Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata ―efektif‖ yang berarti: (1) ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), (2) dapat membawa hasil, berhasil guna.
Sedangkan efektivitas berarti: (1) keadaan berpengaruh: hal berkesan, (2)
keberhasilan usaha atau tindakan.
Efektivitas menurut Hidayat (Damanic, 2015:12) adalah suatu ukuran
yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah
tercapai. Keefektifan dalam pembelajaran adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dengan
memperhatikan Pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas
adalah ukuran keberhasilan dari suatu usaha.
Pada dasarnya, hakikat pembelajaran yang efektif adalah suatu proses
belajar mengajar yang tidak hanya berfokus pada hasil belajar yang diperoleh
akan tetapi lebih memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung.
Keefektifan suatu pembelajaran tidak hanya bergantung pada peserta didik yang
melakukan pembelajaran tetapi juga bergantung pada tenaga pendidik yang dapat
membuat suatu proses pembelajaran yang efektif.
8
Berdasarkan pengertian efektivitas diatas, maka yang dimaksud efektivitas
pada penelitian ini adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan
sasaranya.
Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar. Belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman
sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.
Menurut Bell-Gredler (Wiranataputra, 2007:5) menyatakan bahwa belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
competencies, skills, and attitudes.
Menurut Gagne, Brigss, Dan Wager (Winataputra, 2015:19) Pembelajaran
dapat didefinisikan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran adalah proses yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana
belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menciptakan suasana belajar bagi siswa.
Setelah memperhatikan uraian mengenai Pengertian efektivitas dan
pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa Efektivitas pembelajaran adalah
ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan yang sengaja dilaksanakan untuk
menciptakan suasana belajar bagi siswa.
Kyriacou (Mootalo, 2014) mengumakakan pokok dari pembelajaran yang
efektif terkait atas tiga perspektif yang salin terjalin, yaitu: (a) perspektif pada
9
guru, (b) perpektif pada murid (c) perfektif aktivitas. Ketiga hal tersebut saling
berhubungan untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif.
Sementara itu bito (mootalo, 2014) menyimpulkan bahwa efektivitas
pembelajaran didasari atas empat indikator, yaitu: (1) ketercapaian keefektivan
kemampuan guru mengelolah pembelajaran, (2) keefektifan aktivitas siswa, (3)
respon siswa terdapat pembelajaran yang positif, (4) ketercapaian ketuntasan
belajar. Dalam empat indikator diatas, Bito (Mootalo, 2014) mengemukakan
bahwa ketercapaian ketuntasan belajar merupakan indikator pokok yang harus
dipenuhi dari minimal tiga indikator yang dapat tercapai.
Oleh karena itu, mengacu dari beberapa pendapat para ahli, dapat
disimpulkan indikator efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini yaitu: (1)
hasil belajar siswa, (2) aktivitas peserta didik dalam pemebelajaran efektif (3)
respon positif terhadap pembelajaran yang berlangsung.
Adapun yang menjadi indikator keefektifan pembelajaran dalam penelitian ini
yaitu:
a. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya Sudjana (Esih, 2013). Sedangkan menurut
Hamalik (Wiranataputra, 2008: 87) hasil belajar adalah sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur
bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dalam suatu pembelajaran terdapat 2 aspek yang sangat berpengaruh di
antaranya afektif dan kognitif. Dalam pembelajaran kognitif berkitan dengan hasil
10
berupa dengan pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah
kognitif mecangkup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan
penilaian. Adapun dalam pembelajaran efektif berkaitan dengan perasaan, sikap,
minat dan nilai. Kategori tujuanya mencerminkan herarki yang bertentangan dari
keinginan untuk menerima sampai pembentukan pola hidup. Kategori tujuan
peserta didik efektif adalah penerima, penanggapan, penilaian, pengorganisasian,
pembentukan pola hidup. Adapun penilian di antara kedua ranah afektif dan
kognitif anatara lain:
1. Aspek kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan
kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencangkup kategori pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian
2. Ranah efektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori
tujuan mencerminkan herarki yang bertentangan dari keinginan untuk
menerimah sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta
didik efektif adalah penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian,
pembentukan pola hidup
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki
nilai paling sedikit 75 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
11
telah ditetapkan sekolah dan tuntas secara klasikal apabila siswa yang mencapai
KKM minimal 80%.
b. Aktivitas Belajar Siswa
Salah satu hal yang berpengaruh pada proses pembelajaran adalah aktifitas
belajar siswa. Aktivitas belajar peserta didik adalah aktivitas yang bersifat fisik
ataupun mental Sardiman (Rofiah, 2015). Aktivitas belajar adalah serangkaian
kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rohani yang saling berkaitan
sehingga tercipta belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini siswa haruslah
aktif mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran bisa positif maupun negatif
Adapun aktivitas siswa yang positif yaitu kehadiran siswa, siswa yang
memperhatikan pada saat menjelaskan materi, siswa yang melaksanakan kegiatan
persis sama dengan intruksi yang diberikan guru, siswa yang mengerjakan Lks/Soal
secara individu/kelompok, siswa yang mengerjakan soal di papan tulis, siswa yang
mengoreksi jawaban siswa lain jika ada kesalahan, sedangkan kativitas siswa yang
negatif, misalkan siswa yang mengerjakan aktivitas yang tidak relevan dengan proses
pembelajaran ( keluar masuk kelas, menggangu teman, dll).
Dengan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, aktivitas siswa dalam
penelitian ini adalah peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung
melalui pendekatan problem solving sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif. Aktivitas tersebut didasarkan pada kegiatan siswa dalm hal kegiatan-
kegiatan positif.
12
c. Respon siswa
Respon berasal dari kata response yang berarti balasan atau tanggapan.
Menurut Soekanto (Damanic, 2015) respon sebagai perilaku yang merupakan
konsekuensi dari perilaku yang sebelumnya sebagai tanggapan atau jawaban suatu
persoalan atau masalah tertentu. Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang menyangkut suasana kelas, minat mengikuti pembelajaran
yang berikutnya, cara-cara guru yang mengajar, dan saran-saran yang
membangun.
Respon Siswa digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai
pembelajaran yang digunakan. Respon Siswa dalam penelitian ini adalah adalah
tanggapan Siswa terhadap pendekatan problem solving. Adapun respon siswa
dalam pendekatan ini yaitu: pendekatan problem solving lebih bermamfaat dalam
pembelajaran matematika, pendekatan problem solving dalam pembelajaran
matematika tidak menjenuhkan, belajar matematika dengan menggunakan
problem solving membuat saya lebih terampil, Pendekatan problem solving
membuat saya terampil, pendekatan problem solving tidak mempersulit saya
dalam menyelasaikan soal dalam pembelajaran matematika, pendekatan problem
solving mendorong saya dalam menemukan ide-ide baru, belajar matematika
dengan menggunakn pendekatan problem solving membuat saya tidak merasa
tertekan, saya sangat mengerti materi saat belajar matematika dengan
menggunakan pendekatan problem solving, belajar dengan menggunakan problem
solving membuat saya lebih memahami materi, pendekatan problem solving
sangat bermamfaat dalm pembelajaran matematika, pembelajaran matematika
13
dengan menggunakan pendekatan problem solving membuat saya tidak
mengantuk, belajar matematika dengan menggunakan problem solving saya
merasa lebih termotivasi, saya dapat mengemukakan pendapat saat belajar
matematika dengan menggunakan problem solving, belajar matematika dengan
menggunakan problem solving tidak membuang waktu belajar saya, belajar
matematika dengan menggunakn problem solving dapat mengekplorasikan diri
saya sendiri, belajar matematika dengan menggunakn problem solving melatih
saya dalam mengemukakan pendapat, belajar matematika dengan menggunakan
problem solving membuat saya lebih aktif dalam pembelajaran matematika,
belajar matematika dengan menggunakan Problem Solving membuat materi
mudah di ingat, pendekatan problem solving membuat pelajaran matematikalebih
menarik dipelajari, saya tidak rugi belajar dengan menggunakn problem solving.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan yang baik dapat
memberi respon yang positif bagi Siswa setelah mereka mengikuti kegiatan
pembelajaran. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 75% Siswa
yang memberikan respon positif terhadap jumlah aspek yang ditanyakan.
d. Keterlaksanaan pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran adalah proses pembelajaran yang berlangsung,
yang dapat di lihat dalam proses pembelajaran dikelas, serta tanggapan siswa saat
proses pembelajaran. Dalam penelitian ini keterlaksanaan pembelajaran dikatakan
efektif jika rata-rata tingkat keterlaksanaan pembelajaran berada dalam kategori
baik atau
14
2. Pembelajaran matematika
Elea Tinggih (Udin S, 1992:119) mengemukakan bahwa secara etimologis
perkataan manusia dari istilah matematis, berasal dari kata latin mathematic yang
diambil dari kata yunani ―matematike‖ artinya pengetahuan kata kerja
manthamein ilmu pengetahuan. Dengan Kata lain, matematika adalah ilmu yang
diperoleh dari proses belajar atau mempelajari pengetahuan.
Menurut James dan James (1976 : 23 ) matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk susunan, besaran dan konsep-konsep yang menghubungkan satu
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang
yaitu, aljabar, analisis dan geometrik.
Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta
operasi-operasinya, melainkan juga aturan yang menetapkan langkah-langkah
operasinya, lebih dari itu matematika juga berkenaan dengan ide-ide atau konsep-
konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya secara deduktif.
Pembelajaran adalah suatu kondisi dengan sengaja diciptakan oleh guru guna
memebelajarkan siswa. Erman Suherman (2003:8) mengartikan pembelajaran
sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas mengenai pembelajaran dan matematika maka
dapat di simpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi
belajar mengajar pelajaran matematika antara siswa dan guru yang mana, proses
tersebut merupakan sebagai suatu sarana atau wadah yang berfungsi uantuk
memudahkan berpikir didalam ilmu atau konsep-konsep abstrak.
15
3. Pendekatan Problem Solving
Agar kita sukses menerapkan pembelajaran dengan problem solving maka
langkah pertama yang harus dilakukan ialah memahami makna problem solving
terlebih dahulu. Secara umum, orang memahami masalah sebagai kesenjangan
antara kenyataan dan harapan. Namun dalam matematika, istilah problem
memiliki melangsungkan yang lebih khusus. Yakni istilah ―problem‖ terkait erat
dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu problem solving (pemecahan
masalah) yang digunakan untuk pendekatan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran
yang berorientasi “learner centered” dan berpusat pada pemecahan masalah oleh
siswa melalui kerja kelompok.
Menurut John Dewey (Shoimin, 2014: 136), belajar memecahkan masalah
berlangsung sebagai berikut,’’ individu menyadari masalah bila ia dihadapkan
kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga menemukan adanya semacam
kesulitan’’.
Pepkin (Shoimin, 2014: 135) menyatakan bahwa Problem solving adalah
suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin dan
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan).
As’ari (Shoimin, 2014: 135-136) mengemukakan bahwa pembelajaran
yang mampu melatih siswa berpikir tinggi adalah pembelajaran yang berbasis
16
pemecahan masalah. Ditambahkan pula bahwa suatu soal dapat dipakai sebagai
sarana dalam pembelajaran berbasis pemecahan masalah, jika dipenuhi 4 syarat:
a). Siswa belum tahu cara menyelesaikan soal tersebut, b) Siswa belum tahu cara
menyelesaikan soal tersebu, c) Materi prasyarat sudah diperoleh siswa, d)
Penyelesaian soal terjangkau oleh siswa, e) Siswa berkehendak untuk
memecahkan soal tersebut.
Untuk dapat memahami suatu masalah, seseorang memerlukan
pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang ada kaitannya
dengan masalah tersebut. Pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan
harus diramu dan diolah secara kreatif dalam memecahkan masalah yang
bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat disimpukan bahwa problem solving merupakan
suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisis situasi, dan mengidentifikasi masalah, dengan tujuan untuk
menghasilkan alternative sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan
untuk mencapai sasaran.
17
Langkah-langkah pendekatan Problem Solving (pemecahan masalah)
Secara operasional tahap proses pembelajaran pendekatan problem solving
dijabarkan sebagai berikut, menurut Solso ( wena, 2013: 56)
NO Tahap pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa
1
2
3
4
5
666
6
Identifikasi masalah
Memberikan masalah
kepada siswa
Memahami masalah
Membimbing siswa dalam
melakukan identifikasi
permasalahan
Melakukan identifikasi
terhadap masalah yang
di hadapi
Merumuskan dan
pengenalan
permasalahan
Melakukan perencanaan
pemecahan masalah
Menerapkan rencana
pemecahan masalah
Melakukan penilain
terhadap perencanan
pemecahan masalah
Mme melakukan penilaian
terhadap hasil
pemecahan masalah
Representasi/ penyajian
masalah
Perencanaan permasalahan
Menerapkan /
mengimplementasikan
perencanaan
Menilai perencanaan
M penilai hasil pemecahan
Membantu siswa untuk
merumuskan dan memahami
masalah secara benar
Membimbing siswa
melakukan perencanaan
pemecahaan masalah
Membimbing siswa
menerapkan perencanaan
yang telah di buat
Membimbing siswa dalam
melakukan penilaian terhadap
perencanaan pemecahan
masalah
Me pe pembimbing siswa melakuka
penilaian terhadap hasil
pemecahan masalah
4. Materi Penelitian
A. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
1). Bentuk umum persamaan linear dua variabel
18
Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu sistem persamaan yang
terdiri atas dua persamaan linear. Bentuk umum dari persamaan linear dengan
dua variabel adalah :
a1x + b1y = c1 dengan a1,b1,c1,a2,b2 dsn c2
a2x + b2y = c2
2). Penyelesaian Sistem Persamaan Linear dua Variabel (SPLDV)
Penyelasain sistem persamaan linear dengan dua variabel yaitu mencari nilai
pengganti pada setiap variabel sehingga jika variabel pada setiap persamaan
digantikan dengan nilai yang di maksud maka persamaan itu berubah menjadi
kalimat yang bernilai benar.
a) Cara menyelesaikan persamaan dengan menggunakan metode grafik
Langkah-langkah persamaan linear dengan menggunakan metode grafik
adalah sebagai berikut:
Gamabarlah grafik dari masing-masing persamaan
Tentukan potongan kedua grafik tersebut
Jika grafik berpotongan di satu titik, maka himpunan penyelesaiannya
tepat mempunyai satu anggota yaitu (x,y)
Jika kedua grafik sejajar, maka persamaan linear tersebut tidak mempunyai
himpunan penyelesaian
Jika kedua grafik berimpik, maka persamaan linear tersebut mempunyai
takter hingga banyak anggota himpunan penyelesaian yaitu :
{( )
}
19
Contoh:
Situasi:
Tentukan himpunan penyelesaian persamaan berikut dengan menggunakan
metode grafik
X + y = 3 dan 2x + y =4
Penyelesaian masalah :
Langkah I:
Jawab:
X + y = 3
X 3 0
Y 0 3
Grafik x + y =3 melalui titik(3,0) dan (0,3)
2x + y = 4
X 2 0
Y 0 2
Grafik 2x +y = melalui titik-titik (2,0) dan (0,4)
Gambar dalam sistem kordinat
(0,4)
(0,3) (1,2)
0 1 (2,0) (3,0)
Pada gambar tersebut grafik x+ y = 3 dan 2x + y =4 berpotongan di
titik (1,2 ). Jadi himpunan penyelesaian adalah (1,2)
20
b). Cara Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Metode
Subtitusi
Metode subtitusi berarti menggantikan atau menyatakan salah satu
variabel yang lain. Langkah-langkah yang digunakan untuk menyelasaikan
sistem persamaan linear dengan metode subtitusi adalah sebagai berikut:
1. Pilih salah satu persamaan yang paling sederhana
2. Nyatakan y sebagai fungsi x dan y sebagai fungsi y.
3. Subtitusikan y atau x yang didapat pada langkah di atas kepersamaan
lainya sehingga didapat penyelesaiannya
4. Tulislah himpunan penyelesaiany
Contoh:
Situasi:
Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan x + y = 7 dan 3x +
2y =18
Dengan metode subtitusi
Jawab:
Penyelesaian masalah:
Langkah I :
Ambil persamaan yang paling sederhana : x + y = 7
Cara 1:
Dik:
X + y = 7
3x + 2y = 18
Dit: dengan metode subtitusi?
21
1. Nyatakan dalam y
X + y =7
Y = 7-x………………………………….(1)
Langkah II:
2. Subtitusikan y dari persamaan (1) kepersamaan lainya
3y + 2y = 18
3x + 2( 7 - x ) = 18
3x + 14 – 2x = 18
X = 4
3. Subtitusikan x = 4 kepersamaan (1)
Y = 7-x
Y = 7- 4
Y= 3
Jadi himpunan penyelesaian adalah (4,3)
c). Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Metode Eliminasi
Mengeliminasi artinya adalah menghilangkan sementara dan
menyembunyikan. Cara eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan
salah satu variabel. Dengan demikian persamaan yang semula terdiri dari dua
variabel dan akhirnya menjadi 1 variabel selanjutnya dapat di tentukan
penyelesaianya.
Langkah-langkah menyelesaian sistem persamaan linear dengan metode
eliminasi adalah sebagai berikut:
22
1.) Eliminir variabel x sehingga di dapatkan nilai y atau
2.) Eliminir variabel y sehingga di dapatkan nilai x
3.) Tentukan himpunan penyelesaianya
Contoh :
Situasi:
Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan berikut ini dengan
metode eliminasi
x + y = 4 dan 2x – y = 5
Jawab:
Penyelesaian masalah
Langkah I:
Dik: x + y = 4 dan 2x – y = 5
Dit: tentukan himpunan penyelesaian dengan menggunakan metode
eliminasi
Model:
X + y = 4
2x – y = 5
Langkah II:
Eliminasi variabel y sehingga di dapatkan nilai x :
X + y = 4
2x – y = 5 +
3x = 9
X = 3
23
Nilai y dicari dengan mengeliminasi variabel x. Caranya kalikan persamaan
pertama dengan 2 dan kalikan persamaan kedua dengan 1 agar kofisien x
sama
X + y = 4 x2 2x + 2y = 8
2x – y = 5 x1 2x – y = 5 -
3y = 3
Y = 1
Jadi himpunan penyelesaianya adalah (3,1)
d). Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Metode Gabungan
Metode ini dilakukan dengan cara mengeliminasi salah satu variabel dan
kemudian dilanjutkan dengan mensubtitusikan hasil dari eliminasi tersebut.
Langkah - langkah menyelesaikan sistem persamaan linear dengan metode
gabungan (eliminasi-subtitusi) adalah sebagai berikut:
1. Eliminasi x atau y dengan metode eliminasi
2. Subtitusikan nilai x dan y di peroleh dengan langkah di atas kedalam
salah satu persamaan semula
Contoh :
Situasi:
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan 3x – y = 2 dan 2x + 3y
= 5 dengan metode gabungan ( eliminasi –subtitusi)
Jawab :
Penyelesaian masalah:
Langkah I:
24
Dik:
3x – y = 2
2x + 3y = 5
Dit:
Tentukan himpunan penyelesaian dengan menggunakan metode
Gabungan ?
Langkah II:
3x – y = 2 x2 6x – 2y = 4
2x + 3y= 5 x3 6x + 9y = 15 -
-11y = -11
Y = 1
Subtitusikan y =1 kepersamaan 3x – y = 2
Sehingga 3x – 1 = 2
3 x = 3
x = 1
Jadi himpunan penyelesaianya adalah ( 1,1)
B. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel ( SPLTV )
1. Bentuk Umum Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Bentuk umum persamaan linear dengan tiga variabel adalah:
a1 + b1y + c1z = d1
a2 + b2 y + c2z = d2
a3 + b3y + c3z = d3
dengan a1, b1 ,c1,a2, b2 ,c2,a3, b3 dan c3
2. Menyelesaiakan Sistem Persamaan Linear dengan Tiga Variabel
Menyelesaikan sistem persamaan linear tiga variabel artinya adalah
mencari nilai pengganti dari setiap variabel sehingga jika variabel pada setiap
25
persamaan diganti dengan nilai. Yang dimaksud, maka persamaan itu berubah
menjadi kalimat yang bernilai benar. Sistem persamaan linear dengan tiga
variabel dapat dicari penyelesaianya dengan metode subtitusi dan metode
gabungan ( eliminasi-subtitusi )
a). Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Metode Subtitusi
Langkah penyelesain sistem persamaan linear dengan metode subtitusi
adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah salah satu persamaan yang paling sederhana kemudian nyatakan x
sebagai fungsi y dan z, atau y sebagai fungsi x dan z, atau z sebagai fungsi
x dan y
2. Subtitusikan x, y atau z yang di dapat pada langkah 1 kepersamaan lainnya
sehingga di dapat persamaan linear dengan dua variabel
3. Selesaikan sistem persamaan linear dengan dua variabel yang di dapat pada
langkah kedua dengan metode subtitusi
4. Penyelesaian sistem persamaan linear dengan dua variabel pada langkah
ketiga di subtitusikan kesalah satu persamaan linear dengan tiga variabel
sehingga di dapat penyelasaian simulasi
5. Tulislah himpunan penyelesaian subtitusi
Contoh :
Situasi:
tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan sistem persamaan
berikut dengan menggunakan metode subtitusi
x – 2y + z = -1
26
2x – 3y + 4z = -5
3x -4y + 2z = 1
Penyelesaian masalah:
Dik:
x – 2y + z = -1………………………..(1)
2x – 3y + 4z = -5………………………..(2)
3x -4y + 2z =1,…………………………(3)
Dit:
Tentukan himpunan penyelesaian dengan menggunakan metode subtitusi?
Langkah I:
Dipilih persamaan 1 yang paling sederhana untuk menyatakan x dalam y
Dan z
X – 2y +z = -1
X = 2y – z -1
Kemudian x =2y – z – 1 disubtitusikan kedalam x pada persamaan 2 dan 3
sehingga diperoleh :
(2y – z -1 ) – 3y +
Y + 2z = -3
Y = - 2z -3………………(4)
3 ( 2y – z – 1 )- 4y + 2z =
2y – z = 4……………………..(5)
Langkah II:
Subtitusikan y = -2z – 3 ke persamaaan 5
27
2y – z = 4
(-2z -3 ) – z = 4
-4z -6 – z = 4
-5 z = 10
Z = -2
Untuk menentukan y subtitusikan z = -2 ke persamaan 4
Y = -2z – 3
Y = -2 .(-2) -3
Y = 1
Langkah III:
Untuk menentukan nilai x subtitusikan y =1 dan z = -2 kesalah satu
persamaan di persamaan di atas misalnya persamaan
x- 2y + z = -1
x – 2 ( 1) + ( -2 ) = -1
x -2 – 2 = -1
x = 3
jadi himpuanan penyelesaianya adalah ( 3 ,1 , -2 )
b). Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Metode Gabungan
( Eliminasi – Subtitusi )
Untuk mempermudahkan penyelasaian SPLTV lebih efektif menggunakan
metode gabungan ( eliminasi – subtitusi )
langkah – langkah penyelesaian sistem persamaan linear tiga variabel adalah
sebagai berikut:
28
1. Eliminasi salah satu variabel x ,y atau z sehingga di dapat sistem
persamaan linear dengan dua variabel
2. Selesaiakn sistem persamaan linear dengan dua variabel pada langkah 1
dengan menggunakan metode gabungan eliminasi dan subtitusi
3. Subtitusikan penyelesaian simultan yang di dapat kesalah satu persamaan
linear dengan tiga variabel sehingga di dapat penyelesaian simultan SPL
itu
4. Tulislah himpunan penyelesaiannya
Contoh:
Situasi:
1. Dengan metode gabungan (eliminasi-subtitusi ) tentukan himpunan
penyelesaian sistem persamaan berikut:
2x — y + z = 3
X + 3y -2z = 11
3x -2y + 4z = 1
Jawaban :
Penyelesaian masalah:
Dik:
2x — y + z = 3 ……….(1)
X + 3y -2z = 11………(2)
3x -2y + 4z = 1………(3)
Dit : tentukan himpunan penyelesaianya?
Langkah I:
29
Eliminasi variabel z dari persamaan 1 dan 2 di dapat
2x – y + z = 3 x 2 4x – 2y + 2z = 6
X + 3y -2z = 1 x1 x + 3y – 2z = 11 +
5x + y = 17……………………………(4)
Dari persamaan1 dan 3
2x – y + z = 3 x4 8x – 4y + 4z =12
X + 2y -4z =1 x1 3x – 2y +4z = 1 -
5x – 2y = 11………………………………(5)
Dari persamaan (4) dan (5) diperoleh SPL dengan dua variabel
5x + y = 17
5x - 2y = 11 -
3y = 6
Y = 3
Langkah II:
Y di subtititusikan kepersamaan 4
5x + y = 17
5x + 2 = 17
5x = 15
X = 3
Untuk x dan y disubtitusikan kepersamaan 1 diperoleh:
2x – y + z = 3
2.3 – 2 + z =3
4 + z = 3
Z =-1
Jadi himpunan penyelesaian ( 3, 2 ,-1 )
30
5. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhi Prabowo (2003) yaitu
menyimpulkan rata-rata hasil belajar melalui penerapan pendekatan problem
solving adalah 79.37. Sedang untuk aktivitas siswa selama proses pembelajaran
tergolong dalam kategori aktif dengan presentase 76,60 % dari hasil analisis
respon siswa diperoleh bahwa 93% siswa memberikan respon positif terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan problem solving dengan indek
gain yaitu 0,77 berada dalam kategori tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yusi Hidjrawan (2015),
menyimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan
problem solving yaitu 82,62. Sedangkan untuk aktifitas siswa selama proses
pembelajaran tergolong dalam kategori aktif dengan presentasi 83,33%, dari hasil
analis respon siswa diperoleh bahwa 95% siswa memberikan respon positif
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem
Solving dengan indeks gain yaitu 0,71 berada dalam kategori tinggi.
Penelitian lain juga, dilakukan oleh Widha Nur Shanti (2015)
menyimpulkan bahwa pendekatan problem solving dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Terbukti dengan meningkatnya nilai rata-rata tes hasil belajar yaitu
79,7. Selain itu keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran di
kelas tersebut meningkat. Dari hasil pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika efektif melalui penerapan pendekatan problem
solving dan problem possing dengan setting kooferatifdalam pembelajaran
matematika
31
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, dapat disimpulkan bahwa
rendahnya hasil belajar matematika siswa di akibatkan karena beberapa faktor:
pertama, kurang optimalnya nilai matematika siswa yaitu pemahaman konsep
dasar matematika siswa masih kurang. Hal ini yang yang menyebabkan siswa
siswa mengalami kesulitan memecahkan masalah yang kemudian berdampak pada
minat. Kedua, pendekatan pembelajaran yang digunakan mungkin belum sesuai
dengan kondisi suasana kelas. Ketiga, kurangnya kesempatan siswa untuk
mengkontruksikan pengetahuanya dan memahami seksama imformasi maupun
konsep yang diberikan kepadanya, ke empat, kurang memotivasi siswa dalam
pembelajaran matematika dengan alasan matematika bukan merupakan suatu
pelajaran pokok untuk dipelajari karena untuk dipelajari karena ada mata
pelajaran pokok yang sudah menjadi tolak ukur untuk memenuhi kompetensi yang
ada pada tiap jurusan
Sehubungan dengan hal itu, upaya yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan proses pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 1 Tanete
Riaja adalah dengan menerapkan pendekatan yang sesuai dengan kriteria dari
masalah yang ada. Salah satu alternatifnya yaitu dengan menerapkan pendekatan
problem solving.
Oleh karena itu, pendekatan problem solving diharapkan dapat
memberikan peningkatan dalam ketuntasan belajar, aktivitas siswa, respon siswa
dan keterlaksanaan pembelajaran terhadap pembelajaran matematika sehingga
tujuan dari pembelajaran dapat tercapai sesuai yang kita harapkan
32
Berikut disajikan bagan karangka Pikir sebagaimana uraian di atas :
Gambar 2.1Skema kerangka Pikir
Latar belakang
Efektif diterapkan dalam pembelajaran
Matematika pada siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Tanete Riaja
Aktivitas siswa
Hasil observasi
Masalah-masalah:
1. Kurangnya pemahaman konsep matematika
2. Pendekatan pembelajaran yang kurang mengaktifkan
siswa
3. Kontruksi pengetahuan yang kurang
4. Kurangnya motivasi dalam pembelajaran matematika
Penerapan pendekatan problem
solving
Hasil belajar Respon siswa
Ketercapaian
KKM
Gain
minimal
Ketuntasa
Klasikal
aktif positif
Keterlaksanaan
pembelajaran
Baik
33
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Mayor
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka pikir di atas,
maka hipotesis penelitian ini adalah: ― Pembelajaran matematika efektif melalui
penerapan pendekatan Problem Solving pada siswa Kelas X SMA Negeri 1
Tanete Riaja‖.
2. Hipotesis Minor
1). H.M1 : Hasil Belajar
a. Hasil belajar siswa setelah diajar dengan penerapan pendekatan Problem
Solving, lebih dari 74,9 (KKM). Untuk keperluan pengujian secara statistik,
maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut
H0 : µ ≤ 74,9, melawan H1 : µ >74,9
Keterangan :
µ = parameter skor hasil belajar matematika siswa
b. Persentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
Problem Solving secara klasikal lebih dari 79,9%. Untuk keperluan
pengujian secara statistik, maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut:
H0 : π ≤ 79,9, melawan H1 : π > 79,9
Keterangan:
π = parameter ketuntasan klasikal
34
c. Gain ternormalisasi siswa yang diajar dengan pendekatan Problem Solving ,
lebih dari 0,29 (kategori sedang). Untuk keperluan pengujian secara statistik,
maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut
H0 : µg ≤ 0,29, melawan H31 : µg> 0,29
Keterangan:
µg = parameter skor rata-rata gain ternormalisasi