Upload
17rd
View
97
Download
29
Embed Size (px)
DESCRIPTION
diates mellitus
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Diabetes dapat terjadi pada kucing segala usia, meskipun sebagian besar
terjadi setelah usia kucing lebih dari enam tahun. Beberapa kucing dapat
tergantung pada insulin dan dapat dibantu dengan terapi insulin seumur hidup.
Kucing lainnya dapat non-insulin dependent dan hanya membutuhkan insulin bila
stres. Biasanya, kucing mendapatkan kembali keseimbangan mereka setelah
kondisi stres berakhir. Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang
berhubungan dengan kadar insulin di dalam darah yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor sebagai etiologinya. Insulin adalah hormon yang dibentuk di β-cell
pancreas. Fungsi insulin terutama adalah dalam pengaturan glukosa dalam tubuh
yaitu menurunkan kadar glukosa darah, dengan meningkatkan uptake glukosa ke
dalam jaringan. Sedangkan fungsi lainnya adalah meningkatkan katabolisme
protein dan lemak, menghambat pembentukan glukosa dari asam amino dan
lemak di daerah perifer dengan menstimulasi pembentukan asam amino otot dan
penyimpanan lemak di sel adiposa (Foster. 2012).
Hormon yang juga berpengaruh dalam pengaturan glukosa, yaitu untuk
menaikkan kadar glukosa darah, adalah hormon glukagon yang diproduksi oleh α-
cell pankreas. Hormon ini memiliki fungsi yang berkebalikan dengan insulin,
yakni meningkatkan konversi glikogen menjadi glukosa, meningkatkan
pembentukan glukosa atau prekursor glukosa dari asam amino dan lemak
(prekorsor glukosa dari lemak yaitu asam lemak dan gliserol).
Kasus Diabetes yang terjadi pada kucing lebih kecil dibandingkan dengan
anjing. Namun, bila hal itu terjadi, diabetes kucing dapat lebih sulit untuk diatasi.
Kucing yang dikebiri, kucing jantan dan kucing yang mengalami obesitas
termasuk berisiko tinggi terkena penyakit ini. Ketika kucing diabetes
mengkonsumsi makanan berglukosa, tubuhnya tidak dapat memproses glukosa
dengan benar, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam
1
aliran darah. Akhirnya, gula darah tinggi mengakibatkan gula mulai masuk ke
dalam urin kucing. Konsekuensinya kadang-kadang akan mengancam kehidupan
kucing itu sendiri. Kecenderungan genetik juga merupakan salah satu pemicu
tingginya risiko diabetes pada kucing. Baru-baru ini, beberapa riset di Australia
dan Selandia Baru, menemukan fakta bahwa genetika memainkan peran dalam
perkembangan diabetes pada kucing. Di negara ini, kucing Burma teridentifikasi
mengalami kecenderungan diabetes, dan analisis silsilah menunjukkan bahwa
pada ras ini, penyakit diabetes adalah penyakit keturunan. Mengenai hal itu akan
dibahas lebih lanjut pada makalah ini.
I.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni:
1. Apa definisi dari Diabetes Mellitus?
2. Apa etiologi terjadinya Diabetes mellitus?
3. Bagaimana gejala klinis yang tampak pada penyakit Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana proses patofisiologis terjadinya penyakit Diabetes Mellitus?
5. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Diabetes Mellitus?
6. Pengobatan apa yang dapat dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus?
7. Bagaimana cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes Mellitus?
I.3. Tujuan Makalah
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini, yakni:
1. Dapat mengetahui definisi dari Diabetes Mellitus?
2. Dapat mengetahui etiologi terjadinya Diabetes mellitus?
3. Dapat mengetahui gejala klinis yang tampak pada penyakit Diabetes Mellitus?
4. Dapat mengetahui proses patofisiologis terjadinya penyakit Diabetes
Mellitus?
5. Dapat mengetahui cara mendiagnosa penyakit Diabetes Mellitus?
6. Dapat mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita Diabetes
Mellitus?
7. Dapat mengetahui cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes
Mellitus?
2
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah sebuah penyakit yang berhubungan dengan
kadar insulin di dalam darah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai
etiologinya.
Penyakit diabetes adalah penyakit yang juga dapat terjadi pada hewan
peliharaan. Pada umumnya hewan yang menderita diabetes adalah anjing dan
kucing. Kasus terjadinya diabetes pada kedua hewan tersebut sudah umum terjadi.
Terutama diabetes pada anjing lebih tinggi dibandingkan dengan kucing. Sama
seperti yang terjadi pada manusia, hewan peliharaan yang mengidap penyakit
diabetes tidak dapat memproduksi insulin yang cukup, atau mungkin hewan
peliharaan tidak dapat menggunakan insulin dengan benar (Tilley. 2000).
II. 2. Etiologi Diabetes Millitus
Ada 2 tipe Diabetes melitus berdasarkan etiologinya. Pada hewan tipe 1
disebut tipe dependent diabetes mellitus (DDM), dan tipe 2 disebut tipe non
dependent diabetes mellitus (NDDM).
1. Diabetes Melitus Tipe 1: Disebabkan karena kerusakan β-cell pancreas.
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 penyebab utamanya ialah terjadinya
kekurangan hormon insulin pada proses penyerapan makanan. Jika insulin
berkurang, kadar gula di dalam darah akan meningkat. Gula dalam darah
berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula
disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormon
insulin sebagai “stabilizer” alami terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika
terjadi gangguan sekresi (produksi) hormon insulin ataupun terjadi gangguan
pada proses penyerapan hormon insulin pada sel-sel darah, maka potensi
terjadinya diabetes melitus sangat besar sekali.
3
2. Diabetes Melitus Tipe 2: Disebabkan kurang sensitifnya jaringan terhadap
insulin, karena:
1. Obesitas
2. Hormon diabetogenik seperti glukocorticoid, cortisol
3. Tiroksin (T4)
4. Glukagon
5. Hormon pertumbuhan
6. Progesteron
Jika pada Diabetes Melitus 1 penyebab utamanya adalah dari malfungsi
kalenjar pankreas, pada Diabetes Melitus Tipe 2, gangguan utama justru
terjadi pada volume reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah.
Dalam kondisi ini produktifitas hormon insulin bekerja dengan baik, namun
tidak terdukung oleh kuantitas volume reseptor yang cukup pada sel darah,
keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin. Walau belum dapat dipastikan
penyebab utama resistensi insulin, dibawah ini terdapat beberapa faktor-faktor
yang memiliki berperan penting terjadinya hal tersebut:
• Obesitas, terutama yang besifat sentral (bentuk tubuh apel)
• Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
• Kurang gerak badan (olahraga)
• Faktor keturunan (herediter)
II. 3. Gejala Klinis
Kucing yang mengalami diabetes akan mengalami hiperglikemia sehingga
glukosa diekskresikan dalam urin (glikosuria). Tingginya pengeluaran glukosa
melalui glikosuria menyebabkan kucing seringkali melakukan urinasi. Hal ini
menyebabkan kucing mengalami rasa haus meningkat (polidipsia kompensasi).
Berat badan dan nafsu makan yang rakus (polifagia) juga sering terlihat. Namun,
tanda-tanda ini dapat terjadi pada kucing yang memiliki penyakit lainnya. Tanda-
tanda klinis utama terlihat pada kucing diabetes adalah (Andre, 2008):
4
Penurunan berat badan
Pengembangan ketacidosis
Insulin adalah inhibitor lipolisis dan oksidasi asam lemak. Kekurangan
insulin relatif atau absolut menyebabkan lipolisis meningkat dan
menyebabkan mobilitas asam lemak ke hati meningkat, meningkatkan asam
lemak dan ketogenesis. Keton jadi terakumulasi dalam darah menyebabkan
asidosis metabolik. Keton terakumulasi pada ruang ekstraseluler, jumlahnya
melebihi ambang batas tubulus renalis untuk resorpsi lengkap dan
menyebabkan adanya keton dalam urine (ketonuria).
Napas berat dan bau kimia
Komplikasi yang berhubungan dengan diabetes Hypoglikemia (gula darah
rendah) dapat terjadi pada hewan karena overdosis insulin
Polifagia
Polifagia muncul karena baik pankreas tidak memproduksi insulin (tipe
1 diabetes mellitus) atau tubuh telah menjadi tidak peka terhadap efek insulin
yang diproduksi (diabetes mellitus tipe 2). Dalam kedua kasus ini, yang terjadi
adalah bahwa gula (glukosa) dalam sistem tidak sedang dibuat tersedia untuk
sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. Akibatnya, tubuh kelaparan. Untuk
kompensasi, makanan lebih diperlukan dalam upaya untuk 'memberi makan'
sel-sel tubuh, maka asupan makanan hampir tidak bisa dihindari lagi.
Poliuria / polidipsia
Poliuria pada diabetes menunjukkan bahwa tubuh tidak mampu untuk
metabolisme karbohidrat dengan benar. Karbohidrat diubah menjadi glukosa,
yang dikirim ke dalam darah untuk memberi makan sel-sel. Karena kekurang
insulin, sel tubuh tidak dapat menerima glukosa, sehingga tetap dalam darah
menyebabkan hiperglikemia. Glukosa yang berlebihan dalam darah
terakumulasi di sana sampai ginjal melihatnya sebagai benda ekskresi untuk
disaring dan dibuang.
Polidipsia merupakan tanda atau gejala yang menunjukkan karena
kurangnya insulin yang cukup, tubuh tidak mampu untuk memetabolisme
5
karbohidrat. Seperti tubuh buang cairan begitu banyak, akan mengalami
dehidrasi. Pertahanan alami adalah untuk menggantikan cairan dengan
penghisapan cairan tubuh berlebihan.
Muntah
Diare
Kehilangan nafsu makan
Kesulitan bernapas
Kelemahan
Sulit urinasi
Obesitas dengan berat badan terakhir adalah khas.
Otot dorsal pemborosan dan sebuah mantel berminyak dengan ketombe yang
lazim pada kucing
Hepatomegali pada kedua spesies, tetapi ikterus lebih umum pada kucing
Kurang umum temuan-katarak pada anjing; sikap plantigrade pada kucing
(neuropati diabetikum)
Gejala-gejala diatas dapat muncul tiba-tiba selama beberapa hari, atau
selama beberapa bulan.
Komplikasi diabetes mellitus dapat terjadi secara akut dan kronik.
Komplikasi akut yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan koma
diabetik. Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa akibat obat antidiabetes yang diminum dengan dosis tinggi, atau
penderita terlambat makan atau latihan fisik yang berlebihan. Koma diabetik
terjadi karena kadar glukosa dalam darah yang terlalu tinggi. Komplikasi-
komplikasi kronik pada organ-organ tubuh, misalnya :
1. Gagal ginjal ringan sampai berat.
2. Mata kabur karena adanya katarak atau kerusakan retina.
3. Gangguan pada saraf tepi yang ditandai dengan gejala kesemutan, mengalami
baal pada anggota tubuh.
4. Gangguan saraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan peredaran darah
otak sehingga memudahkan terserang stroke.
6
5. Gangguan pada jantung berupa penyakit jantung koroner.
6. Gangguan pada hati berupa perlemakan hati dan sirosis hati.
7. Gangguan pada pembuluh darah berupa penyakit hipertensi dan penebalan
dinding pembuluh darah.
8. Gangguan pada saraf dan pembuluh darah dapat menimbulkan impotensi.
9. Paru-paru mudah terserang penyakit tuberkolosis.
II. 4. Patofisiologi Penyakit Diabetes Mellitus
Pada keadaan kurang insulin, maka terjadi hiperglikemia, tetapi energi tetap
tidak mencukupi sehingga metabolisme lemak meningkat. Seperti diketahui
metabolisme lemak menghasilkan keton bodies, sehingga jika metabolisme lemak
meningkat jumlah keton bodies yang dihasilkan juga meningkat, menimbulkan
ketonemia dan ketonuria. (Diabetic ketosis). Ketosis menyebabkan keadaan asam
dalam darah yang menyebabkan asidosis metabolik, yang disebut Diabetic
KetoAcidosis.
Pada keadaan kurang insulin, sintesis protein meningkat, menyebabkan
pembentukan glukosa di hati meningkat, dan pengambilan trigliserida dan asam
lemak oleh jaringan juga menurun. Akibatnya kadar glukosa tetap tinggi, dan
asam lemak dan trigliserida yang merupakan prekursor glukosa tetap beredar di
sirkulasi dan kembali ke hati, menyebabkan pembentukan glukosa sangat
dimungkinkan untuk tetap tinggi. Pada akhirnya hiperglikemia semakin parah.
Pada keadaan hiperglikemia, tekanan osmotik dalam darah meningkat
sehingga cairan tertarik ke dalam pembuluh darah menyebabkan hipertensi.
Karena cairan sel tertarik masuk ke ekstrasel (pembuluh darah), maka terjadi
dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan peningkatkan nafsu minum (polidipsia) yang
mengakibatkan polyuria. Polyuria menyebabkan elektrolituria (terlarutnya
elektrolit – K+, Na+, Mg+ – pada urine) karena tekanan osmotik meningkat.
Tekanan osmotik meningkat karena glikosuria. Selain itu karena benda keton
dapat mengikat elektrolit dapat mengikat elektrolit, pada kasus ketonuria eletrolit
terbawa dan terbuang.
7
II. 5. Diagnosa Penyakit Diabetes Mellitus
Dalam banyak kasus, kucing yang menderita diabetes bisa sulit untuk
didiagnosa karena mereka juga menderita penyakit lain secara bersamaan atau
penyakit yang bisa mirip dengan diabetes. Beberapa penyakit ini hipertiroidisme,
penyakit ginjal atau kegagalan, penyakit kelenjar adrenal, penyakit
gastrointestinal, kanker, penyakit hati atau kegagalan, dan beberapa jenis terapi
obat merupakan penyakit yang mirip dengan penyakit diabetes.
a. Sinyalemen
Spesies : Anjing dan kucing
Breed Predilections : Tinggi resiko dari lainnya keturunan-keeshond, puli,
miniatur pinscher, dan Cairn, terrier mungkin lebih berisiko dibandingkan
lainnya keturunan-pudel, dachshund, miniatur schnauzer, dan anjing
beagle. Beberapa jenis Anjing pun memiliki kecenderungan obesitas
cukup tinggi seperti German Shepherd, Golden Retriever, Labrador,
Daschund dan Rottweiller. Hampir seluruh kucing memiliki
kecenderungan untuk obesitas terutama kucing yang jarang beraktifitas.
Rata-rata Usia dan Rentang : Anjing-rata, sekitar 8 tahun, kisaran, 4-14
tahun (tidak termasuk bentuk juvenile jarang) Kucing-75% adalah 8-13
tahun, kisaran, 1-19 tahun
Dominan : Anjing betina dan Kucing jantan (Andre, 2008).
Untuk mendiagnosa diabetes kucing, dokter hewan menggunakan tes
sebagai berikut (Tilley, 2010).
Glukosuria ginjal-biasanya tidak menyebabkan PU / PD, penurunan berat
badan, atau hiperglikemia
Stres hiperglikemia pada kucing-tidak PU / PD atau penurunan berat
badan. Konsentrasi glukosa darah normal jika sampel yang diambil ketika
kucing tidak stres.
CBC / BIOKIMIA / urinalisis
8
Hasil hemogram biasanya normal, Glukosa> 200 mg / dL pada anjing;>
250 mg / dL pada kucing, Tinggi SAP, alanin aminotransferase (ALT),
aspartat aminotransferase (AST), hiperkolesterolemia, dan lipemia umum
Elektrolit bervariasi, tetapi hipernatremia, hipokalemia, dan
hypophosphatemia menunjukkan dekompensasi parah.
CO2 total atau HCO3 rendah jika pasien telah ketoasidosis atau dehidrasi
berat.
Glukosuria adalah temuan yang konsisten.
Ketonuria adalah umum.
Gravitasi spesifik kemih sering rendah.
Tes laboratorium
Gap anion-tinggi pada pasien dengan ketoasidosis
Plasma insulin dapat membantu untuk membedakan tipe I dari DM tipe II
Insulin normal atau tinggi konsentrasi dengan hiperglikemia ditemukan
pada pasien dengan DM tipe II; konsentrasi insulin rendah menunjukkan
tipe I DM tetapi mungkin diagnosis salah karena hiperglikemia persisten
dapat mengganggu aktivitas insulin sekretori, bahkan jika sel-sel b
fungsional yang hadir.
Gucose tes toleransi-cara terbaik untuk membedakan jenis DM, tapi tidak
praktis.
Imaging Radiografi-berguna untuk mengevaluasi untuk penyakit
bersamaan atau yang mendasari (misalnya, kalkuli kistik atau ginjal,
sistitis emphysematous atau kolesistitis, dan pankreatitis)
Ultrasonografi-diindikasikan pada pasien tertentu, terutama mereka
dengan penyakit kuning, untuk mengevaluasi lipidosis hati,
cholangiohepatitis, dan pancreatitis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Tingkat gula darah puasa
9
Hasil uji yang menunjukkan tingkat gula darah lebih dari 200
menunjukkan kemungkinan diabetes. Namun, diabetes karena stres sendiri
dapat menghasilkan kadar gula darah lebih tinggi (hingga 300-400) pada
kucing tanpa diabetes, hal ini disebabkan karena gelombang adrenalin.
Urin glukosa
Diabetes kucing memiliki gula dalam urin mereka. Mereka juga
dapat memiliki keton dalam urine, yang hasil dari metabolisme asam
lemak yang rusak. Kucing tanpa diabetes yang sedang stres juga mungkin
memiliki beberapa glukosa dalam urin, tetapi sifatnya hanya sementara.
Darah kimia
Lipemia, yang peningkatan lemak dalam darah dapat menjadi bukti
disfungsi hati.
Urinalisis
Selain gula dan keton, mungkin ada tanda-tanda infeksi kandung
kemih (Foster. 2012).
II. 6. Pengobatan Penyakit Diabetes Mellitus
Suntikan insulin masih merupakan cara yang paling baik diterima untuk
merawat kucing insulin-dependent diabetes. Awalnya, kucing diabetes dirawat di
rumah sakit dan diatur selama tiga sampai empat hari. Selama waktu itu, beberapa
tes darah gula diberikan untuk menetapkan jadwal yang tepat untuk kucing.
Tujuan pengobatan adalah untuk menjaga tingkat gula darah antara 100 dan 200
di setiap periode 24-jam dan untuk memperbaiki atau menghilangkan gejala.
Seringkali, banyak rumah sakit untuk memantau gula darah serial dan melakukan
penyesuaian dalam dosis insulin yang diperlukan. Sifat kucing mudah stress dapat
membuat manajemen diabetes menjadi sulit. Karena kucing memiliki respon stres
yang kuat, akan sulit untuk menafsirkan tes gula darahnya (Rahardjo. 1985).
Pengobatan diet untuk hewan peliharaan dengan Diabetes Mellitus tipe II
dapat berperan dalam meningkatkan kontrol glukosa darah dan membuat
kebutuhan terapi insulin eksogen seumur hidup kurang mungkin. Selain itu ada
10
beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk mengobati DM yakni : (Andre.
2008).
Insulin-pilihan perawatan untuk semua anjing dan kucing.
Kristal reguler insulin cepat bioavailabilitas dan durasi pendek tindakan, dapat
diberikan oleh setiap rute parenteral; digunakan untuk pasien dengan
anoreksia, muntah, atau ketoasidosis; dapat bercampur dengan insulin lainnya
NPH (Isophane) insulin antara durasi; diberikan SC q12h di semua kucing dan
anjing yang paling; dosis awal: anjing, 0,5 U / kg; kucing, 0,25-0,5 unit / kg;
menyesuaikan dosis sesuai dengan respon individu.
Lente insulin antara durasi; diberikan SC, dosis awal yang sama seperti untuk
NPH; sering diberikan q12h tapi q24h mungkin cocok untuk beberapa pasien
Ultralente insulin long-acting insulin; diberikan SC, biasanya q24h; beberapa
hewan membutuhkan suntikan q12h.
Campuran insulin menambahkan bioavailabilitas cepat untuk lagi-durasi
insulin; seri Lente dapat dicampur dalam kombinasi apapun, NPH dan teratur
campuran insulin yang tersedia secara komersial, sebuah kombinasi dari 25%
reguler dan ultralente 75% dapat digunakan setelah menyeimbangkan dalam
vial untuk 24 jam; sebagian besar pasien dapat dikelola tanpa campuran
insulin.
Spesies asal insulin dapat mempengaruhi farmakokinetik, daging sapi, daging
babi, daging sapi / babi, dan insulin rekombinan manusia pilihan, binatang
asal insulin sedang dihapus; menjaga hewan peliharaan pada jenis yang sama
dan spesies insulin jika mungkin, ketika perubahan dari asal hewan terhadap
insulin rekombinan manusia, lebih rendah dosis dan reregulate hewan.
Oral agen-Glipizide hipoglikemik berguna dengan terapi diet pada beberapa
kucing dengan DM tipe II, kucing harus memiliki DM tidak rumit dan tidak
ada riwayat ketoasidosis, dosis awal, 2,5 mg PO q12h, pemantauan adalah
sama seperti untuk pasien pada insulin; jika hiperglikemia tidak dikendalikan,
5 mg q12h mungkin dicoba; Potensi efek samping hipoglikemia, perubahan
hati enzim, ikterus, dan muntah.
11
Obat alternatif yang dapat digunakan untuk pasien DM adalah Terapi diet
atau oral agen hipoglikemik atau keduanya dapat dicoba jika pemilik tidak mau
atau tidak memberikan insulin, ini lebih berhasil pada kucing daripada anjing
(Wardhana. 2010).
II. 7. Pencegahaan dan Perawatan Penyakit Diabetes Mellitus
Glukokortikoid, megestrol asetat, dan progesteron menyebabkan resistensi
insulin.
Hyperosmotic agen (misalnya, agen kontras manitol dan radiografi) jika
pasien sudah hiperosmolar hiperglikemia dari Interaksi Banyak obat
(misalnya, NSAIDs, sulfonamida, mikonazol, kloramfenikol, inhibitor
monoamine oksidase, dan b-blocker) mempotensiasi efek agen hipoglikemik
diberikan secara oral; berkonsultasi dengan memasukkan produk.
Mencegah atau memperbaiki obesitas; menghindari penggunaan
glukokortikoid atau megestrol asetat.
Kemungkinan komplikasi Katarak (anjing) dan neuropati diabetes (kucing)
dengan kontrol glikemik yang buruk. Kejang atau koma dengan overdosis
insulin. Anemia dan hemoglobinemia dengan hypophosphatemia parah, yang
dapat terjadi setelah terapi (Andre. 2008).
Kucing yang terjangkit diabetes berpotensi mengalami penurunan berat
badan yang signifikan. Oleh karenanya, kucing akan membutuhkan energi diet
padat sampai berat badan mereka akan normal. Untuk kucing diabetes yang
mengalami obesitas, sangat disarankan untuk mendaftarkan kucing tersebut pada
program penurunan berat badan di bawah bimbingan seorang dokter hewan. Hal
ini dikarenakan obesitas pada kucing akan mengganggu efek dari insulin yang
akan diberikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa karbohidrat rendah dan diet
protein tinggi dapat membantu mengurangi kebutuhan insulin dan meningkatkan
manajemen diabetes. Selain program diet, dapat dilihat komposisi dari beberapa
jenis makanan komersial bagi kucing yang tersedia di pasaran. Beberapa produsen
12
makanan hewan peliharaan komersial memproduksi makanan dengan
kandungan diet rendah karbohidrat resep yang cocok untuk digunakan pada
kucing diabetes. Sangat disarankan bagi kucing penderita diabetes untuk
melakukan diet secara konsisten baik dari segi apa yang dimakan serta waktu
makan dan sebagainya. Mengubah pola makan dapat mengganggu stabilisasi
diabetes. (Tilley. 2010).
Pakan seimbang ditujukan bagi kucing penderita Diabetes Mellitus, dimana
kadar glukosa darah yang tinggi dikarenakan gangguan organ pankreas dan juga
kucing tidak dapat mengubah fruktosa menjadi gula sederhana, maka di perlukan
diet khusus untuk menjaga keseimbangan gula darahnya. Pada manusia diabetes,
dengan diet protein tinggi tidak dianjurkan karena kejadian diabetes neuropathy
yang bias terjadi. Namun, pada kucing ketika asupan diet karbohidat menurun
maka dengan penigkatan protein akan mendukung glukoneogensis pada hati dan
mendorong normalnya konsentrasi gula darah. Protein Tinggi, Kandungan protein
yang tinggi. Pemeliharaan massa otot sangat penting pada kucing karena pada
kondisi DM jalur metabolism karbohidrat terutama glukosa kurang, dengan
adanya jalur glukoneogenesis sangat membantu pembentukan energy (Foster.
2012).
Untuk terapi tingkat lanjut, dokter hewan mungkin akan menyarankan untuk
memberikan terapi insulin di bagian awal program. Insulin pada kucing yang
terkena diabetes diberikan melalui suntikan di bawah kulit tengkuk. Kucing yang
disuntik insulin sebagian besar akan mengalami stabilitas yang baik. Ada
beberapa program terapi, yaitu yang melibatkan suntikan sekali atau dua kali
sehari. Lokasi suntikan harus diubah setiap hari untuk mengurangi jaringan parut
atau reaksi di tempat suntikan yang dapat membatasi penyerapan insulin. Jarum
suntik insulin khusus dengan jarum yang sangat halus digunakan sehingga kucing
tidak akan merasakan proses injeksi (Wardhana. 2010).
13
II. 8. Contoh Studi Kasus
Sinyalemen: kucing jantan (steril) domestic shorthair bernama okun yang
berumur 12 tahun.
Anamnesa: Okun memiliki sejarah peningkatan buang air kecil dan minum.
Tidak ada batuk dilaporkan, bersin atau muntah. Dia adalah kucing dalam
ruangan-satunya dan saat ini pada semua vaksin yang tepat. Skor aktivitas nya
adalah 9/10, dengan 10 menjadi tingkat aktivitas normal untuk usianya seperti
yang dirasakan oleh pemiliknya.
Pemeriksaan Klinis: Pada pemeriksaan fisik, Okun tenang, waspada, responsif
dan terhidrasi. Selaput lendir yang merah muda dan waktu pengisian kapiler
(CRT) adalah < 2 detik. Suhu adalah 102oF dan nadi dan pernapasan normal.
Dia kelebihan berat badan (tubuh skor kondisi [BCS] dari 4/5). Auskultasi
dada, palpasi abdomen dan palpasi tiroid yang biasa-biasa saja.
Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, meliputi;
Hematology
Chemistry
Electrolyte
Urinalysis
a. Hematology
14
Interpretasi :
Erythrogram: Tidak ada kelainan signifikan yang hadir. Tidak ada
kelainan morfologi yang dicatat pada review film darah.
Leukogram: Potensi pengaruh glukokortikoid ("stress") harus
dipertimbangkan bahkan dengan semua parameter leukosit dalam batas
rentang acuan; limfosit jumlah kurang dari 1.000/uL di kucing yang
sangat mendukung pengaruh glukokortikoid. Tidak ada kelainan
morfologi yang dicatat pada review film darah.
Thrombogram: Tidak ada kelainan signifikan yang hadir. Tidak ada
kelainan morfologi yang dicatat review film darah.
b. Chemistry
15
Interpretasi:
Glukosa: Temuan dari hiperglikemia yang cukup (dikombinasikan dengan
glukosuria mencatat di bawah ini dan temuan klinis) sangat mendukung
diagnosis diabetes mellitus. Karena terjadinya stres hiperglikemia, tingkat
fruktosamin sering digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis diabetes
pada pasien kucing tetapi tidak dianggap perlu dalam hal ini.
16
c. Electrolyte
Interpretasi:
Elektrolit / asam-basa panel: Meskipun semua elektrolit dalam batas
rentang acuan, ada perubahan ringan tetapi berpotensi signifikan
mendukung suatu gangguan metabolik yang mendasari. Biasanya natrium
dan klorida mengikuti satu sama lain sangat erat selama perubahan status
hidrasi. Dalam hal ini, klorida adalah agak rendah relatif terhadap natrium,
yang umumnya diamati dengan alkalosis metabolik. Situasi di mana ada
hilangnya klorida selama alkalosis metabolik termasuk hilangnya asam
klorida (HCl) selama muntah lambung atau penyerapan klorida dalam
saluran pencernaan bagian atas. Pola klorida rendah dibandingkan dengan
natrium mendukung alkalosis metabolik sederhana ringan. Karena tidak
ada pengamatan muntah dan gangguan asam-basa yang lebih khas terlihat
dengan diabetes mellitus adalah asidosis metabolik, re-evaluasi panel
elektrolit / asam basa dijamin sekali kucing stabil dan diabetes terkendali.
d. Urinalysis
17
Interpretasi
Kehadiran glukosuria mendukung diabetes mellitus. Peningkatan RBC
dianggap iatrogenik (karena cystocentesis).
Diagnosa: Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan
(pemeriksaan laboratorium), okun di diagnosa menderita Diabetes mellitus.
Rencana Terapi
Pemberian insulin lente (Vetsulin®, Merck) secara subkutan setiap 12
jam dan diet rendah karbohidrat.
18
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Penyakit diabetes adalah penyakit yang juga dapat terjadi pada hewan
peliharaan. Pada umumnya hewan yang menderita diabetes adalah anjing dan
kucing. Kasus terjadinya diabetes pada kedua hewan tersebut sudah umum terjadi.
Terutama diabetes pada anjing lebih tinggi dibandingkan dengan kucing. Sama
seperti yang terjadi pada manusia, hewan peliharaan yang mengidap penyakit
diabetes tidak dapat memproduksi insulin yang cukup, atau mungkin hewan
peliharaan tidak dapat menggunakan insulin dengan benar.
III.2. Saran
19
Memelihara hewan kesayangan bukanlah hal yang mudah. Perlu perawatan
dan pemeliharaan yang benar untuk menjaga agar hewan kesayangan kita dapat
tetap dalam keadaan sehat. Beberapa penyakit yang bisa disebabkan akibat
pemeliharaan yang kurang benar, dalam hal ini dalam pemenuhan nutrisi bagi
hewan kesayangan adalah penyakit metabolik yang biasa disebut Diabetes
Melitus. Penyakit ini beraktibat fatal bagi hewan kesayangan. Olehnya itu penting
untuk menjaga keseimbangan nutrisi dari hewan kesayangan.
DAFTAR PUSTAKA
Andre, Renaldy. 2008. Penyakit Metabolik pada Hewan. Medan : Sinar Ilmu.
Foster & Smith. 2012. Long-term Complications of Diabetes Mellitus in Cats. Veterinary & Aquatic Services Department.
Greco DS. 2011. Diabetes mellitus without complications—cats. In: Tilley LP, Smith FWK, eds. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consult: Canine and Feline. 5th ed. Ames, IA: Wiley Blackwell; 366–367.
Latimer KS, ed. 2011. Duncan & Prasse’s Veterinary Laboratory Medicine: Clinical Pathology. 5th ed. Ames, IA: Wiley-Blackwell.
Rahardjo, S.D., 1985. Diabetes Mellitus pada Kucing. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
20
Rand JS. 2012. Feline diabetes mellitus. In: Mooney CT, Peterson ME, eds. BSAVA Manual of Canine and Feline Endocrinology. 4th ed. Gloucester, England: British Small Animal Vet Assoc;133–147.
Tilley & Smith. 2000. The 5-Minute Veterinary Consult, ver2. Software: Ready Reference , Lippincott Williams & Wilkins.
Wardhana, A., 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Rumahan dengan Kejadian Diabetes. Artikel Ilmiah. Surabaya : FKH Universitas Airlangga.
21