11
0 TUGAS INTOKSIKASI HERBISIDA OLEH EZA AGUSALAM 10542 0137 09 DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

INTOKSIKASI HERBISIDA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IN

Citation preview

TUGAS

INTOKSIKASI HERBISIDA

OLEHEZA AGUSALAM10542 0137 09

DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2014

INTOKSIKASI HERBISIDAI. PENDAHULUANKasus keracunan akut merupakan kasus emergensi di unit gawat darurat rumah sakit yang memerlukan tindakan segera, adekuat, dan menyeluruh dalam penanganannya. Klinisi harus dapat dengan segera mengenali dan menentukan penyebab keracunan, guna melakukan tindakan yang cepat dan tepat terhadap penderita sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal mungkin. Keberhasilan tindakan tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis penyebab keracunan, derajat keracunan, serta cepat atau lambatnya korban dibawa ke rumah sakit. Pada umumnya, kasus keracunan akut adalah untuk tujuan suicide, namun akhir-akhir ini acapkalii ditemukan kasus dengan over dosis obat-obatan, di samping akibat kecelakaan/accidental.Selama ini, kasus keracunan akut didominasi oleh zat insektisida dan herbisida.(1) definisi dari pestisida, pest artinya hama, sedangkan cide berarti membunuh, sering disebut Pest Killing Agent. Pestisida merupakan senyawa kimia yang umumnya bersifat racun, digunakan untuk membasmi jasad pengganggu tanaman, baik hama, penyakit maupun gulma atau bahan yang digunakan untuk merangsang, mengatur dan mengendalikan tumbuhan. Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma).

II. 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D)2,4-Dichlorophenoxyacetic acid merupakan salah satu jenis herbisida chlorophenoxy yang digunakan untuk membunuh tanaman perusak. Efek dari 2,4-D pertama kali dilaporkan padatahun 1941. Pada produk 2,4-D diberi label Danger karena kemampuan dari herbisida tersebut yang menyebabkan iritasi berat pada mata dan kulit.(4)Berdasarkan The U.S. Occupational Safety and Administration (OSHA), batas paparan 2,4-D yang diperbolehkan secara inhalasi (permissible exposure limit /PEL) adalah 10 mg/m3. Berdasarkan The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), batas paparan yang dianjurkan adalah 10 mg/m3. (4,7) WHO mengategorikan toksisitas 2,4-D kedalam kategori II yaitu Bahaya Sedang dengan dosis lethal 2,4-D yaitu 500 mg/m3.(9) Konsentrasi chlorophenoxy dalam plasma yang dilaporkan dapat menyebabkan penurunan kesadaran adalah 80 mg/L sampai lebih dari 1000 mg/L sedangkan konsentrasi yang lebih dari 500 mg/L bisa menyebabkan keracunan yang berat. Tetapi kematian yang terjadi pada dua pasien dengan konsentrasi dalam darah sekitar 180 mg/L dan 230 mg/L. Sedangkan pada konsentrasi kurang dari 100 mg/L sudah dapat menyebabkan gangguan pada otot (myotonia).(10)III. TOKSIKOKINETIK DAN TOKSIKODINAMIKPaparan terhadap 2,4-D dapat terjadi secara inhalasi, oral, kulit dan mata.(7) Absorbsi 2,4-D akan terjadi secara cepat dan lengkap. 2,4-D didistribusi ke ginjal, hati, traktus gastrointestinal dan sistem saraf pusat dan perifer. Senyawa chlorophenoxy sangat mudah diabsorbsi pada traktus gastrointestinal. Tetapi kurang diabsorbsi baik oleh paru paru. Kontak pada kulit terjadi secara minimal, karena tidak mutlak bisa tersimpan dalam jaringan lemak. Pada manusia, semua 2,4-D dosis oral akan diabsorbsi dalam waktu 24 jam. Peningkatan konsentrasi plasma dalam tubuh terjadi antara 4 sampai 24 jam. Ekskresi 2,4-D semuanya melalui urin. Sebagian dari senyawa asam mengalami konjugasi, tetapi biotransformasinya dalam tubuh masih terbatas.(4,12)IV. PATOFISIOLOGIHerbisida chlorophenoxy merupakan jenis herbisida asam organik yang terklorinisasi dimana bisa berikatan lagi dengan satu hingga tiga atom klor sehingga dapat menghasilkan suatu herbisida yang aktif. Sebagaimana kita tahu bahwa herbisida mempunyai sifat yang selektif dikarenakan hanya membasmi gulma tanpa membahayakan tanaman.(4)Pada tanaman sendiri, 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid meregulasi pertumbuhan tanaman dengan bekerja sintetik sebagai auksin, suatu hormon pertumbuhan yang dimiliki untuk bertumbuh dan berkembang, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat dan akhirnya mengganggu transpor nutrisi dan menyebabkan kerusakan atau kematian pada tanaman itu sendiri.(4)Secara in vivo, komposisi chlorophenoxy berhubungan dengan kecepatan hidrolisa, oleh karena itu masing-masing komposisi bergantung pada bentuk asam dari pestisida. Herbisida berikatan kuat dengan serum albumin menambah panjang rantai asam dan meningkatkan pergantian ikatan asam aromatik. Mekanisme toksisitas dari herbisida chlorophenoxy belum dapat dijelaskan secara utuh. Tetapi melalui studi eksperimental mengindikasikan keterlibatan beberapa komponen sel yaitu dengan mekanisme sebagai berikut : (10,13)1. Berhubungan dengan kerusakan membran plasma.2. Hambatan pada jalur metabolisme seluler melibatkan asetilkoenzim A (asetil-CoA).3. Terganggunya proses fosforilasi oksidase dikuti dengan kerusakan membran intraseluler. Gangguan proses fosforilase oksidatif merupakan komponen yang penting yang dapat menyebabkan kematian pada pasien yang mendapat paparan lama dari herbisida chlorophenoxy. Herbisida chlorophenoxy sendiri menyebabkan tidak berlangsungnya proses fosforilasi in vitro dengan mekanisme yang belum jelas. Proses dimana kebutuhan oksigen dan produksi energi meningkat diluar proporsi dari pembentukan ATP. Mungkin hal itu disebabkan karena faktor ekstrinsik seperti bahan-bahan kimia atau obat-obat yang bisa merusak fungsi mitokondria. Pada awalnya, hal ini menyebabkan peningkatan respirasi mitokondria sampai pada menurunnya jumlah ATP yang dibutuhkan untuk fungsi sel termasuk transport pompa aktif seperti Na-K ATPase. Yang kemudian menghilangkan ion sel dan mengganggu regulasi volume, dimana jika ATP tidak disediakan dengan cukup akan menyebabkan terjadinya kematian sel yang ireversibel.4. Pada konsentrasi chlorophenoxy yang tinggi, dapat menyebabkan kerusakan membran sel eritrosit dimana pada pemeriksaan mikroskop electron memperlihatkan perubahan bentuk sel eritrosit menjadi bentuk bundel (echinocyte) dengan konfigurasi beberapa spinula di sekitarnya.5. Kelainan pada sistem saraf pusat akibat adanya gangguan pada sawar darah otak dimana dibuktikan dengan ditemukannya serum albumin dan IgG pada otak) yang disebabkan karena akumulasi herbisida pada sistem saraf pusat.6. Herbisida chlorophenoxy juga mengganggu mekanisme pemindahan sel membran, salah satunya pemindahan anion organic pada pleksus koroideus dari otak ke pembuluh darah. Ditandai dengan ditemukannnya akumulasi neurotransmiter dopamin dan serotonin.7. 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid menyebabkan hambatan pada ion channel yaitu gangguan transport Ca2+ sehingga terjadi aktivasi terus menerus dan ireversibel sistem aktin miosin dan degenerasi miofibril.8. Akibat peningkatan konsentrasi ion kalsium intraseluler pada hati disertai dengan pengurangan jumlah sel protektif hati seperti glutation dan protein thiol, terjadi gangguan peroksidae lipid di hati. 9. Chlorophenoxy beserta analognya juga dapat menghambat agregasi platelet dan produksi tromboksan, dimana mekanisme ini menjelaskan tentang bagaimana terjadinya koagulopati pembuluh darah.V. GEJALA KLINIK (4)Paparan secara akutGejala klinik pada sistem gastrointestinal apabila ditelan seperti mual, nyeri perut, hipermotilitas saluran gastrointestinal dan diare (kadang-kadang disertai darah). Senyawa ini mempunyai efek iritasi terhadap membran mukosa. Peningkatan enzim hepatic bisa terjadi seperti dehidrogenasi lactase dan aspartat aminotransferase (AST). Pada dosis yang tinggi dapat menimbulkan gangguan musculoskeletal dan neurologic. Gejala klinik pada sistem musculoskeletal seperti kaku pada kaki, kedutan dan spasme otot, fibrilasi otot bahkan rabdomiolisis. Pada sistem saraf pusat dapat terjadi depresi sistem saraf pusat, ataksia, miosis dan paralisis yang dapat berujung pada koma. Pada sistem kardiovaskular dapat ditemukan takikardi dan disritmia jantung. Pada studi kasus pasien yang mengalami overdosis, 7 dari 27 orang mengalami hipotensi. Pada paru-paru ditemukan hiperventilasi dan edema paru-paru. Pada ginjal apabila terdapat kerusakan glomerulus atau tubulus ginjal dapat menyebabkan albuminuria dan hemoglobinuria. Asidosis metabolic juga dilaporkan pada beberapa kasus.Kematian biasa dihubungan dengan adanya kolaps pembuluh darah perifer. Target organ adalah sistem saraf pusat dan kardiovaskuler. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan gambaran yang abnormal, dimana ditemukan gelombang T yang datar. Paparan secara kronikGejala yang dapat ditimbulkan akibat paparan kronik herbisida chlorophenoxy. adalah disfungsi hati dan neurotoksisitas. Dimana kelainan pada fungsi hati yang dapat ditemukan seperti porfiria yang pernah dilaporkan pada kasus paparan kronik saat bekerja. Selain itu herbisida chlorophenoxy bersifat karsinogen akibat adanya perubahan atau mutasi pada sel-sel tubuh.

VI. DIAGNOSIS Untuk mengidentifikasi adanya intoksikasi herbisida dapat menggunakan teknik kromatografi. Teknik lain yang dapat digunakan adalah spektrofotometri ultraviolet dan high performance liquid chromatography. Metode kromatografi lebih sensitive dan spesifik. Metode kromatografi gas dan atau liquid bisa digunakan untuk mendeteksi adanya intoksikasi 2,4-D dalam darah dan urine. Keracunan yang ditandai dengan penurunan kesadaran ditemukan chlorophenoxy dalam darah dengan konsentrasi 80 1000 mg/L. Sampel urine harus dikumpulkan secepat mungkin setelah terpapar karena herbisida chlorophenoxy dieksresikan secara sempurna dalam waktu 24 72 jam.(12)VII. TERAPI (12,16)1. Pencegahan. Seseorang dengan penyakit kulit kronik atau sensitif terhadap herbisida harus menghindari kontak dengan menggunakan masker atau sarung tangan.2. Proteksi pernapasan. Jika ada gejala penyakit yang terjadi selama menghirup dari semprotan, segera hindari korban dari bahan kontak minimal 2 3 hari.3. Dekontaminasi kulit dan mata. Jika terkena percikan bahan kimia, segera bersihkan dengan air bersih yang mengalir selama 10 15 menit. Jika iritasi berlangsung lama segera berobat ke dokter.4. Dekontaminasi gastrointestinal. Jika sejumlah senyawa chlorophenoxy ditelan, segera mungkin dimuntahkan atau dilakukan bilas lambung.5. Pemberian cairan intravena. Pemberian cairan intravena adalah untuk mengeluarkan senyawa chlorophenoxy dan membatasi konsentrasinya di ginjal. Dimana kecepatan keluarnya urin adalah 4-6 ml/menit. Pemberian saline/dekstrose IV cukup untuk menyelamatkan pasien yang koma yang meminum 2,4-D beberapa jam sebelum masuk rumah sakit. Peringatan : Tetap menjaga protein urin dan sel, BUN, kreatinin serum, elektrolit dan asupan cairan secara hati hati untuk menjaga fungsi ginjal dan mencegah kelebihan cairan.6. Diuresis. Diuresis alkaline dilakukan segera dalam 26 jam setelah pasien menelan chlorophenoxy untuk mencegah kerusakan ginjal. pH urin harus dijaga antara 7,6 8,8. Sangat penting memonitor jumlah elektroli terutama natrium dan kalsium.7. Pemeriksaan klinik lanjut seperti elektromiografi untuk endeteksi adanya neuropati dan gangguan neuromuscular.8. Tidak ada antidotum yang spesifik yang dapat diberikan.

DAFTAR PUSTAKA1. Zein U, Purba A, Ginting Y, Pandjaitan TB. Beberapa aspek keracunan di bagian penyakit dalam rumah sakit H. Adam Malik Medan2. Bronstein AC. Herbisides. In: Dart RC, editor. Medical Toxicology. 3rd Edition Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2004. p.1515-28.3. Ecobichon DJ. Toxic effects of pesticides. In: Klaassen CD, Watkins JB, editors. Casarett and Doulls essentials of toxicology. USA: The McGraw-Hill Companies,Inc;2003. p.333-47.4. Aaron G. Hager, Dawn. Toxicity of Herbicides. [Online]. [cited 2008 March 19];[4 screens]. Available from:URL:http://www.ipm.iuuc5. Isenring R. 2,4-D. [Online]. [cited 2008 March 19];[5 screens]. Available from:URL:http://www.pan-uk.org/pestnews6. Roberts DM, Seneviratne R, Fahim B, Patel R, Senarathna L, Hittarage A, et al. Intentional self-poisoning with the chlorophenoxy herbicide 4-chloro-2-methylphenoxyacetic acid (MCPA). [Online] 2006 June 10 [cited 2008 March 26];[8 screens]. Available from: URL:http://PubMedCentral.com7. Walter J. Environmental Fate of 2,4-dichlorophenoxyacetic acid. [Online]. [cited 2008 March 21];[18 screens]. Available from:URL:http://www.cdpr.gov8. Anymous. Chlorophenoxy Herbicides. [Online]. [cited 2008 March 19];[5 screens]. Available from: URL:http://www.ncpi.orst.edu9. Bradberry SM , Watt BE, Proudfoot AT, Vale JA. Mechanisms of Toxicity, Clinical Features, and Management of Acute Chlorophenoxy Herbicide Poisoning: A Review. Journal of Toxicology: Clinical Toxicology. [Online] 2000 March 01[cited 2008 March 18]. [3 screens]. Available from:URL: http://www.accessmylibrary.com/10. Goel A, Aggarwal P. Pesticide poisoning. The National Medical Journal of India Vol.20 11. OMalley M. Chlorophenoxy Herbicides. In : Olson KR, editor. Poisoning & Drug overdose. 4th Edition. San Francisco:Mc-Graw Hill;2004. P.164-53