Upload
dangdan
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
IMPLEMENTASI METODE ROLE-PLAYING DALAM
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PAI SISWA
(Penelitian Tindakan kelas di SMPN 1 Cimarga Rangkas Bitung Lebak-Banten)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gealar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
SITI HASANATUL MARDIAH
NIM: 109011000120
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
v
ABSTRAK
Siti Hasanatul Mardiah, (109011000120) Implementasi Metode Role Playing
dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 1 Cimarga Rangkas Bitung Lebak-
Banten)
Kata Kunci: Metode Role-Playing dan Minat Belajar PAI siswa.
Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa dalam
pembelajaran PAI, guru masih menggunakan metode ceramah, hal ini membuat
siswa bosan dan tidak semangat belajar, sehingga minat belajar siswa sangat
rendah. Di dalam kegiatan pembelajaran guru tidak menggunakan metode
pembelajaran yang menarik sehingga proses belajar siswa kurang kondusif.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri
dari dua siklus, data diambil melalui teknik pengumpulan data berupa data hasil
observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
metode role playing, wawancara, dan angket minat belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari setiap
siklusnya. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata pada penyebaran angket minat
belajar siswa yaitu pada saat pra siklus, siklus I, dan siklus II, rata-rata persentase
angket minat belajar PAI siswa, yang jumlah nilai angket minat belajar siswa
terendah pada saat pra siklus sebesar 98% dengan jumlah nilai angket 34, untuk
siklus I sebesar 106% dengan jumlah nilai angket 37, sedangkan untuk siklus II
sebesar 120% dengan jumlah nilai angket 42. Dan untuk rata-rata persentase
angket minat belajar PAI siswa, yang jumlah nilai angket minat belajar siswa
tertinggi pada saat pra siklus sebesar 152% dengan jumlah nilai angket 53, untuk
siklus I sebesar 175% dengan jumlah nilai angket 61, sedangkan untuk siklus II
sebesar 183% dengan jumlah nilai angket 64. Sedangkan untuk skor rata-rata nilai
terendah mengalami penurunan sebesar 12,8% ketika diterapkan metode role play,
dan untuk skor rata-rata nilai tertinggi mengalami peningkatan sebesar 20,6%
ketika diterapkannya metode role playing.
Jadi berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode role playing dapat meningkatkan minat belajar PAI
siswa kelas VIII A di SMPN 1 Cimarga Lebak– Banten.
SITI HASANATUL MARDIAH (PAI)
vi
ABSTRACT
Siti Hasanatul Mardiah, (109011000120) Implementation Role Playing
Methods in Improving Learning Interest in Islamic Education Students (Class
Action Research in SMPN 1 Cimarga Rangkas Bitung Lebak, Banten).
Keywords: Role-Playing Methods and Interest in Learning PAI students.
This research background on the fact that the PAI learning, teachers
still use the lecture method, it makes students bored and not the spirit of learning,
so that students' interest is very low. In learning activities teachers do not use
teaching methods that draw so that students' learning process less conducive.
This research is a classroom action research (PTK), which consists of
two cycles, the data retrieved through the technique of data collecting observation
data from student activity during the learning process by using role playing,
interviews, and questionnaires interest in student learning.
The results showed an increase of each cycle. It is evident from the
average value on student interest questionnaire, namely when the pre-cycle, the
first cycle, and the cycle II, the average percentage of PAI student learning
interest questionnaire, the total value of the lowest student interest questionnaire
at the time of pre-cycle of 98% of the total amount of the questionnaire 34, for the
first cycle of 106% to the total value of the questionnaire 37, while for the second
cycle of 120% with the total value of the questionnaire 42. And to the average
percentage interest in learning PAI student questionnaire, which is the total value
of student interest questionnaire highest during the pre-cycle of 152% with a total
value of 53 questionnaires, for the first cycle of 175% with a total value of 61
questionnaires, while for the second cycle of 183% with the total value of the
questionnaire 64. as for the average score of the lowest value decreased by 12.8%
when applied method of role play, and to the average score of the highest value
increased by 20.6% when applying the method of role playing.
So based on these results it can be concluded that the application of
the method of role playing can increase interest in learning PAI A class VIII
student at SMPN 1 Cimarga Lebak- Banten.
SITI HASANATUL MARDIAH (PAI)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku
bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam
senantiasa menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga,
sahabat, dan pengikut sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi yang berjudul Implementasi Metode Role
Playing dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam
Siswa, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa dan kesungguhan hati
serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua dapat
teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Marhamah, Lc, MA, Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dra. Manerah., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi
waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan,
petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skrpsi ini
dengan sebaik-baiknya.
6. Rosman Farisi, M.Pd., Kepala sekolah SMP Negeri 1 Cimarga yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang
beliau pimpin.
7. Seluruh dewan guru SMP Negeri 1 Cimarga khususnya Rohimat S.Pd. selaku
guru Pendidikan Agama Islam serta bagian kurikulum sekaligus observer yang
telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini.
viii
8. Siswa-siswi kelas VIII A SMP Negeri 1 Cimarga yang telah bersedia sebagai
subyek dalam Penelitian Tindakan kelas.
9. Kedua orangtua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan
dukungan secara moril dan materil, doa yang tak pernah putus untuk penulis.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan
kepada penulis.
10. Kakakku Endang Susmiati, dan Siti Khodijah serta adikku Muhammad
Baharudin Azis, kakak ipar ku Deni Setiawan dan Agus Yanto terima kasih
atas doa dan dukungannya selama ini,. Dan tidak lupa juga buat semua
keponakan ku Luthfansha Agri Femousa Setiawan (sipit), Nafriza
Alkhuwarizma (unyu), Siti Lutfi Afifah (jenong), dan juga Namira Septi
Handayani (bolem) yang selalu memberikan keceriaan dan yang selalu penulis
rindukan dengan tingkah lucunya yang mampu menghilangkan penatku.
11. Keluarga Besar H. Sarkawi, dan ibu Ganis serta semua saudaraku Eva Susanti,
Om Agus, Nur Jannah, Siti Jahronah, Tia, dan Fahmi, terima kasih atas
bantuan serta doa kalian semua.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2009, kelas PAI-C dan Fiqih-C. Terima kasih atas kebersamaannya,
dukungan, bantuan dan motivasi. Tiada hal yang terindah kecuali mengenang
masa kita berjuang bersama di kampus tercinta.
13. Sahabat-sahabatku, Hamidah, Faiqotul Hikmah, Reni Kurniawati, Vigina
Vanarika, Nurul Fitri (q-nung), Hilda risdayani, Terima kasih atas doa,
dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini yang kalian berikan.
14. Susilawati (t’susi) terima kasih karena telah banyak membantu penulis,
sahabatku G_ML (olive, Erni darwati), terima kasih atas dukungan serta
bantuan kalian semua.
15. SMRE, Surya, Ari, dan Santo (wakwaw) yang telah banyak memberikan
kesempatan kepada penulis dalam memberikan keceriaan, warna kehidupan,
perhatian, bantuan, dukungan serta doa kalian semua, hingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
ix
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi
ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazakumullah Ahsanal
Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat bagi
para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin
Jakarta, 24 April 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………. iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI…………………… iv
ABSTRAK ……………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………….. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xi
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah…………………………………………… 5
D. Perumusan Masalah ……………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 6
F. Kegunaan Penelitian …………………………………………… 6
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Metode Pembelajaran Role Playing ……………………………. 8
1. Pengertian Metode Role Playing ………………………….. 8
a. Pengertian Metode …………..…………………………….. 8
b. Pengertian Role Playing ………………………………. 9
2. Tujuan Role Playing ……………………………………….. 11
3. Keunggulan dan Kelemahan Role Playing ………………… 13
a. Keunggulan Role Playing ……………………………… 13
b. Kelemahan Role Playing ………………………………. 14
xi
4. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Role Playing ……. 15
B. Minat Belajar Siswa …………………………………………… 19
1. Pengertian Minat …………………………………………... 19
2. Pengertian Belajar …………………………………………. 20
3. Macam-macam Minat ……………………………………… 21
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ………… 23
a. Faktor Internal …………………………………………. 23
b. Faktor Eksternal ……………………………………….. 24
5. Indikator Minat ……………………………………………. 27
6. Cara Membangkitkan Minat Belajar Pada Siswa …………. 28
C. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………………. 30
D. Hipotesis Tindakan …………………………………………….. 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………...... 32
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ………….. 32
1. Perencanaan/Planning ……………………………………… 32
2. Tindakan dan Pengamatan …………………………………. 33
3. Refleksi …………………………………………………….. 33
C. Subjek Penelitian ………………………………………………. 35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian …………………….. 35
E. Tahapan Intervensi Tindakan ………………………………….. 36
1. Pra Penelitian ………………………………………………. 36
2. Siklus I …………………………………………………….. 36
3. Siklus II ……………………………………………………. 37
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan …………………… 39
G. Data dan Sumber Data …………………………………………. 40
H. Instrument Pengumpulan Data …………………………………. 40
1. Lembar Observasi …………………………………………... 40
2. Catatan Tindakan Penelitian ………………………………... 43
3. Wawancara Guru dan Siswa ………………………………… 44
xii
4. Angket Minat Belajar ……………………………………… 44
I. Teknik Pengumpulan data …………………………………….. 46
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ………………………….. 46
K. Analisis Data dan Interpretasi Data …………………………… 47
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ………………………... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian …………………………………….. 49
1. Profil Sekolah SMPN 1 Cimarga ……….............................. 50
2. Visi dan Misi SMPN 1 Cimarga …………………………… 50
3. Data Guru SMPN 1 Cimarga ……………………………… 51
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……………………………….. 52
1. Penelitian Pendahuluan ……………………………………. 52
2. Siklus I …………………………………………………….. 54
a. Tahap Perencanaan …………………………………….. 54
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ………………………….. 54
c. Tahap Pengamatan/Observasi ………………………….. 56
d. Tahap Refleksi …………………………………………. 58
3. Siklus II ……………………………………………………. 59
a. Tahap Perencanaan …………………………………….. 59
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ………………………….. 60
c. Tahap Pengamatan/Observasi ………………………….. 62
d. Tahap Refleksi …………………………………………. 64
C. Analisis Data dan Hasil Temuan Penelitian …………………… 64
1. Analisis Data ………………………………………………. 64
a. Data Observasi Aktivitas Siswa ……………………….. 64
b. Catatan Observasi Aktivitas Siswa …………………….. 65
c. Wawancara …………………………………………….. 66
d. Angket Minat Belajar Siswa …………………………… 66
2. Hasil Temuan Penelitian ……………………………………. 83
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 85
B. Saran …………………………………………………………… 86
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 87
LAMPIRAN ………………………………………………………….. 89
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbedaan Antara Minat, Bakat, dan Hobi..................................... 19
Tabel 2 Rencana dan Prosedur (PTK) ......................................................... 34
Tabel 3 Kategori Aktivitas Belajar siswa .................................................... 39
Tabel 4 Kisi-kisi Instrument Aktivitas Belajar PAI Siswa ......................... 41
Tabel 5 Kisi-kisi Instrument Aktivitas Guru ............................................... 42
Tabel 6 Kisi-kisi Penskoran Instrument Aktivitas Belajar PAI (untuk
Pertanyaan yang Bersifat Positif) ................................................... 43
Tabel 7 Kisi-kisi Penskoran Instrument Aktivitas Belajar PAI (untuk
Pertanyaan yang Bersifat Negative) ............................................... 43
Tabel 8 Alternative Jawaban ....................................................................... 44
Tabel 9 Kisi-kisi Angket ............................................................................. 45
Tabel 10 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 46
Tabel 11 Profil Sekolah SMPN 1 Cimarga ................ ………. …………….. 50
Tabel 12 Jumlah Guru dan Tugas Mengajar SMPN 1 Cimarga ................... 51
Tabel 13 Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Memainkan Peran Siklus
I……………………………………………………………....…… 57
Tabel 14 Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Memainkan Peran Siklus
II ………………………………………………………………….. 62
Tabel 15 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II .......................... 65
Tabel 16 Siswa Senang dengan Pelajaran PAI……………………………... 67
Tabel 17 Siswa Memperhatikan Guru Ketika Menjelaskan Materi………… 68
Tabel 18 Siswa Merasa Bosan dengan Pelajaran PAI .................................. 68
Tabel 19 Siswa Mengulangi kembali Pelajaran PAI di Rumah .................... 69
Tabel 20 Mengerjakan Tugas yang Diberikan oleh Guru ............................. 70
Tabel 21 Tetap Belajar PAI Walaupun Guru PAI Tidak Hadir ................... 71
Tabel 22 Membawa Buku Paket Ketika akan Dipelajari Pada Harinya ....... 71
Tabel 23 Mempraktekkan Teori yang Diajarkan Guru PAI dalam Kehidupan
Sehari-hari ...................................................................................... 72
Tabel 24 Saya Semangat Mengikuti Pelajaran PAI Sampai Akhir Pelajaran…. 73
xv
Tabel 25 Siswa Belajar PAI Hanya di sekolah ............................................. 74
Tabel 26 Ketika Ada Materi PAI yang Sulit Dipahami, Berusaha Mencari Tahu
dan Mempelajarinya ....................................................................... 75
Tabel 27 Bertanya Pada Guru Jika Ada Materi yang Kurang Dimengerti…. 76
Tabel 28 Siswa Belajar PAI Atas Kemauan Sendiri ..................................... 77
Tabel 29 Siswa Siap Jika Guru PAI Mengadakan Ulangan Mendadak ........ 77
Tabel 30 Mudah Memahami Pelajaran yang Disampaikan .......................... 78
Tabel 31 Saya belajar PAI sendiri Tanpa Diperintahkan Orang Tua ............ 79
Tabel 32 Angket Minat Belajar PAI Siswa………………………………… 80
Tabel 33 Persentase Angket Minat Belajar PAI Siswa, Jumlah Nilai Angket
Terendah……………………………………………………….... 81
Tabel 34 Persentase Angket Minat Belajar PAI Siswa, Jumlah Nilai Angket
Tertinggi ......................................................................................... 81
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Persentase Aktivitas Belajar Siswa Ketika Menerapkan Metode Role
Playing ........................................................................................... 65
Grafik 2 Persentase angket minat belajar PAI siswa nilai terendah……...... 82
Grafik 3 Persentase angket minat belajar PAI siswa nilai tertinggi………… 83
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gambar Role Playing ..................................................................... 11
Gambar 2 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart................................ 34
Gambar 3 Piala Prestasi SMPN 1 Cimarga …………………………………. 49
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Catatan Observasi Aktivitas Belajar PAI Siswa Siklus I
Lampiran 2 Instrumen Catatan Observasi Aktivitas Belajar PAI Siswa Siklus II
Lampiran 3 Catatan Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan Pertama)
Lampiran 4 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan
Pertama)
Lampiran 5 Catatan Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan Kedua)
Lampiran 6 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan Kedua)
Lampiran 7 Catatan Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan Ketiga)
Lampiran 8 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan Ketiga)
Lampiran 9 Catatan Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan Keempat)
Lampiran 10 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan
Keempat)
Lampiran 11 Lembar Pedoman Wawancara Guru PAI (Pra Penelitian)
Lampiran 13 Hasil Wawancara Guru PAI (Pra Penelitian)
Lampiran 14 Lembar Pedoman Wawancara Siswa (Pra Penelitian)
Lampiran 15 Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian-Indri Febriani)
Lampiran 16 Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian-Aldiyansyah)
Lampiran 17 Lembar Pedoman Wawancara Guru PAI (Setelah Diterapkan
Metode Role Playing)
Lampiran 18 Hasil Wawancara Guru PAI (Setelah diterapkan Metode Role
Playing)
Lampiran 19 Lembar Pedoman Wawancara Siswa (Setelah Diterapkan Metode
Role Playing)
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siswa (Setelah diterapkan Metode Role Playing-
Indri Febriani)
Lampiran 21 Hasil Wawancara Siswa (Setelah diterapkan Metode Role Playing-
Aldiyansyah)
Lampiran 22 Contoh Gambar poster Comment
Lampiran 23 Lembar Uji Referensi
xix
Lampiran 24 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 25 Surat Izin Observasi
Lampiran 26 Surat Keterangan Dari Pihak Sekolah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu mekanisme dalam mengembangkan
keahlian dan pengetahuan manusia. Pendidikan adalah suatu investasi terhadap
sumber daya manusia untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia,
terlebih lagi dalam pengembangan ekonomi sangat membutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas melalui keunggulan baik dalam kemampuan akademik
dan penguasaan teknologi serta sikap mental sehingga dapat menjadi manusia
yang handal pada bidangnya.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,
pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem
pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam
proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar
dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan
pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas
membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang cakap, aktif,
kreatif, dan mandiri.
Mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab
guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang
guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki
kompetensi profesional yang tinggi. Guru memegang peranan sentral dalam
proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat
2
ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan
tugasnya.
Guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah,
karena guru merupakan sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut
dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan atau kompetensi profesional seorang guru sangat menentukan mutu
pendidikan. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut
dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap
positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan
fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan
penuh tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki
sikap negatif terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan
kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu perlu kiranya ditanamkan sikap
positif guru terhadap pekerjaannya.
Namun sayangnya guru pada saat ini hanya bertugas mengajar saja, dia
tidak peduli dengan keberhasilan siswa, dan terlebih lagi, guru mengajar tidak
menggunakan metode yang variatif, hanya menggunakan metode ceramah yang
kemudian ditambah dengan penyampaian guru dalam proses pembelajaran yang
monoton dan menempatkan siswa hanya sebagai pendengar, sehingga membuat
siswa menjadi malas belajar dan tidak bersemangat, siswa merasa bosan kerena
hanya mendengarkan ceramah saja. Pencapaian nilai yang maksimal tentu sangat
diinginkan siswa, guru maupun orangtua siswa, karena dalam proses
pembelajaran, keberhasilan juga sangat penting.
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat
seseorang, atau perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat
melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.1
1 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2004), cet. 2, h. 97.
3
Belajar merupakan proses untuk mendapatkan suatu ilmu agar
seseorang bisa berubah menjadi lebih baik, dalam hal ini pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI), apabila perubahan itu tidak didapat maka tidak tercapai hasil
belajar yang maksimal. Sehingga siswa benar-benar jenuh dan bosan dalam
menerima materi Pendidikan Agama Islam (PAI), karena proses belajar di sekolah
tidak jauh beda dengan mendengarkan ceramah di luar sekolah dan siswa
beranggapan semuanya sama dan tidak ada yang baru serta akan menimbulkan
penurunan minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),
bahkan bisa mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. Maka dari itu, guru
harus mengubah pikirannya tentang mengajar adalah hanya sebuah kewajiban,
ketika dia sudah mengajar maka selesailah tugasnya, tidak lagi seperti itu.
Melainkan seorang guru harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang
aktif, efektif, dan menyenangkan serta dapat melibatkan siswa secara langsung
dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran dan senang dalam mengikuti proses belajar mengajar, tidak lagi
bosan dengan proses pembelajaran, dan tidak hanya menghafal pelajaran, tetapi
juga dapat memahami langsung pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru,
sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI), strategi, metode, dan teknikpun sangat diperlukan. Teknik
pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik
adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan
kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Metode pembelajaran
didefinisikan sebagai langkah-langkah atau prosedur pembelajaran yang
digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran adalah cara-cara
yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan
digunakan selama proses pembelajaran.2
2 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), Cet. VII, h.2- 3.
4
Salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
membuat siswa aktif dalam proses belajar adalah dengan metode pembelajaran
bermain peran (role playing). Metode pembelajaran role playing adalah metode
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bermain peran
sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan bermain peran, maka siswa dapat
langsung memahami tentang materi yang disampaikan, karena siswa yang
memainkan langsung perannya dalam materi tersebut, untuk metode role playing
siswa harus berlatih peran terlebih dahulu dalam beberapa hari sebelum
dipentaskan. Dan siswa juga diberi andil untuk mengoreksi dan menambah
skenario yang telah dibuat oleh guru. Hal ini tidak hanya membuat siswa menjadi
lebih aktif dalam belajar, tetapi juga membuat siswa lebih kritis, dan juga dapat
membangun suasana belajar menjadi menyenangkan, karena sesekali diselingi
juga oleh gelak tawa dari peserta didik.
Untuk aktifnya pembelajaran, siswalah yang seharusnya berperan aktif
dalam belajar. Seharusnya sikap guru hanya mendengar siswa, menghargai kerja
keras siswa, dan mengembangkan rasa percaya diri siswa, serta mendorong siswa
untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang mereka miliki sehingga mereka
berani mengekspresikan pendapatnya. Namun kenyataannya di lapangan
menunjukkan lain, aktivitas siswa di kelas masih pasif karena proses pembelajaran
yang dilakukan hanya pemberian informasi dari guru ke siswa, yaitu guru
menggunakan metode ceramah.
Keadaan tersebut juga terjadi pada pembelajaran PAI di sekolah. Salah
satunya terjadi di SMP Negeri 1 Cimarga. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan guru mata pelajaran PAI diperoleh kenyataan bahwa
permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pembelajaran PAI adalah
bagaimana menyampaikan materi kepada siswa secara baik, menarik, dan tidak
monoton. Kurangnya respon siswa ketika proses pembelajaran membuat suasana
pembelajaran kurang menyenangkan sehingga membuat siswa kurang
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.3
3 Hasil pengamatan dan wawancara kepada guru PAI Kelas VII SMP Negeri 1 Cimarga
pada tanggal 14 April 2014
5
Berdasarkan dari permasalahan di atas tersebut, maka dalam penelitian
ini penulis mengajukan judul “Implementasi Metode Role Playing dalam
Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa di
SMPN 1 Cimarga”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada umumnya kurang
diminati oleh siswa karena cara mengajar guru yang monoton.
2. Metode dan teknik pembelajaran yang masih konvensional dan terkadang
membuat suasana belajar menjadi kurang menyenangkan.
3. Tingkat keaktifan siswa dalam belajar yang masih rendah.
4. Kurangnya respon siswa untuk memperhatikan penjelasan guru ketika proses
pembelajaran berlangsung.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus,
dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis
memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi
dalam konteks permasalahan yang terdiri dari:
1. Metode yang digunakan yaitu Bermain Peran (Role Playing).
2. Minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam
pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian,
masalah pokok penelitian tersebut bisa dirumuskan yaitu:
6
1. Bagaimana penerapan metode Role Playing dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa setelah
penerapan metode Role Playing?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan
pembelajaran metode Role Playing pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 1 Cimarga
2. Untuk mengetahui minat belajar siswa setelah diterapkan Metode
Pembelajaran Role Playing mata pelajaran PAI pada Siswa di SMP Negeri
1 Cimarga
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat bagi peneliti, para
peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian
tersebut adalah:
1. Kegunaan Teoritis
a. Bagi penulis, untuk dapat menambah pengetahuan dan dapat
mengembangkan ilmu yang di peroleh selama menjalani perkuliahan.
b. Bagi Para Akademisi, dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang
pendidikan, sehingga dapat menerapkan metode pembelajaran Role
Playing dalam proses pembelajaran, guna meningkatkan kualitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi para siswa.
c. Bagi Para Peneliti lebih lanjut, sebagai referensi dalam penerapan metode
pembelajaran Role Playing sehingga dapat meningkatkan minat belajar
siswa
7
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan
dalam metode pembelajaran sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan
belajar mengajar optimal
b. Bagi Guru, di harapkan dapat mengunakan metode variatif, yaitu
menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif , salah
satunya adalah metode pembelajaran Role Playing, agar proses belajar
mengajar menjadi aktif, efektif dan menyenangkan
c. Bagi Siswa, di harapakan berani mengemukakan pendapat, ide dan
gagasan yang mereka miliki, dan juga dapat meningkatkan minat dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga mendapatkan hasil
belajar yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan.
8
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Implementasi Metode Role Playing
1. Pengertian Metode Role Playing
Dalam pembelajaran PAI, hafalan memang diperlukan tetapi tidak
sepenuhnya, sebab dalam pembelajaran PAI membutuhkan pemahaman siswa.
Konsep-konsep dalam PAI harus dipahami satu persatu agar siswa mampu
mencerna dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu
perlu diterapkan suatu metode, berikut macam-macam metode menurut para ahli:
Menurut Senn yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri, metode
merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai
langkah-langkah yang sistematis.1
Menurut Wina Sanjaya, metode adalah upaya mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal.2
Sedangkan menurut Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno,
metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.3
Dari pengertian metode yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode merupakan cara atau alat yang digunakan seorang
guru untuk memudahkan siswanya dalam memahami pelajarannya.
Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk
dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik,
mengatasi situasi yang sedang terjadi. Secara umum bermain sering dikaitkan
1 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1990), Cet. VI, h. 119. 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2013), Cet. X, h. 126. 3 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep
Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2010), Cet. I, h. 15.
9
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana
senang. Dengan bermain anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri
yaitu tentang kelebihan yang dimilikinya, sehingga dapat membantu
pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki
rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi.
Role playing adalah sebuah permainan dalam sebuah cerita dengan
tujuan atau cerita yang jelas sedangkan dalam dunia pendidikan, Role playing
adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.4
Sedangkan menurut Martinis Yamin role playing atau bermain peran
adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu
topik atau situasi.5
Adapun menurut Wina Sanjaya role playing adalah metode
pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi
peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa actual, atau kejadian yang
mungkin akan muncul pada masa mendatang.6
Pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing) adalah
pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk
memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep.7
Jadi kesimpulannya, role Playing merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam pembelajaran yang dimana peserta didik menjadi aktif dalam
memainkan peran-peran tertentu, sehingga pada dasarnya role playing atau
bermain peran merupakan salah satu sarana yang membantu peserta didik untuk
belajar. Melalui kegiatan bermain peran, anak berusaha untuk menyelidiki dan
4 Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008), h. 98. 5 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2004), cet. 2, h. 76. 6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 3, h. 161 7 Nuryani Y. Rustaman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press,
2005), h. 109
10
mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri,
orang lain maupun dengan lingkungan disekitarnya.
Metode role playing cocok digunakan pada:
a. Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan
menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis, seperti mata
pelajaran sejarah.
b. Serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sehingga
sangat cocok jika memakai metode role playing.
c. Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan
masalah-masalah yang bersifat psiologis, karena berhubungan langsung
dengan kondisi fisik masing-masing siswa tersebut.
d. Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya.8
Metode Role playing membantu siswa maupun guru dalam
memberikan pemahaman yang umumnya sulit dicerna/dipahami oleh siswa,
seperti mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah umumnya menerangkan
peristiwa-peristiwa atau cerita yang terjadi pada masa lampau, dan biasanya siswa
malas sekali membaca cerita yang begitu banyak dan panjang, jadi melalui
metode ini, siswa dapat memahami maksud dan tujuan dari cerita tersebut. Selain
itu dapat membantu siswa dalam bergaul dengan siswa yang lainnya.
8 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Cet. I, h. 5.
11
Gambar 2.1
Gambar Role Playing9
2. Tujuan Role Playing
Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku
manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk:
a. Menggali perasaannya.
b. Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai,
dan persepsinya.
c. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah.
d. Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan
bermanfaat bagi siswa pada saat terjun kemasyarakat kelak karena siswa akan
mendapatkan diri dalam situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti
dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja.10
9 http://portalnyapendidikan.blogspot.com/2012/03/metode-bermain-peran.html, diakses
di Wonosobo, 11 Maret 2012.
10 Iif Khoiru Ahmad, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT
Prestasi Pustaka Raya, 2011), Cet. I, h. 34.
12
e. Mengajarkan siswa untuk berempati dengan kasus yang akan dibahas dalam
proses pembelajaran dikelas.11
Selain itu, menurut Hamzah B. Uno, tujuan dari role playing adalah
untuk membantu siswa menemukan makna (jati diri) didunia sosial dan
memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran,
siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang
berbeda dan memikirkan prilaku dirinya dan orang lain.12
Dalam role playing, siswa dapat menggali perasaannya sendiri untuk
mendapatkan pemahamannya terhadap materi/mata pelajaran yang sulit bagi
dirinya. Selain itu, dapat mengembangkan imajinasinya dan untuk menghilangkan
kebosanan siswa selama belajar serta mendapatkan banyak manfaat yang
diperolehnya kelak dilingkungan sekitarnya.
Tujuan bermain peran, sesuai dengan jenis-jenis belajar adalah sebagai
berikut:
1) Belajar dengan berbuat
2) Belajar melalui peniruan
3) Belajar melalui balikan, para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku
para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan.
4) Belajar melalui penilaian.13
Metode role playing mengajarkan siswa untuk mengembangkan
keterampilannya dalam bermain peran, siswa dituntut untuk menirukan gaya
seperti seorang aktor ataupun aktris, selain memainkan peran, para siswa lainnya
diajarkan untuk menanggapi serta menilai para pemain yang sedang memainkan
perannya, jika terjadi kesalahan maka akan diadakan perbaikan keterampilan
bermain peran berikutnya.
11
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan dasar-dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 126.
12
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 26 13
Oemar Hamalik, Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2003), Cet. II, h. 199.
13
3. Keunggulan dan Kelemahan Role Playing
Dengan teknik ini, siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran,
bagi siswa dengan bermain peran seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan
diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat
mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian,
tenggang rasa, toleransi, dan cinta kasih terhadap sesama makhluknya. Juga
penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.14
Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman, keunggulan metode
bermain peran adalah:
a. Siswa terlatih untuk dapat mendramatisasikan sesuatu dan juga melatih
keberanian mereka.
b. Kelas akan menjadi lebih hidup karena menarik perhatian para siswa
c. Siswa dapat menghayati sesuatu peristiwa, sehingga mudah mengambil suatu
kesimpulan berdasarkan penghayatan
d. Siswa dilatih dalam menyusun buah pikiran secara teratur.
Keunggulan-keunggulan yang lain dari metode role playing adalah:
a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan
yang akan diperankan
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk, sehingga dimungkinkan akan
muncul atau tumbuh bibit seni dari sekolah
d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya.
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan berbagi tanggung jawab
dengan sesama.
f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik, agar mudah
dipahami orang lain.15
14
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. VII,
h. 93. 15
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineke Cipta, 2006), Cet. 3, h.89-90
14
Adapun kelemahan metode ini adalah:
a. Banyak menyita waktu atau jam pelajaran
b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang
c. Kadang-kadang siswa keberatan untuk melakukan peran yang diberikan
karena alasan psikologis, seperti: malu, atau peran yang diberikan kurang
cocok dengan minatnya.
d. Bila dramatisasi gagal, siswa tidak dapat mengambil kesimpulan.16
Sedangkan menurut Djamarah, kelemahan dari metode role playing adalah:
a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran, mereka menjadi kurang
kreatif
b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam memahami mata
pelajaran, maupun pada pelaksanaan pertunjukan
c. Memerlukan tempat yang cukup luas.
d. Kelas lain menjadi terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
kadang-kadang tertawa atupun bertepuk tangan.17
Adapun kesimpulannya dari keunggulan role playing adalah metode
role playing dapat menarik perhatian siswa, karena siswa berperan seperti orang
lain, sehingga dia dapat merasakan perasaan orang lain tersebut, selain itu dapat
juga melatih siswa dalam berpikir dan bertindak kreatif. Sedangkan kelemahannya
yaitu terbatasnya alat-alat yang diperlukan siswa dalam bermain peran, seperti
kostum ataupun alat-alat lainnya, juga memerlukan waktu yang lebih lama, selain
itu juga siswa yang ditunjuk untuk memainkan sebuah peran dan dijadikan
pemain, kebanyakan dari mereka merasa malu untuk melakukan suatu adegan
tertentu, Apabila pelaksanaan role playing mengalami kegagalan, itu berarti
tujuan pengajaran tidak tercapai.
16
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam……, h. 51-52. 17
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar………….., h. 90
15
Adapun cara mengatasi kelemahan metode role playing ini adalah:
1. Usahakan untuk memainkan drama dengan serius, dan dengan kelompok yang
sudah terpilih, jadi tidak semua siswa bisa memainkan drama tersebut, tetapi
hanya kelompok terpilih saja, agar mempunyai waktu yang cukup panjang
untuk bisa memainkan drama tersebut.
2. Ada baiknya guru beserta siswa bekerjasama dalam hal mempersiapkan alat-
alat yang akan dibutuhkan untuk memainkan drama.
3. Usahakan agar siswa fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung,
atau tidak ada siswa yang bercanda ataupun mengobrol dengan teman
sebangkunya, karena hal ini bisa mengakibatkan siswa tidak bisa mengambil
kesimpulan, jadi ajaklah siswa untuk menikmati adegan tiap adegan yang
dimainakan oleh temannya yang sedang memainkan peran/memainkan drama
tersebut.
4. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Bermain Peran/Role Playing
Adapun langkah-langkah metode bermain peran terdiri dari sembilan
langkah, yaitu:
a. Pemanasan
b. Memilih partisipan
c. Menyiapkan pengamat
d. Menata panggung
e. Memainkan peran (manggung)
f. Diskusi dan evaluasi
g. Memainkan peran ulang (manggung ulang)
h. Diskusi dan evaluasi kedua
i. Kesimpulan.18
Langkah pertama, pemanasan. Guru menyiapkan sebuah cerita yang
akan ditampilkan nanti, atau membacanya didepan kelas yang kemudian
18
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran berorientasi KTSP, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2011), cet. 1, hal. 34
16
dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan kepada siswa untuk berfikir tentang
akhir dari cerita tersebut.
Langkah kedua, memilih partisipan. Guru memilih beberapa siswa
untuk dijadikan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang,
tergantung dari jumlah kelas tersebut.
Langkah ketiga, menata panggung. Dalam hal ini, guru berdiskusi
dengan siswa tentang penataan panggung, serta apa saja yang dibutuhkan, seperti :
kostum, assesoris, dan alat-alat lainnya.
Langkah keempat, memainkan peran. Sebelum peran dimulai, guru
menyuruh tiap-tiap kelompok untuk memperhatikan siswa yang sedang bermain
peran di kelompoknya, kemudian memberikan selembar kertas pada tiap-tiap
kelompok untuk diisi berdasarkan pengamatannya.
Langkah kelima, diskusi dan evaluasi. Pada saat kelompok pertama
selesai memainkan peran, maka masing-masing kelompok berdiskusi dan
memberikan penilaian serta masukan terhadap drama yang baru saja dilakukan.
Begitupun sebaliknya, sampai semua kelompok selesai memainkan drama/peran
tersebut.
Langkah keenam, memainkan peran ulang (manggung ulang). Setelah
semua kelompok selesai memainkan peran, dan telah dilakukan evaluasi serta
penilaian dari masing-masing kelompok, maka diadakan peran ulang atau
memainkan peran kedua kalinya, agar diharapkan bisa memainkan peran/drama
sesuai dengan yang diharapkan, atau mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah ketujuh, diskusi dan evaluasi kedua. Guru dan siswa
berdiskusi dan mengevaluasi tentang peran/drama yang dilakukan untuk kedua
kalinya.
Langkah kedelapan, kesimpulan. Guru menyuruh tiap-tiap kelompok
untuk mengambil kesimpulan dari tiap-tiap peran/drama yang tadi dilakukan, baru
setelah semua siswa selesai, kemudian guru memberikan kesimpulan, kritikan dan
saran, dan memberikan penilaian terhadap masing-masing kelompok.
Sedangkan menurut Zurinal Z dan Wahdi Sayuti dalam bukunya yang
berjudul ilmu pendidikan pengantar dan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan,
17
menerapkan langkah-langkah metode pembelajaran role playing adalah sebagai
berikut:
1) Buatlah permasalahan yang diangkat dari tempat/setting atau kejadian aktual
yang berkembang dimasyarakat dengan materi pembelajaran.
2) Tunjuklah 2 siswa atau lebih untuk memerankan tokoh yang terlibat dalam
kejadian tersebut.
3) Mintalah kepada siswa yang memerankan permainan untuk bertindak seperti
yang dilakukan oleh para aktor dengan membuat skenario/dialog.
4) Mintalah siswa lain untuk mengamati dan mencatat adegan yang sedang
berlangsung untuk dijadikan bahan evaluasi.
5) Mintalah komentar dari para siswa.19
Sedangkan menurut Hamzah B Uno, prosedur role playing terdiri atas
Sembilan langkah, yaitu:
1) Pemanasan (warning up)
Guru berupaya memperkenalkan kepada siswa tentang metode role playing
2) Memilih pemain
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kemudian guru
menyiapkan materi yang akan digunakan nanti.
3) Menyiapkan pengamat (observer)
Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat atas peran yang sedang
dilakukan
4) Menata panggung
Dalam hal ini, guru dan siswa berdiskusi tentang peran yang akan dimainkan,
apa saja kebutuhan yang diperlukan saat akan melaksanakan role playing.
5) Memainkan peran
Pelaksanaan role playing yang dilaksanakan oleh masing-masing kelompok
secara bersungguh-sungguh.
19
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press,
2006), cet. 1, hal. 127
18
6) Diskusi dan evaluasi
Guru meminta tiap kelompok untuk berdiskusi dan mengevaluasi atau
memberi pendapat tentang peran yang telah dilakukan.
7) Memainkan peran ulang
Setelah melakukan diskusi dan evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah
memainkan peran ulang, agar peran yang kedua ini bisa berjalan lebih baik,
dari pemainan peran yang pertama.
8) Diskusi dan evaluasi kedua
Seperti pada tahap pertama, diskusi dan evaluasi pada tahap kedua ini, tidak
jauh berbeda, yaitu guru meminta tiap kelompok untuk berdiskusi dan
mengevaluasi peran yang sudah dilaksanakan.
9) Berbagi pengalaman dan kesimpulan
Pada tahap ini, siswa diajak untuk berbagi pengalamannya tentang peran yang
sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.20
Dari uraian diatas, adapun langkah-langkah metode Role playing yang
penulis gunakan adalah:
1. Guru membuat bahan atau permasalahan yang terjadi di sekitar/lingkungan
yang berhubungan dengan materi pelajaran.
2. Guru menunjuk beberapa orang siswa atau lebih untuk dijadikan kelompok,
kemudian masing-masing dari kelompok tersebut membuat skenario/dialog
untuk percakapan di dalam role playing.
3. Melakukan drama atau bermain peran.
4. Guru menyuruh siswa yang lainnya untuk mengamati jalannya cerita/drama
tersebut, untuk dijadikan bahan kritikan dan mengeluarkan pendapat terhadap
kelompok yang telah selesai memainkan peran.
5. Kesimpulan.
20
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 26-28
19
B. Minat Belajar Siswa
1. Pengertian Minat Belajar Siswa
Tiap orang punya kecenderungan, punya minat, bakat dan hobi yang
unik. oleh sebab itu jadi variatif dan itu jadi menarik. lebih jauh tentang ketiga hal
tersebut. Berikut perbedaannya dalam kamus lengkap bahasa Indonesia
Tabel 2.1
Perbedaan antara minat, bakat, dan hobi.21
Kecenderungan Perbedaan
Minat Keinginan, kehendak, kesukaan
Bakat dasar (kepandaian, sifat, dan keahlian) yang dibawa
sejak lahir
Hobi Kegemaran: kesenangan
Salah satu prinsip pembelajaran adalah keaktifan dalam kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut harus ada minat
dan dorongan terlebih dahulu dari dalam diri peserta didik.
Untuk memahami minat lebih mendalam, maka peneliti
mengemukakan beberapa pendapat:
a. Menurut Muhibbin syah, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadapa sesuatu.22
b. Menurut Alisuf Sabri, minat adalah kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.23
c. Menurut Slameto, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan-kegiatan yang diamati
21
M.K. Abdullah, kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Jakarta: Sandro Jaya), hal.
254, 60, 164 22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. 19, hal. 136 23
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. 3, hal. 84
20
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang untuk
memperoleh kepuasan.24
d. Menurut Akyas Azhari minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa obyek kegiatan, obyek yang diamati
seseorang diperhatikan terus disertai dengan rasa senang.25
e. Menurut H. Carl Witherington yang di terjemahkan oleh M. Buchori
mengatakan minat adalah kesadaran seseorang, terhadap suatu obyek,
seseorang, atau suatu situasi mengandung sangkutpaut dengan dirinya.26
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan untuk selalu memperhatikan sesuatu atau ketertarikan terhadap
sesuatu sebagai pendorong dan penggerak untuk melakukan suatu kegiatan
dengan perasaan senang yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui atau
mengenal lebih lanjut.
Adapun pengertian belajar menurut para ahli pendidikan adalah:
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik.27
b. Menurut Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, belajar adalah perubahan
tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.28
c. Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah aktifitas yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Melalui proses belajar, maka seorang siswa akan
mendapatkan pengetahuan dari berbagai pengalaman yang dialaminya.
24
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), cet. 5, hal. 57 25
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996), cet. 1, hal. 47 26
H. Carl Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology: Ginn
and Company oleh M. Buchori, ( Jakarta: Aksara Baru, 1978), h. 124 27
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), cet. 3, hal
12 28
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011),cet. 1, hal. 12
21
“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan
pengalaman.29
d. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, belajar adalah suatu proses di mana suatu
tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi
atau rangsangan yang terjadi.30
e. Menurut W.S. Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-
sikap. Perubahan itu bersifaat secara konstan dan berbekas.31
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan belajar
yaitu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar, untuk
menghasilkan perubahan tingkah laku yang berupa penambahan ilmu
pengetahuan. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak berminat menjadi
berminat. Aktivitas atau kegiatan tersebut bisa juga berupa pengamatan,
membaca, meniru, dan lain-lain. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi belajar
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Jadi, kesimpulan dari minat belajar adalah suatu kemampuan seseorang
yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan secara senang.
2. Macam-macam Minat
a. Berdasarkan timbulnya, dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
Minat primitive: minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau
jaringan-jaringan tubuh. Misalnya: kebutuhan akan makan, kebebasan beraktifitas.
Pada dasarnya, minat primitive adalah hal-hal yang biasa dilakukan
sehari-hari, kebutuhan tersebut tidak bisa ditunda dan digantikan dengan hal
apapun itu. Karena itu sudah merupakan kodrat dari dalam diri manusia.
29
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan system, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2000), hal. 154 30
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000),
cet. 8, h. 45 31
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), cet. 6, h. 59
22
Minat kulturil atau minat sosial: minat yang timbul karena proses
belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya:
minat belajar, seorang siswa mempunyai pengalaman bahwa masyarakat akan
lebih menghargai orang yang terpelajar dan berkependidikan tinggi, sehingga hal
ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat
penghargaan dari masyarakat.32
Maka dari hal itu, biasanya minat belajar muncul tanpa disadari dari
dalam diri individu tersebut. Biasanya siswa berpikiran bahwa semakin tinggi
seseorang itu menuntut ilmu, maka akan semakin di hormati oleh masyarakat,
maka dari hal inilah biasanya siswa akan menambahkan semangat belajarnya
tersebut.
b. Berdasarkan Arahnya, dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
Minat instrinsik: minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas
itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Misalnya:
seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau memang karena
senang melakukan kegiatan yang ada dalam kegiatan ekstrakulikuler, bukan
karena ingin mendapat pujian atau penghargaan.
Setiap orang pasti merasa senang jika mendapat pujian atau
penghargaan dari masyarakat, dalam hal ini akan timbul minat dari dalam diri
seorang siswa, karena mungkin pada dasarnya siswa melakukan minat tersebut
karena ingin mendapat penghargaan ataupun pujian dari orang lain.
Minat ekstrinsik: minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari
kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai akan kemungkinan minat
tersebut hilang.33
Misalnya ketika seorang siswa akan menghadapi ujian akhir,
siswa tersebut belajar secara terus-menerus agar mendapat nilai yang memuaskan
pada ujian akhir tesebut, dan ketika setelah ujian akhir selesai, dan siswa tersebut
mendapatkan nilai yang memuaskan, kemungkinan minat belajar siswa akan
hilang secara spontan karena tujuan dari siswa itu belajar secara terus-menerus
32
Abdurrahman Abrar, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Kencana,1993), cet.
3, hal. 112 33
Abdurrahman Abrar,……… hal. 112
23
adalah agar mendapatkan nilai yang memuaskan, dan ketika nilai tersebut sudah
didapatkan, maka minat belajar siswa tersebut akan berkurang atau bahkan hilang
dengan sendirinya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Secara garis besar, Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar,
dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar dan faktor
eksternal yaitu yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar.34
a. Faktor Internal, meliputi:
1) Faktor Biologis
Faktor yang berhubungan dengan jasmani anak dalam belajar. Misalnya:
a) Kesehatan
Kesehatan adalah faktor penting dalam belajar, pelajar yang tidak sehat
badannya, tentu tidak dapat belajar dengan baik. Konsentrasinya akan
terganggu dan pelajaran sukar masuk, begitu juga anak yang badannya
lemah, sering pusing dan sebagainya tidak akan tahan lama dalam belajar
dan lekas capai. Maka dari itu, penting sekali bagi seorang guru dalam
memerhatikan kesehatan siswanya, begitu pula orang tua, harus senantiasa
memerhatikan kesehatan anaknya.
b) Cacat badan
Cacat juga dapat menghambat belajar, termasuk cacat badan, misalnya:
setengah buta, setengah tuli, gangguan bicara, tangan hanya satu, dan cacat
badan lainnya. Anak-anak seperti ini hendaknya dimasukkan didalam
pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa.35
Bagi seorang guru, ini
merupakan tugas yang paling besar, karenanya jika salah satu siswanya
34
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT Rineka
Cipta), cet. 1, hal. 21 35
Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: PT Rineke Cipta 1991), cet.1, hal.
93-94
24
ada yang cacat, maka tugas seorang guru disini adalah menasehati siswa
yang lainnya agar tidak mengejeknya maupun menghinanya.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
dengan sendirinya:
a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu seperti prestasi yang dimiliki.
b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian
diri.36
Faktor internal sangat penting dan harus diperhatikan dengan baik,
karena meliputi faktor biolgis dan faktor psikologis, yang kedua-duanya
sangat berpengaruh bagi tercapainya minat belajar siswa.
b. Faktor eksternal terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga
a) Faktor orang tua
Merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar
anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara
memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya.
Keluarga juga seringkali disebut dengan lingkungan pendidikan
informal yang mempengaruhi aspek perkembangan anak. Dalam
bentuk keluarga, orang yang dekat dengan siswa adalah orang tua.
Oleh sebab itu apa yang diberikan keluarga memiliki pengaruh bagi
perkembangan jiwa siswa.
b) Faktor suasana rumah
Suasana rumah yang terlalu gaduh atau terlalu ramai tidak akan
memberikan anak belajar dengan baik, misalnya rumah dengan
36
Uzer Usman, dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: PT Rosda Karya 1993), cet. 1, hal. 10
25
keluarga besar, atau yang banyak penghuninya. Biasanya suasana
rumah yang banyak penghuninya atau yang terlalu ramai sanak
saudaranya akan menyulitkan bagi anak untuk belajar, biasanya
terkadang anak itu malas belajar, karena kondisi suasana tersebut
c) Faktor ekonomi keluarga
Faktor ini juga menentukan anak dalam belajar, misalnya: anak dari
keluarga yang mampu dapat membeli alat-alat sekolah yang lengkap,
sebaliknya anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, tidak dapat
membeli alat-alat itu. Dengan kata lain, alat yang tidak lengkap atau
serba kurang maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa,
sehingga minat belajar mereka kurang sekali.37
2) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah juga mempengaruhi minat belajar siswa:
a) Metode mengajar
Metode mengajar guru yang kurang baik, akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Misalnya: karena guru kurang persiapan
dan kurang menguasai bahan pelajaran.38
Maka dari itu mulai sekarang
guru harus menggunakan metode-metode dalam mengajar, karena
mengajar dengan menggunakan metode akan sangat membantu siswa
dalam memahami pelajaran yang diberikan guru tersebut.
b) Hubungan guru dengan siswa
Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik, akan berdampak
yang tidak baik pula, biasanya bila anak menyukai gurunya, akan suka
pula dengan pelajarannya dan begitupun sebaliknya. Misalnya ada
seorang guru yang terkenal galak dalam mengajar, maka siswa pun
akan takut dan biasanya akan malas mengikuti mata pelajaran yang
guru tersebut berikan, dan akhirnya siswa tersebut sering bolos
sekolah.
37
Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efektif, … hal. 96-99 38
Slameto, belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, ..hal. 65
26
c) Hubungan siswa dengan siswa
Hubungan siswa dengan siswa yang lainnya yang kurang
menyenangkan. Hal ini terjadi pada anak yang diasingkan/dibenci oleh
teman-temannya. Anak yang dibenci akan mengalami tekanan batin
yang akan menghambat minat belajar siswa. Ia sering tidak masuk
sekolah dan kadang-kadang mengalami perlakuan-perlakuan yang
kurang menyenangkan.39
Siswa yang mendapat perlakuan seperti
dibuli atau yang lainnya, ini lama kelamaan akan menimbulkan
permusuhan antar sesamanya dan lama kelamaan akan mempunyai
dampak yang lebih besar, seperti tawuran dan lain-lain.
d) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi minat belajar siswa
diantaranya:
(1) Mass-Media
Seperti: bioskop, televisi, radio, majalah, dan lain-lain. Semua ini
dapat memberi pengaruh yang kurang baik terhadap anak, Untuk itu
orang tua harus memerhatikan anaknya ketika akan menonton televisi,
seperti acara apa yang sedang di tonton, jika sekiranya acaranya
kurang baik, maka tugas orangtua adalah memindahkan acara tersebut
dan memberikan nasehat pada anak tersebut, bahwa acara tersebut
tidak baik bagi dirinya, begitupun yang lainnya.
(2) Teman bergaul
Teman bergaul yang kurang baik dapat memberikan pengaruh yang
kurang baik pula, orang tua sering terkejut bila tiba-tiba melihat
anaknya yang belum cukup umur sembunyi-sembunyi merokok atau
pergi tanpa tujuan, sehingga tugas sekolah banyak yang ditinggalkan.
Minat seorang terhadap sesuatu, dapat pula dipengaruhi oleh
pergaulannya, dalam hal ini ialah teman akrab, khusus nya remaja.
39
Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efektif, …hal. 99
27
Melalui pergaulan itulah mereka memupuk pribadi serta melakukan
aktifitas bersama-sama guna mengurangi kebosanan, yang mereka
alami. Maka dari itu penting bagi orangtua melihat seperti apa teman
bergaul si anak, baik atau tidak baik dia bergaul dengan teman
sebayanya itu, dan sering memantau dan menasehati si anak agar tidak
terjerumus pada pergaulan yang negatif.
(3) Kegiatan dalam masyarakat
Adanya kegiatan masyarakat seperti: tugas-tugas organisasi, belajar
pencak silat, dan lain-lain. Jika tugas-tugas ini dilebih-lebihkan jelas
akan mengganggu minat belajar siswa.40
Sebaiknnya siswa cukup
mengikuti satu organisasi atau ekstrakulikuler, karena kalau siswa
tersebut banyak mengikuti kegiatan organisasi atau ekstrakulikuler
akan tidak ada waktu buat dia belajar, sehingga hal ini akan
mengganggu minat belajar siswa tersebut.
4. Indikator Minat
Ada beberapa indikator minat siswa yang memiliki minat belajar yang
tinggi, hal ini dapat terlihat melalui proses belajar di kelas maupun di rumah:
a. Perasaan senang
Seorang siswa yang memiliki persaan senang ataupun suka terhadap mata
pelajaran agama islam, ataupun mata pelajaran yang lainnya, maka ia akan
terus mempelajarinya di rumah maupun di sekolah tanpa ada unsur
keterpaksaan.
b. Perhatian dalam belajar
Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat, perhatian dalam
belajar merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap
pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan yang lain dari pada
yang itu. Seseorang yang memiliki minat belajar pada objek tertentu maka
dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya,
40
Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efektif,… hal. 100
28
seorang siswa menaruh minat belajar terhadap pelajaran PAI atau yang
lainnya, maka ia akan berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari
gurunya.
c. Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik
Tidak semua siswa memulai atau menyukai mata pelajaran karena faktor
minat belajar sendiri itu ada, yang mengembangkan minat terhadap mata
pelajaran tersebut bisa terjadi karena pengaruh dari, teman sekelas, bahan
pelajaran yang menarik, dan gurunya. Lama-kelamaan jika siswa mampu
mengembangkan minat belajarnya terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa
memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang
berkemampuan rata-rata
d. Manfaat dan fungsi mata pelajaran
Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan
pelajaran serta sikap guru yang menarik, adanya manfaat dan fungsi mata
pelajaran (dalam hal ini mata pelajaran PAI) juga merupakan juga
merupakan salah satu indikator minat, karena setiap pelajaran pasti
memiliki manfaatnnya masing-masing, misalnya: pelajaran PAI banyak
memberikan manfaat kepada siswa, bila mata pelajaran PAI tidak hanya
dipelajari disekolah, di rumahpun bisa diterapkan didalam kehidupan
sehari-hari. Jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka tidak
akan merasakan adanya manfaat mempelajari PAI.41
5. Cara-cara Membangkitkan Minat Belajar pada Siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat
untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan
salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar siswa. Anak-anak
malas, tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat.
41 https://bagawanabiyasa.wordpress.com/12/minat-belajar. html, diakses oleh Hadi
Susanto, 12 Mei 2013.
29
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat
belajar siswa diantaranya:
a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi
pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.
b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.
Biasanya minat akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi,
misalnya: diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.42
Minat dapat dibangkitkan melalui pengalaman, yaitu dengan cara
menghubungkan kejadian (pengalaman) masa lalu dengan realita saat ini, melalui
cara tersebut maka minat dapat dibangkitkan.
Sedangkan menurut Nasution S, dalam bukunya yang berjudul
didaktik asas-asas mengajar, mengemukakan beberapa petunjuk singkat yang
dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar siswa. Yaitu:
1) Usahakan agar tujuan pembelajaran jelas dan menarik
2) Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikan nya.
3) Ciptakan suasana yang menyenangkan.
4) Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran/anak-anak turut aktif.
5) Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak.
6) Pujian dan hadiah lebih berhasil dari pada celaan/cemohan
7) Pekerjaan rumah/tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan
anak.
8) Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid.
9) Menghargai pekerjaan murid.
10) Pemberian kritik dengan senyuman.43
Selain itu bisa juga diberikan pertanyaan-pertanyaan seputar
materi/pelajaran yang masih bisa murid jawab/pecahkan. Karena, diharapkan
dapat mendorong minat siswa untuk belajar, tetapi, dalam pemberian pertanyaan-
42
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan,…….hal. 29-30 43
Nasution, S, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 83
30
pertanyaan tersebut, guru harus bisa mengukur kemampuan anak, jangan sampai
guru memberikan pertanyaan yang sulit/yang tidak bisa murid jawab, karena akan
berakibat terpecahnya minat belajar siswa itu sendiri.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa
ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
1. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Mia Rosmiati yang berjudul
“Penerapan metode bermain peran (role Playing) dalam peningkatan
keterampilan berbicara siswa” Dari pembelajaran menggunakan metode role
playing dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa ini terdapat pengaruh
positif, Berdasarkan hasil penelitian, dengan melihat deskripsi data hasil
pengujian hipotesis maka kesimpulan penelitian adalah rata-rata keterampilan
berbicara siswa dengan menggunakan metode role playing lebih besar dari
pada menggunakan metode ceramah dan penugasan saja. Hasil belajar bahasa
indonesia dengan materi keterampilan berbicara masih rendah dengan rata-
rata 52,6 median 53,5 modus 50,8 nilai minimum 38 dan nilai maksimum 67.
Dari data tersebut maka belum mencapai nilai KKM sekolah, sedangkan hasil
tes akhir setelah menggunakan metode role playing , didapat hasil belajar
belajar siswa rata-rata 70,61 sedangkan median 68,5 dan nilai minimum 60
sedangkan nilai maksimum 85. Dari tes akhir siswa sudah mencapai nilai > 6.
2. Penelitian (skipsi) yang dilakukan oleh Nurlaelah yang berjudul “Upaya
meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran matematika kelas III di MI
Al-Hashyimiyah melalui model PAKEM” Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan minat belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari
hasil siklus I yaitu diperoleh rata-rata minat belajar matematika siswa yang
berkatagori minat tinggi sebanyak 46,3%, dan untuk hasil silkus II diperoleh
rata-rata minat belajar siswa yang berkategori minat tinggi lebih meningkat
lagi sebanyak 74%. Disamping itu, peneerapan model pembelajaran PAKEM,
dapat membuat siswa lebih senang terhadap mata pelajaran matematika, hal
ini terlihat dari persentase aspek perasaan senang siswa pada siklus I sebesar
31
40,5% menjadi 75,5% pada siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini melalui
model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan minat belajar siswa.
3. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Adang Saputra yang berjudul
“Penerapan metode role playing (bermain peran) dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PKN” Dari pembelajaran menggunakan
metode role playing terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran PKN, hal ini dapat dilihat dari hasil siklus yang dilakukan, pada
siklus I diperoleh persentasi ketuntasan belajar siswa sebesar 43,82%, menjadi
73,53% sedangkan pada Siklus II persentasi ketuntasan belajar siswa 43,82%
menjadi 100%. Ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode role
playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran
PKN.44
4. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Khoirul Zaki yang berjudul “Usaha
Guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI di
SD Muhammadiyah Ngijon I” Hasil penelitian tersebut menerangkan adanya
peningkatan minat belajar siswa, hal ini berdasarkan pada hasil angket minat
belajar siswa yang penyebarannya dilakukan sebanyak dua kali, hasil angket
yang pertama sebesar 65,67%, sedangkan untuk hasil angket yang kedua
sebesar 77,23%. Dan dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan minat
belajar PAI siswa pada metode dan strategi belajar yang tepat.45
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah Penerapan metode Role Playing dapat
meningkatkan minat belajar PAI siswa kelas VIII A SMPN 1 Cimarga Rangkas-
Bitung Lebak Banten.
44
Sumber Berasal dari Perpustakaan Utama. 45
http://digilib.uin-suka.ac.id/2946/1/BAB%20I,IV.pdf
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Cimarga, yang terletak di Jl.
Leuwidamar KM 09 Desa Margajaya, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak
Rangkasbitung, Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2013/2014 yaitu dari bulan Mei sampai bulan Juni 2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan
kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran
di kelasnya.1
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bidang studi
pendidikan agama islam di sekolah. Dalam fase yang dilakukan dalam penelitian
adalah: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation),
refleksi (reflection).2
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan rencana kegiatan
sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pembelajaran seperti RPP, bahan dan alat bantu yang
dibutuhkan yang mencakup metode pembelajaran peserta didik.
b. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru.
c. Menyusun lembar wawancara untuk siswa dan guru pamong.
d. Daftar pertanyaan angket minat belajar PAI siswa
1 Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), h.58 2 Rido Kurnianto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Learning Assistance Program for
Islamic Schools, 2009), h. 12
33
2. Tindakan (action) dan Pengamatan (observation)
a. Tindakan (action)
Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru
berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Guru mengadakan kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran role playing.
Dalam tahap ini guru juga memberikan angket kepada peserta didik untuk
mengetahui minat belajar PAI siswa.
b. Pengamatan (observation)
Observasi atau pengamatan yaitu alat penilaian yang banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati.3
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data informasi tentang
proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah
disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai
kelemahan dan kelebihan dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya
dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan
rencana ulang dalam memasuki siklus selanjutnya
3. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah menganalisis data pada siklus I dan siklus II,
melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dan menarik kesimpulan.
Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:4
3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2011), cet. 16, hal. 84 4 Rido Kurnianto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Learning Assistance Program for
Islamic Schools, 2009), h. 20
34
Gambar 3.1
Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1
Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Siklus I Perencanaan
a. Membuat RPP dan mendiskusikan dengan guru.
b. Menyiapkan sumber belajar, bahan, dan alat
bantu yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan lembar observasi, wawancara dan
angket minat belajar PAI siswa.
d. Menyiapkan alat dokumentasi.
Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI dengan
menerapkan metode role playing.
Pengamatan a. Observer mengamati aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran.
b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan
aktivitas siswa.
Refleksi Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses
pembelajaran siklus I, hasil penelitian siklus I
dibandingkan dengan indikator keberhasilan.
Apabila indikator keberhasilan belum tercapai,
35
maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan
hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.
Siklus II Perencanaan a. Membuat RPP dan mendiskusikan dengan guru.
b. Menyiapkan sumber belajar, bahan, dan alat
bantu yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan lembar observasi, wawancara dan
angket minat belajar PAI siswa.
d. Menyiapkan alat dokumentasi.
Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI dengan
menerapkan metode role playing.
Pengamatan a. Observer mengamati aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran.
b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan
aktivitas siswa.
Refleksi Mengevaluasi proses pembelajaran siklus II.
Apabila indikator keberhasilan telah tercapai, maka
penelitian dihentikan.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII A SMPN 1 Cimarga
Rangkasbitung Lebak-Banten pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang
berjumlah 35 orang, yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki, dan 22 orang siswa
perempuan.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Penulis berperan sebagai observer sekaligus guru kelas yang akan
mengajarkan materi dendam dan munafik dengan menggunakan teknik role
playing, dalam hal ini peneliti dibantu oleh guru PAI yang mengajar di kelas VIII
A. Guru PAI dalam tulisan ini akan disebut sebagai guru pamong.
36
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa pada setiap
siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada siklus I terdapat kekurangan maka
penelitian pada siklus II lebih diarahkan pada perbaikan, dan jika pada siklus I
terdapat keberhasilan maka pada siklus II lebih diarahkan pada pengembangan.
Berikut deskripsi kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK):
1. Pra Penelitian
a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah.
b. Orientasi lapangan melalui wawancara dengan tujuannya untuk
mengetahui kondisi pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang
dihadapi siswa di dalam kelas.
c. Observasi awal terhadap proses pembelajaran di kelas dengan mengamati
proses belajar mengajar, keadaan kelas, dan teknik pembelajaran yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi.
d. Menganalisis hasil wawancara dengan menentukan fokus permasalahan
yang akan diteliti
2. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
1) Menyiapkan dan membagi materi ke dalam beberapa pertemuan
pembelajaran.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan metode
role playing pada materi dendam dan munafik.5
3) Menyusun perlengkapan pembelajaran berupa sumber, bahan, dan alat
bantu yang dibutuhkan.
4) Menyusun berbagai pedoman penelitian untuk pengumpulan data.
5 Lihat lampiran 1-4, hal. 99-137.
37
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kesiapan
pelaksanaan tindakan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif dengan metode role
playing sesuai dengan skenario yang telah direncanakan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Pengamatan .
1) Peneliti bersama guru pamong bekerja sama mengamati aktifitas siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ketika diterapkan
metode role playing.
2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Refleksi
Data yang telah terkumpul pada siklus I di diskusikan bersama guru
pamong, mengevaluasi tindakan penelitian yang telah dilakukan, baik itu
kelemahan teknik pembelajaran, ketidaksesuaian antara tindakan dengan
perencanaan pembelajaran, maupun respon subjek penelitian yang berbeda
dengan yang diharapkan.
Jika belum berhasil maka hasil evaluasi ini menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam
tindakan selanjutnya.
3. Siklus II
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada siklus II sama seperti siklus I,
hanya saja pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan tindakan guna mencapai
tujuan yang diinginkan
38
a. Perencanaan Tindakan
1) Merencanakan strategi upaya perbaikan untuk pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan metode
role playing pada materi dendam dan munafik.6
3) Menyiapkan perlengkapan pembelajaran berupa sumber, bahan, dan
alat bantu yang dibutuhkan.
4) Menyusun berbagai pedoman penelitian untuk pengumpulan data.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kesiapan
pelaksanaan tindakan
2) Guru memberitahu siswa mengenai tujuan pembelajaran..
3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif melalui metode role
playing sesuai dengan skenario yang telah direncanakan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Pengamatan
1) Peneliti bersama guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
berperan sebagai kolaborator dan observer melakukan pengamatan
dengan mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas siswa
yang dapat terlihat secara langsung selama proses pembelajaran
berlangsung.
2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Refleksi
Data yang terkumpul pada siklus II dianalisis dan direfleksikan
kembali, dilihat apakah hasil yang diperoleh telah sesuai dengan yang
6 Lihat lampiran 1-4, hal.99-137.
39
diharapkan peneliti. Dari hasil analisis dilihat seberapa besar
peningkatannya.
Refleksi pada siklus II merupakan pengevaluasian minat belajar siklus
II berupa angket untuk mendapatkan kesimpulan guna tercapainya
pembelajaran yang aktif dan efektif.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dari hasil diskusi dengan guru PAI disekolah, disepakat bahwa nilai
KKM yang ditentukan adalah 70, adapun indikator keberhasilannya mencapai
≥75%. Sehingga hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian ini
adalah meningkatnya minat siswa yang rendah kearah minat siswa yang lebih
tinggi yang diperoleh dari rata-rata skor aktivitas belajar siswa, ketika
menggunakan metode role playing, pada saat observasi sedang berlangsung,
berikut ini kategori-kategori yang tercantum dalam tabel:
Table 3.2
Kategori aktivitas belajar siswa7
Kategori Deskripsi
Kurang aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai ≤60%
Cukup aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 60% - 75%
Aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 75% - 99%
Sangat aktif Persentase aktivitas belajar siswa mencapai 100%
(Sumber: Syaiful Bahri Djamarah, 2010)
Indikator keberhasilan kinerja aktivitas belajar pendidikan agama Islam
siswa pada saat observasi dan menggunakan metode role playing yang ditetapkan
7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. IV, h. 107
40
yakni sebesar ≥75%. Hal ini jika dibandingkan dengan tabel kategori aktivitas
belajar maka berada pada rentang batas bawah kategori aktif.
G. Data dan Sumber Data
Sumber data diperoleh dari siswa kelas VIII A SMPN I Cimarga-
Rangkasbitung Tahun ajaran 2013/2014. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
berupa peningkatan minat belajar siswa pada, lembar observasi, dan lembar
wawancara serta pada hasil angket minat belajar siswa.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan angket minat belajar.
Berikut penjelasan masing-masingnya:
1. Lembar Observasi
Pada pra siklus observasi, terlebih dulu peneliti melakukan
pengecekan terhadap data-data yang diperlukan, seperti: ruangan yang akan
dijadikan tempat untuk melakukan drama, atau cukup tidaknya kelas tersebut jika
dijadikan tempat untuk melaksanakan metode bermain peran (role playing), selain
itu, peneliti juga mengecek jumlah dan keberadaan siswa tersebut, agar bisa
berjalan dengan baik pelaksanaan metode role playing.8
Pedoman observasi untuk mengukur aktivitas pembelajaran siswa
selama melakukan metode role playing. Aktivitas siswa tidak cukup hanya
mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim dilakukan. Indikator yang
menyatakan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar menurut Paul B.
Diedrich, sebagaimana yang dikutip oleh Sardiman, yaitu:
a. Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities), seperti: membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati orang lain.
8 Selasa, 29 April 2014, Pukul 09.00 Sampai dengan Selesai
41
b. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities), seperti: mengemukakan suatu
fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities), seperti:
mendengarkan penyaji bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities), seperti: menulis cerita,
menulis laporan, karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities), seperti:
menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola.
f. Kegiatan metrik (Motor activities), seperti: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, beternak, dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities), seperti: mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan membuat
keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities), seperti: menaruh
minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.9
Semua itu merupakan aktifitas siswa selama pembelajaran untuk
observasi dengan metode role playing, tidak semua aktifitas dilakukan, hanya ada
beberapa yang termasuk kedalam aktivitas tersebut. Berikut kisi-kisi instrument
aktivitas siswa.
Tabel 3.3
Kisi-kisi instrument aktifitas belajar siswa
Melalui metode role playing pada pembelajaran pendidikan agama
islam
No Indikator Butir-butir
pernyataan
Deskriptor No
butir
9 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011), Cet. XIX, h. 101.
42
1 Visual activities Mengamati orang
lain
Mengamati cerita yang
sedang berlangsung
Tidak gaduh saat peran
sedang belansung
1
2 Oral activities Mengemukakan
pendapat
Diskus dalam memberikan
saran dan penilaian peran
2
3 Writing activities Menulis cerita Penulisan dialog 3
4 Emotional
activities
Ekspresi wajah Berani tampil didepan
Senang dalam memainkan
peran
Kesesuian antara ekspresi
wajah dan dialog
4
5 Mental activities Kerjasama tim Adanya saling kerjasama
dalam satu kelompok
5
Tabel 3.4
Kisi-kisi instrument aktivitas guru
Melalui metode role playing pada pembelajaran pendidikan agama
islam (PAI)
Dimensi Aspek pengamatan No butir
Aktivitas
Guru
Membuat perencanaan 1
Mengelola ruang fasilitas pembelajaran 2
Membuka pelajaran dengan apersepsi 3
Memotivasi siswa 4, 10
Membimbing siswa dalam melakukan segala hal 5, 6, 7, 8, 9
Memberi tugas atau pekerjaan rumah 11,
Menggunakan metode role playing dan sumber
pembelajaran yang mendukung
12, 13, 14,
15
Penggunaan alokasi waktu yang cukup 16
Adanya interaksi guru dengan siswa 17
43
Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan 18
Melaksanakan penilaian 19, 20
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Penskoran Instrumen Aktivitas Belajar PAI
(Untuk pertanyaan yang bersifat positif )
Alternatif Pengamatan Skor
Tidak pernah 1
Kadang-kadang 2
Pernah 3
Sering 4
Selalu 5
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Penskoran Instrumen Aktivitas Belajar PAI
(Untuk pertanyaan yang bersifat negatif)
Alternatif Pengamatan Skor
Tidak pernah 5
Kadang-kadang 4
Pernah 3
Sering 2
Selalu 1
2. Catatan tindakan penelitian
Catatan tertulis tentang segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung, atau ketika melakukan observasi, dan juga catatan
evaluasi tindakan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah
pelaksanaan tindakan penelitian telah sesuai dengan skenario pembelajaran yang
44
telah direncanakan, dan hal-hal lain yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
penelitian berlangsung. Sehingga dapat memperbaiki tindakan selanjutnya.
3. Wawancara dengan guru dan siswa
Wawancara yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui
pendapat, keinginan dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa, yaitu dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada responden/siswa dan dijawab secara lisan.10
Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan kesan guru
atau subyek terhadap kegiatan tindakan pada siklus I dan siklus II dengan
menggunakan pedoman wawancara. Wawancara juga digunakan untuk
mengetahui gambaran umum proses pembelajaran dan masalah-masalah pada
tindakan siklus I dan siklus II.
4. Angket Minat Belajar
Angket minat belajar adalah skor yang diperoleh siswa pada saat
mengisi angket tentang minat belajar yang didalamnya memuat indikator-
indikator yang berhubungan dengan metode role playing yang digunakan dalam
proses belajar mengajar didalam kelas. Pengukurannya menggunakan skala likert
sebanyak 30 butir pernyataan dengan rentan 1-4. Skor 4-1 untuk pernyataan
positif, kemudian 1-4 untuk pernyataan negatif.
Tabel 3.7
Alternative jawaban
Pilihan Jawaban Bobot Skor
Pernyataan Positif
Bobot Skor
Pernyataan Negatif
SL : Selalu 4 1
SR : Sering 3 2
P : Pernah 2 3
TP : Tidak pernah 1 4
10
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2011), cet. 16, hal 67-68
45
Tabel 3.8
Kisi-kisi angket
Variabel Dimensi Indikator No item Jumlah
item
Minat
belajar
siswa
Perasaan senang Senang atau tidak senang
dengan pelajaran
1, 22 2
Merasa bosan 2, 5, 19 3
Semangat atau siap
mengikuti pelajaran
15, 27 2
Kehadiran 25 1
Mengerjakan tugas/PR 7, 16 2
Perhatian dalam
belajar
Memperhatikan atau tidak
memperhatikan guru
3, 26 2
Mengulang pelajaran 6 1
Mencatat/merangkum
pelajaran
9 1
Kemauan atau perhatian
dalam belajar PAI
8, 20, 21,
24, 29
5
Bahan pelajaran
dan sikap guru
Mempunyai, membawa,
membaca, buku-buku PAI
4, 10, 11,
12, 17
5
Aktif pada saat belajar
/PAI
14, 18, 23 3
Mudah dalam memahami
pelajaran
28 1
Adanya manfaat
atau fungsi
pelajaran
Mempraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari
13 1
Kegunaan pelajaran PAI 30 1
46
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
3.9
Tabel 3.9
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
No Instrumen Teknik Pengumpulan Data
1 Lembar Observasi Pengisian lembar observasi siswa berupa aktivitas siswa pada
saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode
role playing.
2 Pedoman
Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada guru pamong dan siswa,
wawancara dilakukan pada saat pra penelitian dan di akhir
penelitian.
3 Angket minat
belajar
Angket diberikan pada saat pra siklus, siklus I dan diakhir siklus
II.
4 Cacatan tindakan
penelitian
Berisi tentang segala sesuatu yang terjadi selama proses
pembelajaran ketika melakukan observasi, juga catatan evaluasi
tindakan penelitian untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan
tindakan penelitian telah sesuai dengan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Instrumen yang akan mengukur minat belajar PAI siswa adalah
instrumen aktivitas belajar PAI berupa data dari hasil observasi dengan
menggunakan metode role playing, instrumen catatan tindakan penelitian maupun
catatan evaluasi tindakan penelitian, pedoman wawancara terhadap subjek
penelitian. Serta angket minat belajar PAI siswa. Teknik pemeriksaan
keterpercayaan yang digunakan terhadap data minat belajar PAI siswa ini adalah
dengan menggunakan metode triangulasi.
Triangulasi yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat
dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya
47
kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan. Adapun
tindakan yang dilakukan adalah:
1. Pengambilan data dari narasumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa.
2. Penggunaan alat atau instrumen agar data terkumpul lebih akurat. Langkah
yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi dan pedoman wawancara
serta pengisian angket minat belajar PAI siswa pada pra siklus, akhir siklus I
dan diakhir siklus II.
3. Penggunaan berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang
terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan,
wawancara, dan pengambilan gambar dalam bentuk foto.
4. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan-
kejanggalan, keaslian maupun kelengkapan.
5. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Setelah data-data penelitian yang dihasilkan terkumpul, peneliti
memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data-data tersebut. Tahap
selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut.
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa data angket skor minat belajar PAI siswa pada saat pra
siklus, siklus I dan diakhir siklus II. Data tersebut penulis sajikan ke dalam
bentuk tabel, daigram batang (grafik), kemudian data dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif berupa nilai persentase, rata-rata (ukuran
pemusatan data), nilai tertinggi, nilai terendah.
2. Teknik Analisis Data Kualitatif
Data kualitataif berupa data aktivitas belajar PAI siswa yang diperoleh dari
instrumen catatan observasi aktivitas belajar PAI, catatan evaluasi tindakan
penelitian, catatan tindakan penelitian, dan hasil wawancara peneliti, terhadap
subjek penelitian. Data dianalisis secara kualitatif dengan proses koding untuk
mengorganisasi data, selanjutnya membuat interpretasi data dan
48
mendeskripsikannya secara jelas atas dasar data sehingga menjadi suatu
kesimpulan.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah melakukan tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan
hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan
minat belajar PAI siswa maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan
selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sesuai dengan
tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Penelitian ini berakhir jika pencapaian indikator minat belajar PAI siswa telah
tercapai dari hasil minat belajar siswa yang rendah kearah minat belajar siswa
yang tinggi dengan hasil angket yang diberikan dan juga aktivitas belajar siswa
menjadi lebih aktif. Sedangkan untuk keberhasilan penggunaan metode role
playing itu sendiri adalah kesesuaian penggunaan metode role playing dengan
tahapan-tahapan yang ada. Melalui siklus II penelitian tindakan kelas tersebut
selesai dilakukan dan hasil tercapai, maka penelitian akan diakhiri
49
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang peneliti pilih adalah SMPN 1 Cimarga, SMPN
1 Cimarga adalah lembaga pendidikan tingkat sekolah menengah pertama yang
berwawasan global dengan ciri khas keislaman, disiplin, berbudaya dengan
berpijak pada iman dan taqwa, serta juga unggul dalam berprestasi, selain itu,
mutu SMPN 1 Cimarga sudah baik yaitu dengan selalu berada ditingkat 10 besar
kategori sekolah favorite se-kecamatan Cimarga, adapun prestasi yang diperoleh
oleh sekolah SMPN 1 Cimarga ini diantaranya yaitu:
1. Juara terbaik I Putra se-Kec.Cimarga (Pramuka).
2. Juara terbaik II Putri se-Kec.Cimarga (Pramuka).
3. Juara umum putri tingkat propinsi banten (Pramuka).
4. Juara 3 tingkat se-kec. Cimarga cerdas cermat
5. Siswa SMPN1 Cimarga belum lama ini menjadi juara umum dalam ajang
OSN dan 02SN di Wilbi 4, dan lain-lain. Berikut gambar piala prestasi SMPN
1 Cimarga.
Gambar 4.1
Gambar Piala Prestasi SMPN 1 Cimarga
50
Adanya prestasi-prestasi yang diperoleh oleh sekolah SMPN 1
Cimarga ini ditunjang dengan kelengkapan fasilitas yang memadai seperti lab
computer, lab multimedia, ruang kesenian, ruang PMR, ruang OSIS, musholla,
dan jaringan Wifi yang sangat bagus, sehingga memudahkan siswa maupun guru
dalam menggunakan akses sosial media atau internet untuk kepentingan belajar
atau untuk mengetahui berbagai informasi yang berhubungan dengan pendidikan.
Selain itu letak SMPN 1 yang sangat strategis menjadikan sekolah ini banyak
diminati oleh masyrakat sekitar, sekolah yang beralamat dijalan leuwidamar Km 9
Rangkas Bitung Lebak Banten, yang bisa ditempuh melalui kendaraan roda
empat, maupun roda dua, dengan suasana yang tenang dan nyaman karena
dikelilingi pohon-pohon yang rindang sehingga memudahkan proses belajar
mengajar disekolah ini, berikut profil SMPN 1 Cimarga, peneliti jelaskan dalam
bentuk tabel.
Tabel 4.1
Profil SMPN 1 Cimarga1
1 Nama Sekolah : SMPN 1 Cimarga
2 Nama Kepala Sekolah : Rosman Farisi, M. Pd
3 Alamat Lengkap : Jalan Raya Leuwidamar Km. 09
Kecamatan Cimarga Kabupaten
Lebak
Provinsi Banten 42361
4 Nomor Telepon Sekolah : (0252) 5302014
5 Ruang Kelas : 14 Ruang
6 Jumlah Guru : 29 Guru
7 Nilai Akreditasi Sekolah : “B”
8 Email : Email [email protected]
1. Visi dan Misi SMPN 1 Cimarga
a. Visi SMPN 1 Cimarga
1Profil SMPN 1 Cimarga diberikan oleh bagian tata usaha, 9 Juni 2014 .
51
Menggali potensi sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, unggul
dalam prestasi, beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa.
b. Misi SMPN 1 Cimarga
1) Melaksanakan kegiatan Imataq dan Mewujudkan hubungan yang
harmonis dengan Masyarakat.
2) Mendukung program Pemerintah dalam bidang Pendidikan, baik
formal, informal maupun non formal.
3) Membantu warga masyarakat yang marginal dari segi ekonomi dan
pendidikan.
4) Mencetak warga belajar agar menjadi insan kamil, berakhlak mulia,
berguna bagi agama, bangsa dan Negara.
5) Membangun sumber daya manusia yang kreatif, aktif, dan mandiri,
serta unggul dalam setiap prestasi.2
2. Data Guru SMPN 1 Cimarga
Data guru SMPN 1 Cimarga meliputi sebanyak 28 orang, yang 7
diantaranya adalah tata usaha yaitu 2 perempuan dan 5 laki-laki, masing-masing
berpendidikan SMA atau sederajat, dan 1 diantaranya lulusan S1, untuk lebih
jelasnya, silahkan lihat tabel 4.2
Tabel 4.2
Jumlah Guru SMPN 1 Cimarga dan Tugas
Mengajar Sesuai dengan Latar Belakang Pendidikan3
No Nama L/P Pendidikan
Terakhir
Tugas
Mengajar
1 Rosman Farisi, M.Pd L S2 IPA
2 Sunaryo L D1/A.1 Matematika
3 Agustam Hepiadi L S1 Pkn
2 Visi dan Misi SMPN 1 Cimarga diberikan oleh bagian tata usaha, 09 Juni 2014
3Jumlah Guru SMPN 1 Cimarga dan Tugas Mengajar Sesuai dengan Latar Belakang
Pendidikan diberikan oleh bagian tata usaha, 09 Juni 2014.
52
4 E. Irwan H. L S1 Bahasa Indonesia
5 Erna Yunengsih P S1 IPA
6 Rumiyati P S1 IPA
7 Eti Sutrisni P S2 Matematika
8 Rohimat L S1 PAI
9 Hedi Mitrawan L S1 IPS
10 Wawa Prastiawati P S1 IPS
11 Ati kusmiawati P S1 Bahasa Inggris
12 Iwan setiawan L S1 Penjaskes
13 Trikawati P S2 Bahasa Sunda
14 Tb. Arifianto L S1 TIK
15 Ius Kusniah P S1 Bahasa Inggris
16 Jamal Alamsyah L SMA Seni Budaya
17 Adjuhri L D1/A.1 BTA
18 Edi ubaedillah L S1 Penjaskes
19 Iis Uswatun hasanah P S1 PAI
20 Reza khoirul hudri L S1 Bahasa Indonesia
21 Linda permatasari P S1 Bahasa inggris
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Penelitian pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi awal
di SMPN 1 Cimarga kegiatan ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti,
agar peneliti tidak merasa asing ataupun gugup ketika akan melakukan penelitian,
Sebulan sebelum penelitian, pertama-tama peneliti menyiapkan keperluan yang
dibutuhkan, yaitu dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian serta surat
izin observasi kepada pihak sekolah pada hari Senin tanggal 28 April 2014 yang
kemudian diterima oleh bagian kurikulum yaitu bapak Rohimat S.Pd selanjutnya
53
beliau melanjutkan ke bapak kepala sekolah yaitu Rosman Farisi M.Pd dan
disetujui.4
Tahap selanjutnya adalah berdiskusi dengan guru mata pelajaran PAI
kelas VIII A yang akan dijadikan guru pamong serta menentukan kelas yang akan
dijadikan subjek penelitian. Dari hasil diskusi yang dilakukan dengan guru mata
pelajaran PAI yaitu bapak Rohimat, disepakati bahwa kelas yang dijadikan subjek
penelitian adalah kelas VIII A.
Penelitian memasuki wawancara terkait masalah yang dihadapi saat
belajar dan mengajar PAI dengan narasumber yaitu Indri Febriani dan
Aldiyansyah.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI pada saat mengajar adalah
dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawabdan pemberian tugas saja dan
menurut siswa, hal demikian membuat pelajaran PAI menjadi membosankan,
tidak bersemangat dan terkadang membuat siswa mengantuk ketika
belajar.Selanjutnya penelitian observasi terkait dengan masalah cara mengajar
guru PAI disekolah. Kelas VIII A sebanyak 35 siswa pada pukul 07:30 WIB
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dilihat bahwa metode yang
digunakan oleh guru PAI disekolah yaitu metode ceramah, Tanya jawab dan
pemberian tugas saja, dalam hal ini hanya sebagian siswa saja yang
memperhatikan, selebihnya sibuk dengan kegiatan masing-masing, seperti
melamun dikelas dan mengantuk ketika dijelaskan materi pelajaran, ada juga yang
bercanda dengan teman sebangkunya, alhasil ketika guru bertanya tentang kata
atau kalimat yang terkahir guru ucapkan, siswa tersebut tidak bisa menjawab dan
ketika itu pula guru menyuruhnya untuk maju kedepan dan berdiri disamping
papan tulis.
Pada pra penelitian selanjutnya setelah wawancara, dan observasi,
peneliti menyebarkan angket ke kelas VIII A, untuk mengetahui sejauh mana
minat siswa pada pelajaran pendidikan agama islam.
4 Lihat Lampiran 38-39, Hal. 196-197.
54
2. Silkus I
a. Tahap Perencanaan
Sebelum memulai kegiatan penelitian, penulis menyiapkan alat-alat
yang diperlukan dan membagi materi ke dalam beberapa pertemuan
pembelajaran.Selanjutnya peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).Peneliti juga menyusun berbagai pedoman penelitian.
Penelitian dilaksanakan di kelas VIII A SMPN 1 Cimarga. Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama dengan guru
pamong, agar rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terkait materi dendam dan
munafik yang disusun sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di SMPN 1
Cimarga.5
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I diadakan dua kali pertemuan yaitu tanggal 19 Mei 2014
dan 26 Mei 2014 dengan materi Dendam . Pembelajaran berlangsung selama 2x40
menit untuk setiap pertemuan.
Berikut adalah deskripsi data hasil intervensi tindakan siklus I pada
setiap pertemuan.
1) Pertemuan pertama ( Senin, 19 Mei 2014)
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
direncanakan. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan, dimulai
tanggal 19 Mei 2014 sampai dengan 26 Mei 2014.Sebelum masuk kelas,
dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kesiapan pelaksanaan
tindakan.Tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yaitu dilaksanakannya
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan sesuai silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat peneliti.
Selanjutnya peneliti ditemani guru PAI memasuki kelas, dan
memperkenalkan peneliti serta mengajak siswa untuk saling bekerjasama antara
peneliti dengan siswa kelas VIII A.
5Selasa, 29 April 2014, Pukul 08.00 Sampai dengan Selesai.
55
Sebelum pelajaran dimulai, peneliti menyapa serta mengabsen murid-
murid, dan menunjuk ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pelajaran
dimulai. Setelah itu guru melakukan ice breaking, yaitu dengan mengeluarkan
gambar, dan menempelnya di papan tulis kemudian menyuruh siswa untuk
menebak gambar tersebut, dan menjelaskan bahwa gambar tersebut sangat
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, kemudian guru menjelaskan
materi dendam, ciri-ciri dendam, contoh dari prilaku dendam, serta tata cara
menghindari dendam. Setelah selesai menjelaskan materi, peneliti membagi siswa
kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang, kemudian meminta siswa
untuk berdiskusi kepada kelompoknya masing-masing tentang peran, media/alat
yang akan di bawa pada saat akan memainkan peran, serta mendiskusikan tentang
peran/tokoh-tokoh yang akan diperankan.
Pada pertemuan pertama para siswa terlihat bingung tentang alat-alat
dan juga orang-orang yang akan melakukan perannya, dalam hal ini, peneliti
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam hal tersebut. Setelah selesai
berdiskusi, guru memberikan tugas atau PR untuk dikerjakan dirumah, dengan
tujuan agar siswa tidak banyak main dirumah, serta menyuruh untuk
mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk bermain peran.
2) Pertemuan kedua (senin, 26 Mei 2014)
Pertemuan kedua ini merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama,
Seperti biasa sebelum proses pembelajaran dimulai, siswa berdoa terlebih dahulu
kemudian guru mengabsen siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Sebelumnya guru melakukan appersepsi, yaitu menanyakan materi minggu lalu,
sebelum belajar materi yang baru, setelah itu barulah guru menjelaskan materi
tentang akibat dari sifat dendam, dalil tentang dendam serta hikmah yang
terkandung dari sifat dendam, setelah selesai guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya materi yang baru dijelaskan.
Sebelum memulai melaksanakan metode bermain peran, guru
menyuruh siswa untuk mengumpulkan pekerjaan rumahnya masing-masing,
setelah selesai mengumpulkan pekerjaan rumah masing-masing, Kemudian guru
mengocok nama-nama kelompok yang maju pertama untuk memainkan peran,
56
setelah kelompok pertama maju untuk memainkan peran, kelompok yang lain
berdiskusi dengan kelompok masing-masing, mengevaluasi kelompok pertama
dan memberikan penilaian, begitupun seterusnya sampai semua kelompok selesai
memainkan peran. Kemudian guru mengevaluasi semua kelompok serta
melakukan penilaian.
Pada siklus I pertemuan kedua ini, para siswa masih malu-malu dalam
memainkan peran, hal ini terlihat dari cara memainkan peran, masih banyak yang
tidak serius dalam memainkan peran. Setelah selesai melakukan penilaian,
kemudian guru mengajak siswa untuk menceritakan kesulitan selama
melaksanakan peran, dan kemudian guru membagikan angket keseluruh siswa,
guna untuk mengetahui, sejauh mana perkembangan minat belajar PAI siswa.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan yang dilakukan adalah aktivitas siswa. Aktivitas siswa
pada saat role playing sedang berlangsung, yaitu dengan caramengamati orang
lain, mengemukakan pendapat, penulisan cerita/dialog, ekspresi wajah, dan
kerjasama tim. Pengamatan/observasi dilakukan oleh guru PAI selaku observer
dan dicatat dalam lembar pengamatan aktivitas siswa.Peran peneliti selama
kelompok pertama memainkan perannya dan siswa yang lainnya mengamati dan
mencatat evaluasi kelompok yang sedang memainkan peran, peneliti juga
membantu kelompok lain yang mengalami kesulitan dan mengarahkannya dalam
mengevaluasi kelompok yang sedang memainkan peran.6
Berikut adalah tabel aktivitas belajar siswa dalam memainkan peran.7
6Senin 26 Mei 2014. Pukul 08.00-10.00
7 Lihat tabel 4.3
57
Tabel 4.3
Persentase aktivitas belajar siswa dalam memainkan peran8
No Nama siswa Aktivitas Belajar PAI Siswa
Men
gam
ati
Men
gem
ukak
an
pen
dap
at
Men
uli
s ce
rita
/dia
log
Eksp
resi
waj
ah
Ker
jasa
ma
tim
Ju
mla
h
Rata
-ra
ta (
%)
1 Responden 1 3 2 3 2 3 13 52
2 Responden 2 3 3 3 4 2 15 60
3 Responden 3 3 3 5 3 2 16 64
4 Responden 4 3 3 4 4 3 17 68
5 Responden 5 4 3 4 3 5 19 76
6 Responden 6 3 3 3 4 2 15 60
7 Responden 7 4 3 3 3 4 17 68
8 Responden 8 3 3 4 3 5 18 72
9 Responden 9 3 3 3 4 3 16 64
10 Responden 10 3 4 3 4 4 18 72
11 Responden 11 2 3 4 2 3 14 56
12 Responden 12 3 3 3 4 3 16 64
13 Responden 13 3 3 4 3 3 16 64
14 Responden 14 3 3 5 2 2 15 60
15 Responden 15 4 3 4 3 5 19 76
16 Responden 16 3 3 3 2 3 14 56
17 Responden 17 3 3 3 4 4 17 68
18 Responden 18 4 4 4 4 5 21 84
19 Responden 19 3 3 5 3 2 16 64
20 Responden 20 4 3 3 3 4 17 68
8 Lihat Lampiran 6, Hal. 141-142.
58
21 Responden 21 3 2 3 2 3 13 52
22 Responden 22 4 3 4 3 2 16 64
23 Responden 23 3 3 5 3 2 13 52
24 Responden 24 3 3 4 3 3 16 64
25 Responden 25 3 3 4 3 5 18 72
26 Responden 26 3 3 3 3 4 16 64
27 Responden 27 3 3 4 4 3 17 68
28 Responden 28 2 5 2 2 2 13 52
29 Responden 29 3 3 3 2 2 13 52
30 Responden 30 3 2 3 2 4 14 56
31 Responden 31 3 3 3 4 2 15 60
32 Responden 32 3 3 3 4 3 16 64
33 Responden 33 3 2 3 3 3 14 56
34 Responden 34 3 4 4 3 3 18 72
35 Responden 35 3 3 4 4 5 19 76
Proses pembelajaran pada siklus I ini belum memuaskan karena masih
banyak siswa yang malu-malu dan bercanda dalam memainkan peran, hal ini
terlihat dari nilai rata-rata yang belum memenuhi kriteria penilaian, peneliti
menghimpun data presentase aktivitas siswa dari lembar pengamatan observasi
aktivitas siswa selama memainkan peran dengan menggunakan metode role
playing. Dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa, masih banyak yang belum
memenuhi nilai standar KKM yang telah ditentukan oleh guru pamong yaitu ≥ 75.
Nilai tertinggi, diperoleh sebesar 84%, sedangkan untuk nilai yang terendah
diperoleh sebesar 52%, hal ini membuktikan bahwa minat belajar siswa masih
rendah, maka akan dilanjutkan pada siklus II.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap hasil
dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Data yang
diperoleh dari siklus I bahwa persentase aktivitas siswa ketika melakukan metode
59
role playing kurang memuaskan, karena nilai rata-rata siswa masih banyak yang
belum memenuhi standar KKM, Sehingga, penelitian tindakan ini harus
dilanjutkan ke siklus II dengan adanya perbaikan-perbaikan tindakan dari siklus I.
Peneliti dan guru pamong mengamati serta mendiskusikan hal-hal yang
menyebabkan aktivitas belajar siswa ketika diadakan metode role playing di
siklus I ini belum memenuhi indikator keberhasilan.
Pelaksanaan pembelajaran pada sikulus I ini masih terdapat kekurangan,
yaitu:
1) Siswa kurang fokus dalam proses pembelajaran, sehingga banyak
siswa yang tidak bisa mengambil kesimpulan dari metode role playing.
2) Siswa masih banyak yang malu-malu dalam memainkan peran
3) Kurangnya kerjasama antar satu tim
4) Masih banyak siswa yang menggunakan bahasa yang kurang formal.
Kendala-kendala di atas menyebabkan ketidakberhasilan metode role
playingpada siklus I, sehingga perlu adanya dilakukan ke siklus II.9
3. Siklus II
Untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I maka dilakukan tindakan
pembelajaran pada siklus II. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan minat
belajar PAI siswa dengan menerapkan metode role playing, tahapan tindakan
yang dilakukan pada siklus II meliputi beberapa tahapan, antara lain:
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi dari
tindakan yang dilakukan pada siklus I. Pada tahap ini, peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi munafik dengan alokasi 2x40
menit (1x pertemuan). Bersama guru kolaborator, peneliti mendiskusikan RPP
dan merencanakan pelaksanaan yang menjadi perbaikan tindakan untuk siklus II
berdasarkan hasil refleksi siklus I. selain itu, peneliti menyiapkan perlengkapan
pembelajaran berupa sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
9Selasa, 27 Mei 2014, Pukul 08.00 Sampai dengan Selesai.
60
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pada siklus II ini proses
pembelajaran harus lebih diarahkan. Guru harus tegas dan mampu
mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa secara detail dan
dapat menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang, dan tidak terburu-
buru dalam menjelaskan materi serta membantu ataupun mengarah tujuan
dilaksanakannnya metode role playing, agar siswa tidak terlihat kaku ataupun
malu-malu dalam memainkan peran. Guru memberikan waktu yang optimal agar
pembelajaran dengan penerapan metode role playingdapat selesai sesuai waktu
yang diinginkan dan siswa bisa mengambil kesimpulan dari pembelajaran
menggunakan metode role playing.10
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Siklus II juga dilaksanakan sebanyak 2 pertemuan.Pelaksanaan
tindakan kelas pada siklus II memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat
pada pelaksanaan tindakan siklus I sesuai dengan hasil refleksi.Pada tahap
pelaksanaanpeneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah direncanakan dalam pembelajaran. Perbaikan-perbaikan pada siklus II mulai
diterapkan pada awal pertemuan, yaitu: Peneliti bersama guru pamong
mengkondisikan kelas dengan lebih baik, Mengantisipasi masing-masing
kelompok untuk lebih fokus dan serius dalam memainkan peran, Mensupport
kepada setiap kelompok untuk selalu bekerja sama dan kompak dalam satu tim,
Menghimbau kepada semua kelompok untuk menggunakan bahasa yang baik dan
benar.
Berikut adalah deskripsi data hasil intervensi tindakan siklus II pada
setiap pertemuan:
1) Pertemuan ketiga (Senin, 02 Juni 2014)
Untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I maka dilakukan tindakan
pembelajaran pada siklus II.Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan minat
belajar PAI siswa dengan menerapkan metode role playing.
10
Ibid
61
Pada pertemuan ketiga ini seperti biasa berdoa terlebih dahulu sebelum
pembelajaran dimulai, setelah itu guru mengabsen kehadiran siswa.Setelah itu
guru menanyakan materi minggu lalu, dengan menunjuk beberapa orang
siswa.Kemudian guru melakukan ice breaking yaitu dengan mengeluarkan
gambar dan menyuruh siswa untuk menebaknya.11
Kemudian guru menjelaskan
materi tentang munafik, ciri-ciri munafik, contoh dari prilaku munafik, serta tata
cara menghindari prilaku munafik, setelah itu guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk bergabung dengan
kelompoknya masing-masing, dan berdiskusi tentang peran-peran dan alat-alat
yang akan di bawa untuk memainkan peran. Peneliti mengontrol tiap-tiap
kelompok, apakah ditiap-tiap kelompok masih terdapat kesulitan dalam diskusi
untuk memainkan peran nanti. Setelah semuanya selesai berdiskusi, guru
memberikan tugas rumah atau PR untuk dikerjakan di rumah.
2) Pertemuan keempat (Senin, 09 Juni 2014)
Pembelajaran yang keempat ini merupakan kelanjutan pertemuan
sebelumnya, dan tetap menggunakan metode role playing, seperti biasa sebelum
proses pembelajaran dimulai, siswa berdoa terlebih dahulu kemudian guru
mengabsen siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelumnya guru
melakukan appersepsi, yaitu menanyakan materi minggu lalu, sebelum belajar
materi yang baru, setelah itu barulah guru menjelaskan materi akibat dari
perbuatan munafik, macam-macamnya, hikmah serta dalil yang berkaitan dengan
munafik. Selanjutnya guru mengocok nama-nama kelompok yang maju pertama
untuk memainkan peran, ketika kelompok pertama majuuntuk memainkan peran,
selanjutnya kelompok yang lain berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing,
untuk mengevaluasi kelompok pertama dan memberikan penilaian, begitupun
seterusnya sampai semua kelompok selesai memainkan peran. Kemudian guru
mengevaluasi semua kelompok serta melakukan penilaian.
Pada siklus II pertemuan keempat ini, para siswa serius dalam
memainkan peran, ini terlihat dari hasil observasi aktivitas siswa saat memainkan
11
Lihat Lampiran 34, hal. 187.
62
peran, kemudian guru memberikan angket minat belajar siswa, untuk melihat
sejauh mana minat belajar siswa setelah dilakukan metode role playing.
c. Tahap pengamatan/observasi
Tahap observasi pada siklus II ini sama seperti siklus I yaitu dilaksanakan
pada saat metode role playingberlangsung, yaitu aktivitas siswa bersama
kelompoknya dalam memainkan peran, yaitu dengan cara mengamati orang lain,
mengemukakan pendapat, penulisan cerita/dialog , ekspresi wajah, dan kerjasama
tim.
Pengamatan/observasi dilakukan oleh guru PAI selaku observer dan
dicatat dalam lembar pengamatan aktivitas siswa. Peran peneliti selama kelompok
pertama memainkan perannya dan siswa yang lainnya mengamati dan mencatat
evaluasi kelompok yang sedang memainkan peran, dalam hal ini, aktivitas belajar
siswa saat menggunakan metode role playing sangat memuaskan, ini terlihat dari
nilai rata-rata tiap kelompok.12
Tabel 4.4
Persentase aktivitas belajar siswa dalam memainkan peran13
No Nama siswa Aktivitas Belajar PAI Siswa
Men
gam
ati
Men
gem
ukak
an
pen
dap
at
Men
uli
s ce
rita
/dia
log
Eksp
resi
waj
ah
Ker
jasa
ma
tim
Ju
mla
h
Rata
-ra
ta (
%)
1 Responden 1 4 3 4 3 5 19 76
2 Responden 2 4 4 4 5 4 21 84
3 Responden 3 4 4 5 4 3 20 80
12
Senin, 09 Juni 2014, Pukul 08.00-10.00 13
Lihat Lampiran 8, hal. 146-147.
63
4 Responden 4 4 4 3 5 5 21 84
5 Responden 5 5 4 5 4 5 23 92
6 Responden 6 4 4 4 5 4 21 84
7 Responden 7 5 4 5 4 4 22 88
8 Responden 8 4 4 5 4 5 22 88
9 Responden 9 4 4 4 5 5 22 88
10 Responden 10 4 5 5 5 4 23 92
11 Responden 11 4 4 3 4 5 20 80
12 Responden 12 4 4 4 5 5 22 88
13 Responden 13 4 4 3 4 5 20 80
14 Responden 14 4 4 5 3 3 19 76
15 Responden 15 5 4 5 4 5 23 92
16 Responden 16 4 4 4 3 5 20 80
17 Responden 17 4 4 5 4 4 21 84
18 Responden 18 4 5 5 5 5 24 96
19 Responden 19 4 4 5 4 3 20 80
20 Responden 20 5 4 5 4 4 22 88
21 Responden 21 4 3 4 3 5 19 76
22 Responden 22 5 4 3 4 5 21 84
23 Responden 23 4 4 5 4 3 20 80
24 Responden 24 4 4 3 4 5 20 80
25 Responden 25 4 4 5 4 5 22 88
26 Responden 26 4 4 5 4 4 21 84
27 Responden 27 4 4 3 5 5 21 84
28 Responden 28 4 5 5 3 3 20 80
29 Responden 29 5 4 4 3 4 20 80
30 Responden 30 4 3 5 3 4 19 76
31 Responden 31 4 4 4 5 4 21 84
32 Responden 32 4 4 4 5 4 21 84
33 Responden 33 4 3 4 4 5 20 80
64
34 Responden 34 4 5 3 4 5 21 84
35 Responden 35 4 4 5 5 5 23 92
Pada siklus II ini aktivitas siswa meningkat, ini terlihat dari tabel diatas
yang nilai rata-ratanya memuaskan ketika menggunakan metode role playing.
Nilai tertinggi, diperoleh sebesar 96%, sedangkan untuk nilai yang terendah
diperoleh sebesar 76%,dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa ketika
menggunakan metode role playing pada siklus II semakin meningkat
dibandingkan dengan siklus I.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap hasil
dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus II.Data yang
diperoleh dari siklus II bahwa persentase aktivitas siswa ketika melakukan metode
role playingamat memuaskan, karena adanya peningkatan disetiap
indikatornya.Sehingga, penelitian tindakan ini dihentikan dan peneliti juga akan
menyebarkan angket minat belajar siswa, guna mengetahui sejauh mana minat
belajar siswa.14
C. Analisis Data dan Hasil Temuan Penelitian
1. Analisis data
a. Data observasi siswa pada metode role playing
Di bawah ini rata-rata persentase aktivitas siswa siklus I dan siklus II,
ketika menerapkan metode role playing, dari pedoman lembar observasi aktivitas
siswa, penulis sajikan pada tabel sebagai berikut:
14
Selasa, 10 Juni 2014, pukul 08.00 Sampai dengan Selesai.
65
Tabel 4.5
Persentase aktivitas siswa siklus I dan siklus II
Siklus Rata-rata Peningkatan
Siklus I 64,00% 19,88%
Siklus II 83,88%
Data persentasi aktivitas belajar PAI siswa siklus I dan siklus II,
peneliti sajikan juga dalam bentuk diagram batang (grafik) dibawah ini:
Grafik 4.1
Persentase aktivitas belajar siswa ketika menerapkan metode
Role playing
Berdasarkan tabel 4.5 diatasdiketahui bahwa persentase aktivitas
belajar PAI siswa siklusII, mengalami peningkatan sebesar 19,88% dari siklus I,
hal ini menunjukkan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II,
dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar PAI siswa.
b. Catatan observasi aktivitas belajar PAI siswa
Data aktivitas belajar PAI siswa dari catatan observasi aktivitas belajar
PAI pada siklus I lebih memfokuskan pada keaktifan siswa dalam berdiskusi
bersama dengan kelompoknya, tetapi pada siklus I ini, diskusi kelompok siswa
belum maksimal, kebanyakan dari tiap-tiap kelompok lebih banyak
mendengarkan ketua kelompok saja yang berbicara, sedangkan anggotanya lebih
terlihat diam, tidak meengeluarkan pendapat atau idenya masing-masing.15
15
Lihat Lampiran 7, hal 143-145.
0
50
100
Siklus I Siklus II
Rata-rata
64,00
83,88
66
Sedangkan pada siklus II ini, aktivitas siswa menjadi aktif, para
anggota dari tiap-tiap kelompok sudah lebih sering mengeluarkan pendapatnya
masing-masing, terkadang terlihat gelak tawa dari beberapa anggota kelompok
ketika mengeluarkan pendapatnya yang terlihat lucu bagi anggotanya.16
c. Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap subyek penelitian, bahwa
pada pra penelitian dalam aktivitas ini, siswa lebih sering mengeluh ketika guru
sedang menjelaskan materi pelajaran, hal ini dikarenakan bahwa metode yang
digunakan hanya ceramah saja, tidak diselingi dengan metode-metode atau teknik
belajar yang aktif, dan pemberian tugas pun selalu diberikan kepada siswa, tetapi
jarang sekali untuk diberi penilaian, hal ini juga mengakibatkan siswa menjadi
malas untuk mengerjakan tugas atau PR, karena tidak diperiksa ataupun tidak
dinilai.17
Sedangkan pada saat menerapkan metode role Playing, dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa senang belajar menggunakan berbagai
macam metode, salah satunya metode role-playing, pada saat wawancara
dilakukan siswa mengatakan antusiasnya belajar menggunakan metode ataupun
teknik pembelajaran aktif, salah seorang siswa yang sedang diwawancarai
mengatakan bahwa metode role playing tidak membuatnya mengantuk dikelas,
bahkan lebih sering mengatakan gugup ketika tiba gilirannya maju kedepan untuk
melakukan drama, dan juga lebih bersemangat ketika pembelajaran dilakukan,
karena kelas menjadi lebih ramai ataupun hidup ketika salah seorang pemain
drama melakukan hal lucu.18
d. Angket minat belajar PAI siswa.
Setelah data yang diperoleh dari hasil jawaban siswa melalui angket,
selanjutnya dianalisa dan dikelompokkan sesuai dengan jawaban yang sejenis ke
dalam tabulasi pengelompokkan, kemudian masing-masing data jawaban tersebut
16
Lihat Lampiran 9, Hal. 148-150 17
Lihat Lampiran 23-24, Hal. 166-169. 18
Lihat Lampiran 28-29, Hal. 174-177.
67
dipersentasekan terhadap jumlah jawaban sesuai dengan masing-masing item
tersebut dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
P: Persentase yang dicari
F: Frekuensi
N: Number of cases (jumlah responden)
Penyebaran angket minat belajar siswa dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu: pra siklus penelitian, siklus I, dan siklus II, ini dilakukan untuk mengetahui
perkembangan minat belajar siswa, pada tiap tahap dilakukannya metode role-
playing, berikut penulis lampirkan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.6
Saya senang dengan pelajaran PAI (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
1 Selalu 13 37,15% 15 42,86% 26 74,29%
Sering 9 25,72% 17 48,58% 9 25,72%
Pernah 13 37,15% 3 8,58% 0 0%
Tidak
Pernah
0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa senang dengan pelajaran PAI di
sekolah, dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus 37,15 % responden
menjawab selalu, 25,72% responden menjawab sering, dan 37,15% responden
menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 0%. Untuk frekuensi jawaban
pada siklus I 42,86% responden menjawab selalu, 48,58% responden menjawab
sering, dan 8,58% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
0%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II 74,29% responden menjawab
68
selalu, 25,72% responden menjawab sering, dan 0% responden menjawab pernah,
sedangkan jawaban tidak pernah 0%.
Tabel 4.7
Saya memperhatikan guru ketika menjelaskan materi (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
2 Selalu 8 22,86% 11 31,43% 19 54,29%
Sering 15 42,86% 17 48,58% 16 48,72 %
Pernah 9 25,72% 7 20% 0 0%
Tidak
Pernah
3 8,58% 0 0% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang memperhatikan guru ketika
menjelaskan materi di sekolah, dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra
siklus 22,86% responden menjawab selalu, 42,86% responden menjawab sering,
dan 25,72% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 0%.
Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 31,43% responden menjawab selalu,
45,58% responden menjawab sering, dan 20% responden menjawab pernah,
sedangkan jawaban tidak pernah 0%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II
54,29% responden menjawab selalu, 48,72% responden menjawab sering, dan 0%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 0%.
Tabel 4.8
Saya merasa bosan dengan pelajaran PAI (-)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
3 Selalu 20 57,15% 17 48,58% 10 28,58%
69
Sering 10 28,58% 10 28,58% 10 28,58%
Pernah 5 14,29% 3 8,58% 7 20%
Tidak
Pernah
0 0% 5 14,29% 8 22,86%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang merasa bosan dengan mata
pelajaran PAI disekolah yaitu, dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra
siklus 57,15% responden menjawab selalu, 28,58% responden menjawab sering,
dan 14,29% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 0%.
Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 48,58% responden menjawab selalu,
28,58% responden menjawab sering, dan 8,58% responden menjawab pernah,
sedangkan jawaban tidak pernah 14,29%. Sedangkan frekuensi jawaban pada
siklus II 28,58% responden menjawab selalu, 28,58% responden menjawab
sering, dan 20% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
22,86%.
Tabel 4.9
Saya mengulangi kembali pelajaran PAI dirumah (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
4 Selalu 8 22,86% 14 40% 20 57,15%
Sering 9 25,72% 13 37,15% 9 25,72%
Pernah 10 28,58% 5 14,29% 3 8,58%
Tidak
Pernah
8 22,86% 3 8,58% 3 8,58%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang mengulang pelajaran dirumah
dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus 22,86% responden
menjawab selalu, 25,72% responden menjawab sering, dan 28,58% responden
70
menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 22,86%. Untuk frekuensi
jawaban pada siklus I 40% responden menjawab selalu, 37,15% responden
menjawab sering, dan 14,29% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban
tidak pernah 8,58%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II 57,15%
responden menjawab selalu, 25,72% responden menjawab sering, dan 8,58%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 8,58%.
Tabel 4.10
Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
5 Selalu 4 11,43% 2 5,72% 22 62,86%
Sering 12 34,29% 2 5,72% 9 25,72%
Pernah 14 40% 22 62,86 % 3 8,58%
Tidak
Pernah
5 14,29% 9 25,72% 1 2,86%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus 11,43%
responden menjawab selalu, 34,29% responden menjawab sering, dan 40%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 14,29%. Untuk
frekuensi jawaban pada siklus I 5,72% responden menjawab selalu, 5,72%
responden menjawab sering, dan 62,86% responden menjawab pernah, sedangkan
jawaban tidak pernah 25,72%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II
62,86% responden menjawab selalu, 25,72% responden menjawab sering, dan
8,58% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 2,86%.
71
Tabel 4.11
Saya tetap belajar walaupun guru PAI tidak hadir (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
6 Selalu 10 28,58% 13 37,15% 17 48,58%
Sering 10 28,58% 11 31,43% 13 37,15%
Pernah 8 22,86% 7 20% 5 14,29%
Tidak
Pernah
7 20% 4 11,43% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang tetap belajar walaupun guru PAI
tidak hadir dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus 28,58%
responden menjawab selalu, 28,58% responden menjawab sering, dan 22,86%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 20%. Untuk
frekuensi jawaban pada siklus I 37,15% responden menjawab selalu, 31,43%
responden menjawab sering, dan 20% responden menjawab pernah, sedangkan
jawaban tidak pernah 11,43%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II
48,58% responden menjawab selalu, 37,15% responden menjawab sering, dan
14,29% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
Tabel 4.12
Saya membawa buku paket ketika akan dipelajari pada harinya (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
7 Selalu 7 20% 14 40% 22 62,86%
Sering 14 40% 18 51,43% 9 25,72%
Pernah 11 31,43% 3 8,58% 3 8,58%
72
Tidak
Pernah
3 8,58% 0 0% 1 2,86%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang membawa buku paket ketika
akan dipelajari pada harinya dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra
siklus 20% responden menjawab selalu, 40%% responden menjawab sering, dan
31,43% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 8,58%.
Untuk frekuensi jawaban pada siklus I, 40% responden menjawab selalu, 51,43%
responden menjawab sering, dan 8,58% responden menjawab pernah, sedangkan
jawaban tidak pernah 0%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II 62,86%
responden menjawab selalu, 25,72% responden menjawab sering, dan 8,58%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 2,86%.
Tabel 4.13
Mempraktekkan teori yang diajarkan guru PAI dalam kehidupan
sehari-hari (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
8 Selalu 2 5,72% 2 5,72% 5 14,29%
Sering 7 20% 1 2,86% 20 57,15%
Pernah 15 42,86% 17 48,56% 10 28,58%
Tidak
Pernah
11 31,43% 15 42,86% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang mempraktekkan teori yang
diajarkan guru PAI dalam kehidupan sehari-hari yaitu, dengan penyebaran
frekuensi jawaban pada pra siklus 5,72% responden menjawab selalu, 20%
responden menjawab sering, dan 42,86% responden menjawab pernah, sedangkan
73
jawaban tidak pernah 31,43%. Untuk frekuensi jawaban pada siklus I, 5,72%
responden menjawab selalu, 2,86% responden menjawab sering, dan 48,56%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 42,86%.
Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II 14,29% responden menjawab selalu,
57,15% responden menjawab sering, dan 28,58% responden menjawab pernah,
sedangkan jawaban tidak pernah 0%.
Tabel 4.14
Saya semangat mengikuti pelajaran PAI sampai akhir pelajaran (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
9 Selalu 6 17,15% 11 31,43% 15 42,86%
Sering 18 51,43% 22 62,86% 17 48,56%
Pernah 5 14,29% 1 2,86% 3 8,58%
Tidak
Pernah
6 17,15% 1 2,86% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang semangat mengikuti pelajaran
PAI sampai akhir pelajaran yaitu, dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra
siklus 17,15% responden menjawab selalu, 51,43% responden menjawab sering,
dan 14,29% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
17,15%. Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 31,43% responden menjawab
selalu, 62,86% responden menjawab sering, dan 2,86% responden menjawab
pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 2,86%. Sedangkan frekuensi jawaban
pada siklus II 42,86% responden menjawab selalu, 48,56% responden menjawab
sering, dan 8,58% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
0%.
74
Tabel 4.15
Ketika diberi tugas atau PR, mengerjakannya
dengan sungguh-sungguh (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
10 Selalu 4 11,43% 10 28,58% 12 34,29%
Sering 18 51,43% 18 51,43% 19 54,29%
Pernah 7 20% 4 11,43% 4 11,43%
Tidak
Pernah
6 17,15% 3 8,58% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang ketika diberi tugas atau PR
mengerjakan mengerjakan dengan sungguh-sungguh yaitu, dengan penyebaran
frekuensi jawaban pada pra siklus 11,43% responden menjawab selalu, 51,43%
responden menjawab sering, dan 20% responden menjawab pernah, sedangkan
jawaban tidak pernah 17,15%. Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 28,58%
responden menjawab selalu, 51,43% responden menjawab sering, dan 11,43%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 8,58%. Sedangkan
frekuensi jawaban pada siklus II 34,29% responden menjawab selalu, 54,29%
responden menjawab sering, dan 11,43% responden menjawab pernah, sedangkan
jawaban tidak pernah 0%.
Tabel 4.16
Saya belajar PAI hanya di sekolah (-)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
11 Selalu 10 28,58% 7 20% 5 14,29%
75
Sering 18 51,43% 10 28,58% 7 20%
Pernah 7 20% 10 28,58% 8 22,86%
Tidak
Pernah
0 0% 8 22,86% 15 42,86%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang hanya belajar PAI disekolah
yaitu dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus 28,58% responden
menjawab selalu, 51,43% responden menjawab sering, dan 20% responden
menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 0%. Untuk frekuensi
jawabanpada siklus I 20% responden menjawab selalu, 28,58% responden
menjawab sering, dan 28,58% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban
tidak pernah 22,86%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II 14,29%
responden menjawab selalu, 20% responden menjawab sering, dan 22,86%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 42,86%.
Tabel 4.17
Ketika ada materi PAI yang sulit dipahami, berusaha mencari tahu dan
mempelajarinya (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
12 Selalu 5 14,29% 5 14,29% 13 37,15%
Sering 5 14,29% 10 28,58% 15 42,86%
Pernah 17 48,58% 19 54,29% 7 20%
Tidak
Pernah
8 22,86% 1 2,86% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang ketika ada materi yang sulit
dipahami, berusaha mencari tahu dan mempelajarinya yaitu dengan penyebaran
76
frekuensi jawaban pada pra siklus 14,29%% responden menjawab selalu, 14,29%
responden menjawab sering, dan 48,58% responden menjawab pernah, sedangkan
jawaban tidak pernah 22,86%. Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 14,29%
responden menjawab selalu, 28,58% responden menjawab sering, dan 54,29%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 2,86%. Sedangkan
frekuensi jawaban pada siklus II 37,15% responden menjawab selalu, 42,86%
responden menjawab sering, dan 20% responden menjawab pernah, sedangkan
jawaban tidak pernah 0%.
Tabel 4.18
Bertanya pada guru jika ada materi yang kurang dimengerti (-)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
13 Selalu 4 11,43% 7 20% 11 31,43%
Sering 12 34,29% 14 40% 16 45,72%
Pernah 14 40% 9 25,72% 7 20%
Tidak
Pernah
5 14,29% 5 14,29% 1 2,86%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang bertanya pada guru jika ada
materi yang kurang dimengerti yaitu dengan penyebaran frekuensi jawaban pada
pra siklus 11,43%% responden menjawab selalu, 34,29% responden menjawab
sering, dan 40% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
14,29%. Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 20% responden menjawab selalu,
40% responden menjawab sering, dan 25,72% responden menjawab pernah,
sedangkan jawaban tidak pernah 14,29%. Sedangkan frekuensi jawaban pada
siklus II 31,43% responden menjawab selalu, 45,72% responden menjawab
sering, dan 20% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
2,86%.
77
Tabel 4.19
Saya belajar PAI atas kemauan sendiri (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
14 Selalu 1 2,86% 6 17,15% 23 65,72%
Sering 2 5,72% 12 34,29% 10 28,58%
Pernah 16 45,72% 7 20% 1 2,86%
Tidak
Pernah
16 45,72% 10 28,58% 1 2,86%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang belajar PAI atas kemauan sendiri
yaitu dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus 2,86% responden
menjawab selalu, 5,72% responden menjawab sering, dan 45,72% responden
menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 45,72%. Untuk frekuensi
jawabanpada siklus I 17,15% responden menjawab selalu, 34,29% responden
menjawab sering, dan 20% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban
tidak pernah 28,58%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II 65,72%
responden menjawab selalu, 28,58% responden menjawab sering, dan 2,86%
responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 2,86%.
Tabel 4.20
Saya siap jika guru PAI mengadakan ulangan mendadak (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
15 Selalu 7 20% 10 28,58% 12 34,29%
Sering 9 25,72% 11 31,43% 19 54,29%
Pernah 10 28,58% 7 20% 2 5,72%
78
Tidak
Pernah
9 25,72% 7 20% 2 5,72%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang mengobrol siap jika guru PAI
mengadakan ulangan mendadak yaitu dengan penyebaran frekuensi jawaban pada
pra siklus 20% responden menjawab selalu, 25,72% responden menjawab sering,
dan 28,58% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
25,72%. Untuk frekuensi jawabanpada siklus I 28,58% responden menjawab
selalu, 31,43% responden menjawab sering, dan 20% responden menjawab
pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 20%. Sedangkan frekuensi jawaban pada
siklus II 34,29% responden menjawab selalu, 54,29% responden menjawab
sering, dan 5,72% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
5,72%.
Tabel 4.21
Mudah memahami pelajaran yang disampaikan (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
16 Selalu 9 25,72% 11 31,43% 17 48,58%
Sering 9 25,72% 10 28,58% 10 28,58%
Pernah 12 34,29% 8 22,56% 8 22,86%
Tidak
Pernah
5 14,29% 6 17,15% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang mudah memahami pelajaran
yang disampaikan yaitu dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus
25,72% responden menjawab selalu, 25,72% responden menjawab sering, dan
34,29% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 14,29%.
Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 31,43% responden menjawab selalu,
79
28,58% responden menjawab sering, dan 22,56% responden menjawab pernah,
sedangkan jawaban tidak pernah 17,15%. Sedangkan frekuensi jawaban pada
siklus II 48,58% responden menjawab selalu, 28,58% responden menjawab
sering, dan 22,86% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah
0%.
Tabel 4.22
Saya belajar PAI sendiri tanpa diperintahkan orang tua (+)
No
Soal
Jawaban Frekuensi
Pra
Siklus
Persentase Frekuensi
Siklus I
Persentase Frekuensi
Siklus II
Persentase
17 Selalu 9 25,72% 17 48,58% 19 54,29%
Sering 8 22,86% 10 28,58% 10 28,58%
Pernah 10 28,58% 8 22,86% 6 17,15%
Tidak
Pernah
8 22,86% 0 0% 0 0%
Jumlah 35 100% 35 100% 35 100%
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang belajar PAI sendiri tanpa
diperintah orangtua yaitu dengan penyebaran frekuensi jawaban pada pra siklus
25,72% responden menjawab selalu, 22,86% responden menjawab sering, dan
28,58% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 22,86%.
Untuk frekuensi jawaban pada siklus I 48,58% responden menjawab selalu,
28,58% responden menjawab sering, dan 22,86% responden menjawab pernah,
sedangkan jawaban tidak pernah 0%. Sedangkan frekuensi jawaban pada siklus II
54,29% responden menjawab selalu, 28,58% responden menjawab sering, dan
17,15% responden menjawab pernah, sedangkan jawaban tidak pernah 0%.
80
Tabel 4.23
Angket minat belajar PAI siswa
No Nama
Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Rata-
rata
Jumlah Rata-
rata
Jumlah Rata-
rata
1 Responden 1 42 120 60 172 60 172
2 Responden 2 47 135 50 143 63 180
3 Responden 3 46 132 46 132 58 166
4 Responden 4 42 120 49 140 61 175
5 Responden 5 40 115 48 138 59 169
6 Responden 6 42 120 48 138 55 158
7 Responden 7 51 146 47 135 62 178
8 Responden 8 44 126 47 135 52 149
9 Responden 9 42 120 48 138 55 158
10 Responden 10 39 112 48 138 51 146
11 Responden 11 51 146 53 152 64 183
12 Responden 12 45 129 42 120 55 158
13 Responden 13 45 129 43 123 53 152
14 Responden 14 45 129 40 115 47 135
15 Responden 15 42 120 47 135 49 140
16 Responden 16 53 152 53 152 60 172
17 Responden 17 44 126 50 143 58 166
18 Responden 18 34 98 52 149 58 166
19 Responden 19 47 135 37 106 56 160
20 Responden 20 47 135 51 146 55 158
21 Responden 21 49 140 52 149 54 155
22 Responden 22 43 123 49 140 58 166
23 Responden 23 49 140 49 140 53 152
24 Responden 24 45 129 49 140 51 146
25 Responden 25 37 106 46 132 42 120
81
26 Responden 26 36 103 49 140 51 146
27 Responden 27 45 129 46 132 53 152
28 Responden 28 39 112 40 115 49 140
29 Responden 29 42 120 44 126 46 132
30 Responden 30 46 132 43 123 55 158
31 Responden 31 37 106 40 115 59 169
32 Responden 32 37 106 52 149 55 158
33 Responden 33 37 106 38 109 47 135
34 Responden 34 39 112 42 120 52 149
35 Responden 35 47 135 61 175 54 155
Di bawah ini rata-rata persentase angket minat belajar PAI siswa pada
saat pra siklus, siklus I dan siklus II, penulis sajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.24
Persentase angket minat belajar PAI siswa, jumlah nilai angket terendah
Jumlah Rata-rata Penurunan
Pra Siklus 34 98% 12,8%
Siklus I 37 106%
Siklus II 42 120%
Tabel 4.25
Persentase angket minat belajar PAI siswa, jumlah nilai angket tertinggi
Jumlah Rata-rata Peningkatan
Pra Siklus 53 152% 20,6%
Siklus I 61 175%
Siklus II 64 183%
Pada tabel diatas dilihat bahwa pada pra siklus penyebaran angket
minat belajar siswa yang mempunyai nilai terendah yaitu dengan jumlah 34 dan
82
nilai rata-rata sebesar 98%.Sedangkan pada siklus I jumlah nilai terendah
diperoleh yaitu 37 dan dengan nilai rata-ratanya sebesar 106%.Sedangkan untuk
siklus II nilai terendah yaitu dengan jumlah 42 dan nilai rata-rata sebesar 120%.
Dan untuk penyebaran angket minat belajar siswa pada pra siklus yang
mempunyai nilai tertinggi yaitu dengan jumlah 53 dan rata-rata 152%.Untuk
siklus I jumlah nilai tertinggi diperoleh sebesar 61 dan dengan nilai rata-rata
175%. Sedangkan untuk siklus II jumlah nilai tertinggi yaitu 64 dengan nilai rata-
rata 183%.
Grafik 4.26
Persentase angket minat belajar PAI siswa nilai terendah
Pada grafik diatas, penyebaran angket minat belajar PAI siswa dapat
dilihat bahwa nilai terendah yang dimiliki siswa pada saat pra siklus atau pada
saat belum menggunakan metode role playing jumlah nilai angket sebesar 34,
dengan nilai rata-rata 98%. Untuk siklus I jumlah peningkatan nilai terendah yaitu
sebesar 37, dengan nilai rata-rata 106%. Sedangkan untuk siklus II jumlah nilai
terendah mengalami penurunan yaitu sebesar 42, dengan nilai rata-rata
120%,dengan mengalami penurunan sebanyak 12,8%
0
20
40
60
Pra siklus Siklus I Siklus II
98% 106% 120%
83
Grafik 4.27
Persentase angket minat belajar PAI siswa nilai tertinggi
Pada grafik diatas, penyebaran angket minat belajar PAI siswa dapat
dilihat bahwa nilai tertinggi yang dimiliki siswa pada saat pra siklus atau pada
saat belum menggunakan metode role playing jumlah nilai angket sebesar 53,
dengan nilai rata-rata 152%. Untuk siklus I jumlah peningkatan nilai terendah
yaitu sebesar 61, dengan nilai rata-rata 175%.Sedangkan untuk siklus II jumlah
nilai terendah mengalami penurunan yaitu sebesar 64, dengan nilai rata-rata
183%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan metode role playing mampu
membuat peningkatan pada minat belajar PAI siswa sebesar 20,6%.
2. Hasil temuan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan deskripsi data hasil
penelitian, maka temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Peran tutor sebaya (ketua kelompok mengajak para anggota nya untuk ikut
aktif dalam berdiskusi) dalam metode role playing, dapat meningkatkan
aktivitas belajar PAI siswa. Pernyataan ini berdasarkan hasil pengamatan
peneliti maupun guru kolabolator yang dilakukan terhadap subyek
penelitian. Tutor sebaya merupakan penggerak keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran, dengan adanya peran tutor sebaya, akan
memunculkan interaksi sesama anggota kelompok dalam kegiatan diskusi.
Jika dari kegiatan diskusi siswa berjalan dengan baik, maka keaktifan
siswa akan baik pula atau muncul dalam pembelajaran.
b. Penerapan metode pembelajaran role playing, dalam penelitian tindakan
kelas (PTK) antara lain:
0
50
100
150
Pra Siklus Siklus I Siklus II
152% 175% 183%
84
1. Meningkatkan aktivitas belajar PAI siswa
Pernyataan ini berdasarkan persentase aktivitas belajar PAI siswa pada
siklus I dan siklus II pada halaman 16, persentase aktivitas belajar PAI
siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 19,88% hal ini
menunjukkan bahwa dengan penerapan metode role playing dalam
penelitian tindakan kelas ini (PTK) dapat meningkatkan aktivitas
belajar PAI siswa.
2. Meningkatkan minat belajar PAI siswa
Pernyataan ini berdasarkan pada tabel 4.25 dan grafik 4.27 pada saat
pra siklus, siklus I dan siklus II. Minat belajar pada siklus II lebih
besar dibandingkan dengan siklus I, artinya penggunaan metode role
playing dapat meningkatkan minat belajar PAI siswa.
3. Menciptakan suasana belajar yang aktif
pembelajaran PAI dengan menggunakan metode role playing dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif, karena kelas jadi lebih hidup
hal ini dikarenakan pemain drama yang dapat mengundang gelak tawa
kepada penonton.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan metode role playing dalam pembelajaran pendidikan agama islam
(PAI) seperti: perencanaan, yaitu menentukan judul atau bahan pokok yang
akan diajarkan ketika menerapkan metode role playing, kemudian membentuk
kelompok yang akan ikut bermain peran, setelah itu mempersiapkan alat serta
bahan-bahan yang diperlukan dalam menata panggung, kemudian memainkan
peran dan memberikan penilaian serta evaluasi terhadap kelompok yang
memainkan peran tersebut, kemudian kesimpulan.
2. Penerapan metode role playing dapat meningkatkan minat belajar PAI siswa,
hal ini terlihat dari hasil penyebaran angket minat belajar PAI siswa pada saat
pra siklus, siklus I, dan siklus II, rata-rata persentase angket minat belajar PAI
siswa yang jumlah nilai angket minat belajar PAI siswa terendah pada saat pra
siklus sebesar 62,57% dengan jumlah nilai angket 73, untuk siklus I sebesar
63,42% dengan jumlah nilai angket 74, sedangkan untuk siklus II sebesar
60,85% dengan jumlah nilai angket 71. Dan untuk rata-rata persentase angket
minat belajar PAI siswa yang jumlah nilai angket minat belajar PAI siswa
tertinggi pada saat pra siklus sebesar 79,71% dengan jumlah nilai angket 93,
untuk siklus I sebesar 78,85% dengan jumlah nilai angket 92, sedangkan
untuk siklus II sebesar 91,71% dengan jumlah nilai angket 107. Sedangkan
untuk skor rata-rata nilai terendah mengalami penurunan sebesar 61,7% ketika
diterapkan metode role playing, dan untuk skor rata-rata nilai tertinggi
mengalami peningkatan sebesar 90,9% ketika diterapkannya metode role-
playing.
86
3. Penerapan metode role playing dapat meningkatkan aktivitas belajar PAI
siswa, hal ini terlihat dari rata-rata hasil lembar observasi yang terus
meningkat pada setiap siklusnya. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I
sebesar 64,00% dan pada siklus II meningkat menjadi 83,88%, sedangkan
peningkatan aktivitas belajar PAI siswa dari siklus I ke siklus II sebesar
19,88%.
B. Saran
1. Berdasarkan penelitian ini hendaknya guru PAI yang mengajar di SMPN 1
Cimarga dapat menggunakan metode role playing, sebagai salah satu
alternatif teknik pembelajaran yang dapat dipakai, karena teknik ini
terbukti dapat meningkatkan minat belajar siswa srta aktivitas belajar PAI
siswa, sehingga teknik pembelajaran yang digunakan `tidak hanya terbatas
pada buku paket saja, tetapi dipusatkan atau difokuskan kesiswa.
2. Dalam menggunakan metode role playing, guru hendaknya lebih intensif
dalam membimbing siswa yang kesulitan dalam memainkan peran, tugas
guru disini yaitu meyakinkan siswa untuk berani dan tidak malu tampil
didepan umum, karena tidak semua siswa tampil aktif dan berani tampil
didepan umum, maka guru harus bisa memotivasi siswa tersebut untuk
aktif dan berani tampil didepan umum.
3. Dalam proses pembelajaran dikelas, perlu diciptakan suasana yang
kompetitif/ bersaing antar kelompok satu dengan kelompok yang lainnya,
agar dapat memberikan semangat belajar yang lebih tinggi.
4. Guru hendaknya menguasai berbagai strategi pembelajaran aktif , teknik
maupun media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. K. kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Jakarta: Sandro Jaya
Abrar, Abdurrahman. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT Tiara Kencana,1993.
Ahmadi, Abu. Teknik Belajar yang Efektif, Jakarta: PT Rineke Cipta 1991.
Ahmad, Iif Khoiru. dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: PT
Prestasi Pustaka Raya, 2011.
Azhari, Akyas. Psikologi Pendidikan, Semarang: Dina Utama, 1996
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Djamarah. Bahri. Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Rineke Cipta, 2006.
Fathurrohman. Pupuh. dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2010.
Hamalik, Oemar. Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
H. Carl Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology:
Ginn and Company oleh M. Buchori, Jakarta: Aksara Baru, 1978.
K. N. Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Kurnianto, Rido. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Learning Assistance
Program for Islamic Schools, 2009.
Rustaman, Y. Nuryani. dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: UM
Press, 2005.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2007.
88
Sarwono Wirawan Sarlito., Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,
2000.
Shaleh, Rahman. Abdul . Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,
Jakarta: Kencana, 2004.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
S, Nasution. Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Suriasumantri, S. Jujun. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1990.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya, 2005.
Uno, B. Hamzah. Model Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Usman, Uzer. dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, Bandung: PT Rosda Karya 1993.
Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004.
Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2004.
Zaini, Hisyam. Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran
Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008.
Z. Zurinal. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
89
Lampiran 1
Angket Minat Belajar Siswa
Nama :
Jenis Kelamin : L/P
Petunjuk Pengisian
1. Sebelum mengisi angket ini, bacalah Basmallah
2. Isi nama dan jenis kelamin kamu
3. Jawablah pernyataan berikut dengan baik dan jujur
4. Berilah tanda ceklist ( √ ) pada pernyataan yang kamu anggap paling
sesuai dengan keadaan atau pendapatmu
5. Jawaban kamu tidak akan mempengaruhi nilai disekolah dan dijamin
kerahasiaannya.
Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
P : Pernah
TP : Tidak Pernah
No
Pernyataan
Pilihan
SL SR P TP
1 Saya senang dengan pelajaran PAI
2 Saya memperhatikan guru ketika menjelaskan materi
3 Saya merasa bosan dengan mata pelajaran PAI
4 Saya mengulangi kembali pelajaran dirumah
5 Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
6 Saya tetap belajar walaupun guru PAI tidak hadir
90
^_^ TERIMA KASIH ^_^
7 Saya membawa buku paket ketika akan dipelajari pada
harinya.
8 Saya mempraktekkan teori yang diajarkan guru PAI
dalam kehidupan sehari-hari
9 Saya semangat mengikuti pelajaran PAI sampai akhir
pelajaran
10 Ketika diberi tugas atau PR saya mengerjakan dengan
sungguh-sungguh
11 Saya belajar PAI hanya disekolah
12 Ketika ada materi PAI yang sulit dipahami, saya
berusaha mencari tahu dan mempelajarinya
13 Bertanya pada guru jika ada materi yang kurang
dimengerti
14 Saya belajar PAI atas kemauan sendiri
15 Saya siap jika guru PAI mengadakan ulangan
mendadak
16 Mudah memahami pelajaran yang disampaikan
17 Saya belajar PAI sendiri tanpa diperintah orangtua
91
Lampiran 2
Instrument Catatan Observasi Aktivitas Belajar PAI Siswa
Sebelum Melakukan Metode Role Playing
Siklus I
Kelompok Nama Catatan
1 Ahmad Imran Rosadi
(R1)
Imran sebagai ketua kelompok
memimpin diskusi tentang siapa yang
akan berperan, sedangkan nining dan
Nur Ayna menulis jalannya cerita.
Felia Rizki aulia (R8)
Nining Junengsih (R20)
Nur Ayna Angkat (R22)
Ripqy Abdillah (R27)
Rintan Wardatu Ayunda
(R26)
2 Siti Fatimah (R29) Kelompok ini lebih banyak terlihat
diam, tidak kompak, dan masih terlihat
bingung, tentang siapa yang akan
berperan, dan dialog yang akan
digunakan.
Aldiyansyah (R3)
Mahliga Dwi Rizki putri
(R16)
Milah Hariyana (R17)
Rahmat N (R24)
3 Adelia Ariandini (R2) Kelompok ini kompak, karena Adelia
sebagai ketua kelompok aktif bertanya
kepada guru tentang hal-hal yang belum
dimengerti.
Novi Yanti (R21)
Justika Rahayu (R14)
Samudra Alavy (R28)
Raihana Fibri Rahima
(R25)
Wahyuni (R34)
4 Galih P (R9) Monica terlibat aktif dalam diskusi dan
memberi masukan tentang persiapan Monica Cahyani H (R18)
92
Lutfi Fahmi Pratama
(R15)
yang akan dibawa, sedangkan yang
lainnya hanya diam, tidak memberi
masukan ataupun kritikan, sedangkan
Galih P selaku ketua kelompok masih
belum bisa mengajak anggotanya untuk
mengeluarkan ide-ide cemerlang.
Insan Kamil Maulana
(R12)
Syarah Desvania (R32)
Tika Damayanti (R33)
5 Andita Putri A (R4) Andita Putri memimpin kelompok
dengan aktif, sedangkan yang lainnya
aktif memberi masukan tentang
perannya masing-masing, serta
persiapan yang akan yang di bawa
nanti.
M. Rifky Aulia (R19)
Siti Nurrahmah (R30)
Putri Rosalinda (R23)
Bima Aji Yudha L (R6)
Intan Rahma Putri Andini
(R13)
6 Indri (R11) Indri sebagai ketua kelompok selalu
memberi saran kepada anggotanya,
serta membagi-bagi perannya masing-
masing, kemudian menanyakan
kembali, apakah ada yang setuju atau
tidak.
Yulianti (R35)
Cesa (R7)
Sofyan (R31)
Hendra (R10)
Ardo (R05)
Aktivitas siswa secara keseluruhan
Secara keseluruhan, pada pertemuan pertama ini, kelompok 3, 5 dan 6
saja yang aktif dalam berdiskusi, sedangkan yang lainnya lebih banyak diam dan
terfokus pada ketua kelompok, tidak bertanya pada guru dan lebih banyak
bercanda.
Cimarga, 26 Mei 2014
Guru kolabolator
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
93
Lampiran 3
Instrument Catatan Observasi Aktivitas Belajar PAI Siswa
Sebelum Melalukan Metode Role Playing
Siklus II
Kelompok Nama Catatan
1 Ahmad Imran Rosadi
(R1)
Ahmad Imran sebagai ketua kelompok
memimpin diskusi tentang siapa yang
akan berperan, pada siklus II ini, dan
pada siklus II ini, kelompok I lebih aktif
dari pada sebelumnya, dan yang lainnya
sudah lebih banyak mengeluarkan ide-
ide untuk bermain peran nanti.
Felia Rizki aulia (R8)
Nining Junengsih (R20)
Nur Ayna Angkat (R22)
Ripqy Abdillah (R27)
Rintan Wardatu Ayunda
(R26)
2 Siti Fatimah (R29) Siti Fatimah mengajak anggotanya
untuk mengeluarkan ide-ide tersebut,
dan menunjuk beberapa orang yang
akan terlibat dalam drama tersebut,
sedangkan Milah H membantu
mencatat.
Aldiyansyah (R3)
Mahliga Dwi Rizki putri
(R16)
Milah Hariyana (R17)
Rahmat N (R24)
3 Adelia Ariandini (R2) Sama seperti siklus sebelumnya,
kelompok ini kompak, karena sikap
Adelia yang sangat aktif sebagai ketua
kelompok selalu aktif bertanya, kepada
guru tentang hal-hal yang belum
dimengerti, semua anggota nya pun
diajak untuk terlibat aktif memberi
masukan-masukan terkait bermain
peran ini.
Novi Yanti (R21)
Justika Rahayu (R14)
Samudra Alavy (R28)
Raihana Fibri Rahima
(R25)
Wahyuni (R34)
94
4 Galih P (R9) Syarah dan Tika terlibat aktif dalam
diskusi dan memberi masukan-masukan
pada anggota yang lain, dan Insan pun
sangat antusias dengan diskusi
kelompok tersebut. Ini terbukti dari
gelak tawa yang menghibur anggotanya
yang sedang mengantuk.
Monica Cahyani H (R18)
Lutfi Fahmi Pratama
(R15)
Insan Kamil Maulana
(R12)
Syarah Desvania (R32)
Tika Damayanti (R33)
5 Andita Putri A (R4) Andita Putri memimpin kelompok
dengan aktif, sedangkan M. Rifky dan
Bima Aji aktif memberi masukan
tentang perannya masing-masing,
Nurrahmah, dan Putri R ikut serta
dalam diskusi kelompok sedangkan
Intan mencatat dan memberi saran-
saran.
M. Rifky Aulia (R19)
Siti Nurrahmah (R30)
Putri Rosalinda (R23)
Bima Aji Yudha L (R6)
Intan Rahma Putri Andini
(R13)
6 Indri (R11) Indri sangat antusias dalam memimpin
kelompok, dia selaku ketua kelompok
dan juga sekaligus sebagai sekertaris
kelas sangat aktif dalam memberi
komentar serta masukan-masukan serta
membagi-bagi peran dan mengajak para
anggotanya untuk ikut serta dalam
diskusi.
Yulianti (R35)
Cesa (R7)
Sofyan (R31)
Hendra (R10)
Ardo (R05)
Aktivitas siswa secara keseluruhan
Aktivitas siswa pada siklus II ini menjadi lebih aktif, dari pada siklus
sebelumnya, ini terlihat dari berbagai kelompok yang mulai terlihat aktif dan tidak
hanya diam mengikuti intruksi ketua kelompok, ketua kelompok sudah berperan
sangat bagus untuk para nggotanya, karena masing-masing anggota dari tiap-tiap
kelompok sudah mulai terlihat mengeluarkan saran untuk penampilan mereka
95
nanti. Bukan hanya dari anggota atau satu kelompok saja yang mengeluarkan ide-
idenya, kelompok yang lainnya pun membantu, mengeluarkan ide-idenya,
walaupun berbeda kelompok, ini membuktikan bahwa, gotong royong atau
kesulitan apapun dilakukan oleh kelompok yang mengalami kesulitan untuk
mencari ide-ide atau jalan keluar, jikakelompok yang lainnya peka terhadap
kelompok yang mengalami kesulitan, pasti tidak segan-segan memabntu satu
sama lain. Ini membuktikan bahwa, kerjasama bukan hanya dalam satu kelompok
saja, tetapi bisa juga berasal dari kelompok yang lain.
Cimarga, 09 Juni 2014
Guru kolabolator
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
96
Lampiran 4
CATATAN TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal : 19 Mei 2014/Pertama
Siklus : I (Satu)
Catatan tindakan penelitian
1. Dalam menjelaskan materi, guru terlalu cepat dalam menerangkannya,
sehingga tidak jarang para siswa terlihat bengong atau melamun didalam
kelas dan tidak banyak siswa bertanya.
2. Dalam memberikan tugas, tidak banyak siswa yang mengumpulkan dengan
tepat waktu.
3. Pelaksanaan penelitian telah sesuai dengan RPP
4. Kelompok yang aktif berdiskusi dan antusias dalam pembelajaran adalah
kelompok 5, dan 6 sedangkan kelompok 1, 2, 3, 4, hanya mengandalkan ketua
kelompok saja dalam diskusi ini.
5. Diskusi kelomopk belum berjalan lancar, masih baanyak siswa yang tidak
mengeluarkan ide-idenya dan hanya mengandalkan ketua kelompok
Cimarga, 19 Mei 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
97
Lampiran 5
CATATAN EVALUASI TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal :19 Mei 2014/Pertama
Siklus : I (Satu)
Catatan tindakan penelitian
1. Ada baiknya dalam menjelaskan materi, perlu menjelaskan pelan-pelan
materi, yang sedang disampaikan agar pembelajaran Role Playing dapat
berjalan dengan baik.
2. Guru harus memantau para siswa ketika sedang mengerjakan tugas.
3. Guru harus bisa mengajak para siswanya untuk mengeluarkan ide-ide atau
pendapat nya masing-masing sehingga tidak hanya mengandalkan kelompok
atau orang yang berkemampuan tinggi saja.
4. Pada diskusi atau pertemuan pertama ini, pada siswa berdiskusi guru kurang
mengarahkan atau member penjelasan tentang bahan-bahan atau alat-alat apa
saja yang diperlukan untuk metode Role Playing ini atau memainkan peran.
Cimarga, 19 Mei 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
98
Lampiran 6
CATATAN TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal :26 Mei 2014/Kedua
Siklus : I (Satu)
Catatan tindakan penelitian
1. Pelaksanaan penelitian telah sesuai dengan RPP.
2. Dalam melaksanakan drama, masih banyak siswa yang kurang menghayati
perannya sendirii, ini terlihat karena lebih banyak daripada focus pada
perannya sendiri.
3. Pada saat evaluasi drama, masing-masing kelompok masih terlihat bingung
dalam memberikan kritikan maupun saran, sehingga kritikan atau saran untuk
kelompok yang sedang melakukan drama tidak ada perkembangan.
4. Penggunaan Role Playing masih banyak yang bercanda dalam memainkan
peran, jadi pelaksanaan siklus I masih belum berjalan dengan maksimal,
sehingga masih akan dilanjutkan ke siklus II.
Cimarga, 26 Mei 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
99
Lampiran 7
CATATAN EVALUASI TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal : 26 Mei 2014/Kedua
Siklus : I (Satu)
Catatan tindakan penelitian
1. Dalam pelaksanaan drama, ada baiknya guru membantu atau mengarahkan
siswa yang kesulitan dalam memainkan drama, sehingga siswa tidak terlihat
kaku ataupun takut dalam memainkan drama.
2. Pada saat evaluasi memainkan drama, masih banyak siswa tidak bisa
menyimpulkan materi ataupun maksud dari drama yang masing-masing
kelompok lakukan.
3. Kritikan dari masing-masing kelompok, untuk kelompok yang sedang
memainkan peran masih terlihat tidak maksimal, karena rata-rata dari tiap-tiap
kelompok hanya memberi satu kritikan saja.
Cimarga, 26 Mei 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
100
Lampiran 8
CATATAN TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal : 02 Juni 2014/Ketiga
Siklus : II (Dua)
Catatan tindakan penelitian
1. Dalam menjelaskan materi, guru sudah mulai mengajak siswanya untuk
bertanya tentang materi yang guru saja jelaskan, ini terlihat para siswa sudaah
tidak malu-malu lagi dalam bertanya.
2. Tugas yang guru berikan sudah mulai dikerjakan dan dikumpulkan tepaat
waktu.
3. Pada tiap-tiap kelompok, sudah mulai aktif berdiskusi dan lebih terlihat serius
dalam berdiskusi.
4. Aktivitas siswa pada pertemuan ini sudah terlihat baik, kata-kata dari siswa
ditiap-tiap kelompok sudah mulai mengeluarkan pendapatnya masing-masing.
Cimarga, 02 Juni 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
101
Lampiran 9
CATATAN EVALUASI TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal : 02 Juni 2014/Ketiga
Siklus : II (Dua)
Catatan tindakan penelitian
1. Guru sudah mulai mengajar siswanya untuk bertanya tentang materi yang baru
saja dijelaskan, ini membuktikan bahwa guru sudah mulai melatih mental
siswanya untuk berani dalam bertanya dan mengeluarkan pendapatnya pada
tiap-tiap kelompok.
2. Para siswa mengerjakan tugas dengan baik daan tepat waktu ada baiknya
langsung dikoreksi, agar bisa mamau siswanya yang mendapatkan nilai bagus
untuk bisa mempertahankannya, tapi sebaliknya, jika siswa mendapatkan nilai
kurang bagus, guru harus memberikan motivasi yang bisa membangkitkan
semangatnya.
Cimarga, 02 Juni 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
102
Lampiran 10
CATATAN TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal : 09 Juni 2014/Keempat
Siklus : II (Dua)
Catatan tindakan penelitian
1. Pelaksanaan drama sudah berjalan dengan baik, para siswa memainkan drama
dengan siswa walaupun masih saja ada beberapa orang yang masih malu
dalam memainkan drama.
2. Pada pertemuan ini, para siswa melaksanakan pembelajaran dengan baik,
pelaksanaan drama dimainkan dengan sunngguh-sungguhdaan tidak aada yang
bercanda.
Cimarga, 09 Juni 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
103
Lampiran 11
CATATAN EVALUASI TINDAKAN PENELITIAN
Hari/Tanggal : 09 Juni 2014/keempat
Siklus : II (Dua)
Catatan tindakan penelitian
Pelaksanaan drama sudah berjalan sesuai dengan indikator metode
Role Playing, ekspresi pada masing-masing siswa masih kurang, tetapi
pelaksanaan drama sudah cukup baik.
Cimarga, 09 Juni 2014
Guru Kolaborator,
Rohimat, S.Ag
NIP. 197405212008011004
104
Lampiran 12
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI
Tahap : Pra penelitian
Daftar pertanyaan wawancara:
1. Apakah dalam setiap belajar PAI, siswa memperhatikan penjelasan bapak
dengan baik?
2. Apakah ada usaha untuk mengantisipasi siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan bapak?
3. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi yang disampaikan bapak?
4. Apa saja hambatan-hambatan yang sering bapak temui dalam mengajar
pelajaran PAI?
5. Metode atau model pembelajaran apakah yang sering bapak gunakan dikelas?
Mengapa?
6. Menurut bapak metode atau model pembelajaran apakah yang paling cocok
digunakan dalam pembelajaran PAI? Mengapa?
7. Apakah metode role playing ini cocok diterapkan pada kelas yang bapak
ajarkan?
105
Lampiran 13
HASIL WAWANCARA GURU PAI
Tahap : Pra penelitian
Responden : Bapak Rohimat
Hari/Tanggal : Senin, 12 Mei 2014
Tempat : Ruang guru
Peneliti : Apakah dalam setiap belajar PAI, siswa memperhatikan
penjelasanbapak dengan baik?
Guru : Iya, tapi tidak semua memperhatikan.
Peneliti : Apakah ada usaha untuk mengantisipasi siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan bapak?
Guru : Ada, untuk mengantisipasi hal tersebut saya pasti menegurnya
dan menyuruhnya untuk mengulangi perkataan atau penjelasan
yang terakhir saya ucapkan.
Peneliti : Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi yang disampaikan
bapak?
Guru : Tidak, mereka lebih banyak diam daripada bertanya.
Peneliti : Apa saja hambatan-hambatan yang sering bapak temui dalam
mengajar pelajaran PAI?
Guru : Tidak ada banyak hambatan yang saya rasakan saat mengajar,
hanya saja saat saya menjelaskan materi pelajaran, pasti ada saja
yang mengobrol atau bercanda.
Peneliti : Metode atau model pembelajaran apakah yang sering bapak
gunakan dikelas? Mengapa?
Guru : yah yang sering digunakan pada umumnya seperti ceramah, dan
memberi tugas saja
Peneliti : Apakah bapak pernah mendengar metode role playing?
106
Guru : Saya pernah mendengar metode tersebut, hanya saja saya tidak
tahu prosedur pembelajarannya seperti apa.
Cimarga, 12 Mei 2014
Responden
Rohimat,S.Ag
NIP. 197405212008011004
107
Lampiran 14
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA
SISWA KELAS VIII A
Tahap : Pra penelitian
Daftar pertanyaan wawancara:
1. Apakah anda menyukai pelajaran PAI?
2. Apakah sebelum mengikuti pelajaran PAI kamu biasa membaca terlebih
dahulu materi yang akan diajarkan?
3. Bagaimana nilai pelajaran PAI kamu selama ini?
4. Apakah kamu sering memperhatikan guru pada saat belajar PAI di kelas?
5. Apakah kamu sering bertanya kepada guru pada saat belajar PAI di kelas?
Kenapa?
6. Pembelajaran seperti apa yang kamu sukai, ceramah atau diskusi kelompok
atau praktek maupun percobaan? Apa alasanmu?
7. Metode atau cara mengajar apakah yang sering dilakukan oleh guru di kelas?
108
Lampiran 15
HASIL WAWANCARA SISWA KELAS VIII A
Tahap : Pra penelitian
Responden : Indri Febriani
Hari/Tanggal : 12 Mei 2014
Tempat : Depan kelas
Daftar pertanyaan wawancara:
Peneliti : Apakah anda menyukai pelajaran PAI?
Siswa : Iya, suka
Peneliti : Apakah sebelum mengikuti pelajaran PAI kamu biasa membaca
terlebih dahulu materi yang akan diajarkan?
Siswa : Iya.
Peneliti : Bagaimana nilai pelajaran PAI kamu selama ini?
Siswa : Cukup memuaskan
Peneliti : Apakah kamu sering memperhatikan guru pada saat belajar PAI
di kelas?
Siswa : Iya, sering
Peneliti : Apakah kamu sering bertanya kepada guru pada saat belajar PAI
di kelas?
Siswa : Jarang.
Peneliti : Pembelajaran seperti apa yang kamu sukai, ceramah atau diskusi
kelompok atau praktek maupun percobaan? Apa alasanmu?
Siswa : Pembelajaran praktek
Peneliti : Metode atau cara mengajar apakah yang sering dilakukan oleh
guru di kelas?
109
Siswa : Metode ceramah, dan kasih tugas saja untuk dikerjakan dikelas,
ataupun di rumah
Cimarga, 12 Mei 2014
Responden
Indri Febriani
110
Lampiran 16
HASIL WAWANCARA SISWA KELAS VIII A
Tahap : Pra penelitian
Responden : Aldiyansyah
Hari/Tanggal : 12 Mei 2014
Tempat : Diruang kelas
Daftar pertanyaan wawancara:
Peneliti : Apakah anda menyukai pelajaran PAI?
Siswa : Iya, suka
Peneliti : Apakah sebelum mengikuti pelajaran PAI kamu biasa membaca
terlebih dahulu materi yang akan diajarkan?
Siswa : Tidak.
Peneliti : Bagaimana nilai pelajaran PAI kamu selama ini?
Siswa : Kurang.
Peneliti : Apakah kamu sering memperhatikan guru pada saat belajar PAI
di kelas?
Siswa : Kadang-kadang
Peneliti : Apakah kamu sering bertanya kepada guru pada saat belajar PAI
di kelas?
Siswa : Tidak pernah.
Peneliti : Pembelajaran seperti apa yang kamu sukai, ceramah atau diskusi
kelompok atau praktek maupun percobaan? Apa alasanmu?
Siswa : Praktek
Peneliti : Metode atau cara mengajar apakah yang sering dilakukan oleh
guru di kelas?
Siswa : Ceramah.
111
Cimarga, 12 Mei 2014
Responden
Aldiyansyah
112
Lampiran 17
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA GURU PAI
SETELAH DITERAPKAN METODE ROLE PLAYING
Tahap : Penelitian setelah menerapkan metode role playing
Daftar pertanyaan:
1. Menurut bapak apakah penggunaan metode pembelajaran role playing ini
cocok diterapkan pada bab dendam dan munafik?
2. Adakah kemungkinan bapak menerapkan metode role playing di kelas yang
bapak ajarkan?
3. Berdasarkan pengamatan yang bapak lakukan, apakah terdapat kemajuan
dalam belajar PAI siswa setelah dilakukan metode role playing?
4. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama bapak melakukan
pengamatan?
5. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran
role playing ini?
6. Menurut bapak apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan
metode role playing ini?
7. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada penerapan
metode role playing ini?
113
Lampiran 18
HASIL WAWANCARA GURU PAI
SETELAH DITERAPKAN METODE ROLE PLAYING
Tahap : Setelah penelitian dan sesudah menerapkan metode role playing
Responden : Bapak Rohimat
Hari/Tanggal : Senin, 16 Juni 2014
Tempat : Ruang guru
Peneliti : Menurut bapak apakah penggunaan metode pembelajaran role
playing ini cocok diterapkan pada bab dendam dan munafik?
Guru : Iya, cocok.
Peneliti : Adakah kemungkinan bapak menerapkan metode role playing di
kelas yang bapak ajarkan?
Guru : Iya, mungkin.
Peneliti : Berdasarkan pengamatan yang bapak lakukan, apakah terdapat
kemajuan dalam belajar PAI siswa setelah dilakukan metode role
playing?
Guru : Iya, ada perubahan dalam belajar.
Peneliti : Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama bapak melakukan
pengamatan?
Guru : Proses belajar mengajar menjadi lebih aktif, karena siswa yang
secara langsung berperan, jadi tidak membuat siswa mengantuk,
ataupun melamun didalam kelas.
Peneliti : Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penggunaan metode
pembelajaran role playing ini?
Guru : Iya, rata-rata para siswa mengeluh malu ketika akan memainkan
perannya dan takut lupa dialognya.
114
Peneliti : Menurut bapak apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada
penerapan metode role playing ini?
Guru : Kelemahan pada metode role playing adalah, tidak semua siswa
bisa memainkan peran dengan baik, karena malu
Kelebihannya pada metoderole playing adalah, siswa menjadi lebih
aktif, tidak mengantuk ataupun mengobrol.
Peneliti : Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada
penerapan metode role playing ini?
Guru : Solusi untuk mengatasi kekurangan pada metode role playing ini
adalah dengan meyakinkan para siswa untuk tidak malu/percaya
diri ketika sedang memainkan peran, karena bisa saja nanti muncul
bakat yang terpendam.
Cimarga, 16 Juni 2014
Responden
Rohimat, S. Ag
NIP. 197405212008011004
115
Lampiran 19
LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA SISWA KELAS VIII A
SETELAH DITERAPKAN METODE ROLE PLAYING
Tahap : Setelah penelitian dan menerapkan metode role playing
Daftar pertanyaan:
1. Apakah kamu menyukai pelajaran PAI setelah menggunakan metode
pembelajaran bermain peran?
2. Metode manakah yang lebih kamu sukai, pembelajaran seperti biasa atau
metode pembelajaran bermain peran? Mengapa?
3. Pada bagian mana yang kamu sukai/tidak sukai dari metode pembelajaran
bermain peran ini?
4. Apakah kamu menjadi lebih sulit memahami pelajaran dengan menggunakan
metode ini?
5. Apakah kamu aktif dalam setiap tugas kelompok?
6. Apakah metode bermain peran ini dapat meningkatkan minat belajar PAI
kamu?
7. Menurut kamu, apa kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran dengan
metode bermain peran ini?
116
Lampiran 20
HASIL WAWANCARA SISWA KELAS VIII A
SETELAH DITERAPKAN METODE ROLE PLAYING
Tahap : Setelah penelitian dan menerapkan metode role playing
Responden : Indri Febriani
Hari/Tanggal : Senin, 16 Juni 2014
Tempat : di lapangan
Peneliti : Apakah kamu menyukai pelajaran PAI setelah menggunakan
metode pembelajaran bermain peran?
Siswa : Iya, suka.
Peneliti : Metode manakah yang lebih kamu sukai, pembelajaran seperti
biasa atau metode pembelajaran bermain peran? Mengapa?
Siswa : Metode bermain peran, karena seru bisa akting seperti artis-artis
di televisi, walaupun masih malu-malu.
Peneliti : Pada bagian mana yang kamu sukai/tidak sukai dari metode
pembelajaran bermain peran ini?
Siswa : Bagian yang suka adalah ketika salah seorang yang sedang
memainkan peran mengucapkan dialog yang salah ataupun lupa,
jadi seluruh siswa tertawa.
Bagian yang tidak disukai adalah ketika seorang yang sedang
memainkan peran kurang percaya diri/malu-malu, dan juga
suaranya yang kurang jelas, ketika sedang memainkan peran,
sehingga tidak terlalu jelas.
Peneliti : Apakah kamu menjadi lebih sulit memahami pelajaran dengan
menggunakan metode ini?
Siswa : Tidak.
Peneliti : Apakah kamu aktif dalam setiap tugas kelompok?
117
Siswa : Iya, aktif
Peneliti : Apakah metode bermain peran ini dapat meningkatkan minat
belajar PAI kamu?
Siswa : Saya rasa iya, karena metode ini seru dan asyik, tidak
membosankan.
Peneliti : Menurut kamu, apa kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran
dengan metode bermain peran ini?
Siswa : Kekurangannya adalah ketika salah satu kelompok tidak bisa
memainkan peran dengan baik, jadi tidak bisa memahami jalannya
cerita. Kelebihannya adalah metode ini menyenangkan karena
lebih banyak tertawa sehingga tidak membosankan.
Cimarga, 16 Juni 2014
Responden
Indri Febriani
118
Lampiran 21
HASIL WAWANCARA SISWA KELAS VIII A
SETELAH DITERAPKAN METODE ROLE PLAYING
Tahap : Setelah penelitian dan menerapkan metode role playing
Responden : Aldiyansyah
Hari/Tanggal : Senin, 16 Juni 2014
Tempat : Di kantin
Peneliti : Apakah kamu menyukai pelajaran PAI setelah menggunakan
metode pembelajaran bermain peran?
Siswa : Iya, suka.
Peneliti : Metode manakah yang lebih kamu sukai, pembelajaran seperti
biasa atau metode pembelajaran bermain peran? Mengapa?
Siswa : Metode bermain peran, karena tidak membuat siswa mengantuk
dikelas.
Peneliti : Pada bagian mana yang kamu sukai/tidak sukai dari metode
pembelajaran bermain peran ini?
Siswa : Bagian yang suka adalah ketika memainkan peran, karena seperti
akting sungguhan.
Bagian yang tidak disukai adalah waktunya yang singkat.
Peneliti : Apakah kamu menjadi lebih sulit memahami pelajaran dengan
menggunakan metode ini?
Siswa : Tidak.
Peneliti : Apakah kamu aktif dalam setiap tugas kelompok?
Siswa : Iya, aktif
Peneliti : Apakah metode bermain peran ini dapat meningkatkan minat
belajar PAI kamu?
119
Siswa : Iya, karena metode ini tidak membosankan, menjadikan kelas
lebih ramai, dengan tingkah-tingkah para pemain yang sedang
memainkan peran.
Peneliti : Menurut kamu, apa kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran
dengan metode bermain peran ini?
Siswa : Kekurangannya adalah waktu yang singkat, karena kita harus
menyiapkannya secara terburu-buru agar tidak kehabisan waktu.
Kelebihannya adalah metode ini menyenangkan karena secara
tidak langsung melatih keberanian siswa.
Cimarga, 16 Juni 2014
Responden
Aldiyansyah
120
Lampiran 22
122
123
124
125
Lampiran 24
126
Lampiran 25
127
Lampiran 26