Upload
phamngoc
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
manajemen risiko; dan proses manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko di BSN diwujudkan melalui pengembangan budaya risiko, pembentukan struktur manajemen risiko, dan penyelenggaraan proses manajemen risiko.
Struktur manajemen risiko, meliputi Komite Manajemen Risiko, Unit Pemilik Risiko, Unit Kepatuhan Manajemen Risiko, dan Inspektorat. Dalam penerapan manajemen risiko, dilakukan melalui proses yaitu:
1. Komunikasi dan konsultasi,
2. Penetapan konteks,
3. Penilaian risiko yang meliputi
identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko,
4. Penanganan risiko, dan
Pemantauan dan reviu.
K epala BSN telah menetapkan Peraturan BSN No. 5 tahun 2018
tentang Manajemen Risiko di Lingkungan Badan Standardisasi Nasional sebagai upaya untuk mengatur pelaksanaan Manajemen Risiko di BSN. Untuk implementasinya, dilakukan Sosialisasi Peraturan BSN No. 5 tahun 2018 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan BSN, sekaligus dilakukan pencanangan penerapannya oleh Kepala BSN, Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, M.Sc. sebagai bentuk komitmen untuk menerapkan manajemen risiko di lingkungan BSN dengan berbasiskan SNI ISO 31000 yang secara simbolis dengan menandatangani Kebijakan Manajemen Risiko pada tanggal 15 Mei 2018 di kantor BSN yang dihadiri oleh para Pejabat Tinggi Pratama dan Pejabat Tinggi Madya di lingkup BSN. BSN sebagai lembaga yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia telah mengadopsi standar internasional menjadi SNI ISO 31000. Harapannya standar tersebut dapat diterapkan secara luas baik oleh instansi pemerintah maupun organisasi swasta. Seperti dikatakan Kepala BSN, Instansi pemerintah minimal tidak hanya sekedar mengandalkan SNI ISO 9001 untuk Sistem Manajemen Mutu, tetapi juga perlu menambahkan SNI ISO 31000 sebagai sistem manajemen risiko di lingkungan instansi Pemerintah. Manajemen risiko merupakan salah satu elemen yang penting dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008.
Peraturan BSN tersebut mengatur ketentuan umum; tujuan, manfaat, dan prinsip manajemen risiko; penerapan
Inspektorat BSN
Juni 2018 Volume VI, Issue 1
Juni 2018 :
BSN Mencanangkan
SNI ISO 31000
1
Pakta Kebijakan MR 2
Workshop dan Bedah
Buku SNI ISO 31000
3
Proses MR di BSN 4
BULETIN PENGAWASAN
A nation’s culture
resides in the
hearts and in the
soul of its people.
Mahatma Gandhi
BSN Mencanangkan Penerapan Manajemen Risiko Berbasis SNI ISO 31000
PAKTA KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BSN
Page 2
Volume 1, Issue 1
D alam rangka meningkatkan wawasan
dan pemahaman mengenai SNI ISO
31000 tentang Manajemen Risiko
dan penerapannya, BSN menyelenggarakan
Bedah Buku dan Workshop Manajemen
Risiko Berbasis SNI ISO 31000 di gedung II
BPPT, tanggal 23 Mei 2018. Acara ini
menghadirkan narasumber dosen tetap FEB
UI untuk mata kuliah keuangan dan
manajemen risiko yang juga menjabat
sebagai Dewan Penasihat Indonesia Risk
Professional Association (IRPA), Dr. Dewi
Hanggraeni; Dewan Penasihat Indonesia
Risk Management Professional Association
(IRMAPA), Leo J Susilo; serta inspektur
Inspektorat BSN, Heru Suseno.
Sekretaris Utama BSN, Puji Winarni,
menyambut baik acara ini. Tak lupa ia
mengapresiasi komite teknis 10-03, karena
selain merumuskan, mengadopsi standar SNI
ISO 31000, komite teknis ini juga sangat
agresif dalam menyosialisasikan SNI ISO
31000 ke masyarakat.
Menanggapi buku ini, Leo
memandang bahwa kendatipun secara umum
sudah cukup baik, namun buku ini masih
perlu perbaikan. Apalagi, ketika buku ini
terbit, pada saat yang sama ISO juga telah
menerbitkan revisinya terbaru, sehingga isi dari
buku ini perlu mendapatkan kajian terhadap
seberapa jauh kesesuaiannya dengan revisi ISO
31000:2018.
Pun demikian menurut Dewi. “Secara
keseluruhan, penyajian buku ini sudah baik dan
bermanfaat. Namun buku ini akan lebih baik
bila ditambah dengan pembuktian manfaat
dalam menerapkan manajemen risiko berbasis
SNI ISO 31000 dan bahayanya jika tidak
menerapkan manajemen risiko berbasis SNI ISO
31000,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Heru
memaparkan bahwa BSN sebagai lembaga
pemerintah non kementerian yang bertanggung
jawab di bidang standardisasi juga sedang
berusaha menerapkan SNI ISO 31000. Heru pun
menegaskan bahwa saat ini BSN telah
menerbitkan Peraturan BSN Nomor 5 Tahun
2018 tentang Manajemen Risiko di Lingkungan
BSN. “Penerapan manajemen risiko dapat
meningkatkan kualitas perencanaan dan
pencapaian kinerja,” ujar
Heru. (www.bsn.go.id)
Page 3
Volume 1, Issue 1
Workshop dan Bedah Buku Manajemen Risiko Berbasis SNI ISO 31000
Inspektorat BSN
A. Proses Manajemen Risiko Proses Manajemen Risiko dilakukan oleh seluruh jajaran manajemen dan segenap pegawai di
lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Keterkaitan antar tahapan Proses Manajemen Risiko
dapat digambarkan sebagai berikut :
B. Komunikasi dan Konsultasi Bentuk komunikasi dan konsultasi antara lain:
1. Rapat berkala;
2. Rapat Insidental; 3. Focus Group Discussion; dan
4. Forum pengelola Risiko.
C. Penetapan Konteks 1.Tahapan penetapan konteks meliputi :
a. Menentukan ruang lingkup dan periode penerapan Manajemen Risiko
b. Menetapkan sasaran organisasi
c. Menetapkan struktur Unit Pemilik Risiko (UPR) d. Mengidentifikasi stakeholder
e. Mengidentifikasi peraturan perundang-undangan yang terkait
f. Menetapkan Kategori Risiko
g. Menetapkan Kriteria Risiko; yaitu Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko dan Kriteria
Dampak
h. Menetapkan Matriks Analisis Risiko dan Level Risiko
i. Menetapkan Selera Risiko Matriks Analisis Risiko
PROSES MANAJEMEN RISIKO SESUAI SNI ISO 31000 DI BSN
Page 4 berlanjut dihalaman selanjutnya
Inspektorat BSN
Level Risiko Selera Risiko
D. Penilaian Risiko 1.Identifikasi Risiko, meliputi :
a) Memahami sasaran organisasi
b) Mengidentifikasi kejadian Risiko (risk event) c) Mencari penyebab
d) Menentukan dampak
e) Menentukan Kategori Risiko
2. Analisis Risiko, meliputi : 1) Menginventarisasi sistem pengendalian internal yang telah dilaksanakan.
2) Mengestimasi Level Kemungkinan Risiko.
3) Mengestimasi Level Dampak Risiko
4) Menentukan besaran Risiko dan Level Risiko
5) Menyusun peta Risiko 3. Evaluasi Risiko, dilakukan dengan menyusun prioritas Risiko berdasarkan besaran Risiko.
E. Penanganan Risiko, meliputi : a. Memilih opsi penanganan Risiko yang akan dijalankan, berupa :
1) mengurangi Kemungkinan terjadinya Risiko,
2) menurunkan dampak terjadinya Risiko,
3) mengalihkan Risiko,
4) menghindari Risiko, 5) menerima Risiko,
b. Menyusun Rencana Tindak Penanganan Risiko (RTP)
c. Menetapkan Level Risiko residual harapan
d. Menjalankan RTP
e. Memantau Risiko tersisa
F. Pemantauan dan Reviu 1. Bentuk pemantauan dan reviu terdiri atas :
a. Pemantauan berkelanjutan (on-going monitoring)
b. Pemantauan berkala
c. Reviu, meliputi Reviu implementasi Manajemen Risiko, dan Reviu Tingkat Kematangan
Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR)
d. Audit Manajemen Risiko
2. Dokumen Manajemen Risiko a. Piagam Manajemen Risiko
b. Laporan Manajemen Risiko
a) Laporan pemantauan, yaitu laporan pemantauan triwulanan dan laporan pemantauan
tahunan
b) Laporan Manajemen Risiko insidental
Page 5