebut setiap harinya.

Diawali dengan menyajikan artikel koran yang membahas tentang pencurian listrik dan setiap kelompok membawa nota pembayaran listrik. Mereka diminta mengamati dan menjelaskan, apakah ada hubungan pencurian listrik dengan pembayaran listrik setiap bulan.

Pembelajaran dilanjutkan dengan menyajikan gambar meteran listrik yang mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait permasalahan pada meteran dan rekening listrik tersebut. Beberapa pertanyaan yang muncul antara lain mengapa setiap rumah harus memiliki meteran listrik? Apa sajakah yang tertera pada meteran listrik? Apakah sesuai penggunaan listrik dengan biaya yang tertera pada rekening listrik? Para siswa kemudian merancang kegiatan tersebut dalam beberapa langkah, yaitu:

(1) membaca daya listrik yang digunakan pada alat-alat listrik di rumah,

(2) menentukan harga per kWh rekening listrik,

(3) memasukkan data pengamatan yang terdiri dari nama alat-alat listrik, daya yang digunakan pada alat-alat listrik, dan waktu pemakaian alat-alat listrik dalam satu hari,

(4) setelah data dikumpulkan dan harga per kwh dapat ditentukan, menghitung biaya yang harus dibayarkan dalam satu bulan, (W=

P watt x t jam x 30 hari x harga per kwh Rp ... ,-)

(5) dilanjutkan mengolah data hasil kegiatan dengan membandingkan hasil perhitungan rekening listrik yang di bayar dengan biaya sesungguhnya.

Siswa juga diminta mencari informasi sebagai pendukung hasil percobaan dari buku, internet dan narasumber petugas PLN yang didatangkan sebagai rujukan untuk menanyakan atau mengkonfirmasi masalah tersebut. Ternyata dari hasil perhitu-ngan siswa tentang pemakaian listrik di rumah masing-masing, sebagian besar pemakaian listrik jauh lebih besar dari pembayaran. “Saya menemukan selisih

Kolaborasikan Pembelajaran Aktif dan Literasi Sains

Siswa melakukan percobaan membuktikan hukum Archimedes dengan membuat plastisin menjadi perahu dan diberi beban dengan kelereng.

pembayaran listrik sebesar dua puluh enam ribu,” kata Irma, siswa kelas VIII. Bahkan ada siswa yang menemukan selisih lebih dari Rp 200.000 dari yang harus dibayar.

Siswa lalu ditugaskan untuk menanyakan kepada petugas PLN terdekat mengenai hasil temuan siswa. Ternyata selisih perhitungan tersebut karena ada subsidi dari pemerintah, tetapi ada juga beberapa siswa yang mengakui karena di rumahnya melakukan pencurian listrik. Guru lalu memberikan siswa bahan bacaan tentang dampak pencurian listrik dan subsidi listrik dari pemerintah yang sangat besar. Dengan bacaan tersebut siswa diminta untuk merumuskan penyebab, dampak, dan solusinya untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Implementasi Hukum ArchimidesKegiatan pembelajaran IPA lainnya menarik diajarkan oleh Roro adalah penerapan hukum Archimides. Ia mengajak siswa melihat fenomena banyaknya kapal yang tenggelam. Dengan menggunakan mainan plastisin sebagai kapalnya dan kelereng sebagai penumpang, guru meminta siswa membuktikan dan memecahkan permasalahan adakah hubungan antara volume kapal dan gaya apung pada hukum Archimedes.

Kegiatan diawali dengan tugas siswa yang diminta mencari informasi di koran, internet, atau perpustakaan terkait kejadian tenggelamnya kapal. Dari informasi yang didapatkan oleh siswa, kemudian siswa diminta membuat pertanyaan tingkat tinggi, misalnya: Apakah semakin banyak penumpang menyebabkan kapal tenggelam? Apakah yang menyebabkan kapal tenggelam? Berapa seharusnya berat beban penumpang agar kapal tidak tenggelam?

Langkah lanjutan adalah siswa mulai membuat kapal dengan plastisin. Sebelum dibuat kapal, plastisin ditimbang dulu, lalu dimasukkan ke dalam ember berisi air. Awal mula plastisin berbentuk kapal tersebut tenggelam karena terlalu berat. Siswa kemudian mengurangi berat plastisin, begitu seterusnya hingga plastisin tersebut bisa mengapung. Selanjutnya di atas plastisin yang berbentuk kapal tadi diletakkan kelereng satu persatu hingga kapal dalam kondisi mengapung, melayang, hingga tenggelam.

Banyaknya kelereng tadi kemudian dicatat oleh siswa mulai kon-disi mengapung, melayang, hingga tenggelam. Dari kegiatan terse-but, siswa berhasil melakukan pengujian hukum Archimides bahwa makin kecil berat benda (pengurangan plastisin), makin kecil pula tekanan benda tersebut terhadap air, sehingga kapal plastisin ter-sebut menjadi terapung. Ketika 'kapal' tersebut ditambahi kele-reng (analog bertambah penumpang), maka tekanan kapal terha-dap air bertambah pula sehingga lama-lama tenggelam. (DKd)

dalam menerapkan tata kelola guru. Berbagai inovasi tersebut telah dihimpun dalam buku Praktik yang Baik Tata Kelola Guru.

Buku ini menggambarkan bagaimana peta distribusi guru, termasuk rasio guru siswa, proses perumusan kebijakan dilakukan, penetapan kebijakan melalui Peraturan Bupati/ Walikota. Buku ini juga memuat hasil implementasi yang menghasilkan perubahan, baik dalam rangka mengurangi kebutuhan guru melalui distribusi guru yang efisien, maupun dalam rangka meningkatkan kualitas guru dengan menggunakan pendekatan pendanaan multi-sumber.

Keberhasilan kabupaten/kota dalam menata distribusi guru seperti yang dikupas pada buku ini, dapat menjadi rujukan. Misalnya seperti dilakukan Kabupaten Blitar yang mengembangkan pembelajaran kelas rangkap untuk sekolah kecil yang tidak dapat digabung. Sementara Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kuningan memilih menggabungkan ratusan SD negeri untuk efisiensi, efektivitas, dan memenuhi kebutuhan guru kelas. Kebijakan mutasi 727

guru SD dan SMP di Aceh Barat Daya dapat diterima dengan baik karena berbasis data akurat dan mempertimbangkan kedekatan dengan tempat tinggal guru.

Pada program pengembangan keprofesian berkelanjutan, yang dapat menjangkau sasaran lebih banyak, Kabupaten Bandung Barat memperbanyak fasilitator dan membentuk sekolah unggulan untuk meningkatkan kualitas guru di daerahnya. Di Kabupaten Purbalingga para gurunya diwajibkan mengikuti pelatihan minimal sekali dalam setahun. Kebijakan tersebut dipayungi dengan peraturan bupati untuk memastikan semua guru melaksanakannya. Lalu Dinas Pendidikan Provinsi Aceh menyediakan anggaran Rp 16,8 milyar untuk memastikan guru-guru di kabupaten/ kota nonmitra juga mendapat pelatihan.

Sumarna Surapranata PhD, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, dalam sambutannya pada buku ini, memberi apresiasi kepada USAID PRIORITAS yang telah mendampingi 50 kabupaten/kota dalam menerapkan tata kelola guru. (Anw)

Inspirasi Tata Kelola Guru

Sampul depan buku praktik yang baik tata kelola guru.

Jakarta - USAID PRIORITAS sejak tahun 2013 mendampingi kabupaten/kota dalam menerapkan program tata kelola guru, baik dalam Penataan dan Pemerataan Guru, maupun dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Guru Pembelajar). Telah banyak inovasi yang dibuat kabupaten/kota

Menyebarluaskan Praktik yang Baik Pembelajaran, MBS, dan Budaya Baca

Jakarta - USAID PRIORITAS telah melaksanakan program pengembangan kapasitas yang terdiri atas pelatihan dan pendampingan guru, kepala sekolah, dan pengawas, serta kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah maupun gugus, dalam menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Selain itu USAID PRIORITAS juga mengembangkan pendidikan inklusif yang memperhatikan perbedaan individu dalam pembelajaran.

Berbagai kemajuan yang dapat dilihat di sekolah, di antaranya guru berperan menjadi fasilitator dalam mendorong interaksi antar siswa, memberi tugas yang bervariasi dan menantang siswa untuk berbuat dan berpikir, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meman-faatkan beragam sumber belajar, bekerja secara kooperatif dalam kelompok, menghasilkan karya yang merupakan hasil gagasannya sendiri, dan memajangkan karya tersebut dalam kelas. Sedangkan hasil implementasi MBS, pengelolaan sekolah menjadi partisipatif dengan melibatkan guru, komite sekolah dan masyarakat, serta transparan dan akuntabel.

Untuk menyebarluaskan pengalaman SD, MI, SMP dan MTs tersebut, USAID PRIORITAS menerbitkan buku praktik yang baik yang memuat tentang contoh keberhasilan sekolah dalam pembelajaran, budaya baca, dan MBS. Dengan terbitnya buku ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi dan dipraktikkan oleh SD, MI, SMP dan MTs di Indonesia. (Anw)

Sampul depan buku praktik yang baik pembelajaran dan MBS di SD/MI dan SMP/MTs Edisi II. Edisi I sudah diterbitkan tahun 2015.

Laporan siswa menghitung biaya selisih rekening listrik.

Page 10: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

10 11Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016

saan fabel. Kemampuan tersebut menjadi dasar dalam kemampuan lisan yaitu menceritakan fabel. Saya menerapkan teknik pembuatan peta konsep garis besar cerita dan cerita berpasangan.

Pada pertemuan sebelumnya, siswa diberi-kan tugas untuk mencari teks fabel dari buku cerita, majalah, atau internet. Mereka boleh mencatat ulang teks, membawa buku atau majalahnya, serta mencetak dari internet. Guru memastikan bahwa yang dibawa siswa benar merupakan fabel.

Di awal pembelajaran, siswa mencurahkan pendapat tentang manfaat menceritakan fabel dan pengalaman mereka bercerita. Siswa lalu menyimak cerita fabel yang disampaikan oleh guru. Guru lalu bertanya kepada siswa tentang hal-hal apa saja yang harus dikuasai saat seorang bercerita seperti yang guru contohkan. Siswa lalu menyimpulkan hal-hal yang harus dikuasai dalm bercerita yaitu struktur cerita atau garis besar cerita, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi.

Kegiatan berikutnya, siswa secara individu membaca fabel dari teks masing-masing. Selanjutnya, mereka menuliskan garis besar cerita atau struktur fabel ke dalam peta konsep. Struktur peta konsep itu terdiri dari orientasi (pengenalan tokoh, latar), komplikasi (masalah), resolusi (penyele-saian), dan koda (perubahan nasib tokoh dan pesan cerita).

Tujuan pembuatan peta konsep ini agar siswa memahami garis besar cerita sehingga memudahkan mereka untuk menceritakan kembali isi fabel. Untuk menarik minat, guru mempersilakan siswa membuat gambar peta konsep yang

beragam sesuai keinginan siswa. Ada yang berupa kotak, segitiga, awan, bahkan kepala binatang sesuai tokoh cerita seperti kancil, gajah, dan kura-kura. Dalam menentukan struktur ini, siswa tidak menemukan masalah karena sudah pernah membuat analisis struktur fabel dalam materi pertemuan sebelumnya. Setelah itu, siswa berpasangan dengan teman di sebelahnya untuk berlatih bercerita secara bergantian. Mereka saling bertukar peta konsep dan memberi tahu temannya jika ada garis besar cerita yang terlewatkan. Siswa bercerita garis besar cerita menggunakan kalimat sendiri dan tidak harus sama dengan kalimat teks sehingga tidak terpaku pada teks atau hapalan.

Pada saat bercerita, tampak siswa ada yang tersendat-sendat, ada yang tertawa, ada yang saling mengingatkan, terlihat akrab dan antusias. Mereka diminta untuk mengomen-tari kejelasan volume suara, kelancaran ber-cerita, variasi intonasi, serta kontak mata.

Selanjutnya, siswa berkelompok dan ditu-gaskan untuk bercerita secara bergiliran di dalam kelompok masing-masing. Sebagai panduan penilaian bercerita teman, siswa berpandu pada lembar pengamatan peni-laian bercerita yang merupakan kesepaka-tan pada awal pembelajaran yaitu pengua-saan struktur fabel, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi.

Secara bergiliran siswa menyampaikan cerita fabel seperti Kelinci yang Sombong, Monyet yang Angkuh, Rubah dan Kambing, Kancil dan Gajah, dan lainnya. Selesai bercerita, siswa diminta untuk menentukan satu karya siswa terbaik. Tiga siswa terbaik mendapat nominasi calon peserta lomba bercerita di perpustakaan daerah. (Anl)

Ciptakan Siswa Kreatif melalui Bahasa Indonesia

Ahmad Hanapiyah, guru MTsN 2 Tangerang, membuat siswa yang

belajar bahasa Indonesia tidak hanya mampu berbahasa Indonesia yang

baik, tetapi berhasil membuat siswanya kreatif. Berikut adalah

beberapa pembelajaran di kelas VII dan IX yang dia fasilitasi.

Gunakan Foto Agar Siswa Menulis Cerpen

Menulis cerita pendek berdasarkan foto dapat membantu siswa kelas IX yang kesu-litan dalam mencari ide penulisan. Pembe-lajaran ini bertujuan agar siswa dapat me-nulis cerita pendek berdasarkan peristiwa nyata yang dialami siswa. Peristiwa dan pengalaman siswa itu terdapat dalam foto yang dibawa siswa.

Sebelum pembelajaran siswa diminta untuk membawa foto dirinya bersama keluarga atau teman dalam suatu peristiwa atau kegiatan. Untuk menemukan inspirasi me-nulis, siswa diberi kesempatan untuk meng-amati orang-orang dalam foto, mengingat kejadian bahkan mungkin konflik yang mun-cul. Kemudian hasil pengamatan dan penga-laman siswa tersebut dituangkan dalam lembar kerja yang menyangkut kata kunci 'apa, mengapa, bagaimana, siapa, di mana dan kapan'. Setelah itu siswa membuat garis besar ide cerita yang akan ditulisnya.

Langkah selanjutnya, siswa diminta berpasangan dengan teman yang duduk di sebelahnya. Teknik curhat (curah pendapat) dilakukan dengan tujuan melatih dan meng-gali kedalaman dan kelancaran ide penulisan cerpen. Berdasar curhat tersebut, siswa mengembangkan garis besar cerita menjadi tulisan cerita pendek. Usai menulis, cerpen karya siswa saling ditukar dengan teman.

Kemudian secara berkelompok siswa me-nyatukan lembaran cerpennya ke dalam satu kumpulan cerpen. Siswa berbagi peran, ada yang menjadu ilustrator sampul, penulis kata pengantar, penyusun cerpen secara alfabetis, dan penjilid. Hasilnya, ada empat kumpulan cerpen dalam satu kelas. Siswa merasa senang dengan pembelajaran ini dan merasa tidak kesulitan untuk menulis.

Menceritakan Fabel dengan Peta Konsep dan Cerita Berpasangan

Fabel menjadi salah satu materi pembelajaran di kelas VII.6 yang saya bimbing di semester dua. Fabel ini dapat dipelajari secara teks maupun lisan. Kemampuan membaca teks fabel berupa memahami fungsi, struktur, dan ciri kebaha-

(Kiri) Cerpen halaman satu dari tiga halaman karya siswa yang ide ceritanya diambil dari foto. (Kanan) Siswa saling menceritakan karya fabel buatannya secara bergiliran di kelompok.

Semarang, Jawa Tengah - Isu tentang pungutan liar (pungli) di sekolah merebak setelah dikeluarkannya 58 jenis pungli oleh tim Saber Pungli. Hal itu menjadi kendala dan kegelisahan pengelola sekolah dalam menghimpun dana masyarakat untuk mendukung pengembangan sekolah dan pembelajaran. Namun hal itu tidak berlaku bagi MIN Sumurrejo, Gunung Pati Semarang. Madrasah ini, malah menambah program untuk menguatkan penghimpunan dana di masyarakat. Kuncinya adalah transparansi dan akuntabilitas.

Beberapa hal yang dilakukan oleh komite madrasah untuk menggalakkan dan mendukung program madrasah di antaranya:

1. Komite bersama dengan kepala madrasah awalnya menawarkan iklan secara door to door ke industri di lingkungan sekolah. Industri mulai tertarik dan mau beriklan. Iklan eksklusif itu dipajang sepanjang jalan ke madrasah. Iklan tersebut berisi visi misi dan lima budaya kerja Kementerian Agama dengan penambahan nama industri yang diiklankan. Per iklan dihargai Rp. 150.000 per tahun. Pada tahun kedua, iklan eksklusif tersebut dilelang.

2. Dibentuk komite kelas untuk mendukung pengembangan setiap kelas. Setiap minggu disusun daftar piket kehadiran dan setiap bulan rapat bersama. Tugas komite ini adalah mendampingi dan memfasilitasi kebutuhan pembelajaran di kelas tersebut.

3. Diadakan infaq serbaguna yang dilakukan tanpa paksaan dan sukarela. Infaq serbaguna ini diambil dan dikelola oleh komite kelas. Setiap hari Jumat mereka menyebarkannya. Setiap bulan pendapatan masing-masing kelas dihitung bersama dalam rapat komite madrasah. Rata-rata sebulan pemasukan madrasah sebesar Rp 4-8 juta.

4. Untuk menambah pendapatan madrasah, komite bersepakat dengan pedagang untuk menyewakan tempat yang digunakan untuk berdagang. Pedagang yang berada di jalan diberikan waktu berjualan yaitu pada pukul 7 sampai 10 pagi. Setiap jam pedagang menyewa sebesar Rp. 2.000. Sedangkan pedagang di dalam madrasah memberikan Rp. 20.000. Pedagang di sebelah madrasah sebesar Rp. 12.000. Uang sewa dikelola oleh komite. Para peda-gang melibatkan orangtua dalam pengadaan jajanan bagi siswa.

Semua pemasukan dan pengeluaran yang dikelola komite madrasah dilaporkan secara berkala. Perencanaan kegiatan yang didanai de-ngan dana yang dikumpulkan oleh komite madrasah dilakukan seca-ra bersama-sama dengan semua pihak sekolah. Dengan demikian semua pihak tahu berapa pemasukan, untuk apa dana tersebut dan manfaatnya bagi madrasah. Sinergi komite ini, membuat ikatan kekeluargaan orang tua, masyarakat dan madrasah menjadi sangat kuat. Mereka secara sadar bergotong royong memfasilitasi

Kiri ke kanan: Papan iklan perusahaan yang difasilitasi komite. Guru mendampingi siswa yang belum lancar membaca. Hasil karya siswa kelas V tentang mengenal perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia.

kebutuhan madrasah. Berdirinya mushola, pondok baca, dan ruang kelas baru untuk kelas III adalah bukti dari sinergi ini. “Semua ini kami laksanakan untuk memenuhi tanggungjawab kami sebagai orang tua siswa. Kami harus bersinergi untuk memfasilitasi yang terbaik,” ungkap ketua komite madrasah KH Rohani Amin.

Pembelajaran Aktif di Semua Kelas

Dukungan penambahan kebutuhan pembelajaran yang diberikan komite, membuat para guru terbantu dalam melaksanakan pembelajaran aktif. Menurut Fitriyah Widihastuti SPd, guru kelas V, komite membantu ATK, alat dan bahan pembelajaran sesuai kebutuhan di setiap kelas. “Setiap bulan, komite kelas rapat dengan guru untuk membahas kebutuhan pembelajaran siswa,” tukasnya.

Misalnya di kelas V, pada bulan ini komite menyediakan kertas karton dan alat mewarnai untuk siswa membuat laporan kegiatan pembelajaran di luar kelas. Sementara di kelas 1, ada kegiatan pendampingan bagi siswa yang belum lancar membaca. Kegiatan ini juga dibantu oleh komite kelas. Sementara di semua kelas juga tampak pajangan hasil karya siswa. Hal ini menunjukkan siswa sudah terbiasa menghasilkan karya kreatif dalam pembelajaran.

Siswa Membaca 152 Buku

MIN Sumurrejo juga telah berhasil mendorong para siswa untuk mencintai buku. Menurut Subiyono MPdI, kepala madrasah, memiliki program Pondok Baca yang dilaksanakan, yaitu, morning reading atau program membaca setiap pagi dan membaca Juz Amma Ceria mulai jam 06.30 - 06.45 Wib, Duta Baca yang bertugas menjadi contoh dan mengkampayekan gemar membaca, serta mengkoordinir mading madrasah di pondok baca, layanan lambat baca, layanan baca untuk orangtua, dan cerita bergambar yaitu program tahunan untuk menggali bakat minat dan potensi siswa dalam menuangkan cerita melalui tulisan dan gambar.

Penghitungan dilakukan dari jumlah buku yang telah dibaca melalui Buku Membaca Anak (BMA). Usai membaca, siswa menuliskan judul dan sinopsis sederhana di BMA. Penghitungan juga dilihat dari bukti fisik kunjungan dan peminjaman buku, baik yang dibaca di sekolah maupun di rumah. Hasilnya beberapa anak telah membaca lebih dari 50 buku dalam satu semester.

“Kami memberikan apresiasi pembaca buku terbanyak tahun lalu kepada Rizki kelas V yang telah membaca sebanyak 152 judul buku, Anggi Latifah siswa kelas VI yang telah membaca sebanyak 121 judul buku, dan Andin Aini Nur Latifah kelas IV dengan 82 judul buku dalam satu semester,” ungkap Subiyono. (Arz)

Transparansi dan Akuntabilitas Kunci MI Sumurrejo Sukses Mobilisasi Dana Masyarakat untuk Pembelajaran dan PembangunanTransparansi dan Akuntabilitas Kunci MI Sumurrejo Sukses Mobilisasi Dana Masyarakat untuk Pembelajaran dan Pembangunan

Page 11: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

10 11Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2016

saan fabel. Kemampuan tersebut menjadi dasar dalam kemampuan lisan yaitu menceritakan fabel. Saya menerapkan teknik pembuatan peta konsep garis besar cerita dan cerita berpasangan.

Pada pertemuan sebelumnya, siswa diberi-kan tugas untuk mencari teks fabel dari buku cerita, majalah, atau internet. Mereka boleh mencatat ulang teks, membawa buku atau majalahnya, serta mencetak dari internet. Guru memastikan bahwa yang dibawa siswa benar merupakan fabel.

Di awal pembelajaran, siswa mencurahkan pendapat tentang manfaat menceritakan fabel dan pengalaman mereka bercerita. Siswa lalu menyimak cerita fabel yang disampaikan oleh guru. Guru lalu bertanya kepada siswa tentang hal-hal apa saja yang harus dikuasai saat seorang bercerita seperti yang guru contohkan. Siswa lalu menyimpulkan hal-hal yang harus dikuasai dalm bercerita yaitu struktur cerita atau garis besar cerita, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi.

Kegiatan berikutnya, siswa secara individu membaca fabel dari teks masing-masing. Selanjutnya, mereka menuliskan garis besar cerita atau struktur fabel ke dalam peta konsep. Struktur peta konsep itu terdiri dari orientasi (pengenalan tokoh, latar), komplikasi (masalah), resolusi (penyele-saian), dan koda (perubahan nasib tokoh dan pesan cerita).

Tujuan pembuatan peta konsep ini agar siswa memahami garis besar cerita sehingga memudahkan mereka untuk menceritakan kembali isi fabel. Untuk menarik minat, guru mempersilakan siswa membuat gambar peta konsep yang

beragam sesuai keinginan siswa. Ada yang berupa kotak, segitiga, awan, bahkan kepala binatang sesuai tokoh cerita seperti kancil, gajah, dan kura-kura. Dalam menentukan struktur ini, siswa tidak menemukan masalah karena sudah pernah membuat analisis struktur fabel dalam materi pertemuan sebelumnya. Setelah itu, siswa berpasangan dengan teman di sebelahnya untuk berlatih bercerita secara bergantian. Mereka saling bertukar peta konsep dan memberi tahu temannya jika ada garis besar cerita yang terlewatkan. Siswa bercerita garis besar cerita menggunakan kalimat sendiri dan tidak harus sama dengan kalimat teks sehingga tidak terpaku pada teks atau hapalan.

Pada saat bercerita, tampak siswa ada yang tersendat-sendat, ada yang tertawa, ada yang saling mengingatkan, terlihat akrab dan antusias. Mereka diminta untuk mengomen-tari kejelasan volume suara, kelancaran ber-cerita, variasi intonasi, serta kontak mata.

Selanjutnya, siswa berkelompok dan ditu-gaskan untuk bercerita secara bergiliran di dalam kelompok masing-masing. Sebagai panduan penilaian bercerita teman, siswa berpandu pada lembar pengamatan peni-laian bercerita yang merupakan kesepaka-tan pada awal pembelajaran yaitu pengua-saan struktur fabel, volume suara, intonasi, ekspresi, dan interaksi.

Secara bergiliran siswa menyampaikan cerita fabel seperti Kelinci yang Sombong, Monyet yang Angkuh, Rubah dan Kambing, Kancil dan Gajah, dan lainnya. Selesai bercerita, siswa diminta untuk menentukan satu karya siswa terbaik. Tiga siswa terbaik mendapat nominasi calon peserta lomba bercerita di perpustakaan daerah. (Anl)

Ciptakan Siswa Kreatif melalui Bahasa Indonesia

Ahmad Hanapiyah, guru MTsN 2 Tangerang, membuat siswa yang

belajar bahasa Indonesia tidak hanya mampu berbahasa Indonesia yang

baik, tetapi berhasil membuat siswanya kreatif. Berikut adalah

beberapa pembelajaran di kelas VII dan IX yang dia fasilitasi.

Gunakan Foto Agar Siswa Menulis Cerpen

Menulis cerita pendek berdasarkan foto dapat membantu siswa kelas IX yang kesu-litan dalam mencari ide penulisan. Pembe-lajaran ini bertujuan agar siswa dapat me-nulis cerita pendek berdasarkan peristiwa nyata yang dialami siswa. Peristiwa dan pengalaman siswa itu terdapat dalam foto yang dibawa siswa.

Sebelum pembelajaran siswa diminta untuk membawa foto dirinya bersama keluarga atau teman dalam suatu peristiwa atau kegiatan. Untuk menemukan inspirasi me-nulis, siswa diberi kesempatan untuk meng-amati orang-orang dalam foto, mengingat kejadian bahkan mungkin konflik yang mun-cul. Kemudian hasil pengamatan dan penga-laman siswa tersebut dituangkan dalam lembar kerja yang menyangkut kata kunci 'apa, mengapa, bagaimana, siapa, di mana dan kapan'. Setelah itu siswa membuat garis besar ide cerita yang akan ditulisnya.

Langkah selanjutnya, siswa diminta berpasangan dengan teman yang duduk di sebelahnya. Teknik curhat (curah pendapat) dilakukan dengan tujuan melatih dan meng-gali kedalaman dan kelancaran ide penulisan cerpen. Berdasar curhat tersebut, siswa mengembangkan garis besar cerita menjadi tulisan cerita pendek. Usai menulis, cerpen karya siswa saling ditukar dengan teman.

Kemudian secara berkelompok siswa me-nyatukan lembaran cerpennya ke dalam satu kumpulan cerpen. Siswa berbagi peran, ada yang menjadu ilustrator sampul, penulis kata pengantar, penyusun cerpen secara alfabetis, dan penjilid. Hasilnya, ada empat kumpulan cerpen dalam satu kelas. Siswa merasa senang dengan pembelajaran ini dan merasa tidak kesulitan untuk menulis.

Menceritakan Fabel dengan Peta Konsep dan Cerita Berpasangan

Fabel menjadi salah satu materi pembelajaran di kelas VII.6 yang saya bimbing di semester dua. Fabel ini dapat dipelajari secara teks maupun lisan. Kemampuan membaca teks fabel berupa memahami fungsi, struktur, dan ciri kebaha-

(Kiri) Cerpen halaman satu dari tiga halaman karya siswa yang ide ceritanya diambil dari foto. (Kanan) Siswa saling menceritakan karya fabel buatannya secara bergiliran di kelompok.

Semarang, Jawa Tengah - Isu tentang pungutan liar (pungli) di sekolah merebak setelah dikeluarkannya 58 jenis pungli oleh tim Saber Pungli. Hal itu menjadi kendala dan kegelisahan pengelola sekolah dalam menghimpun dana masyarakat untuk mendukung pengembangan sekolah dan pembelajaran. Namun hal itu tidak berlaku bagi MIN Sumurrejo, Gunung Pati Semarang. Madrasah ini, malah menambah program untuk menguatkan penghimpunan dana di masyarakat. Kuncinya adalah transparansi dan akuntabilitas.

Beberapa hal yang dilakukan oleh komite madrasah untuk menggalakkan dan mendukung program madrasah di antaranya:

1. Komite bersama dengan kepala madrasah awalnya menawarkan iklan secara door to door ke industri di lingkungan sekolah. Industri mulai tertarik dan mau beriklan. Iklan eksklusif itu dipajang sepanjang jalan ke madrasah. Iklan tersebut berisi visi misi dan lima budaya kerja Kementerian Agama dengan penambahan nama industri yang diiklankan. Per iklan dihargai Rp. 150.000 per tahun. Pada tahun kedua, iklan eksklusif tersebut dilelang.

2. Dibentuk komite kelas untuk mendukung pengembangan setiap kelas. Setiap minggu disusun daftar piket kehadiran dan setiap bulan rapat bersama. Tugas komite ini adalah mendampingi dan memfasilitasi kebutuhan pembelajaran di kelas tersebut.

3. Diadakan infaq serbaguna yang dilakukan tanpa paksaan dan sukarela. Infaq serbaguna ini diambil dan dikelola oleh komite kelas. Setiap hari Jumat mereka menyebarkannya. Setiap bulan pendapatan masing-masing kelas dihitung bersama dalam rapat komite madrasah. Rata-rata sebulan pemasukan madrasah sebesar Rp 4-8 juta.

4. Untuk menambah pendapatan madrasah, komite bersepakat dengan pedagang untuk menyewakan tempat yang digunakan untuk berdagang. Pedagang yang berada di jalan diberikan waktu berjualan yaitu pada pukul 7 sampai 10 pagi. Setiap jam pedagang menyewa sebesar Rp. 2.000. Sedangkan pedagang di dalam madrasah memberikan Rp. 20.000. Pedagang di sebelah madrasah sebesar Rp. 12.000. Uang sewa dikelola oleh komite. Para peda-gang melibatkan orangtua dalam pengadaan jajanan bagi siswa.

Semua pemasukan dan pengeluaran yang dikelola komite madrasah dilaporkan secara berkala. Perencanaan kegiatan yang didanai de-ngan dana yang dikumpulkan oleh komite madrasah dilakukan seca-ra bersama-sama dengan semua pihak sekolah. Dengan demikian semua pihak tahu berapa pemasukan, untuk apa dana tersebut dan manfaatnya bagi madrasah. Sinergi komite ini, membuat ikatan kekeluargaan orang tua, masyarakat dan madrasah menjadi sangat kuat. Mereka secara sadar bergotong royong memfasilitasi

Kiri ke kanan: Papan iklan perusahaan yang difasilitasi komite. Guru mendampingi siswa yang belum lancar membaca. Hasil karya siswa kelas V tentang mengenal perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia.

kebutuhan madrasah. Berdirinya mushola, pondok baca, dan ruang kelas baru untuk kelas III adalah bukti dari sinergi ini. “Semua ini kami laksanakan untuk memenuhi tanggungjawab kami sebagai orang tua siswa. Kami harus bersinergi untuk memfasilitasi yang terbaik,” ungkap ketua komite madrasah KH Rohani Amin.

Pembelajaran Aktif di Semua Kelas

Dukungan penambahan kebutuhan pembelajaran yang diberikan komite, membuat para guru terbantu dalam melaksanakan pembelajaran aktif. Menurut Fitriyah Widihastuti SPd, guru kelas V, komite membantu ATK, alat dan bahan pembelajaran sesuai kebutuhan di setiap kelas. “Setiap bulan, komite kelas rapat dengan guru untuk membahas kebutuhan pembelajaran siswa,” tukasnya.

Misalnya di kelas V, pada bulan ini komite menyediakan kertas karton dan alat mewarnai untuk siswa membuat laporan kegiatan pembelajaran di luar kelas. Sementara di kelas 1, ada kegiatan pendampingan bagi siswa yang belum lancar membaca. Kegiatan ini juga dibantu oleh komite kelas. Sementara di semua kelas juga tampak pajangan hasil karya siswa. Hal ini menunjukkan siswa sudah terbiasa menghasilkan karya kreatif dalam pembelajaran.

Siswa Membaca 152 Buku

MIN Sumurrejo juga telah berhasil mendorong para siswa untuk mencintai buku. Menurut Subiyono MPdI, kepala madrasah, memiliki program Pondok Baca yang dilaksanakan, yaitu, morning reading atau program membaca setiap pagi dan membaca Juz Amma Ceria mulai jam 06.30 - 06.45 Wib, Duta Baca yang bertugas menjadi contoh dan mengkampayekan gemar membaca, serta mengkoordinir mading madrasah di pondok baca, layanan lambat baca, layanan baca untuk orangtua, dan cerita bergambar yaitu program tahunan untuk menggali bakat minat dan potensi siswa dalam menuangkan cerita melalui tulisan dan gambar.

Penghitungan dilakukan dari jumlah buku yang telah dibaca melalui Buku Membaca Anak (BMA). Usai membaca, siswa menuliskan judul dan sinopsis sederhana di BMA. Penghitungan juga dilihat dari bukti fisik kunjungan dan peminjaman buku, baik yang dibaca di sekolah maupun di rumah. Hasilnya beberapa anak telah membaca lebih dari 50 buku dalam satu semester.

“Kami memberikan apresiasi pembaca buku terbanyak tahun lalu kepada Rizki kelas V yang telah membaca sebanyak 152 judul buku, Anggi Latifah siswa kelas VI yang telah membaca sebanyak 121 judul buku, dan Andin Aini Nur Latifah kelas IV dengan 82 judul buku dalam satu semester,” ungkap Subiyono. (Arz)

Transparansi dan Akuntabilitas Kunci MI Sumurrejo Sukses Mobilisasi Dana Masyarakat untuk Pembelajaran dan PembangunanTransparansi dan Akuntabilitas Kunci MI Sumurrejo Sukses Mobilisasi Dana Masyarakat untuk Pembelajaran dan Pembangunan

Page 12: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 13Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Menjadi Madrasah Rujukan

Oleh Ruba Nurzaman dan Didin Ridwan Wakil Kepala MTs Al Mukhtariyah

Bandung Barat, Jawa Barat - Sampai awal tahun 2013, MTs Al-Mukhtariyah masih menerapkan pembelajaran konvensional dengan siswa duduk berbanjar dan guru lebih banyak bercera-mah monoton. Kondisi perpustakaan juga masih jauh dari standar kelayakan. Lingkungan madrasah cenderung tidak mendukung iklim akademik dan kenyamanan belajar.

Spirit perubahan kemudian menyeruak di tengah madrasah tatkala USAID PRIORITAS hadir dengan sejumlah paket pelatihan. Para guru mendapat pelatihan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL). Selepas pelatihan, mereka menikmati masa-masa pendampingan oleh fasilitator daerah (fasda) guna mempraktikkan hasil pelatihan, mengevaluasi, dan mencobanya kembali secara berkesinambungan. Pada saat yang sama, kepala madrasah, guru, dan komite madrasah berkesempatan mengikuti pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang juga ditindaklanjuti dengan pendampingan.

Kepala madrasah langsung menerapkan hasil pelatihan. Dibentuklah tim pengembang madrasah dan tim pengembang budaya baca yang merupakan gabungan dari pihak manajemen, perwakilan guru, staf tata usaha, dan komite madrasah. Tanpa hendak buang waktu, tim ini segera menyusun program, segera pula disosialisasikan, dan diimplementasikan.

Guru-guru yang belum mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, diwajibkan untuk mengamati proses pembelajaran guru yang sudah dilatih untuk mendapat gambaran implementasi pembelajaran aktif. Para guru ini lalu dilatih dalam program diseminasi mandiri madrasah, dan mempraktikkannya di kelas, serta didampingi oleh guru yang sudah dilatih lebih awal.

Alhasil, kini semua guru MTs Al-Mukhtariyah sudah mengikuti pelatihan dan mampu menerapkan pembelajaran aktif, seperti memfasilitasi siswa belajar secara kooperatif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menghasilkan karya dalam pembelajaran.

Perubahan penting telah terjadi. Para siswa madrasah tampak menikmati proses pembelajaran yang menantang sekaligus menyenangkan. Lingkungan madrasah menjadi sumber belajar aktif yang sangat produktif. Siswa belajar bahasa Inggris secara terpadu dengan praktik percobaan sains. Mereka belajar bahasa

Siswa MTs Al-Mukhtariyah mengajak pejabat dari Kemenag melakukan percobaan pengaruh penutupan tanah dengan tumbuhan terhadap volume air yang dikeluarkan saat mendapatkan air. Para siswa tersebut mempraktikkan di sekolahnya

pada acara Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja Sama Peningkatan Mutu Madrasah di Jakarta., Oktober 2016 lalu.

Indonesia di alam terbuka sembari mencari inspirasi merangkai karya

sastra. Mereka juga menemui dan mewawancarai pihak-pihak yang kompeten dalam rangka belajar IPS dan mata pelajaran lain. Pembelajaran aktif ini juga diterapkan pada mapel keagamaan.

Para guru juga sudah terampil membuat lembar kerja bermuatan pertanyaan tingkat tinggi dan berbasis proyek yang merangsang kreativitas siswa. Diskusi kelompok dan presentasi sudah menjadi pengalaman siswa keseharian. Halaman madrasah dimanfaatkan guru untuk siswa belajar sambil bermain. Bahkan lorong-lorong sekolah dimanfaatkan guru untuk proses belajar yang mengasyikkan bagi para siswa.

Hasil karya siswa dipajang di setiap ruang kelas sehingga siswa merasa bangga, meneguhkan atmosfer akademik dan siswa mendapat sumber belajar baru dari pajangan. Karya-karya siswa itupun dihimpun pada sebuah galeri madrasah dan pernah dipamerkan pada showcase tingkat kabupaten, pameran tingkat provinsi, dan unjuk karya tingkat nasional di Kemendikbud.

Kepala madrasah memberikan dukungan penuh terhadap semua kebutuhan proses pembelajaran mulai dari ATK, sarana, penataan ruang kelas dengan segala perabotannya. Segala kebutuhan pembelajaran dibahas pada tingkat perencanaan sekaligus dibahas kebutuhan anggarannya antara manajemen, guru, dan komite madrasah.

Kemitraan dengan berbagai pihak luar madrasah juga dirajut agar kualitas madrasah terus mengalami peningkatan. Kemitraan dengan PT Indonesia Power, TISERA, ormas Islam, dokter Korea, dan masjid besar Rajamandala merupakan beberapa contoh kemitraan yang sudah dibangun. Kini guru dan siswa kerap memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang pembelajaran juga.

Perpustakaan kini ditata lebih apik, koleksinya lebih bervariasi, rutin diperbarui, dan dilengkapi dengan sistem layanan digital. Siswa menerbitkan majalah dinding yang terbit cukup disiplin dan mereka membentuk kelompok gemar membaca yang disebut reading club. Sudut baca menjadi bagian niscaya pada setiap ruang kelas sebagaimana setiap bidang tembok, koridor, dan lorong juga dihiasi dengan rak-rak buku yang bisa diakses warga madrasah setiap saat.

Untuk pembiasaan membaca, Al-Mukhtariyah juga menjadwal kegiatan membaca massal dan membaca senyap yang digelar di halaman madrasah. Budaya baca ini telah melahirkan sejumlah karya siswa. Terlahirlah karya siswa dalam bentuk artikel hasil reviu buku menggunakan Ishikawa fishbone, reading diary, kumpulan cerpen, dan buku yang diterbitkan secara digital. Guru-guru pun telah menorehkan karyanya berupa buku yang diterbitkan dalam bentuk cetak dan digital. (Ds)

Aceh Barat Daya, Aceh - SDN 2 Lembah Sabil, berjarak 20 km dari pusat kota Blang Pidie, Kabupaten Aceh Barat Daya. Sekolah yang terletak di Desa Menasah Sukon, Kecamatan Lembah Sabil tersebut, awalnya kurang dikenal dan bahkan tidak termasuk dalam daftar sekolah favorit atau berprestasi di kabupaten tersebut. “Sebelum menjadi mitra USAID PRIORITAS, sekolah kami sangat jarang mendapatkan pelatihan,” kata Juli SPd kepala SDN 2 Lembah Sabil.

Sekolah mitra kohor 2 ini mulai mendapat pelatihan dan pendampingan USAID PRIO-RITAS pada awal 2014. Dia menceritakan, dari metode ceramah yang sebelumnya banyak dilakukan para guru, kini terlihat kontras perbedaannya. “Setelah mendapat pelatihan dan pendampingan dari fasilitator, para guru menjadi bersemangat menerap-kan pembelajaran aktif,” lanjut Juli yang menjabat kepala sekolah sejak 2013 lalu.

Sekembalinya dari pelatihan, para guru diwajibkan juga untuk presentasi dan berbagi ilmu kepada guru lainnya di sekolah. “Guru yang mendapat kesempatan ikut pelatihan, wajib melatih guru lainnya di sekolah. Lalu semua guru diajak menanda-tangani komitmen menerapkan pembela-jaran aktif di semua kelas,” jelas Juli. Sekolah juga menyediakan ATK dan keperluan lainnya untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif di kelas. Dananya diambil dari dana BOS.

“Guru lain juga diberi kesempatan untuk duduk di kelas untuk melihat pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang telah mendapatkan pelatihan,” katanya.

Juli juga memiliki jadwal rutin melakukan supervisi dan observasi ke kelas. “Kegiatan supervisi kami lakukan untuk membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih efektif,” jelas Juli. Kiatnya,

kepala sekolah sebelum melakukan supervisi memanggil guru untuk membahas persiapan pembelajaran. kegiatan ini dilakukan di luar jam mengajar.

“Saya melakukan diskusi dengan guru, misalnya membimbing guru dalam menyusun RPP, lembar kerja, media pembelajaran, memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dan lain sebagainya,” kata Juli. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan observasi ke kelas yang waktunya sesuai dengan kesepakatan antara guru dan kepala sekolah. Bagian akhir dari supervisi ini adalah berdiskusi bersama guru untuk memperbaiki pembelajaran ke depan menjadi lebih baik lagi.

Juli juga mengakui, studi visit yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS memberi inspirasi kepada dirinya untuk bersama guru dan komite bekerja sama memajukan sekolah. Hubungan dengan komite sekolah sekarang juga terjadi perbedaan yang menyolok.

“Setelah pelatihan dan studi visit, kami duduk bersama komite dan bersepakat melakukan kerja besar demi kemajuan sekolah. Kami mulai dengan menyusun rencana kerja sekolah dan rencana anggarannya bersama, dan berlanjut sampai saat ini semua kegiatan sekolah melibatkan komite diikuti dengan semakin tingginya partisipasi masyarakat,” jelas Juli.

“Kami bersyukur USAID PRIORITAS melibatkan komite dalam pelatihan MBS, sehingga dengan mudah kami menyamakan visi dan misi dengan komite untuk membangun sekolah,” ungkap Juli.

Kini, komite dan masyarakat juga sering terlibat menjadi narasumber dalam pembe-lajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Misal, mengajarkan cara bercocok tanam, cara mencangkok tanaman, dan membantu dalam program budaya baca setiap Selasa, Rabu, dan Sabtu selama setengah jam.

“Beberapa waktu lalu kami menyampaikan keinginan untuk merapikan taman sekolah dan membuat suasana sekolah lebih asri. Spontan saja, komite bersama masyarakat menyumbangkan keperluan untuk mem-buat taman, bahkan beberapa masyarakat turut menyumbang tanaman apotik hidup, pot, dan bunga-bunga, bahkan tenaga,” kata Juli yang mengakui bahwa transparansi sangat penting dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat Daya, Drs Yusnaidi MM, mengungkapkan rasa bangganya kepada sekolah. “Alhamdulillah, perubahan yang signifikan terjadi di SDN 2 Lembah Sabil, terutama dalam proses pem-belajarannya. Siswa kini lebih berani, kritis, dan suka mengajukan pertanyaan. Sekolah menjadi lebih hidup dan menyenangkan, guru-guru juga termotivasi mengajar dengan baik,” kata Yusnaidi bangga. ”Ini tidak lepas dari peran kepala sekolah yang menurut saya sangat baik dan kreatif dalam menahkodai sekolahnya,” lanjut Yusnaidi.

Sederet prestasipun telah diraih oleh sekolah ini, diantaranya pada tahun 2016 menjadi juara 3 sekolah berprestasi tingkat kabupaten dari 106 SD lainnya, juara 3 sekolah bersih dan sehat tingkat kabupaten serta juara 1 kepala sekolah berprestasi tingkat kabupaten. Di tahun 2015, sekolah yang memiliki 115 siswa tersebut menjadi juara 1 lomba budaya mutu sekolah tingkat kabupaten, dan juara 2 lomba budaya mutu sekolah tingkat Provinsi Aceh sehingga berhak mewakili 3.286 SD di Aceh pada tingkat nasional.

Yang juga membanggakan sekolah ini men-jadi juara 3 lomba budaya mutu sekolah dasar negeri tingkat nasional kategori pembelajaran yang diselenggarakan oleh Kemendikbud pada tahun 2015 lalu. Kini sekolah desa yang tidak terkenal itu, sudah diperhitungkan di kancah nasional. (Tmk)

Sekolah Desa, Prestasi Nasional

Siswa kelas IV sedang praktik menimbang benda dengan satuan yang tidak baku. Lalu mereka mempresentasikan laporannya. Walau di desa tetapi SDN 2 Lembah Sabil konsisten menerapkan pembelajaran aktif.

Page 13: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 13Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Menjadi Madrasah Rujukan

Oleh Ruba Nurzaman dan Didin Ridwan Wakil Kepala MTs Al Mukhtariyah

Bandung Barat, Jawa Barat - Sampai awal tahun 2013, MTs Al-Mukhtariyah masih menerapkan pembelajaran konvensional dengan siswa duduk berbanjar dan guru lebih banyak bercera-mah monoton. Kondisi perpustakaan juga masih jauh dari standar kelayakan. Lingkungan madrasah cenderung tidak mendukung iklim akademik dan kenyamanan belajar.

Spirit perubahan kemudian menyeruak di tengah madrasah tatkala USAID PRIORITAS hadir dengan sejumlah paket pelatihan. Para guru mendapat pelatihan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL). Selepas pelatihan, mereka menikmati masa-masa pendampingan oleh fasilitator daerah (fasda) guna mempraktikkan hasil pelatihan, mengevaluasi, dan mencobanya kembali secara berkesinambungan. Pada saat yang sama, kepala madrasah, guru, dan komite madrasah berkesempatan mengikuti pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang juga ditindaklanjuti dengan pendampingan.

Kepala madrasah langsung menerapkan hasil pelatihan. Dibentuklah tim pengembang madrasah dan tim pengembang budaya baca yang merupakan gabungan dari pihak manajemen, perwakilan guru, staf tata usaha, dan komite madrasah. Tanpa hendak buang waktu, tim ini segera menyusun program, segera pula disosialisasikan, dan diimplementasikan.

Guru-guru yang belum mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, diwajibkan untuk mengamati proses pembelajaran guru yang sudah dilatih untuk mendapat gambaran implementasi pembelajaran aktif. Para guru ini lalu dilatih dalam program diseminasi mandiri madrasah, dan mempraktikkannya di kelas, serta didampingi oleh guru yang sudah dilatih lebih awal.

Alhasil, kini semua guru MTs Al-Mukhtariyah sudah mengikuti pelatihan dan mampu menerapkan pembelajaran aktif, seperti memfasilitasi siswa belajar secara kooperatif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menghasilkan karya dalam pembelajaran.

Perubahan penting telah terjadi. Para siswa madrasah tampak menikmati proses pembelajaran yang menantang sekaligus menyenangkan. Lingkungan madrasah menjadi sumber belajar aktif yang sangat produktif. Siswa belajar bahasa Inggris secara terpadu dengan praktik percobaan sains. Mereka belajar bahasa

Siswa MTs Al-Mukhtariyah mengajak pejabat dari Kemenag melakukan percobaan pengaruh penutupan tanah dengan tumbuhan terhadap volume air yang dikeluarkan saat mendapatkan air. Para siswa tersebut mempraktikkan di sekolahnya

pada acara Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja Sama Peningkatan Mutu Madrasah di Jakarta., Oktober 2016 lalu.

Indonesia di alam terbuka sembari mencari inspirasi merangkai karya

sastra. Mereka juga menemui dan mewawancarai pihak-pihak yang kompeten dalam rangka belajar IPS dan mata pelajaran lain. Pembelajaran aktif ini juga diterapkan pada mapel keagamaan.

Para guru juga sudah terampil membuat lembar kerja bermuatan pertanyaan tingkat tinggi dan berbasis proyek yang merangsang kreativitas siswa. Diskusi kelompok dan presentasi sudah menjadi pengalaman siswa keseharian. Halaman madrasah dimanfaatkan guru untuk siswa belajar sambil bermain. Bahkan lorong-lorong sekolah dimanfaatkan guru untuk proses belajar yang mengasyikkan bagi para siswa.

Hasil karya siswa dipajang di setiap ruang kelas sehingga siswa merasa bangga, meneguhkan atmosfer akademik dan siswa mendapat sumber belajar baru dari pajangan. Karya-karya siswa itupun dihimpun pada sebuah galeri madrasah dan pernah dipamerkan pada showcase tingkat kabupaten, pameran tingkat provinsi, dan unjuk karya tingkat nasional di Kemendikbud.

Kepala madrasah memberikan dukungan penuh terhadap semua kebutuhan proses pembelajaran mulai dari ATK, sarana, penataan ruang kelas dengan segala perabotannya. Segala kebutuhan pembelajaran dibahas pada tingkat perencanaan sekaligus dibahas kebutuhan anggarannya antara manajemen, guru, dan komite madrasah.

Kemitraan dengan berbagai pihak luar madrasah juga dirajut agar kualitas madrasah terus mengalami peningkatan. Kemitraan dengan PT Indonesia Power, TISERA, ormas Islam, dokter Korea, dan masjid besar Rajamandala merupakan beberapa contoh kemitraan yang sudah dibangun. Kini guru dan siswa kerap memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang pembelajaran juga.

Perpustakaan kini ditata lebih apik, koleksinya lebih bervariasi, rutin diperbarui, dan dilengkapi dengan sistem layanan digital. Siswa menerbitkan majalah dinding yang terbit cukup disiplin dan mereka membentuk kelompok gemar membaca yang disebut reading club. Sudut baca menjadi bagian niscaya pada setiap ruang kelas sebagaimana setiap bidang tembok, koridor, dan lorong juga dihiasi dengan rak-rak buku yang bisa diakses warga madrasah setiap saat.

Untuk pembiasaan membaca, Al-Mukhtariyah juga menjadwal kegiatan membaca massal dan membaca senyap yang digelar di halaman madrasah. Budaya baca ini telah melahirkan sejumlah karya siswa. Terlahirlah karya siswa dalam bentuk artikel hasil reviu buku menggunakan Ishikawa fishbone, reading diary, kumpulan cerpen, dan buku yang diterbitkan secara digital. Guru-guru pun telah menorehkan karyanya berupa buku yang diterbitkan dalam bentuk cetak dan digital. (Ds)

Aceh Barat Daya, Aceh - SDN 2 Lembah Sabil, berjarak 20 km dari pusat kota Blang Pidie, Kabupaten Aceh Barat Daya. Sekolah yang terletak di Desa Menasah Sukon, Kecamatan Lembah Sabil tersebut, awalnya kurang dikenal dan bahkan tidak termasuk dalam daftar sekolah favorit atau berprestasi di kabupaten tersebut. “Sebelum menjadi mitra USAID PRIORITAS, sekolah kami sangat jarang mendapatkan pelatihan,” kata Juli SPd kepala SDN 2 Lembah Sabil.

Sekolah mitra kohor 2 ini mulai mendapat pelatihan dan pendampingan USAID PRIO-RITAS pada awal 2014. Dia menceritakan, dari metode ceramah yang sebelumnya banyak dilakukan para guru, kini terlihat kontras perbedaannya. “Setelah mendapat pelatihan dan pendampingan dari fasilitator, para guru menjadi bersemangat menerap-kan pembelajaran aktif,” lanjut Juli yang menjabat kepala sekolah sejak 2013 lalu.

Sekembalinya dari pelatihan, para guru diwajibkan juga untuk presentasi dan berbagi ilmu kepada guru lainnya di sekolah. “Guru yang mendapat kesempatan ikut pelatihan, wajib melatih guru lainnya di sekolah. Lalu semua guru diajak menanda-tangani komitmen menerapkan pembela-jaran aktif di semua kelas,” jelas Juli. Sekolah juga menyediakan ATK dan keperluan lainnya untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif di kelas. Dananya diambil dari dana BOS.

“Guru lain juga diberi kesempatan untuk duduk di kelas untuk melihat pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang telah mendapatkan pelatihan,” katanya.

Juli juga memiliki jadwal rutin melakukan supervisi dan observasi ke kelas. “Kegiatan supervisi kami lakukan untuk membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih efektif,” jelas Juli. Kiatnya,

kepala sekolah sebelum melakukan supervisi memanggil guru untuk membahas persiapan pembelajaran. kegiatan ini dilakukan di luar jam mengajar.

“Saya melakukan diskusi dengan guru, misalnya membimbing guru dalam menyusun RPP, lembar kerja, media pembelajaran, memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dan lain sebagainya,” kata Juli. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan observasi ke kelas yang waktunya sesuai dengan kesepakatan antara guru dan kepala sekolah. Bagian akhir dari supervisi ini adalah berdiskusi bersama guru untuk memperbaiki pembelajaran ke depan menjadi lebih baik lagi.

Juli juga mengakui, studi visit yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS memberi inspirasi kepada dirinya untuk bersama guru dan komite bekerja sama memajukan sekolah. Hubungan dengan komite sekolah sekarang juga terjadi perbedaan yang menyolok.

“Setelah pelatihan dan studi visit, kami duduk bersama komite dan bersepakat melakukan kerja besar demi kemajuan sekolah. Kami mulai dengan menyusun rencana kerja sekolah dan rencana anggarannya bersama, dan berlanjut sampai saat ini semua kegiatan sekolah melibatkan komite diikuti dengan semakin tingginya partisipasi masyarakat,” jelas Juli.

“Kami bersyukur USAID PRIORITAS melibatkan komite dalam pelatihan MBS, sehingga dengan mudah kami menyamakan visi dan misi dengan komite untuk membangun sekolah,” ungkap Juli.

Kini, komite dan masyarakat juga sering terlibat menjadi narasumber dalam pembe-lajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Misal, mengajarkan cara bercocok tanam, cara mencangkok tanaman, dan membantu dalam program budaya baca setiap Selasa, Rabu, dan Sabtu selama setengah jam.

“Beberapa waktu lalu kami menyampaikan keinginan untuk merapikan taman sekolah dan membuat suasana sekolah lebih asri. Spontan saja, komite bersama masyarakat menyumbangkan keperluan untuk mem-buat taman, bahkan beberapa masyarakat turut menyumbang tanaman apotik hidup, pot, dan bunga-bunga, bahkan tenaga,” kata Juli yang mengakui bahwa transparansi sangat penting dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat Daya, Drs Yusnaidi MM, mengungkapkan rasa bangganya kepada sekolah. “Alhamdulillah, perubahan yang signifikan terjadi di SDN 2 Lembah Sabil, terutama dalam proses pem-belajarannya. Siswa kini lebih berani, kritis, dan suka mengajukan pertanyaan. Sekolah menjadi lebih hidup dan menyenangkan, guru-guru juga termotivasi mengajar dengan baik,” kata Yusnaidi bangga. ”Ini tidak lepas dari peran kepala sekolah yang menurut saya sangat baik dan kreatif dalam menahkodai sekolahnya,” lanjut Yusnaidi.

Sederet prestasipun telah diraih oleh sekolah ini, diantaranya pada tahun 2016 menjadi juara 3 sekolah berprestasi tingkat kabupaten dari 106 SD lainnya, juara 3 sekolah bersih dan sehat tingkat kabupaten serta juara 1 kepala sekolah berprestasi tingkat kabupaten. Di tahun 2015, sekolah yang memiliki 115 siswa tersebut menjadi juara 1 lomba budaya mutu sekolah tingkat kabupaten, dan juara 2 lomba budaya mutu sekolah tingkat Provinsi Aceh sehingga berhak mewakili 3.286 SD di Aceh pada tingkat nasional.

Yang juga membanggakan sekolah ini men-jadi juara 3 lomba budaya mutu sekolah dasar negeri tingkat nasional kategori pembelajaran yang diselenggarakan oleh Kemendikbud pada tahun 2015 lalu. Kini sekolah desa yang tidak terkenal itu, sudah diperhitungkan di kancah nasional. (Tmk)

Sekolah Desa, Prestasi Nasional

Siswa kelas IV sedang praktik menimbang benda dengan satuan yang tidak baku. Lalu mereka mempresentasikan laporannya. Walau di desa tetapi SDN 2 Lembah Sabil konsisten menerapkan pembelajaran aktif.

Page 14: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

14 15Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Surabaya, Jawa Timur - Jurusan PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA), pada tahun 2016 telah memulai program mendekatkan mahasiswa dengan sekolah sejak semester awal. Beberapa mata kuliah bahkan mewajibkan mahasiswa melakukan kegiatan di sekolah. Kegiatannya, mulai hanya melakukan observasi pembelajaran, berdiskusi atau mewawancarai guru di sekolah, observasi perbedaan individu siswa dan cara menangani, sampai praktik mengajar team teaching bersama guru pamong di sekolah.

Perubahan juga terjadi pada mata kuliah PPL 1. Sebelumnya, perkuliahan hanya dilaksanakan di kampus. Mulai tahun 2016 mahasiswa sudah dilibatkan ke sekolah.

“Mereka ditugaskan untuk mengamati pembelajaran, dan menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki. Kemudian di kampus mereka membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasar hasil pengamatan” kata Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen UINSA yang juga fasilitator pelatihan USAID PRIORITAS yang mengikuti studi singkat penyiapan calon guru di Michigan State University (MSU).

Sementara Rizka Safriyani MPd, dosen bahasa Inggris, juga kerap melibatkan guru-guru di sekolah mitra UINSA untuk mereviu hasil karya mahasiswa. “Mahasiswa saya minta datang ke sekolah untuk mengamati proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, dan mereka juga berdiskusi dengan guru tentang hasil karya perkuliahan bahasa Inggris yang mereka buat untuk mendapat masukan,” tuturnya.

Buat Program Literasi

UINSA bekerja sama dengan Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya saat ini sedang mengembangkan 56 judul buku bacaan berjenjang untuk siswa kelas awal SD/MI. Buku bacaan berjenjang adalah buku yang isinya disesuaikan dengan jenjang (tingkat) kemampuan membaca siswa. Isi buku mulai terdiri dari satu kata dan satu gambar

Perkuliahan di UINSA kini sudah lebih banyak dilakukan dengan pendekatan pembelajaran aktif. Mahasiswa juga didekatkan dengan madrasah sejak awal.

Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah dan Buat Program Literasi

untuk siswa yang baru belajar membaca, sampai yang terdiri dari beberapa paragraf dan gambar untuk siswa yang sudah lancar membaca.

“Pembuatan buku bacaan berjenjang ini untuk mendukung program akseliterasi atau percepatan peningkatan kemampuan literasi siswa Surabaya. Buku bacaan berjenjang yang dihibahkan USAID menjadi inspirasi dan rujukan kami dalam membuat buku bacaan berjenjang,” kata Evi lagi.

UINSA merupakan salah satu dari 17 LPTK mitra dan 13.000 sekolah penerima hibah 8 juta buku bacaan berjenjang dari USAID. Para dosennya juga sudah dilatih cara menggunakan buku bacaan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa kelas awal SD/MI.

Tim pembuat buku mengawalinya dengan meneliti konten-konten lokal Surabaya yang relevan untuk dijadikan topik buku bacaan berjenjang. Beberapa konten lokal yang dimaksud di antaranya terkait lokasi wisata, tempat bersejarah, makanan khas, dan masih banyak lagi. Mereka juga meneliti bentuk-bentuk buku bacaan berjenjang yang relevan untuk siswa madrasah di Kota Surabaya, yaitu dengan memperhatikan pemilihan kosa kata, ketepatan ilustrasi, tata cetak, konten dan konsepnya.

Setelah mendapatkan bahan, tim mulai memikirkan gambar-gambar ilustrasi buku. Konsepnya, pada setiap lembar buku ada tulisan dan gambar yang membuat anak tertarik membaca buku tersebut. Untuk gambar buku, ada yang menggunakan foto atau gambar ilustrasi. Misalnya, pada buku berwarna kuning yang berjudul Kebun Binatang Surabaya, gambar cover berupa foto dua orang anak yang sedang berpose gembira dengan latar belakang kebun binatang Surabaya. Isi buku terdiri dari satu paragraf, yang setiap paragraf terdiri dari dua kalimat. Di sebelahnya ada foto yang memperlihatkan kegiatan kedua anak tersebut di kebun binatang Surabaya.

“Dicky dan Amel di kebun binatang. Mereka melihat Rusa.” Demikian salah satu kalimat dalam isi buku tersebut. “Buku ini akan membuat para siswa menjadi lebih mengenal dengan berbagai keunggulan di Surabaya, dan membangun kesadaran untuk menjaga dan melestarikannya,” tukas Evi.

Warna yang ada di cover buku dibuat berbeda untuk menunjukkan jenjang penggunaan buku. Ada tujuh warna yang digunakan, yaitu ungu, merah, kuning, hijau, biru, coklat, dan oranye, yang semua warna tersebut dibuat gradasi putih sehingga terlihat lebih cerah.

Saat ini sudah ada satu seri buku yang terdiri dari tujuh judul buku berhasil diselesaikan. Totalnya ada delapan seri buku dengan 56 judul yang akan dibuat. Tujuh judul buku yang selesai dibuat akan dicetak terbatas, dan pada awal tahun 2017 digunakan tim pustakawan Surabaya untuk menilai kemampuan membaca siswa kelas awal SD/MI di Surabaya. Judul-judul buku lainnya masih dalam tahap validasi ahli.

Buat KKN Literasi

Sebagai upaya mendekatkan mahasiswa untuk lebih mencintai buku dan membantu program literasi di sekolah, tahun 2016 lalu UINSA melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi. KKN literasi ini merupakan kegiatan pilihan selain KKN regular dimana mahasiswa selama enam bulan melakukan kegiatan magang di perpustakaan madrasah atau pondok pesantren. Dalam kegiatan ini, UINSA juga bekerja sama dengan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya terutama untuk menyeleksi para calon mahasiswa KKN literasi.

Rektor UINSA, Prof Dr Abd A’la menyebut kerja sama dalam program USAID PRIORITAS mengembangkan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan, sehingga siswa menjadi aktif, bukan hanya mendengar dan menghafal seperti selama ini. (Dkd/Anw)

Buku Praktik yang Baik

Perkuliahan dan Integrasi LPTK-SekolahJakarta - Pengalaman para dosen LPTK dan guru sekolah mitra LPTK dalam menerapkan apa yang diperoleh dari program USAID PRIORITAS, didokumentasikan menjadi buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para dosen lainnya dalam meningkatkan kualitas perkuliahan sebagai penyiapan calon-calon guru profesional. Prof Intan Ahmad PhD, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti menyambut baik penerbitan buku ini. ”Buku ini dapat menjadi wahana berbagi penga-laman antar dosen, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon guru. Buku ini juga membuktikan bahwa proses pembelajaran aktif (active learning) juga dapat diterapkan di perguruan tinggi, jika dosen menyiapkannya dengan baik,” katanya. (Anw)

Sampul depan buku praktik yang baik di LPTK.

Yogyakarta - USAID PRIORITAS, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan beberapa LPTK lainnya telah bekerja sama sejak tahun 2013. Kerja sama tersebut

diwujudkan dalam bentuk kegiatan mengembangkan modul pelatihan dan buku sumber untuk pengayaan perkuliahan, melatih dosen-dosen dan guru-guru di

sekolah mitra LPTK, pengembangan program praktik pengalaman lapangan (PPL) dan program lainnya. Berikut adalah implementasi dan pengembangan

program USAID PRIORITAS di UNY.

1. Buat Mata Kuliah Baru: Literasi Kelas Awal dan MBS“Setelah kami mereviu kurikulum, menyusun standar kompetensi lulusan, dan menganalisis semua mata kuliah pada 2014 lalu, kami mulai memasukkan mata kuliah literasi dan MBS sebagai mata kuliah pilihan,” kata Supartinah MHum, dosen Jurusan PGSD UNY.

Mata kuliah literasi kelas awal diberikan kepada mahasiswa semes-ter V, yang bertujuan mengenalkan pembelajaran membaca dan menulis di kelas awal, strategi, penilaian, dan medianya. Mata kuliah ini terdiri dari dua SKS, berisi satu teori dan satu praktik. Materi diambilkan dari adaptasi modul USAID PRIORITAS dan bahan ajar perkuliahan literasi di kelas awal yang berbasis pada penelitian terbaru hasil kerja sama dengan Florida State University, Amerika.

Mata kuliah MBS juga merupakan mata kuliah baru dan diberikan kepada mahasiswa Semester V juga. Materi kuliah diadaptasi dari

modul 1, II, dan III. Pada modul 1 materi yang diambil di antaranya

tentang konsep apa dan bagaimana MBS, TAP

(transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi) pengelolaan sekolah. Di modul II dan III terkait dengan melayani perbedaan individu da-lam pembelajaran, supervisi kepala sekolah, literasi, dan penguatan budaya baca. “Peminatnya cukup banyak. Dari enam kelas mahasis-wa di semester V, ada empat kelas yang mengambil mata kuliah pilihan ini,” kata Agung Hastomo MPd, dosen pengampu MBS.

2. Perkuliahan Aktif dan Literasi Perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran aktif sudah dilakukan oleh semua dosen yang telah dilatih USAID PRIORITAS. Di Jurusan Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Inggris, serta PGSD, dosen-dosen telah terbiasa menerapkan pola perkuliahan aktif. “Lebih dari 75% dosen yang sudah mendapat pelatihan, telah menerapkan perkuliahan aktif. Mulai dari diskusi, pengunaan variasi metode perkuliahan, penilaian, dan kunjung karya,” kata Esti Swatika Sari, dosen bahasa Indonesia FBS. Esti menyontohkan, dalam perkuliahan banyak mahasiswa memulai perkuliahan dengan membaca dulu sekitar 15 menit, lalu membuat rangkuman bacaan, sampai menganalisis bahan bacaan. Selain itu, produk perkuliahan juga telah menerapkan prinsip-prinsip literasi.

3. Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Literasi SekolahUntuk mengembangkan budaya baca di mahasiswa, telah dilakukan juga penelitian tentang literasi di mahasiswa. Penelitian ini tindak-lanjut dari penguatan modul literasi di LPTK. Dari penelitian ini ditemukan tingkat kemampuan literasi mahasiswa dan bagaimana cara untuk menguatkannya. Selain penelitian literasi, telah dilaksa-nakan program pengabdian masyarakat yaitu pelatihan oleh dosen kepada guru tentang pembiasaan literasi di sekolah. Program ini mendorong sekolah untuk menerapkan budaya baca.

4. PPL Berkualitas untuk Mahasiswa Reguler dan PPG Setelah pelatihan peningkatan kualitas PPL yang efektif untuk dosen pendamping lapangan (DPL) dan guru pamong (GP) oleh USAID PRIORITAS, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) melakukan diseminasi kepada seluruh DPL baik reguler maupun PPG di 11 program studi, serta untuk GP dari sekolah mitra. Diseminasi ini kemudian dijadikan kesepakatan untuk menerapkan model pembimbingan PPL di FBS. Hal ini karena melihat respons dari mahasiswa dan sekolah yang merasa telah menemukan pola yang tepat dalam pembimbingan PPL. Saat ini di tingkat universitas sedang melakukan penyusunan panduan pembimbingan PPL yang efektif dan menyusun rencana implementasinya pada seluruh DPL.

5. Inetgrasi Kerja Sama dengan Sekolah MitraSekolah mitra LPTK telah membuka diri untuk mengembangkan bersama-sama model-model praktik yang baik. Mulai dari penuga-san mahasiswa dalam pengembangan media, pembelajaran aktif, dan penggiatan budaya baca. Dosen dan guru juga telah bersama-sama menerapkan pembelajaran aktif dan penelitian kolaboratif. (Arz)

UNY Kembangkan Program USAID PRIORITAS

Mahasiswa menunjukkan media literasi buatannya untuk menarik minat siswa SD belajar membaca.

Page 15: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

14 15Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Surabaya, Jawa Timur - Jurusan PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA), pada tahun 2016 telah memulai program mendekatkan mahasiswa dengan sekolah sejak semester awal. Beberapa mata kuliah bahkan mewajibkan mahasiswa melakukan kegiatan di sekolah. Kegiatannya, mulai hanya melakukan observasi pembelajaran, berdiskusi atau mewawancarai guru di sekolah, observasi perbedaan individu siswa dan cara menangani, sampai praktik mengajar team teaching bersama guru pamong di sekolah.

Perubahan juga terjadi pada mata kuliah PPL 1. Sebelumnya, perkuliahan hanya dilaksanakan di kampus. Mulai tahun 2016 mahasiswa sudah dilibatkan ke sekolah.

“Mereka ditugaskan untuk mengamati pembelajaran, dan menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki. Kemudian di kampus mereka membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasar hasil pengamatan” kata Dr Evi Fatimatur Rusydiyah, dosen UINSA yang juga fasilitator pelatihan USAID PRIORITAS yang mengikuti studi singkat penyiapan calon guru di Michigan State University (MSU).

Sementara Rizka Safriyani MPd, dosen bahasa Inggris, juga kerap melibatkan guru-guru di sekolah mitra UINSA untuk mereviu hasil karya mahasiswa. “Mahasiswa saya minta datang ke sekolah untuk mengamati proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, dan mereka juga berdiskusi dengan guru tentang hasil karya perkuliahan bahasa Inggris yang mereka buat untuk mendapat masukan,” tuturnya.

Buat Program Literasi

UINSA bekerja sama dengan Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya saat ini sedang mengembangkan 56 judul buku bacaan berjenjang untuk siswa kelas awal SD/MI. Buku bacaan berjenjang adalah buku yang isinya disesuaikan dengan jenjang (tingkat) kemampuan membaca siswa. Isi buku mulai terdiri dari satu kata dan satu gambar

Perkuliahan di UINSA kini sudah lebih banyak dilakukan dengan pendekatan pembelajaran aktif. Mahasiswa juga didekatkan dengan madrasah sejak awal.

Dekatkan Mahasiswa dengan Sekolah dan Buat Program Literasi

untuk siswa yang baru belajar membaca, sampai yang terdiri dari beberapa paragraf dan gambar untuk siswa yang sudah lancar membaca.

“Pembuatan buku bacaan berjenjang ini untuk mendukung program akseliterasi atau percepatan peningkatan kemampuan literasi siswa Surabaya. Buku bacaan berjenjang yang dihibahkan USAID menjadi inspirasi dan rujukan kami dalam membuat buku bacaan berjenjang,” kata Evi lagi.

UINSA merupakan salah satu dari 17 LPTK mitra dan 13.000 sekolah penerima hibah 8 juta buku bacaan berjenjang dari USAID. Para dosennya juga sudah dilatih cara menggunakan buku bacaan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa kelas awal SD/MI.

Tim pembuat buku mengawalinya dengan meneliti konten-konten lokal Surabaya yang relevan untuk dijadikan topik buku bacaan berjenjang. Beberapa konten lokal yang dimaksud di antaranya terkait lokasi wisata, tempat bersejarah, makanan khas, dan masih banyak lagi. Mereka juga meneliti bentuk-bentuk buku bacaan berjenjang yang relevan untuk siswa madrasah di Kota Surabaya, yaitu dengan memperhatikan pemilihan kosa kata, ketepatan ilustrasi, tata cetak, konten dan konsepnya.

Setelah mendapatkan bahan, tim mulai memikirkan gambar-gambar ilustrasi buku. Konsepnya, pada setiap lembar buku ada tulisan dan gambar yang membuat anak tertarik membaca buku tersebut. Untuk gambar buku, ada yang menggunakan foto atau gambar ilustrasi. Misalnya, pada buku berwarna kuning yang berjudul Kebun Binatang Surabaya, gambar cover berupa foto dua orang anak yang sedang berpose gembira dengan latar belakang kebun binatang Surabaya. Isi buku terdiri dari satu paragraf, yang setiap paragraf terdiri dari dua kalimat. Di sebelahnya ada foto yang memperlihatkan kegiatan kedua anak tersebut di kebun binatang Surabaya.

“Dicky dan Amel di kebun binatang. Mereka melihat Rusa.” Demikian salah satu kalimat dalam isi buku tersebut. “Buku ini akan membuat para siswa menjadi lebih mengenal dengan berbagai keunggulan di Surabaya, dan membangun kesadaran untuk menjaga dan melestarikannya,” tukas Evi.

Warna yang ada di cover buku dibuat berbeda untuk menunjukkan jenjang penggunaan buku. Ada tujuh warna yang digunakan, yaitu ungu, merah, kuning, hijau, biru, coklat, dan oranye, yang semua warna tersebut dibuat gradasi putih sehingga terlihat lebih cerah.

Saat ini sudah ada satu seri buku yang terdiri dari tujuh judul buku berhasil diselesaikan. Totalnya ada delapan seri buku dengan 56 judul yang akan dibuat. Tujuh judul buku yang selesai dibuat akan dicetak terbatas, dan pada awal tahun 2017 digunakan tim pustakawan Surabaya untuk menilai kemampuan membaca siswa kelas awal SD/MI di Surabaya. Judul-judul buku lainnya masih dalam tahap validasi ahli.

Buat KKN Literasi

Sebagai upaya mendekatkan mahasiswa untuk lebih mencintai buku dan membantu program literasi di sekolah, tahun 2016 lalu UINSA melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi. KKN literasi ini merupakan kegiatan pilihan selain KKN regular dimana mahasiswa selama enam bulan melakukan kegiatan magang di perpustakaan madrasah atau pondok pesantren. Dalam kegiatan ini, UINSA juga bekerja sama dengan Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya terutama untuk menyeleksi para calon mahasiswa KKN literasi.

Rektor UINSA, Prof Dr Abd A’la menyebut kerja sama dalam program USAID PRIORITAS mengembangkan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan, sehingga siswa menjadi aktif, bukan hanya mendengar dan menghafal seperti selama ini. (Dkd/Anw)

Buku Praktik yang Baik

Perkuliahan dan Integrasi LPTK-SekolahJakarta - Pengalaman para dosen LPTK dan guru sekolah mitra LPTK dalam menerapkan apa yang diperoleh dari program USAID PRIORITAS, didokumentasikan menjadi buku Praktik yang Baik dalam Perkuliahan dan Integrasi LPTK-Sekolah. Buku ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para dosen lainnya dalam meningkatkan kualitas perkuliahan sebagai penyiapan calon-calon guru profesional. Prof Intan Ahmad PhD, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti menyambut baik penerbitan buku ini. ”Buku ini dapat menjadi wahana berbagi penga-laman antar dosen, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon guru. Buku ini juga membuktikan bahwa proses pembelajaran aktif (active learning) juga dapat diterapkan di perguruan tinggi, jika dosen menyiapkannya dengan baik,” katanya. (Anw)

Sampul depan buku praktik yang baik di LPTK.

Yogyakarta - USAID PRIORITAS, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan beberapa LPTK lainnya telah bekerja sama sejak tahun 2013. Kerja sama tersebut

diwujudkan dalam bentuk kegiatan mengembangkan modul pelatihan dan buku sumber untuk pengayaan perkuliahan, melatih dosen-dosen dan guru-guru di

sekolah mitra LPTK, pengembangan program praktik pengalaman lapangan (PPL) dan program lainnya. Berikut adalah implementasi dan pengembangan

program USAID PRIORITAS di UNY.

1. Buat Mata Kuliah Baru: Literasi Kelas Awal dan MBS“Setelah kami mereviu kurikulum, menyusun standar kompetensi lulusan, dan menganalisis semua mata kuliah pada 2014 lalu, kami mulai memasukkan mata kuliah literasi dan MBS sebagai mata kuliah pilihan,” kata Supartinah MHum, dosen Jurusan PGSD UNY.

Mata kuliah literasi kelas awal diberikan kepada mahasiswa semes-ter V, yang bertujuan mengenalkan pembelajaran membaca dan menulis di kelas awal, strategi, penilaian, dan medianya. Mata kuliah ini terdiri dari dua SKS, berisi satu teori dan satu praktik. Materi diambilkan dari adaptasi modul USAID PRIORITAS dan bahan ajar perkuliahan literasi di kelas awal yang berbasis pada penelitian terbaru hasil kerja sama dengan Florida State University, Amerika.

Mata kuliah MBS juga merupakan mata kuliah baru dan diberikan kepada mahasiswa Semester V juga. Materi kuliah diadaptasi dari

modul 1, II, dan III. Pada modul 1 materi yang diambil di antaranya

tentang konsep apa dan bagaimana MBS, TAP

(transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi) pengelolaan sekolah. Di modul II dan III terkait dengan melayani perbedaan individu da-lam pembelajaran, supervisi kepala sekolah, literasi, dan penguatan budaya baca. “Peminatnya cukup banyak. Dari enam kelas mahasis-wa di semester V, ada empat kelas yang mengambil mata kuliah pilihan ini,” kata Agung Hastomo MPd, dosen pengampu MBS.

2. Perkuliahan Aktif dan Literasi Perkuliahan dengan pendekatan pembelajaran aktif sudah dilakukan oleh semua dosen yang telah dilatih USAID PRIORITAS. Di Jurusan Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Inggris, serta PGSD, dosen-dosen telah terbiasa menerapkan pola perkuliahan aktif. “Lebih dari 75% dosen yang sudah mendapat pelatihan, telah menerapkan perkuliahan aktif. Mulai dari diskusi, pengunaan variasi metode perkuliahan, penilaian, dan kunjung karya,” kata Esti Swatika Sari, dosen bahasa Indonesia FBS. Esti menyontohkan, dalam perkuliahan banyak mahasiswa memulai perkuliahan dengan membaca dulu sekitar 15 menit, lalu membuat rangkuman bacaan, sampai menganalisis bahan bacaan. Selain itu, produk perkuliahan juga telah menerapkan prinsip-prinsip literasi.

3. Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Literasi SekolahUntuk mengembangkan budaya baca di mahasiswa, telah dilakukan juga penelitian tentang literasi di mahasiswa. Penelitian ini tindak-lanjut dari penguatan modul literasi di LPTK. Dari penelitian ini ditemukan tingkat kemampuan literasi mahasiswa dan bagaimana cara untuk menguatkannya. Selain penelitian literasi, telah dilaksa-nakan program pengabdian masyarakat yaitu pelatihan oleh dosen kepada guru tentang pembiasaan literasi di sekolah. Program ini mendorong sekolah untuk menerapkan budaya baca.

4. PPL Berkualitas untuk Mahasiswa Reguler dan PPG Setelah pelatihan peningkatan kualitas PPL yang efektif untuk dosen pendamping lapangan (DPL) dan guru pamong (GP) oleh USAID PRIORITAS, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) melakukan diseminasi kepada seluruh DPL baik reguler maupun PPG di 11 program studi, serta untuk GP dari sekolah mitra. Diseminasi ini kemudian dijadikan kesepakatan untuk menerapkan model pembimbingan PPL di FBS. Hal ini karena melihat respons dari mahasiswa dan sekolah yang merasa telah menemukan pola yang tepat dalam pembimbingan PPL. Saat ini di tingkat universitas sedang melakukan penyusunan panduan pembimbingan PPL yang efektif dan menyusun rencana implementasinya pada seluruh DPL.

5. Inetgrasi Kerja Sama dengan Sekolah MitraSekolah mitra LPTK telah membuka diri untuk mengembangkan bersama-sama model-model praktik yang baik. Mulai dari penuga-san mahasiswa dalam pengembangan media, pembelajaran aktif, dan penggiatan budaya baca. Dosen dan guru juga telah bersama-sama menerapkan pembelajaran aktif dan penelitian kolaboratif. (Arz)

UNY Kembangkan Program USAID PRIORITAS

Mahasiswa menunjukkan media literasi buatannya untuk menarik minat siswa SD belajar membaca.

Page 16: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

16 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 17Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Sekarang Sa Su Bisa Baca!

Manokwari Selatan, Papua Barat - “Sekarang sa su bisa baca! Baru, sa su berani cerita depan sa pu teman-teman ee (Sekarang saya sudah bisa membaca. Saya juga sudah berani bercerita di depan teman-teman),” demikian kata Agus Ainusi, siswa kelas II SD Inpres 62 Gaya Baru.

Agus kemudian maju ke depan sambil membawa buku yang sudah selesai dibaca. Dengan lantang ia menceritakan apa isi buku yang dibacanya. Ada beberapa anak yang juga menceritakan ulang buku yang telah dibacanya. Maria Sayori, siswa lainnya malah menceritakan isi buku yang dibaca dalam bahasa daerah (Bahasa Sough).

Sejak setahun ini guru-guru SD Inpres 62 Gaya Baru Momiwaren mendapat pelatihan mengajar dari USAID PRIORITAS. Mereka belajar bagaimana mengajar dengan suasana gembira, membuat anak aktif, dan berani bertanya. Mereka juga belajar bagaimana mengajari siswa kelas awal bisa membaca dengan terampil. Apa yang didapat di pelatihan kemudian diterapkan di kelas dengan didampingi oleh fasilitator.

“Kami menggunakan Buku Paket Konteks-tual Papua (BPKP) untuk mengajar anak-anak kelas awal. Untuk anak-anak yang lamban membaca kami gunakan Buku Bacaan Berjenjang (B3),” ungkap Satriani guru kelas 1. “Kedua paket buku ini terbukti membantu anak-anak cepat paham membaca dan berhitung,” sambungnya.

BPKP adalah paket buku untuk anak kelas I-III yang ditulis dengan bahasa Indonesia dialek Papua. Ilustrasi dan contoh-contoh yang ada di buku ini dipilih dari hal-hal yang ada di Papua dan dimengerti oleh anak-anak Papua. Sedangkan B3 adalah paket buku bacaan untuk membantu anak-anak belajar membaca. B3 terdiri atas 6 jenjang. Jenjang A adalah buku untuk anak-anak yang baru pertama belajar membaca. Setiap halaman

terdiri atas gambar dan satu kata saja. Sedangkan jenjang B, C, D dan F isinya semakin meningkat. Anak-anak kelas awal dikelompokkan berdasar kemampuan membacanya.

SD Inpres 62 Gaya Baru terletak di Kecamatan Momiwaren, Manokwari Selatan, Papua Barat. Momiwaren terletak 120 km arah selatan Kota Manokwari. Diperlukan waktu 4 jam dari Kota Manok-wari untuk menjangkau Momiwaren. Ada 8 SD di Momiwaren, namun tidak semuanya aktif. Ada beberapa sekolah yang tutup karena tidak ada kepala sekolah dan guru, salah satunya SD Inpres 62 Gaya Baru.

Setahun yang lalu, saat pertama tim USAID PRIORITAS berkunjung ke sekolah ini, kondisi sekolah sangat memprihatinkan. Hanya ada dua guru dan seorang kepala sekolah. Itupun satu guru sudah tidak aktif lagi. Siswanya hanya 21 anak. Sekolah hanya memiliki dua ruang kelas dan satu rumah kepala sekolah yang sekaligus difungsikan untuk ruang koordinasi. Beatrix Krey, kepala sekolah, menjelaskan bahwa proses pembelajaran tidak terjadi setiap hari, tergantung dari kedatangan siswa dan guru.

Kini, setelah setahun membenahi diri, SD Inpres 62 Gaya Baru telah memiliki 58 siswa, empat ruang kelas, tujuh guru termasuk kepala sekolah dan satu ruang baca terbuka di samping sekolah. Tambahan ruang kelas didapat dari dinas pendidikan. Demikian pula pemenuhan jumlah guru. Kini setiap kelas memiliki guru. Jumlah anak kelas I ada 13 anak. Ini adalah jumlah rombongan belajar terbesar yang pernah ada di sekolah ini. Biasanya mereka hanya menerima kurang dari 10 setiap tahunnya.

Beatrix Krey berupaya untuk meningkat-kan mutu sekolahnya. Ia memenuhi kebutu-han alat dan bahan yang diperlukan oleh gurunya dalam mengajar di kelas. Beatrix

mengadakan pertemuan setiap dua minggu dengan semua guru untuk membahas kondisi sekolah. Tim pengajar ini membahas kehadiran siswa. Jika ada siswa yang tidak hadir, ditugaskanlah seorang guru untuk mengunjungi orangtua si siswa. Mereka juga membahas kemajuan masing-masing siswa.

Jika ada siswa yang lambat belajar, belum bisa membaca, maka guru kelas akan memberikan perhatian khusus dan pendampingan khusus supaya si siswa bisa mengejar kemampuan kawan-kawannya. Tim pengajar yang dipimpin oleh Beatrix Krey juga membahas kebutuhan pembelajaran dan kebutuhan operasional sekolah secara bersama-sama. Semua kebutuhan dipenuhi dengan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Jadi semua guru tahu bagaimana dana BOS digunakan.

Sekolah ini memiliki enam rombongan belajar, sementara ruang kelas yang tersedia hanya empat. Maka kelas V dan kelas VI digabung dalam satu ruang kelas. Satu kelas lagi menggunakan Taman Baca di samping sekolah yang digunakan secara bergilir untuk proses pembelajaran. “Setiap pagi sebelum jam belajar, empat hari dalam seminggu anak-anak membaca bersama di taman baca,” sambung Satriani. Mereka bebas memilih buku bacaan yang disukai. Buku-buku bacaan ini adalah hibah dari USAID PRIORITAS dan bantuan beberapa orang.

SD Inpres 62 Gaya Baru membuktikan bahwa dengan upaya sungguh-sungguh dari dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru, persekolahan di pedalaman Papua bisa diperbaiki. Anak-anak kelas II, III dan IV semua sudah bisa membaca sehingga mere-ka bisa belajar mata pelajaran lain di kelas V dan VI tanpa kesulitan. Anak-anak Papua adalah anak-anak yang cerdas. Dengan cara mengajar yang sesuai, mereka akan menjadi anak-anak yang berprestasi. (Hw)

Perubahan di Sekolah Papua Barat

Siswa SD Inpres Gaya Baru Momiwaren, Papua Barat sedang asyik membaca di taman baca sekolah. Dengan bisa membaca membuat siswa bisa mengikuti dan memahami mata pelajaran lainnya.

Unjuk Karya Kemampuan Calistung Siswa Papua

Siswa kelas I, II, III, dan IV SD Inpres Sogokmo,Wamena, menunjukkan kemampuan calistungkepada para peserta pameran. Tahun lalu, siswa ini rata-rata masih belum lancar membaca. Setelah gurunya dilatih, siswa sudah lancar membaca dan juga mampu berhitung.

Jayawijaya, Papua - Setelah dua tahun melaksanakan program pelatihan dan pendampingan untuk guru-guru di Papua, Yayasan Kristen Wamena menggelar unjuk karya dampak program tahun kedua hibah USAID PRIORITAS. Ada 34 sekolah mitra yang memamerkan hasil pembelajaran di sekolahnya dan berbagai media pembelajaran yang dibuat oleh para guru. Setiap sekolah juga membawa siswa untuk menunjukkan peningkatan kemampuan calistung (membaca, menulis, dan berhitung).

Dany Wetipo siswa kelas III SD Inpres Sogogmo, setahun lalu dia belum lancar membaca. Setelah gurunya mengajar dengan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) dan Buku Bacaan Berjenjang (B3), dia kini mampu membaca buku dengan lancar. "Kenapa dari tadi kakak asyik dengan kalender sambil senyum-senyum?" kata Dany lantang membaca dengan buku bacaan jenjang F berjudul Hadiah Terindah dari Kakek, kepada para pejabat yang hadir.

Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Jaya Wijaya sangat berterima kasih dengan adanya dukungan dari USAID PRIORITAS kepada sekolah-sekolah di kabupaten Jayawijaya. Ada perubahan yang cukup baik di sekolah mitra.

”Kita harus terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah Wamena. Dukungan dari USAID PRIORITAS dan YKW ini akan kita kembangkan agar semakin banyak siswa yang mendapatkan pembelajaran yang baik dan guru semakin kreatif dalam mengajar,” kata Kondar Siregar, Staf Ahli Bupati Jayawijaya bidang Pengembangan Pendidikan dan Pembangunan mewakili Bupati Jayawijaya.

Pada acara tersebut juga dilakukan lomba alat peraga yang dibuat para guru dari sekolah mitra. SD YPPK Sinatma berhasil meraih juara I dengan membuat alat peraga dari kayu yang dibolongi dan sisa kain dari penjahit yang dibuat menjadi alat musik tradisional Tifa. Alat ini juga bisa dibuat penghapus kapur di papan tulis. Siswa juga bisa menggunakan untuk berhitung di kelas awal. Pengumpulan bahan dan pembuatannya dikerjakan oleh siswa dengan dipandu oleh gurunya, Alpius Lany.

Juara II diarih SD YPPK St. Antonius Pilimo yang membuat alat peraga Pohon Bahasa untuk Belajar Huruf dan Awalan. Siswa dapat mencari kata dalam bentuk buah yang awalannya sudah lebih dulu di gantung di pohon bahasa. Mereka juga membuat Jam Matematika untuk mengajar mengenal waktu, angka, dan bentuk benda.

Sedangkan juara III diraih SD Alfa Agape, yang membuat alat peraga Kebun Binatang. Bahannya dari karton dan kertas yang dibentuk

seperti rumah binatang dengan beberapa binatang di dalamnya. Alat peraga ini dibuat untuk menjelaskan kepada siswa tentang nama-nama binatang dan untuk matematika digunakan untuk penjum-lahan dan pengurangan dengan menggunakan benda.

Menurut Nerina Heluka, guru SD Sinar Baliem, sudah dua tahun ini dia menggunakan BPKP dan sudah lima bulan memanfaatkan B3 untuk mengajar siswanya membaca. “BPKP membantu saya dalam mengajar secara teratur dan membuat siswa lebih mudah memahami pembelajaran. Sedangkan B3 mempermudah saya mengajar siswa belajar membaca dan membuat anak semakin suka dalam membaca buku," katanya di sela-sela acara. (Hry/Grn)

Pembiasaan Membaca Selama 15 Menit

Jayawijaya, Papua - Sejak mendapat pelatihan dan pendampingan program buku bacaan berjenjang, sekolah-sekolah mitra di Jayawijaya telah melaksanakan program membaca 15 menit di pagi hari. Salah satunya adalah SD YPPK Wouma, seperti yang dilakukan oleh Meriana, guru kelas 1. Dia menggunakan buku besar untuk membacakan suatu cerita, sementara siswa mendengar dan membaca bersama. Siswa kadang diminta menebak gambar sesuai dengan isi cerita dan ditanya isi cerita secara keseluruhan untuk merangkum cerita kepada siswa-siswa. Misalnya tentang tokoh dalam cerita, latar peristiwa dari cerita, dan alur cerita. Dari pertanyaan tersebut siswa dapat merangkum isi buku dengan baik. (Grn)

Guru sedang mengajak siswanya membaca bersama dengan buku besar saat kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.

Page 17: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

16 Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 17Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Sekarang Sa Su Bisa Baca!

Manokwari Selatan, Papua Barat - “Sekarang sa su bisa baca! Baru, sa su berani cerita depan sa pu teman-teman ee (Sekarang saya sudah bisa membaca. Saya juga sudah berani bercerita di depan teman-teman),” demikian kata Agus Ainusi, siswa kelas II SD Inpres 62 Gaya Baru.

Agus kemudian maju ke depan sambil membawa buku yang sudah selesai dibaca. Dengan lantang ia menceritakan apa isi buku yang dibacanya. Ada beberapa anak yang juga menceritakan ulang buku yang telah dibacanya. Maria Sayori, siswa lainnya malah menceritakan isi buku yang dibaca dalam bahasa daerah (Bahasa Sough).

Sejak setahun ini guru-guru SD Inpres 62 Gaya Baru Momiwaren mendapat pelatihan mengajar dari USAID PRIORITAS. Mereka belajar bagaimana mengajar dengan suasana gembira, membuat anak aktif, dan berani bertanya. Mereka juga belajar bagaimana mengajari siswa kelas awal bisa membaca dengan terampil. Apa yang didapat di pelatihan kemudian diterapkan di kelas dengan didampingi oleh fasilitator.

“Kami menggunakan Buku Paket Konteks-tual Papua (BPKP) untuk mengajar anak-anak kelas awal. Untuk anak-anak yang lamban membaca kami gunakan Buku Bacaan Berjenjang (B3),” ungkap Satriani guru kelas 1. “Kedua paket buku ini terbukti membantu anak-anak cepat paham membaca dan berhitung,” sambungnya.

BPKP adalah paket buku untuk anak kelas I-III yang ditulis dengan bahasa Indonesia dialek Papua. Ilustrasi dan contoh-contoh yang ada di buku ini dipilih dari hal-hal yang ada di Papua dan dimengerti oleh anak-anak Papua. Sedangkan B3 adalah paket buku bacaan untuk membantu anak-anak belajar membaca. B3 terdiri atas 6 jenjang. Jenjang A adalah buku untuk anak-anak yang baru pertama belajar membaca. Setiap halaman

terdiri atas gambar dan satu kata saja. Sedangkan jenjang B, C, D dan F isinya semakin meningkat. Anak-anak kelas awal dikelompokkan berdasar kemampuan membacanya.

SD Inpres 62 Gaya Baru terletak di Kecamatan Momiwaren, Manokwari Selatan, Papua Barat. Momiwaren terletak 120 km arah selatan Kota Manokwari. Diperlukan waktu 4 jam dari Kota Manok-wari untuk menjangkau Momiwaren. Ada 8 SD di Momiwaren, namun tidak semuanya aktif. Ada beberapa sekolah yang tutup karena tidak ada kepala sekolah dan guru, salah satunya SD Inpres 62 Gaya Baru.

Setahun yang lalu, saat pertama tim USAID PRIORITAS berkunjung ke sekolah ini, kondisi sekolah sangat memprihatinkan. Hanya ada dua guru dan seorang kepala sekolah. Itupun satu guru sudah tidak aktif lagi. Siswanya hanya 21 anak. Sekolah hanya memiliki dua ruang kelas dan satu rumah kepala sekolah yang sekaligus difungsikan untuk ruang koordinasi. Beatrix Krey, kepala sekolah, menjelaskan bahwa proses pembelajaran tidak terjadi setiap hari, tergantung dari kedatangan siswa dan guru.

Kini, setelah setahun membenahi diri, SD Inpres 62 Gaya Baru telah memiliki 58 siswa, empat ruang kelas, tujuh guru termasuk kepala sekolah dan satu ruang baca terbuka di samping sekolah. Tambahan ruang kelas didapat dari dinas pendidikan. Demikian pula pemenuhan jumlah guru. Kini setiap kelas memiliki guru. Jumlah anak kelas I ada 13 anak. Ini adalah jumlah rombongan belajar terbesar yang pernah ada di sekolah ini. Biasanya mereka hanya menerima kurang dari 10 setiap tahunnya.

Beatrix Krey berupaya untuk meningkat-kan mutu sekolahnya. Ia memenuhi kebutu-han alat dan bahan yang diperlukan oleh gurunya dalam mengajar di kelas. Beatrix

mengadakan pertemuan setiap dua minggu dengan semua guru untuk membahas kondisi sekolah. Tim pengajar ini membahas kehadiran siswa. Jika ada siswa yang tidak hadir, ditugaskanlah seorang guru untuk mengunjungi orangtua si siswa. Mereka juga membahas kemajuan masing-masing siswa.

Jika ada siswa yang lambat belajar, belum bisa membaca, maka guru kelas akan memberikan perhatian khusus dan pendampingan khusus supaya si siswa bisa mengejar kemampuan kawan-kawannya. Tim pengajar yang dipimpin oleh Beatrix Krey juga membahas kebutuhan pembelajaran dan kebutuhan operasional sekolah secara bersama-sama. Semua kebutuhan dipenuhi dengan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Jadi semua guru tahu bagaimana dana BOS digunakan.

Sekolah ini memiliki enam rombongan belajar, sementara ruang kelas yang tersedia hanya empat. Maka kelas V dan kelas VI digabung dalam satu ruang kelas. Satu kelas lagi menggunakan Taman Baca di samping sekolah yang digunakan secara bergilir untuk proses pembelajaran. “Setiap pagi sebelum jam belajar, empat hari dalam seminggu anak-anak membaca bersama di taman baca,” sambung Satriani. Mereka bebas memilih buku bacaan yang disukai. Buku-buku bacaan ini adalah hibah dari USAID PRIORITAS dan bantuan beberapa orang.

SD Inpres 62 Gaya Baru membuktikan bahwa dengan upaya sungguh-sungguh dari dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru, persekolahan di pedalaman Papua bisa diperbaiki. Anak-anak kelas II, III dan IV semua sudah bisa membaca sehingga mere-ka bisa belajar mata pelajaran lain di kelas V dan VI tanpa kesulitan. Anak-anak Papua adalah anak-anak yang cerdas. Dengan cara mengajar yang sesuai, mereka akan menjadi anak-anak yang berprestasi. (Hw)

Perubahan di Sekolah Papua Barat

Siswa SD Inpres Gaya Baru Momiwaren, Papua Barat sedang asyik membaca di taman baca sekolah. Dengan bisa membaca membuat siswa bisa mengikuti dan memahami mata pelajaran lainnya.

Unjuk Karya Kemampuan Calistung Siswa Papua

Siswa kelas I, II, III, dan IV SD Inpres Sogokmo,Wamena, menunjukkan kemampuan calistungkepada para peserta pameran. Tahun lalu, siswa ini rata-rata masih belum lancar membaca. Setelah gurunya dilatih, siswa sudah lancar membaca dan juga mampu berhitung.

Jayawijaya, Papua - Setelah dua tahun melaksanakan program pelatihan dan pendampingan untuk guru-guru di Papua, Yayasan Kristen Wamena menggelar unjuk karya dampak program tahun kedua hibah USAID PRIORITAS. Ada 34 sekolah mitra yang memamerkan hasil pembelajaran di sekolahnya dan berbagai media pembelajaran yang dibuat oleh para guru. Setiap sekolah juga membawa siswa untuk menunjukkan peningkatan kemampuan calistung (membaca, menulis, dan berhitung).

Dany Wetipo siswa kelas III SD Inpres Sogogmo, setahun lalu dia belum lancar membaca. Setelah gurunya mengajar dengan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) dan Buku Bacaan Berjenjang (B3), dia kini mampu membaca buku dengan lancar. "Kenapa dari tadi kakak asyik dengan kalender sambil senyum-senyum?" kata Dany lantang membaca dengan buku bacaan jenjang F berjudul Hadiah Terindah dari Kakek, kepada para pejabat yang hadir.

Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Jaya Wijaya sangat berterima kasih dengan adanya dukungan dari USAID PRIORITAS kepada sekolah-sekolah di kabupaten Jayawijaya. Ada perubahan yang cukup baik di sekolah mitra.

”Kita harus terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah Wamena. Dukungan dari USAID PRIORITAS dan YKW ini akan kita kembangkan agar semakin banyak siswa yang mendapatkan pembelajaran yang baik dan guru semakin kreatif dalam mengajar,” kata Kondar Siregar, Staf Ahli Bupati Jayawijaya bidang Pengembangan Pendidikan dan Pembangunan mewakili Bupati Jayawijaya.

Pada acara tersebut juga dilakukan lomba alat peraga yang dibuat para guru dari sekolah mitra. SD YPPK Sinatma berhasil meraih juara I dengan membuat alat peraga dari kayu yang dibolongi dan sisa kain dari penjahit yang dibuat menjadi alat musik tradisional Tifa. Alat ini juga bisa dibuat penghapus kapur di papan tulis. Siswa juga bisa menggunakan untuk berhitung di kelas awal. Pengumpulan bahan dan pembuatannya dikerjakan oleh siswa dengan dipandu oleh gurunya, Alpius Lany.

Juara II diarih SD YPPK St. Antonius Pilimo yang membuat alat peraga Pohon Bahasa untuk Belajar Huruf dan Awalan. Siswa dapat mencari kata dalam bentuk buah yang awalannya sudah lebih dulu di gantung di pohon bahasa. Mereka juga membuat Jam Matematika untuk mengajar mengenal waktu, angka, dan bentuk benda.

Sedangkan juara III diraih SD Alfa Agape, yang membuat alat peraga Kebun Binatang. Bahannya dari karton dan kertas yang dibentuk

seperti rumah binatang dengan beberapa binatang di dalamnya. Alat peraga ini dibuat untuk menjelaskan kepada siswa tentang nama-nama binatang dan untuk matematika digunakan untuk penjum-lahan dan pengurangan dengan menggunakan benda.

Menurut Nerina Heluka, guru SD Sinar Baliem, sudah dua tahun ini dia menggunakan BPKP dan sudah lima bulan memanfaatkan B3 untuk mengajar siswanya membaca. “BPKP membantu saya dalam mengajar secara teratur dan membuat siswa lebih mudah memahami pembelajaran. Sedangkan B3 mempermudah saya mengajar siswa belajar membaca dan membuat anak semakin suka dalam membaca buku," katanya di sela-sela acara. (Hry/Grn)

Pembiasaan Membaca Selama 15 Menit

Jayawijaya, Papua - Sejak mendapat pelatihan dan pendampingan program buku bacaan berjenjang, sekolah-sekolah mitra di Jayawijaya telah melaksanakan program membaca 15 menit di pagi hari. Salah satunya adalah SD YPPK Wouma, seperti yang dilakukan oleh Meriana, guru kelas 1. Dia menggunakan buku besar untuk membacakan suatu cerita, sementara siswa mendengar dan membaca bersama. Siswa kadang diminta menebak gambar sesuai dengan isi cerita dan ditanya isi cerita secara keseluruhan untuk merangkum cerita kepada siswa-siswa. Misalnya tentang tokoh dalam cerita, latar peristiwa dari cerita, dan alur cerita. Dari pertanyaan tersebut siswa dapat merangkum isi buku dengan baik. (Grn)

Guru sedang mengajak siswanya membaca bersama dengan buku besar saat kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.

Page 18: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

18

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Tiga Program Literasi di Perbaungan

Serdang Bedagai, Sumatera Utara - Gema Nusantara, Pokalis, dan Mendering, merupakan hal biasa bagi guru dan siswa SMPN 3 Perbaungan. Togar Hasibuan SPd, kepala sekolah, menjelaskan Gema Nusantara adalah singkatan dari Gerakan Membaca Santai Tanpa Suara, yang dilakukan setiap Selasa, selain kegiatan membaca harian yang sudah dilakukan.

Semua guru dan siswa membaca bersama selama 15 menit. Setelah itu, 15 menit digunakan untuk presentasi isi buku. Siswa dan guru bebas mengajukan diri untuk presentasi. Isi presentasi yang paling

menarik mendapatkan hadiah.

Lalu ada Pokalis, Program Karya Tulis, yang dilakukan setiap Kamis. Tujuannya untuk membiasakan guru dan siswa menulis gagasannya sendiri berdasarkan sebuah topik tulisan. Setelah topik diumumkan, guru dan siswa diberi kesempatan menulis apa saja yang berhubungan dengan topik selama 15 menit. Setelah 15 menit, perwakilan siswa diminta membacakan hasil tulisan. Selain membacakan karya tulisnya, mereka juga harus menjawab pertanyaan jika ada yang bertanya. Presentasi paling menarik juga akan mendapat hadiah.

Mendering adalah singkatan Mendengar Terbimbing, di mana siswa diminta menyimak. Setiap Jumat, seorang guru akan menyampaikan orasi selama 15 menit, kemudian siswa diminta memberi tanggapan dengan kata-kata sendiri.

Sekolah ini memiliki perpustakaan dengan koleksi 10.367 buku bacaan. Selain itu sekolah bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah untuk fasilitas perpustakaan keliling. Sekolah juga menerbitkan buletin sekolah berjudul Sneper yang berisi karya siswa berhubungan dengan literasi. (Eh)

Siswa SMPN 3 Perbaungan sedang melaksanakan kegiatan Pokalis yang dilaksanakan setiap Kamis.

Batu, Jawa Timur - Ingin perpustakaan menjadi tempat tujuan yang menyenangkan untuk anak-anak? Belajarlah dari SDN Temas 1 Kota Batu. Sekolah ini dahulu sangat tidak diperhitungkan. Menurut sang kepala sekolah Mahmudah MPd, sekolah ini dulu sempat di cap sebagai sekolah buangan. “Sampai ada singkatan Temas itu kepanja-ngannya tempat masalah,” gurau Mahmudah membuka percakapan.

Segala upaya dia lakukan, mulai pembenahan fisik, sarana, dan pembelajaran. Salah satunya adalah perpustakaan. Kegiatan budaya baca mulai diberlakukan di semua kelas tanpa kecuali setelah mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS. “Begitu pulang dari pelatihan, besoknya saya langsung berbenah dengan menerapkan ilmu dari USAID PRIORITAS ke sekolah,” terangnya.

Dia bersama para guru membuat pojok-pojok baca diletakkan di setiap sudut kelas dengan beragam koleksi buku yang diambil dari buku-buku perpustakaan. Ada pula rak-rak buku yang diletakkan di depan setiap kelas. Perpustakaan juga dilakukan pembenahan total. Perpustakaan yang dulu hanya digunakan sebagai gudang buku difungsikan kembali dengan lebih maksimal. Dia mempekerjakan dua pustakawan yang khusus menjalankan program perpustakaan.

Salah satu program pustaka adalah 'sahabat perpustakaan'. Pustakawan memilih 25 anak yang menjadi sahabat perpustakaan. Mereka dipilih dari siswa yang sering berkunjung dan menghabiskan waktu istirahat dengan membaca di perpustakaan. Tugasnya, setiap pagi pukul 07.00 mereka mengambil buku di perpustakaan untuk dibawa ke rak depan setiap kelas. Buku tersebut ditata dengan rapi.

“Biasanya saat jam istirahat, buku-buku itu laris dibaca teman-teman,” ungkap Caca Veronia Amanda Rasya, siswa kelas V yang menjadi salah satu sahabat perpustakaan. Sesaat sebelum pulang, para sahabat perpustakaan mengambil buku-buku tersebut dan mengembalikannya ke perpustakaan. “Beberapa teman ada yang pesan minta besoknya kami bawakan buku, misalnya buku resep atau buku tentang cerita rakyat,” ungkap Caca.

Rak buku oleh Mahmudah juga diletakkan di bawah pohon-pohon besar di halaman sekolah. Ada sekitar 5 pohon beringin ukuran sedang, di bawahnya terdapat tempat duduk dan rak-rak buku terbuat dari kayu. Tak hanya siswa saja, orang tua yang mengantar

siswa ke sekolah dan menunggu juga menikmati beragam koleksi buku di perpustakaan 'pohon'.

Sementara itu di kelas-kelas, setiap pagi siswa melaksanakan program membaca senyap selama 15 menit. Usai membaca, mereka mengambil buku jurnal yang diletakkan di kantong-kantong buku jurnal di kelas. Selesai mengisi buku, salah satu dari mereka maju kedepan untuk menceritakan kembali isi buku. Siapa sangka, konsep ini berhasil mengantarkan sekolah ini menjadi juara I dalam Lomba Budaya Mutu SD tingkat nasional untuk komponen perpustakaan yang diadakan Kemendikbud di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Oktober 2016 lalu. (Dkd)

Sahabat Perpustakaan Antarkan SDN Temas 1 Juara Nasional

Siswa sedang membaca di perpustakaan sekolah yang nyaman.

Inspirasi untuk Kembangkan Budaya Baca

Sampul depan buku praktik yang baik budaya baca edisi II.

Jakarta - Buku praktik yang baik budaya baca edisi II ini menyuguhkan pengalaman SD/MI dan SMP/MTs mitra USAID PRIORITAS yang berhasil menumbuhkan budaya baca untuk para siswanya. Kegiatan budaya baca yang dikem-bangkan bervariasi, mulai dari menerapkan jam wajib membaca, membuat sudut baca di kelas, saling bertukar buku, sampai melibatkan orang tua dalam kegiatan membaca di rumah. Berbagai kegiatan membaca terbimbing dan membaca bersama dengan buku bacaan berjenjang di kelas awal, juga disajikan untuk inspirasi sekolah dan madrasah lainnya. (Anw)

Komitmen Daerah Tuai Anugerah Literasi PrioritasJakarta - Salah satu tujuan program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan keterampilan dan minat membaca siswa di sekolah-sekolah, yang secara langsung untuk mendukung program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud. Atas permintaan Kemendikbud, USAID PRIORITAS menyiapkan beberapa daerah mitra USAID PRIORITAS untuk menjadi kabupaten/kota penerima Anugerah Literasi Prioritas.

”Penerima Anugerah Literasi Prioritas adalah kabupaten/kota yang memprogramkan secara khusus kegiatan-kegiatan literasi di sekolah dan masyarakat sehingga bisa menjadi rujukan bagi kabupaten/kota lainnya,” kata Handoko Widagdo, Spesialis Pengembangan Sekolah USAID PRIORITAS (20/3).

Kriteria yang dipakai oleh USAID PRIORITAS dalam menentukan Kabupaten/Kota Model Literasi adalah:

1. Program literasi dipayungi dengan Peraturan, Keputusan atau Surat Edaran Bupati/Walikota

2. Ada anggaran yang jelas di APBD untuk program literasi

3. Ada tim dan koordinator yang jelas untuk mengawal pelaksanaan program

4. Sekolah menerapkan kegiatan 15 menit membaca.

5. Ada program yang jelas tentang suplai buku ke sekolah

6. Ada program pelatihan guru dan sekolah dalam pengembangan literasi

Berdasar kriteria tersebut, ada 19 dari 93 daerah mitra USAID PRIORITAS yang menjadi kabupaten/kota penerima anugerah literasi, yaitu Provinsi Aceh: Aceh Barat Daya dan Bireun; Provinsi Sumatra Utara: Labuhanbatu dan Serdang Bedagai; Provinsi Banten: Serang dan Tangerang; Provinsi Jawa Barat: Kota Cimahi, Bandung Barat, dan Tasikmalaya; Provinsi Jawa Tengah: Banjarnegara, Demak, dan Sragen; Provinsi Jawa Timur: Banyuwangi, Blitar, Lumajang, dan Sidoarjo; Provinsi Sulawesi Selatan: Sidrap, Maros, dan Wajo. Anugerah Literasi Prioritas dari Kemendikbud tersebut diberikan langsung oleh Dirjen Dikdasmen, Hamid Muhammad (20/3).

Setiap daerah tersebut telah membentuk Tim Literasi. Tim Literasi adalah tim lintas SKPD yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program literasi di kabupaten/kota, sedangkan koordinatornya adalah orang yang akan menggerakkan kegiatan kabupaten literasi, seperti wakil bupati, kepala dinas pendidikan, atau kepala perpustakaan daerah.

Program utama dari kabupaten literasi adalah membangun sekolah model, pembiasaan, su-plai buku, motivasi dan peningkatan kemam-puan membaca anak kelas awal SD/MI meng-gunakan Buku Bacaan Berjenjang dan pene-rapan PAKEM dan pembelajaran kontekstual di kelas tinggi SD/MI dan SMP/MTs.

Program pembiasaan dilakukan setiap hari melalui (1) kegiatan 15 menit membaca, dan (2) jam khusus membaca. Suplai buku dilakukan dengan memberdayakan

PERPUSDA untuk menyediakan buku bagi sekolah-sekolah, meng-anggarkan di APBD, dana BOS, bekerja sama dengan perusahaan, dan partisipasi masyarakat (khususnya orangtua dan alumni).

USAID PRIORITAS membantu kabupaten/kota dan sekolah-sekolah mitra dan sekolah diseminasi dalam mengembangkan budaya baca. Dukungan yang telah diberikan di antaranya adalah:1. Pelatihan guru, kepala sekolah dan komite sekolah di sekolah

mitra dan sekolah diseminasi dalam pembelajaran (3 modul), MBS (3 modul) dan pengembangan budaya baca.

2. Hibah buku bacaan anak SD/MI dan SMP/MTs masing-masing 150 eksemplar per sekolah mitra.

3. Hibah 8 juta buku bacaan berjenjang untuk lebih dari 13.000 SD/MI mitra dan SD/MI terpilih masing-masing 600 buku per sekolah. Hibah ini didukung dengan pelatihan dan pendampingan guru kelas awal dalam menggunakan buku untuk meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa.

4. Pendampingan perencanaan dan penganggaran Kabupaten Budaya Baca serta penyusunan payung hukum.

5. Pelatihan pengawas, kepala sekolah dan pustakawan dalam pelak-sanaan dan monitoring program budaya baca di sekolah. (Hw)

Pada acara Anugerah Literasi Prioritas, ada tiga siswa menyampaikan dampak program membaca di sekolah. (Bawah) Aisyah, siswa kelas VI SDN 1 Allakuang, Sidrap, Sulawesi Selatan, yang membaca 117 buku dalam lima bulan, membacakan isi cerita dan pesan moral sebuah buku yang sudah dibacanya. (Atas) Janatin dan Hamzah Haz, siswa SMPN 4 Lumajang, menunjukkan kumpulan cerpen yang dibukukan dampak dari banyak membaca.

Page 19: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

18

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017 19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 16/2017

Tiga Program Literasi di Perbaungan

Serdang Bedagai, Sumatera Utara - Gema Nusantara, Pokalis, dan Mendering, merupakan hal biasa bagi guru dan siswa SMPN 3 Perbaungan. Togar Hasibuan SPd, kepala sekolah, menjelaskan Gema Nusantara adalah singkatan dari Gerakan Membaca Santai Tanpa Suara, yang dilakukan setiap Selasa, selain kegiatan membaca harian yang sudah dilakukan.

Semua guru dan siswa membaca bersama selama 15 menit. Setelah itu, 15 menit digunakan untuk presentasi isi buku. Siswa dan guru bebas mengajukan diri untuk presentasi. Isi presentasi yang paling

menarik mendapatkan hadiah.

Lalu ada Pokalis, Program Karya Tulis, yang dilakukan setiap Kamis. Tujuannya untuk membiasakan guru dan siswa menulis gagasannya sendiri berdasarkan sebuah topik tulisan. Setelah topik diumumkan, guru dan siswa diberi kesempatan menulis apa saja yang berhubungan dengan topik selama 15 menit. Setelah 15 menit, perwakilan siswa diminta membacakan hasil tulisan. Selain membacakan karya tulisnya, mereka juga harus menjawab pertanyaan jika ada yang bertanya. Presentasi paling menarik juga akan mendapat hadiah.

Mendering adalah singkatan Mendengar Terbimbing, di mana siswa diminta menyimak. Setiap Jumat, seorang guru akan menyampaikan orasi selama 15 menit, kemudian siswa diminta memberi tanggapan dengan kata-kata sendiri.

Sekolah ini memiliki perpustakaan dengan koleksi 10.367 buku bacaan. Selain itu sekolah bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah untuk fasilitas perpustakaan keliling. Sekolah juga menerbitkan buletin sekolah berjudul Sneper yang berisi karya siswa berhubungan dengan literasi. (Eh)

Siswa SMPN 3 Perbaungan sedang melaksanakan kegiatan Pokalis yang dilaksanakan setiap Kamis.

Batu, Jawa Timur - Ingin perpustakaan menjadi tempat tujuan yang menyenangkan untuk anak-anak? Belajarlah dari SDN Temas 1 Kota Batu. Sekolah ini dahulu sangat tidak diperhitungkan. Menurut sang kepala sekolah Mahmudah MPd, sekolah ini dulu sempat di cap sebagai sekolah buangan. “Sampai ada singkatan Temas itu kepanja-ngannya tempat masalah,” gurau Mahmudah membuka percakapan.

Segala upaya dia lakukan, mulai pembenahan fisik, sarana, dan pembelajaran. Salah satunya adalah perpustakaan. Kegiatan budaya baca mulai diberlakukan di semua kelas tanpa kecuali setelah mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS. “Begitu pulang dari pelatihan, besoknya saya langsung berbenah dengan menerapkan ilmu dari USAID PRIORITAS ke sekolah,” terangnya.

Dia bersama para guru membuat pojok-pojok baca diletakkan di setiap sudut kelas dengan beragam koleksi buku yang diambil dari buku-buku perpustakaan. Ada pula rak-rak buku yang diletakkan di depan setiap kelas. Perpustakaan juga dilakukan pembenahan total. Perpustakaan yang dulu hanya digunakan sebagai gudang buku difungsikan kembali dengan lebih maksimal. Dia mempekerjakan dua pustakawan yang khusus menjalankan program perpustakaan.

Salah satu program pustaka adalah 'sahabat perpustakaan'. Pustakawan memilih 25 anak yang menjadi sahabat perpustakaan. Mereka dipilih dari siswa yang sering berkunjung dan menghabiskan waktu istirahat dengan membaca di perpustakaan. Tugasnya, setiap pagi pukul 07.00 mereka mengambil buku di perpustakaan untuk dibawa ke rak depan setiap kelas. Buku tersebut ditata dengan rapi.

“Biasanya saat jam istirahat, buku-buku itu laris dibaca teman-teman,” ungkap Caca Veronia Amanda Rasya, siswa kelas V yang menjadi salah satu sahabat perpustakaan. Sesaat sebelum pulang, para sahabat perpustakaan mengambil buku-buku tersebut dan mengembalikannya ke perpustakaan. “Beberapa teman ada yang pesan minta besoknya kami bawakan buku, misalnya buku resep atau buku tentang cerita rakyat,” ungkap Caca.

Rak buku oleh Mahmudah juga diletakkan di bawah pohon-pohon besar di halaman sekolah. Ada sekitar 5 pohon beringin ukuran sedang, di bawahnya terdapat tempat duduk dan rak-rak buku terbuat dari kayu. Tak hanya siswa saja, orang tua yang mengantar

siswa ke sekolah dan menunggu juga menikmati beragam koleksi buku di perpustakaan 'pohon'.

Sementara itu di kelas-kelas, setiap pagi siswa melaksanakan program membaca senyap selama 15 menit. Usai membaca, mereka mengambil buku jurnal yang diletakkan di kantong-kantong buku jurnal di kelas. Selesai mengisi buku, salah satu dari mereka maju kedepan untuk menceritakan kembali isi buku. Siapa sangka, konsep ini berhasil mengantarkan sekolah ini menjadi juara I dalam Lomba Budaya Mutu SD tingkat nasional untuk komponen perpustakaan yang diadakan Kemendikbud di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Oktober 2016 lalu. (Dkd)

Sahabat Perpustakaan Antarkan SDN Temas 1 Juara Nasional

Siswa sedang membaca di perpustakaan sekolah yang nyaman.

Inspirasi untuk Kembangkan Budaya Baca

Sampul depan buku praktik yang baik budaya baca edisi II.

Jakarta - Buku praktik yang baik budaya baca edisi II ini menyuguhkan pengalaman SD/MI dan SMP/MTs mitra USAID PRIORITAS yang berhasil menumbuhkan budaya baca untuk para siswanya. Kegiatan budaya baca yang dikem-bangkan bervariasi, mulai dari menerapkan jam wajib membaca, membuat sudut baca di kelas, saling bertukar buku, sampai melibatkan orang tua dalam kegiatan membaca di rumah. Berbagai kegiatan membaca terbimbing dan membaca bersama dengan buku bacaan berjenjang di kelas awal, juga disajikan untuk inspirasi sekolah dan madrasah lainnya. (Anw)

Komitmen Daerah Tuai Anugerah Literasi PrioritasJakarta - Salah satu tujuan program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan keterampilan dan minat membaca siswa di sekolah-sekolah, yang secara langsung untuk mendukung program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud. Atas permintaan Kemendikbud, USAID PRIORITAS menyiapkan beberapa daerah mitra USAID PRIORITAS untuk menjadi kabupaten/kota penerima Anugerah Literasi Prioritas.

”Penerima Anugerah Literasi Prioritas adalah kabupaten/kota yang memprogramkan secara khusus kegiatan-kegiatan literasi di sekolah dan masyarakat sehingga bisa menjadi rujukan bagi kabupaten/kota lainnya,” kata Handoko Widagdo, Spesialis Pengembangan Sekolah USAID PRIORITAS (20/3).

Kriteria yang dipakai oleh USAID PRIORITAS dalam menentukan Kabupaten/Kota Model Literasi adalah:

1. Program literasi dipayungi dengan Peraturan, Keputusan atau Surat Edaran Bupati/Walikota

2. Ada anggaran yang jelas di APBD untuk program literasi

3. Ada tim dan koordinator yang jelas untuk mengawal pelaksanaan program

4. Sekolah menerapkan kegiatan 15 menit membaca.

5. Ada program yang jelas tentang suplai buku ke sekolah

6. Ada program pelatihan guru dan sekolah dalam pengembangan literasi

Berdasar kriteria tersebut, ada 19 dari 93 daerah mitra USAID PRIORITAS yang menjadi kabupaten/kota penerima anugerah literasi, yaitu Provinsi Aceh: Aceh Barat Daya dan Bireun; Provinsi Sumatra Utara: Labuhanbatu dan Serdang Bedagai; Provinsi Banten: Serang dan Tangerang; Provinsi Jawa Barat: Kota Cimahi, Bandung Barat, dan Tasikmalaya; Provinsi Jawa Tengah: Banjarnegara, Demak, dan Sragen; Provinsi Jawa Timur: Banyuwangi, Blitar, Lumajang, dan Sidoarjo; Provinsi Sulawesi Selatan: Sidrap, Maros, dan Wajo. Anugerah Literasi Prioritas dari Kemendikbud tersebut diberikan langsung oleh Dirjen Dikdasmen, Hamid Muhammad (20/3).

Setiap daerah tersebut telah membentuk Tim Literasi. Tim Literasi adalah tim lintas SKPD yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program literasi di kabupaten/kota, sedangkan koordinatornya adalah orang yang akan menggerakkan kegiatan kabupaten literasi, seperti wakil bupati, kepala dinas pendidikan, atau kepala perpustakaan daerah.

Program utama dari kabupaten literasi adalah membangun sekolah model, pembiasaan, su-plai buku, motivasi dan peningkatan kemam-puan membaca anak kelas awal SD/MI meng-gunakan Buku Bacaan Berjenjang dan pene-rapan PAKEM dan pembelajaran kontekstual di kelas tinggi SD/MI dan SMP/MTs.

Program pembiasaan dilakukan setiap hari melalui (1) kegiatan 15 menit membaca, dan (2) jam khusus membaca. Suplai buku dilakukan dengan memberdayakan

PERPUSDA untuk menyediakan buku bagi sekolah-sekolah, meng-anggarkan di APBD, dana BOS, bekerja sama dengan perusahaan, dan partisipasi masyarakat (khususnya orangtua dan alumni).

USAID PRIORITAS membantu kabupaten/kota dan sekolah-sekolah mitra dan sekolah diseminasi dalam mengembangkan budaya baca. Dukungan yang telah diberikan di antaranya adalah:1. Pelatihan guru, kepala sekolah dan komite sekolah di sekolah

mitra dan sekolah diseminasi dalam pembelajaran (3 modul), MBS (3 modul) dan pengembangan budaya baca.

2. Hibah buku bacaan anak SD/MI dan SMP/MTs masing-masing 150 eksemplar per sekolah mitra.

3. Hibah 8 juta buku bacaan berjenjang untuk lebih dari 13.000 SD/MI mitra dan SD/MI terpilih masing-masing 600 buku per sekolah. Hibah ini didukung dengan pelatihan dan pendampingan guru kelas awal dalam menggunakan buku untuk meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa.

4. Pendampingan perencanaan dan penganggaran Kabupaten Budaya Baca serta penyusunan payung hukum.

5. Pelatihan pengawas, kepala sekolah dan pustakawan dalam pelak-sanaan dan monitoring program budaya baca di sekolah. (Hw)

Pada acara Anugerah Literasi Prioritas, ada tiga siswa menyampaikan dampak program membaca di sekolah. (Bawah) Aisyah, siswa kelas VI SDN 1 Allakuang, Sidrap, Sulawesi Selatan, yang membaca 117 buku dalam lima bulan, membacakan isi cerita dan pesan moral sebuah buku yang sudah dibacanya. (Atas) Janatin dan Hamzah Haz, siswa SMPN 4 Lumajang, menunjukkan kumpulan cerpen yang dibukukan dampak dari banyak membaca.

Page 20: ISSN Edisi 16 PRIORITAS PENDIDIKAN · dalam sambutannya. "Hari ini, saya mengu-capkan selamat kepada Bupati, Walikota dan ... dosen dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dalam

DOKUMENTASI USAID PRIORITAS

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201520

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.

Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

Program USAID PRIORITAS (2012-2017) yang didanai USAID, dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu, USAID PRIORITAS mengembangkan modul-modul pelatihan tingkat sekolah, LPTK, dan tata kelola guru di kabupaten/kota. Modul ini dapat didiseminasikan dan diunduh via www.prioritaspendidikan.org Berikut adalah gambaran modul-modul tersebut.

I

Modul untuk LPTK

1. Buku Sumber untuk LPTK - 7 Buku Pembelajaran Literasi Kelas Awal SD/MI di LPTK Pembelajaran Literasi SD/MI di LPTK Pembelajaran Matematika SD/MI di LPTK Pembelajaran IPA SD/MI di LPTK Pembelajaran Matematika SMP/MTs di LPTK Pembelajaran IPA SMP/MTs di LPTK Pembelajaran Literasi SMP/MTs di LPTK

2. Bahan Rujukan untuk LPTK - 13 Modul Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI dan

SMP/MTs - Modul I, Modul II, dan Modul III Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah di

SD/MI dan SMP/MTs - Modul I, Modul II, dan Modul III Modul Workshop Pendidikan Profesi Guru (PPG) Modul Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)

3. Materi Pengayaan - 2 Modul Materi Pengayaan Pembelajaran untuk Sekolah Praktik yang

Baik SD/MI dan SMP/MTs

Modul Pelatihan untuk Diseminasi Praktik yang Baik

Modul untuk Kab/KotaTata Kelola Guru

1. Modul Pelatihan Penataan dan Pemerataan Guru - 4 Modul Modul 1: Lokakarya Penyamaan Persepsi Modul 1I: Lokakarya Analisis Data dan Penyusunan Isu-Isu

Strategis Modul 1II: Lokakarya Analisis Kebijakan Modul 1V: Lokakarya Implementasi Kebijakan

2. Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan - 1 Modul

3. Aplikasi Laporan Pertanggung-Jawaban Keuangan Dana BOS Tingkat Sekolah (ALPEKA)

Modul untuk Sekolah - Pembelajaran, MBS, dan Budaya Baca

1. Modul I - Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan - 3 Modul Modul I Praktik yang Baik di SD/MI dan SMP/MTs Modul I Praktik yang Baik dalam Fasilitasi dan Pendampingan

2. Modul II - Pembelajaran Kontektual - 3 Modul Modul II Praktik yang Baik di SD/MI dan SMP/MTs

3. Modul III - Keterampilan Informasi - 4 Modul Modul IIIA, IIIB, dan IIIC: Praktik yang Baik Pembelajaran Membaca Kelas Awal,

Pembelajaran Kelas Tinggi, dan Manajemen Berbasis Sekolah di SD/MI Modul III Praktik yang Baik di SMP/MTs

4. Modul IV - Praktik yang Baik Pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs: Penguatan Konten Materi Pembelajaran - 2 Modul

5. Modul Pengembangan Sekolah Secara Menyeluruh: Peran Kepala Sekolah dan Pengawas

6. Praktik yang Baik Pendampingan Pembelajaran oleh Fasilitator