29
Optimalisasi Imunisasi TT pada Bumil dan Catin di Puskesmas untuk Pencegahan Tetanus Neonatorum melalui Upaya Penyuluhan SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM BANJARBARU 2011 Miftah Amaliya I1A006036 Tinjauan Pustaka

imunisasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: imunisasi

Optimalisasi Imunisasi TT pada Bumil dan Catin di Puskesmas untuk

Pencegahan Tetanus Neonatorum melalui Upaya Penyuluhan

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM

BANJARBARU2011

Miftah AmaliyaI1A006036

Tinjauan Pustaka

Page 2: imunisasi

Latar BelakangTetanus Neonatorum

Eliminisasi Tetanus Neonatorum

Program Imunisasi TT Bumil dan Caten

Pencapaian target cakupan imunisasi masih rendah

Optimalisasi Program imunisasi TT melalui penyuluhan

Puskesmas Landasan Ulin th 2010,presentasi bumilyang diimunisasi TT1 62%, TT2 56%, WUS yang tidak hamil termasuk caten yang diimunisasi TT1 68% dan TT2 31%.

Faktor yang berpengaruh

• waktu pelayanan imunisasi,

•pelatihan petugas imunisasi,

•kerja sama lintas program,

•kerja sama lintas sektoral,

• pencatatan dan pelaporan,

•pemantauan wilayah setempat (PWS),

•penyuluhan.

Page 3: imunisasi

Permasalahan

Apa yang dimaksud dengan tetanus neonatorum dan imunisasi TT?

Bagaimana optimalisasi program imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin di puskesmas dalam upaya pencegahan tetanus neonatorum melalui upaya penyuluhan

Page 4: imunisasi

TETANUS NEONATORUM

Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinis yang khas, setalah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, disusul dengan kejang-kejang.

Disebabkan oleh Clostidium tetani dengan tanda utama spasme tanpa gangguan kesadaran.

Bakteri ini berspora lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin dan tetanolysin.

Page 5: imunisasi

Patofisiologi Tetanus

Luka TerbukaTerkontaminasi

Spora Clostridiumtetani

MenghasilkanToksin

menyebar ke motor endplate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang

Timbul gejala klinisakibat pengaruh eksotoksin

terhadap SSP

Gangguan inhibisi presinaptikyang mencegah keluarnya neurotrasmiter inhibisi

sehingga terjadi eksitasi terus menerus dan spasme

Eksotoksin tetanospasmin pada sistem saraf

otonom berpengaruh pada saraf simpatis

sehingga terjadi gangguan pada pernafasan,

metabolisme, hemodinamika, hormonal, s

aluran cerna, saluran kemih

dan neuromuskular

Page 6: imunisasi

Epidemiologi

Laki-laki : perempuan 1:1 90% kasus terjadi pada partus di luar fasilitas

kesehatan (di rumah, dukun) 50% kasus tetanus neonatorum berakhir dengan

kematian. Menurut data UNICEF, setiap 9 menit, seorang bayi meninggal akibat penyakit ini. WHO menyatakan bahwa tetanus neonatorum merupakan penyebab dari 14 % kematian neonatus di seluruh dunia.

Sejak tahun 1989, WHO telah mencanangkan eliminasi tetanus maternal-neonatal

Indonesia belum berhasil mengeliminasi tetanus neonatorum, namun berhasil menekan secara drastis jumlah kasus ini.

Page 7: imunisasi

Epidemiologi

Angka kejadian tetanus neonatorum di Indonesia tahun 2005 sebanyak 140 kasus dengan 82 kematian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 58,57%. Pada tahun 2008 terjadi 165 kasus tetanus neonatorum dengan kematian sejumlah 91 kasus atau CFR 55%.

2010, WHO menyatakan daerah Jawa dan Bali bebas dari tetanus neonatorum

Diharapkan 2015, Indonesia secara keseluruhan bebas dari tetanus neonatorum

Page 8: imunisasi

PENCEGAHAN TETANUS NEONATORUM

• Pencemaran Lingkungan Fisik dan Biologik

• Faktor Cara Pemotongan Tali Pusat

• Faktor Cara Perawatan Tali Pusat

• Faktor Kebersihan Pelayanan Persalinan

• Faktor Kekebalan Ibu Hamil

Eliminasi Faktor Risiko

Page 9: imunisasi

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DAN CATEN

Page 10: imunisasi

Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)

proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus

Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan

Page 11: imunisasi

Perkembangan imunisasi TT di Indonesia

1972, studi pencegahan terhadap tetanus neonatorum dgn memberikan suntikan tetanus toksoid pada wanita dewasa di jawa tengah dan jawa barat

1975, vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia

Page 12: imunisasi

Tujuan program imunisasi TT pada ibu hamil dan catin

Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum

Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka

Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum

Page 13: imunisasi

Jadwal imunisasi TT ibu hamil

Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT ulang juga.

Page 14: imunisasi

Jadwal imunisasi TT ibu hamil Bila ibu hamil sewaktu caten (calon

penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.

Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Page 15: imunisasi

Imunisasi TT 5 dosis

Page 16: imunisasi

Cara Pemberian, Dosis, dan efek samping

dosis vaksin TT adalah 0,5cc diberikan secara injeksi intramuskular atau subkutan dalam

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam

Page 17: imunisasi

Tenaga Pelaksana Imunisasi

Standar tenaga pelaksana di puskesmas Petugas imunisasi Petugas cold chainPengelola program imunisasi Petugas imunisasi Pelaksana cold chain Petugas lain yang telah mengikuti pelatihan

untuk pengelola program imunisasiUntuk meningkatkan pengetahuan dan/atau

ketrampilan petugas imunisasi perlu dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas imunisasi.

Page 18: imunisasi

Koordinasi

Program imunisasi dituntut untuk melaksanakan ketentuan program secara efektif dan efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus dapat menjalankan fungsi koordinasi dengan baik. Ada dua macam fungsi koordinasi, yaitu vertikal dan horizontal. Koordinasi horizontal terdiri dari kerjasama lintas program dan kerjasama lintas sektoral.

Lintas program: keterpaduan KIA dan imunisasi Lintas sektoral : organisasi-organisasi profesi

Page 19: imunisasi

Pencatatan dan pelaporan Hal yang diperhatikan pada

pencatatan diantaranya adalah sasaran imunisasi dan hasil cakupan imunisasi

Pelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan imunisasi termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas. Adapun yang dilaporkan adalah cakupan imunisasi, stok dan pemakaian vaksin.

Page 20: imunisasi

Tolak ukur pencapaian program imunisasi

Bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara 75%- 100% dari target berarti program tersebut berhasil.

Bila garis pencapaian dalam tahun 1 terlihat antara 50%-75 % dari target berarti program cukup berhasil.

Bila garis pencapaian dalam tahun 1 terlihat di bawah 50% dari target berarti program belum berhasil.

Bila garis pencapaian dalam setahun terlihat di bawah 25% dari target berarti program sama sekali tidak berhasil.

Page 21: imunisasi

Penyuluhan Imunisasi TT

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pencapaian program imunisasi TT adalah melalui usaha promotif, antara lain lebih mengaktifkan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya pelaksanaan imunisasi bagi wanita usia subur maupun ibu hamil, sehingga pengetahuan masyarakat tentang manfaat imunisasi mendorong mereka jadi lebih perduli dan mau melaksanakan imunisasi dengan tanpa merasa ragu-ragu lagi.

Page 22: imunisasi

Penyuluhan imunisasi TT

Penyuluhan tentang imunisasi adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan imunisasi. Upaya penyuluhan ini dapat dilakukan oleh puskesmas baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Page 23: imunisasi

Tahapan menyusun perencanaan penyuluhan terdiri dari :

1. menetapkan tujuan, 2. penentuan sasaran, 3. menyusun materi / isi penyuluhan,4. memilih metoda yang tepat, 5. menentukan jenis alat peraga yang akan

digunakan, 6. penentuan kriteria evaluasi, 7. pelaksanaan penyuluhan, 8. penilaian hasil penyuluhan, dan 9. tindak lanjut dari penyuluhan.

Page 24: imunisasi

Penyuluhan imunisasi TT dimaksudkan agar ibu hamil dan wanita usia subur memahami manfaat imunisasi TT pada saat caten atau hamil, mengetahui waktu dan pelayanan imunisasi TT dan mau datang ke pos pelayanan imunisasi TT.

Page 25: imunisasi

Sasaran dari penyuluhan ini adalah wanita usia subur (wanita usia 15-39 tahun) khususnya untuk calon pengantin dan ibu hamil.

Metode yang digunakan yaitu bisa melalui pendekatan perorangan atau penyuluhan kelompok melalui pertemuan di suatu tempat dengan mengundang seluruh wanita usia subur termasuk catin dan ibu hamil. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan media yang ada seperti leaflet, brosur, monitor LCD, alat pengeras suara.

Page 26: imunisasi

Isi pesan yang disampaikan yaitu: apa manfaat imunisasi TT, siapa yang diberi imunisasi TT, kapan dan dimana bisa mendapatkan imunisasi TT, bagaimana gambaran penyakit tetanus dan tetanus neonatorum.

Page 27: imunisasi

Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan adalah :

Tingkat Pendidikan. Tingkat Sosial Ekonomi. Adat Istiadat. Kepercayaan Masyarakat. Ketersediaan Waktu di Masyarakat.

Page 28: imunisasi

Kesimpulan

Program imunisasi yang dilaksanakan dalam upaya pencegahan tetanus neonatorum adalah pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) kepada ibu hamil dan calon pengantin

Tujuan imunisasi ini adalah memberikan kekebalan terhadap penyakit tetanus neonatorum kepada bayi yang akan dilahirkan dengan tingkat perlindungan vaksin sebesar 90-95 %. Oleh karena itu cakupan imunisasi TT perlu ditingkatkan secara sungguh-sungguh dan menyeluruh.

Faktor yang berhubungan dengan optimalisasi imunisasi diantaranya adalah waktu pelayanan imunisasi, pelatihan petugas imunisasi, kerja sama lintas program, kerja sama lintas sektoral, pencatatan dan pelaporan, pemantauan wilayah setempat (PWS), penyuluhan, dan pengetahuan masyarakat terutama ibu hamil dan wanita usia subur tentang imunisasi TT.

Page 29: imunisasi

TERIMA KASIH