16
1975 MODEL PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DENGAN METODE SEKOLAH SIAGA BENCANA Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana Oleh : Dwi Wantoro* *) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, DIY Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014 Abstract ndonesian has abundant natural and non-natural resources.These abundant natural resources turn out to engender various hazards such as earthquakes, I tsunamis, mountain eruptions, floods, droughts, storms, and landslides. Non- natural resources engender non-natural disasters such as technological failure, modernization failure, and disease outbreaks. In addition, there are social disasters like social conflicts between groups or communities and terrors. Lately, a disaster occurs after another, even several disasters occur at the same time at different places. Those disasters cause many human casualties, environmental damages, property losses, and psychological impacts. Schools as places for learning process are prone to disasters too. Disasters cause a lot of casualties due to low levels of the school community preparedness and the lack of knowledge about natural disasters. It is noted that the national policy in the field of education mainstreaming disaster risk reduction at school is not optimal. Efforts of disaster risk reduction has not received legal protection in the era of decentralization. Local regulations on disaster management disaster risk reduction has not become a priority program at school although 75% of Indonesia is prone to disaster. Model of disaster preparedness school has actually been developed by Indonesian Institute of Sciences or LIPI. Now there are 13 schools in 6 districts throughout Indonesia which get disaster preparedness learning. This study would like to show that disaster preparedness school developed by LIPI is worthy of being a model for mainstreaming disaster risk reduction at schools. Key words: mainstreaming, reduction, risk, school, preparedness, disaster.

Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

1975

MODEL PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANADENGAN METODE SEKOLAH SIAGA BENCANA

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Oleh : Dwi Wantoro*

*) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, DIY

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Abstract

ndonesian has abundant natural and non-natural resources.These abundant natural resources turn out to engender various hazards such as earthquakes, I tsunamis, mountain eruptions, floods, droughts, storms, and landslides. Non-

natural resources engender non-natural disasters such as technological failure, modernization failure, and disease outbreaks. In addition, there are social disasters like social conflicts between groups or communities and terrors. Lately, a disaster occurs after another, even several disasters occur at the same time at different places. Those disasters cause many human casualties, environmental damages, property losses, and psychological impacts. Schools as places for learning process are prone to disasters too. Disasters cause a lot of casualties due to low levels of the school community preparedness and the lack of knowledge about natural disasters. It is noted that the national policy in the field of education mainstreaming disaster risk reduction at school is not optimal. Efforts of disaster risk reduction has not received legal protection in the era of decentralization. Local regulations on disaster management disaster risk reduction has not become a priority program at school although 75% of Indonesia is prone to disaster.

Model of disaster preparedness school has actually been developed by Indonesian Institute of Sciences or LIPI. Now there are 13 schools in 6 districts throughout Indonesia which get disaster preparedness learning.

This study would like to show that disaster preparedness school developed by LIPI is worthy of being a model for mainstreaming disaster risk reduction at schools.

Key words: mainstreaming, reduction, risk, school, preparedness, disaster.

Page 2: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

PENDAHULUAN

Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2010,

jumlah sekolah di Indonesia menempati

urutan keempat yang terbanyak dunia yang

berada pada daerah rawan bencana. Saat

tsunami Aceh tahun 2004, lebih dari 2.000

sekolah hancur, Gempabumi di Yogyakarta

padatahun 2006 menghancurkan 2.900,

gempabumi Sumatra Barat tahun 2009

merusak 241 sekolah,dan gempabumi Aceh

Tengah pada hari Selasa, 2 Juli 2013 terjadi

pada pukul 14.37 wib kekuatan 6,2 SR, telah

merusak sebanyak 171 sekolah rusak berat,

236 sekolah rusak sedang, dan 7 sekolah

rusak ringan, sedangkan di Bener Meriah ada

22 sekolah rusak, 13 rusak berat, 2 rusak

sedang, dan 7 rusak ringan (Tempo, 2013).

Rekap Nasional Kementrian Pendidikan

Nasional sampai dengan hari Jum'at 7

Februari 2014, jumlah sekolah mencapai

186.762 unit dengan jumlah siswa

33.730.481 sedangkan perguruan tinggi

berjumlah 2.647 unit dengan jumlah

mahasiswa 4,8 juta. Kepala Pusat Data

Informasi dan Humas BNPB, DR. Sutopo

Purwo Nugroho mengatakan 75% sekolah di

Indonesia berada di daerah risiko tinggi

gempabumi.

Komunitas sekolah merupakan pemangku

kepentingan yang strategis dalam upaya

pengurangan risiko bencana. Tahun 2010

Kementrian Pendidikan Nasional RI, menge-

luarkan Surat Edaran Nomor: 70a/MPN/SE/

2010 tentang Pengarusutamaan Pengu-

rangan Risiko Bencana di Sekolah dan pada

tahun 2012 BNPB mengeluarkan pedoman

penerapan sekolah aman serta kampanye

sejuta sekolah dan Rumah Sakit Aman yang

diluncurkan pada tanggal 29 Juli 2010. Di

daerah-daerah rawan bencana terdapat

kebutuhan sebuah model praktis yang dapat

menjadi referensi sekolah sebagai sekolah

siap menghadapi bencana.

Berlatar belakang uraian tersebut diatas,

rumusan masalah yang dihadapi pemerintah

daerah adalah kebijakan belum kuat untuk

mewajibkan pelaksanaan pengurangan risiko

bencana di sekolah, dan perlu penetapan

model pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana di sekolah. Makalah ini menguraikan

tentang metode Sekolah Siaga Bencana LIPI

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia),

yang telah di implementasikan di beberapa

wilayah di Indonesia, merupakan metode

pengarusutamaan pengurangan risiko ben-

cana di sekolah yang memiliki kelengkapan

sebagai sebuah metode. Kelengkapan

tersebut meliputi ; 1)panduan mengukur

tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan

komunitas sekolah, 2)panduan penerepan

sekolah siaga bencana, 3)panduan moni-

toring dan evaluasi sekolah siaga bencana,

dan 4)software APPSERV yang secara khusus

dikembangkan oleh LIPI untuk memper-

mudah pengolahan data kesiapsiagaan

sekolah siaga bencana.

METODOLOGI

Pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan

jangka panjang, sebagai bagian dari

pembangunan berkelanjutan, dengan cara

menggunakan pengetahuan, inovasi, dan

pengetahuan untuk membangun budaya

selamat dan tangguh pada semua satuan

pendidikan, seperti yang diyatakan dalam

Hyogo Framework, dan telah pula menjadi

komitmen bangsa Indonesia. Prioritas

1976

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 3: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

Sekolah/Deny Hidayati, Widayatun, Puji

Hartana, Triyono, dan Titik Kusumawati-

Jakarta LIPI Press, 2011

3. Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah

Siaga Bencana/Asep Koswara dan Triyono-

Jakarta:LIPI Press, 2011

4. Panduan Penerapan Sekolah Siaga

Bencana/Triyono, Ranthie Bariel Putri,

Asep Koswara, dan Vishnu Aditya-Jakarta

Compress-LIPI, 2012.

5. Software APPSERV, software ini dikem-

bangkan secara khusus oleh LIPI untuk

mempermudah pengolahan data kesiap-

siagaan rumah tangga (keluarga), komu-

nitas sekolah, dan pemerintah.

6. Sarwidi, Dwi wantoro, Drajat Suharjo

(2013) Evaluasi Sekolah Siaga Bencana

(Studi Kasus: SMKN Berbah Kabupaten

Sleman, Yogyakarta) Seminar Nasional

Menuju Masyarakat Madani dan Lestari,

18 Desember 2013, hal.393.

7. Wantoro. D.(2013) Evaluasi Sekolah Siaga

Bencana. Studi Kasus: SMK Nasional

Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis

Magister pada Program Magister Teknik

Sipil. Fakultas Teknik Sipil dan Peren-

canaan. Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta 2013.

8. LIPI, Science in Disaster Risk Reduction,

Ringkasan Laporan Kegiatan Program

Prioritas Nasional 9:Lingkungan Hidup

Dan Kebencanaan, Lembaga Ilmu Penge-

tahuan Indonesia 2012.

9. Yujiro Ogawa, Bambang Rudyanto,

Triyono, Isamu Kuboki, Ridha Irina

Rafliana, Munasri Buku pegangan

penanggulangan bencana dengan metode

“ Town Watching” dengan pendanaan

1977

pengurangan risiko bencana yang berkaitan

dengan pendidikan, dan sudah tercantum

dalam Hyogo Framework, perlu menjadi

program prioritas dalam sector pendidikan

yang diwujudkan dalam pendidikan

pengurangan risiko bencana di sekolah

(Gugus Tugas, 2010).

Komunitas sekolah merupakan salah satu

pemangku kepentingan yang sangat penting

untuk kesiapsiagaan mengantisipasi bencana

alam.Komunitas sekolah adalah agen of

change yang sangat potensial untuk menye-

barluaskan pengetahuan tentang fenomena

gempabumi dan tsunami serta memotivasi

masyarakat untuk meningkatkan kesiap-

siagaan (Asep, 2011).

Minimnya pengetahuan untuk memulai

gerakan siaga bencana yang lebih terlembaga

dalam masyarakat adalah salah satu penye-

bab utama korban bencana. Kesiapsiagaan

bencana juga menjadi kurang optimal dengan

inisiatif-inisiatif sporadis yang dilakukan

berbagai pihak dalam upaya mengurangi

risiko bencana alam (Deny, 2011).

Metodologi penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpul-

kan data penelitiaannya. Pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan metode;

dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang

artinya barang-barang tertulis, seperti buku-

buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

interviu (interview) yang sering juga disebut

dengan wawancara (Arikunto,2011). Doku-

mentasi dalam hal ini adalah :

1. Surat Edaran Kementrian Pendidikan

Nasional Nomor: 70a/MPN/SE/2010

2. Panduan Mengukur Tingkat Kesiap-

siagaan Masyarakat dan Komunitas

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 4: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

Jumlah Perguruan Tinggi Negeri dan

Swasta di Indonesia sebagaimana

disajikan Tabel 2 berjumlah 2.647 buah

dengan Jumlah mahasiswa mencapai 4,8

Juta orang.

Berdasarkan data Indeks Risiko

Bencana Indonesia (BNPB) sebagaimana

diperlihatkan Tabel 3 Indek Rawan

Bencana Propinsi.Kabupaten/Kota Multi

Hazard tahun 2011, propinsi yang berisiko

tinggi sebanyak 27 propinsi yang tersebar

di 396 kabupaten/kota.

1978

proyek JST-JICA Multi-disiplinary Hazard

Reduct ion from Earthquake and

Volcanoes in Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komunitas sekolah yang terdiri dari siswa,

guru, dan karyawan merupakan kelompok

masyarakat yang rentan terhadap bencana.

Berbagai pendekatan telah dilakukan

berbagai pihak untuk meningkatkan

kesiapsiagaan menghadapi bencana. Pada

makalah disajikan pembahasan tentang

model pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana dengan model sekolah siaga

bencana (LIPI).

a. Data

Berdasarkan data Bank Dunia tahun

2010, jumlah sekolah Indonesia menem-

pati urutan keempat yang terbanyak di

dunia yang berada pada daerah rawan

bencana (Kompas com).Secara kuantitatif

yakni sebanyak 75% sekolah di Indonesia

berada pada risiko sedang hingga tinggi

dari bencana. Kemdikbudmen data

sampai akhir tahun 2011 sebanyak

194.844 ruang kelas rusak berat di

SD/SDLB dan SMP/SMPLB. Tahun 2011

telah terealisasi rehabilitasi sebanyak

21.500 ruang kelas, sisanya sebanyak

173.344 ruang kelas rusak beratakan

direhabilitasi pada tahun anggaran 2012.

Sementara data Kemenag menunjukkan

dari 208.214 ruang kelas MI dan MTs,

sebanyak 13.247 ruang kelas rusak berat

dan 51.036 ruang kelas rusak ringan.

(Perka BNPB No.04 Tahun 2012). Jumlah

sekolah di Indonesia lihat Tabel 1

berjumlah 195.889, Jumlah siswa

mencapai 33.730.481 orang.

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Tabel 1. Jumlah sekolah di Indonesia

Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

No. Sekolah Jumlah

1. SD 144.467

2. SMP 36.419

3. SMA 10.239

4. SLB+SDLB+SMPLB 2.117

5. Perguruan Tinggi 2.647

Jumlah keseluruhan 195.889

Tabel 2. Jumlah Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia

No. Sekolah Jumlah

1. SD 144.467

2. SMP 36.419

3. SMA 10.239

4. SLB+SDLB+SMPLB 2.117

5. Perguruan Tinggi 2.647

Jumlah keseluruhan 195.889

Sumber: Kompas Com.

Page 5: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

b. Pembahasan

Rangkaian pembahasan makalah ini

terdiri dari; peraturan yang dapat me-

wajibkan seluruh komunitas sekolah

untuk dapat melaksanakan program

pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana di sekolah dan penetapan model

sekolah siaga bencana yang telah dikem-

bangkan oleh Lembaga Ilmu Pentahuan

Indonesia yang diberi nama: Sekolah Siaga

Bencana.

Negara Kesatuan Republik Indonesia

belum memiliki peraturan yang dapat

mewajibkan seluruh komunitas sekolah

untuk dapat melaksanakan program

pengarusutamaan pengurangan risiko

bencana di sekolah disebabkan oleh

aturan yang ada, belum mewajibkan

sekolah melaksanakan program pe-

ngarusutamaan pengurangan risiko

bencana disekolah.Petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis juga belum ada.

Padahal Sistem Nasional Penanggulangan

Bencana di Indonesia menyebutkan ;

1)hukum, peraturan. Dan perundangan,

2)kelembagaan, 3)perencanaan, 4)penye-

lenggaraan, 5)pengelolaan sumber daya,

dan 6)pendanaan.

Surat Edaran Mendiknas No. 70a/SE/

MPN/2012 belum menjadi landasan kuat

yang mendorong sekolah terutama di

wilayah rawan bencana untuk melakukan

upaya pengurangan risiko bencana di

sekolah.Kebijakan nasional ini dianggap

masih lemah sehingga sampai dengan

sekarang ini belum ada sekolah yang

melaksanakan pengarusutamaan pengu-

rangan risiko bencana di sekolah. Seyog-

yanya Pemerintah Pusat segera pener-

bitkan peraturan, yang mewajibkan

sekolah/perguruan tinggi melaksanakan

program pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana di sekolah. Peraturan

Pemerintah Pusat tentu akan ditindak-

lanjuti Gubernur, Bupati/Walikota,

Gubernur, Bupati/Walikota melalui

Kepala Dinas Propinsi, Kabupaten/Kota

mewajibkan perguruan tinggi dan sekolah

untuk melaksanakan program pengarusu-

tamaan pengurangan risiko bencana di

sekolah. Kebijakan ini akan dapat

mengurangi korban yang mungkin ada

akibat bencana di sekolah, di wilayah

rawan bencana di Indonesia.

Data-data sekolah yang telah melaksa-

nakan program pengurangan risiko

bencana di sekolah, adalah sekolah yang

mendapat bantuan/pendampingan dari

luar sekolah.Beberapa sekolah telah

melaksanakan pengurangan risiko

bencana di sekolah atas inisiatip dari pihak

luar sekolah bahkan pihak luar daerah

(LSM, Perguruan Tinggi, LIPI), namun

jumlah sangat kecil dibandingkan jumlah

sekolah yang ada. Prosentasenya adalah

13/195.889 X 100% = 0,00667% sekolah

pernah diperkenalkan dengan program

SSB LIPI. Metode Sekolah Siaga Bencana

1979

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Tabel 3. Indek Rawan Bencana Propinsi. Kabupaten/Kota Multi Hazard tahun 2011,

No. Wilayah Rendah Sedang Tinggi Jumlah

1. Propinsi - 6 27 33

2. Kabupa-ten/Kota

20 78 396 494

Sumber : IRBI, BNPB.2011

Page 6: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

Town Watching Penanggulangan Bencana

Merupakan suatu program bagi yang

bermukim di suatu wilayah, yaitu warga,

anak-anak, atau mahasiswa, dengan cara

berkeliling wilayah melihat dan memahami

tempat-tempat berbahaya ketika terjadi

bencana maupun fasilitas untuk kesela-

matan, kemudian memikirkan sendiri lang-

kah pengatasan dan antisipasi terhadap

bahaya. Town Watching penanggulangan

bencana terdiri dari 4 hal sebagai berikut;

1)Observasi dengan kegiatan berkeliling kota,

2)Membuat peta hasil observasi, 3)diskusi

untuk pemecahan masalah, dan 4)Presen-

tasi. (Yujiro ogawa dkk), metode ini belum

dilengkapi dengan panduan persiapan,

pelaksanaan, panduan monitoring dan

evaluasi termasuk software yang dipergu-

nakan untuk pengolahan data.

Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana

Merupakan upaya pengurangan Risiko

Bencana di sekolah/madrasah dengan

mengutamakan perhatian pada kondisi

bangunan sekolah agar memenuhi standar

bangunan Negara. Kerangka kerja penerapan

sekolah/madrasah aman dari bencana terdiri

dari struktural dan dan Non-struktural, aspek

mendasar adalah; lokasi aman dari bencana,

struktur bangunan aman, desain dan pena-

taan kelas aman, dukungan san tindarana dan

prasarana umum, peningkatan pengetahuan,

sikap dan tindakan, kebijakan sekolah/

madarasah, perencanaan kesiapsiagaan, dan

mobilisasi sumberdaya.

Penelitian ini akan membandingkan status

tiga fenomena terhadap suatu standar.

Dalam melakukan perbandingan fenomena

1980

Setelah ada peraturan yang mewa-

jibkan pelaksanaan program pengarusu-

tamaan pengurangan risiko bencana

disekolah maka muncul pertanyaan,

apakah peraturan itu juga menetapkan

metode pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana di sekolah ? Pembahasan

makalah ini akan memberikan sumbangan

pemikiran tentang metode sekolah siaga

bencana. Metode sekolah siaga bencana

LIPI, merupakan pengalaman Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam

melakukan kegiatan kegiatanekspe-

rimental serta kajian terapan terkait

sekolah siaga bencana di mulai dari tahun

2006 hingga 2011.Pengalaman ini di dapat

dari berbagai daerah, termasuk Aceh,

Sumatra Barat, Bengkulu, NTT, Bantul, dan

Jakarta.

Metode pengarusutamaan pengu-

rangan risiko bencana di sekolah yang di

kembangkan oleh Lembaga Ilmu Penge-

tahuan Indonesia (LIPI), telah melalui

tahapan-tahapan; penyusunan frame

work, penyempurnaan/disain ulang

frame work setelah uji coba, penerapan

lima parameter;1)kebijakan dan panduan,

2)pengetahuan tentang bencana, 3)ren-

cana tanggap darurat, 4)peringatan

bencana, dan 5)mobilisasi sumber daya.

Metode ini di lengkapi dengan buku

panduan mengukur tingkat kesiapsiagaan

masyarakat dan komunitas sekolah, buku

pannduan penerapan Sekolah Siaga

bencana, buku panduan monitoring/

evaluasi SSB, dan software APPSERV, yang

secara khusus dikembangkan oleh LIPI

untuk mempermudah pengolahan data

SSB.

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 7: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

skoring kelayakan sebagai mana disajikan

pada Tabel 5.

Berdasarkan data pada Tebel 4, tersebut

diketahui hasil perhitungan sebagai berikut:

a. Metode Sekolah Siaga Bencana (LIPI) :

5 x 1 = 5

b. Metode Town Watching Penanggulangan

Bencana :

2 x 1 = 2

c. Metode Sekolah/madrasah Aman

Bencana :

2 x 1 = 2

Dengan perhitungan sederhana tersebut

diatas maka, metode sekolah siaga bencana

(LIPI) mendapat nilai 5 yang berarti metode

sekolah siaga bencana (LIPI) layak untuk

dijadikan sebagai metode pengarusutamaan

pengurangan risiko bencana di sekolah.

1981

ditinjau dari persamaan dan perbedaan yang

ada, sebagaimana ditampilkan oleh Tabel 4.

Nilai yang diperoleh masing-masing

metode adalah dengan penjumlakan kolom

3, 4, 5,6, dan 7. Nilai 1 pada kolom 3, 4, 5, 6,

dan 7 menunjukan bahwa metode tersebut

memiliki (panduan persiapan, panduan

pelaksanaan, panduan monitoring dan

evaluasi, software, dan pernah di ujicoba-

kan), sedangkan nilai 0 pada kolom3, 4, 5, 6,

dan 7 menunjukan bahwa metode tersebut

tidak miliki (panduan persiapan, panduan

pelaksanaan, panduan monitoring dan

evaluasi, software, dan belum di ujicobakan).

Untuk mendapatkan nilai ketercapain

metode sekolah siaga bencana, pada kategori

layak atau tidak layak sebagai metode atau

tidak layak sebagai metode maka, ditentukan

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

No. MetodeBuku

Panduan Persiapan

Buku Panduan

Pelaksanaan

Buku Panduan Monev

SoftwareUji

CobaNilai

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Sekolah Siaga Bencana LIPI

1 1 1 1 1 5

2. Town Watching Penanggulangan Bencana

1 0 0 0 1 2

3. Sekolah/ Madrasah Aman dari Bencana

1 1 0 0 0 2

Tabel 4. Rekapitulasi Metode Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Di Sekolah

Tabel 5. Nilai kelayakan metode sekolah siaga bencana

No. Nilai Indeks Kategori

1. 5 Layak

2. <5 tidak layak

Page 8: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

b. Saran

1. Kepada Kementrian Pekerjaan Umum,

Kemenetrian Pendidikan Nasional dan

Badan Nasional Penanggulangan

Bencana untuk menerbitkan peraturan

yang mewajibkan sekolah/ perguruan

tinggi untuk melaksanakan program

Sekolah Siaga Bencana (LIPI) sebagai

upaya pengurangan risiko bencana di

sekolah di seluruh Indonesia.

2. Gubernur, Bupati/Walikota segera

mengeluarkan Peraturan yang mewa-

jibkan sekolah/ perguruan tinggi untuk

melaksanaan Pengarusutamaan Pe-

ngurangan Risiko Bencana di sekolah

dengan metode Sekolah Siaga Bencana

(LIPI).

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

1. Sekolah sebagai institusi membu-

tuhkan peraturan Bupati/Walikota

yang mewajibkan sekolah untuk

melaksanakan Pengarusutamaan Pe-

ngurangan Risiko Bencana di sekolah

2. Metode Sekolah Siaga bencana yang di

kembangkan oleh Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) layak

dibakukan sebagai metode sekolah

siaga bencana

1982

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 9: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

Asep K, Triyono, Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana, Jakarta LIPI Press, 2011

Deny H, Widayatun, Puji H, Triyono, Titik K, Panduan Mengukur Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dan Komunitas Sekolah. Jakarta: LIPI Press, 2011.

Suharsimi Arikunto (2010),Suatu Penelitian Praktik-Ed.rev.,cet.14. –Jakarta:Rineka Cipta.

Gugus Tugas Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Pendidikan Nsional, Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta 2010.

LIPI, Science in Disaster Risk Reduction, Ringkasan Laporan Kegiatan Program Prioritas Nasional 9:Lingkungan Hidup Dan Kebencanaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012.

Wantoro. D. “Evaluasi Sekolah Siaga Bencana. Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta.” Tesis Magister pada Program Magister Teknik Sipil.Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta 2013.

IRBI, 2011, Indeks Rawan Bencana Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011

Yujiro Ogawa, Bambang Rudyanto, Triyono, Isamu Kuboki, Ridha Irina Rafliana, Munasri Buku pegangan penanggulangan bencana dengan metode “ Town Watching” dengan pendanaan proyek JST-JICA Multi-disiplinary Hazard Reduction from Earthquake and Volcanoes in Indonesia.

Lampiran I : Peraturan KepalaBadan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor : 04 Tahun 2012 Tanggal : 30 April2012

Sarwidi, Dwi wantoro, Drajat Suharjo (2013) Evaluasi Sekolah Siaga Bencana (Studi Kasus : SMKN Berbah Kabupaten Sleman, Yogyakarta) Seminar Nasional Menuju Masyarakat Madani dan Lestari, 18 Desember 2013, hal.393.

Kompas com. Jum'at, 12 Juli 2012/06.41 wib. Diunduh tanggal 5 Februari 2014

DAFTAR PUSTAKA

1983

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 10: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Contoh Hasil Penghitungan Software APPSERV (LIPI) Kesiapsiagaan Pemerintah, Masyarakat dan Komunitas Sekolah, Hasil Penelitian LIPI Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bantul Oktober 2013

1984

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Gambar 1 : Kesiapsiagaan Rumah Tangga Pemerintah, Komunitas Sekolah menurut Parameter, Bantul, 2013

Gambar 2 : Kesiapsiagaan Pemerintah, 2013

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 11: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

1985

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah, Bantul, 2013

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 12: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

1986

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

2.Peta Kerawanan

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 13: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

1987

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 14: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

1988

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Page 15: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

1989

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

3. Dokumentasi Penelitian

Gambar 3 : Lapangan olah raga juga sebagai titik kumpul ketika terjadi gempa bumi

Gambar 4 : Rambu petunjuk evakuasi menuju titik kumpul

Gambar 5 : Acara penutupan Seminar Sehari PRB Gempabumi

Gambar 5 : Tenda P3K telah didirikan oleh Palang Merah Remaja SMKN Berbah (simulasi)

Gambar 7 : Siswa yang selamat mendapatkan pengarahan agar tetap tenang situasi

tetap terkendali.

Gambar 8 : Palang Merah Remaja SMKN Berbah memberikan P3K pada korban

bencana gempa bumi

Page 16: Inatural resources turn out to engender various hazards such ......2017/02/01  · Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

1990

Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014

Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana

Gambar 9 : Anggota SAR Merapi bergegas mendirikan tenda

Gambar 10 :Diskusi mendalam tentang konstruksi bangunan dengan panduan manual BARRATAGA

(Bangunan Rumah Tahan Gempa) dinding tembokan

Gambar 11 : Peneliti mengamati tahap-tahap simulasi bencana gembabumi SMKN Berbah

Gambar 12 : Peneliti dengan Prof. Sarwidi dan Ka.UPTD Pendidikan Kec. Berbah

seusai simulasi sekolah siaga bencana.