115
i IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK DI KOTA MEDAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh: ADE AURISTHA MANURUNG 100903046 DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

i

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI

SUMATERA UTARA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PENGHAPUSAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana

(S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

ADE AURISTHA MANURUNG

100903046

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Agung yang

menjadikan segala sesuatu, yang menjadi sumber kesabaran dan ketekunan

penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Peraturan

Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Medan”. Skripsi ini dibuat sebagai

syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orangtua tercinta Papa Alm.

Hotner Manurung (it would be really great if you were here, Dad) dan Mama

Ratna Lumban Gaol. Segenap cinta dan pengorbanan Mama adalah hal yang

selalu saya ingat ketika menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih Mama untuk

semua perjuangan dan pengorbanan Mama yang mengantarkan saya menjadi siapa

saya sekarang. Terimakasih untuk cinta dari kakak dan adik saya Indah Sandra

Nova Manurung, Ananda Mela Novi Manurung, Sari Yuli Artha Manurung,

Anto Nera Dona Manurung, Harry Sura Doni Manurung. Saya menyayangi

kalian dengan segenap hati saya. Semoga skripsi ini bisa membuat kalian bangga.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada

pihak-pihak yang membantu dalam pengerjaan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua

Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara FISIP USU.

4. Bapak Drs. Tunggul Sihombing, MA selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

5. Kepada dosen favorit selama perkuliahan sekaligus dosen pembimbing

skripsi saya, Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti, MS yang dengan penuh

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

ii

perhatian membimbing saya selama menyelesaikan skripsi, yang

memberikan inspirasi yang sangat berharga selama proses bimbingan

skripsi ini.

6. Kepada Bapak Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si selaku dosen penguji

yang memberikan masukan dan kritik yang membangun.

7. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang

memberikan ilmu selama perkuliahan.

8. Kepada Kak Dian dan Kak Mega selaku staf administrasi di Departemen

Ilmu Administrasi Negara.

9. Kepada Ibu Dra. Siti Mahrani Hasibuan selaku Sekretaris Balitbang

Kota Medan yang juga memberikan izin penelitian.

10. Kepada Ibu Yuslinar dan Ibu Nana dari Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Muhammad Mitra

Lubis dan Kak Una dari Yayasan Pusaka Indonesia Medan, Rina

Sitompul dari P2TP2A Provinsi yang banyak membantu dalam

memberikan informasi selama pengerjaan skripsi ini.

11. Kepada kalian yang bersama-sama dalam empat tahun melewati waktu-

waktu tak tergantikan selama perkuliahan: Mariance Magdalena

Hasibuan, Ira Ria Purba, Christine Anne Dearni Batubara, Petra

Rosjuwita Telaumbanua, Zudika Manullang, Susanti Lona Silalahi,

Elfina Dewi Gulo, Bobby Trimart Gea, David Saputra dan Maulana

All Ravi Siregar. Terimakasih sudah mengerti ketika saya tidak dapat

mengerti diri sendiri, terimakasih sudah menjaga ketika saya tidak mampu

menjaga diri sendiri. Saya tidak tahu apakah nanti kalian akan tetap

mengingat saya atau tidak, tapi saya ingin kita mengingat setiap hal yang

kita bagi dan kita lewati bersama selama ini because everything happens

for a reason even when we are not wise enough to see it. Saya menyayangi

kalian.

12. Kepada teman-teman SMP dan SMA yang sampai sekarang selalu

menemani dan ada untuk berbagi: Elisabeth Jessica Sagala, Evi Lestari

Situmorang, Yohana Septiani Manihuruk, Dian Maysi Saragih, Huide

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

iii

Marpaung, Sonya Siregar, Jefry Sianipar, Boydo Hutagalung, Jumia

Samosir, Yanti Mastauli Sinaga yang mengenal setiap kekurangan dari

diri saya namun tetap setia.

13. Kepada teman-teman di Departemen Ilmu Administrasi Negara, abang,

kakak dan adik yang juga memberikan kesan yang menjadikan perjalanan

empat tahun ini begitu layak untuk diingat.

14. Kepada semua pihak yang membantu kelancaran skripsi ini, yang mau

berbagi dan berdiskusi yang tidak dapat saya sebutkan semuanya.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu

penulis menunggu setiap kritik dan saran demi perbaikan ke depannya. Semoga

kita semua semakin dekat dengan kesuksesan. Tuhan memberkati.

Medan, Juli 2014

Ade Auristha Manurung

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

ABSTRAK ......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang................................................................................................ 1

I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

I.3 Fokus Masalah ................................................................................................ 5

I.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

I.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

I.6 Kerangka Teori ............................................................................................... 7

I.6.1 Kebijakan Publik ................................................................................ 7

I.6.1.1 Proses-proses Pembuatan Kebijakan ......................................... 8

I.6.2 Implementasi Kebijakan Publik ........................................................ 10

I.6.2.1 Model-model Implementasi Kebijakan Publik ......................... 11

I.6.2.1.1 Model Implementasi Kebijakan George Edward III ....... 11

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

v

I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van

Horn .............................................................................. 17

I.6.2.1.3 Model Implementasi Kebijakan Merillee S. Grindle ...... 20

I.6.2.2 Model Kebijakan Yang Digunakan ......................................... 21

I.6.3 Perdagangan Manusia (Trafiking) ..................................................... 24

I.6.3.1 Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Manusia ................. 26

I.6.4 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Perdagangan Perempuan dan Anak ........................................................... 28

I.7 Definisi Konsep ............................................................................................ 30

I.8 Definisi Operasional ..................................................................................... 31

I.9 Sistematika Penulisan ................................................................................... 33

BAB II METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian ........................................................................................ 34

II.2 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 34

II.3 Informan Penelitian ..................................................................................... 34

II.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 35

II.5 Teknik Analisa Data .................................................................................... 36

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Kota Medan ................................................................... 38

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

vi

III.1.1 Letak Geografis .............................................................................. 38

III.1.2 Pemerintahan ................................................................................. 39

III.1.3 Demografi ...................................................................................... 41

III.2 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan .... 43

III.2.1 Tugas Pokok dan fungsi ................................................................. 43

III.2.2 Struktur Organisasi......................................................................... 44

III.2.3 Susunan Kepegawaian .................................................................... 51

III.2.4 Visi ................................................................................................ 52

III.2.5 Misi................................................................................................ 53

BAB IV PENYAJIAN DATA

IV.1 Identitas Informan ...................................................................................... 54

IV.2 Penyajian Data Primer................................................................................ 55

IV.2.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ...................................................... 55

IV.2.2 Disposisi Implementor ................................................................... 57

IV.2.3 Komunikasi Antar Badan Pelaksana ............................................... 57

IV.2.4 Struktur Birokrasi .......................................................................... 59

IV.2.5 Sumber Daya ................................................................................. 61

IV.3 Penyajian Data Sekunder ........................................................................... 63

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

vii

BAB V ANALISIS DATA

V.1 Analisis Data Sekunder ............................................................................... 74

V.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ........................................................ 75

V.1.2 Disposisi Implementor..................................................................... 77

V.1.3 Komunikasi Antar Badan Pelaksana ................................................ 79

V.1.4 Struktur Birokrasi ............................................................................ 81

V.1.5 Sumber Daya ................................................................................... 85

V.2 Analisis Data Sekunder ............................................................................... 89

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan ................................................................................................ 96

VI.2 Saran.......................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100

LAMPIRAN

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

viii

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon ................................ 51

Tabel III.2 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan ................... 51

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Model kebijakan George Edward III ................................................ 12

Gambar I.2 Model kebijakan Van Meter dan Van Horn...................................... 18

Gambar I.3 Model kebijakan Merillee S. Grindle ............................................... 21

Gambar I.4 Model kebijakan yang digunakan .................................................... 23

Gambar III.1 Bagan Organisasi Pemerintah Kota Medan ................................... 39

Gambar IV.1 Sosialisasi yang dilakukan Yayasan Pusaka Indonesia .................. 68

Gambar IV.2 Rumah aman sebagai tempat penampungan korban trafiking ........ 68

Gambar IV.3 Pendampingan korban trafiking dan konseling .............................. 69

Gambar IV.4 Pelatihan trauma dan penguatan bagi korban trafiking .................. 69

Gambar IV.5 Pedoman penyelenggaraan dan modul pelatihan pengelola P2TP2A

dalam penanggulangan bencana yang responsif gender ................. 70

Gambar IV.6 Pedoman sistem pencatatan dan pelaporan data kekerasan terhadap

perempuan dan anak .................................................................... 71

Gambar IV.7 Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Kota Medan ................................................................................ 72

Gambar IV.8 Ruang rapat kantor BPPKB Kota Medan (tampak luar)................. 72

Gambar IV.9 Ruang rapat Kantor BPKB Kota Medan (bagian dalam) ............... 73

Gambar IV.10 Ruang P2TP2A Kota Medan ....................................................... 74

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 2 Surat Permohonan Persetujuan Judul skripsi

Lampiran 3 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 4 Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 5 Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 6 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 7 Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran 8 Surat Izin Pra Penelitian pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota

Medan

Lampiran 9 Surat Izin Pra Penelitian pada Yayasan Pusaka Indonesia

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian pada Kantor Balitbang Kota Medan

Lampiran 11 Surat Rekomendasi Penelitian pada Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Lampiran 12 Pedoman Wawancara

Lampiran 13 Transkip Hasil Wawancara

Lampiran 14 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Lampiran 15 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak

Lampiran 16 Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang

Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana

Perdagangan Orang

Lampiran 17 Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K tentang

Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan

dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

xi

Lampiran 18 Standard Operational Procedures (SOP) Yayasan Pusaka

Indonesia

ABSTRAK

Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan Dan Anak

Di Kota Medan

Nama : Ade Auristha Manurung

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, MS

Perdagangan manusia (trafiking) adalah salah satu persoalan yang melanggar keberadaan hak asasi manusia. Trafiking dilakukan dengan cara yang tidak layak yaitu pemaksaan, penyelundupan, perekrutan yang illegal dan lain-lain dengan tujuan yang tidak layak pula yaitu eksploitasi manusia. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada kenyataannya telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak. Perda tersebut dikeluarkan sebagai bentuk perlindungan bagi korban-korban perdagangan manusia yang semakin marak di Sumatera Utara dan juga sebagai upaya untuk menghapuskan perdagangan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi dari kebijakan tersebut di kota Medan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis kualitatif yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi yang didapat selama penelitian berlangsung. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, sebagai informan utama adalah Yayasan Pusaka Indonesia Medan dan sebagai informan tambahan adalah Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 sebenarnya sudah dijalankan di kota Medan. Secara umum pelaksanaan kebijakan tersebut di kota Medan masih mengalami kekurangan terutama pada komunikasi dan koordinasi antar badan pelaksana yang tidak berjalan baik dan harmonis. Selain itu dana yang kurang mencukupi juga menghambat kelancaran dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Perlu ditingkatkannya koordinasi antar semua pihak yang terkait agar pelaksanaan kebijakan tersebut dapat maksimal.

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

xii

Kata Kunci (Keywords): Implementasi Kebijakan, Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004, Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Negara sebagai organisasi yang paling besar dengan jumlah anggota yang

banyak yaitu warga negaranya memiliki banyak kewajiban yang harus dilakukan.

Memenuhi kesejahteraan warga negaranya, pengakuan atas hak-hak warga negara,

dan bahkan perlindungan terhadap hak-hak tersebut.Selain hak yang diperoleh

sebagai warga negara, manusia juga memiliki hak asasi yaitu hak yang diperoleh

dikarenakan kodratnya sebagai manusia seperti hak untuk hidup yang layak, hak

untuk bebas dari rasa takut, hak berkeyakinan dan sebagainya. Hak asasi yang

melekat dalam diri setiap manusia adalah sama karena itu tidak ada pembedaan

berdasarkan apapun dan dengan demikian pengakuan dan perlindungan yang

diberikan oleh negara adalah sama.

Indonesia sebagai salah satu negara yang ada di dunia telah memuat

pengakuan dan perlindungan hak asasi warga negara dalam berbagai peraturan

perundang-undangan seperti dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD

1945, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU Nomor 26

Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Indonesia sudah selayaknya

melindungi segenap hak yang dimiliki oleh tiap-tiap warga egara sesuai dengan

tugasnya sebagai suatu negara dari setiap pelanggaran akan hak asasi manusia

yang mengancam warganya.

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

2

Perdagangan manusia (trafiking) adalah salah satu persoalan yang

melanggar keberadaan hak asasi manusia. Trafiking dilakukan dengan cara yang

tidak layak yaitu pemaksaan, penyelundupan, perekrutan yang illegal dan lain-lain

dengan tujuan yang tidak layak pula yaitu eksploitasi manusia. Trafiking

merampas hak asasi manusia yaitu bebas dari rasa takut, hak atas perlakuan yang

layak karena banyak dari korban trafiking yang diperlakukan secara tidak

manusiawi.

Trafiking adalah persoalan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di

banyak negara di dunia tak terkecuali Indonesia.Para korban trafiking banyak

yang dijadikan sebagai objek eksploitasi seksual dan eksploitasi tenaga

kerja.Eksploitasi tenaga kerja ini menjerumuskan para tenaga kerja pada sistem

kerja tanpa upah yang jelas, tanpa ada syarat-syarat kerja, tanpa perlindungan

kerja dan sebagainya layaknya kerja paksa.

Data Markas Besar Kepolisian Republik Indonesa dalam kurun waktu

2011-2013 saat ini 450 kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang(TPPO) telah

dilaporkan. Jumlah korban yaitu: 375 perempuan, 119 laki-laki dan 189 anak-anak

(sumber: http://aji.or.id, diakses pada 8 Februari 2014). Data tersebut merupakan

hal yang mengejutkan bila melihat Indonesia sudah memiliki UU Nomor 21

Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Indonesia bahkan telah ikut meratifikasi Konvensi International Labour

Organization (ILO) Nomor 105 Tahun 1957 Tentang Penghapusan Kerja Paksa

(Abolition of Forced Labour Convention) dan menuangkannya dalam Undang-

undang Nomor 19 Tahun 1999.

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

3

Sumatera Utara sebagai bagian dari kesatuan Indonesia juga tidak luput

dari praktek trafiking tersebut.Penyebab utama maraknya kasus perdagangan

manusia di Sumatera Utara adalah karena perekonomian yang sulit.Kebanyakan

korban diiming-imingi tawaran pekerjaan dengan penghasilan yang cukup tinggi

tiap bulannya sebagai pembantu rumah tangga, perawat bayi, perawat orang tua

dan sebagainya.Sumatera Utara merupakan daerah transit yang diminati oleh

pelaku trafiking (trafiker) dikarenakan letak geografis yang cukup strategis yang

berdekatan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam,

Thailand, Vietnam dan lain-lain.

Kota Medan sebagai ibukota provinsi di Sumatera Utara merupakan kota

di Sumut dengan tindakan trafiking terbesar. Kota Medan bukan saja sebagai

daerah transit namun juga daerah tujuan tindakan trafiking artinya banyak pihak-

pihak di Kota Medan yang merupakan konsumen dari korban trafiking tersebut.

Salah satu artikel di media berita online bahkan menyatakan bahwa pada tahun

2013, jumlah kasus trafiking di Medan meningkat sebanyak 75 % ( sumber:

http://medanbisnisdaily.com, diakses pada 4 Februari 2014). Data yang diperoleh

dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota

Medan juga menunjukkan angka kasus yang meningkat yaitu pada tahun 2012

kasus yang ditangani oleh BPPKB Kota Medan sebanyak 4 kasus dan pada tahun

2013 meningkat menjadi 35 kasus.

Pada Februari 2014 lalu, warga kota Medan bahkan dikejutkan dengan

terungkapnya kasus penyekapan terhadap 26 perempuan asal NTT (diantaranya 5

orang masih tergolong anak dibawah umur) yang menjadi pekerja disebuah pabrik

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

4

sarang burung walet di salah satu kawasan di Kota Medan. Mereka telah bekerja

selama 3 – 4 tahun, tidak pernah keluar dari gedung /pabrik sarang burung walet

tersebut artinya terisolir dari lingkungan sosialnya, gaji jauh dibawah UMR

bahkan tidak pernah dibayar oleh majikan, pengabaian hak atas terbukti dengan

pemberian makanan yang hanya berupa nasi putih, ikan asin dan kerupuk dan

tindakan kekerasan fisik dan psikologis lainnya (sumber: Summary Situasi

Trafiking Di Sumatera Utara oleh Yayasan Pusaka Indonesia Medan).

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada kenyataannya telah

mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Perdagangan Perempuan dan Anak.Perda tersebut dikeluarkan sebagai bentuk

perlindungan bagi korban-korban perdagangan manusia yang semakin marak di

Sumatera Utara dan juga sebagai upaya untuk menghapuskan perdagangan

manusia.Di samping itu juga telah diterbitkan Peraturan Gubernur No. 24 tahun

2005 tentang Rencana Aksi Provinsi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan

Anak serta Pembentukan Gugus Tugas Provinsi Penghapusan Perdagangan

Perempuan dan Anak. Sampai saat ini, sudah terbentuk 12 Gugus Tugas di

kabupaten/kota yang menjadi daerah perdagangan orang di Sumut yaitu Kota

Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Binjai, Pematang Siantar,

Asahan, Batubara, Tanjung Balai, Langkat, Tebing Tinggi dan Labuhan Batu.

Keberadaan Perda tersebut ternyata belum membawa hasil yang

memuaskan karena pada kenyataannya kasus perdagangan manusia di Sumatera

Utara masih terus saja bertambah. Berdasarkan fakta tersebut maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Peraturan

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

5

Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Medan“

I.2 Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut dapat dibuat rumusan masalah yaitu: “Bagaimana

Proses Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6

Tahun 2004 mengenai Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan

dan Anak di Kota Medan.“

I.3 Fokus Masalah

Fokus masalah pada penelitian ini adalah pada bagian kelembagaan dari

pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak di Kota

Medan.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana proses implementasi dari Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Nomor 6 Tahun 2004 mengenai Penghapusan Perdagangan (Trafiking)

Perempuan dan Anak di kota Medan

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

6

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dimaksud mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan

kemampuan berfikir ilmiah dan sistematis dan dapat mengembangkan

kemampuan menulis berdasarkan kajian teori yang diperoleh dari Ilmu

Administrasi Negara.

2. Manfaat Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi

mengenai implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

mengenai penghapusan perdagangan perempuan dan anak.

3. Manfaat Secara Akademis

Untuk memperkaya khasanah ilmiah dan memberikan kontribusi secara

langsung dalam penelitian-penelitian sosial khususnya bagi kepustakaan

Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

7

I.6 Kerangka Teori

I.6.1 Kebijakan Publik

Kebijakan Publik merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh

pemerintah dan merupakan bagian dari keputusan politik untuk mengatasi

berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat.

Kebijakan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk

melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak melakukan sesuatu maupun

untuk melakukan tidakan tertentu.

Dalam kehidupan masyarakat yang ada di wilayah hukum suatu negara

sering terjadi berbagai permasalahan.Negara yang memengang penuh tanggung

jawab pada kehidupan rakyatnya harus mampu menyelesaikan permasalahan-

permasalahan tersebut. Kebijakan publik yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara

diharapkan dapat menjadi solusi akan permasalahan-permasalahan tersebut.

Thomas R. Dye mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apa yang

tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah (Winarno, 2002).

Pengertian yang diberikan Thomas R. Dye ini memiliki ruang lingkup yang sangat

luas.Selain itu, kajiannya yang hanya terfokus pada negara sebagai pokok kajian.

Carl Friedrich mendefinisikan kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan

terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

8

rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu

maksud tertentu (Winarno, 2002).

James E. Anderson mendefinisikan kebijakan publik adalah kebijakan

kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di

mana implikasi dari kebijakan tersebut adalah: 1) kebijakan publik selalu

mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi

pada tujuan; 2) kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah; 3)

kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah,

jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan; 4)

kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan

pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam

arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5)

kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada

peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa (Winarno, 2002).

I.6.1.1 Proses-proses Pembuatan Kebijakan

Menurut Dunn (1998), proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas

dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut diartikan

sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian

tahap yang saling tergantung, yaitu:

1. Penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik.Pada akhirnya beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

9

perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh

sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut

ditunda untuk waktu yang lama.

2. Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari

pemecahan masalah terbaik.Pemecahan masalah tersebut berbagai dari

berbagai alternatif yang ada.

3. Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga

atau keputusan peradilan.

4. Implementasi Kebijakan

Program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah

harus diimplementasikan yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi

maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Pada tahap implementasi ini

berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan

mendapat dukungan para pelaksana, namun nenerapa yang lain mungkin akan

ditentang.

5. Penilaian Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi

untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah dibuat mampu memecahkan

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

10

masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang

diinginkan.Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi

masyarakat.Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria

yang manjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih

dampak yang diinginkan.

I.6.2 Implementasi Kebijakan Publik

Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement.

Menurut Webster to implement (mengimplementasikan) berati to provide the

means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to

give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu

(Webster dalam Wahab, 2006). Pengertian implementasi selain menurut Webster

tersebut dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi

sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-

pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Definisi lain juga diutarakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

yang menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa hakikat utama

implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah

suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tersebut

mencakup usaha-usaha untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak

nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

11

Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli di atas,

disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang

dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil

yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri.

I.6.2.1 Model Implementasi Kebijakan

Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik maka

perlu diketahui variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Untuk itu,

diperlukan suatu model kebijakan guna menyederhanakan pemahaman konsep

suatu implementasi kebijakan.Terdapat banyak model yang dapat dipakai untuk

menganalisis sebuah implementasi kebijakan. Pada bagian ini akan dijelaskan

model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh George Edward III, model

implementasi Van Meter dan Van Horn dan model implementasi kebijakan

Merilee S. Grindle.

I.6.2.1.1 Model Implementasi Kebijakan George Edward III

Edward melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang

dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan

mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan

guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

implementasi. Oleh karena itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi

implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan pokok yaitu:

1) Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

12

2) Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi

kebijakan?

Guna menjawab pertanyaan tersebut, Edward mengajukan empat faktor

yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan

yaitu faktor communication, resources, disposition, dan bureucratic

structure (Winarno, 2002).

Gambar I.1 Model kebijakan George Edward III

Sumber: www.kertyawitaradya.wordpress.com, diakses pada 24 Juni

2014

a. Komunikasi (Communication)

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator

kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan

proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers)

kepada pelaksana kebijakan (policy implementors).

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

13

Informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan

dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target

group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa

saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi

kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu

sendiri.

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi

penting yaitu tranformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan

konsistensi informasi (consistency). Dimensi tranformasi menghendaki agar

informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada

kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar

informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan

interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang

terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi

menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak

menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak

terkait.

b. Sumber Daya (Resources)

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi

kebijakan.Edward III mengemukakan bahwa:bagaimanapun jelas dan

konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun

akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

14

pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan

kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara

efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.

Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan

untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini

mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan

yang dijelaskan sebagai berikut :

1) Sumber Daya Manusia (Staff)

Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari

sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas

sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikas,

profesionalitas, dan kompetensi di bidangnya, sedangkan kuatitas

berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk

melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya manusia sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumber

daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi

kebijakan akan berjalan lambat.

2) Anggaran (Budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan

modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin

terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi,

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

15

kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan

sasaran.

3) Fasilitas (Facility)

Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang

layak, seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang

dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

4) Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)

Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan,

terutama informasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana

mengimplementasikan suatu kebijakan.Sementara wewenang berperan

penting terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang

dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki.

c. Disposisi (Disposition)

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan

penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran. Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan

misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan

implementor untuk tetap berada dalam asa program yang telah digariskan,

sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakn akan membuat mereka

selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung

jawab sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

16

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi

kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat

kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi

tidak akan terlaksana dengan baik.

d. Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure)

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi

kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan

struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam

implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat standard operational procedures

(SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar

dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan.

Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan

terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan

prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan

aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

17

I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn menetapkan

beberapa variabel yang diyakini dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja

kebijakan (Dwiyanto, 2009). Beberapa variabel yang terdapat dalam model Van

Meter dan Van Horn adalah sebagai berikut:

a. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada

dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan,

baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau

panjang. Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara

spesifik sehingga di akhir program dapat diketahui keberhasilan atau

kegagalan dari kebijakan atau program yang dilaksanakan.

b. Kinerja kebijakan merupakan penilaian terhadap pencapaian standard dan

sasaran kebijakan yang telah ditetapkan di awal.

c. Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial dan

sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan. Hal

sulit yang terjadi adalah berapa nilai sumber daya (baik finansial maupun

manusia) untuk menghasilkan implementasi kebijakan dengan kinerja

baik. Evaluasi program/kebijakan seharusnya dapat menjelaskan nilai yang

efisien.

d. Komunikasi antar badan pelaksana, menunjuk kepada mekanisme

prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan program.

Komunikasi ini harus ditetapkan sebagai acuan, misalnya: seberapa sering

rapat rutin akan diadakan, tempat dan waktu. Komunikasi antar organisasi

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

18

juga menunjuk adanya tuntutan saling dukung antar institusi yang

berkaitan dengan program/kebijakan.

e. Karakteristik badan pelaksana, menunjuk seberapa besar daya dukung

struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan

komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.

f. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik, menunjuk bahwa lingkungan

dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi

itu sendiri.

g. Sikap pelaksana, menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel

penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias dan

responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan dapat menjadi

bagian dari sikap pelaksana ini.

Gambar I.2 Model kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber: www.kertyawitaradya.wordpress.com, diakses pada 24 Juni

2014

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

19

Model dari Van Meter dan Van Horn ini menunjukkan bahwa

implementasi kebijakan merupakan model yang sangat kompleks, dimana satu

variabel dapat mempengaruhi variabel yang lain seperti:

Variabel sumber daya dapat mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi

dan politik

Variabel sumber daya juga dapat mempengaruhi komunikasi antar badan

pelaksana

Variabel lingkungan sosial, ekonomi dan politik dapat mempengaruhi

karakteristik badan pelaksana

Variabel lingkungan sosial, ekonomi dan politik dapat mempengaruhi

sikap badan pelaksana

Variabel lingkungan sosial, ekonomi dan politik dapat mempengaruhi

kinerja kebijakan

Komunikasi antar badan pelaksana memiliki hubungan yang saling

mempengaruhi dengan karakteristik badan pelaksana

Komunikasi antar badan pelaksana dapat mempengaruhi sikap pelaksana

Karakteristik badan pelaksana dapat mempengaruhi sikap pelaksana

Karakteristik badan pelaksana juga dapat mempengaruhi kinerja kebijakan

secara langsung

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

20

I.6.2.1.3 Model Implementasi Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle dipengaruhi dua

variabel besar, yakni :

1. variabel isi kebijakan (content of policy) mencakup:

sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat

dalam isi kebijakan

jenis manfaat yang diterima oleh target group

sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan

apakah letak suatu program sudah tepat

apakah suatu kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan

rinci

apakah suatu program didukung oleh sumber daya yang memadai

2. variabel lingkungan kebijakan mencakup:

seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh

para actor yang terlibat dalam implementsi kebijakan

karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa

tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran (Subarsono,

2005)

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

21

Gambar I.3 Model kebijakan Merillee S.Grindle

Sumber: www.kertyawitaradya.wordpress.com, diakses pada 24 Juni

2014

I.6.2.2 Model implementasi kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini

Dari berbagai model yang dikemukakan oleh para ahli diatas terdapat

variabel-variabel yang dapat digunakan untuk menentukan suatu kebijakan sudah

berhasil diimplementasikan atau belum. Dalam penelitian ini peneliti melihat

proses implementasi kebijakan dengan menggunakan lima variabel yaitu standar

dan sasaran kebijakan, disposisi implementor, komunikasi, struktur birokrasi, dan

sumber daya. Peneliti merasa kelima variabel tersebut akan mampu menjawab

permasalahan yang ingin diketahui oleh peneliti terkait dengan bagian

kelembagaan dalam pelaksanaan kebijakan.

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

22

1. Standar dan sasaran kebijakan

Peneliti menggunakan variabel standar dan sasaran kebijakan untuk

mengetahui tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kebijakan. Hal ini penting

karena suatu kebijakan haruslah memiliki tujuan-tujuan yang jelas yang

memungkinkan untuk dicapai dan mampu menjawab kebutuhan dari kelompok

sasaran. Selain itu dengan adanya kejelasan standar dan sasaran kebijakan akan

memudahkan implementor untuk melakukan tindakan yang lebih bersifat teknis

dalam implementasi kebijakan.

2. Disposisi implementor

Variabel disposisi implementor digunakan untuk mengetahui sikap dan

pemahaman implementor itu sendiri terhadap kebijakan yang ada. Sikap yang

berkomitmen dan mendukung tujuan-tujuan kebijakan serta pemahaman yang

baik terhadap tujuan-tujuan tersebut akan dapat mempengaruhi jalannya sebuah

kebijakan dengan baik.

3. Komunikasi

Variabel komunikasi digunakan untuk mengetahui komunikasi antar badan

pelaksana dan juga komunikasi terhadap kelompok sasaran kebijakan. Bentuk

komunikasi yang baik dan dilakukan secara intensif akan memperlancar

pelaksanaan kebijakan karena akan mengurangi masalah-masalah yang timbul

yang disebabkan perbedaan pemahaman dan intepretasi tiap-tiap implementor.

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

23

4. Struktur birokrasi

Variabel struktur birokrasi digunakan untuk mengetahui standard

operational procedures (SOP) yang digunakan oleh pelaksana kebijakan dan

koordinasi yang terjalin antara pihak-pihak yang saling terkait dalam pelaksanaan

kebijakan tersebut. Hal ini penting karena struktur yang terlalu besar yang dimiliki

oleh suatu lembaga akan dapat mempengaruhi lambat atau tidaknya pelaksanaan

kebijakan bila tidak menggunakan pedoman teknis berupa SOP. Selain itu

koordinasi yang baik juga harus dilaksanakan agar pelaksanaan kebijakan berjalan

maksimal.

5. Sumber daya

Variabel sumber daya digunakan untuk mengetahui ketersediaan sumber

daya di lingkungan implementor yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan.

Sumber daya tersebut berupa sumber daya manusia, sumber daya finansial

(anggaran) dan fasilitas pendukung.

Hubungan kelima variabel tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar I.4 Model kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini

Standar dan

sasaran kebijakan

Struktur

birokrasi

Sumber

daya

Komunika

si

Disposisi

implemento

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

24

I.6.3 Perdagangan Manusia (Trafiking)

Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 49/166 mendefinisikan istilah

trafiking sebagai: suatu perkumpulan gelap oleh beberapa orang di lintas nasional

dan perbatasan internasional, sebagian besar berasal dari negara-negara yang

berkembang dengan perubahan ekonominya, dengan tujuan akhir memaksa

wanita dan anak-anak perempuan bekerja di bidang seksual dan penindasan

ekonomis dan dalam keadaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur, dan

sindikat kejahatan, sebagaimana kejahatan ilegal lainnya yang berhubungan

dengan perdagangan seperti pembantu rumah tangga, perkawinan palsu, pekerjaan

gelap, dan adopsi.

Global Alliance Against Traffic in Women (GAATW) mendefinisikan

istilah trafiking sebagai: semua usaha atau tindakan yang berkaitan dengan

perekrutan, pembelian, penjualan, transfer, pengiriman atau penerimaan seseorang

dengan menggunakan penipuan atau tekanan, termasuk penggunaan ancaman

kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan atas lilitan hutang dengan tujuan untuk

menempatkan atau menahan orang tersebut, baik dibayar atau tidak, untuk kerja

yang tidak diinginkan (domestik seksual atau reproduktif) dalam kerja paksa atau

dalam kondisi perbudakan, dalam suatu lingkungan lain dari tempat dimana orang

itu tinggal pada waktu penipuan, tekanan atau lilitan hutang pertama kali.

Trafiking juga diartikan sebagai kegiatan mencari, mengirim,

memindahkan, menampung atau menerima tenaga kerja dengan ancaman,

kekerasan atau bentuk-bentuk pemaksaan lainnya, dengan cara menipu,

memperdaya (termasuk membujuk dan mengiming-imingi) korban,

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

25

menyalahgunakan kekuasaan/wewenang atau memanfaatkan ketidaktahuan,

keingintahuan, ketidakberdayaan, kepolosan dan tidak adanya perlindungan

terhadap korban, atau dengan memberikan atau menerima pembayaran atau

imbalan untuk mendapat izin/persetujuan dari orang tua, wali, atau orang lain

yang mempunyai wewenang atas diri korban dengan tujuan untuk mengisap atau

memeras tenaga (mengeksploitasi) korban (Irwanto, 2001).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan:

a. Pengertian trafiking mencakup kegiatan pengiriman tenaga kerja, yaitu

kegiatan memindahkan atau mengeluarkan seseorang dari lingkungan

tempat tinggalnya atau sanak keluarga. Tetapi pengiriman tenaga kerja

yang dimaksud disini tidak harus atau tidak selalu berarti pengiriman ke

luar negeri.

b. Meskipun trafiking dilakukan atas izin tenaga kerja yang bersangkutan,

izin tersebut sama sekali tidak menjadi relevan (tidak dapat digunakan

sebagai alasan untuk membenarkan trafiking tersebut) apabila terjadi

penyalahgunaan atau apabila korban berada dalam posisi tidak berdaya

(misalnya karena terjerat hutang), terdesak oleh kebutuhan ekonomi

(misalnya membiayai orangtua yang sakit), dibuat percaya bahwa dirinya

tidak mempunyai pilihan pekerjaan lain, ditipu, atau diperdaya.

c. Tujuan trafiking adalah eksploitasi, terutama eksploitasi tenaga kerja

(dengan memeras habis-habisan tenaga yang dipekerjakan) dan eksploitasi

seksual (dengan memanfaatkan atau menjual kemudaan, kemolekan tubuh,

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

26

serta daya tarik seks yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan dalam

transaksi seks).

Trafiking manusia untuk berbagai tujuan, telah berlangsung cukup lama sejak

dahulu kala hingga sekarang, dari kerajaan Jawa yang membentuk landasan bagi

perkembangan perdagangan perempuan dengan meletakkan mereka sebagai

barang dagangan untuk memenuhi nafsu lelaki dengan menunjukkan adanya

kekuasaan dan kemakmuran.Kegiatan ini berkembang menjadi lebih terorganisir

pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.Bahkan kini kegiatan tersebut tidak

semakin menyurut justru semakin marak.

Tujuan trafiking di Indonesia adalah perdagangan antardaerah/antarpulau dan

antarnegara. Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai ribuan pulau-

pulau dan bermacam suku-suku, sehingga sangat memudahkan terjadinya

trafiking dalam lingkup domestik, dari beberapa provinsi dimana kasus trafiking

domestik terjadi, tempat-tempat wisata yang berbatasan dengan negara lain seperti

Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jakarta, Bali, dan Jawa

Timur sebagai tujuan.

I.6.3.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Manusia

Banyak faktor yang mendorong orang terlibat dalam perdagangan

manusia, diantaranya adalah:

a. Trafiking merupakan bisnis yang menguntungkan. Dari industri seks

diperkirakan Imdonesia menerima 1,2 – 3,3 milyar USD tiap tahunnya.

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

27

Hal ini menyebabkan kejahatan internasional terorganisir menjadi

prostitusi internasional dan jaringan perdagangan manusia sebagai focus

utama kegiatannya.

b. Kemiskinan telah mendorong anak-anak tidak sekolah sehingga

kesempatan untuk memiliki keterampilan kejuruan serta kesempatan kerja

menyusut. Seks komersial kemudian menjadi sumber nafkah yang mudah

untuk mengatasi masalah pembiayaan hidup. Kemiskinan pula yang

mendorong anak dan ibu sebagai tenaga kerja wanita, yang dapat

menyebabkan anak terlantar tanpa perlindungan sehingga berisiko menjadi

korban.

c. Keinginan untuk hidup lebih layak, tetapi dengan kemampuan yang minim

dan kurang mengetahui informasi pasar kerja, menyebabkan mereka

terjebak dalam lilitan hutang para penyalur tenaga kerja dan mendorong

mereka masuk dalam dunia prostitusi.

d. Konsumerisme merupakan faktor yang menjerat gaya hidup anak remaja,

sehingga mendorong mereka memasuki dunia pelacuran secara dini.

Akibat konsumerisme, berkembanglah kebutuhan untuk mencari uang

banyak dengan cara mudah.

e. Pengaruh sosial budaya seperti pernikahan muda yang rentan perceraian,

yang mendorong anak untuk memasuki eksploitasi seksual komersial.

Adanya kepercayaan bahwa hubungan seks dengan anak-anak secara

homoseksual ataupun heteroseksual akan meningkatkan kekuatan magis

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

28

seseorang atau membuat awet muda, telah membuat masyarakat

melegitimasi kekerasan seksual dan bahkan memperkuatnya.

f. Kebutuhan para majikan akan pekerja yang murah, penurut, mudah diatur

dan mudah ditakut-takuti telah mendorong naiknya permintaan terhadap

pekerja anak (pekerja jermal di Sumatera Utara, buruh pabrik/industri di

kota-kota besar, di perkebunan, pekerja tambang permata di Kalimantan,

perdagangan, dan perusahaan penangkap ikan). Seringkali anak-anak

bekerja dalam situasi yang tidak aman dan rawan kecelakaan.

g. Perubahan struktur sosial yang diiringi oleh cepatnya

industrialisasi/komersialisasi, telah meningkatkan jumlah keluarga

menengah, sehingga meningkatkan kebutuhan akan perempuan dan anak

untuk dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga.

h. Kemajuan bisnis pariwisata di seluruh dunia yang juga menawarkan

pariwisata seks, termasuk yang mendorong tingginya permintaan akan

perempuan dan anak-anak untuk bisnis tersebut (Chairul Bariah, 2005).

I.6.4 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak

Dalam Perda ini bahwa perdagangan perempuan dan anak merupakan

tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia dan melanggar

hak asasi manusia, dan mempunyai jaringan yang luas sehingga merupakan

ancaman terhadap masyarakat, bangsa, dan Negara, serta terhadap norma-norma

kehidupan yang dilandasi dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia baik

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

29

nasional maupun internasional, perempuan adalah penerus generasi bangsa yang

merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, untuk itu perlu dilindungi

harga diri dan martabatnya, serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan

berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya, karena itu segala bentuk

perlakuan yang menggangu dan merusak hak-hak dasarnya dalam berbagai bentuk

pemanfaatan dan eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan harus segera

dihentikan.

Hal-hal yang penting dalam Perda Nomor 6 Tahun 2004 yaitu:

1. Pasal 3 yaitu perda bertujuan untuk pencegahan, rehabilitasi dan

reintegrasi perempuan dan anak korban perdagangan (trafiking).

2. Pasal 4 yaitu: perempuan yang akan bekerja di luar wilayah

desa/kelurahan wajib memiliki Surat Izin Bekerja Perempuan (SIBP) yang

dikeluarkan oleh Kepala Desa atau Lurah dan diadministrasikan oleh

Camat setempat.

3. Pasal 11 yaitu: untuk pengefektifan dan menjamin pelaksanaan

pencegahan perlu dibentuk gugus tugas Rencana Aksi Nasional

Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak (RAN P3A).

4. Pasal 17 yaitu: masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya

untuk berperan serta membantu upaya pencegahan dan penghapusan

perdagangan (trafiking) perempuan dan anak (Chairul Bariah, 2005).

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

30

I.7 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial. Konsep teoritis diajukan untuk menjawab permasalahan

yang diteliti, maka perlu diadakan definisi konsep. Adapun konsep penelitian ini

adalah:

1. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah usaha untuk mengaplikasikan atau

melaksanakan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh

pembuat kebijakan. Proses implementasi kebijakan dapat dilihat dari

berbagai variabel. Pada penelitian ini variabel yang digunakan oleh

peneliti adalah variabel standar dan sasaran kebijakan, disposisi

implementor komunikasi, struktur birokrasi dan sumber daya.

Variabel standar dan sasaran kebijakan digunakan untuk mengetahui

tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Variabel disposisi digunakan

untuk mengetahui pemahaman dan respon implementor terhadap

kebijakan yang dibuat. Variabel komunikasi yang dimaksud adalah

variabel yang digunakan untuk mengetahui proses penyampaian pesan

berupa tujuan kebijakan kepada kelompok sasaran. Variabel struktur

birokrasi adalah variabel yang digunakan untuk mengetahui keadaan di

tubuh pelaksana kebijakan itu sendiri yaitu ditinjau dari keberadaan SOP

dan koordinasi yang terjalin diantar pihak-pihak yang terkait. Variabel

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

31

sumber daya yaitu variabel yang digunakan untuk mengetahui

ketersediaan sumber daya manusia, finansial dan fasilitas.

2. Perdagangan Perempuan dan Anak (Trafiking)

Perdagangan perempuan dan anak adalah kegiatan yang melanggar hak

asasi manusia dengan merekrut atau memperjualbelikan dan

mempekerjakan manusia oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab

dengan mengambil perempuan dan anak sebagai korban untuk tujuan

eksploitasi demi membawa keuntungan bagi pihak-pihak tertentu.

I.8 Definisi Operasional

Definisi operasional berisi batasan-batasan atau indikator-indikator dari

konsep yang telah ditetapkan. Indikator yang digunakan dalam penelitian

implementasi kebijakan ini adalah:

1. Standar dan sasaran kebijakan

Latar belakang dibuatnya kebijakan

Tujuan yang ingin dicapai

Sejauh mana isi kebijakan dapat menjawab kebutuhan kelompok

sasaran

2. Disposisi Implementor

Sikap implementor terhadap kebijakan

Respon implementor terhadap kebijakan

Pemahaman implementor terhadap kebijakan

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

32

3. Komunikasi

Bentuk komunikasi antar badan pelaksana

Pelaksanaan rapat rutin

Pihak yang terkait dengan proses penyampaian pesan atau

sosialisasi yang dilakukan dalam upaya penghapusan trafiking di

kota Medan

Bentuk sosialisasi yang dilakukan

Kelompok sasaran dari sosialisasi

Isi sosialisasi yang diberikan

Respon kelompok sasaran terhadap sosialisasi

4. Struktur Birokrasi

Standard Operational Procedures (SOP) yang ditetapkan oleh

pelaksana kebijakan

Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kebijakan

Bentuk koordinasi yang terjalin antar pihak-pihak tersebut

Pembagian peran atau tugas

5. Sumber Daya

Ketersediaan sumber daya manusia

Ketersediaan sumber daya finansial (dana)

Ketersediaan fasilitas pendukung

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

33

I.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan

keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional

dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran umum tentang lokasi penelitian berupa sejarah singkat,

visi dan misi, kedudukan, tugas dan fungsi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan dan analisa dari data-data yang telah diperoleh

selama penelitian berlangsung.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

34

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk membuat suatu penjelasan, gambaran atau lukisan

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena

yang diselidiki. Analisis dilakukan terhadap data yang diperoleh berdasarkan

kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi.

Menurut Lexy J. Moleong (2005), penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain.

Dilakukan dengan cara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa pada suatu konteks yang khusus dan alamiah serta dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

II.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada kantor Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana Kota Medan di Jl. Ibus Raya no. 131 (Petisah) Medan.

II.3 Informan Penelitian

Menurut Buhan Bungin (2007), informan merupakan orang yang meguasai

dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

35

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama,

dan informan tambahan. Informan dalam penelitian ini, yaitu :

1 Informan kunci, yaitu Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan

2 Informan utama, yaitu Yayasan Pusaka Indonesia Medan

3 Informan tambahan, yaitu Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan

Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh

penulis adalah sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang

diperoleh melalui wawancara, yaitu teknik penguumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada

informan kunci atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi

terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari subjek

penelitian. Data sekunder diperoleh melalui:

a. Studi kepustakaan,yaitu pengumpulan data yang di peroleh dari buku-

buku, karya ilmiah, pendapat para ahliyang memiliki hubungan dengan

masalah yang di teliti

b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulandatayang di peroleh berupa

catatan-catatan tertulis, foto/gambar, video yang ada di lokasi

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

36

penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang di

teliti dengan instansi terkait.

II.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknis analisis data kualitatif.

Menurut Moleong teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data

yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusun dalam

satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa

keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan nalar

peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.Miles dan Huberman dalam

(Sugiyono, 2009), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Dalam melakukan analisis data, ada langkah-

langkah yang dilakukan menurut Miles dan Huberman, yaitu:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

37

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan

data. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis,

dan bila didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori.

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

38

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Kota Medan

III.1.1 Letak Geografis

Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera dengan posisi

koordinat 3°35′LU dan 98°40′BT. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka

di sebelah utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, timur, dan utara.

Luas Kota Medan adalah sekitar 26.510 hektar atau setara dengan 265,10 km².

Dengan kata lain, Kota Medan memiliki wilayah 3,6% dari keseluruhan Sumatera

Utara. Kota Medan jika diperlihatkan secara topografinya cenderung miring ke

utara. Kota ini berada pada 2,5 hingga 3,5 meter di atas permukaan laut.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab

berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat

dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,

Singapura dan lain-lain. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran

Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk)

kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar

negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong

perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah

Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

39

III.1.2 Pemerintahan

Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat

daerah otonom yang lain sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Secara

garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar III.1 Bagan Organisasi Pemerintah Kota Medan

Sumber : Website Pemerintah Kota Medan (www.pemkomedan.go.id)

diakses pada 24 Juni 2014

Administrasi pemerintahan Kota Medan pada saat ini terdiri atas 21

kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2001 lingkungan. Fungsi

Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima (5) sifat, yaitu:

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

40

(1) Pemberian pelayanan,

(2) Fungsi pengaturan (penetapan perda),

(3) Fungsi pembangunan,

(4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi

/Pusat),

(5) Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,

Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang urusan yaitu :

(1) Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-

dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum) dan

(2) Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari:

Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan Legislatif

Kota.

Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup

dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang

diselenggarakan oleh Wlikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi

Badan Eksekutif Kota.

Berdasarkan fungsi dan kewenangan tersebut, Walikota Medan membawahi

(pimpinan Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

41

III.1.3 Demografi

Penduduk Kota Medan tergolong masyarakat plural yang meliputi unsur

agama, suku etnis, budaya dan keragaman adat istiadat. Hal ini memunculkan

karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara demografi,

Kota Medan sedang mengalami masa transisi demografi. Pada tahun 2011,

penduduk kota Medan mencapai 2.117.224 jiwa. Dibanding hasil Sensus

Penduduk 2010, terjadi pertambahan penduduk sebesar 19.614 jiwa (0,94%).

Dengan luas wilayah mencapai 265,10 kmଶ, kepadatan penduduk mencapai 7.987

jiwa/kmଶ.

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang

1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat

pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan

demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada

berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung

mengalami peningkatan—tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah

0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan

penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004.

Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan

Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di

Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan

Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

42

Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun

sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa dan Batak

Toba. Adapun etnis asli kota Medan adalah Melayu dan Karo. Di Medan banyak

pula orang keturunan India dan Tionghoa. Medan salah satu kota di Indonesia

yang memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan

vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul

Arifin dikenal sebagai Kampung Keling, yang merupakan daerah pemukiman

orang keturunan India.

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan

kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan

persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang

optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan

daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak

didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial

yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun

sebaliknya.

Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia

lainnya yaitu pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak,

perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta

pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus

ditingkatkan. Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

43

dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural,

menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,

termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang

diterapkan.

III.2 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota

Medan

III.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan

unsur pendukung tugas Kepala Daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan

pemerintah daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan

Keluarga Berencana.

Dalam melaksanakan tugasnya Badan Permberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan perempuan,

perlindungan anak dan keluarga berencana.

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

44

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di

bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga

berencana.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan

perempuan, perlindunan anak dan keluarga berencana.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

III.2.2 Struktur Organisasi

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

dipimpin oleh Kepala Badan dengan membawahi:

a. Sekretariat

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas badan

lingkup sekretariat yang meliputi pengelolaan administrasi umum,

keuangan dan penyusunan program. Membawahi:

Sub Bagian Umum

Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Penyusun Program

Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretaris menyelenggarakan

fungsi:

Penyusun rencana, program dan kegiatan kesekretariatan

Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Badan

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

45

Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi

kesekretariatan Badan yang meliputi administrasi umum,

kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Badan

Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,

pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan

Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Badan

Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian bidang

kesekretariatan

Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan

kesekretariatan

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

sesuai dengan tugas dan fungsinya

b. Bidang Pemberdayaan Perempuan

Bidang Pemberdayaan Perempuan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas badan lingkup pengarusutamaan gender,

kualitas hidup, perlindungan perempuan dan anak. Kepala Bidang

Pemberdayaan Perempuan membawahi:

Sub Bidang Pengarusutamaan Gender

Sub Bidang Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan

Anak

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

46

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pemberdayaan

Perempuan menyelenggarakan fungsi:

Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang

Pemberdayaan Perempuan

Pelaksanaan kebijakan pengarusutamaan gender

Penyiapan kelembagaan pengarusutamaan gender

Pelaksanaan pengarusutamaan gender

Penyiapan kebijakan kualitas hidup perempuan

Peintegrasian kebijakan hidup perempuan

Pengorganisasian pelaksanaan kebijakan kualitas hidup

perempuan

Penyiapan kebijakan perlindungan perempuan

Pengintegrasian kebijakan perlindungan perempuan

Pengorganisasian pelaksanaan kebijakan perlindungan

perempuan

Penyiapan kebijakan kesejahteraan dan perlindungan anak

Pengintegrasian hak-hak anak dalam kebijakan dan program

pembangunan

Pengorganisasian pelaksanaan kesejahteraan dan perlindungan

anak

Penguatan kelembagaan/organisasi masyarakat dan dunia usaha

untuk melaksanakan pengarusutamaan gender dan peningkatan

kesejahteraan dan perlindungan anak

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

47

Pengembangan dan penguatan jaringan kerja lembaga

masyarakat dan dunia usaha untuk pelaksanaan

pengarusutamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak

Penyiapan data terpilih menurut jenis kelamin dari setiap

bidang terkait

Penyiapan data dan informasi gender dan anak

Pelaksanaan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup

bidang Pemberdayaan Perempuan

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

sesuai dengan tugas dan fungsinya

c. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas badan lingkup

Pengembangan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

membawahi:

Sub Bidang Pengembangan Pelayanan Keluarga Berencana

Sub Bidang Kesehatan Reproduksi

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi menyelenggarakan fungsi:

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

48

Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Penetapan kebijakan dan pelaksanaan jaminan dan pelayanan

Keluarga Berencana, peningkatan partisipasi pria,

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi serta

kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak

Penetapan kebijakan dan pelaksanaan kesehatan reproduksi

remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi

Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup

Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

sesuai dengan tugas dan fungsinya

d. Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga

Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga mempunyai tugas

pokok melaksanakan sebagian tugas Badan Lingkup Pengembangan

Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga. Bidang Ketahanan dan

Pemberdayaan Keluarga membawahi:

Sub Bidang Pengembangan Ketahanan Keluarga

Sub Bidang Pemberdayaan Keluarga

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Ketahanan dan

Pemberdayaan Keluarga menyelenggarakan fungsi:

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

49

Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang ketahanan

dan pemberdayaan keluarga

Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan pengembangan

ketahanan dan pemberdayaan keluarga

Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan penguatan kelembagaan

keluarga kecil berkualitas dan jejaring program

Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup

bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

sesuai dengan tugas dan fungsinya

e. Bidang Data dan Informasi

Bidang Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Badan Lingkup Data dan Informasi . Kepala Bidang Data

dan Informasi membawahi:

Sub Bidang Data

Sub Bidang Informasi

Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Data dan Informasi

menyelenggarakan fungsi:

Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang data dan

informasi

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

50

Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan data mikro

kependudukan dan keluarga

Penyiapan kebijakan dan pelaksanaan advokasi dan KIE

Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup

bidang data dan informasi

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan

sesuai dengan tugas dan fungsinya

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas badan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga

fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan

Setiap kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh tenaga

fungsional senior

Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan

dan beban kerja

Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan

peraturan perundang-undangan

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

51

III.2.3 Susunan Kepegawaian

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan didukung aparatur sebanyak

189 pegawai dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel III.1 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon

Jabatan/Eselon Jumlah

Kepala Badan/Eselon II 1 orang

Kepala Bidang/Sekretaris/Eselon III 4 orang

Kepala Subbid, Subbag/Eselon IV 11 orang

Jabatan Fungsional/Non Jabatan/Staf 115/58 orang

Sumber: Rencana strategis Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan Tahun 2011-2015

Tabel III.2 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan

Golongan Kepangkatan Jumlah

Golongan IV 16 orang

Golongan III 158 orang

Golongan II 15 orang

Sumber: Rencana strategis Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan Tahun 2011-2015

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

52

III.2.4 Visi

Dengan berpedoman pada visi RPJMD Kota Medan 2011-2015 dan

memperhatikan tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan dalam mendukung pencapaian tujuan dan

sasaran Pembangunan tahun 2011-2015, maka visi Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan Tahun 2011-2015 ditetapkan

sebagai berikut:

“TERWUJUDNYA KESETARAAN GENDER DAN

PERLINDUNGAN ANAK SERTA DUA ANAK LEBIH BAIK MENUJU

KELUARGA SEJAHTERA.”

Kesetaraan gender bermakna setara dan seimbang dan sederajat dalam

hubungan peran, kedudukan, fungsi hak dan tanggung jawab antara laki-laki dan

perempuan. Berarti sederajat dalam perbedaan dan keikutsertaan laki-laki dan

perempuan di seluruh bidang kehidupan (public private).

Perlindungan Anak bermakna terlaksananya hak-hak anak

Dua Anak Lebih Baik bermakna kelahiran anak yang direncanakan akan

labih baik

Menuju Keluarga Sejahtera bermakna keluarga dan rumah tangga yang

harmonis, terpenuhi dan terfasilitasi seluruh kebutuhan dasar keluarga yang

terencana, kebutuhan pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, lingkungan

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

53

perumahan, kehidupan keagamaan, serta peningkatan pendapatan untuk

kehidupan keluarga yang layak dan sejahtera.

III.2.5 Misi

Dengan memperhatikan visi tersebut, maka misi Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan Tahun 2011-2015 ditetapkan

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesetaraan gender dan kualitas hidup perempuan

dan anak

b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan keluarga

berencana, kesehatan reproduksi dalam membangun keluarga

sejahtera

c. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan keluarga

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

54

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, maka

diperoleh data yang berkaitan dengan Implementasi Peraturan Daerah Sumatera

Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan

Anak di Kota Medan. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara yang

dilakukan terhadap informan yang dianggap paling mengetahui tentang

pelaksanaan kebijakan yang dimaksud dan juga data sekunder yang diperoleh

selama penelitian berlangsung.

Pada awal penyusunan penelitian, peneliti menetapkan informan dalam

penelitian ini ada tiga yaitu Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Kepala

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dan Koordinator Divisi Perlindungan

Perempuan dan Anak di Yayasan Pusaka Indonesia Kota Medan. Namun ketika

peneliti melakukan kunjungan wawancara ke Kantor Dinas Sosial dan Tenaga

Kerja, informan yang dimaksud menolak untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti dengan alasan bahwa yang lebih mengerti tentang

kebijakan yang dimaksud adalah pihak lain yaitu Badan Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana. Agar lebih menggali informasi yang

dibutuhkan, maka peneliti menetapkan satu lagi informan yaitu Koordinator Pusat

Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Sumatera Utara.

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

55

IV.1 Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan

utama. Informan kunci adalah Ibu Dra. Yuslinar selaku Kepala Bidang

Pemberdayaan Perempuan di Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana. Informan utama adalah Muhammad Mitra selaku Koordinator Divisi

Perlindungan Perempuan dan Anak di Yayasan Pusaka Indonesia dan Rina

Sitompul selaku Koordinator Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan

dan Anak Provinsi Sumatera Utara.

IV.2 Penyajian Data Primer Tentang Implementasi Peraturan Daerah

Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan

Perempuan dan Anak di Kota Medan

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan dan Kantor Yayasan Pusaka Indonesia.

Informasi diperoleh melalui wawancara dengan informan yang dianggap

mengetahui permasalahan yang diteliti oleh peneliti. Berikut ini adalah hasil

wawancara yang dilakukan peneliti berdasarkan variabel yang digunakan oleh

peneliti untuk mengetahui proses implementasi kebijakan dalam penelitian ini:

IV.2.1 Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak

dicapai oleh program atau kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

56

pendek, menengah atau panjang. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai tujuan dari

sebuah kebijakan.

Pembuatan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 dilatarbelakangi oleh

kasus trafiking di Sumatera Utara yang sudah dalam kondisi mengkhawatirkan

begitu juga di Medan. Hal demikianlah yang mendasari para aktivis perempuan

dan anak pada saat itu untuk mengajukan dibuatnya suatu kebijakan kepada

Pemerintah Provinsi untuk melindungi perempuan dan anak dari segala bentuk

kekerasan. Hasil kerja keras para aktivis yang juga bekerja sama dengan Biro

Pemberdayaan Perempuan akhirnya melahirkan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan

Perempuan dan Anak.

Pada penelitian ini yang menjadi tujuan dari Peraturan Daerah Nomor 6

Tahun 2004 adalah untuk pencegahan, rehabilitasi dan reintegrasi perempuan dan

anak korban perdagangan (trafiking). Hal demikian juga disampaikan oleh

informan ketika ditanyakan tentang tujuan awal dibentuknya Perda yaitu untuk

mencegah semakin banyaknya kasus trafiking di Sumatera Utara pada umumnya

dengan cara meningkatkan pemahaman masyarakat agar semakin berhati-hati

dengan modus trafiking melalui tawaran-tawaran pekerjaan karena kebanyakan

korban banyak dijanjikan akan pekerjaan oleh si pelaku. Trafiking merupakan

permasalahan yang sangat besar yang penyebabnya bisa berasal dari berbagai

faktor dan memerlukan upaya penghapusan yang tidak mudah sehingga

pencegahan yang dimaksud diharapkan dapat mengurangi angka kasus trafiking

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

57

IV.2.2 Disposisi implementor

Disposisi menunjuk kepada kecenderungan sikap dan juga kognisi

(pemahaman) implementor terhadap sebuah kebijakan. Hal ini sangat penting agar

implementor memahami dan menjiwai perannya sebagai pelaksana dari sebuah

kebijakan.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada para informan menunjukkan

bahwa informan sebagai implementor sangat mendukung dibuatnya Perda Nomor

6 Tahun 2004. Perda tersebut diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan

trafiking yang ada dan mampu melindungi korban terutama perempuan dan anak.

Pemahaman informan sebagai implementor dari Perda tersebut juga sangat baik

yang berarti implementor sangat mengerti tujuan dan alasan dibuatnya Perda

tersebut. Hal demikian karena informan yang juga sebagai aktivis di bidang

perlindungan perempuan dan anak dan aktif terlibat dalam Yayasan yang bergelut

di bidang yang sama turut serta dalam proses perencanaan hingga lahirnya Perda

tersebut sehingga kognisi atau pemahaman informan sangat baik menyangkut

Perda dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

IV.2.3 Komunikasi antar badan pelaksana

Komunikasi merupakan faktor yang penting dalam menjalankan sebuah

kebijakan. Dalam komunikasilah pesan-pesan disampaikan dan juga berbagai

informasi terkait pelaksanaan dari suatu kebijakan. Komunikasi yang tidak baik

dapat menimbulkan kesalahpahaman yang menimbulkan pelaksanaan kebijakan

tidak berjalan baik. Komunikasi dilakukan antar sesama implementor atau badan

Page 71: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

58

pelaksana kebijakan dan juga komunikasi kepada kelompok sasaran dari

kebijakan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diketahui

bahwa komunikasi antar badan pelaksana jarang sekali terjadi. Komunikasi hanya

terjadi ketika rapat dilakukan. Rapat antara implementor di kota Medan juga

dilakukan hanya ketika ada kasus yang sedang ditangani. Berbeda dengan rapat

koordinasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi secara rutin yakni setiap tiga

bulan sekali dengan mengundang pihak dari Provinsi dan juga dari Pemerintah

Kota Medan (wawancara dengan informan dari Yayasan Pusaka Indonesia

Medan).

Selain komunikasi yang dilakukan dengan sesama implementor atau badan

pelaksana di kota Medan, implementor juga melakukan komunikasi dengan

kelompok sasaran yang dalam hal ini adalah masyarakat luas. Komunikasi yang

dilakukan adalah berupa sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat.

Sosialisasi tidak dilakukan secara rutin karena masalah biaya yang tidak selalu

mendukung sehingga kebanyakan sosialisasi dilakukan ketika ada undangan dari

pihak kelurahan yang ada di kota Medan.

Berdasarkan keterangan informan undangan untuk melakukan sosialisasi

datang dari hampir seluruh kelurahan di kota Medan. Sosialisasi disampaikan

kepada kelompok ibu-ibu PKK yang diundang oleh pihak kelurahan yang

kemudian nantinya merekalah yang diharapkan menyampaikan informasi dari

sosialisasi yang diikuti kepada masyarakat lebih luas lagi di kelurahan tersebut.

Page 72: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

59

Informasi yang disampaikan dalam sosialisasi berisi pemahaman kepada

masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap tawaran pekerjaan yang ada juga

tentang bagaimana cara pengaduannya. Selain tentang trafiking informasi yang

disampaikan juga tentang berbagai bentuk kekerasan lain seperti kekerasan dalam

rumah tangga dan tentang pekerja anak.

Respon masyarakat terhadap sosialisasi yang dilakukan tentang trafiking

masih belum antusias karena memang korban kasus trafiking di kota Medan

cenderung sedikit. Mayoritas korban adalah penduduk dari luar daerah Medan.

Kota Medan sendiri lebih sering sebagai daerah tujuan bagi korban trafiking

berasal dari berbagai daerah.

IV.2.4 Struktur Birokrasi

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Struktur birokrasi memiliki dua aspek yaitu aspek

mekanisme yang ditandai dengan keberadaan standard operational procedures

(SOP) dan aspek struktur birokrasi. Peneliti menggunakan variabel struktur

birokrasi untuk mengetahui standard operational procedures (SOP) yang

digunakan oleh pelaksana kebijakan dan koordinasi yang terjalin antara pihak-

pihak yang saling terkait dalam pelaksanaan peraturan daerah yang telah

dikemukakan sebelumnya.

Berdasarkan keterangan dari informan yang diwawancarai diperoleh

informasi bahwa masing-masing badan memiliki SOP dalam menjalankan

kebijakan. SOP yang digunakan oleh BPPKB sebagai petunjuk teknis atau

Page 73: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

60

petunjuk pelaksana adalah Keputusan Walikota Medan Nomor

463/670.K/IV/2013 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak

Pidana Perdagangan Orang dan Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K

tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Permberdayaan Perempuan dan

Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 (lebih lengkap dapat dilihat pada

lampiran). Selain itu juga terdapat buku panduan atau pedoman dalam

melaksanakan tugas.

Yayasan Pusaka Indonesia juga memiliki SOP sendiri yang dijadikan

pedoman dalam menangani berbagai kasus baik kasus perdagangan orang maupun

kasus lain (lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran).

Selain aspek mekanisme yang ditandai oleh keberadaan SOP dari masing-

masing implementor, peneliti juga melihat bagaimana koordinasi yang terjalin

antara para implementor tersebut. Di kota Medan yang menjadi leading sector

(pusat koordinasi) dari pelaksanaan Perda Nomor 6 Tahun 2004 adalah BPPKB.

BPPKB berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah di kota Medan,

berbagai LSM dan pihak-pihak lain yang tergabung dalam Gugus Tugas untuk

menjalankan kebijakan tersebut.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa sesama implementor kebijakan di

kota Medan sangat jarang sekali melakukan koordinasi ketika ada kasus yang

sedang terjadi. Bahkan informan dari Yayasan Pusaka Indonesia sebagai salah

satu implementor kebijakan mengaku lebih banyak melakukan koordinasi

langsung kepada Pemerintah Provinsi dalam penanganan kasus trafiking di kota

Page 74: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

61

Medan. Menurut beliau hal tersebut disebabkan karena BPPKB Medan cenderung

lambat dalam merespon dan menangani kasus. Selain itu P2TP2A kota Medan

yang ada juga tidak melakukan pekerjaan dengan maksimal. Hal demikianlah

yang menyebabkan Yayasan Pusaka Indonesia lebih banyak melakukan

koordinasi dengan Pemerintah Provinsi.

IV.2.5 Sumber Daya

Ketersediaan sumber daya yang memadai juga menjadi faktor pendukung

keberhasilan dari sebuah kebijakan yang ditetapkan. Sumber daya menunjuk

kepada seberapa besar dukungan sumber daya manusia, finansial dan fasilitas

untuk melaksanakan program atau kebijakan.

Sumber Daya Manusia

Dalam pelaksanaan Perda Nomor 6 Tahun 2004 di Kota Medan

telah dibentuk gugus tugas sesuai dengan Keputusan Walikota Medan

Nomor 463/670.K/IV/2013 yang terdiri dari 23 anggota berdasarkan

kedudukannya dalam gugus tugas tersebut. Gugus tugas tersebut mulai

dari Walikota Medan, Ketua DPRD Kota Medan, Kepala Kepolisian

Resort Kota Medan, Kepala Kejaksaan Negeri Medan, Ketua Pengadilan

Negeri Medan sebagai Pembina, Sekretaris Daerah Kota Medan sebagai

Ketua, Asisten Kesejahteraan dan Sosial Kota Medan sebagai Wakil

Ketua, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Kota Medan sebagai Ketua Harian, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah

sebagai anggota.

Page 75: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

62

Selain itu juga ada Sub Gugus Tugas Bidang Pencegahan dan

Partisipasi yang terdiri dari 28 anggota dari berbagai SKPD. Kemudian

ada Sub Gugus Tugas Bidang Pengembangan Norma Hukum,

Perlindungan dan Penegakan Hukum yang terdiri dari 13 anggota dari

berbagai SKPD. Kemudian ada Sub Gugus Tugas Bidang Rehabilitasi

Kesehatan, Sosial, Pemulangan dan Reintegrasi yang terdiri dari 19

anggota dari berbagai SKPD dan juga LSM. Kemudian ada Sub Gugus

Tugas Bidang Koordinasi dan Kerjasama yang terdiri dari 23 anggota dari

berbagai SKPD dan LSM.

Sumber Daya Finansial

Sumber daya finansial yang digunakan dalam pelaksanaan Perda

tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota

Medan. Walaupun berdasarkan informasi dari informan anggaran tersebut

tidak selalau terealisasi. Karena itu para implementor juga banyak

meminta bantuan dana kepada donatur.

Sumber Daya Fasilitas

Fasilitas yang disediakan dalam pelaksanaan Perda ini yaitu berupa

rumah aman yang disediakan oleh P2TP2A. Selain itu juga berkoordinasi

dengan SKPD lain dalam pemenuhan kebutuhan korban seperti fasilitas

kesehatan, pendidikan dan lainnya sesuai kebutuhan dalam penanganan

kasus.

Page 76: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

63

IV.3 Penyajian Data Sekunder

Selain data primer berupa hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh data sekunder sebagai pendukung dari data primer yang ada. Data

sekunder yang diperoleh selama penelitian berlangsung adalah berupa Keputusan

Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang Gugus Tugas Pencegahan

dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Keputusan Walikota

Medan Nomor 463/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012. Selain

itu juga terdapat buku Standard Operational Procedure (SOP) milik Yayasan

Pusaka Indonesia Medan.

1. Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang

Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana

Perdagangan Orang

Pada Keputusan Walikota tersebut dicantumkan susunan personalia

sebagai Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana

Perdagangan Orang di kota Medan. Gugus Tugas yang dibentuk dari

Keputusan Walikota Medan tersebut mempunyai tugas:

a. Mengoordinasikan pelaksanaan upaya pencegahan dan penanganan

tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh Pemerintah

Kota dan masyarakat sesuai dengan peran dan tanggungjawab masing-

masing

Page 77: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

64

b. Menyusun dan mengusulkan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan

Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang

c. Melaksanakan advokasi, pelatihan dan kerjasama, baik kerjasama

Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota

d. Memantau perkembangan pelaksanaan penanganan korban yang

meliputi rehabilitasi, reintegrasi sosial, restitusi, dan pendampingan

hukum

e. Mengembangkan sistem informasi dan data base tentang penanganan

korban, dan

f. Melaporkan dan melakukan evaluasi perkembangan pelaksanaan

upaya pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang

kepada Walikota.

Dalam Keputusan tersebut juga dicantumkan bahwa segala biaya yang

diperlukan dalam pelaksanaan Gugus Tugas dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Medan Tahun Anggaran 2013 pada

pos anggaran Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Kota Medan.

2. Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K tentang

Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan

dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012

Keputusan Walikota tersebut dibuat dalam rangka upaya peningkatan

peran dan kualitas perempuan serta perlindungan anak dari tindakan-

Page 78: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

65

tindakan yang merugikan dan mengancam keberlangsungan hidup

perempuan dan anak, sehingga perlu dibentuk dan dikembangkan suatu

bentuk partisipasi masyarakat dan kerjasama antar masyarakat, perempuan

dan dunia usaha. Dalam Keputusan Walikota Medan tersebut dicantumkan

tugas-tugas pokok P2TP2A seperti berikut:

a. Mengkoordinir dan memantau pengurus pengurus P2TP2A

dalam segala kegiatan program layanan yang dilakukan

b. Mengkoordinir seluruh rangkaian kegiatan program layanan baik

secara teknis maupun administrasi

c. Membantu pelaksanaan tugas-tugas koordinator umum

d. Melaksanakan fungsi administrasi dan keuangan

e. Melaksanakan tindakan dan rujukan medis terhadap korban

kekerasan, baik fisik, psikis melalui kerja sama dengan berbagai

rumah sakit dan pusat krisis terpadu lainnya

f. Memberikan bantuan perlindungan hukum bagi perempuan dan

anak yang menjadi korban kekerasan tindak kekerasan mulai dari

pemeriksaan di kepolisian hingga tingkat pengadilan

g. Memberikan pendamping dan asuhan pada korban serta

pengamanan selama korban berada di P2TP2A

h. Melakukan advokasi dan sosialisasi tentang upaya pencegahan

tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak

i. Kepengurusan P2TP2A diangkat dan diberhentikan oleh

Walikota

Page 79: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

66

j. Dalam melaksanakan tugasnya, kepengurusan P2TP2A wajib

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan

simplifikasi baik dalam lingkup kepengurusan maupun dengan

instansi/organisasi lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan Keputusan ini

dibebankan pada APBD Kota Medan dan swadaya masyarakat serta

bantuan dari berbagai pihak lainnya.

3. Standard Operational Prosedures (SOP) Yayasan Pusaka Indonesia

Setelah lebih dari dua belas tahun melakukan kerja-kerja advokasi

dan pendampingan terhadap anak dan perempuan di Sumatera Utara,

Yayasan Pusaka Indonesia melihat kebutuhan untuk menyusun satu buku

SOP yang akan menjadi guideline bagi setiap orang untuk mengenal

standar pelayanan yang harus diberikan kepada klien. SOP dapat diartikan

sebagai penetapan tertulis dari suatu lembaga atau institusi tentang

mekanisme kerja, siapa yang akan melakukan, apa yang harus dilakukan,

kapan dan berapa lama akan dilakukan, dan harus diperhatikan oleh setiap

orang dalam institusi tersebut ketika melaksanakan pekerjaannya sesuai

visi dan misi lembaga.

Tujuan langsung penyusunan SOP ini adalah:

a. Sebagai pedoman praktis yang akan digunakan Yayasan Pusaka

Indonesia dalam memberikan pelayanan terhadap korban baik anak

maupun perempuan mulai dari tahap identifikasi, pendampingan,

Page 80: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

67

sistem rujukan hingga tahap pengintegrasian anak/perempuan korban

kepada keluarga dan lingkungan sosialnya.

b. Sebagai bahan referensi bagi lembaga mitra yang bekerjasama dengan

Pusaka Indonesia ataupun pihak ketiga lainnya yang ingin mengetahui

dan mendalami proses pelayanan anak dan perempuan yang ditetapkan

Pusaka Indonesia.

c. Menjadi bahan evaluasi kerja yang telah dilakukan untuk terus

meningkatkan standar pelayanan bagi para klien.

d. Untuk mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dan

memperjelas alat tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai

perannya, sehingga terhindar dari kegagalan, kesalahan, keraguan

dalam mengambil tindakan.

Selain dokumen tersebut diatas peneliti juga memperoleh data sekunder

berupa dokumentasi atau foto-foto yang dapat mendukung data primer dalam

penelitian ini.

Page 81: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

68

Gambar IV.1 Sosialisasi yang dilakukan Yayasan Pusaka Indonesia

Sumber: Dokumentasi Yayasan Pusaka Indonesia Medan, 2012

Gambar IV.2 Rumah aman sebagai tempat penampungan korban

trafiking

Sumber: Dokumentasi Yayasan Pusaka Indonesia

Page 82: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

69

Gambar IV.3 Pendampingan korban trafiking dan konseling

Sumber: Dokumentasi Yayasan Pusaka Indonesia, 2012

Gambar IV.4 Pelatihan trauma dan penguatan bagi korban trafiking

Sumber: Dokumentasi Yayasan Pusaka Indonesia, 2012

Page 83: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

70

Gambar IV.5 Pedoman penyelenggaraan dan modul pelatihan

pengelola P2TP2A dalam penanggulangan bencana yang responsif

gender

Sumber: Dokumen Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana Kota Medan

Page 84: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

71

Gambar IV.6 Pedoman sistem pencatatan dan pelaporan data

kekerasan terhadap perempuan dan anak

Sumber: Dokumen Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana Kota Medan

Page 85: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

72

Gambar IV.7 Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Kota Medan

Sumber : Dokumentasi penelitian oleh Ade Auristha, 3 Juli 2014

Gambar IV.8 Ruang rapat Kantor BPKB Kota Medan (tampak luar)

Sumber: Dokumentasi penelitian oleh Ade Auristha, 3 Juli 2014

Page 86: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

73

Gambar IV.9 Ruang rapat kantor BPPKB Kota Medan (bagian

dalam)

Sumber: Dokumentasi penelitian oleh Ade Auristha, 3 Juli 2014

Page 87: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

74

Gambar IV.10 Ruang P2TP2A Kota Medan

Sumber: Dokumentasi penelitian oleh Ade Auristha, 3 Juli 2014

Page 88: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

75

BAB V

ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disajikan analisis dari data-data yang telah diperoleh

peneliti selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini pengumpulan data

dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari wawancara terhadap informan dan data sekunder diperoleh

dokumen-dokumen lain yang diperoleh di lapangan. Dokumen-dokumen tersebut

dapat berupa data tertulis, foto, kebijakan-kebijakan lain yang dapat mendukung

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Analisis dilakukan berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam

menghubungkan fakta, data, dan informasi. Seluruh data akan dianalisis

berdasarkan variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti untuk melihat proses

implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Medan.

V.1 Analisis Data Primer

V.1.1 Standar dan sasaran kebijakan

Suatu kebijakan pada dasarnya dibuat dengan harapan dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan publik yang ada. Kebijakan yang

dibuat diharapkan dapat menjadi solusi terbaik dari berbagai alternatif yang ada.

Oleh karena itu sudah seharusnya sebuah kebijakan memuat standar dan sasaran

Page 89: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

76

yang tepat agar di kemudian hari tidak menimbulkan interpretasi yang salah di

dalam pelaksanaannya.

Perda Nomor 6 Tahun 2004 dibuat dengan harapan dapat menghapus

praktek perdagangan orang atau trafiking di Sumatera Utara pada umumnya. Di

dalam Perda telah dimuat hal-hal penting yang merupakan sasaran kebijakan yaitu

berupa tujuan yang ingin dicapai. Diantaranya adalah pencegahan, rehabilitasi dan

reintegrasi. Untuk pengefektifan pelaksanaan kebijakan tersebut terdapat poin

yang menyatakan diperlukannya pembentukan gugus tugas sebagai pelaksana

kebijakan. Di Kota Medan sendiri telah dikeluarkannya Keputusan Walikota

Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang pembentukan Gugus Tugas

Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Pencegahan sebagai salah satu tujuan dikeluarkannya Perda Nomor 6

Tahun 2004 merupakan langkah yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan

dan keinginan semua pihak akan penghapusan praktek trafiking. Hal ini karena

trafiking merupakan permasalahan yang sangat massive karena dapat disebabkan

oleh berbagai faktor yang sangat kompleks dan saling berkaitan seperti faktpr

lingkungan tempat tinggal, keadaan ekonomi, sosial budaya dan sebagainya

sehingga upaya penghapusan trafiking akan sangat tepat apabila dimulai dari

upaya pencegahan.

Selain sebagai upaya pencegahan, kebijakan Perda Nomor 6 Tahun 2004

juga dibuat untuk memayungi setiap langkah-langkah penanganan yang dilakukan

untuk menyelesaikan kasus trafiking yang terjadi. Penanganan yang dilakukan

Page 90: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

77

oleh implementor termasuk dengan penyediaan rumah aman bagi korban yang

tidak memiliki keluarga yang dapat melindungi. Perlu diketahui bahwa korban

trafiking di Kota Medan mayoritas berasal dari luar daerah sehingga banyak yang

tidak memiliki tempat untuk berlindung. Dengan demikian keberadaan rumah

aman sangat membantu korban sebagai tempat berlindung dan mendapatkan

perawatan sampai kasus dapat diselesaikan.

Berdasarkan analisis peneliti, Perda Nomor 6 Tahun 2004 sudah memuat

tujuan-tujuan yang sangat mendasar yang dibutuhkan untuk menghapus tindak

trafiking di Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan pada khususnya

yaitu pencegahan, rehabilitasi dan reintegrasi atau pemulangan korban kembali

kepada keluarganya. Hal tersebut sudah dicantumkan jelas di dalam kebijakan.

Bila diperhatikan lebih lanjut lagi, isi dari kebijakan juga sudah menjamin

kesempatan bagi masyarakat luas untuk ikut serta dalam membantu upaya

pencegahan dan penghapusan trafiking. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa

trafiking merupakan tindak kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia yang

disebabkan oleh banyak faktor eksternal yang membutuhkan banyak dukungan

dari semua pihak dalam upaya penghapusannya. Karena itu keterlibatan

masyarakat luas juga sangat penting dalam hal ini.

V.1.2 Disposisi Implementor

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti didapat hasil bahwa

informan sangat memahami isi dari kebijakan yang dimaksud dimana dalam hal

ini adalah Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004

Page 91: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

78

Tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak di Kota

Medan. Informan dapat menjelaskan tentang dasar dibentuknya kebijakan karena

informan yang juga sebagai aktivis perlindungan perempuan dan anak dan banyak

melakukan kegiatan-kegiatan bersama LSM turut serta dalam merancang

kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut digagas karena kasus trafiking di Sumut

yang sudah dalam tahap mengkhawatirkan sehingga para aktivis perlindungan

perempuan dan anak pada saat itu merasa perlu dibuatnya sebuah kebijakan yang

dapat melindungi korban kekerasan pada perempuan dan anak.

Pemahaman yang baik oleh informan selain karena keterlibatan langsung

dalam mengajukan kebijakan juga dapat disebabkan oleh latar belakang

pengalaman informan yang banyak menangani kasus seputar kekerasan terhadap

perempuan dan anak. Informan juga dapat menjelaskan tujuan utama dibuatnya

kebijakan yaitu untuk mengutamakan pencegahan terjadinya trafiking di masa-

masa yang akan datang. Pemahaman mendalam dari informan ini merupakan

dasar yang sangat baik dalam melaksanakan sebuah kebijakan karena hal ini

berarti informan yang dalam hal ini adalah juga sebagai implementor sudah

mengerti apa yang akan dilakukannya dan akan memberikan kemudahan dalam

tindakan teknis. Selain itu juga dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman antar

badan pelaksana yang disebabkan oleh interpretasi yang berbeda-beda.

Sikap dan respon informan terhadap kebijakan ini juga sangat karena

seperti yang sudah dijelaskan peneliti di awal bahwa informan juga merupakan

aktivis yang ikut menggagas terbentuknya kebijakan ini. Informan tentu saja

Page 92: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

79

berharap dengan adanya kebijakan ini dapat menyelesaikan permasalahan

trafiking yang ada.

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, pemahaman, respon dan

sikap yang baik dari informan ini sangat berhubungan dengan profesi dan latar

belakang masing-masing informan. Informan yang aktif bekerja di LSM yang

peduli tentang perlindungan perempuan dan anak sudah pasti memiliki kepekaan

yang tinggi dan sikap yang sangat terbuka terhadap upaya-upaya yang mendukung

perlindungan perempuan dan anak. Sikap yang terbuka demikian akan sangat

membantu implementor dalam melaksanakan kebijakan.

V.1.3 Komunikasi antar badan pelaksana

Implementasi kebijakan yang efektif juga didukung oleh komunikasi yang

baik antar badan pelaksana. Komunikasi yang baik akan menciptakan keselarasan

dalam pelaksanaan kebijakan dan mencegah timbulnya perselisihan yang

disebabkan oleh kesalahpahaman di antara badan pelaksana.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan menunjukkan

komunikasi yang masih sangat standar di antar badan pelaksana kebijakan Perda

Nomor 6 Tahun 2004. Komunikasi yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka

Indonesia dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota

Medan dilakukan hanya ketika diadakannya rapat pada saat ada kasus yang

ditangani, artinya ketika tidak ada kasus maka tidak ada rapat yang dilakukan.

Diluar dari rapat tersebut komunikasi sangat jarang dilakukan, bahkan ketika rapat

berlangsung juga tidak tercipta komunikasi dua arah yang baik. Hal ini

Page 93: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

80

disampaikan oleh Muhammad Mitra dari Yayasan Pusaka Indonesia yang

menyatakan bahwa pada saat rapat berlangsung pihak BPPKB Kota Medan

cenderung bersikap pasif.

Berdasarkan jawaban informan dari Yayasan Pusaka Indonesia ketika

ditanyakan penyebab minimnya komunikasi yang dilakukan dengan BPPKB,

diketahui bahwa BPPKB cenderung lambat dalam merespon atau menanggapi

pengaduan kasus yang sedang ditangani oleh Yayasan Pusaka Indonesia. Hal ini

menyebabkan Yayasan Pusaka Indonesia lebih banyak melakukan komunikasi

dengan pihak di Provinsi sekalipun kasus yang sedang ditangani berada di

wilayah kota Medan. Keadaan yang demikian menunjukkan komunikasi yang

tidak harmonis antara Yayasan Pusaka Indonesia dengan BPPKB Kota Medan.

Komunikasi yang tidak harmonis akan menghambat keberhasilan implementasi

kebijakan di Kota Medan.

Selain komunikasi antar badan pelaksana kebijakan, komunikasi terhadap

masyarakat juga dilakukan melalui sosialisasi. Sosialisasi tersebut dilakukan baik

oleh BPPKB Kota Medan dan Yayasan Pusaka Indonesia. Pelaksanaan sosialisasi

dipahami sebagai upaya pencegahan tindak perdagangan orang di Kota Medan.

Pada sosialisasi tersebut diberikan pemahaman agar masyarakat sadar dan

waspada terhadap modus-modus perdagangan orang yang kian beragam agar

masyarakat tidak terlibat di dalamnya.

Sosialisasi yang dilakukan oleh badan pelaksana kebijakan merupakan

langkah yang cukup efektif sebagai upaya pencegahan, walaupun masih saja

Page 94: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

81

mengalami kendala dari segi biaya. Tidak adanya dana yang dimiliki oleh BPPKB

Kota Medan membuat badan tersebut kesulitan untuk melakukan sosialisasi yang

rutin. Selama ini sosialisasi dilakukan hanya jika ada undangan dari pihak

kelurahan. Sosialisasi yang dilakukan juga tidak kepada seluruh masyarakat di

kelurahan tersebut tetapi kepada sebagian pihak saja seperti kelompok ibu-ibu

PKK.

Pencegahan yang dilakukan melalui kegiatan sosialisasi akan sangat

efektif apabila ditujukan kepada kelompok masyarakat yang rentan menjadi

korban perdagangan orang seperti perempuan atau remaja yang masuk ke dalam

kelompok usia tenaga kerja karena praktek perdagangan orang selama ini banyak

ditujukan untuk eksploitasi tenaga kerja. Namun faktor kekurangan biaya

menyebabkan sulitnya melakukan sosialisasi yang lebih menjangkau masyarakat

lebih luas lagi.

V.1.4 Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara

keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Mereka tidak hanya berada dalam

struktur pemerintah tetapi juga dalam organisasi-organisasi swasta yang lain

bahkan di institusi-institusi pendidikan (Edward dalam Winarno, 2002). Struktur

birokrasi yang baik akan mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

Dalam penelitian ini peneliti menilai struktur birokrasi pelaksana kebijakan dilihat

dari keberadaan Standard Operational Procedures (SOP) dan koordinasi yang

terjalin di antara badan pelaksana.

Page 95: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

82

Standard Operational Procedures (SOP)

Berdasarkan hasil wawancara dan data sekunder yang didapat

peneliti selama penelitian berlangsung, diketahui bahwa masing-masing

badan pelaksana yang menjadi informan dalam penelitian ini memiliki

SOP masing-masing. Masing-masing SOP tersebut akan dijadikan

petunjuk pelaksanaan kebijakan.

Yayasan Pusaka Indonesia memiliki SOP yang sudah dibukukan

sehingga memudahkan teknis pelaksanaan. SOP tersebut menjadi

guideline yang menyelaraskan pekerjaan tiap-tiap pelaksana. Dalam SOP

tersebut dijelaskan dengan rinci alur teknis yang harus dilakukan dalam

penanganan kasus (untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran). SOP

yang dimiliki oleh Yayasan Pusaka Indonesia sudah tersusun rapi dan

sangat terstruktur sehingga memudahkan teknis pelaksanaan yang

dilakukan.

Sementara untuk P2TP2A Provinsi, SOP yang dimiliki tidak

berupa buku pedoman namun hanya berupa pemahaman alur-alur

penanganan kasus yang dilakukan oleh tiap-tiap pelaksana. Dalam alur-

alur tersebut juga terdapat kode etik yang harus diperhatikan oleh

pelaksana seperti tidak membocorkan keberadaan korban dan tidak

memperbolehkan pihak lain diluar tim investigasi untuk datang

mengunjungi korban selama korban berada dalam shelter (rumah aman)

yang disediakan. SOP yang dimiliki oleh P2TP2A tergolong sederhana

Page 96: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

83

karena tugas P2TP2A yang hanya menyediakan layanan yang dibutuhkan

oleh korban saja.

Petunjuk pelaksana yang dimiliki oleh BPPKB Kota Medan yaitu

berupa Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang

Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan

Orang dan Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K tentang

Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012. Informasi tersebut diperoleh

dari hasil wawancara di lapangan. Selain itu ketika melakukan penelitian

diperoleh data sekunder berupa buku Rencana Strategis (Renstra) Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan Tahun

2011-2015 yang juga merupakan petunjuk pelaksanaan program-program

yang dilakukan agar lebih terarah.

Berdasarkan analisis akan informasi yang telah diperoleh oleh

peneliti, tiap-tiap badan pelaksana sudah memiliki petunjuk

pelaksanaan/petunjuk teknis yang baik dan jelas terutama untuk badan

pelaksana yang banyak melakukan kegiatan teknis seperti Yayasan Pusaka

Indonesia dan P2TP2A. Sementara BPPKB Medan memiliki petunjuk

pelaksanaan yang lebih normatif disebabkan posisi BPPKB Medan sebagai

leading sector atau pusat koordinasi yang sedikit melakukan teknis

penanganan kasus.

Page 97: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

84

Koordinasi antar badan pelaksana

Koordinasi merupakan pendukung yang sangat penting dalam

keberhasilan sebuah kebijakan karena koordinasi berkaitan dengan teknis

pelaksanaan untuk merealisasikan tujuan kebijakan yan telah ditetapkan

sebelumnya. Koordinasi yang buruk akan menjadi kendala yang serius

dalam pelaksanaan kebijakan yang pada akhirnya menghambat tercapainya

tujuan dan sasaran kebijakan tersebut.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada informan

diperoleh keterangan bahwa koordinasi antar badan pelaksana kebijakan

Perda Nomor 6 Tahun 2004 di kota Medan tidak berjalan baik. Yayasan

Pusaka Indonesia jarang melakukan koordinasi dengan BPPKB Medan

dan lebih sering berkoordinasi dengan Biro Pemberdayaan Perempuan

Provinsi dalam menangani kasus trafiking di kota Medan. Hal ini karena

penilaian akan kinerja BPPKB Medan yang dinilai lambat dan kurang

responsif. P2TP2A Medan juga dinilai tidak banyak terlibat dalam

penanganan kasus.

Hal ini disebabkan karena tidak adanya kesepahaman antara badan

pelaksana akan tugas masing-masing. Yayasan Pusaka Indonesia selama

ini merasa tanggung jawab mereka akan penanganan kasus lebih besar

dibandingkan dengan BPPKB Medan. Menurut mereka seharusnya LSM

hanya sebagai pelengkap kinerja pemerintah apabila memiliki kendala atau

kebutuhan yang tidak terpenuhi. Sementara menurut BPPKB Medan tugas

mereka hanya sebagai pusat koordinasi apabila badan pelaksana lain

Page 98: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

85

membutuhkan rujukan kepada SKPD yang berkaitan dengan penanganan

kasus.

Yayasan Pusaka Indonesia dan BPPKB Kota Medan sebagai

pelaksana kebijakan sesuai Keputusan Walikota Medan Nomor

463/670.K/IV/2013 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penghapusan

Tindak Pidana Perdagangan Orang di kota Medan seharusnya menjalin

koordinasi yang baik agak terdapat keseimbangan dan keselarasan peran

dalam melaksanakan kebijakan. Namun pada kenyataannya Yayasan

Pusaka Indonesia lebih banyak berkoordinasi dengan Biro Pemberdayaan

Perempuan di tingkat Provinsi. Hal ini menunjukkan koordinasi antar

badan pelaksana di kota Medan berjalan tidak maksimal. Untuk mengatasi

hal yang demikian diperlukan pemahaman yang sama yang dapat

diperoleh melalui pertemuan-pertemuan yang rutin dan sikap saling

percaya dan saling mendukung antar badan pelaksana.

V.1.5 Sumber Daya

Sumber daya yang memadai di dalam menjalankan sebuah kebijakan

menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan implementasinya.

Ketersediaan sumber daya yang memadai tersebut dapat berupa sumber daya

manusia, sumber daya finansial (anggaran) dan fasilitas yang tersedia.

Sumber Daya Manusia

Bila dilihat dari segi jumlah sumber daya manusia yang menjadi

pelaksana kebijakan Perda Nomor 6 Tahun 2004 berdasarkan gugus tugas

Page 99: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

86

yang telah dibentuk untuk kota Medan, maka jumlahnya cukup memadai.

Dari tingkat kualitas dapat dilihat bahwa anggota gugus tugas tersebut

merupakan kepala dari tiap-tiap SKPD di Kota Medan sehingga

merupakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidangnya

masing-masing. Dari segi jumlah sumber daya manusia yang ada dapat

dilihat bahwa dalam menjalankan Perda Nomor 6 Tahun 2004 tidak

kekurangan personil pelaksana. Namun banyaknya jumlah sumber daya

manusia tersebut tidak lantas menjadikan pelaksanaan kebijakan menjadi

maksimal karena berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

untuk teknis pelaksanaan banyak dilakukan oleh LSM yang termasuk

dalam anggota gugus tugas.

Sumber Daya Finansial

Sumber daya finansial atau dana yang tidak mencukupi seringkali

menjadi penghambat dalam implementasi sebuah kebijakan. Oleh karena

itu dana merupakan faktor yang harus dimiliki dalam menjalankan sebuah

kebijakan. Dalam Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004

dan juga Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 dan

Nomor 463/1084.K dicantumkan bahwa seluruh anggaran akan

pelaksanaan kebijakan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah. Namun ketika hal ini dikonfirmasi kepada informan ditemukan

kenyataan yang berbeda.

Page 100: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

87

Melalui wawancara dengan informan di BPPKB Kota Medan

diperoleh informasi bahwa BPPKB tidak memiliki dana dalam

melaksanakan kebijakan tersebut. Mereka tetap harus mengajukan

permohonan dana dan permohonan tersebut belum tentu terealisasi.

Kekurangan dana inilah yang menyebabkan BPPKB kesulitan dalam

melakukan sosialisasi yang rutin sebagai upaya pencegahan tindak

perdagangan orang di kota Medan.

Yayasan Pusaka Indonesia Medan sebagai sebuah LSM yang juga

menjadi pelaksana Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004

di kota Medan menjalin kerjasama dengan donator dari luar untuk

memperoleh dana operasional. Sesekali Yayasan Pusaka Indonesia

pernah menerima dana dari pemerintah namun tidak rutin.

P2TP2A Provinsi sebagai salah satu badan pelaksana yang juga

membutuhkan dana menyatakan bahwa dana selama ini hanya untuk

kebutuhan rumah aman korban. Untuk reintegrasi korban atau

pemulangan kembali korban ke daerah asalnya P2TP2A sering

kekurangan dana yang menjadikan P2TP2A harus mencari dana kepada

donator yang mau membantu.

Selama melakukan proses pengumpulan data peneliti mendapat

informasi bahwa dana menjadi salah satu kendala yang sangat berarti

dalam pelaksanaan kebijakan. Sosialisasi yang seharusnya menjadi upaya

pencegahan yang paling efektif menjadi tidak maksimal karena

kekurangan dana. P2TP2A juga mengungkapkan bahwa banyak korban

Page 101: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

88

yang mengalami kesulitan untuk dipulangkan ke daerah asal ataupun

dijemput oleh pihak dari daerah asalnya karena kekurangan dana. Hal ini

menyebabkan penanganan yang tidak maksimal oleh badan pelaksana itu

sendiri.

Pemerintah daerah yang mengeluarkan kebijakan yang memayungi

segala kegiatan operasional yang dilakukan seharusnya menyediakan

dana yang cukup untuk menjalankan kebijakan tersebut. Namun

kenyataan yang ditemukan peneliti selama melakukan pengumpulan data

mengungkapkan bahwa poin di dalam kebijakan yang mencantumkan

adanya sumber dana untuk pelaksanaan kebijakan tidak berjalan lancar.

Fasilitas

Fasilitas di lingkungan badan pelaksana kebijakan juga merupakan

sumber daya yang mendukung kelancaran pelaksanaan kebijakan.

Ketersediaan fasilitas terutama penting dalam kegiatan teknis yang telah

ditentukan dalam merealisasikan sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam

kebijakan.

Fasilitas yang ada dalam pelaksanaan kebijakan Perda Provinsi

Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 terutama dalam program

rehabilitasi korban trafiking adalah shelter atau rumah aman yang

disediakan oleh P2TP2A. Rumah aman yang disediakan selain

memberikan tempat tinggal sementara untuk korban juga memberikan

layanan lain yang dibutuhkan misalnya layanan kesehatan, layanan

Page 102: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

89

perlindungan hukum. Dalam hal ini P2TP2A berkoordinasi dengan pihak

yang berwenang untuk memberikan rujukan kepada SKPD yang terkait

dengan jenis layanan yang ingin diberikan. Di Kota Medan badan yang

berwenang tersebut adalah BPPKB.

Provinsi Sumatera Utara telah memiliki rumah aman yang

dimaksud yang disediakan oleh P2TP2A Provinsi. Sementara P2TP2A

Medan belum memiliki rumah aman sehingga untuk mengamankan

korban trafiking yang ada di Medan sering berkoordinasi dengan Dinas

Sosial Medan. Badan pelaksana kebijakan di kota Medan sebaiknya

menyediakan rumah aman yang tetap untuk korban trafiking untuk

mencegah kemungkinan korban menjadi terlantar karena fasilitas yang

belum memadai.

V.2 Analisis Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh selama penelitian berlangsung adalah

berupa Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang Gugus

Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan

Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K tentang Pembentukan Pusat

Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan

Tahun 2012. Selain itu juga terdapat buku Standard Operational Procedures

(SOP) milik Yayasan Pusaka Indonesia Medan.

Page 103: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

90

1. Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang

Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana

Perdagangan Orang

Gugus Tugas yang dibentuk dari Keputusan Walikota Medan tersebut

mempunyai tugas:

a. Mengoordinasikan pelaksanaan upaya pencegahan dan penanganan

tindak pidana perdagangna orang yang dilakukan oleh Pemerintah

Kota dan masyarakat sesuai dengan peran dan tanggungjawab masing-

masing

b. Menyusun dan mengusulkan Rencana Aksi Daerah Pencegahan dan

Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang

c. Melaksanakan advokasi, pelatihan dan kerjasama, baik kerjasama

Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota

d. Memantau perkembangan pelaksanaan penanganan korban yang

meliputi rehabilitasi, reintegrasi sosial, restitusi, dan pendampingan

hukum

e. Mengembangkan sistem informasi dan data base tentang penanganan

korban, dan

f. Melaporkan dan melakukan evaluasi perkembangan pelaksanaan

upaya pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang

kepada Walikota.

Page 104: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

91

Berdasarkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh selama

wawancara berlangsung, poin-poin tersebut diatas tidak semuanya berjalan

baik. Seperti pada poin (c) yang mencantumkan tentang kerjasama yang

dilakukan namun ada kenyataannya badan pelaksana di kota Medan jarang

melakukan kerjasama dengan sesama pelaksana di kota Medan. Pada poin

(f) yang menyatakan dilakukannya evaluasi perkembangan pelaksanaan

upaya pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang juga

tidak berjalan sebagaimana mestinya karena di kota Medan sendiri tidak

ada rapat rutin yang dilakukan untuk membahas hal tersebut. Berbeda

dengan pelaksanaan kebijakan di tingkat Provinsi yang mengadakan rapat

setiap tiga bulan sekali dengan mengundang pihak-pihak yang terkait

dengan pelaksanaan kebijakan.

Selain mencantumkan tugas-tugas yang dibebankan kepada gugus

tugas, di dalam Keputusan Walikota Medan tersebut juga dicantumkan

bahwa honorarium dan biaya anggaran yang diperlukan oleh setiap gugus

tugas dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota

Medan pada pos anggaran BPPKB Kota Medan. Namun pada kenyataan

berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan

Kota Medan anggaran tersebut belum tentu terealisasi. Hal ini didukung

pengakuan beliau yang menyatakan bahwa kekurangan dana menjadi

kendala bagi BPPKB Medan untuk melaksanakan tugas seperti melakukan

sosialisasi pencegahan tindak pidana perdagangan orang di kota Medan.

Page 105: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

92

Tidak diketahui secara pasti kebenaran informasi tentang anggaran

tersebut apakah benar-benar ada atau tidak.

Keputusan Walikota Medan tentang pembentukan Gugus Tugas

tersebut sudah baik bila ditinjau dari isi dan tujuannya. Tugas-tugas yang

dicantumkan dalam isi keputusan tersebut sudah mampu menjawab

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk membuat kebijakan tersebut

berhasil, namun pada kenyataannya hal tersebut tidak sejalan dengan

pelaksanaan di lapangan.

2. Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K tentang

Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan

dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012

Dalam Keputusan Walikota Medan tersebut dicantumkan tugas-tugas

pokok P2TP2A seperti berikut:

a. Mengkoordinir dan memantau pengurus pengurus P2TP2A

dalam segala kegiatan program layanan yang dilakukan

b. Mengkoordinir seluruh rangkaian kegiatan program layanan baik

secara teknis maupun administrasi

c. Membantu pelaksanaan tugas-tugas koordinator umum

d. Melaksanakan fungsi administrasi dan keuangan

e. Melaksanakan tindakan dan rujukan medis terhadap korban

kekerasan, baik fisik, psikis melalui kerja sama dengan berbagai

rumah sakit dan pusat krisis terpadu lainnya

Page 106: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

93

f. Memberikan bantuan perlindungan hukum bagi perempuan dan

anak yang menjadi korban kekerasan tindak kekerasan mulai dari

pemeriksaan di kepolisian hingga tingkat pengadilan

g. Memberikan pendamping dan asuhan pada korban serta

pengamanan selama korban berada di P2TP2A

h. Melakukan advokasi dan sosialisasi tentang upaya pencegahan

tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak

i. Kepengurusan P2TP2A diangkat dan diberhentikan oleh

Walikota

j. Dalam melaksanakan tugasnya, kepengurusan P2TP2A wajib

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan

simplifikasi baik dalam lingkup kepengurusan maupun dengan

instansi/organisasi lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Selain mencantumkan tugas-tugas pokok P2TP2A dalam

menjalankan kebijakan, Keputusan Walikota Medan tersebut memuat

sumber anggaran yang berasal dari APBD Medan dan swadaya

masyarakat serta bantuan berbagai pihak lainnya. Namun berdasarkan

informasi yang diperoleh peneliti dari Yayasan Pusaka Indonesia kinerja

P2TP2A Medan masih belum maksimal bahkan cenderung tidak kelihatan.

Hal ini menunjukkan komunikasi dan koordinasi yang kurang antar

sesama badan pelaksana di Medan karena menurut informasi dari BPPKB

Medan, P2TP2A Medan tetap terlibat dalam penanganan kasus. Setiap ada

Page 107: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

94

rapat penanganan kasus P2TP2A Medan selalu diundang untuk mengikuti

rapat di kantor BPPKB.

Bagaimanapun baiknya sebuah kebijakan dibuat, yang menentukan

keberhasilannya adalah teknis di lapangan. Oleh karena itu pemahaman

yang baik, komunikasi dan koordinasi yang baik sangat menetukan

keberhasilan kebijakan tersebut. Hal inilah yang seharusnya dipahami dan

dilaksanakan oleh setiap badan pelaksana kebijakan Perda Provinsi

Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 di kota Medan.

3. Standard Operational Procedures (SOP) Yayasan Pusaka Indonesia

SOP yang telah disusun dengan jelas akan berfungsi sebagai

pedoman bagi pelaksana untuk melakukan tugas dan perannya masing-

masing. Dengan adanya SOP maka pelaksanaan kebijakan akan

berlangsung efisien karena semua teknis pelaksanaan telah diatur dengan

baik dengan begitu tujuan kebijakan yang telah ditetapkan juga akan dapat

cepat tercapai.

Berdasarkan isi yang dianalisis oleh peneliti, Yayasan Pusaka

Indonesia telah memiliki SOP yang baik. Hal ini dilihat dari alur-alur

teknis penanganan kasus yang dijadikan pedoman oleh setiap pelaksana di

Yayasan Pusaka Indonesia terutama alur pelayanan rehabilitasi dan

reintegrasi korban., juga ketika korban membutuhkan penda,ping dalam

mengikuti prosedur hukum. Selain itu pedoman wawancara yang terdapat

Page 108: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

95

di dalam SOP juga tertera dengan rapi dan terstruktur untuk membantu tim

Yayasan Pusaka Indonesia dalam melakukan investigasi.

Keberadaan SOP yang dimiliki juga akan sangat berguna dalam

melakukan evaluasi untuk menilai apakah kinerja Yayasan Pusaka

Indonesia sudah sesuai dengan petunjuk teknis yang ada atau tidak. Selain

itu juga akan memudahkan pengawasan apakah terjadi pelanggaran selama

pelaksanaan di lapangan sehingga dapat meningkatkan standar pelayanan

yang dilakukan.

Page 109: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

96

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004

sebenarnya sudah dijalankan di kota Medan. Hal ini ditunjukkan dengan

dikeluarkannya Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang

Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan

Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K tentang Pembentukan Pusat

Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan

Tahun 2012. Secara umum pelaksanaan kebijakan tersebut di kota Medan masih

mengalami kekurangan terutama pada komunikasi dan koordinasi antar badan

pelaksana. Selain itu tidak adanya dana yang memadai mencukupi juga

menghambat kelancaran dari pelaksanaan kebijakan tersebut.

Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun

2004 tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak di kota

Medan dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu standar dan sasaran kebijakan,

disposisi implementor, komunikasi, struktur birokrasi dan sumber daya.

Kesimpulan dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak di kota

Medan sudah memiliki standar dan sasaran kebijakan yang baik karena

telah memuat isi yang jelas juga telah dibuatnya kebijakan untuk

Page 110: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

97

membentuk gugus tugas sebagai pelaksana kebijakan. Tujuan yang

ditetapkan juga merupakan tujuan yang dapat direalisasikan dan dapat

menjawab permasalahan yang ada.

2. Disposisi implementor kebijakan juga sudah baik dilihat dari sikap dan

pemahaman yang baik dari pelaksana kebijakan. Pelaksana mampu

menjelaskan latar belakang dibuatnya Perda tersebut dan telah mengerti

tentang tujuan yang ingin dicapai.

3. Komunikasi antar badan pelaksana kebijakan tidak berjalan baik

ditunjukkan dari banyaknya informasi yang tidak sama yang diberikan

oleh badan pelaksana dan tidak adanya pemahaman yang sama tentang

tugas dan peran masing-masing badan pelaksana. Komunikasi yang

dilakukan dengan kelompok sasaran melalui sosialisasi juga tidak berjalan

maksimal karena masih memiliki kendala terutama pada kekurangan

biaya.

4. Struktur birokrasi di badan pelaksana telah dicantumkan dengan jelas pada

Keputusan Walikota Medan Nomor 463/670.K/IV/2013 tentang Gugus

Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang

dan Keputusan Walikota Medan Nomor 463/1084.K tentang Pembentukan

Pusat Pelayanan Terpadu Permberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)

Kota Medan Tahun 2012 yang memuat posisi, tugas dan peranan masing-

masing badan pelaksana. SOP yang tersedia juga mudah dipahami dan

sangat membantu dalam pelaksanaan teknis dari kebijakan. Namun

koordinasi yang terjadi di lapangan tidak berjalan maksimal karena

Page 111: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

98

komunikasi yang tidak harmonis antara badan pelaksana yang satu dengan

yang lainnya.

5. Sumber daya manusia yang melaksanakan Perda tersebut sudah memadai

walaupun tidak semua mendapat beban tugas yang sama. Sumber daya

finansial atau anggaran masih belum memadai yang membuat hal

demikian menjadi kendala yang cukup menghambat pelaksanaan

kebijakan. Sementara penyediaan fasilitas di kota Medan berupa shelter

(rumah aman) masih harus berkoordinasi dengan SKPD karena belum

adanya fasilitas yang memadai.

VI.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang

disampaikan oleh peneliti yaitu:

1. Badan pelaksana Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6

Tahun 2004 tentang Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan

dan Anak di kota Medan sebaiknya membentuk pola komunikasi yang

baik dengan menciptakan hubungan saling mendukung dan saling percaya

di antara masing-masing badan pelaksana. Hal demikian bisa dimulai dari

pengadaan rapat rutin untuk membahas masalah yang ada di lingkungan

internal agar sesama badan pelaksana saling memahami posisi dan peran

masing-masing.

2. Lembaga pemerintah maupun non pemerintah sebaiknya bekerja sama

dengan baik dalam pelaksanaan teknis kebijakan maupun penggunaan

Page 112: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

99

anggaran yang ada untuk kepentingan bersama. Hal ini agar terciptanya

keseimbangan beban tugas di tiap-tiap badan pelaksana sehingga

koordinasi dapat berjalan harmonis.

Page 113: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

100

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Buhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Dunn, William, 1998. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis.

Yogyakarta: Gava Media

Irwanto, dkk. 2001. Perdagangan Anak di Indonesia. Jakarta: Kantor

Perburuhan Internasional Program Internasional Penghapusan Perburuhan

Anak Kerjasama Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mozasa, Chairul Bariah. 2005. Aturan-aturan Hukum Trafiking (Perdagangan

Perempuan dan Anak). Medan: USU Press

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.

Alfabeta

Wahab, Solichin Abdul. 2006. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Sinar Grafika.

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik: Teori & Proses. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Sumber Internet

Aliansi Jurnalis Independen. 2013. Training Jurnalistik Sensitif Korban Tindak

Pidana Perdagangan Orang. www.aj.or.id. Diakses pada 8 Februari 2014.

Page 114: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

101

Medan Bisnis, 17 Oktober 2012. Bisnis Illegal Trafficking Menggiurkan. Diakses

pada 4 Februari 2014.

Medan Bisnis, 13 Juli 2013. 2013, Kasus Trafficking Meningkat 75%. Diakses

pada 4 Februari 2014.

Tribun Medan, 4 Februari 2014. Sumut Pelopor dan Pendorong Penanganan

Traficking Anak. Diakses pada 4 Februari 2014.

Sumber Perundang-undangan

UU No 19 Tahun 1999 Tentang Pengesahan ILO (Konvensi ILO Mengenai

Penghapusan Kerja Paksa)

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No 6 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak

Peraturan Gubernur No. 24 tahun 2005 Tentang Rencana Aksi Provinsi

Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak serta Pembentukan Gugus Tugas

Provinsi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak

Page 115: IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI …balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/ADE AURISTHA... · I.6 Kerangka Teori ... I.6.2.1.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter

i