Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MATERI AJAR
INTERFERENSI LEKSIKON BAHASA INGGRIS KE
DALAM BAHASA INDONESIA BERBASIS MEDIA
KOMUNIKASI ELEKTRONIK YOUTUBE
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II
pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
INDAH ISTI WIDYATAMA
NIM : S200170049
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
2
i
3
ii
4
iii
1
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MATERI AJAR INTERFERENSI
LEKSIKON BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA
BERBASIS MEDIA KOMUNIKASI ELEKTRONIK YOUTUBE
Abstrak
Penelitian ini memiliki dua tujuan. (1) Mengidentifikasi interferensi leksikon
bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media komunikasi elektronik
Youtube. (2) Mengidentifikasi implementasi pengembangan materi ajar
interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media
komunikasi elektronik youtube. Jenis penelitian ini adalah deskripsi kualitatif.
Sumber data penelitian ini berupa video dari media komunikasi elektronik
youtube. Teknik pengumpulan data dengan metode simak dan teknik nontes
seperti teknik rekam, catat, observasi serta FGD (Focus Group Discussion).
Teknik analisis data menggunakan metode padan translasional dan metode agih.
Hasil dari penelitian ini ditemukan pada interferensi leksikon bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indoensia terdapat enam jenis kata. (a) Nomina 3 data. (b) Verba 2
data. (c) Pronomina 1 data. (d) Konjungsi 1 data. (e) Adverbia 2 data. (f)
Adjektiva 2 data. (g) Bentuk hibrid 2 data. Implementasi pembelajaran
sosiolinguistik dengan materi interferensi leksikon dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia pada KD 6.1 Menguraikan konsep dan fenomena interferensi
leksikon disertai dengan contoh kasusnya.
Kata Kunci: implementasi, interferensi leksikon, media elektronik youtube.
Abstract
This study haves two objectives. (1) Identifying the interference of the English
lexicon into Indonesian based on Youtube electronic communication media. (2)
Identifying the implementation of the development of English lexicon interference
teaching material into Indonesian based on YouTube electronic communication
media. This type of research is a qualitative description. This research data is in
the form of video from YouTube's electronic communication media. This form
collection techniques using listening methods and nontest techniques such as
record, note, observation and FGD (Focus Group Discussion) techniques. The
data analysis technique uses translational equivalent method and the aggregate
method. The results of this study were found in the interference of the English
lexicon into the Indonesian language there are six types of words. (a) Nouns have
3 data. (b) Verbs have 2 data. (c) Pronouns 1 data. (d) Conjunction 1 data. (e)
Adverb 2 data. (f) Adjective 2 data. (g) Hybrid 2 data. Implementation of
sociolinguistic learning with lexicon interference material from English into
Indonesian in KD 6.1 Describe the concepts and phenomena of lexicon
interference accompanied by case examples.
Keywords: implementation, lexicon interference, YouTube electronic media.
2
1. PENDAHULUAN
Kajian sosiolinguistik secara umum adalah bahasa dalam konteks sosial dan
budaya, ciri, tujuan, serta variasinya yang terjabar dalam bahasa, dialek, idiolek,
ragam, register, dan tingkat tutur. Weinreich (dalam Ngalim, 2013:70)
menyatakan istilah interferensi termasuk peristiwa dasar perihal hasil pengantar
unsut asing ke ranah struktur bahasa seperti dalam proses pembelajaran.
Weinreich juga mengemukakan, bahwa interferensi adalah masuknya elemen
bahasa lain ke bahasa tertentu secara paksa karena terjadinya kontak antarbahasa.
Dalam hal ini kata atau frasa yang mengalami interferensi disebut kata pimjaman
(borrowed or loan word, transferred). Penyebutan kata pinjaman tersebut, oleh
Kridalaksana, (2011:110) didefinisikan kata yang dipinjam dari bahasa lain dan
kemudian sedikit banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri. Contoh
yang disajikan adalah kata pikir dari kata bahasa Arab fikrun „pikir‟.
Ngalim (2013:72) menyatakan fenomena penggunaan ragam bahasa
informal atau terjadinya peristiwa interferensi merupakan hal yang biasa. Justru
tidak mungkin kalau dalam situasi informal ada penutur menggunakan ragam
bahasa formal. Dalam situasi santai atau informal, sesungguhnya penggunaan
ragam bahasa informal bukan sebagai pengacauan atau gangguan, tetapi sebagai
suatu kewajaran. Sebaliknya, jika dalam situasi formal penggunaan bahasa yang
dipilih ragam bahasa informal, barulah dikatakan terjadi pengacauan atau
gangguan. Dalam proses pembelajaran bidang kajian tertentu, seperti bahasa
daerah, bahasa asing, komputer, penyebutan telepon genggam (hand phone)
dengan berbagai komponennya yang menggunakan istilah bahasa Inggris,
disajikan dengan bahasa Indonesia, tidak mungkin tidak terjadi interferensi. Hal
inilah, yang unik dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis
beberapa bidang kajian tersebut. Padahal dalam forum resmi, seperti halnya dalam
forum pembelajaran tersebut dituntut menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
Internet dan media baru dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan
komunikasi politik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pengguna internet
dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan para ahli komunikasi politik
menyadari betul bahwa semakin lama orang menggunakan internet, semakin lama
3
orang akan menghabiskan waktu mereka di depan internet (Arofah, 2015). Oleh
karena itu, penggunaan Internet dan media baru oleh para komunikator politik
untuk menjangkau sasaran komunikasinya juga semakin meningkat.
Youtube adalah media baru berjenis user generated content atau media yang
kontennya diciptakan oleh pengguna media itu sendiri. Situs Youtube
menyediakan video digital yang memungkinkan penggunanya untuk melihat,
mengunggah dan membagikan video, baik itu video musik, klip dari acara televisi,
iklan, serta video yang dibuat sendiri oleh penggunanya dengan bebas. Layanan
yang disediakan oleh Youtube gratis dan terbuka untuk publik, baik untuk
pengguna yang memiliki akun di Youtube maupun yang tidak memiliki akun
karena tidak ingin melakukan registrasi (Arofah, 2015).
Fadhal dan Nurhajati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Identifikasi
Identitas Kaum Muda di Tengah Media Digital (Studi Aktivitas Kaum Muda
Indonesia di Youtube)”. Persamaan penelitian Fadhal dan Nurhajati, (2012)
dengan penelitian ini terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada
objek kajian penelitian Fadhal dan Nurhajati (2012) identifikasi identitas kaum
muda di tengah media digital (studi aktivitas kaum muda Indonesia di Youtube),
dan penelitian ini menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia berbasis media elektronik Youtube.
Shu, Michael, Chi-Ying dan Andy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Citra Budaya-budaya Mengganggu Imigran Pemrosesan Bahasa Kedua melalui
Pemicuan Gangguan Bahasa Pertama”. Persamaan penelitian Shu, Michael, Chi-
Ying and Andy (2013) dengan penelitian ini terletak pada interferensi bahasa.
Perbedaan ini dengan penelitian Shu, Michael, Chi-Ying and Andy (2013) terletak
pada objek kajian penelitian citra budaya-budaya mengganggu imigran
pemrosesan bahasa kedua melalui pemicuan gangguan bahasa pertama, dan
penelitian ini menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia berbasis media elektronik Youtube.
Sutarma dan Sadia (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Interferensi
Bahasa Indonesia dalam Penggunaan Bahasa Bali pada Lembar Basa Bali “Bali
Orti” Harian Bali Post”. Persamaan penelitian Sutarma dan Sadia (2014) dengan
4
penelitian ini terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada objek
kajian penelitian Sutarma dan Sadia (2014) interferensi bahasa Indonesia dalam
penggunaan bahasa Bali pada lembar basa Bali “Bali Orti” harian Bali Post, dan
penelitian ini menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia berbasis media elektronik Youtube.
Arofah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Youtube sebagai Media
Klarifikasi dan Pernyataan Tokoh Politik”. Persamaan penelitian Arofah (2015)
dengan penelitian ini terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada
objek kajian penelitian Arofah (2015) penggunaan Youtube sebagai sumber
belajar Sosiolinguistik bahasa Inggris, dan penelitian ini menggunakan
interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media
elektronik Youtube.
Ena (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Youtube
sebagai Sumber Belajar Sosiolinguistik Bahasa Inggris”. Perbedaan terletak pada
objek kajian penelitian Ena (2015) penggunaan Youtube sebagai sumber belajar
Sosiolinguistik bahasa Inggris, dan penelitian ini menggunakan interferensi
leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik
Youtube.
Rehner (2015) berjudul “Learner Beliefs about Sociolinguistic Competence:
A. Qualitative Case study of Four University Second Language Learners”.
Persamaan penelitian Rehner (2015) dengan penelitian ini terletak pada
interferensi bahasa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rehner (2015)
terletak pada objek kajian penelitian Learner Beliefs about Sociolinguistic
Competence: A. Qualitative Case study of Four University Second Language
Learners, dan penelitian ini menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik Youtube.
Rahimah, Agustina, dan Syahrul (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Interferensi Bahasa Mandailing dalam Bahasa Indonesia tulis Siswa Kelas VIII
Mts Baharuddin Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan”.
Persamaan penelitian Rahimah, Agustina, Syahrul, (2015) dengan penelitian ini
terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada objek kajian penelitian
5
Rahimah, Agustina, dan Syahrul (2015) terletak pada interferensi bahasa
Mandailing dalam bahasa Indonesia tulis siswa kelas VIII Mts Baharuddin
kecamatan Batang Angkola kabupaten Tapanuli Selatan, dan penelitian ini
menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
berbasis media elektronik Youtube.
Megawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Jargon dan
Interferensi Bahasa dalam Sinetron Remaja serta Implikasinya terhadap Cerpen
Siswa SMA di Jakarta Selatan”. Persamaan penelitian Megawati, (2016) dengan
penelitian ini terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada objek
kajian penelitian Megawati (2016) jargon dan interferensi bahasa dalam sinetron
Remaja serta implikasinya terhadap cerpen siswa SMA di Jakarta Selatan, dan
penelitian ini menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia berbasis media elektronik Youtube.
Triyanto dan Endang (2016) judul “Interferensi Gramatikal Bahasa Jawa ke
dalam Bahasa Indonesia pada Karangan Laporan Peserta Didik SMP”. Persamaan
penelitian Triyanto dan Endang (2016) dengan penelitian ini terletak pada
interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada objek kajian penelitian Triyanto dan
Endang (2016) Interferensi Gramatikal Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia
pada Karangan Laporan Peserta Didik SMP, dan penelitian ini menggunakan
interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media
elektronik Youtube.
Agustia (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Interferensi Bahasa
Indonesia terhadap Pemakaian Bahasa Inggris pada Siswa Kelas VIII SMP”.
Persamaan penelitian Agustia (2017) dengan penelitian ini terletak pada
interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada objek kajian penelitian Agustia
(2017) interferensi bahasa Indonesia terhadap pemakaian bahasa Inggris pada
siswa kelas VIII SMP, dan penelitian ini menggunakan interferensi leksikon
bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik Youtube.
Is Jakfar (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Interferensi Bahasa
Gayo ke dalam Bahasa Indonesia di Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh
Tengah”. Persamaan penelitian Is Jakfar, (2018) dengan penelitian ini terletak
6
pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada objek kajian penelitian Is Jakfar
(2018) interferensi bahasa Gayo ke dalam bahasa Indonesia di kecamatan Jagong
Jeget kabupaten Aceh Tengah, dan penelitian ini menggunakan interferensi
leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik
Youtube.
2. METODE
Jenis dan Strategi penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Dikatakan termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini berupaya
untuk mengkaji pola penggunaan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia berbasis media komunikasi elektronik Youtube. Wujud data
penelitian ini adalah kata atau frasa dalam penggunaan interferensi leksikon
bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media komunikasi elektronik
Youtube.
Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
menyimak penggunaan bahasa pada objek yang diteliti. Johan (2018) menyatakan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini teknik nontes
seperti teknik rekam, catat, dan observasi. Selain teknik itu, digunakan FGD
(Focus Group Discussion) untuk mendiksusikan pola penggunaan interferensi
leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media komunikasi
elektronik Youtube.
Analisis data dilakukan dengan metode padan dan metode agih (Sudaryanto,
2015:15). Metode padan translasional merupakan metode padan yang alat
penentunya bahasa lain. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa di luar bahasa yang
diteliti. Selanjutnya, untuk mengidentifikasi pemakaikan bentuk sapaan yang tepat
(pemilihan bentuk sapaan) digunakan metode padan pragmatis dengan alat
penentu mitra tutur (Kesuma, 2007:49).
Keabsahan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
trianggulasi dokumen. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah trianggulasi teknik. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
7
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330).
Menurut Sugiyono (2007: 83) trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL PENELITIAN
Klasifikasi Interferensi Leksikon Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia
berbasis media komunikasi Youtube.
3.1.1 Interferensi Lesikon berupa Nomina
(1) Om Ded, sekarang adalah father dalam dunia Youtube. (AH,
24)
Contoh (1) father berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols
dan Shandily, (2014:294) berarti „bapak atau ayah‟. Penutur
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa
Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam
berkomunikasi. Data (1) termasuk interferensi leksikon berupa
nomina.
(2) Kalau semakin kesini itu function. (LM, 36)
Contoh (2) function berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols
dan Shandily, (2014:294) function berarti „fungsi‟. Penutur
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa
Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam
berkomunikasi. Data (2) termasuk interferensi leksikon berupa
nomina.
(3) Aku gak design, aku bukan designer! (LM, 36)
Contoh (3) designer berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols
dan Shandily, (2014:294) designer berarti „perancang atau pembuat
model/pola‟. Penutur menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama
(B1) adalah bahasa Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris
8
dalam berkomunikasi. Data (3) termasuk interferensi leksikon berupa
nomina.
3.1.2 Interferensi Lesikon berupa Verba
(4) Apa yang kita posting itu kita lihat dulu. (DC, 42)
Contoh (4) posting berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols
dan Shandily, (2014:294) posting berarti „menempatkan‟. Penutur
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa
Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam
berkomunikasi. Data (4) termasuk interferensi leksikon berupa verba
(5) Kakak design baju juga? (AH, 24)
Contoh (5) design berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols
dan Shandily, (2014:294) design berarti „model atau pola‟. Penutur
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa
Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam
berkomunikasi. Data (5) termasuk interferensi leksikon berupa verba.
3.1.3 Interferensi Lesikon berupa Adjektiva
(6) Bapak itu orangnya busy banget. (BW, 28)
Contoh (6) busy berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols
dan Shandily, (2014:294) busy berarti „sibuk‟. Penutur menggunakan
dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa Indonesia dan
bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Data (6)
termasuk interferensi leksikon berupa adjektiva.
(7) Tapi, ini adalah favorite. (LM, 36)
Contoh (7) favorite berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols
dan Shandily, (2014:294) favorite berarti „kesukaan‟. Penutur
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa
Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam
berkomunikasi. Data (7) termasuk interferensi leksikon berupa
adjektiva.
9
3.1.4 Interferensi Lesikon berupa Pronomina
(8) We Indonesia teman. (AH, 24)
Contoh (8) we berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols dan
Shandily, (2014:294) we berarti „kami atau kita‟. Penutur
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa
Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam
berkomunikasi. Data (8) termasuk interferensi leksikon berupa
pronomina.
3.1.5 Interferensi Lesikon berupa Konjungsi
(9) But sekarang, kita bahas sekarang. (DC, 42)
Contoh (9) but berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols dan
Shandily, (2014:294) but berarti „tetapi‟. Penutur menggunakan dua
bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa Indonesia dan bahasa
kedua (B2) bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Data (9) termasuk
interferensi leksikon berupa konjungsi.
3.1.6 Interferensi Lesikon berupa Adverbia
(10) Tuhan gak pernah bikin kita ribut, yang memecahkan kita
itu manusia yes hanya untuk membuat orang seperti itu.
(AH, 24)
Contoh (10) yes berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols dan
Shandily, (2014:294) yes berarti „ya‟. Penutur menggunakan dua
bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa Indonesia dan bahasa
kedua (B2) bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Data (10) termasuk
interferensi leksikon berupa adverbia.
(11) Setiap aku ngebaca, so saya sangat takut. (NS, 41)
Contoh (11) so berasal dari bahasa Inggris. Menurut Echols dan
Shandily, (2014:294) so berarti „jadi/juga/begitu/demikian‟. Penutur
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa pertama (B1) adalah bahasa
Indonesia dan bahasa kedua (B2) bahasa Inggris dalam
10
berkomunikasi. Data (11) termasuk interferensi leksikon berupa
adverbia.
3.1.7 Bentuk Hibrid
(12) Gua punya mobil sport dulu tiga biji, tapi endingnya gua
jual. (DC, 38)
Kata ending dalam ending-nya pada data (12) berasal dari
bahasa Inggris. Menurut Echols dan Shandily, (2014:267) ending
berarti „akhir atau bagian akhir‟. Kata bentuk hibrid pada data (12)
bukanlah bentuk bahasa baku, melainkan kata bentuk hibrid yang
mengalami proses afiksasi namun berasal dari bahasa yang berbeda
yaitu, penggabungan antara sufiks tidak baku dari bahasa Indonesia -
nya dan frasa dari bahasa Inggris yaitu ending -nya. Kata tersebut
bila diterjemahkan dengan konteks kalimat yang diikutinya menjadi
„berpengaruh‟ karena menyesuaikan dengan konteks kalimat. Bentuk
endingnya mendapat akhiran –nya menjadi akhirnya.
(13) Gua sama kayak Loe, modifnya hampir seharga mobil. (DC,
38)
Kata modif dalam modif-nya pada data (13) berasal dari bahasa
Inggris. Menurut Echols dan Shandily, (2014:267) modif berarti
„modifikasi atau perubahan‟. Kata bentuk hibrid pada data (13)
bukanlah bentuk bahasa baku, melainkan kata bentuk hibrid yang
mengalami proses afiksasi namun berasal dari bahasa yang berbeda
yaitu, penggabungan antara sufiks tidak baku dari bahasa Indonesia -
nya dan frasa dari bahasa Inggris yaitu modif -nya. Kata tersebut bila
diterjemahkan dengan konteks kalimat yang diikutinya menjadi
„berpengaruh‟ karena menyesuaikan dengan konteks kalimat. Bentuk
modifnya mendapat akhiran –nya menjadi perubahannya.
. Berdasarkan analisis mengenai interferensi leksikon bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indoensia terdapat 14 jenis kata yaitu (a)
nomina terdapat 3 data, (b) verba 2 data, (c) pronomina 1 data, (d)
11
konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data, (f) adjektiva 2 data dan (g)
bentuk hibrid 2 data.
3.2 Implementasi Pengembangan Materi Ajar Interferensi Leksikon Bahasa
Inggris ke dalam Bahasa Indonesia Berbasis Media Komunikasi
Elektronik Youtube.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengimplementasikannya
sebagai materi ajar sosiolinguistik pada jenjang perguruan tinggi di UMS
(Universitas Muhammdiyah Surakarta). Penyusunan materi ajar tesebut
berdasarkan rencama pembelajaran semester (RPS) disesuaikan dengan
deskripsi mata kuliah sosiolinguistik serta capaian pembelajaran
perkuliahan. Mata kuliah sosiolinguistik wajib diikuti oleh mahasiswa
pendidikan bahasa Indonesia pada semester IV.
Materi ajar pada pembelajaran interferensi leksikon bahasa Inggris ke
dalam bahsa Indonesia berbasis media komunikasi elektronik Youtube
pada KD. 6.1 Menguraikan konsep dan fenomena interferensi leksikon
disertai dengan contoh kasusnya. Mahasiswa mampu menguasai konsep
dan penerapan teoritis serta mampu menerapkan keterampilan tentang
interferesnsi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis
media komunikasi elektronik Youtube. Rencana pembelajaran semester
(RPS) mengenai interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia berbasis media komunikasi elektronik Youtube. Pengertian
interferensi menurut Weinreich (dalam Ngalim, 2013:70) istilah
interferensi termasuk peristiwa dasar perihal hasil pengantar unsut asing
ke ranah struktur bahasa sehingga seperti dalam proses pembelajaran.
Jenis-Jenis Interferensi yang terjadi adalah kelas kata nomina,
verba, adjektiva, adverbia, pronomina, dan konjungsi serta bentuk hibrid
sebagaimana temua pada penelitian ini.
a. Interferensi yang berupa nomina, misalnya kata show, father, function,
designer, selfie, jokes, reaction,community, weekend, experience,
12
brother, problem, statement, family, furniture, privacy, syndrome,
moment, company, surprise, dan editing.
b. Interferensi yang berupa verba, misalnya kata posting, design,
trabellig, update, export, relaxcition, dan okay.
c. Interferensi yang berupa adjektiva, misalnya kata busy, favorite,
selective, typical, exclusive, happy, everyday, excaited, dan smart.
d. Interferensi yang berupa pronomina, misalnya kata we.
e. Interferensi yang berupa konjungsi, misalnya but dan and.
f. Interfernsi yang berupa adverbia, misalnya so, yes, dan together.
g. Bentuk hybrid, misalnya endingnya, modifnya, gamenya, framenya,
chargenya, pointnya, historynya, viewnya, passwordnya, privatenya,
somethingnya, membully, ngejokes, mensupport, dan netizen.
3.3 PEMBAHASAN
Persamaan penelitian Kaushanskaya dan Marian (2009) dengan penelitian ini
terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan ini dengan penelitian Kaushanskaya
dan Marian (2009) terletak pada hasil temuan yaitu bahasa Inggris-Spanyol
bilingual, ortografi yang sama input mengaktifkan 2 sistem fonologis, yang
mengandung beberapa fonem yang sangat menyimpang. Penelitian ini
menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
berbasis media elektronik Youtube yaitu terdapat 14 jenis kata yaitu (a) nomina
terdapat 3 data, (b) verba 2 data, (c) pronomina 1 data, (d) konjungsi 1 data, (e)
adverbia 2 data, (f) adjektiva 2 data dan (g) bentuk hibrid 2 data.
Persamaan penelitian Fertman, Rodriguez, dan Münte (2010) dengan
penelitian ini terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada hasil
temuan yaitu kemampuan kontrol bahasa dari bilingual Rusia/Jerman akhir
dipercaya terkait dengan fungsi eksekutif. Penelitian ini menggunakan interferensi
leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik
Youtube yaitu terdapat 14 jenis kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data, (b) verba 2
data, (c) pronomina 1 data, (d) konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data, (f) adjektiva
2 data dan (g) bentuk hibrid 2 data.
13
Persamaan penelitian Zen (2011) dengan penelitian ini terletak pada sisipan
dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Perbedaan terletak pada hasil
temuan yaitu terdapat bentuk afiks tidak baku dalam novel remaja, fungsi
sintaksis, dan maknanya. Afiks pembentuk verba antara lain prefiks n- dengan
alomorf m-, ny-, ng-, dan nge- yang bermakna „melakukan perbuatan‟, prefiks ke-
yang memiliki makna hasil perbuatan, „ketidaksengajaan‟, dan tidak
mementingkan pelaku perbuatan, sufiks –in yang bermakna „melakukan
perbuatan‟, „bersikap terhadap‟ atau „membuat jadi‟. Penelitian ini menggunakan
interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media
elektronik Youtube yaitu terdapat 14 jenis kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data,
(b) verba 2 data, (c) pronomina 1 data, (d) konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data,
(f) adjektiva 2 data dan (g) bentuk hibrid 2 data.
Persamaan penelitian Mandia, (2014) dengan penelitian ini terletak pada
interferensi bahasa. Perbedaan terletak hasil temuan yaitu tulisan interferensi
bahasa asing dalam tulisan jurnal Logic Politeknik Negeri Bali dapat disimpulkan
bahwa interferensi yang terjadi masih dominan hal ini terjadi bukan karena
disengaja oleh penulis namun dengan maksud untuk mempermudah penyampaian
buah pikirannya. Penelitian ini menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris
ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik Youtube yaitu terdapat 14
jenis kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data, (b) verba 2 data, (c) pronomina 1 data,
(d) konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data, (f) adjektiva 2 data dan (g) bentuk hibrid
2 data.
Persamaan penelitian Sahara, (2014) dengan penelitian ini terletak pada
interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada hasil temuan yaitu mahasiswa sulit
membedakan antara bahasa Betawi dengan bahasa Indonesia, maka dari itu
banyak sekali pengacauan bahasa dalam cerpen mahasiswa. Penelitian ini
menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
berbasis media elektronik Youtube yaitu terdapat 14 jenis kata yaitu (a) nomina
terdapat 3 data, (b) verba 2 data, (c) pronomina 1 data, (d) konjungsi 1 data, (e)
adverbia 2 data, (f) adjektiva 2 data dan (g) bentuk hibrid 2 data.
14
Persamaan penelitian Pradjarto, (2015) dengan penelitian ini terletak pada
interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada hasil temuan yaitu interferensi
gramatikal yang potensial menimbulkan kesalahan berbahasa, secara langsung
ataupun tidak langsung akan mempengaruhi atau menentukan tinggi rendahnya
kemampuan produktif siswa. Penelitian ini menggunakan interferensi leksikon
bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik Youtube
yaitu terdapat 14 jenis kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data, (b) verba 2 data, (c)
pronomina 1 data, (d) konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data, (f) adjektiva 2 data
dan (g) bentuk hibrid 2 data.
Persamaan penelitian Widjajanti (2016) dengan penelitian ini terletak pada
interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada hasil temuan yaitu proses afiksasi
yaitu pada penambahan imbuhan ke-dan -an, demikian juga adanya penambahan
imbuhan (afiks) ke-, selain itu adanya penambahan yang tidak berbentuk suku
kata (N). Penelitian ini menggunakan interferensi leksikon bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik Youtube yaitu terdapat 14 jenis
kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data, (b) verba 2 data, (c) pronomina 1 data, (d)
konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data, (f) adjektiva 2 data dan (g) bentuk hibrid 2
data.
Persamaan penelitian Kartikaputri (2017) dengan penelitian ini terletak
pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada hasil temuan yaitu masyarakat
Indonesia sebagian adalah masyarakat dwibahasa. Adanya kedwibahasaan atau
kemultibahasaan tersebut dapat memunculkan pemakaian bahasa yang bervariasi
atau beragam di dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan interferensi
leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik
Youtube yaitu terdapat 14 jenis kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data, (b) verba 2
data, (c) pronomina 1 data, (d) konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data, (f) adjektiva
2 data dan (g) bentuk hibrid 2 data.
Persamaan penelitian Johan dan Rindawati (2018) dengan penelitian ini
terletak pada interferensi bahasa. Perbedaan terletak pada hasil temuan bentuk-
bentuk interferensi pada karangan narasi siswa kelas V SD Negeri 10 Simeulue
Tengah terjadi pada bentuk kata, afiks kategori, sufiks sedangkan prefiks, infiks
15
dan konfiks tidak terjadi interferensi. Penelitian ini menggunakan interferensi
leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbasis media elektronik
Youtube yaitu terdapat 14 jenis kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data, (b) verba 2
data, (c) pronomina 1 data, (d) konjungsi 1 data, (e) adverbia 2 data, (f) adjektiva
2 data dan (g) bentuk hibrid 2 data.
4 PENUTUP
Simpulan yang diperoleh dari hasil analisis data dan pembahasan tersebut ada dua
hal yang perlu disimpulkan. (1) Interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indoensia terdapat 15 jenis kata yaitu (a) nomina terdapat 3 data, (b) verba
2 data, (c) pronomina 2 data, (d) konjungsi 2 data, (e) adverbia 2 data, (f)
adjektiva 2 data, dan (g) bentuk hibrid 2 data. (2) Implementasi pengembangan
materi ajar interferensi leksikon bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
berbasis media komunikasi elektronik youtube, dilakukan dengan
mengimplementasikan hasil penelitian untuk KD 6.1 Menguraikan konsep dan
fenomena interferensi disertai dengan contoh kasus. Indikatornya (1) Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang konsep penerapan interferesi. (2) Mahasiswa mampu
megidentifikasi fenomena interferensi. (3) Mahasiswa mampu mengidentifikasi
contoh kasus interferensi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Km Tri Sutrisna. 2017. “Interferensi Bahasa Indonesia terhadap
Pemakaian Bahasa Inggris pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama”. Litera Jurnal Bahasa dan Sastra. 3(1), 98-109.
https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/lentera/article/download/316/28
5
Arofah, Kurnia. 2015. “Youtube Sebagai Media Klarifikasi Dan Pernyataan
Tokoh Politik”. Jurnal Ilmu Komunikasi, 13(2), 111-123.
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/1442
Ena, FX. Ouda Teda. 2015. “Penggunaan Youtube Sebagai Sumber Belajar
Sosiolinguistik Bahasa Inggris”. Jurnal Penelitian. 19(1), 23-28.
https://repository.usd.ac.id/3664/
16
Fadhal, Soraya dan Nurhajati, Lestari. 2012. “Identifikasi Identitas Kaum Muda di
Tengah Media Digital (Studi Aktivitas Kaum Muda Indonesia di
Youtube)”. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, 1(3), 177-
199. https://jurnal.uai.ac.id/index.php/SPS/article/view/60
Fertman, Julia, Rodriguez-Fornells, Antoni dan Münte Thomas F. 2010.
“Individual differences in control of language interference in late
bilinguals are mainly related to general executive abilities”. Behavioral
and Brain Functions. 6(5), ISSN: 1744-9081.
https://behavioralandbrainfunctions.biomedcentral.com/articles/10.1186/1
744-9081-6-5
Is, Jakfar M. 2018. “Interferensi Bahasa Gayo ke dalam Bahasa Indonesia di
Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah”. Jurnal Ilmiah Sains,
Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya. 2(2), 23-32.
http://jurnal.umuslim.ac.id/index.php/LTR2/article/view/1079
Johan, Gio Mohamad. 2018. “Kesalahan Fonologis dalam Proses Diskusi Siswa
Sekolah Dasar”. Jurnal Metamorfosa. 6(2), 123-133.
http://metamorfosa.stkipgetsempena.ac.id/home/article/download/107/91
Johan, Gio Mohamad dan Rindawati. 2018. “Interferensi Morfologis Bahasa
Simeulue dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi pada Siswa
Kelas V Sd Negeri 10 Simeulue Tengah”. Jurnal Metamorfosa. 6(1), 27-
29.
http://metamorfosa.stkipgetsempena.ac.id/home/article/download/85/81
Kaushanskaya, Margarita and Marian Viorica. 2009. “Bilingualism Reduces
Native-Language Interference During Novel-Word Learning”. Journal of
Experimental Psychology. 35(3), 829–835.
https://psycnet.apa.org/record/2009-05251-017
Kartikaputri, Rohyati. 2017. “Interferensi Bahasa Melayu Jambi ke dalam Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas VIIIa Di SMP N 20 Kota Jambi Tahun
Ajaran 2016/2017”. Jurnal AKSARA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. 1(1), 63-70.
http://aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara/article/view/9
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Caravatibooks.
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Cetakan keempat. Jakarta: PT
Ikrar Mandiriabadi.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
17
Megawati, Ayu. 2016. “Jargon dan Interferensi Bahasa dalam Sinetron Remaja
Serta Implikasinya terhadap Cerpen Siswa SMA di Jakarta Selatan”.
Jurnal SAP. 1(1), 18-26.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/view/1007
Mandia, I Nyoman. “Interferensi Bahasa Asing dalam Jurnal Logic Politeknik
Negeri Bali”. Sosiohumaniora. 4(2), 77-88.
http://ojs.pnb.ac.id/index.php/SOSHUM/article/view/387
Ngalim, Abdul. 2013. Sosiolinguistik: Suatu Kajian Fungsional dan Analisisnya.
Cetakan Pertama. Surakarta: PBSID FKIP UMS.
Pradjarto, J.C. Sutoto. 2015. “Interferensi Gramatikal Bahasa Indonesia ke dalam
Bahasa Inggris dan Implikasinya terhadap Kemampuan Produktif
Pembelajar Bahasa Inggris Tingkat Pemula”. CAKRAWALA: Jurnal
Penelitian dan Wacana Pendidikan. 9(1), 24-29. http://e-
journal.upstegal.ac.id/index.php/Cakrawala/article/view/383
Rahimah, Anni, Agustina, dan Syahrul R. 2015. “Interferensi Bahasa Mandailing
dalam Bahasa Indonesiatulis Siswa Kelas VIII Mts Baharuddin
Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan”. Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran. 3(1), 97-106.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bsp/article/view/4916/0
Rehner, Katherine jinsuk Yang. 2015. “Learner Beliefs about Sosiolinguistic
Competanse A. Qualitative Case study of Four University Second
Language Learners”. Cerele S. 5(1), Pages 157-180. https://eric.ed.gov/?id=EJ1122339
Sahara, Siti. 2014 “Interferensi Bahasa Betawi dalam Cerpen Mahasiswa Jurusan
Pbsi Fitk Uin Syarif Hidayatullah Jakarta”. Dialektika. 1(1), 110-130.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/dialektika/article/view/1419
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Analisis secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Shu Zhanga,1, Michael W. Morrisa, Chi-Ying Chengb, and Andy J. Yapa. 2013.
“Heritage-Culture Images Disrupt Immigrants‟ Second-Language
Processing Through Triggering First-Language Interference. PNAS.
110(28), 11272-11277. http://ojs.umm.ac.id/ELT/articel/download/4414
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan Ketiga. Bandung: CV.
Alfabeta.
18
Sutarma, I Gusti Putu dan Sadia I Ketut. 2014. “Interferensi Bahasa Indonesia
dalam Penggunaan Bahasa Bali pada Lembar Basa Bali “Bali Orti”
Harian Bali Post". Soshum Jurnal Sosial Dan Humaniora, 4(3), 185-
196. http://ojs.pnb.ac.id/index.php/SOSHUM/article/view/423
Triyanto, Hanif dan Endang, Nurhayati. 2016. “Interferesi Gramatikal Bahasa
Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Karangan Laporan Peserta didik
SMP”. Jurnal Ling Tera. 3 (1), 23-36. https://journal.uny.ac.id/index.php/ljtp/article/view/8471/7633
Widjajanti, Sri. 2016. “Interferensi Bahasa Jawa Terhadap Penggunaan Bahasa
Indonesia Pada Rubrik Deteksi Surat Kabar Jawa Pos 2015”. Komposisi.
1(1), 41-50. http://ejournal.unira.ac.id
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik kajian
Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Zen, E, L. (2011) “Afiks Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia Ragam Informal”.
LINGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 6(1), 1-9. https://ejournal.iun-
malang.ac.id/index.php/humbud/article/view/1300.