25
Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, perlu diingat kembali tentag anatomi hidung. Anatomi dan fungsi fisiologis normal harus diketahui dan diingat kembali sebelum terjadi perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat berlanjut menjadi suatu penyakit atau kelianan. 2 Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya : merupakan satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Pada era dimana semakin banyak penelitian dan publikasi ilmiah didedikasikan terhadap bahaya kerja dan polutan udara, suatu pemahaman mendasar mengenai anatomi dan fisiologi hidung adalah penting. 1 Hidung mempunyai beberapa fungsi sebagai indra penghidu, menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru – paru, mempengaruhi reflex tertentu pada paru – paru dan memodifikasi bicara. 1 Perforasi septum adalah timbulnya lubang pada septum yang disebabkan oleh berbagai macam trauma, penyakit, dll. Hussain (1997) mendapatkan dari 15 kasus yang ditangani selama 2 tahun, 7 kasus (46,6%) diantaranya adalah iatrogenic. Lokasi yang paling sering dijumpai adalah adalah pada daerah anterior septum. Kelainan ini sering tanpa gejala, kalau pun ada tergantung dari ukuran perforasi. Bila perforasi kecil, hidung EPISTAKSIS Page 1

Ilmu Telinga Hidung Dan Tenggorokan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

THT

Citation preview

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan

Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan2015

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, perlu diingat kembali tentag anatomi hidung. Anatomi dan fungsi fisiologis normal harus diketahui dan diingat kembali sebelum terjadi perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat berlanjut menjadi suatu penyakit atau kelianan.2Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya : merupakan satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Pada era dimana semakin banyak penelitian dan publikasi ilmiah didedikasikan terhadap bahaya kerja dan polutan udara, suatu pemahaman mendasar mengenai anatomi dan fisiologi hidung adalah penting.1Hidung mempunyai beberapa fungsi sebagai indra penghidu, menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru paru, mempengaruhi reflex tertentu pada paru paru dan memodifikasi bicara.1

Perforasi septum adalah timbulnya lubang pada septum yang disebabkan oleh berbagai macam trauma, penyakit, dll. Hussain (1997) mendapatkan dari 15 kasus yang ditangani selama 2 tahun, 7 kasus (46,6%) diantaranya adalah iatrogenic. Lokasi yang paling sering dijumpai adalah adalah pada daerah anterior septum. Kelainan ini sering tanpa gejala, kalau pun ada tergantung dari ukuran perforasi. Bila perforasi kecil, hidung seperti bersiul dapat terdengar pada waktu respirasi. Gejala lain yang dapat dijumpai adalah krusta, epistaksis dan obstruksi hidung.7Penanganan perforasi septum terdiri dari konservatif dan tindakan bedah, Penanganan yang tepat akan mencegah perkembangan dari perforasi dan hal ini penting terutama pada anak anak, dimana perforasi septum pad hidung yang sedang dalam masa pertumbuhan akan memperlambat perkembangan hidung.7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG2.1.1 Hidung LuarMenonjol pada garis tengah di antara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu : yang paling atas, kubah tulangyang tak dapat digerakkamn, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dan yang paling bawah adalah lobules hidung yang mudah digerakkan. Belahan bawah aperture periformis hanya kerangka tulangnya saha, memisahkan hidung luar dengan hidung dalam. Disebelah superior, struktur tulang hidung berupa perosesus maksia yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian laminaperpendikularis tulang etmoidalis.1

Gambar 1. Anatomi Hidung Luar

Bagian berikutnya yaitu kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dibentuk oleh kartilago lateralis superior yang saling berfusi di garis tengah serta berfusi pula dengan tepi atas kartilago septum kuadrangularis. Sepertiga bawah hidung luar atau lobules hidung, di pertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior.Struktur tersepmit dari seluruh saluran pernapasan atas adalah apa yang disebut sebagai limen nasi atau os internum oleh ahli anatomi, atau sebagai katup hidung Mink oleh ahli faal.1

2.1.2 Hidung DalamStruktur yang membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan hidung dari nasofaring, Septum nasi merupakan struktur tulang digaris tengah secara anatomi membagi organ menjadi dua hidung. Selanjutnya, pada dinding hidung terdapat pula konka dengan rongga udara yang tidak teratur diantaranya-meatus superior, media dan inferior. Sementara kerangka tulang tampaknya menentukan diameter yang pasti dari rongga udara, struktur jaringan lunak yang menutupi hidung dalam cenderung bervariasi tebalnya, juga mengubah resistensi, dan akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan ekspirasi. Diameter yang berbeda beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti mukosa, perubahan badan vascular yang dapat mengembang pada konka dan septum atas, dan dari krusta dan deposit atau secret mukosa.1Duktus biliaris bermuara pada meatus inferior dibagian anterior. Hiatus semilunaris dari meatus media merupakan muara sinus frontalais, etmoidalis anterior dan sinus maksilaris.Ujung ujung saraf olfaktorius menempati daerah kecil pada bagian lateral dan medial dinding hidung dalam dank e atas hingga kubah hidung. Bagian tulang dari septum terdiri dari kartilago septum (kuadrangularis) disebelah anterior, lamina perpendikularis tulang etmoidalis di sebelah atas, vomer dan rostrum sphenoid di posterior dan suatu Krista disebelah bawha, terdiri atas Krista maksial dan Krista palatine.1

Gambar 2. Anatomi hidung dan cavum nasi

2.1.3 Anatomi Septum NasiNasal septum terdiri dari tiga bagian yaitu :61. Septum ColumellarCollumelar septum terbentuk dari columella krura medial kartilago alar yang bersatu bersama sama oleh jaringan fibrosa dan kedua sisi tertutup oleh kulit.2. Septum membraneSeptum mebran terdiri dari lapisan ganda di kulit tulang, terletak diantara columella dan perbatasan caudal dari septum tulang. Rawan.Kedua bagian columellar dan membrane bergerak bebas dari sisi ke sisi.3. Septum yang tepatSeptum yang tepat terdiri dari kerangka osteocartilanginous, ditutupi dengan selaput lender hidung. Konstituen utamanya adalah : Pelat tegak lurus dari os etmoid, os vomer dan sebuah septum besar (segi empat) tulang rawan terjepit diantara dua tulang anteriorSeptum tulang rawan tidak hanya membentuk sebuah pastisi antara kanan dan kiri dari rongga hidung, tetapi juga memberikan dukungan dari ujung dan dorsum cartilanginous bagian dari hidung.6

Bagiab terbesar dari septum nasi dibentuk oleh lamina perpendikularis os temoid posterior dan tulang rawan septum anterior, vomer membentuk bagian posterior dari septum nasi, sementara krura medial dri kartilago alar mayor dan prosesus nasal bawah (Krista) maksila membentuk bagian anterior septum.7

2.1.4Fisiologi HidungHidung mempunyai empat fungsi utama ; yaitu (1) Sebagai lokasi epitel olfaktorius. (2) Saluran udara yang kokoh menuju traktur respiratorius bagian bawah, (3) organ yang mempersiapkan udara inspirasi agar sesuai dengan permukaan paru, dan(4) sebagai organ yang mampu membersihkan dirinya sendiri.3a. Sebagai jalan nafasSaat inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media kemudian turun kearah nasofaring, sehingga udara berbentuk lengkungan atau arkus. Saat ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti saat inspirasi, di bagian depan aliran udara memecah sebagian melalui nares anterior dan sebagian lagi ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran udara nasofaring.2b. Pengatur kondisi udaraFungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur suhu.2c. Sebagai penyaring dan pelindungFungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir dan enzim yang dapat menghancurkan beberapa bakteri yang disebut lisozim.2d. Indera penghiduHidung bekerja sebagai indera penghidu karena adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum nasi. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.Epitel olfaktorius adalah epitel berlapis semu berwarna kecoklatan dan terdiri dari tiga macam sel-sel saraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Lamina propia di daerah olfaktorius mengandung kelenjar olfaktorius Bowman. Sel penunjang dan kelenjar Bowman (Graziadei) yang menghasilkan mukus cair.Diantara sel-sel penunjang terdapat sel olfaktorius yang bipolar, sedangkan di bagian puncak sel terdapat dendrit yang telah berubah bentuk dan melanjutkan diri ke permukaan epitel, kemudian membentuk bulatan disebut vesikel olfaktorius. Menurut teori stereokimia untuk penghidu setiap bau dari ketujuh bau-bauan kimia atau dasar, indera penciuman mempunyai molekul yang ukuran dan bentuknya unik dan bersifat elektrofilik atau nukleofilik. Epitel olfaktorius diduga mempunyai reseptor-reseptor yang bentuk dan dimensinya tertentu sehingga satu molekul bau yang spesifik membutuhkan partikel reseptor tersendiri. Bau-bauan primer seperti bau-bauan eterial, kamper, musky, wangi bunga, bau permen, pedas dan busuk. Bau tambahan termasuk bau amandel, merupakan kombinasi yang ditimbulkan oleh pertautan molekul-molekul dengan dua atau lebih reseptor primer.1Teori lain berpendapat bahwa kualitas molekul yang dianggap sebagai bau adalah interaksi antara vibrasi dengan organ reseptor. Kemungkinan besar, permulaan perjalanan impuls pada nervus olfaktorius adalah rangsangan pada batang olfaktorius atau silia, mungkin oleh larutan partikel bau-bauan dalam lendir. Pada perangsangan sel reseptor, akan timbul perubahan potensial listrik yang menghasilkan penjalaran impuls ke bulbus olfaktorius untuk merangsang sel mitral. Bulbus olfaktorius mempunyai aktivitas listrik yang menetap dan terus-menerus.1Ujung proksimal sel olfaktorius menipis sampai hanya berbentuk filamen setebal 1 mikrometer, yakni akson. Bersama-sama akson lainnya berkumpul membentuk gabungan 20 filamen disebut fila olfaktoria, yang berjalan melalui lubang pada lamina kribrosa dan memasuki bulbus olfaktorius di otak. Fila ini tidak bermielin.1Di dalam bulbus olfaktorius akson dari nervus olfaktorius akan berhubungan dengan sel-sel mitral dan akson ini meninggalkan bulbus untuk membentuk traktus olfaktorius yang berjalan sepanjang dasar lobus frontalis untuk kemudian masuk ke korteks piriformis, komisura anterior, nukleus kaudatus, tuberkulus olfaktorius dan limbus anterior kapsula interna dengan hubungan sekunder.3.5,6e. Resonansi suaraResonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau (rinolalia).2f. Proses bicaraHidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.2g. Refleks nasalMukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsangan bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.2

2.2 Epistaksis 2.2.1 DefinisiEpistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hamper 90% dapat berhenti sendiri.7

2.2.2 EtiologiPerdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung. Delapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach (area little). Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis. Epistkasis dapat ditimbulkan oleh sebab sebab local dan umum atau kelainan sistemik.5,8,9,101. Lokala. TraumaPerdarahan dapat terjadi karena trauma ringan, misalnya mengorek hidung, benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras, atau sebagai akibat trauma yang lebih hebat seperti kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Trauma karena sering mengorek hidung dapat menyebabkan ulserasi dan perdarahan di mukosa bagian septum anterior. Selain itu epistaksis juga bias terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan.5,7Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam. Perdarahan dapat terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada mukosa konka yang berhadapan bila konka itu sedang mengalami pembengkakan. Bagian anterior septum nasi, bila mengalami deviasi atau perforasi, akan terpapar aliran udara pernafasan yang cenderung mengeringkan sekresi hidung. Pembentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan jari menimbulkan trauma digital. Pengeluaran krusta berulang menyebabkan erosi membrane mukosa septum dan kemudian perdarahan. 5,7,8Benda asing yang berada di hidung dapat menyebabkan trauma local, misalnya pada pipa nasogastrik dan pipa nasotrakea yang menyebabkan trauma pada mukosa hidung. Trauma hidung dan wajah sering menyebabkan epistaksis. Jika perdarahan disebabkan karena laserasi minimal dari mukosa, biasanya perdarahan yang terjadi sedikit tetapi trauma wajah yang berat dapat menyebabkan perdarahan yang banyak.

b. Infeksi Infeksi hidung dan sinus paranasal, rhinitis, sinusitis serta granuloma spesifik, seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis. Infeksi akan menyebabkan inflamasi yang akan merusak mukosa. Inflamasi akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah setempat sehingga memudahkan terjadinya perdarahan di hidung.c. Neoplasma Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten, kadang-kadang ditandai dengan mucus yang bernoda darah. Hemangioma, angiofibrima dapat menyebabkan epistaksis berat. Karena pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang abnormal dan pembentukan pembuluh darah yang baru (neovaskularisasi) yang bersifat rapuh sehingga memudahkan terjadinya perdarahan.

d. Kelainan KongenitalKelainan congenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan telangiektasis herediter (hereditary hemorrhagic telangiectasi/ Osleds disease). Juga sering terjadi pada Von Willendbrand disease. Telangiectasis hemorrhagic hereditary adalah kelainan bentuk pembuluh darah dimana terjadi pelebaran kapiler yang bersifat rapuh sehingga memudahkan terjadinya perdarahan. Jika ada cedera jaringan, terjadi kerusakan pembuluh darah dan akan menyebabkan kebocoran darah melalui lubang pada dinding pembuluh darah. Pembuluh dapat rusak dekat permukaan seperti saat terpotong. Atau dapat rusak di bagian dalam tubuh sehingga terjadi memar atau perdarahan dalam.

e. Deviasi SeptumDeviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh. Selain itu dapat menyebabkan turbulensi udara yang dapat menyebabkan terbentuknya krusta. Pembuluh darah mengalami rupture bahkan oleh trauma yang sangat ringan seperti menggosok-gosok hidung.f. Pengaruh LingkunganMisalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya sangat kering. Kelembapan udara yang rendah dapat menyebabkan iritasi mukosa. Epistaksis sering terjadi pada udara yang kering dan saat musim dingin yang disebabkan oleh dehumidifikasi mukosa nasal, selain itu disebabkan oleh zat-zat kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan kekeringan mukosa sehingga pembuluh darah gampang pecah.

2. Sistemika. Kelainan DarahBeberapa kelainan darah yang dapat menyebabkan epistaksis adalah trombositopenia, hemophilia dan leukemia. Trombosit adalah fragmen sitoplasma mengakarosit yang tidak berinti dan dibentuk di sumsum tulang. Trombosit berfungsi untuk pembekuan darah bila terjadi trauma. Trombosit pada pembuluh darah yang rusak akan melepaskan serotonin dan tromboksan A (prostaglandin), hal ini menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkonstriksi. Pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang, kemudian trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen dinding pembuluh darah yang rusak dan membentuk plug trombosit.Trombosit juga akan melepas ADP untuk mengaktifasi trombosit lain, sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk memperkuaat plug. Trombositopenia adalah keadaan dimana jumlah trombosit kurang dari 150.000/ul. Trombositopenia akan memperlama waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh sehingga dapat terjadi epistaksis pada keadaan trompositopenia.Hemifilia adalah penyakit gangguan koagulasi herediter yang diturunkan secara X-Linked resesif. Gangguan terjadi pada jalur intrinsic mekanisme hemostasis herediter, dimana terjadi defisiensi atau defek dari factor pembekuan VIII (hemophilia A) atau IX (hemophilia B). Darah pada penderita hemophilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah berjalan amat klambat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya epistkasis.Leukimia adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang dalam tubuh manusia memproduksi tiga tipe sel darah, diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen kedalam tubuh) dan trombosit (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah). Pada leukemia terjadi peningkatan pembentukan sel leukosit sehingga menyebabkan penekanan atau gangguan pembentukan sel-sel darah yang lain di sumsum tulang termasuk trombosit, sehingga terjadi keadaan trombositopenia yang menyebabkan perdarahan mudah terjadi.Obat-obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan fenibutazon dapat pula mempredisposisi epistaksis berulang. Aspirin mempunyai efek antiplatelet yaitu dengan dengan menginhibisi produksi tromboksan, yang pada keadaan normal akan mengikat molekul-molekul trombosit untuk membuat suatu sumbatan pada dinding pembuluh darah yang rusak. Aspirin dapat menyebabkan proses pembekuan darah menjadi lebih lama sehingga dapat terjadi perdarahan. Oleh karena itu, aspirin dapat menyebabkan epistasis.b. Penyakit KardiovaskulerHipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis, sirosis hepatis, diabetes mellitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik. HipertensiHipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih daru 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG. Epistaksis sering terjadi pada tekanan darah tinggi karena kerapuhan pembuluh darah yang disebabkan oleh penyakit hipertensi yang kronis terjadilah kontraksi pembuluh darah terus-menerus yang mengakibatkan mudah pecahnya pembuluh darah yang tipis. ArteriosklerosisPada arteriosklerosis terjadi kekakuan pembuluh darah. Jika terjadi keadaan tekanan darah meningkat, pembuluh darah tidak bias mengompensasi dengan vasodilatasi, menyebabkan rupture dari pembuluh darah.

c. Sirosis HepatisHati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang barkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, factor V,VI,VII,IX,X dan vitamin K. Pada sirosis hepatis, fungsi sistesis protein-protein dan vitamin yang dibutuhkan untuk pembekuan darah terganggu sehingga mudah terjadi perdarahan yang dapat menyebabkan epistaksis pada penderita sirosis hepatis.d. Diabetes MelitusTerjadi peningkatan gula darah yang menyebabkan kerusakan mikroangiopati dan makroangiopati. Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan sek endothelial pada pembuluh darah mengambil glukosa lebih dari normal sehingga terbentuklah lebih banyak glikoprotein pada permukaannya dan hal ini juga menyebabkan basal membrane semakin menebal dan lemah. Dinding pembuluh darah menjadi lebih tebal tapi lemah sehingga mudah terjadi perdarahan. Sehingga epistaksis dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus.e. Infeksi Akut (Demam Berdarah)Sebagai tanggapab terahadap infeksi virus dengue, kompleks antige-antibodi selain mengaktivasi system komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasu system koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua factor tersebut menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks

2.2.3 PatogenesisSejauh ini belum ada literature yang mengemukakan petogenesis terjadinya perforasi septum dengan jelas. Beberapa literatur mengatakan bahwa pathogenesis berhubungan dengan penyebab dari perforasi itu sendiri. Pada perforasi yang disebabkan oleh trauma, perforasi terjdi akibat robejan dari mukoperikondirum yang membentuk ulkus. Ulkus akibat trauma yang berkali kali membentuk krusta dan rusta memperdalam ulkus sampai menyingkapkan tulang rawan. Tulang rawan menjadi nekrosis dari perforasi yang terjadi meluas ke mebran mukosa pada sisi yang berlawanan.72.2.4 Gejala KlinisGejala perforasi septum nasi dapat sangat mengganggu pasien. Dapat berupa sensasi bersiul melewati hidung pada waktu berbicara. Perforasi kecil lebih cenderung menimbulkan sensasi bersiul ini dibandingkan perforsi yang sangat besar. Dengan terlepasnya krusta, terjadi perdarahan. Epistaksis yang timbul mungkin sulit dikontrol dan mungkin memerlukan pemasangan tampon pada kedua sisi mempergunakan tekanan adekuat.1Gejala perforasi septum juga bervariasi menurut ukuran, penyebab dan lokasi perforainya. Perforasi kecil di anterior dapat menimbulkan bunyin siulan, sedangkan bila besar tidak. Bila ada krusta besar, akan terasa seperti benda asing dan bila ditiup dengan paksa atau dikorek dengan jari, dapat menimbulkan perdarahan. Bila ada epistaksis berulang harus dicurigai akan adanya ulkus yang perforasi.Keluhan klinis termasuk juga pengerasan kulit dan epistaksis berulang.3,52.2.5 DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan : 7a. Anamnesisb. Pemeriksaan fisik : di kavum nasi dijumpai perforasi pada septum, adanya krusta dan epistkasisc. Laboratorium1. Biopsy, untuk mengeluarkan kemungkinan disebabkan peruses keganasan2. Tes serologi, pacta penderita yang diduga terkena sifilis3. Tes urin, pada penderita yang diduga menggunakan kokaind. Pemeriksaan Penunjang LainnyaCT-Scan dan / atau MRI : Pacta beberapa kasus tertentu untuk menilai luasnya erosi tulang adan mengukur besrnya perforasi.

2.2.6 Diagnosis BandingDiagnosis banding dari perforasi septum adalah : 81. Deviasi septum2. Karsinoma hidung3. Infeksi sinus4. Gangguan perdarahan5. Tumor jinak dari sinus6. Tumor ganas rongga hidung7. Tumor ganas dari sinus

2.2.8 PenatalaksanaanPerforasi yang besar tidak dapat diperbaiki dengan bedah penutupan. Yang kecil dapat ditutup dengan bedah rekonstruksi yang baik. Bedah plastic menggunakan jabir, jabir membrane mukosa dapat dipakai untuk menutup suatu perforasi dengan dua jalan. Pertama, jabir mukosa septum dapat dibalik untuk menutup perforasi.3

Brain mengatakan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan pada penatalaksanaan perforasi septum, yaitu : pengobatan proses penyebabnya dan menganjurkan penyembuhan alami pada lesinya.7Beberapa ahli mengemukakan bahwa penatalaksanaan perforasi septum terdiri dari 2 bagian :7a. Koservatif Tujuan dari penatalaksaan ini adalah unutk menjaga kelembaban mukosa hidung. Gejala seperti krusta dan epistaksis dapat dikurangi dengan menggunakan salap dan irigasi pelembabb. OperasiBallenger berpendapat bahwa opeasi menutupan dilakukan pada perforasi yang kecil dan berlokasi di anterior. Dimana operas bisa diulang setelah 2 minggu.

BAB IIIKESIMPULANHidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatudari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busukdengan yang masih segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Didalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau.Hidung berfungsi sebagai indera pembau. Ujung-ujung saraf pembau terletak padaselaput lender rongga hidung bagian atas, kerang hidung atas dan permukaan atas kerang hidungyang tengah. Pada ujungs araf pembau terdapat selaput lender yang berfungsi sebagai pelembabBau yang busuk pada rongga hidung waktu kita menarik napas ditangkap oleh ujung sarafkemudian dibawa ke pusat pembau di otak sehingga kita dapat menerima rangsang bau.Perforasi septum adalah timbulnya lubang pada septum yang disebabkan oleh berbagai macam trauma, penyakit, dll. Hussain (1997) mendapatkan dari 15 kasus yang ditangani selama 2 tahun, 7 kasus (46,6%) diantaranya adalah iatrogenic. Lokasi yang paling sering dijumpai adalah adalah pada daerah anterior septum. Kelainan ini sering tanpa gejala, kalau pun ada tergantung dari ukuran perforasi. Bila perforasi kecil, hidung seperti bersiul dapat terdengar pada waktu respirasi. Gejala lain yang dapat dijumpai adalah krusta, epistaksis dan obstruksi hidung.Perforasi septum biasanya tanpa gejala, namun beberapa psien mungkin dating dengan riwayat sumbatan hidung, pengerasan kulit, episode intermiten epistaksis, bau busuk dari hidung atau suara bersiul saat bernafas dari hidung.Perforasi septum dapat disebabkan oleh trauma hidung, mengorek hidung, menghirup kokain, gangguan saluran napas nekrotik, atau kadang kadang berbagai komplikasi sesudah operasi septum. Kalau perforasi terlertak di depan dan besar, hidung dapat agak pesek. Perforasi septum di belakang biasanya tanpa gejala..Perforasi yang besar tidak dapat diperbaiki dengan bedah penutupan. Yang kecil dapat ditutup dengan bedah rekonstruksi yang baik. Bedah plastic menggunakan jabir, jabir membrane mukosa dapat dipakai untuk menutup suatu perforasi dengan dua jalan. Pertama, jabir mukosa septum dapat dibalik untuk menutup perforasi.Brain mengatakan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan pada penatalaksanaan perforasi septum, yaitu : pengobatan proses penyebabnya dan menganjurkan penyembuhan alami pada lesinya.

DAFTAR PUSTAKA1. Effendi H, Santoso. Embriologi Anatomi dan Fisiologi Telinga, Boies L, Higler P.Boies Buku Ajar Pentakit THT. EGC.jakarta.1994, 2. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Gangguan Penghidu dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Soepardi EA, Iskandar N (ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2001;1303. Ballenger JJ. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta. 2002, H: 297-3034. Dhingra PL. Disease of Ear, Nose and Throat. 4th ed. India: Elsevier. 2007;131.5. RS Dhillon, East CA. Ear Nose and Throat and Head and Neck Surgery. 2nd ed. London: Churchill Livingstone, 1999;32.6. Romo T, et.al.A Graduated Approach to the repair of nasal septal perforation.Plast reconstr surg.1999 jon ; 103(2) H 66, Diambil dari http://www.medscape.com/medline/search/local journal/ Abstr.html7. Asroel, H. Agustaf. Perforasi Septum Nasi. Bagian Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam Repository.usu.ac.id, 20048. P.Van den Broek, L. Feenstra. Buku saku ilmu kesehatan tenggorok, hidung dan telinga. Ed.12, Jakarta : EGC,20099. Fornazieri, M.Aurelio. Perforation of nasal septum: Etiologi and diagnosis. Dalam. International archives of othorhinolaryngology. Oct-des.2010 vol.1410. S.Mocella, F.Muia. Innovative technique for large septal perforation repair and radiological evaluation Dalam. Acta othorhinolaryngology. Juni 2013. Vol 33(3).11. Warner Giles, Andrea Burgess. Otolaryngology and Head and Neck Surgery. Oxford University, New York, 200912. Corbridge Rogan, Nicholas Steventon. Oxford Handbook Of Ent and Head and Neck Surgery, New York, 201013. J.P Medical. An Illustrated Textbook. Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery, Second Edition, USA, 201414. J.P Medical. Textbook of Ear, Nose and Throat Diseases. Twelfth Edition, USA. 201315. M. Seiden Allen, Thomas A.Tani. Otolaryngology The Essentuals. Theme New York. 200116. Nasal Perforation. Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Nasal_septum_perforation17. Nasal Septal Perforation. Dalam http://www.channel4embarrassingillnesses.com/conditions/nasal-septal-perforation/18. Perforasi Septum. Dalam http://www.terapisehat.com/2010/10/perforasi-septum.html19. Perforasi Septum. Dalam http://assyifa12.blogspot.com/2013/04/perforasi-septum.html20. Medicastore. Dalam http://medicastore.com/penyakit/837/Perforasi_Septum.html

EPISTAKSISPage 12