85
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PT. BRINGIN LIFE SYARIAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh: ISNANIAH NIM : 106046201736 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Isnaniah Fsh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aktuaria jurnal

Citation preview

Page 1: Isnaniah Fsh

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PT. BRINGIN LIFE SYARIAH

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

ISNANIAH

NIM : 106046201736

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: Isnaniah Fsh

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan in telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, September 2010

Isnaniah

Page 3: Isnaniah Fsh

ABSTRAK

Isnaniah, 106046201736, “Analisis Manajemen Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah”, Program Strata 1 (S1), Program Studi Muamalat, Konsentrasi Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Risiko adalah ketidakpastian yang bisa mendatangkan kerugian. Manajemen risiko adalah pengelolaan atau cara penanggulangan risiko. Manajemen risiko mencakup beberapa tahapan, diantaranya seperti identifikasi risiko, penilaian risiko, eliminasi risiko, dan risk sharing. Perusahaan asuransi merupakan jenis usaha dalam bidang pertanggungan sebuah risiko. Untuk meminimalisir risiko yang ditanggung perusahaan asuransi, maka harus dilakukan proses underwriting (seleksi risiko), guna menyeleksi risiko calon peserta asuransi.

Underwriting ini sangat penting, karena akan berdampak pada profit yang diterima perusahaan asuransi. Proses seleksi risiko ini harus dilakukan dengan ketat dan menggunakan metode underwriting yang tepat. Jika tidak begitu, maka perusahaan asuransi akan menderita kerugian. Selain itu, harus diperhatian faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh underwiter dalam menyeleksi risiko, seperti usia, pekerjaan, hobi, dan riwayat kesehatan calon peserta maupun keluarganya.

Penelitian ini ingin menjelaskan manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan asuransi, khususnya risiko underwriting. Melalui observasi dan wawancara diketahui bahwa metode underwriting yang digunakan oleh underwriter dalam meyeleksi risiko cukup efektif dan optimal, sehingga tingkat klaimnya pun cukup rendah. Hal ini juga berdampak pada nilai tingkat solvabilitas perusahaan asuransi yang cukup maksimal.

Kata Kunci : Manajemen Risiko, Underwriting, dan PT. BRIngin Life

Syariah

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Abdurrahman Dahlan, MA

2. Iim Qoi’muddin, SE., M.Si

Buku Rujukan : Tahun 1999-2006

Page 4: Isnaniah Fsh
Page 5: Isnaniah Fsh

i  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan

karunia-Nya, akhirnya penulis dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada

waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad saw, sebagai pembawa risalah Islam melalui kitab-Nya serta kepada

keluarganya, sahabat-sahabatnya dan segenap kaum muslimin-muslimat.

Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk menjelaskan manajemen

risiko di PT. BRIngin Life Syariah, khususnya tentang underwriting. Akan tetapi

penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum maksimal. Penelitian ini baru

merupakan satu titik kecil dalam lembaran sejarah penelitian tentang manajemen

risiko di PT. BRIngin Life Syariah. Penulis sangat berharap hasil dari penelitian ini

dapat memberikan dorongan dan masukan kepada pihak yang penulis teliti, sehingga

manajemen risiko PT. BRIngin Life Syariah bisa lebih optimal.

Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa hasil yang kecil ini bukan hasil

jerih payah penulis sendiri. Hasil ini diperoleh berkat bimbingan, dorongan,

dukungan, dan yang tiada henti penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dari hati yang paling

dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada:

Page 6: Isnaniah Fsh

ii  

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Euis Amalia M.Ag, Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

3. H. Ah. Azharuddin Lathif, Sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

4. Dr. Abdurrahman Dahlan, MA dan Iim Qoi’muddin SE., M.Si, Dosen

Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah,

khususnya Konsentrasi Asuransi Syariah Prodi Muamalat tanpa mengurangi

rasa hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dibangku kuliah.

6. Basuki Achmad, Underwriter Asuransi PT. BRIngin Life Syariah, dan staf

Underwriting yang telah membantu dalam penelitian yang penulis lakukan di

perusahaan tersebut.

7. Bapak H. M. Basri S.Ag dan Emi Hj. Juwaeriah tersayang, yang telah

mencurahkan kasih sayang, pengorbanan, nasihat, dan do’a yang begitu besar,

serta perhatian yang tiada henti memberi penulis semangat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: Isnaniah Fsh

iii  

8. Teh Eneng, Titin, dan Iah yang menjadi menyemangat untuk penulis

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman kelas Asuransi Syariah Angkatan 2006, genk Semur (Evot,

Nita, Dinda, Zami, Dikin, Edvan, dan Erfan), teman-teman Kosan Kuning dan

Irakian, serta FIMY yang selalu memberi semangat dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Ayang Ies, yang selalu mendo’akan dan memberi semangat serta menjadi

tempat berkeluh-kesah penulis, baik suka atau duka. Thanks you so much!

Terima kasih atas dukungan dan motivasinya, semoga Allah SWT membalas

segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Ahkir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.

Jakarta, 24 September 2010

Penulis

Page 8: Isnaniah Fsh

iv 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Kajian Pustaka 9

E. Kerangka Teori dan Konsep 13

F. Metodelogi Penelitian 14

G. Sistematika Penulisan 17

BAB II TINJAUAN UMUM RISIKO DAN UNDERWRITING

A. Risiko

1. Pengertian Risiko 19

2. Manajemen Risiko 20

3. Macam-macam Risiko 24

4. Klasifikasi Risiko Perusahaan 26

Page 9: Isnaniah Fsh

 

B. Risiko dalam Perspektif Islam 31

C. Risiko Underwriting Dalam Asuransi Jiwa Syariah

1. Pengertian Underwriting 34

2. Tujuan Underwriting 35

3. Tugas dan Fungsi Underwriting 35

4. Jenis-jenis Risiko dan Penetapan Kondisi

Underwriting

36

5. Proses Underwriting 39

BAB III TINJAUAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya PT. BRIngin Life Syariah 42

B. Profil PT. BRIngin Life Syariah 43

C. Visi dan Misi 45

D. Nilai-nilai Budaya PT. BRIngin Life Syariah 46

E. Produk Asuransi PT. BRIngin Life Syariah 47

BAB IV MANAJEMEN RISIKO PT. BRINGIN LIFE SYARIAH

A. Manajemen Risiko PT. BRIngin Life Syariah 54

B. Profil Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II 55

C. Faktor-faktor yang dipertimbangkan Underwriter

dalam Seleksi Risiko

56

D. Metode Underwriting 62

Page 10: Isnaniah Fsh

vi 

 

E. Proses Underwriting 63

F. Efektivitas Metode Underwriting yang digunakan

terhadap Klaim Asuransi

69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 72

B. Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 74

LAMPIRAN

Page 11: Isnaniah Fsh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, dan negara

berpenduduk muslim yang terbesar ± 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia di

tahun 2000.1 Ditambah lagi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk

semakin mengekspresikan identitas kemusliman mereka merupakan pasar yang

berpotensi besar. Sebagai contoh, hadirnya lembaga-lembaga keuangan syariah,

seperti perbankan syariah, BPRS, asuransi syariah, pegadaian syariah, pasar modal

syariah dan BMT.

Sisi lain kebutuhan dalam transaksi keuangan meningkat pesat, sehingga

diperlukan lebih banyak lembaga-lembaga keuangan ataupun lembaga pembiayaan

yang berbasiskan syariah. Kebutuhan akan lembaga keuangan syariah bertambah kuat

seiring dengan berkembangnya sektor industri jasa keuangan bank atau non-bank.

Demikian pula dengan asuransi syariah, yang masih diperlukan lebih banyak. Data

jumlah perusahaan asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah mengalami

pertumbuhan, yang terlihat pada tabel di bawah ini:

1 Biro Pusat Statistik, Kependudukan berdasarkan Provinsi, Diakses pada 03 Juni 2010 dari

www.bps.com

Page 12: Isnaniah Fsh

2

PERTUMBUHAN USAHA ASURANSI DAN REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

2004-2009

Sumber: Biro Perasuransian Bapepam-LK, 2009

No Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 Perusahaan Asuransi Jiwa

dengan prinsip Syariah

2 2 2 2 2 2

2 Perusahaan Asuransi Kerugian

dengan prinsip Syariah

1 1 1 1 1 1

3 Perusahaan Asuransi Jiwa yang

Memiliki Unit Syariah

3 8 9 12 13 17

4 Perusahaan Asuransi Kerugian

yang memiliki Unit Syariah

11 13 15 19 19 19

5 Perusahaan reasuransi yang

memiliki Unit Syariah

1 2 3 3 3 3

Total 18 26 30 37 38 42

Melihat pasar yang masih besar tersebut, perusahaan asuransi asing pun

mulai mengincar market di dalam negeri. Ini akan membuat industri asuransi makin

kompetitif. Agar asuransi syariah lokal dapat bersaing dengan asuransi syariah asing

tersebut, maka serangkaian cara dilakukan, diantaranya dengan mengembangkan

produk-produk yang inovatif, Sumber Daya Manusia (SDM)-nya diperbaiki dan

modalnya dikembangkan. Selain itu bisa juga melalui perencanaan strategi

pemasarannya baik mengambil pangsa pasar di Indonesia, yang tidak hanya bersaing

dengan perusahaan-perusahaan asuransi lokal baik perusahaan asuransi konvesional

Page 13: Isnaniah Fsh

3

ataupun syariah. Tetapi juga akan bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang

beroperasi di Indonesia yang telah memiliki SDM dan modal yang kuat.

Untuk kemajuan sebuah perusahaan asuransi syariah juga tidak boleh

melupakan penyeleksian risiko, karena perusahaan asuransi mengelola pertanggungan

sebuah risiko. Sehingga untuk mencapai kesuksesan, perusahaan asuransi syariah

harus dapat mengelola risiko agar perusahaan terlindungi dari risiko yang merugikan.

Ruang lingkup manajemen risiko dalam perusahaan asuransi syariah meliputi

divisi underwriting, divisi administrasi polis, divisi administrasi klaim, dan divisi

investasi. Semua divisi ini harus saling bekerja sama untuk mengelola risiko-risiko

yang mungkin terjadi agar perusahaan asuransi syariah terhindar dari kerugian. Jika

pengelolaan dan penanggulangan risiko ini dijalankan dengan baik, maka perusahaan

asuransi syariah pun akan mendapatkan profit yang diinginkan, begitu juga

sebaliknya. Jika perusahaan asuransi syariah tidak dapat mengelola risiko dengan

baik, maka perusahaan asuransi syariah akan menderita kerugian sehingga profit yang

didapatkan pun tidak sesuai yang diharapkan.

Industri asuransi jiwa mulai bangkit dari dampak krisis global. Peluang

asuransi jiwa untuk tumbuh memang masih terbuka lebar. Apalagi, beberapa

produknya diminati pasar. Salah satunya adalah produk asuransi yang dikaitkan

dengan investasi, unitlink. Pertumbuhan produk asuransi unitlink diperkirakan naik

Page 14: Isnaniah Fsh

4

50% menjadi Rp 32 triliun pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu Rp

21,5 triliun.2 Hal ini terlihat dari pertumbuhan premi per 31 Desember berikut ini:

PERTUMBUHAN PREMI Per 31 Desember (Rp Triliun)

Indikator 2008 2009

Premi 47,33 60,24

Premi Produksi Baru 30,80 40,41

Premi Lanjutan 16,53 19,82

Unitlink 13,85 21,5

Sumber: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)

Penjualan unitlink setiap tahun memang tumbuh secara signifikan. Data AAJI

menyebutkan, penjualan unitlink pada 2005 mencapai Rp 4,8 triliun untuk premi baru

dan Rp 1,2 triliun untuk premi terusan. Pada 2006 jumlah premi baru unitlink naik

menjadi Rp 4,6 triliun dan Rp 2,1 triliun untuk yang terusan.3

Sepanjang 2007 penjualan unitlink terus naik menjadi Rp 13,8 triliun untuk

premi baru dan Rp 4,1 triliun premi terusan. Tahun lalu penjualan unitlink baru naik

lagi menjadi Rp 13,9 triliun dan Rp 6,7 triliun premi terusan. Pada awal 2009 ini,

penjualan kembali meningkat dan berlanjut di tahun 2010. Data statistik yang dimiliki

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan bahwa tahun 2010 produk

unitlink kembali diminati masyarakat. Ini tercermin dari pertumbuhan premi unitlink

2 Stphen B. Juwono, Unitlink Diproyeksikan Tumbuh 50%, Artikel Bisnis Indonesia edisi 25

Mei 2010 3 Evelina F. Pietruschka, Andalkan Unitlink, Jurnal Online Kontan, 16 januari 2010

Page 15: Isnaniah Fsh

5

yang naik 37,82 % dari Rp 10,63 triliun pada kuartal tiga 2008 menjadi Rp 14,65

triliun pada kuartal tiga 2009.4

Melihat animo masyarakat yang begitu tinggi, hampir semua perusahaan

asuransi jiwa terdorong memasarkan produk unitlink. Hal ini juga dilakukan PT.

Asuransi jiwa BRIngin Life yang meluncurkan produknya pada semester dua tahun

2008. Di tahun 2008, PT. Asuransi Jiwa BRIngin Life menargetkan total pendapatan

premi sebesar Rp 1,3 triliun, atau tumbuh sebesar 30-40% dibanding perolehan tahun

2007 sekitar Rp 900 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi diatas target rata-rata

pertumbuhan industri asuransi nasional sebesar 20-25%.5 Di tahun 2009 premi PT.

BRIngin Life ditargetkan sebesar 1,6 triliun.6 Sedangkan untuk Unit syariah BRIngin

Life mencatat premi Rp 28 miliar dari target Rp 34 miliar di 2009.7

Melihat perolehan premi di atas yang tumbuh signifikan, dan berdasarkan

laporan keuangan PT. BRIngin Life per 30 Juni 2008 dan 31 Desember 2009, terlihat

bahwa total Kekayaan Yang Diperkenankan mengalami peningkatan dari tahun 2008

sebesar Rp 1,174,871 triliun menjadi Rp 1,455,332 triliun pada tahun 2009. Selain

4Unitlink Masih Jadi Produk Pilihan Nasabah, Media Asuransi edisi Januari 2010 No. 228

tahun XXXI 5Trihadi Deritanto, 2008 BRIngin LifeTargetkan Pertumbuhan Premi 40%, Diakses pada 03

Juni 2010 dari www.bringinlife.com 6Sultan Hamid, BRIngin Life Targetkan Premi 1,6 triliun, Diakses pada 03 Juni 2010 dari

www.bringinlife.com 7Etty Supiantini, Premi BRIngin Life Syariah Capai Rp 28 miliar, Diakses pada 03 Juni 2010

dari www.bringinlife.com

Page 16: Isnaniah Fsh

6

itu, total Kewajiban yang mengalami penurunan sebesar Rp 1,425,014 triliun di tahun

2008 meningkat menjadi Rp 1,269,508 triliun di tahun 2009.8

Sesuai dengan Pasal 43 ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan No.

424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi, maka rasio pencapaian tingkat solvabilitas sekurang-

kurangnya adalah 120%. Namun, yang terjadi tahun 2008 di PT. BRIngin Life untuk

rasio pencapaian Batas Tingkat Solvabilitas mengalami -187%.9

Melihat kondisi laporan keuangan PT. BRIngin Life yang kurang optimal,

khususnya pencapaian tingkat solvabilitasnya, maka ada permasalahan yang

menyebabkan perusahaan tidak mencapai target yang diharapkan. Maka sangat perlu

mengangkat permasalahan tersebut untuk diteliti dan memberikan solusi

pemecahannya. Oleh karena itu, judul skripsi ini adalah: “Analisis Manajemen

Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memfokuskan dalam penelitian ini, maka batasan penelitian sebagai

berikut:

a. Penelitian dilakukan pada PT. BRIngin Life Syariah.

8 PT. BRIngin Life Syariah, Laporan Keuangan PT. BRIngin Life Per 30 Juni 2008 dan 31

Desember 2009, Diakses pada 2 Januari 2010 dari www.bringinlife.com 9 PT. BRIngin Life Syariah, Laporan Keuangan PT. BRIngin Life Per 30 Juni 2008 dan 31

Desember 2009, Diakses pada 2 Januari 2010 dari www.bringinlife.com

Page 17: Isnaniah Fsh

7

b. Penelitian ini dibatasi hanya untuk nasabah produk asuransi BRIngin Dana

Investasi Syariah II, berdasarkan usia dan jenis kelamin.

c. Penelitian dilakukan terhadap analisis manajemen risiko PT. BRIngin Life

Syariah, khususnya risiko internal perusahaan yaitu risiko underwriting.

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ditemukan adalah

nilai tingkat solvabilitas yang kurang optimal, yang akan berdampak kepada profit

perusahaan. Hal ini bisa disebabkan oleh manajemen risiko yang kurang maksimal,

khususnya faktor internal perusahaan yaitu risiko underwriting dalam menyeleksi

risiko calon tertanggung.

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka harus terlebih dahulu

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan diuraikan pada pembahasan

berikutnya. Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana manajemen risiko yang diterapkan di PT. BRIngin Life Syariah?

b. Bagaimana profil nasabah produk BRIngin Dana Investasi Syariah II?

c. Apa faktor-faktor yang dipertimbangkan underwriter dalam seleksi risiko

asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II?

d. Bagaimana metode dan proses underwriting dalam seleksi risiko calon peserta

asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II?

e. Bagaimana efektivitas metode underwriting yang digunakan dalam

menyeleksi risiko calon peserta asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II

terhadap klaim asuransi?

Page 18: Isnaniah Fsh

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menjelaskan mananjemen risiko yang diterapkan di PT. BRIngin Life

Syariah.

b. Menjelaskan profil nasabah asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II.

c. Menjelaskan faktor-faktor yang dipertimbangkan underwriter dalam

seleksi risiko asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II.

d. Memaparkan metode dan proses underwriting dalam menyeleksi risiko

calon peserta asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II.

e. Menjelaskan efektivitas metode underwriting yang digunakan dalam

menyeleksi risiko terhadap klaim asuransi.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini, yaitu:

a. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang

luas dan mendalam mengenai manajemen risiko PT. BRIngin Life

Syariah, khususnya risiko underwriting.

b. Bagi Perusahaan, membantu memudahkan pihak–pihak terkait secara

langsung maupun tidak langsung dalam upaya mengelola risiko

perusahaan asuransi syariah.

Page 19: Isnaniah Fsh

9

c. Bagi Akademisi, adalah untuk memberikan acuan referensi dan saran

pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menunjang perkembangan

penulisan selanjutnya.

d. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

khazanah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam tentang dunia asuransi

syariah.

D. Kajian Pustaka

Penelitian tentang pembahasan ini memang bukan penelitian yang pertama,

penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh beberapa peneliti, diantaranya:

1. Achmad Suhadi, judul skripsi “Manajemen Risiko Pada Perusahaan Asuransi

(Studi Kasus PT. Asuransi Syariah Mubarakah)”, 2004.

Dalam skripsi ini, ruang lingkup manajemen risiko di dalam PT. Asuransi

Syariah Mubarakah meliputi divisi underwriter, divisi administrasi polis, divisi

administrasi klaim dan divisi investasi. Kedudukan manajemen risiko di dalam

perusahaan asuransi syariah saat ini tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan

operasional perusahaan, karena manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk

mengetahui, menganalisa dana mengendalikan risiko dalam operasional perusahaan

dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan

sekaligus mampu menghasilkan laba (profit) bagi perusahaan.

Page 20: Isnaniah Fsh

10

Di dalam proses manajemen risiko, setiap perusahaan berbagai pilihan di

dalam pengendalian risiko yaitu risiko diterima, diabaikan, dihindari atau dialihkan

ke pihak lain. Proses pengidentifikasian risiko merupakan suatu sistem yang secara

sistematis dan terus menerus melakukan identifikasi dan menganalisa kegiatan

perusahaan yang akan menimbulkan risiko dan dampak kerugian yang ditimbulkan

dari risiko tersebut. Proses evaluasi risiko meliputi dua hal: (a) severity, dampak

kerugian yang ditimbulkan dari risiko tersebut dan (b) frequency, tingkat keseringan

risiko tersebut timbul.

2. Ahmad Humairo, judul skripsi “Manajemen Risiko Asuransi Konvesional dan

Asuransi Islam (Studi Perbandingan)”, 2004.

Skripsi ini menjelaskan perbedaaan manajemen risiko yang ada dalam asuransi

konvesional dan asuransi Islam, yang meliputi:

a. Prinsip-prinsip

Dalam asuransi konvesional memakai prinsip ekonomi “Dengan modal kecil

harus mendapatkan laba yang sebesar-besarnya”. Sedangkan manajemen risiko

dalam asuransi Islam sangatlah memperhatikan nilai-nilai religiusnya.

b. Tujuan

Manajemen risiko yang ada dalam asuransi konvesional mempunyai tujuan hanya

semata-mata untuk menanggulangi risiko atau mengurangi, lain halnya dengan

Page 21: Isnaniah Fsh

11

manajemen risiko dalam asuransi Islam merupakan sebagai ibadah atau senatiasa

mencari keridhaan Allah.

c. Langkah-langkah

Langkah-langkah yang ditempuh asuransi konvesional dalam hal manajemen

risiko yang terpenting adalah bagaimana cara menentukan kebijakan-kebijakan

agar perusahaan tidak rugi. Sedangkan langkah-langkah asuransi Islam dalam hal

manajemen risiko harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dan

harus mnyenangkan nasabah tanpa ada tekanan dan paksaan serta tidak

mengabaikan perusahaan.

3. Wahyu Gunawan, judul skripsi “Manajemen Risiko dan Penerapannya di PT.

Asuransi Takaful Keluarga”, 2004.

Skripsi ini menjelaskan menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi

oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga dengan menempuh langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Identifikasi risiko perusahaan. Di dalam pelaksanaan kegiatan pengidentifikasian

terhadap risiko perusahaan, pihak pimpinan dan para kepala divisi bekerja sama

untuk menganalisa segala risiko perusahaaan yang dapat menghambat laju

operasional perusahaan.

b. Perumusan program-program manajemen risiko perusahaan. Setiap program-

program yang dibuat dalam rangka mengantisipasi timbulnya risiko perusahaan

Page 22: Isnaniah Fsh

12

dimaksudkan untuk menghindari tingkat pengeluaran yang tidak efisien di

perusahaan.

c. Pengalokasian program-program manajemen risiko. Kepala divisi yang ada di PT.

Asuransi Takaful Keluarga berperan penting didalam menyampaikan segala

program-program yang terkait dengan bidang kerja divisinya, terutama program-

program manajemen risiko perusahaan.

d. Evaluasi terhadap program-program yang telah berjalan. Kegiatan evaluasi

berkala yang dilakukan setiap akhir tahun di lingkungan kerja PT. Asuransi

Takaful Keluarga dimaksudkan untuk instropeksi diri bagi internal perusahaan di

dalam mencari pemecahan masalah yang terkait dengan pelaksanaan program

manajemen risiko perusahaaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu

menganalisis risiko yang berkenaan dengan metode dan proses underwriting, dan

efektivitas metode underwriting yang digunakan untuk menyeleksi risiko peserta

asuransi syariah terhadap klaim asuransi. Sedangkan penelitian-penelitian terdahulu

hanya meneliti masalah manajemen risiko perusahaan asuransi syariah secara umum.

Oleh karena itu, sangat perlu mengangkat penelitian yang berkaitan dengan analisis

manajemen risiko perusahaan asuransi jiwa syariah.

Page 23: Isnaniah Fsh

13

E. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Risiko muncul karena ada ketidakpastian mengenai risiko masa depan.10

Untuk itu diperlukan manajemen risiko untuk mengendalikan risiko yang dihadapi

tersebut. Manajemen risiko mencakup pengidentifikasian dan penilaian risiko yang

dihadapi. Untuk mengeliminasi atau menguranginya dengan cara: a) menghindari

risiko, b) mengendalikan risiko, c) menerima risiko, dan d) mengalihkan atau

memindahkan risiko.

Perorangan atau perusahaan menghadapi dua macam risiko, yaitu 1) risiko

spekulatif (speculatif risk) yaitu risiko yang sengaja ditimbulkan oleh seseorang, agar

terjadinya ketidakpastian itu memberikan keuntungan kepadanya dan 2) risiko murni

(pure risk) yaitu risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan

terjadinya tanpa disengaja. Jenis risiko murni yang hanya bisa diasuransikan,

sedangkan risiko spekulatif tidak bisa diasuransikan.11

Underwriting adalah proses Penilaian dan penggolongan tingkat risiko yang

dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekumpulan calon tertanggung, atau

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut.12 Sebelum

underwriter menetapkan suatu kondisi underwriting terhadap calon tertanggung,

10 Harriett E. Jones dan Dani L.Long, Prinsip-prinsip Asuransi: Jiwa, Kesehatan dan Anuitas, Penerjemah Arif Rahman dan Nurmansyah Taufik ( LOMA, 1999), h. 29

11 Goenawan Hadidjojo, Seminar Nasional: Asuransi dan Globalisasi, 20 Mei 2010 (Jakarta:

UIN Jakarta, 2010), h. 1

12 Jane Lightcap Brown dan Kristen L. Falk, Administrasi Asuransi, Penerjemah Nurmansyah Taufik (LOMA, 2002), h. 22

Page 24: Isnaniah Fsh

14

maka underwriter harus mempertimbangkannya dari segi pengaruh risiko dan jenis

polis yang diinginkan oleh calon tertanggung.

Klaim adalah proses dimana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan

perjanjian sebelumnya.13 Hak klaim muncul apabila peserta mengalami musibah

meninggal dunia atau telah mencapai akhir masa asuransi. Apabila terjadi klaim,

pemegang polis harus mengajukan klaim kepda perusahaan selambat-lambatnya 6

bulan sejak tanggal terjadinya kematian.

2. Kerangka Konsep

Identifikasi Risiko

Penilaian Risiko

Sharing of Risk

Eliminasi Risiko

Manajemen Risiko

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

lapangan, dimana peneliti melakukan observasi langsung pada objek penelitian ini. Di

13 M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 259

Page 25: Isnaniah Fsh

15

samping itu peneliti juga menggunakan buku-buku referensi yang berkaitan dengan

masalah penelitian ini.

2. Pendekatan Penelitian

Manajemen risiko internal perusahaan yaitu underwriting, yang ditampilkan

bersifat empiris, artinya berdasarkan data yang terjadi di lapangan, sehingga

penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini lebih tepat agar data diperoleh

lebih mendalam dan akurat.

3. Jenis dan Sumber Data

Adapun dalam penyusunan skripsi ini menggunakan dua jenis sumber data,

yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari PT. BRIngin Life

Syariah mengenai metode dan proses underwriting, dan efektivitas metode

underwriting yang digunakan untuk menyeleksi risiko terhadap klaim, khususnya

pada produk asuransi BRIngin Dana Investasi Syariah II.

b. Data Sekunder

Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan (Library Reseach)

yaitu dengan mempelajari buku kepustakaan, literatur, buletin, majalah, jurnal,

Page 26: Isnaniah Fsh

16

artikel, modul serta materi kuliah, dan website yang berkaitan dengan

pembahasan masalah ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini, pengumpulan data dengan menggunakan beberapa

teknik tertentu, diantaranya:

a. Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang ditujukan kepada subjek

penelitian dokumen, dapat berupa: catatan pribadi, Buku Pedoman Operasional

(BPO) perusahaan, laporan keuangan, database nasabah asuransi, modul pelatihan

dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini digunakan data-data

dan profil PT. BRIngin Life Syariah.

b. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan tentang kondisi sebenarnya di

lapangan. Adapun observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kondisi di

PT. BRIngin Life Syariah, khususnya mengenai underwriting dalam menyeleksi

risiko yang dilakukan perusahaan asuransi syariah.

c. Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi dengan bertanya

langsung kepada narasumber. Dalam wawancara ini diajukan beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan underwriting perusahaan asuransi syariah.

Page 27: Isnaniah Fsh

17

5. Analisis Data

Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan dianalisis dengan

metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan secara jelas tentang topik

penelitian yang diteliti.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dimulai dengan pemaparan prosedur standar penelitian

ilmiah, yang ditempatkan pada bab I Pendahuluan. Adapun sub bab I meliputi latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kajian pustaka, kerangka teori dan konsep, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Untuk memberikan gambaran bagi pembaca tentang masalah-masalah

penelitian maka penulis membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan topik

penelitian, dengan tujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi atau

pembahasan penelitian, sekaligus sebagai pengantar atau pintu gerbang pembahasan

penelitian ini. Pemaparan ini ditempatkan pada bab II, yang berjudul Tinjauan Umum

Page 28: Isnaniah Fsh

18

Risiko dan Underwriting. Bab II ini akan membahas lebih mendalam tentang risiko

secara umum dan risiko dalam perspektif Islam, serta underwriting perusahaan

asuransi syariah.

Agar pembaca mengenal tempat penelitian, maka penulis pun menceritakan

sekilas tentang profil PT. BRIngin Life Syariah. Uraian ini akan ditempatkan pada

bab III berjudul Gambaran Umum PT. BRIngin Life Syariah, yang terdiri dari sejarah

berdirinya perusahaan, visi dan misi, nilai-nilai dan budaya perusahaan, struktur

organisasi serta produk dan jasa.

Selanjutnya, pembahasan inti dari penelitian ini yang menjelaskan tentang

temuan-temuan di lapangan, yang kemudian di analisis dengan menggunakan metode

deskriptif. Penulis menempatkan pembahasan ini pada bab IV, yang berjudul Analisis

Manajemen Risiko Pada PT. BRIngin Life Syariah.

Sebagai akhir dari pemaparan dari skripsi ini, maka penulis menyampaikan

inti dari penelitian ini yang diberi judul Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan diperoleh

berdasarkan hasil penelitian di lapangan, yang sudah di analisis oleh penulis.

Sedangkan saran-saran yang penulis berikan bertujuan untuk kemajuan PT. BRIngin

Life Syariah.

Page 29: Isnaniah Fsh

19

BAB II

TINJAUAN UMUM RISIKO DAN UNDERWRITING

A. Risiko

1. Pengertian

Risiko bisa menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja, baik pada saat

dalam perjalanan, rekreasi bahkan pada saat kita bernafas. Menurut para ahli, ada

beberapa definisi tentang risiko, diantaranya:

1. Risiko menurut Abbas Salim adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin

melahirkan kerugian (loss).1

2. Menurut Herman Darmawi, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya

akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan, atau tidak terduga.2

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah

ketidakpastian yang mungkin terjadi dan bisa mendatangkan kerugian. Sedangkan

manajemen risiko adalah pengelolaan untuk menanggulangi risiko yang dilakukan

dengan berbagai cara.

1 A. Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2005), Ed. 2, h. 4 2 Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 21

Page 30: Isnaniah Fsh

20

2. Manajemen Risiko

Penanggulangan risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengelolaan

berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang disebut Manajemen Risiko.3

Manajemen risiko mencakup beberapa tahapan, yaitu:

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisa sejumlah faktor yang dapat

meningkatkan atau menurunkan kecenderungan seseorang atau objek lain akan

terjadinya kehilangan atau kerugian.4

a. Physical Hazards :

Karakteristik fisik yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya

kehilangan atau kerugian, misalnya: riwayat serangan jantung, overweight,

kendaraan, gedung dan lain-lain.

b. Moral Hazards :

Kecenderungan seseorang untuk berperilaku tidak jujur dalam transaksi

asuransi, misalnya: memberikan keterangan palsu saat mengisi Surat

Permintaan asuransi (SPA).

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko untuk asuransi jiwa individu, calon tertanggung dimasukkan ke

dalam kelas-kelas (risk class). Risk class adalah sekolompok tertanggung yang

3 Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba

Empat,2003), h.1 4 Rini Endang Kusumarini, Pengantar Underwriting, 04 Februari 2010 (Jakarta: Departemen

Underwriting PT. ReIndo, 2010), h. 3

Page 31: Isnaniah Fsh

21

menunjukkan tingkat risiko yang sama dalam suatu perusahaan asuransi.

Sebagian perusahaan asuransi mengidentifikasikan kelas-kelas risiko tersebut

sebagai berikut:5

a. Preferred class, umumnya mengacu ke calon tertanggung yang perkiraan

tingkat mortalitasnya jauh lebih rendah daripada rata-rata dan yang

menggambarkan tingkat risiko yang paling rendah.

b. Standard class, mencakup calon tertanggung yang perkiraaan tingkat

mortalitasnya berada pada tingkat rata-rata, yang lebih tinggi daripada

perkiraan tingkat mortalitas orang-orang yang berada di dalam kelas preferred

namun lebih rendah daripada perkiraan tingkat mortalitas yang berada di

dalam kelas substandard.

c. Substandard class, biasanya mencakup calon tertanggung yang perkiraan

tingkat mortalitasnya lebih tinggi daripada rata-rata, namun mereka dianggap

masih bisa diasuransikan.

d. Declined class, hanya digunakan untuk calon tertanggung yang memiliki

kondisi kesehatan dan perkiraan mortalitas tambahan sedemikian buruk

sehingga perusahaan asuransi tidak dapat memberikan pertanggungan dengan

premi yang terjangkau bagi mereka, atau calon tertanggung yang baru saja

mengalami peristiwa medis sehingga tingkat mortalitasnya tidak dapat

diperkirakan secara tepat.

5 Jane Lightcap Brown dan Kristen L. Falk, Administrasi Asuransi, Penerjemah Nurmansyah

Taufik (LOMA, 2002), h. 18

Page 32: Isnaniah Fsh

22

3. Mengeliminasi Risiko

Untuk mengeliminasi atau mengurangi risiko yang kita hadapi, maka ada empat

cara, yaitu:6

a. Menghindari Risiko

Metode pengelolaan risiko yang pertama, dan mungkin yang paling mudah

dilakukan adalah menghindari risiko tersebut. Kita dapat menghindari risiko

kerugian financial pada pasar saham dengan tidak melakukan investasi saham.

b. Mengendalikan Risiko

Kita dapat berusaha untuk mengendalikan risiko dengan mengambil langkah-

langkah untuk mencegah atau mengurangi risiko. Misalnya untuk mengurangi

kemungkinan kebakaran, pemilik SPBU melarang konsumennya untuk

merokok di areal SPBU. Selain itu, pemilik SPBU juga dapat memasang

system penyemprotan air pemadam kebakaran (sprinkler) di SPBU guna

menekan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran.

c. Menerima atau menahan Risiko

Secara sederhana dinyatakan, menerima risiko sama dengan menanggung

seluruh risiko tersebut. Self insurance (asuransi sendiri) adalah tehnik

manajemen risiko dimana seseorang atau perusahaan menerima tanggung

jawab financial atas kerugian-kerugian terkait dengan risiko-risiko tertentu.

Misalnya, suatu perusahaan secara sebagian melakukan self insurance atas

6 Harriett E. Jones dan Dani L.Long, Prinsip-prinsip Asuransi: Jiwa, Kesehatan dan Anuitas,

Penerjemah Arif Rahman dan Nurmansyah Taufik ( LOMA, 1999), h. 31

Page 33: Isnaniah Fsh

23

program manfaat biaya perawatan medis yang dikeluarkan oleh karyawannya

sampai jumlah tertentu.

d. Mengalihkan Risiko

Apabila kita mengalihkan risiko ke pihak lain, kita mengalihkan tanggung

jawab financial atas risiko tersebut ke pihak lain yang umumnya atas dasar

pemberian imbalan (fee). Cara yang paling umum bagi perorangan, keluarga

dan perusahaan untuk mengalihkan risiko adalah dengan membeli

pertanggungan asuransi.

4. Risk Sharing

Pada hakikatnya manusia harus saling tolong menolong dan saling

menanggung antara yang satu dengan lainnya. Semangat berasuransi dalam

menghadapi risiko musibah menekankan pada kepentingan bersama atas dasar rasa

persaudaraan diantara para peserta. Ada berbagai cara manusia menangani risiko

terjadinya musibah. Cara pertama adalah dengan menanggungnya sendiri (risk

retention). Kedua, mengalihkan risiko ke pihak lain (risk transfer) dan ketiga

mengelolanya bersama-sama (risk sharing). Cara yang ketiga inilah filosofi dan dasar

dalam asuransi syariah. Jadi, risk sharing inilah sesungguhnya esensi asuransi dalam

Islam, dimana didalamnya diterapkan prinsip-prinsip kerja sama, proteksi dan saling

bertanggung jawab.

Secara umum, para pihak dalam asuransi syariah terdiri dari peserta, asuransi

syariah dan reasuransi syariah dan masing-masing partisipan memberikan kontribusi

modal dengan tujuan saling menanggung risiko atas dasar tolong menolong.

Page 34: Isnaniah Fsh

24

Hubungan ketiganya adalah hubungan kerjasama dengan menggunakan prinsip risk

sharing, dimana peserta asuransi memberikan delegasinya kepada perusahaan

asuransi dalam hal pengelolaan risiko dan perusahaan asuransi sebagai wakil dari

peserta mengadakan kerjasama dengan perusahaan reasuransi dengan memberikan

delegasi pengelolaan sebagian portofolio.

Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme pertanggungan

pada asuransi syariah adalah sharing of risk (saling menanggung risiko). Apabila

terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung.7

3. Macam-macam Risiko

Risiko dapat dibedakan dari berbagai macam, yaitu:8

1. Menurut sifatnya, risiko dibedakan menjadi :

a. Risiko yang tidak sengaja (Risiko Murni), adalah risiko yang apabila

terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja;

misalnya risiko terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian,

penggelapan, pengacauan, dan sebagainya.

b. Risiko yang disengaja (Risiko Spekulatif), adalah risiko yang sengaja

ditimbulkan oleh seseorang, agar terjadinya ketidakpastian itu

7 M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional,

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 303 8 Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba

Empat,2003), h.3

Page 35: Isnaniah Fsh

25

memberikan keuntungan kepadanya, misalnya risiko utang piutang,

perjudian, perdagangan berjangka, dan sebagainya.

c. Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat

dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau

beberapa orang saja tetapi banyak orang, seperti banjir, angin topan, dan

sebagainya.

d. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang

mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal

kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil, dan sebagainya.

e. Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan

kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan

teknologi, seperti risiko keusangan, risiko luar angkasa,. Kebalikannya

disebut risiko Statis, seperti risiko hari tua, risiko kematian dan

sebagainya.

2. Dapat-tidaknya risiko tersebut dialihkan kepada pihak lain, maka risiko

dapat dibedakan ke dalam;

a. Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain, dengan

mempertanggungkan suatu objek yang akan terkena risiko kepada

pengusaha asuransi dengan membayar sejumlah premi asuransi sehingga

semua kerugian menjadi tanggungan (pindah) pihak perusahaan

asuransi.

Page 36: Isnaniah Fsh

26

b.Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat

diasuransikan) umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif.

3. Menurut sumber/penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan ke dalam:

a. Risiko Intern yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri,

seperti kerusakan aktiva karena ulah karyawan sendiri, kecelakaan kerja,

kesalahan manajemen dan sebagainya.

b.Risiko ekstern yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti

risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan

kebijakan pemerintah, dan sebagainya.

4. Klasifikasi Risiko Perusahaan

Risiko perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko, yang

masing-masing kategori risiko terdiri dari beberapa jenis risiko, yaitu: 9

1. Risiko keuangan

Risiko keuangan adalah fluktuasi tingkat keuangan atau ukuran moneter

perusahaaan karena gejolak berbagai variabel makro. Risiko keuangan terdiri

dari tiga jenis risiko, yaitu:

a. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak

dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran

9 Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, (Jakarta: Penerbit PPM,

2006), Cet. 2, h. 34

Page 37: Isnaniah Fsh

27

tak terduga, seperti utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh tempo

dan kewajiban jangka pendek lainnya.

b. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak

dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam

kesepakatan. Misalnya, pembiayaan yang diberikan perbankan.

c. Risiko Permodalan

Risiko permodalan adalah risiko yang dihadapi perusahaan berupa

kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Risiko ini merupakan risiko

yang dihadapi perusahaan dan merupakan akumulasi berbagai risiko yang

terjadi sebelumnya antara lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko

nilai tukar dan risiko operasional.

2. Risiko Pasar

Risiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena

pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin

melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar.

3. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan

karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi atau faktor lain. Risiko

operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

Page 38: Isnaniah Fsh

28

a. Risiko Produktivitas

Risiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat

produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel yang

mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk didalamnya adalah teknologi,

peralatan, material dan SDM.

b. Risiko Teknologi

Risiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang

digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. Misalnya, transaksi terhambat karena

teknologi klien tidak compitable, atau karena terjadinya perubahan kualitas dan

spesifikasi bahan baku menyebabkan teknologi pengolahan saat ini tidak lagi

sesuai.

c. Risiko Inovasi

Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya

pembaharuan, modernisasi atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis.

d. Risiko Sistem dan Prosedur

Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi penyimpangan

hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian siatem dalam operasi perusahaaan.

e. Risiko Proses

Risiko proses adalah rsisiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang

diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi

sumber daya dan karena perubahan lingkungan, contoh kesalahan prosedur.

Page 39: Isnaniah Fsh

29

4. Risiko Strategis

Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat dan

eksposur strategis sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan

lingkungan eksternal dan internal usaha.

a. Risiko usaha

Risiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat dan hasil keuangan

karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan industri

yang khas dan menggunakan teknologi tertentu. Misalnya, perusahaan yang

bergerak di bidang makanan cenderung memiliki risiko rendah dibanding dengan

usaha properti.

b. Risiko Transaksi Strategis

Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat maupun

strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi strategis, seperti merger,

akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi dan sejenisnya.

c. Risiko Hubungan Investor

Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari eksposur

korporat dan terutama eksposur keuangan karena ketidaksempurnaan dalam

membina hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun kreditur.

Misalnya, bagi perusahaan go public isu dan informasi perusahaaan sangat

penting untuk memastikan persepsi investor positif terhadap perusahaan.

Page 40: Isnaniah Fsh

30

5. Risiko Eksternalitas

Risiko eksternalitas yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat

dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha karena pengaruh dari

faktor eksternal.

a. Risiko reputasi

Adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi perusahaan karena

penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan bisa terjadi penolakan.

Contohnya, ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu

eksternal yang terkait dengan perusahaan.

b. Risiko Lingkungan

Yaitu potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan perusahaan

karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya

yang ditimbulkan oleh perusahaan, seperti limbah industri.

c. Risiko Sosial

Adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan dengan

lingkungan tempat perusahaan berada, seperti CSR.

d. Risiko Hukum

Adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak mematuhi

peraturan dan norma yang berlaku, seperti dalam bidang perbankan dikenal

dengan risiko kepatuhan (compliance risk).

Page 41: Isnaniah Fsh

31

B. Risiko Dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan (kerugian), dan

kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak, hanya saja kita sebagai

manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk menghadapi

ketidakpastian di masa depan. Allah berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:

☺ ☺

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia hendaknya

memperhatikan yang telah diperbuat pada yang telah lalu untuk merencanakan hari

esok. Perencanaan yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan situasi dan

kondisi pada masa lampau, saat ini, serta prediksi masa datang.

Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya

besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.

Allah berfirman dalam QS. Al-Luqman ayat 34:

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang

Page 42: Isnaniah Fsh

32

akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dalam QS. Yusuf ayat 43-49, Allah juga menggambarkan contoh usaha

manusia membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa

depan. Secara singkat, ayat ini bercerita tentang pertanyaan Raja mesir tentang

mimpinya kepada Nabi Yusuf, dimana Raja mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi

betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus. Raja Mesir juga melihat

gandum yang hijau berbuah, serta tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah.

Dalam hal ini, Nabi Yusuf menjawab supaya Raja Mesir bertanam selama tujuh

tahun dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan

datang tujuh tahun yang amat sulit, yang akan mengahbiskan apa yang kamu simpan

untuk menghadapi masa sulit tersebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan.

Sangat jelas bahwa dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga

kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang

buruk. Selain itu, sangat jelas ayat di atas menyatakan bahwa Allah mengajurkan

adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi

(asuransi).

Rasulullah sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di masa

mendatang. Meninggalkan keluarga (ahli waris) yang berkecukupan materi, dalam

pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan

terlantar. Seperti dalam sabda Nabi Muhammad saw, yang artinya:

Diriwayatkan dari Amr bin Saad bin Abi Wasaqy, telah bersabda Rasulullah saw: “Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu (ahli waris) dalam

Page 43: Isnaniah Fsh

33

keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya”

Dari beberapa contoh, terlihat bahwa Islam sangat memperhatikan fungsi

manajemen risiko dan syariat Islam sangat kental dengan kultur manajemen risiko,

demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Demikian juga halnya bagi perusahaan

asuransi syariah harus selalu menjalankan fungsi manajemen risiko karena sudah

merupakan Sunnatullah dan keharusan dari agama Islam. Maka, sudah menjadi

karakter dan kultur yang inheren bagi asuransi syariah mengembangkan dan

mengaplikasikan fungsi manajemen didalam mengelola amanah financial yang

diembannya sehingga tidak menimbulkan kerugian financial yang tidak perlu terjadi

bagi pihak mudharib maupun shahibul maal.

Manusia tidak mengetahui dan tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi

di masa mendatang. Kerugian merupakan salah satu bentuk risiko dari setiap aspek

kehidupan manusia, termasuk dalam bermuamalat. Namun, apabila kita melihat

kandungan dalam QS. Al-Ashr ayat 1-3, bahwa ada satu golongan (al-Mi’minu) yang

akan terhindar dari risiko atau kerugian tersebut karena mereka selalu melakukan

kebaikan, dan selelu memberi nasehat dalam kebenaran dengan penuh kesabaran.

Jadi, Manajemen risiko dalam Islam adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan

perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dengan prinsip syariat

Islam.

Page 44: Isnaniah Fsh

34

C. Risiko Underwriting Dalam Asuransi Jiwa Syariah

1. Pengertian Underwriting

Underwriting menurut asuransi jiwa adalah proses penaksiran mortalitas

(tingkat kematian) atau mordibitas (tingkat kesehatan) calon tertanggung untuk

menetapkan apakah akan menerima atau menolak calon peserta dan menetapkan

klasifikasi peserta.10

Underwriting adalah proses Penilaian dan penggolongan tingkat risiko yang

dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekumpulan calon tertanggung, atau

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut.11

Underwriting disebut juga seleksi risiko, adalah proses penaksiran dan

penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung.12

Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa underwriting

adalah proses penilaian dan pengklasifikasian risiko seseorang atau sekelompok calon

tertanggung, yang bertujuan untuk melindungi perusahaan asuransi dari kerugian.

10Abdullah Amrin, Asuransi Syariah : Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi Konvesional, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006), h. 103

11 Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), Cet. 2, h. 22

12AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. 1, Cet. Ke-2, h. 89

Page 45: Isnaniah Fsh

35

2. Tujuan Underwriting

Tujuan utama underwriting adalah melindungi perusahaan terhadap seleksi

kerugian. Namun, proses underwriting perusahaan asuransi tetap berfokus pada

pemberian persetujuan dan penerbitan pertanggungan yang:

a. Bertanggung jawab dalam risk assessment (penilaian risiko yaitu proses penentuan

tingkat risiko setiap/group calon tertanggung dimana setiap tertanggung membayar

premi yang mencerminkan tingkat risiko yang dimiliki dan sesuai dengan produk

asuransi yang diminta.

b. Wajar dan adil bagi para tertanggung dan perusahaan.

c. Delivery by the agent (dapat disampaikan oleh agen)

Seorang pemohon asuransi perorangan membuat keputusan akhir yaitu akan

menerima polis asuransi pada saat diserahkan. Jika si pembeli memilih untuk tidak

menerima polis asuransi pada saat agen asuransi berusaha untuk menyerahkan

polisnya, maka polis tersebut dikatakan undeliveriable (tidak dapat disampaikan)

atau not taken.

d. Memberikan profit bagi perusahaan.

3. Tugas dan Fungsi Underwriter

Seorang underwriter adalah bagian penting dari perusahaan asuransi. Untuk itu

tugas dan fungsi underwriter harus dijalankan dengan prinsip keadilan, baik untuk

peserta atau perusahaan asuransi. Adapun tugas dan fungsi underwriter adalah

sebagai berikut:

Page 46: Isnaniah Fsh

36

a. Tugas Underwriter

Tugas underwriter antara lain mengatur penggunaan dana efektif mungkin dan

seefisien mungkin untuk menghasilkan laba yang maksimal. Peranan lain underwiter,

yaitu:13

1. Mempertimbangkan risiko yang diajukan

2. Memutuskan untuk menerima atau menolak yang diajukan.

3. Menentukan syarat dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti rugi.

4. Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta.

5. Mempertahankan, meningkatkan, dan mengamankan margin profit.

b. Fungsi Underwriter

Underwriter merupakan salah satu fungsi utama dalam proses:

1. Menilai dan menggolongkan tingkat risiko yang dimiliki oleh seorang calon

tertanggung atau sekelompok orang dalam pertanggungan sehubungan dengan

produk asuransi tertentu.

2. Mengambil keputusan untuk menerima atau menolak risiko.

4. Jenis-jenis Risiko dan Penetapan Kondisi Underwriting

Jenis-jenis risiko yang mempengaruhi penetapan underwriting adalah:14

13 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah (Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi Konvesional), (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006), h. 104 14 PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 34

Page 47: Isnaniah Fsh

37

a. Increasing Risk (Risiko Menaik)

Ada beberapa penyakit tertentu dimana besarnya risiko akan bertambah dengan

kenaikan umur calon tertanggung, contoh overweight dan hipertensi.

b. Reducing/Decreasing Risk (Risiko Menurun)

Pada jenis risiko ini, risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama dari

polis. Semakin lama polis itu berjalan, maka risikonya semakin menurun, contoh

tumor ganas yang telah dioperasi.

c. Constant Extra Risk (Risiko Ekstra yang menetap)

Pada jenis risiko ini, risiko tambahan berada pada tingkat tetap selama masa

pertanggungan. Contohnya risiko pekerjaan yang menimbulkan adanya risiko

kecelakaan, serta hobby tertanggung.

Setelah mengetahui jenis-jenis risiko, maka langkah selanjutnya bagi

underwriter adalah bagaimana menetapkan kondisi underwriting dari suatu

pertanggungan. Ada beberapa cara, yaitu:15

1. Ekstra Premi

Jika suatu risiko adalah dari jenis risiko yang menaik, maka pengenaan tambahan

level ekstra premium adalah metode yang tepat. Perusahaan akan menerima ekstra

premium terseut sebelum risiko ekstra tersebut semakin berat, karena sebagian

besar risiko ekstra dihubungkan dengan adanya gangguan kesehatan. Dengan

demikian gangguan kesehatann tersebut semakin lama akan semakin berbahaya.

15 PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life

Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 35

Page 48: Isnaniah Fsh

38

2. Debt On The Sum Assured

Debt adalah suatu jumlah uang pertanggungan yang berlaku dikurangi setiap

tahunnya apabila tertanggung masih hidup, sehingga pada akhir kontrak debt akan

menjadi nol.16

Sebagai pengganti pembayaran ekstra premi, pemegang polis dapat memilih suatu

alternatif, yaitu membayar premi standard sesuai tabel underwriting tetapi

menerima penutupan asuransi jiwa lebih rendah dari uang pertanggungan yang

telah ditentukan. Alternatif ini lebih sesuai untuk jenis polis yang dipergunakan

sebagai investasi.

3. Liening Conditions

Dalam polis yang dikenakan kondisi ini, pembayaran uang pertanggungan jika

terjadi klaim akan diperhitungkan menururt rate yang telah ditentukan.

4. Alteration of Contract (Perubahan kontrak)

Jika suatu pertanggungan dari jenis risiko yang menaik, maka risiko ekstra akan

jatuh pada kehidupan yang akan datang. Suatu alternatif untuk mengenakan ekstra

premi yang lebih besar adalah dengan menurunkan atau memperpendek jangka

waktu pertanggungannya, untuk menghindari masa dimana risikonya sudah sangat

tinggi.

16 PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life

Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 38

Page 49: Isnaniah Fsh

39

5. Exclusion (Pengecualian)

Pengecualian ini akan diberlakukan oleh underwriter jika menghadapi risiko yang

sangat berbahaya, yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dan perlu diingat

bahwa pengecualian hanya diberlakukan apabila tidak ada alternatif lain kecuali

menolak suatu permintaan pertanggungan.

6. Postpone or Decline (Ditunda atau ditolak)

Pada akhirnya jika tidak ada lagi kondisi underwriting yang sesuai atau cukup

untuk melindungi perusahaan, maka penyelesaiannya hanyalah menolak atau

menangguhkan permintaan pertanggungannya sampai risikonya menurun dan

dapat diterima dengan kondisi underwriting tertentu.17

5. Proses Underwriting

Seleksi risiko memerlukan serangkaian tahap kegiatan. Para agen memulai

proses underwriting sewaktu mereka mengisi permohonan asuransi bersama dengan

calon tertanggung. Setelah dikirim ke kantor pusat, permohonan diperiksa kembali

sebelum ditaksir oleh seorang underwriter kantor pusat. Bahkan beberapa

permohonan dapat saja tidak diperiksa oleh seorang underwriter karena dilakukan jet

screening atau computer screening.

17 PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life

Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 42

Page 50: Isnaniah Fsh

40

Berikut tahap awal proses underwriting asuransi jiwa:18

a. Field Underwriting

Field underwriting terjadi bila seorang agen mengumpulkan informasi

mengenai calon tertanggung dan mencatatkan informasi tersebut dalam permohonan

asuransi. Permohonan tersebut kemudian menjadi suatu faktor penting dalam

keputusan seleksi risiko.

Setiap permohonan yang diterima, baik di kantor pusat atau kantor operasional,

biasanya ditandai dengan suatu nomor identifikasi. Nomor ini digunakan untuk

keperluan pengontrolan dan kemudian sebagai nomor polis jika polis sampai

diterbitkan. Permohonan dan materi-materi pendukung diperiksa untuk memastikan

lengkapnya file.

b. Jet Screening

Jet Screening yaitu penyelesaian suatu kasus segera mungkin. Jika

permohonan asuransi menemukan kriteria yang lengkap maka staf jet screening,

dapat menyetujui permohonan tersebut dan meminta agar polis segera diterbitkan.

Jika permohonan asuransi tidak mempunyai kriteria-kriteria tersebut, maka filenya

segera diteruskan kepada seorang underwriter untuk dievaluasi.

Diantara kriteria yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk

diselesaikan oleh jet screening adalah sebagai berikut:

18 Kenneth Huggins dan Robert D. Land, Operasi Perusahaan Asurasni Jiwa dan Asuransi

Kesehatan, (Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 1996), h. 270

Page 51: Isnaniah Fsh

41

• Usia calon tertanggung harus berada diantar kelompok tertentu, biasanya antara

15 sampai dengan 50 tahun.

• Jumlah asuransi yang diminta tidak melebihi jumlah tertentu misalnya antar

$50.000 sampai dengan $100.000, tergantung pada usia pemohon dan perusahaan.

• Seluruh pertanyaan dibagian 1 dan 2 formulir permohonan harus dijawab.

• Calon tertanggung harus tidak mempunyai masalah kesehatan yang berarti.

• Catatan-catatan perusahaan dan laporan biro informasi medis harus berisi

informasi underwriting yang tidak merugikan mengenai calon tertanggung.

• Tinggi dan berat badan calon tertanggung harus berada dalam standar yang dapat

diterima.

• Pekerjaan calon tertanggung harus dapat diterima.

c. Computer Screening

Computer screening menggunakan sistem-sistem otomatis untuk

penyederhanaan proses underwriting. Perusahaan asuransi membuat program-

program komputer dengan kriteria yang diperlukan untuk membuat formulir-formulir

permohonan.

Page 52: Isnaniah Fsh

42

BAB III

TINJAUAN UMUM PT. BRINGIN LIFE SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya BRIngin Life

PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera berdiri berdasarkan Akte Nomor:

116 tanggal 28 Oktober 1987 yang dibuat oleh Notaris Ny. Poerbaningsih Adi

Warsito, Notaris di Jakarta, dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No. Kep.181/ KM 13 / 1988 tanggal 10 Oktober 1988 tentang Pemberian Ijin Usaha

dalam Bidang Asuransi Jiwa kepada PT. Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera

dengan menggunakan merek dagang BRIngin Life.1

BRIngin Life sebagai salah satu perusahaan asuransi jiwa nasional terbesar di

Indonesia, pada awalnya dibentuk guna memenuhi kebutuhan dan memberikan

pelayanan kepada nasabah perbankan, khususnya nasabah kredit kecil BRI. Namun

dalam perkembangan selanjutnya mengingat akan kebutuhan jasa asuransi yang

meliputi; asuransi jiwa, asuransi kesehatan, program dana pensiun, asuransi

pendidikan, kecelakaan diri, anuitas, dan program kesejahteraan hari tua cukup besar,

maka bisnis BRIngin Life merambah pasar di luar BRI untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, baik secara individu maupun kumpulan.2

1 PT. BRIngin Life Syariah, Sejarah PT. BRIngin Life, Diakses pada 06 Juni 2010 dari

www.bringinlife.com 2 PT. BRIngin Life Syariah, Sejarah PT. BRIngin Life, Diakses pada 06 Juni 2010 dari

www.bringinlife.com

Page 53: Isnaniah Fsh

43

Untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa asuransi kepada masyarakat luas,

BRIngin Life membuka kantor-kantor penjualan di beberapa kota besar di Indonesia

untuk memperluas pangsa pasar serta memberikan pelayanan yang lebih baik dan

lebih dekat kepada nasabah.

Seiring dengan berkembangnya kantor-kantor penjualan tersebut, BRIngin

Life juga dilengkapi dengan petugas-petugas penjualan yang handal di lapangan yang

bertugas sebagai konsultan bagi nasabah dalam membantu menemukan program

asuransi yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Pada tahun 1995, atas dasar keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep-

184/KM.17/1995 BRIngin Life mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan

(DPLK) untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan

pensiun di hari tua.

BRIngin Life secara terus menerus selalu mengembangkan produknya, baik

program asuransi individu, asuransi kumpulan maupun bancassurance. Hal ini tak

lain adalah untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan dan kondisi saat ini dan

di masa mendatang agar selalu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

B. Profil BRIngin Life Syariah

BRIngin Life juga mulai membuka unit usaha baru berupa Asuransi Syariah.

Izin operasional Kantor Cabang Syariah BRIngin Life telah dikeluarkan oleh Menteri

Page 54: Isnaniah Fsh

44

Keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : KEP-

007/KM.6/2003 tanggal 21 Januari 2003.

BRIngin Life Syariah merupakan divisi khusus di bidang asuransi dari PT. Asuransi

Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera. Adapun identitas dari perusahaan adalah sebagai

berikut:3

Modal : Rp 250.000.000.000,-

Kepemilikan : Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia (90,15%)

Yayasan Kesejahteraan Pegawai BRI (9,59%)

Koperasi Karyawan PT. AJ BRIngin Jiwa Sejahtera

(0,26%)

Dewan Komisaris : Purwanto – Komisaris Utama

Ali Muddin – Komisaris

Dewan Direksi : Sultan Hamid - Direktur Utama

Kukuh Prihadi - Direktur Keuangan

Sugeng Soedibjo - Direktur Teknik

Trihadi Deritanto - Direktur Pemasaran

Dewan Pengawas Syariah : KH. Ma’ruf Amin – Ketua

KH. Prof. Ali Mustafa Yaqub, MA

H. Drs. Moh. Hidayat, MBA, MBL

Kepala Divisi Syariah : Muhammad Isman

3 Marketing PT. BRingin Life Syariah. Proposal Asuransi Investasi Syariah II, (Jakarta: PT.

BRIngin Life Syariah, 2010), h. 1

Page 55: Isnaniah Fsh

45

Jaringan Kerja : 1. Kantor cabang yang tersebar di Indonesia

2. Mitra Kerja PT. Bank Rakyat Indonesia

Reasuransi : PT. Reasuransi Umum Indonesia

PT. Tugu Jasatama Reasuransi Indonesia

PT. Nasional Reasuransi

PT. Maskapai Reasuransi Indonesia

Reasuransi Syariah : Seluruh Divisi Syariah dari Reasuransi di Indonesia

Konsultan Keuangan : Kantor Akuntan Publik Doli Bambang Sudarmaji

dan Akunting & Co. (A Member Firm Of Morison Internasional)

Konsultan Aktuaria : PT. Konsultan Aktuaria Binaputera Jaga Hikmah

Konsultan Hukum : Roesidi Prawiro Atmojo, SH

Bankir : Semua Bank Syariah

C. Visi dan Misi

VISI

Menjadi perusahaan asuransi jiwa yang terkemuka Di Indonesia

MISI

1. Melaksanakan bisnis asuransi jiwa secara professional di Indonesia.

2. Memberikan pelayanan prima kepada Nasabah dan Pemegang Saham melalui

jaringan kerja yang luas.

Page 56: Isnaniah Fsh

46

3. Memberikan keuntungan Pemegang Saham dan meningkatkan kesejahteraan

pegawai.

D. Nilai-nilai Budaya BRIngin Life

1. Integritas

BRingin Life Syariah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan niat baik bagi

kepentingan seluruh nasabah. Kepercayaan nasabah senantiasa dipelihara dengan

baik berdasarkan kode etik yang berlaku dalam industri asuransi jiwa syariah.

2. Profesional

BRIngin Life Syariah mengutamakan profesionalisme dalam pengelolaan bisnis

asuransi syariah. BRIngin Life Syariah senantiasa memberikan pelayanan terbaik

kepada nasabah dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional,

jaringan organisasi yang luas, serta system dan teknologi tingkat tinggi yang

handal.

3. Inovatif

BRingin Life Syariah selalu berusaha memenuhi kepuasan nasabah melalui

peningkatan kualitas pelayanan, pengembangan produk, teknologi unggul dan

sumber daya manusia yang trampil dan ramah.

Page 57: Isnaniah Fsh

47

4. Kemitraan

BRIngin Life Syariah profesionalisme asuransi sebagai bagian dari perusahaan

selalu mengembangkan sikap kerjasama dan kemitraan yang menciptakan sinergi

untuk kepentingan kemajuan perusahaan.

5. Kualitas Sumber Daya Manusia

BRIngin Life Syariah menghargai sumber daya manusia sebagai aset utama

perusahaan, karena itu kami selalu merekrut, mengembangkan dan

mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas serta berusaha menjadi

teladan.

E. Produk Asuransi BRIngin Life Syariah

Produk di cabang syariah merupakan suatu program perencanaan keuangan

dengan konsep tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wa ta'awannu alal

birri wat taqwa) yang memberikan manfaat tabungan dengan sistem bagi hasil dan

manfaat santunan bila terjadi musibah (meninggal).

Semua peserta asuransi BRIngin Life Syariah merupakan sebuah keluarga

besar yang akan saling menanggung satu sama lain terhadap musibah yang dialami

oleh peserta lain. Sistem ini diatur dengan meniadakan tiga unsur yang masih sering

dipertanyakan, yaitu ketidakpastian (gharar), untung-untungan (maisir), dan bunga

(riba).

Page 58: Isnaniah Fsh

48

Baik untuk Asuransi Individu maupun kumpulan, BRIngin Life Syariah

secara umum membedakan produknya berdasarkan beberapa jenis yaitu :4

1. Produk Asuransi Jiwa Berjangka (Term Insurance)

Adalah produk asuransi non tabungan yang memberikan jaminan atas risiko

kematian Peserta, apabila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa

perjanjian maka termaslahat (ahli waris) yang ditunjuk akan menerima sejumlah

dana Kebajikan (manfaat asuransi) dan apabila peserta ditakdirkan panjang umur

sampai dengan akhir masa asuransi, termaslahat (ahli waris) yang ditunjuk tidak

mendapat sejumlah dana kebajikan (manfaat asuransi).

Apabila produk Asuransi Jiwa Berjangka (Term Insurance) di hubungkan dengan

pemberian fasilitas kredit maka produk itu disebut Asuransi Jiwa Kredit (AJK)

seperti AJK BRI Syariah, yaitu apabila peserta (debitur) ditakdirkan meninggal

dunia dalam masa asuransi maka dana kebajikan (manfaat asuransi) digunakan

untuk melunasi pinjaman.

2. Produk Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment Insurance)

Adalah produk asuransi yang memiliki unsur tabungan dimana manfaatnya adalah

memberikan jaminan atas risiko kematian peserta, apabila peserta ditakdirkan

meninggal dunia dalam masa perjanjian maka termaslahat (ahli waris) yang

ditunjuk akan menerima sejumlah dana Kebajikan (manfaat asuransi), dana

Tabungan serta bagian hasil Investasi Peserta dan apabila peserta ditakdirkan

4 PT. BRIngin Life Syariah, Buku Pedoman Operasional,(Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah,

2009), h. 3

Page 59: Isnaniah Fsh

49

panjang umur sampai dengan akhir masa asuransi maka penerima manfaat

mendapat sejumlah dana tabungan dan bagian hasil Investasi peserta.

3. Produk Asuransi Kesehatan

Adalah asuransi yang menanggung risiko sakit atas diri peserta apabila Peserta

mengalami musibah sakit sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit sesuai dengan

ketentuan-ketentuan dan batasan yang berlaku pada produk BRIngin Life Syariah

saat itu.

Adapun ragam produk sebagai berikut :

1. Produk Individu :

a. BRIngin Dana Siswa Syariah

Program Asuransi Jiwa yang dirancang khusus bagi kelangsungan pendidikan

putera-puteri peserta.

b. BRIngin Dana Investasi Syariah II

Program perencanaan keuangan yang mengandung nilai investasi secara

syariah dimana ada tambahan manfaat asuransi. Program BRIngin Investasi

Syariah bertujuan untuk memberikan perlindungan diri terhadap risiko yang

terjadi sekaligus sebagai jaminan keuangan peserta didalam masa asuransi dan

setelah mencapai masa akhir kontrak polis.

Page 60: Isnaniah Fsh

50

Skema berikut ini akan menjelaskan tentang pengelolaan dana BRIngin

Investasi Syariah II, yaitu:

PT. BRIngin Life Syariah

Back-Up Risiko & Mudharabah Report

PERUSAHAAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

DATA PESERTA

Premi yang dibayarkan peserta (shahibul maal) bersifat sebagai tabarru’.

Kumpulan dana inilah yang akan digunakan oleh BRIngin Life Syariah sebagai

pengelola dana (mudharib) dan merupakan mitra yang tepat bagi perusahaan

yang mengharapkan pelayanan terbaik. Program asuransi investasi syariah

dengan menggunakan akad mudharabah yang memberikan bagi hasil, dengan

nisbah 80:20 melalui penggalangan dana peserta.5

5 Marketing PT. BRingin Life Syariah. Proposal Asuransi Investasi Syariah II, (Jakarta: PT.

BRIngin Life Syariah, 2010),h. 7

Page 61: Isnaniah Fsh

51

c. BRIngin Dana Hari Tua Syariah

Program perencanaan keuangan sebagai persiapan secara financial bila

memasuki masa pensiun. Selain dengan pembayaran premi yang tetap,

peserta:6

1. Dapat meningkatkan pembayaran premi setiap tahunnya dengan pilihan 5%

atau 10% .

2. Dapat memilih usia pensiun yang dikehendaki yaitu 50, 55 atau 60 tahun.

d. BRIngin Dana Haji Syariah

Program yang membantu perencanaan secara financial untuk ongkos naik haji

ke Tanah Suci. Dalam program ini peserta:7

1. Dapat meningkatkan pembayaran premi setiap tahunnya dengan pilihan 5%,

10%, 15%, atau 20%

2. Membayar premi tabarru’ yang sama untuk peserta yaitu 2,5% dari premi

tahunan.

e. BRIngin Swakadana Syariah

Program asuransi jiwa dengan sistem syariah

6 PT. BRIngin Life Syariah, Brosur BRIngin Dana Hari Tua Syariah, (Jakarta: PT. BRIngin

Life Syariah, 2010) 7 PT. BRIngin Life Syariah, Brosur BRIngin Dana Haji Syariah, (Jakarta: PT. BRIngin Life

Syariah, 2010)

Page 62: Isnaniah Fsh

52

2. Produk Kumpulan :

a. Asuransi Pembiayaan Syariah

Program asuransi bagi pengambil kredit di lembaga keuangan yang akan

memberikan santunan sebesar sisa kredit yang belum terbayar apabila terjadi

suatu risiko.

b. Asuransi Kesehatan Syariah

Program asuransi yang menjamin pembayaran manfaat asuransi secara pasti

bagi peserta yang mengalami sakit.

c. Asuransi Tabungan Hari Tua Syariah

Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan financial di hari

tua secara bersamaan.

d. Asuransi Berjangka Dan Kecelakaan Diri Syariah

Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan meninggal dunia

dan kecelakaan diri serta penggantian biaya pengobatan karena kecelakaan.

e. Asuransi Pesangon Dan Pensiun Syariah

Program asuransi yang memberikan proteksi diri dan jaminan meninggal dunia

dan jaminan financial sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13

Tahun 2003 dan PSAK 24, 57 tentang Manfaat Pesangon.

f. Asuransi BRIngin Link

Produk asuransi jiwa hasil sinergi antara BRIngin Life Syariah sebagai institusi

asuransi pengelola risiko dengan PT. Batasa Capital (BTS Capital) sebagai

Page 63: Isnaniah Fsh

53

Manajer Investasi. Manfaat bagi nasabah adalah dapat mendukung rencana

keuangan keluarga untuk biaya pendidikan, investasi maupun dana hari tua.

Page 64: Isnaniah Fsh

54 

 

BAB IV

MANAJEMEN RISIKO PT. BRINGIN LIFE SYARIAH

A. Manajemen Risiko PT. BRIngin Life Syariah

Manajemen Risiko yang diterapkan di perusahaan asuransi BRIngin Life

Syariah meliputi beberapa tahapan berikut:

1. Identifikasi Risiko, dilakukan ketika ada pengajuan aplikasi berupa SPA (Surat Permohonan Asuransi), seluruh data isian di SPA tersebut mulai dari nama, usia, jumlah manfaat dan lainnya diidentifikasi dan dinilai oleh underwriter.

2. Penilaian Risiko merupakan proses lanjutan dari pengidentifikasian risiko, yang kemudian menggolongkan risiko dari masing-masing calon peserta. Penggolongan risiko yang dimaksud adalah kemungkinan tingkat risiko yang menyebabkan kematian. Adapun penggolongan risiko di PT. BRIngin Life Syariah terbagi menjadi tiga, yaitu risiko standard, substandard dan declined (ditolak).

3. Eliminasi Risiko atau disebut juga sebagai Kontrol Risiko adalah bagaimana cara perusahaan mengurangi risiko financial perusahaan atas risiko kematian yang tinggi dari peserta asuransi. Adapun mengeliminasi risiko ini biasanya terjadi pada risiko yang tergolong pada substandard, dimana jika hal ini terjadi yang dilakukan perusahaan adalah dengan menambah jumlah premi atau extra premi, atau ada juga dengan cara mengurangi jumlah manfaat asuransi, serta ada juga dengan cara mengecualikan risiko yang dengan nyata sudah teridentifikasi dari awal.

4. Risk sharing, yaitu dari penggolongan risiko pada saat penilaian risiko sekaligus perusahaan melakukan risk sharing atau membagi risiko dari calon peserta, dengan kategori seperti: a. Jumlah manfaat > 50 juta b. Risiko tergolong substandard atau declined

Risk sharing di PT. BRIngin Life Syariah hanya dilakukan ke seluruh divisi perusahaan Reasuransi Syariah di Indonesia, seperti ReINDO.1

                                                            1 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23

Agustus 2010

 

Page 65: Isnaniah Fsh

55 

 

Jadi, dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa risiko-risiko

calon peserta asuransi yang ada dikelola dan diterapkan dengan baik di PT.BRIngin

Life Syariah. Proses identifikasi risiko, penilaian risiko, eliminasi risiko, dan risk

sharing di PT. BRIngin Life Syariah benar-benar dilakukan dengan ketat pada saat

proses underwriting untuk menyeleksi risiko calon peserta. Manajemen risiko harus

dikelola dengan optimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

B. Profil Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II

Risiko masing-masing peserta asuransi berbeda-beda, yang dapat dilihat dari

isian Surat Permintaan Asuransi (SPA) sesuai usia, pekerjaan atau hobbi yang

berbahaya, riwayat kesehatan peserta dan keluarga. Apabila risiko yang dimiliki

peserta kecil, maka premi yang dibayarkan pun kecil. Sedangkan jika risikonya besar,

maka premi peserta pun menjadi mahal.

Tahun 2006-2007, nasabah produk BRIngin Dana Investasi Syariah II dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Data Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II 2006-2007

Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Tahun Total

Peserta

Usia Jenis Kelamin

7 – 30 31- 60 Laki-laki Perempuan

2006 15 9 6 6 9

2007 15 8 7 5 10

Sumber: Data Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II 2006-2007

Page 66: Isnaniah Fsh

56 

 

Berdasarkan Data Nasabah BRIngin Dana Investasi Syariah II di atas, tahun

2006 didominasi peserta usia muda 7 – 30 tahun sebanyak 9 peserta dari total peserta

15 orang, dan ± 60% peserta berjenis kelamin perempuan. Total peserta BRIngin

Dana Investasi Syariah II tidak mengalami peningkatan di tahun 2007, dengan total

15 peserta. Namun, tahun 2007 peserta perempuan mengalami sedikit peningkatan

menjadi ± 70%. Sedangkan usia peserta mengalami perubahan dibandingkan tahun

2006, peserta usia muda berjumlah 8 peserta dan peserta usia tua menjadi 7 peserta.

Usia muda kemungkinan masa hidupnya lebih panjang dibandingkan dengan

usia tua yang lebih pendek masa hidupnya. Selain usia, jenis kelamin juga menjadi

factor seleksi risiko. Dimana perempuan lebih sering jatuh sakit tetapi masa hidupnya

lebih panjang. Beda halnya dengan laki-laki yang jarang sakit akan tetapi masa

hidupnya lebih pendek.

C. Faktor-faktor yang dipertimbangkan Underwriter dalam Seleksi Risiko

Dalam melakukan proses underwriting asuransi jiwa individu, seorang

underwriter secara hati-hati mempertimbangkan beberapa faktor pribadi yang dapat

memberikan dampak pada klasifikasi risiko seorang calon tertanggung. Faktor-faktor

pribadi tersebut terdapat dalam Surat Permintaan Asuransi (SPA).

Surat Permintaan Asuransi (SPA) PT. BRIngin Life Syariah terdiri dari

delapan bagian, yaitu sebagai berikut:

Page 67: Isnaniah Fsh

57 

 

1. Bagian I merupakan data pribadi calon peserta. 2. Bagian II merupakan data program asuransi, seperti manfaat yang diinginkan

calon peserta dan cara pembayarn premi. 3. Bagian III berisi tentang ahli waris (termaslahat) yang akan ditunjuk calon

peserta jika peserta ditakdirkan meninggal dunia. 4. Bagian IV yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

riwayat kesehatan calon peserta. 5. Bagian V berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

riwayat kesehatan keluarga calon peserta, yang dikhawatirkan ada penyakit menular, bawaan atau diturunkan dari keluarga.

6. Bagian VI merupakan ketentuan-ketentuan yang bethubungan dengan Perjanjian Asuransi (polis).

7. Bagian VII adalah keterangan tambahan yang dibutuhkan perusahaan asuransi.

8. Bagian VIII merupakan Pernyataan calon peserta.2 Dari kedelapan bagian Surat Permintaan Asuransi (SPA) di atas dan

berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu underwiter PT. BRIngin Life

Syariah, ada beberapa bagian yang menjadi pertimbangan penting underwriter dalam

menyeleksi risiko calon peserta asuransi, diantaranya adalah:

a. Usia

Pertimbangan pertama adalah umur atau usia masuk calon tertanggung,

dimana usia pada umumnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

kemungkinan hidup seseorang. Orang yang lebih muda pada saat masuk asuransi

kemungkinan hidupnya lebih lama bila dibandingkan dengan orang yang lebih tua.3

                                                            2   Surat Permintaan Asuransi (SPA) Individu PT. BRIngin Life Syariah. Setiap perusahaan

asuransi mempunyai SPA yang berbeda-beda tergantung kebutuhannya, tapi bagian terpenting dari SPA adalah tentang usia, jenis kelamin, pekerjaan dan hobbi, riwayat kesehatan calon peserta dan riwayat kesehatan keluarga. Jika SPA tidak diisi dengan lengkap maka tidak akan diproses oleh perusahaan asuransi. 

3 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010

Page 68: Isnaniah Fsh

58 

 

Perusahaan-perusahaan asuransi jiwa biasanya menetapkan ketentuan mengenai

batasan usia calon yang dapat diterima atau ditolak permintaan asuransinya. Begitu

pula dengan yang PT. BRIngin Life Syariah yang menerapkan usia sebagai salah satu

factor risiko yang dipertimbangkan dalam proses underwriting. Semakin tinggi

tingkat usia maka risiko semakin tinggi, artinya jumlah harga preminya lebih tinggi

dibandingkan usia muda.

b. Jenis kelamin

Banyak perusahaan asuransi yang menggunakan tabel aktuaria berbasis jenis

kelamin untuk menetapkan premi asuransi, karena masa hidup wanita cenderung

lebih lama daripada pria.4 Namun di PT. BRIngin Life Syariah saat ini, jenis kelamin

sudah tidak menjadi faktor risiko yang dipertimbangkan oleh underwriter asuransi.5

c. Bentuk dan Ukuran Badan

Bentuk dan ukuran badan yang dimaksud adalah hubungan antara tinggi

badan dan berat badan seseorang, atau kurus dan gemuknya badan seseorang. Artinya

bahwa seseorang dengan ukuran normal dengan tinggi tertentu mempunyai berat

badan tertentu berdasarkan rata-rata.

                                                            4 Jane Lightcap Brown dan Kristen L. Falk, Administrasi Asuransi, Penerjemah Nurmansyah

Taufik, (LOMA, 2002), h. 100

5 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010

Page 69: Isnaniah Fsh

59 

 

d. Pekerjaan dan Hobbi

Banyak jenis-jenis pekerjaan yang mengandung bahaya kecelakaan, dan

lainnya yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan, dimana kondisi pekerjaan

yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan tingkat mortalita yang tinggi.6 Beberapa

jenis pekerjaan memiliki tingkat risiko tinggi seperti pelaut, tentara, atlit profesional,

wartawan, dan pekerjaan lainnya. Oleh karena itu, calon peserta asuransi diharapkan

dapat memberikan informasi secara jelas dan terperinci tentang jenis pekerjaan.

Selain pekerjaan, ada beberapa hobbi yang masuk dalam kategori risiko

tinggi, seperti hobbi pacuan kuda, menyelam, dan mendaki gunung. Risiko-risiko

tersebut akan mempengaruhi proses underwriting.

e. Kondisi Fisik

Untuk mengetahui keadaan fisik atau kesehatan calon-calon tertanggung pada

saat mengajukan permintaan asuransi adalah dengan melakukan pemeriksaan

kesehatan atau badan dari dokter. Pemeriksaan fisik terhadap calon tertanggung yang

dilakukan oleh dokter, meliputi pemeriksaan:

• Tinggi dan berat badan • Sistem peredaran darah, termasuk tekanan darah, nadi serta kelainan didalam

darah sendiri melalui pemeriksaan laboratorium • Sistem pernapasan meliputi kelainan pada hidung, tenggorakan dan paru-paru. • Sistem pencernaan meliputi kelainan atau gangguan pada saluran pencernaan

(mulut, lambung, usus halus/besar) serta hati, empdu dan pankreas.

                                                            6 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23

Agustus 2010

Page 70: Isnaniah Fsh

60 

 

• Sistem saluran kemih meliputi kelainan pada ginjal, ureter, kandung kemih serta salurannya.

• Sistem syaraf • Kelainan pada mental dan lain sebagainya. 7

Surat Permintaan Asuransi (SPA) individu PT. BRIngin Life Syariah terdiri

dari informasi medis calon tertanggung. Surat Permintaan Asuransi yang

dipersyaratkan terutama tergantung pada usia calon tertanggung dan jumlah uang

pertanggungan yang diminta. Umumnya semakin tinggi risiko calon tertanggung

terhadap perusahaan asuransi, maka semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan.

PT. BRIngin Life Syariah berhak meminta medical check up kepada calon

peserta asuransi jika diperlukan. Pemeriksaan kesehatan calon peserta tergantung

kepada risiko dan besarnya uang pertanggungan yang diinginkan calon peserta.

Berikut ini Underwriting Limit dan Syarat Pemeriksaan Kesehatan Asuransi Jiwa

Individu di PT. BRIngin Life Syariah, yaitu:

Tabel Underwriting Limit dan Syarat Pemeriksaan Kesehatan Asuransi Jiwa Individu BRIngin Life Syariah

No Jumlah

Uang Pertanggungan

Usia (dalam tahun)

20-45 46-50 51-60

1 0 s/d 200.000.000 NM NM ABC

2 200.000.001 - 250.000.000 NM ABC ACDE

                                                            7  PT. Reasuransi Internasional Indonesia, ReINDO In-House Training: Basic Life

Underwriting, 2-25 Maret 2010(Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010), h. 24

 

Page 71: Isnaniah Fsh

61 

 

3 250.000.001 - 350.000.000 ABC ACDE ACEFG

4 350.000.001 - 450.000.000 ACDE ACEFG ACEFGH

5 450.000.001 - 600.000.000 ACEFG ACEFGH ACEFGHI

6 600.000.001 - 750.000.000 ACEFGH ACEFGHI ACEFGHI

7 Diatas 1.000.000.000 ACEFGHI ACEFGHI ACEFGHI

Keterangan :

NM : Non Medis (hanya mengisi SPA)

A : LPK ( Laporan Pemeriksaan Kesehatan)

B : Urine

C : EKG (Elektrokardiogram)

D : ADA (Analisa Darah dan Air Seni)

E : TP (Thorax Photo)

F : ADAL (Analisa Darah dan Air Seni Lengkap)

G : Treadmill Test

H : SPD (Surat Pernyataan Dokter)

I : HIV Test

f. Riwayat Kesehatan Calon Peserta

Laporan tentang keadaan kesehatan calon-calon tertanggung merupakan unsur

yang sangat penting dari faktor-faktor riwayat kesehatan calon peserta. Riwayat

kesehatan ini yang paling penting, karena masing-masing risiko dan peluang

Page 72: Isnaniah Fsh

62 

 

terjadinya risiko kematian dapat dilihat dari faktor-faktor riwayat kesehatan yang

tentunya masing-masing pribadi (calon peserta) berbeda-beda.8

Informasi yang lengkap perihal penyakit-penyakit masa lalu, operasi dan

lainnya dapat menentukan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan atau khusus yang

diperlukan pada saat mengajukan permintaan asuransi jiwa.

g. Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu pula untuk diketahui tentang riwayat keluarga calon tertanggung

selengkap mungkin, karena informasi ini mempunyai nilai tambah atau kurang dalam

menentukan akseptasi bagi underwriter. Riwayat keluarga ini mempunyai arti yang

penting sebagai salah satu faktor risiko yang mempengaruhi mortalita calon

tertanggung, karena adanya beberapa jenis penyakit tertentu yang bersifat menular

dan penyakit yang diturunkan atau bawaan, seperti TBC, Diabetes Mellitus, penyakit

jiwa dan lain-lain.9

D. Metode Underwriting

Metode atau cara yang diterapkan PT. BRIngin Life Syariah dalam

menyeleksi risiko calon tertanggung terdiri dari tiga metode, yaitu:

                                                            8 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23

Agustus 2010

9 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23 Agustus 2010

Page 73: Isnaniah Fsh

63 

 

1. Manual Underwriting, dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki pengalaman data atas faktor risiko calon peserta maka perusahaan akan menilai risiko berdasarkan buku panduan (manual guide) yang dimiliki perusahaan asuransi.

2. Experience Underwriting, dilakukan apabila perusahaan telah memiliki data tentang faktor risiko, dengan melihat rasio klaim perusahaan dan data-data yang perusahaan miliki di masa lalu.

3. Blended Underwriting, yaitu campuran atau melakukan dengan menggabungkan kedua metode manual underwriting dan experience underwriting.10 Ketiga metode underwriting di atas digunakan berdasarkan masing-masing

risiko yang dimiliki calon peserta asuransi. Jika ada risiko calon peserta yang belum

pernah dimiliki perusahaan, maka risiko tersebut akan dinilai berdasarkan buku

panduan yang dimiliki perusahaan asuransi. Inilah yang dinamakan metode manual

underwriting. Namun, jika risiko calon peserta sudah pernah dimiliki perusahaan,

maka akan dilihat rasio klaim dari risiko tersebut di masa yang lalu, yang disebut

dengan metode experience underwriting. PT. BRIngin Life Syariah juga

menggunakan metode blended underwriting, yang menggabungkan manual

underwriting dan experience underwriting dalam menyeleksi risiko calon peserta

.

E. Proses Underwriting

Berdasarkan Buku Pedoman Operasional (BPO) PT. BRIngin Life Syariah,

proses underwriting yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, diantaranya:11

                                                            10 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23

Agustus 2010

Page 74: Isnaniah Fsh

64 

 

1. Proses Awal Underwriting

Proses awal underwriting dilakukan oleh:

A. Staf Underwriting

1. Menerima pengiriman berkas dari Kantor Cabang dan dari GMD

2. Meregister semua berkas yang diterima

3. Memeriksa kebenaran dan kelengkapan seluruh berkas dan data pada

database mengenai kelengkapan, kebenaran hasil entry serta seleksi

awal underwriting mengenai data yang tidak bersifat medis (contoh :

kebenaran mengenai jenis usaha & Alamat)

4. Dari pemeriksaan data menghasilkan tiga keputusan yakni :

a) Jika data tidak benar maka dilanjutkan pada proses penolakan

b) Jika data tidak lengkap maka dilanjutkan pada proses tunda

c) Jika data benar maka dilnjutkan dengan pemeriksaan pada treaty

reasuransi

5. Memeriksa jenis treaty reasuransi pada jenis produk dan manfaat

masing-masing peserta dan pemegang polis secara keseluruhan

a) Jika harus melakukan perjanjian baru dengan reasuradur atau bisa

juga termasuk Fakultatif maka Underwriting menyerahkan copy

                                                                                                                                                                         11 PT. BRIngin Life Syariah, Buku Pedoman Operasional,(Jakarta: PT. BRIngin Life Syariah,

2009), h. 18

Page 75: Isnaniah Fsh

65 

 

berkas dokumen pra closing kepada Bagian Reasuransi dan

dilanjutkan dengan proses reasuransi

b) Jika termasuk ke treaty otomatis maka dilanjutkan dengan

pemisahan data medical atau non medical

b.1. Jika data termasuk non medical maka dilanjutkan ke proses

akseptasi limit

b.2. Jika data termasuk data medical maka harus dilengkapi dengan

dokumen medis sesuai dengan ketentuan underwriting limit

yang berlaku serta dilanjutkan dengan proses medis.

B. Staf Reasuransi

1. Membuat surat penawaran fakultatif kepada perusahaan reasuransi

yang ditandatangani oleh Supervisornya

2. Mengirimkan seluruh berkas penawaran fakultatif yang terdiri dari

surat penawaran dan copy berkas dokumen pra closing

3. Dari Perusaan reasuransi bisa memberikan tiga jawaban

a) Jika tidak diterima maka dilanjutkan ke Proses Penolakan

b) Jika ada hal-hal yang kurang lengkap (ditunda) dilanjutkan ke Proses

Ditunda

c) Jika penawaran diterima maka dilanjutkan dengan pemeriksaan data

medical atau non medical

Page 76: Isnaniah Fsh

66 

 

2. Proses Seleksi Medical

Perusahaan berhak meminta calon peserta untuk melakukan seleksi medica,

baik melalui SPA atau medical check up. Seleksi medical ini dilakukan oleh:

A. Staf Underwriting

1. Seluruh daftar peserta di periksa mengenai batasan medisnya

a) Jika peserta masih termasuk ke dalam non medical maka

dilanjutkan ke proses Akseptasi.

b) Jika peserta termasuk ke dalam medical maka berkas dokumen pra

closing beserta hasil medis peserta diserahkan ke Medical Adviser.

B. Medical Adviser

1. Menerima seluruh berkas medical dari staff Underwriting untuk

diperiksa, analisa dan diteliti data medis dari masing-masing peserta.

2. Memberikan kesimpulan dan rekomendasi dari data medis peserta:

a) Jika hasil rekomendasi data medis menyatakan bahwa risiko tidak

dapat diterima maka dilanjutkan ke Proses Penolakan.

b) Jika ada hal-hal yang kurang lengkap (ditunda) dilanjutkan ke

Proses Ditunda.

c) Jika hasil rekomendasi data medis menyatakan diterima maka

dilanjutkan dengan Proses Akseptasi Limit.

Page 77: Isnaniah Fsh

67 

 

3. Proses Akseptasi Limit

A. Staf Underwriting

1. Staf Underwriting memeriksa mengenai batasan wewenang akseptasi

polis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Menyerahkan seluruh berkas dokumen pra closing kepada

Supervisor/Kabag/Direksi sesuai dengan kewenangan untuk

ditandatangani dan di paraf pada kolom yang sudah disediakan.

3. Supervisor/Kabag/Direksi memberikan keputusan dari berkas dokumen

pra closing, yaitu:

a. Jika keputusan dapat diterima maka dilanjutkan dengan proses

generating data

b. Jika keputusan ditunda maka ke proses akseptasi tunda

c. Jika keputusan ditolak maka ke proses akseptasi penolakan

4. Proses Akseptasi Tunda

Proses akseptasi tunda yang dilakukan oleh staf underwriting, meliputi

hal-hal sebagai berikut:

1. Memberikan konfirmasi kepada staf penjualan di kantor cabang untuk

diteruskan ke FC/UM jika dari kanca atau ke ME/GMM jika dari GMD

mengenai hal-hal yang berkaitan mengenai penundaan akseptasi Polis.

Page 78: Isnaniah Fsh

68 

 

2. Update data pada database, dilanjutkan ke proses generating data

3. Setelah menerima konfirmasi dari Kanca atau GMD maka kembali ke

proses awal underwriting.

5. Proses Penolakan/Persetujuan Polis

Staf Underwriting membuat keputusan berupa surat penolakan peserta

asuransi, yang kemudian diperiksa supervisor.

6. Proses Generating Data

Generating data berfungsi untuk memisahkan database yang ditunda,

ditolak maupun data yang disetujui secara otomatis. Proses ini dilakukan oleh

staf underwriting.

Secara sederhan proses underwriting dapat digambarkan dengan skema

di bawah ini:

ALUR PROSES UNDERWRITING

AGEN UNDERWRITING

Table of Underwriter Requirement 

Mengumpulkan informasi tambahan 

 

Field Underwriting 

Identifikasi Risiko

Klasifikasi Risiko 

Keputusan Underwriting 

Page 79: Isnaniah Fsh

69 

 

F. Efektivitas Metode Underwriting yang digunakan terhadap Klaim

Menurut underwriter PT. BRIngin Life Syariah menganggap bahwa ada

korelasi yang sangat besar antara metode underwriting yang digunakan untuk

menyeleksi risiko terhadap klaim asuransi, sebab metode underwriting yang ketat

tentu akan menambah jumlah premi.12 Dengan kata lain, premi menjadi mahal tetapi

ini akan berdampak pada rendahnya tingkat klaim dan ini berlaku sebaliknya. Jika

underwriting dilakukan dengan tidak ketat maka premi menjadi murah, dan tingkat

klaim menjadi tinggi. Jadi, semakin ketat underwriting melakukan seleksi risiko maka

tingkat klaim akan kecil.

Efektivitas metode underwriting yang digunakan terhadap klaim yang

dibayarkan perusahaan, dapat dilihat dari analisis berikut ini:

Jumlah Nasabah dan Klaim yang Dibayarkan Berdasarkan Usia Peserta

BRIngin Dana Investasi Syariah II Tahun 2006 - 2007

Usia Jumlah Nasabah Jumlah Klaim

2006 2007 2006 2007

7 - 10 - 4 - -

11 - 20 - 3 - 2

21 - 30 9 1 1 2

31- 40 2 4 2 2

                                                            12 Wawancara Pribadi dengan Underwriter BRIngin Life Syariah, Basuki Achmad. Jakarta: 23

Agustus 2010

 

Page 80: Isnaniah Fsh

70 

 

41 - 50 4 2 4 1

51 - 60 - 1 - -

Total 15 15 7 7

Sumber: Laporan Operasional Individu PT BRIngin Life Syariah 2006-2007

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 usia peserta

BRIngin Dana Investasi Syariah II didominasi oleh usia muda antara 21-30 tahun

yang berjumlah 9 peserta dari total peserta 15 orang. Selain usia muda, peserta

asuransi ada juga yang berusia tua, yaitu 41-50 tahun yang berjumlah 4 peserta. Dari

jumlah peserta di tahun 2006 sebanyak 15 peserta, ± 50% yang mengajukan klaim

merupakan peserta yang berusia tua, dengan jumlah klaim 4 peserta. Sedangkan

klaim usia muda relatif rendah, hanya ada 1 peserta di tahun 2006. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa semakin tua usia peserta maka kemungkinan klaimnya semakin

tinggi karena usia tua kemungkinan hidupnya lebih pendek dibandingkan usia muda.

Di tahun 2007, usia peserta BRIngin Dana Investasi Syariah II lebih

bervariasi. Selain usia peserta muda dan usia peserta tua, ada juga peserta yang masih

anak-anak, yaitu usia 7-10 tahun berjumlah 4 peserta. Sedangkan untuk total klaim

asuransi tahun 2007 adalah 7 orang, yang tersebar di usia muda dan usia tua.

Dari fakta-fakta tersebut metode underwriting yang digunakan PT. BRIngin

Life Syariah cukup efektif, karena ± 50% peserta asuransi mengajukan klaim. Hal ini

akan mengakibatkan PT. BRIngin Life Syariah memperoleh profit yang tidak sesuai

dengan target sebelumnya. Proses underwriting bisa berjalan efektif apabila

dilakukan seleksi risiko peserta dengan ketat, yang bertujuan untuk melindungi

Page 81: Isnaniah Fsh

71 

 

perusahaan dari kerugian. Hal ini akan berdampak pada rendahnya tingkat klaim yang

dibayarkan perusahaan, karena kemungkinan terjadinya risiko sangat kecil yang

sudah diprediksi sebelumnya pada saat proses underwriting.

Page 82: Isnaniah Fsh

71 

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, wawancara, dan temuan di lapangan, penulis

dapat menyimpulkan bahwa pencapaian nilai tingkat solvabilitas PT. BRIngin Life

Syariah cukup maksimal. Hal ini terlihat dari tingkat klaim asuransi yang dibayarkan

PT. BRIngin Life Syariah cukup rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal

tersebut bisa terjadi di PT. BRIngin Life Syariah, diantaranya:

1. Manajemen risiko yang diterapkan PT. BRIngin Life Syariah cukup optimal, baik

dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, eliminasi risiko, dan risk sharing.

2. Nasabah produk BRIngin Dana Investasi Syariah II lebih banyak usia dibawah 30

tahun dibandingkan usia diatas 30 tahun.

3. Faktor-faktor penting yang dipertimbangkan oleh underwriter dalam menyeleksi

peserta asuransi diantaranya usia, pekerjaan, hobi dan riwayat kesehatan peserta

asuransi dan keluarganya.

4. Proses underwriting dilakukan dengan cukup ketat terhadap calon peserta

asuransi.

5. Metode yang digunakan underwriter dalam seleksi risiko cukup efektif dan

optimal, sehingga klaim yang dibayarkan PT. BRIngin Life Syariah cukup rendah

pula.

Page 83: Isnaniah Fsh

72 

 

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan yang telah diuraikan

penulis sebelumnya, maka agar PT. BRIngin Life Syariah memperoleh keuntungan

yang lebih maksimal lagi, perlu adanya koordinasi atau kerja sama antara staf

underwriter dengan underwriter dalam meyeleksi risiko, sehingga tidak akan terjadi

kesalahan di masa yang akan datang. Penulis melihat seleksi risiko calon peserta

hanya dilakukan oleh staf underwriter, sedangkan underwiter hanya memberikan

keputusan untuk menerima atau menolaknya. Jika hal ini tidak diperbaiki maka akan

merugikan PT. BRIngin Life Syariah, dengan tingginya tingkat klaim asuransi yang

akan dibayarkan perusahaan tersebut.

Page 84: Isnaniah Fsh

74 

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Ali, A. Hasyim, dkk. Kamus Asuransi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002. Ali, AM. Hasan. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana, 2004. Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah (Keberadaan dan kelebihannya di Tengah Asuransi

Konvesional). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006.

Brown, Jane Lightcap dan L. Falk, Kristen. Administrasi Asuransi. Penerjemah Nurmansyah Taufik. LOMA, 2002.

Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit

PPM, 2006. Djojosoedarso, Soeisno. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Asuransi. Jakarta:

Salemba Empat, 2003. Hafidhuddin, Didin dan Tanjung, Hendri. Manajemen Syariah Dalam Praktik.

Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Huggins, Kenneth dan D. Land, Robert. Operasi Perusahaan Asurasni Jiwa dan

Asuransi Kesehatan. Jakarta: Yayasan Dharma Bumiputera, 1996. Janwari, H.A. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan. Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada. 2002. Jones, Harriett E. dan L.Long, Dani. Prinsip-prinsip Asuransi: Jiwa, Kesehatan dan

Anuitas. Penerjemah Arif Rahman dan Nurmansyah Taufik. LOMA, 1999. Kusumarini, Rini Endang. Pengantar Underwriting, 04 Februari 2010. Jakarta:

Departemen Underwriting PT. ReIndo, 2010. PT. Reasuransi Internasional Indonesia. ReINDO In-House Training: Basic Life

Underwriting, 2-25 Maret 2010. Jakarta: Divisi Reasuransi Jiwa PT. ReINDO, 2010.

Page 85: Isnaniah Fsh

75 

 

Salim, A. Abbas. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.

Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004. Sula, M. Syakir. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem

Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004. Suma, M. Amin. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvesional: Teori, Sistem, Aplikasi

dan Pemasaran. Jakarta: Kholam Publishing, 2006. Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi 2007. Jakarta: Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Artikel Bisnis Indonesia edisi 25 Mei 2010 Buku Pedoman Operasional BRIngin Life Syariah, 2009. Brosur BRIngin Dana Hari Tua Syariah Brosur BRIngin Dana Haji Syariah Jurnal AAMAI, Tahun VII, No.12 Jurnal Online Kontan 16 Januari 2010 Media Asuransi edisi Januari 2010 No. 228 tahun XXXI Proposal Asuransi BRingin Dana Investasi Syariah II, 2010. www.bringinlife.com www.bps.com www.Tazkia.com