116
INOVASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH (Studi pada Pengelolaan Limbah Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2019) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dyah Safira Priambodo NIM: 11151120000079 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019

INOVASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH (Studi pada ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...8. Rosa Ambarsari, selaku Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • INOVASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH (Studi pada Pengelolaan Limbah Elektronik oleh Pemerintah

    Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2019)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    Dyah Safira Priambodo

    NIM: 11151120000079

    PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2019

  • i

    INOVASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH

    (Studi pada Pengelolaan Limbah Elektronik oleh

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2019)

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh:

    Dyah Safira Priambodo

    NIM: 11151120000079

    Dosen Pembimbing

    Dr. Haniah Hanafie, M. Si

    NIP. 19610524 200003 2 002

    PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019 M/1440 H

  • ii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

    Skripsi yang berjudul:

    INOVASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH

    (Studi pada Pengelolaan Limbah Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta Tahun 2017-2019)

    1. Merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

    saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 17 September 2019

    Dyah Safira Priambodo

    NIM: 11151120000079

    PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

  • iii

    Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

    Nama : Dyah Safira Priambodo

    NIM : 11151120000079

    Program Studi : Ilmu Politik

    Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

    INOVASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH

    (Studi pada Pengelolaan Limbah Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta Tahun 2017-2019)

    dan telah diuji.

    Jakarta, 17 September 2019

    Mengetahui, Menyetujui,

    Ketua Program Studi Pembimbing

    Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dr. Haniah Hanafie, M. Si

    NIP. 19701013 200501 1 003 NIP. 19610524 200003 2 002

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

  • iv

    SKRIPSI

    INOVASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH

    (Studi pada Pengelolaan Limbah Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta Tahun 2017-2019)

    Oleh

    Dyah Safira Priambodo

    11151120000079

    Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17

    September 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

    gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

    Ketua, Sekretaris,

    Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si

    NIP. 19701013 200501 1 003 NIP. 19770424 200710 2 003

    Penguji I, Penguji II,

    Dr. Agus Nugraha, MA Suryani, M.Si

    NIP. 19680801 200003 1 001 NIP. 19770424 200710 2 003

    Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 September

    2019.

    Ketua Program Studi Ilmu Politik,

    FISIP UIN Jakarta

    Dr. Iding Rosyidin, M.Si

    NIP. 19701013 200501 1 003

  • v

    ABSTRAK

    Nama : Dyah Safira Priambodo

    NIM : 11151120000079

    Judul : Inovasi Kebijakan Pengelolaan Limbah (Studi pada Pengelolaan

    Limbah Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-

    2019)

    Sampah merupakan sebuah permasalahan bagi Ibu Kota DKI Jakarta, oleh

    karena itu perlu dikelola dengan baik, salah satu sampah yang perlu dikelola

    adalah limbah elektronik. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana

    inovasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola limbah

    yaitu limbah elektronik serta faktor-faktor penghambat apa yang menyebabkan

    pengelolaan limbah elektronik belum berjalan maksimal. Kerangka teoretis yang

    digunakan dalam skripsi ini adalah teori inovasi dan kebijakan publik. Teknik

    pengumpulan data dalam penulisan ini adalah dengan melakukan wawancara,

    observasi dan dokumentasi.

    Dari hasil analisa dengan menggunakan kedua teori tersebut dapat

    disimpulkan bahwa Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste)

    merupakan sebuah program inovatif karena memenuhi keempat indikator inovasi

    yaitu kesesuaian, kerumitan, kemungkinan dicoba, dan kemudahan unuk diamati

    namun tidak memenuhi indikator keuntungan relatif. Serta dalam pelaksanannya

    menggunakan 7 prinsip inovasi yaitu kepemimpinan, manajemen resiko,

    kreativitas, integrasi organisasi, keunggulan, informasi sebagai sumber daya, dan

    pemahaman tentang pasar. Kemudian ditemukan bahwa pelaksanaan Gerakan

    Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) belum berjalan efektif karena adanya

    hambatan dalam faktor komunikasi.

    Kata kunci: inovasi pengelolaan limbah, limbah elektronik, kebijakan publik.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

    karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

    “Inovasi Kebijakan Pengelolaan Limbah (Studi pada Pengelolaan Limbah

    Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta). Shalawat serta salam

    dicurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para

    sahabat dan pengikutnya sejak awal hingga akhir zaman.

    Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan untuk

    mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik di

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum

    sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

    mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

    Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis

    ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

    1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.

    2. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta

    seluruh staf dan jajarannya.

  • vii

    3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4. Suryani, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu

    Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    5. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si, selaku dosen seminar proposal, penulis

    ucapkan terima kasih karena telah membimbing dan memberikan

    masukannya kepada penulis selama proses mengerjakan proposal skripsi.

    6. Dr. Haniah Hanafie, M.Si, selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini,

    penulis sangat berterima kasih karena berkat bimbingan, masukan dan

    dorongannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    7. Seluruh dosen pengajar di Program Studi Ilmu Politik Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan penulis dengan

    ilmunya yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

    8. Rosa Ambarsari, selaku Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas

    Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang telah meluangkan waktunya untuk

    menjadi narasumber dan memberikan informasi mengenai data-data yang

    penulis butuhkan dalam penulisan skripsi.

    9. Soesilo Wahyu, selaku staf Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup

    Kecamatan Sawah Besar yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi

    narasumber dan memberikan informasi mengenai data-data yang penulis

    butuhkan dalam penulisan skripsi.

  • viii

    10. Pranandya Wijayanti dari Komunitas EWaste-RJ yang telah meluangkan

    waktunya untuk menjadi narasumber dan memberikan informasi mengenai

    data-data yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi.

    11. Orang tua penulis yang tercinta, Guntur Priambodo dan Sartiningsih,

    penulis sangat berterimakasih karena dukungan moral maupun materi serta

    doanya dan menerima segala kekurangan penulis sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini, serta adik penulis Muhammad Alif Priambodo

    dan nenek penulis yang tercinta Siti Lestari, terima kasih atas dukungan

    dan doanya kepada penulis selama ini.

    12. Sepupu penulis yang tercinta, Nadiah Nurul Ikhsani, Nadine Maura

    Ikhsani, Nabilla Oktavia, Frinca Oktavianti dan Mega Melisa yang

    menjadi sahabat sejak kecil dan hingga kini selalu mendukung dan

    menyemangati penulis dalam berbagai hal termasuk dalam penyelesaian

    skripsi ini.

    13. Sahabat terbaik penulis, Kirsikka Satyaningrum, Alia Azzahra, Arsanti

    Hanifa Megumi, Aqiila Putrikami, Delia Putri Alyahya yang sejak 10

    tahun yang lalu tidak pernah berhenti untuk mendukung penulis hingga

    sampai pada tahap penulisan skripsi ini.

    14. CB Politik 2015, Azizah Putri Rivinia, Febi Dwi Andyani, Nahdahtul

    Hikmah, Diana Novita Sari, Neng Sys Mafazah, Indah Dwi Wulandari,

    Nofika Indah Lestari dan Astri Diyawati yang menjadi penyemangat

    penulis selama masa perkuliahan, terima kasih atas diskusi dan

    dukungannya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  • ix

    15. Teman-teman dari Politik B 2015 (Polbe) yang membuat masa

    perkuliahan penulis menjadi sangat terkesan dan akan selalu terkenang.

    16. KKN Ibnu Batutah 125, Rahma Dwi Saputri, Diyya Fathya, Prameswari

    Kirana Allyssa, Beyan Mudhofar, dan Ismail Saleh, yang membuat

    pengalaman penulis di Desa Wargajaya selama satu bulan menjadi sangat

    terkenang dan selalu menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini

    hingga selesai.

    Penulis sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan sebelum dan

    selama penulisan skripsi ini, penulis tidak yakin akan mampu menyelesaikan

    skripsi ini dengan baik tanpa bantuan mereka, semoga Allah SWT senantiasa

    melindungi mereka dan membalas kebaikan yang telah mereka lakukan. Penulis

    berhadap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan

    sumbangan pemikiran bagi pembaca. Terima kasih.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

    Jakarta, 17 September 2019

    Dyah Safira Priambodo

    NIM: 11151120000079

  • x

    DAFTAR ISI

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 8 D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9 E. Metode Penelitian....................................................................................... 13 F. Sistematika Penelitian ................................................................................ 16

    BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ............................... 17 A. Inovasi ........................................................................................................ 17

    1. Pengertian Inovasi ................................................................................ 17 2. Dimensi Inovasi ................................................................................... 19 3. Prinsip Inovasi ...................................................................................... 20

    B. Kebijakan Publik ........................................................................................ 22 1. Pengertian Kebijakan Publik ................................................................ 22 2. Ciri-Ciri Umum Kebijakan Publik ....................................................... 24 3. Dimensi Kebijakan Publik ................................................................... 25 4. Implementasi Kebijakan Publik ........................................................... 26

    C. Kerangka Pikir ........................................................................................... 29 BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................................. 32

    A. Profil Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta............................................. 32 B. Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) oleh Pemerintah

    Provinsi DKI Jakarta .................................................................................. 36

    1. Latar Belakang Munculnya Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste).............................................................................................. 36

    2. Tujuan dan Manfaat Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) ................................................................................................... 38

    3. Pelaksanaan Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) .... 39 4. Hasil Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) ............... 42

    BAB IV INOVASI PENGELOLAAN LIMBAH PADA LIMBAH

    ELEKTRONIK OLEH PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA .......... 46 A. Inovasi Pengelolaan Limbah Elektronik .................................................... 46 B. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Elektronik 79

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 93 A. Kesimpulan ................................................................................................ 93

  • xi

    B. Saran ........................................................................................................... 94 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 98

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel III.1 Rekapitulasi Pengumpulan Limbah Elektronik di 5 Kota

    Administrasi DKI Jakarta pada Januari-Juni 2019 ......................... 43

    Tabel III.2 Rekapitulasi Pengumpulan Limbah Elektronik di Halte

    Transjakarta pada Januari-Juni 2019 .............................................. 44

    Tabel III.3 Rekapitulasi Pengumpulan Limbah Elektronik di Stasiun Cikini

    pada Januari-Juni 2019 ................................................................... 45

    Tabel IV.1 Hasil Observasi Drop Box dan Banner di 5 Lokasi di DKI Jakarta81

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1 Kerangka Pikir ............................................................................ 31

    Gambar III.1 Sertifikat Quality Management .................................................. 36

    Gambar III.2 Sertifikat Quality Management .................................................. 36

    Gambar III.3 Lokasi Drop Box Limbah Elektronik di DKI Jakarta ................ 40

    Gambar III.4 Prosedur Penjemputan Limbah Elektronik bagi

    Warga DKI Jakarta .................................................................... 41

    Gambar IV.1 Lokasi Drop Box Limbah Elektronik di DKI Jakarta ................ 81

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Wawancara Kepada Rosa Ambarsari, Kepala Seksi

    Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan DKI Jakarta .............. 98

    Lampiran 2 Surat Wawancara Kepada Komunitas EWaste-RJ ......................... 99

    Lampiran 3 Surat Wawancara Kepada Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup

    Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat ........................................ 100

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    AC : Air Conditioner

    ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

    B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun

    BBG : Bahan Bakar Gas

    BBM : Bahan Bakar Motor

    BKD : Badan Kepegawaian Daerah

    BPLHD : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah

    DKI : Daerah Khusus Ibu Kota

    Dll : Dan lain-lain

    E-Waste : Electronic Waste

    EPR : Extended Producer Responsibility

    EU : European Union

    EWaste-RJ : EWaste-Rafa Jafar

    HP : Handphone

    ITF : Intermediate Treatment Facility

    Kasatpel : Kepala Satuan Pelaksana

    Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri

    KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis

    LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

    LH : Lingkungan Hidup

    MoU : Memorandum of Understanding

    PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

    PCB : Polychlorinated biphenyls

    Pergub : Peraturan Gubernur

    PPID : Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

    PPLi : Prasadha Pamunah Limbah Industri

    PT : Perseroan Terbatas

    PVC : Polyvinyl chloride

    RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

    RPPLH : Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    Saka : Satuan Pramuka

    Sapel : Satuan Pelaksana

    TPA : Tempat Pembuangan Akhir

    TPS : Tempat Pembuangan Sampah

    TV : Television

    UNEP : United Nations Environment Programme

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pada era globalisasi saat ini, manusia menggunakan teknologi

    untuk membantu kehidupannya agar lebih mudah. Menurut Muhamad

    Ngafifi1, teknologi dikembangkan oleh manusia melalui inovasi-inovasi

    yang mereka lakukan, dan dari teknologi tersebut maka dapat menjanjikan

    kemudahan, efisiensi serta peningkatan produktivitas. Pemanfaatan

    teknologi tidak dapat dipisahkan dengan alat-alat elektronik yang serba

    digital seperti handphone, komputer, laptop, dan sebagainya. Jumlah

    kebutuhan akan alat elektronik semakin meningkat dari tahun ke tahun

    seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk.

    Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, menurut Sri

    Wahyono2, gaya hidup masyarakat juga semakin berkembang yang salah

    satunya adalah untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru

    dan meninggalkan alat elektronik yang lama. Gaya hidup ini menyebabkan

    alat elektronik yang lama menjadi limbah, karena tidak terpakai dan

    jumlahnya semakin hari akan terus meningkat.

    Limbah yang berasal dari alat elektronik disebut sebagai limbah

    elektronik dan limbah elektronik termasuk dalam kategori limbah B3

    1 Muhamad Ngafifi, “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif

    Sosial Budaya”, Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol. 2, No. 1, (2014),

    hal. 37 2 Sri Wahyono, “Kebijakan Pengelolaan Limbah Elektronik dalam Lingkup Global dan

    Lokal”, Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 14, No. 1, (Januari 2013), hal. 17

  • 2

    (Bahan Berbahaya dan Beracun)3

    . Pengertian limbah B3 menurut

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang

    Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pasal 1, ayat (1)

    adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,

    dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

    mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau

    membahayakan lingkungan hidup manusia, kesehatan, kelangsungan

    hidup manusia serta makhluk hidup lain.4

    Selain mengandung bahan

    berbahaya, limbah elekronik juga memiliki kandungan material berharga

    seperti logam mulia dan logam tanah langka.5

    Kemunculan limbah elektronik menurut Peeranart Kiddee, Ravi

    Naidu dan Ming H. Wong6 disebabkan karena adanya teknologi dengan

    desain-desain baru dan memiliki lebih banyak fungsi sehingga

    menyebabkan meningkatnya jumlah barang elektronik yang ada. Masa

    pemakaian sebagian besar alat elektronik menjadi lebih singkat karena

    adanya perkembangan alat elektronik dengan desain yang menarik bagi

    konsumen untuk membelinya.

    Dicontohkan bahwa masa pemakaian komputer pada tahun 1992

    adalah selama 4.5 tahun, kemudian menurun menjadi hanya 2 tahun pada

    3 Sri Wahyono, “Kebijakan Pengelolaan Limbah Elektronik dalam Lingkup Global dan

    Lokal”, hal. 17 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

    Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pasal 1, ayat (1) 5 Sri Wahyono, “Kebijakan Pengelolaan Limbah Elektronik dalam Lingkup Global dan

    Lokal”, hal. 17 6 Peeranart Kiddee, Ravi Naidu dan Ming H. Wong, “Electronic Waste Management

    Approaches: An Overview”, Waste Management, Vol. 33, (2013), hal. 1237

  • 3

    tahun 2005. Hal ini yang menyebabkan semakin banyak jumlah komputer

    yang kemudian dibuang atau akan diekspor ke negara berkembang.

    Dalam studi yang dilakukan oleh Bushehri yang berjudul “UNEP‟s

    role in promoting environmentally sound management of e-waste”, yang

    dikutip dalam Peeranart Kiddee, Ravi Naidu dan Ming H. Wong 7

    disebutkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 500 juta komputer tidak lagi

    terpakai antara tahun 1997 hingga 2007 dan di Jepang sudah ada 610 juta

    komputer yang dibuang pada akhir Desember 2010. Sedangkan di

    Tiongkok, terdapat 5 juta komputer baru dan 10 juta televisi baru yang

    dibeli sejak tahun 2003 dan sekitar 1.11 juta ton limbah elektronik yang

    dihasilkan setiap tahun. Limbah elektronik yang dihasilkan umumnya

    berasal dari barang pabrik, alat rumah tangga, dan produk teknologi

    informasi dan ditambah hasil impor limbah elektronik dari negara lain.

    Adanya tindakan impor limbah elektronik yang dilakukan di

    negara berkembang menjadikan negara-negara di Barat mengirimkan 80%

    limbah elektroniknya ke negara-negara berkembang. Kurangnya regulasi

    tentang bagaimana mengolah limbah elektronik dengan aman akan

    memunculkan permasalahan kesehatan dan lingkungan di negara-negara

    berkembang.8

    7 Peeranart Kiddee, Ravi Naidu dan Ming H. Wong, “Electronic Waste Management

    Approaches: An Overview”, hal. 1237 8 Peeranart Kiddee, Ravi Naidu dan Ming H. Wong, “Electronic Waste Management

    Approaches: An Overview”, hal. 1238

  • 4

    Limbah elektronik yang tidak dikelola dengan prosedur yang tepat

    menurut Ayu Nindyapuspa9

    dapat menimbulkan polusi dan merusak

    lingkungan, misalnya ketika melakukan proses solder untuk mengambil

    emas dari limbah elektronik tersebut menghasilkan limbah cair dan dapat

    mencemari tanah, dan lingkungan sekitar.

    Permasalahan yang dihasilkan dari limbah elektronik bagi

    kesehatan manusia terbagi atas dua hal yaitu dari permasalahan makanan

    yang mengakibatkan tercemarnya makanan tersebut karena terpapar zat

    berbahaya dari limbah elektronik dan dapat membahayakan pekerja yang

    melakukan pengolahan limbah elektronik dengan tidak sesuai prosedur

    karena adanya bahan-bahan berbahaya dari limbah elektronik.10

    Melihat pada tingginya resiko yang dapat dihasilkan oleh

    pengelolaan limbah elektronik maka sudah seharusnya pengelolaan limbah

    elektronik dilakukan dengan prosedur yang tepat, yang dimulai dari

    pengangkutan, pengumpulan, hingga pada tahap pengelolaan agar tidak

    menimbulkan bahaya dan pencemaran lingkungan.

    Untuk pengelolaan limbah elektronik di Indonesia, sudah ada

    industri pengelolaan limbah elektronik seperti di Bekasi, Batam, Surabaya

    dan Majalengka yang memiliki lisensi untuk kegiatan pengumpulan dan

    pengelolaan limbah elektronik. Namun jumlahnya masih terbatas jika

    dibandingkan dengan negara-negara di Asia seperti Malaysia yang

    9 Ayu Nindyapuspa, “Kajian Tentang Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Maju

    dan Negara Berkembang”, Infomatek, Vol. 20, No. 1, (Juni 2018), hal. 43 10

    Peeranart Kiddee, Ravi Naidu dan Ming H. Wong, “Electronic Waste Management

    Approaches: An Overview”, hal. 1237

  • 5

    memiliki 16 fasilitas besar dan 138 fasilitas kecil, Thailand dengan 30

    fasilitasnya dan Jepang yang memiliki 49 fasilitas pengelolaan limbah

    elektronik. Ditambah, industri yang mengelola limbah elektronik juga

    masih mengalami kesulitan dalam beroperasi karena jumlah bahan baku

    yaitu limbah elektronik yang belum mencukupi. Industri-industri

    pengelola limbah elektronik dalam beroperasi seharusnya mendapatkan

    bahan baku dari sektor industri dan rumah tangga, namun, bahan baku dari

    sektor rumah tangga sebagian besar diserap oleh sektor informal karena

    memiliki kemampuan untuk membeli limbah elektronik rumah tangga

    dengan harga yang tinggi.11

    Limbah elektronik yang dibeli oleh sektor informal dapat dibayar

    dengan harga yang tinggi karena mereka dapat menekan biaya daur ulang

    dengan tidak memperhatikan faktor keselamatan lingkungan dan kerja,

    serta tidak membayar pajak, tidak membayar biaya pengumpulan,

    ditambah dengan sisa daur ulang limbah elektroniknya kemudian dibuang

    secara illegal.12

    Hal ini dikarenakan belum ada regulasi yang mengatur secara

    spesifik mengenai pengelolaan limbah elektronik. Hingga kini pemerintah

    mengkategorikan limbah elektronik ke dalam limbah B3 dan mengacu

    pada peraturan yang mengatur mengenai limbah B3 dan sampah secara

    umum yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan

    11

    Sri Wahyono, “Kebijakan Pengelolaan Limbah Elektronik dalam Lingkup Global dan

    Lokal”, hal. 21 12

    Sri Wahyono, “Kebijakan Pengelolaan Limbah Elektronik dalam Lingkup Global dan

    Lokal”, hal. 21

  • 6

    Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Peraturan Pemerintah Nomor 101

    Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,

    dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan

    sampah.13

    Melihat belum ada regulasi yang spesifik, maka sudah menjadi

    kewajiban bagi pemerintah untuk mengatur bagaimana agar limbah

    elektronik di wilayahnya dapat berkurang dan tidak mencemari lingkungan

    yaitu dengan melakukan inovasi. Inovasi merupakan hal yang penting

    dalam menjawab sebuah permasalahan, dalam hal ini, pengelolaan limbah

    elektronik. Dalam sebuah pemerintahan diperlukan untuk selalu

    melakukan inovasi karena dari hasil penemuan yang dilakukan dapat

    memperbaiki suatu keadaan sebelumnya. Seperti halnya dalam

    pengelolaan limbah elektronik, inovasi menjadi hal yang penting karena

    diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat pengelolaan

    limbah elektronik yang tidak sesuai prosedur.

    Kemudian dikarenakan beum ada regulasi yang spesifik dari

    pemerintah pusat mengenai pengelolaan limbah elektronik, untuk itu,

    pemerintah daerah perlu melakukan inovasi untuk mengurangi limbah

    elektronik di wilayahnya. Salah satu pemerintah daerah yang perlu

    melakukan inovasi mengenai pengelolaan limbah secara yang secara

    spesifik limbah elektronik adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, karena

    melihat posisinya sebagai Ibu Kota Republik Indonesia dan menjadi

    13

    Trisa Ayuni, Dodik Ridho Nurrochmat, Nastiti Siswi Indrasti, “Strategi Pengelolaan

    Limbah Elektronik Melalui Pengembangan Infrastruktur Ramah Lingkungan”, Jurnal Risalah

    Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, (April 2016), hal. 80

  • 7

    provinsi yang seharusnya menjadi percontohan bagi provinsi lainnya di

    Indonesia.

    Inovasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk

    mengatasi permasalahan limbah elektronik adalah dengan membentuk

    Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste). Gerakan ini

    dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sejak tahun 2017

    dan didasari pada Instruksi Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

    Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pengumpulan Limbah Elektronik Bagi

    Pegawai Di Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Penghuni Rumah

    Susun Dinas Lingkungan Hidup.14

    Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) menjadi

    upaya nyata dari inovasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam

    mengelola limbah elektronik secara spesifik yang menjawab persoalan

    mengenai belum adanya regulasi yang spesifik mengenai pengelolaan

    limbah elektronik di Indonesia, serta untuk mengurangi pencemaran yang

    ditimbulkan akibat pengelolaan limbah elektronik yang tidak sesuai

    prosedur.

    Meskipun Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik merupakan

    sebuah terobosan baru dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, namun pada

    pelaksanaannya belum mendapatkan respon yang baik dari masyarakat

    sehingga pelaksanaan pengelolaan limbah elektronik belum berjalan

    maksimal. Respon masyarakat berperan penting dalam pelaksanaan suatu

    14

    Data Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus 2019

  • 8

    kegiatan, dan agar sebuah program mendapatkan respon yang baik, sudah

    seharusnya pihak pemerintah mampu menarik perhatian masyarakat

    terhadap program tersebut.

    Oleh karena itu, berdasarkan pada penjelasan di atas, penulis

    tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai inovasi

    pengelolaan limbah dalam bentuk limbah elektronik serta faktor

    penghambat yang menyebabkan pelaksanaan pengelolaan limbah

    elektronik belum maksimal yang dijadikan topik penelitian skripsi yang

    berjudul “Inovasi Kebijakan Pengelolaan Limbah: Studi pada Pengelolaan

    Limbah Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-

    2019”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dibahas

    adalah:

    1. Bagaimana proses inovasi kebijakan pengelolaan limbah pada

    pengelolaan limbah elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI

    Jakarta?

    2. Hambatan apa saja yang muncul dalam pelaksanaan pengelolaan

    limbah elektronik?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    C.1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

    adalah:

  • 9

    1. Untuk mengetahui inovasi kebijakan pengelolaan limbah pada

    pengelolaan limbah elektronik oleh Pemerintah DKI Jakarta.

    2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan

    Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste).

    C.2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat akademik: Diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan

    ilmu pengetahuan khususnya pada ilmu politik tentang kajian kebijakan

    pemerintah daerah.

    b. Manfaat praktis: Diharapkan dapat memberi informasi mengenai upaya

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengelola limbah elektronik.

    D. Tinjauan Pustaka

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pustaka

    yang dimulai dari disertasi, tesis, skripsi dan referensi lainnya seperti buku

    dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian yang

    disusun peneliti.

    Pertama, karya Justus Nyabwengi Omari.15

    Penelitian untuk tesis

    ini meneliti tentang tipe, sumber dan kuantitas dari limbah elektronik dan

    bagaimana pengelolaan dan kebijakannya di Nairobi, Kenya. Hasil dari

    penelitian ini adalah kepemilikan komputer, telepon genggam dan telepon

    sebanyak 56,6% dan setiap tahun terdapat 10,84% limbah komputer.

    Penyebab dari banyaknya limbah elektronik karena sudah tidak berfungsi

    15

    Justus Nyabwengi Omari, “Investigation of the Current Status of Electronic Wastes,

    Generation and Management: A Case Study of Nairobi County”, Master Thesis, Department

    Environmental Engineering and Management, Jomo Kenyatta University of Agriculture and

    Technology, (2018)

  • 10

    dan ditambah dengan perubahan kebijakan serta penjualan limbah

    elektronik. Cara terbanyak dari pembuangan limbah elektronik dengan

    menjualnya lalu menyimpannya di toko, dan 53% dari responden tidak

    memiliki wewenang untuk mengelola limbah elektronik sehingga

    pengelolaannya tidak dianggap serius. Penelitian ini juga menemukan

    bahwa sebagian besar institusi lebih memilih untukmengumpulkan dan

    membuang limbah elektronik mereka lalu kemudian didaur ulang. Metode

    yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan dari

    tesis ini dengan penelitian yang penulis tulis adalah pada evaluasi terhadap

    kebijakan yang ada mengenai masalah limbah elektronik di Kenya.

    Kedua, karya Ernest Kwaku Bekoe.16

    Penelitian untuk tesis ini

    meneliti mengenai pengelolaan limbah elektronik di Kumasi Metropolitan,

    Ghana serta membahas tantangan dalam melakukannya dan permasalahan

    lingkungan dan kesehatan yang dihasilkan dan menemukan bahwa

    meningkatnya limbah elektronik menjadi tantangan tersendiri bagi

    pemerintah. Hasil temuannya adalah terdapat kebijakan bernama

    Envitonmental Protection, Sanitation and Assessmen Acts untuk mengatur

    pengelolaan bahan berbahaya, namun terdapat tantangan yaitu tidak

    adanya regulasi terbaru untuk mengarahkan aktivitas peningkatkan sektro

    pengelolaan limbah elektronik dan tidak ada fasilitas untuk mengelola

    limbah elektronik yang sesuai, dan kurangnya perhatian publik serta

    kurangnya pengetahuan dan kemampuan dari pemerintah dalam

    16

    Ernest Kwaku Bekoe, “E-Waste Management Practices in the Kumasi Metropolitan

    Area of Ghana: Status and Challenges”, Master Thesis, Department of International Environment

    and Development Studies, Norwegian University of Life Sciences, (2015)

  • 11

    menghadapi tantangan untuk mengelola limbah elektronik secara efektif.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi

    kasus. Perbedaan antara tesis ini dengan penelitian yang penulis tulis

    adalah disertasi ini membahas mengenai pengelolaan limbah elektronik di

    Kumasi Metropolis dari segi informal dan formal, lalu membahas

    tantangan dalam mengelola limbah elektronik dan dampak kesehatan serta

    lingkungan dari limbah elektronik.

    Ketiga, karya Benedicta A. Ideho.17

    Penelitian untuk tesis ini

    meneliti mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi dan

    pengelolaan limbah elektronik secara informal di Nigeria. Hasil

    temuannya adalah para stakeholder dari pengelolaan limbah elektronik

    secara informal ini tetap melanjutkan aktivitasnya meskipun menimbulkan

    bahaya kesehatan karena adanya keuntungan ekonomi yang di dapatkan.

    Meskipun sudah terdapat kebijakan dalam mengelola bahan berbahaya dan

    kebijakan mengenai pentingnya alat elektronik, namun karena kurangnya

    manajemen dalam mengimplementasikannya menyebabkan hal tersebut

    terjadi. Temuan lainnya juga menjelaskan bahwa sektor elektronik

    nasional di Nigeria diatur oleh asosiasi yang terlibat dalam bisnis

    elektronik. Dalam tesis ini, metode penelitian yang digunakan adalah

    metode kualitatif dengan studi kasus di Nigeria. Perbedaan tesis ini dengan

    penelitian yang penulis lakukan adalah tesis ini membahas pada

    17

    Benedicta A. Ideho, “E-Waste Management: A Case Study of Lagos State, Nigeria”,

    Master Thesis in Development and International Cooperation, Department of Social Sciences and

    Philosophy, University of Jyvaskyla, Finland (2012)

  • 12

    keuntungan ekonomi dan bahaya kesehatan dari pengelolaan limbah

    elektronik secara informal.

    Keempat, karya A. Askari, A. Ghadimzadeh, C.Gomes, M.D.

    Bakri Ishak18

    . Penelitian untuk jurnal ini membahas mengenai bagaimana

    pengelolaan limbah elektronik di negara industri dengan menganalisis

    berbagai isu di level global dan menjadikan Malaysia sebagai studi kasus.

    Hasil yang ditemukan adalah di negara-negara berkembang, contohnya

    Malaysia, sulit untuk secara penuh mengadopsi sistem pengelolaan limbah

    elektronik yang dikarenakan kondisi sosial-ekonomi, kurangnya

    infrastruktur, tidak adanya regulasi hukum yang mengatur pengelolaan

    limbah elektronik dan banyaknya materi-materi yang terdapat dalam setiap

    alat elektronik. Sistem pengelolaan limbah elektronik di Malaysia

    membutuhkan reformasi regulasi mengenai limbah elektronik. Metode

    penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Perbedaan jurnal ini

    dengan penelitian yang penulis tulis adalah jurnal ini membahas regulasi

    mengenai pengelolaan limbah elektronik di Malaysia dan penelitian ini

    membahas mengenai pengelolaan limbah di DKI Jakarta.

    Kelima, karya Deepali Sinha-Khetriwal, Philipp Kraeuchi, Markus

    Schwaninger.19

    Penelitian untuk jurnal ini membahas mengenai

    peningkatan jumlah limbah elektronik di dunia menimbulkan tantangan

    18

    A. Askari, A. Ghadimzadeh, C.Gomes, M.D. Bakri Ishak, “E-Waste Management:

    Towards an Appropriate Policy”, European Journal of Business and Management, Vol. 6, No. 1,

    (2014) 19

    Deepali Sinha-Khetriwal, Philipp Kraeuchi, Markus Schwaninger, “A Comparison of

    Electronic Waste Recycling in Switzerland and in India”, Environmental Impact Assessment

    Review, Vol. 25, (2005)

  • 13

    tersendiri dalam mengelolanya, karena terdapat ketentuan logistik tertentu

    untuk mengumpulkan limbah elektronik, kemudian limbah elektronik juga

    banyak mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan manusia dan

    lingkungan, sehingga pembuangannya harus menggunakan cara khusus.

    Jurnal ini membandingkan bagaimana di Swiss dan India dalam mengelola

    limbah elektronik dan ditermukan bahwa pengelolaan limbah elektronik

    tidak hanya memiliki satu cara, karena tergantung pada sistem ekonomi

    dan kultural dari setiap tempat. Metode penelitian ini menggunakan

    metode kualitatif dengan studi kasus. Perbedaan dari jurnal ini dengan

    penelitian yang penulis tulis adalah jurnal ini mengambil studi kasus dari

    Swiss dan India dan membandingkan bagaimana kedua negara tersebut

    mengelola limbah elektronik dan melihat perbedaannya.

    E. Metode Penelitian

    E.1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk membahas

    inovasi kebijakan pengelolaan limbah elektronik serta analisis yang

    mendalam dalam menyusun penelitian ini. Metode kualitatif memiliki

    definisi sebagai metode dalam penelitian ilmu sosial yang dilakukan

    dengan cara mengamati kondisi di masyarakat yang berkaitan dengan

    penelitian yang dilakukan dan melakukan analisis terhadap hasil

    pengamatan tersebut.20

    Dengan menggunakan metode kualitatif maka

    20

    Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, Equilibrium, Vol. 5, No. 9, (Januari-Juni

    2009): hal. 2

  • 14

    penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif yang menjelaskan dari

    hasil analisis yang diteliti.21

    E.2. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Provinsi DKI. Untuk waktu penelitian

    dilakukan secara bertahap.

    E.3. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan teknik

    wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan

    beberapa narasumber yang dipilih dengan menggunakan purposive

    sampling yang antara lain adalah:

    1. Rosa Ambarsari, Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas

    Lingkungan Hidup DKI Jakarta karena program pengelolaan

    limbah elektronik dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup

    DKI Jakarta.

    2. Pranandya Wijayanti, External Relation Komunitas Ewaste-RJ

    karena komunitas tersebut melakukan kerjasama dengan Dinas

    Lingkungan Hidup DKI mengenai pengumpulan limbah

    elektronik.

    3. Soesilo Wahyudi, staf Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup

    Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat yang merupakan

    kecamatan yang mengumpulkan limbah elektronik terbanyak di

    Kota Administrasi Jakarta Pusat.

    21

    David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode dalam Ilmu Politik (Bandung:

    Nusamedia, 2002), hal. 242

  • 15

    4. Masyarakat umum.

    Kemudian observasi dilakukan dengan mengunjungi Dipo Gunung

    Sahari serta lokasi-lokasi penempatan drop box. Pengumpulan data yang

    terakhir yaitu dokumentasi dengan menggunakan dokumen-dokumen yang

    diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Pejabat

    Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Provinsi DKI Jakarta.

    E.4. Teknik Analisis Data

    Analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Teknik ini

    bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai inovasi kebijakan publik

    mengenai pengelolaan limbah elektronik yang dilakukan oleh Pemerntah

    DKI Jakarta serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan

    limbah elektronik.

    E.5. Sumber Data

    a. Data Primer

    Data primer merupakan data yang penulis peroleh secara langsung

    melalui pengumpulan data dari objek yang diteliti dengan teknik purposive

    sampling dengan melakukan wawancara dengan narasumber. Wawancara

    dengan pihak-pihak terkait seperti Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3

    Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Rosa Ambarsari,

    Komunitas Ewaste-RJ dan serta Soesilo Wahyudi, staf Satuan Pelaksana

    Lingkungan Hidup Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat serta

    masyaraakt umum.

    b. Data Sekunder

  • 16

    Data sekunder merupakan data yang diperoleh selain dari objek

    penelitian. Data diperoleh dari dokumen-dokumen grafis, rekaman video,

    foto, media online.

    F. Sistematika Penelitian

    Untuk mendapatkan hasil penelitian yang saling berhubungan antar

    satu bab dengan bab yang lain, maka peneliti membagi topik penelitian ke

    dalam lima bab. Berikut adalah sistematika penulisan dalam penelitian ini:

    Bab I, peneliti menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,

    rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

    penelitian, teknik analisis data, teknik pengumpulan data, sumber data dan

    sistematika penelitian.

    Bab II, peneliti menjelaskan mengenai kerangka teoretis yaitu teori

    inovasi dan kebijakan publik serta menuliskan kerangka pikir yang dapat

    digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

    Bab III, peneliti menjelaskan mengenai gambaran umum tentang

    peta wilayah limbah elektronik di DKI Jakarta.

    Bab IV, peneliti melakukan analisis untuk menemukan bagaimana

    inovasi kebijakan publik mengenai pengelolaan limbah pada limbah

    elektronik yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan

    faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan limbah

    elektronik.

    Bab V, peneliti membuat kesimpulan dari hasil temuan yang

    didapatkan. Serta memberikan saran untuk penelitian serupa selanjutnya

  • 17

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

    A. Inovasi

    A.1. Pengertian Inovasi

    Inovasi didefiniskan sebagai pengenalan dan penerapan secara

    sengaja gagasan, proses, produk dan prosedur yang baru pada unit yang

    menerapkannya yang dibentuk untuk memberikan manfaat bagi

    masyarakat.1

    Evert M. Rogers dalam Suwarno2

    , menjelaskan bahwa

    inovasi merupakan sebuah ide, gagasan, prosedur, atau benda yang

    diterima sebagai hal baru oleh seseorang atau kelompok untuk digunakan.

    Sedangkan inovasi dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan

    Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30

    Tahun 2014 tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik proses kreatif

    dalam menciptakan dan menemukan hal baru yang berbeda atau diubah

    dari yang sebelumnya sudah ada.3

    Inovasi pada tingkat pemerintah, fokus pada memberikan manfaat

    bagi masyarakat. Inovasi ini fokus pada kegiatan, program, dan insentif

    untuk berwirausaha dan berinovasi yang dimaksudkan untuk mendorong

    organisasi-organisasi baru untuk berinovasi dan memperluas manfaat yang

    1 Djamaludin Ancok, Psikologi Kepemimpinan & Inovasi, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal.

    34 2 Yogi Suwarno, Inovasi di Sektor Publik, (Jakarta: STIA-LAN, 2008), hal. 9

    3 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

    Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik

  • 18

    mereka hasilkan untuk masyarakat dan anggota-anggotanya. Aspek dan

    peran sosial terlihat jelas pada inovasi di tingkat pemerintah. 4

    Inovasi terdiri dari dua hal yaitu: (1) Product innovation yaitu

    kemampuan seseorang untuk menawarkan solusi untuk perbaikan terhadap

    produk yang telah ada dan bagaimana individu mampu untuk

    mengembangkan sebuah produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan; (2)

    Process innovation yaitu kemampuan seseorang untuk menghasilkan jasa

    yang lebih baik dibandingkan yang sudah ada.5

    Pada penerapannya, inovasi memiliki atribut yang melekat, yang

    menurut Rogers dalam Suwarno6 yang pertama adalah keuntungan relatif,

    di mana inovasi harus memiliki keunggulan dibandingkan yang

    sebelumnya, ada nilai yang membedakannya dengan yang lain. Kedua,

    kesesuaian. Inovasi memiliki sifat kompatibel dari inovasi sebelumnya,

    melakukan penyesuaian dari inovasi sebelumnya. Ketiga, kerumitan.

    Karena adanya inovasi yang baru mungkin dapat menimbulkan tingkat

    kesulitan yang lebih tinggi.

    Keempat, kemungkinan dicoba. Inovasi akan diterima apabila telah

    terbukti memiliki perbedaan yang menguntungkan dibandingkan yang

    lama. Sehingga produk inovasi harus melewati tahap uji coba terlebih

    dahulu dengan diuji kualitasnya oleh setiap orang. Kelima, kemudahan

    4 Avanti Fontana, Innovate We Can! Manajemen Inovasi dan Penciptaan Nilai Individu,

    Organisasi, Masyarakat, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), hal. 32 5 Dodi Jayen Suwarno, Anita Silvianita, “Knowledge Sharing dan Inovasi Pada Industri

    Startup”, Jurnal Ecodemica, Vol. 1, No. 1, (April 2017), hal. 101 6 Yogi Suwarno, Inovasi di Sektor Publik, (Jakarta: STIA-LAN, 2008), hal. 16-18

  • 19

    untuk diamati. Inovasi yang baik diharuskan dapat diamati cara kerja dan

    hasil yang diberikan dengan mudah.

    Menurut Muluk7, proses inovasi memiliki dua kategori, pertama,

    sustaining innovation (inovasi terusan), meskipun merupakan produk baru

    tetapi tetap berdasarkan pada kondisi pelayanan dan sistem yang ada.

    Kedua, discontinue innovation (inovasi terputus) di mana inovasi yang

    baru sama sekali tidak berdasarkan pada kondisi pelayanan dan sistem

    yang ada.

    A.2. Dimensi Inovasi

    Inovasi memiliki dimensi yang berjumlah dua belas, yang antara

    lain adalah8:

    1. Apa (offerings): Mengembangkan produk atau jasa yang

    inovatif.

    2. Model (platform): Menggunakan komponen atau kerangka

    yang sama untuk menciptakan produk turunan.

    3. Solusi (solutions): Menciptakan produk yang terintegrasi dan

    sesuai untuk memecahkan masalah konsumen.

    4. Pengalaman konsumen (customer experience): Mendesain

    kembali interaksi pelanggan pada semua kontak poin dan

    kesempatan kontak.

    7 Khairul M.R. Muluk, Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan

    Daerah, (Malang: Banyumedia Publishing, 2008), hal. 48 8 Avanti Fontana, Innovate We Can! Manajemen Inovasi dan Penciptaan Nilai Individu,

    Organisasi, Masyarakat, hal. 108-109

  • 20

    5. Nilai tambah alternatif (value capture): Mendefinisikan

    kembali bagaimana untuk memperoleh pendapatan atau

    menciptakan aliran pendapatan baru yang inovatif.

    6. Proses (processes): Mendesain kembali proses operasi inti

    dalam mengubah input menjadi output untuk memperbaiki

    efisiensi dan efektivitas.

    7. Organisasi (organization): Mengubah bentuk, fungsi atau

    lingkup aktivitas perusahaan.

    8. Rantai pasok (supply chain): Berpikir berbeda tentang cara

    memperoleh sumber daya dan memenuhinya

    9. Pasar (presence): Menciptakan saluran distribusi atau poin-

    poin kehadiran baru yang inovatif, termasuk tempat-tempat di

    mana produk dapat dibeli atau digunakan oleh konsumen.

    10. Jejaring (networking): Menciptakan produk yang berpusat pada

    jejaring dan terintegrasi.

    11. Merek (brand): Menggunakan merek yang sudah ada pada

    domain atau ranah baru.

    A.3. Prinsip Inovasi

    Untuk melakukan inovasi, diperlukan 8 prinsip yang antara lain

    adalah, yaitu9:

    1. Tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan: Inovasi membutuhkan

    visi yang jelas yang didefinisikan oleh kepemimpinan dalam

    9 Avanti Fontana, Innovate We Can! Manajemen Inovasi dan Penciptaan Nilai Individu,

    Organisasi, Masyarakat, hal. 124-136

  • 21

    organisasi sehingga visi tersebut dapat disebarkan ke seluruh

    organisasi.

    2. Inovasi membutuhkan manajemen resiko yang terkalkulasi:

    Setiap inovasi pasti mengandung resiko untuk itu perlu

    mengembangkan sistem untuk mengatasinya, termasuk

    memastikan karyawan kunci dalam organisasi bertindak

    sebagai innovator dan pengusaha.

    3. Inovasi dipicu oleh kreativitas: Menciptakan lingkungan

    kondusif untuk menumbuhkan kreativitas dari setiap anggota

    organisasi.

    4. Inovasi membutuhkan integrasi organisasi: Seluruh organisasi

    harus merasa memiliki inovasi dan inovasi tidak dapat

    diserahkan hanya pada bagian-bagian tertentu.

    5. Keberhasilan dalam inovasi membutuhkan keunggulan dalam

    manajemen proyek: Keunggulan dalam manajemen proyek

    berkaitan dengan sisi implementasi inovasi.

    6. Informasi adalah sumber daya penting untuk efektivitas

    inovasi: Manajemen informasi dalam manajemen proyek

    ditekankan sebagai salah satu prinsip manajemen inovasi. Jika

    inovasi dilihat sebagai sebuah proses produksi maka informasi

    dan ide adalah bahan baku dalam membuat produk, dan untuk

    melakukannya dibutuhkan sumber informasi yang baik dan

  • 22

    dapat dipertanggungjawabkan serta bebas untuk mengakses

    informasi tersebut.

    7. Hasil dari upaya kreatif perlu dilindungi: Menggunakan hak

    paten dan hak cipta, selain itu trade secrets, merek, monopoli

    atas sumber daya, ciptakan pasar kaptif, lakukan percepatan

    pengembangan produk.

    8. Inovasi yang berhasil berakar pada pemahaman yang baik

    tentang pasar: Inovator yang baik perlu memiliki kemampuan

    mendengarkan pasar dan dapat memberikan respon dengan

    cepat dan baik serta mempertimbangkan permintaan-

    permintaan konsumen, karena dengan kemampuan komunikasi

    yang baik dapat menjadi tolak ukur keberhasilan suatu inovasi.

    B. Kebijakan Publik

    B.1. Pengertian Kebijakan Publik

    Thomas R. Dye seperti dikutip dalam Said Zainal Abidin10

    menyebutkan bahwa pengertian kebijakan adalah sebuah pilihan bagi

    pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal (whatever

    governments choose to do or not to do). Dari definisi ini dapat

    menggabungkan dari definisi yang disebutkan oleh David Easton,

    Lasswell dan Kaplan serta Carl Friedrich. Easton dalam Said Zainal

    Abidin11

    , menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah disebut sebagai

    10

    Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hal. 5-6 11

    Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal. 6

  • 23

    “kekuasaan pengalokasian nilai-nilai untuk masyarakat secara

    keseluruhan”.

    Dari definisi ini dapat menjelaskan bahwa pemerintah memiliki

    kewenangan terhadap seluruh kehidupan masyarakatnya, dan tidak ada

    organisasi lain selain pemerintah yang cakupan kewenangannya sebesar

    yang dimiliki pemerintah. Dalam Said Zainal Abidin12

    juga disebutkan

    bahwa Lasswell dan Kaplan mendefinisikan kebijakan sebagai sarana

    untuk mencapai tujuan, dan kebijakan merupakan kegiatan yang berkaitan

    dengan adanya tujuan, nilai dan praktik (a projected program of goals,

    values, and practices).

    Kebijakan memiliki dua prinsip yaitu merupakan hal yang berasal

    dari kehidupan masyarakat dan bukan merupakan hal yang muncul secara

    tiba-tiba. Kebijakan dapat dibentuk karena pemerintah melihat bagaimana

    kondisi dalam masyarakat dan kebijakan selalu berkaitan dengan hal yang

    tidak asing oleh masyarakat. Prinsip kedua adalah kebijakan diciptakan

    untuk mencapai titik harmoni dari pihak-pihak yang merasa bermasalah,

    untuk itu dapat dikatakan kebijakan merupakan hal yang menjawab

    permasalahan sosial.13

    Sedangkan pengertian publik memiliki variasi menurut pengertian

    umum, masyarakat dan negara. Publik dalam pengertian umum atau

    masyarakat misalnya penawaran umum, milik umum, perusahaan umu,

    12

    Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal. 6 13

    Abdullah Ramdhani dan Muhammad Ali Ramdhani, “Konsep Umum Pelaksanaan

    Kebijakan Publik”, Jurnal Publik, Vol. 11, No. 1, (2017): hal. 2-3

  • 24

    hubungan masyarakat, pelayanan masyarakat, dan kepentingan umum.

    Sedangkan untuk pengertian publik dalam pengertian negara adalah

    otoritas negara, bangunan negara, penerimaan negara dan sektor negara.14

    Kemudian pengertian publik yang berkaitan dengan kebijakan

    publik terdapat dalam strata kebijakan. Sebuah kebijakan publik tidak

    bersifat spesifik dan sempit dan berada pada strata strategis. Sehingga

    kebijakan publik berfungsi untuk pedoman untuk pembentukan kebijakan

    dan keputusan khusus di bawahnya.15

    Pengertian dari kebijakan publik menurut Samodra Wibawa16

    adalah setiap keputusan yang dihasilkan dalam sistem politik sebuah

    negara, provinsi, kabupaten bahkan hingga tingkat rukun tetangga dan

    rukun warga. Lembaga-lembaga seperti PBB, ASEAN, EU juga termasuk

    sebagai sistem politik. Dalam setiap sistem tersebut, mereka membentuk

    keputusan yang ditujukan kepada “publik” masing-masing dan

    menggunakan sumber daya publik yang mereka miliki.

    B.2. Ciri-Ciri Umum Kebijakan Publik

    Kebijakan memiliki beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut17

    :

    1. Kebijakan publik pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai dan tidak

    sekedar dibuat percuma, jika tidak memiliki tujuan maka kebijakan

    tidak akan dibuat.

    14

    Rahayu Kusuma Dewi, Studi Analisis Kebijakan, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hal.

    16 15

    Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal. 8 16

    Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

    2011), hal. 3 17

    Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, hal. 23

  • 25

    2. Kebijakan tidak berdiri sendiri, atau terpisah dari kebijakan lainnya.

    Kebijakan yang dibuat akan berkaitan dengan kebijakan yang sudah ada

    di masyarakat dan berorientasi pada implementasi, interpretasi dan

    penegakan hukum.

    3. Kebijakan merupakan tindakan yang sudah dilakukan pemerintah,

    bukan untuk tindakan yang akan atau masih direncanakan oleh

    pemerintah.

    4. Kebijakan dapat bersifat positif yaitu untuk mengarahkan atau

    menganjurkan suatu hal kepada masyarakat dan bersifat negatif yang

    merupakan larangan kepada masyarakat.

    5. Kebijakan harus dibuat dengan memiliki landasan hukum sehingga

    memiliki wewenang untuk “memaksa” masyarakat untuk mematuhinya.

    B.3 Dimensi Kebijakan Publik

    Tri Widodo seperti yang dikutip dalam Rahayu Kusuma Dewi18

    menjelaskan bahwa dimensi kebijakan publik memiliki dua segi, yang

    antara lain adalah:

    1. Dimensi proses kebijakan: membahas bagaimana proses pelaksanaan

    pembentukan tersebut di mulai dari pencarian masalah, implementasi

    kebijakan, memantau kebijakan, dan evaluasi kebijakan

    2. Dimensi analisis kebijakan: sebuah kegiatan di mana kebijakan yang

    akan dibuat dianalisis terlebih dahulu dengan metode dan teknik yang

    multidisiplin untuk penyusunan strategi kebijakan.

    18

    Rahayu Kusuma Dewi, Studi Analisis Kebijakan, hal. 20

  • 26

    B.4. Implementasi Kebijakan Publik

    Dalam melaksanakan kebijakan publik tidak mudah, karena

    kebijakan tersebut memiliki pengaruh terhadap masyarakat luas sehingga

    para pembuat kebijakan harus menyesuaikan kebijakan tersebut dengan

    pandangan dan latar belakang masyarakat yang beragam dan dalam

    menerapkan satu kebijakan akan memiliki pro dan kontra. Pelaksanakan

    kebijakan publik juga dapat disebut sebagai implementasi kebijakan

    publik, yang merupakan sebuah tahap setelah kebijakan tersebut disahkan

    sebagai peraturan perundang-undangan. Implementasi kebijakan

    merupakan kegiatan untuk memenuhi janji-janji yang tertulis dalam

    kebijakan tersebut yang berbentuk program pemerintah yang memiliki

    output yang nyata. Implementasi kebijakan juga dapat disebut sebagai

    transaksi sumber daya, karena dalam pelaksanaannya, pemerintah harus

    membentuk hubungan dengan berbagai macam pihak, dan juga harus

    memiliki integrasi antara pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan

    tersebut.

    Alur dalam implementasi kebijakan diawali dengan output

    kebijakan yang kemudian ditujukan kepada kelompok tertentu yang

    berkaitan dengan kebijakan tersebut yang nantinya akan menimbulkan

    akibat apakah kebijakan tersebut berhasil atau gagal. Kebijakan publik

    memiliki dua pihak yang saling terkait yaitu pemerintah sebagai pembuat

    kebijakan dan masyarakat sebagai implementator kebijakan. Namun

    pemerintah juga dapat menjadi implementator kebijakan seperti contohnya

  • 27

    lembaga legislatif ketika membuat undang-undang yang berisi mengenai

    persoalan implementasi, lalu juga lembaga yudikatif dapat menjadi

    implementator misalnya apabila berkaitan dengan undang-undang tentang

    kejahatan, terorisme, narkoba dan sebagainya. Selain lembaga negara,

    yang berperan sebagai implementator adalah kelompok kepentingan dan

    penekan, dan organisasi masyarakat.

    Dalam implementasi kebijakan publik menggunakan dua

    pendekatan yaitu top-down dan bottom-up. Top-down umumnya berfungsi

    ketika memilih kebijakan apa yang akan dibahas, mempelajari sebuah

    kebijakan untuk melihat tujuan dari kebijakan tersebut, mengetahui

    dengan cara apa agar sebuah kebijakan dapat tepat sasaran dan

    dilaksanakan dengan benar, mengetahui apakah sebuah kebijakan dapat

    diterima dan bermanfaat bagi kelompok terkait, serta dampak apa yang

    muncul setelah sebuah kebijakan dilaksanakan. Sedangkan pendekatan

    bottom-up dilaksanakan dengan melakukan pemetaan stakeholder,

    mencari tahu pemahaman aktor yaitu pemerintah, kelompok penekan dan

    kelompok sasaran mengenai sebuah kebijakan dan kepentingan di dalam

    kebijakan tersebut, mencari jaringan antara aktor level bawah dan level

    atas, melakukan pemetaan dari level terendah hingga tertinggi.19

    19

    Eko Handoyo, Kebijakan Publik, (Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

    Semarang dan Widya Karya, 2012), hal. 93-101

  • 28

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Publik

    Menurut George C. Edwards dalam Subarsono20

    mengemukakan

    empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik yaitu:

    a. Komunikasi

    Keberhasilan sebuah kebijakan mengharuskan pelaku kebijakan

    untuk mengetahui apa yang harus dilakukan. Dalam

    mengimplementasikan sebuah kebijakan, komunikasi tidak hanya

    dilakukan pada pelaksana kebijakan melainkan juga pada sasaran dan

    pihak terkait. Informasi yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan

    harus jelas, mudah dipahami dan konsisten agar kebijakan tersebut

    dapat berjalan dengan baik.

    b. Sumber Daya

    Sumber daya menjadi hal yang penting dalam pengimplementasian

    sebuah kebijakan, karena meskipun komunikasi telah dijalankan dengan

    baik namun tidak didukung dengan sumber daya yang memadai, maka

    implementasi kebijakan tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya

    dapat berwujud sumber daya manusia dan non manusia. Jika dalam

    implementasi kebijakan tidak memiliki sumber daya, maka kebijakan

    tersebut hanya menjadi dokumen saja.

    c. Disposisi

    Hal ketiga yang menjadi faktor penting dalam pelaksanaan

    kebijakan adalah sikap dari pelaksana kebijakan ketika menjalankan

    20

    Agustinus Subarsono, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi , hal. 90

  • 29

    suatu kebijakan, jika ia memiliki disposisi yang baik maka kebijakan

    yang dijalankan juga akan baik.

    d. Struktur Birokrasi

    Yang keempat adalah struktur birokrasi di mana menjadi salah satu

    badan yang menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi tidak hanya dalam

    struktur pemerintahan, melainkan juga pada instansi lain yang memiliki

    keterkaitan dengan kebijakan yang sedang dijalankan. Pengaruh dari

    struktur birokrasi cukup signifikan dalam pelaksanaan sebuah

    kebijakan.

    C. Kerangka Pikir

    Pengelolaan limbah elektronik menjadi salah satu permasalahan

    sampah yang tidak dapat diabaikan, dan harus mendapatkan perhatian

    khusus dari pemerintah. Keberadaan limbah elektronik yang semakin

    meningkat seiring kemajuan teknologi ditambah dengan potensi bahaya

    yang dimilikinya menjadi alasan diperlukannya upaya nyata untuk

    mengatasi permasalahan ini, dan untuk pengelolaan limbah elektronik

    masih banyak yang tidak dilakukan sesuai prosedur sehingga dapat

    memunculkan pencemaran lingkungan. Hingga pada tahun 2017, Dinas

    Lingkungan Hidup DKI Jakarta membentuk sebuah program pengelolaan

    limbah elektronik yang dinamakan Gerakan Pengumpulan Limbah

    Elektronik (E-Waste) yang bertujuan untuk mengurangi pencemaran

    lingkungan dan mengurangi jumlah elektronik di DKI Jakarta, meskipun

    program ini hanya sebatas pada wewenang untuk mengumpulkan saja

  • 30

    kemudian limbah elektronik yang didapatkan lalu diserahkan ke pihak

    ketiga untuk diolah.

    Meskipun program ini menjadi sebuah inovasi bagi Pemerintah

    Provinsi DKI Jakarta, namun dalam penelitian ini berusaha untuk

    menjawab dan menjelaskan mengenai dari sisi mana program ini dapat

    dikategorikan sebagai inovasi dengan menggunakan indikator-indikator

    inovasi. Serta menjabarkan mengenai proses inovasi yang dilakukan dalam

    Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) dengan

    menggunakan prinsip inovasi.

    Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) sudah

    berjalan selama 2 tahun, namun pada pelaksanaannya terdapat berbagai

    hambatan yang menyebabkan program ini tidak mampu berjalan secara

    efektif. Sehingga dalam penelitian ini juga menjawab mengenai hal apa

    saja yang muncul dalam pelaksanaan Gerakan Pengumpulan Limbah

    Elektronik (E-Waste) yang dapat menyebabkan program ini belum

    terlaksana secara maksimal dengan menggunakan faktor-faktor yang

    mempengaruhi implementasi kebijakan publik.

    Skripsi ini menggunakan kerangka teoretis dari teori inovasi dan

    kebijakan publik dengan menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi

    implementasi kebijakan publik agar dapat melihat dan membahas secara

    jelas pada Bab IV mengenai inovasi pengelolaan limbah elektronik dan

    hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program pengelolaan limbah

    elektronik di tahun 2017-2019.

  • 31

    INOVASI KEBIJAKAN

    PENGELOLAAN LIMBAH (Studi pada Pengelolaan Limbah

    Elektronik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun

    2017-2019)

    Inovasi Kebijakan Pengelolaan

    Limbah Elektronik

    1. Indikator Inovasi

    2. Prinsip Inovasi

    Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Pengelolaan Limbah

    Elektronik

    1. Komunikasi

    2. Sumber Daya

    3. Disposisi

    4. Struktur Birokrasi

    Gambar II.1

    Kerangka Pikir

  • 32

    BAB III

    GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

    A. Profil Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

    Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta terbentuk pada tahun 2017

    yang merupakan hasil peleburan dari Dinas Kebersihan dan Badan

    Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta.1 Dinas Lingkungan

    Hidup DKI Jakarta terletak di Jalan Mandala V No. 67, Cililitan, Kramat

    Jati, Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 13640.2

    Tupoksi dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tertera dalam

    Pergub No. 284 Tahun 2016 tentang Dinas Lingkungan Hidup Provinsi

    Jakarta, Pergub No. 399 Tahun 2016 tentang Unit Pelaksana Kebersihan

    Badan Air, Pergub No. 398 Tahun 2016 tentang Unit Laboratorium

    Lingkungan Hidup Daerah dan Pergub No. 400 Tahun 2016 tentang Unit

    Pengelola Sampah Terpadu.3

    Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memiliki 24 program

    prioritas yang antara lain adalah4:

    1. Penyusunan RPPLH, KLHS Pantura dan KLHS RPJMD.

    2. Penyusunan RPJMD.

    1 Hasil wawancara dengan Rosa Ambarsari, Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas

    Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Kamis 25 Juli 2019, di Kantor Dinas Lingkungan Hidup DKI

    Jakarta. 2 Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, https://lingkunganhidup.jakarta.go.id, diakses 3

    Agustus 2019 3 Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, https://lingkunganhidup.jakarta.go.id, diakses 3

    Agustus 2019 4 Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, https://lingkunganhidup.jakarta.go.id, diakses 3

    Agustus 2019

  • 33

    3. Penyusunan status lingkungan hidup daerah.

    4. Pengelolaan informasi lingkunga dan kebersihan.

    5. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

    6. Pengurangan dan penanganan sampah.

    7. Penanganan limbah B3 dari fasilitas kesehatan tingkat dasar,

    kegiatan usaha skala kecil dan rumah tangga.

    8. Pengembangan pengelolaan kebersihan.

    9. Pemantauan kualitas lingkungan.

    10. Penilaian dokumen lingkungan.

    11. Konversi penggunaan BBM ke BBG untuk kendaraan

    operasional dinas.

    12. Pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor.

    13. Penanganan pengaduan kasus lingkungan dan kebersihan.

    14. Pengawasan pencemaran lingkungan terhadap kegiatan usaha.

    15. Penegakkan hukum terhadap pelanggar peraturan lingkungan

    dan kebersihan.

    16. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan dan kebersihan.

    17. Pengembangan kemitraan lingkungan dan kebersihan.

    18. Pengembangan bank sampah.

    19. Pelaksanaan program Adipura, Adiwiyata, program Kampung

    Iklim, Kalpataru, dan Saka Kalpataru.

    20. Pengembangan peningkatan peran dunia usaha dalam

    pengelolaan lingkungan dan kebersihan.

  • 34

    21. Peningkatan penanganan sampah di badan air.

    22. Peningkatan pengelolaan sampah di TPA.

    23. Peningkatan pelayanan uji laboratorium lingkungan.

    24. Peningkatan penerimaan retribusi.

    Struktur organisasi dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

    mengalami perubahan pada bulan Juli 2019, Gubernur DKI Jakarta Anies

    Baswedan melantik Andono Warih sebagai Kepala Dinas Lingkungan

    Hidup DKI Jakarta yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Air

    Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, berikut merupakan struktur

    organisasi dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta5:

    a. Kepala Dinas.

    b. Wakil Kepala Dinas.

    c. Sekretariat yang terbagi atas Subbagian Umum, Subbagian

    Kepegawaian, Subbagian Perencanaan Anggaran dan Subbagian

    Keungan.

    d. Bidang Tata Lingkungan dan Kebersihan yang terbagi atas Seksi

    Perencanaan Teknis Lingkungan dan Kebersihan, Seksi

    Pengembangan Teknis Lingkungan dan Kebersihan, Seksi Mitigasi

    dan Adaptasi Perubahan Iklim.

    e. Bidang Pengelolaan Kebersihan yang terdiri dari Seksi Pengelolaan

    Sampah, Seksi Pengelolaan Limbah B3, dan Seksi Pengendalian

    Kebersihan.

    5 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 284 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Dinas Lingkungan Hidup, pasal 4, ayat (1)

  • 35

    f. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan yang terbagi atas Seksi

    Pemantauan Kualitas Lingkungan, Seksi Pencegahan Dampak

    Lingkungan, Seksi Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.

    g. Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum yang terdiri dari Seksi

    Penanganan Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa, Seksi Pengawasan

    Lingkungan dan Kebersihan, dan Seksi Penegakkan Hukum.

    h. Bidang Prasarana dan Sarana yang terdiri dari Seksi Pengadaan, Seksi

    Penyimpanan dan Penyaluran serta Seksi Pemeliharaan.

    i. Bidang Peran Serta Masyarakat yang terbagi atas Seksi Pengembangan

    Peran Serta Masyarakat, Seksi Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat,

    dan Seksi Bina Usaha Lingkungan dan Kebersihan.

    j. Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi.

    k. Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Administrasi.

    l. Unit Pelaksana Teknis.

    m. Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup Kecamatan.

    n. Kelompok Jabatan Fungsional.

    Pada 13 Desember 2017, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

    mendapatkan sertifikat Quality Management System dari Management

    Systems Assessment6:

    6 Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, https://lingkunganhidup.jakarta.go.id, diakses 3

    Agustus 2019

  • 36

    Gambar III.1 & III. 2

    Sertifikat Quality Management System

    Sumber: Website Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta,

    https://lingkunganhidup.jakarta.go.id

    B. Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) oleh

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

    B.1. Latar Belakang Munculnya Gerakan Pengumpulan Limbah

    Elektronik (E-Waste)

    Limbah elektronik (e-waste) adalah barang atau peralatan elektrik

    dan elektronik yang sudah usang, telah berakhir daur hidupnya & tidak

    lagi memberikan nilai atau manfaat bagi pemiliknya. Limbah elektronik

    mengandung berbagai macam material yang sebagian besar diklasifikasi

    sebagai bahan berbahaya dan beracun, seperti logam berat, PVC, PCB, dll

  • 37

    sehingga membahayakan kesehatan maupun lingkungan apabila dilakukan

    penanganan yang salah.7

    Penanganan dan pengolahan limbah elektronik yang tidak tepat

    misalnya untuk mendapatkan logam-logam berharga, dengan cara

    pembakaran kabel-kabel, penambahan cairan kimia konsentrasi tinggi,

    sangat berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan melalui udara, air

    dan tanah dan mengancam kesehatan manusia disekitarnya. Oleh karena

    limbah elektronik memiliki potensi bahaya dan racun dan sangat berbeda

    perlakuannya dengan sampah domestik maka pengelolaannya harus

    dilakukan secara tepat dan sesuai dengan ketentuan.8

    Kehidupan masyarakat di perkotaan seperti di Jakarta sangat

    tergantung dengan barang-barang elektronik, cepatnya kemajuan teknologi

    serta gaya hidup masyarakat menyebabkan tingginya kebutuhan akan

    barang-barang elektronik tersebut. Di sisi lain barang elektronik

    mempunyai masa pakai yang terbatas dan pada saatnya tidak bisa atau

    tidak ingin digunakan lagi oleh pemiliknya, hal ini mengakibatkan potensi

    limbah elektronik (e-waste) yang dihasilkan diperkotaan menjadi sangat

    tinggi.9

    7 Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 8 Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 9 Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019

  • 38

    Disebabkan 2 (dua) hal tersebut, bahwa limbah elektronik (e-

    waste) mengandung Bahan Berbahya dan Beracun (B3) dan volume

    limbah elektronik (e-waste) sangat tinggi di DKI Jakarta, maka diperlukan

    penanganan yang tepat.10

    Terkait hal tersebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini

    Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menginisiasi Gerakan

    Pengumpulan Limbah Elektronik (e-waste) yang didasarkan pada Instruksi

    Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Nomor 28 tahun 2017

    tentang Pengumpulan Limbah Elektronik Bagi Pegawai Di Lingkungan

    Dinas Lingkungan Hidup dan Penghuni Rumah Susun Dinas Lingkungan

    Hidup. Limbah elektronik yang telah terkumpul akan diolah secara tepat

    oleh pihak yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan

    Kehutanan Republik Indonesia. Pengumpulan limbah elektronik dari

    warga DKI Jakarta dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk

    sementara waktu dan Dinas Lingkungan Hidup akan bekerjasama dengan

    pihak yang tepat untuk pengolahan lanjutannya.11

    B.2. Tujuan dan Manfaat Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik

    (E-Waste)

    Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Undang-Undang

    10

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 11

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019

  • 39

    No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, maka pelaksanaan

    Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (e-waste) bagi warga DKI

    Jakarta, memiliki tujuan12

    :

    1. Agar warga DKI Jakarta mendapatkan pemahaman tentang limbah

    elektronik (e-waste) dengan tepat.

    2. Memudahkan warga DKI Jakarta mengumpulkan limbah elektronik (e-

    waste) miliknya

    Sedangkan manfaat dari Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik

    (e-waste) bagi warga DKI Jakarta adalah untuk mengurangi potensi

    pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh e-waste sehingga warga

    mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik.13

    B.3. Pelaksanaan Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-

    waste)

    Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (e-waste) bagi warga

    DKI Jakarta, selain memberikan edukasi dan sosialisasi kepada

    masyarakat DKI, juga memberikan kemudahan bagi warga yang ingin

    mengumpulkan limbah elektroniknya (e-waste).14

    Edukasi dan sosialisasi

    telah dilaksanakan sejak tahun 2017 kepada masyarakat DKI melalui event

    Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sudirman-Thamrin, penghuni rumah

    12

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 13

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 14

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019

  • 40

    susun milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, asrama-asrama Dinas

    Lingkungan Hidup, sekolah-sekolah Adiwiyata, perusahaan-perusahaan

    swasta dengan target karyawan/wati perusahaan, petugas-petugas yang

    beroperasi di dipo-dipo/TPS sampah.15

    Selain itu edukasi dan sosialisasi juga dilakukan melalui sosial

    media resmi Dinas Ligkungan Hidup dan juga dibantu oleh Komunitas

    EWaste-RJ dalam membagi informasi dan program Gerakan Pengumpulan

    Limbah Elektronik (e-waste).16

    Adapun kemudahan yang diberikan kepada

    warga DKI dalam pengumpulan limbah elektronik adalah dengan

    menempatkan dropbox (wadah) e-waste di halte TransJakarta, di stasiun

    kereta api, dan di event Hari Bebas Kendaraan Bermotor,17

    serta di

    beberapa tempat seperti yang tertera pada gambar di bawah ini:

    Gambar III.3

    Lokasi Dropbox Limbah Elektronik di DKI Jakarta

    Sumber: Twitter Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta (@dinaslhdki)

    15

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 16

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 17

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019

  • 41

    Selain penempatan dropbox yang bisa menampung limbah

    elektronik (e-waste) berukuran kecil, Dinas Lingkungan Hidup juga

    memberikan pelayanan jemput gratis e-waste bagi warga DKI Jakarta yang

    mempunyai limbah elektronik (e-waste) berukuran besar. Pendaftaran

    jemput gratis e-waste dapat dilakukan secara online melalui website Dinas

    Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.18

    Berikut adalah prosedur

    pendaftaran penjemputan e-waste yang dapat dilakukan oleh warga DKI

    Jakarta:

    Gambar III.4

    Prosedur Penjemputan Limbah Elektronik bagi Warga DKI Jakarta

    Sumber: Twitter Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta (@dinaslhdki)

    Proses pengumpulan limbah elektronik selain dengan

    menggunakan dropbox dan penjemputan, Dinas Lingkungan Hidup DKI

    Jakarta juga memiliki Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup atau „Sapel‟

    yang tugasnya adalah untuk mengumpulkan limbah B3 rumah tangga yang

    18

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019

  • 42

    termasuk di dalamnya limbah elektronik, pengumpulan yang dilakukan

    setiap hari Jum‟at.

    “Sebenarnya sih ada tiga, satu drop box itu ada sekitar beberapa yang sudah

    tersebar, layanan jemput, ada satu lagi yang setiap hari Jumat itu Satuan

    Pelaksana Lingkungan Hidup itu ngumpulin ke Dinas LH, jadi Dinas LH itu

    punya staff sampai tingkat kecamatan, nah kami bilangnya „Sapel‟

    Kecamatan, itu dia akan mengumpulkan limbah b3 rumah tangga setiap hari

    Jumat, termasuk e-waste, tapi tidak hanya e-waste, ada yang baygon dan

    sebagainya itu ada juga.”19

    B.4. Hasil Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste) oleh

    Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

    Pada tahun 2017 limbah elektronik (e-waste) yang telah terkumpul

    dari warga DKI Jakarta adalah: 1250 buah handphone bekas dan 5,3 ton

    limbah elektronik lainnya, seperti kulkas, TV, AC, komputer, laptop,

    printer, dan lain-lain. Dinas Lingkungan Hidup pada tahun 2017

    bekerjasama dengan PT. Prasadha Pamunah Limbah (PPLi) dan PT. Mukti

    Mandiri Lestari dalam pengolahan limbah elektronik tersebut.20

    Kemudian di tahun 2018, Dinas Lingkungan Hidup bekerjasama

    dengan PT. Teknotama Lingkungan Internusa untuk pengelolaan limbah

    elektronik. Sampai saat ini limbah elektronik yang telah di kelola

    sebanyak 8,25 ton dari berbagai jenis limbah elektronik (e-waste).21

    19

    Hasil wawancara dengan Rosa Ambarwati, Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3

    Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Kamis 25 Juli 2019, di Kantor Dinas Lingkungan Hidup

    DKI Jakarta 20

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 21

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019

  • 43

    Dari tahun 2017 sampai dengan bulan September 2018 seluruh

    limbah elektronik yang telah dikelola dengan cara yang tepat oleh pihak

    yang mempunyai izin dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    sebanyak 13,55 ton dan 1.250 buah HP bekas.22

    Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta,

    pengumpulan limbah elektronik yang dilakukan pada tahun 2019 sejak

    bulan Januari-Juni khusus untuk di halte Transjakarta adalah sebagai

    berikut23

    Tabel III.1

    Rekapitulasi Pengumpulan Limbah Elektronik di Halte Transjakarta pada Januari-

    Juni 2019

    Sumber: Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa halte Transjakarta

    yang memiliki pengumpulan limbah elektronik tertinggi pada bulan

    Januari hingga Juni 2019 adalah halte Ragunan sebesar 929 dan yang

    22

    Data dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemerintah Provinsi

    DKI Jakarta mengenai Gerakan Pengumpulan Limbah Elektronik (E-Waste), diperoleh 6 Agustus

    2019 23

    Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengenai Rekapitulasi Pengumpulan

    Limbah Elektronik Bulan Januari-Juni 2019, diperoleh 25 Juli 2019

    No Halte Bulan

    Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni

    1 Cawang UKI 80 171 22 72 0 56 401

    2 Kampung Melayu 37 70 92 158 100 62 519

    3 Matraman 0 0 0 13 0 95 108

    4 Senen 0 0 0 94 99 131 324

    5 Kota 0 0 0 2 0 125 127

    6 Harmoni 146 66 151 165 109 0 637

    7 Bundaran HI 0 0 0 0 0 60 60

    8 Tendean 0 0 0 79 100 132 311

    9 Blok M 0 0 0 64 80 80 224

    10 Ragunan 166 141 80 150 196 196 929

    Jumlah 429 448 345 797 684 937 3640

  • 44

    terendah adalah halte Bundaran Hotel Indonesia sebesar 60. Kemudian

    untuk pengumpulan limbah elektronik tertinggi dari kesepuluh halte

    Transjakarta berada pada bulan Juni yang berjumlah 937.

    Kemudian untuk data pengumpulan limbah elektronik pada tahun

    2019 di bulan Januari-Juni khusus untuk Stasiun Cikini adalah24

    :

    Tabel III.2

    Rekapitulasi Limbah Elektronik di Stasiun Cikini pada Januari-Juni 2019

    Sumber: Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

    Tabel di atas menunjukkan bahwa pengumpulan limbah elektronik

    tertinggi di Stasiun Cikini untuk bulan Januari hingga Juni 2019 adalah di

    bulan April sebesar 428 dan pengumpulan terendah berada di bulan Mei

    sebesar 353.

    Kemudian berikut adalah data mengenai pengumpulan limbah

    elektronik di kelima kota administrasi di DKI Jakarta untuk bulan Januari

    hingga Juni tahun 201925

    :